keamanan pangan pestisida new
DESCRIPTION
APOTEKERTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agar makanan dapat berfungsi dengan baik, maka diperlukan berbagai syarat agar
memenuhi kriteria seperti yang diharapkan. Selain makanan harus mangandung zat gizi
(lemak, protein, karbohidrat, mineral dan vitamin), makanan harus baik dan tidak kalah
pentingnya yang untuk diperhatikan adalah bahwa makan harus aman untuk dikonsumsi.
Setelah ketiga unsur tersebut terpenuhi, maka baru dapat disebut dengan makanan “Sehat”.
Makanan dan minuman pada umumnya tidak hanya tersusun dari karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, mineral dan air. Tetapi juga terdiri atas berbagai zat kimia lain yang sudah
berada dalam makanan secara alami maupun yang sengaja ditambahkan.
Dengan kemajuan ilmu dan teknologi, berbagai jenis makanan dapat dibuat lebih
tahan lama, lebih menarik dalam penampilan bentuk dan warna, lebih enak, serta lebih praktis
bagi konsumen. Ternyata hal-hal tersebut menjadi kurang berarti apabila makanan tidak aman
untuk dikonsumsi. Keamanan makanan menjadi faktor yang sangat penting dalam pemilihan
makanan, karena betapapun nikmatnya suatu makanan tetapi bila tidak aman, tentu tidak
layak dikonsumsi.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 28 tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu
dan Gizi Pangan Dinyatakan keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan
untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang
dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
Berkaitan dengan keamanan pangan, dalam makalah ini akan dibahas mengenai
cemaran yang dapat menggangu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia antara
lain kontaminasi logam berat didalam makanan dan residu pestisida.
1.2. Rumusan masalah
Masalah yang akan dibahas adalah bagaimana peptisida dan bahan kimia menjadi
salah satu kontaminan bahan pangan
1.3. Tujuan
Untuk mendorong terwujudnya pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan
aman serta terciptanya keamanan pangan, sehingga meminimalisir terjadinya masalah
kesehatan masyarakat terkait cemaran pangan.melalui cemaran peptisida,dan bahan kimia
lainya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keamanan Pangan
Menurut Undang-undang (UU) Pangan No. 18 tahun 2012, pangan merupakan
salah satu kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat
Indonesia. Pangan harus aman dari kemungkinan cemaran kimia dan mikrobiologis serta
layak dari sisi mutu dan gizi sebagai salah satu upaya untuk memberikan perlindungan
bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Selain itu, bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas umat muslim, salah satu
persyaratan dalam mengkonsumsi pangan adalah halal. Pada Peraturan Pemerintah (PP)
No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, pangan, halal merupakan pangan
yang tidak mengandung unsur atau bahan yang haram atau dilarang untuk dikonsumsi
umat Islam, baik yang menyangkut bahan baku pangan, bahan tambahan pangan, bahan
bantu dan bahan penolong lainnya termasuk bahan pangan yang diolah melalui proses
rekayasa genetika dan iradiasi pangan, dan yang pengelolaannya dilakukan sesuai
dengan ketentuan hukum agama Islam. Kehalalan suatu produk juga merupakan salah
satu keterangan yang termuat dalam label suatu produk pangan menurut UU Pangan No.
18 tahun 2012.
Pemenuhan kebutuhan akan pangan yang aman dan halal merupakan tanggung
jawab bersama antara produsen, konsumen dan pemerintah. Produsen perlu
melaksanakan proses pengolahan pangan yang baik dan halal, menerapkan jaminan mutu
terhadap pengolahan pangan, dan memberikan informasi yang benar kepada konsumen
melalui pelabelan. Konsumen perlu menyadari pentingnya cara penyajian pangan yang
baik di rumah tangga, sekaligus mengerti memilih pangan yang aman dan halal.
Pemerintah juga wajib memberikan penyuluhan kepada produsen dan konsumen tentang
keamanan pangan.
