2009 ker tw i.pdf

74

Upload: nurfan-fatriah-mansyur

Post on 11-Jan-2016

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2009 KER TW I.pdf

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN-I

2009

Page 2: 2009 KER TW I.pdf

iii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang

tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligence dan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survei), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala. Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 ini materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) akan dipisahkan dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh. Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pihak swasta dan kalangan masyarakat Iainnya. Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami nantikan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini.

Makassar, Mei 2009 BANK INDONESIA MAKASSAR

ttd.

Lambok A. Siahaan

Pemimpin

Page 3: 2009 KER TW I.pdf

v Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ~ iii

DAFTAR ISI ~ v

DAFTAR GRAFIK ~ vii

DAFTAR TABEL ~ ix

RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1

INDIKATOR EKONOMI KER Trw. I-2009 ~5

BAB 1 PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 7

1.1. Permintaan Daerah ~ 8

1.1.1. Konsumsi ~ 8

1.1.2. Investasi ~ 10

1.1.3. Net Perdagangan Eksternal ~ 11

1.2. Penawaran Daerah (Sektoral) ~ 13

1.2.1. Sektor Pertanian ~ 14

1.2.2. Sektor Industri Pengolahan ~ 15

1.2.3. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran ~ 16

1.2.4. Sektor Jasa-jasa ~ 17

1.2.5. Sektor Angkutan dan Komunikasi ~ 18

1.2.6. Sektor Keuangan-persewaan-jasa perusahaan ~ 19

1.2.7. Sektor Lainnya ~ 20

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ~ 23

2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ~ 24

2.2. Inflasi Kota Lainnya di Sulawesi Selatan ~ 32

2.3. Indeks Harga Konsumen Pedesaan ~ 32

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN ~ 35

Page 4: 2009 KER TW I.pdf

vi Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

3.1. Perkembangan Moneter ~ 35

3.2. Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah) ~ 36

3.2.1. Kelembagaan dan Aset ~ 36

3.2.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan ~ 36

3.2.3. Intermediasi Bank Umum Konvensional ~ 40

3.2.4. Intermediasi Bank Umum Syariah ~ 41

3.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) ~ 42

BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 45

4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ 45

4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ 46

4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan ~ 46

4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS ~ 47

4.4.1. Perkembangan RTGS ~ 47

4.4.2. Perkembangan Kliring ~ 48

BOOK 1 UPAYA PENINGKATAN PENGHIMPUNAN DPK PERBANKAN SYARIAH DI

KOTA MAKASSAR ~ 49

BOOK 2 BERBAGAI ISU REGIONAL SULSEL ~ 53

BAB 5 KESEJAHTERAAN ~ 55

5.1. Nilai Tukar Petani ~ 55

5.2. Survei ~ 56

BAB 6 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ 59

BAB 7 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ~ 61

7.1. Outlook Kondisi Makroregional ~ 61

7.2. Outlook Inflasi ~ 63

7.3. Prospek Perbankan ~ 64

LAMPIRAN

Page 5: 2009 KER TW I.pdf

vii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Daftar Grafik Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB ~ 7 Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi ~ 9 Grafik 1.3. Prompt Pertumbuhan Kinerja Investasi ~ 10 Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor ~ 11 Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor ~ 12 Grafik 1.6. Prompt Indikator Pertumbuhan Kinerja Sektor Pertanian ~ 15 Grafik 1.7. Prompt Indikator Pertumbuhan Kinerja Sektor Industri Pengolahan ~ 16 Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran ~ 17 Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa ~ 17 Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan ~ 18 Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 19 Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 20 Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian ~ 21 Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan ~ 22 Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 23 Grafik 2.2. Beberapa Komoditi dalam Sub Kelompok Sayur-sayuran dan Kacang-

kacangan Hasil SPH di Makassar ~ 25 Grafik 2.3. Rata-rata Harga CPO di Pasar Internasional ~ 25 Grafik 2.4. Beberapa Komoditi dalam Sub Kelompok Bumbu, Padi dan Daging Hasil SPH

di Makassar ~ 26 Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Bahan Makanan ~ 26 Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi ~ 27 Grafik 2.7. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi Hasil SPH di Makassar ~ 27 Grafik 2.8. Perkembangan Harga Emas ~ 28 Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang ~ 29 Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ~ 29 Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan ~ 30 Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan ~ 31 Grafik 2.13. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 31 Grafik 3.1. Uang Giral dan Uang Kuasi di Sulsel (Rp triliun) ~ 35 Grafik 3.2. Aset Bank Umum Sulsel Berdasarkan Kelompok Bank ~ 36 Grafik 3.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/pembiayaan Bank Umum ~ 37 Grafik 3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan ~ 37 Grafik 3.5. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 38 Grafik 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 38 Grafik 3.7. Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum ~ 39 Grafik 3.8. Pangsa NPLs Per Sektor Ekonomi ~ 39 Grafik 3.9. Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah Bank Umum ~ 40 Grafik 3.10. Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 40 Grafik 3.11. Perkembangan Bank Umum Syariah ~ 41 Grafik 3.12. Perkembangan Aset BPR/S ~ 42 Grafik 3.13. Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S ~ 43

Page 6: 2009 KER TW I.pdf

viii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal di Depo Kas KBI Makassar ~ 45 Grafik 4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow ~ 46 Grafik 4.3. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Trw.I-2009 ~ 47 Grafik 4.4. Transaksi Non Tunai via RTGS ~ 47 Grafik 5.1. Perkembangan Nilai Tukar Petani ~ 55 Grafik 5.2. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 56 Grafik 5.2. Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu ~ 56 Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 62 Grafik 7.2. Rata-rata Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 63 Grafik 7.3. Rata-rata Indeks Ekspektasi Tabungan dan Perkiraan Pinjaman di Bank y.a.d. ~ 64

Page 7: 2009 KER TW I.pdf

ix Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Daftar Tabel

Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) ~ 8 Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) ~ 13

Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y) ~ 24 Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan ~ 24 Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 27 Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang ~ 28 Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan ~ 29 Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar ~ 30 Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~ 30 Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan ~ 31 Tabel 2.9. Perbandingan Laju Kota di Sulsel Per Maret 2009 ~ 32 Tabel 2.10. Perbandingan Laju Inflasi Sulsel dan Pedesaan di Sulsel ~ 32 Tabel 3.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan ~ 36 Tabel 3.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan dan DPK per DATI II di Sulsel ~ 41

Tabel 4.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar Trw. I-2009 ~ 47 Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 48 Tabel 6.1. APBD Provinsi Sulsel 2007 - 2009 ~ 59

Page 8: 2009 KER TW I.pdf

1 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Ringkasan Eksekutif

Asesmen Ekonomi

Perekonomian daerah Sulawesi Selatan pada triwulan I-2009 mulai menunjukkan

peningkatan kembali. Pada triwulan I-2009, pertumbuhan ekonomi Sulsel diperkirakan

tumbuh sebesar 4,52% (y.o.y), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan

tahunan triwulan IV-2008 yang sebesar 3,92% (y.o.y) namun mengalami perlambatan jika

dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu (triwulan I-2008) yang sebesar 11,33%

(y.o.y).

Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan terutama didukung oleh pertumbuhan

konsumsi yang diperkirakan sebesar 7,68% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap

pertumbuhan sebesar 5,41%, terutama berasal dari konsumsi rumah tangga dan konsumsi

pemerintah. Perkiraan pertumbuhan konsumsi tersebut tergolong cukup signifikan apabila

dibandingkan pertumbuhan konsumsi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

5,03%.

Dari sisi penawaran (sektoral), pertumbuhan tertinggi di sektor angkutan-

komunikasi sedangkan pertumbuhan terendah di sektor pertambangan-penggalian.

Dibandingkan triwulan sebelumnya, sektor pertanian, pertambangan-penggalian, sektor

listrik-gas-air, sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor angkutan-komunikasi

diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan, sedangkan sektor-sektor yang lainnya

yaitu sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan sektor keuangan mengalami

perlambatan. Pertumbuhan terendah diperkirakan terjadi di sektor pertambangan-penggalian

yang pada triwulan laporan terjadi kontraksi karena melemahnya harga komoditas hasil

tambang di tingkat internasional. Sementara pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor

angkutan-komunikasi antara lain terkait dengan adanya kegiatan kampanye pemilu serta

banyaknya hari libur selama triwulan laporan.

Proyeksi peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) pada

triwulan laporan relatif kurang berdampak pada tingkat kesejahteraan petani. Hal ini

tercermin dari pertumbuhan 'indeks yang diterima petani' yang relatif lamban dibanding

dengan pertumbuhan 'indeks yang dibayar petani'. Sementara indeks yang dibayar petani

tersebut terus mengalami dorongan untuk meningkat yang disebabkan oleh kenaikan harga

barang/jasa secara umum (inflasi).

Page 9: 2009 KER TW I.pdf

2 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini (triwulan I-2009) cenderung

membaik. Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Makassar,

pada triwulan laporan, pertumbuhan indeks ketersediaan lapangan kerja yang tercatat -

0,38% (y.o.y), lebih baik dibandingkan pertumbuhan indeks dimaksud pada triwulan IV-2008

(-3,81%; y.o.y).

Asesmen Inflasi

Inflasi di Sulsel pada triwulan I-2009 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan

inflasi triwulan sebelumnya, namun lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional.

Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan I-2009 tercatat sebesar 9,01% (y.o.y), lebih

rendah dibandingkan dengan laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

12,40% (y.o.y), namun lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi nasional yang tercatat

sebesar 7,92% (y.o.y). Masih tingginya laju inflasi tersebut, diperkirakan karena terjadi

peningkatan konsumsi masyarakat sehubungan dengan adanya kenaikan gaji Pegawai Negeri

Sipil (PNS) sebesar 15% dan kegiatan menjelang Pemilu legislatif pada awal triwulan II-2009.

Terkait dengan kenaikan gaji PNS, meski realisasi pembayarannya dilakukan pada April 2009

namun hal ini dapat menciptakan ekspektasi yang mampu mendorong terjadinya

peningkatan konsumsi masyarakat. Sementara kondisi yang diperkirakan mampu menahan

tekanan laju inflasi di Sulsel adalah adanya masa panen padi pada akhir triwulan laporan,

subsidi PPN pada komoditi minyak goreng, penurunan harga BBM yang sampai 3 kali,

dimana terakhir dilakukan pada awal triwulan laporan dan ketersediaan pasokan atas

barang dan jasa terutama sayur-sayuran di pasar regional.

Asesmen Perbankan

Terjadi Perlambatan pertumbuhan ekonomi di sektor keuangan-persewaan-jasa

perusahaan (PDRB) terutama subsektor bank. Hal ini ditandai dengan melambatnya

pertumbuhan tahunan dana masyarakat yang dihimpun perbankan, penyaluran

kredit/pembiayaan dan aset perbankan. Selain itu terjadi penurunan kualitas kredit dimana

pada triwulan laporan terjadi kenaikan jumlah kredit/pembiayaan bermasalah terhadap total

kredit/pembiayaan perbankan Sulawesi Selatan.

Asesmen Sistem Pembayaran

Page 10: 2009 KER TW I.pdf

3 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Nilai transaksi pembayaran pada triwulan laporan cenderung menunjukkan

penurunan, baik transaksi tunai maupun non tunai. Hal ini terindikasi dari uang kartal

masih dalam posisi net inflow dan penurunan nilai transaksi Kliring dan RTGS. Hal tersebut

kemungkinan disebabkan karena faktor musiman (setelah Hari Raya Natal dan Tahun Baru),

juga diperkirakan karena adanya peningkatan pertumbuhan nilai transaksi keluar (outgoing)

dari Sulsel. Kondisi aliran uang kartal tersebut di atas, apabila dibandingkan dengan

pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan, relatif menggambarkan bahwa

pertumbuhan ekonomi tersebut bukan didorong oleh peningkatan volume kegiatan dunia

usaha di Sulsel.

Asesmen Keuangan Daerah

Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada tahun 2009 diperkirakan akan

tumbuh secara merata pada masing-masing kabupaten/kota. Hal tersebut didasarkan

adanya alokasi belanja bantuan keuangan kepada kabupaten/kota dan pemerintahan desa

yang bersumber dari APBD Provinsi Sulsel. Berdasarkan data dari Departemen Keuangan,

bantuan dimaksud dialokasikan sebesar 12,18% dari total belanja pemerintah Provinsi Sulsel.

Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia Makassar kepada pemerintah daerah Sulsel, bantuan

dimaksud digunakan untuk keperluan subsidi program pendidikan dan kesehatan gratis.

Dapat ditambahkan bahwa besarnya alokasi bantuan tersebut hampir sama dengan besarnya

alokasi belanja modal Provinsi Sulsel pada tahun 2009 yaitu sebesar 12,79%.

Prospek Ekonomi Triwulan II-2009

Perekonomian Sulsel pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh pada kisaran

5,5% ± 1% (y.o.y) dengan pendorong utama dari sisi konsumsi, baik konsumsi rumah

tangga maupun konsumsi pemerintah.

Di sisi permintaan, diperkirakan kinerja konsumsi masih akan menjadi generator

perekonomian Sulsel di triwulan II-2009, yang bersumber dari konsumsi rumah tangga dan

konsumsi pemerintah.

Dari sisi penawaran, dorongan pertumbuhan diperkirakan terutama dari sektor

pertanian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan/konstruksi dan sektor perdagangan-

hotel-restoran.

Inflasi tahunan provinsi Sulsel pada triwulan II-2009 diperkirakan pada kisaran

6,5% ± 1% (y.o.y), terutama didorong oleh laju inflasi tahunan kota Makassar yang

diperkirakan sebesar 5,3% ± 1% (y.o.y). Perkiraan perlambatan laju inflasi tahunan

tersebut sebagai dampak kelanjutan dari penurunan harga BBM dan pengaruh dari kenaikan

Page 11: 2009 KER TW I.pdf

4 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

harga BBM pada akhir Mei 2008 akan mulai berkurang. Selain itu, adanya kebijakan

pemerintah dalam menstimulus perekonomian daerah diperkirakan ikut mendorong

kestabilan harga di tingkat regional, seperti kebijakan subsidi PPN, kebijakan kesehatan dan

sekolah gratis serta kebijakan penurunan harga susu.

Pertumbuhan perbankan diperkirakan masih terus berlanjut seiring dengan

perkembangan perekonomian daerah. Tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI-rate) yang

cenderung mengalami penurunan pada akhir triwulan I-2009, diharapkan dapat mendorong

penyaluran kredit/pembiayaan. Kondisi tersebut menuntut perbankan daerah untuk lebih

apresiatif dan kreatif dalam memberikan jasa pelayanannya kepada masyarakat.

Page 12: 2009 KER TW I.pdf

5 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN

PROPINSI SULAWESI SELATAN

a. INFLASI dan PDRB

20094 1 2 3 4 1

MAKRO

- Sulawesi Selatan 148.62 155.23 110.83 114.78 115.05 116.09 - Sulawesi Utara 155.91 157.53 111.64 115.01 115.21 116.57 - Gorontalo 155.89 155.83 108.85 113.21 113.39 116.03 - Papua 174.07 185.37 111.74 114.96 115.32 115.25 - Irian Jaya Barat N/A N/A 121.52 130.62 128.83 130.53 - Maluku 143.87 148.07 110.68 116.28 110.70 113.20 - Sulawesi Tengah 165.29 167.75 109.64 115.13 114.41 116.45 - Sulawesi Tenggara 169.36 174.28 112.86 116.59 117.45 120.96 - Sulawesi Barat N/A N/A 112.98 119.60 119.25 118.83 - Maluku Utara 160.24 167.79 112.14 116.96 115.88 117.33

- Sulawesi Selatan 5.71 7.96 11.92 12.29 12.40 9.01 - Sulawesi Utara 10.12 7.68 13.18 13.15 9.71 8.85 - Gorontalo 7.02 8.33 9.73 12.26 9.20 10.54 - Papua 10.34 11.98 12.31 14.76 12.55 8.26 - Irian Jaya Barat N/A N/A 24.27 31.48 19.75 21.25 - Maluku 5.85 7.05 9.26 14.87 9.34 8.84 - Sulawesi Tengah 8.13 9.08 10.20 14.33 10.40 11.07 - Sulawesi Tenggara 7.53 8.42 13.19 16.22 15.28 15.81 - Sulawesi Barat N/A N/A 16.44 17.69 11.66 9.64 - Maluku Utara 10.43 12.93 12.25 16.63 11.25 7.64

*1. Pertanian 3,107,362.01 3,204,581.56 3,224,609.59 3,337,443.77 3,156,788.00 3,285,059.15 2. Pertambangan dan Penggalian 1,073,971.68 1,072,921.17 979,119.82 1,010,367.75 972,534.02 984,573.21 3. Industri Pengolahan 1,507,506.53 1,533,781.04 1,582,895.87 1,557,922.36 1,566,842.75 1,586,991.73 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 107,245.71 107,741.86 110,338.54 115,308.27 117,610.52 119,348.80 5. Konstruksi/Bangunan 533,932.21 536,151.50 581,844.48 596,292.34 614,137.00 602,026.95 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,659,537.54 1,690,457.64 1,734,064.10 1,821,525.40 1,788,509.42 1,844,332.18 7. Angkutan dan Komunikasi 873,042.72 862,124.93 895,726.33 940,791.12 952,726.93 983,307.84 9. Keuangan, Persewaan dan Jasa 693,670.82 700,963.23 735,736.40 724,976.46 719,391.96 712,972.08 10. Jasa-jasa 1,210,503.70 1,212,857.54 1,240,314.81 1,250,612.74 1,299,813.33 1,297,133.76

*11.19 11.33 8.10 8.13 3.92 4.52

*688.06 547.25 415.41 722.90 424.61 173.81

389.68 294.44 244.86 239.00 245.47 138.32 87.13 141.35 138.93 162.78 229.91 261.79

229.12 240.29 212.47 233.37 198.53 174.03

Catt : Per Trw.II-2008, penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar 2007

Laju Inflasi Tahunan (y.o.y;%)

*) Perkiraan KBI Mks

Volume Impor Non Migas (Ribu Ton)

Nilai Impor Non Migas (USD Juta)

Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta)Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton)

PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)

Per tumbuhan PDRB (y.o.y;%)

Indeks Haga Konsumen

2007INDIKATOR 2008

Page 13: 2009 KER TW I.pdf

6 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

LANJUTAN ... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN

PROPINSI SULAWESI SELATAN B. PERBANKAN

20094 1 2 3 4 1

Total Aset (Rp. Miliar) 32,176.12 31,027.55 33,702.13 35,555.84 36,361.21 36,477.19

24,550.88 24,170.67 25,950.31 26,435.33 28,743.25 27,958.50 Giro 5,059.42 4,727.42 5,327.94 4,866.81 5,007.32 4,649.40 Tabungan 12,797.59 12,259.55 13,390.19 13,457.12 14,920.47 13,983.33 Deposito 6,693.87 7,183.70 7,232.19 8,111.40 8,815.47 9,325.77

25,671.69 26,569.90 29,608.68 31,281.15 31,543.97 31,036.76

- Modal Kerja 9,778.34 10,064.63 11,473.30 12,307.66 12,368.15 11,911.11 - Investasi 6,028.96 5,930.06 6,333.73 6,443.33 6,440.57 6,251.64 - Konsumsi 9,864.38 10,575.21 11,801.65 12,530.16 12,735.26 12,874.01

104.57% 109.93% 114.10% 118.33% 109.74% 111.01%

25,671.69 26,569.90 29,608.68 31,281.15 31,543.97 31,036.76 - Pertanian 591.50 639.82 887.59 1,048.89 1,086.10 1,024.20 - Pertambangan 250.25 90.86 98.10 114.72 58.48 60.17 - Industri pengolahan 3,147.61 3,032.69 3,313.47 3,491.11 3,476.27 3,359.92 - Listrik,Gas dan Air 113.20 102.31 88.53 77.11 70.33 66.02 - Konstruksi 1,259.54 1,465.25 1,822.37 2,009.88 2,005.23 1,857.24 - Perdagangan 7,035.88 7,293.78 8,067.02 8,379.32 8,524.02 8,314.38 - Pengangkutan 1,926.53 1,843.01 1,755.81 1,664.25 1,521.37 1,445.01 - Jasa Dunia Usaha 1,180.58 1,245.49 1,502.71 1,698.89 1,760.30 1,731.79 - Jasa Sosial Masyarakat 302.21 281.48 271.44 266.83 306.62 304.01 - Lain-lain 9,864.38 10,575.21 11,801.65 12,530.16 12,735.26 12,874.01

