pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu...

103
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU LINTAS YANG MENYEBABKAN HILANGNYA NYAWA ORANG LAIN (Analisis Putusan Nomor: 27/Pid.Sus/2016/PT. PAL) Skripsi Di ajukan kepada Fakultas Syariah & Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: ANDIKA BACHTIAR NIM: 11140450000016 PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA 2018/1440 H

Upload: vuongminh

Post on 19-May-2019

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU

LINTAS YANG MENYEBABKAN HILANGNYA NYAWA ORANG LAIN

(Analisis Putusan Nomor: 27/Pid.Sus/2016/PT. PAL)

Skripsi

Di ajukan kepada Fakultas Syariah & Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

ANDIKA BACHTIAR

NIM: 11140450000016

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA

2018/1440 H

Page 2: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya
Page 3: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

i

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU

LINTAS YANG MENYEBABKAN HILANGNYA NYAWA ORANG LAIN

(Analisis Putusan Nomor: 27/Pid.Sus/2016/PT. PAL)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar SarjanaHukum (S.H)

Oleh:

Andika Bachtiar

NIM. 11140450000016

Pembimbing

Ali Mansur, MA

NIP. 19760506 2014111002

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM (JINAYAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1440 H

Page 4: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu syaratt memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil asli saya atau

merupakan jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 7 Januari 2019

Andika Bachtiar

Page 5: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT, karena berkat rahmat dan

karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pertanggungjawaban Pidana Atas Kelalaian Lalu Lintas Yang Menyebabkan

Hilangnya Nyawa Orang Lain (Analisis Putusan Nomor 27/Pid.Sus/2016/PT.

PAL”. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar kita

Muhammad SAW, yang selalu kita harapkan syafaatnya kelak di hari

kebangkitan.

Skripsi ini juga tidak akan selesai tanpa dukungan dari orang-orang yang

ikut membantu dalam pengerjaan skripsi ini baik dorongan, bimbingan, dan

doa.dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih sebesar-

sebasarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Dr. Nurul Irfan, M.Ag., Ketua Program Studi Hukum Pidana Islam

terima kasih banyak telah memberikan petunjuk, nasehat yang bermanfaat

bagi penulis selama perkuliahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi

Strata I dengan sebaik-baiknya.

3. Bapak Mohamad Mujibur Rohman, MA. Sekertaris Program Studi Hukum

Pidana Islam, terimakasih telah banyak membantu penulis untuk melengkapi

berbagai macam keperluan, dan berkas-berkas persyaratan untuk menggapai

studi Strata I dengan sebaik-baiknya.

4. Bapak Nur Rohim Yunus, LL.M., Sekretaris Program Studi Hukum Pidana

Islam terima kasih banyak telah banyak membantu penulis untuk melengkapi

berbagai macam keperluan, dan berkas-berkas persyaratan untuk menggapai

studi Strata I dengan sebaik-sebaiknya.

Page 6: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

iv

5. Bapak Ali Mansur, MA. Dosen Pembimbing terima kasih banyak telah

memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan waktunya untuk penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi Strata I dengan sebaik-baiknya.

6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas

memberikan ilmu-ilmunya dan motivasi dalam menyelesaikan studi di

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

7. Seluruh Kanda & Yunda HMI Komisariat Fakultas Syariah & Hukum yang

telah menjadi kampus kedua saya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang

mencerahkan cara berfikir para kadernya.

8. Kepada seluruh keluarga Lapenmi HMI Cabang Ciputat, Ahmad Fairuz,

Novia Bayuningrum. Safurotun Ziah, Ari Badruzzaman, Rida, Faisal dan

lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa cinta

terhadap kalian.

9. Segenap rekan-rekan Hukum Pidana Islam dan Hukum Tata Negara Islam

angkatan 2014, Muhammad Imam Fahmi, Khusnus Sa‟bani, Agsel Siqitsa,

Rita Sartika, Qurratul Aini, Kholilah Parinduri, Wawan Kurniadi, Chairil

Amin, Nurriza Septiani dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu

persatu, kalian luar biasa.

10. Kepada sahabat-sahabat tercinta “Upin Ipin” yaitu Azmi Fathoni Arja,

Muhammad Ihsan, dan Abdil Azizul Furqon,. Terima kasih telah banyak

memberikan cinta, cerita, motivasi, dorongan, dan do‟anya untuk penulis.

11. Terimakasih kepada Adinda Sofia Azmi yang selalu mengingatkan ketika

saya salah dalam melakukan manajemen konflik di organisasi dan selalu

memberikan dorongan dan do‟anya kepada penulis agar terselesaikannya

skripsi ini.

12. Semua Pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam pembuatan skripsi ini semoga Allah SWT selalu memberikan

kesehatan, keselamatan, serta membalas dengan pahala yang berlipat ganda

Amin Y.R.A

Page 7: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

v

Penulis menyadari ketidak sempurnaan dalam penyusunan skripsi ini,

maka dari itu kritik dan saran yang membangun diperlukan dalam penyempurnaan

penulisan skripsi ini, dan semoga ini mampu menginspirasi dan memberikan

manfaat kepada pembaca sekalian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 7 Januari 2019

ANDIKA BACHTIAR

Page 8: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................i

LEMBAR PERNYATAAN ..............................................................................ii

ABSTRAK .........................................................................................................iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................iv

DAFTAR ISI ......................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1

A. Latar Belakang ........................................................................................1

B. Identifikasi, Pembatasan Dan Perumusan Masalah ................................8

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ..............................................................9

D. Kerangka Teori Dan Konseptual .............................................................10

E. Metode Penelitian....................................................................................11

F. Review Studi Terdahulu ..........................................................................13

G. Sistematika Penulisan .............................................................................16

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN

PIDANA DALAM KELALAIAN LALU LINTAS YANG MENYEBABKAN

HILANGNYA NYAWA ....................................................................................19

A. Pertanggungjawaban Pidana ...................................................................19

1. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana .............................................19

2. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Dalam Islam .......................20

3. Perbuatan Pidana Dan Pertanggungjawaban Pidana ..........................23

4. Unsur-Unsur Pertanggungjawaban Pidana .........................................25

B. Kesengajaan Dan Kealpaan.....................................................................27

1. Kesengajaan ......................................................................................27

2. Kealpaan ............................................................................................28

C. Alasan-Alasan Hapusnya Pertanggungjawaban Pidana ..........................30

1. Hapusnya Pertanggungjawaban Pidana Dalam Hukum Positif ........30

2. Hapusnya Pertanggungjawaban Pidana Dalam Hukum Islam ..........32

Page 9: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

vii

D. Lalu Lintas ..............................................................................................36

1. Pengertian Lalu Lintas ......................................................................36

2. Dasar Hukum Aturan Lalu Lintas .....................................................37

3. Hal-hal Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Lalu Lintas .........38

E. Kecelakaan ..............................................................................................41

1. Pengertian Kecelakaan ......................................................................41

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecelakaan ..............................42

BAB III SANKSI TERHADAP KELALAIAN LALU LINTAS YANG

MENYEBABKAN HILANGNYA NYAWA ...................................................45

A. Sejarah Berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 ................45

B. Sanksi Terhadap Kelalaian Lalu Lintas Yang Menyebabkan

Hilangnya Nyawa Menurut Hukum Positif.............................................49

C. Sanksi Terhadap Kelalaian Lalu Lintas Yang Menyebabkan

Hilangnya Nyawa Menurut Hukum Islam ..............................................53

BAB IV ANALISIS PENYELESAIAN KASUS TINDAK PIDANA

KELALAIAN LALU TINTAS YANG MENYEBABKAN HILANGNYA

NYAWA (Putusan No: 27/Pid.Sus/2016/PT PAL ) ...............................................60

A. Duduk Perkara .........................................................................................60

B. Pertimbangan Majelis Hakim ..................................................................61

C. Analisa Putusan Pengadilan No 27/Pid.Sus/2016/PT PAL Tentang

Kelalaian Lalu Lintas Yang Menyebabkan Hilangnya Nyawa ...............66

BAB V PENUTUP ..............................................................................................77

A. Kesimpulan .............................................................................................77

B. Saran ........................................................................................................78

Daftar Pustaka ...................................................................................................80

Lampiran

Page 10: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

viii

Page 11: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin berkembangnya zaman, semakin banyak pula alat transportasi

yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan. Lalu lintas merupakan salah

satu sarana masyarakat yang memegang peranan vital dalam memperlancar

pembangunan yang dilaksanakan. Masalah lalu lintas merupakan salah satu

masalah yang berskala nasional yang berkembang seirama dengan

perkembangan masyarakat.

Perkembangan alat transportasi semakin lama bukannya berkurang

melainkan semakin bertambah, apalagi ditambah dengan berbagai metode,

bentuk serta keunggulannya masing-masing. Akan tetapi, pertambahan

jumlah transportasi tidak diimbangi dengan kondisi jalan yang baik dan juga

kesadaran masyarakat tentang aturan hukum dalam berkendara atau

kurangnya efektivitas hukum yang berlaku. Achmad Ali1 berpendapat bahwa

ketika ingin melihat efektivitas dari hukum, maka pertama-tama harus dapat

mengukur sejauh mana aturan hukum ditaati atau tidak ditaati. Lebih lanjut

Achmad Ali mengemukakan bahwa pada umumnya faktor yang

mempengaruhi efektivitas suatu perundang-undangan adalah profesional dan

optimal pelaksanaan peran, wewenang dan fungsi dari para penegak hukum,

baik didalam menjalankan tugasnya maupun dalam menegakan perundang-

undangan tersebut. Soerjono Soekanto menerangkan bahwa salah satu faktor

terciptanya efektivitas hukum

1 Achmad Ali, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan Vol.1, (Jakarta: Kencana, 2010),

h., 375.

Page 12: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

2

adalah masyarakat itu sendiri.2 Dengan demikian masyarakat harus mematuhi

segala peraturan hukum dalam lalu lintas. Namun, saat ini dapat dirasakan

bahwa masyarakat kurang mematuhi peraturan tersebut. Padahal masyarakat

pengguna jalan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya angka kecelakaan

yang terjadi dijalan raya, baik yang menyebabkan orang lain meninggal dunia

maupun hanya menyebabkan korban luka-luka. Soerjono Soekanto

menerangkan bahwa salah faktor terciptanya efektivitas hukum adalah

masyarakat itu sendiri.

Pihak Kepolisian Republik Indonesia memaparkan bahwa masalah lalu

lintas yang paling tinggi adalah kecelakaan di jalan. Korbannya lebih banyak

daripada jumlah korban kasus terorisme. Kepala Korps lalu lintas, Inspektur

Jenderal Royke Lumowa, memaparkan jumlah korban kecelakaan lalu lintas

di Indonesia mencapai 28.000-30.000 jiwa per tahun. Selain itu, ia juga

mengatakan bahwa kecelakaan lalu lintas di Indonesia termasuk tinggi.

Menduduki rangking 2 sampai 3 dalam lingkup ASEAN.3

Beberapa kecelakaan lalu lintas yang terjadi, sebenarnya dapat dihindari

bila antara pengguna jalan bisa berperilaku disiplin, sopan dan saling

menghormati. Yang mana penggunaan jalan tersebut diatur dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.

2 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2008), h., 8.

3 Angka Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia Termasuk Tertinggi di ASEAN, Tribun

News.com Artikel diakses pada Rabu, 07 Februari 2018 pukul 23.00, dari

https://www.google.co.id/amp/wartakota.tribunnews.com/amp/2017/11/15/polri-angka-kecelakaan-

lalu-lintas-di-indonesia-termasuk-tertinggi-di-asean

Page 13: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

3

Beberapa kecelakaan lalu lintas yang terjadi, sebenarnya dapat dihindari

bila diantara pengguna jalan mematuhi peraturan yang diatur di dalam bagian

ke empat tata cara berlalu lintas dan paragraf satu mengulas tentang

ketertiban dan keamanan,4

Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan khususnya ketentuan

Pasal 105 dan Pasal 106, menyebutkan bahwa:5

1. Berperilaku tertib; dan/atau

2. Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan

dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan, atau yang dapat

menimbulkan kerusakan jalan.

Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Ketentuan Pasal 106,

berbunyi:

1. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib

mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi.

2. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib

mengutamakan keselamatan Pejalan Kaki dan pesepeda.

3. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib

mematuhi ketentuan tentang persyaratan teknis dan layak jalan.

4. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib

mematuhi ketentuan:

a. Rambu perintah atau rambu larangan;

b. Marka Jalan;

c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;

4 Iwan Bogiyanto, “Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Kasus Kelalaian Pengemudi Yang

menimbulkan Kecelakaan Di Jalan Raya; Tinjauan Yuridis UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu

Lintas Dan Angkutan Jalan” (Surabaya: Skripsi UPN VETERAN, 2011), h. 2.

5Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

Page 14: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

4

d. Gerakan Lau Lintas;

e. Berhenti dan Parkir;

f. Peringatan dengan bunyi dan sinar;

g. Kecepatan maksimal atau mimimum; dan/atau

h. Tata cara penggandengan dan penempelan dengan kendaraan lain.

Dalam berlalu lintas juga dikenal dengan adanya kesengajaan dan

kelalaian. Kebanyakan rumusan tindak pidana, unsur kesengajaan atau yang

disebut dengan opzet merupakan salah satu unsur yang terpenting. Kaitannya

dengan unsur kesengajaan ini, maka apabila dalam suatu rumusan tindak

pidana terdapat perbuatan dengan sengaja atau biasa disebut dengan

opzettelijk, maka unsur dengan sengaja ini menguasai dan meliputi semua

unsur lain yang ditempatkan dibelakangnya dan harus dibuktikan.6

Disamping unsur kesengajaan di atas, ada pula yang disebut unsur

kelalaian atau kealpaan atau culpa. Dalam doktrin hukum pidana disebut

kealpaan yang tidak disadari atau onbeweste schuld dan kealpaan disadari

atau bewuste schuld. Dimana dalam unsur ini faktor terpentingnya adalah

pelaku dapat menduga terjadinya akibat dari perbuatan itu atau pelaku kurang

berhati-hati. Unsur terpenting dalam culpa (kelalaian) adalah pelaku

mempunyai kesadaran atau pengetahuan yang mana pelaku seharusnya dapat

membayangkan akan adanya akibat yang ditimbulkan dari perbuatannya itu

akan menimbulkan suatu akibat yang dapat dihukum dan dilarang oleh

Undang-Undang.7

6 PAF. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: Citra Aditya, 2011),

h. 594.

7 M. Budi Hendrawan, “Hubungan Antara Kesengajaan Terhadap Pertanggungjawaban

Pidana Dalam Kasus Kecelakaan Lalu Lintas Di Jalan Yang Menyebabkan Hilangnya Nyawa Orang

Seseorang”, USU Law Journal, III, 1 (April 2015), h. 58.

Page 15: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

5

Banyaknya korban meninggal dalam kasus kecelakaan dikategorikan

sebagai pembunuhan karena kealpaan atau kelalaian, karena pembunuhan

dalam konteks hukum pidana positif dikategorikan atas pembunuhan yang

dikehendaki oleh pelaku, pembunuhan karena penganiayaan dan pembunuhan

karena kealpaan atau kelalaian. Sebagaimana yang telah diterangkan di atas,

maksud dari pembunuhan karena kealpaan atau kelalaian itu sendiri adalah

suatu perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang bukan

karena kehendaknya untuk melakukan tindak pidana tersebut. Tetapi karena

ketidak hati-hatiannya sehingga mengakibatkan orang lain jadi korban. Jadi

pengendara tidak dikategorikan masuk dalam unsur kelalaian.

Sejak adanya Undang-Undang tersebut kebanyakan pelaku yang

diakibatkan kelalaian pengemudi tidak lagi dikenakan pasal 359 KUHP yang

berbunyi:8 “Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang mati,

dihukum dengan hukuman penjara selama-selamanya 5 (lima) tahun”

Melainkan dikenakan pasal 310 dalam Undang-Undang No. 22 Tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkatan Jalan, yang berbunyi:9

1. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena

kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan kerusakan

kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam pasal 229 ayat

dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan dan/atau

denda paling banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah)

2. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena

kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka

ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau denda paling banyak Rp.

2.000.000,00 (dua juta rupiah)

8 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pasal 359 tentang kelalaian.

9 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.

Page 16: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

6

3. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena

kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka

berat sebagaimana dimaksud pada pasal 229 ayat, dipidana dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)

4. Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang

mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.

12.000.000, 00 (dua belas juta rupiah)10

Undang-undang Lalu lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 310 dapat

disimpulkan bahwa apabila kealpaan atau kelalaian pengemudi itu

mengakibatkan orang lain terluka atau meninggal dunia ancaman pidananya

tertera sangat jelas sebagaimana yang diatur dalam pasal tersebut di atas.

Meski UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah diterakan sampai dengan

sekarang tapi tidak dapat diungkiri bahwa tingkat kecelakaan masih tetap

terjadi. Dengan banyaknya kasus kecelakaan di jalan raya setidaknya itu bisa

menggambarkan minimnya kesadaran hukum bagi pengendara kendaraan

bermotor. Karena masih banyak orang-orang mengemudi tidak tertib dan taat

pada rambu-rambu lalu lintas.11

Kasus kecelakaan yang penulis jadikan topik dalam penulisan skripsi

adalah kasus kecelakaan yang terjadi di daerah Donggala tepatnya dijalan

Trans Palu-Tolitoli yang terletak di Desa Ponggerang, Kecamatan Dampelas

Kabupaten Donggala pada hari selasa tanggal 29 September 2015 sekitar

pukul 10.00 Wita dengan terpidana Adi Irawan yang mengendarai sepeda

10

Pasal 310, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan

Jalan.

11

Andi Zeinal Marala, “Penegakan Hukum Pidana Terhadap Kelalaian Pengemudi Yang

menimbulkan Kecelakaan Kecelakaan Jalan Raya”, Lex Crimen, IV, 5 (Juli 2015), h. 129.

Page 17: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

7

motor Honda Verza DN 5189 JN dengan tidak hati-hati dimana sepeda motor

yang dikendarainya melaju kencang dengan kecepatan sekitar 90 Km/jam

dari arah selatan menuju Utara atau dari arah Palu menuju Sojol. Pada saat itu

terpidana tidak memperhatikan korban Muhammad Hidaitul Rahman muncul

dari belakang mobil yang sedang parkir di bahu jalan sebelah kanan.

Sedangkan ketika itu sepeda motor yang dikendarai oleh terpidana melaju

kencang dan tidak bisa dikendalikan sehingga menabrak korban hingga

terpental ke bahu jalan sebelah kanan. Dan tidak lama kemudian datang

warga untuk menolong korban dan membawa korban ke puskesmas Sabang

akan tetapi tidak berselang lama kemudian korban meninggal dunia.12

Sehingga kasus dengan No. Perkara: 27/Pid.Sus/2016/PT. PAL tindak

pidana mengemudikan kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya

menyebabkan orang lain meninggal dunia dalam putusan hakim dijerat

dengan pasal 310 ayat (4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang

Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.

Dalam pasal tersebut pelakunya bisa dikenakan hukuman maksimal 6

tahun dan denda 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) tetapi majelis hakim

Pengadilan Negeri Donggala dalam putusan nomor

243/Pid.Sus/2015/PN.Dgl hanya menjatuhkan vonis delapan (8) bulan

penjara. Dengan putusan tersebut, jaksa menganggap kurang memenuhi rasa

keadilan, karena jelas terbukti bahwa pelaku bertindak ceroboh dengan tidak

berhati-hati dalam memacu kendaraannya sehingga jaksa akhirnya

mengajukan banding. Setelah melakukan bandingpun Pengadilan Tinggi

Negeri Palu hanya menjatuhkan vonis 1 tahun 6 bulan penjara karena

kelalaiannya dalam putusan 27/Pid.Sus/2016/PT. PAL.

12

Hakim PT. Palu, “Kelalaian Berkendara yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia

(No. 27/Pid.Sus/2016/PT. PAL”(Putusan--, PT. Palu, Palu,2016), h, 3.

Page 18: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

8

Penulis mencoba membandingkan dengan aturan hukum dalam

hukum pidana Islam. Dalam hukum pidana Islam juga membahas tentang

bagaimana tindak pidana atau Jinayah yang dilakukan dengan kelalaian atau

secara tidak sengaja atau semi sengaja yang sering dikaitkan dengan tindak

pidana atas jiwa yaitu pembunuhan / Qatl.13

Berdasarkan permasalahan diatas, maka diperlukan untuk melakukan

analisis mengenai putusan nomor 27/Pid.Sus/2016/PT. PAL tentang tindak

pidana kelalaian yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain untuk

diangkat menjadi sebuah skripsi dengan judul

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU

LINTAS YANG MENYEBABKAN HILANGNYA NYAWA ORANG

LAIN DALAM (Analisis Putusan Nomor: 27/Pid.Sus/2016/PT. PAL)

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

identifikasi beberapa permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah:

a. Kelalaian dalam lalu lintas yang menimbulkan hilangnya nyawa adalah

tindak pidana yang mengandung unsur ketidaksengajaan di dalamnya dan

tidak memiliki niat untuk melakukan perbuatan tersebut, tetapi karena

ketidakhati-hatian maka kejadian tersebut dapat terjadi.

b. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan

Angkutan Jalan yang menjadi dasar hukum yang mengatur tentang tindak

pidana kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya nyawa orang

lain.

