karakter pembangunan

33
RANGKUMAN MATA KULIAH SISTEM ANGGARAN DAN PEMBENDAHARAAN NEGARA “ KARAKTER PEMBANGUNAN & PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN INDONESIA ” DISUSUN OLEH : FADHILLAH ASRI ( 1102120 964 ) NOPRIAL VALENRA M ( 1102120906 ) M.YOGI PRATAMA ( 1102112822 ) PUTRA ( 1102113026 ) RIZKI DARMAWAN (1102136429) JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU 2013 Karakter Pembangunan Indonesia

Upload: razuki-ridwan

Post on 23-Oct-2015

61 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

SISTEM ANGGARAN DAN PERBENDAHARAAN NEGARA

TRANSCRIPT

Page 1: KARAKTER PEMBANGUNAN

RANGKUMAN MATA KULIAH

SISTEM ANGGARAN DAN

PEMBENDAHARAAN NEGARA

“ KARAKTER PEMBANGUNAN & PERENCANAAN

PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN INDONESIA

DISUSUN OLEH :

FADHILLAH ASRI

( 1102120964 )

NOPRIAL VALENRA M

( 1102120906 )

M.YOGI PRATAMA

( 1102112822 )

PUTRA

( 1102113026 )

Page 2: KARAKTER PEMBANGUNAN

RIZKI DARMAWAN

(1102136429)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS RIAU

2013

Karakter Pembangunan Indonesia

2.1 PARADIGAMA PEMBANGUNAN

Paradigma Pembangunan adalah cara pandang terhadap suatu persoalan

pembangunan yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pembangunan dalam arti

pembangunan baik sebagai proses maupun metode untuk mencapai peningkatan kualitas

hidup manusia dan kesejahteraan rakyat.

Secara teoritis, konsep ‘’pembangunan’’ memiliki banyak defenisi dan pendekatan.

Dalam studi ilmiah, konsep ini diakui telah beberapa kali mengalami pergeseran pendekatan.

Mulai dari pendekatan ‘’Economic Well Being,’’ ‘’Minimun Acceptable Standard of

Living,’’ ssehingga pendekatan tersebut disesuaikan dengan nilai yang dianut oleh para

politisi dan cendikiawan suatu Negara pada waktu tertentu (Effendi;1989).

Paradigma pembangunan Indonesia mengalami perkembangan sebagai berikut:

pertama, paradigma pertumbuhan (growth paradigm); kedua, pergeseran dari paradigma

pertumbuhan menjadi peradigme kesejahteraan (welfare paradigm) atau dalam literature lain

disebut dengan paradigm basic need; ketiga, paradigma pembangunan yang berpusat pada

manusia (people centered development paradigm). Pelaksanaan pembangunan di Negara

berkembang seperti di Indonesia menekankan pada upaya peningkatan pendapatan

masyarakat dan pertumbuhan pendapatan nasional.

Dalam paradigma pertumbuhan, peran pemerintah adalah menyusun perencanaan

dan menciptakan pertumbuhjan ekonomi yang diinginkan dengan unsur utama pertumbuhan

GNP serta pertumbuhan tingkat penanaman modal (Effendi, 1989: 5-6). Perencanaan

pembangunannya bersifat center-down atau top-down, yang merupakan kelemahan paradigm

pertumbuhan. Sebab, dengan mekanisme perencanaan pembangunan yang center-down,

semua aspirasi rakyat cenderung diabaikan.

Page 3: KARAKTER PEMBANGUNAN

Beberapa Negara yang mengalami kegagalan dengan model paradigma ini adalah

Brazil dan Chili. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh kedua Negara tersebut dan

diharapkan perlahan-lahan menetes ke bawah (‘’tricle down effect’’) ternyata tidak terjadi

sebagaiman yang diharapkan, malahan menimbulkan ketimpangan (Effendi, 1989).

Kelemahan paradigma pertumbuhan ini akan semakain kelihatan apabila kritik-kritik yang

dilontarkan oleh ahli ekonomi-politik dapat diikuti sejak awal tahun 1970-an. Para ahli

ekonomi-politik ini menunjukkan bahwa perumbuhan saja buikan berarti pembangunan.

Pembangunan harus juga berate pemunuhan kebutuhan pokok; seperti kesempatan kerja dan

berusaha, pemberantasan kelaparan dan kekurangan gizi, pemeliharaan kesehatan,

penyediaan air bersih, dan perumahan. Oleh karena kelemahan tersebut, para ahli

merekomendasikan agar Negara berkembang menggeser paradigma pembangunannya ke

‘’paradigma kebutuhan dasar.’’

Dalam paradigma ini, di samping diperlukan pelayanan publik, penciptaan kondisi

tertentu jga dituntut untuk memberikan akses yang sama kapada setiap warga Negara dalam

memperoleh pelayanan publik. Kekurangan pada sisi kemerataan atau kualitas dari pelayanan

public yang diberikan oleh birokrasi terjadi karena barbagai keterbatasan yang dimiliki oleh

organisasi birokrasi. Oleh karena itu. Oleh karena itu, jika hanya mengandalkan birokrasi

saja, pemerataan tidak dapat dilakukan.