17,228.25 18,192.70 20,203.99 21,638.27 22,215.45 22,205.09

5,949.67 6,090.12 6,276.15 6,474.04 6,282.14 6,400.65 - Modal Kerja 873.80 919.39 929.74 1,048.58 1,109.70 1,122.62 - Investasi 196.33 152.92 169.05 168.59 173.62 131.35 - Konsumsi 4,879.54 5,017.81 5,177.36 5,256.87 4,998.82 5,146.68

- Pertanian 200.87 198.00 251.13 304.25 330.54 278.15 - Pertambangan 0.19 0.14 0.22 0.26 0.29 0.25 - Industri pengolahan 35.92 27.15 23.28 24.74 26.68 35.36 - Listrik,Gas dan Air 0.05 3.28 0.04 0.08 0.07 0.06 - Konstruksi 5.65 7.40 9.73 14.08 15.87 20.27 - Perdagangan 693.33 739.24 690.17 777.23 773.03 782.30 - Pengangkutan 4.34 4.62 4.65 5.05 4.32 6.16 - Jasa Dunia Usaha 64.87 42.39 71.49 74.10 83.89 83.35 - Jasa Sosial Masyarakat 64.91 50.09 48.09 17.38 48.64 48.06 - Lain-lain 4,879.54 5,017.81 5,177.36 5,256.87 4,998.82 5,146.68

6,545.46 7,124.67 8,314.09 9,201.58 9,892.90 9,898.75 - Modal Kerja 1,933.34 2,007.75 2,194.98 2,430.52 2,571.68 2,544.78 - Investasi 420.57 445.23 523.80 622.04 687.77 711.98 - Konsumsi 4,191.55 4,671.69 5,595.31 6,149.02 6,633.45 6,641.99

- Pertanian 54.20 71.67 90.25 97.17 124.59 128.33 - Pertambangan 1.93 2.46 4.04 4.38 4.70 4.34 - Industri pengolahan 82.66 75.99 73.11 79.07 88.27 86.21 - Listrik,Gas dan Air 0.03 - - 0.94 0.99 1.64 - Konstruksi 111.50 126.56 142.52 179.53 145.78 146.91 - Perdagangan 1,665.10 1,721.74 1,876.83 2,075.28 2,251.48 2,233.55 - Pengangkutan 34.34 33.47 32.14 39.50 38.62 39.46 - Jasa Dunia Usaha 305.47 320.46 424.18 473.51 491.16 503.26 - Jasa Sosial Masyarakat 98.68 100.64 75.70 103.19 113.86 113.07 - Lain-lain 4,191.55 4,671.69 5,595.31 6,149.02 6,633.45 6,641.99

4,733.12 4,977.92 5,613.76 5,962.66 6,040.41 5,905.70 - Modal Kerja 3,226.83 3,301.07 3,670.05 3,878.32 3,980.80 3,877.06 - Investasi 744.38 836.86 966.75 1,015.21 1,003.44 986.01 - Konsumsi 761.91 840.00 976.96 1,069.13 1,056.17 1,042.63

- Pertanian 137.95 132.81 154.35 148.04 139.023 129.14 - Pertambangan 18.07 16.81 15.77 15.56 14.578 13.62 - Industri pengolahan 346.40 347.95 370.45 372.39 378.83 354.37 - Listrik,Gas dan Air 1.38 2.04 4.27 3.95 2.062 3.34 - Konstruksi 458.87 505.58 622.82 672.63 672.813 672.60 - Perdagangan 2,426.93 2,510.47 2,802.33 2,889.04 2957.743 2,895.26 - Pengangkutan 108.06 121.28 117.93 118.44 118.151 122.14 - Jasa Dunia Usaha 366.33 399.70 454.66 565.91 589.276 563.45 - Jasa Sosial Masyarakat 107.23 101.29 94.21 107.57 111.762 109.15 - Lain-lain 761.91 840.00 976.96 1,069.13 1056.168 1,042.63

10.39% 10.31% 9.05% 8.29% 2.32% 3.81%

BANK UMUM :

Kredit Kecil ** (Rp. Mili ar)

D P K (Rp. Mil iar)

2007

Kredit - dsr. Loka si Proy ek (Rp. Miliar )

INDIKATOR

L D R

Kredit - dsr. Loka si Proy ek (Rp. Miliar )

Kredit UMKM (Rp. Mi liar)

Kredit Mikro* (Rp. Milia r)

Kredit Kecil ** (Rp. Mili ar)

Kredit Menengah *** (Rp. Mi liar)

NPL Tota l gross (%)

Kredit Menengah *** (Rp. Mi liar)

2008

Kredit Mikro* (Rp. Milia r)

Page 14: 2009 KER TW I.pdf

7 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Bab 1

Perkembangan Kondisi Makroekonomi

Perekonomian daerah Sulawesi Selatan pada triwulan I-2009 diperkirakan mengalami

pertumbuhan sebesar 4,52% (y.o.y), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan

tahunan triwulan IV-2008 yang sebesar 3,92% (y.o.y) namun mengalami penurunan jika

dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu (triwulan I-2008) yang sebesar 11,33%

(y.o.y).

Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama didukung oleh

pertumbuhan konsumsi yang diperkirakan sebesar 7,68% (y.o.y) dengan sumbangan

terhadap pertumbuhan sebesar 5,41%. dan berasal dari konsumsi rumah tangga dan

konsumsi pemerintah. Perkiraan pertumbuhan konsumsi tersebut tergolong cukup signifikan

apabila dibandingkan pertumbuhan konsumsi pada triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 5,03%.

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB

Dari sisi penawaran (sektoral), dibandingkan triwulan sebelumnya, sektor pertanian,

pertambangan-penggalian, sektor listrik-gas-air, sektor perdagangan-hotel-restoran dan

sektor angkutan-komunikasi diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan, sedangkan

sektor-sektor yang lainnya yaitu sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan sektor

keuangan mengalami perlambatan. Pertumbuhan terendah diperkirakan terjadi di sektor

pertambangan-penggalian yang pada triwulan laporan terjadi kontraksi karena melemahnya

harga komoditas hasil tambang di tingkat internasional. Sementara pertumbuhan tertinggi

terjadi di sektor angkutan-komunikasi antara lain terkait dengan adanya kegiatan kampanye

pemilu serta banyaknya hari libur selama triwulan laporan. Selanjutnya penyumbang terbesar

-

2

4

6

8

10

12

14

-2

-1

0

1

2

3

4

5

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2004 2005 2006 2007 2008 2009 %

%

qtq - axis kiri

yoy - axis kanan

Sumber : BPS, diolah* : Proyeksi BI

Page 15: 2009 KER TW I.pdf

8 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

pertumbuhan ekonomi berasal dari sektor perdagangan-hotel-restoran, diikuti oleh sektor

angkutan-komunikasi, sektor jasa-jasa, sektor pertanian dan sektor bangunan.

1.1 Permintaan Daerah

Pertumbuhan perekonomian di Sulawesi Selatan pada triwulan I-2009 didorong

utamanya oleh komponen konsumsi yang tumbuh cukup signifikan. Laju pertumbuhan

konsumsi ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (y.o.y.

Sementara itu kinerja ekspor masih relatif mengalami tekanan, dimana secara tahunan,

pertumbuhan net ekspor Sulsel diperkirakan masih kontraksi meski mengalami perbaikan bila

dibandingkan pertumbuhan net ekspor pada triwulan sebelumnya.

Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y)

1.1.1. Konsumsi

Pada triwulan laporan, kinerja konsumsi diperkirakan tumbuh sebesar 7,68% (y.o.y),

lebih tinggi dibanding triwulan IV-2008 (5,03%; y.o.y), maupun dibandingkan triwulan I-

2008 (6,09%; y.o.y). Pertumbuhan kinerja konsumsi tersebut diperkirakan didorong oleh

kinerja konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah.

Kinerja konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh sebesar 6,29% (y.o.y) dengan

sumbangan pertumbuhan sebesar 3,45% (y.o.y). Angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2008 yang tercatat sebesar 4,68% (y.o.y).

Pertumbuhan tersebut diperkirakan disebabkan oleh adanya ekspektasi peningkatan

pendapatan masyarakat, terutama pegawai negeri sipil, sehubungan dengan kenaikan gaji

PNS sebesar 15% terhitung Januari 2009. Meskipun realisasi pembayarannya pada bulan

April, namun berhubung ekspektasi sudah terbentuk sehingga cenderung meningkatkan

belanja pegawai negeri sipil. Selain itu konsumsi rumah tangga diperkirakan juga didorong

adanya belanja kampanye pemilu legislatif, banyaknya hari libur, serta adanya subsidi PPN

minyak goreng.

I - 08 IV - 08 I - 09 * I - 08 IV - 08 I - 09*

11.33 3.92 4.52 1.44 (1.47) 2.03 1. Konsumsi 6.09 5.03 7.68 1.02 0.63 3.57 2. Investasi 24.93 12.25 (3.55) 10.87 (9.73) (4.73) 3. Ekspor 37.15 (9.08) (5.25) 3.48 (9.29) 7.84 4. Impor 39.64 (6.76) (6.16) 8.15 (12.06) 8.85

11.33 3.92 4.52 1.44 (1.47) 2.03 1. Konsumsi 4.49 3.56 5.41 0.72 0.44 2.55 2. Investasi 4.36 2.20 (0.70) 1.95 (2.06) (0.92) 3. Ekspor 14.24 (4.20) (2.48) 1.61 (4.08) 3.17 4. Impor 11.76 (2.36) (2.29) 2.85 (4.23) 2.77 Sumber : BPS Sulsel

Ket. : Angka Sementara

*) Perki raan Bank Indonesia

KOMPONEN

KOMPONEN

Pertumbuhan (%, y.o.y )

Sumbangan (%, y.o.y)

Pe rtumbuhan (%, q.t.q)

Sumbangan (%, q.t .q)

Page 16: 2009 KER TW I.pdf

9 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Selanjutnya kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan I-2009 diperkirakan tumbuh

sebesar 12,91% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 (6,49%, y.o.y) namun

sedikit melambat dibanding triwulan I-2008 (12,95%; y.o.y). Pertumbuhan kinerja konsumsi

pemerintah ini diperkirakan karena siklus musiman dimana anggaran pemerintah daerah

mulai terealisasi secara bertahap sesuai dengan berjalannya program-program kerja mereka.

Sementara apabila dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan

I-2008, pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan laporan yang diperkirakan

mengalami perlambatan ini disebabkan karena faktor volume kegiatan pemerintah daerah

pada triwulan laporan yang relatif lebih kecil dibanding pada triwulan I-2008.

Selain itu, kinerja konsumsi nirlaba diperkirakan tumbuh sebesar 4,26% (y.o.y)

dengan sumbangan pertumbuhan sebesar 0,03% (y.o.y). Angka pertumbuhan tersebut lebih

tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2008 yang tercatat sebesar 1,45%

(y.o.y). Peningkatan pertumbuhan kinerja nirlaba tersebut diperkirakan karena meningkatnya

kinerja sektor sosial yang diduga didorong dari meningkatnya kinerja pelayanan rumah sakit

sebagai akibat dari meningkatnya penderita flu karena pengaruh dari perubahan musim.

Peningkatan kinerja tersebut didukung oleh terjadinya peningkatan penggunaan listrik sektor

sosial. Beberapa prompt indikator terjadinya pertumbuhan kinerja konsumsi tersebut di atas

terlihat dari grafik sebagai berikut :

Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi

Pemakaian Air (M³) di Makassar

Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Rumah Tangga

Perkembangan Konsumsi Listrik

Sektor Sosial

Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Pemerintah

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

7,4

7,6

7,8

8,0

8,2

8,4

8,6

8,8

9,0

9,2

9,4

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009Juta

Pemakaian Air (M³)

Y.O.Y (PA)

Sumber : PDAM Mks* Sementara

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

200

220

240

260

280

300

320

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009Juta

GW

H

Rumah Tangga

y.o.y

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

15

20

25

30

35

40

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009

Juta

GW

H

Sosialy.o.y

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

10

12

14

16

18

20

22

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009

Juta

GW

H

Gd Kantor Pemerintahany.o.y

Page 17: 2009 KER TW I.pdf

10 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

1.1.2. Investasi

Laju pertumbuhan investasi di Sulsel diperkirakan negatif dan mengalami penurunan

yang sangat signifikan dibanding pertumbuhan tahunan pada triwulan IV-2008. Pada

triwulan I-2009, kinerja investasi diperkirakan tumbuh sebesar -3,55% (y.o.y) dengan

sumbangan pertumbuhan sebesar 0,70% (y.o.y). Sementara pertumbuhan pada triwulan IV-

2008 tercatat sebesar 12,25% (y.o.y) dengan sumbangan pertumbuhan sebesar 2,20%

(y.o.y). Penurunan kinerja investasi tersebut diperkirakan masih dipengaruhi oleh dampak

krisis keuangan global yang mendorong perilaku pelaku usaha untuk menunggu kepastian

dampak dari krisis tersebut secara regional (Sulsel). Perilaku menunggu kepastian ini searah

dengan menurunnya kinerja sektor industri Sulsel yang diindikasikan dengan terjadinya

penurunan konsumsi listrik pada sektor industri dan bisnis. Indikator lain yang dapat

digunakan untuk menengarai menurunnya kinerja investasi adalah menurunnya

pertumbuhan kredit produktif (modal kerja dan investasi) yang disalurkan yaitu dari 18,99%

(y.o.y) pada triwulan IV-2008 menjadi 13,55% (y.o.y) pada triwulan I-2009.

Beberapa prompt indikator yang relatif menunjukkan pertumbuhan kinerja investasi

di daerah adalah sebagai berikut :

Grafik 1.3. Prompt Pertumbuhan Kinerja Investasi

Volume Impor Barang Modal

Realisasi Pengadaan Semen

Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Industri

Perkembangan Konsumsi Listrik

Sektor Bisnis

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

-

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2007 2008 2009Juta

Kg

Capital Goods

Volume Impor y.o.y

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0

50

100

150

200

250

300

350

400

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2005 2006 2007 2008 2009

Rib

uan

To

n

Sulsel Sumber : ASI* : Sementara

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

100

120

140

160

180

200

220

240

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009

Juta

GW

H

Industriy.o.y

0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%50%

100 110 120 130 140 150 160 170 180

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009

Juta

GW

H

Bisnisy.o.y

Page 18: 2009 KER TW I.pdf

11 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Perkembangan Kredit Produktif Bank Umum

1.1.3. Net Perdagangan Eksternal (Ekspor – Impor)

Secara nominal, kinerja perdagangan ke luar Sulsel diperkirakan masih tumbuh

negatif yaitu sebesar -1,85% (y.o.y). meskipun masih lebih baik bila dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -16,19% (y.o.y),

pertumbuhan dimaksud masih jauh dibawah pertumbuhan pada triwulan I-2008 yang

tercatat sebesar 28,62% (y.o.y).

Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor

Volume Ekspor Luar Negeri Non Migas Total

Volume Ekspor Luar Negeri Nikel

Volume Ekspor Luar Negri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain

Volume Ekspor Luar Negeri

Kopi,Teh, Kakao dll

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

-

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2006 2007 2008 2009Trili

un

Rp

Produktif

y.o.y

-60%-50%-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%

-

100

200

300

400

500

600

700

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2006 2007 2008 2009

Rib

u T

on

SULSEL Volume EksporY.O.Y

-150%-100%-50%0%50%100%150%200%250%300%350%400%

-

20

40

60

80

100

120

140

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2006 2007 2008 2009

Rib

u T

on

BIJIH LOGAM & SISA-SISA LOGAM

Volume EksporY.O.Y

-30%-25%-20%-15%-10%-5%0%5%10%15%20%25%

-

1

2

3

4

5

6

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2006 2007 2008 2009

Rib

u T

on

IKAN, UDANG, KERANG, DLL Volume EksporY.O.Y

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

-

10

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2006 2007 2008 2009

Rib

u T

on

KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA

Volume EksporY.O.Y

Page 19: 2009 KER TW I.pdf

12 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Volume Muat Dalam Negeri Melalui Pelabuhan

Apabila dilihat lebih dalam lagi, Kontraksi net perdagangan Sulawesi Selatan banyak

dipengaruhi perdagangan international dimana terjadi penurunan permintaan luar negeri

sebagai akibat dari krisis keuangan global yang sudah mulai terasa dampaknya pada

penghujung tahun 2008. Kemudian ditambah lagi dengan penguatan nilai tukar Rupiah

terhadap USD sejak pertengahan bulan Maret 2009 yang menyebabkan harga produk yang

diekspor menjadi relatif lebih mahal. Selain karena menurunnya permintaan luar negeri,

penurunan ekspor juga disebabkan produsen tidak dapat memenuhi kualitas standar

produksi yang diminta konsumen luar negeri misalnya kasus komoditi kakao. Kontraksi

pertumbuhan ekspor ke luar negeri pada TW I 2009 adalah sebesar -5,25% (y.o.y).

Kontraksi ini masih lebih baik bila dibandingkan dengan kontraksi yang terjadi pada triwulan

IV-2008 yaitu sebesar -9,08% (y.o.y). Sementara itu di sisi perdagangan antar pulau, kinerja

ekspor antar pulau masih baik yang ditandai dengan meningkatnya volume muat dalam

negeri melalui pelabuhan pada triwulan laporan.

Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor

Volume Impor Luar Negeri Non Migas Total

Volume Impor Gandum

-60%

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

1 2 3 4 1

Rib

u T

on

MUAT y.o.ySumber : Pelindo IV* : Sementara

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-

50

100

150

200

250

300

350

1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2007 2008 2009Juta

Kg

SULSELVolume Impor

y.o.y

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

-

50

100

150

200

250

300

350

1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2007 2008 2009Juta

Kg

GandumVolume Impor

y.o.y

Page 20: 2009 KER TW I.pdf

13 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Volume Bongkar Dalam Negeri Melalui Pelabuhan

Volume Impor Consumer Goods

Selain itu, kinerja impor dari luar negeri juga mengalami pertumbuhan negatif

sebesar -6,16% (y.o.y), namun kontraksi tersebut sedikit lebih kecil bila dibandingkan

kontraksi pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -6,76% (y.o.y).

Kontraksi pertumbuhan kinerja impor antar negara tersebut diperkirakan karena adanya

peningkatan volume impor barang konsumsi yang tercermin dari meningkatnya volume

impor luar negeri consumer goods dan arus bongkar muat barang pelabuhan. Demikian pula

di sisi perdagangan antar pulau diperkirakan terjadi peningkatan kinerja impor antar pulau

yang tercermin dari meningkatnya volume bongkar dalam negeri melalui pelabuhan.

1.2. Penawaran Daerah (Sektoral)

Dari sisi penawaran, secara tahunan diperkirakan beberapa sektor, yaitu pertanian,

listrik-gas-air bersih, perdagangan-hotel-restoran dan angkutan-komunikasi, mengalami

peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya.

Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah

-60%

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

1 2 3 4 1

Rib

u T

on

BONGKAR y.o.ySumber : Pelindo IV* : Sementara

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

-

1

1

2

2

3

3

1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2007 2008 2009Juta

Kg

Consumer GoodsVolume Impor y.o.y

Trw I-08 Trw IV-08 Trw I-09* Trw I-08 Trw IV-08 Trw I-09*

11,33 3,92 4,52 1,44 (1,47) 2,03 1. Pertanian 12,33 1,59 2,51 3,13 (5,41) 4,06 2. Pertambangan & Penggalian 8,78 (9,45) (8,23) (0,10) (3,74) 1,24 3. Industri Pengolahan 12,62 3,94 3,47 1,74 0,57 1,29 4. Listrik,Gas & Air Bersih 13,83 9,66 10,77 0,46 2,00 1,48 5. Bangunan 16,75 15,02 12,29 0,42 2,99 (1,97) 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 11,46 7,77 9,10 1,86 (1,81) 3,12 7. Angkutan & Komunikasi 13,80 9,13 14,06 (1,25) 1,27 3,21 8. Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 12,65 3,71 1,71 1,05 (0,77) (0,89) 9. Jasa - jasa 4,70 7,38 6,95 0,19 3,93 (0,21)

11,33 3,92 4,52 1,44 (1,47) 2,03

1. Pertanian 3,58 0,46 0,74 0,90 (1,59) 1,15 2. Pertambangan & Penggalian 0,88 (0,94) (0,81) (0,01) (0,33) 0,11 3. Industri Pengolahan 1,75 0,55 0,49 0,24 0,08 0,18 4. Listrik,Gas & Air Bersih 0,13 0,10 0,11 0,00 0,02 0,02 5. Bangunan 0,78 0,74 0,60 0,02 0,16 (0,11) 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1,77 1,20 1,41 0,29 (0,29) 0,50 7. Angkutan & Komunikasi 1,07 0,74 1,11 (0,10) 0,11 0,27 8. Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 0,80 0,24 0,11 0,07 (0,05) (0,06) 9. Jasa - jasa 0,56 0,83 0,77 0,02 0,43 (0,02)

Sumber : BPS Sulsel

Ket. : Angka Sementara

*) Perkiraan Bank Indonesia

SEKTOR EKONOMI

SEKTOR EKONOMI Pertumbuhan (%, y .o.y )

Sumbangan (%, y .o.y )

Pertumbuhan (%, q.t.q)

Sumbangan (%, q.t.q)

Page 21: 2009 KER TW I.pdf

14 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Sedangkan sektor-sektor lainnya yaitu sektor industri pengolahan, sektor bangunan

dan sektor keuangan mengalami perlambatan dan khusus untuk sektor pertambangan-

penggalian masih mengalami kontraksi. Pertumbuhan tertinggi diperkirakan masih terjadi di

sektor angkutan-komunikasi yaitu tercatat sebesar 14,06% (y.o.y), sedangkan pertumbuhan

terendah terjadi di sektor pertambangan-penggalian yang kembali mengalami kontraksi

sebesar -8,23% (y.o.y).

Dari sisi sumbangan, penyumbang pertumbuhan terbesar pada triwulan laporan

diperkirakan masih diberikan oleh sektor perdagangan-hotel-restoran, yaitu sebesar 1,41%.

yang tercatat mengalami peningkatan sumbangan dibandingkan sumbangan pada

pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Sedangkan sumbangan pertumbuhan tahunan

terendah diberikan oleh sektor pertambangan-penggalian yang menyumbang sebesar -

0.81% (y.o.y).

Secara triwulanan (q.t.q), pertumbuhan ekonomi daerah didorong oleh sektor

pertanian, perdagagan-hotel-restoran, angkutan-komunikasi, industri pengolahan,

pertambangan-penggalian dan listrik-gas-air bersih yang masing-masing sektor memberikan

sumbangan sebesar 1,15%, 0,50%, 0,27%, 0,18%, 0,11%, dan 0,02%. Secara

keseluruhan pertumbuhan triwulanan Sulsel juga tercatat mengalami peningkatan yaitu

tumbuh sebesar 2,03% dari -1,47% pada triwulan lalu. Dari sisi pertumbuhan, sektor

pertanian diperkirakan mengalami pertumbuhan triwulanan tertinggi yaitu sebesar 4,06%

(q.t.q), kemudian diikuti sektor angkutan-komunikasi (3,21%; q.t.q), dan sektor

perdagangan-hotel-restoran (3,12%; q.t.q). Ketiga sektor tersebut mengalami pertumbuhan

triwulanan yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulanan pada triwulan IV-2008.

1.2.1. Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian diperkirakan mengalami pertumbuhan yaitu sebesar 2,51%

(y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,59% (y.o.y).

Diperkirakan peningkatan pertumbuhan sektor ini terutama didorong datangnya masa panen

padi pada akhir periode triwulan I-2009. Meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian

diindikasikan pula dengan adanya peningkatan volume ekspor makanan ternak. Dapat

dikemukakan bahwa makanan ternak yang diekspor tersebut berbahan baku dari komoditi

yang termasuk dalam subsektor tanaman bahan makanan, yaitu jagung.

Sedangkan kinerja subsektor lainnya cenderung menunjukkan perlambatan, terutama

subsektor perikanan dan perkebunan. Jika melihat pada prompt indikator subsektor

perikanan dan perkebunan, maka terlihat penurunan volume ekspor komoditi subsektor

perkebunan dan perikanan. Perlambatan kinerja subsektor tersebut diperkirakan karena

faktor kualitas komoditi yang relatif kurang memenuhi permintaan pasar, sementara itu

Page 22: 2009 KER TW I.pdf

15 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

berdasarkan dari hasil Liaison ke beberapa perusahaan eksportir kakao, permintaan terhadap

komoditi tersebut masih terbuka lebar. Namun perlambatan pada subsektor perikanan dan

perkebunan tersebut masih lebih kecil dibandingkan peningkatan pertumbuhan di subsektor

tanaman bahan makanan.

Grafik 1.6. Prompt Indikator Pertumbuhan Kinerja Sektor Pertanian

Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain

Volume Ekspor Luar Negeri Makanan Ternak

Volume Ekspor Luar Negeri Kopi,Teh, Kakao dll

1.2.2. Sektor Industri Pengolahan

Perlambatan pertumbuhan diperkirakan juga terjadi di sektor industri pengolahan

yang pada triwulan laporan tercatat tumbuh 3,47% (y.o.y), sedikit lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,94% (y.o.y). Perlambatan

pertumbuhan sektor ini diperkirakan disebabkan oleh menurunnya produktifitas subsektor

industri pengolahan semen yang relatif signifikan. Penurunan produktifitas tersebut terkait

dengan pelaksanaan proyek, terutama proyek pemerintah sehubungan dengan realisasi

anggaran belanja modal yang pada triwulan I-2009 relatif belum terealisasi. Namun di sisi

lain, di subsektor industri makanan-minuman diperkirakan menjadi pendorong pertumbuhan

sektor ini. Hal tersebut ditandai dengan produktifitas produksi tepung terigu yang mengalami

-30%-25%-20%-15%-10%-5%0%5%10%15%20%25%

-

1

2

3

4

5

6

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2006 2007 2008 2009

Rib

u T

on

IKAN, UDANG, KERANG, DLL Volume EksporY.O.Y

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

-

5

10

15

20

25

30

35

40

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2006 2007 2008 2009R

ibu

To

n

MAKANAN TERNAK Volume EksporY.O.Y

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

-

10

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2006 2007 2008 2009

Rib

u T

on

KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA

Volume EksporY.O.Y

Page 23: 2009 KER TW I.pdf

16 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

perbaikan dibanding triwulan sebelumnya. Sementara di industri kayu diperkirakan juga

mengalami perlambatan, yang ditandai dengan penurunan volume ekspor kayu olahan.

Grafik 1.7. Prompt Indikator Pertumbuhan Kinerja Sektor Industri Pengolahan

Realisasi Pengadaan Semen

Realisasi Produksi Tepung Terigu

Kredit Sektor Industri Bank Umum

Volume Ekspor Kayu Olahan

1.2.3. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran

Peningkatan pertumbuhan terjadi di sektor perdagangan-hotel-restoran yang

diperkirakan tumbuh sebesar 9,10% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap total pertumbuhan

sebesar 1,41%. Sementara pertumbuhan tahunan pada triwulan IV-2008 sebesar 7,77%

(y.o.y) dengan sumbangan sebesar 1,20%. Meningkatnya pertumbuhan di sektor ini

diperkirakan karena terjadi pertumbuhan subsektor hotel dan restoran terkait dengan

kegiatan kampanye Pemilu 9 April 2009.

Sedangkan dari subsektor perdagangan besar-eceran, diduga juga mengalami

pertumbuhan. Hal ini didukung oleh meningkatnya arus bongkar muat melalui angkatan laut

dan juga pada arus bongkar muat cargo melalui angkutan udara.

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0

50

100

150

200

250

300

350

400

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2005 2006 2007 2008 2009

Rib

uan

To

n

Sulsel Sumber : ASI* : Sementara

0

50

100

150

200

250

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2005 2006 2007 2008 2009 Ribu

an T

on

Produksi - kananyoy - kiri

Sumber : EFM Mks* : Sementara

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2006 2007 2008 2009

Rp

Tri

liun

Industri pengolahan y.o.y

-60%

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

-2 4 6 8

10 12 14 16 18 20

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2006 2007 2008 2009

Rib

u T

on

BARANG2 KAYU & GABUS

Volume EksporY.O.Y

Page 24: 2009 KER TW I.pdf

17 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran

Arus Bongkar Muat Melalui Angkutan Laut

Arus Bongkar Muat Cargo Melalui Angkutan Udara

1.2.4. Sektor Jasa-jasa

Diperkirakan masih mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu dari 7,38% (y.o.y)

pada triwulan IV-2008 menjadi sebesar 6,95% (y.o.y) pada triwulan laporan dengan

sumbangan terhadap total pertumbuhan adalah sebesar 0,77%.

Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa

Konsumsi Listrik Sektor Sosial

Konsumsi Listrik Sektor Pemerintah

Konsumsi Listrik Umum (Penerangan Jalan Umum)

Kredit Sektor Jasa Sosial Kemasyarakatan

Bank Umum

-60%

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2005 2006 2007 2008 2009

Rib

u T

on

BONGKAR

MUAT

Sumber : Pelindo IV* : Sementara

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2004 2005 2006 2007 2008 2009Rib

u K

g

DEP ARR y.o.y

Lalu Lintas Cargo

qSmb : Bandara S. Hasanuddin* : Sementara

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

15

20

25

30

35

40

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009

Juta

GW

H

Sosialy.o.y

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

10

12

14

16

18

20

22

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009

Juta

GW

H

Gd Kantor Pemerintahany.o.y

-10%-5%0%5%10%15%20%25%30%

23

24

25

26

27

28

29

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009

Juta

GW

H

Penerangan Jln Umumy.o.y

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

0.35

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2006 2007 2008 2009

Rp

Tri

liun

Jasa Sosial Masyarakat y.o.y

Page 25: 2009 KER TW I.pdf

18 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Perlambatan tersebut diduga karena terjadi penurunan kinerja pada subsektor jasa

dunia usaha. Hal ini tercermin pada terjadinya penurunan kredit yang diberikan Bank Umum

untuk subsektor jasa dunia usaha. Selain itu, dorongan pertumbuhan pada sektor jasa-jasa

diduga berasal dari subsektor pemerintah umum. Hal ini tercermin dari terjadinya

peningkatan pertumbuhan konsumsi listrik pada subsektor pemerintahan, yang diperkirakan

terjadi sehubungan dengan banyaknya agenda pembahasan program kerja untuk tahun

2009 oleh Pemda.

1.2.5. Sektor Angkutan dan Komunikasi

Sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan laporan diperkirakan mengalami

peningkatan pertumbuhan yang cukup signifikan. Pada triwulan I-2009, sektor ini

diperkirakan tumbuh sebesar 14,06% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap PDRB daerah

sebesar 1,11% (y.o.y), sementara pertumbuhan pada triwulan IV-2008 sebesar 9,13% (y.o.y)

dengan sumbangan terhadap PDRB daerah sebesar 0,74% (y.o.y). Peningkatan pertumbuhan

sektor ini diperkirakan didominasi oleh kenaikan kinerja subsektor pengangkutan, yang relatif

disebabkan oleh meningkatnya aktivitas perjalanan ke luar kota sebagai akibat dari

banyaknya libur hari besar yang berdekatan akhir pekan, yaitu Tahun Baru China (26 Januari

2009), Maulid Nabi dan Hari Raya Nyepi (9 dan 10 Maret 2009) dan menjelang Pemilu (9

April 2009) yang diikuti dengan Wafatnya Isa Almasih (10 April 2009).

Selain itu, peningkatan pertumbuhan juga diperkirakan terjadi pada subsektor

komunikasi, yang diperkirakan karena terjadi perang tarif murah antar operator seluler masih

terus berlanjut, sebagai akibat dari terjadinya peningkatan penggunaan seluler oleh

masyarakat.

Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan

Lalu Lintas Penumpang

Angkutan Udara

Lalu Lintas Pesawat Angkutan Udara

Lalu Lintas Penumpang

-10%0%10%20%30%40%50%60%70%80%

-100 200 300 400 500 600 700 800 900

1.000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Rib

u O

rg

DEP ARR y.o.y

Lalu Lintas Penumpang

Smb : Bandara S. Hasanuddin* : Sementara

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

-2.000 4.000 6.000 8.000

10.000 12.000 14.000 16.000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2004 2005 2006 2007 2008 2009

DEP

ARR

Lalu Lintas Pesawat

Smb : Bandara S. Hasanuddin* : Sementara

Page 26: 2009 KER TW I.pdf

19 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Angkutan Laut

1.2.6. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan

Pada triwulan laporan diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu dari

3,71% (y.o.y) pada triwulan IV-2008 menjadi sebesar 1,71% (y.o.y). Perlambatan

pertumbuhan tersebut diperkirakan didorong oleh perlambatan kinerja di subsektor bank,

yang ditandai dengan menurunnya Nilai Tambah Bruto Bank Umum. Kondisi tersebut

diperkirakan karena spread antara suku bunga simpanan dan pinjaman yang semakin tipis.

Penurunan BI-rate diperkirakan lambat direspon oleh perbankan melalui penurunan suku

bunga kredit. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena terjadi persaingan tingkat suku

pinjaman yang cenderung masih tinggi, terutama deposito. Selain subsektor bank,

perlambatan juga terjadi di subsektor lembaga keuangan non bank, yang ditandai dengan

melambatnya pertumbuhan tahunan pembiayaan non bank, meskipun secara nominal

mengalami peningkatan. Peningkatan secara nominal tersebut diperkirakan karena terjadi

peningkatan konsumsi masyarakat sehubungan dengan liburan yang cukup banyak di

triwulan laporan serta kebutuhan menjelang pemilu.

Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan

Nilai Tambah Bruto Bank Umum

Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

-

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

400.000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2006 2007 2008 2009

Jumlah PenumpangEmbarkasi (keluar)

Debarkasi (masuk)

Y.O.YSumber : Pelindo IV* : Sementara

-10%-5%0%5%10%15%20%25%30%35%40%

-

1

2

3

4

5

6

7

8

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009Rp

Tri

liu

n

SULSEL

y.o.y

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2006 2007 2008 2009Mily

ar R

p

Pembiayaan

YoY

Sumber : Kanwil Pegadaian Sulsel

Page 27: 2009 KER TW I.pdf

20 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

1.2.7. Sektor Lainnya

Sektor listrik-gas-air bersih, diperkirakan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi

dibanding pertumbuhan pada triwulan IV-2008. Pada triwulan laporan, sektor ini

diperkirakan tumbuh sebesar 10,77% (y.o.y), sementara pada triwulan IV-2008 tumbuh

sebesar 9,66% (y.o.y). Dimana sumbangan sektor listrik-gas-air bersih terhadap

pertumbuhan ekonomi Sulsel sebesar 0,11%(y.o.y). Pertumbuhan sektor ini masih didominasi

oleh sumbangan subsektor listrik. Peningkatan pertumbuhan pada sektor ini diperkirakan

karena diresmikannya beberapa pembangkit listrik, yaitu PLTG Sengkang pada 12 Maret

2009 beroperasi kembali PLTA Bakaru dan PLTU Tello pada awal April 2009.

Di subsektor air bersih, diperkirakan juga terjadi peningkatan pertumbuhan tahunan

dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan di

subsektor ini ditandai dengan peningkatan pemakaian air di Makassar. Sementara jumlah

pemasangan saluran air mengalami perlambatan pertumbuhan tahunan meskipun secara

nominal mengalami peningkatan.

Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih

Penjualan Listrik (Juta Kwh)

Pemakaian Air (M³) di Makassar

Pemasangan Saluran Air di Makassar

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

540 560 580 600 620 640 660 680 700

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009

Juta

GW

H

Total Pemakaian Listriky.o.y

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

7,4

7,6

7,8

8,0

8,2

8,4

8,6

8,8

9,0

9,2

9,4

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009Juta

Pemakaian Air (M³)

Y.O.Y (PA)

Sumber : PDAM Mks* Sementara

3,6%

3,7%

3,8%

3,9%

4,0%

4,1%

4,2%

4,3%

4,4%

370

380

390

400

410

420

430

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009Rib

uan

Pemasangan Saluran (SL)Y.O.Y (SL)

Sumber : PDAM Mks* Sementara

Page 28: 2009 KER TW I.pdf

21 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Sektor pertambangan-penggalian, diperkirakan mengalami kontraksi pertumbuhan

yang lebih rendah dibanding kontraksi pada triwulan IV-2008 ( -9,45%; y.o.y). Kontraksi

pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan diperkirakan sebesar 8,23% (y.o.y) dengan

sumbangan terhadap PDRB daerah sebesar -0,81% (y.o.y). Penyumbang terbesar kontraksi

ini adalah masih pada subsektor pertambangan bukan migas. Kontraksi pada subsektor

pertambangan bukan migas diperkirakan karena masih menurunnya produktifitas hasil

tambang, terutama nikel. Penurunan produksi nikel tersebut ditandai dengan menurunnya

volume ekspor nikel Sulsel yang juga dibarengi dengan penurunan harga nikel di pasar dunia

sehingga secara nilai pun mengalami penurunan. Selain itu perlambatan sektor ini diduga

didorong oleh pertambangan rakyat, seperti penambangan pasir, batu dan kerikil dan hasil

tambang non logam. Hal tersebut ditandai dengan penurunan volume ekspor barang-barang

dari mineral non logam.

Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian

Volume Ekspor Nikel

Perkembangan Harga Nikel di Pasar Dunia

Volume Ekspor Barang-barang dari Mineral

Non Logam

-150%-100%-50%0%50%100%150%200%250%300%350%400%

-

20

40

60

80

100

120

140

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2006 2007 2008 2009

Rib

u T

on

BIJIH LOGAM & SISA-SISA LOGAM

Volume EksporY.O.Y

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4

2006 2007 2008 2009

US$/Metric Ton

Sumber : Bloomberg

-100%-90%-80%-70%-60%-50%-40%-30%-20%-10%0%

-

50

100

150

200

250

300

350

400

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2006 2007 2008 2009

Rib

u T

on

BARANG2 DARI MINERAL NON LOGAM

Volume EksporY.O.Y

Page 29: 2009 KER TW I.pdf

22 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Sektor bangunan, diperkirakan masih mengalami pertumbuhan positif yang cukup

besar namun lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, sektor ini

diperkirakan tumbuh 12,29% (y.o.y) sedangkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya

sebesar 15,02% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan pada sektor ini ditandai dengan

menurunnya realisasi pengadaan semen di wilayah Sulsel pada triwulan I-2009 dibanding

triwulan IV-2008. Selain itu juga ditunjukan oleh menurunnya pemberian kredit konstruksi

dan properti oleh Bank Umum. Perlambatan ini diduga karena banyak proyek-proyek

pemerintah untuk tahun 2009 dan juga program stimulus fiskal di bidang infrastruktur yang

belum direalisasikan.

Di sisi lain, dorongan pertumbuhan terjadi pada sektor properti sehubungan dengan

penurunan suku bunga KPR oleh sejumlah bank pada pertengahan kuartal I-2009.

Penurunan suku bunga KPR ini sangat berpengaruh terhadap sektor properti karena

pembelian rumah di Sulsel 95% dilakukan dengan KPR.

Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan

Realisasi Pengadaan Semen

Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi Bank Umum

Perkembangan Kredit Properti

Bank Umum

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0

50

100

150

200

250

300

350

400

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2005 2006 2007 2008 2009

Rib

uan

To

n

Sulsel Sumber : ASI* : Sementara

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

-0.30

0.20

0.70

1.20

1.70

2.20

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2006 2007 2008 2009Rp

Tri

liun

Konstruksi y.o.y

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

-

1

2

3

4

5

6

7

I - 07 II - 07 III - 07 IV - 07 I - 08 II - 08 III - 08 IV - 08 I - 09Mill

ion

s

KREDIT PROPERTY

y.o.y

Page 30: 2009 KER TW I.pdf

23 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Bab 2

Perkembangan Inflasi

Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan I-2009 tercatat sebesar 9,01% (y.o.y),

lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 12,40% (y.o.y), namun lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi nasional yang

tercatat sebesar 7,92% (y.o.y). Masih tingginya laju inflasi tersebut, diperkirakan karena

terjadi peningkatan konsumsi masyarakat sehubungan dengan adanya kenaikan gaji Pegawai

Negeri Sipil (PNS) sebesar 15% dan kegiatan menjelang Pemilu legislatif pada awal triwulan

II-2009. Terkait dengan kenaikan gaji PNS, meski realisasi pembayarannya dilakukan pada

April 2009 namun hal ini dapat menciptakan ekspektasi yang mampu mendorong terjadinya

peningkatan konsumsi masyarakat. Sementara kondisi yang diperkirakan mampu menahan

tekanan laju inflasi di Sulsel adalah adanya masa panen padi pada akhir triwulan laporan,

subsidi PPN pada komoditi minyak goreng, penurunan harga BBM yang sampai 3 kali,

dimana terakhir dilakukan pada awal triwulan laporan dan ketersediaan pasokan atas

barang dan jasa terutama sayur---sayuran di pasar regional. Kondisi ini relevan dengan

perkiraan kenaikan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2009 yang terutama didorong

oleh sektor konsumsi sebagaimana dikemukakan pada bab 1.

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan

Laju inflasi tahunan tertinggi masih terjadi pada kelompok bahan makanan yang

tercatat sebesar 13,17% (y.o.y), melambat cukup signifikan dibandingkan laju inflasi pada

triwulan sebelumnya yaitu sebesar 21,45% (y.o.y). Sementara itu laju inflasi tahunan

terendah terjadi pada kelompok transpor-komunikasi-jasa keuangan yaitu sebesar 1,77%

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

%

y.o.y - Nasy.o.y - Ssy.t.d - Ss

Sumber : BPS, diolah

Page 31: 2009 KER TW I.pdf

24 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

(y.o.y), yang juga lebih rendah dibanding laju inflasi tahunan pada triwulan sebelumnya yaitu

sebesar 5,29% (y.o.y).

Berdasarkan tahun kalender, laju inflasi kumulatif sampai dengan akhir bulan Maret

2009 tercatat masih dibawah 1% yaitu sebesar 0,91% (y.t.d), lebih rendah dibandingkan laju

inflasi kumulatif pada periode yang sama tahun 2008 yaitu sebesar 4,05% (y.t.d). Tekanan

harga kumulatif tertinggi terjadi di kelompok sandang yaitu sebesar 4,71% (y.t.d), disusul

kelompok bahan makanan yaitu sebesar 2,19% (y.t.d). Sementara itu kelompok transpor-

komunikasi-jasa keuangan malah mengalami pelemahan harga yaitu sebesar -3,28% (y.t.d).

Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y)

2.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang

Berdasarkan laju inflasi tahunan dari setiap kelompok barang dan jasa pada triwulan

IV-2008 di Makassar, secara berurutan dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah sebagai

berikut:

Kelompok Bahan Makanan, ditinjau dari sub kelompoknya, perlambatan laju inflasi

tahunan pada kelompok ini terjadi pada 7 sub kelompok yaitu antara lain : perlambatan

terbesar pada sub kelompok kacang-kacangan,

sub kelompok sayur-sayuran dan sub kelompok

ikan segar. Masing-masing sub kelompok

tersebut mengalami perlambatan laju inflasi

sebesar -64,99%, -25,64% dan -18,16%, yang

secara umum disebabkan karena faktor pasokan

yang relatif melimpah di pasar regional. Dan

bahkan untuk sub kelompok lemak-minyak

mengalami koreksi sebesar -16,43% dibanding

triwulan sebelumnya sehingga laju inflasi

tahunannya menjadi -3,37% (y.o.y). Perlambatan

20091 2 3 4 1 2 3 4 1

Bahan Makanan 14,52 10,53 16,84 11,27 17,27 21,16 18,30 21,45 13,17 Makanan Jadi 4,98 3,28 3,75 4,03 8,67 10,37 14,10 14,46 11,97 Perumahan 2,89 2,55 2,45 3,01 5,04 9,30 11,91 11,13 9,34 Sandang 5,49 3,38 6,37 9,29 13,87 13,53 11,89 11,32 11,12 Kesehatan 2,85 2,71 4,08 4,39 4,34 7,65 8,96 11,11 10,21 Pendidikan 12,99 12,12 8,5 8,25 6,19 6,07 3,16 3,72 3,55 Transpor 0,54 0,48 0,35 0,27 0,31 7,82 7,84 5,29 1,77 UMUM / TOTAL 6,68 5,11 6,98 5,71 8,13 11,92 12,29 12,40 9,01

Sumber : BPS, diolah

Ket : Sejak Tahun 2008 menggunakan tahun dasar 2007

2008KETERANGAN

2007

Tabel 2.1Inflasi Kelompok

Barang/Jasa (%, y.o.y)

Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan

IV-2008 I-2009 - Padi2an, Umbi2an & Hslnya 9,21 10,39 - Daging & Hasil-hasilnya 24,24 25,08 - Ikan Segar 43,79 25,63 - Ikan Diawetkan 37,18 30,92 - Telur, Susu & Hasil-hasilnya 9,93 7,72 - Sayur-sayuran 28,49 2,85 - Kacang-kacangan 73,32 8,33 - Buah-buahan 17,60 11,12 - Bumbu-bumbuan -4,77 8,74 - Lemak & Minyak 13,06 -3,37 - Bahan Makanan Lainnya 8,01 9,09

Inflasi Kelompok 21,45 13,17Sumber : BPS diolah

Sub Kelompoky .o.y (%)

Page 32: 2009 KER TW I.pdf

25 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

pada sub kelompok lemak-minyak tersebut relatif disebabkan adanya kebijakan stimulus

pemerintah yang berupa subsidi PPN untuk komoditas minyak goreng, sehingga

pertumbuhan harga minyak goreng secara tahunan mengalami penurunan, sejalan dengan

rata-rata tingkat harga CPO di pasar internasional secara tahunan yang juga mengalami

penurunan. Perlambatan laju inflasi sub kelompok-sub kelompok tersebut sejalan dengan

hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang beberapa komoditinya menunjukkan penurunan

harga secara tahunan.

Grafik 2.2. Beberapa Komoditi dalam Sub Kelompok Sayur-sayuran dan Kacang-kacangan Hasil SPH di Makassar

Tempe

Minyak Goreng

Bayam

Kentang

Grafik 2.3. Rata-rata Harga CPO di Pasar Internasional

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

11,000

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

III IV I II III IV I

2007 2008 2009

y.o.y - axis kiri

Harga - axis kanan

8,000

9,000

10,000

11,000

12,000

13,000

14,000

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

III IV I II III IV I

2007 2008 2009

y.o.y - axis kiri

Harga - axis kanan

4,000

4,500

5,000

5,500

6,000

6,500

7,000

7,500

8,000

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

40.0%

45.0%

III IV I II III IV I

2007 2008 2009

y.o.y - axis kiri

Harga - axis kanan

5,000

5,500

6,000

6,500

7,000

7,500

8,000

-15.0%

-10.0%

-5.0%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

III IV I II III IV I

2007 2008 2009

y.o.y - axis kiri

Harga - axis kanan

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2006 2007 2008 2009

Ringgit/ton (metrik)

Page 33: 2009 KER TW I.pdf

26 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Di sisi lain, peningkatan laju inflasi tahunan pada kelompok bahan makanan yang

paling besar terjadi pada sub kelompok bumbu-bumbuan, yang meningkat sebesar 13,51%

(y.o.y) dari laju inflasi tahunan pada triwulan IV-2008. Peningkatan yang cukup tinggi

tersebut diperkirakan karena faktor cuaca yang mempengaruhi hasil panen komoditi pada

sub kelompok bumbu-bumbuan, seperti bawang merah, bawang putih, cabe merah dan

cabe rawit.

Grafik 2.4. Beberapa Komoditi dalam Sub Kelompok Bumbu,

Padi dan Daging Hasil SPH di Makassar Beras

Cabe Merah

Daging Ayam Ras

Bawang Merah

Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan

6,300

6,400

6,500

6,600

6,700

6,800

6,900

7,000

-2%

-1%

-1%

0%

1%

1%

2%

III IV I II III IV I

2007 2008 2009

y.o.y - axis kiri

Harga - axis kanan

11,000

13,000

15,000

17,000

19,000

21,000

23,000

25,000

-10.0%

-5.0%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

III IV I II III IV I

2007 2008 2009

y.o.y - axis kiri

Harga - axis kanan

17,000

19,000

21,000

23,000

25,000

27,000

29,000

28.0%

28.5%

29.0%

29.5%

30.0%

30.5%

31.0%

31.5%

32.0%

32.5%

III IV I II III IV I

2007 2008 2009

y.o.y - axis kiri

Harga - axis kanan

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

20,000

22,000

24,000

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

III IV I II III IV I

2007 2008 2009

y.o.y - axis kiri

Harga - axis kanan

-5

0

5

10

15

20

25

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2004 2005 2006 2007 2008 2009%

y.t.d

y.o.y

Page 34: 2009 KER TW I.pdf

27 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Selain itu, sub kelompok padi-padian, sub kelompok bahan makanan lainnya dan sub

kelompok daging juga mengalami peningkatan laju inflasi tahunan namun dalam besaran

yang relatif kecil yaitu masing-masing sebesar 1,18%, 1,08% dan 0,83%. Peningkatan

tersebut diperkirakan karena faktor permintaan yang terjadi peningkatan namun dalam

besaran yang relatif minim.

Kelompok Makanan Jadi-Minuman-

Rokok-Tembakau, mengalami inflasi tahunan

sebesar 11,97% (y.o.y) pada triwulan laporan,

lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya

yang sebesar 14,46% (y.o.y). Perlambatan

tersebut banyak dipengaruhi oleh laju inflasi sub kelompok makanan jadi yang melambat

sebesar -4,5% terkait dengan penurunan harga minyak goreng, sementara 2 sub kelompok

lainnya mengalami sedikit peningkatan yaitu masing-masing meningkat sebesar 1,4% untuk

sub kelompok minuman tidak beralkohol dan 0,3% untuk sub kelompok tembakau dan

minuman beralkohol.

Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi

Grafik 2.7. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi Hasil SPH di Makassar

Ayam Goreng

Mie

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2004 2005 2006 2007 2008 2009%

y.t.d

y.o.y

6,000

6,500

7,000

7,500

8,000

8,500

9,000

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

III IV I II III IV I

2007 2008 2009

y.o.y - axis kiri

Harga - axis kanan

5,600

5,800

6,000

6,200

6,400

6,600

6,800

7,000

0.0%

2.0%

4.0%

6.0%

8.0%

10.0%

12.0%

14.0%

16.0%

18.0%

III IV I II III IV I

2007 2008 2009

y.o.y - axis kiri

Harga - axis kanan

Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau

IV-2008 I-2009 - Makanan Jadi 17,91 13,40 - Minuman yg Tidak Beralkohol 7,83 9,26 - Tembakau & Min. Beralkohol 9,95 10,25

Inflasi Kelompok 14,46 11,97Sumber : BPS diolah

Sub Kelompoky .o.y (%)

Page 35: 2009 KER TW I.pdf

28 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Gula Pasir

Nasi

Selanjutnya peningkatan laju inflasi pada sub kelompok minuman tidak beralkohol

diperkirakan didorong oleh kenaikan harga gula pasir sehubungan dengan keterbatasan

ketersediaan pasokan gula pasir di pasar regional, sedangkan peningkatan laju inflasi pada

sub kelompok tembakau-minuman beralkohol diperkirakan karena adanya kenaikan tarif

cukai hasil tembakau yang rata-rata sebesar 7% yang efektif berlaku Februari 2009.

Kelompok Sandang pada periode

laporan mengalami inflasi sebesar 11,12%

(y.o.y), juga lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya (11,32%; y.o.y). Perlambatan

pertumbuhan laju inflasi tersebut terjadi pada

semua sub kelompok sandang. Perlambatan laju

inflasi terbesar terjadi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya, yaitu sebesar

22,58% (y.o.y) pada triwulan IV-2008 menjadi 21,76% (y.o.y) pada triwulan laporan.

Perlambatan pada sub kelompok ini diperkirakan karena tekanan tingkat harga internasional

untuk komoditi emas mengalami koreksi sehingga relatif mempengaruhi tingkat harga emas

perhiasan di pasar regional, meskipun pada level harga yang masih relatif tinggi.

Grafik 2.8. Perkembangan Harga Emas Makassar

Internasional

6,500

6,700

6,900

7,100

7,300

7,500

7,700

0.0%

2.0%

4.0%

6.0%

8.0%

10.0%

12.0%

14.0%

16.0%

18.0%

III IV I II III IV I

2007 2008 2009

y.o.y - axis kiri

Harga - axis kanan

6,000

6,500

7,000

7,500

8,000

8,500

9,000

9,500

17%

18%

19%

20%

21%

22%

23%

24%

III IV I II III IV I

2007 2008 2009

y.o.y - axis kiri

Harga - axis kanan

156,500

176,500

196,500

216,500

236,500

256,500

276,500

296,500

316,500

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

40.0%

45.0%

III IV I II III IV I

2007 2008 2009

y.o.y - axis kiri

Harga - axis kanan

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

11

12 1 2 3

2006 2007 2008 2009

$/Troy oz

Harga Emas

Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang

IV-2008 I-2009 - Sandang Laki-laki 8.08 7.72 - Sandang Wanita 5.95 5.45 - Sandang Anak-anak 6.56 6.33 - Brg Pribadi & Sdg Lainnya 22.58 21.76

Inflasi Kelompok 11.32 11.12Sumber : BPS diolah

y .o.y (%)Sub Kelompo k

Page 36: 2009 KER TW I.pdf

29 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Sedangkan perlambatan pada sub kelompok sandang laki-laki, wanita dan anak-anak

diduga karena pengaruh kebijakan penurunan BBM oleh pemerintah. Pada akhir triwulan

laporan, sub kelompok sandang laki-laki tercatat sebesar 7,72% (y.o.y), sub kelompok

sandang wanita sebesar 5,45% (y.o.y) dan sub kelompok sandang anak-anak sebesar 6,33%

(y.o.y).

Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang

Kelompok Kesehatan pada triwulan

laporan mencatat pertumbuhan laju inflasi

tahunan sebesar 10,2% (y.o.y), sedikit lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

(11,1%; y.o.y). Perlambatan ini didorong oleh

sub kelompok jasa perawatan jasmani, yang

diperkirakan karena relatif menurunnya permintaan masyarakat. Sementara tekanan inflasi

pada kelompok ini relatif disebabkan oleh kenaikan harga obat generik. Namun karena

terdapat subsidi sebagian oleh pemerintah maka tekanan inflasi relatif tertahan. Laju inflasi

sub kelompok obat-obatan pada triwulan I-2009 sebesar 6,9% (y.o.y), sementara pada

triwulan IV-2008 tercatat sebesar 6,7% (y.o.y).

.Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2004 2005 2006 2007 2008 2009%

y.t.d

y.o.y

-2

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2004 2005 2006 2007 2008 2009%

y.o.y

y.t.d

Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan

IV-2008 I-2009 - Jasa Kesehatan 14,0 13,7 - Obat-obatan 6,7 6,9 - Jasa Perawatan Jasmani 20,3 15,8 - Perwtn Jasmani & Kosmetika 9,7 8,7

Inflasi Kelompok 11,1 10,2 Sumber : BPS diolah

y .o.y (%)Sub Kelompok

Page 37: 2009 KER TW I.pdf

30 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar, juga mengalami perlambatan

laju inflasi yang tercatat sebesar 9,34% (y.o.y), sementara laju inflasi triwulan sebelumnya

sebesar 11,13% (y.o.y). Perlambatan laju inflasi terjadi pada semua sub kelompok, terutama

pada sub kelompok bahan bakar-penerangan-air yang melambat menjadi 4,28% (y.o.y) yang

pada triwulan sebelumnya juga mengalami perlambatan inflasi. Perlambatan pada kelompok

ini, secara umum, diperkirakan karena pengaruh penurunan harga BBM pada awal triwulan I-

2009, kelanjutan dari kebijakan penurunan BBM pada akhir triwulan IV-2008.

Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan

Sementara tekanan inflasi yang relatif

disebabkan oleh pengaruh tingkat harga

internasional untuk beberapa komoditi bahan

bangunan, seperti baja, mengalami penurunan,

sehingga mendorong terjadinya penurunan

harga komoditi di subsektor biaya tempat

tinggal.

Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, laju inflasi tahunannya relatif tercatat

mengalami koreksi apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2009,

kelompok ini tercatat mengalami inflasi tahunan sebesar 3,55% (y.o.y), lebih rendah

dibanding triwulan sebelumnya (3,72%; y.o.y).

Secara umum perlambatan ini diperkirakan

karena terjadi penurunan permintaan. Sementara

tekanan inflasi relatif terjadi pada sub kelompok

rekreasi yang diperkirakan karena relatif terdapat

beberapa hari libur, terutama pada saat

menjelang pemilu legislatif (9 April 2009).

0

2

4

6

8

10

12

14

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2004 2005 2006 2007 2008 2009%

y.t.d

y.o.y

Sumber : BPS, diolah

Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar

IV-2008 I-2009 - Biaya Tempat Tinggal 13,91 11,95 - Bhn Bakar, Penerangan & Air 7,03 4,28 - Perlengkapan Rumah Tangga 7,53 7,46 - Penyelenggaraan Rmh Tgg 11,62 8,99

Inflasi Kelompok 11,13 9,34 Sumber : BPS diolah

Sub Kelompoky .o.y (%)

Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga

IV-2008 I-2009 - Jasa Pendidikan 5,1 5,1 - Kursus-kursus/Pelatihan 1,3 1,4 - Perlengkapan/Perltn Pendd. 2,7 2,1 - Rekreasi 2,3 2,4 - Olahraga 2,0 1,1

Inflasi Kelompok 3,7 3,5 Sumber : BPS diolah

y .o.y (%)Sub Kelompok

Page 38: 2009 KER TW I.pdf

31 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan

Penurunan permintaan terhadap komoditi pada kelompok ini terutama terjadi pada

sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan dan sub kelompok olahraga. Laju inflasi

sub kelompok peralatan/perlengkapan pendidikan melambat menjadi 2,1% (y.o.y) sementara

laju inflasi sub kelompok olahraga melambat menjadi 1,1% (y.o.y).

Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan, sehubungan dengan

adanya kebijakan penurunan BBM, yang terjadi sebanyak 3x, laju inflasinya mengalami

penurunan menjadi 1,8% (y.o.y), sementara pada triwulan IV-2008 tercatat 5,3% (y.o.y).

Perlambatan tersebut, terutama pada sub

kelompok transpor, yaitu dari 10,3% (y.o.y)

pada triwulan IV-2008 menjadi 5,3% (y.o.y).

Selain itu, deflasi pada sub kelompok

komunikasi-pengiriman turut memperlambat

laju inflasi kelompok ini.

Grafik 2.13. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi

-5

0

5

10

15

20

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2004 2005 2006 2007 2008 2009%

y.o.y

y.t.d

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2004 2005 2006 2007 2008 2009

%

y.o.y

y.t.d

Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan

IV-2008 I-2009 - Transpor 10.3 5.3 - Komunikasi & Pengiriman (10.5) (11.1) - Srn & Penunjang Transpor 6.1 6.5 - Jasa Keuangan 6.3 4.0

Inflasi Kelompok 5.3 1.8 Sumber : BPS diolah

Sub Kelompo ky .o.y (%)

Page 39: 2009 KER TW I.pdf

32 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Perlambatan laju inflasi pada sub kelompok komunikasi-pengiriman yang diperkirakan

karena meningkatnya perang tarif murah antar operator telepon seluler.

2.2. Inflasi Kota Lainnya di Sulawesi Selatan

Laju inflasi Sulsel yang tercatat sebesar 9,01% (y.o.y) tersebut berdasarkan komposit

inflasi keempat kota di Sulsel, yaitu Makassar, Watampone, Pare-pare dan Palopo. Pada

triwulan laporan, laju inflasi tahunan tertinggi terjadi di kota Watampone yang tercatat

sebesar 12,61% (y.o.y), terutama terjadi pada kelompok sandang (22,83%; y.o.y).

