kajian ekonomi regional fileperan dalam menjalankan tugas-tugas bank indonesia yang diberikan”....

102
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011

Upload: hoangcong

Post on 31-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

TRIWULAN IV-2011

BANK INDONESIA MEDAN 2011

Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”.

Misi Bank Indonesia: “Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”.

Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia: “Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berprilaku yang terdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan”.

Visi Kantor Bank Indonesia Medan: “Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan”.

Misi Kantor Bank Indonesia Medan: “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya”.

Kalender Publikasi Periode Publikasi Publikasi KER Triwulan I Pertengahan Mei KER Triwulan II Pertengahan Agustus KER Triwulan III Pertengahan November KER Triwulan IV Pertengahan Februari

Penerbit: Kantor Bank Indonesia Medan Jl. Balai Kota No.4 MEDAN, 20111 Indonesia Telp : 061-4150500 psw. 1729, 1770 Fax : 061-4152777 , 061-4534760 Homepage : www.bi.go.id Email : [email protected]

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan IV-2011 ini akhirnya dapat kami sajikan kepada para pembaca sekalian. Buku KER ini mengulas dinamika ekonomi di Sumut pada Triwulan IV-2011 yang tercermin dari perkembangan makroekonomi regional, perbankan, keuangan daerah, dan sistem pembayaran, serta prospek ekonomi Sumut ke depan dalam rangka pemberian informasi yang komprehensif kepada para stakeholders Bank Indonesia.

Secara umum kondisi perekonomian Sumut pada triwulan IV-2011 masih kondusif di tengah kekhawatiran akan efek dari krisis ekonomi di Eropa yang belum menemukan solusi penyelesaiannya. Selama triwulan IV-2011, perekonomian Sumut tumbuh 6,36% (yoy) dari triwulan IV-2011. Kondisi perekonomian yang masih kondusif juga terlihat dari tingginya angka pertumbuhan komponen investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) yang tumbuh 6,17% (yoy) yang menunjukkan masih tingginya kepercayaan pelaku ekonomi untuk melakukan investasi di Sumut. Kinerja ekonomi ini juga didukung oleh industri perbankan yang mencatat peningkatan angka kredit yang tinggi selama periode triwulan IV-2011 yaitu sebesar 7,42% (qtq).

Demikian pula dari aspek stabilitas harga yang cukup terkendali pada triwulan IV-2011 yang terlihat dari realisasi inflasi nol persen secara triwulanan. Dengan stabilnya harga-harga pada periode triwulan IV-2011 ini, maka inflasi tahunan pada akhir 2011 mencapai 3,67% (yoy), lebih rendah dari perkiraan semula sebesar 5,5%±1%. Angka ini juga lebih rendah dari inflasi nasional yang mencapai angka 3,79% (yoy) pada periode yang sama. Pencapaian inflasi rendah ini tidak terlepas dari kerja keras seluruh elemen pemerintah daerah yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah serta stakeholders lainnya di Sumut.

Dengan memperhatikan masih tingginya permintaan domestik serta adanya beberapa peristiwa yang diperkirakan dapat mendorong konsumsi rumah tangga seperti perayaan Imlek dan Cengbeng, perekonomian Sumut pada triwulan I-2012 diperkirakan akan terus tumbuh positif dengan level yang moderat.

Demikian hasil assesmen yang kami lakukan terhadap perekonomian Sumut triwulan IV-2011 dan prospek triwulan I-2012 berdasarkan informasi dan data yang kami peroleh dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah menyediakan informasi dan data yang mendukung penulisan buku ini. Kami menyadari bahwa analisis yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang sangat baik dengan

berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Februari 2012 BANK INDONESIA MEDAN

Nasser Atorf

Pemimpin

Daftar Isi ii

Daftar Isi

Kata Pengantar .............................................................................................................. i Daftar Isi .......................................................................................................................ii Daftar Tabel .................................................................................................................. iv Daftar Grafik ................................................................................................................. v Daftar Lampiran ........................................................................................................... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................................... viii BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ..................................................... 1

1.1. Kondisi Umum ............................................................................................ 1 1.2. Sisi Permintaan ........................................................................................... 2 1.2.1. Konsumsi .......................................................................................... 3 1.2.2. Investasi ............................................................................................ 5 1.2.3. Ekspor dan Impor ............................................................................... 7 1.3. Sisi Penawaran ......................................................................................... 11

1.3.1. Sektor Pertanian ............................................................................... 11 1.3.2. Sektor Industri Pengolahan ................................................................ 13 1.3.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran .............................................. 14 1.3.4. Sektor Keuangan .............................................................................. 15 1.3.5. Sektor Bangunan .............................................................................. 16 1.3.6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ................................................ 17 1.3.7. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih .......................................................... 21

BOKS 1 Kajian: Peta Sektor Utama Regional Sumatera Utara ......................................... 20 BOKS 2 Progress Pembangunan Bandara Kualanamu .................................................... 26 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ...................................................................... 28

2.1. Kondisi Umum .......................................................................................... 28 2.2. Inflasi Triwulanan ...................................................................................... 29

2.2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa .......................................... 30 2.2.2. Inflasi Menurut Kota .......................................................................... 34

2.3. Inflasi Tahunan ......................................................................................... 35 2.3.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa .......................................... 35

2.3.2. Inflasi Menurut Kota .......................................................................... 41 2.4. Faktor-Faktor Penyebab Inflasi ...................................................................... 42

BOKS 3 Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Sumatera Utara ................................................................ 44

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ................................... 49

3.1. Kondisi Umum .......................................................................................... 49 3.2. Intermediasi Perbankan .............................................................................. 50

3.2.1. Penghimpunan Dana Masyarakat ....................................................... 50 3.2.2. Penyaluran Kredit ............................................................................. 51 3.2.3. Kredit UMKM .................................................................................. 53

3.3. Stabilitas Perbankan ................................................................................... 55 3.3.1. Resiko Kredit ................................................................................... 55

3.3.2. Resiko Likuiditas ............................................................................... 55

Daftar Isi iii

3.4. Perbankan Syariah ..................................................................................... 56 3.5. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ..................................................................... 57 3.6. Sistem Pembayaran Tunai ........................................................................... 58

3.6.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow) ........................ 58 3.6.2. Temuan Uang Palsu .......................................................................... 59

3.6.3. Penyediaan Uang Layak Edar ............................................................. 59 3.7. Sistem Pembayaran Non Tunai .................................................................... 58

3.7.1. Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara ......................... 60 3.7.2. Temuan Transaksi Kliring ................................................................... 61

BOKS 4 Bazaar Intermediasi Peternakan Ruminansia dan Perbankan Sumatera Utara ..... 44

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ............................................................... 64 BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ............................... 66

5.1. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah ...................................................... 66 5.2. Perkembangan Kesejahteraan Daerah .......................................................... 68 5.2.1. Profil Kemiskinan Sumatera Utara ....................................................... 68 5.2.2. Nilai Tukar Petani .............................................................................. 70

BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH .................................................................... 71 6.1. Perkiraan Ekonomi .................................................................................... 71 6.2. Perkiraan Inflasi Daerah .............................................................................. 73

LAMPIRAN

Daftar Isi iv

Daftar Tabel

1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Permintaan ................................................ 2 1.2. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumut ..................................................................... 8 1.3 Perkembangan Nilai Ekspor per Kelompok Komoditi Provinsi Sumut ..................................... 8 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Penawaran ............................................. 11 1.5. Perkembangan Indikator Pertanian (ATAP & ARAM) Provinsi Sumut .................................. 12 1.6. Indikator Kinerja Perbankan Provinsi Sumatera Utara ....................................................... 15 2.1. Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Tw.IV-2011 ............................................. 29 2.2. Komoditas yang Memberikan Andil Deflasi Tw.IV-2011 ........................................... 29 2.3. Inflasi Triwulanan di Sumut menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) ............................... 30 2.4. Housing Stock .......................................................................................................... 33 2.5. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%) ......................................................... 35 2.6. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kelompok barang dan jasa (%) ................................... 35 2.7. Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy) ........................................................... 31 2.8. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%, yoy) ............... 41

3.1. Indikator Utama Perbankan Sumut ............................................................................... 50 3.2. Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut per Sektor Ekonomi .......................................... 53 3.3. Indikator Perbankan Syariah Sumut .............................................................................. 56 3.4. Indikator Utama BPR Sumut ........................................................................................ 57 3.5. Data Temuan Uang Palsu di Kantor Bank Indonesia Medan .............................................. 59 3.6. Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara ................................................................ 60 3.7. Transaksi Kliring Perbankan Sumatera Utara .................................................................. 61 4.1. Pendapatan dan Belanja Daerah Sumatera Utara 2012 .................................................... 64

5.1. Beberapa Upah Minimum Sektoral Kota (UMSK) Medan dan Deliserdang ......................... 67 5.2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara ............................................... 68 5.3. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara menurut Daerah ......................... 69 5.4. Garis Kemiskinan Sumatera Utara Tahun 2004-2011 (Rp/Kapita/Bulan) .............................. 69 5.5. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) ......................... 70

Daftar Isi v

Daftar Grafik

1.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sumut ................................................................. 1 1.2. Struktur Perekonomian Sumut ....................................................................................... 1 1.3. Pertumbuhan PDRB Sektor Konsumsi ............................................................................. 3 1.4. Perkembangan Indeks NTPR Propinsi Sumut ..................................................................... 3 1.5. Perkembangan Kredit Sektor Konsumsi Propinsi Sumut ...................................................... 3 1.6. Perkembangan Survei Konsumen Propinsi Sumut .............................................................. 4 1.7. Perkembangan Nilai Penjualan berdasarkan Survei Perdagangan Eceran Propinsi Sumut .......... 4 1.8. Pertumbuhan PDRB Sektor Investasi ............................................................................... 5 1.9. Impor Capital Goods Propinsi Sumut ............................................................................... 5 1.10. Perkembangan Kredit Investasi Propinsi Sumut ................................................................ 5 1.11. Perkembangan Penjualan Semen Propinsi Sumut............................................................. 6 1.12. Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei Perdagangan Eceran ......................... 6 1.13. Pertumbuhan PDRB Aktivitas Perdagangan Luar Negeri Propinsi Sumut .............................. 7 1.14. Perkembangan Volume Ekspor Propinsi Sumut ............................................................... 7 1.15. Nilai Ekspor Komoditi Utama Propinsi Sumut .................................................................. 9 1.16. Volume Ekspor Komoditi Utama Propinsi Sumut.............................................................. 9 1.17. Aktivitas Bongkar-Muat di Pelabuhan Belawan ............................................................... 9 1.18. Negara Tujuan Ekspor Propinsi Sumut ........................................................................... 9 1.19. Volume Impor Propinsi Sumut .................................................................................... 10 1.20. Perkembangan Volume Impor per Kategori Barang Propinsi Sumut .................................. 10 1.21. Persentase Volume Impor per Kategori Barang Propinsi Sumut ........................................ 10 1.22. Negara Asal Impor Propinsi Sumut .............................................................................. 10 1.23. Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian ...................................................................... 12 1.24. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Propinsi Sumut ........................................... 12 1.25. Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Propinsi Sumut ........................................... 12 1.26. Perkembangan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Sektor Industri Pengolahan ............... 13 1.27. Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan Propinsi Sumut .................................... 13 1.28. Perkembangan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Sektor Perdagangan, Hotel, dan

Restoran ................................................................................................................. 14 1.29. Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Propinsi Sumut .................................................... 14 1.30. Perkembangan Kredit Sektor PHR Propinsi Sumut ......................................................... 15 1.31. Perkembangan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Sektor Bangunan .............................. 16 1.32. Perkembangan Penjualan Semen Propinsi Sumut .......................................................... 17 1.33. Perkembangan Kredit Sektor Bangunan Propinsi Sumut ................................................. 17 1.34. Perkembangan Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Propinsi Sumut ................. 17 1.35. Perkembangan Kredit Sektor Pengangkutan Propinsi Sumut .......................................... 17 2.1. Inflasi Bulanan Sumut dan Nasional .............................................................................. 28 2.2. Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional ............................................................................. 28 2.3. Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Sumut ................................................... 30 2.4. Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut ............................................................. 31 2.5. Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, rokok & Tembakau di Sumut ........... 32 2.6. Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Sumut ........... 32 2.7. Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan ........................................................................ 33

Daftar Isi vi

2.9. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut ....... 34 2.10. Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut ............................ 34 2.11. Inflasi Kelompok Bahan Makanan .............................................................................. 36 2.12. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, minuman, rokok & Tembakau di Sumut .......................... 37 2.13. Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut ............................................ 37 2.14. Inflasi Kelompok Sandang .......................................................................................... 38 2.15. Harga Emas Perhiasan di Kota Medan .......................................................................... 38 2.16. Harga Emas di Pasar Internasional ............................................................................... 39 2.17. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ....................................... 39 2.18. Inflasi Kelompok Kesehatan........................................................................................ 40 2.19. Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan ....................................... 40 2.20. Ekspektasi Konsumen terhadap Pergerakan Harga Barang/Jasa ........................................ 42 2.21. Disagregasi Inflasi Sumut............................................................................................ 42 2.22. Perkembangan harga Komoditas Bahan Makanan ........................................................ 43 3.1. Perkembangan DPK Sumut ......................................................................................... 50 3.2. Struktur DPK Sumut ................................................................................................... 50 3.3. Perkembangan Suku Bunga DPK .................................................................................. 51 3.4. Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut ....................................................................... 52 3.5. Pangsa Kredit Sumut per Jenis Penggunaan .................................................................... 52 3.6. Perkembangan Suku Bunga, BI rate, dan Penyaluran Kredit Sumut .................................... 52 3.7. Perkembangan Kredit UMKM Sumut ............................................................................ 53 3.8. Pangsa Kredit UMKM Sumut........................................................................................ 53 3.9. Perkembangan Penyaluran KUR Sumut .......................................................................... 54 3.10. Perkembangan Debitur KUR Sumut ............................................................................. 54 3.11. Perkembangan NPL Perbankan Sumut ......................................................................... 55 3.12. Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah Sumut (%) ....................................... 56 3.13. Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah Sumut (%) ........................................ 56 3.14. Perkembangan NPL BPR Sumut ................................................................................... 57 3.15. Perkembangan Aliran Uang Kartal melalui Bank Indonesia di Sumatera Utara ..................... 58 3.16. Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara ............................................................. 59 3.17. Perkembangan Cek/ BG Kososng Perbankan Sumut ....................................................... 61 5.1. SBT Indikator Jumlah Tenaga Kerja ............................................................................... 67 5.2. Nilai Tukar Petani ....................................................................................................... 70 6.1. Indeks Ekspektasi Konsumen ....................................................................................... 71 6.2. Indeks Tendensi Konsumen Tw.I-2011 Hingga Tw.IV-2011 .............................................. 72 6.3. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Tw.I-2012 ............................................................ 73 6.4. Ekspektasi Konsumen ................................................................................................. 73

Daftar Isi vii

Daftar Lampiran

A. PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut

Lapangan Usaha

B. Pertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga

Konstan 2000 (qtq, %)

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV

- Medan 112.80 112.61 116.38 116.82 118.05 120.55 122.38 125.76 118.05 126.21 122.38 130.21

- Pematangsiantar 112.88 112.99 116.67 116.19 117.40 120.79 122.10 127.44 117.40 128.46 122.10 132.85

- Sibolga 114.95 114.94 118.91 117.39 118.81 121.90 125.16 131.28 118.81 131.13 125.16 136.15

- Padangsidempuan 115.52 114.28 117.32 117.71 118.16 120.68 121.67 126.44 118.16 126.17 121.67 132.33

- Medan 6.37 2.45 4.61 2.69 4.65 7.05 5.16 8.10 6.87 4.70 6.70 3.29

- Pematangsiantar 6.89 2.62 4.52 2.72 4.00 6.90 4.65 11.34 9.85 6.35 8.11 4.68

- Sibolga 7.88 4.80 5.19 1.59 3.36 6.06 5.26 12.83 11.37 7.57 6.89 3.58

- Padangsidempuan 8.50 1.73 3.12 1.87 2.29 5.60 3.71 8.26 7.94 4.55 7.31 2.93

- Pertanian 6,696.00 6,506.00 6,705.82 6,619.32 7,005.79 6,839.12 7,057.99 6,976.67 7,436.70 7,134.13 7,457.81 7,245.82

- Pertambangan & Penggalian 322.00 322.37 334.28 344.64 336.27 340.65 354.13 365.34 360.60 368.79 378.12 387.34

- Industri Pengolahan 6,194.00 6,113.00 6,303.77 6,365.86 6,529.85 6,455.52 6,603.48 6,599.60 6,525.96 6,708.90 6,710.22 6,745.94

- Listrik, Gas, dan Air Bersih 200.00 203.37 205.38 206.78 212.39 215.40 219.64 222.44 232.40 237.62 239.67 237.03

- Bangunan 1,783.57 1,829.64 1,926.64 2,014.51 1,894.82 1,931.67 2,051.19 2,155.66 2,091.40 2,093.67 2,213.73 2,332.12

- Perdagangan, Hotel, dan Restoran 5,079.00 4,976.00 5,207.92 5,312.55 5,410.87 5,327.03 5,543.55 5,594.70 5,834.24 5,743.81 6,010.53 6,097.01

- Pengangkutan dan Komunikasi 2,574.99 2,618.00 2,702.59 2,734.66 2,776.19 2,842.77 2,974.39 3,028.53 3,093.90 3,120.74 3,231.78 3,285.50

- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 1,939.00 1,896.00 2,027.43 2,076.59 2,152.86 2,159.04 2,181.70 2,302.06 2,348.22 2,394.08 2,585.03 2,632.43

- Jasa-Jasa 2,738.00 2,762.00 2,817.10 2,899.56 2,866.63 2,908.42 3,052.97 3,148.14 3,110.79 3,168.60 3,280.79 3,362.14

4.63 4.74 4.97 5.70 6.02 6.55 6.42 6.36 6.32 6.80 6.76 6.36

1,274.36 1,449.29 1,515.92 2,048.00 1,790.50 1,302.98 2,312.75 2,532.44 2,560.99 2,598.21 2,784.98 2,831.00

1,753.54 1,835.80 1,834.23 2,431.93 1,630.35 1,156.72 2,286.93 1,917.36 1,543.13 1,926.01 1,863.83 2,207.66

419.43 505.38 570.89 618.93 592.03 453.75 649.00 725.24 871.04 931.24 911.82 1,034.72

878.93 1,022.86 1,009.14 1,182.56 1,064.28 870.41 1,228.65 1,384.92 1,379.03 1,563.98 1,514.03 1,389.04

PDRB - harga konstan (Rp miliar)

Sumber : Inflasi dan PDRB -> BPS ; Ekspor-Impor -> Bank

Indonesia

2009

Laju Inflasi Tahunan (yoy %)

Indeks Harga Konsumen

MAKRO

Volume Impor Nonmigas (ribu ton)

Nilai Impor Nonmigas (USD juta)

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)

Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta)

Pertumbuhan PDRB (yoy %)

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH INFLASI DAN PDRB

20112010INDIKATOR

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III

90.20 92.87 97.46 108.08 114.55 109.52 110.58 115.77 114.62 118.87 126.61 133.70 137.49 144.81 153.44

72.08 75.72 77.97 84.29 88.82 89.56 90.31 94.88 95.40 97.87 102.94 109.07 112.60 115.99 120.61

- Giro (Rp Triliun) 15.08 16.09 14.87 15.07 16.25 17.04 17.19 16.64 16.80 18.04 18.39 17.80 20.27 21.57 21.99

- Tabungan (Rp Triliun) 27.18 28.73 28.58 30.58 31.08 31.97 33.10 37.12 36.11 37.51 41.05 45.32 45.93 47.47 49.66

- Deposito (Rp Triliun) 29.82 30.90 34.52 38.64 41.49 40.55 40.02 41.13 42.49 42.32 43.50 45.95 46.40 46.95 48.96

- Modal Kerja 30.90 36.69 37.72 36.03 34.49 35.10 36.56 38.32 39.29 40.16 44.19 45.73 46.67 49.30 49.65

- Konsumsi 10.74 11.17 12.16 14.38 16.48 17.14 17.55 18.64 20.68 22.54 23.83 17.90 26.33 27.45 28.84

- Investasi 13.14 14.48 15.99 16.31 14.82 14.94 16.00 16.62 15.67 18.00 16.47 24.92 18.51 20.22 20.70

- LDR 76.01% 82.33% 84.48% 79.03% 73.94% 75.01% 76.86% 77.55% 79.29% 82.46% 82.08% 81.19% 81.27% 83.60% 82.24%

0.45 0.43 0.49 0.53 0.51 0.53 0.55 0.57 0.61 0.62 0.64 0.67 0.70 0.72 0.76

0.33 0.31 0.34 0.35 0.37 0.39 0.41 0.42 0.44 0.45 0.46 0.49 0.52 0.50 0.53

- Tabungan (Rp Triliun) 0.15 0.13 0.14 0.14 0.16 0.17 0.18 0.18 0.19 0.20 0.21 0.22 0.23 0.23 0.25

- Deposito (Rp Triliun) 0.18 0.18 0.20 0.21 0.21 0.22 0.23 0.24 0.25 0.25 0.25 0.27 0.29 0.27 0.28

0.33 0.33 0.38 0.38 0.39 0.40 0.43 0.44 0.46 0.48 0.48 0.49 0.49 0.50 0.53

8.67% 7.88% 6.61% 7.26% 7.95% 7.75% 7.21% 7.05% 6.52% 6.25% 6.25% 8.15% 6.69% 8.00% 7.55%

100.00% 106.45% 111.76% 108.57% 105.41% 102.56% 104.88% 104.76% 104.55% 106.67% 104.35% 100.61% 94.81% 100.00% 100.00%

Bank Umum :

PERBANKAN

INDIKATOR

Kredit (Rp Triliun)

BPR:

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PERBANKAN

20112010

DPK (Rp Triliun)

2009

Sumber: Laporan Bulanan Bank

Umum (LBU), KBI Medan

2008

LDR

Total Aset (Rp Triliun)

DPK (Rp Triliun)

Kredit (Rp Triliun)

Total Aset (Rp Triliun)

Rasio NPL Gross (%)

Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif viii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perekonomian Sumut pada triwulan IV-2011 tumbuh 6,36%

GAMBARAN UMUM

Pada triwulan IV-2011 perekonomian Sumatera Utara kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,36% (yoy), sedikit melambat dibandingkan triwulan III-2011 yang tumbuh sebesar 6,89%. Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian ditunjang oleh transaksi perdagangan internasional dan kegiatan investasi yang tetap tumbuh positif. Sementara itu, dari sisi penawaran, sektor-sektor ekonomi andalan yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) masih menjadi penggerak utama pertumbuhan.

