kajian ekonomi regional provinsi sulawesi … · 2013-10-12 · iiikajian ekonomi regional sulawesi...
TRANSCRIPT
ii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
iii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Kata Pengantar
Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-undang, tujuan Bank Indonesia adalah
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank.
Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah
I-SULAMPUA di dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai
economic intelligence dan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran
tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia bertugas untuk melakukan pengumpulan data
dan informasi (antara lain melalui survei), dan melakukan pengkajian serta penelitian
mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala.
Sejak tahun 2002 , Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I-SULAMPUA telah
melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat
menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi
pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007
materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) disusun
dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut
adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah
dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus
sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh.
Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor
Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu,
hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah
antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pelaku dunia usaha dan kalangan
masyarakat Iainnya.
Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan
kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan
laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan
reliable. Selanjutnya, kami mengharapkan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di
masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini.
Makassar, Agustus 2013
Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Wilayah I - SULAMPUA
Mahmud
Direktur Eksekutif
iv Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
v Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ~ iii
DAFTAR ISI ~ v
DAFTAR GRAFIK ~ ix
DAFTAR TABEL ~ xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1
INDIKATOR EKONOMI KER Trw. IV-2012 ~5
BAB 1 PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 7
1.1. Sisi Permintaan ~ 8
1.1.1. Konsumsi ~ 9
1.1.2. Investasi ~ 10
1.1.3. Perdagangan Eksternal (Ekspor Impor) ~ 11
1.2. Sisi Penawaran (Produksi/Sektoral) ~ 14
1.2.1. Sektor Pertanian ~ 14
1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ~ 15
1.2.3. Sektor Industri Pengolahan ~ 16
1.2.4. Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 18
1.2.5. Sektor Konstruksi ~ 19
1.2.6. Sektor Perdagangan-Hotel-Restauran ~ 20
1.2.7. Sektor Angkutan-Komunikasi ~ 22
1.2.8. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 22
1.2.9. Sektor Jasa-jasa ~ 23
BOKS I DAMPAK PEREKONOMIAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN
SULAWESI SELATAN ~ 25
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ~ 29
2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa ~ 29
2.2. Inflasi Berdasarkan Kota ~ 40
2.3 Disagregasi Inflasi ~ 41
BOKS II KESIAPAN SULAWESI SELATAN MENGHADAPI RAMADHAN DAN IDUL FITRI ~ 43
vi Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
BOKS III AKSI TPID SULAWESI SELATAN MENEKAN EKSPEKTASI KENAIKAN HARGA PANGAN ~ 46
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 49
A. Perbankan~ 49
3.1. Kondisi Umum ~ 50
3.1.1. Perkembangan Kelembagaan ~ 50
3.1.2. Perkembangan Aset Perbankan ~ 50
3.2. Intermediasi Perbankan ~ 51
3.2.1. Perkembangan Dana Masyarakat ~ 51
3.2.2. Penyaluran Kredit ~ 51
3.2.3. Kredit UMKM ~ 54
3.3. Perbankan Syariah ~ 55
3.4. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat ~ 56
B. Sistem Pembayaran~ 56
3.5. Perkembangan Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ 56
3.6. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ 57
3.7. Perkembangan Temuan Uang Palsu~ 58
3.8. Perkembangan Transaksi Kliring dan RTGS ~ 58
3.8.1. Perkembangan RTGS ~ 58
3.8.2. Perkembangan Kliring ~ 59
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ 61
4.1. Pendapatan Daerah ~ 61
4.2. Belanja Daerah dan Transfer ~ 62
BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ~ 65
5.1. Nilai Tukar Petani ~ 65
5.2. Jumlah Penduduk Miskin ~ 66
5.3. Ketenagakerjaan ~ 67
BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN ~ 71
6.1. Outlook Kondisi Makroekonomi Regional ~ 72
6.1.1. Sisi Permintaan ~ 72
6.1.2. Sisi Penawaran ~ 76
6.2. Outlook Inflasi ~ 78
vii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
6.3. Prospek Perbankan ~ 79
LAMPIRAN ~ 81
viii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
ix Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Daftar Grafik
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB ~ 7 Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi ~ 10 Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Investasi ~ 11 Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor ~ 12 Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor ~ 13 Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian~ 15 Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian ~ 16 Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan ~ 18 Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 19 Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan ~ 20 Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel Restauran ~ 21 Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Sektor Angkutan-Komunikasi ~ 22 Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 23 Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa ~ 24 Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 30 Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sulawesi Selatan ~ 31 Grafik 2.3. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil
SPH di Makassar ~ 31 Grafik 2.4. Perkembangan Harga CPO Internasional ~ 32 Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sulawesi Selatan (%; qtq)
~ 32 Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau~ 33 Grafik 2.7. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi-
Rokok Hasil SPH di Makassar ~ 33 Grafik 2.8. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Sub Kel. Minuman ~ 34 Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau (%;
qtq) ~ 34 Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi Kel. Perumahan Listrik-Air-Bahan Bakar ~ 35 Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kel. Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bhn Bakar (%; yoy; qtq) ~ 35 Grafik 2.12. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Perlengkapan Rumah Tangga
Lainnya ~ 35 Grafik 2.13. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang ~ 36 Grafik 2.14. Perkembangan Harga Internasioanal: Komoditas Emas ~ 36 Grafik 2.15. Perkembangan Harga Emas Perhiasan Hasil SPH di Makassar ~ 36 Grafik 2.16. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Sulawesi Selatan (%; yoy; qtq)~
37 Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ~ 37 Grafik 2.18. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan (%; yoy; qtq) ~ 37 Grafik 2.19. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~38 Grafik 2.20. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga (%; yoy;
qtq) ~ 38 Grafik 2.21. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 39 Grafik 2.22. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan
Sulawesi Selatan (%; yoy; qtq) ~39 Grafik 2.23. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Suku Cadang & Aksesori ~ 39
x Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Grafik 2.24. Perkembangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulawesi Selatan ~ 40 Grafik 2.25. Sumbangan Inflasi Inti, Administered, dan Volatile ~ 41 Grafik 2.26. Pertumbuhan Inflasi Inti, Administered, dan Volatile ~ 41 Grafik 3.1. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan ~ 53 Grafik 3.2. Pangsa Kredit/Pembayaran Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 53 Grafik 3.3. NPLs Per Sektor Ekonomi Triwulan I-2013~ 54 Grafik 3.4. Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 55 Grafik 3.5. Perkembangan Aset BPR/S ~ 56 Grafik 3.6. Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S~ 56 Grafik 3.7. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow)~ 57 Grafik 3.8. Aliran Uang Kartal Keluar(Outflow)~ 57 Grafik 3.9. Selisih Aliran Uang Kartal Masuk-Keluar(Net Inflow)~ 57 Grafik 3.10. Pemberian Tanda Tidak berharga dan Inflow ~ 58 Grafik 3.11. Temuan Uang Palsu ~ 58 Grafik 3.12. Transaksi RTGS-Incoming ~ 59 Grafik 3.13. Transaksi RTGS-Outgoing~ 59 Grafik 3.14. Transaksi RTGS-Total Transaksi ~ 59 Grafik 5.1. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani ~ 66 Grafik 5.2. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani ~ 66 Grafik 5.3. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani ~ 66 Grafik 5.4. Jumlah Penduduk Miskin Sulsel ~ 67 Grafik 5.5. Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-Sulampua per September 2012 ~ 67 Grafik 5.6. Indeks ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 68 Grafik 5.7. Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Yang Lalu ~ 68 Grafik 6.1. Perkembangan PDRB Sulsel (yoy) dan Proyeksinya ~ 72 Grafik 6.2. Perkembangan Indeks Ketersediaan lapangan Pekerjaan 6 bulan y.a.d ~ 73 Grafik 6.3. Vol. Impor Luar Negeri Intermediate Goods ~ 73 Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 74 Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi 6 Bulan y.a.d ~ 74 Grafik 6.6. Perkembangan Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen 6 bulan y.a.d ~ 74 Grafik 6.7. Prakiraan Curah Hujan Sulawesi Selatan ~ 76 Grafik 6.8. Target Pengadaan Beras Triwulan III-2013 ~ 77 Grafik 6.9. Perkembangan Harga Internasional Nikel ~ 77 Grafik 6.10. Perkembangan Laju Inflasi Sulsel dan Proyeksinya ~ 79 Grafik 6.11. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 79 Grafik 6.12. Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 79 Grafik 6.13. Indeks Tendensi Konsumen ~ 79
xiii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Daftar Tabel
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Sisi Permintaan (yoy) ~ 8 Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Sisi Penawaran (yoy) ~ 14 Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy) ~ 30 Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan ~ 31 Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 33 Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar ~ 35 Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang ~ 36 Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan ~ 37 Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~ 38
Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan~ 39 Tabel 2.9. Sumbangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulawesi Selatan ~ 40 Tabel 3.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan ~ 50 Tabel 3.2. Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank ~ 50 Tabel 3.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum ~ 51 Tabel 3.4. Penyaluran Kredit /Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan~ 52 Tabel 3.5. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 52 Tabel 3.6. Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum ~ 53 Tabel 3.7. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank
Umum (y.o.y) ~ 55 Tabel 3.8. Perkembangan Bank Umum Syariah ~ 55 Tabel 3.9. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 60 Tabel 4.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan
Semester I-2013~ 62 Tabel 5.1. Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Utama ~ 68 Tabel 5.2. Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama~ 69 Tabel 6.1. Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara ~ 75
xiv Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
1 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Ringkasan Eksekutif
Melambatnya tingkat pertumbuhan ekonomi Sulsel triwulan II-2013 yang mencapai 6,41%
(yoy) dibanding triwulan sebelumnya (7,97%; yoy), diikuti dengan turunnya realisasi
pendapatan APBD. Pendapatan fiskal daerah yang ditargetkan akan mencapai 10%, hingga
paruh pertama 2013, hanya naik sebesar 5,85% dari periode yang sama tahun lalu. Secara
persentase realisasi pun, pendapatan hingga semester pertama 2013 juga baru sebesar
46,85% lebih rendah daripada 2012 (48,68%). Beberapa sektor yang tumbuh lebih rendah
diantaranya sektor Pertanian, sektor Pertambangan, dan sektor PHR. Dari sisi penyerapan
tenaga kerja, juga perlu dicermati tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) yang
perkembangannya mengalami penurunan (Februari 2013 sebesar 63,6%) dibandingkan
periode yang sama tahun 2012 (64,6%). Walaupun melambat, angka pertumbuhan Sulsel
tersebut tetap lebih tinggi daripada pertumbuhan nasional (5,81%; yoy). Demikian pula
perkembangan perbankan (kredit) dan sistem pembayaran Sulsel lebih tinggi dari nasional
dan dapat mendukung aktivitas ekonomi Sulawesi Selatan.
Peran dari stimulus fiskal daerah masih dibutuhkan untuk menahan laju pertumbuhan
kembali lebih rendah. Sampai dengan triwulan II-2013, persentase realisasi anggaran belanja
daerah masih relatif kecil yaitu 28,33%, bahkan persentase realisasi pos belanja modal lebih
rendah lagi, yaitu sebesar 5,74%. Diharapkan penyerapan belanja modal dapat lebih
berperan dalam pertumbuhan investasi Sulsel pada tahun 2013, terutama pembangunan
infrastruktur yang mendukung akses kegiatan ekonomi masyarakat.
Di sisi lain, efek kenaikan harga BBM bersubsidi masih relatif moderat pada inflasi triwulan II-
2013. Mulai masuknya pasokan bahan makanan yang berasal dari impor maupun lokal,
menahan laju tekanan inflasi, sehingga inflasi hanya berada pada angka 4,36% (yoy), justru
lebih rendah triwulan sebelumnya (4,61%; yoy). Faktor positif lain adalah pelemahan harga
emas internasional yang juga diikuti harga di tingkat nasional. Untuk sementara, dampak
kenaikan harga BBM rata-rata sebesar 33,33% pada akhir triwulan II-2013, baru tertransmisi
langsung kepada kenaikan inflasi kelompok transportasi (administered price).
Dengan realisasi pertumbuhan hingga semester I-2013 tersebut, ekonomi Sulawesi Selatan
2013 diprakirakan akan bias ke bawah dibandingkan proyeksi sebelumnya. Risiko global
terkait harga komoditas nikel dan coklat masih membayangi ekspor Sulsel. Di sisi domestik,
inflasi yang meningkat juga akan menurunkan daya beli masyarakat. Efek kenaikan harga
BBM subsidi akan mulai terasa pada triwulan III-2013, dan transmisinya mulai terasa kepada
harga-harga kelompok volatile food. Ditambah dengan panen raya beras (sebagai komoditi
utama penyumbang inflasi) yang mulai berakhir, sehingga menurunkan pasokan komoditi
tersebut di pasar. Inflasi Sulawesi Selatan 2013 diprakirakan juga akan meningkat, lebih
tinggi daripada target inflasi nasional 2013 yang ditentukan sebelumnya.
2 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Perkembangan Kondisi Makroekonomi
Realisasi pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan II-2013, tidak seoptimis
perkiraan semula, dengan kembali mengalami perlambatan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Perlambatan tersebut searah dengan lebih rendahnya laju perekonomian
nasional, yang tumbuh pada angka 5,81% (yoy) pada triwulan II-2013 dibanding triwulan
sebelumnya (5,90%; yoy). Namun, pertumbuhan ekonomi Sulsel sebesar 6,41% (yoy) pada
triwulan ini, tercatat lebih tinggi dari nasional, walaupun angkanya lebih rendah dari
pertumbuhan pada triwulan I-2013 (7,97%; yoy). Melambatnya pertumbuhan Sulsel,
didorong oleh konsumsi pemerintah yang tumbuh lebih rendah, terindikasi dari persentase
realisasi penyerapan anggaran dan pendapatan APBD yang tidak setinggi tahun sebelumnya.
Komponen pendorong lainnya adalah perubahan stok yang kembali menurun. Hal ini terjadi,
seiring konsumsi dan ekspor yang masih kuat, sehingga ditengarai perusahaan mengeluarkan
cadangan barang untuk memenuhi permintaan tersebut. Diduga, hal ini terjadi karena
produksi di sektor primer cenderung melambat, seperti terjadi di sektor Pertanian dan sektor
Pertambangan. Penurunan produksi dan harga internasional memengaruhi lebih rendahnya
perkembangan di masing-masing sektor tersebut. Sementara di sektor sekunder dan tersier,
perlambatan terjadi pada aktivitas sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) dan sektor
Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan. Aktivitas sektor PHR yang cenderung lebih
rendah, terjadi pada perdagangan kecil (eceran). Sementara di sektor Keuangan,
perlambatan hanya terjadi di penyaluran kredit modal kerja.
Perkembangan Inflasi
Tekanan inflasi Sulawesi Selatan (Sulsel) hingga triwulan II-2013 masih belum
meningkat signifikan, meskipun ada penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM)
bersubsidi pada akhir triwulan ini. Inflasi Sulsel tercatat 4,36% (yoy), justru terkoreksi ke
bawah dibanding triwulan sebelumnya (4,61%; yoy). Bahkan, inflasi Sulsel masih lebih kecil
dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 5,90% (yoy) pada triwulan II-2013. Masih
terkendalinya tekanan inflasi tersebut, didukung oleh revisi kebijakan pembatasan impor
hortikultura, sehingga tekanan inflasi pada Kelompok Bahan Makanan terutama
Subkelompok Bumbu-bumbuan, relatif berkurang. Namun demikian, tekanan harga masih
terjadi pada kelompok makanan jadi (akibat kenaikan cukai rokok) dan kelompok perumahan
(implikasi kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) secara bertahap). Untuk sementara waktu,
kenaikan harga BBM rata-rata sebesar 33%, baru tertransmisi langsung kepada kenaikan
inflasi kelompok transportasi, yang meningkat tertinggi dalam kurun 5 tahun terakhir.
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Melemahnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan, diikuti dengan
melambatnya beberapa indikator perbankan dan sistem pembayaran Sulsel. Namun
3 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
dibandingkan nasional, indikator perbankan tumbuh lebih baik. Perkembangan kredit Sulsel
tumbuh 21,84%, sementara nasional tumbuh 20,89%. Sehingga kegiatan intermediasi
perbankan di Sulsel tetap lebih tinggi daripada nasional, dengan rasio LDR 144,62%
dibanding nasional yang sebesar 101,11%. Perlambatan terjadi pada penghimpunan dana
pihak ketiga (DPK) untuk jenis tabungan, giro dan deposito. Perkembangan aset Bank Umum
juga mengalami perlambatan, untuk bank pemerintah, bank swasta nasional dan bank asing-
campuran. Berdasarkan jenis penggunaan kredit, terjadi penurunan pertumbuhan yang
signifikan pada kredit konsumsi tetapi meningkat pada kredit investasi. Sejalan dengan itu,
penyaluran kredit kepada sektor utama (industri pengolahan, pertambangan dan pertanian),
tercatat tumbuh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Demikian pula dengan
indikator sistem pembayaran, yang perlambatannya ditunjukkan oleh pembayaran non-tunai
untuk transaksi kecil, terutama melalui sarana RTGS, yang terutama digunakan untuk
aktivitas sektor PHR, terutama untuk perdagangan eceran.
Keuangan Daerah
Persentase realisasi pendapatan maupun belanja APBD hingga triwulan II-2013 masih
relatif rendah. Dari sisi pendapatan, target pendapatan daerah yang hendak diraih, belum
dapat dipenuhi sesuai persentase kenaikan yang ditetapkan. Walaupun dari sisi nilai,
nominalnya relatif lebih tinggi dari tahun 2012. Apabila laju pertumbuhan ekonomi Sulsel
2013 terealisasi cukup tinggi, maka dapat menjadi acuan untuk lebih mengoptimalkan
tingkat pendapatan daerah. Sementara dari sisi belanja, realisasi belanja daerah hingga
triwulan II-2013 jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya. Realisasi belanja daerah hingga paruh tahun 2013 baru mencapai sekitar
seperempat dari anggaran 2013. Belanja rutin maupun belanja infrastruktur, secara nominal
dan persentasenya, masing-masing penyerapannya masih jauh dari acuan tahun 2012.
Penyerapan belanja modal ini perlu dioptimalkan, sehingga mampu berperan untuk
mengakselerasi laju pertumbuhan investasi 2013.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan masyarakat relatif belum membaik pada triwulan II-2013.
Meskipun berlangsung panen padi pada periode triwulan ini, namun nilai tukar petani (NTP)
tetap tumbuh relatif rendah. Pertumbuhan rata-rata NTP Sulsel selama triwulan II-2013 hanya
meningkat 0,22% (yoy), semakin rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan
sebelumnya (0,51%; yoy). Salah satu pendorongnya adalah perkembangan harga yang
diterima oleh petani lebih rendah dibandingkan harga yang harus dibayar petani. Keadaan
tersebut terus berlangsung sejak triwulan II 2012. Penurunan jumlah kemiskinan juga
semakin mengecil. Pada Maret 2013 penurunan kemiskinan sejumlah 18,24 ribu orang,
sementara pada September 2012 mencapai 19,89 ribu orang.
4 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Sementara itu, tingkat ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan diperkirakan sedikit
meningkat. Survei yang dilakukan Bank Indonesia tersebut, sesuai dengan tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Selatan (Sulsel) tercatat mengalami penurunan dari
6,5% pada Februari 2012 menjadi 5,8% pada Februari 2013 atau menurun sebesar 0,7%.
Namun perlu dicermati, terkait penyerapan tenaga kerja yang tidak sepadan dengan
tingginya angka pertumbuhan ekonomi. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) pada Februari 2013 mengalami penurunan menjadi sebesar 63,6% dibandingkan
periode yang sama tahun 2012 (64,6%).
Prospek Perekonomian
Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan III-2013 diprakirakan akan
membaik, namun diikuti dengan meningkatnya tekanan inflasi. Pertumbuhan ekonomi
Sulsel juga diprakirakan akan berada di atas angka pertumbuhan ekonomi nasional. Pada sisi
permintaan, kegiatan investasi dan konsumsi diproyeksikan akan dapat tumbuh positif dan
lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja ekspor disinyalir akan melemah di
periode yang akan datang sehingga terjadi negatif ekspor netto. Hal ini akan terjadi, apabila
perkembangan harga komoditas internasional masih belum membaik. Hal tersebut juga
memengaruhi sektor Pertambangan, yang laju pertumbuhannya terbatasi dengan
perkembangan harga internasional. Kinerja sektor Pertanian diprakirakan juga akan tertahan
dengan mulai berakhirnya musim panen. Namun, sektor-sektor utama lainnya, diharapkan
tumbuh pada level yang cukup tinggi, terutama Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
serta Sektor Industri Pengolahan, seiring adanya bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Demikian
pula sektor keuangan, dengan membaiknya kinerja perbankan Sulsel. Laju inflasi diprakirakan
akan meningkat dan tumbuh relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2013. Faktor utama
pendorong inflasi adalah naiknya harga BBM bersubsidi pada akhir periode triwulan laporan.
Kenaikan harga BBM bersubsidi, selain meningkatkan inflasi administered prices, juga akan
mempengaruhi komponen inflasi yang lain, terutama inflasi volatile foods.
Sementara untuk keseluruhan tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Sulsel
diprakirakan lebih rendah daripada pertumbuhan Sulsel 2012 (8,37%), diikuti
tekanan inflasi yang lebih besar pula. Namun tingkat pertumbuhan Sulsel, tetap lebih
tinggi dari pada pertumbuhan nasional yang berada pada kisaran 5,8%-6,2%.
Perkembangan global belum menunjukkan indikasi membaik, yang akan memengaruhi
secara tidak langsung harga komoditas internasional. Dampak rentetannya, dikhawatirkan
akan berimplikasi kepada perekonomian Sulsel, melalui jalur perdagangan (ekspor) dan
investasi langsung. Untuk itu diperlukan upaya untuk memperkuat ekonomi domestik, antara
lain melalui insentif fiskal daerah, dengan realisasi belanja APBD, kebijakan yang mendukung
kegiatan investasi swasta, maupun pembangunan infrastruktur. Sementara dari sisi inflasi,
inflasi keseluruhan tahun 2013 akan berada di atas batas atas target inflasi, seiring kenaikan
harga bahan bakar minyak bersubsidi, yang secara langsung meningkatkan tarif transportasi,
serta diikuti dengan kenaikan harga barang dan jasa lainnya.
