kebijakan kepala sekolah dalam …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... ·...
TRANSCRIPT
KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH
DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN
MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(STUDI DI SMPN 01 LASEM)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1)
Dalam Ilmu Tarbiyah
Jurusan/Prodi: Kependidikan Islam
Disusun Oleh:
LAELATUN NIKMAH
NIM 063311001
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
iv
DEKLARASI
Penulis menyatakan dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,
bahwa skripsi ini tidak berisi karya yang telah ditulis orang lain dan
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak satupun pikiran-pikiran orang
lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan
sebagai bahan rujukan
Semarang, April 2010
Deklarator,
Laelatun Nikmah
NIM. 063311001
v
ABSTRAK
Laelatun Nikmah (NIM: 063311001). “KEBIJAKAN KEPALA
SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN MUTU
PEMBELAJARAN PAI DI SMPN 01 LASEM”, 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Pelaksanaan manajemen
mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem, (2) Kebijakan kepala sekolah dalam
meningkatkan manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem.
Jenis penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif, dengan metode
pengumpulan data meliputi wawancara/interview, metode dokumentasi, dan
metode observasi/pengamatan. Sedangkan teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan kebijakan yang
dilakukan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran,
kemudian menganalisisnya dengan bukti kebenaran data yang ada. Dalam hal ini
analisis penulis memfokuskan pada perencanaan , pengorganisasian, pelaksanaan,
evaluasi, motivasi, fasilitas, serta pemberdayaan pembelajaran di SMPN 01
Lasem serta peran kepala sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran
khususnya PAI.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan yang dilakukan kepala
sekolah terkait dengan mutu pembelajaran di SMPN 01 Lasem sudah
dilaksanakan secara optimal, hal ini dapat dilihat pada: 1) pelaksanaan manajemen
mutu pembelajaran di SMPN 01 Lasem, dalam melaksanakan manajemen
pembelajaran ada beberapa langkah yang dilakukan, di antaranya adalah sebagai
berikut: (a) perencanaan, (b) pengorganisasian, (c) pelaksanaan, (d) evaluasi, (e)
motivasi, (f) fasilitas, (g) dan pemberdayaan. Disini penulis tidak menemukan
permasalahan yang begitu signifikan, karena Out Put yang dihasilkan
menunjukkan adanya peningkatan yang baik, sehingga SMPN 01 Lasem
dikategorikan sebagai RSBI. 2) Kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan
mutu pembelajaran, dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut: (a)
peningkatan kualitas pendidik yaitu dengan mengikutsertakan para guru untuk
mengikuti pelatihan maupun kursus, melaksanakan kegiatan sosialisasi KTSP,
serta melaksanakan MGMP, (b) penetapan Hidden Curriculum, dilakukan dengan
pengadaan jam tambahan untuk membaca Al-Qur’an, memaksimalkan mushola
sebagai tempat kegiatan keagamaan, serta berpartisipasi dalam PHBI, (c)
pelaksanaan pembelajaran di mana siswa dijadikan sebagai sentral pembelajaran
Student centered learning, guru memberi peluang kepada siswa untuk
mengembangkan diri sesuai dengan kreatifitas yang dimiliki, (d) pengembangan
sarana dan prasarana sebagai penunjang kegiatan pelaksanaan pembelajaran.
Walaupun pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan optimal tapi masih
memerlukan dukungan dari beberapa pihak agar tujuan yang diinginkan dapat
tercapai dan dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya.
Berdasarkan penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi
khususnya pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan. dan masukan bagi mahasiswa, tenaga
pengajar, para peneliti, dan kepada semua pihak yang membutuhkan di
lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo semarang.
vi
MOTTO
�χ Î) ©!$# Ÿω ç�Éi�tóム$tΒ BΘöθs) Î/ 4 ®Lym (#ρç�Éi� tóム$ tΒ öΝ Íκ Ŧà�Ρ r'Î/
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
(QS. Ar-Ra’du:11)1
1 Depertemen Agama Republic Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-30,
(Semarang: CV. Toha Putra, 1989), hlm. 370.
vii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh keihlasan dan rasa syukur, skripsi ini saya persembahkan
kepada:
1. Ayah dan ibuku tercinta (Bapak. Kasrum dan Ibu Sholikati) yang senantiasa
mendo’akanku sepanjang waktu
2. Kakakku dan adikku terkasih dan tersayang (Muktiono dan Muanisah) yang
selalu memotifasi dalam belajar
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Illahi Rabbi, tuhan semesta alam yang telah
memberikan segala nikmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang telah menunjukkan
kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang dengan nikmat islam.
Kemudian perkenankanlah dengan selesainya skripsi yang berjudul
Kebijakan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Manajemen Mutu Pembelajaran
PAI Studi di SMPN 01 Lasem, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu atas
terselesaikannya skripsi ini, terutama kepada:
1. Prof. DR. Ibnu Hajar, M.Pd, selaku dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang
2. Drs. H. Fatah Syukur, M.Ag, selaku pembimbing dan Ismail SM, M.Ag,
selaku pembimbing yang telah banyak memberikan semangat dan ide-ide,
maupun pikiran konstruktif selama penulis berkonsultasi
3. Bapak Ismail SM, M.Ag, selaku ketua jurusan Kependidikan Islam (KI)
Fakultas Tarbiyah dan Dr. Mustafa Rahman, M.Ag. selaku sekretaris jurusan
Kependidikan Islam (KI) Fakultas Tarbiyah yang telah memberikan saran
tentang penulisan skripsi ini.
4. Dra. H. Nur Uhbiyati, M.Pd , selaku wali studi penulis yang telah memberi
saran dalam keakademikan serta pertimbangan dalam pemilihan judul.
5. Para dosen atau staf pengajar dilingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan dalam
Kepandidikan Agama Islam
6. Ayahanda Kasrum, dan ibunda tercinta Sholikati, Kakek Sudirman, dan Nenek
Kayat, kakakku terkasih dan tercinta Muktiono, serta adekku tersayang
Muanisah yang telah memberikan dukungan moral dan material serta do’a
terhadap keberhasilan studi penulis
ix
7. Keluarga besar kost Amalia (mba f3, Nila, Nita, Atik, mba Diant, murti, Sha-
Sha, Novie, Anie, Alvi, Dani, Ifa, Nikmah, Kofa, Erna, Mier, Ayomi, Aning,
Indi, Ida, Susi, Kotul, Fatimah, Bibeh, Jannah, Lia, Tanti, Agustin, Ima, Eka,
Hilda, Alin) yang telah menghiasi hari-hari dalam suka maupun duka.
8. Keluarga Besar Racana Walisongo Semarang IAIN Walisongo Gugus depan
Kota Semarang 07.119-07.120 (Umi, Li2f, Murni, Zahro, Inayah, Syafaatun,
dst.)
9. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung untuk tidak bosan-bosan berusaha
menjadi lebih baik (Ati’, Nieswah, Umi, Li2, Nita, Sifa, mas Ali, Ulil, Anwar,
mba eka dst.)
10. Ihsan yang selalu membantuku dalam ngeprit skripsi
11. Temen-temen PPL SMP Al-Azhar yang selalu memberi motifasi selama PPL
12. Temen-temen KKN posko 04 Batursari (Ubet, Ardi, Neha, Topik (Robot),
Anwar, Neng Rohmah, Iib, Isnan (0m raksasa), Usfur, Velis,) yang telah
memberikan keceriaan selama KKN.
13. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu disini yang telah
memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini
Kepada semuanya, penulis mengucapkan terima kasih disertai do’a
semoga segala kebaikannya diterima sebagai amal sholeh dan mendapatkan
balasan yang berlimpat darinya. Serta proses selama ini penulis alami semoga
bermanfaat di kemudian hari, sebagai bekal mengarungi kehidupan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai
kesempurnaan dalam arti keseluruhan. Namun demikian, penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Amin.
Semarang, juli 2010
Penulis
Laelatun Nikmah
NIM. 063311001
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN............................................................................ iv
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................... v
HALAMAN MOTTO......................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR .................................................................. viii
HALAMAN DAFTAR ISI................................................................................. x
BAB I. KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN MANAJEMEN MUTU PEMBELAJARAN
DI SMPN 01 LASEM
A. Latar belakang masalah................................................... 1
B. Penegasan istilah ............................................................. 4
C. Perumusan masalah......................................................... 6
D. Tujuan dan manfaat penelitian ........................................ 6
E. Kajian pustaka................................................................. 7
F. Metode penelitian............................................................ 8
BAB II. KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN MANAJEMEN MUTU PEMBELAJARAN
PAI
A. Kebijakan pendidikan ..................................................... 14
1) Konsep kebijakan pendidikan .................................. 14
2) Fungsi dan tujuan kebijakan pendidikan................... 16
3) Komponen kebijakan ................................................ 20
B. Kebijakan pendidikan di Indonesia................................. 23
C. Mutu pembelajaran.......................................................... 26
1) Konsep manajemen mutu .......................................... 26
2) Mutu pembelajaran ..................................................... 28
xi
D. Kebijakan peningkatan mutu pembelajaran PAI............. 30
BAB III. DATA PENELITIAN TENTANG KEBIJAKAN KEPALA
SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN MUTU
PEMBELAJARAN DI SMPN 01 LASEM
A. Kondisi umum SMPN 01 Lasem .................................... 36
1. Letak geografis.......................................................... 36
2. Sejarah berdiri ........................................................... 36
3. Visi, misi dan tujuan sekolah .................................... 37
4. Keadaan guru, siswa dan karyawan .......................... 38
5. Sarana dan prasarana................................................. 38
6. Struktur organisasi .................................................... 40
B. Data khusus SMPN 01 Lasem ........................................ 41
1. Kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan
manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01
Lasem ........................................................................ 41
2. Pelaksanaan manajemen mutu pembelajaran PAI di
SMPN 01 Lasem ....................................................... 50
BAB IV. ANALISIS KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN MANAJEMEN MUTU PEMBELAJARAN
DI SMPN 01 LASEM
A. Analisis terhadap kebijakan kepala sekolah dalam
meningkatkan manajemen mutu pembelajaran PAI di
SMPN 01 Lasem ............................................................. 61
B. Analisis terhadap pelaksanaan manajemen mutu
pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem ........................... 65
BAB V. PENUTUP
A. Simpulan ......................................................................... 72
B. Saran ............................................................................... 73
C. Penutup............................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data Tentang Keadaan Guru SMPN 01 Lasem.
2. Data Tentang Jumlah Karyawan Tahun Pelajaran 2009/2010.
3. Data Tentang Prestasi Siswa Tahun Pelajaran 2009/2010.
4. Daftar Pedoman Observasi.
5. Surat Penujukan Pembimbing.
6. Surat Keterangan Riset Dari SMPN 01 Lasem, Diknas, Dan
Banklimnas.
7. Daftar Riwayat Pendidikan.
1
KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH
DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN
MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
STUDI DI SMPN 01 LASEM
A. Latar Belakang Masalah.
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi yang semakin hari semakin pesat perkembangannya sehingga
menuntut perubahan yang mendasar dalam berbagai bidang baik politik,
ekonomi, budaya dan termasuk pendidikan. Inilah tantangan mutakhir
manusia abad ini yang perlu diberi jawaban oleh pendidikan kita.1 Komitmen
bangsa Indonesia terhadap pendidikan dengan sangat jelas tercermin dalam
UUD 1945, khususnya pasal 31, yang menjelaskan bahwa” setiap warga
negara berhak mendapatkan pendidikan”. Landasan konstitusional komitmen
pendidikan inilah yang membuka peluang yang sebesar-besarnya bagi bangsa
Indonesia untuk berbuat baik bagi sistem pendidikan nasional melalui
berbagai kebijakan bidang pemerintahan dan pembangunan, termasuk
kebijakan otonomi daerah.2
Apabila di atas disebutkan bahwa titik sentral masyarakat adalah
sekolah, maka kepala sekolah berada di titik paling sentral dalam kehidupan
sekolah. Keberhasilan atau kegagalan suatu sekolah dalam menampilkan
kinerjanya secara memuaskan banyak tergantung pada kualitas kepemimpinan
kepala sekolah. Demikian juga seorang kepala sekolah mempunyai peran
pimpinan yang sangat berpengaruh di lingkungan yang menjadi tanggung
jawabnya.3
1 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2003 ), hlm.41. 2 M. Sirozi, Politik Pendidikan, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005 ), hlm 201-202. 3 Ngalim Purwanto, Manajemen Pendidikan, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998 ), hlm.73.
2
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan imam Bukhari dari abu
Hurairah, Rasullulah SAW bersabda:
��� ��� � �� ���� � �� : ���� ���� � �� � ���� �������
���� !� "#$���� �%�& "����' "������( ")� *�+��,-% ���.) 0��12% 3��(٤
Artinya:
Dari abu Hurairah r.a ia berkata: telah bersabda Rasullulah SAW: apabila
suatu urusan di serahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah
kehancurannya.(H.R. Bukhari).
Hadis tersebut menunjukkan betapa islam sangat menekankan
pentingnya manajemen dan kepemimpinan dalam setiap aktivitas, termasuk
didalamnya aktivitas pendidikan. Suatu aktivitas akan berjalan lancar dan
teratur apabila di dasarkan pada manajemen yang sehat dan didukung oleh
kepentingan yang tepat dan handal.5
Tuntutan yang paling mendesak dalam pembangunan pendidikan yang
bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat adalah peningkatan
kemampuan dalam melakukan penelitian dan analisis kebijakan. Kepala
sekolah harus mampu melahirkan gagasan inovatif yang berguna untuk
menghasilkan alternatif kebijakan dalam membangun. Sistem pendidikan yang
efisien, bermutu dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam berbagai
bidang kehidupan. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus dapat
mengenal dan mengerti berbagai kedudukan, keadaan dan apa yang diinginkan
baik oleh guru maupun pegawai tata usaha serta pembantu lainnya. Sehingga
dengan adanya kerjasama yang baik dapat menghasilkan pikiran yang
harmonis dalam usaha perbaikan sekolah.6 Kepala sekolah merupakan motor
penggerak penentu arah kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana
4 Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Al-Mughirah bin Bardizbah
Al-Bukhari Al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, (Beirut:Dar al-Kutb al-Ilmiyah, 1992), juz I, hlm.26. 5 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, PBM-PAI Di Sekolah, Eksistensi Dann
Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1998),
cet.I, hlm.126. 6 Marno, Islam By Manajemen And Leadership, Tinjauan Teoritis Dan Empiris
Pengembanagn Lembaga Pendidikan Islam , ( Malang: Lintas Pustaka, 2007), hlm 59.
3
tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya di realisasikan. Kepala sekolah
dituntut untuk senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja sehingga dapat
memberikan hasil yang memuaskan.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua
aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa,
mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai
pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi
suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta
antara siswa dengan siswa disaat pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain
pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta
didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap.
Aktifitas belajar sangat terkait dengan proses perencanaan ilmu dan
menempatkan orang-orang berpengetahuan pada derajat yang tinggi, hal ini
sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-mujaadilah ayat:11
( Æìsùö�tƒ ª!$# tÏ% ©! $# (#θãΖ tΒ# u öΝ ä3ΖÏΒ tÏ% ©! $#uρ (#θè?ρé& zΟ ù= Ïèø9$# ;M≈y_ u‘ yŠ
Artinya:
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-
orang yang diberi pengetahuan beberapa derajat(QS. Al-Mujaadilah: 11)7
Dalam konteks dunia pendidikan, bagaimana cara mewujudkan
pendidikan yang bermutu, manusia( kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan lain, karyawan, peserta didik, orang tua atau wali siswa, dan
steakholder di pandang dari kacamata MMT (TQM) adalah pelanggan yang
harus menjadi pusat perhatian dalam memenuhi semua kebutuhan dan
keinginannya. Kepuasan peserta didik terletak pada proses yang sedang
berlangsung dan hasil pendidikan yang memuaskan dalam proses pendidikan.
Dengan demikian kualitas pendidikan bukanlah suatu yang berdiri sendiri
tetapi merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dan terkait sebagai
suatu proses dalam sebuah sistem, bila membicarakan masalah kualitas
pendidikan maka tidak akan terlepas dari tiga unsure pendidikan yaitu,
7 Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2000),
hlm. 434.
4
masukan, proses, dan lulusan. Keberadaan lulusan lembaga pendidikan
merupakan SDM yang menjadi subjek dan objek pembangunan yang perlu
ditingkatkan kualitasnya melalui jalur pendidikan dalam fungsi, proses, dan
aktifitasnya yang bermuara pada pencapaian tujuan pendidikan nasional.8
SMPN 01 Lasem didirikan sebagai alternatif bagi masyarakat untuk
mendapatkan pendidikan yang bermutu. Keberadaan SMPN 01 Lasem
diharapkan menjadi alternatif bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan
yang baik bagi anak-anaknya dari segi akademis maupun non akademis.
Sebagai pendidikan formal SMPN 01 Lasem mempunyai potensi untuk
berkembang sebagai lembaga pendidikan yang mampu bersaing dengan
lembaga pendidikan lainnya. Dalam perkembangann mutu pendidikan SMPN
01 Lasem patut dibanggakan, karena merupakan salah satu sekolah yang
sudah menjalankan sekolah berstandar internasional. Tercapainya mutu di
SMPN 01 Lasem tidak terlepas dari peranan kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan di sekolah tersebut. Kepala sekolah sangat berperan dalam rangka
meningkatkan mutu pembelajaran agar bisa terlaksana secara optimal
sehingga dengan terlaksananya kegiatan pembelajaran yang bermutu
diharapkan akan terbentuk citra yang positif dan partisipasi aktif masyarakat
di dunia pendidikan.
Berangkat dari fenomena yang ada, maka penulis tertarik untuk
mengkaji lebih jauh tentang kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan
manajemen mutu pembelajaran PAI (studi di SMPN 01 Lasem).
B. Penegasan Istilah.
Untuk memudahkan dan menghindari kesalahpahaman, maka penulis
akan memberikan penegasan beberapa istilah yang berkaitan dengan skripsi
yang berjudul ”kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
pembelajaran PAI ( studi di SMPN 01 Lasem)”
8 Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi, dan
Aplikasi, (Jakarta:Grafindo,2002), hlm.2.