Secara umum, paradigma pembangunan model ini memang lebih berorientasi pada

kebutuhan pokok, padat karya, berskala kecil, bertumpu pada sumber regional, berpusat pada

desa, dan teknologi tepat guna. Akan tetapi dalam praktiknya, paradigma ini menimbulkan

benturan-benturan akibat kurangnya keluasan politik local. Bahkan pada hakikatnya, strategi

atau paradigma pembangunan basic needs, meminjam istilah Paulo Freire, merupakan

assistencialism, yaitu suatu usaha untuk membantu masyarakat secara finansial atau sosial

yang bersifat sementara guna memerangi gajala-gejala, bukan memerangi penyebab

terjadinya masalah (Freire dalam Ulul Albab, 2004).

Atas kelemahan dari kedua paradigma pembangunan di atas, munculah paradigma

baru, yaitu paradigma ‘’People Centered Development (PCD).’’ PCD merupakan strategi

atau model pembangunan yang berorientasi pada pembangunan kualitas manusia. Asumsi

dasar parangdigma ini adalah bahwa pwmbangunan itu harus sungguh-sungguh ditujukan

pada upaya memberi manfaat bagi manusia, baik dalam upayanya maupun dalam menikmati

hasil-hasil dari upayanya. Disamping itu, paradigma pembangunan ini memungkinkan

masyarakat untuk memiliki kesempatan guna mengembanggikan kepandaian kreatif bagi

masa depannya sendiri dan masa depan masyarakat pada umumnya (Korten, 1984).

Page 4: KARAKTER PEMBANGUNAN

Dalam paradigma pembangunan manusia yang mendapatkan perhatian dalam proses

pembangunan adalah pelayanan sosial, pembelajaran sosial, pemberdayaan, kemampuan, dan

kelembagaan.(Suryono dalam surjadi, 2000).

Pembangunan dinilai berhasil bilamana hubungan antar manusia dengan sumber-

sumber tersebut menciptakan keharmonisan kehidupan manusia itu sendiri. Peran pemerintah

tidak boleh lagi dominan. Pemerintah tidak boleh lagi berperan sebagai pemborong yang aktif

memupuk modal sehingga semua perencanaan dalam kebijakan berasal dari atas kebawah.

2.2 PARTISIPASI DALAM PERENCANAAN

Perencanaa pembangunan yang disusun oleh suatu daerah merupakan perwujudan

asas desntralisasi terhadap berbagai kewenangan penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan

Perencanaan merupakan bagian terpenting dalam kegiatan pembangunan oleh

pemerintah. Dari perencaan itu, proses/kegiatan pembangunan berjalan sesuai dengan arah

yang telah ditentukan. Oleh karena itu, tahap perencanaan menjadi pusat perhatian bagi

semua pemerintah daerah dalam kegiatan pembangunan.

Kegiatan pembangunan ini, mensyaratkan (dalam tahap perencanaan) partisipasi

masyarakat. Keikutsertaan masyarakat akan menguatkan tingkat kepercayaan (akuntabilitas)

dan rasa kepemilikan masyarakat terhadap pemerintah daerah. Hal ini akan membuat ringan

kerja pelaksanaan pembangunan.

Pendekatan partisipasi menjadi alternatif pilihan yang mengemukakan untuk lebih

memberikan pesan serta aktif masyarakat sebagai subjek pembangunan di berbagai tahap

pembangunan (perencanaan, perancangan, pelaksanaan sampai pada pemeliharaan). Model

pendekatan partisipasi untuk proses perencanaan pengembangan daerah meliputi:

1) Institusionalisasi dan prosedur proses pelibatan masyarakat dalam perencanaan,

perancangan, pelaksanaan, dan pemeliharaan pembangunan.

2) Model pendekatan dalam proses atau tahapan pembangunan. Institusionalisasi model

pendekatan dengan melibatkan actor pembangunan (swasta, masyarakat, dan

pemerintah daerah sebagai mediator). Di tingkat masyarakat, keberhasilan pendekatan

ini akan dirasakan oleh masyarakat dalam upaya mengorganisasi diri, meningkatkan

proses demokratisasi, meningkatkan peran serta (partisipasi), serta mendudukan

masyarakat sebagai subjek pembangunan. Keberhasilan model pendekatan ini akan

mampu ’’memperdayakan’’ aktiva potensi daerah guna mempercepat kemampuan

Page 5: KARAKTER PEMBANGUNAN

peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam kaitannya dengan pelaksanaan

Otonomi Daerah.

