kasus tumor ovarium

24
I. PENDAHULUAN Tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan ada yang bersifat non neoplastik. Tumor neoplastik di bagi atas tumor jinak dan tumor ganas, dan selanjutnya tumor jinak di bagi dalam tumor kistik dan tumor solid Di Amerika Serikat, kanker ovarium merupakan penyebab kematian utama pada kasus keganasan ginekologi, dan sampai tahun 1998 kanker ovarium merupakan kanker kelima tersering yang menyebabkan kematian wanita di AS setelah kanker paru-paru, kolorektal, payudara, dan pankreas. Insidensinya pada wanita dibawah 50 tahun 5,3 per 100.000, dan meningkat menjadi 41,4 per 100.000 pada wanita diatas 50 tahun. 1 Di Indonesia kaker ovarium menduduki urutan keenam terbanyak dari keganasan pada wanita setelah karsinoma serviks uteri, payudara, kolorektal, kulit dan limfoma. 2 Pada umumnya kanker ovarium ditemukan pada stadium lanjut. Tumor membesar dan menyebar ke organ sekitarnya tanpa keluhan. Itulah sebabnya tumor ini dikenal sebagai penyakit yang tumbuh diam-diam namun mematikan (silent killer). Kanker ovarium umumnya baru menimbulkan keluhan apabila telah menyebar ke rongga peritoneum, pada keadaan seperti ini tindakan pembedahan dan terapi ajuvan sering kali tidak menolong. Penderita akan meninggal karena malnutrisi dan obstruksi usus halus akibat tumor intraperitoneal. 1,2

Upload: ddcring

Post on 13-Dec-2015

42 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

f

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Tumor Ovarium

I. PENDAHULUAN

Tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan ada yang bersifat non neoplastik.

Tumor neoplastik di bagi atas tumor jinak dan tumor ganas, dan selanjutnya tumor

jinak di bagi dalam tumor kistik dan tumor solid

Di Amerika Serikat, kanker ovarium merupakan penyebab kematian utama

pada kasus keganasan ginekologi, dan sampai tahun 1998 kanker ovarium

merupakan kanker kelima tersering yang menyebabkan kematian wanita di AS

setelah kanker paru-paru, kolorektal, payudara, dan pankreas. Insidensinya pada

wanita dibawah 50 tahun 5,3 per 100.000, dan meningkat menjadi 41,4 per 100.000

pada wanita diatas 50 tahun.1

Di Indonesia kaker ovarium menduduki urutan keenam terbanyak dari

keganasan pada wanita setelah karsinoma serviks uteri, payudara, kolorektal, kulit

dan limfoma.2

Pada umumnya kanker ovarium ditemukan pada stadium lanjut. Tumor

membesar dan menyebar ke organ sekitarnya tanpa keluhan. Itulah sebabnya tumor

ini dikenal sebagai penyakit yang tumbuh diam-diam namun mematikan (silent

killer). Kanker ovarium umumnya baru menimbulkan keluhan apabila telah

menyebar ke rongga peritoneum, pada keadaan seperti ini tindakan pembedahan

dan terapi ajuvan sering kali tidak menolong. Penderita akan meninggal karena

malnutrisi dan obstruksi usus halus akibat tumor intraperitoneal.1,2

Lima belas sampai 20% tumor ovarium berasal dari sel germinal (sel induk),

dan teratoma matur merupakan kasus terbanyak (60%). Tumor ganas sel germinal

ovarium merupakan 5% dari kanker ovarium, dan banyak terjadi pada wanita muda

dan remaja. Walaupun perjalanan penyakitnya agresif namun umumnya dapat

diobati dengan kemoterapi yang adekuat. Dan walaupun pembedahan memegang

peranan penting dalam mendiagnosis dan sebagai terapi awal, reseksi komplit organ

reproduksi jarang diperlukan pada wanita-wanita yang ingin mempertahankan

fungsi reproduksinya. Namun begitu peran surgical staging dan pembedahan

reduksi tumor tidak dapat diabaikan. Informasi yang didapat dari patologi-

pembedahan dapat membantu klinisi dalam penggunaan terapi ajuvan.1,2,3,4,5,6,7,8,9,10.

