surat dibacakan, belum ada pembahasan angket kpk di ... · kasus-kasus korupsi besar. khususnya...

50
Kamis 27 April 2017, 14:18 WIB Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di Paripurna DPR Andhika Prasetia - detikNews Paripurna DPR / Foto: Lamhot Aritonang Jakarta - Surat usulan hak angket kepada KPK yang digulirkan Komisi III DPR dibacakan Fadli Zon selaku pimpinan sidang paripurna DPR hari ini. Tetapi selama sidang, tidak ada pembahasan satu pun mengenai angket KPK. Sidang paripurna ke-22 digelar di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (27/4/2017). Saat awal sidang, Fadi sempat membacakan adanya surat masuk ke pimpinan DPR, termasuk usulan hak angket KPK. "Ada surat dari alat kelengkapan dewan, dalam hal ini Komisi III DPR pada tanggal 20 April 2017 perihal hak angket dan hasil pembahasan akan dibahas lebih lanjut sesuai mekanisme yang berlaku," ujar Fadli saat membuka rapat. idang yang berlangsung sekitar 2,5 jam ini membahas 10 agenda seperti pengesahan calon anggota dewan pengawas BPKH, calon anggota BPH Migas, calon anggota dewan pengawas LPP TVRI, permohonan perpanjangan pembahasan 8 RUU. Selain itu juga penetapan susunan anggota Pansus RUU Pertembakauan dan RUU Sistem Nasional Pengetahuan dan Teknologi. Tiga agenda terakhir dalam sidang adalah pengesahan 3 RUU. Ketiganya adalah RUU pengesahan persetujuan pemerintah RI-Filipina tentang ZEE 2014, RUU tentang Sistem Perbukuan, dan RUU tentang Pemajuan Kebudayaan. Usai pengesahan 3 RUU, sidang langsung ditutup oleh Fadli. Tidak ada pembahasan soal angket KPK sama sekali.

Upload: others

Post on 30-Oct-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Kamis 27 April 2017, 14:18 WIB

Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di Paripurna DPR Andhika Prasetia - detikNews

Paripurna DPR / Foto: Lamhot Aritonang

Jakarta - Surat usulan hak angket kepada KPK yang digulirkan Komisi III DPR

dibacakan Fadli Zon selaku pimpinan sidang paripurna DPR hari ini. Tetapi selama

sidang, tidak ada pembahasan satu pun mengenai angket KPK.

Sidang paripurna ke-22 digelar di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis

(27/4/2017). Saat awal sidang, Fadi sempat membacakan adanya surat masuk ke

pimpinan DPR, termasuk usulan hak angket KPK.

"Ada surat dari alat kelengkapan dewan, dalam hal ini Komisi III DPR pada tanggal 20

April 2017 perihal hak angket dan hasil pembahasan akan dibahas lebih lanjut sesuai

mekanisme yang berlaku," ujar Fadli saat membuka rapat.

idang yang berlangsung sekitar 2,5 jam ini membahas 10 agenda seperti pengesahan

calon anggota dewan pengawas BPKH, calon anggota BPH Migas, calon anggota

dewan pengawas LPP TVRI, permohonan perpanjangan pembahasan 8 RUU. Selain

itu juga penetapan susunan anggota Pansus RUU Pertembakauan dan RUU Sistem

Nasional Pengetahuan dan Teknologi.

Tiga agenda terakhir dalam sidang adalah pengesahan 3 RUU. Ketiganya adalah RUU

pengesahan persetujuan pemerintah RI-Filipina tentang ZEE 2014, RUU tentang

Sistem Perbukuan, dan RUU tentang Pemajuan Kebudayaan.

Usai pengesahan 3 RUU, sidang langsung ditutup oleh Fadli. Tidak ada pembahasan

soal angket KPK sama sekali.

Page 2: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Tidak dibahasnya angket KPK dalam sidang paripurna sebenarnya sudah disampaikan

Wakil Ketua DPR Agus Hermanto sebelum sidang. Dia mengatakan, ada kemungkinan

usulan angket kepada KPK akan dibacakan saat paripurna penutupan esok hari (28/4).

"Apabila surat sudah masuk, setelah paripurna kita akan Bamus dan akan diagendakan

paripurna besok Jumat," ucap Agus.

(dkp/imk)

Page 3: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Kamis 27 April 2017, 12:30 WIB

PKB Tolak Hak Angket KPK yang Digulirkan DPR Elza Astari Retaduari - detikNews

Wasekjen PKB Daniel Johan. (Foto: Rengga Sancaya/detikcom).

Jakarta - PKB menjadi fraksi pertama yang tegas menolak hak angket terhadap KPK.

Fraksi PKB pun memerintahkan seluruh anggota fraksi mereka di DPR untuk tidak

menandatangani hak angket yang digulirkan karena KPK menolak permintaan Komisi III

DPR untuk membuka rekaman BAP Miryam S Haryani terkait kasus e-KTP.

"PKB sepenuhnya menolak usulan hak angket KPK ini dan memerintahkan kepada

seluruh anggota F-PKB untuk menolak," ungkap Wasekjen PKB Daniel Johan kepada

detikcom, Kamis (27/4/2017).

PKB menilai, langkah sejumlah anggota dewan yang meminta KPK membuka rekaman

BAP sebelum pengadilan tidak termasuk dalam koridor DPR. Daniel meminta kepada

para koleganya di parlemen untuk menyerahkan proses hukum e-KTP ke pengadilan.

"Biarkan sistem pengadilan berjalan dan tugas kawan-kawan DPR mengawal penuh

proses pengadilan berjalan sebagaimana mestinya," kata Wakil Ketua Komisi IV DPR

itu.

Apabila pada akhirnya hak angket terbentuk, Daniel menilai KPK bisa menolaknya

karena informasi dalam penyelidikan dan penyidikan adalah informasi yang

dikecualikan untuk dibuka kepada publik. Itu diatur dalam UU Keterbukaan Publik Pasal

2 ayat 4 yang mengatur mengenai informasi bersifat rahasia.

Page 4: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

"Yang bisa membuka itu hanya pengadilan yang sekarang sedang menyidangkan

perkara e-KTP. PKB menyarankan perkembangan penyelesaian kasus ini bisa

diselesaikan di internal Komisi III saja," ujarnya.

PKB pun memastikan akan terus mendukung langkah KPK dalam menyelesaikan

kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik.

"Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap segera diungkap kebenaran dalam proses

persidangan yang sudah berjalan," tegas Daniel.

Seperti diketahui, pengajuan hak angket oleh DPR bergulir dikarenakan pernyataan

KPK yang tetap menolak membuka rekaman BAP Miryam. Ada dua kasus berbeda

yang melibatkan Miryam, yang pertama sebagai saksi untuk kasus dengan tersangka

Irman Gusman dan Sugiharto, yang kedua kasus yang menjerat Miryam sebagai

tersangka memberi keterangan palsu.

BAP Miryam untuk kasus kedua yang diminta DPR untuk dibuka. KPK menolak

rekaman pemeriksaan tersebut dibuka karena kasus masih belum sampai di

pengadilan. Di pengadilan, Miryam juga menyebut sejumlah nama anggota Komisi III

yang menurutnya menekan dia terkait kasus korupsi e-KTP.

Hak angket ini disuarakan dalam rapat dengar pendapat antara Komisi III dan KPK

pada Rabu (19/4) dini hari. Saat itu Komisi III mendesak KPK membuka rekaman

pemeriksaan Miryam namun KPK bergeming.

Adapun fraksi yang menyatakan setuju digulirkan hak angket di antaranya Golkar,

Gerindra, Demokrat, PDIP, NasDem, dan PPP. Fraksi lain seperti Hanura, PAN, dan

PKS masih akan berkonsultasi ke pimpinan Fraksi. Sedangkan PKB absen saat rapat

sehingga belum ada sikap resmi. Namun kini PKB sudah menyatakan sikapnya.

Usulan hak angket sudah dibacakan di rapat paripurna DPR hari ini oleh Wakil Ketua

DPR Fadli Zon yang memimpin rapat. Padahal sebelumnya Wakil Ketua DPR Agus

Hermanto menyebut surat usulan dari Komisi III belum masuk ke meja pimpinan.

"Ada surat dari alat kelengkapan dewan, dalam hal ini Komisi III DPR pada tanggal 20

April 2017 perihal hak angket dan hasil pembahasan akan dibahas lebih lanjut sesuai

Page 5: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

mekanisme yang berlaku," tutur Fadli saat paripurna di gedung DPR, Senayan, Jakarta

Pusat, Kamis (27/4/2017).

(elz/imk)

Page 6: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Kamis 27 April 2017, 11:12 WIB

Fadli Zon Bacakan Surat Komisi III soal Angket KPK di Paripurna DPR Andhika Prasetia - detikNews

Rapat Paripurna DPR pada Kamis (27/4) Foto: Gibran Maulana Ibrahim/detikcom

Jakarta - Wakil Ketua DPR Fadli Zon membacakan surat Komisi III DPR terkait dengan

pengajuan hak angket terhadap KPK saat rapat paripurna. Sebelumnya, pimpinan DPR

lainnya, yaitu Agus Hermanto, menyebut surat itu belum diterima.

"Ada surat dari alat kelengkapan Dewan, dalam hal ini Komisi III DPR, pada tanggal 20

April 2017 perihal hak angket dan hasil pembahasan akan dibahas lebih lanjut sesuai

mekanisme yang berlaku," ujar Fadli saat rapat paripurna di gedung DPR, Senayan,

Jakarta Pusat, Kamis (27/4/2017).

Surat lainnya yang disampaikan Fadli adalah surat dari DPD. Surat tersebut masuk

pada 31 Maret 2017.

"Surat dari DPD tanggal 31 Maret perihal hasil pengawasan DPD RI," kata Fadli.

Wacana hak angket itu muncul saat Komisi III menggelar rapat kerja dengan KPK. Saat

itu, anggota Komisi III meminta KPK membuka BAP politikus Hanura, Miryam Haryani,

saat diperiksa terkait dengan kasus e-KTP, tapi KPK menolak.

Mengenai surat ini, Wakil Ketua DPR Agus Hermanto pagi tadi mengatakan pimpinan

DPR belum menerima surat masuk dari Komisi III soal hak angket KPK. Hal tersebut

disampaikan sebelum rapat paripurna digelar.

Page 7: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

"Saat ini angket KPK kemarin belum masuk sehingga kemungkinan nanti setelah

paripurna kita akan Bamus apabila usulan sudah ada. Sampai kemarin, saya belum

dapat laporan sudah masuk," ujar Agus.

(dkp/imk)

Page 8: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Jumat 28 April 2017, 15:26 WIB

Ini Sederet Alasan DPR Gulirkan Hak Angket KPK Gibran Maulana Ibrahim - detikNews

Paripurna hak angket di DPR/Foto: Lamhot Aritonang

Jakarta - Lewat ketok palu Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, paripurna akhirnya

menyetujui hak angket terhadap KPK. Paripurna ini diwarnai walk out saat hak angket

disetujui.