13

Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h.135.

Page 19: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

9

c. Konsep jinayah terhadap perbuatan kelalaian lalu lintas yang dilakukan

oleh Terdakwa.

d. Penentuan sanksi terhadap terdakwa dalam tindak pidana kelalaian lalu

lintas yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain.

2. Pembatasan Masalah

Agar penulis skripsi ini dapat mencapai hasil yang baik dan maksimal

sesuai tujuan yang dikehendaki, maka penulis akan membatasi pada masalah

terhadap pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku kelalaian lalu lintas

dan analisis putusan PTN Palu Nomor 27/Pid.Sus/2016/PT. PAL. Pembatasan

masalah ini dilakukan untuk menghindari perluasan pembatasan yang tidak

ada sangkut pautnya dengan masalah yang akan diteliti.

3. Rumusan Masalah

Dari masalah pokok diatas dapat diuraikan menjadi 2 (dua) sub

masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan penelitian (research question),

yaitu :

a. Bagaimana pertimbangan dan penerapan hakim Pengadilan Tinggi Palu

terhadap penerapan pasal 310 dalam putusan No. 27/Pid.Sus/2016/PT.

PAL perihal tindak pidana kelalaian yang menyebabkan hilangnya nyawa

orang lain?

b. Bagaimana tinjauan hukum pidana positif dan hukum pidana Islam

terhadap putusan No. 27/Pid.Sus/2016/PT. PAL tindak pidana kelalaian

yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menjelaskan pertimbangan hukum hakim Pengadilan Tinggi Palu

terhadap penerapan pasal 310 dalam putusan No. 27/Pid.Sus/2016/PT.

PAL perihal tindak pidana kelalaian yang menyebabkan hilangnya nyawa

orang lain.

Page 20: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

10

b. Untuk menjelaskan tinjauan hukum pidana positif dan hukum pidana

Islam terhadap putusan No. 27/Pid.Sus/2016/PT. PAL perihal tindak

pidana kelalaian yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis adalah dapat menambah khazanah keilmuan dalam

mengetahui pandangan hukum pidana positif dan hukum pidana

Islam mengenai tindak pidana kelalaian yang menyebabkan

hilangnya nyawa orang lain, hasil penelitian ini diharapkan berguna

bagi kalangan pelajar, mahasiswa dan akademisi lainnya.

b. Manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi

kalangan pelajar, mahasiswa, dan akademisi lainnya. Manfaat

kebijakan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat

kepada penegak hukum dalam penerapan hukum tentang tindak

pidana kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya nyawa

orang lain.

D. Kerangka Teori Dan Konseptual

Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau

batasan-batasan tentang teori-teori yang dipakai sebagai landasan penelitian

yang akan dilakukan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, teori adalah

pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai suatu

peristiwa kejadian dan asas-asas, hukum-hukum umum yang menjadi dasar

sesuatu kesenian atau ilmu pengetahuan; serta pendapat cara-cara dan aturan-

aturan untuk melakukan sesuatu.

Menurut Effendy, teori berguna menjadi titik tolak landasan berpikir

dalam memecahkan atau menyoroti masalah. Fungsi teori sendiri adalah

untuk menerangkan, meramalkan, memprediksi, dan menemukan keterpautan

fakta-fakta yang ada secara sistematis.14

14

Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdyakarya, 2004),

h. 224.

Page 21: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

11

Agar analisa penelitian ini dapat direalisasikan dengan rinci dan

sistematis dan menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan keinginan, maka

dibutuhkan teori-teori yang dapat membantu dalam menganalisis masaah

yang dibahas. Adapun teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut. Pertama, teori penegakan hukum. Kedua, teori pemidanaan.

Ketiga, teori kelalaian yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain dalam

hukum pidana. Penulis menggunakan pendekatan objek kajian pemidanaan

terhadap pelaku kelalaian yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain

yang ditinjau dari Undang-Undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan

angkutan jalan.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan jenis penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah metode penelitian yang menekankan pada aspek suatu

pemahaman secara mendalam terhadap masalah yang diteliti.15

Dalam

penelitian ini peneliti membahas masalah ini melalui Undang-undang.

Pembahasan masalah kelalaian/kealpaan dalam tindak pidana kelalaian lalu

lintas yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain terdapat pada pasal 359

KUHP, dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

Dan Angkutan Jalan.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunkan dalam penelitian ini adalah yuridis

normatif. Penelitian hukum yuridis normatif adalah penelitian yang

meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma

yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan

15

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2008), h., 23.

Page 22: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

12

perundang-perundangan, putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin

(ajaran).16

3. Data Penelitian

a. Sumber Data

Adapun dua sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1) Sumber primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat17

yakni dari

penelitian ini adalah Al-Qur‟an, Kitab Undang-udang Nomor 22 Tahun

2009, dan putusan hakim nomor 27/Pid.Sus/2016/PT. PAL.

2) Sumber sekunder yang pengumpulan data diperoleh dari dokumen-

dokumen yang berupa catatan formal dan dengan mengumpulkan serta

menelaah beberapa literatur baik berupa buku-buku, catatan, dan

dokumen-dokumen atau diktat yang ada pada redaksi.18

Dari penelitian

ini adalah hasil-hasil penelitian, majalah, surat kabar, jurnal ilmiah,

artikel, internet dan seterusnya.

4. Teknik Pengolahan Data

Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini, yaitu

kepustakaan (Library Research). Data kepustakaan dipeoleh melalui

penelitian kepustakaan yang bersumber dari peraturan perundangan-

undangan, buku-buku serta dokumen-dokumen yang memuat informasi yang

berkaitan dengan tema, objek, dan masalah dalam penelitian.19

5. Teknik Analisis Data

16

Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakrta, 2010), h.31.

17

Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (suatu tinjauan

singkat), (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), h.13.

18

Husni Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi

Aksara, 1998), h.32.

19

Jaenal Aripin, dkk, Metode Penelitian Hukum, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 17.

Page 23: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

13

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Analisis

data kualitatif dilakukan apabila data yang diperoleh berupa kumpulan kata-

kata dan bukan rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam-dalam

kategori atau struktur kualifikasi.

Menurut Miles dan Huberman, analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur

kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data,

dan penarikan kesimpulan. Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan sebagai sesuatu yang saling jalin

menjalin merupakan proses siklus dan interaksi pada saat sebelum, selama,

dan sesudah pengumpulan data.20

F. Tinjauan Kajian Terdahulu

Penulis telah menemukan beberapa judul penelitian yang sebelumnya

pernah ditulis dan berkaitan dengan judul skripsi yang akan diteliti saat ini.

Dari beberapa penelitian yang telah ada sebelumnya penelitian tersebut

memiliki berbagai perbedaan antara judul, pokok permasalahan serta sudut

pandang dengan skripsi yang akan diteliti. Sehingga,tidak ada unsur-unsur

kesamaan dalam penulisan skripsi ini. Adapun penelitian terdahulu yang telah

ada sebagai berikut:

No Identitas Judul/Substansi Perbedaan

1. Skripsi,

Muhann

ad Sa‟ad

Tindak

Pidana

Lalu Lintas

Yang

Mengakiba

tkan

Metode

yang

digunaka

n dalam

penelitian

20

Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Roda Karya, 2004), h., 6.

Page 24: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

14

Meninggal

nya Orang

Lain.

(Studi

Putusan

Nomor

:82/Pid.Sus

/2016/PN.

PKJ.

ini adalah

pendekata

n pada

obyek

yang

diteliti

serta

pokok

permasala

han.

Penelitian

ini hanya

terfokus

pada

pertimban

gan hakm

dalam

memutus

kan

perkara.

2. Skripsi,

Iwan

Bogiyan

to

Penerapan

Sanksi

Pidana

Terhadap

Kasus

Kecelakaan

Pengemudi

Yang

Dalam

penelitian ini

hanya

bertujuan

untuk

mengetahui

penerapan

sanksi pidana

Page 25: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

15

Menimbulk

an

Kecelakaan

Di Jalan

Raya;

Tinjauan

Yuridis

UU No. 22

Tentang

Lalu Lintas

dan

Angkutan

Jalan.

terhadap

kasus

kelalaian

pengemudi

yang

menimbulkan

kecelakaan

dijalan raya

ditinjau dari

UU No. 22

Tahun 2009

tenang Lalu

Lintas &

Angkutan

Jalan.

3. Skripsi,

Ismail

Fahmi

Tinjauan

Hukum

Islam

Terhadap

Sanksi

Hukum

Karena

Kelalaian

Dalam

Berkendara

Motor (

Studi Pasal

310 Tahun

Pendekatan

penelitian

yang

digunakan

adalah

kepustakaan

(Library

Reserch).

Dalam

penelitian

hanya

berfokus

menjelaskan

Page 26: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

16

2009

Tentang

Lalu Lintas

dan

Angkutan

Jalan )

sanksi

hukuman

menurut

hukuman

islam yang

dijelaskan

secara umum

saja

Adapun penelitian dalam skripsi ini, akan terfokus kepada tinjauan

Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam terhadap penerapan pasal

310 UU RI No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan di PT.

Palu dalam putusan No. 27/Pid.Sus/2016/PT. PAL perihal kelalaian

berkendara, yakni 1 tahun 6 bulan penjara dari hukuman maksimal 6 tahun

dan denda 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah memahami isi skripsi dan mencapai sasaran seperti

yang diharapkan, maka penulis membagi isi skripsi ini ke dalam lima bab

yang masing-masing bab terdiri dari sub bab.

Secara teknis penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2017”. Adapun sistematika pembahasannya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada BAB I penulis menguraikan latar belakang masalah,

identifikasi, pembatasan dan perumusan masalh, tujuan dan

Page 27: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

17

manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA

KELALAIAN LALU LINTAS YANG MENYEBABKAN

HILANGNYA NYAWA

Pada BAB II penulis menguraikan tentang teori

pertanggungjawaban pidana, tindak pidana dan

pertanggungjawaban pidana, dasar hukum lalu lintas, bentuk-

bentuk kealpaan, dan pemidanaan terhadap pelaku kelalaian

lalu lintas.

BAB III SANKSI TERHADAP KELALAIAN LALU LINTAS

YANG MENYEBABKAN HILANGNYA NYAWA

MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

Pada BAB III penulis menguraikan tentang sanksi tindak

pidana kelalaian yang menghilangkan nyawa orang lain

menurut perspektif pandangan hukum positif dan hukum

pidana Islam.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN

27/Pid.Sus/2016/PT. PAL TENTANG KELALAIAN LALU

LINTAS YANG MENYEBABKAN HILANGNYA

NYAWA

Pada BAB IV penulis akan memuat tentang analisis hukum

terhadap keberlakuan atau penerapan Undang-Undang Nomor

22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

terhadap putusan pengadilan nomor 27/Pid.Sus/2016/PT. PAL.

BAB V PENUTUP

Page 28: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

18

Pada BAB V penulis menguraikan pentup yang memuat hasil

akhir meliputi kesimpulan berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan dan dimuat pula saran atas penelitian tersebut.

Page 29: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

19

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA

DALAM KELALAIAN LALU LINTAS YANG MENYEBABKAN

HILANGNYA NYAWA

A. Pertanggungjawaban Pidana

1. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana

Pertanggungjawaban pidana dalam istilah asing disebut dengan

teorokenbaardheid atau criminal responsibility yang menjurus kepada

pemidanaan pelaku dengan maksud untuk menentukan apakah seorang

terdakwa atau tersangka dipertanggungjawabkan atas suatu tindakan pidana

yang terjadi atau tidak.21

Menurut Romli Atmasasmita,22

pertanggungjawaban

pidana diartikan sebagai suatu kewajiban untuk membayar pembalasan yang

akan diterima pelaku dari seseorang yang telah dirugikan.

Pertanggungjawaban pidana tidak bisa dilepaskan dari perbuatan

pidana, sebab seseorang tidak bisa dimintai pertanggungjawaban pidana tanpa

terlebih dahulu melakukan perbuatan pidana. Dengan demikian, sangat

dirasakan tidak adil jika tiba-tiba seseorang harus bertanggung jawab atas

suatu tindakan tanpa melalukan tindakan tersebut.23

Dalam hukum pidana konsep “pertanggungjawaban” itu merupakan

konsep sentral yang dikenal dengan ajaran kesalahan. Dalam bahasa latin

ajaran kesalahan dikenal dengan mens rea. Doktrin mens rea dilandaskan

pada suatu perbuatan tidak mengakibatkan seseorang bersalah kecuali jika

21

Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana: Memahami Tindak Pidana Dan

Pertanggungjawaban Sebagai Syarat Pemidanaan, (Yogyakarta: Rangkang Education Yogyakarta &

PuKAP Indonesia, 2012, Cet. Pertama), h.,71.

22 Romli Atmasasmita, Perbandingan Hukum Pidana, (Bandung: Mandar Maju, 2000, Cet.

Kedua), h., 65.

23 Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, (Jakarta: Bina Aksara,

1983), h., 25.

Page 30: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

20

pikiran orang itu jahat. Dalam bahasa Inggris doktrin tersebut dirumuskan

dengan an act does not make a person guilty, unless the mind legally

bla,eworthy. Berdasarkan asas tersebut, ada dua syarat yang harus dipenuhi

untuk dapat memidana seseorang, yaitu ada perbuatan lahiriah yang

terlarang/perbuatan pidana (actus reus), dan ada sikap batin (mens rea).24

Dalam tindak pidana, pelaku dapat dipidana jika memenuhi unsur-

unsur delik yang telah ditentukan dalam Undang-Undang. Mahrus Ali

mengatakan bahwa dipidananya seseorang tidaklah cukup apabila orang itu

telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau bersifat

melawan hukum. Dengan demikian, meskipun perbuatan tersebut memenuhi

rumusan delik dalam Undang-Undang, namun hal tersebut belum bisa

memenuhi penjatuhan pidana. Untuk pemidanaan masih perlu adannya syarat

untuk penjatuhan pidana, yaitu orang yang melakukan perbuatan itu harus

memenuhi unsur kesalahan atau bersalah. Orang tersebut harus

mempertanggungjawabkan atas perbuatannya jika dilihat dari sudut

perbuatannya dapat dipertanggungjawabkan kepada orang tersebut.25

Dalam pertanggungjawaban pidana diperlukan syarat bahwa si pelaku

mampu bertanggungjawab. Dikatakan mampu bertanggungjawab karena

seseorang mampu menilai dengan fikirannya atau perasaannya bahwa

perbuatan yang dilakukannya dilarang artinya tidak dikehendaki oleh

Undang-undang karena pada dasarnya seorang terdakwa dianggap mampu

bertanggungjawab kecuali dinyatakan sebaliknya bahwa seseorang tidak

mampu bertanggungjawab.26

24

Hanafi, “Reformasi Sistem Pertanggungjawaban Pidana”, Jurnal Hukum, VI, 11,

(Februari 1999), h., 27.

25 Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011, Cet. Kesatu),

h.,155-156.

26 Elfa Murdiana, “Pertanggungjawaban Pidana Dalam Perspektif Hukum Islam Dan

Relevansinya Terhadap Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia”, AL-MAWARID, XII, 1, (Februari-

Augustus 2012), h., 3.

Page 31: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

21

Pemahaman kemampuan bertanggung jawab menurut beberapa

pandangan adalah sebagai berikut.

Menurut Pompe kemampuan bertanggungjawab pidana harus mempunyai

unsur-unsur sebagai berikut:27

a. Kemampuan berpikir (psychisch) pembuat (dader) yang memungkinkan

ia menguasai pikirannya, yang memungkinkan ia menentukan

perbuatannya.

b. Oleh sebab itu, ia dapat menentukan kehendaknya sesuai dengan

pendapatnya.

c. Sehingga ia dapat menentukan kehendaknya sesuai dengan

pendapatnya.

2. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Dalam Islam

Pertanggungjawaban pidana dalam Islam adalah pembebebanan

seseorang dengan akibat perbuatan yang dikerjaannya (Unsur Obyektif)

dengan kemauan sendiri, dimana orang tersebut mengetahui maksud dan

akibat dari perbuatannya (Unsur Subyektif).28

Pembebanan tersebut

dikarenakan perbuatan yang dilakukan itu adalah telah menimbulkan sesuatu

yang bertentangan dengan hukum, dalam arti perbuatan yang dilarang secara

syariat, baik dilarang melakukan atau dilarang meninggalkan. Pembebanan

juga dikarenakan perbuatan itu sendiri dikerjakan berdasarkan keinginan dan

kehendak yang timbul dalam dirinya bukan dorongan yang ditimbulkan oleh

orang lain secara paksa.

Hukum Islam sebagai salah satu hukum tak tertulis yang hidup dan

berkembang dalam masyarakat memberikan pengertian tentang

27

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: PT. Eresko, 1986),

h., 55

28

Ahmad Hanafi, Azas-Azas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1967), h.,

154.

Page 32: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

22

pertanggungjawaban pidana, dimana seseorang dikatakan mampu

bertanggungjawab:

a. Melakukan perbuatan yang dilarang dan meninggalkan perbuatan

yang diwajibkan.

b. Perbutan tersebut dilakukan atas kemauan sendiri artinya ada pilihan

dari pelaku untuk melaksanakan dan tidak melaksanakan perbuatan

tersebut.

c. Pelaku mengetahui akibat dari perbuatan yang dilakukan.29

Maka dapat disimpulkan bahwa dalam syariat (hukum) Islam

pertanggungjawaban itu didasarkan pada tiga hal:

a. Adanya perbuatan yang dilarang

b. Perbuatan itu dikerjakan dengan kemauan sendiri

c. Pelaku mengetahui akibat dari perbuatan itu.

Apabila adanya ketiga hal tersebut diatas, maka pertanggungjawaban

itu ada pada seseorang yang melakukan perbuatan pidana (kejahatan), jika

sebaliknya maka tidak ada perbuatan yang dipertanggungjawabkan.30

Karena

itu tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana pada orang gila, anak-

anak yang belum mencapai umur balig atau orang yang dipaksakan untuk

melakukan perbuatan kejahatan, yang mengakibatkan terancam jiwanya. Hal

ini diterangkan dalam dalil hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud, yaitu:31

29

Ahmad Djazuli, Fiqh Jinayah: Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Hukum Islam,

(Jakarta, PT Bulan Bintang, 1967, Cet. Ketiga), h., 165.

30

Elfa Murdiana, “Pertanggungjawaban Pidana Dalam Perspektif Hukum Islam Dan

Relevansinya Terhadap Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia”, AL-MAWARID, XII, 1, (Februari-

Augustus 2012), h., 8

31 Ahmad Ibnu Hambal, Musnad Imam Ahmad Bin Hambal, (Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyah,

Hadist No. 3822), h., 243

Page 33: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

23

Artinya: Diriwayatkan dari Aisyah r.a telah bersabda Rasulullah Saw:

Dihapuskan ketentuan dari tiga hal, dari orang yang tidur sampai ia bangun,

dari orang yang gila sampai ia sembuh, dan dari anak kecil sampai dewasa.

(H.r. Imam Ahmad Dan Abu Daud)

Dalam pertanggungjawaban pidana, hukum Islam hanya

membebankan hukuman pada orang yang masih hidup dan mukallaf,32

hukum islam juga mengampuni anak-anak dari hukuman yang semestinya

dijatuhkan bagi orang dewasa kecuali telah baligh. Hal ini didasarkan pada

dalil Alquran dalam Q.s. An-Nur (24): 59, yaitu:

Artinya: “Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig, Maka

hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka

meminta izin, Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. dan Allah

Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Hukum islam juga tidak menjatuhkan hukuman terhadap pelaku yang

dipaksa dan orang yang hilang kesadarannya, atas dasar ini seseorang hanya

mempertanggungjawabkan perbuatannya terhadap apa yang telah

dilakukannya dan tidak dapat dijatuhi hukuman atas tindakan orang lain.33

Orang yang harus bertanggungjawab atas suatu kejahatan adalah orang yang

melakukan kejahatan itu sendiri dan bukan orang lain. Hal ini didasarkan

kepada firman Allah dalam Alquran Q.s. Fussilat (41): 46, yaitu:

32

Mukallaf adalah muslim yang dikenai kewajiban atau perintah dan menjauhi larangan agama (pribadi muslim yang sudah dapat dikenai hukum). Seseorang berstatus mukallaf bila ia telah dewasa dan tidak mengalami gangguan jiwa maupun akal. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Mukallaf pada Kamis, 19 Juli 2018 pada pukul 02.46 Wib.