Page 2: Kasus Tumor Ovarium

Menurut Teilum, disgerminoma merupakan neoplasma sel germinal yang tidak lagi

berpotensi untuk mengalami diferensiasi lebih lanjut, sedangkan karsinoma

embrional merupakan perwujudan dari tumor-tumor dengan potensi untuk

berdiferensiasi lebih lanjut menjadi teratoma dengan berbagai derajat maturitasnya

(melalui jalur embrionik), atau menjadi yolk sac tumor dan koriokarsinoma (melalui

jalur ekstraembrionik), sebagaimana terlihat pada gambar 1.

Tumor Sel Germinal

Seminoma/ Tumor Sel TotipotensialDisgerminoma

Karsinoma Embrional Karsinoma Embrional

Struktur Ekstra Embrionik Embrionik (ektoderm, Mesoderm, endoderm)

Tumor Sinus Endodermal Koriokarsinoma Teratoma (yolk sac tumor)

Gambar 1. Klasifikasi tumor sel germinal ovarium menurut asal tumor Dikutip dari Tallerman5

Adapun tumor ganas sel germinal ovarium dapat dikelompokkan ke dalam

disgerminoma, dan nondisgerminoma yang terdiri atas yolk sac tumor, teratoma

imatur, karsinoma embrional, koriokarsinoma, poliembrioma, dan mixed germ cell

tumors. (1,5,6,7,8,9,10)

II. REKAM MEDIK

Page 3: Kasus Tumor Ovarium

A. ANAMNESIS UMUM

1. Identifikasi

Nama

Umur

Agama

Pekerjaan

Pendidikan

Alamat

: Ny. Reni

: 25 tahun

: Islam

: Ibu rumah tangga.

: SMA

: Jl. Gandus 686 Palembang

Masuk RSMH : 19 Mei 2004, jam 12.40 WIB

2. Riwayat haid

Menars 13 tahun, siklus haid teratur, lama siklus haid 28 hari, lama haid 7

hari, haid terakhir : Tidak haid sejak memakai KB suntik 3 bulan.

3. Riwayat perkawinan

Kawin 1 kali, lamanya 2 tahun.

4. Nafsu makan

Biasa, mual-muntah jarang.

5. Miksi/defekasi

Biasa.

6. Riwayat penyakit atau operasi yang pernah diderita

Tidak ada.

7. Riwayat keganasan dalam keluarga

Tidak ada.

8. Riwayat sosioekonomi dan gizi

Cukup.

B. ANAMNESIS KHUSUS

Page 4: Kasus Tumor Ovarium

1. Keluhan utama

Benjolan diperut dan agak nyeri

2. Riwayat perjalanan penyakit

Sejak lebih kurang 1 tahun yang lalu os mengeluh ada benjolan di perut yang

makin lama makin besar, Nyeri perut bagian bawah dirasakan sejak 3 hari

sebelum masuk rumah sakit. Riwayat diurut-urut disangkal.

C. PEMERIKSAAN FISIK (pemeriksaan tanggal: 19 Februari 2004)

Status present

Keadaan umum

Kesadaran

Gizi

Payudara

Refleks fisiologis

Refleks patologis

: tampak baik

: compos mentis

: cukup

: hiperpigmentasi (-)

: (+) / (+)

: (-) / (-)

Tekanan darah

Nadi

Pernapasan

Temperatur

Hb

Edema

: 110/60 mmHg

: 98 x/menit

: 20 x/menit

: 37,0 oC

: 13,9 g%

: (-)

Keadaan Khusus

Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera tidak ikterik. Turgor menurun, mata

cekung, bibir kiring.

Leher : Tekanan vena jugularis tidak meningkat, masa tidak ada.

Toraks : Jantung dalam batas normal, paru-paru : sonor, vesikuler normal,

ronki tidak ada.

Abdomen : Dinding perut datar, pelebaran vena tidak ada, hepar dan lien tidak

teraba, nyeri tekan tidak ada, bising usus normal (pemeriksaan

abdomen untuk ginekologi pada status ginekologi).

Ekstremitas : Edema tidak ada, varises tidak ada, refleks fisiologis + / +, reflek

patologi - / -.

