2009 ker tw i.pdf
TRANSCRIPT
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN
TRIWULAN-I
2009
iii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang
tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligence dan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survei), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala. Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 ini materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) akan dipisahkan dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh. Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pihak swasta dan kalangan masyarakat Iainnya. Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami nantikan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini.
Makassar, Mei 2009 BANK INDONESIA MAKASSAR
ttd.
Lambok A. Siahaan
Pemimpin
v Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ~ iii
DAFTAR ISI ~ v
DAFTAR GRAFIK ~ vii
DAFTAR TABEL ~ ix
RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1
INDIKATOR EKONOMI KER Trw. I-2009 ~5
BAB 1 PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 7
1.1. Permintaan Daerah ~ 8
1.1.1. Konsumsi ~ 8
1.1.2. Investasi ~ 10
1.1.3. Net Perdagangan Eksternal ~ 11
1.2. Penawaran Daerah (Sektoral) ~ 13
1.2.1. Sektor Pertanian ~ 14
1.2.2. Sektor Industri Pengolahan ~ 15
1.2.3. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran ~ 16
1.2.4. Sektor Jasa-jasa ~ 17
1.2.5. Sektor Angkutan dan Komunikasi ~ 18
1.2.6. Sektor Keuangan-persewaan-jasa perusahaan ~ 19
1.2.7. Sektor Lainnya ~ 20
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ~ 23
2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ~ 24
2.2. Inflasi Kota Lainnya di Sulawesi Selatan ~ 32
2.3. Indeks Harga Konsumen Pedesaan ~ 32
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN ~ 35
vi Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
3.1. Perkembangan Moneter ~ 35
3.2. Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah) ~ 36
3.2.1. Kelembagaan dan Aset ~ 36
3.2.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan ~ 36
3.2.3. Intermediasi Bank Umum Konvensional ~ 40
3.2.4. Intermediasi Bank Umum Syariah ~ 41
3.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) ~ 42
BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 45
4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ 45
4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ 46
4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan ~ 46
4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS ~ 47
4.4.1. Perkembangan RTGS ~ 47
4.4.2. Perkembangan Kliring ~ 48
BOOK 1 UPAYA PENINGKATAN PENGHIMPUNAN DPK PERBANKAN SYARIAH DI
KOTA MAKASSAR ~ 49
BOOK 2 BERBAGAI ISU REGIONAL SULSEL ~ 53
BAB 5 KESEJAHTERAAN ~ 55
5.1. Nilai Tukar Petani ~ 55
5.2. Survei ~ 56
BAB 6 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ 59
BAB 7 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ~ 61
7.1. Outlook Kondisi Makroregional ~ 61
7.2. Outlook Inflasi ~ 63
7.3. Prospek Perbankan ~ 64
LAMPIRAN
vii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Daftar Grafik Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB ~ 7 Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi ~ 9 Grafik 1.3. Prompt Pertumbuhan Kinerja Investasi ~ 10 Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor ~ 11 Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor ~ 12 Grafik 1.6. Prompt Indikator Pertumbuhan Kinerja Sektor Pertanian ~ 15 Grafik 1.7. Prompt Indikator Pertumbuhan Kinerja Sektor Industri Pengolahan ~ 16 Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran ~ 17 Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa ~ 17 Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan ~ 18 Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 19 Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 20 Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian ~ 21 Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan ~ 22 Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 23 Grafik 2.2. Beberapa Komoditi dalam Sub Kelompok Sayur-sayuran dan Kacang-
kacangan Hasil SPH di Makassar ~ 25 Grafik 2.3. Rata-rata Harga CPO di Pasar Internasional ~ 25 Grafik 2.4. Beberapa Komoditi dalam Sub Kelompok Bumbu, Padi dan Daging Hasil SPH
di Makassar ~ 26 Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Bahan Makanan ~ 26 Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi ~ 27 Grafik 2.7. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi Hasil SPH di Makassar ~ 27 Grafik 2.8. Perkembangan Harga Emas ~ 28 Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang ~ 29 Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ~ 29 Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan ~ 30 Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan ~ 31 Grafik 2.13. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 31 Grafik 3.1. Uang Giral dan Uang Kuasi di Sulsel (Rp triliun) ~ 35 Grafik 3.2. Aset Bank Umum Sulsel Berdasarkan Kelompok Bank ~ 36 Grafik 3.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/pembiayaan Bank Umum ~ 37 Grafik 3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan ~ 37 Grafik 3.5. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 38 Grafik 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 38 Grafik 3.7. Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum ~ 39 Grafik 3.8. Pangsa NPLs Per Sektor Ekonomi ~ 39 Grafik 3.9. Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah Bank Umum ~ 40 Grafik 3.10. Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 40 Grafik 3.11. Perkembangan Bank Umum Syariah ~ 41 Grafik 3.12. Perkembangan Aset BPR/S ~ 42 Grafik 3.13. Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S ~ 43
viii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal di Depo Kas KBI Makassar ~ 45 Grafik 4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow ~ 46 Grafik 4.3. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Trw.I-2009 ~ 47 Grafik 4.4. Transaksi Non Tunai via RTGS ~ 47 Grafik 5.1. Perkembangan Nilai Tukar Petani ~ 55 Grafik 5.2. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 56 Grafik 5.2. Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu ~ 56 Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 62 Grafik 7.2. Rata-rata Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 63 Grafik 7.3. Rata-rata Indeks Ekspektasi Tabungan dan Perkiraan Pinjaman di Bank y.a.d. ~ 64
ix Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Daftar Tabel
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) ~ 8 Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) ~ 13
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y) ~ 24 Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan ~ 24 Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 27 Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang ~ 28 Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan ~ 29 Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar ~ 30 Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~ 30 Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan ~ 31 Tabel 2.9. Perbandingan Laju Kota di Sulsel Per Maret 2009 ~ 32 Tabel 2.10. Perbandingan Laju Inflasi Sulsel dan Pedesaan di Sulsel ~ 32 Tabel 3.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan ~ 36 Tabel 3.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan dan DPK per DATI II di Sulsel ~ 41
Tabel 4.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar Trw. I-2009 ~ 47 Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 48 Tabel 6.1. APBD Provinsi Sulsel 2007 - 2009 ~ 59
1 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Ringkasan Eksekutif
Asesmen Ekonomi
Perekonomian daerah Sulawesi Selatan pada triwulan I-2009 mulai menunjukkan
peningkatan kembali. Pada triwulan I-2009, pertumbuhan ekonomi Sulsel diperkirakan
tumbuh sebesar 4,52% (y.o.y), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan
tahunan triwulan IV-2008 yang sebesar 3,92% (y.o.y) namun mengalami perlambatan jika
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu (triwulan I-2008) yang sebesar 11,33%
(y.o.y).
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan terutama didukung oleh pertumbuhan
konsumsi yang diperkirakan sebesar 7,68% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap
pertumbuhan sebesar 5,41%, terutama berasal dari konsumsi rumah tangga dan konsumsi
pemerintah. Perkiraan pertumbuhan konsumsi tersebut tergolong cukup signifikan apabila
dibandingkan pertumbuhan konsumsi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
5,03%.
Dari sisi penawaran (sektoral), pertumbuhan tertinggi di sektor angkutan-
komunikasi sedangkan pertumbuhan terendah di sektor pertambangan-penggalian.
Dibandingkan triwulan sebelumnya, sektor pertanian, pertambangan-penggalian, sektor
listrik-gas-air, sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor angkutan-komunikasi
diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan, sedangkan sektor-sektor yang lainnya
yaitu sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan sektor keuangan mengalami
perlambatan. Pertumbuhan terendah diperkirakan terjadi di sektor pertambangan-penggalian
yang pada triwulan laporan terjadi kontraksi karena melemahnya harga komoditas hasil
tambang di tingkat internasional. Sementara pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor
angkutan-komunikasi antara lain terkait dengan adanya kegiatan kampanye pemilu serta
banyaknya hari libur selama triwulan laporan.
Proyeksi peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) pada
triwulan laporan relatif kurang berdampak pada tingkat kesejahteraan petani. Hal ini
tercermin dari pertumbuhan 'indeks yang diterima petani' yang relatif lamban dibanding
dengan pertumbuhan 'indeks yang dibayar petani'. Sementara indeks yang dibayar petani
tersebut terus mengalami dorongan untuk meningkat yang disebabkan oleh kenaikan harga
barang/jasa secara umum (inflasi).
2 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini (triwulan I-2009) cenderung
membaik. Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Makassar,
pada triwulan laporan, pertumbuhan indeks ketersediaan lapangan kerja yang tercatat -
0,38% (y.o.y), lebih baik dibandingkan pertumbuhan indeks dimaksud pada triwulan IV-2008
(-3,81%; y.o.y).
Asesmen Inflasi
Inflasi di Sulsel pada triwulan I-2009 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan
inflasi triwulan sebelumnya, namun lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional.
Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan I-2009 tercatat sebesar 9,01% (y.o.y), lebih
rendah dibandingkan dengan laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
12,40% (y.o.y), namun lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi nasional yang tercatat
sebesar 7,92% (y.o.y). Masih tingginya laju inflasi tersebut, diperkirakan karena terjadi
peningkatan konsumsi masyarakat sehubungan dengan adanya kenaikan gaji Pegawai Negeri
Sipil (PNS) sebesar 15% dan kegiatan menjelang Pemilu legislatif pada awal triwulan II-2009.
Terkait dengan kenaikan gaji PNS, meski realisasi pembayarannya dilakukan pada April 2009
namun hal ini dapat menciptakan ekspektasi yang mampu mendorong terjadinya
peningkatan konsumsi masyarakat. Sementara kondisi yang diperkirakan mampu menahan
tekanan laju inflasi di Sulsel adalah adanya masa panen padi pada akhir triwulan laporan,
subsidi PPN pada komoditi minyak goreng, penurunan harga BBM yang sampai 3 kali,
dimana terakhir dilakukan pada awal triwulan laporan dan ketersediaan pasokan atas
barang dan jasa terutama sayur-sayuran di pasar regional.
Asesmen Perbankan
Terjadi Perlambatan pertumbuhan ekonomi di sektor keuangan-persewaan-jasa
perusahaan (PDRB) terutama subsektor bank. Hal ini ditandai dengan melambatnya
pertumbuhan tahunan dana masyarakat yang dihimpun perbankan, penyaluran
kredit/pembiayaan dan aset perbankan. Selain itu terjadi penurunan kualitas kredit dimana
pada triwulan laporan terjadi kenaikan jumlah kredit/pembiayaan bermasalah terhadap total
kredit/pembiayaan perbankan Sulawesi Selatan.
Asesmen Sistem Pembayaran
3 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Nilai transaksi pembayaran pada triwulan laporan cenderung menunjukkan
penurunan, baik transaksi tunai maupun non tunai. Hal ini terindikasi dari uang kartal
masih dalam posisi net inflow dan penurunan nilai transaksi Kliring dan RTGS. Hal tersebut
kemungkinan disebabkan karena faktor musiman (setelah Hari Raya Natal dan Tahun Baru),
juga diperkirakan karena adanya peningkatan pertumbuhan nilai transaksi keluar (outgoing)
dari Sulsel. Kondisi aliran uang kartal tersebut di atas, apabila dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan, relatif menggambarkan bahwa
pertumbuhan ekonomi tersebut bukan didorong oleh peningkatan volume kegiatan dunia
usaha di Sulsel.
Asesmen Keuangan Daerah
Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada tahun 2009 diperkirakan akan
tumbuh secara merata pada masing-masing kabupaten/kota. Hal tersebut didasarkan
adanya alokasi belanja bantuan keuangan kepada kabupaten/kota dan pemerintahan desa
yang bersumber dari APBD Provinsi Sulsel. Berdasarkan data dari Departemen Keuangan,
bantuan dimaksud dialokasikan sebesar 12,18% dari total belanja pemerintah Provinsi Sulsel.
Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia Makassar kepada pemerintah daerah Sulsel, bantuan
dimaksud digunakan untuk keperluan subsidi program pendidikan dan kesehatan gratis.
Dapat ditambahkan bahwa besarnya alokasi bantuan tersebut hampir sama dengan besarnya
alokasi belanja modal Provinsi Sulsel pada tahun 2009 yaitu sebesar 12,79%.
Prospek Ekonomi Triwulan II-2009
Perekonomian Sulsel pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh pada kisaran
5,5% ± 1% (y.o.y) dengan pendorong utama dari sisi konsumsi, baik konsumsi rumah
tangga maupun konsumsi pemerintah.
Di sisi permintaan, diperkirakan kinerja konsumsi masih akan menjadi generator
perekonomian Sulsel di triwulan II-2009, yang bersumber dari konsumsi rumah tangga dan
konsumsi pemerintah.
Dari sisi penawaran, dorongan pertumbuhan diperkirakan terutama dari sektor
pertanian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan/konstruksi dan sektor perdagangan-
hotel-restoran.
Inflasi tahunan provinsi Sulsel pada triwulan II-2009 diperkirakan pada kisaran
6,5% ± 1% (y.o.y), terutama didorong oleh laju inflasi tahunan kota Makassar yang
diperkirakan sebesar 5,3% ± 1% (y.o.y). Perkiraan perlambatan laju inflasi tahunan
tersebut sebagai dampak kelanjutan dari penurunan harga BBM dan pengaruh dari kenaikan
4 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
harga BBM pada akhir Mei 2008 akan mulai berkurang. Selain itu, adanya kebijakan
pemerintah dalam menstimulus perekonomian daerah diperkirakan ikut mendorong
kestabilan harga di tingkat regional, seperti kebijakan subsidi PPN, kebijakan kesehatan dan
sekolah gratis serta kebijakan penurunan harga susu.
Pertumbuhan perbankan diperkirakan masih terus berlanjut seiring dengan
perkembangan perekonomian daerah. Tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI-rate) yang
cenderung mengalami penurunan pada akhir triwulan I-2009, diharapkan dapat mendorong
penyaluran kredit/pembiayaan. Kondisi tersebut menuntut perbankan daerah untuk lebih
apresiatif dan kreatif dalam memberikan jasa pelayanannya kepada masyarakat.
5 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN
PROPINSI SULAWESI SELATAN
a. INFLASI dan PDRB
20094 1 2 3 4 1
MAKRO
- Sulawesi Selatan 148.62 155.23 110.83 114.78 115.05 116.09 - Sulawesi Utara 155.91 157.53 111.64 115.01 115.21 116.57 - Gorontalo 155.89 155.83 108.85 113.21 113.39 116.03 - Papua 174.07 185.37 111.74 114.96 115.32 115.25 - Irian Jaya Barat N/A N/A 121.52 130.62 128.83 130.53 - Maluku 143.87 148.07 110.68 116.28 110.70 113.20 - Sulawesi Tengah 165.29 167.75 109.64 115.13 114.41 116.45 - Sulawesi Tenggara 169.36 174.28 112.86 116.59 117.45 120.96 - Sulawesi Barat N/A N/A 112.98 119.60 119.25 118.83 - Maluku Utara 160.24 167.79 112.14 116.96 115.88 117.33
- Sulawesi Selatan 5.71 7.96 11.92 12.29 12.40 9.01 - Sulawesi Utara 10.12 7.68 13.18 13.15 9.71 8.85 - Gorontalo 7.02 8.33 9.73 12.26 9.20 10.54 - Papua 10.34 11.98 12.31 14.76 12.55 8.26 - Irian Jaya Barat N/A N/A 24.27 31.48 19.75 21.25 - Maluku 5.85 7.05 9.26 14.87 9.34 8.84 - Sulawesi Tengah 8.13 9.08 10.20 14.33 10.40 11.07 - Sulawesi Tenggara 7.53 8.42 13.19 16.22 15.28 15.81 - Sulawesi Barat N/A N/A 16.44 17.69 11.66 9.64 - Maluku Utara 10.43 12.93 12.25 16.63 11.25 7.64
*1. Pertanian 3,107,362.01 3,204,581.56 3,224,609.59 3,337,443.77 3,156,788.00 3,285,059.15 2. Pertambangan dan Penggalian 1,073,971.68 1,072,921.17 979,119.82 1,010,367.75 972,534.02 984,573.21 3. Industri Pengolahan 1,507,506.53 1,533,781.04 1,582,895.87 1,557,922.36 1,566,842.75 1,586,991.73 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 107,245.71 107,741.86 110,338.54 115,308.27 117,610.52 119,348.80 5. Konstruksi/Bangunan 533,932.21 536,151.50 581,844.48 596,292.34 614,137.00 602,026.95 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,659,537.54 1,690,457.64 1,734,064.10 1,821,525.40 1,788,509.42 1,844,332.18 7. Angkutan dan Komunikasi 873,042.72 862,124.93 895,726.33 940,791.12 952,726.93 983,307.84 9. Keuangan, Persewaan dan Jasa 693,670.82 700,963.23 735,736.40 724,976.46 719,391.96 712,972.08 10. Jasa-jasa 1,210,503.70 1,212,857.54 1,240,314.81 1,250,612.74 1,299,813.33 1,297,133.76
*11.19 11.33 8.10 8.13 3.92 4.52
*688.06 547.25 415.41 722.90 424.61 173.81
389.68 294.44 244.86 239.00 245.47 138.32 87.13 141.35 138.93 162.78 229.91 261.79
229.12 240.29 212.47 233.37 198.53 174.03
Catt : Per Trw.II-2008, penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar 2007
Laju Inflasi Tahunan (y.o.y;%)
*) Perkiraan KBI Mks
Volume Impor Non Migas (Ribu Ton)
Nilai Impor Non Migas (USD Juta)
Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta)Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton)
PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)
Per tumbuhan PDRB (y.o.y;%)
Indeks Haga Konsumen
2007INDIKATOR 2008
6 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
LANJUTAN ... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN
PROPINSI SULAWESI SELATAN B. PERBANKAN
20094 1 2 3 4 1
Total Aset (Rp. Miliar) 32,176.12 31,027.55 33,702.13 35,555.84 36,361.21 36,477.19
24,550.88 24,170.67 25,950.31 26,435.33 28,743.25 27,958.50 Giro 5,059.42 4,727.42 5,327.94 4,866.81 5,007.32 4,649.40 Tabungan 12,797.59 12,259.55 13,390.19 13,457.12 14,920.47 13,983.33 Deposito 6,693.87 7,183.70 7,232.19 8,111.40 8,815.47 9,325.77
25,671.69 26,569.90 29,608.68 31,281.15 31,543.97 31,036.76
- Modal Kerja 9,778.34 10,064.63 11,473.30 12,307.66 12,368.15 11,911.11 - Investasi 6,028.96 5,930.06 6,333.73 6,443.33 6,440.57 6,251.64 - Konsumsi 9,864.38 10,575.21 11,801.65 12,530.16 12,735.26 12,874.01
104.57% 109.93% 114.10% 118.33% 109.74% 111.01%
25,671.69 26,569.90 29,608.68 31,281.15 31,543.97 31,036.76 - Pertanian 591.50 639.82 887.59 1,048.89 1,086.10 1,024.20 - Pertambangan 250.25 90.86 98.10 114.72 58.48 60.17 - Industri pengolahan 3,147.61 3,032.69 3,313.47 3,491.11 3,476.27 3,359.92 - Listrik,Gas dan Air 113.20 102.31 88.53 77.11 70.33 66.02 - Konstruksi 1,259.54 1,465.25 1,822.37 2,009.88 2,005.23 1,857.24 - Perdagangan 7,035.88 7,293.78 8,067.02 8,379.32 8,524.02 8,314.38 - Pengangkutan 1,926.53 1,843.01 1,755.81 1,664.25 1,521.37 1,445.01 - Jasa Dunia Usaha 1,180.58 1,245.49 1,502.71 1,698.89 1,760.30 1,731.79 - Jasa Sosial Masyarakat 302.21 281.48 271.44 266.83 306.62 304.01 - Lain-lain 9,864.38 10,575.21 11,801.65 12,530.16 12,735.26 12,874.01
17,228.25 18,192.70 20,203.99 21,638.27 22,215.45 22,205.09
5,949.67 6,090.12 6,276.15 6,474.04 6,282.14 6,400.65 - Modal Kerja 873.80 919.39 929.74 1,048.58 1,109.70 1,122.62 - Investasi 196.33 152.92 169.05 168.59 173.62 131.35 - Konsumsi 4,879.54 5,017.81 5,177.36 5,256.87 4,998.82 5,146.68
- Pertanian 200.87 198.00 251.13 304.25 330.54 278.15 - Pertambangan 0.19 0.14 0.22 0.26 0.29 0.25 - Industri pengolahan 35.92 27.15 23.28 24.74 26.68 35.36 - Listrik,Gas dan Air 0.05 3.28 0.04 0.08 0.07 0.06 - Konstruksi 5.65 7.40 9.73 14.08 15.87 20.27 - Perdagangan 693.33 739.24 690.17 777.23 773.03 782.30 - Pengangkutan 4.34 4.62 4.65 5.05 4.32 6.16 - Jasa Dunia Usaha 64.87 42.39 71.49 74.10 83.89 83.35 - Jasa Sosial Masyarakat 64.91 50.09 48.09 17.38 48.64 48.06 - Lain-lain 4,879.54 5,017.81 5,177.36 5,256.87 4,998.82 5,146.68
6,545.46 7,124.67 8,314.09 9,201.58 9,892.90 9,898.75 - Modal Kerja 1,933.34 2,007.75 2,194.98 2,430.52 2,571.68 2,544.78 - Investasi 420.57 445.23 523.80 622.04 687.77 711.98 - Konsumsi 4,191.55 4,671.69 5,595.31 6,149.02 6,633.45 6,641.99
- Pertanian 54.20 71.67 90.25 97.17 124.59 128.33 - Pertambangan 1.93 2.46 4.04 4.38 4.70 4.34 - Industri pengolahan 82.66 75.99 73.11 79.07 88.27 86.21 - Listrik,Gas dan Air 0.03 - - 0.94 0.99 1.64 - Konstruksi 111.50 126.56 142.52 179.53 145.78 146.91 - Perdagangan 1,665.10 1,721.74 1,876.83 2,075.28 2,251.48 2,233.55 - Pengangkutan 34.34 33.47 32.14 39.50 38.62 39.46 - Jasa Dunia Usaha 305.47 320.46 424.18 473.51 491.16 503.26 - Jasa Sosial Masyarakat 98.68 100.64 75.70 103.19 113.86 113.07 - Lain-lain 4,191.55 4,671.69 5,595.31 6,149.02 6,633.45 6,641.99
4,733.12 4,977.92 5,613.76 5,962.66 6,040.41 5,905.70 - Modal Kerja 3,226.83 3,301.07 3,670.05 3,878.32 3,980.80 3,877.06 - Investasi 744.38 836.86 966.75 1,015.21 1,003.44 986.01 - Konsumsi 761.91 840.00 976.96 1,069.13 1,056.17 1,042.63
- Pertanian 137.95 132.81 154.35 148.04 139.023 129.14 - Pertambangan 18.07 16.81 15.77 15.56 14.578 13.62 - Industri pengolahan 346.40 347.95 370.45 372.39 378.83 354.37 - Listrik,Gas dan Air 1.38 2.04 4.27 3.95 2.062 3.34 - Konstruksi 458.87 505.58 622.82 672.63 672.813 672.60 - Perdagangan 2,426.93 2,510.47 2,802.33 2,889.04 2957.743 2,895.26 - Pengangkutan 108.06 121.28 117.93 118.44 118.151 122.14 - Jasa Dunia Usaha 366.33 399.70 454.66 565.91 589.276 563.45 - Jasa Sosial Masyarakat 107.23 101.29 94.21 107.57 111.762 109.15 - Lain-lain 761.91 840.00 976.96 1,069.13 1056.168 1,042.63
10.39% 10.31% 9.05% 8.29% 2.32% 3.81%
BANK UMUM :
Kredit Kecil ** (Rp. Mili ar)
D P K (Rp. Mil iar)
2007
Kredit - dsr. Loka si Proy ek (Rp. Miliar )
INDIKATOR
L D R
Kredit - dsr. Loka si Proy ek (Rp. Miliar )
Kredit UMKM (Rp. Mi liar)
Kredit Mikro* (Rp. Milia r)
Kredit Kecil ** (Rp. Mili ar)
Kredit Menengah *** (Rp. Mi liar)
NPL Tota l gross (%)
Kredit Menengah *** (Rp. Mi liar)
2008
Kredit Mikro* (Rp. Milia r)
7 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Bab 1
Perkembangan Kondisi Makroekonomi
Perekonomian daerah Sulawesi Selatan pada triwulan I-2009 diperkirakan mengalami
pertumbuhan sebesar 4,52% (y.o.y), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan
tahunan triwulan IV-2008 yang sebesar 3,92% (y.o.y) namun mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu (triwulan I-2008) yang sebesar 11,33%
(y.o.y).
