kajian ekonomi regional provinsi sulawesi … · 2013-10-12 · sebagaimana diketahui dengan...

75
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 2010

Upload: vodung

Post on 27-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN-II

2010

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

 

 

iiiKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang

tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligence dan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survei), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala. Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 ini materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) akan dipisahkan dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh. Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pihak swasta dan kalangan masyarakat Iainnya. Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami nantikan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini.

Makassar, Agustus 2010 BANK INDONESIA MAKASSAR

ttd.

Lambok A. Siahaan

Pemimpin

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

 

 

vKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ~ iii

DAFTAR ISI ~ v

DAFTAR GRAFIK ~ vii

DAFTAR TABEL ~ ix

RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1

INDIKATOR EKONOMI KER Trw. II-2010 ~5

BAB 1 PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 7

1.1. Permintaan Daerah ~ 7

1.1.1. Konsumsi ~ 8

1.1.2. Investasi ~ 9

1.1.3. Perdagangan Eksternal ~ 11

1.2. Penawaran Daerah (Sektoral) ~ 13

1.2.1. Sektor Pertanian ~ 14

1.2.2. Sektor Pertambangan - Penggalian ~ 15

1.2.3. Sektor Industri Pengolahan ~ 16

1.2.4. Sektor Listrik-Gas_Air ~ 17

1.2.5. Sektor Bangunan~ 18

1.2.6. Sektor Perdagangan-Hotel-Restauran ~ 18

1.2.7. Sektor Angkutan dan Komunikasi ~ 19

1.2.8. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa perusahaan ~ 20

1.2.9. Sektor Jasa-jasa~ 21

BOKS I QUICK SURVEI “DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA (ACFTA) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN”~ 23

BOKS II QUICK SURVEI “PERKEMBANGAN DAN PROSPEK INDUSTRI PENGOLAHAN TERKAIT DAMPAK PEMULIHAN EKONOMI GLOBAL” ~27

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ~ 29

2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ~ 30

vi Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN ~ 39

3.1. Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah) ~ 39

3.1.1. Kelembagaan dan Aset ~ 39

3.1.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan ~ 40

3.1.3. Intermediasi Bank Umum Syariah ~ 45

3.2. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) ~ 45

BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 47

4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ 47

4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ 48

4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan ~ 49

4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS ~ 49

4.4.1. Perkembangan RTGS ~ 49

4.4.2. Perkembangan Kliring ~ 50

BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ~ 53

5.1. Ketenagakerjaan ~ 53

5.2. Kesejahteraan ~ 54

5.2.1. Nilai Tukar Petani ~ 54

5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin ~ 56

5.3. Survei ~ 57

BAB 6 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ 59

BAB 7 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ~ 61

7.1. Outlook Kondisi Makroregional ~ 61

7.2. Outlook Inflasi ~ 63

7.3. Prospek Perbankan ~ 65

viiKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Daftar Grafik Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB ~ 7 Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi ~ 8 Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Investasi ~ 10 Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor ~ 11 Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor ~ 12 Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian ~ 14 Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian~ 15 Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan~ 16 Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 17 Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Bangunan ~ 18 Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran ~ 19 Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja SubSektor Angkutan ~ 20 Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 21 Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa ~ 21 Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 31 Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan ~ 32 Grafik 2.3. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil

SPH di Makassar ~ 33 Grafik 2.4. Beberapa Inflasi Kel.Sandang~ 34 Grafik 2.5. Perkembangan Harga Emas ~ 34 Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kel. Pendidikan~ 35 Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau

~ 36 Grafik 2.8. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi Hasil SPH di Makassar~

37 Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar~ 38 Grafik 2.10. Perkembangan Inlasi Kelompok Kesehatan~ 39 Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 41 Grafik 2.12. Perkembangan Rata-rata Harga Minyak Dunia ~ 41 Grafik 3.1. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 42 Grafik 3.2. Pangsa NPLs Per Sektor Ekonomi ~ 43 Grafik 3.3. Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 42 Grafik 3.4. Perkembangan Aset BPR/S ~ 43 Grafik 3.5. Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S ~ 44 Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) ~ 47 Grafik 4.2. Aliran Uang Kartal Kelaur (Outflow) ~ 47 Grafik 4.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow ~ 48 Grafik 4.4. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Trw.II-2010 ~ 49 Grafik 4.5. Transaksi RTGS – Incoming ~ 50 Grafik 4.6. Transaksi RTGS – Outgoing ~ 50 Grafik 5.1. Persentase Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ~ 54 Grafik 5.2. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani ~ 55

viii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

Grafik 5.3. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani ~ 55 Grafik 5.4. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani ~ 55 Grafik 5.5. Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan ~ 56 Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-Sulampua per Maret 2009 ~ 57 Grafik 5.7. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 57 Grafik 5.8. Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu ~ 57 Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 61 Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 64 Grafik 7.3. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Sulsel dan Proyeksinya ~ 64

ixKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Daftar Tabel

Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) ~ 8 Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) ~ 14

Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y) ~ 28 Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan ~ 28 Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang ~ 30 Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga~ 31 Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 32 Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar~ 34 Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan~ 35 Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan ~ 36 Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum) Sulawesi Selatan ~ 39 Tabel 3.2. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan ~ 40 Tabel 3.3. Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank~ 40 Tabel 3.4. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum~ 41 Tabel 3.5. Penyaluran Kredit /Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan~ 41 Tabel 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 43 Tabel 3.7. Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum~ 43 Tabel 3.8. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank

Umum (y.o.y)~ 44 Tabel 3.9. Perkembangan Bank Umum Syariah ~ 45

Tabel 4.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar Trw. II-2010 ~ 49 Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 51 Tabel 5.1. Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Utama ~ 53 Tabel 6.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan

Semester I-2010~ 59

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

 

 

1Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Ringkasan Eksekutif

Asesmen Ekonomi Peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) terjadi pada triwulan II-

2010, yang lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 maupun triwulan II-2009 (sumber :

release BPS). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 9,21% (yoy),

sementara pada triwulan I-2010 sebesar 7,96%, dan pada triwulan triwulan II-2009 sebesar

6,01%. Angka pertumbuhan tersebut juga lebih tinggi dari angka perkiraan Bank Indonesia

yaitu sebesar 8,02% pada triwulan laporan.

Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama masih didukung

oleh pertumbuhan konsumsi dan investasi. Pertumbuhan tertinggi di sektor

pertambangan-penggalian, sementara pertumbuhan terendah terjadi di sektor jasa. Meski

mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi dibanding triwulan I-2010, masih terdapat

sektor-sektor ekonomi yang mengalami perlambatan pertumbuhan.

Dari sisi penawaran (sektoral), pendorong pertumbuhan ekonomi berasal dari sektor

pertanian, perdagangan-hotel-restoran, dan sektor pertambangan-penggalian.

Pertumbuhan tertinggi terdapat pada sektor keuangan, yang kemudian diikuti berturut-

turut pada sektor angkutan-komunikasi, sektor pertambangan-penggalian, sektor bangunan

dan sektor perdagangan-hotel-restoran. Sementara pertumbuhan terendah diperkirakan

terdapat pada sektor pertanian.

Asesmen Inflasi

Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan II-2010 tercatat lebih tinggi

dibandingkan laju inflasi pada triwulan I-2010. Laju inflasi pada triwulan II-2010 tercatat

sebesar 5,00% (yoy), relatif sama dengan laju inflasi nasional yang sebesar 5,05%. Namun

tekan inflasi Sulsel pada triwulan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan tekanan inflasi pada

triwulan II-2009 yang sebesar 3,80%.

Kelompok utama yang menjadi penyebab meningkatnya laju inflasi triwulan

ini adalah bahan makanan dan kelompok sandang, dimana kelompok dimaksud

mengalami peningkatan laju inflasi yang cukup tinggi. Di sisi lain terdapat perlambatan

laju inflasi yang terdapat pada kelompok makanan jadi, kelompok kesehatan, dan kelompok

transpor, sementara laju inflasi kelompok pendidikan relatif stabil. Terkait dengan target

2 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

inflasi nasional pada tahun 2010 sebesar 5% (±1%), maka laju inflasi Sulsel sampai dengan

Juni 2010 yang sebesar 1,56% (ytd) menunjukan bahwa laju inflasi di Sulsel masih relatif

terkendali.

Asesmen Perbankan

Kinerja Pebankan Sulsel pada triwulan II-2010 (per Mei 2010) relatif

mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan I-2010. Hal ini tercermin

dari indikator perbankan yang secara umum tumbuh lebih besar, baik dilihat pada aset, DPK

mapun kredit. Di sisi lain, kualitas kredit yang disalurkan, dimana tercermin pada nilai NPLs

(Non Performing Loan-Gross) yang masih berada pada kisaran yang baik yaitu 3.4%. Selain

itu, trend pergerakan LDR masih cenderung stabil jika dibandingkan dengan triwulan I-2010.

Dari sisi kelembagaan, bank umum di Sulawesi Selatan pada triwulan II-2010 (per Mei 2010)

mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah kantor bank yang mengalami

peningkatan jika dibandingkan triwulan I-2010, meskipun jumlah bank tidak mengalami

perubahan.

Asesmen Sistem Pembayaran

Transaksi melalui sistem pembayaran tunai maupun non tunai pada triwulan

II-2010 menunjukkan pergerakan peningkatan aktivitas perekonomian Sulsel.

Peningkatan transaksi tersebut, selain itu karena faktor musiman (tahun ajaran baru dan

liburan sekolah), kegiatan kampanye dan pelaksanaan pilkada juga turut mempengaruhi

perkembangan transaksi sistem pembayaran ini.

Aliran uang kartal masuk (inflow) dan keluar (outflow), pada triwulan laporan, dari

dan ke perbankan melalui KBI Makassar tercatat mengalami out inflow sebesar Rp0,65

triliun, sementara pada triwulan I-2010 tercatat mengalami net inflow sebesar Rp1,56 triliun.

Jumlah nominal kondisi uang tidak layak edar pada triwulan II-2010 tercatat

mengalami penurunan. PTTB pada triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp0,69 triliun, sementara

PTTB pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp1,04 triliun. Dari rasio PTTB terhadap inflow

pada triwulan laporan tercatat sebesar 113,6% lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010

yang sebesar 56,2%. Hal ini karena kegiatan PTTB pada triwulan laporan ini terdapat

tambahan kegiatan PTTB yang belum terselesaikan pada triwulan I-2010.

Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Daya serap perkembangan pertumbuhan ekonomi Sulsel selama tahun 2010

terhadap angkatan kerja semakin membaik, terutama pada semester I-2010. Sehingga

3Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel tercatat mengalami penurunan yaitu sebesar

0,76% yaitu dari 8,7% pada Februari 2009 menjadi 7,9% pada Februari 2010. Tingkat

kesejahteraan petani Sulsel pada triwulan laporan meskipun menunjukkan

perlambatan pertumbuhan namun masih mengalami perkembangan positif. Rata-

rata pertumbuhan NTP Sulsel pada triwulan II-2010 tercatat tumbuh sebesar 1,4% (yoy),

lebih rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan I-2010 yang sebesar 2,6% (yoy).

Asesmen Keuangan Daerah

Realisasi anggaran pendapatan daerah sampai dengan Semester I-2010

tercatat hampir mencapai target 50% dari total target pendapatan, yaitu sebesar

50,9% atau mencapai Rp1,244.68 milyar. Target pendapatan 2010 ini diperkirakan dapat

tercapai lebih dari 100% mengingat pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang

cenderung lebih tinggi dibandingkan tahun 2009. Dari komponen pendapatan, realisasi

“Pendapatan Transfer” telah mencapai 53,3%. Dari sisi anggaran belanja daerah, sampai

dengan semester I-2010, realisasinya baru mencapai 31,8%. Realisasi terbesar terjadi pada

pos ‘Belanja Operasi’ yang sebesar 35,5%,

Prospek Ekonomi Triwulan II-2010

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan di triwulan III-2010 diperkirakan

akan relatif meningkat jika dibandingkan dengan triwulan II-2010. Hal tersebut

diperkirakan terjadi karena perkembangan ekonomi global dan domestik yang membaik

selama triwulan II/2010 tersebut, diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2010.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan akan melampaui batas atas

kisaran proyeksi 5,5%-6,0%, kemudian akan mempengaruhi peningkatan pertumbuhan

hingga tingkat regional, termasuk Sulawesi Selatan. Dorongan pertumbuhan dari sisi

permintaan terjadi pada konsumsi, investasi dan ekspor. Sedangkan pada sisi penawaran,

peningkatan pertumbuhan didorong oleh sektor industri, listrik-gas-air, pertambangan,

angkutan-komunikasi dan perdagangan-hotel-restauran.

Laju inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung mengalami peningkatan

yang relatif besar. Tekanan inflasi diperkirakan terutama berasal dari dampak kenaikan TDL

yang berimbas pada sisi supply, datangnya Ramadhan dan Idhul Fitri yang mendorong sisi

permintaan, dan kenaikan harga-harga bahan makanan terkait dengan ketidakpastian

musim. Tekanan inflasi diperkirakan terjadi karena semakin terbatasnya respon sisi

penawaran terhadap peningkatan permintaan yang diperkirakan akan semakin meningkat.

4 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan III-2010 diduga masih tumbuh lebih

baik jika dibandingkan triwulan II-2010 atau satu tahun sebelumnya. Pada triwulan II-

2010, terlihat kinerja perbankan semakin membaik jika dibandingkan triwulan sebelumnya

dan pada triwulan III-2010 perkembangan perbankan diprediksikan akan lebih baik lagi

terutama dari sisi pertumbuhan kredit. Sejalan dengan meningkatnya prospek perkonomian

Indonesia termasuk Sulawesi Selatan, maka antusiasme perbankan untuk menyalurkan kredit

diduga akan meningkat pada triwulan III-2010. Disisi lain, penempatan dana pihak ketiga

(DPK) ke perbankan diduga akan relatif stabil dengan sedikit kecenderugan menurun. Hal

dimaksud dikarenakan proyeksi pengeluaran masyarakat yang cukup signifikan terkait

dengan penenuhan kebutuhan pada masa Ramadhan dan Idul Fitri.

5Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN

PROPINSI SULAWESI SELATAN

a. INFLASI dan PDRB

1 2 3 4 1 2MAKRO

- Sulawesi Selatan 116.09 115.04 117.88 118.94 120.11 120.79 - Sulawesi Utara 116.57 114.15 115.00 117.87 118.72 118.96 - Gorontalo 116.03 116.71 117.70 118.32 120.20 119.90 - Papua 115.25 114.84 116.62 117.53 119.07 120.30 - Irian Jaya Barat 130.53 131.16 132.25 133.45 134.75 137.15 - Maluku 113.20 110.45 112.46 117.87 121.22 121.54 - Sulawesi Tengah 116.45 116.03 119.92 120.96 120.19 122.19 - Sulawesi Tenggara 120.96 120.55 123.20 122.85 122.60 123.46 - Sulawesi Barat 118.83 118.90 120.62 121.37 122.39 123.13 - Maluku Utara 117.33 117.01 118.55 120.38 122.53 120.99

- Sulawesi Selatan 9.01 3.80 2.70 3.39 3.46 5.00 - Sulawesi Utara 8.85 2.25 (0.01) 2.31 1.84 4.21 - Gorontalo 10.54 7.22 3.97 4.35 3.59 2.73 - Papua 8.26 2.77 1.44 1.92 3.31 4.75 - Irian Jaya Barat 21.25 7.93 1.24 3.59 3.23 4.56 - Maluku 8.84 (0.21) (3.29) 6.48 7.08 10.04 - Sulawesi Tengah 11.07 5.83 4.16 5.73 3.21 5.30 - Sulawesi Tenggara 15.81 6.81 5.67 3.59 1.35 2.41 - Sulawesi Barat 9.64 5.24 0.85 1.78 3.00 3.55 - Maluku Utara 7.64 4.34 1.36 3.88 4.43 3.40

1. Pertanian 3,369.85 3,337.76 3,542.10 3,201.60 3,265.68 3,626.07 2. Pertambangan dan Penggalian 923.44 934.94 966.80 1,028.20 1,157.58 1,100.26 3. Industri Pengolahan 1,560.65 1,688.66 1,741.40 1,593.80 1,648.87 1,750.29 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 119.83 121.21 131.00 120.51 123.69 136.46 5. Konstruksi/Bangunan 620.84 650.18 683.60 702.24 694.20 709.14 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,825.74 1,916.95 2,008.80 1,991.20 2,043.86 2,102.33 7. Angkutan dan Komunikasi 903.23 973.51 1,042.00 1,105.10 1,061.81 1,123.75 9. Keuangan, Persewaan dan Jasa 736.04 803.20 807.70 850.64 929.37 919.34 10. Jasa-jasa 1,305.65 1,324.66 1,334.50 1,343.90 1,348.10 1,366.22

4.06 5.24 7.95 6.69 7.96 9.21 *

238.40 143.59 643.66 483.81 478.48 455.46

153.72 154.43 266.36 235.91 194.26 163.06

185.08 84.60 130.88 154.70 122.67 111.72

195.25 217.65 257.87 317.47 254.08 237.73

Catt : Per Trw.II-2008, penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar 2007

2010INDIKATOR 2009

Indeks Haga Konsumen

*) Sementara

Volume Impor Non Migas (Ribu Ton)Nilai Impor Non Migas (USD Juta)

Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta)Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton)

Laju Inflasi Tahunan (y.o.y;%)

PDRB - Harga Konstan (Miliar Rp)

Pertumbuhan PDRB (y.o.y;%)

6 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

LANJUTAN ... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN

PROPINSI SULAWESI SELATAN B. PERBANKAN

1 2 3 4 1 2*

Total Aset (Rp. Miliar) 37,587.50 38,881.67 40,388.42 43,746.72 43,891,274 44,914,666

28,625.67 29,520.99 29,450.83 33,601.07 29,783,729 31,491,101 Giro 5,108.73 5,062.09 4,939.34 4,994.19 4,738,858 4,934,579 Tabungan 14,135.56 15,169.42 14,965.87 18,460.23 14,688,164 16,123,590 Deposito 9,381.39 9,289.49 9,545.62 10,146.65 10,356,707 10,432,932

31,563.21 32,919.44 33,872.77 36,430.30 37,198,327 38,124,582 - Modal Kerja 12,195.55 13,239.15 13,582.62 14,671.89 13,965,853 13,848,218 - Investasi 6,398.84 6,230.54 6,299.91 6,769.70 7,731,584 7,916,461 - Konsumsi 12,968.81 13,449.75 13,990.23 14,988.71 15,500,890 16,359,903