5
1. Kebijakan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kebijakan adalah
kepandaian atau kemahiran.9
2. Kepala sekolah.
Menurut Wahjosumidjo, kata kepala dapat diartikan ketua atau
pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah
adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan member
pelajaran.
Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah dapat
didefinisikan sebagai “ seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas
untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar-
mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi
pelajaran dan murid yang menerima pelajaran”10
3. Manajemen mutu.
Manajemen berasal dari bahasa inggris “ manage ” yang memiliki
arti mengatur, mengurus, melaksanakan, mengelola. Sedangkan menurut
istilah seperti yang dikemukakan Stoner, manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha para
anggota organisasi dan pengguna sumber daya-sumber daya organisasi
lainnya secara optimal agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.11
Mutu mempunyai arti (ukuran) baik buruk suatu benda, kadar, taraf
atau derajat ( kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya), kualitas.12
9 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahsa Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka, 2006),
cet.3, hlm.157. 10 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik Dan
Permasalahannya,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm 83. 11 T. Hani Handoko, Manajemen, ( Yogyakarta: BPFE,1995), hlm.8. 12 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka,1994), Cet.3, hlm.1060.
6
4. Pembelajaran.
Pembelajaran atau ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya
dengan pengajaran merupakan proses interaktif yang berlangsung antara
guru dan juga siswa atau juga merupakan sekelompok siswa dengan tujuan
untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap serta menetapkan apa
yang dipelajari itu.13
5. Pendidikan Agama Islam.
PAI adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran
agama Islam, dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut ajaran
agama lain dalam hubungannya kerukunan antar umat beragama hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.14
C. Rumusan Masalah.
Rumusan masalah dimaksudkan yaitu permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini akan dibatasi, sehingga diharapkan masalah-masalah
tersebut nantinya menjadi terarah dan jelas. Adapun rumusan, masalahnya
sebagai berikut:
1. Bagaimana kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen
mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem?
2. Bagaimana pelaksanaan manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01
Lasem?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
Berdasarkan pokok permasalahan yang diangkat, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam tujuan ini adalah:
1. Untuk mengetahui kebijakan yang dilakukan kepala sekolah dalam
meningkatkan manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem.
13 S. Nasution, Kurikulum Dan Pengajaran, ( Jakarta: Bumi Aksara,1999), hlm.102. 14 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
Konsep Dan Implementasi Kurikulum 2004, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.130.
7
2. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen mutu pembelajaran PAI di
SMPN 01 Lasem.
Diadakannya penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritis.
Dapat memberi masukan dan informasi secara teori dan
penelitian ini sesuai dengan tema judul skripsi, utamanya masalah
kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen mutu
pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem.
2. Secara praktis.
a. Bagi sekolah.
Sebagai bahan dan masukan serta informasi bagi kepala
sekolah dalam rangka meningkatkan manajemen mutu pembelajaran
PAI.
b. Bagi siswa.
Diharapkan para siswa dapat menjadikan skripsi ini sebagai
wahana informasi dan masukan untuk mengefektifkan pembelajaran
PAI dan mata pelajaran lain pada umumnya.
c. Bagi peneliti.
Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan baru
khususnya dalam bidang penelitian manajemen mutu pembelajaran.
E. Kajian Pustaka.
Penulis menyadari bahwa secara subtansial penelitian ini bukan hal
yang baru, di dunia akademik telah banyak karya-karya seperti itu, penulis
menyadari bahwa apa yang akan diteliti ini ada kemiripan yang telah ditulis
sebelumnya, kajian pustaka terhadap karya yang terdahulu dimaksudkan
sebagai bahan pertimbangan guna membantu pembahasan penelitian di
lapangan. Diantara kajian pustaka yang mencangkup tentang manajemen mutu
dalam bidang pendidikan antara lain:
1. Anik Munfaizah (310303 ), IAIN Walisongo, Fakultas Tarbiyah, Jurusan
kependidikan Islam ( KI ), tahun 2008 dengan skripsinya yang berjudul “
8
Kepemimpinan Visioner Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Kendal” dengan hasil penelitiannya bahwa
seorang kepala sekolah disamping sebagai pemimpin di sekolahnya juga
sebagai pemimpin visioner. Dalam menjalankan tugasnya kepala sekolah
juga di tuntut untuk memajukan sekolahnya dengan cara meningkatkan
mutu pendidikannya, mutu dalam penelitian ini adalah sejauh mana
sekolah meningkatkan kualitas pendidikannya dalam berbagai aspek
pendidikan, penelitian ini sebagai rujukan bahwa dalam meningkatkan
mutu pendidikan tidak terlepas dari peran kepala sekolah, mutu akan
tercapai bila masing-masing pihak mau bekerjasama satu sama lain.
2. Wahdan Ikhtiari Abdillah (3102044), IAIN Walisongo, Fakultas Tarbiyah
Jurusan Kependidikan Islam (KI), tahun 2007 dengan skripsinya yang
berjudul “ Peran Kepala Sekolah Sebagai Administrator Mata Pelajaran
PAI di SLTP N Kretek 1 Wonosobo ” dengan hasil studinya menunjukkan
bahwa kepala sekolah sebagai administrator memegang kunci bagi
perbaikan dan kemajuan sekolah, ia harus mampu memimpin dan
menjalankan perannya agar segala kegiatan terkendali dan terarah dalam
usaha inovasi dan mencoba ide-ide baru dan praktek-praktek baru dalam
bentuk manajemen kelas yang lebih efektif dan efisien. Dalam skripsi ini
hanya menyinggung arti pentingnya kepala sekolah sebagai administrator.
Dalam skripsi ini fokus penelitiannya lebih spesifik yaitu kebijakan
kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI serta dalam
skripsi ini juga membahas mengenai upaya yang dilakukan kepala sekolah
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien
dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
F. Metode Penelitian.
1. Jenis Penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif, penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha
9
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi sekarang.15
menurut Bogdan dan Taylor (sebagaimana dikutip oleh Lexy J. Moleong),
metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati.16
Sementara itu, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental tergantung pada pengamatan pada manusia dalam
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasannya dan peristilahannya.17
Penulis menggunakan metode kualitatif sebab: (1) lebih mudah
mengadakan penyesuaian dengan kenyataan yang berdimensi ganda, (2)
peneliti dan subjek penelitian, (3) memiliki kepekaan dan daya
penyesuaian diri dengan banyak pengaruh yang timbul dari pola-pola nilai-
nilai yang dihadapi. Jadi, dalam penelitian ini sangat memungkinkan
adanya perubahan-perubahan konsep sesuai dengan kondisi dan situasi
yang ada. 18
Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif ini di harapkan
dapat menggambarkan situasi mengenai peran kepala sekolah dalam
rangka meningkatkan mutu pembelajaran yang ada di SMPN 01 Lasem.
2. Sumber Data.
a. Peneliti bertanya mengenai fariabel yang diteliti kepada subjek atau
kelompok subjek untuk dijawab. Metode ini diharapkan penulis
memperoleh data berupa tanggapan, pendapat, dari kepala sekolah, dan
tidak menutup kemungkinan para guru, karyawan, orang tua serta
semua pihak yang berkaitan di SMPN 01 Lasem.
15 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian Dan Penilaian Pendidikan, ( Bandung: Sinar
Baru Offset, 1989), hlm 64. 16 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), hlm.3. 17
Ibid 18 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet.4,
hlm.41.
10
b. Dokumen atau arsip, buku, majalah, surat kabar, dan lain sebagainya,
yang berhubungan dengan penelitian, yakni tentang kebijakan yang
dilakukan kepala sekolah. Dan tak kalah pentingnya adalah dokumen-
dokumen SMPN 01 Lasem tentang peningkatan mutu pembelajaran.
c. Tempat yaitu berupa ruang laboratorium, kelas, dan sebagainya sebagai
tempat berlangsungnya suatu kegiatan yang berhubungan dengan data
penelitian. 19
3. Metode Pengumpulan Data.
Untuk mempermudah dalam melaksanakan studi lapangan, penulis
menggunakan beberapa metode untuk memperoleh data-data yang
diperlukan, adapun metode pengumpulan data yang dimaksud adalah:
a. Interview/ Wawancara.
Merupakan alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan
sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula20
.
Metode wawancara menghendaki komunikasi langsung antara
penyelidik dengan subjek atau responden.21
Metode ini digunakan
untuk memperoleh data yang berkaitan dengan keadaan umum SMPN
01 Lasem. Selain itu metode wawancara juga digunakan untuk
memperoleh data tentang kebijakan kepala sekolah dalam
meningkatkan manajemen mutu pembelajaran yang ada disana. Dalam
wawancara peneliti menggunakan teknik silang yang dikandung
maksud untuk memperoleh data yang akurat. Interview yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penulis menggunakan
wawancara secara langsung dengan pihak terkait, tentunya orang-
orang yang berkompeten dalam pengelolaan SMPN 01 Lasem yaitu
kepala sekolah, guru, siswa maupun karyawan.
19 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode, dan Teknik,
(Bandung: Tarsito,2004), edisi VII, hlm. 137. 20 S. Margono, Op. Cit, hlm.165. 21 Yatim Rianto, Metode Penelitian Pendidikan Suatu Tinjauan Dasar, ( Surabaya:
SIC,1996), hlm.67.
11
b. Dokumentasi.
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen, legger, agenda dan sebagainya.22
Metode ini penulis
gunakan untuk memperoleh data-data tentang gambaran umum berupa
biografi sekolah, visi, misi, tujuan sekolah, dan sarana dan prasarana di
SMPN 01 Lasem. Dalam hal ini penulis meminta bantuan kepada
orang-orang yang terkait, tentunya orang-orang yang berkompeten
dalam pengelolaan di SMPN 01 Lasem.
c. Observasi.
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian23
. Metode ini
penulis gunakan untuk memperoleh data tentang situasi dan kondisi
umum SMPN 01 Lasem. Metode ini juga digunakan untuk mengetahui
pelaksanaan manajemen mutu pembelajaran di SMPN 01 Lasem.
Dalam observasi peneliti mencari data-data yang diinginkan agar data
yang diperoleh sesuai dengan kondisi yang ada, dalam observasi
peneliti dibantu oleh kepala sekolah, guru, siswa, karyawan dan
sebagainya.
4. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara
sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk
meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan cara
mencari makna (meaning).24
22 Suharsimi Ari kunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), hlm.236. 23 S. Margono, op.cit, hlm.158. 24 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Yogyakarta: Rake Sarasin,1996),
hlm.104.
12
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
non statistik yaitu menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis data
yang diwujudkan bukan dalam bentuk angka, melainkan dalam bentuk
laporan dan uraian deskriptif. Di sini penulis berusaha untuk mencoba
memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola
uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian.25
Untuk membuat kesimpulan penulis menggunakan metode
induktif, yaitu metode yang bertumpu pada fakta peristiwa yang sifatnya
lebih khusus yang selanjutnya dijadikan konklusi yang bersifat umum.26
5. Keabsahan Data.
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji,
credibility (validitas interbal), trasfermability (validitas eksternal),
dependability (realibilitas), confirmability (obyektifitas).
Untuk menguji keabsahan data disini penulis menggunakan uji
kredibilitas. Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil
penelitian kualitatif dilakukan dengan: Perpanjangan pengamatan,
meningkatkan ketekunan, triangulasi, uji analisis kasus negatif,
menggunakan data referensi, dan mengadakan member check.27
Jadi disini penulis menggunakan uji kredibilitas dengan triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang digunakan
penulis adalah pemeriksaan dengan sumber yang lainya. Jadi disini penulis
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dengan metode
kualitatif.28
Hal itu dapat dicapai dengan jalan membandingkan data dari
hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang
25 Lexy J. Moleong, op.cit, hlm.103. 26 Ibid, hlm.11. 27
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV.ALFABETA, 2008), cet.4,
hlm 121 28
Lexy J. Moleong, op.cit, hlm.178
13
dikatakan kepala sekolah terkait dengan wawancara mengenai kebijakan
yang dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran dengan
apa yang diobservasi penulis apakah hasil wawancara sudah sesuai dengan
data yang ditemukan oleh penulis.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kebijakan pendidikan
1. Konsep kebijakan pendidikan
Kebijakan (policy) secara etimologi diturunkan dari bahasa Yunani
yaitu “polis” yang artinya kota. Analisis kebijakan pendidikan dapat
dipahami baik melalui pendekatan metodologis maupun konseptual.
Metodologi pada intinya merupakan keseluruhan proses yang secara
sistematis dilakukan untuk melembagakan analisis kebijakan dalam suatu
sistem dan mekanisme yang institusional. Secara konseptual analisis
kebijakan merupakan suatu ilmu perekayasaan sosial (social engineering)
yang artinya ialah ilmu yang ditujukan untuk melahirkan manfaat dari
konsep dan teori dalam berbagai disiplin ilmu sosial untuk pemecahkan
permasalahan yang dihadapi oleh suatu kebijakan public.1.
Definisi kebijakan pendidikan sebagaimana adanya dapat disimak
melalui pernyataan-pernyataan berikut ini.
Carter V. Good (1959) (dalam Imron, 2002:18) menyatakan,
Educational policy is judgment, derived from some system of values and
some assesment of situational factors, operating within institutionalized
adecation as a general plan for guiding decision regarding means of
attaining desired educational objectives.
Pengertian pernyataan di atas adalah, bahwa kebijakan pendidikan
adalah suatu penilaian terhadap sistem nilai dan faktor-faktor kebutuhan
situasional, yang dioperasikan dalam sebuah lembaga sebagai perencanaan
umum untuk panduan dalam mengambil keputusan, agar tujuan pendidikan
yang diinginkan bisa dicapai. Kebijakan pendidikan adalah suatu produk
yang dijadikan sebagai panduan pengambilan keputusan pendidikan yang
1 Ace Suryadi dan Dasim Budimansyah, Paradikma Pembangunan Pendidikan Nasional,
Konsep, Teori, dan Aplikasi Dalam Analisis Kebijakan Publik , (Bandung: Widya Aksara
Press,2009), hlm. 49
15
legal-netral dan disesuaikan dengan lingkugan hidup pendidikan secara
moderat.
Berdasarkan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa: kebijakan
pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-
langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan
dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu
masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu. Ada beberapa aspek yang
tercakup dalam kebijakan pendidikan, diantaranya adalah:
1. Kebijakan pendidikan dilahirkan dari kesatuan teori dan praktik
2. Kebijakan pendidikan mempunyai validitas perkembangan pribadi serta
masyarakat yang memiliki pendidikan itu
3. Kebijakan pendidikan ditujukan pada kebutuhan peserta didik
4. Kebijakan pendidikan berkaitan dengan penjabaran visi, misi dan tujuan
pendidikan2
5. Kebijakan pendidikan memiliki kejelasan tujuan untuk melahirkan
pendidikan yang tepat
Selain itu, kebijakan pendidikan memiliki karakteristik yang khusus, yakni:
1. Memiliki tujuan pendidikan yang jelas dan terarah untuk memberikan
kontribusi pada pendidikan.
2. Memenuhi aspek legal-formal.
Kebijakan pendidikan harus memenuhi syarat konstitusional sesuai
dengan hirarki konstitusi yang berlaku di sebuah wilayah hingga ia dapat
dinyatakan sah dan resmi berlaku di wilayah tersebut.
3. Memiliki konsep operasional agar dapat diimplementasikan dan untuk
memperjelas pencapaian tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
4. Dibuat oleh yang berwenang.
Kebijakan pendidikan itu harus dibuat oleh para ahli di bidangnya
yang memiliki kewenangan untuk itu, sehingga dan sampai menimbulkan
kerusakan pada pendidikan dan lingkungan di luar pendidikan.
2 H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan, Pengantar Untuk Memahami
Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Public, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008), hlm.140-
153
16
5. Dapat dievaluasi.
Kebijakan pendidikan tentunya tak luput dari keadaan yang
sesungguhnya untuk ditindaklanjuti. Jika baik, maka dipertahankan atau
dikembangkan, sedangkan jika mengandung kesalahan, maka harus bisa
diperbaiki.
6. Memiliki sistematika.
Kebijakan pendidikan tentunya merupakan sebuah sistem, oleh
karenanya harus memiliki sistematika yang jelas menyangkut seluruh
aspek yang ingin diatur olehnya. Sistematika itu pun dituntut memiliki
efektifitas, efisiensi dan sustainabilitas yang tinggi agar kebijakan
pendidikan itu tidak bersifat pragmatis, diskriminatif dan rapuh
strukturnya akibat serangkaian faktor yang hilang atau saling berbenturan
satu sama lainnya.3
Dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu dan relevan adalah
bagaimana memahami berbagai isu kebijakan pendidikan agar mampu
melahirkan berbagai gagasan yang berguna dalam upaya menghasilakan
alternatif kebijakan dalam membangun sistem pendidikan yang efisien,
bermutu, dan sesuai dengan tuntutan masyarakat. Kebijakan pendidikan
adalah suatu bentuk tindakan yang diambil atas beberapa pertimbangan,
untuk mengarahkan manajer/kepala sekolah dalam menentukan masa
depan sekolah sesuai dengan visi, misi pendidikan agar tercapai tujuan
pendidikan yang diinginkan.
2. Fungsi dan tujuan kebijakan pendidikan
Faktor yang menentukan perubahan, pengembangan, atau
reskontruksi organisasi adalah terlaksananya kebijakan organisasi sehingga
dapat dirasakan bahwa kebijakan tersebut benar-benar berfungsi dengan
baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebijakan dibuat untuk
menjadi pedoman dalam bertindak, mengarahkan kegiatan dalam organisasi
3 Suparlan, ”membandingkan beberapa konsep dan kebijakan pendidikan”,
http://www.suparlan.com/pages/posts/membandingkan-beberapa-konsep-dan-kebijakan-
pendidikan33.php, hlm.2, 29 Januari 2010
17
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.4 Fungsi analisis kebijakan
dapat dikelompokkan kedalam tiga bagian pokok.
a) Fungsi alokasi.
Untuk melaksanakan fungsi penting ini analisis kebijakan harus
mampu melibatkan diri didalam, atau paling tidak mempelajari tentang
sistem, dan proses pembuatan kebijakan negara baik pada tingkat
suprastruktur (political) maupun pada tingkatan sektoral (teknichal).