Dalam sistem pemerintahan yang demokratis, konsep partisipasi masyarakat

merupakan salah satu konsep penting. Partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan pada

saat pelaksanaan, tetapi tahap perencanaan dan pengambilan keputusan. Untuk mendukung

pelaksanaan manajemen pembangunan daerah, upaya mutlak yang harus dilakukakn adalah

peningkatan kapasitas aparat pemerintahan daerah serta organisasi civil society dalam

interaksi demokratis serta proses pembangunan secara komprehensif.

Menurut UU Nomor 25/2004, salah satu tujuan perencanaan adalah mengoptimalkan

partisipasi masyarakat. Dalam hal ini, penjelasan kata optimal tidak ada menurut UU ini.

2.3 TITIK KRITIS PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

Sejak tiga dasawarsa terakhir, kalim proses pembangunan adalah partisipasi

masyarakat. Klaim ini didasarkan pada proses perencanaan pembangunan secara bottom up,

lewat penyelenggaraan forum koordinasi pembangunan partisipasi yaitu forum Musyawarah

Perencanaan Pembangunan di desa atau kelurahan, forum musyawarah perencanaan

pembangunan kecamatan, dan forum koordinasi perencanaan pembangunan daerah di tingkat

kota, kabupaten, atau provinsi.

2.3.1 Asimetri antara Perencanaan dan Anggaran Pembangunan dengan

Permasalahan yang Dihadapi oleh Masyarakat

Pada hakikatnya, perencanaan pembangunan adalah suatu proses interaksi timbal

balik antara lembaga perencanaan dan perencana dengan public yang sangat pluralistic, baik

sebagai subjek ataupun objek perencanaan. Makna wacana top-down dan bottom-up adalah

sesuatu yang berpasangan, karena satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Di masa yang

lalu, unsur top-down sangat kental. Mekanisme bottom-up kini kian menggema ditengah

pembangunan yang dilakukan.

Setiap daerah pasti memiliki permasalahan spesifik yang sering kali berbeda

antardaerah. Perbedaan inipun berakibat pada perbedaan rencana. Pembangunan yang akan

dilakukan di daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu, perencanaan pembangunan daerah

seharusnya bergantung pada permasalahan yang muncul di daerah tersebut. Untuk itu,

diperlukan upaya-upaya baru guna meluruskan mekanisme perencanaan dan penganggaran.

Page 6: KARAKTER PEMBANGUNAN

2.3.2 Tidak Transparannya Program Hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan

dalam Produk Perencanaan dan Penganggaran yang Ditetapkan Pemerintah

Produk merupakan hal yang sangat penting, namun hal yang tidak dapat diabaikan

adalah kualitas proses dalam menghasilkannya. Hal terakhir inilah yang tidak disentuh dalam

UU No. 25/2004. Dalam UU tersebut hanya ditegaskan bahwa kelembagaan Musyawarah

Perencanaan Pembangunan diwajibkan dalam penyusunan rencana.

Hal tersebut memang secara eksplisit akan dituangkan dalam suatu Peraturan

Pemerintah. Namun, perlu dicatat bahwa Undang-Undang Nomor 25/2004 hanya menyebut

permukaanya saja (Pasal 10 ayat 3, pasal 11 ayat 1, dan pasal 12 ayat 1), tidak seperti pada

Pasal-pasal tentang Produk (Dokumen) yang dijelaskan dengan sangat rinci. Makna

Musrenbang yang merupakan kunci paradigma baru perencanaan tidak tercemirkan secara

eksplisit. Hal tersebut mencerminkan masih adanya kesenjangan (gap) antara tujuan UU No.

25/2004 dengan kandungannya, di mana isi kurang mencerminkan jiwa serta semangatnya.

2.3.3 Mayoritas Dana APBD Dinikmati oleh Birokrasi

Sebagian besar dana APBD Kota/Kabupaten ternyata dinikmati oleh kalangan

birokrasi. Sebagai contoh, di kota Bandung, menurut hasil penelitian BIGS (2004), sekitar

90% dana APBD dinikmati oleh birikrasi yang terdiri atas 66,03% belanja rutin; 8,09%

belanja sector aparatur pemerintah dan pengawasan; serta 15,88% dana kickback yang

biasanya dipungut oleh birokrasi dari pada rekanan baik melalui proses tender maupun

penunjukan langsung. Kecenderungan ini juga berlaku di Kota/Kabupaten lainnya di

Indonesia.

2.3.4 Perencanaan dan Anggaran yang Tidak Peka terhadap Gender

Hasil-hasil pembangunan harus dinikmati secara merata oleh semua orang, termasuk

semua kelompok gender. Pembangunan yang hanya menguntungkan salah satu gender,n pada

gilirannya, justru tidak mengoptimalkan kinerja pembangunan itu sendiri. Dari perspektif

gender pada saat ini, proses anggaran yang ada adalah bias pria, dimana respresentasi dan

artikulasi kepentingan dan kebutuhan perempuan belum diperhitungkan. Format anggaran

dan mekanisme pembentukannya potensial menyingkirkan kebutuhan pembangunan salah

satu gender.

