kasus eclampsi uni tia (1)
DESCRIPTION
PEBTRANSCRIPT
STATUS ILMU OBSTETRIFAKULTAS KEDOKTERAN TRISAKTI
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOESELO SLAWI
Nama Mahasiswa
: Rachma Tia Wasril
NIM
: 030.10.228Dokter Pembimbing
: Dr. Ratna, Sp. OG
I. Identitas PasienNama
: Ny. CUmur
: 25 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat Rumah: Desa Karangjambu Kecamatan BalapulangAgama
: Islam
Pendidikan
: SMPStatus pernikahan: Menikah
Pekerjaan
: Ibu Rumah TanggaNama Suami
: Tn. JTanggal masuk RS: 19 Juni 2015II. Anamnesis
Dilakukan anamnesis secara autoalloanamnesis pada tanggal 19 Juni 2015 pukul 22.00 WIB di Ruang Ponek RSUD Dr. Soeselo Slawi.
A. Keluhan Utama:
Os datang ke PONEK RSUD Dr. Soeselo Slawi kiriman Puskesmas Kalibakung dengan keluhan gelisah, mengigau, dan tidak sadarkan diri.B. Keluhan Tambahan:
Pusing, nyeri tenggorokan, dan lemas.C. Riwayat Penyakit Sekarang:Pasien datang ke PONEK RSUD Dr. Soeselo Slawi pada tanggal 19 Juni 2015 dengan P2A0 25 tahun post partum 5 hari. Pasien diantar oleh keluarga dan petugas kesehatan (bidan) membawa surat rujukan dari puskesmas Kalibakung dengan tekanan darah 110/80 mmHg. Pada saat pasien datang ke PONEK RSUD Soeselo Slawi pada pukul 07.45 keluarga pasien menyatakan pasien dalam keadaan gelisah dan tidak sadarkan diri. Pasien mengaku bahwa sehari sebelumnya pasien tidak bisa tidur, merasa pusing, mual, dan muntah 2 kali sejak kemarin. Lalu keluarga pasien membawa ke puskesmas Kalibakung dan didiagnosis sebagai post partum baby blues. Lalu puskesmas merujuk ke RSUD Soeselo Slawi. Lalu pada pukul 09.25 di RSUD Soeselo Slawi pasien tidak sadarkan diri, kelojotan, menggigit lidah, sulit untuk bernapas.
Pasien menyangkal adanya tekanan darah tinggi sebelumnya. Keluhan pandangan kabur (-), sesak(-), nyeri ulu hati(-), riwayat kejang(-) dan riwayat BAK sedikit dan kental disangkal oleh pasien. Pasien juga tidak mengeluh kaki terasa bengkak. Pasien mengatakan bahwa berat badan sebelum hamil adalah 55 kg sedangkan berat badan saat ini adalah 65 kg dan pasien mengatakan tinggi badan pasien 155 cm. Pasien mengaku BAB dan BAK lancar. Sebelum ke rumah sakit pasien tidak diberikan obat-obatan. D. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal adanya riwayat kencing manis, darah tinggi, penyakit jantung,alergi, penyakit ginjal dan tidak pernah kejang sebelumnya.E. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengaku tidak ada keluarga pasien yang memiliki penyakit serupa. Riwayat asma (-), riwayat kencing manis (-), riwayat darah tinggi (-), kejang (-) riwayat penyakit jantung (-).F. Riwayat Kebiasaan
Pasien seorang ibu rumha tangga, pasien tidak merokok, tidak minum alkohol dan tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang.G. Riwayat PernikahanPasien sudah menikah 1x, hingga saat ini, tinggal serumah dengan orang tuanya dan suami bekerja di Jakarta.