2.2 Pencemaran
Bahaya pestisida dan bahan kimia dalam makanan berkaitan dengan pencemaran
yang terjadi melalui rantai makanan dalam lingkungan. Pencemaran menurut Undang-
Undang No. 4 tahun 1982, menjelasan bahwa pencemaran adalah “ masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy, dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh
proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketingkat tertentu yang dapat
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya”.
Kasus pencemaran yang paling banyak merugikan justru dengan terkumpulnya pestisida
tersebut di dalam organisme kecil di air. Organisme yang telah menyerap pestisida,
kemudian dimakan oleh ikan atau udang. sebenarnya kedua hewan ikan air tersebut telah
mengalami dua kali keracunan pestisida ini, yaitu
1. dirinya sendiri telah keracunan pestisida melalui insang atau kulit,
2. Keracunan melalui makanannya
Akibatnya jumlah pestisida di dalam tubuh ikan dan udang yang sudah keracunan
pestisida ini, walaupun belum mati, dimakan oleh manusia. Dan akhirnya manusia itu
sendiri yang terkena racun pestisida tersebut(Kusno,1991)
2.3.Pestisida Dalam Makanan
Pestisida yang termasuk insektisida, fungisida, dan rodentisida digunakan orang
untuk mengurangi kerusakan komoditi pangan baik yang masih di ladang maupun dalam
penyimpanan agar menghasilkan produk dengan mutu yang lebih baik.
Pestisida yang digunakan tersebut meninggalkan residu pada bahan pangan yang dapat
membahayakan konsumen. Karena itu pemakaiannya harus diawasi dan residu yang
tinggal tidak boleh melebihi kadar toleransi yang ditentukan oleh pemerintah.
Penggunaan insektisida yang berlebihan dalam industri pertanian, dapat menimbulkan
resistensi insekta terhadap berbagai insektisida, tercemarnya sayuran, buah buahan dan
air sumur. Demikian juga dengan penggunaan pestisida, herbisida, fungisida dan lain-
lain.
Berbagai penelitian para ahli membuktikan, di dalam sayuran yang
menggunakan penyemprotan pestisida, di temukan berbagai jenis residu seperti aldrin,
diazinon, dieldrin, finitrothion, fenfoat, dan khlorpyrifos.
Walaupun kadar residu yang ada dalam buah dan sayuran tidak tinggi (masih dibawah
nilai ambang yang diperbolehkan), namun bukan berarti tak perlu diwaspadai. Sebab
meski yang masuk ke dalam tubuh kita dalam jumlah rendah, namun kalau hal itu
berlangsung terus menerus pada gilirannya bisa menimbulkan efek yang tidak
diinginkan.
Berdasarkan racunnya, pestisida dibagi dua, yaitu racun sistemik dan nonsistemik. Pada
jenis sistemik, pestisida yang disemprotkan ke tanaman akan meresap ke seluruh bagian,
termasuk daun, akar, dan buah. Sedangkan pada nonsistemik, racun hanya ada di
permukaan saja, tidak menyebar.
1. Bahaya Pestisida Bagi Kesehatan Manusia
Dampak secara tidak langsung dirasakan oleh manusia, oleh adanya penumpukan
pestisida di dalam darah yang berbentuk gangguan metabolisme enzim
asetilkolinesterase (AChE), bersifat karsinogenik yang dapat merangsang sistem syaraf
menyebabkan parestesia peka terhadap perangsangan, iritabilitas, tremor, terganggunya
keseimbangan dan kejang-kejang (Frank C. Lu, 1995).
Tabel Jenis Pestisida dan potensi bahaya bagi kesehatan manusia
No Jenis
Pestisida
Jenis
Penggunaan
Potensi Bahaya
Pada Kesehatan Manusia
1 Asefat Insektisida Kanker, mutasi gen, kelainan alat
reproduksi.
