kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi sulawesi selatan · laporan kajian ekonomi dan...

91
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Februari 2018 (terbit setiap triwulan)

Upload: hoangkiet

Post on 25-Apr-2019

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Provinsi Sulawesi Selatan

Februari 2018

(terbit setiap triwulan)

Page 2: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Selatan

Jl. Jenderal Sudirman No. 3

Makassar 90113, Indonesia

Telepon: 0411 – 3615188/3615189

Faksimili: 0411 – 3615170

Page 3: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan iii

KATA PENGANTAR

Kata Pengantar

Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, mencakup aspek pertumbuhan ekonomi,

keuangan pemerintah, inflasi, stabilitas keuangan daerah dan pengembangan akses keuangan, penyelenggaraan sistem

pembayaran dan pengelolaan uang rupiah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian

ke depan. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat

Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan moneter, makroprudensial, serta sistem pembayaran dan pengelolaan uang

rupiah, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para stakeholders di daerah dalam membuat keputusan.

Dengan demikian, keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Sulsel diharapkan dapat semakin

berperan sebagai economic advisor dan strategic partner bagi stakeholders di wilayah kerjanya.

Kami mengapresiasi tingkat pertumbuhan ekonomi Sulsel tahun 2017 yang menjadi peringkat kedua secara nasional, yang

merupakan hasil kerja keras dari berbagai pihak, baik itu pemerintah daerah, instasi vertikal kementarian/lembaga,

perbankan, hingga pelaku usaha. Namun demikian, kami memandang bahwa ekonomi Sulsel masih memiliki ruang yang

sangat lebar untuk dapat tumbuh lebih tinggi lagi, karena pendorong ekonomi yang masih berasal dari sektor hulu, yang

nilai tambahnya masih cukup rendah. Oleh karena itu,apabila sektor hulu terus dijaga kesinambungannya, disertai

peningkatan nilai tambah melalui agro industri, maka akan diperoleh double impact pula untuk penyerapan tenaga kerja,

untuk memenuhi kebutuhan operator, supervisor, manajemen, maupun pendamping bagi perkebunan/perikanan rakyat.

Selanjutnya, tingkat kestabilan Sulsel juga layak dibanggakan, antara lain dengan tingkat inflasi yang terkendali, terutama

volatile food, serta stabilitas sistem keuangan dan sistem pembayaran yang mampu menunjang aktivitas transaksi ekonomi.

Dalam penyusunan kajian ini, kami memanfaatkan data sekunder yang diterbitkan atau yang disediakan oleh berbagai

institusi. Selain itu kami juga menggunakan data primer dan informasi yang kami peroleh dari hasil survei dan liaison atau

hasil kunjungan ke sejumlah perusahaan besar di Sulsel. Sehubungan dengan hal tersebut, kami mengucapkan terima kasih

dan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak, terutama bagi Bapak/Ibu yang telah berkontribusi dalam sharing

pemikiran dan membantu dalam penyediaan data atau informasi yang lengkap, akurat dan terkini. Saran serta masukan

dari para stakeholders sangat kami harapkan agar kajian yang kami susun ke depan menjadi lebih baik.

Makassar, 22 Februari 2018

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI SELATAN

ttd

Bambang Kusmiarso Direktur Eksekutif

Page 4: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

iv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional

melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian

inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.

MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi

kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang

berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan

efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal

untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat

berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian

nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang

berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter, dan

stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan

akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia

yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta

melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka

melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen,

dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas:

Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest –

Coordination and Teamwork.

Page 5: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan v

DAFTAR ISI

Daftar Isi

KATA PENGANTAR III

DAFTAR ISI V

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

TABEL INDIKATOR EKONOMI 5

1. PERTUMBUHAN EKONOMI 11

1.1. PERTUMBUHAN EKONOMI 12

1.2. SISI PENGELUARAN 12

1.3. SISI LAPANGAN USAHA 18

1.4. PERTUMBUHAN EKONOMI TANPA LAPANGAN USAHA PERTAMBANGAN 23

BOKS 1.A EKONOMI DIGITAL SEBAGAI POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI SULSEL KE DEPAN 25

2. KEUANGAN PEMERINTAH 27

2.1 STRUKTUR ANGGARAN 28

2.2 PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI 28

2.3 PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA APBN DI SULSEL 31

2.4 PERAN REALISASI KEUANGAN PEMERINTAH DALAM PDRB 32

BOKS 2.A PENYALURAN DANA DESA DI SULAWESI SELATAN 34

3. INFLASI DAERAH 35

3.1. INFLASI UMUM 36

3.2. INFLASI KELOMPOK BARANG DAN JASA 37

3.3. INFLASI MENURUT KOTA IHK 38

3.4. DISAGREGASI INFLASI 40

3.5. KOORDINASI PENGENDALIAN INFLASI 41

BOKS 3.A KERJASAMA BANK INDONESIA DAN BMKG DALAM MENDORONG PENYEDIAAN DATA DAN INFORMASI CUACA 43

4. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 46

4.1. STABILITAS KEUANGAN DAERAH 47

4.2. PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 52

5. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 55

5.1. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN 56

5.2. PENGELOLAAN UANG RUPIAH 56

5.3. PERKEMBANGAN TRANSAKSI JUAL-BELI VALUTA ASING 58

Page 6: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

DAFTAR ISI

vi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 59

6.1 TENAGA KERJA 60

6.2 PENDUDUK MISKIN 61

6.3 RASIO GINI 61

6.4 NILAI TUKAR PETANI 62

7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 63

7.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI 64

7.2 PROSPEK INFLASI 67

7.3 REKOMENDASI KEBIJAKAN 67

BOKS 7.A KERJASAMA BANK INDONESIA DAN BMKG DALAM MENDORONG PENYEDIAAN DATA DAN INFORMASI CUACA 69

LAMPIRAN 71

Page 7: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Ringkasan Eksekutif

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

Gambaran Umum

Perekonomian Sulsel triwulan

IV 2017 tumbuh meningkat

dibandingkan periode

sebelumnya, sehingga

mendorong ekonomi Sulsel

2017 tumbuh 7,23%.

Kestabilan harga, keuangan

daerah, sistem pembayaran,

dan sosial politik akan menjadi

penentu ekonomi Sulsel 2018.

Perekonomian Sulsel triwulan IV 2017 tumbuh 7,78% (yoy), meningkat dibandingkan

pertumbuhan triwulan III 2017 yang tercatat 6,70% (yoy). Secara lapangan usaha,

meningkatnya pertumbuhan disebabkan oleh kinerja Lapangan Usaha Pertambangan

dan Penggalian; Industri Pengolahan; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran;

Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi

dan Komunikasi; Jasa Perusahaan dan Jasa Pendidikan. Di sisi pengeluaran, naiknya

pertumbuhan disebabkan oleh peningkatan aktivitas masyarakat, realisasi belanja

pemerintah, serta kinerja Negara mitra dagang yang membaik. Pada triwulan laporan,

kinerja perbankan secara umum dalam kondisi baik, sejalan dengan itu transaksi yang

tercatat pada sistem pembayaran juga menunjukkan perbaikan. Dengan kondisi

tersebut, pertumbuhan ekonomi Sulsel 2017 terealisasi 7,23% (yoy) sebagaimana

proyeksi Bank Indonesia. Hal ini didukung dengan pembayaran gaji ke-13 dan 14 bagi

pegawai negeri sipil, daya dorong serapan belanja APBD maupun APBN di Sulsel yang

lebih tinggi, serta peningkatan signifikan pengiriman hasil pertanian maupun produk

industri. Faktor positif tersebut diperkirakan akan berlanjut hingga 2018, sehingga

keseluruhan 2018 juga masih akan tumbuh dalam kisaran 7,0 – 7,4%. Sejalan dengan

itu, kondisi stabilitas inflasi, stabilitas keuangan daerah, dan sistem pembayaran tahun

2018 juga harus tetap terjaga dan dapat mendukung aktivitas ekonomi, walaupun

terdapat kegiatan pemilihan kepala daerah di 12 kabupaten/kota dan di provinsi.

Pertumbuhan Ekonomi

Konsumsi pemerintah,

investasi dan net ekspor luar

negeri menjadi

faktorpendorong peningkatan

pertumbuhan ekonomi Sulsel

di triwulan IV 2017. Sementara

itu, perekonomian Sulsel 2017

ditopang oleh masih kuatnya

konsumsi rumah tangga,

konsumsi pemerintah dan

investasi, didorong

pembangunan infrastruktur

energi baru terbarukan di

Sulsel, serta peningkatan

pengiriman hasil pertanian

maupun produk industri

Pada triwulan IV 2017, dari sisi pengeluaran pertumbuhan didorong oleh

pertumbuhan konsumsi pemerintah, investasi dan net ekspor luar negeri.

Peningkatan pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan aktivitas masyarakat,

realisasi belanja pemerintah, serta kinerja Negara mitra dagang yang membaik.

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2017 terjadi pada

sebagian besar lapangan usaha. Pertumbuhan ekonomi Sulsel yang meningkat

didorong oleh kinerja lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian; Industri

Pengolahan; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran; Transportasi dan

Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi;

Jasa Perusahaan dan Jasa Pendidikan.

Secara keseluruhan, kinerja perekonomian Sulsel tahun 2017 mencapai 7,23% (yoy),

yang merupakan pertumbuhan kedua secara nasional. Pertumbuhan tahun 2017

didorong oleh kinerja Lapangan Usaha Konstruksi; serta Perdagangan Besar dan

Eceran. Sementara dari di sisi pengeluaran, perekonomian Sulsel ditopang oleh masih

kuatnya konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi, didorong

pembangunan infrastruktur energi baru terbarukan di Sulsel, serta peningkatan

Page 8: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

RINGKASAN EKSEKUTIF

2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

signifikan pengiriman hasil pertanian (udang segar, ikan, dan rumput laut) maupun

produk industri (nikel matte).

Keuangan Pemerintah

Realisasi belanja APBN APBD

Provinsi/Kab/Kota tahun 2017

meningkat dibandingkan 2016.

Daya dorong APBD Provinsi Sulsel terhadap perekonomian pada tahun 2017 sudah

cukup tinggi. Realisasi belanja hingga akhir tahun 2017 tercatat mencapai Rp8,90

triliun atau 95,5% dari pagu anggaran sebesar Rp9,32 triliun, lebih tinggi dibanding

tahun 2016 yang mencapai 95,0%. Sebagian besar penyerapan anggaran direalisasikan

untuk belanja operasional (pangsa 70,9%) dan belanja transfer (pangsa 17,3%),

sementara untuk realisasi belanja modal mencapai Rp1,05 triliun (pangsa 11,8%).

Di sisi lain, pencapaian realisasi belanja pada APBN yang dialokasikan di Sulsel juga

meningkat. Pada tahun 2017, total belanja telah terealisasi sebesar Rp17,01 triliun

atau 91,6% dari yang dianggarkan sebesar Rp18,6 triliun. Peningkatan komponen

belanja terjadi pada komponen belanja barang dan bantuan sosial. Oleh karena peran

strategis APBD dan APBN dalam pertumbuhan ekonomi Sulsel 2018, maka realisasi

yang berbentuk pembangunan infrastruktur, pendidikan dan kesehatan perlu

didorong.

Tekanan harga tahun 2017

meningkat karena

administered price.

Inflasi

Inflasi Sulsel di tahun 2017 sebesar 4,44% (yoy), berada pada sasaran 4±1% sesuai

dengan sasaran yang ditetapkan pemerintah, meskipun lebih tinggi daripada 2016

(2,94%; yoy). Inflasi pada tahun 2017 terutama bersumber dari tekanan harga yang

dikendalikan pemerintah (administered price). Adapun inflasi pada kelompok harga

pangan bergejolak (volatile food) cenderung stabil.

Inflasi pada triwulan I 2018 diperkirakan lebih rendah dari tahun sebelumnya, karena

terdapat setidaknya 4 faktor pendorong utama. Pertama, based effect dari inflasi

administered price. Kedua, keputusan Mahkamah Agung yang mengabulkan gugatan

terkait penghapusan biaya STNK sehingga ada potensi inflasi administered price akan

deflasi di tengah tekanan angkutan udara dan cukai rokok yang minimal. Ketiga, panen

yang diperkirakan mulai teradi di akhir Februari hingga pertengahan April yang akan

menormalisasi harga pangan khususnya beras. Keempat, penyesuaian harga jual

korporasi pada kelompok inti yang sudah dilakukan di bulan Januari dan relatif lebih

rendah dibandingkan tahun sebelumnya sejalan dengan terjaganya inflasi dan

volatilitas nilai tukar.

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Stabilitas keuangan daerah

tetap terjaga dan tetap

mendukung pertumbuhan dan

stabilitas ekonomi Sulsel.

Pada triwulan IV 2017, tingkat rasio gagal bayar bunga dan pokok utang (non

performing loan) pada level yang rendah di tengah pertumbuhan kredit yang

melambat. Risiko dari rasio NPL dapat terjaga, walaupun korporasi menghadapi

tantangan harga komoditas bahan baku yang kembali naik di triwulan IV 2017

dibandingkan triwulan sebelumnya. Demikian pula masih kuatnya daya beli, menahan

risiko dari sisi rumah tangga. Lebih lanjut, terjadinya perlambatan kredit disebabkan

oleh masih terus konsolidasinya korporasi untuk menyehatkan struktur keuangannya.

Sementara itu, penyaluran kredit UMKM terus meningkat signifikan, didorong oleh

kebijakan Bank Indonesia kepada perbankan untuk meningkatkan porsi penyaluran

kredit kepada UMKM.

Page 9: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 3

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Transaksi nontunai melalui

kliring pada triwulan IV 2017

meningkat, sementara

kebutuhan uang kartal tetap

mengalami net inflow ke Bank

Indonesia

Nilai dan jumlah transaksi keuangan melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

(SKNBI) mengalami peningkatan. Hal tersebut sejalan dengan pola pengeluaran

pemerintah yang meningkat menjelang akhir tahun, peningkatan belanja infrastruktur,

dan aktivitas masyarakat menjelang Natal/tahun baru.

Sejalan dengan itu, tren perkembangan transaksi tunai yang melalui Bank Indonesia

masih net inflow. Faktor yang menyebabkan adalah posisi Sulawesi Selatan sebagai

hub perdagangan Kawasan Timur Indonesia, sehingga uang kartal dari daerah sekitar

cenderung masuk ke Sulsel.

Pengawasan terhadap transaksi KUPVA BB, menunjukkan transaksi pembelian

maupun penjualan valas selama triwulan IV 2017 lebih rendah. Faktor yang

menyebabkan ditengarai karena berakhirnya musim haji dan libur panjang sekolah.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kondisi ketenagakerjaan dan

kesejahteraan Sulsel masih

menghadapi tantangan,

dengan indikator

pengangguran, kemiskinan,

ketimpangan, dan NTP yang

belum membaik dibandingkan

periode sebelumnya.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) meningkat dan tingkat kemiskinan meningkat.

TPT Sulsel per Agustus 2017 tercatat 5,61%, lebih tinggi dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya 4,80%. Sejalan dengan itu, jumlah penduduk miskin di Sulsel

pada 2017 mengalami peningkatan dibandingkan 2016. Persentase penduduk miskin

di Sulsel (9,5%) masih rendah jika dibandingkan dengan Provinsi lain di Sulawesi.

Secara lebih dalam, kenaikan penduduk miskin yang tinggi di perkotaan menyebabkan

indikator ketimpangan mengalami peningkatan. Rasio gini pada 2017 menjadi 0,43

dibanding 2016 (0,40%).

Sementara itu, tingkat kesejahteraan petani juga masih belum membaik.

Kesejahteraan petani yang diukur dari Nilai Tukar Petani (NTP) hingga triwulan IV 2017

masih cukup baik meskipun menurun secara tahunan dibandingkan triwulan III 2017,

karena terkendalinya inflasi volatile food.

Prospek Perekonomian Daerah

Perekonomian Sulsel pada

triwulan II 2018 diprakirakan

tetap kuat, demikian pula

untuk keseluruhan 2018. Di sisi

lain, tingkat inflasi akan dijaga

dalam kisaran target 3,5±1%.

Perekonomian Sulsel pada triwulan II diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,3-

7,7% (yoy) . Sumber pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan II 2018 diperkirakan

akan berasal dari naiknya seluruh komponen konsumsi (Rumah Tangga (RT), Lembaga

Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) dan pemerintah), terutama didorong oleh perayaan

Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yaitu bulan Ramadhan dan lebaran, serta

kembali adanya pencairan gaji ke-13 dan 14 terkait dengan THR dan tunjangan

pendidikan. Dari sisi produksi, LU Perdagangan Besar dan Eceran, Transportasi dan

Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi

diperkirakan akan tumbuh signifikan karena tingginya aktivitas masyarakat disertai

dengan hari libur.

Untuk keseluruhan tahun 2018, diprakirakan ekonomi akan tumbuh 7,0 – 7,4% (yoy).

Terus berlanjutnya hilirisasi industri menjadi pondasi terus membaiknya ekonomi

Sulsel secara keseluruhan. Berdasarkan kelompok pengeluaran, perekonomian akan

didorong oleh tetap kuatnya konsumsi RT, konsumsi pemerintah dan kinerja ekspor

yang membaik. Sementara dari sisi lapangan usaha, LU Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan; Pertambangan dan Penggalian; dan Industri Pengolahan menjadi buffer

utama penopang perekonomian.

Dari sisi inflasi, tekanan inflasi pada triwulan II 2018 dan keseluruhan 2018

diperkirakan akan cenderung stabil pada kisaran 3,5±1%. Penguatan koordinasi

melalui penguatan kerjasama antar instansi dan optimalisasi peran TPID

Page 10: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

RINGKASAN EKSEKUTIF

4 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

Provinsi/Kabupaten/Kota merupakan langkah strategis untuk memastikan inflasi

berada pada rentang sasaran inflasi 2018 (3,5±1%) yang ditetapkan oleh pemerintah.

Rekomendasi Kebijakan

Melakukan identifikasi dan

menjajagi sumber-sumber

diversifikasi ekspor,

memperkuat sektor hulu, dan

agro industri menjadi kunci

pertumbuhan perekonomian

Sulsel.

Pengendalian harga diarahkan

untuk peningkatan

pemanfaatan data/informasi

untuk perencanaan produksi

pangan.

Untuk mendorong Sulsel sebagai Pilar Utama Pembangunan Nasional dan Simpul

Jejaring Akselerasi Kesejahteraan kawasan, beberapa kebijakan atau rekomendasi

yang dapat dilakukan: (a) Menjaga proses pembangunan dan penyelesaian

infrastruktur tepat waktu sesuai dengan target yang telah ditentukan sehingga dapat

digunakan secara operasional sesuai target, (b) Mendorong adanya paket kebijakan

untuk mengeliminir hambatan investasi, (c) Strategi diversifikasi ekspor yang

mengarah pada negara non mitra dagang utama, misalnya Timur Tengah dan Amerika

Latin, (d) Konsistensi reformasi struktural melalui penguatan agro industri, (e)

Mendorong munculnya sumber pertumbuhan baru melalui hilirisasi komoditi

unggulan (berbasis sumber daya alam), serta sumber pertumbuhan baru dari jasa

kesehatan, pendidikan, dan pariwisata, (f) Mendorong penelitian, pengembangan,

dan kemitraan di sektor hulu untuk meningkatkan produksi dan produktivitas

komoditi unggulan, (g) Mendorong soft infrastructur untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia, melalui pelatihan dan pendidikan, serta (h) Mengingat sektor

hulu perkebunan dan perikanan cenderung kepada budidaya rakyat (bukan inti), maka

perlu dilakukan pendampingan kepada pelaku perkebunan dan perikanan untuk

meningkatkan produktivitas dalam rangka mengimbangi permintaan pasar lokal

maupun global.

Selain menjaga pertumbuhan ekonomi untuk tetap tinggi, mitigasi inflasi Sulsel

dapat dilakukan melalui beberapa hal: (a) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di

Sulsel perlu menyusun program kerja yang lebih fokus pada pengendalian komoditas

volatile food, (b) Meningkatkan koordinasi dan komunikasi antar lembaga, dalam

rangka respons saat terjadi kenaikan harga secara lebih cepat dan akurat, (c)

Pemanfaatan data/informasi pada Sistem Informasi Harga Pangan (SIGAP) maupun

data cuaca untuk perencanaan produksi pangan yang lebih baik, (d) Mendorong peran

PD Pasar dalam menjaga ketersediaan pasokan melalui kerjasama dalam jaringan

pasar; (e) Mendorong adanya pasar penyeimbang untuk komoditi tertentu dalm

rangka menjaga ketersediaan pasokan dan stabilitas harga.

Page 11: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 5

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Tabel Indikator Ekonomi

A. INFLASI DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

MAKRO

- Sulawesi Selatan 109.16 109.71 111.72 116.89 116.95 118.55 121.06 122.13 123.62 123.65 124.78 125.71 127.84 129.20 129.98 131.29

- Sulawesi Utara 109.39 110.28 110.90 118.61 118.13 119.91 121.26 125.20 123.92 124.31 124.02 125.64 128.79 128.77 128.26 128.71

- Gorontalo 108.24 109.32 109.62 115.26 113.96 115.98 117.72 120.22 120.50 121.65 120.98 121.78 123.79 126.14 126.32 127.07

- Sulawesi Tengah 111.45 113.64 115.12 120.21 117.34 120.46 121.29 125.22 124.42 125.53 126.24 127.09 129.46 132.10 132.06 132.59

- Sulawesi Tenggara 108.00 109.77 111.72 117.67 116.43 117.84 118.00 120.34 121.96 120.72 123.74 121.68 123.06 128.17 125.89 125.28

- Sulawesi Barat 108.92 110.28 112.54 116.85 116.20 118.65 119.84 122.78 122.23 123.74 123.94 125.52 127.24 128.92 129.55 130.28

- Sulawesi Selatan 0.02 0.30 0.25 2.75 0.50 0.73 0.54 0.70 0.08 0.45 0.32 0.30 (0.18) 0.97 (0.07) 1.04

- Sulawesi Utara 0.31 0.67 (0.03) 3.83 0.50 0.49 0.62 1.74 (0.03) 1.06 (0.68) (1.52) 0.23 1.15 (1.04) 0.51

- Sulawesi Tengah 0.60 0.94 (0.36) 2.86 (0.68) 0.03 0.12 1.96 0.38 0.63 0.59 1.15 0.25 0.76 (0.13) 1.87

- Sulawesi Tenggara (0.17) 0.82 (0.30) 3.29 0.30 0.51 0.46 0.71 0.16 0.75 0.07 0.26 (0.16) 3.24 (0.52) 0.68

- Sulawesi Barat (0.11) 0.66 0.71 2.45 0.44 0.95 0.22 1.70 (0.02) 1.19 0.32 0.98 (0.29) 0.99 0.01 0.59

- Sulawesi Selatan 1.44 1.94 3.81 8.61 0.05 1.43 3.57 4.48 1.22 1.25 2.17 2.94 1.69 2.77 3.39 4.44

- Sulawesi Utara 1.14 1.97 2.54 9.67 (0.40) 1.10 2.23 5.56 (1.02) (0.71) (0.94) 0.35 2.51 2.49 2.09 2.44

- Gorontalo (0.32) 0.67 0.95 6.14 (1.13) 0.62 2.13 4.30 0.23 1.19 0.63 1.30 1.65 3.58 3.73 4.34

- Sulawesi Tengah 0.91 2.90 4.24 8.84 (2.39) 0.21 0.90 4.17 (0.64) 0.25 0.81 1.49 1.86 3.94 3.91 4.33

- Sulawesi Tenggara (0.47) 1.16 2.96 8.45 (1.06) 0.14 1.82 2.27 1.35 1.96 2.83 2.69 0.91 4.45 3.31 2.96

- Sulawesi Barat 0.57 1.82 3.91 7.89 (0.56) 1.54 2.56 5.07 (0.45) 0.78 0.94 2.23 1.37 2.71 3.21 3.79

- Sulawesi Selatan 5.88 5.92 3.72 8.61 7.13 8.06 8.36 4.48 5.70 4.30 3.07 2.94 3.42 4.49 4.17 4.44

- Sulawesi Utara 5.67 6.26 4.00 9.67 7.99 8.73 9.34 5.56 4.90 3.67 2.28 0.35 3.93 3.59 3.42 2.44

- Gorontalo 5.10 5.82 3.59 6.14 5.28 6.09 7.39 4.30 5.74 4.89 2.77 1.30 2.73 3.69 4.41 4.34

- Sulawesi Tengah 8.42 10.37 5.46 8.84 5.28 6.00 5.36 4.17 6.03 4.21 4.08 1.49 4.05 5.23 4.61 4.33

- Sulawesi Tenggara 5.60 4.84 1.83 8.45 7.81 7.35 6.86 2.27 4.75 4.37 3.28 3.07 2.40 6.17 3.49 2.96

- Sulawesi Barat 6.24 6.65 4.46 7.89 6.68 7.59 6.49 5.07 5.19 4.29 3.42 2.23 4.10 4.19 4.53 3.79

55,566 57,872 62,067 58,482 58,854 62,446 66,723 62,780 63,116 67,457 71,257 67,593 68,004 72,022 76,034 72,848

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 12,293 13,015 15,191 10,602 12,743 14,547 16,003 10,806 12,837 15,164 16,857 13,493 14,682 15,888 17,422 13,477

Pertambangan dan Penggalian 3,450 3,498 3,793 3,971 3,533 3,760 4,229 4,281 3,605 3,954 4,297 4,139 3,908 4,198 4,369 4,244

Industri Pengolahan 7,649 8,164 8,505 8,974 8,191 8,725 8,821 9,810 9,209 9,432 9,810 10,023 9,659 9,826 10,294 10,628

Pengadaan Listrik, Gas 51 57 59 66 54 54 56 65 60 64 66 67 66 66 69 72

Pengadaan Air 75 77 77 73 75 77 75 76 78 81 80 81 82 87 88 87

Konstruksi 6,494 6,789 7,044 7,340 6,961 7,188 7,689 8,129 7,610 7,888 8,161 8,330 8,142 8,593 8,842 9,181

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7,775 8,088 8,619 7,881 8,212 8,623 9,405 8,675 8,939 9,572 10,313 9,537 9,592 10,553 11,304 11,030

Transportasi dan Pergudangan 2,061 2,087 2,166 2,245 2,129 2,239 2,394 2,380 2,416 2,438 2,612 2,384 2,447 2,588 2,837 2,803

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 765 797 806 817 808 829 849 884 887 903 924 942 948 1,002 1,050 1,082

Informasi dan Komunikasi 3,492 3,592 3,733 3,743 3,749 3,860 4,036 4,069 4,055 4,170 4,355 4,408 4,440 4,639 4,784 4,914

Jasa Keuangan 1,950 2,017 2,008 2,090 2,144 2,077 2,194 2,248 2,351 2,438 2,459 2,595 2,452 2,567 2,575 2,681

Real Estate 2,068 2,124 2,164 2,209 2,252 2,284 2,320 2,341 2,411 2,442 2,445 2,485 2,511 2,549 2,561 2,602

Jasa Perusahaan 245 249 252 254 256 261 270 273 277 281 291 294 295 305 316 322

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,510 2,568 2,690 2,764 2,652 2,763 2,940 3,007 2,860 3,000 2,698 2,779 2,865 2,996 3,027 3,038

Jasa Pendidikan 2,916 2,929 3,105 3,523 3,176 3,195 3,402 3,606 3,420 3,488 3,674 3,714 3,664 3,818 4,046 4,157

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,065 1,093 1,107 1,169 1,144 1,177 1,232 1,292 1,253 1,276 1,325 1,401 1,346 1,398 1,456 1,517

Jasa lainnya 707 728 747 761 773 788 808 839 849 866 888 919 907 949 992 1,012

1. Konsumsi 35,247 37,827 38,883 42,135 37,145 39,722 41,032 44,881 39,034 42,105 42,787 45,978 41,137 44,358 45,306 48,572

2. Investasi 20,532 23,010 23,194 22,003 22,280 23,272 24,959 26,452 24,359 25,562 26,614 27,235 26,151 27,672 28,865 29,574

3. Ekspor 15,088 14,532 16,051 14,644 14,263 14,026 14,920 10,845 8,496 10,035 10,093 7,759 11,141 10,880 11,113 9,775

4. Impor 15,301 17,498 16,061 20,299 15,450 16,441 15,745 20,016 9,784 11,098 9,019 14,064 11,113 11,202 10,993 14,483

55,566 57,872 62,067 58,482 58,854 62,446 66,723 62,780 63,116 67,457 71,257 67,593 68,004 72,022 76,034 72,848

8.38 6.37 7.57 7.87 5.92 7.90 7.50 7.35 7.24 8.02 6.80 7.67 7.75 6.77 6.70 7.78

360.34 452.96 490.63 444.80 344.16 382.89 381.25 333.28 229.37 276.31 325.41 336.67 261.13 267.31 307.30 346.80

167.44 182.55 193.36 209.93 163.96 194.52 216.82 172.10 163.02 187.21 226.87 247.29 178.55 302.04 382.81 335.35

139.10 181.87 149.05 129.39 163.90 172.50 271.92 149.65 122.68 210.55 150.13 270.62 200.95 210.17 210.17 210.17

221.11 258.82 266.39 217.60 326.31 317.63 264.12 273.69 284.74 329.06 275.21 407.15 291.66 391.26 376.91 453.54

221.25 271.09 341.58 315.40 180.26 210.39 109.33 183.62 106.69 65.76 175.28 66.04 60.18 57.15 97.13 136.63

*) Angka sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2007**) Angka sangat sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2012

Indeks Harga Konsumen

Catatan:

Total PDRB (Rp Miliar)

Pertumbuhan PDRB (%, yoy)

Nilai Ekspor (X) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta)

Volume Ekspor Luar Negeri Non-migas (Juta Ton)

Nilai Impor (M) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta)

Sumber : BPS & Ditjen Bea Cukai

Volume Impor Luar Negeri Non-migas (Juta Ton)

Neraca Perdagangan (X - M) Non-migas (US$ Juta)

PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp Miliar) **

Laju Inflasi Bulanan (%, mtm)

PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp Miliar) Tahun Dasar 2010 & SNA 2008

Laju Inflasi Tahun Kalender (%, ytd)

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

2017**INDIKATOR

2014 2016*2015

Page 12: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

TABEL INDIKATOR EKONOMI

6 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

B. PERBANKAN (KREDIT LOKASI BANK, DPK LOKASI BANK PELAPOR)

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Total Aset (Rp Miliar) 90,909 97,572 99,571 101,351 104,945 108,309 113,101 117,572 120,832 122,711 123,190 125,955 130,863 130,564 129,565 134,100 - -

58,162 61,402 64,339 66,112 66,420 68,867 72,433 78,467 78,342 82,097 82,025 82,396 81,891 85,232 83,874 87,322

Giro 7,990 9,730 9,693 7,995 10,154 11,820 12,471 13,165 12,894 12,203 11,802 10,388 12,434 12,532 12,562 10,726

Tabungan 32,446 33,168 34,828 37,428 34,147 34,881 37,491 42,221 38,589 42,611 41,800 44,994 41,400 43,973 43,308 50,161

Deposito 17,726 18,504 19,819 20,690 22,118 22,166 22,472 23,091 26,859 27,283 28,423 27,014 28,057 28,726 28,004 26,434 - - -

75,874 79,336 80,463 83,560 85,304 87,563 89,911 94,981 96,310 101,617 102,774 103,890 104,798 108,154 107,583 113,129

- Modal Kerja 27,257 29,062 29,847 31,442 32,776 34,627 34,876 36,730 37,510 39,518 39,653 39,952 40,620 42,311 41,776 44,569

- Investasi 14,642 15,467 15,457 16,241 16,482 16,500 17,476 20,538 20,041 20,796 20,204 20,221 19,830 19,946 19,773 19,842

- Konsumsi 33,974 34,807 35,159 35,877 36,045 36,436 37,558 37,713 38,759 41,303 42,917 43,718 44,347 45,898 46,034 48,717

130.45% 129.21% 125.06% 126.39% 128.43% 127.15% 124.13% 121.05% 122.94% 123.78% 125.30% 126.09% 127.97% 126.89% 128.27%- -

75,874 79,336 80,463 83,560 85,304 87,563 89,911 94,981 96,310 101,617 102,774 103,890 104,798 108,154 107,583 113,129

- Pertanian 1,405 1,499 1,435 1,506 1,630 1,788 2,303 2,461 2,681 2,933 2,998 3,280 3,279 3,514 3,624 4,386

- Pertambangan 377 560 537 509 427 390 383 410 430 399 372 336 340 333 316 303

- Industri pengolahan 3,918 4,210 4,283 4,747 5,035 5,109 5,304 7,487 7,239 7,993 8,104 7,582 7,494 7,555 7,477 7,015

- Listrik, Gas, dan Air 218 245 232 350 382 413 398 379 306 277 267 248 255 222 226 159

- Konstruksi 3,043 3,666 4,173 4,366 4,746 4,902 5,417 5,491 5,483 5,977 6,305 6,698 6,305 6,602 6,637 6,805

- Perdagangan 24,334 25,587 25,748 27,033 27,920 29,003 29,373 31,424 31,959 33,268 32,431 32,555 32,970 33,787 33,256 34,343

- Pengangkutan 2,960 2,950 2,951 2,820 2,782 2,693 2,672 2,781 2,824 2,738 2,730 2,627 2,420 2,508 2,441 2,698

- Jasa Dunia Usaha 3,747 3,598 3,581 3,662 3,733 4,037 4,024 4,221 4,117 4,085 4,234 4,278 4,715 4,889 4,709 5,659

- Jasa Sosial Masyarakat 1,828 1,968 2,115 2,340 2,473 2,681 2,388 2,549 2,462 2,587 2,392 2,518 2,640 2,819 2,838 3,014

- Lain-lain 34,043 35,053 35,408 36,226 36,174 36,547 37,648 37,777 38,809 41,359 42,941 43,767 44,378 45,926 46,060 48,747 - - -

24,823 26,489 26,768 27,675 27,428 28,301 28,501 30,641 31,110 32,156 32,936 33,233 36,798 34,306 34,297 35,996 - - -

4,648 5,114 5,297 5,883 6,221 6,679 6,880 7,892 8,698 8,993 9,050 9,277 9,234 9,800 9,950 10,604

- Modal Kerja 3,827 4,088 4,249 4,479 4,674 5,038 5,144 5,542 6,329 6,580 6,707 6,841 6,711 7,211 7,334 7,797

- Investasi 821 1,027 1,048 1,404 1,548 1,642 1,735 2,351 2,369 2,413 2,343 2,436 2,523 2,589 2,615 2,807

- Konsumsi - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

10,123 10,329 10,885 11,035 10,893 11,161 11,580 12,412 12,433 12,687 12,549 12,695 13,070 13,409 13,384 13,535

- Modal Kerja 5,862 6,076 6,408 6,683 6,596 6,860 7,039 7,188 7,265 7,540 7,713 7,817 8,341 9,116 9,114 9,593

- Investasi 4,261 4,253 4,478 4,353 4,296 4,300 4,541 5,224 5,169 5,147 4,836 4,878 4,729 4,293 4,270 3,942

- Konsumsi - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

10,052 11,046 10,586 10,757 10,313 10,461 10,042 10,337 9,979 10,476 11,336 11,260 14,495 11,097 10,964 11,857

- Modal Kerja 7,079 7,822 7,680 7,802 7,488 7,698 7,272 7,577 7,198 7,624 8,542 8,568 8,013 7,965 7,850 8,588

- Investasi 2,972 3,224 2,906 2,954 2,825 2,763 2,770 2,760 2,781 2,852 2,795 2,692 6,481 3,132 3,114 3,270

- Konsumsi - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

3.14% 3.54% 3.57% 3.13% 3.36% 3.16% 3.85% 3.19% 3.36% 3.05% 3.00% 2.29% 2.43% 2.45% 2.54% 3.45%- - -

4.87% 4.98% 5.42% 4.81% 5.21% 5.14% 5.40% 4.26% 4.43% 4.14% 4.07% 3.78% 3.70% 3.93% 4.05% 3.67%- - -

- BANK UMUM SYARIAH 0

5,586 5,580 5,619 5,906 6,000 6,184 6,489 6,975 7,018 6,687 6,633 6,718 6,703 6,708 6,365 6,812 - - -

2,742 2,795 2,878 2,991 3,187 3,287 3,382 3,853 3,517 3,630 3,872 3,972 3,967 3,921 3,680 4,291

Giro 221 262 346 380 547 554 355 598 339 390 429 366 357 326 353 429

Tabungan 1,261 1,261 1,337 1,479 1,488 1,570 1,667 1,765 1,761 1,793 1,886 2,020 2,008 2,037 2,053 2,211

Deposito 1,260 1,272 1,195 1,132 1,153 1,162 1,360 1,490 1,417 1,447 1,557 1,587 1,601 1,558 1,275 1,651

4,453 4,869 4,926 5,141 5,239 5,582 5,750 5,684 5,817 5,744 5,668 5,851 5,911 5,994 5,831 5,848

- Modal Kerja 684 776 985 1,135 1,292 1,535 1,572 1,526 1,659 1,685 1,619 1,594 1,616 1,594 1,487 1,559

- Investasi 488 670 670 825 865 1,015 1,170 1,152 1,143 1,034 970 1,096 1,081 1,094 1,075 967,693

- Konsumsi 3,282 3,423 3,270 3,181 3,081 3,033 3,008 3,006 3,015 3,025 3,079 3,162 3,213 3,306 3,269 3,321

162.40% 174.20% 171.16% 171.91% 164.36% 169.84% 170.02% 147.53% 165.43% 158.23% 146.38% 147.30% 149.00% 152.85% 158.44% 136.28%

Catatan:* (<Rp50 juta)** (Rp50 < X < Rp500 juta)*** (Rp500 juta < X < Rp5 miliar)**** Angka sementara

201620152014 2017

Kredit Menengah *** (Rp Miliar)

Kredit - Lokasi Bank (Rp Miliar)

INDIKATOR

BANK UMUM :

DPK - Lokasi Bank Pelapor (Rp Miliar)

LDR

NPL UMKM gross - Lokasi Bank (%)

FDR

Total Aset (Rp Miliar)

DPK - Lokasi Bank Pelapor (Rp Miliar)

Pembiayaan - Lokasi Bank (Rp Miliar)

Kredit - Lokasi Bank (Rp Miliar)

Kredit Kecil ** (Rp Miliar)

Kredit UMKM - Lokasi Bank (Rp Miliar)

NPL Total gross - Lokasi Bank (%)

Kredit Mikro* (Rp Miliar)

Page 13: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 7

C. PERBANKAN (KREDIT LOKASI PROYEK, DPK LOKASI PROYEK)

I II III IV I II III IV I II III IV

Total Aset (Rp Miliar) 104,945 108,309 113,101 117,572 120,832 122,711 123,190 125,955 130,863 130,564 131,222 134,100 - -

66,178 68,635 72,126 78,076 78,002 81,674 81,640 81,971 81,536 84,852 84,675 86,809

Giro 10,125 11,807 12,454 13,150 12,881 12,178 11,788 10,376 12,420 12,519 11,981 10,649

Tabungan 33,960 34,683 37,256 41,907 38,342 42,311 41,544 44,678 41,157 43,702 44,658 49,842

Deposito 22,093 22,145 22,416 23,019 26,778 27,185 28,309 26,917 27,959 28,632 28,037 26,318

90,768 94,399 96,019 101,263 102,280 107,627 108,401 109,723 111,780 115,158 117,433 119,771

- Modal Kerja 34,244 37,014 37,017 38,556 38,920 40,809 40,590 40,842 41,856 43,281 43,853 45,317

- Investasi 19,119 19,431 19,865 22,774 22,507 23,420 22,771 23,079 23,597 23,931 24,455 23,660

- Konsumsi 37,404 37,954 39,137 39,933 40,853 43,398 45,040 45,802 46,327 47,945 49,125 50,795

137.16% 137.54% 133.13% 129.70% 131.13% 131.78% 132.78% 133.86% 137.09% 135.72% 138.69% 137.97%

90,768 94,399 96,019 101,263 102,280 107,627 108,401 109,723 111,780 115,158 117,433 119,771

- Pertanian 1,675 1,779 1,837 2,173 2,368 2,616 2,592 2,852 2,858 3,110 3,415 3,604

