peran dan strategi gereja dalam pembangunan karakter ......ketika gereja berhasil membangun karakter...

40
95 BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERAN DAN STRATEGI GEREJA DALAM PEMBANGUNAN KARAKTER TARUNA-PEMUDA DI GPIB JEMAAT BUKIT SION BALIKPAPAN Untuk menjawab pertanyaan apa peran maupun strategi yang digunakan GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan serta apakah kedua hal tersebut telah membangun karakter yang sesuai dengan perkembangan taruna-pemuda maka diperlukan penganalisaan. Dengan tujuan yang demikianlah maka bab ini ditulis. Penganalisaan tersebut dilakukan dengan menilai hasil penelitian pada bab III dengan menggunakan barometer teori yang dipaparkan pada bab II tentang pendidikan karakter dan peran gereja terhadap pembangunan karakter remaja-pemuda. Oleh karena itu, dalam bab ini analisa akan diuraikan menjadi tiga bagian sesuai dengan pertanyaan penelitian di atas. Selanjutnya dalam bab ini juga dipaparkan tentang refleksi teologi. IV.1. Analisa Pendidikan Karakter di GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan IV.1.1. Pemahaman Gereja Bukit Sion Tentang Karakter Kristen Pembangunan karakter bagi generasi penerus adalah penting dan sifatnya mendesak. Hal itu dilakukan melihat realita kehidupan yang semakin mengancam taruna dan pemuda untuk melakukan tindakan-tindakan yang buruk. Apabila pembangunan karakter tidak sesegera mungkin dilaksanakan di berbagai lini kehidupan, akan semakin banyak taruna maupun pemuda yang tidak dapat berperilaku baik, dan pada akhirnya gereja akan diragukan keeksistensiannya. Lebih jauh lagi dampak yang timbul adalah kehancuran akan bangsa ini. Oleh karena itu, saat ini marak upaya yang dilakukan oleh satuan pendidikan formal dalam membangun karakter dengan mendasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Demikian halnya dengan keluarga-keluarga. Mereka semakin sadar akan karakter baik yang harus dimiliki oleh anak-anak mereka. Pergerakan yang meningkat yang

Upload: others

Post on 08-May-2021

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

95

BAB IV

TINJAUAN TERHADAP PERAN DAN STRATEGI GEREJA DALAM PEMBANGUNAN

KARAKTER TARUNA-PEMUDA DI GPIB JEMAAT BUKIT SION BALIKPAPAN

Untuk menjawab pertanyaan apa peran maupun strategi yang digunakan GPIB Jemaat Bukit

Sion Balikpapan serta apakah kedua hal tersebut telah membangun karakter yang sesuai dengan

perkembangan taruna-pemuda maka diperlukan penganalisaan. Dengan tujuan yang demikianlah

maka bab ini ditulis. Penganalisaan tersebut dilakukan dengan menilai hasil penelitian pada bab III

dengan menggunakan barometer teori yang dipaparkan pada bab II tentang pendidikan karakter

dan peran gereja terhadap pembangunan karakter remaja-pemuda. Oleh karena itu, dalam bab ini

analisa akan diuraikan menjadi tiga bagian sesuai dengan pertanyaan penelitian di atas.

Selanjutnya dalam bab ini juga dipaparkan tentang refleksi teologi.

IV.1. Analisa Pendidikan Karakter di GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan

IV.1.1. Pemahaman Gereja Bukit Sion Tentang Karakter Kristen

Pembangunan karakter bagi generasi penerus adalah penting dan sifatnya

mendesak. Hal itu dilakukan melihat realita kehidupan yang semakin mengancam

taruna dan pemuda untuk melakukan tindakan-tindakan yang buruk. Apabila

pembangunan karakter tidak sesegera mungkin dilaksanakan di berbagai lini

kehidupan, akan semakin banyak taruna maupun pemuda yang tidak dapat

berperilaku baik, dan pada akhirnya gereja akan diragukan keeksistensiannya.

Lebih jauh lagi dampak yang timbul adalah kehancuran akan bangsa ini. Oleh

karena itu, saat ini marak upaya yang dilakukan oleh satuan pendidikan formal

dalam membangun karakter dengan mendasarkan pada nilai-nilai Pancasila.

Demikian halnya dengan keluarga-keluarga. Mereka semakin sadar akan karakter

baik yang harus dimiliki oleh anak-anak mereka. Pergerakan yang meningkat yang

Page 2: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

96

ditunjukan baik oleh satuan pendidikan formal serta keluarga tidak hanya nampak

dari perilaku mereka secara langsung kepada subyek yang di didik, namun juga dari

banyaknya referensi tertulis yang tersedia.

Bagaimana dengan gereja sebagai salah satu agen atau pilar pendidikan?

Berdasarkan temuan dari hasil penelitian maka nampak bahwa pergerakan yang

demikian masih belum ditunjukan oleh gereja. Hal itu terjadi sebab gereja tidak

hanya terdiri dari satu atau dua orang yang dengan mudahnya menyamakan

harapan, visi, serta strategi. Gereja merupakan satu persekutuan yang terdiri dari

banyak orang yang percaya kepada Allah.113

Selain itu juga sebagian besar gereja

menggunakan sistem struktural. Maksudnya, mereka memiliki sinode sebagai

pengatur utama dari gerak gereja yang berada di bawah payungnya, serta memiliki

kepengurusan di masing-masing gereja. Dengan keadaan gereja yang demikian

tidak mudah untuk menyatukan harapan, visi, serta strategi yang baik untuk gereja.

Ide-ide yang pada hakekatnya mengembangkan gereja serta memperluas perannya

akan tidak mudah untuk diaplikasikan. Selain itu juga akan menjadi tidak mudah

dalam menyatukan pemahaman-pemahaman yang muncul dari individu-individu

yang ada. Pemahaman masing-masing individu tentang sesuatu hal pada dasarnya

berbeda. Perbedaan tersebut muncul karena mereka tidak hanya memandang dari

sudut yang sama, namun dari sudut yang berbeda-beda. Hal ini diakibatkan oleh

latar belakang kehidupan yang berbeda. Misal, profesi, tingkat pendidikan,

kebudayaan, sosial, termasuk juga keadaan keluarga.

Pemahaman yang berbeda juga terjadi dalam GPIB Jemaat Bukit Sion

Balikpapan. Dalam hal ini dimiliki oleh pendeta, majelis, dan para pelayan

kategorial Persekutuan Taruna (PT) dan Gerakan Pemuda (GP). Mereka adalah

113 Jan S. Aritonang dan Chr. De Jounge, Apa dan Bagaimana Gereja? Pengantar Sejarah Eklesiologi, (Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2009), 39.

Page 3: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

97

pelaksana baik itu kegiatan yang diprogramkan serta yang seharusnya membangun

karakter Kristen bagi anak taruna dan pemuda. Kurangnya pemahaman yang

mereka miliki dalam hal ini terkait dengan karakter secara umum. Melihat data

yang disajikan dalam bab sebelumnya, menunjukan bahwa gereja baru sebatas

mengetahui namun belum memahami tentang karakter dan pembangunan. Mengapa

dikatakan demikian? Alasannya ialah secara sepintas antara mengetahui dan

memahami adalah hal yang sama, namun jika dikaji lebih dalam sesungguhnya

terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut yakni nampak dalam tindakan selanjutnya.

Dalam artian bahwa ketika gereja hanya sebatas mengetahui maka gereja hanya

sebatas tahu setelah melihat maraknya tindakan-tindakan buruk yang dilakukan

oleh kaum muda. Dalam hal ini berarti gereja cukup berhenti pada tahu namun

tidak berpotensi untuk bertindak. Berbeda halnya dengan memahami. Memahami

berarti mengetahui secara mendalam dan berpotensi besar dalam melakukan

tindakan. Oleh karena gereja hanya terhenti pada mengetahui maka berdampak

pada ketidak-punyaan strategi khusus dalam membangun karakter para taruna dan

pemuda.

Pemahaman tentang karakter belum tentu dimiliki oleh individu-individu yang

bertugas dalam membangun karakter. Secara umum ini disebabkan oleh beberapa

penyebab, yaitu pertama, kurangnya mengikuti perkembangan dalam bidang-

bidang kehidupan, termasuk pendidikan. Kesibukan dalam pekerjaan dapat menjadi

akar permasalahan dalam poin ini. Ketika seseorang disibukkan dengan

pekerjaannya maka geraknya untuk mengetahui dan memahami hal lainnya menjadi

dibentengi. Kedua, keterbatasan pendidikan. Dengan tingkat pendidikan yang

rendah akan mempengaruhi kemampuan dalam memahami karakter secara

operasional yaitu tujuan, strategi, metode. Ketiga, sistem pendidikan yang berubah-

ubah. Perubahan sistem pendidikan cukup sering terjadi di bangsa ini. Padahal,

Page 4: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

98

dengan merubah sistem pendidikan maka akan berpengaruh pada substansi dari

pendidikan, khususnya fokus yang ditargetkan pemerintah untuk dicapai

masyarakat. Sebagai contoh, ketika para pelayan atau pengajar duduk di bangku

sekolah atau perguruan tinggi, pembangunan karakter bukanlah menjadi fokus dari

sistem pendidikan saat itu. Hal tersebut kemudian berdampak pada profesi mereka,

khususnya sebagai pelayan maupun pengajar. Di mana mereka menjadi kurang

memahami tentang karakter serta pembangunan karakter.

Pada dasarnya pemahaman karakter dalam secara umum adalah dasar seseorang,

lembaga, maupun komunitas agama memahami karakter lebih jauh lagi.

Maksudnya ialah ketika komunitas agama dalam hal ini gereja mampu memahami

konsep umum dari karakter maka mereka akan mampu mengejawantahkannya

dalam kehidupan gereja. Selanjutnya, mereka akan mampu membangun karakter

menurut nilai-nilai Kristen. Idealnya demikian, namun kenyataan yang terjadi

berbeda.

Dalam gereja masih terdapat paradigma yang melihat bahwa pelayanan yang

sifatnya membangun iman adalah hal yang terpenting, sehingga mereka lebih

terfokus pada melayani jemaat dengan tujuan tersebut. Paradigma yang demikian

menunjukkan bahwa gereja masih mengikuti pola yang terbentuk sejak pra–

modern.114

Sebenarnya, dengan integritas yang tinggi yang dimiliki oleh gereja,

gereja mampu melaksanakan pendidikan yang tidak hanya berkaitan dengan teologi

atau rohani melainkan juga non-teologi. Oleh karena itu jika gereja masih

mengikuti pola lama yang memisahkan antara yang teologi dan non-teologi, gereja

tidak akan dapat melaksanakan perannya dalam membangun karakter.

Pada dasarnya gereja telah berupaya untuk tidak hanya melaksanakan

pendidikan yang bersifat teologi. Hal itu nampak di mana bidang sosial berada

114

Liliana Trofin, “THE MODES OF RELIGIOUS EDUCATION: CHRISTIANITY’S CONTEMPORARY

STATUS”, dalam Linguistic and Philosophical Investigations Volume 10, 2011, 151.

