kebutuhan ibu selama kala ii persalinan dan melakukan amniotomi dan episiotomi

44
Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan dan Melakukan Amniotomi dan Episiotomi MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN II “Memberikan Asuhan pada Ibu Bersalin Kala II : Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan dan Melakukan Amniotomi dan Episiotomi” Dosen : Ibu Jenny J.S. Sondakh, M. Clin. Mid. Oleh Kelompok 11 : 1. Afifa Rahma Hani 0902100001 2. Novitasari Mustika R. 0902100024 Kelas II A JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MALANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MALANG Tahun 2010 DAFTAR ISI Daftar Isi 1 1 Memberikan Asuhan pada Ibu Bersalin Kala II 1.1 Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan 1.1.1 Pernapasan 2 1.1.2 Mendorong 3 1.1.3 Orang terdekat 3 1.2 Asuhan Sayang Ibu 5 1.3 Melakukan Amniotomi dan Episiotomi 1.3.1 Amniotomi 8 1.3.2 Episiotomi 11

Upload: sandi-saputra-al-fath

Post on 02-Dec-2015

56 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan dan Melakukan Amniotomi dan Episiotomi

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN II“Memberikan Asuhan pada Ibu Bersalin Kala II : Kebutuhan Ibu Selama Kala II PersalinandanMelakukan Amniotomi dan Episiotomi”

Dosen : Ibu Jenny J.S. Sondakh, M. Clin. Mid.

Oleh Kelompok 11 : 1. Afifa Rahma Hani 09021000012. Novitasari Mustika R. 0902100024Kelas II A

JURUSAN KEBIDANANPROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MALANGPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MALANGTahun 2010DAFTAR ISI

Daftar Isi 11 Memberikan Asuhan pada Ibu Bersalin Kala II1.1 Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan1.1.1 Pernapasan 21.1.2 Mendorong 31.1.3 Orang terdekat 31.2 Asuhan Sayang Ibu 51.3 Melakukan Amniotomi dan Episiotomi1.3.1 Amniotomi 81.3.2 Episiotomi 111.3.3 Menjahit Episiotomi 16Daftar Pustaka 19

Page 2: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

TINJAUAN TEORI

1 Memberikan Asuhan pada Ibu Bersalin Kala IIKala II persalinan dimulai dengan dilatasi serviks dan diakhiri dengan kelahiran bayi. Tahap ini dikenal dengan kala ekspulsi. (Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2, Helen Varney, 2008: 751) Kala II adalah mulai dari saat pembukaan mulut rahim secara penuh hingga si kecil lahir. (Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan dan Perawatan Bayi, M.T. Indiarti, 2007: 147)1.1 Kebutuhan Ibu Selama Kala II PersalinanPerawatan tubuh dan perawatan penunjang selama kala dua persalinan merupakan kelanjutan asuhan yang dimulai selama kala satu persalinan; dimodifikasi untuk memenuhi perubahan kebutuhan wanita yang berkembang selama persalinan. Keefektifan tindakan memberi kenyamanan bergantung pada bagaimana setiap wanita mengalami dan menerimanya. Terdapat sedikit tindakan tambahan dan pertimbangan yang spesifik untuk kala dua persalinan, yaitu mengenai pernapasan, dorongan, dan orang terdekat wanita.1.1.1 PernapasanWanita harus menggunakan bentuk pernapasan terkontrol, seperti yang digunakan pada saat fase aktif kala satu persalinan, selama kontraksi jika ia belum merasa ingin mendorong. Jenis pernapasan ini dimulai dengan napas pembersihan, kemudian menjadi napas dada lambat yang kecepatannya meningkat pada saat kontraksi mencapai puncaknya, kemudian melambat pada saat kontraksi mereda, dan diakhiri dengan napas pembersihan lainnya.Wanita mungkin memerlukan bantuan dalam mengatur pernapasannya dan dalam mengefektifkan penggunaan upaya dorong alaminya. Wanita perlu dipimpin untuk bernapas pendek dan cepat jika ia merasa ingin mendorong. Bernapas pendek dan cepat dapat berarti melakukan inhalasi dengan cepat diikuti ekshalasi yang kuat dan segera diulangi. Pernapasan pendek dan cepat juga dapat berarti napas tenggorok yang dangkal dan cepat. Kemampuan wanita untuk bernapas pendek dan tidak melakukan dorongan dapat menjadi hal yang penting, dan ia harus diajarkan bagaimana melakukan hal itu ketika memasuki kala dua persalinan jika ia belum diajarkan sebelumnya.1.1.2 MendorongWanita yang merasa seperti ingin atau perlu untuk mendorong dapat dibantu dengan sejumlah cara untuk membuat upayanya seefektif mungkin. Membantu wanita mendorong akan membuat pasangannya merasa penting, mempunyai peran dan berpartisipasi dalam pengalaman ini.1.1.3 Orang terdekatIdealnya, orang yang diinginkan kehadirannya pada saat pelahiran telah didiskusikan dan direncanakan beberapa waktu sebelumnya. Tempat bersalin tanpa pembatasan orang yang akan hadir ketika pelahiran, kecuali yang ditempatkan oleh wanita adalah di rumah. Rumah bersalin umumnya juga memilikisedikit sampai tidak ada pembatasan. Tempat yang paling dibatasi adalah ruang bersalin rumah sakit dengan jumlah orsng terdekat wanita biasanya dibatasi satu atau dua orang saja. Bergantung pada ukuran ruang bersalin atau jika pelahiran bertempat di ruang LDR atau LDRP (Labor/deliver/recovery/postpartum room), lebih banyak orang terdekat wanita mungkin diperbolehkan. Kebijakan mengenai kehadiran orang terdekat pada saat pelahiran sangat bervariasi di setiap rumah sakit. Lebih banyak rumah sakit yang

Page 3: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

toleran mengizinkan saudara kandung hadir selama persalinan dan pada saat kelahiran. Kebijakan rumah sakit yang membatasi telah menjadi salah satu alasan bagi pasangan untuk mencari alternatif tempat melahirkan di luar rumah sakit.Jika anak-anak akan hadir ketika pelahiran, tanpa memperhatikan tempat bersalin, diperlukan orang dewasa yang menjadi penangjawab utama atas mereka dan mengurus mereka. Anak-anak harus dapat meninggalkan tempat bersalin jika mereka menginginkannya, atau jika diperlukan. Anak-anak harus dipersiapkan untuk melihat dan mendengar suasana melahirkan dan dapat terlibat dalam persiapan untuk pelahiran dan persiapan untuk bayi.Jika proses melahirkan akan dilakukan dalam ruang pelahiran, bidan harus menyambut pasangan dan membuat ia merasa diinginkan dan dibutuhkan, seperti yang dilakukan dalam ruang bersalin. Tempatkan pasangan di samping wanita, sediakan bangku untuk duduk, dan tekankan pentingnya keberadaannya di tempat tersebut. Jika orang terdekat wanita perlu berganti pakaian untuk masuk ke dalam ruang pelahiran, berikan waktu sebanyak yang diperlukan sehingga ia tidak melewatkan pelahiran. Sertakan orang terdekat wanita ketika bidan menjelaskan tentang aktivitas yang sedang terjadi.Aktivitas orang terdekat wanita selama tahap kedua persalinan sekali lagi bergantung pada kemampuan dan harapan orang tersebut serta beberapa banyak partisipasi yang disetujui wanita, orang tersebut, dan penolong. Sebagai contoh, pasangan dapat terus melakukan aktivitas yang mereka lakukan selama kala satu persalinan. Mereka juga dapat membantu wanita dalam teknik mendorong, menyemangatinya, membasuh wajahnya, berbagi hal dan juga saat-saat pelahiran yang dinantikan bersamanya, serta memotong tali pusat. (Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2, Helen Varney, 2008: 766-767) Lesser dan Keane dalam buku Midwifery oleh Varney, 2002 menyatakan bahwa kebutuhan ibu selama persalinan antara lain :Perawatan tubuh, pendampingan oleh keluarga, bebas dari rasa nyeri persalinan, penghormatan akan budaya, dan informasi tentang diri dan janinnya. asuhan tubuh artinya metode sentuhan oleh pendamping persalinan, misalnya : mengusap mata dengan washlap lembab, memperhatikan kebersihan tubuh, memperhatikan kebersihan pada vulva agar ibu nyaman dan pemberian nutrisi.1. Kehadiran pendamping secara terus menerus . Hal ini memberikan hasil:a. Persalinan yang diakhiri oleh vacuum ekstraksi dan forceps semakin sedikitb. Pembedahan cesar semakin menurunc. Skore apgar <7 semakin menurund. Waktu yang diperlukan dalam persalinan semakin pendeke. Kepuasan ibu semakin meningkat dalam pengalaman melahirkan2. Mengurangi rasa sakit. Cara yang digunakan untuk manajemen nyeri persalinan oleh pendamping persalinan secara terus-menerus bersifat sederhana, efektif, tidak beresiko/ resikonya rendah, bersifat sayang ibu serta kemajuan proses persalinan3. Varney 2004 menjelaskan tentang cara manajemen nyeri persalinan dengan mendukung persalinan, dan asuhan tubuh4. Penny Simpkin, 2005 menjelaskan bahwa cara untuk mengurangi rasa sakit yaitu dengan mengurangi rasa sakit langsung pada sumbernya, memberikan rangsangan alternative yang kuat serta mengurangi reaksi mental negative, emosional dan fisik ibu terhadap rasa sakit. Untuk itu perlu dilakukan :a. Kehadiran yang terus menerus, sentuhan, penghiburan, dan dorongan dari orang yang mendampinginyab. Pergantian posisi sesuai keinginan ibu dan pergerakanc. Masase pada pinggangd. Penekanan pada lutut dalam posisi ibu duduk oleh pendamping persalinane. Kompres bergantian panas atau dingin