- Pertambangan 401 411 376 400 407 431 402 390 397 381 374 343

- Industri pengolahan 5,830 6,487 6,226 8,460 7,984 8,674 8,398 8,039 7,844 8,145 7,472 7,357

- Listrik, Gas, dan Air 2,093 2,340 2,436 2,572 2,290 2,149 2,203 2,239 2,835 2,823 4,373 3,142

- Konstruksi 5,596 5,761 6,259 6,346 6,262 6,363 6,496 6,522 6,629 6,812 6,625 7,098

- Perdagangan 28,761 30,356 30,678 31,985 32,480 34,128 33,399 33,784 34,449 35,080 35,244 35,670

- Pengangkutan 2,407 2,343 2,381 2,442 2,501 2,433 2,414 2,314 2,152 2,224 2,269 2,535

- Jasa Dunia Usaha 4,046 4,249 4,187 4,409 4,637 4,804 5,022 5,165 5,570 5,725 5,550 6,127

- Jasa Sosial Masyarakat 2,425 2,610 2,409 2,480 2,449 2,574 2,412 2,567 2,690 2,882 2,957 3,069

- Lain-lain 37,532 38,063 39,228 39,996 40,902 43,456 45,064 45,851 46,358 47,976 49,155 50,824

26,867 27,995 27,743 29,129 29,316 30,544 31,433 31,909 38,572 33,612 33,996 35,029

6,202 6,650 6,810 7,583 8,368 8,740 8,788 8,999 8,978 9,563 10,135 10,415

- Modal Kerja 4,648 5,002 5,085 5,469 6,240 6,537 6,671 6,805 6,717 7,227 7,625 7,833

- Investasi 1,554 1,648 1,725 2,114 2,128 2,204 2,118 2,194 2,261 2,336 2,510 2,582

- Konsumsi - - - - - - - - - - - -

10,293 10,637 10,863 11,405 11,434 11,780 11,732 11,883 12,307 12,641 12,846 12,940

- Modal Kerja 6,546 6,833 6,976 7,127 7,194 7,425 7,649 7,744 8,238 9,006 9,248 9,469

- Investasi 3,746 3,804 3,887 4,278 4,239 4,355 4,082 4,139 4,069 3,636 3,598 3,471

- Konsumsi - - - - - - - - - - - -

10,372 10,708 10,070 10,141 9,515 10,023 10,914 11,027 17,288 11,407 11,016 11,674

- Modal Kerja 7,564 7,932 7,456 7,464 6,821 7,279 8,200 8,321 8,105 7,778 7,878 8,488

- Investasi 2,808 2,777 2,614 2,677 2,694 2,744 2,714 2,706 9,183 3,629 3,138 3,186

- Konsumsi - - - - - - - - - - - -

3.63% 3.71% 3.90% 3.40% 3.46% 3.21% 3.19% 2.54% 2.64% 2.67% 2.73% 3.99%

5.24% 5.21% 5.36% 4.41% 4.39% 4.31% 4.15% 3.98% 3.56% 4.04% 4.05% 3.96%

BANK UMUM SYARIAH

6,000 6,184 6,489 6,976 7,018 6,687 6,633 6,718 6,703 6,708 6,938 6,812 - -

3,187 3,275 3,369 3,804 3,462 3,569 3,794 3,865 3,870 3,829 4,086 4,175

Giro 547 552 422 598 338 387 428 364 356 324 416 428

Tabungan 1,488 1,569 1,636 1,743 1,742 1,770 1,864 1,967 1,979 2,011 2,090 2,176

Deposito 1,153 1,154 1,311 1,463 1,383 1,411 1,502 1,533 1,535 1,494 1,580 1,571 - -

5,898 6,536 6,474 6,299 6,647 6,778 6,359 6,522 6,628 6,605 6,704 6,600

- Modal Kerja 2,047 2,345 2,307 2,165 2,503 2,679 2,252 2,192 2,192 2,012 1,992 1,973

- Investasi 947 1,311 1,344 1,249 1,240 1,198 1,145 1,313 1,300 1,352 1,326 1,208

- Konsumsi 2,904 2,880 2,823 2,885 2,904 2,901 2,962 3,017 3,136 3,241 3,385 3,419

185.07% 199.56% 192.19% 165.59% 191.98% 189.94% 167.61% 168.77% 171.27% 172.51% 164.07% 158.10%

Catatan:* (<Rp50 juta)** (Rp50 < X < Rp500 juta)*** (Rp500 juta < X < Rp5 miliar)**** Angka sementara

2017

FDR

Total Aset (Rp Miliar)

DPK - Lokasi Proyek Pelapor (Rp Miliar)

Pembiayaan - Lokasi Proyek (Rp Miliar)

Kredit Kecil ** (Rp Miliar)

Kredit Menengah *** (Rp Miliar)

NPL Total gross - Lokasi Proyek (%)

NPL UMKM gross - Lokasi Proyek (%)

Kredit Mikro* (Rp Miliar)

Kredit - Lokasi Proyek (Rp Miliar)

LDR

Kredit - Lokasi Proyek (Rp Miliar)

Kredit UMKM - Lokasi Proyek (Rp Miliar)

20162015

BANK UMUM :

DPK - Lokasi Proyek Pelapor (Rp Miliar)

INDIKATOR

Page 14: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

TABEL INDIKATOR EKONOMI

8 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

D. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

I II III IV I II III IV I II III

KAS

Inflow (Rp Miliar) 6,184 3,777 4,815 3,791 6,229 3,344 6,502 4,104 4,612 3,343 2,405

Uang Kertas 6,184 3,777 4,815 3,791 6,229 3,344 6,502 1,562 4,612 3,343 2,405

Uang Logam 0.004 0.001 0.034 0.00 0.00 0.00 0.06 0.06 0.11 0.02 0.01

Outflow (Rp Miliar) 2,248 3,703 4,930 3,208 1,490 4,741 2,520 2,624 1,289 3,181 1,594

Uang Kertas 2,247 3,699 4,927 3,202 1,485 4,735 2,517 2,620 1,286 3,177 1,592

Uang Logam 1.74 4.03 3.59 5.84 4.45 6.43 3.54 3.98 3.46 3.85 2.05

Pemusnahan Uang (Rp Miliar) 925 943 719 790 1,310 2,694 1,289 1,350 1,058 781

TRANSAKSI RTGS

From / Outgoing (Rp Miliar) 19,951 26,709 19,338 14,217 13,976 17,433 6,561 9,459 11,485 15,638 9,781

To / Incoming (Rp Miliar) 21,897 31,935 40,378 - - - - - - - -

From - To (Rp Miliar) 3,778 4,272 3,478 - - - - - - - -

TRANSAKSI KLIRING

Nominal Kliring* (Rp Miliar) 9,757 10,492 11,363 13,952 18,226 19,308 15,603 15,754 14,471 11,360 12,850

Volume Kliring* (Lembar) 262,477 279,265 296,973 314,492 346,867 360,788 327,989 336,182 317,734 278,619 300,059

Kliring Kredit

Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 887 1,027 1,617 4,280 8,917 10,499 7,038 6,579 6,540 5,926 6,922

Volume Kliring Kredit (Lembar) 34,547 32,940 53,395 86,793 132,841 151,191 132,118 129,169 137,126 131,837 147,734

RRH** Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 15 17 27 68 146 167 112 104 104 94 119

RRH Nominal Kliring Kredit (Lembar) 566 540 875 1,378 2,178 2,400 2,097 2,050 2,177 2,093 2,547

Nominal Kliring Debet (Rp Miliar) 8,870 9,465 9,746 9,673 9,309 8,809 8,565 9,175 8,339 5,434 5,928

Volume Kliring Debet (Lembar) 227,930 246,325 243,578 227,699 214,026 209,597 195,871 207,013 191,324 146,782 152,325

RRH Nominal Kliring Debet (Rp Miliar) 145 155 160 154 153 144 140 150 137 89 102

RRH Nominal Kliring Debet (Lembar) 3,737 4,038 3,993 3,614 3,509 3,436 3,211 3,394 3,136 2,406 2,626

Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) 229 212 218 311 304 314 394 982 320 224 223

Volume Kliring Pengembalian (Lembar) 6,571 5,552 5,012 6,003 6,040 6,336 6,194 6,421 5,925 5,644 4,842

RRH Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) 4 3 4 5 5 5 6 16 5 4 4

RRH Nominal Kliring Pengembalian (Lembar) 108 91 82 95 99 104 102 105 97 93 83

Cek/BG Kosong

Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Rp Miliar) 229 212 218 242 221 245 274 853 235 162 161

Volume Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 4,787 5,301 5,012 4,702 4,686 4,797 4,769 5,013 4,673 3,942 3,454

RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Rp Miliar) 4 3 4 4 4 4 4 14 4 3 3

RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 78 87 82 75 77 79 78 82 77 65 60

*) Jumlah transaksi kliring kredit dan kliring debet penyerahan**) Rata-Rata harian: jumlah rata-rata transaksi setiap hari***) Angka sementara

Kliring Debet Pengembalian

Kliring Debet Penyerahan

INDIKATOR2016 20172015

Page 15: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 9

E. GRAFIK INDIKATOR

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan: PDRB TD 2010 ; KTI adalah Kaimantan, Sulampua, Balinusra; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : PDRB TD 2010; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara

Kontribusi Perekonomian (PDRB ADHK) Pertumbuhan Ekonomi (PDRB ADHK)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : PDRB TD 2010; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : PDRB TD 2010; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara

Sumbangan Komponen Penggunaan bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel

Sumbangan SektorEkonomi bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah Inflasi dan BI Rate Perbankan Sulsel

Keterangan: Data Februari 2017; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

*) Data September 2016; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pengangguran Terbuka Persentase Penduduk Miskin

0%

5%

10%

15%

20%

25%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Rasio PDRB Sulsel terhadap Nasional

Rasio PDRB KTI terhadap Nasional

-2

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015 2016** 2017***

Pertanian Tambang Industri Konstruksi Perdagangan Lainnya

%,yoy

0

2

4

6

8

10

Jan

-13

Mar

-13

Me

i-1

3

Jul-

13

Sep

-13

No

v-1

3

Jan

-14

Mar

-14

Me

i-1

4

Jul-

14

Sep

-14

No

v-1

4

Jan

-15

Mar

-15

Me

i-1

5

Jul-

15

Sep

-15

No

v-1

5

Jan

-16

Ma

r-1

6

Me

i-1

6

Jul-

16

Sep

-16

No

v-1

6

Jan

-17

Mar

-17

Me

i-1

7

Jul-

17

Sep

-17

No

v-1

7

Inflasi Sulsel Inflasi Nasional Suku Bunga Kebijakan

%

100%

110%

120%

130%

140%

150%

160%

170%

180%

190%

200%

-

20

40

60

80

100

120

140

160

Jan

-10

Ap

r-1

0

Jul-

10

Oct

-10

Jan

-11

Ap

r-1

1

Jul-

11

Oct

-11

Jan

-12

Ap

r-1

2

Jul-

12

Oct

-12

Jan

-13

Ap

r-1

3

Jul-

13

Oct

-13

Jan

-14

Ap

r-1

4

Jul-

14

Oct

-14

Jan

-15

Ap

r-1

5

Jul-

15

Oct

-15

Jan

-16

Ap

r-1

6

Jul-

16

Oct

-16

Jan

-17

Rp

Tri

liu

n

ASET

KREDIT

DPK

LDR

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

7200

7400

7600

7800

8000

8200

8400

8600

8800

9000

9200

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016* 2017**

(Ribu Orang)

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) - Skala Kanan

JumlahPenduduk

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

0

200

400

600

800

1000

1200

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

(Ribu Orang) % Penduduk Miskin - Skala Kanan

Jumlah Penduduk Miskin

% Penduduk Miskin - Skala Kanan

Jumlah Penduduk Miskin

Page 16: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

TABEL INDIKATOR EKONOMI

10 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 17: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 11

1. PERTUMBUHAN EKONOMI

Bab 1 Pertumbuhan Ekonomi1

1Pembahasan bab 1 menggunakan alur waktu Triwulan IV 2017 (data realisasi BPS) dan Triwulan I 2018 (data proyeksi Bank Indonesia)

Perekonomian Sulsel pada triwulan IV 2017 bila diukur berdasarkan PDRB

nilainya masing-masing mencapai Rp106.974 milyar (ADHB) atau Rp72.848

milyar (ADHK), tumbuh 7,78% (yoy) di triwulan IV 2017, lebih tinggi dari

pertumbuhan triwulan III 2017 (6,70%; yoy).

Pada triwulan IV 2017, pertumbuhan didorong oleh pertumbuhan konsumsi

pemerintah, investasi dan net ekspor luar negeri yang tercatat tumbuh meningkat,

didorong oleh peningkatan aktivitas masyarakat, realisasi belanja pemerintah,

serta kinerja Negara mitra dagang yang membaik.

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2017 terjadi

pada sebagian besar lapangan usaha. Pertumbuhan ekonomi Sulsel yang

meningkat didorong oleh kinerja lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian;

Industri Pengolahan; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran; Transportasi dan

Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan

Komunikasi; Jasa Perusahaan dan Jasa Pendidikan.

Secara keseluruhan, kinerja perekonomian Sulsel tahun 2017 mencapai 7,23%

(yoy), lebih tinggi dari nasional 5,07% (yoy). Pertumbuhan tahun 2017 didorong

oleh kinerja Lapangan Usaha Konstruksi; serta Perdagangan Besar dan Eceran.

Sementara dari di sisi pengeluaran, perekonomian Sulsel ditopang oleh masih

kuatnya konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi, didorong

pembangunan infrastruktur energi baru terbarukan di Sulsel, serta peningkatan

signifikan pengiriman hasil pertanian (udang segar, ikan, dan rumput laut)

maupun produk industri (nikel matte).

Dengan realisasi pada triwulan IV 2017 tersebut, diperkirakan pada triwulan I

2018 pertumbuhan ekonomi tumbuh dengan kisaran 6,8%-7,2% (yoy).

Page 18: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

12 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

1.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) terakselerasi di triwulan IV 2017. Pada triwulan laporan, ekonomi Sulsel

tumbuh 7,78% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 6,70% (yoy) pada triwulan III 2017. Pertumbuhan yang

terakselerasi terutama disebabkan oleh meningkatnya kinerja di beberapa lapangan usaha antara lain Lapangan Usaha

Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran; Transportasi dan

Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Perusahaan; dan Jasa

Pendidikan. Di sisi pengeluaran, meningkatnya pertumbuhan disebabkan oleh meningkatnya kinerja konsumsi rumah

tangga, investasi, dan membaiknya kinerja ekspor.

Secara keseluruhan, kinerja perekonomian Sulsel tahun 2017 mencapai 7,23% (yoy) sedikit melambat dibandingkan

tahun 2016 (7,42%; yoy). Meski demikian, secara keseluruhan tahun 2017, Sulsel menempati peringkat 2 dengan

pertumbuhan ekonomi tertinggi secara nasional. Pertumbuhan tahun 2017 didorong oleh kinerja Lapangan Usaha

Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum;

Informasi dan Komunikasi; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan; Jasa Pendidikan dan Jasa Kesehatan. Sementara

dari disi pengeluaran, perekonomian Sulsel ditopang oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah

dan investasi.

Pada triwulan I 2018, pertumbuhan ekonomi Sulsel diperkirakan sedikit melambat pada rentang 6,8% - 7,2%.

Perlambatan tersebut dari Lapangan Usaha Industri Pengolahan; Konstruksi sesuai pola historisnya; Perdagangan Besar dan

Eceran; Penyediaan Akomodasi dan makan minum yang kembali normal paska libur natal dan libur akhir tahun; demikian

pula untuk lapangan usaha Informasi dan Komunikasi; Jasa Perusahaan; dan Administrasi Pemerintah. Dari sisi pengeluaran,

melambatnya perekonomian karena konsumsi rumah tangga karena melamahnya daya beli di awal tahun yang

diindikasikan oleh hasil Survei Konsumen (SK) dan Survei Penjualan Eceran (SPE), sementara konsumsi pemerintah karena

keberlanjutan kebijakan efisiensi belanja serta peningkatan pagu APBD 2018 yang hanya berkisar 4,1% lebih kecil dari tahun

2017 yang kenaikannya mencapai 35,8%.

Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara P : Prediksi Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan

1.2. Sisi Pengeluaran

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi di triwulan IV 2017 yang meningkat terutama disebabkan oleh konsumsi

rumah tangga, investasi dan kinerja net ekspor luar negeri. Pada triwulan IV 2017, konsumsi rumah tangga tercatat

tumbuh meningkat 6,41% (yoy) dari periode sebelumnya 6,15% (yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang menguat

sejalan dengan aktivitas masyarakat yang meningkat saat HBKN natal, tahun baru dan libur sekolah. Sementara itu, investasi

juga menguat dengan tumbuh 8,59% (yoy) dari sebelumnya 8,46% (yoy) didorong pembangunan infrastruktur energi baru

terbarukan di Sulsel. Kinerja ekspor luar negeri juga membaik karena peningkatan signifikan pengiriman hasil pertanian

(udang segar, ikan, dan rumput laut) maupun produk industri (semen, nikel, dan makanan olahan).

6.11 6.21 5.94 5.87 5.54 5.59 5.52 5.58 5.14 4.96 4.97 5.04 4.83 4.74 4.78 5.15 4.94 5.21 5.03 4.94 5.06 5.01 5.06 5.19

10.34

8.50 8.648.11

6.02

7.01

9.25

8.068.38

6.39

7.73 7.70

5.90

7.897.50 7.30 7.27

8.02

6.78

7.60

7.52

6.63 6.70

7.78

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV IP

2012 2013 2014 2015 2016* 2017** 2018

% yoy

yoy Nasional yoy Sulsel

6,8-7,2

Page 19: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 13

Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2018 diperkirakan melambat. Perlambatan tersebut karena kembali

normalnya konsumsi rumah tangga sebagai pangsa terbesar sisi pengeluaran, serta konsumsi pemerintah yang diperkirakan

menurun sesuai pola historisnya. Meski demikian, kinerja ekspor luar negeri yang membaik dapat menopang kinerja

perekonomian Sulsel di triwulan I 2018. Membaiknya harga komoditas utama Sulsel di awal triwulan I 2018, seperti nikel

serta membaiknya negara ekspor utama Sulsel seperti Jepang, Tiongkok dan USA yang terlihat dari PMI diatas 50.

Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan I 2018 diperkirakan berada pada kisaran 6,8%-7,2% (yoy).

Tabel 1.1. Pertumbuhan (%, yoy) Ekonomi Menurut Komponen Pengeluaran (triwulanan)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Bank Indonesia *) Angka Sangat Sementara

Dilihat dari andilnya terhadap PDRB,

komponen konsumsi RT dan investasi

(PMTB) masih menjadi penyumbang

terbesar di triwulan IV 2017 dan

keseluruhan tahun 2017. Pangsa konsumsi

RT mencapai di atas 50% dari total PDRB,

sementara pangsa PMTB mencapai di atas

35% pada triwulan II 2017. Kelompok

pengeluaran lain yang memiliki share cukup

tinggi (di atas 5%) adalah konsumsi

pemerintah. Sementara kelompok

pengeluaran yang memiliki pangsa di bawah

5% adalah net ekspor-impor, konsumsi

LNPRT, dan perubahan inventori (1%). Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik 1.2. Pangsa PDRB Sulsel Menurut Pengeluaran (ADHB)

1.2.1 Konsumsi

Secara agregat, pengeluaran konsumsi tumbuh positif yang didorong seluruh komponen konsumsi. Konsumsi rumah

tangga tumbuh triwulan IV 2017 tumbuh 6,41% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 6,15% (yoy). Konsumsi

LNPRT juga tercatat tumbuh 7,58% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 5,81% (yoy). Di sisi lain,

pertumbuhan pengeluaran pemerintah melambat cukup dalam, dimana pada triwulan IV 2017 tumbuh 2,40% (yoy) dari

periode sebelumnya 4,34% (yoy). Dengan adanya perlambatan pada pengeluaran konsumsi, maka total konsumsi menjadi

sedikit melambat 5,64% (yoy) dari sebelumnya 5,89% (yoy).

Konsumsi rumah tangga menguat pada triwulan IV 2017 sehingga menopang pertumbuhan ekonomi. Hari Besar

Keagamaan/HBKN (natal), tahun baru, dan libur sekolah yang jatuh bersamaan di akhir periode laporan dapat menjaga

kuatnya daya beli rumah tangga. Konsumsi rumah tangga yang kuat tersebut terkonfirmasi dari pertumbuhan Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK) yang tumbuh positif 9,96% (yoy) atau 123,78 di triwulan IV 2017.

Realisasi belanja pemerintah daerah yang tumbuh pada triwulan IV 2017 juga menjadi salah satu pendorong penahan

pertumbuhan. Realisasi belanja APBD Provinsi Sulsel hingga triwulan IV 2017 sebesar Rp8,90 triliun atau 95,48% dari target

Rp9,32 triliun. Pencapaian nilai realisasi belanja ini lebih tinggi dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 95,0% dari

yang ditargetkan sebesar Rp7,29 triliun. Peningkatan tersebut dikarenakan komponen belanja mengalami peningkatan

realisasi dari yang ditargetkan di tahun 2017 dibandingkan tahun 2016 akibat pengalihan kewenangan dari Pemerintah

Kabupaten/Kota ke Pemerintah Provinsi, terutama untuk pembayaran gaji guru SMA/SMK.

Untuk keseluruhan tahun 2017, konsumsi RT tetap kuat sehingga menjaga pertumbuhan ekonomi dan memacu

investasi. Pertumbuhan konsumsi kumulatif pada tahun 2017 adalah sebesar 6,15% (yoy) atau lebih tinggi dari konsumsi

I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5.96 5.90 5.30 5.50 5.02 5.34 5.29 5.28 5.62 5.73 5.29 5.48 5.54 6.47 6.15 6.41 6.15

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 10.36 11.26 (2.49) (2.13) 2.90 6.28 1.13 4.66 4.48 3.98 0.16 3.26 6.57 7.35 5.81 7.58 6.83

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2.70 1.94 7.83 3.18 8.69 10.92 8.09 3.42 8.37 (3.52) (7.43) (1.34) 3.78 (1.24) 4.34 2.40 2.17

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 11.11 8.12 5.13 6.02 10.06 10.73 8.08 9.33 9.84 6.63 2.96 7.02 7.36 8.25 8.46 8.59 8.18

5. Perubahan Inventori (26.91) (124.47) 193.14 76.37 201.48 132.85 (579.81) 64.13 (54.29) (49.80) 10.52 (28.52) (32.01) (63.22) 123.00 (186.22) (35.30)

6. Ekspor 2.24 15.18 (5.47) (3.49) (7.04) (25.94) (10.38) (40.43) (28.45) (32.35) (28.45) (32.69) 31.14 8.42 10.10 25.98 17.94

7. Impor 0.31 1.76 0.98 (6.04) (1.96) (1.39) (2.18) (36.67) (32.49) (42.72) (29.74) (35.01) 13.58 0.93 21.90 2.98 8.70

PDRB 7.62 7.54 5.92 7.90 7.50 7.35 7.19 7.24 8.02 6.80 7.67 7.42 7.75 6.77 6.70 7.78 7.23

2017**2013Komponen

2015 2016*2014

Konsumsi RT, 54.5%

Konsumsi LNRT, 1.2%

Konsumsi Pemerintah,

13.3%

PMTB, 39.0%

Perubahan Persediaan,

-1.0%

Net Ekspor, -7.1%

Share PDRB Tw IV 2017

Konsumsi RT, 53.8%

Konsumsi LNRT, 1.2%

Konsumsi Pemerintah,

9.4%

PMTB, 37.5%

Perubahan Persediaan,

0.7%

Net Ekspor, -2.6%

Share PDRB

Tahun 2017

Page 20: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

14 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

RT tahun 2016 yang tumbuh sebesar 5,48% (yoy). Lebih tingginya konsumsi RT ini didorong oleh pembayaran gaji ke-13 dan

14 bagi pegawai negeri sipil yang berdampak positif kepada belanja barang maupun jasa.

Sumber: Survei Konsumen Sumber: Survei Penjualan Eceran Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.4. Indeks Penjualan Eceran

Penyaluran kredit Kepemilikan Rumah/Apartemen

meningkat. Pertumbuhan kredit Kepemilikan

Rumah/Apartemen (KPR/A) meningkat dari 7,70% (yoy)

di triwulan sebelumnya menjadi 10,35% (yoy) atau

mencapai Rp14,65 triliun di triwulan IV 2017. Selain itu,

pertumbuhan kredit rumah tangga lainnya juga

menunjukkan peningkatan dari 22,25% (yoy) di triwulan

sebelumnya menjadi 26,07% (yoy) atau sebesar Rp11,25

triliun. Secara keseluruhan kredit konsumsi tumbuh

10,90% (yoy) dari periode triwulan sebelumnya yang

tumbuh 9,07% (yoy).

Sumber: Laporan Bank, lokasi proyek, diolah

Grafik 1.5. Penyaluran Kredit Konsumsi

Sumber: Laporan Bank, lokasi proyek, diolah Sumber: Laporan Bank, lokasi proyek, diolah Grafik 1.6. Penyaluran Kredit Rumah Tangga Lainnya Grafik 1.7. Penyaluran KPR/A

1.2.2 Investasi

Investasi tumbuh meningkat dan menjadi salah satu faktor pendorong di triwulan IV 2017. Pembentukan Modal Tetap

Bruto (PMTB) yang merupakan indikasi dari kegiatan investasi tumbuh 8,59% (yoy), meningkat dibandingkan dengan

triwulan III 2017 (8,46%; yoy). Peningkatan investasi terlihat dari meningkatnya nilai proyek yang dijalankan oleh swasta.

Menurut data BCI, proyek swasta yang dimulai pada triwulan IV 2017 mencapai Rp3,08 triliun atau tumbuh 528,7% (yoy)

dari triwulan sebelumnya yang mencapai 10,8% (yoy). Proyek swasta yang dibangun pada triwulan laporan seperti proyek

pembangunan terminal di Kab. Bantaeng, stasiun listrik Belopa, PLTU Punagaya, kawasan pelabuhan ikan Untia, dan lainnya.

Meski investasi meningkat, namun realisasi belanja modal APBN maupun APBD yang cenderung lebih rendah dari pagu di

tahun 2017 masing-masing 85,26% atau Rp3,96 triliun dan 89,25% atau Rp1,72 triliun dibandingkan dengan tahun 2016

109

124

(25)

(20)

(15)

(10)

(5)

0

5

10

15

20

80

90

100

110

120

130

140

150

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Growth yoy (%) - Skala Kanan

Indeks% yoy

129.57132.00

(15)

(10)

(5)

0

5

10

15

20

25

30

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Indeks Penjualan Eceran gIndeks - Skala Kanan

Indeks %, yoy

*) Data hingga Juli 2016

49.13

50.79

0

5

10

15

20

25

30

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

%, yoyRp Triliun

Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi - Skala Kanan

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

-

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

% (

yoy)

Rp

Tri

liun

Kredit Rumah Tangga Lainnya

Pertumbuhan Kredit - Skala Kanan

14 15

(10)

0

10

20

30

40

50

-

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

% (

yoy)

Rp

Tri

liun

Kredit Pemilikan Rumah/Apartemen (KPR/A) Pertumbuhan Kredit - Skala Kanan

Page 21: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 15

yang mencapai masing-masing 88,47% dan 91,92%. Mundurnya beberapa proyek dari jadwal diperkirakan menjadi salah

satu penyebab realisasi belanja modal APBN maupun APBD turun.

Di sisi lain, penyaluran kredit investasi dan kinerja impor barang modal menunjukkan tren penurunan di triwulan IV

2017. Penyaluran kredit investasi di periode laporan tumbuh 2,52% (yoy) atau sebesar Rp23,66 triliun dari triwulan

sebelumnya sebesar 7,40% (yoy). Impor barang modal tumbuh terkontraksi -64,2% (yoy) atau mencapai USD38,39 juta di

periode laporan. Menurut informasi anekdotal, perlambatan impor barang modal khususnya pada barang perlengkapan

transportasi di triwulan IV 2017.

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.8. Impor Barang Modal Grafik 1.9. Penyaluran Kredit Investasi

Bank Indonesia memperkirakan investasi akan

memberikan daya dorong lebih besar pada tahun

2018 melalui multiplier effect. Proyek pembangunan

listrik yang selesai akan mampu menghadirkan

kepastian bisnis dari sisi dunia usaha untuk

membangun atau setidaknya menambah kapasitas

produksinya. Dukungan tersebut akan memberikan

nilai tambah pada LU listrik dan gas yang kemudian

memberikan nilai tambah kepada LU Industri

pengolahan.

Sumber: BCI Asia, diolah

Grafik 1.10. Nilai Proyek Investasi Infrastruktur Sulsel

1.2.3 Ekspor dan Impor

Ekspor Sulsel di triwulan IV 2017 mengalami kinerja

yang membaik meski masih tumbuh terkontraksi. Nilai

ekspor dengan tujuan luar negeri (LN) tumbuh -6,06%

(yoy), membaik dibandingkan dengan triwulan III 2017

yang tercatat tumbuh 12,55% (yoy). Peningkatan ekspor

luar negeri seiring dengan kinerja Negara mitra dagang

yang membaik terutama Jepang dan Zona Eropa. Harga

komoditas utama Sulsel yang membaik juga mendorong

ekspor seperti nikel. Meski demikian, ekspor dengan

tujuan Dalam Negeri (DN) tumbuh melambat menjadi

8,75% (yoy) di periode laporan, dibandingkan triwulan III

2017 sebesar 15,47% (yoy). Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.11. Volume Ekspor Nonmigas

Membaiknya kinerja ekspor (LN) tidak terlepas dari naiknya kinerja ekspor Nikel. Hal ini dikarenakan pangsa ekspor Nikel

menyumbang 52,08% dari total ekspor LN Sulsel di triwulan IV 2017. Nilai ekspor nikel tercatat mengalami pertumbuhan

74

38

(150)

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

%, yoyUS$ Juta

Impor Barang Modal gImpor Barang Modal

24.46

23.66

(10)

0

10

20

30

40

50

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

%, yoyRp Triliun

Kredit Investasi gKredit Investasi - Skala Kanan

2,979

3,552

(500)

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Nilai Proyek Infrastruktur BaruPertumbuhan Nilai Proyek - Skala Kanan

Rp Milyar % yoy

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

0

100

200

300

400

500

600

III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015 2016 2017

%; yoyRibu Ton

Volume Ekspor gVolume Ekspor - Skala KanangNilai Ekspor - Skala Kanan

Page 22: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

16 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

1,08% (yoy) naik dibandingkan dengan pertumbuhan di periode sebelumnya yang terkontraksi -1,13% (yoy). Peningkatan

nilai ekspor ini tidak terlepas dari membaiknya pertumbuhan harga komoditas nikel di pasar internasional. Sepanjang

triwulan IV 2017, harga nikel mencapai USD11.600/mt atau tumbuh 7,58% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 2,57% (yoy).

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: World Bank Grafik 1.12. Nilai Ekspor Nikel Matte Grafik 1.13. Perkembangan Harga Nikel

Selain nikel, nilai ekspor beberapa komoditas unggulan Sulsel juga mengalami peningkatan. Pertumbuhan nilai ekspor

komoditas rumput laut dan biji kakao tumbuh cukup tinggi masing-masing 24,98% (yoy) dan 43,64% (yoy) dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh -14,88% (yoy) dan 14,97% (yoy). Menurunnya permintaan dari Negara mitra dagang menjadi

salah satu penahan kinerja ekspor komoditas ini. Selain itu, harga rumput laut yang naik serta panen pada komoditas kakao

mendorong motif untuk meningkatkan produksi.

Kinerja perekonomian negara-negara mitra dagang Sulsel membaik. Bila mengacu pada Purchasing Manager Index (PMI)

yang dirilis oleh Markit Survey, diketahui bahwa negara mitra dagang utama Sulsel seperti Jepang, Amerika Serikat, Zona

Eropa dan Korea Selatan mengalami peningkatan, sementara Tiongkok cenderung stabil dengan nilai diatas 50 di triwulan

IV 2017. Untuk arah pada awal triwulan I 2018, kinerja lapangan usaha manufaktur Jepang, Tiongkok, Amerika Serikat, dan

Korea Selatan menunjukkan peningkatan, meski Zona Eropa mengalami penurunan. Secara keseluruhan, PMI Negara mitra

dagang Sulsel masih berada di atas 50, yang mengindikasikan bahwa industri manufaktur Negara tersebut masih berada

dalam fase ekspansi.

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Trading Economics, Markit Survey

Grafik 1.14. Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Grafik 1.15. Purchasing Managers Index

(80)(60)(40)(20)020406080100120

0

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

%, yoyJuta USD

Ekspor Nikel Matte gEkspor - Skala Kanan

(50)

(40)

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

0.0

5,000.0

10,000.0

15,000.0

20,000.0

25,000.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

%, yoy$/mt Nikel gHarga - Skala Kanan

-500%

0%

500%

1000%

1500%

2000%

2500%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Rumput Laut Udang Biji Kakao Olahan Kakao - skala kanan

YOY YOY

46

48

50

52

54

56

58

60

62

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Indeks

Jepang Tiongkok AS Zona Eropa Korea Selatan

*) Data hingga Jan 2018

Page 23: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 17

Di sisi lain, impor Sulsel di triwulan IV 2017

mengalami pertumbuhan yang terkontraksi

dibandingkan triwulan sebelumnya. Impor di

triwulan IV 2017 tercatat tumbuh -15,47% (yoy)

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 45,38% (yoy). Penurunan impor

terkonfirmasi dari perlambatan impor luar negeri

(LN) yang didominasi oleh komponen impor non

migas. Nilai impor LN tercatat -30,21% (yoy),

menurun dari kinerja periode sebelumnya yang

tercatat 52,94% (yoy).

Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.16. Volume Impor Nonmigas

Jika dilihat secara lebih rinci, nikel matte masih merupakan komoditas dengan pangsa terbesar dalam struktur ekspor,

sedangkan gandum menjadi penyumbang terbesar dalam impor di triwulan IV 2017. Pangsa nilai ekspor komoditas nikel

matte mencapai 52,08% dalam struktur ekspor luar negeri Sulsel, yang kemudian diikuti oleh ikan/udang dan biji

coklat/coklat olahan dengan pangsa masing-masing 9,96% dan 8,67%. Untuk impor luar negeri, pangsa nilai impor gandum

mencapai 20,47% di triwulan IV 2017. Disusul kemudian mesin-mesin/pesawat mekanik (18,9%) serta gula dan kembang

gula (17,48%).

Tabel 1.2. Peringkat Ekspor Menurut Komoditas Tabel 1.3. Peringkat Impor Menurut Komoditas

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Berdasarkan negara tujuan, Jepang merupakan negara tujuan utama ekspor Sulsel, sedangkan Tiongkok merupakan

negara yang paling besar penyedia barang-barang yang diimpor Sulsel. Di triwulan IV 2017, nilai ekspor Sulsel ke Jepang

mencapai 57,17% dari total ekspor Sulsel, yang kemudian diikuti oleh Amerika Serikat (10,63%), dan Tiongkok (9,73%).

Sementara dari sisi impor, sebagian besar barang yang masuk ke Sulsel berasal dari Tiongkok yang mencapai 26,36% dari

total impor Sulsel, yang kemudian diikuti oleh Singapura (20,01%) dan Argentina (10,88%).

Tabel 1.4. Negara Tujuan Utama Ekspor Tabel 1.5. Negara Asal Utama Impor

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

0

100

200

300

400

500

600

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015 2016 2017

%, yoyJuta Ton

Total Volume Impor

gVolume Impor (yoy) - Skala Kanan

gNilai Impor (yoy) - Skala Kanan

Nilai Ekspor

Triwulan IV 2017

(USD)

1 Nikel 180,625,297 52.08%

2 Ikan dan Udang 34,537,186 9.96%

3 Biji Coklat dan Coklat Olahan 30,058,293 8.67%

4 Biji-bijian berminyak dan Obat 26,456,913 7.63%

5 Buah-Buahan 17,620,489 5.08%

6 Kayu, Barang dari Kayu 16,765,085 4.83%

7 Sisa Industri Makanan 10,544,446 3.04%

8 Garam, belerang, kapur 9,048,976 2.61%

9 Kopi,teh, rempah-rempah 7,284,484 2.10%

10 Daging dan Ikan Olahan 3,799,708 1.10%

Lainnya 10,054,902 2.90%

TOTAL EKSPOR 346,795,779 100.00%

No Komoditas (HS) Pangsa

Nilai Impor

Triwulan IV 2017

(USD)

1 Gandum 38,669,313 20.47%

2 Mesin dan Peralatan Listrik 35,693,630 18.90%

3 Gula dan Kembang Gula 33,015,398 17.48%

4 Sisa Industri Makanan 23,378,416 12.38%

5 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik 14,173,626 7.50%

6 Pupuk 10,182,802 5.39%

7 Kapal Laut 9,231,474 4.89%

8 Produk Keramik 4,706,737 2.49%

9 Bahan Kimia nonorganik 4,076,276 2.16%

10 Besi dan Baja 2,165,471 1.15%

Lainnya 13,568,631 7.18%

TOTAL IMPOR 188,861,774 100.00%

No Komoditas (HS) Pangsa

Total Ekspor

FOB (USD)

1 Jepang 198,252,214 57.17%

2 Amerika Serikat 36,867,630 10.63%

3 Tiongkok 33,751,615 9.73%

4 Malaysia 17,040,268 4.91%

5 Vietnam 12,117,647 3.49%

6 Korea Selatan 6,718,421 1.94%

7 Filipina 4,739,885 1.37%

8 Jerman 4,151,988 1.20%

9 Belanda 3,657,999 1.05%

10 Australia 3,138,028 0.90%

11 Lainnya 26,360,084 7.60%

TOTAL EKSPOR 346,795,779 100.00%

Negara TujuanNo PangsaTotal Impor

CIF (USD)

1 Tiongkok 49,777,726 26.36%

2 Singapura 37,798,867 20.01%

3 Argentina 20,542,907 10.88%

4 Kanada 18,020,373 9.54%

5 Jerman 16,313,577 8.64%

6 Liberia 9,225,000 4.88%

7 Ukranina 8,311,494 4.40%

8 Australia 7,615,856 4.03%

9 Rusia 5,723,950 3.03%

10 Amerika Serikat 2,839,043 1.50%

11 Lainnya 12,692,980 6.72%

TOTAL IMPOR 188,861,774 100.00%

No Negara Asal Pangsa

Page 24: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

18 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

Defisit neraca perdagangan Sulsel menurun. Defisit neraca perdagangan Sulsel pada triwulan IV 2017 mencapai Rp7,60

triliun, lebih tinggi dari defisit pada periode sebelumnya yang tercatat Rp840 miliar. Defisit yang semakin meningkat pada

neraca perdagangan tersebut terutama karena naiknya kinerja impor antar daerah yang masih tetap tinggi. Tingginya

kebutuhan Sulsel pada triwulan IV 2017 mendorong terjadinya perdagangan antar daerah, dimana sebagian besar barang

konsumtif, yang tumbuh 8,75% di triwulan IV 2017 atau Rp11,65 triliun dari triwulan sebelumnya Rp8,17 triliun.

Sumber: BPS Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik 1.17. Neraca Perdagangan Bersih Grafik 1.18. Neraca Perdagangan Bersih Luar Negeri

1.3. Sisi Lapangan Usaha

Pertumbuhan ekonomi Sulsel meningkat di triwulan IV 2017 terutama disebabkan oleh meningkatnya lapangan usaha

Pertambangan; Industri Pengolahan; Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran. Pertumbuhan Lapangan Usaha

Pertambangan; Industri Pengolahan; Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran sebagai lapangan usaha utama di

Sulsel naik masing-masing dari 1,67% (yoy); 4,94% (yoy); 8,35% (yoy) dan 9,60% (yoy) di triwulan III 2017 menjadi masing-

masing 2,53% (yoy); 6,03% (yoy); 10,22% (yoy) dan 15,66% (yoy) di triwulan IV 2017. Usaha lain yang mengalami

peningkatan adalah Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas (6,65%; yoy); Transportasi dan Pergudangan (17,57%; yoy);

Informasi dan Komunikasi (11,47%; yoy); Jasa Perusahaan (9,49%; yoy); serta Jasa Pendidikan (11,92%; yoy).