Beragam alasan yang jadi dasar usulan hak angket dari Komisi III DPR. Berawal dari

alasan penolakan KPK membuka rekaman pemeriksaan Miryam S Haryani, hak angket

juga diajukan karena ingin menyelidiki kinerja KPK hingga urusan anggaran belanja.

Wakil pengusul hak angket KPK, Taufiqulhadi membeberkan laporan hasil pemeriksaan

(LHP) kepatuhan KPK tahun 2015 mengenai tata kelola anggaran. Dalam LHP KPK

tahun 2015, ada 7 indikasi ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

"Satu, kelebihan pembayaran gaji pegawai KPK yang belum diselesaikan atas

pelaksanaan tugas belajar. Dua, belanja barang pada direktorat monitor kedeputian

informasi dan data yang tak dilengkapi dengan pertanggungjawaban yang memadai

dan tak sesuai mata anggarannya. Tiga, pembayaran belanja perjalanan dinas, belanja

sewa, belanja jasa profesi pada biro hukum," ujar Taufiqulhadi dalam sidang paripurna

di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (28/4/2017).

Keempat, kegiatan perjalanan dinas kedeputian penindakan yang tak didukung surat

perintah. Kelima, standar biaya pembayaran atas, honorarium kedeputian penindakan.

"Enam, realisasi belanja perjalanan dinas biasa tak sesuai dengan ketentuan minimal.

Page 9: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Ketujuh, perencanaan gedung KPK tak cermat sehingga mengakibatkan kelebihan

pembayaran," imbuh anggota Fraksi NasDem.

Selain terkait tata kelola anggaran, Komisi III juga mendapatkan masukan serta

informasi terkait tata kelola dokumentasi dalam proses hukum penindakan dugaan

korupsi. Seperti terjadi pembocoran dokumen dalam proses hukum tersebut seperti

BAP, sprindik dan surat cekal.

"Terdapat dugaan ketidakcermatan dan ketidakhati-hatian dalam penyampaian

keterangan dalam proses hukum maupun komunikasi publik, termasuk dugaan

pembocoran informasi ke media tertentu sehingga beredar nama yang kebenarannya

belum dikonfirmasikan ke yang bersangkutan," jelas Taufiq.

Komisi III juga mendapat informasi ada perpecahan internal di tubuh KPK. "Elemen

masyarakat juga menyampaikan ada ketidakharmonisan bahkan sikap insubkoordinasi

dari kalangan internal dengan pimpinannya komisioner KPK," terangnya.

Menurut Taufiq, hal tersebut sebelumnya sudah disampaikan pada rapat dengar

pendapat antara Komisi III dengan KPK. Waktu itu wacana pengguliran angket berawal

dari keengganan KPK membuka rekaman BAP Miryam S Haryani yang diminta Komisi

III.

"Hal di atas terkemuka di RDP dengan KPK pada 17-18 April. Secara khusus dalam

rapat itu disoroti pencabutan BAP oleh saudari Miryam Haryani karena dugaan

mendapat tekanan dari enam anggota komisi III DPR. Hal ini disampaikan pada

persidangan Tipikor 30 Maret yang menghadirkan 3 orang penyidik KPK," sebut dia.

Adapun dasar hukum pengguliran angket sebagaimana disampaikan Taufiq, yaitu:

1. Pasal 20 ayat 1 dan 2 UUD 45

2. Pasal 79 ayat 1 huruf b jo pasal 79 ayat 3 UUD 17 tahun 2014 tentang MD3

4. Pasal 199 sampai 2009 UUD nomor 17 tahun 2014 tentang UU nomor 17 tahun 2014

tentang UU MD3

5. Pasal 164 ayat 1 huruf b jo pasal 164 ayat 3 peraturan DPR 1 tentang Tatib.

6. Pasal 169-177 peraturan DPR 1 tentang Tatib

7. Pasal 5 UU nomor 30 tahun 2002 tentang KPK

8. Pasal 15 UU nomor 30 tahun 2002 tentang KPK

9. Pasal 20 ayat 2 huruf c UU nomor 30 tahun 2002 tentang KPK.

Page 10: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Adapun pokok materi angket menurut Taufiq adalah DPR berkewajiban menjaga

keberadaan KPK agar tak hanya kuat dalam melaksanakan tupoksinya namun juga

KPK cermat dan memperhatikan seluruh ketentuan hukum maupun HAM dan

menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas yang benar dalam tata kelola

termasuk terkait penggunaan anggaran.

Usul angket ini telah diketok oleh Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah meski mendapat

penolakan lisan lewat interupsi anggota dari Fraksi Gerindra, PKB dan Demokrat. Usai

usul disetujui, fraksi-fraksi akan diminta mengirim perwakilan untuk pansus angket

KPK.

(gbr/fdn)

Page 11: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

jumat 28 April 2017, 11:23 WIB

Komisi III Bacakan Usulan Hak Angket terhadap

KPK Gibran Maulana Ibrahim - detikNews

Foto: Andhika Prasetia/detikcom

Jakarta - Dalam rapat paripurna DPR, Komisi III membacakan usulan hak angket untuk

KPK. Hak angket digulirkan karena KPK menolak membuka rekaman pemeriksaan

Miryam S Haryani dalam kasus korupsi e-KTP.

"Tidak dapat dipungkiri bahwa kinerja KPK telah mendapatkan penilaian yang baik dari

masyarakat. Namun demikian, hal ini tidaklah berarti bahwa prinsip transparansi dan

akuntabilitas tidak perlu lagi menjadi perhatian ataupun pengawasan tidak perlu lagi

dilakukan dalam berbagai bentuknya," ungkap perwakilan Komisi III M Taufiqulhadi

dalam sidang paripurna di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (28/4/2017).

Taufiq pun menyampaikan adanya ketidakpatuhan KPK dalam segi anggaran. Ada 7

hal yang menurut Komisi III menjadi pelanggaran.

"Selain yang terkait dengan tata kelola anggaran, Komisi III DPR RI yang melakukan

pengawasan terhadap KPK juga mendapatkan masukan serta informasi yang terkait

dengan tata kelola dokumentasi dalam proses hukum penindakan dugaan kasus

korupsi, yakni terjadinya pembocoran dokumen dalam proses hukum," ujarnya.

"Seperti berita acara pemeriksaan (BAP), surat perintah penyidikan (sprindik), dan surat

cegah-tangkal (cekal) seperti yang juga dimuat dalam berbagai media. Selanjutnya juga

Page 12: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

terdapat dugaan ketidakcermatan dan ketidakhati-hatian dalam penyampaian

keterangan dalam proses hukum maupun komunikasi publik," sambungnya.

Taufiqul mengatakan hal-hal tersebut mengemuka dalam rapat dengar pendapat yang

sifatnya terbuka dengan KPK pada 17-18 April 2017. Secara khusus, dalam rapat

tersebut disoroti persoalan pencabutan BAP oleh Miryam S Haryani dalam persidangan

kasus e-KTP karena dugaan mendapat tekanan dari enam anggota Komisi III DPR.

"Hal ini disampaikan pada persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat tanggal 30

Maret 2017 yang menghadirkan tiga orang penyidik KPK. Hal ini tentu kemudian

menjadi polemik di masyarakat dan menempatkan DPR RI dalam sorotan sebagai

lembaga yang tidak pro terhadap program pemberantasan korupsi," bebernya.

"Berdasarkan hal-hal terurai di atas, maka dalam rapat dengar pendapat Komisi III DPR

RI dengan KPK disepakati secara internal untuk mengusulkan hak angket dalam rangka

mendalami permasalahan-permasalahan tersebut di atas," imbuh Taufiqul.

(elz/bag)

Page 13: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Sabtu 29 April 2017, 12:18 WIB

Panas Hak Angket KPK, Babak Baru Perseteruan Fahri Hamzah-PKS Elza Astari Retaduari - detikNews

Ilustrasi (Basith Subastian/detikcom)

Jakarta - Disetujuinya hak angket KPK oleh DPR memiliki berbagai cerita di baliknya.

Seperti babak baru Fahri Hamzah versus PKS yang kembali mengemuka.

Perseteruan antara PKS dan Fahri Hamzah bermula saat partai pimpinan Sohibul Iman

itu memecat Fahri dari seluruh keanggotaan partai pada April tahun lalu. Fahri dituduh

telah melanggar disiplin organisasi dan tak patuh terhadap kebijakan partai.

PKS pun bermaksud mengganti Fahri di parlemen dari kursi pimpinan DPR, namun

hingga saat ini masih terganjal dan anggota Dewan dari dapil NTB itu kini masih

menjadi Wakil Ketua DPR. Hal tersebut terjadi lantaran Fahri mengajukan perlawanan.

Dia membawa kasusnya ke pengadilan dan menang sehingga dinyatakan masih

menjadi kader PKS. Tak patah semangat, PKS membawa kasus itu ke tingkat banding

dan hingga saat ini keputusannya belum keluar. Akibatnya, PKS belum berhasil

menjegal Fahri dari kursi pimpinan DPR.

Meski dianggap masih menjadi kader PKS, hubungan Fahri dengan fraksinya tidak

tampak harmonis. Dalam beberapa kali kesempatan, mereka kerap bertentangan dalam

berbagai isu.

Terbaru, pilihan Fahri berbeda dengan PKS dalam usulan hak angket KPK yang baru

saja diketok kemarin, Jumat (28/4/2017). Fahri menjadi salah satu inisiator hak angket

yang diusulkan Komisi III karena KPK menolak membuka rekaman pemeriksaan

Miryam S Haryani, sedangkan PKS menolak usulan itu.

Page 14: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

"Tadi Demokrat dengan PKS (yang menolak usulan), tapi PKS saya nekat. Fraksi

independen," kata Fahri seusai rapat badan musyawarah di DPR, Kamis (27/4).

"Saya PKS juga, saya neken. Saya nggak tahu, tapi saya teken," ujarnya setelah

usulan hak angket diketok di paripurna.

Padahal sejak awal, PKS sudah menyatakan menolak inisiasi tersebut. Ketua Fraksi

PKS Jazuli Juwaini menyatakan hak angket dapat berdampak langsung terhadap upaya

penegakan hukum oleh KPK.

"Sesuai kajian fraksi dan arahan DPP, Fraksi PKS memutuskan tidak ikut

menandatangani hak angket agar tidak terkesan mengganggu KPK dalam menegakkan

hukum (pemberantasan korupsi)," ujar Jazuli sebelum rapat paripurna dimulai melalui

keterangannya, Jumat (28/4).

Meski begitu, PKS tidak bisa menyampaikan aspirasinya secara resmi dalam sidang

paripurna karena tidak mendapat kesempatan. Sebab, Fahri Hamzah, yang memimpin

sidang, mengetok persetujuan secara sepihak.

Padahal saat sidang, baru beberapa fraksi yang menyampaikan pendapat. Fraksi PKS

menjadi salah satu fraksi yang belum mendapat giliran bicara. Bahkan Fahri tidak

menggubris protes-protes anggota DPR dan secara sepihak melakukan persetujuan.

Sikap Fahri membuat sejumlah anggota DPR berang. Fraksi Gerindra, yang juga

menolak, akhirnya walk out dari ruang sidang.

