kajian ekonomi regional provinsi sulawesi … · 2013-10-12 · sebagaimana diketahui dengan...
TRANSCRIPT
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN
TRIWULAN-II
2010
iiiKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang
tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligence dan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survei), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala. Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 ini materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) akan dipisahkan dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh. Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pihak swasta dan kalangan masyarakat Iainnya. Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami nantikan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini.
Makassar, Agustus 2010 BANK INDONESIA MAKASSAR
ttd.
Lambok A. Siahaan
Pemimpin
vKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ~ iii
DAFTAR ISI ~ v
DAFTAR GRAFIK ~ vii
DAFTAR TABEL ~ ix
RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1
INDIKATOR EKONOMI KER Trw. II-2010 ~5
BAB 1 PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 7
1.1. Permintaan Daerah ~ 7
1.1.1. Konsumsi ~ 8
1.1.2. Investasi ~ 9
1.1.3. Perdagangan Eksternal ~ 11
1.2. Penawaran Daerah (Sektoral) ~ 13
1.2.1. Sektor Pertanian ~ 14
1.2.2. Sektor Pertambangan - Penggalian ~ 15
1.2.3. Sektor Industri Pengolahan ~ 16
1.2.4. Sektor Listrik-Gas_Air ~ 17
1.2.5. Sektor Bangunan~ 18
1.2.6. Sektor Perdagangan-Hotel-Restauran ~ 18
1.2.7. Sektor Angkutan dan Komunikasi ~ 19
1.2.8. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa perusahaan ~ 20
1.2.9. Sektor Jasa-jasa~ 21
BOKS I QUICK SURVEI “DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA (ACFTA) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN”~ 23
BOKS II QUICK SURVEI “PERKEMBANGAN DAN PROSPEK INDUSTRI PENGOLAHAN TERKAIT DAMPAK PEMULIHAN EKONOMI GLOBAL” ~27
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ~ 29
2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ~ 30
vi Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN ~ 39
3.1. Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah) ~ 39
3.1.1. Kelembagaan dan Aset ~ 39
3.1.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan ~ 40
3.1.3. Intermediasi Bank Umum Syariah ~ 45
3.2. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) ~ 45
BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 47
4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ 47
4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ 48
4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan ~ 49
4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS ~ 49
4.4.1. Perkembangan RTGS ~ 49
4.4.2. Perkembangan Kliring ~ 50
BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ~ 53
5.1. Ketenagakerjaan ~ 53
5.2. Kesejahteraan ~ 54
5.2.1. Nilai Tukar Petani ~ 54
5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin ~ 56
5.3. Survei ~ 57
BAB 6 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ 59
BAB 7 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ~ 61
7.1. Outlook Kondisi Makroregional ~ 61
7.2. Outlook Inflasi ~ 63
7.3. Prospek Perbankan ~ 65
viiKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Daftar Grafik Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB ~ 7 Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi ~ 8 Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Investasi ~ 10 Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor ~ 11 Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor ~ 12 Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian ~ 14 Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian~ 15 Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan~ 16 Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 17 Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Bangunan ~ 18 Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran ~ 19 Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja SubSektor Angkutan ~ 20 Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 21 Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa ~ 21 Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 31 Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan ~ 32 Grafik 2.3. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil
SPH di Makassar ~ 33 Grafik 2.4. Beberapa Inflasi Kel.Sandang~ 34 Grafik 2.5. Perkembangan Harga Emas ~ 34 Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kel. Pendidikan~ 35 Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau
~ 36 Grafik 2.8. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi Hasil SPH di Makassar~
37 Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar~ 38 Grafik 2.10. Perkembangan Inlasi Kelompok Kesehatan~ 39 Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 41 Grafik 2.12. Perkembangan Rata-rata Harga Minyak Dunia ~ 41 Grafik 3.1. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 42 Grafik 3.2. Pangsa NPLs Per Sektor Ekonomi ~ 43 Grafik 3.3. Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 42 Grafik 3.4. Perkembangan Aset BPR/S ~ 43 Grafik 3.5. Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S ~ 44 Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) ~ 47 Grafik 4.2. Aliran Uang Kartal Kelaur (Outflow) ~ 47 Grafik 4.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow ~ 48 Grafik 4.4. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Trw.II-2010 ~ 49 Grafik 4.5. Transaksi RTGS – Incoming ~ 50 Grafik 4.6. Transaksi RTGS – Outgoing ~ 50 Grafik 5.1. Persentase Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ~ 54 Grafik 5.2. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani ~ 55
viii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
Grafik 5.3. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani ~ 55 Grafik 5.4. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani ~ 55 Grafik 5.5. Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan ~ 56 Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-Sulampua per Maret 2009 ~ 57 Grafik 5.7. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 57 Grafik 5.8. Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu ~ 57 Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 61 Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 64 Grafik 7.3. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Sulsel dan Proyeksinya ~ 64
ixKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Daftar Tabel
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) ~ 8 Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) ~ 14
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y) ~ 28 Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan ~ 28 Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang ~ 30 Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga~ 31 Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 32 Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar~ 34 Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan~ 35 Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan ~ 36 Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum) Sulawesi Selatan ~ 39 Tabel 3.2. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan ~ 40 Tabel 3.3. Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank~ 40 Tabel 3.4. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum~ 41 Tabel 3.5. Penyaluran Kredit /Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan~ 41 Tabel 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 43 Tabel 3.7. Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum~ 43 Tabel 3.8. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank
Umum (y.o.y)~ 44 Tabel 3.9. Perkembangan Bank Umum Syariah ~ 45
Tabel 4.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar Trw. II-2010 ~ 49 Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 51 Tabel 5.1. Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Utama ~ 53 Tabel 6.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan
Semester I-2010~ 59
1Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Ringkasan Eksekutif
Asesmen Ekonomi Peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) terjadi pada triwulan II-
2010, yang lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 maupun triwulan II-2009 (sumber :
release BPS). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 9,21% (yoy),
sementara pada triwulan I-2010 sebesar 7,96%, dan pada triwulan triwulan II-2009 sebesar
6,01%. Angka pertumbuhan tersebut juga lebih tinggi dari angka perkiraan Bank Indonesia
yaitu sebesar 8,02% pada triwulan laporan.
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama masih didukung
oleh pertumbuhan konsumsi dan investasi. Pertumbuhan tertinggi di sektor
pertambangan-penggalian, sementara pertumbuhan terendah terjadi di sektor jasa. Meski
mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi dibanding triwulan I-2010, masih terdapat
sektor-sektor ekonomi yang mengalami perlambatan pertumbuhan.
Dari sisi penawaran (sektoral), pendorong pertumbuhan ekonomi berasal dari sektor
pertanian, perdagangan-hotel-restoran, dan sektor pertambangan-penggalian.
Pertumbuhan tertinggi terdapat pada sektor keuangan, yang kemudian diikuti berturut-
turut pada sektor angkutan-komunikasi, sektor pertambangan-penggalian, sektor bangunan
dan sektor perdagangan-hotel-restoran. Sementara pertumbuhan terendah diperkirakan
terdapat pada sektor pertanian.
Asesmen Inflasi
Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan II-2010 tercatat lebih tinggi
dibandingkan laju inflasi pada triwulan I-2010. Laju inflasi pada triwulan II-2010 tercatat
sebesar 5,00% (yoy), relatif sama dengan laju inflasi nasional yang sebesar 5,05%. Namun
tekan inflasi Sulsel pada triwulan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan tekanan inflasi pada
triwulan II-2009 yang sebesar 3,80%.
Kelompok utama yang menjadi penyebab meningkatnya laju inflasi triwulan
ini adalah bahan makanan dan kelompok sandang, dimana kelompok dimaksud
mengalami peningkatan laju inflasi yang cukup tinggi. Di sisi lain terdapat perlambatan
laju inflasi yang terdapat pada kelompok makanan jadi, kelompok kesehatan, dan kelompok
transpor, sementara laju inflasi kelompok pendidikan relatif stabil. Terkait dengan target
2 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
inflasi nasional pada tahun 2010 sebesar 5% (±1%), maka laju inflasi Sulsel sampai dengan
Juni 2010 yang sebesar 1,56% (ytd) menunjukan bahwa laju inflasi di Sulsel masih relatif
terkendali.
Asesmen Perbankan
Kinerja Pebankan Sulsel pada triwulan II-2010 (per Mei 2010) relatif
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan I-2010. Hal ini tercermin
dari indikator perbankan yang secara umum tumbuh lebih besar, baik dilihat pada aset, DPK
mapun kredit. Di sisi lain, kualitas kredit yang disalurkan, dimana tercermin pada nilai NPLs
(Non Performing Loan-Gross) yang masih berada pada kisaran yang baik yaitu 3.4%. Selain
itu, trend pergerakan LDR masih cenderung stabil jika dibandingkan dengan triwulan I-2010.
Dari sisi kelembagaan, bank umum di Sulawesi Selatan pada triwulan II-2010 (per Mei 2010)
mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah kantor bank yang mengalami
peningkatan jika dibandingkan triwulan I-2010, meskipun jumlah bank tidak mengalami
perubahan.
Asesmen Sistem Pembayaran
Transaksi melalui sistem pembayaran tunai maupun non tunai pada triwulan
II-2010 menunjukkan pergerakan peningkatan aktivitas perekonomian Sulsel.
Peningkatan transaksi tersebut, selain itu karena faktor musiman (tahun ajaran baru dan
liburan sekolah), kegiatan kampanye dan pelaksanaan pilkada juga turut mempengaruhi
perkembangan transaksi sistem pembayaran ini.
Aliran uang kartal masuk (inflow) dan keluar (outflow), pada triwulan laporan, dari
dan ke perbankan melalui KBI Makassar tercatat mengalami out inflow sebesar Rp0,65
triliun, sementara pada triwulan I-2010 tercatat mengalami net inflow sebesar Rp1,56 triliun.
Jumlah nominal kondisi uang tidak layak edar pada triwulan II-2010 tercatat
mengalami penurunan. PTTB pada triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp0,69 triliun, sementara
PTTB pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp1,04 triliun. Dari rasio PTTB terhadap inflow
pada triwulan laporan tercatat sebesar 113,6% lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010
yang sebesar 56,2%. Hal ini karena kegiatan PTTB pada triwulan laporan ini terdapat
tambahan kegiatan PTTB yang belum terselesaikan pada triwulan I-2010.
Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Daya serap perkembangan pertumbuhan ekonomi Sulsel selama tahun 2010
terhadap angkatan kerja semakin membaik, terutama pada semester I-2010. Sehingga
3Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel tercatat mengalami penurunan yaitu sebesar
0,76% yaitu dari 8,7% pada Februari 2009 menjadi 7,9% pada Februari 2010. Tingkat
kesejahteraan petani Sulsel pada triwulan laporan meskipun menunjukkan
perlambatan pertumbuhan namun masih mengalami perkembangan positif. Rata-
rata pertumbuhan NTP Sulsel pada triwulan II-2010 tercatat tumbuh sebesar 1,4% (yoy),
lebih rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan I-2010 yang sebesar 2,6% (yoy).
Asesmen Keuangan Daerah
Realisasi anggaran pendapatan daerah sampai dengan Semester I-2010
tercatat hampir mencapai target 50% dari total target pendapatan, yaitu sebesar
50,9% atau mencapai Rp1,244.68 milyar. Target pendapatan 2010 ini diperkirakan dapat
tercapai lebih dari 100% mengingat pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang
cenderung lebih tinggi dibandingkan tahun 2009. Dari komponen pendapatan, realisasi
“Pendapatan Transfer” telah mencapai 53,3%. Dari sisi anggaran belanja daerah, sampai
dengan semester I-2010, realisasinya baru mencapai 31,8%. Realisasi terbesar terjadi pada
pos ‘Belanja Operasi’ yang sebesar 35,5%,
Prospek Ekonomi Triwulan II-2010
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan di triwulan III-2010 diperkirakan
akan relatif meningkat jika dibandingkan dengan triwulan II-2010. Hal tersebut
diperkirakan terjadi karena perkembangan ekonomi global dan domestik yang membaik
selama triwulan II/2010 tersebut, diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2010.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan akan melampaui batas atas
kisaran proyeksi 5,5%-6,0%, kemudian akan mempengaruhi peningkatan pertumbuhan
hingga tingkat regional, termasuk Sulawesi Selatan. Dorongan pertumbuhan dari sisi
permintaan terjadi pada konsumsi, investasi dan ekspor. Sedangkan pada sisi penawaran,
peningkatan pertumbuhan didorong oleh sektor industri, listrik-gas-air, pertambangan,
angkutan-komunikasi dan perdagangan-hotel-restauran.
Laju inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung mengalami peningkatan
yang relatif besar. Tekanan inflasi diperkirakan terutama berasal dari dampak kenaikan TDL
yang berimbas pada sisi supply, datangnya Ramadhan dan Idhul Fitri yang mendorong sisi
permintaan, dan kenaikan harga-harga bahan makanan terkait dengan ketidakpastian
musim. Tekanan inflasi diperkirakan terjadi karena semakin terbatasnya respon sisi
penawaran terhadap peningkatan permintaan yang diperkirakan akan semakin meningkat.
4 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan III-2010 diduga masih tumbuh lebih
baik jika dibandingkan triwulan II-2010 atau satu tahun sebelumnya. Pada triwulan II-
2010, terlihat kinerja perbankan semakin membaik jika dibandingkan triwulan sebelumnya
dan pada triwulan III-2010 perkembangan perbankan diprediksikan akan lebih baik lagi
terutama dari sisi pertumbuhan kredit. Sejalan dengan meningkatnya prospek perkonomian
Indonesia termasuk Sulawesi Selatan, maka antusiasme perbankan untuk menyalurkan kredit
diduga akan meningkat pada triwulan III-2010. Disisi lain, penempatan dana pihak ketiga
(DPK) ke perbankan diduga akan relatif stabil dengan sedikit kecenderugan menurun. Hal
dimaksud dikarenakan proyeksi pengeluaran masyarakat yang cukup signifikan terkait
dengan penenuhan kebutuhan pada masa Ramadhan dan Idul Fitri.
5Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN
PROPINSI SULAWESI SELATAN
a. INFLASI dan PDRB
1 2 3 4 1 2MAKRO
- Sulawesi Selatan 116.09 115.04 117.88 118.94 120.11 120.79 - Sulawesi Utara 116.57 114.15 115.00 117.87 118.72 118.96 - Gorontalo 116.03 116.71 117.70 118.32 120.20 119.90 - Papua 115.25 114.84 116.62 117.53 119.07 120.30 - Irian Jaya Barat 130.53 131.16 132.25 133.45 134.75 137.15 - Maluku 113.20 110.45 112.46 117.87 121.22 121.54 - Sulawesi Tengah 116.45 116.03 119.92 120.96 120.19 122.19 - Sulawesi Tenggara 120.96 120.55 123.20 122.85 122.60 123.46 - Sulawesi Barat 118.83 118.90 120.62 121.37 122.39 123.13 - Maluku Utara 117.33 117.01 118.55 120.38 122.53 120.99
- Sulawesi Selatan 9.01 3.80 2.70 3.39 3.46 5.00 - Sulawesi Utara 8.85 2.25 (0.01) 2.31 1.84 4.21 - Gorontalo 10.54 7.22 3.97 4.35 3.59 2.73 - Papua 8.26 2.77 1.44 1.92 3.31 4.75 - Irian Jaya Barat 21.25 7.93 1.24 3.59 3.23 4.56 - Maluku 8.84 (0.21) (3.29) 6.48 7.08 10.04 - Sulawesi Tengah 11.07 5.83 4.16 5.73 3.21 5.30 - Sulawesi Tenggara 15.81 6.81 5.67 3.59 1.35 2.41 - Sulawesi Barat 9.64 5.24 0.85 1.78 3.00 3.55 - Maluku Utara 7.64 4.34 1.36 3.88 4.43 3.40
1. Pertanian 3,369.85 3,337.76 3,542.10 3,201.60 3,265.68 3,626.07 2. Pertambangan dan Penggalian 923.44 934.94 966.80 1,028.20 1,157.58 1,100.26 3. Industri Pengolahan 1,560.65 1,688.66 1,741.40 1,593.80 1,648.87 1,750.29 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 119.83 121.21 131.00 120.51 123.69 136.46 5. Konstruksi/Bangunan 620.84 650.18 683.60 702.24 694.20 709.14 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,825.74 1,916.95 2,008.80 1,991.20 2,043.86 2,102.33 7. Angkutan dan Komunikasi 903.23 973.51 1,042.00 1,105.10 1,061.81 1,123.75 9. Keuangan, Persewaan dan Jasa 736.04 803.20 807.70 850.64 929.37 919.34 10. Jasa-jasa 1,305.65 1,324.66 1,334.50 1,343.90 1,348.10 1,366.22
4.06 5.24 7.95 6.69 7.96 9.21 *
238.40 143.59 643.66 483.81 478.48 455.46
153.72 154.43 266.36 235.91 194.26 163.06
185.08 84.60 130.88 154.70 122.67 111.72
195.25 217.65 257.87 317.47 254.08 237.73
Catt : Per Trw.II-2008, penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar 2007
2010INDIKATOR 2009
Indeks Haga Konsumen
*) Sementara
Volume Impor Non Migas (Ribu Ton)Nilai Impor Non Migas (USD Juta)
Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta)Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton)
Laju Inflasi Tahunan (y.o.y;%)
PDRB - Harga Konstan (Miliar Rp)
Pertumbuhan PDRB (y.o.y;%)
6 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
LANJUTAN ... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN
PROPINSI SULAWESI SELATAN B. PERBANKAN
1 2 3 4 1 2*
Total Aset (Rp. Miliar) 37,587.50 38,881.67 40,388.42 43,746.72 43,891,274 44,914,666
28,625.67 29,520.99 29,450.83 33,601.07 29,783,729 31,491,101 Giro 5,108.73 5,062.09 4,939.34 4,994.19 4,738,858 4,934,579 Tabungan 14,135.56 15,169.42 14,965.87 18,460.23 14,688,164 16,123,590 Deposito 9,381.39 9,289.49 9,545.62 10,146.65 10,356,707 10,432,932
31,563.21 32,919.44 33,872.77 36,430.30 37,198,327 38,124,582 - Modal Kerja 12,195.55 13,239.15 13,582.62 14,671.89 13,965,853 13,848,218 - Investasi 6,398.84 6,230.54 6,299.91 6,769.70 7,731,584 7,916,461 - Konsumsi 12,968.81 13,449.75 13,990.23 14,988.71 15,500,890 16,359,903
110.26% 111.51% 115.01% 108.42% 124.89% 121.06%
31,563.21 32,919.44 33,872.77 36,430.30 37,198,327 38,124,582 - Pertanian 988.37 918.73 986.73 989.64 514,757 379,583 - Pertambangan 170.56 169.82 218.30 201.51 263,569 264,772 - Industri pengolahan 3,376.72 3,395.70 3,160.59 3,148.85 2,923,089 3,081,393 - Listrik,Gas dan Air 56.56 74.50 169.35 253.63 339,709 359,758 - Konstruksi 1,932.56 2,170.31 2,248.17 2,224.73 1,936,333 2,270,855 - Perdagangan 8,578.93 9,509.54 9,805.49 11,105.77 9,257,111 9,328,773 - Pengangkutan 1,444.98 1,079.02 1,060.54 1,178.16 1,177,115 983,617 - Jasa Dunia Usaha 1,730.04 1,794.99 1,843.65 1,964.50 1,938,011 1,802,558 - Jasa Sosial Masyarakat 315.69 357.08 389.72 374.81 1,516,817 1,504,056 - Lain-lain 12,968.81 13,449.75 13,990.23 14,988.71 17,331,816 18,149,217
22,626.12 24,012.99 24,785.66 26,872 27,816,100 28,813,218
6,440.47 6,714.52 7,010.43 7,152.79 6,101,513 6,237,959 - Modal Kerja 1,154.74 1,263.32 1,343.63 1,299.20 960,351 952,732 - Investasi 143.15 161.72 167.39 144.31 184,617 194,050 - Konsumsi 5,142.58 5,289.48 5,499.41 5,709.28 4,956,545 5,091,177
10,109.69 10,693.36 11,054.72 11,934.71 13,804,552 14,348,312 - Modal Kerja 2,624.75 2,832.74 2,910.72 3,083.08 3,075,912 3,022,252 - Investasi 754.18 849.18 925.01 1,024.82 1,621,379 1,683,114 - Konsumsi 6,730.76 7,011.44 7,218.99 7,826.81 9,107,261 9,642,946
6,075.96 6,605.11 6,720.52 7,784.53 7,910,035 8,226,947 - Modal Kerja 4,042.81 4,468.59 4,445.99 5,212.03 4,984,094 5,092,605 - Investasi 973.98 1,015.74 1,032.26 1,154.59 1,630,421 1,677,406 - Konsumsi 1,059.18 1,120.79 1,242.27 1,417.91 1,295,520 1,456,936
-3.82% 3.05% 4.08% 3.08% 3.47% 3.41%
2.96% 3.37% 3.45% 2.93% 2.98% 2.98%
BANK UMUM SYARIAH1,395.53 1,288.73 1,308.37 1,361.65 1,465,949 1,525,106
714.07 833.87 861.66 898.68 804,463 807,703 Giro 76.92 149.44 133.05 142.56 79,860 92,942 Tabungan 311.38 351.00 344.76 360.76 377,864 395,693 Deposito 325.77 333.43 383.85 395.36 426,599 412,010
1,443.14 1,405.82 1,422.01 1,431.97 1,484,158 1,650,082 - Modal Kerja 528.45 474.63 492.53 520.20 525,214 578,305 - Investasi 121.53 171.97 165.07 159.53 350,448 388,054 - Konsumsi 793.16 759.23 764.41 752.24 608,496 683,723
202.10% 168.59% 165.03% 159.34% 167.83% 183.21%
Catt.* (<Rp. 50 Juta)** (Rp. 50 < X < Rp. 500 Juta)*** (Rp. 500 Juta < X < Rp. 5 M)**** Data Sementara
2010
NPL UMKM gross (%)
Kredit UMKM (Rp. Miliar)
Kredit Mikro* (Rp. Miliar)
Kredit Kecil ** (Rp. Miliar)
Kredit Menengah *** (Rp. Miliar)
NPL Total gross (%)
D P K (Rp. Miliar)
L D R
Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)
Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)
INDIKATOR 2009
BANK UMUM :
FDR
Total Aset (Rp. Miliar)
D P K (Rp. Miliar)
Pembiayaan - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Mil
7Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Bab 1
Perkembangan Kondisi Makroekonomi
Peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) terjadi pada triwulan II-
2010, yang lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 maupun triwulan II-2009 (sumber :
BPS). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 9,21% (yoy), sementara
pada triwulan I-2010 sebesar 7,96%, dan pada triwulan triwulan II-2009 sebesar 6,01%.
Angka pertumbuhan tersebut juga lebih tinggi dari angka perkiraan Bank Indonesia yaitu
sebesar 8,02% (yoy) pada triwulan laporan.
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama masih didukung oleh
pertumbuhan konsumsi dan investasi. Sementara dari sisi penawaran (sektoral), pendorong
pertumbuhan ekonomi berasal dari sektor pertanian, perdagangan-hotel-restoran, dan sektor
pertambangan-penggalian.
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB
Pertumbuhan tertinggi di sektor pertambangan-penggalian, sementara pertumbuhan
terendah terjadi di sektor jasa. Meski mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi
dibanding triwulan I-2010, masih terdapat sektor-sektor ekonomi yang mengalami
perlambatan pertumbuhan.
1.1 Permintaan Daerah
Pertumbuhan kinerja konsumsi dan investasi tercatat menjadi penopang
pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan yang mengalami peningkatan
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2010 maupun triwulan II-2009. Sementara
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2007 2008 2009 2010
y.o.y Sulsel
y.o.y Nas
Sumber : BPS, diolah* : Proyeksi BI
8 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
kinerja net ekspor tercatat mengalami perlambatan pertumnbuhan, terutama karena tekanan
kinerja impor.
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y)
1.1.1. Konsumsi
Kinerja konsumsi pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh sebesar 6,48% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 (6,19%) dan triwulan II-2009 (6,17%).
Peningkatan pertumbuhan konsumsi tersebut, selain karena faktor musiman, yaitu tahun
ajaran baru yang tiba pada akhir triwulan laporan, juga didorong oleh adanya pemilihan
umum kepala daerah (pilkada) yang terdapat di 10 kabupaten di Sulsel. Pilkada tersebut
dilaksanakan secara serempak pada tanggal 23 Juni 2010 dengan mengikutsertakan
kandidat sebanyak 54 pasangan calon. Dampak dari pilkada tersebut diperkirakan menjadi
pendorong pertumbuhan konsumsi di Sulsel, khususnya konsumsi rumah tangga. Kinerja
konsumsi pemerintah juga diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan
triwulan II-2009 maupun triwulan I-2010, yang relatif karena mulai terealisasinya program-
program pemerintah. Pertumbuhan kinerja konsumsi ini sejalan dengan prompt-prompt
indikator yang cenderung menunjukkan peningkatan, sebagai berikut :
Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi
Pemakaian Air (M³)
di Makassar Perkembangan Konsumsi Listrik
Sektor Rumah Tangga
Kons Inv Eks Imp TOTAL Kons Inv Eks Imp TOTAL1 6.09% 24.93% 37.15% 39.64% 11.33% 4.49% 4.36% 14.24% 11.76% 11.33%2 6.11% 31.40% ‐11.16% ‐10.19% 8.10% 4.35% 5.46% ‐6.16% ‐4.46% 8.10%3 6.59% 28.46% 7.26% 14.63% 8.13% 4.68% 5.08% 3.22% 4.84% 8.13%4 5.03% 12.25% ‐9.08% ‐6.76% 3.92% 3.56% 2.20% ‐4.20% ‐2.36% 3.92%1 4.74% 32.02% ‐44.04% ‐40.98% 4.09% 3.34% 6.29% ‐20.79% ‐15.25% 4.09%2 6.16% 11.93% ‐21.99% ‐25.21% 6.01% 4.30% 2.52% ‐9.97% ‐9.16% 6.01%3 6.30% 0.63% ‐29.27% ‐46.39% 7.95% 4.41% 0.13% ‐12.87% ‐16.28% 7.95%4 7.23% 23.65% 26.29% 43.77% 6.69% 5.17% 4.59% 10.65% 13.71% 6.69%1 6.19% 4.91% 90.05% 98.08% 7.77% 4.38% 1.22% 22.86% 20.70% 7.77%2 9.06% 2.15% 31.99% 36.97% 8.02% 6.34% 0.48% 10.67% 9.47% 8.02%
Sumber : BPS
2008
2009
2010
PERTUMBUHAN (yoy) SUMBANGAN (yoy)PERIODE
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Juta M
3
Pemakaian Air (M³)
Y.O.Y (PA)
Sumber : PDAM Mks* Sementara
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
200
220
240
260
280
300
320
340
360
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010
Juta GWH
Rumah Tangga y.o.y
Sbr : PLN Divre VII* Sementara
9Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Kendaraan dan Suku Cadang
Indeks Ketepatan Konsumsi Barang Tahan Lama
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel. Makanan dan Tembakau Perkembangan Konsumsi Listrik
Sektor Sosial
Perkembangan
Indeks Keyakinan Konsumen Perkembangan Konsumsi Listrik
Penerangan Jalan Umum
1.1.2. Investasi
Pada triwulan laporan, perkembangan kinerja investasi tercatat mengalami
peningkatan pertumbuhan yaitu dari 5,19% pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 10,44%
(yoy). Angka pertumbuhan triwulan laporan juga tercatat sedikit lebih tinggi dibandingkan
triwulan II-2009 yang sebesar 10,25%. Peningkatan kinerja investasi pada triwulan ini
diperkirakan dipengaruhi oleh pelaksanaan pilkada di 10 kabupaten yang dilaksanakan
secara serentak pada triwulan II-2010. Pelaksanaan pilkada tersebut relatif mempengaruhi
pembangunan proyek-proyek di daerah, terutama proyek pemerintah. Sementara realisasi
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Kend & Sk Cd
yoy
Smb : SPE
‐30%
‐25%
‐20%
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Ketepatan wkt pembelian durable goods
y.o.y
‐50%
0%
50%
100%
150%
200%
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Mknn & Temb yoy
Smb : SPE
‐60%‐50%‐40%‐30%‐20%‐10%0%10%20%30%
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010Juta GWH
Sosialy.o.y
Sbr : PLN Divre VII* Sementara
90
95
100
105
110
115
120
125
130
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
IKK
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
23
24
25
26
27
28
29
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2007 2008 2009 2010
Juta GWH
Penerangan Jln Umum y.o.y
10 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
belanja modal pemerintah diperkirakan masih relatif minim, seperti pada belanja modal
Provinsi Sulsel yang baru terealisasi sebesar 11% dari anggaran. Dorongan pertumbuhan
kinerja investasi di Sulsel pada triwulan ini diperkirakan dari sektor swasta, seperti
pembangunn hotel, pusat perbelanjaan (mal/ruko) dan real estate (perumahan)..
Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Investasi
Volume Impor Barang Modal Realisasi Pengadaan Semen
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Industri dan Bisnis
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Konstruksi
Volume Impor Intermediate Goods
Kondisi perkembangan kinerja investasi pada triwulan ini relatif tercermin dari
beberapa prompt indikator di atas, seperti volume impor barang modal, realisasi pengadaan
semen, konsumsi listrik sektor industri dan bisnis, serta hasil Survei Penjualan Eceran barang
untuk kelompok bahan konstruksi yang masih menunjukkan perkembangan positif. Dari
‐200%
‐100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
700%
800%
900%
‐
2
4
6
8
10
12
14
16
18
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010Juta Kg
Capital Goods
Volume yoy
Smb : Cognos ‐ BI
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Ribuan Ton
Sulsel y.o.ySumber : ASI* : SementaraSumber : ASI* : Sementara
‐40%
‐30%
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
100
150
200
250
300
350
400
450
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2007 2008 2009 2010Juta GWH
Konsumsiyoy
Sbr : PLN Divre VII* Sementara
‐60%‐40%‐20%0%20%40%60%80%100%120%
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Bhn Kons
yoy
Smb : SPE
‐40%
‐30%
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
‐
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010Juta Kg
Intermediate GoodsIntermediate Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos ‐BI
11Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
beberapa prompt indikator tersebut cenderung menunjukkan perkembangan yang menurun
dibandingkan triwulan I-2010 maupun triwulan II-2009, sehingga disinyalir perkembangan
investasi pada triwulan ini lebih dominan pada non fisik atau investasi yang berupa
penambahan modal.
1.1.3. Perdagangan Eksternal (Ekspor – Impor)
Net ekspor-impor Sulsel pada triwulan laporan tercatat masih mengalami surplus,
namun mengalami pertumbuhan pertumbuhan dibandingkan pertumbuhan net ekspor-
impor pada triwulan I-2010 yang tercatat sebesar 53,39%. Sementara apabila dibandingkan
dengan triwulan II-2009 (-5,14%), pertumbuhan net ekspor-impor pada triwulan laporan
masih tercatat lebih tinggi yaitu sebesar 29,56% (yoy).
Pertumbuhan kinerja net ekspor-impor ini masih didorong oleh kinerja ekspor, meski
pada triwulan laporan (57,06%) tercatat mengalami perlambatan dibandingkan triwulan I-
2010 yang tercatat sebesar 90,55%.
Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor Volume Ekspor Luar Negeri Non Migas Total Volume Produksi Nikel
Volume Ekspor Luar Negeri
Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain Volume Ekspor Luar Negeri
Kayu Olahan
‐60%‐50%‐40%‐30%‐20%‐10%0%10%20%30%40%
‐
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010
Ribu Ton
EKSPOR NON MIGAS TOTAL y.o.y
Smb : Cognos ‐ BI* Sementara
‐25%‐20%‐15%‐10%‐5%0%5%10%15%20%25%
‐
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Produksi nikel dlm mattey.o.y * Sementara
Sbr.: Press Release PT. Inco
‐25%
‐20%
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
‐
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010
Ribu Ton
IKAN, UDANG, KERANG, DLL TOTALy.o.y
Smb : Cognos ‐ BI* Sementara
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
‐
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010
Ribu Ton
BARANG2 KAYU & GABUSTOTALy.o.y
Smb : Cognos ‐BI* Sementara
12 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
Volume Ekspor Luar Negeri Kopi, The, Kakao dan Sejenisnya
Volume Muat Dalam Negeri Melalui Pelabuhan
Volume Muat Luar Negeri Melalui Pelabuhan
Kinerja ekspor pada triwulan laporan diperkirakan didorong oleh komoditas hasil
perikanan, hasil perkebunan dan perdagangan antar pulau, sementara ekspor komoditas
hasil pertambangan dan serta kayu olahan diperkirakan masih tertekan. Namun di sisi lain,
pertumbuhan kinerja ekspor ini masih tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 (-
30,04%), sehubungan dengan tingkat harga internasional pada saat triwulan II-2009 yang
kurang menguntungkan. Sehingga perdagangan luar negeri relatif tertekan.
Sementara kinerja impor, juga tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan
sehubungan dengan pengaruh musiman (tahun ajaran baru/liburan sekolah) sehingga terjadi
pergeseran konsumsi masyarakat. Pada triwulan II-2010, kinerja impor diperkirakan tumbuh
67,22% (yoy) sementara pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh sebesar
98,08%. Kinerja impor pada triwulan ini diperkirakan didorong oleh kinerja impor antar
pulau sehubungan dengan persiapan dan pelaksanaan pilkada, khususnya impor kaos,
kertas, dan lain-lain untuk keperluan pilkada. Namun di sisi lain, situasi tersebut relatif
menekan kinerja impor luar negeri, khususnya impor barang modal dan barang antara
(intermediate goods). Adapun perkembangan kinerja impor pada triwulan laporan, relatif
tercermin dari beberapa prompt indikator dibawah ini yang juga cenderung menunjukkan
penurunan.
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
‐
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010
Ribu Ton
KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYATOTALy.o.y
Smb : Cognos ‐BI* Sementara
‐70%
‐60%
‐50%
‐40%
‐30%
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010
Ribu Ton
MUAT AP
Y.O.YSumber : Pelindo IV* : Sementara
‐80%
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
0.0
0.0
0.0
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.2
0.2
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010
Ribu Ton
MUAT LN
Y.O.YSumber : Pelindo IV* : Sementara
13Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor
Volume Impor Luar Negeri Non Migas Total
Volume Impor Luar Negeri Consumer Goods
Volume Bongkar Dalam Negeri
Melalui Pelabuhan Volume Bongkar Luar Negeri
Melalui Pelabuhan
Namun apabila dibandingkan dengan kinerja impor triwulan II-2009 yang tercatat
tumbuh sebesar -36,22% (yoy), pertumbuhan triwulan ini tercatat masih lebih tinggi. Kondisi
tersebut, selain karena faktor pilkada, juga disebabkan oleh kondisi perekonomian pada
triwulan laporan yang lebih baik dibandingkan triwulan II-2009 yang kondisi
perekonomiannya relatif baru beranjak dari krisis ekonomi 2008.
1.2. Penawaran Daerah (Sektoral)
Dari sisi penawaran, secara tahunan (yoy), sektor pertanian, sektor perdagangan-
hotel-restoran, sektor pertambangan-penggalian, dan sektor angkutan-komunikasi tercatat
menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Secara umum,
terdapat 3 sektor ekonomi yang mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan
triwulan I-2010, yaitu sektor pertanian, sektor listrik-gas-air bersih dan sektor perdagangan-
hotel-restoran. Di sektor pertanian terdapat peningkatan pertumbuhan yang cukup tinggi
meskipun diperkirakan dalam kondisi cuaca yang relatif kurang kondusif.
Pertumbuhan tertinggi terdapat pada sektor pertambangan-penggalian, yang
kemudian diikuti berturut-turut pada sektor angkutan-komunikasi, sektor keuangan-
‐40%
‐30%
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
‐
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010
Juta Kg
SULSELS I T C y.o.y
* Sementara
Smb : Cognos ‐BI
‐100%
‐50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
‐
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010Juta Kg
Consumer Goods
Consumer Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos ‐BI
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010
Ribu Ton
BONGKAR AP
yoy
Sumber : Pelindo IV* : Sementara
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0.0
0.1
0.1
0.2
0.2
0.3
0.3
0.4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010
Ribu Ton
BONGKAR LN
yoy
Sumber : Pelindo IV* : Sementara
14 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
persewaan-jasa perusahaan, dan sektor listrik-gas-air bersih. Sementara pertumbuhan
terendah tercatat terdapat pada sektor jasa-jasa.
Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y)
1.2.1. Sektor Pertanian
Pada triwulan II-2010, tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan setelah pada
triwulan I-2010 mengalami kontraksi sebesar -4,94% (yoy). Perkembangan kondisi sektor ini
sejalan dengan apa yang diperkirakan oleh Bank Indonesia. Pertumbuhan sektor ini pada
triwulan laporan tercatat sebesar 8,64% (yoy). Perbaikan pertumbuhan tersebut diperkirakan
karena masa panen yang jatuh pada awal triwulan II-2010, terutama pada subsektor
perkebunan (kakao). Begitu juga halnya pada subsektor tanaman bahan makanan terjadi
peningkatan produksi sehubungan dengan masa panen namun tidak sebanyak produksi
pada triwulan I-2010. Di subsektor perikanan juga diperkirakan mengalami peningkatan
pertumbuhan, yang ditandai dengan meningkatnya volume ekspor luar negeri untuk ikan,
udang, kerang dan lain-lain.
Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian
Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain
Volume Ekspor Luar Negeri Kopi,Teh, Kakao dll
Tani Tambang Industri LGA Bgn PHR Angkom Keu Jasa TOTAL1 12.33% 8.78% 12.62% 13.83% 16.76% 11.46% 13.80% 12.65% 4.70% 11.33%2 4.87% ‐7.23% 12.01% 12.94% 25.15% 12.24% 14.40% 14.48% 5.34% 8.10%3 6.06% ‐2.98% 6.79% 13.85% 23.20% 13.75% 13.21% 11.22% 5.52% 8.13%4 1.59% ‐9.45% 3.94% 9.66% 15.03% 7.77% 9.13% 3.71% 7.38% 3.92%1 7.20% ‐13.99% ‐5.80% 9.26% 15.77% 10.93% 4.76% 5.94% 7.65% 4.09%2 3.51% ‐4.51% 6.68% 9.85% 11.74% 10.55% 8.68% 9.17% 6.80% 6.01%3 6.13% ‐4.31% 11.78% 13.61% 14.64% 10.28% 10.76% 11.41% 6.71% 7.95%4 1.42% 5.72% 1.72% 2.47% 14.34% 11.33% 15.99% 18.24% 3.39% 6.69%1 ‐4.00% 20.81% 14.12% 5.07% 11.83% 9.52% 17.56% 22.25% 3.25% 7.77%2 ‐0.10% 15.30% 7.83% 6.52% 10.52% 10.95% 18.09% 19.55% 3.86% 8.02%
Sumber : BPS
PERIODE
2008
2009
2010
PERTUMBUHAN (yoy)
‐25%
‐20%
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
‐
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010
Ribu Ton
IKAN, UDANG, KERANG, DLL TOTALy.o.y
Smb : Cognos ‐BI* Sementara
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
‐
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010
Ribu Ton
KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYATOTALy.o.y
Smb : Cognos ‐BI* Sementara
15Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Peningkatan kinerja sektor pertanian ini juga tercatat lebih tinggi dibandingkan
triwulan II-2009 (3,51%), yang juga mengalami pengaruh musiman yang sama dengan
triwulan laporan. Namun kondisi yang mendukung pada triwulan II-2010 ini diperkirakan
karena faktor harga yang lebih baik dibandingkan triwulan II-2009, sehingga mampu
mendorong terjadinya peningkatan produktifitas.
1.2.2. Sektor Pertambangan - Penggalian
Sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia, sektor ini tercatat amengalami
perlambatan pertumbuhan tahunan pada triwulan II-2010 dibandingkan triwulan I-
2010.
Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian
Volume Produksi Nikel Perkembangan Harga Nikel di Pasar Dunia
Produksi Bahan
Galian C Volume Ekspor Luar Negeri Barang Mineral Non Logam
Perlambatan pertumbuhan tersebut salah satunya karena adanya pemeliharan rutin
pada salah satu alat pertambangan yang relatif menyebabkan produktifitas mengalami
penurunan. Namun apabila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan II-2009, maka
pertumbuhan pada triwulan ini tercatat lebih tinggi yang relatif disebabkan pengaruh faktor
harga nikel di pasar internasional yang pada triwulan II-2010 cenderung lebih tinggi
dibandingkan triwulan II-2009. Rendahnya tingkat harga internasional untuk nikel pada
‐25%‐20%‐15%‐10%‐5%0%5%10%15%20%25%
‐
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Produksi nikel dlm mattey.o.y * Sementara
Sbr.: Press Release PT. Inco
‐
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2*
2008 2009 2010
Ribu $/metric ton Smb : CEIC
‐0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8
1 2 3 4 1 2*
2009 2010
Ribu Ton
Smb : Dinas ESDM
‐150%
‐100%
‐50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
‐
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010
Ribu Ton
BARANG2 DARI MINERAL NON LOGAMTOTALy.o.ySmb : Cognos ‐BI* Sementara
16 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
triwulan II-2009 tersebut karena pengaruh krisis global. Di sisi lain, masih terdapat
peningkatan penjualan hasil tambang nikel (ekspor) pada triwulan ini karena tersedianya stok
pada triwulan lalu.
1.2.3. Sektor Industri Pengolahan
Perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada sektor ini, yaitu dari sebesar 14,12%
(yoy) pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 3,65%. Perlambatan pertumbuhan tersebut
diperkirakan oleh Bank Indonesia disebabkan oleh terhambatnya realisasi proyek-proyek
pemerintah dan swasta yang ditandai dengan melambatnya pertumbuhan realisasi
pengadaaan semen. Beberapa hambatan realisasi proyek-proyek pembangunan pada
triwulan ini diperkirakan karena faktor kehati-hatian dan pengaruh proses pelaksanaan
pilkada. Karena faktor tersebut di atas juga yang relatif menyebabkan pertumbuhan ekonomi
pada triwulan laporan tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan II-2009.
Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan
Realisasi Pengadaan Semen Realisasi Produksi Tepung Terigu
Volume Impor Intermediate Goods
Sementara subsektor industri pengolahan bahan makanan juga diperkirakan
mengalami perlambatan pertumbuhan, yang salah satu indikatornya adalah realisasi produksi
tepung terigu yang mengalami penurunan. Indikator perlambatan kinerja sektor ini juga
ditunjukkan oleh perlambatan pertumbuhan volume impor intermediate goods.
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Ribuan Ton
Sulsel y.o.ySumber : ASI* : SementaraSumber : ASI* : Sementara
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
‐40%
‐30%
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Ribuan Ton
Produksi‐axis kiriyoy‐axis kanan
Sumber : EFM Mks* : Sementara
‐40%
‐30%
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
‐
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010Juta Kg
Intermediate GoodsIntermediate Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos ‐BI
17Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
1.2.4. Sektor Listrik-Gas-Air
Kinerja sektor listrik-gas-air pada triwulan laporan cenderung mengalami
peningkatan, terutama pada subsektor listrik. Kinerja subsektor listrik pada triwulan
ini dipengaruhi oleh meningkatnya debit air PLTA sehubungan dengan curah hujan
yang rata-rata bersifat di atas normal. Pada triwulan laporan, sektor ini tercatat
tumbuh sebesar 12,58% (yoy), sementara pada triwulan I-2010 sebesar 5,07%.
Kondisi curah hujan yang di atas rata-rata tersebut relatif menyebabkan kinerja
subsektor air bersih juga diperkirakan mengalami peningkatan. Kondisi tersebut salah
satunya ditandai dengan peningkatan pemakaian air bersih di Makassar, namun
jumlah sambungan langganan air di Makassar mengalami perlambatan pertumbuhan
yang diperkirakan karena terjadi penurunan jumlah pemasangan baru.
Sementara apabila dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2009 (9,85%),
pertumbuhan sektor ini juga tercatat lebih tinggi. Kondisi ini diperkirakan karena
adanya tambahan pasokan lsitrik dari pembangkit lainnya pada triwulan laporan,
seperti dari PLTG Sengkang.
Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih
Penjualan Listrik (Juta Kwh) Pemakaian Air (M³) di Makassar
Jumlah Sambungan Langganan Air
di Makassar
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
‐
100
200
300
400
500
600
700
800
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010Juta KWH
Total Pemakaian Listrik
Sbr : PLN Divre VII* Sementara
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Juta M
3
Pemakaian Air (M³)
Y.O.Y (PA)
Sumber : PDAM Mks* Sementara
0.0%0.5%1.0%1.5%2.0%2.5%3.0%3.5%4.0%4.5%5.0%
380
390
400
410
420
430
440
450
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010Ribuan
Sambungan Langganan (SL)Y.O.Y (SL)
Sumber : PDAM Mks* Sementara
18 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
1.2.5. Sektor Bangunan
Sehubungan dengan faktor kehati-hatian dalam melaksanakan proyek-proyek
sarana dan prasarana, khususnya proyek pemerintah, maka pertumbuhan sektor ini
diperkirakan relatif melambat. Selain itu, diperkirakan karena faktor pengaruh
pelaksanaan pilkada pada 10 kabupaten di Sulsel relatif menjadi salah satu penyebab
perlambatan sektor ini. Sektor bangunan pada triwulan laporan tercatat tumbuh
sebesar 9,07% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 11,83%. Pertumbuhan triwulan ini juga
diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan II-2009 (11,74%).
Kondisi tersebut diperkirakan karena faktor pilkada yang relatif berdampak pada
pergerakan sektor bangunan.
Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan
Realisasi Pengadaan Semen
Perkembangan Indeks Penjualan EceranKel. Bahan Konstruksi
1.2.6. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR)
Sektor ini juga tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yaitu dari 9,00% (yoy) pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 9,67%
pada triwulan laporan. Peningkatan sektor ini pada triwulan laporan didorong oleh subsektor
perdagangan, yang ditandai dengan peningkatan beberapa prompt indikator seperti
peningkatan pada arus bongkar muat melalui angkutan laut, peningkatan indeks penjualan
eceran untuk kelompok komoditas makanan dan tembakau serta kelompok komoditas
peralatan rumah tangga. Sementara di sisi lain, tekanan pertumbuhan pada subsektor hotel
dan restoran. Hal tersebut salah satunya ditandai dengan melambatnya rata-rata TPK
(Tingkat Penghunian Kamar) hotel berbintang di Sulsel.
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Ribuan Ton
Sulsel y.o.ySumber : ASI* : SementaraSumber : ASI* : Sementara
‐60%‐40%‐20%0%20%40%60%80%100%120%
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Bhn Kons
yoy
Smb : SPE
19Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran
Arus Bongkar Muat Melalui Angkutan Laut
Rata-rata Tingkat Penghunian KamarHotel Berbintang
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel. Makanan dan Tembakau Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel. Peralatan Rumah Tangga
1.2.7. Sektor Angkutan-Komunikasi
Sehubungan dengan pengaruh faktor musiman (tahun ajaran baru/liburan
sekolah) pada akhir triwulan laporan, relatif menjadi mendorong pertumbuhan sektor
ini pada triwulan laporan. Sektor angkutan-komunikasi pada triwulan II-2010 tercatat
tumbuh sebesar 15,43% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan I-2010 (17,56%)
namun lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 (8,68%). Masa liburan sekolah
tersebut, diperkirakan relatif banyak digunakan untuk bepergian ke luar kota/pulau.
Perkembangan kinerja sektor ini ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan
beberapa prompt indikator seperti lalu lintas penumpang angkutan udara dan jumlah
pesawat, dan lalu lintas penumpang angkutan laut.
‐60%
‐50%
‐40%
‐30%
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010
Ribu Ton
BONGKAR
MUATSumber : Pelindo IV* : Sementara
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
‐
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
1 2 3 4 1 2*
2009 2010
Ss yoy
‐50%
0%
50%
100%
150%
200%
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Mknn & Temb yoy
Smb : SPE
‐100%‐50%0%50%100%150%200%250%300%350%
0
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Perlt RT
yoy
20 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan
Lalu Lintas Penumpang Angkutan Udara
Lalu Lintas Pesawat Angkutan Udara
Lalu Lintas Penumpang Angkutan Laut
1.2.8. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Transportasi
Pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan tercatat mengalami
perlambatan dari 25,15% pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 14,46% (yoy),
namun diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2009
yang sebesar 9,17%. Perlambatan kinerja sektor ini diperkirakan didorong oleh
melambatnya pertumbuhan kinerja perbankan, yang tercermin dari perlambatan
pertumbuhan Nilai Tambah Bruto (NTB) Bank Umum serta melambatnya pembiayaan
beberapa lembaga keuangan non bank. Perlambatan pertumbuhan NTB Bank Umum
pada triwulan laporan ini relatif dipengaruhi oleh perlambatan penyaluran kredit
bank umum, dimana kredit tersebut merupakan sumber pendapatan utama bank.
Sementara perbedaan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan II-2009,
relatif disebabkan oleh pengaruh krisis global yang berdampak pada perbankan
Sulsel sampai dengan pertengahan tahun 2009. Karena pengaruh tersebut yang
relatif menyebabkan pertumbuhan triwulan II-2009 lebih rendah dibandingkan
triwulan II-2010.
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
‐
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Ribu Org
DEP ARR y.o.y
Lalu Lintas Penumpang
Smb : Bandara S. Hasanuddin* : Sementara
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
‐2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
DEP
ARR
Lalu Lintas Pesawat
Smb : Bandara S. Hasanuddin* : Sementara
‐30%
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
‐
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010
Embarkasi (keluar)Debarkasi (masuk)Y.O.Y
Sumber : Pelindo IV* : Sementara
21Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan
Nilai Tambah Bruto Bank Umum
Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank (PT. Pegadaian)
Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank Perkembangan Kredit Bank Umum
1.2.9. Sektor Jasa-jasa
Pertumbuhan sektor ini tercatat sebesar 3,14% (yoy), yang mengalami perlambatan
pertumbuhan dibandingkan triwulan I-2010 yang tercatat sebesar 3,25% maupun
dibandingkan triwulan II-2009 (6,80%). Perlambatan ini diperkirakan karena terjadi
perlambatan realisasi belanja rutin pemerintah pada triwulan laporan dibandingkan dengan
realisasi pada triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa
Konsumsi Listrik Sektor Sosial Konsumsi Listrik Sektor Pemerintah
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Trilyun Rp
NTB SULSEL y.o.y
Sbr : LBU ‐ BI* Sementara
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
‐
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Millions
Sbr : Kanwil Pegadaian Mks* Sementara
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Milyar Rp
Sbr : FIF Mks
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
051015202530354045
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010
Triliun Rp
KREDIT yoy
‐60%‐50%‐40%‐30%‐20%‐10%0%10%20%30%
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010Juta GWH
Sosialy.o.y
Sbr : PLN Divre VII* Sementara
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
10
12
14
16
18
20
22
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010
Juta GWH
Gd Kantor Pemerintahany.o.y
Sbr : PLN Divre VII* Sementara
22 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
Konsumsi Listrik Umum (Penerangan Jalan Umum)
Sementara di sisi lain, pendorong pertumbuhan sektor ini diperkirakan karena
dampak dari pelaksanaan pilkada yang secara serentak dilaksanakan pada akhir triwulan II-
2010. Selain itu, dengan adanya liburan sekolah diperkirakan ikut mendorong peningkatan
pertumbuhan pada subsektor hiburan.
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
23
24
25
26
27
28
29
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2007 2008 2009 2010
Juta GWH
Penerangan Jln Umum y.o.y
23Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
BOKS I
QUICK SURVEI ”DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA (ACFTA)
TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN”
Tujuan : a. mengetahui persepsi perusahaan mengenai dampak perdagangan bebas ASEAN-China
(ACFTA), b. mengetahui besarnya dampak ACFTA terhadap perkembangan kinerja Perusahaan, c. mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam merespon ACFTA, dan d. mengetahui ekspektasi perusahaan dalam memandang prospek ekonomi ke depan terkait
ACFTA. Profil Responden Sulampua : a. Jumlah responden sebanyak 80 perusahaan dengan cakupan wilayah survei di Sulampua, 7
provinsi di bagian timur Indonesia. b. Bergerak dibidang pertanian (26%), industri (28%) dan perdagangan (46%). c. Bentuk perusahaan sebagian besar berupa perorangan (42 %), CV (13%), PT (21%), Koperasi
(3%) dan lainnya (21%). d. Berdasarkan jumlah pekerja, dapat digolongkan berdasarkan mikro (1-24orang; 55%), kecil
(25-49 orang; 11%), menengah (50-99orang; 16%) dan besar (diatas 100 orang; 18%). e. Berdasarkan omset penjualan : <Rp25 juta (8%), Rp25 Juta - Rp 210 juta (35%), Rp210 juta -
Rp4 Milliar (47%) dan >Rp4 milyar (10%). f. Dari sisi produk yang dihasilkan berupa barang jadi (65%), barang mentah (19%) dan barang
setengah jadi (16%). g. Pangsa pasar responden sebagian besar domestik (81%) yaitu pada kabupaten/kota. Untuk
pasar luar negeri (19%), sebagian besar dipasarkan di ASEAN (26%), Eropa (22%), China (13%), US (8%) dan lainnya (31%).
h. Sasaran utama penjualan produk responden lebih dominan langsung kepada konsumen perorangan (57%), pemasok ke perusahaan lain (19%) dan ekspor langsung ke luar negeri (16%).
i. Sumber bahan baku utama produk responden berasal dari domestik (94%) dengan rincian dari kabupaten/kota setempat (40%), lokal provinsi (30%) dan antar provinsi (29%). Sedangkan bahan baku impor (6%) berasal dari China (34%), Eropa (33%), dan lainnya (33%).
j. 79% sumber dana responden adalah campuran antara modal sendiri (62%) dan kredit bank (38%). Hanya 5% responden menggunakan kredit bank secara total. Sisanya 16% responden menggunakan sumber dana pribadi.