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Sulsel secara keseluruhan tahun 2017 melambat dibandingkan tahun 2016.

Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan serta Industri Pengolahan sebagai lapangan usaha

utama Sulsel mengalami perlambatan dari 7,86% (yoy) dan 8,23% (yoy) di tahun 2016 menjadi 5,34% (yoy) dan 5,03% (yoy).

Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Sulsel tahun 2017 tetap kuat dan menempati peringkat dua dengan pertumbuhan

ekonomi tertinggi secara nasional. Lapangan Usaha yang menopang perekonomian tahun 2017 adalah Lapangan Usaha

Pertambangan (4,25%; yoy); Konstruksi (8,66%; yoy); Perdagangan Besar dan Eceran (10,74%; yoy).

Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2018 diperkirakan dalam tren menurun. Penurunan tren tersebut di

sebabkan oleh Lapangan Usaha Industri Pengolahan; Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran. Melambatnya

Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran karena kembali normalnya konsumsi masyarakat pasca hari besar

keagaaman (natal), serta libur sekolah. Sementara untuk konstruksi yang melambat sesuai dengan pola musimannya

dimana pada awal tahun cenderung menurun.

Tabel 1.6. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan usaha Ekonomi

(16,000)

(14,000)

(12,000)

(10,000)

(8,000)

(6,000)

(4,000)

(2,000)

0

2,000

(25,000)

(20,000)

(15,000)

(10,000)

(5,000)

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016* 2017**

Rp MiliarRp Miliar

Ekspor ADHB Impor ADHB Neraca Perdagangan Bersih - Skala Kanan

Keterangan: *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara

(100)

0

100

200

300

400

500

600

700

(600)

(400)

(200)

0

200

400

600

800

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016* 2017**

US$ JutaUS$ Juta

Ekspor Luar Negeri Nonmigas

Impor Luar Negeri Nonmigas

Neraca Perdagangan Bersih Luar Negeri Nonmigas - Skala Kanan

Keterangan: *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara

I II III IV TOTAL I II III IV** TOTAL I II III IV TOTAL

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.93 10.02 3.66 11.77 5.34 1.92 5.87 0.73 4.24 5.34 24.86 7.86 14.37 4.77 3.35 -0.11 5.34

B Pertambangan dan Penggalian 5.68 11.11 2.40 7.51 11.49 7.80 7.42 2.04 5.16 1.62 -3.30 1.22 8.39 6.16 1.67 2.53 4.52

C Industri Pengolahan 9.22 9.00 7.08 6.87 3.72 9.31 6.77 12.43 8.10 11.20 2.18 8.23 4.89 4.18 4.94 6.03 5.03

D Pengadaan Listrik dan Gas 8.04 16.98 5.75 -5.16 -5.08 -0.33 -1.38 10.11 17.35 17.33 2.82 11.52 9.84 3.50 4.64 6.65 6.10

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5.50 2.13 0.58 -0.26 -2.54 3.74 0.34 3.46 4.72 6.93 6.65 5.44 5.56 7.30 10.84 7.81 7.89

F Konstruksi 10.57 6.29 7.20 5.88 9.16 10.75 8.32 9.32 9.74 6.13 2.48 6.75 6.99 8.93 8.35 10.22 8.66

G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7.23 7.20 5.62 6.61 9.12 10.08 7.89 8.86 11.00 9.65 9.93 9.87 7.31 10.25 9.60 15.66 10.74

H Transportasi dan Pergudangan 6.36 1.24 3.34 7.28 10.50 6.04 6.82 13.47 8.90 9.13 0.17 7.75 1.26 6.15 8.61 17.57 8.37

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.76 7.82 5.60 3.99 5.45 8.13 5.81 9.79 8.93 8.72 6.60 8.47 6.80 11.04 13.69 14.84 11.66

J Informasi dan Komunikasi 14.07 5.75 7.34 7.46 8.11 8.69 7.92 8.18 8.05 7.92 8.35 8.13 9.48 11.25 9.84 11.47 10.52

K Jasa Keuangan dan Asuransi 8.88 5.76 9.96 2.95 9.24 7.56 7.41 9.65 17.38 12.10 15.44 13.63 4.27 5.29 4.71 3.34 4.39

L Real Estate 8.98 7.97 8.88 7.55 7.21 6.01 7.39 7.04 6.93 5.40 6.16 6.37 4.15 4.35 4.74 4.69 4.48

M,N Jasa Perusahaan 6.97 6.76 4.77 4.48 6.79 7.40 5.87 7.89 7.73 8.07 7.81 7.88 6.81 8.73 8.64 9.49 8.44

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3.07 2.32 5.68 7.59 9.29 8.78 7.88 7.82 8.58 -8.23 -7.56 -0.22 0.20 -0.13 12.19 9.29 5.20

P Jasa Pendidikan 7.72 4.65 8.90 9.07 9.56 2.35 7.25 7.69 9.19 8.00 2.99 6.86 7.13 9.46 10.13 11.92 9.72

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8.25 10.23 7.41 7.75 11.35 10.55 9.31 9.55 8.38 7.53 8.43 8.45 7.42 9.54 9.88 8.34 8.80

R,S,T,U Jasa lainnya 7.14 7.57 9.42 8.16 8.16 10.20 8.99 9.71 9.97 9.98 9.58 9.81 6.84 9.60 11.65 10.07 9.58

PDRB 7.62 7.54 5.92 7.90 7.50 7.35 7.19 7.24 8.02 6.80 7.67 7.42 7.75 6.77 6.70 7.78 7.23

PDRB Non Tambang 7.75 7.31 6.15 7.93 7.24 7.32 7.17 7.57 8.21 7.15 8.47 7.84 7.71 6.80 7.03 8.12 7.40

2016*20152013Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2010 2014

2017**

Page 25: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 19

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Bank Indonesia *) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Dilihat dari andil terhadap PDRB,

lapangan usaha Pertanian masih menjadi

penyumbang terbesar di triwulan IV 2017

dan keseluruhan tahun 2017. Pangsa

usaha Pertanian terhadap total PDRB

mencapai 20,1% di triwulan IV 2017 dan

22,9% di tahun 2017. Usaha lainnya yang

menjadi tumpuan perekonomian Sulsel

adalah usaha Industri Pengolahan,

Perdagangan, dan Konstruksi, yang masing-

masing memiliki pangsa terhadap total

PDRB di atas 10%. Sementara untuk

lapangan usaha pertambangan memiliki

pangsa di kisaran 5%. Lapangan usaha

lainnya merupakan gabungan usaha non

utama.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 1.19. Pangsa PDRB Sulsel Menurut Lapangan Usaha (ADHB)

1.3.1 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan.

Musim tanam dan dampak lanjutan dari banjir yang terjadi pada triwulan laporan menyebabkan Kinerja Lapangan Usaha

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan terkontraksi. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tumbuh negatif

mencapai -0,11% (yoy) dari periode sebelumnya tumbuh 3,35% (yoy). Turunnya kinerja LU Pertanian tersebut dikarenakan

(1) terdapatnya bencana banjir di sentra pertanian tanaman bahan makanan dengan ancaman gagal panen di masing-

masing di wilayah Kab. Bone (1.000 ha), Soppeng (3.975 ha), Wajo (1.000 ha) dan Pinrang (5.000 ha); dan (2) Harga

komoditas perkebunan seperti kopi jenis Arabica menurun. Kopi Arabica menurun dari USD 3,28/kg pada triwulan III 2017

menjadi USD3,08/kg di triwulan IV 2017 atau tumbuh terkontraksi -20,10% (yoy). Meski harga kakao sudah mengalami

perbaikan, namun pertumbuhannya masih dalam fase kontraksi yaitu -18,19% (yoy) atau USD2,05/kg.

Meski demikian, perlambatan pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan ditahan oleh kinerja

di subusaha kehutanan (perkebunan). Volume ekspor komoditas kakao sebagai salah satu indikator subusaha perkebunan

tumbuh membaik dari -29,19% (yoy) di triwulan III 2017 menjadi -23,56% (yoy) di triwulan IV 2017 atau 8,71 juta ton. Secara

volume, total volume ekspor kopi juga tercatat tumbuh membaik -1,75% (yoy) atau 1,55 juta ton dari periode sebelumnya

yang tumbuh -24,09% (yoy).

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: World Bank Grafik 1.20. Volume Ekspor Kakao dan Produk Olahannya Grafik 1.21. Harga Internasional Kakao

Di sisi lain, kinerja sub usaha perikanan juga menjadi salah satu faktor melambatnya pertumbuhan yang lebih dalam.

Salah satu indikator yang menunjukkan penurunan kinerja di subusaha perikanan adalah penurunan ekspor komoditas

Pertanian, 20.1%

Pertambangan, 5.5%

Industri Pengolahan, 14.2%

Konstruksi , 13.4%

Perdagangan, 14.4%

Lainnya, 32.3%

SharePDRB Tw IV

2017

Pertanian, 22.9%

Pertambangan, 5.4%

Industri Pengolahan,

13.7%

Konstruksi , 12.7%

Perdagangan, 13.9%

Lainnya, 31.4%

SharePDRB 2017

-150%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Juta

To

n

Ekspor Kakao dan Produk Olahannya

Pertumbuhan - Skala Kanan

YOY

2.05

1.95

(40.00)

(30.00)

(20.00)

(10.00)

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

%, yoy$/kgKakao gHarga - Skala Kanan

*) Data hingga Jan 2018

Page 26: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

20 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

perikanan, baik dari sisi volume maupun nilai. Secara volume, ekspor terkontraksi -7,12% (yoy) pada triwulan IV 2017, lebih

rendah dari periode sebelumnya (7,12% yoy), sementara secara nominal nilai ekspor juga melambat, dengan pertumbuhan

triwulan IV 2017 mencapai -0,19% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan III 2017 yang tumbuh 0,27% (yoy). Penurunan

kinerja perikanan diperkirakan karena gelombang laut yang tinggi sehingga memengaruhi nelayan melaut dan berdampak

pada pasokan ikan laut tujuan ekspor.

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.22. Volume Ekspor Komoditas Ikan Grafik 1.23. Nilai Ekspor Komoditas Ikan

Pertumbuhan di usaha pertanian Sulsel juga tercermin dari pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan ke usaha

pertanian. Di triwulan IV 2017, kredit yang disalurkan ke usaha pertanian tumbuh 26,4% (yoy) atau mencapai Rp3,60 triliun.

Angka pertumbuhan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 31,8% (yoy).

Sumber: Laporan Bank, lokasi proyek, diolah

Grafik 1.24. Perkembangan Kredit di Lapangan usaha Pertanian

1.3.2 Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian

Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian tumbuh meningkat. Lapangan usaha ini tercatat tumbuh 3,71% (yoy),

lebih tinggi dari pertumbuhan di triwulan sebelumnya 1,67% (yoy). Harga nikel yang meningkat diperkirakan mendorong

usaha pertambangan di triwulan laporan. Meski demikian, produksi nikel matte yang mengalami penurunan sesuai dengan

perkiraan dimana perusahaan produsen nikel tertinggi di Sulsel telah menyatakan bahwa terdapat pemeliharaan mesin

yang terjadi di triwulan laporan. Total Nikel Matte mencapai 19.313 metrik ton atau tumbuh -1,37% (yoy), membaik dari

pertumbuhan pada periode sebelumnya sebesar -7,27% (yoy).

-120%

-100%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

0

1

2

3

4

5

6

7

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Ekspor Ikan Pertumbuhan - Skala Kanan

JutaTon YOY

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015 2016 2017

Ekspor Ikan Pertumbuhan - Skala Kanan

Juta USD YOY

3.413.60

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

%, yoyRp Triliun

Pertanian gKredit Pertanian - Skala Kanan

Page 27: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 21

Sumber: Industri Pengolahan Nikel Sumber: Industri Pengolahan Nikel

Grafik 1.25. Produksi Nikel dalam Matte Grafik 1.26. Penjualan Nikel dalam Matte

Pertumbuhan usaha pertambangan dan penggalian tidak sejalan dengan penyaluran kredit di usaha ini. Di triwulan IV

2017, pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan ke lapangan usaha tambang terkontraksi lebih dalam menjadi -

11,90% (yoy) atau Rp343,46 miliar, dari triwulan sebelumnya -6,98% (yoy). Hal ini mengindikasikan bahwa pembiayaan

sektor pertambangan dan penggalian cenderung menggunakan dana sendiri sebagai sumber pendanaannya.

Sumber: World Bank Sumber: LBU, diolah Grafik 1.27. Harga Komoditas Tambang Grafik 1.28. Kredit Lapangan usaha Pertambangan

1.3.3 Lapangan Usaha Industri Pengolahan

Lapangan usaha industri pengolahan tumbuh meningkat. Lapangan Usaha Industri Pengolahan pada triwulan IV 2017

tumbuh 6,03% (yoy), menguat dari triwulan III 2017 yang mencapai 4,94% (yoy). Kinerja Industri Mikro dan Kecil (IMK) dan

Industri Besar dan Sedang (IBS) yang naik di triwulan IV 2017 karena terdapat peningkatan di usaha Industri Pengolahan.

Industri Mikro dan Kecil (IMK) dan Industri Besar dan Sedang (IBS) masing-masing tumbuh di triwulan IV 2017 menjadi

7,65% (yoy) dan 2,51% (yoy) dibanding periode sebelumnya tumbuh 3,26% (yoy) dan -2,11% (yoy). Ditengarai hasil industri

untuk memenuhi kebutuhan domestik dibandingkan ekspor. Nilai ekspor hasil industri di triwulan IV 2017 melambat dari

3,7% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi 1,8% (yoy) atau sebesar USD274,2 juta.

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.29. Pertumbuhan Industri Grafik 1.30. Nilai Ekspor Hasil Industri

2019

(30)(20)(10)010203040506070

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Rib

uProduksi Nikel dalam Matte (Ton Metrik) yoy (%) - Skala Kanan

21

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

60

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIIV*

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Rib

u

Penjualan Nikel dalam Matte (Ton Metrik) yoy (%) - Skala Kanan

Keterangan: *) Perhitungan dengan pendekatan

-0.2

27.1

15.6

(60)

(40)

(20)

0

20

40

60

80

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*

2014 2015 2016 2017 2018

Nikel Timah Seng Timah Hitam

(%; yoy)

*) Data hingga Jan 2018

29.0 0.37

0.34

(40)

(20)

0

20

40

60

80

0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

%, yoyRp Triliun

Pertambangan gKredit Pertambangan - Skala Kanan

(15)

(10)

(5)

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

%, yoy

IMK IBS

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Ekspor Industri gEkspor - Skala Kanan

Juta USD %, yoy

Page 28: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

22 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

Sejalan dengan kinerja industri pengolahan yang

meningkat, kredit yang disalurkan perbankan ke

lapangan usaha ini juga meningkat. Kredit yang disalurkan

ke industri pengolahan tercatat tumbuh membaik -8,48%

(yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh -11,03%

(yoy). Kinerja usaha industri pengolahan membaik karena

terdapat peningkatan produksi baik di perusahaan

makanan pada kelompok IMK dan industri barang

penggalian barang bukan logam pada kelompok IBS.

Menurut informasi anekdotal, kondisi over supply semen

yang terjadi hanya bersifat sementara karena pemerintah

ingin mendorong pembangunan infrastruktur di KTI guna

mendorong pemerataan2.

Sumber: LBU Grafik 1.31. Kredit Industri Pengolahan

1.3.4 Lapangan Usaha Konstruksi

Pada triwulan IV 2017, Lapangan Usaha Konstruksi tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan

laporan, lapangan usaha ini tumbuh 10,22% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan di periode sebelumnya yang mencapai

8,35% (yoy). Peningkatan usaha konstruksi dikarenakan realisasi infrastruktur di Sulsel, serta pola musiman yang terjadi di

akhir tahun. Sesuai dengan BCI Asia, nilai proyek pada triwulan IV 2017 mencapai Rp3,55 triliun atau tumbuh 55,4% (yoy)

dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp2,98 triliun.

Sumber: Survei Penjualan Eceran

Grafik 1.32. Penjualan Eceran Semen

Peningkatan Lapangan Usaha Konstruksi terkonfirmasi oleh hasil Survei Penjualan Eceran (SPE). Indeks Penjualan Eceran

(IPE) semen tumbuh meningkat dari 40,91% (yoy) menjadi 45,96% (yoy) di triwulan laporan. Diperkirakan penjualan semen

yang meningkat akibat terdapat proyek pembangunan terminal di Kab. Bantaeng, kereta api jalur Barru-Parepare, stasiun

listrik Belopa, kawasan pelabuhan ikan Untia, dan lainnya. Penyaluran kredit ke lapangan usaha konstruksi tumbuh

meningkat di angka 8,83% (yoy), dari triwulan III 2017 yang tercatat 1,98% (yoy).

2 https://finance.detik.com/infrastruktur/d-3846626/cerita-jokowi-bangun-infrastruktur-di-indonesia-timur

7.47

7.36

(40)

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

60

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0

10.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

%, yoyRp Triliun

Industri Pengolahan gKredit Industri Pengolahan - Skala Kanan

45.96

-10

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

% YOY Semen

Page 29: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 23

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.33. Pengadaan Semen Grafik 1.34. Kredit kepada Lapangan usaha Konstruksi

1.3.5 Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Lapangan Usaha Perdagangan Besar Dan Eceran tercatat tumbuh meningkat. Di triwulan laporan, lapangan usaha ini

tumbuh 15,66% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di periode sebelumnya yang tercatat 9,60% (yoy).

Pertumbuhan Lapangan Usaha Perdagangan juga terkonfirmasi dari hasil Survei Penjualan Eceran, terutama untuk

penjualan produk di kelompok bahan makanan, minuman, tembakau, minyak pelumas, dan elektronik yang tumbuh tinggi.

Meningkatnya aktivitas masyarakat saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) natal, tahun baru dan libur sekolah pada

triwulan laporan disinyalir mendorong penjualan. Selain itu, pertumbuhan penyaluran kredit ke lapangan usaha ini

menunjukkan peningkatan. Kredit ke lapangan usaha perdagangan tercatat mencapai Rp35,67 triliun atau tumbuh 5,58%

(yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di triwulan III 2017 yang tumbuh 5,53% (yoy).

Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: Survei Penjualan Eceran

Grafik 1.35. Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 1.36. Penjualan Barang Eceran Riil

1.4. Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Lapangan Usaha Pertambangan

Pertumbuhan ekonomi non tambang memiliki pola yang sama dengan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Pada

triwulan IV 2017, pertumbuhan ekonomi non tambang tercatat tumbuh 8,12% (yoy) meningkat dibandingkan periode

sebelumnya yang mencapai 7,03% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa Lapangan Usaha Pertambangan di periode laporan

merupakan salah satu faktor pendorong perekonomian Sulsel dapat tetap tumbuh tinggi. Peningkatan laju pertumbuhan

ekonomi non pertambangan utamanya disebabkan oleh peningkatan yang terjadi pada Lapangan Usaha Industri

Pengolahan; Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran.

Dari sisi rasio komponen lapangan usaha terhadap total PDRB non pertambangan, Lapangan Usaha Pertanian, Perikanan

Dan Kehutanan masih mendominasi. Pangsa lapangan usaha tersebut sebesar 20,1%, diikuti dengan Industri Pengolahan

sebesar 14,2%, Perdagangan Besar dan Eceran 14,4% dan Konstruksi 13,4%. Lapangan Usaha Industri Pengolahan serta

Perdagangan Besar dan Eceran yang meningkat karena didorong oleh pemenuhan pasokan dan perayaan HBKN natal, tahun

baru dan libur sekolah. Selain itu, Lapangan Usaha Konstruksi didorong oleh realisasi infrastruktur dan pola musiman. Di

690707

(15)

(10)

(5)

0

5

10

15

20

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

%, yoyRibu Ton Realisasi Pengadaan Semen Sulsel (Ton)

gRealisasi - Skala Kanan

6.627.10

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

%, yoyRp Triliun

Konstruksi gKredit Konstruksi - Skala Kanan

35.2435.67

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

%, yoy

Rp Triliun

Perdagangan gKredit Perdagangan - Skala Kanan

-18.74

1.537.11

(40)

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

%YOYBahan Bakar Kendaraan Bermotor

Barang Lainnya

Barang Budaya & Rekreasi

Page 30: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

24 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

sisi lain, kinerja Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang melambat menahan pertumbuhan ekonomi non

tambang akibat banjir dan musim tanam yang terjadi di beberapa wilayah utama penghasil tabama.

Pada triwulan I 2018, lapangan usaha non pertambangan diperkirakan tumbuh melambat berada pada kisaran 6,9%-

7,3% (yoy). Perlambatan tersebut terjadi pada Lapangan Usaha Industri Pengolahan; Konstruksi; Perdagangan Besar dan

Eceran; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; serta Administrasi pemerintahan. Lapangan Usaha Industri Pengolahan;

Perdagangan Besar dan Pengolahan serta Akomodasi dan Makan Minum yang melambat karena permintaan masyarakat

menurun paska kembali normalnya aktivitas masyarakat paska HBKN. Lapangan Usaha Konstruksi melambat sesuai pola

musimannya. Meski demikian, Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang meningkat menjadi salah satu

penahan turunnya pertumbuhan ekonomi lebih dalam. Lapangan Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang meningkat

karena musim panen yang terjadi pada triwulan I 2018.

Sumber: BPS, diolah BI

Grafik 1.37. Perkembangan Ekonomi Non Pertambangan Sulawesi Selatan

(5)

0

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015 2016 2017

LU Pertambangan PDRB PDRB Non Tambang

%, yoy

Page 31: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 25

Boks 1.A. Ekonomi Digital Sebagai Potensi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel Ke Depan

Kecepatan perubahan teknologi merubah paradigma konsumen dalam berbelanja. Hal ini tercermin pada tren konsumsi yang perlahan tapi pasti bergeser dari konsumsi ritel konvesional menjadi belanja pada marketplace (online). Perubahan tersebut tercermin dari beberapa kejadian nasional dimana toko ritel dengan merk terkenal terpaksa menutup gerai untuk menghindari kerugian lebih lanjut. Survei beberapa lembaga riset independen menunjukkan pergeseran tersebut disebabkan lebih mudahnya masyarakat dalam mendapatkan informasi mengenai barang yang hendak dibeli.

Grafik 1.A.1. Jenis Konsumsi Rumah Tangga Sulawesi Selatan Tahun 2010

Grafik 1.A.2. Jenis Konsumsi Rumah Tangga

Sulawesi Selatan Tahun 2017

Konsumsi rumah tangga masih kuat di Sulawesi Selatan, dan ada indikasi bergesernya tren konsumsi ke arah ekonom digital dan e-commerce. Hal ini terlihat dari mulai bergesernya konsumsi rumah tangga dari konsumsi makanan dan minuman non restoran kepada konsumsi yang sifatnya lebih kepada gaya hidup. Dalam hal ini, konsumen tidak memilih durable goods sebagai porsi utama pergeseran sebagaimana tercermin dari pangsa konsumsi durable goods yang menurun. Konsumen Sulawesi Selatan terindikasi memilih konsumsinya kepada unsur leissure (seperti traveling dan makan di restoran) serta kebutuhan jasa lainnya. Pergeseran tersebut juga diimbangi dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang terus membaik (Grafik 1.A.3).

Kelas menengah di Sulsel semakin meningkat dengan potensi akses ke internet yang besar. Kelas menengah semakin

meningkat terindikasi dari pertumbuhan pendapatan perkapita yang meningkat signifikan hingga 9,41% pada 2017 (Grafik

1.A.4). Kepemilikan gawai setiap satu penduduk adalah 2 gawai yang terhubung dengan internet. Sejalan dengan hal

tersebut, mayoritas pengguna internet di Indonesia berusia 18-25 tahun, yaitu sebesar hampir setengah dari total jumlah

pengguna internet di Indonesia (49%)3. Hampir 90% dari pengguna internet tersebut adalah aktivis dunia maya melalui

media sosial.

Grafik 1.A.3. Pertumbuhan Jenis Konsumsi Rumah Tangga

Sulawesi Selatan Sumber: BPS (diolah)

Grafik 1.A.4. Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Dibandingkan Pertumbuhan Pendapatan per Kapita

Sumber: BPS (diolah)

Ke depan, pertumbuhan ekonomi digital dan e-commerce akan semakin berkembang, dengan ruang untuk Sulsel yang masih sangat terbuka. Perkembangan transaksi ekonomi melalui dunia digital diperkirakan terus berkembang sejalan dengan pertumbuhan bisnis marketplace dan on line. Kadin menyatakan pertumbuhan e-commerce di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 22% lebih tinggi daripada India (20%) maupun dunia (14%). Dari hasil kajian Bank Indonesia, pangsa

3 Hasil survei Profil Pengguna Internet Di Indonesia (2014)

46%

14%

27%

13%

44%

13%

28%

14%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Durable Goods Leissure Expense

Service Spending Food Beverage Non Restaurant

%,yoy

5

6

7

8

9

10

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

g. Konsumsi RT g. PDRB per Kapita

%,yoy

Page 32: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

pasar Kawasan Timur Indonesia (KTI) untuk e-commerce masih sangat rendah, baru sekitar 1% dibandingkan transaksi kawasan Jawa (95,3%) maupun Sumatera (3,7%).

Gambar 1.A.1 Kondisi Interkoneksi di Indonesia

Sumber: UN, US Cencus Bureau, AP JII

Grafik 1.A.5. Pertumbuhan E-Commerce

Sumber: kadin-indonesia.or.id

Peluang pariwisata, perdagangan, dan jasa hotel restoran adalah potensi yang dapat diraih Sulsel melalui ekonomi digital dan e-commerce. Jumlah wisatawan terus bertambah dan Sulsel harus mampu menangkap peluang kejenuhan konsumen pada destinasi yang cenderung mainstream. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui penciptaan destinasi wisata yang sifatnya unik dan menunjukkan ciri khas Sulsel. Dalam contoh singkat, generasi adalah kaum yang memiliki daya beli tinggi dan haus akan sesuatu yang baru, sehingga akan ikut mempromosikan keunikan ke media sosial. Peluang lainnya adalah dengan menggunakan aplikasi augmented reality untuk menunjang kemudahan akses pariwisata dan perdagangan. Teknologi augmented reality adalah teknologi yang diprediksi memenuhi semua jenis smartphone di tahun 2022.

Grafik 1.A.6. Perkembangan Wisatawan Ke Sulawesi Selatan

Sumber: BPS

Gambar 1.A.2.Penerapan Teknologi Augmented Reality dalam

Berbelanja Sumber: Anekdotal information

Page 33: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 27

2. KEUANGAN PEMERINTAH

Bab 2 Keuangan Pemerintah

Daya dorong APBD Provinsi Sulsel terhadap perekonomian pada tahun 2017

sudah cukup tinggi. Realisasi belanja hingga akhir tahun 2017 tercatat

mencapai Rp8,90 triliun atau 95,5% dari pagu anggaran sebesar Rp9,32 triliun,

lebih tinggi dibanding tahun 2016 yang mencapai 95,0%. Sebagian besar

penyerapan anggaran direalisasikan untuk belanja operasional (pangsa 70,9%)

dan belanja transfer (pangsa 17,3%), sementara untuk realisasi belanja modal

mencapai Rp1,05 triliun (pangsa 11,8%).

Di sisi lain, pencapaian realisasi belanja pada APBN yang dialokasikan di Sulsel

juga meningkat. Pada tahun 2017, total belanja telah terealisasi sebesar

Rp17,01 triliun atau 91,6% dari yang dianggarkan sebesar Rp18,6 triliun.

Peningkatan komponen belanja terjadi pada komponen belanja barang dan

bantuan sosial.

Ke depan, untuk mendorong perekonomian daerah, maka realisasi APBD dan

APBN di Sulsel, memiliki peran strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi

Sulsel 2018, terutama stimulus pertumbuhan yang berbentuk pembangunan

infrastruktur, pendidikan dan kesehatan.

Page 34: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 1 KEUANGAN PEMERINTAHD

28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

2.1 Struktur Anggaran

Penyerapan anggaran tahun 2017 relatif sama dengan tahun sebelumnya. Komponen keuangan pemerintah daerah di

Sulsel terdiri dari 3 (tiga) unsur, yaitu (1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi, (2) APBD

Pemerintah Kabupaten/Kota, serta (3) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan untuk Provinsi

Sulsel. Dari ketiga unsur tersebut, nilai pagu anggaran belanja yang berasal dari APBD Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki

porsi paling tinggi yaitu mencapai Rp31,23 triliun atau 52,8% dari total pagu anggaran belanja 2017 sebesar Rp59,12 triliun.

Sementara itu, pagu anggaran belanja dari APBN yang dialokasikan untuk Provinsi Sulsel menempati urutan kedua sebesar

Rp18,57 triliun (31,4%), dan disusul oleh pagu anggaran belanja dari APBD Pemerintah Provinsi sebesar Rp9,32 triliun

(15,8%). Dari total pagu anggaran belanja tersebut, hingga akhir tahun 2017 telah berhasil direalisasikan sebesar Rp55,88

triliun atau 94,5% (Grafik 2.1 dan 2.2). Persentase realisasi anggaran hingga akhir tahun 2017 tersebut cenderung stabil

dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun 2016 yang sebesar 94,3% atau Rp56,58 triliun.

Keterangan: Anggaran Perubahan pada APBD Provinsi

Sumber: Kanwil DJPB Provinsi Sulsel dan BPKAD Provinsi Sulsel, diolah Grafik 2.1. Struktur Anggaran Belanja Keuangan Pemerintah di Sulsel

Tahun 2017

Keterangan: *) Perkiraan Sumber: Kanwil DJPB Provinsi Sulsel dan BPKAD Provinsi Sulsel, diolah Grafik 2.2. Struktur Realisasi Belanja Keuangan Pemerintah di Sulsel

Tahun 2017

Pemerintah Kabupaten/Kota berhasil merealisasikan belanja paling tinggi. Sampai dengan akhir tahun 2017, nilai realisasi

belanja APBD Pemerintah Kabupaten/Kota diperkirakan mencapai Rp29,98 triliun atau 53,6% dari total realisasi belanja

pemerintah daerah di Sulsel, sementara realisasi APBN di Sulsel menempati urutan kedua sebesar Rp17,01 triliun (30,4%),

dan disusul oleh realisasi APBD Pemerintah Provinsi sebesar Rp8,90 triliun atau 15,9% (Grafik 2.2). Sementara pada tahun

2016, APBD Pemerintah Kabupaten/Kota, APBN di Sulsel, dan APBD Pemerintah Provinsi masing-masing porsinya 57,2%;

30,1%; dan 12,7%.

2.2 Perkembangan Realisasi Anggaran APBD Provinsi

2.2.1 Pendapatan 2.2.1.1. Struktur Realisasi Pendapatan

Pada tahun 2017, struktur pendapatan Provinsi Sulsel didominasi oleh pendapatan transfer sebesar 59,6%. Pendapatan

yang bersumber dari transfer pemerintah pusat mencapai Rp5,36 triliun dari total nilai realisasi pendapatan sebesar Rp9,05

triliun. Sebagian besar dari pendapatan transfer tersebut direalisasikan dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana

Alokasi Khusus (DAK) masing-masing dengan porsi mencapai 46,8% dan 47,8%. Selebihnya direalisasikan dalam bentuk

Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak dan Bukan Pajak, serta transfer pemerintah pusat-lainnya. Sumber pendapatan kedua berasal

dari realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang pada tahun 2017 mencapai Rp3,68 triliun (40,6%), dengan sumber

pendapatan utama berasal dari pos Pendapatan Pajak Daerah yang nilainya mencapai Rp3,24 triliun dengan porsi 88,1%

dari PAD. Sementara sumber pendapatan lain berasal dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, lain-lain

PAD yang sah dan Pendapatan Retribusi.

APBN31.4%

APBD PROVINSI

15.8%

APBD KAB/ KOTA52.8%

ANGGARAN2017

APBN, 30.4%

APBD PROVINSI,

15.9%

APBD KAB/

KOTA*, 53.6%

REALISASITAHUN 2017

Page 35: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 2KEUANGAN PEMERINTAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 29

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Sulsel, diolah

Grafik 2.3. Proporsi Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sulsel

2.2.1.2. Perkembangan Realisasi Pendapatan

Persentase dan nilai realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulsel sampai akhir 2017 meningkat dibandingkan tahun

sebelumnya, terutama berasal dari pajak kendaraan bermotor. Persentase realisasi pendapatan tahun 2017 mencapai

97,4% dari target yang dianggarkan tahun 2017. Pencapaian tersebut lebih tinggi dibandingkan pencapaian pada tahun

sebelumnya 97,3%. Secara nominal, realisasi pendapatan APBD pada akhir tahun 2017 sebesar Rp9,05 triliun, lebih besar

dari capaian pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp7,16 triliun. Peningkatan pendapatan bersumber dari seluruh

komponen yaitu pendapatan asli daerah, pendapatan transfer dan lain-lain pendapatan yang sah. Pendapatan Asli Daerah

(PAD) mencapai 98,3% dari target atau sebesar Rp3,68 triliun, lebih besar dari realisasi PAD tahun sebelumnya 98,1% atau

Rp3,45 triliun. Apabila dilihat lebih lanjut, seluruh komponen pada pendapatan asli daerah mengalami peningkatan kecuali

pendapatan retribusi daerah, bahkan pendapatan pajak daerah yang mengalami kenaikan signifikan mencapai Rp3,24

triliun, atau tumbuh 5,3% (yoy). Peningkatan pendapatan pajak daerah tersebut terutama berasal dari pajak kendaraan

bermotor dengan strategi penertiban kendaraan yang belum membayar pajak dimana seluruh Samsat membuka pelayanan

di hari Sabtu, samsat link, gerai samsat, samsat drive thru, samsat keliling, samsat delivery, e-Samsat, sehingga

memudahkan pembayaran secara nontunai melalui ATM dan kartu debit via EDC.

Tabel 2.1. Anggaran dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sulsel (Rp Miliar)

Keterangan: angka sementara (APBD Provinsi Sulawesi Selatan Unaudited) Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Sulsel

Sementara itu, pada tahun 2017 realisasi pendapatan transfer mencapai 96,8% dari target atau sebesar Rp5,36 triliun,

yang berarti lebih besar dari realisasi tahun lalu 96,6% dari target atau sebesar Rp3,70 triliun. Peningkatan pendapatan

transfer terjadi pada seluruh komponen kecuali dana bagi hasil pajak dan bukan pajak. Komponen Dana Alokasi Umum

(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan transfer pemerintah pusat-lainnya meningkat cukup signifikan masing-masing

mencapai Rp2,51 triliun, Rp2,56 triliiun dan Rp7,5 miliar atau tumbuh masing-masing 80,0% (yoy), 28,8% (yoy) dan 50%.

Rp2,199 Rp2,560 Rp3,029 Rp3,250Rp3,450

Rp3,679

Rp3,118 Rp3,173 Rp2,464 Rp2,915 Rp3,705

Rp5,362

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

2012 2013 2014 2015 2016 2017Lain-Lain Pendapatan Yang Sah Pendapatan Transfer Pendapatan Asli Daerah

(59%) (55%) (45%) (47%) (52%)

(41%) (45%) (55%) (53%) (48%)

Rp miliar

(41%)

(59%)

NOMINAL % REALISASI NOMINAL % REALISASI

PENDAPATAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH 3,516.80 3,449.56 98.09% 3,743.34 3,678.69 98.27%

- Pendapatan Pajak Daerah 3,145.44 3,079.66 97.91% 3,319.49 3,241.75 97.66%

- Pendapatan Retribusi Daerah 85.54 86.53 101.16% 91.29 82.25 90.10%

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan 106.76 106.76 100.00% 127.01 127.01 100.00%

- Lain-lain PAD yang Sah 179.06 176.61 98.63% 205.56 227.68 110.76%

PENDAPATAN TRANSFER 3,834.77 3,704.82 96.61% 5,536.83 5,362.01 96.84%

- Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 271.49 314.34 115.78% 331.95 279.53 84.21%

- DAU 1,394.15 1,394.15 100.00% 2,509.48 2,509.48 100.00%

- DAK 2,164.13 1,991.32 92.01% 2,687.90 2,565.50 95.45%

- Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 5.00 5.00 100.00% 7.50 7.50 100.00%

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 11.93 8.21 68.83% 12.78 14.19 111.02%

JUMLAH PENDAPATAN 7,363.50 7,162.59 97.27% 9,292.96 9,054.88 97.44%

REALISASI 2016ANGGARAN

PERUBAHAN

2016

U R A I A N

ANGGARAN

PERUBAHAN

2017

REALISASI 2017

Page 36: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 1 KEUANGAN PEMERINTAHD

30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

Peningkatan pendapatan transfer tersebut terutama karena terdapat pembangunan infrastruktur skala nasional di Sulsel

seperti Makassar New Port, Kereta Api, dan jalan4.

2.2.2 Belanja

2.2.2.1. Struktur Realisasi Belanja

Selama beberapa tahun terakhir, belanja operasional mendominasi struktur belanja Provinsi Sulsel. Sampai dengan akhir

tahun 2017, nilai realisasi belanja operasional mencapai Rp6,31 triliun (pangsa 70,9%) lebih tinggi dari periode yang sama

tahun sebelumnya sebesar Rp4,66 triliun (pangsa 67,3%). Porsi selanjutnya dari belanja Provinsi Sulsel yaitu belanja transfer

17,3% (atau Rp1,54 triliun) dan belanja modal 11,8% (atau Rp1,05 triliun).

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Sulsel

Grafik 2.4.Proporsi Realisasi Belanja APBD Provinsi Sulsel

2.2.2.2. Perkembangan Realisasi Belanja

Persentase dan nilai realisasi belanja APBD Provinsi Sulsel 2017 meningkat dibandingkan tahun 2016. Realisasi belanja di

tahun 2017 tercatat sebesar Rp8,90 triliun atau 95,5% dari yang ditargetkan sebesar Rp9,32 triliun. Pencapaian realisasi

belanja tersebut lebih tinggi dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp6,93 triliun atau 95,0% dari yang

ditargetkan sebesar Rp7,30 triliun. Dengan persentase realisasi belanja sampai dengan akhir 2017 tersebut, maka terdapat

surplus pada APBD Provinsi Sulsel sebesar Rp153,80 miliar.

Persentase dan nilai realisasi belanja operasional lebih tinggi dari tahun sebelumnya, terutama untuk belanja pegawai

dan bantuan sosial. Total pos belanja operasional hingga akhir tahun 2017 terealisasi Rp6,31 triliun (96,2%), dimana

persentase realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp4,67 triliun

(94,5%). Persentase realisasi belanja operasional yang lebih tinggi terjadi pada komponen belanja pegawai dan belanja

bantuan sosial. Kenaikan belanja pegawai tersebut karena adanya pengalihan kewenangan dari Pemerintah

Kabupaten/Kota ke Pemerintah Provinsi untuk gaji guru SMA dan SMK.

Nilai realisasi belanja modal meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pada akhir tahun 2017, realisasi

belanja modal telah mencapai Rp1,05 triliun atau 89,3% dari yang ditargetkan sebesar Rp1,18 triliun. Jumlah tersebut

meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, namun secara persentase menurun dibandingkan persentase realisasi

pencapaian pada tahun 2016 sebesar Rp856,6 miliar atau 91,9% dari yang ditargetkan sebesarRp931,89 miliar. Belanja

modal yang meningkat antara lain belanja tanah, belanja gedung dan bangunan masing-masing terealisasi sebesar Rp0,73

miliar (86,4%) dan Rp509,2 miliar (92,5%). Di sisi lain terdapat belanja modal yang mengalami penurunan antara lain belanja

peralatan dan mesin yang turun cukup signifikan yaitu Rp218,6 miliar (80%) dari tahun 2016 yang mencapai Rp214,2 miliar

(93%).