Page 7: KARAKTER PEMBANGUNAN

Saat ini, diperlukan langkah dan sarana untuk mendeteksi bias gender dalam

pembangunan sedini mungkin.

Bias gender dalam anggaran dapat ditemukan melalui berbagai indikasi. Pertama,

terdapat indikasi adanya alokasi sumber daya dalam anggaran yang menguntungkan gender

tertentu. Kedua, terdapat indikasi bahwa pengelolaan anggaran akan memunculkan

kesenjangan distribusi pendapatan dan kesejahteraan diantara kedua kelompok gender.

Ketiga, fungsi stabilisasi ekonomi anggaran (dalam bentuk penetapan penyerapan tenaga

kerja, penetapan pertumbuhan ekonomi,, stabilisasi harga, dan kesinabungan lingkungan)

dikelola dengan memunculkan massalah ketidaksetaraan gender. Untuk menghindari adanya

bias gender meke anggaran Negara seyogyanya menjadi anggaran yang sensitif gender.

2.3.5 Perencanaan dan Anggaran Merupakan Hasil Kolusi antara Birokrasi dan

DPRD

Dari segi proses politik, proses anggaran mengandung unsure-unsur kolusi, di mana

pihak parlemen dan pemerintahan secara bersama-sama mempertahankan kepentingannya

dalam anggaran. Modus yang dilakukakan cukup beragam, tetapi yang paling utama adalah

‘’menguasai’’ proyek secara bersama-sama dan/atau peningkatan niali proyek/mark-up (Ibid,

2004).

Semenjak tahun 2002 di Indonesia pengaggaran berbasis kinerja yang menganut

prinsip anggaran surplus/deficit telah dipopulerkan. Lebih penting lagi, penganggaran

berbasis kinerja menggunakan pendekatan partisipasi. Namun, reformasi tersebut belum

secara signifikan dapat mengatasi ‘’penyakit lama,’’ yakni ego sektoral serta keterisolasian

antara perencanaan dan penganggaran.

2.3.6 Meningkatnya Biaya Rutin

Biaya rutin sebagai sinonim dari biaya yang harus dikeluarkan cenderung meningkat

dari waktu ke waktu. Hal ini didukung dengan upaya peningkatan kesejahteraan pegawai,

peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan public, seta kondisi eksternal lainnya yang

berpengaruh pada harga-harga di pasaran. Perencanaan dan penganggaran yang baik akan

menjadi pengendali dari setiap pos-pos anggaran yang hendak dikeluarakan daerha. Hal ini

tujukan untuk menjaga keseimbangan dengan biaya daerah lainnya.

Reformasi perencanaan dan penganggaran pembangunan

1.Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Page 8: KARAKTER PEMBANGUNAN

Perundang-undangan yang terkait dengan perencanaan dan penganggaran

pembangunan adalah sebagai berikut :

1. UU NO 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU No 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara

4. PP No 20/2004 tentang Penyusunan rencana kerja pemerintah

5. PP No 21/2004 tentang penyusunan RKA-K/L

6. dll

Perencanaan Pembangunan

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang

tepat,melalui urutan pilihan,dengan memperhitungkan sumber daya yang

tersedia.Perencanaan pembangunan daerah disusun untuk menjamin keterkaitan dan

konsistensi antara perencanaan,penganggaran,pelaksanaan dan pengawasan.pembangunan

nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka

mencapai tujuan bernegara.Sedangkan pembangunan daerah ialah bagian dari kesatuan

system pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh semua komponen masyarakat dan

pemerintah menurut prakarsa daerah dalam kerangka NKRI.

Sistem perencanaan pembangunan nasional adalah suatu kesatuan tata cara

perencanaan pembangunan untuk menghasilkan renccana-rencana pembangunan dalam

jangka panjang (20 tahun),jangka menengah(5 tahun) dan tahunan yang dilaksanakan oleh

unsur penyyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat maupun daerah.

Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)

Narasumber dalam musrenbang adalah pihak-pihak pemberi informasi yang perlu diketahui

peserta musrenbang untuk proses pengambilan keputusan hasil musrenbang.Peserta

musrenbang adalah pihak yang memiliki hak pengambilan keputusan dalam musrenbang

melalui pembahasan yang disepakati bersama.

Penganggaran

1. Pagu Indikatif

Page 9: KARAKTER PEMBANGUNAN

2. Kebijakan Umum APBD (KUA)

3. Pagu Sementara

4. Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA SKPD)

5. RAPBD

6. APBD

7. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)

2.Asas Dan Tujuan Perencanaan Pembangunan Nasional

Asas dan tujuan perencanaan pembangunan nasional yang terdapat dalam pasal 2 UU

No 25 Tahun 2004 menyebutkan bahwa :

1. Pembanggunan nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip

kebersamaan,keadilan,berkelanjutan,berwawasan lingkungan,serta kemandiriian

dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional

2. Perencanaan pembangunan nasional disusun secara

sitematis,tearah,terpadu,menyeluruh,dan tanggap terhadap perubahan.