Page 5: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

99

diposisi kedua setelah rohani. Jemaat merespon dengan cepat ketika memberikan

bantuan baik berupa materi maupun jasa kepada yang membutuhkan. Namun hal itu

belum terjadi secara nyata dalam bidang pendidikan. Gereja belum maksimal

memberikan perhatian terhadap pelayanan di bidang pendidikan. Pernyataan ini

juga ditegaskan oleh Pendeta Weinata Sairin sebagai salah satu dari tantangan bagi

perkembangan pendidikan yang berbasis Kristen.115

Pendidikan di Indonesia pada

hakekatnya dapat berkembang dan bersaing dengan negara-negara lainnya ketika

adanya kesadaran dalam diri seluruh pihak yang ada di bangsa ini, termasuk gereja.

Kesadaran yang demikian telah dimiliki oleh GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan.

Gereja membutuhkan program-program yang tidak hanya bersifat abstrak, yang

tidak sesuai dengan perkembangan anak-anak taruna dan pemuda. GPIB Jemaat

Bukit Sion membutuhkan program yang spesifik terkait dengan cara yang

dilakukan dalam menumbuh-kembangkan karakter Kristen yang sesuai dengan

tingkat perkembangan anak-anak yang termasuk taruna dan pemuda. Hal itu dapat

dilakukan GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan dengan merancang sasaran-sasaran

program pada tiap tahun. Misal: tahun pertama harus mengetahui target karakter

yang akan dicapai oleh mereka. Atau dengan kata lain bahwa gereja terlebih dahulu

memiliki sejumlah nilai-nilai karakter Kristen yang akan ditargetkan kepada

seluruh jemaat, khususnya dalam hal ini anak-anak taruna dan pemuda. Nilai-nilai

tersebut merupakan pilihan gereja yang dianggap sangat penting untuk dimiliki dan

sesuai dengan tingkat perkembangan mereka. Dari nilai-nilai tersebut, gereja

kemudian merancang memasukkannya pada setiap kegiatan yang merupakan wujud

dari program-program yang ada dengan berbagai cara yang kreatif dan inovatif.

Melalui cara-cara tersebut dalam program-program GPIB Jemaat Bukit Sion dapat

115

Pdt. Weinata Sairin, Identitas dan Ciri Khas Pendidikan Kristen di Indonesia Antara Konseptual dan Operasional, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 14.

Page 6: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

100

memiliki tujuan umum dan khusus dalam rangka membentuk dan mengembangkan

karakter Kristen di tengah jemaat.

Nampak dari sikap dan tindakan yang tergambar dalam tiap kegiatan gereja

menunjukkan bahwa seakan-akan gereja belum memiliki kesadaran tersebut. Pada

hakekatnya karakter yang dibangun melalui pendidikan berkaitan erat dengan

lingkungan sekitar seseorang itu tumbuh. Dengan demikian, bagi anak-anak

Kristen, gereja sebagai komunitas agama yang mereka anut, tentunya berpengaruh.

Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan

berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan gereja di masa depan. Anak

taruna dan pemuda adalah generasi atau tonggak dari gereja. Mereka adalah

penerus yang dapat melakukan pertumbuhan maupun perkembangan gereja di

kehidupan yang akan datang. Hal inilah yang penting untuk diketahui dan disadari

oleh seluruh pihak gereja.

Pendidikan adalah media yang seharusnya dipergunakan dengan baik oleh gereja

dalam membangun karakter para taruna dan pemuda. Untuk membedakan

pendidikan tersebut dari pendidikan umum lainnya maka pendidikan yang

diberikan harus didasari oleh ajaran-ajaran Kristen (firman Tuhan) yang ditulis

dalam Alkitab. Secara langsung N.T.Wright dalam teorinya menegaskan bahwa

orang-orang Kristen harus bersedia meneladani tindakan dan sikap positif yang

dilakukan Yesus. Berbagai karakter seperti sabar, rendah hati, dermawan, dan

mengasihi menjadi model atau teladan yang Ia lakukan.116

Pada hakekatnya seluruh

ajaran Kristus yang diimani oleh orang-orang Kristen sifatnya adalah baik. Tidak

hanya baik bagi individu dan komunitas iman Kristen, namun juga bagi individu

dan komunitas lainnya. Dari uraian ini nampak bahwa iman Kristen berkaitan erat

dengan karakter.

116

N.T.Wright, ibid., 48.

Page 7: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

101

Seluruh ajaran dan perintah Yesus, baik dalam Perjanjian Lama maupun Baru,

dirancang untuk mengungkapkan karakter baik yang dilakukan oleh-Nya. Apabila

dikaji lebih dalam, tanpa banyak diketahui oleh orang-orang Kristen bahwa

sesungguhnya ketika mereka menaati ajaran dan perintah Yesus maka mereka telah

melakukan nilai-nilai karakter yang marak diwacanakan saat ini. Nilai-nilai

karakter yang universal, yang diupayakan oleh satuan pendidikan formal maupun

keluarga untuk dilakukan adalah nilai-nilai yang telah lama dilakukan oleh orang-

orang yang percaya kepada Yesus. Nilai-nilai tersebut tidak hanya diwariskan oleh

Yesus secara langsung kepada para murid dan orang-orang percaya selama Ia

hidup, namun teladan-Nya tentang karakter positif termanifestasi dalam kitab suci

(Alkitab) saat ini hingga nanti. Nilai-nilai tersebut kemudian dikembangkan dalam

kehidupan saat ini. Sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Lickona bahwa

terdapat beberapa nilai moral universal yang bersumber dari agama-agama di dunia.

Sebagai contoh, jangan mencontek merupakan bentuk tindakan dari nilai kejujuran.

Dalam Alkitab, nilai tersebut adalah pengembangan dari nilai (perintah) jangan

mencuri dan berdusta.

Dalam karakter Kristen, hukum tabur tuai menjadi ciri utama. Maksudnya ialah

seseorang tidak mengedepankan alasan yang ada dibalik tindakannya dalam

melakukan nilai-nilai karakter Kristen, melainkan sebaliknya. Hukum tabur tuai

ialah hukum yang berdasarkan pada iman kepada Yesus. Dengan iman, sebagai

orang-orang Kristen yang telah diselamatkan harus mendasarkan tindakan untuk

mewujudkan nilai-nilai karakter Kristen pada rasa syukur kepada Yesus atas

keselamatan tersebut. Dengan demikian karakter Kristen tidak mengenal istilah

pamrih, yaitu membantu orang lain serta melakukan kebaikan karena

mengharapkan sesuatu.

Page 8: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

102

Ciri utama, ajaran dan perintah Yesus adalah hal-hal yang membuat karakter

Kristen memiliki warna yang berbeda dengan karakter pada umumnya. Hal ini

memiliki kaitan erat dengan nilai-nilai karakter yang menjadi target untuk

dilakukan oleh para taruna dan pemuda. Secara umum, bangsa Indonesia memiliki

delapan belas nilai yang harus di didik kepada seluruh warga, khususnya para

generasi muda. Delapan belas nilai karakter yang dimaksud ialah religius, jujur,

toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,

semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif,

cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung

jawab.117

Walaupun kedelapan belas nilai tersebut menjadi target yang diupayakan

untuk dilakukan oleh berbagai pihak, namun belum menjamin menjadi nilai-nilai

karakter Kristen. Alasannya ialah ketika kedelapan belas nilai karakter tersebut

didasari oleh motivasi atau alasan yang salah maka tidak sesuai dengan ciri dari

nilai karakter Kristen. Kedelapan belas nilai karakter akan menjadi nilai karakter

Kristen ketika nilai-nilai itu didasari pada iman atau pengenalan akan Yesus Kristus

dengan baik dan benar. Oleh karena itu, dari hasil temuan dalam hasil penelitian

menunjukan beberapa kebajikan (virtue) yang menjadi nilai dari karakter Kristen

yakni:

1) Nilai yang terutama dan pertama untuk diimplementasikan dalam kehidupan

orang-orang Kristen adalah kasih (Matius 22: 36-40). Kasih berawal dari kasih

kepada sesama manusia dan makhluk hidup ciptaan Tuhan. Melalui kasih ini

sebagai cara bagi orang-orang Kristen untuk dapat mengasihi Allah dengan

sungguh.

2) Nilai kasih adalah dasar atau awal bagi nilai-nilai lainya untuk dilakukan.

Nilai-nilai tersebut antara lain: sukacita, damai sejahtera, kesabaran,

117

Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter: Konsepsi & Implementasi secara Terpadu di Lingkungan Keluarga,

Sekolah, Perguruan Tinggi, & Masyarakat, (Yogyakarta: AR_RUZZ MEDIA, 2013), 41-42

Page 9: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

103

kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, dan penguasaan diri.

Nilai-nilai tersebut disebut sebagai buah-buah roh yang ditulis dalam kitab

Galatia 5: 22-23.

3) Ketika orang-orang Kristen mampu melakukan nilai kasih serta nilai-nilai

lainnya yang menjadi buah-buah roh maka mereka akan memperoleh hidup

yang baru. Manusia yang telah berada pada kehidupan ini ditandai dengan

nilai-nilai sebagai berikut, kejujuran (berkata jujur, benar, dan sopan),

kesabaran, kerja keras, kepedulian (membantu orang yang berkekurangan),

keramahan, penuh kasih dan syukur, bertindak positif (baik dan benar), rendah

diri. (Efesus 4: 21-5: 21).

Nilai-nilai yang telah diuraikan di atas adalah nilai yang harus ditargetkan tidak

hanya GPIB Jemaat Bukit Sion, namun juga seluruh komunitas iman Kristen yang

ada di muka bumi. Dengan harapan agar para generasi penerus tidak mudah

terpengaruh pada hal-hal buruk.

IV.1.2. Peran Gereja Dalam Pembangunan Karakter Taruna-Pemuda

Istilah pembangunan karakter telah banyak digunakan dalam tulisan ini.

Pemilihan istilah tersebut merupakan hasil dari suatu analisa bahwa gereja tidak

hanya terbatas dalam mengembangkan, namun juga membentuk karakter. Idealnya

gereja melakukan hal tersebut sejak dini pada diri anak-anak Kristen. GPIB Jemaat

Bukit Sion Balikpapan pada dasarnya memiliki kesadaran akan hal tersebut.

Kesadaran itu muncul ketika melihat realita saat ini yang menunjukan banyaknya

tindakan yang buruk, yang dilakukan oleh kaum muda. Hal itu juga dilakukan oleh

sebagian dari para taruna dan pemuda. Namun kenyataannya memperlihatkan

bahwa gereja belum maksimal dalam menjalankan perannya untuk membangun

Page 10: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

104

karakter bagi para taruna dan pemuda. Barometer yang digunakan dari penilaian

tersebut ialah pembangunan karakter yang dilakukan oleh satuan pendidikan.