110.26% 111.51% 115.01% 108.42% 124.89% 121.06%

31,563.21 32,919.44 33,872.77 36,430.30 37,198,327 38,124,582 - Pertanian 988.37 918.73 986.73 989.64 514,757 379,583 - Pertambangan 170.56 169.82 218.30 201.51 263,569 264,772 - Industri pengolahan 3,376.72 3,395.70 3,160.59 3,148.85 2,923,089 3,081,393 - Listrik,Gas dan Air 56.56 74.50 169.35 253.63 339,709 359,758 - Konstruksi 1,932.56 2,170.31 2,248.17 2,224.73 1,936,333 2,270,855 - Perdagangan 8,578.93 9,509.54 9,805.49 11,105.77 9,257,111 9,328,773 - Pengangkutan 1,444.98 1,079.02 1,060.54 1,178.16 1,177,115 983,617 - Jasa Dunia Usaha 1,730.04 1,794.99 1,843.65 1,964.50 1,938,011 1,802,558 - Jasa Sosial Masyarakat 315.69 357.08 389.72 374.81 1,516,817 1,504,056 - Lain-lain 12,968.81 13,449.75 13,990.23 14,988.71 17,331,816 18,149,217

22,626.12 24,012.99 24,785.66 26,872 27,816,100 28,813,218

6,440.47 6,714.52 7,010.43 7,152.79 6,101,513 6,237,959 - Modal Kerja 1,154.74 1,263.32 1,343.63 1,299.20 960,351 952,732 - Investasi 143.15 161.72 167.39 144.31 184,617 194,050 - Konsumsi 5,142.58 5,289.48 5,499.41 5,709.28 4,956,545 5,091,177

10,109.69 10,693.36 11,054.72 11,934.71 13,804,552 14,348,312 - Modal Kerja 2,624.75 2,832.74 2,910.72 3,083.08 3,075,912 3,022,252 - Investasi 754.18 849.18 925.01 1,024.82 1,621,379 1,683,114 - Konsumsi 6,730.76 7,011.44 7,218.99 7,826.81 9,107,261 9,642,946

6,075.96 6,605.11 6,720.52 7,784.53 7,910,035 8,226,947 - Modal Kerja 4,042.81 4,468.59 4,445.99 5,212.03 4,984,094 5,092,605 - Investasi 973.98 1,015.74 1,032.26 1,154.59 1,630,421 1,677,406 - Konsumsi 1,059.18 1,120.79 1,242.27 1,417.91 1,295,520 1,456,936

-3.82% 3.05% 4.08% 3.08% 3.47% 3.41%

2.96% 3.37% 3.45% 2.93% 2.98% 2.98%

BANK UMUM SYARIAH1,395.53 1,288.73 1,308.37 1,361.65 1,465,949 1,525,106

714.07 833.87 861.66 898.68 804,463 807,703 Giro 76.92 149.44 133.05 142.56 79,860 92,942 Tabungan 311.38 351.00 344.76 360.76 377,864 395,693 Deposito 325.77 333.43 383.85 395.36 426,599 412,010

1,443.14 1,405.82 1,422.01 1,431.97 1,484,158 1,650,082 - Modal Kerja 528.45 474.63 492.53 520.20 525,214 578,305 - Investasi 121.53 171.97 165.07 159.53 350,448 388,054 - Konsumsi 793.16 759.23 764.41 752.24 608,496 683,723

202.10% 168.59% 165.03% 159.34% 167.83% 183.21%

Catt.* (<Rp. 50 Juta)** (Rp. 50 < X < Rp. 500 Juta)*** (Rp. 500 Juta < X < Rp. 5 M)**** Data Sementara

2010

NPL UMKM gross (%)

Kredit UMKM (Rp. Miliar)

Kredit Mikro* (Rp. Miliar)

Kredit Kecil ** (Rp. Miliar)

Kredit Menengah *** (Rp. Miliar)

NPL Total gross (%)

D P K (Rp. Miliar)

L D R

Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)

Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)

INDIKATOR 2009

BANK UMUM :

FDR

Total Aset (Rp. Miliar)

D P K (Rp. Miliar)

Pembiayaan - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Mil

7Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Bab 1

Perkembangan Kondisi Makroekonomi

Peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) terjadi pada triwulan II-

2010, yang lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 maupun triwulan II-2009 (sumber :

BPS). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 9,21% (yoy), sementara

pada triwulan I-2010 sebesar 7,96%, dan pada triwulan triwulan II-2009 sebesar 6,01%.

Angka pertumbuhan tersebut juga lebih tinggi dari angka perkiraan Bank Indonesia yaitu

sebesar 8,02% (yoy) pada triwulan laporan.

Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama masih didukung oleh

pertumbuhan konsumsi dan investasi. Sementara dari sisi penawaran (sektoral), pendorong

pertumbuhan ekonomi berasal dari sektor pertanian, perdagangan-hotel-restoran, dan sektor

pertambangan-penggalian.

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB

Pertumbuhan tertinggi di sektor pertambangan-penggalian, sementara pertumbuhan

terendah terjadi di sektor jasa. Meski mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi

dibanding triwulan I-2010, masih terdapat sektor-sektor ekonomi yang mengalami

perlambatan pertumbuhan.

1.1 Permintaan Daerah

Pertumbuhan kinerja konsumsi dan investasi tercatat menjadi penopang

pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan yang mengalami peningkatan

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2010 maupun triwulan II-2009. Sementara

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2007 2008 2009 2010

y.o.y Sulsel

y.o.y Nas

Sumber : BPS, diolah* : Proyeksi BI

8 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

kinerja net ekspor tercatat mengalami perlambatan pertumnbuhan, terutama karena tekanan

kinerja impor.

Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y)

1.1.1. Konsumsi

Kinerja konsumsi pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh sebesar 6,48% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 (6,19%) dan triwulan II-2009 (6,17%).

Peningkatan pertumbuhan konsumsi tersebut, selain karena faktor musiman, yaitu tahun

ajaran baru yang tiba pada akhir triwulan laporan, juga didorong oleh adanya pemilihan

umum kepala daerah (pilkada) yang terdapat di 10 kabupaten di Sulsel. Pilkada tersebut

dilaksanakan secara serempak pada tanggal 23 Juni 2010 dengan mengikutsertakan

kandidat sebanyak 54 pasangan calon. Dampak dari pilkada tersebut diperkirakan menjadi

pendorong pertumbuhan konsumsi di Sulsel, khususnya konsumsi rumah tangga. Kinerja

konsumsi pemerintah juga diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan

triwulan II-2009 maupun triwulan I-2010, yang relatif karena mulai terealisasinya program-

program pemerintah. Pertumbuhan kinerja konsumsi ini sejalan dengan prompt-prompt

indikator yang cenderung menunjukkan peningkatan, sebagai berikut :

Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi

Pemakaian Air (M³)

di Makassar Perkembangan Konsumsi Listrik

Sektor Rumah Tangga

Kons Inv Eks Imp TOTAL Kons Inv Eks Imp TOTAL1 6.09% 24.93% 37.15% 39.64% 11.33% 4.49% 4.36% 14.24% 11.76% 11.33%2 6.11% 31.40% ‐11.16% ‐10.19% 8.10% 4.35% 5.46% ‐6.16% ‐4.46% 8.10%3 6.59% 28.46% 7.26% 14.63% 8.13% 4.68% 5.08% 3.22% 4.84% 8.13%4 5.03% 12.25% ‐9.08% ‐6.76% 3.92% 3.56% 2.20% ‐4.20% ‐2.36% 3.92%1 4.74% 32.02% ‐44.04% ‐40.98% 4.09% 3.34% 6.29% ‐20.79% ‐15.25% 4.09%2 6.16% 11.93% ‐21.99% ‐25.21% 6.01% 4.30% 2.52% ‐9.97% ‐9.16% 6.01%3 6.30% 0.63% ‐29.27% ‐46.39% 7.95% 4.41% 0.13% ‐12.87% ‐16.28% 7.95%4 7.23% 23.65% 26.29% 43.77% 6.69% 5.17% 4.59% 10.65% 13.71% 6.69%1 6.19% 4.91% 90.05% 98.08% 7.77% 4.38% 1.22% 22.86% 20.70% 7.77%2 9.06% 2.15% 31.99% 36.97% 8.02% 6.34% 0.48% 10.67% 9.47% 8.02%

Sumber : BPS

2008

2009

2010

PERTUMBUHAN (yoy) SUMBANGAN (yoy)PERIODE

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

Juta M

3

Pemakaian Air (M³)

Y.O.Y (PA)

Sumber : PDAM Mks* Sementara

‐10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

200 

220 

240 

260 

280 

300 

320 

340 

360 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2008 2009 2010

Juta GWH

Rumah Tangga y.o.y

Sbr : PLN Divre VII* Sementara

9Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Kendaraan dan Suku Cadang

Indeks Ketepatan Konsumsi Barang Tahan Lama

Perkembangan Indeks Penjualan Eceran

Kel. Makanan dan Tembakau Perkembangan Konsumsi Listrik

Sektor Sosial

Perkembangan

Indeks Keyakinan Konsumen Perkembangan Konsumsi Listrik

Penerangan Jalan Umum

1.1.2. Investasi

Pada triwulan laporan, perkembangan kinerja investasi tercatat mengalami

peningkatan pertumbuhan yaitu dari 5,19% pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 10,44%

(yoy). Angka pertumbuhan triwulan laporan juga tercatat sedikit lebih tinggi dibandingkan

triwulan II-2009 yang sebesar 10,25%. Peningkatan kinerja investasi pada triwulan ini

diperkirakan dipengaruhi oleh pelaksanaan pilkada di 10 kabupaten yang dilaksanakan

secara serentak pada triwulan II-2010. Pelaksanaan pilkada tersebut relatif mempengaruhi

pembangunan proyek-proyek di daerah, terutama proyek pemerintah. Sementara realisasi

‐20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

50 

100 

150 

200 

250 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

Kend & Sk Cd

yoy

Smb : SPE

‐30%

‐25%

‐20%

‐15%

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

Ketepatan wkt pembelian durable goods

y.o.y

‐50%

0%

50%

100%

150%

200%

100 

200 

300 

400 

500 

600 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

Mknn & Temb yoy

Smb : SPE

‐60%‐50%‐40%‐30%‐20%‐10%0%10%20%30%

15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2008 2009 2010Juta GWH

Sosialy.o.y

Sbr : PLN Divre VII* Sementara

90 

95 

100 

105 

110 

115 

120 

125 

130 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

IKK

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

23 

24 

25 

26 

27 

28 

29 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2007 2008 2009 2010

Juta GWH

Penerangan Jln Umum y.o.y

10 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

belanja modal pemerintah diperkirakan masih relatif minim, seperti pada belanja modal

Provinsi Sulsel yang baru terealisasi sebesar 11% dari anggaran. Dorongan pertumbuhan

kinerja investasi di Sulsel pada triwulan ini diperkirakan dari sektor swasta, seperti

pembangunn hotel, pusat perbelanjaan (mal/ruko) dan real estate (perumahan)..

Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Investasi

Volume Impor Barang Modal Realisasi Pengadaan Semen

Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Industri dan Bisnis

Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Konstruksi

Volume Impor Intermediate Goods

Kondisi perkembangan kinerja investasi pada triwulan ini relatif tercermin dari

beberapa prompt indikator di atas, seperti volume impor barang modal, realisasi pengadaan

semen, konsumsi listrik sektor industri dan bisnis, serta hasil Survei Penjualan Eceran barang

untuk kelompok bahan konstruksi yang masih menunjukkan perkembangan positif. Dari

‐200%

‐100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

800%

900%

10 

12 

14 

16 

18 

1  2  3  4  1  2  3  4  1  2*

2008 2009 2010Juta Kg

Capital Goods

Volume yoy

Smb : Cognos ‐ BI

‐10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

100 

200 

300 

400 

500 

600 

1  2  3  4  1  2  3  4  1  2 

2008 2009 2010

Ribuan Ton

Sulsel y.o.ySumber : ASI* : SementaraSumber : ASI* : Sementara

‐40%

‐30%

‐20%

‐10%

0%

10%

20%

30%

100 

150 

200 

250 

300 

350 

400 

450 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2007 2008 2009 2010Juta GWH

Konsumsiyoy

Sbr : PLN Divre VII* Sementara

‐60%‐40%‐20%0%20%40%60%80%100%120%

100 

200 

300 

400 

500 

600 

700 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

Bhn Kons

yoy

Smb : SPE

‐40%

‐30%

‐20%

‐10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

50 

100 

150 

200 

250 

300 

350 

1  2  3  4  1  2  3  4  1  2*

2008 2009 2010Juta Kg

Intermediate GoodsIntermediate Goods y.o.y

* SementaraSmb : Cognos ‐BI

11Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

beberapa prompt indikator tersebut cenderung menunjukkan perkembangan yang menurun

dibandingkan triwulan I-2010 maupun triwulan II-2009, sehingga disinyalir perkembangan

investasi pada triwulan ini lebih dominan pada non fisik atau investasi yang berupa

penambahan modal.

1.1.3. Perdagangan Eksternal (Ekspor – Impor)

Net ekspor-impor Sulsel pada triwulan laporan tercatat masih mengalami surplus,

namun mengalami pertumbuhan pertumbuhan dibandingkan pertumbuhan net ekspor-

impor pada triwulan I-2010 yang tercatat sebesar 53,39%. Sementara apabila dibandingkan

dengan triwulan II-2009 (-5,14%), pertumbuhan net ekspor-impor pada triwulan laporan

masih tercatat lebih tinggi yaitu sebesar 29,56% (yoy).

Pertumbuhan kinerja net ekspor-impor ini masih didorong oleh kinerja ekspor, meski

pada triwulan laporan (57,06%) tercatat mengalami perlambatan dibandingkan triwulan I-

2010 yang tercatat sebesar 90,55%.

Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor Volume Ekspor Luar Negeri Non Migas Total Volume Produksi Nikel

Volume Ekspor Luar Negeri

Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain Volume Ekspor Luar Negeri

Kayu Olahan

‐60%‐50%‐40%‐30%‐20%‐10%0%10%20%30%40%

50 

100 

150 

200 

250 

300 

350 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2008 2009 2010

Ribu Ton

EKSPOR NON MIGAS TOTAL y.o.y

Smb : Cognos ‐ BI* Sementara

‐25%‐20%‐15%‐10%‐5%0%5%10%15%20%25%

5,000 

10,000 

15,000 

20,000 

25,000 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

Produksi nikel dlm mattey.o.y * Sementara

Sbr.: Press Release PT. Inco

‐25%

‐20%

‐15%

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2008 2009 2010

Ribu Ton

IKAN, UDANG, KERANG, DLL TOTALy.o.y

Smb : Cognos ‐ BI* Sementara

‐60%

‐40%

‐20%

0%

20%

40%

60%

10 

12 

14 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2008 2009 2010

Ribu Ton

BARANG2 KAYU & GABUSTOTALy.o.y

Smb : Cognos ‐BI* Sementara

12 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

Volume Ekspor Luar Negeri Kopi, The, Kakao dan Sejenisnya

Volume Muat Dalam Negeri Melalui Pelabuhan

Volume Muat Luar Negeri Melalui Pelabuhan

Kinerja ekspor pada triwulan laporan diperkirakan didorong oleh komoditas hasil

perikanan, hasil perkebunan dan perdagangan antar pulau, sementara ekspor komoditas

hasil pertambangan dan serta kayu olahan diperkirakan masih tertekan. Namun di sisi lain,

pertumbuhan kinerja ekspor ini masih tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 (-

30,04%), sehubungan dengan tingkat harga internasional pada saat triwulan II-2009 yang

kurang menguntungkan. Sehingga perdagangan luar negeri relatif tertekan.

Sementara kinerja impor, juga tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan

sehubungan dengan pengaruh musiman (tahun ajaran baru/liburan sekolah) sehingga terjadi

pergeseran konsumsi masyarakat. Pada triwulan II-2010, kinerja impor diperkirakan tumbuh

67,22% (yoy) sementara pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh sebesar

98,08%. Kinerja impor pada triwulan ini diperkirakan didorong oleh kinerja impor antar

pulau sehubungan dengan persiapan dan pelaksanaan pilkada, khususnya impor kaos,

kertas, dan lain-lain untuk keperluan pilkada. Namun di sisi lain, situasi tersebut relatif

menekan kinerja impor luar negeri, khususnya impor barang modal dan barang antara

(intermediate goods). Adapun perkembangan kinerja impor pada triwulan laporan, relatif

tercermin dari beberapa prompt indikator dibawah ini yang juga cenderung menunjukkan

penurunan.

‐60%

‐40%

‐20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

10 

20 

30 

40 

50 

60 

70 

80 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2008 2009 2010

Ribu Ton

KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYATOTALy.o.y

Smb : Cognos ‐BI* Sementara

‐70%

‐60%

‐50%

‐40%

‐30%

‐20%

‐10%

0%

10%

20%

30%

0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2008 2009 2010

Ribu Ton

MUAT AP

Y.O.YSumber : Pelindo IV* : Sementara

‐80%

‐60%

‐40%

‐20%

0%

20%

40%

60%

80%

0.0

0.0

0.0

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.2

0.2

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2008 2009 2010

Ribu Ton

MUAT LN

Y.O.YSumber : Pelindo IV* : Sementara

13Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor

Volume Impor Luar Negeri Non Migas Total

Volume Impor Luar Negeri Consumer Goods

Volume Bongkar Dalam Negeri

Melalui Pelabuhan Volume Bongkar Luar Negeri

Melalui Pelabuhan

Namun apabila dibandingkan dengan kinerja impor triwulan II-2009 yang tercatat

tumbuh sebesar -36,22% (yoy), pertumbuhan triwulan ini tercatat masih lebih tinggi. Kondisi

tersebut, selain karena faktor pilkada, juga disebabkan oleh kondisi perekonomian pada

triwulan laporan yang lebih baik dibandingkan triwulan II-2009 yang kondisi

perekonomiannya relatif baru beranjak dari krisis ekonomi 2008.

1.2. Penawaran Daerah (Sektoral)

Dari sisi penawaran, secara tahunan (yoy), sektor pertanian, sektor perdagangan-

hotel-restoran, sektor pertambangan-penggalian, dan sektor angkutan-komunikasi tercatat

menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Secara umum,

terdapat 3 sektor ekonomi yang mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan

triwulan I-2010, yaitu sektor pertanian, sektor listrik-gas-air bersih dan sektor perdagangan-

hotel-restoran. Di sektor pertanian terdapat peningkatan pertumbuhan yang cukup tinggi

meskipun diperkirakan dalam kondisi cuaca yang relatif kurang kondusif.