3. System perencanaan pembangunan nasional diselenggarakan berdassarkan asas umum

penyelenggaraan negara

4. System perencanaan pembangunan nasional bertujuan untuk :

1. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan

2. Menjamin terciptanya integrasi,sinkronasi,dan sinergi baik

antradaerah,antarruang,antarwaktu,antarfungsi pemerintah pusat dan

daerah

3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi anatara

perencanaan,penganggaran,pelaksanaan dan pengawasan

4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat ; dan

5. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara

efisien,efektif,berkeadilan,dan berkelanjutan

6.

3. Ruang Lingkup Perencanaan Pembangunan Nasional

Peraturan mengenai ruang lingkup perencanaan pembangunan nasional tertuang

dalam pasal 3,4,5,6,7 UU No 25/2004.Perencanaan pembangunan nasional mencakup

penyelenggaraan perencanaan makro semua fungsi pemerintahan meliputi semua bidang

kehidupan secara terpadu dal;am wilayah NKRI.

Page 10: KARAKTER PEMBANGUNAN

Perencanaan pembanggunan nasional terdiri atas perencanaan pembangunan yang

disusun secara terpadu oleh kementrian/lembaga dan perencanaan pembangunan oleh

pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.Perencanaan yang akan dihasilkan adalah :

1. Rencana pembangunan jangka panjang (RPJP)

2. Rencana pembangunan jangka menengah ( RPJM)

3. Rencana pembangunan tahunan

4.Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional

Prinsip utama dalam kegiatan perencanaan dan dan penganggaran adalah menyusun

dan menganggarkan prioritas kegiatan yang disepakati dengan tidak melebihi kapasitas fiscal

daerah yang bersangkutan.Pengantaran prioritas kegiatan pembangunan dari proses

perencanaan ke dalam proses penganggaran adalah suatu kelanjutan.Pada UU Nomor 25

Tahun 2004 Pasal 8 disebutkan bahwa perencanaan pemabngunan terdiri dari 4 tahapan

yaitu :

1. Penyusunan Rencana

2. Penetapan Rencana

3. Pengendalian Pelaksanaan Rencana

4. Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan,sehingga secara keseluruhan satu

siklus perencanaan utuh yang terbentuk.Implementasi rencana dan pengendalian serta

evaluasi pelaksanaan rencana merupakan bagian dari siklus perencanaan yang amat

menentukan kebijakan penganggaran.Untuk itu,kedudukan perencanaan dan penganggaran

dalam proses pembangunan merupakan kegiatan penting dalam mata rantai guna

mewujudkan pembangunan yang berkelanjtan.

5.Anggaran Daerah Reformasi

Jika dilihat sejarah perkembangannya,reformasi system penganggaran sudah terjadi

pada decade 40-an di Amerika Serikat dmana pemerintah federal saat itu menghendaki

adanya pengukuran kinerja bagi institusi pemerintah.Pada awal tahun 60-an Departemen

Pertahanan AS merancang suatu system perencanaan-pemrogaman-penganggaranyang

kemudian penerapannya diperluas ke organisasi sipil pemerintah.Namun dalam

perkembangannya ditemukan beberapa kesulitan penerapan system ini,kemudian dibentuklah

suatu system yang lebih baik yaitu Manajemen Berdasarkan Tujuan lalu Manajemen Berbasis

Nol.

Page 11: KARAKTER PEMBANGUNAN

Tetapi meskipun mengalami banyak kendala ,ada beberapa negara yang berhasil

mengembangkan format penganggaran berbasis kinerja yang sesuai dengan

kebutuhannya.Penganggaran berbasis kinerja ini memberikan akuntabilitas public tersendiri

bagi institusi yang menerapkannya,dimana public bisa mengetahui secara jelas apa tujuan

institusi pemerintah yang bersangkutan,bagaimana penggunaan sumber daya di institusi

tersebut dan bagaimana output dan outcomenya dibandingkan dengan input.Anggaran

merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu

tertentu yang dinyatakan dalam ukuran financial,sedangkan penganggaran adalah proses atau

metode untuk mempersiapkan suatu anggaran.

Aspek-aspek yang harus tercakup dalam anggaran meliputi :

1. Aspek Perencanaan

2. Aspek Pengendalian

3. Aspek Akuntabilitas Publik

Penganggaran harus diawasi dimulai dari tahap perencanaan ,kemudian berlanjut ke tahap

pelaksanaan dan pelaporan.Proses penganggaran akan lebih efektif jika lembaga pengawas

khusus yang bertugas mngontrol proses perencanaan dan pengendalian anggaran melakukan

pengawasan.Anggaran berisi estimasi mengenai apa yang akan dilakukan organisasi di masa

yang akan datang.Setiap anggaran memberikan informasi mengenai apa yang hendak

dilakukan dalam beberapa periode yang akan datang.