Selama triwulan IV-2011, harga-harga di Sumut stabil dan tidak mengalami pergerakan yang berarti. Inflasi triwulanan tercatat sebesar 0,00% (qtq), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 3,34% (yoy). Sementara itu, inflasi tahunan Sumut pada triwulan laporan tercatat sebesar 3,67% (yoy), jauh di bawah inflasi tahunan triwulan III-2011 sebesar 6,87% (yoy) dan berada di bawah target inflasi yang semula diperkirakan sebesar 5,50%±1%.

Secara tahunan maupun triwulanan, indikator utama perbankan, baik bank umum konvensional, bank umum syariah, maupun BPR masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan ini bahkan diikuti pula dengan penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dari 2,78% pada triwulan III-2011 menjadi 2,28%. Perkembangan indikator utama perbankan seperti total aset, penyaluran kredit, dan penghimpunan DPK menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan periode sebelumnya.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Pada triwulan IV-2011 perekonomian Sumatera Utara

kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,36% (yoy),

RINGKASAN EKSEKUTIF

Ringkasan Eksekutif ix

RINGKASAN EKSEKUTIF

(yoy) Inflasi Sumut pada triwulan IV-2011 sebesar 3,67% (yoy) atau 0,00% (qtq)

melambat dibandingkan triwulan III-2011 yang tumbuh sebesar 6,89%. Angka ini sedikit dibawah pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 6,50%.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Sumatera Utara ditunjang oleh transaksi perdagangan internasional dan kegiatan investasi yang tetap tumbuh positif dan menjadi motor perekonomian. Sementara itu, dari sisi penawaran, sektor-sektor ekonomi andalan Sumatera Utara yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) tetap menunjukkan pertumbuhan.

Konsumsi pada triwulan IV-2011 tumbuh 5,09% (yoy), menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,73% (yoy). Beberapa indikator tingkat konsumsi impor barang konsumsi dan Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR) memberikan konfirmasi terjadinya perlambatan aktivitas konsumsi. Namun demikian, indikator survei konsumsi lainnya seperti Survei Konsumen (SK), Indeks Tendensi Konsumsi (ITK), serta pembiayaan perbankan sektor konsumsi masih tetap menunjukkan peningkatan aktivitas konsumsi.

Pada triwulan IV-2011 kegiatan investasi tumbuh sebesar 6,17%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 7,36%. Beberapa indikator kinerja investasi pada triwulan IV-2011 memberikan konfirmasi terjadinya perlambatan kinerja investasi.

Kegiatan transaksi perdagangan internasional berdasarkan data PDRB pada triwulan IV-2011 cenderung melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kendati terjadi perlambatan pada transaksi perdagangan internasional Sumut, neraca perdagangan masih mencatatkan net ekspor sebesar Rp 8,9 triliun.

Kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan yang positif dengan tumbuh sebesar 3,86% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,66% (yoy). Namun secara keseluruhan, pada tahun 2011 kinerja sektor pertanian masih menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Seiring dengan meningkatnya permintaan konsumsi dan transaksi perdagangan internasional, sektor industri pengolahan pada triwulan laporan kembali berada pada tren yang meningkat. Sektor industri pengolahan sebagai salah satu sektor ekonomi utama Sumut, pada triwulan laporan tumbuh 2,22% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,62%.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan IV-2011 tumbuh sebesar 8,98% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 8,42% (yoy). Beberapa prompt indicator seperti realisasi kegiatan usaha sektor PHR, jumlah arus barang bongkar muat di pelabuhan Belawan, kredit sektor PHR, dan kinerja sektor perhotelan kembali menunjukkan peningkatan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi sektor PHR. PERKEMBANGAN INFLASI

Ringkasan Eksekutif x

RINGKASAN EKSEKUTIF

Fungsi Intermediasi perbankan dan transaksi sistem pembayaran Sumut triwulan IV/2011 menunjukkan peningkatan.

Selama triwulan IV-2011, harga-harga di Sumut stabil dan tidak mengalami pergerakan yang berarti. Inflasi triwulanan tercatat sebesar 0,00% (qtq), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 3,34% (yoy). Sementara itu, inflasi tahunan Sumut pada triwulan laporan tercatat sebesar 3,67% (yoy), jauh di bawah inflasi tahunan triwulan III-2011 sebesar 6,87% (yoy) berada di bawah target inflasi yang semula diperkirakan sebesar 5,50%±1%.

Ditinjau dari disagregasi inflasi, pada triwulan laporan inflasi tahunan pada kelompok volatile foods (0,77%, yoy) justru sangat rendah. Sebaliknya inflasi inti (5,25%, yoy) lebih mendominasi inflasi di Sumut. Sementara itu inflasi administered price tercatat sebesar 3,02%.

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan serta bahan makanan mengalami deflasi dalam level yang relatif kecil yakni masing-masing sebesar -0,02% (qtq) dan -0,01% (qtq).

Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami inflasi dalam level yan sama yaitu sebesar 0,01% (qtq). Sedangkan, kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,02% (qtq). Bahkan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau serta kelompok kesehatan tidak mengalami inflasi.

Peningkatan inflasi terjadi di keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut. Inflasi triwulanan tertinggi terjadi di kota Sibolga sebesar 1,77% (qtq) diikuti dengan kota Padangsidempuan sebesar 1,35% (qtq) dan Pematangsiantar sebesar 0,64% (qtq). Sementara itu, kota Medan justru mengalami deflasi sebesar -0,28% (qtq). PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Secara tahunan maupun triwulanan, indikator utama perbankan, baik bank umum konvensional, bank umum syariah, maupun BPR masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan ini bahkan diikuti dengan penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dari 2,78% pada triwulan III-2011 menjadi 2,28%.

Total aset perbankan Sumut pada triwulan IV-2011 mencapai Rp160,05 triliun, tumbuh sebesar 4,31% (qtq) dan 19,71% (yoy). Total aset perbankan tersebut masih didominasi oleh bank konvensional yaitu sebesar Rp153,41 triliun (95,85%), sedangkan sisanya merupakan aset bank syariah yaitu sebesar Rp6,64 triliun (4,15%).

Dana pihak ketiga yang dihimpun pada triwulan IV-2011 tumbuh sebesar 5,63% (qtq) atau 16,81% (yoy) hingga mencapai jumlah Rp127,40 triliun, lebih tinggi dari periode sebelumnya sebesar 3,98% (qtq). Dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mengalami pertumbuhan sebesar 2,29%, kredit yang disalurkan perbankan Sumatera Utara pada triwulan IV-2011 tumbuh sebesar 7,42%(qtq) atau 20,33% (yoy).

Sejalan dengan peningkatan aktivitas perekonomian pada

Ringkasan Eksekutif xi

RINGKASAN EKSEKUTIF

APBD Sumut 2012 meningkat 48,84% dibandingkan tahun 2011 Terjadi penurunan tingkat pengangguran terbuka dan peningkatan daya beli petani.

akhir tahun 2011, perkembangan sistem pembayaran di wilayah Provinsi Sumut pada triwulan IV-2011 menunjukkan perkembangan yang positif.

Kegiatan transaksi aliran uang kartal di Sumatera Utara menunjukkan posisi net outflow sebesar Rp 1,8 triliun, meningkat dibandingkan dengan triwulan III-2011 yang tercatat net inflow sebesar Rp 596 miliar. Sementara itu, jumlah uang kartal yang telah dikenai Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) atau dimusnahkan tercatat sebesar Rp3.444 miliar atau sebesar 65,08% dari jumlah inflow.

Transaksi perbankan Sumatera Utara pada triwulan laporan melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement BI-RTGS) mengalami peningkatan sebesar Rp66 triliun atau meningkat 50,57% menjadi Rp197,3 triliun dari nilai transaksi pada triwulan III-2011 yang tercatat sebesar Rp131 triliun.

Nilai transaksi kliring pada triwulan IV-2011 tercatat sebesar Rp35,98 triliun. Nilai ini meningkat 1,33% atau Rp 472 miliar bila dibandingkan dengan triwulan III-2011 yang sebesar Rp35,51 triliun.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

DPRD Sumatera Utara (Sumut) menyetujui Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Sumut tahun anggaran 2012 pada 21 Desember 2011, setelah melalui pembahasan pada Badan Anggaran dan Rapat Paripurna. APBD Sumut 2012 ditetapkan sebesar Rp7,68 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 48,84% dibandingkan tahun 2011 sebesar Rp5,16 triliun.

Beberapa catatan yang sempat mengemuka dalam pembahasan RAPBD Sumut 2012 antara lain persoalan kasus tanah yang perlu mendapat perhatian dengan alokasi dana untuk pengukuran ulang lahan Eks HGU, penataan aset milik Pemprov Sumut, kebijakan pro petani dan upaya peningkatan PAD dan dana bagi hasil dari pemerintah pusat. APBD 2012 ini diarahkan untuk mendukung prioritas pembangunan 2012 di sektor pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan ketahanan pangan.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Pertumbuhan ekonomi yang masih cukup tinggi di triwulan IV-2011 diperkirakan berpengaruh positif terhadap kondisi ketenagakerjaan Sumatera Utara. Hasil survei liaison di triwulan laporan menunjukkan terjadinya penambahan tenaga kerja yang disebabkan oleh ekspansi usaha seiring dengan naiknya permintaan produk di pasar.

Kondisi ketenagakerjaan yang sudah baik ini diperkirakan akan terus membaik di tahun 2012 dengan naiknya Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Utara sebesar 16% menjadi Rp1.200.000, meningkat dibandingkan tahun 2011 yang sebesar Rp1.035.500. Membaiknya prospek ketenagakerjaan di tahun 2012 juga akan ditopang oleh implementasi proyek-proyek Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di Sumatera

Ringkasan Eksekutif xii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pertumbuhan ekonomi sumut triwulan I-2012 diproyeksikan sebesar 6,3% - 6,5% (yoy) Inflasi triwulan I-2012 diperkirakan 4,50%±1% (yoy)

Utara. Berdasarkan hasil Survei Ekonomi Nasional (Susenas) yang

dilaksanakan pada bulan September 20122, jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara (Sumut) sebanyak 1.421.400 orang atau 10,83% terhadap total penduduk Sumut. Kondisi tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan hasil Susenas sebelumnya pada Maret 2011 sebanyak 1.481.300 orang atau 11,33%.

Peningkatan tingkat kesejahteraan penduduk Sumut tidak hanya tercermin dari penurunan jumlah penduduk miskin tetapi terkonfirmasi juga dari peningkatan indeks Nilai Tukar Petani (NTP). Pada Desember 2011, Nilai Tukar Petani (NTP) Sumut tercatat sebesar 103,13 mengalami sedikit peningkatan dibandingkan September 2011 sebesar 103,03. PROSPEK PEREKONOMIAN Perkiraan Ekonomi

Memasuki tahun 2012, perekonomian Sumut diperkirakan tumbuh moderat pada triwulan pertama. Setelah tumbuh melambat pada laju 6,36% (yoy) di triwulan IV-2011, pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan I-2012 diperkirakan berada pada kisaran 6,30%-6,50% (yoy).

Dari sisi permintaan, pertumbuhan triwulan mendatang terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Terlebih lagi, Tahun Baru Imlek yang jatuh pada bulan Januari 2012 sangat berpengaruh terhadap aktivitas perekonomian khususnya di kota Medan.

Di sisi sektoral, perekonomian Sumut pada triwulan I-2012 terutama ditopang oleh kinerja sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Sektor pertanian berpotensi tumbuh seiring dengan penetapan 6 kabupaten di Sumut menjadi kawasan pencetakan lahan padi baru seluas 1.200 ha. Enam kabupaten tersebut adalah Nias, Mandailing Natal, Labuhan Batu Utara, Tapanuli Selatan, Padang Lawas Utara, dan Dairi. Dana bantuan (Rp8 juta per ha) pencetakan lahan padi baru akan dikucurkan atau dibagikan kepada kelompok petani di 6 kabupaten yang pengajuannya disetujui.

Di sisi lain, Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Sumut pada triwulan I-2012 diperkirakan sebesar 108,05, artinya optimisme masih melingkupi kondisi ekonomi konsumen pada triwulan mendatang. Perkiraan Inflasi Daerah

Laju inflasi tahunan pada triwulan I-2012 diperkirakan berada pada kisaran 4,50%±1%. Terjaganya laju inflasi Sumut salah satunya disebabkan oleh terjaganya ekspektasi masyarakat. Hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KBI Medan mengkonfirmasi hal tersebut. Ekspektasi harga konsumen 3 bulan yang akan datang dan ekspektasi harga 6 bulan yang akan datang mengalami sedikit penurunan.

Ringkasan Eksekutif xiii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kendati demikian, beberapa potensi risiko inflasi seperti masa paceklik di awal tahun 2012 perlu diantisipasi. Pasokan beras jenis lokal dari sentra-sentra produksi beras di Sumut, seperti Kabupaten Deliserdang, Asahan, dan Simalungun melorot. Upward risk juga muncul dari sisi administered prices. Rencana kenaikan TDL per Maret 2012 dan pembatasan BBM bersubsidi pada April 2012 yang telah mengemuka di masyarakat dapat menggiring ekspektasi pelaku usaha dan masyarakat dan memicu kenaikan harga. Guna mengawal inflasi 2012 sekaligus mengantisipasi potensi risiko inflasi ke depan,

.

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Regional

1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

I II III IV I II III IV

2010 2011

PDRB

Jasa

Keuangan

Angkutan

PHR

Bangunan

LGA

Industri

Pertambangan

Pertanian

5.35

7.73

6.97

4.575.07

5.706.03

6.506.406.80 6.89

6.366.21

4.534.08

5.696.19

5.82

6.47 6.5

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011

yoy (%)Sumut Nasional

Kinerja Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) pada triwulan IV-2011 menunjukkan tren positif

baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Indikator perekonomian sisi permintaan

menunjukkan masih meningkatnya tingkat konsumsi dan perdagangan internasional, sedangkan

dari sisi penawaran, kinerja perekonomian Sumatera Utara masih tetap didominasi oleh sektor-

sektor dominan yang menunjukkan perbaikan

1.1 KONDISI UMUM

Pada triwulan IV-2011 perekonomian Sumatera Utara kembali mencatatkan

pertumbuhan positif sebesar 6,36% (yoy) yang berada dibawah pertumbuhan ekonomi

nasional sebesar 6,50% (yoy), melambat dibandingkan triwulan III-2011 yang tumbuh

sebesar 6,89%. Sebagaimana tren yang terjadi pada tahun 2010, perekonomian Sumut cenderung

mencapai puncaknya pada triwulan II dan III yang kemudian melambat pada akhir tahun. Hal ini

diperkirakan pengaruh faktor kembali normalnya aktivitas perekonomian pasca musim liburan

sekolah, tahun ajaran baru, dan perayaan lebaran.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Sumatera Utara ditunjang oleh transaksi

perdagangan internasional dan kegiatan investasi yang tetap tumbuh positif dan menjadi motor

perekonomian. Sementara itu, dari sisi penawaran, sektor-sektor ekonomi andalan Sumatera Utara

yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, serta perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) tetap

menunjukkan pertumbuhan. Walaupun demikian sektor pertanian masih berada pada tren yang

melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

BBBAAABBB 111 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Grafik 1. 1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi

Sumut

Grafik 1. 2 Struktur Perekonomian Sumut

Sumber : BPS Sumut Sumber : BPS Sumut

BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 2

I II III IV I II III IVKonsumsi 9.03% 7.26% 6.98% 8.66% 8.02% 7.74% 6.78% 6.93% 5.73% 5.09% 6.11%Investasi 5.54% 4.11% -5.01% 5.94% 6.43% 2.94% 4.71% 16.71% 7.36% 6.17% 8.48%Ekspor -0.95% 5.69% 7.69% 11.02% 14.85% 9.87% 18.50% 17.39% 16.43% 11.40% 15.80%Impor 4.91% 6.79% 2.40% 15.99% 19.50% 11.21% 20.39% 24.67% 16.13% 9.93% 17.40%PDRB 5.00% 6.05% 6.67% 6.40% 6.36% 6.37% 6.44% 6.80% 6.89% 6.36% 6.62%

Jenis Penggunaan 20092011

20112010

2010

Sumbangan ketiga sektor ekonomi andalan tersebut tercatat sebesar 62,99% terhadap

total perekonomian secara keseluruhan atau menurun dibandingkan dengan share ketiga sektor

tersebut pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 63,88%. Komposisi ketiga sektor

ekonomi tersebut diantaranya adalah sektor pertanian (21,47%), industri pengolahan (22,56%),

dan PHR (18,96%). Besaran Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara pada

triwulan laporan sebesar Rp 32,3 triliun atau meningkat sebesar Rp 218 miliar dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan output barang dan jasa

yang dihasilkan oleh perekonomian Sumut pada triwulan laporan.

1.2 SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, perekonomian Sumut tumbuh melambat pada akhir triwulan

IV-2011, namun demikian secara keseluruhan pada tahun 2011 tetap menunjukkan

peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Aktivitas konsumsi dan perdagangan

internasional masih merupakan sektor yang dominan dalam perekonomian Sumut. Beberapa

indikator tingkat konsumsi impor barang konsumsi dan Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat

(NTPR) memberikan konfirmasi terjadinya perlambatan aktivitas konsumsi. Namun demikian,

indikator survei konsumsi lainnya seperti Survei Konsumen (SK), Indeks Tendensi Konsumsi (ITK),

serta pembiayaan perbankan sektor konsumsi tetap menunjukkan peningkatan aktivitas konsumsi.

Transaksi perdagangan internasional Sumut pada triwulan laporan cenderung melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya baik kegiatan ekspor maupun impor. Namun demikian,

pertumbuhan ekspor Sumut pada triwulan laporan masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-

rata pertumbuhan ekspor selama tiga tahun terakhir sebesar 8,82%. Secara keseluruhan, transaksi

perdagangan internasional Sumut masih mencatatkan surplus neraca perdagangan atau Net Ekspor

sebesar 1.796 juta USD. Di sisi lain, kegiatan transaksi perdagangan internasional dan tingkat

investasi swasta menunjukkan perkembangan yang menggembirakan dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Kedua indikator aktivitas perekonomian tersebut merupakan sektor yang tumbuh

signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Tabel 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumut dari Sisi Permintaan

Sumber : BPS Sumut

3 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

10.00%

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011

Konsumsi (triliun) yoy

60

70

80

90

100

110

120

Tw I Tw II Tw III Tw IV

2011

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

50.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2007 2008 2009 2010 2011

%Rp Triliun

K.Kons yoy

1.2.1 Konsumsi

Konsumsi pada triwulan IV-2011 tumbuh 5,09% (yoy), menurun dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,73% (yoy). Perlambatan aktivitas konsumsi

terkonfirmasi oleh perkembangan Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR) sebagai alat ukur

kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau

jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga berada pada indeks 103.96, menurun

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang berada pada indeks 106,47. Besaran NTPR

merupakan proxy tingkat konsumsi Sumut, mengingat besarnya jumlah tenaga kerja di sektor

pertanian yang mencapai 43,90% dari total tenaga kerja berdasarkan survei BPS.

Di sisi lain, Indeks Tendensi Konsumen (ITK) hasil survei BPS Sumut menunjukkan arah

Grafik 1. 3 Pertumbuhan PDRB Sektor Konsumsi Grafik 1. 4 Perkembangan Indeks NTPR Propinsi Sumut

Sumber : BPS Sumut Sumber : BPS Sumut

Grafik 1. 5 Perkembangan Kredit Sektor Konsumsi Propinsi Sumut

Sumber : Bank Indonesia Medan

BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 4

70

80

90

100

110

120

130

140

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

IKE IEK IKK Grs Batas

Optimis

Pesimis

(12.00)

(10.00)

(8.00)

(6.00)

(4.00)

(2.00)

-

2.00

4.00

38,000.0

39,000.0

40,000.0

41,000.0

42,000.0

43,000.0

44,000.0

45,000.0

46,000.0

47,000.0

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2010 2011

Nilai Penjualan (juta) yoy

yang sama, dimana pada triwulan IV-2011 sebesar 107,92 atau menurun dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 109,57. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi ekonomi

konsumen mengalami penurunan yang disebabkan oleh penurunan pendapatan rumah tangga.

Penurunan kondisi ini juga dikonfirmasi oleh perlambatan penyaluran kredit konsumsi, yang menjadi

salah satu penopang pertumbuhan konsumsi masyarakat, yang hanya tumbuh sebesar 20,80%

(yoy) atau senilai Rp30,10 triliun.

Kendati terjadi penurunan, namun pertumbuhan konsumsi masih berada pada level yang

cukup tinggi. Pertumbuhan konsumsi masih didorong oleh optimisme kinerja konsumsi rumah

tangga berdasarkan survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Medan. Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan IV-2011 menunjukkan peningkatan tercatat sebesar

124,34 setelah pada triwulan III-2011 berada pada indeks 111,64. Meningkatnya optimisme

konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini maupun 6 bulan yang akan datang, tercermin

dari meningkatnya Indeks Ekonomi Saat ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), yaitu

masing-masing sebesar 12,7 poin dan 14,82 poin. Dengan menggunakan prompt indicator

konsumsi sebagai indikasi, pengeluaran masyarakat Sumut untuk pembelian barang-barang

konsumsi relatif meningkat. Peningkatan terlihat pada konsumsi durable dan non durable goods.

Hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan Bank Indonesia Medan juga memberikan

konfirmasi mengenai optimisme aktivitas perekonomian Sumut. Pada triwulan laporan, tingkat

penjualan eceran mengalami peningkatan sebesar 1,53% (yoy) meningkat signifikan dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif. Gambaran tingkat konsumsi berdasarkan SPE juga

tercermin dari indikator aktivitas konsumsi lainnya seperti konsumsi BBM, penjualan makanan dan

minuman, serta penjualan pakaian dan perlengkapannya yang mengalami peningkatan di triwulan

laporan.

Grafik 1. 6 Perkembangan Survei Konsumen Propinsi

Sumut

Grafik 1. 7 Perkembangan Nilai Penjualan berdasarkan

Survei Perdagangan Eceran

Sumber : Bank Indonesia Medan Sumber : Bank Indonesia Medan

5 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011

Investasi (triliun) yoy

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2007 2008 2009 2010 2011

%Rp Triliun

K.Inv yoy

-100

-50

0

50

100

150

200

0

10

20

30

40

50

60

70

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

2008 2009 2010 2011

Capital Goods (Ribu Ton) yoy (%)

1.2.2 Investasi

Pada triwulan IV-2011 kegiatan investasi tumbuh sebesar 6,17%, menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 7,36%. Namun

demikian, sepanjang tahun 2011 kegiatan investasi menunjukkan perkembangan yang

menggembirakan dengan tingkat pertumbuhan sebesar 8,48% (yoy) atau meningkat signifikan

dimana pada tahun sebelumnya hanya mencatat pertumbuhan sebesar 2,94% (yoy). Beberapa

indikator kinerja investasi pada triwulan IV-2011 memberikan konfirmasi terjadinya perlambatan

kinerja investasi.

Impor barang modal (capital goods) Sumut pada triwulan laporan menunjukkan penurunan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, pertumbuhan volume impor

barang modal tercatat sebesar 46,49% (yoy) dengan jumlah sebesar 43,8 ribu ton atau menurun

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 70,98% (yoy).

Grafik 1. 8 Pertumbuhan PDRB Sektor Investasi Grafik 1. 9 Impor Capital Goods Propinsi Sumut

Sumber : Bank Indonesia Medan Sumber : BPS Sumut

Grafik 1. 10 Perkembangan Kredit Investasi Propinsi Sumut

Sumber : Bank Indonesia Medan

BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 6

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011

Penj Semen (ribu ton) (yoy)

(20,00)

(15,00)

(10,00)

(5,00)

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

-

500,0

1.000,0

1.500,0

2.000,0

2.500,0

3.000,0

3.500,0

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2010 2011

Penj. Brng. Konstruksi (juta) yoy

Berdasarkan laporan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia

Medan, rata-rata kapasitas produksi terpakai perusahaan tercatat sebesar 65,71%. Relatif

rendahnya rata-rata kapasitas produksi terpakai perusahaan, menunjukkan bahwa perusahaan

masih dapat mengoptimalkan kapasitas produksinya. Namun demikian realisasi investasi perusahaan

pada semester II-2011 berdasarkan hasil SKDU menyebutkan adanya peningkatan dengan saldo

bersih (SB) sebesar 40%, yang berarti bahwa secara umum perusahaan tetap melakukan

perubahan investasi baik dalam bentuk perbaikan/pergantian aset perusahaan maupun investasi

baru.

Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan untuk tujuan investasi tumbuh stabil pada triwulan

laporan. Pertumbuhan kredit investasi pada triwulan laporan tercatat sebesar 25,73% (yoy) dengan

baki debet mencapai Rp22,51 triliun atau meningkat tipis dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 25,68% (yoy). Kendati demikian, sektor riil diperkirakan juga menggunakan sumber

pendanaan investasi lain seperti modal sendiri, pinjaman, obligasi dan saham, meskipun proporsinya

masih relatif kecil.

Kinerja investasi Sumut pada triwulan laporan, diperkirakan didominasi oleh pembangunan

infrastruktur. Nilai penjualan semen serta hasil SPE untuk penjualan bahan konstruksi menunjukkan

peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Nilai penjualan semen pada

triwulan laporan mencapai 740 ribu ton, atau meningkat sebesar 41,98% (yoy). Berdasarkan survei

penjualan eceran (SPE), penjualan bahan konstruksi pada triwulan ini juga memberikan arah yang

sama dengan nilai penjualan sebesar Rp3,1 miliar, meningkat dibandingkan triwulan III-2011 sebesar

Rp2,6 miliar. Adapun pertumbuhan penjualan bahan konstruksi berdasarkan hasil SPE tercatat

tumbuh sebesar 24,79% (yoy) yang dipicu oleh peningkatan penjualan pasir, bahan konstruksi, serta

perlengkapan konstruksi.

Grafik 1. 11 Perkembangan Penjualan Semen

Propinsi Sumut

Grafik 1. 12 Nilai Penjualan Barang Konstruksi

berdasarkan Survei Perdagangan Eceran

Sumber : Bank Indonesia Medan Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

7 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

-2%

3%

8%

13%

18%

23%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011

Ekspor Impor Net Ekspor

-30

-20

-10

0

10

20

30

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

2008 2009 2010 2011

Impor Ekspor Net Ekspor gEkspor

Ribu Ton

Proyek lain yang terkait investasi cukup besar adalah pembangunan Bandara Kuala Namu

yang terletak di Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, yang saat ini sudah mencapai 79%

dengan target penyelesaian pada awal tahun 2013. Untuk memperlancar proses pembangunan,

Pemprov Sumut telah mengupayakan penyelesaian atas kendala-kendala utama yang ditemui dalam

proses pembangunan, yaitu dengan melakukan percepatan dalam pelepasan tanah untuk akses

jalan non-tol menuju Bandara Kualanamu berkoordinasi dengan seluruh anggota Forum Komunikasi

Pimpinan Daerah Sumatera Utara dan Pemkab Deli Serdang.

Rencana investasi baru untuk tahun 2011 berdasarkan Surat Persetujuan (SP) mencakup

enam proyek yaitu PMA dengan sektor usaha pertanian tanaman pangan, perkebunan, jasa, industri

makanan, konstruksi, perhotelan, dan industri kayu dengan total investasi sekitar 48,23 juta USD.

Sementara itu, realisasi investasi berdasarkan daftar izin usaha tetap untuk tahun 2011, tercatat

PMA sebanyak 23 proyek dengan nilai investasi sebesar 242,49 juta USD dan PMDN sebanyak 14

proyek dalam bidang jasa, industri pakan, makanan, industri semen dan industri kimia dengan

realisasi investasi mencapai Rp 491,99 miliar.

1.2.3 Ekspor dan Impor

Kegiatan transaksi perdagangan internasional berdasarkan data PDRB pada triwulan

IV-2011 cenderung melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan

laporan, kinerja ekspor dan impor tercatat masing-masing tumbuh sebesar 11,40 % dan 9,93% (yoy),

cenderung melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan net ekspor

sebesar 5,09% (yoy). Kendati terjadi perlambatan pada transaksi perdagangan internasional Sumut,

neraca perdagangan masih mencatatkan net ekspor sebesar Rp 8,9 triliun. Bahkan, transaksi ekspor

pada triwulan ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekspor selama 3

tahun terakhir.

Grafik 1. 3 Pertumbuhan PDRB Aktivitas Perdagangan

Luar Negeri Propinsi Sumut Grafik 1. 14 Perkembangan Volume Ekspor

Propinsi Sumut

Sumber : BPS Sumut Sumber : Bank Indonesia Medan

BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 8

Deskripsi Nilai (US$) Share (%)Total Nilai Ekspor 2.830.995.314 100%Agriculture 777.089.557 27%

-Agriculture, Hunting 767.287.080 27%

Mining 71.503 0,003%

Manufacturing 2.053.834.254 73%

- Manufacture of Food Product 1.375.774.725 49%

- Manufacture of Wood Product 48.469.233 2%

- Manufacture of Paper Product 40.695.348 1%

- Manufacture of Chemical Product 293.658.934 10%

Deskripsi Nilai (US$) Share (%)Total Nilai Ekspor 2.830.995.314 100%Consumption Goods 391.597.328 14%Intermediate Goods 2.436.941.277 86%Capital Goods 2.456.709 0,09%

Dari sisi volume, ekspor Sumut mengalami peningkatan sebesar 189,1 ribu ton, dari 2,01 juta

ton pada triwulan III-2011 menjadi 2,20 juta ton pada triwulan IV-2011. Hal ini mengindikasikan,

selama triwulan laporan aktivitas ekspor Sumut masih menguat. Peningkatan pertumbuhan ekspor

ini didukung dengan membaiknya kinerja ekspor CPO dan karet Sumut ke luar negeri yang

merupakan komoditas terbesar ekspor. Secara keseluruhan, di sepanjang tahun 2011, transaksi

perdagangan internasional menunjukkan tren yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

Berdasarkan kategori komoditi ekspor, kelompok barang intermediate goods (bahan baku)

dan consumption goods (barang konsumsi) mendominasi dengan persentase masing-masing sebesar

86% dan 14%. Tingginya komposisi ekspor bahan baku terhadap total ekspor berimplikasi pada

rendahnya elastisitas harga terhadap permintaan produk ekspor, dikarenakan produk ekspor

merupakan bahan baku bagi produk negara mitra dagang. Dengan kata lain, perkembangan ekspor

Sumut cenderung tidak sensitif terhadap kenaikan tingkat harga. Sementara itu, berdasarkan

klasifikasi komoditi menurut SITC, komoditi ekspor Sumut didominasi oleh komoditi manufaktur

bahan makanan dan produk pertanian dengan presentase pada triwulan laporan masing-masing

sebesar 73% dan 27%. Adapun nilai ekspor Sumut pada periode ini tercatat sebesar 2,83 trilun USD

dengan komoditi ekspor dominan CPO dan karet.

Volume ekspor Sumut pada golongan barang lemak dan minyak nabati pada triwulan IV-

2011 meningkat sebesar 10,88% (yoy), dari 1,08 juta ton menjadi 1,16 juta ton , begitu juga secara

nilai meningkat sebesar 5,08% atau tercatat sebesar 1,14 miliar USD. Tingginya Bea Keluar (BK)

komoditas CPO di tahun 2011 (mencapai 25%) yang dimaksudkan untuk menjaga pasokan

dalam negeri, berdampak pada perlambatan aktivitas ekspor CPO sebesar -1,73% (yoy)

dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini diperkirakan karena produsen cenderung untuk menjual

produk CPO ke pasar domestik untuk mengurangi beban bea keluar yang relatif berdampak pada

pengurangan margin keuntungan.

Tabel 1.2 Perkembangan Nilai Ekspor Propinsi Sumut

Tabel 1.3 Perkembangan Nilai Ekspor per Kelompok

Komoditi Propinsi Sumut

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

9 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

50

70

90

110

130

150

170

190

210

230

250

1,00

1,20

1,40

1,60

1,80

2,00

2,20

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011

ribu tonjuta ton

Sumber : BPS

Bongkar Muat 6%

66%

5%

8%

7%8%

AS Singapura Malaysia Jepang RRC Eropa

-100,00

-50,00

0,00

50,00

100,00

150,00

200,00

-

500

1.000

1.500

2.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011

CPO Karet gCPO gKaret

Volume ekspor golongan karet dan barang dari karet di Sumut pada triwulan IV-2011

sebesar 141 ribu ton, meningkat 0,79% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya

yang tercatat sebesar 140 ribu ton. Adapun secara nilai, ekspor karet Sumut tercatat sebesar 571

juta USD atau tumbuh 5,08% (yoy) dengan tren yang cenderung melambat jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Namun demikian, tingginya ekspor karet pada tiga triwulan

sebelumnya menyebabkan agregat ekspor komoditi ini pada tahun 2011 berhasil mencatatkan

pertumbuhan sebesar 55,83% (yoy).

Perkembangan indikator perlambatan aktivitas ekspor juga dikonfirmasi oleh penurunan

arus muat barang ekspor dari pelabuhan Belawan yang cenderung menunjukkan tren yang

menurun. Dilihat dari negara tujuan ekspor, nilai ekspor Sumut pada triwulan laporan masih

tetap didominasi oleh negara Singapura sebesar 66% dari keseluruhan total ekspor. Sementara

itu, ekspor Sumut ke negara-negara epicentrum krisis seperti AS dan kawasan Eropa memiliki

Grafik 1. 16 Volume Ekspor Komoditi Utama Propinsi Sumut

Grafik 1. 15 Nilai Ekspor Komoditi Utama Propinsi Sumut

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Grafik 1. 17 Aktivitas Bongkar-Muat di Pelabuhan

Belawan Grafik 1. 18 Negara Tujuan Ekspor Propinsi Sumut

Sumber : Bank Indonesia

BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 10

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

2008 2009 2010 2011

Impor Ekspor Net Ekspor gImpor

-70

-20

30

80

130

180

230

280

330

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

2008 2009 2010 2011

Consumption Goods Intermediate Goods

Capital Goods

12%

73%

15%

Consumption Goods Intermediate Goods Capital Goods

10%

13%

25%26%

26%

AS Thailand Malaysia RRC Eropa

kontribusi terhadap total ekspor sebesar 14% sehingga tidak terlalu terimbas oleh dampak krisis

di kawasan tersebut.

Volume impor Sumut pada triwulan laporan mencapai 1,3 juta ton atau tercatat tumbuh

sebesar 0,30% (yoy). Volume impor pada triwulan laporan cenderung melambat setelah pada

triwulan sebelumnya mencatatkan pertumbuhan sebesar 23,87% (yoy). Jika dirinci menurut

golongan penggunaan barang terjadi perlambatan transaksi impor untuk semua golongan, yaitu

barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal. Perlambatan transaksi impor,

terutama dipicu oleh tren perlambatan impor bahan baku sebagai jenis komoditi terbesar pada

struktur impor Sumut. Sementara itu, tren perlambatan yang cukup tinggi juga terjadi pada

kelompok barang konsumsi setelah tumbuh cukup signifikan pada triwulan I-2011. Dari

struktur komoditi impor Sumut, bahan baku/penolong masih memberikan andil yang cukup besar

Grafik 1. 19Volume Impor Propinsi Sumut Grafik 1. 20 Perkembangan Volume Impor per Kategori

Barang Propinsi Sumut

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Grafik 1. 21 Presentase Volume Impor per Kategori

Barang Propinsi Sumut Grafik 1. 22 Negara Asal Impor Propinsi Sumut

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

11 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

I II III IV I II III IVPertanian 4.60% 3.68% 5.66% 5.25% 5.40% 4.99% 7.70% 4.21% 5.66% 3.86% 5.36%Pertambangan & Penggalian 1.43% 7.79% 5.55% 5.94% 6.01% 6.31% 3.99% 8.38% 6.77% 6.02% 6.28%Industri Pengolahan 2.66% 3.49% 5.59% 4.75% 3.67% 4.37% 1.80% 4.38% 1.62% 2.22% 2.49%Listrik,Gas & Air Bersih 5.68% 3.63% 5.92% 6.94% 7.57% 6.03% 11.41% 10.32% 9.12% 6.56% 9.31%Bangunan 6.54% 12.70% 5.58% 6.46% 7.01% 7.87% 4.05% 8.39% 7.92% 8.19% 7.15%Perdagangan, Hotel & Restoran 5.07% 6.35% 8.30% 6.44% 5.31% 6.57% 8.55% 7.55% 8.42% 8.98% 8.38%Angkutan & Komunikasi 7.29% 6.64% 9.14% 10.06% 10.75% 9.18% 12.67% 10.32% 8.65% 8.48% 9.97%Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7.40% 9.93% 9.67% 7.61% 10.86% 9.52% 8.92% 10.91% 18.49% 14.35% 13.20%Jasa - jasa 6.73% 9.35% 4.99% 8.37% 8.57% 7.83% 3.77% 8.95% 7.46% 6.80% 6.73%

PDRB 5.00% 6.05% 6.67% 6.40% 6.36% 6.37% 6.44% 6.80% 6.89% 6.36% 6.62%

SEKTOR 20092010

20102011

2011

mencapai 73,17%. Sementara itu, impor bahan baku memiliki share sebesar 15% terhadap total

impor diikuti dengan impor barang modal sebesar 12%.

Dilihat dari negara asal impor, nilai impor dari Cina mencatat nilai tertinggi pada triwulan IV-

2011 sebesar 62,26 juta USD (26%), diikuti oleh kawasan Eropa sebesar 61,98 juta USD (26%),

dan Malaysia 58,61 juta USD (25%).

1.3 SISI PENAWARAN

Kendati tumbuh melambat, pertumbuhan sektor-sektor ekonomi andalan Sumut

tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif pada triwulan laporan. Struktur

perekonomian Sumut pada triwulan laporan masih didominasi oleh tiga sektor utama yaitu sektor

industri pengolahan, sektor pertanian, dan sektor PHR. Kombinasi ketiga sektor tersebut

memberikan sumbangan sebesar 62,99%. Ketiga sektor utama tersebut masih menjadi sektor

pendorong pertumbuhan ekonomi Sumut. Kinerja sektor industri pengolahan dan sektor PHR

relatif tumbuh stabil. Sementara itu, sektor pertanian masih menunjukkan tren yang menurun di

sepanjang tahun 2011.

1.3.1 Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan yang

positif dengan tumbuh sebesar 3,86% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 5,66% (yoy). Perlambatan kinerja sektor pertanian dikarenakan belum

mulainya musim panen di beberapa sentra produksi padi Sumut. Namun secara keseluruhan, pada

tahun 2011 kinerja sektor pertanian masih menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi sektor pertanian tercatat tumbuh sebesar

5,36% (yoy). Luas panen padi di Sumut berdasarkan angka ramalan (ARAM) III-2011 mencapai 757

ribu ha dengan produksi sebanyak 3,6 juta ton. Sementara itu, luas panen jagung mencapai 243

ribu ha dengan produksi sebanyak 3,2 juta ton. Luas lahan panen ini diharapkan bisa bertahan,

bahkan ditingkatkan pada tahun mendatang. Hal ini didukung oleh adanya perbaikan irigasi di

Tabel 1. 4 Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumut dari Sisi Penawaran

Sumber : BPS Sumut

BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 12

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011

Pertanian (triliun) yoy

2009 2010(ATAP) (ATAP) (ARAM III)

Luas Panen Ha 768.407 754.674 757.194Hasil / Hektar Ku/Ha 45,91 47,47 47,69Produksi Ton 3.527.899 3.582.302 3.611.244

Luas Panen Ha 247.782 274.822 243.770Hasil / Hektar Ku/Ha 47,08 50,13 50,89Produksi Ton 1.166.548 1.377.718 1.240.528

2011Uraian Satuan

PADI

JAGUNG

Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) untuk mengairi sawah di dua kabupaten, yakni Sergai dan Deli

Serdang.

Produktivitas hasil pertanian pada tahun 2011, juga menunjukkan perbaikan dengan

meningkatnya hasil per hektar sebesar 0,22 ku/ha untuk tanaman padi dan 0,76 ku/ha untuk

tanaman jagung. Peningkatan produktivitas hasil pertanian juga tidak terlepas dari upaya

Pemerintah Daerah Sumut dalam rangka mencapai swasembada beras, dengan melakukan

program tanam pada areal sawah tadah hujan seluas 120 ribu hektar, serta memanfaatkan

semaksimal mungkin lahan-lahan tidur sebagai areal baru lahan sawah. Di sisi lain, perlu dicermati

tantangan terbesar dalam pencapaian program swasembada beras yakni maraknya konversi lahan

padi menjadi perkebunan kelapa sawit.

Grafik 1. 23 Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian Tabel 1. 5 Perkembangan Indikator Pertanian (ATAP & ARAM) Propinsi Sumut

Grafik 1. 24 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)

Propinsi Sumut

Sumber : BPS Sumut

Sumber : BPS Sumut

Grafik 1. 25 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian

Propinsi Sumut

Sumber : BPS Sumut Sumber : Bank Indonesia Medan

13 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

Perlambatan kinerja sektor pertanian pada triwulan IV-2011, juga mempengaruhi tingkat

kesejahteraan petani. Hal ini tercermin dari penurunan NIlai Tukar Petani (NTP) yang merupakan salah

satu indikator kesejahteraan petani. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Sumut pada triwulan IV-2011

khususnya pada periode Oktober s/d Desember, NTP mengalami tren yang menurun. Hal ini

mencerminkan bahwa kemampuan tukar produk pertanian yang dihasilkan petani dengan barang

atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga mengalami penurunan. Di sisi lain, kredit

perbankan untuk kegiatan sektor pertanian pada triwulan laporan masih menunjukkan tren yang

meningkat seiring dengan mulai berlangsungnya musim tanam pada periode ini. Kredit perbankan

sektor pertanian tercatat tumbuh sebesar 17,04% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,53% (yoy). Hal ini memberi harapan akan prospek kinerja sektor

pertanian yang lebih baik pada tahun 2012.

1.3.2 Sektor Industri Pengolahan

Seiring dengan meningkatnya permintaan konsumsi dan transaksi perdagangan

internasional, sektor industri pengolahan pada triwulan laporan kembali berada pada tren

yang meningkat. Sektor industri pengolahan sebagai salah satu sektor ekonomi utama Sumut,

pada triwulan laporan tumbuh 2,22% (yoy) meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang sebesar 1,62%. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang

dilakukan Bank Indonesia Medan, beberapa indikator kinerja sektor industri pengolahan

memberikan arah yang sama. Hasil SKDU menunjukkan bahwa rata-rata kapasitas terpakai

perusahaan mengalami peningkatan pada triwulan laporan yang berada pada kisaran 67,57%

meningkat sebesar 0,39% dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pada triwulan laporan, realisasi kegiatan usaha sektor industri pengolahan berdasarkan hasil

SKDU tercatat mengalami peningkatan dengan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 2,82%

Grafik 1. 26 Perkembangan Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Sektor Industri Pengolahan

Grafik 1. 27 Perkembangan Kredit Sektor Industri

Pengolahan Propinsi Sumut

Sumber : Bank Indonesia Medan Sumber : Bank Indonesia Medan

BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 14

dan memberikan arah yang sama dengan pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan.

