model pembangunan karakter anak dalam keluarga kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan...

44
17 BAB II MODEL - MODEL PENGASUHAN ORANGTUA UNTUK PEMBANGUNAN KARAKTER ANAK ( Suatu Kerangka Teoritis) Berbicara tentang model-model pengasuhan orangtua dalam rangka membangun karakter anak, tidak terlepas dari gerakan pembangunan karakter yang menggema di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia. Salah satu bentuk dampak gerakan pembangunan karakter adalah terselenggaranyapendidikan karakter yang di lakukan pada berbagai aras, di antaranya sekolah. Untuk membahas tentang tema di atas, dalam bab ini akan di bahas terlebih dahulu sepintas tentang pembangunan karakter, apa itu karakter, muatan dan sisi karakter, Karakter kristiani, dimensi (ruang lingkup) pendidikan karakter, tipe-tipe keluarga dan lima model pembangunan karakter dalam keluarga. A. Sepintas tentang pembangunan karakter. Lahirnya gerakan pendidikan karakter merupakan sebuah upaya dalam rangka menjawab persoalan kebutuhan karakter baik yang mendesak diperlukan. Kebutuhan akan karakter baik, tidak hanya menjadi persoalan segelintir orang di suatu tempat saja melainkan merupakan persoalan di hampir seluruh belahan dunia, hanya saja menyangkut istilah yang dipakai, mengalami perubahan berdasarkan waktu dan tempat istilah pendidikan karakter dibahasakan. Secara historis, pendidikan karakter telah berlangsung sejak lama. Cikal bakal pendidikan karakter telah dimulai sejak zaman Yunani kuno. Aristoteles adalah salah satu

Upload: others

Post on 15-Mar-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

17

BAB II

MODEL - MODEL PENGASUHAN ORANGTUA

UNTUK PEMBANGUNAN KARAKTER ANAK

( Suatu Kerangka Teoritis)

Berbicara tentang model-model pengasuhan orangtua dalam rangka membangun karakter

anak, tidak terlepas dari gerakan pembangunan karakter yang menggema di berbagai belahan

dunia termasuk di Indonesia. Salah satu bentuk dampak gerakan pembangunan karakter adalah

terselenggaranyapendidikan karakter yang di lakukan pada berbagai aras, di antaranya sekolah.

Untuk membahas tentang tema di atas, dalam bab ini akan di bahas terlebih dahulu sepintas

tentang pembangunan karakter, apa itu karakter, muatan dan sisi karakter, Karakter kristiani,

dimensi (ruang lingkup) pendidikan karakter, tipe-tipe keluarga dan lima model pembangunan

karakter dalam keluarga.

A. Sepintas tentang pembangunan karakter.

Lahirnya gerakan pendidikan karakter merupakan sebuah upaya dalam rangka

menjawab persoalan kebutuhan karakter baik yang mendesak diperlukan. Kebutuhan

akan karakter baik, tidak hanya menjadi persoalan segelintir orang di suatu tempat saja

melainkan merupakan persoalan di hampir seluruh belahan dunia, hanya saja menyangkut

istilah yang dipakai, mengalami perubahan berdasarkan waktu dan tempat istilah

pendidikan karakter dibahasakan.

Secara historis, pendidikan karakter telah berlangsung sejak lama. Cikal bakal

pendidikan karakter telah dimulai sejak zaman Yunani kuno. Aristoteles adalah salah satu

Page 2: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

18

filsuf yang menekankan tujuan praktis pendidikandiantaranya; pengetahuan, seni, kehati-

hatian, intuisi dan kebijaksanaan.1

Selanjutnya dalam Pendidikan karakter pada zaman Romawi lebih

banyakdilakukan melalui institusi keluarga yang menekankan nilai-nilai yang harus

dipegang oleh setiap orang dan di sosialisasikan melalui keluarga, serta nilai-nilai tradisi

yang diwariskan oleh leluhur.2Pendidikan karakter pada era ini identik dengan

pendidikan moral agama yang menawarkan konsep-konsep moral yang dipandang

sebagai jawaban atas masalah-masalah moral sebelumnya. Salah satunya adalah

bobroknya kekuasaan Roma baik secara moral maupun politik. Dalam kondisi inilah

ajaran agama (kristiani) mendapat pengaruh yang besar dalam kehidupan bangsa Romawi

saat itu. Namun dalam perkembangannya, pendidikan karakter kristiani dikelola

berdasarkan keinginan para aristokrat yang berlindung di belakang gereja saat itu

sehingga pada akhirnya memunculkan berbagai reaksi.3

Tampilnya Yesus dengan pengajaran-pengajaranNya secara langsung pada saat

itu menjadi nilai tambah tersendiri pada pendidikan karakter di zaman itu. Sosok Yesus

yang langsung dilihat menjadi model bagi para orangtua dalam mendidik dan

mengajarkan nilai-nilai karakter bagi anak di dalam keluarga.

Keinginan memberi penekanan karakter dalam pendidikan tidak hanya

berlangsung pada zaman Yunani dan Romawi tetapi terus berlanjut dalam sejarah

1Henry J. Schmandt, Filsafat politik. Kajian Historis dari Zaman Yunani kuno Sampai Zaman Modern, (

Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 53-54. 2Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta:

Grasindo,2010),31-32. 3Henry J. Schmandt,Op.Cit, 57.

Page 3: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

19

kehidupan manusia di zaman modern. Pergerakan pendidikan karakter pada zaman

modern digagas oleh Thomas Lickona pada awal Tahun 1990-an di Amerika Serikat.

Munculnya gerakan pendidikan karakter di Amerika sebagai kritikan terhadap

praktik pendidikan saat itu dengan kurikulum yang mengutamakan aspek kognitif

sementara aspek afektif dan psikomotorik kurang diperhatikan.Hal ini dilihat sebagai

praktik pendidikan yang tidak memiliki tujuan pendidikan yang utuh. Kritikan terhadap

praktik pendidikan seperti demikian dikemukan oleh pakar pendidikan karakter, Thomas

Lickona dan Davidson bahwa dalam pendidikan yang benar selalu memiliki dua tujuan

yakni untuk membantu anak menjadi cerdas dan dan membantu anak menjadi baik.

Untuk mencapai dua tujuan pendidikan ini, dibutuhkan karakter.Karakter dengan

kekuatan-kekuatanya yakni etika kerja keras, disiplin diri, dan ketekunan.Selain kekuatan

karakter, dibutuhkan pula kualitas karakter seperti sikap hormat dan tanggung jawab agar

dapat mempunyai hubungan antar pribadi yang positif dan hidup dalam

komunitas.Namun dalam kenyataanya pendidikan yang berlangsung selama ini lebih

menekankan aspek pengetahuan (kognitif), sementara aspek-aspek lainnya seperti aspek

afektif dan psikomotorik terabaikan dalam praktik pendidikan.”4Dampak dari

penyelenggaraan pendidikan seperti ini menghasilkan anak didik yang cerdas secara

kognitif namun tidak memiliki perilaku yang baik.

Alasan penekanan karakter di Amerika Serikat juga dilatarbelakangi kegelisahan

yang besar dari masyarakat terhadap perilaku buruk dikalangan generasi muda. Lickona

memberikan fakta-fakta yang menunjukkan merosotnya karakter orang-orang di

Amerika. Dalam kurun waktu tahun 1960 dan awal 1990-an, aksi kejahatan meningkat

4Thomas Lickona, Op.Cit, xxvii.

Page 4: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

20

lebih dari lima ratus persen; bunuh diri anak remaja meningkat tiga kali lipat; angka

perceraian meningkat dua kali lipat. Sekitar empat puluh persen anak hidup tanpa orang

tua (bercerai), yang mana sebagian besar ayah yang bercerai tidak membiayai anaknya;

kelahiran pada ibu yang tidak menikah meningkat lebih dari empat ratus persen; satu dari

tiga bayi lahir tanpa ikatan pernikahan; satu dari lima anak hidup dalam kemiskinan.

Dengan adanya pengesahan aborsi oleh mahkamah agung tahun 1973, ada lebih dari

empat puluh juta aborsi terjadi di Amerika- kira-kira satu aborsi setiap dua puluh detik.5

Kegelisahan terhadap realitas moral yang buruk juga menggerakan UNESCO

sebagai badan pendidikan dunia mendorong aspek karakter sebagai bagian penting dalam

pendidikan dengan empat pilar yakni; Learning to know, learning to do, learning to be,

dan learning to live together. Yang mana melalui empat pilar ini, diharapkan karakter

yang baik dapat dimenjadi sebuah isu bersama dalam dunia pendidikan yang menjadi

fokus perhatian seluruh institusi pendidikan di seluruh dunia.

Bermula dari keprihatinan Lickona terhadap kondisi pendidikan di Amerika

seperti yang dikemukakan di atas, perhatian terhadap praktik pendidikan karakter

kemudian menjadi sorotan negara-negara lain terhadap praktik pendidikan dengan istilah

yang berbeda-beda. Hal ini di tandai dengan dimasukannya mata pelajaran karakter

sebagai salah satu mata pelajaran dalam penyelenggaraan pendikan walaupun dalam

istilah yang berbeda-beda.

Kendati istilah pendidikan karakter dipahami secara beragam namun secara

sederhana pendidikan karakter mengajarkan tentang kebiasaan cara berpikir dan

5Ibid, 15.

Page 5: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

21

berperilaku yang baik, yang mana dapat membantu individu untuk hidup dan

bekerjasama, baik sebagai keluarga, sebagai anggota masyarakat maupun sebagai warga

negara. Pendidikan karakter juga membantu individu untuk membuat keputusan yang

dapat dipertanggungjawabkan.Pemahaman ini sejalan dengan pemikiran Lickona, yang

mana menurutnya, pendidikan karakter adalah suatu usaha yang di lakukan sengaja untuk

membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-

nilai etika inti yakni kemanusiaan, keadilan, kebenaran dan kejujuran.6

Apapun istilah pendidikan karakter yang berlaku diberbagai konteks, nilai-nilai

yang terkandung dalam setiap konteks pendidikan karakter memiliki makna yang sama

yakni bahwa karakter yang baik berkaitan dengan mengetahui yang baik (knowing the

good), mencintai yang baik (loving the good), dan melakukan yang baik (acting the

good).7

Kepedulian terhadap praktik pendidikan yang berkarakter juga menjadi perhatian

lembag-lembaga pemerhati pendidikan, khususnya di Amerika saat itu. Asosiasi

Supervisi dan pengembangan kurikulum di Amerika Serikat, memaknai pendidikan

karakter sebagai sebuah proses pengajaran kepada anak-anak tentang nilai-nilai

kemanusiaan dasar, termasuk di dalamnya kejujuran, keramah-tamahan, kemurahan hati,

keberanian, kebebasan, persamaan, dan rasa hormat. Tujuannya adalah untuk

6Ibid, 07.