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama didukung oleh
pertumbuhan konsumsi yang diperkirakan sebesar 7,68% (y.o.y) dengan sumbangan
terhadap pertumbuhan sebesar 5,41%. dan berasal dari konsumsi rumah tangga dan
konsumsi pemerintah. Perkiraan pertumbuhan konsumsi tersebut tergolong cukup signifikan
apabila dibandingkan pertumbuhan konsumsi pada triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 5,03%.
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB
Dari sisi penawaran (sektoral), dibandingkan triwulan sebelumnya, sektor pertanian,
pertambangan-penggalian, sektor listrik-gas-air, sektor perdagangan-hotel-restoran dan
sektor angkutan-komunikasi diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan, sedangkan
sektor-sektor yang lainnya yaitu sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan sektor
keuangan mengalami perlambatan. Pertumbuhan terendah diperkirakan terjadi di sektor
pertambangan-penggalian yang pada triwulan laporan terjadi kontraksi karena melemahnya
harga komoditas hasil tambang di tingkat internasional. Sementara pertumbuhan tertinggi
terjadi di sektor angkutan-komunikasi antara lain terkait dengan adanya kegiatan kampanye
pemilu serta banyaknya hari libur selama triwulan laporan. Selanjutnya penyumbang terbesar
-
2
4
6
8
10
12
14
-2
-1
0
1
2
3
4
5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2004 2005 2006 2007 2008 2009 %
%
qtq - axis kiri
yoy - axis kanan
Sumber : BPS, diolah* : Proyeksi BI
8 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
pertumbuhan ekonomi berasal dari sektor perdagangan-hotel-restoran, diikuti oleh sektor
angkutan-komunikasi, sektor jasa-jasa, sektor pertanian dan sektor bangunan.
1.1 Permintaan Daerah
Pertumbuhan perekonomian di Sulawesi Selatan pada triwulan I-2009 didorong
utamanya oleh komponen konsumsi yang tumbuh cukup signifikan. Laju pertumbuhan
konsumsi ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (y.o.y.
Sementara itu kinerja ekspor masih relatif mengalami tekanan, dimana secara tahunan,
pertumbuhan net ekspor Sulsel diperkirakan masih kontraksi meski mengalami perbaikan bila
dibandingkan pertumbuhan net ekspor pada triwulan sebelumnya.
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y)
1.1.1. Konsumsi
Pada triwulan laporan, kinerja konsumsi diperkirakan tumbuh sebesar 7,68% (y.o.y),
lebih tinggi dibanding triwulan IV-2008 (5,03%; y.o.y), maupun dibandingkan triwulan I-
2008 (6,09%; y.o.y). Pertumbuhan kinerja konsumsi tersebut diperkirakan didorong oleh
kinerja konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah.
Kinerja konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh sebesar 6,29% (y.o.y) dengan
sumbangan pertumbuhan sebesar 3,45% (y.o.y). Angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2008 yang tercatat sebesar 4,68% (y.o.y).
Pertumbuhan tersebut diperkirakan disebabkan oleh adanya ekspektasi peningkatan
pendapatan masyarakat, terutama pegawai negeri sipil, sehubungan dengan kenaikan gaji
PNS sebesar 15% terhitung Januari 2009. Meskipun realisasi pembayarannya pada bulan
April, namun berhubung ekspektasi sudah terbentuk sehingga cenderung meningkatkan
belanja pegawai negeri sipil. Selain itu konsumsi rumah tangga diperkirakan juga didorong
adanya belanja kampanye pemilu legislatif, banyaknya hari libur, serta adanya subsidi PPN
minyak goreng.
I - 08 IV - 08 I - 09 * I - 08 IV - 08 I - 09*
11.33 3.92 4.52 1.44 (1.47) 2.03 1. Konsumsi 6.09 5.03 7.68 1.02 0.63 3.57 2. Investasi 24.93 12.25 (3.55) 10.87 (9.73) (4.73) 3. Ekspor 37.15 (9.08) (5.25) 3.48 (9.29) 7.84 4. Impor 39.64 (6.76) (6.16) 8.15 (12.06) 8.85
11.33 3.92 4.52 1.44 (1.47) 2.03 1. Konsumsi 4.49 3.56 5.41 0.72 0.44 2.55 2. Investasi 4.36 2.20 (0.70) 1.95 (2.06) (0.92) 3. Ekspor 14.24 (4.20) (2.48) 1.61 (4.08) 3.17 4. Impor 11.76 (2.36) (2.29) 2.85 (4.23) 2.77 Sumber : BPS Sulsel
Ket. : Angka Sementara
*) Perki raan Bank Indonesia
KOMPONEN
KOMPONEN
Pertumbuhan (%, y.o.y )
Sumbangan (%, y.o.y)
Pe rtumbuhan (%, q.t.q)
Sumbangan (%, q.t .q)
9 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Selanjutnya kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan I-2009 diperkirakan tumbuh
sebesar 12,91% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 (6,49%, y.o.y) namun
sedikit melambat dibanding triwulan I-2008 (12,95%; y.o.y). Pertumbuhan kinerja konsumsi
pemerintah ini diperkirakan karena siklus musiman dimana anggaran pemerintah daerah
mulai terealisasi secara bertahap sesuai dengan berjalannya program-program kerja mereka.
Sementara apabila dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan
I-2008, pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan laporan yang diperkirakan
mengalami perlambatan ini disebabkan karena faktor volume kegiatan pemerintah daerah
pada triwulan laporan yang relatif lebih kecil dibanding pada triwulan I-2008.
Selain itu, kinerja konsumsi nirlaba diperkirakan tumbuh sebesar 4,26% (y.o.y)
dengan sumbangan pertumbuhan sebesar 0,03% (y.o.y). Angka pertumbuhan tersebut lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2008 yang tercatat sebesar 1,45%
(y.o.y). Peningkatan pertumbuhan kinerja nirlaba tersebut diperkirakan karena meningkatnya
kinerja sektor sosial yang diduga didorong dari meningkatnya kinerja pelayanan rumah sakit
sebagai akibat dari meningkatnya penderita flu karena pengaruh dari perubahan musim.
Peningkatan kinerja tersebut didukung oleh terjadinya peningkatan penggunaan listrik sektor
sosial. Beberapa prompt indikator terjadinya pertumbuhan kinerja konsumsi tersebut di atas
terlihat dari grafik sebagai berikut :
Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi
Pemakaian Air (M³) di Makassar
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Rumah Tangga
Perkembangan Konsumsi Listrik
Sektor Sosial
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Pemerintah
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%
7,4
7,6
7,8
8,0
8,2
8,4
8,6
8,8
9,0
9,2
9,4
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2007 2008 2009Juta
Pemakaian Air (M³)
Y.O.Y (PA)
Sumber : PDAM Mks* Sementara
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
200
220
240
260
280
300
320
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2007 2008 2009Juta
GW
H
Rumah Tangga
y.o.y
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2007 2008 2009
Juta
GW
H
Sosialy.o.y
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
10
12
14
16
18
20
22
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2007 2008 2009
Juta
GW
H
Gd Kantor Pemerintahany.o.y
10 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
1.1.2. Investasi
Laju pertumbuhan investasi di Sulsel diperkirakan negatif dan mengalami penurunan
yang sangat signifikan dibanding pertumbuhan tahunan pada triwulan IV-2008. Pada
triwulan I-2009, kinerja investasi diperkirakan tumbuh sebesar -3,55% (y.o.y) dengan
sumbangan pertumbuhan sebesar 0,70% (y.o.y). Sementara pertumbuhan pada triwulan IV-
2008 tercatat sebesar 12,25% (y.o.y) dengan sumbangan pertumbuhan sebesar 2,20%
(y.o.y). Penurunan kinerja investasi tersebut diperkirakan masih dipengaruhi oleh dampak
krisis keuangan global yang mendorong perilaku pelaku usaha untuk menunggu kepastian
dampak dari krisis tersebut secara regional (Sulsel). Perilaku menunggu kepastian ini searah
dengan menurunnya kinerja sektor industri Sulsel yang diindikasikan dengan terjadinya
penurunan konsumsi listrik pada sektor industri dan bisnis. Indikator lain yang dapat
digunakan untuk menengarai menurunnya kinerja investasi adalah menurunnya
pertumbuhan kredit produktif (modal kerja dan investasi) yang disalurkan yaitu dari 18,99%
(y.o.y) pada triwulan IV-2008 menjadi 13,55% (y.o.y) pada triwulan I-2009.
Beberapa prompt indikator yang relatif menunjukkan pertumbuhan kinerja investasi
di daerah adalah sebagai berikut :
Grafik 1.3. Prompt Pertumbuhan Kinerja Investasi
Volume Impor Barang Modal
Realisasi Pengadaan Semen
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Industri
Perkembangan Konsumsi Listrik
Sektor Bisnis
-200%
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
700%
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2007 2008 2009Juta
Kg
Capital Goods
Volume Impor y.o.y
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
0
50
100
150
200
250
300
350
400
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2005 2006 2007 2008 2009
Rib
uan
To
n
Sulsel Sumber : ASI* : Sementara
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
100
120
140
160
180
200
220
240
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2007 2008 2009
Juta
GW
H
Industriy.o.y
0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%50%
100 110 120 130 140 150 160 170 180
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2007 2008 2009
Juta
GW
H
Bisnisy.o.y
11 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Perkembangan Kredit Produktif Bank Umum
1.1.3. Net Perdagangan Eksternal (Ekspor – Impor)
Secara nominal, kinerja perdagangan ke luar Sulsel diperkirakan masih tumbuh
negatif yaitu sebesar -1,85% (y.o.y). meskipun masih lebih baik bila dibandingkan
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -16,19% (y.o.y),
pertumbuhan dimaksud masih jauh dibawah pertumbuhan pada triwulan I-2008 yang
tercatat sebesar 28,62% (y.o.y).
Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor
Volume Ekspor Luar Negeri Non Migas Total
Volume Ekspor Luar Negeri Nikel
Volume Ekspor Luar Negri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain
Volume Ekspor Luar Negeri
Kopi,Teh, Kakao dll
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
-
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2006 2007 2008 2009Trili
un
Rp
Produktif
y.o.y
-60%-50%-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%
-
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2006 2007 2008 2009
Rib
u T
on
SULSEL Volume EksporY.O.Y
-150%-100%-50%0%50%100%150%200%250%300%350%400%
-
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2006 2007 2008 2009
Rib
u T
on
BIJIH LOGAM & SISA-SISA LOGAM
Volume EksporY.O.Y
-30%-25%-20%-15%-10%-5%0%5%10%15%20%25%
-
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2006 2007 2008 2009
Rib
u T
on
IKAN, UDANG, KERANG, DLL Volume EksporY.O.Y
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
-
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2006 2007 2008 2009
Rib
u T
on
KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA
Volume EksporY.O.Y
12 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Volume Muat Dalam Negeri Melalui Pelabuhan
Apabila dilihat lebih dalam lagi, Kontraksi net perdagangan Sulawesi Selatan banyak
dipengaruhi perdagangan international dimana terjadi penurunan permintaan luar negeri
sebagai akibat dari krisis keuangan global yang sudah mulai terasa dampaknya pada
penghujung tahun 2008. Kemudian ditambah lagi dengan penguatan nilai tukar Rupiah
terhadap USD sejak pertengahan bulan Maret 2009 yang menyebabkan harga produk yang
diekspor menjadi relatif lebih mahal. Selain karena menurunnya permintaan luar negeri,
penurunan ekspor juga disebabkan produsen tidak dapat memenuhi kualitas standar
produksi yang diminta konsumen luar negeri misalnya kasus komoditi kakao. Kontraksi
pertumbuhan ekspor ke luar negeri pada TW I 2009 adalah sebesar -5,25% (y.o.y).
Kontraksi ini masih lebih baik bila dibandingkan dengan kontraksi yang terjadi pada triwulan
IV-2008 yaitu sebesar -9,08% (y.o.y). Sementara itu di sisi perdagangan antar pulau, kinerja
ekspor antar pulau masih baik yang ditandai dengan meningkatnya volume muat dalam
negeri melalui pelabuhan pada triwulan laporan.
Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor
Volume Impor Luar Negeri Non Migas Total
Volume Impor Gandum
-60%
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
1 2 3 4 1
Rib
u T
on
MUAT y.o.ySumber : Pelindo IV* : Sementara
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2007 2008 2009Juta
Kg
SULSELVolume Impor
y.o.y
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
-
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2007 2008 2009Juta
Kg
GandumVolume Impor
y.o.y
13 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Volume Bongkar Dalam Negeri Melalui Pelabuhan
Volume Impor Consumer Goods
Selain itu, kinerja impor dari luar negeri juga mengalami pertumbuhan negatif
sebesar -6,16% (y.o.y), namun kontraksi tersebut sedikit lebih kecil bila dibandingkan
kontraksi pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -6,76% (y.o.y).
Kontraksi pertumbuhan kinerja impor antar negara tersebut diperkirakan karena adanya
peningkatan volume impor barang konsumsi yang tercermin dari meningkatnya volume
impor luar negeri consumer goods dan arus bongkar muat barang pelabuhan. Demikian pula
di sisi perdagangan antar pulau diperkirakan terjadi peningkatan kinerja impor antar pulau
yang tercermin dari meningkatnya volume bongkar dalam negeri melalui pelabuhan.
1.2. Penawaran Daerah (Sektoral)
Dari sisi penawaran, secara tahunan diperkirakan beberapa sektor, yaitu pertanian,
listrik-gas-air bersih, perdagangan-hotel-restoran dan angkutan-komunikasi, mengalami
peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya.
Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah
-60%
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1 2 3 4 1
Rib
u T
on
BONGKAR y.o.ySumber : Pelindo IV* : Sementara
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
-
1
1
2
2
3
3
1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2007 2008 2009Juta
Kg
Consumer GoodsVolume Impor y.o.y
Trw I-08 Trw IV-08 Trw I-09* Trw I-08 Trw IV-08 Trw I-09*
11,33 3,92 4,52 1,44 (1,47) 2,03 1. Pertanian 12,33 1,59 2,51 3,13 (5,41) 4,06 2. Pertambangan & Penggalian 8,78 (9,45) (8,23) (0,10) (3,74) 1,24 3. Industri Pengolahan 12,62 3,94 3,47 1,74 0,57 1,29 4. Listrik,Gas & Air Bersih 13,83 9,66 10,77 0,46 2,00 1,48 5. Bangunan 16,75 15,02 12,29 0,42 2,99 (1,97) 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 11,46 7,77 9,10 1,86 (1,81) 3,12 7. Angkutan & Komunikasi 13,80 9,13 14,06 (1,25) 1,27 3,21 8. Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 12,65 3,71 1,71 1,05 (0,77) (0,89) 9. Jasa - jasa 4,70 7,38 6,95 0,19 3,93 (0,21)
11,33 3,92 4,52 1,44 (1,47) 2,03
1. Pertanian 3,58 0,46 0,74 0,90 (1,59) 1,15 2. Pertambangan & Penggalian 0,88 (0,94) (0,81) (0,01) (0,33) 0,11 3. Industri Pengolahan 1,75 0,55 0,49 0,24 0,08 0,18 4. Listrik,Gas & Air Bersih 0,13 0,10 0,11 0,00 0,02 0,02 5. Bangunan 0,78 0,74 0,60 0,02 0,16 (0,11) 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1,77 1,20 1,41 0,29 (0,29) 0,50 7. Angkutan & Komunikasi 1,07 0,74 1,11 (0,10) 0,11 0,27 8. Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 0,80 0,24 0,11 0,07 (0,05) (0,06) 9. Jasa - jasa 0,56 0,83 0,77 0,02 0,43 (0,02)
Sumber : BPS Sulsel
Ket. : Angka Sementara
*) Perkiraan Bank Indonesia
SEKTOR EKONOMI
SEKTOR EKONOMI Pertumbuhan (%, y .o.y )
Sumbangan (%, y .o.y )
Pertumbuhan (%, q.t.q)
Sumbangan (%, q.t.q)
14 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Sedangkan sektor-sektor lainnya yaitu sektor industri pengolahan, sektor bangunan
dan sektor keuangan mengalami perlambatan dan khusus untuk sektor pertambangan-
penggalian masih mengalami kontraksi. Pertumbuhan tertinggi diperkirakan masih terjadi di
sektor angkutan-komunikasi yaitu tercatat sebesar 14,06% (y.o.y), sedangkan pertumbuhan
terendah terjadi di sektor pertambangan-penggalian yang kembali mengalami kontraksi
sebesar -8,23% (y.o.y).
Dari sisi sumbangan, penyumbang pertumbuhan terbesar pada triwulan laporan
diperkirakan masih diberikan oleh sektor perdagangan-hotel-restoran, yaitu sebesar 1,41%.
yang tercatat mengalami peningkatan sumbangan dibandingkan sumbangan pada
pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Sedangkan sumbangan pertumbuhan tahunan
terendah diberikan oleh sektor pertambangan-penggalian yang menyumbang sebesar -
0.81% (y.o.y).
Secara triwulanan (q.t.q), pertumbuhan ekonomi daerah didorong oleh sektor
pertanian, perdagagan-hotel-restoran, angkutan-komunikasi, industri pengolahan,
pertambangan-penggalian dan listrik-gas-air bersih yang masing-masing sektor memberikan
sumbangan sebesar 1,15%, 0,50%, 0,27%, 0,18%, 0,11%, dan 0,02%. Secara
keseluruhan pertumbuhan triwulanan Sulsel juga tercatat mengalami peningkatan yaitu
tumbuh sebesar 2,03% dari -1,47% pada triwulan lalu. Dari sisi pertumbuhan, sektor
pertanian diperkirakan mengalami pertumbuhan triwulanan tertinggi yaitu sebesar 4,06%
(q.t.q), kemudian diikuti sektor angkutan-komunikasi (3,21%; q.t.q), dan sektor
perdagangan-hotel-restoran (3,12%; q.t.q). Ketiga sektor tersebut mengalami pertumbuhan
triwulanan yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulanan pada triwulan IV-2008.
1.2.1. Sektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian diperkirakan mengalami pertumbuhan yaitu sebesar 2,51%
(y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,59% (y.o.y).
Diperkirakan peningkatan pertumbuhan sektor ini terutama didorong datangnya masa panen
padi pada akhir periode triwulan I-2009. Meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian
diindikasikan pula dengan adanya peningkatan volume ekspor makanan ternak. Dapat
dikemukakan bahwa makanan ternak yang diekspor tersebut berbahan baku dari komoditi
yang termasuk dalam subsektor tanaman bahan makanan, yaitu jagung.
Sedangkan kinerja subsektor lainnya cenderung menunjukkan perlambatan, terutama
subsektor perikanan dan perkebunan. Jika melihat pada prompt indikator subsektor
perikanan dan perkebunan, maka terlihat penurunan volume ekspor komoditi subsektor
perkebunan dan perikanan. Perlambatan kinerja subsektor tersebut diperkirakan karena
faktor kualitas komoditi yang relatif kurang memenuhi permintaan pasar, sementara itu
15 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
berdasarkan dari hasil Liaison ke beberapa perusahaan eksportir kakao, permintaan terhadap
komoditi tersebut masih terbuka lebar. Namun perlambatan pada subsektor perikanan dan
perkebunan tersebut masih lebih kecil dibandingkan peningkatan pertumbuhan di subsektor
tanaman bahan makanan.
Grafik 1.6. Prompt Indikator Pertumbuhan Kinerja Sektor Pertanian
Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain
Volume Ekspor Luar Negeri Makanan Ternak
Volume Ekspor Luar Negeri Kopi,Teh, Kakao dll
1.2.2. Sektor Industri Pengolahan
Perlambatan pertumbuhan diperkirakan juga terjadi di sektor industri pengolahan
yang pada triwulan laporan tercatat tumbuh 3,47% (y.o.y), sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,94% (y.o.y). Perlambatan
pertumbuhan sektor ini diperkirakan disebabkan oleh menurunnya produktifitas subsektor
industri pengolahan semen yang relatif signifikan. Penurunan produktifitas tersebut terkait
dengan pelaksanaan proyek, terutama proyek pemerintah sehubungan dengan realisasi
anggaran belanja modal yang pada triwulan I-2009 relatif belum terealisasi. Namun di sisi
lain, di subsektor industri makanan-minuman diperkirakan menjadi pendorong pertumbuhan
sektor ini. Hal tersebut ditandai dengan produktifitas produksi tepung terigu yang mengalami
-30%-25%-20%-15%-10%-5%0%5%10%15%20%25%
-
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2006 2007 2008 2009
Rib
u T
on
IKAN, UDANG, KERANG, DLL Volume EksporY.O.Y
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
-
5
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2006 2007 2008 2009R
ibu
To
n
MAKANAN TERNAK Volume EksporY.O.Y
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
-
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2006 2007 2008 2009
Rib
u T
on
KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA
Volume EksporY.O.Y
16 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
perbaikan dibanding triwulan sebelumnya. Sementara di industri kayu diperkirakan juga
mengalami perlambatan, yang ditandai dengan penurunan volume ekspor kayu olahan.
Grafik 1.7. Prompt Indikator Pertumbuhan Kinerja Sektor Industri Pengolahan
Realisasi Pengadaan Semen
Realisasi Produksi Tepung Terigu
Kredit Sektor Industri Bank Umum
Volume Ekspor Kayu Olahan
1.2.3. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran
Peningkatan pertumbuhan terjadi di sektor perdagangan-hotel-restoran yang
diperkirakan tumbuh sebesar 9,10% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap total pertumbuhan
sebesar 1,41%. Sementara pertumbuhan tahunan pada triwulan IV-2008 sebesar 7,77%
(y.o.y) dengan sumbangan sebesar 1,20%. Meningkatnya pertumbuhan di sektor ini
diperkirakan karena terjadi pertumbuhan subsektor hotel dan restoran terkait dengan
kegiatan kampanye Pemilu 9 April 2009.
Sedangkan dari subsektor perdagangan besar-eceran, diduga juga mengalami
pertumbuhan. Hal ini didukung oleh meningkatnya arus bongkar muat melalui angkatan laut
dan juga pada arus bongkar muat cargo melalui angkutan udara.
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
0
50
100
150
200
250
300
350
400
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2005 2006 2007 2008 2009
Rib
uan
To
n
Sulsel Sumber : ASI* : Sementara
0
50
100
150
200
250
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2005 2006 2007 2008 2009 Ribu
an T
on
Produksi - kananyoy - kiri
Sumber : EFM Mks* : Sementara
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2006 2007 2008 2009
Rp
Tri
liun
Industri pengolahan y.o.y
-60%
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
-2 4 6 8
10 12 14 16 18 20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2006 2007 2008 2009
Rib
u T
on
BARANG2 KAYU & GABUS
Volume EksporY.O.Y
17 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran
Arus Bongkar Muat Melalui Angkutan Laut
Arus Bongkar Muat Cargo Melalui Angkutan Udara
1.2.4. Sektor Jasa-jasa
Diperkirakan masih mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu dari 7,38% (y.o.y)
pada triwulan IV-2008 menjadi sebesar 6,95% (y.o.y) pada triwulan laporan dengan
sumbangan terhadap total pertumbuhan adalah sebesar 0,77%.
Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa
Konsumsi Listrik Sektor Sosial
Konsumsi Listrik Sektor Pemerintah
Konsumsi Listrik Umum (Penerangan Jalan Umum)
Kredit Sektor Jasa Sosial Kemasyarakatan
Bank Umum
-60%
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2005 2006 2007 2008 2009
Rib
u T
on
BONGKAR
MUAT
Sumber : Pelindo IV* : Sementara
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2004 2005 2006 2007 2008 2009Rib
u K
g
DEP ARR y.o.y
Lalu Lintas Cargo
qSmb : Bandara S. Hasanuddin* : Sementara
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2007 2008 2009
Juta
GW
H
Sosialy.o.y
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
10
12
14
16
18
20
22
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2007 2008 2009
Juta
GW
H
Gd Kantor Pemerintahany.o.y
-10%-5%0%5%10%15%20%25%30%
23
24
25
26
27
28
29
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2007 2008 2009
Juta
GW
H
Penerangan Jln Umumy.o.y
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2006 2007 2008 2009
Rp
Tri
liun
Jasa Sosial Masyarakat y.o.y
18 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Perlambatan tersebut diduga karena terjadi penurunan kinerja pada subsektor jasa
dunia usaha. Hal ini tercermin pada terjadinya penurunan kredit yang diberikan Bank Umum
untuk subsektor jasa dunia usaha. Selain itu, dorongan pertumbuhan pada sektor jasa-jasa
diduga berasal dari subsektor pemerintah umum. Hal ini tercermin dari terjadinya
peningkatan pertumbuhan konsumsi listrik pada subsektor pemerintahan, yang diperkirakan
terjadi sehubungan dengan banyaknya agenda pembahasan program kerja untuk tahun
2009 oleh Pemda.
1.2.5. Sektor Angkutan dan Komunikasi
Sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan laporan diperkirakan mengalami
peningkatan pertumbuhan yang cukup signifikan. Pada triwulan I-2009, sektor ini
diperkirakan tumbuh sebesar 14,06% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap PDRB daerah
sebesar 1,11% (y.o.y), sementara pertumbuhan pada triwulan IV-2008 sebesar 9,13% (y.o.y)
dengan sumbangan terhadap PDRB daerah sebesar 0,74% (y.o.y). Peningkatan pertumbuhan
sektor ini diperkirakan didominasi oleh kenaikan kinerja subsektor pengangkutan, yang relatif
disebabkan oleh meningkatnya aktivitas perjalanan ke luar kota sebagai akibat dari
banyaknya libur hari besar yang berdekatan akhir pekan, yaitu Tahun Baru China (26 Januari
2009), Maulid Nabi dan Hari Raya Nyepi (9 dan 10 Maret 2009) dan menjelang Pemilu (9
April 2009) yang diikuti dengan Wafatnya Isa Almasih (10 April 2009).
Selain itu, peningkatan pertumbuhan juga diperkirakan terjadi pada subsektor
komunikasi, yang diperkirakan karena terjadi perang tarif murah antar operator seluler masih
terus berlanjut, sebagai akibat dari terjadinya peningkatan penggunaan seluler oleh
masyarakat.
Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan
Lalu Lintas Penumpang
Angkutan Udara
Lalu Lintas Pesawat Angkutan Udara
Lalu Lintas Penumpang
-10%0%10%20%30%40%50%60%70%80%
-100 200 300 400 500 600 700 800 900
1.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Rib
u O
rg
DEP ARR y.o.y
Lalu Lintas Penumpang
Smb : Bandara S. Hasanuddin* : Sementara
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-2.000 4.000 6.000 8.000
10.000 12.000 14.000 16.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2004 2005 2006 2007 2008 2009
DEP
ARR
Lalu Lintas Pesawat
Smb : Bandara S. Hasanuddin* : Sementara
19 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Angkutan Laut
1.2.6. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan
Pada triwulan laporan diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu dari
3,71% (y.o.y) pada triwulan IV-2008 menjadi sebesar 1,71% (y.o.y). Perlambatan
pertumbuhan tersebut diperkirakan didorong oleh perlambatan kinerja di subsektor bank,
yang ditandai dengan menurunnya Nilai Tambah Bruto Bank Umum. Kondisi tersebut
diperkirakan karena spread antara suku bunga simpanan dan pinjaman yang semakin tipis.
Penurunan BI-rate diperkirakan lambat direspon oleh perbankan melalui penurunan suku
bunga kredit. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena terjadi persaingan tingkat suku
pinjaman yang cenderung masih tinggi, terutama deposito. Selain subsektor bank,
perlambatan juga terjadi di subsektor lembaga keuangan non bank, yang ditandai dengan
melambatnya pertumbuhan tahunan pembiayaan non bank, meskipun secara nominal
mengalami peningkatan. Peningkatan secara nominal tersebut diperkirakan karena terjadi
peningkatan konsumsi masyarakat sehubungan dengan liburan yang cukup banyak di
triwulan laporan serta kebutuhan menjelang pemilu.
Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan
Nilai Tambah Bruto Bank Umum
Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2006 2007 2008 2009
Jumlah PenumpangEmbarkasi (keluar)
Debarkasi (masuk)
Y.O.YSumber : Pelindo IV* : Sementara
-10%-5%0%5%10%15%20%25%30%35%40%
-
1
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2007 2008 2009Rp
Tri
liu
n
SULSEL
y.o.y
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2006 2007 2008 2009Mily
ar R
p
Pembiayaan
YoY
Sumber : Kanwil Pegadaian Sulsel
20 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
1.2.7. Sektor Lainnya
Sektor listrik-gas-air bersih, diperkirakan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi
dibanding pertumbuhan pada triwulan IV-2008. Pada triwulan laporan, sektor ini
diperkirakan tumbuh sebesar 10,77% (y.o.y), sementara pada triwulan IV-2008 tumbuh
sebesar 9,66% (y.o.y). Dimana sumbangan sektor listrik-gas-air bersih terhadap
pertumbuhan ekonomi Sulsel sebesar 0,11%(y.o.y). Pertumbuhan sektor ini masih didominasi
oleh sumbangan subsektor listrik. Peningkatan pertumbuhan pada sektor ini diperkirakan
karena diresmikannya beberapa pembangkit listrik, yaitu PLTG Sengkang pada 12 Maret
2009 beroperasi kembali PLTA Bakaru dan PLTU Tello pada awal April 2009.
Di subsektor air bersih, diperkirakan juga terjadi peningkatan pertumbuhan tahunan
dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan di
subsektor ini ditandai dengan peningkatan pemakaian air di Makassar. Sementara jumlah
pemasangan saluran air mengalami perlambatan pertumbuhan tahunan meskipun secara
nominal mengalami peningkatan.
Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih
Penjualan Listrik (Juta Kwh)
Pemakaian Air (M³) di Makassar
Pemasangan Saluran Air di Makassar
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
540 560 580 600 620 640 660 680 700
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2007 2008 2009
Juta
GW
H
Total Pemakaian Listriky.o.y
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%
7,4
7,6
7,8
8,0
8,2
8,4
8,6
8,8
9,0
9,2
9,4
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2007 2008 2009Juta
Pemakaian Air (M³)
Y.O.Y (PA)
Sumber : PDAM Mks* Sementara
3,6%
3,7%
3,8%
3,9%
4,0%
4,1%
4,2%
4,3%
4,4%
370
380
390
400
410
420
430
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2007 2008 2009Rib
uan
Pemasangan Saluran (SL)Y.O.Y (SL)
Sumber : PDAM Mks* Sementara
21 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Sektor pertambangan-penggalian, diperkirakan mengalami kontraksi pertumbuhan
yang lebih rendah dibanding kontraksi pada triwulan IV-2008 ( -9,45%; y.o.y). Kontraksi
pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan diperkirakan sebesar 8,23% (y.o.y) dengan
sumbangan terhadap PDRB daerah sebesar -0,81% (y.o.y). Penyumbang terbesar kontraksi
ini adalah masih pada subsektor pertambangan bukan migas. Kontraksi pada subsektor
pertambangan bukan migas diperkirakan karena masih menurunnya produktifitas hasil
tambang, terutama nikel. Penurunan produksi nikel tersebut ditandai dengan menurunnya
volume ekspor nikel Sulsel yang juga dibarengi dengan penurunan harga nikel di pasar dunia
sehingga secara nilai pun mengalami penurunan. Selain itu perlambatan sektor ini diduga
didorong oleh pertambangan rakyat, seperti penambangan pasir, batu dan kerikil dan hasil
tambang non logam. Hal tersebut ditandai dengan penurunan volume ekspor barang-barang
dari mineral non logam.
Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian
Volume Ekspor Nikel
Perkembangan Harga Nikel di Pasar Dunia
Volume Ekspor Barang-barang dari Mineral
Non Logam
-150%-100%-50%0%50%100%150%200%250%300%350%400%
-
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2006 2007 2008 2009
Rib
u T
on
BIJIH LOGAM & SISA-SISA LOGAM
Volume EksporY.O.Y
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4
2006 2007 2008 2009
US$/Metric Ton
Sumber : Bloomberg
-100%-90%-80%-70%-60%-50%-40%-30%-20%-10%0%
-
50
100
150
200
250
300
350
400
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2006 2007 2008 2009
Rib
u T
on
BARANG2 DARI MINERAL NON LOGAM
Volume EksporY.O.Y
22 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Sektor bangunan, diperkirakan masih mengalami pertumbuhan positif yang cukup
besar namun lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, sektor ini
diperkirakan tumbuh 12,29% (y.o.y) sedangkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya
sebesar 15,02% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan pada sektor ini ditandai dengan
menurunnya realisasi pengadaan semen di wilayah Sulsel pada triwulan I-2009 dibanding
triwulan IV-2008. Selain itu juga ditunjukan oleh menurunnya pemberian kredit konstruksi
dan properti oleh Bank Umum. Perlambatan ini diduga karena banyak proyek-proyek
pemerintah untuk tahun 2009 dan juga program stimulus fiskal di bidang infrastruktur yang
belum direalisasikan.
Di sisi lain, dorongan pertumbuhan terjadi pada sektor properti sehubungan dengan
penurunan suku bunga KPR oleh sejumlah bank pada pertengahan kuartal I-2009.
Penurunan suku bunga KPR ini sangat berpengaruh terhadap sektor properti karena
pembelian rumah di Sulsel 95% dilakukan dengan KPR.
Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan
Realisasi Pengadaan Semen
Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi Bank Umum
Perkembangan Kredit Properti
Bank Umum
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
0
50
100
150
200
250
300
350
400
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2005 2006 2007 2008 2009
Rib
uan
To
n
Sulsel Sumber : ASI* : Sementara
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
-0.30
0.20
0.70
1.20
1.70
2.20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2006 2007 2008 2009Rp
Tri
liun
Konstruksi y.o.y
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
-
1
2
3
4
5
6
7
I - 07 II - 07 III - 07 IV - 07 I - 08 II - 08 III - 08 IV - 08 I - 09Mill
ion
s
KREDIT PROPERTY
y.o.y
23 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Bab 2
Perkembangan Inflasi
Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan I-2009 tercatat sebesar 9,01% (y.o.y),
lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 12,40% (y.o.y), namun lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi nasional yang
tercatat sebesar 7,92% (y.o.y). Masih tingginya laju inflasi tersebut, diperkirakan karena
terjadi peningkatan konsumsi masyarakat sehubungan dengan adanya kenaikan gaji Pegawai
Negeri Sipil (PNS) sebesar 15% dan kegiatan menjelang Pemilu legislatif pada awal triwulan
II-2009. Terkait dengan kenaikan gaji PNS, meski realisasi pembayarannya dilakukan pada
April 2009 namun hal ini dapat menciptakan ekspektasi yang mampu mendorong terjadinya
peningkatan konsumsi masyarakat. Sementara kondisi yang diperkirakan mampu menahan
tekanan laju inflasi di Sulsel adalah adanya masa panen padi pada akhir triwulan laporan,
subsidi PPN pada komoditi minyak goreng, penurunan harga BBM yang sampai 3 kali,
dimana terakhir dilakukan pada awal triwulan laporan dan ketersediaan pasokan atas
barang dan jasa terutama sayur---sayuran di pasar regional. Kondisi ini relevan dengan
perkiraan kenaikan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2009 yang terutama didorong
oleh sektor konsumsi sebagaimana dikemukakan pada bab 1.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan
Laju inflasi tahunan tertinggi masih terjadi pada kelompok bahan makanan yang
tercatat sebesar 13,17% (y.o.y), melambat cukup signifikan dibandingkan laju inflasi pada
triwulan sebelumnya yaitu sebesar 21,45% (y.o.y). Sementara itu laju inflasi tahunan
terendah terjadi pada kelompok transpor-komunikasi-jasa keuangan yaitu sebesar 1,77%
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
%
y.o.y - Nasy.o.y - Ssy.t.d - Ss
Sumber : BPS, diolah
24 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
(y.o.y), yang juga lebih rendah dibanding laju inflasi tahunan pada triwulan sebelumnya yaitu
sebesar 5,29% (y.o.y).
Berdasarkan tahun kalender, laju inflasi kumulatif sampai dengan akhir bulan Maret
2009 tercatat masih dibawah 1% yaitu sebesar 0,91% (y.t.d), lebih rendah dibandingkan laju
inflasi kumulatif pada periode yang sama tahun 2008 yaitu sebesar 4,05% (y.t.d). Tekanan
harga kumulatif tertinggi terjadi di kelompok sandang yaitu sebesar 4,71% (y.t.d), disusul
kelompok bahan makanan yaitu sebesar 2,19% (y.t.d). Sementara itu kelompok transpor-
komunikasi-jasa keuangan malah mengalami pelemahan harga yaitu sebesar -3,28% (y.t.d).
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y)
2.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
Berdasarkan laju inflasi tahunan dari setiap kelompok barang dan jasa pada triwulan
IV-2008 di Makassar, secara berurutan dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah sebagai
berikut:
Kelompok Bahan Makanan, ditinjau dari sub kelompoknya, perlambatan laju inflasi
tahunan pada kelompok ini terjadi pada 7 sub kelompok yaitu antara lain : perlambatan
terbesar pada sub kelompok kacang-kacangan,
sub kelompok sayur-sayuran dan sub kelompok
ikan segar. Masing-masing sub kelompok
tersebut mengalami perlambatan laju inflasi
sebesar -64,99%, -25,64% dan -18,16%, yang
secara umum disebabkan karena faktor pasokan
yang relatif melimpah di pasar regional. Dan
bahkan untuk sub kelompok lemak-minyak
mengalami koreksi sebesar -16,43% dibanding
triwulan sebelumnya sehingga laju inflasi
tahunannya menjadi -3,37% (y.o.y). Perlambatan
20091 2 3 4 1 2 3 4 1
Bahan Makanan 14,52 10,53 16,84 11,27 17,27 21,16 18,30 21,45 13,17 Makanan Jadi 4,98 3,28 3,75 4,03 8,67 10,37 14,10 14,46 11,97 Perumahan 2,89 2,55 2,45 3,01 5,04 9,30 11,91 11,13 9,34 Sandang 5,49 3,38 6,37 9,29 13,87 13,53 11,89 11,32 11,12 Kesehatan 2,85 2,71 4,08 4,39 4,34 7,65 8,96 11,11 10,21 Pendidikan 12,99 12,12 8,5 8,25 6,19 6,07 3,16 3,72 3,55 Transpor 0,54 0,48 0,35 0,27 0,31 7,82 7,84 5,29 1,77 UMUM / TOTAL 6,68 5,11 6,98 5,71 8,13 11,92 12,29 12,40 9,01
Sumber : BPS, diolah
Ket : Sejak Tahun 2008 menggunakan tahun dasar 2007
2008KETERANGAN
2007
Tabel 2.1Inflasi Kelompok
Barang/Jasa (%, y.o.y)
Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan
IV-2008 I-2009 - Padi2an, Umbi2an & Hslnya 9,21 10,39 - Daging & Hasil-hasilnya 24,24 25,08 - Ikan Segar 43,79 25,63 - Ikan Diawetkan 37,18 30,92 - Telur, Susu & Hasil-hasilnya 9,93 7,72 - Sayur-sayuran 28,49 2,85 - Kacang-kacangan 73,32 8,33 - Buah-buahan 17,60 11,12 - Bumbu-bumbuan -4,77 8,74 - Lemak & Minyak 13,06 -3,37 - Bahan Makanan Lainnya 8,01 9,09
Inflasi Kelompok 21,45 13,17Sumber : BPS diolah
Sub Kelompoky .o.y (%)
25 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
pada sub kelompok lemak-minyak tersebut relatif disebabkan adanya kebijakan stimulus
pemerintah yang berupa subsidi PPN untuk komoditas minyak goreng, sehingga
pertumbuhan harga minyak goreng secara tahunan mengalami penurunan, sejalan dengan
rata-rata tingkat harga CPO di pasar internasional secara tahunan yang juga mengalami
penurunan. Perlambatan laju inflasi sub kelompok-sub kelompok tersebut sejalan dengan
hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang beberapa komoditinya menunjukkan penurunan
harga secara tahunan.
Grafik 2.2. Beberapa Komoditi dalam Sub Kelompok Sayur-sayuran dan Kacang-kacangan Hasil SPH di Makassar
Tempe
Minyak Goreng
Bayam
Kentang
Grafik 2.3. Rata-rata Harga CPO di Pasar Internasional
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
11,000
-20.0%
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
III IV I II III IV I
2007 2008 2009
y.o.y - axis kiri
Harga - axis kanan
8,000
9,000
10,000
11,000
12,000
13,000
14,000
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
III IV I II III IV I
2007 2008 2009
y.o.y - axis kiri
Harga - axis kanan
4,000
4,500
5,000
5,500
6,000
6,500
7,000
7,500
8,000
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
25.0%
30.0%
35.0%
40.0%
45.0%
III IV I II III IV I
2007 2008 2009
y.o.y - axis kiri
Harga - axis kanan
5,000
5,500
6,000
6,500
7,000
7,500
8,000
-15.0%
-10.0%
-5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
III IV I II III IV I
2007 2008 2009
y.o.y - axis kiri
Harga - axis kanan
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2006 2007 2008 2009
Ringgit/ton (metrik)
26 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Di sisi lain, peningkatan laju inflasi tahunan pada kelompok bahan makanan yang
paling besar terjadi pada sub kelompok bumbu-bumbuan, yang meningkat sebesar 13,51%
(y.o.y) dari laju inflasi tahunan pada triwulan IV-2008. Peningkatan yang cukup tinggi
tersebut diperkirakan karena faktor cuaca yang mempengaruhi hasil panen komoditi pada
sub kelompok bumbu-bumbuan, seperti bawang merah, bawang putih, cabe merah dan
cabe rawit.
Grafik 2.4. Beberapa Komoditi dalam Sub Kelompok Bumbu,
Padi dan Daging Hasil SPH di Makassar Beras
Cabe Merah
Daging Ayam Ras
Bawang Merah
Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan
6,300
6,400
6,500
6,600
6,700
6,800
6,900
7,000
-2%
-1%
-1%
0%
1%
1%
2%
III IV I II III IV I
2007 2008 2009
y.o.y - axis kiri
Harga - axis kanan
11,000
13,000
15,000
17,000
19,000
21,000
23,000
25,000
-10.0%
-5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
25.0%
30.0%
III IV I II III IV I
2007 2008 2009
y.o.y - axis kiri
Harga - axis kanan
17,000
19,000
21,000
23,000
25,000
27,000
29,000
28.0%
28.5%
29.0%
29.5%
30.0%
30.5%
31.0%
31.5%
32.0%
32.5%
III IV I II III IV I
2007 2008 2009
y.o.y - axis kiri
Harga - axis kanan
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
20,000
22,000
24,000
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
III IV I II III IV I
2007 2008 2009
y.o.y - axis kiri
Harga - axis kanan
-5
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2004 2005 2006 2007 2008 2009%
y.t.d
y.o.y
27 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Selain itu, sub kelompok padi-padian, sub kelompok bahan makanan lainnya dan sub
kelompok daging juga mengalami peningkatan laju inflasi tahunan namun dalam besaran
yang relatif kecil yaitu masing-masing sebesar 1,18%, 1,08% dan 0,83%. Peningkatan
tersebut diperkirakan karena faktor permintaan yang terjadi peningkatan namun dalam
besaran yang relatif minim.
Kelompok Makanan Jadi-Minuman-
Rokok-Tembakau, mengalami inflasi tahunan
sebesar 11,97% (y.o.y) pada triwulan laporan,
lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya
yang sebesar 14,46% (y.o.y). Perlambatan
tersebut banyak dipengaruhi oleh laju inflasi sub kelompok makanan jadi yang melambat
sebesar -4,5% terkait dengan penurunan harga minyak goreng, sementara 2 sub kelompok
lainnya mengalami sedikit peningkatan yaitu masing-masing meningkat sebesar 1,4% untuk
sub kelompok minuman tidak beralkohol dan 0,3% untuk sub kelompok tembakau dan
minuman beralkohol.
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi
Grafik 2.7. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi Hasil SPH di Makassar
Ayam Goreng
Mie
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2004 2005 2006 2007 2008 2009%
y.t.d
y.o.y
6,000
6,500
7,000
7,500
8,000
8,500
9,000
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
III IV I II III IV I
2007 2008 2009
y.o.y - axis kiri
Harga - axis kanan
5,600
5,800
6,000
6,200
6,400
6,600
6,800
7,000
0.0%
2.0%
4.0%
6.0%
8.0%
10.0%
12.0%
14.0%
16.0%
18.0%
III IV I II III IV I
2007 2008 2009
y.o.y - axis kiri
Harga - axis kanan
Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau
IV-2008 I-2009 - Makanan Jadi 17,91 13,40 - Minuman yg Tidak Beralkohol 7,83 9,26 - Tembakau & Min. Beralkohol 9,95 10,25
Inflasi Kelompok 14,46 11,97Sumber : BPS diolah
Sub Kelompoky .o.y (%)
28 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Gula Pasir
Nasi
Selanjutnya peningkatan laju inflasi pada sub kelompok minuman tidak beralkohol
diperkirakan didorong oleh kenaikan harga gula pasir sehubungan dengan keterbatasan
ketersediaan pasokan gula pasir di pasar regional, sedangkan peningkatan laju inflasi pada
sub kelompok tembakau-minuman beralkohol diperkirakan karena adanya kenaikan tarif
cukai hasil tembakau yang rata-rata sebesar 7% yang efektif berlaku Februari 2009.
Kelompok Sandang pada periode
laporan mengalami inflasi sebesar 11,12%
(y.o.y), juga lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya (11,32%; y.o.y). Perlambatan
pertumbuhan laju inflasi tersebut terjadi pada
semua sub kelompok sandang. Perlambatan laju
inflasi terbesar terjadi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya, yaitu sebesar
22,58% (y.o.y) pada triwulan IV-2008 menjadi 21,76% (y.o.y) pada triwulan laporan.
Perlambatan pada sub kelompok ini diperkirakan karena tekanan tingkat harga internasional
untuk komoditi emas mengalami koreksi sehingga relatif mempengaruhi tingkat harga emas
perhiasan di pasar regional, meskipun pada level harga yang masih relatif tinggi.
Grafik 2.8. Perkembangan Harga Emas Makassar
Internasional
6,500
6,700
6,900
7,100
7,300
7,500
7,700
0.0%
2.0%
4.0%
6.0%
8.0%
10.0%
12.0%
14.0%
16.0%
18.0%
III IV I II III IV I
2007 2008 2009
y.o.y - axis kiri
Harga - axis kanan
6,000
6,500
7,000
7,500
8,000
8,500
9,000
9,500
17%
18%
19%
20%
21%
22%
23%
24%
III IV I II III IV I
2007 2008 2009
y.o.y - axis kiri
Harga - axis kanan
156,500
176,500
196,500
216,500
236,500
256,500
276,500
296,500
316,500
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
25.0%
30.0%
35.0%
40.0%
45.0%
III IV I II III IV I
2007 2008 2009
y.o.y - axis kiri
Harga - axis kanan
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3
2006 2007 2008 2009
$/Troy oz
Harga Emas
Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang
IV-2008 I-2009 - Sandang Laki-laki 8.08 7.72 - Sandang Wanita 5.95 5.45 - Sandang Anak-anak 6.56 6.33 - Brg Pribadi & Sdg Lainnya 22.58 21.76
Inflasi Kelompok 11.32 11.12Sumber : BPS diolah
y .o.y (%)Sub Kelompo k
29 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Sedangkan perlambatan pada sub kelompok sandang laki-laki, wanita dan anak-anak
diduga karena pengaruh kebijakan penurunan BBM oleh pemerintah. Pada akhir triwulan
laporan, sub kelompok sandang laki-laki tercatat sebesar 7,72% (y.o.y), sub kelompok
sandang wanita sebesar 5,45% (y.o.y) dan sub kelompok sandang anak-anak sebesar 6,33%
(y.o.y).
Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang
Kelompok Kesehatan pada triwulan
laporan mencatat pertumbuhan laju inflasi
tahunan sebesar 10,2% (y.o.y), sedikit lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
(11,1%; y.o.y). Perlambatan ini didorong oleh
sub kelompok jasa perawatan jasmani, yang
diperkirakan karena relatif menurunnya permintaan masyarakat. Sementara tekanan inflasi
pada kelompok ini relatif disebabkan oleh kenaikan harga obat generik. Namun karena
terdapat subsidi sebagian oleh pemerintah maka tekanan inflasi relatif tertahan. Laju inflasi
sub kelompok obat-obatan pada triwulan I-2009 sebesar 6,9% (y.o.y), sementara pada
triwulan IV-2008 tercatat sebesar 6,7% (y.o.y).
.Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2004 2005 2006 2007 2008 2009%
y.t.d
y.o.y
-2
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2004 2005 2006 2007 2008 2009%
y.o.y
y.t.d
Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan
IV-2008 I-2009 - Jasa Kesehatan 14,0 13,7 - Obat-obatan 6,7 6,9 - Jasa Perawatan Jasmani 20,3 15,8 - Perwtn Jasmani & Kosmetika 9,7 8,7
Inflasi Kelompok 11,1 10,2 Sumber : BPS diolah
y .o.y (%)Sub Kelompok
30 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar, juga mengalami perlambatan
laju inflasi yang tercatat sebesar 9,34% (y.o.y), sementara laju inflasi triwulan sebelumnya
sebesar 11,13% (y.o.y). Perlambatan laju inflasi terjadi pada semua sub kelompok, terutama
pada sub kelompok bahan bakar-penerangan-air yang melambat menjadi 4,28% (y.o.y) yang
pada triwulan sebelumnya juga mengalami perlambatan inflasi. Perlambatan pada kelompok
ini, secara umum, diperkirakan karena pengaruh penurunan harga BBM pada awal triwulan I-
2009, kelanjutan dari kebijakan penurunan BBM pada akhir triwulan IV-2008.
Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan
Sementara tekanan inflasi yang relatif
disebabkan oleh pengaruh tingkat harga
internasional untuk beberapa komoditi bahan
bangunan, seperti baja, mengalami penurunan,
sehingga mendorong terjadinya penurunan
harga komoditi di subsektor biaya tempat
tinggal.
Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, laju inflasi tahunannya relatif tercatat
mengalami koreksi apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2009,
kelompok ini tercatat mengalami inflasi tahunan sebesar 3,55% (y.o.y), lebih rendah
dibanding triwulan sebelumnya (3,72%; y.o.y).
Secara umum perlambatan ini diperkirakan
karena terjadi penurunan permintaan. Sementara
tekanan inflasi relatif terjadi pada sub kelompok
rekreasi yang diperkirakan karena relatif terdapat
beberapa hari libur, terutama pada saat
menjelang pemilu legislatif (9 April 2009).
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2004 2005 2006 2007 2008 2009%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS, diolah
Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar
IV-2008 I-2009 - Biaya Tempat Tinggal 13,91 11,95 - Bhn Bakar, Penerangan & Air 7,03 4,28 - Perlengkapan Rumah Tangga 7,53 7,46 - Penyelenggaraan Rmh Tgg 11,62 8,99
Inflasi Kelompok 11,13 9,34 Sumber : BPS diolah
Sub Kelompoky .o.y (%)
Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga
IV-2008 I-2009 - Jasa Pendidikan 5,1 5,1 - Kursus-kursus/Pelatihan 1,3 1,4 - Perlengkapan/Perltn Pendd. 2,7 2,1 - Rekreasi 2,3 2,4 - Olahraga 2,0 1,1
Inflasi Kelompok 3,7 3,5 Sumber : BPS diolah
y .o.y (%)Sub Kelompok
31 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan
Penurunan permintaan terhadap komoditi pada kelompok ini terutama terjadi pada
sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan dan sub kelompok olahraga. Laju inflasi
sub kelompok peralatan/perlengkapan pendidikan melambat menjadi 2,1% (y.o.y) sementara
laju inflasi sub kelompok olahraga melambat menjadi 1,1% (y.o.y).
Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan, sehubungan dengan
adanya kebijakan penurunan BBM, yang terjadi sebanyak 3x, laju inflasinya mengalami
penurunan menjadi 1,8% (y.o.y), sementara pada triwulan IV-2008 tercatat 5,3% (y.o.y).
Perlambatan tersebut, terutama pada sub
kelompok transpor, yaitu dari 10,3% (y.o.y)
pada triwulan IV-2008 menjadi 5,3% (y.o.y).
Selain itu, deflasi pada sub kelompok
komunikasi-pengiriman turut memperlambat
laju inflasi kelompok ini.
Grafik 2.13. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi
-5
0
5
10
15
20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2004 2005 2006 2007 2008 2009%
y.o.y
y.t.d
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2004 2005 2006 2007 2008 2009
%
y.o.y
y.t.d
Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan
IV-2008 I-2009 - Transpor 10.3 5.3 - Komunikasi & Pengiriman (10.5) (11.1) - Srn & Penunjang Transpor 6.1 6.5 - Jasa Keuangan 6.3 4.0
Inflasi Kelompok 5.3 1.8 Sumber : BPS diolah
Sub Kelompo ky .o.y (%)
32 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Perlambatan laju inflasi pada sub kelompok komunikasi-pengiriman yang diperkirakan
karena meningkatnya perang tarif murah antar operator telepon seluler.
2.2. Inflasi Kota Lainnya di Sulawesi Selatan
Laju inflasi Sulsel yang tercatat sebesar 9,01% (y.o.y) tersebut berdasarkan komposit
inflasi keempat kota di Sulsel, yaitu Makassar, Watampone, Pare-pare dan Palopo. Pada
triwulan laporan, laju inflasi tahunan tertinggi terjadi di kota Watampone yang tercatat
sebesar 12,61% (y.o.y), terutama terjadi pada kelompok sandang (22,83%; y.o.y).