Peningkatan optimisme para pelaku usaha sektor industri pengolahan ini dikarenakan adanya

peningkatan permintaan dalam negeri terkait perayaan hari besar keagamaan dan liburan akhir

tahun serta meningkatnya produktivitas karyawan.

Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang Provinsi Sumatera Utara pada

triwulan IV-2011 naik sebesar 6,06% (yoy) meningkat jika dibandingkan dengan pertumbuhan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,11% (yoy). Berdasarkan data BPS Sumut, tren

peningkatan pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang, dipicu oleh peningkatan

produksi barang-barang dari logam, industri makanan dan minuman, industri kertas dan bahan

dari kertas, serta industri barang galian bukan logam.

Sejalan dengan peningkatan kinerja sektor industri pengolahan, penyaluran kredit

perbankan sektor tersebut juga menunjukkan arah yang sama dan menjadi penopang

pertumbuhan sektor ini. Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor industri

pengolahan mengalami peningkatan pertumbuhan 11,55% (yoy). Nilai kredit ke sektor industri

pengolahan mencapai Rp22,51 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 7,84% (yoy) dengan nilai kredit sebesar Rp20,76 triliun.

1.3.3 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan IV-2011 tumbuh sebesar

8,98% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 8,42%

(yoy). Beberapa prompt indicator seperti realisasi kegiatan usaha sektor PHR, jumlah arus barang

bongkar muat di pelabuhan Belawan, kredit sektor PHR, dan kinerja sektor perhotelan kembali

menunjukkan peningkatan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi sektor PHR.

Grafik 1. 28 Perkembangan Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Grafik 1. 4 Perkembangan Tingkat Hunian Hotel

Propinsi Sumut

Sumber : Bank Indonesia Medan Sumber : BPS Sumut

15 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

Kredit Rp Triliun 65.79 67.18 69.41 73.58 75.64 80.70 84.49 88.55 91.51 96.97 99.19 106.55

Pertumbuhan (%yoy) 20.09 7.76 5.37 10.28 14.97 20.13 21.73 20.35 20.98 20.16 17.40 20.33

DPK Rp Triliun 88.82 89.56 90.31 94.88 95.40 97.87 102.94 109.07 112.60 115.99 120.61 127.40

Pertumbuhan (%yoy) 23.23 18.28 15.83 12.56 7.41 9.28 13.99 14.96 18.03 18.51 17.17 16.81

LDR % 73.94 75.01 76.86 77.55 79.29 82.46 82.08 81.19 81.28 83.60 82.24 83.63

NPL-Gross % 3.63 3.86 3.89 3.58 3.51 3.59 3.69 3.13 2.97 2.86 2.78 2.28

Indikator Perbankan2009 2010 2011

Kegiatan usaha pada sektor perdagangan, hotel & restoran selama triwulan IV-2011

berdasarkan hasil SKDU, menunjukkan nilai SBT yang positif (SBT 4,34%). Kondisi ini terjadi pada

sub sektor perdagangan dan sub sektor restoran. Faktor pendorong utama kondisi tersebut antara

lain disebabkan semakin bertambahnya permintaan terhadap produk perusahaan seiring dengan

adanya hari besar keagamaan/akhir tahun. Pada triwulan laporan, tingkat hunian hotel di wilayah

Sumut mengalami tren yang meningkat. Tingkat penghunian rata-rata kamar hotel berbintang di

Sumut pada bulan Desember 2011 mencapai 44,16%, jauh lebih tinggi dibandingkan periode

yang sama tahun lalu sebesar 37,12%.

Indikator aktivitas perdagangan

dapat pula dilihat dari dukungan

pembiayaan perbankan pada sektor

perdagangan, hotel dan restoran yang

lebih tinggi dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Kredit sektor ini,

terus melanjutkan tren yang meningkat

sejak trend-reversal pada triwulan I-2010

dengan mencatatkan pertumbuhan yang

signifikan sebesar 26,80% (yoy). Pada

akhir Desember 2011, jumlah kredit yang

disalurkan mencapai Rp24,32 triliun.

1.3.4 Sektor Keuangan

Dari seluruh sektor, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa mengalami

pertumbuhan tertinggi pada triwulan ini yaitu sebesar 14,35% (yoy). Pertumbuhan sektor ini

sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,49% (yoy).

Namun demikian, kinerja perbankan Sumut yang memiliki pangsa dominan pada sektor ini

menunjukkan peningkatan. Pada triwulan laporan, perbankan Sumut membukukan pertumbuhan

Grafik 1. 30 Perkembangan Kredit Sektor PHR Propinsi Sumut

Sumber : Bank Indonesia Medan

Tabel 1. 6 Indikator Kinerja Perbankan Propinsi Sumut

Sumber : Bank Indonesia Medan

BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 16

kredit sebesar 20,33% (yoy) meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan

sebelumnya. Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan Sumut pada triwulan

laporan mencatatkan pertumbuhan sebesar 16,81% (yoy).

Demikian halnya dengan indikator kinerja perbankan Sumut lainnya, pertumbuhan

penyaluran kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan penghimpunan DPK perbankan

menyebabkan tingkat LDR perbankan pada triwulan laporan tercatat sebesar 83,63% atau lebih

tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 82,24%. Kualitas

penyaluran kredit perbankan juga semakin membaik dengan tingkat NPL sebesar 2,28% dari

sebelumnya sebesar 2,78%.

1.3.5 Sektor Bangunan

Pada triwulan IV-2011, sektor

bangunan mengalami pertumbuhan yang

cukup tinggi sebesar 8,19% (yoy),

meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya 7,92% (yoy). Tingginya kinerja

sektor bangunan tidak terlepas dari

percepatan pembangunan proyek-proyek

infrastruktur di Sumut. Perkembangan realisasi

kegiatan usaha sektor bangunan berdasarkan

hasil SKDU menunjukkan peningkatan nilai

SBT. Realisasi kegiatan usaha sektor ini tercatat

tumbuh sebesar 1,53%. Realisasi pengadaan

semen Sumut pada triwulan IV-2011 meningkat sebesar 41,98% (yoy) dengan jumlah sebesar 740

ribu ton. Pembiayaan yang dilakukan oleh bank umum di Sumut ke sektor bangunan dan konstruksi

tercatat tumbuh 17,69% (yoy). Penyaluran kredit sektor ini mengalami penurunan jika dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 38,43% (yoy). Hal ini diperkirakan karena adanya

pelunasan kredit atas proyek yang telah direalisasikan pada triwulan sebelumnya.

Grafik 1. 31 Perkembangan Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Sektor Bangunan

Sumber : Bank Indonesia Medan

17 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

1.3.6 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Pada triwulan laporan, sektor pengangkutan dan komunikasi mencatat

pertumbuhan yang cukup tinggi dengan pertumbuhan sebesar 8,67% (yoy). Faktor yang

mempengaruhi tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi antara lain perilaku masyarakat yang

sudah memasukkan sarana komunikasi sebagai kebutuhan pokok. Selain itu juga didukung oleh

menjamurnya paket-paket promosi yang dikeluarkan oleh perusahaan penyelenggaraan

telekomunikasi. Hal ini menjadi daya tarik bagi konsumen untuk meningkatkan konsumsi layanan

komunikasi.

Sementara itu, subsektor pengangkutan mengalami peningkatan antara lain tercermin pada

peningkatan beberapa prompt indicator, terutama jumlah penumpang angkutan udara dan angkutan

laut. Hal ini diperkirakan karena meningkatnya aktivitas yang terkait dengan perayaan hari besar

Grafik 1. 32 Perkembangan Penjualan Semen Propinsi Sumut

Grafik 1. 33Perkembangan Kredit Sektor Bangunan Propinsi Sumut

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : Bank Indonesia Medan

Grafik 1. 34 Perkembangan Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Propinsi Sumut

Grafik 1. 35 Perkembangan Kredit Sektor Pengangkutan Propinsi Sumut

Sumber : BPS Sumut Sumber : Bank Indonesia Medan

BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 18

keagamaan (Natal), liburan akhir tahun, dan perayaan Tahun Baru.

Dilihat dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor ini

menunjukkan perkembangan yang meningkat. Kredit yang disalurkan perbankan pada triwulan

laporan, menunjukkan peningkatan yang signifikan sejalan dengan peningkatan aktivitas sektor ini.

Penyaluran kredit pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 53,75% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya. Bahkan pertumbuhan pada triwulan laporan tertinggi di

sepanjang tahun 2011.

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Kajian : Peta Sektor Utama Regional Provinsi Sumatera Utara | Boks 1

20

Pendahuluan

Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan merupakan salah satu tujuan pembangunan ekonomi nasional. Strategi dan upaya yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi perlu dilakukan dengan memperhatikan berbagai faktor termasuk dukungan sektoral ekonomi dari berbagai propinsi (regional). Perlu disadari bahwa meskipun ekonomi regional memiliki karakteristik yang berbeda-beda, terdapat keterkaitan ekonomi antar wilayah. Adanya keterkaitan tersebut pada gilirannya akan menjadi transmisi bagi perkembangan dari suatu daerah ke daerah lainnya, termasuk diantaranya adalah perkembangan inflasi antar daerah.

Secara umum, perekonomian Indonesia setelah periode krisis 1998 bercirikan sisi penawaran yang kurang responsif, sementara sektor rumah tangga relatif bergerak lebih cepat atau lebih konsumtif sehingga ruang gerak pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan menjadi sempit (LPI 2006). Kekakuan (rigiditas) sisi penawaran dalam perekonomian menyebabkan meningkatnya kerentanan ekonomi apabila ada gangguan (shock). Salah satu kerentanan tersebut adalah perekonomian cenderung disertai persistensi tingginya inflasi. Untuk itu diperlukan pemetaan ekonomi secara regional yang dapat memberikan gambaran kekuatan dan kelemahan sisi sektoral (penawaran) sejalan dengan pekembangan sisi permintaan sehingga karakteristik sumber tekanan inflasi dapat diidentifikasi lebih baik.

Lebih lanjut, rigiditas sisi penawaran dapat berimplikasi pada lemahnya efektivitas kebijakan moneter. Dengan struktur sisi penawaran yang relatif kaku (rigid), pilihan kebijakan moneter yang ketat dapat berdampak negatif pada output. Sedangkan apabila arah kebijakan moneter longgar, tidak dapat secara optimal (dalam jangka pendek) memacu pertumbuhan ekonomi.

Pemahaman yang mendalam mengenai sektor-sektor yang mempunyai peranan yang besar dalam membantu tercapainya tingkat pertumbuhan yang sustainable di tingkat regional, serta identifikasi sumber-sumber rigiditas, dapat menjadi pelengkap dari penelitian lain sehingga membantu dalam menetapkan langkah-langkah kebijakan ekonomi. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian Peta Sektor Utama Provinsi Sumatera Utara : Analisis Penawaran serta Dampaknya terhadap Pembentukan Harga adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi sektor utama. 2. Memetakan kondisi penawaran dari sektor utama dan pengaruhnya terhadap inflasi. 3. Melihat keterkaitan antar sektor (backward and forward linkage) serta antar wilayah. Informasi ini diperlukan untuk melihat potensi tekanan pada inflasi apabila suatu sektor mengalami gangguan distribusi dan pasokan. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian Peta Sektor Utama Provinsi Sumatera Utara : Analisis Penawaran serta Dampaknya terhadap Pembentukan Harga adalah sebagai berikut : 1. Memberikan informasi sektor-sektor dari suatu ekonomi daerah yang berpotensi tinggi

memberikan tekanan inflasi. 2. Melengkapi hasil penelitian di tingkat regional sehingga dapat memberikan formulasi

kebijakan secara lebih baik. 3. Memberikan masukan kebijakan yang lebih baik berdasarkan kerangka penelitian yang

digunakan, dalam rangka meningkatkan efektivitas kebijakan moneter.

BOKS 1 Kajian : PETA SEKTOR UTAMA REGIONAL

PROVINSI SUMATERA UTARA

Boks 1 | Kajian : Peta Sektor Utama Regional Provinsi Sumatera Utara

21

Ruang Lingkup Penelitian 1. Penelitian Peta Sektor Utama Provinsi Sumatera Utara : Analisis Penawaran serta

Dampaknya terhadap Pembentukan Harga dilakukan di Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Binjai dan Kabupaten Samosir.

2. Metode Survei dilakukan terhadap tiga sektor ekonomi yang terpilih sebagai sektor utama di Provinsi Sumut.

3. Pertanyaan survei difokuskan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rigiditas suplai di sektor utama

Metodologi Penelitian 1. Sumber Data

a. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Rill dan Nominal Sumut dan Nasional periode tahun 2000-2009b. Inter Regional Input Output (IRIO) tahun 2005

c. Hasil survei di lapangan 2. Alur Penelitian

3. Penentuan Sektor Utama Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis dengan teknik Location Quotient (LQ) untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis atau sektor utama (leading sectors). Teknik analisis Location Quotient (LQ) dapat menggunakan variabel tenaga kerja atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah sebagai indikator pertumbuhan wilayah. Perhitungan LocationQuotient dengan rumusan sebagai berikut :

Dimana : LQ : Location Quation SiR : jumlah PDRB sector I pada daerah pada tahun tertentu SR : jumlah total PDRB pada daerah pada tahun tertentu SiN : jumlah PDB sektor I pada wilayah nasional pada tahun tertentu SN : jumlah total PDB pada wilayah nasional pada tahun tertentu

Penentuan Sektor Utama

Faktor-faktor yang mempengaruhi rigiditas suplai di sektor utama

Pemetaan Kondisi Penawaran dari Sektor Utama dan Pengaruhnya terhadap Inflasi

Keterkaitan Antar Sektor dan Antar Wilayah

Masukan Kebijakan dalam rangka Efektivitas Kebijakan Moneter

Kesimpulan dan Rekomendasi

iR

R

iN

N

SS

LQS

S

Kajian : Peta Sektor Utama Regional Provinsi Sumatera Utara | Boks 1

22

Berdasarkan formulasi yang ditunjukkan dalam persamaan di atas, maka ada tiga kemungkingan nilai LQ yang dapat diperoleh (Bendavid-Val dalam Kuncoro, 2004:183), yaitu : 1. Nilai LQ = 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i adalah sama dengan sektor yang sama dalam perekonomian provinsi 2. Nilai LQ > 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i lebih besar dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian provinsi 3 Nilai LQ < 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i lebih kecil dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian provinsi 4. Pemetaan Kondisi Penawaran dari Sektor Utama dan Pengaruhnya terhadap Inflasi

Pada penghitungan inflasi sektoral di tingkat regional, dapat menggunakan pendekatan perhitungan sebagai berikut : Inflasi Sektoral = Deflator PDRB Sektoral =PDRB Nominal Sektoral/PDRB Riil Sektoral Fungsi penawaran suatu produk di formulasikan sebagai berikut : Penawaran : Q = h + kP + iPI Q = Kuantitas P = Harga Komoditas M = Pendapatan PR = Harga barang substitusi PI = Harga barang input Hasil Empiris 1. Ranking share PDRB

Tujuan utama penelitian peta sektor utama Provinsi Sumatera Utara adalah penetapan sektor utama daerah. Berdasarkan share PDRB, sektor dengan share terbesar penyumbang perekonomian Sumut yaitu Sektor Pertanian (23,78%), Sektor Industri Pengolahan (22,39%) dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (18,44%).

Dalam share PDRB Sumut, Sektor pertanian menempati ranking pertama dan juga sebagai penyumbang utama perekonomian Sumut. Besarnya sumbangan sektor pertanian

juga terlihat dari banyaknya jumlah penduduk yang bekerja pada sektor ini.

Share Share

PDRB Sumut PDB Nasional

Pertanian 21,4 15,3 more

Pertambangan & Penggalian 5,5 10,5 less

Industri Pengolahan 17,6 26,4 less

Listrik, Gas, dan Air Bersih 4,5 0,8 more

Bangunan 6,6 9,9 less

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 14,5 13,4 more

Pengangkutan dan Komunikasi 9,8 6,3 more

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 8,1 7,2 more

Jasa-Jasa 11,9 10,2 more

Sektor

Boks 1 | Kajian : Peta Sektor Utama Regional Provinsi Sumatera Utara

23

2. Ranking Location Quotient (LQ) Berdasarkan hasil LQ terpilih sektor utama dengan ranking tertinggi yaitu Sektor

Pertanian (1,75), Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (1,38) serta Sektor Listrik, Air dan Gas Bersih (0,86).

3. Ranking Interregional Input-Output (IRIO)

Hasil perolehan ranking dengan pendekatan IRIO tahun 2005 diperoleh tiga sektor terbesar yang memiliki nilai multiplier terbesar terhadap perekonomian Sumut, yaitu

Sektor Industri Pengolahan, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta Sektor Pertanian.

4. Rigiditas Inflasi

Inflasi Sumut cenderung berada di atas nasional. Sejak tahun 2010, Sumut mengalami peningkatan harga yang umumnya lebih tinggi dibandingkan nasional. Inflasi Sumut terutama disumbang oleh inflasi kelompok Volatile Food. Sementara inflasi dari kelompok administered price cenderung masih terkendali.

Sementara itu, berdasarkan koefisien rigiditas inflasi, terpilih tiga sektor utama Sumut yaitu Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, Sektor Pertanian dan Sektor Industri Pengolahan. Pemadaman listrik secara bergiliran yang sering terjadi di Sumut mengakibatkan banyak pihak-pihak yang melakukan pencurian listrik dan mengakibatkan kerugian yang besar bagi PT.PLN Sumut. Kurangnya persediaan listrik di Sumut masih menjadi salah satu masalah besar yang dihadapi pemerintah daerah dalam membenahi infrastruktur terutama energi listrik.

Sektor Ranking

Pertanian 1

Pertambangan & Penggalian 9

Industri Pengolahan 7

Listrik, Gas, dan Air Bersih 3

Bangunan 5

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4

Pengangkutan dan Komunikasi 2

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 8

Jasa-Jasa 6

BL FL BL + FL Ranking

Pertanian 0,7776 1,2893 2,0669 3

Pertambangan & Penggalian 0,7700 0,7438 1,5138 8

Industri Pengolahan 1,1953 2,4296 3,6248 1

Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,1922 0,6609 1,8532 6

Bangunan 1,2434 0,7699 2,0134 5

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,0007 1,0247 2,0254 4

Pengangkutan dan Komunikasi 1,2011 0,9105 2,1116 2

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 0,8619 0,6440 1,5059 9

Jasa-Jasa 0,8391 0,9055 1,7446 7

Sektor

IRIO Tahun 2005

Kajian : Peta Sektor Utama Regional Provinsi Sumatera Utara | Boks 1

24

5. Ranking Perbankan Berdasarkan kriteria growth kredit, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi menempati ranking teratas. Dilihat berdasarkan pertumbuhan penyaluran kredit, sektor pertanian berada pada ranking pertama diikuti sektor pertambangan dan penggalian serta sektor jasa-jasa. Sementara bila dilihat berdasarkan kriteria NPL, ranking tertinggi dilihat dari rasio NPL terendah. Sektor dengan NPL terendah yaitu sektor jasa-jasa, sektor pertambangan dan penggalian serta sektor pengangkutan dan komunikasi.

6. Total Nilai Sektor Utama Terpilih

Berdasarkan seluruh kriteria (LQ, Rigiditas, Share Regional, IRIO (2005), NPL dan Growth Kredit), maka sektor utama yang perlu mendapat prioritas dalam perekonomian Sumut yaitu Sektor Pertanian, Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi.

Sumut Nasional

Pertanian 2,1863 3,2803 Nasional 2

Pertambangan & Penggalian 1,3016 9,5063 Nasional 5

Industri Pengolahan 2,0451 2,1938 Nasional 3

Listrik, Gas, dan Air Bersih 2,6285 1,4289 Sumut 1

Bangunan 0,8884 2,1180 Nasional 8

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,6392 1,2063 Sumut 4

Pengangkutan dan Komunikasi 0,7333 0,5803 Sumut 9

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 0,9484 1,1063 Nasional 7

Jasa-Jasa 1,2936 2,2017 Nasional 6

PDB / PDRB 1,5449 2,0499 Nasional

Sektor

KemiringanRigiditas

Supply

Terbesar

Rank

Growth Kredit NPL

Pertanian 1 8

Pertambangan & Penggalian 2 2

Industri Pengolahan 8 7

Listrik, Gas, dan Air Bersih 4 4

Bangunan 9 6

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7 5

Pengangkutan dan Komunikasi 6 3

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 5 9

Jasa-Jasa 3 1

SektorRanking

Sektor LQ Rigiditas Share Regional IRIO (2005) NPL Growth Kredit RANKING

Pertanian 1 2 1 3 1 8 1

Pertambangan & Penggalian 9 5 8 8 2 2 7

Industri Pengolahan 7 3 2 1 8 7 2

Listrik, Gas, dan Air Bersih 3 1 9 6 4 4 4

Bangunan 5 8 7 5 9 6 8

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4 4 3 4 7 5 5

Pengangkutan dan Komunikasi 2 9 5 2 6 3 3

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 8 7 6 9 5 9 9

Jasa-Jasa 6 6 4 7 3 1 6

Rekap Ranking

Boks 1 | Kajian : Peta Sektor Utama Regional Provinsi Sumatera Utara

25

Kesimpulan 1. Sektor utama yang terbentuk dari penggabungan beberapa kriteria dapat

dikategorikan ke dalam sektor yang diprioritaskan dan sektor yang potensial. Sektor yang utama merupakan sektor yang memiliki keunggulan dan daya saing yang baik dalam lingkup Wilayah Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sektor utama yang perlu mendapat prioritas dalam perekonomian Sumut yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor pengangkutan dan komunikasi.