33 Topo Santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam: Penerapan Syariat Islam Dalam Konteks

Modernitas, (Bandung: Asy Syamil Press & Grafika, 2001, Cet. Kedua), h., 16

Page 34: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

24

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya)

untuk dirinya sendiri dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka

(dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu

Menganiaya hamba-hamba-Nya.”

3. Perbuatan Pidana Dan Pertanggungjawaban Pidana

Pengertian perbuatan pidana terbagi atas dua kelompok, yaitu

kelompok yang secara tegas memisahkan antara perbuatan pidana dan

pertanggungjawaban pidana, dan kelompok yang menyamakan antara

perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana.34

Pendapat yang pertama mengatakan bahwa pada dasarnya perbuatan

pidana adalah perbuatan atau serangkaian perbuatan yang padanya dilekatkan

sanksi pidana.35

Roeslan Saleh dalam bukunya Perbuatan Dan

Pertanggungjawaban Pidana mengatakan bahwa perbuatan pidana adalah

perbuatan yang oleh aturan hukum pidana dinyatakan sebagai perbuatan

dilarang.36

Dengan demikian, perbuatan pidana hanya menunjuk pada

perbuatan, baik secara aktif maupun secara pasif, sedangkan apakah pelaku

ketika melakukan perbuatan patut dicela dan memiliki kesalahan bukan

merupakan perbuatan pidana, tetapi sudah masuk pada pertanggungjawaban

pidana. Dengan kata lain, apakah inkonkreto, yang melakukan perbuatan tadi

34

Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011, Cet. Kesatu), h.,

97.

35Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa kesalahan Menuju Kepada Tiada

Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, (Jakarta: Kencana, 2006), h., 15.

36 Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana: Dua Pengertian

Dalam Hukum Pidana, (Jakarta; Aksara Baru, 1981), h., 99-100.

Page 35: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

25

sungguh-sungguh dijatuhi pidana atau tidak, itu sudah diluar arti perbuatan

pidana.37

Pendapat yang kedua mengatakan bahwa perbuatan pidana tidak bisa

dipisahkan dengan pertanggungjawaban pidana. Menurut Simons,

strafbaarfeit itu adalah kelakuan yang diancam dengan pidana, bersifat

melawan hukum dan berhubung dengan kesalahan yang dilakukan oleh orang

yang mampu bertanggung jawab, sedangkan Van Hamel bahwa strafbaarfeit

adalah kelakuan orang yang dirumuskan dalam undang-undang, bersifat

melawan hukum, patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan.38

Pendapat Simons dan Van Hamel yang mencampuradukkan antara

perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana diikuti oleh beberapa ahli

hukum pidana Indonesia. Menurut Komariah Emong Supardjadja dalam

bukunya Ajaran Melawan Hukum Dalam Hukum Pidana

Indonesia,39

perbuatan pidana adalah suatu perbuatan manusia yang

memenuhi rumusan delik, melawan hukum dan pembuat bersalah melakukan

perbuatan itu. Demikian halnya yang dikemukan oleh Indriarto Seno Adji

yang mengatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan pidana adalah

perbuatan yang seseorang yang diancam pidana, perbuatannya bersifat

melawan hukum, terdapat suatu kesalahan dan bagi pelakunya dapat

dipertanggungjawabkan atas perbuatannya.40

Pengertian perbuatan pidana yang dikemukakan oleh Komariah dan

Indrianto Seno Adji tersebut dipengaruhi oleh pendapat Simons dan Van

37

Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, (Jakarta: Bina Aksara,

1983), h., 11.

38 Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, h., 97.

39 Komariah Emong Supardjadja, Ajaran Melawan Hukum Dalam Hukum Pidana Indonesia,

(Bandung: Alumni, 2002), h., 22.

40 Indriarto Seno Adji, Pergeseran Hukum Pidana, (Jakarta: Diadit Media, 2012), h., 17.

Page 36: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

26

Hamel. Hal itu terlihat dengan dimasukkannya kesalahan sebagai salah satu

unsur perbuatan pidana.

Dari kedua pendapat diatas, penulis lebih sepakat dengan pendapat

yang pertama, yaitu memisahkan perbuatan pidana dan pertanggungjawaban

pidana. Dengan demikian ketika seseorang terbukti melakukan suatu

perbuatan yang dilarang oleh hukum pidana, tetapi tidak secara otomatis

orang itu dijatuhi hukum pidana, untuk menjatuhkan pidana kepada orang itu

harus mempunyai unsur kesalahan dan telah dibuktikan dalam proses pidana.

4. Unsur-Unsur Pertanggungjawaban Pidana

Pada Umumnya unsur-unsur pertanggungjawaban terbagi 2, yaitu:

a. Kemampuan Bertanggung Jawab

Kemampuan bertanggungjawab dapat diartikan sebagai kondisi batin

yang normal atau sehat dan mampunya akal seseorang dalam membeda-

bedakan hal-hal yang baik dan yang buruk, atau dengan kata lain mampu

untuk menginsyafi sifat melawan hukumnya suatu perbuatan dan sesuai

dengan keinsyafan itu mampu untuk menentukan kehendaknya. Dengan

demikian, paling tidak ada dua faktor yang menentukan adanya

kemampuan bertanggung jawab, yaitu faktor akal dan faktor kehendak.

Akal, yaitu dapat membedakan antara perbuatan yang diperbolehkan dan

yang tidak diperbolehkan, sedangkan kehendak, yaitu dapat

menyesuaikan tingkah lakunya keinsyafan atas sesuatu yang

diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan.41

Syarat-syarat pertanggungjawaban pidana seseorang dapat

dilakukan menurut G.A Van Hamel adalah sebagai berikut:42

1) Jiwa orang harus sedemikian rupa sehingga dia mengerti atau

menginsyafi nilai dari perbuatannya.

41

Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, h., 171.

42 P.A.F. Lamitang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: Citra Aditya, 1997),

h., 397,

Page 37: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

27

2) Orang harus menginsyafi bahwa perbuatannya menurut tata cara

kemasyarakatan adalah dilarang.

3) Orang harus dapat menentukan kehendaknya terhadap

perbuatannya.

Dari pengertian yang telah dikutip ditas, maka dapat disimpulkan

bahwa kemampuan bertanggung jawab adalah salah satu unsur penting

dalam pertanggungjawaban pidana.

b. Adanya Kesalahan

Kesalahan adalah dapat dicelanya pembuat tindak pidana karena

dilihat dari segi masyarakat sebenarnya dia dapat berbuat lain jika tidak

ingin melakukan perbuatan tersebut.43

Seseorang dapat dikatakan

mempunyai kesalahan, jika dia pada waktu melakukan perbuatan pidana,

dilihat dari segi masyarakat dapat dicela karenanya, yaitu kenapa

melakukan perbuatan yang merugikan masyarakat padahak mampu untuk

mengetahui makna perbuatan tersebut dan karenanya dapat bahkan harus

menghindari perbuatan demikian.44

Istilah kesalahan dapat digunakan dalam arti psikologis dan normatif.

Kesalahan psikologis adalah kesalahan dari sudut keadaaan psikologis

yang sesungguhnya dari seseorang. Bagaimana keadaaan psikologis

sessungguhnya dari seseorang atau apa yang sesungguhnya

dipikirkannya, amat sukar untuk diketahui, karena itu untuk penerapan

hukum pidana yang digunakan bukanlah sebuah kesalahan dalam arti

psikologis, melainkan kesalahan dalam arti normatif.

Kesalahan normatif adalah kesalahan dari sudut pandang orang lain

terhadap pelaku. Kesalahan normatif merupakan kesalahan dari sudut

43

Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, (Jakarta: Aksara

Baru, 1983, Cet. Ketiga), h., 77.

44 Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011, Cet. Kesatu),

h.,157.

Page 38: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

28

norma-norma hukum pidana, yaitu kesalahan dalam arti kesengajaan dan

kealpaan. Dari peristiwa konkret yang terjadi, orang lain menilai menurut

ukuran pada umumnya apakah pada pelaku terdapat kesalahan dalam arti

kesengajaan atau kealpaan.45

B. Kesengajaan Dan Kealpaan

1. Kesengajaan

a. Pengertian Kesengajaan

Wetboek Van Srafrecht tahun 1908 mengartikan kesengajaan

sebagai kehendak untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang

atau diharuskan oleh undnag-undang.46

Rusli Effendy menuliskan dolus

atau kesengajaan menurut Memory Van Toelichting (Risalah penjelasan

Undang-undang) berarti pelaku harus menghendaki apa yang dilakukannya

(menghendaki dan menginsyafi suatu tindakan beserta akibatnya).47

b. Teori-Teori Dalam Kesengajaan

Kata sengaja dalam Undang-Undang meliputi semua yang

perkataan yang ada di belakangnya, termasuk didalamnya akibat dari

tindak pidana. Dalam hal ini terdapat dua teori, yaitu:

1) Teori Pengetahuan (Voortellings Theory)

Menurut teori pengetahuan seseorang sudah dapat diatalan sengaja

melakukan perbuatan pidana jika saat berbuat orang tersebut

mengetahui atau menyadari bahwa perbuatannya itu merupakan

perbuatan yang dilarang oleh hukum.48

45

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis Di Indonesia, h., 114-115.

46 Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, h., 174.

47 Rusli Effendy, Asas-Aas Hukum Pidana, (Ujung Pandang: Lembaga Penelitian

Universitas Muslim Indonesia, 1989), h., 69.

48 Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, h., 175.

Page 39: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

29

2) Teori Kehendak (wills Theory)

Menurut Teori kehendak, seseorang dianggap sengaja melakukan suatu

perbuatan pidana apabila orang itu menghendaki dilakukannya

perbuatan itu. Dalam konteks ini, kesengajaan merupakan kehendak

yang diarahkan pada terwujudnya perbuatan seperti yang dirumuskan

dalam Undang-Undang.49

c. Bentuk-Bentuk Kesengajaan

Kesengjaan yang merupakan corak sikap batin yangmenunjukkan

tingkatan atau bentuk kesengajaan terbagi menjadi tiga, yaitu:

1) Kesengajaan Sebagai Maksud (opzet als oogmerk)

Kesengajaan sebagai maksud mengandung unsur willes en wetens,

yaitu bahwa pelaku mengetahui dan menghendaki akibat dan

perbuatannya. Arti kata maksud disini adalah maksud untuk

menimbulkan akibat tertentu.

3) Kesengajaan Sebagai Kemungkinan (opzet bij mogelijkheidswutzijin)

Kesengajaan kemungkinan terjadi apabila pelaku memandang akibat

dari apa yang dilakukannya tidak sebagai hal yang niscaya terjadi,

melainkan sekedar sebagai suatu kemungkinan yang terjadi.

4) Kesengajaan Sebagai Kepastian (opzet bil noodzakelijkheids)

Kesengajaan sebagai kepastian adalah dapat diukur dari perbuatan

yang sudah mengerti dan menduga bagaimana akibat dari

perbuatannya atau hal-hal mana nanti akan turut serta mempengaruhi

akibat dari perbuatannya.

2. Kealpaan

a. Pengertian Kealpaan

Moeljatno mengatakan bahwa kealpaan adalah suatu struktur yang

sangat geocompliceerd, yang di satu sisi mengarah pada kekeliuaran pada

49

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2008), h., 186.

Page 40: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

30

kekeliuran dalam perbuatan seseorang secara lahiriah, dan sisi lain

mengarah pada keadaan batin seseorang. Dengan demikian, maka di dalam

kealpaan terkandung makna kesalahan dalam arti luas yang bukan berupa

kesengajaan. Terdapat perbedaaan antara kesengajaan dan kealpaan,

dimana dalam kesengajaan terdapat suatu sifat positif, yaitu adanya

kehendak dan persetujuan pelaku untuk melakukan suatu perbuatan yang

dilarang, dalam kealpaan sifat positif ini tidak ditemukan.50

Dilihat dari jenisnya, Mahrus Ali dalam bukunya yang berjudul

Dasar-Dasar Hukum Pidana membaginya menjadi dua jenis,51

yaitu:

1) Kealpaan Yang Disadari (Bewuste Culpa)

Dalam kealpaan ini pelaku dapat menyadari tentang apa yang

dilakukan beserta akibatnya, tetapi pelaku berharap bahwa kaibat

buruk tidak akan terjadi.

2) Kealpaan Yang Tidak Disadari (Onbewuste Culpa)

Dalam kealpaan ini pelaku tidak menduga akan timbulnya suatu

akibat yang dilarang dan diancam pidana oleh undang-undang.

Padahal pelaku seharusnya memperhitungkan akan akibat yang akan

ditimbulkan.

Berbeda halnya dengan Frans Maramis dalam karyanya yang

berjudul Hukum Pidana Umum Dan Tertulis membaginya dalam dua

bentuk, yaitu:52

1) Kealpaan Berat (Culpa Lata)

Dalam kealpaan berat ilmu hukum pidana maupun yurisprudensi

menerangkan bahwa hanya kealpaan berat yang dapat dipidana

karena tergolong sebagai kejahatan

50

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2008), h., 217.

51 Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, h., 178-179.

52 Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis Di Indonesia, h., 130-132.

Page 41: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

31

2) Kealpaan Ringan (Culpa Levis)

Dalam kealpaan ini karena sifatnya ringan dan terdapat

pandangan bahwa Culpa Levis oleh Undang-undang tidak

diperhatikan sehingga tidak diancam pidana.

C. Alasan- Alasan Hapusnya Pertanggungjawaban Pidana.

Tidak semua tindak pidana dapat dikenakan sanksi atau pidana, ada

beberapa alasan yang menyebabkan pelakunya terbebas dari sanksi.

1. Hapusnya Pertanggungjawaban Pidana Dalam Hukum Pidana

Dalam Hukum Pidana yang termasuk ke dalam alasan penghapus

pertanggungjawaban pidana atau alasan pemaaf, yaitu:

a. Daya Paksa (overmarcht)

Da;am KUHP daya paksa diatur di dalam pasal 48 yang

berbumyi “Barang siapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya

paksa, tidak dipidana”

Rumusan pasal tersebut menimbulkan pertanyaan, yakni

apakah daya paksa yang dikategorikan sebagai alasan pemaaf adalah

daya paksa fisik atau daya psikis. Secara teoritis terdapat dua bentuk

daya paksa, yaitu:

1) Vis Absoluta

Vis Absoluta adalah paksaan yang pada umumnya dilakukan dengan

kekuasaan tenaga manusia (fisik) oleh orang lain.

2) Vis Compulsilva

Vis Compulsilva adalah paksaan yang kemungkinan dapat dielakkan

walaupun secara perhitungan yang layak, sulit diharapkan bahwa yang

mengalami keadaan memaksa tersebut akan mengadakan perlawanan.

Dalam Vis Compulsilva yang terjadi adalah paksaan psikis, dalam arti

Page 42: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

32

sekalipun tidak memaksa secara mutlak, tetapi hal demikian tetap

disebut dengan memaksa.53

Berdasarkan uraian diatas, ternyata yang dikategorikan sebagai

daya paksa sebagai alasan pemaaf adalah daya paksa psikis atau Vis

compulsilvai. Alasannya, orang yang berbuat bukan yang terkena

paksaan, tetapi orang yang memberi keadaan psikis. Vis compulsilva

masih dibagi menjadi dua bagian, yaitu daya paksa dalam arti sempit

dan keadaan darurat. Pengertian daya paksa dalam arti sempit adalah

sumber datangnya paksaan itu berasal dari luar diri orang yang

dipaksa, sehingga orang tersebut tidak memiliki pilihan lain kecuali

mengikuti kemauan orang yang memaksanya itu, sedangkan dalam

keadaan darurat yang terkena daya paksa itu sebenarnya masih

memiliki kebebasan untuk memilih perbuatan mana yang akan

dilakukan.54

b. Pembelaan Terpaksa Yang Melampaui Batas

Pasal 49 ayat 2 KUHP menyatakan “Pembelaan terpaksa yang

melampaui batas, yang langsung disebabkan oleh keguncangan jiwa

yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu tindak

dipidana”

Pada pembelaan terpaksa yang melampaui batas, batas pembelaan

yang perlu dilampaui, jadi tidak proporsional. Melalui batas

pembelaan ada dua macam. Pertama, orang yang diserang sebagai

akibat keguncangan jiwa yang hebat, kedua ialah orang yag berhak

membela diri karena terpaksa karena akibat keguncangan jiwa yang

hebat sejak semula memakai alat yang melampaui batas.

53

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, h., 151.

54 Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, h., 182.

Page 43: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

33

c. Menjalankan Perintah Jabatan

Perintah berasal dari penguasa yang tidak berwenang namun

pelaku menganggap bahwa perintah tersebut berasal dari penguasa

yang berwenang. Pelaku dapat dimaafkan jika pelaku melaksanakan

perintah tersebut dengan itikad baik, mengira bahwa perintah tersebut

sah dan masih berada dalam lingkungan pekerjaannya. Hal ini diatur

dalam pasal 51 ayat 2 KUHP yang berbunyi “Perintah jabatan tanpa

wewenang tidak menyebabkan hapusnya pidana, kecuali jika yag

diperintah, dengan itikad yang baik mengira bahwa perintah diberikan

dengan wewenang dan pelaksanaannya termasuk dalam lingkungan

pekerjanya”

Menurut vos, mengenai ketentuan pasal 51 ayat 2 KUHP itu,

perintah jabatan yang diberikan jabatan yang diberikan oleh yang

tidak berwenang untuk lolos pemidanaan, harus memenuhi dua syarat:

1) Syarat subyektif, yakni pembuat harus dengan itikad baik memandang

bahwa perintah itu datang dari yang berwenang.

2) Syarat obyektif, yakni pelaksanaan perintah harus terletak dalam

ruang lingkup pembuat sebagai pahlawan.55

2. Hapusnya Pertanggungjawaban Pidana Dalam Hukum Islam

Dalam Hukum Pidana islam yang termasuk ke dalam alasan

penghapus pertanggungjawaban pidana atau alasan pemaaf, yaitu:

a. Disebabkan Perbuatan Mubah (Asbab al-Ibahah)

Asbab al-ibahah atau sebab dibolehkannya perbuatan yang

dilarang pada umumnya berkaitan dengan pelaksanaan hak dan

kewajiban. Seseorang tidak akan mendapatkan sanksi setelah

melakukan perbuatan tertentu yang merupakan perbuatan pidana,

55

Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana: Memahami Tindak Pidana Dan

Pertanggungjawaban Sebagai Syarat Pemidanaan, h., 91.

Page 44: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

34

yaitu apabila ada dasar pembenar. Dasar pembenar adalah alasan yang

dapat menjadikan hilangnya sifat melawan hukum, sehingga

perbuatan yang semula tidak boleh dilakukan menjadi boleh, dan

pelakunya tidak disebut sebagai pelaku tindak pidana serta tidak

dikenai sanksi.

Alasan-alasan yang bisa dijadikan sebagai dasar pembenar

dalam hukum pidana islam, sekaligus alasan tersebut akan

menghapuskan sanksi pidana adalah sebagai berikut.

1) Karena menggunakan hak.

2) Karena menjalankan kewajiban.

3) Karena membela diri.56

Ahmad Wardi Muslich mengutip Abdul Qadir Audah

mengemukakan bahwa sebab dibolehkannya perbuatan yang dilarang

itu ada enam macam, yaitu:57

1) Pembelaan yang sah

Islam membolehkan seseorang membela diri ketika ada penjahat

yang ingin membunuhnya dengan syarat harus ada

keseimbangan dan tidak ada jalan lain.

2) Pendidikan dan pengajaran

Orang tua dalam mendidik anaknya diperkenankan memukul

tanpa melampaui batas sebagai tindakan persuasif, atau seorang

suami boleh memukul istrinya dengan pukulan yang tidak

menyakiti sebagai bentuk pelajaran.

3) Pengobatan

56

Assadulloh Al-Faruk, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam, (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2009), h., 87

57 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqh Jinayah, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2004), h.95.

Page 45: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

35

Seorang dokter harus melukai pasiennya yang hendak dioperasi,

karena hal itu memang perlu dilakukan. Seseorang yang melukai

orang lain ada sanksinya, tetapi tidak berlaku dalam kasus

tersebut.

4) Permainan olahraga

Permainan olahraga terkadang menimbulkan cedera atau luka-

luka, baik yang menimpa pemain maupun orang lain, jika dalam

permainan olahraga tersebut kecelakaan yang berakibat luka-

luka maka hukum islam akan berlaku umum. Kalau luka

tersebut terjadi akibat menggunakan kekerasan dengan

kesengajaan, akan tetapi permainan oahraga tersebut memang

menggunakan kekuatan badan dalam menghadapi lawan seperti

gulat dan sejenisnya, maka tidak dikenai hukuman asal tidak

melampaui batas.

5) Hapusnya jaminan keselamatan

Dimksudkan dengan hapusnya jaminan adalah boleh diambil

tindakan terhadap jiwa atau anggota badan seseorang untuk

dilukai atau dibunuh bahkan terhadap hartanya sekalipun, dalam

istilah agama hapusnya jaminan keselamatan.