Sementara laju inflasi terendah kembali terjadi di kota Makassar (8,52%; y.o.y) dengan laju

inflasi tahunan tertinggi tetap terjadi pada kelompok bahan makanan (13,16%; y.o.y).

Mengingat kota Makassar memiliki bobot kota yang tertinggi di Sulsel, maka laju

inflasi Sulsel tersebut tentunya didominasi sumbangan inflasi tahunan kota Makassar yang

pada triwulan laporan sebesar 77%

terhadap pembentukan inflasi

tahunan Sulsel, sementara pada

triwulan sebelumnya menyumbang

sebesar 78%. Kota yang memberikan

sumbangan terendah diberikan oleh

kota Pare-pare yaitu sebesar 7% dari

inflasi Sulsel. Secara umum, faktor

yang relatif menyebabkan tingginya laju inflasi di kota-kota selain kota Makassar adalah

faktor distribusi, dimana sarana dan prasarana relatif kurang mendukung kelancaran

distribusi.

2.3. Indeks Harga Konsumen Pedesaan

Berdasarkan data Februari 2008, Indeks Harga Konsumen (IHK) Pedesaan tercatat

sebesar 124,04, lebih tinggi dibanding triwulan IV-2008 yang tercatat sebesar 121,78.

Kondisi tersebut menggambarkan

terjadinya inflasi di wilayah pedesaan

yang tercatat sebesar 2,08% (q.t.q).

Peningkatan tersebut hampir terjadi di

semua kelompok barang/jasa kecuali

kelompok transportasi-komunikasi yang

mengalami deflasi, yang disebabkan

adanya kebijakan penurunan BBM.

Sementara itu, 6 kelompok barang/jasa

Tabel 2.9. Perbandingan Laju Inflasi Kota di Sulsel Per Maret 2009

m.t.m y.t.d y .o.yWatampone 123,73 0,91 2,14 12,61 Makassar 114,68 0,10 0,84 8,52 Palopo 123,40 1,21 1,14 11,27 Pare-pare 119,97 (0,07) 0,40 9,58

SULSEL 116,09 0,21 0,91 9,01 Sumber : BPS, diolah

KOTAPerubahan IHK

IHK

Tabel 2.10. Perbandingan Laju Inflasi Sulsel dan Pedesaan di Sulsel

Sulsel PedesaanBahan Makanan 5,93 4,71 Makanan Jadi 2,18 1,54 Perumahan 0,72 0,51 Sandang 5,28 3,88 Kesehatan 1,58 1,03 Pendidikan-Rekreasi-Olahraga 0,29 2,59 Transportasi-Komunikasi (6,49) (12,66)

UMUM 1,13 2,08 Sumber : BPS, diolah

Q.T.QKELOMPOK

Page 40: 2009 KER TW I.pdf

33 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

lainnya mengalami peningkatan laju inflasi triwulanan dibanding laju inflasi triwulanan pada

triwulan IV-2008. Laju inflasi triwulanan yang tertinggi terjadi pada kelompok bahan

makanan, kemudian diikuti kelompok kesehatan dan kelompok Pendidikan-Rekreasi-

Olahraga.

Apabila dibandingkan dengan inflasi triwulanan Sulsel posisi yang sama yaitu pada

bulan Februari 2009 yang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,13% (q.t.q), maka tingkat

harga di pedesaan masih relatif jauh lebih tinggi dari inflasi triwulanan Sulsel, terutama pada

kelompok pendidikan-rekreasi-olahraga. Kondisi tersebut diperkirakan karena minimnya

ketersediaan sarana pendidikan, misal : buku pelajaran, serta sarana dan prasarana

rekreasi/hiburan di pedesaan.

Tekanan inflasi di pedesaan tersebut tentunya akan mempengaruhi tingkat

kesejahteraan masyarakat pedesaan yang mayoritas sebagai petani, mengingat konsumsi

rumah tangganya mengalami peningkatan sehingga relatif akan meningkatkan indeks

konsumsi rumah tangga. Namun apabila ditinjau dari kenaikan kelompok bahan makanan

yang terjadi di wilayah pedesaan tersebut dapat dimanfaatkan oleh petani sehingga mampu

meningkatkan pendapatan maka dimungkinkan tingkat kesejahteraan akan membaik.

Page 41: 2009 KER TW I.pdf

34 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 42: 2009 KER TW I.pdf

35 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Bab 3

Perkembangan Perbankan

Pada triwulan ini terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi di sektor keuangan-

persewaan-jasa perusahaan (PDRB) terutama subsektor bank, yang ditandai dengan

melambatnya pertumbuhan tahunan dana masyarakat yang dihimpun perbankan,

penyaluran kredit/pembiayaan dan aset perbankan. Selain itu terjadi penurunan kualitas

kredit dimana pada triwulan laporan terjadi kenaikan jumlah kredit/pembiayaan bermasalah

terhadap total kredit/pembiayaan perbankan Sulawesi Selatan jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya.

3.1 Perkembangan Moneter

Searah dengan melambatnya kinerja perbankan dalam pertumbuhan ekonomi Sulsel

apabila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya, komponen uang giral

mengalami pertumbuhan negatif di masyarakat. Namun, di sisi lain pertumbuhan uang kuasi

meningkat.

Likuiditas moneter di Sulsel pada

triwulan I-2009 (posisi Februari 2009),

secara nominal cenderung mengalami

peningkatan. Adapun komponen uang

giral dan uang kuasi dapat diukur

berdasarkan proxy sebagaimana terlihat

pada Grafik 3.1.

Secara tahunan, uang kuasi

mencatat pertumbuhan sebesar

19,88% (y.o.y) yaitu dari Rp19,44 triliun

pada triwulan I-2008 menjadi Rp23,31

triliun pada triwulan laporan. Pertumbuhan uang kuasi tersebut lebih rendah dibanding

pertumbuhan uang kuasi pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 21,78% (y.o.y).

Terjadinya peningkatan pertumbuhan uang kuasi tersebut diduga dipengaruhi berakhirnya

masa liburan akhir tahun. Namun uang giral tumbuh negatif sebesar -1,65% (y.o.y) yaitu dari

Rp4,73 triliun pada triwulan I-2008 menjadi Rp4,65 triliun pada triwulan laporan.

Secara triwulanan, uang kuasi dan uang giral mengalami kontraksi. Pertumbuhan

pada triwulan I-2009 untuk uang kuasi dan giral adalah sebesar -1,80% (q.t.q) dan -7,15%

Grafik 3.1. Uang Giral dan Uang Kuasi di Sulsel (Rp Triliun)

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2006 2007 2008 2009

Miliar Rp

Uang Kuasi Uang Giral

Sumber : KBI Makassar

Page 43: 2009 KER TW I.pdf

36 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

(q.t.q), sementara pertumbuhan pada triwulan IV-2008 masing-masing sebesar 10,05%

(q.t.q) dan 2,89% (q.t.q).

3.2 Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah)

3.2.1. Kelembagaan dan Aset

Dari sisi kelembagaan, kinerja bank umum pada triwulan I-2009 mengalami

peningkatan. Walaupun terdapat pengurangan jumlah BPR tetapi jumlah kantor meningkat.

Tabel 3.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan

Pada triwulan I-2009 (Februari), pertumbuhan total aset perbankan lebih besar dari

triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, total aset perbankan mencapai Rp36,48 triliun

atau mengalami pertumbuhan 18,99% (y.o.y) dari triwulan yang sama tahun 2008.

Pertumbuhan aset perbankan pada triwulan laporan ini lebih besar dibanding pertumbuhan

pada triwulan sebelumnya yang sebesar 13,01% (y.o.y).

Pertumbuhan tertinggi terjadi

di kelompok bank asing dan campuran,

yaitu tumbuh sebesar 97,59% (y.o.y)

menjadi Rp881 miliar. Adapun pangsa

terbesar dari total aset perbankan

masih didominasi oleh kelompok bank

pemerintah yang tercatat sebesar

61,59%, kelompok bank swasta

nasional sebesar 35,99%, sisanya

kelompok bank asing campuran.

Pangsa kelompok bank pemerintah tersebut mengalami penurunan dibanding pangsa pada

triwulan IV-2008 yang sebesar 63,82%.

3.2.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan

Per Februari 2009, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum

mengalami peningkatan yang cenderung lebih kecil daripada triwulan sebelumnya, yaitu

20091 2 3 4 1 2 3 4 1

Jumlah Bank 59 60 62 62 64 65 68 69 68Bank Umum 32 33 35 35 36 37 40 41 41

Konvensional 26 26 27 27 27 28 30 30 30Syariah 2 2 3 3 3 3 3 3 3UUS 4 5 5 5 6 6 7 8 8

BPR 27 27 27 27 28 28 28 28 27Jumlah Kantor Bank 477 477 479 557 588 593 599 625 629

20082007Kelembagaan

Grafik 3.2. Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank

-

5

10

15

20

25

30

35

40

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2006 2007 2008 2009Trili

un R

p

Campuran

Swasta Nas

Pemerintah

Page 44: 2009 KER TW I.pdf

37 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

tumbuh 16,43% (y.o.y) atau sebesar Rp27,96 triliun. Sedangkan pertumbuhan DPK pada

triwulan IV-2008 tercatat sebesar 17,10% (y.o.y).

Dilihat dari jenis simpanannya, perlambatan pertumbuhan DPK tersebut terutama

disebabkan karena adanya perlambatan pertumbuhan pada giro. Simpanan giro pada

Februari 2009 tercatat sebesar Rp4,65triliun atau tumbuh sebesar 1,38% (y.o.y). Sementara

deposito mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 30,10% (y.o.y). Hal ini

terjadi dimungkinkan karena adanya perpindahan alokasi dana ke dalam bentuk deposito.

Dengan demikian komposisi DPK pada triwulan laporan sebesar 16,63% untuk giro,

50,01% untuk tabungan dan 33,36% untuk deposito. Dari komposisi tersebut di atas, DPK

berjenis tabungan masih tetap mendominasi jenis simpanan DPK, meski tercatat mengalami

penurunan dalam porsinya terhadap total DPK. Kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh

bank umum di wilayah Sulsel tercatat mengalami perlambatan. Atas dasar lokasi proyek,

kredit/pembiayaan tumbuh sebesar 21,26% (y.o.y) menjadi Rp31,04 triliun pada Februari

2009. Pertumbuhan tersebut lebih kecil dari pada pertumbuhan triwulan IV-2008, yaitu

22,87% (y.o.y). Kondisi tersebut, memperlihatkan kondisi kredit/pembiayaan bank umum

dan DPK sama-sama mengalami perlambatan. Namun LDR (Loan to Deposit Ratio) bank

umum mengalami peningkatan, karena penurunan pertumbuhan DPK lebih kecil dari pada

kredit/pembiayaan bank umum.

Grafik 3.3.

Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum

Grafik 3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum

Per Jenis Penggunaan

Berdasarkan jenis penggunaan, sebagian besar portofolio kredit/pembiayaan masih

didominasi oleh kredit/pembiayaan produktif (modal kerja dan investasi). Pada Februari 2009,

posisi kredit modal kerja tercatat sebesar Rp11,91 triliun atau 38,38% dari total kredit,

sementara kredit investasi sebesar Rp6,25 triliun (20,14%). Sehingga total porsi kredit

produktif sebesar 58,52%, lebih kecil dibanding porsi pada triwulan IV-2008 yaitu sebesar

59,63%. Sedangkan untuk kredit konsumsi sebesar Rp12,87 triliun dengan porsi sebesar

41,48% dari total kredit.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

-

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2006 2007 2008 2009Trili

un R

p

DPKKreditLDR

-

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2006 2007 2008 2009Trili

un R

p

Konsumsi

Investasi

Modal Kerja

Page 45: 2009 KER TW I.pdf

38 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Dari sisi pertumbuhan tahunan (y.o.y), per Februari 2009, kredit produktif (modal

kerja dan investasi) mengalami penurunan pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya.

Kredit produktif berupa kredit modal kerja mengalami perlambatan pertumbuhan dibanding

pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, yakni sebesar21,17% (y.o.y) pada triwulan I-2009

sedangkan pada triwulan sebelumnya sebesar 26,49% (y.o.y). Sedangkan pertumbuhan

kredit investasi pada triwulan laporan sedikit mengalami peningkatan dibandingkan dengan

pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 7,91% (y.o.y). Perlambatan

pertumbuhan pada kredit produktif tersebut relatif menggambarkan perlambatan kegiatan

ekonomi sektor riil, yang diperkirakan terjadi penurunan kapasitas usaha dikarenakan

perbankan menjadi relatif lebih ketat untuk memberikan kredit sebagai respon dari sikap

kehati-hatian akan dampak dari krisis global yang sedang terjadi.

Kredit konsumsi juga mengalami pertumbuhan lebih rendah dibanding pertumbuhan

pada triwulan IV-2008, yaitu sebesar 22,63% (y.o.y). Perlambatan kredit konsumsi tersebut

juga dimungkinkan sebagai akibat turunnya konsumsi masyarakat secara umum yang

merupakan dampak dari krisis global.

Berdasarkan alokasi penyaluran kredit per sektor ekonomi, kredit yang disalurkan

oleh perbankan daerah di Sulsel masih didominasi oleh sektor lain-lain (jasa konsumsi) yaitu

sebesar 41,48% kemudian diikuti oleh sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan

masing-masing sebesar 26,79% dan 10,83%.

Grafik 3.5. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per

Sektor Ekonomi

Grafik 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per

Sektor Ekonomi

Dari sisi pertumbuhan kredit, sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan tahunan

tertinggi dari penyerapan kredit tercatat di sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang

cukup signifikan menjadi 57,83% (y.o.y). Namun pertumbuhan ini lebih rendah jika

dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 83,62%.

Sedangkan pertumbuhan kredit yang mengalami peningkatan hanya terjadi pada sektor

industri pengolahan dan jasa sosial masyarakat.

Pertanian3%

Pertambangan0%

Industri11%

Listrik-Gas-Air0%

Konstruksi6%

Perdagangan27%

Pengangkutan5%

Jasa Dunia Usaha

6%

Jasa Sosial Masyarakat

1%

Lain-lain41%

-100%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

4 1

2009

Pertanian

Pertambangan

Industri

Listrik-Gas-Air

Konstruksi

Perdagangan

Pengangkutan

Jasa Dunia Usaha

Page 46: 2009 KER TW I.pdf

39 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Kredit di sektor pertambangan dan listrik-gas-air mengalami kontraksi pertumbuhan

yang cukup dalam yaitu masing-masing sebesar -36,87% dan -36,56%. Pada triwulan

sebelumnya kedua sektor tersebut telah mengalami pertumbuhan yang negatif, yaitu

masing-masing -76,63% dan -37,87% (y.o.y).

Sektor pengangkutan juga mengalami kontraksi kredit/pembiayaan yaitu sebesar -

22,67% (y.o.y) atau menjadi Rp1,44 triliun. Kontraksi ini diperkirakan terjadi karena turunnya

kualitas kredit sektor tersebut sehingga mengakibatkan perbankan lebih berhati-hati untuk

menyalurkan kredit di sektor pengangkutan.

Grafik 3.7. Perkembangan NPLs Net dan Gross

Bank Umum

Grafik 3.8. Pangsa NPLs

Per Sektor Ekonomi

Kredit/pembiayaan bermasalah (NPLs) bank umum per Februari 2009 di wilayah Sulsel

bertambah dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan NPLs tersebut diperkirakan terjadi

seiring dengan perlambatan perekonomian yang menyebabkan kesulitan dalam membayar

angsuran kredit.

Dilihat dari sektor ekonominya, sektor ekonomi yang tercatat memiliki rasio NPLs

yang tinggi adalah pengangkutan (20,93%) Kredit/pembiayaan bermasalah pada sektor ini

memang mengalami kenaikan yang sangat tinggi dibandingkan triwulan IV-2008, yaitu

sebesar 761,87% (q.t.q). Sektor ekonomi lainnya yang memiliki rasio NPL tinggi adalah

sektor konstruksi (6,4%) dan sektor industri pengolahan (3,36%).

Berdasarkan segmentasi kredit/pembiayaannya, sebagian besar kredit/pembiayaan

bank umum Sulsel diklasifikasikan sebagai kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah

(MKM). Pangsa kredit/pembiayaan MKM dibandingkan total kredit/pembiayaan per Februari

2009 adalah 71,54% atau sebesar Rp22,21 triliun. Pertumbuhan kredit/pembiayaan MKM

tersebut lebih besar pada Februari 2009 yaitu 24,83% (y.o.y) dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan IV-2008 sebesar 28,95% (y.o.y). Diperkirakan perlambatan

pertumbuhan kredit MKM relatif disebabkan karena adanya kehati-hatian perbankan dalam

memberikan kredit sebagai akibat dari kewaspadaan menyikapi krisis global.

0.0%

2.0%

4.0%

6.0%

8.0%

10.0%

12.0%

14.0%

16.0%

18.0%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2006 2007 2008 2009

NPL Net (%)

2.00%

0.00%

3.36%

0.01%

6.40%

3.87%

20.93%

2.53%

1.70%

1.99%

Pertanian

Pertambangan

Industri

Listrik-Gas-Air

Konstruksi

Perdagangan

Pengangkutan

Jasa Dunia Usaha

Jasa Sosial Masyarakat

Lain-lain

NPLs Trw. I-2009

Page 47: 2009 KER TW I.pdf

40 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Secara sektoral, peningkatan pertumbuhan tahunan kredit MKM terjadi hampir di

semua sektor, kecuali pada sektor pengangkutan, pertambangan, dan jasa-sosial-masyarakat

yang mengalami kontraksi masing-masing sebesar -35,55%, -27,63%, dan -0,88% (y.o.y).

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada pada sektor jasa dunia usaha (53,32%; y.o.y), konstruksi

(46,87%; y.o.y), dan pertanian (30,60%; y.o.y).

Grafik 3.9.

Kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum

Grafik 3.10. Pangsa Kredit/pembiayaan MKM Bank Umum

Per Sektor Ekonomi

3.2.3. Intermediasi Bank Umum Konvensional

Kegiatan intermediasi perbankan bank umum konvensional di Sulsel menunjukan

perlambatan, sebagaimana terlihat dari penurunan pertumbuhan kredit yang disalurkan dan

DPK pada triwulan I-2009. Nilai kredit mencapai Rp31,04 triliun atau tumbuh 19,95% (y.o.y),

sedikit lebih kecil dari pertumbuhan triwulan IV-2008 (22,87%; y.o.y). Sedangkan DPK yang

dihimpun mencapai Rp27,96 triliun, tumbuh 16,43% (y.o.y) pada triwulan I-2009 lebih kecil

daripada triwulan sebelumnya (17,08%; y.o.y). Tetapi LDR bank umum tercatat naik, dari

109,74% pada triwulan IV-2008 menjadi 111,01% pada triwulan laporan.

Per Februari 2009, Kabupaten Maros tercatat mencapai LDR tertinggi yaitu sebesar

329,81%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 343,64%.

Kemudian diikuti oleh Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar, dan Kabupaten Jeneponto

yang masing-masing mencapai LDR sebesar 206,13%, 203,56% dan 181,01%. Pencapaian

LDR tertinggi untuk beberapa kabupaten tersebut juga tercatat sebagai daerah yang

mencapai LDR tertinggi pada tahun 2008 yaitu Kabupaten Maros, kemudian diikuti oleh

Kabupaten Takalar dan Jeneponto. LDR terendah masih terjadi di wilayah Kabupaten Selayar

yang pada triwulan laporan tercatat sebesar 42,89%.