Kajian makro ini pada dasarnya merupakan analisis hubungan timbal
balik antara sistem pendidikan dengan sistem yang lebih besar. Agar
pendidikan memiliki kesesuaian dengan bidang-bidang kehidupan dalam
masyarakat maka perlu diciptakan suatu keadaan agar sistem pendidikan
dapat berkembang secara seimbang dengan perubahan dan
perkembangan zaman.
b) Fungsi inquiri.
Fungsi inquiri dapat dilakukan jika seluruh atau sebagian agenda
penelitian dan pengembangan sudah dilaksanakan dan mencapai hasil-
hasilnya. Dalam fungsi inquiri pelaksanaan analisis kebijakan berkaitan
dengan pendekatan, metodologi, serta teknik-teknik analisis.
Kajian metodologi dan substansial dalam rangka melaksanakan
fungsi inquiri terdapat dua bentuk kajian metodologi atau substansial.
Kajian metodologi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik bagi
para peneliti agar dicapai penyempurnaan dalam metodologi analisis dan
penelitian dikemudian hari. Kajian substansial dimaksudkan untuk
memperoleh sintesis dari berbagai kelompok jenis temuan penelitian dan
pengembangan yang sudah ada agar diperoleh suatu usulan kebijakan
yang lebih realistis berkaitan dengan isu-isu kebijakan yang sudah
diidentifikasikan sebelumnya. Disamping itu, apakah suatu gagasan
kebijakan itu relevan atau tidak dilihat dari kepentingan masyarakat
sebagai stakeholder pendidikan.
4 Syafaruddin, Efektifitas Kebijakan Pendidikan, Konsep, Strategi, Dan Aplikasi
Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Yang Efektif, (Jakarta: Rineka Cipta,2008), hlm.77-78
18
c) Fungsi komunikasi
Fungsi komunikasi, yaitu fungsi yang dapat dilaksanakan jika
analisis kebijakan menghasilkan berbagai gagasan atau usulan kebijakan
yang benar-benar realistis. Tugas analisis kebijakan dalam hal ini adalah
menyampaikan alternatif atau gagasan kebijakan tersebut kepada sumua
pihak yang berhubungan agar diperoleh suatu umpan balik mengenai
keabsahan gagasan-gagasan yang diusulkan agar menjadi kebijakan
public. Oleh karena itu tugas para analis kebijakan adalah meyakinkan
pihak-pihak tersebut khususnya yang menyangkut keuntungan,
kelemahan, dan berbagai implikasinya yang mungkin timbul dari
penerapan suatu gagasan kebijakan yang diusulkan.5
Tujuan dilakukannya kebijakan dilihat dari ruang lingkup
waktunya terdapat tiga jenis perencanaan nasional pendidikan yang perlu
dibuat secara teratur dan sinambung. Ketiga jenis kebijakan tersebut
meliputi kebijakan jangka panjang, menengah dan pendek.
1. Kebijakan jangka panjang (periode 25 tahun)
Kebijakan jangka panjang pada dasarnya merupakan suatu
kebijakan yang bersifat prospektif (antisipasi masa depan), yaitu
kebijakan negara dibidang pendidikan yang ditentukan oleh suatu
proyeksi pendidikan dalam suatu cakupan waktu kedepan.
Perencanaan ini dimaksudkan untuk menghasilkan skenario masa
depan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia yang perlu diciptakan
pada akhir kurun waktu pembangunan jangka panjang kedua.
2. Kebijakan jangka menengah
Rencana pembangunan (repelita) lima tahun sektor
pendidikan disusun dengan jabaran yang telah operasional, menjadi
kebijakan, program-program dan sasaran pembangunan masing-
masing program pembangunan. Secara umum, gambaran repelita
dapat digunakan sebagai berikut:
5 Ace Suryadi dan Dasim Budimansyah, Op.Cit. hlm 81-103
19
a. Arah dan kebijakan repelita.
b. Keadaan dan masalah, masalah-masalah pokok yang disimpulkan
dari keadaan pendidikan sebagai hasil dari penilaian dan kajian
pelaksanaan pendidikan dalam repelita sebelumnya.
c. Kebijaksanaan dan langkah-langkah, Kebijakan ini dikembangkan
berdasarkan analisis terhadap keadaan masalah pendidikan
sekarang dan perkiraan dalam lima tahun mendatang.
d. Program dan sasaran, jika kebijakan yang dirumuskan diatas telah
dilaksanakan.
3. Kebijakan jangka pendek.
Dalam perencanaan tahunan, masing-masing meliputi empat
periode dengan lama tiga bulan untuk tiap periode yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, tahap persiapan perencanaan, tahap ini merupakan
penyiapan data khususnya syang berkaitan dengan jumlah peserta
didik yang akan dilayani, kepegawaian, sarana dan prasarana yang
diperlakukan serta peralatan yang dibutuhkan.
Kedua, periode ini merupakan waktu untuk merumuskan dan
mempublikasikan kebijakan.
Ketiga, urusan proyek dan penetapan pagu anggaran. Periode
untuk melaksanakan usulan anggaran proyek
Keempat, dalam periode ini persiapan pelaksanaan proyek
pembangunan telah dilaksanakan dan persiapan untuk siklus
perencanaan tahun berikutnya mulai dirintis dan dilaksanakan.
Proses perencanaan dan pengambilan kebijakan tersebut pada
dasarnya merupakan siklus yang paling menentukan jika analisis
kebijakan ingin memberikan pengaruhnya terhadap pelaksanaan
pendidikan.6
6 Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,1994), hlm.75-82
20
Fungsi kebijakan pendidikan adalah untuk mengarahkan
kegiatan yang akan dilaksanakan kedepan agar mencapai tujuan
secara efektif dan efisien serta sebagai pedoman bertindak dalam
suatu organisasi agar kegiatan yang telah ditetapkan dapat
dilaksanakan. Sedangkan tujuan dibuatnya kebijakan adalah untuk
melakukan dan mengarahkan pelaksanaan kebijakan yang telah
dibuat agar tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan.
3. Komponen kebijakan
1. Perumusan masalah.
Perumusan masalah dapat membantu menemukan asumsi-asumsi
yang tersembunyi, mediaknosis penyebabnya, memetakan tujuan-tujuan
yang memungkinkan, memadukan pandangan-pandangan yang
bertentangan, dan merancang kebijakan-kebijakan yang baru.
Perumusan masalah adalah suatu bentuk kebijakan yang diambil
atas beberapa pertimbangan baik dari pertimbangan tujuan, strategi,
maupun kepentingan lingkungan eksternal. Perumusan masalah dapat
dipandang sebagai suatu proses dengan empat fase yang saling
tergantung, yaitu:
a. Pencarian masalah (problem search) proses penemuan dan penyatuan
beberapa representasi masalah yang dihasilkan oleh para pelaku
kebijakan
b. Pendefinisian masalah (problem definition) proses mengkarakteristikkan
masalah-masalah substantif kedalam istilah-istilah yang paling dasar
dan umum
c. Spesifikasi masalah (problem specification) tahap pemahaman
masalah dimana analis mengembangkan representasi masalah
subtantif secara formal (logis)
21
d. Pengenalan masalah (problem sensing) tahap perumusan masalah
dimana analisis mengalami kekhawatiran yang campur aduk dan
gejala ketegangan dengan cara mengenali situasi masalah.7
2. Peramalan.
Peramalan (forecasting) adalah suatu prosedur untuk membuat
informasi yang faktual tentang situasi sosial masa depan atas dasar
informasi yang telah ada. Peramalan dapat menyediakan pengetahuan
yang relevan dengan kebijakan tentang masalah yang akan terjadi dimasa
mendatang sebagai akibat dari diambilnya alternatif, termasuk tidak
melakukan sesuatu. Tentang masalah kebijakan ramalan mempunyai tiga
bentuk utama, yaitu:
a. Proyeksi adalah ramalan yang didasarkan pada ekstrapolasi atas
kecenderungan masa lalu maupun masa kini ke masa depan,
b. Sebuah prediksi adalah ramalan yang didasarkan pada asumsi teoritik
yang tegas. Sifat terpenting dari prediksi adalah menspesifikasikan
kekuatan penyebab dan akibat yang diyakini mendasari suatu
hubungan
c. Suatu perkiraan adalah ramalan yang didasarkan pada penilaian yang
informative atau penilaian pakar tentang situasi masyarakat dimasa
depan.8
3. Rekomendasi.
Rekomendasi kebijakan adalah cara yang dilaksanakan agar
sebuah kebijakan dapat mencapai sasarannya. Dalam rekomendasi
kebijakan maka yang perlu diperhatikan adalah bagaimana prakondisi
untuk keberhasilan pelaksanaan kebijakan, yaitu: komunikasi,
sumberdaya, disposisi atau sikap, dan struktur birokrasi
a. Komunikasi, pemimpin harus mengkomunikasikan kepada bidang
yang bertanggungjawab dalam melaksanakan kebijakan supaya
mereka memahami kebijakan yang menjadi tanggungjawabnya.
7 William N. Dunn, Public Policy Analysis Pengantar Analisis Kebijakan Public,
(Yogyakarta: Gajah Mada,1999), hlm.226-230 8 Ibid, hlm.291-292
22
b. Sumber daya manusia harus mendukung pelaksanaan kebijakan, jika
SDM tidak mendukung maka menghambat pelaksanaan kebijakan
c. Disposisi atau pelaksana kebijakan, pelaksana kebijakan harus
ditetapkan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, serta komitmen
melaksanakan kebijakan yang dimaksud
d. Struktur birokrasi, koordinasi menjadi faktor yang penting dalam
pelaksanaan kebijakan.9
4. Pemantauan.
Pemantauan atau monitoring menyediakan pengetahuan yang
relevan dengan kebijakan tentang akibat kebijakan yang diambil
sebelumnya. Pemantauan (monitoring) merupakan prosedur analisis
kebijakan yang digunakan untuk memberikan informasi tentang sebab
dan akibat dari kebijakan public. Pemantauan memiliki empat fungsi
dalam analisis kebijakan yaitu:
a. Kepatuhan (compliance) pemantauan bermanfaat untuk menentukan
apakah tindakan para administrator program, staf, dan pelaku lain
sesuai dengan standar dan prosedur yang dibuat
b. Pemeriksaan (auditing) pemantauan membantu menentukan apakah
sumberdaya dan pelayanan yang dimaksudkan untuk kelompok
sasaran maupun konsumen tertentu telah sampai pada mereka
c. Akuntansi (monitoring) menghasilkan sesuatu yang bermanfaat
d. Eksplanasi pemantauan juga menghimpun informasi yang dapat
menjelaskan mengapa hasil-hasil kebijakan public dan program
berbeda10
5. Evaluasi.
Evaluasi membuahkan pengetahuan yang relevan dengan
kebijakan tentang ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan yang
diharapkan dengan yang dihasilkan. Evaluasi tidak hanya menghasilkan
kesimpulan mengenai seberapa jauh masalah dapat terselesaikan tetapi
9 Syafaruddin, Op.Cit, hlm 90-92
10 William N. Dunn, Op.Cit, hlm.20
23
juga menyumbang pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang
mendasari kebijakan, membantu dalam penyesuaian dan perumusan
masalah kembali. Evaluasi kebijakan merupakan tahap penting dalam
kebijakan public. Ada beberapa fungsi evaluasi diantaranya yaitu:
a. Evaluasi memberi informasi yang falit dan dapat dipercaya mengenai
kinerja kebijakan.
b. Evaluasi kebijakan memberi sumbangan klarifikasi dan kritik
terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target.
c. Evaluasi memberikan sumbangan pada aplikasi metode analisis
kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.11
Dalam proses pembuatan kebijakan/analisis kebijakan maka harus
memperhatikan lima komponen yaitu: perumusan masalah, peramalan,
rekomendasi, pemantauan serta evaluasi. Kelima komponen tersebut
saling berhubungan dan saling bergantung satu sama lainnya, karena
kelima komponen tersebut dapat berguna untuk menghasilkan dan
mentransformasikan informasi yang relefan dengan kebijakan dalam
berbagai konteks pendidikan.
B. Kebijakan pendidikan di Indonesia.
Kini muncul berbagai gagasan mengenai kebijakan pendidikan
nasional menuju peningkatan mutu pendidikan, berbagai sistem baru
pengelolaan pendidikan telah ditawarkan. Bahkan standarisasi juga menjadi
pilihan kebijakan pendidikan yang dimaksudkan untuk memenuhi daya saing
lokal, nasional maupun global. Para penyelenggara pendidikan harus konsisten
dengan kebijakan-kebijakan pendidikan yang telah ditetapkan12
. Setidaknya
dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
11
Syafaruddin, Op.Cit, hlm 96-97 12Akhmadsudrajat, “Peningkatan Mutu Pembelajaran Di Sekolah”
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/05/peningkatan-mutu-pembelajaran-di-sekolah/,
hlm.5, 3 Januari 2010
24
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
yang demokratis serta bertanggung jawab.13
Kemudian, mengenai definisi kebijakan Negara; dimana hal itu adalah
sebuah konsep yang berlaku dalam sebuah negara (nation), maka berikut ini
adalah dua definisi tentang kebijakan negara.
W.I Jenkins (1978) : a set of interrelated decisions taken by a political
actor or group of actors concerning the selection of goals and the means of
achieving them within a specified situation where these decisions should, in
principle, be within the power of these actors to achieve (seperangkat
keputusan-keputusan yang saling berhubungan antar-satu sama lainnya; dibuat
oleh para pelaku politik (politisi) atau kelompok politisi menyangkut
pemilihan tujuan dan orientasi pencapaian tujuan tersebut dalam situasi
khusus dimana keputusan itu berada, secara prinsipil, berada dalam kekuasaan
para politisi ini).
Chief J.O Udouji (1981) : an sanctioned course of action addressed to
a particular problem or group of related problems that effect society at large
(sebuah rangkaian keputusan dalam hal pelaksanaan yang ditujukan untuk
sebagian masalah atau sekelompok masalah-masalah (yang saling berkaitan)
dimana seluruh masalah itu mempengaruhi masyarakat banyak)
Dari pemahaman teoritis tersebut kita dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut kebijakan public adalah keputusan yang dibuat oleh negara
khususnya pemerintah sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan dari
negara yang bersangkutan.
Problematika mendasar yang ada di indonesia adalah masalah
mengenai mutu pendidikan, menyadari posisi indonesia yang jauh tertinggal
dalam dunia pendidikan, berbagai langkah kebijakan ditempuh, diantaranya
adalah:
13
UU. No.20 Tahun.2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SIKDISNAS),
(Jogjakarta: Media Wacana,2003), hlm.12
25
1. Penambahan anggaran dana pendidikan sesuai dengan ketentuan UU No.
20 Thn 2003 dan amandemen pasal 31 (4) UUD 1945 menyebutkan,
penetapan dana anggaran pendidikan minimal sebasar 20% dari APBN dan
APBD
2. Perubahan kurikulum, salah satu kebijakan pemerintah yang dimaksud
berkaitan dengan pendidikan, yaitu adanya perubahan kurikulum 1994
berupa CBSA, menjadi KBK, lalu ditahun 2006 menjadi KTSP
3. Rekrutmen guru dilihat dari kualitas maupun kuantitas pada kenyataanya
kemampuan akademi yang dimiliki guru masih dibawah standars.
Dalam UU No. 20 Thn 2003 disebutkan bahwasannya standar nasional
pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian
pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala dalam
Dalam PP No. 19 Thn 2005 pasal 91 tentang penjaminan mutu
pendidikan yaitu
1. Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan non formal wajib
melakukan penjaminan mutu pendidikan
2. Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
bertujuan untuk memenuhi atau melampaui standar nasional pendidikan
3. Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksudkan pada ayat1
dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program
penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas14
Kebijakan public adalah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah yang
dengan kewenangannya harus dipatuhi oleh masyarakat. Dalam meningkatkan
mutu pendidikan pemerintah telah menempuh beberapa kebijakan yang ini
dibuktikan melalui perbaikan secara terus menerus untuk mencapai hasil yang
telah diinginkan.
14
Suherli, “ Konsep Dasar Kebijakan Dalam Pendidikan”
http://suherlicentre.blogspot.com/2008/07/konsep-dasar-kebijakan-dalam-pendidikan.html, hlm 1,
29 Januari 2010
26
C. Mutu Pembelajaran
1. Konsep Manajemen Mutu
Mutu mengandung dua hal, yaitu: sifat (keadaan) dan (taraf)
kedudukan. Akan tetapi setiap orang memiliki pandangan yang berbeda
mengenai sifat dan taraf tersebut.15
Mutu adalah pemenuhan terhadap
kebutuhan steakholder, bersistem pencegahan, mempunyai standar tanpa
cacat dan mempunyai ukuran harga ketidakpuasan.16
Bila dikaitkan dengan sekolah mutu akan berkenaan dengan segala
aspek yang berhubungan dengan segala kegiatan yang dilaksanakan dalam
rangka mendidik didalam suatu sekolah. Mutu dalam bidang pendidikan
meliputi mutu input, output dan outcomes. Input pendidikan dinyatakan
bermutu jika siap berproses, proses pendidikan bermutu apabila mampu
menciptakan suasana yang PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan). Output pendidikan dikatakan bermutu jika hasil
belajar akademik maupun non akademik siswa tinggi. Outcome dinyatakan
bermutu apabila lulusan terserap di dunia kerja, gaji wajar, semua pihak
mengakui kehebatan lulusan dan merasa puas.17
Beberapa kebingungan terhadap pemaknaan mutu bisa muncul
karena mutu dapat digunakan sebagai konsep yang secara bersama-sama
absolute dan relative. Mutu secara mutlak atau absolut memiliki ukuran nilai
tertinggi, bersifat unik dan sangat berkaitan dengan ungkapan kebaikan
(goodness), keindahan (beauty), kebenaran (truth) dan idealitas.
