studi komparatif antara pendapat imam syafi’i...

72
STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Syari’ah Oleh : MISBAHUL FUADI NIM : 052311027 JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2009

Upload: dangthien

Post on 06-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I

DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG

PENGERTIAN FI SABILILLAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I

Dalam Ilmu Syari’ah

Oleh :

MISBAHUL FUADI NIM : 052311027

JURUSAN MUAMALAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2009

Page 2: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

MOTTO

خير اوروحة اهللا سبيل في لغدوة : صل اهللا عليه وسلم النّبي قال

فيها وما الدنيا من

(الحديث)

“Sesungguhnya pergi di jalan Allah di waktu pagi dan pergi di waktu petang adalah lebih

baik dari pada dunia seisinya”

Page 3: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

Deklarasi

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,

penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi

materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain

atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak

berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali

informasi yang terdapat dalam referensi yang

dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 14 Desember 2009 Deklarator, Misbahul Fuadi

Page 4: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, hanya dengan pertolongan Allah penulis panjatkan

kehadirat-Nya atas segala limpahan rahmat dan nikmat yang telah dikaruniakan

kepada penulis. Sholawat dan Salam kita panjatkan kepada Nabi Muhammad

SAW. Semoga kita selalu mendapatkan pertolongan, petunjuk, dan perlindungan-

Nya.

Keinginan penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini

sempat mengalami kendala ketika waktu untuk bisa menyelesaikannya dalam satu

semester sangatlah sempit. Selain itu penulis harus membagi antara konsentrasi

kegiatan dan penulisan.

Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih atas partisipasi dalam berbagai pihak yang telah membantu penulis

menyelesaikan penulisan skripsi ini :

1. Bapak Prof. DR. H. Abdul Djamil, M.A pengemban Rektor IAIN Walisongo

Semarang.

2. Bapak Drs. H. Muhyiddin, M. Ag selaku Dekan fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo Semarang.

3. Bapak Drs. Moh. Solek, M.A yang telah banyak meluangkan waktu untuk

membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Nur Fatoni, M. Ag selaku dosen pembimbing kedua yang senantiasa

dengan sabar mendidik dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

Page 5: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

5. Seluruh dosen, karyawan, dan civitas akademika Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo Semarang yang telah berpartisipasi memberikan support terhadap

penulis.

6. Ayahanda tercinta yang selalu mendo’akan dan mengharapkan kiprah penulis,

penyemangat moral dan spiritual, sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan pada tingkat perguruan tinggi. Wa bilkhusus almarhumah Ibunda

Hj. Mubarohah yang setiap saat senantiasa penulis rasakan kehadirannya

menemani dalam kebahagiaan dan kesusahan, terutama saat-saat akhir

menyelesaikan skripsi ini. Seolah menyeru dan menginstruksikan maju terus

dan terus menuntut ilmu meneruskan perjuangan para ulama dan menegakkan

agama, menuntut ilmu adalah tidak mengenal umur. Saudara-saudara yang

memberikan motifasi penulis untuk dapat merubah pola kehidupan yang

selama ini dijalani.

7. Seluruh personil Resimen Mahasiswa (Korp Mahasiswa Bela Negara) Satuan

906 khususnya yudha 29 dan teman-teman bolo-bolo alumni Asrama

Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang yang memberikan pernak-pernik

perjalanan hidup akademi penulis, dan semangatnya untuk menyelesaikan

tugas akhir.

Semoga Allah membalas semua amal baik mereka dengan balasan yang

lebih dan menempatkan mereka pada derajat yang mulia di mata Allah dan

mahluk-Nya.

Apabila isi skripsi ini baik dan bermanfaat, hanyalah semata-mata karena

pertolongan dan petunjuk Allah. Sedangkan apabila skripsi ini kurang layak

Page 6: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

menjadi sebuah karya ilmiah, hanyalah semata-mata ketidakmampuan menulisnya

dengan baik, semoga pembaca memakluminya dan Allah mengampuninya.

Pada akhirnya, penulis mengakui bahwa skripsi ini banyak kekurangan

yang menonjol dalam penulisan ini, yaitu menghindari terlalu tebalnya skripsi,

dan contoh-contoh pengertian Fi Sabilillah yang tidak cukup rinci dan beraneka

macam untuk berfungsi sebagai argumen, berarti butuh waktu yang lebih lama

lagi untuk dapat menyelesaikan tulisan ini.

Karya ini jauh dari kesempurnaan yang idealnya diharapkan, maka dari

itu, saran yang membangun dan masukan yang positif demi perbaikan dan

kesempurnaan skripsi sangat penulis harapkan. Semoga dapat bermanfaat bagi

pembaca dan kita semua, Amin.

Semarang, 14 Desember 2009

Penulis

Page 7: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati dan penuh kebahagiaan, skripsi ini penulis

persembahkan kepada mereka, orang yang telah membuat hidup ini lebih berarti.

1. Bapak Prof. DR. H. Abdul Djamil, M.A orang nomor satu di IAIN Walisongo

Semarang.

2. Bapak Drs. H. Muhyiddin, M. Ag pemangku jabatan Dekan Fakultas Syari’ah

IAIN Walisongo Semarang.

3. Ibu Dra. Nuna Mustikawati Dewi sebagai dosen Wali Studi penulis.

4. Bapak Drs. Moh. Solek, M.A selaku dosen pembimbing satu dalam penulisan

ini, yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Nur Fatoni, M. Ag selaku dosen pembimbing kedua yang senantiasa

dengan sabar mendidik dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh dosen, staf karyawan dan civitas akademika Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo Semarang yang telah berpartisipasi memberikan support terhadap

penulis. Bapak Karyadi yang selalu membuatkan surat-surat keterangan aktif

kuliah disaat penilis butuhkan untuk mengurus dana PT. Taspen.

7. Kepala Perpustakaan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang tercinta,

Ahmad Furqon, Lc,. M.A yang telah banyak meluangkan waktu untuk dapat

mengajarkan kepada penulis tentang tata cara penulisan kode buku dan

memberikan masukan terhadap permasalahan yang dihadapi dalam

menyelesaikan tugas kepada penulis. bapak Afif Noor S. Ag, SH, M.Hum

Page 8: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

yang menemani penulis menulis kode-kode buku, dan seluruh Staf

Perpustakaan Fakultas Syari’ah yang penyabar, semoga dalam pelayanannya

yang bijaksana dan arif Perpustakaan Fakultas Syari’ah semakin terdepan.

Semoga hal ini dapat berlanjut tanpa akhir dan semoga pula Allah

meningkatkan derajat dan membalas amal sholihnya.

8. Mas Tedi Kholiluddin, M. Si yang senantiasa membantu penulis untuk

berdiskusi tentang segala hal dan selalu mengarahkan tentang cara pandang

berfikir penulis.

9. Ayahanda tercinta yang selalu mendo’akan dan mengharapkan kiprah penulis,

penyemangat moral dan spiritual, sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan pada tingkat perguruan tinggi. Wa bilkhusus almarhumah Ibunda

Hj. Mubarohah yang setiap saat senantiasa penulis rasakan kehadirannya

menemani dalam kebahagiaan dan kesusahan, terutama saat-saat akhir

menyelesaikan skripsi ini. Seolah menyeru dan menginstruksikan maju terus

dan terus menuntut ilmu meneruskan perjuangan para ulama dan menegakkan

agama, menuntut ilmu adalah tidak mengenal umur. Saudara-saudara dan

adik-adikku, (mida yang manutan, nawaf yang bergedul) yang memberikan

motifasi penulis untuk dapat merubah pola kehidupan yang selama ini dijalani.

10. Bapak Mugiarto Saputro beserta Ibu Rochmiati dan segenap keluarga yang

senantiasa membuat penulis semakin terbiasa dengan kesabaran dan kebesaran

hati menghadapi seseorang yang pemarah dan nyebelke serta terima kasih juga

atas pinjaman komputernya.

Page 9: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

11. Ust. Ahmad Sholihun sebagai guru ngaji dari kecil hingga kini, selalu

mengajarkan tentang apa yang tidak diketahui oleh penulis.

12. Segenap Staf Perpustakaan Institut IAIN Walisongo Semarang. Bapak Ibnu

Surowo dan Ibu Siti Khodtijah, S. Ag yang senantiasa memberi semangat

kepada penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhirnya.

13. Mayor INF Erwin, S.E mantan Komandan Kompi Dodik Bela Negara Rindam

IV Diponegoro. Walaupun sekarang berada di ujung Maluku, tetapi masih

selalu berkomunikasi dan memberi semangat serta arahan kepada penulis.

14. Seluruh personil Resimen Mahasiswa (Korp Mahasiswa Bela Negara) Satuan

906 ”Sapu Jagad” IAIN Walisongo Semarang khususnya yudha 29,

Komandan Fathkuri, Wadan Fathkurahman, PAM Saefudin, Humas Nely,

Diklat Atta, Log Indah, Tri Aini, Prov Deni, Masat Sarjito, Pers Mahmudah,

dan Suwarno yang selalu memberi semangat, arti persaudaraan, dan motifasi

kepada penulis.

15. Teman-teman seperjuangan Diksar Menwa yudha 29. Rifqi (Sat 901), terima

kasih atas jaketnya, Dhama Peni Lasari (Sat 904) yang senantiasa memberi

motifasi dan meluangkan sedikit waktu untuk berdebat dan diskusi dengan

penulis hingga kini.

16. Bolo-bolo alumni Asrama Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang. Kiepley,

Idros, Agus pecinta PS, Luthfi raja tidur, Benidur, Kuat, Qowi, Ubed, Farid,

Zuddin yang selalu ngorok, Mas Habib yang penyabar, Sukron atlet volly, dan

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Page 10: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

17. Segenap konco-konco sepaket MUA’05, Mr. Rochim, Mr. Udien, Mr. Romli,

Mr. Zackhi, Mr. Munif Ibnu, Mr. Tino sebagai comting andalan, Memey,

Cahya, Eni, Sofie, Ana, Ulil, Tiwox, Anis, Ellies, dll.

18. Keluarga Pak Lurah, keluarga Ibu Barokah, dan keluarga Pak Sabar, serta

teman-teman Team KKN posko 33 di desa Randusari, kecamatan Rowosari,

kabupaten Kendal. Mister Sukron, pak Birin, bu Aka, bu Is, dan mbak

Memey.

19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan yang telah berjasa dalam hidup

penulis.

Page 11: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Misbahul Fuadi

Tempat/ Tanggal lahir : Kendal, 11 Oktober 1986

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Gubugsari RT. 03 RW. 05 Pegandon Kendal

51357.

Riwayat Pendidikan :

- SD Gubugsari I, lulus tahun 1999

- Madrasah Tsanawiyah NU 06 Sunan

Abinawa Pegandon, lulus tahun 2002

- Madrasah Aliyah Negeri Kendal, lulus

tahun 2005

- Mahasiswa Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo Semarang 2005-2009

Demikianlah riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Semarang, 14 Desember 2009

Hormat saya,

Misbahul Fuadi

Page 12: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

BIODATA

Nama : Misbahul Fuadi

Tempat/tanggal lahir : Kendal, 11 Oktober 1986

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Nama orang tua : - Ayah : H. M. Djamnun

- Ibu : Hj. Mubarohah

Alamat : Gubugsari RT. 03 RW. 05 Pegandon Kendal

51357

Page 13: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

vi

ABSTRAKS

Mustahik zakat dalam Al-Qur’an telah jelas disebutkan bahwa jumlahnya

adalah 8 golongan. Salah satunya adalah Fi Sabilillah. Imam Syafi’I dan Yusuf Al-Qardawi dalam pendapatnya yang mengatakan tentang pengertian Fi Sabilillah keduanya terlihat berbeda. Imam Syafi’I yang merupakan salah satu ulama besar Mazhab 4 mengatakan Fi Sabilillah adalah perang, sedangkan Yusuf Al-Qardawi merupakan ulama kontemporer mengatakan Fi Sabilillah bukan hanya terbatas pada perang, akan tetapi segala perbuatan yang bertujuan untuk kepentingan Islam. Dalam hal ini banyak orang yang masih memperdebatkan tentang makna Fi Sabilillah. Oleh karena itu, hal ini merupakan permasalahan yang sangat penting untuk dikaji.

Perbedaan pendapat antara Imam Syafi’i dn Yusuf Al-Qardawi menimbulkan suatu permasalahan. Dalam hal ini kita bisa mengetahui bagaiman pendapat Imam Syafi’i dan Yusuf Al-Qardawi tentang pengertian Fi Sabilillah? Dan metode istinbath hukum seperti apa yang digunakan keduanya?

Kerangka metodologi yang dipakai adalah kepustakaan dengan metode deskriptif, yaitu menguraikan atau menggambarkan pendapat Imam Syafi’i dan Yusuf Al-Qardawi secara mendalam. Lalu mengkomparasikan kedua pendapat tersebut dengan metode komparatif, yaitu metode perbandingan, dengan memperbandingkan pendapat Imam Syafi’I dengan pendapat Yusuf Al-Qardawi. Dan juga dengan analisis kualitatif, yaitu dengan menggunakan pemikiran logis atau menganalisa dengan logika sehingga bisa menghasilkan kesimpulan yang valid.

Kesimpulannya, pengertian Fi Sabilillah menurut Imam Syafi’i adalah pada makna orang dan alat, sedangkan Yusuf Al-Qardawi memaknainya dengan penekanan pada kemaslahatan umat. Metode Imam Syafi’i menggunakan Hadis bukan Qiyas dan tidak memakai Istihsan, sedangkan Yusuf Al-Qardawi menggunakan Qiyas dan memakai Istihsan.