"Bukan tidak menyampaikan, tapi belum sempat sudah diketok," kata Jazuli seusai

sidang.

PKS pun tampaknya meradang karena ulah Fahri membuat kesan PKS seakan

menyetujui usulan hak angket itu. Jazuli pun melontarkan kritik pedas kepada kolega

yang hingga kini masih satu fraksi dengannya itu.

"Saya berharap pimpinan sidang bersikap arif dan bijaksana, harus mendengar suara

peserta rapat secara tuntas, minimal pendapat perwakilan semua fraksi-fraksi secara

lengkap dan utuh sebelum pengambilan keputusan," tutur Jazuli, Jumat (28/4) malam.

Page 15: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

"Kalau mau mengambil keputusan tanpa mendengar suara peserta rapat, lebih baik

putuskan saja sendiri di ruangan sendiri, tidak usah pakai rapat," tuturnya.

Jazuli juga memastikan sikap Fahri bukanlah representasi dari fraksi maupun partai. Ini

termasuk dari penekenan usulan hak angket hingga sikap arogan Fahri saat memimpin

sidang paripurna.

"Yang pasti sikap Fahri Hamzah terkait angket tidak merepresentasikan sikap-sikap

DPP dan F-PKS!" kata anggota Komisi I DPR tersebut.

Menurut Jazuli, Fahri tak bisa menyebut tindakannya sebagai cerminan kelakuan PKS.

Fahri harus menyelesaikan konfliknya dulu dengan PKS.

"Semua orang tahu Saudara FH sedang bermasalah dengan DPP PKS," ujar Jazuli.

(elz/fdn)

Jumat 28 April 2017, 17:44 WIB

Page 16: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Fahri Hamzah Yakin Hak Angket Dapat Tambahan

Dukungan Hary Lukita Wardani – detikNews

Jakarta - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah berharap hak angket terhadap KPK dapat dilihat dari sisi positif. Fahri juga meyakini dukungan untuk hak angket akan bertambah meski terjadi penolakan secara lisan dalam paripurna persetujuan di DPR. "Saya berharap kita memandang hak angket ini menjadi hal yang positif karena apa pun ini kan hak bertanya. Ini untuk mengungkapkan dalam rapat komisi yang berlangsung maraton 2-3 hari," ujar Fahri kepada wartawan di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (28/4/2017). Menurut Fahri, usulan hak angket ditandatangani lebih dari 20 anggota DPR. Dia yakin dukungan akan terus bertambah.

"Saya kurang tahu tambahan barunya, tapi saya kira 25 atau 26 sudah

menandatangani. Tapi, dengan melebarnya ke semua anggota di luar

Komisi III, saya rasa ini akan bertambah banyak," tutur Fahri.

Fahri mengatakan ada beberapa lembar formulir usulan hak angket.

Usulan tersebut sudah masuk ke Setjen DPR.

"Sekretariat jenderal mungkin, sekarang masih mengumpulkan

penandatangan-penandatangan yang datang dari komisi-komisi lain selain

Komisi III dan fraksi lainnya," kata Fahri.

Hak angket, ditegaskan Fahri, penting untuk menyelidiki kinerja KPK. Dia

menyebut banyak orang yang bertanya soal kinerja KPK.

"Kan kita sudah pengalaman hak angket, ini sebenarnya digunakan untuk

menyelidiki apa yang sebenarnya pertanyaan banyak orang. Ini hak yang

diperlukan oleh masyarakat untuk kita. Saya sendiri banyak pertanyaan

jujur tentang KPK dan saya akan titipkan pertanyaan saya terhadap

angket. Supaya ditanyakan kenapa ini begini dan lainnya," ucapnya.

Page 17: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Namun hak angket, kata Fahri, tidak mengikat. Terkecuali dalam hak

angket ditemukan fakta dan kebenaran.

"Jadi yang mengikat itu sebenarnya adalah penggunaan hak Dewan

lainnya. Kalau angket hanya menemukan fakta dan kebenaran. Itu saja

saya kira yang terjadi jadi toh pada akhirnya prosesnya kecuali kalau

presiden dan wapres. Kalau kepada presiden, wapres, kan ada proses

berlanjut berakhir di MK. Tapi kalau bukan lembaga kepresidenan, tidak

ada proses trial impeachment di MK," ujarnya.

"Ini prosesnya adalah rekomendasi pada pihak, misal ke presiden

rekomendasikan kepada KPK sendiri, juga kepada komite etiknya atau

penegak hukum, itu bisa. Berdasarkan temuan saja, artinya tidak ada yang

bersalah. Rekomendasi ini diperlukan untuk langkah pemberantasan

korupsi ke depannya," ujar Fahri.

(lkw/fdn)

Page 18: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Sabtu 29 April 2017, 09:22 WIB

Hak Angket KPK, DPR Dikritik Tak Tahu UU MD3 Andhika Prasetia – detikNews

Jakarta - Sidang paripurna DPR memutuskan untuk mengesahkan hak

angket KPK. Keputusan tersebut dinilai tidak sejalan dengan UU Nomor 17

Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Mengapa?

Pakar hukum tata negara, Prof Mahfud MD mengkritik DPR tidak

mengetahui soal aturan main mengajukan angket. Hal tersebut dinilai

bertentangan dengan Pasal 79 ayat (3) UU MD3. KPK, menurut Mahfud,

bukan merupakan lembaga pemerintahan atau eksekutif.

"Pemerintah punya arti luas (mencakup semua lembaga negara) dan arti

sempit (hanya eksekutif). Dalam UUD kita, pemerintah hanya eksekutif.

Menurut penjelasan pasal 79 ayat (3) UU MD3, yang bisa diangket oleh

DPR adalah pemerintah dan lembaga pemerintah non-kementerian, KPK

bukan pemerintah," cetus Mahfud MD saat dikonfirmasi, Sabtu (29/4/2017).

Pasal 79 ayat (3) UU MD3 berbunyi:

Hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah hak DPR

untuk melakukan penyelidikanterhadap pelaksanaan suatu undang-undang

dan/atau kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting,

strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan.

Mahfud MD meminta KPK tidak perlu menggubris soal angket yang

diajukan DPR. Soal hasil penyelidikan dan penyidikan, KPK dipersilakan

membuka semuanya di pemngadilan.

"KPK terus jalan saja sesuai dengan hak yang juga dijamin oleh UU untuk

tidak membuka hasil penyelidikan dan proses penyidikan, kecuali di

pengadilan. Angket DPR biarkan saja jalan terus, tapi KPK juga bisa

berjalan lebih kencang. Angket DPR tak harus dirisaukan, itu urusan

remeh. Ayo KPK! Silakan saja DPR menyelidiki KPK dengan hak angket,"

Page 19: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

tutupnya.

(dkp/dkp)

Jumat 28 April 2017, 12:00 WIB

Page 20: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Hak Angket KPK Diketok Fahri Hamzah, Gerindra: Gegabah! Gibran Maulana Ibrahim – detikNews

Jakarta - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, yang memimpin sidang

paripurna DPR, tiba-tiba mengetok palu untuk menyetujui hak angket

terhadap KPK. Fraksi Partai Gerindra, yang menolak hak angket itu, pun

memilih keluar dari ruang sidang alias walk out (WO).

"Sebaiknya ini diskors untuk dilobi seperti yang sudah-sudah. Ini tidak,

langsung ambil keputusan. Kalau caranya begitu, kita tidak bisa terima.

Kita mendingan WO," kata Ketua Fraksi Gerindra Ahmad Muzani di gedung

DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (28/4/2017).

Muzani belum bisa memastikan apakah jika ada forum lobi fraksinya akan

setuju dengan hak angket tersebut. Fraksi Gerindra terlebih dahulu

meminta penjelasan dari pengusul.

"Nggak ada lobi, yang ada dalam Bamus kemarin. Kalau bisa (keputusan)

jangan sekarang. Ada baiknya reses, jadi sarana mengambil pertanyaan

konstituen perlu atau tidak," tutur Muzani.

Sekjen Partai Gerindra itu juga belum bisa memastikan apakah partainya

bakal melakukan perlawanan. Namun dia menegaskan akan berupaya

menggagalkan angket tersebut.

"Menurut saya, tindakan pimpinan buru-buru dan gegabah terhadap

aspirasi," ucap Muzani.

Jumat 28 April 2017, 11:57 WIB

Page 21: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Abaikan Interupsi, Fahri: Mayoritas Setuju Hak Angket, Palu

Diketok Gibran Maulana Ibrahim, Hary Lukita Wardani - detikNews

Jakarta - Hak angket terhadap KPK diputuskan disetujui dalam paripurna

DPR. Meski ada anggota dewan yang berusaha interupsi, pimpinan

paripurna Fahri Hamzah langsung mengetok palu tanda persetujuan hak

angket.

Fahri menegaskan ketok palu dilakukan karena mayoritas fraksi menyetujui

hak angket terhadap KPK yang digulirkan karena kasus Miryam S Haryani.

Dalam paripurna, ada 3 fraksi yang menyampaikan penolakan hak angket

yakni Gerindra, Demokrat dan Fraksi PKB.

"Mayoritas setuju ya palu diketok. Yang disepakati tadi setuju pembentukan

angket," ujar Fahri kepada wartawan di gedung DPR, Senayan, Jakarta,

Jumat (28/4/2017).

Fahri menyebut hak angket berasal dari Komisi III yang usulannya masuk

ke Badan Musyawarah (Bamus) untuk dibahas dalam rapat paripurna

hingga akhirnya disetujui. Setelah hak angket disetujui, Bamus akan

membentuk Pansus.

"Kalau fraksi tak memasukkan anggotanya untuk pembentukan pansus

maka tidak ada meskipun DPR setuju menggunakan hak penyelidikan.

Kalau surat fraksi tak menyetujui angketnya tak ada, kan begitu prosesnya.

Kita tunggu saja," ujar Fahri.

Di rapat paripurna DPR, Komisi III membacakan usulan hak angket untuk

KPK. Hak angket digulirkan karena KPK menolak membuka rekaman

pemeriksaan Miryam S Haryani dalam kasus korupsi e-KTP.

"Tidak dapat dipungkiri bahwa kinerja KPK telah mendapatkan penilaian

yang baik dari masyarakat. Namun demikian, hal ini tidaklah berarti bahwa

prinsip transparansi dan akuntabilitas tidak perlu lagi menjadi perhatian

Page 22: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

ataupun pengawasan tidak perlu lagi dilakukan dalam berbagai

bentuknya," ungkap perwakilan Komisi III M Taufiqulhadi di sidang

paripurna.

Taufiq pun menyampaikan adanya ketidakpatuhan KPK dalam segi

anggaran. Ada 7 yang menurut Komisi III pelanggaran itu.

"Seperti Berita Acara Pemeriksaan (BAP), Surat Perintah Penyidikan

(Sprindik) dan Surat Cegah-Tangkal (Cekal) seperti yang juga dimuat

dalam berbagai media. Selanjutnya juga terdapat dugaan ketidakcermatan

dan ketidakhati-hatian dalam penyampaian keterangan dalam proses

hukum maupun komunikasi publik," ujarnya.