Biasanya mutu dalam ukuran absolut sudah ditetapkan produsen
secara subjektif.18
Ukuran mutu diterapkan secara relative, yaitu
berdasarkan pada kebutuhan steakholder. Bukan hanya produsen, tetapi
15
Sanusi Uwes, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, (Jakarta:Logos Wacana
Ilmu,1999), hlm.26 16
Tony Bush dan Mariannecoleman, Leadership dan Strategic Management In Education
Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan, terj. Fahrurrozi, (Yogyakarta:IRCISOD,2006),
hlm.191 17
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta:PT.Bumi
Aksara,2006), hlm.410 18
Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif,
(Jakarta: PT.Bumi Aksara,2005), hlm.9
27
steakholder pun turut menentukan mutu.19
Tolak ukur mutu yang baik
bukan tolak ukur yang bersifat absolut, melainkan yang bersifat relative,
yaitu yang sesuai dengan kebutuhan steakholder mutu sekolah akan baik
jika sekolah tersebut dapat menyajikan jasa yang sesuai dengan kebutuhan
steakholder. Aplikasi mutu: pertama redefinisi tugas untuk memudahkan
kerja bagi semua unsur pendidikan, maka diperlukan pembagian tugas (job
description) yang jelas. Sekaligus sebagai upaya menghindari dari
overlapping diantara masing-masing unsur tersebut. Kedua, prefisionalisme
pimpinan lembaga pendidikan yang paling bertanggung jawab dalam
tumbuh kembangnya prakarsa, partisipasi, inovasi dan kreatifitas dalam
pengembangan kelembagaan.
Ketiga berorientasi pada proses dan produk.. untuk meningkatkan
hasil belajar salah satu hal penting adalah memperhatikan proses belajar
mengajar. Keempat, berorientasi pada perubahan mental. Setiap aktifitas
pendidikan, sesuatu yang harus menjadi perhatian utama adalah hasil yang
ingin dicapai yaitu tujuan dan target pendidikan dan akhlakul karimah
sebagai porsi paling penting dalam pendidikan islam.20
TQM merupakan budaya peningkatan mutu pendidikan secara
terus menerus, fokus pada stakeholder sekolah demi kepuasan jangka
panjangnya, dan partisipasi warga sekolah, keluarga, masyarakat dan
pemerintah.21
TQM dalam pendidikan adalah filosofi perbaikan terus
menerus dimana lembaga pendidikan menyediakan seperangkat sarana atau
alat untuk memenuhi bahkan melampaui kebutuhan, keinginan dan harapan
steakholder saat ini dan dimasa mendatang.22
Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa TQM
merupakan strategi untuk meningkatkan kualitas. Dalam dunia pendidikan
sekolah yang bermutu adalah sekolah yang menetapkan keberhasilan pada
19
Ibid 20
Imam Tholhah dan Ahmad Barizi, Membuka Jendela Pendidikan, Mengurai Tradisi
Integrasi Keilmuan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2004), hlm.189 21
Husaini Usman, Op.Cit, hlm.459 22
Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model, dan Aplikasi, (Jakarta:
Grasindo,2003), hlm.79
28
input, proses, out put, dan out come. Jika mutu pendidikan ingin dicapai
maka siswa, guru, staf dan masyarakat harus bekerjasama untuk
mewujudkan tujuan tersebut.
2. Mutu Pembelajaran
Membicarakan mengenai mutu pembelajaran artinya mempersoalkan
bagaimana kegiatan/strategi pembelajaran yang dilakukan selama ini
berjalan dengan baik serta dapat menghasilkan lulusan yang baik sesuai
dengan apa yang diharapkan. Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran,
maka kita harus memperhatikan mengenai beberapa komponen yang dapat
mempengaruhi pembelajaran, Komponen-komponen tersebut adalah sebagai
berikut:
a) Siswa dan Guru
b) Kurikulum
c) Sarana dan prasarana pendidikan
d) Pengelolaan sekolah, meliputi pengelolaan kelas, guru, siswa, sarana dan
prasarana, peningkatan tata tertib dan kepemimpinan
e) Pengelolaan proses pembelajaran, meliputi penampilan guru, penguasaan
materi, serta penggunaan strategi pembelajaran
f) Pengelolaan dana
g) Evaluasi
h) Kemitraan, meliputi hubungan sekolah dengan lembaga lain.23
Strategi pembelajaran yang dilakukan guru menjadi salah satu kajian
untuk mengukur kualitas pembelajaran, maka didalamnya terdapat tiga
strategi yang menjadi pusat perhatian ketiga strategi tersebut yaitu:
1. Strategi pengorganisasian (organizational strategy) adalah metode untuk
mengorganisasi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pengajaran.
2. Strategi penyampaian (delivery strategy) yaitu: komponen variabel
metode untuk melaksanakan proses pengajaran. Ada dua fungsi dari
23
Martinis Yamin dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas Strategi Meningkatkan
Mutu Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada,2009), hlm.164-166
29
strategi ini, yaitu 1) menyampaikan isi pengajaran kepada siswa, 2)
latihan tes.
3. Strategi pengelolaan pengajaran (management strategy) Strategi ini
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi
pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan selama
proses pengajaran. Dalam meningkatkan kualitas sekolah ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan mutu pembelajaran, seperti
yang disarankan oleh Sudarwan Danim yaitu dengan melibatkan lima
faktor yang dominan :
1. Kepemimpinan Kepala sekolah yang efektif
2. Siswa, “anak sebagai pusat “ sehingga kompetensi dan kemampuan
siswa dapat digali
3. Pelibatan guru secara maksimal.
4. Kurikulum yang tetap tetapi dinamis, sehingga tujuan mutu dapat
dicapai
5. Jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan
masyarakat tetapi dengan organisasi lain, seperti perusahaan/instansi
6. Pimpinan dan karyawan harus menjadi satu tim yang utuh (teamwork)
yang saling membutuhkan dan saling mengisi kekurangan yang ada
sehingga target (goals) akan tercipta dengan baik.24
Selain itu ada berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal tersebut antara lain peningkatan
aktivitas dan kreatifitas peserta didik, peningkatan disiplin belajar, dan
peningkatan motivasi belajar.
1. Peningkatan aktivitas dan kreatifitas peserta didik
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan
aktifitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi peserta
didik. Menurut pendapat Gibbs bahwa kreatifitas dapat dikembangkan
dengan memberi kepercayaan, komunikasi yang bebas, pengarahan diri,
24
Hamzah B.Uno, Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang
Kreatif Dan Efektif, (Jakarta: PT.Bumi Aksara,2008), hlm.154-155
30
dan pengawasan yang tidak ketat. Apa yang dilakukan diatas sulit untuk
dilakukan, tapi paling tidak guru harus menciptakan suasana belajar yang
kondusif, karena kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh aktifitas
dan kreatifitas guru.
2. Peningkatan disiplin belajar
Disiplin sekolah dapat diartikan sebagai keadaan tertib dimana
guru, staf sekolah dan peserta didik bergabung dalam sekolah, tunduk
kepada peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati. Guru harus
mampu menumbuhkan disiplin dalam diri peserta didik, terutama disiplin
diri.
3. Peningkatan motivasi belajar.
Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila
memiliki motivasi. Dalam kaitannya dengan ini guru dituntut untuk
memiliki kemampuan untuk membangkitkan motivasi belajar peserta
didik sehingga dapat mencapai tujuan belajar.25
Dapat disimpulkan bahwa mutu pembelajaran adalah strategi
pembelajaran yang digunakan oleh pendidik agar pelaksanaan
pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang
diharapkan dan hasilnya dapat diandalkan. Dalam meningkatkan mutu
pembelajaran maka pendidik harus mampu menciptakan suasana belajar
yang kondusif agar peserta didik dapat meningkatkan kreatifitas serta
pengetahuan yang dimilikinya.
D. Kebijakan peningkatan mutu pembelajaran PAI
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi
25
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2005), hlm.105-112
31
guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana
pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen pendidikan26
Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu peristiwa atau situasi yang
sengaja dirancang dalam rangka membantu dan mempermudah proses belajar
dengan harapan dapat membangun kreatifitas siswa. Dengan demikian
pendekatan pembelajaran lebih menekankan kepada semua peristiwa yang
dapat berpengaruh secara langsung kepada efektifitas belajar siswa.27
Agar
sistem pendidikan yang dilaksanakan di sekolah mampu menghasilkan out put
yang berkualitas maka sistem tersebut harus mampu menciptakan sistem
belajar yang berkualitas tinggi yang secara operasional dapat dipresentasikan
oleh proses pembelajaran yang berkualitas. Ada beberapa komponen yang
dapat meningkatkan mutu pembelajaran, komponen-komponen tersebut
adalah:
1. Proses pembelajaran
Pikiran utama yang terdapat dalam prinsip. Strategi, dan tahapan
belajar mengajar PAI mencerminkan bahwa pembelajaran PAI tidak
sesederhana dengan proses penyampaiannya. Tetapi fungsi dan peran PAI
sampai pada pembentukan akhlak karimah dan kepribadian seutuhnya.
1. Prosedur pembelajaran
Pengembangan kegiatan belajar mengajar PAI harus
diorientasikan pada fitrah manusia agar terwujud keseimbangan. Untuk
mewujudkan keseimbangan tersebut diperlukan ketepatan dalam
menentukan pendekatan, metode dan teknik yang digunakan. Pada
PAI, pemilihan ketiga hal tersebut diorientasikan pada pembiasaan,
pelatihan, dan perenungan yang dibantu oleh guru. Ada enam
pendekatan yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran PAI,
yaitu:
26
Abdul Ranchman Shaleh, Madrasah Dan Pendidikan Anak Bangsa, Visi, Misi, Dan
Aksi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2004), hlm.243 27
Ibid, hlm.211
32
a. Pendekatan pembelajaran
1. Pendekatan rasional, pendekatan pembelajaran yang lebih
menekankan pada aspek penalaran.
2. Pendekatan emosional, yakni upaya menggugah perasaan
(emosi) peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai
dengan ajaran agama dan budaya bangsa
3. Pendekatan pengalaman, yakni memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil
pengalaman ibadah dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah-
masalah dalam kehidupan
4. Pendekatan pembiasan, yaitu memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan
ajaran islam dan budaya bangsa dalam menghadapi persoalan
kehidupan
5. Pendekatan fungsional, yaitu menyajikan materi pokok dari segi
manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari
dalam arti luas
6. Pendekatan keteladanan, yaitu menjadikan figure pendidik,
petugas sekolah lainnya, orang tua serta anggota masyarakat
sebagai cermin bagi peserta didik
b. Metode
Metode apapun yang digunakan oleh pendidik dalam proses
pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang akan
diajarkan, yang perlu diperhatikan adalah akomodasi terhadap
prinsip kegiatan belajar mengajar:
1. Berpusat pada peserta didik
2. Belajar dengan melakukan, guru harus menyediakan kesempatan
peserta didik untuk melakukan apa yang dipelajarinya
3. Mengembangkan wahana sosial
4. Mengembangkan keingintahuan dan imajinasi
33
5. Mengembangkan kreatifitas dan ketrampilan memecahkan
masalah28
2. Kurikulum
Sekolah harus dapat mempertahankan nilai relevansi yang tinggi
antara kurikulum, situasi, dan kondisi tuntutan serta kebutuhan
masyarakat. Pengembangan kurikulum harus dapat mengakomodasikan
unsur-unsur teoritis dan praktis berdasarkan tujuan yang berdasarkan
kebutuhan yang diperkirakan sesuai dengan dinamika yang beraneka
ragam, oleh karena itu kurikulum harus dipantau dan dievaluasi secara
terus menerus agar dapat menjamin kualitas maupun kuantitas produk
suatu sekolah dan tidak semata-mata berorientasi pada produk melainkan
juga pasar29
3. Kerja pembelajaran
Kerja pembelajaran ini bagi pendidik dimaksudkan untuk
meningkatkan pelayanan terhadap mutu pendidikan secara team teaching
di kelas dan team working dalam workshop. Masing-masing peran dan
fungsi pendidik diarahkan pada kerja pembelajaran supaya dapat
meningkatkan mutu PAI.
Bagi siswa, kerja pembelajaran ini dimaksudkan sebagai suatu
upaya untuk memberdayakan siswa dalam melakukan kajian-kajian ilmiah
dengan ,melibatkan diri secara kelompok atau dengan kajian individual
4. Peran pendidik
Sebagai seorang pendidik guru harus merencanakan, melaksanakan,
dan harus mengawasi program-program yang berkaitan dengan upaya
peningkatan mutu pembelajaran bagi peningkatan prestasi peserta didik.
Tiga komponen kompetensi yang harus dimiliki guru agar kegiatan
pembelajaran yang dilakukan bisa berjalan dengan efektif, yaitu:
a. Komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran yang meliputi:
penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan interaksi belajar
28
Nazarudin, Manajemen Pembelajaran, Implementasi Konsep, Karakteristik Dan
Metodologi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, (Jogjakarta: Teras,2007), hlm. 19-26 29
Mukhtar, Op.Cit, hlm.24
34
mengajar, penilaian prestasi belajar peserta didik, pelaksanaan tindak
lanjut peserta didik
b. Komponen kompetensi pengembangan potensi yaitu pengembangan
profesi
c. Komponen kompetensi penguasaan akademik yang meliputi:
pemahaman wawasan pendidikan, dan penguasaan bahan kajian30
5. Pengelolaan siswa/pendekatan “anak sebagai pusat” (the child-centered
approach).
Filosofi pembelajaran berpusat pada siswa adalah penekanan lebih
pada proses pembelajaran secara signifikan ketimbang produk/outcomes
pembelajaran. Pada pendekatan ini lebih menitik beratkan pada:
a. Anak adalah sentral pelaksanaan pembelajaran
b. Pembelajaran berfokus pada anak secara total
c. Guru memberi peluang bagi anak untuk secara alami mengembangkan
diri hingga ke tingkat edvan
d. Sentral perubahan terhadap anak meski tidak selalu diobservasi
e. Perubahan hanya dialami pada konteks dari siswa secara menyeluruh
f. Perubahan dan motivasi anak bersifat internal, guru hanya member
dorongan dan fasilitas31
6. Pengelolaan lingkungan kelas
Iklim belajar yang kondusif merupakan faktor pendorong yang dapat
memberikan daya tarik terhadap proses pembelajaran, sebaliknya iklim
belajar yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa
bosan.
Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan yang bijak,
serta didukung dengan komunikasi yang baik, juga harus didukung dengan
pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa. Pengelolaan
pembelajaran merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta
30
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2008), hlm.128 31
Sudarwan Danim, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2006), hlm.83
35
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Untuk mencapai pembelajaran yang optimal serta mendapatkan mutu yang
bagus maka pembelajaran harus dikelola dengan baik
Dalam mewujudkan pembelajaran yang bermutu maka seorang
pendidik harus mampu memodifikasi model-model pembelajaran PAI agar
tidak terkesan kaku. Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya
pembaharuan dan peningkatan kualitas PAI secara terencana, sistematis
dan mendasar dengan merumuskan kembali visi, misi dan tujuan PAI
sesuai dengan tuntutan zaman. PAI harus mampu menciptakan suatu
pendidikan yang berkarakter dan memiliki moral yang baik dalam
membangun peserta didik.
36
BAB III
DATA PENELITIAN TENTANG KEBIJAKAN KEPALA
SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN MUTU
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMPN 01 LASEM
A. Data Umum Tentang SMPN 01 Lasem.
1. Letak Geografis SMPN 01 Lasem.
SMPN 01 Lasem yang beralamatkan Jl. Raya No 1 Lasem yang
terletak di desa Gedongmulyo Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang.
SMPN 01 Lasem berada pada tempat yang strategis karena terletak diantara
lembaga pemerintahan maupun tempat umum sehingga mudah dijangkau
oleh masyarakat. Disebelah timur terdapat Bank BKK, Bank BRI, Bank
BMT dan pasar.
SMPN 01 Lasem berada di kota Lasem yang merupakan daerah
pesisir pantai, namun disekilingnya juga terdapat pegunungan yaitu Gunung
Argo Kajar. Hal ini dapat menambah keindahan suasana belajar di SMPN
01 Lasem, disamping itu juga dapat memudahkan siswa SMPN 01 Lasem
untuk studi lapangan seperti mempelajari kehidupan satwa laut, mempelajari
aneka ragam tumbuhan alam pegunungan, keadaan jual beli dipasar dan
sebagainya.
2. Sejarah berdirinya.
Berdirinya SMPN 01 Lasem tidak terlepas dari dukungan
masyarakat yang dirintis oleh para tokoh masyarakat Lasem yang terdiri dari
para pendidik/guru dan ulama/kyai maupun komite. Para guru negeri yang
berdomisili di kecamatan Lasem bermusyawarah dengan para kyai dan
masyarakat, hasil musyawarah sepakat mendirikan lembaga pendidikan di
kota Lasem. Akhirnya pada tanggal 2 Agustus 1973 berdirilah SMPN 01
Lasem. Seiring dengan perkembangannya akhirnya SMPN 01 Lasem
mendapatkan bantuan tanah seluas 14044m2 dengan luas bangunan 6199m
2
37
dari pemerintah, sekarang dapat dilihat SMPN 01 lasem dengan sarana dan
prasarana yang bias dikategorikan sangat lengkap.1
3. Visi, misi dan tujuan SMPN 01 Lasem.
a. Visi.
“SEKOLAH YANG UNGGUL DALAM PRESTASI,
MENGHASILKAN LULUSAN YANG INOVATIF, KOMPETITIF,
BERAKHLAK MULIA, DAN BERWAWASAN INTERNASIONAL”
b. Misi.
1) Melaksanakan pengembangan kurikulum satuan pendidikan bertaraf
nasional dan internasional.
2) Melaksanakan pengembangan proses pembelajaran di sekolah
bertaraf nasional dan internasional.
3) Meningkatkan pencapaian kompetensi kelulusan seluruh mata
pelajaran bertaraf nasional dan internasional.
4) Meningkatkan prestasi akademik maupun non akademik bertaraf
nasional dan internasional.
5) Melaksanakan peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan bertaraf nasional dan internasional.
6) Melaksanakan pengembangkan fasilitas pendidikan bertaraf nasional
dan internasional.
7) Melaksanakan sekolah sesuai SPM.
8) Melaksanakan pengembangan pembiayaan sekolah.
9) Melaksanakan kehidupan yang berakhlak mulia.
10) Melaksanakan pola hidup yang sehat.
11) Melaksanakan kehidupan yang menjunjung tinggi nilai-nilai estetika.
12) Melaksanakan kegiatan keagamaan.
c. Tujuan.
1) Meningkatkan kualitas sekolah dari SSN menjadi rintisan SBI.
