mandiri pbl sk 2 kedkom

37
1. MM KLB / WABAH PENYAKIT DI MASYARAKAT SESUAI ANGKA MORBIDITAS DAN MORTALITAS Kep. Dirjen PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991 Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB - Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu. UU : 4 Tahun 1984 - kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Kriteria KLB KLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya, maka untuk mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria kerja KLB yaitu : 1)Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal. 2)Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun) 3)Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun). 4) Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. 5)Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata- rata per bulan dari tahun sebelumnya. 6)Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya. 7)Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya. 8)Beberapa penyakit khusus : Kholera, “DHF/DSS”, (a)Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis). (b)Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana

Upload: helena-azhar-ainun

Post on 25-Sep-2015

252 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

pbl sk2 kedkom

TRANSCRIPT

1. MM KLB / WABAH PENYAKIT DI MASYARAKAT SESUAI ANGKA MORBIDITAS DAN MORTALITASKep. Dirjen PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991 Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB - Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu.

UU : 4 Tahun 1984 - kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.Kriteria KLB

KLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya, maka untuk mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria kerja KLB yaitu :

1) Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal.

2) Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)

3) Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).

4) Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

5) Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.

6) Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.

7) Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.

8) Beberapa penyakit khusus : Kholera, DHF/DSS, (a)Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis). (b)Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.

9) Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan makanan, Keracunan pestisida.Klasifikasi KLB

Menurut Penyebab

Toksin

Enterotoxin, misalnya yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus, Vibrio, Cholera, Escherichia, Shigella.

Eksotoxin (bakteri), misalnya yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum, Clostridium perfringens.

Endotoxin

Infeksi (Virus, Bakteri, Protozoa, Cacing)

Toksin Biologis (Racun jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun tumbuh-tumbuhan)

Toksin Kimia

Zat kimia organik : logam berat (seperti air raksa, timah), logam lain

Cyanida

Zat kimia organik : nitrit, pestisida

Gas-gas beracun : CO, CO2, HCN, dan sebagainya

Menurut Sumber KLB

Manusia misal: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti : Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis.

Kegiatan manusia, misal : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek, penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun).

Binatang seperti : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira, Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton

Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) misal : Salmonella, Staphylokok, Streptokok.

Udara, misal : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.

Permukaan benda-benda/alat-alat misal : Salmonella.

Air, misalnya : Vibrio Cholerae, Salmonella.

Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.

Menurut Penyakit Wabah

Beberapa penyakit dari sumber di atas yang sering menjadi wabah :

Cholera

Pes

Demam kuning

Demam bolak-balik

Tifus bercak wabah

Demam Berdarah Dengue (DBD)

Campak

Polio

Difteri

Pertusis

Rabies

Malaria

Influenza

Hepatitis

Tifus perut

Meningitis

Encephalitis

SARS

Anthrax

Penanganan KLB

Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002).

Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus dilaporkan segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984 juga menyebutkan bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Dalam rangka mengantisipasi wabah secara dini, dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB) sebagai pemantauan lebih dini terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari sistem ini adalah penentuan penyakit didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali KLB terlambat diantisipasi (Sidemen A., 2003).

Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu sistem surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut dengan Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu sistem jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS secara cepat (Badan Litbangkes, Depkes RI). Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia (Sidemen A., 2003)Kejadian wabah (Pandemi, Epidemi, Endemi)

Pengertian Wabah

1) Wabah merupakan kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaaan lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (UU NO 4 TAHUN 1984).

2) Wabah adalah penyakit menular yang terjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang didaerah luas (KBBI : 1989).

3) Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit (Depkes RI, DirJen P2MPLP : 1981).

4) Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk suatu daerah, yang nyata jelas melebihi jumlah biasa (Benenson : 1985)

5) Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa. (Last : 1981)

Di Indonesia pernyataan adanya wabah hanya boleh ditetapkan oleh Menteri KesehatanSuatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global (pandemi). Kejadian atau peristiwa dalam masyarakat atau wilayah dari suatu kasus penyakit tertentu yang secara nyata melebihi dari jumlah yang diperkirakan.CONTOH WABAH :

1. Polio Polio (juga disebut poliomyelitis) adalah penyakit menular yang telah menghancurkan populasi manusia di belahan bumi Barat di paruh kedua abad ke-20. Walaupun polio telah menjangkiti manusia sejak zaman kuno, wabah yang paling luas terjadi di paruh pertama 1900-an sebelum vaksinasi dibuat oleh Jonas Salk, dan telah tersedia secara luas pada tahun 1955.2. Cacar (variola vera)

Cacar adalah penyakit menular yang serius dan kadang-kadang fatal. Tidak ada obat khusus untuk penyakit cacar. Yang ada hanya pencegahan melalui vaksinasi. Ada dua bentuk klinis dari cacar. Variola mayor (besar) adalah bentuk parah dan paling umum, ditandai dengan ruam kulit yang luas dan demam tinggi. Secara historis, variola besar memiliki tingkat kematian keseluruhan sekitar 30%, namun, perdarahan yang terjadi bisa berakibat fatal. Variola minor. merupakan bentuk kurang umum dari cacar. Jenis ini kurang parah, dengan angka kematian historis dari 1% atau kurang.3. Kolera Adalah suatu infeksi usus halus yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Gejala utamanya adalah diare dan muntah. Penularan terutama melalui air minum atau mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi. Keparahan diare dan muntah dapat menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.Epidemi

Wabah atau epidemi adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang menyebar tersebut. Epidemi dipelajari dalam epidemiologi. Dalam epidemiologi, epidemi berasal dari bahasa Yunani yaitu epi berarti pada dan demos berarti rakyat. Dengan kata lain, epidemi adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga. Jumlah kasus baru penyakit di dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu disebut incidens rate (laju timbulnya penyakit).

Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia , pengertian wabah dapat dikatakan sama dengan epidemi, yaitu kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka

Endemi

Endemi adalah penyakit yang umum terjadi pada laju konstan namun cukup tinggi pada suatu populasi. Berasal dari bahasa Yunani en yang artinya di dalam dan demos yang artinya rakyat. Terjadi pada suatu populasi dan hanya berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar.

Pandemi

Pandemi atau epidemi global atau wabah global adalah kondisi dimana terjangkitnya penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas. Berasal dari bahasa Yunani pan yang artinya semua dan demos yang artinya rakyat.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila ketiga syarat berikut telah terpenuhi :

Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi bersangkutan,

Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius,

Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada manusia.

Suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemic hanya karena menewaskan banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit yang dikenal sebagai kanker menimbulkan angka kematian yang tinggi namun tidak digolongkan sebagai pandemi karena tidak ditularkan.2. MM Perilaku Kesehatan Individu & Masyarakat (CARE SEEKING BEHAVIOUR)Pengertian Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skiner (1938) seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua :

1) Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Misalnya : seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.

2) Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Misalnya : seorang ibu memeriksa kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.Perilaku Kesehatan IndividuPerilaku kesehatan individu pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respons dan stimulus atau perangsangan. Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan terdiri 4 unsur pokok, yakni : sakit & penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan. Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok :

1) Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance) adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebeb itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :

a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b. perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.

c. perilaku gizi (makanan & minuman).

2) Perilaku Pencarian atau Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau sering disebut Perilaku Pencarian Pengobatan (health seeking behavior) adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

3) Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya/zat gizi, pengelolaan makanan, dll.4) Perilaku Kesehatan Lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan bagaimana sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan ini.

a. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain :

a) Menu seimbang

b) Olahraga teratur

c) Tidak merokok

d) Tidak minum-minuman keras dan narkoba

e) Istirahat yang cukup

f) Pengendalian stres

g) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan

b. Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb.c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) mencakup :

a) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

b) Mengenal/mengetahu fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.

c) Mengetahu hak (misalnya : hak memperoleh perawatan dan pelayanan kesehatan).

