kedkel dm satya

42
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Saat ini epidemi penyakit tidak menular muncul menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia, sedangkan epidemi penyakit menular juga belum tuntas, selain itu semakin banyak pula penyakit infeksi baru dan timbulnya kembali penyakit infeksi yang sudah lama menghilang. Sehingga Indonesia memiliki beban kesehatan ganda yang berat. Berdasarkan studi epidemologi terbaru di Indonesia telah memasuki epidemi diabetes mellitus tipe 2 (Konsensus Pengelolaan DM, 2011). Diperkirakan masih banyak (sekitar 50%) penderita diabetes belum terdiagnosis di Indonesia. Selain itu hanya dua pertiga saja yang terdiagnosa dan menjalani pengobatan, baik non farmakologis maupun farmakologis. Dari yang menjalani pengobatan tersebut hanya sepertiganya saja yang terkendali dengan baik. Mengingat bahwa diabetes akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah, seharusnya ikut serta dalam usaha

Upload: silvana-hitipeuw

Post on 10-Dec-2015

246 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

jiunni

TRANSCRIPT

Page 1: Kedkel Dm Satya

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Saat ini epidemi penyakit tidak menular muncul menjadi penyebab kematian

terbesar di Indonesia, sedangkan epidemi penyakit menular juga belum tuntas, selain

itu semakin banyak pula penyakit infeksi baru dan timbulnya kembali penyakit

infeksi yang sudah lama menghilang. Sehingga Indonesia memiliki beban kesehatan

ganda yang berat. Berdasarkan studi epidemologi terbaru di Indonesia telah

memasuki epidemi diabetes mellitus tipe 2 (Konsensus Pengelolaan DM, 2011).

Diperkirakan masih banyak (sekitar 50%) penderita diabetes belum

terdiagnosis di Indonesia. Selain itu hanya dua pertiga saja yang terdiagnosa dan

menjalani pengobatan, baik non farmakologis maupun farmakologis. Dari yang

menjalani pengobatan tersebut hanya sepertiganya saja yang terkendali dengan baik.

Mengingat bahwa diabetes akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya

manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, semua pihak, baik

masyarakat maupun pemerintah, seharusnya ikut serta dalam usaha penanggulangan

diabetes, khususnya dalam upaya pencegahan (Konsensus Pengelolaan DM, 2011).

Diabetes Melitus (DM) pada saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan

yang berdampak pada produktivitas dan menurunkan mutu sumber daya manusia.

Penderita diabtes di seluruh dunia pada tahun 2025 berkisar 333 juta orang (5,4%).

Berdasarkan catatan organisasi kesehatan dunia tahun 1998, Indonesia menduduki

peringkat keenam dengan jumlah penderita diabetes terbanyak setelah India, Cina,

Rusia, Jepang, dan Brasil.1 Penderita DM di Indonesia semakin meningkat. Hal ini

dapat diketahui bahwa pada tahun 1995 terdapat lebih kurang 5 juta penderita DM di

Indonesia dengan peningkatan sekitar 230 ribu penderita setiap tahun, sehingga pada

Page 2: Kedkel Dm Satya

2

tahun 2025 penderita diabetes di Indonesia diperkirakan akan mencapai 12 juta orang

(Zahtamal, 2007).

Peningkatan terjadi akibat bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan

perubahan gaya hidup, mulai dari pola makan/jenis makanan yang dikonsumsi sampai

berkurangnya kegiatan jasmani. Hal ini terjadi terutama pada kelompok usia dewasa

ke atas pada seluruh status sosial-ekonomi. Selain itu, peningkatan jumlah kasus DM

terjadi karena kurangnya tenaga kesehatan, peralatan pemantauan dan obat-obatan

tertentu, terutama di daerah terpencil serta belum ada keseragaman dalam mengelola

pasien DM oleh dokter di lini depan (Zahtamal, 2007).

2. Tujuan

A. Tujuan Umum

Melakukan pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien diabetes dan

keluarganya di Kelurahan Lapulu Kecamatan Abeli Kota Kendari.

B. Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga, dan siklus keluarga)

keluarga pasien diabetes.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan

pada pasien diabetes dan keluarganya.

3. Mendapatkan pemecahan masalah kesehatan pasien diabetes dan keluarganya.

3. Manfaat

A. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta

penatalaksanaan diabetes dengan pendekatan kedokteran keluarga.

Page 3: Kedkel Dm Satya

3

B. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar setiap memberikan

penatalaksanaan kepada pasien diabetes dilakukan secara holistik dan komprehensif

serta mempertimbangkan aspek keluarga dalam proses perjalanan penyakitnya.