Kamis 27 April 2017, 18:49 WIB

Page 23: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Dukung Angket KPK, Hanura Ingin Tahu Penekan Miryam Andhika Prasetia - detikNews

Jakarta - Fraksi Hanura di DPR menyatakan mendukung hak

angket KPK yang digulirkan Komisi III. Namun Fraksi Hanura

menegaskan tidak akan melindungi anggotanya, Miryam S

Haryani, jika terbukti bersalah.

"Jadi, insyaallah, dalam hak angket Hanura tidak akan melebar

ke mana-mana, apalagi melindungi yang bersalah, atau misalnya

bertujuan memukul balik KPK. Sama sekali bukan itu," kata

Sekretaris Fraksi Hanura Dadang Rusdiana melalui pesan

singkat, Kamis (27/4/2017).

Hak angket yang didukung Fraksi Hanura untuk mendesak KPK

membuka rekaman BAP Miryam. Fraksi Hanura juga ingin

mengetahui apakah Miryam ditekan beberapa anggota DPR.

"Hanura mendukung hak angket, tetapi hanya diarahkan pada

objektivitas penyidikan sehubungan dengan ada isu panas yang

dilempar bahwa ada penekanan terhadap saksi MH oleh

beberapa oknum anggota DPR," ujar Dadang.

"Kita ingin dalami itu, apakah benar ada itu penekanan?

kepentingannya apa? Kan mesti clear," sambung anggota Komisi

X DPR ini.

Jika terbukti tidak ada tekanan kepada Miryam, Dadang

mengatakan ada keterangan palsu yang disampaikan penyidik

KPK.

Page 24: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

"Kalau ternyata tidak ada penekanan, berarti kan ada

pemutarbalikan fakta oleh salah seorang penyidik KPK. Kita akan

dalami pula kenapa mesti ada pemutarbalikan fakta seperti itu,

apa kepentingannya? Hukum kan butuh kepastian. Jangan

sampai yang tidak melakukan apa pun menjadi buruk namanya,"

ucap Dadang.

Mengenai usulan angket ini, DPR sepakat untuk membahasnya

dalam sidang paripurna besok (28/4). Wakil Ketua DPR Fahri

Hamzah mengatakan sudah ada delapan fraksi, kecuali PKS dan

Demokrat, yang belum meneken hak angket KPK.

"Dari komisi III DPR adalah lanjutan permohonan angket yang

ditandatangani 25 pengusul dari delapan fraksi. Besok

dipersilakan pengusul untuk dibacakan," ujar Fahri di gedung

DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (27/4).

(dkp/imk)

Kamis 27 April 2017, 21:55 WIB

Page 25: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Hak Angket Dibahas Besok, KPK: Kami Tetap Fokus Tangani

Perkara Dewi Irmasari - detikNews

Jakarta - DPR menggelar rapat Badan Musyawarah (Bamus) sebelum

sidang paripurna penutupan besok. Hasil rapat memutuskan, usulan hak

angket dari Komisi III akan dibahas di rapat besok sebelum penutupan

masa sidang DPR. KPK menanggapi dingin soal usulan tersebut.

"KPK tentu tetap akan berfokus pada penangan perkara. Apakah perkara

indikasi korupsi dalam pengadaan KTP elektronik yang kita tangani saat ini

ataupun kasus yang terkait dengan pengadaan e-KTP tersebut, yaitu

pemberian keterangan palsu yang disampaikan di persidangan kasus e-

KTP. Kita tetap akan menangani perkara ini di jalur hukum," ujar Kabiro

Humas KPK Febri Diansyah di kantornya, Jalan Kuningan Persada,

Jakarta Selatan, Kamis (27/4/2017).

KPK juga berharap semua pihak ikut mengawal proses hukum dalam

penangan kasus ini. Bila ada pihak yang keberatan, KPK mengusulkan

untuk menggunakan jalur hukum.

"Jika memang ada hal-hal yang ingin disampaikan atau keberatan terhadap

proses hukum, baiknya menggunakan jalur hukum," kata Febri.

Febri menyatakan secara institusional, KPK cukup percaya, parpol-parpol

dan fraksi-fraksi akan mempertimbangkan proses hukum terkait kasus KTP

elektronik ini dengan serius. KPK juga berharap DPR mendukung upaya

pemberantasan korupsi.

"Kami cukup percaya, secara institusional parpol-parpol dan fraksi-fraksi

akan mempertimbangkan secara serius terkait dengan proses hukum yang

sedang berjalan saat ini," tuturnya.

"Secara institusional, tentu sepatutnya upaya pemberantasan korupsi kita

Page 26: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

dukung bersama-sama dan penuntasan kasus e-KTP jadi bagian dari itu,"

imbuhnya.

Page 27: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Fraksi PKB Tolak Hak Angket KPK Kamis, 27 April 2017 15:02 WIB

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fraksi PKB menolak usulan hak angket Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Wasekjen PKB Daniel Johan memerintahkan kepada seluruh anggota fraksi untuk menolak. "Menurut PKB langkah beberapa anggota DPR yang mengajukan angket rekaman KPK tersebut tidak dalam koridor tugas DPR," kata Daniel melalui pesan singkat, Kamis (27/4/2017). Daniel mengatakan PKB menyerahkan sepenuhnya kepada sistem pengadilan berjalan. Sedangkan DPR dapat mengawal proses di pengadilan tersebut. Bila hak angket terbentuk, kata Daniel, KPK dapat menolak hal tersebut karena UU Keterbukaan Informasi mengatur informasi dalam penyelidikan dan penyidikan adalah informasi yang dikecualikan untuk dibuka kepada publik "Seperti yang termaktub dalam Asas UU KIP Pasal. 2 ayat (4) UU no 14/2008 tentang pengecualian informasi public yang bersifat rahasia berdasarkan UU," kata Daniel. Daniel menuturkan pihak yang berwenang membuka rekaman hanya pengadilan yang sekarang sedang menyidangkan perkara e-KTP. "PKB menyarankan perkembangan penyelesaian kasus ini bisa diselesaikan di internal Komisi III saja," kata Wakil Ketua Komisi IV DPR itu. Daniel menegaskan PKB mendukung langkah KPK dalam menyelesaikan beberapa kasus besar yang menjadi perhatian publik, terutama kasus e-KTP. "Dan kami berharap segera diungkap kebenaran dalam proses persidangan yang sudah berjalan," kata Daniel. Penulis: Ferdinand Waskita Editor: Johnson Simanjuntak

Page 28: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Tandatangani Hak Angket KPK, Politikus NasDem Ini Tak Khawatir Dibully

Kamis, 27 April 2017 18:46 WIB Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR dari Partai NasDem Taufiqulhadi mengakui telah menandatangani usulan hak angket terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Taufiqulhadi mengaku tidak masalah bila dibully orang yang tidak suka usulan hak angket tersebut. "Tidak masalah, enggak apa-apa. Silahkan kalau mau bully, persoalan mereka yang membully, kalau orang membully orang lain, Allah tidak ridho dan orang akan masuk neraka," kata Taufiqulhadi di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (27/4/2017). Taufiqulhadi menilai hak angket KPK bila tidak disetujui maka musibah bagi rakyat Indonesia. Sebab, KPK akhirnya tidak dapat diawasi. "Tidak ada chek and balances di lembaga tersebut. Ketika dilakukan fungsi pengawasan dari DPR yang ditolak ramai akan musibah, karena KPK tidak terkontrol," kata Taufiqulhadi. Taufiqulhadi mengaku tidak mengetahui jumlah pengusul hak angket. Ia juga tidak melakukan lobi-lobi terhadap anggota Komisi III DPR lainnya untuk menandatangani hak angket. Taufiqulhadi tak khawatir atas anggapan publik. "Terpenting saya tidak korupsi, ya kan kita bertindak diatas nurani kita, semua kasus yang sedang ditangani KPK, saya justru mengatakan berjalan terus, kalau dihubungkan itu salah," kata Taufiqulhadi. Ia juga membantah usulan hak angket merupakan pelemahan terhadap KPK. Taufiqulhadi mengatakan Komisi III dianggap melemahkan bila memotong anggaran KPK. Padahal, Komisi III DPR tidak melakukan hal iu. "Komisi III tidak mau menandatangani anggarannya, sudah selesai, itu misal kita kurangi, misal per kasus Rp 400 juta kita bilang Rp 40 juta, baru itu melemahkan," kata Taufiqulhadi. Penulis: Ferdinand Waskita Editor: Adi Suhendi

Page 29: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Dianggap Lemahkan KPK, Demokrat Tolak Hak Angket Kamis, 27 April 2017 18:42 WIB

Tribunnews.com/ Adiatmaputra Fajar Pratama

Wakil Ketua Fraksi partai Demokrat Benny K Harman (dua dari kiri) di ruang fraksi Demokrat, Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (27/4/2017).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adiatmaputra Fajar Pratama

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fraksi partai Demokrat menegaskan menolak hak angket Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK).

Alasannya hal itu bisa melemahkan KPK sebagai institusi negara penegak hukum.

"Hak angket bisa mengarah pada pelemahan KPK dalam upaya penegakan hukum pemberantasan

korupsi," ujar Wakil Ketua Fraksi partai Demokrat Benny K Harman di ruang fraksi Demokrat, Gedung

DPR RI, Jakarta, Kamis (27/4/2017).

Menurut dia, hak angket KPK tidak tepat digulirkan saat ini.

Apalagi KPK saat ini sedang sibuk menangani banyak kasus dengan penyelewengan anggaran besar.

"Fraksi partai Demokrat berpendapat penggunaan hak angket pada saat ini tidak tepat waktu," katanya.

Untuk itu, Demokrat menegaskan pihaknya tidak setuju digulirkannya hak angket KPK.

"Sikap fraksi Partai Demokrat jelas tidak setuju dengan penggunaaan hak angekt tersebut," kata Benny.

Fraksi Partai Demokrat berpandangan klarifikasi terhadap penggunaan kewenangan-kewenangan luar

biasa yang saat ini dimiliki KPK dalam pemberantasan korupsi adalah sebuah kenisycayaan.

"Namun hal tersebut dapat dilakukan dengan cara dan mekanisme yang lain yang dimungkinkan UU

tanpa menganggu iklim pemberantasan korupsi," kata Benny. . Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama Editor: Adi Suhendi

Page 30: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Fraksi PDIP Pahami Dua Anggotanya Ikut Usulkan Hak Angket KPK Kamis, 27 April 2017 17:17 WIB

Tribunnews.com/Ferdinand Waskita

Politikus PDIP Masinton Pasaribu.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fraksi PDI Perjuangan memahami anggotanya yang mengajukan hak

angket terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Bendahara Fraksi PDIP Alex Indra Lukman mengatakan anggota Komisi III DPR Masinton Pasaribu

merasa dicemarkan nama baiknya terkait penyidikan KPK dalam kasus e-KTP.

"Dia menggunakan forum rapat komisi III untuk coba menjernihkan segala persoalan yang ada tetapi

terbentur," kata Alex Indra Lukman di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (27/4/2017).

