kejang demam pada anak

Upload: diana-atmadja

Post on 01-Mar-2016

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

blok 22

TRANSCRIPT

Kejang Demam pada Anak Diana Atmaja102012047**mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaAlamat: Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510E-mail: [email protected]

Abstrak Kejang demam adalah kejang yang paling sering dialami dimasa kanak. Kejang demam paling sering dialami pada anak usia antara 6 bulan hingga 3 tahun, dengan puncaknya pada usia 18 bulan. Kira-kira 30% hingga 40% anak memiliki riwayat kejang berulang. Onset major terjadinya kejang demam pada 24 jam pertama setelah muncul demam. Kejang demam dapat terbagi menjadi dua yaitu sederhana dan kompleks. Kejang demam biasa dapat sembuh sendiri, dan intervensi untuk menghentikan demam biasanya tidak perlukan. Apabila dapat dilakukan, penyebab dari kejang tersebut sebaiknya diobati. Obat terapi antikonvulsan yang terus menerus tidak dianjurkan untuk anak-anak baik dengan kejang demam sederhana atau kompleks. Penggunaan terapi antikonvulsan yang intermiten tidak dianjurkan. Edukasi orang tua sangat penting. Prognosis kejang demam sangat baik. kata kunci : kejang, demam, anak, bayi

Abstract Febrile seizures are the most frequent of seizure disorders in childhood. Febrile seizures are most common in children between 6 months and 3 years of age, with a peak incidence at about 18 months. Approximately 30% to 40% of children who experience a febrile seizure will have a recurrence. The majority of febrile seizures occur within 24 hours of the onset of the fever. Febrile seizures can be simple or complex. Diagnostic studies are usually not necessary. Febrile seizures usually are self-limited, and intervention to stop the seizure often is unnecessary. When possible, the cause of the fever should be treated. Continuous preventative anticonvulsant therapy is not recommended for children with either simple or complex febrile seizures. The use of intermittent anticonvulsant therapy is not routinely indicated. Parental educational and counseling is important. The prognosis is excellent. Keywords : seizures, fever, child, infant

I. Pendahuluan Kejang demam pada anak merupakan suatu peristiwa yang menakutkan pada kebanyakan orang tua karena kejadiannya yang mendadak dan kebanyakan orang tua tidak tahu harus berbuat apa. Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal >38C) yang disebabkan oleh suatu proses diluar otak. Tidak jarang orang tua khawatir jika anaknya panas, apakah nanti akan kejang atau tidak. Saat menghadapi anak yang sedang kejang demam, sedapat mungkin cobalah bersikap tenang. Sikap panik hanya akan membuat kita tidak tahu harus berbuat apa yang mungkin saja akan membuat penderitaan anak tambah parah kesalahan orang tua adalah kurang tepat dalam menangani kejang demam itu sendiri yang kemungkian terbesar adalah disebabkan karena kurang pengetahuan orang tua dalam menangani. Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.

II. Pembahasan Anamnesis Anamnesis dilakukan biasanya dengan allo anamnesis, yaitu dengan menanyakan kepada orangtua atau pengasuh yang membawanya datang kedokter atau kepada si anak tersebut jika dia mengerti apa yang dimaksud1. Waktu terjadi kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang 2. Sifat kejang (fokal atau umum)3. Bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik)4. Kesadaran sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan diagnosis meningoensefalitis)5. Riwayat demam ( sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau naik turun)6. Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA, OMA, GE)7. Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai demam atau epilepsi)8. Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi)9. Riwayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan 10. Trauma kepala

Pemeriksaan Fisik Tanda Vital Pemeriksaan Fokus Infeksi Melihat apa tonsil memerah atau tidak. Apakah gendang telinga hipereremi atau tidak. Apakah ada ruam kulit atau tidak Tanda Ransang Meningeal Kaku kuduk (Nuchal rigidity) Bila leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu tidak dapat menepel pada dada. Brudzinski I (Brudzinskis neck sign)Letakkan satu tangan pemeriksa di bawah kepala pasien dan tangan lainnya di dada pasien untuk mencegah agar badan tidak terangkat, kemudian kepala pasien difleksikan ke dada secara pasif. Bila terdapat rangsang meningeal maka kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan lutut. Brudzinski II (Brudzinskis contralateral leg sign) Fleksi tungkai pasien pada sendi panggul secara pasif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya ada sendi panggul dan sendi lutut. Kernig Penderita dalam posisi terlentang dilakukan fleksi tungkai atas tegak lurus, kemudian dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut. Pada iritasi menigeal ekstensi lutut secara pasif akan menyebabkan rasa sakit dan terdapat hambatan.