Page 14: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii

NOTA PEMBIMBING ........................................................................................ iii

HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv

HALAMAN DEKLARASI .................................................................................. v

HALAMAN ABSTRAK ...................................................................................... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... x

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Rumusan Masalah........................................................................... 5

C. Tujuan Penulisan Skripsi............................................................. 5

D. Telaah Pustaka................................................................................ 5

E. Metode Penelitian.......................................................................... 7

F. Sistematika Penulisan................................................................. 10

BAB II BIOGRAFI .......................................................................................... 12

A. Biografi Imam Syafi'i ...................................................................... 12

1. Nasab Imam Syafi’i ................................................................. 12

2. Pendidikan dan Pengalaman Imam Syafi’i .............................. 15

3. Guru-guru Imam Syafi’i .......................................................... 18

4. Murid-murid Imam Syafi’i ...................................................... 20

5. Pemikiran dan Karya Imam Syafi'I ......................................... 22

B. Biografi Yusuf Al-Qardawi ........................................................... 25

1. Pendidikan Yusuf Al-Qardawi ................................................ 25

2. Pemikiran Dan Karya Yusuf Al-Qardawi ............................... 29

Page 15: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

xv

BAB III PENDAPAT IMAM SYAFI'I DAN YUSUF AL-QARDAWI

TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH ................................... 31

A. Pendapat Imam Syafi'I Tentang Pengertian Fi Sabilillah ............. 34

B. Metode Istinbath Imam Syafi'I Dalam Merumuskan Pengertian Fi

Sabilillah........................................................................................ 34

C. Pendapat Yusuf Al-Qardawi Tentang Pengertian Fi Sabilillah..... 36

D. Metode Istinbath Yusuf Al-Qardawi Dalam Merumuskan

Pengertian Fi Sabilillah ................................................................ 39

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF PENDAPAT IMAM SYAFI'I DENGAN

YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI

SABILILLAH ...................................................................................... 42

A. Analisis Komparatif Terhadap Pendapat Imam Syafi’i Dengan

Yusuf Al-Qardawi Tentang Pengertian Fi Sabilillah.................... 42

B. Analisis Komparatif Terhadap Istinbath Hukum Imam Syafi’i

Dengan Yusuf Al-Qardawi Tentang Pengertian Fi Sabilillah ...... 45

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 53

A. Kesimpulan ..................................................................................... 53

B. Saran-saran ...................................................................................... 53

C. Penutup ........................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 16: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Ibadah merupakan pondasi bagi umat beragama, bukan hanya Islam.

Dalam tata hukum Islam, ibadah merupakan sarana untuk mendekatkan diri

kepada Allah SWT. Ibadah didalam ajaran Islam sangat bermacam-macam,

ada Rukun iman, Rukun Islam, dll. Itu adalah dasar dalam mengenal Tuhan.

Zakat adalah kewajiban bagi setiap muslim yang mampu dan

merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Diwajibkannya zakat adalah

untuk kebaikan manusia dan sarana untuk mensucikan, menjaga harta serta

sebagai bentuk penghambaan kepada Allah. Allah berfirman,

خذ من أمواهلم صدقة تطهرهم وتزكّيهم ا وصلّ عليهم إنّ صال تك سكن ﴾١٠٣﴿هلم واللّه مسيع عليم

“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui”.(QS At-Taubah : 103)1

Dengan demikian, zakat merupakan sarana untuk mensucikan diri dari

sifat bakhil dan kikir. Juga merupakan ujian bagi orang kaya agar

mendekatkan diri kepada Allah dengan sedikit harta yang dicintainya.2

1 Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya, Semarang : PT. Kumudasmoro

Grafindo, 1994, hlm. 297.

2 Saleh Al-Fauzan, Fiqh Sehari-Hari, Jakarta : Gema Insani, 2006, hlm. 245.

Page 17: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

2

Didalam zakat terdapat persoalan-persoalan yang belum memperoleh

perhatian dan penggarapan yang semestinya dari para Ulama, misalnya dalam

masalah fungsinya, kedudukannya dalam system moneter ekonomi, ataupun

mengenai ashnaf dalam pembagian zakat.

Dalam kondisi sekarang memang tidak jauh seperti pada zaman

dahulu. Pada masa dahulu pembagian akan zakat sudah jelas diatur dalam Al-

Qur’an mengenai ashnaf zakat. Oleh sebab itu pembagian pada waktu itu

sudah sangat tepat.

Masalah ketentuan tersebut disebutkan dalam Al-Qur’an secara

ringkas, bahkan lebih ringkas lagi seperti halnya sholat, maka secara khusus

Al-Qur’an memberikan perhatian dengan menerangkan kepada siapa zakat itu

diberikan.

Golongan yang berhak menerima zakat telah ditetapkan oleh Allah

SWT dalam surat At-Taubah : 60

إنما الصدقات للفقراء واملساكن والعاملني عليها واملؤلّفة قلوم ويف الرقاب والغارمني ويف سبيل اللّه وابن السبيل فريضة من اللّه واللّه عليم حكيم

﴿٦٠﴾

“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah. Dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana”.3

Dalam ayat diatas dijelaskan salah satu ashnaf penerima zakat adalah

3 Departemen Agama RI, Ibid, hlm. 296.

Page 18: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

3

untuk jalan Allah atau sering disebut Fi Sabalillah. keumuman makna

"Sabalillah" diluar ayat itu sangat luas dan banyak sekali cakupannya. Tidak

terbatas pada penetapan ashnaf saja. karenanya sama sekali tidak sejalan

dengan pembatasan delapan ashnaf yang berhak menerima zakat sebagaimana

termaktub dalam ayat 60 surat At-Taubah. 4

Selain dalam surat At-Taubah tadi, Fi Sabiillah juga terdapat

diantaranya dalam surat An-nisa’ : 167, surat Al-Anfaal : 36, surat : Luqman :

6 dan masih banyak lagi. Akan tetapi yang menjadi rujukan dalam penuusan

skripsi ini adalah surat At –Taubah : 60. dalam ayat itu makna Fi Sabiillah

diartikan dengan “di jalan Allah”, atau dengan nama lain adalah jihad di jalan

Allah. Dengan kata lain Fi Sabiillah dalam al-Qur’an adalah untuk keperluan

pertahanan Islam dan kaum muslimin. Disini jelas diterangkan bahwa makna

itu mengandung arti jihad untuk peperangan dalam membela agama Allah.

Akan tetapi para ulama sekarang masih banyak yang memperdebatkan

tentang pengertian itu. Karana dizaman modern ini khususnya Indonesia

sudah tidak ada lagi yang namanya perang. Lantas, kemanakah bagian Fi

Sabiillah? Menurut Imam Syafi’I, Fi Sabiillah adalah orang yang secara

sukarela berperang karana Alah dan tidak mendapat gaji dari pemerintah

setempat, orang-orang ini berhak mendapatkan zakat walaupun kaya.

Pengertian yang dijabarkan Imam syafi’I mengenai Fi Sabiillah tidak

lepas dari yang namanya perang untuk membela Islam. Menurutnya Fi

Sabiillah memang artinya demikian. Oleh karena itu pendapatnya sangatlah

4 Yusuf Al-Qardawi, Fatwa-Fartwa Mutakhir, Jakarta : Pustaka Hidayah, 2000, hlm. 372.

Page 19: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

4

sempit bila direlevansikan pada masa sekarang. Di zaman sekarang sudah

tidak ada lagi perang.

Banyak hadist-hadist shahih berasa dari Rasulullah SAW dan para

sahabatnya yang menunjukkan, bahwa yang dimaksud “Sabiillah” adalah

jihad.5 Dalam hadist riwayat Imam Bukhori dan Muslim disebutkan :

خير اوروحة اهللا سبيل في لغدوة : وسلم عليه اهللا صل النّبي قالفيها وما الدنيا من

“Sesungguhnya pergi pada waktu pagi atau petang untuk Sabiillah (berjihad) lebih baik dari pada dunia seisinya”6

Pendapat lain dari Yusuf Al-Qardawi, pendapat ini bisa dikatakan

pendapat yang paling mutakhir. Menurutnya Fi Sabilillah bukan hanya orang

yang berperang, akan tetapi segala sesuatu yang bertujuan untuk kemajuan

agama Islam bisa dikatakan Fi Sabiillah, seperti : membangun pusat-pusat

dakwah Islam, menerbitkan surat kabar Islami, membantu juru dakwah,

membantu pembangunan masjid, dll.7

Dengan membandingkan antara pendapat Imam Syafi’I dan Yusuf Al-

Qardawi pengertian Fi Sabiillah. Disini penulis akan membahas yang lebih

mendalam, pendapat mana yang lebih kuat dengan relevansinya dimasa

sekarang. Karena masalah ini merupakan hal yang layak dan aktual untuk

dikaji.

5 Yusuf Al-Qardawi, ibid, hlm. 373. 6 Hasby Asy Shiddiqy, Mutiara Hadis 6, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putera, 2003, hlm.

71. 7 Ibid, hlm. 382.

Page 20: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

5

B. RUMUSAN MASALAH

Setelah penulis memaparkan uraian diatas, maka yang menjadi pokok

permasalahan adalah :

1. Apa pendapat Imam Syafi’I dan Yusuf Al-Qardawi tentang pengertian Fi

Sabalillah?

2. Bagaimana metode istinbath hukum Iman Syafi’I dan Yusuf Al-Qardawi

tentang pengertian Fi Sabalillah?

C. TUJUAN PENULISAN SKRIPSI

Dalam penelitian ini ada beberapa tujuan, adapun tujuannya antara

lain :

1. Untuk mendeskripsikan pendapat Imam Syafi’I dan Yusuf Al-Qardawi

tentang pengertian Fi Sabalillah.

2. Untuk mengetahui istinbath hukum yang digunakan dalam mendukung

pendapat keduanya.

D. TELAAH PUSTAKA

Kajian ini mempergunakan semua kesempatan untuk mencari

kepustakaan diperpustakaan atau tempat lain.8 Tentang mustahik zakat secara

umum memang telah banyak dikaji, namun sepanjang pengetahuan penulis

belum ada yang membahas mengenai Fi Sabilillah dalam konteks

perbandingan pendapat Imam Syafi’I dan Yusuf Al-Qardawi. Adapun skripsi

yang telah mempresentasikan berhubungan dengan skripsi penulis antara lain:

8 Consuelo G. Sevilla, dkk, Pengertian Metode Penelitian, Jakarta : UI-Press, 1993, hlm. 32.

Page 21: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

6

Skripsi mahasiswa yang bernama Muhammad Rofiq Anwar dengan

NIM 2199195 yang berjudul “Studi Analisis Pendapat Imam Syafi’i Tentang

Penyamarataan Dalam Pendistribusian Zakat Kepada Mustahiq”.9

Menjelaskan bahwa zakat itu harus dibagikan merata kepada mustahiq.

Skripsi yang berjudul “Studi Analisis Terhadap Pendapat Dr. Sahal

Mahfudz Tentang Zakat Al-Fitr Untuk Membangun Masjid.”10 yang ditulis

oleh Zaimatul Khasanah (2199046). Dalam skripsi ini dijelaskan tentang

kebolehan memberi zakat untuk kepentingan agama dengan metode

kontekstual. Sedangkan permasalahan yang akan penulis kaji adalah masalah

Fi Sabalillah, jadi jelas berbeda dengan karya tersebut.

Judul diatas juga mempunyai relevansi dengan buku-buku dan kitab-

kitab yang didalamnya memuat tentang zakat serta berkaitan dengan ashnaf

zakat, seperti :

Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqih Sunnah dijelaskan juga tentang Fi

Sabalillah, pengertian dan contoh-contohnya dizaman sekarang.11 Akan tetapi

yang disebutkan dalam buku ini kurang begitu detail mengenai pembahasan

yang dikaji oleh penulis.

Pendapat Imam syafi’I dalam kitab Al-Umm juga menerangkan

mengenai Fi Sabiillah. Yaitu orang-orang yang secara sukarela berperang

9 Muhammad, Rofiq, Studi Analisis Pendapat Imam Syafi’i Tentang Penyamarataan Dalam

Pendistribusian Zakat Kepada Mustahiq, Skripsi Sarjana Fakultas Syari’ah Semarang : Perpustakaan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, 2004, hlm 83.

10 Zaimatul Khasanah, Studi Analisis Terhadap Pendapat Dr. Sahal Mahfudz Tentang Zakat Al-Fitr Untuk Membangun Masjid, Skripsi Sarjana Fakultas Syari’ah Semarang : Perpustakaan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, 2006, hlm. 55.

11 Lebih lanjut baca : Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jakarta : Pena Pundit Aksara, 2006, jilid I, hlm. 573.

Page 22: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

7

karena Allah dan tidak mendapatkan gaji dari pemerintah setempat, orang

orang ini berhak mendapatkan zakat walaupun kaya.

Sedangkan pendapat Yusuf Al-Qardawi dalam bukunya Hukum Zakat

menjelaskan Fi Sabiillah adalah jalan yang menyampaikan pada ridha Allah,

baik aqidah maupun perbuatan. Dalam buku ini dibahas secara detail

mengenai Fi Sabiillah, bahkan lengkap juga mengenai pendapat-pendapat

para Ulama serta contohnya di masa sekarang.12

Sejauh ini belum ada penelitian secara spesifik yang membahas

pemikiran Iman Syafi’I dan Yusuf Al-Qardawi tentang pengetian Fi

Sabalillah, sehingga permasalahan tersebut perlu diteliti karana hal tersebut

merupakan hal yang aktual.

