kedkom

103
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid yang terkandung secara alami pada lebih dari 60 jenis tanaman terutama teh (1-4,8%), kopi (1-1,5%), dan biji kola(2,7- 3,6%). Kafein diproduksi secara komersial dengan cara ekstraksi dari tanaman tertentu serta diproduksi secara sintetis. Kebanyakan produksi kafein bertujuan untuk memenuhi kebutuhan industri minuman. Kafein juga digunakan sebagai penguat rasa atau bumbu pada berbagai industri makanan (Misra, et al., 2008). Dewasa ini kafein banyak dikonsumsi dalam berbagai bentuk yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein terdapat dalam berbagai minuman dan makanan yang sering dikonsumsi seperti kopi, teh, minuman kola, suplemen dan obat-obatan. Konsumsi kafein rata-rata di dunia adalah 70 mg per hari bagi orang yang dikategorikan bukan pencandu. 1

Upload: james-holland

Post on 14-Apr-2016

9 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

KEDKOM

TRANSCRIPT

Page 1: KEDKOM

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid yang terkandung secara alami

pada lebih dari 60 jenis tanaman terutama teh (1-4,8%), kopi (1-1,5%), dan biji

kola(2,7-3,6%). Kafein diproduksi secara komersial dengan cara ekstraksi dari

tanaman tertentu serta diproduksi secara sintetis. Kebanyakan produksi kafein

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan industri minuman. Kafein juga digunakan

sebagai penguat rasa atau bumbu pada berbagai industri makanan (Misra, et al.,

2008).

Dewasa ini kafein banyak dikonsumsi dalam berbagai bentuk yang sangat

bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein terdapat dalam

berbagai minuman dan makanan yang sering dikonsumsi seperti kopi, teh,

minuman kola, suplemen dan obat-obatan. Konsumsi kafein rata-rata di dunia

adalah 70 mg per hari bagi orang yang dikategorikan bukan pencandu. Kafein

secara umum dikonsumsi dalam jumlah tidak lebih dari 300 mg per hari.

(Donovan & Devane, 2001).

Non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD) saat ini adalah salah satu

penyebab tersering dari kenaikan enzim hati dan penyakit hati kronik pada bagian

barat dunia. Sehubungan dengan kenaikan tingkat obesitas secara cepat, seperti

komponen lain dari sindroma metabolik, seperti diabetes tipe II, prevalensi

NAFLD tumbuh dengan peningkatan yang patut diawasi pada dewasa dan anak.

Di Amerika Serikat, diperkirakan 25-30% dari populasi menderita NAFLD, 2-3%

1

Page 2: KEDKOM

memiliki non-alcoholic steato hepatitis (NASH) dan 10-15% diantaranya

berkembang menjadi sirosis (Birerdinc, et al., 2012). Berdasarkan penelitian yang

ada, prevalensi NAFLD di Indonesia adalah 30,6% (Hasan, 2006).

Sebelumnya Sinha dari Duke University Medical Center sudah pernah

meneliti tentang efek konsumsi kafein terhadap non-alcoholic fatty liver disease,

didapatkan hasil bahwa konsumsi kafein menstimulasi perlemakan hati melalui

jalur autofagi. Tetapi di Indonesia penulis belum menemukan adanya penelitian

yang membahas tentang efek konsumsi kafein terhadap non-alcoholic fatty liver

disease.

Mengingat kafein merupakan salah satu zat yang paling sering dikonsumsi

saat ini, serta penyakit perlemakan hati non alkoholik hingga saat ini merupakan

kondisi klinis yang sering ditemukan dalam bidang hepatologi, maka penulis

merasa perlu untuk membahas lebih lanjut dalam skripsi tentang efek konsumsi

kafein terhadap non-alcoholic fatty liver disease ditinjau dari kedokteran dan

Islam.

1.2. Permasalahan

1. Apakah konsumsi kafein bermanfaat terhadap non-alcoholic fatty

liver disease?

2. Apa komponen dari kafein yang berperan dalam non-alcoholic

fatty liver disease?

3. Bagaimana pandangan Islam terhadap efek konsumsi kafein

terhadap non-alcoholic fatty liver disease?

2

Page 3: KEDKOM

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Menjelaskan secara lengkap tentang efek konsumsi kafein terhadap non-

alcoholic fatty liver disease ditinjau dari kedokteran dan Islam.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Memahami dan dapat menjelaskan tentang bagaimana kafein

sebagai suatu zat.

2. Memahami dan dapat menjelaskan tentang non-alcoholic fatty liver

disease.

3. Memahami dan dapat menjelaskan bagaimana pandangan Islam

tentang makanan dan minuman yang halal dan efek konsumsi

kafein terhadap non-alcoholic fatty liver disease.

1.4. Manfaat

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan wawasan ilmiah penulis mengenai

efek konsumsi kafein terhadap non-alcoholic fatty liver disease

ditinjau dari kedokteran dan Islam serta dapat memahami cara

menulis karya ilmiah yang baik dan benar.

1. Bagi Universitas YARSI

Skripsi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan atau sebagai

masukan bagi segenap civitas akademika mengenai efek konsumsi

3

Page 4: KEDKOM

kafein terhadap non-alcoholic fatty liver disease ditinjau dari

kedokteran dan Islam.

2. Bagi Masyarakat

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai efek konsumsi kafein terhadap non-alcoholic

fatty liver disease ditinjau dari kedokteran dan Islam.

4

Page 5: KEDKOM

BAB II

EFEK KONSUMSI KAFEIN TERHADAP NON-ALCOHOLIC FATTY

LIVER DISEASE DITINJAU DARI KEDOKTERAN

2.1 Kafein

2.1.1 Definisi

Kafein adalah stimulan paling popular di dunia. Pertama kali diolah dan

ditanam di Etiopia dan kemudian menyebar ke Arab sekitar tahun 800 dan

akhirnya Eropa sekitar tahun 1300. Kafein ditemukan oleh ahli Kimia Jerman,

Friedrich Ferdinand Runge, pada tahun 1819. Dia menamainya dengan istilah

kaffein, sebuah senyawa kimia yang ada pada kopi, yang dalam logat Inggris

menjadi caffeine. Kafein juga dinamai guaranine ditemukan pada guarana,

mateine ketika ditemukan pada teh. Semua nama ini adalah sinonim terhadap

senyawa kimia yang sama (Nurrachman, 2008).

Kafein adalah senyawa alkaloid turunan xantine (basa purin) yang

berwujud kristal berwarna putih. Kafein bersifat psikoaktif, digunakan sebagai

stimulan sistem saraf pusat dan mempercepat metabolisme (diuretik). Konsumsi

kafein berguna untuk meningkatkan kewaspadaan, menghilangkan kantuk dan

menaikkan mood. Overdosis kafein akut, biasanya lebih dari 300 mg per hari,

dapat menyebabkan sistem saraf pusat terstimulasi secara berlebihan. Kondisi ini

disebut keracunan kafein, gejalanya antara lain gelisah, gugup, insomnia,

emosional, urinasi berlebihan, gangguan pencernaan, otot berkedut, denyut

jantung yang cepat dan tidak teratur. Gejala yang lebih parah adalah munculnya

5

Page 6: KEDKOM

depresi, disorientasi, halusinasi dan dampak fisik seperti kerusakan jaringan otot

rangka (Smith, et al., 1993).

2.1.2 Sumber Kafein

Kafein ialah senyawa kimia yang dijumpai secara alami di didalam

makanan contohnya biji kopi, teh, biji kelapa, buah kola (cola nitide) guarana,

dan mate. Teh adalah sumber kafein yang lain, dan mengandung setengah dari

kafein yang dikandung kopi. Beberapa tipe teh yaitu teh hitam mengandung lebih

banyak kafein dibandingkan jenis teh yang lain. Teh mengandung sedikit jumlah

teobromine dan sedikit lebih tinggi theophyline dari kopi. (Purwanti, 2006).

Kafein juga merupakan bahan yang dipakai untuk ramuan minuman non

alkoholik seperti cola, yang semula dibuat dari kacang kola. Soft drinks khususnya

terdiri dari 10-50 miligram kafein. Coklat terbuat dari kokoa mengandung sedikit

kafein. Efek stimulan yang lemah dari coklat dapat merupakan kombinasi dari

theobromine dan theophyline sebagai kafein. (Knocha, 2005)

Selain itu, kafein juga terdapat dalam berbagai jenis obat flu, sakit kepala

dan alergi, sebagai pelawan efek negatif yang diakibatkan oleh obat tersebut

seperti rasa kantuk. Sehingga diharapkan seseorang dapat melakukan aktivitas

seperti biasa saat mengkonsumsi obat tersebut. Salah satu kombinasi zat aktif

yang sering digunakan adalah parasetamol, salisalimida dan kafein yang

berkhasiat sebagai analgesik dan antipiretik dalam produk influenza (Nurrachman,

2008).

6

Page 7: KEDKOM

Tabel 1. Kandungan kafein pada produk makanan dan minuman (Modi, 2010)

2.1.3 Biokimiawi

Kafein ialah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylxanthine

bersama sama senyawa teofilin dan teobromin, berlaku sebagai perangsang sistem

saraf pusat. Pada keadaan asal, kafein ialah serbuk putih yang pahit dengan rumus

kimianya C6 H10 O2, dan struktur kimianya 1,3,7- trimethylxanthine.

Gambar 1. Struktur Kimia Kafein (Simpson, 2001)

7

Page 8: KEDKOM

Kafein mempunyai nama lain 1,3,7-trimethylxanthine trimethylxanthine,

theine,methyltheobromine. Wujud fisik dari kafein yaitu berupa bubuk putih dan

tidak berbau. Senyawa ini mempunyai berat molekul 194.19 g/mol, densitas 1.23

g/cm3 (solid), titik leleh 227–228 °C (anhydrous) 234–235 °C (monohydrate),

titik didih 178 °C subl., kelarutan dalam air 2.17 g/100 ml (25 °C) 18.0 g/100 ml

(80 °C) 67.0 g/100 ml (100°C), keasaman -0,13 – 1,22 pKa serta momen dipole

3.64 D (Smith, et al., 1993).

2.1.4 Efek Konsumsi Kafein Terhadap Tubuh Manusia

Di Amerika Serikat, kafein rata-rata dikonsumsi sebanyak 211 mg per hari

dan paling banyak dikonsumsi dari minuman kopi. Di Inggris dan Asia, kafein

paling banyak dikonsumsi dari minuman teh. Inggris merupakan Negara dengan

konsumsi kafein tertinggi yaitu 444 mg per hari (Donovan & Devane, 2001).

Kebiasaan mengkonsumsi kafein dapat diklasifikasikan dalam tiga level yaitu

pengkonsumsi kafein tingkat rendah (kurang dari 200 mg per hari), tingkat sedang

(antara 200-400 mg per hari), dan pengkonsumsi kafein tingkat tinggi (lebih dari

400 mg per hari) (Weinberg,2000).

Kafein dimetabolisme dalam hati oleh sistem enzim sitokrom P450

oksidase (khususnya isoenzim IA2) menjadi tiga dimethylxanthines metabolis,

dimana tiap bentukannya memiliki efek yang berbeda terhadap tubuh.

Paraxanthine ( 84%) memiliki efek meningkatkam lipolisis, memicu peningkatan

gliserol dan asam lemak bebas dalam plasma darah. Teobromin (12%)

memperbesar pembuluh darah serta meningkatkan volume urin. Teobromin juga

8

Page 9: KEDKOM

merupakan alkaloid utama pada kakao, dan pastinya pada coklat. Teofilin (4%)

melenturkan otot lunak pada bronkus dan biasa digunakan untuk terapi asma.