Page 5: Kasus Tumor Ovarium

Status Ginekologi

Periksa luar

Inpeksi : Perut cembung, simetris, vulva/perineum dan uretra tenang

Palpasi : Dinding perut lemas, fundus uteri sulit dinilai, teraba massa,

konsistensi padat diameter 12 x 10 cm mobilitas +, permukaan rata,

batas atas 2 jari di bawah pusat, batas kiri dan kanan linea

midklavikularis batas bawah 2 jari atas simpisis, nyeri tekan (-).

Perkusi : Timpani, tanda cairan bebas tidak ada.

Auskultasi : Bising usus normal

Periksa dalam

Inspekulo : Porsio tak livide, osteum uteri eksternum tertutup, fluksus (-), erosi/

laserasi dan polip (-).

Colok vagina: Porsio lunak, ostium uteri eksternum tertutup, nyeri goyang porsio

(-), korpus uteri sesuai 8 minggu, teraba massa di atas uterus,

mobilitas terhadap uterus terbatas, konsistensi padat campur kistik

ukuran 12 x 10 x 10 cm, permukaan rata, adneksa parametrium kiri

lemas, adneksa parametrium kanan teraba massa 12x10x10 cm,

padat campur kistik, nyeri tekan (-), kavum Douglas tak menonjol

Colok dubur: TSA baik, mukosa licin, ampula kosong, CUT~ 8 minggu, kenyal,

massa intra lumen (-). Teraba pool bawah tumor padat campur

kistik.

D. DIAGNOSIS KERJA

Tumor padat ovarium + dehidrasi sedang

E. DIFERENSIAL DIAGNOSIS

Myoma uteri subserosa + dehidrasi sedang

F. TINDAKAN

1. Perbaikan keadaan umum

2. Infus : D5: Asering= 2:1 gtt XXX/ mnt

Page 6: Kasus Tumor Ovarium

3. Laboratorium darah rutin, urine rutin, CT dan BT,foto thorak

4. USG konfirmasi

5. Primperan tab 3 x1 tab

6. Roborantia 2 x1 tab

G. TINDAKAN SELA

1. Pemeriksaan ultrasonografi (19-5-04):

- Uterus membesar

- Tampak massa ekhogenik ukuran 8 x 8 x 8 cm yang

asalnya belum jelas (kantung kemih kosong)

Kesan: Suspek mioma uteri

DD/ - Tumor padat ovarium

- Molahidatidosa

2. Laboratorium

a. Darah

Hb 13,8 g%, lekosit 10.200/mm3, Ht 42 LED: 13 mm/jam, trombosit:

311.000/ mm3, hitung jenis: 0/1/1/78/18/1

b. Urin

PT (-)

Sedimen: epitel 1(+),lekosit 3-6 /LPB, eritrosit 30-50/LPB, silinder/kristal (-).

Konsul Bagian Penyakit Dalam: Kesan adneksitis dekstra. DD/ Appendisitis akut..

Konsul Bagian Bedah: Suspek Mioma uteri Saran, Konfirmasi USG di bagian

radiologi (konsul dengan radiologist)

Page 7: Kasus Tumor Ovarium

Tanggal: 25 Mei 2004

Keluhan: Perut tambah nyeri

Status present:

Keadaan umum

Kesadaran

Gizi

Payudara

Refleks fisiologis

Refleks patologis

: tampak sakit sedang

: komposmentis

: cukup

: hiperpigmentasi (-)

: (+) / (+)

: (-) / (-)

Tekanan darah

Nadi

Pernapasan

Temperatur

Hb

Edema

: 110/70 mmHg

: 92 x/menit

: 20 x/menit

: 37,2 oC

: 11,9 g%

: (-)

Status ginekologi

Periksa luar

Inpeksi : Perut cembung, simetris, vulva/perineum dan uretra tenang

Palpasi : Dinding perut tegang, fundus uteri sulit dinilai, teraba massa,

konsistensi padat diameter 12 x 10 cm mobilitas terbatas, permukaan

rata, batas atas 2 jari di bawah pusat, batas kiri dan kanan linea

midklavikularis batas bawah 2 jari atas simpisis, nyeri tekan (-).

