kajian ekonomi regional provinsi sulawesi … · 2013-10-12 · iiikajian ekonomi regional sulawesi...

94
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 2013

Upload: nguyencong

Post on 01-Apr-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN-II

2013

ii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

iii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Kata Pengantar

Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang

Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik

Indonesia No. 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 23

Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-undang, tujuan Bank Indonesia adalah

mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah

menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran

sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank.

Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah

I-SULAMPUA di dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai

economic intelligence dan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran

tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia bertugas untuk melakukan pengumpulan data

dan informasi (antara lain melalui survei), dan melakukan pengkajian serta penelitian

mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala.

Sejak tahun 2002 , Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I-SULAMPUA telah

melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat

menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi

pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007

materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) disusun

dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut

adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah

dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus

sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh.

Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor

Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu,

hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah

antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pelaku dunia usaha dan kalangan

masyarakat Iainnya.

Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan

kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan

laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan

reliable. Selanjutnya, kami mengharapkan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di

masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini.

Makassar, Agustus 2013

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Wilayah I - SULAMPUA

Mahmud

Direktur Eksekutif

iv Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

v Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ~ iii

DAFTAR ISI ~ v

DAFTAR GRAFIK ~ ix

DAFTAR TABEL ~ xiii

RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1

INDIKATOR EKONOMI KER Trw. IV-2012 ~5

BAB 1 PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 7

1.1. Sisi Permintaan ~ 8

1.1.1. Konsumsi ~ 9

1.1.2. Investasi ~ 10

1.1.3. Perdagangan Eksternal (Ekspor Impor) ~ 11

1.2. Sisi Penawaran (Produksi/Sektoral) ~ 14

1.2.1. Sektor Pertanian ~ 14

1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ~ 15

1.2.3. Sektor Industri Pengolahan ~ 16

1.2.4. Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 18

1.2.5. Sektor Konstruksi ~ 19

1.2.6. Sektor Perdagangan-Hotel-Restauran ~ 20

1.2.7. Sektor Angkutan-Komunikasi ~ 22

1.2.8. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 22

1.2.9. Sektor Jasa-jasa ~ 23

BOKS I DAMPAK PEREKONOMIAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN

SULAWESI SELATAN ~ 25

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ~ 29

2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa ~ 29

2.2. Inflasi Berdasarkan Kota ~ 40

2.3 Disagregasi Inflasi ~ 41

BOKS II KESIAPAN SULAWESI SELATAN MENGHADAPI RAMADHAN DAN IDUL FITRI ~ 43

vi Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

BOKS III AKSI TPID SULAWESI SELATAN MENEKAN EKSPEKTASI KENAIKAN HARGA PANGAN ~ 46

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 49

A. Perbankan~ 49

3.1. Kondisi Umum ~ 50

3.1.1. Perkembangan Kelembagaan ~ 50

3.1.2. Perkembangan Aset Perbankan ~ 50

3.2. Intermediasi Perbankan ~ 51

3.2.1. Perkembangan Dana Masyarakat ~ 51

3.2.2. Penyaluran Kredit ~ 51

3.2.3. Kredit UMKM ~ 54

3.3. Perbankan Syariah ~ 55

3.4. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat ~ 56

B. Sistem Pembayaran~ 56

3.5. Perkembangan Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ 56

3.6. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ 57

3.7. Perkembangan Temuan Uang Palsu~ 58

3.8. Perkembangan Transaksi Kliring dan RTGS ~ 58

3.8.1. Perkembangan RTGS ~ 58

3.8.2. Perkembangan Kliring ~ 59

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ 61

4.1. Pendapatan Daerah ~ 61

4.2. Belanja Daerah dan Transfer ~ 62

BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ~ 65

5.1. Nilai Tukar Petani ~ 65

5.2. Jumlah Penduduk Miskin ~ 66

5.3. Ketenagakerjaan ~ 67

BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN ~ 71

6.1. Outlook Kondisi Makroekonomi Regional ~ 72

6.1.1. Sisi Permintaan ~ 72

6.1.2. Sisi Penawaran ~ 76

6.2. Outlook Inflasi ~ 78

vii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

6.3. Prospek Perbankan ~ 79

LAMPIRAN ~ 81

viii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

ix Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Daftar Grafik

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB ~ 7 Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi ~ 10 Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Investasi ~ 11 Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor ~ 12 Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor ~ 13 Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian~ 15 Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian ~ 16 Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan ~ 18 Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 19 Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan ~ 20 Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel Restauran ~ 21 Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Sektor Angkutan-Komunikasi ~ 22 Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 23 Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa ~ 24 Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 30 Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sulawesi Selatan ~ 31 Grafik 2.3. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil

SPH di Makassar ~ 31 Grafik 2.4. Perkembangan Harga CPO Internasional ~ 32 Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sulawesi Selatan (%; qtq)

~ 32 Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau~ 33 Grafik 2.7. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi-

Rokok Hasil SPH di Makassar ~ 33 Grafik 2.8. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Sub Kel. Minuman ~ 34 Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau (%;

qtq) ~ 34 Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi Kel. Perumahan Listrik-Air-Bahan Bakar ~ 35 Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kel. Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bhn Bakar (%; yoy; qtq) ~ 35 Grafik 2.12. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Perlengkapan Rumah Tangga

Lainnya ~ 35 Grafik 2.13. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang ~ 36 Grafik 2.14. Perkembangan Harga Internasioanal: Komoditas Emas ~ 36 Grafik 2.15. Perkembangan Harga Emas Perhiasan Hasil SPH di Makassar ~ 36 Grafik 2.16. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Sulawesi Selatan (%; yoy; qtq)~

37 Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ~ 37 Grafik 2.18. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan (%; yoy; qtq) ~ 37 Grafik 2.19. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~38 Grafik 2.20. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga (%; yoy;

qtq) ~ 38 Grafik 2.21. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 39 Grafik 2.22. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan

Sulawesi Selatan (%; yoy; qtq) ~39 Grafik 2.23. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Suku Cadang & Aksesori ~ 39

x Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Grafik 2.24. Perkembangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulawesi Selatan ~ 40 Grafik 2.25. Sumbangan Inflasi Inti, Administered, dan Volatile ~ 41 Grafik 2.26. Pertumbuhan Inflasi Inti, Administered, dan Volatile ~ 41 Grafik 3.1. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan ~ 53 Grafik 3.2. Pangsa Kredit/Pembayaran Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 53 Grafik 3.3. NPLs Per Sektor Ekonomi Triwulan I-2013~ 54 Grafik 3.4. Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 55 Grafik 3.5. Perkembangan Aset BPR/S ~ 56 Grafik 3.6. Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S~ 56 Grafik 3.7. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow)~ 57 Grafik 3.8. Aliran Uang Kartal Keluar(Outflow)~ 57 Grafik 3.9. Selisih Aliran Uang Kartal Masuk-Keluar(Net Inflow)~ 57 Grafik 3.10. Pemberian Tanda Tidak berharga dan Inflow ~ 58 Grafik 3.11. Temuan Uang Palsu ~ 58 Grafik 3.12. Transaksi RTGS-Incoming ~ 59 Grafik 3.13. Transaksi RTGS-Outgoing~ 59 Grafik 3.14. Transaksi RTGS-Total Transaksi ~ 59 Grafik 5.1. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani ~ 66 Grafik 5.2. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani ~ 66 Grafik 5.3. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani ~ 66 Grafik 5.4. Jumlah Penduduk Miskin Sulsel ~ 67 Grafik 5.5. Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-Sulampua per September 2012 ~ 67 Grafik 5.6. Indeks ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 68 Grafik 5.7. Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Yang Lalu ~ 68 Grafik 6.1. Perkembangan PDRB Sulsel (yoy) dan Proyeksinya ~ 72 Grafik 6.2. Perkembangan Indeks Ketersediaan lapangan Pekerjaan 6 bulan y.a.d ~ 73 Grafik 6.3. Vol. Impor Luar Negeri Intermediate Goods ~ 73 Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 74 Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi 6 Bulan y.a.d ~ 74 Grafik 6.6. Perkembangan Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen 6 bulan y.a.d ~ 74 Grafik 6.7. Prakiraan Curah Hujan Sulawesi Selatan ~ 76 Grafik 6.8. Target Pengadaan Beras Triwulan III-2013 ~ 77 Grafik 6.9. Perkembangan Harga Internasional Nikel ~ 77 Grafik 6.10. Perkembangan Laju Inflasi Sulsel dan Proyeksinya ~ 79 Grafik 6.11. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 79 Grafik 6.12. Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 79 Grafik 6.13. Indeks Tendensi Konsumen ~ 79

xiii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Daftar Tabel

Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Sisi Permintaan (yoy) ~ 8 Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Sisi Penawaran (yoy) ~ 14 Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy) ~ 30 Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan ~ 31 Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 33 Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar ~ 35 Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang ~ 36 Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan ~ 37 Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~ 38

Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan~ 39 Tabel 2.9. Sumbangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulawesi Selatan ~ 40 Tabel 3.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan ~ 50 Tabel 3.2. Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank ~ 50 Tabel 3.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum ~ 51 Tabel 3.4. Penyaluran Kredit /Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan~ 52 Tabel 3.5. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 52 Tabel 3.6. Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum ~ 53 Tabel 3.7. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank

Umum (y.o.y) ~ 55 Tabel 3.8. Perkembangan Bank Umum Syariah ~ 55 Tabel 3.9. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 60 Tabel 4.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan

Semester I-2013~ 62 Tabel 5.1. Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Utama ~ 68 Tabel 5.2. Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama~ 69 Tabel 6.1. Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara ~ 75

xiv Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

1 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Ringkasan Eksekutif

Melambatnya tingkat pertumbuhan ekonomi Sulsel triwulan II-2013 yang mencapai 6,41%

(yoy) dibanding triwulan sebelumnya (7,97%; yoy), diikuti dengan turunnya realisasi

pendapatan APBD. Pendapatan fiskal daerah yang ditargetkan akan mencapai 10%, hingga

paruh pertama 2013, hanya naik sebesar 5,85% dari periode yang sama tahun lalu. Secara

persentase realisasi pun, pendapatan hingga semester pertama 2013 juga baru sebesar

46,85% lebih rendah daripada 2012 (48,68%). Beberapa sektor yang tumbuh lebih rendah

diantaranya sektor Pertanian, sektor Pertambangan, dan sektor PHR. Dari sisi penyerapan

tenaga kerja, juga perlu dicermati tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) yang

perkembangannya mengalami penurunan (Februari 2013 sebesar 63,6%) dibandingkan

periode yang sama tahun 2012 (64,6%). Walaupun melambat, angka pertumbuhan Sulsel

tersebut tetap lebih tinggi daripada pertumbuhan nasional (5,81%; yoy). Demikian pula

perkembangan perbankan (kredit) dan sistem pembayaran Sulsel lebih tinggi dari nasional

dan dapat mendukung aktivitas ekonomi Sulawesi Selatan.

Peran dari stimulus fiskal daerah masih dibutuhkan untuk menahan laju pertumbuhan

kembali lebih rendah. Sampai dengan triwulan II-2013, persentase realisasi anggaran belanja

daerah masih relatif kecil yaitu 28,33%, bahkan persentase realisasi pos belanja modal lebih

rendah lagi, yaitu sebesar 5,74%. Diharapkan penyerapan belanja modal dapat lebih

berperan dalam pertumbuhan investasi Sulsel pada tahun 2013, terutama pembangunan

infrastruktur yang mendukung akses kegiatan ekonomi masyarakat.

Di sisi lain, efek kenaikan harga BBM bersubsidi masih relatif moderat pada inflasi triwulan II-

2013. Mulai masuknya pasokan bahan makanan yang berasal dari impor maupun lokal,

menahan laju tekanan inflasi, sehingga inflasi hanya berada pada angka 4,36% (yoy), justru

lebih rendah triwulan sebelumnya (4,61%; yoy). Faktor positif lain adalah pelemahan harga

emas internasional yang juga diikuti harga di tingkat nasional. Untuk sementara, dampak

kenaikan harga BBM rata-rata sebesar 33,33% pada akhir triwulan II-2013, baru tertransmisi

langsung kepada kenaikan inflasi kelompok transportasi (administered price).

Dengan realisasi pertumbuhan hingga semester I-2013 tersebut, ekonomi Sulawesi Selatan

2013 diprakirakan akan bias ke bawah dibandingkan proyeksi sebelumnya. Risiko global

terkait harga komoditas nikel dan coklat masih membayangi ekspor Sulsel. Di sisi domestik,

inflasi yang meningkat juga akan menurunkan daya beli masyarakat. Efek kenaikan harga

BBM subsidi akan mulai terasa pada triwulan III-2013, dan transmisinya mulai terasa kepada

harga-harga kelompok volatile food. Ditambah dengan panen raya beras (sebagai komoditi

utama penyumbang inflasi) yang mulai berakhir, sehingga menurunkan pasokan komoditi

tersebut di pasar. Inflasi Sulawesi Selatan 2013 diprakirakan juga akan meningkat, lebih

tinggi daripada target inflasi nasional 2013 yang ditentukan sebelumnya.

2 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Perkembangan Kondisi Makroekonomi

Realisasi pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan II-2013, tidak seoptimis

perkiraan semula, dengan kembali mengalami perlambatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Perlambatan tersebut searah dengan lebih rendahnya laju perekonomian

nasional, yang tumbuh pada angka 5,81% (yoy) pada triwulan II-2013 dibanding triwulan

sebelumnya (5,90%; yoy). Namun, pertumbuhan ekonomi Sulsel sebesar 6,41% (yoy) pada

triwulan ini, tercatat lebih tinggi dari nasional, walaupun angkanya lebih rendah dari

pertumbuhan pada triwulan I-2013 (7,97%; yoy). Melambatnya pertumbuhan Sulsel,

didorong oleh konsumsi pemerintah yang tumbuh lebih rendah, terindikasi dari persentase

realisasi penyerapan anggaran dan pendapatan APBD yang tidak setinggi tahun sebelumnya.

Komponen pendorong lainnya adalah perubahan stok yang kembali menurun. Hal ini terjadi,

seiring konsumsi dan ekspor yang masih kuat, sehingga ditengarai perusahaan mengeluarkan

cadangan barang untuk memenuhi permintaan tersebut. Diduga, hal ini terjadi karena

produksi di sektor primer cenderung melambat, seperti terjadi di sektor Pertanian dan sektor

Pertambangan. Penurunan produksi dan harga internasional memengaruhi lebih rendahnya

perkembangan di masing-masing sektor tersebut. Sementara di sektor sekunder dan tersier,

perlambatan terjadi pada aktivitas sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) dan sektor

Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan. Aktivitas sektor PHR yang cenderung lebih

rendah, terjadi pada perdagangan kecil (eceran). Sementara di sektor Keuangan,

perlambatan hanya terjadi di penyaluran kredit modal kerja.

Perkembangan Inflasi

Tekanan inflasi Sulawesi Selatan (Sulsel) hingga triwulan II-2013 masih belum

meningkat signifikan, meskipun ada penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM)

bersubsidi pada akhir triwulan ini. Inflasi Sulsel tercatat 4,36% (yoy), justru terkoreksi ke

bawah dibanding triwulan sebelumnya (4,61%; yoy). Bahkan, inflasi Sulsel masih lebih kecil

dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 5,90% (yoy) pada triwulan II-2013. Masih

terkendalinya tekanan inflasi tersebut, didukung oleh revisi kebijakan pembatasan impor

hortikultura, sehingga tekanan inflasi pada Kelompok Bahan Makanan terutama

Subkelompok Bumbu-bumbuan, relatif berkurang. Namun demikian, tekanan harga masih

terjadi pada kelompok makanan jadi (akibat kenaikan cukai rokok) dan kelompok perumahan

(implikasi kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) secara bertahap). Untuk sementara waktu,

kenaikan harga BBM rata-rata sebesar 33%, baru tertransmisi langsung kepada kenaikan

inflasi kelompok transportasi, yang meningkat tertinggi dalam kurun 5 tahun terakhir.

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Melemahnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan, diikuti dengan

melambatnya beberapa indikator perbankan dan sistem pembayaran Sulsel. Namun

3 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

dibandingkan nasional, indikator perbankan tumbuh lebih baik. Perkembangan kredit Sulsel

tumbuh 21,84%, sementara nasional tumbuh 20,89%. Sehingga kegiatan intermediasi

perbankan di Sulsel tetap lebih tinggi daripada nasional, dengan rasio LDR 144,62%

dibanding nasional yang sebesar 101,11%. Perlambatan terjadi pada penghimpunan dana

pihak ketiga (DPK) untuk jenis tabungan, giro dan deposito. Perkembangan aset Bank Umum

juga mengalami perlambatan, untuk bank pemerintah, bank swasta nasional dan bank asing-

campuran. Berdasarkan jenis penggunaan kredit, terjadi penurunan pertumbuhan yang

signifikan pada kredit konsumsi tetapi meningkat pada kredit investasi. Sejalan dengan itu,

penyaluran kredit kepada sektor utama (industri pengolahan, pertambangan dan pertanian),

tercatat tumbuh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Demikian pula dengan

indikator sistem pembayaran, yang perlambatannya ditunjukkan oleh pembayaran non-tunai

untuk transaksi kecil, terutama melalui sarana RTGS, yang terutama digunakan untuk

aktivitas sektor PHR, terutama untuk perdagangan eceran.

Keuangan Daerah

Persentase realisasi pendapatan maupun belanja APBD hingga triwulan II-2013 masih

relatif rendah. Dari sisi pendapatan, target pendapatan daerah yang hendak diraih, belum

dapat dipenuhi sesuai persentase kenaikan yang ditetapkan. Walaupun dari sisi nilai,

nominalnya relatif lebih tinggi dari tahun 2012. Apabila laju pertumbuhan ekonomi Sulsel

2013 terealisasi cukup tinggi, maka dapat menjadi acuan untuk lebih mengoptimalkan

tingkat pendapatan daerah. Sementara dari sisi belanja, realisasi belanja daerah hingga

triwulan II-2013 jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya. Realisasi belanja daerah hingga paruh tahun 2013 baru mencapai sekitar

seperempat dari anggaran 2013. Belanja rutin maupun belanja infrastruktur, secara nominal

dan persentasenya, masing-masing penyerapannya masih jauh dari acuan tahun 2012.

Penyerapan belanja modal ini perlu dioptimalkan, sehingga mampu berperan untuk

mengakselerasi laju pertumbuhan investasi 2013.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tingkat kesejahteraan masyarakat relatif belum membaik pada triwulan II-2013.

Meskipun berlangsung panen padi pada periode triwulan ini, namun nilai tukar petani (NTP)

tetap tumbuh relatif rendah. Pertumbuhan rata-rata NTP Sulsel selama triwulan II-2013 hanya

meningkat 0,22% (yoy), semakin rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan

sebelumnya (0,51%; yoy). Salah satu pendorongnya adalah perkembangan harga yang

diterima oleh petani lebih rendah dibandingkan harga yang harus dibayar petani. Keadaan

tersebut terus berlangsung sejak triwulan II 2012. Penurunan jumlah kemiskinan juga

semakin mengecil. Pada Maret 2013 penurunan kemiskinan sejumlah 18,24 ribu orang,

sementara pada September 2012 mencapai 19,89 ribu orang.

4 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Sementara itu, tingkat ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan diperkirakan sedikit

meningkat. Survei yang dilakukan Bank Indonesia tersebut, sesuai dengan tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Selatan (Sulsel) tercatat mengalami penurunan dari

6,5% pada Februari 2012 menjadi 5,8% pada Februari 2013 atau menurun sebesar 0,7%.

Namun perlu dicermati, terkait penyerapan tenaga kerja yang tidak sepadan dengan

tingginya angka pertumbuhan ekonomi. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) pada Februari 2013 mengalami penurunan menjadi sebesar 63,6% dibandingkan

periode yang sama tahun 2012 (64,6%).

Prospek Perekonomian

Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan III-2013 diprakirakan akan

membaik, namun diikuti dengan meningkatnya tekanan inflasi. Pertumbuhan ekonomi

Sulsel juga diprakirakan akan berada di atas angka pertumbuhan ekonomi nasional. Pada sisi

permintaan, kegiatan investasi dan konsumsi diproyeksikan akan dapat tumbuh positif dan

lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja ekspor disinyalir akan melemah di

periode yang akan datang sehingga terjadi negatif ekspor netto. Hal ini akan terjadi, apabila

perkembangan harga komoditas internasional masih belum membaik. Hal tersebut juga

memengaruhi sektor Pertambangan, yang laju pertumbuhannya terbatasi dengan

perkembangan harga internasional. Kinerja sektor Pertanian diprakirakan juga akan tertahan

dengan mulai berakhirnya musim panen. Namun, sektor-sektor utama lainnya, diharapkan

tumbuh pada level yang cukup tinggi, terutama Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

serta Sektor Industri Pengolahan, seiring adanya bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Demikian

pula sektor keuangan, dengan membaiknya kinerja perbankan Sulsel. Laju inflasi diprakirakan

akan meningkat dan tumbuh relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2013. Faktor utama

pendorong inflasi adalah naiknya harga BBM bersubsidi pada akhir periode triwulan laporan.

Kenaikan harga BBM bersubsidi, selain meningkatkan inflasi administered prices, juga akan

mempengaruhi komponen inflasi yang lain, terutama inflasi volatile foods.

Sementara untuk keseluruhan tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Sulsel

diprakirakan lebih rendah daripada pertumbuhan Sulsel 2012 (8,37%), diikuti

tekanan inflasi yang lebih besar pula. Namun tingkat pertumbuhan Sulsel, tetap lebih

tinggi dari pada pertumbuhan nasional yang berada pada kisaran 5,8%-6,2%.

Perkembangan global belum menunjukkan indikasi membaik, yang akan memengaruhi

secara tidak langsung harga komoditas internasional. Dampak rentetannya, dikhawatirkan

akan berimplikasi kepada perekonomian Sulsel, melalui jalur perdagangan (ekspor) dan

investasi langsung. Untuk itu diperlukan upaya untuk memperkuat ekonomi domestik, antara

lain melalui insentif fiskal daerah, dengan realisasi belanja APBD, kebijakan yang mendukung

kegiatan investasi swasta, maupun pembangunan infrastruktur. Sementara dari sisi inflasi,

inflasi keseluruhan tahun 2013 akan berada di atas batas atas target inflasi, seiring kenaikan

harga bahan bakar minyak bersubsidi, yang secara langsung meningkatkan tarif transportasi,

serta diikuti dengan kenaikan harga barang dan jasa lainnya.

5 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN

PROPINSI SULAWESI SELATAN

a. INFLASI dan PDRB

1 2 3 4 1 2

MAKRO

- Sulawesi Selatan 132.89 133.44 135.69 136.14 139.01 143.51 - Sulawesi Utara 128.11 129.75 131.57 133.73 136.86 136.16 - Gorontalo 134.65 136.07 137.85 139.32 141.62 140.95 - Papua 126.38 127.28 129.07 132.71 133.82 135.00 - Papua Barat 144.28 149.65 150.36 152.79 155.28 158.31 - Maluku 137.57 142.05 142.03 140.74 141.12 144.46 - Sulawesi Tengah 135.20 137.53 141.14 142.34 143.27 142.88 - Sulawesi Tenggara 137.27 138.93 141.02 141.15 141.41 144.15 - Sulawesi Barat 134.57 134.98 137.56 138.24 140.21 140.78 - Maluku Utara 133.20 134.73 135.68 136.87 138.49 138.68

- Sulawesi Selatan 4.06 3.84 4.48 4.41 4.61 7.55- Sulawesi Utara 0.95 3.73 5.23 6.04 6.83 4.94- Gorontalo 5.91 5.95 5.40 5.31 5.18 3.59- Papua 1.94 1.80 2.94 4.52 5.89 6.07- Irian Jaya Barat 2.07 4.11 3.95 5.07 7.62 5.79- Maluku 8.65 6.25 7.07 6.73 2.58 1.70- Sulawesi Tengah 2.50 4.99 6.78 5.87 5.97 3.89- Sulawesi Tenggara 5.10 4.65 2.03 5.25 3.02 3.76- Sulawesi Barat 3.81 3.24 3.71 3.28 4.19 4.30- Maluku Utara 4.54 4.30 3.87 3.29 3.97 2.93

1. Pertanian 3,424.10 4,022.72 4,236.76 3,290.50 3,831.15 4,058.55

2. Pertambangan dan Penggalian 904.40 1,118.55 1,065.80 1,162.04 1,030.59 1,125.49

3. Industri Pengolahan 2,055.30 1,994.37 2,037.09 2,112.53 2,142.81 2,223.09

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 156.90 158.68 164.00 167.89 169.21 173.24

5. Konstruksi/Bangunan 857.70 913.97 952.03 986.76 943.04 1,004.91 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,519.60 2,626.56 2,749.24 2,783.81 2,797.41 2,877.88 7. Angkutan dan Komunikasi 1,397.20 1,463.95 1,506.95 1,552.64 1,544.21 1,622.86 9. Keuangan, Persewaan dan Jasa 1,131.00 1,243.43 1,278.31 1,338.39 1,323.37 1,413.61 10. Jasa-jasa 1,478.20 1,514.35 1,521.81 1,544.44 1,493.88 1,531.05

7.95 8.12 8.78 8.58 7.97 6.41

269.15 334.64 425.37 526.60 403.02 389.29

223.29 193.78 152.34 245.36 171.92 198.44

155.07 186.72 254.70 219.18 300.72 401.57

280.95 500.79 246.48 215.54 160.04 472.52

Catt : Per Trw.II-2008, penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar 2007

20132012INDIKATOR

*) Sementara

Volume Impor Non Migas (Ribu Ton)

Nilai Impor Non Migas (USD Juta)

Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta)

Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton)

PDRB - Harga Konstan (Miliar Rp)

Pertumbuhan PDRB (y.o.y;%)

Indeks Harga Konsumen

Laju Inflasi Tahunan (y.o.y;%)