H. Riwayat ObstetriP2A0 minggu Ante natal care: rutin kontrol ke bidan 1 bulan sekali pada trimester 1 dan 2. Trimester 3 pasien kontrol 1 minggu sekali ke bidan. TT3 1x USG : (-) Penyakit selama kehamilan: hipertensi (-) Riwayat persalinan spontan pervaginam pada tanggal 14 Juni 2015 dengan jahit perineum. Pasien mengaku tidak ditemukan masalah pada saat persalinan dan melahirkan bayi perempuan dengan berat badan 2200 gram. Riwayat persalinan anak pertama dilakukan secara spontan pervaginam.I. Riwayat KBPasien pernah menggunakan alat suntik KB selama 2 bulan setelah melahirkan anak pertama kemudian berhenti karena mengeluh kesakitan saat menstruasi. Lalu pasien melanjutkan dengan pil KB selama 15 hari dan kembali berhenti lagi karena pasien sering lupa untuk minum obat.J. Riwayat Haid
Menarche pada usia 10 tahun, menstruasi teratur tiap bulan, siklus 28 hari, banyaknya 2-4 pembalut per hari tidak penuh, lama haid rata-rata 4-5 hari, dysmenorhea (-), keputihan (-)
II. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal di Ruang Ponek RSUD Dr. Soeselo Slawi.A. Keadaan umum Kesadaran: compos mentis
Kesan sakit: tampak sakit ringanSikap terhadap pemeriksa : kooperatif
B. Tanda vital
Tekanan darah : 144/102 mmHg
Nadi
: 98 x/menit
Suhu
: 36,6 0 C
Pernafasan: 20 x/menit
C. Kulit
Kulit berwarna sawo matang , tidak ikterik, tidak ada efloresensi bermakna.D. Kelenjar getah bening
Leher: tidak teraba membesar
Ketiak: tidak teraba membesar
Supraklavikuler: tidak teraba membesar
Inguinal: tidak teraba membesar
E. Kepala
Tampak normocephali, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
F. Wajah
Normal dan simetris
G. Mata
Alis: hitam, distribusi normal, tidak mudah rontok
Kelopak: tidak terdapat edema
Konjungtiva: tampak pucat (-/-)
Sklera: tidak tampak kuning (-/-)
Lensa: terlihat jernih (+/+)
Iris kripta tidak melebar
H. Hidung
Bentuk normal, tidak ada deformitas, tidak ada deviasi septum, mukosa tidak hiperemis, konka normal, tidak ada sekret.I. Telinga
Normotia, sekret -/-, serumen -/-, tidak ada nyeri tekan, liang telinga lapang, membran timpani intak
J. Mulut
Bibir: kering, tidak pucat, tidak sianosis
Gusi dan mukosa: tidak hiperemis, tidak ada perdarahan spontan, tidak pucat, tidak sianosis
Gigi geligi: lengkap, tidak ada karies, tidak keropos
Lidah: tidak ada papil atrofi, tampak agak kotor, hiperemis dan laserasi pada lateral kanan lidah Uvula: simetris, letak di tengah, tidak hiperemis
K. Tenggorokan
Tonsil: T1-T1 tenang, tidak ada detritus, tidak ada kripta melebar
Faring: arkus faring simetris, tidak hiperemis
Laring: tidak dinilaiL. Leher
Tiroid: tidak teraba benjolan
M. Thorax
Inspeksi:
Bentuk normal, mendatar, tidak terdapat retraksi saat status dan dinamis.
Kulit: sawo matang, tidak terdapat spider nevi, tidak terdapat efluoresensi yang bermakna
Iga: tidak ada retraksi sela iga, sela iga tidak melebar
Ictus cordis: tidak teraba pulsasi
Palpasi
Gerak nafas kanan-kiri simetris antara dua hemithorax
Vocal fremitus teraba sama kuat kanan dan kiri
Thrill: tidak teraba thrill pada ke-4 katup jantung
Ictus cordis teraba pada 1 cm medial garis midclavicula kiri
Perkusi paru: didapatkan suara sonor pada hemithorax kanan dan kiri
Auskultasi paru: terdengar suara napas vesikuler, wheezing -/- dan ronki -/- Auskultasi jantung: S1 reguler-S2 reguler, murmur (-), gallop (-), split (-)
N. Abdomen
Inspeksi
Bentuk abdomen datar, tidak terdapat efluoresensi yang bermakna, tidak terdapat dilatasi vena maupun arterial bruit, tidak terdapat smiling umbilikus.