Page 4: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

f. Pemberian keleluasaan kepada ibu selama persalinan untuk mengeluarkan suara/ berteriak/ menangisg. Visualisasi atau menganjurkan ibu untuk membayangkan proses persalinan akan berjalan dengan mudah dan pemusatan perhatian.h. Pemutaran music. Music yang tenang membuat ibu rileks dalam menjalani persalinan. (PERAWATAN IBU BERSALIN (Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin), Sumarah, dkk., 2009:106)1.2 Asuhan Sayang IbuDalam pemenuhan kebutuhan ibu dalam persalinan kala dua, dilaksanakan asuhan sayang ibu. Asuhan sayang ibu meliputi:1.2.1 Anjurkan ibu agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan dan kelahiran bayinya. Dukungan dari suami, orang tua, dan kerabat yang disukai ibu sangat diperlukan dalam menjalani proses persalinan.Alasan: Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan dukungan dari keluarga yang mendampingi dalam menjalani proses persalinan. (Enkin, et al, 2000)1.2.2 Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya membantu ibu untuk berganti posisi, melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan dan minuman, teman bicara, dan memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan melahirkan bayinya.1.2.3 Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan anggota keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan atau kelahiran bayi kepada mereka.1.2.4 Tenteramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala dua persalinan. Lakukan bimbingan dan tawarkan bantuan jika diperlukan.1.2.5 Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran. Ada beberapa posisi yang dapat dipilih, diantaranya: • Posisi duduk atau setengah duduk

• Posisi merangkak atau miring ke kiri

Page 5: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

• Posisi jongkok atau berdiri

1.2.6 Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran. Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan menahan napas. Anjurkan ibu beristirahat di antara kontraksi.Alasan: Meneran secara berlebihan menyebabkan ibu sulit bernapas sehingga terjadi kelelahan yang tidak perlu dan meningkatkan risiko asfiksia pada bayi sebagai akibat turunnya pasokan oksigen melalui plasenta (Enkin, et al, 2000) Anjuran cara mengejan yang benar :- Pilih posisi tubuh yang paling nyaman- Waktu yang tepat untuk mengejan ialah ketika kala II. Ciri-ciri datangnya kala II: ada dorongan mengejan, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva membuka, meningkatnya pengeluaran darah dan lendir, serta kepala bayi telah ada di dasar panggul.- Kepala ibu saat mengejan mesti menunduk sampai dagu menyentuh dada bagian atas, selanjutnya mata diarahkan ke pusar- Mengejanlah seperti hendak buang air besar. Tarik nafas dalam selama kontraksi terjadi, lalu mengejanlah sekuat mungkin.- Lakukan dengan tenang. Dorongan yang panik hanya akan menghamburkan tenaga karena hanya sedikit kemajuan yang dicapai- Lebih baik mengejanlah pendek-pendek kurang lebih 10 detik. Apabila kontraksinya masih ada, ulangi lagi mengejannya. Tujuannya supaya bayi tidak kehabisan oksigen- Apabila kontraksi berhenti, istirahat saja dan atur nafas. Cobalah minum air manis atau madu untuk menambah tenaga. Saat kontraksi dating lagi, mulailah tarik nafas dan mengejan lagi. (Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan dan Perawatan Bayi, M.T. Indiarti, 2007: 147)1.2.7 Anjurkan ibu untuk minum selama kala dua persalinan.Alasan: Ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Cukupnya asupan cairan dapat mencegah ibu mengalami hal tersebut. (Enkin, et al, 2000) 1.2.8 Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala dua persalinan. Berikan rasa aman dan semangat serta tenteramkan hatinya selama proses persalinan berlangsung. Dukungan dan perhatian akan mengurangi perasaan tegang, membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi. Beri penjelasan tentang cara dan tujuan dari setiap tindakan setiap kali penolong akan melakukannya, jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu, jelaskan apa yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan. (Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial Persalinan, JNPK-KR, 2007: 77)1.3 Melakukan Amniotomi dan Episiotomi1.3.1 AmniotomiAmniotomi/pemecahan selaput ketuban dilakukan bila selaput ketuban masih utuh, ada dorongan yang besar. Manfaat yang diperkirakan adalah persalinan bertambah cepat, deteksi

Page 6: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

dini kasus pencemaran mekonium pada cairan amnion, dan kesempatan untuk memasang elektroda ke janin serta memasukkan pressure catheter ke dalam rongga uterus. Jika amniotomi dilakukan, harus diupayakan menggunakan teknik aseptik. Yang penting kepala janin harus tetap berada di serviks dan tidak dikeluarkan dari panggul selama prosedur; karena tindakan seperti itu akan menyebabkan prolaps tali pusat. (Obstetri William Edisi 21, Cuningham, dkk., 2006: 343) Selama selaput ketuban masih utuh, janin akan terhindar dari infeksi dan asfiksia. Cairan amniotic berfungsi sebagai perisai yang melindungi janin dari tekanan penuh dikarenakan kontraksi. Oleh karena itu perlu dihindarkan amniotomi dini pada kala I. Biasanya, selaput ketuban akan pecah secara spontan.Keuntungan tindakan amniotomi :1. Untuk melakukan pengamatan ada tidaknya mekonium2. Menentukan punctum maksimum DJJ akan lebih jelas3. Mempermudah perekaman pada saat memantau janin4. Mempercepat proses persalinan karena mempercepat proses pembukaan serviksKerugian tindakan Amniotomi :1. Dapat menimbulkan trauma pada kepala janin yang mengakibatkan kecacatan pada tulang kepala akibat dari tekanan deferensial meningkat2. Dapat menambah kompresi tali pusat akibat jumlah cairan amniotic berkurang.Indikasi amniotomi :1. Pembukaan lengkap2. Pada kasus solutio plasenta(PERAWATAN IBU BERSALIN (Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin), Sumarah, dkk., 2009:108)Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka perlu dilakukan tindakan amniotomi. Perhatikan warna air ketuban yang keluar saat dilakukan amniotomi. Jika terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban maka dilakukan persiapan pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut menunjukkan adanya hipoksia dalam rahim atau selama proses persalinan. (Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini, 2008: 78)Penatalaksanaan amniotomi :1. Membahas prosedur bersama ibu dan keluarganya dan jawab pertanyaan apapun yang mereka ajukan2. Dengarkan denyut jantung janin (DJJ) dan catat pada partograf.3. Cuci kedua tangan.4. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.5. Diantara kontraksi lakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati. Raba dengan hati-hati selaput ketuban untuk memastikan bahwa kepala telah masuk dengan baik (masuk ke dalam panggul) dan bahwa tali pusat dan/atau bagian-bagian tubuh yang kecil dari bayi bias dipalpasi, jangan pecahkan selaput ketuban. Lihat table 2-1 untuk langkah-langkah kegawatdaruratan dan rujuk segera. Catatan : pemeriksaan dalam yang dilakukan di antara kontraksi seringkali lebih nyaman untuk ibu. Tapi jika selaput ketuban tidak dapat diraba di antara kontraksi, tunggu sampai kekuatan kontraksi berikutnya mendorong cairan ketuban dan membuatnya lebih mudah untuk dipalpasi dan dipecahkan.6. Dengan menggunakan tangan yang lain, tempatkan klem setengah Kocher atau setengah Kelly disinfeksi tingkat tinggi atau steril dengan lembut ke dalam vagina dan pandu klem dengan jari dari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan hingga mencapai selaput ketuban.

