penggunaan veto uni soviet dalam pbb, sebuah tinjauan terhadap kasus perang korea

30
Page | 1 Penggunaan Veto Uni Soviet dalam PBB : Sebuah Tinjauan terhadap Kasus Perang Korea Disusun oleh : Aisyah Ilyas / 0706291180 Dyah Ayunico Ramadhani / 0706291230 Erika / 0706291243 Hani Sulastri / 0706291294 Muti Dewitari / 0706165570 Rindo Saio / 0706165583 Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Indonesia 2008

Upload: erika-angelika

Post on 14-Jun-2015

2.437 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 1

Penggunaan Veto Uni Soviet dalam PBB :

Sebuah Tinjauan terhadap Kasus Perang Korea

Disusun oleh :

Aisyah Ilyas / 0706291180

Dyah Ayunico Ramadhani / 0706291230

Erika / 0706291243

Hani Sulastri / 0706291294

Muti Dewitari / 0706165570

Rindo Saio / 0706165583

Departemen Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

Universitas Indonesia

2008

Page 2: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri, hingga saat ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) masih

merupakan organisasi internasional yang paling efektif dan paling terasa keberadaannya. Akan

tetapi jika mau ditilik lebih lanjut, ternyata keberadaan PBB sebenarnya hanyalah merupakan

sebuah perpanjangan tangan dari negara-negara dominan saja, dalam hal ini adalah lima negara

pendiri PBB, yaitu Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Perancis, dan Cina. Campur tangan lima

negara pendiri PBB, yang untuk selanjutnya disebut sebagai P-5 ini, sangat terlihat dari besarnya

pengaruh pendapat mereka sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB dalam menentukan

langkah apa yang akan diambil PBB dalam menghadapi suatu kasus. Pengaruh P-5 dikatakan

sangat besar dalam menentukan langkah PBB karena mereka memiliki suatu keistimewaan

berupa hak veto yang tidak dimiliki negara anggota Dewan Keamanan lainnya. Hak veto sendiri

dimengerti sebagai hak untuk membatalkan keputusan atau resolusi yang diajukan oleh PBB.

Dengan kepemilikan hak veto tersebut, negara-negara P-5 seakan memiliki power dan legitimasi

sendiri dalam menentukan langkah PBB. Salah satu negara yang paling vokal dalam

menggunakan hak veto-nya adalah Rusia. Hingga Agustus 2008, tercatat sudah 124 kali Rusia

menggunakan hak vetonya untuk mem-veto resolusi yang dikeluarkan PBB. Jumlah ini adalah

jumlah penggunaan veto terbesar dibandingkan dengan veto yang dikeluarkan negara P-5

lainnya, yaitu Amerika Serikat (82 veto), Inggris (30 veto), Perancis (18 veto), dan Cina (7

veto).

Fenomena veto merupakan hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut, karena fenomena

ini mencerminkan adanya perbenturan kepentingan yang terjadi antar negara-negara besar dalam

PBB. Bila salah satu negara P-5 merasa kepentingannya terganggu saat dikeluarkan resolusi

PBB tertentu, maka tentu saja negara tersebut kemudian akan menggunakan hak vetonya untuk

membatalkan resolusi PBB tersebut. Hal inilah yang tampaknya sering dialami Rusia, jumlah

veto yang dikeluarkan Rusia ini mencerminkan bahwa Rusia seringkali merasa resolusi PBB

tidak sesuai dengan kepentingannya, karena itu Rusia sering sekali mem-veto setiap resolusi

PBB. Di sisi lain, keempat negara P-5 lain, jika dibandingkan dengan Rusia, relatif jarang

menggunakan hak vetonya; hal ini dikarenakan resolusi PBB seringkali tidak menganggu,

bahkan terkadang mendukung, kepentingan nasional negara mereka.

Perbenturan kepentingan antara negara P-5 yang paling sering terjadi adalah

pertentangan antara Rusia dan Amerika Serikat, dua negara yang menjadi dua poros kekuatan

utama dunia pada masa Perang Dingin. Perbedaan paham antara dua poros dunia itu

(komunisme yang diusung Uni Soviet, serta liberalisme yang diusung Amerika Serikat)

merupakan penyebab utama pertentangan yang terjadi antara mereka. Salah satu perbenturan

kepentingan yang paling nyata terjadi saat peristiwa Perang Korea, di mana ketika itu baik

Amerika Serikat maupun Rusia sama-sama merasa memiliki kepentingan dalam masalah Perang

Korea tersebut, sehingga masalah inipun kemudian dibawa ke hadapan PBB untuk diselesaikan.

1.2. Perumusan Masalah

Page 3: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 3

Makalah ini akan memaparkan mengenai penggunaan hak veto yang dimiliki Rusia sejak

1945 hingga 2008, dengan memusatkan pembicaraan pada masalah Perang Korea yang terjadi

pada 1950-1953. Makalah ini kemudian akan menganalisa latar belakang dari veto yang

dikeluarkan Uni Soviet pada resolusi PBB sehubungan dengan Perang Korea tersebut, mengenai

perbenturan kepentingan yang terjadi dalam PBB semasa Perang Korea.

1.3. Kerangka Teori

Ada dua pandangan utama dalam ilmu hubungan internasional yang dapat digunakan

untuk mengkaji fenomena organisasi internasional. Pandangan pertama datang dari kaum

liberalis yang percaya bahwa keberadaan organisasi internasional sangat penting untuk

memajukan kerja sama antar negara dalam dunia internasional. Sementara pandangan kedua

datang dari kaum realis yang cenderung skeptis terhadap fenomena organisasi internasional.

Kaum realis mengatakan, organisasi internasional hanya merupakan perpanjangan tangan dari

negara dominan. Negara dominan akan menggunakan kekayaan dan kekuatan powernya yang

dominan untuk mendirikan organisasi internasional; negara hegemon juga akan memberikan

insentif berupa perlindungan keamanan dan bantuan ekonomi untuk menarik negara-negara lain

agar bergabung1. Dengan cara tersebut, secara tidak langsung negara dominan akan membuat

negara-negara baru itu tergantung padanya, baik secara ekonomi, militer, maupun dalam hal-hal

lain.

Ketergantungan ini kemudian akan membuat kepentingan negara-negara baru mudah

dikompromikan, sementara di sisi lain kepentingan negara dominan akan semakin mudah

terlaksana. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Machiavelli. Dengan menganalogikan

negara sebagai penguasa, Machiavelli mengatakan bahwa ketergantungan akan membuat

penguasa menjadi tawanan dari sekutu itu sendiri (sekutu, dalam hal ini adalah organisasi

internasional), penguasa akan menjadi lemah karena ketergantungan itu, dan kepentingan

nasionalnya akan terhalang oleh kepentingan negara sekutu tersebut. Sehingga sebenarnya

organisasi internasional hanya merupakan cerminan kepentingan negara-negara dominan di

dalamnya.

Kaum realis juga berpendapat, ketika berada dalam organisasi internasional, para

anggota sangat jarang memperhatikan moral. Faktanya, negara lebih sering bertindak atas dasar

dan dengan pengaruh power2. Pendapat ini semakin menguatkan pentingnya power dalam

organisasi internasional. Organisasi internasional bertindak dengan, dan atas nama power, dalam

hal ini power untuk dan milik negara-negara dominan. Selain itu, bagi kaum realis, upaya untuk

mewujudkan suatu pemerintahan dunia melalui organisasi internasional tidak mungkin dapat

diwujudkan, karena negara—sebagai aktor rasional—tidak mungkin bersedia menyerahkan

kedaulatannya ke dalam suatu badan internasional3. Signifikansi organisasi internasional

kembali dipertanyakan oleh Jill Steans dan Lloyd Pettiford, yang mengatakan bahwa organisasi

internasional hanya akan efektif bila ada suatu sanksi yang efektif dan power dari negara yang

berkuasa, atau hegemon4. Pernyataan ini kembali menunjukkan betapa besarnya peran negara

1 Kelly-Kate S. Pease, International Organizations : Perspective on Governance in The Twenty-First Century,

(New Jersey: Prentice Hall.Inc, 2000), hal. 46. 2 Clive Archer. International Organizations, (London : Routledge, 2000), hal. 79.

3 Jill Steans dan Lloyd Pettiford. International Relations Perspectives and Themes, (England: Pearson Education

Limited, 2001), hal. 23. 4 Ibid, hal. 26.

Page 4: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 4

dominan dalam organisasi internasional, betapa organisasi internasional hanya merupakan

perpanjangan tangan dari negara berkuasa, seperti yang diutarakan kaum realis.

Page 5: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PBB, Dewan Keamanan, dan Hak Vetonya

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi berdiri pada tanggal 24 Oktober 1945,

saat Piagam PBB telah selesai diratifikasi oleh Cina, Inggris, Perancis, Uni Soviet, Amerika

Serikat, dan beberapa negara lainnya. Kelima negara tersebut pada dasarnya memiliki peran

yang sangat besar dalam proses penyusunan Piagam PBB di San Fransisco tahun 1945, saat

kelima negara tersebut menghadiri Konferensi PBB yang membahas mengenai Organisasi

Internasional.

Salah satu struktur organisasi di dalam PBB yang paling kuat dan berpengaruh,

merupakan Dewan Keamanan, di mana Dewan Keamanan ini memiliki tanggung jawab dalam

mempertahankan perdamaian dan keamanan internasional. Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris,

Perancis, dan Cina, sebagai negara-negara yang termasuk ke dalam pendiri PBB, secara

langsung termasuk ke dalam keanggotaan Dewan Keamanan, sebagai anggota tetap. Kelima

negara ini pun sering kali disebut dengan istilah Permanent 5 (P5). Dewan Keamanan

merupakan suatu struktur organisasi yang cenderung lebih eksklusif dibandingkan dengan

struktur ataupun dewan-dewan lainnya. Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB,

negara-negara tersebut pun memiliki ssebuah hak istimewa untuk melakukan “veto”.