7Kevin Ryan & Karen E.Bohlin, Building Character In Schools. Practical Ways To Bring Moral

Instruction to Life, (San Fransisco:Jossey-Bass, 1999), 05.

Page 6: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

22

menumbuhkan dalam diri siswa sebagai warga negara yang dapat bertanggungjawab

secara moral dan memiliki disiplin diri”.8

Pemahaman terhadap nilai-nilai karakter seperti di atas sejalan dengan lembaga

pendidikan National Commission on Character Education di Amerika (NCCE) yang

menggunakan istilah pendidikan karakter sebagai istilah payung yang meliputi berbagai

pendekatan, filosofi dan program pembentukan karakter moral yang mereka soroti.

NCCE menekankan aspek pemecahan masalah, pembuatan keputusan, dan penyelesaian

konflik sebagai aspek penting dari pengembangan karakter moral. NCCE menyoroti

praktik pendidikan di sekolah yang semestinya memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengalami sifat-sifat karakter moral tersebut di atas secara langsung. Supaya siswa

dapat mengalami sifat-sifat karakter secara langsung maka menurut NCCE, dibutuhkan

metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan seperti di uraikan di atas dapat tercapai.

Oleh karena itu metode pembelajaran yang sesuai adalah metode keteladanan, metode

pembiasaan, metode pujian dan hukuman.9

Masih dalam konteks Amerika, himpunan lembaga pendidikan yang memberi

perhatian pada pendidikan karakter, yakni Character Education Partnership(CEP),

memaknai pendidikan karakter sebagai sebuah gerakan nasional untuk mengembangkan

sekolah-sekolah agar dapat menumbuhkan dan memelihara nilai-nilai etis, tanggung

jawab dan kemauan untuk merawat satu sama lain dalam diri anak-anak muda, melalui

keteladanan dan pengajaran tentang karakter yang baik, dengan cara memberikan

8 Asosiasi Supervisi dan Pengembangan Kurikulum, dalamPendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di

Zaman Global, (Jakarta: Grasindo,2010),57. 9Thomas Lickona,Op.Cit, 10.

Page 7: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

23

penekanan pada nilai-nilai universal yang diterima oleh semua kalangan. Gerakan ini

merupakan usaha-usaha dari sekolah, distrik dan negara bagian yang sifatnya intensional

dan proaktif untuk menanamkan dalam diri para siswa nilai-nilai moral inti, yakni

perhatian dan perawatan (caring), kejujuran, keadilan (fairness), tanggung jawab dan rasa

hormat terhadap diri dan orang lain. Namun supaya efektif, pendidikan karakter harus

mencakup semua pemangku kepentingan dalam komunitas sekolah dan harus menembus

iklim sekolah dan kurikulum.10

Berdasarkan uraian di atas nampaknya gaung gerakan pendidikan karakter telah

mampu menggerakan sekolah-sekolah yang ada secara objektif dalam memahami

persoalan penyelenggaraan pendidikan saat itu yang tidak menyeluruh. Hal ini

merupakan langkah maju bagi gerakan pendidikan karakter itu sendiri sehingga dapat

menata kembali praktik pendidikan yang ada baik kognitif, afektif, psikomotorik dan

aspek pembangunan karakter sehingga praktik pendidikan lebih terarah dan menyeluruh.

Perhatian pada pelaksanaan pendidikan karakter juga menjadi perhatian pakar

pendidikan karakter di Indonesia. Doni Koesoema, pakar pendidikan karakter dari

Yogyakarta.Iamemaknai pendidikan karakter sebagai dinamika pengembangan

kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi

nilai-nilai sehingga menghasilkan disposisi aktif dan stabil dalam diri individu. Dinamika

ini membuat pertumbuhan individu semakin utuh. Unsur-unsur ini menjadi dimensi yang

menjiwai proses transformasi setiap individu.11

10

Character Education Partnership(CEP), dalam buku Pendidikan karakter: Utuh dan Menyeluruh,

Yogyakarta: Kanisius, 2012), 57 11

Doni Koesoema, Op.Cit,104.

Page 8: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

24

Dari berbagai definisi pendidikan karakter yang diuraikan di atas, nampaknya

masing-masing memiliki kekhasan tersendiri. Yang mana masing-masing pemaknaan

pada pendidikan karakter dalam konteks Amerika, menyoroti berbagai persoalan

penyelenggaran pendidikan, di antaranya out put pendidikan formal, metode pendidikan

dan nilai-nilai karakter yang harus ajarkan pada siswa. Sementara dalam konteks yang

lain termasuk Indonesia,menekankan proses transformasi diri melalui pendidikan

karakter yang pada gilirannya berdampak pada transformasi sosial. Hal ini cukup

dipahami oleh karena gerakan pendidikan karakter merupakan gerakan yang yang

berkaitan dengan karakter baik manusia yang di butuhkan di berbagai tempat dan waktu.

Dalam konteks Indonesia, menyadari akan pentingnya pembangunan karakter

yang kokoh maka pada tahun 2010 pemerintah Indonesia mencanangkan gerakan

pendidikan karakter sebagai sebuah gerakan nasional dengan nama Gerakan Nasional

Pembangunan Karakter yang tertuang dalam Kebijakan Nasional Pembangunan

Karakter.12

Dalam kebijakan nasional tersebut terdapat beberapa alasan mendasar yang

melatari pentingnya pembangunan karakter bangsa, baik secara filosofis, ideologis,

normatif, historis, maupun sosio kultural. Secara filosofis, pembangunan karakter bangsa

merupakan sebuah kebutuhan asasi dalam proses berbangsa karena hanya bangsa yang

memiliki karakter dan jati diri yang kuat yang akan eksis. Secara ideologis,

pembangunan karakter merupakan upaya mengejawantahkan ideologi Pancasila dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara normatif, pembangunan karakter bangsa

merupakan wujud nyata langkah mencapai tujuan negara, yaitu melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum;

12

Pemerintah Republik Indonesia, Op.cit, 05-06

Page 9: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

25

mencerdaskan kehidupan bangsa; ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Secara historis, pembangunan

karakter bangsa merupakan sebuah dinamika inti proses kebangsaan yang terjadi tanpa

henti dalam kurun sejarah, baik pada zaman penjajahan maupun pada zaman

kemerdekaan. Secara sosiokultural, pembangunan karakter bangsa merupakan suatu

keharusan dari suatu bangsa yang multikultural. Namun hingga kini pembangunan

karakter bangsa yang sudah diupayakan dengan berbagai bentuk belum terlaksana dengan

optimal. Hal itu tecermin dari kesenjangan sosial-ekonomi-politik yang masih besar,

kerusakan lingkungan yang terjadi di berbagai di seluruh pelosok negeri, masih terjadinya

ketidakadilan hukum, pergaulan bebas dan pornografi yang terjadi di kalangan remaja,

kekerasan dan kerusuhan, korupsi yang dan merambah pada semua sektor kehidupan

masyarakat.13

Dari uraian empat alasan gerakan pembangunan karakter di atas, menurut penulis,

nampak jelas bahwa gerakan pembangunan karakter mencakup seluruh aspek kehidupan

manusia bahkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itu gerakan pembangunan

karakter merupakan gerakan yang layak di laksanakan oleh seluruh elemen bangsa

dengan kapasitasnya masing-masing sebagaimana sasaran atau ruang lingkup gerakan

pembangunan karakter.

Gerakan pembangunan karakter yang dicetuskan didukung oleh beberapa

kementerian negara, diantaranya; Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat,

Kementerian Politik Hukum dan Keamanan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian

13

Ibid, 08.

Page 10: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

26

Agama, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian perhubungan dan

Pariwisata, Kementerian Pemu dan dan Olahraga serta Kementerian Peranan

Wanita.14

Dukungan beberapa kementerian yang ada menunjukan respon yang besar atas

gerakan pembangunan karakter.Sementara sasaran gerakan pembangunan karakter

meliputi lingkup keluarga, satuan pendidikan, lingkup Pemerintahan, masyarakat sipil,

masyarakat politik, dunia usaha dan industri, dan media masa.

Melihat luasnya sasaran atau ruang lingkup gerakan pembangunan karakter yang

di uraikan di atas, nampaknya harapan untuk terealisasinya pembangunan karakter sangat

besar oleh karena melibatkan seluruh elemen bangsa. Tentunya dengan harapan seluruh

elemen yang menjadi sasaran dapat berpartisipasi dengan baik dalam pembangunan

karakter sehingga cita-cita pembangunan karakter dapat terwujud.

Respon terhadap gerakan pembangunan karakter juga berlangsung dalam berbagai

lingkup namun dengan metode dan fokus yang bervariasi.Misalnya dalam lingkup agama,

berbagai pengajaran mulai mengarah kepada pembangunan karakter yang baik melalui

khotbah-khotbah yang disampaikan para pemimpin umat. Dalam lembaga pendidikan,

kementerian pendidikan nasional merespon gerakan pembangunan karakter dengan

mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam seluruh kurikulum pendidikan

sekolah pada semua jenjang pendidikan; mulai dari jenjang Sekolah Dasar hingga ke

jenjang Perguruan Tinggi.15

Nilai-nilai karakter dimaksud adalah religiositas, kejujuran,

toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat

kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, gemar

14

Muchlas Samani & Hariyanto M.S, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja

Rosdakarya,2012), 07. 15

Pemerintah Republik Indonesia,Op.cit ,02.

Page 11: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

27

membaca, peduli lingkungan dan peduli sosial, serta tanggung jawab.16

Dengan

mengintegrasikan nilai-nilai ini dalam setiap jenjang pendidikan yang ada diharapkan

dapat menghasilkan generasi bangsa yang berkarakter baik melalui institusi pendidikan

formal.

B. Karakter

Berangkat dari pengetahuan akan latar belakang munculnya gerakan

pembangunan karakter diberbagai waktu dan tempat, selanjutnya akan di bahas tentang

karakter oleh karena pengetahuan yang benar tentang karakter akan menolong dalam

memahami dan melakukan berbagai cara guna dapat membangun karakter yang baik

dalam diri anak.

Kata karakter dipahami secara beragam.Kevin Ryan dan Bohlin menulis bahwa

kata character berasal dari bahasa Yunani charassein, yang berarti to engrave (melukis,

menggambar), seperti orang yang melukis kertas, memahat batu atau metal.Sifat utama

ukiran adalah melekat kuat diatas benda yang diukir. Berbeda halnya dengan gambar atau

tulisan yang hanya disapukan diatas permukaan benda sehingga mudah hilang atau

terhapus dan tidak meninggalkan bekas sama sekali. Sementara ukiran tidak mudah

terhapus. Menghilangkan ukiran sama saja dengan menghilangkan benda yang diukir.