2 Aldikard Insektisida Sangat beracun pada dosis rendah
3 BHC Insektisida Kanker, beracun pada alat
reproduksi
4 Kaptan Insektisida Kanker, mutasi gen
5 Karbiral Insektisida Mutasi gen, kerusakan ginjal
6 Klorobensilat Insektisida Mutasi gen, keracunan alat
reproduksi
7 Klorotalonis Fungisida Kanker, keracunan alat reproduksi
8 Klorprofam Herbisida Kanker, mutasi gen, pengaruh kronis
9 Siheksatin Insektisida Karsinogen
10 DDT Insektisida Cacat lahir, pengaruh kronis.
2. Cara Mengurangi Residu Pestisida
Ada beberapa langkah untuk mengurangi residu yang menempel pada sayuran,
antara lain dengan mencucinya secara bersih dengan menggunakan air yang mengalir,
bukan dengan air diam. Jika yang kita gunakan air diam (direndam) justru sangat
memungkinkan racun yang telah larut menempel kembali ke sayuran.
Berbagai percobaan menunjukkan bahwa pencucian bisa menurunkan residu sebanyak
70 persen untuk jenis pestisida karbaril dan hampir 50 persen untuk DDT. Mencuci sayur
sebaiknya jangan lupa membersihkan bagian-bagian yang terlindung mengingat bagian
ini pun tak luput dari semprotan petani. Untuk kubis misalnya, lazim kita lihat petani
mengarahkan belalai alat semprot ke arah krop (bagian bulat dari kubis yang dimakan)
sehingga memungkinkan pestisida masuk ke bagian dalam krop.
Selain pencucian, perendaman dalam air panas (blanching) juga dapat
menurunkan residu. Ada baiknya kita mengurangi konsumsi sayur yang masih mentah
karena diperkirakan mengandung residu lebih tinggi dibanding kalau sudah dimasak
terlebih dulu. Pemasakan atau pengolahan baik dalam skala rumah tangga atau industri
terbukti dapat menekan tekanan kandungan residu pestisida pada sayuran.
Menghilangkan racun pestisida nonsistemik cukup mudah, yaitu dengan mencucinya
hingga bersih di air mengalir. Untuk menghilangkan pestisida jenis sistemik ini bisa
dilakukan melalui pemanasan, misalnya direbus, dikukus, atau digoreng. Bahkan,
mencelupkan buah dan sayuran ke dalam air panas pun bisa menghilangkan komponen
pestisida tertentu hingga 90 persen. Dalam hal ini, proses memasak memang menjadi
penting.
2.4. Pencemaran makanan melalui bahan kimia (alami & lainnya)
1. Kimia Alami
Bahaya kimia adalah bahaya yang disebabkan oleh bahan kimia beracun baik
yang secara alami ada dalam makanan maupun cemaran kimia lain. Jadi, ada dua macam
sumber bahaya kimia, yakni racun alami dan cemaran kimia. Racun alami adalah bahaya
kimia yang secara alami terdapat dalam bahan makanan dan dapat menyebabkan
keracunan bila terkonsumsi, misalnya racun singkong (asam sianida/HCN), racun jengkol
(asam jengkolat), dan lain-lain. Cemaran kimia adalah bahaya kimia yang berasal dari
bahan kimia beracun, misalnya residu pestisida, penyalahgunaan formalin dan boraks
untuk pengawet makanan serta pewarna tekstil Rhodamin B dan Methanil yellow untuk
pewarna makanan.
Keracunan makanan bisa terjadi akibat racun secara alamiah terdapat dalam
makanan itu sendiri, keracunan seperti itu terjadi karena kelalaian atau ketidaktahuan
masyarakat yang mengkonsumsinya, misalnya keracunan singkong karena adanya asam
sianida (HCN) yang pada dosis tertentu bisa menyebabkan kematian. Singkong yang
dikonsumsi tidak dicuci dengan benar atau tidak sempurna pengolahannya. Demikian
juga dengan keracunan jengkol karena adanya kristal asam jenkolat yang bisa
menyumbat saluran air seni apabila kandungan jengkolat yang terakumulasi dalam
tubuh.