Ketiganya dimetabolis dan dikeluarkan melalui urin (Nurachman, 2008).

Ketiganya mengandung gugus metil. Xantin sendiri adalah dioksipurin

yang mempunyai struktur mirip dengan asam urat, Paraxanthine adalah 1,3,7-

trimetilxantin, teofilin adalah 1,3-dimetilxantin dan teobromin adalah 3,7-

dimetilxantin (Sunaryo, 1995).

Gambar 2. Derivat kimia kafein (Dach, 2008)

Kafein adalah stimulan dari sistem saraf pusat, digunakan baik untuk

pengobatan dalam mengurangi keletihan fisik dan juga dapat meningkatkan

tingkat kewaspadaan sehingga rasa ngantuk dapat ditekan. Kafein juga

merangsang sistem saraf pusat dengan cara menaikkan tingkat kewaspadaan,

sehingga pikiran lebih jelas dan terfokus dan koordinasi badan menjadi lebih baik.

9

Page 10: KEDKOM

Kafein mempunyai efek relaksasi otot polos , terutama otot polos bronkus,

merangsang susunan saraf pusat, otot jantung, dan meningkatkan diuresis.

Kadar rendah kafein dalam plasma akan menurunkan denyut jantung,

sebaliknya kadar kafein dan teofilin yang lebih tinggi menyebabkan takikardi,

bahkan pada individu yang sensitif mungkin menyebabkan aritmia yang

berdampak kepada kontraksi ventrikel yang prematur.

Pada pembuluh darah, kafein menyebabkan dilatasi pembuluh darah

termasuk pembuluh darah koroner dan pulmonal, karena efek langsung pada otot

pembuluh darah. Resistensi pembuluh darah otak naik disertai pengurangan aliran

darah dan PO2 di otak, ini diduga merupakan refleksi adanya blokade adenosin

oleh Xantin (Nurachman, 2008).

Kadar tertinggi kafein dalam plasma biasanya tercapai setelah 30-120

menit setelah asupan oral, kemudian mengalami metabolisme di hepar. Setelah

minum satu cangkir kopi (100 mg kafein) kadar puncak dalam plasma adalah

antara 0,5-3 mg/liter sama dengan 2-15 µmol/liter (Fredholm, et al., 1999). Waktu

paruh kafein antara 2-10 jam, dengan rata-rata 4-5 jam (Nurminem, et al., 1999)

dan akan segera dieliminasi setelah 24 jam terakhir dikonsumsi. Tidak terdapat

perbedaan waktu paruh antara usia muda dan tua (Freedholm, et al. 1999).

Kafein memiliki waktu singkat untuk beredar di dalam tubuh. Ini berarti

membutuhkan waktu sekitar 4-5 jam untuk menghilangkan efek kafein dalam

tubuh. Setelah 8-10 jam, sebesar 75% kafein akan hilang (Purwanti, 2006).

Kafein berstruktur sama dengan adenosin. Adenosin adalah nukleotida di

dalam otak yang salah satunya berfungsi mengatur kondisi tidur dan terjaga. Salah

10

Page 11: KEDKOM

satu kerja dalam mengatur kondisi ini adalah menimbulkan pelebaran pembuluh

daarah di otak. Untuk bisa menimbulkan efek tersebut, adenosin harus berikatan

dengan reseptor adenosin di dinding pembuluh darah. Karena strukturnya sama,

molekul kafein bersaing untuk berikatan dengan reseptor tesebut tidak

menimbulkan efek, selain hanya menghambat kerja dari adenosin (kalah

berkompetisi berikatan dengan reseptor adenosin). Akibatnya, pelebaran

pembuluh darah yang dilakukan oleh adenosin terhambat, pembuluh darah tidak

jadi melebar. Efek adenosin-inhibitor oleh kafein ini tidak berarti menimbulkan

penyempitan pembuluh darah atau vasokonstriksi (Andreas, 2006).

Gambar 3. Struktur adenosin dan kafein (Dach J, 2008)

11

Page 12: KEDKOM

2.1.5 Efek Samping Konsumsi Kafein Terhadap Tubuh

Kafein meningkatkan kadar dopamin dengan cara yang sama seperti

amphetamine. Dopamin merupakan neurotransmitter yang mengaktivasi pusat

kesenangan di bagian tertentu otak. Heroin dan kokain memanipulasi kadar

dopamin dengan mengurangkan kadar absorpsi dopamin. Walaupun efek kafein

jauh lebih rendah berbanding heroin, namun mekanisme kerjanya sama. Diduga

bahwa hubungan dengan dopami menyebabkan ketergantungan kafein

(Fredholm, 1999).

Konsumsi kafein mempunyai dampak yang besar terhadap

kesehatan penggunanya. Kafein yang terdapat dalam minuman berenergi

menyebabkan diuresis dan natriuresis. Konsumsi kafein yang akut juga akan

menaikkan sensitivitas insulin dan meningkatkan rata-rata tekanan darah arteri.

Konsumsi kafein berhubungan dengan nyeri kepala kronik, terutama pada wanita

muda berusia kurang dari 40 tahun dan mereka yang mendapat nyeri kepala

episode kronis dengan onset kurang dari 2 tahun. Pada konsumsi kafein kronis

dapat ditemukan gejala gangguan sistem saraf pusat, kardiovaskular,

gastrointestinal dan disfungsi renal (Louisa, 1995).

Kafein mempunyai waktu paruh selama 6 jam dan ini dapat

mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Sebaiknya kafein tidak digunakan pada

penderita penyakit jantung. Penderita penakit ginjal harus mengurangi konsumsi

kafein karena sifat kafein sebagai diuretik dapat memperparah kondisi penderita.

Wanita hamil tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi kafein walaupun pada

penelitian yang dilakukan, hubungan antara kafein dengan kelainan kongenital

12

Page 13: KEDKOM

belum terbukti. Penderita ulkus lambung dan penyakit lambung lain harus berhati-

hati dalam mengkonsumsi kafein karena sifat asam dari kafein (Dekker, 1993).

2.2 Non-Alcoholic Fatty Liver Disease

2.2.1 Definisi

Non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD) adalah spektrum dari penyakit

liver yang berhubungan dengan obesitas, termasuk beberapa variasi derajat mulai

dari steatosis, inflamasi, cedera hepatoseluler, dan fibrosis. NAFLD adalah

masalah kesehatan yang penting, bukan hanya karena tingkat morbiditasnya tapi

juga karena prevalensinya. NAFLD terdeteksi pada sekitar 33% dari penduduk

dewasa Amerika (Sullivan, 2010).

Pada tahun 1980 Ludwig memberi nama non-alcoholic steatohepatitis

(NASH) untuk sekelompok kelainan hati yang secara histopatologi tidak dapat

dibedakan dengan perlemakan hati akibat alkohol tetapi terjadi pada pasien bukan

peminum alkohol. Penyakit hati yang ditunjukkan oleh Ludwig tersebut

mempunyai hubungan dengan obesitas dan diabetes melitus. Secara klinik tanda

yang sering dijumpai adalah hepatomegali dan gangguan faal hati ringan.

Penelitian–penelitian selanjutnya membuktikan bahwa NASH merupakan satu

bagian dari kelainan hati yang lebih luas yang disebut penyakit perlemakan hati

non alkoholik. Pada mulanya penyakit perlemakan hati non alkoholik dianggap

sebagai penyakit yang ringan, tetapi anggapan itu ternyata salah. Sebagian pasien

penyakit perlemakan hati non alkoholik yang diteliti, pada pemeriksaan

histopatologi menunjukkan fibrosis yang luas, sirosis hati bahkan karsinoma

hepatoseluler. Selain dapat berlanjut menjadi penyakit hati yang berat dan

13

Page 14: KEDKOM

irreversibel, penyakit perlemakan hati non alkoholik juga mempunyai prevalensi

yang tinggi dan menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat (Hirlan,

2004).

Penyakit perlemakan hati non alkoholik adalah istilah yang digunakan

untuk menggambarkan spektrum luas dari penyakit hati. Penyakit ini bervariasi

mulai dari yang ringan yaitu perlemakan hati sederhana (steatosis) hingga ke

perlemakan hati dengan inflamasi (non alkoholik steatohepatitis = NASH),

fibrosis sampai menjadi sirosis. Oleh karena itu, saat ini penyakit perlemakan hati

non alkoholik telah dianggap sebagai salah satu penyebab penyakit hati kronis,

juga merupakan faktor penting untuk terjadinya karsinoma hepatoseluler dan

meningkatnya indikasi untuk dilakukan transplantasi hati (Adam & Angulo,

2005).

NAFLD (non-alcoholic fatty liver disease) adalah sekumpulan gejala

yang ditandai dengan perlemakan hati makrovesikuler, fibrosis, dan sirosis hati.

Keseluruhannya tidak berhubungan dengan konsumsi alkohol. NAFLD

merupakan suatu kondisi medis dari penyakit hati yang mempunyai spektrum

sangat luas, mulai dari perlemakan hati yang bersifat ringan (steatosis) tanpa

adanya bukti kelainan biokimia atau histologi akibat dari peradangan hati ataupun

fibrosis, sampai perlemakan hati yang disertai adanya nekroinflamasi dengan atau

tanpa fibrosis (steatohepatitis) dapat juga berkembang menjadi fibrosis hati yang

berat bahkan sirosis (Mathur, et al., 2007).

14

Page 15: KEDKOM

2.2.2 Epidemiologi

Di Negara barat prevalensi NAFLD berkisar antara 15-20%. Prevalensi

NAFLD pada populasi dewasa di Amerika Serikat, Jepang dan Italia berkisar 15-

20% dan 20-30% diantaranya berada pada fase yang lebih berat seperti NASH.

Penelitian pada populasi obesitas di negara maju didapatkan 60% perlemakan hati

sederhana, 20-25% NASH dan 2-3% sirosis. Kejadian NAFLD pada populasi

diabetes mellitus sebesar 70% dan pada pasien dislipidemia 60%. Berdasarkan

penelitian yang ada prevalensi NAFLD di Indonesia adalah 30,6% (Hasan, 2006).

Penyakit perlemakan hati non alkoholik kini diketahui sebagai salah satu

bentuk penyakit hati kronik di negara–negara berkembang dengan prevalensi

10%-24% dari seluruh populasi. Prevalensi penyakit perlemakan hati non

alkoholik 30%-100% pada laki–laki sedangkan 52,8% pada anak yang obesitas

(Prodia, 2003).

Penyakit perlemakan hati non alkoholik berhubungan kuat dengan

obesitas. Prevalensi penyakit perlemakan hati non alkoholik tertinggi adalah pada

umur 40–49 tahun. Penyakit perlemakan hati non alkoholik akan berlanjut

menjadi fibrosis atau sirosis hepatis 15%-50% dan mortalitas 10%. Dari

keseluruhan pasien dengan penyakit perlemakan hati non alkoholik, 5%

berkembang menjadi sirosis hepatis dalam kurun waktu 7 tahun dan 1,7%

meninggal karena sirosis hepatis (Amarapurkar, 2007).