6) Menggunakan wewenang dan kewajiban bagi pihak berwajib

Dalam hukum islam ada suatu kewajiban yang harus dipikul dan

dilaksanakan oleh penguasa atau pemimpin untuk mewujudkan

suatu kemashlahatan bagi masyarakat pada umumnya. Orang-

orang yang melaksanakan kewajiban tersebut merupakan orang-

orang yang memang bertugas sebagai pelayan masyarakat pada

umumnya. Islam meletakkan dasar terhadap tanggungjawab bagi

pemimpin atau penguasa. Kaedah hukum islam menetapkan

bahwa petugas pemerintah tidak dapat dikenai

pertanggungjawaban pidana apabila menunaikan tugasnya.

Page 46: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

36

b. Disebabkan Hapusnya Hukuman (Asbab Raf’i al-Uqubah)

Disebabkan hapusnya hukuman tidak mengakibatkan

perbuatan yang dilakukan itu dibolehkan, melainkan tetap pada

asalnya yaitu dilarang, hanya saja boleh dilakukan karena keadaaan

si pelaku tidak mungkin dilaksanakannya pada hukuman maka

dibebaskan dari hukuman. Dalam islam ada beberapa sebab yang

dapat menghapuskan hukuman, yaitu:

1) Lupa

Lupa adalah tidak siapnya sesuatu pada waktu diperlukan dan

tercabutnya rasa ingat dari fikirannya, baik karena kelalaian atau

kesengajaan. Dalam membicarakan pengaruh lupa para fuqaha

terbagi menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok yang

mengatakan bahwa lupa adalah umum, baik dalam urusan

ibadah maupun urusan pidana. Mereka berpegang kepada

prinsip umum yang menyatakan bahwa orang yang mengerjakan

karena lupa, tidak berdosa dan dibebaskan dari hukuman.

Kedua, kelompok yang berpendapat bahwa lupa hanya menjadi

alasan hapusnya hukuman akhirat, karena hukuman akhirat

didasarkan atas kesengajaan, sedangkan pada orang lupa

kesengajaan itu sama sekali tidak ada. Untuk hukuman-

hukuman dunia, lupa tidak bias menjadi alasan hapusnya

hukuman sama sekali, kecuali dalam hal-hal yang berhubungan

dengan hak Allah, dengan syarat ada motif yang wajar untuk

melakukan perbuatannya itu dan tidak ada hal-hal yang

mengingatkannya sama sekali.58

2) Keliru

58

Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqh Jinayah, h., 95.

Page 47: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

37

Keliru adalah terjadinya sesuatu diluar kehendak pelaku. Dalam

Jarimah yang terjadi karena kekeliruan, pelaku melakukan

perbuatan tersebut bukan karena niat atau kesengajaan, melainkan

karena kelalaian dan kurang hati-hati. Keliru dapat menghapuskan

pidana, tetapi tidak bagi tindak pidana jinayat harus dijatuhi sanksi,

meskipun perbuatannya dilakukan karena keliru. Dengan kata lain

unsur kekeliuran dapat menghapuskan hukuman bagi pelaku tindak

pidana selain jinayat, karena hapusnya unsur kesengajaan.59

3) Pelakunya Orang Gila

Keadaan gila adalah hilangnya akal untuk mempertimbangkan

suatu tindakan secara logis. Gila menghalangi seseorang untuk

berbicara dan bertindak secara wajar. Dengan demikian,

seseorang yang gila tidak dapat dimintai

pertanggungjawanbannya.

4) Pelakunya adalah anak-anak

Anak-anak adalah golongan yang tidak dikenai pidana atas

perbuatannya, karena bukan termasuk orang yang mampu untuk

bertanggungjawab. Jika anak-anak melakukan suatu perbuatan

pidana, maka perbuatannya dimaafkan.60

D. Lalu Lintas

1. Pengertian Lalu Lintas

Lalu lintas (traffic) adalah kegiatan lalu lalang atau gerak kendaraan,

orang atau hewan dijalan. Masalah yang dihadapi adalah perlalulintasan

keseimbangan antara kapasitas jaringan jalan dengan banyaknya

59

Assadulloh Al-Faruk, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam, h., 89.

60 A. Hanafi, Asas-Asas Hukum PIdana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976, Cet. Kedua),

h., 397

Page 48: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

38

kendaraan dan orang yang berlalu lalang menggunakan jalan tersebut.

Jika kapasitas jalan sudah hamper penuh, apalagi terlampaui, maka yang

terjadi adalah kemacetan lalu lintas. Persoalan ini sering dirancungkan

sebagai persoalan angkutan.61

Lalu lintas di dalam Undang-undang No 22 tahun 2009 Tentang Lalu

Lintas Dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai gerak Kendaraan dan

orang di Ruang Lalu Lintas Jalan, sedang yang dimaksud dengan Ruang

Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah

Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas

pendukung.62

Operasi lalu lintas di jalan raya terdiri atas empat unsur

tang saling terkait yaitu pengemudi, kendaraan, jalan dan pejalan kaki.

2. Dasar Hukum Aturan Lalu Lintas

Tindak pidana pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan diatur

dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan sebagai pengganti atas Undang-Undang Nomor 14

Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pertimbangan

dibentuknya undang-undang ini diantaranya bahwa lalu lintas dan

angkutan jalan adalah sebagai bagian dari sistem transportasi nasional

harus dikembangkan potensi dan peranannya untuk mewujudkan

keamanan, ketertiban, keselamatan, dan kelancaran berlalu lintas dan

angkutan jalan dalam rangka pembangunan ekonomi dan pembangunan

wilayah. Dipertimbangkan juga, bahwa Undang-Undang Nomor 14

Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan tidak sesuai lagi

61

Suwardjoko P. Warpani, Pengelolaan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, (Bandung:

Penerbit ITB, 2002), h., 1.

62 Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas & Angkutan

Jalan.

Page 49: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

39

dengan kondisi, perubahan lingkungan strategis, dan kebutuhan

penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.63

3. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Dalam Lalu

Lintas

a. Sikap Penegak Hukum

Menurut Soejono Soekanto dalam buku faktor-faktor yang

mempengaruhi penegakan hukum menerangkan bahwa salah satu

faktor terciptanya efektivitas hukum adalah aparat penegak hukum.

Penegak hukum harus menjalankan tugasnya dengan baik sesuai

dengan peranannya masing-masing yang telah diatur dalam peraturan

perundang-undangan. Dalam menjalankan tugas, penegak hukum

harus mengutamakan keadilan dan profesionalisme sehingga menjadi

panutan masyarakat serta dipercaya oleh semua pihak termasuk

masyarakat.64

Namun, realita yang terjadi adalah aparat penegak

hukum belum menjalankan sebagaimana mestinya. Hal itu dapat

dilihat dalam penjatuhan vonis oleh hakim terhadap pelaku

pelanggaran lalu lintas seringkali tidak mengindahkan ancaman

pidana yang tertera dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009

Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan sehingga vonis yang

dijatuhkan tidak memberikan efek jera terhadap pelaku juga tidak

memenuhi rasa keadilan bagi korban. Sikap penegak hukum dalam

lalu lintas juga masih mencerminkan lemahnya etika moral dan

profesionalisme sebagai aparat penegak hukum serta sikap arogansi

yang masih melekat dalam melaksanakan tugas penegakan hukum, hal

63

Ruslan Renggong, Hukum Pidana Khusus: Memahami Delik-Delik di Luar KUHP,

(Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2016, Cet. Kesatu), h., 210-211

64 Serjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2008), h., 13.

Page 50: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

40

tersebut dibuktikan dengan banyaknya penyimpangan yang dilakukan

dengan cara melampaui batas wewenang, praktek pungutan liar,

bertindak kasar dan tidak mencerminkan sebagai sosok pelindung,

pengayom, dan pelayan masyarakat.65

Seorang penegak hukum harus

memiliki kredibilitas, karena jika tidak maka keadilan hamyalah

sebuah angan-angan. Hal tersebut senada dengan pendapat Lawrence

M. Friedman yang mengaskan bahwa hukum tidak dapat berjalan atau

tegak bila tidak ada aparat penegak hukum yang kredibilitas,

kompeten dan independen. Seberapa bagusnya suatu perundang-

undangan bila tidak didukung dengan aparat penegak hukum yang

baik maka keadilan hanyalah sebuah utopis.66

b. Sarana dan Prasarana

Terbatasnya sarana dan prasarana yang mendukung

terlaksananya penegakan hukum dibidang lalu lintas seperti

perlengkapan jalan seperti rambu-rambu lalu lintas, marka jalan,

penerangan jalan dan tanda-tanda lalu lintas lain dirasakan masih

sangat kurang. Alat teknologi yang tersedia juga dirasa kurang

memadai sehingga mempengaruhi tingkat keselamatan dalam lalu

lintas. Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penting

untuk mewujudkan penegakan hukum. Menurut Soejono Soekanto

dalam buku Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

65

Andi Zeinal Marala, “Penegakan Hukum Pidana Terhadap Kelalaian Pengemudi Yang

Menimbulkan Kecelakaan Di Jalan Raya”, Lex Crimwn, IV, 5, (Juli 2015), h., 131.

66 Mohammad Arifin, Teori Dan Filsafat Hukum: Telaah Kritis Atas Teori-Teori Hukum,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h., 82.

Page 51: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

41

mengatakan bahwa tanpa adanya sarana atau fasilitas yang memadai

maka tidak mungkin penegakan hukum akan berjalan lancar.67

c. Masyarakat

Soerjono Soekanto dalam buku Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Penegakan Hukum menerangkan bahwa salah satu

faktor terciptanya efektivitas hukum adalah masyarakat itu sendiri.68

Dengan demikian masyarakat harus memenuhi segala peraturan

hukum dalam lalu lintas. Namun, saat ini masyarakat kurang

memenuhi peraturan tersebut. Padahal masyarakat pengguna jalan

dapat mempengaruhi tinggi rendahnya angka kecelakaan yang terjadi

di jalan raya, baik yang menyebabkan orang lain meninggal dunia

maupun hanya menyebakan korban luka-luka. Banyaknya kasus

kecelakaan lalu lintas menandakan bahwa kurangya budaya taat

hukum di mayarakat. Lawrence M. Friedman menerangkan bahwa

sangat diperlukan sikap sikap budaya taat hukum dimasyarakat agar

dapat memberi pengaruh positif dalam penegakan hukum.69

d. Undang-Undang (Materi Hukum)

Peraturan yang mengatur tentang lalu lintas terdapat dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 sebagai perubahan atas Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan

Jalan. Dalam Undang-Undang tersebut sudah diatur standar keamanan

dalam berkendara di lalu lintas, contohnya seperti memakai helm,

konsentrasi, dan mematuhi rambu-rambu lalu lintas. Bentuk-bentuk

pelanggaran dalam lalu lintas sudah jelas juga diatur ketentuan

67

Serjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, h., 17.

68 Serjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, h., 8.

69 Mohammad Arifin, Teori Dan Filsafat Hukum: Telaah Kritis Atas Teori-Teori Hukum, h.,

59

Page 52: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

42

pidananya dalam dalam bab XX pasal 273 sampai dengan pasal 317

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan

Angkutan Jalan. Namun, Undang-Undang tersebut dilihat kurang

efektif karena masih banyak yang tidak menta‟ati peraturan dalam

Undang-Undang tersebut. Achmad Ali70

berpendapat bahwa ketika

ingin melihat efektivitas dari hukum, maka pertama-tama harus dapat

mengukur sejauh mana aturan hukum ditaati atau tidak ditaati. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa peraturan hukum tentang lalu

lintas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 kurang efektif

karena masih banyak yang melanggar peraturan tersebut.

E. Kecelakaan

1. Pengertian Kecelakaan

Kecelakaan merujuk kepada peristiwa yang terjadi secara tidak

sengaja. Sebagai contoh kecelakaan lalu lintas, kecelakaan tertusuk

benda tajam dan sebagainya. Perkataan kecelakaan diambil dari kata

dasar celaka. Penambahan imbuhan "ke"... dan ..."an" menunjukkan

nasib buruk yang terjadi atau menimpa.71

Kecelakaan adalah suatu peristiwa dijalan yang tidak disangka-

sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan yang sedang bergerak

dengan ataupun pengguna jalan lainnya yang mengakibatkan korban

manusia atau kerugian benda. Kecelakaan dianggap fatal apabila sampai

menimbulkan korban nyawa.72

70

Achmad Ali, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan Vol.1, (Jakarta: Kencana, 2010),

h., 375.

71 Diakses dari wikipedia.com pada Jum‟at, 20 Juli 2018 pukul 14.03 Wib.

72 Suwardjoko P. Warpani, Pengelolaan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, h., 118.

Page 53: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

43

2. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kecelakaan Lalu

Lintas

Kecelakaan pada umumnya disebabkan oleh berbagai faktor,

begitupun dengan kecelakaan lalu lintas.73

Kecelakaan yang berhubungan

dengan faktor manusia sebagian besar disebabkan oleh pengendara yang

lengah. Faktor yang menyebabkan kecelakaan terbanyak kedua adalah

faktor lingkungan fisik. Kecelakaan yang berhubungan dengan faktor

lingkungan fisik sebagian besar diakibatkan oleh jalan yang berlubang,

kemudian ditunjang dengan faktor manusia berupa mengantuk dan tidak

terampil yang pada akhirnya menyebabkan kecelakaan dengan korban

meninggal dunia.74

Andi Zeinal Marala menyebutkan bahwa ada 5 faktor yang

menyebabkan kecelakaan dijalan raya,75

yaitu:

a. Genangan air, ketika memasuki musim penghujan dapat dipastikan

banyak genangan yang tercipta akibat kondisi jalan yang tidak mulus

atau bergelombang. Melaju dengan kecepatan di atas 60 km/jam

membuat daya cengkram ban pada aspal mulai berkurang, bahkan bisa

hilang. Air merupakan materi penghalang antara ban dengan

permukaan jalan, akan lebih berbahaya lagi ketika tapak ban sudah

tipis. Kecenderungan yang kerap terjadi adalah kendaraan secara tiba-

tiba akan menarik ke kanan atau ke kiri.

b. Pecah ban, hal ini sama bahanyaya dengan genangan. Bukan hanya

kendaraan yang susah dikendalikan, bisa juga kendaraan tiba-tiba

73

Muhammad Saad, “Tindak Pidana Lalu Lintas Yang mengakibatkan Meninggalnya Orang

Lain”, (Makassar: Skripsi UIN Alauddin, 2017), h., 26.

74 Marsaid, “Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas Pada

Pengendara Sepeda Motor Di Wilayah Polres Kabupaten Malang”, Jurnal Ilmu Keperawatan, I, 2,

(November 2013), h., 100.

75 Andi Zeinal Marala, “Penegakan Hukum Pidana Terhadap Kelalaian Pengemudi Yang

Menimbulkan Kecelakaan Jalan Raya”, Lex Crimen, IV, 5, (Juli 2015), h., 130-132.

Page 54: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

44

oleng dan terbalik karena beda ketinggian kendaraan akibat ban

meletus, apalagi saat melaju dalam kecepatan yang cukup tinggi.

c. Jalan bergelombang, ketika kendaraan melaju kencang dan melewati

gelombang maka yang terjadi adalah kendaraan sedikit melayang.

Bahkan bagian belakang sering tak bisa diatur, terlebih jika kondisi

suspensi sudah jelek, jalan tidak rata ini menyebabkan kendaraan

melayang karena ban tidak menempel dengan baik sehingga

kehilangan kendali.

d. Rem Blong ataupun Slip, hal ini sudah pasti membuat kendaraan lepas

kontrol dan sulit untuk diperlambat. Apalagi pada mobil dengan

transmisi otomatis yang hanya mengandaalkan rem tanpa engine

brake, sebaiknya selalu lakukan pengecekan pada sistem pengereman

sebelum bepergian.

e. Human error (Kelalaian Pengemudi) faktor ini merupakan

penyumbang terbesar kecelakaan lalu lintas. Beberapa contohnya

adalah memacu kendaraan melampaui kemampuan pengemudi,

mengantuk, reaksi yang berlebihan ketika mobil mengalami gejala

negatif pengendalian seperti limbung, oversteer maupun understeer,

menurunnya konsentrasi pengemudi karena sibuk sms, telepon dan

makan sambil menyetir.

Page 55: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

45

BAB III

SANKSI TERHADAP KELALAIAN LALU LINTAS YANG

MENYEBABKAN HILANGNYA NYAWA

A. Sejarah Berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang

Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

1. Sejarah Lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang

Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

meningkatkan mobilitas sosial masyarakat. Lalu lintas dan Angkutan Jalan

(LLAJ) merupakan hal yang sangat dekat dengan msyarakat. Setiap waktu

masyarakat terus bergulat dengan angkutan jalan dengan berbagai macam

hal. Sejarah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Indonesia telah melewati

berbagai masa sejak dari masa pemerintahan Belanda sampai pada era

reformasi saat ini. Lalu lintas dan angkutan jalan juga telah melewati

berbagai kondisi zaman diiringi dengan berbagai kemajuan dibidang ilmu

pengetahuan dan teknologi sampai perubahan pola tingkah masyarakat.76

Lalu lintas dan angkutan jalan ketika pada masa pemerintahan

Hindia Belanda dalam “Werverkeersordonnatie” (Staatsblad 1933 Nomor

86). Perkembangan selanjutnya Werverkeersordonnatie tidak sesuai dengan

tuntutan zaman dan dirubah lagi dalam Staatsblad 1940 No. 72, kemudian

Werverkeersordonnantie dirubah lagi setelah Indonesia merdeka, tepatnya

pada tahun 1951 dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1951 Tentang

Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Lalu Lintas. Pemerintah menilai

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1951 sudah tidak sesuai dengan keadaan

76

Suwardjoko P. Warpani, Pengelolaan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, (Bandung:

Penerbit ITB, 2002), h., 4.

Page 56: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

46

zaman setelah 15 tahun Undang-Undang tersebut berlaku. Dengan

demikian, berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1951 Tentang

Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Lalu Lintas pemerintah

Indonesia mengatur lagi lalu lintas dan angkutan jalan ke dalam Undang-

undang baru serta mencabut peraturan sebelumnya tentang lalu lintas dan

angkutan jalan dalam Undang-undang yang baru serta mencabut peraturan

sebelumnya tentang lalu lintas dan angkutan jalan, maka lahirlah Undang-

undang Nomor 3 Tahun 1965 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Raya

yang pada waktu itu atas persetujuan bersama antara Presiden Soekarno

dengan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR GR).77

Pada masa orde baru, Undang-undang Nomor 3 Tahun 1965

Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Raya dianggap sudah tidak

memenuhi perkembangan zaman sehingga dibentuklah undang-undang

baru, yaitu undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan yang menyebutkan untuk mencapai tujuan pembangunan

sosial sebagai pengamalan pancasila, transportasi memiliki posisi yang

penting dan strategis dalam pembangunan bangsa yang berwawasan

lingkungan dan hal ini harus tercermin dalam memperlancar roda

perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi

semua aspek kehiupan bangsa dan negara.

Setelah melalui waktu yang cukup lama dan dengan berlandaskan

semangat reformasi dan perubahan selanjutnya dibentuklah Undang-undang

Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan jalan sebagai

bentuk perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 tahun 1992 Tentang Lalu

Intas Dan Angkutan Jalan. Dalam Undang-Undang nomor 22 tahun 2009,

Undang-Undang tersebut melihat bahwa lalu lintas dan angkutan jalan

mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi

nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum. Dalam

77

Agio V. Sangki, “TanggungJawab Pidana Pengemudi Kendaraan Yang Mengakibatkan

Kematian Dalam Kecelakaan Lalu Lintas”, Lex Crimen, I, 1, (Januari-Maret, 2012), h., 33.

Page 57: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

47

batang tubuh undang-undang ini dijelaskan bahwa tujuan yang hendak

dicapai oleh Undang-Undang ini adalah:

a. Terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman,

selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan noda angkutan lain untuk

mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum,

memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu

menjungjung tinggi martabat bangsa.

b. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa.

c. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum dalam

masyrakat.78

Melihat beberapa pemaparan diatas pada dasarnya Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan menjadi

pelengkap dari keseluruhan perubahan Undang-Undang mengenai Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan dan berlaku saat ini. Dengan demikian, sebagai

Undang-Undang yang terbaru maka kedudukan Undang-Undang No. 22

Tahun 2009 memiliki kekuatan dengan legitimasi pada asas lex posteriori

derogat legi priori yang memiliki pengertian bahwa hukum yang terbaru

mengesampingkan hukum yang lama. Asas ini biasanya digunakan baik

dalam hukum nasional maupun internasional.79

2. Tujuan Lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

Terbentuknya Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu

Lintas Dan angkutan Jalan tentunya memiliki tujuan. Pada dasarnya tujuan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 pada konsideran “menimbang”,

yaitu:

78

Edy Halomoan Gurning, Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Artikel diakses pada Rabu 1 Agustus dari

www.bantuanhukum.or.id

79 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: PT Refika

Aditama, 2014), h., 27

Page 58: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

48

a. Bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis

dalam mendukung pembangunan dan integrasi naional sebagai bagian

dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan

oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai bagian dari sistem

transportasi nasional harus dikembangkan potensi dan perannya untuk

mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran

berlalu lintas dan Angkutan Jalan dalam rangka mendukung

pembangunan ekonomi dan pengembangan wilayah.

c. bahwa perkembangan lingkungan strategis nasional dan internasional

menuntut penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang sesuai

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi

daerah, serta akuntabilitas penyelenggaraan negara.

d. bahwa Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan saat ini sehingga perlu diganti dengan undang-undang

yang baru.

e. bahwa berdsarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.80

Penjelasan umum dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan pada paragraf ketiga menyebutkan

bahwa dalam Undang-Undang ini pembinaan bidang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi

terkait sebagai berikut:81

a. urusan pemerintah dibidang prasarana jalan oleh kementrian yang

bertanggung jawab dibidang jalan.

