perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tinjauan yuridis ... · dalam berita acara pemeriksaan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEABSAHAN DAN NILAI
PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI DALAM BERITA ACARA
PEMERIKSAAN KEPOLISIAN YANG DIBACAKAN DI PERSIDANGAN
( STUDI KASUS TINDAK PIDANA KELALAIAN YANG
MENYEBABKAN HILANGYA NYAWA ORANG LAIN DI PENGADILAN
NEGERI MANDAILING NATAL NO PERKARA 16/PID.B/2009/PN.Mdl)”
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Meraih Memperoleh Derajat
S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
SUWAHYO ARIF WIDYANTO
NIM E 1104204
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (skripsi)
TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEABSAHAN DAN NILAI PEMBUKTIAN
KETERANGAN SAKSI DALAM BERITA ACARA PEMERIKSAAN
KEPOLISIAN YANG DIBACAKAN DI PERSIDANGAN
( STUDI KASUS TINDAK PIDANA KELALAIAN YANG
MENYEBABKAN HILANGYA NYAWA ORANG LAIN DI PENGADILAN
NEGERI MANDAILING NATAL NO PERKARA 16/PID.B/2009/PN.Mdl )
Disusun oleh
SUWAHYO ARIF WIDYANTO
NIM : E 1104204
Disetujui dan Dipertahankan
Dosen Pembimbing
EDY HERDYANTO, S.H.,M.H
NIP : 19570629 198503 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum ( Skripsi )
TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEABSAHAN DAN NILAI PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI DALAM BERITA ACARA
PEMERIKSAAN KEPOLISIAN YANG DIBACAKAN DI PERSIDANGAN ( STUDI KASUS TINDAK PIDANA KELALAIAN YANG
MENYEBABKAN HILANGYA NYAWA ORANG LAIN DI PENGADILAN NEGERI MANDAILING NATAL NO PERKARA 16/PID.B/2009/PN.Mdl)
Disusun oleh :
SUWAHYO ARIF WIDYANTO
NIM : E 1104204
Telah diterima dan di sahkan oleh Tim Penguji Penulisan hukum ( Skripsi ) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada
Hari : Selasa
Tanggal : 28 Desember 2010
TIM PENGUJI
1. Bambang Santoso, S.H.,M.Hum (………………………........) NIP : 19620209 198903 1 001
2. Kristiyadi, S.H.,M.Hum. (…………………………....) NIP : 19581225 198601 1 001
3. Edy Herdyanto, S.H.,M.H (…………………………....) NIP : 19570629 198503 1 002
Mengetahui :
Dekan
Dr. Mohammad Jamin, S.H., M.H. NIP. 19610930 198601 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Suwahyo Arif Widyanto
NIM : E 1104204
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :
TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEABSAHAN DAN NILAI
PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI DALAM BERITA ACARA
PEMERIKSAAN KEPOLISIAN YANG DIBACAKAN DI PERSIDANGAN
( STUDI KASUS TINDAK PIDANA KELALAIAN YANG
MENYEBABKAN HILANGYANYAWA ORANG LAIN DI PENGADILAN
NEGERI MANDAILING NATAL NO PERKARA 16/PID.B/2009/PN.Mdl)”
adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan
hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi)
dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, 16 November 2010
yang membuat pernyataan
Suwahyo Arif Widyanto
NIM. E 1104204
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Laki-laki yang bermasa depan besar selalu manja terhadap wanitanya
(Mario Teguh).
Kesuksesan adalah aku sekarang harus lebih baik dari kemarin
( Penulis )
Hidup sangat sederhana kita membuat pilihan dan jangan menoleh kebelakang
( Penulis )
Hidup memang memlih tapi hidup yang benar adalam memilih pilihan yang benar
( Penulis )
Diam itu emas, tapi alangkah indahnya kalau bicara itu adalah berlian
( Wishnu Aryo Wibisono )
Penderitaan membuat kita berfikir, Berfikir membuat kita bijaksana dan Kebijaksanaan membuat kita bertahan hidup
( Penulis )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan sebuah tulisan sederhana ini sebagai wujud syukur, cinta, dan terima kasih kepada :
· Allah SWT, Atas segala karunia rahmat dan nikmat yang telah diberikan-Nya. · Kedua Orang Tuaku Bapak Djumingan dan Ibuku Suhartini. Terima kasih atas
semua doa,nasehat dan semua kasih sayang yang Kau curahkan padaku. · Kakakku Riyani Widyastuti atas Keceriaan dan Semangat yang diberikan. · Anita Dwi Astuti yang telah membiarkan aku dalam hidupnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK
SUWAHYO ARIF WIDYANTO, E 1104204, TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEABSAHAN DAN NILAI PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI DALAM BERITA ACARA PEMERIKSAAN KEPOLISIAN YANG DIBACAKAN DI PERSIDANGAN ( STUDI KASUS TINDAK PIDANA KELALAIAN YANG MENYEBABKAN HILANGYA NYAWA ORANG LAIN DI PENGADILAN NEGERI MANDAILING NATAL NO PERKARA 16/PID.B/2009/PN.Mdl ), Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, Penulisan Hukum 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai keabsahan dan nilai pembuktian keterangan saksi dalam BAP kepolisian yang keterangannya dibacakan di persidangan di Pengadilan Negeri Mandailing Natal Nomor Perkara 16/PID.B/2009/PN Mdl.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat preskriptif dan apabila dilihat dari tujuannya termasuk penelitian hukum normatif. Pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan dengan mengumpulkan bahan hukum sekunder yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti yang digolongkan sesuai dengan katalogisasi. Tehnik analisis bahan hukum yang digunakan penulis adalah analisis bahan hukum secara metode deduksi.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa proses pembuktian pada prinsipnya menganut adanya keharusan menghadirkan saksi-saksi di persidangan Pasal 185 ayat (1) KUHAP, akan tetapi hal tersebut bukanlah hal yang mutlak. Saksi yang tidak dapat hadir dalam proses persidangan, keterangannya boleh atau dapat disampaikan di sidang pengadilan apabila memenuhi salah satu alasan yang disebutkan dalam Pasal 162 (1) KUHAP. Dengan demikian, saksi-saksi yang tidak hadir dalam kasus ini harus dicari terlebih dahulu apakah saksi saksi tersebut tidak hadir dengan alasan yang memenuhi rumusan yang disebutkan dalam Pasal 162 (1) KUHAP atau tidak. Keterangan saksi-saksi yang dibacakan di persidangan dapat dijadikan alat bukti yang sah apabila keterangan sebelumnya di proses penyidikan diberikan dibawah sumpah. Keterangan ketiga saksi itu tidak di bawah sumpah karena dalam putusan tidak disebutkan, maka keterangan daripada ketiga saksi tersebut hanyalah keterangan biasa. Keabsahan keterangan saksi harus memenuhi syarat materiil dan formil. Dalam kasus ini kedua saksi memenuhi syarat materiil karena ia melihat,mendengar dan mengalami sendiri, sedangkan salah satu saksi tidak memenuhi syarat materiil karena keterangan yang dia berikan hanya merupakan kesaksian de auditu. Dalam kasus ini ini ketiga saksi tidak memenuhi syarat formil karena kesaksiannya dalam BAP tidak dibawah sumpah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah
senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan Judul ” TINJAUAN YURIDIS TENTANG
KEABSAHAN DAN NILAI PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI
DALAM BERITA ACARA PEMERIKSAAN KEPOLISIAN YANG
DIBACAKAN DI PERSIDANGAN ( STUDI KASUS TINDAK PIDANA
KELALAIAN YANG MENYEBABKAN HILANGYA NYAWA ORANG
LAIN DI PENGADILAN NEGERI MANDAILING NATAL NO PERKARA
16/PID.B/2009/PN.Mdl ) ”.
Penulisan hukum ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi syarat-
syarat untuk memperoleh derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum di Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan,
petunjuk dan dorongan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini dari hati yang tulus penulis menghaturkan ucapan terima
kasih kepada :
1. Bapak Mohammad Jamin, S.H., M.Hum. Selaku dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan
kepada penulis untuk mengembangkan ilmu hukum melalui penelitian.
2. Bapak Edy Herdyanto, S.H.,M.H, Selaku Ketua Bagian Acara, sekaligus
sebagai dosen pembimbing penulisan skripsi ini yang telah menyediakan
waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan bagi
tersusunnya skripsi ini.
3. Bapak Bambang Santoso, S.H.,M.Hum, Selaku Dosen Hukum Acara
Pidana, atas nasehat yang berguna bagi penulis selama belajar di Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
4. Bapak Kristiyadi, S.H.,M.Hum, Selaku Dosen Hukum Acara Pidana, atas
nasehat yang berguna bagi penulis selama belajar di Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang sangat
berguna dan bermanfaat untuk masa depan penulis.
6. Pengelola Penulisan Hukum (PPH) dalam mengurus prosedur-prosedur
skripsi mulai dari pengajuan judul skripsi, pelaksanaan seminar proposal
sampai dengan pendaftaran ujian skripsi.
7. Semua staf atau karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan motivasi dan bantuan demi lancarnya
penulisan skripsi ini.
8. Ayahnda Djumingan dan Ibunda Suhartini, yang telah memberikan
segalanya kepada penulis, semoga Ananda dapat membalas budi jasa
kalian dengan memenuhi harapan kalian kepada Ananda.
9. Kakakku Riyani Widyastuti dan Maz Bari, Adikku tersayang Dika
Novendra, yang selalu mensuport aku.
10. Anita Dwi Astuti yang selalu setia menemani penulis, yang selalu
memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis, yang selalu
memberikan cintanya kepada penulis.
11. Tak lupa teman-temanku Petoran Hill Zeto, Pentry, Pak Dodo, Zumanto,
Dungdenk, Sapi, Nicko, Dony, Bebek, Pantat Babuncu, Denza Batak, Tejo
Loser dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung sehingga terselesainya penulisan skripsi ini.
12. Buat Metalhead2 seluruh dunia terima kasih atas dukungannya, Semarang
Death Metal, Jogja Corpse Grinder, SBC, Serta pihak2 yang tidak bisa
saya sebutkan satu persatu.
Semoga bantuan, dorongan dan budi baik dari semua pihak
mendapatkan limpahan rahmat dan pahala dari Allah SWT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan ini masih jauh dari
sempurna, hal ini disebabkan keterbatasan, kekurangmampuan dan kurangnya
pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan demi kesempurnaannya.
Surakarta,November 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv
HALAMAN MOTTO.................................................................................... .. v
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................... ... vi
ABSTRAK . ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
E. Metode Penelitian ....................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan Hukum .................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori ........................................................................... 10
1. Tinjauan Tentang Proses Pemeriksaan Perkara di
Persidangan ............................................................................ 10
2. Tinjauan Tentang Pembuktian dan Alat Bukti ...................... 17
a. Pengertian Pembuktian ....................................................... 17
b. Sistem Pembuktian ............................................................. 18
c. Alat Bukti .......................................................................... 22
3. Tinjauan Saksi dan Kesaksian .............................................. 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
a. Pengertian Saksi dan Kesaksian ......................................... 26
b Syarat-syarat memberi Kesaksian ...................................... 27
B. Kerangka Pemikiran ................................................................... 31
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Nilai Pembuktian Keterangan Saksi dalam BAP Kepolisian
yang Dibacakan di Sidang Pengadilan………………………… 33
1. Identitas Terdakwa………………………………………….. 33
2. Dakwaan Penuntut Umum…………………………………... 34
3. Tuntutan Penuntut Umum ………………………………….. 36
4. Keterangan saksi yang dibacakan di persidangan…………... 36
5. Pertimbangan Majelis Hakim……………………………….. 41
6. Putusan Majelis Hakim……………………………………... 49
7. Pembahasan…………………………………………………. 49
B. Keabsahan Keterangan Saksi dalam BAP Kepolisian
yang Dibacakan di Sidang Pengadilan………………………… 53
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan………………………………………………............... 56
B. Saran............................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN- LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Pemikiran....................................................................... 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Tujuan hukum acara pidana antara lain dapat dibaca pada Pedoman
Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHAP) yang
dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman.
Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan
mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, yaitu
kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan
menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat dengan
tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan
suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan
dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana
telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa tersebut dapat
dipersalahkan(Andi Hamzah, 1996:7-8).
Untuk mencari kebenaran materiil atau kebenaran yang sebenar-
benarnya maka dlakukan dengan pembuktian di pengadilan. Proses
pembuktian perkara pidana adalah untuk mencari tahu benar atau tidaknya
telah terjadi peristiwa pidana dan mencari tahu apakah terdakwa bersalah.
Pembuktian yang dimaksud harus dilakukan di sidang pengadilan untuk
menguji kebenaran dari isi surat dakwaan yang dibuat oleh penuntut umum
berdasarkan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang. Menurut Pasal
184 ayat (1) KUHAP alat-alat bukti yang sah adalah :
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Alat-alat bukti yang telah disebutkan di atas salah satunya adalah
keterangan saksi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 184 (1) huruf a
KUHAP. Keterangan saksi menurut Pasal 1 butir 27 KUHAP adalah :
“Salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebutkan alasan dari pengetahuannya itu”.
Dari pengertian keterangan saksi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
hal-hal yang bersifat pendapat, hasil rekaan, dan keterangan yang diperoleh
dari orang lain (testimonium de auditu) bukan merupakan keterangan saksi,
sehingga tidak dapat dijadikan alat bukti yang sah.