Sementara laju inflasi terendah kembali terjadi di kota Makassar (8,52%; y.o.y) dengan laju
inflasi tahunan tertinggi tetap terjadi pada kelompok bahan makanan (13,16%; y.o.y).
Mengingat kota Makassar memiliki bobot kota yang tertinggi di Sulsel, maka laju
inflasi Sulsel tersebut tentunya didominasi sumbangan inflasi tahunan kota Makassar yang
pada triwulan laporan sebesar 77%
terhadap pembentukan inflasi
tahunan Sulsel, sementara pada
triwulan sebelumnya menyumbang
sebesar 78%. Kota yang memberikan
sumbangan terendah diberikan oleh
kota Pare-pare yaitu sebesar 7% dari
inflasi Sulsel. Secara umum, faktor
yang relatif menyebabkan tingginya laju inflasi di kota-kota selain kota Makassar adalah
faktor distribusi, dimana sarana dan prasarana relatif kurang mendukung kelancaran
distribusi.
2.3. Indeks Harga Konsumen Pedesaan
Berdasarkan data Februari 2008, Indeks Harga Konsumen (IHK) Pedesaan tercatat
sebesar 124,04, lebih tinggi dibanding triwulan IV-2008 yang tercatat sebesar 121,78.
Kondisi tersebut menggambarkan
terjadinya inflasi di wilayah pedesaan
yang tercatat sebesar 2,08% (q.t.q).
Peningkatan tersebut hampir terjadi di
semua kelompok barang/jasa kecuali
kelompok transportasi-komunikasi yang
mengalami deflasi, yang disebabkan
adanya kebijakan penurunan BBM.
Sementara itu, 6 kelompok barang/jasa
Tabel 2.9. Perbandingan Laju Inflasi Kota di Sulsel Per Maret 2009
m.t.m y.t.d y .o.yWatampone 123,73 0,91 2,14 12,61 Makassar 114,68 0,10 0,84 8,52 Palopo 123,40 1,21 1,14 11,27 Pare-pare 119,97 (0,07) 0,40 9,58
SULSEL 116,09 0,21 0,91 9,01 Sumber : BPS, diolah
KOTAPerubahan IHK
IHK
Tabel 2.10. Perbandingan Laju Inflasi Sulsel dan Pedesaan di Sulsel
Sulsel PedesaanBahan Makanan 5,93 4,71 Makanan Jadi 2,18 1,54 Perumahan 0,72 0,51 Sandang 5,28 3,88 Kesehatan 1,58 1,03 Pendidikan-Rekreasi-Olahraga 0,29 2,59 Transportasi-Komunikasi (6,49) (12,66)
UMUM 1,13 2,08 Sumber : BPS, diolah
Q.T.QKELOMPOK
33 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
lainnya mengalami peningkatan laju inflasi triwulanan dibanding laju inflasi triwulanan pada
triwulan IV-2008. Laju inflasi triwulanan yang tertinggi terjadi pada kelompok bahan
makanan, kemudian diikuti kelompok kesehatan dan kelompok Pendidikan-Rekreasi-
Olahraga.
Apabila dibandingkan dengan inflasi triwulanan Sulsel posisi yang sama yaitu pada
bulan Februari 2009 yang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,13% (q.t.q), maka tingkat
harga di pedesaan masih relatif jauh lebih tinggi dari inflasi triwulanan Sulsel, terutama pada
kelompok pendidikan-rekreasi-olahraga. Kondisi tersebut diperkirakan karena minimnya
ketersediaan sarana pendidikan, misal : buku pelajaran, serta sarana dan prasarana
rekreasi/hiburan di pedesaan.
Tekanan inflasi di pedesaan tersebut tentunya akan mempengaruhi tingkat
kesejahteraan masyarakat pedesaan yang mayoritas sebagai petani, mengingat konsumsi
rumah tangganya mengalami peningkatan sehingga relatif akan meningkatkan indeks
konsumsi rumah tangga. Namun apabila ditinjau dari kenaikan kelompok bahan makanan
yang terjadi di wilayah pedesaan tersebut dapat dimanfaatkan oleh petani sehingga mampu
meningkatkan pendapatan maka dimungkinkan tingkat kesejahteraan akan membaik.
34 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
35 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Bab 3
Perkembangan Perbankan
Pada triwulan ini terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi di sektor keuangan-
persewaan-jasa perusahaan (PDRB) terutama subsektor bank, yang ditandai dengan
melambatnya pertumbuhan tahunan dana masyarakat yang dihimpun perbankan,
penyaluran kredit/pembiayaan dan aset perbankan. Selain itu terjadi penurunan kualitas
kredit dimana pada triwulan laporan terjadi kenaikan jumlah kredit/pembiayaan bermasalah
terhadap total kredit/pembiayaan perbankan Sulawesi Selatan jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya.
3.1 Perkembangan Moneter
Searah dengan melambatnya kinerja perbankan dalam pertumbuhan ekonomi Sulsel
apabila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya, komponen uang giral
mengalami pertumbuhan negatif di masyarakat. Namun, di sisi lain pertumbuhan uang kuasi
meningkat.
Likuiditas moneter di Sulsel pada
triwulan I-2009 (posisi Februari 2009),
secara nominal cenderung mengalami
peningkatan. Adapun komponen uang
giral dan uang kuasi dapat diukur
berdasarkan proxy sebagaimana terlihat
pada Grafik 3.1.
Secara tahunan, uang kuasi
mencatat pertumbuhan sebesar
19,88% (y.o.y) yaitu dari Rp19,44 triliun
pada triwulan I-2008 menjadi Rp23,31
triliun pada triwulan laporan. Pertumbuhan uang kuasi tersebut lebih rendah dibanding
pertumbuhan uang kuasi pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 21,78% (y.o.y).
Terjadinya peningkatan pertumbuhan uang kuasi tersebut diduga dipengaruhi berakhirnya
masa liburan akhir tahun. Namun uang giral tumbuh negatif sebesar -1,65% (y.o.y) yaitu dari
Rp4,73 triliun pada triwulan I-2008 menjadi Rp4,65 triliun pada triwulan laporan.
Secara triwulanan, uang kuasi dan uang giral mengalami kontraksi. Pertumbuhan
pada triwulan I-2009 untuk uang kuasi dan giral adalah sebesar -1,80% (q.t.q) dan -7,15%
Grafik 3.1. Uang Giral dan Uang Kuasi di Sulsel (Rp Triliun)
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2006 2007 2008 2009
Miliar Rp
Uang Kuasi Uang Giral
Sumber : KBI Makassar
36 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
(q.t.q), sementara pertumbuhan pada triwulan IV-2008 masing-masing sebesar 10,05%
(q.t.q) dan 2,89% (q.t.q).
3.2 Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah)
3.2.1. Kelembagaan dan Aset
Dari sisi kelembagaan, kinerja bank umum pada triwulan I-2009 mengalami
peningkatan. Walaupun terdapat pengurangan jumlah BPR tetapi jumlah kantor meningkat.
Tabel 3.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan
Pada triwulan I-2009 (Februari), pertumbuhan total aset perbankan lebih besar dari
triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, total aset perbankan mencapai Rp36,48 triliun
atau mengalami pertumbuhan 18,99% (y.o.y) dari triwulan yang sama tahun 2008.
Pertumbuhan aset perbankan pada triwulan laporan ini lebih besar dibanding pertumbuhan
pada triwulan sebelumnya yang sebesar 13,01% (y.o.y).
Pertumbuhan tertinggi terjadi
di kelompok bank asing dan campuran,
yaitu tumbuh sebesar 97,59% (y.o.y)
menjadi Rp881 miliar. Adapun pangsa
terbesar dari total aset perbankan
masih didominasi oleh kelompok bank
pemerintah yang tercatat sebesar
61,59%, kelompok bank swasta
nasional sebesar 35,99%, sisanya
kelompok bank asing campuran.
Pangsa kelompok bank pemerintah tersebut mengalami penurunan dibanding pangsa pada
triwulan IV-2008 yang sebesar 63,82%.
3.2.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan
Per Februari 2009, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum
mengalami peningkatan yang cenderung lebih kecil daripada triwulan sebelumnya, yaitu
20091 2 3 4 1 2 3 4 1
Jumlah Bank 59 60 62 62 64 65 68 69 68Bank Umum 32 33 35 35 36 37 40 41 41
Konvensional 26 26 27 27 27 28 30 30 30Syariah 2 2 3 3 3 3 3 3 3UUS 4 5 5 5 6 6 7 8 8
BPR 27 27 27 27 28 28 28 28 27Jumlah Kantor Bank 477 477 479 557 588 593 599 625 629
20082007Kelembagaan
Grafik 3.2. Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank
-
5
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2006 2007 2008 2009Trili
un R
p
Campuran
Swasta Nas
Pemerintah
37 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
tumbuh 16,43% (y.o.y) atau sebesar Rp27,96 triliun. Sedangkan pertumbuhan DPK pada
triwulan IV-2008 tercatat sebesar 17,10% (y.o.y).
Dilihat dari jenis simpanannya, perlambatan pertumbuhan DPK tersebut terutama
disebabkan karena adanya perlambatan pertumbuhan pada giro. Simpanan giro pada
Februari 2009 tercatat sebesar Rp4,65triliun atau tumbuh sebesar 1,38% (y.o.y). Sementara
deposito mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 30,10% (y.o.y). Hal ini
terjadi dimungkinkan karena adanya perpindahan alokasi dana ke dalam bentuk deposito.
Dengan demikian komposisi DPK pada triwulan laporan sebesar 16,63% untuk giro,
50,01% untuk tabungan dan 33,36% untuk deposito. Dari komposisi tersebut di atas, DPK
berjenis tabungan masih tetap mendominasi jenis simpanan DPK, meski tercatat mengalami
penurunan dalam porsinya terhadap total DPK. Kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh
bank umum di wilayah Sulsel tercatat mengalami perlambatan. Atas dasar lokasi proyek,
kredit/pembiayaan tumbuh sebesar 21,26% (y.o.y) menjadi Rp31,04 triliun pada Februari
2009. Pertumbuhan tersebut lebih kecil dari pada pertumbuhan triwulan IV-2008, yaitu
22,87% (y.o.y). Kondisi tersebut, memperlihatkan kondisi kredit/pembiayaan bank umum
dan DPK sama-sama mengalami perlambatan. Namun LDR (Loan to Deposit Ratio) bank
umum mengalami peningkatan, karena penurunan pertumbuhan DPK lebih kecil dari pada
kredit/pembiayaan bank umum.
Grafik 3.3.
Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum
Grafik 3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum
Per Jenis Penggunaan
Berdasarkan jenis penggunaan, sebagian besar portofolio kredit/pembiayaan masih
didominasi oleh kredit/pembiayaan produktif (modal kerja dan investasi). Pada Februari 2009,
posisi kredit modal kerja tercatat sebesar Rp11,91 triliun atau 38,38% dari total kredit,
sementara kredit investasi sebesar Rp6,25 triliun (20,14%). Sehingga total porsi kredit
produktif sebesar 58,52%, lebih kecil dibanding porsi pada triwulan IV-2008 yaitu sebesar
59,63%. Sedangkan untuk kredit konsumsi sebesar Rp12,87 triliun dengan porsi sebesar
41,48% dari total kredit.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
-
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2006 2007 2008 2009Trili
un R
p
DPKKreditLDR
-
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2006 2007 2008 2009Trili
un R
p
Konsumsi
Investasi
Modal Kerja
38 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Dari sisi pertumbuhan tahunan (y.o.y), per Februari 2009, kredit produktif (modal
kerja dan investasi) mengalami penurunan pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya.
Kredit produktif berupa kredit modal kerja mengalami perlambatan pertumbuhan dibanding
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, yakni sebesar21,17% (y.o.y) pada triwulan I-2009
sedangkan pada triwulan sebelumnya sebesar 26,49% (y.o.y). Sedangkan pertumbuhan
kredit investasi pada triwulan laporan sedikit mengalami peningkatan dibandingkan dengan
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 7,91% (y.o.y). Perlambatan
pertumbuhan pada kredit produktif tersebut relatif menggambarkan perlambatan kegiatan
ekonomi sektor riil, yang diperkirakan terjadi penurunan kapasitas usaha dikarenakan
perbankan menjadi relatif lebih ketat untuk memberikan kredit sebagai respon dari sikap
kehati-hatian akan dampak dari krisis global yang sedang terjadi.
Kredit konsumsi juga mengalami pertumbuhan lebih rendah dibanding pertumbuhan
pada triwulan IV-2008, yaitu sebesar 22,63% (y.o.y). Perlambatan kredit konsumsi tersebut
juga dimungkinkan sebagai akibat turunnya konsumsi masyarakat secara umum yang
merupakan dampak dari krisis global.
Berdasarkan alokasi penyaluran kredit per sektor ekonomi, kredit yang disalurkan
oleh perbankan daerah di Sulsel masih didominasi oleh sektor lain-lain (jasa konsumsi) yaitu
sebesar 41,48% kemudian diikuti oleh sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan
masing-masing sebesar 26,79% dan 10,83%.
Grafik 3.5. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per
Sektor Ekonomi
Grafik 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per
Sektor Ekonomi
Dari sisi pertumbuhan kredit, sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan tahunan
tertinggi dari penyerapan kredit tercatat di sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang
cukup signifikan menjadi 57,83% (y.o.y). Namun pertumbuhan ini lebih rendah jika
dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 83,62%.
Sedangkan pertumbuhan kredit yang mengalami peningkatan hanya terjadi pada sektor
industri pengolahan dan jasa sosial masyarakat.
Pertanian3%
Pertambangan0%
Industri11%
Listrik-Gas-Air0%
Konstruksi6%
Perdagangan27%
Pengangkutan5%
Jasa Dunia Usaha
6%
Jasa Sosial Masyarakat
1%
Lain-lain41%
-100%
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
4 1
2009
Pertanian
Pertambangan
Industri
Listrik-Gas-Air
Konstruksi
Perdagangan
Pengangkutan
Jasa Dunia Usaha
39 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Kredit di sektor pertambangan dan listrik-gas-air mengalami kontraksi pertumbuhan
yang cukup dalam yaitu masing-masing sebesar -36,87% dan -36,56%. Pada triwulan
sebelumnya kedua sektor tersebut telah mengalami pertumbuhan yang negatif, yaitu
masing-masing -76,63% dan -37,87% (y.o.y).
Sektor pengangkutan juga mengalami kontraksi kredit/pembiayaan yaitu sebesar -
22,67% (y.o.y) atau menjadi Rp1,44 triliun. Kontraksi ini diperkirakan terjadi karena turunnya
kualitas kredit sektor tersebut sehingga mengakibatkan perbankan lebih berhati-hati untuk
menyalurkan kredit di sektor pengangkutan.
Grafik 3.7. Perkembangan NPLs Net dan Gross
Bank Umum
Grafik 3.8. Pangsa NPLs
Per Sektor Ekonomi
Kredit/pembiayaan bermasalah (NPLs) bank umum per Februari 2009 di wilayah Sulsel
bertambah dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan NPLs tersebut diperkirakan terjadi
seiring dengan perlambatan perekonomian yang menyebabkan kesulitan dalam membayar
angsuran kredit.
Dilihat dari sektor ekonominya, sektor ekonomi yang tercatat memiliki rasio NPLs
yang tinggi adalah pengangkutan (20,93%) Kredit/pembiayaan bermasalah pada sektor ini
memang mengalami kenaikan yang sangat tinggi dibandingkan triwulan IV-2008, yaitu
sebesar 761,87% (q.t.q). Sektor ekonomi lainnya yang memiliki rasio NPL tinggi adalah
sektor konstruksi (6,4%) dan sektor industri pengolahan (3,36%).
Berdasarkan segmentasi kredit/pembiayaannya, sebagian besar kredit/pembiayaan
bank umum Sulsel diklasifikasikan sebagai kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah
(MKM). Pangsa kredit/pembiayaan MKM dibandingkan total kredit/pembiayaan per Februari
2009 adalah 71,54% atau sebesar Rp22,21 triliun. Pertumbuhan kredit/pembiayaan MKM
tersebut lebih besar pada Februari 2009 yaitu 24,83% (y.o.y) dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan IV-2008 sebesar 28,95% (y.o.y). Diperkirakan perlambatan
pertumbuhan kredit MKM relatif disebabkan karena adanya kehati-hatian perbankan dalam
memberikan kredit sebagai akibat dari kewaspadaan menyikapi krisis global.
0.0%
2.0%
4.0%
6.0%
8.0%
10.0%
12.0%
14.0%
16.0%
18.0%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2006 2007 2008 2009
NPL Net (%)
2.00%
0.00%
3.36%
0.01%
6.40%
3.87%
20.93%
2.53%
1.70%
1.99%
Pertanian
Pertambangan
Industri
Listrik-Gas-Air
Konstruksi
Perdagangan
Pengangkutan
Jasa Dunia Usaha
Jasa Sosial Masyarakat
Lain-lain
NPLs Trw. I-2009
40 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Secara sektoral, peningkatan pertumbuhan tahunan kredit MKM terjadi hampir di
semua sektor, kecuali pada sektor pengangkutan, pertambangan, dan jasa-sosial-masyarakat
yang mengalami kontraksi masing-masing sebesar -35,55%, -27,63%, dan -0,88% (y.o.y).
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada pada sektor jasa dunia usaha (53,32%; y.o.y), konstruksi
(46,87%; y.o.y), dan pertanian (30,60%; y.o.y).
Grafik 3.9.
Kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum
Grafik 3.10. Pangsa Kredit/pembiayaan MKM Bank Umum
Per Sektor Ekonomi
3.2.3. Intermediasi Bank Umum Konvensional
Kegiatan intermediasi perbankan bank umum konvensional di Sulsel menunjukan
perlambatan, sebagaimana terlihat dari penurunan pertumbuhan kredit yang disalurkan dan
DPK pada triwulan I-2009. Nilai kredit mencapai Rp31,04 triliun atau tumbuh 19,95% (y.o.y),
sedikit lebih kecil dari pertumbuhan triwulan IV-2008 (22,87%; y.o.y). Sedangkan DPK yang
dihimpun mencapai Rp27,96 triliun, tumbuh 16,43% (y.o.y) pada triwulan I-2009 lebih kecil
daripada triwulan sebelumnya (17,08%; y.o.y). Tetapi LDR bank umum tercatat naik, dari
109,74% pada triwulan IV-2008 menjadi 111,01% pada triwulan laporan.
Per Februari 2009, Kabupaten Maros tercatat mencapai LDR tertinggi yaitu sebesar
329,81%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 343,64%.
Kemudian diikuti oleh Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar, dan Kabupaten Jeneponto
yang masing-masing mencapai LDR sebesar 206,13%, 203,56% dan 181,01%. Pencapaian
LDR tertinggi untuk beberapa kabupaten tersebut juga tercatat sebagai daerah yang
mencapai LDR tertinggi pada tahun 2008 yaitu Kabupaten Maros, kemudian diikuti oleh
Kabupaten Takalar dan Jeneponto. LDR terendah masih terjadi di wilayah Kabupaten Selayar
yang pada triwulan laporan tercatat sebesar 42,89%.
62%
63%
64%
65%
66%
67%
68%
69%
70%
71%
72%
-
5
10
15
20
25
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2007 2008 2009Trili
un
Rp
total UMKM
Share UMKM
Pertanian2% Pertambangan
0%
Industri2%
Listrik-Gas-Air0%
Konstruksi4%
Perdagangan27%
Pengangkutan1%
Jasa Dunia Usaha
5%
Jasa Sosial Masyarakat
1%
Lain-lain58%
41 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Tabel 3.2. Penyaluran Kredit/pembiayaan dan DPK per DATI II di Sulsel (dalam Rp juta)
3.2.4. Intermediasi Bank Umum Syariah
Pada triwulan laporan jumlah perbankan syariah tidak mengalami perubahan
dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni tercatat sebanyak 9 bank dengan rincian 3 bank
umum syariah dan 6 bank konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah.