Berakar dari pengertian ini, character kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri yang

khusus dan karenanya melahirkan suatu pandangan bahwa karakter adalah pola perilaku

yang bersifat individual dan atau keadaan moral seseorang.Masih menurut Ryan dan

Bohlin, karakter adalah salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia.Karakter

adalah salah satu dari kata-kata yang familiar, tapi ternyata sulit untuk dijabarkan.Semua

16

Muchlas Samani & Hariyanto M.S,Op.cit., 08.

Page 12: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

28

seperti abstrak.Kita tidak dapat melihat karakter, tidak bisa menyentuhnya, dan tidak bisa

merasakannya. Kita akan tahu itu ketika kita berada di sekitar orang-orang yang memiliki

hal-hal yang benar - yaitu yang memiliki karakter yang baik.17

Dapat dikatakan secara

sederhana, karakter adalah intelektual dan kebiasaan moral kita.Artinya karakter adalah

gabungan dari kebiasaan kita yang baik atau kebajikan, dan kebiasaan buruk kita, atau

sifat buruk, kebiasaan yang membuat jenis orang seperti apakah kita. Kebiasaan baik

akan terus mempengaruhi cara kita menanggapi berbagai peristiwa yang terjadi dalam

kehidupan.

Karakter juga berkaitan dengan identitas diri. Pemahaman ini dijelaskan dalam

kamus bahasa Indonesia yang memiliki pengertian karakter sebagai sifat-sifat kejiwaan,

akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.18

Lebih lanjut

pemahaman karakter sebagai identitas juga diuraikan dalam Kebijakan Nasional

pemerintah Indonesia tentang karakter, yang mana karakter diartikan sebagai “…. Nilai-

nilai yang khas–baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik,

dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan

dalam perilaku.Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah

raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang.Karakter merupakan ciri

khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas

moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.”

Definisi di atas menurut penulis mengandung pemahaman bahwa karakter adalah

ciri khas seseorang atau sekelompok orang sehingga melalui ciri khas yang ada,

17

Kevin Ryan & Karen E.Bohlin, ..., 06. 18

Tim Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2008).

Page 13: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

29

seseorang dapat dikenal. Dengan demikian karakter berfungsi sebagai identitas dalam

kehidupan.

Bila karakter memiliki banyak fungsi seperti yang di uraikan sebelumnya maka

karakter adalah sesuatu yang mutlak dimiliki oleh setiap individu.Namun apakah karakter

dengan sendirinya dimiliki oleh setiap individu?Uraian dari Abdullah Munir, salah

seorang pakar pendidikan karakter Indonesia, menjelaskan bagaimana karakter dimiliki

oleh setiap orang.Munir menguraikan bahwa memiliki karakter seperti kegiatan mengukir

pada media kertas atau pun kanvas.Karena itu karakter merupakan tindakan

membangun.Pembangunan dimaksud dapat dimulai sejak kanak-kanak sehingga pada

akhirnya karakter menyatu dengan individu.Namun oleh karena sifat karakter yang dapat

di bangun maka karakter juga bisa bisa diubah, sebab pembangunan itu sendiri sejatinya

adalah perubahan. Namun mengubah karakter bukanlah sesuatu yang mudah, oleh karena

sifat karakter yang melekat dan menyatu dalam diri seseorang melalui proses

pembentukan sehingga jika mengubah karakter maka individu pemilik karakter juga

berubah. Ini membutuhkan proses yang lama dan mendalam sampai proses mengubah

karakter dapat terlaksana.19

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa karakter sebagai sesuatu yang tidak

diwariskan secara genetik melainkan merupakan hasil dari proses pembangunan. Proses

dimaksud membutuhkan waktu yang relatif lama dan terus menerus dalam diri seseorang.

Karena itu pembangunan karakter dapat dikatakan sebagai sebuah proses yang

didalamnya terdapat beragam aktifitas yang menunjang terbangunnya sebuah karakter

yang kokoh.

19

Abdulah Munir, Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah, (Yogyakarta:

Pedagogia,2010), 05.

Page 14: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

30

Karakter di bangun melalui kebiasaan yang dilakukan, sikap dalam merespon

keadaan dan kata-kata yang diucapkan.Karakter itu mengacu pada serangkaian sikap

(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivation) dan keterampilan (skills). Ini

berarti karakter berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang dijalani oleh setiap manusia

dalam berbagai lingkup kehidupan, baik dalam lingkup kecil yaitu keluarga dan juga

lingkup besar yakni masyarakat. Atau dengan kata lain karakter merupakan nilai-nilai

perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama

manusia, dan lingkungan. Nilai-nilai perilaku dimaksud terwujud dalam pikiran, sikap,

perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, dan

budaya.

C. Muatan dan sisi karakter.

Karakter tidak pernah bersifat netral. Ia selalu berada dalam posisi yang kontras

satu dengan yang lain. Karena itu bila di salah satu bagian terlihat karakter baik maka

pada bagian lain akan nampak karakter buruk. Lickona menjelaskan bahwa karakter

memiliki dua muatan yakni karakter yang baik (virtues), sedangkan karakter yang tidak

baik disebut dengan vices lawan dari virtues. Dua muatan karakter masing-masing

memiliki muatan (isi) tersendiri. Muatan karakter yang baik adalah kebajikan, yakni

kualitas manusiawi yang baik secara objektif, baik bagi kita, entah kita mengetahuinya

atau tidak.20

Kebajikan menjadi substansi dari karakter yang baik oleh karena nilai

(virtue), yakni kecenderungan untuk melakukan tindakan yang baik menurut sudut

pandang moral universal. Misalnya memperlakukan semua orang secara adil, melakukan

20

Thomas Lickona, Op.cit.,08.

Page 15: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

31

kebenaran dan kejujuran.21

Berbagai makna kebajikan tersebut di tegaskan oleh

masyarakat dan agama di seluruh dunia. Sementara itu karakter yang buruk (vices) erat

kaitannya dengan sifat-sifat buruk yang nampak dalam kehidupan sehari-hari seperti

melakukan ketidakadilan, melakukan penipuan dan berbagai sikap buruk lainnya.

Untuk dapat melakukan sesuatu yang baik dan benar maka dibutuhkan karakter

moral yang benar dalam diri orang tersebut. Karakter dapat menjadi benar ketika menurut

Lickona di dalamnya terkandung konten kebajikan yang memenuhi kriteria etis, yakni:

1. Kebajikan mendefinisikan apa artinya menjadi manusia. Maksudnya ialah kita

menjadi manusia seutuhnya bila kita bertindak secara baik, murah hati, adil,

jujur.

2. Kebajikan mendorong kebahagiaan dan kesejahteraan pribadi.

3. Kebajikan melayani kebaikan umum, memungkinkan kita hidup dan berkarya

di dalam komunitas.

4. Kebajikan memenuhi uji timbal-balik etis klasik dan universalitas.22

Lickona menguraikan beberapa kebajikan pokok yang dibutuhkan agar karakter

moral seseorang menjadi kuat dan benar yaitu:23

21

Thomas Lickona membedakan nilai-nilai moral dalam dua bentuk yakni nilai-nilai moral universal dan

non universal. Nilai moral universal membawa serta kewajiban moral universal yang bersifat mengikat semua orang

disemua tempat dan waktu, seperti menghargai martabat kemanusiaan. Sementara nilai moral non universal tidak

membawa serta kewajiban moral universal melainkan kewajiban moral individual, misalnya kewajiban moral yang

muncul dari ajaran-ajaran agama. Karena itu karakter lebih terkait dengan nilai-nilai moral universal yang membawa

serta kewajiban moral universal. 22

Ibid, 8. 23

Ibid, 9-13.

Page 16: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

32

1. Kebijaksanaan. Kebijaksanaan adalah pertimbangan yang baik. Dengan

kebijaksanaan memungkinkan seseorang membuat keputusan-keputusan yang masuk

akal, yang baik bagi diri sendiri dan orang lain. Selain itu seseorang dimungkinkan

untuk membedakan hal-hal yang penting dalam hidup, seperti: benar dari salah,

kebenaran dari kebohongan, fakta dari opini, kekal dari tidak kekal. Dari hal itu

kemudian orang dapat menetapkan prioritasnya. Dengan kebajikan yang pertama ini,

seseorang dapat menempatkan kebajikan-kebajikan yang lainnya ke dalam praktek,

kapan bertindak, bagaimana bertindak, dan bagaimana menyeimbangkan kebajikan

yang berbeda jika yang satu bertentangan dengan yang lainnya.

2. Keadilan adalah tindakan yang menghargai hak semua orang.

3. Kesabaran adalah batin yang memampukan seseorang mengatasi atau menahan

kesukran, kekalahan, kesusdahan, dan derita (James Stenson). Aspek-aspek yang

terdapat di dalam kesabaran yaitu, ketekunan, keberanian, dan ketahanan. Kesabaran

memungkinkan seseorang melakukan apa yang benar walaupun itu susah,

memungkinkan seseorang berurusan dengan kemalangan, bertahan dari kesakitan,

menghadapi rintangan, dan mampu berkorban.

4. Pengendalian diri adalah kemampuan dalam mengatur diri sendiri, kekuatan untuk

mengatakan tidak, untuk menahan godaan, dan untuk menunda kepuasan. Di

dalamnya terkandung unsur penguasaan diri, di mana seseorang dimungkinkan untuk

mengontrol kemarahan, mengatur selera, nafsu, bahkan mengejar kesenangan secara

terbatas.

Page 17: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

33

5. Kasih adalah kesediaan berkorban demi orang lain. Aspek-aspek di dalamnya yaitu

empati, belas kasih, kebaikan, kemurahan hati, pengabdian, kesetiaan, patriotisme,

dan bersedia memaafkan orang lain.

6. Sikap positif . Sikap positif adalah suatu sikap yang baik, yang dapat membangun

seseorang ke depannya dan menjadi modal dalam diri untuk bertindak yang benar.

Yang termasuk dalam sikap postitif yaitu harapan, semangat, keluwesan, dan rasa

humor.

7. Kerja keras. Kerja keras adalah sikap yang menunjukkan keseriusan dan kesungguhan

dalam melakukan suatu pekerjaan. Kerja keras meliputi kerajinan, penetapan tujuan,

dan memiliki akal yang panjang.

8. Ketulusan hati. Ketulusan hati adalah mengatakan kebenaran kepada diri sendiri.

Dengan memiliki ketulusan hati, maka adanya kesamaan antara apa yang dikatakan

seseorang dan yang dilakukannya (walaupun situasinya berbeda).