62%

63%

64%

65%

66%

67%

68%

69%

70%

71%

72%

-

5

10

15

20

25

4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009Trili

un

Rp

total UMKM

Share UMKM

Pertanian2% Pertambangan

0%

Industri2%

Listrik-Gas-Air0%

Konstruksi4%

Perdagangan27%

Pengangkutan1%

Jasa Dunia Usaha

5%

Jasa Sosial Masyarakat

1%

Lain-lain58%

Page 48: 2009 KER TW I.pdf

41 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Tabel 3.2. Penyaluran Kredit/pembiayaan dan DPK per DATI II di Sulsel (dalam Rp juta)

3.2.4. Intermediasi Bank Umum Syariah

Pada triwulan laporan jumlah perbankan syariah tidak mengalami perubahan

dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni tercatat sebanyak 9 bank dengan rincian 3 bank

umum syariah dan 6 bank konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah.

Pada periode laporan (Februari 2009), bank umum syariah mengalami penurunan

FDR (Financing to Deposit Ratio), yaitu dari 189,01% pada triwulan IV-2008 menjadi

185,18% (y.o.y). Penurunan ini lebih disebabkan oleh pertumbuhan DPK sebesar 21,92%

(y.o.y) menjadi Rp687,6 miliar, walaupun lebih rendah daripada pertumbuhan triwulan

sebelumnya (26,84%; y.o.y). Pertumbuhan DPK ini dipicu oleh tingginya pertumbuhan

tabungan, yaitu sebesar 37,03% (y.o.y).

Namun terjadi kontraksi pada pertumbuhan

giro, yaitu sebesar -5,85% (y.o.y).

Di sisi lain pembiayaan bank umum

syariah pada triwulan laporan juga

mengalami pertumbuhan sebesar 12,48%

(y.o.y) menjadi Rp504,400 miliar pada

Februari 2009. Pertumbuhan ini jauh lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

D P K Kredit LDR (%) D P K Kredit LDR (%)

Kab. Pinrang 595.438 656.704 110,29% 576.922 667.151 115,64%Kab. Gowa 691.396 1.073.504 155,27% 507.153 1.045.394 206,13%Kab. Wajo 538.968 596.136 110,61% 513.631 597.710 116,37%Kab. Bone 627.251 1.109.963 176,96% 650.908 1.138.884 174,97%Kab. Tana Toraja 549.350 368.069 67,00% 599.969 367.620 61,27%Kab. Maros 373.521 1.283.574 343,64% 385.543 1.271.543 329,81%Kab. Luwu 941.853 844.675 89,68% 1.036.669 846.279 81,63%Kab. Sinjai 306.481 373.568 121,89% 312.736 383.242 122,54%Kab. Bulukumba 520.062 549.039 105,57% 526.201 540.960 102,80%Kab. Bantaeng 183.798 221.876 120,72% 207.346 225.193 108,61%Kab. Jeneponto 172.028 307.838 178,95% 154.623 279.878 181,01%Kab. Selayar 182.992 92.406 50,50% 219.820 94.285 42,89%Kab. Takalar 194.392 395.395 203,40% 197.322 401.670 203,56%Kab. Barru 330.344 283.313 85,76% 319.871 287.810 89,98%Kab. Sindenreng Rappang 452.350 446.285 98,66% 399.597 411.832 103,06%Kab. Pangkajene Kepulauan 724.793 460.954 63,60% 688.965 467.612 67,87%Kab. Soppeng 449.979 379.917 84,43% 463.964 378.368 81,55%Kab. Enrekang 350.090 230.449 65,83% 374.601 230.194 61,45%Kota Makassar 17.850.476 19.712.309 110,43% 17.782.383 19.205.308 108,00%Kota Pare-pare 752.882 969.164 128,73% 695.794 986.660 141,80%Kota Palopo 902.805 1.252.809 138,77% 827.350 1.285.119 155,33%

2008Kota dan Kabupaten

Tw I-2009*

Grafik 3.11. Perkembangan Bank Umum Syariah

196.5%

183.0%

186.0%

189.0%

185.2%

175%

180%

185%

190%

195%

200%

-

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

1 2 3 4 1*

2008 2009

Rp T

riliu

n

DPK Pembiayaan FDR

Page 49: 2009 KER TW I.pdf

42 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

dimana kredit mengalami pertumbuhan 17% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan pembiayaan

terutama terjadi karena kontraksi pada kredit investasi sebesar -33,73%. Sedangkan kredit

konsumsi mengalami pertumbuhan yang tinggi, yaitu 39,05% (y.o.y), lebih besar dari

pertumbuhan triwulan IV-2008 (37,91%; y.o.y)

Sejalan dengan perlambatan kinerja bank umum syariah tersebut di atas, rasio

pertumbuhan total aset bank umum syariah pada periode laporan juga mengalami

perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan IV-2008. Pertumbuhan aset bank

syariah pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 22,34% (y.o.y). Sementara itu, NPF

(Non Performing Financing) bank umum syariah pada periode laporan tercatat sebesar

6,83%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,79%.

3.3. Perkembangan Bank Pekreditan Rakyat/Syariah (BPR/S)

Dari sisi kelembagaan, jumlah jaringan kantor BPR yang beroperasi mengalami

penurunan dari 51 kantor pada triwulan IV-2008 menjadi 50 kantor bank pada triwulan

laporan. Penurunan ini disebabkan oleh tutupnya sebuah BPR konvensional pada awal

triwulan pelaporan

Per Februari 2009, total aset

perbankan kelompok BPR/S mencatat

perlambatan pertumbuhan dibanding

pertumbuhan triwulan sebelumnya. Aset

BPR/S tumbuh sebesar 46,75% (y.o.y)

menjadi Rp305,073 miliar, sementara pada

triwulan IV-2008 tumbuh 63,15% (y.o.y).

Namun dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, aset BPR/S turun sebesar -3,90%

(q.t.q) dari 317,45 miliar.

Dari sisi penghimpunan dana, DPK BPR/S mengalami peningkatan pertumbuhan

sebesar 29,97% (y.o.y) menjadi Rp.122,95 miliar pada triwulan laporan. Pertumbuhan DPK

pada triwulan laporan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan DPK pada triwulan IV-

2008 yang sebesar 16,07% (y.o.y). Namun peningkatan pertumbuhan DPK hanya terjadi

pada deposito, sementara tabungan mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu dari

29,56% (y.o.y) pada triwulan IV-2008 menjadi 15,54% (y.o.y) pada triwulan pelaporan.

Grafik 3.12. Perkembangan Aset BPR/S

139.

87

151.

58

178.

57

207.

89

224.

77 273.

40

312.

94

317.

45

305.

07

-

50

100

150

200

250

300

350

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009Rp m

iliar

Page 50: 2009 KER TW I.pdf

43 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Peningkatan pertumbuhan yang terjadi pada DPK diikuti dengan penyaluran

kredit/pembiayaan BPR/S yang meningkat. Per Februari 2009 Kredit/pembiayaan yang

berhasil disalurkan oleh BPR/S tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 56,53% (y.o.y) atau

Rp223,65 miliar. Pertumbuhan tersebut

lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

45,64% (y.o.y).

Pertumbuhan DPK dan

kredit/pembiayaan menghasilkan rasio

perbandingan kredit/ pembiayaan dengan

dana pihak ketiga BPR/S pada triwulan

laporan (Februari 2009) sebesar 181,9%,

lebih tinggi dibanding LDR pada triwulan IV-

2008 yang sebesar 177,66%.

Grafik 3.13. Perkembangan DPK, Kredit & LDR

BPR/S

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

180%

200%

-

50

100

150

200

250

4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009Rp m

iliar

DPK Kredit LDR

Page 51: 2009 KER TW I.pdf

44 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 52: 2009 KER TW I.pdf

45 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Bab 4

Perkembangan Sistem Pembayaran

Nilai transaksi pembayaran pada triwulan laporan cenderung menunjukkan

penurunan, baik transaksi tunai maupun non tunai. Penurunan tersebut, selain karena faktor

musiman (setelah Hari Raya Natal dan Tahun Baru), juga diperkirakan karena peningkatan

pertumbuhan transaksi keluar (outgoing) dari Sulsel yang diperkirakan untuk pembayaran

terkait berbagai keperluan pada waktu kampanye lalu.

4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow)

Aliran uang kartal masuk (inflow) dan keluar (outflow), pada triwulan laporan, KBI

Makassar tercatat pada posisi net inflow, yang tercatat sebesar Rp2,04 triliun, kondisi yang

sama pula dialami pada triwulan IV-2008 yaitu pada posisi net inflow. Meredanya kegiatan

perekonomian pasca perayaan hari besar Natal dan Tahun baru 2009 diperkirakan yang

menyebabkan terjadinya net inflow pada triwulan laporan.

Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal di Depo Kas KBI Makassar

Aliran uang kartal masuk (inflow) ke KBI Makassar, pada triwulan I-2009 tercatat

sebesar Rp2,27 triliun, mengalami penurunan pertumbuhan sebesar -2,84% (y.o.y). Jika

dibanding triwulan sebelumnya. Sementara secara triwulanan, aliran uang kartal masuk ke

KBI Makassar mengalami penurunan pertumbuhan yang signifikan dari 52,80% menjadi

3,77%. Tingkat perputaran uang yang masih tinggi pasca perayaan hari besar Natal dan

Tahun Baru 2009 diperkirakan menjadi penyebabnya. Sementara aliran uang kartal keluar

(outflow) pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan negatif yang semakin dalam yaitu

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2006 2007 2008 2009

Rp Triliun Net Flow Inflow Outflow

Page 53: 2009 KER TW I.pdf

46 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

sebesar -59,81% (y.o.y), sementara pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan

negatif sebesar -16,12% (y.o.y). Kondisi aliran uang kartal tersebut di atas, apabila

dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan, relatif

menggambarkan bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut bukan didorong oleh peningkatan

volume kegiatan dunia usaha.

4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

Kegiatan pemusnahan terhadap uang lusuh/rusak sehingga tidak layak lagi untuk

diedarkan (Pemberian Tanda Tidak Berharga/PTTB), pada triwulan laporan, mengalami

kontraksi sebesar -81,13% (y.o.y) yaitu dari Rp1,33 triliun pada triwulan I-2008 menjadi

Rp0,25 triliun. Sementara pada triwulan IV-2008, kegiatan PTTB mengalami kontraksi sebesar

-53,13% (y.o.y). Penurunan jumlah uang yang dimusnahkan tersebut sejalan dengan

perlambatan aliran uang kartal masuk (inflow) yang terkait karena faktor musiman. Dilihat

dari rasio PTTB-inflow, Rasio PTTB-inflow pada triwulan laporan tercatat sebesar 11,01%,

sementara pada triwulan sebelumnya sebesar 18,65%.

Grafik 4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow

4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan

Pada triwulan laporan, jumlah temuan uang rupiah palsu mengalami penurunan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-2008, jumlah uang palsu yang

ditemukan sebesar Rp12,6 juta, menurun menjadi Rp7,7 juta pada triwulan laporan.

Berdasarkan jenis pecahan, uang kertas Rp50.000,- merupakan jenis uang yang paling

banyak dipalsukan yakni 86 lembar atau 65,65% dari total lembar temuan uang palsu.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2006 2007 2008 2009 PTTB /

Inflow

Inflow

& PTT

B (Tril

iun Rp

)

Inflow PTTB PTTB/Inflow

Page 54: 2009 KER TW I.pdf

47 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Tabel 4.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI

Makassar Triwulan I-2009

Grafik 4.3. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu

Berdasarkan Pecahan Triwulan I-2009

4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS

4.4.1. Perkembangan RTGS

Sejalan dengan perkembangan aliran uang kartal tersebut di atas, perkembangan

transaksi non tunai dengan menggunakan sarana BI-RTGS di KBI Makassar selama triwulan I-

2009 juga menunjukan perlambatan, terutama pada transaksi masuk (incoming).

Perkembangan transaksi transfer masuk via RTGS (incoming) pada triwulan laporan tumbuh

sebesar 3,31% (y.o.y) yaitu dari Rp11,38 triliun menjadi Rp11,76 triliun. Sementara pada

transaksi transfer keluar via RTGS (outgoing) yang mengalami peningkatan sebesar 16,09%

(y.o.y) dengan nominal transaksi sebesar Rp8,31 triliun, sementara pertumbuhan outgoing

pada triwulan IV-2008 sebesar 10,86% (y.o.y) dengan nominal transaksi sebesar Rp9,23

triliun.

Grafik 4.4. Transaksi Non Tunai via RTGS

Mencermati kondisi tersebut di atas, transaksi non tunai via RTGS pada triwulan I-

2009 diperkirakan didorong oleh adanya peningkatan kegiatan kampanye pemilu, dimana

transaksi yang terjadi dalam nominal besar dan untuk pembayaran barang-barang keperluan

Pecahan100,000 50,000 20,000 10,000 5,000

Trw III-2007 105 127 21 12 7 272

Trw IV-2007 37 97 11 5 8 158

Trw III-2008 69 82 10 5 2 168

Trw IV-2008 62 123 11 5 2 203

Trw I-2009 33 86 6 4 2 131Sumber : Bank Indonesia

Periode Total

100,000 25.19%

50,000 65.65%

20,000 4.58%

10,000 3.05%

5,000 1.53%

(10)

(5)

-

5

10

15

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2006 2007 2008 2009

Rp Tr

iliun

IncomingOutgoing Netto

Page 55: 2009 KER TW I.pdf

48 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

kampanye yang secara dominan harus didatangkan dari luar Sulsel. Kondisi tersebut

menyebabkan transaksi outgoing-RTGS mengalami peningkatan. Selain itu diduga, dana

untuk keperluan dimaksud sebagian besar berasal Sulsel, sehingga transaksi incoming relatif

minim peningkatannya.

Secara netto, transaksi pembayaran via RTGS di Sulawesi Selatan tercatat masih

mengalami net inflow yaitu sebesar 3,44 triliun, yang mengalami penurunan baik dari sisi

pertumbuhan maupun secara nominal. Apabila dibandingkan dengan net inflow triwulan IV-

2008. Pertumbuhan net inflow pada triwulan I-2009 mengalami kontraksi sebesar -18,37%

(y.o.y) sementara net inflow pada triwulan sebelumnya tumbuh 47,87% (y.o.y). Secara

nominal, net inflow pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar Rp5,36 triliun, lebih tinggi

dibanding net inflow pada triwulan laporan.

4.4.2. Perkembangan Kliring

Selain BI-RTGS, penyelesaian non tunai untuk nilai transaksi transfer dana/transaksi

kredit kurang dari Rp100 juta mengalami pertumbuhan yang lebih kecil dibanding triwulan

IV-2008. Nominal perputaran kliring pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 3,10%

(y.o.y), yaitu dari Rp6,35 triliun pada triwulan I-2008 menjadi Rp6,54 triliun. Pertumbuhan

transaksi via kliring tersebut lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 13,55% (y.o.y). Sedangkan rata-rata harian nilai nominal perputaran kliring tercatat

sebesar Rp110,91 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 4,85% (y.o.y), lebih rendah

dibanding pertumbuhan triwulan IV-2008 yang sebesar 13,55% (y.o.y). Perlambatan

pertumbuhan nominal transaksi via kliring tersebut relatif menggambarkan transaksi nominal

kecil (dibawah Rp25 juta) mengalami perlambatan.

Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong

Di lihat dari rasio penolakan warkat (Cek/BG) kosong pada triwulan laporan tercatat

mengalami peningkatan, yaitu sebesar 1,73%, lebih tinggi dibanding triwulan IV-2008 yang

tercatat sebesar 1,22%. Secara nominal, rasio rata-rata warkat yang ditolak juga meningkat

menjadi sebesar 1,67%, sementara pada triwulan IV-2008 sebesar 1,32%.

2009

1 2 3 4 1 2 3 4 1Total Perputaran Kliring

- Nominal (miliar rupiah) 4,306.76 5,397.16 6,056.61 6,432.80 6,346.97 7,291.24 7,875.53 7,304.53 6,543.42 - Lembar (ribuan) 169.83 204.30 220.99 231.43 233.99 262.54 270.92 251.70 242.16

- Nominal (miliar rupiah) 69.46 87.05 94.63 107.21 105.78 121.52 125.01 121.74 110.91 - Lembar (ribuan) 2.73 3.30 3.45 3.86 3.90 4.38 4.30 4.20 4.10

- Nominal (%) 0.56 0.63 0.64 0.93 0.92 0.89 1.05 1.32 1.67 - Lembar (%) 0.46 0.54 0.62 0.86 1.95 0.91 0.98 1.22 1.73

Sumber : BI-RTGS

Rata-rata Harian Perpu taran Kliring

Nisbah Rata-rata Peno lakan Cek/ BG Ko son g

20082007 URAIAN

Page 56: 2009 KER TW I.pdf

49 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

BOKS I

UPAYA PENINGKATAN PENGHIMPUNAN DPK PERBANKAN SYARIAH DI KOTA MAKASSAR

Oleh : Megawaty Suhuyanli

Dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan terhadap

bank syariah, Bank Indonesia dan perbankan telah melakukan berbagai upaya seperti penyelenggaraan Festival Ekonomi Syariah di kota Makassar dan Klinik Bisnis Syariah di Kabupaten Palopo dan Maros. Berbagai upaya ini diharapkan membuka mata masyarakat terhadap alternatif untuk penyimpanan dana maupun pembiayaan. Namun jika dilihat dari sisi nominal penghimpunan dana, seluruh upaya tersebut menunjukkan hasil yang belum optimal, tercermin dari porsi penghimpunan dana pihak ketiga perbankan syariah masih kecil dibanding perbankan konvensional yaitu hanya sekitar 2,3% pada akhir tahun 2008.

Sehubungan dengan hal tersebut dan terkait usaha pencitraan baru perbankan syariah sebagai bank yang universal, maka perlu diketahui upaya-upaya konkret yang dapat meningkatkan penghimpunan dana pihak ketiga perbankan syariah. Mengenai ke-universalitas-nya perbankan syariah tersebut, maka dilakukan survei kepada kalangan pengusaha terutama pengusaha etnis Tionghoa di kota Makassar tentang pemahaman mereka terhadap perbankan syariah.

Dari hasil wawancara dan kuesioner kepada 65 pengusaha/ pedagang etnis Tionghoa di Kota

Makassar (berbagai bidang usaha) diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Alasan utama menabung di bank berdasarkan pada keamanan (53,85%), jaringan kantor (24,61%) dan suku bunga simpanan tinggi (12,31%).

2. Sumber informasi utama mengenai suatu produk/jasa perbankan melalui karyawan bank (47,69%), teman/keluarga (23,08%) dan spanduk/papan reklame/baliho serta brosur/pamflet (12,31%).

3. Sebagian besar responden mengetahui adanya perbankan berdasarkan prinsip syariah yaitu sebanyak 56,92%.

4. Semua responden belum menabung di bank syariah (100%). Adapun alasan utamanya adalah adanya persepsi bahwa bank syariah hanya diperuntukkan untuk masyarakat beragama Islam (21,54%) dan kurang pahamnya atas sistem perbankan syariah (58,46%).

5. Pemahaman responden tentang bank syariah sebagai berikut : a. Berdasarkan prinsip bagi hasil serta dijalankan dengan menerapkan kejujuran dan saling

percaya b. Tidak jelas mekanisme dan perhitungan hasilnya. c. Keuntungan Bank akan dipotong zakat baru akan dibagihasilkan dan zakat itu akan

digunakan untuk membeli hewan kurban. d. Dijalankan menurut syariah dan kaidah agama Islam e. Balas jasanya bukan berupa bunga karena bunga adalah haram, sehingga menyimpan uang

di Bank Syariah tidak ada hasilnya. f. Bank untuk orang naik haji g. Menabung mirip dengan membeli saham dan berjudi karena tidak pasti jumlah nominal

yang akan diperoleh. h. Untuk umat Islam karena ada logo IB yang berarti Islamic Banking. i. Tidak berorientasi pada profit. j. Tidak dapat melakukan negosiasi imbal hasil yang nantinya akan diperoleh seperti di

konvensional yang dapat menegosiasikan tingkat bunga. k. Imbalannya berupa zakat yang jauh lebih rendah dibanding bank biasa/konvensional.

Page 57: 2009 KER TW I.pdf

50 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Dari beberapa pandangan tersebut, terdapat banyak pandangan/persepsi responden yang tidak tepat terhadap perbankan syariah; yaitu :

1. Hanya diperuntukkan bagi umat beragama Islam

Berdasarkan Undang-Undang Perbankan Syariah No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menyebutkan bahwa perbankan syariah tidak hanya diperuntukkan bagi kalangan tertentu saja.