Pemeriksaan penunjang[footnoteRef:1] [1: Mary R, Malcolm L . Pediatric and Child Health. 2nd edition. United States: Blackwell Pulblishing; 2006.p. 72-90.]

Jika merupakan kasus kejang demam sederhana maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang pada kejang demam sederhana hanya untuk mencari penyakit dasar yang menyebabkan demam (urianlisis, darah rutin, rontgen thorax ) Pemeriksaaan Punksi Lumbal Sangat dianjurkan untuk anak < 12 bulan dengan kejang demam Dianjurkan untuk anak < 18 bulan dengan kejang demam Anak dengan kejang demam disertai tanda meningeal yg positif ( perlu di ingat : anak 12 bulan tanda meningeal tidak jelas maka lihat dari bulging fontanel anterior, kesadaran, dan irritability) Kejang demam kompleks Dicurigai meningitis, ensefalitis. Anak dengan riwayat kejang demam dimana ada pemberian antibiotik sebelum kejang yang terjadi ( disebut partially treated meningitis ) Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau emprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasienkejang demam. Oleh karena itu tidak direkomendasikan. Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti CT-scan atai MRI jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti: Kelainan neurologic fokal yang menetap (hemiparesis) Paresis nervus VI Papiledema

Diagnosa Kerja KEJANG DEMAM SEDERHANA Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Mengenai definisi kejang demam ini masing-masing peneliti membuat batasan- batasan sendiri, tetapi pada garis besarnya hampir sama. Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Derajat tingginya demam yang dianggap cukup untuk diagnosis kejang demam ialah 38C atau lebih, tetapi suhu sebenarnya saat kejang tidak diketahui. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi usia kurang dari 1 bulan tidak termasuk kejang demam. Diagnosa BandingKEJANG DEMAM KOMPLEKSKejang demam kompleks (hanya dengan salah satu kriteria berikut): Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului dengan kejang parsial Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam, anak sadar kembali di antara bangkitan kejang

EPILEPSI Merupakan kompleks gejala yang timbul akibat akibat gangguan fungsi otak yang gangguan fungsinya sendiri dapat disebabkan oleh berbagai proses patologik. Kejang epilepsi ialah satu gejala gangguan fungsi otak yang paling sering ditemukan. Epilepsi adalah gangguan kronik, dengan tanda utama adalah kejang spontan yang berulang. Gejala-gejala atau tanda-tanda penyakit ayan ini adalah apabila penyakit ini akan kambuh, penderita biasanya merasa pusing, pandangan berkunang-kunang, alat pendengaran kurang sempurna. Selain itu, keluar keringat berlebihan dan mulut keluar busa. Sesaat kemudian, penderita jatuh pingsan diiringi dengan jeritan. Semua urat-urat mengejang, lengan dan tungkai menjulur kaku, tangan menggenggam dengan eratnya, acapkali lidah luka tergigit karena rahang terkatup rapat, si penderita sulit bernafas dan muka merah atau kebiru-biruan. Selama terserang ayan, biasanya mata tertutup dan akhirnya tertidur pulas lebih dari 45 menit. Apabila telah bangun dan ditanya, tidak lagi ingat apa-apa yang telah terjadi atas dirinya. Serangan ayan yang demikian itu senantiasa datang berulang-ulang.MENINGITIS Meningitis adalah infeksi ruang subarachnoid dan leptomeningen yang disebabkan oleh berbagai organism pathogen. Aspek penting yang harus dipertimbangkan mencakup usia, etnik, musim, factor pejamu, dan pola resistensi antibiotic regional di antara pathogen yang mungkin. Trias klasik gejala meningitis adalah demam, sakit kepala, dan kaku kuduk. Namun, pada anak di bawah dua tahun, kaku kuduk atau tanda iritasi meningen lain mungkin tidak ditemui. Perubahan tingkat kesadaran lazim terjadi, sebagian besar penderita mengalami letargi, iritabilitas, atau delirium. Pemeriksaan fisik mungkin memperlihatkan tanda-tanda iritasi meningen kaku kuduk, tanda krenig dan Brudzinski yang positif. Bayi mungkin menunjukkan peenonjolan ubun-ubun, kelainan saraf keenam, mungkin terjadi akibat peninggian tekanan intrakranium atay peradangan di ruang subarknoid. Pleositosis sering dijumpai pada meningitis bakterialis, dengan hitung sel darah putih CSS dalam rentang 100-10,000 sel/L. selpolimorfonuklear mendominasi dan biasanya melebihi 90% total. Hipoglikorakia biasanya ditemukan dengan kadar glukosa CSS biasnya kurang dari 30-50% kadar glukosa serum. Konsentrasi protein biasanya meningkat dalam 100-500mg/dL. Perwarnaan gram akan positif pada lebih dari 90% pasien.