Ketika satuan pendidikan formal membangun karakter naradidik, secara

operasional tindakan yang mereka lakukan bersifat utuh dan mendetail. Tujuan,

strategi, serta barometer dalam penilaian keberhasilan pendidikan karakter dimiliki

oleh satuan pendidikan formal. Sebagai contoh, salah satu strategi yang diupayakan

oleh satuan pendidikan formal dalam rangka membangun nilai karakter kejujuran

ialah pendidik bertanya kepada naradidik tentang pesan dari orang tua kepada

naradidik sebelum pergi sekolah. Hal yang demikian belum diaplikasikan ke dalam

jemaat GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan. Jika hal demikian diaplikasikan dalam

kehidupan bergereja maka salah satu pertanyaan yang dapat dilontarkan ialah

terkait dengan jumlah persembahan yang diberikan orang tua untuk

dipersembahkan saat beribadah. Walaupun banyak orang memandang bahwa

pertanyaan yang demikian sifatnya privat, namun tidak menjadi soal ketika

bertujuan hanya sebatas untuk melihat anak-anak di jemaat ini telah bekarakter.

Pembangunan karakter harus dimulai dari hal-hal yang sederhana.118

Peran GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan selama ini masih terfokus pada

kehidupan rohani atau spiritualitas jemaat, sehingga masih kurang mengarahkan

diri pada kehidupan pendidikan mereka. Selama ini gereja hanya berperan sebagai

pembangun iman jemaat dengan cara memfasilitasi ibadah-ibadah serta kegiatan

terkait lainnya, seperti pembinaan. Secara nyata hal itu ditunjukan dengan gereja

telah berperan sebagai pencerita narasi Kristus.119

Walaupun demikian, gereja tidak

seharusnya berhenti dan puas pada perannya tersebut. Gereja harus melaksanakan

perannya yang lain, yaitu mengusahakan agar setiap individu yang mendengar

118

Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter: Srategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta: PT GRASINDO,

2007), 132. 119

Stanley Hauerwas, A Community of Character: Toward a Constructive Christian Social Ethic, (United States of

America: University of Notre Dame, 1981), 127.

Page 11: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

105

cerita tersebut dapat menciptakan sejarahnya sendiri. Mereka dapat menciptakan

sejarah masing-masing hanya ketika mereka menerapkan narasi serta didukung

dengan melihat contoh juga meneladani tindakan maupun sikap yang dilakukan

oleh setiap orang-orang Kristen yang pantas menjadi panutan. Gereja seharusnya

lebih memperdalam perannya dalam menceritakan narasi Kristus. Dalam artian

bahwa gereja harus terus menceritakan narasi itu turun temurun sebab, dalam narasi

Kristus terdapat tindakan maupun sikap Kristus yang baik. Tindakan dan sikap

tersebut kemudian menjadi nilai-nilai karakter Kristen yang harus dilakukan oleh

orang-orang Kristen. Dengan demikian, melalui narasi tersebut Kristus dijadikan

sebagai figur teladan bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya. Atau secara

singkat dapat dikatakan bahwa melalui narasi Kristus akan menciptakan suatu

komunitas yang berkarakter Kristen. Hal itulah yang dalam teori yang diusung oleh

Hauerwas disebutnya sebagai tugas sosial gereja yaitu menjadi gereja yang

berkarakter kuat serta padat. Dengan demikian, untuk dapat melaksanakan

perannya dalam membangun karakter, gereja harus menjadi komunitas karakter

yang menjadi teladan bagi dunia. Peran lainnya yang telah dijalankan oleh jemaat

ini ialah sebagai pendukung dan yang mengkonfirmasi penggunaan seluruh buku

pedoman renungan dan pedoman pengajaran, khususnya dalam hal ini Sabda Bina

Taruna dan Sabda Bina Pemuda.

Dari hasil penelitian yang kemudian dianalisis lebih dalam maka ditemukan

hasil berupa beberapa alasan yang menyebabkan GPIB Jemaat Bukit Sion

Balikpapan belum maksimal dalam melaksanakan perannya tersebut. Alasan-alasan

tersebut antara lain:

a. Paradigma yang tertutup. Maksudnya ialah gereja masih memiliki beberapa

paradigma yang mempersempit geraknya dalam melaksanakan pembangunan

karakter Kristen. Paradigma-paradigma tersebut yaitu gereja melihat bahwa

Page 12: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

106

pelayanan yang sifatnya rohani atau spiritual adalah lebih penting. Hal ini

nampak dari hasil pengamatan di lapangan yang menunjukan bahwa kegiatan-

kegiatan yang terprogram didominasi oleh kegiatan-kegiatan spiritualitas, seperti

ibadah, persiapan. Selain itu juga adanya paradigma yang kurang mengukur

dampak positif dari suatu program maupun kegiatan yang dilaksanakan, namun

justru memperhitungkan jumlah dana yang dikeluarkan.120

Paradigma lainnya

yang mendukung ialah paradigma yang menganggap bahwa kegiatan-kegiatan

ekonomi atau budaya tidak dapat dicampur-adukan di dalam gereja.121

b. Kurangnya kekompakan dalam diri perangkat gereja.122

Hal ini bersumber dari

perbedaan pemikiran antara yang satu dengan lainnya. Kurangnya kekompakan

tidak hanya terjadi antara pelayan dalam satu PELKAT, namun juga antara

pendeta dengan pendeta, pendeta dengan majelis dan pelayan PELKAT, dan

antar sesama majelis.

c. Kurangnya pemahaman yang utuh tentang konsep pendidikan karakter. Hanya

sebagian kecil dari pendeta, majelis, jemaat, dan pelayan PELKAT PT maupun

GP yang memahami konsep pendidikan karakter secara utuh. Sebagai contoh

kurangnya pemahaman terkait dengan cara karakter dapat berkembang.

d. Kurangnya kesadaran dalam memberikan diri untuk aktif terlibat dalam

kegiatan-kegiatan yang diupayakan gereja untuk membangun karakter.

e. Gereja juga kurang memberdayakan individu-individu yang berlatar belakang

pendidikan dan berkompetensi dalam bidang-bidang ilmu lainnya yang dapat

mendukung, seperti agama, psikologi, sosial, ekonomi, budaya, dan bahasa.

120

Wawancara kedua dengan Pdt. Bpk. Jimmy H.K. Iroth, S.Th (Ketua Majelis Jemaat GPIB Jemaat Bukit Sion

Balikpapan), pada hari: Rabu, 13 Agustus 2014, pukul 13.00 WITA. 121

Wawancara dengan Pnt. Bpk. Wuri Sumampouw, M,h, (PHMJ ketua I yang membidangi Pelayanan dan Kesehatan

(PELKES) serta pengajar katekisasi) pada hari: Kamis, 07 Agustus 2014, pukul 17.14 WITA 122

Wawancara dengan Pdt.Ibu. Ritha Hutagalung-Londok, S.Th (Pendeta Gereja Se-Azas), pada hari: Kamis, 14

Agustus 2014, pukul 18.10 WITA

Page 13: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

107

Agar gereja dapat melaksanakan perannya secara maksimal, gereja perlu terlebih

dahulu mengatasi penyebab-penyebab diatas. Sebab, melalui penyebab-penyebab

tersebut akan memunculkan kendala-kendala baru yang lebih banyak. Oleh karena

itu, gereja harus mengambil tindakan yang efektif dan tepat guna. Tindakan yang

dimaksud ialah membekali mereka dengan mengadakan pembinaan tentang konsep

pendidikan karakter yang bersifat teori. Di dalam konsep tersebut, juga dibahas

tentang komunikasi yang berada dalam poin relasi. Komunikasi yang tegas sangat

penting untuk dilakukan oleh gereja. Dengan komunikasi yang tegas maka nilai-

nilai karakter dan strategi untuk membangun karakter dapat disampaikan kepada

setiap pihak di dalam gereja.

Tidak berhenti pada hal-hal yang bersifat teori, namun perlu menindak-lanjuti

pembinaan tersebut dengan pelatihan. Pelatihan sangat berguna melihat

kemampuan secara langsung dalam prakteknya. Kedua kegiatan tersebut harus

dilakukan gereja dalam beberapa kali pertemuan. Hal ini dimaksudkan agar

tertanam secara mendalam tentang hal-hal yang diberikan dalam pembinaan terkait

dengan pendidikan karakter.

Demikian halnya dengan kurangnya kekompakan dalam diri perangkat gereja.

Jika dikaji lebih dalam, secara nyata faktor ini terjadi dalam Gerakan Pemuda.

Faktor ini memunculkan kendala yaitu menurunnya tingkat keaktifan anggota. Dari

kendala tersebut, nyata terlihat bahwa gereja dalam hal ini para pemimpin Gerakan

Pemuda belum mengambil tindakan konkret dalam menyelidiki akar permasalahan

yang ada. Mereka seharusnya mencari akar permasalahan tersebut. Sebab,

pembangunan karakter pada tubuh Gerakan Pemuda menjadi kurang maksimal

ketika hanya sebagian kecil anggota pemuda sebagai subyek yang akan di didik,

hadir dalam berbagai kegiatan gereja.

Page 14: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

108

Dari uraian di atas secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam rangka

melaksanakan peran GPIB Jemaat Bukit Sion dalam membangun karakter para

taruna dan pemuda, gereja harus terlebih dahulu melaksanakan perannya dalam hal

mengatasi kelima faktor di atas. Kedua peran itu tidak dapat dipisahkan dalam

mewujudkan peran utama gereja sebagai pendidik. Peran utama ini tentunya

berkaitan dengan pendidik. Agar peran ini juga menjadi maksimal maka gereja ini

tidak boleh melupakan mutu dari pendidik. Strategi yang dapat dilakukan gereja

terkait hal ini ialah dengan menetapkan persyaratan bagi tenaga pendidik. Tenaga

pendidik tidak hanya pada ketiga Pelayanan Kategorial (PELKAT): Pelayanan

Anak (PA); Persekutuan Taruna (PT); dan Gerakan Pemuda (GP), namun juga pada

kelas katekisasi. Individu yang ingin melayani di tmpat-tempat tersebut, seharusnya

tidak hanya memahami ajaran Kristen; memiliki dan mampu menjadi teladan dalam

melakukan karakter Kristen; memiliki keinginan kuat untuk melayani, namun juga

harus mengetahui perkembangan dunia sekuler; secara psikologis perkembangan

dan kebutuhan dari individu-individu yang dilayani. Tidak kalah pentingnya yaitu

pertimbangan usia yang produktif. Usia yang demikian memiliki daya pikir kreatif;

inovatif yang tinggi serta efisien untuk menghasilkan karya-karya yang dapat

membantu pelayanannya.