5 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN
PROPINSI SULAWESI SELATAN
a. INFLASI dan PDRB
1 2 3 4 1 2
MAKRO
- Sulawesi Selatan 132.89 133.44 135.69 136.14 139.01 143.51 - Sulawesi Utara 128.11 129.75 131.57 133.73 136.86 136.16 - Gorontalo 134.65 136.07 137.85 139.32 141.62 140.95 - Papua 126.38 127.28 129.07 132.71 133.82 135.00 - Papua Barat 144.28 149.65 150.36 152.79 155.28 158.31 - Maluku 137.57 142.05 142.03 140.74 141.12 144.46 - Sulawesi Tengah 135.20 137.53 141.14 142.34 143.27 142.88 - Sulawesi Tenggara 137.27 138.93 141.02 141.15 141.41 144.15 - Sulawesi Barat 134.57 134.98 137.56 138.24 140.21 140.78 - Maluku Utara 133.20 134.73 135.68 136.87 138.49 138.68
- Sulawesi Selatan 4.06 3.84 4.48 4.41 4.61 7.55- Sulawesi Utara 0.95 3.73 5.23 6.04 6.83 4.94- Gorontalo 5.91 5.95 5.40 5.31 5.18 3.59- Papua 1.94 1.80 2.94 4.52 5.89 6.07- Irian Jaya Barat 2.07 4.11 3.95 5.07 7.62 5.79- Maluku 8.65 6.25 7.07 6.73 2.58 1.70- Sulawesi Tengah 2.50 4.99 6.78 5.87 5.97 3.89- Sulawesi Tenggara 5.10 4.65 2.03 5.25 3.02 3.76- Sulawesi Barat 3.81 3.24 3.71 3.28 4.19 4.30- Maluku Utara 4.54 4.30 3.87 3.29 3.97 2.93
1. Pertanian 3,424.10 4,022.72 4,236.76 3,290.50 3,831.15 4,058.55
2. Pertambangan dan Penggalian 904.40 1,118.55 1,065.80 1,162.04 1,030.59 1,125.49
3. Industri Pengolahan 2,055.30 1,994.37 2,037.09 2,112.53 2,142.81 2,223.09
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 156.90 158.68 164.00 167.89 169.21 173.24
5. Konstruksi/Bangunan 857.70 913.97 952.03 986.76 943.04 1,004.91 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,519.60 2,626.56 2,749.24 2,783.81 2,797.41 2,877.88 7. Angkutan dan Komunikasi 1,397.20 1,463.95 1,506.95 1,552.64 1,544.21 1,622.86 9. Keuangan, Persewaan dan Jasa 1,131.00 1,243.43 1,278.31 1,338.39 1,323.37 1,413.61 10. Jasa-jasa 1,478.20 1,514.35 1,521.81 1,544.44 1,493.88 1,531.05
7.95 8.12 8.78 8.58 7.97 6.41
269.15 334.64 425.37 526.60 403.02 389.29
223.29 193.78 152.34 245.36 171.92 198.44
155.07 186.72 254.70 219.18 300.72 401.57
280.95 500.79 246.48 215.54 160.04 472.52
Catt : Per Trw.II-2008, penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar 2007
20132012INDIKATOR
*) Sementara
Volume Impor Non Migas (Ribu Ton)
Nilai Impor Non Migas (USD Juta)
Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta)
Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton)
PDRB - Harga Konstan (Miliar Rp)
Pertumbuhan PDRB (y.o.y;%)
Indeks Harga Konsumen
Laju Inflasi Tahunan (y.o.y;%)
6 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
LANJUTAN ... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN
PROPINSI SULAWESI SELATAN B. PERBANKAN
1 2 3 4 1 2
Total Aset (Rp. Miliar) 67,573 72,554 74,754 79,307 80,876 86,366
46,091.17 48,467.59 50,927.51 54,278.13 53,720.65 53,299.02
Giro 7,893.46 7,763.87 8,287.00 7,948.37 9,252.01 8,086.13
Tabungan 24,969.63 27,185.62 28,523.18 31,427.80 29,262.13 29,941.99
Deposito 13,228.08 13,518.10 14,117.33 14,901.96 15,206.51 15,270.90 - -
58,754.53 63,265.48 65,411.85 69,955.59 72,018.83 77,082.60
- Modal Kerja 22,499.56 25,045.18 24,655.59 28,250.36 28,671.33 27,483.57
- Investasi 11,727.69 12,255.65 12,634.93 11,911.15 12,725.43 17,401.56
- Konsumsi 24,527.27 25,964.65 28,121.33 29,794.08 30,622.07 32,197.47
127.47% 130.53% 128.44% 128.88% 134.06% 144.62%
58,754.53 63,265.48 65,411.86 69,955.59 72,018.83 77,082.60
- Pertanian 883.04 1,100.69 1,145.69 1,186.73 1,372.57 1,356.08
- Pertambangan 567.89 608.43 625.94 563.70 590.35 584.27
- Industri pengolahan 4,842.46 5,216.15 5,380.90 6,013.38 6,116.27 5,569.68
- Listrik,Gas dan Air 379.41 419.73 663.09 782.41 996.13 1,356.85
- Konstruksi 3,148.22 3,503.18 3,708.47 3,847.96 3,834.75 4,043.20
- Perdagangan 15,854.08 18,288.04 18,100.07 19,531.13 20,343.83 23,548.63
- Pengangkutan 1,827.57 1,809.10 1,736.76 2,138.21 2,316.69 2,379.30
- Jasa Dunia Usaha 3,171.24 3,438.46 3,473.70 3,371.48 3,446.02 4,511.48
- Jasa Sosial Masyarakat 1,583.49 1,464.74 1,375.52 1,385.63 1,479.49 1,514.62
- Lain-lain 26,497.14 27,416.96 29,201.72 31,134.97 31,522.74 32,218.50
18,011.34 19,188.63 17,889.98 19,537.63 20,925.48 23,185.18
3,539.65 3,937.11 3,637.25 3,625.03 3,946.89 4,176.64
- Modal Kerja 3,132.26 3,492.35 3,173.33 3,163.31 3,439.65 3,528.09
- Investasi 407.39 444.76 463.92 461.72 507.25 648.55
- Konsumsi - - - - - -
8,718.14 8,697.78 8,193.44 8,469.37 8,635.38 9,116.17
- Modal Kerja 5,505.91 5,771.32 5,444.54 5,667.77 5,598.68 6,013.14
- Investasi 3,212.23 2,926.47 2,748.89 2,801.60 3,036.70 3,103.03
- Konsumsi - - - - - -
5,753.55 6,553.73 6,059.29 7,443.23 8,343.21 9,892.38
- Modal Kerja 4,638.19 5,291.51 4,693.50 5,508.54 6,010.79 6,949.94
- Investasi 1,115.37 1,262.23 1,365.79 1,934.70 2,332.43 2,942.44
- Konsumsi - - - - - -
2.82% 2.88% 2.65% 2.64% 2.84% 2.68%
4.20% 4.24% 4.21% 4.08% 4.37% 4.03%
BANK UMUM SYARIAH
3,376.67 3,688.80 3,977.49 4,523.87 4,802.34 5,085.36
1,581.29 1,638.76 1,820.95 2,068.36 2,142.22 2,138.10
Giro 197.24 200.89 202.44 298.77 255.85 232.43
Tabungan 757.83 804.78 845.72 985.97 969.98 973.65
Deposito 626.22 633.09 772.79 783.62 916.38 932.02
3,268.49 3,491.45 3,858.72 4,347.62 4,735.05 5,157.82
- Modal Kerja 892.36 930.40 1,116.96 1,137.06 1,126.40 1,141.30
- Investasi 427.84 439.87 526.71 604.92 728.97 1,004.14
- Konsumsi 1,948.28 2,121.19 2,215.05 2,605.64 2,879.68 3,012.38
206.70% 213.05% 211.91% 210.20% 221.03% 241.23%
Catt.* (<Rp. 50 Juta)** (Rp. 50 < X < Rp. 500 Juta)*** (Rp. 500 Juta < X < Rp. 5 M)**** Data Sementara
2013****
Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)
INDIKATOR
BANK UMUM :
D P K (Rp. Miliar)
2012
FDR
Total Aset (Rp. Miliar)
D P K (Rp. Miliar)
Pembiayaan - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)
Kredit Menengah *** (Rp. Miliar)
L D R
NPL UMKM gross (%)
Kredit UMKM (Rp. Miliar)
NPL Total gross (%)
Kredit Mikro* (Rp. Miliar)
Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)
Kredit Kecil ** (Rp. Miliar)
7 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Bab 1
Perkembangan Kondisi Makroekonomi
Pada triwulan II-2013, perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) kembali mengalami
perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada
triwulan ini tercatat sebesar 6,41% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan I-
2013 (7,97%; yoy), seiring melambatnya sektor-sektor utama. Namun demikian,
perekonomian Sulsel tersebut masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan perekonomian
nasional yang tumbuh sebesar 5,81% (yoy) pada triwulan laporan. Melambatnya
pertumbuhan Sulsel, didorong oleh konsumsi pemerintah yang tumbuh lebih rendah,
terindikasi dari persentase realisasi penyerapan anggaran dan pendapatan APBD yang tidak
setinggi tahun sebelumnya. Komponen lainnya yang mendorong perlambatan pertumbuhan
adalah perubahan stok yang kembali menurun. Kondisi tersebut seiring dengan masih relatif
kuatnya konsumsi dan ekspor, sehingga diduga perusahaan mengeluarkan cadangan barang
untuk memenuhi permintaan tersebut. Hal tersebut ditengarai terjadi karena produksi di
sektor primer cenderung melambat, terutama di Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan.
Penurunan produksi dan harga internasional memengaruhi melambatnya perkembangan di
masing-masing sektor tersebut. Sementara di sektor sekunder dan tersier, perlambatan
terjadi pada aktivitas sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) dan sektor Keuangan,
Persewaan & Jasa Perusahaan. Sebenarnya aktivitas di sektor PHR cukup tinggi, namun
hanya terjadi pada perdagangan besar, perhotelan, dan pariwisata (tingkat kunjungan).
Sementara perlambatan cenderung terjadi pada perdagangan kecil (eceran). Demikian pula
dengan Sektor Keuangan, perlambatan juga terjadi hanya di salah satu komponen, terutama
untuk lembaga keuangan bank, seiring penyaluran kredit modal kerja yang lebih rendah.
Grafik 1.1.
Laju Pertumbuhan PDRB
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011* 2012** 2013***
y.o.y Sulsel
y.o.y Nas
Sumber : BPS, diolah
8 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
1.1. Sisi Permintaan
Perekonomian Sulsel mengalami perlambatan pada triwulan II-2013 karena tertahan
oleh perkembangan konsumsi pemerintah dan perubahan stok (inventori).
Perlambatan pada komponen investasi (inventori) tersebut, menahan laju pertumbuhan
ekonomi tahunan Sulsel tidak terakselarasi lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.
Meskipun komponen sisi permintaan lainnya menunjukkan adanya perbaikan aktivitas
ekonomi (Tabel 1.1). Komponen yang masih menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi
Sulsel pada triwulan laporan adalah komponen konsumsi dan net-ekspor. Kegiatan konsumsi
cenderung meningkat dan memberikan sumbangan sebesar 3,77% (yoy) terhadap
pertumbuhan ekonomi Sulsel. Selanjutnya, kinerja ekspor juga menunjukkan perbaikan dan
tumbuh lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 9,42% (yoy) menjadi
13,71% (yoy). Di lain pihak, impor justru tumbuh lebih lambat dibanding triwulan
sebelumnya yaitu dari 7,63% (yoy) menjadi 3,61% (yoy). Hal tersebut mengatrol
pertumbuhan net-ekspor ke angka 109,28% (yoy) pada triwulan II-2013, lebih tinggi
dibanding triwulan sebelumnya (20,56%; yoy).
Tabel 1.1. Perkembangan Sisi Permintaan (yoy)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Kons 4.67% 4.05% 4.70% 5.68% 7.14% 7.21% 6.95% 5.88% 5.74% 5.82%
Invest 0.32% 18.38% 61.20% 29.29% 32.80% 42.38% 10.08% -6.34% 11.24% -2.95%
Inv (PMTB) 4.74% 7.27% 11.30% 16.69% 22.58% 23.62% 20.18% 15.22% 12.64% 13.67%
Perub Stok -42.40% 244.01% -565.17% -287.89% 212.09% 161.25% -20.26% -343.46% 1.59% -52.78%
Eks 6.88% 9.38% -4.55% -22.45% -15.69% -14.70% 0.41% 13.92% 9.42% 13.71%
Imp -2.43% 6.94% 15.90% -16.92% -7.93% 1.48% -3.40% -2.53% 7.63% 3.61%
Net Eksim 66.18% 17.91% -54.07% -52.38% -44.71% -65.98% 23.72% 169.14% 20.56% 109.28%
TOTAL 7.39% 8.56% 8.36% 6.13% 7.95% 8.12% 8.78% 8.58% 7.97% 6.41%
2013**
PERTUMBUHAN (yoy)
PERIODE2011 2012*
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Kons 3.27% 2.76% 3.17% 3.97% 4.87% 4.72% 4.54% 4.10% 3.89% 3.77%
Invest 0.08% 4.08% 12.07% 6.42% 7.31% 10.27% 2.96% -1.69% 3.08% -0.94%
Inv (PMTB) 1.02% 1.54% 2.42% 3.81% 4.76% 4.94% 4.44% 3.82% 3.03% 3.27%
Perub Stok -0.95% 2.54% 9.65% 2.61% 2.55% 5.32% -1.48% -5.52% 0.06% -4.21%
Eks 3.10% 4.03% -1.98% -11.72% -7.03% -6.37% 0.16% 5.31% 3.30% 4.69%
Imp -0.95% 2.32% 4.90% -7.45% -2.80% 0.49% -1.12% -0.87% 2.30% 1.12%
Net Eksim 4.05% 1.71% -6.88% -4.27% -4.23% -6.86% 1.28% 6.18% 1.00% 3.57%
TOTAL 7.39% 8.56% 8.36% 6.13% 7.95% 8.12% 8.78% 8.58% 7.97% 6.41%
2013**
SUMBANGAN (yoy)
PERIODE2011 2012*
Sumber : BPS & Proyeksi BI
Note: Investasi merupakan penggabungan antara PMTB dan perubahan inventori
* Angka Sementara & ** Angka Sangat Sementara
9 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
1.1.1. Konsumsi
Pertumbuhan konsumsi menguat pada triwulan laporan menjadi 5,82% (yoy) dari
5,74% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Faktor pendorong pertumbuhan konsumsi
adalah komponen Konsumsi Rumah Tangga (RT). Penguatan yang terjadi pada pertumbuhan
Konsumsi RT tercermin dari beberapa prompt indicators seperti Indeks Keyakinan Konsumen
(IKK) (Grafik 1.2), pembelian barang tahan lama/durable goods (Indeks Penjualan Eceran
Kelompok Suku Cadang & Aksesoris; Grafik 1.4), serta Indeks Penjualan Eceran Kelompok
Perlengkapan Rumah Tangga (Grafik 1.6). Demikian pula, konsumsi rumah tangga terhadap
Bahan Bakar Minyak (BBM) baik jenis elpiji maupun non elpiji juga meningkat dan mengalami
pertumbuhan yang lebih tinggi pada triwulan laporan jika dibandingkan triwulan sebelumnya
(Grafik 1.7 dan Grafik 1.8).
Sementara itu, Konsumsi Pemerintah menjadi penahan laju pertumbuhan karena
mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari
realisasi belanja APBD yang baru mencapai 28,33% sampai dengan triwulan II-2013,
terutama untuk penyaluran belanja pegawai (gaji). Di samping itu, pemberian gaji ke-13 bagi
PNS, TNI/Polri, dan pensiunan yang tidak dilakukan secara serentak pada Juni 2013 (karena
sebagian besar Pemda menerimanya pada Juli 2013) ditengarai akan cenderung
memengaruhi pertumbuhan konsumsi triwulan selanjutnya. Selain itu, terdapat 120 ribu
pegawai yang pensiun hingga triwulan II-2013.
Grafik 1.2.
Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 1.3.
Volume Impor Consumers Goods
Grafik 1.4.
Indeks Penj. Eceran Kel. Sk Cdg&Aksesoris
Grafik 1.5.
Indeks Penjualan Eceran Kel. Brg Lainnya
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Indeks Keyakinan Konsumen
y.o.ySmb : Survei Konsumen KBI Mks
-500%
0%
500%
1000%
1500%
2000%
2500%
3000%
-
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2010 2011 2012 2013Juta
Kg
Consumer Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos - BI
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
0
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Sk Cdg&Akssoris
yoy
Smb : SPE
-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Brg Lainnya
yoy
Smb : SPE
10 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Grafik 1.6.
Indeks Penjualan Eceran Kel. Perlengkapan Rumah Tangga
Grafik 1.7.
Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) Non Elpiji Rumah Tangga
Grafik 1.8.
Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) Elpiji Rumah Tangga
1.1.2. Investasi
Investasi yang dihitung dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mampu
bertumbuh positif dan lebih besar dari triwulan sebelumnya yaitu dari 12,64% (yoy)
menjadi 13,67% (yoy). Peningkatan investasi tersebut didorong salah satunya oleh
perkembangan penanaman modal di Sulsel yang cukup signifikan, khususnya Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN)1. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal
Daerah (BKPMD) Sulsel, terdapat 13 proyek investasi jenis PMDN dengan total nilai Rp367,54
miliar pada triwulan II-2013. Sebelumnya, pada triwulan I-2013, terdapat 9 proyek dengan
total nilai hanya sebesar Rp77,97 miliar di Sulsel. Hal tersebut didukung oleh kemudahan
pengurusan izin melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang diusung Pemerintah
Daerah (Pemda). Dari investasi yang ada, penekanan terutama diberikan pada Sektor
Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran. Investasi pada Sektor Pertambangan,
terkait pembangunan smelter, belum terealisasi hingga semester I-2013 ini. Dilihat dari
indikatornya, realisasi pengadaan semen triwulan II-2013 tumbuh lebih baik dibandingkan
triwulan sebelumnya, yaitu dari -26,39% (yoy) menjadi 17,49% (yoy) (Grafik 1.9).
Sementara itu, investasi yang ditambah dengan perubahan stok, justru melemah
pada triwulan II-2013. Perubahan stok tumbuh negatif sebesar -52,78% (yoy) setelah
1Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Selatan No. 45/08/73/Th. VI, 2 Agustus 2013
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Prlngkpan RT
yoy
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
290000
300000
310000
320000
330000
340000
350000
360000
370000
1 2 3 4 1 2
2012 2013
kL
Penjualan BBM Rumah Tangga(non Elpiji)
yoy
Smb : Pertamina
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
34000000
36000000
38000000
40000000
42000000
44000000
46000000
48000000
1 2 3 4 1 2
2012 2013kg
Penjualan BBM Rumah Tangga(Elpiji)
yoy
Smb : Pertamina
11 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
mencatat pertumbuhan positif pada triwulan I-2013 (1,59%; yoy). Angka tersebut juga jauh
lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 161,25% (yoy).
Ditengarai perusahaan mengeluarkan cadangan stoknya untuk memenuhi permintaan
masyarakat maupun perdagangan antarpulau/internasional yang tetap tinggi.
Grafik 1.9.
Realisasi Pengadaan Semen
Grafik 1.10.
Volume Impor Capital Goods
1.1.3. Ekspor dan Impor
Dari sisi perdagangan eksternal, kinerja net ekspor-impor mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Total nilai ekspor dikurangi dengan total impor pada triwulan ini
kembali mencatat ekspor netto yang positif. Pada triwulan laporan, ekspor netto tumbuh
sebesar 109,28% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (20,56%; yoy) maupun dari
triwulan II-2012 (-65,98%; yoy). Kinerja ekspor yang tumbuh cukup tinggi pada triwulan
laporan sebesar 13,71% (yoy) menjadi faktor pendukung membaiknya pertumbuhan ekspor
netto. Hal ini masih ditambah dengan kinerja impor yang relatif lebih lambat jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2013, impor mencatat
pertumbuhan sebesar 3,61% (yoy), menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 7,63% (yoy). Selama triwulan II-2013, beberapa komoditas ekspor
yang memiliki share cukup besar mengalami peningkatan kinerja yang lebih baik
dibandingkan triwulan I-2013. Komoditas tersebut antara lain adalah Ikan-Udang-Kerang
(Grafik 1.12), Makanan Ternak (Grafik 1.13), Pupuk dan Mineral Alam Lainnya (Grafik 1.14),
serta Barang dari Mineral Non Logam (Grafik 1.15).
Kemudian, aktivitas perdagangan dalam negeri via pelabuhan di Makassar juga
meningkat pada triwulan laporan, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Volume barang perdagangan yang dimuat (termasuk barang dalam peti kemas) pada
triwulan laporan mencapai 1,14 juta ton sedangkan triwulan sebelumnya hanya mencapai
1,00 juta ton. Dilihat dari pertumbuhan tahunan, kinerja ekspor dengan tujuan domestik
juga meningkat. Hal ini dicerminkan oleh indikator volume muat barang dalam negeri via
pelabuhan (termasuk barang dalam peti kemas). Kontraksi indikator dimaksud pada triwulan
II-2013 menipis ke level -0,61% (yoy) setelah tercatat negatif sebesar -14,59% (yoy) pada
triwulan sebelumnya.
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Rib
uan
To
n
Sulsel y.o.y Sumber : ASI* : Sementara
-200%
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
-
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2010 2011 2012 2013
Juta
Kg
Capital Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos - BI
12 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Grafik 1.11.
Volume Ekspor Luar Negeri Non Migas Total
Grafik 1.12.
Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain
Grafik 1.13.
Volume Ekspor Luar Negeri Makanan Ternak
Grafik 1.14.
Volume Ekspor Luar Negeri Pupuk & Mineral Alam Lainnya
Grafik 1.15.
Volume Ekspor Luar Negeri Barang-barang dari Mineral Non Logam
Grafik 1.16.
Volume Muat Dalam Negeri via Pelabuhan
Sementara itu, aktivitas impor pada triwulan II-2013 tetap tumbuh positif, meskipun
cenderung melambat. Dilihat dari prompt indicator aktivitas di pelabuhan, memang terjadi
peningkatan aktivitas bongkar barang (termasuk barang dalam peti kemas) dari dalam negeri
meskipun tidak signifikan. Menurut data BPS, dibanding triwulan I-2013, aktivitas bongkar
via pelabuhan dari dalam negeri mengalami sedikit peningkatan yaitu dari 1,63 juta ton
menjadi 1,66 juta ton. Namun demikian, dilihat dari pertumbuhannya (Grafik 1.20), volume
bongkar barang dari dalam negeri mengalami kontraksi yang lebih besar pada triwulan
laporan yaitu dari -2,42% (yoy) menjadi -9,45% (yoy).
-50%-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2010 2011 2012 2013
Rib
u T
on
EKSPOR NON MIGAS TOTAL y.o.y
Smb : Cognos - BI* Sementara
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
-
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2010 2011 2012 2013
Rib
u T
on
IKAN, UDANG, KERANG, DLL TOTAL
y.o.ySmb : Cognos - BI* Sementara
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2010 2011 2012 2013
Ribu
Ton
MAKANAN TERNAK
TOTAL
y.o.y
Smb : Cognos - BI* Sementara
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
-
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2010 2011 2012 2013
Ribu
Ton
PUPUK DAN MINERAL ALAM LAINNYA
TOTAL
y.o.y
Smb : Cognos - BI* Sementara
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
-
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2010 2011 2012 2013
Rib
u T
on
BARANG2 DARI MINERAL NON LOGAM
TOTAL
y.o.y
Smb : Cognos - BI* Sementara
-30%-20%-10%0%10%20%30%40%
0200400600800
100012001400
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2011 2012 2013Ribu
Ton
Smb : BPS, diolah
Volume Muat Dalam Negeri (Termasuk Peti Kemas)
yoy
13 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Kegiatan impor dari luar negeri masih terkontraksi namun tumbuh lebih tinggi pada
triwulan II-2013 (-5,62%; yoy) dibandingkan triwulan I-2013 (-43,03%; yoy). Hal ini
tercermin dari kinerja impor intermediate goods. Meskipun volume intermediate goods yang
diimpor mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,
pertumbuhannya masih negatif di triwulan laporan (Grafik 1.19). Sementara itu, impor
capital goods (Grafik 1.17) dan impor consumer goods (Grafik 1.18) relatif melambat pada
triwulan II-2013.
Grafik 1.17.
Volume Impor Luar Negeri Capital Goods
Grafik 1.18.
Volume Impor Luar Negeri Consumer Goods
Grafik 1.19.
Vol. Impor Luar Negeri Intermediate Goods
Grafik 1.20.
Volume Bongkar Dalam Negeri via Pelabuhan
Grafik 1.21.
Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD
1.2. Sisi Penawaran (Lapangan Usaha/Sektoral)
Beberapa sektor utama menyumbang perlambatan perekonomianpada triwulan II-
2013. Sektor utama perekonomian Sulsel tersebut yaitu Sektor Pertanian; Sektor
-200%
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
-
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2010 2011 2012 2013
Juta
Kg
Capital Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos - BI
-500%
0%
500%
1000%
1500%
2000%
2500%
3000%
-
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2010 2011 2012 2013Juta
Kg
Consumer Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos - BI
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2010 2011 2012 2013
Juta
Kg
Intermediate Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos - BI
-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%
0
500
1000
1500
2000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2011 2012 2013Ribu
Ton
Smb : BPS, diolah
Volume Bongkar Dalam Negeri (Termasuk Peti Kemas)
-10.0%
-5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
6,000
6,500
7,000
7,500
8,000
8,500
9,000
9,500
10,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2010 2011 2012 2013
Rata-rata Kurs Tengah
yoy
14 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Pertambangan; Sektor Perdagangan, Hotel &Restoran (PHR); serta Sektor Keuangan,
Persewaan & Jasa. Sektor Pertanian bahkan membukukan pertumbuhan negatif pada
triwulan laporan sebesar -0,89% (yoy), seiring dengan penurunan hasil produksi dan tingkat
kesejahteraan petani. Rendahnya harga internasional juga berpengaruh terhadap nilai
tambah Sektor Pertambangan. Sementara penjualan eceran yang tumbuh lebih rendah
berpengaruh signifikan terhadap laju sektor PHR. Namun demikian, sektor yang lain yang
terdiri dari Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas & Air, Sektor Konstruksi, Sektor
Angkutan & Komunikasi, serta Sektor Jasa-jasa mampu melaju dengan level pertumbuhan
yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 1.2).
Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Penawaran (yoy)
1.2.1. Sektor Pertanian
Kinerja pertumbuhan Sektor Pertanian menurun pada triwulan laporan. Sektor
Pertanian mencatat pertumbuhan negatif sebesar 0,89% (yoy), lebih kecil dari
pertumbuhannya pada triwulan I-2013 (1,15%; yoy) maupun triwulan II-2012 (4,31%; yoy).
Selama periode laporan, Subsektor Tanaman Bahan Makanan (Tabama) pada dasarnya
menunjukkan kinerja yang cukup baik. Panen padi berlangsung di Kabupaten Takalar dan
Kabupaten Bulukumba. Namun, di tengah panen raya padi, prompt indicator seperti Indeks
yang Diterima Petani (Grafik 1.22) dan Nilai Tukar Petani (NTP) (Grafik 1.23) tumbuh
melambat dibandingkan triwulan I-2013. NTP tumbuh 0,22% (yoy) melambat dibanding
triwulan I-2013 (0,51%; yoy). Demikian pula realisasi pengadaan beras Bulog (Grafik 1.24),
Periode
Sektor 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Tani 12.54% 8.59% 4.92% -0.17% 5.30% 4.31% 8.31% 2.03% 1.15% -0.89%
Tambang -15.49% -0.96% -0.91% -9.61% -10.47% 2.50% 1.54% 15.69% 17.59% 0.62%
Industri 3.10% 4.47% 10.69% 12.12% 14.58% 8.94% 5.64% 8.72% 10.01% 11.70%
LGA 3.99% 2.05% 6.34% 22.27% 22.02% 13.95% 10.73% 5.31% 7.81% 9.18%
Konstr 8.48% 13.46% 13.59% 12.65% 11.61% 10.27% 10.90% 14.77% 12.20% 13.26%
PHR 11.52% 14.02% 11.70% 6.14% 9.52% 8.55% 9.83% 12.44% 12.06% 10.60%
Angkom 13.25% 10.27% 10.81% 14.01% 19.42% 17.75% 14.73% 8.68% 7.53% 11.23%
Keu 10.56% 11.94% 17.52% 19.18% 9.88% 19.03% 19.81% 14.72% 17.21% 14.00%
Jasa 6.80% 7.42% 6.21% 4.52% 2.66% 3.19% 3.03% 3.30% 1.06% 1.10%
TOTAL 7.39% 8.56% 8.36% 6.13% 7.95% 8.12% 8.78% 8.58% 7.97% 6.41%
PERTUMBUHAN
2011 2012* 2013**
Periode
Sektor 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Tani 3.28% 2.42% 1.42% -0.04% 1.45% 1.22% 2.32% 0.48% 0.31% -0.24%
Tambang -1.47% -0.08% -0.07% -0.82% -0.78% 0.20% 0.12% 1.15% 1.09% 0.05%
Industri 0.42% 0.61% 1.41% 1.62% 1.89% 1.17% 0.76% 1.23% 1.38% 1.55%
LGA 0.04% 0.02% 0.07% 0.22% 0.22% 0.14% 0.11% 0.06% 0.09% 0.10%
Konstr 0.48% 0.74% 0.76% 0.74% 0.67% 0.59% 0.64% 0.92% 0.72% 0.78%
PHR 1.93% 2.30% 1.97% 1.10% 1.66% 1.47% 1.71% 2.24% 2.13% 1.83%
Angkom 1.15% 0.90% 0.97% 1.35% 1.78% 1.58% 1.35% 0.90% 0.76% 1.09%
Keu 0.80% 0.87% 1.20% 1.45% 0.77% 1.42% 1.47% 1.25% 1.37% 1.15%
Jasa 0.75% 0.79% 0.65% 0.50% 0.29% 0.34% 0.31% 0.36% 0.11% 0.11%
TOTAL 7.39% 8.56% 8.36% 6.13% 7.95% 8.12% 8.78% 8.58% 7.97% 6.41%Sumber : BPS
* Angka Sementara & ** Angka Sangat Sementara
SUMBANGAN
2012* 2013**2011
15 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
menunjukkan perkembangan yang menurun (-14,84%; yoy) dibandingkan realisasi
pengadaan beras triwulan I-2013 (45,93%; yoy). Kontraksi pertumbuhan secara tahunan ini
diduga lebih disebabkan oleh belum optimalnya produksi lahan pertanian. Cuaca ekstrim
membuat beberapa sentra produksi mengalami banjir di triwulan I-2013, dimana saat itu
sedang berlangsung musim tanam.
Grafik 1.22.
Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani
Grafik 1.23.
Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani
Grafik 1.24.
Realisasi Pengadaan Beras
1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor Pertambangan dan Penggalian melambat signifikan pada triwulan laporan.