Pada periode laporan (Februari 2009), bank umum syariah mengalami penurunan
FDR (Financing to Deposit Ratio), yaitu dari 189,01% pada triwulan IV-2008 menjadi
185,18% (y.o.y). Penurunan ini lebih disebabkan oleh pertumbuhan DPK sebesar 21,92%
(y.o.y) menjadi Rp687,6 miliar, walaupun lebih rendah daripada pertumbuhan triwulan
sebelumnya (26,84%; y.o.y). Pertumbuhan DPK ini dipicu oleh tingginya pertumbuhan
tabungan, yaitu sebesar 37,03% (y.o.y).
Namun terjadi kontraksi pada pertumbuhan
giro, yaitu sebesar -5,85% (y.o.y).
Di sisi lain pembiayaan bank umum
syariah pada triwulan laporan juga
mengalami pertumbuhan sebesar 12,48%
(y.o.y) menjadi Rp504,400 miliar pada
Februari 2009. Pertumbuhan ini jauh lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
D P K Kredit LDR (%) D P K Kredit LDR (%)
Kab. Pinrang 595.438 656.704 110,29% 576.922 667.151 115,64%Kab. Gowa 691.396 1.073.504 155,27% 507.153 1.045.394 206,13%Kab. Wajo 538.968 596.136 110,61% 513.631 597.710 116,37%Kab. Bone 627.251 1.109.963 176,96% 650.908 1.138.884 174,97%Kab. Tana Toraja 549.350 368.069 67,00% 599.969 367.620 61,27%Kab. Maros 373.521 1.283.574 343,64% 385.543 1.271.543 329,81%Kab. Luwu 941.853 844.675 89,68% 1.036.669 846.279 81,63%Kab. Sinjai 306.481 373.568 121,89% 312.736 383.242 122,54%Kab. Bulukumba 520.062 549.039 105,57% 526.201 540.960 102,80%Kab. Bantaeng 183.798 221.876 120,72% 207.346 225.193 108,61%Kab. Jeneponto 172.028 307.838 178,95% 154.623 279.878 181,01%Kab. Selayar 182.992 92.406 50,50% 219.820 94.285 42,89%Kab. Takalar 194.392 395.395 203,40% 197.322 401.670 203,56%Kab. Barru 330.344 283.313 85,76% 319.871 287.810 89,98%Kab. Sindenreng Rappang 452.350 446.285 98,66% 399.597 411.832 103,06%Kab. Pangkajene Kepulauan 724.793 460.954 63,60% 688.965 467.612 67,87%Kab. Soppeng 449.979 379.917 84,43% 463.964 378.368 81,55%Kab. Enrekang 350.090 230.449 65,83% 374.601 230.194 61,45%Kota Makassar 17.850.476 19.712.309 110,43% 17.782.383 19.205.308 108,00%Kota Pare-pare 752.882 969.164 128,73% 695.794 986.660 141,80%Kota Palopo 902.805 1.252.809 138,77% 827.350 1.285.119 155,33%
2008Kota dan Kabupaten
Tw I-2009*
Grafik 3.11. Perkembangan Bank Umum Syariah
196.5%
183.0%
186.0%
189.0%
185.2%
175%
180%
185%
190%
195%
200%
-
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1 2 3 4 1*
2008 2009
Rp T
riliu
n
DPK Pembiayaan FDR
42 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
dimana kredit mengalami pertumbuhan 17% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan pembiayaan
terutama terjadi karena kontraksi pada kredit investasi sebesar -33,73%. Sedangkan kredit
konsumsi mengalami pertumbuhan yang tinggi, yaitu 39,05% (y.o.y), lebih besar dari
pertumbuhan triwulan IV-2008 (37,91%; y.o.y)
Sejalan dengan perlambatan kinerja bank umum syariah tersebut di atas, rasio
pertumbuhan total aset bank umum syariah pada periode laporan juga mengalami
perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan IV-2008. Pertumbuhan aset bank
syariah pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 22,34% (y.o.y). Sementara itu, NPF
(Non Performing Financing) bank umum syariah pada periode laporan tercatat sebesar
6,83%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,79%.
3.3. Perkembangan Bank Pekreditan Rakyat/Syariah (BPR/S)
Dari sisi kelembagaan, jumlah jaringan kantor BPR yang beroperasi mengalami
penurunan dari 51 kantor pada triwulan IV-2008 menjadi 50 kantor bank pada triwulan
laporan. Penurunan ini disebabkan oleh tutupnya sebuah BPR konvensional pada awal
triwulan pelaporan
Per Februari 2009, total aset
perbankan kelompok BPR/S mencatat
perlambatan pertumbuhan dibanding
pertumbuhan triwulan sebelumnya. Aset
BPR/S tumbuh sebesar 46,75% (y.o.y)
menjadi Rp305,073 miliar, sementara pada
triwulan IV-2008 tumbuh 63,15% (y.o.y).
Namun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, aset BPR/S turun sebesar -3,90%
(q.t.q) dari 317,45 miliar.
Dari sisi penghimpunan dana, DPK BPR/S mengalami peningkatan pertumbuhan
sebesar 29,97% (y.o.y) menjadi Rp.122,95 miliar pada triwulan laporan. Pertumbuhan DPK
pada triwulan laporan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan DPK pada triwulan IV-
2008 yang sebesar 16,07% (y.o.y). Namun peningkatan pertumbuhan DPK hanya terjadi
pada deposito, sementara tabungan mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu dari
29,56% (y.o.y) pada triwulan IV-2008 menjadi 15,54% (y.o.y) pada triwulan pelaporan.
Grafik 3.12. Perkembangan Aset BPR/S
139.
87
151.
58
178.
57
207.
89
224.
77 273.
40
312.
94
317.
45
305.
07
-
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2007 2008 2009Rp m
iliar
43 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Peningkatan pertumbuhan yang terjadi pada DPK diikuti dengan penyaluran
kredit/pembiayaan BPR/S yang meningkat. Per Februari 2009 Kredit/pembiayaan yang
berhasil disalurkan oleh BPR/S tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 56,53% (y.o.y) atau
Rp223,65 miliar. Pertumbuhan tersebut
lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
45,64% (y.o.y).
Pertumbuhan DPK dan
kredit/pembiayaan menghasilkan rasio
perbandingan kredit/ pembiayaan dengan
dana pihak ketiga BPR/S pada triwulan
laporan (Februari 2009) sebesar 181,9%,
lebih tinggi dibanding LDR pada triwulan IV-
2008 yang sebesar 177,66%.
Grafik 3.13. Perkembangan DPK, Kredit & LDR
BPR/S
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
180%
200%
-
50
100
150
200
250
4 1 2 3 4 1
2007 2008 2009Rp m
iliar
DPK Kredit LDR
44 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
45 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Bab 4
Perkembangan Sistem Pembayaran
Nilai transaksi pembayaran pada triwulan laporan cenderung menunjukkan
penurunan, baik transaksi tunai maupun non tunai. Penurunan tersebut, selain karena faktor
musiman (setelah Hari Raya Natal dan Tahun Baru), juga diperkirakan karena peningkatan
pertumbuhan transaksi keluar (outgoing) dari Sulsel yang diperkirakan untuk pembayaran
terkait berbagai keperluan pada waktu kampanye lalu.
4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow)
Aliran uang kartal masuk (inflow) dan keluar (outflow), pada triwulan laporan, KBI
Makassar tercatat pada posisi net inflow, yang tercatat sebesar Rp2,04 triliun, kondisi yang
sama pula dialami pada triwulan IV-2008 yaitu pada posisi net inflow. Meredanya kegiatan
perekonomian pasca perayaan hari besar Natal dan Tahun baru 2009 diperkirakan yang
menyebabkan terjadinya net inflow pada triwulan laporan.
Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal di Depo Kas KBI Makassar
Aliran uang kartal masuk (inflow) ke KBI Makassar, pada triwulan I-2009 tercatat
sebesar Rp2,27 triliun, mengalami penurunan pertumbuhan sebesar -2,84% (y.o.y). Jika
dibanding triwulan sebelumnya. Sementara secara triwulanan, aliran uang kartal masuk ke
KBI Makassar mengalami penurunan pertumbuhan yang signifikan dari 52,80% menjadi
3,77%. Tingkat perputaran uang yang masih tinggi pasca perayaan hari besar Natal dan
Tahun Baru 2009 diperkirakan menjadi penyebabnya. Sementara aliran uang kartal keluar
(outflow) pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan negatif yang semakin dalam yaitu
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2006 2007 2008 2009
Rp Triliun Net Flow Inflow Outflow
46 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
sebesar -59,81% (y.o.y), sementara pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan
negatif sebesar -16,12% (y.o.y). Kondisi aliran uang kartal tersebut di atas, apabila
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan, relatif
menggambarkan bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut bukan didorong oleh peningkatan
volume kegiatan dunia usaha.
4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Kegiatan pemusnahan terhadap uang lusuh/rusak sehingga tidak layak lagi untuk
diedarkan (Pemberian Tanda Tidak Berharga/PTTB), pada triwulan laporan, mengalami
kontraksi sebesar -81,13% (y.o.y) yaitu dari Rp1,33 triliun pada triwulan I-2008 menjadi
Rp0,25 triliun. Sementara pada triwulan IV-2008, kegiatan PTTB mengalami kontraksi sebesar
-53,13% (y.o.y). Penurunan jumlah uang yang dimusnahkan tersebut sejalan dengan
perlambatan aliran uang kartal masuk (inflow) yang terkait karena faktor musiman. Dilihat
dari rasio PTTB-inflow, Rasio PTTB-inflow pada triwulan laporan tercatat sebesar 11,01%,
sementara pada triwulan sebelumnya sebesar 18,65%.
Grafik 4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow
4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan
Pada triwulan laporan, jumlah temuan uang rupiah palsu mengalami penurunan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-2008, jumlah uang palsu yang
ditemukan sebesar Rp12,6 juta, menurun menjadi Rp7,7 juta pada triwulan laporan.
Berdasarkan jenis pecahan, uang kertas Rp50.000,- merupakan jenis uang yang paling
banyak dipalsukan yakni 86 lembar atau 65,65% dari total lembar temuan uang palsu.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2006 2007 2008 2009 PTTB /
Inflow
Inflow
& PTT
B (Tril
iun Rp
)
Inflow PTTB PTTB/Inflow
47 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Tabel 4.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI
Makassar Triwulan I-2009
Grafik 4.3. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu
Berdasarkan Pecahan Triwulan I-2009
4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS
4.4.1. Perkembangan RTGS
Sejalan dengan perkembangan aliran uang kartal tersebut di atas, perkembangan
transaksi non tunai dengan menggunakan sarana BI-RTGS di KBI Makassar selama triwulan I-
2009 juga menunjukan perlambatan, terutama pada transaksi masuk (incoming).
Perkembangan transaksi transfer masuk via RTGS (incoming) pada triwulan laporan tumbuh
sebesar 3,31% (y.o.y) yaitu dari Rp11,38 triliun menjadi Rp11,76 triliun. Sementara pada
transaksi transfer keluar via RTGS (outgoing) yang mengalami peningkatan sebesar 16,09%
(y.o.y) dengan nominal transaksi sebesar Rp8,31 triliun, sementara pertumbuhan outgoing
pada triwulan IV-2008 sebesar 10,86% (y.o.y) dengan nominal transaksi sebesar Rp9,23
triliun.
Grafik 4.4. Transaksi Non Tunai via RTGS
Mencermati kondisi tersebut di atas, transaksi non tunai via RTGS pada triwulan I-
2009 diperkirakan didorong oleh adanya peningkatan kegiatan kampanye pemilu, dimana
transaksi yang terjadi dalam nominal besar dan untuk pembayaran barang-barang keperluan
Pecahan100,000 50,000 20,000 10,000 5,000
Trw III-2007 105 127 21 12 7 272
Trw IV-2007 37 97 11 5 8 158
Trw III-2008 69 82 10 5 2 168
Trw IV-2008 62 123 11 5 2 203
Trw I-2009 33 86 6 4 2 131Sumber : Bank Indonesia
Periode Total
100,000 25.19%
50,000 65.65%
20,000 4.58%
10,000 3.05%
5,000 1.53%
(10)
(5)
-
5
10
15
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2006 2007 2008 2009
Rp Tr
iliun
IncomingOutgoing Netto
48 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
kampanye yang secara dominan harus didatangkan dari luar Sulsel. Kondisi tersebut
menyebabkan transaksi outgoing-RTGS mengalami peningkatan. Selain itu diduga, dana
untuk keperluan dimaksud sebagian besar berasal Sulsel, sehingga transaksi incoming relatif
minim peningkatannya.
Secara netto, transaksi pembayaran via RTGS di Sulawesi Selatan tercatat masih
mengalami net inflow yaitu sebesar 3,44 triliun, yang mengalami penurunan baik dari sisi
pertumbuhan maupun secara nominal. Apabila dibandingkan dengan net inflow triwulan IV-
2008. Pertumbuhan net inflow pada triwulan I-2009 mengalami kontraksi sebesar -18,37%
(y.o.y) sementara net inflow pada triwulan sebelumnya tumbuh 47,87% (y.o.y). Secara
nominal, net inflow pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar Rp5,36 triliun, lebih tinggi
dibanding net inflow pada triwulan laporan.
4.4.2. Perkembangan Kliring
Selain BI-RTGS, penyelesaian non tunai untuk nilai transaksi transfer dana/transaksi
kredit kurang dari Rp100 juta mengalami pertumbuhan yang lebih kecil dibanding triwulan
IV-2008. Nominal perputaran kliring pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 3,10%
(y.o.y), yaitu dari Rp6,35 triliun pada triwulan I-2008 menjadi Rp6,54 triliun. Pertumbuhan
transaksi via kliring tersebut lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 13,55% (y.o.y). Sedangkan rata-rata harian nilai nominal perputaran kliring tercatat
sebesar Rp110,91 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 4,85% (y.o.y), lebih rendah
dibanding pertumbuhan triwulan IV-2008 yang sebesar 13,55% (y.o.y). Perlambatan
pertumbuhan nominal transaksi via kliring tersebut relatif menggambarkan transaksi nominal
kecil (dibawah Rp25 juta) mengalami perlambatan.
Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong
Di lihat dari rasio penolakan warkat (Cek/BG) kosong pada triwulan laporan tercatat
mengalami peningkatan, yaitu sebesar 1,73%, lebih tinggi dibanding triwulan IV-2008 yang
tercatat sebesar 1,22%. Secara nominal, rasio rata-rata warkat yang ditolak juga meningkat
menjadi sebesar 1,67%, sementara pada triwulan IV-2008 sebesar 1,32%.
2009
1 2 3 4 1 2 3 4 1Total Perputaran Kliring
- Nominal (miliar rupiah) 4,306.76 5,397.16 6,056.61 6,432.80 6,346.97 7,291.24 7,875.53 7,304.53 6,543.42 - Lembar (ribuan) 169.83 204.30 220.99 231.43 233.99 262.54 270.92 251.70 242.16
- Nominal (miliar rupiah) 69.46 87.05 94.63 107.21 105.78 121.52 125.01 121.74 110.91 - Lembar (ribuan) 2.73 3.30 3.45 3.86 3.90 4.38 4.30 4.20 4.10
- Nominal (%) 0.56 0.63 0.64 0.93 0.92 0.89 1.05 1.32 1.67 - Lembar (%) 0.46 0.54 0.62 0.86 1.95 0.91 0.98 1.22 1.73
Sumber : BI-RTGS
Rata-rata Harian Perpu taran Kliring
Nisbah Rata-rata Peno lakan Cek/ BG Ko son g
20082007 URAIAN
49 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
BOKS I
UPAYA PENINGKATAN PENGHIMPUNAN DPK PERBANKAN SYARIAH DI KOTA MAKASSAR
Oleh : Megawaty Suhuyanli
Dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan terhadap
bank syariah, Bank Indonesia dan perbankan telah melakukan berbagai upaya seperti penyelenggaraan Festival Ekonomi Syariah di kota Makassar dan Klinik Bisnis Syariah di Kabupaten Palopo dan Maros. Berbagai upaya ini diharapkan membuka mata masyarakat terhadap alternatif untuk penyimpanan dana maupun pembiayaan. Namun jika dilihat dari sisi nominal penghimpunan dana, seluruh upaya tersebut menunjukkan hasil yang belum optimal, tercermin dari porsi penghimpunan dana pihak ketiga perbankan syariah masih kecil dibanding perbankan konvensional yaitu hanya sekitar 2,3% pada akhir tahun 2008.
Sehubungan dengan hal tersebut dan terkait usaha pencitraan baru perbankan syariah sebagai bank yang universal, maka perlu diketahui upaya-upaya konkret yang dapat meningkatkan penghimpunan dana pihak ketiga perbankan syariah. Mengenai ke-universalitas-nya perbankan syariah tersebut, maka dilakukan survei kepada kalangan pengusaha terutama pengusaha etnis Tionghoa di kota Makassar tentang pemahaman mereka terhadap perbankan syariah.
Dari hasil wawancara dan kuesioner kepada 65 pengusaha/ pedagang etnis Tionghoa di Kota
Makassar (berbagai bidang usaha) diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Alasan utama menabung di bank berdasarkan pada keamanan (53,85%), jaringan kantor (24,61%) dan suku bunga simpanan tinggi (12,31%).
2. Sumber informasi utama mengenai suatu produk/jasa perbankan melalui karyawan bank (47,69%), teman/keluarga (23,08%) dan spanduk/papan reklame/baliho serta brosur/pamflet (12,31%).
3. Sebagian besar responden mengetahui adanya perbankan berdasarkan prinsip syariah yaitu sebanyak 56,92%.
4. Semua responden belum menabung di bank syariah (100%). Adapun alasan utamanya adalah adanya persepsi bahwa bank syariah hanya diperuntukkan untuk masyarakat beragama Islam (21,54%) dan kurang pahamnya atas sistem perbankan syariah (58,46%).
5. Pemahaman responden tentang bank syariah sebagai berikut : a. Berdasarkan prinsip bagi hasil serta dijalankan dengan menerapkan kejujuran dan saling
percaya b. Tidak jelas mekanisme dan perhitungan hasilnya. c. Keuntungan Bank akan dipotong zakat baru akan dibagihasilkan dan zakat itu akan
digunakan untuk membeli hewan kurban. d. Dijalankan menurut syariah dan kaidah agama Islam e. Balas jasanya bukan berupa bunga karena bunga adalah haram, sehingga menyimpan uang
di Bank Syariah tidak ada hasilnya. f. Bank untuk orang naik haji g. Menabung mirip dengan membeli saham dan berjudi karena tidak pasti jumlah nominal
yang akan diperoleh. h. Untuk umat Islam karena ada logo IB yang berarti Islamic Banking. i. Tidak berorientasi pada profit. j. Tidak dapat melakukan negosiasi imbal hasil yang nantinya akan diperoleh seperti di
konvensional yang dapat menegosiasikan tingkat bunga. k. Imbalannya berupa zakat yang jauh lebih rendah dibanding bank biasa/konvensional.
50 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Dari beberapa pandangan tersebut, terdapat banyak pandangan/persepsi responden yang tidak tepat terhadap perbankan syariah; yaitu :
1. Hanya diperuntukkan bagi umat beragama Islam
Berdasarkan Undang-Undang Perbankan Syariah No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menyebutkan bahwa perbankan syariah tidak hanya diperuntukkan bagi kalangan tertentu saja.
