cover dalam ker · 2013-10-11 · bank indo kajian ekonomi regional provinsi bali nesia triwulan ii...

81
BANK INDO KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI NESIA TRIWULAN II 2011

Upload: phamdung

Post on 09-May-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BANK INDO

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI BALI

NESIA

TRIWULAN II 2011

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar

Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar – Bali, 80234 Tel. (0361) 248982 – 88

Fax. (0361) 222988

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

■ Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-

Nya, maka Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali Triwulan II-2011 dapat diselesaikan dengan

baik. Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan baik intern Bank Indonesia maupun pihak ekstern

(external stakeholders) akan informasi perkembangan ekonomi daerah, maupun perkembangan

moneter, perbankan, dan sistem pembayaran.

Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian daerah mempunyai posisi dan peran yang

strategis dalam konteks pembangunan ekonomi nasional dan upaya menstabilkan nilai rupiah. Hal ini

didasari oleh fakta semakin meningkatnya proporsi inflasi daerah dalam menyumbang inflasi nasional.

Oleh sebab itu, Bank Indonesia memiliki perhatian yang besar dalam rangka ikut mendorong

pertumbuhan ekonomi daerah karena berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi nasional.

Salah satu wujud dari kepedulian Bank Indonesia terhadap dinamika perekonomian daerah

adalah melalui desiminasi hasil-hasil kajian kepada stakeholders. Kajian yang berada di tangan Saudara

ini juga merupakan bagian dari desiminasi kami kepada stakeholders. Melalui desiminasi ini diharapkan

informasi mengenai perekonomian daerah dapat dipahami secara luas kepada stakeholders. Masing-

masing pihak dapat memanfaatkan informasi yang ada untuk mengambil perannya dalam upaya

perbaikan kinerja ekonomi di masa depan. Kami juga berharap kajian ini dapat menjadi stimulus upaya-

upaya pengembangan daerah melalui kajian-kajian lanjutan. Ide-ide konstruktif yang bermula dari kajian

ini akan memberikan nilai tambah yang sangat berarti bagi kajian ini.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah

membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan khususnya Pemerintah Daerah

Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami

menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam Kajian Ekonomi Regional masih jauh dari sempurna,

sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna

peningkatan kualitas analisis kajian.

Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi Regional ini bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, Agustus 2011

BANK INDONESIA DENPASAR

Jeffrey Kairupan

Pemimpin

1  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

■ DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI 2

DAFTAR GRAFIK 4

DAFTAR TABEL 6

DAFTAR BOKS 6

Tabel Indikator Ekonomi 7

Ringkasan Eksekutif 11

BAB 1. MAKRO EKONOMI REGIONAL 15

1.1. SISI PENAWARAN 15

1.1.1. Sektor Pertanian 16

1.1.2. Sektor Industri Pengolahan 17

1.1.3. Sektor Listrik, Gas dan Air 19

1.1.4. Sektor Bangunan 20

1.1.5. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 20

1.1.6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 23

1.1.7. Sektor Keuangan dan Persewaan 23

1.1.8. Sektor Jasa-jasa 24

1.2. SISI PERMINTAAN 24

1.2.1. Konsumsi 25

1.2.2. Investasi 26

1.2.3. Ekspor Impor 27

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI 40

2.1. KONDISI UMUM 37

2.2. INFLASI BULANAN M-T-M 37

2.3. DISAGREGASI INFLASI 44

2.4. FAKTOR PENYEBAB INFLASI 41

BAB 3. KINERJA PERBANKAN DAERAH 47

3.1. PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM 47

3.1.1. Kondisi Umum 47

3.1.2. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi 49

3.1.2.1. Penghimpunan Dana 49

3.1.2.2. Penyaluran Kredit 50

3.1.2.3. Non Performing Loan (NPL) 53

2  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

Halaman

3.2. PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH 53

3.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 55

BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 59

4.1. PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI 59

4.1.1. Perkembangan Aliran Masuk/Keluar dan Kegiatan Penukaran 59

4.1.2. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) 61

4.1.3. Uang Palsu 61

4.2. PERKEMBANGAN TRANSAKSI NON TUNAI 61

4.2.1. Kliring Lokal 62

4.2.2. Real Time Gross Settlement (RTGS) 63

BAB 5. KEUANGAN DAERAH 65

5.1. REALISASI PENDAPATAN 65

5.2. REALISASI BELANJA 65

5.3. PERKIRAAN REALISASI ANGGARAN SELURUH PEMERINTAH KAB, KOTA DAN PROV 66

BAB 6. KESEJAHTERAAN DAN KETENAGAKERJAAN 71

6.1. PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN 71

6.2. PENGURANGAN ANGKA PENGANGGURAN 72

BAB 7. OUTLOOK 77

7.1. MAKRO EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II-2011 77

7.2. INFLASI REGIONAL TRIWULAN II-2011 78

7.3. KINERJA PERBANKAN DAERAH 73

3  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

■ DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1.1. Kontribusi Sektor Ekonomi PDRB Provinsi Bali 16

Grafik 1.2. Kredit Sektor Pertanian 17

Grafik 1.3. Konsumsi Listrik Industri dan Jumlah Pelanggan Industri 18

Grafik 1.4. Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Manufaktur 18

Grafik 1.5. Kredit Sektor Industri 18

Grafik 1.6. Konsumsi Listrik di Bali 19

Grafik 1.7. Jumlah Pelanggan Listrik 19

Grafik 1.8. Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air 19

Grafik 1.9. Konsumsi Semen 20

Grafik 1.10. Kredit Sektor Bangunan 20

Grafik 1.11. Kunjungan Wisman ke Bali 21

Grafik 1.12. Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap Kamar Hotel 21