Pertumbuhan tertinggi terdapat pada sektor pertambangan-penggalian, yang

kemudian diikuti berturut-turut pada sektor angkutan-komunikasi, sektor keuangan-

‐40%

‐30%

‐20%

‐10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

50 

100 

150 

200 

250 

300 

350 

1  2  3  4  1  2  3  4  1  2*

2008 2009 2010

Juta Kg

SULSELS  I  T  C y.o.y

* Sementara

Smb : Cognos ‐BI

‐100%

‐50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

10 

1  2  3  4  1  2  3  4  1  2*

2008 2009 2010Juta Kg

Consumer Goods

Consumer Goods y.o.y

* SementaraSmb : Cognos ‐BI

‐60%

‐40%

‐20%

0%

20%

40%

60%

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2008 2009 2010

Ribu Ton

BONGKAR AP

yoy

Sumber : Pelindo IV* : Sementara

‐60%

‐40%

‐20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0.0

0.1

0.1

0.2

0.2

0.3

0.3

0.4

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2008 2009 2010

Ribu Ton

BONGKAR LN

yoy

Sumber : Pelindo IV* : Sementara

14 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

persewaan-jasa perusahaan, dan sektor listrik-gas-air bersih. Sementara pertumbuhan

terendah tercatat terdapat pada sektor jasa-jasa.

Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y)

1.2.1. Sektor Pertanian

Pada triwulan II-2010, tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan setelah pada

triwulan I-2010 mengalami kontraksi sebesar -4,94% (yoy). Perkembangan kondisi sektor ini

sejalan dengan apa yang diperkirakan oleh Bank Indonesia. Pertumbuhan sektor ini pada

triwulan laporan tercatat sebesar 8,64% (yoy). Perbaikan pertumbuhan tersebut diperkirakan

karena masa panen yang jatuh pada awal triwulan II-2010, terutama pada subsektor

perkebunan (kakao). Begitu juga halnya pada subsektor tanaman bahan makanan terjadi

peningkatan produksi sehubungan dengan masa panen namun tidak sebanyak produksi

pada triwulan I-2010. Di subsektor perikanan juga diperkirakan mengalami peningkatan

pertumbuhan, yang ditandai dengan meningkatnya volume ekspor luar negeri untuk ikan,

udang, kerang dan lain-lain.

Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian

Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain

Volume Ekspor Luar Negeri Kopi,Teh, Kakao dll

Tani Tambang Industri LGA Bgn PHR Angkom Keu Jasa TOTAL1 12.33% 8.78% 12.62% 13.83% 16.76% 11.46% 13.80% 12.65% 4.70% 11.33%2 4.87% ‐7.23% 12.01% 12.94% 25.15% 12.24% 14.40% 14.48% 5.34% 8.10%3 6.06% ‐2.98% 6.79% 13.85% 23.20% 13.75% 13.21% 11.22% 5.52% 8.13%4 1.59% ‐9.45% 3.94% 9.66% 15.03% 7.77% 9.13% 3.71% 7.38% 3.92%1 7.20% ‐13.99% ‐5.80% 9.26% 15.77% 10.93% 4.76% 5.94% 7.65% 4.09%2 3.51% ‐4.51% 6.68% 9.85% 11.74% 10.55% 8.68% 9.17% 6.80% 6.01%3 6.13% ‐4.31% 11.78% 13.61% 14.64% 10.28% 10.76% 11.41% 6.71% 7.95%4 1.42% 5.72% 1.72% 2.47% 14.34% 11.33% 15.99% 18.24% 3.39% 6.69%1 ‐4.00% 20.81% 14.12% 5.07% 11.83% 9.52% 17.56% 22.25% 3.25% 7.77%2 ‐0.10% 15.30% 7.83% 6.52% 10.52% 10.95% 18.09% 19.55% 3.86% 8.02%

Sumber : BPS

PERIODE

2008

2009

2010

PERTUMBUHAN (yoy)

‐25%

‐20%

‐15%

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2008 2009 2010

Ribu Ton

IKAN, UDANG, KERANG, DLL TOTALy.o.y

Smb : Cognos ‐BI* Sementara

‐60%

‐40%

‐20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

10 

20 

30 

40 

50 

60 

70 

80 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2008 2009 2010

Ribu Ton

KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYATOTALy.o.y

Smb : Cognos ‐BI* Sementara

15Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Peningkatan kinerja sektor pertanian ini juga tercatat lebih tinggi dibandingkan

triwulan II-2009 (3,51%), yang juga mengalami pengaruh musiman yang sama dengan

triwulan laporan. Namun kondisi yang mendukung pada triwulan II-2010 ini diperkirakan

karena faktor harga yang lebih baik dibandingkan triwulan II-2009, sehingga mampu

mendorong terjadinya peningkatan produktifitas.

1.2.2. Sektor Pertambangan - Penggalian

Sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia, sektor ini tercatat amengalami

perlambatan pertumbuhan tahunan pada triwulan II-2010 dibandingkan triwulan I-

2010.

Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian

Volume Produksi Nikel Perkembangan Harga Nikel di Pasar Dunia

Produksi Bahan

Galian C Volume Ekspor Luar Negeri Barang Mineral Non Logam

Perlambatan pertumbuhan tersebut salah satunya karena adanya pemeliharan rutin

pada salah satu alat pertambangan yang relatif menyebabkan produktifitas mengalami

penurunan. Namun apabila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan II-2009, maka

pertumbuhan pada triwulan ini tercatat lebih tinggi yang relatif disebabkan pengaruh faktor

harga nikel di pasar internasional yang pada triwulan II-2010 cenderung lebih tinggi

dibandingkan triwulan II-2009. Rendahnya tingkat harga internasional untuk nikel pada

‐25%‐20%‐15%‐10%‐5%0%5%10%15%20%25%

5,000 

10,000 

15,000 

20,000 

25,000 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

Produksi nikel dlm mattey.o.y * Sementara

Sbr.: Press Release PT. Inco

10 

15 

20 

25 

30 

35 

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2*

2008 2009 2010

Ribu $/metric ton Smb : CEIC

‐0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 

1 2 3 4 1 2*

2009 2010

Ribu Ton

Smb : Dinas ESDM

‐150%

‐100%

‐50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

10 

20 

30 

40 

50 

60 

70 

80 

90 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2008 2009 2010

Ribu Ton

BARANG2 DARI MINERAL NON LOGAMTOTALy.o.ySmb : Cognos ‐BI* Sementara

16 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

triwulan II-2009 tersebut karena pengaruh krisis global. Di sisi lain, masih terdapat

peningkatan penjualan hasil tambang nikel (ekspor) pada triwulan ini karena tersedianya stok

pada triwulan lalu.

1.2.3. Sektor Industri Pengolahan

Perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada sektor ini, yaitu dari sebesar 14,12%

(yoy) pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 3,65%. Perlambatan pertumbuhan tersebut

diperkirakan oleh Bank Indonesia disebabkan oleh terhambatnya realisasi proyek-proyek

pemerintah dan swasta yang ditandai dengan melambatnya pertumbuhan realisasi

pengadaaan semen. Beberapa hambatan realisasi proyek-proyek pembangunan pada

triwulan ini diperkirakan karena faktor kehati-hatian dan pengaruh proses pelaksanaan

pilkada. Karena faktor tersebut di atas juga yang relatif menyebabkan pertumbuhan ekonomi

pada triwulan laporan tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan II-2009.

Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan

Realisasi Pengadaan Semen Realisasi Produksi Tepung Terigu

Volume Impor Intermediate Goods

Sementara subsektor industri pengolahan bahan makanan juga diperkirakan

mengalami perlambatan pertumbuhan, yang salah satu indikatornya adalah realisasi produksi

tepung terigu yang mengalami penurunan. Indikator perlambatan kinerja sektor ini juga

ditunjukkan oleh perlambatan pertumbuhan volume impor intermediate goods.

‐10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

100 

200 

300 

400 

500 

600 

1  2  3  4  1  2  3  4  1  2 

2008 2009 2010

Ribuan Ton

Sulsel y.o.ySumber : ASI* : SementaraSumber : ASI* : Sementara

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

‐40%

‐30%

‐20%

‐10%

0%

10%

20%

1  2  3  4  1  2  3  4  1  2 

2008 2009 2010

Ribuan Ton

Produksi‐axis kiriyoy‐axis kanan

Sumber : EFM Mks* : Sementara

‐40%

‐30%

‐20%

‐10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

50 

100 

150 

200 

250 

300 

350 

1  2  3  4  1  2  3  4  1  2*

2008 2009 2010Juta Kg

Intermediate GoodsIntermediate Goods y.o.y

* SementaraSmb : Cognos ‐BI

17Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

1.2.4. Sektor Listrik-Gas-Air

Kinerja sektor listrik-gas-air pada triwulan laporan cenderung mengalami

peningkatan, terutama pada subsektor listrik. Kinerja subsektor listrik pada triwulan

ini dipengaruhi oleh meningkatnya debit air PLTA sehubungan dengan curah hujan

yang rata-rata bersifat di atas normal. Pada triwulan laporan, sektor ini tercatat

tumbuh sebesar 12,58% (yoy), sementara pada triwulan I-2010 sebesar 5,07%.

Kondisi curah hujan yang di atas rata-rata tersebut relatif menyebabkan kinerja

subsektor air bersih juga diperkirakan mengalami peningkatan. Kondisi tersebut salah

satunya ditandai dengan peningkatan pemakaian air bersih di Makassar, namun

jumlah sambungan langganan air di Makassar mengalami perlambatan pertumbuhan

yang diperkirakan karena terjadi penurunan jumlah pemasangan baru.

Sementara apabila dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2009 (9,85%),

pertumbuhan sektor ini juga tercatat lebih tinggi. Kondisi ini diperkirakan karena

adanya tambahan pasokan lsitrik dari pembangkit lainnya pada triwulan laporan,

seperti dari PLTG Sengkang.

Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih

Penjualan Listrik (Juta Kwh) Pemakaian Air (M³) di Makassar

Jumlah Sambungan Langganan Air

di Makassar

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

100 

200 

300 

400 

500 

600 

700 

800 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2008 2009 2010Juta KWH

Total Pemakaian  Listrik

Sbr : PLN Divre VII* Sementara

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

Juta M

3

Pemakaian Air (M³)

Y.O.Y (PA)

Sumber : PDAM Mks* Sementara

0.0%0.5%1.0%1.5%2.0%2.5%3.0%3.5%4.0%4.5%5.0%

380 

390 

400 

410 

420 

430 

440 

450 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010Ribuan

Sambungan Langganan (SL)Y.O.Y (SL)

Sumber : PDAM Mks* Sementara

18 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

1.2.5. Sektor Bangunan

Sehubungan dengan faktor kehati-hatian dalam melaksanakan proyek-proyek

sarana dan prasarana, khususnya proyek pemerintah, maka pertumbuhan sektor ini

diperkirakan relatif melambat. Selain itu, diperkirakan karena faktor pengaruh

pelaksanaan pilkada pada 10 kabupaten di Sulsel relatif menjadi salah satu penyebab

perlambatan sektor ini. Sektor bangunan pada triwulan laporan tercatat tumbuh

sebesar 9,07% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 11,83%. Pertumbuhan triwulan ini juga

diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan II-2009 (11,74%).

Kondisi tersebut diperkirakan karena faktor pilkada yang relatif berdampak pada

pergerakan sektor bangunan.

Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan

Realisasi Pengadaan Semen

Perkembangan Indeks Penjualan EceranKel. Bahan Konstruksi

1.2.6. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR)

Sektor ini juga tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yaitu dari 9,00% (yoy) pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 9,67%

pada triwulan laporan. Peningkatan sektor ini pada triwulan laporan didorong oleh subsektor

perdagangan, yang ditandai dengan peningkatan beberapa prompt indikator seperti

peningkatan pada arus bongkar muat melalui angkutan laut, peningkatan indeks penjualan

eceran untuk kelompok komoditas makanan dan tembakau serta kelompok komoditas

peralatan rumah tangga. Sementara di sisi lain, tekanan pertumbuhan pada subsektor hotel

dan restoran. Hal tersebut salah satunya ditandai dengan melambatnya rata-rata TPK

(Tingkat Penghunian Kamar) hotel berbintang di Sulsel.

‐10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

100 

200 

300 

400 

500 

600 

1  2  3  4  1  2  3  4  1  2 

2008 2009 2010

Ribuan Ton

Sulsel y.o.ySumber : ASI* : SementaraSumber : ASI* : Sementara

‐60%‐40%‐20%0%20%40%60%80%100%120%

100 

200 

300 

400 

500 

600 

700 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

Bhn Kons

yoy

Smb : SPE

19Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran

Arus Bongkar Muat Melalui Angkutan Laut

Rata-rata Tingkat Penghunian KamarHotel Berbintang

Perkembangan Indeks Penjualan Eceran

Kel. Makanan dan Tembakau Perkembangan Indeks Penjualan Eceran

Kel. Peralatan Rumah Tangga

1.2.7. Sektor Angkutan-Komunikasi

Sehubungan dengan pengaruh faktor musiman (tahun ajaran baru/liburan

sekolah) pada akhir triwulan laporan, relatif menjadi mendorong pertumbuhan sektor

ini pada triwulan laporan. Sektor angkutan-komunikasi pada triwulan II-2010 tercatat

tumbuh sebesar 15,43% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan I-2010 (17,56%)

namun lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 (8,68%). Masa liburan sekolah

tersebut, diperkirakan relatif banyak digunakan untuk bepergian ke luar kota/pulau.

Perkembangan kinerja sektor ini ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan

beberapa prompt indikator seperti lalu lintas penumpang angkutan udara dan jumlah

pesawat, dan lalu lintas penumpang angkutan laut.

‐60%

‐50%

‐40%

‐30%

‐20%

‐10%

0%

10%

20%

30%

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2008 2009 2010

Ribu Ton

BONGKAR

MUATSumber : Pelindo IV* : Sementara

‐15%

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

10 

15 

20 

25 

30 

35 

40 

45 

50 

1 2 3 4 1 2*

2009 2010

Ss yoy

‐50%

0%

50%

100%

150%

200%

100 

200 

300 

400 

500 

600 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

Mknn & Temb yoy

Smb : SPE

‐100%‐50%0%50%100%150%200%250%300%350%

50 

100 

150 

200 

250 

300 

350 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

Perlt RT

yoy

20 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan

Lalu Lintas Penumpang Angkutan Udara

Lalu Lintas Pesawat Angkutan Udara

Lalu Lintas Penumpang Angkutan Laut

1.2.8. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Transportasi

Pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan tercatat mengalami

perlambatan dari 25,15% pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 14,46% (yoy),

namun diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2009

yang sebesar 9,17%. Perlambatan kinerja sektor ini diperkirakan didorong oleh

melambatnya pertumbuhan kinerja perbankan, yang tercermin dari perlambatan

pertumbuhan Nilai Tambah Bruto (NTB) Bank Umum serta melambatnya pembiayaan

beberapa lembaga keuangan non bank. Perlambatan pertumbuhan NTB Bank Umum

pada triwulan laporan ini relatif dipengaruhi oleh perlambatan penyaluran kredit

bank umum, dimana kredit tersebut merupakan sumber pendapatan utama bank.

Sementara perbedaan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan II-2009,

relatif disebabkan oleh pengaruh krisis global yang berdampak pada perbankan

Sulsel sampai dengan pertengahan tahun 2009. Karena pengaruh tersebut yang

relatif menyebabkan pertumbuhan triwulan II-2009 lebih rendah dibandingkan

triwulan II-2010.

‐10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

200 

400 

600 

800 

1,000 

1,200 

1,400 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

Ribu Org

DEP ARR y.o.y

Lalu Lintas Penumpang

Smb : Bandara S. Hasanuddin* : Sementara

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

‐2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

DEP

ARR

Lalu Lintas Pesawat

Smb : Bandara S. Hasanuddin* : Sementara

‐30%

‐20%

‐10%

0%

10%

20%

30%

40%

50,000 

100,000 

150,000 

200,000 

250,000 

300,000 

350,000 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2008 2009 2010

Embarkasi (keluar)Debarkasi (masuk)Y.O.Y

Sumber : Pelindo IV* : Sementara

21Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan

Nilai Tambah Bruto Bank Umum

Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank (PT. Pegadaian)

Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank Perkembangan Kredit Bank Umum

1.2.9. Sektor Jasa-jasa

Pertumbuhan sektor ini tercatat sebesar 3,14% (yoy), yang mengalami perlambatan

pertumbuhan dibandingkan triwulan I-2010 yang tercatat sebesar 3,25% maupun

dibandingkan triwulan II-2009 (6,80%). Perlambatan ini diperkirakan karena terjadi

perlambatan realisasi belanja rutin pemerintah pada triwulan laporan dibandingkan dengan

realisasi pada triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa

Konsumsi Listrik Sektor Sosial Konsumsi Listrik Sektor Pemerintah

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

Trilyun Rp

NTB SULSEL y.o.y

Sbr : LBU ‐ BI* Sementara

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

100 

200 

300 

400 

500 

600 

700 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

Millions

Sbr : Kanwil Pegadaian   Mks* Sementara

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

1  2  3  4  1  2  3  4  1  2 

2008 2009 2010

Milyar Rp

Sbr : FIF Mks

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

051015202530354045

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2008 2009 2010

Triliun Rp

KREDIT yoy

‐60%‐50%‐40%‐30%‐20%‐10%0%10%20%30%

15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2008 2009 2010Juta GWH

Sosialy.o.y

Sbr : PLN Divre VII* Sementara

‐15%

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

10 

12 

14 

16 

18 

20 

22 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2008 2009 2010

Juta GWH

Gd Kantor Pemerintahany.o.y

Sbr : PLN Divre VII* Sementara

22 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

Konsumsi Listrik Umum (Penerangan Jalan Umum)

Sementara di sisi lain, pendorong pertumbuhan sektor ini diperkirakan karena

dampak dari pelaksanaan pilkada yang secara serentak dilaksanakan pada akhir triwulan II-

2010. Selain itu, dengan adanya liburan sekolah diperkirakan ikut mendorong peningkatan

pertumbuhan pada subsektor hiburan.