C. Bagi Pasien dan Keluarga

Memberikan informasi kepada pasien dan keluargamya bahwa keluarga juga

memiliki peranan yang cukup penting dalam pengawasan pasien

Page 4: Kedkel Dm Satya

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang

secara genetis dan klinis termasuk heterogen yang ditandai dengan karakteristik

hiperglikemia (meningkatanya kadar gula darah) yang terjadi karena kelainan sekresi

insulin, kerja insulin atau keduanya (Sylvia A Price, 2005).

Menurut American Diabetes Assiciation (ADA) tahun 2010 diabetes mellitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia

yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Konsensus,

2011).

2. Epidemiologi

Prevalensi penyakit diabetes mellitus sangat tinggi. Diduga terdapat sekitar 16

juta kasus di Amerika Serikat dan dan setiap tahunnya didiagnosa 600.000 kasus

baru. Diabetes merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat dan

merupakan penyebab utana kebutaan pada orang dewasa akibat retinopati diabetic.

Penderita diabetes juga memiliki kesempatan 2,5 kali lebih sering terkena serangan

jantung dibandingkan dengan yang tidak menderita diabetes (Sylvia A Price, 2005).

Tujuh puluh lima persen penderita diabetes akhirnya meninggal karena

penyakit vaskuler. Serangan jantung, gagal ginjal, stroke, dan ganggren adalah

komplikasi yang paling utama. Dampak ekonomi pada diabetes juga jelas terlihat

berakibat pada biaya pengobatan dan hilangnya pendapatan, selain konsekuensi

financial karena banyaknya komplikasi seperti kebutaan dan penyakit vascular

(Sylvia A Price, 2005).

Page 5: Kedkel Dm Satya

5

3. Klasifikasi

Beberapa klasifikasi diabetes mellitus telah diperkenankan.

Menurut American Diabetes Assiciation (ADA) diabetes mellitus dapat

diklasifikasikan menjadi:

Tabel 1. Klasifikasi Etiologis Diabetes Mellitus

Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin

absolute

1. Idiopatik

2. Autoimun

Tipe 2 Bervariasi, mulai yang doniman resistensi insulin disertai

defisiensi insulin relative sampai yang dominan defeksekresi

insulin disertai resistensi insulin

Tipe lain 1. Defek genetic fungsi sel beta

2. Defek genetic kerja insulin

3. Penyakit eksokrin pancreas

4. Endokrinopati

5. Karena obat atau zat kimia

6. Infeksi

7. Sebab imunologi yang jarang sindrom genetic

lain terkait diabetes

Diabetes gestasional

Sumber: Konsensus Pengelolaan Diabetes, 2011

3. Patomekanisme

Diabetes mellitus (DM) dibagi menjadi beberapa tipe. Diabetes tipe I biasanya

menimbulkan gejala sebelum usia pasien 30 tahun, walaupun gejala dapat muncul

Page 6: Kedkel Dm Satya

6

kapan saja. Pasien diabetes tipe I memerlukan insulin dari luar tubuhnya untuk

kelangsungan hidupnya. Diabetes tipe II biasanya dialami saat pasien berusia 30

tahun atau lebih, dan pasien tidak tergantung dengan insulin dari luar tubuh, kecuali

pada keadaan-keadaan tertentu. Tipe diabetes lainnya adalah diabetes gestasional,

yakni diabetes yang terjadi pada ibu hamil, yang disebabkan oleh gangguan toleransi

glukosa pada pasien tersebut (Kurnia, 2010).

Mekanisme timbulnya penyakit diabetes mellitus adalah sebagai berikut: Pada

kondisi normal, glukosa dalam tubuh yang berasal dari makanan, diserap ke dalam

aliran darah dan bergerak ke sel-sel di dalam tubuh. Glukosa tersebut kemudian

dimanfaatkan sebagai sumber energi. Pengubahan glukosa dalam darah menjadi

energi dilakukan oleh hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas.

Hormon insulin juga berfungsi untuk mengatur kadar glukosa dalam darah. Namun

apabila insulin yang tersedia jumlahnya terbatas dan atau tidak bekerja dengan

normal, maka sel-sel di dalam tubuh tidak terbuka dan glukosa akan terkumpul dalam

darah (Anonim, 2009).

Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan sebagai

anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk

kemudian di dalam sel glukosa itu dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila insulin

tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, akibatnya glukosa akan

tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam darah

meningkat. Dalam keadaan ini badan akan menjadi lemah karena tidak ada sumber

energi di dalam sel. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu:

1. Rusaknya sel β pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia tertentu, dll).

2. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.