Kosa & Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan kurang berdasarkan pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya demikian, tiap indivisu mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan yang berbeda meskipun gangguan kesehatannya sama. Pada umumnya tindakan yang diambil berdasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan individu menstimulasi dimulainya suatu proses sosial psikologis. Proses semacam ini menggambarkan berbagai tindakan yang dilakukan si penderita mengenai gangguan yang dialami dan merupakan bagian integral interaksi sosial pada umumnya. Proses ini mengikuti suatu keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni :

1) Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan atau ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu yang bersangkutan atau orang lain (anggota keluarga) terhadap gangguan tersebut akan berperan. Selanjutnya gangguan dikomunikasikan kepada orang lain (anggota keluarga) dan mereka yang diberi informasi tersebut menilai dengan kriteria subjektif.

2) Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut. Disadari bahwa setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik bagi yang bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya. Bahkan gangguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya kematian. Dari ancaman-ancaman ini akan menimbulkan bermacam-macam bentuk perilaku.

3) Penerapan pengetahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan yang dialaminya. Oleh karena gangguan kesehatan terjadi secara teratur di dalam suatu kelompok tertentu maka setiap irang di dalam kelompok tersebut dapat menghimpun pengetahuan tentang berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin terjadi. Dari sini sekaligus orang menghimpun berbagai cara mengatasi gangguan kesehatan itu baik secara tradisional maupun modern. Berbagai cara penerapan pengetahuan baik dalam menghimpun berbagai macam gangguan maupun cara-cara mengatasinya tersebut merupakan pencerminan dari berbagai bentuk perilaku.4) Dilakukannya tindakan manipulatif untuk meniadakan atau menghilangkan kecemasan atau gangguan tersebut. Di dalam hal ini baik orang awam maupun tenaga kesehatan melakukan manipulasi tertentu dalam arti melakukan sesuatu untuk mengatasi gangguan kesehatan. Dari sini lahirlah pranata-pranata kesehatan baik tradisional maupun modern.

Perilaku Kesehatan MasyarakatDi duniakesehatan masyarakat, tentu kita sangat paham teori Bloom, dimana dinyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan faktor heredity. Berikut beberapa pendapat tentang pengertian dan aspek-aspek yang mempengaruhi perilaku seseorang.

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi antara manusia dengan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dan lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, emosi, inovasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik separti iklim, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.

Perilaku yang terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri seseorang (faktor eksternal) dan respon yang merupakan faktor dari dalam diri orang yang bersangkutan (faktor internal). Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik maupun non fisik dalam bentuk sosial budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor eksternal yang paling besar perannya dalam membentuk perilaku manusia adalah faktor sosial dan budaya tempat seseorang tersebut berada. Faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari luar adalah perhatian, pengamatan, persepsi motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya.

Terdapat empat cara untuk membentuk perilaku, yaitu melalui penguatan positif, penguatan negatif, hukuman dan pemunahan. Bila suatu respon diikuti dengan sesuatu yang menyenangkan, respon tersebut penguatan positif. Bila suatu respon diikuti oleh dihentikannya atau ditarik kembalinya sesuatu yang tidak menyenangkan, disebut penguatan negatif. Kedua penguatan positif dan negatif tersebut akan menentukan hasil dari proses belajar. Keduanya memperkuat respon dan meningkatkan kemungkinan untuk mengulangi perilaku yang dipelajari. Penghukuman akan mengakibatkan suatu kondisi yang tidak enak dalam suatu usaha untuk menyingkirkan suatu perilaku yang tidak diinginkan. Proses pembentukan sikap dan perilaku berlangsung secara bertahap dan melalui proses belajar yang diperoleh dari berbagai pengalaman atau menghubungkan pengalaman dengan hasil belajar.

Pendapat lain menyatakan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku terjadi melalui proses adanya stimilus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespon (teori Skinner atau teori Stimulus-Organism-Response). Berdasarkan teori S-O-R perilaku manusia dikelompokan menjadi dua, yaitu perilaku tertutup dan perilaku terbuka.Perilaku tertutup (covert behavior), terjadi jika respon terhadap stimulus masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk covert behavior yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. Sedangkan perilaku terbuka (overt behavior), terjadi jika respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan atau praktek yang dapat diamati orang dari luar.

Perilaku adalah suatufungsidari interaksi antara person atau individu dengan lingkungannya. Perilaku seseorang ditentukan oleh banyak faktor. Adakalanya perilaku seseorang dipengaruhi oleh kemampuannya, adapula karena kebutuhannya dan ada juga yang dipengaruhi oleh pengharapan dan lingkungannya. Perilaku merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif atau tanpa tindakan seperti berpikir, berpendapat, bersikap maupun aktif atau melakukan tindakan.

Menurut Bloom perilaku dapat dipilah dalam 3 domain, yaitu domain kognitif (cognitive), domain afektif (affective) dan domain psikomotor (psychomotor).

Terbentuknya perilaku dimulai pada domain kognitif, yaitu dimulai tahu terlebih dahulu terhadap stimulus sehingga menumbulkan pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap baru yang pada akhirnya akan menimbulkan respon yang lebih tinggi lagi yaitu adanya tindakan sehubungan dengan stimulus atau objek tadi.

Terdapat beberapa teori determinan perilaku, atau faktor yang menentukan atau membentuk perilaku menurut misalnya teori Green, dan teori WHO. Berdasarkan teori Green (didasarkan pada masalah kesehatan), membedakan dua determinan masalah kesehatan yaitu faktor perilaku (behavioral factors) dan faktor non perilaku (non behavioral factors ). Sedangkan faktor pembentuk perilaku, antara lain :Predisposing factors, adalah faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi. Faktor berikutnya adalah enabling faktor, yaitu faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Antara lain umur, status sosial ekonomi, pendidikan, prasarana dan sarana serta sumberdaya. Sedangkan faktor terakhir berupa faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors), yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku misalnya dengan adanya contoh dari para tokoh masyarakat yang menjadi panutan.

Sedangkan menurut teori WHO, beberapafaktor yang mempengaruhi perilakuantara lain pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling) atau pertimbangan pribadi seseorang terhadap objek atau stimulus. Faktor selanjutnya adalah faktor personal references, faktor sumber daya (resourcesserta faktor sosial budaya (culture) setempat.

http://www.indonesian-publichealth.com/2014/02/perilaku-kesehatan-masyarakat.html

3. MM Cakupan dan Mutu Pelayanan kesehatan serta imunisasi Mutu Pelayanan KesehatanPengertian Mutu

1) Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati (Winston Dictionary, 1956)

2) Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program (Donabedian, 1980)

3) Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang jasa, yang didalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna (Din ISO 8402, 1986)

4) Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby, 1984)

Mutu Pelayanan Kesehatan

Mutu Pelayanan Kesehatan adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etikdan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Jika diperhatikan rumusan tentang mutu pelayanan kesehatan sebagaimana dikemukakan diatas, segeralah terlihat bahwa mutu pelayanan kesehatan sebenarnya menunjukkan pada penampilan (performance) dari pelayanan kesehatan. Secara umum disebutkan, makin sempurna penampilan pelayanan kesehatan, makin sempurna pula mutunya. Dalam Program Menjaga Mutu, penampilan pelayanan kesehatan ini disebut dengan nama keluaran (output).

Karena baik atau tidaknya keluaran sangat dipengaruhi oleh proses (process), masukan (input), dan lingkungan (environment), maka mudahlah dipahami bahwa baik atau tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh ketiga unsur yang dimaksud. Uraian dari ketiga unsur Program Menjaga Mutu ini serta kaitannya dengan mutu pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :

1) Unsur masukanTelah disebutkan yang dimaksud dengan unsur masukan adalah tenaga, dana dan sarana. Secara umum disebutkan apabila tenaga dan sarana (kuantitas dan kualitas) tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan (standard of personnnels and facilities), serta jika dana yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan, maka sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan (Bruce, 1990; Fromberg, 1988; Gambone, 1991).