Perkusi : Timpani, tanda cairan bebas tidak ada.

Auskultasi : Bising usus normal

Periksa dalam

Inspekulo : Porsio tak livide, osteum uteri eksternum tertutup, fluksus (-), erosi/

laserasi dan polip (-).

Colok vagina: Porsio lunak, ostium uteri eksternum tertutup, nyeri goyang porsio

(-), korpus uteri sulit dinilai, teraba massa, mobilitas terbatas,

konsistensi padat campur kistik ukuran 12 x 10 x 10 cm, permukaan

rata, adneksa parametrium kiri lemas, adneksa parametrium kanan

teraba massa 12x10x10 cm, padat campur kistik, nyeri tekan (-),

kavum Douglas tak menonjol

Colok dubur: TSA baik, mukosa licin, ampula kosong, CUT sulit dinilai , massa

intra lumen (-). Teraba pool bawah tumor padat campur kistik.

Page 8: Kasus Tumor Ovarium

DIAGNOSIS KERJA

Kistoma ovarii terpuntir

DIFERENSIAL DIAGNOSIS

Myoma uteri subserosa terpuntir

TINDAKAN

Laparatomi cito

Persiapan (obat,alat, izin, darah)

III.PERMASALAHAN

1. Mengapa kistoma ovarii terpuntir tidak dapat didiagnosis sejak awal

2. Apakah tindakan operatif yang dilakukan pada kasus ini sudah tepat.

3. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini selanjutnya ?

IV. DISKUSI

Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya gejala klinik, pemeriksaan fisik

ginekologi, serta pemeriksaan penunjang.

A. Gejala klinik

Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu diperhatikan

umur penderita dan faktor resiko terjadinya kanker ovarium. Pada bayi yang

baru lahir dapat ditemukan adanya kista fungsional yang kecil (kurang dari 1-2

cm) akibat pengaruh hormon dari ibu. Kista ini mestinya menghilang setelah

bayi berumur beberapa bulan. Apabila menetap akan terjadi peningkatan

insiden tumor sel germinal ovarium dengan jenis yang tersering adalah kista

dermoid dan disgerminoma. Dengan meningkatnya usia kemungkinan

keganasan akan meningkat pula. Secara umum akan terjadi peningkatan risiko

keganasan mencapai 13% pada premenopause dan 45% setelah menopause.

dari uterus, payudara dan traktus gastrointestinal.2,11,12,13,14,15

Page 9: Kasus Tumor Ovarium

Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan. Keluhan

yang timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor, penyebaran tumor

pada permukaan serosa dari kolon, dan asites. Rasa tidak nyaman dan rasa

penuh di perut, serta cepat merasa kenyang sering dihubungkan dengan kanker

ovarium. Gejala lain yang sering timbul adalah mudah lelah, perut membuncit,

sering kencing dan nafas pendek akibat dari efusi pleura dan asites yang masif.

B. Pemeriksaan fisik ginekologi

Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam

memperkirakan ukuran, lokasi, konsistensi, dan mobilitas dari massa tumor.

Pada pemeriksaan rektovaginal untuk mengevaluasi permukaan bagian

posterior, ligamentum sakrouterina, parametrium, kavum Douglas dan rektum.

Hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada

rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu

membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum

dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan licin, unilateral

dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan memberikan gambaran

massa yang padat, noduler, terfiksasi, dan sering bilateral. Adanya asites dan

nodul pada cul-de-sac merupaka petunjuk adanya keganasan.2

C. Pemeriksaan penunjang

USG adalah cara pemeriksaan yang relatif murah. Dengan USG dapat secara

tegas dibedakan tumor kistik dengan tumor padat. Pada tumor dengan bagian-

bagian padat persentase keganasan semakin meningkat. Pemakaian USG

transvaginal dapat meningkatkan ketajaman diagnosis karena mampu

menjabarkan morfologi tumor ovarium dengan baik. Morfologi tumor ovarium

yang diperiksa terdiri dari 3 kategori : volume, struktur dinding tumor, dan

struktur septum tumor. Dengan menilai ke-3 kategori tersebut dapat dibuat suatu

indeks morfologi yaitu jumlah nilai-nilai yang diberikan terhadap masing-

masing kategori tersebut. Bila indeks morfologi tersebut 5, tumor ovarium

sangat mungkin bersifat benigna (negative predictive value 1,000). Pada

penderita tumor ovarium pasca menopause, indeks morfologi 5 sangat

Page 10: Kasus Tumor Ovarium

mungkin menunjukkan keganasan (positive predictive value 0,45). Telah

diketahui bahwa pada semua tumor oavarium ganas, ditemukan secara

signifikan kelainan-kelaianan struktur dinding uterus dan mempunyai volume

total > 10 ml. Pemakaian USG transvaginal color flow Doppler dapat

membedakan tumor ovarium jinak dengan tumor ovarium ganas. Modalitas ini

didasarkan pada analisa gelombang suara Doppler (resistance index atau RI,

pulsality index atau PI, dan velocity) dari pembuluh-pembuluh darah pada tumor

yang menunjukkan peningkatan arus darah diastolik dan perbedaan kecepatan

arus darah diastolik dan sistolik. Keganasan dicurigai jika RI < 4.

Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering

digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering

disertai keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda tumor

untuk jenis germinal, antara lain alpha-fetoprotein (AFP), lactic acid

dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL), plasental-like alkaline

phosphatase (PLAP), dan human chorionic gonadotropin (hCG). 1,5,6,7,9,10

Tabel 2. Petanda tumor sel germinal ovarium

Histologi AFP hCG

Disgerminoma -

Yolk sac tumor + -

Teratoma imatur -

Mixed germ cell tumors

Koriokarsinoma - +

Karsinoma embrional +

Poliembrioma +

Dikutip dari Hurteau1

Pada kasus ini dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang pada saat masuk rumah sakit didiagnosis dengan tumor padat

ovarium dengan diagnosis banding dengan mioma subserosa . Diagnosis ini

dibuat karena kurangnya gejala klinik yang mengarah terhadap suatu keadaan

akut abdomen. Dari hasil pemeriksaan ultrasonografi juga masih belum bisa

dipastikan apakah massa berasal dari adneksa atau dari uterus. Walaupun

Page 11: Kasus Tumor Ovarium

sensitifitas dan spesifitas pemeriksaan ultrasonografi cukup tinggi untuk

membedakan patologi dari uterus atau adneksa.

Teratoma dibagi dalam tiga kategori yaitu teratoma matur (jinak), teratoma

imatur dan teratoma monodermal dengan diferensiasi khusus tergantung dari

kuantitas derajat jaringan imatur menunjukkan potensi timbulnya keganasan.

Imaturitas tidak boleh dikacaukan dengan transformasi ganas yang dapat terjadi

pada teratoma matur. Umumnya teratoma kistik adalah jinak dan yang padat

adalah ganas.2,4,8,9

Teratoma imatur merupakan keganasan tumor sel germinal ke 3 tersering

setelah disgerminoma dan tumor sinus endodermal. Frekuensinya 25% dari

tumor sel germinal pada wanita usia dibawah 15 tahun dengan usia median 19

tahun.

Gejala yang timbul tidak spesifik. Timbul dalam jangka waktu pendek

tetapi sering terjadi secara akut. Kurang lebih 80% penderita terdapat masa

dalam abdomen atau pelvis yang dapat diraba, sering terdapat nyeri. Sebagian

kecil penderita menunjukkan haid yang tidak teratur. 1,5,6,7,8,13,14

Gambaran makroskopis berupa tumor yang besar unilateral dengan

diameter 15 cm, permukaan rata dan licin. Pada pembelahan tumor berwarna

abu–abu agak kemerahan dengan bagian perdarahan dan nekrosis. Adanya

rambut dapat ditemukan pada 2/5 kasus, gigi jarang ditemukan tetapi tulang

rawan dan kalsifikasi sering ditemukan. Walaupun komponen utama adalah

tumor padat, tetapi adanya bagian yang kistik selalu ditemukan.

