keamanan pangan

5
Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus melekat pada pangan yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Pangan yang bermutu dan aman dapat dihasilkan dari dapur rumah tangga maupun dari industri pangan. Oleh karena itu industri pangan adalah salah satu faktor penentu beredarnya pangan yang memenuhi standar mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia tapi juga menyangkut kepedulian individu. Jaminan akan keamanan pangan adalah merupakan hak asasi konsumen. Pangan termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan manusia. Walaupun pangan itu menarik, nikmat, tinggi gizinya jika tidak aman dikonsumsi, praktis tidak ada nilainya sama sekali. Keamanan pangan selalu menjadi pertimbangan pokok dalam perdagangan, baik perdagangan nasional maupun perdagangan internasional. Di seluruh dunia kesadaran dalam hal keamanan pangan semakin meningkat. Pangan semakin penting dan vital peranannya dalam perdagangan dunia. Dalam modul ini akan dibahas berbagai aturan yang melingkupi aspek keamanan pangan, analisis bahaya keamanan pangan dan berbagai peluang untuk menguranginya. Foodborne Diseases Lebih dari 90% terjadinya penyakit pada manusia yang terkait dengan makanan (foodborne diseases) disebabkan oleh kontaminasi mikrobiologi, yaitu meliputi penyakit tipus, disentri bakteri/amuba, botulism, dan intoksikasi bakteri lainnya, serta hepatitis A dan trichinellosis. Foodborne disease lazim didefinisikan namun tidak akurat, serta dikenal dengan istilah keracunan makanan. WHO mendefinisikannya sebagai penyakit yang umumnya bersifat infeksi atau racun, yang disebabkan oleh agent yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang dicerna. Foodborne disease baik yang disebabkan oleh mikroba maupun penyebab lain di negara berkembang sangat bervariasi. Penyebab tersebut meliputi bakteri, parasit, virus, ganggang air tawar maupun air laut, racun mikrobial, dan toksin fauna, terutama marine fauna. Komplikasi, kadar, gejala dan waktu lamanya sakit juga sangat bervariasi tergantung penyebabnya. Patogen utama dalam pangan adalah Salmonella sp, Staphylococcus aureus serta toksin yang diproduksinya, Bacillus cereus, serta Clostridium perfringens. Di samping itu muncul jenis patogen yang semakin popular seperti Campylobacter sp, Helicobacter sp, Vibrio urinificus, Listeria monocytogenes, Yersinia enterocolitica, sedang lainnya secara rutin tidak dimonitor dan dievaluasi. Jenis patogen tertentu seperti kolera thypoid biasanya dianalisa dan diisolasi oleh laboratorium kedokteran.

Upload: aisyah

Post on 15-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

keamanan pangan

TRANSCRIPT

Page 1: keamanan pangan

Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus melekat pada pangan yang hendak

dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Pangan yang bermutu dan aman dapat dihasilkan

dari dapur rumah tangga maupun dari industri pangan. Oleh karena itu industri pangan adalah

salah satu faktor penentu beredarnya pangan yang memenuhi standar mutu dan keamanan yang

telah ditetapkan oleh pemerintah.

Keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia tapi juga menyangkut kepedulian individu.

Jaminan akan keamanan pangan adalah merupakan hak asasi konsumen. Pangan termasuk

kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan manusia. Walaupun pangan itu

menarik, nikmat, tinggi gizinya jika tidak aman dikonsumsi, praktis tidak ada nilainya sama

sekali.

Keamanan pangan selalu menjadi pertimbangan pokok dalam perdagangan, baik perdagangan

nasional maupun perdagangan internasional. Di seluruh dunia kesadaran dalam hal keamanan

pangan semakin meningkat. Pangan semakin penting dan vital peranannya dalam perdagangan

dunia. Dalam modul ini akan dibahas berbagai aturan yang melingkupi aspek keamanan pangan,

analisis bahaya keamanan pangan dan berbagai peluang untuk menguranginya.

Foodborne Diseases

Lebih dari 90% terjadinya penyakit pada manusia yang terkait dengan makanan (foodborne

diseases) disebabkan oleh kontaminasi mikrobiologi, yaitu meliputi penyakit tipus, disentri

bakteri/amuba, botulism, dan intoksikasi bakteri lainnya, serta hepatitis A dan trichinellosis.

Foodborne disease lazim didefinisikan namun tidak akurat, serta dikenal dengan istilah keracunan

makanan. WHO mendefinisikannya sebagai penyakit yang umumnya bersifat infeksi atau racun,

yang disebabkan oleh agent yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang dicerna.

Foodborne disease baik yang disebabkan oleh mikroba maupun penyebab lain di negara

berkembang sangat bervariasi. Penyebab tersebut meliputi bakteri, parasit, virus, ganggang air

tawar maupun air laut, racun mikrobial, dan toksin fauna, terutama marine fauna. Komplikasi,

kadar, gejala dan waktu lamanya sakit juga sangat bervariasi tergantung penyebabnya.