IV.1.3. Strategi GPIB Jemaat Bukit Sion dalam Pembangunan Karakter Taruna-

Pemuda

Ketika berbicara tentang karakter maka pertanyaan mendasar yang muncul ialah

bagaimana karakter dapat terbentuk? Pertanyaan ini menunjuk pada strategi yang

digunakan. Membangun karakter terkadang membuat individu atau lembaga serta

komunitas yang melaksanakannya menjadi jenuh. Oleh karena itu, saat ini banyak

yang melakukannya secara instan. Penyebabnya adalah banyak lembaga-lembaga

Page 15: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

109

pendidikan secara singkat yang menawarkan character building dengan materi

pelajaran yang hanya memuat motivasi untuk melakukan karakter. Pada hakekatnya

proses yang demikian kuranglah efektif. Membangun karakter harus dilalui

seseorang dengan mengikuti serangkaian proses. Karakter tidak hanya terbentuk

dari penghargaan yang diberikan kepada pihak yang bertugas membangun karakter

(seperti keluarga, guru, dan para tokoh diberbagai lini kehidupan), melainkan

perlunya kesadaran dan keinginan untuk melakukan transformasi, sehingga muncul

dalam diri suatu komitmen untuk melakukan nilai-nilai yang diajarkan.

Melalui uraian di atas ingin ditegaskan bahwa proses yang panjang adalah hal

yang penting dalam pembangunan karakter. Oleh karena itu pembangunan karakter

dapat dibentuk dimana dan kapan pun dengan cara yang berulang terus menerus.

Melalui konsep tersebut dapat meninjau kegiatan mana yang termasuk dalam

pembangunan karakter. Salah satunya ialah ketika ditemukan perbincangan yang

dilakukan antara presbiter dengan satu atau lebih taruna maupun pemuda maka

kegiatan tersebut bukan termasuk dalam upaya pembangunan karakter. Kegiatan

tersebut hanya sebatas perbincangan biasa atau berupa nasihat. Kegiatan yang

termasuk dalam membangun karakter ialah suatu tindakan yang dilakukan berulang

dan terus menerus hingga menjadi kebiasaan serta di dalamnya tersirat nilai-nilai

karakter yang harus diwujud-nyatakan.

Karakter tidak dapat dibangun secara instan. Dibutuhkan proses yang lama yang

intinya membuat para taruna dan pemuda menjadi terbiasa dalam melakukan

tindakan-tindakan yang di dalamnya tersirat nilai-nilai karakter Kristen.

Kedisiplinan adalah hal penting di dalamnya yang ikut menentukan keberhasilan

seseorang maupun komunitas dalam membangun karakter. Di lain sisi, diakui

bahwa kedisiplinan merupakan tindakan yang tidak mudah. Hal demikian terjadi

dalam diri Gerakan Pemuda yang kurang mampu mendisiplinkan diri mereka ketika

Page 16: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

110

mengikuti kegiatan-kegiatan, khususnya ibadah dan persiapan. Oleh karena itu,

disiplin menjadi hal yang kontroversi karena membagi dua kubuh yaitu pro dan

kontra. Hal ini terjadi karena masih adanya paradigma mereka yang menganggap

bahwa kedisiplinan adalah cara yang keras atau seperti militer. Dengan demikian

menunjukan bahwa mereka kurang memahami arti pentingnya disiplin diri. Disiplin

dapat dikatakan sebagai tanggung jawab yang utama bagi mereka yang ingin

sukses. Dengan seseorang mampu mendisiplinkan diri maka orang tersebut mampu

memimpin diri sendiri.

Mendisiplinkan individu-individu yang belum terbiasa adalah hal yang tidak

mudah. Walaupun demikian, hal itu dapat dilakukan ketika ada kerjasama dari para

presbiter yang memimpin. Menyepakati toleransi waktu dan dampak dari

keterlambatan adalah hal yang penting untuk mengajarkan kedisiplinan di dalam

gereja. Disiplin adalah hal yang penting untuk seseorang dapat melakukan karakter

Kristen. Dengan gereja mampu mendisiplinkan para taruna dan pemuda dari hal

yang kecil maka gereja akan mampu menghasilkan generasi-generasi penerus yang

sukses, baik di bidang rohani maupun di seluruh bidang kehidupan.

Dalam pembangunan karakter oleh gereja, tidak hanya membutuhkan disiplin

namun juga harus memiliki tolak ukur yang spesifik sebagai acuan untuk menilai

keberhasilan para taruna dan pemuda dalam bertindak. Gereja dapat merancang alat

ukur tersebut bersama dengan kemitraan yang terkait, yaitu keluarga; sekolah; dan

lembaga-lembaga lainnya. Gereja perlu merancang alat ukur bersama dengan

mereka sebab, gereja tidak hidup setiap hari bersama anak-anak taruna dan pemuda.

Cara yang dapat dilakukan oleh gereja terkait dengan hal ini antara lain:

1) Gereja bersama dengan keluarga; sekolah; dan lembaga-lembaga terkait

membuat komitmen awal. Komitmen yang dimaksud ialah bersedia bekerjasama

dalam menyukseskan para generasi muda gereja untuk mampu memahami,

Page 17: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

111

mencintai, dan melakukan nilai-nilai karakter Kristen. Di samping itu, pada

kebersamaan ini gereja dan yang lainnya harus membuat jadwal pertemuan

untuk membahas hal-hal yang terkait, misal perkembangan anak-anak taruna dan

pemuda dalam melakukan tindakan-tindakan tersebut, serta yang terpenting

adalah melakukan evaluasi. Evalusai merupakan hal yang penting sebab, seluruh

pihak dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan yang selama ini ada.

2) Gereja bersama kemitraannya mendaftarkan nilai-nilai karakter Kristen yang

ditargetkan secara berkala dan memperhatikan tingkat perkembangan secara

menyeluruh dari para taruna dan pemuda. Nilai-nilai tersebut pada akhirnya akan

menjadi barometer yang sesuai untuk menilai keberhasilan proses maupun

hasilnya. Sebagai contoh, pada tahap pertama mereka ditargetkan untuk mampu

berbuat jujur.

3) Membagi tugas dalam kaitannya membiasakan para taruna dan pemuda dalam

melakukan nilai-nilai karakter Kristen. Selain itu juga, membagi tugas dalam hal

mengamati perkembangan mereka secara berkala.

Dalam proses membangun karakter pada diri taruna dan pemuda, gereja tidak

dapat mengupayakannya secara pribadi, melainkan dengan bantuan dan adanya

kemitraan dengan berbagai pihak khususnya keluarga. Di mana sebagai keluarga

Kristen berperan dalam membentuk karakter Kristen dengan mendorong anak-anak

mereka untuk terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan gereja, khususnya ibadah

Persekutuan Taruna (PT) dan Gerakan Pemuda (GP). Gereja juga dapat menjalin

kemitraan dengan pihak-pihak lain, seperti kepolisian, medis, dan tokoh-tokoh

masyarakat maupun agama lainnya.

Tidak terhenti pada kemitraan yang harus dijalin. Hal penting lainnya dalam

pendidikan karakter ialah disajikannya berbagai model yang dapat digunakan dalam

membangun karakter seseorang. Model-model yang dimaksud antara lain:

Page 18: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

112

pembiasaan, keteladanan, pembinaan disiplin, CTL (Contextual Teaching and

Learning), bermain peran, dan pembelajaran partisipatif. Sebagian besar dari model

tersebut dari hasil obeservasi dan wawancara ditemukan bahwa GPIB Jemaat Bukit

Sion telah menggunakannya untuk membangun karakter Kristen bagi jemaat,

khususnya para taruna dan pemuda. Walau secara khusus gereja belum mengetahui

bahwa model-model yang selama ini digunakan adalah model-model yang dapat

membantu dalam membangun karakter Kristen. Hal ini lebih mempertegas akan

kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang pendidikan karakter, yang

seharusnya dilakukan gereja sebagai upaya dari peran gereja dalam menghasilkan

jemaat-jemaat yang berkarakter.

Bentuk nyata dari beberapa model yang diuraikan di atas tertuang dalam

pembinaan. Pembinan adalah cara utama yang hingga kini dipergunakan oleh

gereja, khususnya GPIB Jemaat Bukit Sion. Pada dasarnya pembinaan bersifat baik

karena sebagai salah satu upaya yang dipilih oleh gereja dalam mendidik

jemaatnya. Namun, dalam setelah dikaji lebih dalam, ditemukan bahwa dalam

pembinaan terdapat beberapa kelemahan, yaitu:

1) Jemaat Bukit Sion telah menggunakan metode ini secara berulang-ulang dan

terus menerus. Hanya saja belum nampak secara nyata tindak lanjut dari suatu

pembinaan yang diadakan. Tindak lanjut yang dimaksud ialah kegiatan yang

dilaksanakan gereja agar jemaat tidak hanya mengetahui hal-hal yang diberikan

saat pembinaan, namun mereka dapat memahami, mencintai, dan melakukan

nilai-nilai yang ditargetkan dalam pembinaan tersebut. Sebagai contoh seminar

narkoba yang beberapa waktu lalu diadakan oleh jemaat ini. Namun, hingga saat

ini belum ada tindak lanjut yang dilakukan gereja dengan fokus utama tertuju

pada para taruna dan pemuda. Tindak lanjut yang sebenarnya dapat dilakukan

oleh gereja dalam seminar ini ialah bekerjasama dengan mantan pengguna

Page 19: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

113

narkoba yang telah sembuh untuk dapat membagikan pengalaman buruknya

ketika menjadi pengguna. Atau dengan membuat drama tentang dampak

mengunakan narkoba, yang disutradarai oleh anggota BNN dan pihak

kepolisian. Dengan contoh tindak lanjut yang demikian, para taruna dan pemuda

dapat langsung melihat dan mengambil nilai-nilai karakter yang positif. Metode

yang demikian sesuai dengan teori dalam pendidikan karakter, di mana gereja

semestinya memberikan kesempatan kepada anak-anak taruna dan pemuda untuk

mengalami sendiri sifat-sifat tersebut secara langsung. Pendidikan karakter

memerlukan metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat tercapai.123

2) Pembinaan yang digunakan dominan mengarah pada bidang rohani dan hanya

sebagian kecil yang menyentuh pada bidang-bidang lain dalam kehidupan

jemaat, seperti budaya; politik; kenegaraan; sosial, termasuk pendidikan

karakter. Hal penting ini bukanlah tugas gereja yang baru muncul masa kini,

melainkan telah ada sejak zaman zending. Di mana gereja-gereja telah

menjalankan berbagai kegiatan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti

pendidikan; kesehatan; pelayanan sosial; politik; ekonomi; budaya; militer;

pertanian dan pengangkutan.124

Gereja yang cenderung melakukan pembinaan

yang demikian memperkuat paradigma jemaat yang belum terbuka terhadap

bidang kehidupan lainnya. Misal saja, paradigma yang menganggap bahwa

kegiatan-kegiatan ekonomi atau budaya tidak dapat dicampur-adukan di dalam

gereja. Paradigma yang demikian pada akhirnya membuat gereja menjadi

eksklusif serta monoton dalam hal metode.

123

M. Williams, Models of Character Education: Perspectives and Developmental Issues. Dalam Journal of

Humanistic Counseling, Education and Development vol 39, Issue 1, September 2000), 32-40. 124

Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia. Sidang Raya, Lima dokumen keesaan gereja Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (LDKG-PGI), (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 34-35.

Page 20: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

114

3) Pembinaan yang dilaksanakan masih kurang yang mengarah pada pendidikan

karakter.

