kasus portofolio-etik dan medikolegal

5
PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK April 2013 Kisah Bayi ED Yang Meninggal, Karena Tranfusi Darah Yang Terburu-buru Kupang - Malpraktik juga terjadi pada bayi ED yang masih berusia 10 bulan. Bayi ED merupakan anak dari pasangan Pendeta Johnson Dethan dan Many Lynn Dethan. Kejadian yang menimpa ED terjadi pada bulan Februari 2012. Waktu ED mengalami sakit. Setelah menunggu selama 1 hari, ED dibawa ke dokter oleh Johnson dan Many Lynn. Tapi, dokter yang memeriksa ED beranggapan kalau ED hanya terkena pilek dan flu biasa dan dokter memberikan ED obat yang ia racik sendiri. Walau pun sudah diberikan obat, ED belum juga sembuh. Bahkan, ada bercak darah keluar dari dubur atau anusnya. Selain itu juga, ED mengalami muntah-muntah. Karena anaknya yang tak kunjung sembuh, ED dibawa oleh Johnson ke dokter dan meminta dokter untuk memeriksa keadaan apa yang sebenarnya terjadi pada anaknya. Setelah diperiksa, ED dinyatakan terkena disentri oleh dokter tersebut. Karena ED tidak dapat meminum ASI dari ibunya, Johnson dan istri mendesak dokter untuk membawa ED ke rumah sakit. Setelah mendapat izin dari dokter, Johnson membawa anaknya ke rumah sakit umum Kupang dan dilakukan pemeriksaan oleh dr. M. Dokter tersebut malah mengatakan kalau anaknya bukan disentri, tapi mengalami invaginasi. Ususnya masuk ke dalam usus. Lalu, ia membawa kembali anaknya ke dokter semula yang mengatakan kalau anaknya terkena disentri dan mengatakan kepada dokter tersebut kalau anaknya bukan disentri tapi invaginasi. RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 1

Upload: bimanda-rizki-nurhidayat

Post on 27-Oct-2015

179 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Etik kasus

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal

PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK April 2013

Kisah Bayi ED Yang Meninggal,

Karena Tranfusi Darah Yang Terburu-buru

Kupang - Malpraktik juga terjadi pada bayi ED yang masih berusia 10 bulan. Bayi

ED merupakan anak dari pasangan Pendeta Johnson Dethan dan Many Lynn Dethan.

Kejadian yang menimpa ED terjadi pada bulan Februari 2012. Waktu ED mengalami sakit.

Setelah menunggu selama 1 hari, ED dibawa ke dokter oleh Johnson dan Many Lynn. Tapi,

dokter yang memeriksa ED beranggapan kalau ED hanya terkena pilek dan flu biasa dan

dokter memberikan ED obat yang ia racik sendiri.

Walau pun sudah diberikan obat, ED belum juga sembuh. Bahkan, ada bercak darah

keluar dari dubur atau anusnya. Selain itu juga, ED mengalami muntah-muntah. Karena

anaknya yang tak kunjung sembuh, ED dibawa oleh Johnson ke dokter dan meminta dokter

untuk memeriksa keadaan apa yang sebenarnya terjadi pada anaknya. Setelah diperiksa, ED

dinyatakan terkena disentri oleh dokter tersebut. Karena ED tidak dapat meminum ASI dari

ibunya, Johnson dan istri mendesak dokter untuk membawa ED ke rumah sakit.

Setelah mendapat izin dari dokter, Johnson membawa anaknya ke rumah sakit umum

Kupang dan dilakukan pemeriksaan oleh dr. M. Dokter tersebut malah mengatakan kalau

anaknya bukan disentri, tapi mengalami invaginasi. Ususnya masuk ke dalam usus. Lalu, ia

membawa kembali anaknya ke dokter semula yang mengatakan kalau anaknya terkena

disentri dan mengatakan kepada dokter tersebut kalau anaknya bukan disentri tapi invaginasi.

Dokter itu lalu menelepon dokter bedah, dr. D, untuk memeriksa anaknya. Lalu dokter

tersebut mengatakan kalau itu memang invaginasi.

Yang lebih membuat Johnson kaget adalah dokter tersebut mengatakan kalau

disentrilah yang menyebabkan invaginasi. Johnson sangat percaya apa yang dikatakan oleh

dokter karena ia tidak mengerti prosedur kesehatan dan mengikuti apa yang dikatakan oleh

dokter tersebut. Setelah melakukan cek laboratorium, ternyata tidak ada bakteri atau pun

virus yang menunjukkan kalau anak itu terkena disentri. Pihak keluarga meminta agar

anaknya dibawa ke Rumah Sakit Umum Kupang, tapi dokter malah menyarankan kalau

anaknya melakukan operasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Dedari Kupang.