80

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

81 Paragraf ketiga Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang

Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

Page 59: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

49

b. urusan pemerintah dibidang pengembangan industri lalu lintas dan

angkutan jalan, oleh kementrian yang bertanggungjawab dibidang

sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.

c. urusan pemerintah dibidang pengembangan industri lalu lintas dan

angkutan jalan oleh kementrian yang bertanggung jawab dibidang

industri

d. urusan pemerintah dibidang pengembangan teknologi Lalu lintas dan

Angkutan Jalan oleh kementrian yang bertanggungjawab dibidang

teknologi.

e. Urusan pemerintah dibidang registrasi dan identifikasi kendaraan.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan

Angkutan Jalan tersebut dikeluarkan untuk melengkapi Undang-Undang

yang sebelumnya mengenai hal-hal yang bersifat teknis operasional yang

semula dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan diatur dalam peraturan pemerintah dan peraturan

pelaksanaannya dalam undang-undang ini diatur secara tegas dan terperinci

dengan maksud agar ada kepastian hukum dalam pengaturannya sehingga

tidak memerlukan lagi banyak peraturan pemerintah dan peraturan

pelaksanaannya.82

Dengan demikian, melihat beberapa alasan terbentuknya Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 itu sendiri adalah untuk melengkapi

peraturan sebelumnya, maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa dinamika

terhadap Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjadi salah satu alasan

fundamental untuk membentuk perubahan atas Undang-Undang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan yang ada sebelum Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2009 dibentuk.

82

Paragraf ke-4 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu

Lintas Dan Angkutan Jalan.

Page 60: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

50

B. Sanksi Terhadap Kelalaian Lalu Lintas Yang Menyebabkan Hilangnya

Nyawa Menurut Hukum Positif

Kecelakaan lalu lintas menurut pasal 1 angka 24 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UULLAJ)

adalah suatu peristiwa dijalan yang tidak diduga dan tidak disengaja

melibatkan kendaraan atau pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban

manusia dan kerugian harta benda.83

Terjadinya kecelakaan lalu lintas dipengaruhi oleh beberapa faktor,

faktor-faktor tersebut seolah bekerja sama sebagai penyebab terjadinya

kecelakaan lalu lintas,84

semakin menjadi ketika manusianya sendiri terlihat

tidak begitu mementingkan keselamatan nyawanya dengan bukti

bahwasanya banyak pengendara motor yang ugal-ugalan tanpa mengenakan

helm atau pengendara mobil yang tidak menggunakan sabuk pengaman.

Pasal 229 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan menggolongkan macam-macam kecelakaan,

yaitu:85

1. Kecelakaan digolongkan atas:

a. Kecelakaan lalu lintas ringan

b. Keelakaan lalu lintas sedang

c. Kecelakaan lalu lintas berat

2. Kecelakaan lalu lintas ringan sebagaimana dimaksud pada ayat 1

huruf a merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan

kendaraan dan/atau barang.

3. Kecelakaan lalu lintas sedang sebagaimana dimaksud pada ayat 1

huruf b merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan

kerusakan kendaraan dan/atau barang.

83

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan

Jalan

84 Agio V. Sangki, “TanggungJawab Pidana Pengemudi Kendaraan Yang Mengakibatkan

Kematian Dalam Kecelakaan Lalu Lintas”, Lex Crimen, I, 1, (Januari-Maret, 2012), h., 36.

85 Pasal 229 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan

Jalan

Page 61: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

51

4. Kecelakaan lalu lintas berat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf

c merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal

dunia atau luka berat.

5. Kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat

disebakan oleh kelalaian pengguna jalan, ketidaklaikan kendaraan,

serta ketidaklaikan jalan dan/atau lingkungan.

Dalam kasus kecelakaan yang terjadi, sering pula ditemukan kasus

kecelakaan tabrak lari. Tabrak lari pada umumnya merupakan istilah dengan

pengertian bahwa pelaku dalam hal ini pengemudi kendaraan meninggalkan

korban kecelakaan lalu lintas dan tidak menghentikan kendaraannya.86

Secara umum, mengenai kewajiban dan tanggungjawab pengemudi

pemilik kendaraan dan/atau perusahaan angkutan apabila terlibat kecelakaan

diatur dalam pasal 231 ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yaitu:87

1. Pengemudi kendaraan bermotor yang terlibat kecelakaan lalu lintas,

wajib:

a. Menghentikan kendaraan yang dikemudikannya

b. Memberikan pertolongan kepada korban

c. Melaporkan kecelakaan kepada Kepolisian Negara Republik

Indonesi terdekat

d. Memberikan keterangan yang terkait dengan kejadian

kecelakaan.

2. Pengemudi kendaran bermotor, yang karena keadaan memaksa tidak

dapat melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1

86

M. Budi Hendrawan, “Hubungan Antara Kesengajaan Terhadap Pertanggungjawaban

Pidana Dalam Kasus Kecelakaan Lalu Lintas Di Jalan Yang Menyebabkan Hilangnya Nyawa,

USU Law Journal, III, 1, (April 2015), h., 61.

87 Lht: Pasal 231 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan

Angkutan Jalan

Page 62: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

52

huruf a dan huruf b, segera melaporkan diri kepada Kepolisian

Negara Republik Indonesia terdekat.

Kesalahan pengemudi kendaraan dapat disimpulkan bahwa

pengemudi tersebut tidak menta‟ati peraturan lalu lintas. Misalnya,

pengemudi tidak memberi tanda akan berbelok, mengendarai mobil tidak

dilajur kiri, pada suatu persimpangan tidak memberikan prioritas pada

kendaraan lain yang datang dari sebelah kiri, dan menjalankan mobil terlalu

cepat melampaui batas kecepatan yang ditentukan dalam rambu-rambu lalu

lintas.

Dengan demikian, faktor utama kecelakaan adalah pengemudi

kendaraan yang tidak hati-hati dan lalai mengemudikan kendaraannya.

Kesalahan pengemudi kendaraan yang melakukan kealpaan yang

mengakibatkan kematian dapat dikatakan bahwa orang itu telah melakukan

tindak pidana.88

Sanksi pidana bagi pengemudi kendaraan yang karena kealpaannya

menyebabkan hilangnya nyawa diatur dalam pasal 359 KUHP, yaitu89

“Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain

mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana

kurungan paling lama satu tahun”. Berdasarkan peraturan diatas, R. Soesilo

dalam penjelasannya mengatakan bahwa matinya orang disini tidak

dimaksud sama sekali oleh terdakwa, akan tetapi kematian tersebut hanya

merupakan akibat dari kurang hati-hati atau lalainya terdakwa.90

Lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan membuat pasal 359 KUHP tidak digunakan lagi

dalam penerapan sanksi terhadap kelalaian lalu lintas yang menyebabkan

88

Andi Zeinal Marala, “Penegakan Hukum Pidana Terhadap Kelalaian Pengemudi Yang

Menimbulkan Kecelakaan Jalan Raya, Lex Crimen, IV, 5, (Juli 2015), h., 134.

89 Lht: Bab XXI Buku II Pasal 359 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

90 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-

Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, (Bogor: Politeia, 1996), h., 249.

Page 63: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

53

hilangnya nyawa orang lain. Hal itu sesuai dengan penggunaan asas, yaitu

asas Lex Specialis Derogat Legi Generalis yang berarti bahwa asas

penafsiran hukum yang menyatakan bahwa hukum yang bersifat khusus

mengesampingkan hukum yang bersifat umum.91

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan

Angkutan Jalan memuat ketentuan-ketentuan pidana yang tinggi. Pasal yang

berkaitan dengan kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya nyawa

orang lain adalah pasal 310 ayat 4, yaitu:92

“Dalam hal kecelakaan

sebagaimana dimaksud pada ayat 3 yang mengakibatkan orang lain

meninggal dunia dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)

tahun dan/atau denda paling banyak Rp 12.000.000,00 (dua belas juta

rupiah)”. Dari rumusan pasal 310 ayat 4 tersebut, untuk memenuhi syarat

delik harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:93

1. Setiap orang

Bahwa yang dimaksud setiap orang adalah orang dengan identitas

sebagaimana yang diuraikan dalam surat dakwaan yang diajukan ke

persidangan kareana didakwa telah melakukan tindak pidana

sebagaimana diuraikan dalam surat dakwaan.

2. Yang mengemudikan kendaraan bermotor

Bahwa yang dimaksud adalah setiap orang yang berkendaran

mengemudikan kendaraan bermotor.

3. Karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan

korban orang lain meninggal dunia

Bahwa yang dimaksud adalah dalam hal kecelakaan yang

mengakibatkan orang lain meninggal dunia dipidana dengan pidana

91

Adam Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h.,

33.

92 Pasal 310 Ayat 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan

Angkutan Jalan.

93 Ruslan Rengggong, Hukum Pidana Khusus: Memahami Delik-Delik di Luar KUHP,

(Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), h., 311.

Page 64: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

54

penjara paling lama enam tahun dan atau denda paling banyak Rp

12.000.000,00.94

Dengan demikian pengemudi kendaraan yang melakukan tindak

pidana kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya nyawa, diancam

dengan hukuman penjara paling lama enam tahun atau denda Rp

12.000.000,00 berdasarkan pasal 310 ayat 4 Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

C. Sanksi Terhadap Kelalaian Lalu Lintas Yang Menyebabkan Hilangnya

Nyawa Menurut Hukum Islam

Kelalaian dalam Islam disebut dengan al-khata. Al-khata menurut

istilah adalah suatu perbuatan yang dimaafkan. Dalam hal kekeliuran niat

dan pengetahuan si pelaku sedikitpun tidak dipertimbangkan tidak adanya

penduga atau kehati-hatian dalam berbuat dan sedikitpun tidak berdosa.95

Menurut Ahmad Wardi Muslich, kelalaian (al-khata) adalah

terjadinya suatu perbuatan di luar kehendak pelaku, tanpa maksud melawan

hukum, perbuatan tersebut terjadi karena kelalaiannya atau kurang hati-

hati.96

Kelalaian yang dimaksud adalah perbuatan yang tidak ada niat dan

maksud untuk melakukan tindakan tersebut.

Dalam analisa fikih jinayah. menghilangkan nyawa seseorang karena

kelalaian termasuk dalam tindak pidana pembunuhan.97

Dalam analisa fikih

Jinayah mengenai sanksi hukum bagi pengendara yang melakukan kelalaian

yang tercantum dalam pasal 310 ayat 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan adalah jarimah tidak sengaja,

94

Ruslan Renggong, Hukum Pidana Khusus: Memahami Delik-Delik di Luar KUHP,

(Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2016, Cet. Kesatu), h., 214

95 M. Abdul Mujieb dkk, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994, Cet.

Ketiga), h., 155.

96 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2006), Cet. Kedua, h., 155

97 Jaih Mubarok, Kaidah Fiqh Jinayah, (Jakarta: Pustaka Bani Quraisy, 2004), h., 33.

Page 65: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

55

yaitu jarimah dimana pelaku tidak sengaja (berniat) untuk melakukan

perbuatan yang dilarang dan perbuatan tersebut terjadi sebagai akibat dari

kelalaiannya. Jarimah yang ada kesengajaan, semi sengaja, dan karena

kesalahan, dalam fikih jinayah adalah jarimah pembunuhan atau Al-Qatl.

Pembunuhan dengan sengaja, dalam bahasa arab, disebut qatlual-

amd. Secara etimologi bahasa Arab, kata qatlu al-amd tersusun dari dua

kata, yaitu al-qatlu dan al-amd. Kata al-qatlu artinya peruatan yang dapat

menghilangkan jiwa, sedadngkan kata al-amd artinya sengaja dan berniat.

Yang dimaksud pembunuhan dengan sengaja adalah seorang mukallaf

secara sengaja membunuh jiwa yang terlindungi darahnya dengan cara alat

yang biasanya dapat pembunuh.

Pembunuhan semi sengaja (syibhu al-amd) ialah seorang mukallaf

bermaksud membunuh orang yang terlindungi darahnya dengan cara dan

alat yang biasanya tidak membunuh. Hal ini bisa jadi karena bermaksud

mencelakakannya atau bermaksud menghajarnya, seperti memukul dengan

cambuk, tongkat, batu kecil, atau dengan tangan, dan dengan seluruh cara

atau alat tidak membunuh secara umumnya.

Pembunuhan karena kelalaian merupakan perbuatan yang dilakukan

oleh seseorang dengan tidak ada unsur kesengajaan yang mengakibatkan

orang lain meninggal dunia serta menggunakan alat lazim yang tidak

mematikan. Pada dasarnya dalam pembunuhan ini hilangnya nyawa

seseorang tersebut bukanlah tujuan dari pelaku, akan tetapi karena

kelalainnya dalam bertindak mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang.98

Unsur-unsur pembunuhan karena kelalaian sebagaimana yang

dikemukakan oleh Abdul Qadir Audah adalah sebagai berikut:

1. Adanya Perbuatan Yang Mengakibatkan Matinya Korban

98

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005, Cet.

Pertama), h., 143-144.

Page 66: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

56

Pembunuhan karena kelalaian diisyaratkan adanya perbuatan yang

dilakukan pelaku terhadap korban. Perbuatan tersebut diisyaratkan

mengakibatkan kematian, baik pada saat itu maupun sesudahnya,

apabila korban tidak mati maka tindak pidana tersebut termasuk dalam

tindak pidana atas selain jiwa karena kesalahan, bukan pembunuhan.

2. Perbuatan Tersebut Terjadi Karena Kelalaian

Unsur kelalaian ini terdapat apabila dari suatu perbuatan timbul akibat

yang tidak dikehendaki oleh pelaku. Dengan demikian, dalam

pembunuhan in kematian terjadi akibat kelalaian pelaku karena kurang

berhati-hati.

Ketidakhati-hatian itu sendiri pada dasarnya tidak menyebabkan

adanya hukuman, kecuali apabila terdapat kerugian kepada pihak lain.

Dengan demikian apabila terdapat kerugian maka terdapatlah

pertanggungjawaban dari kelalaian dan apabila tidak ada kerugian

maka tidak ada pertanggungjawaban.

3. Adanya Hubungan Sebab Akibat Antara Kekeliruan Dan Kematian

Untuk adanya pertanggungjawaban bagi pelaku dalam pembunuhan

karena kelalaian diisyaratkan bahwa kematian merupakan akibat dari

kelalaian tersebut. Dengan demikian, kelalaian merupakan penyebab

bagi kematian terdapat hubungan sebab akibat, apabila hubungan

tersebut terputus maka tidak ada pertanggungjawaban bagi pelaku. 99

Pembunuhan karena kelalaian, sebagaimana telah dijelaskan adalah

suatu pembunuhan dimana pelaku sma sekali tidak berniat melakukan

perbuatan tersebut melainkan karena kurang kehati-hatiannya. Sanksi untuk

pembunuhan karena kelalaian dalam hukum pidana islam adalah sebagai

berikut:100

1. Kewajiban Membayar Diat

99

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h., 146-149

100 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, h., 175.

Page 67: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

57

Kewajiban bagi pelaku pelaku pembunuhan karena kelalaian adalah

diat mukhaffafah, yaitu diyat yang diperingan. Pengertian diat adalah

harta yang diwajibkan atas kejahatan terhadap jiwa atau yang serupa.

Dengan definsi ini dapat diartikan bahwa diyat dikhususkan sebagai

pengganti jiwa atau yang serupa, artinya pembayaran itu terjadi karena

berkenaan dengan kejahatan jiwa atau nyawa seseorang.101

Dasar

disyari‟atkan diyat tercantum dalam Q.s. An-Nisa (4): 92:

Artinya: “Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang

mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan

Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah)

ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta

membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu),

kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. jika ia (si

terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai) antara

mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat

yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta

memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak

memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua

101

A. Djazuli, Fiqh Jinayah Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam, (Jakarta, PT

Raja Grafindo Persada, 1997), h., 41.

Page 68: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

58

bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. dan

adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Diat mukhaffah adalah diat yang berlaku pada pembunuhan karena

kelalaian yang dibebankan kepada ahli waris pelaku pembunuhan dan

dibayar dengan jumlah diat 100 ekor unta yang jika diperinci adalah

sebagai berikut

a. 20 ekor unta bintu ma’khad (unta betina berumur 2 tahun)

b. 20 ekor unta ibnu ma’khad (unta jantan berumur 2 tahun)

menurut Hanafiyah dan Hanabilah (unta jantan berumur 3

tahun), menurut Malikiyah dan Syafi‟iyah

c. 20 ekor unta bintu labun (unta betina unur 3 tahun)

d. 20 ekor unta hiqqah (unta umur 4 tahun)

e. 20 ekor unta jadza’ah (umur 5 tahun)102

2. Kewajiban Hukuman Kafarat

Hukuman kafarat untuk pembunuhan karena kelalaian merupakan

hukuman pokok. Kewajiban kafarat dilakukan dengan memerdekakan

hamba sahaya yang mukmin, namun apabila tidak tidak diperoleh

hamba sahaya maka penggantinya adalah berpuasa selama dua bulan

berturut-turut. Allah berfirman dalam dalil yang sama, yaitu dalam

Q.s. An-Nisa (4): 92, yaitu:

Artinya:“Barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia

(si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan

taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha

Bijaksana.”

102

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h., 176

Page 69: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

59

Kafarat ini disesuaikan dengan jumlah korban meninggal

menurut pendapat sebagian ulama, jadi misalnya dalam kasus

kecelakaan yang meninggal sebanyak dua orang, maka pelaku harus

membebaskan dua hamba sahaya mukmin atau berpuasa dua bulan

berturut-turut dua kali. Pendapat yang kedua mengatakan bahwa

cukup satu kafarat saja.103

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sanksi

untuk pelaku kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya nyawa

orang lain dalam tinjauan hukum pidana Islam (fikih jinayah) adalah diat

mukhafafah dan kafarat.

103

Assadulloh Al-Faruk, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam, (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2009), h., 111.

Page 70: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

60

BAB IV

ANALISIS PENYELESAIAN KASUS TINDAK PIDANA KELALAIAN

LALU TINTAS YANG MENYEBABKAN HILANGNYA NYAWA

(Putusan No: 27/Pid.Sus/2016/PT PAL )

A. Duduk Perkara

Dalam sistem beracara pidana, yang dikedepankan saat ini adalah

adversary system yaitu sistem berhadapan atau biasa juga disebut

accusatoir. Sistem ini sebagai lawan dari inquisitoir yang mana terdakwa

menjadi objek pemeriksaan, sedangkan hakim dan penuntut umum berada

di pihak yang sama. Dengan mengedepankan sistem saling berhadapan,

maka diandaikan ada pihak terdakwa yang di belakangnya terdapat

penasihat hukumnya, sedangkan di pihak lain terdapat penuntut umum

yang atas nama negara menuntut pidana. Hakim berada di tengah pihak-

pihak yang berperkara dan tidak memihak.104

Dalam putusan Nomor 27/Pid.Sus/2016/PT PAL, menyebutkan

terdakwa bernama Adi Irawan, tempat dan tanggal lahir Karya Mukti 23

November 1989, berjenis kelamin laki-laki, beragama Islam, bertempat

tinggal di Desa Karya Mukti, Kecamatan Damsol, Kabupaten Donggala

dan bekerja sebagai karyawan swasta.

Dalam dakwaan Penuntut Umum Nomor Reg. Perkara: PDM-

940/DONGGALA/Euh.2/12/2015 tanggal 10 Desember 2015

menyebutkan bahwa pada hari Selasa tanggal 29 September 2015 sekitar

pukul 10.00 Wita Terdakwa atas nama Adi Irawan mengendarai sepeda

motor Honda Verza dengan nomor polisi DN 5189 JN dengan tidak hati-

hati dimana sepeda motor yang dikendarainya melaju kencang dengan

kecepatan kurang lebih 90 Km/jam dari arah Selatan menuju Utara atau

dari arah Palu menuju Sojol, sementara itu korban Muhammad Hidaitul

Rahman yang masih berusia 4 (empat) tahun bergerak dari arah timur ke

104

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015,

Cetakan Kedua), h. 64.