Jemaat dalam gereja bukan hanya hidup dengan hal-hal yang rohani, namun juga

hal-hal lainnya yang mendukung dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu,

seharusnya gereja lebih berpartisipasi di dalam kehidupan jemaat dengan

memberikan pembinaan yang menyentuh semua bidang kehidupan dan terkait

dengan membangun karakter Kristen bagi jemaat, khususnya para taruna dan

pemuda. Gereja dapat melakukannya dengan cara membuka mata dan hati terhadap

dunia di luar gereja (yang sekuler) untuk dapat masuk dalam kehidupan gereja.

Maksudnya ialah gereja harus dapat melihat perkembangan yang terjadi terkait

dengan kehidupan sekuler serta memilih metode maupun model yang lebih kreatif

dan inovatif.

Jemaat Bukit Sion tidak hanya telah menggunakan model-model dalam

pendidikan karakter, namun juga telah mengimplementasikan beberapa strategi

pendidikan. Strategi yang dimaksud sesuai dengan teori yang diusung oleh Lickona

terkait dengan mengusahakan lingkungan yang membangun karakter Kristen. Yang

menjadi strategi tersebut antara lain:

1) Gereja secara khusus para pendeta, majelis, dan pelayan kategorial telah

berupaya mendorong kesadaran seluruh unsur dalam gereja untuk membangun

karakter Kristen. Hanya saja cara yang digunakan dalam hal ini terbatas pada

media audio. Secara konkret dalam bentuk khotbah-khotbah. Setelah dikaji

menggunakan teori yang digunakan pada bab sebelumnya, cara ini belum dapat

dikatakan cukup.

Mendorong kesadaran seluruh unsur dalam gereja berarti memiliki kaitan erat

dengan komunikasi yang dilakukan oleh gereja terhadap mereka. Dengan

demikian, komunikasi yang dilakukan hasurlah menarik dan jelas. Gereja

Page 21: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

115

seharusnya tidak hanya mengandalakan penyampaian pesan dengan lambang-

lambang auditif, yang hanya dapat ditangkap oleh indera pendengaran,

melainkan gereja harus menambah cara lain. Cara tersebut yaitu dengan

menggunakan media visual dan audio visual. Tindakan nyata dari

pengimplementasian media visual ialah dengan menempatkan poster, gambar

maupun logo yang menarik. Sedangkan audio visual dapat dilakukan dengan

menayangkan video, film, dan memutar TV pendidikan. Media audio visual

diasumsikan sebagai metode yang menarik dan efekif sebab, dengan metode

tersebut para taruna dan pemuda dapat belajar tentang nilai-nilai karakter Kristen

dengan mendengar dan melihat. Dari hasil penelitian yang dilakukan dalam

melihat metode pembelajaran, media audio visual memiliki presentase yang

sangat besar yaitu 50% dibanding dengan memisahkan antara audio (20%) dan

visual (30%).125

Dengan mengkombinasikan cara-cara tersebut maka dapat

memaksimalkan gereja dalam mendorong kesadaran untuk membangung

karakter Kristen.

2) Dalam kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh Jemaat Bukit Sion, sebagian

besar nilai-nilai karakter Kristen telah diitegrasikan di dalamnya. Dengan

mengesampingkan kendala dalam memberikan teladan yang baik, pada dasarnya

nilai-nilai tersebut telah diajarkan oleh gereja kepada para taruna dan pemuda

melalui keteladanan. Hal ini menunjukan bahwa Jemaat Bukit Sion memiliki

tekat untuk menjadi komunitas teladan yakni komunitas karakter Kristen.

3) Jemaat Bukit Sion telah mampu mengenali kebajikan-kebajikan yang

ditargetkan kepada para taruna dan pemuda. Pengenalan tersebut dipermudah

dengan adanya buku pedoman renungan yang disusun oleh sinode. Selain itu

juga, melalui tema tahunan GPIB yang berfungsi sebagai acuan dasar bagi

125

Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK 2012 dalam power point presentasi ke-4.

Page 22: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

116

jemaat-jemaat dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan. Contoh dari tema tahunan

2014-2015 ialah Membangun Kemitraan Antara Umat Demi Keselamatan

Bangsa. Dalam tema ini secara implisit terdapat nilai-nilai karakter Kristen

seperti kasih, ramah, bertindak benar/ bersikap positif, kesabaran, kemurahan,

kebaikan, kesetiaan, penguasaan diri.

4) Jemaat Bukit Sion telah menjalin dan memperkuat kemitraan dengan keluarga-

keluarga yang menjadi jemaatnya. Strategi ini merupakan kesatuan dari dua

strategi yang saling bersinergi, yaitu menjalin kemitraan antara gereja dengan

keluarga dan memperkuat keluarga. Cara yang digunakan dalam hal ini ialah

dalam bentuk ibadah-ibadah yang di dalamnya seluruh unsur keluarga (ayah,

ibu, dan anak) mengambil bagian. Selain itu, dengan melakukan perkunjungan.

Hal ini menujukan bahwa adanya kesadaran gereja tentang pentingnya keluarga

dalam membangun karkater baik dalam diri para taruna dan pemuda.

Keluarga memiliki peran awal dalam membangun karakter mereka. Di dalam

keluarga, anak-anak diberikan kesejahteraan emosional, memberi bimbingan

moral, serta membantu dalam mempelajari nilai-nilai.126

Memahami peran

keluarga tersebut maka gereja seharusnya mengembangkan strategi ini. Sebab,

melihat bahwa jemaat Bukit Sion belum mendalam dalam

mengimplementasikan strategi ini, khususnya memperkuat kemitraan dengan

keluarga melalui program pendidikan. Melihat dalam teori yang diusung oleh

Charles Stewar tentang tiga dimensi dasar penguatan keluarga. Di mana salah

satunya ialah gereja harus mengembangkan pelayanan keluarga melalui program

pendidikan, seperti mengadakan Pendalaman Alkitab maupun kelompok belajar.

5) GPIB Jemaat Bukit Sion telah menciptakan kelompok kepemimpinan. Serupa

dengan gereja pada umumnya, kelompok kepemimpinan dalam jemaat ini terdiri

126

Hildred Geertz, Keluarga Jawa, (Jakarta: Grafiti Pers, 1983), 7.

Page 23: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

117

dari para pendeta, majelis, dan pengurus PELKAT. Mereka diklasifikasikan

dalam kelompok ini sebab, dengan pengetahuan, wawasan, serta kemampuan

mereka dalam melayani jemaat, mereka dapat mengkoordinir usaha dan

pelaksanaan pembangunan karakter. Tidak hanya itu, mereka juga dituntut untuk

dapat menghimpun jemaat serta berbagai wawasan lainnya, ketrampilan, dan

pengalaman yang akan digunakan untuk menghadapi kendala-kendala dalam

pelayanan, termasuk dalam membangun karakter para taruna dan pemuda.

Dengan demikian, kelompok ini juga berperan dalam membangun karakter,

khususnya dalam memberikan teladan yang berkarakter Kristen.127

6) Gereja telah memberi peran kepemimpinan kepada para taruna dan pemuda. Hal

itu nampak dalam beberapa kegiatan yaitu pertama dalam ibadah hari Minggu.

Dalam ibadah ini para taruna dan pemuda dijadwalkan menjadi prokantor atau

pun kantoria. Kedua, dalam ibadah-ibadah PELKAT masing-masing. Dalam

ibadah ini para taruna dan pemuda dijadwalkan secara bergilir menjadi pendoa

syafaat, liturgos, maupun pendoa kolekte. Hal ini dimaksudkan agar mereka

belajar mengambil peran sebagai seorang pemimpin.

7) Jemaat ini telah memberi kesempatan bagi setiap anggota jemaat untuk memberi

masukan. Beberapa metode yang digunakan dalam strategi ini, pertama, gereja

mengadakan kotak saran dan kuisioner yang bertujuan untuk memperoleh

feedback dari jemaat untuk kepentingan kualitas pelayanan terhadap jemaat.

Kedua, melalui perkunjungan ke sektor-sektor dalam ibadah gabungan sektor.

Perkunjungan ini dilaksanakan oleh Pelaksana Harian Majelis Jemaat (PHMJ)

setiap bulan, sesuai yang telah dijadwalkan.

8) Jemaat Bukit Sion telah memadukan karakter ke dalam program-program gereja.

Sebagai contoh, program dalam Gerakan Pemuda yaitu retreat pemuda. Nilai

127

Eddie Gibs, ibid., 113.

Page 24: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

118

karakter yang terdapat dalam program tersebut ialah kesetiaan, kebersamaan,

dan penuh syukur kepada Tuhan. Demikian halnya dengan program Persekutuan

Taruna, contohnya yaitu program Taruna Berpelkes. Maksud dari program ini

ialah agar para taruna dapat membangun kerukunan dan kemitraan dengan

lingkungan.

Strategi lain yang tidak terdapat dalam teori namun digunakan oleh jemaat ini

ialah penggunaan Sabda Bina Taruna dan Sabda Bina Pemuda. Kedua buku ini

adalah kurikulum yang spesifik tertuju untuk mendidik para taruna dan pemuda

sesuai dengan ajaran Kristen. Oleh karena itu, para pelayan dan pengurus baik

taruna maupun pemuda sangat mengandalkan kedua buku ini. Jika dikaji lebih

dalam ditemukan kelebihan dan kekurangan dari kedua buku ini, antara lain:

a) Sabda Bina Taruna

Buku ini adalah buku pedoman bagi para pelayan dalam mendidik melalui

pendidikan agama Kristen yang diberikan oleh gereja. Oleh karena itu, secara

nyata dapat ditemukan unsur atau komponen yang membentuk kurikulum, yaitu

tujuan, materi atau isi, strategi, dan evaluasi. Tujuan dalam hal ini terbagi

menjadi dua, yaitu gagasan utama dan tujuan khusus. Terdapat beberapa

masalah yang ada dalam tujuan-tujuan dalam setiap pembelajaran. Masalah yang

dimaksud ialah: pertama, adanya sebagian besar ketidak-sinkronan antara

gagasan utama dengan tujuan khusus. Tujuan khusus terkadang tidak sesuai

dengan gagasan utama. Kedua, antara gagasan utama dan tujuan khusus terbalik.

Maksudnya ialah kata kerja yang digunakan dalam gagasan utama bersifat

konkret atau yang dapat diukur maupun dilihat, sebaliknya tujuan khusus ditulis

menggunakan kata kerja yang bersifat abstrak (dapat diukur maupun dilihat).

Dengan demikian berdampak pada para taruna yang mengalami kesulitan untuk

memahami dan melakukan yang menjadi tujuan-tujuan tersebut. Dari kedua

Page 25: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

119

masalah di atas maka menunjukan bahwa tim yang membuat buku ini kurang

memiliki pengetahuan tentang teori kurikulum PAK. Di mana dalam teori

tersebut dijelaskan tentang komponen-komponen kurikulum, termasuk di

dalamnya gagasan utama atau tujuan umum dan tujuan khusus. Persyaratan

dalam merancang tujuan umum ialah menggunakan kata-kata kerja yang bersifat

abstrak, tidak dapat secara langsung dilihat; diukur; didengar; digenggam.