Secara mikroskopis, dipakai sistem diferensiasi dari Norris yang

dimodifikasi oleh Robboy dan Scully:

Derajat 1 : beberapa jaringan imatur, mitosis dapat ditemukan, tetapi

jaringan neural imatur tidak ditemukan pada 1 lapangan

pandang kekuatan lemah (x40) per slaid.

Page 12: Kasus Tumor Ovarium

Derajat 2 : sebagian jaringan lebih imatur dengan jaringan neural imatur

terlihat pada 1–3 lapangan pandang kekuatan lemah per slaid.

Derajat 3 : jaringan imatur berat dengan jaringan neural imatur terlihat

pada lebih dari 3 lapangan pandang kekuatan lemah per slaid.

Dikutip dari Michael H6

Selain itu, berdasarkan pada jumlah relatif dari jaringan matur dan imatur,

derajat differensiasi, dan aktivitas mitotiknya, tingkatan histologik teratoma

imatur dapat digambarkan sebagai berikut:

Derajat 0 : seluruh jaringan matur, tidak ada aktifitas mitotik.

Derajat 1 : Fokus seluler abnormal yang sedikit atau jaringan imatur

bercampur dengan elemen matur; aktifitas mitotik ringan.

Derajat 2 : jaringan imatur dengan jumlah yang sedang bercampur

dengan elemen matur; aktifitas mitotik sedang.

Derajat 3 : Adanya jaringan imatur dalam jumlah yang banyak; aktifitas

mitotik yang tinggi18

Dikutip dari Talerman5

Sistem stadium ini telah diterima oleh banyak peneliti, dan hal ini merupakan

yang disarankan untuk dipergunakan. Baru-baru ini, Norris mengusulkan bahwa

teratoma imatur sebaiknya dibagi atas 2 tingkatan, yakni derajat ringan

imaturitas (derajat 1) dimana tidak diterapi dengan kemoterapi kombinasi, dan

yang nyata dengan derajat imaturitasnya ( derajat 2 dan 3) yang akan diterapi

dengan kemoterapi kombinasi.5

Disarankan penatalaksanaan untuk penderita dengan derajat 1 (low grade)

teratoma imatur yang melibatkan satu ovarium adalah salfingoooforektomi

unilateral, sedangkan untuk derajat 2 dan 3 (high grade) diberikan kemoterapi

ajuvan. Pembedahan yang lebih luas dilakukan jika tumor meluas ke ovarium

kontralateral.5,17

Page 13: Kasus Tumor Ovarium

Pada pasien ini terdapat massa kistik ovarium kontralateral dengan ukuran

5 x 4 x 3 cm. Dilakukan enukleasi massa dan pada pembelahan terdapat unsur

rambut tulang rawan. Pada penatalaksanaan kasus emergensi di RSMH tidak

dapat dilakukan pemeriksaan potong beku, sehingga tidak dapat dibedakan

apakah suatu massa yang ditemukan dari ovarium suatu kasus keganasan atau

tidak. Seandainya suatu keganasan dapat dilanjutkan conservative surgical

staging. Sehingga penanganan lebih adekuat.

Laparatomi eksplorasi disertai dengan biopsi potong beku masih

merupakan prosedur diagnostik yang paling berguna untuk memberikan

penatalaksanaan selanjutnya. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan akurasi

hasil potong beku pada tumor ovarium mencapai 90%. Berdasarkan potong

beku dilakukan seleksi terhadap penderita apakah membutuhkan penetapan

stadium atau tidak, sehingga akurasi hasil potong beku tersebut haruslah tinggi

untuk mencegah kesalahan penetapan stadium.

Saat ini penatalaksanaan disgerminoma meliputi staging laparatomy

menyeluruh sebagaimana yang dilakukan terhadap karsinoma ovarium jenis

epielial. Enam puluh sampai 70 persen penderita di diagnosis dengan stadium 1

karena kebanyakan penderita berada pada usia reproduksi. Penyakit dengan

stadium awal dapat dilakukan hanya salfingoooforektomi unilateral dengan

mempertahankan uterus dan ovarium kontralateral. Prosedur ini terdiri atas

insisi mediana, pembilasan peritoneum, eksplorasi, sitologi, biopsi,

omentektomi, dan limfadenektomi. Semua daerah yang dicurigai harus

dilakukan biopsi. Ovarium kontralateral diperhatikan secara cermat, dan tidak

perlu dilakukan biopsi bila ukuran, bentuk, dan konsistensi normal.

