kasus

2
KASUS ORGANISASI PENDIDIKAN PESANTREN (Kelompok, Syaini, Edi, dan Fimas) Pondok Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam berasrama (Islamic boarding school) yang biasanya juga disebut pondok saja. Para pelajar pesantren yang juga disebut sebagai santri belajar pada sekolah ini, sekaligus tinggal di asrama yang disediakan oleh pesantren. Pondok Pesantren (Ponpes) adalah sekolah pendidikan keagamaan yang persentase ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum. Dalam mengelola pesantren perlu manajemen yang baik yang diawali dari proses penyusunan program, struktur organisasi, pengarahan/penggerakan, dan pengawasan. Kyai adalah pemimpin pondok pesantren dan pemegang otoritas tertinggi dalam lembaga itu. Sedangkan santri adalah menunjuk kelompok penuntut ilmu yang bisa dibedakan dengan kalangan mereka yang disebut murid madrasah atau siswa sekolah, walau mereka sama-sama berada dalam lingkup pendidikan Islam. Salah satu contoh penyusunan program pesantren di Ponpes Nurul Jadid Paiton dilakukan dalam rapat koordinasi antara pengasuh dengan pengurus pesantren yang kemudian dituangkan ke dalam Renstra (rencana strategi), yang didalamnya terdapat perumusan tujuan, penentuan kebijakan, programming, penjadwalan dan anggaran; (2) pengorganisasian di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton dilaksanakan dengan membuat struktur organisasi yang didalamnya mengatur mengenai pembagian tugas biro; wewenang biro; garis tanggung jawab biro dan kerja sama dari masing-masing biro. Biro-biro di bawah pengasuh bersifat otonom, mereka memiliki struktur organisasi masing-masing dan tidak sama antar biro-biro lainnya. Struktur disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing

Upload: ciih-syaini

Post on 10-Apr-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kasus pio

TRANSCRIPT

Page 1: kasus

KASUS ORGANISASI PENDIDIKAN PESANTREN

(Kelompok, Syaini, Edi, dan Fimas)

Pondok Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam berasrama (Islamic boarding school) yang biasanya juga disebut pondok saja. Para pelajar pesantren yang juga disebut sebagai santri belajar pada sekolah ini, sekaligus tinggal di asrama yang disediakan oleh pesantren. Pondok Pesantren (Ponpes) adalah sekolah pendidikan keagamaan yang persentase ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum. Dalam mengelola pesantren perlu manajemen yang baik yang diawali dari proses penyusunan program, struktur organisasi, pengarahan/penggerakan, dan pengawasan.

Kyai adalah pemimpin pondok pesantren dan pemegang otoritas tertinggi dalamlembaga itu. Sedangkan santri adalah menunjuk kelompok penuntut ilmu yangbisa dibedakan dengan kalangan mereka yang disebut murid madrasah atau siswasekolah, walau mereka sama-sama berada dalam lingkup pendidikan Islam.

Salah satu contoh penyusunan program pesantren di Ponpes Nurul Jadid Paiton dilakukan dalam rapat koordinasi antara pengasuh dengan pengurus pesantren yang kemudian dituangkan ke dalam Renstra (rencana strategi), yang didalamnya terdapat perumusan tujuan, penentuan kebijakan, programming, penjadwalan dan anggaran; (2) pengorganisasian di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton dilaksanakan dengan membuat struktur organisasi yang didalamnya mengatur mengenai pembagian tugas biro; wewenang biro; garis tanggung jawab biro dan kerja sama dari masing-masing biro. Biro-biro di bawah pengasuh bersifat otonom, mereka memiliki struktur organisasi masing-masing dan tidak sama antar biro-biro lainnya. Struktur disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing biro; (3) peran pengasuh di Pondok Pesantren adalah sebagai evaluator dan pengambil keputusan dari setiap kegiatan di pesantren. Pengarahan dilakukan oleh pengasuh tidak hanya kepada pengurus pesantren saja, akan tetapi juga kepada para santrinya. Pengarahan tidak hanya diberikan oleh pengasuh, tetapi juga diberikan oleh kepala-kepala biro kepada bawahannya untuk meningkatkan kinerja dan profesionalitas mereka; dan (4) pengawasan di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton tidak sepenuhnya dilakukan oleh pengasuh, tetapi juga dilakukan oleh kepala-kepala biro terhadap bawahannya. Pengawasan ini meliputi: a) supervisi; b) monitoring; dan e) evaluasi.