Page 71: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

61

barat atau dari arah sebelah kanan menuju sebelah kiri jalan. Pada saat itu

terdakwa tidak memperhatikan korban Muhammmad Hidaitul Rahman

yang sedang berada dipinggir jalan sebelah kanan hendak menyebrang

dimana pada saat itu korban Muhammad Haidatul Rahman muncul dari

belakang mobil yang sedang parkir dibahu jalan sebelah kanan. Ketika itu

sepeda motor yang dikendarai oleh Terdakwa melaju kencang sehingga

tidak bisa dikendalikan lagi oleh terdakwa sehingga membuat sepeda

motor menabrak badan korban Hidaitul Rahman serta membuat korban

Hidaitul Rahman terpental ke bahu jalan sebelah kanan jika dari arah Palu

menuju ke Sojol. Dengan demikian akibat perbuatan terdakwa

menyebabkan korban Hidaitul Rahman meninggal dunia sesuai hasil

Visum et Repertum dari puskesmas Tambu nomor 400/51-

300d/VII/VER/2015 tanggal 30 September 2015 yang dibuat dan

ditandatangani oleh dr. Ivan Adeputra Kawile dan didukung oleh surat

keterangan meninggal dunia nomor 400/126-747/X/2015 tanggal 30

september yang ditandatangani oleh dokter puskesmas Tambu yaitu dr.

Ivan Adeputra Kawile yang menerangkan bahwa Muhammad Hidaitul

Rahman umur 4 tahun benar telah meninggal dunia pada hari selasa

tanggal 29 September 2015 sekitar pukul 10.00 Wita.

Atas perbuatan terdakwa ini, dalam proses persidangan, Penuntut

Umum pada pokoknya menuntut:

1. Menyatakan Terdakwa Adi Irawan alias Adi bersalah melakukan

tindak pidana “mengemudikan kendaraan bermotor yang karena

kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas sehingga

menyebabkan orang lain meninggal dunia” sebagaimana diatur dan

diancam pidana penjara dalam pasal 310 ayat (4) Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalulintas dan

Angkutan Jalan.

2. Menjatuhkan pidana penjara selama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan

dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan

perintah agar terdakwa tetap ditahan.

Page 72: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

62

3. Menyatakan barang bukti berupa:

a. 1 (satu) unit sepeda motor Honda Verza DN 5189 JN

b. 1 (satu) lembar STNK/SKPD sepeda motor Honda Verza DN 5189

JN

c. 1 (satu) lembar SIM C An. Adi Irawan

Dikembalikan kepada terdakwa Adi Irawan

4. Menetapkan agar terdakwa Adi Irawan alias Adi dibebani membayar

biaya perkara sebesar Rp. 2000,- (dua ribu rupiah)

B. Pertimbangan Majelis Hakim

Mengenai pertimbangan Majelis Hakim di pengadilan, terdakwa yang

telah melakukan tindak pidana kelalaian lalu lintas yang menyebabkan

hilangnya nyawa o rang lain tersebut akan dikaji terlebih dahulu dan

dipertimbangkan oleh majelis hakim apakah perbuatan yang didakwakan

tersebut kepada terdakwa tersebut telah memenuhi unsur-unsur pasal 310

ayat 4 (empat) Undang-Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Unsur-

unsur pasal tersebut yaitu: Pertama, setiap orang; Maksud dari setiap

orang adalah barang siapa atau siapa saja sebagai subjek hukum yang

dalam KUHP diduga telah melakukan perbuatan pidana dan diajukan

sebagai terdakwa. Dalam perkara ini, yang diajukan Penuntut Umum

sebagai terdakwa bernama Adi Irawan dimana setelah Majelis Hakim

menanyakan identitas terdakwa di persidangan ternyata cocok dengan

identitas terdakwa dalam surat dakwaan Penuntut Umum, karenanya unsur

setiap orang telah terpenuhi.

Kedua, Mengemudikan kendaraan bermotor karena kelalaiannya

mengakibatkan orang lain meninggal dunia yaitu berdasarkan fakta yang

terungkap dipersidangan adalah bahwa benar terdakwa Adi Irawan

mengemudikan 1 (satu) unit sepeda motor Honda Verza dengan nomor

polisi DN 5189 JN yang bergerak dari arah Selatan menuju Utara atau dari

arah Palu menuju Sojol dengan kecepatan kurang lebih 90km/jam pada

hari Selasa tanggal 29 September 2015 sekitar pukul 10.00 Wita. Pada saat

itu terdakwa tidak memperhatikan terdakwa korban Hidaitul Rahman yang

Page 73: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

63

sedang berada dipinggir jalan sebelah kanan yang hendak menyebrang

muncul dari sebelah kanan sedangkan ketika itu sepeda motor yang

dikendarai terdakwa sedang melaju kencang sehingga tidak bisa

dikendalikan lagi dan menabrak korban Hidaitul Rahman sehingga

membuat korban Hidaitul Rahman terpental kebahu jalan dan membuat

korban meninggal dunia. Hal tersebut didukung pula dengan hasil Visum

Et Repertum dari puskesmas Tambu nomor 400/51-300d/VII/VER/2015

tanggal 30 September 2015 yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. Ivan

Adeputra Kawile dokter pada puskesmas Tambu. Dengan demikian,

berdasarkan fakta tersebut maka unsur ini telah terbukti secara sah dan

meyakinkan menurut hukum.

Berdasarkan hal di atas, Pengadilan Negeri Donggala telah

menjatuhkan putusan yang dibacakan pada tanggal 23 Februari 2016 yang

amarnya berbunyi sebagai berikut:

1. Menyatakan bahwa Terdakwa ADI IRAWAN Alias ADI telah

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“Karena Kelalaiannya Mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas

Yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia”

2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana

penjara selama 8 (delapan) bulan

3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani

oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan

4. Menetapkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan

5. Memerintahkan barang bukti berupa:

a. 1 (satu) Unit Sepeda Motor Honda Verza DN 5189 JN

b. 1 (satu) lembar STNK/SKPD Sepeda Motor Honda Versa DN 5189

JN

c. 1 (satu) lembar SIM C An. ADI IRAWAN

Dikembalikan kepada Terdakwa Adi Irawan

6. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara

sebesar Rp 2000,- (dua ribu rupiah)

Page 74: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

64

Berdasarkan putusan tersebut, Jaksa Penuntut Umum telah

menyatakan banding dihadapan Panitera Pengadilan Donggala pada

tanggal 25 Februari 2016 dalam akta banding Nomor

2/Akta.Pid/2016/PN.DGL dengan mengemukakan alasan-alasan sebagai

berikut:

1. Bahwa amar putusan tersebut dalam hal penjatuhan pidana badannya

kurang memenuhi rasa keadilan dan terlalu ringan dan tidak setimpal

dengan kesalahan Terdakwa dikarenakan tujuan penjatuhan pidana

bukan hanya untuk membuat si pelaku menjadi jera akan tetapi juga

menjadikan pelajaran kepada orang lain untuk berfikir berulang kali

untuk melakukan kejahatan serupa (pencegahan/preventif). Jika hal

tersebut dihubungkan dengan putusan Majelis Hakim dalam perkara

ini maka kami khawatirkan terlalu ringannya penjatuhan pidana

terhadap Terdakwa tidak akan memberikan efek jera kepada pelaku

dan membuat tidak maksimalnya fungsi pencegahan/prefentif dari

penjatuhan pidana tersebut kurang memenuhi rasa keadilan

masyarakat dikarenakan akibat dari perbuatan terdakwa tersebut

mengakibatkan keluarga besar korban mengalami kesedihan yang

berkepanjangan

2. Bahwa Judex Factie dalam pertimbangannya mengemukakan bahwa

pada saat itu Terdakwa mengendarai sepeda motor Honda Verza DN

5189 JN dengan tidak hati-hati dimana sepeda motor yang

dikendarainya melaju kencang dengan kecepatan kurang lebih 90

km/jam dari arah selatan menuju utara atau dari arah Palu menuju

Sojol, sementara itu korban Muhammad Hidaitul Rahman yang masih

berusia 4 (empat) tahun bergerak dari arah timur ke barat atau dari

arah sebelah kanan menuju sebelah kiri jalan. Pada saat itu Terdakwa

tidak memperhatikan korban Muhammad Hidaitul Rahman yang

sedang berada di pinggir jalan sebelah kanan hendak menyebrang

jalan. Sedangkan ketika itu sepeda motor yang dikendarai oleh

terdakwa melaju kencang sehinga tidak bisa dikendalikan lagi oleh

Page 75: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

65

terdakwa dan membuat sepeda motor terdakwa menabrak badan

korban Muhammad Hidaitul Rahman sehingga membuat korban

terpental kebahu jalan sebelah kanan kalau dari arah Palu menuju

Sojol ;

Bahwa seharusnya Judex Factie menjadikan hal tersebut menjadi hal

yang memberatkan hukuman buat terdakwa dikarenakan ketika

melintas daerah pemukiman seharusnya Terdakwa mengurangi

kecepatannya bukan malah memacu kecepatan sepeda motornya

dengan kecepatan tinggi sehingga Terdakwa tidak bisa mengendalikan

sepeda motornya sehingga terjadi kecelakaan lalu lintas tersebut selain

itu Terdakwa sempat memacu kembali kendaraannya bermaksud

untuk melarikan diri sebelum akhirnya Terdakwa berubah fikiran dan

berbalik menyerahkan diri ke Polsek Damsol ;

Oleh karena itu, dengan ini kami mohon supaya Pengadilan Tinggi

Sulawesi Tengah menerima permohonan banding kami menyatakan

terdakwa Adi Irawan alias Adi bersalah melakukan tindak pidana

“mengemudikan kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya

mengakibatkan kecelakaan lalu lintas sehingga mengakibatkan

orang lain meninggal dunia” melanggar pasal 310 Ayat 4 Undang-

Undang RI No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas & Angkutan Jalan

serta menjatuhkan pidana kepada Terdakwa Adi Irawan Alias Adi

dengan pidana penjara selama 2 (dua) Tahun dan 6 (enam) Bulan

dikurangkan seluruhnya dengan masa tahanan yang telah dijalaninya

dan dengan perintah agar Terdakwa tetap ditahan dan seluruh barang

bukti yang terkait dengan perkara ini dikembalikan kepada Terdakwa

Adi Irawan Alias Adi serta membebani Terdakwa Adi Irawan Alias

Adi dengan biaya perkara Rp 2000,- (dua ribu rupiah).

Berdasarkan alasan-alasan banding yang dikemukakan oleh Jaksa

Penuntut Umum tersebut, Majelis Hakim mempertimbangkan :

1. Menimbang, bahwa setelah Pengadilan Tinggi mempelajari putusan

Pengadilan Negeri Donggala Nomor 243/Pid.Sus/2015/PN.Dgl

Page 76: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

66

tanggal 23 Februari 2016 serta memori banding dari Jaksa Penuntut

Umum bahwa pertimbangan Hakim Tingkat Pertama telah benar

namun mengenai penjatuhan pidana yang dikenakan terhadap

terdakwa perlu diperbaiki dengan alasan sebagai berikut : Terdakwa

terlalu ceroboh dan kurang hati-hati, yaitu ketika melintas daerah

pemukiman seharusnya mengurangi kecepatannya bukan malah

memacu kecepatan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi,

sehingga Terdakwa tidak bisa mengendalikan sepeda motornya saat

seorang anak menyebrang jalan

2. Menimbang, bahwa oleh karena itu pidana yang dijatuhkan nanti

dianggap sudah setimpal dengan perbuatan Terdakwa

3. Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa telah dinyatakan bersalah

dan dijatuhi pidana maka kepadanya dihukum pula untuk membayar

biaya perkara.

Setelah menimbang dan memperhatikan Pasal 310 ayat (4)

Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan

Angkutan Jalan serta ketentuan perundang-undangan lainnya yang

bersangkutan, Majelis Hakim kemudian mengeluarkan putusan, yaitu:

M E N G A D I L I :

- Menerima permohonan banding dari Jaksa Penuntut Umum

- Memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Donggala Nomor

243/Pid.Sus/2015/PN.Dgl tanggal 23 Februari 2016, yang dimintakan

banding tersebut sehingga amar putusan selengkapnya sebagai berikut :

1. Menyatakan bahwa Terdakwa ADI IRAWAN Alias ADI, telah terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Karena

Kelalaiannya Mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas Yang

Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia” ;

2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana

selama 1 (satu) Tahun 6 (enam) Bulan ;

3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani oleh

Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan

Page 77: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

67

4. Menetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan

5. Memerintahkan barang bukti berupa:

1 (satu) Unit Sepeda Motor Honda VERSA DN 5189 JN;

1 (satu) lembar STNK/SKPD Sepeda Motor Honda VERSA DN 5189 JN;

1 (satu) lembar SIM C An. ADI IRAWAN

Dikembalikan kepada Terdakwa Adi Irawan;

6. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara ini dalam

kedua tingkat peradilan, yang untuk tingkat banding sebesar Rp. 2.000.,-

(dua ribu rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim

Pengadilan Tinggi Sulawesi Tengah di Palu pada hari Selasa tanggal 15

Maret 2016 oleh kami M.CH.SJAMTRI ENDI, SH. Sebagai Hakim

Ketua, SUNARDI,, SH. Dan H. ERLIN HERMANTO, SH., MH. Masing-

masing sebagai Hakim anggota dan putusan tersebut diucapkan dalam

sidang yang terbuka untuk umum pada hari Selasa tanggal 22 Maret 2016

oleh Hakim Ketua dengan dihadiri oleh Hakim-hakim Anggota dan

dibantu oleh SARIPA MALOHO, SH sebagai Panitera Pengganti tanpa

dihadiri oleh Penuntut Umum dan Terdakwa.

C. Analisa Putusan Pengadilan Nomor 27/Pid.Sus/2016/PT PAL Tentang

Kelalaian Lalu Lintas Yang Menyebabkan Hilangnya Nyawa

Proses awal dalam menyelesaikan perkara yakni dimulai dengan

penyelidikan, penyidikan, tuntutan Jaksa Penuntut Umum, pemeriksaan

dipersidangan dan pembuktian.105

Putusan Majelis Hakim Pengadilan

Negeri ini berpijak pada hukum formal sekaligus materil. Dalam artian,

aturan berupa Undang-Undang tersebut merupakan produk dari badan

legislatif bersama eksekutif, dan isi dari Undang-Undang tersebut

mengikat bagi pelaku tindak pidana apabila unsur-unsurnya terpenuhi.

Pijakan Mejelis Hakim dalam putusan Nomor 27/Pid.Sus/2016/PT PAL

adalah Pasal 310 ayat (4) UU RI No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

105

Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2004), h., 41-43.

Page 78: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

68

Dan Angkutan Jalan. Bunyi lengkap Pasal tersebut yaitu: “Dalam hal

kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang mengakibatkan

orang lain meninggal dunia. Dipidana dengan pidana penjara paling lama

6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 12.000.000,00 (dua belas

juta rupiah)”106

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan

Angkutan Jalan ini, pada dasarnya sebagai pelengkap dari Pasal 359 Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana. Undang-Undang tersebut belum

mencakupi perbuatan tindak pidana yang dilakukan di Lalu Lintas. Karena

itu, Majelis Hakim memilih Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan sebagai dasar hukumnya untuk

menjatuhkan sanksi pidana, sebab pelaku melakukan tindak pidana

kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain.

Bertolak pada fakta-fakta yang terdapat dalam surat dakwaan,

terdakwa telah didakwakan oleh Penuntut Umum dengan dakwaan

tunggal, maka dapat dianalisa secara yuridis berdasarkan pasal yang

dikenakan terdakwa yakni pasal 310 ayat 4 Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Adapun unsur-

unsur pidana yang harus terpenuhi agar terdakwa dapat dikenakan sanksi

adalah sebagai berikut:

1. Setiap Orang

2. Mengemudikan kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya

3. Yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia

Pertama, „setiap orang‟ disini adalah siapa saja orang atau subjek

hukum yang melakukan perbuatan pidana dan dapat

mempertanggungjwabkan perbuatannya. Terdakwa Adi Irawan alias Adi

yang dihadapkan dipersidangan ini dengan berdasarkan fakta yang

terungkap dalam persidangan yang diperoleh dari alat-alat bukti, barang

bukti dan keterangan terdakwa sendiri yang membenarkan identitasnya

106

Pasal 310 Ayat (4) Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

Dan Angkutan Jalan

Page 79: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

69

dalam surat dakwaan penuntut umum, maka terdakwa yang diajukan

dalam perkara ini adalah Adi Irawan alias Adi sebagai manusia yang dapat

mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dengan demikian, maka unsur

„setiap orang‟ telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum.

Kedua, „mengemudikan kendaraan bermotor karena kelalaiannya‟

terlihat dari fakta hukum yang terungkap dalam persidangan, yaitu bahwa

terdakwa Adi Irawan pada hari Selasa tanggal 29 September 2015 sekitar

pukul 10.00 Wita Terdakwa atas nama Adi Irawan mengendarai sepeda

motor Honda Verza dengan nomor polisi DN 5189 JN dengan tidak hati-

hati dimana sepeda motor yang dikendarainya melaju kencang dengan

kecepatan kurang lebih 90 Km/jam dari arah Selatan menuju Utara atau

dari arah Palu menuju Sojol, sementara itu korban Muhammad Hidaitul

Rahman yang masih berusia 4 (empat) tahun bergerak dari arah timur ke

barat atau dari arah sebelah kanan menuju sebelah kiri jalan. Pada saat itu

terdakwa tidak memperhatikan korban Muhammmad Hidaitul Rahman

yang sedang berada dipinggir jalan sebelah kanan hendak menyebrang

dimana pada saat itu korban Muhammad Haidatul Rahman muncul dari

belakang mobil yang sedang parkit dibahu jalan sebelah kanan. Ketika itu

sepeda motor yang dikendarai oleh Terdakwa melaju kencang sehingga

tidak bisa dikendalikan lagi oleh terdakwa sehingga membuat sepeda

motor menabrak badan korban Hidaitul Rahman serta membuat korban

korban Hidaitul Rahman terpental ke bahu jalan sebelah kanan kalau dari

arah Palu menuju ke Sojol. Dengan demikian akibat perbuatan terdakwa

menyebabkan korban Hidaitul Rahman meninggal dunia. Berdasarkan

fakta hukum diatas, maka unsur „mengemudikan kendaraan bermotor yang

karena kelalaiannya‟ telah terbukti dan meyakinkan menurut hukum.

Ketiga, unsur „Yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia‟,

yang dimaksudkan dengan meninggal dunia disini adalah matinya orang

yang disini tidak dimaksud sama sekali oleh terdakwa melainkan kematian

tersebut merupakan akibat dari kurang hati-hati atau karena kelalaian

terdakwa. Berdasarkan pengertian di atas, dihubungkan dengan

Page 80: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

70

meninggalnya korban dapat dibuktikan dan didukung oleh surat

keterangan meninggal dunia nomor 400/126-747/X/2015 tanggal 30

September 2015 yang ditandatangani oleh dokter Puskesmas Tambu dr.

Ivan Adeputra Kawile yang menerangkan bahwa korban atas nama

Muhammad Hidaitul Rahman benar telah meninggal dunia pada hari

Selasa tanggal 29 September 2015 sekitar pukul 10.00 Wita dengan tanda-

tanda kematian pernafasan tidak ada, bunyi jantung tidk terdengar dan

denyut nadi tidak teraba. Dengan demikian, unsur tersebut telah terpenuhi

dan meyakinkan menurut hukum.

Putusan Majelis Hakim dalam pemberian sanksi tentunya tidak lepas

dari pertimbangan hal-hal yang memberatkan dan meringankan, namun

dalam putusan nomor 27/Pid.Sus/2016/PT PAL tidak ditemukan hal-hal

yang meringankan terdakwa melainkan hal-hal yang memberatkan

terdakwa yang tercantum dalam putusan tersebut, yaitu terdakwa terlalu

ceroboh dan kurang hati-hati ketika melintas daerah pemukiman

seharusnya mengurangi kecepatannya bukan malah memacu kecepatan

sepeda motornya dengan kecepatan tinggi sehingga terdakwa tidak bisa

mengendalikan sepeda motornya saat seorang anak menyebrang jalan dan

menyebabkan korban meninggal dunia. Hal tersebut merupakan

pertimbangan Majelis Hakim dalam memperbaiki putusan nomor

243/Pid.Sus/2015/PN.Dgl tanggal 23 Februari 2016 yang didalamnya

terdakwa diberikan sanksi dengan pidana 8 (bulan) penjara menjadi 1

(satu) tahun 6 (enam) bulan penjara yang termaktub dalam putusan nomor

27/Pid.Sus/2016/PT PAL.