Pada penderita dengan stadium lanjut dianjurkan untuk dilakukan biopsi

sesuai dengan prinsip pembedahan sitoreduksi. Dukungan terhadap konsep

pembedahan sitoreduksi pada tumor ganas sel germinal sesuai dengan

penelitian oleh Gynecologic Oncologi Group (GOG) dengan menggunakan

regimen kombinasi vincristine, actinomicin D, dan cyclophosphamide (VAC).

Slayton dkk, mendapatkan kegagalan kemoterapi 28% pada penderita dengan

reseksi komplit dibandingkan dengan 68% pada reseksi inkomplit. Dan

Page 14: Kasus Tumor Ovarium

dilaporkan pula pada semua penderita disgerminoma stadium II dan III yang

dilakukan reseksi komplit keberhasilan kemoterapi mencapai 95-98%. 1,11

Adapun kriteria penanganan konservatif terhadap disgerminoma murni

adalah sebagai berikut: 10

1. Pasien muda yang ingin mempertahan fungsi reproduksinya

2. Ada persetujuan keluarga, dan bersedia untuk pengawasan ketat.

3. Tumor utuh, berkapsul (stadium IA), tak mengalami perlengketan, dan

unilateral

4. Tidak ada bukti disgenetik gonad, atau adanya kromosom Y

5. Tidak terdapat asites, atau bilasan sitologi negatif

6. Tidak ada bukti tumor ekstraovarium pada biopsi staging, termasuk

limfonodi dan ovarium kontralateral

7. Hasil limfogram negatif.

Disgerminoma umumnya sangat kemosensitif dan pada penderita tertentu

dengan stadium lanjut, fungsi reproduksi dapat dipertahankan bila secara

makroskopis uterus dan ovarium kontralateral tidak terkena.

Penderita-penderita disgerminoma dengan stadium IA dapat hanya

dilakukan pembedahan dan kemudian diawasi secara ketat tanpa pemberian

terapi ajuvan. Angka harapan hidup 10 tahun penderita ini mencapai 100 %

namun 15-25% dapat terjadi rekurensi, tetapi dengan pengobatan dapat

disembuhkan. Penderita-penderita dengan stadium yang lebih tinggi harus

diberikan terapi ajuvan, baik radioterapi ataupun kemoterapi. Walaupun

disgerminoma sangat sensitif terhadap radioterapi, dapat terjadi hilangnya

fungsi reproduksi akibat rusaknya ovarium. Karena itu radioterapi telah

digantikan dengan kemoterapi 1,11

Telah dilaporkan keberhasilan penggunaan kombinasi vincristine dan

methotrexate, kombinasi VAC, kombinasi VBP, dan semuanya menunjukkan

remisi yang komplet. Laporan mengenai efektifitas dan kurangnya efek toksik

kemoterapi regimen kombinasi bleomycin, etoposide, dan cisplatin (BEP) pada

pengobatan seminoma testikuler telah mengilhami pula penggunaan regimen

kombinasi ini terhadap disgerminoma. Keberhasilan regimen ini telah

Page 15: Kasus Tumor Ovarium

dilaporkan oleh Gershenson (1986) yang mendapatkan remisi menetap pada dua

pasien yang diobati dengan BEP. 1,11 William dkk melaporkan, bahwa bila

dibandingkan dengan VBP, pemberian regimen BEP akan memberikan hasil

yang sama, dengan toksisitas yang lebih rendah.1,6,7,8,9,11

Penatalaksanaan selanjutnya kasus ini tergantung hasil pemeriksaan

Patologi Anatomi. Apabila ditemukan keganasan maka penentuan stadium

secara pembedahan ulang harus dilakukan karena sudah mencapai kedua

ovarium. Penatalaksanaan selanjutnya tergantung stadium yang didapat.

Sedangkan apabila suatu tumor jinak cukup dilakukan observasi saja.

