bab i selsai basalioma

35
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penyakit kanker kulit dewasa ini cenderung mengalami peningkatan jumlahnya terutama di kawasan Amerika, Australia dan Inggris. Berdasarkan beberapa penelitian, mereka orang-orang kulit putih yang lebih banyak menderita jenis kanker kulit ini. Hal tersebut diprediksikan sebagai akibat seringnya mereka terkena (banyak terpajan) cahaya matahari. Di Indonesia penderita kanker kulit terbilang sangat sedikit dibandingkan ke-3 negara tersebut, namun demikian kanker kulit perlu dipahami karena selain menyebabkan kecacatan (merusak penampilan) juga pada stadium lanjut dapat berakibat fatal bagi penderita. Kanker ini dapat dilihat secara visual langsung dan dengan mengadakan pemeriksaan biopsi, diagnosis dapat ditegakkan dengan cepat. Oleh karena itu sebelumnya kanker kulit dapat dideteksi secara dini. Tetapi kenyataannya masih banyak pasien datang berobat untuk kanker kulit berada dalam stadium lanjut, disertai kerusakan-kerusakan setempat yang sulit diobati atau 1

Upload: nofrina-arifin

Post on 30-Jun-2015

861 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I selsai BASALIOMA

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Penyakit kanker kulit dewasa ini cenderung mengalami peningkatan

jumlahnya terutama di kawasan Amerika, Australia dan Inggris. Berdasarkan

beberapa penelitian, mereka orang-orang kulit putih yang lebih banyak menderita

jenis kanker kulit ini. Hal tersebut diprediksikan sebagai akibat seringnya mereka

terkena (banyak terpajan) cahaya matahari. Di Indonesia penderita kanker kulit

terbilang sangat sedikit dibandingkan ke-3 negara tersebut, namun demikian kanker

kulit perlu dipahami karena selain menyebabkan kecacatan (merusak penampilan)

juga pada stadium lanjut dapat berakibat fatal bagi penderita.

Kanker ini dapat dilihat secara visual langsung dan dengan mengadakan

pemeriksaan biopsi, diagnosis dapat ditegakkan dengan cepat. Oleh karena itu

sebelumnya kanker kulit dapat dideteksi secara dini. Tetapi kenyataannya masih

banyak pasien datang berobat untuk kanker kulit berada dalam stadium lanjut, disertai

kerusakan-kerusakan setempat yang sulit diobati atau dengan anak sebar. Hal ini

sangat disayangkan oleh karena kalau dideteksi sedini mungkin dapat segera

dilakukan tindakan pengobatan, maka hasilnya akan sangat memuaskan. Oleh karena

itu pengetahuan mengenai tanda-tanda dini dari kanker kulit sangat penting, baik

untuk pasien, maupun untuk para praktisi dokter dan petugas kesehatan.

Jenis tumor ganas kulit yang banyak ditemukan diseluruh dunia ialah

karsinoma sel basal (basalioma), karsinoma sel skuamosa, yang tergolong non

melanoma dan melanoma maligna. Karsinoma sel basal adalah paling umum. Di

Amerika, sekitar 800.000 orang mengidap kanker ini setiap tahun, 75% kanker kulit

adalah kanker sel basal. Karsinoma sel skuamosa juga didapati pada 200.000 orang

Amerika setiap tahun. Melanoma adalah yang paling jarang dijumpai tetapi

1

Page 2: BAB I selsai BASALIOMA

menyebabkan paling banyak kematian. Menurut WHO, sebanyak 160.000 orang

mengidap melanoma setiap tahun dan sebanyak 48.000 kematian dilaporkan setiap

tahun.

Kanker merupakan penyebab kematian yang ke enam di Indonesia, sedangkan

pada negara-negara maju merupakan penyebab kematian yang kedua setelah

penyakit-penyakit kardiovaskuler. Kanker diderita oleh semua golongan masyarakat.

Golongan social yang ekonominya kurang umumnya berobat pada stadium lanjut,

sehingga sangat sukar untuk menyembuhkannya walaupun dengan cara-cara

pengobatan yang mutakhir seperti sekarang ini.

Khusus keganasan kulit memang sedikit disinggung di seminar Kanker

Nasional pertama maupun yang kedua. Akan tetapi semua pihak mengakui bahwa

keganasan kulit merupakan 3 besar di antara keganasan payudara dan leher rahim

(serviks). Pada beberapa daerah seperti di Medan malah menduduki tempat teratas.

I.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang definisi,

etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis serta penatalaksanaan dari tumor

ganas kulit.