E. METODE PENELITIAN

1. JENIS PENELITIAN

Skripsi ini dalam penelitiannya menggunakan jenis penelitian library

research dengan dua sumber data, yaitu :

a. Sumber data primer adalah data yang diambil langsung dari tangan

pertama.13 Kitab Al-Umm dan kitab Fiqhuz Zakat merupakan sumber

utama dalam skripsi ini. Data yang diperoleh dari karya asli seorang

12 Lebih lanjut baca : Yusuf Al-Qardawi, Hukum Zakat, Jakarta : PT. Mitra Kerjaya

Indonesia, 2004, hlm. 610. 13 Robert R. Mayer & Ernest Greicn wood, Rancangan Penelitian Kebijakan Sosial, Jakarta

CV. Rajawali, cet I, 1984, hlm. 361. 14 Ibid 15 Muhammad Nazim, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988, hlm. 405 16 Ibid, hlm. 63 17 Tatang M Amin, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995,

hlm. 13. Analisis kualitatif menggunakan pemikiran logis, analisa dengan logika dengan induksi, analogi, komparasi, dan sejenisnya.

Page 23: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

8

tokoh secara langsung disebut data asli.

b. Sumber data sekunder adalah data yang mengutip dari sumber-sumber

lain,14 artinya data yang ditulis oleh orang lain tentang pandangan

Imam Syafi’I dan Yusuf Al-Qardawi sehingga tidak bersifat asli

karena diperoleh dari tangan kedua atau ketiga, serta buku-buku dan

tulisan pendukung yang bertemakan fi sabilillah. Selanjutnya dengan

demikian data ini disebut data tidak asli.

2. METODE ANALISIS DATA

Analisis data adalah kepustakaan dan merupakan bagian yang amat

penting dalam metode ilmiah, karena dengan menganalisis data tersebut

dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah

penelitian.15 Setelah data tersebut terkumpul selanjutnya disusun secara

sistematis dan dianalisis. Untuk dapat menghasilkan kesimpulan yang

yang benar dan valid, maka metode analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif,16 dengan analisis kualitatif,17

penulis mendeskripsikan pandangan Imam syafi’I dan Yusuf Al-Qardawi

dengan analisis secara mendalam. Sehingga diperoleh gambaran pemikiran

Imam Syafi’I dan Yusuf Al-Qardawi tentang pengertian Fi Sabilillah

dengan jelas. Untuk memperoleh deskripsinya penulis juga

mengkomparasikannya dengan pendapat ulama yang lain.

Adapun langkah-langkah yang digunakan penulis adalah sebagai

Page 24: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

9

berikut :

Pertama, penulis mengartikan pokok-pokok masalah dengan cara

membaca kitab-kitab, buku-buku, karya imam-imam mujtahid melalui

sebuah pembahasan deskriptif yang pembahasannya melalui deskriptif

komparatif. Karena membandingkan dua pendapat Imam Syafi’i dengan

Yusuf Al-Qardawi.

Kedua, setelah data tersebut diatas dapat disajikan secara menyeluruh,

maka penulis mencoba membahas dan menganalisa secara keseluruhan.

Sehingga pada titik final penulis menyimpulkan pendapat mana yang

paling kuat dasar hukumnya dengan alasan-alasan yang melatar

belakanginya.

3. METODE KOMPARATIF

Adalah metode menganalisa data-data tertentu yang berkaitan dengan

situasi atau faktor-faktor yang diselidiki dan membandingkan faktor satu

dengan factor lainnya.18 Dalam studi komparatif ini, memang sangat sulit

untuk mengetahui faktor-faktor penyebab yang dijadikan dasar

pembanding,19 dengan persepsi tentang pengetahun hokum, khususnya

hokum zakat yang penulis gunakan didalam melakukan pengkajian dan

perbandingan terhadap berbagai pendapat Ulama-ulama Islam mengenai

permasalahan yang terkandung didalam pengertian Fi Sabilillah. Penulis

mengetengahkan pendapat Imam Syafi’I dan Yusuf Al-Qardawi serta

18 Ibid, hlm. 135. 19 Opcit, hlm. 68.

Page 25: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

10

beberapa pendapat lainnya yang ada kaitannya dengan permasalahan

dalam pembahasan skripsi ini. Sudah barang tentu perbedaan tersebut

dilakukan untuk mengkaji argumentasi-argumentasi dari jumlah pendapat

yang ditinjau dari segi relevansinya dengan dasar Al-Qur’an dan Al-Hadist

dari segi rasionya.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan skripsi yang berjudul “Studi Komparatif Antara Pendapat

Imam Syafi’i Dengan Yusuf Al-Qardawi Tentang Pengertian Fi Sabilillah”

tersusun atas lima bab. Adapun penyusunannya sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan, yang memuat tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian,

sistematika penulisan.

BAB II : Bab ini memberikan gambaran umum profil Imam Syafi’I dan

Yusuf Al-Qardhawi.

BAB III : Pendapat Imam Syafi’i dan Yusuf Al-Qardawi, dilengkapi

dengan metode istinbath keduanya dalam merumuskan

pengertian Fi Sabilillah.

BAB VI : Membahas analisis komparatif terhadap pendapat Imam Syafi’I

dengan YusufAl-Qardawi tentang pengertian Fi Sabilillah.

Masih dalam bab ini, memaparkan pula analisis komparatif

metode istinbath hukum Imam Syafi’I dengan Yusuf Al-

Qardawi tentang pengertian Fi Sabilillah.

BAB V : Akhir perjalanan penulisan skripsi. Memuat kesimpulan, saran-

Page 26: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

11

saran, dan penutup

Page 27: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

12

BAB II

BIOGRAFI

A. Biografi Imam Syafi'i

1. Nasab Imam Syafi’i

Imam Syafi’i ialah Imam yang ketiga menurut susunan tarikh

kelahiran. Dia adalah pendukung terhadap Ilmu Hadis dan

pembaharu dalam agama (Mujadid) dalam abad kedua Hijriah.1 Ia

juga Ulama Mujtahid (ahli ijtihad) di bidang fiqih dan salah satu dari

empat Imam Mazhab yang terkenal dalam Islam.

Imam Syafi’I dilahirkan di Gaza, sebuah kota kecil di Laut

Tengah pada bulan Rajab tahun 150 H/767 M.2 Menurut suatu

riwayat, pada tahun itu juga wafat Imam Abu Hanifah.3

Nama lengkap Imam Syafi’i adalah Muhammad bin Idris bin

Abbas bin Usman bin Syafi’i bin Al-Saib bin Ubaid bin Abdul Yazid

bin Hasyim bin Abdul Al-Muthalib bin Abdul Manaf.4 Kata Syafi’i

dinisbatkan kepada nama kakeknya yang ketiga, yaitu Syafi’i bin Al-

Saib. Ayahnya bernama Idris bin Abbas, sedangkan ibunya bernama

Fatimah binti Abdullah bin Al-Hasan bin Husain bin Ali bin Abi

1 Ahmad Asy-Syurbasi, “Al-Aimatul Arba’ah”, terj. Sabil Huda, Sejarah Dan Biografi

Imam Empat Mazhab, Jakarta : Bumi Aksara, 1993, hlm. 193. 2 Basri Iba Asyghary, Kodifikasi Hukum Islam, Jakarta : Rineka Cipta, 1993, hlm. 159. 3 Huzaimah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, Jakarta : Logos Wacana

Ilmu, 1997, hlm. 120. 4 Jaih Mubarok, Modifikasi Hukum Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 27.

Page 28: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

13

Tholib.5 Dengan demikian ibu Imam Syafi’i adalah cucu dari

Sayyidina Ali bin Abi Tholib, menantu Nabi Muhammad SAW.6

Dengan demikian, kedua orang tua beliau berasal dari bangsawan

Arab Quraisy.7

Dengan pertalian tersebut diatas, Imam Syafi’I menganggap

dirinya dari orang dekat kepada Rasulullah SAW. Bahkan beliau dari

keturunan Zawil Kubra yang berjuang bersama dengan Rasulullah

SAW di zaman jahiliyah dan Islam. Mereka bersama dengan

Rasulullah SAW juga semasa orang Quraisy mengasingkan

Rasulullah SAW mereka bersama turut menanggung penderitaan

bersama-sama Rasulullah SAW.8

Keluarga Imam Syafi’i adalah dari keluarga Palestina yang

miskin dan yang dihalau dari negerinya, mereka hidup di dalam

perkampungan orang Zaman.9 Meskipun dibesarkan dalam keadaan

yatim dan dalam keluarga yang miskin, hal ini tidak menjadikannya

merasa rendah diri apalagi malas. Sebaliknya, dia bahkan sangat giat

mempelajari Hadis dari Ulama-ulama Hadis yang banyak terdapat di

Makkah.10 Dia terpaksa mengumpulkan batu-batu yang baik,

belulang, pelepah tamar dan tulang unta untuk ditulis di atasnya.

5 Moh. Yassir Abn Mutholib, Ringkasan Kitab Al-Umm, Jakarta : Pustaka Azzam, 2004,

hlm. 3. 6 Huzaimah Tahido Yanggo, Ibid, hlm. 121. 7 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve,

1993, hlm. 327. 8 Ahmad Asy-Syurbasi, Opcit, hlm. 142 9 Sabil Huda, Opcit, hlm. 142. 10 Masykur A.B, Fiqih Lima Mazhab, Jakarta : lentera basritama, 2000, hlm. 29.

Page 29: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

14

Kadangkala dia pergi ke tempat-tempat perkumpulan orang banyak

meminta kertas untuk menulis pelajarannya.11

Sejarah Islam mengatakan Imam Syafi’i hidup pada masa-

masa awal pemerintahan Bani ‘Abbasiyah yang berhasil merebut

kekuasaan dari Bani Umayyah. Pada masa itu, setiap khalifah dari

Bani ‘Abbasiyah hampir selalu menghadapi pemberontakan orang-

orang dari kalangan ‘Alawiyah. Kenyataan ini membuat mereka

bersikap sangat kejam dalam memadamkan pemberontakan orang-

orang ‘Alawiyah yang sebenarnya masih saudara mereka sebagai

sesama Bani Hasyim. Dan hal itu menggoreskan rasa sedih yang

mendalam pada kaum muslimin secara umum dan pada diri Imam

Syafi’i secara khusus. Dia melihat orang-orang dari Ahlu Bait Nabi

menghadapi musibah yang mengenaskan dari penguasa. Maka

berbeda dengan sikap ahli fiqih selainnya, beliau pun menampakkan

secara terang-terangan rasa cintanya kepada mereka tanpa rasa takut

sedikitpun, suatu sikap yang saat itu akan membuat pemiliknya

merasakan kehidupan yang sangat sulit.12

Pada suatu ketika Imam Syafi’i mengalami sakit yang sangat

parah. Karena kesibukannya berdakwah dan menebar ilmu, beliau

menderita penyakit bawasir yang selalu mengeluarkan darah.

Segenap murid-murid Imam Syafi’i diantaranya : Al-Muzany dan

11 Ahmad Asy-Syurbasi, Opcit, hlm. 143. 12http://www.assunnahqatar.com/index.php?option=com_content&task=view&id=519&Ite

mid=144, di akses tanggal 9 Desember 2009.

Page 30: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

15

Rabi Al-Jizi sering kali datang kerumah Imam Syafi’i untuk

melayaninya selama sakit.13 Kemudian pada suatu hari, dia berwasiat

kepada Rabi Al-Jizi : ”Apabila aku mati, hendaklah kamu segera

datang memberitahukan kepada wali negeri Mesir, dan mintalah

kepadanya supaya ia memandikan aku”.

Imam Syafi’i sudah merasa bahwa dirinya akan kembali ke

Rahmatullah, akhirnya dengan tenang dia menghembuskan nafasnya

yang terakhir sesudah sholat Isya’ malam jum’at bulan Rajab tahun

204 H/819 M di usianya yang ke 54 tahun dengan disaksikan

muridnya Rabi Al-Jizi.14

2. Pendidikan dan Pengalaman Imam Syafi’i

Imam Syafi’i dalam riwayatnya seperti yang telah diuraikan

diatas bahwa ia dilahirkan dalam keadaan yatim, hingga dalam usia

dua tahun, ia dibawa ibunya pindah ke negeri Hijaz (persisnya ke

kota Makkah). Sungguhpun ia dalam keadaan yatim dan miskin,

namun dengan dorongan ibunya tercinta dan dengan dukungan

kecerdasannya yang mengagumkan, maka dalam usia sembilan tahun

sudah dapat menghafal kitab suci Al-Qur’an 30 juz diluar kepala,

dibawah bimbingan guru besar Imam Ismail bin Qasthanthin.15

Begitu tamat belajar Al-Qur’an Imam Syafi’i oleh ibunya

dimasukkan ke lembaga pendidikan lain yang berada di dalam

Masjidil Haram, agar dapat membaca Al-Qur’an lebih baik termasuk

13 Hilaluddin MS, Riwayat Ulama Besar Imam Syafi’i, Surabaya : Apollo, 1996, hlm. 69. 14 Abdullah Mustofa Al-Maraghi, Opcit, hlm. 97. 15 Hilaluddin MS, Opcit, hlm. 7.