Etiologi [footnoteRef:2] [2: Behrman. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-15. Jakarta : Kedokteran EGC; 2008.h2053-67]

Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab kejang demam. Demam seringdisebabkan infeksi saluran pernapasan atas, radang telinga tengah, infeksi saluran cerna dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.Faktor risiko kejang demam adalah sebagai berikut: Demam Riwayat kejang demam pada orangtua atau saudara kandung Perkembangan terlambat Problem pada masa neonates Anak dalam perawatan khusus Kadar natrium rendah

EpidemiologiDiperkirakan 3% anak-anak dibawah usia 6 tahun pernah menderita kejang demam. laki-laki lebih sering pada anak perempuan dengan perbandingan 1.4:1.0. Menurut ras maka kulit putih lebih banyak daripada kulit berwarna.Patofisiologi Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolism. Bahan baku untuk metabolism otak yang terpenting adalah glukosa. Sifst proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantauan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui system kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yangmelalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.Sel dikelilingi oleh suatu membran yang trediri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar iadalah ionic. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya., kecuali ion Klorida (Cl-). Akibatnya konsentasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentasri Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan kenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oeh adanya :1. perubahan konsentrasi ion di ruang ekstreseluler2. rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya 3. perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan. Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan menghasilkan kenaikan metabolism 10-%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan neurin dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangnnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yan berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak m enderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 380C sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tingi, kenjang baru terjadi pada suhu 400C atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulakn bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkatsuhu berpa penderita kejang. Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbaay dan tidak menimbulkan gejala ssa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnyakebutuhan oksigen dan energi untuk konstraksi otot skelet yang akhirnya erjadi hiposekmia, hiperkapnia, asiodsis lakta disebabkan oleh metabolism anaerobic, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas oto dan selanjutnya menyebabkan metabolsime otak meningkat. Rangkaian kejadi di atas adalah factor penyebab hingga terjadiya kerusakan neuron otak selama berlangsungya kenjang lama. Faktro terpenting adalag gangguan peredarah darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsy yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsy.

Manifestasi Klinis [footnoteRef:3] [3: Rudolph AM. Febrile Seizures. Rudoplh Pediatrics. 20th edition. United States: Appleton and Lange; 2002.]

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, otitis media akuta, bronkitis, furunkulosis dan lain-lain. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Namun anak akan terbangun dan sadar kembali setelah beberapa detik atau menit tanpa adanya kelainan neurologic. Gejala yang timbul saat anak mengalami kejang demam antara lain : anak mengalami demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba), kejang tonik-klonik atau grand mal, pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam).Kejang dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi tubuh anak.Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki.Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontaksi otot. Anak akan jatuh apabila dalam keadaan berdiri.Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya), gangguan pernafasan, apneu (henti nafas), dan kulitnya kebiruan. Saat kejang, anak akan mengalami berbagai macam gejala seperti :1. Anak hilang kesadaran1. Tangan dan kaki kaku atau tersentak-sentak1. Sulit bernapas1. Busa di mulut1. Wajah dan kulit menjadi pucat atau kebiruan1. Mata berputar-putar, sehingga hanya putih mata yang terlihat

Penatalaksanaan Medika mentosa Bila pasien datang dengan keadaan kejang, maka atasi kejang secepat mungkinBiasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu datang, kejang sudah berhenti. Apabila pasien dating dalam keadaan kejang :Tabel 1. Obat-obat Anti Konvulsan dan Dosisnya

ObatBucaal Intra VenaRectal

Midazolam0,5 mg/ kg ( max 10 mg )

Diazepam 0,3 mg/kg ( max 5 mg per dose < 5 years; 10 mg for 5 years )0,5 mg/kg (max 20 mg per dose )

Lorazepam0,05-0,1 mg/kg over 1-2 min ( max 4 mg per dose )0,1 mg/kg ( max 4 mg per dose ) diluted 1:1 with water prior to administration

Jika kejang masih berlanjut :1. Pemberian diazepam 0,2 mg/kgBB per infus diulangi. Jika belum terpasang selang infus, 0,5 mg/kg per rektal1. Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasanJika kejang masih berlanjut :1. Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kgBB per infus dalam 30 menit 1. Pemberian fenitoin 10-20mg/kgBB per infus dalam 30 menit dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau kurang dari 50mg/menit.Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan intensif dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan.Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.