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

23 

24 

25 

26 

27 

28 

29 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2007 2008 2009 2010

Juta GWH

Penerangan Jln Umum y.o.y

23Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

BOKS I

QUICK SURVEI ”DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA (ACFTA)

TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN”

Tujuan : a. mengetahui persepsi perusahaan mengenai dampak perdagangan bebas ASEAN-China

(ACFTA), b. mengetahui besarnya dampak ACFTA terhadap perkembangan kinerja Perusahaan, c. mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam merespon ACFTA, dan d. mengetahui ekspektasi perusahaan dalam memandang prospek ekonomi ke depan terkait

ACFTA. Profil Responden Sulampua : a. Jumlah responden sebanyak 80 perusahaan dengan cakupan wilayah survei di Sulampua, 7

provinsi di bagian timur Indonesia. b. Bergerak dibidang pertanian (26%), industri (28%) dan perdagangan (46%). c. Bentuk perusahaan sebagian besar berupa perorangan (42 %), CV (13%), PT (21%), Koperasi

(3%) dan lainnya (21%). d. Berdasarkan jumlah pekerja, dapat digolongkan berdasarkan mikro (1-24orang; 55%), kecil

(25-49 orang; 11%), menengah (50-99orang; 16%) dan besar (diatas 100 orang; 18%). e. Berdasarkan omset penjualan : <Rp25 juta (8%), Rp25 Juta - Rp 210 juta (35%), Rp210 juta -

Rp4 Milliar (47%) dan >Rp4 milyar (10%). f. Dari sisi produk yang dihasilkan berupa barang jadi (65%), barang mentah (19%) dan barang

setengah jadi (16%). g. Pangsa pasar responden sebagian besar domestik (81%) yaitu pada kabupaten/kota. Untuk

pasar luar negeri (19%), sebagian besar dipasarkan di ASEAN (26%), Eropa (22%), China (13%), US (8%) dan lainnya (31%).

h. Sasaran utama penjualan produk responden lebih dominan langsung kepada konsumen perorangan (57%), pemasok ke perusahaan lain (19%) dan ekspor langsung ke luar negeri (16%).

i. Sumber bahan baku utama produk responden berasal dari domestik (94%) dengan rincian dari kabupaten/kota setempat (40%), lokal provinsi (30%) dan antar provinsi (29%). Sedangkan bahan baku impor (6%) berasal dari China (34%), Eropa (33%), dan lainnya (33%).

j. 79% sumber dana responden adalah campuran antara modal sendiri (62%) dan kredit bank (38%). Hanya 5% responden menggunakan kredit bank secara total. Sisanya 16% responden menggunakan sumber dana pribadi.

Persepsi terhadap perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) : a. 72% responden/perusahaan di Sulampua mengetahui tentang ACFTA. b. Pemahaman responden tentang ACFTA antara lain adalah akan lebih banyak barang China dan

ASEAN (60%), harga barang China dan ASEAN akan lebih murah (36%), produk Indonesia akan lebih mudah masuk China dan ASEAN (26%), perdagangan antara ASEAN dan China dengan tarif (22%) dan harga barang ekspor ke China dan ASEAN akan lebih murah (9%).

c. Sumber referensi berita responden yang utama adalah media elektronik (50%) dan media cetak (34%). Sisanya dari teman (10%), lainnya (5%) dan pemerintah (1%).

d. Sebagian besar (59%) sikap perusahaan-perusahaan di Sulampua mendukung perdagangan bebas dengan ASEAN dan China, dengan alasan utama adalah harga produk ASEAN-China yang lebih murah.

e. Saat ini perkembangan supply barang sejenis dari negara ASEAN dan China mulai banyak masuk pasar dibandingkan periode sebelumnya (setahun sebelumnya).

f. Meski sebenarnya berdasarkan pengamatan pengusaha (71%) di Sulampua, produk China sudah berada dipasaran nasional sudah lebih dari 2 tahun yang lalu.

24 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

Dampak perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) :f. 60% responden tidak merasakan dampak ACFTA, dengan alasan harga bahan baku belum

berubah. g. 20% responden merasa diuntungkan karena harga bahan baku dari ASEAN/China lebih murah

(42%), preferensi konsumen pada produk Indonesia (23%), harga produk Indonesia yang lebih murah dan kualitas produk Indonesia lebih baik (13%) dan keunikan/kekhasan produk Indonesia (10%).

h. 20% responden merasa dirugikan dengan alasan utama karena harga produk ASEAN/China lebih murah (43%), kualitas produk ASEAN/China lebih baik (20%), dan keunikan/kekhasan produk ASEAN/China (17%).

i. Mayoritas responden menyatakan dampaknya pun masih tergolong ringan (62%), dengan pertimbangan pangsa pasarnya tidak hanya di ASEAN-China, jenis usahanya yang tidak terkait langsung dengan ACFTA dan produk lokal yang masih diminati pembeli. Namun terdapat responden yang merasakan dampaknya berat (8%) dengan alasan produk ASEAN/China yang merusak pasar.

j. Sebagian besar responden (rata-rata 80% dari responden) menyatakan bahwa perkembangan indikator kinerja perusahaan, seperti omzet, keuntungan, arus kas, produksi, persediaan, kapasitas terpkai, jumlah tenaga kerja dan biaya masih stabil atau belum mengalami perubahan yang berarti.

k. Khusus untuk komponen biaya, 90% responden menyatakan bahwa tiga komponen biaya yaitu bahan baku, bunga dan biaya tenaga kerja juga tidak mengalami perubahan komposisi biaya di perusahaan mereka, pada saat sebelum maupun sesudah berlakukannya ACFTA.

l. Karena kondisi poin e dan f tersebut maka kondisi keuangan responden tidak mengalami perubahan (68%). Sedangkan sisanya melakukan pengetatan kondisi keuangan (20%) dan semakin longgar (12%)

m. Sebagian besar responden (76%) menyatakan bahwa mereka mendapatkan pinjaman dari bank. Dan hingga saat ini sebagian besar dari mereka (89%) tidak menghadapi kesulitan untuk membayar pinjaman mereka. Sementara responden yang mengalami kesulitan pembayaran pinjaman (11%) sejak 1-6 bulan yang lalu (73%). Pengaruh faktor suku bunga terhadap kesulitan dimaksud hanya 13%, sedangkan sisanya pengaruhnya sedang (43%) dan rendah (45%). Adapun solusi yang diharapkan oleh responden apabila mengalami kesulitan tersebut berupa penurunan suku bunga, restrukturisasi kredit, atau pindah ke bank lain.

n. Untuk akses pinjaman ke bank pada saat ini, 48% responden masih merasakan tidak ada perubahan dalam hal mendapatkan akses, sedangkan 44% lainnya menyatakan bahwa saat ini akses menjadi lebih mudah. Sisanya masih merasakan semakin sulit memperoleh akses pinjaman bank.

Dampak perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) : a. 60% responden tidak merasakan dampak ACFTA, dengan alasan harga bahan baku belum

berubah. b. 20% responden merasa diuntungkan karena harga bahan baku dari ASEAN/China lebih murah

(42%), preferensi konsumen pada produk Indonesia (23%), harga produk Indonesia yang lebih murah dan kualitas produk Indonesia lebih baik (13%) dan keunikan/kekhasan produk Indonesia (10%).

c. 20% responden merasa dirugikan dengan alasan utama karena harga produk ASEAN/China lebih murah (43%), kualitas produk ASEAN/China lebih baik (20%), dan keunikan/kekhasan produk ASEAN/China (17%).

d. Mayoritas responden menyatakan dampaknya pun masih tergolong ringan (62%), dengan pertimbangan pangsa pasarnya tidak hanya di ASEAN-China, jenis usahanya yang tidak terkait langsung dengan ACFTA dan produk lokal yang masih diminati pembeli. Namun terdapat responden yang merasakan dampaknya berat (8%) dengan alasan produk ASEAN/China yang merusak pasar.

e. Sebagian besar responden (rata-rata 80% dari responden) menyatakan bahwa perkembangan indikator kinerja perusahaan, seperti omzet, keuntungan, arus kas, produksi, persediaan, kapasitas terpkai, jumlah tenaga kerja dan biaya masih stabil atau belum mengalami perubahan yang berarti.

25Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

f. Khusus untuk komponen biaya, 90% responden menyatakan bahwa tiga komponen biaya yaitu bahan baku, bunga dan biaya tenaga kerja juga tidak mengalami perubahan komposisi biaya di perusahaan mereka, pada saat sebelum maupun sesudah berlakukannya ACFTA.

g. Karena kondisi poin e dan f tersebut maka kondisi keuangan responden tidak mengalami perubahan (68%). Sedangkan sisanya melakukan pengetatan kondisi keuangan (20%) dan semakin longgar (12%)

h. Sebagian besar responden (76%) menyatakan bahwa mereka mendapatkan pinjaman dari bank. Dan hingga saat ini sebagian besar dari mereka (89%) tidak menghadapi kesulitan untuk membayar pinjaman mereka. Sementara responden yang mengalami kesulitan pembayaran pinjaman (11%) sejak 1-6 bulan yang lalu (73%). Pengaruh faktor suku bunga terhadap kesulitan dimaksud hanya 13%, sedangkan sisanya pengaruhnya sedang (43%) dan rendah (45%). Adapun solusi yang diharapkan oleh responden apabila mengalami kesulitan tersebut berupa penurunan suku bunga, restrukturisasi kredit, atau pindah ke bank lain.

i. Untuk akses pinjaman ke bank pada saat ini, 48% responden masih merasakan tidak ada perubahan dalam hal mendapatkan akses, sedangkan 44% lainnya menyatakan bahwa saat ini akses menjadi lebih mudah. Sisanya masih merasakan semakin sulit memperoleh akses pinjaman bank.

Respon dan Ekpektasi : a. Responden di Sulampua secara umum dapat disimpulkan bahwa mereka belum mengambil satu

langkah ataupun kebijakan yang berarti untuk merespon kondisi ACFTA pada saat ini, baik dari sisi investasi (53%), strategi pemasaran (56%), penyesuaian harga (54%), tenaga kerja (91%), preferensi mengganti jenis usaha baru (91%) maupun meningkatkan biaya iklan atau promosi (76%). Namun terdapat beberapa responden yang melakukan upaya antisipasi antara lain dalam bentuk : 1. menambah kapasitas produksi (investasi; 47%) 2. melakukan perubahan strategi pemasaran (44%), yang cenderung berhubungan langsung

dengan konsumen dan pemasok ke perusahaan lain. 3. mengurangi tenaga kerja (9%), berupa pemutusan hubungan kerja (PHK) dan tidak

memperpanjang kontrak. b. Ekspektasi perusahaan dalam memandang prospek ekonomi ke depan terkait ACFTA :

1. Sebanyak 50% perusahaan yang disurvei memperkirakan bahwa ke depannya, omzet mereka akan tetap, kemudian 38% menyatakan meningkat dan 12% menurun. Jika terjadi perubahan omzet, maka rata-rata tingkat perubahan omzet mereka diperkirakan berubah 18%.

2. Mayoritas responden (66%), menyatakan bahwa mereka tidak akan menambah pinjaman. Sedangkan sisanya akan menambah pinjaman yang berumber dari perbankan, yang digunakan untuk modal kerja (64%) dan investasi (36%).

3. Selain itu, 65% responden menyatakan mereka tidak memiliki rencana investasi. Bagi 35% responden yang menyatakan akan melakukan rencana investasi pada waktu 6 bulan hingga 1 tahun mendatang.

c. Ekspektasi kebijakan Pemerintah yang paling diharapkan oleh responden secara berurutan adalah untuk mempermudah akses terhadap kredit perbankan, kemudian kepastian kontinuitas pasokan energi, menambah jumlah skim kredit bersubsidi terutama kepada usaha mikro dan kecil, pelonggaran kebijakan perdagangan dan pelatihan untuk meningkatkan teknis produksi.

d. Pada umumnya mereka (79%) menyatakan optimis terhadap kondisi usaha kedepan terkait ACFTA. Beberapa alasannya adalah karena pangsa pasar produk mereka masih luas (61%), kebijakan pemerintah yang dinilai kondusif (32%), pendapatan masyarakat dinilai masih cukup besar (27%) dan kurs cukup stabil (24%)

26 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

Secara garis besar hasil dari survey tersebut sebagai berikut :

Daerah Pemasaran Produk Responden Survei

Sumber Bahan Baku Perusahaan

Dampak ACFTA di Sulampua

Pemasaran

Pangsa Pasar

Target Utama

> 70% pemasaranDomestik  (81%)

< 70% pemasaran LN atau Ekspor  

(19%)

Lokal Kab/Kota (56%)

Lokal Provinsi (33%)

Antar Provinsi (11%)

ASEAN (26%)

China (13%)

Eropa (22%)

U.S (8%)

Lainnya (31%)

1. Langsung pada konsumen perorangan (57%)2. Pemasok perusahaan lain (19%)3. Ekspor langsung ke luar negeri (16%)4. Pemasok ke perusahaan lain/eksportir (5%)5. Lainnya (5%)

Sumber BahanBaku

> 70% berasaldari Domestik  

(94%)

< 70% berasal dari Impor

(6%)

Lokal Kab/Kota (40%)

Lokal Provinsi (30%)

Antar Provinsi (29%)

China (34%)

Lainnya(33%)

Eropa (33%)

Dampak ACFTA

TIdak (60%)

Ya (40%)

Dampaknya Menguntungkan

(20%)

Dampaknya Merugikan

(20%)

1. Harga bahan baku dari ASEAN/China lebih murah2. Preferensi konsumen pada produk Indonesia3. Harga produk Indonesia lebih murah4. Kualitas produk Indonesia lebih baik

1. Harga produk ASEAN/China lebih murah2. Kualitas produk ASEAN/China lebih baik3. Keunikan/kekhasan produk ASEAN/China4.Suku bunga kredit bank di ASEAN/China lebih rendah

27Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

BOKS II

Quick Suvei “Perkembangan dan Prospek Industri Pengolahan terkait

Dampak Pemulihan Ekonomi Global”

Tujuan : a. Mengetahui rata-rata penggunaan kapasitas utilisasi di sektor industri utama daerah. b. Mengetahui apakah kapasitas utilisasi di sektor industri utama daerah masih memadai atau

over-capacity. Apakah kapasitas utilisasi tersebut diperkirakan masih dapat mengakomodasi bila terdapat peningkatan permintaan di masa yang akan datang.

c. Mengetahui apakah terdapat rencana perluasan produksi melalui investasi. d. Mengetahui prospek pembangunan sektor industri utama daerah.

Profil Industri Pengolahan Sulampua : a. Industri pengolahan di Sulampua didominasi oleh industri hulu, yaitu industri yang

menggunakan bahan baku mentah. b. Jumlah produksi lebih banyak ditentukan oleh ketersediaan bahan baku.

Perkembangan Industri Pengolahan Sulampua : a. Sebagian besar industri pengolahan di Sulampua memiliki kapasitas utilisasi di bawah atau

mencapai kapasitas penuh.

b. Hal ini didasarkan atas survei yang dilakukan terhadap 25 responden industri pengolahan di

Sulampua, dimana rata-rata kapasitas terpakai responden saat ini adalah sebesar 87% dari kapasitas terpasang.

c. Penyebab kapasitas utilisasi di bawah 100% yang terjadi pada 48% responden adalah terbatasnya bahan baku yang tersedia, terutama pada industri hulu yang mengolah hasil alam (ikan, kayu, dan rotan).

d. Bila terjadi peningkatan permintaan, 40% responden tidak mampu memenuhinya karena

bahan baku yang terbatas.

Di atas kapasitas terpasang

20%

Kapasitas penuh32%

Di bawah kapasitas terpasang

48%

25%

67%

8%

Permintaan turun Sulit bahan baku Lainnya

28 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

e. Over-capacity hanya terjadi pada 20% responden yang disebabkan peningkatan permintaan. f. Rencana perluasan produksi melalui investasi direncanakan oleh 44% responden, yaitu berupa

penambahan pabrik atau unit produksi baru. Responden yang memiliki rencana investasi adalah : 1. Responden yang optimis bahwa akan terjadi peningkatan permintaan pada Semester II-

2010 dibandingkan dengan Semester II-2009. 2. Responden yang memiliki bahan baku memadai.

g. Sebagian besar responden (80%) optimis bahwa prospek usaha di tahun 2010 akan lebih baik

dibandingkan tahun 2009. Sebanyak 64% responden memperkirakan bahwa akan terjadi peningkatan permintaan domestik maupun ekspor pada Semester II-2010 dibandingkan Semester II-2009. Peningkatan permintaan berkisar antara 10% – 25%.

Prospek Usaha 2010 Permintaan Trw. II-2010

h. Faktor-faktor yang dianggap penting untuk mendukung perkembangan usaha industri

pengolahan adalah: 1. Kejelasan arah kebijakan pemerintah, khususnya di bidang ekonomi. 2. Pembangunan infrastruktur yang memadai. 3. Stabilitas sosial dan politik.

i. Hal-hal diatas juga didukung oleh hasil liaison terhadap 7 responden yang bergerak di sektor Industri Pengolahan, yaitu : 1. Seluruh responden memiliki kapasitas utilisasi di bawah 100%, 5 diantaranya disebabkan

oleh terbatasnya bahan baku yang tersedia. 2. Pada tahun 2010 sebanyak 5 perusahaan merencanakan melakukan investasi, namun

berupa penggantian alat pendukung produksi (tidak menambah kapasitas produksi). Hanya 1 perusahaan yang menambah kapasitas produksinya, yaitu dengan membangun pabrik yang lokasinya lebih mendekat ke sumber bahan baku.

Informasi lainnya : a. Terkait persaingan usaha, yang menjadi ancaman utama terhadap kelangsungan usaha adalah

persaingan dengan perusahaan sejenis di dalam negeri (64%). b. Dalam melakukan investasi, sumber dana perusahaan sebagian besar berasal dari modal sendiri

atau pinjaman perbankan.

Tidak Ada Rencana Investasi40%

Menambah Kapasitas Produksi44%

Hanya Perbaikan 

Alat Produksi16%

Ada Rencana Investasi60%

Lebih baik80%

sama saja20%

Meningkat64%

Stabil32%

Menurun4%

29Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Bab 2

Perkembangan Inflasi

Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan II-2010 seperti apa yang diperkirakan pada

triwulan I-2010, yaitu lebih tinggi dibandingkan laju inflasi pada triwulan I-2010. Laju inflasi

pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 5,00% (yoy), relatif sama dengan laju inflasi nasional

yang sebesar 5,05%. Namun tekan inflasi Sulsel pada triwulan ini tercatat lebih tinggi

dibandingkan tekanan inflasi pada triwulan II-2009 yang sebesar 3,80%.

Tekanan laju inflasi pada triwulan II ini terutama terdapat pada pertengahan

triwulan, terdapat kecenderungan naiknya harga pada beberapa komoditas seperti sayur-

sayuran, bumbu-bumbuan dan emas perhiasan. Secara kelompok barang/jasa, tekanan inflasi

terutama terdapat pada kelompok bahan makanan, kelompok sandang dan kelompok

pendidikan-rekreasi-olahraga.

Terkait dengan target inflasi nasional pada tahun 2010 sebesar 5% (±1%), maka laju

inflasi Sulsel sampai dengan Juni 2010 yang sebesar 1,56% (ytd) menunjukan bahwa laju

inflasi di Sulsel masih relatif terkendali.

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan

Jika membandingkan laju inflasi tahunan triwulan ini dengan triwulan II-2009, maka

laju inflasi pada kelompok bahan makanan dan kelompok sandang mengalami peningkatan

laju inflasi yang cukup tinggi. Di sisi lain terdapat perlambatan laju inflasi yang terdapat pada

kelompok makanan jadi, kelompok kesehatan, dan kelompok transpor, sementara laju inflasi

kelompok pendidikan relatif stabil.