Sektor ini memang selalu bergerak fluktuatif. Pada triwulan I-2013, pertumbuhannya tercatat
sebesar 17,59% (yoy). Pada triwulan ini, Sektor Pertambangan & Penggalian hanya
membukukan angka pertumbuhan sebesar 0,62% (yoy). Perlambatan yang drastis ini sejalan
dengan produksi dari perusahaan tambang nikel terbesar di Sulsel yang melambat
dibandingkan dengan kinerjanya pada triwulan I-2013. Secara triwulanan, total produksi
nikel dalam matte (Grafik 1.26) memang masih tumbuh pada arah yang positif seiring
rencana kenaikan total produksi untuk meningkatkan profitabilitas. Belum optimalnya
pencapaian produksi ditengarai merupakan dampak dari kerusakan tungku (furnace) selama
tiga minggu di bulan Maret 2013.
Ekspor produk pertambangan terus melemah pada triwulan II-2013. Kinerja yang
melemah ini juga dicerminkan oleh volume ekspor nikel ke luar negeri (Grafik 1.25) yang
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2010 2011 2012 2013Rib
uan
To
n
Sumber: Bulog Divre SulselbarRealisasi Pengadaan Beras Sulselbar
yoy
16 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
pertumbuhan tahunannya melambat pada triwulan II-2013 (37,63%; yoy) dibandingkan
dengan triwulan I-2013 (119,81%; yoy). Harga nikel internasional terus dalam tren menurun
dan belum menunjukkan arah pembalikan. Saat ini harga nikel hanya mencapai 14.280,28
USD/mt, menurun -13,71% (yoy) dibandingkan triwulan I-2013 (-10,37%; yoy). Harga nikel
(Grafik 1.27) merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kinerja Sektor Pertambangan
secara umum (Boks I).
Grafik 1.25.
Volume Ekspor Luar Negeri Nikel
Grafik 1.26.
Produksi Nikel
Grafik 1.27.
Perkembangan Harga Internasional Nikel
1.2.3. Sektor Industri Pengolahan
Sektor Industri Pengolahan tumbuh sebesar 11,70% (yoy) pada triwulan II-2013,
lebih tinggi dibanding triwulan I-2013 (10,01%;yoy). Pertumbuhan Sektor Industri
Pengolahan didorong oleh pertumbuhan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK). Produksi
IMK membaik pada triwulan laporan. Setelah terkontraksi hingga -10,45% (yoy) pada
triwulan I-2013, produksi IMK bertumbuh sebesar 2,79% (yoy) pada triwulan laporan.
Ditengarai peningkatan terjadi pada Subkelompok Pakaian Jadi dan Subkelompok Alas Kaki
&Perlengkapannya (Grafik 1.33 dan Grafik 1.34). Kedua indeks subkelompok tersebut
berhasil tumbuh secara positif pada triwulan II-2013 setelah mengalami kontraksi selama
beberapa triwulan sebelumnya. Selain itu, volume ekspor manufactured goods juga tumbuh
lebih tinggi pada triwulan laporan (Grafik 1.31).
Dari sisi industri besar, hanya produksi semenyang terlihat mengalami peningkatan.
Data dari BPS menunjukkan bahwa produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS)
-400%
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
1200%
1400%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Mill
ion
s
Volume Ekspor Nikel
Total (Juta Ton)
y.o.y
Smb : Cognos - BI* Sementara
-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%70%
-
5000.0
10000.0
15000.0
20000.0
25000.0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2009 2010 2011 2012 2013
Produksi nikel dlm matte
y.o.y
* Sementara
-40%-20%0%20%40%60%80%100%120%140%
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013US$
/mt
Harga Nikel yoy
17 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
hanya mampu tumbuh sebesar 7,57% (yoy), melambat dibanding triwulan I-2013 (11,12%;
yoy). Subsektor Industri Makanan, Minuman & Tembakau serta Industri Tepung Terigu
ditengarai menjadi penahan laju pertumbuhan IBS. Hal ini diperlihatkan oleh prompt
indicators realisasi produksi tepung terigu serta Indeks Penjualan Eceran Kelompok Makanan,
Minuman & Tembakau yang tumbuh melambat pada triwulan laporan (Grafik 1.28 dan
Grafik 1.32). Realisasi produksi terigu bahkan mencatat pertumbuhan negatif. Produsen
tepung terigu disinyalir melakukan penyimpanan bahan baku sebagai stok untuk orientasi
produksi dan penjualan di periode yang akan datang seiring dengan kenaikan pertumbuhan
volume impor gandum yang signifikan pada triwulan II-2013 (Grafik 1.30). Terpantau hanya
Subsektor Produk Semen yang menunjukkan perbaikan kinerja dengan realisasi pengadaan
semen yang mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.29).
Grafik 1.28.
Realisasi Produksi Tepung Terigu
Grafik 1.29.
Realisasi Pengadaan Semen
Grafik 1.30.
Volume Impor Gandum
Grafik 1.31.
Volume Ekspor Barang Manufaktur
Grafik 1.32.
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Barang Makanan-minuman&tembakau
Grafik 1.33.
Indeks Penjualan Eceran Subkelompok Pakaian Jadi
-30%
-20%
-10%
00%
10%
20%
30%
40%
0
50
100
150
200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013Rib
uan
To
n
Sumber: EFM MksProduksi yoy
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Rib
uan
To
n
Sulsel y.o.y Sumber : ASI* : Sementara
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2010 2011 2012 2013
Juta
Kg
Impor Gandum y.o.y
* SementaraSmb : Cognos - BI
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
-
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2010 2011 2012 2013
Ribu
Ton
BARANG-BARANG MANUFAKTUR
TOTAL
y.o.y
Smb : Cognos - BI* Sementara
-100%-80%-60%-40%-20%0%20%40%60%80%100%
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Sumber: SPE - BIPakaian jadi yoy
18 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Grafik 1.34.
Indeks Penjualan Eceran Subkelompok Alas kaki dan Perlengkapannya
1.2.4. Sektor Listrik-Gas-Air Bersih
Akselerasi pertumbuhan kembali dialami oleh Sektor Listrik, Gas, & Air Bersih (LGA)
pada triwulan II-2013. Sektor LGA tumbuh sebesar 9,18% (yoy), lebih tinggi dari
pertumbuhannya pada triwulan I-2013 (7,81%; yoy). Peningkatan kapasitas listrik yaitu
dengan beroperasinya PLTU Jeneponto dan PLTA Poso memberikan dampak yang positif bagi
pertumbuhan Subsektor Listrik hingga triwulan ini. Di samping itu, dilihat dari prompt
indicator-nya, Subsektor Gas juga memperlihatkan kinerja yang baik. Indeks Penjualan Eceran
elpiji untuk rumah tangga serta realisasi penjualan elpiji untuk rumah tangga tumbuh lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.36 dan Grafik 1.37). Secara keseluruhan,
penyaluran kredit ke Sektor LGA juga meningkat yang turut memberikan pengaruh pada
pertumbuhan tahunannya (Grafik 1.35).
Grafik 1.35.
Penyaluran Kredit ke Sektor LGA
Grafik 1.36.
Indeks Penjualan Eceran Subkelompok Elpiji untuk Rumah Tangga
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
0
50
100
150
200
250
300
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Sumber: SPE - BIAlas kaki dan perlengkapannya
yoy
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1.6
1 2 3 4 1* 2**
2012 2013
Tri
liun
Rp
Smb : Cognos - BI
Listrik,Gas dan Air yoy
-500%
0%
500%
1000%
1500%
2000%
2500%
0
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Sumber: SPE - BIElpiji untuk Rumah Tangga yoy
19 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Grafik 1.37. Realisasi Penjualan Elpiji
untuk Rumah Tangga
1.2.5. Sektor Konstruksi
Sektor Konstruksi tumbuh menguat dari 12,20% (yoy) pada triwulan I-2013 menjadi
13,26% (yoy) pada triwulan II-2013. Penguatan pertumbuhan Sektor Konstruksi sejalan
dengan penguatan pertumbuhan PMTB dan didukung kinerja realisasi PMDN yang cukup
baik pada triwulan laporan. Proyek-proyek konstruksi berjalan lebih aktif pada triwulan
laporan, pasca Pilkada Provinsi yang jatuh pada periode triwulan I-2013. Hal ini diindikasikan
oleh realisasi pengadaan semen yang tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya
dengan total produksi sebanyak 515,65 ribu ton, atau meningkat menjadi 17,49% (yoy) dari
triwulan sebelumnya (-26,39%; yoy) (Grafik 1.38).
Hasil survei menunjukkan sektor konstruksi masih terakselerasi pada triwulan II-
2013. Berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) untuk subkelompok perlengkapan
konstruksi, subkelompok bahan konstruksi dari logam, dan subkelompok semen
mengkonfirmasi penguatan pertumbuhan Sektor Konstruksi (Grafik 1.39 - Grafik 1.41).
Grafik 1.38.
Realisasi Pengadaan Semen
Grafik 1.39.
Indeks Penjualan Eceran SubkelompokPerlengkapanKonstruksi
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
34
36
38
40
42
44
46
48
1 2 3 4 1 2
2012 2013
juta
kg
Mill
ion
s
Penjualan BBM Rumah Tangga (Elpiji)
yoy
Smb : Pertamina
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Rib
ua
n T
on
Sulsel y.o.y Sumber : ASI* : Sementara
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
700%
0
100
200
300
400
500
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Sumber: SPE - BIPerlengkapan kostruksi yoy
20 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Grafik 1.40. Indeks Penjualan Eceran
Subkelompok Bahan Konstruksi dari Logam
Grafik 1.41. Indeks Penjualan Eceran
Subkelompok Semen
1.2.6. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR)
Pertumbuhan Sektor PHR lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Padatriwulan
II-2013, Sektor PHR tumbuh 10,60% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan I-2013
yang tercatat sebesar 12,06% (yoy). Perlambatan yang terjadi pada Sektor PHR diindikasikan
oleh kinerja penjualan eceran beberapa subkelompok barang yang terpantau dari hasil Survei
Penjualan Eceran (SPE BI). Pertumbuhan indeks beberapa kelompok barang seperti Kelompok
Makanan, Minuman & Tembakau (Grafik 1.44), Kelompok Peralatan & Komunikasi Toko
(Grafik 1.45), maupun Kelompok Barang Budaya & Rekreasi (Grafik 1.46), terlihat lebih
rendah dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal ini cukup mengejutkan, di saat daya beli
masyarakat masih cukup kuat.
Namun, level pertumbuhan Sektor PHR tersebut masih tinggi di atas dua digit, seiring
kegiatan kunjungan ke Sulsel yang tetap marak.Pelaksanaan beberapa kegiatan MICE
berskala nasional maupun internasional berlangsung selama triwulan II-2013. Kegiatan
tersebut antara lain adalah APEC Workshop on Infrastructure (April 2013), Centris Asia Pasific
Democrats International (CAPDI) 2013 (Mei 2013), serta Pameran International Trade and
Investment Summit (ITIS) 2013 (Mei 2013). Hal ini masih ditambah dengan adanya perayaan
keagamaan (Kenaikan Isa Almasih dan Hari Raya Waisak). Beberapa kegiatan tersebut,
mendukung Subsektor Hotel memperlihatkan kinerja yang akseleratif pada triwulan laporan.
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) meningkat cukup signifikan pada triwulan II-2013
dan mencatat angka tertinggi dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini (Grafik 1.42). Hal
tersebut diyakini ikut mempengaruhi tingkat hunian kamar hotel berbintang di Sulsel yang
meningkat pada triwulan laporan setelah mencatat kinerja yang kurang optimal pada
triwulan sebelumnya (Grafik 1.43). Meskipun mulai dibukanya beberapa proyek
pembangunan hotel baru, terutama di Kota Makassar, namun demand untuk kamar hotel
masih cukup tinggi, sehingga tingkat hunian kamar dapat dipertahankan dan bahkan
meningkat pada triwulan laporan.
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
0
100
200
300
400
500
600
700
800
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Sumber: SPE - BIBahan konstruksi dari logamyoy
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
0
200
400
600
800
1000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Sumber: SPE - BISemen yoy
21 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Grafik 1.42.
Perkembangan Jumlah Wisman yang Datang
Grafik 1.43.
Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang
Grafik 1.44.
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan, Minuman dan Tembakau
Grafik 1.45.
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Peralatan dan Komunikasi Toko
Grafik 1.46.
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Barang Budaya&Rekreasi
1.2.7. Sektor Angkutan-Komunikasi
Sektor Angkutan & Komunikasi tumbuh cukup pesat pada triwulan II-2013 dengan
angka pertumbuhan dua digit sebesar 11,23% (yoy). Hasil ini lebih baik dibandingkan
kinerjanya pada triwulan I-2013 yang mencatat pertumbuhan sebesar 7,53% (yoy). Untuk
Subsektor Angkutan Udara, peningkatan kinerja terlihat dari prompt indicator lalu lintas
penumpang angkutan udara yang tumbuh lebih besar dibanding triwulan sebelumnya
(Grafik 1.47). Di triwulan I-2013, penumpang angkutan udara bertumbuh sebesar 10,61%
(yoy). Di triwulan laporan, angka tersebut naik menjadi 15,46% dan mengkonfirmasi adanya
kenaikan aktivitas di Sektor Angkutan & Komunikasi. Peningkatan ini terjadi baik untuk
-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2011 2012 2013
Jml Kedatangan Wisman (Mks)
yoy
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
55.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2009 2010 2011 2012 2013
Tingkat Hunian Kmr Sulsel
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Mkn-Minum&Tmbkau
yoy
Smb : SPE
-60%-40%-20%0%20%40%60%80%100%
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Praltan&Kmunikasi Toko
yoy
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Brg Budaya & Rekreasi
yoy
Smb : SPE
22 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
penumpang kedatangan (arrival) maupun keberangkatan (departure). Kemudian, kondisi
cuaca yang membaik dan lebih kondusif selama periode laporan diduga turut meningkatkan
kinerja Subsektor Angkutan Laut.
Grafik 1.47.
Lalu Lintas Penumpang Angkutan Udara
Grafik 1.48.
Indeks Penjualan Eceran Kel. Suku Cadang & Aksesoris
1.2.8. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan
Pertumbuhan tahunan Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan pada
triwulan II-2013 melemah. Walaupun masih konsisten dengan pertumbuhan di atas 10%,
sektor ini mengalami perlambatan dan tumbuh sebesar 14,00% (yoy) pada triwulan II-2013
dari 17,21% (yoy) di triwulan sebelumnya. Pada Subsektor Bank, perlambatan kinerja
direfleksikan juga oleh penyaluran kredit oleh bank umum yang sedikit melambat pada
triwulan laporan namun masih berada pada tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi (Grafik
1.49).Jika dilihat lebih dalam, faktor penahan pertumbuhan kredit bank umum adalah kredit
modal kerja (KMK).KMK mengalami penurunan tingkat pertumbuhan yang cukup drastis
pada triwulan laporan, meskipun masih berada pada arah yang positif (Grafik 1.50).
Selanjutnya, Subsektor Real Estat ditengarai menjadi salah satu pendorong
pertumbuhan sektor ini. Persatuan perusahaan Real Estat Indonesia (REI) Sulawesi Selatan
menargetkan setidaknya 10.000 unit rumah murah tipe sederhana terserap pada tahun
2013. Kinerja Subsektor Real Estat ini tercermin dari penjualan rumah untuk tipe kecil, tipe
menengah, dan tipe besar hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) BI. Pada triwulan
laporan, total unit yang terjual untuk seluruh tipe tumbuh hingga 113,76% (yoy) setelah
tumbuh negatif pada triwulan sebelumnya (-69,73%; yoy).
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
- 200 400 600 800
1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Rib
u O
rg
DEP ARR
y.o.y
Lalu Lintas Penumpang
Smb : Bandara S. Hasanuddin* : Sementara
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
0
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Sk Cdg&Akssoris
yoy
Smb : SPE
23 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Grafik 1.49.
Perkembangan Kredit Bank Umum
Grafik 1.50.
Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum
Grafik 1.51.
Perkembangan Penjualan Properti Residensial
1.2.9. Sektor Jasa-jasa
Kinerja Sektor Jasa-jasa mengalami sedikit peningkatan pada triwulan laporan. Pada
triwulan I-2013, sektor ini mencatat angka pertumbuhan sebesar 1,06% (yoy) sedangkan
pada triwulan laporan sebesar 1,10% (yoy). Peningkatan ini diduga didukung oleh
peningkatan pada kinerja subsektor jasa yang diberikan oleh pihak swasta seiring dengan
adanya peningkatan UMP di beberapa daerah di Sulsel. Namun demikian, tekanan inflasi
pada bulan Juni 2013 sebesar 4,36% (yoy) yang relatif tinggi menjadi penahan akselerasi
Sektor Jasa-jasa. Apalagi, realisasi belanja APBD hingga triwulan laporan baru mencapai
28,33% atau Rp1,36 miliar dari total anggaran belanja sebesar Rp4,80 miliar. Sejalan dengan
peningkatan kinerja Sektor Jasa-jasa, pembiayaan kepada Subsektor Jasa Sosial Masyarakat
juga tumbuh meningkat pada triwulan II-2013.
Grafik 1.52. Penyaluran ke Sektor Jasa Sosial Masyarakat
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Trili
un
Rp
KREDITGrowth (yoy)
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Trili
un
Rp
Modal KerjaGrowth (yoy)
-200%
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012* 2013**
Smb : Survei Harga Properti Residensial*) angka sementara **) angka sangat sementara
TIPE KECIL TIPE MENENGAH TIPE BESAR yoy SEMUA TIPE
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
1.3
1.3
1.4
1.4
1.5
1.5
1.6
1.6
1 2 3 4 1* 2**
2012 2013
Trili
un
Rp
Smb : Cognos - BI
Jasa Sosial Masyarakat yoy
24 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
25
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Boks I :
Dampak Perekonomian Global terhadap Perekonomian Sulawesi Selatan
Kondisi perekonomian global saat ini masih ditandai dengan perlambatan dan
ketidakpastian yang tinggi sehingga memberi dampak kurang kondusif bagi
perekonomian nasional. Melemahnya perekonomian di negara-negara maju dan mitra
dagang utama, khususnya China dan India, tidak hanya berdampak terhadap melemahnya
pertumbuhan ekspor tetapi juga investasi, khususnya investasi non-bangunan. Dengan
perkembangan tersebut ditambah adanya kenaikan harga BBM yang ditempuh oleh
pemerintah maka pertumbuhan ekonomi nasional 2013 diperkirakan akan berada dikisaran
5,8%-6,2%, lebih rendah dari prakiraan sebelumnya 6,2%-6,6%.
Grafik A.1. Perbandingan PDRB dan Ekspor Grafik A.2. Perbandingan Investasi(PMTB) dan PMA
Sementara itu, keterkaitan kondisi perekonomian global dengan perekonomian Sulsel
dapat melalui jalur perdagangan (ekspor impor) maupun investasi (foreign direct
investment/penanaman modal asing). Dari sisi ekspor impor, terus terjadi kecenderungan
penurunan pertumbuhan net-ekspor, dibarengi dengan rendahnya proporsi net ekspor.
Namun dari sisi investasi, tren minat asing melalui PMA yang semakin meningkat sejak tahun
2010, masih menjadi penolong perekonomian Sulsel.
Sumber: BPS, diolah berdasarkan rata-rata 3 tahun terakhir
-100
-50
0
50
100
150
200
0
2
4
6
8
10
12
14
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
yoy
Share Net Exim (%) g.PDRB (%, yoy) g.Net Ekspor/Impor - sisi kanan
0
5
10
15
20
25
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Nilai PMA (juta USD) g.Investasi - sisi kanan
Negara Tujuan Komoditi
KomoditiEkspor
Ekspor
(porsi)
Industri:
1. Nikel (63,4%)
2. Makanan Olahan (7%)
3. Kayu olahan (3,2%)
1. Jepang (100%)
2. Amerika (46%)
3. Jepang (72,4%)
Pertanian
1. Biji Coklat (9,3%)
2. Udang segar (2,8%)
1. Malaysia (70,8%)
2. Jepang (40,1%)
Tambang
(Biji Nikel; 0,4%)China (100%)
26
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Gambar A.1 Pangsa Ekspor Sulawesi Selatan
Negara tujuan ekspor Sulsel masih dimonopoli oleh beberapa negara, yang akan
memengaruhi tingkat permintaan ekspor. Ekspor terbesar berupa produk olahan industri
(nikel), yang diekspor semuanya ke Jepang. Sementara komoditi ekspor lainnya adalah biji
coklat sebagian besar ke Malaysia dan biji nikel semuanya ke China. Beberapa komoditi ekspor
lainnya adalah makanan olahan (7,0%), ganggang laut (4,3%), kayu olahan (3,2%), dan
udang segar (2,8%), yang tujuan ekspornya cukup beragam. Pasang surut laju ekonomi
negara-negara tersebut akan memengaruhi tingkat permintaan terhadap komoditas dimaksud.
Berdasarkan World Economic Outlook (Juli 2013), pertumbuhan ekonomi Jepang pada 2013
akan mencapai 2,0%, lebih tinggi daripada 2012 (1,9%), sedangkan pertumbuhan ekonomi
China diperkirakan tetap stabil pada level 7,8%. Sementara komposit pertumbuhan ekonomi
negara-negara ASEAN 5 (Indonesia, Malaysia, Philippines, Thailand, and Vietnam) 2013
diperkirakan sekitar 5,6%, lebih rendah daripada tahun 2012 (6,1%).
Grafik A.3. Perbandingan Harga Internasional dan Ekspor Sulsel
Faktor harga internasional berpengaruh besar terhadap perkembangan ekspor Sulsel.
Kinerja komoditas global masih menurun dipicu oleh ketidakpastian dan perlambatan
pemulihan ekonomi dunia. Misalnya, perkembangan harga nikel dan biji coklat yang terus
menurun sejak 3 tahun terakhir, mempengaruhi kinerja ekspor Sulsel. Hingga Juni 2013, harga
nikel internasional mencapai 14.280,28 USD per metrik ton, sementara harga coklat
internasional mencapai 228,36 sen USD per kilogram, padahal dalam 3 tahun terakhir masing-
masing bisa mencapai harga tertinggi 28.252,28 USD/mt dan 347,23 sen USD/kg. Pembatasan
kapasitas produksi China diperkirakan ikut mendorong penurunan harga nikel mengingat
China merupakan pengonsumsi nikel terbesar di dunia. Sementara penurunan harga kakao,
dipengaruhi oleh dampak spekulasi kenaikan produksi kakao di Pantai Gading yang
merupakan penghasil kakao terbesar di dunia. Potensi kenaikan produksi kakao didasari oleh
kondusifnya kondisi cuaca di negara tersebut sehingga mendukung pertumbuhan tanaman
kakao. Faktor lain yang mempengaruhi pergerakan kakao adalah konsumsi kakao di Eropa
untuk kuartal pertama tahun ini mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya
perlambatan ekonomi di kawasan tersebut sehingga memicu penurunan konsumsi coklat.
10
14
18
22
26
30
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013
ribu USD/mt%, yoy
Harga Nikel - sisi kanan g.PDRB Ekspor
g.Harga Nikel g.Harga Coklat
27
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Dari sisi domestik, kebijakan pemerintah1 terkait nilai tambah tambang mineral
diperkirakan memiliki pengaruh yang minimal terhadap ekspor. Dengan penerapan
kebijakan tersebut, akan berdampak negatif terhadap perusahaan tambang Sulsel yang
berskala usaha besar berupa pembayaran bea keluar dan royalti. Untuk sementara, perusahaan
tambang masih diperkenankan melakukan ekspor berupa bahan mentah sampai dengan 2014
dengan dikenakan bea keluar sebesar 20%. Namun demikian, dengan adanya kebijakan
tersebut, justru ada tambahan 2 perusahaan besar yang akan melakukan investasi
pembangunan instalasi pemurnian (smelter). Nilai investasi pembangunan smelter mencapai
Rp7,9 triliun yang kira-kira akan dapat mengolah setara 600 ribu ton bijih nikel, yang
direncanakan juga akan dapat menampung produksi tambang dari daerah lain.
Dari sisi investasi, ketertarikan modal asing untuk berinvestasi di Sulsel semakin
meningkat. Realisasi investasi yang masuk Sulsel hingga triwulan II-2013 sudah mencapai
Rp3,45 triliun, dan sebesar Rp3,01 triliun (87,2%) diantaranya merupakan PMA. Sejumlah
investasi tersebut diperuntukan untuk membiayai 60 proyek dimana investasi terbesar berada
di Kabupaten Barru, Bantaeng, dan Luwu Timur terutama pada sektor pertanian dan
perdagangan. Seiring dengan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Sulsel mencanangkan
kebijakan pro investor dengan memfasilitasi perusahaan dan menghilangkan pungutan saat
pendaftaran perusahaan. Selain itu, di Sulsel terdapat 4 Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang
termasuk dalam proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI), yang membutuhkan biaya sekitar Rp30,45 triliun. Ke depan, realisasi
berbagai proyek investasi tersebut diharapkan dapat lebih menarik minat investor ke Sulsel
sehingga bisa menjadi kompensasi bagi pelemahan ekspor.