Dalam Dewan Keamanan terdapat 15 negara anggota yang terdiri dari lima negara

anggota tetap dan 10 negara anggota tidak tetap, di mana masing-masing negara tersebut

memiliki satu suara. Resolusi mengenai masalah prosedural ditentukan berdasarkan suara yang

mendukung dari paling tidak 9 dari 15 negara anggota, sedangkan resolusi mengenai masalah

substansif ditentukan berdasarkan suara yang mendukung dari sembilan negara, termasuk negara

anggota tetap atau P5. Inilah yang kemudian disebut dengan istilah hak veto, yang mengandung

pengertian ketentuan “kebulatan suara negara kuat”.5

Pada dasarnya hak veto dapat dilihat dari dua segi pandang, positif dan negatif. Veto

positif di mana apabila veto yang kemudian dilakukan mendukung rencana resolusi yang ada,

sedangkan veto negatif apabila menolak rencana resolusi yang diajukan. Namun, dengan

berjalannya waktu, pengertian veto sering kali hanya terpaku kepada veto negatif saja. P5, atau

kelima negara anggota tetap Dewan Keamanan, memiliki hak untuk menolak jalannya suatu

resolusi yang akan dilaksanakan oleh Dewan Keamanan.6 Sehingga, walaupun jalannya sebuah

resolusi telah memenuhi syarat didukung oleh minimal 9 negara, namun apabila salah satu

negara anggota Dewan Keamanan melakukan veto terhadap resolusi tersebut, maka resolusi

tersebut pun kemudian akan batal. Dapat disimpulkan bahwa, “hak veto” yang kemudian

dimiliki hanya oleh negara anggota tetap Dewan Keamanan ini berbeda dengan konsep veto

umumnya, bahwa hak veto Dewan Keamanan memiliki kekuatan lebih dan sangat berpengaruh.

Namun dalam pemakaian istilah veto sekarang ini, maka sering kali merujuk terhadap hak P5,

sebagai negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan.

5 Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pengetahuan Dasar Tentang Perserikatan Bangsa-Bangsa, hal. 9.

6 International Security and Institutions Research Group, “Vetoed Draft Resolutions in the United Nations Security

Council 1946-2008”, http://www.fco.gov.uk/resources/en/pdf/4175218/vetoes-2008-2, diakses pada 14 Oktober

2008, pukul 20.05.

Page 6: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 6

2.2. Veto Rusia dari Masa ke Masa

0

20

40

60

80

100

120

140

Uni Soviet Amerika Serikat

Inggris Perancis China

Veto anggota Dewan Keamanan Tetap

Veto anggota Dewan Keamanan Tetap

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1946-1955 1956-1965 1966-1975 1976-1985 1986-1995 1996-2008

Veto Rusia

Veto Rusia

Sebagai salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Rusia memiliki hak istimewa

untuk menolak resolusi yang diajukan kepada Dewan Keamanan PBB (hak veto). Dalam

menggunakan hak vetonya, Rusia termasuk negara yang paling banyak mengeluarkan hak veto.

Dari 214 resolusi yang diveto oleh DK, 124 veto dikeluarkan oleh Rusia. Ini berarti, 50 persen

dari resolusi yang dikeluarkan dalam sidang DK, diveto oleh Rusia. Pada periode awal

berdirinya PBB (1946-1955), USSR melemparkan 80 veto dari total 82 veto. Sebagian besar

veto ini dilemparkan dengan cara menolak masuknya negara-negara baru ke dalam keanggotaan

PBB. USSR cenderung menolak negara-negara baru rekomendasi Barat.

Dekade berikutnya (1956-1965), dapat dilihat bahwa isu-isu yang diveto mulai beragam.

Namun, USSR tetap menjadi negara yang paling banyak menggunakan hak vetonya (26 veto).

Ini tidak termasuk penggunaan veto dalam isu masuknya negara-negara baru, di mana Rusia

Page 7: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 7

melemparkan 6 veto. Veto lainnya dilemparkan Rusia dalam isu Krisis Suez dan Hongaria,

Jammu dan Kashmir, pesawat pemantau Amerika Serikat, protes masyarakat Libanon terhadap

Siria, masalah Kongo, Kuwait dan Goa, Palestina, dan regulasi Malaysia-Indonesia.

Dekade ketiga (1966-1975), diawali dengan peningkatan jumlah negara anggota tidak

tetap DK, dari 6 menjadi 10 anggota. Ini dikarenakan ada tekanan dari Gerakan Non-Blok.

Penggunaan hak veto tidak lagi didominasi oleh USSR, anggota tidak tetap DK, terutama negara

dunia ketiga, mulai aktif menggunakan hak vetonya. Negara dunia ketiga mulai memperlihatkan

pengaruhnya dalam menyikapi isu-isu internasional, atas dasar kepentingan nasional

masing-masing. USSR hanya memberikan 7 veto, veto terbanyak dilakukan oleh Amerika

Serikat. USSR melemparkan vetonya terhadap resolusi yang memuat isu Palestina (1966 dan

1972), Czechoslovakia (1968), Bangladesh (1971), dan Syprus (1974).

Pada dekade 1976-1985, Amerika Serikat melemparkan 34 veto, Inggris 11 veto,

Perancis 9 veto, dan USSR dengan 6 veto. Veto-veto yang dilemparkan oleh USSR ditujukan

terhadap resolusi isu invasi Vietnam ke Kamboja, invasi Uni Soviet ke Afganistan (1980),

ajakan mengecaman Iran atas tindakannya menawan orang Amerika (1980), penembakan mati

pesawat sipil Korea Selatan (1983), dan peningkatan usaha peacekeeping militer PBB di

Libanon (1984). Penurunan penggunaan hak veto oleh USSR pada tahun 1966-1985, sebanding

dengan berkurangnya hak veto yang digunakan USSR untuk menghalangi masuknya

negara-negara baru ke dalam PBB. Pada masa itu, negara-negara baru yang masuk adalah

negara Dunia Ketiga yang bukan merupakan ancaman besar dalam bargaining power USSR di

PBB.

Terjadi perubahan pola pelemparan veto setelah berakhirnya Perang Dingin, di akhir

tahun 1980. Jumlah veto yang dikeluarkan pun menunjukkan penurunan pada periode

1986-1995. Amerika Serikat melemparkan 23 veto, Inggris 8 veto, Perancis 3 veto, dan Rusia

(sebagai pengganti USSR) 2 veto. Pada akhir 1980-an, terjadi perubahan pola tingkah laku pada

USSR, terjadi peningkatan kerja sama antara negara-negara anggota tetap DK. USSR mulai

menunjukkan etika baik. Hal ini terlihat dalam kesatuan suara dan pandangan dalam menyikapi

invasi Irak ke Kuwait Agustus 1990. Perpecahan internal dalam tubuh USSR pada akhir 1991

membawa Rusia sebagai penggantinya menjadi anggota tetap DK. Rusia ingin memperjelas

sikapnya yang menentang penggunaan dana dalam operasi-operasi peacekeeping tambahan PBB,

seperti yang akan terjadi dalam pandanaan UNFICYP, dianggap sebagai penggunaan dana oleh

PBB berdasarkan Artikel 17(2). Veto ini dilemparkan dalam konteks peningkatan penggunaan

dana yang signifikan dalam operasi peacekeeping PBB sejak awal 1980-an. Rusia selanjutnya

memveto sebuah draft resolusi non-aliansi (196) (Cina abstain), resolusi tersebut memuat

aplikasi tegas berupa sanksi-sanksi tertentu pada Republik Fedral Yugoslavia. Rusia

mempertimbangkan bahwa resolusi ini merupakan pengetatan sanksi yang menentang RFY

padahal RFY sedang mengupayakan usaha damai.

Jumlah veto yang dikeluarkan menunjukkan penurunan antara tahun 1996-2008. Dalam

periode ini, Amerika Serikat melempar 12 veto, Cina 4 veto, dan Rusia 3 veto, sedangkan

Perancis dan Inggris sama sekali tidak melakukan veto. Veto yang pertama kali dilancarkan oleh

Rusia ditujukan terhadap rancangan resolusi terhadap Siprus. Resolusi tersebut menyatakan

persetujuan operasi PBB di Siprus serta pengoperasian embargo militer, namun rancangan ini

kemudian diveto oleh Rusia dengan alasan resolusi tersebut tidak seharusnya dijalankan selama

hasil referendum Siprus tahun 2004 belum diketahui. Tahun 2007, Rusia beserta Cina

Page 8: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 8

menggunakan hak vetonya terhadap resolusi yang diajukan oleh Perancis dan Inggris terhadap

Myanmar. Rancangan resolusi tersebut menyatakan dukungan Dewan Keamanan terhadap misi

Sekretaris Jendral untuk memaksa dihentikannya serangan militer pemerintah Myanmar

terhadap warga sipilnya, dan membuka adanya dialog politik yang berbuntut terhadap transisi

Myanmar menjadi negara demokratis. Argumen Rusia dan Cina adalah bahwa masalah yang

terjadi di Myanmar adalah masalah internal dalam negara berdaulat tersebut, dan tidak memiliki

pengaruh terhadap dunia internasional. Oleh karena itu, rancangan resolusi tersebut secara tidak

langsung merupakan bentuk intervensi terhadap kedaulatan negara-negara di dunia. Hal ini pun

kembali terulang saat Rusia dan Cina kembali melakukan veto terhadap masalah Zimbabwe

dengan alasan serta argumen yang sama.

Dari veto-veto yang dikeluarkan Rusia sejak tahun 1946-2008 terdapat kecenderungan

bahwa Rusia mencoba melebarkan kepentingan nasionalnya sehubungan dengan perluasan

paham komunisme di dunia. Salah satu upaya yang dilakukan Rusia adalah dengan

mempertahankan powernya dalam PBB dengan menghalangi bertambahnya anggota-anggota

baru PBB, di mana dalam hal ini negara-negara tersebut memiliki paham yang bertentangan

dengan paham dirinya, terutama paham demokrasi. Usaha menghalangi masuknya anggota baru

dengan paham demokrasi tersebut bertujuan untuk mempertahankan kondisi “balance of power”

dalam PBB; Rusia merasa bila jumlah negara demokrasi anggota PBB bertambah, hal tersebut

akan menurunkan bargaining power negara-negara komunis anggota PBB, termasuk dirinya.