Auskultasi
Bising usus +
Palpasi
Teraba supel, tidak terdapat nyeri tekan. Hepar dan lien dalam batas normal, tidak terdapat nyeri tekan pada bagian ginjal.
Perkusi
Terdengar timpani pada kuadran kanan kiri atas, tidak ada shifting dullness, tidak terdapat nyeri ketuk pada bagian ginjal
O. Ekstremitas
Inspeksi: lengan terlihat simetris, tidak ada deformitas, kulit berwarna sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis
Palpasi: Akral teraba hangat pada keempat ekstremitas, tidak terdapat oedem pada ekstremitas inferior.P. Genitalia
Dalam batas normal.Q. Anus/ Rektum : dalam batas normal.Status ObstetrikPemeriksaan dilakukan pada tanggal 19 Juni 20151. Abdomen
Tinggi Fundus uteri : 2 Jari dibawah pusat2. Genitalia
Vulva, vagina dalam keadaan tenang, oedem labia (-), lendir (-).
VT : kelenjar bartolini tidak ada pembengkakan atau abses
Dinding vagina kasar bergaris-garis , polip (-), tumor (-) X Palapasi bimanual :
Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusar
Uterus antefleksi , bentuk oval, sebesar kepalan tinju orang dewasa, konsistensi keras, permukaan licin, mobilitas uteri (+) Perabaan parametrium dan adneksa tidak dilakukan karna pasien merasa kesakitan
3. Inspekulo
Tidak dilakukan pemeriksaan inspekulo.I. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan 19 Juni 2015 pukul 10.25Pemeriksaan HasilNilai Rujukan
Leukosit 17.0003.600-11.000 u/l
Eritrosit 4,63.80-3.20 juta/ul
Hemoglobin 12,111,7-16,6 g/dL
Hematokrit 3435-47%
MCV7380-100 Fl
MCH2626-34 pg
MCHC3632-36 g/dL
Trombosit
297.000150.000-450.000 u/l
Diff count
Eosinofil 1,72-4
Basofil 0,100-1
Netrofil 78,750-70
Limfosit 13,725-40
Monosit 5,82-8
Golongan darahO Rhesus factor (+)
Urin
Protein urin(+) 1Negatif
Kimia Klinik
Gula darah Sewaktu9775-140
Ureum9,317,1 42,0
Creatinin 0,50,40 1,00 mg/dL
Asam Urat 9,72-7
Kolesterol total 206150-200
Trigliseride 14435-140
Bilirubin total 0,50,2-1,3
Bilirubin direct 0,10,1- 0,3
Bilirubin indirect 0,40-0,75
Total protein6,76,7-8,2
Albumin 3,83,8-5,3
Globulin 2,91,3-3,1
SGOT8013-33
SGPT476-30
Chloride 10795-105
Calcium 7,68,8-10
Kalium 3,33,5-5
SEROIMUNOLOGI
HbsAgNon reaktifNon reaktif
II. RESUME
Pasien datang ke PONEK RSUD Dr. Soeselo Slawi pada tanggal 19 juni 2015 pukul 07.45 dengan P2A0 tahun post partum 5 hari dengan keluhan penurunan kesadaran dan mengigau. Pasien diantar oleh bidan (puskesmas) membawa surat rujukan dengan diagnosis postpartum BLUES. Dari anamnesis didapatkan riwayat kejang di rumah sakit pada pukul 09.45. Pasien menyangkal riwayat tekanan darah tinggi (-). Keluhan pandangan kabur, mual, muntah, sesak, nyeri ulu hati, riwayat kejang, BAK sedikit, kaki bengkak disangkal oleh pasien. Berat badan sebelum hamil 55 kg dan saat ini 65 kg. BAB dan BAK lancar. Sebelum ke rumah sakit pasien tidak diberikan obat-obatan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 144/102, Nadi 98x/mnt. Pada pemeriksaan status obstetrik didapatkan TFU 2 jari dibawah pusat, His (+). Saat dilakukan vaginal touches tidak didapatkan kelainan.