2. Kimia buatan/lainnya
Pencemaran makanan oleh bahan kimia tersebut dapat terjadi melalui beberapa
cara, antara lain : penyemprotan pestisida secara berlebihan pada sayuran dan buah,
penggunaan air sungai yang sudah tercemar oleh logam berat dari limbah industri kimia,
bahan makanan yang telah ditumbuhi jamur, seperti kacang tanah yang ditumbuhi jamur
Aspergillus flavus sehingga menghasilkan racun aflatoksin, proses pengolahan makanan
yang salah seperti pada tempe bongkrek timbul racun bongkrek.
Kontaminasi karena bahan kimia sering terjadi karena kelalaian atau kecelakaan ,
seperti meleltakkan pestisida dengan bahan makanan, kelalaian dalam pencucian sayuran
atau buah-buahan sehingga sayur atau buah-buahan tersebut masih mengandung sisa
pestisida dan kelalaian memasukkan bahan kimia yang seyogyanya dipakai untuk
kemasan dimasukkan ke dalam makanan. Bahan kimia yang terdapat dalam bahan
makanan dengan kadar yang berlebih akan bersifat toksik bagi manusia. Beberapa zat
yang sering menimbulkan keracunan manusia adalah :
1. Zinc, terdapat pada perlatan dapur akan mengalami reduksi bilakontak
dengan bahan makan yang bersifat asam.
2. Insektisida, keracunan ini terjadi karena mengkonsumsi makanayang
masih mengandung residu pestisida, seperti pada syran dan buah buahan.
3. Cadmium, keracunan ini bisa terjadi karena Cd yang terdapat pada
peralatan dapur dengan kontak dengan makanan yang bersifat asam.
4. Antimonium, berasal dari perlatan dapur yang dilapisi dengan email
kelabu murahan.
Penambahan aditif pada bahan pangan juga sering menimbulkan pencemaran
pada makanan. Zat aditif bahan makanan biasanya digunakan secara sengaja , zat
tambahan tadi dapat menyebabkan makanan lebih sedap, tampak lebih menarik, bau dan
rasa lebih sedap, dan makanan lebih tahan lama (awet) , tetapi karena makanan tersebut
dapat berbahaya bagi manusia maka disebut zat pencemar.
WHO mensyaratkan zat tambahan itu seharusnya memenuhi kriteria sebagai
berikut : (1). Aman digunakan, (2). Jumlahnya sekedar memnuhi kriteria pengaruh yang
diharapkan, (3). Sangkil secara teknologi, (4). Tidak boleh digunakan untuk menipu
pemakai dan jumlah yang dipakai haruslah minimal.
Pemakaian zat tambahan yang aman digunakan merupakan pertimbangan
yang penting , walaupun tidak mungkin untuk mendapatkan bukti secara mutlak bahwa
suatu zat tambahan yang digunakan secara khusus tidak toksik bagi semua manusia
dalam semua kondisi, paling tidak pengujian secara sifat-sifat fisiologis, farmakologis,
dan biokemis pada binatang percobaan yang diusulkan dapat dipakai sebagai dasar yang
beralasan bagi penilaian pemakaian suatu zat tambahan pada bahan makanan.
Logam berat merkuri, timbal, kadmium, arsen, tembaga, seng dan timah. Dari air yang
tercemar, alat masak/pengemas yang mengandung logam berbahaya & mengalami
pengikisan permukaan, pewarna tekstil, udara yang tercemar oleh gas & debu knalpot
kendaraan bermotor.
3. Cara Mengurangi Cemaran Bahan Kimia Pada Makanan
Memisahkan makanan mentah dengan makanan siap santap.
Jika memungkinkan, dapur dibagi menjadi dua area yaitu area kotor dan area bersih.
Area kotor adalah area yang digunakan untuk menangani ikan, daging, sayur dan bahan
mentah lainnya, sementara area bersih adalah area yang digunakan untuk menyiapkan dan
menyajikan makanan siap santap. Idealnya, tempat usaha memisahkan area penanganan,
kulkas, tempat defrosting, pisau, talenan, dan wadah yang digunakan untuk menangani
bahan mentah dengan yang digunakan untuk menangani makanan siap santap.