Tabel A.1. Jenis Investasi MP3EI Di KPI Sulawesi Selatan
No Lokasi Kegiatan Nilai investasi (Rp miliar)
1 KPI Palopo (Luwu)
Pengembangan sentra pengolahan ikan asap cakalang di Kab.Luwu
15.489,6
Pengembangan industri,Depo Pemasaran, dan budidaya rumput laut Perluasan Pertambangan dan Pengolahan Nikel, Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan (diluar pembangunan PLTA Karebe)
Pengembangan budidaya udang
Eksplorasi emas
2 KPI Pare-Pare
Pengembangan industri semen 4.482,0
Pengembangan pasar ikan tradisional (rehabilitasi pasar)
Pengembangan Industri Udang
Pengembangan budidaya udang, rumput laut
Pengembangan Tanaman Jarak sebagai sumber Energi Baru Terbarukan
3 KPI Makassar
Kawalan manajemen/budidaya usaha tani 4.899,0
Bio Ethanol
1 Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 7 tahun 2012 sebagaimana diubah dengan Permen ESDM No. 11 tahun
2012 tentang Nilai Tambah Mineral dan Peraturan Menteri Perdagangan No 29 tahun 2012 tentang Ketentuan
Ekspor Produk Pertambangan dan Peraturan Menteri Keuangan No. 75 tahun 2012 mengenai Penetapan Harga
Ekspor Untuk Penghitungan Bea Keluar
28
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
No Lokasi Kegiatan Nilai investasi (Rp miliar)
Pembangunan Pabrik POG 1 Unit
Pembangunan reiser ikan hias
Pembangunan rumah kemasan
Pengembangan PP Untia
Pabrik pengolahan Kakao
Pengembangan Industri pengolahan makanan olahan
Pengembangan Kawasan Minapolitan Perikanan Tangkap (8 kabupaten/Kota)
Pembangunan Terminal LPG
Pengembangan budidaya udang dan rumput laut
4 KPI Wajo Pembangunan Industri Pengeringan Jagung 5.575,0
Pengembangan Industri Pemurnian dan Pengolahan Gas Bumi
Pengembangan Industri Pembekuan Ikan dan biota perairan lainnya di Bantaeng
Pengembangan pabrik es dan cold storage
PPI Bulukumba dan Lappa Sinjai
Pengembangan budidaya udang, rumput laut
Total 30.445,6
Sumber : Biro Perencanaan, Kementerian Kelautan Dan Perikanan, selaku Personal In Charge (PIC) Koridor Ekonomi Sulawesi
29
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Bab 2
Perkembangan Inflasi
Inflasi Sulawesi Selatan (Sulsel) hingga triwulan II-2013 belum menunjukkan
peningkatan signifikan, meskipun ada penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM)
bersubsidi pada akhir triwulan ini. Inflasi Sulsel tercatat 4,36% (yoy), justru terkoreksi ke
bawah dibanding triwulan sebelumnya (4,61%; yoy). Bahkan, inflasi Sulsel masih lebih kecil
dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 5,90% (yoy) pada triwulan II-2013. Perlambatan
inflasi tersebut, ditopang oleh revisi kebijakan pembatasan impor hortikultura, sehingga
berdampak positif untuk mengurangi tekanan inflasi pada Kelompok Bahan Makanan
terutama Subkelompok Bumbu-bumbuan. Namun demikian, tekanan harga masih terjadi
pada kelompok makanan jadi (akibat kenaikan cukai rokok) dan kelompok perumahan
(implikasi kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) secara bertahap). Sementara kenaikan harga BBM
rata-rata sebesar 33%, baru tertransmisi langsung kepada kenaikan inflasi kelompok
transportasi, yang meningkat tertinggi dalam kurun 5 tahun terakhir.
2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa1
Terkendalinya laju tekanan inflasi pada triwulan II-2013, didukung oleh perlambatan
inflasi 4 kelompok pengeluaran. Perlambatan terjadi pada kelompok bahan makanan;
sandang; kesehatan; serta pendidikan, rekreasi dan olahraga. Pergerakan inflasi Kelompok
Bahan Makanan selalu menjadi perhatian tersendiri bagi Provinsi Sulsel. Setelah terus
meningkat sejak triwulan IV-2011, tekanan inflasi bahan makanan terus turun hingga
mencapai 6,22% (yoy) pada triwulan II-2013. Sementara tingkat inflasi kelompok sandang
dan kelompok kesehatan terus menurun dan mencapai nilai terendah pada triwulan laporan
masing-masing sebesar 2,61% (yoy) dan 1,99% (yoy). Hal ini menunjukkan pengendalian
harga yang cukup baik atas 2 kelompok tersebut, di tengah masih kuatnya daya beli
masyarakat. Sementara kelompok pendidikan juga relatif rendah (3,33%; yoy) di tengah
masa pergantian tahun ajaran baru sekolah.
1 Terdapat 7 kelompok pengeluaran dalam penghitungan inflasi.
30 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%; yoy)
Grafik 2.1.
Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan
2.1.1 Kelompok Bahan Makanan
Tekanan inflasi kelompok bahan makanan mengalami penurunan, bahkan lebih rendah
daripada inflasi nasional. Pada triwulan II-2013, inflasi yang terekam adalah 6,22% (yoy),
lebih rendah daripada inflasi bahan makanan nasional (10,70%; yoy). Dengan dibukanya
kran impor hortikultura untuk beberapa komoditas mengurangi cukup signifikan pergerakan
inflasi kelompok volatile foods. Membaiknya pasokan pasca impor bawang merah yang
dilakukan pemerintah telah mendorong penurunan harga komoditas bawang merah. Angka
inflasi tersebut relatif lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan triwulan I-2013 (8,01%) ---
Tabel 2.2. Lebih dari separuh inflasi komoditas dalam kelompok bahan makanan tercatat
lebih rendah daripada triwulan sebelumnya, antara lain daging, ikan segar/awetan, bumbu-
bumbuan, lemak/minyak, dan bahan makanan lainnya.
Namun demikian masih ada beberapa komoditas yang perlu menjadi perhatian, karena
masih mengalami kenaikan harga. Subkelompok padi-padian (beras), telur-susu-hasilnya,
sayur-sayuran, kacang-kacangan, dan buah-buahan menunjukkan adanya peningkatan harga
dibanding triwulan sebelumnya. Harga beras rata-rata meningkat 1,87% (yoy) ditengah
panen raya dan pengadaan Bulog yang cukup masif. Bahkan stok beras di Bulog mampu
Bahan
Makanan
Makanan
Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor
1 13.96 4.47 4.16 8.30 3.08 1.48 1.84 6.32
2 12.10 5.27 4.57 8.83 6.41 2.43 2.08 6.37
3 1.43 4.40 3.70 10.96 7.60 3.00 0.77 3.37
4 0.24 4.40 3.67 8.69 7.67 2.90 0.73 2.88
1 4.04 4.49 4.18 9.57 7.53 2.94 0.57 4.06
2 4.94 4.29 3.98 6.99 4.53 2.12 0.47 3.85
3 7.81 4.97 3.41 6.51 3.18 1.37 0.63 4.48
4 6.56 5.03 3.35 7.08 2.83 3.41 1.16 4.40
1 8.01 4.57 3.43 6.03 2.28 3.54 0.89 4.61
2 6.22 4.63 3.60 2.61 1.99 3.33 3.96 4.36
UMUM
2012
2011
2013
TAHUNKelompok Pengeluaran
0
1
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
y.o.y - Nasy.o.y - Ssy.t.d - Ss
% Sumber : BPS diolah%
31
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
bertahan untuk 35 bulan atau setara 278.993 ton. Tren kenaikan harga beras perlu
diwaspadai, karena memiliki bobot yang cukup besar dalam keranjang inflasi.
Grafik 2.2.
Perkembangan Inflasi Kel. Bahan Makanan
Tabel 2.2. Inflasi Per Sub Kel. Bahan Makanan
Grafik 2.3.
Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar Bawang Merah
Bawang Putih
Cabe Merah
Daging Sapi
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
% y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
2 1 2
BAHAN MAKANAN 4.94% 8.01% 6.22%
1 Padi-padian 15.16% 1.44% 1.84%
2 Daging & Hasilnya -0.23% 8.09% 3.81%
3 Ikan Segar 1.10% 3.35% -1.08%
4 Ikan Diawetkan 6.63% 5.62% -3.85%
5 Telur, Susu & Hasilnya 2.52% -0.27% 4.52%
6 Sayur-sayuran 3.78% 7.20% 14.61%
7 Kacang-kacangan -3.99% 7.36% 9.88%
8 Buah-buahan 7.06% 4.02% 16.13%
9 Bumbu-bumbuan 3.39% 75.10% 41.83%
10 Lemak & Minyak -0.78% 0.16% -0.72%
11 Bhn Makanan Lainnya 9.76% 3.54% 3.00%
Sumber: BPS (diolah)
2012 2013Keterangan
No
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2011 2012 2013
Bawang Merah
yoy - a.kanan
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2011 2012 2013
Bawang Putih
yoy - a.kanan
-80%-60%-40%-20%0%20%40%60%80%100%
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2011 2012 2013
Cabe Merah
yoy - a.kanan
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
-10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 90,000
100,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2011 2012 2013
Daging Sapi
yoy - a.kanan
32 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Grafik 2.4. Perkembangan Harga CPO Internasional
Perlambatan inflasi tahunan tersebut tidak terlepas dari perkembangan dampak
musiman2 yang lebih baik. Secara triwulanan, Kelompok Bahan Makanan juga mengalami
deflasi sebesar -1,54% (Grafik 2.5), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan I-2013 yang
mana terjadi inflasi sebesar 6,28% (qtq) maupun triwulan II-2012 yang tercatat sebesar
0,11% (qtq). Selain itu, harga CPO internasional masih dalam tren menurun (-13,8%; qtq)
hingga ke level 861 USD/mt, jauh dibawah harga CPO tertinggi yang terjadi pada triwulan I-
2011 (1.292 USD/mt). (Grafik 2.4).
Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sulawesi Selatan (%; qtq)
2.1.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
Kenaikan laju inflasi masih terjadi pada Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan
Tembakau. Kelompok ini meningkat 4,63% (yoy), sedikit lebih tinggi dari inflasi tahunan
triwulan sebelumnya (4,57%). Subkelompok Makanan Jadi serta subkelompok tembakau
dan minuman beralkohol cenderung meningkat dibanding triwulan I-2013, sedangkan
subkelompok minuman tidak beralkohol mengalami perlambatan (Tabel 2.3). Survei
Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa
kenaikan harga pada beberapa komoditas makanan jadi, diduga ikut mendorong tekanan
2 Dihitung dari perkembangan yang lebih pendek, seperti triwulanan (qtq) atau bulanan (mtm).
-25%
-20%-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2011 2012 2013
Palm Oil (USD/metric ton)
yoy indeks
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
33
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
lebih tinggi pada laju inflasi, misalnya komoditas mie kering instant, nasi, dan susu bubuk
(Grafik 2.7). Sedangkan di sisi lain, harga gula pasir mengalami penurunan yang disebabkan
oleh kecukupan pasokan di pasar eceran.
Dampak kenaikan cukai rokok di tahun 2013 sudah mulai terasa meski masih pada level
yang moderat. Harga rokok mengalami peningkatan akibat kenaikan cukai rokok sebesar
8,5%. Namun demikian, perubahan harga yang terjadi tidak mengakselerasi inflasi ke level
yang lebih tinggi, karena kenaikan cukai tahun ini tidak setinggi tahun lalu yang mencapai
lebih dari 10%.
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-
Minuman-Rokok-Tembakau
Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kel. Makanan Jadi-Minuman-
Rokok-Tembakau
Grafik 2.7. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-
Tembakau Hasil SPH di Makassar Gula Pasir
Mie Kering Instant
Nasi
Susu Bubuk
0
1
2
3
4
5
6
7
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
2 1 2
MKNN JADI, M, R & T. 4.29% 4.57% 4.63%
1 Makanan Jadi 2.83% 3.90% 3.93%
2 Min. yg tdk Beralkohol 6.71% 7.19% 5.77%
3 Temb. & Min. Beralkohol 6.49% 4.27% 5.55%
Sumber: BPS (diolah)
2012 2013KeteranganNo
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2011 2012 2013
Gula Pasir
yoy - a.kanan
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
1,250
1,300
1,350
1,400
1,450
1,500
1,550
1,600
1,650
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2011 2012 2013
Mie Kering Instant
yoy - a.kanan
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2011 2012 2013
Nasi
yoy - a.kanan
0%1%2%3%4%5%6%7%8%9%10%
24,500 25,000 25,500 26,000 26,500 27,000 27,500 28,000 28,500 29,000 29,500
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2011 2012 2013
Susu Bubuk
yoy - a.kanan
34 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Grafik 2.8. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Sub kelompok Makanan, minuman & Tembakau
Secara musiman, harga kelompok ini relatif stabil dan tidak terlalu berfluktuasi. Laju
inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau pada triwulan laporan
mengalami peningkatan menjadi 0,88% (qtq) dari 0,59% (qtq) pada triwulan I-2013 (Grafik
2.9). Inflasi triwulanan pada triwulan laporan, tercatat sedikit lebih tinggi dibandingkan
triwulan yang sama 2012 yang tercatat sebesar 0,82% (qtq). Berdasarkan perkembangan
hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) terlihat bahwa secara umum terjadi peningkatan harga
pada periode laporan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau
Sulawesi Selatan (%; qtq)
2.1.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar
Laju inflasi tahunan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar pada
trwilan laporan sedikit mengalami peningkatan. Inflasi kelompok ini tercatat sebesar
3,60% (yoy), naik dibandingkan inflasi tahunan pada triwulan I-2013 sebesar 3,43% (Tabel
2.4). Menguatnya tekanan inflasi didorong oleh Subkelompok Bahan Bakar, Penerangan, dan
Air, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga. Penyesuaian TDL sejak awal 2013
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2011 2012 2013
Mkn-Minum&Tmbkau
yoy
Smb : SPE
0
1
2
3
4
5
6
7
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
35
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
diduga menjadi faktor utama pendorong naiknya harga untuk Sub-kelompok Bahan Bakar,
Penerangan, dan Air. Sepanjang tahun 2013, TDL akan mengalami penyesuaian secara
bertahap hingga mengalami peningkatan sebesar 15%.
Di sisi lain, Sub-kelompok Biaya Tempat Tinggal mengalami penurunan inflasi. Hal ini
diperkirakan karena masih stabilnya harga semen pasca kenaikan harga BBM bersubsidi
akibat pasokan yang masih lancar. Diperkirakan biaya produksi semen tidak akan terlalu
terpengaruh dengan kenaikan harga BBM pada Juni 2013, karena sebagian bahan bakar
yang digunakan untuk memproduksi semen adalah batu-bara. Selain itu, salah satu pabrik
semen terbesar di Sulawesi Selatan sudah memiliki pembangkit sendiri.
Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi Kel.
Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar
Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kel.
Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar`
Secara triwulanan, inflasi kelompok ini juga mengalami penurunan. Inflasi kelompok ini
menjadi 0,80% (qtq) dari 1,45% (qtq) pada triwulan I-2013 (Grafik 2.11). Meski demikian,
inflasi kelompok ini sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan II-2012 (0,63%; qtq).
Dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) diketahui bahwa penurunan ini mendorong terjadinya
peningkatan penjualan eceran kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya.
Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan-
Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar Sulawesi Selatan (%; qtq; yoy)
Grafik 2.12. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel.
Perlengkapan Rumah Tangga
-
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah2 1 2
PERUMAHAN,A, L,G & BB 3.98% 3.43% 3.60%
1 Biaya Tempat Tinggal 5.34% 4.45% 3.80%
2 BB, Penerangan & Air 2.91% 1.32% 2.89%
3 Perlengkapan RT 1.95% 3.85% 4.42%
4 Penyelenggaraan RT 2.09% 2.93% 3.28%
Sumber: BPS (diolah)
2012 2013KeteranganNo
-
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%70%
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2011 2012 2013
Prlngkpan RT
yoy
36 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
2.1.4 Kelompok Sandang
Kelompok Sandang mengalami perlambatan laju inflasi pada triwulan II-2013. Inflasi
yang terjadi sebesar 2,61% (yoy) (Tabel 2.5), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2013
(6,03%; yoy) maupun triwulan II-2012 (7,08%; yoy), inflasi periode ini mengalami
penurunan. Penurunan tersebut terlihat dari inflasi tiga subkelompok didalamnya yang
menurun dari triwulan sebelumnya, kecuali harga di Sub-kelompok Sandang Wanita
mengalami peningkatan. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya permintaan karena pengaruh
tradisi warga Makassar dan Sulsel untuk berinvestasi pada emas, ditengah harga emas yang
relatif turun. Penjualan emas oleh salah satu perusahaan pertambangan yang sebagian besar
sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia, secara nasional telah mencapai 5 ton selama
Januari-Mei 2013. Data situs resmi divisi logam mulia, penjualan di cabang Makassar pada
periode Januari-Mei tercatat sebesar 130 kilogram dan sempat mengalami kehabisan stok
emas karena harus berebut dengan distribusi ke daerah lain.
Grafik 2.13. Perkembangan Inflasi Kel. Sandang
Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kel. Sandang
Grafik 2.14. Perkembangan Harga Internasional:
Komoditas Emas
Grafik 2.15. Perkembangan Harga Emas Perhiasan Hasil
SPH di Makassar
-2
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
2 1 2
SANDANG 6.99% 6.03% 2.61%
1 Sandang Laki-laki 6.74% 9.98% 8.21%
2 Sandang Wanita 2.55% 3.11% 3.52%
3 Sandang Anak-anak 7.91% 6.40% 6.39%
4 Brg Pribadi & Sandang Lain 10.07% 5.16% -3.32%
Sumber: BPS (diolah)
2012 2013KeteranganNo
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
2,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2011 2012 2013
$/troy oz yoy indeks
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-50
100 150 200 250 300 350 400 450 500
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2011 2012 2013
Rp
Rib
ua
n
Emas Perhiasanyoy - a.kanan
37
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Grafik 2.16. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Sulawesi Selatan (%; yoy; qtq)
2.1.5 Kelompok Kesehatan
Tekanan laju inflasi menurun pada Kelompok Kesehatan. Laju inflasi menurun menjadi
1,99% (yoy) pada triwulan II-2013 dari 4,53% (yoy) pada triwulan II-2012 (Tabel 2.6).
Hampir seluruh subkelompok mengalami penurunan, kecuali Jasa Kesehatan. Subkelompok
yang mengalami penurunan inflasi yang paling besar adalah Obat-obatan. Pola yang sama
terjadi juga pada laju inflasi triwulanan. Inflasi triwulan laporan (0,29%; qtq) lebih rendah
dari inflasi triwulan I-2013 (0,61%; qtq), meski cenderung lebih tinggi dari inflasi triwulan II-
2012 (0,58%; qtq) --- Grafik 2.18.
Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan
Tabel 2.6. Inflasi Per-Subkelompok Kesehatan
Grafik 2.18.
Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan Sulawesi Selatan (%; yoy; qtq)
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah 2 1 2
KESEHATAN 4.53% 2.28% 1.99%
1 Jasa Kesehatan 4.88% 1.82% 2.00%
2 Obat-obatan 4.74% 1.04% 0.34%
3 Js Prwtn Jas. 5.54% 5.92% 5.79%
4 Prwtn Jas. & Kos. 3.98% 2.25% 1.76%
Sumber: BPS (diolah)
2012 2013KeteranganNo
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
38 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
2.1.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
Terjadi penurunan tekanan inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga,
ditengah masa pergantian tahun ajaran baru sekolah. Pada triwulan laporan, inflasi
tahunan kelompok ini tercatat 3,33% (Tabel 2.7), lebih rendah dari triwulan sebelumnya
(3,54%; yoy). Hampir seluruh kinerja subkelompok di dalam kelompok ini mengalami
penurunan tekanan inflasi, kecuali subkelompok pendidikan yang cenderung stabil atau
tertahan pada level yang sama dibanding triwulan I-2013. Relatif stabilnya biaya pendidikan
ditengarai karena langkah tegas dari pemerintah daerah, dengan menurunkan tim dari
Inspektorat untuk melakukan pemeriksaan internal atas pengelolaan keuangan sekolah
khususnya dalam penerimaan siswa baru tahun 2013.
Dibandingkan triwulan sebelumnya, tekanan inflasi triwulanan kelompok ini juga relatif
stabil. Laju inflasi bergerak turun dari 0,19% (qtq) pada triwulan I-2013 menjadi 0,02% (qtq)
di triwulan laporan (Grafik 2.20). Hal ini dikarenakan oleh adanya penurunan tekanan inflasi
yang cukup signifikan dari Subkelompok Pendidikan serta Rekreasi pada triwulan II-2013,
dimana pada beberapa periode sebelumnya yaitu triwulan IV-2012 dan I-2013 terdapat
dorongan inflasi yang cukup tinggi.
Grafik 2.19. Perkembangan Inflasi Kel. Pendidikan-
Rekreasi-Olahraga
Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kel. Pendidikan-Rekreasi-
Olahraga
Grafik 2.20. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-OlahragaSulawesi Selatan (%; qtq)
-
1
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013%
y.t.dy.o.y
Sumber : BPS diolah
2 1 2
PENDIDIKAN, R & OR 2.12% 3.54% 3.33%
1 Pendidikan 3.48% 4.91% 4.91%
2 Kursus/Pelatihan 0.76% 2.26% 1.53%
3 Prlngkpn/Prltn Pendd. 1.07% 1.09% 0.88%
4 Rekreasi 0.59% 3.19% 2.79%
5 Olahraga 2.66% 2.08% 0.58%
Sumber: BPS (diolah)
2012 2013KeteranganNo
-1
-
1
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013%
y.o.yq.t.q
Sumber : BPS diolah
39
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
2.1.7 Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Secara tahunan, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami
peningkatan tekanan inflasi. Laju inflasi sebesar 3,96%, atau lebih tinggi dari triwulan I-
2013 (0,89%) maupun dari triwulan II-2012 (0,47%) (Tabel 2.8). Meskipun Sub-kelompok
Transpor mengalami peningkatan laju inflasi, namun terjadi deflasi pada Sub-kelompok
Komunikasi-Pengiriman dan penurunan inflasi pada Sub-kelompok lainnya, yang secara telah
memberikan pengaruh baik secara keseluruhan untuk menahan laju inflasi pada kelompok
dimaksud. Peningkatan laju inflasi Sub-kelompok Transpor dipicu oleh naiknya harga BBM
bersubsidi pada 22 Juni 2013, yang memberikan dampak lanjutan pada peningkatan tarif
angkutan darat dan udara. Dimana tarif angkutan udara juga naik sehubungan dengan
tingginya tingkat permintaan menjelang masa liburan anak sekolah.
Grafik 2.21. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi
Tabel 2.8. Inflasi Tahunan Per-Sub Kel.
Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan
Peningkatan harga BBM bersubsidi di triwulan ini, meningkatkan laju inflasi
triwulanan kelompok ini secara signifikan. Setelah sempat mengalami deflasi pada
triwulan I-2013 (-0,16%; qtq), kemudian harga komoditas dalam kelompok ini justru naik
tajam dan mencetak inflasi sebesar 3,34% (qtq) pada triwulan II-2013 (Grafik 2.22). Hal ini
sejalan dengan hasil SPE khususnya untuk Kelompok Suku Cadang dan Aksesori sebagai
prompt indicator. Dari Grafik 2.23, terlihat adanya peningkatan pertumbuhan tahunan serta
triwulanan Indeks Penjualan Eceran Kelompok Suku Cadang dan Aksesori.
Grafik 2.22.
Perkembangan Inflasi Kel. Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan Sulawesi Selatan (%; qtq)
Grafik 2.23. Perkembangan Indeks Penjualan EceranKel.
Suku Cadang & Aksesori
-1
-
1
1
2
2
3
3
4
4
5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
4 1 2
TRANSPOR, KOM. & JK 1.16% 0.89% 3.96%
1 Transpor 1.46% 1.09% 5.41%
2 Kom. & Pengiriman -0.01% -0.13% -0.12%
3 Srn & Penunjang Transpor 1.09% 1.07% 0.93%
4 Js Keuangan 1.48% 2.24% 2.06%
Sumber: BPS (diolah)
2012 2013KeteranganNo
-1
-
1
1
2
2
3
3
4
4
5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
%
y.o.y
q.t.qSumber : BPS diolah
-5%0%5%10%15%20%25%30%35%40%
0
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2011 2012 2013
Sk Cdg&Akssoris
yoy
Smb : SPE
40 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
2.2. Inflasi Berdasarkan Kota3
Hampir semua kota penghitungan inflasi di Sulsel pada triwulan II-2013 melambat
dibanding triwulan sebelumnya. Hanya kota Watampone yang menunjukkan inflasi lebih
tinggi dibanding triwulan I-2013. Berdasarkan urutan nilai inflasi, berturut-turut dari inflasi
yang tertinggi dialami oleh Kota Makassar, Kota Pare-pare, Kota Watampone, dan Kota
Palopo. Inflasi Kota Makassar triwulan II-2013 tercatat sebesar 4,54% (yoy), lebih rendah dari
inflasi triwulan I-2013 (4,76%; yoy). Menyusul Makassar adalah Kota Pare-pare yang
mengalami inflasi tahunan sebesar 4,49% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi
triwulan I-2013 (4,67%; yoy). Selanjutnya adalah Kota Watampone dengan laju inflasi
sebesar 3,28% (yoy) untuk triwulan II-2013, lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya (2,90%; yoy). Terakhir adalah Kota Palopo yang mengalami inflasi tahunan
3,03%, lebih kecil dari inflasi di triwulan I-2013 (4,34%; yoy). Pendorong lebih tingginya
inflasi di Watampone adalah kenaikan inflasi kelompok bahan makanan dan transpor-jasa
keuangan-jasa keuangan.
Grafik 2.24. Perkembangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulsel
Tabel 2.9. Sumbangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulsel
Perlambatan inflasi Makassar mendorong penurunan sumbangan inflasi Sulsel.
Sumbangan paling besar bagi inflasi tahunan Sulsel (4,36%) tetap diberikan oleh Kota
3Inflasi di Sulsel dihitung dari 4 (empat) kota yaitu Makassar, Palopo, Parepare, dan Watampone.
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013
Gro
wth
(y.
o.y
)
MakassarPalopoPare-pareWatamponeSulawasi Selatan
Sumber: BPS (diolah)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Watampone 0.30% 0.32% 0.17% 0.14% 0.20% 0.19% 0.22% 0.22% 0.23% 0.22% - -
Makassar 5.32% 5.35% 2.87% 2.42% 3.42% 3.24% 3.77% 3.71% 3.88% 3.68% - -
Palopo 0.35% 0.35% 0.19% 0.16% 0.22% 0.21% 0.25% 0.24% 0.25% 0.24% - -
Pare-pare 0.34% 0.35% 0.18% 0.16% 0.22% 0.21% 0.24% 0.24% 0.24% 0.23% - -
Sulawasi Selatan 6.32% 6.37% 3.37% 2.88% 4.06% 3.85% 4.48% 4.40% 4.61% 4.36% - -
Sumbangan Inflasi Kota
Keterangan 2011 2012 2013
41
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Makassar yaitu sebesar 3,68% (Tabel 2.9), namun cenderung menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,88%. Tiga kota yang lain relatif memberikan
sumbangan yang berimbang. Kota Palopo menyumbang 0,24%, lebih rendah dari
sumbangan triwulan sebelumnya (0,25%). Sementara itu, Kota Pare-pare mencatat angka
sumbangan yang sedikit lebih rendah dibanding triwulan I-2013 (0,24%), yaitu sebesar
0,23% pada triwulan laporan. Sumbangan Kota Watampone juga sedikit menurun yaitu dari
0,23% di triwulan I-2013 menjadi 0,22% pada triwulan II-2013.