Persepsi terhadap perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) : a. 72% responden/perusahaan di Sulampua mengetahui tentang ACFTA. b. Pemahaman responden tentang ACFTA antara lain adalah akan lebih banyak barang China dan
ASEAN (60%), harga barang China dan ASEAN akan lebih murah (36%), produk Indonesia akan lebih mudah masuk China dan ASEAN (26%), perdagangan antara ASEAN dan China dengan tarif (22%) dan harga barang ekspor ke China dan ASEAN akan lebih murah (9%).
c. Sumber referensi berita responden yang utama adalah media elektronik (50%) dan media cetak (34%). Sisanya dari teman (10%), lainnya (5%) dan pemerintah (1%).
d. Sebagian besar (59%) sikap perusahaan-perusahaan di Sulampua mendukung perdagangan bebas dengan ASEAN dan China, dengan alasan utama adalah harga produk ASEAN-China yang lebih murah.
e. Saat ini perkembangan supply barang sejenis dari negara ASEAN dan China mulai banyak masuk pasar dibandingkan periode sebelumnya (setahun sebelumnya).
f. Meski sebenarnya berdasarkan pengamatan pengusaha (71%) di Sulampua, produk China sudah berada dipasaran nasional sudah lebih dari 2 tahun yang lalu.
24 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
Dampak perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) :f. 60% responden tidak merasakan dampak ACFTA, dengan alasan harga bahan baku belum
berubah. g. 20% responden merasa diuntungkan karena harga bahan baku dari ASEAN/China lebih murah
(42%), preferensi konsumen pada produk Indonesia (23%), harga produk Indonesia yang lebih murah dan kualitas produk Indonesia lebih baik (13%) dan keunikan/kekhasan produk Indonesia (10%).
h. 20% responden merasa dirugikan dengan alasan utama karena harga produk ASEAN/China lebih murah (43%), kualitas produk ASEAN/China lebih baik (20%), dan keunikan/kekhasan produk ASEAN/China (17%).
i. Mayoritas responden menyatakan dampaknya pun masih tergolong ringan (62%), dengan pertimbangan pangsa pasarnya tidak hanya di ASEAN-China, jenis usahanya yang tidak terkait langsung dengan ACFTA dan produk lokal yang masih diminati pembeli. Namun terdapat responden yang merasakan dampaknya berat (8%) dengan alasan produk ASEAN/China yang merusak pasar.
j. Sebagian besar responden (rata-rata 80% dari responden) menyatakan bahwa perkembangan indikator kinerja perusahaan, seperti omzet, keuntungan, arus kas, produksi, persediaan, kapasitas terpkai, jumlah tenaga kerja dan biaya masih stabil atau belum mengalami perubahan yang berarti.
k. Khusus untuk komponen biaya, 90% responden menyatakan bahwa tiga komponen biaya yaitu bahan baku, bunga dan biaya tenaga kerja juga tidak mengalami perubahan komposisi biaya di perusahaan mereka, pada saat sebelum maupun sesudah berlakukannya ACFTA.
l. Karena kondisi poin e dan f tersebut maka kondisi keuangan responden tidak mengalami perubahan (68%). Sedangkan sisanya melakukan pengetatan kondisi keuangan (20%) dan semakin longgar (12%)
m. Sebagian besar responden (76%) menyatakan bahwa mereka mendapatkan pinjaman dari bank. Dan hingga saat ini sebagian besar dari mereka (89%) tidak menghadapi kesulitan untuk membayar pinjaman mereka. Sementara responden yang mengalami kesulitan pembayaran pinjaman (11%) sejak 1-6 bulan yang lalu (73%). Pengaruh faktor suku bunga terhadap kesulitan dimaksud hanya 13%, sedangkan sisanya pengaruhnya sedang (43%) dan rendah (45%). Adapun solusi yang diharapkan oleh responden apabila mengalami kesulitan tersebut berupa penurunan suku bunga, restrukturisasi kredit, atau pindah ke bank lain.
n. Untuk akses pinjaman ke bank pada saat ini, 48% responden masih merasakan tidak ada perubahan dalam hal mendapatkan akses, sedangkan 44% lainnya menyatakan bahwa saat ini akses menjadi lebih mudah. Sisanya masih merasakan semakin sulit memperoleh akses pinjaman bank.
Dampak perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) : a. 60% responden tidak merasakan dampak ACFTA, dengan alasan harga bahan baku belum
berubah. b. 20% responden merasa diuntungkan karena harga bahan baku dari ASEAN/China lebih murah
(42%), preferensi konsumen pada produk Indonesia (23%), harga produk Indonesia yang lebih murah dan kualitas produk Indonesia lebih baik (13%) dan keunikan/kekhasan produk Indonesia (10%).
c. 20% responden merasa dirugikan dengan alasan utama karena harga produk ASEAN/China lebih murah (43%), kualitas produk ASEAN/China lebih baik (20%), dan keunikan/kekhasan produk ASEAN/China (17%).
d. Mayoritas responden menyatakan dampaknya pun masih tergolong ringan (62%), dengan pertimbangan pangsa pasarnya tidak hanya di ASEAN-China, jenis usahanya yang tidak terkait langsung dengan ACFTA dan produk lokal yang masih diminati pembeli. Namun terdapat responden yang merasakan dampaknya berat (8%) dengan alasan produk ASEAN/China yang merusak pasar.
e. Sebagian besar responden (rata-rata 80% dari responden) menyatakan bahwa perkembangan indikator kinerja perusahaan, seperti omzet, keuntungan, arus kas, produksi, persediaan, kapasitas terpkai, jumlah tenaga kerja dan biaya masih stabil atau belum mengalami perubahan yang berarti.
25Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
f. Khusus untuk komponen biaya, 90% responden menyatakan bahwa tiga komponen biaya yaitu bahan baku, bunga dan biaya tenaga kerja juga tidak mengalami perubahan komposisi biaya di perusahaan mereka, pada saat sebelum maupun sesudah berlakukannya ACFTA.
g. Karena kondisi poin e dan f tersebut maka kondisi keuangan responden tidak mengalami perubahan (68%). Sedangkan sisanya melakukan pengetatan kondisi keuangan (20%) dan semakin longgar (12%)
h. Sebagian besar responden (76%) menyatakan bahwa mereka mendapatkan pinjaman dari bank. Dan hingga saat ini sebagian besar dari mereka (89%) tidak menghadapi kesulitan untuk membayar pinjaman mereka. Sementara responden yang mengalami kesulitan pembayaran pinjaman (11%) sejak 1-6 bulan yang lalu (73%). Pengaruh faktor suku bunga terhadap kesulitan dimaksud hanya 13%, sedangkan sisanya pengaruhnya sedang (43%) dan rendah (45%). Adapun solusi yang diharapkan oleh responden apabila mengalami kesulitan tersebut berupa penurunan suku bunga, restrukturisasi kredit, atau pindah ke bank lain.
i. Untuk akses pinjaman ke bank pada saat ini, 48% responden masih merasakan tidak ada perubahan dalam hal mendapatkan akses, sedangkan 44% lainnya menyatakan bahwa saat ini akses menjadi lebih mudah. Sisanya masih merasakan semakin sulit memperoleh akses pinjaman bank.
Respon dan Ekpektasi : a. Responden di Sulampua secara umum dapat disimpulkan bahwa mereka belum mengambil satu
langkah ataupun kebijakan yang berarti untuk merespon kondisi ACFTA pada saat ini, baik dari sisi investasi (53%), strategi pemasaran (56%), penyesuaian harga (54%), tenaga kerja (91%), preferensi mengganti jenis usaha baru (91%) maupun meningkatkan biaya iklan atau promosi (76%). Namun terdapat beberapa responden yang melakukan upaya antisipasi antara lain dalam bentuk : 1. menambah kapasitas produksi (investasi; 47%) 2. melakukan perubahan strategi pemasaran (44%), yang cenderung berhubungan langsung
dengan konsumen dan pemasok ke perusahaan lain. 3. mengurangi tenaga kerja (9%), berupa pemutusan hubungan kerja (PHK) dan tidak
memperpanjang kontrak. b. Ekspektasi perusahaan dalam memandang prospek ekonomi ke depan terkait ACFTA :
1. Sebanyak 50% perusahaan yang disurvei memperkirakan bahwa ke depannya, omzet mereka akan tetap, kemudian 38% menyatakan meningkat dan 12% menurun. Jika terjadi perubahan omzet, maka rata-rata tingkat perubahan omzet mereka diperkirakan berubah 18%.
2. Mayoritas responden (66%), menyatakan bahwa mereka tidak akan menambah pinjaman. Sedangkan sisanya akan menambah pinjaman yang berumber dari perbankan, yang digunakan untuk modal kerja (64%) dan investasi (36%).
3. Selain itu, 65% responden menyatakan mereka tidak memiliki rencana investasi. Bagi 35% responden yang menyatakan akan melakukan rencana investasi pada waktu 6 bulan hingga 1 tahun mendatang.
c. Ekspektasi kebijakan Pemerintah yang paling diharapkan oleh responden secara berurutan adalah untuk mempermudah akses terhadap kredit perbankan, kemudian kepastian kontinuitas pasokan energi, menambah jumlah skim kredit bersubsidi terutama kepada usaha mikro dan kecil, pelonggaran kebijakan perdagangan dan pelatihan untuk meningkatkan teknis produksi.
d. Pada umumnya mereka (79%) menyatakan optimis terhadap kondisi usaha kedepan terkait ACFTA. Beberapa alasannya adalah karena pangsa pasar produk mereka masih luas (61%), kebijakan pemerintah yang dinilai kondusif (32%), pendapatan masyarakat dinilai masih cukup besar (27%) dan kurs cukup stabil (24%)
26 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
Secara garis besar hasil dari survey tersebut sebagai berikut :
Daerah Pemasaran Produk Responden Survei
Sumber Bahan Baku Perusahaan
Dampak ACFTA di Sulampua
Pemasaran
Pangsa Pasar
Target Utama
> 70% pemasaranDomestik (81%)
< 70% pemasaran LN atau Ekspor
(19%)
Lokal Kab/Kota (56%)
Lokal Provinsi (33%)
Antar Provinsi (11%)
ASEAN (26%)
China (13%)
Eropa (22%)
U.S (8%)
Lainnya (31%)
1. Langsung pada konsumen perorangan (57%)2. Pemasok perusahaan lain (19%)3. Ekspor langsung ke luar negeri (16%)4. Pemasok ke perusahaan lain/eksportir (5%)5. Lainnya (5%)
Sumber BahanBaku
> 70% berasaldari Domestik
(94%)
< 70% berasal dari Impor
(6%)
Lokal Kab/Kota (40%)
Lokal Provinsi (30%)
Antar Provinsi (29%)
China (34%)
Lainnya(33%)
Eropa (33%)
Dampak ACFTA
TIdak (60%)
Ya (40%)
Dampaknya Menguntungkan
(20%)
Dampaknya Merugikan
(20%)
1. Harga bahan baku dari ASEAN/China lebih murah2. Preferensi konsumen pada produk Indonesia3. Harga produk Indonesia lebih murah4. Kualitas produk Indonesia lebih baik
1. Harga produk ASEAN/China lebih murah2. Kualitas produk ASEAN/China lebih baik3. Keunikan/kekhasan produk ASEAN/China4.Suku bunga kredit bank di ASEAN/China lebih rendah
27Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
BOKS II
Quick Suvei “Perkembangan dan Prospek Industri Pengolahan terkait
Dampak Pemulihan Ekonomi Global”
Tujuan : a. Mengetahui rata-rata penggunaan kapasitas utilisasi di sektor industri utama daerah. b. Mengetahui apakah kapasitas utilisasi di sektor industri utama daerah masih memadai atau
over-capacity. Apakah kapasitas utilisasi tersebut diperkirakan masih dapat mengakomodasi bila terdapat peningkatan permintaan di masa yang akan datang.
c. Mengetahui apakah terdapat rencana perluasan produksi melalui investasi. d. Mengetahui prospek pembangunan sektor industri utama daerah.
Profil Industri Pengolahan Sulampua : a. Industri pengolahan di Sulampua didominasi oleh industri hulu, yaitu industri yang
menggunakan bahan baku mentah. b. Jumlah produksi lebih banyak ditentukan oleh ketersediaan bahan baku.
Perkembangan Industri Pengolahan Sulampua : a. Sebagian besar industri pengolahan di Sulampua memiliki kapasitas utilisasi di bawah atau
mencapai kapasitas penuh.
b. Hal ini didasarkan atas survei yang dilakukan terhadap 25 responden industri pengolahan di
Sulampua, dimana rata-rata kapasitas terpakai responden saat ini adalah sebesar 87% dari kapasitas terpasang.
c. Penyebab kapasitas utilisasi di bawah 100% yang terjadi pada 48% responden adalah terbatasnya bahan baku yang tersedia, terutama pada industri hulu yang mengolah hasil alam (ikan, kayu, dan rotan).
d. Bila terjadi peningkatan permintaan, 40% responden tidak mampu memenuhinya karena
bahan baku yang terbatas.
Di atas kapasitas terpasang
20%
Kapasitas penuh32%
Di bawah kapasitas terpasang
48%
25%
67%
8%
Permintaan turun Sulit bahan baku Lainnya
28 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
e. Over-capacity hanya terjadi pada 20% responden yang disebabkan peningkatan permintaan. f. Rencana perluasan produksi melalui investasi direncanakan oleh 44% responden, yaitu berupa
penambahan pabrik atau unit produksi baru. Responden yang memiliki rencana investasi adalah : 1. Responden yang optimis bahwa akan terjadi peningkatan permintaan pada Semester II-
2010 dibandingkan dengan Semester II-2009. 2. Responden yang memiliki bahan baku memadai.
g. Sebagian besar responden (80%) optimis bahwa prospek usaha di tahun 2010 akan lebih baik
dibandingkan tahun 2009. Sebanyak 64% responden memperkirakan bahwa akan terjadi peningkatan permintaan domestik maupun ekspor pada Semester II-2010 dibandingkan Semester II-2009. Peningkatan permintaan berkisar antara 10% – 25%.
Prospek Usaha 2010 Permintaan Trw. II-2010
h. Faktor-faktor yang dianggap penting untuk mendukung perkembangan usaha industri
pengolahan adalah: 1. Kejelasan arah kebijakan pemerintah, khususnya di bidang ekonomi. 2. Pembangunan infrastruktur yang memadai. 3. Stabilitas sosial dan politik.
i. Hal-hal diatas juga didukung oleh hasil liaison terhadap 7 responden yang bergerak di sektor Industri Pengolahan, yaitu : 1. Seluruh responden memiliki kapasitas utilisasi di bawah 100%, 5 diantaranya disebabkan
oleh terbatasnya bahan baku yang tersedia. 2. Pada tahun 2010 sebanyak 5 perusahaan merencanakan melakukan investasi, namun
berupa penggantian alat pendukung produksi (tidak menambah kapasitas produksi). Hanya 1 perusahaan yang menambah kapasitas produksinya, yaitu dengan membangun pabrik yang lokasinya lebih mendekat ke sumber bahan baku.
Informasi lainnya : a. Terkait persaingan usaha, yang menjadi ancaman utama terhadap kelangsungan usaha adalah
persaingan dengan perusahaan sejenis di dalam negeri (64%). b. Dalam melakukan investasi, sumber dana perusahaan sebagian besar berasal dari modal sendiri
atau pinjaman perbankan.
Tidak Ada Rencana Investasi40%
Menambah Kapasitas Produksi44%
Hanya Perbaikan
Alat Produksi16%
Ada Rencana Investasi60%
Lebih baik80%
sama saja20%
Meningkat64%
Stabil32%
Menurun4%
29Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Bab 2
Perkembangan Inflasi
Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan II-2010 seperti apa yang diperkirakan pada
triwulan I-2010, yaitu lebih tinggi dibandingkan laju inflasi pada triwulan I-2010. Laju inflasi
pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 5,00% (yoy), relatif sama dengan laju inflasi nasional
yang sebesar 5,05%. Namun tekan inflasi Sulsel pada triwulan ini tercatat lebih tinggi
dibandingkan tekanan inflasi pada triwulan II-2009 yang sebesar 3,80%.
Tekanan laju inflasi pada triwulan II ini terutama terdapat pada pertengahan
triwulan, terdapat kecenderungan naiknya harga pada beberapa komoditas seperti sayur-
sayuran, bumbu-bumbuan dan emas perhiasan. Secara kelompok barang/jasa, tekanan inflasi
terutama terdapat pada kelompok bahan makanan, kelompok sandang dan kelompok
pendidikan-rekreasi-olahraga.
Terkait dengan target inflasi nasional pada tahun 2010 sebesar 5% (±1%), maka laju
inflasi Sulsel sampai dengan Juni 2010 yang sebesar 1,56% (ytd) menunjukan bahwa laju
inflasi di Sulsel masih relatif terkendali.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan
Jika membandingkan laju inflasi tahunan triwulan ini dengan triwulan II-2009, maka
laju inflasi pada kelompok bahan makanan dan kelompok sandang mengalami peningkatan
laju inflasi yang cukup tinggi. Di sisi lain terdapat perlambatan laju inflasi yang terdapat pada
kelompok makanan jadi, kelompok kesehatan, dan kelompok transpor, sementara laju inflasi
kelompok pendidikan relatif stabil.
‐2
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2007 2008 2009 2010
y.o.y ‐ Nas
y.o.y ‐ Ss
y.t.d ‐ Ss
Sumber : BPS diolah%
30 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy)
2.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
Berdasarkan laju inflasi tahunan dari setiap kelompok barang dan jasa pada triwulan
II-2010 di Sulsel, secara berurutan dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah sebagai
berikut :
Kelompok Bahan Makanan, laju inflasi tahunannya pada triwulan laporan tercatat
meningkat cukup tinggi, yaitu dari 2,69% (yoy) pada triwulan I-2010 menjadi 7,65%.
Kondisi tersebut juga tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009. Peningkatan laju
inflasi ini terutama terdapat pada subkelompok sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan.
Tekanan inflasi pada kedua kelompok tersebut diperkirakan karena faktor cuaca, yaitu
tingginya curah hujan yang menyebabkan terjadinya gagal panen beberapa komoditi pada
kedua kelompok dimaksud.
Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kel. Bahan Makanan
Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kel. Bahan Makanan
Bahan Makanan
Makanan Jadi
Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor UMUM
1 17.27 8.67 5.04 13.87 4.34 6.19 0.31 8.13 2 21.16 10.37 9.30 13.53 7.65 6.07 7.82 11.92 3 18.30 14.10 11.91 11.89 8.96 3.16 7.84 12.29 4 21.45 14.46 11.13 11.32 11.11 3.72 5.29 12.40 1 13.17 11.97 9.34 11.12 10.21 3.55 1.77 9.01 2 4.14 10.63 4.66 7.65 6.51 3.46 (5.01) 3.80 3 3.38 6.74 3.26 6.92 3.89 4.66 (4.72) 2.70 4 3.60 6.23 3.55 7.31 2.86 6.91 (2.32) 3.39 1 2.68 6.22 3.48 2.16 2.98 7.08 1.18 3.45 2 7.64 5.23 4.11 7.56 2.73 7.08 1.06 5.00 34
Sumber : BPS, diolah
Ket : Sejak Tahun 2008 menggunakan tahun dasar 2007
2009
2010
TAHUN
2008
‐5
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
I‐2010 II‐2010‐ Padi2an, Umbi2an & Hslnya 12.49 11.74‐ Daging & Hasil‐hasilnya ‐0.80 3.94‐ Ikan Segar ‐4.02 ‐0.73‐ Ikan Diawetkan ‐1.82 ‐0.85‐ Telur, Susu & Hasil‐hasilnya 0.70 1.28‐ Sayur‐sayuran 4.57 38.13‐ Kacang‐kacangan 1.66 0.94‐ Buah‐buahan 28.48 21.53‐ Bumbu‐bumbuan ‐9.22 19.16‐ Lemak & Minyak ‐5.08 ‐7.07‐ Bahan Makanan Lainnya 2.54 2.15
Inflasi Kelompok 2.68 7.64Sumber : BPS diolah
Sub Kelompoky.o.y (%)
31Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Di sisi lain, laju inflasi pada subkelompok buah-buahan dan padi-padian juga masih
cukup tinggi, meskipun mengalami perlambatan laju inflasi dibandingkan triwulan
sebelumnya. Tingginya laju inflasi ini, pada subkelompok padi-padian diperkirakan karena
pengaruh kenaikan HPP beras per 1 Januari 2010, sementara pada subkelompok buah-
buahan karena pengaruh kenaikan harga pada triwulan I-2010. Namun apabila ditinjau
secara bulanan, subkelompok buah-buahan dan padi-padian cenderung mengalami
penurunan. Kondisi ini diperkirakan karena ketersediaan pasokan, yang salah satunya dipicu
panen raya pada subkelompok padi-padian pada awal triwulan II-2010.
Karena perkembangan kondisi tersebut di atas, maka subkelompok padi-padian dan
sayur-sayuran diperkirakan menjadi penyumbang dominan terhadap pembentukan inflasi
kelompok ini pada triwulan laporan.
Grafik 2.3.
Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar
Sawi Hijau dan Tomat Sayur Bawang Merah dan Bawang Putih
Beras
Apabila inflasi year on year pada triwulan I-2010 dianalisa secara bulanan, selain
subkelompok sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan, terdapat kecenderungan kenaikan laju
inflasi dari bulan ke bulan, yaitu pada subkelompok daging, ikan segar, dan telur-susu.
Peningkatan laju inflasi tersebut diperkirakan karena keterbatasan pasokan. Trend
peningkatan laju inflasi ini diperkirakan akan terus berlanjut pada triwulan III, sehubungan
dengan pengaruh seasonal yaitu bulan puasa yang cenderung terjadi kenaikan harga.
‐
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Sawi Hijau
Tomat Sayur
Ribu Rp
‐2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Bawang Merah
Bawang Putih
Ribu Rp
0%
5%
10%
15%
20%
25%
‐
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Beras
yoy ‐ a.kanan
32 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
Kelompok Sandang, kembali mengalami peningkatan laju inflasi setelah triwulan
sebelumnya mengalami perlambatan. Laju inflasi kelompok sandang pada triwulan II-2010
tercatat sebesar 7,56% (yoy), sementara pada triwulan lalu sebesar 2,1%. Tekanan inflasi
pada kelompok ini didorong oleh peningkatan laju inflasi subkelompok barang pribadi dan
sandang lainnya dari -3,37% menjadi 13,98%. Komoditas yang memberikan tekanan inflasi
pada subkelompok ini adalah emas perhiasan, yang pada triwulan II-2010 mengalami
kenaikan harga karena pengaruh kenaikan harga emas di pasar internasional.
Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi Kel. Sandang
Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kel. Sandang
Grafik 2.5. Perkembangan Harga Emas
Makassar Rata-rata Harga Internasional Pertriwulan
Namun laju inflasi ini tercatat lebih rendah dibandingkan laju inflasi pada triwulan II-
2009 yang sebesar 7,65%. Hal tersebut terjadi karena tekanan inflasi pada triwulan II-2009
lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan, yaitu adanya pengaruh kenaikan BBM pada
tahun 2008 , pengaruh krisis global pada semester II-2008 dan tingkat harga emas perhiasan
yang lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2010.
‐2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
I‐2010 II‐2010 ‐ Sandang Laki‐laki 4.51 3.95 ‐ Sandang Wanita 3.52 3.16 ‐ Sandang Anak‐anak 7.71 8.70 ‐ Brg Pribadi & Sdg Lainnya ‐3.37 13.98
Inflasi Kelompok 2.16 7.56Sumber : BPS diolah
y.o.y (%)Sub Kelompok
0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%50%
‐
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010Rp Ribuan
Emas Perhiasanyoy ‐ a.kanan
‐
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2*
2008 2009 2010
$/troy oz
33Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, laju inflasi tahunannya relatif tetap
dibandingkan triwulan I-2010 yaitu sebesar 7,08%. Laju inflasi pada kelompok ini relatif
teredam oleh perlambatan laju inflasi subkelompok jasa pendidikan, meskipun laju inflasinya
tertinggi di kelompoknya. Perlambatan laju inflasi pada subkelompok jasa pendidikan ini
karena mulai berkurangnya pengaruh kenaikan jasa pendidikan yang terjadi pada akhir
triwulan IV-2009. Karena kondisi yang sama, yaitu kenaikan biaya pendidikan pada triwulan
IV-2009, relatif menyebabkan laju inflasi triwulan II-2010 lebih tinggi dibandingkan laju inflasi
triwulan II-2009 yang sebesar 3,46% (yoy).
Sementara di sisi lain, terdapat tekanan inflasi pada kelompok ini sehubungan
dengan tahun ajaran baru dan masa liburan sekolah. Kondisi tersebut mendorong terjadinya
peningkatan laju inflasi pada subkelompok lainnya (selain subkelompok jasa pendidikan).
Subkelompok kursus terjadi peningkatan laju inflasi pada awal triwulan II-2010 karena masa
persiapan memasuki Perguruan Tinggi/Universitas kurang lebih selama 2-3 bulan sebelum
Ujian Masyuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Sementara peningkatan laju inflasi pada
subkelompok peralatan/perlengkapan pendidikan, rekreasi dan olahraga cenderung terjadi
pada akhir triwulan II-2010, karena moment konsumsi komoditas pada subkelompok
tersebut terjadi pada akhir triwulan II-2010. Moment tersebut yaitu liburan sekolah dan
persiapan masuk sekolah pada awal Juli 2010 untuk daerah Sulsel.
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kel. Pendidikan
Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kel. Pendidikan-
Rekreasi-Olahraga
Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau, laju inflasi tahunannya
tercatat mengalami perlambatan apabila dibandingkan dengan triwulan I-2010. Laju inflasi
kelompok ini pada triwulan laporan tercatat sebesar sebesar 5,23% (yoy), sementara pada
triwulan I-2010 yang sebesar 6,22%. Perlambatan laju inflasi dimaksud didorong oleh
‐
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
I‐2010 II‐2010‐ Jasa Pendidikan 13.23 12.96 ‐ Kursus‐kursus/Pelatihan 3.42 3.66 ‐ Perlengkapan/Perltn Pendd. 1.83 1.99 ‐ Rekreasi 1.47 1.71 ‐ Olahraga 2.31 2.32
Inflasi Kelompok 7.08 7.08Sumber : BPS diolah
Sub Kelompok y.o.y (%)
34 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
melambatnya laju inflasi subkelompok minuman tidak beralkohol, yang laju inflasinya
tercatat melambat dari 10,95% menjadi 4,49%. Perlambatan dimaksud didorong oleh
menurunnya tingkat harga gula pasir di pasar regional, terutama pada pertengahan triwulan
laporan, yang diperkirakan karena ketersediaan pasokan. Ketersediaan pasokan gula pasir ini
diperkirakan dari hasil impor gula secara nasional. Selain itu, terjadi juga perlambatan laju
inflasi pada subkelompok makanan jadi, yang relatif disebabkan oleh menurunnya harga
bahan baku makanan jadi, seperti daging, beras dan tepung terigu. Meskipun terdapat
tekanan inflasi pada subkelompok ini yang dididorong oleh peningkatan konsumsi
masyarakat sehubungan dengan masa libur sekolah dan naiknya harga komoditi bumbu-
bumbuan dan sayur-sayuran. Kondisi ini yang relatif mendorong perlambatan laju inflasi
pada subkelompok makanan jadi relatif rendah.
Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-
Minuman-Rokok-Tembakau
Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kel. Makanan Jadi-
Minuman-Rokok-Tembakau
Sementara itu tekanan inflasi pada kelompok ini diberikan oleh subkelompok
tembakau dan minuman beralkohol. Tekanan inflasi oleh subkelompok tembakau dan
minuman beralkohol diperkirakan didorong oleh peningkatan harga pada komoditas rokok
kretek. Berdasarkan hasil survey, terjadi kenaikan harga rokok kretek dari Rp8.029,00
menjadi Rp8.142,00 sementara untuk harga rokok kretek filter naik dari Rp9.192,00 menjadi
Rp9.500,00.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010%
y.t.d
y.o.ySumber : BPS diolah
I‐2010 II‐2010 ‐ Makanan Jadi 5.68 5.18 ‐ Minuman yg Tidak Beralkohol 10.95 4.49 ‐ Tembakau & Min. Beralkohol 5.04 6.34
Inflasi Kelompok 6.22 5.23Sumber : BPS diolah
y.o.y (%)Sub Kelompok
35Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Grafik 2.4. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi
Hasil SPH di Makassar
Ayam Goreng Mie
Gula Pasir Nasi
Rokok Kretek
Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar, tercatat mengalami
peningkatan laju inflasi yaitu dari 3,48% pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 4,11% (yoy).
Peningkatan laju inflasi tahunan tersebut didorong oleh peningkatan laju inflasi pada
subkelompok biaya tempat tinggal. Peningkatan pada subkelompok ini diperkirakan telah
terjadi kenaikan harga pada komoditi bahan bangunan yang merupakan bagian dari
subkelompok ini, seperti baja. Kenaikan harga baja ini lebih disebabkan oleh adanya
pengaruh harga baja internasional yang cenderung meningkat.
‐4%‐2%0%2%4%6%8%10%12%14%
6,400 6,600 6,800 7,000 7,200 7,400 7,600 7,800 8,000 8,200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Ayam Goreng
yoy ‐ a.kanan
‐40%
‐35%
‐30%
‐25%
‐20%
‐15%
‐10%
‐5%
0%
‐
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Mie
yoy ‐ a.kanan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
‐
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Gula Pasir
yoy ‐ a.kanan
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
6,200 6,400 6,600 6,800 7,000 7,200 7,400 7,600 7,800 8,000 8,200 8,400
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Nasi
yoy ‐ a.kanan
7.0
7.5
8.0
8.5
9.0
9.5
10.0
2 3 4 1 2
2010
Rokok KretekRokok Kretek Filter
Ribu Rp
36 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
Sementara di subkelompok lainnya terjadi perlambatan laju inflasi. Perlambatan laju
inflasi pada subkelompok bahan bakar-penerangan-air didorong oleh penurunan harga pada
komoditas minyak tanah dan gas elpiji 3 kg. Penurunan tersebut diperkirakan karena faktor
ketersediaan pasokan. Di sisi lain, terdapat tekanan inflasi karena faktor pasokan juga yang
cukup terbatas di pasar regional terutama pada gas elpiji 12 kg yang relatif menyebabkan
harga komoditas dimaksud meningkat.
Selain itu, diperkirakan terjadi penurunan permintaan pada subkelompok
perlengkapan rumah tangga dan subkelompok penyelenggaraan rumah tangga. Penurunan
permintaan tersebut diperkirakan karena terjadi pergeseran konsumsi masyarakat yang lebih
terfokus pada komoditas yeng terkait dengan tahun ajaran baru (seperti seragam sekolah
dan buku tulis) dan liburan (seperti rekreasi dan transportasi).
Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kel.
Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar
Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kel.
Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar
Kelompok Kesehatan pada triwulan laporan tercatat mengalami perlambatan laju
inflasi tahunan. Pada triwulan I-2010, laju inflasi kelompok ini sebesar 2,98% (yoy), yang
kemudian turun menjadi sebesar 2,73% pada triwulan laporan. Perlambatan laju inflasi pada
triwulan laporan ini didorong oleh sebagian besar subkelompoknya kecuali subkelompok
obat-obatan. Tekanan inflasi pada subkelompok obat-obatan tersebut didorong oleh
kenaikan harga obat-obatan, yang diperkirakan sebagai dampak dari naiknya HET (Harga
Eceran Tertinggi) untuk obat generik pada tanggal 27 Januari 2010.
Perlambatan laju inflasi pada subkelompok jasa kesehatan, subkelompok jasa
perawatan jasmani dan subkelompok perawatan jasmani-kosmetika diperkirakan karena
terimbas dampak tahun ajaran baru/liburan sekolah. Sehingga permintaan terhadap
komoditas pada ketiga subkelompok dimaksud mengalami penurunan sehubungan dengan
terjadi pergeseran konsumsi masyarakat.
‐
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
%
y.t.d
y.o.ySumber : BPS diolah
I‐2010 II‐2010 ‐ Biaya Tempat Tinggal 2.29 3.88 ‐ Bhn Bakar, Penerangan & Air 7.31 6.21 ‐ Perlengkapan Rumah Tangga 2.26 1.90 ‐ Penyelenggaraan Rmh Tgg 3.18 2.74
Inflasi Kelompok 3.48 4.11Sumber : BPS diolah
Sub Kelompoky.o.y (%)
37Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan
Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan
Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan, setiap subkelompoknya
mengalami perlambatan laju inflasi dibandingkan laju inflasi triwulan sebelumnya. Laju inflasi
kelompok ini pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 1,06% (yoy), sementara pada triwulan I-
2010 mengalami inflasi sebesar 1,18% (yoy).
Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi
Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kel.
Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan
Perlambatan laju inflasi pada subkelompok transpor diperkirakan karena
berkurangnya pengaruh tekanan harga minyak dunia terutama terhadap biaya bahan bakar
angkutan laut dan udara. Tingkat harga minyak dunia pada triwulan II-2010 cenderung stabil
dibandingkan triwulan I-2010. Kondisi tersebut juga relatif mempengaruhi perkembangan
laju inflasi subkelompok sarana penunjang transpor. Subkelompok sarana penunjang
transpor tercatat mengalami perlambatan laju inflasi dari 4,93% menjadi 4,56%. Karena
pengaruh tingkat harga minyak dunia tersebut, yang relatif menyebabkan laju inflasi
kelompok ini pada triwulan laporan tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 yang
‐
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
I‐2010 II‐2010 ‐ Jasa Kesehatan 6.49 6.39 ‐ Obat‐obatan 1.02 1.10 ‐ Jasa Perawatan Jasmani 6.80 6.24 ‐ Perwtn Jasmani & Kosmetika 1.04 0.62
Inflasi Kelompok 2.98 2.73 Sumber : BPS diolah
y.o.y (%)Sub Kelompok
(8)
(6)
(4)
(2)
‐
2
4
6
8
10
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
I‐2010 II‐2010‐ Transpor 1.51 1.44 ‐ Komunikasi & Pengiriman (1.29) (1.55) ‐ Srn & Penunjang Transpor 4.93 4.56 ‐ Jasa Keuangan 0.40 0.40
Inflasi Kelompok 1.18 1.06 Sumber : BPS diolah
y.o.y (%)Sub Kelompok
38 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
tercatat sebesar -5,01%(yoy). Pada triwulan II-2009, rata-rata harga minyak dunia selama
triwulan tersebut tercatat sebesar $62,44/barrel, sementara pada triwulan II-2010 sebesar
$78,58/barrel.
Sementara laju inflasi di subkelompok komunikasi dan pengiriman masih tercatat
deflasi yang lebih rendah lagi, yaitu dari 1,29% menjadi 1,55%. Deflasi pada subkelompok
ini sudah berlangsung selama 2 tahun terakhir. Kondisi ini menggambarkan makin
menurunnya tingkat harga sarana-prasarana komunikasi, terutama telepon seluler.
Jika di tinjau inflasi year on year secara bulanan selama triwulan laporan, terdapat
kecenderungan terjadi peningkatan laju inflasi pada subkelompok transpor dan subkelompok
sarana penunjang transpor, terutama pada akhir triwulan II-2010 (Juni). Kondisi tersebut
diperkirakan karena adanya peningkatan permintaan sehubungan dengan masa liburan
sekoklah. Sementara di subkelompok komunikasi dan pengiriman, deflasinya tercatat
semakin rendah. Hal tersebut dimungkinkan untuk menjaring konsumen pada masa liburan
melalui pemberian tarif telepon (seluler) yang lebih murah.
Grafik 2.11. Perkembangan Rata-rata Harga Minyak Dunia
‐
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2006 2007 2008 2009 2010
$/barrel
39Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Bab 3
Perkembangan Perbankan
Kinerja Pebankan Sulsel pada triwulan II-2010 (per Mei 2010) relatif mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan I-2010. Hal ini tercermin dari indikator
perbankan yang secara umum tumbuh lebih besar, baik dilihat pada aset, DPK mapun kredit.