Pengobatan penunjang Pengobatan penunjang dapat dilakukan dengan memonitor jalan nafas, pernafasan, sirkulasi dan memberikan pengobatan yang sesuai. Sebaiknya semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala dimiringkan untuk mencegah aspirasi lambung. Penting sekali mengusahakan jalan nafas yang bebas agar oksigenasi terjamin, kalau perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.Pengisapan lender dilakukan secara teratur dan pengobatan ditambah dengan pemberian oksigen.Cairan intavena sebaiknya diberikan dan dimonitor sekiranya terdapat kelainan metabolik atau elektrolit.Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernafasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat.Pada demam, pembuluh darah besar akan mengalami vasodilatasi, manakala pembuluh darah perifer akan mengalami vasokontrisksi. Kompres es dan alkohol tidak lagi digunakan karena pembuluh darah perifer bisa mengalami vasokontriksi yang berlebihan sehingga menyebabkan proses penguapan panas dari tubuh pasien menjadi lebih terganggu. Kompres hangat juga tidak digunakan karena walaupun bisa menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah perifer, tetapi sepanjang waktu anak dikompres, anak menjadi tidak selesa karena dirasakan tubuh menjadi semakin panas, anak menjadi semakin rewel dan gelisah.Menurut penelitian, apabila suhu penderita tinggi (hiperpireksi), diberikan kompres air biasa. Dengan ini, proses penguapan bisa terjadi dan suhu tubuh akan menurun perlahan-lahan.Bila penderita dalam keadaan kejang obat pilihan utama adalah diazepam yang diberikan secara per rektal, disamping cara pemberian yang mudah, sederhana dan efektif telah dibuktikan keampuhannya. Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua atau tenaga lain yang mengetahui dosisnya. Dosis tergantung dari berat badan, yaitu berat badan kurang dari 10 kg diberikan 5 mg dan berat badan lebih dari 10 kg rata-rata pemakaiannya 0,4-0,6 mg/KgBB. Kemasan terdiri atas 5 mg dan 10 mg dalam rectiol. Bila kejang tidak berhenti dengan dosis pertama, dapat diberikan lagi setelah 15 menit dengan dosis yang sama.Untuk mencegah terjadinya udem otak diberikan kortikosteroid yaitu dengan dosis 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Golongan glukokortikoid seperti deksametason diberikan 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.

Pengobatan rumatan Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumat dengan cara mengirim penderita ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan lebih lanjut. Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu:Profilaksis intermittenUntuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari, penderita kejang demam diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipiretika yang harus diberikan kepada anak selama episode demam. Antipiretik yang diberikan adalah paracetamol dengan dosis 10-15mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari atau ibuprofen dengan dosis 5-10mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.Antikonvulsan yang ampuh dan banyak dipergunakan untuk mencegah terulangnya kejang demam ialah diazepam, baik diberikan secara rectal dengan dosis 5 mg pada anak dengan berat di bawah 10kg dan 10 mg pada anak dengan berat di atas 10kg, maupun oral dengan dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam. Profilaksis intermitten ini sebaiknya diberikan sampai kemungkinan anak untuk menderita kejang demam sedehana sangat kecil yaitu sampai sekitar umur 4tahun.Fenobarbital, karbamazepin dan fenition pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.Profilaksis jangka panjangProfilaksis jangka panjang gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis teurapetik yang stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari.Obat yang dipakai untuk profilaksis jangka panjang ialah:a. FenobarbitalDosis 4-5 mg/kgBB/hari. Efek samping dari pemakaian fenobarbital jangka panjang ialah perubahan sifat anak menjadi hiperaktif, perubahan siklus tidur dan kadang-kadang gangguan kognitif atau fungsi luhur.b. Sodium valproat / asam valproateDosisnya ialah 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Namun, obat ini harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan fenobarbital dan gejala toksik berupa rasa mual, kerusakan hepar, pankreatitis.c. FenitoinDiberikan pada anak yang sebelumnya sudah menunjukkan gangguan sifat berupa hiperaktif sebagai pengganti fenobarbital. Hasilnya tidak atau kurang memuaskan. Pemberian antikonvulsan pada profilaksis jangka panjang ini dilanjutkan sekurang-kurangnya 3 tahun seperti mengobati epilepsi. Menghentikan pemberian antikonvulsi kelak harus perlahan-lahan dengan jalan mengurangi dosis selama 3 atau 6 bulan.