6 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

LANJUTAN ... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN

PROPINSI SULAWESI SELATAN B. PERBANKAN

1 2 3 4 1 2

Total Aset (Rp. Miliar) 67,573 72,554 74,754 79,307 80,876 86,366

46,091.17 48,467.59 50,927.51 54,278.13 53,720.65 53,299.02

Giro 7,893.46 7,763.87 8,287.00 7,948.37 9,252.01 8,086.13

Tabungan 24,969.63 27,185.62 28,523.18 31,427.80 29,262.13 29,941.99

Deposito 13,228.08 13,518.10 14,117.33 14,901.96 15,206.51 15,270.90 - -

58,754.53 63,265.48 65,411.85 69,955.59 72,018.83 77,082.60

- Modal Kerja 22,499.56 25,045.18 24,655.59 28,250.36 28,671.33 27,483.57

- Investasi 11,727.69 12,255.65 12,634.93 11,911.15 12,725.43 17,401.56

- Konsumsi 24,527.27 25,964.65 28,121.33 29,794.08 30,622.07 32,197.47

127.47% 130.53% 128.44% 128.88% 134.06% 144.62%

58,754.53 63,265.48 65,411.86 69,955.59 72,018.83 77,082.60

- Pertanian 883.04 1,100.69 1,145.69 1,186.73 1,372.57 1,356.08

- Pertambangan 567.89 608.43 625.94 563.70 590.35 584.27

- Industri pengolahan 4,842.46 5,216.15 5,380.90 6,013.38 6,116.27 5,569.68

- Listrik,Gas dan Air 379.41 419.73 663.09 782.41 996.13 1,356.85

- Konstruksi 3,148.22 3,503.18 3,708.47 3,847.96 3,834.75 4,043.20

- Perdagangan 15,854.08 18,288.04 18,100.07 19,531.13 20,343.83 23,548.63

- Pengangkutan 1,827.57 1,809.10 1,736.76 2,138.21 2,316.69 2,379.30

- Jasa Dunia Usaha 3,171.24 3,438.46 3,473.70 3,371.48 3,446.02 4,511.48

- Jasa Sosial Masyarakat 1,583.49 1,464.74 1,375.52 1,385.63 1,479.49 1,514.62

- Lain-lain 26,497.14 27,416.96 29,201.72 31,134.97 31,522.74 32,218.50

18,011.34 19,188.63 17,889.98 19,537.63 20,925.48 23,185.18

3,539.65 3,937.11 3,637.25 3,625.03 3,946.89 4,176.64

- Modal Kerja 3,132.26 3,492.35 3,173.33 3,163.31 3,439.65 3,528.09

- Investasi 407.39 444.76 463.92 461.72 507.25 648.55

- Konsumsi - - - - - -

8,718.14 8,697.78 8,193.44 8,469.37 8,635.38 9,116.17

- Modal Kerja 5,505.91 5,771.32 5,444.54 5,667.77 5,598.68 6,013.14

- Investasi 3,212.23 2,926.47 2,748.89 2,801.60 3,036.70 3,103.03

- Konsumsi - - - - - -

5,753.55 6,553.73 6,059.29 7,443.23 8,343.21 9,892.38

- Modal Kerja 4,638.19 5,291.51 4,693.50 5,508.54 6,010.79 6,949.94

- Investasi 1,115.37 1,262.23 1,365.79 1,934.70 2,332.43 2,942.44

- Konsumsi - - - - - -

2.82% 2.88% 2.65% 2.64% 2.84% 2.68%

4.20% 4.24% 4.21% 4.08% 4.37% 4.03%

BANK UMUM SYARIAH

3,376.67 3,688.80 3,977.49 4,523.87 4,802.34 5,085.36

1,581.29 1,638.76 1,820.95 2,068.36 2,142.22 2,138.10

Giro 197.24 200.89 202.44 298.77 255.85 232.43

Tabungan 757.83 804.78 845.72 985.97 969.98 973.65

Deposito 626.22 633.09 772.79 783.62 916.38 932.02

3,268.49 3,491.45 3,858.72 4,347.62 4,735.05 5,157.82

- Modal Kerja 892.36 930.40 1,116.96 1,137.06 1,126.40 1,141.30

- Investasi 427.84 439.87 526.71 604.92 728.97 1,004.14

- Konsumsi 1,948.28 2,121.19 2,215.05 2,605.64 2,879.68 3,012.38

206.70% 213.05% 211.91% 210.20% 221.03% 241.23%

Catt.* (<Rp. 50 Juta)** (Rp. 50 < X < Rp. 500 Juta)*** (Rp. 500 Juta < X < Rp. 5 M)**** Data Sementara

2013****

Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)

INDIKATOR

BANK UMUM :

D P K (Rp. Miliar)

2012

FDR

Total Aset (Rp. Miliar)

D P K (Rp. Miliar)

Pembiayaan - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)

Kredit Menengah *** (Rp. Miliar)

L D R

NPL UMKM gross (%)

Kredit UMKM (Rp. Miliar)

NPL Total gross (%)

Kredit Mikro* (Rp. Miliar)

Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)

Kredit Kecil ** (Rp. Miliar)

7 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Bab 1

Perkembangan Kondisi Makroekonomi

Pada triwulan II-2013, perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) kembali mengalami

perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada

triwulan ini tercatat sebesar 6,41% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan I-

2013 (7,97%; yoy), seiring melambatnya sektor-sektor utama. Namun demikian,

perekonomian Sulsel tersebut masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan perekonomian

nasional yang tumbuh sebesar 5,81% (yoy) pada triwulan laporan. Melambatnya

pertumbuhan Sulsel, didorong oleh konsumsi pemerintah yang tumbuh lebih rendah,

terindikasi dari persentase realisasi penyerapan anggaran dan pendapatan APBD yang tidak

setinggi tahun sebelumnya. Komponen lainnya yang mendorong perlambatan pertumbuhan

adalah perubahan stok yang kembali menurun. Kondisi tersebut seiring dengan masih relatif

kuatnya konsumsi dan ekspor, sehingga diduga perusahaan mengeluarkan cadangan barang

untuk memenuhi permintaan tersebut. Hal tersebut ditengarai terjadi karena produksi di

sektor primer cenderung melambat, terutama di Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan.

Penurunan produksi dan harga internasional memengaruhi melambatnya perkembangan di

masing-masing sektor tersebut. Sementara di sektor sekunder dan tersier, perlambatan

terjadi pada aktivitas sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) dan sektor Keuangan,

Persewaan & Jasa Perusahaan. Sebenarnya aktivitas di sektor PHR cukup tinggi, namun

hanya terjadi pada perdagangan besar, perhotelan, dan pariwisata (tingkat kunjungan).

Sementara perlambatan cenderung terjadi pada perdagangan kecil (eceran). Demikian pula

dengan Sektor Keuangan, perlambatan juga terjadi hanya di salah satu komponen, terutama

untuk lembaga keuangan bank, seiring penyaluran kredit modal kerja yang lebih rendah.

Grafik 1.1.

Laju Pertumbuhan PDRB

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011* 2012** 2013***

y.o.y Sulsel

y.o.y Nas

Sumber : BPS, diolah

8 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

1.1. Sisi Permintaan

Perekonomian Sulsel mengalami perlambatan pada triwulan II-2013 karena tertahan

oleh perkembangan konsumsi pemerintah dan perubahan stok (inventori).

Perlambatan pada komponen investasi (inventori) tersebut, menahan laju pertumbuhan

ekonomi tahunan Sulsel tidak terakselarasi lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.

Meskipun komponen sisi permintaan lainnya menunjukkan adanya perbaikan aktivitas

ekonomi (Tabel 1.1). Komponen yang masih menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi

Sulsel pada triwulan laporan adalah komponen konsumsi dan net-ekspor. Kegiatan konsumsi

cenderung meningkat dan memberikan sumbangan sebesar 3,77% (yoy) terhadap

pertumbuhan ekonomi Sulsel. Selanjutnya, kinerja ekspor juga menunjukkan perbaikan dan

tumbuh lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 9,42% (yoy) menjadi

13,71% (yoy). Di lain pihak, impor justru tumbuh lebih lambat dibanding triwulan

sebelumnya yaitu dari 7,63% (yoy) menjadi 3,61% (yoy). Hal tersebut mengatrol

pertumbuhan net-ekspor ke angka 109,28% (yoy) pada triwulan II-2013, lebih tinggi

dibanding triwulan sebelumnya (20,56%; yoy).

Tabel 1.1. Perkembangan Sisi Permintaan (yoy)

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

Kons 4.67% 4.05% 4.70% 5.68% 7.14% 7.21% 6.95% 5.88% 5.74% 5.82%

Invest 0.32% 18.38% 61.20% 29.29% 32.80% 42.38% 10.08% -6.34% 11.24% -2.95%

Inv (PMTB) 4.74% 7.27% 11.30% 16.69% 22.58% 23.62% 20.18% 15.22% 12.64% 13.67%

Perub Stok -42.40% 244.01% -565.17% -287.89% 212.09% 161.25% -20.26% -343.46% 1.59% -52.78%

Eks 6.88% 9.38% -4.55% -22.45% -15.69% -14.70% 0.41% 13.92% 9.42% 13.71%

Imp -2.43% 6.94% 15.90% -16.92% -7.93% 1.48% -3.40% -2.53% 7.63% 3.61%

Net Eksim 66.18% 17.91% -54.07% -52.38% -44.71% -65.98% 23.72% 169.14% 20.56% 109.28%

TOTAL 7.39% 8.56% 8.36% 6.13% 7.95% 8.12% 8.78% 8.58% 7.97% 6.41%

2013**

PERTUMBUHAN (yoy)

PERIODE2011 2012*

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

Kons 3.27% 2.76% 3.17% 3.97% 4.87% 4.72% 4.54% 4.10% 3.89% 3.77%

Invest 0.08% 4.08% 12.07% 6.42% 7.31% 10.27% 2.96% -1.69% 3.08% -0.94%

Inv (PMTB) 1.02% 1.54% 2.42% 3.81% 4.76% 4.94% 4.44% 3.82% 3.03% 3.27%

Perub Stok -0.95% 2.54% 9.65% 2.61% 2.55% 5.32% -1.48% -5.52% 0.06% -4.21%

Eks 3.10% 4.03% -1.98% -11.72% -7.03% -6.37% 0.16% 5.31% 3.30% 4.69%

Imp -0.95% 2.32% 4.90% -7.45% -2.80% 0.49% -1.12% -0.87% 2.30% 1.12%

Net Eksim 4.05% 1.71% -6.88% -4.27% -4.23% -6.86% 1.28% 6.18% 1.00% 3.57%

TOTAL 7.39% 8.56% 8.36% 6.13% 7.95% 8.12% 8.78% 8.58% 7.97% 6.41%

2013**

SUMBANGAN (yoy)

PERIODE2011 2012*

Sumber : BPS & Proyeksi BI

Note: Investasi merupakan penggabungan antara PMTB dan perubahan inventori

* Angka Sementara & ** Angka Sangat Sementara

9 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

1.1.1. Konsumsi

Pertumbuhan konsumsi menguat pada triwulan laporan menjadi 5,82% (yoy) dari

5,74% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Faktor pendorong pertumbuhan konsumsi

adalah komponen Konsumsi Rumah Tangga (RT). Penguatan yang terjadi pada pertumbuhan

Konsumsi RT tercermin dari beberapa prompt indicators seperti Indeks Keyakinan Konsumen

(IKK) (Grafik 1.2), pembelian barang tahan lama/durable goods (Indeks Penjualan Eceran

Kelompok Suku Cadang & Aksesoris; Grafik 1.4), serta Indeks Penjualan Eceran Kelompok

Perlengkapan Rumah Tangga (Grafik 1.6). Demikian pula, konsumsi rumah tangga terhadap

Bahan Bakar Minyak (BBM) baik jenis elpiji maupun non elpiji juga meningkat dan mengalami

pertumbuhan yang lebih tinggi pada triwulan laporan jika dibandingkan triwulan sebelumnya

(Grafik 1.7 dan Grafik 1.8).

Sementara itu, Konsumsi Pemerintah menjadi penahan laju pertumbuhan karena

mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari

realisasi belanja APBD yang baru mencapai 28,33% sampai dengan triwulan II-2013,

terutama untuk penyaluran belanja pegawai (gaji). Di samping itu, pemberian gaji ke-13 bagi

PNS, TNI/Polri, dan pensiunan yang tidak dilakukan secara serentak pada Juni 2013 (karena

sebagian besar Pemda menerimanya pada Juli 2013) ditengarai akan cenderung

memengaruhi pertumbuhan konsumsi triwulan selanjutnya. Selain itu, terdapat 120 ribu

pegawai yang pensiun hingga triwulan II-2013.

Grafik 1.2.

Indeks Keyakinan Konsumen

Grafik 1.3.

Volume Impor Consumers Goods

Grafik 1.4.

Indeks Penj. Eceran Kel. Sk Cdg&Aksesoris

Grafik 1.5.

Indeks Penjualan Eceran Kel. Brg Lainnya

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Indeks Keyakinan Konsumen

y.o.ySmb : Survei Konsumen KBI Mks

-500%

0%

500%

1000%

1500%

2000%

2500%

3000%

-

10

20

30

40

50

60

70

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2010 2011 2012 2013Juta

Kg

Consumer Goods y.o.y

* SementaraSmb : Cognos - BI

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

0

50

100

150

200

250

300

350

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Sk Cdg&Akssoris

yoy

Smb : SPE

-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Brg Lainnya

yoy

Smb : SPE

10 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Grafik 1.6.

Indeks Penjualan Eceran Kel. Perlengkapan Rumah Tangga

Grafik 1.7.

Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) Non Elpiji Rumah Tangga

Grafik 1.8.

Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) Elpiji Rumah Tangga

1.1.2. Investasi

Investasi yang dihitung dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mampu

bertumbuh positif dan lebih besar dari triwulan sebelumnya yaitu dari 12,64% (yoy)

menjadi 13,67% (yoy). Peningkatan investasi tersebut didorong salah satunya oleh

perkembangan penanaman modal di Sulsel yang cukup signifikan, khususnya Penanaman

Modal Dalam Negeri (PMDN)1. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal

Daerah (BKPMD) Sulsel, terdapat 13 proyek investasi jenis PMDN dengan total nilai Rp367,54

miliar pada triwulan II-2013. Sebelumnya, pada triwulan I-2013, terdapat 9 proyek dengan

total nilai hanya sebesar Rp77,97 miliar di Sulsel. Hal tersebut didukung oleh kemudahan

pengurusan izin melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang diusung Pemerintah

Daerah (Pemda). Dari investasi yang ada, penekanan terutama diberikan pada Sektor

Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran. Investasi pada Sektor Pertambangan,

terkait pembangunan smelter, belum terealisasi hingga semester I-2013 ini. Dilihat dari

indikatornya, realisasi pengadaan semen triwulan II-2013 tumbuh lebih baik dibandingkan

triwulan sebelumnya, yaitu dari -26,39% (yoy) menjadi 17,49% (yoy) (Grafik 1.9).

Sementara itu, investasi yang ditambah dengan perubahan stok, justru melemah

pada triwulan II-2013. Perubahan stok tumbuh negatif sebesar -52,78% (yoy) setelah

1Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Selatan No. 45/08/73/Th. VI, 2 Agustus 2013

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Prlngkpan RT

yoy

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

290000

300000

310000

320000

330000

340000

350000

360000

370000

1 2 3 4 1 2

2012 2013

kL

Penjualan BBM Rumah Tangga(non Elpiji)

yoy

Smb : Pertamina

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

34000000

36000000

38000000

40000000

42000000

44000000

46000000

48000000

1 2 3 4 1 2

2012 2013kg

Penjualan BBM Rumah Tangga(Elpiji)

yoy

Smb : Pertamina

11 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

mencatat pertumbuhan positif pada triwulan I-2013 (1,59%; yoy). Angka tersebut juga jauh

lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 161,25% (yoy).

Ditengarai perusahaan mengeluarkan cadangan stoknya untuk memenuhi permintaan

masyarakat maupun perdagangan antarpulau/internasional yang tetap tinggi.

Grafik 1.9.

Realisasi Pengadaan Semen

Grafik 1.10.

Volume Impor Capital Goods

1.1.3. Ekspor dan Impor

Dari sisi perdagangan eksternal, kinerja net ekspor-impor mengalami peningkatan

yang cukup signifikan. Total nilai ekspor dikurangi dengan total impor pada triwulan ini

kembali mencatat ekspor netto yang positif. Pada triwulan laporan, ekspor netto tumbuh

sebesar 109,28% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (20,56%; yoy) maupun dari

triwulan II-2012 (-65,98%; yoy). Kinerja ekspor yang tumbuh cukup tinggi pada triwulan

laporan sebesar 13,71% (yoy) menjadi faktor pendukung membaiknya pertumbuhan ekspor

netto. Hal ini masih ditambah dengan kinerja impor yang relatif lebih lambat jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2013, impor mencatat

pertumbuhan sebesar 3,61% (yoy), menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 7,63% (yoy). Selama triwulan II-2013, beberapa komoditas ekspor

yang memiliki share cukup besar mengalami peningkatan kinerja yang lebih baik

dibandingkan triwulan I-2013. Komoditas tersebut antara lain adalah Ikan-Udang-Kerang

(Grafik 1.12), Makanan Ternak (Grafik 1.13), Pupuk dan Mineral Alam Lainnya (Grafik 1.14),

serta Barang dari Mineral Non Logam (Grafik 1.15).

Kemudian, aktivitas perdagangan dalam negeri via pelabuhan di Makassar juga

meningkat pada triwulan laporan, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Volume barang perdagangan yang dimuat (termasuk barang dalam peti kemas) pada

triwulan laporan mencapai 1,14 juta ton sedangkan triwulan sebelumnya hanya mencapai

1,00 juta ton. Dilihat dari pertumbuhan tahunan, kinerja ekspor dengan tujuan domestik

juga meningkat. Hal ini dicerminkan oleh indikator volume muat barang dalam negeri via

pelabuhan (termasuk barang dalam peti kemas). Kontraksi indikator dimaksud pada triwulan

II-2013 menipis ke level -0,61% (yoy) setelah tercatat negatif sebesar -14,59% (yoy) pada

triwulan sebelumnya.

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0

100

200

300

400

500

600

700

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Rib

uan

To

n

Sulsel y.o.y Sumber : ASI* : Sementara

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

-

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2010 2011 2012 2013

Juta

Kg

Capital Goods y.o.y

* SementaraSmb : Cognos - BI

12 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Grafik 1.11.

Volume Ekspor Luar Negeri Non Migas Total

Grafik 1.12.

Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain

Grafik 1.13.

Volume Ekspor Luar Negeri Makanan Ternak

Grafik 1.14.

Volume Ekspor Luar Negeri Pupuk & Mineral Alam Lainnya

Grafik 1.15.

Volume Ekspor Luar Negeri Barang-barang dari Mineral Non Logam

Grafik 1.16.

Volume Muat Dalam Negeri via Pelabuhan

Sementara itu, aktivitas impor pada triwulan II-2013 tetap tumbuh positif, meskipun

cenderung melambat. Dilihat dari prompt indicator aktivitas di pelabuhan, memang terjadi

peningkatan aktivitas bongkar barang (termasuk barang dalam peti kemas) dari dalam negeri

meskipun tidak signifikan. Menurut data BPS, dibanding triwulan I-2013, aktivitas bongkar

via pelabuhan dari dalam negeri mengalami sedikit peningkatan yaitu dari 1,63 juta ton

menjadi 1,66 juta ton. Namun demikian, dilihat dari pertumbuhannya (Grafik 1.20), volume

bongkar barang dari dalam negeri mengalami kontraksi yang lebih besar pada triwulan

laporan yaitu dari -2,42% (yoy) menjadi -9,45% (yoy).

-50%-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2010 2011 2012 2013

Rib

u T

on

EKSPOR NON MIGAS TOTAL y.o.y

Smb : Cognos - BI* Sementara

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

-

1

1

2

2

3

3

4

4

5

5

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2010 2011 2012 2013

Rib

u T

on

IKAN, UDANG, KERANG, DLL TOTAL

y.o.ySmb : Cognos - BI* Sementara

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2010 2011 2012 2013

Ribu

Ton

MAKANAN TERNAK

TOTAL

y.o.y

Smb : Cognos - BI* Sementara

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

-

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2010 2011 2012 2013

Ribu

Ton

PUPUK DAN MINERAL ALAM LAINNYA

TOTAL

y.o.y

Smb : Cognos - BI* Sementara

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

-

10

20

30

40

50

60

70

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2010 2011 2012 2013

Rib

u T

on

BARANG2 DARI MINERAL NON LOGAM

TOTAL

y.o.y

Smb : Cognos - BI* Sementara

-30%-20%-10%0%10%20%30%40%

0200400600800

100012001400

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2011 2012 2013Ribu

Ton

Smb : BPS, diolah

Volume Muat Dalam Negeri (Termasuk Peti Kemas)

yoy

13 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Kegiatan impor dari luar negeri masih terkontraksi namun tumbuh lebih tinggi pada

triwulan II-2013 (-5,62%; yoy) dibandingkan triwulan I-2013 (-43,03%; yoy). Hal ini

tercermin dari kinerja impor intermediate goods. Meskipun volume intermediate goods yang

diimpor mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

pertumbuhannya masih negatif di triwulan laporan (Grafik 1.19). Sementara itu, impor

capital goods (Grafik 1.17) dan impor consumer goods (Grafik 1.18) relatif melambat pada

triwulan II-2013.

Grafik 1.17.

Volume Impor Luar Negeri Capital Goods

Grafik 1.18.

Volume Impor Luar Negeri Consumer Goods

Grafik 1.19.

Vol. Impor Luar Negeri Intermediate Goods

Grafik 1.20.

Volume Bongkar Dalam Negeri via Pelabuhan

Grafik 1.21.

Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD

1.2. Sisi Penawaran (Lapangan Usaha/Sektoral)

Beberapa sektor utama menyumbang perlambatan perekonomianpada triwulan II-

2013. Sektor utama perekonomian Sulsel tersebut yaitu Sektor Pertanian; Sektor

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

-

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2010 2011 2012 2013

Juta

Kg

Capital Goods y.o.y

* SementaraSmb : Cognos - BI

-500%

0%

500%

1000%

1500%

2000%

2500%

3000%

-

10

20

30

40

50

60

70

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2010 2011 2012 2013Juta

Kg

Consumer Goods y.o.y

* SementaraSmb : Cognos - BI

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2010 2011 2012 2013

Juta

Kg

Intermediate Goods y.o.y

* SementaraSmb : Cognos - BI

-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%

0

500

1000

1500

2000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2011 2012 2013Ribu

Ton

Smb : BPS, diolah

Volume Bongkar Dalam Negeri (Termasuk Peti Kemas)

-10.0%

-5.0%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

6,000

6,500

7,000

7,500

8,000

8,500

9,000

9,500

10,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2010 2011 2012 2013

Rata-rata Kurs Tengah

yoy

14 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Pertambangan; Sektor Perdagangan, Hotel &Restoran (PHR); serta Sektor Keuangan,

Persewaan & Jasa. Sektor Pertanian bahkan membukukan pertumbuhan negatif pada

triwulan laporan sebesar -0,89% (yoy), seiring dengan penurunan hasil produksi dan tingkat

kesejahteraan petani. Rendahnya harga internasional juga berpengaruh terhadap nilai

tambah Sektor Pertambangan. Sementara penjualan eceran yang tumbuh lebih rendah

berpengaruh signifikan terhadap laju sektor PHR. Namun demikian, sektor yang lain yang

terdiri dari Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas & Air, Sektor Konstruksi, Sektor

Angkutan & Komunikasi, serta Sektor Jasa-jasa mampu melaju dengan level pertumbuhan

yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 1.2).

Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Penawaran (yoy)

1.2.1. Sektor Pertanian

Kinerja pertumbuhan Sektor Pertanian menurun pada triwulan laporan. Sektor

Pertanian mencatat pertumbuhan negatif sebesar 0,89% (yoy), lebih kecil dari

pertumbuhannya pada triwulan I-2013 (1,15%; yoy) maupun triwulan II-2012 (4,31%; yoy).

Selama periode laporan, Subsektor Tanaman Bahan Makanan (Tabama) pada dasarnya

menunjukkan kinerja yang cukup baik. Panen padi berlangsung di Kabupaten Takalar dan

Kabupaten Bulukumba. Namun, di tengah panen raya padi, prompt indicator seperti Indeks

yang Diterima Petani (Grafik 1.22) dan Nilai Tukar Petani (NTP) (Grafik 1.23) tumbuh

melambat dibandingkan triwulan I-2013. NTP tumbuh 0,22% (yoy) melambat dibanding

triwulan I-2013 (0,51%; yoy). Demikian pula realisasi pengadaan beras Bulog (Grafik 1.24),

Periode

Sektor 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

Tani 12.54% 8.59% 4.92% -0.17% 5.30% 4.31% 8.31% 2.03% 1.15% -0.89%

Tambang -15.49% -0.96% -0.91% -9.61% -10.47% 2.50% 1.54% 15.69% 17.59% 0.62%

Industri 3.10% 4.47% 10.69% 12.12% 14.58% 8.94% 5.64% 8.72% 10.01% 11.70%

LGA 3.99% 2.05% 6.34% 22.27% 22.02% 13.95% 10.73% 5.31% 7.81% 9.18%

Konstr 8.48% 13.46% 13.59% 12.65% 11.61% 10.27% 10.90% 14.77% 12.20% 13.26%

PHR 11.52% 14.02% 11.70% 6.14% 9.52% 8.55% 9.83% 12.44% 12.06% 10.60%

Angkom 13.25% 10.27% 10.81% 14.01% 19.42% 17.75% 14.73% 8.68% 7.53% 11.23%

Keu 10.56% 11.94% 17.52% 19.18% 9.88% 19.03% 19.81% 14.72% 17.21% 14.00%

Jasa 6.80% 7.42% 6.21% 4.52% 2.66% 3.19% 3.03% 3.30% 1.06% 1.10%

TOTAL 7.39% 8.56% 8.36% 6.13% 7.95% 8.12% 8.78% 8.58% 7.97% 6.41%

PERTUMBUHAN

2011 2012* 2013**

Periode

Sektor 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

Tani 3.28% 2.42% 1.42% -0.04% 1.45% 1.22% 2.32% 0.48% 0.31% -0.24%

Tambang -1.47% -0.08% -0.07% -0.82% -0.78% 0.20% 0.12% 1.15% 1.09% 0.05%

Industri 0.42% 0.61% 1.41% 1.62% 1.89% 1.17% 0.76% 1.23% 1.38% 1.55%

LGA 0.04% 0.02% 0.07% 0.22% 0.22% 0.14% 0.11% 0.06% 0.09% 0.10%

Konstr 0.48% 0.74% 0.76% 0.74% 0.67% 0.59% 0.64% 0.92% 0.72% 0.78%

PHR 1.93% 2.30% 1.97% 1.10% 1.66% 1.47% 1.71% 2.24% 2.13% 1.83%

Angkom 1.15% 0.90% 0.97% 1.35% 1.78% 1.58% 1.35% 0.90% 0.76% 1.09%

Keu 0.80% 0.87% 1.20% 1.45% 0.77% 1.42% 1.47% 1.25% 1.37% 1.15%

Jasa 0.75% 0.79% 0.65% 0.50% 0.29% 0.34% 0.31% 0.36% 0.11% 0.11%

TOTAL 7.39% 8.56% 8.36% 6.13% 7.95% 8.12% 8.78% 8.58% 7.97% 6.41%Sumber : BPS

* Angka Sementara & ** Angka Sangat Sementara

SUMBANGAN

2012* 2013**2011

15 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

menunjukkan perkembangan yang menurun (-14,84%; yoy) dibandingkan realisasi

pengadaan beras triwulan I-2013 (45,93%; yoy). Kontraksi pertumbuhan secara tahunan ini

diduga lebih disebabkan oleh belum optimalnya produksi lahan pertanian. Cuaca ekstrim

membuat beberapa sentra produksi mengalami banjir di triwulan I-2013, dimana saat itu

sedang berlangsung musim tanam.