Di sisi lain, kualitas kredit yang disalurkan, dimana tercermin pada nilai NPLs (Non Performing
Loan-Gross) yang masih berada pada kisaran yang baik yaitu 3.4%. Selain itu, trend
pergerakan LDR masih cenderung stabil jika dibandingkan dengan triwulan I-2010.
Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum) Sulawesi Selatan
I II* I II*1. Total Aset 16.77% 17.65% 43,891 44,9152. DPK 4.05% 9.42% 29,784 31,491 a. Giro ‐7.24% ‐0.43% 4,739 4,935 b. Tabungan 3.91% 11.93% 14,688 16,124 c. Deposito 10.40% 10.76% 10,357 10,4333. Kredit 17.85% 19.06% 37,198 38,1254. LDR (%) 124.9% 121.1%5. NPLs Gross (%) 3.5% 3.4%Catatan: Mulai Januari 2010 sistem pencatatan data perbankan menggunakan sistem B *) data trw II (per Mei 2010)
2010
KOMPONEN Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (Rp Juta)
3.1 Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah)
3.1.1. Kelembagaan dan Aset
Dari sisi kelembagaan, bank umum di Sulawesi Selatan pada triwulan II-2010 (per Mei
2010) mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah kantor bank yang mengalami
peningkatan jika dibandingkan triwulan I-2010, meskipun jumlah bank tidak mengalami
perubahan. Per Mei 2010, terdapat penambahan jumlah kantor bank sebanyak 4 buah
menjadi 698 kantor bank pada triwulan laporan. Penambahan kantor bank tersebut terdiri
dari 1 (satu) kantor BPR konvensional, 1 (satu) kantor bank umum syariah dan 1 (satu) kantor
bank umum konvensional.
40 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
Tabel 3.2. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan 2010
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
Jumlah Bank 64 65 68 69 68 68 69 69 69 69
Bank Umum 36 37 40 41 41 41 42 42 42 42
Konvensional 27 28 30 30 30 30 30 30 30 30Syariah 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4UUS 6 6 7 8 8 7 8 8 8 8
BPR 28 28 28 28 27 27 27 27 27 27
Jumlah Kantor Bank 625 630 638 664 669 679 680 690 695 698Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA)
Kelembagaan2008 2009
Pada triwulan II-
2010 (per Mei 2010),
total aset bank umum
Sulsel tercatat sebesar
Rp44,9 triliun dan
tumbuh relatif lebih
tinggi, yaitu sebesar
17,65% (y.o.y) jika
dibandingkan triwulan I-
2010 dimana tumbuh
16,77%. Peningkatan petumbuhan tersebut didoron oleh peningkatan aset pada bank
swasta nasional yang tumbuh cukup signifikan yaitu menjadi 22,69% (y.o.y) jika
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, yang hanya sebesar 15,91% (y.o.y).
Meski di sisi lain pertumbuhan year on year aset bank pemerintah cenderung melambat,
yaitu 18,56% pada triwulan I-2010 menjadi 16,50% pada periode laporan, kemudian
pertumbuhan bank asing-campuran negatif pada triwulan II-2010, yaitu -22,89% (y.o.y).
Namun secara nominal, total aset bank umum Sulawesi Selatan, per Mei 2010, mengalami
peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meski penurunan aset bank asing-
campuran cenderung menurun secara nominal, namun dalam jumlah yang relatif tidak
signifikan.
3.1.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan
Triwulan II-2010 (per Mei 2010), Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank
umum tercatat mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu menjadi 9,42%%
(y.o.y) atau sebesar RP31,491 triliun, dimana pada triwulan sebelumnya tumbuh 4,05%
(y.o.y). Peningkatan pertumbuhan DPK disebabkan oleh meningkatnya penghimpunan dana
Tabel 3.3.
Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank
I II* I II*
Total Aset 16.77% 17.65% 43,891.3 44,914.7
‐ Bank Pemerintah 18.56% 16.50% 27,766.8 28,368.7
‐ Bank Swasta Nasional 15.91% 22.69% 15,396.4 15,844.2
‐ Bank Asing&Campuran ‐17.57% ‐22.89% 728.1 701.7
Pertumbuhan (y.o.y)
2010
Nominal (Rp Juta)KOMPONEN
41Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
dalam bentuk tabungan. Pada Mei 2010, pertumbuhan tabungan cukup pesat karena
meningkat dari 3,91% (y.o.y) pada triwulan I-2010, menjadi 11,93% (y.o.y). Selain itu, meski
pertumbuhan giro masih negatif, namun sudah menunjukan perbaikan dibandingkan
dengan pertumbuhan giro pada triwulan I-2010. Hal tersebut tercermin dari
pertumbuhannya yang semakin membaik, dari -7,24% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya
menjadi -0,43% (y.o.y) pada triwulan laporan. Kemudian, pertumbuhan deposito juga relatif
meningkat pada periode laporan yaitu sebesar 10,76% (y.o.y), dimana sebelumnya sebesar
10,40% (y.o.y).
Kecenderungan peningkatan DPK diperkirakan terjadi karena berakhirnya masa
PILKADA (Pemilihan Kepala Daerah) di Sulawesi Selatan. Dana yang pada triwulan I relatif
mengalami perlambatan pertumbuhan karena berbagai aktivitas kampaye, maupun
persiapan dan pelaksanaan PILKADA, maka pada periode laporan sudah kembali mengalir
masuk ke perbankan baik dalam bentuk tabungan, deposito maupun giro.
Penyaluran kredit/pembiayaan oleh bank umum Sulsel juga tercatat masih mengalami
kenaikan pertumbuhan, dari 17,85% (y.o.y) pada triwulan I-2010 menjadi 19,06% (y.o.y)
pada Mei 2010. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut antara lain adalah perkembangan
ekonomi global dan domestik yang membaik selama triwulan II/2010, dan diperkiraan
kondisi tersebut akan terus berlanjut. Hal ini diperkirakan akan semakin memperkuat
kenaikan konsumsi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang
hingga akhir tahun 2010.
Tabel 3.4.
Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum
I II* I II*1. DPK 4.05% 9.42% 29,784 31,491 a. Giro ‐7.24% ‐0.43% 4,739 4,935 b. Tabungan 3.91% 11.93% 14,688 16,124 c. Deposito 10.40% 10.76% 10,357 10,4332. Kredit 17.85% 19.06% 37,198 38,1253. LDR (%) 124.9% 121.1%4. NPLs Gross (%) 3.5% 3.4%
KOMPONEN2010
Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (Rp Juta)
Tabel 3.5. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan
1 2* 1 2*Kredit 17.85% 19.06% 37,198 38,125‐ Investasi 19.52% 29.04% 7,732 7,916‐ Konsumsi 14.52% 24.05% 15,501 16,360‐ Modal Kerja 20.83% 9.06% 13,966 13,848
KOMPONEN2010
Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (RP Juta)
42 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
Seiring dengan optimisme masyarakat akan kondisi perekonomian mendatang, maka
berdasarkan jenis penggunaan, terjadi peningkatan pertumbuhan kredit konsumsi yang
cukup signifikan, dimana pada triwulan I-2010 hanya tumbuh 14,52% sedangkan pada
triwulan II-2010 (per Mei 2010) menjadi 24,05% (y.o.y). Kenaikan pertumbuhan juga terjadi
untuk kredit investasi yang tumbuh 29,04% (y.o.y) per Mei 2010, jauh lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 19,52% (y.o.y). Kemudian, meski kredit modal kerja
relatif mengalami perlambatan dari 20,83% pada triwulan I-2010, menjadi 9,06% (y.o.y) per
Mei 2010, namun secara nominal tidak terjadi perubahan yang signifikan pada triwulan I-
2010 dengan posisi Mei 2010.
Selanjutnya, dilihat dari share-nya, kredit konsumsi mengalami peningkatan 1%
dibandingkan triwulan I-2010 dimana pada periode triwulan II-2010 menjadi sebesar 43%,
sedangkan sebaliknya kredit modal kerja turun 1% dibandingkan triwulan sebelumnya
sehingga pada triwulan II-2010 share-nya menjadi 36%. Kemudian untuk kredit investasi
share-nya tidak berubah jika dibandingkan periode sebelumnya, yaitu 21%.
Secara sektoral, terdapat 2 sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan kredit
lebih besar dibandingkan triwuan I-2010, yaitu sektor konstruksi dan pengangkutan.
Sedangkan sektor-sektor lainnya cenderung mengalami perlambatan pertumbuhan. Kredit
konstruksi per Mei 2010 tumbuh 10,56% (y.o.y), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan I-
2010 yaitu sebesar 0,20% (y.o.y) Sedangkan pada sektor industri pengolahan, meski
pertumbuhannya masih negatif 8,85% (y.o.y), namun pertumbuhan tersebut jauh lebih baik
jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai -18,54% (y.o.y).
Grafik 3.1. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi
Industri8%
Js Dunia Ush5%
Js Sos Masy.4%
Konstruksi6%
Lain‐lain48%
LGA1%
Pengangkutan2%
Perdagangan24% Pertambangan
1%Pertanian
1%
43Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Tabel 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi
1 2* 1 2*Kredit 17.85% 19.06% 37,198 38,125* Pertanian ‐47.92% ‐62.36% 515 380* Pertambangan 54.53% 52.61% 264 265* Industri pengolahan ‐13.43% ‐8.85% 2,923 3,081* Listrik,Gas dan Air 500.67% 483.37% 340 360
* Konstruksi 0.20% 10.56% 1,936 2,271
* Perdagangan 7.91% 4.00% 9,257 9,329
* Pengangkutan ‐18.54% ‐11.23% 1,177 984
* Jasa Dunia Usaha 12.02% 3.73% 1,938 1,803
* Jasa Sosial Masyarakat 380.48% 343.00% 1,517 1,504
* Lain‐lain 33.64% 37.61% 17,332 18,149
KOMPONEN Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (Rp Juta)2010
Meski sebagian besar kredit sektor-sektor tumbuh melambat, namun secara nominal
kredit per Mei 2010 lebih tinggi daripada triwulan I-2010. Penurunan kredit dalam jumlah
nominal hanya terjadi pada sektor pertanian, jasa dunia usaha dan jasa sosial masyarakat.
Tabel 3.7. Perkembangan NPLs Net dan Gross
Bank Umum
2009I I II*
NPL Gross 3.24% 3.56% 3.41%NPL Net 1.24% 1.16% 1.21%
2010KOMPONEN
Grafik 3.2. Pangsa NPLs
Per Sektor Ekonomi
8.48%
5.03%
3.48%
5.00%
2.17%
0.00%
1.20%
3.41%
0.15%
14.80%
0% 5% 10% 15% 20%
Industri
Js Dunia Ush
Js Sos Masy.
Konstruksi
Lain‐lain
LGA
Pengangkutan
Perdagangan
Pertambangan
Pertanian
Aspek pengelolaan manajemen risiko usaha bank umum di Sulawesi Selatan pada
Mei 2010 menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan I-2010, meski masih
pada tingkat yang relatif kecil. Hal tersebut tercermin dari NPLs-Gross bank umum per Mei
2010 yang tercatat menjadi 3,41%. Secara sektoral, per Mei 2010 NPL tertinggi terjadi
terdapat pada sektor pertanian yang mencapai 14,80%. Kemudian diikuti oleh sektor
industri, sektor jasa dunia usaha dan konstruksi, yang masing-masing NPL-nya adalah sebesar
8,48%, 5,03% dan 5,00%.
44 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
Grafik 3.3. Pangsa Kredit/pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi
Industri2%
Js Dunia Ush4%
Js Sos. Masy.5%
Konstruksi3%
Lain‐lain62%
Listrik,Gas dan Air0%
Pengangkutan1%
Perdagangan22%
Pertambangan0%
Pertanian1%
Tabel 3.8. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum (y.o.y)
I II III IV I II*Pertumbuhan Kredit (y.o.y) 24.37% 18.85% 14.55% 20.96% 22.94% 23.43%* Pertanian 30.41% 3.64% 8.02% ‐2.50% ‐58.31% ‐61.16%* Pertambangan ‐5.96% ‐20.05% 70.31% 0.25% 75.36% 84.80%* Industri pengolahan 7.64% 5.57% 1.40% 6.49% 15.89% 15.26%* Listrik,Gas dan Air ‐25.53% 89.14% 226.54% 269.57% 64.00% 24.22%* Konstruksi 33.05% 26.98% 10.51% 19.55% 2.54% 6.55%* Perdagangan 24.85% 27.68% 21.95% 31.47% ‐1.40% ‐3.57%* Pengangkutan 4.85% 19.17% 23.67% 58.96% 95.95% 66.25%* Jasa Dunia Usaha 51.68% 27.82% 7.55% 15.75% 15.96% 6.22%* Jasa Sosial Masyarakat 10.88% 47.43% 48.89% 15.03% 376.83% 354.02%* Lain‐lain 22.82% 14.23% 11.91% 17.86% 31.47% 35.17%
KOMPONEN2009 2010
Berdasarkan segmentasi skala usaha debitur, sebagian besar kredit/pembiayaan bank
umum Sulsel diklasifikasikan sebagai kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM).
Pangsa kredit/pembiayaan MKM per sektor ekonomi untuk Mei 2010, sebagian besar masih
didominasi oleh sektor lain-lain (bidang jasa) 62%, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan
sebesar 22%. Pertumbuhan kredit/pembiayaan MKM secara keseluruhan, year on year
mengalami peningkatan jika dibandingkan periode yang sama untuk tahun sebelumnya,
maupun terhadap pertumbuhan triwulan I-2010. Sektor yang mengalami peningkatan
pertumbuhan cukup signifikan dibandingkan setahun yang lalu adalah sektor pertambangan,
konstruksi dan sektor lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa perbankan sudah lebih optimis
dalam menyalurkan kredit untuk sektor MKM daripada triwulan sebelumnya maupun
dibandingkan tahun sebelumnya.
45Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
3.1.3. Intermediasi Bank Umum Syariah
Pada triwulan laporan, jumlah perbankan syariah tidak mengalami perubahan
dibandingkan triwulan I-2010, yakni sebanyak 12 Bank Syariah dengan rincian 4 Bank
Umum Syariah dan 8 Unit Usaha Syariah.
Secara year on year,
kinerja perbankan Syariah
Sulawesi Selatan per Mei 2010
lebih baik jika dibandingkan
dengan triwulan I-2010. Hal ini
tercermin dari aset, dana pihak
ketiga (DPK) dan pembiayaan
tumbuh lebih besar daripada
triwulan sebelumnya, per Mei
2010 masing-masing tumbuh
sebesar 24,5% dan 17,4%.
Ditinjau dari sisi Finance to Deposit Ratio (FDR) perbankan Sulawesi Selatan juga cenderung
lebih besar pada Mei 2010, yaitu meningkat dari 167,83% pada triwulan I-2010 menjadi
188,21%. Sementara dari sisi kualitas kredit yang disalurkan, yang tercermin dari indikator
Non Performing Loan-Gross (NPLs) relatif meningkat menjadi 7,12%.
3.2. Perkembangan Bank Pekreditan Rakyat/Syariah (BPR/S)
Dari sisi kelembagaan, jumlah jaringan kantor BPR yang beroperasi pada triwulan II-
2010 (per Mei 2010), tidak mengalami
perubahan jumlah jaringan kantor sehingga
jumlahnya tetap 53 kantor.
Pada triwulan II-2010, per Mei 2010,
total aset perbankan kelompok BPR/S tercatat
tumbuh sebesar 26,7% (y.o.y) sehingga
menjadi Rp427,1 miliar. Pertumbuhan aset ini
relatif melambat jika dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 29,2%.
Namun relatif lebih tinggi jika dibandingkan
triwulan II-2009, yaitu sebesar 23,3% (y.o.y).
Tabel 3.9. Perkembangan Bank Umum Syariah
Grafik 3.4. Perkembangan Aset BPR/S
46 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
Dari sisi penghimpunan dana, DPK
BPR/S mengalami peningkatan pertumbuhan
sebesar 36,3% (y.o.y) menjadi Rp180,16
miliar pada triwulan II-2010 (per Mei 2010)
jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar
44,1% (y.o.y). Pada triwulan laporan,
kredit/pembiayaan yang berhasil disalurkan
oleh BPR/S tercatat tumbuh sebesar 23,4%
(y.o.y), lebih besar jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya tercatat sebesar
20,9%. Dari rasio perbandingan kredit/pembiayaan dengan dana pihak ketiga BPR/S pada
triwulan laporan tercatat sebesar 161,8%, lebih tinggi dibanding LDR pada triwulan I-2010
yang sebesar 156,0%. Peningkatan LDR ini lebih disebabkan oleh terjadinya kenaikan yang
kredit yang cukup signifikan.
Grafik 3.5. Perkembangan DPK, Kredit & LDR
BPR/S
47Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Bab 4
Perkembangan Sistem Pembayaran
Transaksi melalui sistem pembayaran tunai maupun non tunai pada triwulan II-2010
juga menunjukkan pergerakan peningkatan aktivitas perekonomian Sulsel. Peningkatan
transaksi tersebut, selain itu karena faktor musiman (tahun ajaran baru dan liburan sekolah),
kegiatan kampanye dan pelaksanaan pilkada juga turut mempengaruhi perkembangan
transaksi sistem pembayaran ini.
4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow)
Aliran uang kartal masuk (inflow) dan keluar (outflow), pada triwulan laporan, dari
dan ke perbankan melalui KBI Makassar tercatat mengalami out inflow sebesar Rp0,65
triliun, sementara pada triwulan I-2010 tercatat mengalami net inflow sebesar Rp1,56 triliun.
Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow)
Grafik 4.2. Aliran Uang Kartal Keluar (Outflow)
Peningkatan konsumsi pada triwulan laporan relatif tercermin dari transaksi inflow
dan outflow ini. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh konsumsi dan
meningkatnya laju inflasi tahunan pada triwulan laporan, aliran uang kartal keluar (outflow)
menunjukkan perkembangan yang sama. Aliran uang kartal keluar (outflow) dari KBI
Makassar pada triwulan laporan tercatat meningkat sebesar 17,5% (yoy) menjadi 45,9%
(yoy). Tingginya outflow pada triwulan laporan yang tercatat sebesar Rp1,26 triliun relatif
didorong oleh kebutuhan konsumsi yang cenderung meningkat pada triwulan ini. Selain
faktor musiman, pelaksanaan pilkada pada 10 kabupaten di akhir triwulan laporan juga
menjadi salah satu pendorong peningkatan outflow ini. Pelaksanaan pilkada tersebut yang
relatif menyebabkan pertumbuhan outflow pada triwulan laporan tercatat lebih tinggi
dibandingkan outflow pada triwulan II-2009 yang sebesar -52,67% (yoy).