2.3. Disagregasi Inflasi4
Berdasarkan disagregasi, volatile food masih yang memberikan sumbangan terbesar
bagi inflasi Sulsel. Sumbangan inflasi volatile foods (2,02%), diikuti oleh inflasi inti (1,45%)
dan inflasi administered prices (0,90%) (Grafik 2.25). Inflasi volatile foods mencatat angka
tertinggi dibanding komponen lain pada triwulan laporan sebesar 8,49% (yoy), lebih rendah
dari triwulan I-2013 (11,52%; yoy) (Grafik 2.26). Kondisi cuaca yang belum kondusif masih
mendorong harga kelompok sayur-sayuran meningkat. Meski demikian, kebijakan
pembatasan impor hortikultura memberikan dampak yang positif untuk mengurangi tekanan
inflasi pada Kelompok Bahan Makanan terutama Subkelompok Bumbu-bumbuan. Akibatnya,
harga beberapa komoditas volatile foods terutama bumbu-bumbuan, sayur-sayuran, dan
buah-buahan mengalami pelemahan inflasi pada triwulan II-2013.
Inflasi inti terkoreksi ke bawah seiring turunnya harga emas. Pada triwulan II-2013 inflasi
inti tercatat 3,02% (yoy), atau sedikit melambat dibandingkan triwulan I-2013 (4,37%; yoy).
Penurunan harga emas dapat meredam laju inflasi inti pada periode laporan seiring dengan
menurunnya harga emas internasional. Meski di sisi lain, permintaan emas masyarakat Sulsel
masih relatif tinggi. Hal ini karena masyarakat Sulsel cendrung berinvestasi pada emas dan
tanah. Sementara itu, harga bahan bangunan dan sewa rumah terlihat masih meningkat,
seiring permintaan properti yang terus tumbuh.
Grafik 2.25. Sumbangan Inflasi Inti, Administered dan
Volatile Foods
Grafik 2.26. Pertumbuhan Inflasi Inti, Administered dan
Volatile Foods
4Analisa disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi non-inti (volatile foodsdan
administered prices). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental. Sejak tahun 2012, data laju inflasi dan sumbangan inflasi berdasarkan disagreagsimenggunakan pendekatan komoditas. Sebelumnya, digunakan pendekatan subkelompok.
-1%
-1%
0%
1%
1%
2%
2%
3%
3%
4%
4%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Administered Inflation Core Inflation Volatile Inflation
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Administered Inflation Core Inflation Volatile Inflation Total
Sumber: BPS Diolah
42 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Kenaikan harga BBM bersubsidi memicu kenaikan inflasi administered prices. Inflasi
administered price sebesar 4,71% (yoy) di triwulan II-2013. Angka inflasi tersebut lebih tinggi
dari triwulan I-2013 (1,96%; yoy) dan juga lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2012
(2,64%; yoy). Pendorong utama inflasi adalah kenaikan BBM bersubsidi pada 22 Juni 2013.
Kenaikan terjadi pada harga bensin menjadi sebesar Rp6.500 dari sebelumnya Rp4.500,
sementara solar menjadi Rp5.500 dari Rp4.500. Secara rata-rata, kenaikan harga BBM
bersubsidi tahun ini sebesar 33% Selain itu, dampak kenaikan TDL di 2013 masih berlanjut
hingga triwulan II-2013.
43
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Boks II :
Kesiapan Sulawesi Selatan Menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri
Sudah dianggap sebagai kewajaran, pada saat-saat periode tertentu, dimanfaatkan
oleh sebagian kalangan untuk memperoleh keuntungan dengan meningkatkan harga
lebih tinggi dari biasanya. Salah satunya adalah periode Ramadhan dan Idul Fitri 1434
H. Meskipun pada bulan puasa umat muslim harus menahan lapar dan dahaga hingga
maghrib, permintaan bahan pangan di pasar justru semakin meningkat. Hal ini terjadi
hampir di seluruh belahan kota di Indonesia menjelang bulan Ramadhan.
Selain faktor hari besar keagamaan tersebut, pada saat yang bersamaan, Pemerintah
juga menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi1. Dampak langsung
kenaikan harga BBM terasa seketika dengan meningkatnya inflasi subkelompok
transportasi sebesar 4,43% pada bulan Juli 2013. Pemberlakuan tarif sementara taksi
pada akhir Juni 2013 sebesar 17-20% dan angkutan umum hingga kisaran 30%
menjadi penyebab inflasi subkelompok transportasi tersebut. Sementara dampak tidak
langsungnya masih belum sepenuhnya tertransmisi kepada harga bahan pangan di
bulan Juni 2013. Faktor pendukungnya adalah stok bahan pangan yang cukup hingga
beberapa bulan ke depan.
Menghadapi fenomena Ramadhan dan kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut, Tim
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sulawesi Selatan melakukan antisipasi melalui
penguatan jalinan koordiasi sebelum harga pangan ikut terekskalasi. TPID Provinsi
Sulawesi Selatan pun menggelar High Level Meeting dengan pimpinan dari 24
kabupaten/kota, pada Senin, 8 Juli 2013 dengan topik utama "Persiapan menjelang
Ramadhan".
Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Ir. H. Agus Arifin Nu'mang MS hadir membuka acara
yang dihadiri oleh TPID Provinsi Sulawesi Selatan, empat TPID Kabupaten/Kota di
Sulawesi Selatan dan perwakilan 20 KabupatenKota yang belum terbentuk TPID-nya.
Wakil Gubernur menekankan pentingnya koordinasi antar daerah/TPID dan monitoring
pasokan kebutuhan pokok di masyarakat.
Pasca kenaikan BBM bersubsidi, Pemprov Sulsel telah melakukan langkah intensif
antara lain, (1) meningkatkan koordinasi dengan Pertamina terutama terkait dengan
ketersediaan BBM; (2) memrioritaskan lalu lintas kapal pengangkut BBM untuk dapat
berlabuh, sehingga tidak terjadi keterlambatan pengisian BBM; (3) mengecek secara
berkala stok BBM di SPBU2; serta (4) memantau dan mengendalikan gudang beras
Bulog dan komoditas utama Sulsel. Komitmen tersebut untuk menjaga trackrecord
1 Peraturan Menteri Sumber Daya Mineral Nomor 18 tahun 2013 dan mulai berlaku pada Sabtu, 22 Juni 2013. Bensin
jenis premium menjadi Rp6.500 per liter dan minyak solar menjadi Rp5.500 dari sebelumnya masing-masing Rp4.500
per liter.
2 Persediaan stok BBM bersubsidi dan elpiji Sulsel berada di kisaran 5 sampai 12 hari ke depan.
44
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
inflasi Sulawesi Selatan yang selalu dibawah batas maksimal inflasi nasional 4,5% +/-
1% dari kurun tahun 2012 hingga bulan Juni 2013.
(Kiri) Wakil Gubernur dan Kepala Perwakilan BI Wilayah I
memberikan arahan dan (Kanan) Suasana diskusi pada High Level Meeting
Sementara untuk menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri, TPID Provinsi Sulawesi Selatan
merekomendasikan untuk (1) menjaga keterjangkauan harga dan ketersediaan barang
kebutuhan pokok di daerah; (2) melakukan monitoring kecukupan pasokan; (3)
melakukan kegiatan pasar murah; dan (4) Operasi pasar akan ditempuh apabila harga
telah melampaui level tertentu. Pasar murah selama Ramadhan 1434 H akan
difokuskan di kota-kota penghitungan inflasi Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu Makassar,
Bone/Watampone, Pare-pare dan Palopo.
Pengendalian inflasi juga memerlukan langkah-langkah jangka panjang dalam aspek
produksi dan kerjasama antar daerah, yaitu: (1) mendukung ketersediaan komoditas
pangan melalui peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pangan di Sulawesi
Selatan; (2) menjaga kelancaran distribusi stok dan pasokan barang di wilayah kerja
masing-masing; (3) Apabila terjadi kekurangan stok dan pasokan, segera mengambil
tindakan dengan berkoordinasi dengan Kabupaten/Kota lain dan pemerintah provinsi
Sulawesi Selatan; dan (4) meningkatkan keterbukaan informasi harga dan stok
komoditas pangan antar provinsi, antara lain melalui integrasi sistem informasi harga
dan pasokan - SIGAP.
45
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Terakhir, sebagai tindak lanjut Instruksi Kementerian Dalam Negeri (Inmendagri)
mengenai kewajiban Bupati dan Walikota se-Indonesia untuk menjamin ketersediaan
dan keterjangkauan barang dan jasa3, Gubernur Sulawesi Selatan akan
menginstruksikan agar 20 Kabupaten/Kota yang belum terbentuk TPID segera menjajaki
pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Selain bertujuan untuk
memudahkan keterjangkauan barang dan jasa masyarakat, hal tersebut juga searah
dengan langkah pengendalian inflasi ke depan, dimana TPID Kabupaten/Kota akan
menjadi ujung tombak pengendalian inflasi Provinsi. Hal ini juga menunjukkan langkah
pengendalian harga pangan oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat akan
semakin strategis.
3 Inmendagri No.027/1696/SJ tanggal 2 April 2013
Boks III: Aksi TPID Sulawesi Selatan Menekan Ekspektasi Kenaikan Harga Pangan
Dalam rangka menahan peningkatan laju inflasi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I
Sulampua (KPwBI Wilayah I) melakukan berbagai langkah praktis. Beberapa langkah yang telah
dilakukan, mulai dari sosialisasi kebanksentralan bagi siswa dan mahasiswa, hingga kegiatan-
kegiatan untuk penguatan koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Hal ini dilakukan
dengan mempertimbangkan bahwa ekspektasi inflasi yang besar akan mendorong tekanan laju
inflasi. Sebagaimana diketahui, bobot inflasi inti memiliki peran yang cukup besar yaitu sekitar
64,5% terhadap inflasi Sulsel.
Melalui TPID Provinsi Sulawesi Selatan, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan KPwBI Wilayah I
berusaha memengaruhi ekspektasi pedagang dengan mengadakan inspeksi mendadak (Sidak),
kegiatan pasar murah dan operasi pasar. Sidak di awal Ramadhan 1434 H tahun ini, langsung
dipimpin oleh Pembina TPID Sulsel yaitu Gubernur Sulawesi Selatan, Dr. H. Syahrul Yasin Limpo,
SH, MSi, MH dan Kepala KPw BI Wilayah I, Mahmud. Sidak dilakukan kepada para distributor
utama, yaitu gudang beras Bulog Panaikang, gudang gula Galangan Kapal, depo Pertamina, dan
pasar Terong yang bertujuan untuk melihat kesiapan pasokan (bahan pangan, BBM, dan elpiji) dan
perkembangan harga menjelang Ramadhan. Hampir semua media lokal dan nasional ikut serta
meliput dan memberitakan kecukupan pasokan pangan dan kebutuhan pokok lainnya.
Ketersediaan 278,9 ribu ton beras Bulog (KIri), Ketersediaan bumbu-bumbuan di pasar Terong (Kanan)
Hasil Sidak menunjukkan bahwa persediaan beras di Bulog Sulsel cukup memenuhi kebutuhan
selama 35 bulan. Stok beras mencapai 278,9 ribu ton, setidaknya ada 23 provinsi memenuhi
kebutuhan beras raskinnya berasal dari Sulsel. Untuk stok pangan lainnya, distributor gula memiliki
stok gula lokal hingga 2 bulan, dan 4 bulan untuk gula rafinasi yang dimiliki oleh PT. Makassar
stok tepung terigu yang dikuasai oleh PT. Eastern Pearl Floor Mills Makassar
cukup untuk memenuhi kebutuhan 2 bulan. Dengan rata-rata produksi sebanyak 2.000 ton per
hari, pabrik terbesar di Indonesia tersebut juga memasok kebutuhan Kawasan Timur Indonesia.
Dengan adanya 22 ribu ekor sapi yang tersebar di 8 kabupaten1, pesediaan daging sapi
diperkirakan cukup memenuhi kebutuhan hingga 3 bulan ke depan. Daging ayam dan telur ayam
pun tersedia untuk kebutuhan 4 bulan dan 34 bulan ke depan. PT. Pertamina Region IV juga
mengkonfirmasikan bahwa pasokan elpiji 3 kg tersedia dengan cukup.
Tabel A.1 Kondisi Stok Kebutuhan Pokok / Strategis Sulsel
NO BAHAN
POKOK/STRATEGIS SATUAN
HARGA (Rp)
STOK (ton)
KETAHANAN STOK
1 Beras : Kg 7.857 278.993 35 bulan
2 Gula Pasir :
a. Lokal kg 12.500 21 2,1 bulan
b. Rafinasi Karung (50 Kg) 525 25.6 4,2 bulan
3 Tepung Terigu : 10.6 2 Bulan a. Cap Kompas Kg 7
b. Segitiga Biru Kg 8
4 Minyak Goreng : a. Minyak curah (sawit) 1 Liter 9 9.5 1,6 bulan
b. Kemasan 1 Liter 14 97.200 karton 3 bulan
5 Daging Sapi Kg 75.000 4.013 3 Bulan
6 Daging Ayam Kg 20.000 5.72 4,2 Bulan
7 Telur Kg 17.000 50.000 34,5 Bulan
8 Bawang Merah Kg 22.000 7.5 2,6 bulan
9 Cabe :
6.3 1,5 bulan a.Cabe Keriting Kg 28.000
b.Cabe Merah Besar Kg 21.000
c.Cabe Kecil Biasa Kg 21.000
Sumber: Dinas Perindustrian Dan Perdagangan, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
Gubernur Sulsel menjamin ketersediaan bahan pangan khususnya beras, gula, dan elpiji. Untuk
mencegah kenaikan bahan pokok lebih lanjut pasca kenaikan BBM bersubsidi, Pemerintah Daerah
Sulsel akan mengadakan operasi pasar, jika kenaikan harga sudah mencapai 15 persen.
Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia, terdapat kenaikan beberapa
komoditas yang relatif tinggi yaitu komoditas hortikultura (cabe dan bawang merah), daging dan
telur ayam yang dipicu oleh harga dari pulau Jawa yang produksinya terpengaruh curah hujan yang
tinggi2. Sementara untuk harga komoditas pangan lainnya relatif masih stabil, dengan rata-rata
kenaikan hanya berkisar kurang dari 5%.
1 Kabupaten Bone, Sinjai, Gowa, Barru, Bulukumba, Sidrap, Enrekang, dan Maros.
2Sementara hasil hortikultura di Sulsel akan meningkat, seiring produksi cabe sepanjang Juli-Oktober mendatang
mencapai sekitar 14 ribu hingga 16 ribu ton dari lahan seluas 1.450 hektare yang tersebar di 10 kabupaten sentra cabe rawit (Kabupaten Maros, Enrekang, Jeneponto, Sidrap, Takalar, Bantaeng, Barru, Pinrang, Sinjai dan Gowa)
49 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Bab 3
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Beberapa indikator perbankan dan sistem pembayaran di Sulawesi Selatan, pada triwulan II-
2013 sedikit melambat seiring dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan
laporan. Penghimpunan dana pihak ketiga tumbuh melambat baik untuk jenis tabungan,
giro dan deposito. Perkembangan aset Bank Umum juga mengalami perlambatan, baik bank
pemerintah, bank swasta nasional maupun bank asing-campuran. Berdasarkan jenis
penggunaan kredit, terjadi penurunan pertumbuhan yang signifikan pada kredit konsumsi
tetapi meningkat pada kredit investasi. Sejalan dengan itu, penyaluran kredit kepada sektor
utama (industri pengolahan, pertambangan dan pertanian), tercatat tumbuh lebih rendah
dibanding triwulan sebelumnya. Namun dibandingkan nasional, penyaluran kredit Sulsel
tumbuh lebih tinggi. Perkembangan kredit Sulsel tumbuh 21,84%, sementara nasional
tumbuh 20.89%. Kondisi tersebut mengakibatkan kegiatan intermediasi perbankan di Sulsel
tetap lebih tinggi daripada nasional, dengan rasio LDR 144.62% dibanding nasional yang
hanya sebesar 101.11%. Sejalan dengan itu, indikator sistem pembayaran juga mengalami
perlambatan, yang ditunjukkan oleh pembayaran non-tunai untuk transaksi kecil, terutama
melalui sarana RTGS, seiring melambatnya sektor PHR, terutama untuk perdagangan eceran.
A. Perbankan
Kinerja perbankan Sulsel pada triwulan II-2013 relatif menurun, karena beberapa indikator
menunjukan pertumbuhan tahunan yang lebih rendah dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Perlambatan tersebut tercermin pada beberapa indikator perbankan
seperti total aset, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Pertumbuhan total aset perbankan
sebesar 19,04% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dan triwulan yang
sama tahun sebelumnya masing-masing sebesar 19,69% (yoy) dan 25,98% (yoy). Penurunan
pertumbuhan total aset tersebut didorong oleh melambatnya pertumbuhan DPK dan
pertumbuhan kredit pada triwulan laporan dibanding triwulan sebelumnya. Perlambatan
pertumbuhan DPK yang cukup signifikan mendorong peningkatan LDR dari 134,06% pada
periode sebelumnya menjadi 144,62% pada triwulan laporan. Sedangkan Non Performing
Loans (NPLs) Bank Umum pada triwulan laporan secara gross tercatat meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 2,68%, masih berada dibawah batas aman
5,00%.
50 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Dibandingkan bank konvensional, pertumbuhan perbankan syariah Sulsel pada triwulan II-
2013 menunjukkan kinerja yang tidak terutama dari sisi pengumpulan DPK. Level Finance to
Deposit Ratio (FDR) meningkat dari 221,03% pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar
241,23% pada triwulan II-2013. Selanjutnya disisi lain, perkembangan Bank Perkreditan
Rakyat/Syariah (BPR/S) juga menunjukan kinerja yang menurun, terindikasi dari melambatnya
pertumbuhan aset dan Kredit/Pembiayaan namun DPK masih menunjukkan peningkatan
pertumbuhan.
3.1. Kondisi Umum
3.1.1 Perkembangan Kelembagaan
Dari sisi kelembagaan, pada triwulan II-2013, jumlah bank di Sulsel mengalami perubahan
dengan bertambahnya 2 (dua) Bank Konvensional. Sedangkan untuk jumlah BPR ada
penambahan 1 (satu) BPR pada triwulan laporan yaitu sebanyak 28 (tabel 3.1).
Tabel 3.1 Perkembangan Kelembagaan Bank Umum dan BPR Sulawesi Selatan
3.1.2 Perkembangan Aset Perbankan
Total aset Bank Umum pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 19,04% menjadi Rp86,37
triliun, sedikit melambat dibandingkan triwulan I-2013 yang tumbuh sebesar 19,69% (tabel
3.2). Perlambatan pertumbuhan aset perbankan pada periode laporan disebabkan oleh
melambatnya pertumbuhan aset seluruh kelompok bank, yaitu bank Pemerintah, bank
Swasta Nasional dan juga bank Asing-Campuran, masing-masing dari 17,84%, 22,81% dan
9,85% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 17,14%, 22,38% dan -0,02% (yoy)
pada triwulan laporan.
Tabel 3.2 Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank
I II III IV I II III IV I II
Bank Umum 36 37 38 40 41 41 46 46 47 49
31 32 32 34 35 35 35 35 36 38
5 5 6 6 6 6 6 6 6 6
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
27 27 27 27 27 27 28 28 28 29
689 724 812 844 852 891 925 936 940 950
2013
BPR
Jumlah Kantor Bank
2012
Konvensional
Syariah
UUS
Kelembagaan2011
2013
I II III IV I II III IV I II III IV I
Bank Umum 34 35 35 35 36 37 38 40 41 41 41 41 42
30 30 30 30 31 32 32 34 35 35 35 35 36
4 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 6
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 28 28 28
694 700 701 707 689 724 812 844 852 891 925 929 931
BPR
Jumlah Kantor Bank
Kelembagaan2010 2011 2012
Konvensional
Syariah
UUS
51 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
3.2. Intermediasi Perbankan
Meski pertumbuhan DPK dan kredit mengalami penurunan, namun intermediasi perbankan
meningkat dengan naiknya level Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR meningkat menjadi
144,62% pada triwulan II-2013 dibandingkan triwulan I-2013 yang tercatat sebesar
134,06%. Peningkatan LDR tersebut disebabkan oleh penurunan penghimpunan dana pihak
ketiga (DPK) yang lebih tinggi dibandingkan penurunan penyaluran pada periode laporan.
Sesuai pola historisnya, perkembangan intermediasi perbankan selalu tinggi, lebih dari
100%. Penyaluran kredit yang tinggi terutama untuk penyaluran kepada sektor
perdagangan, sektor industri pengolahan, dan sektor jasa dunia usaha.
3.2.1 Perkembangan Dana Masyarakat
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh Bank Umum pada triwulan I-2013 mencapai
Rp53,30 triliun atau tumbuh sebesar 9,97% (yoy) pada triwulan laporan, melambat
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 16,55% (yoy) (tabel 3.3).
Perlambatan pertumbuhan DPK terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan giro,
tabungan dan deposito dari 17,21% pada triwulan I-2013 menjadi 11,24% disusul
melambatnya pertumbuhan tabungan dari 17,19% menjadi 10,50% (yoy) serta
melambatnya pertumbuhan deposito dari 14,96% pada triwulan I-2013 menjadi 13,07%
(yoy) pada triwulan laporan.
Tabel 3.3 Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum
3.2.2 Penyaluran Kredit
Pada triwulan I-2013, penyaluran kredit perbankan di Sulsel mengalami perlambatan
pertumbuhan dari 22,58% (yoy) pada triwulan I-2013 menjadi 21,84% (yoy) pada periode
laporan (tabel 3.4). Dari sisi penggunaannya, kredit konsumsi yang pangsanya terbesar,
mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 24,01% dibandingkan laporan periode
sebelumnya 24,85% (yoy). Diikuti juga dengan kredit modal kerja yang mengalami
perlambatan pertumbuhan 9,74% pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 27,43%. Hal ini justru berbanding terbalik dengan kredit investasi yang mengalami
I II III IV I II I II III IV I II
1. DPK 23.04% 23.77% 27.30% 18.71% 16.55% 9.97% 46,091 48,468 52,290 54,278 53,721 53,299
a. Giro 21.14% 15.62% 19.82% 20.30% 17.21% 11.24% 7,893 7,764 8,190 7,948 9,252 8,086
b. Tabungan 27.09% 30.03% 34.25% 18.91% 17.19% 10.50% 24,970 27,186 29,432 31,428 29,262 29,942
c. Deposito 17.09% 17.17% 19.07% 17.47% 14.96% 13.07% 13,228 13,518 14,668 14,902 15,207 15,271
2. Kredit 26.30% 26.32% 22.49% 22.77% 22.58% 21.84% 58,755 63,265 65,412 69,956 72,019 77,083
3. LDR (%) 127.47% 130.53% 125.09% 128.88% 134.06% 144.62%
4. NPLs Gross (%) 2.82% 2.88% 2.65% 2.64% 2.64% 2.68%
2013
Pertumbuhan (y.o.y)
KOMPONEN 20122012 2013
Nominal (Rp. Milyar)
52 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
peningkatan yang signifikan, yaitu sebesar 41,99% pada triwulan laporan dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya sebesar 8,51%. Peningkatan kredit investasi terutama terjadi
pada sektor listrik, gas dan air.
Tabel 3.4 Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan
Penurunan kredit pada beberapa sektor utama, menyebabkan terjadinya perlambatan
pertumbuhan kredit. Perlambatan pertumbuhan terjadi disebagian besar penyaluran sektor-
sektor utama dan juga sektor yang bukan termasuk unggulan, seperti sektor pertanian,
sektor industri pengolahan, sektor konstruksi dan sektor lain-lain yang masing-masing
melambat sebesar 23,20% (yoy), 6,78% (yoy), 15,42% (yoy) dan 17,51% (yoy) pada
triwulan laporan dari 55,44% (yoy), 26,31% (yoy), 21,81% (yoy) dan 18,97% (yoy) pada
triwulan sebelumnya. Bahkan kredit pada sektor pertambangan mengalami kontraksi,
dimana pada triwulan sebelumnya tumbuh 3,95% (yoy) menjadi terkontraksi 3,97% (yoy).
Sementara itu, terjadi peningkatan pertumbuhan kredit di beberapa sektor yaitu sektor listrik-
gas-air, sektor perdagangan, sektor jasa dunia usaha dan sektor jasa sosial masyarakat, yaitu
menjadi tumbuh sebesar 223,27% (yoy), 28,77% (yoy), 31,52% (yoy), 31,21% (yoy) dan
3,41% (yoy). Sektor yang mengalami pertumbuhan kredit tertinggi adalah sektor listrik-gas-
air dari 162,55% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 223,27% (yoy) pada triwulan
laporan. Kemudian, satu-satunya sektor yang terkontraksi pertumbuhan kreditnya adalah
sektor pertambangan.
Tabel 3.5 Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi
I II III IV I II I II III IV I II
Kredit (lokasi proyek) 26.30% 26.32% 22.49% 22.77% 22.58% 21.84% 58,755 63,265 65,413 69,956 72,019 77,083
- Modal Kerja 30.45% 33.23% 22.55% 28.22% 27.43% 9.74% 22,500 25,045 24,657 28,250 28,671 27,484
- Investasi 28.20% 22.23% 18.27% 5.18% 8.51% 41.99% 11,728 12,256 12,635 11,911 12,725 17,402
21.87% 22.14% 24.44% 26.13% 24.85% 24.01% 24,527 25,965 28,121 29,794 30,622 32,197
Nominal (RP Milyar)
2013
- Konsumsi
KOMPONEN 2012 20122013
Pertumbuhan (y.o.y)
I II III IV I II I II III IV I II IV
Kredit 26.30% 26.32% 22.49% 22.77% 22.58% 21.84% 58,755 63,265 65,412 69,956 72,019 77,083
Pertanian 76.99% 59.15% 46.48% 39.13% 55.44% 23.20% 883 1,101 1,146 1,187 1,373 1,356
Pertambangan 67.44% 45.71% 30.83% 0.11% 3.95% -3.97% 568 608 626 564 590 584
Industri Pengolahan 30.85% 31.35% 32.65% 22.76% 26.31% 6.78% 4,842 5,216 5,381 6,013 6,116 5,570
Listrik, Gas, Air -9.58% 47.94% 77.11% 116.37% 162.55% 223.27% 379 420 663 782 996 1,357
Konstruksi 9.70% 20.17% 18.74% 23.04% 21.81% 15.42% 3,148 3,503 3,708 3,848 3,835 4,043
Perdagangan 32.17% 33.66% 26.95% 26.32% 28.32% 28.77% 15,854 18,288 18,100 19,531 20,344 23,549
Pengangkutan 75.71% 42.76% 21.79% 22.66% 26.76% 31.52% 1,828 1,809 1,737 2,138 2,317 2,379
Jasa Dunia Usaha 64.12% 49.78% 27.60% 10.69% 8.66% 31.21% 3,171 3,438 3,474 3,371 3,446 4,511
Jasa Sosial Masyarakat -6.02% -7.96% -16.66% -11.48% -6.57% 3.41% 1,583 1,465 1,376 1,386 1,479 1,515
Lain-lain 20.23% 19.37% 19.05% 22.77% 18.97% 17.51% 26,497 27,417 29,202 31,135 31,523 32,219
Nominal (Rp. Milyar)
2012KOMPONEN 2012 2013
Pertumbuhan (yoy)
2013
53 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Grafik 3.1
Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan
Grafik 3.2
Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi
Berdasarkan pangsanya, kredit konsumsi merupakan yang terbesar. Kredit konsumsi pada
triwulan II-2013 masih tercatat memiliki pangsa yang tertinggi yaitu sebesar 41,77% atau
sebesar Rp32,20 triliun, diikuti kredit modal kerja sebesar 35,65% atau Rp27,48 triliun dan
kredit investasi sebesar 22,58% atau Rp17,40 triliun - grafik 3.1. Dibandingkan triwulan
sebelumnya, proporsi kredit investasi mengalami peningkatan 4,91%, sedangkan proporsi
kredit konsumsi dan modal kerja mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,75% dan
4,16% dibanding periode sebelumnya.