4 Sesuai dengan Informasi APBN 2017 pada: http://www.anggaran.depkeu.go.id/content/publikasi/2016%20BIB%202017.pdf

Rp3,549 Rp3,587 Rp3,822 Rp4,048 Rp4,666 Rp6,313

Rp377 Rp490Rp676 Rp843 Rp857 Rp1,051

Rp677 Rp843 Rp1,101 Rp1,176 Rp1,408 Rp1,537

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Belanja Transfer Belanja Modal Belanja Operasional

(77%) (73%) (68%) (67%) (71%)

(8%) (10%) (12%) (14%) (12%)

(15%) (17%) (20%) (19%) (20%)

Rp miliar

(67%)

(12%)

(17%)

Page 37: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 2KEUANGAN PEMERINTAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 31

Tabel 2.2. Anggaran dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Sulsel (Rp Miliar)

Keterangan: angka sementara (APBD Provinsi Sulawesi Selatan Unaudited) Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Sulsel

Nilai realisasi transfer kepada Kabupaten/Kota juga tercatat cukup tinggi. Realisasi transfer sampai dengan akhir tahun

2017 tercatat Rp1,54 triliun (97,8%), sedikit lebih rendah dari tahun sebelumnya Rp1,41 triliun (98,9%). Transfer tersebut

terutama digunakan untuk pembangunan infrastruktur, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan lainnya yang diharapkan

dapat mendorong perekonomian daerah masing-masing.

2.3 Perkembangan Realisasi Belanja APBN di Sulsel

2.3.1 Struktur Realisasi Belanja

Realisasi belanja pegawai mendominasi keseluruhan belanja pada APBN Sulsel. Pada akhir tahun 2017, realisasi belanja

pegawai mencapai 97,1% atau Rp6,78 triliun dari pagu sebesar Rp6,99 triliun, dimana pada tahun ini lebih rendah

dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 99,3% atau Rp7,01 triliun dari pagu

sebesar Rp7,06 triliun. Realisasi belanja APBN Sulsel tahun 2017 didominasi belanja pegawai 39,9% (atau Rp6,78 triliun)

dan belanja modal 23,3% (Rp3,9 triliun), dengan pangsa lebih rendah dari tahun 2016. Sementara itu, pangsa belanja barang

mencapai 36,6% (Rp6,22 triliun) atau lebih tinggi dari pangsa tahun 2016 yang mencapai 33,5% (Rp5,71 triliun) dan pangsa

realisasi belanja bantuan sosial cenderung stabil dibandingkan tahun sebelumnya 0,3% (Rp50,01 miliar) sama dengan

pencapaian tahun sebelumnya.

NOMINAL % REALISASI NOMINAL % REALISASI

BELANJA

BELANJA OPERASIONAL 4,936.65 4,666.22 94.52% 6,563.29 6,313.09 96.19%

- Belanja Pegawai 1,206.93 1,139.63 94.42% 3,067.12 2,982.11 97.23%

- Belanja Barang 1,511.35 1,392.11 92.11% 1,800.47 1,724.21 95.76%

- Belanja Bunga 21.50 21.17 98.48% 12.00 10.37 86.42%

- Belanja Hibah 1,824.70 1,747.84 95.79% 1,489.53 1,407.81 94.51%

- Belanja Bantuan Sosial 0 0 0.00% 0.60 0.60 99.63%

- Belanja Bantuan Keuangan 372.16 365.47 98.20% 193.56 187.99 97.12%

BELANJA MODAL 931.89 856.62 91.92% 1,177.86 1,051.19 89.25%

- Belanja Tanah 7.57 5.91 78.08% 0.85 0.73 86.36%

- Belanja Peralatan & Mesin 230.20 214.15 93.03% 273.31 218.62 79.99%

- Belanja Gedung dan Bangunan 155.49 139.83 89.93% 550.34 509.23 92.53%

- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 524.74 483.63 92.17% 274.92 251.06 91.32%

- Belanja Aset Tetap Lainnya 3.25 3.17 97.48% 66.72 60.93 91.32%

- Aset Lainnya 10.65 9.93 93.28% 8.66 7.62 88.02%

- Belanja BLUD 0 0 0.00% 3.06 2.99 97.81%

BELANJA TIDAK TERDUGA 2.58 0 0.00% 10.00 0.03 0.32%

JUMLAH BELANJA 5,871.12 5,522.84 94.07% 7,751.15 7,364.31 95.01%

TRANSFER 1,424.44 1,408.14 98.86% 1,571.61 1,536.77 97.78%

TOTAL BELANJA 7,295.56 6,930.98 95.00% 9,322.76 8,901.08 95.48%

SURPLUS / (DEFISIT) 67.94 231.61 340.88% (29.80) 153.80 (5.16)

PEMBIAYAAN

PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 129.96 129.96 100.00% 165.80 165.80 100.00%

PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 195.00 195.00 100.00% 136.00 136.00 100.00%

JUMLAH PEMBIAYAAN (65.04) (65.04) 100.00% 29.80 29.80 100.00%

REALISASI 2016ANGGARAN

PERUBAHAN

2016

U R A I A N

ANGGARAN

PERUBAHAN

2017

REALISASI 2017

Page 38: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 1 KEUANGAN PEMERINTAHD

32 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

Sumber: Kanwil DJPB Provinsi Sulsel, diolah

Grafik 2.5. Proporsi Belanja APBN di Sulsel

2.3.2 Perkembangan Realisasi Belanja

Persentase realisasi belanja APBN Sulsel hingga akhir tahun 2017 menunjukkan kinerja yang membaik dibandingkan

dengan tahun 2016. Pada tahun 2017, realisasi belanja APBN di Sulsel mencapai 91,6% atau sebesar Rp17,01 triliun, lebih

tinggi dari realisasi tahun 2016 yang mencapai 88,5% atau Rp17,05 triliun. Persentase realisasi belanja APBN di Sulsel yang

lebih tinggi terutama terjadi pada belanja bantuan sosial dan belanja barang. Persentase belanja barang 2017 mencapai

90,3% dibandingkan tahun sebelumnya 79,8%. Demikian pula, belanja bantuan sosial mengalami peningkatan baik secara

presentasi maupun nominal yang disalurkan sebesar Rp50,01 miliar (91,6%). Belanja Bansos yang semakin meningkat

tersebut menunjukkan bahwa pemerintah semakin disiplin membelanjakan untuk perlindungan sosial terutama

menghadapi berbagai goncangan. Dari hasil monitoring dapat dipastikan bahwa pelaksanaan transfer untuk Dana Desa

telah terealisasi sesuai tahapan5.

Di sisi lain, persentase belanja pegawai dan belanja modal mengalami sedikit penurunan. Realisasi belanja pegawai APBN

di Sulsel mencapai 97,1% (Rp6,78 triliun) lebih rendah dari tahun 2016 yang mencapai 99,3% (Rp7,01 triliun). Lebih

rendahnya persentase maupun nilai belanja pegawai tersebut terutama karena adanya pembentukan lembaga di bawah

kementerian Pertahanan di Sulawesi Utara, sehingga terjadi pemindahan sebagian pegawai dari Sulawesi Selatan. Pada

triwulan laporan, persentase belanja modal mencapai 85,3% (Rp3,96 triliun) dibandingkan periode tahun 2016 mencapai

85,7% (Rp4,29 triliun). Sedikit menurunnya realisasi belanja modal diperkirakan karena terdapat beberapa pembangunan

yang tidak tepat waktu, sehingga berdampak pada penyerapan belanja modal.

Tabel 2.3. Realisasi Belanja APBN Provinsi Sulsel Tahun 2017 Per Jenis Belanja Rp miliar

Sumber: Kanwil DJPB Provinsi Sulsel, diolah

2.4 Peran Realisasi Keuangan Pemerintah Dalam PDRB

Rasio realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) masih dalam tren

menurun6 sejak 3 tahun terakhir. Rasio PAD terhadap PDRB ADHB hingga tahun 2017 tercatat 0,88 sedikit menurun

dibanding tahun 2016 yang terhitung 0,91%. Sementara rasio realisasi pendapatan transfer terhadap PDRB ADHB terlihat

5 Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 49/PMK.07/2016 Tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa disebutkan bahwa penyaluran Dana Desa dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap I pada bulan Maret sebesar 60% (enam puluh per seratus) dan tahap II pada bulan Agustus sebesar 40% (empat puluh per seratus).

6 Dihitung dengan rumus realisasi komponen pendapatan APBD dibagi dengan PDRB ADHB kumulatif.

Rp4,308 Rp4,778 Rp5,346 Rp6,489Rp7,006 Rp6,781

Rp3,247 Rp4,037Rp4,308

Rp5,741

Rp5,711 Rp6,217

Rp4,467Rp4,930

Rp3,774 Rp6,144

Rp4,286 Rp3,958Rp1,727 Rp1,425 Rp1,279 Rp1,384 Rp45 Rp50

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Belanja Bantuan Sosial Belanja Modal Belanja Barang Belanja Pegawai

(1%)(1%) (0%) (0%)

(0%) (0%)

(31%) (31%) (36%) (33%) (41%) (40%)

(23%) (26%) (29%) (29%)

(34%) (37%)

(32%) (32%)(31%)

(26%)

(25%) (23%)

NOMINAL % REALISASI NOMINAL % REALISASI

Belanja Pegawai 7,058.38 7,005.81 99.26% 6,986.86 6,781.22 97.06%

Belanja Barang 7,159.42 5,711.00 79.77% 6,884.38 6,217.43 90.31%

Belanja Modal 5,002.40 4,285.88 85.68% 4,641.82 3,957.53 85.26%

Belanja Bantuan Sosial 49.02 44.83 91.46% 54.62 50.01 91.58%

JUMLAH BELANJA 19,269.21 17,047.52 88.47% 18,567.67 17,006.20 91.59%

ANGGARAN

PERUBAHAN

2017

REALISASI 2017ANGGARAN

2016

REALISASI 2016U R A I A N

Page 39: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 2KEUANGAN PEMERINTAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 33

meningkat dari semula 1,0% di 2016 menjadi 1,3% pada 2017. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan pemerintah

dalam menggali sumber pendapatan asli daerah belum dapat mengimbangi peningkatan pendapatan transfer, sehingga

kecenderungan ketergantungan kepada pendapatan transfer dari pemerintah pusat semakin meningkat. Hal demikian

perlu dicermati lebih lanjut, mengingat pentingnya bagi pemerintah untuk dapat meningkatkan kemampuannya menggali

Pendapatan Asli Daerah tersebut, yang dapat dipengaruhi oleh adanya ketidakefisienan dan ketidakefektifan dalam

pelaksanaannya.

Sumber: Kanwil DJPB Provinsi Sulsel, BPKAD Provinsi Sulsel, diolah BI Grafik 2.6. Rasio Realisasi Pendapatan APBD Terhadap PDRB ADHB

Sumber: Kanwil DJPB Prov. Sulsel, BPKAD Prov. Sulsel, diolah BI Grafik 2.7. Rasio Realisasi Belanja APBD Terhadap PDRB ADHB

Rasio realisasi belanja operasional dan belanja modal APBD di Sulsel terhadap PDRB ADHB sedikit menurun di tahun 20177. Rasio belanja operasional dan modal terhadap PDRB ADHB turun masing-masing menjadi 4,6% dan 1,2%. Hal ini mengindikasikan bahwa peran realisasi belanja pemerintah sebagai kontributor perekonomian sedikit menurun di periode laporan. Untuk itu, pemerintah diharapkan dapat mendorong realisasi belanja agar dapat menjadi pendorong bagi ekonomi Sulsel.

7 Dihitung dengan rumus realisasi komponen belanja APBD dibagi dengan PDRB ADHB kumulatif.

0.96 0.991.01

0.95

0.91 0.88

0.98

0.89

0.510.59

0.98

1.28

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

1.0

1.1

1.2

1.3

1.4

2012 2013 2014 2015 2016 2017

%

Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Transfer

4.86 4.79 4.50 5.19 4.964.62

2.12 2.09

1.49

2.05

1.351.20

0.5

0.7

0.9

1.1

1.3

1.5

1.7

1.9

2.1

2.3

3.9

4.1

4.3

4.5

4.7

4.9

5.1

5.3

2012 2013 2014 2015 2016 2017

%%

Belanja Operasi Belanja ModalBelanja Operasional

Page 40: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 1 KEUANGAN PEMERINTAHD

34 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

Boks 2.A.1 Penyaluran Dana Desa di Sulawesi Selatan

Mekanisme penyaluran dana desa. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) menyalurkan dana di Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) dalam beberapa tahap tertentu sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Dana di RKUN disalurkan ke Rekening Kas Daerah (RKD) berdasarkan SK Bupati/Walikota dalam periode 7 hari kerja setelah RKUN. Selanjutnya Bendahara Umum Daerah (BUD) menyalurkan dari RKUD ke Rekening Kas Desa.

Pangsa penyaluran dana desa ke Kawasan Timur Indonesia (KTI) terbesar dibandingkan kawasan Jawa maupun Sumatera (Gambar 2.A.1). Dari pagu total dana desa sebesar Rp 60 triliun, rincian penyalurannya antara lain ke KTI sebesar 38,87%, ke Jawa sebesar 31,19%, dan ke Sumatera sebesar 29,94%. Realisasi penyaluran dana desa ke KTI yang terbesar adalah Maluku-Papua sebesar Rp7,52 triliun, diikuti oleh Sulawesi sebesar Rp6,24 triliun, Kalimantan sebesar Rp5,25 triliun, dan Balinusra sebesar Rp3,71 triliun. Adapun realisasi dana desa di Sulawesi Selatan pada tahun 2017 sebesar Rp1,82 triliun. Untuk 2018, pagu penyaluran dana desa di Sulawesi Selatan naik 9,4% (yoy) dibandingkan pagu 2017 menjadi Rp1,99 triliun.

Gambar 2.A.1 Pangsa Lapangan Usaha Sulawesi Selatan

Sumber : BPS, diolah

Pemerintah mengubah skema penyaluran dana desa pada tahun 2018. Tahap penyaluran yang pada tahun 2017 sebanyak dua kali, menjadi tiga kali pada 20188. Pemerintah mempercepat penyaluran dana desa tahun 2018 untuk mendukung program padat karya (cash for work), sehingga penyaluran dana desa dilakukan dengan pencairan tiga tahap. Pertama, 20% dari total pagu dengan pencairan paling cepat minggu kedua Januari 2018 dan paling lambat minggu ketiga Juni 2018. Kedua, 40% dari total pagu dengan pencairan paling cepat akhir Maret 2018 dan paling lambat minggu keempat Juni 2018.

Upaya optimalisasi dana desa perlu dilakukan untuk meminimalisir penumpukan dana di Pemda. Berdasarkan realisasi penggunaan yang dilakukan pada tahun sebelumnya, pada tahap kedua tahun 2017, dana desa masih menumpuk di Pemda dan belum disalurkan ke desa, sehingga perlu dilakukan optimalisasi penyaluran dana desa dengan (1) Penggunaan dana desa diarahkan kepada sektor prioritas, (2) peningkatan kapasitas sumber daya manusia perangkat desa, (3) peningkatan kapasitas pendamping lokal desa, serta (4) meningkatkan pengawasan penggunaan dana desa.

8 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 225/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa tanggal 29 Desember 2017

Page 41: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 35

3. INFLASI DAERAH

Bab 3 Inflasi Daerah

Inflasi Sulsel di tahun 2017 sebesar 4,44% (yoy), berada pada sasaran 4±1%

sesuai dengan sasaran yang ditetapkan pemerintah kendati dinamika

sepanjang tahun 2017 cukup dinamis. Inflasi pada tahun 2017 terutama

bersumber dari tekanan harga yang dikendalikan pemerintah (administered

price). Adapun inflasi pada kelompok harga pangan bergejolak (volatile food)

cenderung stabil.

Inflasi pada triwulan I 2018 diperkirakan lebih rendah dari tahun sebelumnya.

Terdapat setidaknya 4 faktor utama yang mendasari perkiraan tersebut.

Pertama, based effect dari inflasi administered price. Kedua, keputusan

Mahkamah Agung yang mengabulkan gugatan terkait penghapusan biaya

STNK sehingga ada potensi inflasi administered price akan deflasi di tengah

tekanan angkutan udara dan cukai rokok yang minimal. Ketiga, panen yang

diperkirakan mulai teradi di akhir Februari hingga pertengahan April yang

akan menormalisasi harga pangan khususnya beras. Keempat, penyesuaian

harga jual korporasi pada kelompok inti yang sudah dilakukan di bulan Januari

dan relatif lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sejalan dengan

terjaganya inflasi dan volatilitas nilai tukar.

Page 42: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 3INFLASI DAERAH

36 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

3.1. Inflasi Umum

Inflasi Sulsel di tahun 2017 berada pada sasaran yang ditetapkan oleh pemerintah di awal tahun 2017, yaitu sebesar

4,44% (yoy). Inflasi tersebut berada pada sasaran 4+1% sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, kendati dinamika

sepanjang tahun 2017 cukup dinamis. Inflasi pada tahun 2017 terutama bersumber dari tekanan harga yang dikendalikan

pemerintah (administered price) dan diikuti dengan inflasi inti (core inflation) yang mengalami peningkatan sejalan dengan

konsumsi masyarakat yang meningkat. Adapun inflasi pada kelompok harga pangan bergejolak (volatile food) cenderung

stabil sehingga inflasi umum dapat dijaga berada pada sasaran 4+1%.

Tekanan inflasi sepanjang tahun 2017 lebih banyak berasal dari administered price namun dapat diimbangi dengan

volatile food yang terjaga. Inflasi administered price tercatat sebesar 10,96% (yoy) atau menjadi yang tertinggi dalam tiga

tahun terakhir. Namun demikian, tekanan inflasi tersebut dapat dikompensasi oleh inflasi volatile food yang menurun dari

6,41% (yoy) di tahun 2016 menjadi 2,54% (yoy) di tahun 2017. Sedangkan pada core inflation, terjadi kenaikan di tahun

2017 menjadi 3,32% (yoy) dari tahun sebelumnya sebesar 2,97% (yoy) sejalan dengan akselerasi konsumsi RT.

Berdasarkan time framing (waktu kejadian), tekanan

inflasi terbesar berada pada kuartal pertama 2017.

Tekanan inflasi terbesar adalah pada triwulan pertama

dimana inflasi bersumber dari kenaikan tarif STNK dan

dibarengi dengan penyesuaian tarif listrik untuk golongan

900 VA. Tekanan terbesar kedua adalah pada triwulan II

dimana tekanan bersumber dari hari raya lebaran.

Sedangkan tekanan terendah berada pada triwulan III

seiring dengan tahun ajaran baru serta libur sekolah

sebagai pendorong inflasi. Adapun pada triwulan IV,

tekanan inflasi bersumber dari administered price melalui

komoditas angkutan udara dan volatile food akibat

kenaikan harga beras dan ikan bandeng.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan Berdasarkan Waktu

Melihat pola time framing inflasi tersebut, inflasi pada triwulan I 2018 diperkirakan cenderung lebih rendah dari rata-

rata historisnya. Hal ini sejalan dengan realisasi inflasi pada bulan Januari yang sebesar 0,81% (mtm) yang lebih rendah

dibandingkan inflasi Januari 2017 sebesar 1,12% (mtm). Pada bulan Februari, tendensi disinflasi (inflasi yang lebih rendah

dibandingkan periode sebelumnya) didukung oleh panen sebagian tanaman palawija serta tekanan administered price yang

lebih rendah sejalan dengan pengaruh based effect kenaikan tarif dasar listrik tahun sebelumnya. Demikian pula dengan

tekanan inflasi inti yang diperkirakan akan dimotori komoditas emas perhiasan yang diestimasi bergerak lebih mild.

Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik 3.2. Perbandingan Realisasi Inflasi Bulan Januari 2018 terhadap Historisnya

Prakiraan tersebut sejalan dengan realisasi inflasi Januari yang

berada lebih rendah terhadap rata-rata inflasi Januari dalam 3

tahun terakhir. Lebih rendahnya inflasi tersebut disebabkan

based effect pada kelompok administered price. Rata-rata 3

tahun terakhir, inflasi administered price berada pada posisi

2,68% dengan pendorong utama adalah penyesuaian tarif dasar

listrik dan kenaikan tarif STNK yang terjadi pada bulan Januari

2017. Adapun pada inflasi inti cenderung stabil dibandingkan

dengan rata-rata 3 tahun terakhir. Inflasi inti pada bulan Januari

2018 cenderung disebabkan oleh penyesuaian harga jual oleh

korporasi dan pedagang, yang merespon tahun baru dan

rencana bisnis yang sudah disusun tahun sebelumnya.

Sedangkan pada inflasi volatile food sedikit lebih tinggi

dibandingkan rata-rata historis disebabkan kenaikan harga

beras di luar Sulawesi Selatan yang turut mendorong harga

beras di lingkup Sulawesi Selatan mengalami kenaikan.

1.69 1.12

4.19

1.46

1.08 0.54

4.29

0.13

0.62

1.05

0.65

(0.61)

1.04 0.61

1.82

1.56

-2

0

2

4

6

8

10

12

Headline Core AP VF

I II III IV

%, ytd

Page 43: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 3INFLASI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 37

3.2. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa9

Tekanan inflasi pada triwulan IV 2017 mengalami peningkatan didorong oleh hampir seluruh kelompok barang. Dari 7

kategori barang dan jasa, 5 diantaranya mengalami kenaikan sedangkan 2 diantaranya cenderung stabil. Adapun kategori

barang dan jasa tersebut adalah kelompok barang bahan makanan dan makanan jadi yang cenderung stabil dibandingkan

triwulan III. Kendati volatile food mengalami tekanan di akhir tahun, inflasi pada kelompok bahan makanan dan makanan

jadi dapat terjaga karena bobot komoditas core cukup mendominasi sehingga menahan tekanan kenaikan harga pada kedua

kelompok barang tersebut. Adapun kenaikan pada kelompok barang perumahan meningkat dari 5,55% (yoy) pada triwulan

III menjadi 6,07% (yoy) di akhir tahun. Disusul kelompok sandang dengan 4,66% (yoy) pada triwulan IV atau mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kemudian kelompok kesehatan, pendidikan, dan transpor masing-masing

3,36% (yoy); 4,26% (yoy); dan 4,85% (yoy).

Tabel 3.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy)

Keterangan: *) Data hingga Januari 2018 Sumber: Badan Pusat Statistik

Tekanan inflasi pada triwulan IV pada kelompok bahan makanan cenderung stabil dengan kecenderungan menurun.

Inflasi bahan makanan secara tahunan cenderung stabil dari 3,55% (yoy) menjadi 3,29% (yoy). Terjaganya inflasi pada akhir

tahun sejalan dengan upaya TPID (Tim Pengendali dan Pemantauan Inflasi Daerah) Sulawesi Selatan yang terus

berkoordinasi terutama terkait langkah-langkah dalam rangka pengendalian pasokan. Realisasi inflasi bahan makanan

hingga Desember 2017 saat itu berada pada level 3,29% (yoy) atau jauh lebih rendah dibandingkan inflasi bahan makanan

tahun 2016 yang sebesar 3,63% (yoy). Namun demikian pada bulan Desember 2017, tekanan inflasi bahan makanan

meningkat dengan beras menjadi motor utama penggerak inflasi yang dipengaruhi oleh kenaikan harga beras di luar

wilayah Sulawesi Selatan.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.3 Perkembangan Inflasi Bahan Makanan Triwulanan Grafik 3.4 Perkembangan Inflasi Bahan Makanan Bulanan

Pada awal Januari atau mengawali triwulan I 2018, inflasi bahan makanan masih mengalami peningkatan didorong oleh

kenaikan harga beras dan cabai rawit. Masih belum masuknya masa panen dan gejolak harga beras di luar wilayah Sulawesi

9 Terdapat 7 (tujuh) kelompok barang dan jasa dalam perhitungan inflasi

Bahan

Makanan

Makanan

Jadi

Perumaha

n Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Umum

I 12.87 6.34 7.33 4.51 5.75 2.18 4.35 7.13

II 15.01 6.54 7.84 4.86 5.52 2.35 6.00 8.06

III 16.11 6.23 6.48 6.95 5.28 2.63 7.20 8.36

IV 8.78 5.48 4.13 6.01 5.02 2.57 -0.99 4.48

I 12.46 4.82 3.40 5.89 3.87 2.25 2.80 5.70

II 9.46 5.26 2.75 6.36 3.14 2.10 -0.76 4.30

III 6.51 4.01 2.63 3.13 2.51 0.78 -0.48 3.07

IV 6.36 3.63 2.76 2.97 2.65 0.83 -0.87 2.94

I 3.94 4.28 3.52 1.89 2.74 0.81 3.61 3.42

II 5.19 3.72 5.85 2.05 2.36 0.82 5.47 4.49

III 3.55 3.77 5.55 2.60 3.00 4.23 4.46 4.17

IV 3.29 3.70 6.07 4.66 3.36 4.26 4.85 4.44

2018 I* 4.47 2.62 4.50 4.16 2.47 4.13 2.29 4.11

2017

Tahun

2015

2016

-3

0

3

6

9

12

15

18

I II III IV I II III IV I II III IV I*

2015 2016 2017 2018

yoy qtqpesentase

-1.48

0.42

2.592.63

Okt-17 Nov-17 Des-17 Jan-18

%,mtm

Page 44: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 3INFLASI DAERAH

38 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

Selatan membuat harga beras mengalami peningkatan. Bank Indonesia memprakirakan harga beras akan terkendali pada

Februari hingga Maret didukung oleh panen di wilayah sentra. Sejalan dengan harga beras, harga cabai rawit diperkirakan

akan menuju deflasi pada akhir triwulan I 2018. Hal ini juga didukung data prakiraan cuaca yang berada dalam batas normal.

Prakiraan BMKG, curah hujan akan cenderung tinggi namun hal ini masih dalam batas wajar disebabkan musim penghujan

yang terjadi di Sulawesi Selatan.

Dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, inflasi cenderung stabil di triwulan IV 2017. Adapun

tendensi kenaikan didorong oleh penyesuaian harga jual rokok yang dipicu oleh kenaikan cukai. Kenaikan cukai sebesar

10,28% yang ditetapkan Kementerian Keuangan diperkirakan masih akan berlangsung hingga awal triwulan I 2018. Di sisi

lain, stabilnya harga pada kelompok ini disebabkan oleh harga makanan jadi, khususnya nasi dengan lauk yang terpantau

stabil.

Ke depan inflasi makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau diperkirakan juga mulai mereda. Hal ini sesuai dengan

pola tahunannya, serta dampak kenaikan cukai rokok yang menghilang. Selain itu, kecenderungan disinflasi harga bahan

makanan juga akan menahan laju kenaikan dari kelompok komoditas ini. Walaupun hingga Januari 2018 inflasi makanan

jadi, minuman, rokok, dan tembakau tercatat sebesar 0,34% (mtm) atau lebih tinggi dibandingkan rata-rata 3 bulan tahun

sebelumnya, Bank Indonesia memperkirakan penurunan tekanan inflasi pada kelompok komoditas ini akan mulai terjadi

pada Februari dan Maret.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.5 Perkembangan Inflasi Bahan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Triwulanan

Grafik 3.6 Perkembangan Inflasi Bahan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Bulanan

Pada kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar, kenaikan tekanan inflasi dipicu oleh tarikan permintaan

gas yang membuat harga gas di level eceran bergerak naik. Kondisi tersebut khususnya terjadi pada bulan Desember 2017

di saat permintaan rumah tangga dan usaha (bisnis rumah makan) meningkat. Berdasarkan info anekdotal, peningkatan

permintaan yang tinggi terjadi pada jenis bright gas. Adapun harga pada jenis lainnya cenderung stabil atau tidak

mengalami perubahan signifikan. Dari kelompok sandang, tekanan inflasi berasal dari permintaan rumah tangga yang tinggi

khususnya pada produk sandal kulit (naik 22,5%; mtm) dan celana panjang jeans (naik 7,59%; mtm) baik pada kategori pria,

wanita, dan anak-anak, sehingga membuat inflasi kelompok sandang bergerak naik menjadi 4,66% (yoy) di triwulan IV dari

posisi sebelumnya sebesar 2,60% (yoy) pada triwulan III. Sedangkan pada kelompok kesehatan, tekanan harga terjadi pada

komoditas jasa dokter gigi (naik 5,72%) dan jasa dokter spesialis (naik 3,94%). Pada kelompok lainnya, yaitu pendidikan,

rekreasi, dan olahraga tidak mengalami perubahan signifikan pada triwulan IV dari posisi sebelumnya di triwulan III

disebabkan sumber utama tekanan yaitu inflasi komoditas pendidikan kenaikan harga sudah terjadi di bulan Juli.

3.3. Inflasi Menurut Kota IHK10

Berdasarkan kewilayahannya atau spasial, peran inflasi Makassar masih menjadi yang tertinggi. Aktivitas ekonomi yang

masih bertumpu pada zona Makassar membuat Makassar memiliki porsi hingga 78% dari pembentukan inflasi Sulawesi

Selatan. Adapun zona lainnya adalah Parepare (7%), Palopo, (6,4%), Watampone (5,8%), dan zona Bulukumba (2,8%).

Dilihat dari kontributor inflasi pada triwulan IV, maka zona Makassar merupakan kontributor utama tekanan inflasi pada

triwulan IV disusul Watampone dan Palopo.

10Mulai Januari 2014, inflasi Sulsel dihitung dari agregasi lima kota/kabupaten, yaitu Makassar, Palopo, Parepare, Watampone (Bone), dan Bulukumba.

Page 45: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 3INFLASI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 39

Grafik 3.6 Persentase Bobot Kota Pembentuk Inflasi Sulawesi Selatan Grafik 3.7 Sumber Tekanan Inflasi Berdasarkan Wilayah

Berdasarkan komoditasnya, andil komoditas volatile food mendominasi seluruh zona inflasi Sulawesi Selatan. Pada

triwulan IV, inflasi dipicu oleh volatile food merespon tarikan permintaan bahan makanan yang lebih tinggi dari

ketersediaan pasokan yang ada. Komoditas tertinggi pemicu inflasi tersebut adalah ikan bandeng yang menjadi

penyumbang utama inflasi pada zona Makassar dan Watampone, diikuti dengan beras pada zona Parepare dan Bulukumba.

Namun pada zona Parepare, ikan bandeng justru mengalami deflasi yang ditengarai disebabkan lebih fleksibelnya konsumsi

rumah tangga di zona Parepare untuk mengganti ikan bandeng dengan komoditas ikan lainnya saat dirasa harga terlalu

tinggi.

Tabel 3.2. Komoditas Pendorong dan Penahan Inflasi Per Zona Inflasi

Mengawali awal tahun 2018, inflasi pada 4 zona berada lebih dari 1% (mtm) dan Makassar menjadi satu-satunya zona

dengan inflasi di bawah 1% (mtm). Bobot zona Makassar yang lebih dominan menarik ke bawah kondisi inflasi Sulawesi

Selatan di tengah tingginya tekanan inflasi pada 4 zona lainnya. Adapun Parepare menjadi zona yang mengalami tekanan

inflasi tertinggi di awal triwulan I 2018 dengan mencatatkan inflasi sebesar 1,38% (mtm), disusul oleh zona Bulukumba

dengan inflasi sebesar 1,31% (mtm). Dengan kondisi tersebut, inflasi pada triwulan I 2018 diperkirakan akan lebih mild

mengingat tekanan inflasi khususnya dari volatile food dan administered price diperkirakan terus menurun.

Kota Makassar Andil Kota

Makassar

Kota Pare-pare Andil Kota

Pare-pare

Kota Palopo Andil Kota

Palopo

Kota Bulukumba Andil Kota

Bulukumba

Kota Bone Andil Kota

Bone

Bandeng/Bolu 0.1700% Bayam 0.2070% Angkutan Antar Kota 0.1197% Beras 0.1351% Bandeng/Bolu 0.2312%

Emas Perhiasan 0.1251% Beras 0.1395% Semen 0.0846% Telur Ayam Ras 0.1269% Kembung/Gembung/Banyar/Gembolo/Aso-Aso 0.0927%

Angkutan Udara 0.1200% Cakalang/Sisik 0.1233% Kacang Panjang 0.0713% Tomat Sayur 0.0775% Layang/Benggol 0.0900%

Beras 0.0922% Layang/Benggol 0.1055% Ayam Hidup 0.0712% Kursi 0.0634% Telur Ayam Ras 0.0450%

Bahan Bakar Rumah Tangga 0.0840% Telur Ayam Ras 0.1047% Bayam 0.0605% Kangkung 0.0468% Cat Tembok 0.0402%

Telur Ayam Ras 0.0666% Ayam Hidup 0.0577% Pisang 0.0578% Cabai Rawit 0.0381% Cakalang/Sisik 0.0345%

Cabai Rawit 0.0487% Udang Basah 0.0464% Tomat Sayur 0.0499% Bawang Merah 0.0217% Keramik 0.0343%

Teri 0.0426% Kacang Panjang 0.0459% Sandal Kulit 0.0486% Daging Ayam Ras 0.0200% Bawang Merah 0.0312%

Teri Diawetkan 0.0426% Pasir 0.0441% Beras 0.0478% Tomat Buah 0.0169% Seng 0.0242%

Tomat Sayur 0.0370% Tomat Buah 0.0435% Asam 0.0455% Teri 0.0150% Obat Dengan Resep 0.0231%

Jeruk -0.0188% Bandeng/Bolu -0.0428% Layang/Benggol -0.0715% Kacang Panjang -0.1468% Tomat Sayur -0.0851%

Pepaya -0.0166% Cabai Rawit -0.0375% Selar/Tude -0.0468% Bayam -0.0766% Daging Ayam Ras -0.0444%

Daging Ayam Ras -0.0123% Jeruk Nipis/Limau -0.0243% Bawang Merah -0.0246% Pisang -0.0640% Asam -0.0328%

Jeruk Nipis/Limau -0.0091% Jeruk -0.0210% Cakalang/Sisik -0.0191% Kol Putih/Kubis -0.0248% Emas Perhiasan -0.0177%

Kentang -0.0060% Celana Panjang Jeans -0.0099% Baronang -0.0160% Kakap Merah -0.0208% Kakap Putih -0.0140%

Sawi Putih -0.0041% Kunyit -0.0050% Emas Perhiasan -0.0156% Bandeng/Bolu -0.0198% Pisang -0.0129%

Kol Putih/Kubis -0.0039% Emas Perhiasan -0.0039% Kakap Putih -0.0072% Baju Kaos Berkerah Pria -0.0189% Cabai Rawit -0.0088%

Buncis -0.0037% Air Conditioner (AC) -0.0037% Tauge/Kecambah -0.0047% Ketimun -0.0134% Bayam -0.0060%

Gula Merah -0.0029% Jam Tangan -0.0029% Susu Bubuk -0.0045% Kelapa -0.0116% Pepaya -0.0060%

Apel -0.0028% Gula Pasir -0.0027% Biskuit -0.0018% Cabai Merah -0.0105% Wortel -0.0060%

Inflasi (mtm)

Deflasi (mtm)

Page 46: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 3INFLASI DAERAH

40 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

3.4. Disagregasi Inflasi11

Tekanan inflasi berdasarkan disagregasinya pada

triwulan IV disebabkan oleh adanya tekanan dari

kelompok inti dan administered price. Pada

kelompok inti, kenaikan disumbang oleh

komoditas emas perhiasan sebagai dampak akhir

tahun dimana pola belanja rumah tangga banyak

berfokus pada kebutuhan perhiasan yang

ditengarai untuk kebutuhan pernikahan dan juga

investasi. Harga emas perhiasan yang mulai

merangkak naik juga turut menambah tekanan

inflasi inti. Sedangkan dari administered price,

sumber tekanan berasal dari angkutan udara dan

bahan bakar gas sebagai dampak kenaikan

permintaan.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.8. Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Komponen Disagregasi

Tekanan inflasi pada triwulan IV sejalan dengan kenaikan konsumsi RT yang mencapai titik tertingginya di akhir tahun.

Konsumsi rumah tangga tumbuh signifikan dan menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan. Tingginya

pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2017 dalam jangka pendek belum mampu direspon oleh pelaku

usaha sehingga terjadi penyesuaian harga di akhir tahun khususnya pada inflasi inti dan administered price. Khusus pada

inflasi administered price, peraturan menteri perhubungan memang memperkenankan maskapai untuk menyesuaikan

harga jual tiket pada peak season sebagai salah satu insentif pelayanan di peak season namun pada batasan tertentu.

Adapun tekanan pada harga gas lebih disebabkan konsumsi bahan bakar merk bright gas yang non subsidi dan lumrah

dipergunakan hotel serta restoran sehingga di saat akhir tahun dimana terjadi lonjakan okupansi hotel dan perdagangan,

kenaikan harga gas tidak terhindarkan.

Inflasi volatile food terjaga walau mengalami tekanan di akhir tahun. Deflasi pada bulan Oktober membuat perkiraan

inflasi Sulawesi Selatan akan berada pada di bawah 4%. Hal ini terkonfirmasi ketika bulan November, tekanan inflasi volatile

food cukup terjaga secara bulanan dan membuat inflasi volatile food berada pada titik terendahnya, yaitu 0,03%. Namun

tarikan inflasi ikan bandeng dan beras di bulan Desember membuat inflasi volatile food kembali naik walau masih jauh dari

tahun sebelumnya. Adapun tekanan harga berasal dari komoditas ikan bandeng dan beras sejalan dengan konsumsi rumah

tangga yang lebih tinggi dan respon harga beras melihat kenaikan harga di luar wilayah Sulawesi Selatan.

11Analisis disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi noninti (volatile food dan administered prices). Hal ini dilakukan untuk

menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.

Page 47: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 3INFLASI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 41

Grafik 3.9 Inflasi Volatile Food secara Bulanan Grafik 3.10 Pergerakan Inflasi Volatile Food yoy

Inflasi pada triwulan I 2018 diperkirakan lebih rendah dari tahun sebelumnya. Terdapat setidaknya 4 faktor utama yang

mendasari perkiraan tersebut. Pertama adalah based effect dari inflasi administered price dimana kenaikan tarif STNK di

Januari 2017 dan penyesuaian tarif dasar listrik untuk golongan 900 VA di bulan Maret 2017 tidak akan terjadi kembali di

triwulan I 2018. Hilangnya dua shock utama inflasi triwulan I 2017 tersebut akan menurunkan tekanan inflasi administered

price. Kemudian faktor kedua adalah keputusan Mahkamah Agung yang mengabulkan gugatan terkait penghapusan biaya

STNK yang termuat dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 60 tahun 2017. Bila ketentuan tersebut mulai direlaksasi pada

triwulan I, potensi inflasi dari administered price akan menjadi potensi deflasi di tengah tekanan angkutan udara dan cukai

rokok yang minimal. Faktor ketiga adalah panen yang diperkirakan mulai terjadi di akhir Februari hingga pertengahan April

yang akan menormalisasi harga pangan khususnya beras. Adapun faktor keempat adalah penyesuaian harga jual korporasi

pada kelompok inti yang sudah dilakukan di bulan Januari dan relatif lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sejalan

dengan terjaganya inflasi dan volatilitas nilai tukar.

Risiko inflasi pada triwulan I diperkirakan akan berasal dari kenaikan harga komoditas internasional yang turut

mempengaruhi harga komoditas lain seperti emas. Pemulihan ekonomi global yang dibarengi dengan isu normalisasi

kebijakan The Fed dan pembatasan produksi minyak dunia oleh OPEC mulai berdampak pada kenaikan harga komoditas

internasional lainnya termasuk emas. Kenaikan harga emas dunia diperkirakan akan menjalar pada emas perhiasan

sehingga menjadi risiko ke atas inflasi inti. Kenaikan harga komoditas lainnya seperti batubara juga menjadi risiko terhadap

kenaikan tarif dasar listrik namun risiko tersebut diperkirakann masih minimal pada triwulan I dan berpotensi menjadi risiko

utama pada triwulan II dan III.

3.5. Koordinasi Pengendalian Inflasi

Pengendalian inflasi volatile food pada triwulan IV sangat berdampak pada rendahnya inflasi volatile food. Selama

triwulan IV 2017, terdapat beberapa kegiatan yang dimaksudkan untuk pemantauan harga, penguatan kerjasama dan

koordinasi baik di TPID Provinsi maupun TPID Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan (Tabel 3.2). Fokus utama pengendalian

inflasi hingga November terbukti mampu menahan inflasi volatile food hingga mendekati nol persen. Adapun faktor harga

beras di luar Sulawesi Selatan yang menjadi penyebab inflasi volatile food di Desember 2017 merupakan faktor di luar

kendali TPID Sulsel.