2) Unsur lingkungan

Telah disebutkan yang dimaksud dengan unsur lingkungan adalah kebijakan, organisasi, dan manajemen. Secara umum disebutkan apabila kebijakan, organisasi dan manajemen tersebut tidak sesuai dengan standar dan atau tidak bersifat mendukung, maka sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan kesehatan (Donabedian, 1980).3) Unsur proses

Telah disebutkan yang dimaksud dengan unsur proses adalah tindakan medis dan tindakan non-medis. Secara umum disebutkan apabila kedua tindakan ii tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (standard of conduct), maka sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan (Pena, 1984).

Untuk dapat menjamin baiknya mutu pelayanan kesehatan, ketiga unsur ini haruslah dapat diupayakan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan standar dan atau kebutuhan. Sekali salah satu dari ketiga unsur ini berada dibawah standar dan atau tidak sesuai dengan kebutuhan, sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan. Ketiga unsur ini saling berhubungan dan mempengaruhi yang kaitannya dengan unsur keluaran yakni yang menunjuk pada mutu pelayanan kesehatan secara sederhana dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :

Lingkungan

Mutu Pelayanan (Keluaran)

Masukan

Proses Skema 1 Program Menjaga MutuPelayanan Kesehatan yang Bermutu

Secara umum disebutkan yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi, meskipun diakui tidak mudah, namun masih dapat diupayakan, karena untuk ini memang telah ada tolak ukurnya, yakni rumusan kode etik serta standar pelayanan profesi yang pada umumnya telah dimiliki oleh setiap negara. Kode etik serta standar pelayanan profesi, pada dasarnya merupakan kesepakatan antar warga profesi sendiri, dan karenanya wajib sifatnya untuk dipakai sebagai pedoman dalam menyelenggarakan setiap kegiatan profesi, termasuk pelayanan kesehatan.

Sesungguhnya kehendak untuk mengupayakan terselenggaranya pelayanan kesehatan yang wajar (appropriate), berkesinambungan (continue), dapat diterima (acceptable), bermutu (quality) serta efisien (efficient) yang merupakan bagian dari persyaratan pelayanan kesehatan, pada dasarnya juga merupakan bagian dari kewajiban etis. Dengan perkataan lain, kelima persyaratan ini juga akan dapat dicapai apabila kode etik profesi dapat diterapkan dengan baik.

Dengan pendapat ini, mudahlah dipahami untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, yang perlu diperhatikan hanyalah mengupayakan agar kode etik serta standar pelayanan profesi dapat diterapkan dengan sebaik-baiknya. Penerapan yang dimaksudkan di sini tidak hanya yang memuaskan para pelaksana pelayanan kesehatan, tetapi yang terpenting adalah pemakai jasa pelayanan kesehatan.

Dengan perkataan lain, adalah telah merupakan kewajiban bagi setiap pelaksana pelayanan kesehatan untuk dapat menerapkan kode etik serta standar pelayanan profesi yang mengacu pada kepuasan pasien. Apabila kewajiban ini dapat dilaksanakan, dapatlah diharapkan terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yakni pelayanan kesehatan yang penerapan kode etik serta standar pelayanan profesinya dapat memuaskan para pemakai jasa palayanan kesehatan.Akses terhadap fasilitas Pelayanan KesehatanAkses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan sangat penting dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Namun dalam kehidupan bermasyarakat saat ini akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan masih sulit. Hal ini dikarenakan faktor-faktor berikut :a. Masalah GeografiGeografi yang sulit disekitar tempat tinggal masyarakat pedalaman mempersulit mereka yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Misalnya fasilitas pelayanan kesehatan yang jauh dari tempat tinggal.b. KetersediaanKetersediaan fasilitas kesehatan yang sedikit di daerah pun cukup membuat masyarakat kesulitan dalam mengakses fasilitas pelayanan kesehatan tersebut.c. Distribusi PelayananDistribusi pelayanan yang sedikit juga menghambat masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Tenaga Kesehatan Pelayanan KesehatanTenaga kesehatan masyarakat (Kesmas) merupakan bagian dari sumber daya manusia yang sangat berperan dalam pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat merupakan upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Pelayanan promotif, untuk meningkatkan kemandirian dan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan diperlukan program penyuluhan dan pendidikan masyarakat yang berjenjang dan berkesinambungan sehingga dicapai tingkatan kemandirian masyarkat dalam pembangunan kesehatan. Dalam program promotif membutuhkan tenaga-tenaga kesmas yang handal terutama yang mempunyai spesialisasi dalam penyuluhan dan pendidikan. Pelayanan preventif, untuk menjamin terselenggaranya pelayanan ini diperlukan tenaga kesmas yang memahami epidemiologi penyakit, cara-cara dan metode pencegahan serta pengendalian penyakit. Program preventif ini merupakan salah satu lahan bagi tenaga kesmas dalam pembangunan kesehatan. Keterlibatan kesmas dibidang preventif di bidang pengendalian memerlukan penguasaan teknik-teknik lingkungan dan pemberantasan penyakit. Tenaga kesmas juga dapat berperan dibidang kuratif dan rehabilitatif kalau yang bersangkutan mau dan mampu belajar dan meningkatkan kemampuannya dibidang tersebut.

Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit (Ranuh,2008,p.10).

Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuhmempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih kuat dari sebelumnya.

Jenis-jenis imunisasi

Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu:

a. Imunisasi aktif Merupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan merespon.

b. Imunisasi pasif

Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui placenta) atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi .

Tujuan Program Imunisasi

Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tuberkulosa.Cakupan Imunisasi

Definisi

Perbandingan antara jumlah anak usia 1-2 tahun yang telah mendapat imunisasi lengkap dengan jumlah anak uisa 1-2 tahun, dan biasanya dinyatakan dalam persen.Rumus

Kegunaan

Memberikan gambaran tentang tingkat pelayanan kesehatan terhadap anak usia 1-2 tahun. Cakupan yang baik minimal 80 persen.Jadwal Imunisasi

LI. 4. ASPEK SOSBUD MASYARAKAT DALAM MENGAKSES PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

2.4. Aspek Sosial Budaya Dalam Pencarian Pelayanan Kesehatan Masyarakat Indonesia terdiri atas banyak suku bangsa yang mempunyai latar belakang budaya yang beraneka ragam. Lingkungan budaya tersebut sangat mempengaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut, sehingga dengan keanekaragaman budaya, menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam segala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan. (Kresno, 2000). Walaupun jaminan kesehatan dapat membantu banyak orang yang berpenghasilan rendah dalam memperoleh perawatan yang mereka butuhkan, tetapi ada alasan lain disamping biaya perawatan kesehatan, yaitu adanya celah diantara kelas sosial dan budaya dalam penggunaan pelayanan kesehatan (Sarafino, 2002).

2.4.1. Faktor Sosial Dalam Penggunaan Pelayanan Kesehatan a. Cenderung lebih tinggi pada kelompok orang muda dan orang tua. b. Cenderung lebih tinggi pada orang yang berpenghasilan tinggi dan berpendidikan tinggi. c. Cenderung lebih tinggi pada kelompok Yahudi dibandingkan dengan penganut agama lain. d. Persepsi sangat erat hubungannya dengan penggunaan pelayanan kesehatan. (Sarifano, 2002)

2.4.2. Faktor Budaya Dalam Penggunaan Pelayanan Kesehatan Faktor kebudayaan yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan diantaranya adalah : a. Rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan pada suku bangsa terpencil. b. Ikatan keluarga yang kuat lebih banyak menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan. c. Meminta nasehat dari keluarga dan teman-teman. d. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit. Dengan asumsi jika pengetahuan tentang sakit meningkat maka penggunaan pelayanan kesehatan juga meningkat. e. Sikap dan kepercayaan masyarakat terhadap provider sebagai pemberi pelayanan kesehatan

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37556/4/Chapter%20II.pdf

LI. 5. Sistem Rujukan Kesehatan Masyarakat

Sistem Rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, pragmatis, merata proaktif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama bagi ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun, agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu hamil dan bayi melalui peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal di wilayah mereka berada.

Sesuai SK Menteri Kesehatan Nomor 23 tahun 1972 tentang system rujukan adalah suatu system penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti unit-unit yang setingkat kemampuannya.