2

Page 3: BAB I selsai BASALIOMA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

Basalioma adalah suatu tumor ganas kulit (kanker) yang berasal dari

pertumbuhan neoplastik sel basal epidermis dan apendiks kulit (Graham, R, 2005).

Pertumbuhan tumor ini lambat, dengan beberapa macam pola pertumbuhan sehingga

memberikan gambaran klinis yang bervariasi, bersifat invasif, serta jarang

mengadakan metastasis (Nila,2005). Basalioma adalah merupakan kanker kulit yang

timbul dari lapisan sel basal epidermis atau folikel rambut ; yang paling umum dan

jarang bermetastasis ; kekambuhan umum terjadi (Brunner and Suddarth, 2000).

Kanker kulit adalah proses keganasan yang timbul dipermukaan kulit dan

berasal dari sel epitel, sel pluripotensial atau dari sel melanin di dalam kulit. Tumor

ganas kulit merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kulit

yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar ke

bagian tubuh yang lain. Karena kulit terdiri atas beberapa jenis sel, maka kanker kulit

juga bermacam-macam sesuai dengan jenis sel yang terkena.

II.2 Anatomi Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia (adhi juanda, dkk, 2000). Menurut Price dan Wilson

(1995), kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia yang membungkus otot-

otot dan organ dalam tubuh.

Secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan epidermis,

dermis dan subkutan (Price dan Wilson, 1995). Berikut akan diuraikan mengenai

masing-masing lapisan :

3

Page 4: BAB I selsai BASALIOMA

A. Lapisan epidermis (kutikel)

Bagian ini merupakan lapisan yang terluar dari kulit dan terdiri dari lima

lapisan (lima stratum), yaitu: stratum korneum, stratum lusidum, stratum

granulosum, stratum spinosum dan stratum basale (Adi Juanda, dkk, 2000)

1. Stratum korneum (lapisan tanduk), terletak paling luar dan terdiri dari

beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya

telah berubah menjadi keratin (zat tanduk) (Adi Juanda,dkk, 2000)

2. Stratum lusidum, terdapat dibawah lapisan korneum, selnya pipih, sudah

banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali

dan tembus sinar. (Syaifuddin, 1996)

3. Stratum granulosum (lapisan keratohidin), merupakan dua atau lapisan

sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kakr dan terdapat inti

diantaranya. Butir-butir ini terdiri atas keratohialin dimana sel mukosa

biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Lapisan ini juga tampak jelas pada

telapak tangan dan telapak kaki. (Adhi Juanda, dkk, 2000).

4. Stratum spinosum (stratum malphigi) disebut juga pickle cell layel.

Merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm dan

terdiri dari s-8 lapisan. Jika dilihat di bawah mikroskop sel-selnya

berbentuk polygonal/ banyak sudut dan mempunyai tanduk (spina)

(Syaifuddin, 1998).

5. Stratum basale, terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnas) yang

tersusun vertikal pada perbatasan derma epidermal, berbaris seperti pagar.

Lapisan ini merupakan lapisan epidermis paling bawah. (Adhi Juanda,

dkk, 2000).

4

Page 5: BAB I selsai BASALIOMA

Gambar lapisan dari epidermis :

B. Lapisan dermis (korneum)

Merupakan lapisan di bawah epidermis yang tersusun atas jaringan

fibrous dan jaringan ikat yang elastis. Pada permukaan dermis tersusun papil-

papil kecil yang berisi ranting-ranting pembuluh darah kapiler. Di dalam

dermis terdapat ujung akhir saraf sensoris dan kelenjar keringat yang

berbentuk tabung berbelit-belit dengan jumlah banyak (Pearce, 2000).

Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap

sebagai “True Skin”. Lapisan dermis ini paling tebal dapat dijumpai di

punggung dan paling tipis pada palpebrae. Hubungan antara dermis dan

epidermis ini tidaklah sebagai bidang yang rata, tetapi berbentuk gelombang.

Bagian dermis yang menonjol ke dalam epidermis dinamakan papilla,

sedangkan bagian epidermis yang menonjol ke dermis disebut rete ridge.

Papila ini pada telapak tangan dan jari-jari terutama tersusun linier yang

memberikan gambaran kulit yang berbeda-beda sebagai dermatoglyphic (sidik

jari). Bagian dermis papiler ini tebalnya sekitar seperlima dari tebal dermis

5

Page 6: BAB I selsai BASALIOMA

total. Bagian bawah dari dermis papiler ini dinamakan dermis retikuler yang

mengandung vasa darah dan lymphe, serabut syaraf, adnexa dan lainnya.