Sebagai contoh, mensyukuri, memahami, mewujudkan, menerima. Sebaliknya

dengan tujuan khusus yaitu menggunakan kata-kata kerja yang sifatnya konkret,

dapat secara langsung dilihat; diukur; didengar; digenggam. Sebagai contoh,

menjelaskan, menuliskan, menceritakan, bernyanyi.128

Dalam tujuan-tujuan

tersebut, yang terdapat dimensi karakter ialah gagasan utama. Sebagai contoh

nilai yang terintegrasi dalam gagasan utama ialah penuh syukur, bertindak benar,

bertanggung jawab. Hal ini berbeda dengan tujuan umum. Di mana sangat jarang

ditemui dimensi karakter pada tujuan khusus.

Komponen kedua yang membentuk ialah materi. Materi adalah bagian di

mana para pelayan dapat menjelaskan maksud dari ayat Alkitab yang dikaitkan

dengan tujuan, dan strategi dalam mendidik para taruna. Oleh karena itu dalam

materi terdapat berbagai wawasan dan pengetahuan, khususnya yang berkaitan

dengan Teologis. Materi yang dipaparkan telah bersifat aktual, dan memberi

kontribusi kepada para taruna, serta telah memasukan nilai-nilai karakter tertentu

untuk ditargetkan kepada para taruna dan pelayan.

Strategi adalah komponen berikutnya. Dalam komponen ini ditemukan bahwa

kurangnya kreatifitas yang diberikan dalam penyampaian pembelajaran. Hal ini

ditunjukan dengan penggunaan strategi yang sama dalam tiap pertemuan, yakni

menggunakan strategi penyampaian cerita dan diskusi. Jika mengkaji lebih jauh,

128

D.Campbell Wyckoff, Theory and Design of Christian Education Curriculum, (Philadelphia: The Westminster

Press), 150.

Page 26: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

120

kedua strategi yang dominan digunakan mengarahkan diri pada aras kognitif.

Atau dengan kata lain, Sabda Bina Taruna masih memfokuskan diri pada

perkembangan intelektual para taruna. Kurangnya kreatifitas yang diberikan

dalam buku ini juga menunjukan bahwa para pelayan dalam masing-masing

jemaat diberikan kesempatan dalam mengeksplore kreatifitas yang mereka

miliki untuk mengolah materi menjadi menarik dan sedemikian rupa

disampaikan kepada para taruna. Namun kesempatan tersebut hanya digunakan

oleh beberapa dari pelayan, dan sebagiannya lagi lebih memilih menggunakan

strategi penyampaian yang serupa yang tertulis dalam Sabda Bina Taruna. Dari

masalah ini menunjukan bahwa kurangnya pemahaman terkait pembelajaran

yang menarik dan kreatif. Untuk melakukan hal itu, para pelayan dapat

menggunakan sembilan kecerdasan (multiple intelegence) yang masing-masing

dimiliki oleh taruna.

Komponen terakhir yang ada dalam buku ini ialah evaluasi. Evaluasi adalah

penting sebab dengan adanya evaluasi maka dapat dilihat efektivitas dari

pencapaian tujuan. Secara spesifik evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah

tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, serta sebagai umpan balik

dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Dengan signifikansi yang demikian

maka kegiatan evaluasi yang terdapat dalam Sabda Bina Taruna adalah kurang.

Evaluasi seharunya dilakukan setiap akhir pembelajaran dengan maksud agar

mengetahui apakah para taruna telah mamahami dan dapat melakukan hal-hal

yang diberikan. Hal ini sebagai upaya dalam melihat ketercapaian dari tujuan

yang ingin diwujudkan.Selain itu juga, evaluasi yang dilaksanakan masih

bersifat mengukur intelektual dari para taruna. Hal itu dibuktikan dengan metode

evaluasi berupa kuis dalam bentuk pilihan ganda serta memberikan pertanyaan-

pertanyaan.

Page 27: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

121

b) Sabda Bina Pemuda

Perbedaan dengan Sabda Bina Taruna ditemui dalam buku Sabda Bina

Pemuda. Secara nyata tidak dapat ditemui pembagian atas keempat komponen

yang membentuk kurikulum sebab, buku ini lebih condong pada kumpulan dari

khotbah-khotbah. Oleh karena itu, komponen yang menyusunnya ialah

komponen-komponen yang membentuk suatu khotbah. Komponen-komponen

tersebut yaitu pendahuluan, isi, penutup.129

Dalam pendahuluan dikemukakan

hal-hal yang menarik perhatian, baik itu berupa pertanyaan, persoalan yang

hangat dibicarakan, peristiwa atau pengalaman yang menjadi bahan

pembicaraan, serta perasaan yang meliputi hati pendengar. Dalam isi yang harus

dilakukan ialah mengaitkan antara hal-hal yang digunakan dalam pendahuluan,

penafsiran, Bagian lainnya yang terdapat dalam buku ini ialah kesimpulan.

Kesimpulan merupakan bagian internaldari penutup. Kesimpulan merupakan

pengulangan beberapa bagian yang dianggap penting atau menjadi inti dari

pewartaan firman Tuhan, dan juga yang telah disesuaikan dengan situasi maupun

kondisi dari para pemuda. Atau dengan kata lain dalam bentuk poin-poin penting

yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Penutup menjadi penggerak

bagi para pemuda agar dengan sukarela serta tulus melakukan kehendak Allah.

Dengan mengetahui bahwa Sabda Bina Pemuda adalah berbentuk renungan

maka strategi yang digunakan tentunya dengan menggunakan metode khotbah,

namun hanya bersifat monolog. Serupa dengan kasus dalam strategi yang

terdapat di Sabda Bina Taruna, strategi yang digunakan oleh para pelayan firman

dalam menyampaikan materi yang terdapat dalam Sabda Bina Pemuda dianggap

masih kurang kreatif.

129

E.P.Gintings, Khotbah dan Pengkhotbah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 60-64.

Page 28: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

122

Dengan melihat komponen-komponen yang menyusun kurikulum Sabda

Bina Pemuda maka tujuan hanya tersirat berupa nasihat, peringatan, dan ajakan

kepada para pemuda untuk melakukan hal-hal yang baik, yang sesuai dengan

pembacaan Alkitab dan topik. Jika ditempatkan dalam ketiga komponen di atas,

nasihat, peringatan, dan ajakan tersebut berada dalam bagian penutup. Walaupun

demikian, dimensi karakter sangat nampak di dalamnya. Contohnya, renungan

tanggal 1 Juli 2014 dengan pembacaan Alkitab dari kitab 2 Timotius 3: 14. Nilai

karakter yang ditargetkan ialah keteladanan.

Terlepas dari kekurangan dan masalah yang terdapat dalam Sabda Bina

Taruna dan Sabda Bina Pemuda, menunjukan bahwa di sisi lain jemaat ini telah

sadar akan pentingnya pembangunan karakter bagi para taruna dan pemuda serta

sadar akan peran gereja dalam hal itu. Oleh karena itu, gereja mendidik para

taruna dan pemuda menggunakan kurikulum tersebut. Namun, di sisi lain segala

upaya yang dilakukan oleh gereja tidak lepas dari kendala. Dari hasil penelitian

ditemukan beberapa kendala yang cukup menghambat peran gereja. Kendala-

kendala yang dimaksud ialah: pertama, terkait dengan metode atau cara yang

dapat digunakan gereja dalam membangun karakter. Perkembangan yang terjadi

dalam diri para taruna dan pemuda berpengaruh pada perubahan metode

pengajaran. Ketika taruna, gereja tidak dapat lagi mengandalkan metode

bercerita. Atau menggunakan kemarahan untuk mengajar. Perubahan demikian

terjadi juga ketika mereka telah berada pada Gerakan Pemuda. Gereja tidak lagi

dapat secara lebih mendalam mengindoktrinasi ajaran-ajaran dan nilai-nilai

Kristen sama seperti yang dilakukan ketika Sekolah Minggu dan Persekutuan

Taruna.

Kebingungan dalam penggunaan metode disebabkan adanya protes terhadap

penggunaan metode yang diadopsi dari satuan pendidikan formal. Padahal gereja

Page 29: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

123

tidak memiliki metode khusus yang dibakukan dalam hal mendidik.

Ketidaksetjuan terhadap pengadopsian metode tersebut secara tidak langsung

membatasi kreativitas dalam mengeksplore kemampuan para pendidik. Selain

itu juga menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang besar antara dunia

pendidikan secara umum dan secara khusus yang dilakukan oleh gereja. Di mana

seluruh strategi yang dilakukan oleh satuan pendidikan tidak dapat digunakan di

gereja. Hal tersebut juga menunjukkan kurangnya pemahaman dari jemaat

tentang peran dari tiga pilar pendidikan. Keluarga, satuan pendidikan, serta

masyarakat termasuk di dalamnya gereja sebagai komunitas agama Kristen

adalah tiga pilar yang melaksanakan pendidikan bagi naradidik. Ketiga pilar

tersebut tidak dapat dipisahkan. Mereka bekerjasama dalam mewujudkan cita-

cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar

1945 pada alinea kedua melalui Pendidikan Nasional.130

Pembangunan karakter sangat penting untuk dilakukan sedini mungkin dan

dalam hal ini terjadi pada masa taruna. Tujuannya ialah membentuk suatu pola

yang menghasilkan kebiasaan yang tertanam kuat dalam diri. Ketika pola

tersebut dibangun sedini mungkin maka akan dibawa hingga mereka beranjak di

tingkat yang lebih tinggi, yaitu pemuda dan seterusnya. Dalam pembangunan

pola yang demikian diperlukan suatu keteladanan dari pihak-pihak sekitar yang

terkait. Keteladanan sama halnya dengan kedisiplinan yaitu menjadi hal yang

penting serta sulit untuk dilaksanakan.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa gereja tidak menyadari tindakan yang

dilakukan menjadi teladan yang buruk. Inilah yang menjadi kendala yang kedua.

Hal itu dibuktikan dengan ditunjukkannya keteladanan yang kurang baik oleh

beberapa orang yang lebih tua dari para taruna dan pemuda. Memiriskan hati

130

Pemerintah Republik Indonesia, Desain Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan Nasional dalam Kebijakan

Nasional: Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025, (Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia, 2010), 1.

Page 30: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

124

ketika ditemukannya beberapa dari mereka yang termasuk majelis atau pengurus

kategorial. Keteladanan yang buruk pertama ditunjukkan oleh adanya bapak-

bapak yang merokok di lingkungan gereja, yang keluar dari gedung gereja pada

saat doa syafaat, serta kumpul-kumpul hingga larut malam diikuti dengan

kegiatan minum minuman beralkohol di lingkungan gereja atau saat ibadah

selesai. Tindakan dan sikap ini telah menjadi kebiasaan dalam diri mereka.

Dengan pola yang demikian tentunya menarik perhatian khususnya para pemuda

untuk terlibat. Keteladanan buruk yang kedua ditunjukkan oleh segelintir orang

tua yang kurang memberikan teladan serta motivasi bagi anak-anaknya untuk

terlibat aktif dalam kegiatan Persekutuan Taruna maupun Gerakan Pemuda.