3. Desensitasi/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan perifer

(Anonim, 2009)

Page 7: Kedkel Dm Satya

7

Aktivitas insulin yang rendah akan menyebabkan ;

1. Penurunan penyerapan glukosa oleh sel-sel, disertai peningkatan pengeluaran

glukosa oleh hati melalui proses glukoneogenesis dan glikogenolisis. Karena

sebagian besar sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa tanpa bantuan insulin,

timbul keadaan ironis, yakni terjadi kelebihan glukosa ekstrasel sementara terjadi

defisiensi glukosa intrasel “kelaparan di lumbung padi”.

2. Kadar glukosa yang meninggi ke tingkat dimana jumlah glukosa yang difiltrasi

melebihi kapasitas sel-sel tubulus melakukan reabsorpsi akanmenyebabkan

glukosa muncul pada urin, keadaan ini dinamakan glukosuria

3. Glukosa pada urin menimbulkan efek osmotik yang menarik H2O bersamanya.

Keadaan ini menimbulkan diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria (sering

berkemih).

4. Cairan yang keluar dari tubuh secara berlebihan akan menyebabkan dehidrasi,

yang pada gilirannya dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer karena

volume darah turun mencolok. Kegagalan sirkulasi, apabila tidak diperbaiki dapat

menyebabkan kematian karena penurunan aliran darah ke otak atau menimbulkan

gagal ginjal sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak adekuat.

5. Selain itu, sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami dehidrasi akibat

perpindahan osmotik air dari dalam sel ke cairan ekstrasel yang hipertonik.

Akibatnya timbul polidipsia (rasa haus berlebihan) sebagai mekanisme

kompensasi untuk mengatasi dehidrasi.

6. Defisiensi glukosa intrasel menyebabkan “sel kelaparan” akibatnya nafsu makan

(appetite) meningkat sehingga timbul polifagia (pemasukan makanan yang

berlebihan)

7. Efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak menyebabkan penurunan sintesis

trigliserida dan peningkatan lipolisis. Hal ini akan menyebabkan mobilisasi besar-

Page 8: Kedkel Dm Satya

8

besaran asam lemak dari simpanan trigliserida. Peningkatan asam lemak dalam

darah sebagian besar digunakan oleh sel (Anonim, 2009)

4. Manifestasi Klinis

Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik.

1. Gejala Akut Penyakit Diabetes mellitus

Gejala penyakit diabtes dari satu penderita ke penderita lain bervariasi

bahkan, mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu. Pada

permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (Poli), yaitu:

1. Banyak makan (poliphagia).

2. Banyak minum (polidipsia).

3. Banyak kencing (poliuria).

Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala:

1. Banyak minum.

2. Banyak kencing.

3. Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg

dalam waktu 2-4 minggu).

4. Mudah lelah.

5. Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma

yang disebut dengan koma diabetic (Anonim, 2011).

2. Gejala Kronik Diabetes melitus

Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes melitus adalah

sebagai berikut:

Page 9: Kedkel Dm Satya

9

1. Kesemutan.

2. Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum.

3. Rasa tebal di kulit.

4. Kram.

5. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata

6. Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita.

7. Gigi mudah goyah dan mudah lepas

8. Kemampuan seksual menurun,bahkan impotensi (Anonim, 2011).

5. Diagnosis

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan

adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti tersebut di

bawah ini:

1. Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat

badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

2. Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan

disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.

Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara, yaitu:

1. Pertama, jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma

sewaktu >200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.

2. Kedua, dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa yang lebih mudah dilakukan,

mudah diterima oleh pasien serta murah, sehingga pemeriksaan ini dianjurkan

untuk diagnosis DM.

Page 10: Kedkel Dm Satya

10

3. Ketiga dengan TTGO. Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif

dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun

memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan

dalam praktek sangat jarang dilakukan (IDI, 2009).

Kriteria diagnosis diabetes untuk dewasa tidak hamil yaitu apabila hasil

pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke

dalam kelompok TGT atau GDPT tergantung dari hasil yang diperoleh:

1. TGT : Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan

glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140 – 199 mg/dL (7.8-11.0 mmol/L).

2. GDPT : Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma

puasa didapatkan antara 100 – 125 mg/dL (5.6 – 6.9 mmol/L).

Tabel 2. Kriteria diagnosis DM

1. Gejala klasik DM + gula plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol/L)

Glokosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir.