Karena itu Masinton menggunakan hak konstitusionalnya berupa hak angket untuk mencari kebenaran.

Indra mengakui ada dua anggota Komisi III DPR yang telah melaporkan usulan hak angket.

Kedua anggota tersebut yakni Masinton Pasaribu dan Edi Kusuma Wijaya.

Menurut Indra, keduanya ingin menanyakan lebih dalam mengenai proses penyelidikan dan penyidikan di

KPK.

Indra mengaku tidak mengetahui anggota fraksi yang telah menandatangi usulan hak angket selain

kedua anggota lainnya.

Indra menuturkan hak angket merupakan kewenangan yang dimiliki anggota dewan.

Sedangkan dari PDIP yakni Masinton Pasaribu dan Edi Kusuma Wijaya.

"Itu dengan argumen yang sudah saya sampaikan. Mereka punya argumentasi 'kami mohon izin ingin

ikut menandatangani hak angket' argumentasinya apa? Nih ini," kata Indra. Penulis: Ferdinand Waskita Editor: Adi Suhendi

Page 31: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Rapat Bamus DPR Putuskan Usulan Hak Angket KPK Dibahas Rapat Paripurna Besok

Kamis, 27 April 2017 21:18 WIB

"Tadi dibicarakan terkait bagaimana untuk paripurna besok. Itu bukan hak kita untuk menghalangi kalau

akan dibacakan besok, memang tadi pimpinan mengatakan akan memberikan kesempatan pada

pengusul untuk menyampaikan kepentingan hak angket," kata Waketum PPP Amir Uskara di Gedung

DPR, Jakarta, Kamis (27/4/2017).

Usulan hak angket akan dibacakan pengusul pada rapat paripurna. Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah

terdapat dua opsi mekanisme keputusan yang dapat diambil.

"Langsung tanggapan anggota setuju atau tidak setuju, atau pengambilan keputusannya itu ditunda,"

kata Fahri.

Opsi lain yang muncul dalam rapat Bamus yakni forum lobi. Fahri mengatakan usulan hak angket telah

ditandatangani 25 orang pengusul dari delapan fraksi. Tercatat, Demokrat dan PKS tidak

menandatangani usulan hak angket tersebut.

Selain itu, Fahri mengakui tidak menutup kemungkinan dinamika dalam pengambilan keputusan besok.

Keputusan pun disebut bisa melalui pemungutan suara maupun aklamasi.

"Kemungkinan besar ada interupsi pasti, ada anggota atau fraksi yang akan bertanya biasa, itu

dinamikanya. Tapi kita lihat aja," kata Fahri.

Agenda hak angket, kata Fahri, akan ditentukan ketika panitia khusus terbentuk. Ia mengatakan pansus

hak angket bisa saja fokus menyelidiki persoalan tertentu seperti rekaman keterangan Miryam S. Haryani

atau pembahasannya melebar ke hal lain.

Fahri mengklaim tidak ada fraksi yang menyatakan keberatan dalam usulan hak angket ini."Yang ada

hanya mengusulkan agar cara berkomunikasi yang lebih baik agar publik bahwa publik tahu ini

penggunaan hak biasa dari DPR dan tidak ada yang istimewa," kata Fahri.

Penulis: Ferdinand Waskita Editor: Malvyandie Haryadi

Page 32: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Rapat Paripurna, Fadli Zon Bacakan Surat Komisi III DPR untuk Usulan Hak Angket

Kamis, 27 April 2017 11:31 WIB TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fadli Zon membacakan surat pengajuan hak

angket dari Komisi III DPR saat rapat paripurna. Fadli Zon memimpin rapat paripurna didampingi Taufik

Kurniawan, Fahri Hamzah dan Agus Hermanto.

Awalnya, Fadli membacakan agenda rapat paripurna pada hari ini. Kemudian, Fadli membacakan empat

surat yang masuk ke meja pimpinan DPR.

"Sidang dewan yang kami hormati kami beritahukan bahwa pimpinan menerima empat buah surat," kata

Fadli di ruang rapat Paripurna DPR, Jakarta, Kamis (27/4/2017).

Dua buat surat berasal dari DPD RI yakni HM.31/267/C/DPD/3/2017 tanggal 31 Maret 2017 perihal

penyampaian rekomendasi DPD RI. Kemudian surat HM.31/267/D/DPD/3/2017 tanggal 31Maret 2017

perihal hasil pengawasan DPD RI.

Lalu, Fadli membacakan surat masuk dari Komisi III DPR perihal permohonan hak angket.

"Dua buah surat dari alat kelengkapan DPR, yaitu surat komisi III DPR dengan nomor

032DW/KOM3/MP4/IV/2017 tanggal 20 April 2017 perihal permohonan hak angket," kata Fadli Zon.

"Surat komisi VI nomor TU/64/Kom6/DPR RI/4/ 2017 tanggal 18 April 2017 perihal hasil pembahasan

RUU Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat," tambah Fadli.

Politikus Gerindra itu menuturkan surat tersebut sesusai peraturan DPR nomor 1/2014 akan dibahas

sesuai mekanisme berlaku. Diketahui, rapat paripurna DPR pada hari ini dihadiri 302 dari 559 anggota

DPR.

.Editor: Sanusi

Page 33: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Alasan Masinton Tandatangani Usulan Hak Angket KPK

Kamis, 27 April 2017 23.16 WIB

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR Masinton Pasaribu mengakui

menandatangani usulan hak angket terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Pengusul hak angket terhadap KPK dari PDIP yakni Masinton dan Edhie Wijaya Kusuma.

Masinton lalu menjelaskan fraksi PDIP telah memanggilnya untuk mengklarifikasi terkait namanya yang

disebut menekan Miryam S Haryani.

Masinton mengaku telah membantah menekan Politikus Hanura.

"Ketika kami rapat Komisi III bersama KPK. Kami juga mendalami banyak hal yang berkaitan Tupoksi

Komisi III. Salah satunya penyebutan nama-nama Komisi III," kata Masinto di Gedung DPR, Jakarta,

Kamis (27/4/2017).

Masinton lalu menyampaikan kepada fraksi untuk menggunakan hak angket.

Fraksi PDIP, memahami hal tersebut.

Masinton menuturkan tujuan hak angket untuk mengklarifikasi proses penyelidikan KPK yang dianggap

tidak benar.

"Memahami dan mendukung langkah saya untuk mengusulkan hak angket dan mengklarifikasi bahwa

proses penyebutan nama saya tidak benar. Itu adalah bentuk penyimpangan yang dilakukan penyidik

KPK karena saya yakin itu tidak ada dan penyidik KPK memberikan kesaksian palsu di persidangan,"

kata Masinton.

Penulis: Ferdinand Waskita Editor: Eko Sutriyanto

Page 34: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Rapat Paripurna DPR, Pengusul Hak Angket Ungkap Ketidakpatuhan KPK Jumat, 28 April 2017 14:01 WIB TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus NasDem Taufiqulhadi menyampaikan alasan penggunaan

hak angket Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat rapat paripurna DPR.

Taufiqulhadi ditunjuk sebagai juru bicara pengusul hak angket KPK.

"Tidak perlu lagi dilakukan dalam berbagai bentuknya. Apalagi dalam kaitannya dengan pelaksanaan

tupoksi KPK, DPR (dalam hal ini Komisi III DPR RI) mendapatkan masukan dan informasi tentang tidak

selalu berjalannya pelaksanaan tupoksi KPK tersebut sesuai peraturan perundang-undangan dan tata

kelola kelembagaan yang baik," kata Taufiqulhadi di hadapan peserta rapat paripurna DPR, Jakarta,

Taufiqulhadi mengatakan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Kepatuhan KPK Tahun 2015 mencatat tujuh

indikasi ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

1. Kelebihan Pembayaran Gaji Pegawai KPK yang belum diselesaikan atas Pelaksanaan Tugas Belajar.

2. Belanja Barang pada Direktorat Monitor Kedeputian Informasi dan Data yang tidak dilengkapi dengan

Pertanggungjawaban yang Memadai dan Tidak Sesuai Mata Anggarannya.

3. Pembayaran Belanja Perjalanan Dinas, Belanja Sewa dan Belanja Jasa Profesi pada Biro Hukum.

4. Kegiatan Perjalanan Dinas pada Kedeputian Penindakan yang Tidak Didukung dengan Surat Perintah.

5. Standar Biaya Pembayaran atas Honorarium Kedeputian Penindakan.

6. Realisasi Belanja Perjalanan Dinas Biasa tidak sesuai dengan Ketentuan Minimal

7. Perencanaan Gedung KPK tidak cermat sehingga mengakibatkan kelebihan pembayaran.

"Selain yang terkait dengan tata kelola anggaran, Komisi III DPR RI yang melakukan pengawasan

terhadap KPK juga mendapatkan masukan serta informasi yang terkait dengan tata kelola dokumentasi

dalam proses hukum penindakan dugaan kasus korupsi," kata Anggota Komisi III DPR itu.

Contohnya, kata Taufiqulhadi, terjadinya “pembocoran” dokumen dalam proses hukum tersebut seperti:

Berita Acara Pemeriksaan (BAP), Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) dan Surat Cegah-Tangkal (Cekal)

seperti yang juga dimuat dalam berbagai media.

Kemudian, kata Taufiqulhadi, terdapat dugaan ketidakcermatan dan ketidakhati-hatian dalam

penyampaian keterangan dalam proses hukum maupun komunikasi publik, termasuk dugaan

pembocoran informasi kepada media tertentu, sehingga beredar nama-nama penyelenggara atau pejabat

negara, termasuk anggota DPR RI yang kebenarannya belum pernah dikonfirmasikan kepada

penyelenggara atau pejabat negara yang bersangkutan.

"Selanjutnya, beberapa elemen masyarakat juga menyampaikan adanya ketidakharmonisan bahakan

ikap insubordinasi dari kalangan internal KPK terhadap pimpinannya, yakni para Komisioner KPK,"

kata Taufiqulhadi.

Page 35: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Ia menyebutkan berbagai hal tersebut mengemuka dalam Rapat Dengar Pendapat yang sifatnya terbuka

dengan KPK pada 17-18 April 2017.

Taufiqulhadi menuturkan secara khusus dalam rapat tersebut disoroti persoalan pencabutan BAP oleh

Miryam S. Haryani dalam persidangan kasus e-KTP karena dugaan mendapat tekanan dari enam

anggota Komisi III DPR RI.

Hal ini disampaikan pada persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat tanggal 30 Maret 2017 yang

menghadirkan tiga orang penyidik KPK.

"Hal ini tentu kemudian menjadi polemik di masyarakat dan menempatkan DPR RI dalam sorotan

sebagai lembaga yang tidak pro terhadap program pemberantasan korupsi," kata Taufiqulhadi.

Taufiqulhadi lalu menyebutkan sejumlah dasar hukum yang digunakan dalam mengusulkan hak angket

yakni UUD 1945, UU MD3, Tatub DPR dan UU KPK.

Ia mengatakan DPR berkepentingan untuk menjaga keberadaan KPK yang tidak saja kuat dalam

melaksanakan tupoksi-nya berdasarkan peraturan perundangan yang ada, namun juga KPK yang benar.