2) Mempersiapkan SMP Negeri 01 Lasem dalam kegiatan rintisan
sekolah bertaraf internasional mulai tahun pelajaran 2009/2010.
1 Dokumen sejarah SMPN 01 Lasem
38
3) Menghasilkan lulusan yang cerdas dan kompetitif di tingkat nasional
dan internasional.
4. Keadaan guru dan pegawai administrasi SMPN 01 Lasem.
a. Keadaan jumlah guru SMPN 01 Lasem.
SMPN 01 Lasem mempunyai tenaga guru sebanyak 46 orang , 41
orang yang berstatus PNS dan 6 orang yang berstatus honorer (daftar
guru terlampir) sehingga untuk saat ini penerimaan guru lebih
diproritaskan PNS karena saat ini SMPN 01 Lasem membutuhkan
tenaga pengajar yang banyak lagi.
*Lampiran 1 data tentang Keadaan Jumlah Guru Tahun Pelajaran 2009/2010.
b. Keadaan karyawan.
Untuk membantu proses perencanaan belajar mengajar dan tata
administrasi SMPN 01 Lasem dibantu oleh orang 8 perempuan dan 11
orang laki-laki yang berstatus honorer sebanyak 11 orang dan 8 PNS
sebanyak orang.
*Lampiran 1 data tentang jumlah Karyawan Tahun Pelajaran 2009/2010.
c. Keadaan siswa.
KELAS VII VIII IX JUMLAH
ROMBEL 8 8 8 24
JML MURID 264 276 300 840
5. Sarana dan prasarana SMPN 01 Lasem.
Sarana dan prasarana tidak lain adalah untuk mendukung kelancaran
dan keberhasilan proses belajar mengajar. Saat ini ketersediaan sarana dan
prasarana pendidikan menjadi kebutuhan pokok dalam dunia pendidikan.
SMPN 01 Lasem sebagai lembaga pendidikan menengah pertama yang
memberikan sarana dan prasarana yang mencukupi agar kegiatan belajar
mengajar dapat berlangsung secara optimal. Dalam rangka menunjang
keberhasilan pendidikanya, lembaga ini berupaya secara bertahap untuk
melengkapi sarana prasarana pendidikannya. Hingga kini SMPN 01 Lasem
telah memiliki sarana dan prasarana, yang secara terperinci sebagai berikut:
39
a. Ruang kelas sebanyak 24 ruang.
b. Ruang perpustakaan Lt 1 dan Lt 2.
c. Ruang Lab. IPA.
d. Ruang Lab. Bahasa.
e. Ruang Lab. Komputer.
f. Ruang Ketrampilan.
g. Ruang Multimedia.
h. Ruang Kesenian.
i. Ruang OSIS/BK.
j. Ruang UKS.
k. Tempat Ibadah.
l. Aula Serbaguna.
m. Ruang Guru.
n. Ruang Tata Usaha.
o. Ruang Kepala Sekolah
p. Kantin.
q. Kamar Mandi
r. Tempat Parkir.
s. Halaman/Tempat Upacara.
t. Lapangan Olah Raga.
40
6. Struktur Organisasi SMPN 01 Lasem.
Adapun struktur organisasi SMPN 01 Lasem adalah sebagai berikut:
STRUKTUR ORGANISASI
SMPN 01 LASEM
KEPALA SEKOLAH
Hj. Inayah Abdul Chanan, S.Pd
WAKIL KEPALA SEKOLAH
Yuni Marhaeni Rahayu, S.Pd
KOMITE
URS. TU
Subali
URS. KURIKULUM
1. Drs. Harjanta
2. Endang M, S.Pd
3. Suyamti, S.Pd
URS. KESISWAAN
Drs. A. Salam
URS. SARANA/
PRASARANA
Suharjo, S.Pd
URS. HUMAS
Supriyo, S.Pd
PENGELOLA
PERPUSTAKAAN
Minkhatul, S.Pd
PENGELOLA
KET. JASA
Endiyati, S.Pd
PENGELOLA
KOMPUTER
Anik, S, S.Kom
PENGELOLA
LAB. IPA
Priharyono
PENGELOLA
LAB. BAHASA
Setyo H, S.Pd
GURU MAPEL
WALI KELAS
GURU BP / BK
1. Dra. Puji L
2. Drs. Hadliri
3. Eni Latifah, S.Ag
VIIA : Ratih L, S.Pd
VIIB : H.A. Dahlan, S.Pd
VIIC : Budiharti, S.Pd
VIID : Tasripan, S.Pd
VIIE : Es. Sutami, S.Pd
VIIF : Hj. Siti Romlah, S.Pd
VIIG : Suprapti, S.Pd
VIIH : Eni Latifah, S.Ag
VIIIA : Eliya Shofia, S.Pd
VIIIB : Nursidhi, S.Pd
VIIIC : Setyo Hastuti, S.Pd
VIIID : Sri Wuryuni, S.Pd
VIIIE : Anik S, S.Kom
VIIIF : Hj. Endiyari, S.Pd
VIIIG : Endah SR, S.Pd
VIIIH : Hj. Erna N, S.Pd
IXA : Minkhatul K, S.Pd
IXB : Sugiharto, S.Pd
IXC : Eny SZ, S.Pd
IXD : Hasta W, S.Pd
IXE : Suryantini, S.Pd
IXF : Sri Wahyuni, S.Pd
IXG : Ninik SM, S.Pd
IXH : Hj. Endang H, S.Pd
41
B. Data Khusus Tentang Kebijakan Dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem.
1. Kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen mutu
pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem.
a. Perencanaan kebijakan.
Perencanaan merupakan usaha yang dilakukan kepala sekolah
untuk mengembangkan strategi yang akan dilaksanakan, antara lain
membantu kepala sekolah dan staf untuk mengubah kondisi
pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.
Dalam perencanaan kebijakan sebagai upaya pemaksimalan daya
saing lembaga, SMPN 01 Lasem berupaya untuk melakukan pembinaan
terus menerus dalam semua aspek, baik organisasi, sarana dan prasarana,
kesejahteraan karyawan dan juga pelatihan-pelatihan guru-guru dan
karyawan. Adapun terkait dengan kebijakan mutu pembelajaran
khususnya PAI maka pihak sekolah memberlakukan beberapa strategi
untuk menghasilkan mutu pembelajaran yang lebih baik, yaitu:
1) Peningkatan kualitas guru.
Untuk menciptakan out put yang berkualitas faktor terpenting
adalah peningkatan kualitas guru. Peningkatan ini diusahakan untuk
dapat bertahan menghadapi persaingan yang ada tuntutan mengenai
peningkatan guru memang seharusnya dilakukan dengan tujuan
mampu mengikuti perkembangan saat ini, yang diharapkan
kependidikan guru benar-benar memenuhi standar yang diinginkan
pemerintah dan intansi terkait.
Kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan kewajiban secara bertanggungjawab dan layak.
Pelatihan atau pengembangan kualitas SDM terutama menyangkut
kemampuan guru dalam mengajar adalah bagian terpenting dari usaha
peningkatan kualitas pembelajaran. Kualitas guru ini merupakan salah
satu pilar dalam mendorong pencapaian mutu. Karena proses
pembelajaran menyangkut kemampuan mengajar guru, maka dalam
42
pelaksanaan program ini penekanannya adalah peningkatan
kemampuan guru dalam mengajar, baik untuk mata pelajaran umum
maupun agama, standar kualitas guru yaitu kegiatan sebelum
mengajar, diantaranya adalah membuat prota, promes dan satpel.
Untuk meningkatkan kualitas guru maka kepala sekolah
mendorong guru-guru untuk mengikuti program pembinaan pegawai
berbagai kegiatan seperti:
(a) Kerjasama dengan pihak lain dalam penyelenggaraan pelatihan dan
kursus. Seperti kursus bahasa inggris untuk guru/karyawan,
pelatiahan operasional computer dan internet, pelatihan guru atau
karyawan dan lain-lain. Dalam hal ini dari 46 guru yang ada di
SMPN 01 Lasem, khususnya 3 guru PAI telah melaksanakan
pelatihan. Karena kepala sekolah disini membuat kebijakan agar
seluruh guru yang ada di SMPN 01 Lasem dapat mengikuti
pelatihan sebagai bekal untuk melaksanakan pembelajaran agar
lebih bermutu sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
(b) Studi banding antar sekolah, yaitu dengan menentukan sekolah
baik negeri maupun swasta yang lebih maju untuk dijadikan
standar agar SMPN 01 lebih bermutu, studi banding ini dilakukan
bukan terbatas pada sekolah yang ada di Rembang saja akan tetapi
pihak sekolah disisni melihat dari kemajuan yang telah diraih oleh
sekolah tersebut.
(c) Diadakan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Kegiatan ini
antara guru yang satu dengan guru yang lainnya berbeda menurut
jenis pelajaran yang diampu oleh guru itu sendiri. Menurut kepala
sekolah MGMP itu diserahkan pada bidang masing guru mata
pelajaran.
(d) Kegiatan sosialisasi KTSP di tingkat gugus, pelatihan guru mata
pelajaran , seminar-seminar atau workshop pendidikan seperti
worskshop peningkatan kreativitas mengajar seperti PAIKEM.
43
Merupakan salah satu cara untuk memperkaya pengetahuan guru
dalam membuat metodologi dalam mengajar.
(e) Melakukan penjaringan tenaga education sesuai dengan spesifikasi
jurusan/kesesuaian pendidikan yang diampu dan diutamakan yang
sudah strata I (SI), sehingga profesionalisme guru dapat
dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan konsumen.
2) Kegiatan belajar mengajar (KBM).
Agar diperoleh hasil yang memuaskan maka terlebih dahulu
sekolah harus melakukan perubahan yang mendasar terkait dengan
kegiatan belajar mengajar, diantaranya yaitu:
(a) Kurikulum
Sekolah mempunyai wewenang untuk mengubah dan
mengelola sendiri kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah
pusat. Pelaksanaan isi kurikulum dapat dirombak berdasarkan rapat
yang dilakukan oleh pihak sekolah. Dengan adanya guru yang
berkualitas serta didukung dengan kurikulum yang dinamis maka
mutu pendidikan akan terwujud. Sebagai upaya peningkatan mutu
PAI maka kebijakan yang diambil oleh sekolah adalah membuat
hidden curriculum serta memaksimalkannya, hidden curriculum
yang ada di SMPN 01 Lasem, yaitu:
(1) Mengadakan jam tambahan selama sepuluh menit bagi siswa
untuk membaca Al-Qur’an setiap akan memulai pelajaran PAI
yang diambil oleh guru pada saat mengajar di kelas/pada saat
ada jam pelajaran PAI.
(2) Memaksimalkan musholla sekolah, yaitu dengan meningkatkan
kegiatan keagamaan bagi siswa pada waktu istirahat untuk
melaksanakan sholat sunah seperti shalat dhuha, dan setiap
materi ibadah sholat mempraktekkan langsung di mushola. Hal
ini bertujuan untuk agar siswa menjadi bisa mengingat-ingat
materi.
44
(3) Pelaksanaan ibadah zakat dan qurban di sekolah. Hal ini
dilakukan agar siswa tahu bagaimana praktek dan proses zakat
dan qurban. Pelaksanaan ibadah ini juga agar siswa peka
terhadap lingkungan sekeliling/rasa solidaritas yang tinggi
terhadap sesama yang membutuhkan.
(4) Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan, yaitu kegiatan tilawah dan
qiro’ah yang dilakukan diluar jam pelajaran. Pelaksanaannya
yaitu pada hari minggu pagi. Dalam kegiatan tersebut dipelajari
teknik baca Al-Qur’an dengan lagu, mempelajari tajwid dan
sebagainya. Kegiatan ini diperuntukkan bagi semua siswa yang
berminat mengikuti kegiatan ini. Pelaksanaan ekstrakulikuler ini
telah dibimbingan dari para pengajar yang professional.
(5) Guru dituntut untuk memberikan contoh kepada siswa, yaitu
tentang pembiasaan bersalaman dan mengucapkan salam apabila
bertemu dengan teman, guru, dan karyawan sebelum dan
sesudah pelajaran atau ketika bertemu diluar kelas.
(6) Akhlak siswa di lingkungan sekolah. Para siswa harus
mempunyai akhlak yang baik, toleransi, disiplin, ramah kepada
sesama siswa maupun terhadap guru dan karyawan. Semua guru
SMPN 01 Lasem mempunyai sikap dan perilaku yang baik dan
menjadi contoh teladan siswa dari sekolah lain.
(7) Siswa dituntun untuk dapat melaksanakan sholat lima waktu.
Disini guru dapat melihat dengan observasi melalui data harian
sholat yang harus diisi oleh setiap siswa.
(8) Meskipun SMPN 01 Lasem merupakan sekolah nasional tetapi
disini kepala sekolah memberlakukan kebijakan bagi semua
siswa untuk menggunakan rok panjang dan baju lengan panjang
bagi putri, dan celana panjang serta lengan pendek bagi putra.
Hal ini bertujuan untuk memudahkan siswa khususnya yang
45
laki-laki untuk melaksanakan sholat, sehingga siswa tidak repot
untuk membawa peralatan sholat.2
Kalau dianalisis bahwa kurikulum sebagai ruh dari pada
lembaga pendidikan, karena kurikulumlah yang bisa menunjukkan
jati diri lembaga pendidikan tersebut mau dibawa kemana. Begitu
juga dengan SMPN 01 Lasem kurikulum yang diterapkan
menunjukkan penguatan pada aspek Islam dan sains dengan
kemasan yang begitu apik dan mampu mendesain sesuai dengan
tuntutan pelanggan, sehingga kepuasan pelanggan dapat tercapai.
3) Siswa “sebagai pusat” (student centered learning).
Siswa adalah sentral pelaksanaan pembelajaran, atau dalam
artian pembelajaran terfokus pada siswa secara totallitas. Oleh karena
itu guru memberi peluang bagi siswa untuk secara alami
mengembangkan diri hingga ketingkat yang lebih tinggi.
Kekreatifitasan dan siswa aktif yang sangat diharapkan. Pihak sekolah
fokus pada intelektual (intellectual focus), dimana sekolah
memfokuskan diri untuk membantu anak didiknya mengembangkan
kebiasaan menggunakan otak intelektualnya secara baik. Disamping
itu juga pengajaran dan pembelajaran harus bersifat dipersonalisasikan
untuk memaksimumkan potensi anak didik yang telah dimilikinya,
sehingga siswa menjadi pembelajar aktif.
Peningkatan mutu pendidikan pada siswa SMPN 01 Lasem
dengan proses monitoring dari guru. Jadi disini guru tidak hanya
bertugas menyampaikan pengajaran tetapi mereka juga dituntut untuk
mengetahui secara lebih mendalam tentang peserta didiknya. Ketika
guru mengetahui bahwa siswanya mengalami permasalahan dengan
pelajaran maka secepatnya guru mengatasinya dengan melaksanakan
jam tambahan seusai pelajaran. Selain itu untuk membangun kesiapan
pada siswa dari BK selalu siap untuk mengatasi permasalahan-
2 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Ibu Hj. Inayah Abdul Chanan, S.Pd, pada
tanggal 23 Januari 2010
46
permasalahan yang dialami siswa baik berasal dari pribadi, keluarga
maupun lingkungan sekitarnaya. Sehingga siswa diharapkan akan
lebih mudah dan nyaman dalam menerima pelajaran yang diberikan
oleh pendidik.
Dengan adanya kerjasama yang baik dari seluruh komponen
yang ada di sekolah, terutama terkait dengan kebebasan yang
diberikan oleh siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan
kreatifitas yang dimiliki, maka mutu dapat dilihat dari perkembangan
jumlah murid dan jumlah kelas dari tahun ke tahun yang semakin
bertambah.
No Tahun Jumlah murid Jumlah kelas
1 2006/2007 815 21
2 2007/2008 843 22
3 2008/2009 844 24
4 2009/2010 850 24
4) Sarana dan Prasarana
Yang dimaksud prasarana pendidikan adalah bangunan
sekolah, dan alat perabot sekolah. Prasarana pendidikan ini juga
berperan dalam proses belajar mengajar walaupun secara tidak
langsung sarana dan prasarana yang ada digunakan sebagai perantara
dalam proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi efektifitas
dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan. SMPN 01 Lasem
sudah memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan digunakan
seoptimal mungkin demi tercapainya tujuan akhir pendidikan yang
diharapkan.
Dilihat dari berbagai kesiapan-kesiapan yang digunakan oleh
SMPN 01 Lasem guna memberikan pelayanan yang terbaik untuk
siswa dan kenyamanan dalam proses belajar mengajar merupakan
proses guna menghasilkan mutu sekolah yang baik. Dari segi
manajemen yang sudah tertata dengan baik serta proses belajar
47
mengajar dengan nyaman, sarana yang mendukung dan lingkungan
yang dinamis, merupakan proses dalam menghasilkan mutu yang jauh
lebih baik.3
b. Pengambilan keputusan.
Dapat dipahami bahwa pengambilan keputusan ialah proses
pemecahan masalah dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif
untuk menetapkan suatu tindakan dalam mencapai tujuan yang
diinginkan. Keputusan ada yang bersifat terstruktur dan ada yang bersifat
tidak terstruktur. Keputusan terstruktur dapat diambil manakala
informasi, data, dan fakta tersedia secara lengkap untuk memecahkan
masalah sesuai prosedur. Sedangkan putusan tidak berstruktur adalah
putusan yang diambil manakala data dan informasi tidak tersedia untuk
pengambilan keputusan.
Setelah perencanaan kebijakan ditetapkan maka tahap selanjutnya
adalah pengambilan keputusan mengenai kebijakan yang telah
direncanakan. Setelah disepakati bersama kepala sekolah SMPN 01
Lasem menyerahkan sepenuhnya pada setiap masing-masing guru mata
pelajaran. Jadi setelah kebijakan dirumuskan maka setiap guru memiliki
wewenang untuk mengatur pembelajaran yang sesuai dengan apa yang
telah direncanakan. Karena kepala sekolah disini hanya sebagai pengarah
dan pengawas terhadap kinerja yang dilakukan oleh guru. Proses
pembelajaran memerlukan pengawasan, karena bagaimanapun juga,
proses pembelajaran memerlukan pengendalian yang dilakukan dengan
tujuan apakah proses pembelajaran serta kualitas peserta didik itu lebih
baik (meningkat) atau kualitasnya semakin rendah/menurun. Oleh karena
itu diadakanya rapat rutin guna membahas masalah-masalah yang ada
selama tahun ajaran dan juga langkah-langkah apa yang hendak
dilakukan selanjutnya.