Di Indonesia,seiring dengan digulirkannya,isu reformasi di bidang pemerintahan hingga

dikeluarkannya Undang-undang Nomor 32/2004 dan Undang-undang Nomor 33/2004 yang

ditindak lanjuti denagn keluarnya PP Nomor 58/2005 dan beberapa revisi PP dan

permendagri pendukungnya,paradigm baru dalam pengelolaan keuangan daerah telah

dilahirkan.Perubahan ini terjadi karena besarnya tuntutan masyarakat terhadap transparansi

dan akuntabilitas terhadap penyelenggaran jalannya pemerintah guna mencegah terjadinya

KKN.

Page 12: KARAKTER PEMBANGUNAN

3.2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Struktur APBD yang berlaku sebelum reformasi keuangan daerah mempunyai

beberapa kelemahan, di antaranya adalah:

1. Menggunakan konsep anggaran berimbang,

2. Mencampuradukkan elemen pendapatan dan penerimaan yang berasal dan pinjaman

dengan elemen belanja dengan pembayaran utang,

3. Memisahkan elemen belanja rutin dengan belanja pembangunan.

Struktur tersebut kurang memberikan gambaran mengenai kinerja keuangan daerah

yang menunjukkan kemampuan daerah untuk menghasilkan pendapatan dan belanja yang

dikeluarkan. Adanya pemisahan elemen belanja rutin dan belanja pembangunan sering

menimbulkan duplikasi dan tumpang tindih pengeluaran-pengeluaran yang dapat mengurangi

efisiensi dan efektivitas anggaran Daerah. Oleh karena itu, dalam rangka penerapan anggaran

kinerja, sebagaimana diamanatkan oleh PP Nomor 105/2000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah yang kini berganti menjadi PP Nomor 58/2005, perlu

disusun struktur APBD baru yang dikembangkan dan struktur APBD lama.

APBD Menurut UUNomor 1 7/2003

1. Anggaran daerah dirinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan,

dan jenis belanja.

2. Hal ini berarti setiap pergeseran anggaran antarunit organisasi, antarkegiatan, dan

antarjenis belanja harus mendapat persetujuan DPRD.

3. Penerapan anggaran berbasis pendekatan kinerja. Sejalan dengan penerapan anggaran

berbasis pendekatan kinerja tersebut, perubahan kiasifikasi anggaran dilakukan pula

untuk menyesuaikan metode klasifikasi secara internasional.

4. Untuk memberikan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan APBD,

pemerintah daerah perlu menyampaikan laporan realisasi semester pertama kepada

DPRD pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan. Informasi tersebut akan

Page 13: KARAKTER PEMBANGUNAN

menjadi bahan evaluasi pelaksanaan APBD semester pertama dan

penyesuaian/perubahan APBD pada semester berikutnya.

5. Laporan Pertanggungjawaban APBD disampaikan berupa laporan keuangan yang

minimumnya terdiri atas: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

dan Catatan atas Laporan Keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi

pemerintah.

6. Gubernur/bupati/walikota selaku pengguna anggaran bertanggung jawab

pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan dalam peraturan daerah tentang API

dan segi manfaat/hasil (outcome).

7. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah bertanggung jawab atas pelaksan. kegiatan

yang ditetapkan dalam perda tentang APBD, dan segi barang dan/atau jasa yang

disediakan (output).

Selain itu, struktur APBD yang baru diklasifikasikan berdasarkan bidang

Pemerintahan Daerah menurut peraturan perundang-undangan. Setiap bidang pemerintahan

tersebut selanjutnya dikiasifikasikan berdasarkan Unit Organisasi Perangkat Daerah yang

bertindak sebagai pusat pertanggungjawaban sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-

masing.

APBD Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Negara

APBD Menurut Permendagri disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan

pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah. Penyusunan APBD ini berpedoman kepada

RKPD (Rencana Kerja tahun 2006 tentang Pemerintah Daerah) dalam rangka mewujudkan

pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara.

APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi,

dan stabilisasi. Keterangannya sebagai berikut:

1. Fungsi otorisasi, berarti bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk melaksanakan

pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

Page 14: KARAKTER PEMBANGUNAN

2. Fungsi perencanaan, berarti bahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi

manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

3. Fungsi pengawasan, berarti bahwa anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai

apakah kegiatan penyelenggaraan pemenintahan daerah sesuai dengan ketentuan yang

telah ditetapkan.

4. Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan

lapangan kerj a/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta

meningkatkan efisiensi, dan efektivitas perekonomian.

5. Fungsi stabilisasi, berarti bahwa anggaran pemerintah daerah menjadi alat untuk

memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.

APBD, perubahan APBD dan pertanggungjawaban APBD setiap tahun ditetapkan

dengan peraturan daerah. Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus

didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. Baik

pendapatan, belanja maupun pembiayaan daerah yang dianggarkan dalam APBD, harus

berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Seluruh pendapatan daerah,

belanja daerah, dan pembiayaan daerah tersebut dianggarkan secara bruto dalam APBD.

Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri atas:

1. Pendapatan daerah,

2. Belanja daerah, dan

3. Pembiayaan daerah.

3.2.1.1 Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening Kas Umum

Daerah yang menambah ekuitas dana merupakan hak daerah dalani satu tahun anggaran dan

tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

Pendapatan daerah dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,

kelompok, jenis, objek, dan rincian objek pendapatan. Pendapatan daerah dirinci menurut

kelompok pendapatan, meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain

Pendapatan Yang Sah.

Page 15: KARAKTER PEMBANGUNAN

3.2.1.2 Belanja Daerah

Belanja Daerah.merupakan perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan

secara adil dan merata agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa

diskriminasi, khususnya dalam pemberian pelayanan umum.

Pada struktur yang lama, Belanja Daerah diklasifìkasikan ke dalam Belanja Rutin

dan Belanja Pembangunan, sedang, pada struktur yang baru, Belanja Daerah diklasifikasikan

ke dalam Belanja Urusan Wajib dan Belanja Urusan Pihihan. Belanja daerah yang meliputi

semua pengeluaran dan rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana merupakan

kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya

kembahi.

Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri atas:

1. Urusan wajib

2. Urusan pilihan

3. Urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dan

dilaksanakan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Antarpemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-

undangan.

Belanja daerah dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program

kegiatan, kelompok, jenis, objek dan rincian objek belanja.

Belanja Daerah Menurut Urusan Pemerintah Daerah

Belanja menurut urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau

bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Pelaksanaan belanja yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan dijabar dalam

bentuk program dan kegiatan menurut urusan wajib dan urusan pilihan

(1) Belanja Urusan Wajib

Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan

meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang

diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas

sosial, dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

Page 16: KARAKTER PEMBANGUNAN

Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat ini diwujudkan melalui prestasi kerja dalam

pencapaian standar pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Klasifikasi belanja urusan wajib mencakup:

1. Pendidikan

2. Kesehatan .

3. Pekerjaan umum

4. Perumahan rakyat

5. Penataan ruang

6. Perencanaan pembangunan

7. Perhubungan

8. Lingkungan hidup

9. Pertanahan

10. Kependudukan dan catatan sipil

11. Pemberdayaan perempuan

12. Keluarga berencana dan keluarga sejahtera

13. Sosial

14. Tenagakerja

15. Koperasi, usaha kecil dan menengah

16. Penanaman modal

17. Kebudayaan

18. Pemuda dan olah raga

19. Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri

20. Pemerintahan umum

21. Kepegawaian

22. Pemberdayaan masyarakat dan desa

Page 17: KARAKTER PEMBANGUNAN

23. Statistik

24. Arsip

25. Komunikasi dan informatika

(2) Belanja Urusan Pilihan

Klasifikasi belanja menurut urusan pilihan mencakup

1. Pertanian

2. Kehutanan

3. Energi dan sumber daya mineral

4. Pariwisata

5. Kelautan dan perikanan

6. Perdagangan

7. Perindustrian

8. Transmigrasi

Belanja Daerah Menurut Fungsi

Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan keselarasan dan

keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri atas:

1. Pelayanan umum

2. Ketertiban dan ketenteraman

3. Ekonomi

4. Lingkungan hidup

5. Perumahan dan fasilitas umum

6. Kesehatan

7. Pariwisata dan budaya

Page 18: KARAKTER PEMBANGUNAN

8. Pendidikan

9. Perlindungan sosial

Belanja Daerah Menurut Organisasi

Klasifikasi disesuaikan dengan susunan organisasi pada masing-masing pemerintah

daerah

Page 19: KARAKTER PEMBANGUNAN

Belanja Daerah Menurut Program dan Kegiatan

Klasifikasi disesuaikan dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah.

Penganggaran Belanja Daerah

Dalam penyusunan APBD dengan pendekatan kinerja, sebelum setiap dibebankan

pada masing-masing bagian, kelompok, jenis, objek, dan rincian objekbelanja di muka,

terlebih dahulu belanja dikelompokkan ke dalam anggaran belanja langsung dan anggaran

belanja tidak langsung.

a. Kelompok Belanja Tidak Langsung

Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait

secara langsung dengan pelaksanan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung

dibagi menurut jenis belanja, terdiri atas:

1. Belanja Pegawai

2. Bunga

3. Subsidi

4. Hibah

5. Bantuan Sosial

6. Belanja bagi Hasil

7. Bantuan Keuangan

8. Benlanja tidak terduga

b. Kelompok Belanja Langsung

Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait langsung

dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

Page 20: KARAKTER PEMBANGUNAN

Surplus/Defisit APBD

Selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan anggaran belanja daerah

mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit APBD.

1. Surplus APBD terjadi, apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar

dan anggaran belanja daerah.