V. KESIMPULAN

Telah dilakaukan salfingoooforektomi dan enukleasi kistoma ovarii yang

kemungkinan suatu kiste dermoid. Dilakukan operasi emergensi karena adanya

tanda-tanda akut abdomen akibat terpuntirnya massa tumor. Pada intraoperatif

didapatkan massa ukuran 15 x 12x 10 cm yang mengalami puntiran sebanyak 4

kali, selanjutnya dilakukan salfingoooforektomi. Sedangkan pada ovarium sinistra

didapatkan massa tumor dengan ukuran 4 x 4 x 3 cm dan dilakukan enukleasi

tumor. Pada pembelahan kedua tumor terdapat bagian-bagian padat yang ditemukan

jaringan rambut, tulang rawan dan jaringan sebacea.

VI. RUJUKAN

1. Hurteau JA, Williams SJ. Ovarian germ cell tumors. In: Rubin SC, Sutton GP, Eds. Ovarian cancer. 2nd ed. Philadelpia: Lipponcott Williams & Wilkins, 2001; 31-82

2. Djuana A, Rauf S, Manuaba IBGF. Pengenalan dini kanker ovarium. Makalah Ilmiah PIT XII POGI. Palembang, 2001

3. Tambunan GW. Kanker ovarium. Dalam: Handojo M, ed. Diagnosis dan tatalaksana sepuluh jenis kanker terbanyak di Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1991; 149-68

4. Gabra H, Smith JF. Ovarian cancer-an introduction. In: Langdon SP, Miller WR, Berchuck A, Eds. Biology of female cancers. New York: CRC Press, 1997; 93-108

5. Talerman A. Germ cell tumors of the ovary. In: Kurman RJ. Blaustein’s pathology of the female genital tract. 4th ed. New York: Springer-Verlag, 1994; 849-914

6. Norris HJ, O’Connor DM. Pathology of malignant germ cell tumors of ovary. In: Coppleson M, Monahan JM, Morrow CP, Tatersal MH, Eds. Gynecologic oncology fundamental principles and clinical practice. 2nd ed. London: Churchill Livingstone, 1992; 917-28

7. Michael H, Roth LM. Pathology of ovarian germ cell tumors. In: Rubin SC, Sutton GP, Eds. Ovarian cancer. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins, 2001; 135-49

8. Berek JS, Adashi EY, Hillard PA. Noval’s gynecology. 12th ed. Baltimore: William & Wilkins, 1996; 1192-1207

Page 16: Kasus Tumor Ovarium

9. Benedett JL, Bender H, Jones III H, Ngan HYS, Pecorelli S. FIGO staging classification clinical practice guidelines in the management of gynecologyc cancers. Int J of Obstet gynecol, 2000; 241-9

10. Gershenson DM. Malignant germ cell tumors os ovary clinical features and management. In: Coppleson DM, Monahan JM, Morrow CP, Tatersal MHN, Eds. Gynecology oncology fundamental principles and clinical practice. 2nd ed. London: Churchill Livingstone, 1992; 935

11. Drake J. Diagnosis and management of adnexal mass. Am Fam Physician, 1998; 57: 93512. Gershenson DM, Tortelero-luna G, Malpica A, et al. Ovarian intraepithelial neoplasma and

ovarian cancer. Clin Obstet Gynecol, 1996; 23: 45713. Nuranna L. Kanker ovarium. Sub Bagian Onkologi Obstetri dan Ginekologi FK UI Jakarta,

199214. Disaia PJ, Creasman WT. Clinical gynecology oncology. 3rd ed. St Louis. Washington DC:

Mosby Company, 1989: 41715. Johnston S. gynecology cancer: ovarium carcinoma. Course of UICC. Jakarta: FKUI, 1992; 1-

1916. Zanetta G, Rota S, Lissoni A, Brancatelli G, Buda A. Ultrasound, physical examination, and CA

125 measurement for the detection of recurrence after conservative surgery for early borderline ovarian tumors. Gynecol oncol, 2001; 81: 63-66

17. Beecham JB, Rubin P. Tumors of the female reproduction organs. In: Rubin P. Clinical oncology a multidisiplinary approach. 6th ed. New York: American Cancer Society inc, 1983; 1286-93