Page 31: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

16

tajwid dan tafsirnya. Dalam usia 13 tahun, dia sudah mampu

membaca Al-Qur’an dengan tartil dan baik, sudah dapat

menghafalnya, bahkan memahami apa yang dibacanya sebatas

kesanggupan soerang anak yang baru berusia 13 tahun.16

Imam Syafi’i setelah dapat menghafal seluruh isi Al-Qur’an

dengan lancar, dia berangkat ke dusun Baduwy Banu Huzail untuk

mempelajari bahasa arab yang asli dan fasih. Disana selama

bertahun-tahun dia mendalami bahasa, kesusastraan dan adat istiadat

arab yang asli. Bahkan ketekunan dan kesanggupannya, kemudian

dikenal sangat ahli dalam bahasa arab dan kesusastraannya, mahir

dalam membuat syair, serta mendalami adat istiadat arab yang asli.17

Sepulangnya dari dusun Baduwy Banu Huzail, dia kembali

ke Makkah untuk berguru kepada Imam Muslim bin Kholid Az-

Zanniy tentang ilmu fiqih dan ushul fiqh serta ilmu hadis berguru

kepada Imam sufyan bin Uyainah,18 sampai memperoleh ijazah dan

berhak mengajar serta memberi fatwa.

Imam Syafi’i juga sangat tekun dan tidak kenal lelah dalam

belajar. Ini terbukti, pada usia 10 tahun Ia sudah hafal kitab Al-

Muwatto karya Imam Malik. Oleh karena itu, setelah berumur 15

tahun, oleh para gurunya ia diberi izin untuk mengajar dan memberi

fatwa kepada khalayak ramai. Imam Syafi’ipun tidak keberatan

16 H. MH Al-Hamid Al-Husaini, Riwayat Sembilan Imam Fiqh, Bandung : Pustaka

Hidayah, 2000, hlm. 383. 17 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ibid, hlm. 329. 18 Hilaluddin MS, Ibid

Page 32: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

17

menduduki jabatan guru besar dan mufti di dalam Masjidil Haram di

Makkah. Tetapi walaupun demikian dia tetap belajar ilmu

pengetahuan di Makkah.19 Adapun gelar yang disandang Imam

Syafi’i adalah Nashirul Hadits (pembela hadits). Dia mendapat gelar

ini karena dikenal sebagai pembela hadits Rasulullah, dan

komitmennya untuk mengikuti Sunnah Rasul.20

Imam Syafi’i setelah menghafal isi kitab Al-Muwatto, dia

sangat berhasrat untuk menemui pengarangnya, Imam Malik,

sekaligus ingin memperdalam ilmu fiqih yang amat diminatinya.

Lalu dengan meminta izin kepada gurunya di Makkah, dia berangkat

ke Madinah, tempat Imam Malik. Setibanya di Madinah, Imam

Syafi’i sholat di Masjid Nabi SAW dan menziarahi makamnya Nabi

SAW, baru kemudian menemui Imam Malik. Ia sangat dikasihi oleh

gurunya dan kepadanya diserahi tugas untuk mendiktikan isi kitab

Al-Muwatto kepada murud-murid Imam Malik.21

Kesimpulan dari uraian diatas, bahwa Imam Syafi’i

mempunyai pengetahuan yang sangat luas dalam bidang lughah dan

adab. Di samping pengetahuan hadis yang ia peroleh dari beberapa

negeri. Sedangkan pengetahuannya dalam bidang fiqih meliputi

Fiqih Ashab Al-Ra’yi di irak dan Fiqih Al-Hadis di Hijaz.

19 M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 4. 20 http://www.gp-ansor.org/hikmah/mengenal-kebesaran-imam-asysyafiirahimahullah.html,

di akses tanggal 9 Desember 2009. 21 H. MH Al-Hamid Al-Husaini, Ibid

Page 33: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

18

3. Guru-guru Imam Syafi’i

Imam Syafi’i sejak masih kecil adalah seorang yang memang

mempunyai sifat ”pecinta ilmu pengetahuan”, maka sebab itu

bagaimanapun keadaanya, tidak segan dan tidak jenuh dalam

menuntut ilmu pengetahuan. Kepada orang-orang yang

dipandangnya mempunyai pengetahuan dan keahlian tentang ilmu,

diapun sangat rajin dalam mempelajari ilmu yang sedang

dituntutnya.22

Diantara Guru-Guru utama yang membina kepada Imam

Syafi’i antara lain :

1) Ketika berada di Makkah :

a) Muslim bin Kholid (guru bidang fiqih)

b) Sufyan bin Uyainah (guru bidang hadis dan tafsir)

c) Ismail bin Qashthanthin (guru bidang Al-Qur’an)

d) Ibrahim bin Sa’id23

e) Sa’id bin Al-Kudah

f) Daud bin Abdurrahman Al-Attar

g) Abdul Hamid bin Abdul Aziz bin Abi Daud24

2) Ketika berada di Madinah :

a) Malik bin Anas R.A

b) Ibrahim bin Saad Al-Ansari

22 Hilaluddin MS, Opcit, hlm. 72. 23 Ibid 24 Ahmad Asy-Syurbasi, Lokcit, hlm. 149.

Page 34: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

19

c) Abdul Aziz bin Muhammad Al-Darawardi

d) Ibrahim bin Yahya Al-Asami

e) Muhammad Said bin Abi Fudaik

f) Abdullah bin Nafi Al-Shani25

3) Ketika berada di Irak :

a) Abu Yusuf

b) Muhammad bin Al-Hasan

c) Waki’ bin Jarrah26

d) Abu usamah

e) Hammad bin Usammah

f) Ismail bin Ulaiyah

g) Abdul Wahab bin Ulaiyah27

4) Ketika berada di Yaman :

a) Yahya bin Hasan

b) Muththarif bin mizan

c) Hisyam bin Yusuf

d) Umar bin Abi Maslamah Al-Auza’i28

5) Di antara yang lain lagi :

a) Ibrahim bin Muhammad

b) Fudhail bin Lyadi

c) Muhammad bin Syafi’i29

25 Ahmad Asy-Syurbasi, 4 Mutiara Zaman, Jakarta : Pustaka Qalami, 2003, hlm. 135. 26 Hilaluddin MS, Lokcit. 27 Hasby Ash-Shiddieqy, Pokok-Pokok Pegangan Imam Mazhab, Semarang : Pustaka Rizki

Putra, 1997, hlm. 487. 28 Ibid

Page 35: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

20

4. Murid-murid Imam Syafi’i

Guru-guru Imam Syafi’i amatlah banyak, maka tidak kurang

pula penuntut ilmu atau murid-muridnya, diantaranya ialah :

1) Abu Bakar Al-Humaidi

2) Ibrahim bin Muhammad Al-Abbas

3) Abu Bakar Muhammad bin Idris

4) Musa bin Abi Al-Jarud.30

Murid-muridnya yang keluaran Bagdad, adalah :

1) Al-hasan Al-Sabah Al-Za’farani

2) Al-Husain bin Ali Al-Karabisi

3) Abu Thur Al-Kulbi

4) Ahmad bin Muhammad Al-Asy’ari.31

Murid-muridnya yang keluaran Irak, yaitu :

1) Ahmad bin Hambal

2) Dawud bin Al-Zahiri

3) Abu Tsaur Al-Bagdadi

4) Abu ja’far At-Thabari.32

Murid-muridnya yang keluaran Mesir, adalah :

1) Abu Ya’kub Yusub Ibnu Yahya Al-Buwaithi

2) Al-Rabi’in bin Sulaiman Al-Muradi

3) Abdullah bin Zuber Al-Humaidi

29 Hilaluddin MS, Opcit, hlm. 73. 30 Ahmad Asy-Syurbasi, Lokcit, hlm. 151. 31 Ibid. 32 Subhi Mahmassani, Filsafat Hukum Dalam Islam, Bandung : Al-Ma’arif, 1976, hlm. 68.

Page 36: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

21

4) Abu Ibrahim Ismail bin Yahya Al-Muzany

5) Al-Rabi’in bin Sulaiman Al-Jizi

6) Harmalah bin Yahya At-Tujubi

7) Yunus Abdil A’la

8) Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakim

9) Abdurrahman bin Abdullah bin Abdul Hakim

10) Abu Bakar Al-Humaidi

11) Abdul Aziz bin Umar

12) Abu Usman Muhammad bin Syafi’i

13) Abu Hanifah Al-Asnawi33

Para murid Imam Syafi’I dari kalangan perempuan tercatat

antara lain saudara perempuan Al-Muzani. Mereka adalah para

cendikiawan besar dalam bidang pemikiran Islam dengan sejumlah

besar bukunya, baik dalam fiqih maupun lainnya.34

Di antara para muridnya yang termasyhur sekali adalah

Ahmad bin Hambal, yang mana beliau talah memberi jawaban

kepada pertanyaan tentang Imam Syafi’i dengan katanya : ”Allah

Ta’ala telah memberi kesenangan dan kemudahan kepada kami

melalui Imam Syafi’i. Kami telah mempelajari pendapat para kaum

dan kami telah mennyalin kitab-kitab mereka, tetapi apabila Imam

Syafi’i datang kami belajar kepadanya, kami dapati bahwa Imam

33 Sirajuddin Abbas, Sejarah Dan Keagungan Mazhab Syafi’i, Jakarta : Pustaka Tarbiyah,

2004, hlm. 180-181. 34 Abdullah Mustofa Al-Maraghi, “Fath Al-Mubin Di Tabaqat Al-Usuliyyin”, terj. Husein

Muhammad, Pakar-Pakar Fiqh Sepanjang Sejarah, Yogyakarta : LPKSM, 2001, Cet 1, hlm. 95.

Page 37: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

22

Syafi’i lebih alim dari orang-orang lain. Kami senantiasa mengikuti

Imam syafi’i malam dan siang. Apa yang kami dapati darinya adalah

kesemuaannya baik, mudah-mudahan Allah melimpahkan

rahmatNya atas beliau”.35

5. Pemikiran dan Karya Imam Syafi'I

Aliran keagamaan Imam Syafi’i, sama dengan Imam Mazhab

lainnya dari Imam-imam Mazhab Empat : Abu Hanifah, Malik bin

Anas, dan Ahmad bin Hambal adalah termasuk golongan Ahlu Al-

Sunnah Wa Al-Jama’ah. Ahlu Al-Sunnah Wa Al-Jama’ah dalam

bidang furu’ terbagi kepada dua aliran, yaitu aliran Ahlu Al-Hadis

dan aliran Ahlu Al-Ra’yu. Imam Syafi’i termasuk Ahlu Al-Hadis.

Meskipun termasuk golongan sebagai seorang yang beraliran Ahlu

Al-Hadis, namun pengetahuannya tentang fiqih Ahlu Al-Ra’yu tentu

akan memberikan pengaruh kepada metodenya dalam menetapkan

hukum.36

Imam Syafi’i mempunyai dua pemikiran yang dikenal dengan

nama Qaul Al-Qadim dan Qaul Al-Jadid. Qaul Al-Qadim terdapat

dalam kitabnya Al-Hujjah, yang dicetuskan di Irak. Sedangkan Qaul

Al-Jadid terdapat dalam kitab Al-Umm, yang dicetuskan di Mesir.37

Pada saat Imam Syafi’i penyampaikan pendapatnya di

Makkah. Apakah itu Qaul Al-Qodim atau Qaul Al-Jadid? Apabila

ditelusuri dari sejarah perjalanan Imam Syafi’i tersebut, dapat

35 Ahmad Asy-Syurbasi, Opcit, hlm. 152. 36 Huzaimah Tahido Yanggo, Opcit, hlm. 124. 37 Ibid.

Page 38: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

23

diperkirakan bahwa pendapatnya yang disampaikan di Makkah itu

adalah Qaul Al-Qodim, meskipun pada saat itu Qaul Al-Qodimnya

belum didiktekan kepada murid-muridnya (Ulama Irak).38

Adapun mengenai karya-karya yang ditulis oleh Imam Syafi’i

cukup banyak dalam bentuk kitab maupun risalah, menurut Abu

Bakar Al-Baihaqy dalam kitabnya Ahkam Al-Qur’an. Al-Qadhi

Imam Abu Hasan bin Muhammad Al-Mazuzy mengatakan bahwa

Imam Syafi’i menyusun 133 buah kitab tentang tafsir, fiqih, adab,

dan lain-lain.39

Kitab-kitab karya Imam Syafi’i dibagi oleh ahli sejarah

menjadi dua bagian :

a) Ditulis oleh Imam Syafi’i sendiri, seperti :

1) Al-Umm

2) Al-Risalah

(Riwayat Al-Buwaiti dan dilanjutkan oleh Rabi bin Sulaiman)

b) Ditulis oleh murid-muridnya, seperti :

1) Mukhtasyar oleh Al-Muzanni

2) Mukhtasyar oleh Al-Buwaiti

(Keduanya merupakan ikhtisar dari kitab Imam Syafi’i, yaitu :

Al-Imla’ dan Al-Amaly).40

38 Ibid, hlm. 126 39 Huzaimah Tahido Yanggo, Ibid, hlm. 133. 40 Hasby Ash-Shiddieqy, Opcit, hlm. 134.

Page 39: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

24

Kitab-kitab Imam Syafi’i, baik yang ditulisnya sendiri,

didektekan kepada murid-muridnya, maupun dinisbatkan kepadanya,

antara lain sebagai berikut :

a) Kitab Al-Risalah, tentang Ushul Fiqih (riwayat Rabi).41

b) Kitab Al-Umm, sebuah kitab fiqih yang didalamnya dihubungkan

pula sejumlah kitab sebagai berikut :

1) Kitab ikhtilaf Abi Hanifah wa Ibn Abi Laila

2) Kitab Khila Ali wa Ibn Mas’ud.42

3) Kitab Ikhtilaf Malik Wa Al-Syafi’i

4) Kitab Jama’i Al-Ilmi

5) Kitab Al-Rada ‘Ala Muhammad Ibn Al-Hasan

6) Kitab Siyar Al-Auza’iy

7) Kitab Ikhtilaf Al-Hadis

8) Kitab Ibthalu Al-Istihsan

c) Kitab Al-Musnad, berisi hadis-hadis yang terdapat dalam kitab

Al-Umm yang dilengkapi dengan sanad-sanadnya.

d) Kitab Al-Imla’

e) Kitab Al-Amaly

f) Harmalah (didektekan kepada muridnya yang bernama Harmalah

bin Yahya)

g) Mukhtasar Al-Muzainy (dinisbatkan kepada Imam Syafi’i)

41 Kitab Al-Risalah adalah kitab yang pertama dikarang Imam Syafi’I pada usia muda belia.

Kitab ini ditulis atas permintaan Abdul Rahman bin Mahdy di Makkah. 42 Sebuah kitab yang menghimpun permasalahan yang diperselisihkan antara Ali dengan

Ibn Mas’ud dan antara Imam Syafi’i dengan Abi Hanifah.