Perluasan ideologi komunis Uni Soviet terutama terlihat dalam penolakan yang ia berikan

terhadap dua resolusi PBB pada tahun 1950. Kedua resolusi yang dimaksud berisi pengaduan

atas agresi terhadap Korea Selatan. Bab selanjutnya kemudian akan lebih menjelaskan mengenai

Perang Korea dan keterlibatan Soviet di dalamnya.

2.3. Perang Korea

Agar dapat memahami lebih jauh mengenai Perang Korea, ada baiknya dilakukan

penelurusan sejarah mengenai Korea sejak Perang Dunia II. Sejak awal abad XX, Semenanjung

Korea dikuasai oleh Jepang. Bahkan orang Korea dipaksa untuk ikut berperang ketika Jepang

memerlukan tentara untuk menyerang Cina dan Asia Tenggara. Kekalahan Jepang dalam PD II

sontak memunculkan penguasaan dua buah negara pemenang perang di Korea, Korea Utara

yang didukung oleh Uni Soviet dan Korea Selatan yang didukung Amerika Serikat. Sejak awal

terbentuknya, hubungan Korea Utara dan Korea Selatan sudah tidak begitu harmonis, hal ini

disebabkan karena perbedaan paham yang dianut kedua wilayah tersebut : Korea Utara dengan

paham komunisme, dan Korea Selatan dengan paham liberalisme. Ketidakharmonisan itu

kemudian melahirkan ketegangan pada masing-masing pihak, yang berlanjut pada perang

saudara antara dua wilayah tersebut. Puncak ketegangan antara dua wilayah tersebut terjadi

karena keinginan Korea Utara untuk menyatukan kedua wilayah Korea tersebut di dalam

pemerintahan komunis Korea Utara. Keinginan tersebut kemudian direfleksikan dengan

melakukan agresi terhadap Korea Selatan; agresi tersebut menandakan dimulainya Perang Korea

(1950-1953).

Aktor yang terlibat dalam Perang Korea tidak hanya terbatas pada Korea Utara dan

Korea Selatan saja, melainkan juga melibatkan dua kekuatan utama dunia saat itu : Amerika

Serikat dan Uni Soviet. Tentunya keterlibatan Uni Soviet dan Amerika Serikat juga disertai

sekutu masing-masing. Cina menyertai Uni Soviet sedangkan Amerika Serikat disertai Kanada,

Page 9: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 9

Australia, dan Britania Raya. Itu tidak termasuk berbagai negara yang mengirimkan pasukannya

atas nama PBB. Inilah yang menyebabkan Perang Korea disebut juga sebagai „perang yang

dimandatkan‟ atau Proxy War. Dalam perang tersebut Uni Soviet mengaku mengirimkan

penasehat-penasehat perang sedangkan Cina mengirimkan pasukannya. Namun sebenarnya

keterlibatan Uni Soviet tidak hanya dalam bentuk pengiriman penasehat-penasehat perang saja,

melainkan juga pengiriman armada perang yang akan dibahas lebih lanjut pada sub-judul

selanjutnya. Pada makalah ini penulis akan memfokuskan pada upaya-upaya yang dilakukan

Rusia dalam membantu Korea Utara.

Sebenarnya, perang tersebut terjadi karena adanya upaya pihak komunis untuk

menyebarkan pengaruhnya ke wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara. Amerika Serikat yang

mengetahui hal tersebut buru-buru mengupayakan berbagai usaha untuk mencegah komunisme

masuk ke Asia Timur. Namun, komunisme telah berhasil masuk melalui Korea bagian Utara.

Amerika Serikat tetap berusaha untuk menangkal pergerakan komunisme Korea Utara ke arah

selatan, yaitu dengan cara memasok persenjatan secara tidak langsung. Upaya Amerika tersebut

ternyata gagal meredam pergerakan komunisme, sehingga ia kemudian meminta bantuan PBB

untuk turun tangan membela Korea bagian selatan.

Perang akhirnya berakhir tanpa kemenangan bagi pihak mana pun dan membagi Korea

menjadi dua wilayah hingga sekarang ini, Korea Utara yang berhaluan komunis dan Korea

Selatan yang berhaluan liberalis kapitalis. Hingga sekarang ini, Korea Demiliterized Zone

(KDM), sebagai perbatasan antar kedua negara, menjadi kawasan perbatasan yang paling

bersenjata di dunia.

2.4. Kepentingan Rusia dalam Perang Korea

In politics, men spend their power to get what they desire (Karl W. Deutsch)

Perang Korea yang mulai meletus sejak Juni 1950 ini sejatinya kian mempertebal

kegalauan yang menyelimuti nuansa perang dingin. Permusuhan dan kebencian nyatanya tidak

hanya mewarnai hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan, namun merembes hingga

menyulut perdebatan sengit di Dewan Keamanan PBB (DK PBB). Perdebatan inilah yang

menjadi inti analisis kami. Dalam tiga tahun berlangsungnya Perang Korea, Uni Soviet

(sekarang menjadi Rusia) telah mengeluarkan tiga veto yang pada dasarnya menentang resolusi

PBB terkait larangan terhadap negara-negara untuk membantu pecahan Korea Utara dan Korea

Selatan yang tengah berperang. Dalam veto ini, kita sekiranya bisa melihat betapa kuatnya

intensi Uni Soviet dalam menyokong kemampuan militer Korea Utara. Tidak hanya terbatas

pada intensi dan dukungan Uni Soviet, keunikan kasus veto Perang Korea juga dapat disoroti

dari keterlibatan China, dan Amerika Serikat yang menjadi elemen utama dari anggota tetap DK

PBB. Uni Soviet yang didukung oleh Cina secara radikal aktif mengambil stand yang

bertentangan dengan Amerika Serikat. Dukungan Soviet terhadap Korea Utara serta sebaliknya,

dukungan Amerika Serikat terhadap Korea Selatan kemudian menuai kontroversi yang

melahirkan interpretasi yang begitu ambigu. Sejumlah kalangan memandang bahwa perang

Korea atau yang lebih dikenal dengan proxy war ini telah menjelma menjadi perang ideologi

antara Uni Soviet dan AS dalam konteks hegemony maintenance dan pursuit of power.

Page 10: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 10

Pandangan ini kemudian mengepulkan pertanyaan yang menjadi instrumen penting dalam

memahami veto Uni Soviet. Alasan apakah yang sejatinya mendasari putusan US dalam

menelurkan tiga rentetan veto ini?

Perang Korea mulanya diyakini sebagai perang saudara yang timbul karena

gagalnya upaya unifikasi di bawah satu payung pemerintahan. Namun entah kenapa,

permasalahan yang hanya berakar dari ketidaksepahaman Korea Utara dan Korea Selatan yang

memilih untuk menjadi dua negara terpisah ini justru mengundang ketertarikan dari Uni Soviet

dan Amerika Serikat untuk aktif berkecimpung di dalamnya. Sebagai gambaran umum, Korea

Utara dan Korea Selatan sejatinya memang memiliki ideologi yang berbeda di tengah hubungan

Uni Soviet-Amerika Serikat yang juga sedang diliputi ketegangan dalam konteks dunia yang

bipolar. Korea Utara yang memilih untuk menerapkan ideologi komunisme secara historis jelas

memiliki kedekatan dengan Cina yang pada waktu itu bersahabat dekat dengan Uni Soviet,

sementara Korea Selatan kemudian perlahan justru merenda hubungan baik dengan Amerika

Serikat. Namun ketika perpecahan antara Korea Utara dan Korea Selatan yang masih bersikeras

menginginkan terjadinya unifikasi mulai membuncah, sikap Uni Soviet dan Amerika Serikat

yang kelabakan dan justru mengobarkan peperangan rasanya tetap terkesan sangat ironis.

Keluarnya resolusi PBB yang menghimbau tindakan saling serang serta keterlibatan pihak luar

dihentikan justru berakhir dengan respon getir Uni Soviet yang secara tegas menjatuhkan veto.

Veto ini jelas mengindikasikan fakta tak terbantahkan bahwa kemenangan Korea Utara terhadap

Korea Selatan adalah tujuan utama yang ingin diraih oleh Uni Soviet. Namun alasan utama yang

mendorong Uni Soviet untuk mengeluarkan veto ini rasanya masih sangat kabur, kompleks, dan

sedikit sulit untuk dipahami. Keputusan veto yang mencengangkan dunia internasional ini

tentunya berawal dari faktor-faktor internal yang secara nasional mempengaruhi kebijakan luar

negeri Uni Soviet. Karenanya, untuk mendapat kesimpulan akurat tentang alasan keluarnya veto

ini, maka sangatlah penting rasanya untuk memahami kebijakan luar negeri yang pada saat itu

tengah diusung oleh Uni Soviet.

Sebelum menilik lebih jauh kedalam kebijakan luar negeri Uni Soviet, terlebih dahulu

akan disajikan sejumlah konsep yang memudahkan kita dalam memahami keberadaan kebijakan

luar negeri tersebut. Secara teoretis, meminjam definisi yang digaungkan oleh Christol Rodee

Anderson dalam buku International Politics, kebijakan luar negeri adalah formulasi dan

implementasi dari sejumlah prinsip yang membentuk pola perilaku negara ketika berunding

dengan negara lain untuk melindungi kepentingan vitalnya. Pemenuhan-pemenuhan kepentingan

melalui kebijakan luar negeri ini dalam skala lebih besar terkait dengan konsep power seperti

yang pernah dijelaskan oleh Schumann. Kebijakan luar negeri adalah suatu ungkapan dari hasrat

negara terhadap kekuasaan (power)7. Lebih jauh menyoroti power, pandangan Schumann yang

dikutip oleh Evan Luard dalam buku yang bertajuk Basic Text of International Relations,

menyebutkan bahwa munculnya konsep power interest sejatinya bermula dari hubungan,

kompetisi, dan konflik antar negara. Konsep yang unik kemudian dimunculkan oleh Karl W.