7. Pegang ujung klem diantara ujung jari pemeriksaan, gerakkan jari dengan lembut gosokkan klem pada selaput ketuban dan pecahkan. Catatan : seringkali lebih mudah untuk memecahkan selaput ketuban diantara kontraksi ketika selaput ketuban tidak tegang, hal ini

Page 7: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

juga akan mencegah air ketuban menyemprot pada saat selaput ketuban dipecahkan.8. Biarkan air ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan.9. Gunakan tangan yang lain untuk mengambil klem dan menempatkannya ke dalam larutan klorin 0,5 % untuk didekontaminasi. Biarkan jari tangan pemerikasaan tetap di dalam vagina untuk mengetahui penurunan kepala janin dan memastikan bahwa tali pusat atau bagian kecil dari bayi tidak teraba. Setelah memastikan penurunan kepala dan tidak ada tali pusat bagian-bagian tubuh bayi yang kecil, keluarkan tangan pemeriksa secara lembut dari dalam vagina.10. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah (lebih banyak dari bercak bercampur darah yabg normal). Jika mekonium atau darah (lebih banyak dari bercak bercampur darah yang normal). Jika mekonium atau darah terlihat, lihat table 2-1 untuk langkah-langkah gawat darurat.11. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lalu lepaskan sarung tangan dan biarkan terendam di larutan klorin 0,5% selama 10 menit.12. Cuci kedua tangan13. Segera periksa ulang DJJ14. Catat pada partograf waktu dilakukannya pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban dan DJJ.(Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini, JNPK-KR, 2008: 145)

Contoh gambar amniotomi1.3.2 EpisiotomiPada masa yang lalu, tindakan episiotomi dilakukan secara rutin terutama pada primipara. Tindakan ini bertujuan untuk mencegah trauma pada kepala janin, mencegah kerusakan pada spinter ani serta lebih mudah untuk menjahitnya. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung manfaat episiotomi (Enkim, Keirse, Renfew dan Nelson, 1995; Wooley, 1995). Pada kenyataannya tindakan episiotomi dapat menyebabkan peningkatan jumlah jumlah kehilangan darah ibu, bertambah dalam luka perineum bagian posterior, meningkatkan kerusakan pada spinter ani dan peningkatan rasa nyeri pada hari-hari pertama post partum. (PERAWATAN IBU BERSALIN (Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin), Sumarah, dkk., 2009:108)Episiotomi adalah suatu sayatan di dinding belakang vagina agar bukaan lebih lebar sehingga bayi dapat keluar dengan lebih mudah. Dapat dimengerti jika kaum wanita khawatir kalau-kalau sayatan atau robekan akan memengaruhi vagina dan perineum (kulit antara vagina dan anus) sehingga kelak hubungan seksual akan menyakitkan, atau area tersebut menjadi jelek, atau tidak memungkinkan penggunaan tampon. Wanita yang pernah mengalami pelecehan seksualsering takut jika mendengar penyayatan karena ini mengingatkan pada kerusakan yang pernah mereka alami. (Kehamilan dan Melahirkan, Mary Nolan, 2003: 127)

Dianjurkan untuk melakukan episiotomi pada primigravida atau pada wanita dengan perineum yang kaku. Episiotomi ini dilakukan bila perineum telah menipis dan kepala janin tidak masuk kembali ke dalam vagina. Ketika kepala janin akan mengadakan defleksi dengan suboksiput di bawah simfisis sebagai hipomoklion, sebaiknya tangan kiri menahan bagian belakang kepala dengan maksud agar gerakan defleksi tidak terlalu cepat. Dengan demikian, ruptura perinei dapat dihindarkan. Untuk mengawasi perineum ini posisi miring (Sims

Page 8: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

position) lebih menguntungkan dibandingkan dengan posisi biasa. Akan tetapi, bila perineum jelas telah tipis dan menunjukkan akan timbul ruptura perinei, maka sebaiknya dilakukan episiotomi. Dikenal:a. Episotomi mediana, dikerjakan pada garis tengah

b. Episiotomi mediolateral, dikerjakan pada garis tengah yang dekat muskulus sfingter ani, dan diperluas ke sisi

c. Episiotomi lateral, yang sering terjadi perdarahanKeuntungan episiotomi mediana ialah tidak menimbulkan perdarahan banyak dan penjahitan kembali lebih mudah, sehingga sembuh per primam dan hampir tidak berbekas. Bahayanya ialah dapat menimbulkan ruptura perinei totalis. Dalam hal ini muskulus sfingter ani eksternus dan rektum ikut robek pula. Perawatan ruptura perinei totalis harus dikerjakan serapi-rapinya, agar jangan sampai gagal dan timbul inkontinensia alvi.(Ilmu Kebidanan, Hanifa Wiknjosastro, 2007: 195)Indikasi Episiotomi :1. Gawat janin. Untuk menolong keselamatan janin, maka persalinan harus segera diakhiri.2. Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presbo, distoksia bahu, akan dilakukan ekstraksi forcep, ekstraksi vacuum3. Jaringan parut pada perineum ataupun pada vagina4. Perineum kaku dan pendek5. Adanya rupture yang membakat pada perineum6. Premature untuk mengurangi tekanan(PERAWATAN IBU BERSALIN (Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin), Sumarah, dkk., 2009:108)Penatalaksanaan episiotomi :1. Persiapan :a. Peralatan : baik steril berisi kasa, gunting episiotomy, betadin, spuit 10 ml dengan jarum ukuran minimal 22 dan panjang 4 cm, lidokain 1% tanpa epineprin. Bila bila lidokain 1% tidak ada dan tersedia likokain 2% maka buatlah likokain tadi menjadi 1% dengan cara melarutkan 1 bagian lidokain 2% ditambah 1 bagian cairan garam fisiologis atau air destilasi steril. Contoh : Larutkan 5 ml lidokain 2% ke dalam 5 ml cairan garam fisiologis atau air destilasi steril.b. Pertimbangkan secara matang tujuan episiotomi.

Page 9: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

(PERAWATAN IBU BERSALIN (Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin), Sumarah, dkk., 2009:108)c. Pertimbangkan indikasi-indikasi untuk melakukan episiotomi dan pastikan bahwa episiotomi tersebut penting untuk keselamatan dan kenyamanan ibu dan/atau bayi.d. Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan sudah tersedia dan dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.e. Gunakan teknik aseptik setiap saat. Cuci tangan dan pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.f. Jelaskan pada ibu mengapa ia memerlukan episiotomi dan diskusikan prosedurnya dengan ibu. Berikan alasan rasional pada ibu.2. Prosedura. Tunda tindakan episiotomi sampai perineum menipis dan pucat, dan 3-4 cm kepala bayi sudah terlihat pada saat kontraksi.Alasan: Melakukan episiotomi akan ,nenyebabkan perdarahan; jangan melakukannya terlalu dini.b. Masukkan dua jari ke dalam vagina di antara kepala bayi dan perineum. Kedua jari agak direnggangkan dan berikan sedikit tekanan lembut ke arah luar pada perineum.Alasan: Hal ini akan melindungi kepala bayi dari gunting dan meratakan perineum sehingga membuatnya lebih mudah diepisiotomi..c. Gunakan gunting tajam disinfeksi tingkat tinggi atau steril, tempatkan gunting di tengah tengah fourchette posterior dan gunting mengarah ke sudut yang diinginkan untuk me-lakukan episiotomi mediolateral (jika anda bukan kidal, episiotomi mediolateral yang dilakukan di sisi kiri lebih mudah dijahit). Pastikan untuk melakukan palpasi/ mengidentifikasi sfingter ani eksternal dan mengarahkan gunting cukup jauh kearah samping untuk rnenghindari sfingter.d. Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral menggunakan satu atau dua guntingan yang mantap. Hindari “menggunting” jaringan sedikit demisedikit karena akan menimbulkan tepi yang tidak rata sehingga akan menyulitkan penjahitan dan waktu penyembuhannya lebih lama.e. Gunakan gunting untuk memotong sekitar 2-3 cm ke dalam vagina.f. Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episiotomi dengan di lapisi kain atau kasa disinfeksi tingkat tinggi atau steril di antara kontraksi untuk membantu mengurangi perdarahan.Alasan: Melakukan tekanan pada luka episiotomi akan menurunkan perdarahan.g. Kendalikan kelahiran kepala, bahu dan badan bayi untuk mencegah perluasan episio-tomi.h. Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah episiotomi, perineum dan vagina mengalami perluasan atau laserasi, lakukan penjahitan jika terjadi perluasan episiotomi atau laserasi tambahan.(Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial Persalinan, JNPK-KR, 2007: 147)Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi resiko penyayatan atau robekan selama persalinan.- Jika dalam posisi berdiri dan tidak duduk pada tulang ekor ketika mendorong bayi keluar, panggul akan terbuka lebar dan Anda member sebanyak mungkin ruang bagi bayi untuk menemukan jalan keluar termudah. Semakin mudah bayi keluar, akan semakin kurang tekanan yang diterima oleh vagina dan perineum- Cobalah dan bayangkan vagina membuka agar bayi bisa lewat dengan mudah, jangan menahan.- Ketika bidan mengatakan bahwa kepala bayi akan keluar pada kontraksi berikutnya, Anda dapat melakukan posisi merangkak sehingga kepala bayi akan keluar perlahan-lahan dari vagina dan memungkinkan perineum meregang perlahan-lahan di depan wajah bayi.