Tujuan Depkes

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat melalui peningkatan dan mekanisme rujukan berjenjang antar puskesmas dengan RS Dati II, RS Dati I dan RS tingkat pusat dan labkes dalam suatu system rujukan, sehingga dapat mendukung upaya mengurangi kematian ibu hamil dan melahirkan dan angka kematian bayi.

Tugas Sistem Rujukan

Memeratakan pelayanan kesehatan melalui system jaringan pelayanan kesehatan mulai dari Dati II sampai pusat karena keterbatasan sumber daya daerah yang seyogyanya bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayahnya

Syarat Rujukan

Adanya unit yang mempunyai tanggung jawab baik yang merujuk maupun yang menerima rujukan .

Adanya pencatatan tertentu :

Surat rujukan

Kartu Sehat bagi klien yang tidak mampu

Pencatatan yang tepat dan benar

Kartu monitoring rujukan ibu bersalin dan bayi (KMRIBB)

Adanya pengertian timbal balik antar yang merujuk dan yang menerima rujukan

Adanya pengertian tugas tentang system rujuikan

Sifat rujukan horizontal dan vertical (kearah yang lebih mampu dan lengkap).Jenis Rujukan

Rujukan medis

Rujukan pasien

Rujukan pengetahuan

Rujukan laboratorium atau bahan pemeriksaan

Rujukan kesehatan

Rujukan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan, misalnya : pengiriman dokter ahli terutama ahli bedah, kebidanan dan kandungan, penyakit dalam dan dokter anak dari RSU Provinsi ke RSU Kabupaten.

Pengiriman asisten ahli senior ke RS Kabupaten yang belum ada dokter ahli dalam jangka waktu tertentu.

Pengiriman tenaga kesehatan dari puskesmas RSU Kabupaten ke RS Provinsi.

Alih pengetahuan dan keterampilan di bidang klinik, manajemen dan pengoperasian peralatan.

Rujukan manajemen

Pengiriman informasi

Obat, biaya, tenaga, peralatan

Permintaan bantuan : survei epidemiologi, mengatasi wabah (KLB)Alur Rujukan

Manfaat Rujukan

Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan :

1) Membantu penghematan dana karena tidak perlu menyediakan berbagai macam alat kedokteran pada setiap sarana kesehatan.

2) Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, kemudian terdapat hubungan antara kerja berbagai sarana kesehatan yang tersedia.

3) Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama aspek perencanaan.

Dari sudut masyarakat sebagai jasa pelayanan :

1) Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang.

2) Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan.

Dari sudut tenaga kesehatan :

1) Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif, semangat kerja, ketekunan dan dedikasi.

2) Membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui jalinan kerjasama.

3) Memudahkan/meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.

6. MM TUJUAN SYARIAT ISLAM DAN KONSEP KLB

Diturunkannya Syariat Islam kepada manusia tentu memiliki tujuan yang sangat mulia. Paling tida, ada delapan tujuan. Pertama, memelihara atau melindungi agama dan sekaligus memberikan hak kepada setiap orang untuk memilih antara beriman atau tidak, karena, Tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam (QS. Al Baqaarah, 2:256). Manusia diberi kebebasan mutlak untuk memilih, Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir (QS. Al Kahfi, 18:29).

Pada hakikatnya, Islam sangat menghormati dan menghargai hak setiap manusia, bahkan kepada kita sebagai mumin tidak dibenarkan memaksa orang-orang kafir untuk masuk Islam. Berdakwah untuk menyampaikan kebenaran-Nya adalah kewajiban. Namun demikian jika memaksa maka akan terkesan seolah-olah kita butuh dengan keislaman mereka, padahal bagaimana mungkin kita butuh keislaman orang lain, sedangkan Allah SWT saja tidak butuh dengan keislaman seseorang. Tetapi bila seseorang dengan kesadarannya sendiri akhirnya masuk Islam, maka wajib dipaksa oleh Ulul Amri untuk melaksanakan Syariat Islam.

Dengan memilih muslim, maka tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak melaksanakan kewajibannya. Seandainya ada seorang muslim tidak shalat, hal ini bukan hanya urusan pribadi tapi menjadi urusan semua muslim terutama Ulul Amri. Jika ada seorang muslim tidak melaksanakan kewajiban shalat karena dia tidak yakin akan kewajiban shalat, maka Empat Mahzab dan jumhur (mayoritas) ulama sepakat menyatakan yang bersangkutan kafir. Yang karenanya harus dihukumkan kafir, artinya bila dalam tiga hari dia tidak segera sadar, maka dihukumkan sebagai murtad yang halal darahnya sehingga Ulul Amri bisa menjatuhkan hukuman mati. Tapi, seandainya tidak shalatnya yang bersangkutan bukan karena tidak yakin, tapi karena alasan malas misalnya, maka dalam hal ini tiga mazhab (Syafii, Hanafi, Maliki) menyatakan yang bersangkutan berdosa besar, sementra Mazhab Hambali tetap mengkafirkannya.

Lalu bagaimana Ulul Amri menerapkan hukum bagi muslim yang tidak shalat karena malas? Pertama, Ulul Amri tentu saja berkewajiban mengingatkannya. Andaikata yang bersangkutan tetap tidak mau shalat padahal sudah diingatkan oleh Ulul Amri, menurut Mahzab Syafei dan Maliki, yang bersangkutan wajib dihukum mati. Imam Hanafi, sependapat dengan Mahzab Syafei dan Maliki, bahwasanya yang bersangkutan tidak bisa dihukumkan kafir, karena memang alasannya malas bukan mengingkari hukum Allah. Tetapi Imam Hanafi tidak sependapat dengan hukuman mati, karena selama tidak kafir berarti haram darahnya. Pandangan beliau, Ulul Amri harus memberikan hukuman kepada yang bersangkutan dengan dipenjara sampai yang bersangkutan sadar dan mau shalat. Sedangkan Mahzab Hambali, berpendapat dan berkeyakinan, bahwa seorang yang mengaku muslim lalu tidak shalat apa pun alasannya apakah karena tidak yakin atau malas, maka yang bersangkutan harus dihukumkan kafir. Beliau berpegang teguh kepada hadits Rasulullah Saw yang menyatakan, Perbedaan antara muslim dan kafir adalah meninggalkan shalat.

Yang kedua, melindungi jiwa. Syariat Islam sangat melindungi keselamatan jiwa seseorang dengan menetapkan sanksi hukum yang sangat berat, contohnya hukum qishash. Di dalam Islam dikenal ada tiga macam pembunuhan, yakni pembunuhan yang disengaja, pembunuhan yang tidak disengaja, dan pembunuhan seperti disengaja. Hal ini tentunya dilihat dari sisi kasusnya, masing-masing tuntutan hukumnya berbeda. Jika terbukti suatu pembunuhan tergolong yang disengaja, maka pihak keluarga yang terbunuh berhak menuntut kepada hakim untuk ditetapkan hukum qishash/mati atau membayar Diyat (denda). Dan, hakim tidak punya pilihan lain kecuali menetapkan apa yang dituntut oleh pihak keluarga yang terbunuh. Berbeda dengan kasus pembunuhan yang tidak disengaja atau yang seperti disengaja, di mana Hakim harus mendahulukan tuntutan hukum membayar Diyat (denda) sebelum qishash.

Bahwasanya dalam hukum qishash tersebut terkandung jaminan perlindungan jiwa, kiranya dapat kita simak dari firman Allah SWT: Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa (QS. Al Baqarah, 2:179). Bagaimana mungkin di balik hukum qishash dapat disebut, ada jaminan kelangsungan hidup, padahal pada pelaksanaan hukum qishash bagi yang membunuh maka hukumannya dibunuh lagi ? Memang betul, bila hukum qishash dilaksanakan maka ada dua orang yang mati (yang dibunuh dan yang membunuh), tapi dampak bila hukum ini dilaksanakan, maka banyaklah jiwa yang terselamatkan. Karena seseorang akan berfikir beribu kali bila mau membunuh orang lain, sebab risikonya dia akan diancam dibunuh lagi.