Tingginya pangsa kredit konsumsi tersebut, tercermin dari pangsa kredit lain-lain yang juga
paling tinggi. Secara sektoral, penyaluran kredit pada triwulan II-2013 didominasi oleh 3
sektor yaitu sektor lain-lain, sektor perdagangan serta sektor industri pengolahan masing-
masing sebesar 41,80%, 30,55% dan 7,23% (grafik 3.2).
Risiko kredit tetap terkendali dan lebih baik. Ditinjau dari aspek pengelolaan manajemen
risiko, kondisi perbankan Sulsel pada triwulan II-2012 masih menunjukkan performa yang
semakin baik, tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum yang masih
terjaga pada level yang aman (dibawah 5%), yaitu sebesar 2,68%, dan cenderung menurun
dari periode sebelumnya sebesar 2,84% (tabel 3.6).
Tabel 3.6 Perkembangan NPLs Gross Bank Umum
Profil risiko beberapa sektor primer terlihat cenderung meningkat karena terjadinya
pergeseran musim panen sehingga pola tanam relatif terganggu. NPL sektor primer yang
masih tinggi antara lain sektor pertanian dan sektor pertambangan tercatat masing-masing
sebesar 12,66% dan 11,93% (grafik 3.5). Selanjutnya sektor jasa sosial masyarakat sebesar
4,10%.
Modal
Kerja 36%
Investasi
22%
Konsumsi
42%
Pertanian2%
Pertambangan1%
Industri Pengolahan
7%
Listrik, Gas, Air2%
Konstruksi5%
Perdagangan30%
Pengangkutan3%
Jasa Dunia Usaha6%
Jasa Sosial Masyarakat
2%
Lain-lain42%
I II III IV I II III IV I II
NPLs Gross (%) 3.25% 3.36% 3.22% 2.63% 2.82% 2.88% 2.65% 2.64% 2.84% 2.68%
KOMPONEN2011 2012 2013
54 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Grafik 3.3
NPLs Per Sektor Ekonomi
3.2.3 Kredit UMKM1
Share kredit UMKM terhadap total kredit di Sulawesi Selatan sebesar 30,08%, atau berada
diatas kewajiaban yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 20%. Apabila dilihat
pangsa kredit/pembiayaan MKM per sektor ekonomi pada posisi Juni 2013 sebagian besar
masih didominasi oleh sektor perdagangan 62,24%, diikuti oleh sektor jasa dunia usaha,
sektor konstruksi, industri pengolahan dan sektor pengangkutan yang masing-masing
memiliki proprosi sebesar 7,95%, 6,33%, 6,09% dan 5,97% (grafik 3.6). Penyaluran
kredit/pembiayaan MKM secara tahunan pada triwulan laporan juga menunjukkan
peningkatan pertumbuhan dari 16,18% (yoy) triwulan sebelumnya menjadi menjadi tumbuh
sebesar 20,83% (yoy) (tabel 3.7). Beberapa sektor mengalami perlambatan pertumbuhan
yaitu pada sektor pertanian, sektor pertambangan, sekotr industri pengolahan, sektor jasa
dunia usaha dan sektor lain-lain (konsumsi). Peningkatan pertumbuhan triwulan laporan oleh
pertumbuhan dari beberapa sektor yaitu sektor listrik-gas-air, sektor perdagangan, sektor
pengangkutan dan sektor jasa sosial masyarakat.
Grafik 3.4
Pangsa Kredit/pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi
1Berdasarkan segmentasi skala usaha debitur, kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah tercatat sebesar 29,06% dari total kredit/pembiayaan Bank Umum di Sulawesi Selatan
0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14%
Pertanian
Pertambangan
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, Air
Konstruksi
Pengangkutan
Perdagangan
Jasa Dunia Usaha
Jasa Sosial Masyarakat
Lain-lainTw I-13
Tw II-13
Pertanian5%
Pertambangan
1%
Industri Pengolahan
6%Listrik, Gas, Air
0%
Konstruksi7%
Perdagangan62%
Pengangkutan6%
Jasa Dunia Usaha
8%
Jasa Sosial
Masyarakat5%
Lain-lain0%
55 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Tabel 3.7.
Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum (yoy)
3.3. Perbankan Syariah2
Total aset Perbankan Syariah pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 40,12% menjadi Rp5,1
triliun, mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan I-2013 yang tumbuh
sebesar 42,22% (tabel 3.8). Perlambatan pertumbuhan aset perbankan pada periode laporan
didorong oleh menurunnya pertumbuhan aset bank pemerintah dan swasta nasional,
masing-masing 55,66% dan 39,40% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 29,62% dan
42,80% (yoy) pada triwulan laporan.
Kinerja perbankan Syariah Sulsel pada triwulan II-2013 menunjukkan sedikit penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama dari pertumbuhan aset dan DPK. Meski
demikian, salah satu indikator mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu pembiayaan (tabel
3.8.). Finance to Deposit Ratio (FDR) sangat tinggi sebesar 241,23% menunjukkan masih
belum berimbangnya penghimpunan DPK dibandingkan pembiayaan. Minat masyarakat
untuk mengambil pembiayaan dari perbankan syariah juga terus meningkat, dengan tingkat
pertumbuhan pembiayaan yang disalurkan selalu di atas 30%. Peningkatan tersebut, diikuti
kualitas pembiayaan yang tetap terjaga pada level yang aman, tercermin dari Non Performing
Financing sebesar 1,56% pada triwulan laporan.
Tabel 3.8.
Perkembangan Bank Umum Syariah
2 Terdapat 12 Bank Syariah yang terdiri dari 6 (enam) Bank Umum Syariah dan 6 (enam) Unit Usaha Syariah.
I II III IV I II I II III IV I II
Kredit 20.31% 21.81% 7.04% 8.63% 16.18% 20.83% 18,011 19,189 17,890 19,538 20,925 23,185
Pertanian 107.65% 77.64% 67.75% 44.86% 63.63% 61.35% 719 924 1,027 998 1,177 1,160
Pertambangan 52.95% 22.63% -4.24% 24.76% 49.08% 8.07% 160 211 159 218 239 228
Industri Pengolahan 16.95% 33.66% 19.62% 23.09% 31.88% 26.79% 971 1,114 1,016 1,192 1,281 1,412
Listrik, Gas, Air 124.04% 45.70% 3.70% 13.70% -8.22% 21.48% 65 41 72 74 60 50
Konstruksi 10.02% 21.59% -21.38% -20.21% -7.21% -0.45% 1,328 1,474 1,108 1,126 1,232 1,467
Perdagangan 16.28% 21.45% 15.96% 16.23% 29.05% 39.30% 9,270 10,359 10,055 10,937 11,962 14,431
Pengangkutan 139.49% 44.67% 7.43% 10.18% 27.21% 45.06% 1,001 954 882 1,078 1,273 1,384
Jasa Dunia Usaha 37.13% 40.50% 24.98% 24.78% 33.85% 22.34% 1,237 1,506 1,458 1,521 1,656 1,843
Jasa Sosial Masyarakat -12.48% -12.35% -25.24% -20.97% -11.24% 3.31% 1,295 1,157 1,036 1,056 1,149 1,196
Lain-lain 16.90% 2.99% -31.08% -22.86% -54.38% -98.99% 1,965 1,448 1,076 1,336 896 15
2013
Pertumbuhan (y.o.y)
2013
Nominal (Rp. Milyar)
2012 2012KOMPONEN
I II III IV I II I II III IV I II
1. DPK 26.15% 27.13% 30.20% 24.48% 35.47% 30.47% 1,581 1,639 1,821 2,068 2,142 2,138
a. Giro 21.52% 30.96% 22.40% 36.99% 29.72% 15.70% 197 201 202 299 256 232
b. Tabungan 39.11% 41.33% 30.33% 29.21% 28.00% 20.98% 758 805 846 986 970 974
c. Deposito 14.60% 11.82% 32.27% 15.16% 46.34% 47.22% 626 633 773 784 916 932
2. Pembiayaan 38.61% 31.44% 34.15% 40.75% 33.02% 47.73% 3,268 3,491 3,859 4,348 4,348 5,158
3. FDR (%) 206.70% 213.05% 206.70% 213.05% 221.03% 241.23%
4. NPFs Gross (%) 1.53% 1.60% 1.53% 1.60% 1.53% 1.56%
2013
Nominal (Rp. Milyar)
2012 2012KOMPONEN 2013
Pertumbuhan (y.o.y)
56 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
3.4. Bank Perkreditan Rakyat
Perkembangan BPR pada triwulan ini cukup baik. Fungsi intermediasi BPR sedikit menurun
dari triwulan sebelumnya. Dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga, BPR/S mengalami
peningkatan pertumbuhan dari 27,16% (yoy) pada triwulan I-2013 menjadi 34,47% (yoy)
pada triwulan laporan. Di sisi lain, kredit/pembiayaan yang berhasil disalurkan oleh BPR/S
tumbuh 37,51% (yoy), mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 44,48% (grafik 3.6). Sementara dari sisi total aset perbankan kelompok
BPR/S mengalami perlambatan pertumbuhan menjadi sebesar 11,5% (yoy), dibandingkan
triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 15,3% (yoy) atau menjadi sebesar Rp1,05 triliun (grafik
3.5).
Grafik 3.5
Perkembangan Aset BPR/S
Grafik 3.6
Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S
B. Sistem Pembayaran
3.5. Perkembangan Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow)
Pada triwulan II-2013, perkembangan aliran uang kartal di Sulsel menunjukkan net inflow
yang lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Selisih bersih antara aliran uang masuk
ke Bank Indonesia (inflow) lebih besar dari aliran uang keluar dari Bank Indonesia (outflow)
sebesar Rp2,35 triliun. Pada triwulan II-2013, aliran uang masuk (inflow) tercatat sebesar
Rp3,24 triliun atau menurun dibandingkan triwulan I-2013 yang sebesar Rp4,41 triliun (grafik
3.9). Di sisi lain, aliran uang keluar (outflow) dari Bank Indonesia mencatat peningkatan yang
cukup besar dari Rp1,72 triliun menjadi Rp2,89 triliun (grafik 3.10). Sebagai kantor wilayah
untuk Sulawesi, Maluku Dan Papua, kebutuhan uang tunai masih cukup besar. Namun
dibandingkan penggunaan alat pembayaran non-tunai, porsi outflow pada triwulan ini hanya
4,73% dari total penggunaan alat pembayaran tunai dan non tunai. Porsi outflow pada
triwulan lalu relatif lebih kecil yaitu 4,27%. Peningkatan outflow pada triwulan laporan
disebabkan meningkatnya kebutuhan uang tunai pada saat liburan anak sekolah dan
meningkatnya pengeluaran masyarakat menjelang bulan Ramadhan.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013Rp
Mil
ya
r
Aset
y.o.y
Smb : LB-BPR/S
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
180%
200%
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Mily
ar R
p
DPK Kredit LDR Smb : LB-BPR/S
57 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Grafik 3.7
Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow)
Grafik 3.8
Aliran Uang Kartal Keluar (Outflow)
Grafik 3.9
Selisih Aliran Uang Kartal Masuk-Keluar (Net Inflow)
3.6. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan meningkat. Dalam rangka penerapan
kebijakan clean money policy, Bank Indonesia secara berkala melakukan kegiatan penukaran
uang dan kas keliling yang menjangkau seluruh daerah di Sulsel. Selain itu juga dilakukan
kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) dengan terlebih dahulu melakukan
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Kegiatan PTTB pada triwulan laporan tercatat
sebesar Rp0,50 triliun, meningkat apabila dibandingkan PTTB pada triwulan I-2013 yang
sebesar Rp0,35 triliun (grafik 3.12). Sementara rasio PTTB terhadap inflow pada triwulan
laporan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 7,9% pada triwulan I-
2013 menjadi 15,5%.
Grafik 3.10
Pemberian Tanda Tingkat Berharga dan Inflow
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Inflow
Y.O.Y
Trili
un R
p
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
400%
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Outflow
Y.O.Y
Trili
un R
p
-1.00
-0.50
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Net Flow
Triliu
n Rp
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
4.5
5.0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
PT
TB
/ I
nfl
ow
Infl
ow
& P
TT
B (
Tri
liu
n R
p)
Inflow
PTTB
PTTB/Inflow
58 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
3.7. Perkembangan Temuan Uang Palsu
Pecahan besar mendominasi peredaran uang palsu. Pecahan uang palsu yang paling banyak
ditemukan pada triwulan II-2013 adalah Rp50.000,00 (58,92%) diikuti Rp100.000,00
(38,50%), Rp20.000,00 (1,88%), Rp5.000,00 (0,47%) dan Rp10.000,00 (0,23%) : (grafik
3.13). Dalam rangka mengantisipasi peredaran uang palsu, secara berkala Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Wilayah I Sulampua melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang
rupiah hingga ke pelosok daerah.
Grafik 3.11 Temuan Uang Palsu
3.8. Perkembangan Transaksi RTGS dan Kliring
3.8.1. Perkembangan RTGS
Transaksi non tunai melalui sarana RTGS tetap tinggi dan mampu memenuhi kebutuhan
perekonomian. Secara total, nilai transaksi BI-RTGS Sulsel hingga akhir triwulan II-2013
sebesar Rp54,9 triliun atau melambat sebesar 0,5% (yoy), atau meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar Rp 48,5 triliun (grafik 3.14). Transaksi BI-RTGS dalam periode
laporan masih didominasi oleh aliran dana yang masuk (incoming) ke perbankan Sulawesi
Selatan dengan nilai sebesar Rp37,1 triliun, lebih tinggi dibandingkan aliran yang keluar
(outgoing) dari perbankan Sulsel yang tercatat sebesar Rp17,8 triliun. Pertumbuhan aliran
dana yang masuk (incoming) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 10,8%
(yoy) terkontraksi sebesar 3,9% (yoy), (grafik 3.15). Kondisi yang sama terjadi pada
pertumbuhan aliran dana yang keluar via RTGS (outgoing) pada triwulan laporan yang
mengalami penurunan apabila dibandingkan triwulan I-2013, yaitu dari 18,5% menurun
menjadi 11,3% (yoy), (grafik 3.16).
100,000 38.50%50,000
58.92%
20,000 1.88%
10,000 0.23%
5,000 0.47%
2,000 0.00%
1,000 0.00%
59 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Grafik 3.12
Transaksi RTGS Incoming
Grafik 3.13
Transaksi RTGS Outgoing
Grafik 3.14
Transaksi RTGS Total Transaksi
3.8.2 Perkembangan Kliring
Transaksi non-tunai melalui sarana kliring, pertumbuhannya lebih tinggi daripada triwulan
sebelumnya. Pertumbuhan nilai kliring pada triwulan II-2013 menunjukkan kondisi yang
sedikit berbeda dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari tumbuh 5,61% (yoy) dari
sebelumnya tumbuh 5,51% (yoy). Demikian pula jumlah pengiriman yang melalui sarana ini.
Banyaknya hari operasional pada triwulan laporan dibandingkan periode sebelumnya
ditengarai mempengaruhi aktivitas pertumbuhan tersebut. Namun dilihat dari sisi rata-rata
harian, nilai perputaran kliring pada triwulan laporan relatif lebih rendah. Rata-rata harian
nilai nominal perputaran kliring pada triwulan II-2013 tercatat sebesar Rp149 miliar,
mengalami penurunan apabila dibandingkan triwulan I-2013 yang sebesar Rp153 miliar.
Sementara dari jumlah lembar, rasio rata-rata harian warkat mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 2,34% menjadi 2,45% (tabel 3.9). Namun
terdapat hal yang perlu diwaspadai terkait rasio rata-rata harian penolakan warkat (Cek/BG)
kosong, meningkat dari sebesar 2,37% pada triwulan I-2013 menjadi sebesar 2,60% pada
triwulan laporan.
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Incoming Y.O.Y
Trili
un R
p
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
-
5
10
15
20
25
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Outgoing
Y.O.Y
Trili
un R
p
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
-
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Total
Y.O.Y
Trili
un
Rp
60 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Tabel 3.9. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Total Perputaran Kliring
- Nominal (triliun rupiah) 8.2 8.0 8.6 9.5 8.7 8.9 8.9 9.5 9.2 9.4
- Lembar (ribuan) 265.0 270.6 202.2 294.0 244.0 245.0 246.1 245.1 247.6 250.8
Rata-rata Harian Perputaran Kliring
- Nominal (triliun rupiah) 0.128 0.135 0.130 0.148 0.138 0.144 0.110 0.151 0.153 0.149
- Lembar (ribuan) 4.14 4.44 3.06 4.59 3.87 3.95 3.30 3.89 4.13 3.98
Nisbah Rata-rata Penolakan Cek/ BG Kosong
- Nominal (%) 2.40 2.05 2.46 2.10 4.18 0.12 2.05 2.16 2.37 2.60
- Lembar (%) 2.10 2.24 3.28 2.08 2.58 0.11 2.03 2.45 2.34 2.45
Sumber : Bank Indonesia
2013 URAIAN
20122011
61 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Bab 4
Perkembangan Keuangan Daerah
Kinerja keuangan daerah hingga triwulan II-2013, yang terpantau dari realisasi
pendapatan maupun belanja, relatif belum optimal. Dari sisi pendapatan, target
pendapatan daerah belum dapat dicapai sesuai persentase kenaikan yang ditetapkan.
Walaupun dari sisi nilai nominalnya, relatif lebih tinggi dari 2012. Realisasi pendapatan
daerah yang belum optimal tersebut relatif searah dengan perlambatan pertumbuhan
ekonomi Sulsel pada triwulan laporan. Sementara dari sisi belanja, realisasi belanja daerah
hingga triwulan II-2013 jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Realisasi belanja daerah hingga paruh tahun 2013 baru mencapai sekitar
seperempat dari anggaran 2013. Belanja rutin maupun belanja infrastruktur, secara nominal
dan persentase, penyerapannya masih jauh lebih rendah dari kinerja 2012. Penyerapan
belanja modal ini perlu dioptimalkan sehingga lebih berperan dalam mengakselerasi laju
pertumbuhan investasi 2013.
4.1 Pendapatan Daerah
Realisasi nilai pendapatan daerah belum mencapai target kenaikan yang ditetapkan
untuk tahun 20131. Realisasi anggaran pendapatan daerah sampai dengan triwulan II-2013
tercatat sebesar Rp2,35 triliun atau 46,85% dari total target pendapatan sebesar Rp 5,02
triliun. Apabila dengan asumsi kenaikan sebesar 10%, maka realisasi pendapatan seharusnya
mencapai sekitar Rp2,45 triliun dengan persentase sebesar 48,68%. Namun demikian,
pencapaian realisasi pendapatan tersebut sudah mengalami peningkatan 5,85%
dibandingkan realisasi pendapatan pada triwulan II-2012 yang tercatat sebesar Rp2,22 triliun.
Persentase semua komponen pendapatan lebih rendah daripada tahun sebelumnya.
Hingga triwulan II-2013, realisasi komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai sebesar
Rp1,13 triliun atau baru mencapai 43,76% dari yang ditargetkan. Meskipun nilainya naik
dibanding triwulan II-2012 (Rp 1,06 triliun), namun secara persentase realisasi tahun
sebelumnya masih lebih tinggi (45,25%). Lebih rendahnya PAD didorong oleh realisasi
pendapatan retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Target
retribusi daerah justru lebih rendah, padahal telah disahkan dua peraturan daerah tentang
retribusi jasa umum2 dan perda tentang retribusi jasa tertentu3, yang mulai efektif berlaku
Januari 2012. Sementara itu, sedikit lebih rendahnya persentase realisasi Dana Perimbangan
pada triwulan II-2013 (53,69%) dibanding realisasi periode yang sama tahun sebelumnya
1 Pemerintah Provinsi Sulsel menetapkan target kenaikan pendapatan daerah sebesar 10% (http://www.sulsel.go.id/content/pemprov-sulsel-target-pad-naik-10-persen) 2 PP No.9 Tahun 2011 tanggal 30 Desember 2011
3 PP No.10 Tahun 2011 tanggal 30 Desember 2011
62 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
(54,19%) lebih terkait porsi dalam komponen Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak.
Komponen tersebut pada triwulan II-2013 mencapai Rp127,66 miliar (42,04%), hanya
terpaut Rp4,63 miliar dari tahun sebelumnya. Sementara persentase realisasi subkomponen
Dana Alokasi Umum (DAU) yang sebesar Rp635,7 miliar (58,33%) dan Dana Alokasi Khusus
(DAK) yang sebesar 19,28 miliar (30%), relatif sama dengan tahun sebelumnya. Demikian
pula realisasi pendapatan dari komponen Lain-lain Pendapatan yang Sah, sampai dengan
triwulan II-2013 baru mencapai Rp437,85 triliun (44,81%), lebih rendah dibanding tahun
sebelumnya (Rp442,76 miliar atau 47,67%).
Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan akan relatif
stabil dengan kecenderungan bias kebawah. Sulawesi Selatan tahun 2013 diprakirakan
akan tumbuh sekitar 7,30% - 8,30% dalam kisaran yang sama sebagaimana pertumbuhan
tahun 2012 (8,37%). Dengan asumsi tingkat pertumbuhan yang tinggi tersebut dapat
tercapai, bisa menjadi acuan untuk lebih mengoptimalkan hasil pendapatan daerah.
Tabel 4.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Triwulan II-2013
4.2 Belanja Daerah dan Transfer
Penyerapan belanja APBD triwulan II-2013 lebih rendah, baik secara persentase
maupun nilainya dibanding periode yang sama tahun 2012. Realisasi anggaran belanja
daerah sampai dengan triwulan II-2013 masih relatif kecil yaitu sebesar Rp1,36 triliun atau
28,33% dari target tahun anggaran yang ditetapkan sebesar Rp4,80 triliun. Realisasi
Nominal % REALISASI Nominal % REALISASI
1. PENDAPATAN
1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 2,348.70 1,062.71 45.25% 2,587.85 1,132.40 43.76%
- Pendapatan Pajak Daerah 2,102.45 907.77 43.18% 2,333.13 1,032.80 44.27%
- Pendapatan Retribusi Daerah 123.88 50.25 40.56% 65.41 28.21 43.12%
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 64.99 65.16 100.26% 66.79 0.67 1.00%
- Lain-lain PAD yang Sah 57.38 39.54 68.90% 122.52 70.72 57.72%
1.2. DANA PERIMBANGAN 1,323.87 717.41 54.19% 1,457.68 782.64 53.69%
- Dana Bagi Hasil Pjk dan Bukan Pjk 284.16 123.03 43.30% 303.64 127.66 42.04%
- DAU 996.94 581.55 58.33% 1,089.77 635.70 58.33%
- DAK 42.77 12.83 30.00% 64.26 19.28 30.00%
Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya - - - - - -
1.3. Lain-lain Pendapatan yang Sah 928.80 442.76 47.67% 977.04 437.85 44.81%
JUMLAH PENDAPATAN 4,601.37 2,222.88 48.31% 5,022.57 2,352.89 46.85%
2. BELANJA
2.1. BELANJA OPERASI 3,599.42 1,394.08 38.73% 3,862.55 1,305.04 33.79%
- Belanja Pegawai 899.78 397.19 44.14% 969.07 357.56 36.90%
- Belanja Barang 861.16 319.09 37.05% 969.95 229.70 23.68%
- Belanja Bunga 0.05 - 0.00% 46.25 7.50 16.22%
- Belanja Hibah 1,285.93 456.21 35.48% 1,224.98 552.06 45.07%
- Belanja Bantuan Sosial 2.00 - 0.00% 2.00 - -
- Belanja Bantuan Keuangan 550.49 221.59 40.25% 650.30 158.22 24.33%
2.2. BELANJA MODAL 376.22 71.88 19.11% 923.79 52.99 5.74%
2.3. BELANJA TIDAK TERDUGA 15.00 0.40 2.67% 15.00 2.05 13.67%
JUMLAH BELANJA 3,990.64 1,466.36 36.74% 4,801.34 1,360.07 28.33%
TRANSFER 784.59 172.79 22.02% 843.05 316.12 37.50%
- Bagi Hasil Pajak Ke Prov/Kab/Kota 784.59 172.79 22.02% 843.05 316.12 37.50%
- Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota - - - - - -
- Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota - - - - - -
TOTAL BELANJA 4,775.23 1,639.15 34.33% 5,644.40 1,676.19 29.70%
SURPLUS / (DEFISIT) 610.73 756.52 123.87% (621.83) 676.70 -108.82%
3. PEMBIAYAAN
3.1. PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH (391.63) 212.53 -54.27% 623.46 - 0.00%
3.2. PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH - - - 1.63 1.00 -
JUMLAH PEMBIAYAAN (391.63) 212.53 -54.27% 621.83 (1.00) -0.16%#DIV/0! #DIV/0!
Sumber : Biro Keuangan Sulsel (Data Belanja) & Dinas Pendapatan Daerah (Data Pendapatan)
Ket : Angka Sementara (APBD Provinsi Sulawesi Selatan)
NO. U R A I A N
(Milyar Rupiah)
ANGGARAN
2012Realisasi s/d TRIWULAN II-2012 ANGGARAN
2013
63 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
anggaran belanja APBD tersebut lebih rendah bila dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya yaitu sebesar Rp1,47 triliun atau turun Rp0,11 triliun. Padahal, pengesahan
APBD 2013 relatif sama dibandingkan pengesahan APBD 20124. Diperkirakan, akselerasi
realisasi belanja daerah akan terjadi pada akhir triwulan III-2013 dan diperkirakan berlanjut
hingga akhir tahun.