2. Keterkaitan ekonomi Sumut dapat digambarkan melalui adanya keterkaitan sektor ekonomi di wilayah Sumut. Keterkaitan sektor ekonomi tersebut terdiri dari keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang. Dari nilai keterkaitan tersebut dapat diketahui ketergantungan dan pengaruh setiap sektor terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumut. Sektor yang menjadi sektor utama di Sumut adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor pengangkutan dan komunikasi.

Rekomendasi 1. Sektor pertanian memberi porsi besar dalam perekonomian Sumut, selain memberi

sumbangan besar dalam perekonomian, namun juga memperoleh prioritas utama dalam pemilihan tiga sektor utama berdasarkan beberapa kriteria yang ditetapkan. Oleh karena itu, di masa mendatang perlu adanya keterpaduan perencanaan pembangunan dan informasi yang semakin komprehensif dalam meningkatkan kinerja sektor pertanian.

2. Potensi pengembangan tanaman pangan terutama tanaman padi memang masih membutuhkan dukungan sarana dan prasarana (padat modal), baik terkait dengan infrastruktur maupun teknologi. Selain itu pemerintah daerah juga perlu menumbuhkan sentra-sentra komoditas pertanian baru sehingga perkembangan sektor pertanian Sumut tidak terlalu tergantung pada satu atau dua komoditas unggulan saja.

3. Memberi prioritas dalam membangun daya saing terhadap ketiga sektor utama perlu semakin ditingkatkan agar tetap memperoleh manfaat ekonomi yang sebesar-besarnya. Upaya menembus pasar harus menjadi gerakan bersama bukan hanya bergerak dari sisi produksi namun juga dari seluruh sistem pendukung.

4. Diperlukan adanya integrasi antar kawasan dengan prinsip kerjasama antar kabupaten/kota maupun antar provinsi dengan menciptakan fungsi masing-masing daerah yang nantinya dapat saling melengkapi. Karena dengan fungsi yang saling melengkapi akan meningkatkan interaksi antar wilayah agar dapat saling mendukung dalam proses pertumbuhan wilayah. Pembagian fungsi wilayah dibedakan atas :

fungsi perdagangan dan jasa, fungsi industri pengolahan, dan fungsi sektor primer (sektor pertanian)

26 Progress Pembangunan Bandara Kualanamu | Boks 2

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, tak pelak diperlukan

infrastruktur yang memadai, termasuk di dalamnya pembangunan bandara internasional

Sumatera Utara yang berlokasi di Kuala Namu. Bandara Kualanamu yang ditargetkan selesai

pada tahun 2013, kini progress pembangunannya telah mencapai 79%. Secara simultan,

untuk mendukung operasional Bandara Kualanamu, juga sedang diselesaikan pembangunan

akses menuju bandara melalui beberapa alternatif, yaitu kereta api, jalan arteri, dan jalan tol.

Penyelesaian Bandara Kualanamu memang sangat diharapkan berbagai pihak, mengingat

kapasitas Bandara Polonia yang ada saat ini sudah tidak memadai untuk jumlah penumpang

domestik yang jumlahnya mencapai 16.137 pax/hari dan penumpang internasional yang

mencapai 4.093 pax/hari atau sekitar 6,3 juta penumpang per tahun. Kapasitas apron juga

kian terbatas mengingat pergerakan pesawat per harinya mencapai 195 pergerakan (150

domestik dan 45 internasional). Terlebih lagi, keberadaan Bandara Polonia di tengah kota

Medan mengalami keterbatasan operasional dan sulit untuk dikembangkan.

Tabel Perbandingan Karakteristik Bandara Polonia dan Kualanamu

Sumber: PT. Angkasa Pura II

Total anggaran yang diperlukan untuk pembangunan Bandara Kualanamu sebesar

Rp4,74 triliun bersumber dari PT. Angkasa Pura II dan APBN. Anggaran untuk sektor privat

sebesar Rp1,81 triliun berasal dari PT. Angkasa Pura II dan anggaran untuk sektor publik

sebesar Rp2,93 triliun berasal dari APBN.

BOKS 2

Progress Pembangunan Bandara Kualanamu

Boks 2 | Progress Pembangunan Bandara Kualanamu 27

Tabel Anggaran Pembangunan Bandara Kualanamu

Sumber: PT. Angkasa Pura II

Dengan dirampungkannya Bandara Kualanamu pada tahun 2013 diharapkan tidak

hanya menyokong aktivitas perekonomian Sumut tetapi juga dapat menjadi salah satu Main

Hub di Indonesia selain Jakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makassar.

Gambar Menara Pengawas, Foto Udara Kualanamu, dan Terminal Penumpang

Sumber: PT. Angkasa Pura II

SEKTOR NILAI (RP.) SUMBER DANA

PRIVAT 1.807.933.993.733 PT. ANGKASA PURA II

PUBLIK 2.932.888.960.000 APBN

TOTAL 4.740.822.953.733

BAB II Perkembangan Inflasi Daerah

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 28

Tekanan inflasi pada triwulan IV-2011 cenderung menurun. Penurunan ini

utamanya dipicu oleh penurunan laju inflasi volatile foods

2.1. KONDISI UMUM

Selama triwulan IV-2011, harga-harga di Sumut stabil dan tidak mengalami

pergerakan yang berarti. Stabilitas perkembangan harga ini terlihat dari inflasi triwulanan

yang tercatat sebesar 0,00% (qtq), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tercatat

sebesar 3,34% (yoy). Sementara itu, inflasi tahunan Sumut pada triwulan IV-2011 tercatat

sebesar 3,67% (yoy), jauh di bawah inflasi tahunan triwulan III-2011 sebesar 6,87% (yoy). Tidak

hanya itu, realisasi inflasi Sumut 2011 tersebut juga di bawah target inflasi yang semula

diperkirakan sebesar 5,50%±1%. Beberapa faktor yang yang turut mendukung rendahnya

tingkat inflasi Sumut adalah sebagai berikut:

1. Potensi peningkatan inflasi menjelang Hari Raya Idul Fitri dan Natal telah diantisipasi dengan

baik oleh TPID dan SKPD terkait, di antaranya melalui pembentukan ekspektasi inflasi dalam

bentuk moral suassion seperti dalam kunjungan pejabat daerah ke pasar, talkshow, serta

Operasi Pasar, Pasar Murah, dan Percepatan realisasi raskin.

2. Keberhasilan program stabilitas pangan, seperti Gerakan Perempuan untuk Optimalisasi

Pekarangan.

3. Dukungan klaster cabe di Kabupaten Karo (binaan KPSRU-KBI Medan) dalam menjaga

stabilitas produksi dan harga cabe merah.

Berbeda dari triwulan sebelumnya, pada triwulan IV-2011 inflasi tahunan pada

kelompok volatile foods (0,77%, yoy) justru sangat rendah. Sebaliknya inflasi inti (5,25%, yoy)

lebih mendominasi inflasi di Sumut. Sementara itu inflasi administered price tercatat sebesar

3,02%.

Grafik 2.1. Inflasi Bulanan Grafik 2.2. Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional Sumut dan Nasional

BBBAAABBB 222 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

29 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

2.2. INFLASI TRIWULANAN Inflasi triwulanan Sumut tercatat sebesar 0,00% (qtq) lebih rendah

dibandingkan inflasi triwulanan nasional sebesar 0,79% (qtq). Inflasi pada triwulan ini

juga lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,34% (qtq).

Tabel 2.1. Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Triwulan IV-2011

Oktober 2011 November 2011 Desember 2011

Komoditas Andil Inflasi

Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Inflasi

Cabe merah 0,1269 Angkutan udara 0,2168 Cabe Merah 0,1280

SLTA 0,0498 Beras 0,0992 Celana Panjang Jeans 0,0736

Tomat buah 0,0253 Cabe merah 0,0521 Upah Pembantu RT 0,0705

Udang basah 0,0241 Emas perhiasan 0,0455 Kemeja Pendek Katun 0,0505

Sabun cuci batangan 0,0178 Sabun cuci batangan 0,0299 Beras 0,0324

Cat tembok 0,0146 Upah Pembantu RT 0,0213 Baju Kaos/ T-shirt 0,0273

Beras 0,0139 Cat Tembok 0,0178 Cabe rawit 0,0262

Tabel 2.2. Komoditas yang Memberikan Andil Deflasi Triwulan IV-2011

Oktober 2011 November 2011 Desember 2011

Komoditas Andil

Deflasi Komoditas

Andil Deflasi

Komoditas Andil

Deflasi

Angkutan udara -0,4638 Daging ayam ras -0,1785 Kentang -0,0535

Sawi hijau -0,1344 Dencis -0,0967 Angkutan udara -0,0534

Emas perhiasan -0,1035 Telur ayam ras -0,0233 Kembung/ Gembung -0,0471

Minyak goreng -0,0797 Kol putih/ Kubis -0,0228 Wortel -0,0324

Daging ayam ras -0,0707 Jeruk -0,0199 Bawang putih -0,0284

Dencis -0,0480 Tongkol -0,0143 Lele -0,0150

Daging sapi -0,0423 Wortel -0,0126 Bawang merah -0,0117

Sumber: BPS

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 30

2.2.1. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA

Stabilitas harga-harga pada triwulan IV-2011 terjadi di seluruh kelompok

barang dan jasa. Tingkat inflasi seluruh kelompok barang dan jasa lebih rendah dibandingkan

triwulan lalu, bahkan kelompok bahan makanan dan transpor, komunikasi, dan jasa keuangan

mengalami deflasi.

Tabel 2.3. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%)

Sumber: BPS

a. Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan yang triwulan lalu mengalami inflasi cukup tinggi 6,03%

(qtq), kini justru deflasi -0,01% (qtq). Setelah mengalami kenaikan cukup tinggi karena

meningkatnya permintaan selama perayaan hari Idul Fitri di triwulan sebelumnya, subkelompok

daging dan hasil-hasilnya; ikan segar; dan telur, susu, dan hasil-hasilnya mengalami deflasi

dibandingkan triwulan lalu sebagai akibat penurunan permintaan di pasar.

Grafik 2.3 Inflasi Triwulanan

Kelompok Bahan Makanan di Sumut

b. Kelompok Sandang

Pada triwulan IV-2011, kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,02% (qtq).

Senada dengan kelompok bahan makanan, level inflasi kelompok sandang ini juga jauh lebih

31 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (6,45%, qtq). Penurunan inflasi kelompok sandang

khususnya subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya salah satunya disebabkan oleh

penurunan harga emas di akhir tahun 2011.

Grafik 2.4 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut

c. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Pada triwulan laporan, tidak terjadi inflasi kelompok bahan makanan. Penurunan level

inflasi dari 2,38% (qtq) pada triwulan III-2011 menjadi 0,00% (qtq) pada triwulan IV-2011,

tidak berlebihan bila kelompok ini tidak mengalami inflasi karena subkelompok makanan jadi

dan subkelompok minuman yang tidak beralkohol juga tidak mengalami inflasi. Hal ini lebih

disebabkan karena relatif stabilnya permintaan masyarakat selama periode triwulan IV-2011.

Hanya subkelompok tembakau dan minuman beralkohol yang sedikit mengalami inflasi 0,01%

(qtq).

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 32

Grafik 2.5 Inflasi Triwulana Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau di Sumut

d. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami penurunan tingkat

inflasi dari 3,11% (qtq) pada triwulan III-2011 menjadi -0,02% (qtq) pada triwulan IV-2011.

Deflasi kelompok ini utamanya disumbang oleh subkelompok transpor yang juga mengalami

deflasi sebesar -0,02% (qtq). Penurunan ini mengikuti pola musiman dimana setelah tarif

angkutan baik darat maupun udara mengalami lonjakan cukup tinggi selama hari raya Idul Fitri

di triwulan sebelumnya, kembali turun sebagai dampak menurunnya permintaan. Namun

demikian penurunan tersebut tidak terlalu besar karena permintaan sempat mengalami

kenaikan kembali di masa perayaan Natal di akhir tahun 2011. Sementara itu, subkelompok

komunikasi dan pengiriman; sarana dan penunjang transpor; serta jasa keuangan tidak

mengalami inflasi (0,00%, qtq).

Grafik 2.6. Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan di Sumut

1.15

4.92

2.19 2.46

1.89 1.81

2.65

2.37

2.562.31

1.22

0.89

1.43

0.50

2.38

0.000.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011Sumber: BPS, diolah

33 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

e. Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan memiliki level inflasi sebesar 0,00% (qtq). Subkelompok jasa

kesehatan dan obat-obatan juga memiliki level inflasi sebesar 0,00% (qtq). Sementara itu,

subkelompok jasa perawatan jasmani dan kesehatan mengalami inflasi sangat kecil, hanya

0,01% (qtq). Para pelaku industri kesehatan besar nampaknya masih menunggu awal tahun

untuk melakukan penyesuaian tarif-tarif jasa yang diberikannya

Grafik 2.7. Inflasi Triwulanan

Kelompok Kesehatan di Sumut

f. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar justru kembali mengalami

penurunan inflasi dari 0,74% (qtq) pada triwulan III-2011 menjadi 0,01% (qtq) pada triwulan

IV-2011. Berkurangnya permintaan akan perumahan di akhir tahun serta tidak adanya

perubahan kebijakan tarif listrik, air, gas dan bahan bakar oleh pemerintah membuat harga-

harga di kelompok ini relatif stabil selama triwulan IV-2011. Penurunan permintaan perumahan

juga ditunjukkan dari dari peningkatan housing stock (selisih antara rumah yang dibangun

dengan yang terjual) pada triwulan IV-2011 sebesar 5,53% (qtq) dari triwulan sebelumnya

berdasarkan Survei Harga Properti Residensial yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

Tabel 2.4 Housing Stock

Kelompok

Triwulan Triwulan Pertumbuhan

(qtq) III -2011 IV -2011

Stock % Stock %

Kecil 2376 39.14 2355 36.76 -0,88%

Sedang 1809 29.80 2044 31.90 12,99%

Besar 1886 31.07 2008 31.13 6,47%

Total 6071 100 6407 100 5,53%

Sumber: Survei harga Properti Residensial (SHPR), KBI Medan

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 34

Grafik 2.8. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut

g. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami penurunan inflasi dari 2,63%

(qtq) pada triwulan III-2011 menjadi 0,01% (qtq) pada triwulan IV-2011. Subkelompok

pendidikan dan olahraga mengalami inflasi sebesar 0,02% (qtq). Selebihnya, subkelompok

kursus-kursus/ pelatihan, perlengkapan/ peralatan pendidikan, dan rekreasi memiliki level inflasi

0,00% (qtq). Masih berlangsungnya tahun ajaran yang berjalan mengakibatkan tidak ada

perubahan permintaan yang signifikan di kelompok ini.

Grafik 2.9. Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut

2.2.2. INFLASI MENURUT KOTA

Peningkatan inflasi terjadi di keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut. Inflasi

triwulanan tertinggi terjadi di kota Sibolga sebesar 1,77% (qtq) diikuti dengan kota

35 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

Padangsidempuan sebesar 1,35% (qtq) dan Pematangsiantar sebesar 0,64% (qtq). Sementara

itu, kota Medan justru mengalami deflasi sebesar -0,28% (qtq).

Tabel 2.10. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%)

Sumber: BPS, diolah

2.3. INFLASI TAHUNAN

Inflasi (yoy) Sumut pada triwulan IV-2011 tercatat sebesar 3,67%, menurun jauh

dibandingkan triwulan III-2011 sebesar 6,87%. Inflasi Sumut pada triwulan ini juga lebih rendah

dibandingkan inflasi nasional (3,79%). Penurunan inflasi tahunan pada periode ini banyak

disumbang oleh penurunan harga sejumlah bahan makanan.

2.3.1. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA

Hampir seluruh kelompok mengalami penurunan inflasi tahunan dibandingkan

triwulan lalu, kecuali kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga dan kelompok

transpor, komunikasi, dan jasa keuangan. Inflasi kelompok sandang (10,95%, yoy)

merupakan yang tertinggi dibandingkan kelompok lainnya. Sementara itu, kelompok bahan

makanan yang biasanya menyumbang inflasi besar, pada triwulan ini justru memiliki tingkat

inflasi terendah (1,14%) bila dibandingkan kelompok lain.

Tabel 2.6. Inflasi Tahunan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%)

Sumber: BPS

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 36

a. Kelompok Bahan Makanan

Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan IV-2011 tercatat sebesar 1,14%. Terjadi

penurunan yang cukup tajam dibandingkan triwulan lalu sebesar 10,54%. Beberapa

subkelompok bahan makanan yang mengalami penurunan level inflasi adalah subkelompok

padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya (2,14%, yoy), subkelompok daging dan hasil-hasilnya

(0,35%, yoy), subkelompok ikan segar (6,88%, yoy), subkelompok telur, susu, dan hasil-

hasilnya (4,70%, yoy), subkelompok kacang-kacangan (18,88%, yoy), subkelompok lemak dan

minyak (0,05%), subkelompok bahan makanan lainnya (5,29%, yoy). Bahkan terjadi penurunan

level inflasi yang cukup tajam pada subkelompok bumbu-bumbuan dari 10,15% (yoy) pada

triwulan III-2011 menjadi deflasi -19,59% (yoy) pada triwulan IV-2011.

Grafik 2.11. Inflasi Kelompok Bahan Makanan

b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Sama halnya dengan kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman,

rokok, dan tembakau juga mengalami penurunan level inflasi walaupun tidak terlalu besar

tingkat penurunannya. Pada triwulan IV-2011, inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok,

dan tembakau tercatat sebesar 4,70%, sementara itu pada triwulan lalu inflasi kelompok ini

sebesar 5,29%. Ketiga subkelompoknya mengalami penurunan inflasi baik makanan jadi,

minuman yang tidak beralkohol, maupun tembakau dan minuman beralkohol. Inflasi

subkelompok makanan jadi tercatat sebesar 6,55%, inflasi subkelompok minuman yang tidak

beralkohol (2,21%) dan inflasi subkelompok tembakau dan minuman beralkohol (2,55%).

11.98

22.96

17.91 18.08

5.14

0.44

9.69

-0.38

3.94

10.89

3.14

14.69

13.73

4.65

10.54

1.14

-4

1

6

11

16

21

26

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011

%

Sumber : BPS, diolah

37 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

Grafik 2.12 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

c. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Inflasi kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga pada triwulan IV-2011 sebesar

4,76%. Level inflasi tersebut meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,83%.

Secara tahunan, keempat subkelompoknya mengalami peningkatan inflasi. Subkelompok

pendidikan meningkat 7,03% (yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi 8,19% (yoy). Subkelompok

olahraga meningkat dari 1,88% (yoy) pada triwulan III-2011 menjadi 3,83% (yoy) pada triwulan

IV-2011. Subkelompok perlengkapan pendidikan dan subkelompok rekreasi juga mengalami

peningkatan level namun masih tergolong deflasi. Subkelompok perlengkapan pendidikan

meningkat dari deflasi -1,43% (yoy) menjadi -1,33% (yoy). Subkelompok rekreasi juga

meningkat, yakni dari -2,65% (yoy) menjadi -1,89% (yoy).

Grafik 2.13 Inflasi Kelompok

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

4.31

9.27

10.4111.11

10.26

8.779.279.17

9.7210.27

8.73

7.165.98

4.1

5.34.7

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011

%

Sumber : BPS, diolah

11.8712.67

7.777.45

8.85

6.52

8.817.868.308.33

0.71.62

2.352.15

3.834.76

0

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011

%

Sumber : BPS, Sumut

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 38

d. Kelompok Sandang

Kelompok sandang justru mengalami penurunan level inflasi dari 12,87% (yoy) pada

triwulan III-2011 menjadi 10,95% (yoy) pada triwulan IV-2011. Penurunan level inflasi ini

terutama dipicu oleh penurunan level inflasi subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya

yang cukup signifikan. Hal ini wajar mengingat harga emas perhiasan yang termasuk dalam

subkelompok ini terkoreksi akibat penurunan harga emas di pasar internasional.

Grafik 2.14 Inflasi Kelompok Sandang

Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) diketahui bahwa harga emas

perhiasan di kota Medan mengalami penurunan dari Rp470.200 per gram (22 karat) pada

triwulan III-2011 menjadi Rp465.000 per gram (22 karat) pada triwulan IV-2011. Harga emas

perhiasan 24 karat juga mengalami penurunan dari Rp487.000 per gram pada triwulan III-2011

menjadi Rp484.000 per gram pada triwulan IV-2011.

Grafik 2.15 Harga Emas Perhiasan di Kota Medan

16.36

14.61

11.29

9.2210.30

8.398.807.81

-0.16

6.686.88

8.328.43

7.23

12.87

10.95

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011

%

Sumber : BPS, Sumut

39 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

Grafik 2.16 Harga Emas di Pasar Internasional

Sumber: Bloomberg

e. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan bakar

Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar tercatat sebesar 3,56%

(yoy). Level inflasi tersebut menurun dibandingkan triwulan lalu sebesar 5,51% (yoy). Keempat

subkelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami penurunan level inflasi.

Subkelompok biaya tempat tinggal menurun dari 6,23% (yoy) menjadi 5,30% (yoy).

Subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air menurun dari 1,72% (yoy) menjadi 0,48%

(yoy). Subkelompok perlengkaan rumah tangga menurun dari 2,05% (yoy) menjadi 1,18%

(yoy). Senada dengan ketiga subkelompok lainnya, subkelompok penyelenggaraan rumah

tangga juga mengalami penurunan dari 12,87% (yoy) menjadi 10,95% (yoy).

Grafik 2.17 Inflasi Kelompok

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

f. Kelompok Kesehatan

Inflasi kelompok kesehatan juga sedikit menurun dari 6,95% (yoy) menjadi 6,84% (yoy).