2.2.3 Faktor Risiko

Terdapat beberapa faktor risiko yang dianggap berperan dalam patogenesis

NAFLD. Faktor risiko yang telah diketahui adalah faktor resistensi insulin ,

15

Page 16: KEDKOM

obesitas, diabetes mellitus tipe 2 dan sindroma metabolik. Resistensi insulin

merupakan komponen penting dalam patofisiologi NAFLD, dan berhubungan

dengan prevalensi NAFLD dan NASH terutama di negara barat. Resistensi insulin

yang disertai hiperinsulinemia merupakan suatu fitur klinis yang spesifik dari

penyakit diabetes mellitus tipe 2 dan sindroma metabolik. Dengan meningkatnya

prevalensi sindroma metabolik pada penduduk suatu negara, maka tentunya akan

disertai meningkatnya prevalensi NAFLD. Pada masa kini NAFLD dianggap

sebagai salah satu manifestasi kelainan hati dari sindroma metabolik. Banyak

penelitian prevalensi NAFLD yang dihubungkan dengan berbagai komponen dari

sindroma metabolik. Obesitas, diabetes mellitus tipe 2 dan hiperlipidemia adalah

faktor risiko yang sering dijumpai pada penderita NAFLD. Dengan adanya

peningkatan prevalensi obesitas di Amerika Serikat dan hubungan antara obesitas

dengan NAFLD, maka prevalensi NAFLD diperkirakan juga meningkat.

Berdasarkan data dari National Health and Nutrition Examination Survey

(NHANES) pada tahun 1999-2002, menunjukkan peningkatan proporsi penduduk

Amerika Serikat yang overweight (BMI > 25) menjadi 65%, dan obesitas

(BMI>30) menjadi 30.1%. Suatu penelitian di negara maju terhadap populasi

umum dengan obesitas didapatkan 60% dengan perlemakan hati sederhana, 20-

25% NASH, dan 2-3% sirosis. Disebutkan pula perlemakan hati didapatkan pada

70% penderita diabetes mellitus tipe 2 dan pada 60% penderita dislipidemia

(Amarapurkar, et al., 2007).

16

Page 17: KEDKOM

Telah diketahui banyak kondisi atau penyakit lain yang menyebabkan

steatosis tanpa atau dengan hepatitis (steatohepatitis), selain akibat alkohol dan

non alkoholik. Dikenal 4 golongan penyebab penyakit tersebut, yaitu: nutrisi,

obat-obatan, kelainan metabolik atau genetik, dan penyebab lain-lain (Angulo,

2002).

Tabel 2. Beberapa penyebab perlemakan hati (Angulo, 2002)

2.2.4 Patogenesis

Patogenesis penyakit perlemakan hati non alkoholik belum sepenuhnya

dimengerti. hipotesis yang sampai saat ini banyak diterima adalah the two hit

theory (Schreuder, et al., 2008 & Charlton, 2009).

Pada first hit terjadi steatosis hepatik sedangkan second hit berupa jejas

dan inflamasi hati. Abnormalitas metabolik primer yang mengarah pada

17

Page 18: KEDKOM

akumulasi lipid dalam hepatosit masih belum jelas diketahui (Schreuder, et al.,

2008 & Charlton, 2009).

Gambar 4. Patogenesis penyakit perlemakan hati non alkoholik (Hasan,2006)

First hit dapat terjadi karena berbagai keadaan, seperti dislipidemia,

diabetes mellitus dan obesitas. Dalam keadaan normal, asam lemak bebas

dihantarkan memasuki hati lewat sirkulasi darah arteri dan vena portal. Di dalam

hati, asam lemak bebas akan mengalami metabolisme lebih lanjut, seperti proses

re-esterifikasi menjadi trigliserida atau digunakan untuk pembentukan lemak

lainnya. Adanya peningkatan massa jaringan lemak tubuh, khususnya pada

obesitas sentral, akan meningkatkan pelepasan asam lemak bebas (Free Fatty

18

Page 19: KEDKOM

Acid/ FFA) yang kemudian menumpuk di dalam hepatosit. Bertambahnya asam

lemak bebas di dalam hati akan menimbulkan peningkatan oksidasi dan

esterifikasi (Schreuder, et al., 2008 & Charlton, 2009).

2.2.5 Diagnosis

Diagnosis NAFLD ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan

anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pencitraan hati dan

biopsi hati.

2.2.5.1 Pemeriksaan Laboratorium

Perlu diketahui bahwa pemeriksaan laboratorium tidak dapat secara akurat

membedakan steatosis dengan steatohepatitis, dan NAFLD dengan dengan

perlemakan hati alkoholik. Peningkatan kadar aspartate aminotransferase (AST),

alanine aminotransferase (ALT), ataupun keduanya biasa terdapat pada penderita

NAFLD, dengan peningkatan kurang 4 kali batas normal. Derajat peningkatan

kadar aminotransferase tidak dapat digunakan sebagai faktor prediksi. Meskipun

dalam beberapa kasus kadar ALT lebih tinggi daripada kadar AST, kadar AST

mungkin dapat lebih tinggi daripada kadar ALT terutama bila ada sirosis

(Lesmana, 2007).

The Dallas Heart Study dan Dyonisos Nutrition and Liver Study

melaporkan 25 % dari orang dewasa di Amerika dan Italia mengidap NAFLD.

Dalam studi 55% pasien dengan NAFLD mempunyai kadar aminotransferase

19

Page 20: KEDKOM

yang normal. Hal ini menunjukkan bahwa enzim hati bukan penanda yang baik

untuk diagnosis NAFLD (Bellentani, 2010).

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada penderita NAFLD meliputi

aspartate aminotransferase (AST), alanine aminotransferase (ALT), gamma

glutamyl transpeptidase (GGT), albumin, bilirubin, international normalized ratio

(INR), dan platelet. Pemeriksaan albumin, bilirubin, dan INR dapat menunjukkan

kadar abnormal pada penderita NAFLD yang berat yang berhubungan dengan

sirosis hepatis, tetapi tidak dapat diandalkan untuk membedakan tahap awal

penyakit (Quercioli, 2009).

2.2.5.2 Pencitraan

Metode pencitraan yang umum digunakan untuk mendeteksi NAFLD

adalah ultrasonografi (USG), computerized tomography (CT) dan magnetic

resonance imaging (MRI). Untuk diagnosis NAFLD, pemeriksaan USG hati

adalah pilihan pencitraan yang umum dan paling banyak digunakan dalam praktik

klinik dan penelitian di masyarakat. Hal ini dikarenakan mudah dikerjakan, biaya

relatif murah, tidak invasive, banyak tersedia dan mempunyai nilai akurasi yang

baik. Untuk mendeteksi steatosis, pemeriksaan USG mempunyai sensitivitas

sebesar 89% dan spesifisitas 93% (Hasan, 2006). Pada pemeriksaan USG,

perlemakan hati memberikan gambaran peningkatan ekogenik difus yang disebut

bright liver dengan atenuasi posterior dibandingkan dengan ekhogenitas ginjal.

Pada umumnya perlemakan hati bersifat difus, tetapi pada beberapa kasus dapat

bersifat setempat (localized) yang mengenai sebagian parenkim hati. Berdasarkan

penilaian gambaran ekogenitas hati dan pembuluh darah intrahepatik, secara

20

Page 21: KEDKOM

USG perlemakan hati dapat dibedakan dalam 3 derajat, yakni derajat ringan,

derajat sedang dan derajat berat (Bisset, 2002).

Tabel 3. Derajat perlemakan hati secara sederhana (Bisset, 2002)

21

Page 22: KEDKOM

Gambar 5. Ultrasonografi sagital. (Karnokowski, 2007)

Gambar diatas menunjukkan intensitas ekhogenitas di kedua parenkim hati

(L) dan korteks renal (K). Gambar (a) tidak adanya steatosis, (b) derajat ringan,

(c) derajat sedang, dan (d) derajat berat. Pada pemeriksaan CT-scan non-kontras,

perlemakan hati tampak hipodens dan tampak lebih gelap daripada limpa.

Pembuluh darah hepatik terlihat yang relatif cerah, dan dapat terjadi kesalahan

diagnosis apabila pemeriksaan CT-scan dengan injeksi kontras (Adams, 2005).

Ketiga teknik pencitraan di atas (USG, CT-scan dan MRI) terbukti

memiliki sensivitas yang baik untuk mendeteksi perlemakan hati lebih dari

30%. Akan tetapi tidak ada metode pencitraan ini yang dapat membedakan

antara steatosis sederhana dan NASH atau menunjukkan tahap fibrosis (Adams,

2005).

22

Page 23: KEDKOM

2.2.5.3 Biopsi Hati

Hasil histopatologi dari biopsi hati merupakan gold standard untuk

diagnosis N A F L D . Biopsi hati adalah satu-satunya metode diagnosis

NAFLD yang dapat membedakan berbagai derajat NAFLD dari steatosis

sederhana, steatohepatitis, dengan dan tanpa fibrosis dan sirosis. Hasil biopsi hati

tidak dapat digunakan untuk membedakan antara NAFLD dengan penyakit

perlemakan hati alkoholik karena keduanya memiliki gambaran histologi yang

sama (Hasan, 2006).

2.2.6 Tatalaksana

Sampai sekarang modalitas pengobatan yang terbukti baik masih terbatas.

Belum ada terapi yang secara universal dapat dikatakan efektif, strategi

pengobatan cenderung dilakukan dengan pendekatan emperis karena patogenesis

penyakit juga belum begitu jelas diketahui (Hasan, 2006).

2.2.6.1 Pengontrolan Faktor Resiko

2.2.6.1.1 Mengurangi Berat Badan dengan Diet

Intervensi terhadap gaya hidup dengan tujuan mengurangi berat badan

merupakan terapi lini pertama bagi steatohepatitis non alkoholik. Target

penurunan berat badan adalah untuk mengoreki resistensi insulin dan obesitas

sentral, bukan untuk memperbaiki bentuk tubuh (Hasan, 2006).

Penurunan berat badan secara bertahap terbukti mampu memperbaiki

konsentrasi serum aminotransferase ( AST dan ALT) serta gambaran histologi

hati pada pasien dengan steatohepatitis non alkoholik (Hasan, 2006).

23

Page 24: KEDKOM

Esensi pengaturan diet tidak berbeda dengan diet pada diabetes:

mengurangi asupan lemak total menjadi <30% dari total asupan energi,

mengurangi asupan lemak jenuh, mengganti dengan karbohidrat kompleks yang

mengandung setidaknya 15 gr serat serta kaya akan buah dan sayuran (Hasan,

2006).

2.2.6.2 Terapi Farmakologis

2.2.6.2.1 Antidiabetik dan Insulin Senitizer

Metformin meningkatkan kerja insulin pada sel hati dan menurunkan

produksi glukosa hati. Lin dkk menunjukkan perbaikan penyakitan perlemakan

hati pada model hewan dengan steatohepatitis non alkoholik. Hal ini dianggap

terjadi melalui penghambatan TNFα sehingga terjadi perbaikan insulin,

downregulation konsentrasi UCP-2 messenger RNA di hati, dan penurunan

pengikatan DNA oleh SREBP-1 pada ekstrak tikus (Hasan, 2006).

Penelitian lain dilakukan oleh Marchesini, dkk. Empat belas pasien

steatohepatitis non alkoholikik mendapat terapi metformin 3 x 500 mg/hari selama

4 bulan dan sebagai kelompok kontrol adalah 6 pasien steatohepatitis non

alkoholikik yang hanya mendapat terapi diet. Didapatkan perbaikan konsentrasi

rata-rata SGPT, peningkatan sensitivitas insulin, dan penurunan volume hati pada

pasien yang mendapat terapi metformin (Hasan, 2006).

2.2.6.2.2 Obat anti Hiperlipidemia

Studi menggunakan gemfibrozil menunjukkan perbaikan ALT dan

konsentrasi lipid setelah pemberian obat selama satu bulan (Hasan, 2006).