‐2

0

2

4

6

8

10

12

14

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2007 2008 2009 2010

y.o.y ‐ Nas

y.o.y ‐ Ss

y.t.d ‐ Ss

Sumber : BPS diolah%

30 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy)

2.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang

Berdasarkan laju inflasi tahunan dari setiap kelompok barang dan jasa pada triwulan

II-2010 di Sulsel, secara berurutan dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah sebagai

berikut :

Kelompok Bahan Makanan, laju inflasi tahunannya pada triwulan laporan tercatat

meningkat cukup tinggi, yaitu dari 2,69% (yoy) pada triwulan I-2010 menjadi 7,65%.

Kondisi tersebut juga tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009. Peningkatan laju

inflasi ini terutama terdapat pada subkelompok sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan.

Tekanan inflasi pada kedua kelompok tersebut diperkirakan karena faktor cuaca, yaitu

tingginya curah hujan yang menyebabkan terjadinya gagal panen beberapa komoditi pada

kedua kelompok dimaksud.

Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kel. Bahan Makanan

Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kel. Bahan Makanan

Bahan Makanan

Makanan Jadi

Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor UMUM

1 17.27 8.67 5.04 13.87 4.34 6.19 0.31 8.13 2 21.16 10.37 9.30 13.53 7.65 6.07 7.82 11.92 3 18.30 14.10 11.91 11.89 8.96 3.16 7.84 12.29 4 21.45 14.46 11.13 11.32 11.11 3.72 5.29 12.40 1 13.17 11.97 9.34 11.12 10.21 3.55 1.77 9.01 2 4.14 10.63 4.66 7.65 6.51 3.46 (5.01) 3.80 3 3.38 6.74 3.26 6.92 3.89 4.66 (4.72) 2.70 4 3.60 6.23 3.55 7.31 2.86 6.91 (2.32) 3.39 1 2.68 6.22 3.48 2.16 2.98 7.08 1.18 3.45 2 7.64 5.23 4.11 7.56 2.73 7.08 1.06 5.00 34

Sumber : BPS, diolah

Ket : Sejak Tahun 2008 menggunakan tahun dasar 2007

2009

2010

TAHUN

2008

‐5

0

5

10

15

20

25

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010%

y.t.d

y.o.y

Sumber : BPS diolah

I‐2010 II‐2010‐ Padi2an, Umbi2an & Hslnya 12.49 11.74‐ Daging & Hasil‐hasilnya ‐0.80 3.94‐ Ikan Segar ‐4.02 ‐0.73‐ Ikan Diawetkan ‐1.82 ‐0.85‐ Telur, Susu & Hasil‐hasilnya 0.70 1.28‐ Sayur‐sayuran 4.57 38.13‐ Kacang‐kacangan 1.66 0.94‐ Buah‐buahan 28.48 21.53‐ Bumbu‐bumbuan ‐9.22 19.16‐ Lemak & Minyak ‐5.08 ‐7.07‐ Bahan Makanan Lainnya 2.54 2.15

Inflasi Kelompok 2.68 7.64Sumber : BPS diolah

Sub Kelompoky.o.y (%)

31Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Di sisi lain, laju inflasi pada subkelompok buah-buahan dan padi-padian juga masih

cukup tinggi, meskipun mengalami perlambatan laju inflasi dibandingkan triwulan

sebelumnya. Tingginya laju inflasi ini, pada subkelompok padi-padian diperkirakan karena

pengaruh kenaikan HPP beras per 1 Januari 2010, sementara pada subkelompok buah-

buahan karena pengaruh kenaikan harga pada triwulan I-2010. Namun apabila ditinjau

secara bulanan, subkelompok buah-buahan dan padi-padian cenderung mengalami

penurunan. Kondisi ini diperkirakan karena ketersediaan pasokan, yang salah satunya dipicu

panen raya pada subkelompok padi-padian pada awal triwulan II-2010.

Karena perkembangan kondisi tersebut di atas, maka subkelompok padi-padian dan

sayur-sayuran diperkirakan menjadi penyumbang dominan terhadap pembentukan inflasi

kelompok ini pada triwulan laporan.

Grafik 2.3.

Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar

Sawi Hijau dan Tomat Sayur Bawang Merah dan Bawang Putih

Beras

Apabila inflasi year on year pada triwulan I-2010 dianalisa secara bulanan, selain

subkelompok sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan, terdapat kecenderungan kenaikan laju

inflasi dari bulan ke bulan, yaitu pada subkelompok daging, ikan segar, dan telur-susu.

Peningkatan laju inflasi tersebut diperkirakan karena keterbatasan pasokan. Trend

peningkatan laju inflasi ini diperkirakan akan terus berlanjut pada triwulan III, sehubungan

dengan pengaruh seasonal yaitu bulan puasa yang cenderung terjadi kenaikan harga.

10 

12 

14 

1  2  3  4  1  2  3  4  1  2 

2008 2009 2010

Sawi Hijau

Tomat Sayur

Ribu Rp

‐2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 

1  2  3  4  1  2  3  4  1  2 

2008 2009 2010

Bawang Merah

Bawang Putih

Ribu Rp

0%

5%

10%

15%

20%

25%

1,000 

2,000 

3,000 

4,000 

5,000 

6,000 

7,000 

8,000 

1  2  3  4  1  2  3  4  1  2 

2008 2009 2010

Beras

yoy ‐ a.kanan

32 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

Kelompok Sandang, kembali mengalami peningkatan laju inflasi setelah triwulan

sebelumnya mengalami perlambatan. Laju inflasi kelompok sandang pada triwulan II-2010

tercatat sebesar 7,56% (yoy), sementara pada triwulan lalu sebesar 2,1%. Tekanan inflasi

pada kelompok ini didorong oleh peningkatan laju inflasi subkelompok barang pribadi dan

sandang lainnya dari -3,37% menjadi 13,98%. Komoditas yang memberikan tekanan inflasi

pada subkelompok ini adalah emas perhiasan, yang pada triwulan II-2010 mengalami

kenaikan harga karena pengaruh kenaikan harga emas di pasar internasional.

Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi Kel. Sandang

Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kel. Sandang

Grafik 2.5. Perkembangan Harga Emas

Makassar Rata-rata Harga Internasional Pertriwulan

Namun laju inflasi ini tercatat lebih rendah dibandingkan laju inflasi pada triwulan II-

2009 yang sebesar 7,65%. Hal tersebut terjadi karena tekanan inflasi pada triwulan II-2009

lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan, yaitu adanya pengaruh kenaikan BBM pada

tahun 2008 , pengaruh krisis global pada semester II-2008 dan tingkat harga emas perhiasan

yang lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2010.

‐2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010%

y.t.d

y.o.y

Sumber : BPS diolah

I‐2010 II‐2010  ‐ Sandang Laki‐laki  4.51 3.95  ‐ Sandang Wanita  3.52 3.16  ‐ Sandang Anak‐anak  7.71 8.70  ‐ Brg Pribadi & Sdg Lainnya  ‐3.37 13.98

Inflasi Kelompok 2.16 7.56Sumber : BPS diolah

y.o.y (%)Sub Kelompok

0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%50%

50 

100 

150 

200 

250 

300 

350 

1  2  3  4  1  2  3  4  1  2 

2008 2009 2010Rp Ribuan

Emas Perhiasanyoy ‐ a.kanan

200 

400 

600 

800 

1,000 

1,200 

1,400 

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2*

2008 2009 2010

$/troy oz

33Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, laju inflasi tahunannya relatif tetap

dibandingkan triwulan I-2010 yaitu sebesar 7,08%. Laju inflasi pada kelompok ini relatif

teredam oleh perlambatan laju inflasi subkelompok jasa pendidikan, meskipun laju inflasinya

tertinggi di kelompoknya. Perlambatan laju inflasi pada subkelompok jasa pendidikan ini

karena mulai berkurangnya pengaruh kenaikan jasa pendidikan yang terjadi pada akhir

triwulan IV-2009. Karena kondisi yang sama, yaitu kenaikan biaya pendidikan pada triwulan

IV-2009, relatif menyebabkan laju inflasi triwulan II-2010 lebih tinggi dibandingkan laju inflasi

triwulan II-2009 yang sebesar 3,46% (yoy).

Sementara di sisi lain, terdapat tekanan inflasi pada kelompok ini sehubungan

dengan tahun ajaran baru dan masa liburan sekolah. Kondisi tersebut mendorong terjadinya

peningkatan laju inflasi pada subkelompok lainnya (selain subkelompok jasa pendidikan).

Subkelompok kursus terjadi peningkatan laju inflasi pada awal triwulan II-2010 karena masa

persiapan memasuki Perguruan Tinggi/Universitas kurang lebih selama 2-3 bulan sebelum

Ujian Masyuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Sementara peningkatan laju inflasi pada

subkelompok peralatan/perlengkapan pendidikan, rekreasi dan olahraga cenderung terjadi

pada akhir triwulan II-2010, karena moment konsumsi komoditas pada subkelompok

tersebut terjadi pada akhir triwulan II-2010. Moment tersebut yaitu liburan sekolah dan

persiapan masuk sekolah pada awal Juli 2010 untuk daerah Sulsel.

Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kel. Pendidikan

Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kel. Pendidikan-

Rekreasi-Olahraga

Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau, laju inflasi tahunannya

tercatat mengalami perlambatan apabila dibandingkan dengan triwulan I-2010. Laju inflasi

kelompok ini pada triwulan laporan tercatat sebesar sebesar 5,23% (yoy), sementara pada

triwulan I-2010 yang sebesar 6,22%. Perlambatan laju inflasi dimaksud didorong oleh

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010%

y.t.d

y.o.y

Sumber : BPS diolah

I‐2010 II‐2010‐ Jasa Pendidikan 13.23    12.96 ‐ Kursus‐kursus/Pelatihan 3.42      3.66   ‐ Perlengkapan/Perltn Pendd. 1.83      1.99   ‐ Rekreasi 1.47      1.71   ‐ Olahraga 2.31      2.32   

Inflasi Kelompok 7.08 7.08Sumber : BPS diolah

Sub Kelompok y.o.y (%)

34 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

melambatnya laju inflasi subkelompok minuman tidak beralkohol, yang laju inflasinya

tercatat melambat dari 10,95% menjadi 4,49%. Perlambatan dimaksud didorong oleh

menurunnya tingkat harga gula pasir di pasar regional, terutama pada pertengahan triwulan

laporan, yang diperkirakan karena ketersediaan pasokan. Ketersediaan pasokan gula pasir ini

diperkirakan dari hasil impor gula secara nasional. Selain itu, terjadi juga perlambatan laju

inflasi pada subkelompok makanan jadi, yang relatif disebabkan oleh menurunnya harga

bahan baku makanan jadi, seperti daging, beras dan tepung terigu. Meskipun terdapat

tekanan inflasi pada subkelompok ini yang dididorong oleh peningkatan konsumsi

masyarakat sehubungan dengan masa libur sekolah dan naiknya harga komoditi bumbu-

bumbuan dan sayur-sayuran. Kondisi ini yang relatif mendorong perlambatan laju inflasi

pada subkelompok makanan jadi relatif rendah.

Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-

Minuman-Rokok-Tembakau

Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kel. Makanan Jadi-

Minuman-Rokok-Tembakau

Sementara itu tekanan inflasi pada kelompok ini diberikan oleh subkelompok

tembakau dan minuman beralkohol. Tekanan inflasi oleh subkelompok tembakau dan

minuman beralkohol diperkirakan didorong oleh peningkatan harga pada komoditas rokok

kretek. Berdasarkan hasil survey, terjadi kenaikan harga rokok kretek dari Rp8.029,00

menjadi Rp8.142,00 sementara untuk harga rokok kretek filter naik dari Rp9.192,00 menjadi

Rp9.500,00.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010%

y.t.d

y.o.ySumber : BPS diolah

I‐2010 II‐2010  ‐ Makanan Jadi  5.68 5.18  ‐ Minuman yg Tidak Beralkohol  10.95 4.49  ‐ Tembakau & Min. Beralkohol  5.04 6.34

Inflasi Kelompok 6.22 5.23Sumber : BPS diolah

y.o.y (%)Sub Kelompok

35Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Grafik 2.4. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi

Hasil SPH di Makassar

Ayam Goreng Mie

Gula Pasir Nasi

Rokok Kretek

Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar, tercatat mengalami

peningkatan laju inflasi yaitu dari 3,48% pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 4,11% (yoy).

Peningkatan laju inflasi tahunan tersebut didorong oleh peningkatan laju inflasi pada

subkelompok biaya tempat tinggal. Peningkatan pada subkelompok ini diperkirakan telah

terjadi kenaikan harga pada komoditi bahan bangunan yang merupakan bagian dari

subkelompok ini, seperti baja. Kenaikan harga baja ini lebih disebabkan oleh adanya

pengaruh harga baja internasional yang cenderung meningkat.

‐4%‐2%0%2%4%6%8%10%12%14%

6,400 6,600 6,800 7,000 7,200 7,400 7,600 7,800 8,000 8,200 

1  2  3  4  1  2  3  4  1  2 

2008 2009 2010

Ayam Goreng

yoy ‐ a.kanan

‐40%

‐35%

‐30%

‐25%

‐20%

‐15%

‐10%

‐5%

0%

1,000 

2,000 

3,000 

4,000 

5,000 

6,000 

1  2  3  4  1  2  3  4  1  2 

2008 2009 2010

Mie

yoy ‐ a.kanan

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

2,000 

4,000 

6,000 

8,000 

10,000 

12,000 

1  2  3  4  1  2  3  4  1  2 

2008 2009 2010

Gula Pasir

yoy ‐ a.kanan

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

6,200 6,400 6,600 6,800 7,000 7,200 7,400 7,600 7,800 8,000 8,200 8,400 

1  2  3  4  1  2  3  4  1  2 

2008 2009 2010

Nasi

yoy ‐ a.kanan

7.0

7.5

8.0

8.5

9.0

9.5

10.0

2  3  4  1  2 

2010

Rokok KretekRokok Kretek Filter

Ribu Rp

36 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

Sementara di subkelompok lainnya terjadi perlambatan laju inflasi. Perlambatan laju

inflasi pada subkelompok bahan bakar-penerangan-air didorong oleh penurunan harga pada

komoditas minyak tanah dan gas elpiji 3 kg. Penurunan tersebut diperkirakan karena faktor

ketersediaan pasokan. Di sisi lain, terdapat tekanan inflasi karena faktor pasokan juga yang

cukup terbatas di pasar regional terutama pada gas elpiji 12 kg yang relatif menyebabkan

harga komoditas dimaksud meningkat.

Selain itu, diperkirakan terjadi penurunan permintaan pada subkelompok

perlengkapan rumah tangga dan subkelompok penyelenggaraan rumah tangga. Penurunan

permintaan tersebut diperkirakan karena terjadi pergeseran konsumsi masyarakat yang lebih

terfokus pada komoditas yeng terkait dengan tahun ajaran baru (seperti seragam sekolah

dan buku tulis) dan liburan (seperti rekreasi dan transportasi).

Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kel.

Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar

Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kel.

Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar

Kelompok Kesehatan pada triwulan laporan tercatat mengalami perlambatan laju

inflasi tahunan. Pada triwulan I-2010, laju inflasi kelompok ini sebesar 2,98% (yoy), yang

kemudian turun menjadi sebesar 2,73% pada triwulan laporan. Perlambatan laju inflasi pada

triwulan laporan ini didorong oleh sebagian besar subkelompoknya kecuali subkelompok

obat-obatan. Tekanan inflasi pada subkelompok obat-obatan tersebut didorong oleh

kenaikan harga obat-obatan, yang diperkirakan sebagai dampak dari naiknya HET (Harga

Eceran Tertinggi) untuk obat generik pada tanggal 27 Januari 2010.

Perlambatan laju inflasi pada subkelompok jasa kesehatan, subkelompok jasa

perawatan jasmani dan subkelompok perawatan jasmani-kosmetika diperkirakan karena

terimbas dampak tahun ajaran baru/liburan sekolah. Sehingga permintaan terhadap

komoditas pada ketiga subkelompok dimaksud mengalami penurunan sehubungan dengan

terjadi pergeseran konsumsi masyarakat.

10 

12 

14 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

%

y.t.d

y.o.ySumber : BPS diolah

I‐2010 II‐2010  ‐ Biaya Tempat Tinggal  2.29      3.88       ‐ Bhn Bakar, Penerangan & Air  7.31      6.21       ‐ Perlengkapan Rumah Tangga  2.26      1.90       ‐ Penyelenggaraan Rmh Tgg  3.18      2.74     

Inflasi Kelompok 3.48 4.11Sumber : BPS diolah

Sub Kelompoky.o.y (%)

37Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan

Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan

Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan, setiap subkelompoknya

mengalami perlambatan laju inflasi dibandingkan laju inflasi triwulan sebelumnya. Laju inflasi

kelompok ini pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 1,06% (yoy), sementara pada triwulan I-

2010 mengalami inflasi sebesar 1,18% (yoy).

Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi

Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kel.

Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan

Perlambatan laju inflasi pada subkelompok transpor diperkirakan karena

berkurangnya pengaruh tekanan harga minyak dunia terutama terhadap biaya bahan bakar

angkutan laut dan udara. Tingkat harga minyak dunia pada triwulan II-2010 cenderung stabil

dibandingkan triwulan I-2010. Kondisi tersebut juga relatif mempengaruhi perkembangan

laju inflasi subkelompok sarana penunjang transpor. Subkelompok sarana penunjang

transpor tercatat mengalami perlambatan laju inflasi dari 4,93% menjadi 4,56%. Karena

pengaruh tingkat harga minyak dunia tersebut, yang relatif menyebabkan laju inflasi

kelompok ini pada triwulan laporan tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 yang

2.00 

4.00 

6.00 

8.00 

10.00 

12.00 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010%

y.t.d

y.o.y

Sumber : BPS diolah

I‐2010 II‐2010  ‐ Jasa Kesehatan  6.49      6.39     ‐ Obat‐obatan  1.02      1.10     ‐ Jasa Perawatan Jasmani  6.80      6.24     ‐ Perwtn Jasmani & Kosmetika  1.04      0.62   

Inflasi Kelompok 2.98    2.73 Sumber : BPS diolah

y.o.y (%)Sub Kelompok

(8)

(6)

(4)

(2)

10 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010%

y.t.d

y.o.y

Sumber : BPS diolah

I‐2010 II‐2010‐ Transpor 1.51      1.44   ‐ Komunikasi & Pengiriman (1.29)    (1.55) ‐ Srn & Penunjang Transpor 4.93      4.56   ‐ Jasa Keuangan 0.40      0.40   

Inflasi Kelompok 1.18    1.06 Sumber : BPS diolah

y.o.y (%)Sub Kelompok

38 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

tercatat sebesar -5,01%(yoy). Pada triwulan II-2009, rata-rata harga minyak dunia selama

triwulan tersebut tercatat sebesar $62,44/barrel, sementara pada triwulan II-2010 sebesar

$78,58/barrel.