Grafik 1.13. Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali 21

Grafik 1.14. Penerimaan Visa on Arrival 22

Grafik 1.15. Transaksi Valas di 18 PVA di Bali 22

Grafik 1.16. Konsumsi Listrik Bisnis dan Jumlah Pelanggan Bisnis 22

Grafik 1.17. Jumlah Penumpang Pesawat 23

Grafik 1.18. Jumlah Pos Melalui Udara 23

Grafik 1.19. Kredit Bank Umum 24

Grafik 1.20. Kredit Bank Perkreditan Rakyat 24

Grafik 1.21. Kredit Sektor Jasa 24

Grafik 1.22. Konsumsi Listrik Rumah Tangga dan Jumlah Pelanggan RT 25

Grafik 1.23. Indeks Keyakinan Konsumen 25

Grafik 1.24. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 26

Grafik 1.25. Nilai Tukar Petani 26

Grafik 1.26. Kredit Konsumsi 26

Grafik 1.27. Impor Barang Modal 27

Grafik 1.28. Kredit Investasi 27

Grafik 1.29. Perkembangan Nilai Ekspor Bali 28

Grafik 1.30. Perkembangan Volume Ekspor 28

Grafik 1.31. Pangsa Nilai Ekspor Provinsi Bali 28

Grafik 1.32. Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama Bali 28

Grafik 1.33. Negara Pembeli Utama Ekspor Bali 29

Grafik 1.34. Perkembangan Nilai Impor Bali 30

4  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

Halaman

Grafik 1.36. Perkembangan Volume Impor Bali 30

Grafik 1.37. Pangsa Impor Provinsi Bali Berdasarkan Negara Asal 30

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Denpasar 38

Grafik 2.2. Perubahan Harga Komoditas Pangan 38

Grafik 2.3. Perubahan Rata-rata Nilai Konsumsi Kelompok Bahan Makanan 39

Grafik 2.4. Perubahan Rata-rata Nilai Konsumsi Komoditas Kelompok Bumbu-bumbuan 39

Grafik 2.5. Inflasi Bulanan Denpasar (% m-t-m) April 2011 41

Grafik 2.6. Inflasi Bulanan Denpasar (% m-t-m) Mei 2011 42

Grafik 2.7. Perkembangan Harga Beras 42

Grafik 2.8. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan 43

Grafik 2.9. Inflasi Bulanan Denpasar (% m-t-m) Juni 2011 43

Grafik 2.10. Disagregasi Inflasi (y-o-y) Juni 2011 45

Grafik 2.11. Disagregasi Inflasi (m-t-m) Juni 2011 45

Grafik 2.12. Hasil Survey Perkembangan Kegiatan Usaha dan Kapasitas Produksi Pangan 45

Grafik 2.13. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Padi 45

Grafik 2.14. Perkembangan Rata-rata Curah Hujan Bulanan 46

Grafik 3.1. Pertumbuhan Tahunan Aset, Dana, Kredit 48

Grafik 3.2. Komposisi, Kredit, DPK dan Aset Menurut Kelompok Bank 48

Grafik 3.3. Jaringan Kantor Bank Umum 48

Grafik 3.4. Jumlah Nasabah Penyimpan dan Debitur 48

Grafik 3.5. Perkembangan LDR Bank Umum 49

Grafik 3.6. Komposisi DPK Bank Umum 50

Grafik 3.7. Pertumbuhan DPK 50

Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit Perbankan 51

Grafik 3.9. Komposisi Kredit 51

Grafik 3.10. Kredit Berdasarkan Sektor 52

Grafik 3.11. Aset Perbankan Syariah 54

Grafik 3.12. Komposisi Pembiayaan Bank Syariah 54

Grafik 3.13. Komposisi DPK Bank Syariah 54

Grafik 3.14. Pertumbuhan Aset, Kredit, dan LDR 55

Grafik 3.15. Komposisi Kredit terhadap Aset dan Pertumbuhan Kredit 56

Grafik 4.1. Perkembangan Uang Kartal di Bali 60

Grafik 4.2. Perkembangan Kegiatan Kas Keliling 60

Grafik 4.3. Perkembangan Kegiatan PTTB 61

Grafik 4.4. Perkembangan Kliring 63

Grafik 4.5. Perkembangan Tolakan Cek/BG Kosong 63

Grafik 4.6. Perkembangan Transaksi RTGS From 64

5  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Halaman

Grafik 4.7. Perkembangan Transaksi RTGS To 64

Grafik 4.8. Perkembangan Transaksi RTGS From - To 64

Grafik 5.1. Realisasi APBD seluruh Kabupaten, Kota dan Provinsi Bali 66

Grafik 6.1. Penduduk Miskin Provinsi Bali 2005 - 2011 67

Grafik 6.2. Penduduk Miskin Provinsi Bali Berdasarkan Wilayah 72

Grafik 6.3. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja 73

Grafik 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali 77

Grafik 7.2. Perkembangan Kegiatan Usaha 77

Grafik 7.3. Perkembangan dan Proyeksi Inflasi Bali Triwulan III-2011 78

Grafik 7.4. Ekspektasi Konsumen Terhadap Barang dan Jasa 79

G

rafik 7.5. Ekspektasi Harga oleh Pedagang 79

■ DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari sisi penawaran, 2009 – 2011 (% y-o-y) 15

Tabel 1.2. Produksi dan Luas Panen Padi – Palawija per subround di Bali, 2010 – 2011 16

Tabel 1.3. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Permintaan, 2009 – 2011 25

Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang (%) 37

Tabel 2.2. Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang 40

Tabel 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali (dalam miliar Rp) 47

Tabel 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Sektor 52

Tabel 3.3. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali 55

Tabel 4.1. Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali 59

Tabel 4.2. Perkembangan Perputaran Kliring, Cek/BG Kosong di Bali 62

Tabel 4.3. Perkembangan Transaksi RTGS di Bali 63

Tabel 5.1. APBD Provinsi Bali 68

Tabel 6.1. Kondisi Kemiskinan di Bali 2010 68

■ DAFTAR BOKS Halaman

Boks A. Pengembangan Klaster Kopi Sebagai Upaya Peningkatan Produksi dan

Pengembangan Kopi Arabika di Kabupaten Bangli

31

Boks B. Penguatan Infrastruktur Pariwisata Bali sebagai Gerbang Pariwisata di Indonesia 33

Boks C. Faktor Penentu Pilihan Masyarakat Akan Layanan Lembaga Keuangan di Bali 57

Boks D. Karakteristik Pekerja Bali, Studi di Sektor Pertanian 74

6  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

■ Tabel Indikator Ekonomi Bali I. INFLASI DAN PDRB

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw II Tw IV Tw I Tw IMAKRO

Indeks Harga Konsumen 113.84 113.15 115.15 116.33 117.98 119.47 123.97 125.75 127.33 129.36

Laju Inflasi Tahunan (% y-o-y) 8.93 5.80 4.39 4.37 3.64 5.59 7.66 8.10 7.93 7.45

PDRB Harga Konstan (miliar Rp) 6,699 6,761 6,891 6,940 7,024 7,149 7,316 7,391 7,446 7,608

- Pertanian 1,400 1,416 1,426 1,404 1,417 1,458 1,428 1,442 1,457 1,480

- Pertambangan dan Penggalian 39 39 40 40 42 45 50 51 51 52

- Industri Pengolahan 673 683 702 710 717 727 744 748 747 753

- Listrik, Gas, dan Air Bersih 101 102 103 104 107 109 111 112 114 118

- Bangunan 265 266 268 270 278 283 290 295 299 304

- Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2,137 2,151 2,186 2,183 2,226 2,262 2,350 2,371 2,409 2,467