9. Berterima kasih. Berterimakasih merupakan suatu tindakan yang berasal dari

kehendak kita dalam mengingat dan bersyukur atas campur tangan dari subyek lain

dalam hidup. Berterima kasih termasuk di dalamnya yaitu bahagia, dan tidak

mengeluh.

10. Kerendahan hati. Kerendahan hati sangat diperlukan perolehan kebajikan lainnya

karena hal ini membuat kita sadar akan kekurangan dan membuat kita berusaha

menjadi orang yang lebih baik.

Sepuluh kebajikan tersebut di atas merupakan kesatuan yang terangkai dan berfokus

untuk memajukan seseorang dalam berperilaku.

Page 18: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

34

Menyimak sepuluh kebajikan diatas, dapat dikatakan hidup dalam kebajikan

memiliki kesulitan tersendiri. Karena itu hampir setiap orang belum mampu

melaksanakan sepenuhnya sepuluh kebajikan ini karena setiap orang memiliki

kekuatannya masing-masing namun bukan pula sebuah keniscayaan apabila

dilakukan dalam proses kehidupan sehari-hari.

Sepuluh kebajikan pokok tersebut di atas merupakan pembentuk kehidupan

yang berkarakter yang memiliki dua sisi karakteryakni tingkah laku yang benar

dalam hubungan dengan orang lain dan tingkah laku yang benar dalam hubungan

dengan diri sendiri. Kebajikan-kebajikan yang berorientasi dengan orang lain seperti

keadilan, kejujuran, rasa terima kasih dan kasih. Sementara kebajikan-kebajikan yang

berorientasi pada diri sendiri seperti ketabahan, pengendalian diri, kerendahan hati,

dan kerja keras. Kedua jenis kebaikan ini saling berhubungan satu dengan yang lain

oleh karena berkaitan dengan dampak yang dihasilkan dari jenis kebaikan apa yang

dilakukan.

Karakter yang baik berkaitan dengan pengetahuan moral (moral knowing),

sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Dalam tiga konsep

inilah dorongan untuk berbuat baik menjadi kekuatan dalam melakukan kebaikan.

Dari tiga komponen ini dapat dikatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh

pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan

perbuatan kebaikan.24

Mengetahui yang baik berarti dapat memahami dan

membedakan antara yang baik dan yang buruk. Mengetahui yang baik berarti

24

Ibid, 04.

Page 19: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

35

mengembangkan kemampuan untuk menyimpulkan atau meringkaskan suatu

keadaan, sengaja memilih sesuatu yang baik untuk dilakukan, dan kemudian

melakukannya. Aristoteles menyebutnya dengan practical wisdom (kebijakan

praktis). Memiliki kebijakan praktis berarti mengetahui keadaan apa yang

diperlukan.25

Tetapi kebijakan praktis tidaklah cukup oleh karena untuk

mempraktikan karakter yang baik diperlukan pula kemampuan menentukan prioritas

dan memilih sesuatu yang baik dalam semua suasana kehidupan. Pemahaman ini

sejalan dengan pemikiran Kevin Ryan bahwa karakter yang baik berkaitan erat

dengan kemampuan untuk membuat komitmen yang bijak dan menjaganya sehingga

pada gilirannya menjadi karakter yang melekat pada individu.26

Masih berkaitan dengan karakter yang baik, lebih lanjut di uraikan oleh

Aristoteles sebagai tingkah laku yang benar dalam hubungannya dengan orang lain

dan juga dengan diri sendiri. Jika demikian karakter nampak dalam perilaku sesorang

sehari-hari. Lickona menjelaskan bahwa cara mengetahui karakter yang baik adalah

dengan cara melihat secara langsung pada diri individu yang nampak dalam

kebiasaan (habitus). Karena itu seseorang dikatakan berkarakter baik apabila

memiliki tiga kebiasaan yaitu memikirkan hal yang baik (habits of mind),

menginginkan hal yang baik (habits of heart) dan melakukan hal yang baik (habits of

action).27

Menurut penulis, seseorang dapat disebut berkarakter baik bilamana hal

melakukan kebajikan itu sudah menjadi kebiasaannya oleh karena karakter adalah

tanda khas seseorang apakah ia telah menjadikan kebajikan sebagai kebiasaan atau

25

Ibid, 10. 26

Kevin Ryan & Karen E.Bohlin, Op.cit.10. 27

Thomas Lickona,Op.cit., 51.

Page 20: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

36

menjadikan kejahatan sebagai kebiasaan oleh karena dari setiap kebiasaan yang

dilakukan, kita dapat menentukan dan membedakan karakter seseorang.

D. Karakter kristiani.

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa karakter yang baik merupakan

hasil proses pembangunan yang melibatkan berbagai unsur, diantaranya keluarga sebagai

salah satu sasaran gerakan pembangunan karakter. Oleh karena itu keluarga dengan

segala keberadaanya menjadi salah satu unsur penting guna pembangunan karakter baik

dimaksud.

Bila di telusuri lebih jauh, banyak nilai moral yang menjadi acuan bagi keluarga

dalam membangun karakter anak. Nilai-nilai moral dimaksud antara lain norma-norma

yang berlaku dalam masyarakat, adat-istiadat, dan hukum positif yang dianut oleh

masyarakat.Demikianlah agama Kristen sebagai salah satu institusi yang mengajarkan

nilai-nilai moral turut berperan dalam proses pembangunan karakter anak. Nilai-nilai

moral yang terdapat dalam ajaran agama Kristen di gunakan oleh keluarga-keluarga

dalam membangun karakter baik pada anak oleh karena mengandung berbagai hal baik

yang sejalan dengan ciri karakter baik yang diharapkan dimiliki oleh anak.

Penggunaan nilai-nilai moral dalam agama Kristen dalam membangun karakter

anak bermuara pada iman Kristen yang di wujudnyatakan dalam berbagai perilaku.

Dalam pada itu,iman kristen dapatdiartikan sebagai respons manusia yang menyeluruh

terhadap Allah yang menyatakan diri dan kehendaknya di dalam kristus dengan percaya

dan mempercayakan diri kepada-Nya serta berusaha mentaati kehendak-Nya. Hal mana

Page 21: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

37

respons menyeluruh nampak dari pengakuan intelektual percaya kepadasikap

mempercayakan diri kepadaNya, serta perilaku atau tindakan mentaati kehendakNya.

Ini disebut iman kristen yang hidup, oleh karena pada dasarnya iman tanpa perbuatan

adalah mati (Yak. 2:26). Perbuatan-perbuatan yang menjadikan iman kita hidup adalah

perbuatan-perbuatan baik/kebajikan dan bisa juga disebut buah-buah roh yakni kasih,

sukacita, perdamaian, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan,

penguasaan diri (Galatia 5: 22-23).Sebab pada prinsipnya pengetahuan tentang iman

tanpa perilaku tidak memiliki makna, sebaliknya iman dan karakter menyatu dan nampak

dengan jelas dalam perilaku seseorang. Menurut Gill, nilai-nilai moral dalam agama

Kristen bersumber dari kehidupan Yesus Kristus yakni; hidup kudus, setia, bijaksana,

terbuka, bertanggungjawab, jujur, mengampuni, melayani, bersikap adil, bersikap benar,

mengasihi, rela berkorban, pendamai, rendah hati, penuh pengharapan, murah hati,

berani, sukacita dan berpengharapan.28

Nilai-nilai di maksud di ajarkan orangtua kepada

anak melalui perilaku dan sikap orangtua sehingga anak memahami dan mengenal Tuhan

serta belajar merespon kasih dengan jalan melakukan berbagai perbuatan baik (kasih)

kepada sesama dan alam semesta.

Dalam kenyataannya, untuk mengajarkan iman kepada anak, keluarga tidak dapat

melakukannya sendiri. Ada konteks lain yang turut membentuk karakter kristiani pada

anak. Ahli pendidikan Thomas H. Groome29

menunjukan betapa pentingnya konteks

sosial dalam membentuk kepribadian atau identitas pribadi manusia. Yang dimaksudkan

adalah konteks di mana terjadi pendidikan agama Kristen atau sering kita menyebut

28

David W. Gill, Becoming Good. Building Moral Character, (USA: Intervarsity Press, 2000), 103-187. 29

Thomas H.Groome, Pendidikan Agama Kristen: Berbagi Cerita dan Visi Kita,(Christian Religius

Education) (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 160-185.

Page 22: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

38

dengan setting PAK.Konsep yang dibahas oleh Groome berkaitan dengan pembentukan

identitas pribadi adalah konsep sosialisasi yang berkaitan erat dengan identitas pribadi

(self-identity).Self (diri) diartikan sebagai konsep yang mencangkup tiga aspek yang

saling berkaitan dari diri seseorang yakni gambar diri (self image), sistem nilai (value

system) dan pandangan dunia (word view). Sedangkan “identity” (identitas) diartikan

sebagai pengalaman kontinuitas dan kesamaan yang kita miliki tentang diri sendiri.

Kedua konsep ini sangat berkaitan sehingga Groome mengartikan self identity sebagai

kesadaran yang berkelanjutan dan stabil yang kita miliki mengenai gambaran diri sendiri,

pandangan dunia serta sistem nilai yang di anut.

Groome juga menjelaskan tentang dua istilah yang sangat berhubungan erat yakni

kebudayaan dan masyarakat. Budaya dipahami sebagai cara hidup yang terpola yang

dihasilkan oleh suatu umat dimana anggota-anggotanya mempunyai penuntun untuk

menilai, mempercayai, dan bertindak. Kebudayaan diwujudkan serta di ekspresikan

dalam suatu sistem simbol-simbol, dan salah satu bentuknya yang paling dasar dan

berpengaruh adalah bahasa.Dengan memahami simbol-simbol tersebut kita bisa

mengetahui dunia serta terlibat di dalamnya dengan tingkah laku terpola dari kebudayaan

mereka yang khusus. Sedangkan masyarakat adalah tatanan yang terlembaga dengan

pengaturan-pengaturan yang telah terorganisasi yang wujudkan melalui cara hidup

bersama mereka. Walapun kebudayaan dan masyarakat memiliki perbedaan namun yang

satu tidak akan ada tanpa yang lainnya. Artinya pola-pola budaya tidak mungkin ada

tanpa struktur-struktur sosial demikian pula sebaliknya.

Sosialisasi dapat dirumuskan sebagai proses dimana seseorang menjadi siapa

dirinya (identitas dirinya terbentuk) melalui interaksinya dengan orang-orang lain dalam

Page 23: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

39

lingkungan sosio-kulturalnya. Sosialiasasi merupakan proses seumur hidup karena

bagaimanapun juga manusia akan selalu hidup dalam hubungannya dengan orang lain.