24

Page 25: KEDKOM

2.2.6.2.3 Antioksidan

Berdasarkan patogenesisnya, terapi antioksidan diduga berpotensi untuk

mencegah progresi steatosis menjadi steatohepatitis dan fibrosa. Antioksidan yang

pernah dievaluasi sebagai altenatif terapi pasien perlemakan hati non alkoholik

antara lain vitamin E (a-tokoferol), vitamin C, betain dan N-asetilsistein (Hasan,

2006).

Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa vitamin E

menghambat produksi sitokin oleh leukosit. Sementara itu uji klinis pada manusia

menunjukkan bahwa pada vitamin E dengan dosis sampai 300 IU/hari dapat

menurunkan konsentrasi TGF-β, memperbaiki inflamasi dan fibrosis (Hasan,

2006).

2.2.6.2.4 Hepatoprotektor

Ursodeoxycholic acid (UDCA) adalah asam empedu dengan banyak

potensi, seperti efek imunomodulator, pengaturan lipid, dan efek sitoproteksi.

Pertama kali digunakan secara empiris pada seorang perempuan berusia 66 tahun

dengan steatohepatitis non alkoholik yang menunjukkan normalisasi enzim

transaminase setelah terapi UDCA selama satu tahun (Hasan, 2006).

2.3 Efek Konsumsi Kafein Terhadap Non-alcoholic fatty liver disease

Pada 1992, Klatsky dan Amstrong melaporkan adanya hubungan

berbanding terbalik antara konsumsi kopi dan resiko dari sirosis hati dalam studi

kohort 10 tahun dengan followup (Grobe, 2012).

25

Page 26: KEDKOM

Penyakit perlemakan hati non alkoholik berkembang karena akumulasi

lemak yang berlebihan di dalam liver, tanpa adanya konsumsi alkohol yang

signifikan. NAFLD diperkirakan manifestasi liver pada sindroma metabolik.

Spektrum dari NAFLD mempunyai tingkatan dari simpel steatosis sampai NASH

(Non-alcoholic steatohepatitis) (Birerdinc, 2012).

Kafein adalah salah satu obat yang paling banyak dikonsumsi di dunia.

Walaupun efek pada metabolisme tubuh dan oksidasi lipid sudah diketahui pada

manusia dan hewan tetapi masih sedikit yang diketahui efek langsung kafein

terhadap liver (Sinha, et al., 2014).

Hati adalah tempat utama untuk oksidasi asam lemak pada mamalia.

Penurunan pergantian lipid hati dapat menyebabkan perkembangan penyakit hati

berlemak pada manusia. Baru-baru ini, peningkatan pesat dalam prevalensi

obesitas dan diabetes pada populasi umum telah memberikan kontribusi terhadap

peningkatan paralel dalam non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD) di sebagian

besar dunia. Saat ini diperkirakan bahwa sampai 46% dari penduduk AS dewasa

mungkin memiliki hepatosteatosis. Saat ini, tidak ada terapi obat yang efektif

untuk NAFLD. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa asupan kafein

pada manusia dan hewan berkorelasi berbanding terbalik dengan keparahan dari

NAFLD dan diabetes tipe II . Tetapi mekanisme untuk tindakan ini tidak

diketahui (Sinha, et al., 2014).

Kafein yang masuk kedalam tubuh meningkatkan sensitivitas insulin dan

mengurangi produksi inflamasi sitokin. Kadar glukosa dalam darah berkurang

26

Page 27: KEDKOM

setelah mengkonsumsi kafein. Terdapat penurunan tingkat keparahan dari

NAFLD pada pasien yang mengkonsumsi kopi (Grobe, 2012).

Secara khusus , jika kita konversi asupan kafein setiap hari untuk satu

cangkir , dengan asumsi 100 mg kafein maka asupan kafein mungkin memiliki

efek hepatoprotektor sampai ambang batas tertentu, setelah itu tidak ada manfaat

tambahan dapat diperoleh. (Birerdinc, 2012).

Penelitian sebelumnya berfokus pada fibrosis telah menunjukkan bahwa

methylxanthine, komponen besar kafein, dapat menghambat faktor pertumbuhan

jaringan ikat (CTGF / CCN2) dalam parenkim hati dan sel non parenkim dengan

memulai degradasi Smad2 / 3, yang mempunyai efek merusak transformasi faktor

pertumbuhan b (TGF-b). Baik CTGF maupun TGF-b adalah faktor penting di

renovasi fibrosis dan karsinogenesis, mekanisme ini dapat menjelaskan efek

protektif kafein diamati pada fibrogenesis (Birerdinc, 2012).

Kafein meningkatkan pergantian lipid droplet, oksidasi lemak, dan

fosforilasi oksidatif dalam sel hati melalui jalur autofagi. In vitro berasal dari

bahasa latin, mempunyai arti di dalam kaca. In vitro merupakan istilah yang

dipakai dalam biologi untuk menyebutkan kultur suatu sel, jaringan, atau bagian

organ tertentu di dalam laboratorium. Istilah ini dipakai karena kebanyakan kultur

artifisial ini dilakukan di dalam alat laboratorium yang terbuat dari kaca. In vivo

berasal dari bahasa latin, mempunyai arti pada makhuk hidup. Maksudnya

percobaan dilakukan pada organisme yang utuh dan masih hidup, biasanya

dilakukan pada hewan. Menggunakan inhibitor genetik dan farmakologi autofagi,

27

Page 28: KEDKOM

dapat langsung dihubungkan kafein diinduksi autofagi dengan metabolisme lipid

oksidatif baik in vitro dan in vivo. (Sinha, et al.. 2014)

Kafein menginduksi pengurangan lipid berhubungan dengan peningkatan

aktivitas autofagi pada sel hati. Kafein, pada konsentrasi serendah 0,05 mM dan

pada waktu sedini 6 jam diinduksi pembentukan autophagosome dalam sel

HepG2. Kafein diinduksi autofagi di HepG2 dikaitkan dengan peningkatan protein

pro-autofagik seperti ATG7, ATG5, Beclin dan dan penurunan regulasi dari

rapamycin (mTOR). Kenaikan serupa di tingkat LC3-II dan penurunan regulasi

sinyal mTOR (Sinha, et al., 2014).

Meskipun terdapat kelangkaan data mekanistik pada efek proteksi kopi

dalam etiologi NAFLD , ada hipotesis yang menunjukkan bahwa kopi memiliki

efek penekanan pada hiperglikemia dengan meningkatkan sensitivitas insulin.

Sebagian disebabkan oleh reduksi ekspresi sitokin inflamasi (Birerdinc, 2012).

28

Page 29: KEDKOM

BAB III

EFEK KONSUMSI KAFEIN TERHADAP NON-ALCOHOLIC FATTY

LIVER DISEASE DITINJAU DARI SUDUT PANDANG ISLAM

3.1 Pandangan Islam tentang Makanan dan Pola Makan

Makanan memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan individu. Tubuh

terdiri dari beberapa jaringan dan setiap jaringan terdiri dari jutaan sel. Agar setiap

sel dapat menjalankan tugasnya masing-masing, maka manusia harus

mengkonsumsi beberapa unsur makanan yang aman dan terdiri dari zat-zat yang

dapat memberi kekuatan dan sumber penting bagi pertumbuhan agar dapat

terhindar dari berbagai macam penyakit. Jika tidak, aktivitasnya dapat terhenti dan

berpengaruh terhadap fungsi tubuh secara keseluruhan (As-Sayyid, 2006).

Perintah agar manusia memperhatikan makanan dan minuman ditegaskan Allah

SWT:

Artinya:

“Maka hendaklah manusia memperhatikan makanan dan minumannya”

(Q.S Abasa (80): 24)

Makanan seimbang dipandang sebagai faktor penting untuk menjaga

kesehatan tubuh. Menurut Islam, makanan seimbang adalah makanan yang ideal,

baik kuantitas maupun kualitas. Makanan seimbang adalah kata lain dari makanan

29

Page 30: KEDKOM

sehat, sebagai perwujudan bagi keseimbangan yang telah ditetapkan oleh Allah

SWT pada segala sesuatu (As-Sayyid 2006). Allah SWT berfirman:

Artinya:

“Langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan, agar kalian

jangan merusak keseimbangan itu, dan tegakkanlah keseimbangan itu

dengan adil dan janganlah kalian mengurangi keseimbangan itu”. (Q.S ar-

Rahman (55): 7-9)

Dalam ilmu gizi, fungsi makanan secara umum adalah:

1. Sebagai sumber energi dan tenaga

2. Menyokong pertumbuhan badan

3. Memelihara jaringan tubuh, mengganti yang rusak atau terpakai

4. Mengukur metebolisme dan keseimbangan misalnya keseimbangan air,

asam-basa dan mineral dalam cairan tubuh

5. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit,

misalnya antibodi, dll (Sediaoetama, 2008).

Menurut nash agama penentuan hukum jenis makanan terbagi atas 3

kelompok (Zuhroni, 2003):

1. Makanan halal

Islam menekankan manusia untuk mengkonsumsi makanan yang

halal dan thayyib. Halal adalah makanan yang baik memperoleh maupun

30

Page 31: KEDKOM

substansinya berdasarkan ketentuan syara’. Sedangkan thayyib adalah

segala yang baik bagi diri dan tidak membahayakan badan dan akal.

Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT:

Artinya:

“Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi

mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan

yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih

nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan

Allah kepadamu . Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu ,

dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya) .

Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-

Nya.” (Q.S al-Maidah (5): 4)

Menurut syariat Islam, kehalalan suatu makanan ditentukan dari 4 segi

yaitu zat, sifat, cara perolehan dan akibat yang ditimbulkan. Sebagian ulama

menyatakan tiga hal pertama termasuk kategori halal dan yang terakhir

dikategorikan thayyib (Zuhroni,2010). Anjuran untuk memakan makanan yang

halal dan thayyib antara lain disebutkan dalam firman Allah SWT:

31

Page 32: KEDKOM

Artinya:

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal baik dari apa yang terdapat

dibumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena

sesungguhnya setan itu adalah musuh nyata bagimu”. (Q.S al-Baqarah

(2): 168)

Dalam nash agama, sedikit sekali jenis makanan yang diharamkan maka

pada prinsipnya semua binatang halal dimakan kecuali yang disebutkan

keharamannya. Salah satu makanan halal adalah binatang laut sebagaimana

dinyatakan dalam ayat:

Artinya:

“Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal)

dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang

yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang

32

Page 33: KEDKOM

buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada Allah

Yang kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” (Q.S Al Maidah (5) : 96)

Allah juga menghalalkan berbagai jenis binatang ternak, contohnya unta,

kambing, sapi kerbau, ayam dan sebaginya. Hal ini dijelaskan dalam ayat:

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu . Dihalalkan

bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang

demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang

mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum

menurut yang dikehendaki-Nya.” (Q.S al-Maidah (5):1)

Allah menghalalkan makanan selain hewan seperti buah-buahan, sesuai

dengan ayat:

Artinya:

“Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari

segala jenis yang mereka ingini.” (Q.S ath-Thur (52) : 22)

33

Page 34: KEDKOM

Makanan selain hewan pada dasarnya adalah halal, kecuali yang

berbahaya, memabukkan, beracun atau terkena najis. Islam menekankan

memelihara agama, akal, keturunan, harta, dan kehormatan yang merupakan

prinsip pokok (dharuriyyah). Karena itu, segala sesuatu yang akan mencelakakan

diri termasuk mengkonsumsi makanan yang berbahaya hukumnya adalah haram.

Akan tetapi, dalam keadaan terpaksa makanan yang haram boleh dimakan asal

tidak berlebihan. Firman Allah SWT :

Artinya:

“Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan

kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak

memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang

mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau

binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang

dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak

(pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang". (Q.S al-An’am (6) : 145)

34

Page 35: KEDKOM

2. Makanan haram

Makanan yang diharamkan dalam Islam jumlahnya sangat sedikit.