Sementara laju inflasi di subkelompok komunikasi dan pengiriman masih tercatat

deflasi yang lebih rendah lagi, yaitu dari 1,29% menjadi 1,55%. Deflasi pada subkelompok

ini sudah berlangsung selama 2 tahun terakhir. Kondisi ini menggambarkan makin

menurunnya tingkat harga sarana-prasarana komunikasi, terutama telepon seluler.

Jika di tinjau inflasi year on year secara bulanan selama triwulan laporan, terdapat

kecenderungan terjadi peningkatan laju inflasi pada subkelompok transpor dan subkelompok

sarana penunjang transpor, terutama pada akhir triwulan II-2010 (Juni). Kondisi tersebut

diperkirakan karena adanya peningkatan permintaan sehubungan dengan masa liburan

sekoklah. Sementara di subkelompok komunikasi dan pengiriman, deflasinya tercatat

semakin rendah. Hal tersebut dimungkinkan untuk menjaring konsumen pada masa liburan

melalui pemberian tarif telepon (seluler) yang lebih murah.

Grafik 2.11. Perkembangan Rata-rata Harga Minyak Dunia

20 

40 

60 

80 

100 

120 

140 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2006 2007 2008 2009 2010

$/barrel

39Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Bab 3

Perkembangan Perbankan

Kinerja Pebankan Sulsel pada triwulan II-2010 (per Mei 2010) relatif mengalami

peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan I-2010. Hal ini tercermin dari indikator

perbankan yang secara umum tumbuh lebih besar, baik dilihat pada aset, DPK mapun kredit.

Di sisi lain, kualitas kredit yang disalurkan, dimana tercermin pada nilai NPLs (Non Performing

Loan-Gross) yang masih berada pada kisaran yang baik yaitu 3.4%. Selain itu, trend

pergerakan LDR masih cenderung stabil jika dibandingkan dengan triwulan I-2010.

Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum) Sulawesi Selatan

I II* I II*1. Total Aset 16.77% 17.65% 43,891 44,9152. DPK 4.05% 9.42% 29,784 31,491   a. Giro ‐7.24% ‐0.43% 4,739 4,935   b. Tabungan 3.91% 11.93% 14,688 16,124   c. Deposito 10.40% 10.76% 10,357 10,4333. Kredit 17.85% 19.06% 37,198 38,1254. LDR (%) 124.9% 121.1%5. NPLs Gross (%) 3.5% 3.4%Catatan: Mulai Januari 2010 sistem pencatatan data perbankan menggunakan sistem B                 *) data trw II (per Mei 2010)

2010

KOMPONEN Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (Rp Juta)

3.1 Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah)

3.1.1. Kelembagaan dan Aset

Dari sisi kelembagaan, bank umum di Sulawesi Selatan pada triwulan II-2010 (per Mei

2010) mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah kantor bank yang mengalami

peningkatan jika dibandingkan triwulan I-2010, meskipun jumlah bank tidak mengalami

perubahan. Per Mei 2010, terdapat penambahan jumlah kantor bank sebanyak 4 buah

menjadi 698 kantor bank pada triwulan laporan. Penambahan kantor bank tersebut terdiri

dari 1 (satu) kantor BPR konvensional, 1 (satu) kantor bank umum syariah dan 1 (satu) kantor

bank umum konvensional.

40 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

Tabel 3.2. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan 2010

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

Jumlah Bank 64 65 68 69 68 68 69 69 69 69

Bank Umum 36 37 40 41 41 41 42 42 42 42

Konvensional 27 28 30 30 30 30 30 30 30 30Syariah 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4UUS 6 6 7 8 8 7 8 8 8 8

BPR 28 28 28 28 27 27 27 27 27 27

Jumlah Kantor Bank 625 630 638 664 669 679 680 690 695 698Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA)

Kelembagaan2008 2009

Pada triwulan II-

2010 (per Mei 2010),

total aset bank umum

Sulsel tercatat sebesar

Rp44,9 triliun dan

tumbuh relatif lebih

tinggi, yaitu sebesar

17,65% (y.o.y) jika

dibandingkan triwulan I-

2010 dimana tumbuh

16,77%. Peningkatan petumbuhan tersebut didoron oleh peningkatan aset pada bank

swasta nasional yang tumbuh cukup signifikan yaitu menjadi 22,69% (y.o.y) jika

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, yang hanya sebesar 15,91% (y.o.y).

Meski di sisi lain pertumbuhan year on year aset bank pemerintah cenderung melambat,

yaitu 18,56% pada triwulan I-2010 menjadi 16,50% pada periode laporan, kemudian

pertumbuhan bank asing-campuran negatif pada triwulan II-2010, yaitu -22,89% (y.o.y).

Namun secara nominal, total aset bank umum Sulawesi Selatan, per Mei 2010, mengalami

peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meski penurunan aset bank asing-

campuran cenderung menurun secara nominal, namun dalam jumlah yang relatif tidak

signifikan.

3.1.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan

Triwulan II-2010 (per Mei 2010), Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank

umum tercatat mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu menjadi 9,42%%

(y.o.y) atau sebesar RP31,491 triliun, dimana pada triwulan sebelumnya tumbuh 4,05%

(y.o.y). Peningkatan pertumbuhan DPK disebabkan oleh meningkatnya penghimpunan dana

Tabel 3.3.

Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank

I II* I II*

Total Aset 16.77% 17.65% 43,891.3             44,914.7            

‐  Bank Pemerintah 18.56% 16.50% 27,766.8             28,368.7            

‐  Bank Swasta Nasional 15.91% 22.69% 15,396.4             15,844.2            

‐  Bank Asing&Campuran ‐17.57% ‐22.89% 728.1                  701.7                 

Pertumbuhan (y.o.y)

2010

Nominal  (Rp Juta)KOMPONEN

41Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

dalam bentuk tabungan. Pada Mei 2010, pertumbuhan tabungan cukup pesat karena

meningkat dari 3,91% (y.o.y) pada triwulan I-2010, menjadi 11,93% (y.o.y). Selain itu, meski

pertumbuhan giro masih negatif, namun sudah menunjukan perbaikan dibandingkan

dengan pertumbuhan giro pada triwulan I-2010. Hal tersebut tercermin dari

pertumbuhannya yang semakin membaik, dari -7,24% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya

menjadi -0,43% (y.o.y) pada triwulan laporan. Kemudian, pertumbuhan deposito juga relatif

meningkat pada periode laporan yaitu sebesar 10,76% (y.o.y), dimana sebelumnya sebesar

10,40% (y.o.y).

Kecenderungan peningkatan DPK diperkirakan terjadi karena berakhirnya masa

PILKADA (Pemilihan Kepala Daerah) di Sulawesi Selatan. Dana yang pada triwulan I relatif

mengalami perlambatan pertumbuhan karena berbagai aktivitas kampaye, maupun

persiapan dan pelaksanaan PILKADA, maka pada periode laporan sudah kembali mengalir

masuk ke perbankan baik dalam bentuk tabungan, deposito maupun giro.

Penyaluran kredit/pembiayaan oleh bank umum Sulsel juga tercatat masih mengalami

kenaikan pertumbuhan, dari 17,85% (y.o.y) pada triwulan I-2010 menjadi 19,06% (y.o.y)

pada Mei 2010. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut antara lain adalah perkembangan

ekonomi global dan domestik yang membaik selama triwulan II/2010, dan diperkiraan

kondisi tersebut akan terus berlanjut. Hal ini diperkirakan akan semakin memperkuat

kenaikan konsumsi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang

hingga akhir tahun 2010.

Tabel 3.4.

Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum

I II* I II*1. DPK 4.05% 9.42% 29,784 31,491   a. Giro ‐7.24% ‐0.43% 4,739 4,935   b. Tabungan 3.91% 11.93% 14,688 16,124   c. Deposito 10.40% 10.76% 10,357 10,4332. Kredit 17.85% 19.06% 37,198 38,1253. LDR (%) 124.9% 121.1%4. NPLs Gross (%) 3.5% 3.4%

KOMPONEN2010

Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (Rp Juta)

Tabel 3.5. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan

1 2* 1 2*Kredit 17.85% 19.06% 37,198 38,125‐  Investasi 19.52% 29.04% 7,732 7,916‐  Konsumsi 14.52% 24.05% 15,501 16,360‐   Modal Kerja  20.83% 9.06% 13,966 13,848

KOMPONEN2010

Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (RP Juta)

42 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

Seiring dengan optimisme masyarakat akan kondisi perekonomian mendatang, maka

berdasarkan jenis penggunaan, terjadi peningkatan pertumbuhan kredit konsumsi yang

cukup signifikan, dimana pada triwulan I-2010 hanya tumbuh 14,52% sedangkan pada

triwulan II-2010 (per Mei 2010) menjadi 24,05% (y.o.y). Kenaikan pertumbuhan juga terjadi

untuk kredit investasi yang tumbuh 29,04% (y.o.y) per Mei 2010, jauh lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 19,52% (y.o.y). Kemudian, meski kredit modal kerja

relatif mengalami perlambatan dari 20,83% pada triwulan I-2010, menjadi 9,06% (y.o.y) per

Mei 2010, namun secara nominal tidak terjadi perubahan yang signifikan pada triwulan I-

2010 dengan posisi Mei 2010.

Selanjutnya, dilihat dari share-nya, kredit konsumsi mengalami peningkatan 1%

dibandingkan triwulan I-2010 dimana pada periode triwulan II-2010 menjadi sebesar 43%,

sedangkan sebaliknya kredit modal kerja turun 1% dibandingkan triwulan sebelumnya

sehingga pada triwulan II-2010 share-nya menjadi 36%. Kemudian untuk kredit investasi

share-nya tidak berubah jika dibandingkan periode sebelumnya, yaitu 21%.

Secara sektoral, terdapat 2 sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan kredit

lebih besar dibandingkan triwuan I-2010, yaitu sektor konstruksi dan pengangkutan.

Sedangkan sektor-sektor lainnya cenderung mengalami perlambatan pertumbuhan. Kredit

konstruksi per Mei 2010 tumbuh 10,56% (y.o.y), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan I-

2010 yaitu sebesar 0,20% (y.o.y) Sedangkan pada sektor industri pengolahan, meski

pertumbuhannya masih negatif 8,85% (y.o.y), namun pertumbuhan tersebut jauh lebih baik

jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai -18,54% (y.o.y).

Grafik 3.1. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi

Industri8%

Js Dunia Ush5%

Js Sos Masy.4%

Konstruksi6%

Lain‐lain48%

LGA1%

Pengangkutan2%

Perdagangan24% Pertambangan

1%Pertanian

1%

43Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Tabel 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi

1 2* 1 2*Kredit 17.85% 19.06% 37,198 38,125*    Pertanian ‐47.92% ‐62.36% 515 380*    Pertambangan 54.53% 52.61% 264 265*    Industri pengolahan ‐13.43% ‐8.85% 2,923 3,081*    Listrik,Gas dan Air 500.67% 483.37% 340 360

*    Konstruksi 0.20% 10.56% 1,936 2,271

*    Perdagangan 7.91% 4.00% 9,257 9,329

*    Pengangkutan ‐18.54% ‐11.23% 1,177 984

*    Jasa Dunia Usaha 12.02% 3.73% 1,938 1,803

*    Jasa Sosial Masyarakat 380.48% 343.00% 1,517 1,504

*    Lain‐lain 33.64% 37.61% 17,332 18,149

KOMPONEN Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (Rp Juta)2010

Meski sebagian besar kredit sektor-sektor tumbuh melambat, namun secara nominal

kredit per Mei 2010 lebih tinggi daripada triwulan I-2010. Penurunan kredit dalam jumlah

nominal hanya terjadi pada sektor pertanian, jasa dunia usaha dan jasa sosial masyarakat.

Tabel 3.7. Perkembangan NPLs Net dan Gross

Bank Umum

2009I I II*

NPL Gross 3.24% 3.56% 3.41%NPL Net 1.24% 1.16% 1.21%

2010KOMPONEN

Grafik 3.2. Pangsa NPLs

Per Sektor Ekonomi

8.48%

5.03%

3.48%

5.00%

2.17%

0.00%

1.20%

3.41%

0.15%

14.80%

0% 5% 10% 15% 20%

Industri

Js Dunia Ush

Js Sos Masy.

Konstruksi

Lain‐lain

LGA

Pengangkutan

Perdagangan

Pertambangan

Pertanian

Aspek pengelolaan manajemen risiko usaha bank umum di Sulawesi Selatan pada

Mei 2010 menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan I-2010, meski masih

pada tingkat yang relatif kecil. Hal tersebut tercermin dari NPLs-Gross bank umum per Mei

2010 yang tercatat menjadi 3,41%. Secara sektoral, per Mei 2010 NPL tertinggi terjadi

terdapat pada sektor pertanian yang mencapai 14,80%. Kemudian diikuti oleh sektor

industri, sektor jasa dunia usaha dan konstruksi, yang masing-masing NPL-nya adalah sebesar

8,48%, 5,03% dan 5,00%.

44 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

Grafik 3.3. Pangsa Kredit/pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi

Industri2%

Js Dunia Ush4%

Js Sos. Masy.5%

Konstruksi3%

Lain‐lain62%

Listrik,Gas dan Air0%

Pengangkutan1%

Perdagangan22%

Pertambangan0%

Pertanian1%

Tabel 3.8. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum (y.o.y)

I II III IV I II*Pertumbuhan Kredit (y.o.y) 24.37% 18.85% 14.55% 20.96% 22.94% 23.43%*    Pertanian 30.41% 3.64% 8.02% ‐2.50% ‐58.31% ‐61.16%*    Pertambangan ‐5.96% ‐20.05% 70.31% 0.25% 75.36% 84.80%*    Industri pengolahan 7.64% 5.57% 1.40% 6.49% 15.89% 15.26%*    Listrik,Gas dan Air ‐25.53% 89.14% 226.54% 269.57% 64.00% 24.22%*    Konstruksi 33.05% 26.98% 10.51% 19.55% 2.54% 6.55%*    Perdagangan 24.85% 27.68% 21.95% 31.47% ‐1.40% ‐3.57%*    Pengangkutan 4.85% 19.17% 23.67% 58.96% 95.95% 66.25%*    Jasa Dunia Usaha 51.68% 27.82% 7.55% 15.75% 15.96% 6.22%*    Jasa Sosial Masyarakat 10.88% 47.43% 48.89% 15.03% 376.83% 354.02%*    Lain‐lain 22.82% 14.23% 11.91% 17.86% 31.47% 35.17%

KOMPONEN2009 2010

Berdasarkan segmentasi skala usaha debitur, sebagian besar kredit/pembiayaan bank

umum Sulsel diklasifikasikan sebagai kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM).

Pangsa kredit/pembiayaan MKM per sektor ekonomi untuk Mei 2010, sebagian besar masih

didominasi oleh sektor lain-lain (bidang jasa) 62%, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan

sebesar 22%. Pertumbuhan kredit/pembiayaan MKM secara keseluruhan, year on year

mengalami peningkatan jika dibandingkan periode yang sama untuk tahun sebelumnya,

maupun terhadap pertumbuhan triwulan I-2010. Sektor yang mengalami peningkatan

pertumbuhan cukup signifikan dibandingkan setahun yang lalu adalah sektor pertambangan,

konstruksi dan sektor lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa perbankan sudah lebih optimis

dalam menyalurkan kredit untuk sektor MKM daripada triwulan sebelumnya maupun

dibandingkan tahun sebelumnya.

45Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

3.1.3. Intermediasi Bank Umum Syariah

Pada triwulan laporan, jumlah perbankan syariah tidak mengalami perubahan

dibandingkan triwulan I-2010, yakni sebanyak 12 Bank Syariah dengan rincian 4 Bank

Umum Syariah dan 8 Unit Usaha Syariah.

Secara year on year,

kinerja perbankan Syariah

Sulawesi Selatan per Mei 2010

lebih baik jika dibandingkan

dengan triwulan I-2010. Hal ini

tercermin dari aset, dana pihak

ketiga (DPK) dan pembiayaan

tumbuh lebih besar daripada

triwulan sebelumnya, per Mei

2010 masing-masing tumbuh

sebesar 24,5% dan 17,4%.

Ditinjau dari sisi Finance to Deposit Ratio (FDR) perbankan Sulawesi Selatan juga cenderung

lebih besar pada Mei 2010, yaitu meningkat dari 167,83% pada triwulan I-2010 menjadi

188,21%. Sementara dari sisi kualitas kredit yang disalurkan, yang tercermin dari indikator

Non Performing Loan-Gross (NPLs) relatif meningkat menjadi 7,12%.

3.2. Perkembangan Bank Pekreditan Rakyat/Syariah (BPR/S)

Dari sisi kelembagaan, jumlah jaringan kantor BPR yang beroperasi pada triwulan II-

2010 (per Mei 2010), tidak mengalami

perubahan jumlah jaringan kantor sehingga

jumlahnya tetap 53 kantor.

Pada triwulan II-2010, per Mei 2010,

total aset perbankan kelompok BPR/S tercatat

tumbuh sebesar 26,7% (y.o.y) sehingga

menjadi Rp427,1 miliar. Pertumbuhan aset ini

relatif melambat jika dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 29,2%.

Namun relatif lebih tinggi jika dibandingkan

triwulan II-2009, yaitu sebesar 23,3% (y.o.y).

Tabel 3.9. Perkembangan Bank Umum Syariah

Grafik 3.4. Perkembangan Aset BPR/S

46 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

Dari sisi penghimpunan dana, DPK

BPR/S mengalami peningkatan pertumbuhan

sebesar 36,3% (y.o.y) menjadi Rp180,16

miliar pada triwulan II-2010 (per Mei 2010)

jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar

44,1% (y.o.y). Pada triwulan laporan,

kredit/pembiayaan yang berhasil disalurkan

oleh BPR/S tercatat tumbuh sebesar 23,4%

(y.o.y), lebih besar jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya tercatat sebesar

20,9%. Dari rasio perbandingan kredit/pembiayaan dengan dana pihak ketiga BPR/S pada

triwulan laporan tercatat sebesar 161,8%, lebih tinggi dibanding LDR pada triwulan I-2010

yang sebesar 156,0%. Peningkatan LDR ini lebih disebabkan oleh terjadinya kenaikan yang

kredit yang cukup signifikan.

Grafik 3.5. Perkembangan DPK, Kredit & LDR

BPR/S

47Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Bab 4

Perkembangan Sistem Pembayaran

Transaksi melalui sistem pembayaran tunai maupun non tunai pada triwulan II-2010

juga menunjukkan pergerakan peningkatan aktivitas perekonomian Sulsel. Peningkatan

transaksi tersebut, selain itu karena faktor musiman (tahun ajaran baru dan liburan sekolah),

kegiatan kampanye dan pelaksanaan pilkada juga turut mempengaruhi perkembangan

transaksi sistem pembayaran ini.