- Pengangkutan dan Komunikasi 751 752 755 758 771 782 817 821 804 831

- Keuangan dan Persewaan 458 460 483 498 501 506 516 518 523 536

- Jasa-jasa 876 891 928 974 964 977 1,011 1,033 1,042 1,067

Pertumbuhan PDRB (% y-o-y) 7.77 5.64 4.34 3.73 4.85 5.74 6.18 6.50 6.01 6.42

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) (*) 130.60 141.38 142.73 141.68 151.32 190.07 165.24 166.43 148.56 160.38

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) (*) 37.85 43.89 89.78 46.23 42.68 117.74 92.67 50.14 32.81 36.19

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) (*) 27.49 33.52 149.24 26.60 26.20 30.68 23.01 49.08 27.52 28.97

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) (*) 6.30 14.86 4.09 2.99 3.31 2.52 1.88 12.14 9.36 5.64

Indikator2009 2010 2011

7  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

s

II. PERBANKAN

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw I

P

ERBANKAN

ank Umum :Total Aset (Rp Triliun) 33.35 33.84 35.49 36.57 36.10 36.76 39.90 43.71 44.52 47.11

PK (Rp Triliun) 29.37 29.50 31.36 32.25 32.30 33.65 35.73 37.85 38.54 40.34- Giro (Rp Triliun) 6.79 6.81 7.18 6.47 6.41 7.01 7.72 7.29 7.93 8.70- Tabungan (Rp Triliun) 12.89 13.05 13.94 15.25 14.71 15.29 16.31 17.86 17.95 18.49- Deposito (Rp Triliun) 9.68 9.64 10.25 10.53 11.18 11.35 11.71 12.70 12.66 13.15

redit (Rp Triliun) - berdasarkan kantor cabang 16.75 17.27 18.31 19.50 20.35 21.78 22.98 24.83 25.35 27.14- Modal Kerja 7.08 7.21 7.71 8.19 8.25 8.93 9.52 10.55 10.54 11.18- Investasi 2.61 2.62 2.81 3.10 3.47 3.78 4.00 4.41 4.46 4.97- Konsumsi 7.06 7.44 7.80 8.21 8.63 9.08 9.46 9.87 10.35 10.99- LDR 57.03 58.53 58.39 60.47 63.00 64.74 64.31 65.61 65.79 67.28- NPL 2.30 2.03 3.05 2.70 2.53 2.45 2.53 1.92 2.16 2.17

redit UMKM (Rp Triliun) 14.10 14.64 15.58 16.39 17.16 18.31 19.13 20.35 21.14 22.55- Rasio kredit MKM (%) 84.20 84.79 85.05 84.07 84.36 84.07 83.23 81.97 83.38 83.09- NPL MKM gross (%) 1.81 1.80 1.93 1.73 1.73 1.70 1.56 1.26 1.43 1.26

BPR : otal Aset (Rp Triliun) 2.39 2.49 2.49 2.69 2.83 2.96 3.14 3.43 3.72 3.96PK (Rp Triliun) 1.53 1.62 1.67 1.81 1.95 2.01 2.13 2.33 2.56 2.67- Tabungan (Rp Triliun) 0.54 0.57 0.58 0.63 0.66 0.67 0.70 0.74 0.80 0.81- Deposito (Rp Triliun) 0.99 1.04 1.08 1.18 1.29 1.34 1.44 1.59 1.76 1.87

redit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 1.53 1.62 1.67 1.81 1.95 2.01 2.13 2.67 2.86 3.10- Modal Kerja 1.05 1.09 1.13 1.16 1.22 1.27 1.30 1.40 1.48 1.64- Investasi 0.13 0.14 0.14 0.15 0.16 0.18 0.19 0.21 0.23 0.25- Konsumsi 0.66 0.70 0.75 0.81 0.85 0.91 0.99 1.05 1.15 1.21

redit UMKM (Rp Triliun) 1.53 1.62 1.67 1.81 1.95 2.01 2.13 2.67 2.86 3.10asio NPL gross (%) 4.65 6.87 6.99 5.97 6.47 3.94 4.22 3.67 4.43 3.66

DR (%) 79.09 81.30 83.97 81.95 82.22 83.42 83.36 81.03 80.72 82.92

Indikator2009 2010 2011

B

D

K

K

TD

K

KR

L

8  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

III. SISTEM PEMBAYARAN

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw ITransaksi TunaiI

nflow (Rp Triliun) 980 323 251 659 972 584 909 744 1,397 1,299 ow (Rp Triliun) 471 529 1,221 1,067 535 1,023 1,815 1,631 1,111 2,166

Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) 154 124 159 132 357 288 284 617 954 1,181 ransaksi Non Tunai

GS From : Nominal Transaksi RTGS From (Milyar Rp) 13,005 16,374 8,147 13,876 14,178 16,533 19,449 23,571 20,341 23,092

olume Transaksi RTGS From (Milyar Rp) 12,166 14,112 13,473 14,855 14,264 15,402 16,239 19,490 15,626 15,789 GS To :

Nominal Transaksi RTGS To (Milyar Rp) 7,473 8,354 7,557 9,507 8,198 9,378 10,976 11,222 11,207 12,553 olume Transaksi RTGS To (Milyar Rp) 11,815 14,238 14,605 16,964 16,122 17,570 19,362 20,809 18,347 18,257 GS From -To :

Nominal Transaksi RTGS To (Milyar Rp) 2,370 2,681 2,008 3,064 2,845 2,905 3,278 3,547 3,357 3,411 olume Transaksi RTGS To (Milyar Rp) 3,119 3,775 3,457 4,106 4,048 4,216 4,424 4,704 4,751 4,468 liring :

Nominal Kliring (Milyar Rp) 4,959 6,291 6,775 7,137 7,046 7,147 7,817 8,347 8,766 7,922 olume Kliring (Ribu Lembar) 342 433 449 441 446 435 458 450 489 439 ominal Tolakan Cek/BG Kosong (Milyar Rp) 227 173 188 193 198 173 175 341 197 183

Volume Tolakan Cek/BG Kosong (Ribu Lembar) 7,344 7,048 7,455 7,284 7,019 7,540 7,168 7,484 8,125 7,280

Indikator2009 2010 2011

Outfl

TRT

VRT

VRT

VK

VN

9  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

10  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

Ringkasan Eksekutif

MAKRO EKONOMI REGIONAL Perekonomian Bali pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 6,42% (y-o-y). Sektor PHR masih menjadi pendorong utama pertumbuhan di sisi penawaran. Masih kuatnya konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor yang tetap solid menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2011

Perekonomian Bali tumbuh positif dengan angka pertumbuhan pada triwulan

II-2011 sebesar 6,42% (y-o-y), meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai

6,01% (y-o-y). Di sektor penawaran, tren peningkatan industri pariwisata mendorong

sektor PHR untuk tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya, serta memberikan

andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Bali. Sementara itu sektor terbesar

kedua, yakni sektor pertanian, justru mengalami perlambatan yang diakibatkan oleh

kontraksi di subsektor tanaman perkebunan serta peternakan.