Penurunan ini terutama dipicu oleh penurunan inflasi subkelompok jasa kesehatan dan

subkelompok obat-obatan. Subkelompok kesehatan mengalami penurunan dari 8,96% (yoy)

pada triwulan III-2011 menjadi 7,60% (yoy) pada triwulan IV-2011. Subkelompok obat-obatan

4.26

6.69

8.638.43

7.18

4.70

2.18

3.90

5.295.46

7.567.46

6.647.5

5.51

3.56

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011

%

Sumber : BPS, Sumut

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 40

mengalami penurunan dari 0,86% (yoy) pada triwulan III-2011 menjadi 0,80% (yoy) pada

triwulan IV-2011.

Grafik 2.18 Inflasi Kelompok Kesehatan

g. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Inflasi kelompok transportasi, kesehatan, dan jasa keuangan masih mengalami tren yang

meningkat. Pada triwulan IV-2011, inflasi kelompok ini tercatat sebesar 2,57% (yoy). Tren

peningkatan ini terutama dipicu oleh subkelompok transpor yang meningkat dari 4,40% (yoy)

menjadi 4,87% (yoy).

Grafik 2.19 Inflasi Kelompok

Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan

3.18

6.25

7.988.21

5.36

2.742.292.14

3.403.58

2.432.65

4.254.63

6.95

6.84

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011

%

Sumber : BPS, Sumut

1.82

3.953.81

-0.05

2.51

-6.53-6.24

-4.73

-0.60-0.19

1.721.32

0.981.52

2.41

2.57

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011

%

Sumber : BPS, Sumut

41 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

2.3.2. INFLASI MENURUT KOTA

Tingkat inflasi tahunan keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut,

semuanya mengalami penurunan dibandingkan triwulan lalu. Kota Sibolga memiliki

tingkat inflasi tertinggi, yakni sebesar 4,66% (yoy). Sementara itu, inflasi terendah di Sumut

masih dimiliki oleh kota Medan, yakni sebesar 3,54% (yoy).

Tabel 2.7. Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy)

Sumber: BPS

Di keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut, kelompok sandang memiliki tingkat

inflasi tertinggi. Inflasi kelompok sandang kota Medan sebesar 11,04% (yoy), kota

Padangsidempuan (13,85%, yoy), kota Pematangsiantar (8,96%, yoy), dan kota Sibolga

(9,91%, yoy). Pada kota Padangsidempuan, inflasi kelompok kesehatan dan kelompok transpor,

komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi masing-masing sebesar (-0,34%, yoy) dan (-

4,11%, yoy).

Tabel 2.8. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%,yoy)

Sumber: BPS

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 42

2.4. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFLASI

2.4.1 Faktor Fundamental

Ekspektasi Inflasi

Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh KBI Medan terjadi peningkatan

indeks ekspektasi harga konsumen 3 bulan yang akan datang dari 150 menjadi 156. Sebaliknya

indeks ekspektasi harga 6 bulan yang akan datang justru menurun dari 160 menjadi 157. Hal

yang patut disyukuri, nampaknya masyarakat Sumut tetap optimistis, tercermin dari indeks

keyakinan konsumen yang tetap terjaga di level 120.

Grafik 2.20 Ekspektasi Konsumen terhadap Pergerakan Harga Barang/ Jasa

Sumber: Survei Konsumen dan BPS, diolah

2.4.2 Faktor Non Fundamental

Disagregasi Inflasi

Terjadi penurunan inflasi volatile foods yang cukup signifikan dari sebesar 10,23% (yoy)

pada triwulan III-2011 menjadi 0,77% (yoy) pada triwulan IV-2011. Senada dengan hal

tersebut, inflasi kelompok administered prices juga menurun walaupun dalam level yang kecil.

Inflasi administered prices menurun dari 3,34% (yoy) menjadi 3,02% (yoy)

Grafik 2.21 Disagregasi Inflasi Sumut

Sumber: BPS, diolah

43 Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) juga mengkonfirmasi adanya penurunan harga

sejumlah komoditas bahan makanan, di antaranya daging ayam ras, cabe merah, bawang

merah, dan kentang.

Grafik 2.21 Perkembangan Harga Komoditas Bahan Makanan

Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Medan

44 Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Sumut | Boks 3

Sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi di Sumatera Utara, Bank Indonesia di

tahun 2011 telah melakukan Riset Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi Komoditas

Strategis Penyumbang Inflasi Sumut yang bertujuan untuk :

a. Mengidentifikasi struktur pasar komoditas strategis penyumbang inflasi Sumatera Utara;

b. Mengidentifikasi pola distribusi, termasuk biaya dan hambatan distribusi komoditas

strategis penyumbang inflasi Sumatera Utara;

c. Mengetahui perilaku produsen, distributor dan pengecer dalam mekanisme pembentukan

harga barang strategis penyumbang inflasi di Sumatera Utara; dan

d. Mengetahui implikasi struktur pasar dan pola distribusi komoditas strategis penyumbang

inflasi daerah terhadap kebijakan pengendalian harganya di Sumatera Utara.

Riset ini difokuskan pada 15 komoditas yang memberikan andil besar terhadap inflasi Sumut,

yaitu beras, cabe merah, bawang merah, tomat sayur, jeruk, ikan dencis, ikan mas, ikan

tongkol, ikan teri, daging ayam ras, daging sapi, telur ayam ras, minyak goreng, gula pasir,

dan semen.

No. Komoditas Kode Kontribusi

1 Beras 10101 0.93

2 Cabe Merah 10929 0.10

3 Bawang Merah 10903 0.06

4 Tomat Sayur 10669 0.02

5 Jeruk 10810 0.01

6 Dencis 10322 0.14

7 Mas 10353 0.03

8 Tongkol 10381 0.09

9 Teri 10459 0.03

10 Daging Ayam Ras 10209 0.08

11 Daging Sapi 10216 0.05

12 Telur Ayam Ras 10515 0.06

13 Minyak Goreng 11004 0.18

14 Gula Pasir 20206 0.11

15 Semen 30149 0.03

BOKS 3 Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi

Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Sumut

Boks 3 | Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Sumut 45

Berdasarkan riset tersebut struktur pasar komoditas di sektor pertanian seperti beras, cabe

merah, bawang merah, tomat sayur, dan jeruk pada hakikatnya tergolong Pasar Persaingan

Sempurna. Kendati demikian derajat pengambilan keputusan dan cara pembayaran oleh

pelaku pasar menyebabkan komoditas pertanian tersebut bergeser menjadi peralihan pasar

persaingan sempurna menjadi oligopoli. Struktur pasar komoditas perikanan seperti ikan

dencis, ikan tongkol, ikan mas, dan ikan teri termasuk pasar persaingan sempurna. Struktur

pasar komoditas peternakan seperti daging ayam ras, daging sapi, dan telur ayam ras

tergolong oligopoli. Struktur pasar minyak goreng, gula pasir, dan semen termasuk peralihan

oligopoli ke monopoli.

Dari riset tersebut juga diketahui bahwa jalur distribusi komoditas pertanian seperti

beras, cabe merah, bawang merah, tomat sayur, dan jeruk cukup panjang. Untuk sampai ke

tangan konsumen, setidaknya melewati 3 hingga 5 pelaku pasar. Pengecer dari wilayah lain

cukup banyak memasok kebutuhan beras dan bawang merah Sumut. Sama halnya dengan

komoditas-komoditas pertanian, komoditas di sektor perikanan, peternakan, dan industri juga

setidaknya melewati 3 hingga 5 pelaku pasar sebelum sampai ke tangan konsumen.

Gambar 1 Jalur Distribusi Komoditas Beras

Gambar 2 Jalur Distribusi Komoditas Cabe Merah

46 Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Sumut | Boks 3

Gambar 3 Jalur Distribusi Komoditas Bawang Merah

Gambar 4 Jalur Distribusi Komoditas Tomat Sayur

Gambar 5 Jalur Distribusi Komoditas Jeruk

Berdasarkan hasil survei juga diketahui bahwa faktor produksi utama yang

dikeluarkan petani adalah untuk pembelian pupuk, obat, dan bibit. Sementara itu, nelayan

lebih banyak mengeluarkan biaya produksi untuk bahan bakar kapal dan es batu guna

menjaga kesegaran ikan hasil tangkapannya. Faktor produksi utama peternak adalah untuk

pembelian bibit dan obat, sedangkan faktor produksi utama yang dikeluarkan oleh produsen

industri terutama untuk bahan baku dan biaya tenaga kerja.

Boks 3 | Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Sumut 47

Tabel 1 Faktor Produksi Utama

Dalam menentukan harga jual, produsen lebih banyak mengacu pada harga pasar

tertinggi, biaya produksi ditambah dengan margin, atau mengikuti harga pesaing/penjual

lain. Penentuan harga jual juga mempertimbangkan ketersediaan supply komoditas

bersangkutan, biaya transportasi, biaya sarana produksi, dan harga kebutuhan pokok.

Gambar 6 Asymetric Price

Harga di tingkat pengecer pada saat pasokan banyak (panen), normal, dan sedikit

(paceklik) sangat bervariasi. Di antara komoditas lainnya, variabilitas harga cabe merah dan

daging sapi yang paling besar. Sementara itu, variabilitas komoditas industri seperti minyak

goreng, gula pasir, dan semen relatif kecil.

Pengujian Houck dengan pendekatan Asymetric Price Transmission mengindikasikan

bahwa kenaikan atau penurunan harga komoditas beras, dan cabe merah di tingkat petani

serta harga daging ayam ras di tingkat peternak, mempengaruhi kenaikan atau penurunan

harga di tingkat ritel atau pedagang pengecer. Sementara itu, komoditas jeruk, daging sapi,

dan telur ayam ras bersifat downward price rigidity, artinya kenaikan harga di tingkat

produsen (petani atau peternak) diikuti atau mempengaruhi kenaikan harga di tingkat ritel

atau pedagang pengecer. Sebaliknya, penurunan harga di tingkat produsen (petani atau

peternak) tidak diikuti dengan penurunan harga di tingkat ritel atau pedagang pengecer.

48 Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Sumut | Boks 3

Rekomendasi

1. Kecenderungan inflasi di daerah termasuk di Sumut yang lebih dipicu dari sisi supply,

mengisyaratkan bahwa inflasi daerah sulit dikendalikan dengan kebijakan moneter

semata. Pembenahan pola distribusi dan sarana pendukung distribusi barang dan

komoditas lebih berdaya guna untuk diterapkan sebagai upaya dalam pengendalian

inflasi di Sumut.

2. Guna menekan harga, tidak cukup hanya dilakukan efisiensi oleh produsen saja tetapi

juga diperlukan peran serta supplier, perusahaan transportasi, dan jaringan distributor.

Diperlukan supply chain management guna memastikan proses aliran barang atau

komoditas dari hulu ke hilir berjalan efisien.3. Guna mengefisienkan jalur distribusi, perlu

dilakukan peningkatan koordinasi yang lebih terstruktur dengan instansi terkait khususnya Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berkaitan dengan infrastruktur jalan seperti Dinas Bina Marga

dan Balai Besar Jalan Nasional yang ada di daerah. Dengan demikian, kondisi infrastruktur (jalan)

yang rusak dapat diperbaiki dan dapat menjamin kelancaran distribusi komoditas dari daerah

penghasil ke konsumen.

4. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik TPID Sumut dan

TPID Medan maupun koordinasi antar TPID wilayah lain. TPID juga dapat memfasilitasi atau

menginisiasi informasi atau fasilitas yang dapat mendukung upaya pengendalian inflasi seperti:

a. Penyediaan informasi yang akurat terkait harga dan stok

b. Menyediakan buffer stock, khususnya untuk komoditas yang harganya sangat berfluktuasi.

c. Mendorong percepatan pembangunan pasar induk yang dilengkapi dengan cold storage,

sehingga buah dan sayur dapat bertahan lama. Pasar induk sekaligus dapat memperpendek

rantai distribusi

BAB III Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran

49 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

Fungsi intermediasi perbankan Sumut sampai dengan akhir triwulan IV/2011

tetap menunjukkan peningkatan dengan stabilitas sistem keuangan (risikorisiko kredit,

risikorisiko likuiditas, dan risikorisiko pasar) yang masih terjaga. Di sisi lain jumlah

transaksi sistem pembayaran tunai maupun non tunai juga menunjukkan peningkatan

sejalan dengan perkembangan transaksi ekonomi

A. PERBANKAN

3.1 KONDISI UMUM

Di tengah kekhawatiran akan dampak krisis ekonomi di Zona Eropa, kinerja

perbankan Sumatera Utara di triwulan IV-2011 tetapmenunjukkan peningkatan, yang

terlihat dari masih tingginya angka pertumbuhan indikator utama perbankan. . Hal ini

secara tidak langsung menunjukkan ketangguhan ekonomi Sumatera Utara dalam menghadapi

tantangan baik eksternal maupun internal. Secara tahunan maupun triwulanan, indikator

perbankan, baik bank umum konvensional, bank umum syariah, maupun BPR masih tumbuh

lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan ini bahkan diikuti dengan

penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dari 2,78% pada triwulan III-2011 menjadi 2,28%

yang merupakan angka NPL terendah selama 3 tahun terakhir. Penurunan angka ini menunjukkan

adanya peningkatan kualitas kredit yang disalurkan pada periode ini.

Total aset perbankan Sumut pada triwulan IV-2011 mencapai Rp160,05 triliun, tumbuh

sebesar 4,31% (qtq) dan 19,71% (yoy). Total aset perbankan tersebut masih didominasi oleh

bank konvensional yaitu sebesar Rp153,41 triliun (95,85%), sedangkan sisanya merupakan aset

bank syariah yaitu sebesar Rp6,64 triliun (4,15%).

Dana pihak ketiga yang dihimpun pada triwulan IV-2011 tumbuh sebesar 5,63% (qtq)

atau 16,81% (yoy) hingga mencapai jumlah Rp127,40 triliun, lebih tinggi dari periode

sebelumnya sebesar 3,98% (qtq). Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan jenis simpanan

tabungan dan deposito dengan persentase kenaikan masing-masing sebesar 9,50% dan 7,76%

(qtq) Peningkatan ini menunjukkan masih tingginya kepercayaan masyarakat Sumatera Utara

terhadap industri perbankan. Secara tahunan seluruh instrumen dana pihak ketiga mengalami

kenaikan dimana kenaikan tertinggi dialami oleh tabungan yaitu sebesar 19,99%(yoy),

sedangkan deposito dan giro naik masing-masing sebesar 14,83%(yoy) dan 13,82%(yoy).

BBBAAABBB 333 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 50

Dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mengalami pertumbuhan sebesar 2,29%,

kredit yang disalurkan perbankan Sumatera Utara pada triwulan IV-2011 tumbuh sebesar

7,42%(qtq) atau 20,33% (yoy) hingga mencapai jumlah Rp106,55 triliun, Dari sisi jenis

penggunaan, pertumbuhan kredit tertinggi di triwulan laporan dialami oleh kredit investasi yaitu

sebesar 8,74% (qtq). Hal ini menunjukkan tingginya dukungan pembiayaan perbankan terhadap

pertumbuhan ekonomi Sumut.

Sumber : LBU, diolah

3.2 INTERMEDIASI PERBANKAN

Kegiatan intermediasi perbankan selama triwulan IV-2011 menunjukkan

peningkatan yang tercermin dari tren peningkatan loan to deposit ratio (LDR) dari 82,24%

menjadi 83,63%. Tingkat LDR tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata LDR selama 3

tahun terakhir sebesar 80,04%. Kenaikan kredit modal kerja dan kredit investasi memberikan

peranan besar dalam peningkatan LDR.

3.2.1 Penghimpunan Dana Masyarakat

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Sumut hingga triwulan IV-2011 mencapai

Rp127,40 triliun, meningkat 5,63% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dengan tingkat

pertumbuhan yang relatif stabil. Ditinjau dari strukturnya, DPK Sumut, masih tetap didominasi

Sumber : LBU, diolah Sumber : LBU, diolah

Grafik 3. 1 Perkembangan DPK Sumut

Tabel 3. 1 Indikator Utama Perbankan Sumut

Grafik 3. 2 Struktur DPK Sumut

51 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

3.50%

4.00%

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

10.00%

Tw

.I

Tw.II

Tw.II

I

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.II

I

Tw.IV

Tw

.I

Tw.II

Tw.II

I

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.II

I

Tw.IV

2008 2009 2010 2011

Dep (Skala kiri) Giro (Skala kanan) Tab (skala kanan)

oleh tabungan dan deposito dengan pangsa masing-masing sebesar 42,68% dan 41,41% dari

total DPK dengan nilai nominal tercatat masing-masing sebesar Rp54,38 triliun dan Rp52,76

triliun. Berdasarkan jenisnya, peningkatan pertumbuhan DPK pada triwulan ini didorong oleh

kinerja simpanan tabungan dan simpanan deposito yang masing-masing tumbuh sebesar

9,50% dan 7,76% (qtq).

Di tengah tren penurunan suku bunga deposito, penghimpunan tabungan perbankan di

Sumut mampu menjadi penyangga stabilnya pertumbuhan DPK. Disamping sifat tabungan yang

lebih likuid sehingga mudah ditarik ataupun dilakukan switching apabila diperlukan, serta fitur-

fitur dan kemudahan dalam melakukan transaksi, simpanan tabungan mampu menjadi salah

satu daya tarik bagi masyarakat untuk menyimpan dananya dalam bentuk ini. Tren penurunan

suku bunga deposito tentunya akan semakin memberikan ruang bagi perbankan untuk

menurunkan suku bunga kredit sehingga mampu menjadi penggerak peningkatan penyaluran

kredit khususnya untuk menggerakkan sektor riil yang bersifat produktif. Sementara itu, dilihat

dari rata-rata tertimbang suku bunga selama triwulan III-2011 hingga triwulan IV-2011 suku

bunga tabungan, deposito dan giro mengalami penurunan masing-masing tabungan dari

2,76% menjadi 2,61%, deposito dari 6,45% menjadi 6,14%, sedangkan giro naik tipis dari

2,30% menjadi 2,34%.

3.2.2 Penyaluran Kredit

Pada triwulan IV-2011 kredit perbankan di Sumatera Utara tumbuh 7,42% (qtq)

hingga mencapai Rp106,55 triliun. Dengan pertumbuhan yang positif pada triwulan ini maka

secara tahunan pertumbuhan kredit menjadi 20,33% yang diperkirakan sebagai dampak

pertumbuhan ekonomi regional. Pertumbuhan kredit pada triwulan ini tercatat lebih tinggi

Sumber : LBU, diolah

Grafik 3. 3 Perkembangan Suku Bunga DPK

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 52

-1.00

4.00

9.00

14.00

19.00

24.00

29.00

34.00

39.00

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

2008 2009 2010 2011

Kredit (Rp Triliun) Pertumbuhan (%,yoy)

Pertumbuhan (%,qtq)

53.94%

22.51%

30.10%

Modal Kerja Investasi Konsumsi

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

10.00%

11.00%

12.00%

13.00%

14.00%

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

2008 2009 2010 2011

Kredit (Rp Triliun) Sk Bunga Kredit BI Rate

dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan kredit dalam tiga tahun terakhir yang tercatat

sebesar 4,36%. Hal ini dipicu oleh peningkatan kredit investasi dan kredit modal kerja yang

tercatat masing-masing tumbuh sebesar 8,74% dan 8,64% (qtq). Tingginya pertumbuhan porsi

kredit untuk kegiatan produktif (modal kerja dan investasi) mencerminkan peningkatan aktivitas

perekonomian Sumut pada triwulan ini, yang pada akhirnya akan memberikan multiplier effect

lebih besar terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Berdasarkan

jenisnya, kredit modal kerja masih mendominasi pangsa penyaluran kredit perbankan Sumut

dengan proporsi sebesar 53,94% diikuti oleh kredit konsumsi dan kredit investasi dengan pangsa

masing-masing sebesar 30,10% dan 22,51%.

Tren penurunan BI Rate semenjak bulan Oktober 2011 mulai diikuti dengan penurunan

tingkat suku bunga kredit perbankan. Pada triwulan IV-2011, suku bunga kredit tercatat

sebesar 11,50% menurun 0,12% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tren penurunan

Grafik 3.4 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut

Grafik 3.5 Pangsa Kredit Sumut per Jenis

Penggunaan

Sumber : LBU, diolah Sumber : LBU, diolah

Grafik 3.6 Perkembangan Suku Bunga, BI Rate, dan Penyaluran Kredit Sumut

Sumber : LBU, diolah

53 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

Tw.III-2011 Tw.IV-2011 Tw.III-2011 Tw.IV-2011 Tw.III-2011 Tw.IV-2011

Pertanian 12.70% 13.60% 5.53% 17.04% 12.60% 15.00%

Pertanbangan 0.34% 0.34% 183.33% 50.00% 9.68% 5.88%

Industri 20.93% 21.13% 7.84% 11.55% -1.42% 8.43%

Listrik, Gas 0.86% 0.97% 51.79% 53.73% 1.19% 21.18%

Konstruksi 3.20% 2.87% 38.43% 17.69% 17.84% -3.47%

PHR 23.14% 22.82% 24.93% 26.80% 3.38% 5.97%

Angkutan/Komunikasi 2.25% 2.31% 34.34% 53.75% 16.15% 10.31%

Js. Dunia 2.93% 3.00% 10.65% 29.55% 5.82% 9.97%

Js. Sosial 1.34% 1.34% -13.64% 21.19% 6.40% 7.52%

Lain-lain 32.31% 31.62% 22.66% 20.10% -2.17% 5.12%

Indikator PerbankanPangsa Pertumbuhan (yoy) Pertumbuhan (qtq)

-40.00

-30.00

-20.00

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

2008 2009 2010 2011

Kredit UMKM (Rp Triliun) Pertumbuhan (%,yoy)

Pertumbuhan (%,qtq)

16%

37%

47%

Mikro Kecil Menengah

suku bunga perbankan Sumut, nampaknya mulai direspon oleh para pelaku usaha dimana pada

triwulan ini pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja menunjukkan peningkatan yang

signifikan. Secara keseluruhan kredit investasi dan modal kerja mencapai Rp 76,45 triliun pada

akhir triwulan ini.