Dermis ini tersusun dari beberapa unsur atau organ yang meliputi:

unsur seluler, unsur fibrous, substansi dasar, pembuluh darah dan limphe,

sistem saraf. Kelima unsur atau organ yang menyusun dermis akan kita bahas

satu demi satu.

Unsur seluler lebih banyak didapatkan pada stratum papillaris yang

terdiri dari:

fibroblast: merupakan sel pembentuk unsur untuk fibrous dan

substansi dasarnya.

Sel mast : merupakan sel pembentuk dan penyimpanan

histamine dan histamine like substance yang berperan dalam

anafilaksis.

Makrofag : merupakan sel fagosit yang berfungsi memfagosit

bahan-bahan asing fan mikroorganisme.

Leukosit : Banyak dijumpai pada proses-proses peradangan

yang dapat berupa mononuclear ataupun granulosit.

Unsur fibrous lebih padat pada stratum retikularis dibandingkan pada

stratum papilaris. Unsur fibrous terdiri dari :

Kolagen : merupakan 70% dari berat kering seluruh jaringan

ikat, serabut ini terbentuk oleh fibroblast, tersusun atas fibrin

dari rantai polypeptide. Serabut ini bertanggung jawab pada

ketegangan kulit merupakan unsure pembentuk garis langer

(cleavage line)

Elastin : Hanya 2 % dari berat kering jaringan ikat. Serabut

elastin, ini juga dibentuk oleh fibroblast tetapi susunannya

6

Page 7: BAB I selsai BASALIOMA

lebih halus disbandingkan dengan kolagen. Serabut elastin ini

bertanggung jawab atas elastisitas kulit.

Retikulin : Merupakan serabut kolagen yang masih muda dan

hanyalah dapat dilihat dengan pewarna khusus.

Substansi dasar, tersusun dari bahan mukopolisakaris (asam hialuronat

dan dermatan sulfat), yang juga dibentuk oleh fibroblast. Substansi

dasar hanya merupakan 0,1% dari berat kering jaringan ikat, tetapi

substansi dasar ini mampu menahan sejumlah air, sehingga akan

menempati ruang terbesar dari dermis.

Pembuluh darah dan limfe :

Pada kulit yang masih normal, darah yang sampai pada kulit

merupakan 10% dari seluruh peredaran darah dalam tubuh. Pembuluh

darah di dalam kulit terdiri dari 2 plexus yaitu :

1. Plexus superficialis : terdapat pada bagian atas dermis dan

tersusun sejajar dengan epidermis. Plexus superficialis ini

terdiri dari atas kepiler-kapiler, endarteriole dan venulae

yang member makan ke papilla.

2. Plexus profunda : Terdapat pada bagian bawah dermis atau

dekat subcutis dan terutama terdiri atas pembuluh-

pembuluh darah yang lebih besar dari pada plexus

superficialis.

Pada jari-jari di antara arteriole dan venulae terdapat kelompokan otot polos

yang mempunyai fungsi khusus yaitu mengatur shunt arterio-venosa dan sering

dinamakan glomus. Sedangkan pembuluh limfe biasanya mengikuti pembuluh darah.

Kulit diinervasi oleh kira-kira 1.000.000 serabut saraf aferen. Sebagian besar

terdapat pada wajah dan ekstremitas, sedangkan pada punggung relative sedikit.

Serabut saraf ini mempunyai akson dengan badan sel yang berada pada dorsal root

ganglia . Serabut saraf ini masuk kulit melalui lapisan lemak subkutan, kemudian

7

Page 8: BAB I selsai BASALIOMA

masing-masing terbagi dua yaitu serabut saraf bermyelin dan serabut saraf tidak

bermyelin. Serabut saraf bermyelin berjalan horizontal membentuk anyaman dengan

serabut yang sama, kemudian naik ascenden bersama pembuluh darah dan

menginervasi dermis bagian superficial. Dalam perjalanan selanjutnya serabut ini

dibungkus oleh sel Schwann dan sebagian tidak bermyelin. Sebagian berakhir di

dermis, beberapa melakukan penetrasi membrane basalis tetapi tidak jauh melanjut ke

epidermis. Ada 3 macam serabut saraf yang terdapat pada kulit, yaitu :

1. Serabut adrenergic : berfungsi untuk menginervasi pembuluh darah (untuk

vasokonstriksi pembuluh darah, m erector papilare (untuk kontraksi otot

tersebut), dan kelenjar apokrin (untuk pengatur sekresi kelenjar apokrin.