Berdasarkan analisa di atas, penulis berkesimpulan bahwa hakim

kurang jeli dalam melakukan pertimbangan atas penjatuhan sanksi pidana

terhadap terdakwa. Menurut penulis sanksi pidana yang dijatuhkan oleh

hakim itu sangat ringan, yaitu hanya 1 (satu) 6 (enam) bulan pidana

penjara. Majelis hakim semestinya memperhatikan dengan cermat

terhadapa hal-hal yang memberatkan terdakwa. Hal yang memberatkan

yaitu terdakwa bertindak ceroboh dan kurang hati-hati ketika melintas

Page 81: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

71

daerah pemukiman seharusnya mengurangi kecepatannya bukan malah

memacu kecepatan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi sehingga

terdakwa tidak bisa mengendalikan sepeda motornya saat seorang anak

menyebrang jalan dan menyebabkan korban meninggal dunia. dan kurang

hati-hati ketika melintas daerah pemukiman seharusnya mengurangi

kecepatannya bukan malah memacu kecepatan sepeda motornya dengan

kecepatan tinggi sehingga terdakwa tidak bisa mengendalikan sepeda

motornya saat seorang anak menyebrang jalan dan menyebabkan korban

meninggal dunia.

Hal tersebut sudah menunujukkan bahwa terdakwa memang benar

melakukan kelalaian dalam menggunakan kendaraan bermotornya yang

menyebabkan hilangnya nyawa orang lain. Jadi, apabila ditinjau

berdasarkan pemidanaan yang terdapat dalam pasal 310 ayat 4 Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

maka pidana penjara yang diberikan 1 (tahun) 6 (enam) bulan terlalu

ringan dari hukuman maksimal 6 (enam) tahun penjara. Pidana penjara

yang diberikan dalam putusan Nomor 27/Pid.Sus/2016/PT PAL jelas tidak

memberikan efek jera, padahal salah satu tujuan adanya hukum adalah

menciptakan efek jera bagi pelaku.107

Demikianlah analisis putusan

Nomor 27/Pid.Sus/2016/PT PAL ditinjau dari hukum positif.

Adapun bila ditinjau dari hukum Islam, menurut para fuqaha tindakan

pelaku kelalaian lalu lintas yang menyebakan hilangnya nyawa orang

termasuk dalam pembunuhan karena kesalahan. Menurut Abdul Qadir

Audah,108

pembunuhan karena kesalahan adalah pembunuhan karena

kekeliuran dimana pelaku sengaja melakukan suatu perbuatan, tetapi tidak

ada maksud untuk mengenai orang melainkan karena terjadi kekeliuran

baik dalam perbuatannya maupun dalam dugaannya. Pengertian yang

diberikan oleh Abdul Qadir Audah dipertegas oleh Wahbah Zuhaili yaitu

107

C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h., 39. 108

Abd Al-Qadir Audah, At-Tasyri Al-Jinaiy Al-Islamiy, Juz II, (Al-Arabi: Dar al-Kitab

al-Ilmiyah, tt), h., 104.

Page 82: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

72

pembunuhan karena kesalahan adalah pembunuhan yang terjadi tanpa

maksud melawan hukum, baik dalam perbuatannya maupun objeknya.109

Unsur-unsur pembunuhan karena kesalahan sebagaimana yang

dikemukan oleh Abdul Qadir Audah antara lain;110

Pertama, „Adanya

Perbuatan yang Mengakibatkan Matinya Korban‟. Untuk terwujudnya

tindak pidana pembunuhan karena kesalahan diisyaratkan adanya

perbuatan yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban, baik dikehendaki

perbuatan tersebut maupun tidak. Pembunuhan karena kelalaian juga

diisyaratkan mengakibatkan kematian, baik pada saat itu maupun

sesudahnya, apabila korban tidak mati maka tindak pidana tersebut

termasuk dalam tindak pidana atas selain jiwa karena kesalahan, bukan

pembunuhan.

Kedua, Perbuatan Tersebut Terjadi Karena Kelalaian‟ Unsur

kelalaian ini terdapat apabila dari suatu perbuatan timbul akibat yang tidak

dikehendaki oleh pelaku. Dengan demikian, dalam pembunuhan ini

kematian terjadi akibat kelalaian pelaku karena kurang berhati-hati.

Ketidakhati-hatian itu sendiri pada dasarnya tidak menyebabkan adanya

hukuman, kecuali apabila terdapat kerugian kepada pihak lain. Dengan

demikian apabila terdapat kerugian maka terdapatlah pertanggungjawaban

dari kelalaian dan apabila tidak ada kerugian maka tidak ada

pertanggungjawaban.

Ketiga, „Adanya Hubungan Sebab Akibat Antara Kekeliuran dan

Kematian‟. Untuk adanya pertanggungjawaban bagi pelaku dalam

pembunuhan karena kelalaian diisyaratkan bahwa kematian merupakan

akibat dari kelalaian tersebut. Dengan demikian, kelalaian merupakan

penyebab bagi kematian terdapat hubungan sebab akibat, apabila

109

Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, Juz VI, (Damaskus, Dar Al-Fikr,

1989), h., 223.

110 Abd Al-Qadir Audah, At-Tasyri Al-Jinaiy Al-Islamiy, Juz II, (Al-Arabi: Dar al-Kitab

al-Ilmiyah, tt), h., 108-109.

Page 83: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

73

hubungan tersebut terputus maka tidak ada pertanggungjawaban bagi

pelaku.

Sanksi bagi pelaku al-qatl al-khata terbagi menjadi 2 macam yaitu

sanksi pokok dan sanksi tambahan. Sanksi pokok terhadap pembunuhan

karena kesalahan yaitu diyat dan kifarat. Hukuman diyat karena kesalahan

adalah diyat mukhaffafah, yaitu diyat yang diperingan.111

Dasar

disyariatkannya perintah diyat terdapat dalam firman Allah Swt yaitu

dalam Q.s. An-Nisa (5): 92:

Artinya: “Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang

mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan

Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia

memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat

yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka

(keluarga terbunuh) bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir)

yang ada Perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka

(hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada

keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang

beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si

111

A. Djazuli, Fiqh Jinayah Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam, (Jakarta, PT

Raja Grafindo Persada, 1997), h., 41.

Page 84: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

74

pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat

dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Diat mukhaffah adalah diat yang berlaku pada pembunuhan karena

kelalaian yang dibebankan kepada ahli waris pelaku pembunuhan dan

dibayar dengan jumlah diat 100 ekor unta yang jika diperinci adalah 20

ekor unta bintu ma’khad (unta betina berumur 2 tahun), 20 ekor unta ibnu

ma’khad (unta jantan berumur 2 tahun) menurut Hanafiyah dan Hanabilah

(unta jantan berumur 3 tahun), menurut Malikiyah dan Syafi‟iyah, 20 ekor

unta bintu labun (unta betina unur 3 tahun), 20 ekor unta hiqqah (unta

umur 4 tahun), 20 ekor unta jadza’ah (umur 5 tahun)112

. Pembayaran diat

dibebankan kepada aqilah. Sayid sabiq menjelaskan bahwa aqilah adalah

kelompok yang secara bersama-sama menanggung pembayaran diat dan

mereka adalah kelompok ashabah, yaitu semua kerabat laki-laki dari pihak

bapak yang balig, berakal, dan mampu. Dengan demikian, pihak

perempuan, anak kecil, orang gila, dan miskin tidak termasuk dalam

kelompok aqilah.113

Pembebanan diat kepada aqilah dalam pembunuhan

karena kelalaian didasarkan kepada hadist yang diriwayatkan oleh Abu

Dawud sebagai berikut:

Artinya: Dari Jabir bahwa dua orang perempuan dari kabilah Hudzail salah

satunya membunuh yang lainnya, dan wanita itu masing-masing

mempunyai suami dan anak. Maka Rasulullah Saw menjadikan diat si

112

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h., 176

113 Sayid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, Juz II, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1980), h., 470.

Page 85: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

75

terbunuh atas „aqilah (keluarga) pembunuh, sedangkan suami dan anaknya

dibebaskan dari kewajiban membayar diat. Berkata Jabir: Berkata „aqilah

korban (terbunuh): Apakah warisannya jatuh ke tangan kami? Maka

Rasulullah Saw bersabda: Tidak, warisannya tetap untuk suami dan

anaknya. (H.r. Abu Dawud).114

Kewajiban kafarat dilakukan dengan memerdekakan hamba sahaya

yang mukmin, namun apabila tidak tidak diperoleh hamba sahaya maka

penggantinya adalah berpuasa selama dua bulan berturut-turut. Allah

berfirman dalam dalil yang sama, yaitu dalam Alquran Q.s. An-Nisa (5):

92, yaitu:

Artinya: “Barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si

pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat

dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Kafarat ini disesuaikan dengan jumlah korban meninggal menurut

pendapat sebagian ulama, jadi misalnya dalam kasus kecelakaan yang

meninggal sebanyak dua orang, maka pelaku harus membebaskan dua

hamba sahaya mukmin atau berpuasa dua bulan berturut-turut dua kali.

Pendapat yang kedua mengatakan bahwa cukup satu kafarat saja.115

Hukuman tambahan untuk tindak pidana pembunuhan karena

kesalahan adalah penghapusan hak waris dan wasiat. Namun dalam

masalah ini, seperti dikemukakan dalam hukuman pembunuhan sengaja,

tidak ada kesepakatan dalam kalangan fuqaha. Menurut jumhur ulama,

pembunuhan karena keslahan dikenakan hukuman tambahan karena

pembunuhan ini termasuk dalam pembunuhan yang melawan hukum.

114

Muhammad ibn Ali Asy-Syaukani, Nail Al-Authar, Juz VII, (Saudi Arabia: Idarah Al-

Bhutus Al-Ilmiah, tt), h., 242.

115 Assadulloh Al-Faruk, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam, (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2009), h., 111.

Page 86: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

76

Dengan demikian, walaupun pembunuhan terjadi karena kesalahan,

penghapusan hak waris dan wasiat tetap diterapkan kepada pelaku, akan

tetapi Imam Malik berpendapat pembunuhan karena kesalahan tidak

menyebabkan hilangnya hak waris dan wasiat karena pelaku sama sekali

tidak berniat melakukan perbuatan yang dilarang yaitu pembunuhan.116

Bila dihubungkan dengan kelalaian lalu lintas yang menyebabkan

hilangnya nyawa orang lain dalam putusan nomor 27/Pid.Sus/2016/PT

PAL yang dilakukan oleh terdakwa Adi Irawan maka perlu diuraikan

penjelasannya. Pelaku pada faktanya tidak hati-hati mengemudikan

kendaraannya dan menyebabkan korban meninggal dunia di lalu lintas dan

membuat pihak keluarga merasa sangat kehilangan, sehingga boleh

dikategorikan tindakan pelaku tersebut adalah tindakan pembunuhan

karena kesalahan dalam hukum pidana Islam.

Pada tataran pembunuhan karena kelalaian yang terjadi di lalu lintas,

dalam hukum pidana Islam pelaku dikategorikan dalam jarimah diat

adalah jarimah yang diancam dengan dengan hukuman diat dan sudah

diatur hukumannya oleh syara‟. Perbedaannya dengan hukuman had

adalah bahwa hukuman had merupakan hak Allah (hak masyarakat)

sedangkan diat merupakan hak individu. Diat merupakan hak manusia

maka hukuman tersebut bisa dimaafkan atau digugurkan oleh korban atau

keluarganya.

116

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h., 178.

Page 87: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

77

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis mengamati dengan cermat uraian diatas, maka penulis

mengambil kesimpulan sebagaimana berikut :

1. Penerapan hukum pidana oleh Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Palu

dalam putusan Nomor 27/Pid.Sus/2016/PT PAL tentang kelalaian lalu

lintas yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain adalah pasal 310

ayat 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

Dan Angkutan Jalan sudah tepat. Terdakwa Adi Irawan juga telah

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain

berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan, alat bukti

yang diajukan oleh jaksa penuntut umum dan juga hasil Visum Et

Repertum, selain itu terdakwa diangap sehat secara jasmani maupun

rohani sehingga dianggap mampu untuk mempertanggungjawabkan

perbuatannya. Dalam putusan pengadilan Nomor 27/Pid.Sus/2016/PT

PAL tentang tindak pidana kelalaian lalu lintas yang menyebabkan

hilangnya nyawa orang lain telah terpenuhi unsur-unsur yang terdapat

dalam pasal 310 ayat 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Putusan pengadilan Nomor

27/Pid.Sus/PT PAL adalah hasil banding yang diajukan oleh Jaksa

Penuntut Umum atas putusan pengadilan 243/Pid.Sus/2015/PN.Dgl yang

dianggap tidak memberikan efek jera dan tidak memenuhi rasa keadilan

menurut pandangan Jaksa Penuntut Umum. Majelis Hakim Pengadilan

Tinggi Palu memberikan pertimbangan bahwa Hakim Tingkat pertama

telah benar namun mengenai penjatuhan pidana terhadap terdakwa

perlu diperbaiki karena terdakwa terlalu ceroboh dan kurang hati-hati

Page 88: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

78

2. dalam memacu sepeda motornya sehingga hukuman tersebut

diperbaiki dari 8 (delapan) bulan penjara menjadi 1 (satu) tahun 6

(enam) bulan penjara.

3. Sanksi yang dijatuhkan kepada terdakwa atas nama Adi Irawan dalam

perbuatannya melakukan kelalaian dalam menggunakan sepeda

motornya di lalu lintas sehingga menyebabkan orang lain meninggal

dunia didasarkan pada pasal 310 ayat 4 Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Berdasarkan

pasal tersebut Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Palu menganggap

kualifikasinya telah terpenuhi sehingga menjatuhkan sanksi pidana

penjara satu tahun enam bulan penjara dengan ketentuan terdakwa

tetap ditahan dan dikurangi masa tahanan yang telah dijalani.

Demikian ini yang mnejadi sanksi yang dijatuhkan terdakwa ditinjau

dari hukum pidana positif. Ditinjau dari hukum pidana islam, terdakwa

Adi Irawan digolongkan sebagai pelaku pembunuhan karena kesalahan

karena tidak ada niat sama sekali pelaku untuk melakukan

pembunuhan. Sanksi bagi pelaku pembunuhan karena kelalaian yaitu

diat mukhaffafah dengan 100 ekor unta dan kafarat dengan cara

memerdekan hamba sahaya atau berpuasa selama dua bulan berturut-

turut yang kedua pelaksanaan hukuman tersebut dibebankan kepada

aqilah.

B. Saran

1. Kepada para penegak hukum dan pemerintah agar bisa memberikan

hukuman yang setimpal bagi pelaku kelalaian lalu lintas yang

menyebabkan hilangnya nyawa orang lain supaya dapat memberikan

efek jera dan memenuhi rasa keadilan. Pemerintah bersama aparat

penegak hukum harus juga memperhatikan langkah-langkah preventif

untuk kedepannya, sehingga tidak akan ada lagi pelaku yang

melakukan kelalaian lalu lintas yang membuat orang lain meninggal

dunia.

Page 89: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

79

2. Kepada masyarakat luas, agar lebih hati-hati dalam menggunakan

kendaraan bermotor di lalu lintas serta senantiasa menta‟ati peraturan-

peraturan lalu lintas. Misalnya, ada rambu lalu lintas yang menandakan

kecepatan maksimum dalam daerah tersebut adalah 40 km/jam, maka

tidak boleh lebih dari kecepatan 40 km/jam. Banyak hikmah yang

dapat diambil dari beberapa kasus yang sudah terjadi, setidaknya

penting untuk menta‟ati rambu-rambu lalu lintas agar tidak terjadi hal-

hal yang tidak dinginkan.

Page 90: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

80

DAFTAR PUSTAKA

Alquranul Karim

Hadist Rasulullah Saw

Buku Dan Jurnal:

A. Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1976.

Adji, Indrianto Seno, Pergeseran Hukum Pidana, Jakarta: Diadit Media, 2012.

Ahmad Wardi, Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.

Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum,

Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 210.

Al-Faruk, Asadullah, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam, Bogor: Ghalia

Indonesia, 2009.

Ali, Achmad, Menguak Teori Hukum Dan Teori Peradilan Vol. 1, Jakarta:

Kencana, 2010.

Ali, Mahrus, Dasar-Dasar Hukum Pidana, cet. 1, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Arifin, Mohammad, Teori Dan Filsafat Hukum; Telaah Kritis Atas Teori-Teori

Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993.

Atmasasmita, Romli, Perbandingan Hukum Pidana, cet. 2, Bandung: Mandar

Maju, 2000.

Chazawi, Adam, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2008.

Djazuli, Ahmad, Fiqh Jinayah; Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Hukum

Pidana Islam, cet. 3, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1967.

Effendy, Rusli, Asas-Asas Hukum Pidana, Ujung Pandang: Lembaga Penelitian

Universitas Muslim Indonesia, 1989.

Hambal, Ahmad Ibnu, Musnad Imam Ahmad Bin Hambal, Beirut: Dar Kitab Al-

Ilmiyah, Hadist Nomor 3822.

Hanafi, “Reformasi Sistem Pertanggungjawaban Pidana”, Jurnal Hukum, Vol.

VI, 11, (1999): 22-31.

Hanafi, Ahmad, Azas-Azas Hukum Pidana Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang,

1967.

Page 91: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

81

Hendrawan, Budi. “Hubungan Antara Kesengajaan Terhadap

Pertanggungjawaban Pidana Dalam Kasus Kecelakaan Lalu Lintas Di

Jalan Yang Menyebabkan Hilangnya Nyawa Orang Seseorang”. USU Law

Journal. Vol. III, 1, (2015): 51-72.

Huda, Chairul, Dari Tiada Pidana Tanpa kesalahan Menuju Kepada Tiada

Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Jakarta: Kencana, 2006.

Ilyas, Amir, Asas-Asas Hukum Pidana: Memahami Tindak Pidana Dan

Pertanggungjawaban Sebagai Syarat Pemidanaan, cet. 1, Yogyakarta:

Rangkang Education Yogyakarta & PuKAP Indonesia, 2012.

Lamintang, PAF, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Citra Aditya,

2011.

Marala, Andi Zaenal, “Penegakan Hukum Pidana Terhadap Kelalaian Pengemudi

Yang menimbulkan Kecelakaan Kecelakaan Jalan Raya”. Lex Crimen.

Vol. IV, 5, (2015): 124-131.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Group,

2008.

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta: Rineka Cipta, 2008

Moeljatno, Perbuatan Pidana Dan Pertanggungjawaban Pidana, Jakarta: Bina

Aksara, 1983.

Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Roda Karya, 2004.

Mubarok, Jaih, Kaidah Fiqh Jinayah, Jakarta: Pustaka Bani Quraisy, 2004.

Mujieb, M.Abdul dkk, Kamus Istilah Fiqh, cet. 3, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994.

Muslich, Ahmad Wardi, Hukum Pidana Islam, cet. 1, Jakarta: Sinar Grafika,

2005.

Muslich, Ahmad Wardi, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqh Jinayah,

Jakarta: Sinar Grafika, 2004.

Prodjodikoro, Wijono, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, Bandung: PT Refika

Aditama, 2014.

R Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-

Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor: Politea, 1996.

Reggong, Ruslan, Hukum Pidana Khusus: Memahami Delik-Delik di Luar KUHP,

cet. 1, Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2016.

Page 92: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

82

Saleh, Roeslan, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana; Dua

Pengertian Dalam Hukum Pidana, Jakarta: Aksara Baru, 1981.

Santoso, Topo, Menggagas Hukum Pidana Islam, cet. 2, Bandung: As-Syamil

Press & Grafika, 2001.

Soekanto, Soejono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2003.

Soekanto, Soejono, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.

Supardjaja, Komariah Emong, Ajaran Melawan Hukum Dalam Hukum Pidana

Indonesia, Bandung: Alumni, 2002.

Usman, Husni dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta:

Bumi Aksara, 1998.

Warpani, Suwardjoko, Pengelolaan Lalu Lintas & Angkutan Jalan, Bandung:

Penerbit ITB, 2002.

Undang-Undang:

Pasal 359 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

Putusan Pengadilan:

Putusan Pengadilan Tinggi Palu Nomor 27/Pid.Sus/2016/PT Pal

Skripsi:

Bogiyanto, Iwan, “Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Kasus Kelalaian

Pengemudi Yang menimbulkan Kecelakaan Di Jalan Raya; Tinjauan

Yuridis UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan

Jalan”, Skripsi S1 Fakultas Hukum UPN VETERAN, 2011.

Internet:

https://id.wikipedia.org/wiki/Mukallaf pada Kamis, 19 Juli 2018 pada pukul 02.46 Wib.

Huda, Ikhsanul, “Angka Kecelakaan Lalu Lintas Di Indonesia Termasuk

Tertinggi Di ASEAN”. Artikel Diakses pada 7 Februari 2018 dari

www.tribunnews.com.