Sebagai warga Negara yang baik adalah mengetahui hak dan
kewajibannya. Salah satu kewajiban yang dibebankan hukum kepada setiap
warga Negara, ikut membela kepentingan umum dimana salah satu aspek
pembelaan kepentingan umum, ikut ambil bagian dalam penyelesaian tindak
pidana, apabila dalam penyelesaian itu dibutuhkan keterangannya (M. Yahya
Harahap, 2002 : 168 ).
Bertitik tolak dari pemikiran di atas, menjadi landasan bagi pembuat
undang-undang untuk menetapkan kesaksian sebagai “kewajiban” bagi setiap
orang. Penegasan tersebut dapat dilihat dalam penjelasan Pasal 159 ayat (2)
KUHAP sebagai berikut :
1. menjadi saksi adalah “kewajiban hukum”,
2. orang yang menolak memberi keterangan sebagai saksi dalam suatu
sidang, Pengadilan, dapat dianggap sebagai penolakan terhadap
kewajiban hukum yang dibebankan undang-undang kepadanya,
3. orang yang menolak kewajiban memberi keterangan sebagai saksi
dalam sidang pengadilan, dapat dikenakan pidana berdasarkan
ketentuan undang-undang yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Berdasarkan ketentuan dan penjelasan Pasal 159 ayat (2) KUHAP
tersebut dapat disimpulkan bahwa memberikan keterangan sebagai saksi dalam
pemeriksaan perkara pidana di sidang pengadilan adalah kewajiban bagi setiap
orang.
Pemeriksaan saksi yang hadir dalam persidangan bertujuan untuk
mendengar keterangan saksi tentang apa yang diketahui, dilihat, didengar, dan
dialaminya, sehubungan dengan peristiwa pidana yang sedang diperiksa. Tata
cara pemeriksaan saksi menurut Yahya Harahap adalah sebagai berikut :
1. Saksi dipanggil dan diperiksa seorang demi seorang ;
2. Memeriksa identitas saksi ;
3. Saksi “wajib” mengucapkan sumpah ;
4. Saksi memberikan keterangan apa yang diketahui, dilihat, didengar,
dan dialaminya ( M. Yahya Harahap, 2002 : 172 – 174 ).
Permasalahan muncul ketika saksi tidak dapat hadir di persidangan
untuk memberikan keterangan tentang apa yang diketahui, dilihat, didengar,
dan ia alami sendiri. Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh saksi untuk
tidak hadir dalam proses pemeriksaan saksi di sidang pengadilan. Karena saksi
tidak hadir dalam persidangan, maka keterangan dari saksi yang telah diberikan
kepada penyidik dalam BAP penyidikan dibacakan di depan sidang pengadilan.
Inilah persoalan hukum yang apabila keterangan saksi di depan penyidik yang
kemudian dibacakan di sidang pengadilan itu sah atau tidak dan juga
bagaimana nilai pembuktian dari keterangan saksi tersebut.
Kewajiban hukum (legal obligation) bagi setiap orang untuk menjadi
saksi dalam perkara pidana yang dibarengi pula dengan kewajiban
mengucapkan sumpah menurut agama yang dianutnya bahwa ia akan
memberikan keterangan yang sebenarnya tentang apa yang diketahui, dilihat,
didengar, dan ia alami sendiri sehubungan dengan perkara yang bersangkutan.
Pengucapan sumpah merupakan kewajiban, tidak ada jalan lain bagi seorang
saksi untuk menolak mengucapkannya, kecuali penolakan itu mempunyai
alasan yang sah. Pihak yang boleh diperiksa memberi keterangan tanpa
sumpah, hanya mereka yang disebut pada Pasal 171 KUHAP, yaitu anak yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
umurnya belum cukup lima belas tahun dan belum pernah kawin serta orang
sakit ingatan atau sakit jiwa.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penulisan hukum dengan judul :
TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEABSAHAN DAN NILAI
PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI DALAM BERITA ACARA
PEMERIKSAAN KEPOLISIAN YANG DIBACAKAN DI
PERSIDANGAN( STUDI KASUS TINDAK PIDANA KELALAIAN
YANG MENYEBABKAN HILANGYA NYAWA ORANG LAIN DI
PENGADILAN NEGERI MANDAILING NATAL NO PERKARA
16/PID.B/2009/PN.Mdl ) ”
B. Perumusan Masalah
Sehubungan dengan beberapa hal yang penulis kemukakan tersebut,
untuk mempermudah pemahaman terhadap permasalahan yang akan dibahas
serta untuk lebih mengarahkan ke pembahasan, penulis menetapkan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah nilai pembuktian keterangan saksi dalam BAP
kepolisian yang dibacakan dipersidangan ?
2. Bagaimanakah keabsahan keterangan saksi dalam BAP kepolisian
yang dibacakan dipersidangan ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan arah yang tepat
dalam proses penelitian yang dilakukan agar penelitian berjalan sesuai dengan
apa yang dikehendaki. Oleh karena itu dalam penyusunan skripsi ini tujuan
yang hendak dicapai penulis adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui nilai pembuktian keterangan saksi dalam BAP
kepolisian yang dibacakan dipersidangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
b. Untuk mengetahui keabsahan keterangan saksi dalam BAP
kepolisian yang dibacakan dipersidangan.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk memenuhi syarat akademis guna memperoleh gelar strata
satu dalam bidang ilmu hukum.
b. Untuk menambah wawasan dalam memperluas pemahaman akan
arti penting ilmu hukum dalam teori.
D. Manfaat Penelitian
Dalam setiap penelitian diharapkan adanya suatu manfaat dan
kegunaan yang dapat diambil dari penelitian, sebab besar kecilnya penelitian
akan menentukan nilai- nilai dari penelitian tersebut. Adapun yang menjadi
manfaat dari penelitian ini dibedakan antara manfaat teoritis dan manfaat
praktis, yaitu :
1. Manfaat teoritis
a. Memberikan sumbangan karya ilmiah dalam perkembangan bidang
Ilmu Hukum.
b. Untuk memperbanyak wawasan dan pengalaman serta
pengetahuan Hukum Acara Pidana, Hukum Pembuktian.
c. Sebagai bahan untuk mengadakan penelitian yang sejenis
berikutnya
2. Manfaat praktis
a. Memberikan jawaban atas masalah yang menjadi pokok bahasan
dalam penelitian ini.
b. Mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis, dan
untuk mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu
yang diperoleh.
c. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-
pihak yang terkait dengan masalah penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
E. Metode Penelitian
Mengingat pentingnya metode penelitian dalam menemukan,
merumuskan, dan menganalisa suatu masalah, maka dalam penelitian ini
Penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Mengacu pada judul dan perumusan masalah, maka
penelitian ini termasuk ke dalam kategori penelitian normatif atau
penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.
Bahan bahan tersebut disusun secara sistematis, dikaji, kemudian
ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang
diteliti.
2. Sifat Penelitian
Dalam usaha memperoleh bahan hukum yang diperlukan
untuk menyusun penulisan hukum, maka akan dipergunakan metode
penelitian preskriptif. Adapun pengertian penelitian preskriptif yaitu
suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip
hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum
yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2005 : 35).
3. Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam pendekatan penelitian ini
adalah pendekatan kasus yang dilakukan dengan cara melakukan
telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi
yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan yang tetap ( Peter Mahmud Marzuki, 2005 : 94 ).
4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum Penelitian
Bahan hukum dalam penelitian hukum (skripsi) ini adalah
bahan hukum sekunder, yang diperoleh dari :
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang bersifat
autoritatif artinya mempunyai otoritas, terdiri dari :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
1) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana/UU No 8
Tahun 1981;
2) Putusan Pengadilan Negeri Mandailing Natal No.
Perkara 16/PID.B/2009/Pn.Mdl.
b. Bahan Hukum Sekunder adalah memberikan kepada
peneliti semacam ”petunjuk’ kearah mana peneliti
melangkah. Bahan hukum sekunder yang terutama adalah
buku-buku hukum termasuk skripsi, tesis, dan disertasi
hukum dan jurnal-jurnal hukum. Di samping itu juga,
kamus-kamus hukum, dan komentar-komentar atas putusan
pengadilan.
c. Bahan Hukum Tertier, yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,
contohnya adalah kamus, Ensiklopedia, indeks kumulatif
dan seterusnya ( Peter Mahmud Marzuki, 2005 : 163 ).
5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Teknik pengumpulan bahan hukum yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan. Penulis
mengumpulkan putusan pengadilan mengenai isu hukum yang
dihadapi. Putusan pengadilan tersebut sebaiknya kalau merupakan
putusan yang sudah mempunyai kekuatan yang tetap. Akan tetapi
tidak berarti hanya landmark dicisions yang perlu diacu, melainkan
juga yang mempunyai relevansi dengan isu yang dihadapi. ( Peter
Mahmud Marzuki, 2005 : 195).
6. Teknik Analisis Bahan Hukum
Analisis bahan hukum dalam suatu penelitian adalah
menguraikan atau memecahkan suatu permasalahan yang diteliti
berdasarkan bahan hukum yang diperoleh kemudian diolah pokok
permasalahan yang diajukan terhadap penelitian yang bersifat
preskriptif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Prof. Peter Mahmud Marzuki, yang mengutip pendapatnya
Philiphus M. Hadjon menjelaskan metode deduksi sebagaimana
silogisme yang diajarkan Aristoteles, penggunaan metode deduksi
berpangkal dari pengajuan premis major (pernyataan yang bersifat
umum). Kemudian diajukan premis minor (bersifat khusus), dari
kedua premis itu kemudian ditarik suatu kesimpulan atau conclusion
(Peter Mahmud Marzuki, 2007 : 47). Jadi yang dimaksud dengan
pengolahan bahan hukum dengan cara deduktif adalah menjelaskan
sesuatu dari hal-hal yang sifatnya umum, selanjutnya menarik
kesimpulan dari hal itu yang sifatnya lebih khusus.
F. Sistematika Penulisan Hukum
Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan dan untuk
memberikan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan isi skripsi, penulis
menjabarkan dalam bentuk sistematika skripsi sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan
sistematika penulisan hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini diuraikan bagian pertama tentang kerangka
teori yang berisi tinjauan kepustakaan sebagai literatur
pendukung dalam pembahasan masalah penulisan
hukum ini. Tinjauan pustaka dalam penulisan ini
meliputi tinjauan tentang proses pemeriksaan sidang,
tinjauan tentang pembuktian, tinjauan tentang kesaksian
dan saksi. Bagian kedua adalah kerangka pemikiran
yang disajikan dalam bentuk narasi maupun bagan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan mengenai hasil penelitian
tentang nilai pembuktian keterangan saksi dalam BAP
kepolisian yang dibacakan di persidangan dan
keabsahan keterangan saksi dalam BAP kepolisian yang
dibacakan di persidangan. Diuraikan pula mengenai
pembahasan yang dilakukan terhadap teori yang
diperoleh dari hasil penelitian, kemudian dianalisis
dengan kajian pustaka, rumusan masalah dan tujuan
penelitian.
BAB IV : PENUTUP
Berisi tentang simpulan yang dirumuskan secara singkat
dan jelas menjawab rumusan masalah yang harus
sinkron dengan pembahasan serta rumusan masalah dan
saran sebagai alternatif solusi atas masalah yang
ditemukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan tentang Proses Pemeriksaan Perkara Pidana di Persidangan
Pemeriksaan perkara pidana secara garis besar, terlihat dalam
urut-urutan dibawah ini :
a. Sidang dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum ( Pasal 153
ayat (3) KUHAP ) Ketentuan tersebut merupakan perwujudan
dari fair trial, sehingga masyarakat dapat mengontrol jalannya
persidangan. Pengecualian terhadap ketentuan tersebut apabila
memeriksa perkara kesusilaan atau terdakwanya anak-anak.
b. Terdakwa dipanggil ( Pasal 154 ayat(1) KUHAP)
Hakim ketua sidang memerintahkan agar terdakwa agar dipanggil
masuk ke ruang sidang.
c. Pembacaan Surat Dakwaan ( Pasal 155 ayat (2) KUHAP)
Pembacaan surat dakwaan dilakukan untuk perkara yang diproses
dengan acara biasa, sedangkan untuk perkara singkat, yang dibaca
adalah catatan dakwaan.
d. Keberatan atau eksepsi dari penasehat hukum/ terdakwa ( Pasal
156 ayat (1) KUHAP)
Isi keberatan tersebut dapat berupa :
1) bahwa pengadilan tidak berwenang memeriksa perkara ;
2) dakwaan tidak dapat diterima
3) dakwaan harus dibatalkan
e. Pendapat penuntut umum (Pasal 156 ayat (1) KUHAP)
Atas keberatan yang diajukan oeh terdakwa atau penasehat
hukum, penuntut umum diberi kesempatan untuk menyatakan
pendapatnya.
f. Putusan Sela (Pasal 156 ayat (2) KUHAP)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Atas keberatan dan tanggapan tersebut, hakim ketua sidang dapat
memutus dengan putusan sela. Jika keberatan diterima, perkara
tidak dapat dilanjutkan. Sebaliknya jika keberatan ditolak, maka
perkara bisa dilanjutkan.
g. Pemeriksaan materi perkara ( alat bukti )
Apabila pemeriksaan dilanjutkan, maka dilakukan pemeriksaan
terhadap alat-alat bukti dan barang bukti (pemeriksaan materi
perkara)
1) Alat bukti keterangan saksi
2) Alat bukti keterangan ahli
3) Alat bukti surat
4) Alat bukti petunjuk
5) Alat bukti keterangan terdakwa
6) Barang bukti
h. Penuntut umum membacakan tuntutan (Rekusitor)
Rekusitor adalah surat yang memuat pembuktian surat dakwaan
berdasarkan alat-alat bukti yang terungkap di persidangan dan
kesimpulan penuntut umum tentang kesalahan terdakwa disertai
dengan tuntutan pidana.
i. Terdakwa atau penasehat hukum membacakan pembelaan
(Pledoi)
Pledoi adalah tangkisan terhadap pembuktian yang dibacakan
penuntut umum dalam tuntutan pidana dan terdakwa maupun
penasehat hukumnya berusaha mengajukan bukti balik dari
pembuktian yang diajukan penuntut umum dimuka sidang.