Pada pemeriksaan penunjang tanggal 19 juni 2015 didapatkan kelainan laboratorium leukosit (17.000), Protein urin (+1), SGOT (80), SGPT (47), asam urat (9,1).Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada pasien ini maka diagnosis pasien adalah P2A0 25 thn, post partum spontan H+5 dengan Eclampsia.III. DIAGNOSA KERJA
Diagnosa masukP2A0, 25 tahun post partum spontan H+5 dengan post partum Baby Blues
Diagnosa akhir P2A0, 25 tahun post partum spontan H+5 dengan Eclampsia IV. PENATALAKSANAAN
Terapi non-medikamentosa
ABC ( jalan nafas )
Pengawasan Tanda vital, balance cairan, Mencegah kejang berulang Observasi keadaan umum
Mengatasi hipoksemia
Mencegah trauma pada pasien sewaktu kejang
Mengendalikan tekanan darah Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat atau diazepam Perawatan kejang
Tempatkan diruang khusus, lampu terang
Tempat tidur harus cukup lebar, dapat diubah dalam posisi Tredelenburg dengan kepala lebih tinggi
Spatel lidah/ Guedel/oral airway agar tidak tergigit, dan tidak menutup jalan napas Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendor, menghindari fraktur
Perawatan Koma
Derajat kedalaman diukur dengan GCS Terapi medikamentosa
Rawat di rumah sakit Oksigenasi 3 liter/menit RL 20 tpm Pasang DC Loading: MgSO4 40% 4 gr bolus i.v dalam 15 menit Mentainance: MgSO4 20% 6 gr dalam 500 cc RL/6 jam Dopamet 3 x 500 mg tab. Cek urin V. PROGNOSIS
Ibu
Ad vitam
: Dubia ad Bonam
Ad sanationam: Dubia ad malam Ad functionam: Dubia ad Bonam
VI. HASIL FOLLOW-UPTanggal SOAP
Ponek19/06/1507.45Os dating kiriman bidan Muzayanah dengan P2A0 dengan Post Partum hari ke 5 dengan Histeris (Os Suaminya Jarang pulang)
KU: TSBKesadaran: CM
TD: 131/87 mmHg
HR: 84 x/m
RR: 20 x/m
S: 36,50C
Thorax: cor: dbn, Abdomen: dbn, TFU :3 Jari pusarExtremitas: OE -/- AH +/+
VT :tidak dilakukan P2A0 25 thn, post partum spontan 5 hari dengan Post partum baby blues Advis dr. Jaga : Konsul dr.Jiwa
Ponek 19/06/1509.45Os.KejangP2A0 25 thn, post partum spontan 5 hari dengan Eclampsia Penatalaksanaan ABC
Pasang oral airway
Masker O2 10lt/menit
Suction catheter
Advice dr.Residen :
Rawat HCU
Periksa darah lengkap
EKG
Dopamet 3x500mg
Inj.MgSO4 20% 4gr bolus perIVSyringe Pump. MgSO4 20% 1gr/jam
Advice dr.arif SpOg :
Acc. Rawat HCU
Extra inj. Diazepam 1 amp
Extra inj. Lasix 1 amp
Konsul Penyakit Dalam
Ponek 19/06/15
10.50Visit dr.GunturKU :Somnolen
TD : 131/82
SpO2 100%
Nadi : 96 x/ menitMata :Reflex cahaya +/+
Thorax :
cor : SI & SII regular, bising (-), gallop (-)
pulmo : SN. Ves +/+ P2A0 25 thn, post partum spontan 5 hari dengan Eclampsia Advice dr.Guntur,SpAn :
Pasang O2 3lt/menit
Cairan 1800cc/24 jam (Nacl)
Cefotaxim 2 x 1gr
Midazolam 2 mg/jam
Cek Elektrolit,GDS, balance cairan
Foto Thorax Ap
Pindah ICU
Ponek 19/06/15
14.00Visite dr. Tetrani, SpPd TD :130/80
Thorax dan Abdomen: dbn
Lab :
Leu :17.000
As.urat 9,1
Chol 206
P2A0 25 thn, post partum spontan 5 hari dengan Eclampsia + infeksiHiperuricemia
Hepatopati
Advice dr tetrani Inf RL/2A
Allopurinol 2 x1
Lesipar 2 x 1
Aspar K
Oscal 2,5 1 x 1
Ponek
19/06/15
16.00KU: CM
TD : 140/85 mmHg
N : 101x/menit
R : 24x/menit
P2A0 25 thn, post partum spontan 5 hari dengan Eclampsia Inf RL
Th/Oral (+)
DC (+)
Selang O2 3lt/menit
ANALISIS KASUSTeoriKasus
Anamnesa
Eklampsia Merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia, yang disertai dengan kejang menyeluruh dan koma. Sama halnya dengan preeclampsia, eklampsia dapat itmbul pada ante, intra dan post partum. Eklampsia post partum umunya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan
Pada pasien preeklampsia yang akan kejang, umumnya memberi gejala-gejala atau tanda-tanda yang khas , yang dapat dianggap sebagai tanda-tanda prodoma akan terjadinya kejang yang disebut impending eclampsia atau imminent eclampsiaPreEclampsia adalah Hipertensi yang timbul setelah kehamilan 20 minggu disertai proteinuria. Pengukuran tekanan darah harus diulang berselang 4 jam, tekanan darah diastol 90 mmHg digunakan sebagai pedoman.2Preeklamsia dapat terjadi saat ante, intra, dan Post PartumFaktor resiko 4,5: Primigravida, primipaternitas
Hiperplasentosis : mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes mellitus, hidrops fetais, bayi besar
Umur yang ekstrim ( 35 tahun)
Riwayat keluarga pernah preeklamsi/eklamsi
Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada seblum hamil
Obesitas
Pasien dengan tekanan darah 144/101 mmHg dengan keluhan penurunan kesadaran dan kejang. 1 hari sebelumnya dirumah pasien merasa pusing, mual dan muntah-muntah. Tidak ada riwayat hipertensi sebelumnya
Kesimpulan : mendukung diagnosis eklampsia, yang sebelumnya didahului gejala prodoma impending Eclampsia Faktor resiko yang terdapat pada pasien :
ObesitasBMI pasien : 27,08 kg/m2 ( obesitas kelas 12RPD : DM(-) HT (-) Penyakit Jantung (-)
RPK : DM(-) HT (-) Penyakit Jantung (-) Preeklamsia (-)Kesimpulan : tidak ada RPD atau RPK yang mendukung
Pemeriksaan fisik
1) Preeklamsia dikatakan berat apabila disertai salah satu atau lebih dengan keadaan sebagai berikut3 :
2) Tekanan darah 160/110 mmHg3) Trombositopenia ( 1 minggu.c. Hasil tes laboratorium yang abnormal.d. Adanya gejala atau tanda satu atau lebih dari preeklamsia berat.
Pemeriksaan dan monitoring pada ibu :a. Pengukuran tekanan darah setiap 4 jam
b. Pengamatan yang cermat adanya edema pada muka dan abdomen.c. Penimbangan berat badan pada waktu ibu masuk rumah sakit dan penimbangan dilakukan setiap hari untuk pengukuran tumbuh kembang janin.d. Pengamatan dengan cermat gejala preeklamsia dengan impending eklamsia :
Nyeri kepala frontal atau oksipital Gangguan visus Nyeri kuadran kanan atas perut Nyeri epigastrium
e. Pengukuran produksi urin setiap 3 jam (tidak perlu dengan kateter).f. Pemeriksaan laboratorium :
a. Proteinuria pada dipstick pada waktu masuk dan sekurang-kurangnya diikuti 2 hari setelahnya.b. Hematokrit dan trombosit dua kali seminggu.c. Tes fungsi hepar dua kali seminggu.d. Tes fungsi ginjal dengan pengukuran kreatinin serum, asam urat, dan BUN.Pemeriksaan kesejahteraan janin :
a. Pengamatan gerak janin setiap harib. Non-stress test dua kali semingguc. Profil biofisik janin bila NST non reaktifd. Evaluasi pertumbuhan janin dengan USG setiap 3-4 minggue. Ultrasound Doppler arteri umbilikalis dan arteri uterina
Terapi medikamentosa yang diberikan untuk pasien preeklamsia ringan yang dirawat di rumah sakit adalah pada dasarnya sama dengan terapi ambulatoir. Bila terdapat perbaikan gejala dan tanda-tanda preeklamsia dan umur kehamilan 37 minggu, ibu masih perlu diobservasi selama 2-3 hari kemudian boleh dipulangkan. Selama dirawat di Rumah Sakit, lakukan konsultasi kepada bagian penyakit mata, bagian penyakit jantung, dan bagian lain atas indikasi
B. Sikap terhadap kehamilannya (pengelolaan obstetrik) pada pasien preeklamsia ringan tergantung dari usia kehamilan:
1. Bila pasien tidak inpartu :
a. Umur kehamilan < 37 minggu :
b. Bila tanda dan gejala tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan sampai aterm.