Belanja operasional yang bersifat rutin terealisasi lebih rendah. Dari total pos Belanja
Operasional yang terelalisasi Rp1,31 triliun (33,79%), penyerapan terbesar terjadi pada
Belanja Hibah yaitu sebesar 45,07% dan terkecil adalah Belanja Bunga (16,22%). Sementara
untuk belanja rutin, yang terdiri dari belanja pegawai dan belanja barang justru mengalami
penurunan. Realisasi Belanja Pegawai pada triwulan II-2013 sebesar Rp357,56 miliar
(36,90%), padahal pada periode yang sama penyerapan dapat sebesar Rp397,19 miliar
(44,14%). Diprakirakan hal ini terkait dengan jumlah PNS yang pensiun tahun 2013 yang
mencapai 120 ribu orang. Demikian pula untuk belanja barang hanya terserap 23,68%
(Rp229 miliar) terpaut jauh dari tahun 2012 yang mencapai Rp319,09 miliar (37,05%).
Sementara belanja yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur, yaitu Belanja
Modal, terserap lebih rendah daripada belanja rutin. Realisasi pos Belanja Modal relatif
masih kecil yaitu sebesar Rp52,99 miliar (5,74%) terutama untuk belanja peralatan dan
mesin, serta belanja jalan, irigasi, dan jaringan. Penyerapan yang rendah tentunya
memberikan dampak yang kurang baik, karena investasi pemerintah biasanya difokuskan
pada pembangunan infrastruktur yang mendukung akses kegiatan ekonomi masyarakat,
namun kurang diminati swasta. Diharapkan penyerapan belanja modal dapat berperan dalam
pertumbuhan investasi Sulsel pada tahun 2013, sehingga dapat tumbuh dalam kisaran tahun
2012 yang mencapai 20,14% (yoy). Dengan telah usainya proses pemilihan umum dan
pelantikan kepala daerah Sulsel pada bulan triwulan I-2013, diharapkan kendala tertundanya
proses administrasi belanja pemerintah daerah dapat teratasi.
Transfer yang merupakan bentuk hubungan vertikal dengan kabupaten/kota,
terealisasi lebih tinggi daripada triwulan II tahun 2012. Bagi hasil pajak ke
provinsi/kabupaten/kota pada periode laporan tercatat mencapai realisasi sebesar 37,50%
atau sebesar Rp317 miliar, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya
mencapai Rp173 miliar (22,02%)
Anggaran 2013 yang diperkirakan defisit, hingga triwulan II-2013 masih mengalami
surplus. Berdasarkan perbandingan antara realisasi belanja dan pendapatan daerah tersebut,
pada triwulan II-2013 terjadi surplus (selisih lebih) anggaran sebesar Rp676 miliar. Surplus
dimaksud relatif lebih kecil dibandingkan surplus pada periode yang sama tahun sebelumnya
yang hanya sebesar Rp756 miliar.
4 APBD 2013 ditetapkan tanggal 31 Desember 2012, sementara APBD 2012 ditetapkan tanggal 30 Desember 2011.
64 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
65 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Bab 5
Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat relatif tertahan pada triwulan II-2013. Meskipun
berlangsung panen padi pada periode triwulan ini, namun nilai tukar petani (NTP) tetap
tumbuh relatif rendah. Pertumbuhan rata-rata NTP Sulsel selama triwulan II-2013 hanya
meningkat 0,22% (yoy), semakin rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan
sebelumnya (0,51%; yoy). Salah satu pendorongnya adalah perkembangan harga yang
diterima oleh petani lebih rendah dibandingkan harga yang harus dibayar petani. Keadaan
tersebut terus berlangsung sejak triwulan II 2012. Penurunan jumlah kemiskinan juga
semakin mengecil. Pada Maret 2013 penurunan kemiskinan sejumlah 18,24 ribu orang,
sementara pada September 2012 mencapai 19,89 ribu orang.
Di sisi lain, tingkat ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan diperkirakan sedikit
meningkat. Survei yang dilakukan Bank Indonesia tersebut, sesuai dengan tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Selatan (Sulsel) tercatat mengalami penurunan dari
6,5% pada Februari 2012 menjadi 5,8% pada Februari 2013 atau menurun sebesar 0,7%.
Namun demikian, penyerapan tenaga kerja tidak sepadan dengan tingginya angka
pertumbuhan ekonomi. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada
Februari 2013 mengalami penurunan menjadi sebesar 63,6% dibandingkan periode yang
sama tahun 2012 (64,6%).
5.1 Nilai Tukar Petani1
Indikator kesejahteraan sektor unggulan (pertanian) relatif belum membaik tercermin dari
melambatnya pertumbuhan Nilai Tukar Petani (NTP). Nilai pertumbuhan NTP Sulsel pada
triwulan II-2013 meningkat menjadi sebesar 0,22% (yoy), lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya (0,56%; yoy) (Grafik 5.1). Perkembangan NTP
tersebut sejalan dengan pertumbuhan sektor pertanian, yang terkontraksi sebesar 0,9%(yoy)
dibanding triwulan sebelumnya (1,2%; yoy). NTP Subsektor Padi dan Palawija justru turun -
1,07% (yoy) dibandingkan NTP subsektor lainnya, yaitu Subsektor Hortikultura (1,46%),
Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (1,89%), Subsektor Peternakan (0,61%) dan
Subsektor Perikanan (0,04%).
1 NTP merupakan keseimbangan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan yang dibayarkan petani (Ib).
66 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Beban petani semakin besar dengan lebih tingginya porsi biaya pengeluaran dibandingkan
pnedapatan yang diterima. Perkembangan harga yang diterima petani relatif tertahan, pasca
koreksi ke bawah harga komoditas hortikultura dan masuknya panen raya beras pada
triwulan II 2013. Pertumbuhan Indeks yang Diterima Petani menunjukan perlambatan dari
sebesar 4,41% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 4,17% pada triwulan
laporan (Grafik 5.2). Di sisi lain, kenaikan harga BBM bersubsidi ikut menaikkan tingkat harga
yang harus dibayarkan oleh petani. Indeks yang Dibayar Petani menunjukkan pertumbuhan
yang sedikit meningkat, meskipun tetap lebih rendah dibandingkan peningkatan Indeks yang
Diterima Petani. Indeks Dibayar Petani tumbuh dari 3,87% (yoy) pada triwulan I-2013
menjadi 3,94% pada triwulan laporan (Grafik 5.3).
Sumber : BPS, diolah
Grafik 5.1 Perkembangan Rata-rata
Nilai Tukar Petani
Sumber : BPS, diolah
Grafik 5.2 Perkembangan Rata-rata
Indeks Yang Diterima Petani
Sumber : BPS, diolah
Grafik 5.3 Perkembangan Rata-rata
Indeks Yang Dibayar Petani
5.2 Jumlah Penduduk Miskin
Penurunan jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan pada Maret 2013 lebih rendah
dibanding September 2012. Jumlah penduduk miskin di Sulsel mengalami penurunan
menjadi 787,66 ribu pada Maret 2013, dari 805,9 ribu per September 2012, atau menurun
sebesar 2,26% (yoy). Persentase tersebut lebih rendah daripada pencapaian sebelumnya
90,36% (yoy), karena terjadi pergeseran penduduk miskin dari desa ke kota (urbanisasi).
Penurunan jumlah penduduk miskin hanya terjadi di pedesaan yang turun 4,85%, menjadi
-1%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
100
102
104
106
108
110
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
NTP y.o.y
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
120
125
130
135
140
145
150
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Indeks Yang Diterima Petani y.o.y
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
120
125
130
135
140
145
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
Indeks Yang Dibayar Petani
y.o.y
67 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
639,7 ribu orang pada Maret 2013, dari 672,3 ribu orang pada September 2012. Jumlah
penduduk miskin pedesaan tersebut tercatat cukup besar yaitu sebesar 7,75% dari total
penduduk Sulsel.
Kondisi yang berbeda justru terjadi di perkotaan. Terjadi peningkatan jumlah penduduk
miskin di perkotaan yang tercatat naik sebesar 10,78%, dari 133,6 ribu orang menjadi 148
ribu orang. Jumlah penduduk miskin perkotaan tersebut relatif kecil yaitu sekitar 1,79% dari
total penduduk Sulsel. Peningkatan penduduk miskin perkotaan tersebut perlu mendapatkan
perhatian lebih lanjut terkait dengan permasalahan sosial termasuk di dalamnya
pengendalian urbanisasi. Diperlukan upaya yang terpadu melalui pengembangan
kewirausahaan di pedesaan dengan pengembangan komoditas unggulan daerah untuk
memperluas lapangan kerja di pedesaan. Hal tersebut selain dapat mengurangi
pengangguran dan kemiskinan di pedesaan juga diharapkan dapat meningkatkan minat
masyarakat untuk tetap bekerja di desa. Upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi
tingkat urbanisasi dan selanjutnya mengurangi beban sosial perkotaan.
Sumber : BPS, diolah
Grafik 5.4 Jumlah Penduduk Miskin Sulsel
Sumber : BPS, diolah
Grafik 5.5 Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-Sulampua per Maret 2013
Persentase jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan relatif cukup rendah, jika
dibandingkan dengan provinsi lain se-Sulampua. Jumlah penduduk miskin Sulawesi Selatan
berada pada urutan ketiga terendah (9,54%) setelah Provinsi Sulawesi Utara (7,88%) dan
Maluku Utara (7,50%). Urutan Provinsi Sulawesi Utara dan Maluku Utara tersebut juga tidak
mengalami perubahan dibandingkan kondisi pada Maret 2012. Sedangkan persentase
jumlah penduduk miskin tertinggi di Sulampua tercatat sebesar 30,66% masih terdapat di
Provinsi Papua.
5.3 Ketenagakerjaan
Ketersediaan lapangan kerja meningkat diiiringi dengan kenaikan penghasilan. Hasil Survei
Konsumen Bank Indonesia untuk ketersediaan lapangan kerja, menunjukkan rata-rata
pertumbuhan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini (IKLK) pada triwulan laporan
meningkat sebesar 15,88% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -
13,02% (Grafik 5.6), yang sejalan dengan meningkatnya jumlah angkatan kerja di Sulawesi
Selatan pada Februari 2013. Indeks Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 bulan lalu (IPD6) juga
152.8 150.8 129.2 133.6 148.0
930.3 880.9 696.6 672.3 639.7
10.29%10.27%
10.11%
9.82%
9.54%
9.0%
9.2%
9.4%
9.6%
9.8%
10.0%
10.2%
10.4%
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
Mar-11 Sep-11 Mar-12 Sep-12 Mar-13
ribu orang
Desa Kota % Total Penduduk Miskin - kanan
7.88
14.67
9.54
12.83
17.51
12.30
19.49
7.50
26.67
31.13
0
5
10
15
20
25
30
35
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gor Sulbar Maluku Malut Irjabar Papua
Desa Kota % Total Penddk Miskin - kanan
68 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Pergerakan pertumbuhan
IPD6 meningkat sebesar 9,16% dibandingkan triwulan sebelumnya yang turun sebesar -
4,52% (Grafik 5.7).
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.6 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Saat Ini
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.7 Indeks Penghasilan Saat Ini
Jumlah pengangguran mengalami penurunan. Jumlah pengangguran turun dari 235.245
orang per Februari 2012 menjadi 211.064 orang per Februari 2013. Jika jumlah
pengangguran tersebut dibandingkan dengan angkatan kerja, persentasenya menunjukkan
bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) turun dari 6,5% pada Februari 2012 menjadi
5,8% pada Februari 2013 atau turun sebesar o,7%. Turunnya TPT Sulawesi Selatan tersebut
mengindikasikan bahwa perkembangan perekonomian Sulsel masih cukup baik dalam
menciptakan lapangan kerja sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran.
Dalam hal penyerapan tenaga kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurun.
TPAK turun dari 64,6% pada Februari 2012 menjadi 63,6% pada Februari 2013. Penurunan
TPAK ini disebabkan oleh kenaikan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 0,95%,
dari sebesar 5,64 juta orang per Februari 2012 menjadi 5.69 juta orang per Februari 2013
(Tabel 5.1). Sementara jumlah angkatan kerja yang bekerja meningkat dari periode yang
sama tahun sebelumnya. Jumlah angkatan kerja yang bekerja sejumlah 3,408 juta orang,
lebih tinggi daripada periode sebelumnya sejumlah 3,407 juta orang.
Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 + Menurut Kegiatan Utama
Dari sisi lapangan pekerjaan utama, terjadi penurunan jumlah tenaga kerja pada sektor
industri, pertanian, dan sektor lainnya. Penurunan jumlah tenaga kerja yang terbesar terjadi
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
yoy
Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini Pertumbuhan - kanan
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013
yoy
Penghasilan saat ini Pertumbuhan - kanan
69 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
di sektor industri dari 237,57 ribu orang pada Februari 2012 menjadi 226,92 ribu orang pada
Februari 2013 atau menurun sebesar 4,48% Penurunan jumlah tenaga kerja yang terbesar
kedua terjadi pada sektor pertanian yang mengalami penurunan 3,98%, dari 1,47 juta orang
pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 1,41 juta orang pada periode laporan.
Sementara di sektor lainnya yang didalamnya termasuk sektor listrik/gas/air, pertambangan,
bangunan, angkutan dan lembaga keuangan, turun tipis 0,1% menjadi 457,95 ribu orang.
Di lain pihak, sektor jasa dan sektor perdagangan mengalami peningkatan jumlah tenaga
kerja. Sektor jasa mengalami peningkatan sebesar 7,53% menjadi 626,67 ribu orang di
bulan Februari 2013. Sedangkan jumlah tenaga kerja di sektor perdagangan meningkat
meningkat sebesar 4,17% atau menjadi sekitar 686,65 ribu orang (Tabel 5.2). Secara
keseluruhan Badan Pusat Statistik mencatat jumlah pekerja formal (buruh/karyawan)
meningkat 6,82% menjadi 1,06 juta orang hingga periode Februari 2013.
Tabel 5.2. Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Sumber : BPS, diolah
70 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
71 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Bab 6
Prospek Perekonomian
Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan III-2013 diprakirakan akan mengalami
akselerasi dan tumbuh lebih tinggi dari periode sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Sulsel
juga diprakirakan berada di atas angka pertumbuhan ekonomi nasional. Di sisi permintaan,
kegiatan investasi dan konsumsi diproyeksikan dapat tumbuh positif dan lebih baik dari
triwulan sebelumnya. Di periode mendatang, kinerja ekspor diprakirakan akan melemah
apabila perkembangan harga komoditas internasional masih belum membaik sehingga
terjadi negatif net-ekspor. Sementara itu, di sisi penawaran, semua sektor ekonomi
diprakirakan akan tumbuh positif. Sektor-sektor utama diharapkan dapat tumbuh pada level
yang cukup tinggi, terutama Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran serta Sektor Industri
Pengolahan. Kinerja Sektor Pertanian pun diprakirakan akan mampu tumbuh positif tapi
pada level yang masih rendah. Demikian pula untuk Sektor Pertambangan, laju
pertumbuhannya akan dipengaruhi perkembangan harga internasional, yang menjadi salah
satu motivasi geliat produksi pertambangan yang terutama untuk diekspor.
Laju inflasi diprakirakan akan meningkat dan tumbuh relatif lebih tinggi dibandingkan
triwulan II-2013. Faktor utama pendorong inflasi adalah naiknya harga BBM bersubsidi pada
akhir periode triwulan laporan. Kenaikan harga BBM bersubsidi, selain meningkatkan inflasi
administered prices, juga akan mempengaruhi komponen inflasi yang lain, terutama inflasi
volatile foods. Penahan laju inflasi antara lain adalah kenaikan cukai rokok yang tidak
signifikan, harga emas perhiasan yang cenderung menurun, serta kelancaran distribusi
pangan apabila tidak ada cuaca yang sangat ekstrim di triwulan mendatang.
Kemudian, kinerja perbankan Sulsel pada triwulan III-2013 diprakirakan mampu tumbuh
positif dan relatif moderat dibandingkan triwulan II-2013. Intermediasi perbankan
diprakirakan masih akan tinggi dengan rasio LDR di atas 100% yang menandakan lebih
besarnya penyaluran kredit dibandingkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK). Namun
demikian, rasio LDR diproyeksikan akan mengalami sedikit perlambatan, pasca kenaikan BI
rate. Peningkatan BI rate diprakirakan cenderung akan diikuti oleh kenaikan suku bunga
simpanan maupun pinjaman di triwulan III-2013, sehingga membuat penghimpunan DPK
tumbuh lebih kuat dibandingkan penyaluran kredit.
Secara keseluruhan tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Sulsel diprakirakan lebih rendah
daripada pertumbuhan Sulsel 2012 (8,37%; yoy), namun tetap lebih tinggi dari pada
pertumbuhan nasional yang berada pada kisaran 5,80% - 6,20% (yoy). Perkembangan global
belum menunjukkan indikasi membaik, yang akan memengaruhi secara tidak langsung harga
komoditas internasional. Dampak rentetannya, dikhawatirkan akan berimplikasi kepada
perekonomian Sulsel, melalui jalur perdagangan (ekspor) dan investasi langsung. Untuk itu
diperlukan upaya untuk memperkuat ekonomi domestik, antara lain melalui insentif fiskal
72 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
daerah, dengan realisasi belanja APBD, kebijakan yang mendukung kegiatan investasi swasta,
maupun pembangunan infrastruktur. Sementara dari sisi inflasi, inflasi keseluruhan tahun
2013 akan berada di atas batas atas target inflasi, seiring kenaikan harga bahan bakar
minyak bersubsidi, yang secara langsung meningkatkan tarif transportasi, serta diikuti
dengan kenaikan harga barang dan jasa lainnya.
Grafik 6.1.
Perkembangan PDRB Sulsel (y.o.y) dan Proyeksinya
6.1. Outlook Kondisi Makroekonomi Regional
Perkembangan global maupun domestik turut berimplikasi kepada perekonomian
Sulsel. Sulsel pada triwulan III-2013 masih akan meningkat pada kisaran 6,95% - 7,95%
(yoy). Daya beli akan tertahan oleh kenaikan harga BBM bersubsidi yang diikuti harga barang
dan jasa lainnya. Perkembangan harga internasional pun belum mampu meningkatkan geliat
kegiatan ekspor maupun Sektor Pertambangan. Di sisi lain, Sektor Industri Pengolahan juga
masih belum pasti akan keoptimalan bekerjanya. Sehingga untuk keseluruhan tahun 2013,
Sulsel diprakirakan akan tumbuh 7,30% - 8,30% (yoy), lebih rendah dari tahun 2012
(8,37%; yoy). Untuk itu, perlu upaya untuk tetap mempertahankan faktor pendorong yang
masih kuat, yaitu investasi, dengan insentif fiskal daerah yang turut menjamin ketersediaan
infrastruktur yang mendukung kelancaran arus barang dan jasa ke dan dari Sulsel.
6.1.1. Sisi Permintaan
Pada triwulan III-2013, perekonomian Sulsel diproyeksikan tumbuh positif dan
meningkat dibandingkan triwulan II-2013. Membaiknya kondisi perekonomian Sulsel
terutama akan didukung oleh kegiatan investasi yang diprakirakan akan tumbuh cukup
tinggi. Komponen konsumsi juga diproyeksikan masih akan bertumbuh dan berkontribusi
bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulsel secara keseluruhan. Sementara itu, tekanan
untuk pertumbuhan datang dari sisi perdagangan eksternal (ekspor dan impor) yang
diprakirakan akan melemah dengan risiko mengalami kontraksi pada triwulan III-2013.
5.81%
6.95%6.41%
7.95%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3p
2010 2011* 2012** 2013***
y.o.y Sulsel (aksis kiri)
y.o.y Nas (aksis kanan)
Sumber : BPS, diolah
73 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Melemahnya perdagangan eksternal sejalan dengan arah pertumbuhan ekonomi global yang
diprakirakan melambat dan masih diliputi ketidakpastian yang tinggi. Ekonomi Eropa masih
dalam periode kontraksi. Ekonomi Amerika Serikat juga diproyeksikan masih melambat meski
mampu tumbuh positif. Kondisi Cina juga sedikit melambat yang terindikasi dari hasil
kegiatan produksi yang diprakirakan terbatas.
Komponen investasi Sulsel diprakirakan akan mengalami peningkatan dan tumbuh
lebih tinggi pada triwulan III-2013. Optimisme pertumbuhan ini didukung oleh
keberlanjutan proyek-proyek yang bersifat multiyears yang akan berkontribusi bagi
pertumbuhan investasi Sulsel. Sampai dengan akhir periode triwulan I-2013, megaproyek
pembangunan flyover di simpang lima Jalan Perintis Kemerdekaan-Bandara Internasional
Sultan Hasanuddin masih berada dalam tahap perancangan atau detail engineering design
(DED) dan pada triwulan II-2013 telah memasuki tahap pembebasan lahan. Jika pembebasan
lahan berjalan tanpa hambatan, pembangunan fisik diharapkan sudah bisa dimulai pada
periode berikutnya. Proyek pembangunan packing plant serta power plant pendukung
kegiatan operasional juga dijalankan oleh produsen semen di Sulsel dengan total nilai
investasi sebesar Rp640 miliar. Proyek pembangunan pembangkit listrik di Kabupaten
Jeneponto serta pembangunan LNG di Kabupaten Wajo juga menjadi salah satu sumber
pertumbuhan investasi pada tahun 2013. Belum lagi beberapa proyek pembangunan hotel
baru yang mana jumlah hotel baru yang akan beroperasi hingga akhir 2013 adalah sebanyak
15 hotel (sebagian besar merupakan kelas bintang 3 dan 4). Ke depannya lagi, investasi
Sulsel memiliki prospek yang baik dengan beberapa proyek pembangunan smelter di
Jeneponto, Bantaeng, dan Maros. Meningkatnya aktivitas investasi sejalan dengan masih
tingginya tingkat optimisme masyarakat terutama pelaku usaha. Hasil Survei Konsumen BI
menunjukkan ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan 6 bulan yang
akan datang tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (Grafik 6.2).
Grafik 6.2.
Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan y.a.d
Grafik 6.3.
Vol. Impor Luar NegeriIntermediate Goods
Kinerja komponen konsumsi diprakirakan masih dapat tumbuh dengan baik pada
triwulan III-2013. Jatuhnya masa puasa dan Hari Raya Idul Fitri pada awal triwulan III-2013
menjadi faktor positif dalam mendorong tingkat konsumsi, terutama konsumsi rumah
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2010 2011 2012 2013
Indeks ketersediaan lapangan kerja 6 bln yg akan dtgy.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2010 2011 2012 2013
Juta
Kg
Intermediate Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos - BI
74 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
tangga. Di samping itu, adanya liburan sekolah yang diikuti dengan dimulainya tahun ajaran
baru juga akan menjadi penopang pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Konsumsi
pemerintah juga dinilai dapat bertumbuh lebih baik di triwulan III-2013 seiring dengan masih
rendahnya realisasi belanja APBD sampai triwulan II-2013. Pemda diprakirakan akan mulai
meningkatkan realisasi sejak triwulan III-2013. Hal ini didukung dengan pemberian gaji ke 13
bagi PNS, TNI/Polri, dan pensiunan yang dilakukan pada Juli 2013. Selain itu, realisasi belanja
APBD 2013 akan didukung juga oleh proyek pembangunan pembangkit listrik mikro hydro di
dua kabupaten, yaitu di Kabupaten Luwu dan Kabupaten Toraja Utara. Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Sulsel mengalokasikan dana sebesar Rp2,8 miliar untuk proyek ini.
Grafik 6.4
Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen
Grafik 6.5
Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi 6 Bulan Yang Akan Datang
Grafik 6.6
Perkembangan Indeks Ekspektasi Penghasilan
6 Bulan Yang Akan Datang
Ekspektasi konsumen menjadi lebih baik untuk triwulan ke depan. Pertumbuhan
konsumsi didukung oleh hasil Survei Konsumen BI. Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) pada
triwulan III-2013 masih diatas 100 dan tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Angka
indeks tersebut merupakan gabungan dari ekspektasi masyarakat akan kondisi
perekonomian, ekspektasi penghasilan, dan ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan
datang (Grafik 6.4 s.d. 6.6), yang menunjukkan tingkat optimisme lebih tinggi dibandingkan
periode sebelumnya. Namun demikian, terdapat potensi penahan laju pertumbuhan
konsumsi yaitu tingkat inflasi yang relatif tinggi pada triwulan selanjutnya karena dampak
kenaikan harga BBM serta second round effect-nya.
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2010 2011 2012 2013
Indeks Ekspektasi Konsumen
y.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2010 2011 2012 2013
Kondisi ekonomi 6 bln yg akan datang y.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
115
120
125
130
135
140
145
150
155
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2010 2011 2012 2013
Indeks ekspektasi penghasilan 6 bln yg akan dtgy.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
75 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Selanjutnya, kinerja perdagangan eksternal (ekspor-impor) diprakirakan akan
melemah dengan risiko terkontraksi dan mengalami negatif ekspor netto.
Melemahnya pertumbuhan net ekspor-impor sejalan dengan kondisi perekonomian global,
terutama negara-negara tujuan ekspor Sulsel, yang belum optimal dan bahkan melambat
pada tahun 2013 sesuai update prospek perkembangan ekonomi dunia oleh IMF dan World
Bank (Tabel 6.1). Kondisi perekonomian dunia diproyeksikan membaik pada tahun 2014.
Adapun negara-negara tujuan ekspor utama Sulsel antara lain adalah Jepang, Malaysia,
Amerika Serikat, Cina, Singapura, dan Vietnam.
Kondisi tersebut masih dibayangi pula dengan harga internasional beberapa komoditas
perdagangan yang saat ini terpantau berbalik arah ke level di bawah harga akhir tahun
2012-nya setelah sempat menguat di awal tahun 2013. Harga internasional nikel
diekspektasikan turun sebesar 15,00% (yoy) pada tahun 2013. Harga komoditas pertanian
secara keseluruhan juga diproyeksikan turun sebesar 5,90% (yoy) di tahun 2013 ini. Harga
kakao juga diproyeksikan akan mengalami penurunan dengan persentase yang sama.