Hal-hal yang menjadi pokok haramnya makanan ada 5 yaitu (Zuhroni,

2003):

1. Haram berdasarkan Nash al-Qur’an

Al-Qur’an dengan tegas mengharamkan memakan daging babi,

bangkai, darah, minuman keras sebagaimanan ditegaskan dalam ayat:

Artinya:

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,

daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama)

selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa

(memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)

melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S al-Baqarah (2) : 173)

Dari ayat di atas jelaslah bahwa makanan yang diharamkan secara

global ada 4, yaitu:

35

Page 36: KEDKOM

1. Bangkai

Bangkai yang dimaksud dalam Islam adalah hewan yang mati

dengan tidak disembelih, termasuk hewan yang matinya tercekik,

dipukul, jatuh, ditanduk, dan diterkam oleh hewan buas. Bangkai

yang boleh dimakan berdasarkan hadist yaitu bangkai ikan dan

belalang.

2. Darah

Darah yang dimaksud adalah segala macam darah termasuk yang

keluar pada waktu hewan disembelih, sedangkan darah sisa

penyembelihan pada daging yang telah dibersihkan hukumnya boleh.

Dalam literatur fikih disebutkan terdapat 2 macam darah yang

dibolehkan yaitu jantung dan limpa.

3. Daging Babi

Ulama sepakat menyatakan bahwa semua bagian babi haram

dimakan, baik daging, lemak, tulang, dan produk-produk olahannya.

4. Binatang yang disembelih tidak dengan menyebut nama Allah SWT.

Makanan yang diharamkan berdasarkan nash dari beberapa hadist

adalah keledai, binatang buas yang mempunyai taring dan burung

yang mempunyai kuku tajam. Sabda Rasulullah SAW:

ذي ناب من باع، الس وكل ذي مخلب من الطير

نهى عن كل Artinya:

36

Page 37: KEDKOM

“Beliau (Nabi) melarang untuk memakan semua hewan buas yang

bertaring dan semua burung yang memiliki cakar”. (HR. Muslim)

2. Haram karena diperintahkan untuk membunuhnya

Makanan haram yang termasuk dalam kriteria ini adalah ulat, gagak,

tikus, anjing dan burung elang.

Rasulullah bersabda:

“Ada lima (binatang) yang fasik (jelek) yang boleh dibunuh baik dia

berada di daerah halal (selain Mekkah) maupun yang haram

(Mekkah): Ular, gagak yang belang, tikus, anjing, dan rajawali”. (HR.

Muslim)

3. Haram karena dilarang membunuhnya

Binatang yang termasuk dalam kategori ini berdasarkan sabda

Rasulullah adalah semut dan lebah, shurod dan burung hud-hud.

Rasulullah bersabda:

“Rasulullah SAW melarang membunuh shurod, kodok, semut, dan

hud-hud.” (HR. Ibnu Majah dengan sanad yang shohih).

4. Haram karena sifatnya yang keji atau kotor

Binatang yang termasuk dalam kriteria ini adalah kutu, kutu anjing,

ulat dan lain-lain.

5. Haram karena memberi mudharat

Makanan yang merugikan atau melemahkan tubuh, menyebabkan

penyakit, bertambah parahnya penyakit adalah haram. Yang termasuk

dalam kriteria ini adalah memakan sesuatu selain binatang dan dapat

37

Page 38: KEDKOM

memberikan mudharat bagi tubuh dan akal seperti opium, arak, batu,

kaca, dan lain-lain.

Allah berfirman:

Artinya:

“…dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan

mengharamkan bagi mereka segala yang buruk…” (Q.S al-A’raf (7):

157)

3. Makanan yang tidak dijelaskan syara’

Terdapat beberapa makanan dalam Islam yang tidak dijelaskan dalam

nash. Makanan tersebut hukumnya boleh dimakan, baik jenis binatang, tumbuhan,

dan lain-lain. Sesuai dengan penegasan Allah SWT dalam al-Qur’an:

Artinya:

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu

dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh

langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S al-Baqarah (2):

29)

Untuk menentukan kedudukan hukum makanan yang tidak terdapat dalam

nash, perlu diperhatikan sisi mudharat dan maslahah-nya. Dalam prinsip hukum

38

Page 39: KEDKOM

Islam jika mendatangkan maslahah maka dibolehkan, sedangkan jika

mendatangkan mudharat akan dilarang, berdasarkan penegasan Nabi:

ال ضرر وال ضرارArtinya:

“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain”. (Ibn Majah,

Ahmad, Malik)

Di sisi lain, jika ragu dalam mengidentifikasi jenis makanan tertentu halal

atau haram, maka harus dihindarkan. Hal tersebut termasuk syubhat yang harus

dihindarkan, sesuai dengan hadits Nabi:

Artinya:

“Yang halal jelas, yang haram jelas, diantara keduanya ada yang tidak

jelas (musytabihat). Banyak orang yang tidak mengetahuinya, maka

siapa yang menjauhinya ia terjaga kehormatan dan agamanya, dan

siapa yang melakukannya maka ia akan terjerumus dalam haram”.

(HR. al-Bukhari, Ibn Majah, Muslim, dan al-Darimi)

Perlemakan hati non alkoholik merupakan penyakit yang timbul akibat

pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat sehingga lambat laun bisa

berkembang menjadi fibrosis (Sullivan, 2010). Islam sangat menganjurkan untuk

39

Page 40: KEDKOM

memenuhi pola makan sehat dengan makanan yang halal dan thayyib. Berbagai

makanan dan minuman yang dibutuhkan tubuh juga disinggung dalam al-Qur’an

seperti pentingnya sayur mayur, daging, ikan, susu, madu dan sebagainya

(Zuhroni, 2003).

Apabila seseorang dengan faktor risiko perlemakan hati non alkoholik

mengkonsumsi makanan yang halal dan thayyib serta sesuai dengan pola makan

sehat dan seimbang maka kemungkinan untuk menderita perlemakan hati non

alkoholik dapat dikurangi (Departemen Kesehatan RI, 2009, As-Sayyid, 2006).

3.2 Pandangan Islam tentang Kafein

Kafein merupakan zat yang terdapat pada tanaman seperti biji kopi, daun

teh, dan buah cokelat. Alam dan bumi Indonesia yang subur menghasilkan

berbagai ragam tanaman. Allah SWT telah menciptakan alam semesta dengan

penuh kesempurnaan dan keseimbangan. Bumi tempat manusia menjalani

kehidupan fana dilengkapi dengan makhluk alam lainnya seperti udara, lautan

dengan berbagai jenis ikan, begitu juga tanaman laut yang tumbuh di bawah

permukaan laut. Bumi dilengkapi gunung-gunung, bukit-bukit yang ditumbuhi

berbagai jenis pohon dan tumbuh-tumbuhan. Semuanya mempunyai manfaat dan

khasiat bagi kebutuhan manusia. Indonesia telah dianugerahi kekayaan dan

keanekaragaman hayati oleh Allah SWT (Ustman, 2005).

Allah SWT menciptakan tumbuh-tumbuhan yang beranekaragam.

Keanekaragaman nabati tersebut merupakan iradah Allah SWT. Dibalik

40

Page 41: KEDKOM

keanekaragaman tersebut memiliki hikmah dan tujuan tersendiri. Manusia dan

tumbuh-tumbuhan sangat erat kaitannya dalam kehidupan. Banyak sekali nilai

manfaat yang didapatkan oleh manusia dari tumbuh-tumbuhan namun masih

banyak pula tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar kita yang belum diketahui

manfaatnya. Keberadaan tumbuh-tumbuhan merupakan berkah dan nikmat Allah

SWT yang diberikan kepada seluruh makhluknya

Allah SWT menjadikan kehidupan alam dengan berbagai keanekaragaman

hayati sebagai nikmat bagi kehidupan manusia, di dalamnya terkandung manfaat

yang sangat beragam, contohnya tumbuhan yang tumbuh di sekitar kita yang

dapat dipergunakan untuk pengobatan. Dari dulu hingga kini, pengobatan dengan

tumbuhan (herbal medicine) masih sering digunakan sebagai alternatif

penyembuhan. Perintah Allah SWT kepada manusia untuk memanfaatkan

tumbuhan tersurat dalam firman allah dalam Q.S An-Nahl 69 :

Artinya:

“ Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah

jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke

luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya

terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang

41

Page 42: KEDKOM

demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-

orang yang memikirkan “ (Q.S.An-Nahl [16]:69.

Ayat di atas mengandung pengertian bahwa Allah SWT menumbuhkan

beraneka macam tumbuhan yang mempunyai manfaat yang sangat besar bagi

manusia, diantaranya sebagai bahan makanan, karena Allah SWT menciptakan

bermacam- macam tumbuhan lengkap dengan manfaatnya, diantaranya adalah

tumbuhan yang tumbuh di sekitar kita. Sebagi khalifah di bumi, kita semua

berkewajiban untuk melestarikan dan menjaga hewan dan tumbuhan.Sebagai salah

satu contoh adalah kafein merupakan senyawa yang menghambat perkembangan

penyakit perlemakan hati non alkoholik.

Tumbuhan adalah salah satu makhluk hidup yang terdapat di alam semesta

yang dapat melakukan fotosintesis dengan bantuan sinar matahari. Dalam

melangsungkan kehidupan, tumbuhan tidak hanya membutuhkan sinar matahari

akan tetapi juga membutuhkan air untuk tumbuh dan berkembang. Firman Allah

dalam QS Thaha : 53

Artinya :

“Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang Telah

menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air

42

Page 43: KEDKOM

hujan. Maka kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari

tumbuhtumbuhan yang bermacam-macam”(Q.S. Thaha: 53)

Menurut tafsir al Mishbah surat at Thaha ayat 53 menjelaskan bahwa

Allah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam dengan perantara

air hujan. Dari air hujan tersebut mengurai aneka tumbuhan dengan beberapa

tingkatan dan jenis tumbuhan yaitu mulai dari tingkat rendah sampai ketingkat

tinggi, jenis tumbuhan berkeping dua (dikotil) dan tumbuhan berkeping satu

(monokotil) (Shihab, 2002).

Semua aspek kehidupan manusia telah diatur dan tercantum dalam Al-

Quran, antara lain terciptanya air dan aneka bahan makanan, baik yang berasal

dari tumbuh-tumbuhan maupun binatang. Air merupakan unsur yang sangat

esensial. Tumbuh-tumbuhan tidak akan tumbuh subur dan mendapatkan nutrisi

jika tidak ada air. Pentingnya air dalam kehidupan dijelaskan dalam beberapa

firman Allah SWT :.

Artinya :

“Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan

bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami

pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang

43

Page 44: KEDKOM

hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Q.S Al- Anbiya

(21): 30 ).

Ayat diatas menjelaskan bahwa tanpa air maka bumi akan kering dan

gersang yang mengakibatkan semua bentuk kehidupan di bumi tidak akan dapat

bertahan hidup. Air adalah syarat utama terwujudnya proses tumbuhan. Tumbuh

dan berkembangnya tumbuhan di muka bumi menjadi salah satu bukti adanya

kehidupan. Hal ini didukung oleh para ahli yang menyimpulkan bahwa air

merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan bagi kehidupan dan kelangsungan

hidup, dan bahkan sebagian ahli mengatakan bahwa kehidupan itu adalah air, dan

tidak ada satu interaksi kimia pun yang terjadi dalam tubuh tanpa melibatkan

peran air.