Deutsch yang menyoroti bahwa berbagai bentuk implementasi power dalam hubungan

internasional sebenarnya dimaksudkan untuk mencapai tujuan akhir berupa power lebih besar.

Power yang makin menguat ini lah yang menjadi landasan syah bagi hegemoni suatu negara

untuk menjadi negara maha besar yang ditakuti dan menjadi pemimpin dunia dalam hubungan

7 Evan luard. Basic Text of International Relations. (London : Macmillan Academic and Professional LTD, 1992),

hal. 276.

Page 11: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 11

internasional. Rangkaian teori tentang kebijakan luar negeri ini kemudian ditutup oleh

pandangan Schwarzenberger yang menyatakan bahwa, the exercise of power itu sendiri kerap

dipicu oleh sejumlah alasan yang secara spesifik mempengaruhi suatu negara.

Meneruskan analisis ke dalam pembahasan yang lebih riil, penulis kemudian akan

menggambarkan kebijakan luar negeri yang dianut oleh Stalin sebagai pemicu utama bagi

munculnya veto dalam kasus Perang Korea. Menapaki jejak-jejak historis yang ditorehkan oleh

Stalin, maka Perang Korea bukanlah satu-satunya peristiwa penting yang menandai cerita kelam

kebijakan luar negeri Uni Soviet. Namun dalam pemerintahan yang berlangsung selama 29

tahun ini, berbagai implementasi kebijakan luar negeri Stalin sejatinya menyiratkan suatu

karakter dasar. Karakter dasar dari kebijakan luar negeri ini uniknya juga merupakan cerminan

dari watak Stalin yang dengan kediktatorannya menentukan semua derap langkah Uni Soviet.

Menariknya, E. H. Carr, seorang pemikir realis yang meminjam pandangan Trotsky, mengatakan

bahwa Stalin bukanlah figur yang menelurkan ide, sama sekali hampa dari pemikiran-pemikiran

original, dan cenderung menjadi produk politik dari pengalaman hidupnya.8

Menyoal

pengalaman hidup yang membesarkan Stalin, maka kata tunggal yang mampu menggambarkan

watak Stalin adalah “keras”. Dibesarkan dalam keluarga petani, Stalin menjadi sangat terkenal

dalam ranah politik dan jamak dibenci oleh lawan-lawan politiknya. Hal inilah yang sejatinya

membangun sifat keras dalam sifat Stalin. Sebuah situs Inggris, revision-note.co.uk, pernah

menyebutkan pola politik Stalin yang senang menyingkirkan lawan-lawan politiknya dengan

bersekutu, dan setelah berhasil kemudian juga menyerang pihak-pihak yang pernah menjadi

sekutunya.9 Inilah yang kemudian diadopsi dalam menyusun kebijakan luar negerinya. Dalam

hubungan internasional, kebijakan luar negeri Stalin, sesuai dengan kebijakan politik domestik,

cenderung berusaha untuk menyingkirkan negara-negara yang menghalangi pencapaian

kepentingannya. Pertanyaan yang terkait dengan preferensi kebijakan luar negeri ini adalah

kepentingan apa yang sebenarnya ingin diperjuangkan Uni Soviet dibawah rezim Stalin?

Jawaban yang menyoroti kepentingan Stalin inilah yang seyogyanya begitu terkait

dengan kebijakan Uni Soviet dalam menjatuhkan veto terhadap resolusi perang korea.

Gambaran yang paling jelas terhadap kepentingan Uni Soviet ini dapat dipahami dari pernyataan

pribadi Stalin yang kembali dikutip oleh revision-note.co.uk. Dalam pernyataan ini, Stalin

mengajukan pertanyaan yang berbunyi “Do you want our Socialist fatherland to be beaten and

to lose its independence?”. Pertanyaan yang mencoba menarik dukungan komunitas sosialis ini

kemudian diakhiri dengan seruan tegas berbunyi “If you do not want this you must put an end to

this backwardness as speedily as possible and develop genuine Bolshevik speed in building up

the Socialist system of economy. Either we do it or they crush us.”10

Kesimpulan eksplisit dari

kilasan pernyatan Stalin ini pada akhirnya melahirkan kesimpulan penting yang menjadi esensi

dari kebijakan luar negeri Uni Soviet. Bahwa pencapaian yang diinginkan oleh Stalin sejatinya

merupakan hegemoni tunggal dari paham sosialis dan komunis dalam tatanan internasional.

Dengan kata lain, Stalin sangat ingin menciptakan suatu sistem dunia dengan pola hidup,

pemerintahan, politik, dan ekonomi yang mengusung jiwa sosialis. Cara-cara pencapaian

hegemoni sosialis inilah yang mempengaruhi kebijakan luar negeri Uni Soviet yang aktif

8 E.H. Carr. Socialism in One Country 1924- 1926, Vol. 1, (London : Macmillan, 1958), hal. 174-186.

9 Why Was Stalin Able to Obtain Control? Diakses dari http://Revision-note.co.uk/revision/57.html pada tanggal 16

0ktober 2008 pada pukul 21.09. 10

Ibid.

Page 12: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 12

mencoba menyebarkan paham komunis ke berbagai negara di dunia.

Terkait dengan penyebaran paham komunis ini, Korea Utara melalui

perjanjian-perjanjian yang dia lakukan dengan Uni Soviet berusaha untuk memenuhi

kepentingannya sendiri. Uni Soviet pun meggunakan pengaruhnya pada Korea Utara agar dapat

memasang satelit komunisme pada benua Asia dan juga untuk memenuhi kepentingan

ekonominya seperti emas, beras, dan mineral. Dapat dilihat bahwa hubungan antara Korea Utara

dan Uni Soviet bersifat mutual dimana masing-masing memiliki kepentingannya sendiri yang

secara langsung maupun tidak langsung terpenuhi melalui kerjasama.Namun, kerjasama yang

telah dijalin antara Korea Utara dan Uni Soviet ini belum cukup memberikan alasan bagi Uni

Soviet untuk membantu dan mendukung agresi Korea Utara terhadap Korea Selatan. Faktor

pemicu munculnya dukungan Uni Soviet terhadap ide penyatuan Korea oleh Korea Utara justru

berasal dari China yang saat tengah menjalin hubungan akrab dengan Soviet melalui aliansi

Sino-Soviet. Sejak tahun 1945 hingga tahun 1950, Stalin telah menolak permintaan Kim Il Sung

untuk mengiijinkannya menginvasi Korea Selatan karena kekhawatirannya terhadap intervensi

Amerika Serikat.11

Dalam suasana perang dingin seperti ini, kedua negara adidaya -Amerika

Serikat dan Uni Soviet- cenderung terus menghindari konfrontasi langsung antar keduanya

sehingga langkah-langkah yang dapat memicu persengketaan senjata sangatlah dihindari oleh

Uni Soviet. Namun, pada awal tahun 1950 Mao Ze Dong melalui saran dan pendapat yang ia

berikan dapat menyakinkan Stalin bahwa intervensi Amerika tidak akan terjadi sehingga Stalin

pun akhir memutuskan untuk mendukung rencana Kim Il Sung untuk menyerang Korea

Selatan.12

Namun, ada hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut mengenai keterlibatan dari Uni

Soviet dan armada perangnya dalam agresi Korea Utara tersebut. Tentunya jika kita melihat

konteks perang dingin yang sedang terjadi saat itu dan sokongan Amerika Serikat pada

pemerintahan Korea Selatan maka kedua hal tersebut jelas memberikan motivasi bagi Uni

Soviet untuk membantu rencana penguasaan Korea oleh Korea Utara. Menurut Sergey S.

Radchenko dalam The Cold War International History Project terbitan Woodrow Wilson

International Center for Scholars, The White House bahkan menggangap bahwa agresi tersebut

masih merupakan bagian dari rencana Uni Soviet untuk mengalihkan perhatian Amerika Serikat

dari Vietnam dan melemahkan kekuatan Amerika untuk dapat membendung ekspansi

komunisme di dunia.

Sebagian besar orang tidak lagi meragukan bahwa Uni Soviet telah melatih dan

memfasilitasi KPA (Korean People‟s Army) pimpinan Kim Il Sung dan menyediakan senjata

kepada Chinese People‟s Volunteer Army (CPVA) di bawah Mao Zedong.13

Hal ini terbukti dari

arsip-arsip pemerintahan Russia yang saat ini telah dipublikasikan keluar meskipun sebenarnya

masih banyak lagi dokumen negara yang disimpan secara rahasia. Meskipun begitu, keterlibatan

armada perang Uni Soviet pada masa itu belum diketahui banyak orang. Pilot-pilot pesawat

11

Mark O‟Neil. Soviet Involvement in the Korean War: A New View from the Soviet-era Archives OAH Magazine of

History. http://www.oah.org/pus/megagreen/korea/oneill.html, diakses pada tanggal 14 Oktober 2008, pukul

21.45 WIB. 12

Chen Jian, The Sino-Soviet Alliance and China’s Entry Into The Korean War, http://www.wilsoncenter.org

/topics/pubs/acfae7.pdf, diakses pada tanggal 14 Oktober 2008 pukul 21.13 WIB. 13

Mark O‟Neil. Soviet Involvement in the Korean War: A New View from the Soviet-era Archives

OAH Magazine of History. http://www.oah.org/pus/megagreen/korea/oneill.html, diakses pada tanggal 14 Oktober

2008, pukul 21.45 WIB.