2. Tidak mendapat imbal hasil atas uang yang ditabung Imbal hasil atas uang yang ditabung disesuaikan dengan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

3. Tidak berbeda dengan bank konvensional Sesuai UU No. 21 Tahun 2008, terdapat perbedaan antara bank syariah dan konvensional, seperti perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, yaitu kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur riba, maisir, gharar, haram dan zalim.

4. Tidak jelas mekanisme dan perhitungan hasilnya. Mekanisme dan perhitungan hasil simpanan perbankan syariah sesuai dengan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Mengingat suatu usaha belum dapat diketahui pasti jumlah yang akan diperoleh, maka penabung belum dapat mengetahui berapa nilai imbal hasil yang akan diperolehnya melainkan hanya mengetahui dalam bentuk nisbah.

5. Keuntungan akan dipotong zakat baru dibagihasilkan dan zakat itu akan digunakan untuk membeli hewan kurban. Berdasarkan UU No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 4 ayat (2) disebutkan bahwa Bank syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, sedekah, hibah atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. Jadi dalam hal ini, bank syariah tidak memotong zakat dari keuntungan yang diperolehnya, melainkan mengumpulkan dan menyalurkan zakat tersebut.

6. Untuk orang naik haji Bank syariah diperuntukkan untuk semua kalangan, yang juga berkewajiban untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Tabungan haji merupakan salah satu produk dan jasa yang ditawarkan.

7. Laba akan dibagi ke nasabah tetapi sulit menghitung pembagian labanya. Bank akan menyalurkan pembiayaan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati -hatian, membuat proyeksi pendapatan (PP) dan realisasi pendapatan (RP) serta terus memantau perkembangan usaha debiturnya, sehingga dari laba yang dihasilkan akan dibagi berdasarkan kesepakatan sebelumnya dan hal ini tidak sulit untuk dihitung karena tiap bank telah memiliki personil yang ahli dan akan dapat menjelaskan kepada para nasabahnya.

8. Mirip dengan membeli saham Spekulasi sebagai salah satu tipe gharar yang sangat dilarang dalam prinsip syariah, salah satunya adalah saham. Sedangkan dana yang ditempatkan di bank syariah bertujuan untuk persiapan diri untuk pelaksanaan perencanaan masa akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan, yang kemudian akan disalurkan ke pembiayaan yang produktif dan hasil usahanya akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

9. Logo IB (Islamic Banking) berarti bank untuk kalangan yang beragama Islam Logo IB tersebut menunjukkan bahwa di bank tersebut telah tersedia layanan perbankan berdasar prinsip syariah, bukan untuk menunjukkan bahwa bank tersebut untuk kalangan tertentu saja.

10. Tidak berorientasi profit Bank syariah juga berbentuk badan usaha yang berorientasi profit. Namun bank syariah juga berorientasi falah yaitu kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

Page 58: 2009 KER TW I.pdf

51 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

11. Tidak dapat melakukan negosiasi imbal hasil yang nantinya akan diperoleh seperti di konvensional yang dapat menegosiasikan tingkat bunga. Imbal hasil yang nantinya akan diperoleh adalah berdasarkan kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya antara nasabah dan bank.

12. Imbalannya berupa zakat yang jauh lebih rendah dibanding bank biasa Persepsi ini tidak tepat sebab yang nantinya diperoleh adalah hasil yang sesuai dengan kesepakatan di akad sebelumnya dan bukan berupa zakat dan belum tentu imbal hasil ini lebih kecil dibanding bunga dari bank biasa (konvensional).

13. Tidak jelas mekanisme dan perhitungan hasilnya. Persepsi ini tidak tepat sebab mekanisme dan perhitungan hasilnya jelas, yaitu menggunakan dua metode seperti disebut dalam PBI No. 8/24/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi BPRS berdasarkan Prinsip Syariah yaitu Metode bagi untung (profit sharing) dan Metode bagi pendapatan (revenue sharing).

Hasil dari kuesioner tersebut direkapitulasikan dalam analisa SLOT terhadap perbankan syariah

berikut ini :

Selain pemahaman pengusaha etnis Tionghoa terhadap perbankan syariah, sebagai penyeimbang juga dilakukan survei terhadap masyarakat umum seperti masyarakat penukar uang kecil yang datang ke Bank Indonesia selama seminggu (tanggal 2 April 2009 hingga 6 April 2009), dengan jumlah responden 100 orang. Dari hasil survei tersebut didapatkan sebagai berikut :

(1) Sebanyak 83 orang responden adalah muslim (83%) dan 17 orang nonmuslim (17%). Dari 83

orang tersebut, ternyata 43 orang mengetahui mengenai adanya perbankan berdasar prinsip syariah (51,8%), 39 orang tidak mengetahui (47%) dan 1 orang tidak memberi jawaban (1,2%).

(2) Sebanyak 13 orang responden menabung di bank syariah (13%), 86 tidak menabung di bank syariah (86%) dan 1 orang tidak memberi jawaban (1%).

Page 59: 2009 KER TW I.pdf

52 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

(3) Alasan utama tidak/ belum menabung di bank syariah adalah karena jumlah cabang syariah yang masih kurang. Alasan lainnya adalah : belum mengetahui kelebihan dan kekurangan Bank syariah, belum mengetahui manfaat menabung di Bank syariah, malu, kurang transparan dan belum berminat.

(4) Beberapa hal yang diketahui responden mengenai bank syariah adalah : - Berbeda dari bank konvensional, yaitu tidak memberi bunga tetapi bagi hasil - Bernuansa Islamic dan hanya diperuntukkan bagi yang beragama Islam - Berprinsip pada ketentuan syariah dan menganut sistem perdagangan Islam - Tujuan utama bukan mendapat keuntungan tetapi untuk membantu masyarakat - Bank yang membingungkan dan sulit diingat - Bisa menang umroh - Mudharabah dan Musyarakah

Dari hasil diatas, terlihat bahwa masih banyak responden yang belum mengetahui adanya

perbankan berdasar prinsip syariah. Selain itu, terdapat pula beberapa pemahaman yang tidak tepat terhadap perbankan syariah, misalnya bank syariah sebagai bank yang hanya diperuntukkan bagi masyarakat beragama Islam.

Saran

Upaya untuk meningkatkan penghimpunan dana pihak ketiga dapat ditinjau dari 2 (dua) sisi yaitu dari sisi penawaran dan sisi permintaan, Dari sisi penawaran, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pengembangan jaringan, SDM, produk, layanan, promosi, edukasi publik ,dan infrastruktur syariah lainnya. Dari sisi permintaan, pengetahuan masyarakat harus ditingkatkan dan persepsi tidak tepat responden harus diperbaiki.

Berbagai upaya yang dapat dilakukan antara lain : 1. Publikasi lebih aktif mengenai penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). 2. Tidak memasarkan produk dengan kata-kata yang tidak familiar. 3. Promosi yang menarik dan attractive. 4. Peningkatan pengetahuan masyarakat sejak dini dan komprehensif. 5. Peningkatan keinginan masyarakat untuk mengetahui lebih dalam tentang perbankan syariah. 6. Penggunaan judul buku yang menarik dan universal. 7. Sosialisasi di media massa maupun tempat-tempat umum.

Page 60: 2009 KER TW I.pdf

53 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

BOKS II

BERBAGAI ISU REGIONAL SULSEL

Terdapat beberapa isu regional Sulsel yang bersumber dari kegiatan survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia, yang perlu mendapatkan perhatian bagi semua pihak, yaitu antara lain :

1. Upaya untuk mempercepat realisasi APBD telah dilakukan antara lain dengan mempercepat penetapan RAPBD. Namun demikian sampai dengan Maret 2009, realisasi pengeluaran pemerintah lebih terfokus pada pengeluaran yang bersifat rutin, seperti belanja pegawai dan operasional. Kondisi tersebut tentunya kurang sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat untuk mempercepat proses penyerapan anggaran. Sementara untuk pengeluaran belanja modal daerah masih terkendala pada prosedur administrasi pengadaan, sehingga realisasinya masih terbatas. Berdasarkan hasil liaison kepada pemerintah daerah, kondisi tersebut dianggap dalam kondisi normal, mengingat hal tersebut berulang terus setiap tahun.

2. Pemberian stimulus fiskal daerah yang dilakukan oleh pemerintah pusat dalam rangka meminimalisir dampak dari krisis keuangan global belum menjadi prioritas pemerintah daerah. Pelaksanaan program pemerintah daerah masih mengutamakan program-program pembangunan ekonomi yang telah dirancang. Sehingga sinergitas program yang direncanakan oleh pemerintah pusat dengan program daerah masih kurang terkoordinasi secara baik. Selain itu, perbedaan karakteristik di masing-masing provinsi juga menjadi kendala optimalisasi pencapaian tujuan program stimulus fiskal.

3. Prospek perbankan di Sulsel : a. Perbankan zona Sulampua masih cukup optimis dalam melihat prospek bisnis. b. Rata-rata kredit yang ditargetkan akan tumbuh sebesar 15,46% dan penghimpunan

dana sebesar 16,13%. c. Dari pertumbuhan DPK dan kredit tersebut diperkirakan LDR perbankan di zona rata-rata

menjadi 76%. d. Faktor-faktor yang mendukung pencapaian target tersebut diperkirakan berasal dari

perluasan pasar, dukungan program pemerintah serta potensi dan daya serap sektor riil yang masih cukup baik.

e. Sektor-sektor yang menjadi sasaran penyaluran kredit tersebut antara lain sektor perdagangan, sektor pertanian,sektor jasa dan sektor konstruksi. Namun disisi lain, perbankan dalam penyaluran kredit lebih berhati-hati dengan lebih selektif khususnya untuk pembiayaan ekspor.

f. Hambatan penyaluran kredit antara lain disebabkan oleh pengaruh krisis ekonomi global yang menyebabkan daya beli negara tujuan eksportir menurun, daya beli masyarakat dalam negeri menurun, nilai tukar rupiah yang relatif tidak stabil dan penurunan nilai komoditas.

g. Kebijakan kredit perbankan dalam mengantisipasi terjadinya resesi, antara lain seperti selective growth untuk sunset industry, peningkatan kualitas kredit dengan target NPL<3%, peningkatan prudential principles (terkait LC), fokus pada segmen mikro, pengelolaan bank berbasis risiko, mempermudah dokumen ekspor dan fokus pada sektor produktif.

----------------------

Page 61: 2009 KER TW I.pdf

54 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 62: 2009 KER TW I.pdf

55 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Bab 5

Kesejahteraan

Proyeksi peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan

laporan relatif kurang berdampak pada tingkat kesejahteraan petani. Hal ini juga tercermin

dari pertumbuhan ‘indeks yang diterima petani’ yang relatif lamban dibanding dengan

pertumbuhan ‘indeks yang dibayar petani’. Sementara indeks yang dibayar petani tersebut

terus mengalami dorongan untuk meningkat yang disebabkan oleh kenaikan harga

barang/jasa secara umum (inflasi). Sedangkan di sisi lain, berdasarkan hasil survei, didapatkan

bahwa terjadi peningkatan ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan yang bersifat

sementara karena didorong oleh meningkatnya kegiatan kampanye partai politik.

5.1. Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani merupakan salah satu ukuran tingkat kemampuan daya tukar dari

produk pertanian dengan barang/jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi, atau

menggambarkan daya beli petani di pedesaan. Pada triwulan I-2009, NTP Sulsel mengalami

peningkatan sebesar 0,01% dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya, lebih

rendah dibanding pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,42%

(y.o.y). Apabila ditinjau dari komponen pembentuk NTP tersebut, kedua komponen

pembentuk NTP yaitu indeks yang dibayar petani (Ib) dan indeks yang diterima petani (It)

masing-masing mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya.

Namun pertumbuhan It masih tercatat lebih rendah dibanding pertumbuhan Ib.

Grafik 5.1. Perkembangan Nilai Tukar Petani

Pertumbuhan It pada triwulan I-2009 tercatat sebesar 8,04% (y.o.y) yaitu dari 109,90

menjadi 118,73. Angka pertumbuhan It tersebut lebih rendah dibanding angka

-

50

100

150

200

250

300

350

400

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2007 2008 2009

Ib It NTPy.o.y NTP y.o.y It y.o.y Ib

Page 63: 2009 KER TW I.pdf

56 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

pertumbuhan pada triwulan IV-2008 yang sebesar 11,39% (y.o.y). Sementara pertumbuhan

Ib juga tercatat lebih rendah yaitu sebesar 14,90% (y.o.y) dari 104,70 menjadi 120,30, yang

lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan IV-2008 yang sebesar 19,61% (y.o.y).

Perlambatan pertumbuhan indeks yang diterima petani (It) (8,04%) tersebut relatif

karena terjadinya penurunan kinerja pada sektor industri, khususnya agro industri terkait

dengan produk-produk agro industri yang ditujukan untuk ekspor. Hal ini sejalan dengan

pertumbuhan ekspor di bidang pertanian yang cenderung menurun produktifitasnya.

Sementara itu tingkat harga komoditi pertanian, terutama pada kelompok bahan makanan,

berdasarkan laju inflasi tahunan pada triwulan laporan mengalami perlambatan, dimana laju

inflasi tahunan pada triwulan laporan lebih rendah dibanding laju inflasi tahunan triwulan IV-

2008. Kondisi tersebut tentunya relatif akan mengurangi tingkat pendapatan petani. Apabila

diperbandingkan antara indeks yang diterima petani (It) dengan laju inflasi tahunan Sulsel

(9,01%; y.o.y), maka pendapatan petani Sulsel tersebut relatif mengalami tekanan, yaitu

sebesar -0,97%. Sementara di sisi lain, pertumbuhan indeks yang diterima petani tidak

seimbang dengan pertumbuhan indeks yang dibayar petani, yang dapat diartikan bahwa

kondisi tersebut relatif menggambarkan tingkat kesejahteraan petani makin mengalami

penurunan.

Sementara perlambatan pertumbuhan Ib tersebut diperkirakan merupakan dampak

lanjutan dari penurunan pendapatan petani, sebagai akibat dari berlimpahnya pasokan hasil

pertanian karena pada periode akhir kuartal I-2009 merupakan masa panen. Hal tersebut

menyebabkan relatif jatuhnya harga produk-produk pertanian yang karakteristiknya tidak

tahan lama. Selanjutnya, sejalan dengan menurunnya pendapatan para petani, maka secara

otomatis mereka mengurangi pengeluaran mereka yang terlihat dari nilai lb yang melambat.

5.2. Survei

Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Makassar, pada

triwulan laporan ‘indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini’ (triwulan I-2009) semakin

membaik. Hal ini tampak dari pertumbuhan ‘indeks ketersediaan lapangan kerja’ yang

tercatat -0,38% (y.o.y), lebih baik dibanding pertumbuhan indeks dimaksud pada triwulan

IV-2008 (-3,81%; y.o.y). Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini tercatat sebesar 88,33

sementara pada triwulan I-2008 sebesar 88,67. Koreksi indeks ini searah dengan

pertumbuhan ekonomi yang juga mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan

triwulan sebelumnya. Pertumbuhan PDRB tersebut, diperkirakan karena terjadinya dorongan

konsumsi terutama yang berasal dari konsumsi rumah tangga dan pemerintah. Pertumbuhan

dari sisi konsumsi ini, secara tidak langsung mencerminkan terjadinya pertumbuhan di sisi

produksi yang direfleksikan pada terjadinya peningkatan indeks ketersediaan lapangan

Page 64: 2009 KER TW I.pdf

57 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

pekerjaan pada hasil Survei Konsumen. Namun peningkatan indeks tersebut masih di bawah

level psikologis (100,00) yang mengindikasikan kurang optimisnya masyarakat akan

ketersediaan lapangan kerja. Hal tersebut dimungkinkan karena pada triwulan I-2009,

lapangan kerja yang tersedia hanya bersifat jangka pendek dan temporer, seperti kegiatan

untuk pelaksanaan kampanye.

Sejalan dengan kondisi tersebut, ‘indeks penghasilan saat ini’ dibanding 6 bulan lalu

juga mengalami penurunan -1,00% (y.o.y), yaitu dari 133,83 pada Triwulan I-2008 menjadi

132,50. Namun penurunan tersebut tercatat lebih baik dibanding pertumbuhan ‘indeks

penghasilan saat ini’ pada triwulan IV-2008 yang turun sebesar -1,34% (y.o.y). Kondisi

tersebut dimungkinkan akibat laju inflasi tahunan yang masih relatif tinggi, sementara

kenaikan pendapatan (UMR dan Gaji PNS) dirasakan masih kurang meningkatkan

pendapatan riil masyarakat. Kegiatan pada masa kampanye partai politik untuk Pemilu 2009,

relatif meningkatkan pendapatan masyarakat yang bersifat sementara saja.

Grafik 5.2. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Saat Ini

Grafik 5.3. Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu

-12%

-10%

-8%

-6%

-4%

-2%

0%

2%

4%

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009

Indeks ketersediaan lapangan kerja saat iniy.o.y

-10.00%

-5.00%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

120

122

124

126

128

130

132

134

136

138

140

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009

Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yg laluy.o.y

Page 65: 2009 KER TW I.pdf

58 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 66: 2009 KER TW I.pdf

59 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Bab 6

Keuangan Daerah

Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada tahun 2009 diperkirakan akan tumbuh

secara merata pada masing-masing kabupaten/kota. Hal dimaksud didasarkan adanya alokasi

belanja bantuan keuangan kepada kabupaten/kota dan pemerintahan desa yang bersumber

dari APBD Provinsi Sulsel. Berdasarkan data dari Departemen Keuangan (www.depkeu.go.id),

bantuan dimaksud dialokasikan sebesar 12,18% dari total belanja pemerintah provinsi Sulsel.

Alokasi tersebut hampir sama dengan alokasi belanja modal pada tahun 2009 yaitu sebesar

12,79%. Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia Makassar kepada pemerintah daerah

Sulsel, bantuan dimaksud digunakan untuk keperluan subsidi program pendidikan dan

kesehatan gratis. Diharapkan dengan adanya program tersebut maka beban masyarakat

terhadap biaya pendidikan dan kesehatan menjadi berkurang, yang secara jangka panjang

diharapkan akan mampu meredam laju inflasi, khususnya untuk komoditi yang termasuk

kelompok pendidikan dan kesehatan.

Tabel 6.1. APBD Provinsi Sulsel 2007 - 2009

Selain itu, ditinjau dari struktur pendapatan daerah, proporsi pendapatan asli daerah

mengalami peningkatan, yaitu dari 54,9% pada tahun 2008 menjadi 58,9% pada tahun

2009. Kondisi tersebut relatif juga menggambarkan tingkat kemandirian daerah yang

semakin meningkat, meskipun pertumbuhan pendapatan asli daerah pada tahun 2009 lebih

2007 - 2008 2008 - 2009

ANGGARAN ANGGARAN ANGGARAN % %1. PENDAPATAN1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 805,306,444,200.95 1,113,291,487,317.04 1,301,646,107,960.42 38.24% 16.92%

- Pendapatan Pajak Daerah 686,439,048,950.00 960,441,092,563.03 1,125,026,109,768.65 39.92% 17.14%- Pendapatan Retribusi Daerah 55,047,765,000.00 73,441,065,000.00 91,984,773,000.00 33.41% 25.25%- Bagian Laba Hasil Daerah 41,964,682,045.95 51,021,189,182.01 57,113,204,178.77 21.58% 11.94%- Lain-lain PAD yang Sah 21,854,948,205.00 28,388,140,572.00 27,522,021,013.00 29.89% -3.05%

1.2. PENDAPATAN TRANSFER 758,011,898,579.20 908,790,026,766.40 907,819,123,820.00 19.89% -0.11%Dana Perimbangan- Dana Bagi Hasil Pjk dan Bukan Pjk 158,503,898,579.20 216,943,503,766.40 199,547,733,820.00 36.87% -8.02%- DAU 599,508,000,000.00 656,709,523,000.00 663,422,390,000.00 9.54% 1.02%- DAK - 35,137,000,000.00 44,849,000,000.00 100.00% 27.64%Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya - -

1.3. Lain-lain Pendapatan yang Sah 44,277,414,067.14 4,000,000,000.00 - -90.97% -100.00%JUMLAH PENDAPATAN 1,607,595,756,847.29 2,026,081,514,083.44 2,209,465,231,780.42 26.03% 9.05%

2. BELANJA 2.1. BELANJA OPERASI 1,071,209,468,453.00 1,332,098,409,700.30 1,982,210,360,902.42 24.35% 48.80%2.2. BELANJA MODAL 301,882,011,457.14 295,209,861,949.70 291,258,088,344.00 -2.21% -1.34%2.3. BELANJA TIDAK TERDUGA 15,000,000,000.00 15,000,000,000.00 15,000,000,000.00 0.00% 0.00%

JUMLAH BELANJA 1,388,091,479,910.14 1,642,308,271,650.00 2,288,468,449,246.42 18.31% 39.34%

2.4. TRANSFER 329,747,596,452.15 472,760,187,010.53 43.37% -100.00%

SURPLUS / (DEFISIT) (110,243,319,515.00) (88,986,944,577.09) (79,003,217,466.00) -19.28% -11.22%

3. PEMBIAYAAN 110,243,319,515.00 88,986,944,577.09 82,264,617,466.00 -19.28% -7.55%Sumber : Pemprov Sulsel

2009NO. U R A I A N

2007 2008

Page 67: 2009 KER TW I.pdf

60 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

kecil dari tahun 2008. Pendapatan asli daerah Provinsi Sulsel tersebut mengalami

peningkatan sebesar 16,92% pada tahun 2009, sementara pada tahun 2008 tumbuh

sebesar 38,24%. Proporsi pendapatan asli daerah yang meningkat tersebut disokong oleh

peningkatan pendapatan pajak daerah yang proporsinya sebesar 86,4%.