Page 48: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 3INFLASI DAERAH

42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

Tabel 3.2. Tabel Kegiatan TPID pada Triwulan IV 2017

NO TPID KEGIATAN / TEMPAT TANGGAL KETERANGAN

1 Provinsi Sulawesi Selatan Hotel Aryaduta 19 Juli 2017 Rapat Koordinasi TPID Provinsi Sulsel dan TPID Maluku dalam rangka Inisiasi Kerja Sama Antar Daerah Dalam Pengendalian Inflasi dan Mendorong Pertumbuhan Ekonomi

2 Provinsi Sulawesi Selatan Jakarta 27Juli 2017 Rapat Koordinasi Nasional TPID se-Indonesia

3 Provinsi/Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan

Ruang Rapat Pimpinan, Kantor Gubernur Sulsel

4 Agustus 2017 Rapat Teknis TPID Provinsi Sulsel

4 Provinsi Sulawesi Selatan Ruang Rapat Bank Indonesia 10 Agustus 2017 Rapat Koordinasi Pengendian Inflasi Kelompok Bahan Makanan

5 Provinsi Sulawesi Selatan Ruang Rapat Bank Indonesia 31 Agustus 2017 Rapat Koordinasi dalam rangka Penyusunan SK TPID dan Antisipasi Kenaikan Harga Menjelang Idul Adha.

6 Provinsi dan Kab/Kota se Sulsel

Ruang Rapat Pimpinan, Kantor Gubernur Sulsel

11 September 2017

Rapat Koordinasi dalam rangka sosialisasi Kepres no.23 Tahun 2017, perkembangan Inflasi dan Kerjasama antar daerah.

7 Zona Makassar Ruang Rapat Pemkot Makassar 2 Oktober 2017 Rapat Koordinasi membahas tentang perkembangan inflasi, tantangan dan program pegendalian inflasi kedepan

Ke depan, pengendalian inflasi oleh TPID akan berfokus pada pengayaan informasi harga oleh instansi terkait. Bank

Indonesia melalui survei pemantauan harga, kemudian PD Pasar, Dinas Perdagangan, serta Dinas Pertanian akan berfokus

pada pertukaran data harga. Informasi harga yang sangat mungkin berbeda tersebut akan disikapi dengan melihat tren

perubahan (naik atau turunnya harga, bukan level) untuk kemudian dilakukan pengambilan keputusan. Lokasi survei yang

berbeda oleh instansi terkait tersebut akan membuat TPID semakin kaya data dan dapat menghasilkan upaya preventif

lebih dini dalam mengendalikan harga.

Mengawali triwulan I 2018, Bank Indonesia juga memperkuat kerjasama dengan BMKG untuk mendapatkan informasi

terkait iklim dan cuaca. Informasi tersebut akan diolah menjadi dasar pengambilan keputusan oleh Bank Indonesia ataupun

TPID. Pemanfaatan informasi tersebut dapat berupa langkah panen dini menghadapi cuaca yang kurang bersahabat atau

upaya lainnya yang dapat membantu menjaga ketersediaan pasokan di pasar. Selain itu, kerjasama Bank Indonesia dan

BMKG tersebut juga akan membantu proyeksi pertumbuhan ekonomi khususnya pada Lapangan Usaha Pertanian. Prosesi

penandatanganan kerjasama BMKG dan Bank Indonesia tersebut dilaksanakan di Makassar pada bulan Januari 2018 dan

merupakan tindak lanjut dari nota kesepahaman BMKG pusat dan kantor pusat Bank Indonesia.

Page 49: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 3INFLASI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 43

Boks 3.A

Kerjasama Bank Indonesia dan BMKG Dalam Mendorong Penyediaan Data dan Informasi Cuaca

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan telah menjalin kerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Sulawesi Selatan. Pada tanggal 29 Januari 2018, Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan dengan Balai BMKG Wilayah IV Makassar melakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) tentang pertukaran Data dan Informasi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Hal ini merupakan keberlanjutan dari penandatanganan MOU antara Bank Indonesia dengan BMKG pada tanggal 25 Agustus 2017 di Jakarta. Tujuan PKS ini adalah untuk memanfaatkan sumber daya masing-masing pihak baik dari Bank Indonesia maupun BMKG secara lebih optimal untuk mendukung pelaksanaan tugas dan kewenangan guna mendorong kegiatan perekonomian di daerah. Kerja sama tersebut didasarkan pada prinsip kemitraan, kesetaraan, kebersamaan dan saling menguntungkan. Ruang lingkup perjanjian kerja sama ini meliputi pertukaran data dan informasi, forum koordinasi data dan informasi, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia, dan bentuk kerjasama lain sesuai tugas dan kewenangan dari Bank Indonesia dan BMKG.

Gambar 3.A Penandatanganan PKS oleh Kepala Balai BMKG

Wilayah IV Makassar dan Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Selatan

Gambar 3.B Peserta Acara Penandatanganan Kerja Sama Bank

Indonesia dan BMKG Wilayah IV Makassar

Bank Indonesia memandang pentingnya data cuaca sebagai salah satu informasi dalam pengendalian inflasi. Data curah

hujan dan gelombang laut menjadi salah satu indikator penting yang memengaruhi kelompok inflasi volatile food (harga

pangan bergejolak). Sebagai contoh, data curah hujan tinggi dapat memengaruhi sub-usaha pertanian, jika terdapat curah

hujan yang tinggi maka saat musim tanam dapat memengaruhi produksi tanaman pertanian (Anwar et al. 2015). Selain itu,

pada musim dengan intensitas hujan yang rendah dapat mempengaruhi bergesernya musim tanam dan waktu panen,

penurunan luas tanam dan panen, perubahan produktivitas dan produksi padi di lahan sawah tadah hujan dan lahan sawah

setengah irigasi. Adapun, untuk penggunaan data gelombang laut dapat memengaruhi pertimbangan nelayan untuk melaut

dan pada akhirnya berdampak pada sub-usaha perikanan. Tidak hanya itu, peristiwa penting terkait dengan perubahan

iklim juga dapat diantisipasi jika informasi telah diketahui dari awal. Fenomena El Nino yang terjadi pada tahun 2015

berdampak cukup besar terhadap tanaman semusim, terutama tanaman pangan12, namun demikian Sulsel mampu

mengantisipasi dengan baik efek El Nino tersebut sehingga lahan puso minim atau hanya sekitar 1% dari total lahan

pertanian Sulsel.

Data curah hujan juga berperan pada lapangan usaha selain pertanian, perikanan dan kehutanan. Musim dengan

intensitas hujan tinggi dapat berpengaruh pada pola distribusi pangan dan barang lainnya. Selain itu, cuaca juga berdampak

pada dunia perdagangan khususnya dalam menentukan produk apa yang akan dijual dan memengaruhi masyarakat dalam

membelanjakan uang13. Cuaca juga memengaruhi produktivitas tenaga kerja yang pada akhirnya dapat memengaruhi

pertumbuhan ekonomi (Mankiw, 1991), yaitu ketika cuaca hujan pada umumnya produktivitas lebih rendah, sedangkan

cuaca cerah lebih mendorong produktivitas14.

12 Sumber: Ruminta, Analysis of decreasing production of paddy due to climate change in Bandung district West Java. 2016.

13 http://www.cbc.ca/radio/undertheinfluence/how-weather-affects-marketing-1.2801774

14 https://www.resumetarget.com/blog/how-weather-affects-employee-productivity/

Page 50: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 3INFLASI DAERAH

44 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

Kerjasama tersebut juga menjadi salah satu momentum bagi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dalam meningkatkan analisis dan perencanaan produksi pangan. Dalam memenuhi target inflasi tahun 2018 yang berada di kisaran 3,5 % ±1%, TPID dapat menggunakan data dan informasi cuaca dalam mengambil langkah preventif pengendalian inflasi. Data dan informasi cuaca dapat menginformasikan potensi curah hujan ke depan yang memengaruhi budidaya tanaman maupun budidaya perikanan. Dengan mengetahui prakiraan cuaca ke depan, pelaku usaha diharapkan dapat meningkatkan produktivitasnya. Oleh karena itu, TPID dapat memetakan kebutuhan periode informasi cuaca ke depan, berdasarkan karakteristik komoditinya. Diharapkan informasi prakiraan cuaca dapat digunakan dalam mengambil keputusan terkait komoditi yang akan dibudidayakan, antara lain kapan waktu tanam yang ideal, berapa benih yang akan diproduksi, upaya pengendalian organisme pengganggu, kapan harus memanen, dan seterusnya. Oleh karena itu, penyampaian informasi kepada pelaku usaha menjadi penting untuk terus dilakukan oleh berbagai pihak dalam wadah TPID.

Page 51: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 3INFLASI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 45

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 52: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 46

4. Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan

UMKM

Bab 4 Stabilitas Keuangan Daerah,

Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga untuk mendukung upaya pemulihan

ekonomi Sulsel yang berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan dengan stabilnya

tingkat rasio gagal bayar bunga dan pokok utang (non performing loan)

pada level yang rendah di tengah pertumbuhan kredit yang melambat.

Masih terus konsolidasinya korporasi untuk menyehatkan struktur

keuangannya menjadi salah satu faktor yang mendorong perlambatan

pertumbuhan kredit. Sementara itu, penyaluran kredit UMKM terus

meningkat signifikan sebagai bentuk kehadiran Bank Indonesia pada

ekonomi kelas menengah ke bawah.

Pembangunan ekonomi yang inklusif tersebut juga dengan tetap

memperhatikan stabilitas sistem keuangan khususnya dari risiko keuangan

korporasi menghadapi harga komoditas yang kembali naik di triwulan IV

2017 dibandingkan pencapaian triwulan sebelumnya. Risiko harga

komoditas tersebut dapat terjaga tercermin dari risiko NPL yang stabil baik

dari sisi korporasi maupun rumah tangga.

Page 53: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 47

4.1. Stabilitas Keuangan Daerah

4.1.1 Asesmen Sektor Rumah Tangga15

Konsumsi Rumah Tangga memiliki peran besar dalam ekonomi Sulawesi Selatan dan menjadi mesin utama pendorong

pertumbuhan ekonomi di tahun 2017. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga berkontribusi 44% dari total pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Selatan pada triwulan IV. Konsumsi rumah tangga yang besar di akhir periode tersebut menunjukkan

keyakinan rumah tangga terhadap kondisi ekonomi yang lebih baik. Hal ini tercermin dari survei konsumen yang dilakukan

oleh Bank Indonesia dimana keyakinan rumah tangga terhadap kondisi ekonomi saat ini cenderung membaik. Rumah

tangga menganggap kondisi ekonomi saat ini lebih baik dibandingkan 6 bulan terakhir khususnya pada indikator

ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan riil saat ini.

Grafik 4.1 Kontribusi Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Grafik 4.2 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Besarnya peran rumah tangga dalam pertumbuhan ekonomi diimbangi dengan kerentanan yang lebih rendah. Sumber

kerentanan tersebut umumnya berasal dari keyakinan konsumen akan kondisi ekonomi saat ini maupun yang akan datang

yang pada akhirnya akan mempengaruhi pola belanja rumah tangga. Hasil survei Bank Indonesia menunjukkan optimisme

konsumen baik saat ini maupun 6 bulan yang akan datang terhadap kondisi perekonomian sehingga tingkat kerentanan

pada rumah tangga tergolong rendah. Sejalan dengan hal itu, preferensi rumah tangga dalam membelanjakan

pendapatannya cukup stabil pada triwulan IV 2017 (dibandingkan triwulan III) karena tidak terjadi perpindahan yang

signifikan pada satu pos tertentu. Terlebih, sepanjang triwulan IV 2017, hasil survei konsumen mendapati informasi bahwa

kecenderungan penggunaan utang dalam memenuhi konsumsinya meningkat sehingga meningkatkan porsi pembayaran

pinjaman.

Grafik 4.3 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 4.4 Proporsi Belanja Rumah Tangga

15 Di dalam sistem keuangan, Rumah Tangga memiliki dua fungsi yaitu sebagai penyedia dana dan penerima dana dari institusi keuangan. Kondisi keuangan Rumah Tangga berfluktuatif sepanjang waktu dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah tingkat pengangguran, tingkat konsumsi, dan kondisi pembiayaan/kredit yang dilakukan oleh Rumah Tangga.

2.97 3.00 2.62 2.98 2.94 3.00 2.92 2.90 3.03 3.37 3.10 3.43

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Konsumi RT Komponen Lainnya

%,kontribusi

80

90

100

110

120

130

140

150

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*

2014 2015 2016 2017

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Penghasilan saat ini

Ketersediaan lapangan kerja Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama

Optimis

Pesimis

63.0%

13.1%

23.9%

Tw III-2017

59.9%

16.1%

24.0%

Konsumsi Pinjaman Tabungan

Tw IV-2017

Page 54: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

48 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

Grafik 4.5 Pertumbuhan Kredit Konsumsi

Hal ini dikonfirmasi oleh pertumbuhan kredit konsumsi rumah tangga yang meningkat. Kredit konsumsi rumah tangga

mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan periode triwulan III 2017. Peningkatan tersebut khususnya bersumber

dari kredit otomotif yang meningkat sejalan dengan penjualan kendaraan yang juga meningkat. Pertumbuhan kredit

konsumsi Sulawesi Selatan tumbuh 10,9% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit konsumsi nasional.

Pertumbuhan kredit konsumsi yang meningkat juga dibarengi dengan kualitas kredit yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan

dengan rasio NPL yang menurun pada triwulan IV 2017 dibandingkan posisi awal tahun dan triwulan III 2017. NPL triwulan

IV 2017 untuk kredit konsumsi adalah sebesar 1,81% atau lebih rendah dibandingkan capaian triwulan sebelumnya dimana

NPL tercatat sebesar 2,07%.

Ke depan, isu ketersediaan lapangan kerja perlu diwaspadai untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dan

kualitas kredit. Berdasarkan hasil survei konsumen Bank Indonesia hingga Januari 2018, rumah tangga mulai

mengkhawatirkan kembali ketersediaan lapangan pekerjaan sejalan dengan isu industri berbasis digital yang dirasa

mengurangi lapangan pekerjaan yang ada. Bank Indonesia terus memonitor dan memastikan kerentanan rumah tangga

tetap terjaga di tengah gejola eksternal dan revolusi ekonomi digital yang begitu cepat.

4.1.2 Asesmen Sektor Korporasi

Kontraksi ekspor yang disebabkan oleh komoditas unggulan non tambang secara umum masih dalam level aman bagi

keuangan korporasi. Penurunan ekspor yang terjadi pada komoditas ikan, udang, dan kakao berdasarkan informasi dari

pelaku usaha merupakan fenomena cuaca dan iklim yang kurang bersahabat. Dengan demikian, pelaku usaha

mengharapkan cuaca yang lebih baik untuk memacu produksinya guna meningkatkan pendapatan. Kontraksi ekspor yang

dalam belum berdampak signifikan pada posisi keuangan korporasi karena faktor siklikal (siklus cuaca) memang umum

terjadi.

Pertumbuhan Lapangan Usaha (LU) Industri Pengolahan yang melambat juga tidak menyebabkan permasalahan

keuangan korporasi. Hal tersebut karena perlambatan pertumbuhan LU industri pengolahan yang melambat tersebut

diimbangi dengan penggunaan inventori. Pada triwulan IV 2017, pertumbuhan inventori terkontraksi -186,2% (yoy) atau

jauh lebih dalam dibandingkan kontraksi inventori pada semester I 2017. Kegiatan produksi yang lebih minim akibat hari

kerja efektif yang lebih sedikit serta tarikan permintaan rumah tangga menjadi penyebab kontraksinya inventori pada

korporasi pengolahan.

Untuk memitigasi risiko dari sisi pendapatan ekspor, upaya diversifikasi tujuan ekspor oleh korporasi perlu terus

dilakukan. Ekspor Sulsel selama ini bergantung pada mitra dagang konvensional seperti Jepang, Amerika Serikat, hingga

Tiongkok. Kecenderungan pertumbuhan ekonomi global yang masih berjuang dalam pemulihan membuat pelaku usaha

perlu mendiversifikasi tujan ekspornya pada negara-negara yang selama ini belum dipasok oleh Sulsel. Dalam melakukan

penetrasi ke pasar baru, pertimbangan neraca dan daya saing produk unggulan menjadi diperlukan. Bilamana neraca

perdagangan mengalami surplus, maka negara tersebut memiliki kemampuan untuk membeli barang atau komoditas yang

bisa ditawarkan Sulsel. Namun selain masalah neraca perdagangan, faktor daya saing juga menentukan apakah barang yang

diekspor bisa compete (bersaing) di pasar negara tersebut. Untuk Sulsel, negara yang dapat dijadikan negara tujuan ekspor

baru terdapat pada kuadran I, yaitu daya saing tinggi dan neraca perdagangan surplus seperti pada negara Belanda, Mesir,

India, hingga Afrika Selatan (Grafik 4.11)

Page 55: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 49

Grafik 4.6. Kuadran Potensi Ekspor pada Beberapa Negara Tujuan

Kinerja keuangan korporasi menunjukan bahwa fase konsolidasi masih terus berlanjut dan membuat kondisi keuangan

korporasi semakin prima. Sepanjang tahun 2016, korporasi terindentifikasi melakukan kosolidasi untuk melakukan

penyehatan neraca. Konsolidasi neraca dalam perspektif ekonomi didefinisikan sebagai upaya untuk menyehatkan rasio

keuangan sehingga ke depan memiliki prospek yang lebih baik. Dalam tahap ini, korporasi di Sulsel terlihat masih melakukan

efisiensi untuk kembali membuat laporan keuangan membaik. Dari sisi korporasi tambang, relaksasi ekspor mineral mentah

justru menunjukan laba yang terkontraksi disebabkan harga nikel yang kembali terkontraksi karena banjirnya pasokan di

pasar internasional. Di sisi lain, laba korporasi non tambang juga mengalami hal serupa dengan magnitude berbeda.

Fenomena ini sejalan dengan stabilnya inflasi inti di tengah tekanan kenaikan harga bahan baku. Korporasi ditengarai masih

enggan melakukan pass through kenaikan harga jual di tengah isu daya beli dan persaingan usaha yang lebih ketat.

Sumber: Bloomberg, Laporan Keuangan Korporasi, diolah

Grafik 4.7. Rasio Laba Korporasi Non Tambang Grafik 4.8. Rasio Laba Korporasi Tambang

Sejalan dengan hal tersebut, kondisi likuiditas korporasi masih dalam level aman. Hal ini ditunjukkan oleh indikator

liquidity ratio, yaitu rasio yang membandingkan utang jangka pendek terhadap aset lancarnya dengan tujuan bilamana

korporasi memiliki keperluan likuiditas jangka pendek, maka hal itu dapat dipenuhi dengan mencairkan aset lancarnya.

Salah satu indikator yang umum digunakan adalah quick ratio, yaitu dengan hanya menghitung aset lancar yang benar-

benar likuid dibandingkan terhadap kewajiban lancarnya (kewajiban jangka pendek atau yang jatuh tempo kurang dari satu

tahun). Quick ratio masih menunjukkan rasio yang lebih dari satu dan mengindikasikan aset lancar korporasi masih mampu

menutupi kewajiban lancarnya. Selain itu, rasio DER (Debt to Equity Ratio) juga menunjukkan angka yang lebih sehat sejalan

dengan fase konsolidasi keuangan yang terus berlanjut.

Ke depan, perbaikan diperkirakan terus berlanjut sejalan dengan pemulihan ekonomi global dan nasional. Rasio

keuangan korporasi, khususnya juga manajemen utang luar negeri menunjukkan hal yang positif. Penggunaan utang luar

negeri cenderung melambat dan korporasi ditengarai mulai mengalihkan pembiayaannya pada sisi domestik baik kredit

ataupun menerbitkan saham baru (right issued). Pondasi ekonomi untuk tumbuh berkelanjutan dengan tetap

mempertahankan stabilitas sistem keuangan terlihat jelas dari stance pemangku kebijakan baik pemerintah maupun Bank

Indonesia.

Kuadran I Kuadran II

Kuadran III Kuadran IV

Page 56: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

50 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

Korporasi di Sulsel memanfaatkan kredit dari perbankan pada lajur modal kerja. Porsi kredit modal kerja korporasi

memiliki pangsa yang dominan terhadap total kredit yang disalurkan oleh perbankan pada korporasi. Kredit modal kerja

nemiliki pangsa hingga 73%. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak korporasi yang untuk transaksi hariannya menggunakan

modal dari perbankan. Sedangkan sisanya adalah kredit investasi dengan pangsa 27% merupakan alternatif pembiayaan

manakala korporasi hendak melakukan ekspansi.

Dilihat dari pertumbuhannya, pertumbuhan kredit korporasi baik modal kerja maupun investasi masih mengalami tren

perlambatan. Stance korporasi untuk terus menyehatkan balance sheet nya membuat korporasi cenderung untuk berhati-

hati dalam mengajukan kredit. Pertumbuhan kredit yang menurun ini sendiri mengindikasikan bahwa korporasi saat

melunasi utangnya tidak mengajukan utang baru karena dirasa dapat memanfaatkan dana internal yang lebih murah.

Namun demikian, gairah bisnis yang mulai muncul di akhir periode menjadi indikasi momentum pertumbuhan ekonomi.

Hal ini ditandai dengan pertumbuhan kredit yang meningkat khususnya pada bulan-bulan penutup periode 2017.

Sumber: LBU Bank Indonesia (Lokasi Proyek), diolah Grafik 4.9. Pertumbuhan Kredit Korporasi Menurut Penggunaan

Risiko kredit dari sisi korporasi dalam batas aman namun perlu diwaspadai khususnya pada kredit modal kerja. Risiko

gagal bayar atau non performing loan (NPL) menunjukkan bahwa kerentanan korporasi masih dalam batas yang aman. NPL

Korporasi secara rata-rata berada di bawah 5% dengan NPL terendah pada kategori kredit investasi. Namun demikian

tekanan NPL pada akhir tahun perlu diwaspadai.

Grafik 4.10. Non Performing Loan Korporasi Menurut Penggunaan

11,6%

-1,9%

8,9%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2014 2015 2016 2017

Modal Kerja Investasi KREDIT

yoy

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

7.0%

Jan

-15

Mar

-15

Mei

-15

Jul-

15

Sep

-15

No

v-1

5

Jan

-16

Mar

-16

Mei

-16

Jul-

16

Sep

-16

No

v-1

6

Jan

-17

Mar

-17

Mei

-17

Jul-

17

Sep

-17

No

v-1

7

Modal Kerja Investasi

npl

Page 57: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 51

4.1.3 Asesmen Sektor Institusi Keuangan (Perbankan)16

Dalam fase konsolidasi korporasi dan perbankan, indikator perbankan Sulsel masih menujukkan pertumbuhan yang baik.

Hal ini didasaei pada fungsi intermediasi perbankan di Sulsel masih berjalan baik hingga Desember 2017 sebagaimana

tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) yang masih tinggi tercatat 129,6%. Tingginya rasio LDR tersebut juga dikuti oleh

pertumbuhan kredit sebesar 8,9% (yoy). Pertumbuhan kredit tersebut lebih baik dibandingkan posisi triwulan sebelumnya

kendati masih lebih rendah dibandingkan capaian pertumbuhan tahun 2016.

Grafik 4.11. Indikator Perkembangan SSK Sulsel

Dari sisi penghimpunan DPK, Makassar masih menjadi kota dengan penyumbang terbesar. Hal ini dapat dipahami

mengingat bahwa Makassar adalah kota besar dengan PDRB yang juga mendominasi. Pangsa kota Makassar dalam

pembentukan DPK mencapai 65% disusul oleh Pare-Pare, Palopo, Bone, dan Wajo dengan pangsa masing-masing 3,7%;

3,5%; 2,9%; dan 2,4%. Dilihat dari sisi pertumbuhannya, melambatnya pertumbuhan DPK disebabkan oleh DPK kota

Makassar yang mengalami perlambatan. Dengan pangsa yang besar tersebut, kabupaten/ kota lainnya yang tumbuh lebih

tinggi dari rata-rata sebelumnya belum mampu mengompensasi perlambatan DPK dari Makassar (Grafik 4.18)

Sumber: LBU Bank Indonesia (Lokasi Bank, diolah) Sumber: LBU Bank Indonesia (Lokasi Bank, diolah) Grafik 4.12. Pangsa DPK per Kab/Kota Grafik 4.13. Pertumbuhan DPK per Kab/ Kota

Risiko kredit yang dihadapi perbankan Sulsel masih dalam batas aman sebagaimana ditunjukkan oleh NPL yang masih

berada di bawah ambang batas 5%. NPL Kredit Sulsel pada tahun 2017 adalah sebesar 3,4% atau berada jauh di bawah

ambang batas risiko kredit yang dapat mempengaruhi kinerja perbankan. NPL tersebut mayoritas berada pada sektor

konstruksi dan perdagangan serta pertambangan. Di lihat dari kabupaten/ kota, NPL di masing-masing kabupaten/ kota di

Sulsel juga menunjukkan bahwa risiko berada di bawah ambang batas normal. Risiko NPL tertinggi hanya berada di kisaran

2% dengan lokasi Pinrang, Wajo, Bone, Pangkep, Makassar, Gowa, Bantaeng, dan Bulukumba sedangkan sisanya berada di

bawah 2%.

16Data perbankan lokasi bank

129,6%

6,0%

3,4%

8,9%

116%

118%

120%

122%

124%

126%

128%

130%

132%

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2014 2015 2016 2017

LDR (rhs) DPK NPL Kredit

0,4%

0,6%

0,7%

0,9%

0,9%

1,1%

1,1%

1,2%

1,3%

1,3%

1,3%

1,5%

1,5%

1,7%

1,7%

1,7%

1,8%

1,9%

2,4%

2,9%

3,5%

3,7%65,0%

Luwu

Selayar

Jeneponto

Luwu Timur

Sinjai

Enrekkang

Maros

Luwu Utara

Tana Toraja

Wajo

Palopo

Makassar

-11,9%-2,8%

12,0%-10,1%

2,9%1,2%

9,7%-2,9%-3,3%

4,9%-1,2%

6,2%11,6%

5,5%9,5%

-2,8%6,5%

3,3%0,0%

8,0%1,3%

3,9%4,3%

Luwu

Selayar

Jeneponto

Luwu Timur

Sinjai

Enrekkang

Maros

Luwu Utara

Tana Toraja

Wajo

Palopo

Makassar

Page 58: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

52 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

Grafik 4.14 Risiko Kredit berdasarkan NPL di Kabupaten/ Kota

Pelemahan harga komoditas nikel tidak memberikan tekanan kepada NPL sejalan dengan kinerja korporasi yang mampu

mengatasi tekanan kesehatan keuangannya. Hal ini terlihat dari NPL yang berada di bawah 2% pada kabupaten penghasil

tambang, yaitu Luwu Timur. Sifat korporasi yang mampu melakukan forecast harga komoditas membuat manajemen

korporasi mampu mengatasi tekanan tanpa harus menunda pembayaran gaji karyawan yang pada akhirnya menganggu

pembayaran cicilan ke bank.

Risiko kredit pada metode Loan at Risk Ratio masih perlu diwaspadai. Loan at risk Sulsel cukup tinggi di bulan Desember

2017 sehingga perkembangannya perlu dimonitor lebih lanjut. Posisi Loan at Risk tersebut mengalami peningkatan

dibandingkan bulan Juni 2017 yang ditengarai karena pembayaran bunga dan cicilan terlambat (jatuh pada kolektibilitas 2)

disebabkan RT yang menunggu pencairan THR (natal) dan bonus akhir tahun.

4.2. Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Penetrasi kredit UMKM terus dilakukan untuk mendukung perekonomian dan pemerataan akses keuangan. Kredit

UMKM di triwulan IV 2017 tercatat sebesar Rp34,3 triliun, tumbuh 8,3% (yoy). Pangsa kredit UMKM (produktif) terhadap

total kredit adalah 31,7%. Dari nilai tersebut 39% merupakan kredit usaha kecil dan 32% lainnya adalah kredit usaha

menengah sedangkan sisanya merupakan usaha mikro.

Sumber: LBU Bank Indonesia (Lokasi Bank), diolah Sumber: LBU Bank Indonesia (Lokasi Bank), diolah Grafik 4.15. Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 4.11. Pangsa Kredit UMKM

Kredit UMKM di Sulsel didominasi oleh kredit di lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, dengan pertumbuhan

kredit tertinggi di lapangan usaha perikanan. Pertumbuhan kredit UMKM tertinggi tercatat pada lapangan usaha perikanan

31,8%

8,1%

13,3%

7,2%

4,9%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2014 2015 2016 2017

Porsi thd Total Kredit UMKM Mikro Kecil Menengah

Page 59: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 53

(33,1%; yoy), diikuti lapangan usaha penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum (29,6%; yoy) dan lapangan

usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial (26,7%, yoy). Apabila dilihat dari pangsa, kredit UMKM di Sulsel didominasi oleh

kredit di lapangan usaha perdagangan besar dan eceran (58,3%), diikuti lapangan usaha pertanian, perburuan, dan

kehutanan (8,2%), dan lapangan usaha industri pengolahan (6,2%).

Tabel 4.1 Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi

Eksistensi UMKM terus didorong oleh Bank Indonesia melalui kebijakan persentase kredit yang harus disalurkan

perbankan kepada UMKM. Porsi tersebut di tahun 2018 akan ditingkatkan menjadi 20% dati total kredit. Bank Indonesia

menilai kebijakan ini akan mampu mendorong pertumbuhan yang berkualitas. Akan tetapi NPL UMKM yang cenderung

lebih tinggi dibandingkan non UMKM, perlu mendapat perhatian khususnya pada seleksi debitur yang mengajukan

kredit.

No Lapangan Usahayoy Growth (%) Nominal Kredit (Rp T) Share

Nov-17 Des-17 Nov-17 Des- 17 Des - 17 (%)

1 PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 28,1 24,5 3,0 3,0 8,2%

2 PERIKANAN 27,1 33,1 0,4 0,5 1,3%

3 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -1,3 -9,9 0,2 0,2 0,6%

4 INDUSTRI PENGOLAHAN 4 11,5 2,1 2,2 6,2%

5 LISTRIK, GAS, DAN AIR -4,5 -1,6 0,1 0,1 0,3%

6 KONSTRUKSI -10,2 -9,3 1,7 1,7 4,8%

7 PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 7,2 8,1 20,7 21,0 58,3%

8 PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM 27,8 29,6 1,7 1,7 4,8%

9 TRANSPORTASI, PERGUDANGAN, DAN KOMUNIKASI -11,1 -17,8 1,3 1,2 3,2%

10 PERANTARA KEUANGAN -16,2 -26 0,5 0,5 1,4%

11 REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 2,7 12,3 1,2 1,3 3,6%

12 ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB 18 -15,3 0,0 0,0 0,0%

13 JASA PENDIDIKAN 4,7 9,4 0,1 0,1 0,4%

14 JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 97 26,7 0,3 0,3 0,9%

15 JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAIN 23 17,72,0 2,0

5,5%

16 JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA 1,2 4,9 0,1 0,1 0,4%

17 BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERASIONAL LAINNYA -65,02 -66,1 - - 0,0%

18 KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA -17,3 -14,3 0,0 0,0 0,1%

TOTAL KREDIT 8,1 8,3 35,6 36,0 100,0%

Page 60: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

54 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 61: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 55

5. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

RUPIAH

Bab 5 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan

Pengelolaan Uang Rupiah

Nilai dan jumlah transaksi keuangan melalui Sistem Kliring Nasional Bank

Indonesia (SKNBI) mengalami peningkatan. Hal tersebut sejalan dengan

pola pengeluaran pemerintah yang meningkat menjelang akhir tahun,

peningkatan belanja infrastruktur, dan aktivitas masyarakat menjelang

Natal/tahun baru.

Sejalan dengan itu, tren perkembangan transaksi tunai yang melalui Bank

Indonesia masih net inflow, disebabkan Sulawesi Selatan merupakan hub

perdagangan Kawasan Timur Indonesia, sehingga uang kartal dari daerah

sekitar cenderung masuk ke Sulsel.

Di sisi lain, untuk meningkatkan layanan ketersediaan uang layak edar,

Bank Indonesia senantiasa terus mendorong clean money policy melalui

kegiatan penukaran uang melalui perbankan, kas keliling dalam kota dan

luar kota, dan kas titipan.

Pengawasan terhadap transaksi KUPVA BB, menunjukkan transaksi

pembelian maupun penjualan valas selama triwulan IV 2017 lebih rendah,

ditengarai karena berakhirnya musim haji dan libur panjang sekolah.

Page 62: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

56 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

5.1. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran

Lebih separuh transaksi non tunai di pulau Sulawesi terjadi di Sulawesi Selatan pada triwulan IV 2017. Pangsa nilai RTGS

dari (from) Sulawesi Selatan mencapai 58,1% (Rp11,54 triliun). Sementara proporsi nilai kliring (kliring kredit dan kliring

penyerahan) Sulawesi Selatan triwulan IV 2017 mencapai 58,3% (Rp13,35 triliun).

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.1. Proporsi Nilai RTGS se-Sulawesi Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.2. Proporsi Nilai Kliring se-Sulawesi

5.1.1 Perkembangan Transaksi Non Tunai

Transaksi non tunai yang dilakukan melalui Sistem Kliring Bank Indonesia (SKNBI) mengalami peningkatan. Jumlah

warkat yang dikliringkan pada triwulan IV 2017 tercatat sebanyak 313 ribu lembar dengan nominal mencapai Rp13,35 triliun

meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 300 ribu lembar dengan nominal mencapai Rp12,85 triliun.

Nilai transaksi kliring pada triwulan IV 2017 tersebut tumbuh -15,2% (yoy), membaik dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya -17,6%(yoy). Membaiknya perputaran transaksi pembayaran di Sulsel juga terlihat dari rata-rata perputaran

harian transaksi kliring yang mencapai Rp0,22 triliun per hari atau tumbuh terkontraksi -13,9% (yoy) dibandingkan pada

triwulan III 2017 yang tumbuh -14,8% (yoy). Membaiknya transaksi kliring pada triwulan IV sejalan dengan pengeluaran

pemerintah yang meningkat menjelang akhir tahun antara lain untuk belanja infrastruktur dan meningkatnya aktivitas

masyarakat menjelang Natal/tahun baru.

Tabel 5.1. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong

Sumber: Bank Indonesia, diolah

5.2. Pengelolaan Uang Rupiah

5.2.1 Perbandingan Transaksi Tunai Antar Daerah

Pada triwulan IV 2017, proporsi transaksi tunai (inflow-outflow) di Sulawesi Selatan merupakan yang terbesar se-

Sulawesi, dengan porsi uang masuk (inflow) cenderung lebih tinggi karena posisi Sulawesi Selatan sebagai kutub

pertumbuhan Sulawesi. Pangsa nilai inflow Sulawesi Selatan mencapai 65,3% (Rp 3,97 triliun), sementara proporsi nilai

outflow Sulawesi Selatan triwulan IV 2017 mencapai 33,5% (Rp 4,17 triliun). Proporsi inflow Sulsel yang lebih besar

dibandingkan outflow, menunjukkan bahwa aliran uang dari beberapa daerah di luar Sulawesi Selatan ke Sulawesi Selatan

Sulawesi Utara21.5%

Sulawesi Tengah11.4%

Sulawesi Selatan58.1%

Sulawesi Tenggara

4.6%

Gorontalo4.4%

Sulawesi Utara16.8%

Sulawesi Tengah12.3%

Sulawesi Selatan58.3%

Sulawesi Tenggara

8.9%

Gorontalo3.7%

I II III IV I II III IV I II III IV

Total Perputaran Kliring Kredit dan Kliring Debet Penyerahan

- Nominal (triliun rupiah) 9.76 10.49 11.36 13.95 18.23 19.31 15.60 15.75 14.47 11.36 12.85 13.35

- Lembar (ribuan) 262 285 297 314 347 361 328 336 318 279 300 313

Rata-rata Harian Total Perputaran Kliring Kredit dan Debet Penyerahan

- Nominal (triliun rupiah) 0.16 0.17 0.19 0.22 0.30 0.31 0.26 0.25 0.23 0.21 0.22 0.22

- Lembar (ribuan) 4.3 4.7 4.9 5.0 5.7 5.7 5.5 5.3 5.1 5.3 5.2 5.1

2017URAIAN

2015 2016

Page 63: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 57

lebih banyak. Hal ini sejalan dengan porsi Sulsel sebagai hub perdagangan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan

perekonomian Sulsel yang mencapai separuh dari ekonomi Sulawesi. Selain itu, Sulsel juga sebagai kutub pertumbuhan di

Sulawesi.

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.3. Proporsi Inflow se-Sulawesi Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.4. Proporsi Outflow se-Sulawesi

5.2.2 Perkembangan Aliran Uang Kartal17

Meskipun jumlah inflow melambat, namun nilainya tetap lebih tinggi dibandingkan outflow. Aliran uang masuk (inflow)

tercatat sebesar Rp4,32 triliun, secara nominal lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar Rp6,43 triliun. Namun

demikian, pertumbuhan inflow tersebut sebesar -2,23% (yoy) (Grafik 5.1) tumbuh membaik dibandingkan dengan periode

triwulan sebelumnya (-6,46%; yoy). Sementara itu, aliran uang keluar (outflow) dari Bank Indonesia secara nominal

mengalami kenaikan dari Rp3,60 triliun pada triwulan III 2017 menjadi Rp4,30 triliun pada triwulan IV 2017. Demikian pula

pertumbuhan outflow tersebut meningkat sebesar 12,01% (yoy) (Grafik 5.2) dibandingkan dengan periode triwulan

sebelumnya (3,46%; yoy).

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.5. Aliran Uang Kartal Inflow Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.6. Aliran Uang Kartal Outflow

Dengan perkembangan inflow outflow tersebut, aliran uang kartal di Sulsel pada triwulan IV 2017 menunjukkan net

inflow. Tren perkembangan di Sulsel cenderung net inflow. Hal ini diperkirakan terjadi karena provinsi Sulawesi Selatan

merupakan hub perdagangan Kawasan Timur Indonesia, sehingga uang kartal dari daerah sekitar cenderung masuk ke

Sulsel. Pada triwulan IV 2017, Bank Indonesia mencatat net inflow sebesar Rp0,02 triliun (Grafik 5.7), sehingga keseluruhan

17 Termasuk data distribusi uang kartal melalui layanan kas titipan. Terdapat 4 (empat) kas titipan BI di Sulawesi Selatan yaitu di Kabupaten Bulukumba

dengan plafon sebesar Rp150 miliar per hari, Kota Parepare dengan plafon sebesar Rp 200 miliar per hari, Kota Palopo dengan plafon sebesar Rp200 miliar per hari dan Kabupaten Bone dengan plafon sebesar Rp150 miliar per hari.

Sulawesi Utara19.3%

Sulawesi Tengah

6.2%

Sulawesi Selatan65.3%

Sulawesi Tenggara

7.3%

Sulawesi Barat1.9%

Sulawesi Utara26.9%

Sulawesi Tengah16.0%Sulawesi

Selatan33.5%

Sulawesi Tenggara

16.0%

Sulawesi Barat7.6%

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Inflow Growth - sisi kananRp Triliun %, yoy

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

0

1

2

3

4

5

6

7

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Outflow Growth - sisi kanan %, yoyRp Triliun

Page 64: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

58 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

tahun 2017 tercatat net inflow sebesar Rp4,55 triliun. Transaksi tunai yang melalui Bank Indonesia dengan kecenderungan

net inflow terjadi selama enam triwulan berturut-turut. Untuk meningkatkan layanan ketersediaan uang layak edar, Bank

Indonesia senantiasa terus mendorong clean money policy melalui kegiatan penukaran uang melalui perbankan, kas keliling

dalam kota dan luar kota, dan kas titipan.

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.7. Selisih Inflow dan Outflow

5.3. Perkembangan Transaksi Jual-Beli Valuta Asing

Pada triwulan IV 2017, nilai penjualan valuta asing (valas) lebih tinggi dibandingkan pembelian. Dari data/informasi

pedagang valuta asing yang diawasi Bank Indonesia, penjualan valas di Sulsel mencapai Rp 770,23 miliar dibandingkan

pembelian valas Rp 764,89 miliar. Nilai transaksi penjualan dan pembelian tersebut masing-masing tumbuh menurun

sebesar -10,7% dan -8,8% (qtq). Dari sisi jenis mata uang, penjualan dan pembelian valas didominasi oleh mata uang US

dollar, Singapura Dollar, Yuan, Euro, Riyal, dan Yen. Lebih tingginya penjualan dibanding pembelian karena berakhirnya

musim haji dan normalnya permintaan pasca libur panjang anak sekolah.