Page 10: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

Kelahiran yang timbul seperti ini akan sangat baik bagi bayi karena melindungi pembuluh-pembuluh darah yang lembut di dalam kepalanya dari kemungkinan cidera, juga sangat baik bagi Ibu, karena mengurangi resiko robeknya perineum- Bidan akan meminta agar ibu bernapas pendek-pendek bukan mengejan, ketika kepala bayi keluar dan ini juga akan membantu kelahiran yang lembut(Kehamilan dan Melahirkan, Mary Nolan, 2003: 127)

1.3.3 Menjahit EpisiotomiTujuan menjahit laserasi atau episiotomi adalah untuk menyatukan kembali jaringan tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan hemostasis). Ingat bahwa setiap kali jarum masuk ke dalam jaringan tubuh, jaringan akan terluka dan menjadi tempat yang potensial untuk timbulnya infeksi. Oleh sebab itu pada saat menjahit laserasi atau episiotomi gunakan benang yang cukup panjang dan gunakan sesedikit mungkin jahitan untuk mencapai tujuan pendekatan dan hemostasis.Keuntungan-keuntungan teknik penjahitan jelujur:• Mudah dipelajari (hanya perlu belajar satu jenis penjahitan dan satu atau dua jenis simpul)• Tidak terlalu nyeri karena lebih sedikit benang yang digunakan• Menggunakan lebih sedikit jahitanMempersiapkan penjahitan :1. Bantu ibu mengambil posisi litotomi sehingga bokongnya berada di tepi tempat tidur atau meja. Topang kakinya dengan alat penopang atau minta anggota keluarga untuk memegang kaki ibu sehingga ibu tetap berada dalam posisi litotomi.2. Tempatkan handuk atau kain bersih di bawah bokong ibu.3. Jika mungkin, tempatkan lampu sedemikian rupa sehingga perineum bisa dilihat dengan jelas.4. Gunakan teknik aseptik pada saat memeriksa robekan atau episiotomi, memberikan anestesi lokal dan menjahit luka (Lihat Bab 1).5. Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.6. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau yang steril.7. Dengan menggunakan teknik aseptik, persiapkan peralatan dan bahan-bahan disinfeksi tingkat tinggi untuk penjahitan (peralatan dan bahan-bahan ini tercantum di lampiran 5)8. Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka bisa dengan mudah dilihat dan penjahitan bisa dilakukan tanpa kesulitan.9. Gunakan kain/kasa disinfeksi tingkat tinggi atau bersih untuk menyeka vulva, vagina dan perineum ibu dengan lembut, bersihkan darah atau bekuan darah yang ada sambil menilai dalam dan luasnya luka.10. Periksa vagina, serviks dan perineum secara lengkap. Pastikan bahwa laserasi/sayatan perineum hanya merupakan derajat satu atau dua. Jika laserasinya dalam atau episiotomi telah meluas, periksa lebih jauh untuk memeriksa bahwa tidak terjadi robekan derajat tiga atau empat. Masukkan jari yang bersarung tangan ke dalam anus dengan hati-hati dan angkat jari tersebut perlahan-lahan untuk mengidentifikasi sfingter ani. Raba tonus atau ketegangan sfingter. Jika sfingter terluka, ibu mengalami laserasi derajat tiga atau empat dan harus dirujuk segera. Ibu juga dirujuk jika mengalami laserasi serviks.11. Ganti sarung tangan dengan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril yang baru setelah melakukan pemeriksaan rektum.12. Berikan anestesia lokal (kajilah teknik untuk memberikan anestesia lokal di bawah ini).13. Siapkan jarum (pilih jarum yang batangnya bulat, tidak pipih) dan benang. Gunakan benang kromik 2-0 atau 3-0. Benang kromik bersifat lentur, kuat, tahan lama dan paling sedikit menimbulkan reaksi jaringan.

Page 11: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

14. Tempatkan jarum pada pemegang jarum dengan sudut 90 derajat, jepit dan jepit jarum tersebut.(Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial Persalinan, JNPK-KR, 2007: 151-152)Dalam penjahitan episiotomi, penting menggunakan benang yang dapat diserap untuk menutup robekan. Benang poliglikolik lebih dipilih dibandingkan catgut kromik karena kekuatan regangannya, bersifat non alergenik, kemungkinan komplikasi infeksi dan kerusakan episiotominya lebih rendah. Catgut kromik dapat digunakan sebagai alternative, tetapi bukan benang yang ideal. (Manajemen Komplikasi Kehamilan & Persalinan, Devi Yulianti, 2006:307)Komplikasi pada penjahitan episiotomi :1. Jika terjadi hematoma, buka dan buat drain hematoma. Jika tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan perdarahan berhenti, tutup kembali episiotomy.2. Jika terdapat tanda-tanda infeksi, buka dan buat drain luka. Angkat jahitan yang terinfeksi dan lakukan debridement luka.3. Jika infeksi ringan, antibiotic tidak diperlukan.4. Jika infeksi berat tetapi tidak mencapai jaringan dalam, berikan kombinasi antibiotic5. Ampisilin 500 mg per oral empat kali sehari selama lima hari6. Ditambah metronidazol 400 mg per oral tiga kali sehari selama lima hari7. Jika infeksi dalam, mencapai otot, dan menyebabkan nekrosis (fasitis nekrotik), berikan kombinasi antibiotic sampai jaringan nekrotik dibuang dan ibu tidak demam selama 48 jam8. Penisilin G 2 juta unit melalui IV setiap enam jam.9. Ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan melalui IV setiap 24 jam10. Ditambah metronidazol 500 mg melalui IV setiap delapan jam.11. Setelah ibu tidak demam selama 48 jam, berikan12. Ampisilin 500 mg per oral empat kali sehari selama lima hari.Catatan : Fasitis nekrotik memerlukan debridement bedah yang luas. Lakukan penutupan primer lambat dalam dua sampai empat minggu (bergantung pada penyembuhan infeksi). (Manajemen Komplikasi Kehamilan & Persalinan, Devi Yulianti, 2006:307)

DAFTAR PUSTAKA

Varney, Helen, dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta : EGCIndiarti M.T., 2007. Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan dan Perawatan Bayi, Jogjakarta: Diglossia Media Johnson, Ruth, dkk., 2004. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGCYulianti, Devi. 2006. Manajemen Komplikasi Kehamilan & Persalinan. Jakarta: EGC

Page 12: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin). Jakarta: FitramayaWiknjosastro, Hanafi. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono PrawiroharjoCuningham, E. Gary et al. 2006. Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta: EGCJNPK-KR. 2007. Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial Persalinan. Jakarta : Jaringan Nasional Pelatihan KlinikJNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta : Jaringan Nasional Pelatihan Klinik

Page 13: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA 2

Persalinan kala 2 adalah proses pengeluaran buah kehamilan sebagai hasil pengenalan proses dan penatalaksanaan kala pembukaan yang dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi.

Lamanya kala dua menurut Friedman adalah 1 jam untuk primigravida dan 15 menit untuk multigravida. Pada kala 2 yang berlangsung lebih dari 2 jam pada primigravida atau 1 jam pada multipara dianggap sudah abnormal oelh mereka yang setuju dengan pendapat Friedman, tetapi saat ini hal tersebut tidak mengindikasikan perlunya melahirkan bayi dengan forceps atau vakum ekstraksi.

Kontraksi selama kala dua adalah sering, kuat dan sedikit lebih lama yaitu kira-kira 2 menit yang berlangsung 60-90 detik dengan interaksi tinggi dan semakin ekspulsif sifatnya.

Tanda-tanda bahwa kala 2 persalinan sudah dekat

Ibu merasa ingin meneran (dorongan meneran/doran) Perineum menonjol (perjol) Vulva vagina membuka (vulka) Adanya tekanan pada spincter anus (teknus) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir Kepala telah turun didasar panggul Ibu kemungkinan ingin buang air besar

Diagnosis pasti

Telah terjadi pembukaan lengkap Tampak bagian kepala janin melalui bukaan introitus vagina

Perubahan fisiologi kala 2 persalinan

Kontraksi, dorongan otot-otot dinding uterus Pergeseran dinding uterus Ekspulsi janin

Kontraksi uterus dan dorongan otot-otot dinding uterus

dorongan otot2 dinding uterus => kontraksi>>> => ketuban pecah => kepala terdorong memasuki vagina => terjadi penekanan kepada kepala bayi => terjadi fleksi => kontraksi makin kuat (efek umpan balik+) => Ferguson’s refleks

Pergeseran organ dasar panggul

penekanan kepala => pergeseran organ dasar panggul => anterior : kandung kemih terdorong ke abdomen, posterior : rektum => musculus levator ani berdilatasi => perineum menonjol => kepala terlihat di vulva => crowning => ekspulsi

Pemantauan Ibu

Page 14: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

Periksa nadi ibu setiap 30 menit Pantau frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit Memastikan kandung kemih kosong melalui bertanya kepada ibu secara langsung sekaligus

dengan melakukan palpasi Penuhi kebutuhan hidrasi, nutrisi ataupun keinginan ibu Periksa penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen (pemeriksaan luar) setiap 30

menit dan pemeriksaan dalam setiap 60 menit atau kalau ada indikasi Upaya meneran ibu Apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat disamping kepala Putaran paksi luar segera setelah bayi lahir Adanya kehamilan kembar setelah bayi pertama lahir

Pemantauan janin

Saat bayi belum lahir

Lakukan pemeriksaan DJJ setiap selesai menera atau setiap 5-10 menit Amati warna air ketuban jika selaputnya sudah pecah Periksa kondisi kepala, vertex, caput, molding

Saat bayi lahir

Nilai kondisi bayi (0-30 detik) dengan menjawab 2 pertanyaan, apakah bayi menangis kuat dan atau tanpa kesulitan? Apakah bayi bergerak aktif atau lemas?