Pembelaan tidak lepas dari eksistensinya bantuan hukum.
j. Penuntut umum membacakan jawaban atas pembelaan (replik)
Replik adalah jawaban atas tanggapan penuntut umum terhadap
pledoi yang diajukan terdakwa atau penasehat hukumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
k. Terdakwa atau penasehat hukum membacakan duplik
Duplik adalah tanggapan atas bantahan terhadap replik. Dalam
pelaksanaan proses pemeriksaan perkara pidana di persidangan
terdapat pihak-pihak yang berhubungan, antara lain :
1) Hakim (majelis/tunggal)
sesuai dengan Pasal 1 angka 8 KUHAP, pengertian hakim
adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh
undang-undang untuk mengadili.
2) Jaksa/penuntut umum
Dalam Pasal 1 angka 6 huruf a KUHAP disebutkan pengertian
dari jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-
undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta
melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap. Sedangkan penuntut umum dijelaskan
dalam Pasal 1 angka 6 huruf b yang berbunyi : ”penuntut
umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-
undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan
penetapan hakim.
3) Terdakwa
Menurut Pasal 1 angka 15 KUHAP, terdakwa adalah seorang
tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di sidang
pengadilan.
4) Penasehat hukum
Pengertian penasehat hukum sesuai Pasal 1 angka 13 KUHAP
adalah seorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh
atau berdasar undang-undang untuk memberi bantuan hukum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
KUHAP membedakan tata cara pemeriksaan perkara pidana di
sidang pengadilan dibagi dalam tiga bentuk, yaitu :
a. Proses acara pemeriksaan biasa
Proses ini dimulai hakim ketua sidang membuka sidang dan
menyatakan sidang terbuka untuk umum, kecuali dalam perkara
mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak-anak (Pasal 153 ayat
(3) KUHAP) dan pemeriksaan itu dilakukan secara lisan dalam
bahasa Indonesia yang dimengerti oleh terdakwa dan saksi (Pasal
152 ayat (2a) KUHAP), apabila kedua ketentuan tersebut tidak
terpenuhi maka batal demi hukum sesuai dengan ketentuan Pasal
153 ayat (4) KUHAP.
Pihak yang dipanggil pertama adalah terdakwa, apabila
terdakwa tidak hadir maka hakim ketua sidang akan meneliti
apakah terdakwa telah dipanggil secara sah, apabila terdakwa
tidak hadir tanpa alasan yang sah setelah dipanggil secara sah
untuk kedua kalinya, maka dihadirkan dengan paksa pada sidang
pertama berikutnya sesuai Pasal 154 ayat (6) KUHAP. Ketika
terdakwa hadir dalam persidangan, mula-mula hakim ketua
menanyakan identitas terdakwa serta mengingatkan terdakwa
untuk memperlihatkan segala sesuatu yang didengar dan
dilihatnya dipersidangan (Pasal 155 ayat (1) KUHAP). Sesudah
itu hakim ketua sidang mempersilahkan penuntut umum untuk
membacakan surat dakwaannya. Setelah pembacaan dan
penjelasan surat dakwaan oleh penuntut umum, hakim harus
bertanya kepada terdakwa apakah dia benar-benar memahami
surat dakwaan, kalau terdakwa belum mengerti menurut Pasal 155
ayat (2) huruf b, hakim dapat memerintahkan kepada penuntut
umum untuk “memberi penjelasan” tentang hal-hal yang belum
jelas dan belum dipahami terdakwa apabila terdakwa atau
penasehat hukumnya menyatakan keberatan, penuntut umum
diberi kesempatan untuk menyatakan pendapatnya, kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
hakim mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya
mengambil keputusan (Pasal 156 ayat (1) KUHAP). Jika
keberatan itu diterima oleh hakim, maka perkara itu tidak
diperiksa lebih lanjut, dan untuk ini penuntut umum dapat
mengajukan perlawanan kepada pengadilan tinggi melalui
pengadilan negeri yang bersangkutan sesuai dengan Pasal 156
ayat (2) dan (3). Apabila keberatan tidak diterima maka proses
persidangan dilanjutkan dengan pemeriksaan saksi dan alat bukti
yang ada. Untuk keterangan mengenai saksi dan alat bukti akan
dipaparkan pada tinjauan selanjutnya.
Setelah pemeriksaan sidang dipandang sudah selesai, maka
penuntut umum mengajukan tuntutan pidana. Sesudah itu,
terdakwa dan atau penasehat hukum mengajukan pembelaanya
yang dapat dijawab oleh penuntut umum, dengan ketentuan bahwa
terdakwa atau penasehat hukum selalu mendapat giliran terakhir.
Semua ini dilakukan secara tertulis dan setelah dibacakan
diserahkan kepada hakim ketua sidang dan turunnya kepada pihak
yang berkepentingan sesuai Pasal 182 ayat (1) KUHAP. Setelah
itu hakim ketua sidang menyatakan bahwa pemeriksaan
dinyatakan ditutup, dengan ketentuan dapat dibuka sekali lagi,
baik atas kewenangan hakim ketua sidang karena jabatannya,
maupun atas permintaan penuntut umum atau terdakwa atau
penasehat hukumnya dengan memberikan alasannya (Pasal 182
ayat (2) KUHAP).
b. Proses acara pemeriksaan singkat
Ketentuan tentang acara pemeriksaan biasa berlaku juga
bagi pemeriksaan singkat, kecuali ditentukan lain. Hal tersebut
dapat dilihat dalam Pasal 293 ayat (3) KUHAP yang berbunyi :
”Dalam acara ini berlaku ketentuan dalam Bagian Kesatu, Bagian
Kedua dan Bagian Ketiga Bab ini sepanjang peraturan itu tidak
bertentangan dengan ketentuan di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
a.1 Penuntut umum dengan segera setelah terdakwa di sidang
menjawab segala pertanyaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 155 ayat (1) memberitahukan dengan lisan dari
catatannya kepada terdakwa tentang tindak pidana yang
didakwakan kepadanya dengan menerangkan waktu, tempat
dan keadaan pada waktu tindak pidana itu dilakukan;
a.2 Pemberitahuan ini dicatat dalam berita acara sidang dan
merupakan pengganti surat dakwaan;
b. dalam hal hakim memandang perlu pemeriksaan tambahan,
supaya diadakan pemeriksaan tambahan dalam waktu
paling lama empat belas hari dan bilamana dalam waktu
tersebut penuntut umum belum juga menyelesaikan
pemeiksaan tambahan, maka hakim memerintahkan perkara
itu diajukan ke sidang pengadilan biasa;
c. guna kepentingan pembelaan, maka atas permintaan
terdakwa dan atau penasehat hukum, hakim dapat menunda
pemeriksaan paling lama tujuh hari;
d. putusan tidak dibuat secara khusus, tetapi dicatat dalam
berita acara sidang;
e. hakim memberikan surat yang memuat amar putusan
tersebut;
f. isi surat tersebut mempunyai kekuatan hukum yang sama
seperti putusan pengadilan dalam acara biasa”.
Sebagaimana yang tercantum dalam pasal 203 ayat (1)
KUHAP, hal-hal yang diperiksa menurut acara pemeriksaan
singkat adalah perkara kejahatan atau pelanggaran yang tidak
termasuk ketentuan Pasal 205 dan yang menurut penuntut umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pembuktian serta penerapan hukumnya mudah dan sifatnya
sederhana.
c. Proses acara pemeriksaan cepat.
Pemeriksaan dengan acara cepat diatur dalam bagian
keenam Bab XVI KUHAP. Istilah yang dipakai HIR ialah
PERKARA ROL. Ketentuan tentang acara pemeriksaan biasa
berlaku pula pada pemeriksaan cepat dengan kekecualian tertentu,
hal ini berdasarkan pasal 210 KUHAP yang menyatakan bahwa ”
ketentuan dalam Bagian kesatu, Bagian kedua, dan Bagian ketiga
ini (bab 16) tetap berlaku sepanjang peraturan itu tidak
bertentangan dengan paragraf ini“.
Pemeriksaan cepat terbagi dalam dua paragraf :
1) acara pemeriksaan tindak pidana ringan, termasuk delik
yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling
lama tiga bulan dan atau denda sebanyak – banyaknya tujuh
ribu lima ratus dan penghinaan ringan
2) acara pemeriksaan pelanggaran lalu lintas jalan, termasuk
perkara pelanggaran tertentu terhadap peraturan perundang
– undangan lalu lintas.
Asas-asas yang digunakan dalam proses peradilan pidana
adalah sebagai berikut :
a) Asas peradilan cepat, sederhana dan biaya murah;
b) Asas praduga tak bersalah (presimtion of innonce);
c) Asas oportunitas
d) Asas pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum;
e) Asas semua orang diperlakukan sama di depan hakim;
f) Asas peradilan dilakukan oleh hakim karena jabatannya dan
tetap;
g) Asas tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan
hukum;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
h) Asas akusator dan inkisitor ( accusatoir dan inqqusitoir)
i) Asas pemeriksaan hakim yang langsung dan lisan (Andi
hamzah, 1996: 10-24).
2. Tinjauan Tentang Pembuktian dan Alat Bukti
a. Pengertian Pembuktian
Pembuktian merupakan salah satu hal yang penting dalam
menentukan kebenaran atas dakwaan yang didakwakan kepada
terdakwa dalam suatu persidangan. Oleh karena itu, pembuktian
perlu diketahui secara mendalam. Dasar hukum tentang
pembuktian dalam hukum acara pidana mengacu pada pasal 183-
189 KUHAP (Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana).
Menurut Yahya Harahap, pembuktian adalah ketentuan-ketentuan
yang berisi penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang
dibenarkan undang-undang membuktikan kesalahan yang
didakwakan kepada terdakwa. Pembuktian juga merupakan
ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan oleh
undang-undang dan boleh dipergunakan hakim untuk
membuktikan kesalahan yang didakwakan (M. Yahya Harahap,
2002:273). Menurut Darwin Prints, yang dimaksud pembuktian
adalah bahwa benar suatu peristiwa pidana telah terjadi dan
terdakwalah yang salah melakukannya, sehingga harus
mempertanggungjawabkannya (Darwin Prints,1998:133).
Pembuktian tidak lain berarti memberi dasar dasar yang cukup
kepada hakim untuk memeriksa perkara yang bersangkutan guna
kepastian tentang perkara yang diajukan.
Sudikno berpendapat bahwa membuktikan mengandung
tiga pengertian yaitu membuktikan dalam arti logis, membuktikan
dalam arti controversial, dan membuktikan dalam hukum atau
mempunyai arti yuridis (Sudikno Mertokusumo, 1981:91).
Membuktikan mempunyai pengertian-pengertian :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1) Memberi (memperlihatkan bukti);
2) Melakukan sesuatu sebagai bukti kebenaran melaksanakan
(cita-cita dan sebagainya);
3) Menandakan, menyatakan (bahwa sesuatu itu benar);
4) Menyakinkan, menyaksikan.
Kebenaran dalam perkara pidana merupakan kebenaran
yang disusun didapat dari jejak, kesan dan refleksi dari keadaan
dan atau benda yang berdasarkan ilmu pengetahuan dapat berkaitan
dengan masa lalu yang diduga menjadi perbuatan pidana. Suatu
pembuktian menurut hukum pada dasarnya untuk menentukan
substansi atau hakekat adanya fakta-fakta masa lalu yang tidak
terang menjadi fakta yang terang.
Menurut Pasal 184 KUHAP, alat bukti dalam perkara
pidana bisa berupa keterangan saksi, keterangan ahli, surat,
petunjuk dan keterangan terdakwa. Hal-hal yang sudah diketahui
umum, tidak perlu dibuktikan lagi.
b. Sistem Pembuktian
Teori sistem pembuktian ada 4 ( empat ) yaitu :
1) Teori Pembuktian Berdasarkan Undang-Undang Positif ( Positif Wettwlijks theorie ). Dalam menilai kekuatan pembuktian alat-alat bukti
yang ada, dikenal bebarapa sistem atau teori pembuktian.
Pembuktian yang didasarkan selalu kepada alat-alat
pembuktian yang disebut undang-undang, disebut sistem
teori pembuktian berdasarkan undang-undang secara positif.
( Andi Hamzah, 2008, hal 251 ).
Dalam teori ini undang-undang menentukan alat
bukti yang dipakai oleh hakim cara bagaimana hakim dapat
mempergunakannya, asal alat-alat bukti itu telah diapakai
secara yang ditentukan oleh undang-undang, maka hakim
harus dan berwenang untuk menetapkan terbukti atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
tidaknya suatu perkara yang diperiksamya. Walaupun
barangkali hakim sendiri belum begitu yakin atas kebenaran
putusannya itu.