Groome membedakan sosialisasi menjadi dua, yakni sosialisasi primer dan sosialisasi

sekunder. Sosialisasi primer yang berpusat pada masa kanak-kanak yakni proses paling

awal dimana seorang anak membentuk konsep dirinya ke dalam sektor-sektor dunia

obyektif dari masyarakatnya. Dan biasanya sosialisasi primer lebih permanen dan kuat

dibandingkan dengan sosialisasi sekunder yang terjadi pada periode selanjutnya dari

kehidupan seseorang.

Proses sosialisasi terjadi melalui tiga tahap, antara lain: eksternalisasi,

obyektivikasi, dan internalisasi.

1. Eksternalisasi .

Manusia tidak dapat hidup sebagai unit-unit yang berdiri sendiri dalam ruang

lingkup tubuh kita. Kita memiliki keharusan batiniah untuk bergerak keluar dari diri

dan masuk ke dalam hubungan dengan orang lain. Manusia akan menjadi manusia

hanya dalam hubungan dengan manusia yan lain. Untuk mengeksternalisasikan diri

sendiri, kebutuhan-kebutuhan, keinginan dan kapasitas kita maka kita harus masuk

bersama-sama dengan orang lain ke dalam kolektivitas. Dari usaha eksternalisasi

bersama itu maka lahirlah masyarakat dan berkembanglah kebudayaan. Tanpa ada

eksternalisasi maka tidak akan ada kebudayaan dan masyarakat.

2. Obyektivikasi.

Struktur sosial dan pola-pola budaya hasil dari aktifitas eksternalisasi

merupakan realitas sosial yang menciptakan batasan-batasan tertentu dimana

diharapkan anggotanya bertingkah laku.Jika masyarakat hendak mengatur dan

Page 24: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

40

mempertahankan dirinya maka beberapa individu dan kelompok harus mempunyai

otoritas untuk mengaturnya demi kebaikan bersama.Batas-batas dan aturan-aturan

harus nampak masuk akal dan benar. Karena itu dibutuhkan sistem-sistem legitimasi

dan struktur yang masuk akal yang membuat pengaturan nampak sah dan dapat

dibenarkan.

3. Internalisasi

Setelah mengeksternalisasikan diri ke dalam kebudayaan dan masyarakat atau

setelah nilai-nilai kebudayaan masyarakat itu hidup dari dirinya sendiri, maka

penguatan serta pembatasan-pembatasan dunia itu sekarang dibawa kepada kesadaran

dan menjadi milik seseorang secara pribadi. Jadi proses menjadikan pandangan

dunia, sistem nilai dan pola bertindak dari lingkungan sosial budaya menjadi milik

sendiri adalah proses internalisasi. Hal inilah yang menjadi dasar dari identitas

diri.Demikian pula dengan pembentukan identitas diri Kristen.Kemungkinan-

kemungkinan dan parameter-parameter yang diberikan masyarakat kepada kita dari

luar cenderung menjadi kemungkinan-kemungkinan dan parameter-parameter yang

kita berikan ke dalam diri kita. Groome menekankan pada kecenderungan menjadi

karena kita tidak ditentukan oleh proses sosialisasi semata melainkan kitalah yang

menjadi faktor penentu dalam perubahan dengan adanya pastisipasi dari diri sendiri

terhadap tiga gerakan sosialisasi yakni eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi.

Dari pemahaman di atas nampak jelas bahwa identitas diri dapat di bangun

oleh lingkungan sosial melalui proses sosialisasi, termasuk identitas kristiani. Namun

tidak berarti kita tidak membutuhkan konteks pendidikan yang lain melainkan

konteks-konteks pendidikan dalam keluarga merupakan salah satu konteks

Page 25: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

41

pendidikan yang amat strategis bagi berlangsungnya perubahan menuju karakter

kristiani.

Melalui keluarga nilai-nilai moral yang bersumber dari agama di

sosialisasikan kepada anak melalui proses pengasuhan orangtua kepada anak. Yang

mana pada akhirnya nilai-nilai moral di maksud tidak hanya menyatu dan menjadi

karakter anak namun juga menjadi identitas bagi anak dari berbagai identitas lain

yang ia miliki.

Berbagai nilai yang bersumber dari agama Kristen di pelajari anak melalui

perilaku dan teladan yang dilakukan oleh orangtua dan orang dewasa lainya yang ada

disekitarnya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Hal ini sejalan dengan

pemikiran Hadinoto tentang terjadi proses pewarisan berbagai nilai moral dan juga

proses pewarisan iman. Bentuk pewarisan dimaksud melalui metode sosialiasi dan

edukasi yang berlangsung sebagai proses induksi alamiah iman kristen.30

Dalam

proses pewarisan dimaksud, orangtua menjadi contoh konkrit bagi anak untuk

mengenal dan memahami Tuhan. Pemahaman dan pengenalan dimaksud dengan cara

meniru suasana hati, tindakan-tindakan iman orang-orang lain yang dilihat terutama

orang tua.31

Dalam pemahaman seperti inilah dapat dipahami bahwa letak keluarga

sangat signifikan dalam pembangunan karakter anak, tetapi justru disinilah

kerawanan proses pembangunan karakter dalam keluarga, oleh karena apabila

30

N.K Atmadja Hadinoto.Dialog dan Edukasi Keluarga Kristen dalam masyarakat Indonesia, (Jakarta:

Gunung Mulia, 2012), 185. 31

James Fowler, dalam A. Cremers, A. 1995. Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan menurut James

W.Fowler: sebuah gagasan baru dalam Psikologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), 1.

Page 26: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

42

keluarga gagal dalam proses pembangunan maka dapat dipastikan akan terbangun

pula bentuk-bentuk karakter yang buruk pada anak.

E. Ruang Lingkup/Dimensi Pendidikan Karakter.

Pendidikan karakter memiliki dua dimensi yakni dimensi individual dan dimensi

sosio-struktural. Dimensi individual berkaitan erat dengan pendidikan nilai dan

pendidikan moral seseorang. Sedangkan dimensi sosio-kultural lebih berkaitan dengan

bagaimana menciptakan sebuah sistem sosial yang kondusif bagi pertumbuhan

individu.Dua dimensi pendidikan karakter saling berkaitan erat satu dengan lainnya dan

berporos pada terjadinya perubahan pada individu dan masyarakat. Hal ini

mengindikasikan bahwa baik individu dan masyarakat mengalami proses perubahan, baik

yang mengarah pada hal-hal yang bersifat positif atau sebaliknya mengarah pada

perubahan yang bersifat negatif. Demikian juga dengan karakter yang dimiliki manusia

yakni bergantung pada proses interaksi yang terjadi oleh individu dengan lingkungan

keluarga, sosial, budaya, pendidikan, alam dan berbagai hal lainnya.

F. Tipe-tipe Keluarga.

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa karakter yang baik merupakan

hasil proses pembangunan yang melibatkan berbagai unsur, diantaranya keluarga sebagai

salah satu sasaran gerakan pembangunan karakter. Oleh karena itu, keluarga dengan

segala keberadaanya menjadi salah satu unsur penting guna pembangunan karakter baik

dimaksud.

Begitu strategisnya posisi keluarga sebagai unit sosial pertama dalam kehidupan

seorang anak, sangatlah tepat apabila pembangunan karakter anak pertama-tama dimulai

Page 27: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

43

dari lingkup keluarga.Dikatakan demikian oleh karena dalam realita, sebagian besar

waktu anak lebih banyak bersama keluarga daripada lingkungan sekolah ataupun

lingkungan lainnya. Apalagi waktu pendidikan karakter yang efektif adalah berlangsung

sejak usia kanak-kanak (Teachable moment). Selain itu media pendidikan dalam keluarga

sangat kaya karena meliputi aspek keteladanan dan pembiasaan yang berkaitan dengan

perilaku keluarga. Disinilah peranan keluarga sangat signifikan bagi terjadinya proses

pembangunan karakter.

Dalam kaitannya dengan peranan keluarga dalam membangun karakter anak,

pertama-tama kita perlu memahami terdahulu tentang makna keluarga oleh karena

pemahaman tentang keluarga sangat beragam. Secara etimologis, dalam kamus besar

bahasa Indonesia, kata keluarga berasal daribahasa Sanskerta: "kulawarga"; "ras" dan

"warga" yang berarti anggota lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih

memiliki hubungan darah.Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah

individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab

di antara individu tersebut.32

Pengertian ini mengandung pemahaman bahwa keluarga

adalah suatu persatuan terkecil dari orang-orang yang berada pada satu tempat tinggal

yang sama, memiliki relasi, baik oleh karena adanya hubungan darah ataupun ikatan

tertentu, serta disatukan oleh berbagai hak dan kewajiban yang disepakati dan dilakukan

bersama. Keluarga karenanya dilihat sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat.

Dalam kaitannya dengan keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat,

Sosiolog William J. Goode menjelaskan keluarga dalam struktur sosial

masyarakat.Menurutnya, keluarga sebagai suatu unsur penting dalam struktur social

32

KBBI, Situs KBBI Online, Di akses, tgl 05 September 2014.

Page 28: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

44

masyarakat.Yang mana keluarga keluarga terdiri dari pribadi-pribadi tetapi merupakan

bagian dari jaringan sosial.Keluarga karenanya merjadi penopang terbentuknya

masyarakat, bahkan berfungsi sebagai pengantara pada masyarakat besar.33

Di lihat dari letak keluarga dalam masyarakat seperti yang di uaraikan oleh Goode

di atas maka menurut penulis, disinilah letak keterkaitan antara proses pembangunan

karakter yang dimiliki individu yang berdampak pada masyarakat luas. Dikatakan

demikian oleh karena pembangunan karakter yang berlangsung dalam keluarga tidak

terlepas letak keluarga sebagai bagian dari suatu jaringan sosial yang terjalin dalam

masyarakat. Dengan demikian bila terjadi pembangunan karakter pada satu individu

maka akan berdampak pada karakter masyarakat.

Dalam realitasnya keluarga memiliki banyak tipe.Tipe-tipe dimaksud seperti yang

di uraikan oleh sosiolog N.K Hadinata.Ia menjelaskan tipe-tipe keluarga terdiri beberapa

jenis, yakni tipe keluarga inti atau batih (Nuclear Family) yang terdiri dari ibu-bapak-

anak. Tipe keluarga lain adalah keluarga besar (Extended-Family), dimana bukan hanya

keluarga batih tetapi juga anggota-anggota keluarga dalam garis vertikal (kakek, nenek,

paman, bibi, cucu), maupun garis horizontal (kakak, adik, ipar dan sebagainya).34

Istilah keluarga inti atau batih dikembangkan oleh dunia barat untuk membedakan

kelompok keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak-anak, dari apakeluarga besar

(extended family) yang memiliki anggota keluarga yang banyak. Bentuk keluarga ini

seringkali disebut bentuk keluarga tradisional yang mana bentuk keluarga ini adalah

bagian dari lembaga sosial yang ada pada masyarakat dan keluarga merupakan lembaga

33

William J.Goode, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 03. 34

N.K.Admaja Hadinata,Op.cit, 05.