Sedangkan di sisi permintaan, masih kuatnya konsumsi rumah tangga dan

kinerja ekspor yang tetap solid menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di triwulan

II-2011. Tingginya konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh banyaknya perayaan hari

raya keagamaan, hari libur nasional serta pergantian tahun ajaran baru. Sementara itu

ekspor didorong oleh meningkatnya transaksi ekspor antar daerah yang terjadi seiring

dengan meningkatnya aktivitas perdagangan.

PERKEMBANGAN INFLASI Tekanan inflasi kembali mengalami perlambatan, dengan laju inflasi mencapai 0,81% (q-t-q). Inflasi volatile food cenderung melambat dikarenakan peningkatan produksi pangan dan kebijakan impor

Tekanan inflasi Kota Denpasar kembali mengalami perlambatan, dengan laju

inflasi triwulanan pada triwulan II-2011 sebesar 0,81% (q-t-q), lebih rendah dibanding

triwulan sebelumnya sebesar 1,26% (q-t-q). Sumber tekanan inflasi masih didominasi

oleh komoditas pangan dalam kelompok bahan makanan dan kelompok makanan

jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Secara tahunan, laju inflasi Kota Denpasar pada

triwulan I-2011 sebesar 7,45% (y-o-y), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya

yang mencapai 7,93% (y-o-y).

Berdasarkan disagregasinya, inflasi volatile food cenderung melambat, yang

dikarenakan peningkatan produksi pangan, serta banyaknya upaya pengambil

kebijakan untuk meredam laju harga beberapa komoditas utama seperti beras, cabai

dan bawang melalui kebijakan impor. Sementara inflasi pada komoditas administered

price dan core inflation cenderung mengalami peningkatan.

KINERJA PERBANKAN DAERAH Kinerja perbankanterus mengalami peningkatan seiring dengan kegiatan perekonomian yang lebih cepat

Kinerja perbankan terus mengalami peningkatan seiring dengan kegiatan

perekonomian yang lebih cepat, yang mengakibatkan meningkatnya indicator-

indikator perbankan seperti aset, pengerahan dana masyarakat (DPK) maupun kredit.

Pertumbuhan yang tinggi pada pengerahan dana dan ekspansi kredit menunjukkan

11  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Perkembangan perbankan syariah juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi

bahwa pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan berjalan dengan baik. Hal iini juga

ditunjukkan dari tingkat LDR keseluruhan perbankan (bank umum dan BPR) di Bali

mampu meningkat pada kisaran 68,58%. Seiring dengan meningkatnya ekspansi

kredit, jumlah kredit yang dikategorikan kedalam NPL mengalami peningkatan

meskipun masih rasio terbilang masih sangat rendah. Peningkatan NPL terjadi

terutama pada sektor perdagangan yang diakibatkan oleh meningkatnya kebutuhan

dana untuk sektor ini.

Perkembangan perbankan syariah juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup

tinggi, dan hingga saat ini tercatat 5 bank syariah yang beroperasi di Bali dengan

pertumbuhan indikator-indikatornya yang sangat cepat. Hal ini disebabkan oleh makin

meningkatnya minat masyarakat terhadap jasa-jasa perbankan syariah yang dianggap

lebih menguntungkan bagi sebagian kalangan masyarakat.

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksi pembayaran tunai mengalami net outflow, yang mengindikasikan meningkatnya kebutuhan uang tunai untuk transaksi masyarakat Trnsaksi pembayaran tunai dengan RTGS meningkat, mengindikasikan transaksi dengan jumlah besar mulai dilakukan

Pada triwulan II-2011 transaksi pembayaran tunai di provinsi Bali mengalami

net ouflow, yang mengindikasikan meningkatnya kebutuhan uang tunai untuk

transaksi di masyarakat menjelang pertengahan tahun seiring meningkatnya aktivitas

perekonomian. Berdasarkan denominasinya, masyarakat Bali pada umumnya

menggunakan uang kertas dalam transaksi tunai yang dilakukan baik berupa inflow

maupun outflow. Selain itu kebutuhan uang kartal juga tercermin dari besarnya

kegiatan penukaran yang dilakukan serta kas keliling juga mengalami peningkatan

disbanding triwulan sebelumnya.

Sementara itu dari sisi pembayaran non tunai, transaksi menggunakan kliring

mengalami penurunan sementara RTGS meningkat. Hal ini mengindikasikan transaksi

dengan jumlah besar mulai dilakukan seiring mulai direalisasikannya proyek-proyek

baik oleh pemerintah maupun swasta yang lebih banyak menggunakan RTGS.

KEUANGAN DAERAH Realisasi pendapatan mencapai 57,51% terutama disumbang oleh pajak daerah. Sementara itu realisasi belanja baru sebesar 23,14%

Pada tahun 2011 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Bali mencapai Rp 2,14

triliun, meningkat 10,57% dibanding anggaran 2010 perubahan, dengan realisasi

sampai dengan triwulan II-2011 mencapai 57,51% yang terutama disumbang oleh

pajak daerah yang merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah. Sementara itu

Anggaran Belanja Daerah Provinsi Bali pada tahun 2011 sebesar RP 2,48 triliun

dengan realisasi sampai dengan triwulan II-2011 sebesar 23,14%. Apabila melihat

anggaran dan realisasi seluruh Kabupaten, Kota dan Provinsi, realisasi pendapatan

sampai dengan triwulan II-2011 diperkirakan sebesar 46,59%, sementara realisasinya

diperkirakan sebesar 25,46%.

12  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

KESEJAHTERAAN DAN KETENAGAKERJAAN Prohram peningkatan kesejahteraan oleh Pemprov Bali mengindikasikan hasil positif, yakni penurunan tingkat kemiskinan Tingkat pengangguran juga mengaami penurunan.