Atau

2. Gejala klasik DM

+

Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl (7,0 mmol/L)

Puasa diartikan pasien tidak mendapat tambahan kalori sedikitnya 8 jam

Atau

3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dl (11,I mmol/L)

TTGO dilakukan dengan standar WHO \, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air

Sumber: Konsensus pengelolaan Diabetes, 2011

Page 11: Kedkel Dm Satya

11

6. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan diabetes secara umum adalah untuk meningkatkan

kualitas hidup penyandang diabetes. Dalam penatalaksanaannya terdapat pilar

penatalaksanaan diabetes, yaitu:

1. Edukasi

2. Terapi gizi medis

3. Latihan jasmani

4. Intervensi

5. Pengawasan glukosa dirumah

Pengelolaan diabetes dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani

selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai

sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan

atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara

tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi

metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan

cepat, adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan (IDI, 2009).

Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan

cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien, sedangkan pemantauan kadar

glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.

Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum

tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani (Konsensus Pengelolaan

Diabetes, 2011).

Obat hipoglikemik oral (OHO) Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi

menjadi 4 golongan:

1. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinid

Page 12: Kedkel Dm Satya

12

2. Penambah sensitivitas terhadap insulin: metformin, tiazolidindion

3. Penghambat glukoneogenesis (metformin)

4. Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa

Insulin

Insulin diperlukan pada keadaan:

1. Penurunan berat badan yang cepat

2. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis

3. Ketoasidosis diabetik

4. Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik

5. Hiperglikemia dengan asidosis laktat

6. Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal

7. Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)

8. Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali dengan

perencanaan makan

9. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

10. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

Jenis dan lama kerja insulin :

1. Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:

2. insulin kerja cepat (rapid acting insulin)

3. insulin kerja pendek (short acting insulin)

4. insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)

5. insulin kerja panjang (long acting insulin) (Konsensus Pengelolaan Diabetes,

2011)

Page 13: Kedkel Dm Satya

13

1. Terapi kombinasi

Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan

dapat dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi

dengan OHO kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang

mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum

tercapai, dapat pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau

kombinasi OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinik di

mana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai dipilih terapi dengan kombinasi tiga

OHO (IDI, 2009).

7. Komplikasi

Komplikasi-komplikasi diabetes mellitus dapat dibagi menjadi dua kategori

mayor yaitu komplikasi metabolic akut dan komplikasi metabolic vascular jangka

panjang. Komplikasi metabolic akut yang paling serius pada diabetes tipe satu yaitu:

ketoasidosis diabetic, hiperosmolar non ketotik dan hipoglikemia (Sylvia Price,

2005).

Komplikasi vascular jangka panjang dari diabetes melibatkan pembuluh-

pembuluh darah kecil (mikroangiopati) serta pembuluh darah sedang dan besar

(makroangiopati). Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang

kapiler dan arteliola mata (retinopati diabetic), glomerulus ginjal (nefropati diabetic),

dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetic) (Sylvia Price, 2005).

Page 14: Kedkel Dm Satya

14

BAB III

KUNJUNGAN RUMAH

Tanggal kunjungan rumah : 2 Mei 2015

Tempat : Kelurahan Lapulu Kecamatan Abeli

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. Johanna

Umur : 48 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Toraja

Alamat : Kelurahan Lapulu RT/RW

Tabel 3. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah

No.Nama

anggota

Umur

L/P

Hubungan

keluarga

Pendidikan/

pekerjaanKeadaan fisik

1. Tn. Yunus L/51 Tahun KK S1/ PNS Sehat

2. Ny. Johanna P/48 Tahun Istri SMA/ IRT DM

3. Tn. Felix L/26 Tahun Anak SMA/wiraswasta Sehat

4. Tn. Frans L/24 Tahun Anak SMA/

wiraswasta Sehat

5. Nn. Maissy P/22 Tahun Anak SMA/ Pelajar Sehat

Page 15: Kedkel Dm Satya

15

6. Nn. Mita P/17 Tahun Anak Pelajar Sehat

Sumber: Data Primer

Gambar 1. Genogram keluarga

Keterangan:

Laki-laki

Perempuan

SUAMI PASIEN

Perempuan penderita diabetes

Laki-laki penderita TBC

Perempuan meninggal

Laki-laki meninggal

Perempuan penderita jantung

Page 16: Kedkel Dm Satya

16

2. Anamnesis

Keluhan Utama: sering terbangun untuk buang air kecil pada malam hari

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Awalnya sekitar 4 tahun yang lalu pasien mengeluh sering terbangun pada

malam hari untuk buang air kecil. Setiap malam pasien buang air kecil ± 5 kali.