3 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Ibu Hj. Inayah Abdul Chanan, S.Pd, pada
tanggal 23 Januari 2010
48
Dengan adanya pengawasan maka akan terlihat bahwa
pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar/tidak. Pengawasan
yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan melakukan absensi terhadap
guru dan karyawan. Absensi sangat berpengaruh terhadap kinerja guru,
karena jika guru absen, maka akan menghambat materi yang ditargetkan
mengingat jumlah jamnya yang hanya 2 jam.
Dalam melakukan pengawasan kepala sekolah melibatkan guru
senior karena dirasa guru senior memiliki pengalaman yang lebih dalam
pembelajaran maka mereka harus mengawasi guru yunior, sedangkan
guru senior disini dipantau langsung oleh kepala sekolah. Selain itu,
pengawasan juga dilaksanakan dari pihak luar, baik komite sekolah,
daerah maupun pusat. Hal ini untuk memberikan masukan bagi
peningkatan mutu pembelajaran, karena pihak luar terutama
masyarakatlah yang akan menjadi lingkungan yang nyata dan evaluator
bagi para peserta didik. Pengawasan dilakukan guna meningkatkan mutu
yang lebih baik dimasa mendatang.
c. Kebijakan sekolah.
Membangun komunitas belajar yang produktif dan memotivasi
siswa agar terlibat dalam kegiatan yang bermakna adalah tujuan utama
pengajaran. Sebaliknya guru-guru yang efektif menerapkan berbagai
strategi secara independen sehingga motivasi menjadi sebuah aspek
permanen kelasnya yang kebutuhan psikologis siswa-siswanya terpenuhi
bahwa mereka menemukan kegiatan belajar yang menarik dan bermakna
serta mereka yakin akan berhasil.
Untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah secara efektif,
efisien dan optimal, maka ada beberapa strategi pokok yang harus
dilakukan oleh sekolah, diantara Strategi yang dilakukan oleh kepala
sekolah untuk mengantisipasi keadaan masa depan agar dapat terus
meningkatkan mutu serta tetap survive ditengah persaingan dunia
pendidikan yang serba ketat, maka SMPN 01 Lasem memberlakukan
beberapa kebijakan, diantaranya adalah:
49
1) Bencmarking (patok duga).
Menentukan sekolah lain baik negeri maupun swasta yang
lebih maju untuk dijadikan standar. Dalam memilih dan menentukan
sekolah sebagai standar tidak harus meliputi semua unsur tetapi bisa
tiap unsur (iptek, imtak dan ikhtiar).
2) Pengembangan atau peningkatan kualitas SDM terutama guru.
Peningkatan kualitas SDM dapat direalisasikan dengan cara sebagai
berikut:
(a) Mengikutsertakan mereka dalam pelatihan, penataran, lokakarya,
seminar, dan sejenisnya yang mengarah kepada penguasaan materi,
penguasaan.
(1) Alat pembelajaran mutakhir, penguasaan metodologi dan
strategi.
(2) Pembelajaran, manajemen pengelolaan sekolah dan lain
sebagainya.
(b) Kajian dan pembinaan setiap pekan, koordinasi rutin pekanan,
pemerataan tugas kepanitiaan dan lain-lain.
3) Pengembangan fasilitas belajar yang mutakhir.
Melakukan pengadaan dan penyempurnaan alat pembelajaran
terbaru dan lebih canggih, sehingga siswa lebih termotivasi dan
didekatkan dengan teknologi mutakhir sebagai bentuk kepeloporan
penguasaan iptek.
4) Menyediakan sarana kerja dan tugas-tugas mandiri
Siswa diberikan sarana kerja untuk menumbuhkan jiwa
wiraswasta dan meningkatkan budaya kinerja. Kantin, toko buku atau
perpustakaan dapat dijadikan laboratorium kerja siswa, selain kegiatan
pramuka/kepanduan, UPKS dan lain-lain.
5) Kurikulum dan silabus.
Perlu mengkaji dan mengembangkan kurikulum dan silabus
sesuai dengan kebijakan pemerintah (depertemen pendidikan nasional)
disamping itu juga perlu mengembangkan kurikulum dan menyusun
50
silabus pendidikan agama untuk memahamkan siswa terhadap
agamanya secara murni dan konsekwen, mengingat banyaknya
pelanggaran syari’at, undang-undang dan tata tertib oleh kebanyakan
orang pada akhir-akhir ini.
6) Peningkatan manajemen.
Manajemen sekolah perlu terus dikembangkan, kepala
sekolah perlu dibekali manajemen yang cukup bukan sekedar
kemampuan pendidikan.
7) Peningkatan sumber dana.
Sekolah lebih difokuskan kepada masalah pendidikan, sedang
pendanaan lebih menjadi tugas para staf yang telah dipilih dan
dipercaya oleh sekolah. Dengan meningkatnya posisi sekolah maka
kebutuhan operasional meningkat. Perlu dikembangkan dialog secara
intensif antara orang tua, murid, pemerintah dan donator.
8) Sangat mengutamakan pelayanan prima.
Untuk mencapai kualitas lembaga ditengah persaingan yang
semakin ketat. Pihak sekolah berupaya memberikan pelayanan yang
baik kepada stakeholder, karena dengan pelayanan yang baik maka
akan lebih mudah untuk mewujudkan kerjasama dengan masyarakat
sekitar. Oleh karena itu apabila ada komplen dari pelanggan
pendidikan maka SMPN 01 Lasem secepat mungkin untuk segera
menyelesaikannya, langkah ini ditempuh agar kepuasan pelanggan
dapat tercapai.4
2. Manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem.
Kualitas pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling
penting bagi suatu instansi pendidikan untuk dapat bertahan menghadapi
persaingan yang ada. Pemenuhan tersebut dapat dipenuhi dengan mengelola
pembelajaran dengan baik agar menghasilkan out put dengan kualitas
terbaik, sehingga dapat bersaing dan berpengaruh pada peningkatan
4 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Ibu Hj. Inayah Abdul Chanan, S.Pd, pada
tanggal 23 Januari 2010
51
kepercayaan konsumen terhadap out put yang dihasilkan selama mengikuti
pendidikan di SMPN 01 Lasem. Berikut ini merupakan gambaran
pelaksanaan manajemen pembelajaran yang dilakukan di SMPN 01 Lasem.
b. Perencanaan (Planning).5
Perencanaan kegiatan pembelajaran adalah rencana yang
digunakan untuk merealisasikan rancangan yang telah disusun dalam
silabus. Guru SMPN 01 Lasem dituntut untuk membuat perencanaan
pembelajaran yang meliputi:
1) Program semesteran.
Program semesteran ini berisi tentang hal yang hendak
dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program semester
mata pelajaran ini berisikan tentang kompetensi dasar, pokok materi,
indikator keberhasilan belajar, pengalaman belajar yang akan dicapai,
alokasi waktu dan sistem penilaian sumber, bahan, alat sudah
termasuk dalam prota.
2) Program rencana pembelajaran.
Program rencana pembelajaran adalah sebuah persiapan yang
dilakukan oleh seorang pendidik dalam setiap mengajar. Setiap
pendidik membuat rencana pembelajaran yang isinya sesuai dengan
konsep kurikulum yang sudah ada.
3) Kalender pendidikan.
Kalender pendidikan di SMPN 01 lasem dibuat oleh pihak
sekolah berasal dari hasil musyawarah kerja tim pengembangan
kurikulum yang dikoordinir oleh wakasek kurikulum. Dalam
menentukan kalender pendidikan ditentukan atas dasar efesiensi dan
efektifitas kegiatan belajar mengajar yang ada disekolah.
c. Pengorganisasian (Organizing).
Pengorganisasian pembelajaran adalah pekerjaan seorang
pendidik untuk mengatur dan mengembangkan sumber-sumber belajar.
5 Hasil Wawancara dengan ibu Endang M, S.pd. selaku Wakasek Kurikulum SMPN 01
Lasem, 20 Januari 2010
52
Sehingga dapat mewujudkan tujuan pembelajaran dengan cara yang
efektif dan efisien. Dalam kegiatan pengorganisasian pendidik terlibat
dalam pembagian tugas khusus yang harus dilakukan pendidik dan
peserta didik dalam proses pembelajaran yang juga akan melibatkan
berbagai proses antara pribadi, misal bagaimana memotivasi peserta
didik agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman, dan aman bagi
perkembangan potensi peserta didik secara optimal. Termasuk dalam hal
ini adalah pengelolaan bahan pelajaran yang baik bagi peserta didik serta
pengelolaan kelas yang tepat, efektif, dan efisien serta iklim belajar yang
kondusif merupakan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik
dalam proses pembelajaran.
d. Pelaksanaan (Actuating).6
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah upaya yang dilakukan
pendidik untuk merealisasikan rancangan yang telah disusun baik dalam
silabus maupun pembelajaran. Ada beberapa langkah yang dilakukan
pendidik dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu:
1. Apersepsi.
Apersepsi adalah menghubungkan materi pembelajaran dengan
pengalaman peserta didik/kompetensi yang telah dikuasai oleh peserta
didik.
2. Pendekatan pembelajaran.
Pendekatan yang dilakukan dalam pembelajaran yaitu:
pendekatan CTL. Artinya, siswa belajar dengan melibatkan diri
secara langsung bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi peserta didik
diharapkan memahami, dan melaksanakan materi yang disampaikan
(dipraktekkan) dalam kehidupan sehari-hari.
6 Hasil wawancara dengan bapak Drs. A. Salam, selaku guru mata pelajaran PAI SMPN
01 Lasem, tanggal 21 Januari 2010
53
3. Metode pembelajaran.
Salah satu faktor terpenting dalam pelaksanaan pembelajaran
PAI adalah metode yang tepat untuk mentrasfer materi PAI. Oleh
karena itu penggunaan metode pembelajaran PAI harus
memperhatikan masing-masing materi pembelajaran, kondisi siswa,
serta persediaan sarana dan prasarana. Proses belajar mengajar PAI di
SMPN 01 Lasem dilaksanakan dengan menggunakan beberapa
metode yang disesuaikan dengan materi pelajaran, adapun metode
yang digunakan oleh guru antara lain:
a. Metode ceramah, digunakan oleh guru dalam menerangkan materi
pelajaran PAI yang disampaikan dengan jalan menerangkan dan
menuturkan secara lisan pada murid sedangkan diakhir
penyampaian materi pelajaran guru dapat memberikan dan
mengambil kesimpulan dari pelajaran yang telah disampaikan.
b. Metode Tanya jawab, ini digunakan untuk membangkitkan
pemikiran siswa baik untuk bertanya maupun menjawab sehingga
proses belajar mengajar lebih dialogis, tercipta suasana
menyenangkan, tidak kaku dan membosankan.
c. Metode demonstrasi, adalah metode yang menggunakan peragaan
untuk memperjelas suatu pengertian, memperlihatkan bagaimana
melakukan suatu kepada siswa, seperti materi sholat fardhu,
menyelenggarakan sholat jenazah dan lain-lain.
d. Metode diskusi, merupakan salah satu cara mendidik yang
berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau
lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk
memperkuat pendapatnya. Untuk mendapatkan hal yang disepakati,
tentunya masing-masing menghilangkan perasaan subjektifitas dan
emosionalitas yang akan menghargai bobot pikir dan
perkembangan akal semestinya.
Dalam pelaksanaannya, metode-metode diatas sangat membantu
dalam menyampaikan materi kepada peserta didik, sehingga proses
54
belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif, dan bahwa dengan
metode-metode tersebut materi tidak sulit untuk dipahami.
4. Media pembelajaran PAI.
Disamping penentuan metode pembelajaran untuk menunjang
percepatan belajar harus memperhatikan media pembelajarannya.
Media yang digunakan di SMPN 01 Lasem sesuai dengan materi
yang diajarkan, kreatifitas pendidik dalam menggunakan media
sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran. Adapun media
yang digunakan seperti gedung, perpus, sarana ibadah, buku-buku,
alat peraga dan sebagainya. Selain itu pendidik juga dituntut untuk
menciptakan media sendiri yang dapat memperlancar kegiatan
pembelajaran.
e. Evaluasi (Evaluating)
Rangkaian akhir dari sistem pembelajaran yang terpenting adalah
penilaian (evaluasi). Efektifitas pembelajaran tidak dapat diketahui tanpa
evaluasi hasil belajar. SMPN 01 Lasem melakukan evaluasi dan
penilaian hasil belajar dengan menggunakan penilaian berbasis kelas
yang memuat ranah kognitif, ranah psikomotorik dan efektif. Dalam hal
ini bentuk penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Penilaian proses.
Penilaian proses dilakukan terhadap partisipasi peserta didik
baik secara individu maupun kelompok selama proses pembelajaran
berlangsung. Standar yang digunakan dalam penilaian proses dapat
dilihat dari keterlibatan peserta didik secara aktif, sopan santun
terhadap guru dan peserta lainnya, mental maupun sosial dalam proses
pembelajaran, disamping menunjukkan kegiatan belajar yang tinggi,
semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Adapun
SMPN 01 Lasem dalam menentukan ketuntasan minimal memberikan
penilaian tiga ranah yaitu:
a. Ranah kognitif, penilaian kognitif dilakukan dengan adanya tes
tertulis, ulangan harian terprogram minimal 3 kali dalam satu
55
semester, apabila dalam ulangan harian terprogram belum
mencapai ketuntasan, maka diadakan proses remidisasi.
b. Ranah psikomotorik, ranah psikomotorik dapat dinilai sesuai materi
dan metode yang digunakan. Misal metode diskusi maka aspek
yang dinilai pada perhatian terhadap pelajaran, ketepatan
memberikan contoh, kemampuan mengemukakan pendapat, dan
untuk tanya jawab serta bentuk performance dan hasil karya
keseharian misalnya menghafal dan menulis ayat alqur’an dan
sebagainya.
c. Ranah afektif, kriteria yang dinilai diantaranya: kehadiran,
kesopanan, kerajinan, kedisiplinan, keramahan, ketepatan dalam
mengumpulkan tugas, partisipasi dalam belajar, perhatian dalam
pelajaran.
2. Penilaian hasil.
Dalam pelaksanaan penilaian hasil dilakukan pada tengah
semester dan akhir semester. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar
peserta didik dalam satuan waktu tertentu. Dalam penilaian hasil ini
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya yaitu: Pertanyaan lisan
didalam kelas, ulangan harian terprogram yang dilakukan secara
periodik, tugas individu, Tugas kelompok, ulangan semesteran, dan
ujian praktik.7
f. Motivasi (Motivating).
Motivasi adalah pemberian inspirasi, semangat dan dorongan agar
melakukan kegiatan secara suka rela. Motivasi adalah salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi keefektifan proses belajar siswa. Dengan
adanya motivasi diharapkan dapat mendorong guru dan siswa dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lebih baik. Disini
kepala sekolah memberikan motivasi penuh kepada sekolah memberikan
7 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Ibu Hj. Inayah Abdul Chanan, S.Pd, pada
tanggal 22 januari 2010
56
motivasi kepada guru maupun siswa agar dapat menunjang penghasilan
pelaksanaan pembelajaran.
Untuk menarik dan memotivasi guru dan siswa agar semangat
dalam kegiatan belajar mengajar maka kepala sekolah memberikan
penghargaan ketika ada guru maupun siswa yang berprestasi atau
bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu untuk
memotivasi siswa kepala sekolah bersama guru disini membuat buku
penghubung antara guru kelas dan orang tua siswa. Fungsi buku
penghubung ini untuk memberitahu tentang prestasi siswa sekolah,
diharapkan siswa mendapat motivasi keluarga. Dengan adanya buku
penghubung tersebut maka kerjasama antar orang tua terjalin dengan
baik.
g. Fasilitas (Fasilitating).
Fasilitas pendidikan adalah semua hal yang dibutuhkan oleh
sekolah dalam meningkatkan mutu manajemen sekolah yang ada, untuk
memacu dan mempersiapkan serta mengupayakan terwujudnya
manajemen pembelajaran yang baik pada suatu lembaga pendidikan
maka hal penting yang harus diperhatikan yaitu fasilitas pendidikan.
Fasilitas berperan sangat penting untuk kelancaran pelaksanaan
pembelajaran yang ada pada SMPN 01 Lasem.
Fasilitas yang ada di SMPN 01 Lasem yang dapat pelaksanakan
pembelajaran bisa dikatakan telah memenuhi syarat, dimana terdapat
media visual, audio visual, visual, dan sarana-sarana lain yang
mendukung pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran dapat
dilakukan dengan efektif dan efisien serta tujuan belajar dapat tercapai.
h. Pemberdayaan (Empowering).
Pemberdayaan adalah proses memberdayakan orang-orang dalam
suatu lembaga untuk menjadikan lembaga tersebut lebih maju. Di SMPN
01 Lasem untuk meningkatkan kualitas guru dalam kegiatan
pembelajaran, maka kepala sekolah memberdayakan guru-guru untuk
mengikuti program-program seperti diadakannya MGMP bagi semua
57
guru sesuai dengan mata pelajaran yang diampu oleh guru itu sendiri.
Menurut kepala sekolah MGMP itu diserahkan pada bidang masing-
masing guru mata pelajaran. Selain kegiatan tersebut juga ada kegiatan
sosialisasi KTSP, pelatihan computer, internet dan bahasa inggris, serta
seminar dan pelatihan/worksop pendidikan seperti peningkatan kreatifitas
belajar mengajar seperti PAIKEM yang merupakan salah satu cara untuk
memperkaya pengetahuan guru dalam membuat metodologi dalam
mengajar.