Pada tempat usaha skala kecil yang kondisinya tidak memungkinkan untuk melakukan
pemisahan area dan peralatan seperti yang dianjurkan, maka yang dilakukan adalah
melakukan preparasi bahan mentah pada waktu yang berbeda. Preparasi bahan mentah
dan sayur yang akan dimasak dilakukan sebelum preparasi makanan siap santap atau
makanan yang akan dimakan segar. Jika hanya mempunyai satu kulkas, maka bahan
mentah (daging) disimpan di bagian bawah, dan terpisah dari makanan siap santap.
Pastikan bahwa semua yang disimpan dalam kondisi tertutup. Untuk proses defrosting,
maka berlaku aturan seperti penyimpanan makanan. Dan yang penting juga untuk proses
defrosting adalah tidak melakukannya di tempat yang digunakan untuk mencuci tangan
agar tangan yang akan digunakan untuk mengolah makanan tidak terkontaminasi dari
bahan mentah.
Selain memisahkan makanan mentah dengan makanan siap santap, maka bahan-bahan
bukan pangan seperti bahan pencuci, sanitizer harus dikemas dalam wadah yang diberi
label yang jelas dan disimpan terpisah dengan makanan. Hal ini bertujuan untuk
mencegah bahan kimia ini mengkontaminasi makanan.
Menjamin kebersihan permukaan kerja dan peralatan
Pastikan bahwa semua permukaan kerja, pisau, nampan dan peralatan lainnya yang
digunakan untuk menangani bahan mentah yang akan dimasak (daging, ikan, ayam,
sayur) dibersihkan dan didesinfeksi setelah digunakan, terutama jika permukaan kerja dan
peralatan tersebut akan digunakan kembali untuk menangani makanan siap santap.
Pencucian dengan sabun (deterjen) saja, tidak bisa menghilangkan mikroba patogen dan
dibutuhkan proses desinfeksi untuk mengurangi kuman ke tingkat yang aman.
Hindari menggunakan lap (serbet) kotor untuk membersihkan permukaan kerja, talenan,
piring, sendok dan peralatan atau perkakas lainnya yang kontak dengan makanan.
Mikroba patogen bisa bertahan hidup dan berkembang biak pada serbet yang kotor.
Ketika serbet kotor tersebut digunakan untuk mengelap permukaan kerja, peralatan dan
perkakas yang telah dibersihkan, maka secara tidak sengaja akan terjadi penyebaran
mikroba patogen kuman tersebut ke peralatan yang selanjutnya akan berpindah ke
makanan yang ditangani dengan menggunakan perkakas atau peralatan tersebut. Apabila
memungkinkan, sangat dianjurkan untuk menggunakan tisu sekali pakai. Kalau
menggunakan serbet biasa, maka serbet yang digunakan untuk membersihkan
perkakas/peralatan yang kontak dengan makanan siap santap hendaknya dipisahkan
dengan serbet yang digunakan untuk membersihkan perkakas/peralatan yang digunakan
untuk membersihkan perkakas/peralatan yang kontak dengan bahan mentah; dan harus
dicuci dan didesinfeksi secara teratur.
Menyimpan makanan dalam kondisi tertutup
Makanan, terutama yang telah dimasak dan siap santap, harus disimpan dalam kondisi
tertutup untuk melindunginya dari hama (lalat, kecoak, semut, dan lain sebagainya) yang
berpotensi menyebarkan mikroba patogen kedalam makanan. Pastikan bahwa wadah atau
kemasan yang digunakan bersifat food grade dan sesuai untuk jenis makanan yang akan
dikemas. Jika mengemas makanan, selalu pastikan bahwa wadah atau kemasan sudah
tertutup sempurna, dan tidak membiarkan tutup jatuh ke dalam makanan. Hindari
penggunaan foil, cling film atau freezer bags yang bekas pakai, dan pastikan bahwa
wadah plastik telah dicuci, didesinfeksi dan dikeringkan sebelum digunakan.