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.8. Pembelian Valas oleh KUPVA Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.9. Penjualan Valas oleh KUPVA

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Rp TriliunNet Inflow

Net Outflow

USD, 36.8%

EUR, 4.2%SGD,

28.3%

JPY, 2.6%

Riyal, 3.0%

Yuan, 12.6%

Lainnya, 12.5%

USD, 36.9%

EUR, 4.2%SGD,

28.1%

JPY, 2.5%

Riyal, 3.6%

Yuan, 12.5%

Lainnya, 12.3%

Page 65: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 59

6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Bab 6

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulsel per Agustus 2017 tercatat

5,61%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

4,80%.

Sejalan dengan itu, jumlah penduduk miskin di Sulsel pada 2017 mengalami

peningkatan dibandingkan 2016. Persentase penduduk miskin di Sulsel (9,5%)

masih rendah jika dibandingkan dengan Provinsi lain di Sulawesi. Namun

demikian, kenaikan penduduk miskin yang tinggi di perkotaan menyebabkan

indikator ketimpangan mengalami peningkatan. Rasio gini pada 2017 menjadi

0,43 dibanding 2016 (0,40%).

Sementara itu, tingkat kesejahteraan petani yang diukur dari Nilai Tukar Petani

(NTP) hingga triwulan IV 2017 masih cukup baik meskipun menurun secara

tahunan dibandingkan triwulan III 2017, karena terkendalinya inflasi volatile

food.

Page 66: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

60 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

6.1 Tenaga Kerja

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulsel

meningkatsejalan dengan perlambatan ekonomi pada

triwulan III 2017. Per Agustus 201718 TPT mencapai

5,61%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya 4,80%. Secara absolut jumlah

pengangguran terbuka Sulsel naik dari 186.291 orang

per Agustus 2016 menjadi 213.695 orang per Agustus

2017. Peningkatan pengangguran mengindikasikan

perlambatan ekonomi pada triwulan III 2017 yang

berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja. Di sisi

lain, jumlah angkatan kerja pada Agustus 2017 turun

sebanyak 68.645 orang atau turun -1,77%

dibandingkan periode yang sama tahun 2016.

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sulsel tercatat menurun. TPAK turun dari 62,9% pada Agustus 2016 menjadi

61,0% pada Agustus 2017. Penurunan ini terjadi karena penurunan penyerapan tenaga kerja pada hampir semua lapangan

usaha. Pada periode Agustus 2017, sektor pertanian menyerap 1,39 juta orang atau 38,67% dari total tenaga kerja. Angka

ini tumbuh -5,20% dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Penurunan ini disebabkan siklus pertanian dalam masa

tanam sehingga kebutuhan pekerja pertanian turun. Selain itu, dari sisi base effect, TPAK pada Agustus 2016 cenderung

lebih tinggi dari pola historisnya, didorong oleh pertumbuhan sektor industri dan perdagangan yang juga tinggi saat triwulan

III 2016. Selanjutnya penurunan penyerapan tenaga kerja pada Agustus 2017, juga terjadi pada Lapangan Usaha Industri,

Perdagangan, dan Lainnya masing-masing -7,01%; -0,39%; dan -2,85% (yoy). Peningkatan penyerapan tenaga kerja hanya

terjadi pada Lapangan Usaha Jasa yang meningkat 2,92% (yoy).

Tabel 6.2. Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI

Sumber: BPS, diolah BI

Grafik 6.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

18 BPS mengeluarkan perhitungan tenaga kerja 2 kali dalam setahun, yaitu Februari (yang rilis pada bulan Mei) dan Agustus (yang rilis pada November)

KEGIATAN UTAMA Agustus Agustus

2016 2017

Angkatan Kerja 3,881,003 3,812,358

a. Bekerja 3,694,712 3,598,663

b. Pengangguran 186,291 213,695

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 62.92% 60.98%

Tingkat Pengangguran Terbuka 4.80% 5.61%

Sumber : BPS, diolah

Jumlah Pangsa Pertumbuhan Jumlah Pangsa Pertumbuhan

Pertanian 1,467,989 39.73% 0.93% 1,391,639 38.67% -5.20%

Industri 282,754 7.65% 22.67% 262,936 7.31% -7.01%

Perdagangan 769,767 20.83% 11.83% 766,755 21.31% -0.39%

Jasa 634,378 17.17% 2.92% 652,899 18.14% 2.92%

Lainnya 539,824 14.61% 8.87% 524,434 14.57% -2.85%

Total 3,694,712 100.00% 6.00% 3,598,663 100.00% -2.60%

Agustus 2017Agustus 2016KEGIATAN UTAMA

64.6%

62.8%

63.6%

60.5%

62.0% 62.0%62.2%

60.9%

61.6%

62.9%

64.3%

61.0%

60%

61%

61%

62%

62%

63%

63%

64%

64%

65%

65%

Feb-12Agt-12Feb-13Agt-13Feb-14Agt-14Feb-15Agt-15Feb-16Agt-16Feb-17Agt-17

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Page 67: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 61

6.2 Penduduk Miskin19

Sejalan dengan peningkatan pengangguran, jumlah penduduk miskin di Sulsel mengalami kenaikan dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya. Pada September 201720 jumlah penduduk miskin mencapai 826 ribu orang atau

9,5% dari total penduduk Sulsel. Angka kemiskinan tersebut naik dibandingkan posisi September 2016 sebesar 9,2%.

Kenaikan penduduk miskin disebabkan oleh bertambahnya penduduk miskin di kota sebesar 10,6%, sementara kemiskinan

di desa naik 2,1% (Grafik 6.2). Kenaikan angka kemiskinan di kota antara lain dipengaruhi oleh tingkat inflasi di kota yang

lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya.

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI

Grafik 6.2. Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan Grafik 6.3. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Menurut Provinsi Maret 2017

Secara spasial, persentase jumlah penduduk miskin di Sulsel relatif cukup rendah dibandingkan provinsi lain se-Sulawesi.

Jumlah penduduk miskin Sulsel berada pada urutan kedua terendah (9,5%) setelah Sulawesi Utara (7,9%) (Grafik 6.3).

Sedangkan persentase jumlah penduduk miskin tertinggi di wilayah Sulawesi tercatat 17,1% terdapat di Provinsi Gorontalo.

6.3 Rasio Gini21

Gini ratio Provinsi Sulsel meningkat, sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk miskin di perkotaan. Nilai gini ratio

Sulsel 2017 sebesar 0,43, naik dibandingkan 2016 yang mencapai 0,40. Secara tren, selama 3 tahun terakhir angka gini ratio

Sulsel cenderung fluktuatif. Dibandingkan dengan nasional, nilai gini ratio Sulsel cenderung lebih tinggi meski pada tahun

2011 dan 2012 gini ratio Sulsel sempat bernilai sama dengan nasional yakni 0,41. Dibandingkan provinsi lain di Sulawesi,

nilai gini ratio Sulsel tahun 2017 tersebut berada pada peringkat tertinggi di Sulawesi.

Tabel 6.3. Nilai Gini Ratio di Pulau Sulawesi

Sumber: BPS

19 BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai

ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. BPS mengeluarkan perhitungan kemiskinan 2 kali dalam setahun, yaitu Maret (yang rilis pada bulan September) dan September (yang rilis pada Januari).

20 BPS mengeluarkan perhitungan kemiskinan 2 kali dalam setahun, yaitu Maret (yang rilis pada bulan Juli) dan September (yang rilis pada Januari). 21 Angka koefisien gini adalah ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Angka koefisien gini terletak antara 0 (nol)

dan 1 (satu). Nol mencerminkan kemerataan sempurna dan satu menggambarkan ketidakmeraaan sempurna.

152.8 150.8 149.13 150.6 153.56 166.5

930.3 880.9 657.9 646.21 659.51 659.47

9.4%

10.1%

9.4%

9.2%

9.4%

9.5%

8.8%

9.0%

9.2%

9.4%

9.6%

9.8%

10.0%

10.2%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

Mar 15 Sep 15 Mar 16 Sep 16 Mar 17 Sep 17

ribu orang

Desa Kota % Total Penduduk Miskin - kanan

7.9

14.2

9.5

12.0

17.1

11.2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Sulbar

Desa Kota % Total Penddk Miskin - kanan

%

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sulawesi Selatan 0.41 0.41 0.43 0.42 0.42 0.40 0.43

Gorontalo 0.46 0.44 0.44 0.41 0.42 0.41 0.41

Sulawesi Tenggara 0.41 0.40 0.43 0.41 0.40 0.39 0.40

Sulawesi Utara 0.39 0.43 0.42 0.42 0.37 0.38 0.39

Sulawesi Tengah 0.38 0.40 0.41 0.37 0.37 0.35 0.35

Sulawesi Barat 0.34 0.31 0.35 0.35 0.36 0.37 0.34

Indonesia 0.41 0.41 0.41 0.41 0.41 0.39 0.39

Page 68: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

62 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

6.4 Nilai Tukar Petani22

Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan IV 2017 membaik terutama dipengaruhi oleh terkendalinya inflasi volatile food.

NTP Sulsel pada triwulan IV 2017 membaik menjadi sebesar 101,71, dibandingkan triwulan sebelumnya 100,02. Perbaikan

NTP tersebut dikarenakan oleh kenaikan rata-rata indeks yang diterima petani atas hasil produksi petani. Rata-rata indeks

yang diterima petani naik dari 129,03 pada triwulan III 2017 menjadi 131,.47 pada triwulan IV 2017 (Grafik 6.6). Sementara

disisi lain, Indeks yang Dibayar Petani mengalami peningkatan dari 129,01 pada triwulan III 2017 menjadi 129,26 pada

triwulan IV 2017 (Grafik 6.5). Membaiknya indeks NTP didukung oleh terkendalinya inflasi bahan pangan (volatile food)

yang terealisasi 0,6% (yoy) pada triwulan IV 2017 lebih rendah dibandingkan triwulan III 2017 (2,8%; yoy).

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 6.4. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani Grafik 6.5. Perkembangan Rata-rata Indeks yang Dibayar Petani

Namun secara tahunan, pertumbuhan NTP pada triwulan IV 2017 melambat terutama karena kenaikan harga produk

sektor pertanian yang diterima oleh petani tumbuh lebih lambat dibandingkan kenaikan harga barang yang

dikonsumsi/dibayar oleh petani. Oleh karena itu, untuk menekan laju kemiskinan penduduk di sektor pertanian yang

umumnya berada di wilayah pedesaan, perlu upaya untuk menekan laju inflasi khususnya volatile food. Hal ini dapat

dilakukan diantaranya dengan cara mengurangi asymmetric information harga komoditi pertanian, membangun, atau

memperbaiki infrastruktur jalan dan jembatan ke pedesaan agar barang-barang yang diperlukan lebih mudah

didistribusikan kepada masyarakat, serta untuk memperpendek rantai distribusi dari produsen kepada konsumen.

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI

Grafik 6.6. Perkembangan Rata-rata Indeks yang Diterima Petani

22NTP merupakan keseimbangan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan yang dibayar petani (Ib).

-5%

-3%

-1%

1%

3%

5%

85

90

95

100

105

110

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

yoyNilai Tukar Petani

g.indeks - sisi kananIndeks

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

90

95

100

105

110

115

120

125

130

135

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

yoyIndeks yang Dibayar Petani

g.indeks - sisi kanan

Indeks

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

90

95

100

105

110

115

120

125

130

135

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

yoyIndeks yang Diterima Petani

g.indeks - sisi kananIndeks

Page 69: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 63

7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Bab 7 Prospek Perekonomian Daerah

Perekonomian Sulsel pada triwulan II dan keseluruhan tahun 2018

diperkirakan akan tumbuh masing-masing pada kisaran 7,3-7,7% (yoy) dan

7,0 – 7,4% (yoy). Terus berlanjutnya hilirisasi industri menjadi pondasi terus

membaiknya ekonomi Sulsel secara keseluruhan.

Sumber pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan II 2018 diperkirakan

akan berasal dari naiknya seluruh komponen konsumsi (Rumah Tangga (RT),

Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) dan pemerintah), terutama

didorong oleh perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yaitu

bulan Ramadhan dan lebaran, serta kembali adanya pencairan gaji ke-13

dan 14 terkait dengan THR dan tunjangan pendidikan.

Dari sisi produksi, LU Perdagangan Besar dan Eceran, Transportasi dan

Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan

Komunikasi diperkirakan akan tumbuh signifikan karena tingginya aktivitas

masyarakat disertai dengan hari libur.

Untuk keseluruhan tahun 2018, perekonomian akan didorong oleh tetap

kuatnya konsumsi RT, konsumsi pemerintah dan kinerja ekspor yang

membaik. Sementara dari sisi lapangan usaha, LU Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan; Pertambangan dan Penggalian; dan Industri Pengolahan

menjadi buffer utama penopang perekonomian.

Dari sisi inflasi, tekanan inflasi pada triwulan II 2018 dan keseluruhan 2018

diperkirakan akan cenderung stabil pada kisaran 3,5±1%. Penguatan

koordinasi melalui optimalisasi peran TPID Provinsi/Kabupaten/Kota akan

terus ditingkatkan untuk memastikan inflasi berada pada rentang sasaran

Bank Indonesia.

Page 70: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

64 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan II 2018 diperkirakan berada dalam kisaran 7,3 – 7,7% (yoy). Perkiraan

pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2018 tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi

pada triwulan I 2018 yang berada pada kisaran 6,8-7,2% (yoy), seiring dengan HBKN (masuknya bulan ramadhan) dan idul

fitri yang jatuh pada bulan Mei – Juni. Adapun faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2018 antara lain

adalah LU Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan

makan minum, Informasi dan komunikasi, Administrasi pemerintahan, Jasa Pedidikan. Peningkatan pada LU industri

pengolahan karena industri mendorong produksi saat HBKN disaat permintaan tinggi, serta untuk memenuhi stoknya. Dari

sisi permintaan, konsumsi Rumah Tangga tumbuh kuat karena kembali terdapat pemberian gaji ke-13 dan 14 disertai

potongan harga jelang lebaran. Selain itu, konsumsi pemerintah didorong oleh penyaluran gaji ke-13 dan 14.

Sumber: BPS,diolah. Ket.: Proyeksi oleh BI

Grafik 7.1. Perkembangan PDRB Sulsel dan Proyeksinya

Pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi Sulsel diperkirakan membaik dalam kisaran 7,0 – 7,4% (yoy). Bank Indonesia

memperkirakan ekonomi Sulsel akan tumbuh lebih baik dibandingkan dengan tahun 2017 yang tumbuh 7,23% (yoy).

Pertumbuhan yang meningkat tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang diproyeksikan Bank Indonesia

berada dalam kisaran 5,1% - 5,5% di tahun 2018, meningkat dari tahun 2017 yang mencapai 5,07%23. Peningkatan

pertumbuhan tersebut didorong oleh stimulus fiskal pemerintah dalam realisasi belanja infrastruktur dan upaya

pemangkasan perizinan sehingga menggiatkan dunia usaha. Dalam jangka pendek, investasi swasta akan terdorong oleh

realisasi belanja modal pemerintah yang berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi dunia yang semakin membaik di tahun 2018

dengan target 3,7% dari target tahun 2017 yang mencapai 3,6%24, juga turut mendorong kinerja ekspor yang diperkirakan

tetap dalam kondisi surplus neraca perdagangan. Selain itu, pertumbuhan konsumsi RT yang terus meningkat sejalan

dengan pertumbuhan kelas menengah akan menjadi faktor pendorong investasi swasta. Upaya pemerintah dan Bank

Indonesia yang akan mengoptimasi kapasitas Sulsel dalam industri agribisnis diharapkan mampu meningkatkan daya saing

sehingga ekspor ke luar negeri dapat terus ditingkatkan.

7.1.1 Prospek Sisi Pengeluaran

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2018 akan bertumpu pada pengeluaran konsumsi RT dan LNPRT jelang pilkada

yang tetap kuat dan konsumsi pemerintah. Memasuki pilkada 2018, geliat belanja LNPRT akan lebih intens sehingga

mampu menjaga konsumsi RT dan LNPRT pada kisaran angka pertumbuhan 6,4-6,8%. Konsumsi pemerintah yang

meningkat juga menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi lainnya. Belanja pegawai yang terealisasi pada triwulan

II 2017 diperkirakan menggerek pertumbuhan ekonomi Sulsel lebih tinggi.

Investasi diperkirakan mengalami perlambatan di triwulan II 2018. Jelang pilkada, investasi pemerintah dan swasta

diperkirakan sedikit tertahan. Investor juga cenderung wait and see untuk penanaman modal saat Pilkada. Namun

demikian, investasi juga masih tetap tumbuh positif karena terdapat beberapa infrastruktur yang sudah berjalan di awal

tahun 2018.

23 Berdasarkan perkiraan IMF pada November 2017 24 World Economy Outlook October 2017. www.imf.org

8.87

7.62 7.54 7.17 7.41

2012 2013 2014 2015 2016 2017P 2018P

6,7-7,17,0-7,4

TW I TW II TW III TW IVP

6,7-7,1

7,4-7,8

7,3-7,7

7,0-7,4

7.52

6.63 6.70

7.78

6,8-7,2

7,3-7,7

I II III IV IP IIP

2017** 2018

Page 71: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 65

Sementara itu, keseluruhan tahun 2018 diperkirakan didorong oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga yang tetap

terjaga, konsumsi pemerintah dan kinerja ekspor luar negeri. Konsumsi RT yang terjaga dipengaruhi oleh peningkatan

Upah Minimum Provinsi, pemberian gaji ke-13 dan 14, dan pemilu yang mendorong dan menjaga ekspektasi penghasilan

RT. Konsumsi pemerintah yang meningkat didorong oleh optimalisasi pendapatan negara melalui peningkatan rasio pajak

serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan aset negara, kualitas belanja modal yang produktif dan kebijakan

keberlanjutan serta efisiensi pembiayaan. Pemerintah pusat menyatakan bahwa konsumsi pemerintah meningkat terkait

dengan kinerja pemerintaan dan reformasi pajak (APBN). Pemda akan mendorong optimalisasi pendapatan daerah serta

pengelolaan kualitas belanja modal yang produktif. Ekspor luar negeri yang membaik dipengaruhi oleh kinerja nikel yang

cenderung stabil dan negara mitra dagang yang membaik, serta nilai tukar yang diperkirakan cenderung stabil.

Harga internasional komoditas pertanian dan pertambangan pada triwulan I 2018 diperkirakan sedikit menurun, meski

secara keseluruhan tahun 2018 diperkirakan membaik. Tren perbaikan harga internasional komoditas olahan tambang

telah mulai membaik sejak triwulan III 2016, yang diperkirakan akan berimbas positif pada peningkatan ekspor. Harga nikel

pada triwulan I 2018 diperkirakan terkontraksi -9,6% (yoy), dan pada triwulan II 2018 tumbuh pada 1,1%, sementara

keseluruhan tahun 2018 diperkirakan tumbuh 4,5% atau berada pada 10.559 USD/metrik ton25.

Sumber: World Bank; Proyeksi: Knoema

Sumber: World Bank; Proyeksi: Quarterly Global Output, UOB

Grafik 7.2. Perkembangan Harga Internasional Nikel Grafik 7.3. Perkembangan Harga Internasional Bijih Besi

7.1.2 Prospek Sisi Lapangan Usaha

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan pada triwulan II 2018 akan ditopang oleh LU Perdagangan Besar dan Eceran; serta

Akomodasi Makan minum. Naiknya aktivitas masyarakat di triwulan laporan saat HBKN (Ramadhan dan lebaran) turut

mendorong naiknya kinerja LU Perdagangan Besar dan Eceran, serta Akomodasi makan minum. Selain itu, libur tengah

tahun pada tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) juga turut menstimulus perekonomian tidak

hanya di LU Perdagangan Besar dan Eceran, serta Akomodasi Makan minum, tapi juga turut mendorong Transportasi dan

Pergudangan, dan Informasi dan komunikasi. Secara keseluruhan tahun 2018, LU Perdagangan besar dan eceran cenderung

stabil yang terjaga karena terdapat peningkatan UMP sebesar 8,7% serta kembali tersalurnya gaji ke – 13 dan 14 di tahun

2018. Sementara LU Akomodasi Makan Minum melambat diperkirakan karena terdapat pergeseran dari konsumsi barang

menjadi leisure26.

25 Sumber: Commodity Markets Outlook

26 Pidato Presiden Jokowi saat membuka Indonesia Business & Development Expo, (20/9/2017).

(50)

(40)

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

0.0

2,000.0

4,000.0

6,000.0

8,000.0

10,000.0

12,000.0

14,000.0

16,000.0

18,000.0

20,000.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017 2018 P2018 P

%, yoy$/mt

Nikel

gHarga - Skala Kanan

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

120.0

140.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017 2018 P 2018 P

%, yoy($/dmtu)

Iron Ore

gHarga - Skala Kanan

Page 72: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

66 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

Sumber: World Bank ; Proyeksi: Marketwatch

Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika

Grafik 7.4. Perkembangan Harga Internasional Coklat Grafik 7.5. Prakiraan Curah Hujan Sulawesi Selatan

Lapangan Usaha administrasi pemerintah diperkirakan tumbuh signifikan. Faktor utama yang mendorong LU administrasi

pemerintah karena terdapat pemberian gaji ke-13 dan 14 pada PNS di triwulan II 2018. Pemberian gaji ke-13 PNS

diperuntukkan bagi PNS dalam memenuhi kebutuhan terkait dengan tahun ajaran baru sekolah, sementara untuk gaji ke-

14 diperuntukkan untuk Tunjangan Hari Raya. Untuk keseluruhan tahun 2018, LU administrasi pemerintah akan

menunjukkan sedikit perlambatan karena terdapat pemilu sehingga pengeluaran pemerintah mengalami pergeseran.

Industri pengolahan juga turut menyumbang pertumbuhan ekonomi yang naik di triwulan II 2018. Musim panen

khususnya pada barang komoditas perkebunan menjadi bahan baku pada industri makanan. Selain itu, dalam rangka

memenuhi stok saat HBKN dan triwulan III 2018, perusahaan mendapatkan timing yang tepat untuk mengisi persediaannya.

Secara keseluruhan tahun 2018, LU Industri pengolahan cenderung stabil karena permintaan yang relatif stabil ditengah

kondisi over supply pada dua industri besar Sulsel khususnya industri makanan di Industri Mikro Kecil (IMK) dan industri

barang galian bukan loga di kategori Industri Besar Sedang (IBS), serta giat pemerintah daerah yang tengah mendorong

industri potensial, berteknologi rendah, dan mampu menyerap tenaga kerja, seperti di industri kopi, kakao, udang, ikan,

rumput laut dan tekstil.

Tabel 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan (Tahun Dasar 2010)

Sumber: BPS,diolah Keterangan : p) Proyeksi BI

(40.0)

(30.0)

(20.0)

(10.0)

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017 2018 P 2018P

%, yoy$/kgKakao gHarga - Skala Kanan Februari 2018 Maret 2018 April 2018

Pertumbuhan Ekonomi

Total I II III IV Total I II III IV Total IP IIP TotalP

Pertumbuhan Ekonomi 7.15 7.27 8.02 6.78 7.60 7.41 7.75 6.77 6.70 7.78 7.23 6,8-7,2 7,3-7,7 7,0-7,4

Sisi PengeluaranKonsumsi Rumah Tangga 5.3 5.3 5.6 5.7 5.3 5.5 5.5 5.5 6.5 6.2 6.4 4,8-5,2 6,2-6,6 5,9-6,3

Konsumsi LNPRT 1.1 4.7 5.6 5.5 0.2 3.3 6.6 6.6 7.3 5.8 7.6 9,0-9,4 16,1-16,5 9,8-10,2

Konsumsi Pemerintah 8.2 2.1 7.4 (3.5) (7.4) (1.3) 3.7 3.8 (1.2) 4.3 2.4 1,4-1,8 6,9-7,3 5,5-5,9

Pembentukan Modal Tetap Bruto 8.3 9.5 9.6 6.6 3.0 7.0 7.4 7.4 8.3 8.5 8.6 4,9-5,3 1,9-2,3 7,2-7,6

Ekspor Luar Negeri (10.1) (32.3) (12.4) (15.3) (4.2) (19.1) 14.1 26.6 (4.2) (12.6) (6.1) 24,1-24,5 4,9-5,3 2,3-2,7

Impor Luar Negeri 19.2 (15.7) 26.0 (46.6) 41.3 (8.8) 72.8 74.7 12.3 45.4 (15.5) 57,0-57,4 (45,1)-(45,5) (12,1)-(12,5)

Net Ekspor Antardaerah 9.1 28.4 60.2 58.9 35.1 40.4 (80.9) (82.6) (70.1) (68.3) (19.2) (97,6)-(98,0) (38,3)-(38,7) (13,6)-(14,0)

Sisi Lapangan UsahaPertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.66 0.88 4.26 5.44 25.65 8.08 14.37 4.77 3.35 (0.11) 5.34 11,0-11,4 4,9-5,3 7,0-7,4

Pertambangan dan Penggalian 2.40 2.04 4.50 1.58 (3.63) 0.97 8.39 6.16 1.67 2.53 4.52 5,9-6,3 3,5-3,9 4,9-5,3

Industri Pengolahan 7.09 13.16 9.03 10.72 0.89 8.15 4.89 4.18 4.94 6.03 5.03 3,8-4,2 5,7-6,1 4,8-5,2

Pengadaan Listrik, Gas 5.75 10.11 17.35 17.33 2.82 11.52 9.84 3.50 4.64 6.65 6.10 7,1-7,5 5,7-6,1 9,4-9,8

Pengadaan Air 0.58 3.46 4.72 6.93 6.65 5.44 5.56 7.30 10.84 7.81 7.89 1,6-2,0 0,0-0,4 1,1-1,5

Konstruksi 7.20 9.32 9.74 6.13 2.48 6.75 6.99 8.93 8.35 10.22 8.66 6,0-6,4 5,8-6,2 8,3-8,7

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5.62 8.86 11.00 9.65 9.93 9.87 7.31 10.25 9.60 15.66 10.74 8,1-8,5 11,8-12,2 10,1-10,5

Transportasi dan Pergudangan 3.34 13.57 8.99 9.21 0.24 7.84 1.26 6.15 8.61 17.57 8.37 2,2-2,6 7,6-8,0 4,3-4,7

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.60 9.79 8.93 8.72 6.60 8.47 6.80 11.04 13.69 14.84 11.66 4,0-4,4 10,6-11,0 8,4-8,8

Informasi dan Komunikasi 7.34 8.18 8.05 7.92 8.35 8.13 9.48 11.25 9.84 11.47 10.52 8,8-9,2 10,4-10,8 9,2-9,6

Jasa Keuangan 9.96 9.65 17.38 12.10 15.44 13.63 4.27 5.29 4.71 3.34 4.39 9,8-10,2 9,8-10,2 8,3-8,7

Real Estate 8.88 7.04 6.93 5.40 6.16 6.37 4.15 4.35 4.74 4.69 4.48 5,1-5,5 5,5-5,9 6,2-6,6

Jasa Perusahaan 4.77 7.89 7.73 8.07 7.81 7.88 6.81 8.73 8.64 9.49 8.44 5,4-5,8 7,9-8,3 5,4-5,8

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5.19 5.48 6.23 (7.66) (6.99) (1.06) 0.20 (0.13) 12.19 9.29 5.20 0,7-1,1 11,8-12,2 4,4-4,8

Jasa Pendidikan 8.90 7.69 9.19 8.00 2.99 6.86 7.13 9.46 10.13 11.92 9.72 2,8-3,2 7,0-7,4 5,8-6,2

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7.41 9.55 8.38 7.53 8.43 8.45 7.42 9.54 9.88 8.34 8.80 6,4-6,8 7,1-7,5 5,8-6,2

Jasa lainnya 9.42 9.71 9.97 9.98 9.58 9.81 6.84 9.60 11.65 10.07 9.58 9,9-10,3 9,5-9,9 7,0-7,4

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolahp proyeksi Bank Indonesia

*) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

2016 2017**

Realisasi

2015Provinsi Sulsel

2018P

Proyeksi

Page 73: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 67

7.2 Prospek Inflasi

Inflasi di triwulan II 2018 dan keseluruhan tahun 2018 diperkirakan masih dalam rentang target inflasi nasional walau

terdapat beberapa potensi tekanan inflasi. Harga komoditas minyak dunia diperkirakan akan terkoreksi ke atas pada tahun

2018. Memperhatikan berbagai hal tersebut, maka target inflasi Sulsel pada tahun 2018 ditetapkan sesuai dengan target

inflasi nasional di kisaran 3,5+1%. Adapun faktor-faktor yang mendukung terkendalinya inflasi adalah distribusi pangan yang

diperkirakan terjaga, tidak ada kebijakan dari pemerintah yang meningkatkan tekanan inflasi secara simultan serta

kerjasama TPID dan seluruh stakeholders dalam upaya mengendalikan harga yang berjalan secara optimal.

Tekanan inflasi volatile food diperkirakan terjaga melalui fungsi TPID di seluruh Kabupaten/Kota. Tekanan inflasi volatile

food diperkirakan sedikit meningkat walaupun masih dalam level yang terjaga akibat meningkatnya kebutuhan masyarakat

saat HBKN (bulan Ramadhan dan idul fitri ditengah telah berlalunya musim panen di triwulan II 2018. Selain itu, Bank

Indonesia bersama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Sulsel juga terus meningkatkan koordinasi melalui

pemanfaatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) yang lebih optimal, rapat teknis dan kebijakan high level

meeting untuk memantau dan menjaga ketersediaan pangan, inspeksi mendadak (sidak) pada kebutuhan pangan strategis,

dan penyediaan pangan dengan harga terjangkau melalui pasar murah. Sementara itu, inflasi administered price

diperkirakan juga sedikit meningkat meski masih terjaga dalam level aman. Dorongan harga terjadi pada jenis angkutan

baik angkutan udara maupun antar kota. Meski demikian, karena tidak terdapat kebijakan pemerintah yang akan

menaikkan tarif listrik, BBM dan LPG27 diperkirakan menjadi salah satu faktor downside risk pada kelompok administered

price. Selain itu, tren kenaikan harga minyak dunia juga menjadi faktor yang patut diwaspadai terhadap peningkatan laju

inflasi. Sementara itu, inflasi inti diperkirakan akan tetap terkendali seiring terkoreksinya harga emas internasional sesuai

proyeksi Commodity Price Outlook bulan Oktober 2017 dan analisis pasar seiring dengan investasi Tiongkok yang menurun

khususnya pada investasi safe haven.

Sumber: BPS, diolah. Ket: angka proyeksi oleh BI

Grafik 7.6. Perkembangan dan Proyeksi Inflasi Sulsel

Untuk menjaga ketersediaan dan kelancaran distribusi barang, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)

Provinsi/Kabupaten/Kota di Sulsel terus meningkatkan koordinasi. Koordinasi menjadi sangat penting mengingat

peningkatan tekanan inflasi dipicu oleh permasalahan harga dan distribusi pasokan bahan pangan. Pada permasalahan

harga, TPID Provinsi tengah mengembangkan SOP Pengendalian Harga dengan tujuan agar (1) TPID lebih mudah untuk

mengawasi kenaikan harga, khususnya harga pangan; dan (2) bagi konsumen, dapat meningkatkan akses harga pangan

yang terpadu sehingga ekspektasi masyarakat lebih terjaga.

7.3 Rekomendasi Kebijakan

Untuk mendorong Sulsel sebagai Pilar Utama Pembangunan Nasional dan Simpul Jejaring Akselerasi Kesejahteraan

kawasan, berikut ini beberapa kebijakan yang dapat disarankan kepada pemerintah daerah di Sulsel maupun pelaku

usaha sebagai berikut:

27 Sesuai dengan pernyataan dari Menteri Keuangan pada https://bisnis.tempo.co/read/901772/sri-mulyani-tarif-listrik-dan-bbm-di-2018-tak-akan-

dinaikan

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 …12

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

%, yoy Sulsel YoY Nasional (yoy)

Sasaran Inflasi 2017: 4%±1Sulsel 2017: 4,44%Nasional 2017: 3,61%

Sasaran Inflasi 2012: 4,5%±1Sulsel 2012: 4,41%Nasional 2012: 4,30%

Sasaran Inflasi 2013: 4,5%±1Sulsel 2013: 6,22%Nasional 2013: 8,38%

Sasaran Inflasi 2014: 4,5%±1Sulsel 2014: 8,61%Nasional 2014: 8,36%

Sasaran Inflasi 2015: 4%±1Sulsel 2015: 4,48%Nasional 2015: 3,35%

Sasaran Inflasi 2016: 4%±1Sulsel 2016: 2,94%Nasional 2016: 3,02%

Sasaran Inflasi 2018: 3,5%±1

Page 74: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

68 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

a. Menjaga proses pembangunan dan penyelesaian infrastruktur tepat waktu sesuai dengan target yang telah

ditentukan sehingga dapat digunakan secara operasional sesuai target.

b. Mendorong adanya paket kebijakan untuk mengeliminir hambatan investasi.

c. Strategi diversifikasi ekspor yang mengarah pada negara non mitra dagang utama. Hal ini diperlukan untuk

memitigasi risiko perbaikan ekonomi global yang tidak seperti perkiraan semula. Strategi tersebut dapat diarahkan

pada ekspor ke negera yang selama ini bukan pangsa utama Sulsel seperti Timur Tengah dan Amerika Latin.

Peluang ekspor ke Timur Tengah dapat dioptimalkan melalui strategi mitra dagang “halal food.” Indonesia yang

merupakan mayoritas muslim memiliki pengetahuan mumpuni mengenai manajemen produk halal yang dapat

dijadikan kekuatan dari branding produk ekspor Indonesia.

d. Konsistensi reformasi struktural melalui penguatan agro industri. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel

menjadi lebih bernilai tambah serta terus menekan angka kemiskinan maka pemerintah perlu mengubah struktur

ekonomi dari agrikultur (berbasis pertanian) menjadi industri. Peningkatan nilai tambah hendaknya diarahkan

pada komoditas unggulan Sulsel seperti kakao, rumput laut, kopi, ikan, dan udang.

e. Mendorong munculnya sumber pertumbuhan baru melalui hilirisasi komoditi unggulan (berbasis sumber daya

alam), serta sumber pertumbuhan baru dari jasa kesehatan, pendidikan, dan pariwisata.

f. Pemerintah mendorong penelitian, pengembangan, dan kemitraan di sektor hulu untuk meningkatkan produksi

dan produktivitas komoditi unggulan.

g. Pemerintah Daerah mendorong soft infrastructur untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, melalui

pelatihan dan pendidikan.

h. Mengingat sektor hulu perkebunan dan perikanan cenderung kepada budidaya rakyat (bukan inti), maka perlu

dilakukan pendampingan kepada pelaku perkebunan dan perikanan untuk meningkatkan produktivitas dalam

rangka mengimbangi permintaan pasar lokal maupun global.

Selain menjaga pertumbuhan ekonomi untuk tetap tinggi, mitigasi inflasi Sulsel dapat dilakukan melalui beberapa hal:

a. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Sulsel perlu menyusun program kerja yang lebih fokus pada pengendalian

komoditas volatile food sebagaimana yang sudah dicantumkan dalam Roadmap Pengendalian Inflasi Provinsi Sulsel,

antara lain yaitu:

i. Mengantisipasi kenaikan tarif listrik terhadap kelompok inflasi volatile food, terutama terhadap rencana PLN yang

akan rencana menyederhanakan golongan pelanggan listrik rumah tangga nonsubsidi.

ii. Mengembangkan komoditas/produk unggulan di sektor pertanian dari masing-masing Kabupaten/Kota, dalam

rangka mengendalikan tekanan inflasi kelompok volatile food.

iii. Beberapa komoditas utama yang berkontribusi besar terhadap inflasi Sulsel yang perlu menjadi perhatian TPID

adalah beras, daging sapi, ikan layang, ikan teri, bawang merah, cabai merah, ikan cakalang, ikan bandeng, dan

daging ayam ras.

b. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi antar lembaga, dalam rangka respons saat terjadi kenaikan harga secara

lebih cepat dan akurat.

c. Pemanfaatan data/informasi pada Sistem Informasi Harga Pangan (SIGAP) maupun data cuaca untuk perencanaan

produksi pangan yang lebih baik.

d. Mendorong peran PD Pasar dalam menjaga ketersediaan pasokan melalui kerjasama dalam jaringan pasar.

e. Mendorong adanya pasar penyeimbang untuk komoditi tertentu dalm rangka menjaga ketersediaan pasokan dan

stabilitas harga.

Page 75: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 69

Boks 7.A. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten dan Kota di Sulawesi Selatan28

Pembentuk ekonomi Sulsel terutama berasal dari lapangan usaha Pertanian, sementara secara lokasi Makassar berkontribusi terbesar dalam ekonomi Sulsel. Tiga kontributor utama berasal dari Lapangan Usaha (LU) Pertanian (22,9%), diikuti dengan LU Perdagangan (13,9%), dan Industri Pengolahan (13,7%) (Tabel 7.A.1). Sementara dari sisi lokasi, kontributor utama adalah kota Makassar (35,4%), diikuti dengan 3 kota/kabupaten terbesar lainnya seperti Kab. Bone (6,5%), Luwu Timur (5,5%), dan Pinrang (5,4%) (Tabel 7.A.2).

Tabel 7.A.1 Pangsa Lapangan Usaha Sulawesi Selatan

Sumber : BPS, diolah

Grafik 7.A.2 Pangsa Kabupaten/Kota

Sumber : BPS, diolah

Masing-masing kabupaten/kota memiliki kontribusi lapangan usaha terbesar yang bervariasi (Grafik 7.A.1). Hampir semua kabupaten/kota lebih dari 50% ekonominya hanya disumbang oleh 3 lapangan usaha. Bahkan terdapat 6 kabupaten yang lebih dari 50% ekonominya hanya disumbang oleh 1 lapangan usaha. Kab. Jeneponto pangsa LU Pertanian mencapai 51,7%; Kab. Takalar pangsa LU Pertanian mencapai 50,3%; Kab. Pangkep pangsa LU Industri mencapai 53,4%; Kab. Luwu pangsa LU Pertanian mencapai 54,2%; Kab. Luwu Utara pangsa LU Pertanian mencapai 51,8%; sementara Kab. Luwu Timur pangsa LU Pertambangan mencapai 53,5%.

Terdapat lag (jeda) periode publikasi data realisasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulsel dan PDRB Kabupaten/Kota. Periode publikasi PDRB Provinsi Sulsel yaitu setiap triwulanan, dengan jeda publikasi PDRB Sulsel lebih pendek, hanya berkisar 35 hari setelah triwulan berakhir. Sebagai contoh data PDRB Sulsel triwulan IV 2017 dipublikasikan oleh BPS pada tanggal 5 Februari 2018. Sementara periode PDRB Kabupaten/Kota yaitu tahunan, dengan jeda yang lebih panjang, yaitu hampir tiga triwulan setelah tahun berakhir. Sebagai contoh data PDRB Sulsel tahun 2016 baru dipublikasikan pada bulan Agustus 2017. Oleh karena data provinsi lebih up date, proyeksi pertumbuhan ekonomi menggunakan asumsi data PDRB LU Provinsi Sulsel dibandingkan dengan kontribusi LU terbesar oleh Kabupaten/Kota.