"Berdasarkan hal-hal yang telah menjadi asas dan ketentuan tersebut di atas, maka pengusul

mengajukan usul untuk penggunaan Hak Angket berdasarkan Konstitusi dan UU MD3 dalam rangka

melakukan pendalaman atas berbagai permasalahan atau penyelidikan atas pelaksanaan tugas dan

kewenangan KPK berdasarkan Konstitusi dan UU KPK," kata Taufiqulhadi.

. Penulis: Ferdinand Waskita Editor: Johnson Simanjuntak

Page 36: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

DPR Ngotot Hak Angket e-KTP Kamis, 27 April 2017 05:24 WIB

Editor: Hendra Gunawan

TRIBUNNEWSS.COM, JAKARTA -- Laju hak angket terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

dari Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI tidak terbendung. Surat pengajuan hak angket pun

telah disampaikan kepada pimpinan parlemen.

Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah memastikan, surat tersebut bakal dibaca pada sidang paripurna DPR

RI, Kamis (27/4).

"Yang jelas surat dari Komisi III kami perlu baca besok, karena surat sudah masuk," kata Fahri di

Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (26/4).

Kendati demikian, hak angket agar KPK membuka rekaman pemeriksaan mantan Anggota Komisi II DPR

RI, Miryam S Haryani, baru mendapat restu 26 anggota Komisi III DPR RI. Pimpinan parlemen baru

menerima surat usulan hak angket sebagai usulan komisi.

"Kami (akan) menyampaikan adanya surat tapi Bamus meminta supaya persyaratan dipenuhi. Syaratnya

lampiran tanda tangan itu," ujar Fahri.

Menurutnya, mengacu prosedur pengajuan hak angket, begitu usulan masuk maka dibawa ke rapat

Bamus untuk kemudian dibaca di sidang paripurna. Saat dibacakan di paripurna, usulan tersebut bisa

langsung ditanyakan ke fraksi-fraksi untuk dimintai tanggapan.

"Setelah itu dibentuk panitia angket, pansus angket. Kalau sudah, fraksi-fraksi menyerahkan nama maka

terbentuk panaus angket," ucapnya seraya mengatakan, usulan hak angket terhadap KPK justru demi

kebaikan lembaga antirasuah tersebut.

"Sebenarnya hak angket akan membuat KPK lebih clean supaya publik melihat apa yang sebenarnya

terjadi. Karena enggak ada maksud lain yang bisa dilihat," kata Fahri.

Juru bicara KPK Febri Diansyah enggan mengomentari hak angket yang bakal dibacakan pada sidang

paripurna DPR. Ia menyebut, KPK memilih fokus menangani perkara dugaan korupsi pengadaan e-KTP.

"Kami berharap semua pihak lebih fokus pada bagaimana agar kasus e-KTP sekarang yang kita tangani

dapat dituntaskan tanpa hambatan di luar proses hukum," paparnya.

Terpisah, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Moermahadi Soerja Djanegara berencana

menindak tegas auditor dan anggota BPK yang turut serta dalam perkara dugaan korupsi pengadaan e-

KTP.

"Kalau kita bersih-bersih dari awal kan kita ada majelis kehormatan kode etik," tutur Moermahadi.

Untuk diketahui, dalam surat dakwaan jaksa KPK terhadap dua terdakwa mantan pejabat di Direktorat

Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil Kementerian Dalam Negeri, Irman dan Sugiharto,

membeberikan sejumlah uang yang diterima staf BPK dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

(Bappenas).

Page 37: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Sugiharto mengemukakan, Wulung yang berprofesi sebagai auditor BPK yang memeriksa keuangan

Ditjen Dukcapil mendapatkan uang sebesar Rp 80 juta. Dana itu diberikan Sugiharto kepada Wulung

secara langsung.

Rencananya, KPK akan memanggil mantan Komisi II DPR RI Olly Dondokambey. Olly yang juga

Gubernur Sulawesi Utara akan dihadirkan di Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi (PN Tipikor)

Jakarta.

Selain Olly, ada pula keponakan Setya Novanto, Irvan Hendra Pambudi yang bakal menjadi saksi di PN

Tipikor Jakarta terkait perkara dugaan korupsi proyek e-KTP. Irvan pernah dipanggil pada sidang

sebelumnya. Namun, Irvan berhalangan hadir. (tribunnews/ferdinan waskita/fajar/kompas.com)

Page 38: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Gerindra Larang Anggotanya di DPR Tandatangan Hak Angket KPK Jumat, 28 April 2017 11:57 WIB

Editor: Hendra Gunawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Fraksi Partai Gerindra di DPR menolak usulan hak angket terhadap

Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK).

Usulan hak angket itu diusulkan Komisi III DPR terhadap KPK terkait Berita Acara Pemeriksaan (BAP)

mantan anggota Komisi II DPR, Miryam S. Haryani, dalam kasus korupsi e-KTP.

"Sikap resmi fraksi kami menolak," kata Sekretaris Fraksi Partai Gerindra Fary Djemy Francis di

Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (28/4/2017).

Salah satu anggota Fraksi Gerindra, Desmond Junaidi Mahesa menandatangani hak angket tersebut.

Namun, Fary mengatakan, tandatangan tersebut karena Desmond merupakan pimpinan Komisi III DPR.

Selain itu, nama Desmond menjadi salah satu yang disebut menekan Miryam.

"Tapi seluruh anggota fraksi, kami nyatakan larang (tandatangan)," tutur Ketua Komisi V DPR itu.

Ia mengimbau kepada seluruh anggota Komisi III, terutama Fraksi Gerindra untuk bertanya kepada KPK

lewat forum Rapat Dengar Pendapat (RDP) jika ingkn ada hal-hal yang ingin didalami.

"Cukup di komisi tidak perlu angket," kata Fary.

Usulan hak angket yang ditujukan Komisi III DPR kepada KPK terkait rekaman pemeriksaan anggota

DPR Fraksi Hanura Miryam akan dibawa ke Paripurna untuk dimintai persetujuan ihwal kelanjutannya.

Pada Rapat Paripurna yang berlangsung hari ini, Komisi III selaku pengusul akan meminta persetujuan

kepada DPR apakah usulan tersebut bisa dilanjutkan hingga ke pembentukan Panitia Khusus (Pansus)

atau justru dibatalkan.

Sejauh ini, ada 25 anggota DPR dari 8 fraksi yang menandatangani usulan hak angket tersebut. Dua

fraksi yang tidak menandatangani ialah Fraksi Demokrat dan PKS. (Nabila Tashandra)

Editor: Hendra Gunawan

Page 39: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Fraksi Gerindra DPR Walk Out Tolak Hak Angket KPK, Fadli Zon Bilang Itu Biasa

Jumat, 28 April 2017 12:54 WIB

Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama Editor: Hasanudin Aco TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam sidang rapat paripurna DPR RI, fraksi Gerindra menolak

adanya hak angket KPK.

Bahkan seluruh anggota Fraksi Gerindra kompak untuk keluar dari ruang sidang (walk out).

Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menilai aksi koleganya di Gerindra itu sebagai hal biasa.

Karena setiap fraksi punya hak untuk walk out jika tidak setuju dengan usulan yang dibacakan dalam

rapat Paripurna.

"Kita melihat hal biasa proses hak semacam ini, biasa ada pro dan kontra," ujar Fadli di ruang rapat

Paripurna, Jakarta, Jumat (28/4/2017).

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini menegaskan sikap fraksinya sudah tegas menolak.

Karena hal itu Fadli keluar dari rapat paripurna lebih dulu untuk melakukan koordinasi lebih lanjut.

"Sikap Gerindra sudah jelas. Saya mau koordinasi langkah-langkah selanjutnya," ungkap Fadli.

Keinginan Fadli untuk koordinasi sejalan dengan permintaan fraksi Gerindra.

Menurut Fadli tugasnya sebagai pimpinan di sidang Paripurna sudah terpenuhi sehingga bisa keluar lebih

dahulu.

"Saya diminta ikut koordinasi dan saya juga sudah pada pimpinan sidang ke fraksi," papar Fadli.

Page 40: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Sah! Fahri Hamzah Ketok Palu Hak Angket KPK dalam Rapat Paripurna DPR Jumat, 28 April 2017 12:48 WIB TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rapat Paripurna DPR memutuskan penggunaan hak angket terhadap

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) setelah diwarnai interupsi anggota dewan dari berbagai fraksi.

Tiga fraksi yang melakukan interupsi yakni PKB, Demokrat dan Gerindra.

Ketiga fraksi tersebut menolak penggunaan hak angket KPK setelah mendapatkan penjelasan dari

pengusul.

“Keputusan belum kita ambil bapak ibu sekalian, jangan kita terlalu tegang. Kedua hak angket adalah

kostitusional secara sangat biasa, setelah hak bertanya dilakukan alat kelengkapan masing-masing. Ini

adalah eksistensi dari penggunaan hak secara konstitusional,” kata Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah

yang memimpin rapat diruang rapat Paripurna DPR, Jakarta, Jumat (28/4/2017).

Fahri lalu menjelaskan kronologis usulan hak angket terhadap KPK.

Hal itu diawali rapat marathon di Komisi III DPR dengan KPK yang diikuti seluruh fraksi.

Kemudian, kesimpulan mengenai hak angket ditindaklanjuti Pimpinan DPR dan Rapat Badan

Musyawarah (Bamus) DPR.

Hasil Bamus kemudian dibawa dalam rapat paripurna hari ini.

"Pandangan sudah disampaikan, tetapi mengatakan dan menanyakan kepasa seluruh anggota apakah

usul penggunaan hak angket terhadap pelaksanan tugas dan kewenangan KPK yang diatur UU dapat

disetujui hak angket," kata Fahri.

"Setuju," kata peserta rapat.

Namun, sebagian anggota dewan ada yang melakukan interupsi.

Fahri langsung mengetuk palu rapat tanda persetujuan.

"Terima kasih baik kita sudah simpulkan penggunaan hak angket. Terimakasih telah disetujinya

penggunaan hak angket," kata Fahri.

Acara lalu dilanjutkan dengan pidato penutupan masa sidang oleh Ketua DPR Setya Novanto.

Rapat Paripurna DPR dipimpin Fahri Hamzah didampingi Agus Hermanto, Taufik Kurniawan, Fadli Zon

dan Setya Novanto.

Rapat diikuti 324 anggota DPR.

Penulis: Ferdinand Waskita Editor: Hasanudin Aco .

Page 41: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Hak Angket e-KTP Sama Saja Melemahkan KPK Jumat, 28 April 2017 09:26 WIB TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - DPR seharusnya tidak bersikeras mengajukan hak angket kasus

dugaan korupsi KTP elektronik untuk membuka rekaman pemeriksaan mantan Anggota Komisi II

DPR Miryam S Haryani.

Sebab kini kasus dugaan korupsi tersebut sudah masuk kepada proses hukum dan bukan lagi politik.

Pakar Hukum Universitas Trisakti Yenti Garnasih menjelaskan rekaman hasil penyidikan adalah

substansi hukum dan merupakan ranah penegakan hukum.