Air yang ada di muka bumi beraneka ragam macamnya antara lain air

hujan, air sungai, air alut, air embun, dan air sumur. Semua jenis air tersebut

dijadikan sumber kehidupan bagi manusia.air mampu melarutkan banyak bahan

daripada udara, tanah, dan batu. Air hujan turun di atas permukaan bumi berguna

untuk menumbuhkan tumbuhan yang beraneka ragam jenisnya. Sebagaimana

firman Allah adalam QS. Al-An’an ayat 99 yang berbunyi:

44

Page 45: KEDKOM

Artinya :

“Dan dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan

dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka kami keluarkan dari

tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari

tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma

mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan

(Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak

serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan

(perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian

itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang

beriman”(Q.S.Al-An’an : 99).

Ayat di atas menerangkan tentang kebesaran Allah dalam dunia

tumbuh-tumbuhan. Segala jenis tumbuhan makan dan tumbuh dari air,

sinar, karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, fosforus, sulfur, kalsium,

45

Page 46: KEDKOM

magnesium dan besi. Meskipun unsur makanan sama, dalam tanah yang

sama, air yang sama, akan tetapi Allah mampu menumbuhkan ribuan jenis

tumbuhan dan buah-buahan yang aneka ragam bentuk, warna, bau, dan

rasa (Pasya, 2004).

Dalam firman allah dalam surat al An'am ayat 99 juga

menggambarkan morfologi tumbuhan yang berupa daun dalam kalimat “

fa akhrajna minhu khadhiran “ (kami keluarkan dari daun-daun yang

menghijau) yaitu Allah SWT mengeluarkan dari tanaman tersebut daun

yang menghijau. Walaupun semua daun kelihatan hijau, tetapi secara

morfologi masing-masing daun berbeda dari berbagai sisi. Misalnya pada

daun teh dan kopi di dalamnya terdapat semyawa kafein yang berguna

sebagai salah satu terapi untuk penyakit perlemakan hati non alkoholik.

Sudah jelas bahwa Allah menyediakan tumbuhan didunia dengan manfaat

yang luar biasa untuk kemaslahatan umat manusia.

Dalam kitab suci Al-Qur’an banyak menyebutkan tentang tumbuh-

tumbuhan untuk dimanfaatkan oleh manusia, yaitu dalam surat Al-An’am

ayat 141:

46

Page 47: KEDKOM

Artinya :

“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak

berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya,

zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya).

makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan

tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir

miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang yang berlebih-lebihan”(Q.S Al-An’am : 141).

Manusia sebagai makhluk sempurna ciptaan Allah SWT yang dibekali

akal pikiran maka harus terus mengambil pelajaran dari alam semesta yang akan

bermanfaat bagi kelangsungan hidup, seperti yang terdapat dalam firman Allah

SWT:

Artinya :

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak

melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak

seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang

tidak seimbang? (3). Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya

47

Page 48: KEDKOM

penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu

cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.(4)” (Q. S Al- Mulk

(67): 3-4).

Ayat diatas menyatakan kesempurnaan ciptaan-Nya yang penuh dengan

keseimbangan. Dia telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis dan tidak terlihat

sedikitpun ketidak keseimbangan dari ciptaan-Nya. Sebagai manusia kita tinggal

memelihara dan memanfaatkan yang allah SWT berikan sebaik mungkin sehingga

memberikan manfaat bagi orang banyak.

Allah SWT berfirman :

Artinya :

” Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-

gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut

ukuran”(Q.S. Al- Hijr (15) : 19).

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptakan bumi

dengan segala isinya, berupa pegunungan dan berbagai tumbuhan sesuai dengan

ukuran tempat tumbuhnya tanaman tersebut. Allah SWT telah menciptakan segala

sesuatunya sesuai dengan kebutuhan dan tidak berlebih-lebihan. Alam nabati

(tumbuh-tumbuhan) yang ada disekeliling kita tercipta untuk memenuhi

48

Page 49: KEDKOM

kebutuhan manusia. Baik itu untuk kebutuhan makanan dan untuk kebutuhan

pengobatan. Dari tanaman tersebut diantaranya tanaman yang mrngandung kafein

seperti biji kopi, daun teh, dan buah coklat yang sering diolah menjadi minuman

dan dikonsumsi sehari-hari. Selain itu menurut ilmu kedokteran kafein juga

bermanfaat sebagai obat-obatan, diantaranya untuk mencegah keparahan penyakit

perlemakan hati non alkoholik.

3. 3 Pandangan Islam tentang Non-Alcoholic Fatty Liver Disease

Sehat adalah suatu keadaan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang baik,

bukan hanya tidak berpenyakit atau cacat. Hal ini sesuai dengan rumusan World

Health Organization (WHO) yaitu health is a state of complete physical, mental

and social being, not merely the absence of disease or infirmity. Namun sejak

tahun 1984, WHO telah menyempurnakan definisi tersebut dengan menambahkan

satu unsur lagi, yaitu sehat spiritual atau agama sehingga menjadi sehat bio-psiko-

sosial-spiritual. Menurut pendapat lain, seseorang dikatakan sehat apabila

memiliki tubuh jasmani yang tidak berpenyakit, mental dan sosial yang baik, serta

memiliki iman atau spiritual yang baik dan benar. Sedangkan jiwa yang sehat

adalah seseorang yang mempunyai iman yang benar dan kuat, berakhlak mulia

dan senantiasa menjauhi perbuatan tercela (Zuhroni, 2003, Al-Jauziyah, 2004).

Kesehatan merupakan nikmat Allah SWT yang tak terhingga sehingga

harus disyukuri dan digunakan untuk beribadah kepada-Nya. Bersyukur dapat

dilakukan dengan hati, lisan dan anggota tubuh. Bersyukur dengan hati berarti

49

Page 50: KEDKOM

mengikrarkan dalam hati bahwa Allah sebagai pemberi kesehatan, dengan lisan

berarti pengakuan dalam bentuk ucapan dan dengan anggota tubuh artinya

menggunakan kesehatan untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT (Zuhroni,

2003).

Tak selamanya seseorang akan sehat, segala sesuatu yang melampaui batas

keseimbangan atau kewajaran akan menyebabkan terganggunya fisik, mental dan

bahkan kesempurnaan amal seseorang. Jika dirumuskan maka sakit adalah

gangguan fisik, mental, sosial serta adanya penyakit atau cacat pada seseorang.

Sakit disebutkan dalam al-qur’an dengan kata al-maradh. Berbagai penyakit

disinggung dalam al-Qur’an seperti al-Akmaha (buta), al-Abrasha (sopak), dan al-

A’raj (pincang). Dalam Islam, penyakit dibagi atas penyakit jasmani atau fisik,

penyakit jiwa, penyakit sosial dan penyakit akidah (Zuhroni, 2003).

Salah satu penyakit fisik yang dapat diderita seseorang adalah non-

alcoholic fatty liver disease (NAFLD) yang merupakan salah satu manifestasi dari

pola hidup masyarakat yang tidak sehat. Penelitian Wilson dkk menunjukkan

bahwa penyakit perlemakan hati non alkoholik berhubungan kuat dengan obesitas

(Salgado, et al., 2006). Penyakit perlemakan hati non alkoholik kini diketahui

sebagai salah satu bentuk penyakit hati kronik di negara–negara berkembang

dengan prevalensi 10%-24% dari seluruh populasi (Sey, 2003). Prevalensi

penyakit perlemakan hati non alkoholik 30%-100% pada laki–laki sedangkan

52,8% pada anak yang obesitas (Prodia, 2003). Terdapat beberapa faktor risiko

yang dianggap berperan dalam patogenesis NAFLD. Faktor risiko yang telah

50

Page 51: KEDKOM

diketahui adalah faktor resistensi insulin , obesitas, diabetes mellitus tipe 2 dan

sindroma metabolik (Amarapurkar, et al., 2007).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah perlemakan hati

non alkoholik adalah dengan mengendalikan faktor risiko pada seseorang yang

memiliki risiko tinggi menderita perlemakan hati non alkoholik. Hal ini dapat

dilakukan dengan menjaga kesehatan sejak dini. Syariat Islam menekankan agar

manusia menjaga kesehatan dan menghindari penyebab dari suatu penyakit

(Zuhroni, 2010). Secara khusus dalam al-Qur’an dianjurkan untuk menjaga

kesehatan dalam ayat:

Artinya:

“dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku,”(Q.S Asy-Syu’ara

(26) : 80)

Memelihara kesehatan yang dijelaskan oleh Al-Qur’an dan Al-Hadits

dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (Nashr, 2004):

1. Menjaga Kesehatan

Allah SWT mengisyaratkan dalam firmanNya:

Artinya:

51

Page 52: KEDKOM

”(yaitu) dalam beberapa hari tertentu. Maka barang siapa diantara

kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka

(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada

hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat

menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu)

memberi makan seorang miskin. Barang siapa dengan kerelaan hati

mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan

berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Q.S Al-Baqarah

(2): 184)

Imam Ibnu Qayyim mengatakan: “Dalam ayat ini, Allah SWT

membolehkan berbuka bagi orang yang sakit, karena alasan sakitnya.

Bagi orang yang bersafar karena berkumpulnya kesusahan-kesusahan

yang akan menyebabkan lemahnya badan maka Allah membolehkan

bagi mereka untuk berbuka, untuk memelihara kekuatan mereka dari hal-

hal yang bisa melemahkannya”.(Al-Jauziyah, 2004)

2. Menjaga diri dari hal-hal yang membahayakan

Kaidah ini diisyaratkan Allah SWT dalam firmanNya:

Artinya:

52

Page 53: KEDKOM

“Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan kembali dari tempat buang

air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,

maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih)”. (Q.S al-Maidah

(5): 6)

Dalam ayat ini Allah membolehkan orang yang sakit untuk

menggunakan debu yang suci dan tidak menggunakan air demi menjaga

badan dari hal-hal yang bisa membahayakan. Dalam ayat ini juga

terdapat peringatan untuk menjaga diri dari setiap hal yang

membahayakan, baik dari dalam maupun luar tubuh (Al-Jauziyah, 2004).

3. Menyingkirkan zat-zat yang merusak

Sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah dalam firmanNya:

Artinya:

“Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu

ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu:berpuasa” (QS.

Al-Baqarah (2) : 196)

Dalam ayat ini Allah SWT membolehkan orang yang sakit atau yang ada

gangguan di kepalanya, seperti: kutu, rasa gatal, atau yang lainnya pada

saat berhaji untuk memotong rambut. Hal ini bertujuan untuk

menyingkirkan zat-zat yang menyebabkan penyakit di kepalanya.

53

Page 54: KEDKOM

Menahan zat-zat yang rusak di dalam tubuh dapat menjadi penyebab

utama timbulnya penyakit-penyakit ganas. Para dokter dan ulama seperti

Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang jika ditahan

bisa menimbulkan penyakit ganas, yaitu darah apabila tekanannya naik,

mani jika telah memuncak (tidak tersalurkan), air kencing, kotoran,

muntah, bersin, mengantuk, lapar dan haus. Hal-hal tersebut apabila

ditahan akan mengakibatkan penyakit sesuai dengan kadarnya.

Sudah menjadi kesepakatan ulama bahwa menjaga kesehatan lebih baik

dari pada mengobati, untuk itu perlu upaya sejak dini agar seseorang tetap sehat.