Sebaliknya bila tidak dipenuhi persyaratan tentang
cara-cara mempergunakan alat-alat bukti itu sebagaimana
ditetapkan undang-undang bahwa putusan itu harus berbunyi
tentang sesuatu yang tidak dapat dibuktikan tersebut(
Syarifudin Pettanase, 2000, hal 203 ).
Teori pembuktian ini ditolak oleh Wirjono Prodjoda
koro untuk dianut di Indonesia, dan teori pembuktian ini
sekarang tidak mendapat penganut lagi karena teori ini
terlalu banyak mengandalkan kekuatan pembuktian yang
disebut oleh undang-undang (Andi Hamzah, 2008. hal 251 ).
2) Teori Pembuktian Berdasarkan Keyakinan Hakim Belaka.
Berhadap-hadapan secara berlawanan dengan teori
pembuktian menurut undang-undang secara positif ialah
teori pembuktian menurut keyakinan hakim belaka.
Didasari bahwa alat bukti berupa pengakuan
terdakwa sendiripun tidak selalu membuktikan kebenaran.
Pengakuan kadang-kadang tidak menjamin terdakwa benar-
benar telah melakukan perbuatan yang didakwakan.
Bertolak pengkal pada pemikiran itulah, maka teori
berdasarkan keyakinan hakim belaka yang didasarkan
kepada keyakinan hati nuraninya sendiri ditetapkan bahwa
terdakwa telah melakukan perbuatan yag didakwakan.
Dengan sistem ini, pemidanaan dimungkinkan tanpa
didasarkan kepada alat-alat bukti dalam undang-undang. (
Andi Hamzah, 2008, hal 252 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3) Teori Pembuktian Berdasarkan Keyakinan Hakim Atas
Alasan Yang Logis ( Laconvivtion Raisonnee ).
Sistem atau teori yang disebut pembuktian yang
berdasarkan keyakinan hakim sampai batas tertentu ( la
conviction raisonnee ). Menurut teori ini, hakim dapat
memutuskan seseorang bersalah berdasarkan keyakinannya,
keyakinan yang didasarkan kepada dasar-dasar pembuktian
disertai dengan suatu kesimpulan yang berlandaskan kepada
peraturan-peraturan pembuktian tertentu.
Teori pembuktian ini disebut juga pembuktian bebas
karena hakim bebas untuk menyebut alasan-alasan
keyakinannya (Vrije bewijs theorie ) atau yang berdasarkan
keyakinan hakim sampai batas tertentu ini terpecah kedua
jurusan. Pertama, yang disebut diatas, yaitu pembuktian
berdasar keyakinan hakim atas alasan yang logis (
conviction raisonnee ) dan yang kedua, ialah teori
pembuktian berdasar undang-undang secara negatif (
negatief bewijs theorie ).
Persamaan antara keduanya ialah keduanya sama
berdasar atas keyakinan hakim, artinya terdakwa tidak
mungkin di pidana tanpa adanya keyakinan hakim bahwa ia
bersalah (Andi Hamzah, 2008, hal 253 ).
4) Teori Pembuktian Berdasarkan Undang-Undang Secara
Negatif ( negative wettelijk ).
Menurut teori ini hakim hanya boleh menjatuhkan
pidana apabila sedikit-dikitnya alat-alat bukti yang telah di
tentukan undang-undang itu ada, ditambah dengan
keyakinan hakim yang didapat dari adanya alat-alat bukti
itu.
Dalam pasal 183 KUHAP menyatakan sebagai
berikut : “ hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua
alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah
yang bersalah melakukannya”.
Atas dasar ketentuan pasal 183 KUHAP ini, maka
dapat disimpulkan bahwa KUHAP memakai sistem
pembuktian menurut undang-undang yang negative. Ini
berarti bahwa dalam hal pembuktian harus dilakukan
penelitian, apakah terdakwa cukup alasan yang didukung
oleh alat pembuktian yang ditentukan oleh undang-undang (
minimal dua alat bukti ) dan kalau ia cukup, maka baru
dipersoalkan tentang ada atau tidaknya keyakinan hakim
akan kesalahan terdakwa.
Teori pembuktian menurut undang-undang negative
tersebut dapat disebut dengan negative wettelijk, istilah ini
berarti : wettelijk, berdasarkan undang-undang sedangkan
negative, maksudnya adalah bahwa walaupun dalam suatu
perkara terdapat cukup bukti sesuai dengan undang-undang,
maka hakim belum boleh menjatuhkan hukuman sebelum
memperoleh keyakinan tentang kesalahan terdakwa.
Dalam sistem pembuktian yang negative alat-alat
bukti limitatif di tentukan dalam undang-undang dan
bagaimana cara mempergunakannya hakim juga terikat pada
ketentuan undang-undang ( Syarifudin Pettanase, 2000, hal
205 ).
Sistem pembuktian di Indonesia hanya mengakui alat-alat
bukti yang sah menurut undang-undang yang dapat dipergunakan
untuk pembuktian. Dalam pembuktian ini penuntut umum
membuat surat dakwaan dan oleh karena itu, ia bertanggung jawab
untuk menyusun alat bukti dan pembuktian tentang kebenaran surat
dakwaan atau kesalahan terdakwa, bukan sebaliknya terdakwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
yang harus membuktikan bahwa ia tidak bersalah. Hakim dalam
menjatuhkan putusan akan menilai semua alat bukti yang sah untuk
menyusun keyakinan hakim dengan mengemukakan unsur-unsur
kejahatan yang didakwakan itu terbukti dengan sah atau tidak, serta
menetapkan pidana apa yang harus dijatuhkan kepadanya setimpal
dengan perbuatannya ( Martiman Prodjohamijaya, 1983 : 19 ).
c. Alat Bukti
Bukti yaitu sesuatu untuk meyakinkan kebenaran suatu
dalil atau pendirian atau dakwaan. Alat-alat yang diperkenankan
untuk dipakai membuktikan dalil-dalil atau dalam perkara pidana
disebut dakwaan di sidang pengadilan misalnya : keterangan
terdakwa, keterangan saksi, keterangan ahli, surat dan petunjuk (
Andi Hamzah, 1996 : 254 ).
Alat bukti yang sah adalah alat-alat yang ada hubungannya
dengan suatu tindak pidana, dimana alat-alat tersebut dapat
dipergunakan sebagai bahan pembuktian guna menimbulkan
keyakinan bagi hakim atas kebenaran adanya suatu tindak pidana
yang telah dilakukan oleh terdakwa. Adapun alat-alat bukti yang
sah menurut Pasal 184 (1) KUHAP adalah :
1) Keterangan saksi
Keterangan saksi dianggap sebagai alat bukti
tercantum dalam Pasal 184 ayat (1) huruf a, sedangkan
keterangan lebih rinci mengenai keterangan saksi dijelaskan
pada Pasal 185 KUHAP. Poin penting dalam pasal tersebut
adalah keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk
membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan
yang didakwakan kepadanya. Jadi dalam hal ini harus ada
lebih dari satu saksi atau dapat pula satu saksi yang
didukung oleh alat bukti yang sah lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2) Keterangan Ahli
Keterangan Ahli adalah keterangan yang diberikan
oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus tentang
suatu hal yang diperlukan untuk memperjelas perkara
pidana guna kepentingan pemeriksaan. Sama halnya dengan
seorang ”saksi”, menurut hukum, seorang saksi ahli yang
dipanggil di depan pengadilan memiliki kewajiban untuk :
a) Menghadap atau datang ke persidangan, setelah
dipanggil dengan patut menurut hukum
b) Bersumpah atau mengucapkan janji sebelum
mengemukakan keterangan (dapat menolak tetapi
akan dikenai ketentuan khusus)
c) Memberi keterangan yang benar Bila seorang saksi
ahli tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka dia
dapat dikenai sanksi berupa membayar segala biaya
yang telah dikeluarkan dan kerugian yang telah
terjadi. Akan tetapi seorang ahli dapat tidak
menghadiri persidangan jika memiliki alasan yang
sah.
Bila seorang saksi ahli tidak dapat memenuhi
kewajibannya, maka dia dapat dikenai sanksi berupa
membayar segala biaya yang telah dikeluarkan dan
kerugian yang telah terjadi. Akan tetapi seorang ahli dapat
tidak menghadiri persidangan jika memiliki alasan yang
sah.
Menurut Pasal 180 KUHAP, keterangan seorang
ahli dapat saja ditolak untuk menjernihkan duduk
persoalan. Baik oleh hakim ketua sidang maupun terdakwa/
penasehat hukum. Terhadap kondisi ini, hakim dapat
memerintahkan melakukan penelitian ulang oleh instansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
semula dengan komposisi personil yang berbeda, serta
instansi lain yang memiliki kewenangan. Kekuatan
keterangan ahli ini bersifat bebas dan tidak mengikat hakim
untuk menggunakannya apabila bertentangan dengan
keyakinan hakim. Dalam hal ini, hakim masih
membutuhkan alat bukti lain untuk mendapatkan kebenaran
yang sesungguhnya.
3) Surat
Dalam Pasal 187 KUHAP, yaitu dimaksud surat
sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c
KUHAP, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan
sumpah, adalah :
a) berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang
dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau
yang dibuat di hadapannya, yang memuat
keterangan tentang kejadian atau keadaan yang
didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri,
disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang
keterangannya itu;
b) surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh
pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata
laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang
diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau
sesuatu keadaan;
c) surat keterangan dari seorang ahli yang memuat
pendapat berdasarkan keahliannya mengenai
sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta
secara resmi dari padanya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
d) surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada
hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang
lain.
Pemeriksaan surat di persidangan langsung
dikaitkan dengan pemeriksaan saksi-saksi dan pemeriksaan
terdakwa. Pada saat pemeriksaan saksi, dinyatakan
mengenai surat-surat yang ada keterkaitan dengan saksi
yang bersangkutan kepada terdakwa pada saat memeriksa
terdakwa (Leden Marpaung, 1992: 395).
4) Petunjuk
Pengaturan tentang alat bukti petunjuk terdapat
dalam Pasal 188 KUHAP, yang berbunyi :
a) Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan,
yang karena persesuaiannnya, baik antara yang satu
dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu
sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu
tindak pidana dan siapa pelakunya.
b) Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
hanya dapat diperoleh dari :
(1) keterangan saksi;
(2) surat;
(3) keterangan terdakwa.
c) Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu
petunjuk dalam setiap keadaan tertentu dilakukan
oleh hakim dengan arif lagi bijaksana, setelah ia
mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan
dan keseksamaaan berdasarkan hati nuraninya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
5) Keterangan terdakwa
Keterangan terdakwa sebagai alat bukti diatur dalam
Pasal 189 KUHAP, yang berbunyi sebagai berikut :
a) Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa
nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia
lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami
sendiri.
b) Keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang
dapat digunakan untuk membantu menemukan bukti
di sidang, asalkan keterangan itu didukung oleh
suatu alat bukti yang sah sepanjang mengenai hal
yang didakwakan kepadanya.
c) Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan
terhadap dirinya sendiri.
d) Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk
membuktikan bahwa ia bersalah melakukan
perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan
harus disertai dengan alat bukti yang lain.
3. Tinjauan Tentang Saksi dan Kesaksian
a) Pengertian Saksi dan Kesaksian
Pengertian saksi dalam Pasal 1 butir 26 KUHAP adalah
orang yang memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. Sedangkan pada
butir 27 dijelaskan tentang arti keterangan saksi adalah salah satu
alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi
mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari
pengetahuannya itu. Dari pengertian diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa unsur-unsur dari keterangan saksi adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
1) Keterangan dari orang (saksi);
2) Mengenai suatu peristiwa pidana;
3) Peristiwa yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia
alami sendiri.
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian
saksi adalah orang yang terlibat (dianggap) mengetahui terjadinya
tindak pidana, kejahatan atau suatu peristiwa. Keterangan yang
didengar atau diperoleh dari orang lain (testimonium de auditu)
bukanlah suatu kesaksian. Terhadap keterangan saksi, hakim
menilai kebenarannya dengan menyesuaikan keterangan-
keterangan saksi satu dengan yang lainnya, keterangan saksi
dengan alat bukti yang sah yang ada.
Jenis saksi dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1) Saksi A Charge yakni saksi dalam perkara pidana yang
dipilih dan diajukan oleh penuntut umum dikarenakan
kesaksiannya memberatkan terdakwa
2) Saksi A de Charge yaitu saksi yang dipilih atau ditunjuk
oleh penuntut umum, terdakwa atau penasehat hukum yang
sifatnya meringankan terdakwa.
b) Syarat-syarat Memberi Kesaksian
Syarat sahnya suatu kesaksian dapat dipergunakan sebagai
alat bukti yang sah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1) Syarat materiil
Syarat ini diatur dalam Pasal 1 butir 27 KUHAP
yang menyebutkan keterangan saksi adalah salah satu alat
bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari
saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. Oleh sebab itu
keterangan yang berasal dari orang lain atau testimonium de
auditu tidak dapat disebut sebagai kesaksian dan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
alat bukti. Menurut M Amin yang dikutip oleh A Karim
Nasution.
Kesaksian de auditu adalah keterangan tentang kenyataan mengenai hal yang didengar, dilihat atau diakui bukan oleh saksi sendiri, akan tetapi oleh orang lain kepadanya mengenai kenyataan-kenyataan dan hal yang didengar, dilihat atau dialami sendiri orang tersebut ( A Karim Nasution, 1976 : 55 ).