Istrinya sempat menanyakan apakah di rumah sakit tersebut ada ruang ICU nya atau

tidak, dokter malah mengatakan kalau ia biasa melakukan hal itu. Pada saat di rumah sakit,

anaknya harus melakukan pengecekkan darah karena harus segera dioperasi. Anehnya,

RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 1

Page 2: Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal

PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK April 2013

menurut tes golongan darah di Prodia, anaknya memiliki darah dengan golongan B. Padahal,

saat dicek di PMI golongan darah anaknya O.

Pada tanggal 12 Februari 2012 dilakukanlah operasi. Tiba-tiba saja HB bayi ED turun

dan membutuhkan transfusi dari. Namun, transfusi darah yang dilakukan oleh para suster

dengan cara injeksi. Darah sebanyak 100 CC dimasukkan ke dalam vena anaknya dalam

waktu yang cukup cepat hanya 15 menit. Padahal infus saja dilakukan harus pelan-pelan

apalagi ini transfusi darah. Semuanya harus dilakukan pelan-pelan. Setelah selesai melakukan

tindakan itu, mata anaknya terbalik. Dan ternyata benar, anaknya meninggal di tempat dan

keluar darah dari mulut. Sangat disayangkan, tak ada dokter jaga di rumah sakit. Lalu ia

berusaha menghubungi dokter rumah sakit tersebut.

RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 2

Page 3: Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal

PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK April 2013

Omongan Dokter “Saya sudah biasa melakukan operasi”,

Sering berakibat Fatal

Untuk meyakinkan pasien, biasanya dokter sering mengeluarkan kalimat sakti "Saya

sudah biasa melakukan itu". Tapi tak jarang kalimat itu sering berakibat fatal.

"Saya sudah biasa kok melakukan operasi usus buntu, ibu pergi ke pasar pun ibu bisa kena

usus buntu akut," kata seorang dokter bedah umum Dr A di Rumah Sakit Medika Permata

Hijau yang berbicara ke Oti Puspa Dewi , ibunda Raihan (10 tahun) sebelum dilakukan

Operasi usus buntu pada September 2012. Karena mendapat jaminan seperti itu, sang

Ibu yang semula ragu akhirnya merelakan anaknya dioperasi usus buntu oleh sang dokter.

Tapi setelah operasi itu, si anak tak pernah sadar lagi hingga sekarang atau sudah koma

selama 3 bulan. Begitu juga yang terjadi pada bayi ED asal Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Ketika bayi perempuan berusia 10 bulan itu sakit pihak Rumah Sakit Ibu dan Anak Dedari

Kupang mengatakan si bayi harus dilakukan operasi invaginasi.

Namun orangtua ED yang bernama Johnson Dethan dan Marilynn Dethan

menyangsikan kemampuan rumah sakit dan bertanya apakah ada ruang ICU. "Memang disini

ada ruang ICU kok sampai berani ambil tindakan operasi". Lalu si dokter menjawab 'Sudah

biasa kok dilakukan operasi'," cerita Johnson di gedung DPR, ketika rapat dengar pendapat

dengan Komisi IX, Selasa (15/1/2013).

Karena sudah diyakinkan biasa melakukan operasi akhirnya orangtua ED

mempercayakan anaknya dioperasi. Tapi yang terjadi kemudian si anak kekurangan darah

dan ketika dilakukan transfusi prosesnya sangat cepat. Untuk darah 100 CC dimasukkan ke

dalam vena bayi ED dalam waktu yang cukup cepat hanya 15 menit akibatnya ED meninggal

dunia. Dalam pertemuan tersebut pihak DPR berharap agar rumah sakit lebih hati-hati dan

bertanggungjawab atas proses yang tidak sesuai standar. DPR juga melihat jika terbukti

malpraktik harusnya rumah sakit itu bertanggungjawab. Salah seorang anggota DPR sempat

mengingatkan agar dokter jangan sesumbar dengan mengatakan “Saya sudah biasa

melakukan itu”. Karena jika berakibat fatal, pernyataan itu akan selalu dipegang pihak

keluarga sebagai bukti keluarga rela dokter melakukan tindakan karena sudah biasa.

RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 3