Dari sisi belanja, pada tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar 39,34%, sementara

pada tahun 2008 hanya meningkat sebesar 18,31%. Peningkatan yang cukup tinggi tersebut

didorong oleh adanya kenaikan gaji PNS sebesar 15% terhitung Januari 2009. Akibat kondisi

tersebut belanja operasi mengalami peningkatan sebesar 48,80%, dimana salah komponen

terbesar dalam belanja operasi adalah belanja pegawai. Dari sisi belanja ini, terdapat suatu

hal yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu selama tahun 2008-2009 terjadi

kecenderungan penurunan alokasi belanja modal pemprov Sulsel, yaitu masing-masing

sebesar -2,21% pada tahun 2008 dan -1,34% pada tahun 2009. Selain itu, alokasi belanja

modal pada tahun 2009 yang sebesar 12,79%, lebih rendah dibanding alokasi belanja modal

pada tahun 2008 (17,97%)

Page 68: 2009 KER TW I.pdf

61 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Bab 7

Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi

Peningkatan kinerja perekonomian Sulawesi Selatan di Triwulan I-2009 akan terus

berlanjut di Triwulan II-2009 dengan pendorong utama dari sisi konsumsi baik konsumsi

rumah tangga maupun konsumsi pemerintah daerah, meskipun terdapat tekanan

perekonomian global. Selanjutnya laju inflasi regional, diperkirakan akan mengalami

perlambatan, meskipun diperkirakan akan terjadi peningkatan konsumsi masyarakat terkait

akan dilaksanakan kegiatan kampanye pemilihan presiden pada bulan juni 2009 serta adanya

tahun ajaran baru.

7.1 Outlook Kondisi Makroregional

Dari sisi penawaran, dorongan pertumbuhan diperkirakan terutama dari sektor

pertanian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan/konstruksi dan sektor perdagangan-

hotel-restoran. Di sektor pertanian, pertumbuhan diperkirakan didorong oleh subsektor

tanaman bahan makanan, terutama padi, sehubungan dengan masih berlanjutnya masa

panen sampai dengan bulan kedua triwulan II-2009. Dorongan pertumbuhan diperkirakan

juga diberikan oleh subsektor perikanan mengingat kondisi cuaca yang cukup kondusif.

Namun di sisi lain, tekanan pertumbuhan sektor ini relatif terdapat pada subsektor

perkebunan, terutama komoditi kakao dimana kualitasnya masih belum mengalami

perbaikan yang cukup signifikan.

Di sektor industri pengolahan, pertumbuhan diperkirakan karena mulai berjalannya

proyek-proyek pemerintah yang secara tidak langsung akan meningkatkan kinerja industri

pengolahan semen. Kondisi tersebut tentunya akan mendorong juga peningkatan kinerja

sektor bangunan/konstruksi. Hal serupa akan terjadi pula pada industri pengolahan

makanan-minuman, yang diperkirakan akan tumbuh positif karena turunnya harga komoditi

bahan baku impor seperti gandum.

Di sektor perdagangan-hotel-restoran, pertumbuhan diperkirakan terutama didorong

dengan akan adanya kegiatan kampanye pemilihan presiden. Selain itu, adanya kebijakan

stimulus fiskal yang dikeluarkan pemerintah pusat selain akan dapat mendorong kegiatan

perekonomian di sektor sektor yang terkait juga akan meningkatkan daya beli masyarakat

baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga mendorong konsumsi rumah tangga.

Adapun sektor pertambangan dan penggalian akan mengalami tekanan terkait

tingkat harga beberapa komoditas hasil pertambangan di pasar internasional masih relatif

rendah serta melemahnya permintaan komoditas tersebut di pasar dunia.

Page 69: 2009 KER TW I.pdf

62 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Di sisi permintaan, diperkirakan kinerja konsumsi masih akan menjadi generator

perekonomian Sulsel di triwulan II-2009,yang bersumber dari konsumsi rumah tangga dan

konsumsi pemerintah. Diperkirakan kegiatan kampanye untuk pemilihan presiden akan

mampu meningkatkan konsumsi masyarakat. Selain itu, terdapat pula beberapa kegiatan

yang mampu mendorong peningkatan kinerja konsumsi, yaitu antara lain mulai berjalannya

program-program pemerintah daerah yang dapat berimplikasi pada meningkatnya realisasi

APBD, dan adanya tahun ajaran baru pada sekitar bulan Juni yang berimplikasi pada

meningkatnya pembelanjaan konsumsi rumah tangga untuk keperluan sekolah dan kursus-

kursus.

Kinerja investasi diperkirakan akan juga mengalami pertumbuhan positif terkait

dengan perkembangan perekonomian Sulsel yang masih cukup kondusif untuk berinvestasi.

Gubernur Sulawesi Selatan langsung memonitor perkembangan pembangunan termasuk

investasi melalui sarana coffee morning yang dilakukan secara periodik bulanan dengan

melibatkan seluruh dinas propinsi, perbankan dan kalangan usaha.

Kinerja ekspor diperkirakan masih memberikan kontribusi positif, terutama pada

perdagangan antar antar propinsi dan untuk komoditi tanaman bahan makanan. Sementara

kinerja ekspor antar negara diperkirakan masih akan melemah sehubungan dengan masih

kurang menguntungkannya tingkat harga komoditi hasil pertambangan di pasar

international serta lemahnya demand untuk komoditi dimaksud. Selain itu revitalisasi kakao

belum dapat terlaksana dengan baik dalam jangka pendek.

Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen

Pada triwulan mendatang, faktor-faktor yang perlu diwaspadai adalah meningkatnya

aktifitas kegiatan politik sehubungan dengan akan diselenggarakannya kampanye pemilihan

presiden yang akan diselenggarakan pada akhir triwulan II-2009. Faktor tersebut relatif akan

dapat memberikan dampak negatif terhadap terciptanya stabilitas perekonomian Sulsel.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2007 2008 2009

Indeks Ekspektasi Konsumen

Page 70: 2009 KER TW I.pdf

63 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Berdasarkan alasan tersebut di atas dan dengan asumsi tidak ada kejadian yang

cukup mengganggu proses kinerja pembangunan, maka diperkirakan perekonomian Sulsel

pada triwulan mendatang, secara tahunan masih akan lebih rendah dibanding periode yang

sama tahun sebelumnya (8,10%), namun sedikit lebih tinggi dibanding pertumbuhan

tahunan pada triwulan I-2009 (4,52%). Perekonomian Sulsel pada triwulan II-2009

diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,5% ± 1% (y.o.y). Kondisi perkiraan tersebut sejalan

dengan hasil survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Makassar yang cenderung

menunjukkan sedikit peningkatan dibanding triwulan I-2009.

7.2 Outlook Inflasi

Pada triwulan mendatang, perlambatan laju inflasi tahunan diperkirakan masih

akan terjadi. Perkiraan perlambatan laju inflasi tahunan tersebut sebagai dampak kelanjutan

dari penurunan harga BBM dan pengaruh dari kenaikan harga BBM pada akhir Mei 2008

akan mulai berkurang. Selain itu, adanya kebijakan pemerintah dalam menstimulus

perekonomian daerah diperkirakan ikut mendorong kestabilan harga di tingkat regional,

seperti kebijakan subsidi PPN, kebijakan kesehatan dan sekolah gratis serta kebijakan

penurunan harga susu kaleng.

Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d

Kondisi tersebut tentunya akan mendorong terjadinya penurunan tingkat harga

komoditi keperluan pokok masyarakat. Selain itu, terdapat upaya pemerintah daerah untuk

menjaga ketersediaan barang kebutuhan sarana produksi, seperti menjaga ketersediaan

pupuk yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dan peningkatan surplus produksi produk

unggulannya; disiplin anggaran dan penciptaan kondisi iklim usaha yang kondusif.

Di sisi lain, terdapat beberapa kondisi yang cenderung memicu pergerakan harga,

seperti adanya kenaikan gaji pegawai negeri yang relatif akan mendorong terjadinya

peningkatan permintaan, volatilitas harga komoditas primer di pasar internasional yang

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2007 2008 2009

Indeks perubahan harga umum 3 bulan yad

Page 71: 2009 KER TW I.pdf

64 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

mempengaruhi tingkat harga di pasar regional dan ekspektasi masyarakat terhadap

perkembangan ekonomi pada triwulan dimaksud. Dengan pertimbangan tersebut di atas

maka pada akhir triwulan II-2009, diperkirakan inflasi tahunan provinsi Sulsel pada kisaran

6,5% ± 1% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2009 yang tercatat sebesar 9,01%

(y.o.y). Perkiraan laju inflasi pada triwulan mendatang tersebut didorong oleh laju inflasi

tahunan kota Makassar yang laju inflasinya sebesar 5,3% ± 1% (y.o.y). Perlambatan laju

inflasi Sulsel tersebut sejalan dengan Indeks ekspektasi masyarakat terhadap harga-harga

dalam 3 bulan yang akan datang yang cenderung menunjukkan terjadinya perlambatan laju

inflasi.

7.3. Prospek Perbankan

Pada triwulan laporan, kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Selatan

memperlihatkan pertumbuhan yang cukup positif, meskipun dari sisi nilai tambah bruto

perbankan cenderung turun yang diakibatkan faktor awal tahun. Pertumbuhan perbankan

tersebut diperkirakan masih terus berlanjut seiring dengan perkembangan perekonomian

daerah. Tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI-rate) yang cenderung mengalami penurunan

pada akhir triwulan I-2009, diharapkan dapat mendorong penyaluran kredit/pembiayaan.

Kondisi tersebut menuntut perbankan daerah untuk lebih apresiatif dan kreatif dalam

memberikan jasa pelayanannya kepada masyarakat.

Hal tersebut di atas sejalan dengan hasil survei Bank Indonesia dimana terdapat

kecenderungan peningkatan pinjaman di bank, sementara di sisi simpanan terdapat

kecenderungan penurunan tingkat ekspektasi tabungan yang akan datang, namun dalam

besaran yang relatif minim.

Grafik 7.3. Indeks Ekspektasi Tabungan dan Perkiraan Pinjaman di Bank

Yang Akan Datang

0

20

40

60

80

100

120

140

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2007 2008 2009

Ekspektasi tabungan yad

Perkiraan pinjaman di bank yad

Page 72: 2009 KER TW I.pdf

65 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

LAMPIRAN 1. Data Ekonomi Makro

Tabel 1.a Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan

Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar)

-

Tabel 1.b Produk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan

Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar)

2. Data Inflasi

Tabel 2.a

Laju Inflasi Kota Makassar Menurut Kelompok Pengeluaran (2007 = 100)

2009

4 1 2 3 4 1 *1. Pertanian 3,107.36 3,204.58 3,224.61 3,337.44 3,156.79 3,285.06

2. Pertambangan & Penggalian 1,073.97 1,072.92 979.12 1,010.37 972.53 984.57 3. Industri Pengolahan 1,507.51 1,533.78 1,582.90 1,557.92 1,566.84 1,586.99 4. Listrik,Gas & Air Bersih 107.25 107.74 110.34 115.31 117.61 119.35

5. Bangunan 533.93 536.15 581.84 596.29 614.14 602.03 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1,659.54 1,690.46 1,734.06 1,821.53 1,788.51 1,844.33

7. Angkutan & Komunikasi 873.04 862.12 895.73 940.79 952.73 983.31 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 693.67 700.96 735.74 724.98 719.39 712.97 9. Jasa - jasa 1,210.50 1,212.86 1,240.31 1,250.61 1,299.81 1,297.13

PDRB 10,766.77 10,921.58 11,084.65 11,355.24 11,188.35 11,415.75

Sumber : BPS Sulsel

Ket. : Angka Sementara

*) Prakiraan Bank Indonesia Makassar

2007 2008SEKTOR EKONOMI

20094 1 2 3 4 1*

1. Konsumsi 7,607.43 7,685.04 7,744.21 7,940.15 7,990.34 8,275.48 2. Investasi 1,934.81 2,145.13 2,340.89 2,405.92 2,171.79 2,069.01 3. Ekspor 4,982.93 5,156.18 5,025.68 4,994.42 4,530.67 4,885.69 4. Impor 3,758.40 4,064.76 4,026.13 3,985.26 3,504.45 3,814.44

10,766.77 10,921.58 11,084.65 11,355.24 11,188.35 11,415.75 Sumber : BPS SulselKet. : Angka Sementara*) Perkiraan Bank Indonesia Makassar

2007 2008

PDRB

SEKTOR EKONOMI

Page 73: 2009 KER TW I.pdf

66 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

Tabel 2.b Perbandingan Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Maret 2009

Di Provinsi se-Sulampua

3. Data Perbankan -

Tabel 3.a. Uang Giral dan Kuasi (Bank Umum dan BPR) (Rp Miliar)

Tabel 3.b. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum (Rp Miliar)

Tabel 3.c. Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan Bank Umum (Rp Miliar)

1 3,330.08 13,463.71 2 3,777.65 13,914.93 3 4,097.51 14,378.94 4 5,007.94 16,008.19 1 4,301.30 16,258.04 2 4,710.47 17,108.22 3 4,933.04 17,726.17 4 5,059.42 19,491.46 1 4,730.08 19,488.70 2 5,327.94 20,622.37 3 4,866.81 21,568.52 4 5,007.32 23,735.93 1 4,649.40 23,309.10 234

THN TRWUAN G GIRAL

U ANG KUASI

2006

2007

2008

2009

1 27,238.08 16,970.25 62.30%2 29,641.13 18,286.09 61.69%3 30,562.04 18,581.88 60.80%4 20,886.42 20,885.23 99.99%1 20,559.33 21,220.50 103.22%2 21,818.69 23,108.40 105.91%3 22,659.20 24,300.52 107.24%4 24,550.88 25,671.69 104.57%1 24,170.67 26,569.90 109.93%2 25,950.31 29,608.68 114.10%3 26,435.33 31,281.15 118.33%4 28,743.25 31,543.97 109.74%1 27,958.50 31,036.76 111.01%234

2009

2006

THN

2008

TRW LDRDPK KREDIT

2007

20094 1 2 3 4 1

Modal Kerja 9,778.34 10,064.63 11,473.30 12,307.66 12,368.15 11,911.11 Investasi 6,028.96 5,930.06 6,333.73 6,443.33 6,440.57 6,251.64 Konsumsi 9,864.38 10,575.21 11,801.65 12,530.16 12,735.26 12,874.01

TOTAL 25,671.69 26,569.90 29,608.68 31,281.15 31,543.97 31,036.76 GROWTH 22.92% 25.21% 28.13% 28.73% 22.87% 21.26%

2007 2008JENIS PENGGUN AAN

Page 74: 2009 KER TW I.pdf

67 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2009

4. Data Sistem Pembayaran

Tabel 4.a. Aliran Uang Kartal di Depo KBI Makassar

Tabel 4.b. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) (Rp Triliun)

Tabel 4.c. Transaksi Non Tunai via RTGS (Rp Triliun)

Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow1 2.02 0.41 1.61 -20.22% -73.79% 66.68% -10.56% -84.24% -564.44%2 0.50 1.19 (0.69) -76.19% -47.96% 260.11% -75.28% 190.27% -143.01%3 0.84 0.39 0.45 -68.04% -83.35% 46.80% 68.55% -67.53% -165.71%4 1.31 1.81 (0.49) -41.73% -30.59% 42.03% 56.33% 367.29% -208.22%1 2.34 0.60 1.74 15.80% 45.64% 8.18% 77.75% -66.93% -453.76%2 1.09 1.82 -0.73 118.82% 52.83% 5.21% -53.28% 204.60% -141.82%3 1.43 1.87 -0.44 70.27% 384.43% -197.01% 31.15% 2.93% -39.41%4 2.19 1.51 0.67 66.42% -16.12% -236.80% 52.80% -19.09% -252.61%1 2.27 0.24 2.03 -2.84% -59.81% 16.72% 3.77% -84.16% 201.82%234

200

9

Y.O.YJUMLAH Q.T.Q

200

8

Thn Trw

200

7

Inflow PTTB PTTB/Inflow Inflow PTTB PTTB/Inflow Inflow PTTB PTTB/Inflow

1 2.02 0.95 47.05% -20.22% 253.69% 343.31% -10.56% 7.75% 20.46%

2 0.50 0.47 95.08% -76.19% 34.38% 464.43% -75.28% -50.04% 102.06%

3 0.84 0.47 55.70% -68.04% -32.82% 110.19% 68.55% -1.26% -41.42%

4 1.31 0.87 66.22% -41.73% -1.22% 69.53% 56.33% 85.86% 18.89%

1 2.34 1.33 56.72% 15.80% 39.57% 20.53% 77.75% 52.24% -14.35%2 1.09 0.72 65.81% 118.82% 51.46% -30.78% -53.28% -45.79% 16.04%3 1.43 0.54 37.93% 70.27% 15.95% -31.90% 31.15% -24.41% -42.37%4 2.19 0.41 18.65% 66.42% -53.13% -71.84% 52.80% -24.86% -50.83%1 2.27 0.25 11.01% -2.84% -81.13% -80.58% 3.77% -38.72% -40.95%234

2007

Y.O.Y Q.T.Q

2009

2008

JUMLAHThn Trw

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

1 2 3 4 1 2 3 4 1

PTTB / Inflow

Inflow & PTTB (Triliun Rp)

Inflow PTTB PTTB/Inflow

Incoming Outgoing Netto Incoming Outgoing Netto Incoming Outgoing Netto1 7.63 10.80 (3.17) 10.87% -24.83% -57.63% -25.59% -7.20% 128.70%2 8.21 8.07 0.14 14.29% -39.47% -102.24% 7.58% -25.29% -104.35%3 8.71 9.93 (1.21) 10.13% -12.97% -65.25% 6.14% 23.00% -979.71%4 11.96 8.33 3.63 16.63% -28.44% -361.57% 37.26% -16.08% -398.85%1 11.38 7.16 4.22 49.17% -33.71% -233.04% -4.83% -14.04% 16.32%2 12.18 7.91 4.27 48.41% -1.97% 2994.20% 7.03% 10.47% 1.18%3 10.30 7.79 2.51 18.20% -21.51% -306.39% -15.47% -1.51% -41.32%4 14.60 9.23 5.36 22.09% 10.86% 47.87% 41.78% 18.52% 114.11%1 11.76 8.31 3.44 3.31% 16.09% -18.37% -19.46% -9.98% -35.78%234

2009

2007

2008

Q.T.QThn Trw

JUMLAH Y.O.Y

Rp Triliun