4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow)

Aliran uang kartal masuk (inflow) dan keluar (outflow), pada triwulan laporan, dari

dan ke perbankan melalui KBI Makassar tercatat mengalami out inflow sebesar Rp0,65

triliun, sementara pada triwulan I-2010 tercatat mengalami net inflow sebesar Rp1,56 triliun.

Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow)

Grafik 4.2. Aliran Uang Kartal Keluar (Outflow)

Peningkatan konsumsi pada triwulan laporan relatif tercermin dari transaksi inflow

dan outflow ini. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh konsumsi dan

meningkatnya laju inflasi tahunan pada triwulan laporan, aliran uang kartal keluar (outflow)

menunjukkan perkembangan yang sama. Aliran uang kartal keluar (outflow) dari KBI

Makassar pada triwulan laporan tercatat meningkat sebesar 17,5% (yoy) menjadi 45,9%

(yoy). Tingginya outflow pada triwulan laporan yang tercatat sebesar Rp1,26 triliun relatif

didorong oleh kebutuhan konsumsi yang cenderung meningkat pada triwulan ini. Selain

faktor musiman, pelaksanaan pilkada pada 10 kabupaten di akhir triwulan laporan juga

menjadi salah satu pendorong peningkatan outflow ini. Pelaksanaan pilkada tersebut yang

relatif menyebabkan pertumbuhan outflow pada triwulan laporan tercatat lebih tinggi

dibandingkan outflow pada triwulan II-2009 yang sebesar -52,67% (yoy).

‐100%

‐50%

0%

50%

100%

150%

0.50 

1.00 

1.50 

2.00 

2.50 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

Inflow

Y.O.Y

Triliun Rp

‐100%

‐50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

400%

450%

0.20 

0.40 

0.60 

0.80 

1.00 

1.20 

1.40 

1.60 

1.80 

2.00 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

Outflow

Y.O.Y

Triliun Rp

48 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

Kondisi yang berlawanan terjadi pada aliran uang masuk (inflow) ke KBI Makassar.

Meningkatnya konsumsi masyarakat dan realisasi proyek-proyek pada triwulan II-2010

menyebabkan terjadinya penurunan inflow tersebut. Inflow pada triwulan laporan tercatat

sebesar Rp0,61 triliun, atau tumbuh -30,0% (yoy), sementara pada triwulan I-2010 tercatat

tumbuh -17,4%. Kondisi tersebut relatif menggambarkan pergerakan perekonomian yang

menunjukkan peningkatan. Pelaksanaan pilkada juga menjadi salah satu pendorong

menurunnya inflow pada triwulan ini. Kebutuhan uang tunai untuk kegiatan kampanye dan

pelaksanaan pilkada menyebabkan inflow menjadi menurun cukup besar. Sehingga kondisi

tersebut menyebabkan pertumbuhan inflow pada triwulan laporan tercatat lebih rendah

dibandingkan triwulan II-2009.

4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

Jumlah nominal kondisi uang tidak layak edar pada triwulan II-2010 tercatat

mengalami penurunan. PTTB pada triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp0,69 triliun, sementara

PTTB pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp1,04 triliun. Dari rasio PTTB terhadap inflow

pada triwulan laporan tercatat sebesar 113,6% lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010

yang sebesar 56,2%. Hal ini karena kegiatan PTTB pada triwulan laporan ini terdapat

tambahan kegiatan PTTB yang belum terselesaikan pada triwulan I-2010. Sementara

meningkatnya kegiatan perekonomian pada triwulan laporan ini diperkirakan akan tercermin

dari sisi PTTB pada triwulan III-2010, terutama karena pelaksanaan pilkada pada akhir

triwulan laporan.

Grafik 4.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow

‐200%

‐100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

800%

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

PTTB

 / Inflo

w

Inflo

w & PTTB (Triliun Rp

)

Inflow

PTTB

PTTB/Inflow

yoy PTTB

49Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan

Pada triwulan laporan, jumlah

temuan uang rupiah palsu tercatat

sedikit mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pada triwulan II-2010, jumlah uang

palsu yang ditemukan sebesar

Rp19,07 juta, dari Rp19,05 juta pada

triwulan I-2010. Berdasarkan jenis

pecahan, ditemukan pecahan uang

kertas Rp100.000,- dan Rp50.000,-

yang menjadi pecahan uang yang

paling banyak dipalsukan yakni masing-masing sebanyak 127 lembar dan 123 lembar,

dengan komposisi masing-masing sebesar 47,7% dan 45,9% dari total lembar temuan uang

palsu. Selain itu, ditemukan juga uang palsu dengan pecahan kecil yaitu Rp2.000,- sebanyak

2 lembar.

Tabel 4.1.Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar Triwulan II-2010

4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS

4.4.1. Perkembangan RTGS

Perkembangan transaksi transfer keluar via RTGS (outgoing) pada triwulan laporan

tercatat sebesar Rp12,6 triliun atau meningkat sebesar 8,5% (yoy), sedangkan pada triwulan

I-2010 tercatat sebesar Rp11,9 triliun dan pada triwulan II-2009 sebesar Rp11,6 triliun.

Meningkatnya nominal outgoing pada triwulan laporan dibandingkan triwulan I-2010

maupun triwulan II-2009 relatif menunjukkan peningkatan aktifitas perekonomian, yang

salah satunya diperkirakan didorong oleh pembayaran keperluan kampanye dan pelaksanaan

pilkada, seperti spanduk, baliho, kaos dan lain-lain. Dimana komoditas dimaksud harus

didatangkan dari luar daerah.

Pecahan

100,000      50,000        20,000        10,000        5,000          2,000          1,000         

Trw IV‐2008 62 123 11 5 2 0 0 203

Trw I‐2009 44 116 9 4 2 0 0 175

Trw II‐2009 58 87 11 4 1 0 1 162

Trw III‐2009 103 277 8 8 19 0 0 415

Trw IV‐2009 139 251 16 3 24 0 0 433

Trw I‐2010 97 181 13 3 2 0 0 296

Trw II‐2010 127 123 8 4 4 2 0 268Sumber : Bank Indonesia

Periode Total

Grafik 4.4. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan

Pecahan Triwulan II-2010

100,000 47.4%

50,000 45.9%

20,000 3.0%

10,000 1.5%

5,000 1.5%

2,000 0.7%

50 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

Peningkatan nominal transaksi tranfer masuk via RTGS (incoming) terjadi pada

triwulan laporan. Nominal incoming pada triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp22,7 triliun,

sementara pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp18,0 triliun. Peningkatan transaksi ini,

selain karena faktor musiman (tahun ajaran baru/liburan sekolah), juga diperkirakan karena

pelaksanaan Pilkada.

Grafik 4.5. Transaksi RTGS - Incoming

Grafik 4.6. Transaksi RTGS - Outgoing

Secara netto, transaksi pembayaran via RTGS di Sulsel tercatat masih mengalami net

inflow yaitu sebesar Rp10 triliun, yang tumbuh sebesar 39,0% (yoy). Apabila dibandingkan

dengan net inflow triwulan I-2010 dan triwulan II-2009, net inflow pada triwulan II-2010

tercatat lebih tinggi dibandingkan net inflow kedua triwulan dimaksud. Net inflow pada

triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp6,1 triliun, sementara net inflow triwulan II-2009 tercatat

sebesar Rp7,2 triliun.

4.4.2. Perkembangan Kliring

Secara nominal perputaran kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp7,3

triliun, atau tumbuh sebesar 6,29% (yoy). Pertumbuhan tersebut tercatat lebih rendah

dibandingkan triwulan I-2010 yang sebesar Rp7,2 triliun, atau tumbuh sebesar 10,63% (yoy).

Meksipun dari sisi pertumbuhan mengalami perlambatan, namun secara nominal perputaran

kliring mengalami peningkatan. Peningkatan ini, selain karena faktor musiman (tahun

ajaran baru/liburan sekolah), juga relaitf disebabkan oleh keperluan kegiatan kampanye dan

pelaksanaan pilkada.

Sementara dari sisi rata-rata harian, nilai nominal perputaran kliring tercatat relatif

tetap. Rata-rata harian nilai nominal perputaran kliring pada triwulan II-2010 tercatat sebesar

Rp118,2 miliar, relatif sama apabila dibanding triwulan I-2010 yang sebesar Rp118,4 miliar.

Di lihat dari rasio penolakan warkat (Cek/BG) kosong pada triwulan laporan, secara nominal

tercatat mengalami peningkatan, yaitu dari sebesar 2,3% pada triwulan I-2010 menjadi

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

10 

15 

20 

25 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

Incoming

Y.O.Y

Triliun Rp

‐40%

‐20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

10 

12 

14 

16 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

Outgoing 

Y.O.Y

Triliun Rp

51Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

sebesar 2,6% pada triwulan laporan. Namun dari jumlah lembar, rasio rata-rata warkat yang

ditolak relatif tetap yaitu sebesar 2,3%.

Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong

Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar(Miliar Rp) (Ribuan) (Miliar Rp) (Ribuan) (%) (%)

1 6,347.0           3.0           105.8      3.9          0.9          2.0           2 7,291.2           262.5       121.5      4.4          0.9          0.9           3 7,875.5           270.9       125.0      4.3          1.1          1.0           4 7,304.5           251.7       121.7      4.2          1.3          1.2           1 6,543.4           242.2       110.9      4.1          1.7          1.7           2 6,894.5           258.4       111.2      4.2          2.0          1.6           3 7,362.1           262.3       120.7      4.3          2.7          2.3           4 7,460.4           263.6       118.4      4.2          2.9          2.2           1 7,239.1           253.5       118.7      4.2          2.3          2.3           2 7,328.3           259.8       118.2      4.2          2.6          2.3           34

Sumber : BI‐RTGS

Total Perputaran KliringRata‐rata Harian Perputaran Kliring

Nisbah Rata‐rata Penolakan Cek/ BG 

2008

2009

2010

Period

e

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

 

 

53Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 + Menurut Kegiatan Utama

Bab 5

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Daya serap perkembangan pertumbuhan ekonomi Sulsel selama tahun 2010

terhadap angkatan kerja semakin membaik, terutama pada semester I-2010. Sehingga

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel tercatat mengalami penurunan yaitu sebesar

0,76% yaitu dari 8,7% pada Februari 2009 menjadi 7,9% pada Februari 2010. Tingkat

kesejahteraan petani Sulsel pada triwulan laporan meskipun menunjukkan perlambatan

pertumbuhan namun masih mengalami perkembangan positif. Rata-rata pertumbuhan NTP

Sulsel pada triwulan II-2010 tercatat tumbuh sebesar 1,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan NTP pada triwulan I-2010 yang sebesar 2,6% (yoy).

5.1. Ketenagakerjaan

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2010 mengalami

peningkatan. Pada bulan Februari 2010, jumlah angkatan kerja tercatat naik sebesar 1,9%

dari 3,49 juta orang pada Februari 2009 menjadi 3,56 juta orang. Dengan pertumbuhan

tersebut, TPAK sedikit

mengalami peningkatan, yaitu

dari 60,3% pada Februari 2009

menjadi 62,2% pada Februari

2010. Sehingga daya serap

pembangunan ekonomi Sulsel

selama tahun 2009 terhadap

angkatan kerja naik dari 91,3%

pada Februari 2009 menjadi 92,0% pada Februari 2010, atau daya serapnya bertambah

0,7%.

Sementara dari sisi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel tercatat mengalami

penurunan yaitu sebesar 0,76% yaitu dari 8,7% pada Februari 2009 menjadi 7,9% pada

Februari 2010. Kondisi ini relatif dampak dari pertumbuhan ekonomi Sulsel pada tahun 2009

terhadap penyerapan tenaga kerja masih relatif kecil. Hal ini dimungkinkan karena

pertumbuhan ekonomi Sulsel pada tahun 2009 mengalami perlambatan, yaitu dari 7,7%

pada tahun 2008 menjadi 6,2% pada tahun 2009 karena pengaruh krisis global. Sehingga

dunia usaha cenderung tidak terdapat penambahan tenaga kerja untuk ekspansi usaha.

54 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

Sementara TPT pada Februari 2009 dibandingkan Februari 2008 mengalami penurunan

sebesar 1,75%.

Dari sisi lapangan pekerjaan utama, untuk periode Februari 2009 dan Februari 2010

komposisi tenaga kerja di sektor pertanian makin mengecil, sementara komposisi tenaga

kerja di sektor non pertanian bertambah besar, terutama pada sektor jasa dan sektor industri.

Pangsa jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian pada Februari 2010 tercatat

sebesar 49,4%, sementara pada Februari 2009 tercatat sebesar 50,1%. Sedangkan pangsa

jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor jasa dan sektor industri meningkat masing-masing

menjadi sebesar 12,4% dan 6,1% pada Februari 2010. Sementara pada Februari 2009,

komposisi tenaga kerja untuk sektor jasa dan sektor industri masing-masing sebesar 10,9%

dan 5,1%. Peningkatan pertumbuhan dan produktifitas di sektor pertanian relatif kurang

menarik minat tenaga kerja yang adan. Hal tersebut dimungkinkan karena tingkat

pendapatan sektor pertanian yang bersifat musiman dan pengaruh tingkat harga produk

hasil pertanian yang relatif kurang menguntungkan.

Grafik 5.1. Persentase Penduduk Usia 15 + yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Februari 2009 Februari 2010

5.2. Kesejahteraan

5.2.1. Nilai Tukar Petani

Perbaikan daya beli masyarakat relatif mengalami perlambatan pertumbuhan pada

triwulan laporan. Musim panen pada subsektor tanaman bahan makanan dan perkebunan

diperkirakan masih kurang memberikan tambahan kesejahteraan bagi petani. Kondisi

Pertanian

50.7%

Industri5.1%

Konstruksi

5.5%

Perdagangan

19.6%

Angkutan/Komuni

kasi6.0% Jasa

10.9%

Lainnya *)

2.1%

49.4%

6.1%

5.4%

19.0%

5.3%

12.4%

2.3%

Sumber : BPS

55Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

tersebut relatif tercermin dari perlambatan pertumbuhan Nilai Tukar Petani (NTP) Sulsel pada

triwulan laporan.

Tingkat kesejahteraan petani Sulsel pada triwulan laporan meskipun menunjukkan

perlambatan pertumbuhan namun masih mengalami perkembangan positif. Rata-rata

pertumbuhan NTP Sulsel pada triwulan II-2010 tercatat tumbuh sebesar 1,4% (yoy), lebih

rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan I-2010 yang sebesar 2,6% (yoy).

Kondisi ini diperkirakan karena pengaruh kondisi cuaca yang kurang kondusif (curah hujan

yang cukup tinggi) relatif mempengaruhi kualitas produk pertanian, meskipun dari segi

volume mengalami peningkatan sehubungan dengan masa panen. Sehingga kecenderungan

kenaikan harga produk pertanian selama triwulan (misalnya pada beras dan sayur-sayuran)

relatif kurang bisa memberikan tambahan pendapatan bagi petani.

Hal tersebut tampak dari perlambatan pertumbuhan ‘Indeks yang Diterima Petani’

yang cukup tajam, yaitu dari triwulan I-2010 yang tercatat sebesar 13,1% (yoy) menjadi

sebesar 5,2% pada triwulan laporan. Pertumbuhan yang masih positif pada ‘Indeks yang

Diterima Petani’ diperkirakan didorong oleh subsektor perkebunan (kakao), yang juga

mengalami panen raya pada triwulan laporan dan tingkat harga komoditi yang cukup tinggi.

Grafik 5.2 Perkembangan Rata-rata

Nilai Tukar Petani

Grafik 5.3 Perkembangan Rata-rata

Indeks Yang Diterima Petani

Grafik 5.4

Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani

‐2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

96 

97 

98 

99 

100 

101 

102 

103 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

NTP y.o.y

Smb : BPS

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

100 

105 

110 

115 

120 

125 

130 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

Indeks Yang Diterima  Petani y.o.y

Smb : BPS

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

20 

40 

60 

80 

100 

120 

140 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

Indeks Yang Dibayar Petani y.o.y

Smb : BPS

56 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

Grafik 5.5.Jumlah Penduduk Miskin Sulsel

152.8 150.8 119.2

930.3

880.9

794.3

13.33%

12.31%

11.60%

10.5%

11.0%

11.5%

12.0%

12.5%

13.0%

13.5%

0

200

400

600

800

1000

1200

2008 2009 2010

Jml Pendd Miskin DesaJml Pendd Miskin Kota% Total Pendd Miskin

Sumber : BPS

Untuk ‘Indeks yang Dibayar Petani’ juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan,

yaitu dari 4,6% (yoy) pada triwulan I-2010 menjadi 3,8% pada triwulan laporan.

Perlambatan pertumbuhan indeks tersebut relatif tertahan sehubungan dengan adanya

program subsidi pupuk dari pemerintah dan relatif terkendalinya tingkat inflasi selama

triwulan laporan. Sehingga tekanan harga terhadap konsumsi petani relatif berkurang.

5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin

Jumlah penduduk miskin di Sulsel per Maret 2010 tercatat sebesar 11,6% dari jumlah

penduduknya atau sebesar 913,4 ribu orang. Dari jumlah tersebut, 13,1% berada di daerah

perkotaan sedangkan sisanya berada di daerah pedesaan. Persentase pangsa jumlah

penduduk miskin di perkotaan tersebut relatif tetap dibanding Maret 2009 yang tercatat

sebesar 12,9% dari jumlah penduduk miskin pada tahun tersebut.

Dari sisi jumlah, jumlah penduduk miskin di Sulsel mengalami penurunan, yaitu dari

963,6 ribu per Maret 2009 menjadi 913,4 ribu pada Maret 2010, atau menurun 5,2%,

sementara pada tahun 2009 turun sebesar 6,6%. Penurunan jumlah penduduk miskin

tertinggi terjadi di pedesaan, yang

tercatat -5,3%, yaitu dari 839,1 ribu

orang pada Maret 2009 menjadi

794,1 ribu orang. Jumlah tersebut

relatif masih cukup besar, yaitu

sekitar 10,1% dari total penduduk

Sulsel. Penurunan jumlah penduduk

miskin juga terjadi di perkotaan yang

tercatat sebesar -4,3% yaitu dari

124,5 ribu orang menjadi 119,2 ribu orang. Jumlah penduduk miskin perkotaan tersebut

merupakan 1,5% dari total penduduk Sulsel. Terkonsentrasinya jumlah penduduk miskin di

pedesaan tersebut perlu mendapatkan perhatian tersendiri, mengingat sektor unggulan

ekonomi Sulsel masih terletak pada sektor pertanian, dimana penduduk pedesaan sebagian

besar mata pencahariannya adalah petani.