2. Serabut kolinergik : berfungsi menginervasi kelenjar ekrin.

3. Serabut sensorik : berfungsi untuk menerima rangsangan dari luar tubuh. Ada

beberapa akhiran serabut saraf sensorik, yaitu : 1. Korpuskulum Meisnerri, 2.

Korpuskulum Paccini, 3. Akhiran serabut saraf bebas.

Ketiga akhiran serabut sensorik tersebut lebih jauh adalah sebagai berikut :

1. Korpuskulum Meisnerri berfungsi menerima rangsangan sentuhan dan

tekanan ringan. Terdapat pada papilla dermis dan paling banyak dapat

dijumpai pada telapak tangan dan kaki.

2. Korpuskulum Paccini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan dalam

dan terdapat pada dermis bagian dalam terutama pada bagian-bagian badan

yang sering menahan beban berat.

3. Akhiran saraf rambut bebas berfungsi untuk menerima rangsangan panas,

dingin, nyeri, gatal. Akhiran saraf bebas ini terdapat terutama pada papilla

dermis dan sekitar folikel rambut.

Batas antara epidermis dan dermis dibentuk oleh zone membrane basalis.

Dengan menggunakan mikroskop electron, membrane ini dapat dilihat terdiri dari 4

komponen yaitu : membrane sel dari sel basal dengan hemidesmosom, celah

8

Page 9: BAB I selsai BASALIOMA

intermembranous, lamina basalis, komponen fibrous dermis yang dapat dilihat

dengan mikroskop biasa dengan pewarna khusus menggunakan PAS. Zone membran

basalis ini merupakan filter semipermeable yang memungkinkan pertukaran sel dan

cairan antara dermis dan epidermis. Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical

strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi.

C.Lapisan subkutis (hypodermis)

Merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar dan berisi sel-

sel lemak merupakan sel bulat, besar dengan inti terdesak ke pinggir sitoplas lemak

yang bertambah lapisan sel-sel lemak disebut poni kulus adipose yang berfungsi

sebagai cadangan makanan. Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi,

pembuluh darah dan getah bening (Adhi Juanda, dkk, 2000).

Gambar Anatomi Kulit :

9

Page 10: BAB I selsai BASALIOMA

II.3 Fisiologi Kulit

Kulit sebagai organ paling luar dari tubuh manusia selain mempunyai fungsi

utama untuk menjamin kelangsungan hidup juga mempunyai arti lain yaitu estetika,

ras, indicator sistemik, dan sarana komunikasi non verbal antara satu dengan yang

lain (Adhi Juanda, dkk, 2000). Berikut ini akan diuraikan satu persatu fungsi kulit

bagi kehidupan manusia (Adhi Juanda, dkk, 2000) :

Fungsi proteksi ; fungsi ini kulit melindungi tubuh dari gangguan luar

baik berupa fisik maupun mekanik seperti gesekan, tarikan dan

tekanan. Proteksi Terhadap gangguan kimia seperti zat-zat kimia iritan

: asam/asa kuat, lisol, karbol, dan gangguan dari panas seperti radiasi

dan sinar ultraviolet. Selain itu juga proteksi terhadap gangguan dari

mikroorganisme, seperti jamur, bakteri, dan virus.

Fungsi absorbs ; kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, laruran

dan benda padat, tetapi larutan yang mudah menyerap air, larutan dan

benda padat, tetapi larutan yang mudah menguap lebih cepat diserap

begitu juga zat yang larut di dalam lemak. Permeabilitas kulit terhadap

CO2, O2 dan H2O memungkinkan kulit ikut mengambil bagian dalam

fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya dipengaruhi tebal tipisnya

kulit, jenis hidrasi dan kelembapan.

Fungsi eksresi ; kulit mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme yang

tidak berguna seperti Nacl, Urea, Asam urat, dan amonid. Sebum yang

diproduksi meminyaki kulit dan menahan evaporasi (penguapan air),

sehingga kulit tidak menjadi kering. Dengan diproduksinya lemak dan

keringat menyebabkan keasaman pada pH kulit 5 – 6,8.

10

Page 11: BAB I selsai BASALIOMA

Fungsi persepsi ; adapun ujung-ujung saraf pada dermis dan subkutis

memungkinkan kulit menjadi indera persepsi panas, dingin, rabaan,

dan tekanan.

Fungsi pengatur suhu (termoregulasi) ; kulit melakukan peran ini

dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot

berkontraksi) pembuluh darah dikulit.