Grafik 1.22.

Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani

Grafik 1.23.

Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani

Grafik 1.24.

Realisasi Pengadaan Beras

1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor Pertambangan dan Penggalian melambat signifikan pada triwulan laporan.

Sektor ini memang selalu bergerak fluktuatif. Pada triwulan I-2013, pertumbuhannya tercatat

sebesar 17,59% (yoy). Pada triwulan ini, Sektor Pertambangan & Penggalian hanya

membukukan angka pertumbuhan sebesar 0,62% (yoy). Perlambatan yang drastis ini sejalan

dengan produksi dari perusahaan tambang nikel terbesar di Sulsel yang melambat

dibandingkan dengan kinerjanya pada triwulan I-2013. Secara triwulanan, total produksi

nikel dalam matte (Grafik 1.26) memang masih tumbuh pada arah yang positif seiring

rencana kenaikan total produksi untuk meningkatkan profitabilitas. Belum optimalnya

pencapaian produksi ditengarai merupakan dampak dari kerusakan tungku (furnace) selama

tiga minggu di bulan Maret 2013.

Ekspor produk pertambangan terus melemah pada triwulan II-2013. Kinerja yang

melemah ini juga dicerminkan oleh volume ekspor nikel ke luar negeri (Grafik 1.25) yang

-200%

0%

200%

400%

600%

800%

1000%

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2010 2011 2012 2013Rib

uan

To

n

Sumber: Bulog Divre SulselbarRealisasi Pengadaan Beras Sulselbar

yoy

16 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

pertumbuhan tahunannya melambat pada triwulan II-2013 (37,63%; yoy) dibandingkan

dengan triwulan I-2013 (119,81%; yoy). Harga nikel internasional terus dalam tren menurun

dan belum menunjukkan arah pembalikan. Saat ini harga nikel hanya mencapai 14.280,28

USD/mt, menurun -13,71% (yoy) dibandingkan triwulan I-2013 (-10,37%; yoy). Harga nikel

(Grafik 1.27) merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kinerja Sektor Pertambangan

secara umum (Boks I).

Grafik 1.25.

Volume Ekspor Luar Negeri Nikel

Grafik 1.26.

Produksi Nikel

Grafik 1.27.

Perkembangan Harga Internasional Nikel

1.2.3. Sektor Industri Pengolahan

Sektor Industri Pengolahan tumbuh sebesar 11,70% (yoy) pada triwulan II-2013,

lebih tinggi dibanding triwulan I-2013 (10,01%;yoy). Pertumbuhan Sektor Industri

Pengolahan didorong oleh pertumbuhan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK). Produksi

IMK membaik pada triwulan laporan. Setelah terkontraksi hingga -10,45% (yoy) pada

triwulan I-2013, produksi IMK bertumbuh sebesar 2,79% (yoy) pada triwulan laporan.

Ditengarai peningkatan terjadi pada Subkelompok Pakaian Jadi dan Subkelompok Alas Kaki

&Perlengkapannya (Grafik 1.33 dan Grafik 1.34). Kedua indeks subkelompok tersebut

berhasil tumbuh secara positif pada triwulan II-2013 setelah mengalami kontraksi selama

beberapa triwulan sebelumnya. Selain itu, volume ekspor manufactured goods juga tumbuh

lebih tinggi pada triwulan laporan (Grafik 1.31).

Dari sisi industri besar, hanya produksi semenyang terlihat mengalami peningkatan.

Data dari BPS menunjukkan bahwa produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS)

-400%

-200%

0%

200%

400%

600%

800%

1000%

1200%

1400%

0

5

10

15

20

25

30

35

40

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Mill

ion

s

Volume Ekspor Nikel

Total (Juta Ton)

y.o.y

Smb : Cognos - BI* Sementara

-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%70%

-

5000.0

10000.0

15000.0

20000.0

25000.0

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2009 2010 2011 2012 2013

Produksi nikel dlm matte

y.o.y

* Sementara

-40%-20%0%20%40%60%80%100%120%140%

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013US$

/mt

Harga Nikel yoy

17 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

hanya mampu tumbuh sebesar 7,57% (yoy), melambat dibanding triwulan I-2013 (11,12%;

yoy). Subsektor Industri Makanan, Minuman & Tembakau serta Industri Tepung Terigu

ditengarai menjadi penahan laju pertumbuhan IBS. Hal ini diperlihatkan oleh prompt

indicators realisasi produksi tepung terigu serta Indeks Penjualan Eceran Kelompok Makanan,

Minuman & Tembakau yang tumbuh melambat pada triwulan laporan (Grafik 1.28 dan

Grafik 1.32). Realisasi produksi terigu bahkan mencatat pertumbuhan negatif. Produsen

tepung terigu disinyalir melakukan penyimpanan bahan baku sebagai stok untuk orientasi

produksi dan penjualan di periode yang akan datang seiring dengan kenaikan pertumbuhan

volume impor gandum yang signifikan pada triwulan II-2013 (Grafik 1.30). Terpantau hanya

Subsektor Produk Semen yang menunjukkan perbaikan kinerja dengan realisasi pengadaan

semen yang mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.29).

Grafik 1.28.

Realisasi Produksi Tepung Terigu

Grafik 1.29.

Realisasi Pengadaan Semen

Grafik 1.30.

Volume Impor Gandum

Grafik 1.31.

Volume Ekspor Barang Manufaktur

Grafik 1.32.

Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Barang Makanan-minuman&tembakau

Grafik 1.33.

Indeks Penjualan Eceran Subkelompok Pakaian Jadi

-30%

-20%

-10%

00%

10%

20%

30%

40%

0

50

100

150

200

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013Rib

uan

To

n

Sumber: EFM MksProduksi yoy

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0

100

200

300

400

500

600

700

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Rib

uan

To

n

Sulsel y.o.y Sumber : ASI* : Sementara

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2010 2011 2012 2013

Juta

Kg

Impor Gandum y.o.y

* SementaraSmb : Cognos - BI

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

-

10

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2010 2011 2012 2013

Ribu

Ton

BARANG-BARANG MANUFAKTUR

TOTAL

y.o.y

Smb : Cognos - BI* Sementara

-100%-80%-60%-40%-20%0%20%40%60%80%100%

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Sumber: SPE - BIPakaian jadi yoy

18 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Grafik 1.34.

Indeks Penjualan Eceran Subkelompok Alas kaki dan Perlengkapannya

1.2.4. Sektor Listrik-Gas-Air Bersih

Akselerasi pertumbuhan kembali dialami oleh Sektor Listrik, Gas, & Air Bersih (LGA)

pada triwulan II-2013. Sektor LGA tumbuh sebesar 9,18% (yoy), lebih tinggi dari

pertumbuhannya pada triwulan I-2013 (7,81%; yoy). Peningkatan kapasitas listrik yaitu

dengan beroperasinya PLTU Jeneponto dan PLTA Poso memberikan dampak yang positif bagi

pertumbuhan Subsektor Listrik hingga triwulan ini. Di samping itu, dilihat dari prompt

indicator-nya, Subsektor Gas juga memperlihatkan kinerja yang baik. Indeks Penjualan Eceran

elpiji untuk rumah tangga serta realisasi penjualan elpiji untuk rumah tangga tumbuh lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.36 dan Grafik 1.37). Secara keseluruhan,

penyaluran kredit ke Sektor LGA juga meningkat yang turut memberikan pengaruh pada

pertumbuhan tahunannya (Grafik 1.35).

Grafik 1.35.

Penyaluran Kredit ke Sektor LGA

Grafik 1.36.

Indeks Penjualan Eceran Subkelompok Elpiji untuk Rumah Tangga

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

0

50

100

150

200

250

300

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Sumber: SPE - BIAlas kaki dan perlengkapannya

yoy

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

1.6

1 2 3 4 1* 2**

2012 2013

Tri

liun

Rp

Smb : Cognos - BI

Listrik,Gas dan Air yoy

-500%

0%

500%

1000%

1500%

2000%

2500%

0

20

40

60

80

100

120

140

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Sumber: SPE - BIElpiji untuk Rumah Tangga yoy

19 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Grafik 1.37. Realisasi Penjualan Elpiji

untuk Rumah Tangga

1.2.5. Sektor Konstruksi

Sektor Konstruksi tumbuh menguat dari 12,20% (yoy) pada triwulan I-2013 menjadi

13,26% (yoy) pada triwulan II-2013. Penguatan pertumbuhan Sektor Konstruksi sejalan

dengan penguatan pertumbuhan PMTB dan didukung kinerja realisasi PMDN yang cukup

baik pada triwulan laporan. Proyek-proyek konstruksi berjalan lebih aktif pada triwulan

laporan, pasca Pilkada Provinsi yang jatuh pada periode triwulan I-2013. Hal ini diindikasikan

oleh realisasi pengadaan semen yang tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya

dengan total produksi sebanyak 515,65 ribu ton, atau meningkat menjadi 17,49% (yoy) dari

triwulan sebelumnya (-26,39%; yoy) (Grafik 1.38).

Hasil survei menunjukkan sektor konstruksi masih terakselerasi pada triwulan II-

2013. Berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) untuk subkelompok perlengkapan

konstruksi, subkelompok bahan konstruksi dari logam, dan subkelompok semen

mengkonfirmasi penguatan pertumbuhan Sektor Konstruksi (Grafik 1.39 - Grafik 1.41).

Grafik 1.38.

Realisasi Pengadaan Semen

Grafik 1.39.

Indeks Penjualan Eceran SubkelompokPerlengkapanKonstruksi

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

34

36

38

40

42

44

46

48

1 2 3 4 1 2

2012 2013

juta

kg

Mill

ion

s

Penjualan BBM Rumah Tangga (Elpiji)

yoy

Smb : Pertamina

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0

100

200

300

400

500

600

700

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Rib

ua

n T

on

Sulsel y.o.y Sumber : ASI* : Sementara

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

0

100

200

300

400

500

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Sumber: SPE - BIPerlengkapan kostruksi yoy

20 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Grafik 1.40. Indeks Penjualan Eceran

Subkelompok Bahan Konstruksi dari Logam

Grafik 1.41. Indeks Penjualan Eceran

Subkelompok Semen

1.2.6. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR)

Pertumbuhan Sektor PHR lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Padatriwulan

II-2013, Sektor PHR tumbuh 10,60% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan I-2013

yang tercatat sebesar 12,06% (yoy). Perlambatan yang terjadi pada Sektor PHR diindikasikan

oleh kinerja penjualan eceran beberapa subkelompok barang yang terpantau dari hasil Survei

Penjualan Eceran (SPE BI). Pertumbuhan indeks beberapa kelompok barang seperti Kelompok

Makanan, Minuman & Tembakau (Grafik 1.44), Kelompok Peralatan & Komunikasi Toko

(Grafik 1.45), maupun Kelompok Barang Budaya & Rekreasi (Grafik 1.46), terlihat lebih

rendah dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal ini cukup mengejutkan, di saat daya beli

masyarakat masih cukup kuat.

Namun, level pertumbuhan Sektor PHR tersebut masih tinggi di atas dua digit, seiring

kegiatan kunjungan ke Sulsel yang tetap marak.Pelaksanaan beberapa kegiatan MICE

berskala nasional maupun internasional berlangsung selama triwulan II-2013. Kegiatan

tersebut antara lain adalah APEC Workshop on Infrastructure (April 2013), Centris Asia Pasific

Democrats International (CAPDI) 2013 (Mei 2013), serta Pameran International Trade and

Investment Summit (ITIS) 2013 (Mei 2013). Hal ini masih ditambah dengan adanya perayaan

keagamaan (Kenaikan Isa Almasih dan Hari Raya Waisak). Beberapa kegiatan tersebut,

mendukung Subsektor Hotel memperlihatkan kinerja yang akseleratif pada triwulan laporan.

Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) meningkat cukup signifikan pada triwulan II-2013

dan mencatat angka tertinggi dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini (Grafik 1.42). Hal

tersebut diyakini ikut mempengaruhi tingkat hunian kamar hotel berbintang di Sulsel yang

meningkat pada triwulan laporan setelah mencatat kinerja yang kurang optimal pada

triwulan sebelumnya (Grafik 1.43). Meskipun mulai dibukanya beberapa proyek

pembangunan hotel baru, terutama di Kota Makassar, namun demand untuk kamar hotel

masih cukup tinggi, sehingga tingkat hunian kamar dapat dipertahankan dan bahkan

meningkat pada triwulan laporan.

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Sumber: SPE - BIBahan konstruksi dari logamyoy

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

0

200

400

600

800

1000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Sumber: SPE - BISemen yoy

21 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Grafik 1.42.

Perkembangan Jumlah Wisman yang Datang

Grafik 1.43.

Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang

Grafik 1.44.

Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan, Minuman dan Tembakau

Grafik 1.45.

Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Peralatan dan Komunikasi Toko

Grafik 1.46.

Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Barang Budaya&Rekreasi

1.2.7. Sektor Angkutan-Komunikasi

Sektor Angkutan & Komunikasi tumbuh cukup pesat pada triwulan II-2013 dengan

angka pertumbuhan dua digit sebesar 11,23% (yoy). Hasil ini lebih baik dibandingkan

kinerjanya pada triwulan I-2013 yang mencatat pertumbuhan sebesar 7,53% (yoy). Untuk

Subsektor Angkutan Udara, peningkatan kinerja terlihat dari prompt indicator lalu lintas

penumpang angkutan udara yang tumbuh lebih besar dibanding triwulan sebelumnya

(Grafik 1.47). Di triwulan I-2013, penumpang angkutan udara bertumbuh sebesar 10,61%

(yoy). Di triwulan laporan, angka tersebut naik menjadi 15,46% dan mengkonfirmasi adanya

kenaikan aktivitas di Sektor Angkutan & Komunikasi. Peningkatan ini terjadi baik untuk

-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2011 2012 2013

Jml Kedatangan Wisman (Mks)

yoy

30.00

35.00

40.00

45.00

50.00

55.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2009 2010 2011 2012 2013

Tingkat Hunian Kmr Sulsel

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

100

200

300

400

500

600

700

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Mkn-Minum&Tmbkau

yoy

Smb : SPE

-60%-40%-20%0%20%40%60%80%100%

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Praltan&Kmunikasi Toko

yoy

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Brg Budaya & Rekreasi

yoy

Smb : SPE

22 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

penumpang kedatangan (arrival) maupun keberangkatan (departure). Kemudian, kondisi

cuaca yang membaik dan lebih kondusif selama periode laporan diduga turut meningkatkan

kinerja Subsektor Angkutan Laut.

Grafik 1.47.

Lalu Lintas Penumpang Angkutan Udara

Grafik 1.48.

Indeks Penjualan Eceran Kel. Suku Cadang & Aksesoris

1.2.8. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan

Pertumbuhan tahunan Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan pada

triwulan II-2013 melemah. Walaupun masih konsisten dengan pertumbuhan di atas 10%,

sektor ini mengalami perlambatan dan tumbuh sebesar 14,00% (yoy) pada triwulan II-2013

dari 17,21% (yoy) di triwulan sebelumnya. Pada Subsektor Bank, perlambatan kinerja

direfleksikan juga oleh penyaluran kredit oleh bank umum yang sedikit melambat pada

triwulan laporan namun masih berada pada tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi (Grafik

1.49).Jika dilihat lebih dalam, faktor penahan pertumbuhan kredit bank umum adalah kredit

modal kerja (KMK).KMK mengalami penurunan tingkat pertumbuhan yang cukup drastis

pada triwulan laporan, meskipun masih berada pada arah yang positif (Grafik 1.50).

Selanjutnya, Subsektor Real Estat ditengarai menjadi salah satu pendorong

pertumbuhan sektor ini. Persatuan perusahaan Real Estat Indonesia (REI) Sulawesi Selatan

menargetkan setidaknya 10.000 unit rumah murah tipe sederhana terserap pada tahun

2013. Kinerja Subsektor Real Estat ini tercermin dari penjualan rumah untuk tipe kecil, tipe

menengah, dan tipe besar hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) BI. Pada triwulan

laporan, total unit yang terjual untuk seluruh tipe tumbuh hingga 113,76% (yoy) setelah

tumbuh negatif pada triwulan sebelumnya (-69,73%; yoy).

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

- 200 400 600 800

1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Rib

u O

rg

DEP ARR

y.o.y

Lalu Lintas Penumpang

Smb : Bandara S. Hasanuddin* : Sementara

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

0

50

100

150

200

250

300

350

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Sk Cdg&Akssoris

yoy

Smb : SPE

23 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Grafik 1.49.

Perkembangan Kredit Bank Umum

Grafik 1.50.

Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum

Grafik 1.51.

Perkembangan Penjualan Properti Residensial

1.2.9. Sektor Jasa-jasa

Kinerja Sektor Jasa-jasa mengalami sedikit peningkatan pada triwulan laporan. Pada

triwulan I-2013, sektor ini mencatat angka pertumbuhan sebesar 1,06% (yoy) sedangkan

pada triwulan laporan sebesar 1,10% (yoy). Peningkatan ini diduga didukung oleh

peningkatan pada kinerja subsektor jasa yang diberikan oleh pihak swasta seiring dengan

adanya peningkatan UMP di beberapa daerah di Sulsel. Namun demikian, tekanan inflasi

pada bulan Juni 2013 sebesar 4,36% (yoy) yang relatif tinggi menjadi penahan akselerasi

Sektor Jasa-jasa. Apalagi, realisasi belanja APBD hingga triwulan laporan baru mencapai

28,33% atau Rp1,36 miliar dari total anggaran belanja sebesar Rp4,80 miliar. Sejalan dengan

peningkatan kinerja Sektor Jasa-jasa, pembiayaan kepada Subsektor Jasa Sosial Masyarakat

juga tumbuh meningkat pada triwulan II-2013.

Grafik 1.52. Penyaluran ke Sektor Jasa Sosial Masyarakat

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

90.0

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Trili

un

Rp

KREDITGrowth (yoy)

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Trili

un

Rp

Modal KerjaGrowth (yoy)

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012* 2013**

Smb : Survei Harga Properti Residensial*) angka sementara **) angka sangat sementara

TIPE KECIL TIPE MENENGAH TIPE BESAR yoy SEMUA TIPE

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

1.3

1.3

1.4

1.4

1.5

1.5

1.6

1.6

1 2 3 4 1* 2**

2012 2013

Trili

un

Rp

Smb : Cognos - BI

Jasa Sosial Masyarakat yoy

24 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

25

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Boks I :

Dampak Perekonomian Global terhadap Perekonomian Sulawesi Selatan

Kondisi perekonomian global saat ini masih ditandai dengan perlambatan dan

ketidakpastian yang tinggi sehingga memberi dampak kurang kondusif bagi

perekonomian nasional. Melemahnya perekonomian di negara-negara maju dan mitra

dagang utama, khususnya China dan India, tidak hanya berdampak terhadap melemahnya

pertumbuhan ekspor tetapi juga investasi, khususnya investasi non-bangunan. Dengan

perkembangan tersebut ditambah adanya kenaikan harga BBM yang ditempuh oleh

pemerintah maka pertumbuhan ekonomi nasional 2013 diperkirakan akan berada dikisaran

5,8%-6,2%, lebih rendah dari prakiraan sebelumnya 6,2%-6,6%.

Grafik A.1. Perbandingan PDRB dan Ekspor Grafik A.2. Perbandingan Investasi(PMTB) dan PMA

Sementara itu, keterkaitan kondisi perekonomian global dengan perekonomian Sulsel

dapat melalui jalur perdagangan (ekspor impor) maupun investasi (foreign direct

investment/penanaman modal asing). Dari sisi ekspor impor, terus terjadi kecenderungan

penurunan pertumbuhan net-ekspor, dibarengi dengan rendahnya proporsi net ekspor.

Namun dari sisi investasi, tren minat asing melalui PMA yang semakin meningkat sejak tahun

2010, masih menjadi penolong perekonomian Sulsel.

Sumber: BPS, diolah berdasarkan rata-rata 3 tahun terakhir

-100

-50

0

50

100

150

200

0

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

yoy

Share Net Exim (%) g.PDRB (%, yoy) g.Net Ekspor/Impor - sisi kanan

0

5

10

15

20

25

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Nilai PMA (juta USD) g.Investasi - sisi kanan

Negara Tujuan Komoditi

KomoditiEkspor

Ekspor

(porsi)

Industri:

1. Nikel (63,4%)

2. Makanan Olahan (7%)

3. Kayu olahan (3,2%)

1. Jepang (100%)

2. Amerika (46%)

3. Jepang (72,4%)

Pertanian

1. Biji Coklat (9,3%)

2. Udang segar (2,8%)

1. Malaysia (70,8%)

2. Jepang (40,1%)

Tambang

(Biji Nikel; 0,4%)China (100%)

26

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Gambar A.1 Pangsa Ekspor Sulawesi Selatan

Negara tujuan ekspor Sulsel masih dimonopoli oleh beberapa negara, yang akan

memengaruhi tingkat permintaan ekspor. Ekspor terbesar berupa produk olahan industri

(nikel), yang diekspor semuanya ke Jepang. Sementara komoditi ekspor lainnya adalah biji

coklat sebagian besar ke Malaysia dan biji nikel semuanya ke China. Beberapa komoditi ekspor

lainnya adalah makanan olahan (7,0%), ganggang laut (4,3%), kayu olahan (3,2%), dan

udang segar (2,8%), yang tujuan ekspornya cukup beragam. Pasang surut laju ekonomi

negara-negara tersebut akan memengaruhi tingkat permintaan terhadap komoditas dimaksud.

Berdasarkan World Economic Outlook (Juli 2013), pertumbuhan ekonomi Jepang pada 2013

akan mencapai 2,0%, lebih tinggi daripada 2012 (1,9%), sedangkan pertumbuhan ekonomi

China diperkirakan tetap stabil pada level 7,8%. Sementara komposit pertumbuhan ekonomi

negara-negara ASEAN 5 (Indonesia, Malaysia, Philippines, Thailand, and Vietnam) 2013

diperkirakan sekitar 5,6%, lebih rendah daripada tahun 2012 (6,1%).

Grafik A.3. Perbandingan Harga Internasional dan Ekspor Sulsel

Faktor harga internasional berpengaruh besar terhadap perkembangan ekspor Sulsel.

Kinerja komoditas global masih menurun dipicu oleh ketidakpastian dan perlambatan

pemulihan ekonomi dunia. Misalnya, perkembangan harga nikel dan biji coklat yang terus

menurun sejak 3 tahun terakhir, mempengaruhi kinerja ekspor Sulsel. Hingga Juni 2013, harga

nikel internasional mencapai 14.280,28 USD per metrik ton, sementara harga coklat

internasional mencapai 228,36 sen USD per kilogram, padahal dalam 3 tahun terakhir masing-

masing bisa mencapai harga tertinggi 28.252,28 USD/mt dan 347,23 sen USD/kg. Pembatasan

kapasitas produksi China diperkirakan ikut mendorong penurunan harga nikel mengingat

China merupakan pengonsumsi nikel terbesar di dunia. Sementara penurunan harga kakao,

dipengaruhi oleh dampak spekulasi kenaikan produksi kakao di Pantai Gading yang

merupakan penghasil kakao terbesar di dunia. Potensi kenaikan produksi kakao didasari oleh

kondusifnya kondisi cuaca di negara tersebut sehingga mendukung pertumbuhan tanaman

kakao. Faktor lain yang mempengaruhi pergerakan kakao adalah konsumsi kakao di Eropa

untuk kuartal pertama tahun ini mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya

perlambatan ekonomi di kawasan tersebut sehingga memicu penurunan konsumsi coklat.

10

14

18

22

26

30

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013

ribu USD/mt%, yoy

Harga Nikel - sisi kanan g.PDRB Ekspor

g.Harga Nikel g.Harga Coklat

27

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Dari sisi domestik, kebijakan pemerintah1 terkait nilai tambah tambang mineral

diperkirakan memiliki pengaruh yang minimal terhadap ekspor. Dengan penerapan

kebijakan tersebut, akan berdampak negatif terhadap perusahaan tambang Sulsel yang

berskala usaha besar berupa pembayaran bea keluar dan royalti. Untuk sementara, perusahaan

tambang masih diperkenankan melakukan ekspor berupa bahan mentah sampai dengan 2014

dengan dikenakan bea keluar sebesar 20%. Namun demikian, dengan adanya kebijakan

tersebut, justru ada tambahan 2 perusahaan besar yang akan melakukan investasi

pembangunan instalasi pemurnian (smelter). Nilai investasi pembangunan smelter mencapai

Rp7,9 triliun yang kira-kira akan dapat mengolah setara 600 ribu ton bijih nikel, yang

direncanakan juga akan dapat menampung produksi tambang dari daerah lain.

Dari sisi investasi, ketertarikan modal asing untuk berinvestasi di Sulsel semakin

meningkat. Realisasi investasi yang masuk Sulsel hingga triwulan II-2013 sudah mencapai

Rp3,45 triliun, dan sebesar Rp3,01 triliun (87,2%) diantaranya merupakan PMA. Sejumlah

investasi tersebut diperuntukan untuk membiayai 60 proyek dimana investasi terbesar berada

di Kabupaten Barru, Bantaeng, dan Luwu Timur terutama pada sektor pertanian dan

perdagangan. Seiring dengan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Sulsel mencanangkan

kebijakan pro investor dengan memfasilitasi perusahaan dan menghilangkan pungutan saat

pendaftaran perusahaan. Selain itu, di Sulsel terdapat 4 Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang

termasuk dalam proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI), yang membutuhkan biaya sekitar Rp30,45 triliun. Ke depan, realisasi

berbagai proyek investasi tersebut diharapkan dapat lebih menarik minat investor ke Sulsel

sehingga bisa menjadi kompensasi bagi pelemahan ekspor.

