keamanan pangan
DESCRIPTION
keamanan panganTRANSCRIPT
![Page 1: keamanan pangan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082816/563dbbc9550346aa9ab03efb/html5/thumbnails/1.jpg)
Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus melekat pada pangan yang hendak
dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Pangan yang bermutu dan aman dapat dihasilkan
dari dapur rumah tangga maupun dari industri pangan. Oleh karena itu industri pangan adalah
salah satu faktor penentu beredarnya pangan yang memenuhi standar mutu dan keamanan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah.
Keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia tapi juga menyangkut kepedulian individu.
Jaminan akan keamanan pangan adalah merupakan hak asasi konsumen. Pangan termasuk
kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan manusia. Walaupun pangan itu
menarik, nikmat, tinggi gizinya jika tidak aman dikonsumsi, praktis tidak ada nilainya sama
sekali.
Keamanan pangan selalu menjadi pertimbangan pokok dalam perdagangan, baik perdagangan
nasional maupun perdagangan internasional. Di seluruh dunia kesadaran dalam hal keamanan
pangan semakin meningkat. Pangan semakin penting dan vital peranannya dalam perdagangan
dunia. Dalam modul ini akan dibahas berbagai aturan yang melingkupi aspek keamanan pangan,
analisis bahaya keamanan pangan dan berbagai peluang untuk menguranginya.
Foodborne Diseases
Lebih dari 90% terjadinya penyakit pada manusia yang terkait dengan makanan (foodborne
diseases) disebabkan oleh kontaminasi mikrobiologi, yaitu meliputi penyakit tipus, disentri
bakteri/amuba, botulism, dan intoksikasi bakteri lainnya, serta hepatitis A dan trichinellosis.
Foodborne disease lazim didefinisikan namun tidak akurat, serta dikenal dengan istilah keracunan
makanan. WHO mendefinisikannya sebagai penyakit yang umumnya bersifat infeksi atau racun,
yang disebabkan oleh agent yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang dicerna.
Foodborne disease baik yang disebabkan oleh mikroba maupun penyebab lain di negara
berkembang sangat bervariasi. Penyebab tersebut meliputi bakteri, parasit, virus, ganggang air
tawar maupun air laut, racun mikrobial, dan toksin fauna, terutama marine fauna. Komplikasi,
kadar, gejala dan waktu lamanya sakit juga sangat bervariasi tergantung penyebabnya.
Patogen utama dalam pangan adalah Salmonella sp, Staphylococcus aureus serta toksin yang
diproduksinya, Bacillus cereus, serta Clostridium perfringens. Di samping itu muncul jenis
patogen yang semakin popular seperti Campylobacter sp, Helicobacter sp, Vibrio urinificus,
Listeria monocytogenes, Yersinia enterocolitica, sedang lainnya secara rutin tidak dimonitor dan
dievaluasi. Jenis patogen tertentu seperti kolera thypoid biasanya dianalisa dan diisolasi oleh
laboratorium kedokteran.
Patogen yang dianggap memiliki penyebaran yang luas adalah yang menyebabkan penyakit
salmonellosis, cholera, penyakit parasitik, enteroviruses. Sedangkan yang memiliki penyebaran
sedang adalah toksin ganggang, dan yang memiliki penyebaran terbatas adalah S.aureus, B.cereus,
C. perfringens, dan Botulism.
Pengendalian Kontaminasi Pangan
Sebagian besar pemerintah berbagai negara di dunia menggunakan deretan usaha atau langkah
pengendalian kontaminan pangan melalui inspeksi, registrasi, analisa produk akhir, untuk
menentukan apakah suatu perusahaan pangan memproduksi produk pangan yang aman.
Masalah utama yang dihadapi adalah tingginya biaya yang diperlukan untuk menanggulangi
masalah yang dihadapi dalam melakukan pengendalian. Salah satu sistem baru bagi penjaminan
(assuring) keamanan pangan disampaikan tahun 1971 dalam suatu National Conference on Food
Protection dengan judul “The Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) System”.