Selain itu seorang saksi harus dapat menyebutkan
alasan dari kesaksiannya itu (Pasal 1 butir 27 KUHAP).
2) Syarat formil
a) Keterangan saksi harus diberikan dibawah sumpah.
Dalam Pasal 160 ayat (3) KUHAP disebutkan :
“Sebelum memberi keterangan, saksi wajib
mengucapkan sumpah atau janji menurut cara
agamanya masing-masing, bahwa ia akan memberikan
keterangan yang sebenarnya dan tidak lain daripada
yang sebenarnya”.
b) Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan
Pada Pasal 185 ayat (1) KUHP menentukan
bahwa keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa
yang saksi nyatakan di sidang pengadilan. Maksudnya
adalah keterangan saksi yang diberikan di sidang
pengadilan saja yang merupakan alat bukti yang sah.
Syarat formil lain untuk menjadi seorang saksi
adalah seorang saksi telah mencapai usia dewasa yang
telah mencapai usia 15 tahun atau lebih atau sudah
menikah. Sedangkan orang yang belum mencapai usia
15 tahun atau belum menikah dapat memberikan
keterangan tanpa disumpah dan dianggap sebagai
keterangan biasa (Pasal 171 butir a KUHAP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Dalam Pasal 168 KUHAP diatur mengenai pengecualian
menjadi saksi, yaitu : “ Kecuali ditentukan lain dalam undang-
undang ini, maka tidak dapat didengar keterangannya dan dapat
mengundurkan diri sebagai saksi :
(1) Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas
atau ke bawah sampai derajat ketiga dari terdakwa atau
yang bersama sama sebagai terdakwa.
(2) saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai
terdakwa, saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka
yang mempunyai hubungan karena perkawinan dari anak-
anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga
(3) suami atau isteri terdakwa meskipun sudah bercerai atau
bersama-sama sebagai terdakwa,
Sedangkan pada Pasal 170 KUHAP disebutkan :
(1) Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau
jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat minta
dibebaskan dari kewajiban untuk member keterangan
sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada
mereka.
(2) Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk
permintaan tersebut.
Sesuai dengan penjelasan Pasal 170 ayat (1) KUHAP,
pekerjaan atau jabatan yang menentukan adanya kewajiban untuk
menyimpan rahasia ditentukan oleh peraturan perundang-undangan
dan penjelasan Pasal 170 ayat (2) KUHAP ditentukan jika tidak
ada ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang jabatan atau pekerjaan yang dimaksud, maka seperti yang
ditentukan oleh ayat ini, hakim yang menentukan sah atau tidaknya
alasan yang dikemukakan untuk mendapat kebebasan itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Pengecualian mutlak terdapat dalam Pasal 171 KUHAP,
yang berbunyi :
“Yang boleh diperiksa untuk memberi keterangan tanpa
sumpah ialah :
(1) anak yang umurnya belum cukup lima belas tahun dan
belumpernah kawin;
(2) orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun kadang-
kadang ingatannya baik kembali”.
Pihak yang tercantum dalam Pasal 171 KUHAP tersebut
tidak dapat dipertanggungjawabkan secara sempurna dalam hukum
pidana sehingga mereka tidak diambil sumpah dalam memberikan
keterangan. Keterangan yang mereka berikan hanya sebagai
petunjuk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
H. Kerangka Pemikiran
Bagan 1 Kerangka Pemikiran
Proses pembuktian perkara pidana adalah untuk mencari tahu benar
atau tidaknya telah terjadi peristiwa pidana dan mencari tahu apakah benar
terdakwa yang bersalah. Pembuktian yang dimaksud harus dilakukan di sidang
pengadilan untuk menguji kebenaran dan isi surat dakwaan yang dibuat oleh
penuntut umum berdasarkan alat bukti yang sah menurut undang-undang.
Proses pemeriksaan perkara pidana di persidangan
Pembuktian
Pemeriksaan Alat Bukti
Pemeriksaan saksi
Saksi tidak hadir di persidangan dan keterangan saksi dalam BAP tidak disumpah
Keterangan saksi dalam BAP dibacakan di persidangan
Keabsahan Keterangan saksi tersebut Nilai Pembuktian keterangan saksi tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Sesuai Pasal 184 ayat (1) KUHAP salah satu alat bukti yang sah adalah
keterangan saksi.
Penjelasan Pasal 159 ayat (2) KUHAP, memberikan keterangan sebagai
saksi dalam pemeriksaan perkara pidana di sidang pengadilan adalah
kewajiban bagi setiap orang. Kewajiban hukum (legal obligation) bagi setiap
orang untuk menjadi saksi dalam perkara pidana dibarengi kehadiran saksi
untuk hadir di persidangan untuk dimintai keterangan berdasarkan apa yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri.
Dalam kasus tertentu saksi yang diminta untuk memberi keterangan di
persidangan tidak dapat hadir dipersidangan karena berbagai alasan. Dan dalam
kasus ini saksi tidak dapat hadir dalam persidangan dan keterangan saksi dalam
BAP kepolisian tidak disumpah tetapi dalam persidangan keterangan saksi
dalam BAP kepolisian tersebut dibacakan di persidangan. Dalam hal ini
bagaimanakah keabsahan dan nilai pembuktian keterangan saksi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Nilai Pembuktian Keterangan Saksi dalam BAP Kepolisian yang
dibacakan di Persidangan
Ada suatu fenomena yang sering terjadi dalam dunia peradilan kita,
khususnya dalam tahap sidang pengadilan, adanya kecenderungan keterangan
saksi dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) penyidikan dibacakan dalam
persidangan. Hal ini disebabkan karena jaksa yang bersangkutan tidak mampu
menghadirkan saksi-saksi di persidangan, khususnya terhadap saksi yang
memberatkan (a charge), sehingga seringkali keterangan saksi-saksi yang
diberikan dalam BAP dibacakan dalam persidangan. Disamping itu bahkan
seringkali terungkap dalam persidangan bahwa ketidakhadiran saksi-saksi
yang dimaksud tanpa didasari alasan yang jelas atau sah. Tentunya hal ini
akan mengurangi tingkat kebenaran materil (legalitas) sebagai tujuan dari
proses pemeriksaan perkara pidana. Fenomena tersebut di atas seringkali
terjadi pada seluruh proses peradilan pidana. Hal tersebut juga terjadi pada
kasus yang telah diputus majelis hakim berdasarkan putusan Perk. No.
16/PID.B/2009/PN.Mdl tanggal 15 Maret 2009, dimana didalamnya terdapat
permasalahan mengenai keterangan saksi-saksi dalam BAP kepolisian yang
dibacakan di persidangan karena saksi tidak dapat hadir di persidangan tanpa
alasan yang jelas dan keterangan saksi dalam BAP tersebut tidak disumpah
terlebih dahulu.
1. Identitas Terdakwa
Nama Lengkap : ALI IMRAN BATUBARA
Tempat Lahir : Desa Tambang Kaluan
Umur/ Tgl. Lahir : 31 tahun/ 07 Maret 1977
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Tempat tinggal : Desa Tambang Kaluang, Kec. Batang Natal, Kab.
Madina
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMP
2. Dakwaan Penuntut Umum
Bahwa terdakwa Ali Imran Batubara, pada hari Rabu
tanggal 03 Desember 2008 sekitar pukul 11.00 wib atau setidak-
tidaknya pada waktu-waktu lain dalam bulan Desember 2008
bertempat di Desa Huraba, Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing
Natal atau setidak-tidaknya pada tempat-tempat lain yang masih
termasuk dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Mandailing Natal,
karena keslahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, yaitu
korban Khoirul Tamimi Dalimunthe. Perbuatan tersebut dilakukan
terdakwa dengan cara sebagai berikut :
Bahwa sebelumnya terdakwa mengemudikan mobil penumpang
umum Aek Mais Nomor Polisi BM-1258-DB dari Panyabungan menuju
arah Padangsidimpuan dan sewaktu melintas di Jalan Umum Desa
Huraba, Kec. Siabu, Kab. Madina, terdakwa telah mengetahui
bahwasanya jalan yang akan dilaluinya tersebut merupakan daerah
pemukiman penduduk yang dapat sewaktu-waktu dilalui orang
maupun akan diseberangi orang. Disamping itu, sekitar waktu tersebut
terdakwa telah melihat dari jarak sekitar 15 meter, banyak anak-anak
sekolah bare pulang berjatan di pinggir jalan yang akan dilalui
terdakwa dan sudah seyogiyanya terdakwa yang telah 8 tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
berpengalaman sebagai supir dengan melihat hal dimaksud
mengurangi laju mobil yang dikemudikannya, akan tetapi dengan
kecepatan diatas 60 Km/jam dengan persneling 4, terdakwa
memaksakan diri memacu mobil yang dikemudikannya itu, sehingga
pada scat korban hendak menyeberang dari kiri jalan menuju kanan jalan,
terdakwa tidak dapat lagi mengendalikan kecepatan mobilnya padahal
korban telah dilihat terdakwa dari jarak kurang lebih 5 meter yang membuat
terdakwa menjadi gugup lalu menabrak korban yang pada scat itu telah berada
di tengah badan jalan dan saat itu terdakwa tidak membunyikan
klakson maupun berusaha untuk melakukan pengereman, sehingga
bagian kiri depan mobil yang dikemudikan terdakwa menabrak
korban hingga korban terpental sejauh kurang lebih 2 meter dan
setelah korban dirawat beberapa had di Puskesmas Siabu kemudian
dirujuk ke Rumah Sakit Umum Armina Madina, korban meninggal
dunia pada tanggal 07 Desember 2008 dan telah dikebumikan tanggal
08 December 2008, sesuai dengan Surat Keterangan Kematian
Nomor 474/94/KD/2008 tanggal 13 Desember 2008 yang ditanda
tangani oleh Kepala Desa Huraba II (Saukani Pulungan) dan Surat
Keterangan Kematian Nomor 08/028/RSAM/XII/2008 tanggal 15
Desember 2008 yang ditanda tangani oleh Dr. H. Safruddin Nst, SpB,
M.M clad Rumah Sakit Umum Armina Madina, dengan luka yang
dialami korban yaitu, luka robek pada kepala bagian depan kanan, luka
lecet di sudut mata kanan, luka robek pada bibir bagian atas, luka
robek pada dagu, keluar darah dari hidung, gigi bagian atas lepas dua,
luka lecet pada tangan kanan dan luka lecet pada lutut kanan dan kiri,
sesuai dengan Visum Et Revertum Nomor : 13/027/XII/RSAM/2008
tanggal 15 Desember 2008 yang ditanda tangani oleh Dr. H. Safruddin
Nst, SpB, M.M dari Rumah Sakit Umum Armina Madina.
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam Pasal 359 KUHPidana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
3. Tuntutan Penuntut Umum
a) Menyatakan terdakwa Ali Imran Batubara, bersalah melakukan
tindak pidana akibat kelalaiannya menyebabkan orang lain meninggal
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 359 KUHPidana.
b) Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dangan pidana penjara selama
3 (tiga) bulan dengan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan
sementara ;
c) Menyatakan barang bukti berupa :
(1) 1 (satu) Unit Mobil Penumpang Umum L-300 Aek Mais No. Pol : BM-1258-DB ; Dikembalikan kepada pemiliknya melalui terdakwa
(2) 1 (satu) Lembar Sim B1 atas nama Ali Imran Batubara ;
Dikembalikan kepada terdakwa sebagai pemiliknya ;
d) Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000,
(lima ribu rupiah).
4. Keterangan saksi yang dibacakan di persidangan
a) Saksi yang tidak hadir di persidangan
1) Saksi HILMAN LUBIS, yang pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut :
- Bahwa pada hari Rabu tanggal 03 Desember 2008 sekitar
pukul 11.00 wib di Desa Huraba, Kec. Siabu, Kab. Madina.
- Bahwa kecelakaan tersebut antara mobil penumpang umum
L-300 tetapi nomor polisi-nya saksi tidak tahu menabrak
seorang anak laki-laki berseragam sekolah dan pada saat
itu saksi berada di belakang mobil penumpang umum
tersebut sedang mengenderai sepeda dayung berjarak sekitar
3 (tiga) meter.
- Bahwa sebelum terjadinya kecelakaan dimaksud, mobil
penumpang umum L-300 tersebut datang dari arah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Panyabungan menuju Padangsidimpuan sedangkan anak laki-
laki tersebut hendak menyeberang dari kiri ke kanan jalan.
- Bahwa saksi tidak kenal dengan pengemudi mobil L-300
tersebut begitu juga dengan anak laki-laki tersebut.
- Bahwa mobil L-300 tersebut menabrak pada bagian depan sebelah kid
sedangkan anak laki-laki tersebut kena pada bagian kepala
dan kecelakaan terjadi di tengah badan jalan.
- Bahwa akibatnya anak laki-laki tersebut mengalami luka
robek pada bagian kepala, pada bibir dan kaki dan saksi
mendengar bahwasanya anak laki-laki tersebut telah
meninggal dunia.
- Bahwa pada saat kejadian anak laki-laki tersebut tidak sempat terseret
akan tetapi tercampak sekitar 1 meter.
- Bahwa adapun tindakan saksi pada saat itu adalah langsung
berhenti dan melihat kondisi anak laki-laki tersebut dan tidak
berapa lama kemudian datang warga sekitar dan membawa
anak laki-laki tersebut dengan sepeda motor kearah Siabu.