Tabel A.1. Jenis Investasi MP3EI Di KPI Sulawesi Selatan

No Lokasi Kegiatan Nilai investasi (Rp miliar)

1 KPI Palopo (Luwu)

Pengembangan sentra pengolahan ikan asap cakalang di Kab.Luwu

15.489,6

Pengembangan industri,Depo Pemasaran, dan budidaya rumput laut Perluasan Pertambangan dan Pengolahan Nikel, Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan (diluar pembangunan PLTA Karebe)

Pengembangan budidaya udang

Eksplorasi emas

2 KPI Pare-Pare

Pengembangan industri semen 4.482,0

Pengembangan pasar ikan tradisional (rehabilitasi pasar)

Pengembangan Industri Udang

Pengembangan budidaya udang, rumput laut

Pengembangan Tanaman Jarak sebagai sumber Energi Baru Terbarukan

3 KPI Makassar

Kawalan manajemen/budidaya usaha tani 4.899,0

Bio Ethanol

1 Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 7 tahun 2012 sebagaimana diubah dengan Permen ESDM No. 11 tahun

2012 tentang Nilai Tambah Mineral dan Peraturan Menteri Perdagangan No 29 tahun 2012 tentang Ketentuan

Ekspor Produk Pertambangan dan Peraturan Menteri Keuangan No. 75 tahun 2012 mengenai Penetapan Harga

Ekspor Untuk Penghitungan Bea Keluar

28

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

No Lokasi Kegiatan Nilai investasi (Rp miliar)

Pembangunan Pabrik POG 1 Unit

Pembangunan reiser ikan hias

Pembangunan rumah kemasan

Pengembangan PP Untia

Pabrik pengolahan Kakao

Pengembangan Industri pengolahan makanan olahan

Pengembangan Kawasan Minapolitan Perikanan Tangkap (8 kabupaten/Kota)

Pembangunan Terminal LPG

Pengembangan budidaya udang dan rumput laut

4 KPI Wajo Pembangunan Industri Pengeringan Jagung 5.575,0

Pengembangan Industri Pemurnian dan Pengolahan Gas Bumi

Pengembangan Industri Pembekuan Ikan dan biota perairan lainnya di Bantaeng

Pengembangan pabrik es dan cold storage

PPI Bulukumba dan Lappa Sinjai

Pengembangan budidaya udang, rumput laut

Total 30.445,6

Sumber : Biro Perencanaan, Kementerian Kelautan Dan Perikanan, selaku Personal In Charge (PIC) Koridor Ekonomi Sulawesi

29

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Bab 2

Perkembangan Inflasi

Inflasi Sulawesi Selatan (Sulsel) hingga triwulan II-2013 belum menunjukkan

peningkatan signifikan, meskipun ada penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM)

bersubsidi pada akhir triwulan ini. Inflasi Sulsel tercatat 4,36% (yoy), justru terkoreksi ke

bawah dibanding triwulan sebelumnya (4,61%; yoy). Bahkan, inflasi Sulsel masih lebih kecil

dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 5,90% (yoy) pada triwulan II-2013. Perlambatan

inflasi tersebut, ditopang oleh revisi kebijakan pembatasan impor hortikultura, sehingga

berdampak positif untuk mengurangi tekanan inflasi pada Kelompok Bahan Makanan

terutama Subkelompok Bumbu-bumbuan. Namun demikian, tekanan harga masih terjadi

pada kelompok makanan jadi (akibat kenaikan cukai rokok) dan kelompok perumahan

(implikasi kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) secara bertahap). Sementara kenaikan harga BBM

rata-rata sebesar 33%, baru tertransmisi langsung kepada kenaikan inflasi kelompok

transportasi, yang meningkat tertinggi dalam kurun 5 tahun terakhir.

2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa1

Terkendalinya laju tekanan inflasi pada triwulan II-2013, didukung oleh perlambatan

inflasi 4 kelompok pengeluaran. Perlambatan terjadi pada kelompok bahan makanan;

sandang; kesehatan; serta pendidikan, rekreasi dan olahraga. Pergerakan inflasi Kelompok

Bahan Makanan selalu menjadi perhatian tersendiri bagi Provinsi Sulsel. Setelah terus

meningkat sejak triwulan IV-2011, tekanan inflasi bahan makanan terus turun hingga

mencapai 6,22% (yoy) pada triwulan II-2013. Sementara tingkat inflasi kelompok sandang

dan kelompok kesehatan terus menurun dan mencapai nilai terendah pada triwulan laporan

masing-masing sebesar 2,61% (yoy) dan 1,99% (yoy). Hal ini menunjukkan pengendalian

harga yang cukup baik atas 2 kelompok tersebut, di tengah masih kuatnya daya beli

masyarakat. Sementara kelompok pendidikan juga relatif rendah (3,33%; yoy) di tengah

masa pergantian tahun ajaran baru sekolah.

1 Terdapat 7 kelompok pengeluaran dalam penghitungan inflasi.

30 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%; yoy)

Grafik 2.1.

Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan

2.1.1 Kelompok Bahan Makanan

Tekanan inflasi kelompok bahan makanan mengalami penurunan, bahkan lebih rendah

daripada inflasi nasional. Pada triwulan II-2013, inflasi yang terekam adalah 6,22% (yoy),

lebih rendah daripada inflasi bahan makanan nasional (10,70%; yoy). Dengan dibukanya

kran impor hortikultura untuk beberapa komoditas mengurangi cukup signifikan pergerakan

inflasi kelompok volatile foods. Membaiknya pasokan pasca impor bawang merah yang

dilakukan pemerintah telah mendorong penurunan harga komoditas bawang merah. Angka

inflasi tersebut relatif lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan triwulan I-2013 (8,01%) ---

Tabel 2.2. Lebih dari separuh inflasi komoditas dalam kelompok bahan makanan tercatat

lebih rendah daripada triwulan sebelumnya, antara lain daging, ikan segar/awetan, bumbu-

bumbuan, lemak/minyak, dan bahan makanan lainnya.

Namun demikian masih ada beberapa komoditas yang perlu menjadi perhatian, karena

masih mengalami kenaikan harga. Subkelompok padi-padian (beras), telur-susu-hasilnya,

sayur-sayuran, kacang-kacangan, dan buah-buahan menunjukkan adanya peningkatan harga

dibanding triwulan sebelumnya. Harga beras rata-rata meningkat 1,87% (yoy) ditengah

panen raya dan pengadaan Bulog yang cukup masif. Bahkan stok beras di Bulog mampu

Bahan

Makanan

Makanan

Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor

1 13.96 4.47 4.16 8.30 3.08 1.48 1.84 6.32

2 12.10 5.27 4.57 8.83 6.41 2.43 2.08 6.37

3 1.43 4.40 3.70 10.96 7.60 3.00 0.77 3.37

4 0.24 4.40 3.67 8.69 7.67 2.90 0.73 2.88

1 4.04 4.49 4.18 9.57 7.53 2.94 0.57 4.06

2 4.94 4.29 3.98 6.99 4.53 2.12 0.47 3.85

3 7.81 4.97 3.41 6.51 3.18 1.37 0.63 4.48

4 6.56 5.03 3.35 7.08 2.83 3.41 1.16 4.40

1 8.01 4.57 3.43 6.03 2.28 3.54 0.89 4.61

2 6.22 4.63 3.60 2.61 1.99 3.33 3.96 4.36

UMUM

2012

2011

2013

TAHUNKelompok Pengeluaran

0

1

2

3

4

5

6

7

8

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

y.o.y - Nasy.o.y - Ssy.t.d - Ss

% Sumber : BPS diolah%

31

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

bertahan untuk 35 bulan atau setara 278.993 ton. Tren kenaikan harga beras perlu

diwaspadai, karena memiliki bobot yang cukup besar dalam keranjang inflasi.

Grafik 2.2.

Perkembangan Inflasi Kel. Bahan Makanan

Tabel 2.2. Inflasi Per Sub Kel. Bahan Makanan

Grafik 2.3.

Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar Bawang Merah

Bawang Putih

Cabe Merah

Daging Sapi

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

% y.t.d

y.o.y

Sumber : BPS diolah

2 1 2

BAHAN MAKANAN 4.94% 8.01% 6.22%

1 Padi-padian 15.16% 1.44% 1.84%

2 Daging & Hasilnya -0.23% 8.09% 3.81%

3 Ikan Segar 1.10% 3.35% -1.08%

4 Ikan Diawetkan 6.63% 5.62% -3.85%

5 Telur, Susu & Hasilnya 2.52% -0.27% 4.52%

6 Sayur-sayuran 3.78% 7.20% 14.61%

7 Kacang-kacangan -3.99% 7.36% 9.88%

8 Buah-buahan 7.06% 4.02% 16.13%

9 Bumbu-bumbuan 3.39% 75.10% 41.83%

10 Lemak & Minyak -0.78% 0.16% -0.72%

11 Bhn Makanan Lainnya 9.76% 3.54% 3.00%

Sumber: BPS (diolah)

2012 2013Keterangan

No

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2011 2012 2013

Bawang Merah

yoy - a.kanan

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2011 2012 2013

Bawang Putih

yoy - a.kanan

-80%-60%-40%-20%0%20%40%60%80%100%

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2011 2012 2013

Cabe Merah

yoy - a.kanan

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

-10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 90,000

100,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2011 2012 2013

Daging Sapi

yoy - a.kanan

32 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Grafik 2.4. Perkembangan Harga CPO Internasional

Perlambatan inflasi tahunan tersebut tidak terlepas dari perkembangan dampak

musiman2 yang lebih baik. Secara triwulanan, Kelompok Bahan Makanan juga mengalami

deflasi sebesar -1,54% (Grafik 2.5), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan I-2013 yang

mana terjadi inflasi sebesar 6,28% (qtq) maupun triwulan II-2012 yang tercatat sebesar

0,11% (qtq). Selain itu, harga CPO internasional masih dalam tren menurun (-13,8%; qtq)

hingga ke level 861 USD/mt, jauh dibawah harga CPO tertinggi yang terjadi pada triwulan I-

2011 (1.292 USD/mt). (Grafik 2.4).

Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sulawesi Selatan (%; qtq)

2.1.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

Kenaikan laju inflasi masih terjadi pada Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan

Tembakau. Kelompok ini meningkat 4,63% (yoy), sedikit lebih tinggi dari inflasi tahunan

triwulan sebelumnya (4,57%). Subkelompok Makanan Jadi serta subkelompok tembakau

dan minuman beralkohol cenderung meningkat dibanding triwulan I-2013, sedangkan

subkelompok minuman tidak beralkohol mengalami perlambatan (Tabel 2.3). Survei

Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa

kenaikan harga pada beberapa komoditas makanan jadi, diduga ikut mendorong tekanan

2 Dihitung dari perkembangan yang lebih pendek, seperti triwulanan (qtq) atau bulanan (mtm).

-25%

-20%-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2011 2012 2013

Palm Oil (USD/metric ton)

yoy indeks

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

%

y.o.y

q.t.q

Sumber : BPS diolah

33

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

lebih tinggi pada laju inflasi, misalnya komoditas mie kering instant, nasi, dan susu bubuk

(Grafik 2.7). Sedangkan di sisi lain, harga gula pasir mengalami penurunan yang disebabkan

oleh kecukupan pasokan di pasar eceran.

Dampak kenaikan cukai rokok di tahun 2013 sudah mulai terasa meski masih pada level

yang moderat. Harga rokok mengalami peningkatan akibat kenaikan cukai rokok sebesar

8,5%. Namun demikian, perubahan harga yang terjadi tidak mengakselerasi inflasi ke level

yang lebih tinggi, karena kenaikan cukai tahun ini tidak setinggi tahun lalu yang mencapai

lebih dari 10%.

Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-

Minuman-Rokok-Tembakau

Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kel. Makanan Jadi-Minuman-

Rokok-Tembakau

Grafik 2.7. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-

Tembakau Hasil SPH di Makassar Gula Pasir

Mie Kering Instant

Nasi

Susu Bubuk

0

1

2

3

4

5

6

7

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013%

y.t.d

y.o.y

Sumber : BPS diolah

2 1 2

MKNN JADI, M, R & T. 4.29% 4.57% 4.63%

1 Makanan Jadi 2.83% 3.90% 3.93%

2 Min. yg tdk Beralkohol 6.71% 7.19% 5.77%

3 Temb. & Min. Beralkohol 6.49% 4.27% 5.55%

Sumber: BPS (diolah)

2012 2013KeteranganNo

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2011 2012 2013

Gula Pasir

yoy - a.kanan

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

1,250

1,300

1,350

1,400

1,450

1,500

1,550

1,600

1,650

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2011 2012 2013

Mie Kering Instant

yoy - a.kanan

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2011 2012 2013

Nasi

yoy - a.kanan

0%1%2%3%4%5%6%7%8%9%10%

24,500 25,000 25,500 26,000 26,500 27,000 27,500 28,000 28,500 29,000 29,500

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2011 2012 2013

Susu Bubuk

yoy - a.kanan

34 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Grafik 2.8. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Sub kelompok Makanan, minuman & Tembakau

Secara musiman, harga kelompok ini relatif stabil dan tidak terlalu berfluktuasi. Laju

inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau pada triwulan laporan

mengalami peningkatan menjadi 0,88% (qtq) dari 0,59% (qtq) pada triwulan I-2013 (Grafik

2.9). Inflasi triwulanan pada triwulan laporan, tercatat sedikit lebih tinggi dibandingkan

triwulan yang sama 2012 yang tercatat sebesar 0,82% (qtq). Berdasarkan perkembangan

hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) terlihat bahwa secara umum terjadi peningkatan harga

pada periode laporan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau

Sulawesi Selatan (%; qtq)

2.1.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar

Laju inflasi tahunan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar pada

trwilan laporan sedikit mengalami peningkatan. Inflasi kelompok ini tercatat sebesar

3,60% (yoy), naik dibandingkan inflasi tahunan pada triwulan I-2013 sebesar 3,43% (Tabel

2.4). Menguatnya tekanan inflasi didorong oleh Subkelompok Bahan Bakar, Penerangan, dan

Air, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga. Penyesuaian TDL sejak awal 2013

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

0

100

200

300

400

500

600

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2011 2012 2013

Mkn-Minum&Tmbkau

yoy

Smb : SPE

0

1

2

3

4

5

6

7

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013%

y.o.y

q.t.q

Sumber : BPS diolah

35

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

diduga menjadi faktor utama pendorong naiknya harga untuk Sub-kelompok Bahan Bakar,

Penerangan, dan Air. Sepanjang tahun 2013, TDL akan mengalami penyesuaian secara

bertahap hingga mengalami peningkatan sebesar 15%.

Di sisi lain, Sub-kelompok Biaya Tempat Tinggal mengalami penurunan inflasi. Hal ini

diperkirakan karena masih stabilnya harga semen pasca kenaikan harga BBM bersubsidi

akibat pasokan yang masih lancar. Diperkirakan biaya produksi semen tidak akan terlalu

terpengaruh dengan kenaikan harga BBM pada Juni 2013, karena sebagian bahan bakar

yang digunakan untuk memproduksi semen adalah batu-bara. Selain itu, salah satu pabrik

semen terbesar di Sulawesi Selatan sudah memiliki pembangkit sendiri.

Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi Kel.

Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar

Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kel.

Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar`

Secara triwulanan, inflasi kelompok ini juga mengalami penurunan. Inflasi kelompok ini

menjadi 0,80% (qtq) dari 1,45% (qtq) pada triwulan I-2013 (Grafik 2.11). Meski demikian,

inflasi kelompok ini sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan II-2012 (0,63%; qtq).

Dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) diketahui bahwa penurunan ini mendorong terjadinya

peningkatan penjualan eceran kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya.

Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan-

Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar Sulawesi Selatan (%; qtq; yoy)

Grafik 2.12. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel.

Perlengkapan Rumah Tangga

-

1

1

2

2

3

3

4

4

5

5

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

%

y.t.d

y.o.y

Sumber : BPS diolah2 1 2

PERUMAHAN,A, L,G & BB 3.98% 3.43% 3.60%

1 Biaya Tempat Tinggal 5.34% 4.45% 3.80%

2 BB, Penerangan & Air 2.91% 1.32% 2.89%

3 Perlengkapan RT 1.95% 3.85% 4.42%

4 Penyelenggaraan RT 2.09% 2.93% 3.28%

Sumber: BPS (diolah)

2012 2013KeteranganNo

-

1

1

2

2

3

3

4

4

5

5

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

%

y.o.y

q.t.q

Sumber : BPS diolah

-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%70%

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2011 2012 2013

Prlngkpan RT

yoy

36 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

2.1.4 Kelompok Sandang

Kelompok Sandang mengalami perlambatan laju inflasi pada triwulan II-2013. Inflasi

yang terjadi sebesar 2,61% (yoy) (Tabel 2.5), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2013

(6,03%; yoy) maupun triwulan II-2012 (7,08%; yoy), inflasi periode ini mengalami

penurunan. Penurunan tersebut terlihat dari inflasi tiga subkelompok didalamnya yang

menurun dari triwulan sebelumnya, kecuali harga di Sub-kelompok Sandang Wanita

mengalami peningkatan. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya permintaan karena pengaruh

tradisi warga Makassar dan Sulsel untuk berinvestasi pada emas, ditengah harga emas yang

relatif turun. Penjualan emas oleh salah satu perusahaan pertambangan yang sebagian besar

sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia, secara nasional telah mencapai 5 ton selama

Januari-Mei 2013. Data situs resmi divisi logam mulia, penjualan di cabang Makassar pada

periode Januari-Mei tercatat sebesar 130 kilogram dan sempat mengalami kehabisan stok

emas karena harus berebut dengan distribusi ke daerah lain.

Grafik 2.13. Perkembangan Inflasi Kel. Sandang

Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kel. Sandang

Grafik 2.14. Perkembangan Harga Internasional:

Komoditas Emas

Grafik 2.15. Perkembangan Harga Emas Perhiasan Hasil

SPH di Makassar

-2

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013%

y.t.d

y.o.y

Sumber : BPS diolah

2 1 2

SANDANG 6.99% 6.03% 2.61%

1 Sandang Laki-laki 6.74% 9.98% 8.21%

2 Sandang Wanita 2.55% 3.11% 3.52%

3 Sandang Anak-anak 7.91% 6.40% 6.39%

4 Brg Pribadi & Sandang Lain 10.07% 5.16% -3.32%

Sumber: BPS (diolah)

2012 2013KeteranganNo

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

2,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2011 2012 2013

$/troy oz yoy indeks

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

-50

100 150 200 250 300 350 400 450 500

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2011 2012 2013

Rp

Rib

ua

n

Emas Perhiasanyoy - a.kanan

37

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Grafik 2.16. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Sulawesi Selatan (%; yoy; qtq)

2.1.5 Kelompok Kesehatan

Tekanan laju inflasi menurun pada Kelompok Kesehatan. Laju inflasi menurun menjadi

1,99% (yoy) pada triwulan II-2013 dari 4,53% (yoy) pada triwulan II-2012 (Tabel 2.6).

Hampir seluruh subkelompok mengalami penurunan, kecuali Jasa Kesehatan. Subkelompok

yang mengalami penurunan inflasi yang paling besar adalah Obat-obatan. Pola yang sama

terjadi juga pada laju inflasi triwulanan. Inflasi triwulan laporan (0,29%; qtq) lebih rendah

dari inflasi triwulan I-2013 (0,61%; qtq), meski cenderung lebih tinggi dari inflasi triwulan II-

2012 (0,58%; qtq) --- Grafik 2.18.

Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan

Tabel 2.6. Inflasi Per-Subkelompok Kesehatan

Grafik 2.18.

Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan Sulawesi Selatan (%; yoy; qtq)

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

%

y.o.y

q.t.q

Sumber : BPS diolah

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

%

y.t.d

y.o.y

Sumber : BPS diolah 2 1 2

KESEHATAN 4.53% 2.28% 1.99%

1 Jasa Kesehatan 4.88% 1.82% 2.00%

2 Obat-obatan 4.74% 1.04% 0.34%

3 Js Prwtn Jas. 5.54% 5.92% 5.79%

4 Prwtn Jas. & Kos. 3.98% 2.25% 1.76%

Sumber: BPS (diolah)

2012 2013KeteranganNo

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013%

y.o.y

q.t.q

Sumber : BPS diolah

38 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

2.1.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

Terjadi penurunan tekanan inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga,

ditengah masa pergantian tahun ajaran baru sekolah. Pada triwulan laporan, inflasi

tahunan kelompok ini tercatat 3,33% (Tabel 2.7), lebih rendah dari triwulan sebelumnya

(3,54%; yoy). Hampir seluruh kinerja subkelompok di dalam kelompok ini mengalami

penurunan tekanan inflasi, kecuali subkelompok pendidikan yang cenderung stabil atau

tertahan pada level yang sama dibanding triwulan I-2013. Relatif stabilnya biaya pendidikan

ditengarai karena langkah tegas dari pemerintah daerah, dengan menurunkan tim dari

Inspektorat untuk melakukan pemeriksaan internal atas pengelolaan keuangan sekolah

khususnya dalam penerimaan siswa baru tahun 2013.

Dibandingkan triwulan sebelumnya, tekanan inflasi triwulanan kelompok ini juga relatif

stabil. Laju inflasi bergerak turun dari 0,19% (qtq) pada triwulan I-2013 menjadi 0,02% (qtq)

di triwulan laporan (Grafik 2.20). Hal ini dikarenakan oleh adanya penurunan tekanan inflasi

yang cukup signifikan dari Subkelompok Pendidikan serta Rekreasi pada triwulan II-2013,

dimana pada beberapa periode sebelumnya yaitu triwulan IV-2012 dan I-2013 terdapat

dorongan inflasi yang cukup tinggi.

Grafik 2.19. Perkembangan Inflasi Kel. Pendidikan-

Rekreasi-Olahraga

Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kel. Pendidikan-Rekreasi-

Olahraga

Grafik 2.20. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-OlahragaSulawesi Selatan (%; qtq)

-

1

2

3

4

5

6

7

8

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013%

y.t.dy.o.y

Sumber : BPS diolah

2 1 2

PENDIDIKAN, R & OR 2.12% 3.54% 3.33%

1 Pendidikan 3.48% 4.91% 4.91%

2 Kursus/Pelatihan 0.76% 2.26% 1.53%

3 Prlngkpn/Prltn Pendd. 1.07% 1.09% 0.88%

4 Rekreasi 0.59% 3.19% 2.79%

5 Olahraga 2.66% 2.08% 0.58%

Sumber: BPS (diolah)

2012 2013KeteranganNo

-1

-

1

2

3

4

5

6

7

8

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013%

y.o.yq.t.q

Sumber : BPS diolah

39

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

2.1.7 Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Secara tahunan, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami

peningkatan tekanan inflasi. Laju inflasi sebesar 3,96%, atau lebih tinggi dari triwulan I-

2013 (0,89%) maupun dari triwulan II-2012 (0,47%) (Tabel 2.8). Meskipun Sub-kelompok

Transpor mengalami peningkatan laju inflasi, namun terjadi deflasi pada Sub-kelompok

Komunikasi-Pengiriman dan penurunan inflasi pada Sub-kelompok lainnya, yang secara telah

memberikan pengaruh baik secara keseluruhan untuk menahan laju inflasi pada kelompok

dimaksud. Peningkatan laju inflasi Sub-kelompok Transpor dipicu oleh naiknya harga BBM

bersubsidi pada 22 Juni 2013, yang memberikan dampak lanjutan pada peningkatan tarif

angkutan darat dan udara. Dimana tarif angkutan udara juga naik sehubungan dengan

tingginya tingkat permintaan menjelang masa liburan anak sekolah.

Grafik 2.21. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi

Tabel 2.8. Inflasi Tahunan Per-Sub Kel.

Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan

Peningkatan harga BBM bersubsidi di triwulan ini, meningkatkan laju inflasi

triwulanan kelompok ini secara signifikan. Setelah sempat mengalami deflasi pada

triwulan I-2013 (-0,16%; qtq), kemudian harga komoditas dalam kelompok ini justru naik

tajam dan mencetak inflasi sebesar 3,34% (qtq) pada triwulan II-2013 (Grafik 2.22). Hal ini

sejalan dengan hasil SPE khususnya untuk Kelompok Suku Cadang dan Aksesori sebagai

prompt indicator. Dari Grafik 2.23, terlihat adanya peningkatan pertumbuhan tahunan serta

triwulanan Indeks Penjualan Eceran Kelompok Suku Cadang dan Aksesori.

Grafik 2.22.

Perkembangan Inflasi Kel. Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan Sulawesi Selatan (%; qtq)

Grafik 2.23. Perkembangan Indeks Penjualan EceranKel.

Suku Cadang & Aksesori

-1

-

1

1

2

2

3

3

4

4

5

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

%

y.t.d

y.o.y

Sumber : BPS diolah

4 1 2

TRANSPOR, KOM. & JK 1.16% 0.89% 3.96%

1 Transpor 1.46% 1.09% 5.41%

2 Kom. & Pengiriman -0.01% -0.13% -0.12%

3 Srn & Penunjang Transpor 1.09% 1.07% 0.93%

4 Js Keuangan 1.48% 2.24% 2.06%

Sumber: BPS (diolah)

2012 2013KeteranganNo

-1

-

1

1

2

2

3

3

4

4

5

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

%

y.o.y

q.t.qSumber : BPS diolah

-5%0%5%10%15%20%25%30%35%40%

0

50

100

150

200

250

300

350

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2011 2012 2013

Sk Cdg&Akssoris

yoy

Smb : SPE

40 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

2.2. Inflasi Berdasarkan Kota3

Hampir semua kota penghitungan inflasi di Sulsel pada triwulan II-2013 melambat

dibanding triwulan sebelumnya. Hanya kota Watampone yang menunjukkan inflasi lebih

tinggi dibanding triwulan I-2013. Berdasarkan urutan nilai inflasi, berturut-turut dari inflasi

yang tertinggi dialami oleh Kota Makassar, Kota Pare-pare, Kota Watampone, dan Kota

Palopo. Inflasi Kota Makassar triwulan II-2013 tercatat sebesar 4,54% (yoy), lebih rendah dari

inflasi triwulan I-2013 (4,76%; yoy). Menyusul Makassar adalah Kota Pare-pare yang

mengalami inflasi tahunan sebesar 4,49% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi

triwulan I-2013 (4,67%; yoy). Selanjutnya adalah Kota Watampone dengan laju inflasi

sebesar 3,28% (yoy) untuk triwulan II-2013, lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya (2,90%; yoy). Terakhir adalah Kota Palopo yang mengalami inflasi tahunan

3,03%, lebih kecil dari inflasi di triwulan I-2013 (4,34%; yoy). Pendorong lebih tingginya

inflasi di Watampone adalah kenaikan inflasi kelompok bahan makanan dan transpor-jasa

keuangan-jasa keuangan.

Grafik 2.24. Perkembangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulsel

Tabel 2.9. Sumbangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulsel

Perlambatan inflasi Makassar mendorong penurunan sumbangan inflasi Sulsel.

Sumbangan paling besar bagi inflasi tahunan Sulsel (4,36%) tetap diberikan oleh Kota

3Inflasi di Sulsel dihitung dari 4 (empat) kota yaitu Makassar, Palopo, Parepare, dan Watampone.

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013

Gro

wth

(y.

o.y

)

MakassarPalopoPare-pareWatamponeSulawasi Selatan

Sumber: BPS (diolah)

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Watampone 0.30% 0.32% 0.17% 0.14% 0.20% 0.19% 0.22% 0.22% 0.23% 0.22% - -

Makassar 5.32% 5.35% 2.87% 2.42% 3.42% 3.24% 3.77% 3.71% 3.88% 3.68% - -

Palopo 0.35% 0.35% 0.19% 0.16% 0.22% 0.21% 0.25% 0.24% 0.25% 0.24% - -

Pare-pare 0.34% 0.35% 0.18% 0.16% 0.22% 0.21% 0.24% 0.24% 0.24% 0.23% - -

Sulawasi Selatan 6.32% 6.37% 3.37% 2.88% 4.06% 3.85% 4.48% 4.40% 4.61% 4.36% - -

Sumbangan Inflasi Kota

Keterangan 2011 2012 2013

41

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Makassar yaitu sebesar 3,68% (Tabel 2.9), namun cenderung menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,88%. Tiga kota yang lain relatif memberikan

sumbangan yang berimbang. Kota Palopo menyumbang 0,24%, lebih rendah dari

sumbangan triwulan sebelumnya (0,25%). Sementara itu, Kota Pare-pare mencatat angka

sumbangan yang sedikit lebih rendah dibanding triwulan I-2013 (0,24%), yaitu sebesar

0,23% pada triwulan laporan. Sumbangan Kota Watampone juga sedikit menurun yaitu dari

0,23% di triwulan I-2013 menjadi 0,22% pada triwulan II-2013.