Kondisi yang harus diatasi sebelum penatalaksanaan kala 2

Syok Dehidrasi Infeksi Preeklampsia/eklampsia Inersia uteri Gawat janin Penurunan kepala terhenti Adanya gejala dan tanda distosia bahu Pewarnaan mekonium pada cairan ketuban Kehamilan ganda/kembar Tali pusat menumbung/lilitan tali pusat

Persiapan penolong persalinan

Sarung tangan dan barier protektif lainnya Tempat persalinan yang bersih dan steril Peralatan dan bahan yang diperlukan Tempat meletakan dan lingkungan yang nyaman bagi bayi Persiapan ibu dan keluarganya (asuhan sayang ibu, bersihkan perineum dan lipat paha,

kosongkan kandung kemih, amniotomi dan menjelaskan peran suami/pendamping)

Penatalaksanaan kala 2

Page 15: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

Setelah pembukaan lengkap, pimpin ibu untuk meneran apabila timbul dorongan spontan untuk melakukan hal itu

Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontrkasi Berikan pilihan posisi yang nyaman bagi ibu Pantau kondisi janin Bila ingiin meneran tapi pembukaan belum lengkap, anjurkan ibu untuk bernafas cepat atau

biasa, atur posisi agar nyaman, dan upayakan untuk tidak meneran hingga pembukaan lengkap

MENOLONG PERSALINAN SESUAI APN

Melihat tanda dan gejala kala 2

Mengamati tanda dan gejala kala 2

Menyiapkan peralatan pertolongan persalinan

Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial yang siap digunakan. Mematahkan mapul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai didalam partus set

Mengenakan baju penutup atau celemek plastik Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku. Mencuci kedua tangan dengan

sabun dan air bersih yang megalir dan mengeringkan tangan dengan handuk 1x pakai/handuk pribadi yang bersih

Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi Menyiapkan oksitosin 10 unit kedalam spuit (dengan memakai sarung tangan) dan

meletakannya kembali di partus set tanpa dekontaminasi spuit

Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik

Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air DTT

Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap (bila ketuban belum pecah maka lakukan amniotomi)

Mendekontaminasi sarung tangan Memeriksa DJJ setelah berakhir setiap kontraksi (batas normal 120-160x/menit)

Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran

Memberitahukan ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman

Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran

Persiapan pertolongan kelahiran

Jika kepala telah membuka vulva dengan diameter 4-5 cm, meletakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi

Meletakan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu Membuka partus set

Page 16: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

Memakai sarung tangan steril

Memulai meneran

Jika pembukaan belum lengkap, tenteramkan ibu dan bantu pilihkan posisi yang nyaman Jika ibu merasa ingin meneran namun pembukaan belum lengkap, berikan semangat dan

anjurkan ibu untuk bernafas cepat dan bersabar agar jangan meneran dulu Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantulah ibu memilih posisi

yang nyaman untuk meneran dan pastikan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi Jika pembukaan sudah lengkap namun belum ada dorongan untuk meneran, bantu ibu

memilih posisi yang nyaman dan biarkan berjalan-jalan Jika ibu tidak merasa ingin meneran setelah pembukaan lengkap selama 60 menit, anjurkan

ibu untuk memulai meneran pada saat puncak kontraksi, dan lakukan stimulasi puting susu serta berikan asupan gizi yang cukup

Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit, lakukan rujukan (kemungkinan CPD, tali pusat pendek)

Cara meneran

Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama kontraksi Jangan menganjurkan untuk menahan nafas selama meneran Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan segera beristirahat diantara kontraksi Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih mudah untuk

meneran jika ibu menarik lutut kearah dada dan menempelkan dagu ke dada Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saay meneran Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran bayi. Dorongan pada

fundus meningkatkan resiko distosia bahu dan ruptur uteri

Menolong kelahiran bayi

Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain, letakan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak mengahmbat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat saat kepala lahir

Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa bersih Memeriksa lilian tali pusat dan jika kendurkan lilitan jika memang terdapat lilitan dan

kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan Tempatkan kedua tangan dimasing-masing sisi kedua muka bayi Menelusurkan tangan mulai dari kepala bayi yang berada dibagian bawah kearah perienum

tangan membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut Menelusurkan tangan yang berada diatas anterior dari punggung ke arah kaki bayi untuk

menyangga saat punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

Penanganan bayi baru lahir

Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi lebih rendah dari tubuhnya

Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat/umbilical bayi

Page 17: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

Memegang tali pusat dengan satu tangan smabil melindungi bayi dari gunting, dan tangan yang lain memotong tali pusat diantara dua klem tersebut

Mengganti handuk basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut bersih, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka

Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya

Yang harus diperhatikan pada saat pengeluaran bayi

Posisi ibu saat melahirkan bayi Cegah terjadinya laserasi atau trauma Proses melahirkan kepala Memeriksa lilitan tali pusat pada leher bayi Proses melahirkan bahu Proses melahirkan tubuh bayi Mengusap muka, mengeringkan dan rangsang taktil pada bayi Memotong tali pusat

Gejala dan tanda distosia bahu

Turtle sign adalah kepala terdorong keluar tetapi kembali kedalam vagina setelah kontraksi atau ibu berhenti meneran

Tidak terjadi puataran paksi luar apabila kepala telah lahir Kepala tetap pada posisinya (dalam vagina) walau ibu meneran sekuat mungkin

MEKANISME PERSALINAN NORMAL

Adalah gerakan janin yang mengakomodasikan diri terhadap panggul ibu

Penyesuaian diri berupa : fleksi, rotasi dari janin. Hal ini sangat penting untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin tersebut harus menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia didalam panggul. Diameter-diameter yang lebih besar dari janin harus menyesuaikan diri dengan diameter yang paling besar dari panggul ibu agar janin bisa masuk melalui panggul untuk dilahirkan.

Panggul dan fetal skull

Tubuh janin

Letak : hubungan poros panjang janin ke poros panjang ibu

Membujur Melintang Miring/oblique

Letak bayi

Presentasi : menunjukkan pada bagian bawah janin memasuki jalan masuk panggul bagian atas

Page 18: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

Kepala : verteks, sinpital, dahi, muka Bokong : murni, lengkap, presentasi kaki Bahu

Sikap

Flexi : dagu melekat ke dada Lurus Ekstensi : occiput mendekat ke belakang

Posisi :hubungan antara bagian terendah janin dan sisi panggul ibu

Synclitisma/Asynclitisma

Synclitismus : sutura sagitalis berada pada pertengahan antara simpisis pubis dengan promontorium

Asynclitismus : sutura sagitalis mendektai simpisis pubis atau promontorium

Tengkorak kepala janin

Terdiri dari 5 tulang, 4 sutura dan 2 ubun-ubun

Batasan tengkorak kepala dalam persalinan

Ubun-ubun anterior : dibentuk oleh pertemuan sutura frontalis, sagitalis dan coronaria, berbentuk segi empat (diamond)

Ubun-ubun posterior : dibentuk dari sutura sagitalis dan lamboidea, berbentuk seperti segitiga

Sutura sagitalis : sutura antara 2 tulang pariental, yang merupakan petunjuk synclitismus Molding : perubahan bentuk kepala (kepala tumpang tindih) sebagai penyesuaian kepala

saat melewati panggul Caput succadenum : pembengkakan edematous diatas kepala janin yang diakibatkan oleh

tekanan kepala saat melewati rongga panggul

Diameter

Jarak biparietal : merupakan diameter melintang terbesar dari kepala janin, dipakai dalam definisi penguncian (engagement)

Jarak suboccipitobregmatika : jarak antara batas leher dengan occiput ke anterior fontanella, ini adalah diameter yang berpengaruh membentuk presentasi kepala

Jarak occipitomental : merupakan diameter terbesar dari kepala janin. Ini adalah diameter yang berpengaruh untuk membentuk presentasi dahi

MEKANISME PERSALINAN

Turunnya kepala dibagi menjadi dua yaitu masuknya kepala dalam pintu atas panggul, dan majunya kepala

Pembagian ini terutama berlaku pada primigravida. Masuknya kedalam pintu atas panggul pada primigravida (yang baru pertama kali hamil) sudah terjadi pada bulan terkahir kehamilan tetapi pada multigravida (yang sudah pernah hamil sebelumnya) biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.