- Bahwa kecepatan mobil L-300 tersebut sekitar 60 Km/jam
karena sebelum kejadian saksi sempat dipotong oleh mobil L-300
tersebut.
- Bahwa sebelum terjadinya kecelakaan dimaksud saksi tidak
mendengar suara apa-apa.
- Bahwa 1 unit mobil penumpang umum L-300 Nomor
Polisi : BM-1258-DB sebagaimana yang diperlihatkan
kepada saksi di Polres Madina adalah benar kenderaan yang
terlibat kecelakaan pada han Rabu tanggal 03 Desember
2008 sekitar pukul 11.00 wib di Desa Siabu.
- Bahwa setelah kecelakaan mobil penumpang umum L-300
dimaksud mengalami kerusakan pada bagian depan sebelah kiri peot.
- Bahwa keadaan jalan pada saat itu bagus lurus beraspal,
cuaca cerah dan arus lalu lintas ramai karena keluar anak sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi yang dibacakan
tersebut dipersidangan, terdakwa menyatakan tidak keberatan dan
membenarkannya.
2) Saksi ASWIR NASUTION, yang pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut :
- Bahwa pada hari Rabu tanggal 03 Desember 2008 sekitar
pukul 11.00 wib di Desa Huraba, Kec. Siabu, Kab. Madina.
- Bahwa kecelakaan tersebut antara mobil penumpang umum
L-300 tetapi nomor polisi-nya saksi tidak tahu menabrak
seorang anak laki-laki berseragam sekolah dan pada saat
itu saksi sedang duduk di depan kios rokok yang berada di kiri
jalan menuju Padangsidimpuan berjarak sekitar 100 meter dari
tempat kejadian.
- Bahwa sebelum terjadinya kecelakaan dimaksud, mobil
penumpang umum L-300 tersebut datang dari arah
Panyabungan menuju Padangsidimpuan sedangkan anak laki-
laki tersebut hendak menyeberang dari kiri ke kanan jalan.
- Bahwa saksi tidak kenal dengan pengemudi mobil
penumpang umum L-300 tersebut namun dengan anak laki-
laki tersebut saksi kenal bemama Tammi dan tinggal satu
kampung dengan saksi.
- Bahwa mobil L-300 tersebut menabrak pada bagian depan sebelah kiri
sedangkan anak laki-laki tersebut kena pada bagian kepala
dan kecelakaan terjadi di tengah badan jalan.
- Bahwa akibatnya anak laki-laki tersebut mengalami luka
robek pada bagian kepala, pada bibir dan kaki dan saksi
mendengar bahwasanya anak laki-laki tersebut telah
meninggal dunia.
- Bahwa pada saat kejadian anak laki-laki tersebut tidak sempat terseret
akan tetapi tercampak sekitar 1 meter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
- Bahwa adapun tindakan saksi pada saat itu langsung [an
mendatangi tempat kejadian dan menolong anak tersebut
ke sepeda motor yang dikenderai seorang guru dan membawanya
kea rah Siabu.
- Bahwa penyebab dari kecelakaan tersebut karena pengemudi
mobil L300 kurang hati-hati dan terlalu kencang pada saat
mengemudikan mobilnya karena pada saat itu banyak anak-anak
sekolah baru pulang dari sekolah.
- Bahwa kecepatan mobil L-300 tersebut sekitar 60 Km/jam.
- Bahwa 1 unit mobil penumpang umum L-300 Nomor
Polisi : BM-1258-DB sebagaimana yang diperlihatkan kepada
saksi di Polres Madina adalah benar kenderaan yang terlibat
kecelakaan pada hari Rabu tanggal 03 Desember 2008
sekitar pukul 11.00 wib di Desa Siabu.
- Bahwa setelah kecelakaan mobil penumpang umum L-300
dimaksud mengalami kerusakan pada bagian depan sebelah kiri peot.
- Bahwa keadaan jalan pada saat itu bagus lurus beraspal, cuaca
cerah dan arus lalu lintas ramai karena keluar anak sekolah.
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi yang dibacakan
tersebut dipersidangan, terdakwa menyatakan tidak keberatan dan
membenarkannya
3) Saksi MARHIBBUN DALIMUNTHE, yang pada pokoknya
menrangkan sebagai berikut
- Bahwa pada hari Rabu tanggal 03 Desember 2008 sekitar pukul
11.30 wib di Desa Huraba, Kec. Siabu, Kab. Madina dan pada
saat kejadian saksi berada di rumah saksi dan mengetahui dari
famili saksi yang datang ke rumah saksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
- Bahwa kecelakaan tersebut antara mobil penumpang umum L-
300 nomor polisinya saksi tidak tahu menabrak anak kandung
saksi.
- Bahwa sebelum terjadinya kecelakaan tersebut saksi tidak tahu
dari arah mana datangnya mobil penumpang umum L-300
tersebut sedangkan nak saksi pada saat itu mau pulang sekolah.
- Bahwa tindakan saksi setelah mendengar anaknya kecelakaan
pada saat itu saksi terkejut dan tindakan saksi langsung pergi ke
Puskesmas Siabu bersama isteri saksi untuk melihat kondisi
anak saksi dan sesampainya di Puskesmas Siabu, menurut
perawatnya mereka tidak sanggup menanganinya kemudian
anak kandung saksi dibawa ke Rumah Sakit Armina
Panyabungan.
- Bahwa akibat kecelakaan tersebut anak kandung saksi
mengalami luka robek pada bagian kepala samping kiri, gigi
depan bagian atas patah 3, luka lecet pada kaki kiri dan kanan,
bibir atas dan dagu luka robek dan anak kandung saksi
meninggal dunia pada had Minggu tanggal 07 Desember 2008
sekitar pukul 15.30 wib di Rumah Sakit Umum Armina
Panyabungan.
- Bahwa nama anak saksi adalah Khoiru Tamimi Dalimunthe
anak ke-8 dari 8 bersaudara hasil pernikahan saksi dengan
Emiwati Br. Nasution.
- Bahwa anak saksi tersebut dikebumikan pada hari Senin
tanggal 08
Desember 2008 sekitar pukul 10.00 wib di Pemakaman Umum
Desa Siabu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
5. Pertimbangan Majelis Hakim
Menimbang bahwa, terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum
sebagaimana dalam surat dakwaannya tertanggal 27 Januari 2009 Nomor
Regiater Perkara PDM- 04 /N.2.28.3/E.1/01/2009 yang telah dibacakan di
persidangan pada hari Kamis tanggal 05 Januari 2009 yang pada pokoknya
berisi sebagai berikut :
Bahwa terdakwa Ali Imran Batubara, pada hari Rabu
tanggal 03 Desember 2008 sekitar pukul 11.00 wib atau setidak-
tidaknya pada waktu-waktu lain dalam bulan Desember 2008 bertempat
di Desa Huraba, Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing Natal atau
setidak-tidaknya pada tempat-tempat lain yang masih termasuk dalam
wilayah hukum Pengadilan Negeri Mandailing Natal, karena keslahannya
(kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, yaitu korban Khoirul
Tamimi Dalimunthe. Perbuatan tersebut dilakukan terdakwa dengan cara
sebagai berikut :
Bahwa sebelumnya terdakwa mengemudikan mobil penumpang
umum Aek Mais Nomor Polisi BM-1258-DB dari Panyabungan menuju
arah Padangsidimpuan dan sewaktu melintas di Jalan Umum Desa
Huraba, Kec. Siabu, Kab. Madina, terdakwa telah mengetahui
bahwasanya jalan yang akan dilaluinya tersebut merupakan daerah
pemukiman penduduk yang dapat sewaktu-waktu dilalui orang maupun
akan diseberangi orang. Disamping itu, sekitar waktu tersebut terdakwa
telah melihat dari jarak sekitar 15 meter, banyak anak-anak sekolah
bare pulang berjatan di pinggir jalan yang akan dilalui terdakwa dan
sudah seyogiyanya terdakwa yang telah 8 tahun berpengalaman
sebagai supir dengan melihat hal dimaksud mengurangi laju mobil yang
dikemudikannya, akan tetapi dengan kecepatan diatas 60 Km/jam
dengan persneling 4, terdakwa memaksakan diri memacu mobil yang
dikemudikannya itu, sehingga pada scat korban hendak menyeberang dari
kiri jalan menuju kanan jalan, terdakwa tidak dapat lagi mengendalikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
kecepatan mobilnya padahal korban telah dilihat terdakwa dari jarak kurang lebih
5 meter yang membuat terdakwa menjadi gugup lalu menabrak korban yang pada
scat itu telah berada di tengah badan jalan dan saat itu terdakwa
tidak membunyikan klakson maupun berusaha untuk melakukan
pengereman, sehingga bagian kiri depan mobil yang dikemudikan
terdakwa menabrak korban hingga korban terpental sejauh kurang
lebih 2 meter dan setelah korban dirawat beberapa had di Puskesmas
Siabu kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum Armina Madina,
korban meninggal dunia pada tanggal 07 Desember 2008 dan telah
dikebumikan tanggal 08 December 2008, sesuai dengan Surat
Keterangan Kematian Nomor 474/94/KD/2008 tanggal 13 Desember
2008 yang ditanda tangani oleh Kepala Desa Huraba II (Saukani
Pulungan) dan Surat Keterangan Kematian Nomor
08/028/RSAM/XII/2008 tanggal 15 Desember 2008 yang ditanda
tangani oleh Dr. H. Safruddin Nst, SpB, M.M clad Rumah Sakit Umum
Armina Madina, dengan luka yang dialami korban yaitu, luka robek
pada kepala bagian depan kanan, luka lecet di sudut mata kanan, luka
robek pada bibir bagian atas, luka robek pada dagu, keluar darah dari
hidung, gigi bagian atas lepas dua, luka lecet pada tangan kanan dan
luka lecet pada lutut kanan dan kiri, sesuai dengan Visum Et Revertum
Nomor : 13/027/XII/RSAM/2008 tanggal 15 Desember 2008 yang
ditanda tangani oleh Dr. H. Safruddin Nst, SpB, M.M dari Rumah Sakit
Umum Armina Madina.
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 359 KUHPidana. -----------------------------------------------------------------------------
-----------------------
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Menimbang, bahwa atas dakwaan Jaksa Penuntut Umum tersebut,
terdakwa tidak mengajukan eksepsi atau keberatan.
Menimbang, bahwa Hakim meminta kepada Jaksa Penuntut
Umum untuk menghadapkan saksi-saksi, akan tetapi berhubung sesuatu
dan lain hal maka saksi Hilman Lubis, saksi Aswir Nasution, saksi
Marhibbun Dhalimunthe tidak hadir dipersidangan, maka atas
Permohonan Jaksa Penuntut Umum dan terdakwa maka keterangan saksi
dibacakan, dan terdakwa menyatakan tidak keberatan dan
membenarkannya.
Menimbang, bahwa Jaksa Penuntut Umum di persidangan
mengajukan barang bukti berupa :
· 1 (satu) Unit Mobil Penumpang Umum L-300 Aek Mais No.
Pol : BM-1258-DB ;
· 1 (satu) Lembar Sim B1 atas nama Ali Imran Batubara ;
Menimbang, bahwa terhadap barang bukti tersebut telah
diperlihatkan dibenarkan oleh para saksi dan terdakwa, sehingga dapat
digunakan untuk memperkuat pembuktian.
Menimbang, bahwa setelah mendengarkan pembelaan dari
terdakwa yang disampaikan secara lisan dipersidangan yang pada pokoknya
mohon keringanan hukuman, terdakwa menyesali perbuatannya, dan
berjanji tidak mengulangi lagi perbuatannya ;
Menimbang, bahwa berdasarkan dari keterangan para saksi dan
keterangan terdakwa, dan hasil Viaum Et Repertum, serta dihubungkan
dangan barang bukti, sebagaimana maksud pasal 185 ayat 6 huruf a dan b
Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, oleh karena itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Hakim memperoleh fakta-fakta hukum, yang pada pokoknya sebagai
berikut :
- Bahwa benar pada hari Rabu tanggal 03 Desember 2008
sekitar pukul 10.30 wib di Desa Huraba, Kec. Siabu, kab. Madina,
terdakwa telah menabrak seorang anak laki-laki yang berusia 8 tahun ;
- Bahwa benar pada saat itu mobil yang dikemudikan terdakwa
datang dari Panyabungan menuju Padangsidimpuan dengan
kecepatan sekitar 60 Km/jam.
- Bahwa benar terdakwa sudah melihat ada ada ramai anak
sekolah pulang dan saat itu terdakwa tidak ada membunyikan
klakson serta tidak sempat melakukan pengereman karena korban
tiba-tiba menyeberang jalan.
- Bahwa benar penyebab terjadinya kecelakaan tersebut adalah
karena terdakwa sewaktu mengemudikan mobil penumpang umum
Aek Mais tersebut kurang hati-hati sehingga menabrak seorang anak
yang menyeberangi jalan.
- Bahwa benar akibat kecelakaan tersebut korban mengalami
luka robek pada bagian kepala samping kiri, gigi depan bagian
atas patah 3, luka lecet pada kaki kiri dan kanan, bibir atas dan
dagu luka robek dan korban meninggal dunia pada hari
Minggu tanggal 07 Desember 2008 sekitar pukul 15.30 wib di
Rumah Sakit Umum Armina Panyabungan.