Program peningkatan kesejahteraan masyarakat Bali yang telah dijalankan

sejak tahun 2010 oleh Pemprov Bali mengindikasikan hasil yang positif yang

ditunjukkan oleh penurunan tingkat kemiskinan. Tingkat kemiskinan pada Maret 2011

hanya sebesar 4,20% lebih rendah dibandingkan Maret 2010 yang mencapai 4,88%.

Sementara itu tingkat pengangguran di Bali pada Februari 2011 juga

mengalami penurunan, dengan tingkat pengangguran sebesar 2,86%. Jumlah

tersebut menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 3,06% (Agustus 2010) dan

3,57% (Februari 2010). Pemda terus berupaya melaksanakan program-program kerja

yang bertujuan untuk penyediaan lapangan kerja baru sehingga dapat menekan

tingkat pengangguran, salah satunya melalui bursa lapangan kerja.

 

OUTLOOK Meningkatnya aktivitas perekonomian diperkirakan mendorong kinerja perekonomian Bali untuk tetap tumbuh tinggi di triwulan III-2011. Tekanan inflasi diperkirakanakan menurun akibat base effect serta stabilnya pasokan

Meningkatnya aktivitas perekonomian diperkirakan mendorong kinerja

perekonomian Bali masih tetap tumbuh tinggi di triwulan III-2011. Di sisi permintaan

masih kuatnya konsumsi diperkirakan masih menjadi penopang perekonomian Bali,

yang terjadi seiring dengan periode libur sekolah dan masukya tahun ajaran baru, dan

maraknya perayaan hari raya keagamaan. Selain konsumsi, investasi diperkirakan juga

akan menigkat karena proyek-proyek pemerintah mulai direalisasikan. Sementara itu

ditengah menguatnya kurs, net ekspor diperkirakan masih tetap positif meskipun

terdapat kekhawatiran terjadi penurunan perdagangan luar negeri akibat

permasalahan ekonomi di negara mitra dagang utama (AS dan Eropa).

Sementara itu di sisi penawaran, sektor PHR diperkirakan masih menjadi

pendorong utama dengan didorong oleh aktivitas perdagangan dan pariwisata yang

terus meningkat. Kunjungan wisman diperkirakan akan mencapai puncaknya pada

triwulan III-2011 seiring menigkatnya kunjungan oleh wisatawan mancanegara.

Dari sisi inflasi, tekanan harga pada triwulan III-2011 diperkirakan masih

relative terjaga dengan inflasi diperkirakan berada di kisaran 5,8 ± 1% (y-o-y). Selain

akibat base effect, stabilnya pasokan diperkirakan mengakibatkan menurunnya inflasi

tahunan di Bali. Namun perlu diwaspadai faktor ekspektasi inflasi kedepan yang

meningkat, seperti yang diindikasikan dari hasil survey yang dilakukan oleh Bank

Indonesia.

13  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Halaman ini sengaja dikosongkan

14  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

Bab 1 Makro Ekonomi Regional

Meningkatnya kinerja roda-roda perekonomian Bali yang utamanya dipicu oleh industri pariwisata

mendorong perekonomian Bali tumbuh positif dengan angka pertumbuhan pada triwulan II-

2011 sebesar 6,42% (y-o-y), meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 6,01% (y-o-y). Di

sisi penawaran, sektor PHR memberikan andil terbesar yang utamanya didorong oleh meningkatnya

aktivitas perdagangan dan industri pariwisata. Sementara itu di sisi permintaan, masih kuatnya konsumsi

rumah tangga dan net ekspor menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2011.

1.1. SISI PENAWARAN

Di sisi penawaran, seluruh sektor ekonomi mampu tumbuh positif di triwulan II-2011 dan

mengakibatkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Sektor

dengan pertumbuhan tertinggi di triwulan II-2011 adalah sektor pertambangan yang tumbuh 15,07%

(y-o-y), namun andil sektor tersebut terhadap perekonomian Bali sangat kecil, yakni hanya sebesar

0,10%. Sementara itu sektor utama dalam struktur perekonomian Bali, yakni sektor PHR, mampu

tumbuh tinggi dan meningkat dari triwulan sebelumnya, dengan pertumbuhan di triwulan II-2011

sebesar 9,04% (y-o-y). Hal tersebut mengakibatkan sektor PHR menjadi pendorong utama

pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2011 dengan andil mencapai 2,86%. Selain sektor PHR, sektor jasa

dan sektor pengangkutan juga memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi yang relatif besar,

dengan andil masing-masing mencapai 1,26% dan 0,68%.

Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari sisi penawaran, 2009 – 2011 (% y-o-y)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIPertanian 7.75 8.24 3.53 3.40 5.68 1.27 3.00 0.09 2.70 1.76 2.83 1.50 Pertambangan 12.00 11.60 2.98 (3.66)

(0.47)

5.27 7.61 14.98 26.31 28.52 19.43 22.29 15.07 Industri 9.51 3.18 4.61 4.74 5.43 6.54 6.43 6.04 5.36 6.08 4.10 3.67 Listrik, Gas & Air 4.61 5.05 5.06 4.13 4.71 6.10 6.78 6.90 7.71 6.88 6.84 7.94 Bangunan 1.00 0.89 0.97 0.79 0.91 5.12 6.64 8.20 9.48 7.37 7.50 7.48 Perdg, Hotel & Rest. 10.03 7.31 5.38 2.59 6.24 4.17 5.17 7.52 8.63 6.39 8.23 9.04 Pengangkutan & Kom. 11.93 5.81 2.30 1.05 5.09 2.65 3.92 8.15 8.30 5.77 4.26 6.23 Keuangan & Persewaan 2.58 2.76 5.58 2.63 9.45 9.88 6.84 4.02 7.47 4.29 5.99 Jasa-Jasa 3.09 4.13 6.50 8.65 5.64 10.04 9.57 9.00 6.04 8.60 8.05 9.24 PDRB 7.77 5.64 4.34 3.73 5.33 4.85 5.74 6.18 6.50 5.83 6.01 6.42

2011Sektor

20092009

20102010

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

Berdasarkan kontribusinya (share) terhadap perekonomian Bali, sektor PHR memiliki kontribusi

terbesar terhadap PDRB Provinsi Bali dengan share mencapai 32,46%, diikuti sektor pertanian dengan

share 19,48% serta sektor jasa sebesar 14,03%. Sementara itu sektor dengan angka pertumbuhan

tertinggi, yakni sektor pertambangan hanya masing-masing memiliki share sebesar 0,69%.