28 Pertumbuhan ekonomi dihitung dari pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan (ADHK).

Pangsa

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 22.9%

2 Pertambangan dan Penggalian 5.4%

3 Industri Pengolahan 13.7%

4 Pengadaan Listrik dan Gas 0.1%

5 Pengadaan Air 0.1%

6 Konstruksi 12.7%

7 Perdagangan Besar dan Eceran 13.9%

8 Transportasi dan Pergudangan 4.2%

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.4%

10 Informasi dan Komunikasi 4.8%

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 3.8%

12 Real Estate 3.9%

13 Jasa Perusahaan 0.4%

14 Administrasi Pemerintahan 4.3%

15 Jasa Pendidikan 5.2%

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.0%

17 Jasa lainnya 1.3%

PDRB 100.0%

Kategori/Lapangan Usaha Pangsa1 Selayar 1.1%2 Bulukumba 2.7%3 Bantaeng 1.6%4 Jeneponto 2.0%5 Takalar 2.0%6 Gowa 4.1%7 Sinjai 2.1%8 Maros 4.4%9 Pangkep 5.4%10 Barru 1.4%11 Bone 6.5%12 Soppeng 2.1%13 Wajo 4.3%14 Sidrap 2.7%15 Pinrang 3.8%16 Enrekang 1.4%17 Luwu 3.0%18 Tator 1.4%19 Luwu Utara 2.4%20 Luwu Timur 5.5%21 Torut 1.5%22 Makassar 35.4%23 Parepare 1.5%24 Palopo 1.6%

100.0%

Kabupaten/Kota

Sulsel

Page 76: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

70 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

Grafik 7.A.1 Pangsa Lapangan Usaha Utama di Kabupaten/Kota

Sulsel Sumber : BPS, diolah

Tabel 7.A.3 Proyeksi Kabupaten/Kota di Sulsel

Keterangan: P = Proyeksi Bank Indonesia

Pertumbuhan LU di provinsi didukung oleh Kabupaten/Kota yang menjadi sentra LU tersebut. Pertumbuhan yang tinggi di LU tertentu di provinsi akan didorong oleh pertumbuhan ekonomi LU di Kabupaten/Kota sentra. Sebagai contoh Kota Makassar yang memiliki LU kontributor utama adalah Industri Pengolahan, Konstruksi, dan Perdagangan, memengaruhi tingkat pertumbuhan LU Provinsi Sulsel tahun 2017 masing-masing 5,0%; 8,7%; 10,7%. Oleh karena itu, realisasi ketiga LU di tingkat Provinsi tersebut pada tahun 2017, dapat sebagai penuntun untuk memperkirakan pertumbuhan Kota Makassar pada tahun 2017. Secara lebih lengkap, proyeksi per Kabupaten/Kota ada dalam Tabel 7.A.3.

Penghitungan proyeksi kabupatan/kota menggunakan model ordinary least square menggunakan alat bantu E-Views. Secara garis besar, asumsi yang digunakan untuk proyeksi Prov. Sulsel 2018 akan memengaruhi kabupaten/kota sebagai berikut : 1. Peningkatan harga komoditas global akan memengaruhi kab/kota sentra Tambang dan Perkebunan. 2. Kenaikan jumlah kelas menengah baru akan memengaruhi kab/kota sentra Perdagangan. 3. Beroperasinya infrastruktur listrik baru akan memengaruhi Kab. Sidrap dan Kab. Jeneponto. 4. Kenaikan konsumsi RT didorong pemilu akan memengaruhi 13 kab/kota yang melakukan Pilkada. 5. Perkembangan hilirisasi komoditas unggulan akan memengaruhi kab/kota sentra Industri. 6. Penyelesaian pembangunan bendungan akan memengaruhi kab/kota sentra Pertanian Bahan Pangan. 7. Porsi dana desa yang semakin meningkat disertai dengan efektivitas serapan dana desa akan memengaruhi semua

kab/kota.

46.5%

41.1%

32.6%

51.7%

50.3%

31.0%

46.3%

41.8%

53.4%

37.1%

49.7%

30.2%

34.6%

34.8%

48.7%

43.2%

54.2%

26.3%

51.8%

53.5%

21.8%

20.2%

15.6%

24.3%

20.4%

15.8%

17.1%

11.7%

11.5%

11.8%

12.4%

18.1%

15.6%

16.9%

11.5%

12.6%

17.3%

14.4%

13.0%

12.2%

9.9%

16.8%

11.1%

21.8%

18.5%

19.0%

15.4%

17.1%

7.6%

9.5%

13.6%

9.2%

7.1%

10.4%

11.6%

15.3%

9.4%

8.7%

9.7%

12.1%

14.8%

14.3%

9.6%

11.3%

8.0%

12.5%

8.6%

7.9%

16.4%

17.1%

11.1%

14.7%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

SelayarBulukumba

BantaengJeneponto

TakalarGowaSinjai

MarosPangkep

BarruBone

SoppengWajo

SidrapPinrang

EnrekkangLuwu

Tana TorajaLuwu UtaraLuwu Timur

Toraja UtaraMakassarParepare

Palopo

Pertanian Industri

Konstruksi

Perdagangan

Administrasi Pemerintah

TransportasiTambang Real Estate

10,0%

Kab/Kota 2016

Kepulauan Selayar 7.4 8.2 - 8.6 8.3 - 8.7

Bulukumba 6.9 6.8 - 7.2 7.0 - 7.4

Bantaeng 7.4 7.4 - 7.8 7.4 - 7.8

Jeneponto 8.4 8.0 - 8.4 8.2 - 8.6

Takalar 9.6 7.6 - 8.0 7.6 - 8.0

Gowa 7.6 7.2 - 7.6 7.2 - 7.6

Sinjai 7.2 6.8 - 7.2 6.8 - 7.2

Maros 9.5 8.8 - 9.2 7.8 - 8.2

Pangkep 8.2 4.9 - 5.3 4.9 - 5.3

Barru 6.1 5.7 - 6.1 6.2 - 6.6

Bone 9.1 7.9 - 8.3 8.6 - 9.0

Soppeng 8.2 4.6 - 5.0 4.6 - 5.0

Wajo 5.0 5.9 - 6.3 5.9 - 6.3

Sidrap 9.0 8.8 - 9.2 8.8 - 9.2

Pinrang 7.5 7.1 - 7.5 7.1 - 7.5

Enrekang 7.6 7.2 - 7.6 7.2 - 7.6

Luwu 8.0 7.7 - 8.1 7.7 - 8.1

Tana Toraja 7.4 6.8 - 7.2 6.8 - 7.2

Luwu Utara 7.5 7.8 - 8.2 8.0 - 8.4

Luwu Timur 1.6 4.0 - 4.4 5.6 - 6.0

Toraja Utara 8.2 6.2 - 6.6 6.2 - 6.6

Makassar 8.0 7.6 - 8.0 7.6 - 8.0

Pare Pare 6.9 6.7 - 7.1 6.7 - 7.1

Palopo 7.0 6.6 - 7.0 6.6 - 7.0

SULSEL 7.4 7.0 - 7.4

2017-p 2018-p

7.23

Page 77: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 71

LAMPIRAN

Lampiran

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Tabel A.1. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan TD 2010 (Rp Triliun)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel A.2. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku TD 2010(Rp Triliun)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel A.3. PDRB Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan TD 2010 (Rp Triliun)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel A.4. PDRB Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku TD 2010 (Rp Triliun)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

I II III IV TOTAL I II III IV** TOTAL I II III IV** TOTAL

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 46.45 51.10 12.74 14.55 16.00 10.81 54.10 12.84 15.16 16.86 13.49 58.35 14.68 15.89 17.42 13.48 61.47

B Pertambangan dan Penggalian 13.24 14.71 3.53 3.76 4.23 4.28 15.80 3.61 3.95 4.30 4.14 16.00 3.91 4.20 4.37 4.24 16.72

C Industri Pengolahan 30.55 33.29 8.19 8.73 8.82 9.81 35.55 9.21 9.43 9.81 10.02 38.47 9.66 9.83 10.29 10.63 40.41

D Pengadaan Listrik, Gas 0.20 0.23 0.05 0.05 0.06 0.07 0.23 0.06 0.06 0.07 0.07 0.26 0.07 0.07 0.07 0.07 0.27

E Pengadaan Air 0.30 0.30 0.08 0.08 0.07 0.08 0.30 0.08 0.08 0.08 0.08 0.32 0.08 0.09 0.09 0.09 0.34

F Konstruksi 26.03 27.67 6.96 7.19 7.69 8.13 29.97 7.61 7.89 8.16 8.33 31.99 8.14 8.59 8.84 9.18 34.76

G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 30.19 32.36 8.21 8.62 9.41 8.68 34.92 8.94 9.57 10.31 9.54 38.36 9.59 10.55 11.30 11.03 42.48

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8.45 8.56 2.13 2.24 2.39 2.38 9.14 2.42 2.44 2.61 2.38 9.85 2.45 2.59 2.84 2.80 10.68

H Transportasi dan Pergudangan 2.95 3.19 0.81 0.83 0.85 0.88 3.37 0.89 0.90 0.92 0.94 3.66 0.95 1.00 1.05 1.08 4.08

J Informasi dan Komunikasi 13.77 14.56 3.75 3.86 4.04 4.07 15.71 4.06 4.17 4.36 4.41 16.99 4.44 4.64 4.78 4.91 18.78

K Jasa Keuangan 7.63 8.07 2.14 2.08 2.19 2.25 8.66 2.35 2.44 2.46 2.59 9.84 2.45 2.57 2.58 2.68 10.28

L Real Estate 7.93 8.56 2.25 2.28 2.32 2.34 9.20 2.41 2.44 2.45 2.49 9.78 2.51 2.55 2.56 2.60 10.22

M,N Jasa Perusahaan 0.94 1.00 0.26 0.26 0.27 0.27 1.06 0.28 0.28 0.29 0.29 1.14 0.30 0.31 0.32 0.32 1.24

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 10.29 10.53 2.65 2.76 2.94 3.01 11.36 2.86 3.00 2.70 2.78 11.34 2.87 3.00 3.03 3.04 11.93

P Jasa Pendidikan 11.92 12.47 3.18 3.19 3.40 3.61 13.38 3.42 3.49 3.67 3.71 14.30 3.66 3.82 4.05 4.16 15.69

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.02 4.43 1.14 1.18 1.23 1.29 4.85 1.25 1.28 1.33 1.40 5.25 1.35 1.40 1.46 1.52 5.72

R,S,T,U Jasa lainnya 2.74 2.94 0.77 0.79 0.81 0.84 3.21 0.85 0.87 0.89 0.92 3.52 0.91 0.95 0.99 1.01 3.86

217.59 233.99 58.85 62.45 66.72 62.78 250.80 63.12 67.46 71.26 67.59 269.42 68.00 72.02 76.03 72.85 288.91

20142015

Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2010

PRDB

20132016* 2017**

I II III IV TOTAL I II III IV** TOTAL I II III IV** TOTAL

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 57.37 68.47 18.22 20.87 23.52 16.16 19.46 22.70 25.46 20.71 88.33 22.80 24.54 27.07 21.49 95.90 95.90

B Pertambangan dan Penggalian 17.88 21.18 5.10 5.31 5.65 5.46 4.61 5.11 5.80 5.71 21.23 5.37 5.49 5.73 5.88 22.47 22.47

C Industri Pengolahan 35.49 41.65 10.74 11.55 11.77 13.19 12.57 12.95 13.51 13.99 53.02 13.67 13.92 14.63 15.23 57.45 57.45

D Pengadaan Listrik, Gas 0.18 0.20 0.04 0.05 0.05 0.06 0.05 0.05 0.06 0.06 0.22 0.06 0.07 0.07 0.07 0.27 0.27

E Pengadaan Air 0.35 0.35 0.09 0.09 0.09 0.09 0.10 0.10 0.10 0.10 0.39 0.10 0.11 0.11 0.11 0.43 0.43

F Konstruksi 31.52 36.02 9.47 9.86 11.01 11.84 11.19 11.68 12.18 12.45 47.50 12.29 13.14 13.62 14.33 53.39 53.39

G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 33.63 37.62 9.94 10.65 11.98 11.22 11.66 12.61 13.74 12.83 50.84 13.00 14.42 15.52 15.45 58.38 58.38

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10.43 11.83 3.23 3.44 3.78 3.79 3.86 3.92 4.43 3.97 16.17 3.96 4.26 4.69 4.61 17.51 17.51

H Transportasi dan Pergudangan 3.56 4.11 1.08 1.12 1.15 1.20 1.21 1.23 1.26 1.29 4.99 1.32 1.40 1.47 1.51 5.70 5.70

J Informasi dan Komunikasi 13.79 14.59 3.70 3.81 4.07 4.14 4.15 4.27 4.54 4.62 17.57 4.70 4.91 5.09 5.23 19.93 19.93

K Jasa Keuangan 9.60 10.82 2.99 2.93 3.12 3.22 3.38 3.53 3.60 3.85 14.36 3.68 3.93 3.99 4.19 15.80 15.80

L Real Estate 9.90 11.52 3.22 3.37 3.45 3.55 3.70 3.76 3.78 3.86 15.09 3.92 4.01 4.06 4.15 16.15 16.15

M,N Jasa Perusahaan 1.15 1.30 0.35 0.36 0.38 0.39 0.40 0.40 0.42 0.43 1.65 0.43 0.45 0.47 0.49 1.85 1.85

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 12.24 13.63 3.72 3.91 4.26 4.40 4.19 4.42 4.03 4.19 16.84 4.33 4.55 4.63 4.69 18.19 18.19

P Jasa Pendidikan 13.89 15.50 4.00 4.07 4.48 4.76 4.54 4.64 4.95 5.00 19.13 4.94 5.22 5.72 5.88 21.76 21.76

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.68 5.51 1.51 1.56 1.68 1.77 1.73 1.77 1.86 1.97 7.33 1.90 1.99 2.09 2.20 8.19 8.19

R,S,T,U Jasa lainnya 3.18 3.72 1.03 1.06 1.11 1.16 1.18 1.21 1.26 1.30 4.96 1.29 1.37 1.44 1.47 5.57 5.57

258.84 298.03 78.44 84.01 91.55 86.40 340.39 87.96 94.36 100.98 96.33 379.63 97.79 103.78 110.39 106.97 418.93

20142015

PRDB

2013Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 20102017**2016*

I II III IV I II III IV TOTAL I II III IV** TOTAL I II III IV** TOTAL

1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 120.56 31.16 31.54 32.36 32.64 127.67 32.81 33.26 33.97 34.38 134.42 34.54 35.13 35.92 36.19 141.79 36.45 37.41 38.13 38.51 150.51

2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2.62 0.73 0.74 0.72 0.73 2.92 0.71 0.72 0.74 0.78 2.95 0.74 0.75 0.77 0.78 3.05 0.79 0.81 0.82 0.84 3.25

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 23.06 3.36 5.56 5.81 8.76 23.51 3.63 5.74 6.32 9.73 25.41 3.75 6.22 6.09 9.01 25.07 3.89 6.14 6.36 9.22 25.61

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 82.98 21.33 22.09 22.83 24.04 89.71 22.28 23.27 24.96 26.45 96.96 24.36 25.56 26.61 27.23 103.77 26.15 27.67 28.86 29.57 112.26

5 Perubahan Inventori 3.97 (0.66) 1.06 0.52 (1.88) (0.97) 0.62 1.87 1.56 0.62 4.66 1.01 0.85 0.78 0.68 3.33 0.69 0.31 1.74 (0.59) 2.15

6 Ekspor 52.36 14.95 14.40 16.00 14.40 60.31 14.26 14.03 14.92 10.84 54.05 8.50 10.04 10.09 7.76 36.38 11.14 10.88 11.11 9.78 42.91

7 Impor 67.96 15.31 17.51 16.07 20.30 69.16 15.45 16.44 15.75 20.02 67.65 9.78 11.10 9.02 14.06 43.97 11.11 11.20 10.99 14.48 47.79

217.59 55.56 57.88 62.16 58.39 233.99 58.85 62.45 66.72 62.78 250.80 63.12 67.46 71.26 67.59 269.42 68.00 72.02 76.03 72.85 288.91PDRB

2015*2013

20142014No Komponen

2016** 2017**

I II III IV I II III IV TOTAL I II III IV** TOTAL I II III IV** TOTAL

1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 146.64 39.40 40.15 42.04 43.60 165.19 44.41 45.50 47.24 48.44 185.59 49.37 50.27 51.91 52.82 204.37 53.97 55.92 57.22 58.29 225.40

2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3.08 0.91 0.95 0.99 1.01 3.86 1.00 1.03 1.09 1.15 4.27 1.11 1.14 1.18 1.20 4.63 1.23 1.27 1.29 1.32 5.11

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 28.72 4.25 7.46 8.35 11.64 31.70 4.96 8.00 9.21 14.23 36.40 5.50 9.30 9.17 13.43 37.37 5.83 9.36 9.75 14.27 39.21

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 94.88 25.98 27.48 28.76 30.94 113.16 28.20 29.98 32.66 35.14 125.99 32.74 34.66 36.40 37.50 141.29 36.24 38.67 40.44 41.73 157.07

5 Perubahan Inventori 4.42 (1.02) 2.00 0.85 (3.39) (1.55) 0.90 2.01 1.84 0.90 5.64 1.56 1.29 1.15 0.85 4.85 0.97 0.47 2.53 (1.04) 2.94

6 Ekspor 59.93 18.36 18.40 20.76 20.49 78.01 19.54 19.26 20.46 14.15 73.41 12.53 14.35 14.46 10.95 52.05 16.66 15.53 16.61 15.10 63.89

7 Impor 78.84 18.90 23.38 21.76 26.68 90.73 20.58 21.76 20.95 27.61 90.90 14.85 16.65 13.29 20.40 64.86 17.11 17.44 17.44 22.70 74.69

258.84 68.97 73.05 79.98 77.62 299.63 78.44 84.01 91.55 86.40 340.39 87.96 94.36 100.98 96.33 379.70 97.79 103.78 110.39 106.97 418.93PDRB

2015No Komponen 2013

20142014

2016** 2017**

Page 78: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

LAMPIRAN

72 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

Tabel A.5. Pendapatan Per Kapita Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku TD 2010 (Rp Juta)

Sumber : Badan Pusat Statistik

B. Indeks Harga Konsumen (IHK)

Tabel B.1. IHK Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kelompok Pengeluaran

Sumber: BPS, diolah

Tabel B.2. IHK Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kota IHK

Tabel B.3. Angka Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kota IHK

Penduduk (Jiwa) 8,034,776 8,115,638 8,190,222 8,342,047 8,432,163 8,520,304 8,610,856

PDRB per Kapita (Juta Rp) 21.31 24.31 27.67 31.01 35.34 39.94 44.06

2016P20152014Kategori 2010 2011 2012 2013

Bahan

Makanan

Makanan

JadiPerumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Umum

I 8.01 4.57 3.43 6.03 2.28 3.54 0.89 4.61

II 6.22 4.63 3.60 2.61 1.99 3.33 3.96 4.36

III 10.76 4.70 4.76 2.77 3.23 3.66 12.01 7.24

IV 6.97 4.47 6.06 2.36 3.71 1.39 11.58 6.22

I 4.76 5.39 6.25 3.73 3.79 1.33 10.31 5.88

II 6.15 5.38 5.96 5.65 5.22 1.38 7.91 5.92

III 1.97 5.80 6.32 4.12 5.28 1.97 0.87 3.72

IV 16.02 6.21 6.87 3.24 5.08 1.85 10.15 8.61

I 12.87 6.34 7.33 4.51 5.75 2.18 4.35 7.13

II 15.01 6.54 7.84 4.86 5.52 2.35 6.00 8.06

III 16.11 6.23 6.48 6.95 5.28 2.63 7.20 8.36

IV 8.78 5.48 4.13 6.01 5.02 2.57 -0.99 4.48

I 12.46 4.82 3.40 5.89 3.87 2.25 2.80 5.70

II 9.46 5.26 2.75 6.36 3.14 2.10 -0.76 4.30

III 6.51 4.01 2.63 3.13 2.51 0.78 -0.48 3.07

IV 6.36 3.63 2.76 2.97 2.65 0.83 -0.87 2.94

I 3.94 4.28 3.52 1.89 2.74 0.81 3.61 3.42

II 5.19 3.72 5.85 2.05 2.36 0.82 5.47 4.49

III 3.55 3.77 5.55 2.60 3.00 4.23 4.46 4.17

IV 3.29 3.70 6.07 4.66 3.36 4.26 4.85 4.44

2018 I* 4.47 2.62 4.50 4.16 2.47 4.13 2.29 4.11

2017

Tahun

2013

2014

2015

2016

I II III IV I II III IV I II III IV

Makassar 0.38 8.61 8.95 5.18 5.18 6.38 4.63 3.36 3.18 3.18 3.45 4.53 4.07 4.48 4.48

Pare-Pare -2.00 6.98 7.02 1.58 1.58 3.82 3.05 1.56 2.11 2.11 2.56 3.38 4.08 3.43 3.43

Palopo -0.12 6.89 7.19 3.38 3.38 4.47 4.05 3.07 2.74 2.74 3.26 3.88 3.63 3.95 3.95

Watampone -1.13 4.27 4.33 0.97 0.97 1.94 2.67 2.02 1.50 1.50 3.84 5.52 5.54 5.54 5.54

Bulukumba -0.89 6.12 6.63 2.17 2.17 2.16 2.12 0.84 1.48 1.48 4.06 5.18 5.65 4.66 4.66

sumber: BPS

20172017Kota Inflasi

20152015

20162016

Page 79: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 73

C. Perbankan

Tabel C.1. Dana Pihak Ketiga (Lokasi Bank Pelapor) dan Kredit (Lokasi Bank) Bank Umum (Rp Miliar)

Tabel C.2. Dana Pihak Ketiga (Lokasi Proyek Pelapor) dan Kredit (Lokasi Proyek) Bank Umum (Rp Miliar)

Giro Tabungan Deposito Jumlah Modal Kerja Investasi Konsumsi Jumlah

6,275 26,446 13,085 45,807 20,074 9,626 23,198 52,898 115.48%

Triwulan I 7,471 25,004 13,259 45,734 20,516 10,025 24,044 54,585 119.35%

Triwulan II 7,282 27,206 13,536 48,024 22,850 10,588 25,597 59,035 122.93%

Triwulan III 7,257 28,545 14,115 49,917 22,385 10,997 27,707 61,090 122.38%

Triwulan IV 7,345 31,466 14,907 53,717 25,506 11,380 29,335 66,221 123.28%

Triwulan I 7,770 29,321 15,211 52,302 25,980 12,232 30,158 68,371 130.72%

Triwulan II 8,092 30,068 15,297 53,457 26,659 14,486 31,793 72,937 136.44%

Triwulan III 9,221 32,076 16,062 57,359 26,160 15,769 33,085 75,014 130.78%

Triwulan IV 7,845 35,007 17,592 60,444 27,231 14,494 33,663 75,388 124.72%

Triwulan I 7,990 32,446 17,726 58,162 27,257 14,642 33,974 75,874 130.45%

Triwulan II 9,730 33,168 18,504 61,402 29,062 15,467 34,807 79,336 129.21%

Triwulan III 9,693 34,828 19,819 64,339 29,847 15,457 35,159 80,463 125.06%

Triwulan IV 7,995 37,428 20,690 66,112 31,442 16,241 35,877 83,560 126.39%

Triwulan I 10,154 34,147 22,118 66,420 32,776 16,482 36,045 85,304 128.43%

Triwulan II 11,820 34,881 22,166 68,867 34,627 16,500 36,436 87,563 127.15%

Triwulan III 12,471 37,491 22,472 72,433 34,876 17,476 37,558 89,911 124.13%

Triwulan IV 13,165 42,211 23,091 78,467 36,730 20,538 37,713 94,982 121.05%

Triwulan I 12,894 38,589 26,859 78,342 37,510 20,041 38,759 96,310 122.94%

Triwulan II 12,203 42,611 27,283 82,097 39,518 20,796 41,303 101,617 123.78%

Triwulan III 11,802 41,800 28,423 82,025 39,653 20,204 42,917 102,774 125.30%

Triwulan IV 10,388 44,994 27,014 82,396 39,952 20,221 43,718 103,890 126.09%

Triwulan I 12,434 41,400 28,057 81,891 40,620 19,830 44,347 104,798 127.97%

Triwulan II 12,532 43,973 28,726 85,232 42,311 19,946 45,898 108,154 126.89%

Triwulan III 11,995 44,899 28,138 85,032 42,853 19,358 47,047 109,258 128.49%

Triwulan IV 10,726 50,161 26,434 87,322 44,569 19,842 48,717 113,129 129.55%

2017

2016

2015

LDRDPK KREDIT

Periode

2014

2013

2011

2012

Giro Tabungan Deposito Jumlah Modal Kerja Investasi Konsumsi Jumlah

Triwulan I 7,461 24,900 13,219 45,580 22,500 11,728 24,527 58,755 128.90%

Triwulan II 7,269 27,097 13,505 47,871 25,045 12,256 25,965 63,265 132.16%

Triwulan III 7,246 28,434 14,089 49,770 24,656 12,635 28,121 65,412 131.43%

Triwulan IV 7,333 31,338 14,875 53,546 28,250 11,911 29,794 69,956 130.64%

Triwulan I 7,759 29,206 15,182 52,147 28,671 12,725 30,622 72,019 138.11%

Triwulan II 8,086 29,942 15,271 53,299 27,484 17,402 32,197 77,083 144.62%

Triwulan III 9,211 31,943 16,050 57,204 27,822 18,289 33,503 79,613 139.17%

Triwulan IV 7,836 34,840 17,563 60,239 29,217 17,089 34,203 80,509 133.65%

Triwulan I 7,984 32,314 17,705 58,003 28,996 17,088 34,752 80,836 139.37%

Triwulan II 9,714 33,024 18,489 61,226 31,057 17,232 35,865 84,154 137.45%

Triwulan III 9,681 34,652 19,797 64,131 31,697 18,030 36,523 86,250 134.49%

Triwulan IV 7,975 37,212 20,661 65,849 33,125 18,632 37,195 88,952 126.39%

Triwulan I 10,125 33,960 22,093 66,178 34,244 19,119 37,404 90,768 128.43%

Triwulan II 11,807 34,683 22,145 68,635 37,014 19,431 37,954 94,399 137.54%

Triwulan III 12,454 37,256 22,416 72,126 37,017 19,865 39,137 96,019 133.13%

Triwulan IV 13,150 41,907 23,019 78,076 38,556 22,774 39,933 101,263 129.70%

Triwulan I 12,881 38,342 26,778 78,002 38,920 22,507 40,853 102,280 131.13%

Triwulan II 12,178 42,311 27,185 81,674 40,809 23,420 43,398 107,627 131.78%

Triwulan III 11,788 41,544 28,309 81,640 40,590 22,771 45,040 108,401 132.78%

Triwulan IV 10,376 44,678 26,917 81,971 40,842 23,079 45,802 109,723 133.86%

Triwulan I 12,420 41,157 27,959 81,536 41,856 23,597 46,327 111,780 137.09%

Triwulan II 12,519 43,702 28,632 84,852 43,281 23,931 47,945 115,158 135.72%

Triwulan III 11,981 44,658 28,037 84,675 43,853 24,455 49,125 117,433 138.69%

Triwulan IV 10,649 49,842 26,318 86,809 45,317 23,660 50,795 119,771 137.97%

2017

2016

2015

LDRDPK KREDIT

Periode

2014

2013

2012

Page 80: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

LAMPIRAN

74 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

Tabel C.3. Penyaluran Kredit (Lokasi Bank) Menurut Sektor Ekonomi (Rp Miliar)

Tabel C.4. Penyaluran Kredit (Lokasi Proyek) Menurut Sektor Ekonomi (Rp Miliar)

Pertanian TambangIndustri

Pengolahan

Listrik, Gas,

dan AirKonstruksi Perdagangan Angkutan

Jasa Dunia

Usaha

Jasa Sosial

MasyarakatLain-lain

869 309 3,460 144 2,155 15,072 1,629 2,770 1,555 24,935 52,898

Triwulan I 906 312 3,468 137 2,065 15,459 1,744 2,917 1,570 26,007 54,585

Triwulan II 1,128 363 3,904 124 2,448 17,631 1,730 3,178 1,485 27,045 59,035

Triwulan III 1,171 375 4,008 135 2,582 17,741 1,794 3,131 1,372 28,781 61,090

Triwulan IV 1,215 399 5,250 141 2,674 19,027 2,321 3,105 1,404 30,684 66,221

Triwulan I 1,403 447 5,335 133 2,565 19,933 2,631 3,240 1,619 31,065 68,371

Triwulan II 1,396 449 5,579 116 2,780 22,957 2,763 3,433 1,650 31,814 72,937

Triwulan III 1,385 444 5,631 121 2,966 23,360 2,864 3,414 1,733 33,096 75,014

Triwulan IV 1,400 397 4,186 191 3,034 24,132 2,923 3,550 1,780 33,794 75,388

Triwulan I 1,405 377 3,918 218 3,043 24,334 2,960 3,747 1,828 34,043 75,874

Triwulan II 1,499 560 4,210 245 3,666 25,587 2,950 3,598 1,968 35,053 79,336

Triwulan III 1,435 537 4,283 232 4,173 25,748 2,951 3,581 2,115 35,408 80,463

Triwulan IV 1,506 509 4,747 350 4,366 27,033 2,820 3,662 2,340 36,226 83,560

Triwulan I 1,630 427 5,035 382 4,746 27,920 2,782 3,733 2,473 36,174 85,304

Triwulan II 1,788 390 5,109 413 4,902 29,003 2,693 4,037 2,681 36,547 87,563

Triwulan III 2,303 383 5,304 398 5,417 29,373 2,672 4,024 2,388 37,648 89,911

Triwulan IV 2,461 410 7,487 379 5,491 31,424 2,781 4,221 2,549 37,777 94,982

Triwulan I 2,681 430 7,239 306 5,483 31,959 2,824 4,117 2,462 38,809 96,310

Triwulan II 2,933 399 7,993 277 5,977 33,268 2,738 4,085 2,587 41,359 101,617

Triwulan III 2,998 372 8,104 267 6,305 32,431 2,730 4,234 2,392 42,941 102,774

Triwulan IV 3,280 336 7,582 248 6,698 32,555 2,627 4,278 2,518 43,767 103,890

Triwulan I 3,279 340 7,494 255 6,305 32,970 2,420 4,715 2,640 44,378 104,798

Triwulan II 3,514 333 7,555 222 6,602 33,787 2,508 4,889 2,819 45,926 108,154

Triwulan III 3,748 326 6,830 160 6,810 33,836 2,525 5,056 2,891 47,076 109,258

Triwulan IV 4,386 303 7,015 159 6,805 34,343 2,698 5,659 3,014 48,747 113,128

2017

2016

2015

2014

Kredit (Lokasi Bank)

Periode Total

2011

2012

2013

Pertanian TambangIndustri

Pengolahan

Listrik, Gas,

dan AirKonstruksi Perdagangan Angkutan

Jasa Dunia

Usaha

Jasa Sosial

MasyarakatLain-lain

Triwulan I 883 568 4,842 379 3,148 15,854 1,828 3,171 1,583 26,497 58,755

Triwulan II 1,101 608 5,216 420 3,503 18,288 1,809 3,438 1,465 27,417 63,265

Triwulan III 1,146 626 5,381 663 3,708 18,100 1,737 3,474 1,376 29,202 65,412

Triwulan IV 1,187 564 6,013 782 3,848 19,531 2,138 3,371 1,386 31,135 69,956

Triwulan I 1,373 590 6,116 996 3,835 20,344 2,317 3,446 1,479 31,523 72,019

Triwulan II 1,356 584 5,570 1,357 4,043 23,549 2,379 4,511 1,515 32,219 77,083

Triwulan III 1,354 599 5,720 1,484 4,405 24,050 2,459 4,289 1,740 33,513 79,613

Triwulan IV 1,374 611 4,314 1,579 4,231 25,010 2,600 4,656 1,800 34,334 80,509

Triwulan I 1,388 586 4,063 1,554 4,175 25,246 2,522 4,613 1,867 34,821 80,836

Triwulan II 1,510 555 4,592 1,031 4,564 26,941 2,584 4,374 1,890 36,112 84,154

Triwulan III 1,454 543 5,153 1,886 4,968 26,883 2,517 4,043 2,031 36,772 86,250

Triwulan IV 1,530 470 5,501 2,022 5,169 28,161 2,420 3,976 2,160 37,544 88,952

Triwulan I 1,675 401 5,830 2,093 5,596 28,761 2,407 4,046 2,425 37,532 90,768

Triwulan II 1,779 411 6,487 2,340 5,761 30,356 2,343 4,249 2,610 38,063 94,399

Triwulan III 1,837 376 6,226 2,436 6,259 30,678 2,381 4,187 2,409 39,228 96,019

Triwulan IV 2,173 400 8,460 2,572 6,346 31,985 2,442 4,409 2,480 39,996 101,263

Triwulan I 2,368 407 7,984 2,290 6,262 32,480 2,501 4,637 2,449 40,902 102,280

Triwulan II 2,616 431 8,674 2,149 6,363 34,128 2,433 4,804 2,574 43,456 107,627

Triwulan III 2,592 402 8,398 2,203 6,496 33,399 2,414 5,022 2,412 45,064 108,401

Triwulan IV 2,852 390 8,039 2,239 6,522 33,784 2,314 5,165 2,567 45,851 109,723

Triwulan I 2,858 397 7,844 2,835 6,629 34,449 2,152 5,570 2,690 46,358 111,780

Triwulan II 3,110 381 8,145 2,823 6,812 35,080 2,224 5,725 2,882 47,976 115,158

Triwulan III 3,415 374 7,472 4,373 6,625 35,244 2,269 5,550 2,957 49,155 117,433

Triwulan IV 3,604 343 7,357 3,142 7,098 35,670 2,535 6,127 3,069 50,824 119,771

2017

Total

2012

2013

2016

2015

2014

Kredit (Lokasi Proyek)

Periode

Page 81: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 75

Tabel C.5. Suku Bunga Kredit Rupiah Menurut Kelompok Bank (Lokasi Bank)

Tabel C.6. Suku Bunga Kredit Rupiah Menurut Kelompok Bank (Lokasi Proyek)

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

13.55 11.83 12.83 13.34 13.61 14.09 10.62 6.81 28.61 13.45 12.84 13.32

Triwulan I 13.49 11.69 12.79 13.16 13.60 14.56 8.50 7.29 27.35 13.30 12.77 13.46

Triwulan II 13.24 11.34 12.70 12.74 13.62 14.36 9.32 7.91 27.67 13.00 12.60 13.35

Triwulan III 13.21 11.11 12.54 12.55 13.36 14.31 9.53 8.36 26.16 12.90 12.39 13.19

Triwulan IV 12.63 10.92 12.23 12.28 13.09 14.01 8.85 8.07 23.83 12.47 12.19 12.88

Triwulan I 12.56 10.74 12.20 12.31 12.89 14.04 7.21 8.21 23.67 12.40 12.05 12.85

Triwulan II 12.77 10.57 12.12 12.01 12.71 13.89 8.12 8.37 20.92 12.38 11.65 12.74

Triwulan III 12.94 10.79 12.11 12.72 12.99 13.83 9.14 9.16 21.14 12.80 12.02 12.72

Triwulan IV 13.00 11.08 12.18 13.04 13.53 13.91 10.20 10.06 20.92 12.99 12.57 12.78

Triwulan I 13.10 11.15 12.24 13.23 13.67 14.06 10.49 10.68 22.14 13.13 12.71 12.86

Triwulan II 13.26 11.44 12.41 13.51 13.53 14.05 10.08 10.72 22.94 13.33 12.75 12.97

Triwulan III 13.48 11.61 12.44 13.62 13.53 14.10 10.26 10.81 23.49 13.50 12.81 13.00

Triwulan IV 13.46 11.57 12.61 13.48 13.78 14.17 10.77 11.14 23.13 13.44 12.93 13.13

Triwulan I 13.81 12.12 11.45 14.04 15.29 14.74 10.03 11.38 23.11 13.25 13.13 13.59

Triwulan II 13.42 10.40 13.00 12.91 13.75 14.61 6.83 9.64 28.49 12.98 12.14 13.61

Triwulan III 13.28 10.26 13.22 13.01 13.69 14.62 8.84 11.46 28.73 13.09 12.00 13.76

Triwulan IV 12.95 9.53 13.31 12.86 13.34 14.72 9.52 11.89 28.40 12.86 11.30 13.82

Triwulan I 12.36 10.15 13.22 13.13 13.70 14.41 8.74 10.63 22.34 12.67 12.00 13.57

Triwulan II 11.91 10.01 12.90 12.85 13.54 14.28 8.47 11.44 23.74 12.29 11.77 13.28

Triwulan III 11.58 9.65 12.51 12.73 13.29 14.19 8.55 11.73 21.90 12.07 11.55 13.18

Triwulan IV 11.33 9.36 12.44 12.66 13.20 14.05 8.50 11.71 10.30 11.89 11.36 13.08

Triwulan I 11.09 9.08 12.34 12.14 12.76 13.79 8.64 11.61 9.91 11.56 10.99 12.93

Triwulan II 11.10 9.45 12.23 12.02 12.49 13.51 8.52 11.59 12.38 11.50 11.04 12.73

Triwulan III 10.99 9.28 12.02 11.75 12.07 13.29 8.82 11.18 12.44 11.31 10.77 12.53

Triwulan IV 11.00 9.43 11.96 11.37 11.88 13.13 8.03 11.01 10.89 11.13 10.51 12.26

2017

2016

2015

2013

Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing dan Campuran

2014

Bank Umum

Periode

2011

2012

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

Triwulan I 13.04 9.94 13.01 12.92 13.14 14.34 8.28 10.28 22.85 12.93 11.76 13.57

Triwulan II 12.86 9.78 12.93 12.45 13.21 13.87 8.10 9.89 23.69 12.63 11.65 13.36

Triwulan III 12.71 9.62 12.55 12.40 13.01 14.02 8.56 9.57 23.59 12.54 11.47 13.15

Triwulan IV 12.24 10.88 12.44 11.99 12.97 13.84 8.11 8.42 23.30 12.11 12.09 13.00

Triwulan I 12.16 10.65 12.38 12.07 12.80 14.13 6.71 8.40 22.74 12.05 11.94 13.03

Triwulan II 12.66 10.25 12.25 11.74 12.58 13.93 6.76 8.47 21.41 12.16 11.32 12.86

Triwulan III 12.81 10.32 12.26 12.54 12.85 13.81 7.29 9.24 20.90 12.56 11.55 12.83

Triwulan IV 12.93 10.45 12.35 12.92 13.43 13.80 6.79 10.11 20.93 12.77 12.00 12.88

Triwulan I 13.03 10.53 12.42 13.11 13.59 13.97 9.30 10.71 21.87 13.03 12.19 12.99

Triwulan II 13.15 10.76 12.63 13.34 13.68 14.11 7.68 10.73 22.62 13.13 12.31 13.17

Triwulan III 13.36 10.50 12.70 13.50 13.72 14.19 6.50 10.81 26.08 13.23 12.15 13.28

Triwulan IV 13.37 10.37 12.90 13.15 13.76 14.29 7.20 11.14 26.76 13.13 12.13 13.45

Triwulan I 13.39 10.34 12.86 13.17 13.74 14.44 7.13 11.10 27.50 13.13 12.11 13.46

Triwulan II 13.43 10.39 13.00 12.91 13.76 14.61 6.83 9.64 28.49 12.98 12.15 13.61

Triwulan III 13.29 10.25 13.22 13.01 13.70 14.62 8.84 11.46 28.73 13.09 12.00 13.76

Triwulan IV 12.96 9.51 13.31 12.86 13.35 14.72 9.52 11.89 28.40 12.86 11.29 13.82

Triwulan I 12.30 9.54 13.46 12.94 13.51 14.65 8.76 10.63 28.18 12.56 11.37 13.89

Triwulan II 11.88 9.46 13.13 12.63 13.21 14.56 6.08 11.44 28.48 12.16 11.16 13.60

Triwulan III 11.54 9.15 12.83 12.56 13.04 14.39 5.74 11.73 26.35 11.95 11.03 13.47

Triwulan IV 11.31 8.96 12.77 12.63 12.80 14.30 7.27 11.71 24.08 11.88 10.81 13.38

Triwulan I 11.08 8.75 12.68 12.09 12.33 14.07 8.75 11.61 22.50 11.54 10.44 13.25

Triwulan II 11.08 8.81 12.50 11.90 12.01 13.79 6.03 11.59 20.23 11.40 10.36 13.00

Triwulan III 10.96 8.29 12.29 11.66 11.68 13.36 4.73 10.20 19.56 11.20 9.91 12.73

Triwulan IV 10.98 8.77 12.16 11.34 11.50 13.13 7.88 9.58 17.67 11.11 9.94 12.44

Bank Swasta Nasional Bank Asing dan Campuran

2014

Bank Umum

Periode

2012

2017

2016

2015

2013

Bank Pemerintah

Page 82: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

LAMPIRAN

76 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

D. Sistem Pembayaran

Tabel D.1. Perkembangan Jumlah Aliran Uang Kertas di Depo KPw BI Provinsi Sulsel (Rp Triliun)