Pasien juga merasakan badannya makin kurus yang pasien sadari ketika merasa

pakaiannya bertambah longgar. Pasien juga merasa gatal pada seluruh badannya dan

sering merasa haus. Kemudian atas usulan dari tetangganya maka pasien melakukan

pemeriksaan gula darah pada salah satu mahasiswa kesehatan di dekat rumahnya.

Dari hasil pemeriksaan diperoleh gula darah sewaktu pasien ±400 mg/dl. Pasien

kemudian berobat ke tabib dan diberikan ramuan dari tumbuh-tumbuhan. Namun pola

makan pasien masih jelek (pasien sering makan kue-kue dan minum teh manis bila

ikut arisan) sehingga keluhannya bertambah yaitu pasien merasakan pandangannya

mulai kabur. Kemudian pasien memeriksakan diri kembali ke dokter penyakit dalam

dan hasilnya gula darah puasa pasien sekitar 500 mg/dl. Sejak saat itu pasien mulai

mengatur pola makannya, pola hidupnya dan mengkonsumsi obat penurun gula yang

dikombinasikan dengan ramuan herbal dari tabib.

2. Riwayat Penyakit Terdahulu

Pasien sudah mengalami penyakit gula sejak 4 tahun yang lalu. sebelumnya

pasien tidak pernah menderita penyakit yang sama.

3. Riwayat Kebiasaan Pasien

1. Sebelum sakit gula pasien bekerja sebagai pembuat kue

2. Pasien juga rajin mengikuti kegiatan di Gereja

3. Pasien suka mengkonsumsi kue-kue manis dan meminum teh manis setiap

harinya.

Page 17: Kedkel Dm Satya

17

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan

yang dialami pasien. Kedua orang tua pasien telah meninggal namun bukan karena

penyakit gula. Ayah pasien meninggal karena sakit kanker dan ibunya meninggal

karena jantung. Sedangkan saudara-saudara pasien masih sehat.

5. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Sakit ringan

Tanda Vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Frekwensi nadi : 91x/menit

Frekwensi napas : 20 x/menit

Suhu : 36,8 oC

Berat badan : 61 Kg

Kepala : Normosefal, rambut panjang berwarna hitam

Kulit : Kesan normal

Mata : konjungtiva anemis-/- , sclera ikterus -/-

Telinga : Kedua telinga tidak tampak sekret

Hidung : Deviasi septum (-), secret (-)

Mulut : Somatitis (-), lidah kotor (-), Sianosis (-)

Tenggorok : Hiperemis (-)

Tonsil : T1-T1 hiperemis (-)

Leher : KGB tidak membesar

Page 18: Kedkel Dm Satya

18

Thorax :

Pulmo

Inspeksi : Dada simetris kira = kanan, retraksi (-),

Palpasi : Sela iga kiri=kanan, vocal premitus normal kiri = kanan

Perkusi : sonor kiri = kanan

Auskultasi : BP : Bronkovasikuler BT : Rh-/- Wh : -/-

Cor

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis sinistra

Perkusi : Pekak

Batas kiri pada linea midclavicularis sinistra

Batas kanan pada linea parasternalis dextra

Auskultasi : Bunyi Jantung I/II murni regular

Abdomen

Inspeksi : Tampak cembung

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus kesan normal

Genito Urinaria: Dalam batas normal

Ekstremitas :

Edema : Tidak ada udema

Akral dingin : Tidak

Page 19: Kedkel Dm Satya

19

Cap refill : Normal

Pemeriksaan Kelenjar Limfe

Leher; Kanan : Normal Kiri : Normal

Axilla Kanan : Normal Kiri : Normal

Inguinal Kanan : Normal Kiri : Normal

6. Pemeriksaan Penunjang yang Diperlukan

1. Glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial

2. A1C

3. Profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida)

4. Kreatinin serum

5. Albuminuria

6. Keton, sedimen dan protein dalam urin

7. Elektrokardiogram

8. Rontgen dada

7. Alasan Mengapa Diperlukan Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium bagi penderita DM diperlukan untuk menegakkan

diagnosis serta memonitor terapi dan timbulnya komplikasi spesifik akibat

penyakit. Dengan demikian, perkembangan penyakit bisa dimonitor dan dapat

mencegah komplikas

8. Hasil Laboratorium

Pada saat melakukan kunjungan rumah dilakukan juga pemeriksaan gula darah.