Page 40: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

25

h) Mukhtasar Al-Buwaity (dinisbatkan kepada Imam Syafi’i)

i) Kitab Ikhtilaf Al-Hadis (penjelasan Imam Syafi’i tentang hadis-

hadis Nabi SAW).43

Karangan diatas adalah hanya sebagian saja yang telah

tercatat, Di samping itu juga ada beberapa risalah dan karangan-

karangan Imam Syafi’i, baik yang dikarang langsung atau tidak

langsung. Tetapi belum pernah dicetak atau belum pernah dicetak

kembali.44

Demikianlah beberapa sumber yang disebutkan di atas yang

dapat digunakan untuk mempelajari kembali pokok-pokok pikiran

Imam Syafi’I sebagai salah seorang Imam Mazhab yang terkemuka

di dunia Islam dan sebagai Mazhab yang banyak dianut oleh bangsa

Indonesia yang beragama Islam.

B. Biografi Yusuf Al-Qardawi

1. Pendidikan Yusuf Al-Qardawi

Yusuf Al-Qardawi lahir di desa Shaf Al-Turab, Mesir bagian

barat, pada tanggal 9 September 1926 M. ketika berusia 2 tahun,

ayahnya meninggal dunia. Ia diasuh oleh pamannya dan mendapat

perhatian yang cukup besar dari pamannya, sehingga ia

menganggapnya sebagai orang tuanya sendiri. Yusuf Al-Qardawi

43 Huzaimah Tahido Yanggo, Opcit, hlm. 31. 44 H Muslim Ibrahim, Pengantar Fiqh Muqaran, Jakarta : Erlangga, 1991, hlm. 96.

Page 41: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

26

tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga yang taat

beragama. Nama lengkapnya Muhammad Yusuf Al-Qardawi.45

Ketika masih berusia 5 tahun, ia dididik menghafal Al-

Qur’an secara intensif oleh pamannya, dan pada usia 10 tahun ia

sudah menghafal seluruhnya dengan fasih. Karena kefasihannya,

ditambah kemerduan suaranya, ia sering diminta menjadi Imam.46

Pendidikan tingkat dasar ia tempuh memalui ibtida’iyyah dan

tsanawiyyah di Ma’had Thomtho’ Mesir.47 Kecerdasannya mulai

terlihat ketika ia menyelesaikan studinya di Fakultas Ushuluddin

Universitas Al-Azhar dengan predikat terbaik yang diraihnya pada

tahun 1952/1953. kemudian ia melanjutkan pendidikannya ke

jurusan bahasa arab selama 2 tahun. Di jurusan inilah ia lulus dengan

peringkat pertama diantara 500 mahasiswa. Lalu melanjutkan

studinya ke lembaga tinggi riset dan penelitian masalah-masalah

Islam dan perkemmbangannya selama 3 tahun.

Pada tahun 1960, dia memasuki pasca sarjana (Dirasah Al-

Ulya) di Universitas Al-Azhar, Cairo Mesir. Di Fakultas ini, ia

memilih jurusan Tafsir Hadis atau jurusan Akidah Filsafat.48 Setelah

itu melanjutkan studinya ke program Doctor dan menulis disertasi

yang berjudul ”Fiqhuz Zakat” yang selesai dalam 2 tahun.

45 Abdul Azia Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid V, Jakarta : Ictiar Baru Van Hoeve,

1996, hlm. 1448. 46 Ibid. 47 Yusuf Al-Qardawi, Syaikh Muhammad Ghazali Yang Saya Kenal, Jakarta : Rabbadi Pers,

1999, hlm. 7. 48 Abdul Azia Dahlan, Opcit, hlm. 1448.

Page 42: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

27

Pada tahun 1977, ia ditugaskan memimpin pendirian dan

sekaligus menjadi Dekan l Fakultas Syari’ah dan Studi Islam di

Universitas Qatar hingga akhir tahun 1989/1990. madrasah itulah

yang menjadi cikal bakal lahirnya Fakultas Syari’ah Qatar, yang

kemudian berkembang menjadi Universitas Qatar dengan beberapa

fakultas. Akhirnya dia kembali mengerjakan tugas rutinnya di Pusat

Riset Sunnah dan Sirah Nabi setelah ditugaskan oleh pemerintah

Qatar untuk menjadi dosen tamu di Aljazair tahun 1990/1991.

Aktivitasnya dalam pengabdian kepada Islam tidak terbatas

pada satu sisi atau medan tertentu. Aktivitasnya sangat beragam dan

sangat luas serta melebar ke banyak bidang dan sisi yaitu : dalam

bidang ilmu poengetahuan fiqih dan fatwa, dakwah dan pengarahan,

seminar dan muktamar, kunjungan dan ceramah bidang ekonomi

Islam, amal sosial (dalam kebangkitan umat), pergerakan dan ijtihad.

Dan apa yang sangat membantu aktivitas dakwahnya adalah

keterlibatannya dalam gerakan ”Ikhwanul Muslimin”.

Pada perjalanan dakwahnya, ia telah banyak mengalami

rintangan, tantangan, dan tekanan keras, bahkan harus dipenjara

beberapa kali sejak berstatus sebagai siswa Sekolah Menengah

Umum pada masa pemerintah Raja Faruq tahun 1948. Yusuf Al-

Qardawi juga pernah dipenjarakan pada masa revolusi bulan Januari

tahun 1954, kemudian pada bulan November ditahun yang sama

dipenjarakan selama 20 bulan sejak tahun 1968-1970. Ia ditahan

Page 43: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

28

penguasa militer Mesir atas tuduhan mendukung pergerakan

Ikhwanul Muslimin (Organisasi yang didirikan oleh Syaikh Hasan

Al-Banna 1906-1949), pada tahun 1928 yang bergerak dalam bidang

dakwah, kemudian bergerak dalam bidang politik.49

Dia pernah dipenjara pada tahun 1956 selama kurang lebih 2

bulan di sebuah penjara militer kelas satu di Thomtho’ bersama

teman-temannya pengikut gerakan Ikhwanul Muslimin. Untuk

mengatasi agar tidak dipenjara lagi karena beberapa artikel yang

ditulisnya, ia disarankan oleh salah satu dari gurunya agar

menggunakan nama samaran yaitu Yusuf Abdullah sebagai ganti

nama ”Qardawi”.50

Jabatan-jabatan yang pernah disandang olehnya sebagai

bentuk pengabdian terhadap Islam, diantaranya adalah :

a) Di lingkungan akademis, Yusuf Al-Qardawi adalah sebagai

Profesor dan Dekan Fakultas Syari’ah di Studi Islam di

Universitas Qatar.

b) Direktur sekaligus pendiri Pusat Kajian Dan Sirah di Universitas

Qatar.

c) Anggota Majlis Pengembangan Dakwah Islamiyah di Afrika.

d) Anggota pendiri Yayasan Kebajikan Islam Internasional.51

49 Ishom Talimah, “Al-Qardawi Tiggihan”, Terj. Samson Rahman, Manhaj Fiqh Yusuf Al-

Qardawi, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2001, cet I, hlm. 128-135. 50 Yusuf Al-Qardawi, Opcit, hlm. 14. 51 Yusuf Al-Qardawi, “Al-Fatwa Al-Muassirah”, Terj. Muhammad Ihsan, Masalah-

Masalah Islam Kontemporer, Jakarta : Najah Press, 1994, hlm. 61.

Page 44: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

29

Sebagai seorang tokoh intelektual termasuk aktivitas Yusuf

Al-Qardawi sangat baik dalam bidang akademis ataupun non

akademis seperti : khutbah, ceramah, menulis artikel, mengikuti

muktamar-muktamar di Negara Islam maupun di luar Negara Islam,

melakukan riset dan aktivitas lainnya yang berhubungan dengan

dakwah Islam

2. Pemikiran Dan Karya Yusuf Al-Qardawi

Yusuf Al-Qardawi Sebagai soerang ilmuan dan da’I, dia juga

aktif menulis berbagai artikel keagamaan di berbagai media cetak.

Dia juga aktif melakukan penelitian tentang Islam di berbagai dunia

Islam maupun diluar Islam. Dalam kapasitasnya sebagai seorang

kontemporer, dia banyak menulis buku dan berbagai masalah

pengetahuan Islam. Diantara karya-karyanya yang sudah popular di

kalangan perguruan tinggi dan pesantren ialah :52

a) Al-Halal Wal Al-Haram Fi Islam (tentang masalah yang halal

dan yang haram dalam Islam).

b) Fiquz Zakat (berbagai masalaqh zakat dan hukumnya)

c) Al-Ibadah Fi Al-Islam (hal ihwal ibadah dalam Islam)

d) Musykilat Al-Faqr Wa Kaifa ‘Alajah Al-Islam (membahas

perbedaan paham sebagian golongan dalam Islam dan cara yang

ditempuh Islam untuk menyelesaikannya)

e) An-Nas Wa Al-Haqq (tentang manusia dan kebenaran)

52 Ibid.

Page 45: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

30

f) Al-Iman Wa Al-Hayah (mengenai keimanan dan kehidupan)

g) Al-Hulul Al-Mustawadah (paham hulul <Tuhan mengambil

tempat pada diri manusia> yang di impor dari non muslim)

h) Al-Hill Al-Islam (kebebasan Islam)

i) Syari’ah Al-Islamiyah Khuluduha Wa Salihuha Li Fathiq Li Kuli

Zaman Wa Makan (mengenai syariat Islam, elastisitas dan

kesesuaiannya dalam penerapannya pada setiap masa dan tempat)

j) Asar Al-Fikrat Hukm Al-Islami (dasar pemikiran hokum Islam)

k) Al-Ijtihad Fi Syari’ah Al-Islamiyyah (ijtihad dalam Islam)

l) Fiqh As-Siyam (fiqih puasa).

Karya-karya diatas adalah karya dari Yusuf Al-Qardawi yang

terdiri berbagai macam disiplin ilmu. Disamping itu, masih banyak

lagi karya-karyanya yang lain.

Page 46: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

31

BAB III

PENDAPAT IMAM SYAFI'I DAN YUSUF AL-QARDAWI

TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH

A. Pendapat Imam Syafi'I Tentang Pengertian Fi Sabilillah

Imam Syafi’I dalam kitabnya Al-Umm menjelaskan :

ويعطى من سهم سبيل اهللا جّل وعّز من عزا من جيران وغنيا وال يعطى منه غيرهم االان يحتاج الّصدقة فقيرا آان ا

الي الدفع عنهم فيعطاه من دفع عنهم المشرآين

“Diberikan dari bagian sabilillah, orang yang berperang yang termasuk dekat dengan harta yang dikeluarkan zakatnya, walaupun mereka fakir atau kaya. Tidak diberikan yang lain dari orang tersebut, kecuali memberi buat orang yang menghalangi kaum musyrik”.1

Dalam hal ini Imam Syafi’i menerangkan bahwa Sabilillah adalah

orang-orang yang berperang untuk mempertahankan diri (Islam) dari

serangan orang-orang musyrik. Orang-orang ini berhak mendapatkan

bagian zakat daan mensyaratkan orang yang dekat dengan harta

zakat, karena menurut pendapatnya tidak boleh memindahkan zakat

ke tempat lain dimana harta itu berada.

Jadi, Sabilillah menurutnya adalah sukarelawan yang

berperang untuk kepentingan Islam dan tidak mendapatkan gaji dari

baitul maal di daerah tersebut. Mereka berhak mendapatkan bagian

1 Al-Imam Asy-Syafi’i R.A, Al-Umm (Kitab Induk), Jakarta : CV Faizan, 1981, hlm. 6.

Page 47: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

32

zakat yang diperuntukkan untuk Sabilillah. Karena tidak lain

sabilillah merupakan hal yang berhubungan dengan perang.

لعدو بموضع شاط التناله ان يكون فيهاا: قال شافعى الجيوش اال بموء نة ويكون العدو باءزاء قوم من اهل

الصَّدقات فاعان عليهم اهل الّصدقات اما بنية فاري ان يقوى بسهم سبيل اهللا من الّصدقات

“Imam Syafi’i berkata : Bahwa ada padanya musuh pada tempat yang jauh, yang tidak bisa tercapai oleh tentara kepadanya, selain dengan perbelanjaan. Dan musuh itu berada, berbetulan dengan kaum yang berhak atas zakat. Maka ditolong oleh orang-orang yang memberi zakat kepada mereka. Adakalanya dengan niat. Maka saya berpendapat, supaya dikuatkan dengan bagian zakat dari sabilillah”.2

Oleh karena itu, dia menguatkan makna Sabilillah tidak lain

adalah perang untuk jalan Allah. Dan orang yang menerima zakat

bukanlah seorang tentara yang sudah mendapatkan gaji dari

pemerintah, melainkan seseorang yang tidak mendapatkan gaji tetapi

ia mau untuk berperang demi menegakkan agama Allah.