Penurunan harga kakao diatribusikan dengan melemahnya permintaan di kawasan Eropa
yang merupakan konsumen utama kakao untuk pengolahan cokelat.1
Tabel 6.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara
%
World Bank
Juni 2013
WEO (IMF)
Juli 2013
2012 2013p 2014p 2012 2013p 2014p
Amerika Serikat 2,2 2,0 2,8 2,2 1,7 2,7
Kawasan Eropa -0,5 -0,6 0,9 -0,6 -0,6 0,9
Kawasan Asia
Cina 7,8 7,7 8,0 7,8 7,8 7,7
Jepang 2,0 1,4 1,4 1,9 2,0 1,2
Kawasan ASEAN* 6,1 5,6 5,7
Malaysia 5,6 5,1 5,1
Vietnam 5,2 5,3 5,4
*) Terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam
Sementara itu, perdagangan dalam negeri (antarpulau) masih baik. Kondisi cuaca yang dinilai
masih mendukung kegiatan transportasi antarpulau pada triwulan III-2013, diperkirakan
masih akan tumbuh baik. Hal ini didukung oleh kondisi cuaca yang normal serta curah hujan
yang berada pada tingkat rendah hingga menengah di Sulsel untuk periode Agustus dan
September 2013 (Grafik 6.7). Prospek kinerja perdagangan antarpulau Sulsel juga
diprakirakan semakin membaik ke depan dengan mulai beroperasinya lintas penyeberangan
Pelabuhan Paciran (Jawa Timur) - Pelabuhan Garongkong di Kabupaten Barru yang
diresmikan tanggal 29 April 2013. Kapasitas dan produktivitas pelabuhan di Makassar juga
akan ditingkatkan dengan pengembangan Makassar New Port sebagai pelabuhan hub
internasional untuk wilayah timur.
1 The World Bank. Global Economic Prospects: Commodity Markets Outlook. Volume 2. July 2013.
76 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Agustus 2013
September 2013
Grafik 6.7. Prakiraan Curah Hujan Sulawesi Selatan
6.1.2 Sisi Penawaran
Pada triwulan III-2013, ekonomi Sulsel diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi
dibanding triwulan sebelumnya yaitu pada kisaran 6,95% - 7,95% (yoy).
Pertumbuhan ekonomi Sulsel tersebut masih akan tetap berada di atas level pertumbuhan
ekonomi nasional. Seluruh sektor ekonomi diproyeksikan tumbuh pada arah yang positif di
triwulan III-2013. Apabila sektor unggulan daerah mampu bertumbuh sesuai dengan
targetnya maka ekonomi Sulsel dapat mendukung target perkiraan pertumbuhan ekonomi
nasional pada tahun 2013 yang dikoreksi kisarannya menjadi 5,80% - 6,20% (yoy), lebih
rendah dari perkiraan sebelumnya yaitu 6,20% - 6,60% (yoy).
Produktivitas lahan Sektor Pertanian, terutama Subsektor Tabama, diprakirakan akan
sedikit meningkat dan mendukung pertumbuhan di level moderat pada triwulan III-2013.
Setelah terkontraksi pada triwulan sebelumnya, Sektor Pertanian diharapkan dapat tumbuh
positif pada triwulan mendatang. Panen padi masih akan terjadi karena ada pergeseran
musim panen di beberapa daerah yang tadinya diharapkan terjadi di triwulan II-2013 menjadi
triwulan III-2013. Hal ini sejalan dengan target prognosa pengadaan beras di Sulselbar oleh
Bulog yang meningkat dan tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (Grafik 6.8).
Target realisasi beras pada pada triwulan III-2013 adalah 193.446 ton. Namun demikian,
curah hujan yang cukup tinggi di awal Juli 2013 mengancam produksi padi karena gagal
panen bisa terjadi. Apalagi, kinerja Subsektor Perkebunan dan Subsektor Perikanan
diproyeksikan belum dapat tumbuh dengan optimal pada triwulan III-2013 karena lanjutan
masalah hama kakao yang terjadi sejak triwulan II-2013 serta cuaca di awal Juli 2013 yang
belum kondusif bagi para nelayan. Kondisi cuaca akan membaik pada periode Agustus
September 2013.
77 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Meskipun aktivitas MICE mulai berkurang pada bulan Ramadhan, Sektor Perdagangan,
Hotel & Restoran (PHR) diprakirakan akan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi
pada triwulan III-2013. Liburan sekolah serta pergantian tahun ajaran di awal bulan Juli 2013
akan berkontribusi pada pertumbuhan sektor ini. Selain itu, persiapan dan perayaan Lebaran
juga akan mendorong konsumsi masyarakat dan mendorong pertumbuhan Subsektor
Perdagangan. Hal tersebut masih ditambah upaya Pemda dan Pemprov untuk meningkatkan
realisasi belanja APBD sehingga meningkatkan konsumsi pemerintah. Sementara itu,
Subsektor Hotel dan Subsektor Restoran juga masih akan bertumbuh pada arah yang positif
pada periode satu triwulan yang akan datang.
Grafik 6.8. Target Pengadaan Beras Triwulan III-2013
Grafik 6.9. Perkembangan Harga Internasional Nikel
Mengingat bahwa volume impor intermediate goods dan bahan baku beberapa komoditas
meningkat cukup tinggi pada triwulan sebelumnya, Sektor Industri Pengolahan
diprakirakan akan tetap tumbuh dengan baik pada triwulan mendatang. Seiring perayaan
Lebaran pada awal Agustus 2013, produsen ditengarai melakukan persiapan bahan baku
produksi sejak triwulan II-2013 untuk mengantisipasi naiknya permintaan beberapa
komoditas bahan makanan seperti tepung terigu dan gula pasir serta tekstil atau pakaian jadi
pada triwulan III-2013. Di samping itu, mengikuti arah pertumbuhan investasi, produksi
semen masih akan meningkat dan mendukung pertumbuhan tahunan sektor ini. Apalagi,
salah satu produsen semen besar di Sulsel telah meningkatkan kapasitas produksi semennya
di tahun 2013. Namun demikian, industri pengolahan komoditas tambang masih perlu
dicermati terus perkembangannya.
Selanjutnya, Sektor Pertambangan diprakirakan akan mengalami pertumbuhan pada level
moderat dengan potensi mengalami akselerasi apabila tidak terjadi gangguan pada kegiatan
operasional produsen. Ekspor komoditas tambang yaitu nikel masih akan menjadi kontributor
utama bagi ekspor Sulsel. Kecenderungan penurunan harga internasional komoditas nikel
(Grafik 6.9) memang diduga menurunkan insentif kegiatan produksi namun tidak akan
menghambat upaya produsen nikel terbesar di Sulsel untuk menaikkan target produksinya
demi peningkatan profitabilitas. Hal ini didukung dengan adanya penurunan komponen
biaya produksi yaitu biaya listrik. Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan kepada produsen
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2012 2013
$/m
t
Sumber : World Bank Commodity Price Data
78 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
dimaksud, target produksi tahun 2013 adalah 79.000 ton/tahun yang mana capaian
normalnya adalah 73.500 ton/tahun.
6.2. Outlook Inflasi
Dibandingkan dengan triwulan II-2013, laju inflasi diprakirakan akan meningkat dan
lebih tinggi pada triwulan III-2013. Inflasi yang tinggi pada triwulan mendatang
merupakan dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi per 22 Juni 2013. Secara nasional,
menurut perkiraan BI, dampak kenaikan harga BBM ini bersifat temporer sekitar tiga bulan
dengan puncaknya pada Juli 2013, mulai menurun pada Agustus 2013, dan kembali pada
pola normal di September 2013.
Naiknya harga BBM bersubsidi menyebabkan kenaikan harga komoditas yang lain sehingga
inflasi administered prices akan terekam pada level yang relatif tinggi. Peningkatan harga
BBM untuk premium adalah sebesar 44% sedangkan untuk solar sebesar 22%. Dengan
naiknya bahan bakar, tarif transportasi pun mengalami penyesuaian. Pada akhir Juni 2013,
diberlakukan tarif baru taksi dengan kenaikan 17% - 20% dan tarif baru angkutan umum
dengan kenaikan pada kisaran 30%. Hal ini masih ditambah dengan penyesuaian harga LPG
dan TDL yang juga akan memberi pengaruh pada kenaikan inflasi inti secara moderat,
khususnya komoditas manufaktur. Tekanan inflasi juga tetap datang dari komponen volatile
foods. Selain akibat second round effect kenaikan harga BBM bersubsidi, komoditas volatile
foods juga dihadapkan dengan masalah cuaca pada awal Juli 2013 serta berakhirnya masa
panen beberapa komoditas pangan. Harga juga diprakirakan akan naik seiring daya beli
masyarakat yang meningkat pada saat menjelang dan perayaan Lebaran dengan adanya
pembayaran gaji ke-13 PNS dan pemberian THR.
Fakto lain yang dapat menahan laju inflasi agar tidak terakselerasi melebihi target kisaran
adalah kondisi cuaca. Meski terjadi cuaca yang kurang kondusif di awal Juli 2013, selama
tidak terjadi anomali dan cuaca yang ekstrim maka distribusi barang dan pasokan bahan
pangan antardaerah maupun antarpulau diperkirakan akan tetap lancar. Komponen inflasi
inti diperkirakan masih akan tertahan oleh menurunnya harga emas internasional yang
berpengaruh terhadap harga emas perhiasan di pasar lokal. Selain itu, rata-rata kenaikan
cukai rokok pada 2013 (5,00% - 7,00%) masih relatif lebih rendah dari 2012 (12,00%)
sehingga tidak akan menambah tekanan inflasi pada komponen administered prices.
79 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
Peningkatan tekanan inflasi sejalan dengan hasil Survei Konsumen BI. Indeks
ekspektasi terhadap harga-harga untuk 3 bulan yang akan datang menunjukkan
peningkatan yaitu dari 188,33 menjadi 196,83 (Grafik 6.11). Hal ini menunjukkan bahwa
responden memiliki persepsi yang kuat akan adanya kenaikan harga. Indeks Tendensi
Konsumen (ITK) dari BPS juga menunjukkan pergerakan yang sama (Grafik 6.13). Pada
triwulan II-2013, ITK merangkak naik dari 105,46 menjadi 108,07 dan diperkirakan akan
kembali naik pada triwulan III-2013 menjadi 111,88. Hal ini berarti konsumen berpendapat
bahwa kondisi perekonomiannya akan lebih baik dibanding triwulan sebelumnya dan
terdapat potensi kenaikan inflasi akibat optimisme perilaku konsumsi masyarakat tersebut.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor di atas, inflasi Sulsel pada triwulan III-2013
diprakirakan akan berada pada kisaran 7,25% - 7,75% (yoy). Perkiraan ini naik dari laju
inflasi di triwulan laporan yang tercatat sebesar 4,36% (yoy). Faktor utama penyebab inflasi
adalah kenaikan harga BBM bersubsidi serta penyesuaian harga komoditas yang lain sebagai
efek lanjutan naiknya harga bahan bakar. Efek tersebut akan mereda karena diprakirakan
pola inflasi akan kembali normal mulai September 2013. Oleh sebab itu, pada akhir tahun
2013, akselerasi inflasi tidak akan signifikan dan jatuh pada rentang 7,15% - 7,65% (yoy),
sedikit lebih rendah dari perkiraan inflasi nasional (7,20% - 7,80%; yoy).
Grafik 6.10.
Perkembangan Laju Inflasi Sulsel (y.o.y) dan Proyeksinya
Grafik 6.11.
Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d
Grafik 6.12.
Indeks Ekspektasi Konsumen
Grafik 6.13
Indeks Tendensi Konsumen
4.36
5.90 7.25
7.75
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
y.o.y - Ss
y.o.y - Nas
% Sumber : BPS diolah%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2010 2011 2012 2013
Indeks perubahan harga umum 3 bulan yad
growth
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2010 2011 2012 2013
Indeks Ekspektasi Konsumen
y.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
112.31
114.57113.46
111.24
107.01
109.72
112.84
109.04
105.46
108.07
111.88
100.00
102.00
104.00
106.00
108.00
110.00
112.00
114.00
116.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2011 2012 2013
Indeks Tendensi Konsumen Sulsel
80 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
6.3. Prospek Perbankan
Kinerja perbankan di Sulsel diprakirakan masih tetap tumbuh dengan baik pada
triwulan III-2013. Terkait intermediasi perbankan, sejalan dengan kebijakan BI dalam
menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) ke level 6,50% per 11 Juli 2013. Kegiatan
penghimpunan dana diprakirakan akan menguat pada triwulan mendatang apalagi fasilitas
suku bunga simpanan BI juga ikut dinaikkan menjadi 4,75%. Penyaluran kredit dinilai tidak
akan mengalami pelemahan mengingat kegiatan investasi dan konsumsi yang diproyeksikan
masih bertumbuh dengan baik pada triwulan III-2013. BI juga tidak menaikkan fasilitas suku
bunga pinjaman (6,75%) untuk menjaga pertumbuhan kredit di masyarakat. Dengan
demikian, LDR (Loan to Deposit Ratio) diproyeksikan akan tetap berada di atas 100% namun
dengan kecenderungan sedikit melambat karena penguatan pada sisi DPK.
Dilihat dari beberapa rasio kinerja perbankan yang lain, perbankan Sulsel dinilai masih dapat
bertumbuh positif secara tahunan. Kondisi permodalan yang tercermin dari rasio kecukupan
modal, CAR (Capital Adequacy Ratio), akan tetap berada pada tingkat yang cukup tinggi.
Dari sisi kualitas alokasi kredit, rasio kredit bermasalah atau NPL (Non-performing Loans)
gross, masih akan terekam di bawah nilai batas yang ditetapkan BI sebesar 5%. Kondisi
likuiditas yang cukup serta kualitas penyaluran kredit yang baik tersebut diharapkan dapat
menopang pertumbuhan profitabilitas perbankan Sulsel. Ke depan, faktor risiko yang harus
diperhatikan oleh perbankan Sulsel adalah rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan
Operasional atau BOPO. Perbankan ditengarai masih kesulitan dalam menekan rasio BOPO ke
tingkat yang lebih efisien karena adanya hambatan geografis. Penambahan jaringan kantor
perlu diimbangi dengan penambahan karyawan agar dapat menjangkau daerah-daerah
terpencil yang mana hal tersebut memerlukan dana yang cukup besar. Alokasi dana untuk
infrastruktur cabang dan kesetaraan kualitas sumber daya manusia (SDM) cukup besar
sehingga diperlukan peningkatan efisiensi maupun efektivitas proses kerja.
81 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
LAMPIRAN
1. Data Ekonomi Makro
Tabel 1.a
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar)
Tabel 1.b Produk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan
Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar)
2. Data Inflasi Tabel 2.a
Laju Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kelompok Pengeluaran (2007 = 100)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1. Pertanian 3,596.89 3,925.83 3,989.63 3,224.99 3,787.44 4,095.16 4,321.09 3,290.50 3,831.15 4,058.55
2. Pertambangan & Penggalian 978.85 1,091.31 1,078.03 1,004.47 876.40 1,118.55 1,094.58 1,162.04 1,030.59 1,125.49
3. Industri Pengolahan 1,699.96 1,827.00 1,924.40 1,943.10 1,947.76 1,990.28 2,032.91 2,112.53 2,142.81 2,223.09
4. Listrik,Gas & Air Bersih 128.62 139.26 148.10 159.43 156.95 158.68 164.00 167.89 169.21 173.24
5. Bangunan 753.08 804.58 833.38 859.78 840.51 887.24 924.19 986.76 943.04 1,004.91
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 2,279.30 2,397.06 2,479.63 2,475.87 2,496.33 2,602.01 2,723.49 2,783.81 2,797.41 2,877.88
7. Angkutan & Komunikasi 1,202.50 1,239.11 1,309.05 1,428.61 1,436.01 1,459.05 1,501.93 1,552.64 1,544.21 1,622.86
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1,027.54 1,041.79 1,061.38 1,166.61 1,129.11 1,239.99 1,271.64 1,338.39 1,323.37 1,413.61
9. Jasa - jasa 1,439.82 1,467.59 1,477.10 1,495.06 1,478.17 1,514.35 1,521.81 1,544.44 1,493.88 1,531.05
PDRB 13,106.57 13,933.54 14,300.71 13,757.92 14,148.68 15,065.32 15,555.63 14,939.00 15,275.68 16,030.68
Sumber : BPS
* Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara, *** Angka Sangat Sangat Sementara
SEKTORAL2011* 2012** 2013***
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Konsumsi 8,947.30 9,110.02 9,335.18 9,578.56 9,586.08 9,767.16 13,766.03 10,141.99 10,136.18 10,335.80
Investasi 2,919.48 3,375.03 4,194.36 3,676.45 3,877.08 4,805.35 6,344.28 3,443.51 4,313.01 4,663.53
Ekspor 5,876.61 6,040.24 5,486.24 5,247.97 4,954.75 5,152.60 5,508.76 5,978.47 5,421.55 5,859.27
Dikurangi Impor 4,636.82 4,591.75 4,715.07 4,745.07 4,269.24 4,659.80 4,554.68 4,624.97 4,595.06 4,827.93
PDRB 13,106.57 13,933.54 14,300.71 13,757.92 14,148.68 15,065.32 15,555.63 14,939.00 15,275.68 16,030.68
Sumber : BPS
* Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara, *** Angka Sangat Sangat Sementara
PENGGUNAAN2011* 2012** 2013***
KELOMPOK
PENGELUARAN April Mei Juni April Mei Juni m.t.m y.t.d y.o.y
Umum 133.34 132.65 133.44 138.85 138.48 139.26 0.6% 2.3% 4.4%
Bahan Makanan 158.09 154.55 156.50 167.64 166.58 166.24 -0.2% 22.1% 24.6%
Makanan Jadi, Mnman, Rkk & Tembakau 139.42 139.60 140.33 146.64 146.79 146.83 0.0% 7.9% 10.0%
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 128.52 128.68 129.03 132.64 133.31 133.67 0.3% -1.8% 0.2%
Sandang 148.31 148.53 150.10 157.40 153.45 154.02 0.4% 13.1% 15.4%
Kesehatan 130.12 130.49 130.61 132.92 132.97 133.21 0.2% -2.2% -0.2%
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 120.33 120.47 120.60 124.59 124.62 124.61 0.0% -8.5% -6.6%
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 105.80 105.81 105.92 106.59 106.59 110.11 3.3% -19.1% -17.5%
Sumber : BPS
GrowthIHK (2012) IHK (2013)
82 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
3. Data Perbankan
Tabel 3.a.
Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit
Bank Umum (Rp Miliar)
Tabel 3.b. Penghimpunan Dana
Bank Umum (Rp Miliar)
Tabel 3.c. Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan
Bank Umum (Rp Miliar)
1 28,625.67 31,563.21 110.26%
2 29,520.99 32,919.44 111.51%
3 29,450.83 33,872.77 115.01%
4 33,601.07 36,430.30 108.42%
1 29,843.83 37,041.42 124.12%
2 32,401.02 39,883.76 123.09%
3 33,596.66 41,120.47 122.39%
4 37,298.83 43,025.20 115.35%
1 37,461.05 46,519.87 124.18%
2 39,159.37 50,084.59 127.90%
3 41,077.42 53,400.54 130.00%
4 45,722.22 56,978.79 124.62%
1 46,090.40 58,754.53 127.48%
2 48,467.59 63,265.48 130.53%
3 50,927.51 65,411.85 128.44%
4 54,278.13 69,955.59 128.88%
1 52,147.16 86,014.00 164.94%
2 53,299.02 77,082.60 144.62%
2009
THN TRW LDRDPK KREDIT
2012
2013
2011
2010
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Giro 6,516 6,715 6,835 6,607 7,893 7,764 8,287 7,948 7,759 8,086
Tabungan 19,648 20,907 21,923 26,430 24,970 27,186 28,523 31,428 29,206 29,942
Deposito 11,298 11,537 12,319 12,685 13,228 13,518 14,117 14,902 15,182 15,271
TOTAL 37,461 39,159 41,077 45,722 46,090 48,468 50,928 54,278 52,147 53,299
GROWTH 24.14% 19.56% 20.96% 22.62% 23.04% 23.77% 23.98% 18.71% 13.14% 9.97%
JENIS
PENGGUNAAN
2011 2012 2013
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Modal Kerja 17,246.85 18,799.07 20,119.73 22,031.87 22,499.56 25,045.18 24,655.59 28,250.36 28,671.33 27,483.57
Investasi 9,147.97 10,027.45 10,683.02 11,324.36 11,727.69 12,255.65 12,634.93 11,911.15 28,671.33 17,401.56
Konsumsi 20,125.05 21,258.07 22,597.79 23,622.56 24,527.27 25,964.65 28,121.33 29,794.08 28,671.33 32,197.47
TOTAL 46,519.87 50,084.59 53,400.54 56,978.79 58,754.53 63,265.48 65,411.85 69,955.59 86,014.00 77,082.60
GROWTH 25.59% 25.58% 29.86% 39.42% 26.30% 26.32% 22.49% 22.77% 22.58% 21.84%
JENIS
PENGGUNAAN
2011 2012 2013
Sumber: LBU Cognos diolah, Bank Indonesia
Sumber: LBU Cognos diolah, Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
83 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2013
4. Data Sistem Pembayaran
Tabel 4.a. Aliran Uang Kartal di Depo KBI Makassar (Rp Triliun)
Tabel 4.b. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) (Rp Triliun)
Tabel 4.c. Transaksi Non Tunai via RTGS (Rp Triliun)
Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow1 2.23 0.24 2.00 -4.3% -60.0% 14.7% 2.2% -84.2% 196.7%2 0.87 0.86 0.01 -20.7% -52.7% 100.8% -61.2% 259.6% -99.7%3 0.91 0.78 0.13 -36.8% -58.5% 129.0% 4.5% -9.6% 2028.9%4 1.65 0.70 0.95 -24.8% -53.8% 40.6% 81.8% -10.0% 639.8%1 1.84 0.28 1.56 -17.4% 17.5% -21.6% 12.1% -59.8% 65.4%2 0.61 1.26 (0.65) -30.0% 45.9% 10904.5% -67.1% 346.6% -141.5%3 1.29 1.53 (0.24) 42.4% 96.2% 285.2% 112.6% 21.5% -63.5%4 1.20 1.35 (0.15) -26.9% 93.0% 115.6% -6.7% -11.5% -37.6%1 2.33 1.25 1.08 26.3% 344.8% -30.9% 93.7% -7.4% -830.9%2 2.10 1.91 0.19 246.34% 52.18% 129.29% -9.87% 52.80% -82.41%3 3.71 3.25 0.46 187.85% 113.03% 294.34% 76.67% 70.16% 142.11%4 2.45 2.56 (0.11) 103.73% 89.58% 25.56% -33.96% -21.23% -123.91%1 3.87 1.86 2.01 66.1% 48.8% 86.1% 58.0% -27.3% -1927.3%2 2.75 3.17 (0.42) 30.95% 65.97% 321.05% -28.94% 70.43% -120.90%3 3.93 3.57 0.36 5.93% 9.85% -21.74% 42.91% 12.62% -185.71%4 3.20 3.21 (0.01) 30.61% 25.39% 90.91% -18.58% -10.08% -102.78%1 4.41 1.72 2.70 60.4% -45.9% -741.7% 78.2% -52.0% -345.0%2 3.24 2.89 0.35 17.67% -8.99% 183.57% -26.62% 67.73% -86.98%
2013
2009
2012
Thn Trw
2011
2010
Y.O.YJUMLAH Q.T.Q
Inflow PTTB PTTB/Inflow Inflow PTTB PTTB/Inflow Inflow PTTB PTTB/Inflow
1 2.23 0.25 11.1% -4.3% -81.3% -80.4% 2.2% -39.2% -40.5%2 0.87 0.09 10.9% -20.7% -86.9% -83.5% -61.2% -62.1% -2.1%3 0.91 0.39 42.5% -36.8% -29.1% 12.2% 4.5% 309.3% 291.6%4 1.65 1.19 72.5% -24.8% 192.5% 288.8% 81.8% 209.8% 70.5%1 1.84 1.04 56.2% -17.4% 318.5% 407.0% 12.1% -13.0% -22.4%2 0.61 0.69 113.6% -30.0% 632.3% 946.1% -67.1% -33.6% 102.0%3 1.29 0.98 75.9% 42.4% 154.2% 78.5% 112.6% 42.1% -33.2%4 1.20 0.99 82.7% -26.9% -16.6% 14.1% -6.7% 1.6% 8.9%1 2.33 1.22 52.4% 26.3% 17.6% -6.9% 93.7% 22.7% -36.7%2 2.10 1.75 83.3% 246.3% 154.0% -26.7% -9.9% 43.4% 59.2%3 3.71 1.68 45.3% 187.8% 71.6% -40.4% 76.7% -4.0% -45.7%4 2.45 1.39 56.7% 103.7% 39.7% -31.4% -34.0% -17.3% 25.3%1 3.87 0.89 23.0% 66.1% -27.0% -56.1% 58.0% -36.0% -59.5%2 2.75 0.15 5.5% 31.0% -91.4% -93.5% -28.9% -83.1% -76.3%3 3.93 0.05 1.3% 5.9% -97.0% -97.2% 42.9% -66.7% -76.7%4 3.20 0.27 8.4% 30.6% -80.6% -85.1% -18.6% 440.0% 563.2%1 4.41 0.35 7.9% 14.0% -60.7% -65.5% 37.8% 29.6% -5.9%2 3.24 0.50 15.5% 17.7% 234.7% 184.4% -26.6% 43.4% 95.5%
2013
2010
2009
2012
2011
Y.O.Y Q.T.QThn Trw
JUMLAH
Incoming Outgoing Netto Incoming Outgoing Netto Incoming Outgoing Netto
1 17.8 11.9 5.9 0.0% 0.0% 0.0% -17.2% -20.8% -8.8%
2 22.4 12.6 9.8 21.4% 8.6% 43.0% 25.9% 5.6% 67.1%
3 24.5 11.7 12.7 30.9% -17.8% 188.5% 9.0% -6.9% 29.3%
4 28.5 13.7 14.8 32.3% -9.0% 128.7% 16.4% 16.8% 16.1%
1 22.0 10.9 11.1 23.5% -8.8% 88.7% -22.7% -20.5% -24.8%
2 26.1 12.2 13.9 16.1% -3.4% 41.0% 18.4% 11.9% 24.8%
3 33.9 13.1 47.0 38.6% 11.8% 269.2% 30.1% 7.6% 238.6%
4 34.6 16.1 50.7 21.5% 17.6% 243.0% 2.1% 22.9% 7.9%
1 30.5 12.4 18.1 38.6% 14.0% 62.8% -11.8% -23.0% -64.3%
2 38.6 16.0 22.6 48.2% 31.5% 62.8% 26.6% 29.0% 24.9%
3 35.6 15.9 19.7 5.0% 21.4% -58.1% -7.8% -0.6% -12.8%
4 41.5 20.7 20.8 19.9% 28.6% -59.0% 16.6% 30.2% 5.6%
1 33.8 14.7 19.1 10.8% 18.5% 5.5% -18.5% -29.0% -8.2%
2 37.1 17.8 19.3 -3.9% 11.3% -14.6% 9.8% 21.1% 1.0%
20
12
20
10
Y.O.Y
20
11
Q.T.QThn Trw
JUMLAH
20
13