15  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Grafik 1.1Kontribusi Sektor Ekonomi PDRB Provinsi Bali

Pertanian19%

Pertambangan1%

Industri10%

LGA2%

Bangunan4%

PHR32%

Pengangkutan11%

Keuangan7%

Jasa14%

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, diolah

1.1.1. Sektor Pertanian

Perubahan musim tanam mempengaruhi kinerja sektor pertanian. Pasca puncak panen di awal

triwulan II-2011 dan relatif rendahnya peningkatan produksi mengakibatkan kinerja sektor pertanian

mengalami perlambatan dengan pertumbuhan mencapai 1,50% (y-o-y). Pertumbuhan tersebut

lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,83% (y-o-y). Menurunnya kinerja

sektor pertanian terutama diakibatkan oleh kontraksi di subsektor tanaman perkebunan serta subsektor

peternakan dan hasil-hasilnya yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,64% dan 0,59%. Dari

hasil Liaison, kontraksi diakibatkan oleh panen yang kurang maksimal di beberapa komoditas

perkebunan. Kondisi tersebut diakibatkan oleh permasalahan anomali musim dan tingginya curah

hujan yang memicu munculnya organisme pengganggu tanaman, sehingga mengganggu produksi di

triwulan II-2011. Sementara itu subsektor lainnya yakni subsektor tanaman bahan makanan masih

mampu tumbuh positif walaupun tidak setinggi triwulan sebelumnya.

Tabel 1.2. Produksi dan Luas Panen Padi – Palawija per subround di Bali, 2010 – 2011

L. Panen Produksi L. Panen Produksi L. Panen Produksi L. Panen Produksi(ha) (ton) (ha) (ton) (ha) (ton) (ha) (ton)

ARAM II 2011 55,272 317,839 47,626 261,657 48,600 280,764 151,498 860,260ATAP 2010 51,459 307,328 45,609 245,103 55,122 316,730 152,190 869,160

ARAM II 2011 18,576 45,381 1,869 5,779 2,062 10,477 22,507 61,637ATAP 2010 22,629 49,852 1,913 5,728 2,164 10,775 26,706 66,354

ARAM II 2011 535 591 2,776 2,934 1,774 2,448 5,085 5,973ATAP 2010 901 1,124 2,362 2,355 1,565 2,075 4,827 5,555

Jan - Des

Padi

Jagung

Kedelai

Komoditas/tahunJan - April Mei - Agustus Sep - Des

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

16  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

Angka Ramalan (ARAM) II oleh BPS Provinsi Bali memperkirakan masih akan terjadi peningkatan

produksi dan luas panen di subround II-2011 (periode Mei – Agustus 2011). Produksi di subround II-

2011 mencapai 261,6 ribu ton atau meningkat 6,75% dibanding realisasi produksi subround II tahun

lalu. Luas panen padi juga meningkat 4,42% dibanding realisasi pada subround I-2010, dengan luas

panen mencapai 47,62 ribu ha. Kondisi tersebut tidak hanya terjadi pada komoditas padi saja. Untuk

komoditas non padi seperti kedelai juga mengalami peningkatan luas panen dan produksi di subround

II-2011, yang meningkat 17,53% dan 24,59% (y-o-y). Peningkatan produksi komoditas pertanian

tersebut mengakibatkan kinerja sektor pertanian masih positif sepanjang triwulan II-2011.

Prompt indicator sektor pertanian

berupa penyaluran kredit bank umum ke

kegiatan usaha pertanian, perburuan dan

kehutanan serta untuk kegiatan usaha

perikanan yang dikucurkan kepada masyarakat

juga menunjukkan pertumbuhan positif.

Realisasi pengucuran kredit di triwulan II-2011

sebesar Rp 593,06 miliar, atau meningkat

27,08% dibanding periode yang sama tahun

lalu. Realisasi tersebut terus meningkat dan

lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang

mengalami pertumbuhan mencapai 20,03% (y-

o-y). Masih positifnya sektor pertanian juga

diindikasikan oleh prompt indicator berupa

hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di

sektor pertanian yang menunjukkan saldo berih

tertimbang positif pada triwulan II-2011.

Grafik 1.2 Kredit Sektor Pertanian

-20

0

20

40

60

0

100

200

300

400

500

600

700

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-ymiliar Rp

Kredit Sektor Pertaniang Kredit Sektor Pertanian

Sumber : Bank Indonesia, diolah

 

1.1.2. Sektor Industri Pengolahan

Laju pertumbuhan di sektor industri pengolahan masih relatif rendah di triwulan II-

2011. Sektor industri pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 3,67% (y-o-y), lebih rendah dibanding

triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,10% (y-o-y). Melambatnya kinerja di sektor ini terutama

diakibatkan oleh subsektor tekstil, barang kulit dan alas kaki yang tumbuh lebih rendah dibanding

triwulan sebelumnya. Resesi yang dialami oleh negara mitra dagang utama yang diiringi dengan tren

apresiasi kurs Rupiah terhadap Dolar turut mempengaruhi daya beli masyarakat mancanegara yang

berimbas pada masih rendahnya permintaan ekspor komoditas tekstil. Selain subsektor tekstil,

penurunan pertumbuhan juga terjadi pada subsektor pupuk, kimia dan bahan dari karet. Namun

demikian subsektor lain yaitu subsektor makanan, minuman dan tembakau justru menunjukkan

peningkatan pertumbuhan yang terjadi seiring dengan tren peningkatan industri pariwisata di triwulan

17  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

II-2011, yang mengakibatkan permintaan terhadap barang dan jasa meningkat sehingga memicu

industri bahan makanan untuk tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya.

Grafik 1.3

Konsumsi Listrik Industri dan Jumlah Pelanggan Industri

500

1000

1500

2000

2500

0

Grafik 1.4 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor

Manufaktur

-100

-50

0

50

100

150

200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-y

g Volume Manufaktur

g Nilai Manufaktur

Sumber : Bank Indonesia

Prompt indicator sektor industri berupa konsumsi listrik untuk golongan industri

mengindikasikan melambatnya pertumbuhan di sektor industri. Konsumsi listrik untuk golongan industri

mengalami kontraksi 7,00% (y-o-y), dengan konsumsi pada triwulan I-2011 sebesar 28.633 ribu KWH.

Jumlah pelanggan listrik industri juga kontraksi 2,80% (y-o-y), dengan jumlah pelanggan sebanyak

1.941 unit. Kondisi ekspor manufaktur juga mengalami perlambatan pada triwulan II-2011 baik dari sisi

nilai maupun volume ekspornya. Permintaan ekspor manufaktur diperkirakan akan meningkat kembali

di pertengahan tahun seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian.