2. Defisit anggaran terjadi apabila anggaran pendaatan daerah diperkirakan lebih kecil

dan anggaran belanja daerah.

3.2.1.3 Pendanaan Daerah

Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang

akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-

tahun anggaran berikutnya.

Penerimaan pendanaan mencakup:

1. SiLPA tahun anggaran sebelumnya,

2. Pencairan dana cadangan,

3. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.

4. Penerimaan pinjaman daerah,

5. Penerimaan kembali pemberian pinjaman,

6. Penerimaan piutang daerah.

Pengeluaran pendanaan mencakup:

1. Pembentukan dana cadangan,

2. Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah

3. Pembayaran pokok utang, dan

4. Pemberian pinjaman daerah.

Page 21: KARAKTER PEMBANGUNAN

3.2.2 Anggaran Berbasis Kinerja

Anggaran kinerja adalah perencanaan kinerja tahunan secara terintegrasi yang

menunjukan hubungan antara tingkat pendanaan program dan hasil yang diinginkan dan

program tersebut. Anggaran dengan pendekatan kinerja adalah suatu sistem anggaran yang

mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dan perencanaan alokasi biaya atau

input yang ditetapkan. Anggaran kinerja yang efektif lebih dan sebuah objek anggaran

program atau organisasi dengan outcome yang teiah diantisipasi. Hal ini akan menjelaskan

hubungan biaya (Rp) dengan hasil (result). Penjelasan ini merupakan kunci dalam

penanganan program secara efektif. Sebagai variasi antara perencanaan dan kejadian

sebenarnya, manajer dapat menentukan input-input resource dan bagaimana input-input

tersebut berhubungan dengan outcome untuk menentukan efektivitas dan efìsiensi program.

Ciri-ciri Pokok Anggaran Berbasis Kinerja

1. Secara umum sistem ini mengandung tiga unsur pokok, yaitu:

a. Pengeluaran pemerintah dikiasifikasikan menurut program dan kegiatan

b. Pengukuran hasil kerja (Performance Measurement)

c. Pelaporan Program (Program Reporting)

2. Titik perhatian lebih ditekankan pada pengukuran hasil kerja, bukan pada

pengawasan.

3. Setiap kegiatan harus dilihat dan sisi efisiensi dan memaksimalkan output.

4. Bertujuan untuk menghasilkan informasi biaya dan hasil kerja yang dapat digunakan

untuk penyusunan target dan evaluasi pelaksanaan kerja

Keunggulan Anggaran Berbasis Kinerja:

1. Memungkinkan pendelegasian wewenang dalam pengambilan keputusan.

2. Merangsang partisipasi dan memotivasi satuan kerja melalui proses pengusulan dan

penilaian anggaran yang bersifat faktual.

3. Membantu fungsi perencanaan dan mempertajam pembuatan keputusan.

4. Memungkinkan alokasi dana secara optimal dengan didasarkan efisiensi satuan kerja.

5. Menghindarkan pemborosan.

Page 22: KARAKTER PEMBANGUNAN

Karakteristik Anggaran Berbasis Kinerja:

APBD dengan pendekatan kinerja harus memuat beberapa hal, yaitu.

1. Sasaran yang diharapkan menurut fungsi belanja.

2. Standar pelayanan yang diharapkan dan perkiraan biaya satuan komponen kegiatan

yang bersangkutan.

3. Persentase dan jumlah pendapatan APBD yang mendanai pengeluaran administrasi

umum, operasi dan pemeliharaan serta belanja modal pembangunan.

Metode Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja:

Metode Penyusunan Pengelolaan Anggaran Daerah telah menjadi perhatian utama

bagi para pengambil Anggaran Berbasìs Kinerja keputusan di pemerintahan, baik di tingkat

pusat maupun daerah. Sejauh ini berbagai perundang-undangan dan produk hukum telah

dikeluarkan dan diberlakukan dalam upaya untuk menciptakan sistem pengelolaan anggaran

yang mampu memenuhi berbagai tuntutan dan kebutuhan masyarakat, yaitu terbentuknya

semangat desentralisasi, demokratisasi, transparansi, dan akuntabilitas dalam proses

penyelenggaraan pemerintahan pada urnumnya dan proses pengelolaan Keuangan Daerah

pada khususnya.

Untuk menghasilkan penyelenggaraan Anggaran Daerah yang efektifdan efisien,

tahap persiapan perencanaan anggaran merupakan salah satu faktor penting dan menentukan

dan keseluruhan sikius Anggaran Daerah. Namun demikian, tahap persiapan/perencanaan

anggaran harus diakui memang hanyalah salah satu tahap penting dalam keseluruhan

sikius/proses Anggaran Daerah. Dengan kata lain, sebaik apa pun perencanaan yang telah

disusun oleh pemerintah daerah tidak akan memberikan arti apa-apa manakala dalam tahap

pelaksanaan dan tahap pengendaliannya tidak berjalan secara baik.