2.3. Disagregasi Inflasi4

Berdasarkan disagregasi, volatile food masih yang memberikan sumbangan terbesar

bagi inflasi Sulsel. Sumbangan inflasi volatile foods (2,02%), diikuti oleh inflasi inti (1,45%)

dan inflasi administered prices (0,90%) (Grafik 2.25). Inflasi volatile foods mencatat angka

tertinggi dibanding komponen lain pada triwulan laporan sebesar 8,49% (yoy), lebih rendah

dari triwulan I-2013 (11,52%; yoy) (Grafik 2.26). Kondisi cuaca yang belum kondusif masih

mendorong harga kelompok sayur-sayuran meningkat. Meski demikian, kebijakan

pembatasan impor hortikultura memberikan dampak yang positif untuk mengurangi tekanan

inflasi pada Kelompok Bahan Makanan terutama Subkelompok Bumbu-bumbuan. Akibatnya,

harga beberapa komoditas volatile foods terutama bumbu-bumbuan, sayur-sayuran, dan

buah-buahan mengalami pelemahan inflasi pada triwulan II-2013.

Inflasi inti terkoreksi ke bawah seiring turunnya harga emas. Pada triwulan II-2013 inflasi

inti tercatat 3,02% (yoy), atau sedikit melambat dibandingkan triwulan I-2013 (4,37%; yoy).

Penurunan harga emas dapat meredam laju inflasi inti pada periode laporan seiring dengan

menurunnya harga emas internasional. Meski di sisi lain, permintaan emas masyarakat Sulsel

masih relatif tinggi. Hal ini karena masyarakat Sulsel cendrung berinvestasi pada emas dan

tanah. Sementara itu, harga bahan bangunan dan sewa rumah terlihat masih meningkat,

seiring permintaan properti yang terus tumbuh.

Grafik 2.25. Sumbangan Inflasi Inti, Administered dan

Volatile Foods

Grafik 2.26. Pertumbuhan Inflasi Inti, Administered dan

Volatile Foods

4Analisa disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi non-inti (volatile foodsdan

administered prices). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental. Sejak tahun 2012, data laju inflasi dan sumbangan inflasi berdasarkan disagreagsimenggunakan pendekatan komoditas. Sebelumnya, digunakan pendekatan subkelompok.

-1%

-1%

0%

1%

1%

2%

2%

3%

3%

4%

4%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Administered Inflation Core Inflation Volatile Inflation

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Administered Inflation Core Inflation Volatile Inflation Total

Sumber: BPS Diolah

42 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Kenaikan harga BBM bersubsidi memicu kenaikan inflasi administered prices. Inflasi

administered price sebesar 4,71% (yoy) di triwulan II-2013. Angka inflasi tersebut lebih tinggi

dari triwulan I-2013 (1,96%; yoy) dan juga lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2012

(2,64%; yoy). Pendorong utama inflasi adalah kenaikan BBM bersubsidi pada 22 Juni 2013.

Kenaikan terjadi pada harga bensin menjadi sebesar Rp6.500 dari sebelumnya Rp4.500,

sementara solar menjadi Rp5.500 dari Rp4.500. Secara rata-rata, kenaikan harga BBM

bersubsidi tahun ini sebesar 33% Selain itu, dampak kenaikan TDL di 2013 masih berlanjut

hingga triwulan II-2013.

43

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Boks II :

Kesiapan Sulawesi Selatan Menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri

Sudah dianggap sebagai kewajaran, pada saat-saat periode tertentu, dimanfaatkan

oleh sebagian kalangan untuk memperoleh keuntungan dengan meningkatkan harga

lebih tinggi dari biasanya. Salah satunya adalah periode Ramadhan dan Idul Fitri 1434

H. Meskipun pada bulan puasa umat muslim harus menahan lapar dan dahaga hingga

maghrib, permintaan bahan pangan di pasar justru semakin meningkat. Hal ini terjadi

hampir di seluruh belahan kota di Indonesia menjelang bulan Ramadhan.

Selain faktor hari besar keagamaan tersebut, pada saat yang bersamaan, Pemerintah

juga menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi1. Dampak langsung

kenaikan harga BBM terasa seketika dengan meningkatnya inflasi subkelompok

transportasi sebesar 4,43% pada bulan Juli 2013. Pemberlakuan tarif sementara taksi

pada akhir Juni 2013 sebesar 17-20% dan angkutan umum hingga kisaran 30%

menjadi penyebab inflasi subkelompok transportasi tersebut. Sementara dampak tidak

langsungnya masih belum sepenuhnya tertransmisi kepada harga bahan pangan di

bulan Juni 2013. Faktor pendukungnya adalah stok bahan pangan yang cukup hingga

beberapa bulan ke depan.

Menghadapi fenomena Ramadhan dan kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut, Tim

Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sulawesi Selatan melakukan antisipasi melalui

penguatan jalinan koordiasi sebelum harga pangan ikut terekskalasi. TPID Provinsi

Sulawesi Selatan pun menggelar High Level Meeting dengan pimpinan dari 24

kabupaten/kota, pada Senin, 8 Juli 2013 dengan topik utama "Persiapan menjelang

Ramadhan".

Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Ir. H. Agus Arifin Nu'mang MS hadir membuka acara

yang dihadiri oleh TPID Provinsi Sulawesi Selatan, empat TPID Kabupaten/Kota di

Sulawesi Selatan dan perwakilan 20 KabupatenKota yang belum terbentuk TPID-nya.

Wakil Gubernur menekankan pentingnya koordinasi antar daerah/TPID dan monitoring

pasokan kebutuhan pokok di masyarakat.

Pasca kenaikan BBM bersubsidi, Pemprov Sulsel telah melakukan langkah intensif

antara lain, (1) meningkatkan koordinasi dengan Pertamina terutama terkait dengan

ketersediaan BBM; (2) memrioritaskan lalu lintas kapal pengangkut BBM untuk dapat

berlabuh, sehingga tidak terjadi keterlambatan pengisian BBM; (3) mengecek secara

berkala stok BBM di SPBU2; serta (4) memantau dan mengendalikan gudang beras

Bulog dan komoditas utama Sulsel. Komitmen tersebut untuk menjaga trackrecord

1 Peraturan Menteri Sumber Daya Mineral Nomor 18 tahun 2013 dan mulai berlaku pada Sabtu, 22 Juni 2013. Bensin

jenis premium menjadi Rp6.500 per liter dan minyak solar menjadi Rp5.500 dari sebelumnya masing-masing Rp4.500

per liter.

2 Persediaan stok BBM bersubsidi dan elpiji Sulsel berada di kisaran 5 sampai 12 hari ke depan.

44

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

inflasi Sulawesi Selatan yang selalu dibawah batas maksimal inflasi nasional 4,5% +/-

1% dari kurun tahun 2012 hingga bulan Juni 2013.

(Kiri) Wakil Gubernur dan Kepala Perwakilan BI Wilayah I

memberikan arahan dan (Kanan) Suasana diskusi pada High Level Meeting

Sementara untuk menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri, TPID Provinsi Sulawesi Selatan

merekomendasikan untuk (1) menjaga keterjangkauan harga dan ketersediaan barang

kebutuhan pokok di daerah; (2) melakukan monitoring kecukupan pasokan; (3)

melakukan kegiatan pasar murah; dan (4) Operasi pasar akan ditempuh apabila harga

telah melampaui level tertentu. Pasar murah selama Ramadhan 1434 H akan

difokuskan di kota-kota penghitungan inflasi Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu Makassar,

Bone/Watampone, Pare-pare dan Palopo.

Pengendalian inflasi juga memerlukan langkah-langkah jangka panjang dalam aspek

produksi dan kerjasama antar daerah, yaitu: (1) mendukung ketersediaan komoditas

pangan melalui peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pangan di Sulawesi

Selatan; (2) menjaga kelancaran distribusi stok dan pasokan barang di wilayah kerja

masing-masing; (3) Apabila terjadi kekurangan stok dan pasokan, segera mengambil

tindakan dengan berkoordinasi dengan Kabupaten/Kota lain dan pemerintah provinsi

Sulawesi Selatan; dan (4) meningkatkan keterbukaan informasi harga dan stok

komoditas pangan antar provinsi, antara lain melalui integrasi sistem informasi harga

dan pasokan - SIGAP.

45

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Terakhir, sebagai tindak lanjut Instruksi Kementerian Dalam Negeri (Inmendagri)

mengenai kewajiban Bupati dan Walikota se-Indonesia untuk menjamin ketersediaan

dan keterjangkauan barang dan jasa3, Gubernur Sulawesi Selatan akan

menginstruksikan agar 20 Kabupaten/Kota yang belum terbentuk TPID segera menjajaki

pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Selain bertujuan untuk

memudahkan keterjangkauan barang dan jasa masyarakat, hal tersebut juga searah

dengan langkah pengendalian inflasi ke depan, dimana TPID Kabupaten/Kota akan

menjadi ujung tombak pengendalian inflasi Provinsi. Hal ini juga menunjukkan langkah

pengendalian harga pangan oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat akan

semakin strategis.

3 Inmendagri No.027/1696/SJ tanggal 2 April 2013

Boks III: Aksi TPID Sulawesi Selatan Menekan Ekspektasi Kenaikan Harga Pangan

Dalam rangka menahan peningkatan laju inflasi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I

Sulampua (KPwBI Wilayah I) melakukan berbagai langkah praktis. Beberapa langkah yang telah

dilakukan, mulai dari sosialisasi kebanksentralan bagi siswa dan mahasiswa, hingga kegiatan-

kegiatan untuk penguatan koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Hal ini dilakukan

dengan mempertimbangkan bahwa ekspektasi inflasi yang besar akan mendorong tekanan laju

inflasi. Sebagaimana diketahui, bobot inflasi inti memiliki peran yang cukup besar yaitu sekitar

64,5% terhadap inflasi Sulsel.

Melalui TPID Provinsi Sulawesi Selatan, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan KPwBI Wilayah I

berusaha memengaruhi ekspektasi pedagang dengan mengadakan inspeksi mendadak (Sidak),

kegiatan pasar murah dan operasi pasar. Sidak di awal Ramadhan 1434 H tahun ini, langsung

dipimpin oleh Pembina TPID Sulsel yaitu Gubernur Sulawesi Selatan, Dr. H. Syahrul Yasin Limpo,

SH, MSi, MH dan Kepala KPw BI Wilayah I, Mahmud. Sidak dilakukan kepada para distributor

utama, yaitu gudang beras Bulog Panaikang, gudang gula Galangan Kapal, depo Pertamina, dan

pasar Terong yang bertujuan untuk melihat kesiapan pasokan (bahan pangan, BBM, dan elpiji) dan

perkembangan harga menjelang Ramadhan. Hampir semua media lokal dan nasional ikut serta

meliput dan memberitakan kecukupan pasokan pangan dan kebutuhan pokok lainnya.

Ketersediaan 278,9 ribu ton beras Bulog (KIri), Ketersediaan bumbu-bumbuan di pasar Terong (Kanan)

Hasil Sidak menunjukkan bahwa persediaan beras di Bulog Sulsel cukup memenuhi kebutuhan

selama 35 bulan. Stok beras mencapai 278,9 ribu ton, setidaknya ada 23 provinsi memenuhi

kebutuhan beras raskinnya berasal dari Sulsel. Untuk stok pangan lainnya, distributor gula memiliki

stok gula lokal hingga 2 bulan, dan 4 bulan untuk gula rafinasi yang dimiliki oleh PT. Makassar

stok tepung terigu yang dikuasai oleh PT. Eastern Pearl Floor Mills Makassar

cukup untuk memenuhi kebutuhan 2 bulan. Dengan rata-rata produksi sebanyak 2.000 ton per

hari, pabrik terbesar di Indonesia tersebut juga memasok kebutuhan Kawasan Timur Indonesia.

Dengan adanya 22 ribu ekor sapi yang tersebar di 8 kabupaten1, pesediaan daging sapi

diperkirakan cukup memenuhi kebutuhan hingga 3 bulan ke depan. Daging ayam dan telur ayam

pun tersedia untuk kebutuhan 4 bulan dan 34 bulan ke depan. PT. Pertamina Region IV juga

mengkonfirmasikan bahwa pasokan elpiji 3 kg tersedia dengan cukup.

Tabel A.1 Kondisi Stok Kebutuhan Pokok / Strategis Sulsel

NO BAHAN

POKOK/STRATEGIS SATUAN

HARGA (Rp)

STOK (ton)

KETAHANAN STOK

1 Beras : Kg 7.857 278.993 35 bulan

2 Gula Pasir :

a. Lokal kg 12.500 21 2,1 bulan

b. Rafinasi Karung (50 Kg) 525 25.6 4,2 bulan

3 Tepung Terigu : 10.6 2 Bulan a. Cap Kompas Kg 7

b. Segitiga Biru Kg 8

4 Minyak Goreng : a. Minyak curah (sawit) 1 Liter 9 9.5 1,6 bulan

b. Kemasan 1 Liter 14 97.200 karton 3 bulan

5 Daging Sapi Kg 75.000 4.013 3 Bulan

6 Daging Ayam Kg 20.000 5.72 4,2 Bulan

7 Telur Kg 17.000 50.000 34,5 Bulan

8 Bawang Merah Kg 22.000 7.5 2,6 bulan

9 Cabe :

6.3 1,5 bulan a.Cabe Keriting Kg 28.000

b.Cabe Merah Besar Kg 21.000

c.Cabe Kecil Biasa Kg 21.000

Sumber: Dinas Perindustrian Dan Perdagangan, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan

Gubernur Sulsel menjamin ketersediaan bahan pangan khususnya beras, gula, dan elpiji. Untuk

mencegah kenaikan bahan pokok lebih lanjut pasca kenaikan BBM bersubsidi, Pemerintah Daerah

Sulsel akan mengadakan operasi pasar, jika kenaikan harga sudah mencapai 15 persen.

Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia, terdapat kenaikan beberapa

komoditas yang relatif tinggi yaitu komoditas hortikultura (cabe dan bawang merah), daging dan

telur ayam yang dipicu oleh harga dari pulau Jawa yang produksinya terpengaruh curah hujan yang

tinggi2. Sementara untuk harga komoditas pangan lainnya relatif masih stabil, dengan rata-rata

kenaikan hanya berkisar kurang dari 5%.

1 Kabupaten Bone, Sinjai, Gowa, Barru, Bulukumba, Sidrap, Enrekang, dan Maros.

2Sementara hasil hortikultura di Sulsel akan meningkat, seiring produksi cabe sepanjang Juli-Oktober mendatang

mencapai sekitar 14 ribu hingga 16 ribu ton dari lahan seluas 1.450 hektare yang tersebar di 10 kabupaten sentra cabe rawit (Kabupaten Maros, Enrekang, Jeneponto, Sidrap, Takalar, Bantaeng, Barru, Pinrang, Sinjai dan Gowa)

49 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Bab 3

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Beberapa indikator perbankan dan sistem pembayaran di Sulawesi Selatan, pada triwulan II-

2013 sedikit melambat seiring dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan

laporan. Penghimpunan dana pihak ketiga tumbuh melambat baik untuk jenis tabungan,

giro dan deposito. Perkembangan aset Bank Umum juga mengalami perlambatan, baik bank

pemerintah, bank swasta nasional maupun bank asing-campuran. Berdasarkan jenis

penggunaan kredit, terjadi penurunan pertumbuhan yang signifikan pada kredit konsumsi

tetapi meningkat pada kredit investasi. Sejalan dengan itu, penyaluran kredit kepada sektor

utama (industri pengolahan, pertambangan dan pertanian), tercatat tumbuh lebih rendah

dibanding triwulan sebelumnya. Namun dibandingkan nasional, penyaluran kredit Sulsel

tumbuh lebih tinggi. Perkembangan kredit Sulsel tumbuh 21,84%, sementara nasional

tumbuh 20.89%. Kondisi tersebut mengakibatkan kegiatan intermediasi perbankan di Sulsel

tetap lebih tinggi daripada nasional, dengan rasio LDR 144.62% dibanding nasional yang

hanya sebesar 101.11%. Sejalan dengan itu, indikator sistem pembayaran juga mengalami

perlambatan, yang ditunjukkan oleh pembayaran non-tunai untuk transaksi kecil, terutama

melalui sarana RTGS, seiring melambatnya sektor PHR, terutama untuk perdagangan eceran.

A. Perbankan

Kinerja perbankan Sulsel pada triwulan II-2013 relatif menurun, karena beberapa indikator

menunjukan pertumbuhan tahunan yang lebih rendah dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya. Perlambatan tersebut tercermin pada beberapa indikator perbankan

seperti total aset, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Pertumbuhan total aset perbankan

sebesar 19,04% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dan triwulan yang

sama tahun sebelumnya masing-masing sebesar 19,69% (yoy) dan 25,98% (yoy). Penurunan

pertumbuhan total aset tersebut didorong oleh melambatnya pertumbuhan DPK dan

pertumbuhan kredit pada triwulan laporan dibanding triwulan sebelumnya. Perlambatan

pertumbuhan DPK yang cukup signifikan mendorong peningkatan LDR dari 134,06% pada

periode sebelumnya menjadi 144,62% pada triwulan laporan. Sedangkan Non Performing

Loans (NPLs) Bank Umum pada triwulan laporan secara gross tercatat meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 2,68%, masih berada dibawah batas aman

5,00%.

50 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Dibandingkan bank konvensional, pertumbuhan perbankan syariah Sulsel pada triwulan II-

2013 menunjukkan kinerja yang tidak terutama dari sisi pengumpulan DPK. Level Finance to

Deposit Ratio (FDR) meningkat dari 221,03% pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar

241,23% pada triwulan II-2013. Selanjutnya disisi lain, perkembangan Bank Perkreditan

Rakyat/Syariah (BPR/S) juga menunjukan kinerja yang menurun, terindikasi dari melambatnya

pertumbuhan aset dan Kredit/Pembiayaan namun DPK masih menunjukkan peningkatan

pertumbuhan.

3.1. Kondisi Umum

3.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Dari sisi kelembagaan, pada triwulan II-2013, jumlah bank di Sulsel mengalami perubahan

dengan bertambahnya 2 (dua) Bank Konvensional. Sedangkan untuk jumlah BPR ada

penambahan 1 (satu) BPR pada triwulan laporan yaitu sebanyak 28 (tabel 3.1).

Tabel 3.1 Perkembangan Kelembagaan Bank Umum dan BPR Sulawesi Selatan

3.1.2 Perkembangan Aset Perbankan

Total aset Bank Umum pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 19,04% menjadi Rp86,37

triliun, sedikit melambat dibandingkan triwulan I-2013 yang tumbuh sebesar 19,69% (tabel

3.2). Perlambatan pertumbuhan aset perbankan pada periode laporan disebabkan oleh

melambatnya pertumbuhan aset seluruh kelompok bank, yaitu bank Pemerintah, bank

Swasta Nasional dan juga bank Asing-Campuran, masing-masing dari 17,84%, 22,81% dan

9,85% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 17,14%, 22,38% dan -0,02% (yoy)

pada triwulan laporan.

Tabel 3.2 Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank

I II III IV I II III IV I II

Bank Umum 36 37 38 40 41 41 46 46 47 49

31 32 32 34 35 35 35 35 36 38

5 5 6 6 6 6 6 6 6 6

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

27 27 27 27 27 27 28 28 28 29

689 724 812 844 852 891 925 936 940 950

2013

BPR

Jumlah Kantor Bank

2012

Konvensional

Syariah

UUS

Kelembagaan2011

2013

I II III IV I II III IV I II III IV I

Bank Umum 34 35 35 35 36 37 38 40 41 41 41 41 42

30 30 30 30 31 32 32 34 35 35 35 35 36

4 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 6

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 28 28 28

694 700 701 707 689 724 812 844 852 891 925 929 931

BPR

Jumlah Kantor Bank

Kelembagaan2010 2011 2012

Konvensional

Syariah

UUS

51 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

3.2. Intermediasi Perbankan

Meski pertumbuhan DPK dan kredit mengalami penurunan, namun intermediasi perbankan

meningkat dengan naiknya level Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR meningkat menjadi

144,62% pada triwulan II-2013 dibandingkan triwulan I-2013 yang tercatat sebesar

134,06%. Peningkatan LDR tersebut disebabkan oleh penurunan penghimpunan dana pihak

ketiga (DPK) yang lebih tinggi dibandingkan penurunan penyaluran pada periode laporan.

Sesuai pola historisnya, perkembangan intermediasi perbankan selalu tinggi, lebih dari

100%. Penyaluran kredit yang tinggi terutama untuk penyaluran kepada sektor

perdagangan, sektor industri pengolahan, dan sektor jasa dunia usaha.

3.2.1 Perkembangan Dana Masyarakat

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh Bank Umum pada triwulan I-2013 mencapai

Rp53,30 triliun atau tumbuh sebesar 9,97% (yoy) pada triwulan laporan, melambat

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 16,55% (yoy) (tabel 3.3).

Perlambatan pertumbuhan DPK terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan giro,

tabungan dan deposito dari 17,21% pada triwulan I-2013 menjadi 11,24% disusul

melambatnya pertumbuhan tabungan dari 17,19% menjadi 10,50% (yoy) serta

melambatnya pertumbuhan deposito dari 14,96% pada triwulan I-2013 menjadi 13,07%

(yoy) pada triwulan laporan.

Tabel 3.3 Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum

3.2.2 Penyaluran Kredit

Pada triwulan I-2013, penyaluran kredit perbankan di Sulsel mengalami perlambatan

pertumbuhan dari 22,58% (yoy) pada triwulan I-2013 menjadi 21,84% (yoy) pada periode

laporan (tabel 3.4). Dari sisi penggunaannya, kredit konsumsi yang pangsanya terbesar,

mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 24,01% dibandingkan laporan periode

sebelumnya 24,85% (yoy). Diikuti juga dengan kredit modal kerja yang mengalami

perlambatan pertumbuhan 9,74% pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 27,43%. Hal ini justru berbanding terbalik dengan kredit investasi yang mengalami

I II III IV I II I II III IV I II

1. DPK 23.04% 23.77% 27.30% 18.71% 16.55% 9.97% 46,091 48,468 52,290 54,278 53,721 53,299

a. Giro 21.14% 15.62% 19.82% 20.30% 17.21% 11.24% 7,893 7,764 8,190 7,948 9,252 8,086

b. Tabungan 27.09% 30.03% 34.25% 18.91% 17.19% 10.50% 24,970 27,186 29,432 31,428 29,262 29,942

c. Deposito 17.09% 17.17% 19.07% 17.47% 14.96% 13.07% 13,228 13,518 14,668 14,902 15,207 15,271

2. Kredit 26.30% 26.32% 22.49% 22.77% 22.58% 21.84% 58,755 63,265 65,412 69,956 72,019 77,083

3. LDR (%) 127.47% 130.53% 125.09% 128.88% 134.06% 144.62%

4. NPLs Gross (%) 2.82% 2.88% 2.65% 2.64% 2.64% 2.68%

2013

Pertumbuhan (y.o.y)

KOMPONEN 20122012 2013

Nominal (Rp. Milyar)

52 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

peningkatan yang signifikan, yaitu sebesar 41,99% pada triwulan laporan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya sebesar 8,51%. Peningkatan kredit investasi terutama terjadi

pada sektor listrik, gas dan air.

Tabel 3.4 Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan

Penurunan kredit pada beberapa sektor utama, menyebabkan terjadinya perlambatan

pertumbuhan kredit. Perlambatan pertumbuhan terjadi disebagian besar penyaluran sektor-

sektor utama dan juga sektor yang bukan termasuk unggulan, seperti sektor pertanian,

sektor industri pengolahan, sektor konstruksi dan sektor lain-lain yang masing-masing

melambat sebesar 23,20% (yoy), 6,78% (yoy), 15,42% (yoy) dan 17,51% (yoy) pada

triwulan laporan dari 55,44% (yoy), 26,31% (yoy), 21,81% (yoy) dan 18,97% (yoy) pada

triwulan sebelumnya. Bahkan kredit pada sektor pertambangan mengalami kontraksi,

dimana pada triwulan sebelumnya tumbuh 3,95% (yoy) menjadi terkontraksi 3,97% (yoy).

Sementara itu, terjadi peningkatan pertumbuhan kredit di beberapa sektor yaitu sektor listrik-

gas-air, sektor perdagangan, sektor jasa dunia usaha dan sektor jasa sosial masyarakat, yaitu

menjadi tumbuh sebesar 223,27% (yoy), 28,77% (yoy), 31,52% (yoy), 31,21% (yoy) dan

3,41% (yoy). Sektor yang mengalami pertumbuhan kredit tertinggi adalah sektor listrik-gas-

air dari 162,55% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 223,27% (yoy) pada triwulan

laporan. Kemudian, satu-satunya sektor yang terkontraksi pertumbuhan kreditnya adalah

sektor pertambangan.