Menjaga kebersihan tangan dan menerapkan praktek kebersihan personal yang baik
Tangan harus selalu dalam keadaan bersih dan kering untuk meminimalkan transfer
mikroba patogen dari tangan ke makanan. Mikroba patogen bisa bertahan di tangan,
terutama jika tangan dalam kondisi kotor dan basah, selama berjam-jam. Cuci dan
keringkan tangan setiap kali akan memulai pekerjaan, setelah menggunakan toilet, setelah
melakukan tindakan yang tidak saniter, menangani bahan mentah, sampah atau bahan
terkontaminasi lainnya dan pada kondisi lainnya yang dianggap perlu.
Karena pakaian, perhiasan, rambut, wajah dan tubuh pekerja juga bisa membawa mikroba
berbahaya, maka selain menjaga kebersihan tangan, pekerja juga harus menerapkan
praktek kebersihan personal yang benar untuk mencegah penyebaran mikroba oleh
pekerja. Beberapa contoh praktek kebersihan personal yang baik adalah menggunakan
baju kerja dan aprons (bila diperlukan) yang bersih; tidak mengenakan perhiasan;
mengikat rambut dan mengenakan penutup kepala; tidak memegang, menyentuh atau
mengusap wajah mereka; juga tidak batuk atau bersin ketika sedang menangani makanan.
Merokok, minum, makan atau mengunyah permen juga tidak diperbolehkan, karena
kegiatan ini akan menyebabkan seseorang memegang wajah atau mulutnya. Pekerja juga
tidak boleh memegang makanan siap santap dengan tangannya, tetapi harus menggunalan
peralatan yang bersih.
Pekerja harus sehat dan bebas dari penyakit-penyakit infeksi yang dapat berpindah ke
pangan. Pekerja yang sakit atau mengalami luka terbuka yang cukup parah, berpotensi
mengkontaminasi makanan dengan mikroba patogen sehingga tidak boleh menangani
makanan. Luka kecil harus ditutup dengan plester tahan air, yang tidak mudah terbuka
dan berwarna terang. Luka yang dibiarkan terbuka mudah terinfeksi oleh bakteri patogen
yang akan mengkontaminasi makanan ketika pekerja kontak dengan makanan.
Menjaga kebersihan dan pengendalian hama
Hama sering berkeliaran di tempat kotor sehingga mereka membawa mikroba
berbahaya di tubuhnya yang dapat disebarkan ke makanan atau ke tempat-tempat lain
yang mereka lewati. Oleh karena itu, pastikan bahwa tikus, serangga, binatang peliharaan
dan burung tidak masuk ke dalam tempat menyimpan makanan.
Pengendalian hama dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan
dan ruangan penanganan makanan untuk mencegah terbentuknya kondisi yang
merangsang masuknya hama; melakukan pengawasan terhadap bahan baku yang diterima
(tidak menerima barang yang menunjukkan tanda-tanda telah terserang hama seperti
kemasan bolong bekas digigit serangga atau terdapat potongan tubuh serangga); dan
melakukan pemantauan secara berkala. Karena pestisida berbahaya terhadap kesehatan,
maka pestisida hanya digunakan jika metode pengendalian yang lain tidak bisa digunakan
secara efektif dan pelaksanaannya harus dilakukan oleh lembaga yang berwenang.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Akumulasi logam berat di tubuh manusia, dalam jangka panjang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan. Keberadaan berbagai residu antibiotik, sulfonamida, hormon, pestisida,
logam berat, dan mikotoksin pada produk ternak di Indonesia menggambarkan adanya
permasalahan pada proses praproduksi dan pascaproduksi, terutama pengawasan dan
penerapan peraturan yang belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Daftar Pustaka
http://www.smallcrab.com/kesehatan/537-sumber-bahaya-dalam-bahan-pangan-dan-
cara-menghindarinya
https://antinalatief.wordpress.com/2010/02/14/tugas-kesling-bahaya-pestisida-dalam-
makanan/
http://teknologipangan-morsal.blogspot.co.id/2010/02/pencemaran-makanan-secara-
kimia-dan.html
https://www.academia.edu/11796418/Makalah_higiene_sanitasi_makanan