Fi Sabilillah menurut Imam Syafi’I adalah tidak lain hanya

perang.

3وسهم سبيل اهللا في الكراع والسالح في ثغرالمسلمين

”Dan bagian Sabilillah mengenai kuda dan senjata pada benteng orang muslimin”.

Sabilillah yang digambarkan dalam pengertian diatas menyangkut

kuda dan senjata. Selain ada orang-orang ada juga kuda yang terlibat

2 Al-Imam Asy-Syafi’i R.A, Opcit, hlm. 37. 3 Imam Syafi’I R.A, Al-Umm I, Damaskus : Darul Fikru, 1986, hlm. 97.

Page 48: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

33

didalamnya. Akan tetapi kuda yang dimaksud adalah sebagai alat

bukan digambarkan sebagai Sabilillah yang menerima zakat.

Sabilillah yang menerima zakat tidak lain adalah mengenai orang-

orang yang berperang menggunakan kuda dan senjata seperti yang

diterangkan dalam pengertian diatas.

Pendapat yang lain adalah :

4 ويعطي الغزاة الحمولة والرحل والسالح والنفقة والكسوة

”Orang-orang yang berperang diberikan ongkos pengangkutan, kendaraan, senjata, pembelanjaan, dan pakaian”.

Imam Syafi’i tidak lain mengartikan Fi Sabilillah adalah

perang menggunakan senjata, karena pada waktu itu masih banyak

terjadi pemberontakan dari kaum musyrikin terhadap orang Islam

yang mengakibatkan peperangan dengan senjata. Pengangkutan,

kendaraan, pembelanjaan, dan pakaian juga masuk dalam kategori

perang, sebab hal tersebut memang dibutuhkan untuk perang.

Orang-orang yang diberi bagian dari zakat tersebut bisa

digunakan untuk ongkos pengangkutan, senjata, pembelanjaan, dan

pakaian. Hal itulah yang merupakan bagian dari Fi Sabilillah yang

diberikan kepada orang-orang dalam kategori Fi Sabilillah.

4 Ibid. hlm. 81.

Page 49: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

34

B. Metode Istinbath Imam Syafi'I Dalam Merumuskan Pengertian

Fi Sabilillah

Imam Syafi’i dalam mengistinbathkan suatu masalah, dia

selalu memakai hadis karena dia adalah seorang yang sangat

menjunjung tinggi nilai hadis sebagai penjelas sesuatu masalah yang

tidak ada dalam Al-Qur’an.

Di kabarkan oleh Malik dari Zaid bin Aslam, dari ’Atha’ bin

Yassar, bahwa Rasullullah SAW bersabda :

اّن رسول : اخبرنا مالك عن زيد بن اسلم عن عطاء ابن يسارالتحل الّصدقة اال لغاز في : اهللا صلي اهللا عليه وسلم، قال

سبيل اهللا او لعامل عليها او لغارم اولرجل استراها بماله اولرجل له جار مسكين

”Tidak halal zakat, selain bagi orang yang berperang pada jalan Allah (sabilillah) atau bagi amil zakat atau bagi orang yang berhutang atau bagi orang yang membeli dirinya dengan hartanya (budak mukatab) atau bagi orang yang mempunyai tetangga miskin”.5

Dari hadis tersebut kita tahu bahwa harta zakat tidak

diperbolehkan untuk golongan orang-orang kaya kecuali mereka

adalah orang yang berperang di jalan Allah, amil, dan sebagainya.

Karena selain dari yang disebutkan pada Surat At-Taubah : 60, orang

kayapun berhak atas zakat dengan ketentuan-ketentuan tertentu

seperti yang ada pada hadis di atas.

Kandungan makna yang pertama disebutkan dalam hadis itu

juga adalah orang yang berperang pada jalan Allah. Hal ini

5 Al-Imam Asy-Syafi’i R.A, Opcit, hlm. 7

Page 50: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

35

dimasukkan pada pengertian Sabilillah, karena tidak lain pengertian

dari Sabilillah kecuali untuk keperluan yang ditujukan untuk jalan

Allah.

Dasar inilah yang dipakai Imam Syafi’i dalam menerangkan

istinbath hukumnya tentang pendapatnya mengenai pengertian Fi

Sabilillah. Dalam menafsirkan makna ini dia bisa dikatakan sejalan

dengan Imam Malik, dalam hal, yang pertama : Mensyaratkan

mujahid sukarelawan yang berperang itu tidak mendapat gaji atau

bagian yang tetap dari kas Negara, yang pada waktu itu disebut baitul

mal. Kedua : mereka tidak memperbolehkan golongan ini diberi

bagian dari zakat melebihi bagian yang diserahkan pada sasaran lain.

Imam syafi’I memandang kedudukan Hadis sebagai penjelas

dari nash Al-Qur’an. Karenanya, dia lebih sering memakai Hadis.

Imam Syafi’I pernah berkata : “Barang siapa yang menuntut ilmu

pengetahuan dengan tidak ada alasan dari hadis Nabi, seperti

seperti seseorang yang buta pada malam hari, ia membawa seberkas

kayu dan didalamnya terdapat seekor ular berbisa yang akan

memagutnya, padahal dia tidak mengetahuinya”.6

6 Hilaluddin MS, Opcit, hlm. 65.

Page 51: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

36

األصل قران وسنة فإن لم يكن فقياس عليهما

”Dasar utama dalam menetapkan hukum adalah Al-Qur’an dan

Sunnah. Jika tidak ada, maka dengan mengqiyaskan kepada Al-

Qur’an dan Sunnah”.7

Dalam pokok pola pikir Imam Syafi’i diatas, ini jelas bahwa dia

hanya memakai Al-Qur’an dan Hadis apabila sudah ada dalam Al-

Qur’an ataupun Hadis mengenai permasalahan yang dibahas.

Apabila tidak ada baru dia mengqiyaskannya.

Metode istinbath Imam Syafi’i tidak lain adalah dari hadis

Nabi SAW, dimana hadis diatas menggambarkan yang disebut

bahwa Fi Sabilillah adalah berperang. Selain dari hadis tersebut,

masih banyak lagi hadis Nabi SAW yang menyatakan bahwa Fi

Sabilillah adalah perang, akan tetapi hanya hadis diataslah yang

digunakan Imam Syafi’i dalam kitabnya Al-Umm mengenai Fi

Sabilillah.

C. Pendapat Yusuf Al-Qardawi Tentang Pengertian Fi Sabilillah

Yusuf Al-Qardawi dalam kitabnya Fiqhuz Zakat

menerangkan bahwa :

الطريق الموصل الى مرضاته اعتقاد اوعمال: سبيل اهللا “Sabilillah artinya jalan yang menyampaikan pada ridha Allah, baik akidah maupun perbuatan”.8

7 Huzaimah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, Jakarta : Logos Wacana

Ilmu, 1997, hlm. 127. 8 Yusuf Al-Qardawi, Hukum Zakat, Jakarta : Pustaka Litera Antar Nusa, 2004, hlm. 610

Page 52: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

37

Yusuf Al-Qardawi menjelaskan bahwa Sabilillah adalah adalah jalan

yang menyampaikan pada ridha Allah dan tidak terbatas hanya

kepada perang saja. Hal ini lebih luas dari pendapat Imam Syafi’i

yang mengartikan bahwa sabilillah adalah perang. Yusuf Al-Qardawi

dalam menjelaskan pendapatnya selangkah lebih maju. Bisa dilihat

dari pendapat yang dikemukakannya di bawah ini :

فان من اعظم الجهاد انشاء مدرسة اسالمية خالصة، تعلم ابناء المسلمين وتحصنهم من معاول التخريب الفكريِ

والحلقي ”Sesungguhnya jihad yang paling utama adalah mendirikan madrasah yang berdasarkan ajaran islam yang murni, mendidik anak-anak kaum muslimin dan memeliharanya dari pecangkokan kehancuran fikiran dah ahlak”.9

Pendapat dari Yusuf Al-Qardawi lebih cocok dengan apa

yang terjadi sekarang. Dia mengatakan Sabilillah yang paling utama

adalah mendirikan madrasah, mendidik kaum muslimin untuk

belajar. Hal ini sangatlah tepat dimana sekarang sudah tidak ada lagi

yang namanya perang khususnya di Indonesia.

Hadis-hadis Nabi SAW banyak sekali mengemukakan

tentang Fi Sabilillah. Dan tak soerangpun yang mengartikan

Sabilillah kecuali dengan jihad.10 Alasan ini cukup kuat, dimana para

Jumhur Ulamapun menyatakan maksud sabilillah pada ayat sasaran

zakat adalah jihad.

9 Ibid, hlm 635. 10 Ibid, hlm. 632.

Page 53: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

38

Sesungguhnya jihad itu kadangkala bisa dilakukan dengan

tulisan dan ucapan sebagaimana pula bisa dilakukan dengan pedang

dan pisau. Kadangkala juga dilakukan dalam bidang pemikiran,

pendidikan, sosial, ekonomi, politik, sebagaimana dilakukan dengan

kekuatan bala tentara. Seluruh jihad ini membutuhkan bantuan dan

dorongan materi. Yang paling penting, terwujudnya syarat utama

pada semuanya itu, yaitu hendaknya sabilillah itu dimaksudkan

untuk membela dan menegakan kalimat Islam di muka bumi ini.11

Kemana bagian Fi Sabilillah sekarang? Diapun

mengungkapkan zakat untuk Fi Sabilillah bisa kita gunakan untuk

mendirikan pusat-pusat kegiatan Islam yang reprensatif, dimana hal

tersebut digunakan untuk mendidik pemuda-pemuda muslim,

menjelaskan ajaran Islam yang benar, memelihara aqidah Islam dari

kekufuran, karena itu adalah masuk dalam kategori Fi Sabilillah.12

Mendirikan percetakan surat kabar yang baik, untuk

menandingi berita-berita dari surat kabar yang merusak aqidah dan

menyesatkan, agar kalimat Allah tetap tegak, membela Islam dari

berita-berita kebohongan dan dijelaskan Islam itu adalah bersih dari

penipuan-penipuan, inipun termasuk juga kategori Fi Sabilillah.13

Alasan-alasan Yusuf Al-Qardawi yang memperluas arti ini

adalah : pertama : bahwa jihad dalam Islam tidak hanya terbatas

pada peperangan dan pertempuran saja, akan tetapi bisa dilakukan

11 Ibid. 12 Ibid, hlm. 643. 13 Ibid.

Page 54: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

39

dengan lidah dan harta. Kedua : apa yang telah disebutkan beliau atas

pengertian tentang jihad dan kebangkitan Islam. Kalau tidak

termasuk ke dalam jihad dengan nash, maka wajib menyertakannya

kedalam Qiyas. Keduanya adalah perbuatan yang bertujuan untuk

membela Islam, menghancurkan musuh-musuhnya dan menegakan

kalimat Allah.14

D. Metode Istinbath Yusuf Al-Qardawi Dalam Merumuskan

Pengertian Fi Sabilillah

Masa Yusuf Al-Qardawi hidup adalah masa dimana dunia

sudah modern. Inilah metode munculnya pendapat dari Yusuf Al-

Qardawi. Dengan hidup dimasa dimana sudah tidak ada lagi yang

namanya perang, diapun mengartikan Fi Sabilillah tidak hanya

terbatas pada perang. akan tetapi semua hal kebaikan yang bertujuan

untuk menegakkan kalimat Allah adalah Fi Sabilillah.

Yusuf Al-Qardawi masa hidupnya berbeda dengan Imam

Syafi’I yang pada waktu itu masih banyak terjadi peperangan

dimana-mana. Zaman Yusuf Al-Qardawi bisa dikatakan Negara

sudah merdeka karena di Mesir tidak ada lagi perang. hal inilah

sangat berpengaruh terhadap ijtihad para ulama khususnya Yusuf Al-

Qardawi sendiri.

Hampir sama seperti Imam Syafi’I, Yusuf Al-Qardawi juga

berpegang pada hadis Nabi. Dia lebih menitik beratkan kepada

14 Ibid.

Page 55: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

40

sesuatu perbuatan untuk kepentingan jalan Allah, seperti :

pembangunan madrasah, pembangunan masjid, pembangunan pusat

kegiatan Islam, dan lain-lain.

Hadis Bukhari dan Muslim menyatakan :

لغدوة في سبيل اهللا أوروحة خير من الدنيا وما فيها

”Sesungguhnya pergi atau berangkat untuk membela agama Allah lebih baik dari dunia dan segala isinya”.15

Maksud dari berangkat untuk membela agama Allah adalah

segala berbuatan yang ditujukan untuk kemajuan agama Islam seperti

yang telah dicontohkan diatas. Oleh karena itu, hadis tersebut adalah

hadis yang menjadi pokok pikiran Yusuf Al-Qardawi dalam

merumuskan pendapatnya mengenai Fi Sabilillah.

Hadis lain riwayat Imam Nasa’i dan Turmizi dengan hadis

Hasan menyebutkan :

من أنفق نفقة في سبيل اهللا آتبت بسبعمأة ضعف ”Barang siapa yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, maka akan dituliskan dengan tujuh ratus kali lipat”.16

Karenanya tepatlah tidak meluaskan maksud Sabilillah untuk

segala perbuatan yang menimbulkan kemaslahatan dan takarrub

15 Ibid, hlm. 632 16 Ibid.

Page 56: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

41

kepada Allah, sebagaimana tepatnya tidak terlalu menyempitkan arti

kalimat ini hanya untuk jihad dalam arti bala tentara saja.17

Dasar itulah mengatakan bahwa Yusuf Al-Qardawi

menggunakan hadis seperti Imam Syafi’i. Dia berpandangan pada

hadis Nabi SAW dan selanjutnya lebih melihat situasi dan kondisi

dalam menarjihkannya dengan tidak keluar dari sumber hukum Islam

yang telah disepakati para Jumhur Ulama.