Kendala ketiga yang cukup menghambat peran gereja dalam pembangunan

karakter para taruna dan pemuda ialah berkaitan dengan kurangnya gereja

mengikuti perkembangan zaman. Ditemukan dari hasil penelitian bahwa gereja

melalui program-programnya masih kurang up to date dengan perkembangan

dunia masa kini. Hal ini tentunya dapat menjadi penghambat dalam membangun

karakter bagi para taruna dan pemuda. Sebagai contoh yang dipaparkan adalah

kemampuan bertekhnologi yang kurang dimiliki oleh para orang tua dari taruna

dan pemuda Jemaat Bukit Sion. Di mana perkembangan ini telah masuk dalam

kehidupan para generasi muda. Perkembangan tekhnologi adalah salah satu yang

dapat mengancam para generasi penerus gereja selain perkembangan gaya hidup

(fashion). Perkembangan-perkembangan tersebut dapat mempengaruhi diri

mereka, namun gereja justru belum mampu memaksimalkan diri dalam

membekali mereka dengan hal-hal yang dapat digunakan untuk membentengi

mereka seutuhnya dari tindakan yang merusak moral. Selain mengupayakan

pendidikan karakter di gereja, gereja belum memiliki aturan yang terprogram

yang mampu membentengi mereka. Disadari bahwa aturan pada umumnya

Page 31: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

125

belum ada ketika masalah muncul sebab, aturan hanya terdiri dari rumusan kata-

kata dan bersifat pasif yang hanya dapat mengatur. Namun sebaliknya, masalah

bersifat dinamis yaitu selalu berubah-ubah setiap saat.

Jika dikaji lebih dalam, kendala-kendala yang menghambat pembangunan

karakter oleh Jemaat Bukit Sion adalah kurangnya dukungan serta kebersamaan

dari seluruh unsur dalam gereja. Selain itu juga kurangnya pengetahuan bahwa

pendidikan yang diberikan oleh gereja adalah barometer pendidikan agama di

sekolah. Selain itu juga, seluruh yang diajarakan di gereja, baik dalam konteks

formal maupun non-formal seharusnya menjadi dasar anak-anak untuk bertindak

di sekolah dan keluarga. Bukan sebaliknya, seperti yang terjadi saat ini, yaitu

pendidikan agama di sekolah justru menjadi barometer dalam anak mengetahui

dan bertindak di gereja dan keluarga. Jadi dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3: Pendidikan Agama di Sekolah menjadi Barometer

Gambar 4: Pendidikan Agama di Gereja menjadi Barometer

Gereja harus secara tegas mengatasi kendala-kendala yang muncul. Berawal

dari perubahan paradigma yang dimiliki oleh seluruh unsur dalam gereja terkait

dengan memisahkan gereja dengan dunia sekuler. Gereja perlu mengadopsi hal-

hal luar yang dibutuhkan untuk digunakan. Hal-hal tersebut dikondisikan dengan

keadaan yang ada di gereja dan diolah dengan kreatif dan inovatif menjadi

kegiatan pendidikan karakter yang menarik bagi para taruna dan pemuda.

Dengan demikian, GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan dapat memberikan

pendidikan karakter yang berbeda dengan pendidikan karakter umumnya. Sebab

MASYAR

AKAT

(GEREJA) KELUARGA

SEKOLAH

PENDIDIKAN

AGAMA DI

GEREJA

KELUARGA

PENDIDIKAN

AGAMA DI

SEKOLAH

Page 32: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

126

menurut Trofin dalam teorinya memaparkan bahwa pendidikan yang diberikan

di dan oleh gereja harus menyesuaikan dengan interpretasi tradisi, kebenaran,

dan situasi yang ada dalam kehidupan termasuk situasi sekitar masyarakat di

mana gereja berdomisili.131

Untuk mengolah pendidikan yang demikian, para

pendeta, majelis, dan pelayan kategorial dituntut untuk mengembangkan

kekreativitasan yang mereka miliki. Dengan mengkonsepkan secara kreatif akan

kegiatan dalam rangka membangan karakter, akan sangat membantu dalam

menarik perhatian para taruna dan pemuda untuk bersedia terlibat aktif dalam

setiap kegiatan gereja. Hal ini harus dilakukan oleh gereja. Penyebabnya ialah

ketika mengkaji lebih dalam tentang ketidak-aktifan mereka, ditemukan salah

satu penyebabnya ialah ketidak-tertarikan dengan kegiatan gereja. Mereka

merasa bahwa dunia sekulerlah yang sesuai dengan kebutuhan mereka di masa

muda. Kehidupan sekuler memberikan mereka rasa “gaul” dengan menyediakan

berbagai kegiatan yang sesuai dengan diri mereka masing-masing.

Gereja harus perlahan mengejawantahkan pendidikan karakter secara nyata.

Salah satunya dengan memiliki tim khusus yang menangani pendidikan karakter

di GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan. Tim khusus tersebut terdiri dari pendeta,

majelis, dan jemaat yang memiliki motivasi dalam menghasilkan generasi

penerus yang berkarakter Kristen. Selain itu juga, individu-individu yang masuk

dalam tim ini berkompetensi dalam bidang kehidupan yang berbeda-beda,

memahami pendidikan karakter, serta mampu mengikuti perkembangan dalam

kehidupan sekuler.

Suatu tim pada umumnya memiliki tugas dan fungsi yang harus

dilaksanakan. Adapun fungsi dari tim ini ialah tidak hanya sebagai perancang

pembangunan karakter melalui pendidikan, namun juga sebagai pelaksana dan

131

Liliana Trofin, ibid., 152.

Page 33: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

127

pengajar. Walaupun demikian, seluruh individu dalam gereja dapat ikut serta

membantu dalam kegiatan yang telah direncanakan oleh tim khusus. Dengan

demikian, yang berperan dalam pembangunan karakter Kristen tidak hanya

segelintir orang, namun seluruh yang termasuk dalam GPIB Jemaat Bukit Sion

Balikapapan.

Adapun tugas yang harus dilakukan oleh tim ini ialah mengurusi pendidikan

karakter di gereja akan sangat berperan penting untuk menghasilkan generasi

penerus Kristen yang berkarakter. Tim ini tidak hanya merancang strategi,

merumuskan nilai-nilai karakter Kristen yang menjadi target untuk dilakukan,

namun juga dapat mengatasi masalah yang muncul dalam kehidupan anak-anak

taruna dan pemuda terkait dengan moral dan karakter mereka. Hal itu dapat

dilakukan dengan perkunjungan yang terjadwal secara khusus pada anak-anak

yang memiliki masalah. Tidak terbatas pada mereka yang memiliki masasalah,

perkunjungan dapat dilakukan oleh tim ini kepada seluruh anak-anak yang ada

dengan tujuan mengetahui perkembangan dari karakter mereka. Hal ini muncul

sebagai praksis dari keadaan gereja yang belum menyentuh pendidikan karakter

di gereja secara dalam. Dengan adanya tim ini mereka akan berupaya

menghasilkan ide-ide yang kreatif dan inovatif dalam membangun karakter para

taruna dan pemuda.

Tim khusus dapat mengkolaborasikan secara kreatif dan inovatif antara

materi maupun kegiatan yang dilaksanakan gereja dengan enam model

pendekatan seperti yang dipaparkan dalam teori. Adapun keenam model

pendekatan yang dimaksud yakni pembiasaan; keteladanan; pembinaan disiplin;

CTL (Contextual Teaching and Learning); bermain peran; dan pembelajaran.

Hal penting yang harus diingat oleh tim khusus ini dalam menjalankan tugasnya

yaitu tiga tahap yang terdapat dalam proses strategi pembangunan karakter

Page 34: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

128

melalui pendidikan.132

Tahap-tahap tersebut jika diimplikasikan dalam gereja

yaitu pertama, membuat perencanaan secara matang. Dalam tahap ini yang

dilakukan ialah membuat konsep pendidikan karakter, baik mulai dari tujuan

umum maupun khusus dari suatu kegiatan; menentukan strategi yang akan

digunakan; memilih nilai-nilai karakter yang akan ditargetkan kepada naradidik;

mempertimbangkan teori tentang otak, psikologis, pendidikan, nilai dan moral,

serta sosio kultural. Pada tahap selanjutnya, seluruh yang telah direncanakan

pada tahap awal dikembangkan melalui berbagai kegiatan. Ketika telah

melaksanakan dalam jangka waktu yang ditentukan, diperlukan tahap evaluasi.

Tahap ketiga ini berguna dalam rangka melihat dan menilai segala yang terkait,

mulai dari kinerja pendidik hingga kegiatan yang telah terlaksana.

IV1.4. Kesesuaian Peran dan Strategi dengan Teori Pembangunan Karakter

Dari uraian yang panjang tentang peran dan strategi yang telah diupayakan oleh

GPIB Jemaat Bukit Sion selama ini dapat dikatakan telah cukup sesuai dengan teori

pembangunan karakter, khususnya melalui pendidikan. Dikatakan demikian sebab,

dari hasil penelitian ditemukan hasil tentang beberapa peran yang telah dilakukan

jemaat ini untuk membangun karakter. Peran tersebut antara lain: a) membangun

iman Kristen melalui memfasilitasi ibadah serta kegiatan-kegiatan terprogram

lainnya; b) sebagai pencerita narasi Kristus kepada jemaat, khususnya para taruna

dan pemuda; c) sebagai pendukung dan yang mengkonfirmasi penggunaan seluruh

buku pedoman renungan dan pedoman pengajaran, khususnya dalam hal ini Sabda

Bina Taruna dan Sabda Bina Pemuda.

Peran-peran yang telah dijalankan oleh GPIB Jemaat Bukit Sion tersebut, salah

satunya telah sesuai dengan teori pembangunan karakter Kristen yang diusung oleh

132

Pemerintah Republik Indonesia, Kebijakan Nasional: Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025, ibid., 30-

31.

Page 35: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

129

Hauerwas. Di mana menurutnya secara singkat dapat dinyatakan bahwa gereja

memiliki dua peran utama yaitu, pertama sebagai pencerita narasi Kristus secara

turun temurun. Lebih dalam lagi dari peran tersebut terdapat peran kedua yang juga

penting dalam pembangunan karakter para taruna dan pemuda, yaitu peran gereja

sebagai komunitas karakter yang menjadi teladan bagi dunia. Dari teori ini

menunjukan secara nyata bahwa jemaat ini belum memperdalam/meneruskan peran

pencerita narasi Kristus, yakni peran sebagai komunitas teladan yaitu menjadi

komunitas karakter Kristen. Penyebab dari belum dijalankannya peran ini ialah

kurangnya kebersamaan dan persatuan dari seluruh unsur dalam gereja ini dalam

membangun karakter baik bagi para generasi penerus gereja. Di mana

pembangunan tersebut dilakukan dengan memberikan keteladanan. Dengan belum

dijalankannya peran ini maka berakibat pada tindakan para taruna dan pemuda yang

kurang berkarakter Kristen. Tindakan yang meresahkan para orang tua, pendeta,

majelis, dan pelayan PELKAT (Pelayanan Kategorial). Tindakan-tindakan tersebut

antara lain: tingkat keaktifan para generasi muda terhadap kegiatan-kegiatan gereja,

khususnya dalam persekutuan, semakin menurun. Selain itu juga masih banyak dari

mereka yang merokok, mengkonsumsi minuman keras, mudah berkata yang tidak

sopan, kurangnya keberanian dalam berkata jujur, kurangnya disiplin (khususnya

dalam disiplin waktu).