Tabel D.2. Perkembangan Jumlah Aliran Uang Logam di Depo KPw BI Provinsi Sulsel (Rp Miliar)

Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow

I 4.41 1.71 2.69 13.90% -7.82% 33.98%

II 3.24 2.88 0.36 17.50% -9.25% 184.83%

III 4.87 5.31 (0.44) 24.12% 48.62% 225.76%

IV 4.07 4.16 (0.09) 27.33% 29.50% -536.97%

16.59 14.07 2.52 20.66% 19.01% 30.82%

I 5.30 2.34 2.96 20.17% 36.45% 9.82%

II 4.07 3.83 0.24 25.76% 32.95% -32.43%

III 5.56 5.64 (0.08) 14.16% 6.18% -81.98%

IV 4.30 4.10 0.21 5.64% -1.52% -336.57%

19.24 15.90 3.34 15.93% 13.01% 32.20%

I 6.18 2.25 3.94 16.70% -3.91% 33.01%

II 3.78 3.70 0.07 -7.20% -3.29% -69.42%

III 4.82 4.93 (0.11) -13.42% -12.67% 40.51%

IV 3.79 3.20 0.59 -11.93% -21.92% 186.71%

18.57 14.07 4.50 -3.47% -11.51% 34.84%

I 6.23 1.49 4.74 0.74% -33.73% 20.43%

II 3.34 4.73 (1.39) -11.46% 27.86% -1991.09%

III 6.50 2.52 3.99 35.03% -48.91% -3670.36%

IV 4.29 2.08 2.21 -76.89% -85.21% -50.87%

26.87 13.34 13.53 44.71% -5.20% 200.84%

I 4.61 1.29 3.32 -25.97% -13.47% -29.90%

II 3.33 3.18 0.16 -0.33% -32.90% -111.18%

2016

2016

2107

2015

2015

2014

2014

PeriodeJumlah yoy

2013

2013

Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow

I 0.03 0.28 (0.25) -80.04% -84.46% 84.86%

II 0.08 0.78 (0.70) -39.81% -69.23% 70.77%

III 0.08 2.51 (2.43) 335.68% 192.39% -189.28%

IV 0.10 2.63 (2.53) 95.78% 670.88% -772.95%

0.29 6.20 (5.91) -16.80% 12.07% -13.98%

I 0.14 2.20 (2.05) 388.70% 685.69% 720.65%

II 0.04 3.22 (3.18) -47.69% 314.31% 353.25%

III 0.23 3.93 (3.70) 186.11% 56.42% 52.18%

IV 0.13 2.07 (1.94) 29.30% -21.19% -23.20%

0.54 11.42 (10.88) 89.84% 84.31% 84.05%

I 0.00 1.74 (1.73) -97.54% -20.95% -15.58%

II 0.01 5.66 (5.65) -87.34% 75.61% 77.63%

III 0.03 3.59 (3.56) -84.91% -8.54% -3.84%

IV 0.00 5.84 (5.84) -97.69% 182.13% 200.88%

0.05 16.83 (16.78) -91.52% 47.38% 54.29%

I 0.00 4.45 (4.45) -43.63% 156.01% 156.41%

II 0.00 6.43 (6.43) -40.00% 13.71% 13.76%

III 0.00 3.54 (3.54) -99.84% -1.42% -0.46%

IV 0.00 5.24 (5.24) -99.86% -68.84% -68.76%

0.01 19.67 (19.67) -88.73% 16.90% 17.18%

I 0.00 3.46 (3.46) -94.40% -22.18% -22.15%

II 0.01 0.00 0.01 260.00% -99.94% -100.11%

2016

2016

2017

2013

2013

2014

2014

2015

2015

PeriodeJumlah yoy

Page 83: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 77

Tabel D.3. Perkembangan Transaksi Nontunai Melalui Real Time Gross Settlement (Rp Triliun)

E. Ekspor dan Impor

Tabel E.1. Perkembangan Komoditas Ekspor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan (US$ Ribu)

Sumber: Bea Cukai *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Ket: 10 besar komoditas ekspor sepanjang 2016

Tabel E.2. Perkembangan Ekspor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Negara Tujuan (US$ Juta)

Sumber: Bea Cukai *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Ket: 10 besar negara tujuan ekspor sepanjang 2016

From To From-To From To From-To

I 11.50 29.15 4.58 3.26% 24.82% -1.96%II 15.47 37.79 4.35 27.09% 45.01% -18.06%III 15.42 34.63 4.42 17.91% 1.86% -17.49%IV 19.88 40.65 5.05 25.54% 18.28% -17.24%

62.28 142.21 18.41 19.24% 20.75% -14.18%I 14.45 32.77 4.25 25.59% 12.42% -7.28%II 17.40 36.12 4.92 12.46% -4.41% 13.00%III 18.77 37.61 6.75 21.72% 8.61% 52.66%IV 20.54 41.48 7.30 3.32% 2.05% 44.57%

71.16 147.98 23.22 14.26% 4.06% 26.15%I 15.66 27.89 4.75 8.39% -14.89% 11.85%II 21.37 33.67 9.76 22.83% -6.79% 98.44%III 22.72 38.10 10.97 21.04% 1.28% 62.41%

III 25.66 41.37 11.87 24.93% -0.27% 62.68%

85.41 141.02 37.36 20.03% -4.70% 60.89%

I 14.45 32.77 4.29 -7.73% 17.51% -9.65%

II 26.71 31.93 4.27 24.96% -5.15% -56.25%

III 19.34 40.38 3.48 -14.88% 5.99% -68.29%

2012

PeriodeJumlah yoy

2015

2014

2013

2012

2013

2014

2015Pangsa

PasarQ1 Q2 Q3 Q4 2016 Q1 Q2 Q3 Q4 2017

Pangsa

Pasar

1 Nikel 789.75 54.78% 108.72 138.12 158.62 178.68 767.53 143.94 147.94 156.82 180.63 777.28 53.61%

2 Biji Coklat dan Coklat Olahan 199.17 13.82% 24.67 33.24 54.50 45.23 206.18 24.83 22.25 36.51 30.06 135.91 9.37%

3 Ikan dan Udang 112.56 7.81% 27.73 35.96 32.72 34.60 176.03 28.76 32.00 32.81 34.54 160.11 11.04%

4 Daging dan Ikan Olahan 22.46 1.56% 3.32 4.46 9.64 8.36 32.18 4.85 5.74 14.83 10.54 41.71 2.88%

5 Biji-bijian berminyak dan Obat 107.10 7.43% 18.39 21.34 22.40 18.24 107.30 13.80 13.06 16.06 26.46 82.44 5.69%

6 Buah-Buahan 42.89 2.98% 16.84 12.74 12.12 15.90 73.78 16.32 12.43 12.11 17.62 70.92 4.89%

7 Garam, belerang, kapur 15.03 1.04% 3.97 3.67 4.83 5.06 22.25 5.08 8.84 9.73 9.05 41.54 2.87%

8 Kayu, Barang dari Kayu 43.98 3.05% 8.82 6.30 5.09 5.95 34.88 11.01 11.66 8.84 16.77 59.93 4.13%

9 Sisa Industri Makanan 17.24 1.20% 3.38 4.71 6.33 4.85 26.93 4.72 3.66 3.88 3.80 19.72 1.36%

10 Kopi,teh, rempah-rempah 22.30 1.55% 1.83 2.16 7.95 7.66 23.20 2.24 2.13 4.28 7.28 18.06 1.25%

11 Lainnya 69.10 4.79% 11.72 13.61 11.19 14.12 68.17 5.58 7.59 11.42 10.05 42.24 2.91%

1,441.58 100.00% 229.37 276.31 325.41 338.66 1,538.43 261.13 267.31 307.30 346.80 1,449.85 100.00%

20172016Komoditas Ekspor Utama

(dalam juta USD)

2015

Nilai Ekspor Sulsel

Q1 Q2 Q3 Q4 TotalPangsa

PasarQ1 Q2 Q3 Q4 Total

Pangsa

Pasar

1 Jepang 117.90 147.25 172.45 192.53 925.51 53.59% 154.28 160.31 172.78 198.25 685.62 57.98%

2 Amerika Serikat 25.54 28.20 30.15 36.40 177.63 10.29% 31.36 29.58 34.64 36.87 132.45 11.20%

3 Tiongkok 18.75 26.40 31.86 26.91 155.79 9.02% 16.42 16.67 29.14 33.75 95.98 8.12%

4 Malaysia 16.03 22.61 32.79 28.03 150.40 8.71% 16.40 18.99 15.41 17.04 67.83 5.74%

5 Taiwan 1.77 1.92 3.05 1.72 12.07 0.70% 1.57 2.71 4.02 2.22 10.51 0.89%

6 Vietnam 6.39 8.17 7.32 7.86 46.86 2.71% 7.62 5.57 6.87 12.12 32.17 2.72%

7 Australia 2.33 1.74 1.54 4.19 13.18 0.76% 3.10 3.69 7.56 3.14 17.49 1.48%

8 Korea Selatan 4.01 4.80 4.50 6.76 28.08 1.63% 2.83 2.02 7.04 6.72 18.61 1.57%

9 Bangladesh 0.08 0.04 1.22 1.54 2.95 0.17% - 0.03 1.54 0.04 1.61 0.14%

10 Belanda 5.15 8.08 7.38 3.48 39.64 2.30% 3.88 2.46 3.01 3.66 13.00 1.10%

11 Lainnya 31.41 27.10 33.16 27.24 174.79 10.12% 23.67 25.30 25.29 32.99 107.25 9.07%

229.37 276.31 325.41 336.67 1,726.90 100.00% 261.13 267.31 307.30 346.80 1,182.54 100.00%

2016NEGARA TUJUAN

EKSPOR

(dalam juta USD)

Nilai Ekspor Sulsel

2017

Page 84: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

LAMPIRAN

78 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

Tabel E.3. Perkembangan Komoditas Impor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan (US$ ribu)

Sumber: Bea Cukai *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Ket: 10 komoditas impor sepanjang 2016

Tabel E.4. Perkembangan Impor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Negara Asal (US$ Ribu)

Sumber: Bea Cukai *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Ket: 10 besar negara importir sepanjang 2016

F. Inklusi Keuangan

Tabel F.1. Perkembangan Rasio Jumlah Rekening terhadap Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan

Sumber: BPS, diolah

Q1 Q2 Q3 Q4 2016Pangsa

PasarQ1 April Mei Juni Q2 Q3 Q4 2017

Pangsa

Pasar

1 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik 35.07 51.66 41.10 75.79 258.45 26.26% 60.89 15.82 22.52 4.56 42.91 21.54 14.17 139.51 16.82%

2 Gula dan Kembang Gula 0.19 0.26 0.54 0.70 2.04 0.21% 0.83 0.29 12.46 17.95 30.70 39.70 33.02 104.25 12.57%

3 Sisa Industri Makanan 13.57 15.38 23.50 15.69 88.28 8.97% 13.00 12.06 6.64 2.95 21.65 17.28 23.38 75.30 9.08%

4 Gandum 35.84 37.99 31.65 38.25 187.60 19.06% 38.27 2.41 10.09 14.47 26.97 40.34 38.67 144.24 17.39%

5 Bahan Kimia anorganik 3.35 2.13 0.07 2.39 10.07 1.02% 0.14 0.02 2.47 0.04 2.53 3.15 4.08 9.90 1.19%

6 Biji Coklat dan Coklat Olahan 1.80 2.02 6.25 4.18 17.46 1.77% 3.36 0.49 2.32 1.08 3.90 5.09 0.70 13.04 1.57%

7 Mesin dan Peralatan Listrik 1.62 1.14 5.84 53.19 63.18 6.42% 37.86 6.21 8.44 1.78 16.43 43.84 35.69 133.82 16.13%

8 Besi dan Baja 3.17 1.52 4.62 2.99 15.02 1.53% 0.97 0.10 2.60 0.39 3.09 2.25 2.17 8.47 1.02%

9 Produk Keramik 4.06 3.08 2.17 3.61 16.54 1.68% 4.15 0.97 1.62 1.32 3.91 5.77 4.71 18.54 2.24%

10 Kertas/Karbon 1.68 1.29 1.27 2.02 7.55 0.77% 1.98 0.70 0.74 0.00 1.44 2.34 0.07 5.84 0.70%

11 Lainnya 22.32 94.10 33.12 71.83 318.11 32.32% 39.50 7.79 36.18 12.66 56.63 48.31 32.21 176.65 21.29%

122.68 210.55 150.13 270.62 984.30 100.00% 200.95 46.87 106.09 57.20 210.17 229.61 188.86 829.58 100.00%Nilai Impor Sulsel

Komoditas Impor Utama

(dalam juta USD)

2016 2017

Q1 Q2 Q3 Q4 TotalPangsa

PasarQ1 Q2 Q3 Q4 Total

Pangsa

Pasar

1 Tiongkok 42.69 69.11 63.99 125.77 373.40 37.94% 126.89 74.32 34.05 49.78 285.05 34.36%

2 Thailand 4.66 2.33 3.76 5.25 20.42 2.07% 3.51 2.82 16.35 2.49 25.17 3.03%

3 Argentina 18.43 14.89 21.84 13.15 87.79 8.92% 10.87 17.93 15.49 20.54 64.83 7.81%

4 Australia 25.41 7.26 7.41 6.18 53.60 5.45% 12.48 16.27 18.06 7.62 54.43 6.56%

5 Amerika Serikat 2.37 6.65 2.79 3.52 24.26 2.46% 10.08 5.87 13.08 2.84 31.88 3.84%

6 Ukraina 0.11 8.43 17.90 39.41 80.18 8.15% 9.26 - 7.76 8.31 25.33 3.05%

7 Republik Dominika - - - 0.34 0.34 0.03% 0.72 1.13 1.91 0.24 4.01 0.48%

8 Pantai Gading - - - - - 0.00% - 1.68 0.67 - 2.35 0.28%

9 Malaysia 1.15 3.26 6.30 4.50 19.66 2.00% 2.95 2.69 3.80 0.92 10.36 1.25%

10 Singapura 0.64 4.59 0.76 0.87 11.54 1.17% 1.06 31.07 14.65 37.80 84.57 10.19%

11 Lainnya 27.21 94.02 25.39 71.63 313.09 31.81% 23.11 56.38 103.78 58.33 241.61 29.12%

122.68 210.55 150.13 270.62 984.30 100.00% 200.95 210.17 229.61 188.86 829.60 100.00%

NEGARA ASAL IMPOR

(dalam juta USD)

2016

Nilai Impor Sulsel

2017

2012 2013 2014* 2015** 2016** 2012 2013 2014* 2015** 2016** 2012 2013 2014* 2015** 2016**

4,079 4,806 5,182 5,540 5,700 8,207 8,309 8,408 8,520 8,796 49.70 57.84 61.64 65.02 64.81

2012 2013 2014* 2015** 2016** 2012 2013 2014* 2015** 2016** 2012 2013 2014* 2015** 2016**

894 872 870 916 945 8,207 8,309 8,408 8,520 8,796 10.89 10.49 10.34 10.75 10.75

*) Jumlah penduduk merupakan proyeksi dari proporsi jumlah penduduk miskin berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS

**) Data terkini perbankan dan jumlah penduduk miskin

Jumlah Penduduk (Ribu Orang)*Jumlah Rekening Kredit Lokasi Bank (Ribu Rekening)

Jumlah Rekening DPK Lokasi KC/KCP (Ribu Rekening) Jumlah Penduduk (Ribu Orang)*Rasio Jumlah Rekening DPK terhadap Jumlah Penduduk

(%)

Rasio Jumlah Rekening Kredit terhadap Jumlah

Penduduk (%)

Page 85: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 79

G. Indikator Makro Per Kabupaten/Kota

Tabel G.1.PDRB menurut kabupaten/kota atas dasar harga berlaku dan konstan (Rp Milyar)

Sumber: BPS, diolah – Data PDRB Seri Tahun 2000

Tabel G.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota Harga Konstan (Rp Milyar)

Sumber: BPS, diolah – Data PDRB Seri Tahun 2000

2013* 2014* 2015** 2012 2013* 2014* 2015** 2016**

1 Kep Selayar 2,880.86 3,494.21 4,149.34 2,122.81 2,296.37 2,503.22 2,723.81 2,924.26

2 Bulukumba 7,187.33 8,385.78 9,584.32 5,483.24 5,909.29 6,414.14 6,777.43 7,241.16

3 Bantaeng 4,350.32 4,964.12 5,604.99 3,234.46 3,525.61 3,819.61 4,073.15 4,373.65

4 Jeneponto 5,269.41 6,157.05 6,999.85 4,147.46 4,422.90 4,773.92 5,085.88 5,513.69

5 Takalar 5,004.18 5,882.26 6,809.96 3,809.14 4,144.29 4,549.03 4,931.57 5,404.58

6 Gowa 10,713.90 12,044.91 13,734.06 8,289.11 9,070.00 9,720.52 10,381.04 11,172.27

7 Sinjai 5,601.47 6,484.77 7,511.14 4,366.71 4,706.67 5,035.70 5,415.55 5,802.60

8 Maros 11,966.92 13,662.54 15,767.63 9,044.51 9,612.26 10,067.22 10,931.05 11,970.40

9 Pangkep 13,759.00 15,970.74 18,481.48 10,288.64 11,248.48 12,420.26 13,411.01 14,513.11

10 Barru 3,833.30 4,434.06 4,918.37 3,000.72 3,237.00 3,475.20 3,694.86 3,919.04

11 Bone 16,734.21 19,879.98 23,149.37 12,730.12 13,531.85 14,882.65 16,052.41 17,504.82

12 Soppeng 5,401.35 6,174.25 6,828.42 4,259.55 4,567.54 4,882.65 5,131.82 5,554.05

13 Wajo 11,629.14 13,656.16 15,095.71 8,819.11 9,428.97 10,341.51 11,070.41 11,620.82

14 Sidrap 6,936.04 8,048.15 9,284.22 5,297.54 5,664.56 6,110.56 6,594.25 7,191.28

15 Pinrang 9,892.58 11,365.83 13,142.36 7,708.90 8,269.61 8,939.91 9,676.97 10,404.18

16 Enrekang 4,119.56 4,628.10 5,239.60 3,021.20 3,197.50 3,389.50 3,623.38 3,899.61

17 Luwu 7,681.02 9,018.94 10,363.70 5,915.10 6,372.70 6,934.34 7,437.79 8,031.64

18 Tana Toraja 3,683.75 4,277.60 4,901.49 2,793.72 2,994.47 3,198.55 3,417.60 3,670.27

19 Luwu Utara 6,338.05 7,590.83 8,681.53 4,911.00 5,274.16 5,739.78 6,122.48 6,580.62

20 Luwu Timur 16,662.67 20,497.07 21,022.95 11,963.26 12,717.28 13,748.26 14,690.56 14,868.56

21 Toraja Utara 4,230.78 5,028.50 5,840.95 2,971.71 3,259.91 3,508.98 3,778.90 4,089.33

22 Makassar 88,363.46 100,398.53 114,171.73 70,851.04 76,851.04 82,596.79 88,740.21 95,836.98

23 Pare-pare 3,940.54 4,434.69 5,059.51 3,150.26 3,400.55 3,615.72 3,842.61 4,106.87

24 Palopo 4,181.23 4,765.33 5,318.66 3,363.25 3,633.01 3,889.66 4,141.82 4,429.43

NO KABUPATEN/KOTA ATAS DASAR HARGA BERLAKU ATAS DASAR HARGA KONSTAN

2013 2014 2015 2016

1 Kep. Selayar 8.18 9.01 8.81 7.35

2 Bulukumba 7.77 8.54 6.51 6.90

3 Bantaeng 9.00 8.33 6.63 7.39

4 Jeneponto 6.64 7.93 6.53 8.43

5 Takalar 8.80 9.76 8.40 9.61

6 Gowa 9.42 7.17 6.79 7.63

7 Sinjai 7.79 6.98 7.54 7.16

8 Maros 6.28 4.73 8.58 9.52

9 Pangkep 9.33 10.41 7.96 8.24

10 Barru 7.87 7.35 6.31 6.09

11 Bone 6.30 9.53 8.29 9.06

12 Soppeng 7.23 6.89 5.10 8.24

13 Wajo 6.92 9.67 7.05 4.98

14 Sidrap 6.93 7.87 7.98 9.00

15 Pinrang 7.27 8.11 8.24 7.51

16 Enrekang 5.84 5.99 6.89 7.64

17 Luwu 7.74 8.81 7.26 7.99

18 Tana Toraja 7.19 6.80 6.84 7.42

19 Luwu Utara 7.39 8.82 6.66 7.49

20 Luwu Timur 6.30 8.10 6.43 1.62

21 Toraja Utara 9.74 7.64 7.65 8.21

22 Makassar 8.55 7.39 7.46 7.99

23 Pare-pare 7.95 6.33 6.28 6.87

24 Palopo 8.02 7.05 6.45 6.98

NOPERTUMBUHAN PERTAHUN

KABUPATEN/KOTA

Page 86: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

LAMPIRAN

80 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

Tabel G.3.PDRB Perkapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Berlaku (Rp juta rupiah)

Sumber: BPS, diolah – Data PDRB Seri Tahun 2000

Tabel G.4. Jumlah Penduduk Sulawesi Selatan Menurut Kabupaten/Kota

Sumber: BPS, diolah

2010 2011 2012* 2013* 2014* 2015**

1 Kep. Selayar 9.25 11.17 16.90 18.05 19.44 20.92

2 Bulukumba 9.51 10.74 13.64 14.59 15.73 16.51

3 Bantaeng 10.33 12.21 17.99 19.48 20.95 22.21

4 Jeneponto 6.61 7.73 11.89 12.60 13.51 14.30

5 Takalar 7.60 8.65 13.74 14.77 16.03 17.19

6 Gowa 7.76 8.87 12.14 13.03 13.70 14.36

7 Sinjai 12.26 13.98 18.73 20.04 21.29 22.74

8 Maros 8.12 9.38 27.57 28.97 30.00 32.22

9 Pangkep 17.54 20.67 32.80 35.47 38.78 41.44

10 Barru 10.00 11.37 17.82 19.12 20.40 21.58

11 Bone 10.46 12.19 17.45 18.43 20.15 21.61

12 Soppeng 12.15 14.28 18.92 20.25 21.63 22.70

13 Wajo 14.00 17.16 22.65 24.14 26.38 28.15

14 Sidrap 12.34 15.26 18.93 19.99 21.32 22.76

15 Pinrang 15.02 17.50 21.51 22.89 24.55 26.38

16 Enrekang 10.06 11.89 15.52 16.28 17.10 18.12

17 Luwu 11.15 12.91 17.37 18.54 19.98 21.24

18 Tana Toraja 6.64 8.04 12.43 13.24 14.05 14.93

19 Luwu Utara 10.64 12.25 16.68 17.74 19.13 22.22

20 Luwu Timur 34.02 38.65 46.60 48.35 51.03 65.14

21 Toraja Utara 6.89 8.31 13.46 14.66 15.66 12.48

22 Makassar 27.56 31.82 51.08 54.58 57.79 61.23

23 Pare-pare 13.85 15.77 23.62 25.15 26.41 27.70

24 Palopo 13.12 14.98 21.48 22.59 23.59 24.52

*) Data Sementara **) Data Sangat Sementara

No Kabupaten/Kota PDRB perkapita

No Kabupaten/Kota 2013 2014 2015 2016

1 Kep. Selayar 127,220 128,744 130,199 131,605

2 Bulukumba 404,896 407,775 410,485 413,229

3 Bantaeng 181,006 182,283 183,386 184,517

4 Jeneponto 351,111 353,287 355,599 357,807

5 Takalar 280,590 283,762 286,906 289,978

6 Gowa 696,096 709,386 722,702 735,493

7 Sinjai 234,886 236,497 238,099 239,689

8 Maros 331,796 335,596 339,300 342,890

9 Pangkep 317,110 320,293 323,597 326,700

10 Barru 169,302 170,316 171,217 171,906

11 Bone 734,119 738,515 742,912 746,973

12 Soppeng 225,512 225,709 226,116 226,305

13 Wajo 390,603 391,980 393,218 394,495

14 Sidrap 283,307 286,610 289,787 292,985

15 Pinrang 361,293 364,087 366,789 369,595

16 Enrekang 196,394 198,194 199,998 201,614

17 Luwu 343,793 347,096 350,218 353,277

18 Tana Toraja 226,212 227,588 228,984 230,195

19 Luwu Utara 297,313 299,989 302,687 305,372

20 Luwu Timur 263,012 269,405 275,595 281,822

21 Toraja Utara 222,393 224,003 225,516 226,988

22 Makassar 1,408,072 1,429,242 1,449,401 1,469,601

23 Pare-pare 135,192 136,903 138,699 140,423

24 Palopo 160,819 164,903 168,894 172,916

Sulawesi Selatan 8,342,047 8,432,163 8,520,304 8,606,375

Page 87: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 81

Tabel G.5.Tingkat Partisipasi Angkatan Lerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Sulawesi Selatan Menurut

Kabupaten/Kota (%)

Sumber: BPS, diolah

Tabel G.6.Indikator Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan

Sumber: BPS, diolah

2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014

1 Kep. Selayar 65.1 62.7 61.11 60.6 4.68 3.25 4.62 2.1

2 Bulukumba 64.2 68.4 62.25 65 5.46 2.71 4.16 2.8

3 Bantaeng 65.5 72.2 68.74 71.9 5.54 7.02 6.44 2.4

4 Jeneponto 64.5 67.0 61.96 61.7 5.06 4.35 2.77 2.7

5 Takalar 64.5 62.3 57.69 62.9 5.54 6.21 2.73 2.7

6 Gowa 65.6 62.1 64.17 66.3 7.05 4.01 2.63 2.3

7 Sinjai 65.1 73.1 70.34 68.8 5.59 2.84 0.43 0.9

8 Maros 64.9 64.3 60.98 63.0 6.94 6.43 5.71 4.6

9 Pangkep 65.0 57.6 54.41 57.6 6.09 8.03 5.7 9.9

10 Barru 64.2 56.8 53.43 50.4 5.75 4.78 4.51 2.3

11 Bone 64.0 64.8 63.3 63.9 5.98 3.51 3.8 5

12 Soppeng 63.4 62.1 57.22 57.6 5.16 6.15 6.65 2.4

13 Wajo 67.0 59.9 58.16 55.6 7.45 3.13 3.72 4.9

14 Sidrap 64.6 57.2 52.25 54.0 4.78 6.99 7.62 6.2

15 Pinrang 64.5 55.0 52.07 60.1 6.55 5.35 1.96 2.8

16 Enrekang 66.6 74.5 70.27 68.2 6.66 3.05 1.61 1.4

17 Luwu 65.3 59.7 58.69 62.5 7.41 10.55 7.14 5.1

18 Tana Toraja 67.1 76.3 70.55 80.3 5.56 4.63 3.26 3.3

19 Luwu Utara 65.9 65.6 62.02 66.7 4.47 5.03 4.48 1.8

20 Luwu Timur 68.3 67.3 65.01 67.2 7.16 8.12 6.28 8.1

21 Toraja Utara 63.5 68.3 65.25 69.8 6.05 5.08 2.82 3.7

22 Makassar 61.0 57.9 57.8 56.9 8.41 9.97 9.53 10.9

23 Pare-pare 62.0 60.4 57.72 60.6 7.97 4.21 4.86 7.1

24 Palopo 63.1 59.6 58.13 58.0 9.47 8.43 9.03 8.1

Sulawesi Selatan 64.3 62.8 60.49 62.0 6.56 5.87 5.1 5.1

Kabupaten / KotaTPAK TPT

No

Jumlah

(ribu) % P1 P2

Jumlah

(ribu) % P1 P2

1 Kep. Selayar 16.2 12.87 2.34 0.61 18.2 14.23 2.32 0.54

2 Bulukumba 31.5 7.83 0.93 0.18 36.7 9.04 1.01 0.17

3 Bantaeng 16.00 8.90 1.64 0.45 18.9 10.45 1.68 0.49

4 Jeneponto 58.0 16.59 2.64 0.68 58.1 16.52 2.42 0.61

5 Takalar 26.7 9.60 1.57 0.48 29.3 10.42 1.48 0.35

6 Gowa 55.3 8.06 1.66 0.64 61.0 8.73 1.19 0.25

7 Sinjai 21.7 9.29 1.26 0.26 24.3 10.32 1.41 0.33

8 Maros 41.3 12.56 2.36 0.60 43.1 12.94 2.24 0.63

9 Pangkep 52.3 16.63 2.76 0.77 56.4 17.75 3.15 0.85

10 Barru 15.7 9.28 1.50 0.37 17.5 10.32 1.33 0.26

11 Bone 89.5 12.25 1.90 0.51 87.7 11.92 1.75 0.47

12 Soppeng 20.6 9.12 1.08 0.21 21.3 9.43 0.93 0.15

13 Wajo 30.5 7.83 0.87 0.16 31.9 8.17 1.27 0.35

14 Sidrap 16.9 6.00 0.77 0.14 17.9 6.3 1.00 0.23

15 Pinrang 28.1 7.83 1.37 0.40 32.1 8.86 1.16 0.22

16 Enrekang 28.2 14.45 1.79 0.38 29.7 15.11 2.02 0.44

17 Luwu 45.5 13.34 1.97 0.47 52.0 15.10 2.25 0.52

18 Tana Toraja 28.7 12.73 1.98 0.46 31.3 13.81 1.81 0.38

19 Luwu Utara 41.4 14.03 2.68 0.75 46.2 15.52 2.06 0.43

20 Luwu Timur 19.9 7.72 1.13 0.29 2.2 8.38 1.37 0.32

21 Toraja Utara 36.0 16.28 2.44 0.52 36.8 16.53 3.03 0.86

22 Makassar 69.9 5.02 0.76 0.17 66.4 4.7 0.84 0.24

23 Pare-pare 7.5 5.58 0.88 0.21 8.6 6.38 0.83 0.18

23 Palopo 14.9 9.47 1.61 0.44 15.5 9.57 1.42 0.3

Sulawesi Selatan 812.3 9.82 1.68 0.42 863.2 10.32 1.65 0.40

Kabupaten/Kota

2012 2013

NO

Page 88: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

LAMPIRAN

82 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

H. Daftar Istilah

Istilah Keterangan

Administered prices Komponen inflasi berupa harga-harga barang dan jasa yang diatur pemerintah

Abenomics Mencakup serangkaian langkah-langkah kebijakan yang dirancang untuk mengatasi masalah ekonomi makro Jepang dari

resesi berkepanjangan di negara itu, isu-isu seperti kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan investasi swasta untuk

meningkatkan konsumsi dalam negeri sekaligus meningkatkan ekspor

Austerity program Program kebijakan ekonomi yang bertujuan mengurangi defisit atau belanja pemerintah

Bail out Injeksi dana talangan bagi pihak yang mengalami kesulitan dana/likuiditas

Balance sheet Neraca

Banking union Kerangka kerja perbankan yang terintegrasi dengan tujuan menjaga stabilitas perbankan

Barrel Satuan pengukur volume yang biasa digunakan dalam perdagangan minyak internasional

Basel III Standar regulasi global mengenai tingkat kesehatan bank yang didasarkan pada kecukupan modal bank, stress testing,

dan risiko likuiditas pasar; disepakati oleh ang gota Basel Committee on Banking Supervision dan akan diimplementasikan

2013-2018

BI rate Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

Branchless banking Strategi pemberian pelayanan jasa keuangan perbankan tanpa bergantung pada keberadaan kantor cabang

Bullish Kecenderungan harga untuk meningkat

Clean money policy Kebijakan penggantian uang rusak dengan uang layak edar

Consensus forecast Prediksi masa depan yang dibuat dengan menggabungkan bersama beberapa perkiraan terpisah yang sering dibuat

menggunakan metodologi yang berbeda

Core-deposit Sumber dana andalan bank yang bersifat stabil sebagai basis pinjaman bank

Cost push inflation Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya

Cost of capital Biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik hutang, saham preferen, saham biasa,

maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi perusahaan

Credit Limit Batas kredit

Credit rating Sebuah penaksiran kelayakan kredit dari individu atau korporasi

Crisis management

protocol

Prosedur manajemen krisis ini menetapkan protokol penggelaran tim manajemen dan mendefinisikan peran dan

tanggung jawab anggota tim itu

Debt ceiling Pagu hutang

Debt service ratio Rasio beban pembayaran utang terhadap penerimaan ekspor suatu negara

Debt swap Serangkaian transaksi yang mempertukarkan pembayaran utang oleh dua entitas ekonomi

Deflasi Penurunan harga-harga barang dan jasa secara umum

Dependency ratio Rasio ketergantungan penduduk usia nonproduktif terhadap penduduk yang produktif

Deposit facility Fasilitas deposit untuk membuat deposito overnight dengan bank sentral

Deposit rate Tingkat suku bunga simpanan

Deposito Produk bank sejenis jasa tabungan yang memiliki jangka waktu penarikan, berdasarkan kesepakatan antara bank dengan

nasabah

Depresiasi rupiah Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

Devisa Semua barang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional

Disposable income Jumlah pendapatan pribadi individu memiliki setelah pajak dan biaya pemerintah, yang dapat dihabiskan pada kebutuhan,

atau non-penting, atau diselamatkan

Double-dip recession Peristiwa dimana resesi menimpa suatu negara setelah sempat membaik dari resesi sebelumnya dalam waktu yang

pendek

Double taxation Pengenaan pajak oleh suatu yurisdiksi lebih dari satu kali

Down payment Pembayaran awal sebelum melunasi pembelian

Page 89: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 83

Istilah Keterangan

Dropshot Pembayaran uang layak edar (ULE) setoran dari bank kepada bank yang sama (bank penyetor) atau kepada bank berbeda,

dimana terhadap setoran ULE dari bank tersebut, Bank Indonesia tidak melakukan perhitungan rinci dan penyortiran

Ekspansi fiskal Kebijakan peningkatan fiskal dengan cara menambah pengeluaran pemerintah

Emerging market Kelompok negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat yang antara lain tercermin dari perkembangan pasar

keuangan dan industrialisasi

E-money Uang elektronik

Exchange rate pass

through

Persentase perubahan dalam mata uang lokal harga impor akibat perubahan satu persen dalam nilai tukar antara negara-

negara pengekspor dan pengimpor

External imbalance Keseimbangan eksternal terjadi ketika transaksi berjalan tidak terlalu positif atau negatif berlebihan

Fee based income Pendapatan bank yang berasal dari transaksi jasa-jasa bank selain dari selisih bunga

Financial sophistication Kecang gihan dalam pengelolaan keuangan financial exclusion pemberian layanan keuangan dengan biaya terjangkau

untuk bagian segmen yang kurang beruntung dan berpenghasilan rendah masyarakat

Fiscal space Ruang ekspansi kebijakan fiskal

Flight to quality Istilah yang digunakan untuk menyatakan fenomena di pasar keuangan, dimana investor menjual apa yang mereka anggap

sebagai investasi berisiko dan membeli investasi yang lebih aman

Fiscal sustainability Kemampuan pemerintah untuk menjaga kesinambungan belanja, pajak, dan kebijakan lainnya dalam jangka panjang

tanpa risiko gagal bayar

Giro Simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau surat perintah

pembayaran lain atau dengan pemindahbukuan

Good corporate

governance

Tata kelola yang baik

Growth-supporting

funding facility

Fasilitas pendanaan yang disediakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi

Hedging Strategi untuk melindung nilai dengan membatasi risiko atau probabilitas kerugian yang dapat ditimbulkan

Holding company Perusahaan induk dari beberapa perusahaan

Idle money Uang yang tidak terpakai

Imported inflation Inflasi yang disebabkan kenaikan harga barang-barang impor

Indeks kedalaman

kemiskinan

Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin

Indeks keparahan

kemiskinan

Ukuran penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin

Industrial upgrading Peningkatan industri produk nonkomoditas

Inflasi Kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum

Inflasi inti

Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan

dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, nilai tukar, harga komoditas internasional,

inflasi mitra dagang dan ekspektasi Inflasi

Inter-bank lending Penempatan dana bank pada bank lain

Intercompany loans Pinjaman yang dilakukan oleh suatu departemen kepada departemen lain dalam satu struktur organisasi

Intra-regional trade Perdagangan internasional negara-negara dalam satu kawasan

Investasi portofolio Investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar keuangan

Investment grade Peringkat layak investasi

Leading indicator Indikator penuntun yang menunjukkan arah variabel acuan ke depan

Lending facility Sebuah mekanisme yang digunakan saat bank sentral meminjamkan dana kepada dealer utama

Less cash society Masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran nontunai

Long-term financing Skema fasilitas pinjaman murah (bunga 1%) dari ECB bagi perbankan eropa dalam rangka mencegah keketatan likuiditas

Page 90: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

LAMPIRAN

84 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan

Istilah Keterangan

operation Credit crunch dengan jangka waktu 3 tahun

M1 Uang dalam arti sempit (uang kartal dan giral)

M2 Uang dalam arti luas (uang kartal, giral, dan deposito)

Makroprudensial Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem keuangan secara keseluruhan

Margin Selisih

Mikroprudensial Kehati-hatian yang terkait dengan pengelolaan lembaga keuangan secara individu agar tidak membahayakan

kelangsungan usahanya

Monetary union Penggunaan satu mata uang tunggal dalam satu kawasan

Monetisasi Proses konversi/perubahaan sesuatu (aset) menjadi uang

Moral hazard Kecenderungan untuk melakukan kecurangan

Mtm Month-to-month growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, atau

bulan) terhadap satu bulan sebelumnya

Online banking Transaksi keuangan yang dilakukan dengan memanfaatkan koneksi internet

Operation twist Kebijakan The Fed pada akhir 2011, dimana The Fed mengambil inisiatif membeli surat berharga jangka panjang dan

secara simultan menjual yang jangka pendek untuk menurunkan tingkat suku bunga jangka panjang

Operasi Pasar Kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan bank dan pihak lain dalam rangka

pengendalian moneter

Pagu hutang / debt

ceiling

Jumlah total utang pemerintah Amerika Serikat yang boleh diterbitkan dalam periode tertentu

Pasar obligasi Tempat diperdagangkannya obligasi

Pendapatan disposibel Bagian dari pendapatan yang siap untuk dibelanjakan

Price taker Pengambil harga

Primary reserves Cadangan utama, bisanya bersifat likuid (dapat diuangkan sewaktu-waktu)

Push factor Faktor pendorong

Quantitative easing Kebijakan dimana The Fed mencetak uang baru dan menyalurkannya pada bank untuk memberikan dukungan

pembiayaan/pendanaan usaha/bisnis dengan bunga terjangkau

Qtq Quarter-to-quarter growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu,

bulan, atau kuartal) terhadap titik waktu yang sama tiga bulan (1 kuartal) sebelumnya

Rasio gini Suatu ukuran yang biasa digunakan untuk memperlihatkan tingkat ketimpangan pendapatan

Second round effect Dampak lanjutan

Short-term liquidity Likuiditas jangka pendek

Sistem pembayaran Sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain

Solvabilitas Kemampuan perusahaan untuk membayar segala kewajibannya

Sovereign debt crisis Krisis timbul akibat kegagalan pemerintah negara penerbit surat berharga untuk memenuhi kewajibannya (bunga dan

pokoknya)

Stimulus fiskal Kebijakan fiskal pemerintah yang ditujukan untuk mempengaruhi permintaan agregat (aggregate demand) yang

selanjutnya (diharapkan) akan berpangaruh pada aktivitas perekonomian dalam jangka pendek

Sukuk Suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi

syariah

Tenor Masa pelunasan pinjaman, dinyatakan dalam hari, bulan atau tahun

Term of trade Perbandingan harga ekspor suatu negara terhadap impornya

Unbanked Orang-orang atau bisnis yang tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan utama biasanya ditawarkan oleh bank-

bank ritel

Velositas uang Kecepatan perputaran uang yang beredar

Page 91: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 85

Istilah Keterangan

Volatile food Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam,

atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan

internasional

Yield Imbal hasil

Yoy Year-on-year growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, bulan,

triwulan, semester, atau tahun) terhadap titik waktu yang sama satu tahun sebelumnya

Ytd Year-to-date growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, bulan,

triwulan, semester) terhadap titik waktu terakhir pada tahun sebelumnya (31 Desember). Ytd biasanya untuk mengukur

pertumbuhan secara akumulatif.

Yuan Mata uang Tiongkok