17 Ibid.

Page 57: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

42

BAB IV

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPAT IMAM SYAFI'I DENGAN

YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN

FI SABILILLAH

A. Analisis Komparatif Terhadap Pendapat Imam Syafi’i Dengan Yusuf Al-

Qardawi Tentang Pengertian Fi Sabilillah

Imam Syafi’I dalam pendapatnya yang mengatakan bahwa fi sabilillah

adalah relawan yang berperang melawan orang-orang kafir untuk tegaknya

agama Islam dan tidak mendapat gaji dari pemerintah setempat. Hal ini

memang sangat logis, dimana pada waktu itu banyak terjadi perang dan tidak

lain dari pengertian fi sabilillah adalah perang melawan musuh yaitu orang-

orang kafir.

Pendapat ini juga dikatakan sama dengan para Ulama Salaf yang lain,

seperti : Imam Malik, Abu Yusuf, Ibnu Qudamah, dan lain sebagainya.

Mereka juga berpendapat sejalan dari apa yang di utarakan oleh Imam Syafi’i.

Hal ini bisa dilihat dari beberapa kitab-kitab yang dikarang dari para ulama

tersebut.

Penulis menganggap bahwa pendapat Imam Syafi’I memang relevan

pada zaman itu. Sah-sah saja dia berpendapat dan mengatakan Fi Sabilillah

adalah perang menggunakan senjata. Akan tetapi bila digunakan pada zaman

sekarang tidak bisa diterima khususnya di Indonesia. Karena dizaman yang

modern ini sudah tidak ada lagi yang namanya perang dengan senjata

Page 58: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

43

melawan orang-orang kafir.

Dalam masalah ini pendapat dari Imam Syafi’i juga bisa dipakai pada

masa sekarang. Pendapatnya bisa dipakai pada suatu daerah yang masih terjadi

konflik perang, misalnya : Afganistan, Pelestina, Libanon, dan lain

sebagainya.

Imam Syafi’i lebih menekankan bahwa yang dimaksud Fi Sabilillah

adalah mengenai orangnya. Dalam pendapatnya juga bisa diartikan demikian,

yang tidak lain adalah orang yang berperang yang mendapat bagian zakat

untuk Fi Sabilillah. Oleh sebab itu walaupun ada kuda dan lain sebagainya,

akan tetapi selain dari pada orang tidak bisa dikatakan Fi Sabilillah.

Perang menggunakan senjata, itulah pendapat dari Imam Syafi’i.

Konteks ini berhubungan dengan zaman dia hidup yang masih banyak terjadi

peperangan dan pemberontakan. Sah-sah saja dia mengartikan perang dengan

menggunakan senjata karena untuk melawan musuh yang menggunakan

senjata harus juga menggunakan senjata.

Pendapat dari Yusuf Al-Qardawi lain lagi, dia menerangkan pengertian

Sabilillah adalah jalan yang menuju pada keridhoan Allah. Artinya segala

perbuatan yang diperuntukkan untuk kepentingan pada jalan Allah. Misalnya

pembangunan masjid, mushola, madrasah, dakwah untuk menguatkan imam

para kaum muslimin, dan lain sebagainya.

Disini disebutkan dalam berjihad bisa dilakukan dengan harta, seperti :

mendirikan sekolah-sekolah, madrasah, masjid. Dengan diri, bisa diartikan

berperang melawan orang-orang kafir. Dengan lidah, seperti : dakwah dalam

Page 59: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

44

meluruskan, menguatkan ataupun menyebarkan agama Islam. Hal itulah

merupakan pendapat dari Sabilillah menurut Yusuf Al-Qardawi.

Pendapat dari Yusuf Al-Qardawi lebih cocok dipakai di Indonesia..

Pendapat Yusuf Al-Qardawi bisa dikatakan sangat kuat yang menerangkan

bahwa Fi Sabilillah adalah menegakkan kalimat Allah. Adapun cara untuk

menegakkan kalimat Allah sangatlah banyak seperti yang telah disebutkan

pula diatas.

Dalam menarjihkan masalah ini, Yusuf Al-Qardawi berpegang pada

kedua Hadis yang telah disebut pada bab sebelumnya. Dengan dasar inilah

yang dipakai Yusuf Al-Qardawi, karena itu sangatlah wajar jika beliau

mengatakan bahwa Sabilillah bukan hanya terbatas pada perang, tetapi

pekerjaan yang bisa dilakukan dengan harta dan lidah untuk tujuan

menegakkan agama Islam.

Dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis banyak ayat-ayat mengenai Fi

Sabilillah yang mengandung arti adalah jihad. Hal tersebut dikarenakan juga

turunnya ayat itu memang pada masa yang masih bergejolak terjadinya

perang. Jadi, bisa dikatakan pendapat Imam Syafi’I lebih relevan dengan masa

turunnya ayat. Karena pandangan dari Imam syafi’I pada waktu itu masih

sangat sempit. Akan tetapi jika dilihat pula pada isi pokok kandungan ayat

pendapat Yusuf Al-Qardawi adalah yang sangat pas, bisa dilihat dari makna

ayat tersebut. Dimana disebutkan yang termasuk Fi Sabilillah adalah jihad

yang menegakkan kalimat Allah dengan setinggi-tingginya. Dengan kata lain

jihad adalah perang, tetapi tidak harus di artikan dengan perang.

Page 60: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

45

Kedua Ulama tersebut sah-sah saja dengan apa yang mereka

ungkapkan, kerena mereka punya zaman tersendiri. Imam Syafi’i hidup di

zaman Ulama Salaf sedangkan Yusuf Al-Qardawi hidup di zaman modern.

Perbedaan pendapat dalam lapangan hukum sebagai hasil penelitian

(ijtihad), tidak perlu dipandang sebagai faktor yang melemahkan kududukan

hukum Islam, bahkan sebaliknya bisa memberikan kelonggaran kepada orang

banyak sebagaimana yang diharapkan Nabi SAW. Hal ini berarti, bahwa

orang bebas memilih salah satu pendapat dari pandapat yang banyak itu, dan

tidak terpaku hanya kepada satu pendapat saja.1

Sebagian orang memang mempertanyakan, bahwa perbedaan pendapat

kenyataannya membawa laknat, bukan rahmat. Perbedaan pendapat

dikalangan orang awam dan orang yang kurang ilmunya memang demikian.

Perbedaan pendapat dikalangan cendekiawan atau ilmuwan, itulah yang

membawa rahmat, karena wawasan dan pandangannya luas dan tidak kaku.2

Perbedaan pendapat antara keduanya bisa dipandang akan menguatkan

struktur Islam itu sendiri. Andaikan tidak ada perbedaan pendapat maka tidak

akan terjadi persatuan, adanya persatuan karena perbedaan.

B. Analisis Komparatif Terhadap Istinbath Hukum Imam Syafi’i Dengan

Yusuf Al-Qardawi Tentang Pengertian Fi Sabilillah

Pemikiran Imam Syafi’i dalam merumuskan suatu pengertian tidak

lepas dari peran para guru nya. Pemikiran-pemikiran gurunya selalu menjadi

pertimbangan dalam menetapkan kaidah-kaidah fiqih, walaupun tidak semua

1 M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab Fiqh, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000, hlm. 8. 2 Ibid.

Page 61: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

46

pemikiran dari para gurunya digunakan dalam beristinbath selain dari pada

sumber hukum Islam.

Imam Syafi’i dalam beristinbath memang meniru dari para gurunya,

meskipun tidak semua metode istinbath dari para gurunya dia pakai. Hal ini

merupakan contoh dari sifat teladan Imam Syafi’I yang sangat ta’dhim dan

menganggap guru-gurunya adalah sebagai sosok panutan yang harus ditiru

baik dari segi tingkah laku maupun cara berfikir. Inilah salah satu kunci

kesuksesan Imam Syafi’i dalam perjuangannya dalam menegakkan agama

Islam.

Menurut penulis, memang sangatlah wajar jikalau seorang ulama besar

sangat mengagumi para gurunya. Karena bagaimanapun, seorang guru

sangatlah berjasa besar dengan kesabarannya dalam mendidik, mengarahkan,

dan memberitahu tentang sesuatu ilmu pengetahuan yang tidak kita ketahui.

Dalam satu riwayat menyatakan bahwa salah satu dari kunci sukses dalam

menuntut ilmu adalah ta’dhim kepada guru

Imam malik merupakan guru yang sangat dia kagumi. Hal ini

didasarkan pada Imam Syafi’i yang telah hafal kitab Al-Muwatto sejak masih

berusia 10 tahun. Banyak pengalaman yang didapat Imam Syafi’i ketika

belajar pada Imam Malik. Selain itu, dalam memecahkan setiap permasalahan

hukum ataupun dalam beristinbath, dia sering meniru metode cara berfikir

Imam Malik. Dalam menetapkan makna Fi Sabilillah, Imam Malik

mengatakan bahwa Sabilillah itu bermakna tentara yang berperang. Oleh

Page 62: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

47

karena itu, tidak jauh pemikiran Imam Syafi’i yang mengatakan bahwa

sabilillah adalah sukarelawan yang berperang.

Hadis Nabi merupakan alat yang tidak pernah lepas darinya dalam

mengeluarka pendapat yang menerangkan makna Fi Sabilillah. Banyak dari

hadis-hadis Rasul yang bermakna Fi Sabilillah adalah jihad. Karena itulah dia

dalam mengungkapkan makna Fi Sabilillah adalah perang.

Imam Syafi’I dalam hal Hadis terlihat pada dasar-dasar mazhabnya.

Dalam kitabnya Al-Risalah, ia menjelaskan kerangka dan dasar-dasar

mazhabnya serta beberapa contoh bagaimana merumuskan fiqih. Baginya Al-

Qur’an dan Sunnah berada dalam satu tingkat, bahkan merupakan satu

kesatuan sumber syariat Islam. Sedangkan teori-teori Istidlal, seperti : Qiyas,

Istihsan, Istishab, dan lain-lain hanyalah merupakan suatu metode

merumuskan dan menyimpulkan hukum-hukum dari sumber utamanya tadi.

Pemahaman integral Al-Qur’an dan Sunnah merupakan karakteristik

menarik dari pemikiran fiqih Syafi’i. menurutnya, kedudukan Sunnah dalam

banyak hal mennjelaskan dan menafsirkan sesuatu yang tidak jelas dari Al-

Qur’an. Karenanya, Sunnah Nabi tidak berdiri sendiri, tetapi punya

keterkaitan erat dengan Al-Qur’an. Hal ini dapat dipahami karena Al-Qur’an

dan Sunnah adalam Kalamullah Nabi Muhammad SAW. Tidak berbicara

tantang hawa nafsu, semua ucapannya adalah wahyu yang diturunkan oleh

Allah.

Dari keterangan di atas dapat diketahui pemikiran metodologis Imam

Syafi’i. Dia begitu teguh dalam berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah,

Page 63: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

48

diapun menganggap sunnah sebagai penjelas dari Al-Qur’an. Inilah bukti

bahwa Imam Syafi’i sangat menjunjung tinggi keberadaan Hadis dan

menjajarkannya dengan Al-Qur’an, karena itu rumusan Imam Syafi’i punya

nuansa dan paradigma baru.

Penulis menganggap Hadis sebagai salah satu metode Imam Syafi’I

dalam menerangkan pengertian Fi Sabilillah. Imam Syafi’i adalah soerang

yang sangat kagum terhadap Hadis, karena itu dia menempatkannya sebagai

penjelas dari pada Al-Qur’an. Hal tersebut memang dipandang sangat rasional

dimana perilaku, perbuatan dan perkataan Rasul SAW punya kedudukan

tertinggi dalam sumber hukum Islam.

Hal inilah yang menjadi salah satu dasar Imam Syafi’I dalam

merumuskan pengertian Fi Sabilillah. Karena dia sangat menghormati dan

menghargai para penuntut hadis dan para ahli hadis Rasul dengan

penghargaan setinggi-tingginya.3 Dan diapun menganggap bahwa kedudukan

hadis Nabi sebagai penjelas dari pada Al-Qur’an.

Zaman merupakan salah satu indikasi pendapat Imam Syafi’i yang

menyatakan sabilillah adalah perang. Tidak dipungkiri lagi bahwa masa atau

keadaan pada waktu itu punya peran yang sangat besar dalam pemikiran Imam

Syafi’i. Karena zaman pada saat dia hidup masih banyak terjadi peperangan

dimana-mana. Oleh sebab itu, sangatlah logis bila perang masuk dalam

kategori Fi Sabilillah.

3 Hilaluddin MS, Riwayat Ulama Besar Syafi’i, Surabawa : Apollo, 1996, hlm. 57.

Page 64: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

49

Masa Imam Syafi’I hidup pada waktu itu masih banyak terjadi perang.

Hal inipun juga menjadi dasar terhadap pendapatnya yang mengatakan bahwa

sabilillah adalah perang.

Imam Syafi’I dalam menarjihkan pendapatnya sangatlah literalis. Dia

memakai Qiyas tetapi tidak memakai istihsan (Berpindah dalam menetapkan

hukum, adakalanya dari hukum yang ditunjuki oleh umum nash ke hukum

khusus, dan adakalanya berpindah dari hukum yang dikehendaki oleh

penerapan satu kaidah Syar’iyyah ke kaidah Syar’iyyah yang lain).4 Qiyas dia

pakai jikalau tidak ada dasar hukum yang jelas. Dalam pembahasan ini dasar

hukum sudah jelas yaitu dari hadis, oleh sebab itu Qiyas tidak dipakai oleh

Imam Syafi’I dalam menerangkan Fi Sabilillah.