Page 93: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

SALINAN

P U T U S A N

Nomor 27/Pid.Sus/2016/PT PAL

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENGADILAN TINGGI SULAWESI TENGAH di Palu yang memeriksa

dan mengadili perkara-perkara pidana dalam peradilan tingkat banding, telah

menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara Terdakwa ;

N a m a : ADI IRAWAN Alias ADI;

Tempat lahir : Karya Mukti;

Umur / Tgl Lahir : 26 Tahun / 23 November 1989;

Jenis kelamin : Laki – laki;

Kebangsaan : Indonesia;

Tempat tinggal : Desa Karya Mukti, Kec. Damsol, Kab.

Donggala;

A g a m a : Islam;

Pekerjaan : Swasta;

Terdakwa berada dalam tahanan berdasarkan Penetapan Penahanan

dari:

1. Penyidik sejak tanggal 13 Oktober 2015 s/d tanggal 01 November 2015 ;

2. Perpanjangan Penahanan oleh Penuntut Umum, sejak tanggal 02

November 2015 s/d tanggal 11 Desember 2015 ;

2. Penuntut Umum, sejak tanggal 10 Desember 2015 sampai dengan

tanggal 29 Desember 2015 ;

3. Hakim Pengadilan Negeri Donggala, sejak tanggal 22 Desember 2015 s/

d tanggal 20 Januari 2016 ;

4. Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri Donggala, sejak tanggal 21

Januari 2016 s/d tanggal 20 Maret 2016 ;

6. Hakim Pengadilan Tinggi Sulawesi Tengah sejak tanggal 25 Pebruari 2016

s/d tanggal 25 Maret 2016;

7. Perpanjangan Ketua Pengadilan Tinggi Sulawesi Tengah, sejak tanggal

26 Maret 2016 s/d tanggal 24 Mei 2016 ;

Terdakwa tidak didampingi Penasihat Hukum;

Pengadilan Tinggi tersebut;

1

Halaman 1 dari 9 Putusan Nomor 27/PID/2016/PT PAL

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 94: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Telah membaca Penetapan Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Sulawesi

Tengah, tanggal 11 Maret 2016 Nomor 27/Pid.Sus/2016/PT PAL tentang

Penunjukan Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara Terdakwa

tersebut;

Telah membaca berkas perkara dan surat-surat yang bersangkutan serta

turunan resmi putusan Pengadilan Negeri Donggala Nomor : 243/Pid.Sus/2015/

PN.Dgl, tanggal 23 Februari 2016 ;

Menimbang, bahwa Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan Terdakwa

di depan persidangan dengan surat dakwaan NO.REG.PERK:PDM- 94/

DONGGALA/Euh.2/12/2015, tanggal 10 Desember 2015 yang berbunyi sebagai

berikut :

-------- Bahwa Terdakwa ADI IRAWAN Alias ADI, pada hari Selasa tanggal 29

September 2015 sekitar pukul 10.00 Wita atau setidak-tidaknya pada suatu

waktu dalam bulan September 2015, bertempat di Jalan Trans Palu – Tolitoli

yang terletak di Desa Ponggerang, Kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala

atau setidak – tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah

hukum Pengadilan Negeri Donggala yang berwenang mengadili dan

memeriksa, Terdakwa telah mengemudikan Kendaraan Bermotor yang

karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas sehingga

mengakibatkan orang lain meninggal dunia yaitu terhadap korban Muhamad

Hidaitul Rahman. Perbuatan tersebut dilakukan oleh Terdakwa dengan cara

sebagai berikut:

⇒ Berawal pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut diatas,Terdakwa

yang mengendarai sepeda motor Honda Verza DN 5189 JN dengan

tidak hati – hati dimana sepeda motor yang dikendarainya melaju

kencang dengan kecepatan ± 90 Km/jam dari arah Selatan menuju Utara

atau dari arah Palu menuju Sojol, sementara itu Korban Muhamad

Hidaitul Rahman yang masih berusia 4 (empat) tahun bergerak dari arah

timur ke barat atau dari arah sebelah kanan jalan menuju ke sebelah kiri

jalan. Pada saat itu Terdakwa tidak memperhatikan Korban Muhamad

Hidaitul Rahman yang sedang berada dipinggir jalan sebelah kanan

hendak menyeberang dimana pada saat itu Korban Muhamad Hidaitul

Rahman muncul dari belakang mobil yang sedang parkir di bahu jalan

sebelah kanan. sedangkan ketika itu sepeda motor yang dikendarai oleh

2

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 95: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Terdakwa melaju kencang sehingga tidak bisa dikendalikan lagi oleh

Terdakwa dan membuat sepeda motor Terdakwa menabrak badan

korban Muhamad Hidaitul Rahman sehingga membuat Korban Muhamad

Hidaitul Rahman terpental ke bahu jalan sebelah kanan kalau dari arah

Palu menuju ke Sojol. Dan tidak lama kemudian datang warga untuk

menolong korban dan membawa korban ke Puskesmas Sabang akan

tetapi tidak berselang lama kemudian Korban Mohamad Hidaitul Rahman

meninggal dunia.

⇒ Bahwa akibat perbuatan dari Terdakwa tersebut, korban Muhamad

Hidaitul Rahman meninggal dunia sesuai dengan hasil Visum et

Repertum dari Puskesmas Tambu nomor: 400/51-300d/VII/VER/2015

tanggal 30 September 2015 yang dibuat dan ditandatangani oleh dr.

IVAN ADEPUTRA KAWILE dokter pada Puskesmas Tambu, dengan

hasil pemeriksaan terhadap MUHAMAD HIDAITUL RAHMAN sebagai

berikut:

• Kondisi umum: korban meninggal dunia

• Kepala:

1. Luka robek pada dahi kiri dengan ukuran panjang 3 CM, lebar

1 CM, dalam 1 CM, dasar luka lemak.

2. Luka lecet pada dahi bagian tengah, diameter 4 CM.

3. Kedua pupil mata sama lebar, 4 CM.

4. Hidung: perdarahan dari kedua lubang hidung, tidak ditemukan

/ fan tanda patah tulang / fraktur hidung.

5. Telinga: perdarahan dari kedua lubang telinga.

6. Rahang bawah: ditemukan tanda patah tulang rahang bawah

(fraktur mendibula) pada sisi kanan dan kiri dari garis tengah

tubuh, tidak ada luka terbuka pada area rahang.

7. Gigi-geligih: Tampak utuh

• Perut:

1. Ditemukan empat luka gores pada perut kiri atas, masing-

masing dengan ukuran 2 Cm, 1 Cm, 3 Cm, dan 3 Cm, dengan

arah sejajar bidang horizontal tubuh.

2. Ditemukan luka lecet pada perut kiri bawah, dengan ukuran

panjang 3 Cm.

3

Halaman 3 dari 9 Putusan Nomor 27/Pid.Sus /2016/PT PAL

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 96: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bokong (Gluteus) kanan: ditemukan luka lecet dengan ukuran panjang 3

Cm.

• Bokong (Gluteus) kiri: ditemukan luka lecet dengan ukuran panjang 1

Cm.

• Extremitas (Anggota gerak) atas:

• Luka lecet pada siku kanan, ukuran diameter 3 Cm.

• Extremitas (anggota gerak) bawah:

1. Paha kanan: bengkak, warna kebiruan, ditemukan tanda patah

tulang paha kanan, tidak ditemukan tanda luka terbuka.

2. Paha kiri: luka robek pada sisi paha belakang, dengan ukuran

panjang 7 Cm, lebar 4 Cm, dalam luka 1 Cm, dasr luka lemak,

tepi luka tidak rata.

3. Tumit kanan: ditemukan dua luka robek, masing-masing:

a. Ukuran panjang 4 Cm, lebar 1 Cm, dalam 1 Cm, dasar luka

lemak, tepi luka tidak rata

b. Ukuran panjang 3 Cm, lebar 1 Cm, dalam 0,5 Cm, dasar

luka lemak, tepi luka tidak rata.

• Tanda kematian:

1. Pernafasan: tidak ada

2. Bunyi jantung tidak terdengar

3. Denyut nadi: tidak teraba

4. Tekanan darah: tidak terukur

5. Lebam mayat: belum ditemukan

6. Kaku mayat: belum ditemukan

7. Pembusukan: belum ditemukan

8. Suhu: dengan perabaan menggunakan tangan, suhu tubuh

mayat terasa hangat.

⇒ Dan didukung oleh surat Keterangan Meninggal Dunia nomor

No.400/126-747/X/2015 tanggal 30 September 2015 yang ditanda

tangani oleh dokter Puskesmas Tambu dr. IVAN ADEPUTRA KAWILE

yang menerangkan bahwa Muhamad Hidayatul Raman; Umur: 4 tahun;

benar telah meninggal dunia pada hari Selasa tanggal 29 September

2015, sekitar pukul 10.00 Wita.

4

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 97: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

-------- Perbuatan Terdakwa tersebut diatur dan diancam pidana dalam

Pasal 310 Ayat (4) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Menimbang, bahwa berdasarkan tuntutan Jaksa Penuntut Umum NO.

REG. PERK : PDM-94/Donggala/Euh.2/12/2015, tanggal 16 Februari 2016,

Terdakwa telah dituntut sebagai berikut :

1. Menyatakan Terdakwa ADI IRAWAN Alias ADI bersalah melakukan

tindak pidana “mengemudikan kendaraan bermotor yang karena

kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas sehingga

mengakibatkan orang lain meninggal dunia” sebagaimana diatur

dan diancam pidana dalam Pasal 310 ayat (4) Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang Laluslintas dan

Angkutan Jalan sebagaimana dalam dakwaan penuntut umum;

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa ADI IRAWAN Alias ADI

dengan pidana penjara selama 2 (dua) Tahun dan 6 (enam) bulan

dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan sementara

dengan perintah agar Terdakwa tetap ditahan;

3. Menyatakan barang bukti berupa:

• 1 (satu) Unit Sepeda Motor Honda VERSA DN 5189 JN;

• 1 (satu) lembar STNK/SKPD Sepeda Motor Honda VERSA DN 5189 JN;

• 1 (satu) lembar SIM C An. ADI IRAWAN;

Dikembalikan kepada Terdakwa Adi Irawan;

4. Menetapkan agar Terdakwa ADI IRAWAN Alias ADI dibebani

membayar biaya perkara sebesar Rp.2000,- (dua ribu rupiah).

Menimbang, bahwa atas tuntutan Jaksa Penuntut Umum tersebut,

Pengadilan Negeri Donggala telah menjatuhkan putusan yang dibacakan pada

tanggal tanggal 23 Februari 2016, yang amarnya berbunyi sebagai berikut :

1. Menyatakan bahwa Terdakwa ADI IRAWAN Alias ADI, telah terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Karena

Kelalaiannya Mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas Yang

Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia”;

2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana

penjara selama 8 (delapan) bulan;

5

Halaman 5 dari 9 Putusan Nomor 27/Pid.Sus /2016/PT PAL

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 98: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani oleh

Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

4. Menetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan;

5. Memerintahkan barang bukti berupa:

• 1 (satu) Unit Sepeda Motor Honda VERSA DN 5189 JN;

• 1 (satu) lembar STNK/SKPD Sepeda Motor Honda VERSA DN 5189 JN;

• 1 (satu) lembar SIM C An. ADI IRAWAN;

Dikembalikan kepada Terdakwa Adi Irawan;

6. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara

sebesar Rp.2000,- (dua ribu rupiah);

Menimbang, bahwa terhadap putusan tersebut Jaksa Penuntut Umum

telah menyatakan banding dihadapan Panitera Pengadilan Negeri Donggala,

pada tanggal 25 Februari 2016 sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan

Banding No. 2/Akta.Pid/2016/PN.DGL dan permohonan banding tersebut telah

diberitahukan secara seksama kepada Terdakwa pada tanggal 29 Februari

2016;

Menimbang, bahwa Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan memori

banding pada tanggal 01 Maret 2016 yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan

Negeri Donggala pada tanggal 02 Maret 2016 dan selanjutnya memori banding

tersebut telah diberitahukan/diserahkan secara seksama kepada Terdakwa

pada tanggal 03 Maret 2016 ;

Menimbang, bahwa Terdakwa tidak mengajukan Kontra Memori

Banding berdasarkan Surat Keterangan belum mengajukan kontra memori

banding tertanggal 10 Maret 2016

Menimbang, bahwa sebelum berkas perkara banding dikirim ke

Pengadilan Tinggi, kepada Jaksa Penuntut Umum dan kepada Terdakwa telah

diberi kesempatan untuk mempelajari berkas perkara selama 7 (tujuh) hari oleh

Panitera Pengadilan Negeri Donggala, sebagaimana Akta pemberitahuan

mempelajari berkas perkara banding, masing-masing pada tanggal 03 Maret

2016 ;

Menimbang, bahwa permintaan pemeriksaan pada tingkat banding

yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum diajukan dalam tenggang waktu

dan cara serta syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-undang maka

permintaan banding tersebut secara formal dapat diterima;

6

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 99: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa Jaksa Penuntut Umum dalam memori

bandingnya mengemukakan alasan-alasan sebagai berikut :

1. Bahwa amar putusan tersebut dalam hal penjatuhan pidana badannya

kurang memenuhi rasa keadilan dan terlalu ringan dan tidak setimpal

dengan kesalahan Terdakwa dikarenakan tujuan penjatuhan pidana bukan

hanya untuk membuat si pelaku menjadi jera akan tetapi juga menjadikan

pelajaran kepada orang lain untuk berfikir berulang kali untuk melakukan

kejahatan serupa (pencegahan / prefentif). Jika hal tersebut dihubungkan

dengan putusan Mejelis Hakim dalam perkara ini maka kami kuatirkan

terlalu ringannya penjatuhan pidana yang dijatuhkan kepada Terdakwa

tidak akan memberikan efek jera kepada pelaku dan tidak membuat

maksimalnya fungsi pencegahan / prefentif dari penjatuhan pidana tersebut.

Selain itu terlalu ringannnya penjatuhan pidana bagi Terdakwa tersebut

kurang memenuhi rasa keadilan masyarakat dikarenakan akibat dari

perbuatan terdakwa tersebut mengakibatkan korban MUHAMAD HIDAITUL

RAHMAN meninggal dunia sehingga mengakibatkan keluarga besar korban

mengalami kesedihan yang berkepanjangan ;

2. Bahwa Judex Factie dalam pertimbangannya mengemukakan bahwa pada

saat itu Terdakwa mengendarai sepeda motor Honda Verza DN 5189 JN

dengan tidak hati-hati dimana sepeda motor yang dikendarainya melaju

kencang dengan kecepatan + 90 km/jam dari arah selatan menuju utara

atau dari arah Palu menuju Sojol, sementara itu korban MUHAMAD

HIDAITUL RAHMAN yang masih berusia 4 (empat) tahun bergerak dari

arah timur ke barat atau dari arah sebelah kanan jalan menuju ke sebelah

kiri jalan. Pada saat itu Terdakwa tidak memperhatikan korban MUHAMAD

HIDAITUL RAHMAN yang sedang berada dipinggir jalan sebelah kanan

hendak menyeberang jalan. Sedangkan ketika itu sepeda motor yang

dikendarai oleh Terdakwa melaju kencang sehingga tidak bisa dikendalikan

lagi oleh Terdakwa dan membuat sepeda motor Terdakwa menabrak badan

korban MUHAMAD HIDAITUL RAHMAN sehingga membuat korban

MUHAMAD HIDAITUL RAHMAN terpental ke bahu jalan sebelah kanan

kalau dari arah Palu menuju Sojol ;

Bahwa seharusnya Judex Factie menjadikan hal tersebut menjadi hal yang

memberatkan hukuman buat Terdakwa dikarenakan ketika melintas daerah

7

Halaman 7 dari 9 Putusan Nomor 27/Pid.Sus /2016/PT PAL

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 100: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pemukiman seharusnya Terdakwa mengurangi kecepatannya bukan malah

memacu kecepatan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi sehingga

Terdakwa tidak bisa mengendalikan sepeda motornya sehingga terjadi

kecelakaan lalu lintas tersebut selain itu Terdakwa sempat memacu kembali

kendaraannya bermaksud untuk melarikan diri sebelum akhirnya Terdakwa

berubah fikiran dan berbalik menyerahkan diri ke Polsek Damsol ;

Oleh karena itu, dengan ini kami mohon supaya Pengadilan Tinggi

Sulawesi Tengah menerima permohonan banding kami dan menyatakan

Terdakwa ADI IRAWAN Alias ADI bersalah melakukan tindak pidana

”mengemudikan kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya

mengakibatkan kecelakaan lalu lintas sehingga mengakibatkan orang

lain meninggal dunia” melanggar Pasal 310 Ayat (4) Undang-undang RI

No. 22 tahun 2009 tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan serta

menjatuhkan pidana kepada Terdakwa ADI IRAWAN Alias ADI dengan

pidana penjara selama 2 (dua) Tahun dan 6 (enam) Bulan dikurangkan

seluruhnya dengan masa tahanan yang telah dijalaninya dan dengan

perintah agar Terdakwa tetap ditahan dan seluruh barang bukti yang terkait

dengan perkara ini dikembalikan kepada Terdakwa ADI IRAWAN Alias ADI

serta membebani Terdakwa ADI IRAWAN Alias ADIdengan biaya perkara

sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah).

Menimbang, bahwa setelah Pengadilan Tinggi mempelajari putusan

Pengadilan Negeri Donggala, Nomor 243/Pid.Sus/2015/PN.Dgl, tanggal

23 Februari 2016, serta memori banding dari Jaksa Penuntut Umum,

selanjutnya Pengadilan Tinggi memberi pertimbangan sebagai berikut, yaitu

bahwa pertimbangan Hakim Tingkat Pertama telah benar namun mengenai

penjatuhan pidana yang dikenakan terhadap terdakwa perlu diperbaiki dengan

alasan sebagai berikut :

Terdakwa terlalu ceroboh dan kurang hati-hati, yaitu ketika melintas

daerah pemukiman seharusnya mengurangi kecepatannya bukan malah

memacu kecepatan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi, sehingga

Terdakwa tidak bisa mengendalikan sepeda motornya saat seorang anak

menyeberang jalan ;

8

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 101: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa oleh karena itu pidana yang dijatuhkan nanti

dianggap sudah setimpal dengan perbuatan Terdakwa ;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa telah dinyatakan bersalah dan

dijatuhi pidana maka kepadanya dihukum pula untuk membayar biaya perkara ;

Mengingat, Pasal 310 ayat (4) Undang-undang RI No. 22 tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta peraturan perundang-undangan

lain yang bersangkutan;

M E N G A D I L I :

- Menerima permohonan banding dari Jaksa Penuntut Umum ;

- Memperbaiki putusan Pengadilan Donggala Nomor 243/Pid.Sus/2015/

PN.Dgl, tanggal 23 Februari 2016, yang dimintakan banding tersebut

sehingga amar putusan selengkapnya berbunyi sebagai berikut :

1. Menyatakan bahwa Terdakwa ADI IRAWAN Alias ADI, telah terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Karena

Kelalaiannya Mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas Yang

Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia”;

2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana

penjara selama 1 (satu) Tahun 6 (enam) Bulan ;

3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani

oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan

4. Menetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan;

5. Memerintahkan barang bukti berupa:

• 1 (satu) Unit Sepeda Motor Honda VERSA DN 5189 JN;

• 1 (satu) lembar STNK/SKPD Sepeda Motor Honda VERSA DN 5189

JN;

• 1 (satu) lembar SIM C An. ADI IRAWAN;

Dikembalikan kepada Terdakwa Adi Irawan;

6. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara ini

dalam kedua tingkat peradilan, yang untuk tingkat banding sebesar

Rp.2.000,- (dua ribu rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim

Pengadilan Tinggi Sulawesi Tengah di Palu pada hari Selasa tanggal 15 Maret

2016 oleh kami M.CH.SJAMTRI ENDI, SH. sebagai Hakim Ketua, SUNARDI,

9

Halaman 9 dari 9 Putusan Nomor 27/Pid.Sus /2016/PT PAL

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 102: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

SH. dan H. ERLIN HERMANTO,SH.,MH. masing-masing sebagai Hakim

Anggota, dan putusan tersebut diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk

umum pada hari Selasa tanggal 22 Maret 2016 oleh Hakim Ketua dengan

dihadiri oleh Hakim-hakim Anggota dan dibantu oleh SARIPA MALOHO, SH

sebagai Penitera Pengganti tanpa dihadiri oleh Penuntut umum dan Terdakwa;

HAKIM-HAKIM ANGGOTA KETUA MAJELIS

ttd ttd SUNARDI, SH. M.CH.SJAMTRI ENDI, SH.

ttd H. ERLIN HERMANTO, SH.,MH

PANITERA PENGGANTI

ttd

SARIPA MALOHO,SH.

Untuk salinan yang sama bunyinya Oleh Panitera Pengadilan Tinggi Sulawesi Tengah

I KETUT SUMARTA, SH.NIP. 195812311985031047

10

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 103: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN LALU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...pertanggungjawaban pidana atas kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

11

Halaman 11 dari 9 Putusan Nomor 27/Pid.Sus /2016/PT PAL

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11