Page 13: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 13

tempur yang ikut berperang tidak hanya berasal dari RRC tapi juga berasal dari kaum kulit putih

yand tidak lain adalah Soviet. Terdapat sekitar 42,000 pasukan Soviet yang ikut ambil bagian

dalam konflik ditambah lagi dengan kontingen-kontingen yang mencapai 25,000 orang—hal ini

berlum termasuk 1,500 pilots yang dibantu oleh staff maintenance.14

Sedangkan menurut

intelegen Amerika diperkirakan terdapat 20-25,000 pasukan yang dikirim Uni Soviet setelah

keadaan stabil dan mereka pun tidak terlibat saat perperangan sengit.15

Untuk memastikan bahwa perang yang Uni Soviet bantu akan ia menangi tidaklah

cukup hanya dengan mengawasi dari kejauhan. Oleh karena itu merupakan hal yang logis jika

Stalin saat itu merasa bahwa armada perangnya perlu turun tangan meskipun hanya dalam

jumlah dan aksi yang terbatas. Terlihat secara jelas bahwa pemerintahan Soviet melihat dan

memperlakukan semenanajung Korea sebagai hal yang strategis dan penting untuk menjadi

tempat yang potensial untuk melaksanakan aksi agresif di daerah Asia.

Selanjutnya untuk mengetahui sampai sejauh mana sebenarnya kepentingan Soviet

pada agresi Korea Utara maka perlu dibahas pula hubungan antara kedua aktor sejak beberapa

tahun ke belakang. Menjelang tahun 1948-1950, Uni Soviet melakukan serangkaian perjanjian

dengan DPRK (Democratic People Republic of Korea) mengenai berbagai macam isu. Uni

Soviet setuju untuk terus menyediakan senjata dan peralatan pada Korea Utara, di lain pihak

Korea Utara juga setuju untuk membayar barang-barang tersebut sebagian dengan emas dan

sebagian lagi dengan beras dan mineral.16

Selain itu pada tahun-tahun menjelang serangan

Korea Utara, tepatnya pada tanggal 27 Augustus 1949 terdapat sebuah laporan mengenai

pertemuan antara Pak Hon-yong, menteri luar negari dari DPRK, dan G.I. Tunkin dari Kedutaan

Soviet. Isi dari pertemuan yang dilaksanakan berkat permintaan Hon-Yong tersebut adalah

mengenai pemberitahuan kepada Tunkin bahwa China telah meminta DPRK untuk mengirim

tambahan 8-10 kilowatts listrik dari pembangkit listrik Supun.

Dengan dukungan Soviet baik melalui penyediaan peralatan dan senjata serta

pengiriman pasukan perangnya tersebut, serangan Korea Utara pun akhirnya dapat dilancarkan

juga pada tanggal 25 Juni 1950. Dapat disimpulkan bahwa Soviet memiliki beberapa

kepentingan terhadap serangan Korea Utara yaitu untuk menyebarkan ideologi komunis dan

pengaruh Soviet di benua Asia sekaligus juga untuk mempertahankan keuntungan ekonomi yang

ia peroleh dari kerjasamanya dengan Korea Utara. Dengan kepentingan Soviet tersebut untuk

juga menyukseskan penyatuan Korea secara sepihak ini, tentulah masuk akal jika Soviet sampai

melakukan veto terhadap Resolusi PBB yang mengutuk agresi yang dilakukan oleh Korea Utara.

Padahal di lain pihak masyarakat internasional khususnya Amerika serikat dan

negara-negara Barat merasa bahwa serangan tersebut tidak dapat dibenarkan. Isu ini pun dibawa

oleh mereka yang merasa keberatan ke Majelis Umum PBB. Serangan Korea Utara yang

sepihak ini dianggap sebagai aksi pelanggaran kedaulatan negara Korea Selatan dan kejahatan

terhadap penduduk Korea Selatan. Hal itu dirasakan bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar

14

Robert Eksuzyan, Little fanfare for Soviet Korean war veterans, http://www.aeronautics.ru/nws002/

korean_war_soviet_pilots_reuters.htm, diakses pada tanggal 14 Oktober 2008, pukul 21.32 WIB 15

Igor N. Gordelianow. Soviet Air Aces of the Korean War, http://aeroweb.lucia.it/rap/RAFAQ/SovietAces.html,

diakses pada 14 Oktober 2008 pukul 21.26 WIB 16

Kathryn Weathersby. Soviet Aims In Korea and The Origins Of The Korean War 1945-1950: New Evidence From

Russian Archives. http://wwics.si.edu/topics/pubs/ACFB76.pdf, diakses pada 14 Oktober 2008 pukul 20.58

WIB.

Page 14: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 14

dari PBB. Setelah berhasil meyakinkan mayoritas anggota PBB bahwa serangan tersebut perlu

ditanggapi secara serius, Amerika Serikat mengajukan sebuah resolusi untuk mengutuk serangan

tersebut dan juga mendorong pengiriman pasukan PBB ke dalam zona konflik. Terlebih

didukung dengan konteks persebaran kekuatan yang saat itu bipolar, Amerika Serikat juga

memanfaatkan keterlibatan Soviet dalam aksi ini dan menggunakan resolusi ini untuk menekan

kekuataannya. Namun, pada kenyataannya resolusi tersebut tidak pernah disetujui dan

terlaksana karena resolusi tersebut bertentangan dengan kepentingan salah satu anggota tetap

DK PBB yaitu Uni Soviet.

Page 15: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 15

BAB III

KESIMPULAN

Dalam kasus Perang Korea, keluarnya veto terhadap empat resolusi PBB sejatinya

dapat dipahami sebagai upaya Uni Soviet dalam mewujudkan kepentingannya. Kepentingan ini

pada dasarnya terkait dengan sejumlah konsep betajuk ideologi dan ekonomi. Secara ideologis,

intensi Stalin dalam konteks pursuit of power dan hegemony maintenance telah melahirkan

alasan Uni Soviet dalam menebar pengaruh dan menanamkan hegemoni di Korea Utara. Dari

segi ekonomi, dukungan Uni Soviet terhadap Korea Utara untuk memenangkan perang tentunya

menawarkan keuntungan ekonomi yang teramat menguntungkan. Alasan ideologi dan ekonomi

inilah yang pada akhirnya mendorong Uni Soviet menceburkan diri dalam Perang Korea dan

menjatuhkan veto terhadap resolusi PBB.

Jika kita melihat fungsi PBB yang seharusnya untuk menjaga ketertiban dunia dan

keamanan internasional maka hal apapun yang bertentangan ataupun menghalangi tercapainya

tujuan ini seharusnya dapat ditumpas atau dihancurkan. Namun, terlihat bahwa meskipun hal

tersebut sudah diajukan oleh Majelis Umum dan disetujui oleh mayoritas anggota PBB tapi hal

itu tetap tidak dapat dilaksanakan. Hak veto yang diberikan pada negara-negara yang berkuasa

setelah perang dunia kedua pun akhirnya dijadikan alat untuk menjustifikasi aksi yang dilakukan

maupun yang didukung oleh negara-negara yang memiliki kekuatan yang besar. Dengan veto ini

dengan kata lain negara besar dapat mengontrol dan menghancurkan pencapaian negara-negara

kecil. Resolusi PBB yang merupakan kumpulan pendapat dan suara dari negara-negara anggota

PBB yang sudah dipersatukan dan disimpulkan secara susah payah dapat dengan mudah

dihancurkan oleh satu kepentingan negara besar. Sehingga dapat dikatakan bahwa fungsi

organisasi internasional khususnya dalam kasus ini PBB tidak berjalan dengan seharusnya dan

malah hanya sebagai institusi semu yang ditunggangi oleh kepentingan negara yang berkuasa.

Dapat disimpulkan bahwa pandangan realisme yang skpetis terhadap fungsi organisasi

internasional dapat dibenarkan. Organisasi internasional tidak ada bedanya dengan alat atau

perpanjangan tangan kepentingan negara-negara besar yang selalu akan berjalan atau ditentukan

oleh kepentingan-kepentingannya. Perang korea yang terjadi ini merupakan implikasi dari

pertentangan dan perebutan kekuasaan serta pengaruh antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Amerika Serikat tidak menyetujui langkah frontal yang dilakukan Korea Selatan dan menolak

secara keras agresi tersebut dalam PBB. Namun, Uni Soviet yang memiliki kepentingan akan

penyebaran komunisme ke Asia dapat mengagalkan upaya penolakan tersebut hanya dengan

mengunakan hak vetonya. Apalagi dalam hal ini demi memenuhi kepentingannya tersebut

penyebarannya perlu dimulai dari penaklukan Korea sehingga Korea Selatan dibutuhkan untuk

menyusupkan komunis dari Korea Utara. PBB di sini pada akhirnya tidak lain hanya menjadi

medan pertempuran dan perebutan kekuasaan dari kedua negara adidaya ini.

Page 16: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 16

DAFTAR PUSTAKA

Archer, Clive. International Organizations. London : Routledge, 2000.

Carr, E.H. Socialism in One Country 1924- 1926, Vol. 1. London : Macmillan, 1958.

Luard, Evan. Basic Text of International Relations. London : Macmillan Academic and

Professional LTD, 1992.

Pease, Kelly-Kate S. International Organizations : Perspective on Governance in The

Twenty-First Century. New Jersey: Prentice Hall.Inc, 2000.

Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pengetahuan Dasar Tentang Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Steans, Jill dan Lloyd Pettiford. International Relations Perspectives and Themes. England:

Pearson Education Limited, 2001.

Rujukan dari internet :

Eksuzyan, Robert. Little fanfare for Soviet Korean war veterans. http://www.aeronautics.ru

/nws002/ korean_war_soviet_pilots_reuters.htm. 14 Oktober 2008, 21.32.

International Security and Institutions Research Group. Vetoed Draft Resolutions in the United

Nations Security Council 1946-2008. http://www.fco.gov.uk/resources

/en/pdf/4175218/vetoes-2008-2. 14 Oktober 2008, 20.05.

Gordelianow, Igor N. Soviet Air Aces of the Korean War. http://aeroweb.lucia.it/rap/RAFAQ

/SovietAces.html. 14 Oktober 2008, 21.26

Jian, Chen. The Sino-Soviet Alliance and China’s Entry Into The Korean War. http://www.wilson

center.org /topics/pubs/acfae7.pdf. 14 Oktober 2008, 21.13.

O‟Neil, Mark. Soviet Involvement in the Korean War: A New View from the Soviet-era Archives

OAH Magazine of History. http://www.oah.org/pus/megagreen/korea/oneill.html. 14

Oktober 2008, 21.45.