Yusuf Al-Qardawipun dalam berijtihad juga bisa dikatakan sama

dengan Imam Syafi’i. Salah satunya adalah mengenai masa. Pada saat dia

hidup, zaman sudah maju. Berbeda dengan zamannya Imam Syafi’i yang pada

waktu itu masih banyak terjadi perang. Oleh karena itu, Yusuf Al-Qardawi

bependapat bahwa Fi Sabilillah bukan hanya perang, akan tetapi suatu

perbuatan yang menuju pada ridho Allah adalah pengertian dari Fi Sabilillah.

Zaman sebagai asal mula dari pendapat Yusuf Al-Qardawi mengenai

Sabilillah memang sangatlah sesuai dengan tempatnya. Karena hal ini sama

pula seperti Imam Syafi’i yang dalam pemaknaan Fi Sabilillah disesuaikan

dengan zaman pada saat dia hidup. Oleh sebab itu, pemaknaan Yusuf Al-

4 Zarkasi Abdul Salam, dan Oman Fathurohman, Pengantar Ilmu Fiqh Ushul Fiqh I,

Yogyakarta : Lembaga Studi Filsafat Islam, 1994, hlm. 114.

Page 65: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

50

Qardawi yang mengambil dari kesesuaian dengan zaman pada waktu itu

sangatlah tepat dan bisa diterima masyarakat pada umumnya.

Hadis juga dipakai Yusuf Al-Qardawi dalam hal ini. Pemaknaannya

dalam kitab Fiqhuz Zakat yang menyatakan bahwa sabilillah bukan hanya

perang. hal ini terlihat jelas bahwa dia memakai hadis dalam menerangkan

makna Fi Sabilillah, Sebagian besar dalil-dalil agama yang digunakan

berbentuk pernyataan-pernyataan umum. Yusuf Al-Qardawi memberi alasan

supaya lingkup pengertiannya yang merupakan rahasia dan membuat bahasan

ini cocok untuk setiap masa dan tempat serta sesuai dengan perkembangan

zaman.

Yusuf Al-Qardawi berpendapat bahwa keumuman ayat-ayat dan hadis-

hadis harus diperhatikan dan diterima selama tidak terdapat dalil-dalil lain

yang lebih tegas menunjukkan hal ini berlaku khusus. Bila terjadi demikian,

barulah kita bisa mendahulukan yang khusus dari pada yang umum.5

Menurut penulis, sumber-sumber dalil yang digunakan Yusuf Al-

Qardawi sangatlah komplit dan relevan. Ini bisa dilihat dari alasan-alasan

beliau yang sangat valid dan tepat dalam melampirkan dalil-dalil yang

digunakan disetiap permasalahan. Dan juga tidak ketinggalan ijtihad para

ulamapun digunakan untuk lebih memberi warna tersendiri.

Yusuf Al-Qardawi dalam memperbandingkan Mazhab-mazhab yang

terdapat dalam Islam, dia tidak membatasi hanya pada Empat Mazhab besar

yang terkenal saja, akan tetapi lebih dari itu. Dalam Islam terdapat Mazhab-

5 Yusuf Al-Qardawi, Hukum Zakat, Jakarta : Pustaka Litera Antar Nusa, 2004, hlm. 20.

Page 66: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

51

mazhab ahli fiqih, sahabat, dan tabi’in sesudah mereka yang tidak bisa

diabaikan dan dikesampingkan begitu saja, baik dipandang dari segi agama

maupun logika. Akan tetapi tidak semua pendapat dapat dijadikan bahan

referensi olehnya kecuali pendapat Rasul SAW.

Hal itulah yang membuat Yusuf Al-Qardawi menerima pendapat satu

Ulama yang tidak begitu terkenal dan menolak pendapat mayoritas ulama

(Jumhur). Beliau berpendapat kebenaran tidak selamanya berada dipihak

mayoritas sedangkan minoritas selalu salah. Oleh karena itu, pendapat para

Ulama hanya beliau dijadikan saranu untuk melengkapi.

Ada juga Ulama yang berpendapat bahwa adanya dua pendapat tentang

satu persoalan menunjukkan ijtihad tentang persoalan itu boleh. Pendapat

ketiga itu adalah sesuatu yang lahir dari ijtihad, oleh karena itu boleh saja.

Sebagian tabi’in misalnya membuat pendapat ketiga tentang beberapa masalah

yang belum pernah disinggung sahabat-sahabat. Hal itu lebih baik, apabila

masalah itu merupakan masalah-masalah yang perlu diijtihadkan, yang bisa

mengakibatkan berbagai pandangan dan pendapat yang terjadi.6

Yusuf Al-Qardawi selain menggunakan masa dan hadis, dia juga

memperbandingkan Mazhab dalam memaknai Sabilillah. Bukan hanya dari

Empat Mazhab besar saja, akan tetapi seperti Mazhab Ja’fari dan Mazhab

Zaidi masuk dalam studi perbandingannya. Maka tidak heran apabila pendapat

yang dikeluarkannya sangatlah modern dengan tidak meninggalkan sifat-sifat

keIslaman.

6 Ibid, hlm. 24.

Page 67: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

52

Yusuf Al-Qardawi sendiri dalam mengartikan ini lebih mengutamakan

kemaslahatan dan ia menggunakan Qiyas serta Istihsan. Dia memakai Qiyas

Khofi yang menutupi Qiyas Jali, seperti contoh : hal yang tampak adalah

perang, akan tetapi dibalik perang ada dakwah, dakwah itulah sebagai illat.

Karena itulah pendapat Yusuf Al-Qardawi lebih menekankan pada

kemaslahatan umat yang menuju pada jalan Allah.

Titik temu dalam penelitian ini antara pendapat Imam Syafi’I dan

Yusuf Al-Qardawi mengenai pengertian Fi Sabilillah adalah dalam hal metode

istinbath hukumnya. Keduanya sama-sama menggunakan waktu dimana

mereka hidup serta berjuang pada masa itu dan dalil dari hadis Nabi SAW

dalam pokok pikiran dalam menafsirkan pengertian Fi Sabilillah.

Page 68: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

53

BAB V

PENUTUP

Setelah dibahas panjang lebar mengenai pengertian fi sabilillah

dari pembahasan komparatif antara pendapat Imam Syafi’i dan Yusuf Al-

Qardawi, maka untuk mengakhiri pembahasan-pembahasan dalam karya

ilmiah ini, setelah penulis menganalisa, mengamati, dan mencermati uraian

bab-bab sebelumnya, perlu mengemukakan beberapa kesimpulan yang dapat

ditarik serta disamping itu dapat pula diajukan beberapa saran untuk mendapat

perhatian dari semua pihak.

A. Kesimpulan

1. Imam Syafi’I memaknai Fi Sabilillah adalah pada makna senjata atau

alat, sedangkan Yusuf Al-Qardawi memaknainya dengan penekanan

pada kemaslahatan umat.

2. Metode Imam Syafi’i menggunakan Hadis bukan Qiyas dan tidak

memakai Istihsan, sedangkan Yusuf Al-Qardawi menggunakan

Istihsan dengan cara Qiyas.

B. Saran-saran

1. Menghadapi adanya perbedaan pendapat harusnya kita mengikuti

dengan kritis karena pada dasarnya itu semua adalah tuntutan zaman.

2. Perbedaan adalah sebuah rahmat yang memberikan keleluasaan bagi

umat Islam. Oleh karena itu, kita tidak boleh menyalahkan pendapat

salah satu Ulama tanpa mengetahui dasar hukum yang jelas.

Page 69: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

54

C. Penutup

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT. Karena atas limpahan rahmat, hidayat, taufiq, dan inayahNya

pemulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sekalipun apabila dikaji lebih

dalam masih banyak kekurangan di sana-sini.

”Tak ada gading yang tak retak”, sebuah ungkapan yang

sepantasnya melekat pada karya ilmiah ini. Dengan kerendahan hati,

penulis mengharap saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak,

demi perbaikan sempurnanya skripsi ini.

Dan pada akhirnya tiada untaian kata yang tidak dapat

membagiakan penulis, kecuali sebuah celah cerah do’a. Semoga tulisan ini

dapat bermanfaat bagi penulis, para pecinta ilmu, dan para pembaca yang

budiman. Amin Ya Robbal ’Alamin.

Page 70: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

55

DAFTAR PUSTAKA

A.B Masykur, fiqih lima mazhab, Jakarta : lentera basritama, 2000

Abbas Sirajuddin, Sejarah Dan Keagungan Mazhab Syafi’i, Jakarta : Pustaka Tarbiyah, 2004.

Al-Fauzan Saleh, Fiqh Sehari-Hari, Jakarta : Gema Insani, 2006

Al-Husaini H. MH Al-Hamid, Riwayat Sembilan Imam Fiqh, Bandung : Pustaka Hidayah, 2000

Al-Maraghi Abdullah Mustofa, “Fath Al-Mubin Di Tabaqat Al-Usuliyyin”, terj. Husein Muhammad, Pakar-Pakar Fiqh Sepanjang Sejarah, Yogyakarta : LPKSM, 2001, Cet 1

Al-Qardawi Yusuf, Fatwa-Fartwa Mutakhir, Jakarta : Pustaka Hidayah, 2000

_______________, Fatwa-Fatwa Kontemporer I, Jakarta :Gema Insani, 1995

_______________, Hukum Zakat, Jakarta : PT. Mitra Kerjaya Indonesia, 2004

_______________, “Al-Fatwa Al-Muassirah”, Terj. Muhammad Ihsan, Masalah-Masalah Islam Kontemporer, Jakarta : Najah Press, 1994

Amin M, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995

Asy-Syafi’i R.A Imam, Al-Umm (Kitab Induk), Jakarta : CV Faizan, 1981

__________________, Al-Umm I, Damaskus : Darul Fikru, 1986

Asy-Syurbasi Ahmad, 4 Mutiara Zaman, Jakarta : Pustaka Qalami, 2003

_________________,“Al-Aimatul Arba’ah”, terj. Sabil Huda, Sejarah Dan Biografi Imam Empat Mazhab, Jakarta : Bumi Aksara, 1993

Page 71: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

56

Asy ghary Basri Iba, Kodifikasi Hukum Islam, Jakarta : Rineka Cipta, 1993

Asy Shiddieqy Teungku Muhammad Hasbi, Pedoman Zakat, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 1997

_______________, Pokok-Pokok Pegangan Imam Mazhab, Semarang : Pustaka Rizki Putra, 1997

________________, Mutiara Hadis 6, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putera, 2003

Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya, Semarang : PT. Kumudasmoro Grafindo, 1994

________________, Al-Qur’an Dan Tafsirnya Jilid 4, Semarang : CV. Wicaksana, 2004

Dahlan Abdul Azia, Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid V, Jakarta : Ictiar Baru Van Hoeve, 1996

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993

Hasan, M. Ali Perbandingan Mazhab, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002

Ibrahim H Muslim, Pengantar Fiqh Muqaran, Jakarta : Erlangga, 1991

M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab Fiqh, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000

Mahmassani Subhi, Filsafat Hukum Dalam Islam, Bandung : Al-Ma’arif, 1976

Mayer Robert R. & Ernest Greicn wood, Rancangan Penelitian Kebijakan Sosial, Jakarta : CV. Rajawali, cet I, 1984

MS Hilaluddin, Riwayat Ulama Besar Imam Syafi’i, Surabaya : Apollo, 1996

Mubarok Jaih, Modifikasi Hukum Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002

Mughniyah Muhammad Jawad, Fiqih Ja’fari, Jakarta : PT. Lentera Basritama, 1996

Page 72: STUDI KOMPARATIF ANTARA PENDAPAT IMAM SYAFI’I …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl... · DENGAN YUSUF AL-QARDAWI TENTANG PENGERTIAN FI SABILILLAH SKRIPSI

57

Mutholib Moh. Yassir Abn, Ringkasan Kitab Al-Umm, Jakarta : Pustaka Azzam, 2004

Nasution Drs. Lahmuddin, M.Ag, Fiqh I, Semarang : Logos, 1999

Nazim Muhammad, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988

Rasyid H Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung : Sinar Baru, 2007

Sabiq Sayyid, Fiqih Sunnah, Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2006, jilid I,

Salam Drs. Zarkasi Abdul, dan Drs. Oman Fathurohman, Pengantar Ilmu Fiqh Ushul Fiqh I, Yogyakarta : Lembaga Studi Filsafat Islam, 1994

Sevilla Consuelo G., dkk, Pengertian Metode Penelitian, Jakarta : UI-Press, 1993

Shihab M Quraish, Tafsir Al-Misbah, Jakarta : Lentera Hati, 2002

Sujak Abi, Al-Iqna’ Juz I, Indonesia : Ruhya’ Kitab Arabiyah, 1996

Talimah Ishom, “Al-Qardawi Tiggihan”, Terj. Samson Rahman, Manhaj Fiqh Yusuf Al-Qardawi, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2001, cet I

Yanggo Huzaimah Tahido, Pengantar Perbandingan Mazhab, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997

Yusuf Al-Qardawi, Syaikh Muhammad Ghazali Yang Saya Kenal, Jakarta : Rabbadi Pers, 1999

http://www.assunnahqatar.com/index.php?option=com_content&task=view&id=519&Itemid=144, di akses tanggal. 9 Desember 2009.

http://www.gp-ansor.org/hikmah/mengenal-kebesaran-imam-asysyafiirahimahulla h.html, di akses tanggal 9 Desember 2009