Di samping peran, strategi yang digunakan Jemaat Bukit Sion dalam

mewujudkan pembangunan karakter adalah sesuai dengan teori pembangunan

karakter yang digunakan. Teori yang dimaksud ialah yang diusung oleh Thomas

Lickona yaitu tentang strategi yang dapat diadopsi oleh gereja dalam

mengusahakan lingkungan yang membangun karakter Kristen. Seperti yang telah

diuraikan di atas bahwa jemaat ini telah mengimplementasikan sembilan strategi

dari sebelas strategi yang diuraikan oleh Lickona. Sama halnya dengan peran, di

Page 36: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

130

dalam strategi, gereja belum meneruskan pengimplementasian terhadap seluruh

strategi yang dapat mendukung peran gereja untuk membangun karakter. Dua

strategi yang belum diimplementasikan oleh jemaat ini ialah: gereja mengenali

karakter yang baik dan memberi penghargaan dan yang kedua yaitu gereja

memberikan pelatihan kepemimpinan.

Jika dikaji secara mendalam tedapat penyebab mengapa gereja belum

mengimplementasikan strategi-strategi tersebut. Untuk strategi gereja mengenali

karakter yang baik dan memberi penghargaan penyebabnya ialah gereja memiliki

sejumlah kegiatan yang harus diurus, sehingga tidak adanya tindak lanjut dari

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Hal ini menunjukan bahwa kurangnya

totalitas gereja terhadap kegiatan-kegiatan tersebut. Kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan nampak hanya menjadi bentuk nyata untuk menunjukan

keeksistensian gereja. Penyebab lainnya yaitu jumlah jemaat yang sangat banyak

sehingga gereja menemui kesulitan dalam memperhatikan, mengakui dan

merayakan karakter baik yang dilakukan oleh tiap jemaat.

Strategi kedua yang belum diterapkan oleh jemaat ini ialah memberikan

pelatihan kepemimpinan. Strategi ini terfokus pada kandidat dalam kelompok

kepemimpinan. Pelatihan ini penting bagi mereka dengan alasan bahwa para

kandidat perlu lebih dipersiapkan untuk mampu menghadapi tantangan, melatih

mereka untuk mampu bekerja pada kondisi dan subyek yang berbeda-beda.133

Diasumsikan yang menjadi penyebab jemaat ini belum menerapkan strategi ini

ialah kurangnya sumber daya insani dari jemaat yang mampu memberikan

pelatihan kepada kandidat dalam kelompok kepemimpinan. Selain itu terkait

dengan paradigma jemaat yang menganggap bahwa peran gereja hanyalah

pembangunan iman Kristen melalui pelayanan. Oleh karena itu, jemaat

133

Eddie Gibbs, Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang: Membentuk dan Memperbaharui Kepemimpinan yang

Mampu Bertahan dalam Zaman yang Berubah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 222.

Page 37: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

131

menganggap bahwa para kandidat tersebut telah beriman penuh kepada Allah,

sehingga mereka dipercaya dapat melakukan segala sesuatu yang menjadi tugasnya,

termasuk dalam memimpin jemaat.

Dari uraian tentang kesesuaian antara peran dan strategi yang telah dilaksanakan

oleh Jemaat Bukit Sion dengan teori pembangunan karakter maka dapat

digambarkan melalui skema di bawah ini.

IV.2. Refleksi Teologi

Pada dasarnya setiap gereja yang ada mengetahui tentang perannya dalam mendidik.

Gereja tidak hanya mendidik seluruh anggota tubuhnya, melainkan juga mendidik setiap

orang. Ini menjadi amanat yang diberikan Tuhan kepada gereja, seperti yang dituliskan

dalam Matius 28:20 tertulis: “dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah

Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada

akhir zaman." Istilah amanat berarti juga peran, tugas, perintah, ataupun tanggungjawab.

Dengan demikian pernyataan yang terdapat dalam Matius 28:20 tersebut dalam hal ini

adalah suatu peran, tugas, perintah, ataupun tanggungjawab yang harus dilakukan oleh

gereja. Jika amanat tersebut dikaitkan dengan pembangunan karakter terhadap para taruna

dan pemuda maka gereja ditugaskan dalam mengajarkan para taruna dan pemuda dalam

melakukan segala sesuatu yang telah diperintahkan Tuhan. Kemudian pertanyaan yang

muncul, apa yang menjadi pokok yang diperintahkan Tuhan? Jawabannya terdapat dalam

Matius 22: 36-40 yaitu tentang kasih, baik kepada sesama maupun kepada Tuhan. Ini

adalah perintah yang terutama dan pertama yang diperintahkan Tuhan untuk diajarkan

kepada setiap manusia, khususnya dalam hal ini para taruna dan pemuda. Selain itu juga,

tentang buah-buah roh yaitu sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,

kesetiaan, kelemah-lembutan, dan penguasaan diri (Galatia 5: 22-23). Perintah-perintah

Page 38: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

132

tersebut yang juga menjadi nilai-nilai karakter Kristen yang harus dilakukan oleh setiap

orang, khususnya para taruna dan pemuda.

Dalam ayat Matius 28:20 tidak hanya berisi tentang amanat, namun juga janji Tuhan

kepada mereka yang melakukan amanat tersebut. Oleh karena itu, ketika gereja

melaksanakan amanat, peran, tugas, perintah, ataupun tanggungjawab tersebut, maka

gereja akan berkat Tuhan berupa penyertaan-Nya akan dirasakan gereja selamanya.

Bagaimanapun keadaan kehidupan gereja, baik itu banyaknya masalah yang menjadi

kendala ataupun ketidakmampuan yang dimiliki gereja, Tuhan senantiasa memberkati

dengan Roh Kudus dan firman-Nya. Walaupun terselip janji Tuhan, namun gereja tidak

menjadikan janji tersebut sebagai motivasi dalam melakukan peran atau tugasnya dalam

membangun karakter Kristen bagi para taruna dan pemuda. Gereja melakukan hal itu

sebagai respon akan kasih setia Tuhan dalam kehidupan ini. Gereja mewujudnyatakannya

dengan bersikap taat dalam menerima dan menjalankan perannya tersebut.

Tuhan tidak memberikan amanat, peran, tugas, perintah, ataupun tanggungjawab

hanya kepada gereja, namun juga kepada masing-masing individu yang percaya kepada-

Nya. Amanat yang demikian ialah “Hai anakku, berpeganglah pada perkataanku, dan

simpanlah perintahku dalam hatimu. Berpeganglah pada perintahku, dan engkau akan

hidup; simpanlah ajaranku seperti biji matamu. Tambatkanlah semuanya itu pada jarimu,

dan tulislah itu pada loh hatimu.” (Amsal 7: 1-3). Dari ayat tersebut lebih tepat

menunjukan tugas ataupun tanggungjawab yang harus dilaksanakan oleh setiap anak-anak

Tuhan. Dalam hal ini para taruna dan pemuda yang telah menerima ajaran-ajaran yang

diperintahkan oleh Tuhan dan diberikan melalui gereja.

Dalam ayat ini juga secara eksplisit menunjukan tindakan-tindakan yang harus

dilakukan oleh para taruna dan pemuda dalam merespon perintah Tuhan yang telah

diberikan kepada mereka. Tindakan-tindakan yang dimaksud ialah: a) berpeganglah pada

perkataan Tuhan, b) simpanlah dalam hati seluruh perintah yang telah diberikan Tuhan

Page 39: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

133

melalui gereja, c) berpeganglah pada perintah tersebut, d) simpanlah ajaran yang telah

diberikan seperti biji mata, e) tambatkanlah semuanya itu pada jari, dan f) tulislah itu pada

loh hati. Tindakan-tindakan tersebut dapat menuntun secara praktis apa yang harus

dilakukan para taruna dan pemuda. Mereka tidak hanya mendengar dan mengetahui,

namun juga menyimpan dan menjaganya dengan baik dan benar di dalam hati mereka.

Ketika perintah yang berbentuk nilai-nilai tersebut telah disimpan di dalam pikiran dan

hati, tentunya setiap tindakan maupun sikap yang nampak adalah nilai-nilai tersebut.

Dengan demikian, para taruna dan pemuda akan mendasarkan setiap tindakan dan sikap

hanya pada perintah dan ajaran Tuhan melalui gereja. Ketika mereka telah mampu

melakukan yang demikian maka tanda-tanda sebagai manusia baru tentunya dapat mereka

tunjukan. Tanda-tanda tersebut antara lain: kejujuran (berkata jujur, benar, dan sopan),

kesabaran, kerja keras, kepedulian (membantu orang yang berkekurangan), keramahan,

penuh kasih dan syukur, bertindak positif (baik dan benar), rendah diri. (Efesus 4: 21-5:

21).

Di setiap amanat yang diberikan Tuhan kepada seluruh pihak, terselip janji yang

indah. Janji tersebut akan mendatangkan kebaikan hanya bagi mereka yang melakukan

amanat Tuhan. Hal itu tidak hanya nampak pada amanat dan tugas kepada gereja, namun

juga pada setiap taruna dan pemuda yang melakukan perintah-perintah Tuhan. Janji Tuhan

yang dimaksud dalam Amsal 7: 1-3 ialah memperoleh kehidupan (ay 2). Jadi, jika

dikaitkan dengan pembangunan karakter bagi para taruna dan pemuda maka ketika mereka

bersedia memahami, mencintai, dan melakukan perintah Tuhan yang terwujud dalam nilai-

nilai karakter maka kehidupan akan diberikan Tuhan kepada mereka. Kehidupan yang

dimaksud ialah keberhasilan dan kesuksesan dalam hidup bersama Tuhan.

Dari kedua amanat tersebut maka diperoleh-lah suatu kesimpulan yaitu masing-masing

pihak memiliki peran, tugas, dan tanggungjawabnya masing-masing. Hal itu adalah yang

difirmankan Tuhan dalam Alkitab. Gereja harus melaksanakan salah satu perannya yakni

Page 40: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter ......Ketika gereja berhasil membangun karakter Kristen dalam diri mereka maka akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan

134

mendidik seluruh jemaat, khususnya dalam hal ini para taruna dan pemuda dalam

membangun karakter Kristen. Demikian juga dengan para taruna dan pemuda. Mereka

harus mengejewantahkan apa yang diperoleh dari proses didikan yang dilaksanakan oleh

gereja. Mereka harus membiasakan dalam bertindak sesuai dengan nilai-nilai karakter

Kristen.