Fungsi pembentukan pigmen ; sel pembentuk pigmen disebut

melanosit yang terdapat distratum basale. Jumlah melanosit dan

jumlah serta besarnya butiran pigmen (melanosom) menentukan warna

kulit ras dan individu.

Fungsi keratinisasi ; keratiniasi merupakan perubahan keratonis

menjadi sel tanduk. Proses kreatinisasi ini berlangsung terus menrus

sepanjang kehidupan. Lamanya proses ini berlangsung 14 – 21 hari

yang memberikan perlindungan terhadap infeksi secara mekanik

fisiologis.

Fungsi pengubahan pro vitamin D ; dengan bantuan sinar matahari

(ultra violet) kulit dapat mengubah dan dihidruksi kolesterol (pro

vitamin D) menjadi vitamin D.

Fungsi kosmetik ; tanpa diragukan lagi, kulit memberikan arti penting

bagi estetika individu sehingga kulit yang sehat akan memberikan

performance yang menarik pada individu.

II.4 Etiologi

Lebih dari 90 % penyebab basalioma yaitu terpapar sinar matahari atau

penyinaran ultraviolet lainnya. Sering muncul usia > 40 tahun. Faktor resiko lainnya :

a. Faktor genetik (sering terjadi pada kulit terang, mata biru atau hijau dan

rambut pirang atau merah).

b. Pemaparan sinar X yang berlebihan.

11

Page 12: BAB I selsai BASALIOMA

c. Senyawa kimia arsen

d. Trauma

e. Ulkus kronis (Marwali, 2000)

II.5 Patofisiologi

Basalioma merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan. Basalioma

berasal dari sel epidermis sepanjang lamina basalis. Kanker sel basal terjadi pada

daerah terbuka yang biasanya terpapar sinar matahari, seperti wajah, kepala, dan

leher. Untungnya tumor ini jarang sekali bermetastasis. Pasien dengan kanker sel

basal tunggal lebih mudah mendapat kanker kulit.

Spektrum sinar matahari yang bersifat karsinogen adalah sinar yang panjang

gelombangnya, bekisar antara 280 samapi 320 mm. Spektrum inilah yang membakar

dan membuat kulit menjadi cacat. Selain itu, pasien yang memiliki riwayat kanker sel

basal harus menggunakan tabir surya atau pakaian pelindung untuk menghindari sinar

karsinogen yang terdapat di dalam sinar matahari.

Penyebab lain basalioma adalah riwayat pengobatan, radiologi, sebelumnya

untuk menyembuhkan penyakit kulit lain. Sinar ultraviolet panjang (UVA) yang

dipancarkan oleh alat untuk membuat kulit kecoklatan seperti terbakar sinar matahari

juga merusak epidermis dan di anggap sebagai karsinogen. Tumor ini ditandai oleh

nodul eritromatosa, halus dan seperti mutiara, bagian tengah mengalami ulserasi dan

perdarahan, meninggi dan memiliki pembuluh telangiektatik pada permukannya.

II.6 Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala yang menyertai penyakit basalioma adalah predileksinya

terutama pada wajah (pipi, dahi, hidung, lipat nasolabial, daerah periorbital), leher.

Meskipun jarang dapat pula dijumpai pada lengan, tangan, badan, tungkai, kaki dan

kulit kepala. Gambaran klinik basalioma bervariasi terbagi menjadi 5 bentuk :

12

Page 13: BAB I selsai BASALIOMA

1. Tipe Nodulo-ulseratif, termasuk ulkus rodens, merupakan jenis yang paling

sering dijumpai. Lesi biasanya tampak sebagai lesi tunggal. Paling sering

mengenai wajah, terutama pipi, lipat nasolabial, dahi dan tepi kelopak mata.

Pada awalnya tampak papul atau nodul kecil, transparan seperti mutiara,

berdiameter kurang dari 2 cm, denggan tepi meninggi. Permukaannya tampak

mengkilat, sering dijumpai adanya teleangiektasis dan kadang-kadang dengan

skuama yang halus atau krusta tipis. Berwarna seperti mutiara, kadang-kadang

seperti kulit normal sampai eritem yang pucat. Lesi membesar secara perlahan

dan suatu saat bagian tengah lesi menjadi cekung, meninggalkan tepi yang

meninggi, keras. Jika terabaikan, lesi-lesi ini akan mengalami ulserasi (disebut

ulkus rodens), dengan destruksi jaringan di sekitarnya.

2. Tipe Berpigmen, gambaran klinisnya sama dengan yang tipe nodulo-ulseratif.

Bedanya, pada jenis ini berwarna coklat atau hitam berbintik-bintik atau

homogen, yang secara klinis dapat menyerupai melanoma.