Dimana sampel diambil dari pembuluh kapiler jari. Hasilnya 354 mg/dl

9. Diagnose Kerja

Diabetes mellitus type 2

Page 20: Kedkel Dm Satya

20

10. Penyelesaian Masalah yang Dihadapi

1. Menyarankan pasien untuk selalu memeriksakan diri ke petugas kesehatan

dan memeriksa gula darahnya.

2. Menyarankan pasien mengatur pola makan dan melakukan latihan jasmani

11. Kapan Menurut Anda Pasien Ini Perlu Dirujuk

Kasus DM yang tanpa disertai dengan penyulit dapat dikelola dengantuntas

oleh dokter umum. Apalagi kalau kemudian kadar glukosa darah ternyata dapat

terkendali baik dengan pengelolaan ditingkat pelayanan kesehatan primer.

Tentu saja harus ditekankan pentingnya tindak lanjut jangka panjang pada para

pasien tersebut.

Pasien yang potensial akan menderita penyulit DM perlu secara periodik

dikonsultasikan kepada dokter ahli terkait ataupun kepada tim pengelola DM

pada tingkat lebih tinggi di rumah sakit rujukan.

12. Penjelasan yang Disampaikan Kepada Pasien dan Keluarga Tentang

Penyakit yang Diderita

1. Menjelaskan tentang penyakit yang diserita pasien.

2. Menjelaskan bahwa penyakit pasien bisa saja diturunkan keanak-anak.

3. Menjelaskan bahwa penyakit pasien bisa diturunkan ke anak pasien sehingga

anak pasien juga harus berpola hidup sehat, mengatur pola makan dan rajin

melakukan latihan jasmani untuk tindakan pencegahan

4. Menjelaskan tentang komplikasi yang dapat terjadi serta gejala-gejalanya.

Sehingga pasien dapat langsung memeriksakan diri ke petugas kesehatan

bila timbul gejala

13. Penjelasan yang Anda Sampaikan tentang Peran Pasien dan Keluarganya

Page 21: Kedkel Dm Satya

21

dalam Proses Penyembuhan Penyakit yang Diderita

Memberitahu keluarga pasien untuk selalu memberikan dukungan kepada

pasien

Memberi tahu kepada pasien bahwa pengobatan DM harus dikonsumsi selama

hidupnya

Memberikan pasien saran untuk mengatur pola makan dan melakukan latihan

jasmani

Member tahu pasien agar selalu memeriksakan gula darahnya secara rutin

sehingga perkembangan penyakit dapat diketahui

14. Penyuluhan yang Anda Lakukan Pada Pasien dan Keluarganya

1. Edukasi tentang DM.

2. Melakukan diet, latihan jasmani

3. Melakukan pola hidup sehat

15. Upaya Pencegahan Yang Anda Sampaikan Kepada Keluarga Pasien

1. Primer:

1. Edukasi kepada pasien dan keluarga bahwa mencegah terjadinya penyakit

serta jauh lebih baik daripada mengobati.

2. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pola makan sehat dengan pola

tradisional serta jenis makanan yang mengandung karbohidrat rendah, lemak

rendah, rendah garam, serat tinggi atau pengaturan pola makan seimbang.

3. Edukasi kepada pasien dan keluarga agar rajin berolahraga minimal 2-3 kali

seminggu

4.Keluarga memiliki resiko untuk mendirita, maka dilakaukan skrinning untuk

anggota keluarga.

Page 22: Kedkel Dm Satya

22

Sekunder:

1. Mencegah timbulnya komplikasi dengan memotivasi pasien untuk rajin

berobat dan kontrol ke pelayanan kesehatan

2. Penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang gejala, penatalaksanaan dan

pencegahan komplikasi.

Tersier:

1. Jika ada keluhan segera melakukan konstultasi ke pelayanan kesehatan

2. Melakukan penyuluhan kepada keluarga dan pasien yaitu di butuhkan kerja

sama antara anggota keluarga dan penderita untuk mengendalikan DM dari

komplikasi dan kecatatan.

3. Kegiatan yang Dilakukan Saat Kunjungan Rumah

Melakukan kunjungan rumah, memantau kondisi pasien, melakukan diagnosis

holistik, melakukan pengobatan dan intervensi.