![Page 2: keamanan pangan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082816/563dbbc9550346aa9ab03efb/html5/thumbnails/2.jpg)
HACCP adalah suatu sistem yang dianggap rasional dan efektif dalam penjaminan keamanan
pangan dari sejak dipanen sampai dikonsumsi. HACCP adalah suatu sistem yang mampu
mengidentifikasi hazard (ancaman) yang spesifik seperti misalnya, biologi, kimia, serta sifat fisik
yang merugikan yang dapat berpengaruh terhadap keamanan pangan dan dilengkapi dengan
langkah-langkah pencegahan untuk mengendalikan ancaman (hazard) tersebut.
Apakah Kedaulatan Pangan sama dengan Ketahanan Pangan?
Novriyanti Tanjung
31 Aug 2013 | 19:38
Sampai saat ini tidak benar-benar jelas apa makna kedaulatan pangan. Kedaulatan pangan yang
selama ini dipahami ialah segala sesuatu yang erat kaitannya dengan upaya pemenuhan kebutuhan
pangan pokok dalam negeri. Coleman dengan Sovereignty-nya pada tahun 2009 mengatakan
bahwa saat ini definisi kedaulatan sering dipoles dengan berbagai kepentingan investasi lainnya
sehingga terlihat sedikit lebih merakyat. Padahal, konsep kedaulatan pangan sebenarnya sungguh
berpihak pada kemerdekaan dan jati diri bangsa. Pernyataan Coleman tersebut sesuai dengan
kondisi saat ini dimana definisi dan pengertiannya dibuat menjadi tumpang tindih dengan
ketahanan pangan. Sebagian orang membedakan keduanya dalam konteks kebutuhan. Sementara
makna kedaulatan pangan tidak hanya mengenai kebutuhan saja melainkan lebih jauh mencakup
ketersediaan stok dan kesinambungannya, ketidak-tergantungan terhadap produksi global, harga
pasar, dan mempertimbangkan daya beli masyarakat menengah kebawah. Saat berbicara mengenai
kedaulatan pangan secara tidak langsung pula akan terhubung dengan kemiskinan dan pengalaman
sebelumnya mengenai gizi dan keamanan pangan. Dengan demikian, tidak mengherankan jika
Maxwell dalam jurnalnya yang berjudul “Saucy with the Gods: nutrition and food security speak
to poverty” pada 1990-an menyebut kedaulatan pangan sempat menjadi isu dominan sama seperti
isu pengentasan kemiskinan.
Definisi resmi mengenai ketahanan pangan pertama kali didengungkan PBB pada tahun 1974,
yaitu ketersediaan bahan makanan pokok setiap saat untuk mempertahankan pasokan pangan
dunia. Lebih jauh Patel dalam The Journal of Peasant Studies yang berjudul Food sovereignty
tahun 2009 menganalisis bahwa ketahanan pangan secara bertahap bertujuan mengekspansi
konsumsi bahan makanan, mengimbangi fluktuasi harga produksi. Definisi ketahanan pangan
dalam konteks ini sebenarnya diperuntukkan bagi tujuan ekonomi politis negara-negara yang
mengalami kerawanan pangan sementara kedaulatan pangan tidak seperti itu. Ketahanan pangan
jangka panjang tergantung pada mereka yang memproduksi makanan. Selain itu pula, Patel
menekankan bahwa ketahanan pangan dalam jangka panjang merupakan suatu bentuk
pembohongan publik atas stabilisasi harga pangan.
Berbeda dengan konsep ketahanan pangan, kedaulatan pangan yang dimaksud lebih dari sekedar
mampu mempertahankan stok bahan makanan pokok. Konsep kedaulatan pangan menjamin
bahwa keragaman bahan makanan tersebut terjaga dan menghindari diri dari ketergantungan yang
lebih buruk dari pihak lain. Inti konsep kedaulatan pangan ialah masyarakat mampu mandiri
memenuhi kebutuhan pangannya dengan tidak mengabaikan hak-hak untuk mendapatkannya.
Sebagaimana Sovereignty as Responsibility yang pernah ditulis Etzioni tahun 2006
mendefinisikan kedaulatan sebagai tanggung jawab negara untuk melindungi rakyatnya dari
![Page 3: keamanan pangan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082816/563dbbc9550346aa9ab03efb/html5/thumbnails/3.jpg)
campur tangan pihak lain.