‐100%
‐50%
0%
50%
100%
150%
‐
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Inflow
Y.O.Y
Triliun Rp
‐100%
‐50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
400%
450%
‐
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
1.80
2.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Outflow
Y.O.Y
Triliun Rp
48 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
Kondisi yang berlawanan terjadi pada aliran uang masuk (inflow) ke KBI Makassar.
Meningkatnya konsumsi masyarakat dan realisasi proyek-proyek pada triwulan II-2010
menyebabkan terjadinya penurunan inflow tersebut. Inflow pada triwulan laporan tercatat
sebesar Rp0,61 triliun, atau tumbuh -30,0% (yoy), sementara pada triwulan I-2010 tercatat
tumbuh -17,4%. Kondisi tersebut relatif menggambarkan pergerakan perekonomian yang
menunjukkan peningkatan. Pelaksanaan pilkada juga menjadi salah satu pendorong
menurunnya inflow pada triwulan ini. Kebutuhan uang tunai untuk kegiatan kampanye dan
pelaksanaan pilkada menyebabkan inflow menjadi menurun cukup besar. Sehingga kondisi
tersebut menyebabkan pertumbuhan inflow pada triwulan laporan tercatat lebih rendah
dibandingkan triwulan II-2009.
4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Jumlah nominal kondisi uang tidak layak edar pada triwulan II-2010 tercatat
mengalami penurunan. PTTB pada triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp0,69 triliun, sementara
PTTB pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp1,04 triliun. Dari rasio PTTB terhadap inflow
pada triwulan laporan tercatat sebesar 113,6% lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010
yang sebesar 56,2%. Hal ini karena kegiatan PTTB pada triwulan laporan ini terdapat
tambahan kegiatan PTTB yang belum terselesaikan pada triwulan I-2010. Sementara
meningkatnya kegiatan perekonomian pada triwulan laporan ini diperkirakan akan tercermin
dari sisi PTTB pada triwulan III-2010, terutama karena pelaksanaan pilkada pada akhir
triwulan laporan.
Grafik 4.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow
‐200%
‐100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
700%
800%
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
PTTB
/ Inflo
w
Inflo
w & PTTB (Triliun Rp
)
Inflow
PTTB
PTTB/Inflow
yoy PTTB
49Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan
Pada triwulan laporan, jumlah
temuan uang rupiah palsu tercatat
sedikit mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Pada triwulan II-2010, jumlah uang
palsu yang ditemukan sebesar
Rp19,07 juta, dari Rp19,05 juta pada
triwulan I-2010. Berdasarkan jenis
pecahan, ditemukan pecahan uang
kertas Rp100.000,- dan Rp50.000,-
yang menjadi pecahan uang yang
paling banyak dipalsukan yakni masing-masing sebanyak 127 lembar dan 123 lembar,
dengan komposisi masing-masing sebesar 47,7% dan 45,9% dari total lembar temuan uang
palsu. Selain itu, ditemukan juga uang palsu dengan pecahan kecil yaitu Rp2.000,- sebanyak
2 lembar.
Tabel 4.1.Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar Triwulan II-2010
4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS
4.4.1. Perkembangan RTGS
Perkembangan transaksi transfer keluar via RTGS (outgoing) pada triwulan laporan
tercatat sebesar Rp12,6 triliun atau meningkat sebesar 8,5% (yoy), sedangkan pada triwulan
I-2010 tercatat sebesar Rp11,9 triliun dan pada triwulan II-2009 sebesar Rp11,6 triliun.
Meningkatnya nominal outgoing pada triwulan laporan dibandingkan triwulan I-2010
maupun triwulan II-2009 relatif menunjukkan peningkatan aktifitas perekonomian, yang
salah satunya diperkirakan didorong oleh pembayaran keperluan kampanye dan pelaksanaan
pilkada, seperti spanduk, baliho, kaos dan lain-lain. Dimana komoditas dimaksud harus
didatangkan dari luar daerah.
Pecahan
100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,000 1,000
Trw IV‐2008 62 123 11 5 2 0 0 203
Trw I‐2009 44 116 9 4 2 0 0 175
Trw II‐2009 58 87 11 4 1 0 1 162
Trw III‐2009 103 277 8 8 19 0 0 415
Trw IV‐2009 139 251 16 3 24 0 0 433
Trw I‐2010 97 181 13 3 2 0 0 296
Trw II‐2010 127 123 8 4 4 2 0 268Sumber : Bank Indonesia
Periode Total
Grafik 4.4. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan
Pecahan Triwulan II-2010
100,000 47.4%
50,000 45.9%
20,000 3.0%
10,000 1.5%
5,000 1.5%
2,000 0.7%
50 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
Peningkatan nominal transaksi tranfer masuk via RTGS (incoming) terjadi pada
triwulan laporan. Nominal incoming pada triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp22,7 triliun,
sementara pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp18,0 triliun. Peningkatan transaksi ini,
selain karena faktor musiman (tahun ajaran baru/liburan sekolah), juga diperkirakan karena
pelaksanaan Pilkada.
Grafik 4.5. Transaksi RTGS - Incoming
Grafik 4.6. Transaksi RTGS - Outgoing
Secara netto, transaksi pembayaran via RTGS di Sulsel tercatat masih mengalami net
inflow yaitu sebesar Rp10 triliun, yang tumbuh sebesar 39,0% (yoy). Apabila dibandingkan
dengan net inflow triwulan I-2010 dan triwulan II-2009, net inflow pada triwulan II-2010
tercatat lebih tinggi dibandingkan net inflow kedua triwulan dimaksud. Net inflow pada
triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp6,1 triliun, sementara net inflow triwulan II-2009 tercatat
sebesar Rp7,2 triliun.
4.4.2. Perkembangan Kliring
Secara nominal perputaran kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp7,3
triliun, atau tumbuh sebesar 6,29% (yoy). Pertumbuhan tersebut tercatat lebih rendah
dibandingkan triwulan I-2010 yang sebesar Rp7,2 triliun, atau tumbuh sebesar 10,63% (yoy).
Meksipun dari sisi pertumbuhan mengalami perlambatan, namun secara nominal perputaran
kliring mengalami peningkatan. Peningkatan ini, selain karena faktor musiman (tahun
ajaran baru/liburan sekolah), juga relaitf disebabkan oleh keperluan kegiatan kampanye dan
pelaksanaan pilkada.
Sementara dari sisi rata-rata harian, nilai nominal perputaran kliring tercatat relatif
tetap. Rata-rata harian nilai nominal perputaran kliring pada triwulan II-2010 tercatat sebesar
Rp118,2 miliar, relatif sama apabila dibanding triwulan I-2010 yang sebesar Rp118,4 miliar.
Di lihat dari rasio penolakan warkat (Cek/BG) kosong pada triwulan laporan, secara nominal
tercatat mengalami peningkatan, yaitu dari sebesar 2,3% pada triwulan I-2010 menjadi
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
‐
5
10
15
20
25
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Incoming
Y.O.Y
Triliun Rp
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
‐
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Outgoing
Y.O.Y
Triliun Rp
51Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
sebesar 2,6% pada triwulan laporan. Namun dari jumlah lembar, rasio rata-rata warkat yang
ditolak relatif tetap yaitu sebesar 2,3%.
Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong
Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar(Miliar Rp) (Ribuan) (Miliar Rp) (Ribuan) (%) (%)
1 6,347.0 3.0 105.8 3.9 0.9 2.0 2 7,291.2 262.5 121.5 4.4 0.9 0.9 3 7,875.5 270.9 125.0 4.3 1.1 1.0 4 7,304.5 251.7 121.7 4.2 1.3 1.2 1 6,543.4 242.2 110.9 4.1 1.7 1.7 2 6,894.5 258.4 111.2 4.2 2.0 1.6 3 7,362.1 262.3 120.7 4.3 2.7 2.3 4 7,460.4 263.6 118.4 4.2 2.9 2.2 1 7,239.1 253.5 118.7 4.2 2.3 2.3 2 7,328.3 259.8 118.2 4.2 2.6 2.3 34
Sumber : BI‐RTGS
Total Perputaran KliringRata‐rata Harian Perputaran Kliring
Nisbah Rata‐rata Penolakan Cek/ BG
2008
2009
2010
Period
e
53Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 + Menurut Kegiatan Utama
Bab 5
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Daya serap perkembangan pertumbuhan ekonomi Sulsel selama tahun 2010
terhadap angkatan kerja semakin membaik, terutama pada semester I-2010. Sehingga
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel tercatat mengalami penurunan yaitu sebesar
0,76% yaitu dari 8,7% pada Februari 2009 menjadi 7,9% pada Februari 2010. Tingkat
kesejahteraan petani Sulsel pada triwulan laporan meskipun menunjukkan perlambatan
pertumbuhan namun masih mengalami perkembangan positif. Rata-rata pertumbuhan NTP
Sulsel pada triwulan II-2010 tercatat tumbuh sebesar 1,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan NTP pada triwulan I-2010 yang sebesar 2,6% (yoy).
5.1. Ketenagakerjaan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2010 mengalami
peningkatan. Pada bulan Februari 2010, jumlah angkatan kerja tercatat naik sebesar 1,9%
dari 3,49 juta orang pada Februari 2009 menjadi 3,56 juta orang. Dengan pertumbuhan
tersebut, TPAK sedikit
mengalami peningkatan, yaitu
dari 60,3% pada Februari 2009
menjadi 62,2% pada Februari
2010. Sehingga daya serap
pembangunan ekonomi Sulsel
selama tahun 2009 terhadap
angkatan kerja naik dari 91,3%
pada Februari 2009 menjadi 92,0% pada Februari 2010, atau daya serapnya bertambah
0,7%.
Sementara dari sisi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel tercatat mengalami
penurunan yaitu sebesar 0,76% yaitu dari 8,7% pada Februari 2009 menjadi 7,9% pada
Februari 2010. Kondisi ini relatif dampak dari pertumbuhan ekonomi Sulsel pada tahun 2009
terhadap penyerapan tenaga kerja masih relatif kecil. Hal ini dimungkinkan karena
pertumbuhan ekonomi Sulsel pada tahun 2009 mengalami perlambatan, yaitu dari 7,7%
pada tahun 2008 menjadi 6,2% pada tahun 2009 karena pengaruh krisis global. Sehingga
dunia usaha cenderung tidak terdapat penambahan tenaga kerja untuk ekspansi usaha.
54 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
Sementara TPT pada Februari 2009 dibandingkan Februari 2008 mengalami penurunan
sebesar 1,75%.
Dari sisi lapangan pekerjaan utama, untuk periode Februari 2009 dan Februari 2010
komposisi tenaga kerja di sektor pertanian makin mengecil, sementara komposisi tenaga
kerja di sektor non pertanian bertambah besar, terutama pada sektor jasa dan sektor industri.
Pangsa jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian pada Februari 2010 tercatat
sebesar 49,4%, sementara pada Februari 2009 tercatat sebesar 50,1%. Sedangkan pangsa
jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor jasa dan sektor industri meningkat masing-masing
menjadi sebesar 12,4% dan 6,1% pada Februari 2010. Sementara pada Februari 2009,
komposisi tenaga kerja untuk sektor jasa dan sektor industri masing-masing sebesar 10,9%
dan 5,1%. Peningkatan pertumbuhan dan produktifitas di sektor pertanian relatif kurang
menarik minat tenaga kerja yang adan. Hal tersebut dimungkinkan karena tingkat
pendapatan sektor pertanian yang bersifat musiman dan pengaruh tingkat harga produk
hasil pertanian yang relatif kurang menguntungkan.
Grafik 5.1. Persentase Penduduk Usia 15 + yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Februari 2009 Februari 2010
5.2. Kesejahteraan
5.2.1. Nilai Tukar Petani
Perbaikan daya beli masyarakat relatif mengalami perlambatan pertumbuhan pada
triwulan laporan. Musim panen pada subsektor tanaman bahan makanan dan perkebunan
diperkirakan masih kurang memberikan tambahan kesejahteraan bagi petani. Kondisi
Pertanian
50.7%
Industri5.1%
Konstruksi
5.5%
Perdagangan
19.6%
Angkutan/Komuni
kasi6.0% Jasa
10.9%
Lainnya *)
2.1%
49.4%
6.1%
5.4%
19.0%
5.3%
12.4%
2.3%
Sumber : BPS
55Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
tersebut relatif tercermin dari perlambatan pertumbuhan Nilai Tukar Petani (NTP) Sulsel pada
triwulan laporan.
Tingkat kesejahteraan petani Sulsel pada triwulan laporan meskipun menunjukkan
perlambatan pertumbuhan namun masih mengalami perkembangan positif. Rata-rata
pertumbuhan NTP Sulsel pada triwulan II-2010 tercatat tumbuh sebesar 1,4% (yoy), lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan I-2010 yang sebesar 2,6% (yoy).
Kondisi ini diperkirakan karena pengaruh kondisi cuaca yang kurang kondusif (curah hujan
yang cukup tinggi) relatif mempengaruhi kualitas produk pertanian, meskipun dari segi
volume mengalami peningkatan sehubungan dengan masa panen. Sehingga kecenderungan
kenaikan harga produk pertanian selama triwulan (misalnya pada beras dan sayur-sayuran)
relatif kurang bisa memberikan tambahan pendapatan bagi petani.
Hal tersebut tampak dari perlambatan pertumbuhan ‘Indeks yang Diterima Petani’
yang cukup tajam, yaitu dari triwulan I-2010 yang tercatat sebesar 13,1% (yoy) menjadi
sebesar 5,2% pada triwulan laporan. Pertumbuhan yang masih positif pada ‘Indeks yang
Diterima Petani’ diperkirakan didorong oleh subsektor perkebunan (kakao), yang juga
mengalami panen raya pada triwulan laporan dan tingkat harga komoditi yang cukup tinggi.
Grafik 5.2 Perkembangan Rata-rata
Nilai Tukar Petani
Grafik 5.3 Perkembangan Rata-rata
Indeks Yang Diterima Petani
Grafik 5.4
Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani
‐2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
96
97
98
99
100
101
102
103
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
NTP y.o.y
Smb : BPS
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
100
105
110
115
120
125
130
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Indeks Yang Diterima Petani y.o.y
Smb : BPS
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
‐
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Indeks Yang Dibayar Petani y.o.y
Smb : BPS
56 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
Grafik 5.5.Jumlah Penduduk Miskin Sulsel
152.8 150.8 119.2
930.3
880.9
794.3
13.33%
12.31%
11.60%
10.5%
11.0%
11.5%
12.0%
12.5%
13.0%
13.5%
0
200
400
600
800
1000
1200
2008 2009 2010
Jml Pendd Miskin DesaJml Pendd Miskin Kota% Total Pendd Miskin
Sumber : BPS
Untuk ‘Indeks yang Dibayar Petani’ juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan,
yaitu dari 4,6% (yoy) pada triwulan I-2010 menjadi 3,8% pada triwulan laporan.
Perlambatan pertumbuhan indeks tersebut relatif tertahan sehubungan dengan adanya
program subsidi pupuk dari pemerintah dan relatif terkendalinya tingkat inflasi selama
triwulan laporan. Sehingga tekanan harga terhadap konsumsi petani relatif berkurang.
5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin
Jumlah penduduk miskin di Sulsel per Maret 2010 tercatat sebesar 11,6% dari jumlah
penduduknya atau sebesar 913,4 ribu orang. Dari jumlah tersebut, 13,1% berada di daerah
perkotaan sedangkan sisanya berada di daerah pedesaan. Persentase pangsa jumlah
penduduk miskin di perkotaan tersebut relatif tetap dibanding Maret 2009 yang tercatat
sebesar 12,9% dari jumlah penduduk miskin pada tahun tersebut.
Dari sisi jumlah, jumlah penduduk miskin di Sulsel mengalami penurunan, yaitu dari
963,6 ribu per Maret 2009 menjadi 913,4 ribu pada Maret 2010, atau menurun 5,2%,
sementara pada tahun 2009 turun sebesar 6,6%. Penurunan jumlah penduduk miskin
tertinggi terjadi di pedesaan, yang
tercatat -5,3%, yaitu dari 839,1 ribu
orang pada Maret 2009 menjadi
794,1 ribu orang. Jumlah tersebut
relatif masih cukup besar, yaitu
sekitar 10,1% dari total penduduk
Sulsel. Penurunan jumlah penduduk
miskin juga terjadi di perkotaan yang
tercatat sebesar -4,3% yaitu dari
124,5 ribu orang menjadi 119,2 ribu orang. Jumlah penduduk miskin perkotaan tersebut
merupakan 1,5% dari total penduduk Sulsel. Terkonsentrasinya jumlah penduduk miskin di
pedesaan tersebut perlu mendapatkan perhatian tersendiri, mengingat sektor unggulan
ekonomi Sulsel masih terletak pada sektor pertanian, dimana penduduk pedesaan sebagian
besar mata pencahariannya adalah petani.
Apabila dibandingkan dengan provinsi se-Sulampua, persentase jumlah penduduk
miskin di Sulsel masih tercatat pada urutan ketiga terendah setelah provinsi Sulawesi Utara
(9,1%) dan Maluku Utara (9,4%). Urutan provinsi Sulut dan Malut tersebut juga tidak
mengalami perubahan dibandingkan kondisi pada Maret 2009. Sedangkan persentase
jumlah penduduk miskin tertinggi di Sulampua tercatat sebesar 36,8% masih terdapat di
provinsi Papua. Jumlah penduduk miskin se-Sulampua tersebut tercatat sebesar 1,65% dari
57Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
total penduduk Indonesia, sementara pada Maret 2009 tercatat sebesar 1,73% dari total
penduduk Indonesia.
Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskinse-Sulampua per Maret 2009
5.3. Survei
Berdasarkan hasil Survei Konsumen, pada triwulan laporan rata-rata ‘Indeks
Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini’ (IKLK) juga menunjukkan perkembangan yang sama
dengan perkembangan tolok ukur kesejahteraan lainnya (NTP dan kemiskinan). Rata-rata
IKLK pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 0,8% (yoy), sementara pada triwulan I-
2010 tumbuh sebesar 18,9%. Perlambatan pertumbuhan indeks ini relatif sejalan dengan
perlambatan pertumbuhan kinerja investasi (pertumbuhan perekonomian Sulsel) sehubungan
dengan melambatnya realisasi proyek-proyek pemerintah dibandingkan triwulan II-2009 serta
ketersediaan lapangan kerja baru yang masih minim.
Grafik 5.7. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Saat Ini
Grafik 5.8. Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu
36.95
11.41
13.05
6.03
8.50
23.86
9.60
8.39
3.33
3.71
63.05
88.59
86.95
94.46
91.50
76.14
90.40
91.61
96.26
96.56
9.10
18.07
11.60
17.05
23.18
13.58
27.74
9.42
34.88 36.80
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gor Sulbar Maluku Malut Irjabar Papua
Desa Kota % Total Penddk Miskin
Sumb
er : B
PS, d
iolah
%
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Ketersediaan lap kerja saat ini y.o.y
‐10%
‐8%
‐6%
‐4%
‐2%
0%
2%
4%
6%
8%
116118
120122
124
126128
130132
134
136138
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010
Penghasilan saat ini dibanding 6 bln yl
y.o.y
58 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
Sejalan dengan perkembangan ‘Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini’, rata-
rata ‘Indeks Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 bulan lalu’ (IPD6) juga mengalami perlambatan
pertumbuhan, yaitu dari 2,1% (yoy) pada triwulan I-2010 menjadi kontraksi sebesar 8,8%.
59Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Bab 6
Keuangan Daerah
Pada triwulan II-2010, sebagaimana diuraikan dalam perkembangan kondisi ekonomi
(Bab I), bahwa kinerja konsumsi mempunyai sumbangan tertinggi dalam pertumbuhan
ekonomi di Sulawesi Selatan. Dari sumbangan konsumsi sebesar 4,54% (yoy), sumbangan
konsumsi pemerintah hanya mencapai 0,87% sementara konsumsi rumah tangga mencapai
3,67%. Sumbangan konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Sulsel tersebut
relatif lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan I-2010 yang tercatat memberikan
sumbangan sebesar 0,64%. Perkembangan konsumsi pemerintah tersebut tercermin dari
realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Sulsel. Pada triwulan laporan, realisasi
belanja pemerintah daerah Provinsi Sulsel telah terealisasi sebesar 31,83%. Selanjutnya
performance Keuangan Pemerintah Daerah pada Semester I-2010 tercermin dalam tabel
dibawah :
Tabel 6.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Semester I-2010
(Milyar Rupiah)
ANGGARAN REALISASI % REALISASI
1. PENDAPATAN1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 1,430.08 735.30 51.42%
‐ Pendapatan Pajak Daerah 1,222.80 617.77 50.52%‐ Pendapatan Retribusi Daerah 113.55 45.30 39.90%‐ Bagian Laba Hasil Daerah 59.61 51.05 85.64%‐ Lain‐lain PAD yang Sah 34.12 21.18 62.07%
1.2. PENDAPATAN TRANSFER 954.63 508.76 53.29%Dana Perimbangan 954.63 508.76 53.29%‐ Dana Bagi Hasil Pjk dan Bukan Pjk 219.12 87.96 40.14%‐ DAU 706.28 411.99 58.33%‐ DAK 29.24 8.81 30.13%Transfer Pemerintah Pusat‐Lainnya ‐ ‐ 0.00%
1.3. Lain‐lain Pendapatan yang Sah 58.97 0.62 1.04%JUMLAH PENDAPATAN 2,443.68 1,244.68 50.93%
2. BELANJA 2.1. BELANJA OPERASI 1,662.02 590.08 35.50%2.2. BELANJA MODAL 274.10 30.42 11.10%2.3. BELANJA TIDAK TERDUGA 15.00 0.60 3.97%
JUMLAH BELANJA 1,951.12 621.10 31.83%
2.4. TRANSFER 554.39 146.53 26.43%
SURPLUS / (DEFISIT) 492.56 623.58 126.60%Sumber : Pemprov SulselKet : Angka Sementara
NO. U R A I A Ns/d Semester I‐2010
60 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
Realisasi anggaran pendapatan daerah sampai dengan Semester I-2010 tercatat
hampir mencapai target 50% dari total target pendapatan, yaitu sebesar 50,9% atau
mencapai Rp1,244.68 milyar. Target pendapatan 2010 ini diperkirakan dapat tercapai lebih
dari 100% mengingat pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang cenderung lebih tinggi
dibandingkan tahun 2009.
Dari komponen pendapatan, realisasi “Pendapatan Transfer” telah mencapai 53,3%,
terutama pada sub komponen “Dana Alokasi Umum” (DAU) yang telah mencapai 58,3%.
Sementara realisasi komponen “Pendapatan Asli Daerah” baru mencapai 51,4%, terutama
pada sub komponen “Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah” dan “Pendapatan Pajak
Daerah” yang masing-masing telah mencapai 62,1% dan 50,5%. Realisasi pada sub
komponen “Pendapatan Pajak Daerah” tersebut relatif menggambarkan kinerja konsumsi
rumah tangga (PDRB), mengingat objek penerimaan dari “Pendapatan Pajak Daerah”
tersebut antara lain adalah pajak dan bea balik nama kendaraan bermotor.
Dari sisi anggaran belanja daerah, sampai dengan semester I-2010, realisasinya baru
mencapai 31,8%. Realisasi terbesar terjadi pada pos ‘Belanja Operasi’ yang sebesar 35,5%,
diikuti oleh pos ‘Belanja Modal’ (11,1%). Kecenderungan peningkatan yang signifikan pada
realisasi pos “Belanja Operasi” tersebut relatif sejalan dengan naiknya pertumbuhan kinerja
konsumsi pemerintah (PDRB) pada triwulan laporan jika dibandingkan triwulan sebelumnya.
Hal yang serupa juga terjadi pada realisasi pos “Belanja Modal” yang relatif sejalan dengan
meningkatnya pertumbuhan kinerja investasi (PDRB) pada triwulan laporan dibandingkan
triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 13.77% (y.o.y).
Realisasi ‘Belanja Operasi’ tersebut sendiri lebih banyak dipergunakan untuk Belanja
Hibah yang telah terealisasi sebesar 39,8% dan untuk Belanja Pegawai yang telah terealisasi
sebesar 37,9%. Sementara untuk ‘Belanja Modal’, realisasi masih terdapat pada pos ’Belanja
Peralatan dan Mesin’ yang tercatat sebesar 16,69% dan pos ’Belanja Aset Lainnya’ yang
terealisasi sebesar 6,36%.
61Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Bab7
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan di triwulan III-2010 diperkirakan akan relatif
meningkat jika dibandingkan dengan triwulan II-2010. Hal tersebut diperkirakan terjadi
karena perkembangan ekonomi global dan domestik yang membaik selama triwulan II/2010
tersebut, diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2010. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan akan melampaui batas atas kisaran proyeksi 5,5%-
6,0%, kemudian akan mempengaruhi peningkatan pertumbuhan hingga tingkat regional,
termasuk Sulawesi Selatan. Dorongan pertumbuhan dari sisi permintaan terjadi pada
konsumsi, investasi dan ekspor. Sedangkan pada sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan
didorong oleh sektor industri, listrik-gas-air, pertambangan, angkutan-komunikasi dan
perdagangan-hotel-restauran.
Kemudian, laju inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung mengalami peningkatan
yang relatif besar. Tekanan inflasi diperkirakan terutama berasal dari dampak kenaikan TDL
yang berimbas pada sisi supply, datangnya Ramadhan dan Idhul Fitri yang mendorong sisi
permintaan, dan kenaikan harga-harga bahan makanan terkait dengan ketidakpastian
musim. Tekanan inflasi diperkirakan terjadi karena semakin terbatasnya respon sisi
penawaran terhadap peningkatan permintaan yang diperkirakan akan semakin meningkat.
7.1 Outlook Kondisi Makroregional
Pada sisi permintaan, pertumbuhan Sulawesi Selatan triwulan III-2010 diperkirakan
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya.
Hal tersebut diperkirakan terjadi karena perkembangan ekonomi global dan domestik yang
membaik selama triwulan II/2010 tersebut, kemudian akan terus berlanjut hingga akhir tahun
2010. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan akan cenderung
menuju ke batas atas kisaran proyeksi 5,5%-6,0%, diperkirakan akan mempengaruhi
peningkatan pertumbuhan hingga tingkat regional, termasuk Sulawesi Selatan. Pada triwulan
mendatang, diperkirakan konsumsi masyarakat akan cenderung meningkat pertumbuhannya
mengingat pada awal triwulan III-2010 sudah memasuki Tahun Ajaran Baru sehingga
otomatis konsumsi rumah tangga yang terkait dengan biaya administrasi, pembelian perlatan
dan perlengkapan sekolah meningkat. Selain itu, aktivitas pada bulan Ramadhan dan terkait
dengan perayaan Idul Fitri yang jatuh pada triwulan III-2010, akan meningkatkan konsumsi
62 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
Rumah Tangga maupun Pemerintah. Peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan III-
2010 sejalan dengan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Makassar,
dimana menunjukan kecenderungan ekspektasi masyarakat yang meningkat yang ditandai
dengan kecenderungan kenaikan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). IEK tersebut
merupakan gabungan dari indeks ekspektasi masyarakat akan kondisi perekonomian 6
(enam) bulan yang akan datang, ekspektasi penghasilan 6 bulan mendatang dan
ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan ke depan.
Kemudian untuk investasi, pada triwulan II-2010 diprediksi akan relatif meningkat
sejalan dengan peningkatan realisasi anggaran Pemerintah untuk proyek-proyek
pembangunan yang cenderung lebih besar pada semester II. Selain itu, pada sisi ekspor-
impor juga diperkirakan terjadi peningkatan pertumbuhan net ekspor. Kenaikan ekspor
diduga akan naik seiring dengan naiknya harga nikel internasional. Hal ini akan
meningkatkan penjualan nikel di dunia sejalan dengan membaiknya perekonomian dunia
yang kemudian mendorong pulihnya permintaan baja anti karat.
Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen
0
20
40
60
80
100
120
140
160
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2007 2008 2009 2010
Indeks Ekspektasi Konsumen
Pada sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan didorong oleh sektor industri,
listrik-gas-air, pertambangan, angkutan-komunikasi dan perdagangan-hotel-restauran.
Sektor industri pengolahan, khsususnya industri semen dan tepung terigu diperkirakan akan
tumbuh lebih tinggi dari pada triwulan II-2010. Kebutuhan semen diperkirakan meningkat
seiring dengan besarnya realisasi proyek pemerintah menginjak semester II-2010 sehingga
terdapat kecenderungan mengejar target penyelesaian proyek. Selain itu, untuk industri
tepung terigu, juga terdapat kecenderungan untuk terjadi peningkatan produksi sehubungan
dengan moment Ramadhan dan Idul Fitri yang akan meningkatkan permintaan Rumah
Tangga yang akan dipergunaan untuk membuat makanan/kue-kue.
63Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
Kemudian pada sektor listrik-gas-air, diduga akan terjadi kenaikan kinerja khususnya
pada subsektor listrik jika dibandingkan dengan triwulan III-2010. Meski terjadi kenaikan Tarif
Dasar Listrik (TDL) pada Juli 2010, namun seiring dengan dugaan meningkatnya akrivitas
perekonmian di Sulsel pada triuwlan III-2010 maka kinerja sektor kelistrikan sebagai sektor
penopang sektor-sektor lain akan secara cenderung tumbuh searah. Selain itu, sektor
pertambangan diduga relatif akan tumbuh meningkat sejalan dengan meningkatnya
permintaan baja di dunia sehingga berimbas pada permintaan nikel yang merupakan bahan
dasar pembuatan baja dan hal ini dapat terlihat dari dengan meningkatnya harga nikel. Oleh
sebab itu, maka diprediksi produksi nikel PT.Inco akan meningkat pada triwulan III-2010.
Terakhir adalah proyeksi peningkatan pertumbuhan pada sektor angkutan-
komunikasi dan perdagangan-hotel-restauran yang cenderung berjalan seiringan. Pada
triwulan mendatang, diperkirakan pergerakan sektor angkutan-komunikasi dan sub sektor
perdagangan-hotel-retoran akan cenderung terdorong karena aktivitas di bulan Ramadhan
dan Hari Raya Idul Fitri. Khusus untuk sub sektor hotel, diproyeksikan akan banyak
disebabkan oleh kegiatan MICE (Meeting Incentive Conference Event) diselenggarakan di
Sulawesi Selatan terutama sebelum, pada saat dan setelah bulan Ramadhan. Hal tersebut,
tercermin dari tingginya tingkat huian hotel sejak akhir triuwlan II-2010 dan kecenderungan
yang meningkat pada triwulan berikutnya. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut di atas, maka perekonomian Sulsel
pada triwulan mendatang diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2010
(9,21%; y.o.y). Perkiraan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan III-2010 yaitu berada
pada kisaran 9,7% + 0,5% (y.o.y).
7.2 Outlook Inflasi (6,4 +0,5%)
Pada triwulan mendatang, laju inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung
mengalami peningkatan yang relatif besar. Sumber tekanan inflasi terutama berasal dari
kenaikan inflasi kelompok makanan jadi dan bahan makanan. Hal ini terlihat dari beberapa
komoditas utama seperti beras, gula, bumbu-bumbuan, daging ayam dan daging sapi.
Keniakan harga-harga tersebut sudah terjadi sejak akhir triwulan II-2010 dan diduga masih
terus berlanjut hingga triwulan III-2010, mengingat meningkatnya permintaan menjelang
bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri dan cenderung lambatnya respon supply barang-
barang untuk sampai ke tangan konsumen akhir.
Kenaikan harga-harga juga dipicu oleh naiknya TDL per 1 Juli 2010 yang kemudian
berimbas pada harga barang-barang secara umum sebagai respon dari peningkatan biaya
produksi.
64 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010
Kombinasi sisi produksi yang menaikan harga sebagai akibat biaya produksi yang
secara otomatis disesuaikan dan sisi permintaan yang meningkat yang disebabkan moment
Ramadhan dan Idul Fitri, akan berdampak cukup signifikan pada pergerakan harga di
triwulan III-2010. Pada kondisi ini peran pemerintah sangat diperlukan untuk mengantisipasi
dan menindak kemungkinan terjadinya penimbunan karena dapat memicu kenaikan harga
secara signifikan. Selain itu, tekanan inflasi juga berasal dari komoditas sandang, yang
didorong oleh peningkatan harga komoditas emas internasional. Permintaan emas menjelang
hari Raya Idul Fitri juga cenderung meningkat sehingga inflasi dari kelompok sandang diduga
akan memberikan sumbangan pada peningkatan inflasi pada triwulan III-2010.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut di atas, maka pada triwulan III-
2010 diperkirakan inflasi tahunan provinsi Sulsel akan lebih besar daripada triwulan
sebelumnya, yaitu pada kisaran 6,4% ± 0.5% (y.o.y). Kecenderungan tersebut searah
dengan Survei Konsumen (SK) bulan Maret yang dilakukan oleh Bank Indonesia, dimana
Indeks Ekspektasi terhadap harga-harga dalam 3 bulan yang akan datang, yaitu sebesar
177.5 yang mengindikasikan bahwa persepsi responden SK akan harga akan cenderung
meningkat pada triwulan mendatang.
Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2007 2008 2009 2010
Indeks perubahan harga umum 3 bulan yad
Grafik 7.3.Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Sulsel dan Proyeksinya
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2* 3**
2008 2009 2010
%y.o.y ‐ Sulsel
y.o.y ‐Nas
Sumber : BPS, diolah
65Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010
7.3. Prospek Perbankan
Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan III-2010 diduga masih tumbuh lebih baik
jika dibandingkan triwulan II-2010 atau satu tahun sebelumnya. Pada triwulan II-2010,
terlihat kinerja perbankan semakin membaik jika dibandingkan triwulan sebelumnya dan
pada triwulan III-2010 perkembangan perbankan diprediksikan akan lebih baik lagi terutama
dari sisi pertumbuhan kredit. Sejalan dengan meningkatnya prospek perkonomian Indonesia
termasuk Sulawesi Selatan, maka antusiasme perbankan untuk menyalurkan kredit diduga
akan meningkat pada triwulan III-2010.
Disisi lain, penempatan dana pihak ketiga (DPK) ke perbankan diduga akan relatif
stabil dengan sedikit kecenderugan menurun. Hal dimaksud dikarenakan proyeksi
pengeluaran masyarakat yang cukup signifikan terkait dengan penenuhan kebutuhan pada
masa Ramadhan dan Idul Fitri.
Dugaan peningkatan kredit yang disalurkan dan kecenderungan melambatnya DPK,
maka akan berdampak pada penigkatan Loan to Deposit Ratio (LDR). Ditambah lagi paket
kebijakan yang ikelurkan BI pada tanggal 16 Juli 2010 telah diterima secara positif oleh
pelaku pasar baik domestik maupun internasional, dimana hal tersebut tercermin dari nilai
tukar Rupiah yang secara rata-rata cenderung menguat hingga yang disertai dengan
volatilitas yang menurun hingga akhir triwulan II-2010. Selain itu, cadangan devisa Indonesia
sampai dengan akhir triwulan II-2010 mencapai USD76,3 miliar.
Kondisi tersebut diyakini akan semakin memperkuat manajemen moneter dan
pendalaman pasar keuangan dan akhirnya berdampak pada keyakinan perbankan di seluruh
Indonesia dalam menyalurkan kreditnya kepada masyarakat. Kemudian sejalan dengan
membaiknya kondisi stabilitas keuangan domestik, meningkatnya pertumbuhan nasional dan
regional maka diharapkan Non Performing Loan (NPL) akan cenderung menurun.