Patogen utama dalam pangan adalah Salmonella sp, Staphylococcus aureus serta toksin yang

diproduksinya, Bacillus cereus, serta Clostridium perfringens. Di samping itu muncul jenis

patogen yang semakin popular seperti Campylobacter sp, Helicobacter sp, Vibrio urinificus,

Listeria monocytogenes, Yersinia enterocolitica, sedang lainnya secara rutin tidak dimonitor dan

dievaluasi. Jenis patogen tertentu seperti kolera thypoid biasanya dianalisa dan diisolasi oleh

laboratorium kedokteran.

Patogen yang dianggap memiliki penyebaran yang luas adalah yang menyebabkan penyakit

salmonellosis, cholera, penyakit parasitik, enteroviruses. Sedangkan yang memiliki penyebaran

sedang adalah toksin ganggang, dan yang memiliki penyebaran terbatas adalah S.aureus, B.cereus,

C. perfringens, dan Botulism.

Pengendalian Kontaminasi Pangan

Sebagian besar pemerintah berbagai negara di dunia menggunakan deretan usaha atau langkah

pengendalian kontaminan pangan melalui inspeksi, registrasi, analisa produk akhir, untuk

menentukan apakah suatu perusahaan pangan memproduksi produk pangan yang aman.

Masalah utama yang dihadapi adalah tingginya biaya yang diperlukan untuk menanggulangi

masalah yang dihadapi dalam melakukan pengendalian. Salah satu sistem baru bagi penjaminan

(assuring) keamanan pangan disampaikan tahun 1971 dalam suatu National Conference on Food

Protection dengan judul “The Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) System”.

Page 2: keamanan pangan

HACCP adalah suatu sistem yang dianggap rasional dan efektif dalam penjaminan keamanan

pangan dari sejak dipanen sampai dikonsumsi. HACCP adalah suatu sistem yang mampu

mengidentifikasi hazard (ancaman) yang spesifik seperti misalnya, biologi, kimia, serta sifat fisik

yang merugikan yang dapat berpengaruh terhadap keamanan pangan dan dilengkapi dengan

langkah-langkah pencegahan untuk mengendalikan ancaman (hazard) tersebut.

Apakah Kedaulatan Pangan sama dengan Ketahanan Pangan?

Novriyanti Tanjung

31 Aug 2013 | 19:38

Sampai saat ini tidak benar-benar jelas apa makna kedaulatan pangan. Kedaulatan pangan yang

selama ini dipahami ialah segala sesuatu yang erat kaitannya dengan upaya pemenuhan kebutuhan

pangan pokok dalam negeri. Coleman dengan Sovereignty-nya pada tahun 2009 mengatakan

bahwa saat ini definisi kedaulatan sering dipoles dengan berbagai kepentingan investasi lainnya

sehingga terlihat sedikit lebih merakyat. Padahal, konsep kedaulatan pangan sebenarnya sungguh

berpihak pada kemerdekaan dan jati diri bangsa. Pernyataan Coleman tersebut sesuai dengan

kondisi saat ini dimana definisi dan pengertiannya dibuat menjadi tumpang tindih dengan

ketahanan pangan. Sebagian orang membedakan keduanya dalam konteks kebutuhan. Sementara

makna kedaulatan pangan tidak hanya mengenai kebutuhan saja melainkan lebih jauh mencakup

ketersediaan stok dan kesinambungannya, ketidak-tergantungan terhadap produksi global, harga

pasar, dan mempertimbangkan daya beli masyarakat menengah kebawah. Saat berbicara mengenai

kedaulatan pangan secara tidak langsung pula akan terhubung dengan kemiskinan dan pengalaman

sebelumnya mengenai gizi dan keamanan pangan. Dengan demikian, tidak mengherankan jika

Maxwell dalam jurnalnya yang berjudul “Saucy with the Gods: nutrition and food security speak

to poverty” pada 1990-an menyebut kedaulatan pangan sempat menjadi isu dominan sama seperti

isu pengentasan kemiskinan.

Definisi resmi mengenai ketahanan pangan pertama kali didengungkan PBB pada tahun 1974,

yaitu ketersediaan bahan makanan pokok setiap saat untuk mempertahankan pasokan pangan

dunia. Lebih jauh Patel dalam The Journal of Peasant Studies yang berjudul Food sovereignty

tahun 2009 menganalisis bahwa ketahanan pangan secara bertahap bertujuan mengekspansi

konsumsi bahan makanan, mengimbangi fluktuasi harga produksi. Definisi ketahanan pangan

dalam konteks ini sebenarnya diperuntukkan bagi tujuan ekonomi politis negara-negara yang

mengalami kerawanan pangan sementara kedaulatan pangan tidak seperti itu. Ketahanan pangan

jangka panjang tergantung pada mereka yang memproduksi makanan. Selain itu pula, Patel

menekankan bahwa ketahanan pangan dalam jangka panjang merupakan suatu bentuk

pembohongan publik atas stabilisasi harga pangan.