Page 19: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

Masuknya kepala kedalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura sagitalis, melintang dan dengan fleksi yang ringan

Masuknya sutura sagitalis terdapat ditengah-tengah jalan lahir, ialah tepat diantara simpisis dan promontorium, maka kepala dikatakan dalam synclitismus dan synclitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya

Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak kebelakang mendekati promontorium maka posisi ini disebut asynclitismus. Pada pintu atas panggul biasanya kepala dalam asynclitismus posterior yang ringan. Asynclitismus posterior ialah jika sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan. Asynclitismus anterior ialah jika sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang

Majunya kepala pada primigravida terjadi setelah kepala masuk kedalam rongga panggul dan biasanya baru dimulai pada kala 2. Pada multigravida sebaiknya majunya kepala dan masuknya kepala kedalam rongga panggul terjadi bersamaan. Yang menyebabkan majunya kepala : Tekanan cairan intrauterin, tekanan langsung oleh fundus pada bokong, kekuatan meneran, melurusnya badan janin oleh perubahan bentuk rahim

Penurunan terjadi selama persalinan oleh karena daya dorong dari kontraksi dan posisi, serta peneranan selama kala 2 oleh ibu

Fiksasi (engagement) merupakan tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari kepala janin telah masuk panggul ibu

Desensus merupakan syarat utama kelahiran kepala, terjadi karena adanya tekanan cairan amnion, tekanan langsung pada bokong saat kontraksi, usaha meneran, ekstensi dan pelurusan badan janin

Fleksi, sangat penting bagi penurunan kepala selama kala 2 agar bagian terkecil masuk panggul dan terus turun. Dengan majunya kepala, fleksi bertambah hingga ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir yaitu diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis (11,5 cm). Fleksi disebabkan karena janin didorong maju, dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan dorongan dan tahanan ini terjadilah fleksi, karena moment yang menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan defleksi.

Putaran paksi dalam/rotasi internal, pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah sympisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar kedepan kebawah simpisis. Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putara paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri, tetapi selalu kepala sampai ke hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasa panggul. Sebab-sebab putaran paksi dalam : Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala. Pada bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit yaitu pada sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genetalis antara M. Levator ani kiri dan kanan. Pada ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior

Rotasi internal dari kepala janin akan membuat diameter enteroposterior (yang lebih panjang) dari kepala akan menyesuaikan diri dengan diameter anteroposterior dari panggul

Ekstensi, setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini terjadi pada saat lahir kepala, terjadi karena gaya tahanan dari dasar panggul dimana gaya tersebut membentuk lengkungan Carrus, yang mengarahkan kepala keatas menuju lubang vulva sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Bagian leher belakang dibawah occiputnya akan bergeser dibawah simpisis pubis dan bekerja sebagai titik poros. Uterus yang berkontraksi kemudian

Page 20: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

memberi tekanan tambahan atas kepala yang menyebabkan ekstensi kepala lebih lanjut saat lubang vulva-vagina membuka lebar. Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesaknay ekbawah dan satunya kerena disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya keatas. Resultantenya ialah kekuatan kearah depan atas.

Setelah subocciput tertahan pada pinggir bawah sympisis maka yang dapat maju karena kekuatan tersebut diatas adalah bagian yang berhadapan dengan subocciput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi hidung dan mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Subocciput yang menjadi pusat pemutaran disebut hypomoclion

Rotasi eksternal/putaran paksi luar, terjadi bersamaan dengan perputaran interior bahu. Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang etrjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi. Restitusi adalah perputaran kepala sejauh 45ᴼ baik kearah kiri atau kanan bergantung pada arah dimana ia mengikuti perputaran menuju posisi oksiput anterior. Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischidicum. Gerakan yang terakhir ini adalah gerakan paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu, menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.

Ekspulsi, setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah sympisis dan menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahi mengikuti lengkung carrus (kurva jalan lahir).

MOLDING (Molase)

Adalah perubahan bentuk kepala sebagai akibat penumpukan tulang tengkorak yang saling overlapping satu sama lain karena belum menyatu dengan kokoh dan memungkinkan terjadinya pergeseran sepanjang garis sambungnya. Molding melibatkan seluruh tengkorak kepala, dan merupakan hasil dari tekanan yang dikenakan atas kepala janin oleh struktur jalan lahir ibu. Sampai batas-batas tertentu, molding akan memungkinkan diameter yang lebih besar bisa menjadi lebih kecil dan dengan demikian bisa sesuai melalui panggul ibu

MANUVER  TANGAN DAN LANGKAH-LANGKAH DALAM PERTOLONGAN PERSALINAN

MANUVER ALASAN

Letakkan telapak tangan pada bagian vertex yang terlihat, sambil hati-hati agar jangan membiarkan tangan masuk kedalam vagina. Lakukan penekanan terkendali dan tidak menghambat kepala janin untuk keluar

Jari-jari tangan didalam vagina bisa membawa masuk organisme dan meningkatkan resiko robekan perineum. Tekanan yang dilakukan terhadap kepala pada saat ini akan membantu kepala agar fleksi sehingga daerah subocciput menyentuh pinggir bawah simpisis pubis dan proses pengekstensian dimulai

Dengan tangan lainnya, support perineum untuk mencegah kepala terdorong keluar terlalu cepat sehingga merusak perineum. Tutupilah tangan yang mensupport perineum dengan handuk.

Gerakan kebawah dan kedalam ini melibatkan jaringan yang cukup dalam aksi tersebut dan mendistribusikan jaringan tambahan kearah bagian tengah dan perineum yaitu daerah yang

Page 21: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

Letakkan ibu jari dipertengahan pada salah satu sisi perineum dan letakkan jari telunjuk dipertengahan sisi perineum yang berlawanan. Secara perlahan tekanlah ibu jari dan jari telunjuk kebawah dan kearah satu sama lain untuk mengendalikan peregangan perineum.

paling besar kemungkinannya mengalami laserasi. Handuk akan mencegah tangan yang bersarung tangan terkena kontaminasi secara tidak sengaja

Dengan cermat dan hati-hati perhatikan perineum saat kepala janin terus muncul dan lahir, usaplah mulut bayi dengan jari yang dibungkus kain kasa

Garis-garis putih yang tipis akan segera tampak sebelum terjadinya perobekan pada perineum. Gunakan kain kasa untuk menghapus lendir yang mungkin terhisap pada saat bayi mulai bernafas untuk pertama kali

Pada waktu kepala sudah lahir, luncurkan salah satu jari tangan dari salah satu tangan ke leher bayi untuk memeriksa apakah ada lilitan tali pusat disekeliling leher janin, biasanya tali pusat tersebut hanya perlu dilonggarkan sedikit agar kepala janin bisa dilahirkan tanpa kesulitan

Meluncurkan jari tangan ke leher bayi sampai ke puncak punggungnya akan memungkinkan penolong untuk mengetahui dimana letak tali pusatnya

Jika tali pusat melilit leher bayi dengan longgar, upayakan agar tali pusat tersebut dapat dilonggarkan lewat kepalanya. Jika lilitan tali pusat tersebut terlalu ketat untuk bisa dilepas lewat kepala bayi, tetapi tidak terlalu ketat melilit leher bayi, lepaskan melalui bahunya saat bayi lahir.

Jika tali pusat tersebut melilit leher bayi dengan ketat, pasanglah dua buah klem pada tali pusat tersebut dengan segera. Pastikan ibu mendapatkan penjelasan tentang apa yang penolong lakukan, dan sebaiknya ibu hanya bernafas pendek saja dan tidak meneran.

Tali pusat yang ketat bisa menyebabkan terjadinya hipoksia bayi. Menaganjurkan ibu bernafas pendek-pendek akan mencegah meneran dan mencegah lilitannya menjadi lebih ketat.

Tunggulah sampai terjadi rotasi eksternal pada kepala bayi. Setelah kepala bayi berputar menghadap ke paha ibu, letakkan tangan pada kedua sisi kepala bayi, tangan kebawah untuk melahirkan bahu anterio, kemudian tangan mengarah keatas lagi untuk melahirkan bahu posterior

Menunggu, dan tidak melakukan manuver tangan hingga restitusi kepala selesai adalah penting untuk keselamatan kelahiran tersebut. Dalam kelahiran yang normal perlu melakukan intervensi agar kepala bayi berputar, sambil menunggu beri dukungan pada ibu

Setelah bahu dilahirkan, letakan salah satu tangan dibawah leher bayi untuk menopang kepala, leher dan bahunya, sedangkan 4 jari tangan yang satu lagi menopang lengan dan bahu anterior.

Badan bayi haruslah meluncur keluar dengan dituntun oleh tangan sepanjang kurva jalan lahir (Carus) dan menopangnya dari tekanan yang berlebihan oleh perineum ibu. Pemegangan yang

Page 22: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

(sementara melakukan hal tersebut, bungkukan badan secukupnya untuk mengamati perineum dan memastikan bahwa tidak ada tekanan berlebihan pada perineum)

seperti ini akan memungkinakan penolong untuk mengendalikan kelahiran tubuh bayi

Pada saat badan bayi dilahirkan, luncurkan tangan atas kebawah badan bayi, dan selipkan jari telunjuk diantara kaki bayi dan terus ke bawah hingga menggenggam kedua pergelangan kaki bayi

Bagaimana licinnya bayi, cara seperti ini akan menghasilkan pegangan yang aman

Lahirkan tubuh bayi dalam gerak lengkung yang rata (ingat kurva carus) keluar supaya kepalanya sekarang ditopang oleh permukaan telapak tangan yang satu lagi. Tangan yang menopang kepala hendaknya lebih rendah dari tubuh bayi.