Namun demikian prompt indicator lain

berupa penyaluran kredit bank umum ke sektor

industri justru menunjukkan pertumbuhan tinggi

di triwulan II-2011. Penyaluran kredit ke sektor

industri pada triwulan II-2011 sebesar Rp 899,74

miliar, atau tumbuh 34,75% (y-o-y).

Pertumbuhan tersebut bahkan lebih tinggi

dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh

27,85% (y-o-y). Hal ini mengindikasikan prospek

industri masih cukup besar, mengingat kredit

yang disalurkan ke sektor tersebut juga terus

meningkat.

10000

000

30000

000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

unitRibu KWH

40 Konsumsi Listrik Industri Jumlah Pelanggan (RHS)

20

Sumber : PLN Distribusi Bali

Grafik 1.5 Kredit Sektor Industri

-5

5

15

25

35

45

55

0

200

400

600

800

1000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% yoymiliar Rp

Nominal Kredit g kredit (RHS)

Sumber : Bank Indonesia

18  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

1.1.3. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Sektor industri pada triwulan II-2011 juga menunjukkan kinerja yang meningkat dari

triwulan sebelumnya. Pertumbuhan pada triwulan II-2011 sebesar 7,94% (y-o-y), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,84% (y-o-y). Beberapa prompt indicator sektor ini

juga mengkonfirmasi pertumbuhan di sektor ini. Konsumsi dan jumlah pelanggan listrik mengalami

peningkatan pada triwulan II-2011, masing-masing sebesar 2,80% dan 7,09% (y-o-y). Hasil SKDU di

sektor LGA juga menunjukkan saldo bersih tertimbang positif pada triwulan II-2011.

Grafik 1.6 Konsumsi Listrik di Bali

-4

0

4

8

12

16

0

200

Grafik 1.7 Jumlah Pelanggan Listrik

0

1

2

3

4

5

6

7

8

1800

1900

2000

2100

2200

2300

2400

2500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-yRibu Unit

Jumlah Pelanggan g Jumlah Pelanggan (RHS)

Sumber : PLN Distribusi Bali

Namun demikian prompt indicator

berupa penyaluran kredit LGA oleh bank

umum ke masyarakat belum menunjukkan

pertumbuhan di triwulan II-2011. Penyaluran

kredit LGA pada triwulan II-2011 sebesar Rp

12,40 triliun, atau hanya meningkat 0,86% (y-

o-y). Angka pertumbuhan tersebut relatif stabil

dibandingkan periode-periode sebelumnya.

400

600

800

1000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-yjuta KWH

Konsumsi Listrik g Konsumsi Listrik (RHS)

Sumber : PLN Distribusi Bali

Grafik 1.8 Kredit Sektor Listrik, Gas, dan Air

-100

0

100

200

300

0.0

4.0

8.0

12.0

16.0

20.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-ymiliar RpKredit Sektor Listrikg Kredit Sektor Listrik - (RHS)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

19  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

1.1.4. Sektor Bangunan

Memasuki paruh kedua tahun 2011, kinerja sektor bangunan relatif stabil dan belum

mengindikasikan adanya peningkatan. Pertumbuhan pada triwulan II-2011 mencapai 7,48% (y-o-y),

tidak jauh berbeda dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,50% (y-o-y). Namun demikian

pertumbuhan tersebut relatif masih tinggi sebagaimana diindikasikan dari hasil Survey Harga Properti

Residensial yang menunjukkan rata-rata peningkatan indeks harga properti residensial sebesar 0,49%

(q-t-q), atau secara tahunan sebesar 1,40% (y-o-y).

Prompt indicator sektor bangunan seperti kredit yang disalurkan ke sektor konstruksi juga

mengalami pertumbuhan positif di triwulan II-2011, yaitu meningkat 11,56% (y-o-y) dengan realisasi

kredit yang disalurkan mencapai Rp 608,52 miliar. Konsumsi semen juga mengalami peningkatan di

triwulan II-2011, dengan konsumsi semen mencapai 350,11 ribu ton atau tumbuh 15,71% dibanding

periode yang sama tahun lalu. Hal ini mengindikasikan adanya potensi peningkatan kinerja sektor ini

kedepannya.

Grafik 1.9 Konsumsi Semen

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0

50

100

150

200

250

300

350

400

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-yRibu Ton

Konsumsi Semen g (y-o-y) - (RHS)

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1.10 Kredit Sektor Bangunan

-20

0

20

40

60

80

100

0

100

200

300

400

500

600

700

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-ymiliar Rp

Kredit Sektor Bangunang Kredit Sektor Bangunan - (RHS)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

1.1.5. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Tren meningkatnya industri pariwisata mendorong sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran (PHR) tumbuh meningkat pada triwulan II-2011. Pertumbuhan sektor ini sebesar 9,04%

(y-o-y), meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 8,23% (y-o-y). Peningkatan kinerja sektor PHR

didorong oleh aktivitas perdagangan dan pariwisata yang mulai meningkat menjelang pertengahan

tahun. Aktivitas pariwisata yang terus meningkat diindikasikan oleh jumlah kunjungan wisman ke Bali

secara kumulatif hingga triwulan II-2011 yang mencapai 1.271.470 orang, meningkat 10,95%

dibanding periode yang sama tahun lalu. Jumlah kunjungan tersebut mendominasi dari keseluruhan

jumlah kunjungan wisman ke Indonesia, dengan share sebesar 38,5%. Hal tersebut semakin

20  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

memperkuat posisi Bali sebagai pintu masuk utama wisatawan ke Indonesia. Selain wisatawan

mancanegara, wisatawan domestik yang datang ke Bali juga mengalami peningkatan. Masuknya

musim libur sekolah, banyaknya hari libur nasional sepanjang triwulan II-2011 (antara lain Wafatnya

Yesus Kristus, Hari Raya Waisak, Kenaikan Yesus Kristus, serta Isra Miraj Nabu Muhammad SAW) dan

penetapan cuti bersama oleh pemerintah turut mempengaruhi perilaku wisata wisatawan domestik

untuk berlibur ke Bali.

Peningkatan jumlah wisman yang datang ke Bali juga mengakibatkan rata-rata tingkat

penghunian kamar meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Rata-rata tngkat penghunian kamar

hotel bintang untuk triwulan II-2011 sebesar 65,80% dengan rata-rata masa tinggal selama 3,45 hari

(triwulan sebelumnya sebesar 63,35% dengan rata-rata masa tinggal 3,43 hari). Sementara itu untuk

hotel non bintang, tingkat penghunian kamar sebesar 33,53% dengan rata-rata masa tinggal selama

2,47 hari (triwulan sebelumnya sebesar 35,89% dengan rata-rata lama tinggal selama 2,99 hari).