Dibaca : 1475 kalic
Kedaulatan pangan
Pantau halaman ini
Kedaulatan pangan adalah hak seseorang untuk mendefinisikan sistem pangan untuk mereka
sendiri. Istilah ini dibuat oleh anggota Via Campesina pada tahun 1996.[1] Pendukung kedaulatan
pangan menempatkan individu dalam memproduksi, mendistribusikan, dan mengkonsumsi pangan
di tengah pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan pangan, bukan korprasi atau institusi
pasar.
Daftar isi
Kedaulatan pangan vs ketahanan pangan
Kritik terhadap Revolusi Hijau
Lihat pula
Referensi
Bahan bacaan terkait
Pranala luar
Kedaulatan pangan vs ketahanan panganSunting
Kedaulatan pangan tumbuh dalam menanggapi ilusi yang diberikan oleh prinsip ketahanan pangan
kebijakan penyediaan pangan yang dominan secara global. Kebijakan ketahanan pangan
menekankan akses pangan bernutrisi yang mencukupi untuk semua, yang dapat disediakan melalui
produksi dari dalam negeri maupun dari impor. Dengan mengatasnamakan efisiensi dan
produktivitas, di berbagai negara justru berkembang rezim korporasi pangan di mana perusahaan
besar mendominasi produksi dan perdagangan pangan sementara petani kecil terlantarkan.[2]
Fokus ketahanan pangan pada rezim korporasi pangan demi produktivias dan efisiensi telah
menyebabkan berbagai masalah yang terus meluas secara global, seperti hilangnya pangsa pasar
bagi produsen kecil dan berbagai dampak lingkungan dari pertanian.
Haiti telah menjadi cntoh bagaimana produsen kecil tumbang akibat korporasi pangan. Urbanisasi
dari pedesaan ke perkotaan mencerminkan hilangnya budaya pertanian subsisten menuju budaya
buruh pabrik. Petani dipaksa pindah karena beras yang diimpor dari Amerika Serikat jauh lebih
murah sehingga beras yang diproduksi secara lokal tidak mampu bersaing. Pada tahun 2008, Haiti
mengimpor 80 persen beras yang dikonsumsinya, sehingga menyebabkan mereka sangat rentan
terhadap perubahan harga dan suplai dunia. Ketika harga beras melonjak pada tahun 2008, banyak
masyarakat yang tidak mampu membelinya, sedangkan produksi pangan dalam negeri sudah
terlanjur turun, sehingga suplai pangan tidak mencukupi dan banyak yang memakan makanan
yang tidak layak.[3]
Kritik terhadap Revolusi Hijau
Revolusi Hijau digerakkan oleh pendukung ketahanan pangan sebagai sebuah kisah sukses
peningkatan hasil pertanian dan usaha melawan kelaparan di seluruh dunia. Namun berbagai
![Page 4: keamanan pangan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082816/563dbbc9550346aa9ab03efb/html5/thumbnails/4.jpg)
gerakan kedaulatan pangan kritis terhadap revolusi hijau dan menuduh para pendukung revolusi
hijau karena berpihak terlalu ke barat dan tidak memperdulikan kebutuhan mayoritas produsen
pangan kecil di pedesaan.
Revolusi hijau mengacu pada perkembangan pemuliaan tanaman antara tahun 1960an sampai
1980an yang meningkatkan hasil pertanian serealia, terutama gandum dan padi. Fokus utama
adalah penelitian, pengembangan, dan transfer teknologi pertanian seperti benih hibrida dan pupuk
melalui investasi publik dan swasta yang mengubah arah pertanian di sejumlah negara di dunia.
Menurut Friends of The Earth, revolusi hijau telah mampu memproduksi lebih banyak bahan
pangan, namun kelaparan dunia masih terjadi karena revolusi hijau tidak menyelesaikan masalah
akses secara ekonomi,[4] terutama akses terhadap lahan dan kemampuan membeli (purchasing
power).
Perpindahan menuju pertanian industri berjalan bersamaan dengan masalah sosial dan lingkungan.
Lahan, sumber daya alam, energi, dan uang terkonsentrasi di tangan korporasi dan pelaku usaha
pertanian besar. Petani kecil menjadi berganting pada bahan pertanian yang mahal. Biaya produksi
di bawah model pertanian revolusi hijau lebih mahal sehingga tidak mampu menjangkau petani
kecil.[5] Pandangan ini didukung oleh Bank Dunia dan laporan International Assessment of
Agricultural Knowledge, Science and Technology for Development yang disponsori PBB.[6][7]
Lihat pula