3. Tipe Morfea atau fibrosing atau sklerosing, biasanya terjadi pada kepala dan

leher. Lesi tampak sebagai plak sklerotik yang cekung, berwarna putih

kekuningan dengan batas tidak jelas. Lesi tampak sebagai bercak

sklerodermatosa dan tidak member kesan karsinoma sel basal bila dilihat oleh

mata yang tidak berpengalaman. Pertumbuhan perifer diikuti oleh perluasan

sklerosis di tengahnya.

4. Tipe Superfisial, lesi biasanya multipel, mengenai badan. Secara klinis

tampak sebagai plak transparan, eritematosa sampai berpigmen terang,

berbentuk oval sampai ireguler dengan tepi berbatas tegas, sedikit meninggi,

seperti benang atau kawat. Biasanya dihubungkan dengan ingesti arsenik

kronis.

5. Tipe Fibroepitelioma, paling sering terjadi pada punggung bawah. Secara

klinis, lesi berupa papul kecil yang tidak bertangkai atau bertangkai pendek,

dengan permukaan halus atau noduler, dengan warna yang bervariasi.

13

Page 14: BAB I selsai BASALIOMA

Disamping itu terdapat pula 3 sindroma klinis, dimana epitelioma sel basal

berperan penting, yaitu:

A. Sindroma Epitelioma Sel Basalnevoid, dikenal pula sebagai sindroma

Gorlin-Goltz. Merupakan kelainan autosomal dominan dengan penetrasi

yang bervariasi, ditandai oleh 5 gejala mayor yaitu :

1. Karsinoma sel basal multipel yang terjadi pada usia muda.

2. Cekungan-cekungan pada telapak tangan dan telapak kaki.

3. Kelainan pada tulang, terutama tulang rusuk.

4. Kista pada tulang rahang.

5. Kalsifikasi ektopik dari falks serebri dan struktur lainnya.

Disamping gejala mayor ini, dijumpai banyak kelainan sistem organ

multipel yang berhubungan dengan sindroma ini.

B. Nevus sel basal unilateral linier, merupakan jenis yang sangat jarang

dijumpai. Lesi berupa nodul dan komedo, dengan daerah atrofi bentuk

striae, distribusi zosteriformis atau linier, unilateral. Lesi biasa dijumpai

sejak lahir dan lesi ini tidak meluas dengan meningkatnya usia.

C. Sindroma bazex, sindroma ini digambarkan pertama kalinya oleh Bazex,

diturunkan secara dominan, dengan cirri khas sebagai berikut :

1. Atrofoderma folikuler, yang ditandai oleh folikuler yang terbuka

lebar, seperti ice-pick marks, terutama pada ekstremitas.

2. Epitelioma sel basal kecil, multipel pada wajah, biasanya timbul

pertama kali pada saat remaja atau awal dewasa. Namun kadang-

kadang dapat juga timbul pada akhir masa anak-anak.

Disamping itu dapat pula dijumpai anhidrosis lokal atau hipohidrosis

generalisata, hipotrikosis kongenital pada kulit kepala dan daerah lainnya.

14

Page 15: BAB I selsai BASALIOMA

Gambar penderita basalioma :

II. 7 Histopatologi

Banyak gambaran patologi yang berbeda yang ditemukan pada karsinoma sel

basal, namun semuanya menunjukkan proliferasi sel-sel dengan inti basofilik yang

relatif besar dan sitoplasma yang tidak penuh.

Tipe Nodulo-ulseratif, menunjukkan massa ireguler dari sel-sel basaloid yang

terletak dalam dermis, dengan sel-sel paling atas membentuk lapisan palisade

di tepinya. Ciri khas stroma disekelilingnya memperlihatkan reaksi fibrosa.

Lesi-lesi ini dapat berdiferensiasi ke struktur adneksa yang mirip struktur

imatur dari folikel, kelenjar atau sebaseus.

Tipe Berpigmen, tipe ini melanin tampak dalam stroma dan sel-sel tumor.

15

Page 16: BAB I selsai BASALIOMA

Tipe Sklerosing, gambaran yang menonjol adalah stroma fibrotik padat yang

hanya mengandung sedikit sel tumor dalam bentuk untaian-untaian sempit.

Tipe Superfisial, massa sel-sel basaloid meluas ke dalam dermis superficial,

tetapi tetap berhubungan dengan epidermis di atasnya.

Tipe Fibroepitelial, menunjukkan fibrosis stroma yang menonjol, dan tampak

untaian-untaian anastomosis tipis yang panjang dari sel-sel basaloid yang

meluas dari permukaan epidermis.