Kalau seorang pencuri terbukti benar bahwa dia mencuri, maka hukuman yang dijatuhkannya adalah potong tangan, maka seumur hidup orang akan mengetahui kalau dia mantan pencuri. Demikian pula, kalau seorang perampok dijatuhi hukuman potong tangan kanan dan kaki kiri secara bersilang, maka dia seumur hidupnya tidak akan dapat membersihkan dirinya bahwa dia mantan perampok. Dampak dari hukuman ini akan dapat membawa ketenangan dan kenyamanan hidup bermasyarakat dan bernegara.

Yang ketiga, perlindungan terhadap keturunan. Islam sangat melindungi keturunan di antaranya dengan menetapkan hukum Dera seratus kali bagi pezina ghoiru muhshon (perjaka atau gadis) dan rajam (lempar batu) bagi pezina muhshon (suami/istri, duda/jand) (Al Hadits). Firman Allah SWT : Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman (An Nuur, 24:2). Ditetapkannya hukuman yang berat bagi pezina tidak lain untuk melindungi keturunan. Bayangkan bila dalam 1 tahun saja semua manusia dibebaskan berzina dengan siapa saja termasuk dengan orangtua, saudara kandung dan seterusnya, betapa akan semrawutnya kehidupan ini.

Yang keempat, melindungi akal. Permasalahan perlindungan akal ini sangat menjadi perhatian Islam. Bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah Saw menyatakan, Agama adalah akal, siapa yang tiada berakal (menggunakan akal), maka tiadalah agama baginya. Oleh karenanya, seseorang harus bisa dengan benar mempergunakan akalnya. Seseorang yang tidak bisa atau belum bisa menggunakan akalnya atau bahkan tidak berakal, maka yang bersangkutan bebas dari segala macam kewajiban-kewajiban dalam Islam. Misalnya dalam kondisi lupa, sedang tidur atau dalam kondisi terpaksa. Kesimpulannya, bahwa hukum Allah hanya berlaku bagi bagi orang yang berakal atau yang bisa menggunakan akalnya.

Betapa sangat luar biasa fungsi akal bagi manusia, oleh karena itu kehadiran risalah Islam di antaranya untuk menjaga dan memelihara agar akal tersebut tetap berfungsi, sehingga manusia bisa menjalankan syariat Allah dengan baik dan benar dalam kehidupan ini. Demikian pula, agar manusia dapat mempertahankan eksistensi kemanusiaannya, karena memang akallah yang membedakan manusia dengan makhluk-makhluk Allah yang lain.

Untuk memelihara dan menjaga agar akal tetap berfungsi, maka Islam mengharamkan segala macam bentuk konsumsi baik makanan, minuman atau apa pun yang dihisap misalnya, yang dapat merusak atau mengganggu fungsi akal. Yang diharamkan oleh Islam adalah khamar. Yang disebut khamar bukanlah hanya sebatas minuman air anggur yang dibasikan seperti di zaman dahulu, tapi yang dimaksud khamar adalah, setiap segala sesuatu yang membawa akibat memabukkan (Al Hadits).

Keharaman Khamar sudah sangat jelas, di dalam QS. Al Maidah ayat 90 Allah SWT menyatakan, Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan (QS. Al Maa-idah,5:90) Ayat ini mengisyaratkan, bahwa seseorang yang dalam kondisi mabuk, berjudi, berkorban untuk berhala dan mengundi nasib maka tergolong syaitan, karena sifat syaitani sedang mengusai diri yang bersangkutan.

Kalau khamar sudah dinyatakan haram, maka keberadaannya baik sedikit maupun banyak tetap haram. Suatu saat salah seorang sahabat mau mencoba mencampur khamar dengan obat, namun karena kehati-hatiannya maka ditanyakanlah tentang hal ini kepada Nabi Saw sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Nabi Saw bersabda: Thariq bin Suwaid Ra bertanya kepada Nabi Saw tentang khamar dan beliau melarangnya. Lalu Thariq berkata, Aku hanya menjadkannya campuran untuk obat. Lalu Nabi Saw berkata lagi, Itu bukan obat tetapi penyakit. Bahkan lebih tegas lagi Nabi Saw menyatakan, Allah tidak menjadikan penyembuhanmu dengan apa yang diharamkan (HR Al Baihaqi).

Dalam hadits lain yang diriwayatkan Abu Daud, Nabi Saw menyatakan, Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit sekaligus dengan obatnya, oleh karena itu carilah obatnya, kecuali satu penyakit yaitu penyakit ketuaan. Sedangkan, dalam hadits Riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi saw menyatakan, Allah menurunkan penyakit dan menurunkan obatnya, diketahui oleh yang mengetahui dan tidak akan diketahui oleh orang yang tidak mengetahui.

Betapa kerasnya peringatan ini yang dinyatakan, bahwa berjudi dan minum khamar adalah perbuatan syaitan, karena dia lambat laun dapat menghilangkan fungsi akal sehingga tidak mungkin yang bersangkutan bisa melaksanakan kewajibannya sebagai hamba-Nya. Sebaliknya, Allah SWT sangat menghargai orang-orang yang berhasil mengembangkan fungsi akalnya dengan benar sesuai dengan syariat-Nya. Allah SWT berfirman: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS.Az Zumar,39:9). Juga dalam firman-Nya: Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah Ulama (QS. Faathir, 35:9).

Yang kelima, melindungi harta. Yakni dengan membuat aturan yang jelas untuk bisa menjadi hak setiap orang agar terlindungi hartanya di antaranya dengan menetapkan hukum potong tangan bagi pencuri. Laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. Al Maa-idah, 5:38). Juga peringatan keras sekaligus ancaman dari Allah SWT bagi mereka yang memakan harta milik orang lain dengan zalim, Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka Jahannam) (QS. An Nisaa, 4:10).

Yang keenam, melindungi kehormatan seseorang. Termasuk melindungi nama baik seseorang dan lain sebagainya, sehingga setiap orang berhak dilindungi kehormatannya di mata orang lain dari upaya pihak-pihak lain melemparkan fitnah, misalnya. Kecuali kalau mereka sendiri melakukan kejahatan. Karena itu betapa luar biasa Islam menetapkan hukuman yang keras dalam bentuk cambuk atau Dera delapan puluh kali bagi seorang yang tidak mampu membuktikan kebenaran tuduhan zinanya kepada orang lain. Allah SWT berfirman: Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik berbuat zina dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) dengan delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik(QS. An Nuur, 24:4). Juga dalam firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan akhirat. Dan bagi mereka azab yang besar (QS. An Nuur,24:23). Dan larangan keras pula untuk kita berprasangka buruk, mencari-cari kesalahan dan menggunjing terhadap sesama mumin (QS. Al Hujurat, 49:12).

Yang ketujuh, melindungi rasa aman seseorang. Dalam kehidupan bermasyarakat, seseorang harus aman dari rasa lapar dan takut. Sehingga seorang pemimpin dalam Islam harus bisa menciptakan lingkungan yang kondusif agar masyarakat yang di bawah kepemimpinannya itu tidak mengalami kelaparan dan ketakutan. Allah SWT berfirman: Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan (QS. Al Quraisy, 106:4).

Yang kedelapan, melindugi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Islam menetapkan hukuman yang keras bagi mereka yang mencoba melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sah yang dipilih oleh ummat Islam dengan cara yang Islami. Bagi mereka yang tergolong Bughot ini, dihukum mati, disalib atau dipotong secara bersilang supaya keamanan negara terjamin (QS. Al Maa-idah, 5:33). Juga peringatan keras dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Nabi Saw menyatakan, Apabila datang seorang yang mengkudeta khalifah yang sah maka penggallah lehernya.