Page 29: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

45

sosial dasar dari mana semua lembaga lainnya berkembang karena kebudayaan yang

makin kompleks menjadikan lembaga-lembaga itu penting.35

Pada umumnya tipe keluarga nuclear family banyak terdapat pada keluarga-

keluarga di negara-negara barat. Sementara tipe keluarga extended family banyak terdapat

dalam masyarakat yang masih mempraktikan tradisi dan budaya yang sarat dengan nilai-

nilai persaudaraan yang besar. Hal mana nampak dalam tipe keluarga besar. Selain dua

tipe keluarga di atas, tipe keluarga lainya di uraikan oleh sosiolog Richard R Clayton.Ia

menguraikan keluarga konjugal. Tipe keluarga ini terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan

ayah) dan anak-anak, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua

pihak orang tua.36

Tipe keluarga ini bersikap terbuka pada interaksi dengan kerabat dari

suami atau isteri.Keterbukaan sikap tipe keluarga ini memungkinkan adanya jalinan

hubungan yang kuat di antara kerabat dari suami isteri.

Dari uraian tipe-tipe keluarga diatas, nampak bahwa institusi keluarga memiliki

bentuk dan struktur yang sangat beragam berdasarkan konteks dimana keluarga berada.

Ini berarti setiap konteks mempengaruhi struktur keluarga yang terbentuk. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa dalam tipe-tipe keluarga yang ada, baik tipe Nuclear

family, extended family, tipe keluarga besar, tipe keluarga konjugal, merupakan tipe-tipe

keluarga tempat berlangsungnya berbagai interaksi, termasuk pembangunan karakter

anak. Namun setiap tipe keluarga sangat mempengaruhi model pengasuhan orangtua

pada anak. Baik pola komunikasi, relasi diantara anggota keluarga, nilai-nilai moral yang

ditanamkan, perilaku keluarga secara langsung maupun tidak langsung dipelajari dan

35

Paul B. Horton, Sosiologi, (Jakarta: Erlangga, 1987), 266. 36

Richard R Clayton,The Family, Mariage and Social Change, (USA, 2003.), 58.

Page 30: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

46

ditiru oleh anak melalui sikap, tutur kata, ekspresi harapan, tuntutan, kritikan satu sama

lain, menanggapi dan memecahkan masalah, serta mengungkapan perasaan dan emosinya

dan berbagai hal lainya yang berlangsung dalam keluarga turut mempengaruhi

pembangunan karakter yang berlangsung dalam keluarga. Hal ini disebabkan oleh karena

setiap tipe keluarga memiliki model dan metode tersendiri guna membangun karakter

baik.Dari uraian di atas tepatlah jika dikatakan keluarga sebagai unit terkecil dalam

sebuah komunitas justru memiliki peranan yang besar. Peran besar ini menyangkut

kegiatan mendidik, membina, mengarahkan, membesarkan dan membangun moral,

karakter dan kepribadian anak. Karena itu, menyadari akan peranan keluarga seperti

dimaksud di atas maka sudah selayaknya keluarga sebagai salah satu ruang lingkup

pembentukan karakter mendapat perhatian intens dari berbagai elemen masyarakat

dengan tujuan memaksimalkan peranan keluarga dalam pembangunan karakter.

G. Model-model pengasuhan Orangtua dan pembangunan karakter anak.

Berbicara tentang peranan keluarga sebagai institusi awal dan dasar pembangunan

karakter, keberhasilan keluarga (orangtua) dalam proses pembangunan karakter anak

dilakukan melalui model pengasuhan orangtua. Berbagai bentuk karakter dan nilai-nilai

moral, bahkan iman anak di bangun melalui model-model pengasuhan yang dilakukan

orangtua kepada anak. Model-model pengasuhan sangat berpengaruh terhadap bentuk

karakter yang karakter anak yang di bangun. Karenanya bila model pengasuhan yang

dilakukan berkualitas dan utuh maka akan menghasilkan karakter yang kokoh dan

membuat anak mampu bertahan (survive) dalam pelbagai situasi hidup. Sebaliknya,

proses pembangunan karakter yang tidak berkualitas dan utuh akan membuat anak mudah

Page 31: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

47

berubah ke arah yang buruk. Jika sedemikian pentingnya pengasuhan orangtua pada anak

dalam membangun karakter anak maka dapat dikatakan bahwa model pengasuhan

orangtua menjadi kunci keberhasilan dalam proses pembentukan karakter baik pada anak.

Pemahaman ini sejalan dengan pemikiran Lickona tentang besarnya dampak

model-model pengasuhan orangtua terhadap terbentuknya karakter anak.Menurutnya,

pengasuhan yang dilakukan orangtua mempunyai dampak yang mendalam kepada

perkembangan moral dan perilaku anak.Namun pengasuhan juga harus disertai dengan

standar moral dan otoritas orangtua yang jelas sehingga menjadi batasan bagi anak dalam

berperilaku.37

Standard moral dan otoritas orangtua menjadi unsur penting dalam

pengasuhan sebab dengannya, orangtua dapat terus menjadi model perilaku dan sekaligus

mengkawal proses pembangunan karakter baik melalui pengasuhan yang di berikan

orangtua kepada anak. Dengannya, pendidikan yang diberikan orangtua dapat terus

berlangsung dengan baik.Hal ini secara sederhana dikatakan oleh Hadinato sebagai

metode sosialisasi dalam keluarga. Dalam metode ini, setiap proses pendidikan yang

diberikan berlaku wajar dan dengan sendirinya, dimana orangtua meneruskan

pengetahuan, kebiasaan, nilai-nilai kepada anak. Proses mentransfer nilai-nilai moral

berlangsung dengan sendirinya manakala anak mengamati perilaku orangtua.38

Terkait dengan model pengasuhan, banyak model pengasuhan yang di ajukan oleh

para ahli.Pendidik Thomas Lickona mengajukan model pengasuhan Modelling.Yang

mana penekanan utama model pengasuhan ini adalah figur atau tokoh yang dijadikan

contoh oleh anak dalam berperilaku. Figur atau tokoh yang dimaksud oleh model

pengasuhan ini adalah orangtua ataupun orang-orang dewasa disekitar kehidupan anak.

37

Thomas Lickona, Op.cit, 42. 38

N.K.Admaja Hadinoto, Op.cit, 184.

Page 32: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

48

Model Pengasuhan ini terdiri atas 3 model yakni pemodelan penalaran moral, pemodelan

komitmen dan pemodelan iman.

Tiga bentuk pemodelan dimaksud di uraikan Lickona berturut-turut sebagai

berikut: Pertama, pemodelan penalaran moral. Dalam model pengasuhan ini, orangtua

membagikannilai-nilaidan keyakinan yang mendalam, mengajarkan apa yang orangtua

anggapbenar serta menjelaskan alasan yang dimiliki oleh orang tua terhadap hal-hal

tersebut sehingga anak memahami maksud perilaku yang dicontohkan.

Dalam model ini, dialog adalah metode yang tidak terelakan. Sebab melalui

dialog antara orangtua dan anak, dimungkinkan berbagai penjelasan tentang nilai-nilai

dan perilaku moral dapat tersampaikan dan dipahami dengan baik oleh anak. Dialog

menjadi penting oleh karena dalam model pengasuhan ini bersifat dua arah, yang mana

tidak hanya orangtua yang berperan dalam model ini namun juga peran serta anak dalam

menanggapi berbagai perilaku moral yang di amatinya. Semakin baik partisipasi yang di

tunjukan anak, semakin banyak penalaran yang dapat diberikan orangtua kepada anak

tentang nilai-nilai moral yang terkandung dalam perilaku orangtua ataupun orang dewasa

lainnya dalam keluarga. Pemikiran ini sejalan dengan pemikiran sosiolog Hadinoto

tentang metode dialog dalam keluarga. Baginya, metode dialog adalah pilihan yang

paling realistis bagi orangtua dalam memberikan penalaran atas berbagai perilaku moral

yang di amati anak dalam keluarga. Dikatakan demikian oleh karena dalam metode

dialog, selain nilai-nilai moral, banyak nilai-nilai hidup lainya yang dapat terungkap

Page 33: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

49

manakala terjadi dialog antara orangtua dan anak, misalkan nilai-nilai sosal yang

memungkinkan anak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sosialnya.39

Pemahaman tentang peranan orangtua dalam pembangunan moral anak juga

sejalan dengan penjelasan Lickona tentang peranan keluarga sebagai sumber pendidikan

moral.Menurutnya, keluarga merupakan sumber pendidikan moral yang paling utama

bagi anak.Orangtua adalah guru pertama anak-anak yang memberikan pengaruh paling

besar terhadap perkembangan moral anak-anak.40

Dalam tulisannya yang lain, Educating For Character, Lickona masih

menguraikan peranan keluarga sebagai sekolah kebajikan yang pertama, yang mana

dalam keluargalah kita belajar tentang kasih, tentang komitmen, tentang pengorbanan dan

iman pada sesuatu yang lebih besar daripada diri kita sendiri.41

Nilai-nilai tersebut

dipelajari anak secara langsung maupun tidak langsung dalam keluarga melalui berbagai

perilaku orangtua maupun orang-orang dewasa lainnya dalam keluarga.Ini berarti seluruh

interaksi yang berlangsung dalam keluarga menjadi media bagi anak untuk belajar dan

memahami berbagal hal dalam hidup, termasuk nilai-nilai moral.Hal ini terjadi oleh

karena kemampuan berpikir anak tentang berbagai nilai moral belumlah memadai

sebagaimana orang dewasa. Anak memahami berbagai perilaku moral yang dilihatnya

sesuai dengan tingkat berpikir anak.

Mengenai tingkatan berpikir anak, teoritikus kognitif anak, Jean Piaget,

menguraikan dua bentuk pemikiran moral yang dialami anak-anak yakni heteronomi

moral dan otonomi moral. Heteronomi moral adalah kepatuhan membuta pada aturan-

39

N.K.Hadinoto, Op.Cit,180. 40

Thomas Lickona, Op.Cit.,48. 41

Ibid, xxvii.

Page 34: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

50

aturan yang dipaksakan orang dewasa. Bentuk moralitas ini di alami oleh anak dalam usia

pertumbuhan di bawah tujuh tahun. Dalam moralitas ini, anak berasumsi bahwa terdapat

sebuah hukum dahsyat yang mesti mereka ikuti.