Gambar lapisan kulit dibawah mikroskop :

II.8 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Baughman, CD & Hackley J.C, 2000, pemeriksaan diagnostik yang

biasa dilakukan pada penderita. Basalioma adalah :

a) Evaluasi histologis

b) Biopsi

II.9 Terapi

Terdapat banyak alternatif pengobatan pada karsinoma sel basal yaitu :

1. Kuretase dan elektrodesikasi

Keuntungan :

16

Page 17: BAB I selsai BASALIOMA

i. Tehniknya sederhana.

ii. Meninggalkan luka yang teratur dan kering.

Kerugian :

i. Tidak efektif untuk tumor primer yang luas atau residif.

ii. Tidak didapat konfirmasi batas tepi pembuangan jaringan yang

adekuat.

2. Bedah eksisi

Keuntungan :

i. Penyembuhannya cepat dengan luka yang teratur dan kering.

ii. Dari segi kosmetik baik, memungkinkan pengambilan jaringan

tumor secara menyeluruh dan dapat ditentukan batas eksisi

dengan pemeriksaan histopatologi.

Kerugian :

i. Membutuhkan waktu.

ii. Biaya mahal.

iii. Memerlukan pengalaman yang luas.

iv. Pengambilan jaringan normal dapat berlebihan

3. Radioterapi

Keuntungan :

i. Bermanfaat pada daerah anatomis yang sulit diterapi dengan

metode pembedahan.

ii. Bermanfaat bagi penderita dengan lesi yang luas yang tidak

memungkinkan untuk dilakukan anestesi umum.

iii. Pada umumnya karsinoma sel basal sangat radio-sensitif.

Kerugian :

i. Memerlukan peralatan yang mahal.

ii. Memerlukan kunjungan yang berulang kali.

iii. Memberikan efek samping yang signifikan.

17

Page 18: BAB I selsai BASALIOMA

4. Bedah beku

Keuntungan :

i. Tehniknya cepat.

ii. Peralatan yang dibutuhkan sederhana.

iii. Tidak mempengaruhi syaraf, pembuluh darah besar, tulang

rawan, dan sistem saluran air mata.

iv. Bermanfaat pada daerah tumor yang sulit diterapkan dengan

metode pengobatan lainnya, seperti kelopak mata.

v. Dapat dikombinasi dengan metode lainnya, seperti kuretase.

vi. Dapat digunakan untuk pengobatan tumor yang luas bagi

penderita rawat jalan.

Kerugian :

i. Rasa nyeri dan edema.

ii. Timbul bula, edema, dan lesi yang basah.

iii. Dapat terjadi hipopigmentasi.

iv. Batas tepi tumor perlu ditentukan terlebih dahulu.

v. Resisten untuk jenis morfea atau jenis adenoid.

5. Bedah mikrografik Mohs

Keuntungan :

i. Evaluasi histopatologi pada tepi irisan mendekati 100%

dibandingkan dengan tehnik seksi vertikal tradisional.

ii. Dengan analisa tepi irisan yang lengkap dapat diketahui dan

ditelusuri semua fokus-fokus tumor yang masih tertinggal.

iii. Reseksi hanya pada daerah tumor, sehingga dapat menghemat

jaringan atau meminimalkan jaringan yang hilang.

Kerugian :

i. Memerlukan dokter dan petugas laboratorium histopatologi

yang terlatih.

18

Page 19: BAB I selsai BASALIOMA

ii. Biayanya mahal.

6. Beberapa cara pengobatan baru meliputi : 5-fluorourasil yang dikombinasi

dengan kuretase ringan; retinoat; interferon; terapi fotodinamik.

Tiap metode tersebut pada umumnya memberikan hasil penyembuhan yang

hampir sama baiknya. Tiap klinik mempunyai cara pengobatan tertentu, sesuai

fasilitas dan pengalamannya masing-masing. Dalam memilih metode pengobatan

yang tepat untuk karsinoma sel basal, perlu diperhatikan beberapa faktor berikut :

A. Faktor penderita

Keadaan umum dan usia penderita.

Sosio-ekonomi penderita.

B. Faktor tumor

Lokasi dan hubungannya dengan jaringan sekitarnya (perlekatan

dengan tulang rawan, tulang, daerah mata, bibir).

Ukuran tumor.

Jenis histologi.

Riwayat tumor (rekurensi, pengobatan sebelumnya).

Terjadinya metastasis.

C. Faktor fasilitas

Peralatan yang ada.

Pengalaman dan keahlian dokter yang mengobati.