Wallahu alam bish-shawab

http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/dakwah/09/04/30/47171-tujuan-syariat-islamKONSEP KLB

7. MM Konsep dasar Pemecahan Masalah Kesehatan dalam Pandangan IslamHukum Berobat & Menjaga Kesehatan

Anjuran Menjaga Kesehatan

Sudah menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan tidak terkena penyakit adalah lebih baik daripada mengobati, untuk itu sejak dini diupayakan agar orang tetap sehat. Menjaga kesehatan sewaktu sehat adalah lebih baik daripada meminum obat saat sakit. Dalam kaidah ushuliyyat dinyatakan:

Dari Ibn Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW, saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku, Nabi menjawab: Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan, kemudian aku menghadap lagipada kesempatan yang lain saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku. Nabi menjawab: Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah saw mintalah kesehatan kepada Allah, di dunia dan akhirat. (HR Ahmad, al-Tumudzi, dan al-Bazzar).

Berbagai upaya yang mesti dilakukan agar orang tetap sehat menurut para pakar kesehatan, antara lain, dengan mengonsumsi gizi yang yang cukup, olahraga cukup, jiwa tenang, serta menjauhkan diri dari berbagai pengaruh yang dapat menjadikannya terjangkit penyakit. Hal-hal tersebut semuanya ada dalam ajaran Islam, bersumber dari hadits-hadits shahih maupun ayat al-Quran.

Nilai Sehat dalam Ajaran Islam

Dengan merujuk konsep sehat yang dewasa ini dipaharm. berdasarkan rumusan WHO yaitu: Health is a state of complete physical, mental and social-being, not merely the absence q; disease on infirmity.Menurut penelitian Ali Munis, dokter spesialis internal Fakultas Kedokteran Universitas Ain Syams Cairo, menunjukan bahwa ilmu kedokteran modern menemukan kecocokan terhadap yang disyariatkan Nabi dalam praktek pcngobatan yang berhubungan dengan spesialisasinya.

Sebagaiman disepakati oleh para ulama bahwa di balik pengsyariatan segala sesuatu termasuk ibadah dalam Islam terdapat hikrnah dan manfaat phisik (badaniah) dan psikis (kejiwaan). Pada saat orang-orang Islam menunaikan kewajiban-kewajiban keagamannya, berbagai penyakit lahir dan batin terjaga.

Kesehatan Jasmani

Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan jasmani. Agar tetap sehat, hal yang perlu diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama, disebutkan, ada sepuluh hal, yaitu: dalam hal makan, minum, gerak, diam, tidur, terjaga, hubungan seksual, keinginan-keinginan nafsu, keadaan kejiwaan, dan mengatur anggota badan.

a. Menjaga Pola Makan & Minum

Dalam ilmu kesehatan atau gizi disebutkan, makanan adalah unsur terpenting untuk menjaga kesehatan. Kalangan ahli kedokteran Islam menyebutkan, makan yang halalan dan thayyiban. Al-Quran berpesan agar manusia memperhatikan yang dimakannya, seperti ditegaskan dalam ayat: maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. (QS. Abasa 80 : 24).

Dalam 27 kali pembicaraan tentang perintah makan, al-Quran selalu menekankan dua sifat, yang halal dan thayyib, di antaranya dalam (Qs. al-Baqarat (2)1168; al-Maidah (s):88; al-Anfal (8):&9; al-Nahl (16) : 1 14),

b. Kesehatan Beraktivitas & Istirahat

Perhatian Islam terhadap masalah kesehatan dimulai sejak bayi, di mana Islam menekankan bagi ibu agar menyusui anaknya, di samping merupakan fitrah juga mengandung nilai kesehatan. Banyak ayat dalam al-Quran menganjurkan hal tersebut.

Al-Quran melarang melakukan sesuatu yang dapat merusak badan. Para pakar di bidang medis memberikan contoh seperti merokok. Alasannya, termasuk dalam larangan membinasakan diri dan mubadzir dan akibatyang ditimbulkan, bau, mengganggu orang lain dan lingkungan.

Islam juga memberikan hak badan, sesuai dengan fungsi dan daya tahannya, sesuai anjuran Nabi: Bahwa badanmu mempunyai hak

Islam menekankan keteraturan mengatur ritme hidup dengan cara tidur cukup, istirahat cukup, di samping hak-haknya kepada Tuhan melalui ibadah. Islam memberi tuntunan agar mengatur waktu untuk istirahat bagi jasmani. Keteraturan tidur dan berjaga diatur secara proporsional, masing-masing anggota tubuh memiliki hak yang mesti dipenuhi.

Di sisi lain, Islam melarang membebani badan melebihi batas kemampuannya, seperti melakukan begadang sepanjang malam, melaparkan perut berkepanjangan sekalipun maksudnya untuk beribadah, seperti tampak pada tekad sekelompok Sahabat Nabi yang ingin terus menerus shalat malam dengan tidak tidur, sebagian hendak berpuasa terus menerus sepanjang tahun, dan yang lain tidak mau menggauli istrinya, sebagaimana disebutkan dalam hadits:

Nabi pernah berkata kepadaku: Hai hamba Allah, bukankah aku memberitakan bahwa kamu puasa di szam? hari dan qiyamul laildimalam hari, maka aku katakan, benarya Rasulullah, Nabi menjawab: Jangan lalukan itu, berpuasa dan berbukalah, bangun malam dan tidurlah, sebab, pada badanmu ada hak dan pada lambungmu juga ada hak (HR Bukhari dan Muslim).

c. Olahraga sebagai Upaya Menjaga Kesehatan

Aktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kesehatan adalah melalui kegiatan berolahraga. Kata olahraga atau sport (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Latin Disportorea atau deportore, dalam bahasa Itali disebut deporte yang berarti penyenangan, pemeliharaan atau menghibur untuk bergembira. Olahraga atau sport dirumuskan sebagai kesibukan manusia untuk menggembirakan diri sambil memelihara jasmaniah.

Tujuan utama olahraga adalah untuk mempertinggi kesehatan yang positif, daya tahan, tenaga otot, keseimbangan emosional, efisiensi dari fungsi-rungsi alat tubuh, dan daya ekspresif serta daya kreatif. Dengan melakukan olahraga secara bertahap, teratur, dan cukup akan meningkatkan dan memperbaiki kesegaran jasmani, menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dengan kesegaran jasmani seseorang akan mampu beraktivitas dengan baik.

Dalam pandangan ulama fikih, olahraga (Bahasa Arab: al-Riyadhat) termasuk bidang ijtihadiyat. Secara umum hokum melakukannya adalah mubah, bahkan bisa bernilai ibadah, jika diniati ibadah atau agar mampu melakukannya melakukan ibadah dengan sempurna dan pelaksanaannyatidakbertentangan dengan norma Islami.

Sumber ajaran Islam tidak mengatur secara rinci masalah yang berhubungan dengan berolahraga, karena termasuk masalah duniawi atau ijtihadiyat, maka bentuk, teknik, dan peraturannya diserahkan sepenuhnya kepada manusia atau ahlinya. Islam hanya memberikan prinsip dan landasan umum yang harus dipatuhi dalam kegiatan berolahraga.

Nash al-Quran yang dijadikan sebagai pedoman perlunya berolahraga, dalam konteks perintah jihad agar mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi kemungkinan serangan musuh, yaitu ayat:

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu najkahkanpadajalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (QS.Al-Anfal :6o):

Nabi menafsirkan kata kekuatan (al-Quwwah) yang dimaksud dalam ayat ini adalah memanah. Nabi pernah menyampaikannya dari atas mimbar disebutkan 3 kali, sebagaimana dinyatakan dalam satu hadits:

Nabi berkata : Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sang gupi Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, (HR Muslim, al-Turmudzi, Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad, dan al-Darimi)

d. Anjuran Menjaga Kesehatan

Ajaran Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan yang merupakan salah satu aspek penting dalam ilmu kedokteran. Dalam terminologi Islam, masalah yang berhubungan dengan kebersihan disebut dengan al-Thaharat. Dari sisi pandang kebersihan dan kesehatan, al-thaharat merupakan salah satu bentuk upaya preventif, berguna untuk menghindari penyebaran berbagai jenis kuman dan bakteri.