Bentuk moralitas kedua adalah otonomi moral. Moralitas ini menganggap aturan-

aturan sebagai piranti manusia yang diproduksi demi kerja sama dan mendapatkan

kesetaraan. aturan bukan lagi hal yang baku atau absolut. Dan karenanya aturan dapat di

ubah selama aturan menjamin kesetaraan semua pihak. Bentuk moralitas ini di alami oleh

anak-anak dalam usia di atas tujuh tahun.42

Hal ini mengandung pengertian bahwa

berbagai perilaku moral yang dilihatnya dari orangtua ataupun dari orang dewasa lain

dalam keluarga dipahami anak berdasarkan bentuk-bentuk moralitas menurutnya.

Berdasarkan uraian Piaget tentang tahapan berpikir anak, khususnya dalam

pemikiran moral anak, dapat dikatakan bahwa anak memiliki cara berpikir dan cara

menilai tersendiri berdasarkan tahapan dan bentuk-bentuk pemikiran moral, baik yang ia

lihat pada orang lain dan juga yang ia lakukan pada diri sendiri. Oleh karena itu dalam

kaitanya dengan membangun moral anak, orangtua perlu memahami tingkat pemikiran

dan moral anak agar sehingga menolong orangtua dalam mengasuh anak.

Sejalan dengan pemikiran moral yang di uraikan oleh Piaget, Lowrence Kohlberg,

psikolog perkembangan moral, menyebut sikap moral anak dalam tahap ini sebagai

moralitas prakonvensional. Pada tahap ini anak berasumsi bahwa otoritas-otoritas yang

penuh kuasa telah telah menurunkan seperangkat aturan baku yang harus dipatuhi tanpa

protes. Bila melakukan yang benar berarti mematuhi otoritas dan terhindar dari

42

Jean Piaget, The Moral Judgement Of The Child, Terj: M.Gabain, ( New York: Free Press, 1965), 401-

406.

Page 35: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

51

hukuman.43

Karenanya sejumlah aturan-yang di ungkapkan atau pun yang di lakukan oleh

orangtua dalam keluarga merupakan standard moral yang menjadi acuan anak dalam

berperilaku.

Bentuk pemodelan kedua; pemodelan komitmen. Dalam model pengasuhan ini,

orang tua memberi contoh dalam membuat komitmen dan menjaga komitmen, misalnya

komitmen pada pernikahan ataupun komitmen pada sesuatu yang memiliki nilai yang

berharga dalam kehidupan sehingga anak dapat belajar memiliki komitmen, saling

mengasihi dan dapat hidup bersama dengan orang lain. Dalam model pengasuhan ini

kualitas hubungan orangtua sebagai suami-isteri, semisal pola komunikasi, relasi yang

setara, sikap menghargai, saling menolong di antara suami-isteri menjadi contoh konkret

bagi anak sehingga anak belajar saling menghargai dan menjaga serta setia terhadap

sebuah komitmen.

Selanjutnya pemodelan ketiga adalah pemodelan iman. Pemodelan ini erat

kaitannya dengan nilai-nilai agama yang memberi artihidup yang tinggi danalasanutama

untukmenjalani hidupyang baik. Dalam pemodelan ini anak belajar tentang iman dan

bagaimana hidup beriman melalui perilaku rohani orangtua berupa berbagai aktifitas

rohani seperti mengajak berdoa, beribadah, dan aktifitas rohani lainnya.44

Selain itu,

intensitas pertemuan dan interaksi yang berlangsung dalam keluarga memungkinkan

terjadinya pengulangan-pengulangan sikap yang pada akhirnya menjadi kebiasaan anak

dan menyatu menjadi karakter anak.

43

William Crain, Teori Perkembangan: Konsep dan Aplikasi, Penerjemah: Yudi Santoso, Edisi Bahasa

Indonesia, (Pustaka Pelajar, Yokyakarta, 2007), 231. 44

David Streight,Parenting For Education.Five Ekspert, Five Practices, (Oregon: CSEE, 2008), 38-43.

Page 36: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

52

Sejalan dengan pemikiran ini, pakar parenting lainnya, Marvin Berkowitz melihat

hal ini sebagai tindakan investasi yang dilakukan orangtua kepada anak. Yang mana,

tindakan investasi dimaksud menjadi dasar bagi anak untuk bertumbuh dalam iman

kelak.45

Yang mana melalui kebersamaan dengan orang-orang terdekat dalam keluarga,

anak belajar tentang Allah. Pengalamannya akan kasih orangtuanya merupakan sarana

pertama anak mengalami dan mengenal kasih Allah. Bagi sang anak, secara alamiah

orangtua merupakan model dan citra tentang sosok dan kehadiran Allah dalam hidupnya.

Sedemikian besarnya dampak sikap rohani orangtua pada anak, pemerhati

keluarga, Dolores Leckey, mencirikan keluarga sebagai laboratorium kerja rohani yakni

keluarga adalah konteks tempat belajar dengan cara yang praktis dan konkret untuk

mengenal dan memahami Allah.46

Proses membangun iman anak juga perlu memperhatikan tahap-tahap

perkembangan kepercayaan anak. Dalam kaitannya dengan membangun iman pada anak,

dua dari tiga tahap perkembangan kepercayaan yang di sampaikan James Fowler dapat di

pahami orangtua dalam membangun iman anak.Dua tahap perkembangan kepercayaan di

maksud yakni, pertama; tahap kepercayaan intuitif-proyektif (Intuitive-Projective

Faith).Ciri pertumbuhan iman pada tahap ini adalah anak dapat mengetahui Tuhan

melalui intuisi dan iman yang di bentuk dengan cara meniru suasana hati, contoh dan

tindakan-tindakan iman orang-orang lain yang dapat dilihat terutama orang tua. Hal ini

disebabkan pada tahap ini anak belum dapat membedakan antara fakta dan fantasi

sehingga pemahamannya tentang Allah bergantung pada sejauhmana ia mengenal

45

Marvin Berkowitz,Parenting For Good: Real World Advice For Parents, (USA: Character Developmentt

Groups, 2006), 80-81. 46

Dolores Leckey, dalam bukuKeluarga sebagai Pusat Pembentukan: suatu visi tentang peranan keluarga

dalam pembentukan rohani, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 15.

Page 37: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

53

orangtua. Dengan demikian, seluruh interaksi timbal-balik antara anak dan orang-orang

di sekitarnya merupakan titik tolak bagi perkembangan imannya. Ini berarti peran

orangtua sangat besar dalam tahap ini oleh karena melalui setiap perilaku orangtua, anak

mengenal dan memahami Allah.

Tahap perkembangan kepercayaan kedua adalah tahap mitis-harfiah (Mithic-

Literal Faith). Ciri tahap ini adalah iman afiliatif di mana dengan lebih sadar anak

bergabung dan menjadi anggota kelompok terdekatnya atau komunitas iman. Yang paling

berperan dalam perkembangan iman anak pada tahap ini adalah kelompok atau institusi

kemasyarakatan yang paling dekat dengannya, misalnya kelompok pembinaan agama

atau sekolah yang berfungsi sebagai sumber pengajaran iman.Lingkungan akhir miliknya

dikonseptualisasikan dalam cerita dan mite yang diartikan secara harafiah.Penalarannya

berupa hal-hal konkret yang berhubungan dengan panca indera dengan sedikit abstraksi

serta tergantung pada kredibilitas orang yang menyampaikan pengajaran.

Berdasarkan tiga bentuk model pengasuhan Lickona yang di uraikan di atas,

nampaknya peranan orangtua sangat besar dalam pengasuhan modellingoleh karena

orangtua menjadi contoh atau model pertama bagi anak dalam mengenal dan

mengidentifikasi nilai-nilai moral dan implikasi-implikasinya melalui dialog bersama

anak. Demikian pula dengan pertumbuhan iman. Dalam cara berpikir, anak mengamati

dan memahami setiap perilaku rohani yang dilakukan orangtua sebagai media bagi anak

untuk mengenal dan mengartikan Tuhan dalam pemahamannya. Tahapan perkembangan

iman Fowler melengkapi kita memahami proses yang dijalani anak dalam pembangunan

karakter oleh orangtua.

Page 38: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

54

Model pengasuhan berikutnya di sampaikan oleh psikolog Diana Baumrind yang

mengemukakan tiga model pengasuhan yaitu model pengasuhanpermisif, model

pengasuhan autoritarian dan model otoritative.47

Pertama; model pengasuhan

permisif.Dalam model pengasuhan ini, orangtua terlalu banyak memberikan kasih sayang

namun memiliki otoritas yang rendah.Akibatnya anak cenderung mengikuti keinginannya

semata bahkan cenderung tidak memiliki penghormatan kepada orangtua.Orangtua

memberikan pengawasan yang sangat longgar kepada anak untuk melakukan sesuatu

tanpa pengawasan yang cukup dari orangtua.Orangtua cenderung tidak menegur atau

memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan

yang diberikan oleh orangtua.Namun orangtua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga

seringkali disukai oleh anak. Dari uraian ini nampaknya karakter yang akan terbentuk

melalui model pengasuhan ini adalah anak yang berkarakter tidak mandiri, tidak dapat

mengendalikan diri dan mudah putus asa.

Model pengasuhan berikutnya adalah model pengasuhan authoritarian

(otoriter).Model ini ditandai oleh banyaknya aturan yang kaku dan di tegakkan dengan

ancaman dan hukuman.Dalam model pengasuhan ini, anak belajar rasa hormat melalui

berbagai aturan yang diterapkan dalam keluarga.Orangtua banyak menggunakan perintah

dan ancaman namun sedikit penalaran.Model pengasuhan ini bersifat membatasi dan

menghukum, mendesak anak untuk mengikuti perintah orangtua, menghormati orangtua,

memiliki tingkat kekakuan (strictness) yang tinggi memiliki intensitas komunikasi yang

sedikit. Anak yang dididik secara otoritarian memiliki sikap yang kurang kompeten

secara sosial, keterampilan komunikasi yang buruk dan takut akan perbandingan sosial.

47

David Streight,Op.Cit.,19-21.

Page 39: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

55

Dengan gaya otoritarian anak dimungkinkan memberontak karena tidak dapat menerima

atau jenuh akan pengekangan.

Model pengasuhan ketiga dari Baumrind adalah model pengasuhan otoritative.