2. Tidak mendapat imbal hasil atas uang yang ditabung Imbal hasil atas uang yang ditabung disesuaikan dengan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
3. Tidak berbeda dengan bank konvensional Sesuai UU No. 21 Tahun 2008, terdapat perbedaan antara bank syariah dan konvensional, seperti perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, yaitu kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur riba, maisir, gharar, haram dan zalim.
4. Tidak jelas mekanisme dan perhitungan hasilnya. Mekanisme dan perhitungan hasil simpanan perbankan syariah sesuai dengan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Mengingat suatu usaha belum dapat diketahui pasti jumlah yang akan diperoleh, maka penabung belum dapat mengetahui berapa nilai imbal hasil yang akan diperolehnya melainkan hanya mengetahui dalam bentuk nisbah.
5. Keuntungan akan dipotong zakat baru dibagihasilkan dan zakat itu akan digunakan untuk membeli hewan kurban. Berdasarkan UU No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 4 ayat (2) disebutkan bahwa Bank syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, sedekah, hibah atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. Jadi dalam hal ini, bank syariah tidak memotong zakat dari keuntungan yang diperolehnya, melainkan mengumpulkan dan menyalurkan zakat tersebut.
6. Untuk orang naik haji Bank syariah diperuntukkan untuk semua kalangan, yang juga berkewajiban untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Tabungan haji merupakan salah satu produk dan jasa yang ditawarkan.
7. Laba akan dibagi ke nasabah tetapi sulit menghitung pembagian labanya. Bank akan menyalurkan pembiayaan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati -hatian, membuat proyeksi pendapatan (PP) dan realisasi pendapatan (RP) serta terus memantau perkembangan usaha debiturnya, sehingga dari laba yang dihasilkan akan dibagi berdasarkan kesepakatan sebelumnya dan hal ini tidak sulit untuk dihitung karena tiap bank telah memiliki personil yang ahli dan akan dapat menjelaskan kepada para nasabahnya.
8. Mirip dengan membeli saham Spekulasi sebagai salah satu tipe gharar yang sangat dilarang dalam prinsip syariah, salah satunya adalah saham. Sedangkan dana yang ditempatkan di bank syariah bertujuan untuk persiapan diri untuk pelaksanaan perencanaan masa akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan, yang kemudian akan disalurkan ke pembiayaan yang produktif dan hasil usahanya akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
9. Logo IB (Islamic Banking) berarti bank untuk kalangan yang beragama Islam Logo IB tersebut menunjukkan bahwa di bank tersebut telah tersedia layanan perbankan berdasar prinsip syariah, bukan untuk menunjukkan bahwa bank tersebut untuk kalangan tertentu saja.
10. Tidak berorientasi profit Bank syariah juga berbentuk badan usaha yang berorientasi profit. Namun bank syariah juga berorientasi falah yaitu kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
51 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
11. Tidak dapat melakukan negosiasi imbal hasil yang nantinya akan diperoleh seperti di konvensional yang dapat menegosiasikan tingkat bunga. Imbal hasil yang nantinya akan diperoleh adalah berdasarkan kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya antara nasabah dan bank.
12. Imbalannya berupa zakat yang jauh lebih rendah dibanding bank biasa Persepsi ini tidak tepat sebab yang nantinya diperoleh adalah hasil yang sesuai dengan kesepakatan di akad sebelumnya dan bukan berupa zakat dan belum tentu imbal hasil ini lebih kecil dibanding bunga dari bank biasa (konvensional).
13. Tidak jelas mekanisme dan perhitungan hasilnya. Persepsi ini tidak tepat sebab mekanisme dan perhitungan hasilnya jelas, yaitu menggunakan dua metode seperti disebut dalam PBI No. 8/24/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi BPRS berdasarkan Prinsip Syariah yaitu Metode bagi untung (profit sharing) dan Metode bagi pendapatan (revenue sharing).
Hasil dari kuesioner tersebut direkapitulasikan dalam analisa SLOT terhadap perbankan syariah
berikut ini :
Selain pemahaman pengusaha etnis Tionghoa terhadap perbankan syariah, sebagai penyeimbang juga dilakukan survei terhadap masyarakat umum seperti masyarakat penukar uang kecil yang datang ke Bank Indonesia selama seminggu (tanggal 2 April 2009 hingga 6 April 2009), dengan jumlah responden 100 orang. Dari hasil survei tersebut didapatkan sebagai berikut :
(1) Sebanyak 83 orang responden adalah muslim (83%) dan 17 orang nonmuslim (17%). Dari 83
orang tersebut, ternyata 43 orang mengetahui mengenai adanya perbankan berdasar prinsip syariah (51,8%), 39 orang tidak mengetahui (47%) dan 1 orang tidak memberi jawaban (1,2%).
(2) Sebanyak 13 orang responden menabung di bank syariah (13%), 86 tidak menabung di bank syariah (86%) dan 1 orang tidak memberi jawaban (1%).
52 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
(3) Alasan utama tidak/ belum menabung di bank syariah adalah karena jumlah cabang syariah yang masih kurang. Alasan lainnya adalah : belum mengetahui kelebihan dan kekurangan Bank syariah, belum mengetahui manfaat menabung di Bank syariah, malu, kurang transparan dan belum berminat.
(4) Beberapa hal yang diketahui responden mengenai bank syariah adalah : - Berbeda dari bank konvensional, yaitu tidak memberi bunga tetapi bagi hasil - Bernuansa Islamic dan hanya diperuntukkan bagi yang beragama Islam - Berprinsip pada ketentuan syariah dan menganut sistem perdagangan Islam - Tujuan utama bukan mendapat keuntungan tetapi untuk membantu masyarakat - Bank yang membingungkan dan sulit diingat - Bisa menang umroh - Mudharabah dan Musyarakah
Dari hasil diatas, terlihat bahwa masih banyak responden yang belum mengetahui adanya
perbankan berdasar prinsip syariah. Selain itu, terdapat pula beberapa pemahaman yang tidak tepat terhadap perbankan syariah, misalnya bank syariah sebagai bank yang hanya diperuntukkan bagi masyarakat beragama Islam.
Saran
Upaya untuk meningkatkan penghimpunan dana pihak ketiga dapat ditinjau dari 2 (dua) sisi yaitu dari sisi penawaran dan sisi permintaan, Dari sisi penawaran, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pengembangan jaringan, SDM, produk, layanan, promosi, edukasi publik ,dan infrastruktur syariah lainnya. Dari sisi permintaan, pengetahuan masyarakat harus ditingkatkan dan persepsi tidak tepat responden harus diperbaiki.
Berbagai upaya yang dapat dilakukan antara lain : 1. Publikasi lebih aktif mengenai penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). 2. Tidak memasarkan produk dengan kata-kata yang tidak familiar. 3. Promosi yang menarik dan attractive. 4. Peningkatan pengetahuan masyarakat sejak dini dan komprehensif. 5. Peningkatan keinginan masyarakat untuk mengetahui lebih dalam tentang perbankan syariah. 6. Penggunaan judul buku yang menarik dan universal. 7. Sosialisasi di media massa maupun tempat-tempat umum.
53 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
BOKS II
BERBAGAI ISU REGIONAL SULSEL
Terdapat beberapa isu regional Sulsel yang bersumber dari kegiatan survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia, yang perlu mendapatkan perhatian bagi semua pihak, yaitu antara lain :
1. Upaya untuk mempercepat realisasi APBD telah dilakukan antara lain dengan mempercepat penetapan RAPBD. Namun demikian sampai dengan Maret 2009, realisasi pengeluaran pemerintah lebih terfokus pada pengeluaran yang bersifat rutin, seperti belanja pegawai dan operasional. Kondisi tersebut tentunya kurang sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat untuk mempercepat proses penyerapan anggaran. Sementara untuk pengeluaran belanja modal daerah masih terkendala pada prosedur administrasi pengadaan, sehingga realisasinya masih terbatas. Berdasarkan hasil liaison kepada pemerintah daerah, kondisi tersebut dianggap dalam kondisi normal, mengingat hal tersebut berulang terus setiap tahun.
2. Pemberian stimulus fiskal daerah yang dilakukan oleh pemerintah pusat dalam rangka meminimalisir dampak dari krisis keuangan global belum menjadi prioritas pemerintah daerah. Pelaksanaan program pemerintah daerah masih mengutamakan program-program pembangunan ekonomi yang telah dirancang. Sehingga sinergitas program yang direncanakan oleh pemerintah pusat dengan program daerah masih kurang terkoordinasi secara baik. Selain itu, perbedaan karakteristik di masing-masing provinsi juga menjadi kendala optimalisasi pencapaian tujuan program stimulus fiskal.
3. Prospek perbankan di Sulsel : a. Perbankan zona Sulampua masih cukup optimis dalam melihat prospek bisnis. b. Rata-rata kredit yang ditargetkan akan tumbuh sebesar 15,46% dan penghimpunan
dana sebesar 16,13%. c. Dari pertumbuhan DPK dan kredit tersebut diperkirakan LDR perbankan di zona rata-rata
menjadi 76%. d. Faktor-faktor yang mendukung pencapaian target tersebut diperkirakan berasal dari
perluasan pasar, dukungan program pemerintah serta potensi dan daya serap sektor riil yang masih cukup baik.
e. Sektor-sektor yang menjadi sasaran penyaluran kredit tersebut antara lain sektor perdagangan, sektor pertanian,sektor jasa dan sektor konstruksi. Namun disisi lain, perbankan dalam penyaluran kredit lebih berhati-hati dengan lebih selektif khususnya untuk pembiayaan ekspor.
f. Hambatan penyaluran kredit antara lain disebabkan oleh pengaruh krisis ekonomi global yang menyebabkan daya beli negara tujuan eksportir menurun, daya beli masyarakat dalam negeri menurun, nilai tukar rupiah yang relatif tidak stabil dan penurunan nilai komoditas.
g. Kebijakan kredit perbankan dalam mengantisipasi terjadinya resesi, antara lain seperti selective growth untuk sunset industry, peningkatan kualitas kredit dengan target NPL<3%, peningkatan prudential principles (terkait LC), fokus pada segmen mikro, pengelolaan bank berbasis risiko, mempermudah dokumen ekspor dan fokus pada sektor produktif.
----------------------
54 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
55 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Bab 5
Kesejahteraan
Proyeksi peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan
laporan relatif kurang berdampak pada tingkat kesejahteraan petani. Hal ini juga tercermin
dari pertumbuhan ‘indeks yang diterima petani’ yang relatif lamban dibanding dengan
pertumbuhan ‘indeks yang dibayar petani’. Sementara indeks yang dibayar petani tersebut
terus mengalami dorongan untuk meningkat yang disebabkan oleh kenaikan harga
barang/jasa secara umum (inflasi). Sedangkan di sisi lain, berdasarkan hasil survei, didapatkan
bahwa terjadi peningkatan ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan yang bersifat
sementara karena didorong oleh meningkatnya kegiatan kampanye partai politik.
5.1. Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani merupakan salah satu ukuran tingkat kemampuan daya tukar dari
produk pertanian dengan barang/jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi, atau
menggambarkan daya beli petani di pedesaan. Pada triwulan I-2009, NTP Sulsel mengalami
peningkatan sebesar 0,01% dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya, lebih
rendah dibanding pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,42%
(y.o.y). Apabila ditinjau dari komponen pembentuk NTP tersebut, kedua komponen
pembentuk NTP yaitu indeks yang dibayar petani (Ib) dan indeks yang diterima petani (It)
masing-masing mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya.
Namun pertumbuhan It masih tercatat lebih rendah dibanding pertumbuhan Ib.
Grafik 5.1. Perkembangan Nilai Tukar Petani
Pertumbuhan It pada triwulan I-2009 tercatat sebesar 8,04% (y.o.y) yaitu dari 109,90
menjadi 118,73. Angka pertumbuhan It tersebut lebih rendah dibanding angka
-
50
100
150
200
250
300
350
400
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2007 2008 2009
Ib It NTPy.o.y NTP y.o.y It y.o.y Ib
56 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
pertumbuhan pada triwulan IV-2008 yang sebesar 11,39% (y.o.y). Sementara pertumbuhan
Ib juga tercatat lebih rendah yaitu sebesar 14,90% (y.o.y) dari 104,70 menjadi 120,30, yang
lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan IV-2008 yang sebesar 19,61% (y.o.y).
Perlambatan pertumbuhan indeks yang diterima petani (It) (8,04%) tersebut relatif
karena terjadinya penurunan kinerja pada sektor industri, khususnya agro industri terkait
dengan produk-produk agro industri yang ditujukan untuk ekspor. Hal ini sejalan dengan
pertumbuhan ekspor di bidang pertanian yang cenderung menurun produktifitasnya.
Sementara itu tingkat harga komoditi pertanian, terutama pada kelompok bahan makanan,
berdasarkan laju inflasi tahunan pada triwulan laporan mengalami perlambatan, dimana laju
inflasi tahunan pada triwulan laporan lebih rendah dibanding laju inflasi tahunan triwulan IV-
2008. Kondisi tersebut tentunya relatif akan mengurangi tingkat pendapatan petani. Apabila
diperbandingkan antara indeks yang diterima petani (It) dengan laju inflasi tahunan Sulsel
(9,01%; y.o.y), maka pendapatan petani Sulsel tersebut relatif mengalami tekanan, yaitu
sebesar -0,97%. Sementara di sisi lain, pertumbuhan indeks yang diterima petani tidak
seimbang dengan pertumbuhan indeks yang dibayar petani, yang dapat diartikan bahwa
kondisi tersebut relatif menggambarkan tingkat kesejahteraan petani makin mengalami
penurunan.
Sementara perlambatan pertumbuhan Ib tersebut diperkirakan merupakan dampak
lanjutan dari penurunan pendapatan petani, sebagai akibat dari berlimpahnya pasokan hasil
pertanian karena pada periode akhir kuartal I-2009 merupakan masa panen. Hal tersebut
menyebabkan relatif jatuhnya harga produk-produk pertanian yang karakteristiknya tidak
tahan lama. Selanjutnya, sejalan dengan menurunnya pendapatan para petani, maka secara
otomatis mereka mengurangi pengeluaran mereka yang terlihat dari nilai lb yang melambat.
5.2. Survei
Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Makassar, pada
triwulan laporan ‘indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini’ (triwulan I-2009) semakin
membaik. Hal ini tampak dari pertumbuhan ‘indeks ketersediaan lapangan kerja’ yang
tercatat -0,38% (y.o.y), lebih baik dibanding pertumbuhan indeks dimaksud pada triwulan
IV-2008 (-3,81%; y.o.y). Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini tercatat sebesar 88,33
sementara pada triwulan I-2008 sebesar 88,67. Koreksi indeks ini searah dengan
pertumbuhan ekonomi yang juga mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan
triwulan sebelumnya. Pertumbuhan PDRB tersebut, diperkirakan karena terjadinya dorongan
konsumsi terutama yang berasal dari konsumsi rumah tangga dan pemerintah. Pertumbuhan
dari sisi konsumsi ini, secara tidak langsung mencerminkan terjadinya pertumbuhan di sisi
produksi yang direfleksikan pada terjadinya peningkatan indeks ketersediaan lapangan
57 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
pekerjaan pada hasil Survei Konsumen. Namun peningkatan indeks tersebut masih di bawah
level psikologis (100,00) yang mengindikasikan kurang optimisnya masyarakat akan
ketersediaan lapangan kerja. Hal tersebut dimungkinkan karena pada triwulan I-2009,
lapangan kerja yang tersedia hanya bersifat jangka pendek dan temporer, seperti kegiatan
untuk pelaksanaan kampanye.
Sejalan dengan kondisi tersebut, ‘indeks penghasilan saat ini’ dibanding 6 bulan lalu
juga mengalami penurunan -1,00% (y.o.y), yaitu dari 133,83 pada Triwulan I-2008 menjadi
132,50. Namun penurunan tersebut tercatat lebih baik dibanding pertumbuhan ‘indeks
penghasilan saat ini’ pada triwulan IV-2008 yang turun sebesar -1,34% (y.o.y). Kondisi
tersebut dimungkinkan akibat laju inflasi tahunan yang masih relatif tinggi, sementara
kenaikan pendapatan (UMR dan Gaji PNS) dirasakan masih kurang meningkatkan
pendapatan riil masyarakat. Kegiatan pada masa kampanye partai politik untuk Pemilu 2009,
relatif meningkatkan pendapatan masyarakat yang bersifat sementara saja.
Grafik 5.2. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Saat Ini
Grafik 5.3. Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu
-12%
-10%
-8%
-6%
-4%
-2%
0%
2%
4%
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2007 2008 2009
Indeks ketersediaan lapangan kerja saat iniy.o.y
-10.00%
-5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
120
122
124
126
128
130
132
134
136
138
140
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2007 2008 2009
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yg laluy.o.y
58 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
59 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Bab 6
Keuangan Daerah
Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada tahun 2009 diperkirakan akan tumbuh
secara merata pada masing-masing kabupaten/kota. Hal dimaksud didasarkan adanya alokasi
belanja bantuan keuangan kepada kabupaten/kota dan pemerintahan desa yang bersumber
dari APBD Provinsi Sulsel. Berdasarkan data dari Departemen Keuangan (www.depkeu.go.id),
bantuan dimaksud dialokasikan sebesar 12,18% dari total belanja pemerintah provinsi Sulsel.
Alokasi tersebut hampir sama dengan alokasi belanja modal pada tahun 2009 yaitu sebesar
12,79%. Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia Makassar kepada pemerintah daerah
Sulsel, bantuan dimaksud digunakan untuk keperluan subsidi program pendidikan dan
kesehatan gratis. Diharapkan dengan adanya program tersebut maka beban masyarakat
terhadap biaya pendidikan dan kesehatan menjadi berkurang, yang secara jangka panjang
diharapkan akan mampu meredam laju inflasi, khususnya untuk komoditi yang termasuk
kelompok pendidikan dan kesehatan.
Tabel 6.1. APBD Provinsi Sulsel 2007 - 2009
Selain itu, ditinjau dari struktur pendapatan daerah, proporsi pendapatan asli daerah
mengalami peningkatan, yaitu dari 54,9% pada tahun 2008 menjadi 58,9% pada tahun
2009. Kondisi tersebut relatif juga menggambarkan tingkat kemandirian daerah yang
semakin meningkat, meskipun pertumbuhan pendapatan asli daerah pada tahun 2009 lebih
2007 - 2008 2008 - 2009
ANGGARAN ANGGARAN ANGGARAN % %1. PENDAPATAN1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 805,306,444,200.95 1,113,291,487,317.04 1,301,646,107,960.42 38.24% 16.92%
- Pendapatan Pajak Daerah 686,439,048,950.00 960,441,092,563.03 1,125,026,109,768.65 39.92% 17.14%- Pendapatan Retribusi Daerah 55,047,765,000.00 73,441,065,000.00 91,984,773,000.00 33.41% 25.25%- Bagian Laba Hasil Daerah 41,964,682,045.95 51,021,189,182.01 57,113,204,178.77 21.58% 11.94%- Lain-lain PAD yang Sah 21,854,948,205.00 28,388,140,572.00 27,522,021,013.00 29.89% -3.05%
1.2. PENDAPATAN TRANSFER 758,011,898,579.20 908,790,026,766.40 907,819,123,820.00 19.89% -0.11%Dana Perimbangan- Dana Bagi Hasil Pjk dan Bukan Pjk 158,503,898,579.20 216,943,503,766.40 199,547,733,820.00 36.87% -8.02%- DAU 599,508,000,000.00 656,709,523,000.00 663,422,390,000.00 9.54% 1.02%- DAK - 35,137,000,000.00 44,849,000,000.00 100.00% 27.64%Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya - -
1.3. Lain-lain Pendapatan yang Sah 44,277,414,067.14 4,000,000,000.00 - -90.97% -100.00%JUMLAH PENDAPATAN 1,607,595,756,847.29 2,026,081,514,083.44 2,209,465,231,780.42 26.03% 9.05%
2. BELANJA 2.1. BELANJA OPERASI 1,071,209,468,453.00 1,332,098,409,700.30 1,982,210,360,902.42 24.35% 48.80%2.2. BELANJA MODAL 301,882,011,457.14 295,209,861,949.70 291,258,088,344.00 -2.21% -1.34%2.3. BELANJA TIDAK TERDUGA 15,000,000,000.00 15,000,000,000.00 15,000,000,000.00 0.00% 0.00%
JUMLAH BELANJA 1,388,091,479,910.14 1,642,308,271,650.00 2,288,468,449,246.42 18.31% 39.34%
2.4. TRANSFER 329,747,596,452.15 472,760,187,010.53 43.37% -100.00%
SURPLUS / (DEFISIT) (110,243,319,515.00) (88,986,944,577.09) (79,003,217,466.00) -19.28% -11.22%
3. PEMBIAYAAN 110,243,319,515.00 88,986,944,577.09 82,264,617,466.00 -19.28% -7.55%Sumber : Pemprov Sulsel
2009NO. U R A I A N
2007 2008
60 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
kecil dari tahun 2008. Pendapatan asli daerah Provinsi Sulsel tersebut mengalami
peningkatan sebesar 16,92% pada tahun 2009, sementara pada tahun 2008 tumbuh
sebesar 38,24%. Proporsi pendapatan asli daerah yang meningkat tersebut disokong oleh
peningkatan pendapatan pajak daerah yang proporsinya sebesar 86,4%.