Tabel 3.5 Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi

I II III IV I II I II III IV I II

Kredit (lokasi proyek) 26.30% 26.32% 22.49% 22.77% 22.58% 21.84% 58,755 63,265 65,413 69,956 72,019 77,083

- Modal Kerja 30.45% 33.23% 22.55% 28.22% 27.43% 9.74% 22,500 25,045 24,657 28,250 28,671 27,484

- Investasi 28.20% 22.23% 18.27% 5.18% 8.51% 41.99% 11,728 12,256 12,635 11,911 12,725 17,402

21.87% 22.14% 24.44% 26.13% 24.85% 24.01% 24,527 25,965 28,121 29,794 30,622 32,197

Nominal (RP Milyar)

2013

- Konsumsi

KOMPONEN 2012 20122013

Pertumbuhan (y.o.y)

I II III IV I II I II III IV I II IV

Kredit 26.30% 26.32% 22.49% 22.77% 22.58% 21.84% 58,755 63,265 65,412 69,956 72,019 77,083

Pertanian 76.99% 59.15% 46.48% 39.13% 55.44% 23.20% 883 1,101 1,146 1,187 1,373 1,356

Pertambangan 67.44% 45.71% 30.83% 0.11% 3.95% -3.97% 568 608 626 564 590 584

Industri Pengolahan 30.85% 31.35% 32.65% 22.76% 26.31% 6.78% 4,842 5,216 5,381 6,013 6,116 5,570

Listrik, Gas, Air -9.58% 47.94% 77.11% 116.37% 162.55% 223.27% 379 420 663 782 996 1,357

Konstruksi 9.70% 20.17% 18.74% 23.04% 21.81% 15.42% 3,148 3,503 3,708 3,848 3,835 4,043

Perdagangan 32.17% 33.66% 26.95% 26.32% 28.32% 28.77% 15,854 18,288 18,100 19,531 20,344 23,549

Pengangkutan 75.71% 42.76% 21.79% 22.66% 26.76% 31.52% 1,828 1,809 1,737 2,138 2,317 2,379

Jasa Dunia Usaha 64.12% 49.78% 27.60% 10.69% 8.66% 31.21% 3,171 3,438 3,474 3,371 3,446 4,511

Jasa Sosial Masyarakat -6.02% -7.96% -16.66% -11.48% -6.57% 3.41% 1,583 1,465 1,376 1,386 1,479 1,515

Lain-lain 20.23% 19.37% 19.05% 22.77% 18.97% 17.51% 26,497 27,417 29,202 31,135 31,523 32,219

Nominal (Rp. Milyar)

2012KOMPONEN 2012 2013

Pertumbuhan (yoy)

2013

53 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Grafik 3.1

Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan

Grafik 3.2

Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi

Berdasarkan pangsanya, kredit konsumsi merupakan yang terbesar. Kredit konsumsi pada

triwulan II-2013 masih tercatat memiliki pangsa yang tertinggi yaitu sebesar 41,77% atau

sebesar Rp32,20 triliun, diikuti kredit modal kerja sebesar 35,65% atau Rp27,48 triliun dan

kredit investasi sebesar 22,58% atau Rp17,40 triliun - grafik 3.1. Dibandingkan triwulan

sebelumnya, proporsi kredit investasi mengalami peningkatan 4,91%, sedangkan proporsi

kredit konsumsi dan modal kerja mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,75% dan

4,16% dibanding periode sebelumnya.

Tingginya pangsa kredit konsumsi tersebut, tercermin dari pangsa kredit lain-lain yang juga

paling tinggi. Secara sektoral, penyaluran kredit pada triwulan II-2013 didominasi oleh 3

sektor yaitu sektor lain-lain, sektor perdagangan serta sektor industri pengolahan masing-

masing sebesar 41,80%, 30,55% dan 7,23% (grafik 3.2).

Risiko kredit tetap terkendali dan lebih baik. Ditinjau dari aspek pengelolaan manajemen

risiko, kondisi perbankan Sulsel pada triwulan II-2012 masih menunjukkan performa yang

semakin baik, tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum yang masih

terjaga pada level yang aman (dibawah 5%), yaitu sebesar 2,68%, dan cenderung menurun

dari periode sebelumnya sebesar 2,84% (tabel 3.6).

Tabel 3.6 Perkembangan NPLs Gross Bank Umum

Profil risiko beberapa sektor primer terlihat cenderung meningkat karena terjadinya

pergeseran musim panen sehingga pola tanam relatif terganggu. NPL sektor primer yang

masih tinggi antara lain sektor pertanian dan sektor pertambangan tercatat masing-masing

sebesar 12,66% dan 11,93% (grafik 3.5). Selanjutnya sektor jasa sosial masyarakat sebesar

4,10%.

Modal

Kerja 36%

Investasi

22%

Konsumsi

42%

Pertanian2%

Pertambangan1%

Industri Pengolahan

7%

Listrik, Gas, Air2%

Konstruksi5%

Perdagangan30%

Pengangkutan3%

Jasa Dunia Usaha6%

Jasa Sosial Masyarakat

2%

Lain-lain42%

I II III IV I II III IV I II

NPLs Gross (%) 3.25% 3.36% 3.22% 2.63% 2.82% 2.88% 2.65% 2.64% 2.84% 2.68%

KOMPONEN2011 2012 2013

54 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Grafik 3.3

NPLs Per Sektor Ekonomi

3.2.3 Kredit UMKM1

Share kredit UMKM terhadap total kredit di Sulawesi Selatan sebesar 30,08%, atau berada

diatas kewajiaban yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 20%. Apabila dilihat

pangsa kredit/pembiayaan MKM per sektor ekonomi pada posisi Juni 2013 sebagian besar

masih didominasi oleh sektor perdagangan 62,24%, diikuti oleh sektor jasa dunia usaha,

sektor konstruksi, industri pengolahan dan sektor pengangkutan yang masing-masing

memiliki proprosi sebesar 7,95%, 6,33%, 6,09% dan 5,97% (grafik 3.6). Penyaluran

kredit/pembiayaan MKM secara tahunan pada triwulan laporan juga menunjukkan

peningkatan pertumbuhan dari 16,18% (yoy) triwulan sebelumnya menjadi menjadi tumbuh

sebesar 20,83% (yoy) (tabel 3.7). Beberapa sektor mengalami perlambatan pertumbuhan

yaitu pada sektor pertanian, sektor pertambangan, sekotr industri pengolahan, sektor jasa

dunia usaha dan sektor lain-lain (konsumsi). Peningkatan pertumbuhan triwulan laporan oleh

pertumbuhan dari beberapa sektor yaitu sektor listrik-gas-air, sektor perdagangan, sektor

pengangkutan dan sektor jasa sosial masyarakat.

Grafik 3.4

Pangsa Kredit/pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi

1Berdasarkan segmentasi skala usaha debitur, kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah tercatat sebesar 29,06% dari total kredit/pembiayaan Bank Umum di Sulawesi Selatan

0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14%

Pertanian

Pertambangan

Industri Pengolahan

Listrik, Gas, Air

Konstruksi

Pengangkutan

Perdagangan

Jasa Dunia Usaha

Jasa Sosial Masyarakat

Lain-lainTw I-13

Tw II-13

Pertanian5%

Pertambangan

1%

Industri Pengolahan

6%Listrik, Gas, Air

0%

Konstruksi7%

Perdagangan62%

Pengangkutan6%

Jasa Dunia Usaha

8%

Jasa Sosial

Masyarakat5%

Lain-lain0%

55 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Tabel 3.7.

Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum (yoy)

3.3. Perbankan Syariah2

Total aset Perbankan Syariah pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 40,12% menjadi Rp5,1

triliun, mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan I-2013 yang tumbuh

sebesar 42,22% (tabel 3.8). Perlambatan pertumbuhan aset perbankan pada periode laporan

didorong oleh menurunnya pertumbuhan aset bank pemerintah dan swasta nasional,

masing-masing 55,66% dan 39,40% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 29,62% dan

42,80% (yoy) pada triwulan laporan.

Kinerja perbankan Syariah Sulsel pada triwulan II-2013 menunjukkan sedikit penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama dari pertumbuhan aset dan DPK. Meski

demikian, salah satu indikator mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu pembiayaan (tabel

3.8.). Finance to Deposit Ratio (FDR) sangat tinggi sebesar 241,23% menunjukkan masih

belum berimbangnya penghimpunan DPK dibandingkan pembiayaan. Minat masyarakat

untuk mengambil pembiayaan dari perbankan syariah juga terus meningkat, dengan tingkat

pertumbuhan pembiayaan yang disalurkan selalu di atas 30%. Peningkatan tersebut, diikuti

kualitas pembiayaan yang tetap terjaga pada level yang aman, tercermin dari Non Performing

Financing sebesar 1,56% pada triwulan laporan.

Tabel 3.8.

Perkembangan Bank Umum Syariah

2 Terdapat 12 Bank Syariah yang terdiri dari 6 (enam) Bank Umum Syariah dan 6 (enam) Unit Usaha Syariah.

I II III IV I II I II III IV I II

Kredit 20.31% 21.81% 7.04% 8.63% 16.18% 20.83% 18,011 19,189 17,890 19,538 20,925 23,185

Pertanian 107.65% 77.64% 67.75% 44.86% 63.63% 61.35% 719 924 1,027 998 1,177 1,160

Pertambangan 52.95% 22.63% -4.24% 24.76% 49.08% 8.07% 160 211 159 218 239 228

Industri Pengolahan 16.95% 33.66% 19.62% 23.09% 31.88% 26.79% 971 1,114 1,016 1,192 1,281 1,412

Listrik, Gas, Air 124.04% 45.70% 3.70% 13.70% -8.22% 21.48% 65 41 72 74 60 50

Konstruksi 10.02% 21.59% -21.38% -20.21% -7.21% -0.45% 1,328 1,474 1,108 1,126 1,232 1,467

Perdagangan 16.28% 21.45% 15.96% 16.23% 29.05% 39.30% 9,270 10,359 10,055 10,937 11,962 14,431

Pengangkutan 139.49% 44.67% 7.43% 10.18% 27.21% 45.06% 1,001 954 882 1,078 1,273 1,384

Jasa Dunia Usaha 37.13% 40.50% 24.98% 24.78% 33.85% 22.34% 1,237 1,506 1,458 1,521 1,656 1,843

Jasa Sosial Masyarakat -12.48% -12.35% -25.24% -20.97% -11.24% 3.31% 1,295 1,157 1,036 1,056 1,149 1,196

Lain-lain 16.90% 2.99% -31.08% -22.86% -54.38% -98.99% 1,965 1,448 1,076 1,336 896 15

2013

Pertumbuhan (y.o.y)

2013

Nominal (Rp. Milyar)

2012 2012KOMPONEN

I II III IV I II I II III IV I II

1. DPK 26.15% 27.13% 30.20% 24.48% 35.47% 30.47% 1,581 1,639 1,821 2,068 2,142 2,138

a. Giro 21.52% 30.96% 22.40% 36.99% 29.72% 15.70% 197 201 202 299 256 232

b. Tabungan 39.11% 41.33% 30.33% 29.21% 28.00% 20.98% 758 805 846 986 970 974

c. Deposito 14.60% 11.82% 32.27% 15.16% 46.34% 47.22% 626 633 773 784 916 932

2. Pembiayaan 38.61% 31.44% 34.15% 40.75% 33.02% 47.73% 3,268 3,491 3,859 4,348 4,348 5,158

3. FDR (%) 206.70% 213.05% 206.70% 213.05% 221.03% 241.23%

4. NPFs Gross (%) 1.53% 1.60% 1.53% 1.60% 1.53% 1.56%

2013

Nominal (Rp. Milyar)

2012 2012KOMPONEN 2013

Pertumbuhan (y.o.y)

56 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

3.4. Bank Perkreditan Rakyat

Perkembangan BPR pada triwulan ini cukup baik. Fungsi intermediasi BPR sedikit menurun

dari triwulan sebelumnya. Dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga, BPR/S mengalami

peningkatan pertumbuhan dari 27,16% (yoy) pada triwulan I-2013 menjadi 34,47% (yoy)

pada triwulan laporan. Di sisi lain, kredit/pembiayaan yang berhasil disalurkan oleh BPR/S

tumbuh 37,51% (yoy), mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 44,48% (grafik 3.6). Sementara dari sisi total aset perbankan kelompok

BPR/S mengalami perlambatan pertumbuhan menjadi sebesar 11,5% (yoy), dibandingkan

triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 15,3% (yoy) atau menjadi sebesar Rp1,05 triliun (grafik

3.5).

Grafik 3.5

Perkembangan Aset BPR/S

Grafik 3.6

Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S

B. Sistem Pembayaran

3.5. Perkembangan Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow)

Pada triwulan II-2013, perkembangan aliran uang kartal di Sulsel menunjukkan net inflow

yang lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Selisih bersih antara aliran uang masuk

ke Bank Indonesia (inflow) lebih besar dari aliran uang keluar dari Bank Indonesia (outflow)

sebesar Rp2,35 triliun. Pada triwulan II-2013, aliran uang masuk (inflow) tercatat sebesar

Rp3,24 triliun atau menurun dibandingkan triwulan I-2013 yang sebesar Rp4,41 triliun (grafik

3.9). Di sisi lain, aliran uang keluar (outflow) dari Bank Indonesia mencatat peningkatan yang

cukup besar dari Rp1,72 triliun menjadi Rp2,89 triliun (grafik 3.10). Sebagai kantor wilayah

untuk Sulawesi, Maluku Dan Papua, kebutuhan uang tunai masih cukup besar. Namun

dibandingkan penggunaan alat pembayaran non-tunai, porsi outflow pada triwulan ini hanya

4,73% dari total penggunaan alat pembayaran tunai dan non tunai. Porsi outflow pada

triwulan lalu relatif lebih kecil yaitu 4,27%. Peningkatan outflow pada triwulan laporan

disebabkan meningkatnya kebutuhan uang tunai pada saat liburan anak sekolah dan

meningkatnya pengeluaran masyarakat menjelang bulan Ramadhan.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013Rp

Mil

ya

r

Aset

y.o.y

Smb : LB-BPR/S

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

180%

200%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Mily

ar R

p

DPK Kredit LDR Smb : LB-BPR/S

57 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Grafik 3.7

Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow)

Grafik 3.8

Aliran Uang Kartal Keluar (Outflow)

Grafik 3.9

Selisih Aliran Uang Kartal Masuk-Keluar (Net Inflow)

3.6. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

Jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan meningkat. Dalam rangka penerapan

kebijakan clean money policy, Bank Indonesia secara berkala melakukan kegiatan penukaran

uang dan kas keliling yang menjangkau seluruh daerah di Sulsel. Selain itu juga dilakukan

kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) dengan terlebih dahulu melakukan

Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Kegiatan PTTB pada triwulan laporan tercatat

sebesar Rp0,50 triliun, meningkat apabila dibandingkan PTTB pada triwulan I-2013 yang

sebesar Rp0,35 triliun (grafik 3.12). Sementara rasio PTTB terhadap inflow pada triwulan

laporan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 7,9% pada triwulan I-

2013 menjadi 15,5%.

Grafik 3.10

Pemberian Tanda Tingkat Berharga dan Inflow

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Inflow

Y.O.Y

Trili

un R

p

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

400%

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Outflow

Y.O.Y

Trili

un R

p

-1.00

-0.50

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Net Flow

Triliu

n Rp

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

4.5

5.0

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

PT

TB

/ I

nfl

ow

Infl

ow

& P

TT

B (

Tri

liu

n R

p)

Inflow

PTTB

PTTB/Inflow

58 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

3.7. Perkembangan Temuan Uang Palsu

Pecahan besar mendominasi peredaran uang palsu. Pecahan uang palsu yang paling banyak

ditemukan pada triwulan II-2013 adalah Rp50.000,00 (58,92%) diikuti Rp100.000,00

(38,50%), Rp20.000,00 (1,88%), Rp5.000,00 (0,47%) dan Rp10.000,00 (0,23%) : (grafik

3.13). Dalam rangka mengantisipasi peredaran uang palsu, secara berkala Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Wilayah I Sulampua melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang

rupiah hingga ke pelosok daerah.

Grafik 3.11 Temuan Uang Palsu

3.8. Perkembangan Transaksi RTGS dan Kliring

3.8.1. Perkembangan RTGS

Transaksi non tunai melalui sarana RTGS tetap tinggi dan mampu memenuhi kebutuhan

perekonomian. Secara total, nilai transaksi BI-RTGS Sulsel hingga akhir triwulan II-2013

sebesar Rp54,9 triliun atau melambat sebesar 0,5% (yoy), atau meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar Rp 48,5 triliun (grafik 3.14). Transaksi BI-RTGS dalam periode

laporan masih didominasi oleh aliran dana yang masuk (incoming) ke perbankan Sulawesi

Selatan dengan nilai sebesar Rp37,1 triliun, lebih tinggi dibandingkan aliran yang keluar

(outgoing) dari perbankan Sulsel yang tercatat sebesar Rp17,8 triliun. Pertumbuhan aliran

dana yang masuk (incoming) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 10,8%

(yoy) terkontraksi sebesar 3,9% (yoy), (grafik 3.15). Kondisi yang sama terjadi pada

pertumbuhan aliran dana yang keluar via RTGS (outgoing) pada triwulan laporan yang

mengalami penurunan apabila dibandingkan triwulan I-2013, yaitu dari 18,5% menurun

menjadi 11,3% (yoy), (grafik 3.16).

100,000 38.50%50,000

58.92%

20,000 1.88%

10,000 0.23%

5,000 0.47%

2,000 0.00%

1,000 0.00%

59 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Grafik 3.12

Transaksi RTGS Incoming

Grafik 3.13

Transaksi RTGS Outgoing

Grafik 3.14

Transaksi RTGS Total Transaksi

3.8.2 Perkembangan Kliring

Transaksi non-tunai melalui sarana kliring, pertumbuhannya lebih tinggi daripada triwulan

sebelumnya. Pertumbuhan nilai kliring pada triwulan II-2013 menunjukkan kondisi yang

sedikit berbeda dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari tumbuh 5,61% (yoy) dari

sebelumnya tumbuh 5,51% (yoy). Demikian pula jumlah pengiriman yang melalui sarana ini.

Banyaknya hari operasional pada triwulan laporan dibandingkan periode sebelumnya

ditengarai mempengaruhi aktivitas pertumbuhan tersebut. Namun dilihat dari sisi rata-rata

harian, nilai perputaran kliring pada triwulan laporan relatif lebih rendah. Rata-rata harian

nilai nominal perputaran kliring pada triwulan II-2013 tercatat sebesar Rp149 miliar,

mengalami penurunan apabila dibandingkan triwulan I-2013 yang sebesar Rp153 miliar.

Sementara dari jumlah lembar, rasio rata-rata harian warkat mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 2,34% menjadi 2,45% (tabel 3.9). Namun

terdapat hal yang perlu diwaspadai terkait rasio rata-rata harian penolakan warkat (Cek/BG)

kosong, meningkat dari sebesar 2,37% pada triwulan I-2013 menjadi sebesar 2,60% pada

triwulan laporan.

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Incoming Y.O.Y

Trili

un R

p

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

-

5

10

15

20

25

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Outgoing

Y.O.Y

Trili

un R

p

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

50%

-

10

20

30

40

50

60

70

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Total

Y.O.Y

Trili

un

Rp

60 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Tabel 3.9. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

Total Perputaran Kliring

- Nominal (triliun rupiah) 8.2 8.0 8.6 9.5 8.7 8.9 8.9 9.5 9.2 9.4

- Lembar (ribuan) 265.0 270.6 202.2 294.0 244.0 245.0 246.1 245.1 247.6 250.8

Rata-rata Harian Perputaran Kliring

- Nominal (triliun rupiah) 0.128 0.135 0.130 0.148 0.138 0.144 0.110 0.151 0.153 0.149

- Lembar (ribuan) 4.14 4.44 3.06 4.59 3.87 3.95 3.30 3.89 4.13 3.98

Nisbah Rata-rata Penolakan Cek/ BG Kosong

- Nominal (%) 2.40 2.05 2.46 2.10 4.18 0.12 2.05 2.16 2.37 2.60

- Lembar (%) 2.10 2.24 3.28 2.08 2.58 0.11 2.03 2.45 2.34 2.45

Sumber : Bank Indonesia

2013 URAIAN

20122011

61 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Bab 4

Perkembangan Keuangan Daerah

Kinerja keuangan daerah hingga triwulan II-2013, yang terpantau dari realisasi

pendapatan maupun belanja, relatif belum optimal. Dari sisi pendapatan, target

pendapatan daerah belum dapat dicapai sesuai persentase kenaikan yang ditetapkan.

Walaupun dari sisi nilai nominalnya, relatif lebih tinggi dari 2012. Realisasi pendapatan

daerah yang belum optimal tersebut relatif searah dengan perlambatan pertumbuhan

ekonomi Sulsel pada triwulan laporan. Sementara dari sisi belanja, realisasi belanja daerah

hingga triwulan II-2013 jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Realisasi belanja daerah hingga paruh tahun 2013 baru mencapai sekitar

seperempat dari anggaran 2013. Belanja rutin maupun belanja infrastruktur, secara nominal

dan persentase, penyerapannya masih jauh lebih rendah dari kinerja 2012. Penyerapan

belanja modal ini perlu dioptimalkan sehingga lebih berperan dalam mengakselerasi laju

pertumbuhan investasi 2013.

4.1 Pendapatan Daerah

Realisasi nilai pendapatan daerah belum mencapai target kenaikan yang ditetapkan

untuk tahun 20131. Realisasi anggaran pendapatan daerah sampai dengan triwulan II-2013

tercatat sebesar Rp2,35 triliun atau 46,85% dari total target pendapatan sebesar Rp 5,02

triliun. Apabila dengan asumsi kenaikan sebesar 10%, maka realisasi pendapatan seharusnya

mencapai sekitar Rp2,45 triliun dengan persentase sebesar 48,68%. Namun demikian,

pencapaian realisasi pendapatan tersebut sudah mengalami peningkatan 5,85%

dibandingkan realisasi pendapatan pada triwulan II-2012 yang tercatat sebesar Rp2,22 triliun.

Persentase semua komponen pendapatan lebih rendah daripada tahun sebelumnya.

Hingga triwulan II-2013, realisasi komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai sebesar

Rp1,13 triliun atau baru mencapai 43,76% dari yang ditargetkan. Meskipun nilainya naik

dibanding triwulan II-2012 (Rp 1,06 triliun), namun secara persentase realisasi tahun

sebelumnya masih lebih tinggi (45,25%). Lebih rendahnya PAD didorong oleh realisasi

pendapatan retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Target

retribusi daerah justru lebih rendah, padahal telah disahkan dua peraturan daerah tentang

retribusi jasa umum2 dan perda tentang retribusi jasa tertentu3, yang mulai efektif berlaku

Januari 2012. Sementara itu, sedikit lebih rendahnya persentase realisasi Dana Perimbangan

pada triwulan II-2013 (53,69%) dibanding realisasi periode yang sama tahun sebelumnya

1 Pemerintah Provinsi Sulsel menetapkan target kenaikan pendapatan daerah sebesar 10% (http://www.sulsel.go.id/content/pemprov-sulsel-target-pad-naik-10-persen) 2 PP No.9 Tahun 2011 tanggal 30 Desember 2011

3 PP No.10 Tahun 2011 tanggal 30 Desember 2011

62 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

(54,19%) lebih terkait porsi dalam komponen Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak.

Komponen tersebut pada triwulan II-2013 mencapai Rp127,66 miliar (42,04%), hanya

terpaut Rp4,63 miliar dari tahun sebelumnya. Sementara persentase realisasi subkomponen

Dana Alokasi Umum (DAU) yang sebesar Rp635,7 miliar (58,33%) dan Dana Alokasi Khusus

(DAK) yang sebesar 19,28 miliar (30%), relatif sama dengan tahun sebelumnya. Demikian

pula realisasi pendapatan dari komponen Lain-lain Pendapatan yang Sah, sampai dengan

triwulan II-2013 baru mencapai Rp437,85 triliun (44,81%), lebih rendah dibanding tahun

sebelumnya (Rp442,76 miliar atau 47,67%).

Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan akan relatif

stabil dengan kecenderungan bias kebawah. Sulawesi Selatan tahun 2013 diprakirakan

akan tumbuh sekitar 7,30% - 8,30% dalam kisaran yang sama sebagaimana pertumbuhan

tahun 2012 (8,37%). Dengan asumsi tingkat pertumbuhan yang tinggi tersebut dapat

tercapai, bisa menjadi acuan untuk lebih mengoptimalkan hasil pendapatan daerah.

Tabel 4.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Triwulan II-2013

4.2 Belanja Daerah dan Transfer

Penyerapan belanja APBD triwulan II-2013 lebih rendah, baik secara persentase

maupun nilainya dibanding periode yang sama tahun 2012. Realisasi anggaran belanja

daerah sampai dengan triwulan II-2013 masih relatif kecil yaitu sebesar Rp1,36 triliun atau

28,33% dari target tahun anggaran yang ditetapkan sebesar Rp4,80 triliun. Realisasi

Nominal % REALISASI Nominal % REALISASI

1. PENDAPATAN

1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 2,348.70 1,062.71 45.25% 2,587.85 1,132.40 43.76%

- Pendapatan Pajak Daerah 2,102.45 907.77 43.18% 2,333.13 1,032.80 44.27%

- Pendapatan Retribusi Daerah 123.88 50.25 40.56% 65.41 28.21 43.12%

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 64.99 65.16 100.26% 66.79 0.67 1.00%

- Lain-lain PAD yang Sah 57.38 39.54 68.90% 122.52 70.72 57.72%

1.2. DANA PERIMBANGAN 1,323.87 717.41 54.19% 1,457.68 782.64 53.69%

- Dana Bagi Hasil Pjk dan Bukan Pjk 284.16 123.03 43.30% 303.64 127.66 42.04%

- DAU 996.94 581.55 58.33% 1,089.77 635.70 58.33%

- DAK 42.77 12.83 30.00% 64.26 19.28 30.00%

Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya - - - - - -

1.3. Lain-lain Pendapatan yang Sah 928.80 442.76 47.67% 977.04 437.85 44.81%

JUMLAH PENDAPATAN 4,601.37 2,222.88 48.31% 5,022.57 2,352.89 46.85%

2. BELANJA

2.1. BELANJA OPERASI 3,599.42 1,394.08 38.73% 3,862.55 1,305.04 33.79%

- Belanja Pegawai 899.78 397.19 44.14% 969.07 357.56 36.90%

- Belanja Barang 861.16 319.09 37.05% 969.95 229.70 23.68%

- Belanja Bunga 0.05 - 0.00% 46.25 7.50 16.22%

- Belanja Hibah 1,285.93 456.21 35.48% 1,224.98 552.06 45.07%

- Belanja Bantuan Sosial 2.00 - 0.00% 2.00 - -

- Belanja Bantuan Keuangan 550.49 221.59 40.25% 650.30 158.22 24.33%

2.2. BELANJA MODAL 376.22 71.88 19.11% 923.79 52.99 5.74%

2.3. BELANJA TIDAK TERDUGA 15.00 0.40 2.67% 15.00 2.05 13.67%

JUMLAH BELANJA 3,990.64 1,466.36 36.74% 4,801.34 1,360.07 28.33%

TRANSFER 784.59 172.79 22.02% 843.05 316.12 37.50%

- Bagi Hasil Pajak Ke Prov/Kab/Kota 784.59 172.79 22.02% 843.05 316.12 37.50%

- Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota - - - - - -

- Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota - - - - - -

TOTAL BELANJA 4,775.23 1,639.15 34.33% 5,644.40 1,676.19 29.70%

SURPLUS / (DEFISIT) 610.73 756.52 123.87% (621.83) 676.70 -108.82%

3. PEMBIAYAAN

3.1. PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH (391.63) 212.53 -54.27% 623.46 - 0.00%

3.2. PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH - - - 1.63 1.00 -

JUMLAH PEMBIAYAAN (391.63) 212.53 -54.27% 621.83 (1.00) -0.16%#DIV/0! #DIV/0!

Sumber : Biro Keuangan Sulsel (Data Belanja) & Dinas Pendapatan Daerah (Data Pendapatan)

Ket : Angka Sementara (APBD Provinsi Sulawesi Selatan)

NO. U R A I A N

(Milyar Rupiah)

ANGGARAN

2012Realisasi s/d TRIWULAN II-2012 ANGGARAN

2013

63 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

anggaran belanja APBD tersebut lebih rendah bila dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya yaitu sebesar Rp1,47 triliun atau turun Rp0,11 triliun. Padahal, pengesahan

APBD 2013 relatif sama dibandingkan pengesahan APBD 20124. Diperkirakan, akselerasi

realisasi belanja daerah akan terjadi pada akhir triwulan III-2013 dan diperkirakan berlanjut

hingga akhir tahun.