- Bahwa sudah ada perdamaian antara terdakwa dengan
orangtua korban sesuai dengan surat perdamaian yang
ditanda tangani terdakwa dan orangtua korban tanggal 12
Desember 2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
- Bahwa atas kejadian tabrakan dimaksud terdakwa merasa
bersalah dan menyesali kejadian dimaksud.
Menimbang, bahwa untuk dapat mempersalahkan seseorang telah
melakukan tindak pidana yang didakwakan haruslah terbukti secara sah dan
meyakinkan menurut hukum semua unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal
yang didakwakan oleh Penuntut Umum.
Menimbang, bahwa terdakwa telah diajukan Jaksa Penuntut Umum
dipersidangan dangan dakwaan yang berbentuk Tunggal, yaitu melanggar
Pasal 359 KUHPidana, yang unsur-unsurnya sebagai berikut :
a) Barang siapa ;
b) Karena kelalaiannya menyebabkan orang lain meninggal
dunia.
Ad.a. Unsur “Barang siapa”.
Menimbang bahwa pada dasarnya kata “Barang Siapa”
menunjukkan kepada siapa orangnya yang harus bertanggung jawab atas
perbuatan/kejadian yang didakwakan itu atau setidak-tidaknya mengenai
siapa orangnya yang harus dijadikan terdakwa dalam perkara ini.
Tegasnya kata “Barang Siapa” menurut putusan Mahkamah Agung RI
Nomor :1398 K/Pid/1994 tanggal 30 Juni 1995 kata “Barang Siapa”
identik dengan “Setiap Orang” atau “Hij” sebagai siapa saja yang harus
dijadikan terdakwa/dader atau setiap orang sebagai subjek hukum
(pendukung hak dan kewajiban) yang dapat diminta pertanggungjawaban
dalam segala tindakannya ;
Menimbang, bahwa di persidangan terdakwa Ali Imran Batubara
telah membenarkan identitas yang ada dalam surat dakwaan Penuntut
Umum, demikian juga keterangan para saksi di persidangan, bahwa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
dimaksud dengan terdakwa dalam perkara ini adalah terdakwa Ali Imran
Batubara yang dalam keadaan sehat dan dapat mempertanggungjawabkan
perbutannya.
Menimbang bahwa dengan demikian jelaslah sudah pengertian
“Barang Siapa” yang dimaksud dalam perkara ini yaitu terdakwa Ali
Imran Batubara, sehingga Majelis berpendirian unsur “Barang Siapa”
telah terpenuhi.
Ad.b. Unsur “ Karena kelalaiannya menyebabkan orang lain
meninggal dunia ”.
Menimbang, bahwa matinya orang lain tidak dimaksud sama sekali
oleh terdakwa, akan tetapi kematian tersebut hanya merupakan akibat dari
pada kurang hati-hati atau salahnya terdakwa (delik culpa).
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi, dan
keterangan terdakwa, diperoleh fakta bahwa pada hari pada hari Rabu
tanggal 03 Desember 2008 sekitar pukul 11.00 wib, bertempat di Desa
Huraba, Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing Natal, bahwa
sebelumnya terdakwa mengemudikan mobil penumpang umum Aek
Mais Nomor Polisi BM-1258-DB dari Panyabungan menuju arah
Padangsidimpuan dan sewaktu melintas di Jalan Umum Desa Huraba,
Kec. Siabu, Kab. Madina, terdakwa telah mengetahui bahwasanya jalan
yang akan dilaluinya tersebut merupakan daerah pemukiman penduduk
yang dapat sewaktu-waktu dilalui orang maupun akan diseberangi
orang. Disamping itu, sekitar waktu tersebut terdakwa telah melihat
dari jarak sekitar 15 meter, banyak anak-anak sekolah bare pulang
berjatan di pinggir jalan yang akan dilalui terdakwa dan sudah
seyogiyanya terdakwa yang telah 8 tahun berpengalaman sebagai
supir dengan melihat hal dimaksud mengurangi laju mobil yang
dikemudikannya, akan tetapi dengan kecepatan diatas 60 Km/jam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
dengan persneling 4, terdakwa memaksakan diri memacu mobil
yang dikemudikannya itu, sehingga pada scat korban hendak
menyeberang dari kiri jalan menuju kanan jalan, terdakwa tidak dapat
lagi mengendalikan kecepatan mobilnya padahal korban telah dilihat terdakwa
dari jarak kurang lebih 5 meter yang membuat terdakwa menjadi gugup lalu
menabrak korban yang pada scat itu telah berada di tengah badan jalan
dan saat itu terdakwa tidak membunyikan klakson maupun berusaha
untuk melakukan pengereman, sehingga bagian kiri depan mobil
yang dikemudikan terdakwa menabrak korban hingga korban
terpental sejauh kurang lebih 2 meter dan setelah korban dirawat
beberapa had di Puskesmas Siabu kemudian dirujuk ke Rumah Sakit
Umum Armina Madina, korban meninggal dunia pada tanggal 07
Desember 2008 dan telah dikebumikan tanggal 08 December 2008,
sesuai dengan Surat Keterangan Kematian Nomor 474/94/KD/2008
tanggal 13 Desember 2008 yang ditanda tangani oleh Kepala Desa
Huraba II (Saukani Pulungan) dan Surat Keterangan Kematian
Nomor 08/028/RSAM/XII/2008 tanggal 15 Desember 2008 yang
ditanda tangani oleh Dr. H. Safruddin Nst, SpB, M.M dan Rumah
Sakit Umum Armina Madina, dengan luka yang dialami korban yaitu,
luka robek pada kepala bagian depan kanan, luka lecet di sudut mata
kanan, luka robek pada bibir bagian atas, luka robek pada dagu, keluar
darah dari hidung, gigi bagian atas lepas dua, luka lecet pada tangan
kanan dan luka lecet pada lutut kanan dan kiri, sesuai dengan Visum
Et Revertum Nomor : 13/027/XII/RSAM/2008 tanggal 15 Desember
2008 yang ditanda tangani oleh Dr. H. Safruddin Nst, SpB, M.M dari
Rumah Sakit Umum Armina Madina.
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta diatas, unsur ini telah
dapat dibuktikan dan terpenuhi dengan perbuatan terdakwa.
Menimbang, bahwa dangan demikian semua unsur dari Pasal 359
KUHPidana dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum telah terbukti atas diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
terdakwa, oleh karena itu terdakwa haruslah dinyatakan terbukti secara sah
dan meyakinkan melakukan tindak pidana “Karena kelalaiannya
menyebabkan orang lain meninggal dunia ”.
Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa terbukti melakukan
tindak pidana dan selama pemeriksaan di persidangan, Majelia Hakim
tidak menemukan alasan-alasan yang dapat menghilangkan sifat melawan
hukum atas perbuatan terdakwa, baik sebagai alasan pembenar maupun
sebagai alasan pemaaf, sehingga terdakwa haruslah dinyatakan bersalah
dan mempertanggungjawabkan perbuatannya, dan kepadanya harus
dijatuhi pidana atas perbuatannya tersebut.
Menimbang, bahwa mengenai status barang bukti berupa : 1 (satu)
Unit Mobil Penumpang Umum L-300 Aek Mais No. Pol : BM-1258-DB,
dan 1 (satu) Lembar Sim B1 atas nama Ali Imran Batubara, berdasarkan
keterangan terdakwa di persidangan adalah milik orang lain, maka barang
bukti tersebut haruslah dikembalikan kepada pemiliknya yang sah melalui
terdakwa.
Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim menjatuhkan pidana
kepada terdakwa maka perlu dipertimbangkan hal-hal yang meringankan
maupun yang memberatkan pidana terhadap terdakwa :
Hal-hal yang meringankan:
- Terdakwa bersikap sopan dan berterus terang selama persidangan ;
- Terdakwa belum pernah dihukum ;
- Sudah ada perdamaian antara terdakwa dengan orang tua korban ;
- Terdakwa sebagai tulang punggung keluarga untuk mencari nafkah
;
- Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan
mengulangi lagi perbuatannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Hal-hal yang memberatkan:
- Perbuatan terdakwa telah mengakibatkan korban meninggal dunia ;
Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa telah dinyatakan terbukti
bersalah dan harus dijatuhi pidana, maka kepada terdakwa harus pula
dihukum untuk membayar biaya perkara yang besarnya akan ditetapkan
dalam amar putusan.
6. Putusan Majelis Hakim
a) Menyatakan terdakwa ALI IMRAN BATUBARA telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Karena
kelalaiannya menyebabkan orang lain meninggal dunia ”.
b) Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa tersebut dangan pidana penjara
selama 3 (tiga) bulan ;
c) Menetapkan bahwa Hukuman tersebut tidak akan dijalanai oleh
terdakwa, kecuali atas perintah lain dari putusan Hakim yang telah
mempunyai kekuatan Hukum tetap, sebelum selesai menjalani masa
percobaan selama 6 (enam) bulan ;
d) Menyatakan barang bukti berupa :
· 1 (satu) Unit Mobil Penumpang Umum L-300 Aek Mais No. Pol :
BM-1258-DB ;
Dikembalikan kepada pemiliknya melalui terdakwa ;
· 1 (satu) Lembar Sim B1 atas nama Ali Imran Batubara
Dikembalikan kepada terdakwa Ali Imran Batubara.
e) Membebani terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar
Rp.5.000,- (lima ribu rupiah)
Pembahasan
Proses pembuktian perkara pidana adalah untuk mencari tahu benar
atau tidaknya telah terjadi peristiwa pidana dan mencari tahu apakah benar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
terdakwa yang bersalah. Pembuktian yang dimaksud harus dilakukan di sidang
pengadilan untuk menguji kebenaran dari isi surat dakwaan yang dibuat oleh
penuntut umum berdasarkan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang.
Dalam sistem pembuktian negatif hakim dapat memutuskan seseorang
bersalah yang berdasarkan pada aturan-aturan pembuktian yang ditetapkan
secara limitatif oleh undang-undang sehingga hakim memperoleh keyakinan
akan hal itu ( Andi Hamzah, 1996:250).
Berkaitan dengan keterangan saksi yang dibacakan di persidangan,
berdasakan kasus diatas terdapat permasalahan yang akan peneliti bahas :
Nilai pembuktian keterangan saksi dalam BAP kepolisian yang
dibacakan di sidang pengadilan dalam kasus tindak pidana kelalaian yang
menyebabkan hilangnya nyawa orang lain di Pengadilan Negeri Mandailing
Natal No.perkara 16/Pid.B/2009/Pid.
Menurut Pasal 185 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) disebutkan bahwa “Keterangan saksi sebagai alat bukti
apa yang saksi nyatakan dalam sidang”. Dari ketentuan tersebut diatas
apabila kita tafsirkan secara a contrario berarti keterangan seorang saksi
dapat dijadikan alat bukti yang sah bukan apa yang saksi nyatakan dalam
BAP penyidikan, melainkan apa yang saksi nyatakan dalam sidang
pengadilan.
Pada hakikatnya KUHAP menganut prinsip keharusan menghadirkan
saksi-saksi di persidangan. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 185 (1) KUHAP
yang intinya keterangan saksi dapat dijadikan alat bukti yang sah apabila
dinyatakan dalam sidang pengadilan, Akan tetapi, KUHAP sendiri memberi
pengecualian apabila saksi-saksi yang telah memberikan keterangan dalam
BAP tidak hadir dalam proses persidangan keterangannya itu dapat atau
boleh dibacakan, tetapi harus memenuhi alasan-alasan sebagai berikut :
a) Meninggal dunia atau ada halangan yang sah.
b) Tempat tinggal atau kediamannya jauh dari tempat sidang pemeriksaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
c) Adanya tugas atau kewajiban dari Negara yang dibebankan kepadanya.
Dengan demikian menurut Pasal 162 (1) KUHAP apabila seseorang
saksi berhalangan hadir, maka keterangan yang telah diberikan dalam
pemeriksaan penyidikan dapat dibacakan, tetapi harus memenuhi hal-hal
tersebut diatas. Apabila keterangan tersebut dilakukan di bawah sumpah maka
keterangannya dianggap mempunyai nilai yang sama dengan keterangan saksi
yang disumpah di persidangan, hal tersebut sesuai dengan Pasal 162 ayat (2).
Sedangkan keterangan yang diberikan tidak dibawah sumpah hanya bernilai
sebagai keterangan biasa yang tidak mempunyai kekuatan pembuktian, tetapi
dapat digunakan sebagai keterangan yang dapat menguatkan hakim jika
dihubungkan dengan alat bukti yang lain.
Berdasarkan kasus diatas, ketiga saksi yaitu saksi Hilman Lubis, saksi
Aswir Nasution, saksi Marhibbun Dhalimunthe tidak dapat hadir di
persidangan karena alasan yang tidak jelas atau alasan tertentu. Menurut Pasal
162 (1) seharusnya hakim menilai ketidakhadiran ketiga saksi tersebut
“mempunyai alasan yang tidak jelas”, dan hakim seharusnya menanyakan
kepada jaksa penuntut umum apakah jaksa selaku penuntut sudah melakukan
pemangilan secara patut terhadap saksi atau belum, karena kewajiban menjadi
saksi menurut Pasal 159 (2) adalah kewajiban.
Alasan hakim untuk memperbolehkan keterangan ketiga saksi tersebut
dibacakan di dalam persidangan adalah karena terdakwa menyetujuinya dan
tidak adanya para pihak yang keberatan atas pembacaan BAP ketiga saksi
tersebut di persidangan.