Hal ini akan membuat bayi berada dalam ketinggian yang sama dengan plasenta dan mencegah bayi terlepas atau terkena tekanan yang berlebihan terhadap jaringan bayi. Merendahkan posisi kepala bayi akan mendorong pengeluaran lendir sementara bayi dikeringkan

Sementara mengevaluasi kondisi bayi, keringkanlah lalu letakkan bayi diatas abdomen ibu

Bayi saat ini harus sudah mulai bernafas, kering, dan kontak dengan kulit ibu sedapat mungkin untuk mencegah hipotermia, untuk mendorong terciptanya ikatan batin serta pemberian ASI

Sumber :

Simkin P & Ancheta R. 2005. Buku Saku Persalinan. EGC. Jakarta

Varney, Kriebs JM, Gegor CL. 2002. Buku Saku Bidan. EGC. Jakarta

MHN. 2008. Asuhan Persalinan Normal depkes RI. Jakarta

Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. 2003. Asuhan Intrapartum. Depkes RI. Jakarta

Saifuddin, Abdul bari. 2002. Buku Panduan Praktik Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBPSP. Jakarta

Oxorn H. Patologi dan Fisiologi Persalinan

Varney, Helen. 1997. Varney’s Midwifery. Jones and Barlett. New York

Sastrowinata, S. 1983. Obstetri Fisiologi. Unpad. Bandung

Depkes RI. 2003. Standar Asuhan Kebidanan Bagi Bidan di Rumah sakit dan Puskesmas

Direktorat Keperawatan dan Keteknisan Medik

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Depkes RI. jakarta

Page 23: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

Home > Askeb II (Persalinan) > Penerapan Asuhan Sayang Ibu Dalam Tahapan Persalinan

Penerapan Asuhan Sayang Ibu Dalam Tahapan PersalinanAug 25, 2009 4 Comments by lusa

Asuhan sayang ibu membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan nyaman selama proses persalinan.Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu (Depkes, 2004). Cara yang paling mudah untuk membayangkan asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri, “Seperti inikah asuhan yang ingin saya dapatkan?” atau “Apakah asuhan seperti ini, yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?”

Kala IKala I adalah suatu kala dimana dimulai dari timbulnya his sampai pembukaan lengkap. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

1. Memberikan dukungan emosional.2. Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya.3. Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama persalinan.4. Peran aktif anggota keluarga selama persalinan dengan cara : (a) Mengucapkan kata-kata

yang membesarkan hati dan memuji ibu. (b) Membantu ibu bernafas dengan benar saat kontraksi. (c) Melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut. (d) Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain. (e) Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.

5. Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.6. Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi – Memberikan kecukupan energi dan mencegah

dehidrasi. Oleh karena dehidrasi menyebabkan kontraksi tidak teratur dan kurang efektif.7. Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur dan spontan –

Kandung kemih penuh menyebabkan gangguan kemajuan persalinan dan menghambat turunnya kepala; menyebabkan ibu tidak nyaman; meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan; mengganggu penatalaksanaan distosia bahu; meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan.

8. Pencegahan infeksi – Tujuan dari pencegahan infeksi adalah untuk mewujudkan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi; menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir.

Kala IIKala II adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai keluarnya bayi.Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

1. Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya oleh suami dan anggota keluarga yang lain.

2. Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara lain : (a) Membantu ibu untuk berganti posisi. (b) Melakukan rangsangan taktil. (c) Memberikan makanan dan minuman. (d) Menjadi teman bicara/ pendengar yang baik. (e) Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan sampai kelahiran bayinya.

3. Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan & kelahiran – dengan cara : (a) Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga. (b) Menjelaskan tahapan

Page 24: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

dan kemajuan persalinan. (c) Melakukan pendampingan selama proses persalinan dan kelahiran.

4. Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan – dengan cara memberikan bimbingan dan menawarkan bantuan kepada ibu.

5. Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan umtuk meneran – dengan cara memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.

6. Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.7. Memberika rasa aman dan nyaman dengan cara : (a) Mengurangi perasaan tegang. (b)

Membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi. (c) Memberikan penjelasan tentang cara dan tujuan setiap tindakan penolong. (d) Menjawab pertanyaan ibu. (e) Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya. (f) Memberitahu hasil pemeriksaan.

8. Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva dan perineum ibu.9. Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan.

Kala IIIKala III adalah kala dimana dimulai dari keluarnya bayi sampai plasenta lahir.Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

1. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui segera.2. Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.3. Pencegahan infeksi pada kala III.4. Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan).5. Melakukan kolaborasi/ rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.6. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.7. Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III.

Kala IVKala IV adalah kala dimana 1-2 jam setelah lahirnya plasenta.Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

1. Memastikan tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan dalam keadaan normal.2. Membantu ibu untuk berkemih.3. Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang cara menilai kontraksi dan melakukan massase

uterus.4. Menyelesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir.5. Mengajarkan ibu dan keluarganya ttg tanda-tanda bahaya post partum seperti perdarahan,

demam, bau busuk dari vagina, pusing, lemas, penyulit dalam menyusui bayinya dan terjadi kontraksi hebat.

6. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.7. Pendampingan pada ibu selama kala IV.8. Nutrisi dan dukungan emosional.

ReferensiDepkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi, Jakarta.Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, Jakarta.Draft, 2001, Pelatihan Pelayanan Kebidanan, Jakarta.Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.

Page 25: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

A. Kebutuhan Dasar Manusia Menurut A. Maslow1. Kebutuhan fisiologis Kebutuhan dasar atau kebutuhan pokok/ utama yang bila tidak terpenuhi akan terjadi ketidaksinambungan. Misal kebutuhan O2, makan, minum, seks2. Kebutuhan rasa aman Kebutuhan rasa aman misalnya perlindungan hukum, perlindungan terhindar dari penyakit3. Kebutuhan dicintai dan mencintai Kebutuhan dicintai dan mencintai misalnya mendambakan kasih sayang dari orang-orang dekat, ingin dicintai dan diterima oleh keluarga atau orang lain disekitarnya4. Kebutuhan harga diri Kebutuhan harga diri misal ingin dihargai menghargai, adanya respon dari orang lain, toleransi dalam hidup berdampingan5. Kebutuhan aktualisasiKebutuhan aktualisasi misal ingin diakui atau dipuja, ingin berhasil, ingin menonjol, atau ingin lebih dari orang lain

B.Kebutuhan Ibu Selama Persalinan1. Kebutuhan Fisiologisa. Oksigenb. Makan dan minumc. Istirahat selam tidak ada hisd. Kebersihan badan terutama genetaliae. Buang air keil dan buang air besarf. Pertolongan persalinan yang terstandarg. Penjahitan perineum bila perlu

2. Kebutuhan rasa amana. Memilih tempat dan penolong persalinanb. Informasi tentang proses persalinan atau tindakan yang akan dilakukanc. Posisi tidur yang dikehendaki ibud. Pendampingan oleh keluargae. Pemantauan selama persalinanf. Intervensi yang diperlukan

3. Kebutuhan dicintai dan mencintaia. Pendampingan oleh suami / keluargab. Kontak fisik (memberi sentuhan ringan)c. Masase untuk mengurani rasa sakitd. Berbicara dengan suara yang lemah, lembut, serta sopan

4. Kebutuhan harga diria. Merawat bayi sendiri dan menetekinyab. Asuhan kebidanan dengan memperhatikan privacy ibuc. Pelayanan yang bersifat simpati dan empatid. Informasi bila akn melakukan tindakan

Page 26: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

e. Memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang ibu lakukan

5. Kebutuhan aktualisasi diria. Memilih tempat dan penolong sesuai keinginanb. Memilih pendamping salama persalinanc. Bounding and attachmentd. Ucapan selamat atas kelahiran anaknya

C. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Ibu Selama Persalinan1. Pemenuhan kebutuhan fisiologis selama persalinana. Mengatur sirkulasi udara dalam ruanganb. Memberi makan dan minumc. Menganjurkan istirahat diluar hisd. Menjaga kebersihan badan terutama daerah genetalia (bila memungkinkan ibudisuruh untuk mandi atau membersihkan daerah kemaluan)e. Menganjurkan ibu untuk buang air kecil atau buang air besarf. Menolong persalinan sesuai standar

2. Pemenuhan kebutuhan rasa amana. Memberi informasi tentang proses persalinan atas tindakan yang akan dilakukanb. Menghargai pilihan posisi tidurc. Menentukan pendampingan selama persalinand. Melakukan pemantauan selam persalinane. Melakukan tindakan sesuai kebutuhan

3. Pemenuhan kebutuhan dicintai dan mencintaia. Menghormati pilihan pendampingan selama persalinanb. Melakukan kontak fisik atau memberi sentuhan ringanc. Melakuakn masase untuk mengurangi rasa sakitd. Melakukan pembicaraan dengan suara lemah lembut dan sopan

4. Pemenuhan kebutuhan harga diria. Mendengarkan keluhan ibu dengan penuh perhatian atau menjadi pendengar yangbaik.b. Memberi asuhan dengan memperhatikan privacy ibuc. Memberi pelayanan dengan empatid. Memberitahu pada ibu setiap tindakan yang akan dilakukane. Memberi pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang telah dilakukan

5. Pemenuhan kebutuhan aktualisasia. Memilih tempat dan penolong persalinan sesuai keinginanb. Menentukan pendamping selam persalinanc. Melakukan bounding and attachmentd. Memberi ucapan selamt setelah persalinan selesai

Page 27: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

D. Asuhan Sayang Ibu sebagai Kebutuhan Dasar dalam PersalinanPersalinan adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang menakjubkan bagi seorang ibu dan keluarga. Penatalaksanaan yang terampil dan handal dari bidan serta dukungan yang terus-menerus dengan menghasilkan persalinan yang sehat dan memuaskan dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan. Sebagai bidan, ibu akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan pengambilan keputusan dari apa yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk :a. Mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional selama persalinandan kelahiran.b. Mencegah membuat diagnosa yang tidak tepat, deteksi dini dan penanganankomplikasi selama persalinan dan kelahiran.c. Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi komplikasi.d. Memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi.e. Pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil resiko.f. Pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan tindakan danterjadi penyulit.g. Memberikan asuhan bayi baru lahir secara tepat.h. Pemberian ASI sedini mungkin.