Belanja operasional yang bersifat rutin terealisasi lebih rendah. Dari total pos Belanja

Operasional yang terelalisasi Rp1,31 triliun (33,79%), penyerapan terbesar terjadi pada

Belanja Hibah yaitu sebesar 45,07% dan terkecil adalah Belanja Bunga (16,22%). Sementara

untuk belanja rutin, yang terdiri dari belanja pegawai dan belanja barang justru mengalami

penurunan. Realisasi Belanja Pegawai pada triwulan II-2013 sebesar Rp357,56 miliar

(36,90%), padahal pada periode yang sama penyerapan dapat sebesar Rp397,19 miliar

(44,14%). Diprakirakan hal ini terkait dengan jumlah PNS yang pensiun tahun 2013 yang

mencapai 120 ribu orang. Demikian pula untuk belanja barang hanya terserap 23,68%

(Rp229 miliar) terpaut jauh dari tahun 2012 yang mencapai Rp319,09 miliar (37,05%).

Sementara belanja yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur, yaitu Belanja

Modal, terserap lebih rendah daripada belanja rutin. Realisasi pos Belanja Modal relatif

masih kecil yaitu sebesar Rp52,99 miliar (5,74%) terutama untuk belanja peralatan dan

mesin, serta belanja jalan, irigasi, dan jaringan. Penyerapan yang rendah tentunya

memberikan dampak yang kurang baik, karena investasi pemerintah biasanya difokuskan

pada pembangunan infrastruktur yang mendukung akses kegiatan ekonomi masyarakat,

namun kurang diminati swasta. Diharapkan penyerapan belanja modal dapat berperan dalam

pertumbuhan investasi Sulsel pada tahun 2013, sehingga dapat tumbuh dalam kisaran tahun

2012 yang mencapai 20,14% (yoy). Dengan telah usainya proses pemilihan umum dan

pelantikan kepala daerah Sulsel pada bulan triwulan I-2013, diharapkan kendala tertundanya

proses administrasi belanja pemerintah daerah dapat teratasi.

Transfer yang merupakan bentuk hubungan vertikal dengan kabupaten/kota,

terealisasi lebih tinggi daripada triwulan II tahun 2012. Bagi hasil pajak ke

provinsi/kabupaten/kota pada periode laporan tercatat mencapai realisasi sebesar 37,50%

atau sebesar Rp317 miliar, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya

mencapai Rp173 miliar (22,02%)

Anggaran 2013 yang diperkirakan defisit, hingga triwulan II-2013 masih mengalami

surplus. Berdasarkan perbandingan antara realisasi belanja dan pendapatan daerah tersebut,

pada triwulan II-2013 terjadi surplus (selisih lebih) anggaran sebesar Rp676 miliar. Surplus

dimaksud relatif lebih kecil dibandingkan surplus pada periode yang sama tahun sebelumnya

yang hanya sebesar Rp756 miliar.

4 APBD 2013 ditetapkan tanggal 31 Desember 2012, sementara APBD 2012 ditetapkan tanggal 30 Desember 2011.

64 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

65 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Bab 5

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat relatif tertahan pada triwulan II-2013. Meskipun

berlangsung panen padi pada periode triwulan ini, namun nilai tukar petani (NTP) tetap

tumbuh relatif rendah. Pertumbuhan rata-rata NTP Sulsel selama triwulan II-2013 hanya

meningkat 0,22% (yoy), semakin rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan

sebelumnya (0,51%; yoy). Salah satu pendorongnya adalah perkembangan harga yang

diterima oleh petani lebih rendah dibandingkan harga yang harus dibayar petani. Keadaan

tersebut terus berlangsung sejak triwulan II 2012. Penurunan jumlah kemiskinan juga

semakin mengecil. Pada Maret 2013 penurunan kemiskinan sejumlah 18,24 ribu orang,

sementara pada September 2012 mencapai 19,89 ribu orang.

Di sisi lain, tingkat ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan diperkirakan sedikit

meningkat. Survei yang dilakukan Bank Indonesia tersebut, sesuai dengan tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Selatan (Sulsel) tercatat mengalami penurunan dari

6,5% pada Februari 2012 menjadi 5,8% pada Februari 2013 atau menurun sebesar 0,7%.

Namun demikian, penyerapan tenaga kerja tidak sepadan dengan tingginya angka

pertumbuhan ekonomi. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada

Februari 2013 mengalami penurunan menjadi sebesar 63,6% dibandingkan periode yang

sama tahun 2012 (64,6%).

5.1 Nilai Tukar Petani1

Indikator kesejahteraan sektor unggulan (pertanian) relatif belum membaik tercermin dari

melambatnya pertumbuhan Nilai Tukar Petani (NTP). Nilai pertumbuhan NTP Sulsel pada

triwulan II-2013 meningkat menjadi sebesar 0,22% (yoy), lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya (0,56%; yoy) (Grafik 5.1). Perkembangan NTP

tersebut sejalan dengan pertumbuhan sektor pertanian, yang terkontraksi sebesar 0,9%(yoy)

dibanding triwulan sebelumnya (1,2%; yoy). NTP Subsektor Padi dan Palawija justru turun -

1,07% (yoy) dibandingkan NTP subsektor lainnya, yaitu Subsektor Hortikultura (1,46%),

Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (1,89%), Subsektor Peternakan (0,61%) dan

Subsektor Perikanan (0,04%).

1 NTP merupakan keseimbangan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan yang dibayarkan petani (Ib).

66 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Beban petani semakin besar dengan lebih tingginya porsi biaya pengeluaran dibandingkan

pnedapatan yang diterima. Perkembangan harga yang diterima petani relatif tertahan, pasca

koreksi ke bawah harga komoditas hortikultura dan masuknya panen raya beras pada

triwulan II 2013. Pertumbuhan Indeks yang Diterima Petani menunjukan perlambatan dari

sebesar 4,41% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 4,17% pada triwulan

laporan (Grafik 5.2). Di sisi lain, kenaikan harga BBM bersubsidi ikut menaikkan tingkat harga

yang harus dibayarkan oleh petani. Indeks yang Dibayar Petani menunjukkan pertumbuhan

yang sedikit meningkat, meskipun tetap lebih rendah dibandingkan peningkatan Indeks yang

Diterima Petani. Indeks Dibayar Petani tumbuh dari 3,87% (yoy) pada triwulan I-2013

menjadi 3,94% pada triwulan laporan (Grafik 5.3).

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.1 Perkembangan Rata-rata

Nilai Tukar Petani

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.2 Perkembangan Rata-rata

Indeks Yang Diterima Petani

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.3 Perkembangan Rata-rata

Indeks Yang Dibayar Petani

5.2 Jumlah Penduduk Miskin

Penurunan jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan pada Maret 2013 lebih rendah

dibanding September 2012. Jumlah penduduk miskin di Sulsel mengalami penurunan

menjadi 787,66 ribu pada Maret 2013, dari 805,9 ribu per September 2012, atau menurun

sebesar 2,26% (yoy). Persentase tersebut lebih rendah daripada pencapaian sebelumnya

90,36% (yoy), karena terjadi pergeseran penduduk miskin dari desa ke kota (urbanisasi).

Penurunan jumlah penduduk miskin hanya terjadi di pedesaan yang turun 4,85%, menjadi

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

100

102

104

106

108

110

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

NTP y.o.y

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

120

125

130

135

140

145

150

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Indeks Yang Diterima Petani y.o.y

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

120

125

130

135

140

145

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

Indeks Yang Dibayar Petani

y.o.y

67 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

639,7 ribu orang pada Maret 2013, dari 672,3 ribu orang pada September 2012. Jumlah

penduduk miskin pedesaan tersebut tercatat cukup besar yaitu sebesar 7,75% dari total

penduduk Sulsel.

Kondisi yang berbeda justru terjadi di perkotaan. Terjadi peningkatan jumlah penduduk

miskin di perkotaan yang tercatat naik sebesar 10,78%, dari 133,6 ribu orang menjadi 148

ribu orang. Jumlah penduduk miskin perkotaan tersebut relatif kecil yaitu sekitar 1,79% dari

total penduduk Sulsel. Peningkatan penduduk miskin perkotaan tersebut perlu mendapatkan

perhatian lebih lanjut terkait dengan permasalahan sosial termasuk di dalamnya

pengendalian urbanisasi. Diperlukan upaya yang terpadu melalui pengembangan

kewirausahaan di pedesaan dengan pengembangan komoditas unggulan daerah untuk

memperluas lapangan kerja di pedesaan. Hal tersebut selain dapat mengurangi

pengangguran dan kemiskinan di pedesaan juga diharapkan dapat meningkatkan minat

masyarakat untuk tetap bekerja di desa. Upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi

tingkat urbanisasi dan selanjutnya mengurangi beban sosial perkotaan.

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.4 Jumlah Penduduk Miskin Sulsel

Sumber : BPS, diolah

Grafik 5.5 Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-Sulampua per Maret 2013

Persentase jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan relatif cukup rendah, jika

dibandingkan dengan provinsi lain se-Sulampua. Jumlah penduduk miskin Sulawesi Selatan

berada pada urutan ketiga terendah (9,54%) setelah Provinsi Sulawesi Utara (7,88%) dan

Maluku Utara (7,50%). Urutan Provinsi Sulawesi Utara dan Maluku Utara tersebut juga tidak

mengalami perubahan dibandingkan kondisi pada Maret 2012. Sedangkan persentase

jumlah penduduk miskin tertinggi di Sulampua tercatat sebesar 30,66% masih terdapat di

Provinsi Papua.

5.3 Ketenagakerjaan

Ketersediaan lapangan kerja meningkat diiiringi dengan kenaikan penghasilan. Hasil Survei

Konsumen Bank Indonesia untuk ketersediaan lapangan kerja, menunjukkan rata-rata

pertumbuhan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini (IKLK) pada triwulan laporan

meningkat sebesar 15,88% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -

13,02% (Grafik 5.6), yang sejalan dengan meningkatnya jumlah angkatan kerja di Sulawesi

Selatan pada Februari 2013. Indeks Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 bulan lalu (IPD6) juga

152.8 150.8 129.2 133.6 148.0

930.3 880.9 696.6 672.3 639.7

10.29%10.27%

10.11%

9.82%

9.54%

9.0%

9.2%

9.4%

9.6%

9.8%

10.0%

10.2%

10.4%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Mar-11 Sep-11 Mar-12 Sep-12 Mar-13

ribu orang

Desa Kota % Total Penduduk Miskin - kanan

7.88

14.67

9.54

12.83

17.51

12.30

19.49

7.50

26.67

31.13

0

5

10

15

20

25

30

35

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gor Sulbar Maluku Malut Irjabar Papua

Desa Kota % Total Penddk Miskin - kanan

68 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Pergerakan pertumbuhan

IPD6 meningkat sebesar 9,16% dibandingkan triwulan sebelumnya yang turun sebesar -

4,52% (Grafik 5.7).

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.6 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Saat Ini

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.7 Indeks Penghasilan Saat Ini

Jumlah pengangguran mengalami penurunan. Jumlah pengangguran turun dari 235.245

orang per Februari 2012 menjadi 211.064 orang per Februari 2013. Jika jumlah

pengangguran tersebut dibandingkan dengan angkatan kerja, persentasenya menunjukkan

bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) turun dari 6,5% pada Februari 2012 menjadi

5,8% pada Februari 2013 atau turun sebesar o,7%. Turunnya TPT Sulawesi Selatan tersebut

mengindikasikan bahwa perkembangan perekonomian Sulsel masih cukup baik dalam

menciptakan lapangan kerja sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran.

Dalam hal penyerapan tenaga kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurun.

TPAK turun dari 64,6% pada Februari 2012 menjadi 63,6% pada Februari 2013. Penurunan

TPAK ini disebabkan oleh kenaikan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 0,95%,

dari sebesar 5,64 juta orang per Februari 2012 menjadi 5.69 juta orang per Februari 2013

(Tabel 5.1). Sementara jumlah angkatan kerja yang bekerja meningkat dari periode yang

sama tahun sebelumnya. Jumlah angkatan kerja yang bekerja sejumlah 3,408 juta orang,

lebih tinggi daripada periode sebelumnya sejumlah 3,407 juta orang.

Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 + Menurut Kegiatan Utama

Dari sisi lapangan pekerjaan utama, terjadi penurunan jumlah tenaga kerja pada sektor

industri, pertanian, dan sektor lainnya. Penurunan jumlah tenaga kerja yang terbesar terjadi

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

yoy

Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini Pertumbuhan - kanan

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013

yoy

Penghasilan saat ini Pertumbuhan - kanan

69 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

di sektor industri dari 237,57 ribu orang pada Februari 2012 menjadi 226,92 ribu orang pada

Februari 2013 atau menurun sebesar 4,48% Penurunan jumlah tenaga kerja yang terbesar

kedua terjadi pada sektor pertanian yang mengalami penurunan 3,98%, dari 1,47 juta orang

pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 1,41 juta orang pada periode laporan.

Sementara di sektor lainnya yang didalamnya termasuk sektor listrik/gas/air, pertambangan,

bangunan, angkutan dan lembaga keuangan, turun tipis 0,1% menjadi 457,95 ribu orang.

Di lain pihak, sektor jasa dan sektor perdagangan mengalami peningkatan jumlah tenaga

kerja. Sektor jasa mengalami peningkatan sebesar 7,53% menjadi 626,67 ribu orang di

bulan Februari 2013. Sedangkan jumlah tenaga kerja di sektor perdagangan meningkat

meningkat sebesar 4,17% atau menjadi sekitar 686,65 ribu orang (Tabel 5.2). Secara

keseluruhan Badan Pusat Statistik mencatat jumlah pekerja formal (buruh/karyawan)

meningkat 6,82% menjadi 1,06 juta orang hingga periode Februari 2013.

Tabel 5.2. Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Sumber : BPS, diolah

70 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

71 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Bab 6

Prospek Perekonomian

Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan III-2013 diprakirakan akan mengalami

akselerasi dan tumbuh lebih tinggi dari periode sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Sulsel

juga diprakirakan berada di atas angka pertumbuhan ekonomi nasional. Di sisi permintaan,

kegiatan investasi dan konsumsi diproyeksikan dapat tumbuh positif dan lebih baik dari

triwulan sebelumnya. Di periode mendatang, kinerja ekspor diprakirakan akan melemah

apabila perkembangan harga komoditas internasional masih belum membaik sehingga

terjadi negatif net-ekspor. Sementara itu, di sisi penawaran, semua sektor ekonomi

diprakirakan akan tumbuh positif. Sektor-sektor utama diharapkan dapat tumbuh pada level

yang cukup tinggi, terutama Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran serta Sektor Industri

Pengolahan. Kinerja Sektor Pertanian pun diprakirakan akan mampu tumbuh positif tapi

pada level yang masih rendah. Demikian pula untuk Sektor Pertambangan, laju

pertumbuhannya akan dipengaruhi perkembangan harga internasional, yang menjadi salah

satu motivasi geliat produksi pertambangan yang terutama untuk diekspor.

Laju inflasi diprakirakan akan meningkat dan tumbuh relatif lebih tinggi dibandingkan

triwulan II-2013. Faktor utama pendorong inflasi adalah naiknya harga BBM bersubsidi pada

akhir periode triwulan laporan. Kenaikan harga BBM bersubsidi, selain meningkatkan inflasi

administered prices, juga akan mempengaruhi komponen inflasi yang lain, terutama inflasi

volatile foods. Penahan laju inflasi antara lain adalah kenaikan cukai rokok yang tidak

signifikan, harga emas perhiasan yang cenderung menurun, serta kelancaran distribusi

pangan apabila tidak ada cuaca yang sangat ekstrim di triwulan mendatang.

Kemudian, kinerja perbankan Sulsel pada triwulan III-2013 diprakirakan mampu tumbuh

positif dan relatif moderat dibandingkan triwulan II-2013. Intermediasi perbankan

diprakirakan masih akan tinggi dengan rasio LDR di atas 100% yang menandakan lebih

besarnya penyaluran kredit dibandingkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK). Namun

demikian, rasio LDR diproyeksikan akan mengalami sedikit perlambatan, pasca kenaikan BI

rate. Peningkatan BI rate diprakirakan cenderung akan diikuti oleh kenaikan suku bunga

simpanan maupun pinjaman di triwulan III-2013, sehingga membuat penghimpunan DPK

tumbuh lebih kuat dibandingkan penyaluran kredit.

Secara keseluruhan tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Sulsel diprakirakan lebih rendah

daripada pertumbuhan Sulsel 2012 (8,37%; yoy), namun tetap lebih tinggi dari pada

pertumbuhan nasional yang berada pada kisaran 5,80% - 6,20% (yoy). Perkembangan global

belum menunjukkan indikasi membaik, yang akan memengaruhi secara tidak langsung harga

komoditas internasional. Dampak rentetannya, dikhawatirkan akan berimplikasi kepada

perekonomian Sulsel, melalui jalur perdagangan (ekspor) dan investasi langsung. Untuk itu

diperlukan upaya untuk memperkuat ekonomi domestik, antara lain melalui insentif fiskal

72 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

daerah, dengan realisasi belanja APBD, kebijakan yang mendukung kegiatan investasi swasta,

maupun pembangunan infrastruktur. Sementara dari sisi inflasi, inflasi keseluruhan tahun

2013 akan berada di atas batas atas target inflasi, seiring kenaikan harga bahan bakar

minyak bersubsidi, yang secara langsung meningkatkan tarif transportasi, serta diikuti

dengan kenaikan harga barang dan jasa lainnya.

Grafik 6.1.

Perkembangan PDRB Sulsel (y.o.y) dan Proyeksinya

6.1. Outlook Kondisi Makroekonomi Regional

Perkembangan global maupun domestik turut berimplikasi kepada perekonomian

Sulsel. Sulsel pada triwulan III-2013 masih akan meningkat pada kisaran 6,95% - 7,95%

(yoy). Daya beli akan tertahan oleh kenaikan harga BBM bersubsidi yang diikuti harga barang

dan jasa lainnya. Perkembangan harga internasional pun belum mampu meningkatkan geliat

kegiatan ekspor maupun Sektor Pertambangan. Di sisi lain, Sektor Industri Pengolahan juga

masih belum pasti akan keoptimalan bekerjanya. Sehingga untuk keseluruhan tahun 2013,

Sulsel diprakirakan akan tumbuh 7,30% - 8,30% (yoy), lebih rendah dari tahun 2012

(8,37%; yoy). Untuk itu, perlu upaya untuk tetap mempertahankan faktor pendorong yang

masih kuat, yaitu investasi, dengan insentif fiskal daerah yang turut menjamin ketersediaan

infrastruktur yang mendukung kelancaran arus barang dan jasa ke dan dari Sulsel.

6.1.1. Sisi Permintaan

Pada triwulan III-2013, perekonomian Sulsel diproyeksikan tumbuh positif dan

meningkat dibandingkan triwulan II-2013. Membaiknya kondisi perekonomian Sulsel

terutama akan didukung oleh kegiatan investasi yang diprakirakan akan tumbuh cukup

tinggi. Komponen konsumsi juga diproyeksikan masih akan bertumbuh dan berkontribusi

bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulsel secara keseluruhan. Sementara itu, tekanan

untuk pertumbuhan datang dari sisi perdagangan eksternal (ekspor dan impor) yang

diprakirakan akan melemah dengan risiko mengalami kontraksi pada triwulan III-2013.

5.81%

6.95%6.41%

7.95%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3p

2010 2011* 2012** 2013***

y.o.y Sulsel (aksis kiri)

y.o.y Nas (aksis kanan)

Sumber : BPS, diolah

73 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Melemahnya perdagangan eksternal sejalan dengan arah pertumbuhan ekonomi global yang

diprakirakan melambat dan masih diliputi ketidakpastian yang tinggi. Ekonomi Eropa masih

dalam periode kontraksi. Ekonomi Amerika Serikat juga diproyeksikan masih melambat meski

mampu tumbuh positif. Kondisi Cina juga sedikit melambat yang terindikasi dari hasil

kegiatan produksi yang diprakirakan terbatas.

Komponen investasi Sulsel diprakirakan akan mengalami peningkatan dan tumbuh

lebih tinggi pada triwulan III-2013. Optimisme pertumbuhan ini didukung oleh

keberlanjutan proyek-proyek yang bersifat multiyears yang akan berkontribusi bagi

pertumbuhan investasi Sulsel. Sampai dengan akhir periode triwulan I-2013, megaproyek

pembangunan flyover di simpang lima Jalan Perintis Kemerdekaan-Bandara Internasional

Sultan Hasanuddin masih berada dalam tahap perancangan atau detail engineering design

(DED) dan pada triwulan II-2013 telah memasuki tahap pembebasan lahan. Jika pembebasan

lahan berjalan tanpa hambatan, pembangunan fisik diharapkan sudah bisa dimulai pada

periode berikutnya. Proyek pembangunan packing plant serta power plant pendukung

kegiatan operasional juga dijalankan oleh produsen semen di Sulsel dengan total nilai

investasi sebesar Rp640 miliar. Proyek pembangunan pembangkit listrik di Kabupaten

Jeneponto serta pembangunan LNG di Kabupaten Wajo juga menjadi salah satu sumber

pertumbuhan investasi pada tahun 2013. Belum lagi beberapa proyek pembangunan hotel

baru yang mana jumlah hotel baru yang akan beroperasi hingga akhir 2013 adalah sebanyak

15 hotel (sebagian besar merupakan kelas bintang 3 dan 4). Ke depannya lagi, investasi

Sulsel memiliki prospek yang baik dengan beberapa proyek pembangunan smelter di

Jeneponto, Bantaeng, dan Maros. Meningkatnya aktivitas investasi sejalan dengan masih

tingginya tingkat optimisme masyarakat terutama pelaku usaha. Hasil Survei Konsumen BI

menunjukkan ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan 6 bulan yang

akan datang tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (Grafik 6.2).

Grafik 6.2.

Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan y.a.d

Grafik 6.3.

Vol. Impor Luar NegeriIntermediate Goods

Kinerja komponen konsumsi diprakirakan masih dapat tumbuh dengan baik pada

triwulan III-2013. Jatuhnya masa puasa dan Hari Raya Idul Fitri pada awal triwulan III-2013

menjadi faktor positif dalam mendorong tingkat konsumsi, terutama konsumsi rumah

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2010 2011 2012 2013

Indeks ketersediaan lapangan kerja 6 bln yg akan dtgy.o.y

Smb : Survei Konsumen KBI Mks

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*

2010 2011 2012 2013

Juta

Kg

Intermediate Goods y.o.y

* SementaraSmb : Cognos - BI

74 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

tangga. Di samping itu, adanya liburan sekolah yang diikuti dengan dimulainya tahun ajaran

baru juga akan menjadi penopang pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Konsumsi

pemerintah juga dinilai dapat bertumbuh lebih baik di triwulan III-2013 seiring dengan masih

rendahnya realisasi belanja APBD sampai triwulan II-2013. Pemda diprakirakan akan mulai

meningkatkan realisasi sejak triwulan III-2013. Hal ini didukung dengan pemberian gaji ke 13

bagi PNS, TNI/Polri, dan pensiunan yang dilakukan pada Juli 2013. Selain itu, realisasi belanja

APBD 2013 akan didukung juga oleh proyek pembangunan pembangkit listrik mikro hydro di

dua kabupaten, yaitu di Kabupaten Luwu dan Kabupaten Toraja Utara. Pemerintah Provinsi

(Pemprov) Sulsel mengalokasikan dana sebesar Rp2,8 miliar untuk proyek ini.

Grafik 6.4

Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen

Grafik 6.5

Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi 6 Bulan Yang Akan Datang

Grafik 6.6

Perkembangan Indeks Ekspektasi Penghasilan

6 Bulan Yang Akan Datang

Ekspektasi konsumen menjadi lebih baik untuk triwulan ke depan. Pertumbuhan

konsumsi didukung oleh hasil Survei Konsumen BI. Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) pada

triwulan III-2013 masih diatas 100 dan tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Angka

indeks tersebut merupakan gabungan dari ekspektasi masyarakat akan kondisi

perekonomian, ekspektasi penghasilan, dan ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan

datang (Grafik 6.4 s.d. 6.6), yang menunjukkan tingkat optimisme lebih tinggi dibandingkan

periode sebelumnya. Namun demikian, terdapat potensi penahan laju pertumbuhan

konsumsi yaitu tingkat inflasi yang relatif tinggi pada triwulan selanjutnya karena dampak

kenaikan harga BBM serta second round effect-nya.

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2010 2011 2012 2013

Indeks Ekspektasi Konsumen

y.o.y

Smb : Survei Konsumen KBI Mks

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2010 2011 2012 2013

Kondisi ekonomi 6 bln yg akan datang y.o.y

Smb : Survei Konsumen KBI Mks

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

115

120

125

130

135

140

145

150

155

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2010 2011 2012 2013

Indeks ekspektasi penghasilan 6 bln yg akan dtgy.o.y

Smb : Survei Konsumen KBI Mks

75 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Selanjutnya, kinerja perdagangan eksternal (ekspor-impor) diprakirakan akan

melemah dengan risiko terkontraksi dan mengalami negatif ekspor netto.

Melemahnya pertumbuhan net ekspor-impor sejalan dengan kondisi perekonomian global,

terutama negara-negara tujuan ekspor Sulsel, yang belum optimal dan bahkan melambat

pada tahun 2013 sesuai update prospek perkembangan ekonomi dunia oleh IMF dan World

Bank (Tabel 6.1). Kondisi perekonomian dunia diproyeksikan membaik pada tahun 2014.

Adapun negara-negara tujuan ekspor utama Sulsel antara lain adalah Jepang, Malaysia,

Amerika Serikat, Cina, Singapura, dan Vietnam.

Kondisi tersebut masih dibayangi pula dengan harga internasional beberapa komoditas

perdagangan yang saat ini terpantau berbalik arah ke level di bawah harga akhir tahun

2012-nya setelah sempat menguat di awal tahun 2013. Harga internasional nikel

diekspektasikan turun sebesar 15,00% (yoy) pada tahun 2013. Harga komoditas pertanian

secara keseluruhan juga diproyeksikan turun sebesar 5,90% (yoy) di tahun 2013 ini. Harga

kakao juga diproyeksikan akan mengalami penurunan dengan persentase yang sama.