Peningkatan mutu pembelajaran sudah menjadi keharusan dan
menjadi konsep yang paling manjur untuk menjawab tantangan global
yang ada. Setelah melihat mengenai gambaran pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan di SMPN 01 Lasem, kita dapat mengetahui hasil yang
diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Kaitannya
dengan mutu pembelajaran hal yang harus diperhatikan yaitu, penilaian
efektifitas sekolah tentang multi segi yaitu: input (masukan), out put
(proses), out come (keluaran).
a. Out put
Out put yang diharapkan, yaitu prestasi sekolah yang dihasilkan
dari pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Out put dapat berupa
prestasi akademik yang dihasilkan siswa seperti lomba pidato, qiroah,
juga prestasi non akademik, misalnya kejujuran, toleransi sesama
teman, kasih sayang yang tinggi, kepatuhan, kesopanan. Prestasi yang
pernah dicapai oleh SMPN 01 Lasem dari tahun ke tahun
menunjukkan adanya peningkatan yang cukup menggembirakan,
SMPN 01 Lasem mengikuti lomba-lomba baik dari tingkat kabupaten,
karisidenan, sampai tingkat propinsi. Diantara prestasi-prestasi yang
pernah diraih dalam dapat dilihat sebagai berikut:
58
Lampiran III : Data Tentang Prestasi Siswa Tahun Pelajaran 2009/2010
No Jenis kegiatan Nama Siswa Penyelenggara Tingkat Hasil
Tahun 2009/2010
1. Lomba Pidato
keagamaan
Dyah Layli F. Pan. Kartini Book
fair Rembang
Kabupaten Juara II
2. Lomba MTQ
Tilawah
Laila Rosidah - " - - " - Juara II
Fahrur Rosi - " - - " - Juara I
Izatun
Munawaroh
- " - - " - Juara III
3. MTQ / Tartil Laili Nur
Rosidah
Dinas Pendidikan
Kab. Rembang
- " - Juara III
4. Lomba kaligrafi pi Betari AM - " - - " - Juara I
5. Lomba kaligrafi pa Ahmad Wildan - " - - " - Juara Hrp
III
6. Lomba Tartil STQ
dan MTQ
Izzatul
Munawaroh
Panitia LPTQ
Kec. Lasem
Kabupaten Juara I
Ahmad Fahrur
Rosi
- " - - " - Juara I
Zaki Aslahul
Khitam
- " - - " - Juara III
Ini membuktikan bahwa out put yang dihasilkan SMPN 01
Lasem sudang sangat baik dan menentukan eksistensi dan kualitas
sekolah yang patut dipertahankan.8
b. Proses.
Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki karakteristik
proses yang sangat tinggi. Proses merupakan tahap yang berlangsung
selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dalam
sekolah dan untuk mencapai tujuan yang sudah dirumuskan dalam
visi, misi, serta tujuan sekolah maka memerlukan proses yang perlu
diperhatikan agar segala kegiatan yang ada didalam sekolah dapat
berjalan kondusif. SMPN 01 Lasem yang dikatakan sebagai rintisan
sekolah bertaraf internasional dan unggulan memiliki karakteristik
pembelajaran sebagai berikut:
1. Proses belajar mengajar yang efektifitasnya tinggi.
8 Hasil wawancara dengan petugas kesiswaan oleh ibu Rina Yulianti, pada tanggal 22
januari 2010
59
2. Metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
3. Lingkungan kelas yang kondusif, aman dan menyenangkan.
4. Melaksanakan kurikulum pembelajaran yang mampu
meningkatkan proses KBM menjadi berkualitas dan menyenangkan
5. Guru,yang mempunyai professional dan pengalaman dalam
melaksanakan pembelajaran.
6. Sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar.
Dengan adanya pembelajaran yang bermutu, SMPN 01 Lasem
dapat memberikan kepuasan pada para pelanggannya, langkah ini
ditempuh agar kepuasan pelanggan dapat tercapai.
c. Input pendidikan.
Input pendidikan sangat penting sebagai salah satu faktor
peningkatan mutu pendidikan SMPN 01 Lasem. Karakteristik tersebut
menunjang keberhasilan pendidikan yang ada di SMPN 01 Lasem.
Selain itu, dalam menciptakan suasana sekolah yang kondusif dalam
mendukung pelaksanaan pembelajaran PAI antara lain menciptakan
tata tertib sekolah dalam rangka meningkatkan akhlak peserta didik.
Mutu pendidikan dapat dilihat dari dua sisi, sisi proses dan
sisikeluarannya, dilihat dari proses pendidikan dikatakan bermutu jika
proses belajar mengajar berlangsung secara efektif, yaitu kesesuaian
antara hasil dan tujuan. Diantaranya dapat dilihat dari:
1. Dengan adanya jam tambahan selama sepuluh menit bagi siswa
untuk membaca Al-qur’an, sedikit banyak siswa dapat membaca
jus amma dengan baik dan benar setelah lulus dari SMPN 01
Lasem.
2. Dengan pelaksanaan ibadah zakat dan qurban yang ada di sekolah.
Menjadikan siswa tahu bagaimana praktek dan proses zakat dan
qurban serta agar siswa peka terhadap lingkungan sekeliling/rasa
solidaritas yang tinggi terhadap sesama yang membutuhkan.
3. Siswa menjadi terbiasa megucapkan salam dan bersalaman antar
sesama teman, dengan kepala sekolah, dan peserta didik serta
60
karyawan sekolah apabila bertemu pada pagi hari/mau berpisah
pada siang hari.
4. Siswa menjadi terbiasa untuk berdo’a sebelum memulai pelajaran
di pagi hari dan ketiga berpisah pada siang hari.
5. Dengan memaksimalkan musholla sekolah, siswa menjadi terbiasa
untuk melakukan ibadah bersama, seperti shalat zuhur berjama’ah
untuk melatih kedisiplinan beribadah dan jiwa kebersamaan.
6. Dengan adanya kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh
sekolah, seperti peringatan hari-hari besar Islam, pesantren kilat
yang dilaksanakan pada minggu pagi dan semacamnya. Maka
siswa lebih mengerti dan mendalami pendidikan islam dengan baik.
7. Dengan mendapatkan pelajaran PAI siswa dapat mengamalkan apa
yang telah diperoleh dan dapat mempraktekkannya dalam
kehidupan sehari-hari, seperti kewajiban untuk menciptakan
suasana aman, bersih, indah, tertib, kekeluargaan, dan rindang di
lingkungan sekolah dan sekitarnya.
8. Adanya kesadaran dari diri siswa untuk menghindari rasa dan sikap
permusuhan, perselisihan dan pertengkaran antara sesama serta
mengembangkan sifat disiplin.
9. Dengan mendapatkan pelajaran PAI di sekolah siswa menjadi lebih
sopan santun terhadap guru, orang tua. Serta para siswa
mempunyai ahklak yang baik, toleransi, disiplin, ramah kepada
sesama siswa maupun terhadap guru dan karyawan.
Berhasil atau tidaknya mutu pembelajaran di SMPN 01 Lasem dapat
diukur dari tinggi rendahnya prestasi akademik peserta didik selain itu juga
ditentukan oleh peran dan kemampuan kepala sekolah, guru, karyawan serta
stakeholder sekolah dalam upaya memenej sekolah untuk mengantarkan
peserta didik menuju tujuan yang diharapkan.
61
BAB IV
ANALISIS KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH
DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN
MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMPN 01 LASEM
Data yang telah tersusun dari bab III tentang kebijakan kepala sekolah
dalam meningkatkan manajemen mutu pembelajaran PAI studi di SMPN 01
Lasem, untuk selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
deskriptif untuk memperoleh penjelasan mengenai objek yang akan diteliti. Dalam
analisis ini akan dikemukakan mengenai kebijakan kepala sekolah dalam
meningkatkan manajemen mutu pembelajaran PAI studi di SMPN 01 Lasem.
A. Analisis Kebijakan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Manajemen
Mutu Pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem.
Upaya peningkatan kualitas pembelajaran di SMPN 01 Lasem, baik
mengenai peningkatan kurikulum, peningkatan profesionalisme guru,
pemenuhan kebutuhan, sarana dan prasarana serta pemberdayaan pendidikan,
telah, sedang dan akan dilaksanakan secara terus menerus. SMPN 01 Lasem
harus mengembangkan visi yang menurut peneliti perlu mendapat perhatian
yaitu: pertama, populis yakni sekolah yang selalu dicintai oleh masyarakat
karena sekolah tumbuh di masyarakat dan berkembang oleh masyarakat.
Kedua, pembentukan pribadi siswa yang baik, yaitu sekolah yang mampu
menciptakan bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berahlak
mulia. ketiga, berkualitas yaitu sekolah yang mampu mencetak anak-anak
bangsa yang memiliki kemampuan dan ketrampilan yang cukup dan sanggup
menghadapi tantangan serta perubahan zaman. Terkait dengan kebijakan yang
dilakukan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran, ada
beberapa hal yang dilaksanakan diantaranya yaitu:
1. Perlibatan semua komponen yaitu: guru, karyawan, serta kepala sekolah
dalam mencapai keuntungan yang kompetitif mereka semua harus
diberdayakan untuk meningkatkan kualitas lulusan secara bersama-sama
62
untuk memecahkan masalah. Meningkatkan proses pendidikan dan
memuaskan pelanggan. Kepala sekolah SMPN 01 Lasem harus memimpin
sekolah dengan contoh-contoh yang relevan. Misal penggunaan alat-alat ,
bahasa, data dan merekomendasikan konsep manajemen mutu
pembelajaran. Peran kepala sekolah sebagai penasehat, infrastruktur, dan
pemimpin tidak boleh diabaikan. Artinya, ia harus memahami dan
memanaj secara terus menerus untuk mencapai peningkatan kualitas
pendidikan yang diharapkan.
Pemimpin merupakan penentu keberhasilan organisasi dalam
mewujudkan tujuan dapat dijadikan teladan serta mampu memberikan
inspirasi pada seluruh komponen SMPN 01 Lasem. Dari hal inilah perlunya
seorang pemimpin yang bisa membawa SMPN 01 Lasem untuk lebih maju
mengedepankan pada mutu dan kualitas out put-nya sehingga mampu
bertahan ditengah-tengah persaingan dunia pendidikan pada saat ini.
2. Peningkatan kualitas guru.
Ada beberapa penunjang untuk peningkatan kualitas guru dan
karyawan SMPN 01 Lasem antara lain:
a. Pelatihan MGMP untuk meningkatkan kualitas mengajar guru.
b. Training manajemen dan kepemimpinan tenaga pendidik.
c. Workshop peningkatan kualitas mengajar.
d. Mengadakan diskusi rutin dewan guru setiap satu bulan sekali.
e. Mendorong guru untuk melanjutkan studi kejenjang yang lebih tinggi
bagi yang belum(SI).
Beberapa kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas
guru dan karyawan dalam memberikan pelayanan terhadap pelanggan
pendidikan yaitu: masyarakat dengan mengadakan perbaikan internal maka
diharapkan semua pelanggan merasa puas dengan hasil yang diperolehnya.
Sehingga percaya terhadap civitas SMPN 01 Lasem tetap terjaga karena
kualitas yang dihasilkan oleh SMPN 01 Lasem.
63
3. Kurikulum
Kurikulum dapat dimaknai sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Dengan demikian kurikulum merupakan alat penting dalam
proses pendidikan. Dan di SMPN 01 Lasem menetapkan hidden curriculum
sebagai penunjang kurikulum PAI. Diantaranya yaitu:
a. Mengadakan jam tambahan selama sepuluh menit untuk membaca Al-
Qur’an memulai pelajaran PAI.
b. Memaksimalkan musholla sekolah, yaitu dengan meningkatkan
kegiatan keagamaan seperti shalat dhuha, shalat jama’ah zuhur bersama
c. Pelaksanaan ibadah zakat dan qurban di sekolah.
d. Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan, yaitu kegiatan tilawah dan qiro’ah
yang dilakukan diluar jam pelajaran.
e. Pembiasaan bersalaman apabila bertemu dengan teman, guru, dan
karyawan sebelum dan sesudah pelajaran atau ketika bertemu diluar
kelas.
Desain kurikulum yang diterapkan di SMPN 01 Lasem inilah yang
menjadi ciri khusus dan menjadikan SMPN 01 Lasem mampu bersaing
ditengah-tengah persaingan pada saat ini. Tidak ada kurikulum yang
dikatakan paling tepat dan bagus yang sesuai, karena kurikulum itu sendiri
harus menyesuaikan pada perubahan dan perkembangan serta tuntutan
masyarakat. Selain faktor-faktor penunjang yang telah memadai, demi
tercapainya kualitas pendidikan SMPN 01 Lasem juga harus
mempersiapkan diri terhadap perubahan-perubahan yang sewaktu-waktu
mengalami pergeseran.
4. Sarana dan prasarana.
SMPN 01 Lasem sudah memiliki sarana dan prasarana yang
memadai dan digunakan seoptimal mungkin demi tercapainya tujuan akhir
pendidikan yang diharapkan. SMPN 01 Lasem juga memberikan pelayanan
yang terbaik untuk siswa dan kenyamanan dalam proses belajar mengajar
merupakan proses guna menghasilkan mutu sekolah yang baik. Fasilitas
yang dipakai maupun tenaga pendidikan yang dimiliki SMPN 01 Lasem
64
diharapkan mampu mencetak out put yang berkualitas baik dibidang Islam
maupun sains dan memberikan kepuasan pada pelanggan pendidikan.
Sedangkan dalam meningkatkan mutu sekolah, kebijakan yang
diberlakukan oleh kepala sekolah dalam rangka untuk mengantisipasi masa
depan agar mampu bersaing dan bertahan dalam menghadapi persaingan
dunia pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan terus menerus, tujuan dan fokus SMPN 01 Lasem adalah
peningkatan mutu secara terus menerus baik dari segi pelayanan,
pengelolaan, kegiatan belajar mengajar, maka langkah dan kebijakan
yang diambil harus berorientasi pada peningkatan mutu dan daya saing
pada sekolah lainnya.
2. Komunikasi yang baik dari segala aspek dan melakukan kerjasama
dengan siapa saja. Sistem komunikasi yang baik diharapkan mampu
menampung semua aspirasi dari semua pihak, baik dari wali murid,
dewan guru, karyawan, masyarakat serta anak didik. Kalau sistem ini
bisa dioptimalisasi maka manajemen sekolah bisa dijalankan dengan
baik karena semua ide dan aspirasi mereka bisa diakomodir dan
dilaksanakan secar bersama-sama.
3. Perkembangan di SMPN 01 Lasem dibilang berbeda dengan lembaga
pendidikan lain, hal ini bisa dilihat dari aktifitas guru dan karyawan
yang ada dilembaga tersebut. Setiap guru selalu melakukan proses
kegiatan belajar mengajar dengan baik, agar penjiwaaan materi yang
disampaikan lebih efektif agar siswa tidak jenuh dan bosan. Guru selalu
mendampingi siswa dalam belajar hal ini bertujuan agar anak dapat
dikondisikan dan mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh
guru sehingga proses KBM lebih optimal.
4. Fasilitator pendukung kelancaran manajemen mutu pembelajaran di
SMPN 01 Lasem.
a) Sumber daya manusia yang berkualitas dan professional, sangat
mendukung pelaksanaan manajemen mutu pembelajaran.
65
b) Adanya kemauan dan kesediaan peserta didik untuk belajar dan
berminat terhadap pengembangan serta peningkatan kualitas
keagamaan.
c) Dukungan dan komitmen yang tinggi dalam pelaksanaan
manajemen pembelajaran di SMPN 01 Lasem. Hal itu terlihat
dengan adanya usaha sekolah untuk berusaha menciptakan suasana
sekolah yang kondusif dan islami yang tertuang dari visi, misi.
d) Adanya dukungan, bantuan, masukan dari komite terhadap proses
pembelajaran.
5. Adanya tanggung jawab (accountability)
Sekolah dituntut untuk memiliki akuntabilitas baik masyarakat
maupun pemerintah. Hal ini merupakan perpaduan komitmen terhadap
standar keberhasilan dan harapan/tuntutan arang tua/masyarakat.
B. Analisis pelaksanaan Manajemen Mutu Pembelajaran PAI di SMPN 01
Lasem.
Ada beberapa hal yang dilakukan oleh SMPN 01 Lasem dalam
meningkatkan manajemen mutu pembelajaran, manajemen mutu pembelajaran
ini terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta evaluasi.
1. Perencanaan pembelajaran.
Perencanaan ini berkaitan dengan kegiatan yang hendak dicapai pada
masa depan. Dalam kegiatan perencanaan mengatur berbagai sumber daya,
agar hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Disini
pendidik harus memiliki kreatifitas dalam mengembangkan materi sesuai
dengan kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik dan perkembangan
lingkungan sekitar.
Proses pembelajaran di SMPN 01 Lasem dilakukan dengan cara
merealisasikan rancangan yang telah disusun dalam silabus, program
semesteran, program tahunan, program rencana pembelajaran, dan kalender
pendidikan. Dalam melakukan perencanaan pembelajaran ini pendidik
senantiasa memberikan yang terbaik bagi pesertta didik untuk
66
meningkatkan mutu yang ada di sekolah agar out put yang dihasilkan
menjadi lebih berkualitas.
SMPN 01 Lasem sebagai lembaga pendidikan telah melaksanakan
perencanaan dengan baik dalam manajemennya, terutama pada bidang
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran tersebut telah dikatakan baik
melihat indikaror-indikatornya yaitu: pada tiap awal tahun pelajaran baru
pihak SMPN 01 Lasem mengadakan rapat rutin guna mengevaluasi seluruh
bentuk kegiatan selama setahun yang telah dilakukan, serta membahas
program-program untuk tahun yang akan datang.
2. Pengorganisasian pembelajaran.
Dalam pengorganisasian pembelajaran pendidik di SMPN 01 Lasem
harus mampu memotifasi peserta didik serta menciptakan suasana kelas
yang kondusif agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Dalam proses pembelajaran hubungan antara pendidik dan
peserta didik dapat berjalan baik, hal ini disebabkan karena pendidik di
SMPN 01 Lasem mampu memerankan dirinya sebagai :
a. Fasilitataor, pendidik memfasilitasi setiap kebutuhan siswa, khususnya
yang berhubungan dengan proses pembelajaran.
b. Manajer, pendidik disini berposisi sebagai pengelola proses
pembelajaran sehingga arah dan tujuan dapat dicapai.
c. Motivator, pendidik adalah orang yang memberikan pelajaran kepada
peserta didik, untuk itu pendidik harus memberikan motivasi kepada
siswa untuk meraih masa depan yang lebih baik.
d. Evaluator, proses pembelajaran yang dilaksanakan bertujuan untuk
memberikan pengetahuan, penguasaan materi yang telah diajarkan dan
mengubah sikap peserta didik agar menjadi lebih baik. Penguasaan
materi pembelajaran diukur dengan evaluasi.