Russian Archives. http://wwics.si.edu/topics/pubs/ACFB76.pdf. 14 Oktober 2008, 20.58.

Weathersby, Kathryn. Soviet Aims In Korea and The Origins Of The Korean War 1945-1950:

New Evidence From

Why Was Stalin Able to Obtain Control? http://Revision-note.co.uk/revision/57.html. 16 0ktober

2008, 21.09.

Page 17: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 17

LAMPIRAN

Veto USSR 61

N

o.

Tangg

al

Masalah Keterangan

1 16

Februari

1946

Pasukan Perancis dan

Inggris di Syria dan

Lebanon

Menunjukkan keyakinan bahwa pasukan

asing akan ditarik kembali secepat mungkin dan

Negosiasi akn dilaksanakan tanpa penundaan.

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Polandia

Perancis dan Inggris tidak berpartisipasi

dalam pengambilan suara (voting).

2 18

Juni 1946

The Spanish Question

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

3 18

Juni 1946

The Spanish Question

Jumlah veto : 1, abstain : 1 ( Belanda)

Negara yang juga mem-veto : -

4 18

Juni 1946

The Spanish Question Jumlah veto : 1, abstain : 1 ( Belanda)

Negara yang juga mem-veto : -

5 18

Juni 1946

The Spanish Question

Menerima rekomendasi sub-komiti

Jumlah veto : 1, abstain : 1 ( Belanda)

Negara yang juga mem-veto : -

6 26

Juni 1946

The Spanish Question

Penyelesaian kembali atas penjagaan

situasi di Spanyol dibawah obeservasi.

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Polandia

7 26

Juni 1946

The Spanish Question

Jumlah veto : 2, abstain : 1 (Polandia)

Negara yang juga mem-veto : Perancis

8 26

Juni 1946

The Spanish Question

Memutuskan bahwa resolusi Security

Council tidak merugikan hak General Assembly.

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Polandia

9 29

Agustus

1946

Aplikasi

Keanggotaan Hashemit

Kingdom of Transjordan

Jumlah veto : 2, abstain : 1 (Australia)

Negara yang juga mem-veto : Polandia

1

0

29

Agustus

1946

Aplikasi

Keanggotaan Irlandia

Jumlah veto : 1, abstain : 1 (Australia)

Negara yang juga mem-veto : -

1

1

29

Agustus

1946

Aplikasi

Keanggotaan Portugal

Jumlah veto : 2, abstain : 1 (Australia)

Negara yang juga mem-veto : Polandia

1

2

20

September

1946

Pengaduan Ukraina

menolak Yunani

Dewan Keamanan membentuk sebuah

komisi untuk menginvestigasi insiden-insiden di

perbatasan Yunani dengan Albania, Bulgaria,

dan Yugoslavia.

Page 18: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 18

Jumlah veto : 2, abstain : 1 (Australia)

Negara yang juga mem-veto : Polandia

1

3

25

Maret 1947

Peristiwa tentang

sebuah pertambangan

yang belum tereksplorasi

di Terowongan Corfu

Ditemukan bahwa keberadaan

pertambangan tersebut diketahui oleh

pemerintah Albania dan merupakan

persekongkolan pemerintah Albania. Inggris

sebagai pihak yang terlibat dalam permasalahan

tersebut, tidak berpartisipasi dalam veto yang

dilakukan.

Jumlah veto : 2, abstain : 1 (Syiria)

Negara yang juga mem-veto : -

1

4

29 Juli

1947

Insiden perbatasan

Yunani

Direkomendasikan kepada pemerintah

Yunani, Albania, Bulgaria, dan Yugoslavia agar

menahan diri dari segala bentuk dukungan untuk

menggulingkan pemerintahan negara tetangga

yang berdaulat dan Dewan Keamanan

diharuskan membentuk sebuah komisi

Jumlah veto : 1, abstain : 1 (Polandia)

Negara yang juga mem-veto : -

1

5

18

Agustus

1947

Aplikasi Keangotaan

Hashemite Kingdom of

Transjordan

Jumlah veto : 1, abstain : 1 (Polandia)

Negara yang juga mem-veto : -

1

6

18

Agustus

1947

Aplikasi

Keanggotaan Irlandia

Jumlah veto : 1, abstain : 1 (Polandia)

Negara yang juga mem-veto : -

1

7

18

Agustus

1947

Aplikasi

Keanggotaan Portugal

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Polandia

1

8

19

Agustus

1947

Insiden Perbatasan

Yunani

Menetapkan bahwa situasi tersebut

merupakan ancaman bagi perdamaian dan

meminta untuk bernegosiasi.

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Polandia

1

9

19

Agustus

1947

Insiden Perbatasan

Yunani

Ditemukan bahwa Albania, Bulgaria, dan

Yugoslavia telah membantu gerliyawan di

Yunani dan memohon kepada mereka untuk

berhenti.

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Polandia

2

0

21

Agustus

1947

Aplikasi

Keanggotaan Italia

Pengajuran Italia dimasukkan ke dalam

keanggotaan pada saat itu.

Jumlah veto : 1, abstain : 1 (Polandia)

Negara yang juga mem-veto : -

2 21 Aplikasi Penganjuran Austria dimasukkan ke dalam

Page 19: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 19

1 Agustus

1947

Keanggotaan Austria

keanggotaan pada saat itu.

Jumlah veto : 1, abstain : 2 (Polandia)

Negara yang juga mem-veto : -

2

2

25

Agustus

1947

Insiden Perbatasan

Yunani: berhubungan

terhadap Albania,

Yugoslavia, dan Bulgaria.

Permintaan General Assembly untuk

mempertimbangkan perdebatan.

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Polandia

2

3

15

September

1947

Insdident Perbatasan

Yunani: berhubungan

terhadap Albania,

Yugoslavia, dan Bulgaria

Mengumumkan prosedur proposal ini.

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Polandia

2

4

15

September

1947

Aplikasi

Keanggotaan Italia

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Polandia

2

5

1

Oktober

1947

Aplikasi

Keanggotaan Finlandia

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Polandia

2

6

10

April 1948

Aplikasi

Keanggotaan Italia

Tidak ada vote yang diambil terhadap

Transjordan sejak delegasi menyatakan bahwa

posisi mereka tidak berubah sejak awal.

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Polandia

2

7

24

Mei 1948

The Czechoslovak

question

Dalih ancaman terhadap kemerdekaan

Czech oleh ancaman militer Uni Soviet.

Jumlah veto : 2, abstain : 1 (Perancis)

Negara yang juga mem-veto : Ukraina

2

8

24

Mei 1948

The Czechoslovaq

Question

Dalih ancaman terhadap kemerdekaan

Czech oleh ancaman militer Uni Soviet.

Memutuskan untuk mengangkat sub-komiti

untuk mendengarkan pembuktian.

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Ukraina

2

9

22

Juni 1948

Laporan Komisi

Energi Atom PBB

Penerimaan laporan sebagai sebuah dasar

sistem kontrol internasional atas energi atom.

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Ukraina

3

0

18

Agustus

1948

Aplikasi

Keanggotaan Sri Langka

Vote diambil atas proposal lisan oleh China

bahwa Sri Langka dimasukkan ke dalam

keanggotaan PBB.

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Ukraina

3

1

25

Oktober

1948

Situasi di Berlin Meminta pertanggungjawaban 4

pemerintahan untuk menghapus

perbedaan-perbedaan yang ada dan mengatur

Page 20: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 20

penyatuan mata uang.

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Ukraina

3

2

15

Desember

1948

Aplikasi

Keanggotaan Sri Langka

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Ukraina

3

3

8

April 1949

Aplikasi

Keanggotaan Republik

Korea

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Ukraina

3

4

7

September

1949

Aplikasi

Keanggotaan Nepal

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Ukraina

3

5

13

September

1949

Aplikasi

Keanggotaan Portugal

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Ukraina

3

6

13

September

1949

Aplikasi

Keanggotaan Jordan

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Ukraina

3

7

13

September

1949

Aplikasi

Keanggotaan Italia

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Ukraina

3

8

13

September

1949

Aplikasi

Keanggotaan Finlandia

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Ukraina

3

9

13

September

1949

Aplikasi

Keanggotaan Irlandia

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Ukraina

4

0

13

September

1949

Aplikasi

Keanggotaan Austria

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Ukraina

4

1

13

September

1949

Aplikasi

Keanggotaan Sri Langka

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Ukraina

4

2

11

Oktober

1949

Proposal Komisi

Persenjataan

Konvensional

Penyetujuan resolusi komisi

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Ukraina

4

3

18

Oktober

1949

Proposal Komisi

Persenjataan

Konvensional

Penyetujuan proposal dalam kertas kerja

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Ukraina

4

4

18

Oktober

1949

Peraturan dan

pengurangan peralatan

perang

adanya pemberitahuan yang jelas mengenai

peralatan perang tiap negara, yang berarti setiap

negara wajib melaporkan peralatan perang yang

dimilikinya, terutama yang berhubungan dengan

Page 21: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 21

senjata atom dan fasilitas lainnya.

Jumlah veto : 2, abstain : 1

Negara yang juga mem-veto : Ukraina,

Abstain : Argentina

4

5

13

Desember

1949

Indonesian Question PBB membantu dan menyambut

pembangunan yang terjadi di Indonesia.

Jumlah veto : 2, abstain : 1

Negara yang juga mem-veto : Ukraina,

Abstain : Argentina

4

6

13

Desember

1949

Indonesian Question PBB memerintahkan Komisi PBB agar

terus berjalan.

Jumlah veto : 2, abstain : 1

Negara yang juga mem-veto : Ukraina,

Abstain : Argentina

4

7

6

September

1950

Ketidaksetujuan

terhadap agresi yang

dilakukan melawan

Republik Korea (Korea

Selatan)

Resolusi PBB :

PBB memerintahkan setiap negara agar

tidak membantu Korea Utara dalam menyerang

Korea Selatan.

Jumlah veto : 1, abstain : 1

Negara yang juga mem-veto : -, abstain :

Yugoslavia

4

8

12

September

1950

Dugaan mengenai

adanya penyerangan dari

angkatan bersenjata PBB

untuk Korea pada

pangkalan udara Cina

Resolusi PBB :

Dibentuknya Komisi Investigasi untuk

menyelidiki benar tidaknya penyerangan

tersebut.

Jumlah veto : 1, abstain : 2

Negara yang juga mem-veto : -, abstain :

Yugoslavia, Cina

4

9

30

November

1950

Pengaduan agresi

terhadap Korea Selatan

9-1-0, India ga berpartisipasi

5

0

30

November

1950

Pengaduan agresi

terhadap Korea Selatan

9-1-0, India ga berpartisipsi

5

1

30

November

1950

Ketidaksetujuan PBB

mengenai agresi yang

dilakukan terhadap Korea

Selatan

Resolusi PBB :

PBB menyatakan ketidaksetujuannya

terhadap angkatan bersenjata Cina yang

melawan angkatan bersenjata PBB dalam

Perang Korea kala itu.

Jumlah veto : 1, tidak ikut veto : 1

Negara yang juga mem-veto : -, India tidak

ikut dalam veto.

5 6 Aplikasi keanggotaan Jumlah veto : 1, abstain : -

Page 22: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 22

2 Februari

1952

Itali Negara yang juga mem-veto : -

5

3

3 Juli

1952

Dugaan mengenai

adanya senjata bakteria

dalam Perang Korea

Resolusi PBB : meminta Palang Merah

Dunia untuk melakukan innvestigasi

sehubungan dengan dugaan tersebut

Jumlah veto : 1, abstain : -

5

4

9 Juli

1952

Penyetujuan

dilakukannya investigasi

oleh Palang Merah Dunia

(lihat veto 48)

Resolusi PBB : memerintahkan

dilakukannya investigasi yang tadinya di-veto di

veto 48.

Jumlah veto : 1, abstain : 1

Negara yang juga mem-veto : -, abstain :

Pakistan.

5

5

16

September

1952

Aplikasi keanggotaan

Libya

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

5

6

18

September

1952

Aplikasi keanggotaan

Jepang

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

5

7

19

September

1952

Aplikasi keanggotaan

Vietnam

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

5

8

19

September

1952

Aplikasi keanggotaan

Laos

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

5

9

19

September

1952

Aplikasi keanggotan

Kamboja

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

6

0

22

Januari

1954

Palestine Question

Mengenai kekhawatiran Syria/Israel

tentang Zona Demiliterisasi yang dianggap

mengganggu Sungai Yordan.

Mendeklarasikan ketaatan Perjanjian

Gencatan Senjata menjadi penting.

Jumlah veto : 2, abstain : 2 (Brazil. China)

Negara yang juga mem-veto : Lebanon

6

1

29

Maret 1954

The Palestine

Question

Permohonan kepada Mesir untuk mematuhi

SCR 95 (1951) mengenai Armada Israel

Jumlah veto : 2, abstain : 1 (China)

Negara yang juga mem-veto : Lebanon

6

2

18

Juni 1954

The Thailand

Question

Permohonan pembentukkan sub-komisi

oleh Komisi Pengamatan Perdamaian untuk

mengontrol perselisihan di dekat

Indocina/perbatasan Thailand.

Jumlah veto : 1, abstain : 1

Negara yang juga mem-veto : Lebanon

Page 23: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 23

6

3

20

Juni 1954

The Guetemalan

Question

Dalih bagi Honduras dan Nikaragua untuk

melakukan penyerangan.

Menyerahkan pertanyaan tersebut kepada

Organisasi Amerika Serikat.

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

6

4

13

Desember

1955

Amandemen China

untuk bergabung dalam

draft resolusi

Brazil/Selandia Baru

Termasuk Republik Korea dan Vietnam

dalam daftar negara yang melamar untuk

bergabung.

Jumlah veto : 1, abstain : 1 (New Zealand)

Negara yang juga mem-veto : -

6

5

13

Desember

1955

Amandemen China

untuk bergabung dalam

draft resolusi Brazil/China

Termasuk Republik Korea dan Vietnam

dalam daftar negara yang melamar untuk

bergabung.

Jumlah veto : 1, abstain : 1 (New Zealand)

Negara yang juga mem-veto : -

6

6

13

Desember

1955

Aplikasi

Keanggotaan Jordania

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

6

7

13

Desember

1955

Aplikasi

Keanggotaan Irlandia

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

6

8

13

Desember

1955

Aplikasi keanggotan

Portugal

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

6

9

13

Desember

1955

Aplikasi keanggotaan

Italia

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

7

0

13

Desember

1955

Aplikasi keanggotan

Austria

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

7

1

13

Desember

1955

Aplikasi keanggotan

Finlandia

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

7

2

13

Desember

1955

Aplikasi keanggotan

Srilangka

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

7

3

13

Desember

1955

Aplikasi keanggotan

Nepal

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

7

4

13

Desember

1955

Aplikasi keanggotan

Libya

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

7 13 Aplikasi keanggotan Jumlah veto : 1, abstain : -

Page 24: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 24

5 Desember

1955

Kamboja Negara yang juga mem-veto : -

7

6

13

Desember

1955

Aplikasi keanggotan

Jepang

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

7

7

13

Desember

1955

Aplikasi keanggotan

Laos

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

7

8

13

Desember

1955

Aplikasi keanggotan

Spanyol

Jumlah veto : 1, abstain : 1 (Belgia)

Negara yang juga mem-veto : -

7

9

14

Desember

1955

Aplikasi keanggotan

Jordan

Resolusi PBB:

Termasuk didalamnya Jepang dalam draft

resolusi Uni Soviet, rekomendasi amandemen

kepada Albania, Jordan, Irlandia, Portugal,

Hungaria, Italia, Austria, Romania, Bulgaria,

Finlandia, Sri Langka, Nepal, Lybia, Kamboja,

Laos, dan Spanyol.

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

8

0

15

Desember

1955

Aplikasi keanggotan

Jepang

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

8

1

13

Oktober

1956

Pengaduan oleh

Perancis dan Inggris

dalam melawan Mesir

Resolusi PBB:

Tertulis bahwa pemerintahan mesir belum

juga merumuskan secara cukup rencana yang

tepat untuk bertemu “six requirements” dan

mempertimbangkan bahwa pemerintahan mesir

sebaiknya bekerja sama dengan Suez Canal

Users Organization.

Bagian pertama dalam draft resolusi yang

disetujui untuk beberapa penyelesaian perkara

“the Suez question” disetujui secara bulat oleh

Security Council.

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Yugoslavia

8

2

4

November

1956

Situasi di Hongaria

Resolusi PBB:

Panggilan untuk penarikan kembali atas

pasukan Uni Soviet tanpa penundaan dari

teritori Hongaria.

Veto Asli adalah 9 setuju, 2 menolak.

Namun, pada tanggal 5/11/56, Yugoslavia

abstain dalam kasus ini

8 20 Resolusi PBB:

Page 25: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 25

3 Februari

1957

The India-Pakistan

question

Meminta presiden dari Security Council

untuk mengunjungi sub-kontinen untuk

mendiskusi demiliterisasi di Jammu dan

Kashmir.

Jumlah veto : 1, abstain : 1 (Swedia)

Negara yang juga mem-veto : -

8

4

9

September

1957

Aplikasi Keanggotaan

Republik Korea

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

8

5

9

September

1957

Aplikasi Keanggotaan

Vietnam

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

8

6

2 Mei

1958

militer AS membawa

bom ke arah pasukan

militer Uni Soviet

Resolusi : menciptakan suatu penyelidikan

di area bagian utara lingkaran artik.

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

8

7

18 Juli

1958

oleh Libanon yang

mengatakan adanya

penyusupan tentara militer

United Arab Republic

melalui Siria

Resolusi : Penyeruan penghentian

penyusupan militer dan mengundang UN

observation group dalam rangka mengejar

Resolusi Dewan Keamanan 128 tahun 1958.

Jumlah veto : 1, abstain : 1 (Swedia)

Negara yang juga mem-veto : -

8

8

22

Juli1958

Protes oleh Libanon

yang mengatakan adanya

penyusupan tentara militer

United Arab Republic

Resolusi : Permintaan pemenuhan tujuan

Resolusi Dewan Keamanan 128 kepada

Sekretaris Jendral melalui pengiriman tentara

militer PBB sehingga tentara militer AS dapat

mundur.

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

8

9

9

desember

1958

Penolakan akan

masuknya Korea Selatan

dalam keanggotaan PBB

Jumlah veto : 1, abstain : 1 (Irak)

Negara yang juga mem-veto : -

9

0

9

desember

1958

Penolakan akan

masuknya Vietnam dalam

keanggotaan PBB

Jumlah veto : 1, abstain : 2 (Kanada, Irak)

Negara yang juga mem-veto : -

9

1

26 juli

1960

Insiden RB-47 di

mana terjadi pelanggaran

terhadap ruang udara

Rusia oleh militer AS

Resolusi : Menganjurkan terjadinya

investigasi mendalam ataupun melalui

Mahkamah Internasional.

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Polandia

9

2

26 juli

1960

Insiden RB-47 Resolusi : Harapan agar Komite

Internasional melalui Palang Merah

Internasional dapat melakukan tugas

kemanusiaan dengan memantau bagaimana

Page 26: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 26

keadaan awak militer tersebut, apakah

diperlakukan secara manusiawi atau tidak oleh

Uni Soviet yang menahan awak-awak tersebut.

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Polandia

9

3

17

September

1960

Situasi di Kongo Resolusi : Menyarankan kekuatan militer

PBB untuk mengembalikan hukum, tatanan,

serta secara sukarela memberikan dana bantuan

untuk Kongo.

Jumlah veto : 2, abstain : 1 (Perancis)

Negara yang juga mem-veto : Polandia

9

4

4

desember

1960

Penolakan akan

masuknya Mauritania

dalam keanggotaan PBB

Jumlah veto : 2, abstain : 1 (Sri Langka)

Negara yang juga mem-veto : Polandia

9

5

13

desember

1960

Berhubungan dengan

situasi terakhir di Kongo

Resolusi : Mengharapkan Palang Merah

Internasional dapat memantau perkembangan

tawanan dan meminta kepada Sekretaris Jendral

untuk menjaga keamanan serta hak asasi

manusia.