Non medika mentosaEdukasi kepada orang tua Mengurangi kecemasan Yakinkan umumnya prognosis baik Ajarkan cara penanganan kejang Informasikan kemungkinan akan berulang kembali Pemberian obat untuk cegah rekurensi tetapi ingatkan efek sampingnya Tidak ada bukti bahwa terapi mengurangi kejadian epilepsy dikemudian hari Edukasi [footnoteRef:4] [4: Latief A, Napitupulu PM, Pudjiadi A, Ghazali M, Putra TS. Ed 9. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika Jakarta; 2000. h. 850-4.]

Apabila anak kejang kembali : Tetap tenang dan jangan panik Longgarkan pakaian terutama sekitar leher Bila tidak sadar : Posisi terlentang dengan kepala miring Jangan memasukkan sesuatu apapun ke dalam mulut walau untuk mencegah lidah tergigit Bersihkan lendir/ ludah/ muntahan dari mulut dan hidung Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang Tetap bersama anak selama kejang Diazepam rekta; jangan diberikan bila kejang berhenti Bawa ke dokter/ klinik/ RS bila kejang 5

Komplikasi[footnoteRef:5] [5: Price, Sylvia, Anderson. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Kedokteran EGC;2006.]

Komplikasi dari kejang demam adalah :5. Kejang demam berulang Faktor risiko : Riwayat kejang dalam keluarga. Usia < 12 bulan. Temperatur yg rendah saat kejang. Cepatnya kejang setelah demam*bila seluruh faktor ada kemungkinan berulangnya kejang demam 80%. Bila faktor (-) kemungkinan berulangnya kejang demam 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam pada tahun I.2.Gangguan belajar dan perilaku, retardasi mental, deficit koordiansi dan motorik dll.3. Epilepsi Anak yang menderita kejang demam berisiko lebih besar mengalami epilepsy, dibandingkan dengan yang tidak. Faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari : Kelainan neurologis dan perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama Kejang demam kompleks Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung*Catatan : Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi 4-6% Kombinasi faktor risiko meningkatkan kejadian epilepsi menjadi 1o-49% Kemungkinan epilepsi tidak dapat dicegah dengan member terapi rumat pada kejang demam.

Prognosis Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak perlu menyebabkan kematian.

III. Kesimpulan Penyakit kejang demam merupakan penyakit yang paling sering menyerang pada bayi dan balita dan lebih banyak menyerang pada anak laki-laki. Yang jika tidak diobati dengan cepat dan baik akan meyebabkan gangguan pada syaraf dan berakibat pada terganggunyapertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan balita. Maka berdasarkan keluhan utama,pemeriksaan fisik dan penunjang dapat disimpulkan bahwa pasien menderita kejang demam sederhana.

IV. Daftar Pustaka 1. Mary R, Malcolm L . Pediatric and Child Health. 2nd edition. United States: Blackwell Pulblishing; 2006.p. 72-902. Behrman. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-15. Jakarta : Kedokteran EGC; 2008.h 2053-673. Rudolph AM. Febrile Seizures. Rudoplh Pediatrics. 20th edition. United States: Appleton and Lange; 2002.4. Latief A, Napitupulu PM, Pudjiadi A, Ghazali M, Putra TS. Ed 9. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika Jakarta; 2000. h. 850-4.5. Rice, Sylvia, Anderson. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Kedokteran EGC;2006.6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku kuliah 2 ilmu kesehatan anak.Jakarta: Infomedika; 2007.h.847-547. Nelson WE, Behrman ER, Kliegman R, Arvin MA. Nelson ilmu kesehatan anak.Volume 2. Edisi ke-15. Jakarta: EGC; 2012.h.1658-63, 1455-8

1