Imam al-Suyuthi, Abd al-Hamid al-Qudhat, dan ulama yang lain menyatakan, dalam Islam menjaga kesucian dan kebersihan termasuk bagian ibadah sebagai bentuk qurbat, bagian dari taabbudi, merupakan kewajiban, sebagai kunci ibadah, Nabi bersabda: Dari Ali ra., dari Nabi saw, beliau berkata: Kunci shalat adalah bersuci (HR Ibnu Majah, al-Turmudzi, Ahmad, dan al-Darimi)

Berbagai ritual Islam mengharuskan seseorang melakukan thaharat dari najis, mutanajjis, dan hadats. Demikian pentingnya kedudukan menjaga kesucian dalam Islam, sehingga dalam buku-buku fikih dan sebagian besar buku hadits selalu dimulai dengan mengupas masalah thaharat, dan dapat dinyatakan bahwa fikih pertama yang dipelajari umat Islam adalah masalah kesucian.

Abd al-Munim Qandil dalam bukunya al-Tadaivi bi al-Quran seperti halnya kebanyakan ulama membagi thaharat menjadi dua, yaitu lahiriah dan rohani. Kesucian lahiriah meliputi kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal, jalan dan segala sesuatu yang dipergunakan manusia dalam urusan kehidupan. Sedangkan kesucian rohani meliputi kebersihan hati, jiwa, akidah, akhlak, dan pikiran.

Kesehatan Psikis (Mental)

Di samping kesehatan fisik, Islam juga memperhatikan kesehatan jiwa dengan perhatian yang tinggi. Kesehatan mental (mental hygiene) merupakan satu cabang dari ilmu jiwa. Banyak definisi kesehatan mental diberikan oleh para ahli sesuai dengan pandangan dan bidang masing-masing. Zakiah Daradjat menyimpulkan bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, menyesuaikan diri, dan memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta tercapainya keharmonisan jiwa dalam hidup.

Sehat dan tidaknya jiwa seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya. Jika tingkah lakunya normal, dapat dikatakan bahwa orang itu sehat jiwanya, dan sebaliknya jika tingkah lakunya tidak normal, dikatakan bahwa orang itu mengalami sakit jiwa, gangguan jiwa atau gila.

Keterkaitan kesehatan psikis dengan agama dinyatakan oleh Dadang Hawari, ia mengatakan, dari semua cabang ilmu kedokteran, ilmu kedokteran jiwa (psikiatri) dan kesehatan jiwa (mental health) adalah yang paling dekat dengan agama, bahkan ada titik temu antara keduanya. Berdasarkan kesimpulannya bahwa dari berbagai laporan penelitian menunjukkan ada indikasi yang kuat bahwa komitmen agama mampu mencegah dan melindungi seseorang dari penyakit, atau mempertinggi kemampuan seseorang dalam mengatasi penderitaan dan mempercepat proses penyembuhan. Sejalan dengan itu, konsep-konsep Islam tentang penyucian kalbu sebagaimana diuraikan dalam ilmu akhlak dan tasawuf seperti rasa percaya diri, taqwa, bersabar, ikhlas, ridha, tawakkal, syajaah (berani), qanaah, zuhud, merasa aman, tenang, sakinah, dll dapat menjadi obat mujarab terhadap sakit jiwa dan hati. Bahkan berbagai praktek ubudiyah seperti shalat, dzikir, zakat, puasa, haji mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesehatan jiwa.Adapun indikasi jiwa yang sehat adalah jiwa yang dapat mengatasi segala gangguan, seperti selalu dalam keadaan gelisah, takut mati, dan berbagai ketakutan yang lain, atau cemas akan kebutuhannya tidak dapat dipenuhi, baik kebutuhan makan, minum atau seksual. Kegelisahan jiwa menyebabkan jantung berdebar-debar, tidak bisa tidur, makan tidak enak, kadang-kadang keringat banyak keluar, merasa cemas atau jiwa tertekan, sehingga mudah marah atau mudah menangis. Dalam hal demikian, ilmu pengetahuan sekuler memberikan solusi penanganannya tidak mengaitkannya dengan pendekatan teologis. Menurut Islam untuk menangani, pendekatannya adalah melalui dzikir Allah. Allah berfirman :

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram (Q.s. al-Rad : 28)

Berbagai praktek keagamaan, di samping bernilai ubudiyah juga memiliki hikmah tertentu, juga bernilai sebagai salah satu bentuk menjaga kesehatan fisik dan psikis sekaligus. Shalat misalnya, di samping berbentuk gerakan-gerakan fisik yang bernilai sebagai olahraga fisik juga memiliki banyak nilai kerohanian yang berguna mendukung kesehatan rohani dan juga berpengaruh pada kesehatan jasmani. Sisi rohaninya bahwa shalat yang khusyu dapat menenangkan urat saraf, mengendorkan ketegangan atau stres, mengobati kegelisahan hati serta dapat memberikan ketenangan. Keadaan-keadaan tersebut dapat menentukan kesehatan tubuh. Secara sosial ekonomi ibadah zakat diharapkan bagi kaum miskin tidak terkena depresi akibat terlalu berat memikirkan tekanan ekonomi. Larut dalam kesedihan akan berakibat menurunnya stamina fisik yang akhirnya akan sakit, dinyatakan dalam hadits Nabi :Siapa yang banyak kesedihannya, maka akan sakit badannya. (HR. Ibn Sina dan Abu Naim)

Nikah, diharapkan agar tercipta kedamaian, ketenangan, dan rasa aman sehingga terjauhkan dari depresi.

Hal-hal negatif yang berhubungan dengan kejiwaan yang dapat mengganggu kesehatan jiwa antara lain, Nabi melarang marah. Gembira yang dianjurkan dalam Islam adalah proporsional, jika berlebihan maka termasuk dilarang, hal ini tercakup dalam surat al-Qashash ayat 76 :

... Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.

Dengan menelusuri ayat-ayat Al-Quran dan hadits Nabi bahwa konsep kesehatan rohani dalam Islam tampak lebih aplikatif, menonjol, dan kuat daripada kesehatan fisik. Penjelasan secara pointer dan aplikatif dalam al-Quran maupun hadits menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan hati sejalan dengan teori dalam teori ilmu kesehatan mental modern.Di samping kesehatan fisik dan jiwa, Islam juga menekankan kesehatan sosial. Keadaan sosial yang baik dalam batasan ini adalah keadaan standar baik dalam kehidupan sosial. Secara ringkas keadaan sosial yang baik apabila terpenuhi beberapa indikasi :a) Dihargai sebagai manusia

b) Mempunyai pekerjaan untuk kehidupannya

c) Mempunyai rumah tempat berlindung

d) Mempunyai istri/berumah tanggaAnjuran BerobatDalam Islam, berobat termasuk tindakan yang dianjurkan. Dalam berbagai riwayat menunjukkan bahwa Nabi pernah berobat untuk dirinya sendiri, serta pernah menyuruh keluarga dan sahabatnya agar berobat ketika sakit. Diantara teknik pengobatan yang dilakukan Nabi adalah menggunakan cara-cara tertentu sesuai dengan perkembangan zaman saat itu.Perintah berobat dalam Islam juga dapat dipahami dari informasi yang dipahami sebagai salah satu bentuk perintah. Diantara cara berobat Nabi yang dianjurkannya sebagaimana banyak disebutkan dalam hadits adalah dengan cara berbekam (al-Hijamah = cupping), yang dulu dikerjakan secara bedah dengan besi panas. Dalam kedokteran, al-Hijamah dipahami sebagai pengeluaran darah dengan menoreh pembuluh darah. Secara umum teknik pengobatan di zaman Nabi ada 3, seperti disebutkan dalam hadits shahih yang artinya :

Pengobatan ada 3 cara, meminum madu, berbekam, dan mencasnya dengan api, dan aku melarang mencas dengan api. (HR al-Bukhari, Ibn Majah, dan Ahmad)

Juga dinyatakan dalam hadits yang secara khusus menyuruh agar berobat, antara lain hadits Nabi yang artinya :