Dalam menjaga kesehatan dapat dilakukan dua tindakan yaitu tindakan

pencegahan atau preventif dan perlindungan kesehatan tubuh. Tindakan

pencegahan sendiri ada dua jenis yaitu pencegahan dari hal-hal yang dapat

menimbulkan sakit dan pencegahan dari sesuatu yang dapat memperparah

penyakit yang sudah ada. Cara pertama disebut pencegahan primer yaitu

mencegah timbulnya penyakit pada orang yang sehat. Cara yang kedua adalah

pencegahan bagi orang yang sakit agar penyakitnya tidak bertambah parah. Dasar

dari amalan ini adalah firman Allah SWT dalam surat al-Maidah ayat 6 yang

menjelaskan pencegahan penyakit dengan air karena air bisa membahayakan

kesehatan seseorang yang menderita penyakit tertentu (Al-Jauziyah, 2004).

Upaya preventif dijelaskan dalam al-Qur’an melalui hikmah thaharah

yang mencakup kesucian fisik dan non-fisik. Kesucian fisik meliputi pakaian,

tempat tinggal, jalan, serta segala sarana dan prasarana kehidupan manusia.

54

Page 55: KEDKOM

Sedangkan kesucian non-fisik yaitu kesucian hati, jiwa, lahir dan batin (Zuhroni,

2003). Anjuran agar setiap muslim menjaga kesuciannya sebagaimana

diperintahkan Rasulullah SAW antara lain pada hadits berikut:

Artinya :

“Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah

saw. : Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci,

Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha mulia yang

menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu

bersihkanlah tempat-tempatmu” (HR. Tirmizi).

Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan kepada umat Islam untuk

menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan penyakit pada badan dan ruh. Inilah

yang disebut tibbun nabawi al-wiqa’i atau tindakan Nabi yang bersifat preventif.

Hal ini banyak dijelaskan dalam sunnah, bahkan dianjurkan oleh Al-Qur’an.

Upaya pencegahan yang dijelaskan dalam Thibb Nabawi yaitu mencegah individu

atau masyarakat agar jangan tertimpa penyakit. Hal ini dilakukan dengan

memperhatikan kesehatan lingkungan, membasmi atau menghindari berbagai

penyakit menular dan memberikan pengetahuan tentang kesehatan kepada

masyarakat. Dalam pengobatan Nabi juga ditekankan pentingnya pemeliharaan

diri dari penyakit menular yang dikenal sebagai sistem karantina. Sistem karantina

55

Page 56: KEDKOM

adalah upaya sistematis dengan mengisolasi diri agar terhindar dari penyebaran

penyakit atau wabah tertentu. Sistem karantina juga merupakan prinsip penting

dalam dunia kedokteran (Nashr, 2004; Zuhroni,2010).

Dalam upaya menjaga kesehatan, Nabi Muhammad SAW selalu

memanjatkan doa kepada Allah setiap pagi dan sore hari agar selalu diberi

kesehatan, seperti yang diriwayatkan dalam hadits:

Artinya:

“Dari ‘Abdillah bin ‘Umar, ia berkata, Rasulullah SAW senantiasa tidak

meninggalkan doa ini, pada pagi dan sore hari, Ya Allah aku memohon

kepada-Mu kesehatan didunia dan akhirat, ya Allah, aku memohon kepada-

Mu ampunan dan kesehatan agamaku, duniaku, keluarga dan hartaku….

“(HR Ahmad, Abu Dawud, dan Ibn Majah)

Saat ini, seiring dengan perkembangan zaman telah terjadi perubahan pola

hidup masyarakat yang mengakibatkan meningkatnya angka kejadian penyakit-

penyakit yang disebabkan oleh pola hidup tidak sehat. Salah satu penyakit yang

banyak diderita oleh masyarakat Indonesia adalah perlemakan hati non alkoholik.

Perlemakan hati non alkoholik merupakan suatu manifestasi dari pola hidup

56

Page 57: KEDKOM

masyarakat yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan cepat saji yang

tinggi lemak dan rendah serat, merokok, kegemukan, stress, dan lain-lain.

Penyakit ini dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat sebagaimana

ditetapkan pada ajaran Islam. Islam menekankan pada kesehatan jasmani agar

seseorang dapat beribadah dengan baik (Amarapurkar, et al., 2007).

Pola hidup sehat dalam Islam meliputi (Zuhroni, 2003):

a. Mengatur pola makan dan minum

Dalam ilmu kesehatan dan gizi disebutkan bahwa makanan merupakan

unsur terpenting untuk menjaga kesehatan. Dalam Islam, makanan yang

baik untuk kesehatan adalah makanan yang halal dan thayyib.

Perlemakan hati non alkoholik sering disebabkan oleh perubahan pola

hidup masyarakat yang tidak sehat akibat memakan makanan yang tinggi

lemak dan kurang serat secara berlebihan. Islam sangat menganjurkan

agar mengatur pola makan yang tidak berlebihan sehingga badan selalu

segar dan sehat. Dianjurkan pula agar makan tidak terlalu kenyang atau

dekat jaraknya karena menurut pakar kesehatan, makan terlalu banyak

yang melebihi kebutuhan tubuh akan membahayakan bahkan

menyebabkan munculnya berbagai penyakit seperti perlemakan hati non

alkoholik.

Perintah untuk mengkonsumsi makanan yang baik dan tidak berlebihan

terdapat pada firman Allah SWT :

كلوا من بات طي ما رزقناكم وال تطغوا فيه57

Page 58: KEDKOM

Artinya:

“Makanlah dari rezeki yang baik-baik yang telah kami berikan kepada

kalian dan janganlah melampaui batas,” (QS. Thaha (20):81)

b. Keseimbangan beraktivitas dan istirahat

Islam menekankan keteraturan untuk menjaga ritme hidup dengan cara

melakukan aktivitas yang diimbangi dengan tidur yang cukup, istirahat

yang cukup di samping hak-haknya kepada Allah untuk beribadah

seperti dalam hadits yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim dari

Abdullah bin Umar,

Artinya:

“Sesungguhnya tubuhmu mempunyai hak yang harus kamu penuhi.”

(Mutafaq’alaih).

c. Olah raga sebagai upaya menjaga kesehatan

Aktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kedokteran

adalah olah raga. Kurangnya aktivitas fisik pada seseorang dapat

meningkatkan risiko perlemakan hati non alkoholik pada kemudian hari

sehingga perlu upaya preventif seperti olah raga. Dalam pandangan

ulama fikih, hukum olah raga adalah mubah, bahkan bisa bernilai ibadah

jika diniati sebagai ibadah atau agar mampu melakukan ibadah dengan

58

Page 59: KEDKOM

sempurna dan pelaksanaannya sesuai dengan norma Islami. Dari sumber

hadits dapat dijumpai berbagai riwayat, adakalanya Nabi berolah raga,

juga menganjurkan berolahraga. Berbagai jenis olah raga yang

dianjurkan Nabi adalah renang, memanah, berkuda, anggar, dan lain-

lain.

Kata memanah sebagai kekuatan pernah disebutkan Nabi di atas mimbar

sebanyak 3 kali, sebagaimana dinyatakan dalam hadits:

Artinya:

Nabi berkata:”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa

saja yang kamu sanggupi. Ingatlah kekuatan itu adalah memanah,

ingatlah kekuatan itu adalah memanah, ingatlah kekuatan itu adalah

memanah.” (HR Muslim, al-Turmudzi, Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad

dan al-Darimi)

Perlemakan hati non alkoholik merupakan penyakit yang dapat dicegah

sejak dini. Apabila seseorang melakukan tindakan pencegahan seperti anjuran

Islam dalam menjaga kesehatan meliputi pola hidup sehat disertai doa dan ibadah

59

Page 60: KEDKOM

kepada Allah maka diharapkan orang tersebut dapat terhindar dari perlemakan

hati non alkoholik.

3.4 Pandangan Islam tentang Efek Konsumsi Kafein Terhadap Non-

Alcoholic Fatty Liver Disease

Secara bahasa mashlahah berarti kebaikan yang tidak terikat pada dalil

atau nash al-quran dan sunnah. Menurut istilah hukum Islam adalah menetapkan

hukum terhadap sesuatu persoalan ijtihadiyah atas pertimbangan kegunaan dan

kemanfaatan yang sesuai dengan tujuan syariat. Definisi lain menyebutkan,

mashlahah mursalah adalah menetapkan hukum yang tidak disebutkan sama sekali

dalam al-quran dan sunnah atas pertimbangan menarik kebaikan dan menolak

kerusakan dalam kehidupan masyarakat. Menurut para ulama, hukum dibuat

semata-mata untuk keselamatan umum. Mashlahah (nilai kebaikan) yang dapat

diterima adalah mashlahat yang sebenarnya bukan mengada-ada, mashlahah

umum bukan mashlahah pribadi dan tidak boleh bertentangan dengan al-quran

dan al-hadis. Mashlahah umum ini tak terhitung banyaknya dan senantiasa

berubah seirama dengan perubahan zaman .

Jika dicermati lebih dalam berdasarkan pengertian dari konsep mashlahah

mursalah di atas, penggunaan kafein untuk mengobati perlemakan hati non

alkoholik tidak dapat dikatakan telah mengurangi kekuasaan Allah atau merubah

ciptaan Allah, karena pada dasarnya pengetahuan yang diperoleh manusia untuk

menemukan terapi tersebut pastilah didapat atas izin Allah SWT, selain itu juga

60

Page 61: KEDKOM

menimbulkan manfaat yang besar dalam penyembuhan perlemakan hati non

alkoholik .

Firman Allah SWT menyebutkan :

Artinya :

”Sesungguhnya Allah tidak akan merubah apa yang terdapat pada

(keadaan) suatu kaum sampai mereka merubah apa yang terdapat dalam diri

mereka” (Q.S. Ar-Rad (13):11).

Dari ayat di atas, jelaslah bahwa manusia dianjurkan oleh Allah untuk

berusaha seoptimal mungkin untuk merubah keadaan yang ada, dalam hal ini

adalah penyakit, dengan menggunakan potensi yang ada pada dirinya sehingga

terciptanya pengetahuan mengenai penggunaan senyawa kafein untuk pengobatan

perlemakan hati non alkoholik.

Walaupun penelitian lebih lanjut senantiasa masih harus dilakukan untuk

menilai lebih jauh lagi manfaat dan kemudharatannya. Dengan terapi ini,

seseorang yang mengidap perlemakan hati non alkoholik mempunyai progres

yang baik terhadap penyakitnya sehingga tidak berkembang menjadi sirosis.

Selain itu karena senyawa ini dapat dihasilkan dari tumbuhan, maka dapat

61

Page 62: KEDKOM

meringankan biaya pengobatan sehinngga setiap orang memiliki kesempatan

untuk sembuh dari penyakitnya. Selain dari pada itu karena senyawa ini berasal

dari tumbuh-tubuhan maka sudah pasti kehalalanya untuk digunakan sebagai

pengobatan.

BAB IV

62

Page 63: KEDKOM

KAITAN PANDANGAN ILMU KEDOKTERAN DAN ISLAM MENGENAI

EFEK KONSUMSI KAFEIN TERHADAP NON-ALCOHOLIC FATTY

LIVER DISEASE

Setelah memperhatikan penjelasan pada bab II dan bab III, maka kaitan

pandangan ilmu kedokteran dan islam mengenai efek konsumsi kafein terhadap

non-alcoholic fatty liver disease adalah:

Dari segi kedokteran diketahui bahwa kafein adalah senyawa kimia yang

dijumpai secara alami di didalam makanan contohnya biji kopi, teh, biji kelapa,

buah kola (cola nitide) guarana, dan mate NAFLD (non-alcoholic fatty liver

disease) adalah sekumpulan gejala yang ditandai dengan perlemakan hati

makrovesikuler, fibrosis, dan sirosis hati. Keseluruhannya tidak berhubungan

dengan konsumsi alkohol. NAFLD merupakan suatu kondisi medis dari penyakit

hati yang mempunyai spektrum sangat luas, mulai dari perlemakan hati yang

bersifat ringan (steatosis) tanpa adanya bukti kelainan biokimia atau histologi

akibat dari peradangan hati ataupun fibrosis, sampai perlemakan hati yang disertai

adanya nekroinflamasi dengan atau tanpa fibrosis (steatohepatitis) dapat juga

berkembang menjadi fibrosis hati yang berat bahkan sirosis dan. Efek konsumsi

kafein yaitu meningkatkan pergantian lipid droplet, oksidasi lemak, dan fosforilasi

oksidatif dalam sel hati melalui jalur autofagi.