Kebutuhan dasar selama persalinan tidak terlepas dengan asuhan yang diberikan bidan. Asuhan kebidanan yang diberikan, hendaknya asuhan yang sayang ibu dan bayi. Asuhan yang sayang ibu ini akan memberikan perasaan aman dan nyaman selama persalinan dan kelahiran.1. Konsep Asuhan Sayang IbuKonsep asuhan sayang ibu menurut Pusdiknakes, 2003 adalah sebagai berikut:a. Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan kelangsungan hidup ibu. Pemberian asuhan harus saling menghargai budaya, kepercayaan, menjaga privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu.b. Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan, menghargai kebiasaan budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan ibu dan keluarga dalam pengambilan keputusan.c. Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi.d. Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan.e. Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan memberitahu tentang apa yang terjadi dan apa yang bisa diharapkan.

Badan Coalition Of Improving Maternity Services (CIMS) melahirkan Safe Motherhood Intiative pada tahun 1987. CIMS merumuskan sepuluh langkah asuhan sayang ibu sebagai berikut: a. Menawarkan adanya pendampingan saat melahirkan untuk mendapatkan dukungan emosional dan fisik secara berkesinambungan. b. Memberi informasi mengenai praktek kebidanan, termasuk intervensi dan hasil asuhan. c. Memberi asuhan yang peka dan responsif dengan kepercayaan, nilai dan adat istiadat. d. Memberikan kebebasan bagi ibu yang akan bersalin untuk memilih posisi persalinan yang nyaman bagi ibu. e. Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang berkesinambungan.

Page 28: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

f. Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian ilmiah tentang manfaatnya, seperti: pencukuran, enema, pemberian cairan intervena, menunda kebutuhan gizi, merobek selaput ketuban, pemantauan janin secara elektronik. g. Mengajarkan pada pemberi asuhan dalam metode meringankan rasa nyeri dengan/ tanpa obat-obatan. h. Mendorong semua ibu untuk memberi ASI dan mengasuh bayinya secara mandiri. i. Menganjurkan tidak menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban agama. j. Berupaya untuk mempromosikan pemberian ASI dengan baik.

2. Prinsip Umum Sayang IbuPrinsip-prinsip sayang ibu adalah sebagai berikut: a. Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis. b. Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan intervensi tanpaada indikasi. c. Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi padakeselamatan jiwa ibu. d. Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu. e. Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu. f. Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional. g. Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling yang cukup. h. Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan. i. Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama. j. Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/ keluarganya selama kehamilan, persalinan dan nifas. k. Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

3. Asuhan Sayang Ibu Selama Persalinan Menurut Pusdiknakes (2003), upaya penerapan asuhan sayang ibu selama proses persalinan meliputi kegiatan: a. Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan dekat dengan bidan. b. Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan bidan dalam pemberian asuhan. c. Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan yang akan dihadapi ibu dan keluarga. d. Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga sehubungan dengan proses persalinan. e. Mendengarkan dan menanggapi keluhan ibu dan keluarga selama proses persalinan. f. Menyiapkan rencana rujukan atau kolaborasi dengan dokter spesialis apabila terjadi kegawatdaruratan kebidanan. g. Memberikan dukungan mental, memberikan rasa percaya diri kepada ibu, serta berusaha memberi rasa nyaman dan aman. h. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik meliputi sarana dan prasarana pertolongan persalinan. i. Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses persalinan. j. Membimbing suami dan keluarga tentang cara memperhatikan dan mendukung ibu

Page 29: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

selama proses persalinan dan kelahiran bayi, seperti: memberikan makan danminum, memijit punggung ibu, membantu mengganti posisi ibu, membimbingrelaksasi dan mengingatkan untuk berdoa. k. Bidan melakukan tindakan pencegahan infeksi.l. Menghargai privasi ibu dengan menjaga semua kerahasiaan.m. Membimbing dan menganjurkan ibu untuk mencoba posisi selama persalinan yangnyaman dan aman. n. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak kontraksi. o. Menghargai dan memperbolehkan praktek-praktek tradisional yang tidakmerugikan.p. Menghindari tindakan yang berlebihan dan membahayakan. q. Memberi kesempatan ibu untuk memeluk bayi segera setelah lahir dalam waktu 1jam setelah persalinan. r. Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelahkelahiran bayi dengan membimbing ibu membersihkan payudara, posisi menyusuiyang benar dan penyuluhan tentang manfaat ASI.

E. Asuhan Sayang Ibu Dalam Proses Persalinan

Asuhan sayang ibu membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan nyaman selama proses persalinan. Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu (Depkes, 2004). Cara yang paling mudah untuk membayangkan asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri, “Seperti inikah asuhan yang ingin saya dapatkan?” atau “Apakah asuhan seperti ini, yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?”. Asuhan sayang ibu seharusnya diberikan pada tiap kala selama persalinan, misalnya :

Kala IKala I adalah suatu kala dimana dimulai dari timbulnya his sampai pembukaan lengkap. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :1.Memberikan dukungan emosional.2.Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai kelahiranbayinya.3.Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama persalinan.4.Peran aktif anggota keluarga selama persalinan dengan cara : a.Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan memuji ibu. b.Membantu ibu bernafas dengan benar saat kontraksi. c.Melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut. d.Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain. e.Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.5.Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.6.Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi – Memberikan kecukupan energi dan mencegahdehidrasi. Oleh karena dehidrasi menyebabkan kontraksi tidak teratur dan kurangefektif.7.Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur dan spontan –

Page 30: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

Kandung kemih penuh menyebabkan gangguan kemajuan persalinan dan menghambatturunnya kepala; menyebabkan ibu tidak nyaman; meningkatkan resiko perdarahanpasca persalinan; mengganggu penatalaksanaan distosia bahu; meningkatkan resikoinfeksi saluran kemih pasca persalinan.8.Pencegahan infeksi – Tujuan dari pencegahan infeksi adalah untuk mewujudkanpersalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi; menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir.

Kala IIKala II adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai keluarnya bayi. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :1.Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya oleh suami dananggota keluarga yang lain.2.Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara lain :a) Membantu ibu untuk berganti posisi. b) Melakukan rangsangan taktilc) Memberikan makanan dan minuman. d) Menjadi teman bicara/ pendengar yang baik. e) Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan sampai kelahiran bayinya.3.Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan & kelahiran – dengancara : (a) Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga. (b)Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan. (c) Melakukan pendampingan selamaproses persalinan dan kelahiran.4.Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan – dengan cara memberikan bimbingan dan menawarkan bantuan kepada ibu.5.Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan umtuk meneran – dengancara memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.6.Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.7.Memberika rasa aman dan nyaman dengan cara : a. Mengurangi perasaan tegang.b. Membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi.c. Memberikan penjelasan tentang cara dan tujuan setiap tindakan penolong. d. Menjawab pertanyaan ibu. e. Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya. f. Memberitahu hasil pemeriksaan.8.Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva dan perineum ibu.9.Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan.

Kala IIIKala III adalah kala dimana dimulai dari keluarnya bayi sampai plasenta lahir. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :1. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui segera.2. Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.3. Pencegahan infeksi pada kala III.4. Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan).

Page 31: Kebutuhan Ibu Selama Kala II Persalinan Dan Melakukan Amniotomi Dan Episiotomi

5. Melakukan kolaborasi/ rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.6. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.7. Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III.

Kala IVAdalah kala dimana 1-2 jam setelah lahirnya plasenta. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :1.Memastikan tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan dalam keadaan normal.2.Membantu ibu untuk berkemih.3.Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang cara menilai kontraksi dan melakukanmassase uterus.4.Menyelesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir.5.Mengajarkan ibu dan keluarganya ttg tanda-tanda bahaya post partum sepertiperdarahan, demam, bau busuk dari vagina, pusing, lemas, penyulit dalammenyusui bayinya dan terjadi kontraksi hebat.6.Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.7.Pendampingan pada ibu selama kala IV8.Nutrisi dan dukungan emosional.