Dengan kegiatan pengorganisasian yang dilakukan di SMPN 01
Lasem tersebut, menurut peneliti sudah sesuai dengan kerangka teori.
Kegiatan proses pembelajaran yang ada di SMPN 01 Lasem terlihat lancar
dan suasana yang kondusif. Pengorganisasian pengajaran di SMPN 01
67
Lasem juga telah dilakukan dengan baik hal ini terbukti dengan adanya
antusias peserta didik dalam mengikuti pembelajaran karena didukung oleh
kelas yang efektif, menarik, nyaman, bersih dan menyenangkan bagi
perkembangan potensi peserta didik sehingga memotivasi mereka untuk
lebih giat belajar.
3. Pelaksanaan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran di SMPN 01 Lasem dilakukan dengan
beberapa langkah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan pembelajaran didasarkan pada potensi perkembangan dan
kondisi peserta didik untuk menguasai pelajaran.
b. Pembelajaran dilakukan dengan suasana yang kondusif sehingga
hubungan antara pendidik dan peserta didik saling menghargai.
c. Pendekatan dilakukan dengan pendekatan multistategi dan multi media,
sumber belajar dan teknologi yang memadai serta pemanfaatan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
d. Pembelajaran yang dilakukan memungkinkan peserta didik
mendapatkan pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, sesuai
dengan potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik.
Dalam kegiatan pembelajaran di SMPN 01 Lasem metode yang
digunakan sangat variatif yakni, metode ceramah, Tanya jawab, demonstrasi
dan diskusi. Metode-metode ini sangat membantu dalam menyampaikan
materi kepada peserta didik sehingga mereka lebih mudah dalam mencerna
pelajaran yang telah disampaikan sehingga proses belajar mengajar dapat
berjalan dengan efektif. Hal itu ditujukan dari prestasi yang diraih oleh
siswa baik bidang akademik maupun non akademik. Sudah sepatutnya
SMPN 01 Lasem berupaya untuk lebih baik serta mempertahankan apa yang
telah dimiliki agar dapat bersaing dengan lembaga lain.
4. Evaluasi pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran dikatakan berhasil dilihat dengan adanya
evaluasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah prinsip
kontinuitas, yaitu pendidik secara terus menerus mengikuti pertumbuhan,
68
perkembangan, dan perubahan peserta didik. Dari hasil evaluasi dapat
dijadikan sebagai acuan untuk memperbaiki program pembelajaran,
meningkatkan tingkat penguasaan peserta didik dan memantau keberhasilan
pembelajaran yang telah diterapkan.
Dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran di SMPN 01 Lasem,
masyarakat sekitar diberi informasi tentang bagaimana hasil yang telah
dicapai oleh siswa yang belajar di SMPN 01 Lasem, hal tersebut sebagai
bentuk kerjasama sekolah dengan masyarakat sekitar. Hal ini telah
dilakukan dengan baik yakni dengan melaksanakan penilaian terhadap
kinerja peserta didik. Adapun penilaian tersebut meliputi penilaian hasil dan
penilaian proses yang terdiri dari tiga ranah yaitu: kognitif, psikomotorik
dan efektif.
5. Motivasi pembelajaran.
Prestasi yang dicapai tidak akan sesuai dengan yang diharapkan
tanpa adanya sebuah motivasi dan dorongan dari semua pihak baik kepala
sekolah, guru, maupun karyawan. Dalam kegiatan belajar mengajar kepala
sekolah selalu memotivasi guru sehingga keseluruhan daya penggerak
didalam diri guru yang menimbulkan kegiatan pembelajaran yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan pembelajaran dapat mencapai tujuan yang
dikehendaki dan dapat memperoleh hasil yang optimal.
6. Fasilitas pembelajaran.
Sejauh ini fasilitas yang ada di SMPN 01 Lasem yang dilihat oleh
peneliti bisa dikatakan telah memenuhi syarat dimana disetiap ruang kelas
sudah dilengkapi dengan LCD, TV. Selain itu juga terdapat laboratorium
IPA, bahasa, laboratorium computer yang dapat digunakan untuk internet
dan juga area hot spot yang bisa dimanfaatkan untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan, serta perpustakaan yang bisa dimanfaatkan siswa sebagai
tempat untuk memperoleh dan menambah pengetahuan.
Dari penelitian yang yang penulis lakukan fasilitas yang ada di
SMPN 01 Lasem sudah dimanfaatkan secara optimal. Dengan didukung
fasilitas yang lengkap maka proses belajar mengajar diharapkan dapat
69
berjalan dengan efektif dan efisien. SMPN 01 Lasem diharapkan dapat terus
mengembangkan fasilitas agar kebutuhan pelanggan dapat terpenuhi dan
mereka merasa puas terhadap pelayanan yang telah diberikan.
7. Pemberdayaan.
Kepala sekolah SMPN 01 lasem sudah melakukan pemberdayaan
terhadap guru maupun karyawan, yang disini bisa dilihat dari peran kepala
sekolah agar setiap guru melakukan pelatihan/worksop terkait dengan
peningkatan mutu pembelajaran seperti MGMP, sosialisasi KTSP, pelatihan
computer serta peningkatan kreatifitas mengajar. Dengan adanya guru dan
pegawai yang professional maka proses belajar mengajar dapat berjalan
dengan efektif, efisien dan terarah.
Menurut peneliti guru-guru yang ada di SMPN 01 Lasem masih
muda dan mempunyai pemikiran demokratis dan maju. Dengan kualitas
yang dimiliki oleh setiap guru maka akan mempengaruhi juga terhadap
kualitas proses pembelajaran yang berlangsung serta mampu membawa
sekolah ketingkat mutu yang lebih baik.
Dari gambaran mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
di SMPN 01 Lasem kita dapat melihat mutu yang dihasilkan dari
pembelajaran tersebut. Mutu dapat dilihat dari “masukan” yang meliputi:
siswa, tenaga pengajar, administrator, dana, sarana dan prasarana,
kurikulum, buku-buku perpustakaan, laborat dan alat pembelajaran,
“proses” meliputi: pengelolaan lembaga, program studi, kegiatan belajar
mengajar, interaksi akademik. Sedangkan “hasil” meliputi: lulusan,
perilaku/ahklak, hasil-hasil, kinerja lainnya.
a. Input pembelajaran.
Dengan adanya pembelajaran yang bermutu maka proses belajar
mengajar akan terlaksana dengan lancar. Dengan adanya guru yang
professional diharapkan mampu memberikan pengetahuan, materi kepada
peserta didik lebih mantap, dan peserta didik mendapat pelajaran dari
guru yang berkompeten. Guru, kepala sekolah, karyawan merupakan
sumber daya yang termasuk dalam input pendidikan. Jika input baik,
70
maka mutu pembelajaran akan baik. Semua input pendidikan itu akan
menjadikan mutu sekolah baik atau mutu tidak baik tergantung dari
proses pembelajaran di lingkungan sekolah berlangsung.
b. Proses pembelajaran.
Apabila penyelenggara pembelajaran mempunyai kinerja yang
baik, maka akan tercipta iklim sekolah yang kondusif. Di SMPN 01
Lasem diharapkan mempunyai lingkungan pergaulan, tata hubungan,
pola perilaku, dan segala peraturan yang ada dapat dilaksanakan dengan
baik. Dengan adanya iklim sekolah yang kondusif, tentunya akan
berdampak pada suasana belajar yang nyaman. Mutu sekolah tidak dapat
dilihat dari keluarannya saja tetapi juga dilihat dari proses pembelajaran
yang dilaksanakan dapat menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan
kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
c. Out put pembelajaran
Dilihat dari segi kualitas keluarannya, SMPN 01 Lasem
mempunyai kualitas yang baik, baik dalam iptek maupun imtaq.
Mengacu pada kualitas yang dihasilkan tersebut, tentunya tidak terlepas
dari fungsi perencanaan yang telah dilakukan. Kegiatan yang
direncanakan setiap kurun waktu tertentu (apakah akhir semester, akhir
tahun, 2 tahun/ 5 tahun, bahkan 10 tahun).
Prestasi yang dicapai/hasil pembelajaran berupa hasil tes
kemampuan akademis (misalnya ulangan harian, ulangan umum, UN),
tersebut tidak dapat dicapai tanpa sumber yang mendukung, yaitu sumber
daya. Menurut peneliti SMPN 01 Lasem telah mengatur semua sumber
daya sesuai dengan kebutuhan setempat. Guru merupakan salah satu
komponen penting dalam lembaga pendidikan yang nantinya dapat
merealisasikan tujuan pembelajaran, kompetensi dan professional guru
merupakan faktor pendorong tercapainya kualitas anak didik.
71
Berhasil atau tidaknya mutu pembelajaran di SMPN 01 Lasem dapat
diukur dari tinggi rendahnya prestasi akademik maupun non akademik yang
telah dihasilkan oleh peserta didik, sekolah disini berkuwajiban untuk
mengantarkan peserta didik menuju tujuan yang diharapkan. Dalam rangka
meningkatkan mutu pembelajaran kepala sekolah mempunyai keinginan selain
siswanya mempunyai kemampuan yang lebih dibidang akademis, mereka juga
memiliki moral yang baik. Untuk itu diperlukan kerjasama seluruh komponen
yang ada disekolah yaitu: kepala sekolah, guru, siswa, dan karyawan untuk
bertanggung jawab dalam rangka mewujudkan apa yang telah direncanakan.
Disini kepala sekolah menghimbau kepada guru PAI untuk dapat menanamkan
nilai-nilai islam kepada siswa dalam kehidupan sehari-hari.
72
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari diskripsi hasil penelitian diatas maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen mutu
pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem, dari penelitian di lapangan penulis
dapat memberikan gambaran bahwasannya dalam mencapai peningkatan
mutu pembelajaran khususnya PAI peran kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan sudah berhasil dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan yang
telah dirumuskan. Dalam membuat kebijakan kepala sekolah sudah
mengacu pada komponen-komponen dalam merumuskan kebijakan,
komponen-komponen tersebut adalah:
a. Perencanaan/perumusan masalah kebijakan, yaitu: kebijakan yang
diambil atas beberapa pertimbangan baik pertimbangan tujuan, strategi
maupun kepentingan lingkungan eksternal.
b. Peramalan (forecasting), yaitu membuat informasi yang faktual tentang
situasi social masa depan atas dasar informasi yang telah ada.
c. Evaluasi, tahap akhir dalam pembuatan kebijakan adalah evaluasi.
Dalam evaluasi membuahkan pengetahuan yang relevan dengan
kebijakan tentang ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan yang
diharapkan dengan yang dihasilkan.
2. Pelaksanaan manajemen mutu pembelajaran PAI di SMPN 01 Lasem telah
dilaksanakan secara optimal, hal tersebut terbukti dengan adanya kegiatan
pembelajaran yang dilakukan selama ini dapat berjalan dengan baik serta
menghasilkan lulusan sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam
peningkatan kualitas pembelajaran PAI, ada beberapa komponen yang
dapat mempengaruhi pembelajaran, komponen-komponen tersebut adalah:
1) orientasi pembelajaran, 2) proses pembelajaran, dalam proses
pembelajaran pendidik harus mengetahui metode apa yang tepat digunakan
73
sesuai dengan materi yang akan diajarkan, 3) kurikulum, 4) kerja
pembelajaran, 5) peran pendidik, 6) penilaian, 7) pengelolaan siswa dengan
pendekatan “anak sebagai pusat” (the child-centered approach), 8)
pengelolaan kelas yang kondusif.
Manajemen pembelajaran dalam usaha meningkatkan mutu harus
mengelola komponen yang ada dengan sebaik-baiknya agar hasil yang
diperoleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Berhasil atau tidaknya
suatu pembelajaran dapat dilihat dari input, proses, dan out put yang
dihasilkan dari sekolah.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di SMPN 01 Lasem sudah
menunjukkan peningkatan mutu, hal ini tercermin dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas, dimana sebelum dan sesudah proses belajar mengajar
dilaksanakan selalu diawali dan diakhiri dengan membaca do’a secara
bersama-sama. Suasana kelas yang kondusif membuat peserta didik nyaman
untuk menerima pelajaran. Selain itu, untuk meningkatkan pengetahuan
tentang keagamaan di sekolah juga dilaksanakan peringatan hari-hari besar
islam, pesantren kilat, amaliah ramadhan, pelaksanaan qurban pada hari raya
idul adha, dan sebagainya. Hal-hal istimewa inilah yang menjadi cirri khas
pembelajaran di SMPN 01 Lasem, yang ini dimaksudkan untuk membentuk
generasi muda yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dibekali
dengan wawasan keagamaan.
B. Saran.
1. Bagi pembaca yang memetik hikmah dari karya tulis ini, diharapkan untuk
lebih memahami dan peduli terhadap pembelajaran serta peningkatan
kualitas atau mutu sekolah.
2. Penelitian ini merupakan barometer kecil dari apa yang menjadi konsep
besar mutu pembelajaran dalam dunia pendidikan yang bisa dijadikan
sebagai langkah alternative menuju peningkatan mutu pendidikan untuk
menghasilkan lulusan yang berkualitas, dan bisa memberikan kepuasan
pada pelanggan.
74
3. Bagi tenaga edukatif/dewan guru diharapkan memiliki orientasi untuk
memenuhi standar kualifikasi akademis sebagaimana yang dirumuskan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), mengingat guru memiliki
posisi yang strategis dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan
membangun suatu bangsa.
4. Perlu adanya dukungan dari sekolah dan masyarakat untuk mewujudkan
manajemen mutu pembelajaran agar out put yang dihasilkan berkualitas.
C. Penutup
Akhirnya, puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah mengaruniakan Taufiq, Hidayah dan pertolongan–Nya,
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Kebijakan
Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Manajemen Mutu Pembelajaran PAI
studi di SMPN 01 Lasem” shalawat dan salam tidak lupa penulis haturkan
kepada Nabi Muhammad SAW, seorang juru selamat yang selalu dinantikan
akan syafa’at oleh seluruh umat manusia kelak dihari kiamat.
Penulis menyadari, sekalipun telah mencurahkan segala usaha dan
kemampuan dalam menyusun skripsi ini, namun masih terdapat kekurangan
disana-sini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
yang budiman guna perbaikan selanjutnya. Dan penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini. Sebagai penutup semoga skripsi ini dapat menambah khazanak
keilmuan dan memberikan manfaat bagi kita semua. Amin
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadsudrajat, “Peningkatan Mutu Pembelajaran Di Sekolah”
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/05/peningkatan-mutu-
pembelajaran-di-sekolah/, 3 Januari 2010
Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 1998.
Bush, Tony dan Mariannecoleman, Leadership dan Strategic Management In
Education Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan, terj.
Fahrurrozi, Yogyakarta: IRCISOD, 2006.
Danim, Sudarwan, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2006.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro,
2000.
Dunn, William N., Public Policy Analysis Pengantar Analisis Kebijakan Public,
Yogyakarta: Gajah Mada, 1999.
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, PBM-PAI Di Sekolah, Eksistensi
Dann Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset, 1998, cet.I.
Handoko, T. Hani, Manajemen, Yogyakarta: BPFE,1995.
Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Al-Mughirah bin
Bardizbah Al-Bukhari Al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, Beirut: Dar al-Kutb al-
Ilmiyah, 1992, juz I.
Komariah, Aan dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif,
Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2005.
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
Konsep Dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004.
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008.
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004,
Cet.4.
Marno, Islam By Manajemen And Leadership, Tinjauan Teoritis Dan Empiris
Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam , Malang: Lintas Pustaka,
2007.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002.
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin,
1996.
Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
Nasution, S., Kurikulum Dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1999.
Nazarudin, Manajemen Pembelajaran, Implementasi Konsep, Karakteristik Dan
Metodologi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Jogjakarta: Teras, 2007.
Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model, dan Aplikasi, Jakarta:
Grasindo, 2003.
Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahsa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
2006, cet.3.
Purwanto, Ngalim, Manajemen Pendidikan, Administrasi Dan Supervisi
Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1994, Cet.3.
Rianto, Yatim, Metode Penelitian Pendidikan Suatu Tinjauan Dasar, Surabaya:
SIC, 1996.
Shaleh, Abdul Ranchman, Madrasah Dan Pendidikan Anak Bangsa, Visi, Misi,
Dan Aksi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Sirozi, M., Politik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.
Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian Dan Penilaian Pendidikan, Bandung:
Sinar Baru Offset, 1989.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. ALVABETA, 2008,
Cet.4.
Suherli, “Konsep Dasar Kebijakan Dalam Pendidikan”
http://suherlicentre.blogspot.com/2008/07/konsep-dasar-kebijakan-dalam-
pendidikan.html, 29 Januari 2010
Suparlan, ”membandingkan beberapa konsep dan kebijakan pendidikan”,
http://www.suparlan.com/pages/posts/membandingkan-beberapa-konsep-
dan-kebijakan-pendidikan33.php, 29 Januari 2010
Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode, dan Teknik,
Bandung: Tarsito, 2004, edisi VII.
Suryadi, Ace dan Dasim Budimansyah, Paradikma Pembangunan Pendidikan
Nasional, Konsep, Teori, dan Aplikasi Dalam Analisis Kebijakan Publik ,
Bandung: Widya Aksara Press, 2009.
Suryadi, Ace dan H.A.R Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1994.
Syafaruddin, Efektifitas Kebijakan Pendidikan, Konsep, Strategi, Dan Aplikasi
Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Yang Efektif, Jakarta: Rineka Cipta,
2008.
_________, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi, dan
Aplikasi, Jakarta: Grafindo, 2002.
Tholhah, Imam dan Ahmad Barizi, Membuka Jendela Pendidikan, Mengurai
Tradisi Integrasi Keilmuan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004.
Tilaar, H.A.R dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan, Pengantar Untuk
Memahami Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Public, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008.
Uno, Hamzah B., Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar
Yang Kreatif Dan Efektif, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008.
Usman, Husaini, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2006.
UU. No.20 Tahun.2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SIKDISNAS),
Jogjakarta: Media Wacana, 2003.
Uwes, Sanusi, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1999.