"Mestinya tidak boleh diangkat dan menurut saya, hal ini bisa diasumsikan pengintervensian atas proses

hukum," kata mantan panitia seleksi komisioner KPK ini.

Yenti Ganarsih menjelaskan, proses pemeriksaan itu pasti berkaitan dengan strategi pemeriksaan untuk

pengungkapan kasus e-KTP.

"Jadi bisa mengganggu dan jangan merugikan upaya pengungkapan kasus. Kok ternyata DPR

bersikukuh, ada apa sih," ujarnya.

Surat pengajuan hak angket terhadap KPK dari Komisi III DPR sudah disampaikan kepada Pimpinan

DPR.

Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menuturkan, surat itu akan dibacakan pada sidang paripurna DPR RI

hari ini.

"Yang jelas surat dari Komisi III kami perlu baca besok, karena surat sudah masuk," kata Fahri.

Namun, pimpinan DPR baru menerima surat usulan hak angket sebagai usulan komisi. Sedangkan tanda

tangan masih digulirkan.

Sedikitnya, tercatat 26 anggota Komisi III dari lintas fraksi sudah menandatangani angket tersebut.

Fraksi Partai Demokrat menyatakan menolak usulan hak angket terhadap KPK.

Wakil Ketua Fraksi PD Benny K Harman menyebut keputusan ini sesuai dengan perintah Ketua Umum

Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Pimpinan Fraksi PD telah melakukan konsultasi khusus dengan Ketum DPP, mengingat penggunaan

hak angket telah menjadi masalah sangat serius dan telah menjadi perhatian luas masyarakat," ujar

Benny.

"Hak angket bisa mengarah pada pelemahan KPK dalam upaya penegakan hukum pemberantasan

korupsi," tambah Benny.

Menurut dia, hak angket KPK tidak tepat digulirkan saat ini. Apalagi KPK saat ini sedang sibuk

menangani banyak kasus dengan penyelewengan anggaran besar.

"Fraksi Partai Demokrat berpendapat penggunaan hak angket pada saat ini tidak tepat waktu," katanya.

Untuk itu, Demokrat menegaskan pihaknya tidak setuju digulirkannya hak angket KPK.

"Sikap fraksi Partai Demokrat jelas tidak setuju dengan penggunaaan hak angket tersebut," kata Benny.

Page 42: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Fraksi Partai Demokrat berpandangan klarifikasi terhadap penggunaan kewenangan-kewenangan luar

biasa yang saat ini dimiliki KPK dalam pemberantasan korupsi adalah sebuah keniscayaan.

"Namun hal tersebut dapat dilakukan dengan cara dan mekanisme yang lain yang dimungkinkan UU

tanpa menganggu iklim pemberantasan korupsi," kata Benny.

Sekretaris Fraksi Demokrat, Didik Mukriyanto menambahkan, pihaknya akan menegur anggotanya yang

di tengah jalan mendukung hak angket tersebut.

Ia meyakini semua anggota Fraksi Demokrat akan mematuhi instruksi fraksi.

"Jika nanti ada yang mendukung, kami evaluasi, kami beri teguran dan bisa kami berikan sanksi pula,"

lanjut Didik.

PKB-Gerindra Tolak Hak Angket

Selain Partai Demokrat, fraksi PKB juga menolak usulan hak angket Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK).

Wasekjen PKB Daniel Johan memerintahkan kepada seluruh anggota fraksi untuk menolak.

"Menurut PKB langkah beberapa anggota DPR yang mengajukan angket rekaman KPK tersebut tidak

dalam koridor tugas DPR," kata Daniel.

Daniel mengatakan PKB menyerahkan sepenuhnya kepada sistem pengadilan berjalan. Sedangkan DPR

dapat mengawal proses di pengadilan tersebut.

Bila hak angket terbentuk, kata Daniel, KPK dapat menolak hal tersebut karena UU Keterbukaan

Informasi mengatur informasi dalam penyelidikan dan penyidikan adalah informasi yang dikecualikan

untuk dibuka kepada publik.

"Seperti yang termaktub dalam Asas UU KIP Pasal. 2 ayat (4) UU no 14/2008 tentang pengecualian

informasi public yang bersifat rahasia berdasarkan UU," kata Daniel.

Daniel menuturkan pihak yang berwenang membuka rekaman hanya pengadilan yang sekarang sedang

menyidangkan perkara e-KTP.

"PKB menyarankan perkembangan penyelesaian kasus ini bisa diselesaikan di internal Komisi III saja,"

kata Wakil Ketua Komisi IV DPR itu.

Daniel menegaskan PKB mendukung langkah KPK dalam menyelesaikan beberapa kasus besar yang

menjadi perhatian publik, terutama kasus e-KTP.

"Dan kami berharap segera diungkap kebenaran dalam proses persidangan yang sudah berjalan," kata

Daniel.

Sementara itu Sekretaris Fraksi Gerindra Fary Djemy Francis mengaku belum melihat surat edaran tanda

tangan dukungan hak angket.

"Kalau fraksi tidak ada. Diperintahkan untuk tidak. Tapi saya tidak tahu setahu saya tidak ada tanda

tangan," kata Fary.

Fary mengaku belum mengetahui adanya anggota Fraksi Gerindra yang mendatangani usulan hak

angket selain Desmond J Mahesa.

Desmond merupakan Wakil Ketua Komisi III DPR.

Page 43: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Fraksi Gerindra, kata Fary, melihat Komisi III DPR cukup memanggil KPK kembali melalui rapat dengar

pendapat.

Gerindra juga belum melihat hak angket sesuai dengan UU MD3 yakni potensi melanggar UU dan

berdampak strategis bagi masyarakat umum.

"Kalau hanya ingin mendapat informasi kan sudah pernah dipanggil, ya panggil lagi. Sementara itu saja.

Saya kira kan KPK sekarang sedang menangani secara hukum ya. Jadi jangan diganggu dulu lah," kata

Fary.

Mengenai usulan hak angket oleh Desmond J Mahesa, Fary melihat hal itu sebagai pimpinan Komisi III

serta namanya disebut sebagai pihak yang menekan Miryam S Haryani.

"Tapi kan sebagai fraksi belum menyatakan pendapat, dan pendapat fraksi sampai sekarang ini

menolak," kata Fary. (fer/jar/mal/wly)

Penulis: Ferdinand Waskita

Editor: Dewi Agustina

Page 44: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Madrasah AntiKorupsi: Loloskan Hak Angket, DPR Sedang Lawan Publik Sabtu, 29 April 2017 00:02 WIB

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pegiat antikorupsi menegaskan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

sedang melawan rakyat atas disetujuinya hak angket Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Karena Wakil Direktur Madrasah Antikorupsi Pemuda Muhammadiyah, Virgo Sulianto melihat, di tengah

publik sedang melakukan penguatan terhadap pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK, DPR dengan

alat kekuasaanya malah melakukan perlawanan kepada KPK dan publik.

"DPR dengan ego kekuasaanya menggunakan politik sebagai alat untuk menghambat pemberantasan

korupsi demi kepentingan pribadi anggota DPR," tegas Virgo Sulianto kepada Tribunnews.com, Jumat

(28/4/2017).

Lebih lanjut ia menilai justru efek dari hak angket ini akan berakibat buruk pada DPR itu sendiri.

Karena publik akan menilai partai-partai pendukung hak angket KPK ini untuk tidak kembali mereka pilih

pada Pemilu mendatang.

"Publik diharapkan tidak memilih kembali partai atau anggota DPR yang menyetujui hak angket di pemilu

ke depan. Karena keputusan politik mereka sama sekali tidak mewakili keinginan publik,' katanya.

Rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui usulan hak angket yang ditujukan kepada Komisi

Pemberantasan Korupsi, Jumat (28/4/2017).

Meski sejumlah fraksi menolak, namun rapat paripurna tetap menyetujui usulan hak angket yang

ditandatangani 25 anggota dari delapan fraksi itu.

“Apakah usulan hak angket ini dapat disetujui?” tanya pimpinan rapat Fahri Hamzah kepada 283 anggota

parlemen yang hadir.

“Setuju,” jawab sejumlah anggota.

Sejumlah fraksi yang menyampaikan penolakannya, yaitu Fraksi Demokrat, Fraksi PKB dan Fraksi

Gerindra.

Anggota Fraksi Demokrat, Erma Suryani Ranik menyatakan, hak angket yang digulirkan berpotensi

melemahkan KPK dalam upaya penegakkan hukum serta pemberantasan korupsi di Indonesia.

“Demokrat menganggap tidak tepat waktu, sehingga Fraksi Partai Demokrat menyatakan tidak setuju,”

ujarnya.

Penulis: Srihandriatmo Malau

Editor: Eko Sutriyanto

Page 45: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

26 Anggota DPR Pengusul Hak Angket KPK, Terbanyak Golkar dan Hanura Sabtu, 29 April 2017 10:13 WIB

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sidang Paripurna DPR menyetujui usulan hak angket yang ditujukan

kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jumat (28/4/2017).

Mayoritas fraksi menyetujui pengajuan hak angket tersebut.

“Apakah usulan hak angket ini dapat disetujui?” tanya pimpinan rapat Fahri Hamzah kepada 283 anggota

parlemen yang hadir.

“Setuju,” jawab sejumlah anggota.

Meski menuai pro dan kontra, hak angket ini tetap resmi digulirkan dan akan ditindaklanjuti usai masa

reses DPR pada 17 Mei 2017.

Usulan hak angket dimulai dari protes yang dilayangkan sejumlah anggota Komisi III kepada KPK terkait

persidangan kasus dugaan korupsi proyek e-KTP di Pengadilan Tipikor Jakarta.

Alasannya, dalam persidangan disebutkan bahwa politisi Partai Hanura Miryam S Haryani mendapat

tekanan dari sejumlah anggota Komisi III.

Komisi III mendesak KPK membuka rekaman pemeriksaan terhadap Miryam, yang kini menjadi

tersangka pemberian keterangan palsu dalam kasus dugaan korupsi pengadaan e-KTP.

Hingga Kamis kemarin, tercatat sebanyak 26 anggota DPR menandatangani usulan hak angket tersebut.