Berbeda dengan konsep ketahanan pangan, kedaulatan pangan yang dimaksud lebih dari sekedar

mampu mempertahankan stok bahan makanan pokok. Konsep kedaulatan pangan menjamin

bahwa keragaman bahan makanan tersebut terjaga dan menghindari diri dari ketergantungan yang

lebih buruk dari pihak lain. Inti konsep kedaulatan pangan ialah masyarakat mampu mandiri

memenuhi kebutuhan pangannya dengan tidak mengabaikan hak-hak untuk mendapatkannya.

Sebagaimana Sovereignty as Responsibility yang pernah ditulis Etzioni tahun 2006

mendefinisikan kedaulatan sebagai tanggung jawab negara untuk melindungi rakyatnya dari

Page 3: keamanan pangan

campur tangan pihak lain.

Dibaca : 1475 kalic

Kedaulatan pangan

Pantau halaman ini

Kedaulatan pangan adalah hak seseorang untuk mendefinisikan sistem pangan untuk mereka

sendiri. Istilah ini dibuat oleh anggota Via Campesina pada tahun 1996.[1] Pendukung kedaulatan

pangan menempatkan individu dalam memproduksi, mendistribusikan, dan mengkonsumsi pangan

di tengah pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan pangan, bukan korprasi atau institusi

pasar.

Daftar isi

Kedaulatan pangan vs ketahanan pangan

Kritik terhadap Revolusi Hijau

Lihat pula

Referensi

Bahan bacaan terkait

Pranala luar

Kedaulatan pangan vs ketahanan panganSunting

Kedaulatan pangan tumbuh dalam menanggapi ilusi yang diberikan oleh prinsip ketahanan pangan

kebijakan penyediaan pangan yang dominan secara global. Kebijakan ketahanan pangan

menekankan akses pangan bernutrisi yang mencukupi untuk semua, yang dapat disediakan melalui

produksi dari dalam negeri maupun dari impor. Dengan mengatasnamakan efisiensi dan

produktivitas, di berbagai negara justru berkembang rezim korporasi pangan di mana perusahaan

besar mendominasi produksi dan perdagangan pangan sementara petani kecil terlantarkan.[2]

Fokus ketahanan pangan pada rezim korporasi pangan demi produktivias dan efisiensi telah

menyebabkan berbagai masalah yang terus meluas secara global, seperti hilangnya pangsa pasar

bagi produsen kecil dan berbagai dampak lingkungan dari pertanian.

Haiti telah menjadi cntoh bagaimana produsen kecil tumbang akibat korporasi pangan. Urbanisasi

dari pedesaan ke perkotaan mencerminkan hilangnya budaya pertanian subsisten menuju budaya

buruh pabrik. Petani dipaksa pindah karena beras yang diimpor dari Amerika Serikat jauh lebih

murah sehingga beras yang diproduksi secara lokal tidak mampu bersaing. Pada tahun 2008, Haiti

mengimpor 80 persen beras yang dikonsumsinya, sehingga menyebabkan mereka sangat rentan

terhadap perubahan harga dan suplai dunia. Ketika harga beras melonjak pada tahun 2008, banyak

masyarakat yang tidak mampu membelinya, sedangkan produksi pangan dalam negeri sudah

terlanjur turun, sehingga suplai pangan tidak mencukupi dan banyak yang memakan makanan

yang tidak layak.[3]

Kritik terhadap Revolusi Hijau

Revolusi Hijau digerakkan oleh pendukung ketahanan pangan sebagai sebuah kisah sukses

peningkatan hasil pertanian dan usaha melawan kelaparan di seluruh dunia. Namun berbagai

Page 4: keamanan pangan

gerakan kedaulatan pangan kritis terhadap revolusi hijau dan menuduh para pendukung revolusi

hijau karena berpihak terlalu ke barat dan tidak memperdulikan kebutuhan mayoritas produsen

pangan kecil di pedesaan.

Revolusi hijau mengacu pada perkembangan pemuliaan tanaman antara tahun 1960an sampai

1980an yang meningkatkan hasil pertanian serealia, terutama gandum dan padi. Fokus utama

adalah penelitian, pengembangan, dan transfer teknologi pertanian seperti benih hibrida dan pupuk

melalui investasi publik dan swasta yang mengubah arah pertanian di sejumlah negara di dunia.

Menurut Friends of The Earth, revolusi hijau telah mampu memproduksi lebih banyak bahan

pangan, namun kelaparan dunia masih terjadi karena revolusi hijau tidak menyelesaikan masalah

akses secara ekonomi,[4] terutama akses terhadap lahan dan kemampuan membeli (purchasing

power).

Perpindahan menuju pertanian industri berjalan bersamaan dengan masalah sosial dan lingkungan.

Lahan, sumber daya alam, energi, dan uang terkonsentrasi di tangan korporasi dan pelaku usaha

pertanian besar. Petani kecil menjadi berganting pada bahan pertanian yang mahal. Biaya produksi

di bawah model pertanian revolusi hijau lebih mahal sehingga tidak mampu menjangkau petani

kecil.[5] Pandangan ini didukung oleh Bank Dunia dan laporan International Assessment of

Agricultural Knowledge, Science and Technology for Development yang disponsori PBB.[6][7]

Lihat pula