Berdasarkan sektor usaha, secara umum tidak terjadi perubahan struktural pada

komposisi penyaluran kredit pada triwulan IV-2011. Penyaluran kredit paling besar di wilayah

Sumut diserap oleh sektor Perdagangan sebesar 22,82% dan sektor Industri Pengolahan

sebesar 21,13%. Sementara itu, baik secara triwulanan maupun secara tahunan pertumbuhan

kredit pada hampir semua sektor menunjukkan pertumbuhan positif, kecuali kredit sektor

Konstruksi yang mencatat kontraksi sebesar -3,47% (qtq). Dari sisi nominal kredit, peningkatan

penyaluran kredit pada sektor Pertanian tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar

Rp1,89 triliun (qtq). Cukup tingginya pertumbuhan kredit pada sektor pertanian menjadi salah

satu indikator perbaikan aktivitas perekonomian pada triwulan ini, khususnya setelah triwulan II-

2011 kredit pertanian sempat mengalami tren yang menurun.

3.2.3 Penyaluran Kredit

Tabel 3.2 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut per Sektor Ekonomi

Grafik 3.7 Perkembangan Kredit UMKM Sumut Grafik 3.8 Pangsa Kredit UMKM Sumut

Sumber : LBU, diolah Sumber : LBU, diolah

Sumber : LBU, diolah

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 54

-10.00

10.00

30.00

50.00

70.00

90.00

110.00

130.00

150.00

170.00

0.00

200.00

400.00

600.00

800.00

1000.00

1200.00

1400.00

1600.00

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

2010 2011

KUR (Rp Juta) Pertumbuhan (%,yoy)

Pertumbuhan (%,qtq)

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

2010 2011

Debitur (Ribu) Pertumbuhan (%,yoy)

Pertumbuhan (%,qtq)

Jumlah kredit UMKM pada triwulan IV-2011 mengalami peningkatan sebesar 6,78%

(qtq) hingga mencapai jumlah sebesar Rp29,28 triliun. Begitu pula secara tahunan kredit

UMKM mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 32,42% atau mencakup 27,48% dari

keseluruhan total kredit perbankan Sumut. Berdasarkan pangsa penyaluran kredit UMKM Sumut,

pada triwulan IV-2011 didominasi oleh kredit menengah (Rp 500 juta Rp 5 miliar) dengan

proporsi sebesar 47% dari total kredit UMKM atau mencapai Rp 13,69 triliun, disusul dengan kredit

skala kecil (Rp 50 juta Rp 500 juta) senilai Rp 10,90 triliun (37%), dan kredit skala mikro (dibawah

Rp 50 juta) dengan baki debet sebesar Rp 4,69 triliun.

Dalam rangka meningkatkan fungsi intermediasi perbankan terutama terkait dengan

peningkatan penyaluran kredit UMKM, Kantor Bank Indonesia Medan beserta Pemerintah Daerah

Propinsi Sumatera Utara sedang mengkaji kemungkinan terbentuknya lembaga penjaminan kredit

daerah. Pembentukan lembaga penjaminan kredit daerah merupakan salah satu upaya untuk

memberikan penjaminan kredit bank kepada sektor UMKM serta membantu Bank di daerah guna

lebih dapat menjangkau usaha UMKM yang belum feasible dan bankable namun sangat memiliki

prospek untuk dikembangkan. Di sisi lain Kantor Bank Indonesia Medan bersama Pemerintah

Daerah akan mematangkan konsep resi gudang dalam rangka meningkatkan akses UMKM

terhadap perbankan. Terkait dengan persiapan infrastruktur untuk menunjang pola resi gudang, di

Sumatera Utara telah dibangun 3 gudang penyimpanan. Pada dasarnya instrumen resi gudang

memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah sebagai agunan memperoleh kredit modal kerja,

dokumen penting pengendalian stok bahan pangan, sistem kontrol untuk mendukung

kelangsungan usaha industri paca panen, serta instrumen perdagangan di pasar bursa komoditi.

Sebagai salah satu daerah yang menyalurkan Kredit Usaha rakyat (KUR) yang merupakan

salah satu skim kredit bagi UMKM, pada triwulan IV-2011 Propinsi Sumatera Utara telah

menyalurkan KUR dengan total baki debet sebesar Rp 1,59 triliun dengan jumlah debitur sebanyak

Grafik 3.9 Perkembangan Penyaluran KUR Sumut

Sumber : LBU, diolah

Grafik 3.10 Perkembangan Debitur KUR Sumut

Sumber : LBU, diolah

55 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

3.50%

4.00%

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

2008 2009 2010 2011

236.354 debitur. Total baki debet penyaluran KUR Sumut mengalami pertumbuhan sebesar

89,55% (yoy) dan 9,27% (qtq) dibandingkan dengan periode sebelumnya. Sedangkan jumlah

debitur KUR di Sumut juga menunjukkan peningkatan sebesar 47,57% (yoy) dan 8,16% (qtq)

dibandingkan dengan periode sebelumnya.

3.3 STABILITAS PERBANKAN

3.3.1 Risiko Kredit

Risiko kredit perbankan yang tercermin

dari rasio kredit bermasalah terhadap total

kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Sumut

pada periode laporan kembali menunjukkan

penurunan yang mencerminkan perbaikan

kualitas kredit dalam periode ini. NPL

perbankan Sumut pada akhir triwulan IV-2011

sebesar 2,28%, lebih rendah dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang tercatat

sebesar 2,78%. NPL perbankan Sumut pada

periode ini tercatat lebih rendah dibandingkan

dengan rata-rata NPL selama 3 tahun terakhir.

NPL perbankan Sumut yang selalu berada di bawah batas aman sejak tahun 2008 menunjukkan

risiko kredit perbankan di Sumut yang relatif stabil meskipun terdapat perlambatan ekonomi

regional di paruh pertama 2009 sebagai dampak krisis keuangan global.

3.3.2 Risiko Likuiditas

Risiko likuditas perbankan di Sumut pada triwulan IV-2011 tetap terjaga. Dengan

indikator Cash Ratio (CR) yang relatif stabil di atas 3%, perbankan Sumut memiliki likuiditas

yang cukup untuk memenuhi kewajibannya. Pada periode ini cash ratio perbankan tercatat

sebesar 5.55%%Namun demikian, perbankan Sumut perlu memperhatikan terjadinya perubahan

preferensi masyarakat dalam melakukan penempatan dana di perbankan yang cenderung pada

instrumen jangka pendek seperti tabungan dibandingkan dengan instrumen jangka panjang

berupa deposito. Sementara di sisi lain, tren penurunan suku bunga kredit pada periode ini

mendorong peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit produktif jangka panjang berupa kredit

investasi. Kondisi ini, diharapkan diikuti dengan peningkatan kualitas pengelolaan likuiditas bank

guna mengantisipasi potensi mismatch likuiditas.

Grafik 3.11 Perkembangan NPL Perbankan Sumut

Sumber : LBU, diolah

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 56

0

50

100

150

200

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

2008 2009 2010 2011

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

2008 2009 2010 2011

3.4 PERBANKAN SYARIAH

Peningkatan ekspansi usaha perbankan syariah di Sumut pada periode triwulan IV-2011

tetap menunjukkan perkembangan positif yang mengindikasikan perkembangan perbankan

syariah semakin diminati oleh masyarakat. Selain itu, produk-produk perbankan syariah seperti

gadai emas menjadi salah satu produk yang semakin diminati oleh masyarakat seiring dengan

tren investasi logam mulia. Dari sisi kelembagaan, terdapat penambahan 1 (satu) jaringan kantor

perbankan syariah di wilayah Sumatera Utara dibandingkan dengan periode sebelumnya

menjadi 26 jaringan kantor. Total aset perbankan syariah di Sumut pada periode ini meningkat

sebesar Rp 310 miliar atau tumbuh sebesar 4,31% (qtq) dan 19,71% (yoy) menjadi senilai Rp

6,64 triliun pada triwulan IV-2011.

Perkembangan intermediasi perbankan syariah juga menunjukkan peningkatan selama

triwulan laporan. Pembiayaan perbankan syariah dan penghimpunan DPK syariah pada

triwulan IV-2011 masing-masing sebesar Rp 4,83 triliun dan Rp 4,48 triliun atau meningkat

5,23% dan 20,43% dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingginya pertumbuhan penghimpunan

DPK perbankan syariah Sumut relatif terhadap pertumbuhan kredit menyebabkan Financing to

Deposits Ratio (FDR) yang mencerminkan proporsi penyaluran pembiayaan dibandingkan dengan

Tabel 3.3 Indikator Utama Perbankan Syariah Sumut

Sumber : LBU, diolah

Grafik 3.12 Financing to Deposits Ratio (FDR) Perbankan

Syariah Sumut (%)

Grafik 3.13 Non Performing Financing (NPF)

Perbankan Syariah Sumut (%)

Sumber : LBU, diolah Sumber : LBU, diolah

57 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

5.00%

5.50%

6.00%

6.50%

7.00%

7.50%

8.00%

8.50%

9.00%

9.50%

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

2008 2009 2010 2011

dana yang dihimpun pada triwulan ini tercatat sebesar 107,81% atau menurun dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 123,29%. Sementara itu, kualitas kredit perbankan

syariah Sumut yang tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) tetap terjaga dengan baik

pada kisaran 4,71% dengan kecenderungan untuk terus menurun.

3.5 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Perkembangan kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sumut pada triwulan IV-2011

menunjukkan tren yang meningkat. Aset BPR Sumut pada triwulan laporan sebesar Rp 780

miliar dengan jumlah jaringan kantor sebanyak 59 jaringan kantor atau meningkat 16,42%

(yoy) dan 2,63% (qtq). Sejalan dengan peningkatan aset, fungsi intermediasi BPR di Sumut juga

menunjukkan pertumbuhan yang positif, dimana LDR BPR pada triwulan laporan tercatat

sebesar 101,89% atau meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 100%.

Perkembangan LDR BPR yang cenderung melambat pada akhir tahun 2010 sampai dengan

triwulan III-2011 mulai menunjukkan tren yang meningkat pada triwulan ini. Peningkatan LDR

perbankan dipicu oleh pertumbuhan kredit

BPR Sumut yang lebih tinggi dibandingkan

dengan pertumbuhan DPK BPR. Penyaluran

kredit BPR pada triwulan laporan senilai Rp

540 miliar atau meningkat sebesar 9,98%

(yoy) dan 1,89% (qtq). Sedangkan DPK BPR

tercatat sebesar Rp 530 miliar dan tidak

mengalami perubahan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya.

Sumber : LBU, diolah

Grafik 3.14 Perkembangan NPL BPR Sumut

Sumber : LBU, diolah

Tabel 3.4 Indikator Utama BPR Sumut

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 58

-3.000

-2.000

-1.000

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

I-7 III-7 I-8 III-8 I-9 III-9 I-10 III-10 I-11 III-11

Mili

ar R

upia

h

INFLOW OUTFLOW NET FLOW

NPL gross BPR di Sumut pada triwulan IV-2011 tercatat sebesar 9,26%, sedikit naik

setelah mengalami penurunan di triwulan sebelumnya. Untuk lebih meningkatkan kinerja BPR,

Kantor Bank Indonesia mulai melakukan fasilitasi pembentukan APEX BPR yang berperan dalam

penyatuan/pengumpulan dana (pooling of fund), pemberian bantuan keuangan (financial

assistance), dan dukungan tekhnis (technical services) dari bank umum kepada BPR yang

tergabung dalam APEX BPR dengan tujuan akhir yaitu peningkatan fungsi intermediasi BPR.

B. SISTEM PEMBAYARAN

Sejalan dengan peningkatan aktivitas perekonomian pada akhir tahun 2011,

perkembangan sistem pembayaran di wilayah Provinsi Sumut pada triwulan IV-2011

menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini ditandai oleh peningkatan volume

transaksi baik tunai maupun non tunai.

3.6 SISTEM PEMBAYARAN TUNAI

3.6.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow)

Perkembangan aliran uang kartal di Sumatera Utara pada triwulan IV-2011 mengalami

net outflow, artinya jumlah aliran uang keluar lebih besar dibandingkan aliran uang masuk.

Kegiatan transaksi aliran uang kartal di Sumatera Utara menunjukkan posisi net outflow sebesar

Rp 1,8 triliun, meningkat dibandingkan dengan triwulan III-2011 yang tercatat net inflow

sebesar Rp 596 miliar. Posisi inflow atau aliran uang kartal yang masuk ke Kantor Bank

Indonesia Medan pada periode laporan tercatat sebesar Rp 5,3 triliun atau menurun sebesar

Grafik 3.16 Perkembangan Aliran Uang Kartal melalui Bank

Indonesia di Sumatera Utara

Sumber : Laporan Bulanan Peredaran Uang, Bank Indonesia

Meliputi wilayah kerja KBI Medan, KBI Pematang Siantar, dan KBI Sibolga

59 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IVRp100.000 158 86 47 46 63 55 45 36 53 30 81 128 98 Rp50.000 232 116 66 142 232 173 131 230 165 102 282 505 242 Rp20.000 76 23 41 28 47 22 33 11 23 10 37 55 22 Rp10.000 62 3 6 6 2 1 3 6 10 30 13 9 Rp5.000 3 3 3 10 9 4 12 33 4 6 8 2 Rp2.000 1

Jumlah lembar 531 231 163 232 353 255 212 289 280 156 436 709 373 Nominal (Rp Ribu) 29.555 14.905 8.895 12.370 18.905 14.620 11.740 15.380 14.235 8.420 23.270 39.320 22.442

2009 2010 2011Jenis Pecahan 2008

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

100,00%

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

I-6 II-6

III-6

IV-6

I-7 II-7

III-7

IV-7

I-8 II-8

III-8

IV-8

I-9 II-9

III-9

IV-9

I-10

II-10

III-10

IV-10

I-11

II-11

III-11

IV-11

(miliar Rp.)Inflow RATIO PTTB

25,27% (qtq), sedangkan posisi outflow atau aliran uang kartal keluar tercatat sebesar Rp 7,1

triliun atau meningkat sebesar 9,58% (qtq).

3.6.2 Temuan Uang Palsu

Temuan uang palsu di KBI Medan menunjukkan kecenderungan yang menurun baik dari

segi nominal maupun jumlah lembar uang palsunya. Pada triwulan IV- 2011 ditemukan

sebanyak 373 uang palsu dengan total nilai sebesar Rp22.422.000. Sebagaimana periode

triwulan-triwulan sebelumnya, denominasi Rp50.000 paling banyak dipalsukan dibandingkan

pecahan lainnya, atau sebanyak 64,87% dibandingkan total temuan uang palsu. Sementara itu

jumlah temuan uang palsu Rp100.000 sebanyak 98 lembar. Selebihnya, temuan uang palsu

denominasi Rp20.000 (22 lembar), denominasi Rp10.000 (9 lembar), denominasi Rp5.000 (2

lembar) dan denominasi Rp2.000 sebanyak 1 lembar.

3.6.3 Penyediaan Uang Layak Edar

Grafik 3.17 Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara

Salah satu tugas pokok Bank Indonesia dalam pengedaran uang diantaranya adalah

melakukan pemusnahan atau kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal

yang sudah tidak layak edar (lusuh/rusak) sebagai upaya untuk memelihara kualitas uang kartal yang

Tabel 3.5 Data Temuan Uang Palsu di Kantor Bank Indonesia Medan

Sumber : Kantor Bank Indonesia Medan

Sumber : Laporan Bulanan Peredaran Uang, Bank Indonesia

Meliputi wilayah kerja KBI Medan, KBI Pematang Siantar, dan KBI Sibolga

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 60

diedarkan di masyarakat (clean money policy) secara berkesinambungan. Pada triwulan IV-2011 jumlah

uang kartal yang telah dikenai Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) atau dimusnahkan

tercatat sebesar Rp3.444 miliar atau sebesar 65,08% dari jumlah inflow. Jumlah uang kartal

yang dicatat sebagai PTTB tersebut sedikit menurun dibandingkan triwulan lalu yang sebesar

Rp3.473 miliar atau 0,82% dibandingkan triwulan lalu.

3.7 SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI

3.7.1 Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara

Transaksi perbankan Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement

BI-RTGS) pada triwulan IV-2011 mengalami peningkatan sebesar Rp66 triliun atau meningkat

50,57% menjadi Rp197,3 triliun dari nilai transaksi pada triwulan III-2011 yang tercatat sebesar

Rp131.triliun. Begitu pula dengan volume transaksi RTGS yang juga mengalami peningkatan

48,25% dibandingkan triwulan lalu menjadi 260.476 transaksi. Hal ini mencerminkan tingginya

transaksi perekonomian pada akhir tahun 2011.

Sejalan dengan hal tersebut, besaran rata-rata per hari nilai transaksi BI-RTGS pada

triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar Rp3 triliun juga meningkat 48,25% atau Rp 1 triliun bila

dibandingkan dengan triwulan III-2011. Rata-rata volume transaksi per hari pada triwulan IV-

2011 meningkat 51,30%% menjadi 4.070 transaksi.

Tabel 3.6 Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara

Sumber : www.bi.go.id (statistik sistem pembayaran)

Meliputi wilayah kerja KBI Medan, KBI Pematang Siantar, dan KBI Sibolga

61 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

10.000

11.000

12.000

13.000

14.000

15.000

16.000

17.000

-

100

200

300

400

500

600

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

Tw

.I

Tw

.II

Tw

.III

Tw

.IV

2009 2010 2011

Nominal (Rp. Miliar) Volume (lembar warkat)

3.7.2 Kegiatan Transaksi Kliring

Nilai transaksi kliring pada triwulan IV-2011 tercatat sebesar Rp35.983 miliar. Nilai ini

meningkat 1,33% atau Rp 472 miliar bila dibandingkan dengan triwulan III-2011 yang sebesar

Rp35.511 miliar. Sementara itu, volume warkat kliring mengalami penurunan sebesar -0,06%

dibandingkan triwulan lalu menjadi 1.121.416 lembar warkat. Hal ini menunjukkan bahwa pada

triwulan laporan jumlah transaksi cenderung merupakan transaksi dengan nominal besar seiring

dengan tingginya aktivitas perekonomian pada akhir tahun.

Pada triwulan IV-2011, besaran rata-rata per

hari nilai transaksi kliring adalah sebesar

Rp562 miliar, dengan rata-rata jumlah warkat

yang diproses sebanyak 17.522 transaksi

(warkat) per hari. Sementara itu, jumlah

penolakan cek dan bilyet giro (Cek/BG)

kosong di wilayah Sumut pada triwulan IV-

2011 tercatat sebanyak 15.679 warkat

dengan nilai Rp415 miliar. Dengan demikian

rata-rata penolakan cek dan bilyet giro per

harinya sebanyak 245 warkat dengan nilai Rp

6,4 miliar. Penolakan cek dan bilyet giro (Cek/BG) kosong ini mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan lalu dari segi nilai 6,95% , tetapi dari segi volumenya justru menurun -

0,65%.

Tabel 3.7 Transaksi Kliring Perbankan Sumatera Utara

Sumber : www.bi.go.id (statistik sistem pembayaran)

Grafik 3.15 Perkembangan Cek/BG Kosong Perbankan

Sumut

Sumber : www.bi.go.id (statistik sistem pembayaran)

62 Bazaar Intermediasi Peternakan Ruminansia dan Perbankan Sumatera Utara | Boks 4

Kantor Bank Indonesia Medan menggelar Bazaar Intermediasi Peternakan Ruminansia

dan Perbankan Sumatera Utara selama 2 (dua) hari, 21-22 Desember 2011 yang berpusat di

Lapangan Benteng, Medan. Tujuan dari pelaksanaan bazaar ini adalah :

1. Sebagai media untuk membangun kebersamaan dari seluruh pelaku usaha yang terkait

dengan peternak, termasuk seluruh pemangku kepentingan;

2. Memfasilitasi intermediasi perbankan Sumatera Utara dengan kelompok (klaster) peternak;

3. Mensosialisaikan pola integrasi peternakan dengan pertanian;

4. Meningkatkan konsumsi protein hewani; dan

5. Menyukseskan progam Visit Medan Year 2012.

Bazaar dibuka dengan pemukulan gondang sembilan oleh Dirjen Peternakan dan

Kesehatan Hewan, PBI Medan, Asisten II Pemprov. Sumut, Anggota Komisi XI DPR RI,

Anggota DPD RI, Anggota DPRD I Sumut, Dirut Bank Sumut dan Pimpinan Kanwil BRI.

Rangkaian acara bazaar dilanjutkan dengan pemberian bantuan dari program Bank

Indonesia Social Responsibility (BSR) kepada 14 kelompok peternak, penandatanganan akad

kredit KKPE dan KUPS senilai Rp15.342.096.500 kepada 9 kelompok petani dan peternak

oleh bank penyalur (Bank Sumut dan BRI). Bazaar juga mengetengahkan talk show dengan

tema Potensi Pengembangan Sapi di Sumatera Utara. Pada talk show tersebut, hadir sebagai

nara sumber (1) Syukur Irwantoro, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, (2) Nasser Atorf,

Pemimpin Bank Indonesia Medan, (3) Meutya Hafid, Anggota DPR RI, (4) Gus Irawan, Direktur

Utama Bank Sumut, dengan dipandu oleh Chantal Della Concetta, Penyiar MNC TV.

Setelahnya, berlangsung Forum Business Gathering atau Temu Bisnis Antar Pelaku Usaha.

Gambar 1. Talk Show Potensi Pengembangan Sapi di Sumatera Utara

BOKS 4 Bazaar Intermediasi Peternakan Ruminansia dan

Perbankan Sumatera Utara

Boks 4 | Bazaar Intermediasi Peternakan Ruminansia dan Perbankan Sumatera Utara 63

Pada hari kedua bazaar, acara yang digelar tak kalah serunya. Sebanyak 500 siswa

penjualannya melalui pembagian 800 kupon. Pada Pasar Daging Murah ini,

masyarakat dapat membeli daging sapi hanya dengan Rp40.000 per kg.