1. Perjalanan penyakit saat ini :

Awalnya sekitar 4 tahun yang lalu pasien mengeluh sering terbangun pada malam

hari untuk buang air kecil. Setiap malam pasien buang air kecil ± 5 kali. Pasien

juga merasakan badannya makin kurus yang pasien sadari ketika merasa

pakaiannya bertambah longgar. Pasien juga merasa gatal pada seluruh badannya

dan sering merasa haus. Kemudian atas usulan dari tetangganya maka pasien

melakukan pemeriksaan gula darah pada salah satu mahasiswa kesehatan di dekat

rumahnya. Dari hasil pemeriksaan diperoleh gula darah sewaktu pasien ±400

mg/dl. Pasien kemudian berobat ke tabib dan diberikan ramuan dari tumbuh-

tumbuhan. Namun pola makan pasien masih jelek (pasien sering makan kue-kue

dan minum teh manis bila ikut arisan) sehingga keluhannya bertambah yaitu

pasien merasakan pandangannya mulai kabur. Kemudian pasien memeriksakan

Page 23: Kedkel Dm Satya

23

diri kembali ke dokter penyakit dalam dan hasilnya gula darah puasa pasien

sekitar 500 mg/dl. Sejak saat itu pasien mulai mengatur pola makannya, pola

hidupnya dan mengkonsumsi obat penurun gula yang dikombinasikan dengan

ramuan herbal dari tabib.

2. Riwayat penyakit keluarga :

Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan yang

dialami pasien. Kedua orang tua pasien telah meninggal namun bukan karena

penyakit gula. Ayah pasien mneinggal karena kanker dan ibunya meninggal karena

jantung. Sedangkan saudara-saudara pasien masih sehat.

3. Riwayat penyakit dahulu

Pasien sudah mengalami penyakit gula sejak 4 tahun yang lalu. sebelumnyaa pasien

tidak pernah menderita penyakit yang sama.

4. Diagnosis Holistik

1. Aspek personal

Pasien berobat dengan harapan bisa sembuh dari penyakitnya. Pasien jarang

memeriksakan diri dan tidak mengkonsumsi obat secara rutin dan teratur

2. Aspek risiko internal

Faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien saat ini yaitu: umur, jenis

kelamin, diet yang tidak sehat

3. Aspek psikososial keluarga

1. Hubungan penderita dengan anggota keluarga lainnya baik. Suami dan anak

pasien sangat perhatian kepada pasien dan merawat pasien dengan baik

2. Hubungan pasien dengan tetangga juga baik. Tetangga sering datang

Page 24: Kedkel Dm Satya

24

menjenguk pasien.

5. Diagnosis Sosial, Ekonomi, Pencarian Pelayanan Kesehatan Dan

Perilaku

1. Sosial 1. Hubungan keluarga dengan tetangga atau orang sekitar baik,

saling membantu jika ada kesulitan

2. Tidak ada masalah baik di rumah, maupun dengan tetangganya

2. Ekonomi

1. Pasien sudah tidak bekerja

2. Sehari-hari biaya kehidupan pasien berasal suaminya yang

bekerja di kebun kopra milik pribadi

3. Penghasilan suami Rp 4.000.000/bulan

3. Penggunaan

pelayanan

kesehatan

1. Jika salah satu keluarga pasien sakit maka pasien lebih sering ke

puskesmas dari pada rumah sakit.

2. Kurangnya pengetahuan tentang diabetes dan dampaknya.

4. Perilaku

yang tidak

menunjang

kesehatan

Pasien dan keluarganya jarang melakukan latihan jasmani

6. Data Sarana Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan Kehidupan Keluarga

Faktor Keterangan Kesimpulan tentang faktor

Page 25: Kedkel Dm Satya

25

pelayanan kesehatan

Sarana pelayanan kesehatan

yang digunakan oleh

keluarga

Puskesmas dan Rumah sakit Memuaskan

Cara mencapai sarana

pelayanan kesehatan tsb

Menggunakan kendaraan

umum

Tarif pelayanan kesehatan

yang dirasakan

(sangat mahal,mahal,

terjangkau, murah, gratis)

Terjangkau karena

menggunakan BPJS

Kualitas pelayanan

kesehatan yang dirasakan

(sangat baik, baik, biasa,

kurang baik, buruk)

Baik

7. Lingkungan tempat tinggal

Kepemilikan rumah :

(milik sendiri, kontrak, menumpang.)

Daerah perumahan :

(kumuh, padat, berjauhan, bersih, mewah,)

Milik sendiri

Padat, bersih

Karakteristik rumah dan lingkungan Kesimpulan tentang faktor lingkungan

tempat tinggal

Luas rumah : 20mx9m

Bertingkat / tidak Tidak bertingkat

Jumlah penghuni rumah : 7 orang

Kondisi halaman : bersih

Lantai rumah dari : Ubin

Dinding rumah dari : Tembok

Page 26: Kedkel Dm Satya

26

Kondisi dalam rumah : Bersih

8. Intervensi pada Keluarga

Hari / Tanggal INTERVENSI YANG DILAKUKAN DAN RENCANA TINDAK

LANJUT.