Dari Usamat bin Syarik, seorang laki-laki dari kaumnya berkata, datang seorang dusun kepada Rasulullah saw dan bertanya : Ya Rasulallah, manusia yang bagaimana yang baik? Nabi menjawab : Yang terbaik akhlaknya diantara mereka, kemudian dia bertanya lagi, Ya Rasulallah apakah kami mesti berobat? Nabi menjawab : Berobatlah, sebab, Allah tidak menurunkan penyakit kecuali juga menurunkan obatnya, diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya. (HR Ahmad)Hukum Berobat

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum berobat. Al-Quran, mengutip ucapan Nabi Ibrahim yang menyebutkan :dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku. (Qs. Syuara : 80)

Ayat ini menekankan agar orang yang sakit mengupayakan sehat sebagai anjuran agama. Dalam menafsirkan ayat ini, al-Dzahabi menyatakan bahwa tindakan upaya penyembuhan penyakit secara medis merupakan perbuatan baik dan terpuji. Ini juga berdasarkan pada pesan Nabi : Lakukanlah penyembuhan secara medis.Para fuqoha (ahli fiqih) bersepakat bahwa berobat hukum asalnyadibolehkan, kemudian mereka berbeda pendapat (mengenai hukum berobat, -ed) menjadi beberapa pendapat yang masyhur :

1. Pendapat pertama mengatakan bahwa berobat hukumnyawajib,dengan alasan adanya perintah Rosulullohshallallahu alaihi wa sallam untuk berobat dan asal hukum perintah adalah wajib, ini adalah salah satu pendapat madzhab Malikiyah, Madzhab Syafiiyah, dan madzhab Hanabilah.

2. Pendapat kedua mengatakansunnah/ mustahab,sebab perintah Nabishallallahu alaihi wa sallamuntuk berobat dan dibawa kepada hukum sunnah karena ada hadits yang lain Rosulullohshallallahu alaihi wa sallammemerintahkan bersabar, dan ini adalah madzhab Syafiiyah.

3. Pendapat ketiga mengatakanmubah/ boleh secara mutlak, karena terdapat keterangan dalil- dalil yang sebagiannya menunjukkan perintah dan sebagian lagi boleh memilih, (ini adalah madzhab Hanafiyah dan salah satu pendapat madzhab Malikiyah).

4. Pendapat kelima mengatakanmakruh, alasannya para sahabat bersabar dengan sakitnya, Imam Qurtubirahimahullahmengatakan bahwa ini adalah pendapat Ibnu Masud, Abu Dardaradhiyallahu anhum, dan sebagian para Tabiin.

5. Pendapat ke enam mengatakanlebih baik ditinggalkan bagi yang kuat tawakkalnyadan lebih baik berobat bagi yang lemah tawakkalnya, perincian ini dari kalangan madzhab Syafiiyah.

BEROBAT HUKUMNYA BERBEDA-BEDA

1. Menjadi wajib dalam beberapa kondisi:

a. Jika penyakit tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka menyelamatkan jiwa adalah wajib.

b. Jika penyakit itu menjadikan penderitanya meninggalkan perkara wajib padahal dia mampu berobat, dan diduga kuat penyakitnya bisa sembuh, berobat semacam ini adalah untuk perkara wajib, sehingga dihukumi wajib.

c. Jika penyakit itu menular kepada yang lain, mengobati penyakit menular adalah wajib untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.

d. Jika penyakit diduga kuat mengakibatkan kelumpuhan total, atau memperburuk penderitanya, dan tidak akan sembuh jika dibiarkan, lalu mudhorot yang timbul lebih banyak daripada maslahatnya seperti berakibat tidak bisa mencari nafkah untuk diri dan keluarga, atau membebani orang lain dalam perawatan dan biayanya, maka dia wajib berobat untuk kemaslahatan diri dan orang lain.

2. Berobat menjadi sunnah/ mustahab

Jika tidak berobat berakibat lemahnya badan tetapi tidak sampai membahayakan diri dan orang lain, tidak membebani orang lain, tidak mematikan, dan tidak menular , maka berobat menjadi sunnah baginya.

3. Berobat menjadi mubah/ boleh

Jika sakitnya tergolong ringan, tidak melemahkan badan dan tidak berakibat seperti kondisi hukum wajib dan sunnah untuk berobat, maka boleh baginya berobat atau tidak berobat.

4. Berobat menjadi makruh dalam beberapa kondisi

a. Jika penyakitnya termasuk yang sulit disembuhkan, sedangkan obat yang digunakan diduga kuat tidak bermanfaat, maka lebih baik tidak berobat karena hal itu diduga kuat akan berbuat sis- sia dan membuang harta.

b. Jika seorang bersabar dengan penyakit yang diderita, mengharap balasan surga dari ujian ini, maka lebih utama tidak berobat, dan para ulama membawa hadits Ibnu Abbas dalam kisah seorang wanita yang bersabar atas penyakitnya kepada masalah ini.

c. Jika seorang fajir/rusak, dan selalu dholim menjadi sadar dengan penyakit yang diderita, tetapi jika sembuh ia akan kembali menjadi rusak, maka saat itu lebih baik tidak berobat.

d. Seorang yang telah jatuh kepada perbuatan maksiyat, lalu ditimpa suatu penyakit, dan dengan penyakit itu dia berharap kepada Alloh mengampuni dosanya dengan sebab kesabarannya.

Dan semua kondisi ini disyaratkan jika penyakitnya tidak mengantarkan kepada kebinasaan, jika mengantarkan kepada kebinasaan dan dia mampu berobat, maka berobat menjadi wajib.

5. Berobat menjadi haram

Jika berobat dengan sesuatu yang haram atau cara yang haram maka hukumnya haram, seperti berobat dengan khomer/minuman keras, atau sesuatu yang haram lainnya.Menciptakan Kemaslahatan Insani yang Hakiki

Memelihara atau menciptakan kemaslahatan manusia, sekaligus menghindarkan dari mafsadat (hal-hal yang merusak), baik di dunia maupun di akhirat merupakan tujuan utama disyariatkannya hukum Islam. Tujuan teresebut hendak dicapai melalui taklif (pembebanan syariat), yang pelaksanaannya tergantung pada pemahaman sumber hukum yang utama dalam Islam, al-Qura dan Hadits. Lima Kemaslahatan

Kemaslahatan yang ingin dituju dan diciptakan dalam syariat Islam tersebut meliputi pemeliharaan lima hal yang paling urgen (al-Kulliyyat al-Khams), yaitu agama, jiwa, keturunan (kehormatan), harta dan akal. Tiga diantaranya secara langsung berhubungan dengan kesehatan manusia (kedokteran), yaitu jiwa, keturunan (kehormatan), dan akal. Peringkat Pemeliharaan Lima Kemaslahatan

Cara untuk memelihara lima kepentingan di atas dikenal ada 3 peringkat, yaitu : dharuriyyat, hajjiyat dan tahsiniyyat. Pengelompokan ini didasarkan pada tingkat kebutuhan dan skala prioritas. Urutan peringkat ini akan terlihat kepentingannya manakala kemaslahatan yang ada pada masing-masing peringkat satu sama lain bertentangan. Peringkat dhruriyyat menempati urutan pertama, disusul hajjiyat, kemudian tahsiniyyat. Ketiga peringkat tersebut saling berhubungan, kait-mengkait, dan saling melengkapi, peringkat ketiga melengkapi peringkat kedua, dan peringkat kedua melengkapi peringkat pertama.Daftar Pustaka

http://www.slideshare.net/cheynissa/pengantar-ilmu-perilaku-kesehatan-masyarakathttp://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2013/04/20/konsep-kesehatan-dalam-islam/http://bnnpsulsel.com/pencegahan/peran-tenaga-kesehatan-masyarakat/http://www.imunisasi.net/Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.

http://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2013/04/20/konsep-kesehatan-dalam-islam/http://axbarif.wordpress.com/2012/11/20/definisi-puskesmas/http://ners.unair.ac.id/materikuliah/PUSKESMAS.pdf