Di tempat terpisah, secara bersamaan dilakukan pemerahan Susu Kambing Etawa di 4 titik,

yaitu Tanjung Morawa, Pancur Batu, Tembung-Deli Serdang, dan Perbaungan-Serdang

Bedagai. Jumlah kambing yang diperah mencapai 212 ekor. Hal ini sekaligus mengukuhkan

KBI Medan sebagai penerima penghargaan MURI atas rekor Pemrakarsa Memerah Susu

Kambing dengan Jumlah Terbanyak.

Gambar 2. Penyerahan Penghargaan MURI kepada PBI Medan

Sepanjang rangkaian acara bazaar tersebut, 40 stand yang terkait dengan peternakan

ruminansia dan produk turunan ruminansia dipadati pengunjung bazaar. Beberapa manfaat

yang diperoleh dari kegiatan bazaar ini antara lain sebagai berikut:

1. Terjadinya intermediasi antara peternak dengan perbankan dalam menentukan skim

kredit program;

2. Pengunjung dapat mengetahui integrasi antara peternakan dengan pertanian dalam hal

pertanian organik;

3. Merangsang masyarakat dalam meningkatkan konsumsi protein hewani; dan

4. Terjadinya transaksi antara pelaku usaha di bidang peternakan dengan pengunjung

bazaar.

BAB IV Perkembangan Keuangan Daerah

BAB 4 | Perkembangan Keuangan Daerah 64

APBD Sumut 2012 meningkat 48,84% dibandingkan tahun 2011.

Prioritas pembangunan tahun 2012 ditujukan untuk sektor pendidikan, kesehatan,

infrastruktur dan ketahanan pangan

DPRD Sumatera Utara (Sumut) menyetujui Rancangan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (RAPBD) Sumut tahun anggaran 2012 pada 21 Desember 2011,

setelah melalui pembahasan pada Badan Anggaran dan Rapat Paripurna. Penetapan APBD yang

tepat waktu diharapkan dapat memperlancar pelaksanaan realisasi anggaran sesuai jadwal yang

ditetapkan, dengan demikian tidak terjadi konsentrasi realisasi anggaran di akhir tahun. APBD

Sumut 2012 ditetapkan sebesar Rp7,68 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 48,84%

dibandingkan tahun 2011 sebesar Rp5,16 triliun sehingga diharapkan dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi Sumut secara langsung dari sisi konsumsi pemerintah maupun secara

tidak langsung melalui peningkatan kualitas layanan publik serta pembangunan infrastruktur

yang menunjang aktivitas ekonomi regional.

Pendapatan Daerah Sumut TA 2012 sebesar Rp7,33 triliun dan Belanja Daerah

sebesar Rp7,68 triliun. Pendapatan daerah terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar

Rp4,03 triliun, Dana Perimbangan sebesar Rp1,69 triliun dan Lain-lain Pendapatan yang Sah

sebesar Rp1,62 triliun. Pada porsi Belanja Daerah dialokasikan Rp7,68 triliun. Belanja Daerah

tersebut terdiri atas Belanja Tidak Langsung senilai Rp4,50 triliun dan Belanja Langsung Rp3,17

triliun. Dengan alokasi pendapatan dan belanja tersebut, terjadi defisit murni sebesar Rp345, 31

miliar. Defisit tersebut memungkinkan untuk ditutup dengan sumber-sumber pembiayaan

seperti Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SILPA), dana cadangan, hasil penjualan kekayaan

daerah yang dipisahkan, penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan pinjaman daerah.

Tabel 4. 1 Pendapatan dan Belanja Daerah Sumatera Utara 2012

Pendapatan Daerah Rp 7.332.537.006.953

Pendapatan Asli Daerah Rp 4.026.427.214.194

Dana Perimbangan Rp 1.686.144.432.759

Lain-lain Pendapatan yang Sah Rp 1.619.965.360.000

Belanja Daerah Rp 7.677.852.377.570

Belanja Tidak Langsung Rp 4.504.803.726.011

Belanja Langsung Rp 3.173.048.651.559

Defisit Anggaran Rp (345.315.370.617) Sumber: Pemprov. Sumut

BBBAAABBB 444 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

65 Perkembangan Keuangan Daerah | BAB 4

Beberapa catatan yang sempat mengemuka dalam pembahasan RAPBD Sumut 2012

antara lain persoalan kasus tanah yang perlu mendapat perhatian dengan alokasi dana untuk

pengukuran ulang lahan Eks HGU, penataan aset milik Pemprov Sumut, kebijakan pro petani

dan upaya peningkatan PAD dan dana bagi hasil dari pemerintah pusat.

APBD 2012 ini diarahkan untuk mendukung prioritas pembangunan 2012 di

sektor pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan ketahanan pangan. Dengan prioritas di

sektor ini terutama di sektor infrastruktur diharapkan tidak hanya meningkatkan konsumsi

pemerintah namun juga memberikan multiplier effect terhadap kesejahteraan masyarakat

melalui peningkatan aktivitas perekonomian dengan adanya dukungan infrastruktur yang

memadai, peningkatan kualitas kesehatan, pendidikan serta terjaganya pasokan pangan dalam

jumlah yang memadai.

BAB V Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

BAB 5 | Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 66

Kinerja perekonomian Sumut pada triwulan IV-2011 berpengaruh positif

terhadap kondisi ketenagakerjaan Sumut. Kesejahteraan masyarakat juga terus

meningkat seiring menurunnya angka kemiskinan

5.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

Pertumbuhan ekonomi yang masih cukup tinggi di triwulan IV-2011

diperkirakan berpengaruh positif terhadap kondisi ketenagakerjaan Sumatera

Utara. Hasil survey liaison di triwulan IV-2011 menunjukkan terjadinya penambahan

tenaga kerja yang disebabkan oleh ekspansi usaha yang dilakukan seiring dengan naiknya

permintaan produk di pasar. Hubungan industrial yang terjalin cukup baik juga menjaga

iklim investasi yang sudah kondusif selama ini.

Kondisi ketenagakerjaan yang sudah baik ini diperkirakan akan terus membaik di

tahun 2012 dengan naiknya Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Utara sebesar 16%

dengan ditetapkannya SK Gubernur Sumatera Utara No. 188.44/988/KPTS/2011 tanggal 17

November 2011. Berdasarkan SK tersebut UMP Sumut tahun 2012 telah ditetapkan

menjadi Rp1.200.000 atau naik 16% dibandingkan tahun 2011 sebesar Rp1.035.500.

Penetapan UMP Sumut 2012 tersebut telah memperhatikan survei Kebutuhan Hidup Layak

(KHL), dimana untuk Sumut besarnya Rp1.035.028.

Upah Minimum Kota (UMK) Medan ditetapkan sebesar Rp1.285.000 mengalami

kenaikan sebesar 7,35% dibandingkan tahun 2011 yang tercatat sebesar Rp1.197.000.

Sementara itu, UMK Deliserdang ditetapkan sebesar 10,25% dari Rp1.170.000 menjadi

Rp1.290.000. Beberapa Upah Minimum Sektoral Kota (UMSK) untuk kedua kota tersebut

di atas UMK.

Prospek ketenagakerjaan juga diperkirakan akan terus membaik di tahun 2012

seiring dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang masih akan melaju positif serta

dengan akan mulai diimplementasikannya proyek-proyek Masterplan Percepatan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di Sumatera Utara.

BBBAAABBB 555 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

67 Perkembangan Ketengakerjaan dan Kesejahteraan | BAB 5

Tabel 5. 1 Beberapa Upah Minimum Sektoral Kota (UMSK) Medan dan Deliserdang

Sumber: Petikan SK Nomor 188.44/72/KPTS/Tahun 2012

Membaiknya kondisi ketenagakerjaan juga terindikasikan dari hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh KBI Medan. Kontribusi peningkatan penggunaan

tenaga kerja pada triwulan IV-2011 terutama berasal dari sektor industri pengolahan (SBT

2,32%), sektor perdagangan, hotel, & restoran (SBT 1,31%), sektor keuangan, persewaan

& jasa perusahaan (SBT 3,46%), serta sektor jasa-jasa (SBT 0,66%). Perkiraan peningkatan

penggunaan tenaga kerja disebabkan oleh adanya peningkatan permintaan produk,

perluasan usaha, serta faktor hari besar keagamaan/akhir tahun.

Grafik 5. 1 SBT Indikator Jumlah Tenaga Kerja

BAB 5 | Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 68

5.2. PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH

5.2.1. Profil Kemiskinan Sumatera Utara

Berdasarkan hasil Survei Ekonomi Nasional (Susenas) yang

dilaksanakan pada bulan September 2011, jumlah penduduk miskin di

Sumatera Utara (Sumut) sebanyak 1.421.400 orang atau 10,83% terhadap

total penduduk Sumut. Kondisi tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan hasil

Susenas) sebelumnya pada Maret 2011 sebanyak 1.481.300 orang atau 11,33%.

Dengan demikian, terdapat penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 59.900

orang serta penurunan persentase penduduk miskin sebesar 0,50 poin.

Tabel 5. 2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS

Jumlah penduduk miskin di perkotaan sebanyak 652.100 orang atau

sebanyak 10,10% terhadap jumlah total penduduk perkotaan. Pada periode

sebelumnya, Maret 2011 jumlah penduduk miskin sebanyak 691.100 orang atau

10,75% terhadap total penduduk perkotaan. Jumlah penduduk miskin Sumut yang

berada di pedesaan pada September 2011 sebanyak 769.300 orang. Persentase

tersebut sebanyak 11,53% dibandingkan jumlah penduduk di pedesaan. Sementara

itu, pada bulan Maret 2011 jumlah penduduk miskin di pedesaan sebesar 790.200

orang atau 11,89% dari jumlah penduduk di pedesaan. Dengan demikian pada

bulan September 2011 telah terjadi penurunan jumlah penduduk miskin baik di

perkotaan maupun pedesaan bila dibandingkan dengan bulan Maret 2011.

69 Perkembangan Ketengakerjaan dan Kesejahteraan | BAB 5

Tabel 5. 3 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara menurut Daerah

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS

Pada September 2011 garis kemiskinan Sumut sebesar Rp263.209 per

kapita per bulan. Pada daerah perkotaan, garis kemiskinannya sebesar

Rp288.023 per kapita per bulan dan daerah pedesaan sebesar Rp239.208 per

kapita per bulan. Apabila dibandingkan Maret 2011, garis kemiskinan Sumut

pada September 2011 naik 6,75%. Garis kemiskinan di perkotaan naik 6,00%

dan garis kemiskinan di pedesaan naik 7,64%. Garis kemiskinan digunakan

sebagai batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Penduduk

miskin merupakan penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per

bulan di bawah garis kemiskinan.

Tabel 5. 4 Garis Kemiskinan Sumatera Utara Tahun 2004-2011 (Rp/Kapita/Bulan)

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS

Terjadi kecenderungan penurunan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) dari bulan Maret 2011 ke September

2011. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 1,84 pada Maret 2011 menjadi

1,80 pada September 2011. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun

dari 0,51 menjadi 0,47 pada periode yang sama. Penurunan nilai kedua indeks

ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung

mendekati garis kemiskinan dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

miskin juga semakin menyempit.

BAB 5 | Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 70

Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan di

daerah pedesaan masih lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan. Pada

September 2011, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan untuk perkotaan hanya

1,35 sementara di pedesaan mencapai 2,24. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan

untuk perkotaan hanya 0,31 sedangkan di pedesaan mencapai 0,63. Selain

harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan yang

menyangkut kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat

kedalaman dan keparahan kemiskinan.

Tabel 5. 5 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

5.2.2. Nilai Tukar Petani

Peningkatan tingkat kesejahteraan penduduk Sumut tidak hanya

tercermin dari penurunan jumlah penduduk miskin tetapi terkonfirmasi juga dari

peningkatan indeks Nilai Tukar Petani (NTP). Pada Desember 2011, Nilai Tukar

Petani (NTP) Sumut tercatat sebesar 103,13 mengalami sedikit peningkatan

dibandingkan September 2011 sebesar 103,03.

Adapun Nilai Tukar Petani per subsektor sebagai berikut, Nilai Tukar

Petani Padi & Palawija (NTPP) sebesar 99,65; Nilai Tukar Petani Hortikultura

(NTPH) sebesar 112,89; Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)

sebesar 103,89; Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) sebesar 105,05; dan Nilai

Tukar Nelayan (NTN) sebesar 99,94.

Grafik 5. 2 Nilai Tukar Petani

BAB VI Prospek Perekonomian Daerah

BAB 6 | Prospek Perekonomian Daerah 71

6.1. Perkiraan Ekonomi

Memasuki tahun 2012, perekonomian Sumut diperkirakan tumbuh

moderat pada triwulan pertama. Setelah tumbuh melambat pada laju 6,36% (yoy)

di triwulan IV-2011, pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan I-2012 diperkirakan

berada pada kisaran 6,30%-6,50% (yoy). Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang

dilakukan oleh KBI Medan, konsumen optimis memandang kondisi perekonomian

Sumut. Sama halnya dengan konsumen, ekspektasi para pelaku usaha dalam

memandang kegiatan dunia usaha di triwulan mendatang juga mengalami

peningkatan.

Grafik 6. 1 Indeks Ekspektasi Konsumen

Sumber: Survei Konsumen, KBI Medan

Dari sisi permintaan, pertumbuhan triwulan mendatang terutama ditopang oleh

konsumsi rumah tangga. Terlebih lagi, Tahun Baru Imlek yang jatuh pada bulan

Januari 2012 sangat berpengaruh terhadap aktivitas perekonomian khususnya di kota

Medan. Sedangkan konsumsi pemerintah maupun investasi belum banyak

memberikan kontribusi karena diperkirakan belum banyak proyek yang dimulai di

awal tahun ini.

Di sisi sektoral, perekonomian Sumut pada triwulan I-2012 terutama ditopang

oleh kinerja sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; dan sektor

BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

BAB 6 | Prospek Perekonomian Daerah 72

keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Sektor pertanian berpotensi tumbuh

seiring dengan penetapan 6 kabupaten di Sumut menjadi kawasan pencetakan lahan

padi baru seluas 1.200 ha. Enam kabupaten tersebut adalah Nias, Mandailing Natal,

Labuhan Batu Utara, Tapanuli Selatan, Padang Lawas Utara, dan Dairi. Dana bantuan

(Rp8 juta per ha) pencetakan lahan padi baru akan dikucurkan atau dibagikan kepada

kelompok petani di 6 kabupaten yang pengajuannya disetujui.

Grafik 6. 2 Indeks Tendensi Konsumen Tw. I-2011 Hingga Tw. IV-2011

Sumber: BPS, diolah

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang merupakan indikator perkembangan

ekonomi terkini yang dihasilkan melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). Indeks yang

dilakukan Badan Pusat statistik ini menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada

triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang. Indeks Tendensi

Konsumen (ITK) Sumut pada triwulan I-2012 diperkirakan sebesar 108,05, artinya

optimisme masih melingkupi kondisi ekonomi konsumen pada triwulan mendatang.

Perkiraan ITK triwulan I-2012 tersebut juga meningkat dibandingkan triwulan IV-2011

sebesar 107,92. Peningkatan ITK tersebut terutama didukung oleh peningkatan

pendapatan rumah tangga dari 107,80 menjadi 110,15.

BAB 6 | Prospek Perekonomian Daerah 73

Grafik 6. 3 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Tw. I-2012

Sumber: BPS, diolah

6.2. Perkiraan Inflasi Daerah

Laju inflasi tahunan pada triwulan I-2012 diperkirakan berada pada kisaran

4,50%±1%. Terjaganya laju inflasi Sumut salah satunya disebabkan oleh terjaganya

ekspektasi masyarakat. Hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KBI Medan

mengkonfirmasi hal tersebut. Ekspektasi harga konsumen 3 bulan yang akan datang dan

ekspektasi harga 6 bulan yang akan datang mengalami sedikit penurunan.

Grafik 6. 4 Ekspektasi Konsumen

Sumber : SK, KBI Medan

Kendati demikian, beberapa potensi risiko inflasi seperti masa paceklik di awal

tahun 2012 perlu diantisipasi. Pasokan beras jenis lokal dari sentra-sentra produksi beras di

BAB 6 | Prospek Perekonomian Daerah 74

Sumut, seperti Kabupaten Deliserdang, Asahan, dan Simalungun melorot. Musim paceklik

yang tak menguntungkan bagi pedagang dan masyarakat selaku konsumen, diperkirakan

bakal berakhir pada bulan Maret mendatang, saat petani petani mulai menikmati hasil

panen. Upward risk juga muncul dari sisi administered prices. Rencana kenaikan TDL per

Maret 2012 dan pembatasan BBM bersubsidi pada April 2012 yang telah mengemuka di

masyarakat dapat menggiring ekspektasi pelaku usaha dan masyarakat dan memicu

kenaikan harga.

Guna mengawal inflasi 2012 sekaligus mengantisipasi potensi risiko inflasi ke

depan, TPID Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan telah menyiapkan

sebagai berikut:

1. Optimalisasi pemantauan harga barang-barang kebutuhan pokok dan penyumbang

inflasi terbesar,

2. Pemanfaatan riset mengenai inflasi dan harga, terutama terkait dengan produksi,

distribusi dan ekspektasi masyarakat terhadap perkembangan harga,

3. Peningkatan manajemen ekspektasi masyarakat dan komunikasi public,

4. Pemantauan harga pangan dan menjaga kelancaran pasokan barang-barang

kebutuhan pokok, dan

5. Percepatan pembangunan infrastruktur.

Lampiran

Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Trw.II Trw.III

1. PERTANIAN 6,696.12 6,505.67 6,705.82 6,619.32 7,005.79 6,846.15 7,057.99 6,976.68 7,469.50 7,134.13 7,457.81

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 321.70 322.37 334.28 344.64 336.27 340.26 354.13 365.34 363.05 368.79 378.12

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6,194.40 6,113.08 6,303.77 6,365.86 6,529.85 6,427.62 6,603.48 6,599.60 6,564.63 6,708.90 6,710.22

4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 200.48 203.37 205.38 206.78 212.39 215.40 219.64 222.44 232.86 237.62 239.67

5. B A N G U N A N 1,783.57 1,829.64 1,926.64 2,014.51 1,894.82 1,931.67 2,051.19 2,155.66 2,073.85 2,093.67 2,213.73

6. PERDAG, HOTEL DAN REST. 5,078.84 4,976.12 5,207.92 5,312.55 5,410.87 5,340.57 5,543.55 5,594.70 5,792.97 5,743.81 6,010.53

7. PENGANGKUTAN DAN KOM. 2,574.99 2,618.21 2,702.59 2,734.66 2,776.19 2,828.79 2,974.39 3,028.53 3,076.47 3,120.74 3,231.78

8. KEUANGAN, & JASA PERSH. 1,939.29 1,895.90 2,027.43 2,076.59 2,152.86 2,158.52 2,181.70 2,302.06 2,343.42 2,394.08 2,585.03

9. JASA - JASA 2,737.98 2,762.11 2,817.10 2,899.56 2,866.63 2,908.42 3,052.97 3,148.14 3,117.26 3,168.60 3,280.79

P D R B 27,527.4 27,226.5 28,230.9 28,574.5 29,185.7 28,997.4 30,039.1 30,393.1 31,034.01 30,970.34 32,107.67

Sumber : BPS Sumut

2011

LAMPIRAN A

PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara ADH Konstan 2000

Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah)

Gross Domestic Regional Product at Constant Prices Year 2000

by Industrial Origin in North Sumatera Province (Trillion Rupiahs)

LAPANGAN USAHA2009 2010

Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV

1. PERTANIAN 6.70 -2.72 2.41 -1.29 5.48 -2.28 3.27 -1.15 7.06 -4.07 4.49 -2.84

a. Tanaman Bahan Makanan

b. Tanaman Perkebunan

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya

d. K e h u t a n a n

e. P e r i k a n a n

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -2.87 0.21 3.69 3.10 -2.43 1.19 3.37 3.16 -0.63 2.27 2.97 2.44

a. Minyak dan gas bumi

b. Penggalian.

3. INDUSTRI PENGOLAHAN -0.50 -1.73 3.67 0.98 2.58 -1.57 3.63 -0.06 -0.53 2.31 1.68 0.53

a. Industri M i g a s

b. Industri bukan Migas

4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 0.96 1.44 0.99 0.68 2.72 1.42 1.17 1.28 4.68 2.24 0.76 -1.10

a. L i s t r i k

b. Gas Kota

c. Air bersih

5. B A N G U N A N -2.71 2.58 5.30 4.56 -5.94 1.94 4.41 5.09 -3.80 0.11 5.73 5.35

6. PERDAG, HOTEL DAN REST. 0.72 -2.42 4.90 2.01 1.85 -1.30 3.31 0.92 3.54 -1.55 4.18 1.44

a. Perdagangan Besar dan Eceran

b. H o t e l

c. R e s t o r a n

7. PENGANGKUTAN DAN KOM. 1.47 0.66 4.27 1.19 1.52 1.89 4.19 1.82 1.58 2.68 3.58 1.66

a. P e n g a n g k u t a n

b. K o m u n i k a s i

8. KEUANGAN, & JASA PERSH. 2.44 0.35 4.96 2.42 3.67 0.26 1.07 5.52 1.80 1.95 3.82 1.83

a. B a n k, Lemb. Keu. Lainnya.

b. Sewa Bangunan

c. Jasa Perusahaan

9. JASA - JASA 0.37 1.04 2.95 2.93 -1.14 1.46 4.97 3.12 -0.98 1.86 2.85 2.48

a. Pemerintahan Umum

b. S w a s t a

P D R B 1.69 -0.98 3.76 1.22 2.14 -0.65 3.52 1.18 2.11 -0.13 3.55 0.68

Sumber : BPS Sumut

LAMPIRAN BPertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara

Atas Dasar Harga Konstan 2000 (qtq, %)Growth Rate of Economy at Constant Prices Year 2000

LAPANGAN USAHA2009 2010

by Industrial Origin in North Sumatera Province (qtq,%)

2011

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank