kasus basalioma
DESCRIPTION
Laporan kasus Basalioma Tipe NodulusTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Basalioma atau Karsinoma Sel Basal dikenal juga dengan : basal cell
epithelioma (BCE), ulkus rodens, ulkus Jacob, tumor Komprecher, basal cell
carcinoma (B.C.C) (Djuanda A, 2013).
Basalioma merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan. Berasal
dari sel-sel pluripotensial (sel-sel yang belum berdeferensiasi) pada stratum
basalis. Lapisan. Biasanya tidak bermetastasis, berkembang lambat, bersifat
invasif dan mengadakan destruksi lokal. Basalioma tumbuh di kulit yang salah
satu faktornya karena terpapar sinar matahari atau penyinaran sinar ultraviolet
lainnya. Makin tinggi paparan sinar matahari, makin besar peluang sel-sel tumor
menyerang (Cigna E, et.al, 2010).
Penyakit ini lebih kerap menyerang kelompok usia produktif, yakni antara
30-60 tahun di mana seseorang yang lebih banyak beraktifitas di luar ruangan,
dengan perbandingan yang lebih besar pada laki-laki dari perempuan yaitu 3 : 2.
Selain itu, orang kuit putih memilki resiko lebih besar terkena tumor kulit di
banding orang kulit berwarna hitam. Ini karena orang kulit putih memiliki pigmen
melanin yang lebih sedikit. Sekitar 80 % dari kanker sel basal terjadi pada daerah
terbuka yang biasanya terpapar sinar matahari seperti : wajah, kepala, dan leher
(Daniela and Leverkus, 2010).
Karsinoma sel basal tumbuh lambat tapi hampir selalu terus menerus.
Mungkin telah tumbuh selama beberapa bulan atau tahun sebelum pasien
menyadarinya. Tanpa terapi dapat terjadi invasi yang meluas dan kerusakan pada
jaringan sekitarnya, yang menimbulkan ulserasi (Corwin and Elizabeth, 2007).
Pada daerah kepala dapat terjadi penetrasi ke dalam jaringan-jaringan yang lebih
dalam, bahkan ke dalam tulang-tulang wajah dan otak. Karsinoma Sel Basal
jarang bermetastasis tetapi dapat menyebabkan kematian oleh karena perluasan
langsung ke dalam tengkorak atau erosi pembuluh-pembuluh darah besar, serta
cenderung untuk residif bila pengobatannya tidak adekuat (Daniel, et.al, 2009).
Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus dengan diagnosa Basalioma
yang ditemukan pada seorang pasien yang di rawat inap di RSUD A.W.Sjahrenie
Samarinda Juni 2015.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. IM
Umur : 71 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl.Pemuda 2 RT 38
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : Tamat SMK Madrasah
Status Perkawinan : Menikah
Suku : Banjar/Bugis
Tanggal Pemeriksaan : 5 Juni 2015
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Timbul benjolan pada pipi sebelah kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Timbul benjolan pada pipi sebelah kanan dialami pasien ± 1 tahun yang
lalu SMRS dengan ukuran Ø3cm berwarna hitam, disertai rasa gatal yang hilang
timbul tetapi tidak nyeri. Awalnya muncul di pipi sebelah kanan tersebut berupa
bintik hitam seperti tahi lalat sebesar biji jagung, yang semakin lama semakin
membesar. Benjolan tersebut hanya terdapat di pipi sebelah kanan, tidak ada
penyebaran ke daerah lainnya. Dari pengakuan pasien lainnya pada waktu
benjolan tersebut makin membesar terdapat perlukaan yang awalnya berada di
tengah kemudian pada pinggir benjolan. Riwayat penyakit terdahulu stroke 3
tahun yang lalu, Riwayat penyakit keluarga yang serupa dengan pasien disangkal
oleh pasien, Riwayat alergi disangkal pasien, Riwayat penyakit kulit lainnya
disangkal pasien, riwayat pengobatan sebelumnya tidak ada.
2
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien baru kali ini mengalami penyakit kulit dengan keluhan seperti
ini dan tidak pernah mengalami penyakit kulit lainnya.
- Riwayat Stroke 3 tahun yang lalu dan di rawat di Rs. A.W.Sjahranie.
- Riwayat trauma (-)
- Riwayat DM (-) , Hipertensi (+)
- Riwayat merokok disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti ini.
Riwayat Sosial Ekonomi
- Pasien mengaku waktu muda sering mengikuti kegiatan bersama ibu-
ibu, tetangga di luar rumah yang terpapar sinar matahari seperti
mengikuti kegiatan pengajian hingga ke luar daerah Banjarmasin
dengan mobil bak (Datsun) tanpa penutup. Riwayat terpapar matahari
(+).
- Pasien termasuk golongan menengah ke atas, penghasilan didapatkan
dari anak dan keluarga. Salah satu anaknya bekerja pada perusahaan
Total sudah sejak 4 tahun.
Riwayat Alergi :
Inhalan : Disangkal
Makanan : Disangkal
Obat :Pengobatan Stroke + Tekanan darah tinggi
(Hipertensi) sudah sejak 3 Tahun yang lalu.
Bahan Kimia : Disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Status General :
Keadan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Komposmentis
3
Tanda vital :
o Tekan Darah : 150/80 mmHg
o Nadi : 80 kali / menit
o Respirasi : 20 kali / menit
o Suhu Axilar : 36,50C
Kepala :
o Mata : Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-
o Hidung : Sekret (-)
o Telinga : Dalam batas normal
o Mulut : Dalam batas normal
Leher :
o Pembesaran KGB (-)
o Trakea letak tengah
Thoraks :
o Simetris, retraksi (-)
o Cor / Pulmo : Dalam batas normal
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V midclavicularis (S)
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1/S2 reguler,murmur (-)
Pulmo :
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : nyeri tekan (-), massa tumor (-), fremitus raba
kiri=kanan
Perkusi : sonor kiri=kanan
Auskultasi : Bunyi pernapasan bronkovesikuler R=L
Bunyi tambahan: ronkhi -/- Wheezing -/-
Abdomen :
4
o Datar, lemas, bising usus (+) normal
o Hepar / Lien : Tidak teraba
Ekstremitas superior et inferior : Akral hangat,
Status Dermatologis :
Lokalisasi dan Efloresensi
Lokalisasi :
Regio fasialis Regio Maksilaris Dekstra
Efloresensi :
Tumor Soliter Ø 3 cm padat, tepi irreguler, bagian pinggir berbentuk papular,
meninggi, anular, terdapat ulkus di bagian tengah, permukaan berdungkul-
dungkul, konsistensi teraba keras warna kehitaman tidak mengkilat, tertutup
krusta kehitaman, mudah berdarah.
5
4
4
4
4
DIAGNOSIS BANDING :
Karsinoma sel skuamosa
Melanoma maligna
Keratosis seboroik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
TEST RESULT
Leukosit 6700
RBC 4,15
HGB 12,8
HCT 35,0
Trombosit 223.000
CT/BT 5’00/2’00
Ureum
Creatinin
34,9
0,6
GDS 110
6
HISTOPATOLOGI :
Makroskopis :
- Fnab tu.area wajah diameter 3 cm kenyal, kehitaman, aspirat ; sedikit
darah.
Mikroskopis :
- Sediaan apusan cukup seluler terdiri sel-sel basaloid pleomorfik inti
vesiculer berkelompok dengan tepi palisading latar belakang eritrosit
dan matrix eosinofilik
Kesimpulan :
- Tu.Area wajah ; fnab:
Basal cell carcinoma
DIAGNOSIS KERJA
Basalioma Tipe Nodulus
PENATALAKSANAAN
Terapi dari basalioma sangat bervariasi tergantung dari ukuran kanker,
kedalaman, dan lokasi
1. Bedah eksisi
2. Non Medikamentosa
Beristirahat selama sakit
Makan makanan dengan gizi seimbang secara teratur menghindari
makanan yang mengandung zat-zat kimia dan bahan karsinogen
Hindari sinar ultraviolet yang berlebihan
Perlunya kontrol penyakit/ observasi lebih lanjut
3. Medikamentosa
- Pengobatan untuk penyakit penyertanya seperti tekanan darah tinggi.
7
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Quo ad kosmetikam : Dubia ad malam
8
BAB III
PEMBAHASAN
Diagnosis Basalioma Tipe Nodulus pada pasien ini ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Kepustakaan
menyebutkan bahwa secara anamnesis untuk menetapkan diagnosis Basalioma
Tipe Nodulus perlu dicari : Rasa gatal/nyeri, Perubahan warna (gelap, pucat, dan
terang), Ukurannya membesar, Pelebarannya tak merata ke samping, Permukaan
tak rata, Trauma, Perdarahan (walaupun karena trauma ringan), Ulserasi/ infeksi
yang sukar sembuh (Djuanda A, 2013).
Dari anamnesis didapatkan adanya timbul benjolan pada pipi sebelah kanan
dialami pasien ± 1 tahun yang lalu SMRS berwarna hitam dengan ukuran Ø3cm,
dan awalnya berupa bintik hitam seperti tahi lalat sebesar biji jagung di pipi
sebelah kanan, disertai rasa gatal yang semakin lama semakin membesar dan
kemudian muncul luka pada daerah tengah benjolan. Pasien mengaku sering
menggaruk di daerah luka akibat gatalnya. Nyeri tidak ada, tidak ada menyebar
ke daerah lain.
Secara obyektif menurut literatur ditemukan : Tidak berambut, Warna : suram
(waxy, seperti mutiara, translusen) atau sama dengan kulit normal, Permukaan :
tak rata, cekung ditengah, dengan pinggir agak menonjol (linear, atau papular),
Penyebaran warna tidak homogen, Skuamasi halus atau krusta yang melekat bila
diangkat timbul perdarahan, Sering timbul tunas yang bersifat seperti tumor
induknya, Perabaan berbeda-beda sesuai dengan keadaan ; dapat keras; kenyal;
terasa nyeri; dalam taraf permulaan mudah digerakkan dari dasarnya, Diameter
terpanjang membentuk sudut dengan garis R.S.T.L (Rest Skin Tension Line),
Telangietaksis kadang-kadang ditemukan mulai dari pinggir ke arah sentral
(Nakayama et.al, 2010). Gambaran klinis yang khas berupa gambaran keganasan
dini : tidak berambut, berwarna coklat/kehitaman, tidak berkilat, sering ditemukan
pada bagian pinggir berbentuk papular, meninggi, anular, dibagian tengah cekung
yang dapat berkembang menjadi ulkus (ulcus rodent) (Djuanda A, 2013). Pada
pemeriksaan fisik terutama status dermatologis sering ditemukan pada regio
9
fascialis (Rosita et.al, 2004). Pada pasien ini ditemukan pada Regio fasialis
Regio Maksilaris Dekstra di dapatkan tumor Soliter Ø 3 cm berisikan zat padat,
letak di epidermal, tepi irreguler, bagian pinggir berbentuk papular, meninggi,
anular, dibagian tengah cekung berkembang menjadi ulkus (ulcus rodent),
permukaan berdugul-dugul, konsistensi teraba keras warna kehitaman tidak
mengkilat, tertutup krusta kehitaman, mudah berdarah.
Dari hasil pemeriksaan penunjang secara histopatologi, sel tumor ini
membentuk pulau di dalam dermis (Noury K et.al, 2010). Sel-sel ini kecil dan
menyerupai sel basal normal dari epidermis. Pada tepi sarang, sel basal cenderung
membentuk pagar, suatu gambaran khas dan diagnostic (Tefler et.al, 2011).
Gambaran mitosis jarang ditemukan. Degenerasi musinosa dan differensiasi ke
arah struktur alat tambahan dapat timbul. Hubungan karsinoma sel basal dengan
stroma sekelilingnya tampak penting, karena ada jaringan musinosa fibrovaskuler
khas yang mengelilingi sarang tumor (Bader,2013). Pada pemeriksaan penunjang
pada pasien ini hasil Fnab tu.area wajah diameter 3 cm kenyal, kehitaman,
hasilnya ialah Basal cell carcinoma.
Diagnosis banding pada pasien ini adalah karsinoma sel skuamosa, melanoma
maligna, keratosis seboroik karena memberikan gambaran efloresensi yang sama
yaitu tumor yang tumbuh diatas kulit normal. Karsinoma sel skuamosa lokalisasi :
tungkai bawah, dan laki-laki >wanita, efloresensi :nodus yang keras, bertambah
besar, ulserasi, sedangkan Melanoma maligna lokalisasi :ekstremitas bawah,
didaerah badan, kepala/leher, ekstremitas atas, kuku , efloresensi :
Hiperpigmentasi, nodus yang menonjol dipermukaan kulit, warna bervariasi.
Keratosis seboroik asal epidermis tempat prediliksi tubuh bagian atas dan muka,
gambaran klinis papul berwarna coklat sampai hitam, dapat generalisata, perabaan
kenyal (Djuanda, 2013).
10
Gambar 1 A. Karsinoma Sel Skuamosa (Bader, 2013) .
Gambar 1 B. Melanoma Maligna (Bader,2013).
Gambar 1 C. Keratosis Seboroik (Bader,2013).
11
Pengobatan pada Basalioma Tipe Nodulus yaitu dengan Bedah eksisi, Non
bedah : sangat bervariasi tergantung dari ukuran kanker, kedalaman, dan lokasi.
Krioterapi : Terapi ini menggunakan nitrogen cair untuk membekukan lesi
superfisial yang kecil, dengan menyisakan sedikit jaringan parut. Banyak pasien
yang merasa kesakitan dan bengkak pada area yang diterapi. Secara umum cara
ini tidak direkomendasikan untuk basalioma, khususnya untuk bentuk morfea,
invasif dalam, dan lesi ulserasi, atau pada tumor yang berbatas jelek, 5-
Fluorouracil (5-FU) : Penggunaan fluorouracil secara lokal dapat menolong para
ahli untuk penanganan basalioma pada pasien selektif (seperti pada kanker yang
terbatas pada lapisan superfisial kulit dari pasien yang berumur lanjut yang tidak
bisa menjalani perawatan agresif lainnya). Penggunaannya dua kali sehari selama
beberapa minggu. Selama pengobatan, pasien dapat mengalami peradangan tetapi
jaringan parut kurang. Angka rekurensi sangat tinggi, Radioterapi : Basalioma
selalu radiosensitif, dan radioterapi dapat digunakan untuk tingkat lanjut dan lesi
yang luas dimana pembedahan tidak cocok (seperti pada pasien yang alergi sama
obat anestesi, pada terapi antikoagulan, bertendensi jadi bentuk keloid). Tipe
terapi ini merupakan kontra indikasi pada pasien muda, oleh karena resiko tinggi
menjadi jaringan parut, lesi pada tubuh dan anggota gerak, atau kanker yang
rekuren, Retinoid sistemik : Beberapa laporan menunjukkan efektifitas dari
pengobatan retinoid sistemik, tapi daya toksik dari penggunaan yang lama
membatasi penggunaannya pada banyak pasien (Rosita et.al,2004). Pada pasien
ini dilakukan eksisi serta penatalaksanaan non medikamentosa dengan beristirahat
selama sakit, makan makanan dengan gizi seimbang secara teratur menghindari
makanan yang mengandung zat-zat kimia dan bahan karsinogen, hindari sinar
ultraviolet yang berlebihan, perlunya kontrol penyakit secara teratur.
Medikamentosa pengobatan untuk penyakit penyertanya seperti tekanan darah
tinggi karena risiko dapat mengarah ke perdarahan bila tekanan darah lebih dari
normal.
Prognosis pada basalioma tipe nodulus cukup baik, walaupun cenderung
residif bila pengobatannya tidak adekuat, dengan adanya pembedahan eksisi
12
membersihkan jaringan-jaringan yang sakit diharapkan dapat mencegah
kekambuhan penyakit ini. Basalioma yang ditangani secara inkomplit dapat
rekuren, sehingga semua penanganan harus diikuti dengan follow-up, mengingat
20% dari kekambuhan yang ada biasanya terjadi antara 6-10 tahun pasca operasi
(Daneil et.al, 2009). Jika diterapi dengan tepat maka prognosis pasien basalioma
rekuren masih cukup baik, walaupun tumor yang rekuren memilki kecenderungan
untuk kambuh lagi dan menjadi agresif. Pasien dengan riwayat penyakit yang
rekuren harus dimonitor lebih sering terhadap perkembangan rekurensinya dan
timbulnya tumor primer (Nakayama et.al, 2010).
Sedangkan untuk kasus yang bermetastasis, prognosisnya adalah buruk di
mana hanya dapat bertahan sekitar 8-10 bulan setelah di diagnosis. Rekurensi
KSB setelah follow up adalah 18% untuk eksisi, 10% untuk radiasi, 40% untuk
elektrodesikasi dan kuretasi, dan 12% untuk krioterapi (dengan follow up <5
tahun). Dengan terapi yang adekuat, angka kesembuhan lebih dari 95 % dapat
dicapai (Tefler et.al, 2011).
Perjalanan penyakit ke arah mortalitas pasien baik karena melihat keadaan
umum dari pasien tidak nampak sakit berat dan belum ditemukan adanya
komplikasi yang bermakna dan telah dilakukan diagnosa dengan tepat dan terapi
yang tepat. Secara fungsional penderita dapat kembali bekerja seperti hari-hari
sebelumnya mengingat kondisi pasien tidak menunjukkan tanda-tanda
perburukan. Dari segi kosmetik kemungkinan untuk terjadi rekurensi kembali
akan terjadi jika pengobatan tidak adekuat serta faktor usia.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Bader RS. Basal Cell Carcinoma. 2013.
http://emedicine.medscape.com/article/276624-overview#aw2aab6b2b3
2. Cigna E, Tarallo, Maruccia M, et all. 2010 . Basal Cell Carcinoma : 10
Years of Experience. Journal of Skin Cancer. August 27; 2011 P:1-5.
3. Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi 3rd edition. Jakarta:
EGC.
4. Daniel et al. 2009. Inhibition of the hedgehog pathway in advanced basal-
cell carcinoma. The New England Journal of Medicine. 361;12. P 1164-
1172.
5. Daniela G and Leverkus M . 2010 . Basal Cell Carcinoma: From the
Molecular Understanding of the Pathogenesis to Targeted Therapy of
Progressive Disease. Journal of Skin Cancer. September 21; 2011 P:1-5.
6. Djuanda A. 2013. Tumor Kulit. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,
edisi Keenam. Jakarta. FK UI. Hal : 229-241.
7. Nakayama M, Tabuchi K, Nakamura Y, Akira H. 2010. Basal Cell
Carcinoma of the Head and Neck. Journal of Skin Cancer. August 10;
2011 P:1-9.
8. Noury K, Ballard CJ, Patel AR, et all. 2010. Basal Cell Carcinoma. Skin
Cancer. P : 61-130.
9. Rosita, Cita et al, 2004. Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit Kulit
dan Kelamin. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Hal :
110-125.
10. Telfer NR, Colver GB, and Morton CA. 2011. Guidelines for the
management of basal cell carcinoma. British Journal of Dermatology. 159.
P : 35-48.
14