D. Faktor metode yang akan digunakan

Mempertimbangkan kemungkinan komplikasi yang terjadi,

terutama daerah wajah.

Memilih metode yang telah dikuasai dengan angka kesembuhan

yang tinggi

II. 10 Prognosis

19

Page 20: BAB I selsai BASALIOMA

Pengobatan pada karsinoma sel basal primer biasanya memberikan angka

kesembuhan sekitar 95%; sedangkan pada karsinoma sel basal rekuren sekitar 92%.

Dijumpai angka kekambuhan 5 tahun pada metode kuretase dan

elektrodesikasi; bedah eksisi; radioterapi; bedah beku; bedah mikrografik Mohs

masing-masing sebesar 7,7%; 10,1%, 8,7%, 7,5%, 1%.

Pengobatan pada karsinoma sel basal rekuren adalah lebih sulit daripada

karsinoma sel basal primer, dan angka kekambuhan setelah dilakukan prosedur yang

kedua adalah tinggi. Pengobatan pilihan pada kasus ini adalah bedah mikrografik

Mohs yang memberi angka kekambuhan 5 tahun sebesar 5,6%; sedang bila dilakukan

dengan cara lain sebesar 19,9%.

20

Page 21: BAB I selsai BASALIOMA

BAB III

KESIMPULAN

1. Tumor ganas kulit adalah proses keganasan yang timbul dipermukaan kulit

dan berasal dari sel epitel, sel pluripotensial atau dari sel melanin di dalam

kulit.

2. Menurut jenis sel yang berdiferensiasi, tumor ganas kulit diklasifikasikan

sebagai berikut: karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa (KSS)

dan melanoma maligna (MM).

3. Menurut etiologinya, tumor ganas kulit dapat disebabkan oleh (1) faktor

ekstrinsik berupa paparan sinar ultraviolet, paparan sinar-X, pemakaian bahan

kimia dan adanya jaringan parut yang luas dan lama; (2) faktor intrinsik

berupa genetik, sistem imun yang rendah dan ras.

4. Karsinoma sel basal biasanya terdapat pada wajah dan leher dengan gejala

klinis berupa nodul ulseratif, berpigmen, morfea, superfisial dan

fibroepitelioma. Biasanya ditandai dengan tepi ulkus yang meninggi tanpa

adanya metastasis jauh.

5. Diagnosis tumor ganas kulit ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan

pemeriksaan penunjang.

6. Penanganan KSB dan KSS biasanya dengan mengangkat tumor, baik dengan

cara kuretase dan elektrodesikasi maupun memotongnya dengan pisau bedah.

Sedangkan penanganan MM prinsipnya adalah melakukan eksisi yang pada

awalnya dilakukan pengukuran ketebalan invasi terlebih dahulu dengan teknik

Breslow thickness.

7. Prognosa dari KSB adalah baik dengan angka kesembuhan skitar 95%

sedangkan pada KSS tergantung dari lokasi, ukuran, tingkat diferensiasi sel-

21

Page 22: BAB I selsai BASALIOMA

sel dan kedalaman perluasannya, dan pada MM prognosa ditentukan oleh sifat

tumor, stadium klinis, lokasi metastase dan faktor penderita.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2008. Penyakit Kanker Kulit. Diakses dari

h ttp://www.ubatpenyakit.blogjo.com/ubat/penyakit-kanker-kulit .

2. Djuanda. A., Hamzah. M., Aisah. S., 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,

Tumor Kulit, Melanoma Maligna, edisi 3 Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin FKUI, Jakarta.

3. Lim Pei-wen, Sharen, 2008. Kanker Kulit. Diakses dari

http://wikipedia.org/kanker_kulit.htm

4. Agung, Gusti, 1985. Tumor Ganas Dini Kulit. Cermin Dunia Kedokteran.

FKUI, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

5. Anonim, 2006. Mengenal Kanker Kulit. Diakses dari

http://www.dharmais.co.id

6. Perdanakusuma, David, 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan

Luka. Diakses dari http:// surabayaplasticsurgery.blogspot.com/2008/05/

anatomi-fisiologi-kulit-dan-penyembuhan.html

7. Price, Wilson, 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.

EGC, Jakarta.

8. Graham, R. 2005. Lecture Notes on Dermatologi. Ed. 8. Jakarta: Erlangga

9. Anonim, 2006. Nutrisi Pada Penderita Kanker Kulit. Diakses dari

http://www.dharmais.co.id

10.Harahap, marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates

22

Page 23: BAB I selsai BASALIOMA

23