c. Umur kehamilan 37 minggu :
Kehamilan dipertahankan sampai timbul onset partus Bila serviks matang pada tanggal taksiran persalinan dapat dipertimbangkan untuk dilakukan induksi persalinan. Persalinan dapat dilakukan secara spontan; bila perlu memperpendek kala II2. Bila pasien sudah inpartu : lakukan persalinan.4.2.8.2 Preeklamsia Berat
Tujuan pengelolaan preeklamsia berat mencakup pencegahan kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan.
A. Sikap terhadap penyakitnya (terapi medikamentosa):
1. Segera masuk rumah sakit.2. Tirah baring miring ke kiri secara intermitten.3. Infus 5% Ringer Dekstrose jumlah tetesan < 125cc/jam atau infus Desktrose 5% yang tiap 1 liternya diselingi infus Ringer Laktat (60-125 cc/jam) 500cc.4. Monitoring input carian (melalui oral ataupun infus) dan output cairan (melalui urin).5. Oligouria terjadi bila produksi urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam.6. Antasida untuk menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak kejang, dapat menghindari risiko aspirasi asam lambung.7. Pemberian antikejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi kejang.
Cara pemberian regimen MgSO4 dibagi menjadi loading dose dan maintenance dose. Loading dose : 4 gram MgSO4 IV (40% dalam 10 cc) selama 15 menit. Maintenance dose : Infus 6 gram dalam larutan Ringer/6 jam; atau diberikan 4-5 gram IM, selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram IM tiap 4-6 jam. Syarat pemberian MgSO4 : Tersedia antidotum MgSO4 bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc) diberikan IV dalam 3 menit. Refleks patella normal. Frekuensi pernapasan > 16 kali/menit, tidak ada tanda-tanda distres pernapasan. Produksi urin dalam 4 jam sebelumnya > 100 cc; 0,5 cc/kgBB/jam.
Magnesium sulfat dihentikan bila ada tanda-tanda intoksikasi, setelah 24 jam post partum, atau 24 jam setelah kejang terakhir.
Bila terjadi refrakter terhadap pemberian MgSO4 maka diberikan salah satu obat berikut :
Sodium thipental 100 mg IV Diazepam 10 mg IV Sodium amobarbital 250 mg IV Phenytoin : dosis awal 1000 mg IV dilanjutkan 16,7 mg/menit/1 jam dilanjutkan 500 gram oral setelah 10 jam dosis awal dalam 14 jam.
8. Antihipertensi
Obat antihipertensi menurut Belfort diberikan bila tekanan darah 160/110 mmHg dan MAP 126.6 Menurut Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran obat antihipertensi sudah diberikan bila tekanan darah 140/90.8
Jenis obat : Nifedipine 10-20 mg PO, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg daam 24 jam. Nifedipin tidak dibenarkan diberikan di bawah mukosa lidah (sublingual) karena absorpsi terbaik adalah melalui saluran pencernaan makanan. Tekanan darah diturunkan secara bertahap : (1) penurunan awal 25% dari tekanan sistolik, (2) tekanan darah diturunkan sampai mencapai