Jumlah veto : 3, abstain : 1 (Tunisia)

Negara yang juga mem-veto : Srilangka,

Polandia

9

6

20

februari

1961

Situasi di Kongo Resolusi : Pengubahan oral amandemen AS

paragraf pembuka akan referensi terhadap

lokasi-lokasi spesifik, menjadi “berbagai tempat

di Kongo”.

Jumlah veto : 3, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Sri Langka,

United Arab Republik

9

7

20

februari

1961

Situasi di Kongo Resolusi : Pengubahan yang sama menjadi

“berbagai tempat di negara-negara”.

Jumlah veto : 3, abstain : 1 (Liberia)

Negara yang juga mem-veto : Sri Langka,

United Arab Republic

9

8

7 juli

1961

Pertanyaan terkait

dengan Kuwait dan Irak.

Resolusi : Ajakan untuk menghormati

kemerdekaan Kuwait dan integritas teritorinya.

Jumlah veto : 1, abstain : 3

Negara yang juga mem-veto : Sri Langka,

Ekuador, United Arab Republic

9

9

24

november

1961

Jumlah veto : 1, abstain : 1 (Perancis)

Negara yang juga mem-veto : -

1 24 Situasi Kongo Resolusi : Penambahan paragraf kepada

Page 27: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 27

00 november

1961

Sekretaris Jendral untuk meyakinkan

pemerintah Kongo dalam mereorganisir

angkatan militernya.

Jumlah veto : 1, abstain : 1 (Perancis)

Negara yang juga mem-veto : -

1

01

30

november

1961

Penolakan akan

masuknya Kuwait dalam

keanggotaan PBB.

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

1

02

18

desember

1961

Protes oleh Portugal

dikarenakan situasi di Goa

Damo dan Diu

Jumlah veto : 4, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Sri Langka,

Liberia, United Arab Republic

1

03

22

juni 1962

Indian-Pakistan

question

Resolusi : Memaksa terjadinya negosiasi

mengenai Kashmir.

Jumlah veto : 2, abstain : 2 (Ghana, United

Arab Republic)

Negara yang juga mem-veto : Rumania

1

04

3

september

1963

Siria/Israel S Jumlah veto : 2, abstain : 1 (Venezuela)

Negara yang juga mem-veto : Maroko

1

05

17

september

1964

Hubungan antara

Malaysia dan Indonesia

Jumlah veto : 1, abstain : 2 (Perancis dan

Amerika Serikat)

Negara yang juga mem-veto : -

1

06

21

Desember

1964

Perselisihan Syiria

dan Israel: Palestina

Melarang keras aksi militer di garis

gencatan senjata antara Israel dan Syiria dan

memanggil agar bekerja sama dengan pekerjaan

1963 dalam peninjauan dan pembatasan.

Jumlah veto : 3, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Ceko dan

Maroko

1

07

4

November

1966

Perselisihan Syria

dan Israel: Palestina

Mengundang Syria untuk meperkuat

langkah-langkah yang berhubungan kepada

General Armistice Agreement dan memohon

kepada Israel dan Syria untuk memudahkan

kerjanya UNTS (the UN Truce Supervisory

Organization).

Ini merupakah voting yang pertama kali

dilakukan oleh Security Council dengan anggota

berjumalah 15 negara.

Jumlah veto : 4, abstain : 1 (China)

Negara yang juga mem-veto : Bulgaria,

Jordan, Mali

1

08

22

Agustus

Chekoslovakia

Menegaskan kedaulatan, kemerdekaan

politik dan kesatuan wilayah Chekoslovakia,

Page 28: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 28

1968

menjatuhkan hukuman intervensi militer Uni

Soviet dan anggota Pakta Warsawa lainnya dan

meminta penarikan kembali pasukannya.

Jumlah veto : 2, abstain : 3 (Algeria, India,

Pakistan)

Negara yang juga mem-veto : Hongaria

1

09

4

Desember

1971

India/Pakistan

(Bangladesh)

Panggilan untuk penarikan kembali dan

memberi kuasa Secretary General unutk

menempatkan pengamat di perbatasan

India/Pakistan.

Jumlah veto : 2, abstain : 2 (Perancis,

Inggris)

Negara yang juga mem-veto : Polandia

1

10

5

Desember

1971

India/Pakistan

(Bangladesh)

Panggilan atas India dan Pakistan untuk

melakukan gencatan senjata dan penarikan

kembali pasukan militer mereka dan mendesak

usaha lebih lanjut untuk membawa tentang

pengembalian secara sukarela atas pengungsi

Pakistan Timur.

Jumlah veto : 2, abstain : 2 (Perancis,

Inggris)

Negara yang juga mem-veto : Polandia

1

11

13

Desember

1971

India/Pakistan

(Bangladesh)

Panggilan atas India dan Pakistan untuk

melakukan gencatan senjata dan penarikan

kembali pasukan militer mereka.

Jumlah veto : 2, abstain : 2 (Perancis,

Inggris)

Negara yang juga mem-veto : Polandia

1

12

10

September

1972

Timur Tengah Amandemen atas permohonan mengenai

kelompok politik untuk memberhentikan secara

cepat seluruh operasi militer.

Termasuk mengenai petunjuk miring atas

teroris “Black September” yang menyerang atlet

Israel di Munich.

Jumlah veto : 6, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Guinea,

Somalia, Sudan, dan Yugoslavia.

1

13

31 Juli

1974

Situasi di Siprus

Pencatatan penghormatan untuk

kedaulatan, kemerdekaan, dan kesatuan wilayah

Siprus dan permintaan Secretary General untuk

mengambil tindakan yang sesuai.

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Belarusia

China tidak berpartisipasi dalam voting.

Page 29: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 29

1

14

15

Januari

1979

Invasi Vietnam atas

Kamboja

Panggilan untuk melakukan gencatan

senjata dan penarikan kembali seluruh pasukan

militer asing dan memohon Secretary General

untuk meloporkan perkembangan menuju

implementasi tidak lebih dari dua minggu.

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Cheko

1

15

16

Maret 1979

Situasi Asia Tenggara

dan implikasinya

terhadapa perdamaian dan

keamanan internasional.

Panggilan untuk penghentian peperangan

dan penarikan kembali pasukan militer mereka

oleh seluruh kelompok politik ke negara

masing-masing.

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Cheko

1

16

7

Januari

1980

Invasi Soviet atas

Afganistan

Panggilan untuk penarikan kembali seluruh

pasukan asing secepatnya dan tanpa syarat.

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : GDR

1

17

13

Januari

1980

Panggilan untuk

persetujuan menolak Iran

karena penyanderaan atas

orang Amerika

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : GDR

1

18

12

September

1983

Penembakan jatuh

oelh Uni Soviet terhadap

civil airliner Korea

Selatan

Melarang keras penghancuran civil airliner

dan mangundang Secretary General untuk

mengatur sebuah investigasi dan melaporkan

hasil penemuannya dalam waktu 14 hari.

Jumlah veto : 2, abstain : 4 (China,

Guyana, Nikaragua, Zimbabwe)

Negara yang juga mem-veto : Polandia

1

19

29

Februari

1984

Peran Amerika

Serikat di Libanon

Mengeluarkan seruan mendesak untuk

melakukan gencatan senjata secara cepat dan

menetukan untuk mendirikan militer PBB di

kawasan Beirut yang terpilih, apabila sesuai dari

militer sementar PBB di libanon dengan misi

pemantauan kepatuhan dengan gencatan senjata.

Jumlah veto : 2, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : Ukraina

1

20

11

April 1993

Situasi di Siprus

Memberlakukan biaya UNFICYP sebagai

pengeluaran PBB berdasarkan artikel 17 (2)

dengan efek, sejak mandat untuk

memperpanjangan pengeluaran UNFICYP, perlu

dilakukan pembahasan ulang, menambah

sejumlah pengamat pengintai untuk membantu

pembahasan ulang tersebut, dan memandatkan

DK untuk membuat sebuah laporan satu bulan

Page 30: Penggunaan Veto Uni Soviet Dalam PBB, Sebuah Tinjauan Terhadap Kasus Perang Korea

Page | 30

Sumber : http://www.globalpolicy.org

sebelum pembahasan ulang.

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

1

21

2

Desember

1994

Situasi di Republik

Bosnia dan Herzegovina

Penetapan kembali

Jumlah veto : 1, abstain : 1 (China)

Negara yang juga mem-veto : -

1

22

21

April 2004

Situasi di Siprus

Menyetujui mandat sebuah operasi baru

PBB di Siprus dan melarang penjualan senjata.

Jumlah veto : 1, abstain : -

Negara yang juga mem-veto : -

1

23

12

Januari

2007

Situasi di Myanmar

Panggilan atas pemerintahan Myanmar

untuk menghentikan penyerangan militer

melawan masyarakat civil di daerah etnik

minoritas dan memulai dialog politik substantif

yang penting untuk transisi ke demokrasi;

pengungkapan dukungan untuk misi jasa baik

Secretary General.

Jumlah veto : 3, abstain : 3 (Kongo,

Indonesia, Qatar)

Negara yang juga mem-veto : Afrika

Selatan, China

1

24

11 Juli

2008

Perdamaian dan

Keamanan di Afrika

meminta Pemerintah Zimbabwe untuk

segera menghentikan serangan dan intimidasi

terhadap anggota dan pendukung oposisi,

memulai dialog politik diantara berbagai pihak

dan menghentikan larangan dalam bantuan

kemanusiaan; memeperkenalkan suatu senjata

embargo di Zimbabwe, larangan perjalanan dan

pembekuan aset terhadap anggota tertentu dari

pemerintah dan kekuatan pertahanan

Jumlah veto : 5, abstain : 1 (Indonesia)

Negara yang juga mem-veto : Libya,

China, Afrika Selatan, Vietnam