Berikut nama dan daerah pemilihan (Dapil) 26 orang itu:

Fraksi PDI Perjuangan

- Masinton Pasaribu, Dapil DKI Jakarta II

- Eddy Wijaya Kusuma, Dapil Banten III

Fraksi Partai Golkar

- Nawafie Saleh, Dapil Jawa Barat V

- Adies Kadir, Dapil Jawa Timur I

- Ahmad Zacky Siradj, Dapil Jawa Barat XI

- Syaiful Bahri Ruray, Dapil Maluku Utara

- Agun Gunandjar, Dapil Jawa Barat X

- Anthon Sihombing, Dapil Sumatera Utara III

- Noor Achmad, Dapil Jawa Tengah II

- Endang Srikarti, Dapil Jawa Tengah V

- Ridwan Bae, Dapil Sulawesi Tenggara

- M.N. Purnamasidi, Dapil Jawa Timur IV

Fraksi Partai Gerindra

- Desmond Junaidi Mahesa, Dapil Banten II

Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

- Rohani Vanath, Dapil Maluku

Page 46: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Fraksi Partai Amanat Nasional ( PAN)

- Daeng Muhammad, Dapil Jawa Barat VII

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera ( PKS)

- Fahri Hamzah, Dapil Nusa Tenggara Barat

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

- Arsul Sani, Dapil Jawa Tengah X

Fraksi Partai Nasdem

- Taufiqulhadi, Dapil Jawa Timur IV

- Ahmad Sahroni, Dapil DKI Jakarta III

Fraksi Partai Hanura

- Dossy Iskandar Prasetyo, Dapil Jawa Timur VIII

- Dadang Rusdiana, Dapil Jawa Barat II

- Djoni Rolindrawan, Dapil Jawa Barat III

- Samsudin Siregar, Dapil Sumatera Utara III

- H.M. Farid Al Fauzi, Dapil Jawa Timur XI

- Ferry Kase, Dapil Nusa Tenggara Timur II

- Frans Agung Mula Putra, Dapil Lampung I

Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif memastikan bahwa KPK tidak akan menindaklanjuti hak

angket DPR itu.

Menurut Syarif, permintaan anggota DPR melalui hak angket itu dapat menghambat proses hukum.

"Rekaman dan BAP (berita acara pemeriksaan) hanya dapat diperlihatkan di pengadilan," ujar Syarif saat

dikonfirmasi, Jumat.

Menurut Syarif, jika bukti-bukti termasuk rekaman penyidikan dibuka, hal itu berisiko menghambat proses

hukum dan dapat berdampak pada penanganan kasus korupsi e-KTP.

"Segala upaya yang dapat menghambat penanganan kasus korupsi, termasuk e-KTP dan kasus

keterangan tidak benar di pengadilan tentu saja akan ditolak KPK," kata Syarif.(Nabilla Tashandra)

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera ( PKS)

- Fahri Hamzah, Dapil Nusa Tenggara Barat

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

- Arsul Sani, Dapil Jawa Tengah X

Fraksi Partai Nasdem

- Taufiqulhadi, Dapil Jawa Timur IV

- Ahmad Sahroni, Dapil DKI Jakarta III

Fraksi Partai Hanura

- Dossy Iskandar Prasetyo, Dapil Jawa Timur VIII

- Dadang Rusdiana, Dapil Jawa Barat II

Editor: Johnson Simanjuntak

Page 47: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

KPK Melawan Angket DPR

Sabtu, 29 April 2017 08:33 WIB

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui usulan hak

angket yang ditujukan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jumat (28/4/2017).

Keputusan DPR ini langsung ditanggapi oleh Wakil Ketua KPK, Laode Muhammad Syarif seraya

memastikan, institusinya tak akan menuruti keinginan DPR yang meminta membuka Berita Acara

Pemeriksaan (BAP) Miryam S Haryani.

Syarif menegaskan, permintaan anggota DPR melalui hak angket itu dapat menghambat proses hukum.

"Rekaman dan BAP (berita acara pemeriksaan) hanya dapat diperlihatkan di pengadilan," ujar Syarif.

Dijelaskan jika bukti-bukti termasuk rekaman penyidikan dibuka, bisa menghambat proses hukum dan

berdampak pada penanganan kasus korupsi pengadaan KTP berbasis elektronik atau e-KTP.

"Segala upaya yang dapat menghambat penanganan kasus korupsi, termasuk e-KTP dan kasus

keterangan tidak benar di pengadilan tentu saja akan ditolak KPK," kata Syarif.

Dalam rapat paripurna DPR kemarin, meski sejumlah fraksi menolak, namun rapat paripurna tetap

menyetujui usulan hak angket yang ditandatangani 25 anggota dari delapan fraksi itu.

Usul penggunaan hak angket muncul dalam rapat dengar pendapat Komisi III bersama KPK yang

berlangsung Selasa (18/4/2017) hingga Rabu (19/4/2017) dini hari.

Dalam pertemuan itu, Komisi III yang membidangi masalah hukum ini mendesak KPK membuka rekaman

pemeriksaan Miryam S Haryani, yang kini tersangka pemberian keterangan palsu dalam kasus korupsi

pengadaan e-KTP.

Politikus NasDem Taufiqulhadi saat paripurna di DPR kemarin, menyampaikan alasan penggunaan hak

angket kepada KPK.

Ia juga mengungkapkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Kepatuhan KPK Tahun 2015 mencatat tujuh

indikasi ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

"Tidak perlu lagi dilakukan dalam berbagai bentuknya. Apalagi dalam kaitannya dengan pelaksanaan

tupoksi KPK, DPR (dalam hal ini Komisi III DPR RI) mendapatkan masukan dan informasi tentang tidak

selalu berjalannya pelaksanaan tupoksi KPK tersebut sesuai peraturan perundang-undangan dan tata

kelola kelembagaan yang baik," kata Taufiqulhadi di hadapan peserta rapat paripurna DPR.

"Selain yang terkait dengan tata kelola anggaran, Komisi III DPR RI yang melakukan pengawasan

terhadap KPK juga mendapatkan masukan serta informasi yang terkait dengan tata kelola dokumentasi

dalam proses hukum penindakan dugaan kasus korupsi," salah seorang Anggota Komisi III DPR itu

menjelaskan kembali.

Wakil Ketua KPK Laode Syarif menegaskan, sikap DPR terkait usulan (hak angket) yang banyak ditolak

oleh lintas fraksi di DPR, apakah hal itu berkonsekuensi terhadap sah atau tidaknya keputusan akan

pelajari terlebih dahulu oleh institusinya.

Page 48: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

"Kami mendengar palu tentang hak angket diketok di paripurna DPR, namun terdapat penolakan dari

sejumlah anggota DPR dan bahkan ada fraksi yang walkout," ungkap Syarif.

"Apalagi sejumlah fraksi sudah mengatakan menolak hak angket dan ada syarat di UU MD3, bahwa Usul

menjadi Hak Angket jika dihadiri lebih dari 1/2 jumlah anggota DPR dan keputusan diambil dengn

persetujuan lebih dari 1/2 jumlah anggota DPR yang hadir," lanjutnya.

Hak Angket ini berawal dari keberatan yang disampaikan sejumlah anggota Komisi III DPR yang

namanya disebut oleh Penyidik KPK, Novel Baswedan saat menjadi saksi di persidangan kasus E-KTP,

30 Maret 2017.

Kemudian dalam RDP dengan KPK, Komisi III meminta KPK membuka rekaman pemeriksaan BAP

Miryam.

Karena keterangan Novel Baswedan disampaikan di pengadilan, persidangan e-KTP masih berjalan,

bahkan penyidikan dengan tersangka Miryam S Haryani sedang dilakukan, maka KPK menyatakan tidak

bisa menyerahkan bukti-bukti yang terkait dengan kasus ini.

"Jika bukti-bukti dibuka hal itu berisiko akan menghambat proses hukum dan dapat berdampak pada

penanganan kasus E-KTP," katanya.

Laode mengatakan segala upaya yang dapat menghambat penanganan kasus korupsi, termasuk e-KTP

dan kasus keterangan tidak benar di pengadilan tentu saja akan ditolak KPK.

"Dalam masa reses ini, kami juga berharap banyak masukan dari masyarakat baik terhadap para

wakilnya di DPR ataupun terhadap KPK untuk memprioritaskan proses hukum penuntasan kasus e-KTP,"

ujarnya. (tribun/fer/jar/kompas/com)

.

Penulis: Theresia Felisiani

Editor: Dewi Agustina

Page 49: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Anggota DPR Tak Paham Penggunaan Hak Angket

Sabtu, 29 April 2017 13:53 WIB

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guru Besar Ilmu Hukum Tata Negara Universitas Katolik

Parahyangan Bandung Asep Warlan Yusuf mempertanyakan hak angket yang dipakai oleh Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Ia menganggap para anggota DPR tak paham soal penggunaan hak angket.

"Apakah paham anggota DPR yang inginkan penggunaan hak angket ini?" kata Asep saat dihubungi,

Sabtu (29/4/2017).

Asep menilai, DPR telah melakukan penyalahgunaan instrumen kenegaraan.

Sebab, hak angket tidak ditujukan untuk menyelediki proses penegakan hukum.

Dalam pasal 79 ayat (3) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD

(MD3), disebutkan hak angket bertujuan untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu

undang-undang dan/atau kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan

berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan.

"Jelas itu definisi hak angket. Nah, ketika ini digunakan hanya untuk sekedar meminta penjelasan

terhadap penegakan hukum, maka tidak sesuai dengan kualifikasi penggunaan hak angket dalam UU

MD3," ucap Asep.

Hal senada disampaikan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD.

Ia mengatakan, KPK adalah lembaga nonpemerintah yang tidak bisa ditujukan hak angket.

"Mnrt Pnjlsan Psl 79 ayat (3) MD yg bs diangket oleh DPR adl Pemerintah & lembaga pemerintah

nonkementerian. KPK bkn Pemerintah," kata Mahfud dalam akun twitternya.

Sebelumnya, Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif memastikan bahwa KPK tidak akan

menindaklanjuti hak angket yang diajukan DPR.

Menurut Syarif, permintaan anggota DPR melalui hak angket itu dapat menghambat proses hukum.

"Rekaman dan BAP (berita acara pemeriksaan) hanya dapat diperlihatkan di pengadilan," ujar Syarif saat

dikonfirmasi, Jumat.

Menurut Syarif, jika bukti-bukti termasuk rekaman penyidikan dibuka, hal itu berisiko menghambat proses

hukum dan dapat berdampak pada penanganan kasus korupsi proyek e-KTP.

"Segala upaya yang dapat menghambat penanganan kasus korupsi, termasuk e-KTP dan kasus

keterangan tidak benar di pengadilan tentu saja akan ditolak KPK," kata Syarif.

Usulan hak angket dimulai dari protes yang dilayangkan sejumlah anggota Komisi III kepada KPK terkait

persidangan kasus dugaan korupsi proyek e-KTP di Pengadilan Tipikor Jakarta.

Page 50: Surat Dibacakan, Belum Ada Pembahasan Angket KPK di ... · kasus-kasus korupsi besar. Khususnya kasus-kasus yang menyita perhatian publik. "Terutama kasus e-KTP. Dan kami berharap

Dalam persidangan, penyidik KPK Novel Baswedan yang dikonfrontasi dengan politisi Hanura Miryam S

Haryani, mengatakan bahwa Miryam ditekan oleh sejumlah anggota Komisi III DPR, agar tidak

mengungkap kasus korupsi dalam pengadaan e-KTP.

Menurut Novel, hal itu diceritakan Miryam saat diperiksa di Gedung KPK.

Para anggota DPR yang namanya disebut langsung bereaksi. Penggunaan hak angket kemudian

muncul.

Komisi III mendesak KPK membuka rekaman pemeriksaan terhadap Miryam, yang kini menjadi

tersangka pemberian keterangan palsu dalam kasus dugaan korupsi pengadaan e-KTP.

DPR kemudian menyetujui penggunaan hak angket tersebut.(Lutfy Mairizal Putra)

Editor: Johnson Simanjuntak