Penurunan harga kakao diatribusikan dengan melemahnya permintaan di kawasan Eropa

yang merupakan konsumen utama kakao untuk pengolahan cokelat.1

Tabel 6.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara

%

World Bank

Juni 2013

WEO (IMF)

Juli 2013

2012 2013p 2014p 2012 2013p 2014p

Amerika Serikat 2,2 2,0 2,8 2,2 1,7 2,7

Kawasan Eropa -0,5 -0,6 0,9 -0,6 -0,6 0,9

Kawasan Asia

Cina 7,8 7,7 8,0 7,8 7,8 7,7

Jepang 2,0 1,4 1,4 1,9 2,0 1,2

Kawasan ASEAN* 6,1 5,6 5,7

Malaysia 5,6 5,1 5,1

Vietnam 5,2 5,3 5,4

*) Terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam

Sementara itu, perdagangan dalam negeri (antarpulau) masih baik. Kondisi cuaca yang dinilai

masih mendukung kegiatan transportasi antarpulau pada triwulan III-2013, diperkirakan

masih akan tumbuh baik. Hal ini didukung oleh kondisi cuaca yang normal serta curah hujan

yang berada pada tingkat rendah hingga menengah di Sulsel untuk periode Agustus dan

September 2013 (Grafik 6.7). Prospek kinerja perdagangan antarpulau Sulsel juga

diprakirakan semakin membaik ke depan dengan mulai beroperasinya lintas penyeberangan

Pelabuhan Paciran (Jawa Timur) - Pelabuhan Garongkong di Kabupaten Barru yang

diresmikan tanggal 29 April 2013. Kapasitas dan produktivitas pelabuhan di Makassar juga

akan ditingkatkan dengan pengembangan Makassar New Port sebagai pelabuhan hub

internasional untuk wilayah timur.

1 The World Bank. Global Economic Prospects: Commodity Markets Outlook. Volume 2. July 2013.

76 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Agustus 2013

September 2013

Grafik 6.7. Prakiraan Curah Hujan Sulawesi Selatan

6.1.2 Sisi Penawaran

Pada triwulan III-2013, ekonomi Sulsel diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi

dibanding triwulan sebelumnya yaitu pada kisaran 6,95% - 7,95% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi Sulsel tersebut masih akan tetap berada di atas level pertumbuhan

ekonomi nasional. Seluruh sektor ekonomi diproyeksikan tumbuh pada arah yang positif di

triwulan III-2013. Apabila sektor unggulan daerah mampu bertumbuh sesuai dengan

targetnya maka ekonomi Sulsel dapat mendukung target perkiraan pertumbuhan ekonomi

nasional pada tahun 2013 yang dikoreksi kisarannya menjadi 5,80% - 6,20% (yoy), lebih

rendah dari perkiraan sebelumnya yaitu 6,20% - 6,60% (yoy).

Produktivitas lahan Sektor Pertanian, terutama Subsektor Tabama, diprakirakan akan

sedikit meningkat dan mendukung pertumbuhan di level moderat pada triwulan III-2013.

Setelah terkontraksi pada triwulan sebelumnya, Sektor Pertanian diharapkan dapat tumbuh

positif pada triwulan mendatang. Panen padi masih akan terjadi karena ada pergeseran

musim panen di beberapa daerah yang tadinya diharapkan terjadi di triwulan II-2013 menjadi

triwulan III-2013. Hal ini sejalan dengan target prognosa pengadaan beras di Sulselbar oleh

Bulog yang meningkat dan tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (Grafik 6.8).

Target realisasi beras pada pada triwulan III-2013 adalah 193.446 ton. Namun demikian,

curah hujan yang cukup tinggi di awal Juli 2013 mengancam produksi padi karena gagal

panen bisa terjadi. Apalagi, kinerja Subsektor Perkebunan dan Subsektor Perikanan

diproyeksikan belum dapat tumbuh dengan optimal pada triwulan III-2013 karena lanjutan

masalah hama kakao yang terjadi sejak triwulan II-2013 serta cuaca di awal Juli 2013 yang

belum kondusif bagi para nelayan. Kondisi cuaca akan membaik pada periode Agustus

September 2013.

77 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Meskipun aktivitas MICE mulai berkurang pada bulan Ramadhan, Sektor Perdagangan,

Hotel & Restoran (PHR) diprakirakan akan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi

pada triwulan III-2013. Liburan sekolah serta pergantian tahun ajaran di awal bulan Juli 2013

akan berkontribusi pada pertumbuhan sektor ini. Selain itu, persiapan dan perayaan Lebaran

juga akan mendorong konsumsi masyarakat dan mendorong pertumbuhan Subsektor

Perdagangan. Hal tersebut masih ditambah upaya Pemda dan Pemprov untuk meningkatkan

realisasi belanja APBD sehingga meningkatkan konsumsi pemerintah. Sementara itu,

Subsektor Hotel dan Subsektor Restoran juga masih akan bertumbuh pada arah yang positif

pada periode satu triwulan yang akan datang.

Grafik 6.8. Target Pengadaan Beras Triwulan III-2013

Grafik 6.9. Perkembangan Harga Internasional Nikel

Mengingat bahwa volume impor intermediate goods dan bahan baku beberapa komoditas

meningkat cukup tinggi pada triwulan sebelumnya, Sektor Industri Pengolahan

diprakirakan akan tetap tumbuh dengan baik pada triwulan mendatang. Seiring perayaan

Lebaran pada awal Agustus 2013, produsen ditengarai melakukan persiapan bahan baku

produksi sejak triwulan II-2013 untuk mengantisipasi naiknya permintaan beberapa

komoditas bahan makanan seperti tepung terigu dan gula pasir serta tekstil atau pakaian jadi

pada triwulan III-2013. Di samping itu, mengikuti arah pertumbuhan investasi, produksi

semen masih akan meningkat dan mendukung pertumbuhan tahunan sektor ini. Apalagi,

salah satu produsen semen besar di Sulsel telah meningkatkan kapasitas produksi semennya

di tahun 2013. Namun demikian, industri pengolahan komoditas tambang masih perlu

dicermati terus perkembangannya.

Selanjutnya, Sektor Pertambangan diprakirakan akan mengalami pertumbuhan pada level

moderat dengan potensi mengalami akselerasi apabila tidak terjadi gangguan pada kegiatan

operasional produsen. Ekspor komoditas tambang yaitu nikel masih akan menjadi kontributor

utama bagi ekspor Sulsel. Kecenderungan penurunan harga internasional komoditas nikel

(Grafik 6.9) memang diduga menurunkan insentif kegiatan produksi namun tidak akan

menghambat upaya produsen nikel terbesar di Sulsel untuk menaikkan target produksinya

demi peningkatan profitabilitas. Hal ini didukung dengan adanya penurunan komponen

biaya produksi yaitu biaya listrik. Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan kepada produsen

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2012 2013

$/m

t

Sumber : World Bank Commodity Price Data

78 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

dimaksud, target produksi tahun 2013 adalah 79.000 ton/tahun yang mana capaian

normalnya adalah 73.500 ton/tahun.

6.2. Outlook Inflasi

Dibandingkan dengan triwulan II-2013, laju inflasi diprakirakan akan meningkat dan

lebih tinggi pada triwulan III-2013. Inflasi yang tinggi pada triwulan mendatang

merupakan dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi per 22 Juni 2013. Secara nasional,

menurut perkiraan BI, dampak kenaikan harga BBM ini bersifat temporer sekitar tiga bulan

dengan puncaknya pada Juli 2013, mulai menurun pada Agustus 2013, dan kembali pada

pola normal di September 2013.

Naiknya harga BBM bersubsidi menyebabkan kenaikan harga komoditas yang lain sehingga

inflasi administered prices akan terekam pada level yang relatif tinggi. Peningkatan harga

BBM untuk premium adalah sebesar 44% sedangkan untuk solar sebesar 22%. Dengan

naiknya bahan bakar, tarif transportasi pun mengalami penyesuaian. Pada akhir Juni 2013,

diberlakukan tarif baru taksi dengan kenaikan 17% - 20% dan tarif baru angkutan umum

dengan kenaikan pada kisaran 30%. Hal ini masih ditambah dengan penyesuaian harga LPG

dan TDL yang juga akan memberi pengaruh pada kenaikan inflasi inti secara moderat,

khususnya komoditas manufaktur. Tekanan inflasi juga tetap datang dari komponen volatile

foods. Selain akibat second round effect kenaikan harga BBM bersubsidi, komoditas volatile

foods juga dihadapkan dengan masalah cuaca pada awal Juli 2013 serta berakhirnya masa

panen beberapa komoditas pangan. Harga juga diprakirakan akan naik seiring daya beli

masyarakat yang meningkat pada saat menjelang dan perayaan Lebaran dengan adanya

pembayaran gaji ke-13 PNS dan pemberian THR.

Fakto lain yang dapat menahan laju inflasi agar tidak terakselerasi melebihi target kisaran

adalah kondisi cuaca. Meski terjadi cuaca yang kurang kondusif di awal Juli 2013, selama

tidak terjadi anomali dan cuaca yang ekstrim maka distribusi barang dan pasokan bahan

pangan antardaerah maupun antarpulau diperkirakan akan tetap lancar. Komponen inflasi

inti diperkirakan masih akan tertahan oleh menurunnya harga emas internasional yang

berpengaruh terhadap harga emas perhiasan di pasar lokal. Selain itu, rata-rata kenaikan

cukai rokok pada 2013 (5,00% - 7,00%) masih relatif lebih rendah dari 2012 (12,00%)

sehingga tidak akan menambah tekanan inflasi pada komponen administered prices.

79 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

Peningkatan tekanan inflasi sejalan dengan hasil Survei Konsumen BI. Indeks

ekspektasi terhadap harga-harga untuk 3 bulan yang akan datang menunjukkan

peningkatan yaitu dari 188,33 menjadi 196,83 (Grafik 6.11). Hal ini menunjukkan bahwa

responden memiliki persepsi yang kuat akan adanya kenaikan harga. Indeks Tendensi

Konsumen (ITK) dari BPS juga menunjukkan pergerakan yang sama (Grafik 6.13). Pada

triwulan II-2013, ITK merangkak naik dari 105,46 menjadi 108,07 dan diperkirakan akan

kembali naik pada triwulan III-2013 menjadi 111,88. Hal ini berarti konsumen berpendapat

bahwa kondisi perekonomiannya akan lebih baik dibanding triwulan sebelumnya dan

terdapat potensi kenaikan inflasi akibat optimisme perilaku konsumsi masyarakat tersebut.

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor di atas, inflasi Sulsel pada triwulan III-2013

diprakirakan akan berada pada kisaran 7,25% - 7,75% (yoy). Perkiraan ini naik dari laju

inflasi di triwulan laporan yang tercatat sebesar 4,36% (yoy). Faktor utama penyebab inflasi

adalah kenaikan harga BBM bersubsidi serta penyesuaian harga komoditas yang lain sebagai

efek lanjutan naiknya harga bahan bakar. Efek tersebut akan mereda karena diprakirakan

pola inflasi akan kembali normal mulai September 2013. Oleh sebab itu, pada akhir tahun

2013, akselerasi inflasi tidak akan signifikan dan jatuh pada rentang 7,15% - 7,65% (yoy),

sedikit lebih rendah dari perkiraan inflasi nasional (7,20% - 7,80%; yoy).

Grafik 6.10.

Perkembangan Laju Inflasi Sulsel (y.o.y) dan Proyeksinya

Grafik 6.11.

Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d

Grafik 6.12.

Indeks Ekspektasi Konsumen

Grafik 6.13

Indeks Tendensi Konsumen

4.36

5.90 7.25

7.75

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*

y.o.y - Ss

y.o.y - Nas

% Sumber : BPS diolah%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2010 2011 2012 2013

Indeks perubahan harga umum 3 bulan yad

growth

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2010 2011 2012 2013

Indeks Ekspektasi Konsumen

y.o.y

Smb : Survei Konsumen KBI Mks

112.31

114.57113.46

111.24

107.01

109.72

112.84

109.04

105.46

108.07

111.88

100.00

102.00

104.00

106.00

108.00

110.00

112.00

114.00

116.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*

2011 2012 2013

Indeks Tendensi Konsumen Sulsel

80 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

6.3. Prospek Perbankan

Kinerja perbankan di Sulsel diprakirakan masih tetap tumbuh dengan baik pada

triwulan III-2013. Terkait intermediasi perbankan, sejalan dengan kebijakan BI dalam

menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) ke level 6,50% per 11 Juli 2013. Kegiatan

penghimpunan dana diprakirakan akan menguat pada triwulan mendatang apalagi fasilitas

suku bunga simpanan BI juga ikut dinaikkan menjadi 4,75%. Penyaluran kredit dinilai tidak

akan mengalami pelemahan mengingat kegiatan investasi dan konsumsi yang diproyeksikan

masih bertumbuh dengan baik pada triwulan III-2013. BI juga tidak menaikkan fasilitas suku

bunga pinjaman (6,75%) untuk menjaga pertumbuhan kredit di masyarakat. Dengan

demikian, LDR (Loan to Deposit Ratio) diproyeksikan akan tetap berada di atas 100% namun

dengan kecenderungan sedikit melambat karena penguatan pada sisi DPK.

Dilihat dari beberapa rasio kinerja perbankan yang lain, perbankan Sulsel dinilai masih dapat

bertumbuh positif secara tahunan. Kondisi permodalan yang tercermin dari rasio kecukupan

modal, CAR (Capital Adequacy Ratio), akan tetap berada pada tingkat yang cukup tinggi.

Dari sisi kualitas alokasi kredit, rasio kredit bermasalah atau NPL (Non-performing Loans)

gross, masih akan terekam di bawah nilai batas yang ditetapkan BI sebesar 5%. Kondisi

likuiditas yang cukup serta kualitas penyaluran kredit yang baik tersebut diharapkan dapat

menopang pertumbuhan profitabilitas perbankan Sulsel. Ke depan, faktor risiko yang harus

diperhatikan oleh perbankan Sulsel adalah rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan

Operasional atau BOPO. Perbankan ditengarai masih kesulitan dalam menekan rasio BOPO ke

tingkat yang lebih efisien karena adanya hambatan geografis. Penambahan jaringan kantor

perlu diimbangi dengan penambahan karyawan agar dapat menjangkau daerah-daerah

terpencil yang mana hal tersebut memerlukan dana yang cukup besar. Alokasi dana untuk

infrastruktur cabang dan kesetaraan kualitas sumber daya manusia (SDM) cukup besar

sehingga diperlukan peningkatan efisiensi maupun efektivitas proses kerja.

81 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

LAMPIRAN

1. Data Ekonomi Makro

Tabel 1.a

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar)

Tabel 1.b Produk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan

Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar)

2. Data Inflasi Tabel 2.a

Laju Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kelompok Pengeluaran (2007 = 100)

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

1. Pertanian 3,596.89 3,925.83 3,989.63 3,224.99 3,787.44 4,095.16 4,321.09 3,290.50 3,831.15 4,058.55

2. Pertambangan & Penggalian 978.85 1,091.31 1,078.03 1,004.47 876.40 1,118.55 1,094.58 1,162.04 1,030.59 1,125.49

3. Industri Pengolahan 1,699.96 1,827.00 1,924.40 1,943.10 1,947.76 1,990.28 2,032.91 2,112.53 2,142.81 2,223.09

4. Listrik,Gas & Air Bersih 128.62 139.26 148.10 159.43 156.95 158.68 164.00 167.89 169.21 173.24

5. Bangunan 753.08 804.58 833.38 859.78 840.51 887.24 924.19 986.76 943.04 1,004.91

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 2,279.30 2,397.06 2,479.63 2,475.87 2,496.33 2,602.01 2,723.49 2,783.81 2,797.41 2,877.88

7. Angkutan & Komunikasi 1,202.50 1,239.11 1,309.05 1,428.61 1,436.01 1,459.05 1,501.93 1,552.64 1,544.21 1,622.86

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1,027.54 1,041.79 1,061.38 1,166.61 1,129.11 1,239.99 1,271.64 1,338.39 1,323.37 1,413.61

9. Jasa - jasa 1,439.82 1,467.59 1,477.10 1,495.06 1,478.17 1,514.35 1,521.81 1,544.44 1,493.88 1,531.05

PDRB 13,106.57 13,933.54 14,300.71 13,757.92 14,148.68 15,065.32 15,555.63 14,939.00 15,275.68 16,030.68

Sumber : BPS

* Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara, *** Angka Sangat Sangat Sementara

SEKTORAL2011* 2012** 2013***

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

Konsumsi 8,947.30 9,110.02 9,335.18 9,578.56 9,586.08 9,767.16 13,766.03 10,141.99 10,136.18 10,335.80

Investasi 2,919.48 3,375.03 4,194.36 3,676.45 3,877.08 4,805.35 6,344.28 3,443.51 4,313.01 4,663.53

Ekspor 5,876.61 6,040.24 5,486.24 5,247.97 4,954.75 5,152.60 5,508.76 5,978.47 5,421.55 5,859.27

Dikurangi Impor 4,636.82 4,591.75 4,715.07 4,745.07 4,269.24 4,659.80 4,554.68 4,624.97 4,595.06 4,827.93

PDRB 13,106.57 13,933.54 14,300.71 13,757.92 14,148.68 15,065.32 15,555.63 14,939.00 15,275.68 16,030.68

Sumber : BPS

* Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara, *** Angka Sangat Sangat Sementara

PENGGUNAAN2011* 2012** 2013***

KELOMPOK

PENGELUARAN April Mei Juni April Mei Juni m.t.m y.t.d y.o.y

Umum 133.34 132.65 133.44 138.85 138.48 139.26 0.6% 2.3% 4.4%

Bahan Makanan 158.09 154.55 156.50 167.64 166.58 166.24 -0.2% 22.1% 24.6%

Makanan Jadi, Mnman, Rkk & Tembakau 139.42 139.60 140.33 146.64 146.79 146.83 0.0% 7.9% 10.0%

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 128.52 128.68 129.03 132.64 133.31 133.67 0.3% -1.8% 0.2%

Sandang 148.31 148.53 150.10 157.40 153.45 154.02 0.4% 13.1% 15.4%

Kesehatan 130.12 130.49 130.61 132.92 132.97 133.21 0.2% -2.2% -0.2%

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 120.33 120.47 120.60 124.59 124.62 124.61 0.0% -8.5% -6.6%

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 105.80 105.81 105.92 106.59 106.59 110.11 3.3% -19.1% -17.5%

Sumber : BPS

GrowthIHK (2012) IHK (2013)

82 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

3. Data Perbankan

Tabel 3.a.

Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit

Bank Umum (Rp Miliar)

Tabel 3.b. Penghimpunan Dana

Bank Umum (Rp Miliar)

Tabel 3.c. Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan

Bank Umum (Rp Miliar)

1 28,625.67 31,563.21 110.26%

2 29,520.99 32,919.44 111.51%

3 29,450.83 33,872.77 115.01%

4 33,601.07 36,430.30 108.42%

1 29,843.83 37,041.42 124.12%

2 32,401.02 39,883.76 123.09%

3 33,596.66 41,120.47 122.39%

4 37,298.83 43,025.20 115.35%

1 37,461.05 46,519.87 124.18%

2 39,159.37 50,084.59 127.90%

3 41,077.42 53,400.54 130.00%

4 45,722.22 56,978.79 124.62%

1 46,090.40 58,754.53 127.48%

2 48,467.59 63,265.48 130.53%

3 50,927.51 65,411.85 128.44%

4 54,278.13 69,955.59 128.88%

1 52,147.16 86,014.00 164.94%

2 53,299.02 77,082.60 144.62%

2009

THN TRW LDRDPK KREDIT

2012

2013

2011

2010

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

Giro 6,516 6,715 6,835 6,607 7,893 7,764 8,287 7,948 7,759 8,086

Tabungan 19,648 20,907 21,923 26,430 24,970 27,186 28,523 31,428 29,206 29,942

Deposito 11,298 11,537 12,319 12,685 13,228 13,518 14,117 14,902 15,182 15,271

TOTAL 37,461 39,159 41,077 45,722 46,090 48,468 50,928 54,278 52,147 53,299

GROWTH 24.14% 19.56% 20.96% 22.62% 23.04% 23.77% 23.98% 18.71% 13.14% 9.97%

JENIS

PENGGUNAAN

2011 2012 2013

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

Modal Kerja 17,246.85 18,799.07 20,119.73 22,031.87 22,499.56 25,045.18 24,655.59 28,250.36 28,671.33 27,483.57

Investasi 9,147.97 10,027.45 10,683.02 11,324.36 11,727.69 12,255.65 12,634.93 11,911.15 28,671.33 17,401.56

Konsumsi 20,125.05 21,258.07 22,597.79 23,622.56 24,527.27 25,964.65 28,121.33 29,794.08 28,671.33 32,197.47

TOTAL 46,519.87 50,084.59 53,400.54 56,978.79 58,754.53 63,265.48 65,411.85 69,955.59 86,014.00 77,082.60

GROWTH 25.59% 25.58% 29.86% 39.42% 26.30% 26.32% 22.49% 22.77% 22.58% 21.84%

JENIS

PENGGUNAAN

2011 2012 2013

Sumber: LBU Cognos diolah, Bank Indonesia

Sumber: LBU Cognos diolah, Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

83 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013

4. Data Sistem Pembayaran

Tabel 4.a. Aliran Uang Kartal di Depo KBI Makassar (Rp Triliun)

Tabel 4.b. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) (Rp Triliun)

Tabel 4.c. Transaksi Non Tunai via RTGS (Rp Triliun)

Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow1 2.23 0.24 2.00 -4.3% -60.0% 14.7% 2.2% -84.2% 196.7%2 0.87 0.86 0.01 -20.7% -52.7% 100.8% -61.2% 259.6% -99.7%3 0.91 0.78 0.13 -36.8% -58.5% 129.0% 4.5% -9.6% 2028.9%4 1.65 0.70 0.95 -24.8% -53.8% 40.6% 81.8% -10.0% 639.8%1 1.84 0.28 1.56 -17.4% 17.5% -21.6% 12.1% -59.8% 65.4%2 0.61 1.26 (0.65) -30.0% 45.9% 10904.5% -67.1% 346.6% -141.5%3 1.29 1.53 (0.24) 42.4% 96.2% 285.2% 112.6% 21.5% -63.5%4 1.20 1.35 (0.15) -26.9% 93.0% 115.6% -6.7% -11.5% -37.6%1 2.33 1.25 1.08 26.3% 344.8% -30.9% 93.7% -7.4% -830.9%2 2.10 1.91 0.19 246.34% 52.18% 129.29% -9.87% 52.80% -82.41%3 3.71 3.25 0.46 187.85% 113.03% 294.34% 76.67% 70.16% 142.11%4 2.45 2.56 (0.11) 103.73% 89.58% 25.56% -33.96% -21.23% -123.91%1 3.87 1.86 2.01 66.1% 48.8% 86.1% 58.0% -27.3% -1927.3%2 2.75 3.17 (0.42) 30.95% 65.97% 321.05% -28.94% 70.43% -120.90%3 3.93 3.57 0.36 5.93% 9.85% -21.74% 42.91% 12.62% -185.71%4 3.20 3.21 (0.01) 30.61% 25.39% 90.91% -18.58% -10.08% -102.78%1 4.41 1.72 2.70 60.4% -45.9% -741.7% 78.2% -52.0% -345.0%2 3.24 2.89 0.35 17.67% -8.99% 183.57% -26.62% 67.73% -86.98%

2013

2009

2012

Thn Trw

2011

2010

Y.O.YJUMLAH Q.T.Q

Inflow PTTB PTTB/Inflow Inflow PTTB PTTB/Inflow Inflow PTTB PTTB/Inflow

1 2.23 0.25 11.1% -4.3% -81.3% -80.4% 2.2% -39.2% -40.5%2 0.87 0.09 10.9% -20.7% -86.9% -83.5% -61.2% -62.1% -2.1%3 0.91 0.39 42.5% -36.8% -29.1% 12.2% 4.5% 309.3% 291.6%4 1.65 1.19 72.5% -24.8% 192.5% 288.8% 81.8% 209.8% 70.5%1 1.84 1.04 56.2% -17.4% 318.5% 407.0% 12.1% -13.0% -22.4%2 0.61 0.69 113.6% -30.0% 632.3% 946.1% -67.1% -33.6% 102.0%3 1.29 0.98 75.9% 42.4% 154.2% 78.5% 112.6% 42.1% -33.2%4 1.20 0.99 82.7% -26.9% -16.6% 14.1% -6.7% 1.6% 8.9%1 2.33 1.22 52.4% 26.3% 17.6% -6.9% 93.7% 22.7% -36.7%2 2.10 1.75 83.3% 246.3% 154.0% -26.7% -9.9% 43.4% 59.2%3 3.71 1.68 45.3% 187.8% 71.6% -40.4% 76.7% -4.0% -45.7%4 2.45 1.39 56.7% 103.7% 39.7% -31.4% -34.0% -17.3% 25.3%1 3.87 0.89 23.0% 66.1% -27.0% -56.1% 58.0% -36.0% -59.5%2 2.75 0.15 5.5% 31.0% -91.4% -93.5% -28.9% -83.1% -76.3%3 3.93 0.05 1.3% 5.9% -97.0% -97.2% 42.9% -66.7% -76.7%4 3.20 0.27 8.4% 30.6% -80.6% -85.1% -18.6% 440.0% 563.2%1 4.41 0.35 7.9% 14.0% -60.7% -65.5% 37.8% 29.6% -5.9%2 3.24 0.50 15.5% 17.7% 234.7% 184.4% -26.6% 43.4% 95.5%

2013

2010

2009

2012

2011

Y.O.Y Q.T.QThn Trw

JUMLAH

Incoming Outgoing Netto Incoming Outgoing Netto Incoming Outgoing Netto

1 17.8 11.9 5.9 0.0% 0.0% 0.0% -17.2% -20.8% -8.8%

2 22.4 12.6 9.8 21.4% 8.6% 43.0% 25.9% 5.6% 67.1%

3 24.5 11.7 12.7 30.9% -17.8% 188.5% 9.0% -6.9% 29.3%

4 28.5 13.7 14.8 32.3% -9.0% 128.7% 16.4% 16.8% 16.1%

1 22.0 10.9 11.1 23.5% -8.8% 88.7% -22.7% -20.5% -24.8%

2 26.1 12.2 13.9 16.1% -3.4% 41.0% 18.4% 11.9% 24.8%

3 33.9 13.1 47.0 38.6% 11.8% 269.2% 30.1% 7.6% 238.6%

4 34.6 16.1 50.7 21.5% 17.6% 243.0% 2.1% 22.9% 7.9%

1 30.5 12.4 18.1 38.6% 14.0% 62.8% -11.8% -23.0% -64.3%

2 38.6 16.0 22.6 48.2% 31.5% 62.8% 26.6% 29.0% 24.9%

3 35.6 15.9 19.7 5.0% 21.4% -58.1% -7.8% -0.6% -12.8%

4 41.5 20.7 20.8 19.9% 28.6% -59.0% 16.6% 30.2% 5.6%

1 33.8 14.7 19.1 10.8% 18.5% 5.5% -18.5% -29.0% -8.2%

2 37.1 17.8 19.3 -3.9% 11.3% -14.6% 9.8% 21.1% 1.0%

20

12

20

10

Y.O.Y

20

11

Q.T.QThn Trw

JUMLAH

20

13