Apabila dibandingkan dengan provinsi se-Sulampua, persentase jumlah penduduk

miskin di Sulsel masih tercatat pada urutan ketiga terendah setelah provinsi Sulawesi Utara

(9,1%) dan Maluku Utara (9,4%). Urutan provinsi Sulut dan Malut tersebut juga tidak

mengalami perubahan dibandingkan kondisi pada Maret 2009. Sedangkan persentase

jumlah penduduk miskin tertinggi di Sulampua tercatat sebesar 36,8% masih terdapat di

provinsi Papua. Jumlah penduduk miskin se-Sulampua tersebut tercatat sebesar 1,65% dari

57Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

total penduduk Indonesia, sementara pada Maret 2009 tercatat sebesar 1,73% dari total

penduduk Indonesia.

Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskinse-Sulampua per Maret 2009

5.3. Survei

Berdasarkan hasil Survei Konsumen, pada triwulan laporan rata-rata ‘Indeks

Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini’ (IKLK) juga menunjukkan perkembangan yang sama

dengan perkembangan tolok ukur kesejahteraan lainnya (NTP dan kemiskinan). Rata-rata

IKLK pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 0,8% (yoy), sementara pada triwulan I-

2010 tumbuh sebesar 18,9%. Perlambatan pertumbuhan indeks ini relatif sejalan dengan

perlambatan pertumbuhan kinerja investasi (pertumbuhan perekonomian Sulsel) sehubungan

dengan melambatnya realisasi proyek-proyek pemerintah dibandingkan triwulan II-2009 serta

ketersediaan lapangan kerja baru yang masih minim.

Grafik 5.7. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Saat Ini

Grafik 5.8. Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu

36.95 

11.41 

13.05 

6.03

 

8.50

 

23.86 

9.60

 

8.39

 

3.33

 

3.71

 

63.05 

88.59 

86.95 

94.46 

91.50 

76.14 

90.40 

91.61 

96.26 

96.56 

9.10 

18.07 

11.60 

17.05 

23.18 

13.58 

27.74 

9.42 

34.88 36.80 

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gor Sulbar Maluku Malut Irjabar Papua

Desa Kota % Total Penddk Miskin

Sumb

er : B

PS, d

iolah

%

‐15%

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

Ketersediaan lap kerja saat  ini y.o.y

‐10%

‐8%

‐6%

‐4%

‐2%

0%

2%

4%

6%

8%

116118

120122

124

126128

130132

134

136138

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010

Penghasilan saat  ini dibanding 6 bln yl

y.o.y

58 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

Sejalan dengan perkembangan ‘Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini’, rata-

rata ‘Indeks Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 bulan lalu’ (IPD6) juga mengalami perlambatan

pertumbuhan, yaitu dari 2,1% (yoy) pada triwulan I-2010 menjadi kontraksi sebesar 8,8%.

59Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Bab 6

Keuangan Daerah

Pada triwulan II-2010, sebagaimana diuraikan dalam perkembangan kondisi ekonomi

(Bab I), bahwa kinerja konsumsi mempunyai sumbangan tertinggi dalam pertumbuhan

ekonomi di Sulawesi Selatan. Dari sumbangan konsumsi sebesar 4,54% (yoy), sumbangan

konsumsi pemerintah hanya mencapai 0,87% sementara konsumsi rumah tangga mencapai

3,67%. Sumbangan konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Sulsel tersebut

relatif lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan I-2010 yang tercatat memberikan

sumbangan sebesar 0,64%. Perkembangan konsumsi pemerintah tersebut tercermin dari

realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Sulsel. Pada triwulan laporan, realisasi

belanja pemerintah daerah Provinsi Sulsel telah terealisasi sebesar 31,83%. Selanjutnya

performance Keuangan Pemerintah Daerah pada Semester I-2010 tercermin dalam tabel

dibawah :

Tabel 6.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Semester I-2010

(Milyar Rupiah)

ANGGARAN REALISASI % REALISASI

1. PENDAPATAN1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 1,430.08               735.30         51.42%

‐ Pendapatan Pajak Daerah 1,222.80               617.77         50.52%‐ Pendapatan Retribusi Daerah 113.55                  45.30           39.90%‐ Bagian Laba Hasil Daerah 59.61                    51.05           85.64%‐ Lain‐lain PAD  yang Sah 34.12                    21.18           62.07%

1.2. PENDAPATAN TRANSFER 954.63                  508.76         53.29%Dana Perimbangan 954.63                  508.76         53.29%‐ Dana Bagi Hasil Pjk dan Bukan Pjk 219.12                  87.96           40.14%‐ DAU 706.28                  411.99         58.33%‐ DAK 29.24                    8.81             30.13%Transfer Pemerintah Pusat‐Lainnya ‐                        ‐                0.00%

1.3. Lain‐lain Pendapatan yang Sah 58.97                    0.62             1.04%JUMLAH PENDAPATAN 2,443.68               1,244.68      50.93%

 2. BELANJA   2.1. BELANJA OPERASI 1,662.02               590.08         35.50%2.2. BELANJA MODAL 274.10                  30.42           11.10%2.3. BELANJA TIDAK TERDUGA 15.00                    0.60             3.97%

JUMLAH BELANJA 1,951.12               621.10         31.83%

2.4. TRANSFER 554.39                  146.53         26.43% 

SURPLUS / (DEFISIT) 492.56                  623.58         126.60%Sumber : Pemprov SulselKet : Angka Sementara

NO. U R A I A Ns/d Semester  I‐2010

60 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

Realisasi anggaran pendapatan daerah sampai dengan Semester I-2010 tercatat

hampir mencapai target 50% dari total target pendapatan, yaitu sebesar 50,9% atau

mencapai Rp1,244.68 milyar. Target pendapatan 2010 ini diperkirakan dapat tercapai lebih

dari 100% mengingat pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang cenderung lebih tinggi

dibandingkan tahun 2009.

Dari komponen pendapatan, realisasi “Pendapatan Transfer” telah mencapai 53,3%,

terutama pada sub komponen “Dana Alokasi Umum” (DAU) yang telah mencapai 58,3%.

Sementara realisasi komponen “Pendapatan Asli Daerah” baru mencapai 51,4%, terutama

pada sub komponen “Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah” dan “Pendapatan Pajak

Daerah” yang masing-masing telah mencapai 62,1% dan 50,5%. Realisasi pada sub

komponen “Pendapatan Pajak Daerah” tersebut relatif menggambarkan kinerja konsumsi

rumah tangga (PDRB), mengingat objek penerimaan dari “Pendapatan Pajak Daerah”

tersebut antara lain adalah pajak dan bea balik nama kendaraan bermotor.

Dari sisi anggaran belanja daerah, sampai dengan semester I-2010, realisasinya baru

mencapai 31,8%. Realisasi terbesar terjadi pada pos ‘Belanja Operasi’ yang sebesar 35,5%,

diikuti oleh pos ‘Belanja Modal’ (11,1%). Kecenderungan peningkatan yang signifikan pada

realisasi pos “Belanja Operasi” tersebut relatif sejalan dengan naiknya pertumbuhan kinerja

konsumsi pemerintah (PDRB) pada triwulan laporan jika dibandingkan triwulan sebelumnya.

Hal yang serupa juga terjadi pada realisasi pos “Belanja Modal” yang relatif sejalan dengan

meningkatnya pertumbuhan kinerja investasi (PDRB) pada triwulan laporan dibandingkan

triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 13.77% (y.o.y).

Realisasi ‘Belanja Operasi’ tersebut sendiri lebih banyak dipergunakan untuk Belanja

Hibah yang telah terealisasi sebesar 39,8% dan untuk Belanja Pegawai yang telah terealisasi

sebesar 37,9%. Sementara untuk ‘Belanja Modal’, realisasi masih terdapat pada pos ’Belanja

Peralatan dan Mesin’ yang tercatat sebesar 16,69% dan pos ’Belanja Aset Lainnya’ yang

terealisasi sebesar 6,36%.

61Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Bab7

Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan di triwulan III-2010 diperkirakan akan relatif

meningkat jika dibandingkan dengan triwulan II-2010. Hal tersebut diperkirakan terjadi

karena perkembangan ekonomi global dan domestik yang membaik selama triwulan II/2010

tersebut, diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2010. Pertumbuhan ekonomi

Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan akan melampaui batas atas kisaran proyeksi 5,5%-

6,0%, kemudian akan mempengaruhi peningkatan pertumbuhan hingga tingkat regional,

termasuk Sulawesi Selatan. Dorongan pertumbuhan dari sisi permintaan terjadi pada

konsumsi, investasi dan ekspor. Sedangkan pada sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan

didorong oleh sektor industri, listrik-gas-air, pertambangan, angkutan-komunikasi dan

perdagangan-hotel-restauran.

Kemudian, laju inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung mengalami peningkatan

yang relatif besar. Tekanan inflasi diperkirakan terutama berasal dari dampak kenaikan TDL

yang berimbas pada sisi supply, datangnya Ramadhan dan Idhul Fitri yang mendorong sisi

permintaan, dan kenaikan harga-harga bahan makanan terkait dengan ketidakpastian

musim. Tekanan inflasi diperkirakan terjadi karena semakin terbatasnya respon sisi

penawaran terhadap peningkatan permintaan yang diperkirakan akan semakin meningkat.

7.1 Outlook Kondisi Makroregional

Pada sisi permintaan, pertumbuhan Sulawesi Selatan triwulan III-2010 diperkirakan

mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya.

Hal tersebut diperkirakan terjadi karena perkembangan ekonomi global dan domestik yang

membaik selama triwulan II/2010 tersebut, kemudian akan terus berlanjut hingga akhir tahun

2010. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan akan cenderung

menuju ke batas atas kisaran proyeksi 5,5%-6,0%, diperkirakan akan mempengaruhi

peningkatan pertumbuhan hingga tingkat regional, termasuk Sulawesi Selatan. Pada triwulan

mendatang, diperkirakan konsumsi masyarakat akan cenderung meningkat pertumbuhannya

mengingat pada awal triwulan III-2010 sudah memasuki Tahun Ajaran Baru sehingga

otomatis konsumsi rumah tangga yang terkait dengan biaya administrasi, pembelian perlatan

dan perlengkapan sekolah meningkat. Selain itu, aktivitas pada bulan Ramadhan dan terkait

dengan perayaan Idul Fitri yang jatuh pada triwulan III-2010, akan meningkatkan konsumsi

62 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

Rumah Tangga maupun Pemerintah. Peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan III-

2010 sejalan dengan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Makassar,

dimana menunjukan kecenderungan ekspektasi masyarakat yang meningkat yang ditandai

dengan kecenderungan kenaikan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). IEK tersebut

merupakan gabungan dari indeks ekspektasi masyarakat akan kondisi perekonomian 6

(enam) bulan yang akan datang, ekspektasi penghasilan 6 bulan mendatang dan

ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan ke depan.

Kemudian untuk investasi, pada triwulan II-2010 diprediksi akan relatif meningkat

sejalan dengan peningkatan realisasi anggaran Pemerintah untuk proyek-proyek

pembangunan yang cenderung lebih besar pada semester II. Selain itu, pada sisi ekspor-

impor juga diperkirakan terjadi peningkatan pertumbuhan net ekspor. Kenaikan ekspor

diduga akan naik seiring dengan naiknya harga nikel internasional. Hal ini akan

meningkatkan penjualan nikel di dunia sejalan dengan membaiknya perekonomian dunia

yang kemudian mendorong pulihnya permintaan baja anti karat.

Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen

0

20

40

60

80

100

120

140

160

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2007 2008 2009 2010

Indeks Ekspektasi Konsumen

Pada sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan didorong oleh sektor industri,

listrik-gas-air, pertambangan, angkutan-komunikasi dan perdagangan-hotel-restauran.

Sektor industri pengolahan, khsususnya industri semen dan tepung terigu diperkirakan akan

tumbuh lebih tinggi dari pada triwulan II-2010. Kebutuhan semen diperkirakan meningkat

seiring dengan besarnya realisasi proyek pemerintah menginjak semester II-2010 sehingga

terdapat kecenderungan mengejar target penyelesaian proyek. Selain itu, untuk industri

tepung terigu, juga terdapat kecenderungan untuk terjadi peningkatan produksi sehubungan

dengan moment Ramadhan dan Idul Fitri yang akan meningkatkan permintaan Rumah

Tangga yang akan dipergunaan untuk membuat makanan/kue-kue.

63Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

Kemudian pada sektor listrik-gas-air, diduga akan terjadi kenaikan kinerja khususnya

pada subsektor listrik jika dibandingkan dengan triwulan III-2010. Meski terjadi kenaikan Tarif

Dasar Listrik (TDL) pada Juli 2010, namun seiring dengan dugaan meningkatnya akrivitas

perekonmian di Sulsel pada triuwlan III-2010 maka kinerja sektor kelistrikan sebagai sektor

penopang sektor-sektor lain akan secara cenderung tumbuh searah. Selain itu, sektor

pertambangan diduga relatif akan tumbuh meningkat sejalan dengan meningkatnya

permintaan baja di dunia sehingga berimbas pada permintaan nikel yang merupakan bahan

dasar pembuatan baja dan hal ini dapat terlihat dari dengan meningkatnya harga nikel. Oleh

sebab itu, maka diprediksi produksi nikel PT.Inco akan meningkat pada triwulan III-2010.

Terakhir adalah proyeksi peningkatan pertumbuhan pada sektor angkutan-

komunikasi dan perdagangan-hotel-restauran yang cenderung berjalan seiringan. Pada

triwulan mendatang, diperkirakan pergerakan sektor angkutan-komunikasi dan sub sektor

perdagangan-hotel-retoran akan cenderung terdorong karena aktivitas di bulan Ramadhan

dan Hari Raya Idul Fitri. Khusus untuk sub sektor hotel, diproyeksikan akan banyak

disebabkan oleh kegiatan MICE (Meeting Incentive Conference Event) diselenggarakan di

Sulawesi Selatan terutama sebelum, pada saat dan setelah bulan Ramadhan. Hal tersebut,

tercermin dari tingginya tingkat huian hotel sejak akhir triuwlan II-2010 dan kecenderungan

yang meningkat pada triwulan berikutnya. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut di atas, maka perekonomian Sulsel

pada triwulan mendatang diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2010

(9,21%; y.o.y). Perkiraan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan III-2010 yaitu berada

pada kisaran 9,7% + 0,5% (y.o.y).

7.2 Outlook Inflasi (6,4 +0,5%)

Pada triwulan mendatang, laju inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung

mengalami peningkatan yang relatif besar. Sumber tekanan inflasi terutama berasal dari

kenaikan inflasi kelompok makanan jadi dan bahan makanan. Hal ini terlihat dari beberapa

komoditas utama seperti beras, gula, bumbu-bumbuan, daging ayam dan daging sapi.

Keniakan harga-harga tersebut sudah terjadi sejak akhir triwulan II-2010 dan diduga masih

terus berlanjut hingga triwulan III-2010, mengingat meningkatnya permintaan menjelang

bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri dan cenderung lambatnya respon supply barang-

barang untuk sampai ke tangan konsumen akhir.

Kenaikan harga-harga juga dipicu oleh naiknya TDL per 1 Juli 2010 yang kemudian

berimbas pada harga barang-barang secara umum sebagai respon dari peningkatan biaya

produksi.

64 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II - 2010

Kombinasi sisi produksi yang menaikan harga sebagai akibat biaya produksi yang

secara otomatis disesuaikan dan sisi permintaan yang meningkat yang disebabkan moment

Ramadhan dan Idul Fitri, akan berdampak cukup signifikan pada pergerakan harga di

triwulan III-2010. Pada kondisi ini peran pemerintah sangat diperlukan untuk mengantisipasi

dan menindak kemungkinan terjadinya penimbunan karena dapat memicu kenaikan harga

secara signifikan. Selain itu, tekanan inflasi juga berasal dari komoditas sandang, yang

didorong oleh peningkatan harga komoditas emas internasional. Permintaan emas menjelang

hari Raya Idul Fitri juga cenderung meningkat sehingga inflasi dari kelompok sandang diduga

akan memberikan sumbangan pada peningkatan inflasi pada triwulan III-2010.

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut di atas, maka pada triwulan III-

2010 diperkirakan inflasi tahunan provinsi Sulsel akan lebih besar daripada triwulan

sebelumnya, yaitu pada kisaran 6,4% ± 0.5% (y.o.y). Kecenderungan tersebut searah

dengan Survei Konsumen (SK) bulan Maret yang dilakukan oleh Bank Indonesia, dimana

Indeks Ekspektasi terhadap harga-harga dalam 3 bulan yang akan datang, yaitu sebesar

177.5 yang mengindikasikan bahwa persepsi responden SK akan harga akan cenderung

meningkat pada triwulan mendatang.

Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2007 2008 2009 2010

Indeks perubahan harga umum 3 bulan yad

Grafik 7.3.Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Sulsel dan Proyeksinya

0

2

4

6

8

10

12

14

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2* 3**

2008 2009 2010

%y.o.y ‐ Sulsel

y.o.y ‐Nas

Sumber : BPS, diolah

65Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2010

7.3. Prospek Perbankan

Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan III-2010 diduga masih tumbuh lebih baik

jika dibandingkan triwulan II-2010 atau satu tahun sebelumnya. Pada triwulan II-2010,

terlihat kinerja perbankan semakin membaik jika dibandingkan triwulan sebelumnya dan

pada triwulan III-2010 perkembangan perbankan diprediksikan akan lebih baik lagi terutama

dari sisi pertumbuhan kredit. Sejalan dengan meningkatnya prospek perkonomian Indonesia

termasuk Sulawesi Selatan, maka antusiasme perbankan untuk menyalurkan kredit diduga

akan meningkat pada triwulan III-2010.

Disisi lain, penempatan dana pihak ketiga (DPK) ke perbankan diduga akan relatif

stabil dengan sedikit kecenderugan menurun. Hal dimaksud dikarenakan proyeksi

pengeluaran masyarakat yang cukup signifikan terkait dengan penenuhan kebutuhan pada

masa Ramadhan dan Idul Fitri.

Dugaan peningkatan kredit yang disalurkan dan kecenderungan melambatnya DPK,

maka akan berdampak pada penigkatan Loan to Deposit Ratio (LDR). Ditambah lagi paket

kebijakan yang ikelurkan BI pada tanggal 16 Juli 2010 telah diterima secara positif oleh

pelaku pasar baik domestik maupun internasional, dimana hal tersebut tercermin dari nilai

tukar Rupiah yang secara rata-rata cenderung menguat hingga yang disertai dengan

volatilitas yang menurun hingga akhir triwulan II-2010. Selain itu, cadangan devisa Indonesia

sampai dengan akhir triwulan II-2010 mencapai USD76,3 miliar.

Kondisi tersebut diyakini akan semakin memperkuat manajemen moneter dan

pendalaman pasar keuangan dan akhirnya berdampak pada keyakinan perbankan di seluruh

Indonesia dalam menyalurkan kreditnya kepada masyarakat. Kemudian sejalan dengan

membaiknya kondisi stabilitas keuangan domestik, meningkatnya pertumbuhan nasional dan

regional maka diharapkan Non Performing Loan (NPL) akan cenderung menurun.