Menurut pandangan Islam, penggunaan kafein untuk penyakit perlemakan

hati non alkoholik dilihat dari konsep mashlahah mursalah dalam agama Islam

jelas diperbolehkan, karena penggunaan kafein ini memberikan manfaat dan tidak

63

Page 64: KEDKOM

mendatangkan kemudharatan. Selain itu terdapat pada tumbuhan yang berasal dari

alam, sehinga dengan demikian maka penggunaan kafein adalah halal. Jadi

berdasarkan konsep ini maka dapat disimpulkan bahwa Islam membolehkan

penggunaan kafein pada perlemakan hati non alkoholik.

Ilmu kedokteran dan Islam sejalan terhadap penggunaan penggunaan kafein

pada perlemakan hati non alkoholik, karena mengkonsumsi kafein dapat

memberikan efek yang baik pada penyakit perlemakan hati non alkoholik.

64

Page 65: KEDKOM

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

1. Masih membutuhkan penelitian lebih lanjut terhadap masalah efek

konsumsi kafein terhadap non-alcoholic fatty liver disease karena

penelitian yang sudah dilakukan hanya menggunakan percobaan

terhadap hewan. Manfaat konsumsi kafein terhadap non-alcoholic fatty

liver disease yaitu meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi

produksi inflamasi sitokin.

2. Hasil metabolisme kafein yaitu methylxanthine menghambat faktor

pertumbuhan jaringan ikat (CTGF / CCN2) dalam parenkim hati dan sel

non parenkim melalui cara merusak transformasi faktor pertumbuhan b

(TGF-b).

3. Tinjauan Islam tentang penggunaan kafein terhadap penyakit

perlemakan hati non alkoholik, pada dasarnya hukum awal

mengkonsumsi kafein adalah halal selama banyak memberikan

manfaatnya, Tetapi jika sudah banyak menimbulkan efek samping yang

tidak diinginkan, maka wajib dihentikan karena menimbulkan mudharat

yang lebih banyak dari maslahatnya.

65

Page 66: KEDKOM

5.2. Saran

1. Bagi dokter muslim

Disarankan bagi dokter muslim untuk terus membekali diri dengan dan

terus melakukan penelitian lebih lanjut tentang efek konsumsi kafein

terhadap non-alcoholic fatty liver disease dikarenakan masih banyak hal

yang tidak diketahui mengenai mekanisme kafein yang dapat

menurunkan perlemakan hati non alkoholik dan literatur yang sangat

terbatas.

2. Bagi masyarakat

Dengan adanya penelitian-penelitian tentang kafein yang bisa

menghambatan perlemakan hati non alkoholik, masyarakat yang

mempunyai penyakit perlemakan hati non alkoholik dapat mencoba cara

ini dengan konsultasi terlebih dahulu kepada dokter.

3. Bagi peneliti

Disarankan kepada para peneliti untuk terus melakukan penelitian-

penelitian lebih lanjut tentang kafein dan bagaimana aplikasi lebih lanjut

agar lebih bermanfaat untuk mengurangi perlemakan hati non alkoholik.

4. Bagi para mubaligh

Disarankan kepada para mubaligh untuk dapat menyampaikan kepada

masyarakat terutama umat Islam untuk berobat dan bertanya kepada

ahlinya dan dengan obat-obat yang halal.

66

Page 67: KEDKOM

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an dan Terjemahnya. 2008. Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia.

Al-Jauziyah IQ. 2004. Metode Pengobatan Nabi. Griya Ilmu. Jakarta.

Adams LA, Angulo P, Lindor KD. 2 0 0 5 . Nonalcoholic Fatty Liver Disease. CMAJ Vol. 172(7). p899-905.

Amarapurkar DN, Hashimoto E, Lesmana LA, Sollano JD, Chen PJ, and Goh KL.2007. How Common is Non-Alcoholic Fatty Liver Disease in the Asia–Pacific Region and are There Local Differences. J of Gastroenterol Hepatology. Vol.22.p788–793.

Andreas AP. 2006. Masyarakat dan Pecandu Stimultan Kafein. www.infosehat.com diakses tanggal 15 April 2014

Angulo P. 2002. Nonalcoholic Fatty Liver Disease. N Engl J.Med. Vol.346.p 1221-1231.

As-Sayyid ABM. 2006. Pola Makan Rasulullah. Almahira, Jakarta.

Bellentani S, Scaglioni F, Marino M, Bedogni G. 2010. Epidemiology of Non- Alcoholic Fatty Liver Disease. Dig Dis. Vol.28.p155-161.

Birerdinc A, Stepanova M, Pawloski L & Younossi ZM. 2012. Caffeine is Protective in Patients with Non-Alcoholic Fatty Liver Disease. Alimentary Pharmacology and Therapeutics. Vol. 35, p76-82.

Bisset RA, Khan AN. 2002 . Liver, Biliary System, Pancreas and Spleen. In:

Differential Diagnosis In Abdominal Ultrasound. 2ed. London: Saunders WB.p.38-41.

Charlton, M. 2009. Liver Transplantations : Challenging Controversies and Childhood Obesity. Indian Journal Pediatric. Vol. 74. p401-407.

Dach J, 2008. Making Coffe Out of This World. www.drdach.com diakses tanggal 20 April 2014.

Dekker M. 1993. Coffe and Methylxantines Food and Safety, University of WilconsinMadison.p376-381.

Departemen Kesehatan RI 2009. Petunjuk Teknis Pengendalian Faktor Resiko Penyakit Jantung Melalui Pola Makan. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

67

Page 68: KEDKOM

Donovan CL,Devane CL,et al. 2001. A Primer on Caffeine Pharmacology and Its Drug Interactions in Clinical Psychopharmacology. Department of Psychiatry and Behavioral Sciences, Medical University of South Carolina.

Freedholm BB, Battig K, Holmen J. 1999. Actions of Caffeine in the Brain With Special Refence to Factors That Contribute to Its Widespread Use Phamalogical rev. The New England Journal of Medicine. Vol.283, p101-102

Grobe YG, Tapia NC, Valle VS,et al. 2012. High Coffe Intake is Associated with Lower Grade Nonalcoholic Fatty Liver Disease : The role of Peripheral Antioxidant Activity. Annals of Hepatology. Vol.11. No.3. p350-355.

Hasan I. Perlemakan Hati Non Alkoholik. In: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I,

Simadibrata MK, Setiati S.(Eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4ed , Jakarta: Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FK UI.2006: p. 464-472.Hepatol. Vol. 22.p788–793.

Hirlan. 2004. Penyakit Perlemakan Hati Non Alkohol. Balai Penerbit Universitas Diponegoro. p127-38.

Karnokowski M, Córdova C, de Oliveira RJ, et al. 2007. Non-Alcoholic Fatty Liver Disease and Metabolic Syndrome in Brazilian Middle-aged and Older Adults. Sao Paulo Medical Journal.

Knocha. 2005. Kopi Mengandung Kafein. www.knocha.multiply.com/journal/item/7 diakses tanggal 13 April 2014.

Lesmana LA. 2007.Penyakit Perlemakan Hati Non-Alkoholik (Non-Alcoholic Fatty Liver Disease). In: Sulaiman A, Akbar N, Lesmana LA, Noer HMS (Eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Jakarta: Jaya Abadi. p.301-305.

Louisa M, Dewato HR. 1995. Perangsang Susunan Saraf Pusat. Farmakologi dan Terapi, 5th Ed. Jakarta. Gayabaru. p252-257.

Mathur P, Das KM dan Arora NK. 2007 Non-Alcoholic Fatty Liver Disease and Childhood Obesity. Indian Journal Pediatric Vol. 74. p401-407

Misra HD, Mehta BK, et al. 2008. Study of Extraction and HPTLC – UV Method for Estimation of Caffeine in Marketed Tea (Camellia sinensis) Granules. International Journal of Green Pharmacy. p47-51.

Modi AA, Fled JJ. 2010. Increased Caffeine Consumption Is Associated withReduced Hepatic Fibrosis. Hepatology. Vol.5.p201-209.

68

Page 69: KEDKOM

Nashr M. 2004. Kaidah Thibb Nabawi. www. h abbats. com diakses tanggal 31 Mei 2014.

Nurrachman Z. 2008. Kafein Alias Caffeine. www.republika.co.id/launcher/view/mid/19/news_id/8374 diakses tanggal 13 April 2014

Prodia. 2003. Konsep Terkini Perlemakan Hati Nonalkoholik. Informasi laboratorium.Vol.2. p1-2.

Purwanti. 2006. Mitos Kafein. www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/?ar_id=NjQy diakses tanggal 12 April 2014.

Quercioli A, Montecucco F, and Mach F. 2009. Update on the Treatments of Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD). Cardiovascular & Haemotologic Disorders-Drug Targets. Vol. 9.p261-270.

Schreuder TC, Verwer BJ, Nieuwkerk, et al. 2008. Nonalcoholic Fatty Liver Disease: An Overview of Current Insights in Pathogenesis, Diagnosis and Treatment. World J Gastroenterol. Vol. 14 No.2.p2474-2486.

Sediaoetama AD. 2008. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I. Dian Rakyat, Jakarta.

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah. Lentera Hati : Jakarta.

Sinha RA, Farah BL, Singh BK, et al. 2014. Caffeine stimulates hepatic lipid metabolism by the autophagy-lysosomal pathway in mice. Hepatology Vol. 59, Issue 4, p1366–1380.

Simpson BB, and Molly CO. 2001. Economic Botany: Plants in Our World, 3rd ed. New York: McGraw-Hill Companies.

Smith AP, Brockman P, Flynn R, et al. 1993. Investigation of the Effect of Coffe on Alertness and Performance During the Day and Night. Neuropsychobiology, Vol.27, p217-223.

Sullivan S. 2010 Implications of Diet on Nonalcoholic Fatty Liver Disease.. Missouri. Current Opinion in Gastroenterology. Vol. 26. p160–164

Sunaryo. 1995. Perangsan Susunan Saraf Pusat “Xantin” dalam Farmakologi dan Terapi. Jakarta. FKUI. Vol. 4 p226-233. Topics. 1st Ed. Humana Press. Chapter 10.p169-190.

Ustman NA. 2005. Mukjizat Penciptaan Manusia Tinjauan Al-Qur’an dan Medis Cetakan I. Akbar Medika Eka Sarana

69

Page 70: KEDKOM

Weinberg BA, Bealer BK. 2000. The World of Caffeine: The Science and Culture of theWorld’s Most Popular Drug, 1st ed. Routledge, New York.

Zuhroni, Riani N dan Naaruddin N. 2003. Islam untuk Disiplin Ilmu Kesehatan dan Kedokteran 2 (Fiqh Kontemporer). Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Jakarta.

Zuhroni. 2010. Pandangan Islam Terhadap Masalah Kedokteran dan Kesehatan. Universitas YARSI, Jakarta.

70