Dalam model pengasuhan ini, orangtua mengarahkan anak dengan sungguh-sungguh

secara konsisten dan rasional dengan cara menjelaskan alasan dibalik tuntutan dan

mendorong anak untuk memberi dan menerima. Orangtua menggunakan kekuasaan

(untuk menjalankan aturan dan perintah) bila diperlukan.Orangtua menetapkan standar-

standar moral dan menjalankannya dengan sungguh-sungguh tetapi tidak memandangnya

sebagai hal yang mutlak. Orangtua mendengarkan anak tetapi tidak mendasarkan

keputusannya semata-mata pada keinginan sang anak.

Model pengasuhan ini memiliki karakteristik berupa intensitas yang tinggi akan

kasih sayang, keterlibatan orang tua, tingkat kepekaan orangtua terhadap anak, penalaran,

serta mendorong pada kemandirian. Orang tua yang menerapkan model pengasuhan ini

memiliki sifat yang sangat demokratis, memberikan kebebasan kepada anak tetapi tetap

memberi batasan untuk mengarahkan anak menentukan keputusan yang tepat dalam

hidupnya.Anak yang di didik dengan pola asuh ini memiliki tingkat kompetensi sosial

yang tinggi, percaya diri, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, akrab dengan

teman sebaya dan mengetahui konsep harga diri yang tinggi.Karakteristik pola asuh ini

dapat mengimbangi rasa keingintahuan anak.Namun walaupun anak di beri kebebasan,

orang tua tetap terlibat dengan memberi batasan berupa peraturan yang tegas.

Dari tiga model pengasuhan yang dicetuskan Diana Baumrind, nampaknya model

pengasuhan yang lebih tepat digunakan dalam kaitanya dengan membangun karakter

yang baik pada anak adalah model pengasuhan otoritatif. Yang mana dalam model

Page 40: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

56

pengasuhan otoritatif, tercipta hubungan yang setara dan komunikasi yang hangat antara

orangtua dan anak.Disamping itu orangtua tetap dapat mengontrol anak tanpa anak harus

menghilangkan kebebasan anak dalam berpendapat dan beraktifitas.Dampak lainnya dari

model pengasuhan otoritative adalah terciptanya kepercayaan diri dalam diri anak

sehingga anak dapat berkembang dan dapat bersosialisasi dengan lingkungan. Sementara

itu, dua model pengasuhan yang lain yakni model pengasuhan otoriter dan permisif

kurang menolong dalam upaya membangun karakter baik pada anak oleh karena berbagai

karakteristik model pengasuhan ini, di antaranya pada model pengasuhan otoriter; tidak

adanya hubungan yang hangat di antara orangtua dan anak, dapat menimbulkan

kekerasan mental dan fisik dalam jangka waktu yang lama pada diri anak. Sedangkan

pada model pengasuhan permisif, berdampak pada kehilangan otoritas atas anak oleh

orangtua.

Selanjutnya psikolog Marilyn Watson mengajukan model pengasuhan

disiplin.Ciri utama model pengasuhan ini yakni orang tua lebih banyak mengontrol anak-

anaknya berdasarkan aturan-aturan tertentu yang dimiliki oleh keluarga. Sementara pada

sisi yang lain orang tua memberikan penekanan padadayapernyataandan

hukuman.48

Kontrol yang dilakukan orangtua pada anak berupa pembiasaan-pembiasaan

perilaku yang dilakukan oleh anak, dengan tujuan tercapainya sebuah sikap yang

diharapkan.Pembiasaan dimaksud disepakati bersama oleh anggota keluarga, namun

orangtua bertindak sebagai penegak terhadap aturan bersama yang disepakati.

Model pengasuhan selanjutnya di cetuskan oleh pendidik Marvin W. Berkowitz

yakni model pengasuhan demokratis. Ciri khas model pengasuhan ini adalah adanya

48

Ibid, 51-52.

Page 41: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

57

dialog antara orangtua dan anak. Dialog menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam

pengasuhan oleh karena melalui dialog dimungkinkan terciptanya relasi yang mendalam

antara orangtua dan anak.

Lebih lanjut di uraikan Berkowitz, ciri lain model pengasuhan ini adalah orangtua

bersikap tanggap, mendukung anak-anak dan kurang memberikan tuntutan bagi anak.

Dalam model pengasuhan ini dimungkinkan adanya pola komunikasi yang setara antara

orangtu dan anak.Pendapat anak di dengar dan bersama-sama mencari keputusan yang

tepat bagi orangtua dan anak.49

Dalam kaitannya dengan membangun karakter baik pada anak, model pengasuhan

demokratis sangat tepat digunakan oleh karena berdampak beberapa hal baik, di

antaranya hubungan orangtua dan anak yang semakin erat, menumbuhkan rasa keadilan

dan melatih anak berkembang dalam ketrampilan mengelola diri.

Model pengasuhan selanjutnya di sampaikan oleh Larry Nucci yakni pengasuhan

yang di lakukan orangtua berdasarkan pemikiran salah dan benar sesuai konteks

sosial.Dalam model pengasuhan ini, orangtua di hadapkan pada berbagai aturan dan

kebiasaan yang berlangsung dalam masyarakat, yang mana aturan atau kebiasaan di

maksud seringkali menjadi tolak ukur penilaian benar dan salah terhadap perilaku moral

seseorang.Setiap nilai moral yang di ajarkan secara langsung ataupun melalui perilaku

orangtua di sesuaikan dengan kebiasaan yang berlangsung dalam masyarakat.Sementara

dalam kenyataan, moral anak terbangun berdasarkan pengalamannya sendiri ketika

berada disekitar orang-orang terdekat dan juga manakala anak ada dalam

masyarakat.Pengalaman-pengalaman di maksud kemudian di olah sesuai dengan pola

49

Ibid , 17-65.

Page 42: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

58

pikir setiap anak. Dengan demikian tidak ada ukuran atau aturan baku yang berlaku untuk

setiap anak oleh karena sikap orangtua yang dapat di ambil dalam model pengasuhan ini

adalah menjadi mediator yang memberikan informasi tentang berbagai nilai yang ada

dalam masyarakat kepada anak-anak dan membiarkan anak bertumbuh dalam moral

berdasarkan pemahaman anak dan pengalaman langsung yang di alami anak dalam

konteks sosial.

Selain itu orangtua juga bersikap cerdas dalam membimbing anak terutama dalam

menghadapi perilaku moral anak sehingga orangtua tahu dengan tepat kapan harus

mengatakan Ya untuk berbagai perilaku anak serta tetap memelihara komunikasi yang

setara dengan anak terutama dalam memberi penjelasan atas berbagai kebiasaan dalam

masyarakat yang menjadi aturan hidup masyarakat.

Berdasarkan beberapa teori yang di uraikan di atas, penulis melihat sejumlah

persamaan yang dimiliki dalam beberapa model pengasuhan yang saling berkaitan. Hal

mana nampak dalam model pengasuhan modeling, yang disampaikan Lickona, memiliki

persamaan dengan model pengasuhan otoritatif dari Diana Baumrind, model pengasuhan

demokratis dari Berkowitz dan model berpikir salah benar dari Nucci. Dikatakan

demikian oleh karena dilihat dari empat model pengasuhan tersebut, sama-sama

menggunakan penjelasan atau penalaran. Fokus penjelasan penalaran yang di gunakan

Lickona dan Nucci adalah penalaran moral, sementara penalaran dalam model

pengasuhan otoritatifBaumrind lebih kepada penjelasan-penjelasan atas berbagai

tuntutan atas ataran-aturan yang diberlakukan dalam keluarga. Dari penjelasan-penjelasan

yang disampaikan orangtua, anak di ajak untuk berpikir bersama-sama sambil orangtua

Page 43: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

59

tetap memberi dorongan kepada anak untuk belajar bertanggung jawab atas setiap

perilakunya.

Sementara itu persamaan dua model pengasuhan pertama dengan model

pengasuhan demokratis terletak pada sikap terbuka yang dimiliki oleh orangtua dalam

berdialog dengan anak untuk memberikan berbagai bentuk penjelasan berkaitan dengan

perilaku atau pun nilai-nilai moral dan religious. Selain itu dukungan orangtua kepada

anak dalam berperilaku menjadi daya dorong yang baik bagi anak untuk berperilaku

sesuai dengan nilai-nilai moral dan religius yang di ajarkan.

Dari sejumlah persamaan yang dimiliki empat model pengasuhan di atas,

nampaknya dalam rangka membangun karakter yang baik pada anak, empat model

pengasuhan di maksud sangat tepat di gunakan. Penggunaan model-model pengasuhan di

maksud dapat di lakukan satu persatu atau dapat juga di lakukan secara gabungan dari

empat model pengasuhan yakni model pengasuhan modelling dari Lickona, model

pengasuhan otoritatif dariDiana Baumrind, danmodel pengasuhan demokratis dari

Berkowitz

Persamaan berikut terdapat dalam model pengasuhan otoriter dan disiplin.Hal

mana nampak dalam sikap orangtua. Dalam dua model di maksud, sikap orangtua lebih

menekankan pelaksanaan sejumlah aturan yang dilakukan anak dalam pengawasan dan

control orangtua yang di ikuti dengan sejumlah hukuman bilamana anak lalai dalam

melakukan aturan-aturan yang berlaku dalam keluarga. Relasi yang cukup jauh antara

anak dengan orangtua tidak memungkinkan adanya dialog yang hangat dan setara. Dalam

kondisi model pengasuhan seperti ini kemungkinan terbangunnya karakter baik pada

anak sangat kecil.

Page 44: Model Pembangunan Karakter Anak Dalam Keluarga Kristen€¦ · kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

60

Perbedaan lainnya datang dari model pengasuhan permisif.Bila penekanan utama

dari model pengasuhan otoriter dan disiplin adalah sikap orangtua yang kaku berdasarkan

aturan-aturan maka dalam model pengasuhan permisif, kondisi yang berlangsung justru

sebaliknya.Hal mana nampak dari sikap orangtua yang longgar bahkan cenderung

mengikuti setiap keinginan anak.Hal ini berdampak pada hilangnya otoritas orangtua

pada anak.Akibatnya karakter yang terbangun dalam diri anak dalam model pengasuhan

ini adalah karakter anak yang tidak mandiri dan tidak memiliki control atas diri sendiri.

Menjadi jelas bahwa banyak model pengasuhan orangtua yang telah diuraikan

diatas memiliki dampak besar bagi anak.Dengannya orangtua memiliki banyak pilihan

untuk melakukan model pengasuhan pada anak.Setiap model pengasuhan memiliki

kekuatan dan kelemahan tersendiri. Karena itu pemanfaatan model-model pengasuhan

oleh orangtua sangat menentukan proses pembangunan karakter. Disamping itu

penggunaan model-model pengasuhan di kolaborasikan antara satu dengan yang lainnya

berdasarkan waktu dan tempat setiap keluarga sangat menolong orangtua dalam

pengasuhan untuk membangun karakter baik pada anak.