Pasal 116 ayat (1) KUHAP memberi kemungkinan bagi penyidik
untuk menyumpah seorang saksi dalam pemeriksaan penyelidikan, jika benar-
benar cukup alasan untuk menduga bahwa saksi yang bersangkutan tidak
dapat hadir dalam persidangan. Pada prinsipnya pemeriksaan saksi di depan
penyidik tidak wajib disumpah, akan tetapi dalam hal tertentu, apabila cukup
alasan saksi di duga tidak dapat hadir dalam pemeriksaan sidang pengadilan,
penyidik dapat menyumpah saksi. Hal tersebut dapat berkaitan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
kekuatan pembuktian keterangan saksi dalam proses pemeriksaan perkara di
pengadilan. Dalam kasus diatas ketiga saksi tersebut tidak disumpah dalam
BAP sehingga keterangan ketiga saksi tersebut hanyalah keterangan biasa
yang hanya di pergunakan hakim dalam menguatkan keyakinannya karena
keterangan ketiga saksi tersebut tanpa sumpah dalam pemeriksaan penyidikan,
nilai keterangannya hanya bersifat dan bernilai “keterangan biasa”. Akan
tetapi sekalipun bernilai keterangan biasa, dapat dipergunakan hakim untuk
menguatkan keyakinannya. Namun demikian, kalau bertitik tolak dari
ketentuan Pasal 161 ayat (2) dihubungkan dengan Pasal 185 ayat (7), nilai
pembuktian yang melekat pada keterangan saksi yang dibacakan di
persidangan sekurang-kurangnya dapat “dipersamakan” dengan keterangan
saksi yang diberikan dipersidangan tanpa sumpah. Tapi, sifatnya tetap bukan
merupakan alat bukti. Jadi, nilai pembuktian yang melekat pada keterangan
saksi Hilman Lubis, saksi Aswir Nasution, saksi Marhibbun Dhalimunthe
adalah:
a) Semua keterangan Hilman Lubis, saksi Aswir Nasution, saksi
Marhibbun Dhalimunthe yang diberikan tanpa sumpah dinilai
”bukan merupakan alat bukti yang sah”. Walaupun keterangan yang
diberikan tanpa sumpah itu saling bersesuaian dengan yang lain,
sifatnya tetap ”bukan merupakan alat bukti”.
b) Keterangan Hilman Lubis, saksi Aswir Nasution, saksi
Marhibbun Dhalimunthe tidak mempunyai nilai kekuatan
pembuktian. Setiap keterangan tanpa sumpah, pada umumnya ”tidak
mempunyai nilai kekuatan pembuktian”. Sifatnya saja pun bukan
merupakan alat bukti yang sah, dengan sendirinya tidak mempunyai
nilai kekuatan pembuktian.
c) Akan tetapi Keterangan Hilman Lubis, saksi Aswir Nasution, saksi
Marhibbun Dhalimunthe , ”dapat” dipergunakan sebagai
”tambahan” alat bukti yang sah. Sekalipun keterangan tanpa sumpah
bukan merupakan alat bukti yang sah, dan juga tidak mempunyai
nilai kekuatan pembuktian, pada umumnya keterangan itu ”dapat”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
dipergunakan ”sebagai tambahan” menyempurnakan kekuatan
pembuktian alat bukti yang sah lainnya.
B. Keabsahan Keterangan Saksi Dalam BAP kepolisian yang Dibacakan di
Sidang Pengadilan
Syarat sahnya suatu kesaksian dapat dipergunakan sebagai alat
bukti yang sah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1) Syarat materiil
Syarat ini diatur dalam Pasal 1 butir 27 KUHAP yang
menyebutkan keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam
perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu
peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami
sendiri. Oleh sebab itu keterangan yang berasal dari orang lain atau
testimonium de auditu tidak dapat disebut sebagai kesaksian dan
sebagai alat bukti. Menurut M Amin yang dikutip oleh A Karim
Nasution.
Kesaksian de auditu adalah keterangan tentang kenyataan mengenai hal yang didengar, dilihat atau diakui bukan oleh saksi sendiri, akan tetapi oleh orang lain kepadanya mengenai kenyataan-kenyataan dan hal yang didengar, dilihat atau dialami sendiri orang tersebut ( A Karim Nasution, 1976 : 55 ).
Selain itu seorang saksi harus dapat menyebutkan alasan
dari kesaksiannya itu (Pasal 1 butir 27 KUHAP).
Dalam kasus ini saksi Hilman Lubis, saksi Aswir
Nasution memenuhi syarat materiil karena ia melihat,mendengar
dan mengalami sendiri. Pada saat kasus tersebut terjadi kedua saksi
diatas berada dalam tempat kejadian perkara, sedangkan saksi
Marhibbun Dhalimunthe tidak memenuhi syarat materiil karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
keterangan yang dia berikan hanya merupakan kesaksian de auditu
karena keterangan tentang kenyataan mengenai hal yang didengar,
dilihat atau diakui bukan oleh saksi sendiri, akan tetapi oleh orang
lain kepadanya mengenai kenyataan dalam hal uang didengar,
dilihat atau dialami sendiri orang tersebut yang dalam kasus ini
adalah saudara daripada saksi Marhibbun Dhalimunthe.
Kesimpulannya kesaksian daripada saksi Marhibbun
Dhalimunthe merupakan testimonium de auditu yang berarti
kesaksiannya tidak sah menjadi sebuah alat bukti.
2) Syarat Formal
(a) Keterangan saksi harus diberikan di bawah sumpah.
Dalam Pasal 160 ayat (3) KUHAP disebutkan :
“Sebelum memberi keterangan, saksi wajib mengucapkan
sumpah atau janji menurut cara agamanya masing-masing,
bahwa ia akan memberikan keterangan yang sebenarnya dan
tidak lain daripada yang sebenarnya”.
Dalam kasus ini keterangan Hilman Lubis, saksi Aswir
Nasution, saksi Marhibbun Dhalimunthe tidak hadir
dipersidangan dan keterangannya dalam BAP kepolisian
tidak dibawah sumpah. Jadi syarat formil kesaksian dalam
kasus ini tidak terpenuhi.
(b) Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan
Pada Pasal 185 ayat (1) KUHP menentukan bahwa
keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi
nyatakan di sidang pengadilan. Maksudnya adalah keterangan
saksi yang diberikan di sidang pengadilan saja yang merupakan
alat bukti yang sah.
Syarat formil lain untuk menjadi seorang saksi
adalah seorang saksi telah mencapai usia dewasa yang telah
mencapai usia 15 tahun atau lebih atau sudah menikah.
Sedangkan orang yang belum mencapai usia 15 tahun atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
belum menikah dapat memberikan keterangan tanpa disumpah
dan dianggap sebagai keterangan biasa (Pasal 171 butir a
KUHAP).
Dalam kasus ini keterangan saksi Hilman Lubis, saksi Aswir
Nasution, saksi Marhibbun Dhalimunthe tidak hadir dipersidangan dan
keterangannya dalam BAP penyidikan tidak di bawah sumpah, maka
keterangan ketiga saksi itu tidak dapat dijadikan alat bukti yang sah. Selain
itu ketiga saksi yang dimaksud tidak memenuhi syarat formil. sebagaimana
diatur dalam Pasal 160 ayat 3 dan 4 KUHAP, sehingga keterangan yang
demikian hanya berfungsi sebagai keterangan biasa yang tidak memiliki
kekuatan pembuktian. Akan tetapi, dapat digunakan sebagai keterangan
yang dapat menguatkan keyakinan hakim jika ada persesuaian dengan alat
bukti sah lainnya. Dengan demikian dalam konteks kasus ini ketiga saksi
yang tidak hadir yang keterangannya dibacakan dipersidangan tidak dapat
dijadikan sebagai alat bukti karena keterangan sebelumnya tidak di bawah
sumpah. Disamping itu juga ketidakhadiran saksi-saksi yang dimaksud tidak
didasari dengan alasan-alasan yang disebutkan dalam Pasal 162 (1) KUHAP
karena alasan-alasan tersebut menjadi syarat untuk dapat dibacakan
keterangan saksi yang tidak dapat hadir dipersidangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Nilai Pembuktian Keterangan Saksi dalam BAP Kepolisian yang
Dibacakan di Sidang Pengadilan dalam kasus Tindak Pidana Kelalaian
Yang Menyebabkan Hilangnya Nyawa Orang Lain Di Pengadilan Negeri
Mandailing Natal No. Perkara 16/PID.B/2009/PN.Mdl
Proses pembuktian pada prinsipnya menganut adanya keharusan
menghadirkan saksi-saksi di persidangan Pasal 185 ayat (1) KUHAP, akan
tetapi hal tersebut bukanlah hal yang mutlak. Saksi yang tidak dapat hadir
dalam proses persidangan, keterangannya boleh atau dapat disampaikan di
sidang pengadilan apabila memenuhi salah satu alasan yang disebutkan
dalam Pasal 162 (1) KUHAP. Dengan demikian, saksi-saksi yang tidak
hadir dalam kasus ini harus dicari terlebih dahulu apakah saksi saksi
tersebut tidak hadir dengan alasan yang memenuhi rumusan yang
disebutkan dalam Pasal 162 (1) KUHAP atau tidak.
Keterangan saksi-saksi yang dibacakan di persidangan dapat
dijadikan alat bukti yang sah apabila keterangan sebelumnya di proses
penyidikan diberikan dibawah sumpah. Oleh karena itu keterangan ketiga
saksi Hilman Lubis, saksi Aswir Nasution, saksi Marhibbun
Dhalimunthe tidak di bawah sumpah karena dalam putusan tidak
disebutkan, maka keterangan daripada ketiga saksi tersebut hanyalah
keterangan biasa atau tidak mempunyai kekuatan pembuktian yang hanya
dijadikan hakim sebagai tambahan alat bukti yang sah.
2. Keabsahan Keterangan Saksi dalam BAP Kepolisian yang Dibacakan di
Sidang Pengadilan dalam kasus Tindak Pidana Kelalaian Yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Menyebabkan Hilangnya Nyawa Orang Lain Di Pengadilan Negeri
Mandailing Natal No. Perkara 16/PID.B/2009/PN.Mdl
Keabsahan keterangan saksi harus memenuhi syarat materiil dan
formil. Dalam kasus ini saksi Hilman Lubis, saksi Aswir Nasution
memenuhi syarat materiil karena ia melihat, mendengar dan mengalami
sendiri. Pada saat kasus tersebut terjadi kedua saksi diatas berada dalam
tempat kejadian perkara, sedangkan saksi Marhibbun Dhalimunthe tidak
memenuhi syarat materiil karena keterangan yang dia berikan hanya
merupakan kesaksian de auditu karena keterangan tentang kenyataan
mengenai hal yang didengar, dilihat atau diakui bukan oleh saksi sendiri, akan
tetapi oleh orang lain kepadanya mengenai kenyataan dalam hal yang
didengar, dilihat atau dialami sendiri orang tersebut yang dalam kasus ini
adalah saudara daripada saksi Marhibbun Dhalimunthe.
Kesimpulannya kesaksian daripada saksi Marhibbun Dhalimunthe
merupakan testimonium de auditu yang berarti kesaksiannya tidak sah menjadi
sebuah alat bukti.
Dalam kasus ini keterangan saksi Hilman Lubis, saksi Aswir
Nasution, saksi Marhibbun Dhalimunthe tidak hadir dipersidangan dan
keterangannya dalam BAP penyidikan tidak di bawah sumpah, maka
keterangan ketiga saksi itu tidak dapat dijadikan alat bukti yang sah. Selain
itu ketiga saksi yang dimaksud tidak memenuhi syarat formil. sebagaimana
diatur dalam Pasal 160 ayat 3 dan 4 KUHAP, sehingga keterangan yang
demikian hanya berfungsi sebagai keterangan biasa yang tidak memiliki
kekuatan pembuktian. Akan tetapi, dapat digunakan sebagai keterangan
yang dapat menguatkan keyakinan hakim jika ada persesuaian dengan alat
bukti sah lainnya. Dengan demikian dalam konteks kasus ini ketiga saksi
yang tidak hadir yang keterangannya dibacakan dipersidangan tidak dapat
dijadikan sebagai alat bukti karena keterangan sebelumnya tidak di bawah
sumpah. Disamping itu juga ketidakhadiran saksi-saksi yang dimaksud tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
didasari dengan alasan-alasan yang disebutkan dalam Pasal 162 (1) KUHAP
karena alasan-alasan tersebut menjadi syarat untuk dapat dibacakan
keterangan saksi yang tidak dapat hadir dipersidangan.
B. Saran
Dalam konteks kasus seperti yang telah dibahas dimuka, penulis
memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Apabila dalam proses persidangan saksi tidak hadir dengan alasan
yang tidak jelas atau tidak sah atau tidak sesuai dengan rumusan Pasal
162 ayat (1), maka hakim melalui penuntut umum melakukan upaya
paksa untuk menghadirkan saksi. Dan seharusnya jaksa penuntut
umum dalam kasus ini mencari alasan ketidakhadiran saksi dalam
kasus ini apakah memenuhi salah satu alasan yang terdapat dalam
Pasal 162 ayat (2) atau tidak.
2. Dalam kasus seperti ini seharusnya penyidik menekankan pertanyaan
kepada saksi apakah nanti di persidangan akan hadir atau tidak, kalu
mereka diduga tidak akan hadir di persidangan maka mereka harus
diperiksa dibawah sumpah. Hal ini untuk menghindari lemahnya nilai
pembuktian apabila keterangan kesaksiannya dibacakan dalam
persidangan.