Dari sisi belanja, pada tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar 39,34%, sementara
pada tahun 2008 hanya meningkat sebesar 18,31%. Peningkatan yang cukup tinggi tersebut
didorong oleh adanya kenaikan gaji PNS sebesar 15% terhitung Januari 2009. Akibat kondisi
tersebut belanja operasi mengalami peningkatan sebesar 48,80%, dimana salah komponen
terbesar dalam belanja operasi adalah belanja pegawai. Dari sisi belanja ini, terdapat suatu
hal yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu selama tahun 2008-2009 terjadi
kecenderungan penurunan alokasi belanja modal pemprov Sulsel, yaitu masing-masing
sebesar -2,21% pada tahun 2008 dan -1,34% pada tahun 2009. Selain itu, alokasi belanja
modal pada tahun 2009 yang sebesar 12,79%, lebih rendah dibanding alokasi belanja modal
pada tahun 2008 (17,97%)
61 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Bab 7
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Peningkatan kinerja perekonomian Sulawesi Selatan di Triwulan I-2009 akan terus
berlanjut di Triwulan II-2009 dengan pendorong utama dari sisi konsumsi baik konsumsi
rumah tangga maupun konsumsi pemerintah daerah, meskipun terdapat tekanan
perekonomian global. Selanjutnya laju inflasi regional, diperkirakan akan mengalami
perlambatan, meskipun diperkirakan akan terjadi peningkatan konsumsi masyarakat terkait
akan dilaksanakan kegiatan kampanye pemilihan presiden pada bulan juni 2009 serta adanya
tahun ajaran baru.
7.1 Outlook Kondisi Makroregional
Dari sisi penawaran, dorongan pertumbuhan diperkirakan terutama dari sektor
pertanian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan/konstruksi dan sektor perdagangan-
hotel-restoran. Di sektor pertanian, pertumbuhan diperkirakan didorong oleh subsektor
tanaman bahan makanan, terutama padi, sehubungan dengan masih berlanjutnya masa
panen sampai dengan bulan kedua triwulan II-2009. Dorongan pertumbuhan diperkirakan
juga diberikan oleh subsektor perikanan mengingat kondisi cuaca yang cukup kondusif.
Namun di sisi lain, tekanan pertumbuhan sektor ini relatif terdapat pada subsektor
perkebunan, terutama komoditi kakao dimana kualitasnya masih belum mengalami
perbaikan yang cukup signifikan.
Di sektor industri pengolahan, pertumbuhan diperkirakan karena mulai berjalannya
proyek-proyek pemerintah yang secara tidak langsung akan meningkatkan kinerja industri
pengolahan semen. Kondisi tersebut tentunya akan mendorong juga peningkatan kinerja
sektor bangunan/konstruksi. Hal serupa akan terjadi pula pada industri pengolahan
makanan-minuman, yang diperkirakan akan tumbuh positif karena turunnya harga komoditi
bahan baku impor seperti gandum.
Di sektor perdagangan-hotel-restoran, pertumbuhan diperkirakan terutama didorong
dengan akan adanya kegiatan kampanye pemilihan presiden. Selain itu, adanya kebijakan
stimulus fiskal yang dikeluarkan pemerintah pusat selain akan dapat mendorong kegiatan
perekonomian di sektor sektor yang terkait juga akan meningkatkan daya beli masyarakat
baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga mendorong konsumsi rumah tangga.
Adapun sektor pertambangan dan penggalian akan mengalami tekanan terkait
tingkat harga beberapa komoditas hasil pertambangan di pasar internasional masih relatif
rendah serta melemahnya permintaan komoditas tersebut di pasar dunia.
62 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Di sisi permintaan, diperkirakan kinerja konsumsi masih akan menjadi generator
perekonomian Sulsel di triwulan II-2009,yang bersumber dari konsumsi rumah tangga dan
konsumsi pemerintah. Diperkirakan kegiatan kampanye untuk pemilihan presiden akan
mampu meningkatkan konsumsi masyarakat. Selain itu, terdapat pula beberapa kegiatan
yang mampu mendorong peningkatan kinerja konsumsi, yaitu antara lain mulai berjalannya
program-program pemerintah daerah yang dapat berimplikasi pada meningkatnya realisasi
APBD, dan adanya tahun ajaran baru pada sekitar bulan Juni yang berimplikasi pada
meningkatnya pembelanjaan konsumsi rumah tangga untuk keperluan sekolah dan kursus-
kursus.
Kinerja investasi diperkirakan akan juga mengalami pertumbuhan positif terkait
dengan perkembangan perekonomian Sulsel yang masih cukup kondusif untuk berinvestasi.
Gubernur Sulawesi Selatan langsung memonitor perkembangan pembangunan termasuk
investasi melalui sarana coffee morning yang dilakukan secara periodik bulanan dengan
melibatkan seluruh dinas propinsi, perbankan dan kalangan usaha.
Kinerja ekspor diperkirakan masih memberikan kontribusi positif, terutama pada
perdagangan antar antar propinsi dan untuk komoditi tanaman bahan makanan. Sementara
kinerja ekspor antar negara diperkirakan masih akan melemah sehubungan dengan masih
kurang menguntungkannya tingkat harga komoditi hasil pertambangan di pasar
international serta lemahnya demand untuk komoditi dimaksud. Selain itu revitalisasi kakao
belum dapat terlaksana dengan baik dalam jangka pendek.
Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen
Pada triwulan mendatang, faktor-faktor yang perlu diwaspadai adalah meningkatnya
aktifitas kegiatan politik sehubungan dengan akan diselenggarakannya kampanye pemilihan
presiden yang akan diselenggarakan pada akhir triwulan II-2009. Faktor tersebut relatif akan
dapat memberikan dampak negatif terhadap terciptanya stabilitas perekonomian Sulsel.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2007 2008 2009
Indeks Ekspektasi Konsumen
63 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Berdasarkan alasan tersebut di atas dan dengan asumsi tidak ada kejadian yang
cukup mengganggu proses kinerja pembangunan, maka diperkirakan perekonomian Sulsel
pada triwulan mendatang, secara tahunan masih akan lebih rendah dibanding periode yang
sama tahun sebelumnya (8,10%), namun sedikit lebih tinggi dibanding pertumbuhan
tahunan pada triwulan I-2009 (4,52%). Perekonomian Sulsel pada triwulan II-2009
diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,5% ± 1% (y.o.y). Kondisi perkiraan tersebut sejalan
dengan hasil survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Makassar yang cenderung
menunjukkan sedikit peningkatan dibanding triwulan I-2009.
7.2 Outlook Inflasi
Pada triwulan mendatang, perlambatan laju inflasi tahunan diperkirakan masih
akan terjadi. Perkiraan perlambatan laju inflasi tahunan tersebut sebagai dampak kelanjutan
dari penurunan harga BBM dan pengaruh dari kenaikan harga BBM pada akhir Mei 2008
akan mulai berkurang. Selain itu, adanya kebijakan pemerintah dalam menstimulus
perekonomian daerah diperkirakan ikut mendorong kestabilan harga di tingkat regional,
seperti kebijakan subsidi PPN, kebijakan kesehatan dan sekolah gratis serta kebijakan
penurunan harga susu kaleng.
Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d
Kondisi tersebut tentunya akan mendorong terjadinya penurunan tingkat harga
komoditi keperluan pokok masyarakat. Selain itu, terdapat upaya pemerintah daerah untuk
menjaga ketersediaan barang kebutuhan sarana produksi, seperti menjaga ketersediaan
pupuk yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dan peningkatan surplus produksi produk
unggulannya; disiplin anggaran dan penciptaan kondisi iklim usaha yang kondusif.
Di sisi lain, terdapat beberapa kondisi yang cenderung memicu pergerakan harga,
seperti adanya kenaikan gaji pegawai negeri yang relatif akan mendorong terjadinya
peningkatan permintaan, volatilitas harga komoditas primer di pasar internasional yang
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2007 2008 2009
Indeks perubahan harga umum 3 bulan yad
64 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
mempengaruhi tingkat harga di pasar regional dan ekspektasi masyarakat terhadap
perkembangan ekonomi pada triwulan dimaksud. Dengan pertimbangan tersebut di atas
maka pada akhir triwulan II-2009, diperkirakan inflasi tahunan provinsi Sulsel pada kisaran
6,5% ± 1% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2009 yang tercatat sebesar 9,01%
(y.o.y). Perkiraan laju inflasi pada triwulan mendatang tersebut didorong oleh laju inflasi
tahunan kota Makassar yang laju inflasinya sebesar 5,3% ± 1% (y.o.y). Perlambatan laju
inflasi Sulsel tersebut sejalan dengan Indeks ekspektasi masyarakat terhadap harga-harga
dalam 3 bulan yang akan datang yang cenderung menunjukkan terjadinya perlambatan laju
inflasi.
7.3. Prospek Perbankan
Pada triwulan laporan, kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Selatan
memperlihatkan pertumbuhan yang cukup positif, meskipun dari sisi nilai tambah bruto
perbankan cenderung turun yang diakibatkan faktor awal tahun. Pertumbuhan perbankan
tersebut diperkirakan masih terus berlanjut seiring dengan perkembangan perekonomian
daerah. Tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI-rate) yang cenderung mengalami penurunan
pada akhir triwulan I-2009, diharapkan dapat mendorong penyaluran kredit/pembiayaan.
Kondisi tersebut menuntut perbankan daerah untuk lebih apresiatif dan kreatif dalam
memberikan jasa pelayanannya kepada masyarakat.
Hal tersebut di atas sejalan dengan hasil survei Bank Indonesia dimana terdapat
kecenderungan peningkatan pinjaman di bank, sementara di sisi simpanan terdapat
kecenderungan penurunan tingkat ekspektasi tabungan yang akan datang, namun dalam
besaran yang relatif minim.
Grafik 7.3. Indeks Ekspektasi Tabungan dan Perkiraan Pinjaman di Bank
Yang Akan Datang
0
20
40
60
80
100
120
140
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2007 2008 2009
Ekspektasi tabungan yad
Perkiraan pinjaman di bank yad
65 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
LAMPIRAN 1. Data Ekonomi Makro
Tabel 1.a Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan
Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar)
-
Tabel 1.b Produk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan
Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar)
2. Data Inflasi
Tabel 2.a
Laju Inflasi Kota Makassar Menurut Kelompok Pengeluaran (2007 = 100)
2009
4 1 2 3 4 1 *1. Pertanian 3,107.36 3,204.58 3,224.61 3,337.44 3,156.79 3,285.06
2. Pertambangan & Penggalian 1,073.97 1,072.92 979.12 1,010.37 972.53 984.57 3. Industri Pengolahan 1,507.51 1,533.78 1,582.90 1,557.92 1,566.84 1,586.99 4. Listrik,Gas & Air Bersih 107.25 107.74 110.34 115.31 117.61 119.35
5. Bangunan 533.93 536.15 581.84 596.29 614.14 602.03 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1,659.54 1,690.46 1,734.06 1,821.53 1,788.51 1,844.33
7. Angkutan & Komunikasi 873.04 862.12 895.73 940.79 952.73 983.31 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 693.67 700.96 735.74 724.98 719.39 712.97 9. Jasa - jasa 1,210.50 1,212.86 1,240.31 1,250.61 1,299.81 1,297.13
PDRB 10,766.77 10,921.58 11,084.65 11,355.24 11,188.35 11,415.75
Sumber : BPS Sulsel
Ket. : Angka Sementara
*) Prakiraan Bank Indonesia Makassar
2007 2008SEKTOR EKONOMI
20094 1 2 3 4 1*
1. Konsumsi 7,607.43 7,685.04 7,744.21 7,940.15 7,990.34 8,275.48 2. Investasi 1,934.81 2,145.13 2,340.89 2,405.92 2,171.79 2,069.01 3. Ekspor 4,982.93 5,156.18 5,025.68 4,994.42 4,530.67 4,885.69 4. Impor 3,758.40 4,064.76 4,026.13 3,985.26 3,504.45 3,814.44
10,766.77 10,921.58 11,084.65 11,355.24 11,188.35 11,415.75 Sumber : BPS SulselKet. : Angka Sementara*) Perkiraan Bank Indonesia Makassar
2007 2008
PDRB
SEKTOR EKONOMI
66 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
Tabel 2.b Perbandingan Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Maret 2009
Di Provinsi se-Sulampua
3. Data Perbankan -
Tabel 3.a. Uang Giral dan Kuasi (Bank Umum dan BPR) (Rp Miliar)
Tabel 3.b. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum (Rp Miliar)
Tabel 3.c. Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan Bank Umum (Rp Miliar)
1 3,330.08 13,463.71 2 3,777.65 13,914.93 3 4,097.51 14,378.94 4 5,007.94 16,008.19 1 4,301.30 16,258.04 2 4,710.47 17,108.22 3 4,933.04 17,726.17 4 5,059.42 19,491.46 1 4,730.08 19,488.70 2 5,327.94 20,622.37 3 4,866.81 21,568.52 4 5,007.32 23,735.93 1 4,649.40 23,309.10 234
THN TRWUAN G GIRAL
U ANG KUASI
2006
2007
2008
2009
1 27,238.08 16,970.25 62.30%2 29,641.13 18,286.09 61.69%3 30,562.04 18,581.88 60.80%4 20,886.42 20,885.23 99.99%1 20,559.33 21,220.50 103.22%2 21,818.69 23,108.40 105.91%3 22,659.20 24,300.52 107.24%4 24,550.88 25,671.69 104.57%1 24,170.67 26,569.90 109.93%2 25,950.31 29,608.68 114.10%3 26,435.33 31,281.15 118.33%4 28,743.25 31,543.97 109.74%1 27,958.50 31,036.76 111.01%234
2009
2006
THN
2008
TRW LDRDPK KREDIT
2007
20094 1 2 3 4 1
Modal Kerja 9,778.34 10,064.63 11,473.30 12,307.66 12,368.15 11,911.11 Investasi 6,028.96 5,930.06 6,333.73 6,443.33 6,440.57 6,251.64 Konsumsi 9,864.38 10,575.21 11,801.65 12,530.16 12,735.26 12,874.01
TOTAL 25,671.69 26,569.90 29,608.68 31,281.15 31,543.97 31,036.76 GROWTH 22.92% 25.21% 28.13% 28.73% 22.87% 21.26%
2007 2008JENIS PENGGUN AAN
67 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009
4. Data Sistem Pembayaran
Tabel 4.a. Aliran Uang Kartal di Depo KBI Makassar
Tabel 4.b. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) (Rp Triliun)
Tabel 4.c. Transaksi Non Tunai via RTGS (Rp Triliun)
Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow1 2.02 0.41 1.61 -20.22% -73.79% 66.68% -10.56% -84.24% -564.44%2 0.50 1.19 (0.69) -76.19% -47.96% 260.11% -75.28% 190.27% -143.01%3 0.84 0.39 0.45 -68.04% -83.35% 46.80% 68.55% -67.53% -165.71%4 1.31 1.81 (0.49) -41.73% -30.59% 42.03% 56.33% 367.29% -208.22%1 2.34 0.60 1.74 15.80% 45.64% 8.18% 77.75% -66.93% -453.76%2 1.09 1.82 -0.73 118.82% 52.83% 5.21% -53.28% 204.60% -141.82%3 1.43 1.87 -0.44 70.27% 384.43% -197.01% 31.15% 2.93% -39.41%4 2.19 1.51 0.67 66.42% -16.12% -236.80% 52.80% -19.09% -252.61%1 2.27 0.24 2.03 -2.84% -59.81% 16.72% 3.77% -84.16% 201.82%234
200
9
Y.O.YJUMLAH Q.T.Q
200
8
Thn Trw
200
7
Inflow PTTB PTTB/Inflow Inflow PTTB PTTB/Inflow Inflow PTTB PTTB/Inflow
1 2.02 0.95 47.05% -20.22% 253.69% 343.31% -10.56% 7.75% 20.46%
2 0.50 0.47 95.08% -76.19% 34.38% 464.43% -75.28% -50.04% 102.06%
3 0.84 0.47 55.70% -68.04% -32.82% 110.19% 68.55% -1.26% -41.42%
4 1.31 0.87 66.22% -41.73% -1.22% 69.53% 56.33% 85.86% 18.89%
1 2.34 1.33 56.72% 15.80% 39.57% 20.53% 77.75% 52.24% -14.35%2 1.09 0.72 65.81% 118.82% 51.46% -30.78% -53.28% -45.79% 16.04%3 1.43 0.54 37.93% 70.27% 15.95% -31.90% 31.15% -24.41% -42.37%4 2.19 0.41 18.65% 66.42% -53.13% -71.84% 52.80% -24.86% -50.83%1 2.27 0.25 11.01% -2.84% -81.13% -80.58% 3.77% -38.72% -40.95%234
2007
Y.O.Y Q.T.Q
2009
2008
JUMLAHThn Trw
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
1 2 3 4 1 2 3 4 1
PTTB / Inflow
Inflow & PTTB (Triliun Rp)
Inflow PTTB PTTB/Inflow
Incoming Outgoing Netto Incoming Outgoing Netto Incoming Outgoing Netto1 7.63 10.80 (3.17) 10.87% -24.83% -57.63% -25.59% -7.20% 128.70%2 8.21 8.07 0.14 14.29% -39.47% -102.24% 7.58% -25.29% -104.35%3 8.71 9.93 (1.21) 10.13% -12.97% -65.25% 6.14% 23.00% -979.71%4 11.96 8.33 3.63 16.63% -28.44% -361.57% 37.26% -16.08% -398.85%1 11.38 7.16 4.22 49.17% -33.71% -233.04% -4.83% -14.04% 16.32%2 12.18 7.91 4.27 48.41% -1.97% 2994.20% 7.03% 10.47% 1.18%3 10.30 7.79 2.51 18.20% -21.51% -306.39% -15.47% -1.51% -41.32%4 14.60 9.23 5.36 22.09% 10.86% 47.87% 41.78% 18.52% 114.11%1 11.76 8.31 3.44 3.31% 16.09% -18.37% -19.46% -9.98% -35.78%234
2009
2007
2008
Q.T.QThn Trw
JUMLAH Y.O.Y
Rp Triliun