Kunjungan

pertama,

Sabtu/ 2 Mei

2015

Edukasi pasien tentang diabetes Pengenalan tentang etiologi, gejala

klinis, patofisiologi dan manajemen penatalaksanaan dan

pencegahan. Metode edukasi yang diberikan berupa penyuluhan dan

diskusi dengan pasien.

Tindak lanjut,

Minggu/ 3 Mei

2015

1. Menyarankan pada pasien untuk kembali memeriksakan diri ke

pelayanan kesehatan dan mengkomsumsi obat yang diberikan

secara teratur  

2. Mengatur pola makan

3. Melakukan latihan jasmani 3 kali seminggu

4. Istirahat yang cukup

BAB IV

PENUTUP

Page 27: Kedkel Dm Satya

27

1. Simpulan

Adapun kesimpulan dari lapuran kunjungan rumah ini adalah:

1. Dari hasil kunjungan rumah tanggal 2 - 3 Mei 2014 diperoleh informasi pasien

perempuan usia 48 tahun di diagnosa menderita diabetes melitus tipe 2 sejak 4

tahun yang lalu.

2. Dari hasil kunjungan rumah maka didapatkan masalah yang terjadi pada keluarga

yaitu: pengetahuan pasien yang masih kurang tentang penyakit diabetes, pasien

tidak melakukan latihan jasmani, faktor resiko diabetes yang meningkat pada

anak-anak pasien, pasien jarang mengontrol gula darahnya, pasien melakukan

pemeriksaan hanya bila merasakan suatu gejala.

3. Semua fungsi keluarga terlaksana dengan baik

2. Saran

A. Saran kepada Mahasiswa

1. Lebih memahami dan aktif dalam menganalisa permasalahan kesehatan

baik pada keluarga maupun lingkungannya.

2. Lebih sering berhubungan dengan masyarakat khususnya dalam keluarga

untuk menindak lanjuti suatu penyakit yang dialami oleh keluarga tersebut.

B. Saran kepada Puskesmas

Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat

melalui penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif

kesehatan masyarakat khususnya penyakit yang tergolong berat seperti

diabetes.

C. Saran kepada Keluarga

Page 28: Kedkel Dm Satya

28

Diharapkan agar keluarga pasien menjaga pola makan dan melakukan latihan

fisik untuk menghindari penyakit diabetes

D. Saran kepada Penderita

1. Membicarakan masalahnya kepada orang terdekat atau orang yang dipercaya,

sehingga mengurangi beban pikirannya.

2. Berusaha untuk lebih memahami penyakit yang dideritanya.

3. Tetap rajin mengontrol kesehatannya ke pelayanan kesehatan masyarakat

terdekat.

4. Menyarankan pasien untuk melakukan fisioterapi agar fungsi mototrik dapat

membaik

DAFTAR PUSTAKA

Page 29: Kedkel Dm Satya

29

Anonym. 2009. Diunduh dari:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22068/4/Chapter%20II.pdf.

(Diakses Tanggal 25 Agustus 2014)

Anonym. 2011. Diunduh dari:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31359/4/Chapter%20II.pdf

Tanggal: 25 Agustus 2014

Kurnia. 2010. Mekanisme Terjadinya Diabetes. Diunduh dari:

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/

2094446-mekanisme-terjadinya-diabetes/. Tanggal: 25 Agustus 2014

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. 2009. IPD’s CIM (Compendium Of

Indonesian Medicine). PT Medinfocomm: Jakarta

Sylvia A Price, Lorraine M Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit . EGC: Jakarta

Tim konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia.

2006. Diunduh dari:

http://www.pbpapdi.org/images/file_guidelines/12_Konsensus

%20Pengelolaaln%20dan%20Pencegahan%20Diabets%20Melitus%20Tipe

%202%20di%20Indonesia%202006.PDF. Tanggal: 25 Agustus 2014

Tim revisi konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di

indonesia. 2011. Diunduh dari:

http://www.academia.edu/4053787/Revisi_final_KONSENSUS_DM_Tipe_2

_Indonesia_2011. Tanggal: 25 Agustus 2014

Zahtamal, fifia chandra, suyanto, tuti restuastuti. 2007. Faktor-Faktor Risiko Pasien

Diabetes Melitus. Fakultas Kedokteran Universitas Riau: Riau

LAMPIRAN

Page 30: Kedkel Dm Satya

30