Grafik 1.11 Kunjungan Wisman ke Bali

-40

-20

0

20

40

60

80

0

200000

400000

600000

800000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-yorang Jumlah Wisman g Jumlah Wisman (RHS)

Grafik 1.12 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama

Menginap Kamar Hotel

0

1

2

3

4

5

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011

TPK Bintang (LHS)TPK Non Bintang (LHS)Rata-rata menginap Bintang (RHS)Rata-rata menginap Non Bintang (RHS)

% Hari

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah

Grafik 1.13 Asal Wisman yang Berkunjung Ke Bali

Australia26%

PRC9%

Japan9%

Malaysia7%

Taiwan5%

South of Korea

5%

Rusia4%

Singapore4%

UK3%

USA3%

Other Nationality

25%

Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali

Kunjungan wisatawan mancanegara

jika di breakdown berdasarkan negara asalnya,

mayoritas wisman yang berlibur ke Bali berasal

dari Australia (27,59%), China (8,37%), Jepang

(7,04%), Malaysia (6,57%), serta Taiwan

(5,14%). Jumlah wisman asal Australia

meningkat cukup pesat dengan kontribusi yang

terus meningkat dari waktu ke waktu, dan

mendominasi wisman yang berkunjung ke Bali.

Semenjak 2008 wisman asal segara tersebut

menggeser dominasi wisman asal Jepang yang

jumlahnya terus menurun pasca krisis keuangan

21  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

global. Meningkatnya jumlah kunjungan oleh wisman asal Australia selain diakibatkan oleh dekatnya

jarak serta kemudahan transportasi dari Bali ke Australia, juga diakibatkan oleh meningkatnya kondisi

perekonomian negara tersebut seiring booming harga komoditas internasional.

Prompt indicator lain seperti Visa on Arrival (VoA) juga mengindikasikan pertumbuhan di sektor

PHR, dengan angka pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Penerimaan VoA pada triwulan II-2011

sebesar 13,62 juta dolar AS atau tumbuh 10,95% (y-o-y). Sementara itu transaksi valas di 18 authorized

money changer di Bali juga mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi dengan jumlah transaksi yang

dilakukan pada triwulan II-2011 sebesar 175,66 juta dolar AS atau tumbuh 31,03% (y-o-y).

Grafik 1.14 Penerimaan Visa on Arrival

-20

0

20

40

60

80

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-yribu USDPenerimaan VoA g Penerimaan Voa

Sumber : PT Bank Rakyat Indonesia

Grafik 1.15 Transaksi Valas di 18 PVA di Bali

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

0.00

40.00

80.00

120.00

160.00

200.00

I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011

Transaksi Valas (Juta USD)

growth valas (% yoy) - (RHS)

Juta USD % y-o-y

Sumber : 18 Pedagang Valuta Asing di Bali

Grafik 1.16 Konsumsi Listrik Bisnis dan Jumlah

Pelanggan Bisnis

40,000

80,000

120,000

160,000

200,000

240,000

0

100,000

200,000

300,000

400,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

unitRibu KWH

Konsumsi Listrik Bisnis KWH

Jumlah Pelanggan Bisnis

Sumber : PLN Distribusi Bali

Prompt indicator lain berupa konsumsi

dan jumlah pelanggan listrik untuk golongan

bisnis (seperti mall, pasar, pertokoan, dan pusat

bisnis lainnya) meningkat di triwulan I-2011.

Konsumsi listrik tercatat mencapai 367,20

MWH atau tumbuh 4,31% (y-o-), dengan

jumlah pelanggan sebanyak 226.431 unit,

meningkat 15,87% (y-o-y).

22  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

1.1.6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh meningkat pada triwulan II-2011. Sektor

tersebut tumbuh 6,23% (y-o-y), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,26% (y-o-y).

Meningkatnya pertumbuhan di sektor ini juga dikonfirmasi oleh jumlah penumpang pesawat di Bandara

Ngurah Rai yang meningkat baik untuk kedatangan maupun keberangkatan, yang masing-masing

meningkat sebesar 16,77% dan 14,37% (y-o-y).

Grafik 1.17

Jumlah Penumpang Pesawat

-40

-20

0

20

40

60

0

400

800

1200

1600

2000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-yRibu Orang

Kedatangan Keberangkatang Kedatangan g Keberangkatan

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 1.18 Jumlah Pos Melalui Udara

-100

0

100

200

300

400

500

0

40000

80000

120000

160000

200000

240000

280000

320000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-yUnitMasuk Keluar

g Masuk g Keluar

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

1.1.7. Sektor Keuangan dan Persewaan

Pertumbuhan sektor keuangan dan persewaan di triwulan II-2011 sebesar 5,99% (y-o-

y), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 4,29% (y-o-y). Pertumbuhan

positif di triwulan II-2011 juga dikonfirmasi oleh indikator-indikator pembiayaan. Dari sisi pembiayaan

bank,outstanding kredit yang disalurkan oleh bank umum pada triwulan II-2011 tercatat sebesar Rp

27,14 triliun, atau tumbuh 24,59% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara itu penyaluran

kredit BPR juga terus meningkat dengan realisasi kredit yang dikucurkan oleh BPR mencapai Rp 3,10

triliun atau tumbuh 31,50% (y-o-y).

23  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Grafik 1.19 Kredit Bank Umum

0

10

20

30

40

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-yTriliun Rp

Kredit Bank Umum g Kredit (RHS)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.20 Kredit Bank Perkreditan Rakyat

0

10

20

30

40

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-yTriliun RpKredit BPR g Kredit (RHS)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

1.1.8. Sektor Jasa-jasa

Sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan

meningkat di triwulan II-2011, dengan angka

pertumbuhan mencapai 9,24% (y-o-y).

Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding

triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,05% (y-o-y).

Prompt indicator di sektor jasa-jasa seperti

penyaluran kredit bank umum di sektor jasa

(penyaluran kredit untuk kegiatan administrasi

pemerintahan & jamsos ; jasa pendidikan ; jasa

kesehatan dan kegiatan sosial, jasa

kemasyarakatan, sosbud dan perorangan lainnya ;

serta jasa perorangan yang melayani rumah

tangga) tumbuh tinggi di triwulan II-2011

mencapai 53,37% (y-o-y) dengan realisasi kredit

yang disalurkan mencapai Rp 1.119,02 triliun.

Grafik 1.21 Kredit Sektor Jasa

0

10

20

30

40

50

60

70

80

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2010 2011

Kredit Jasa g kredit (RHS)Milyar Rp % y-o-y

Sumber : Bank Indonesia, diolah

1.2. SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, seluruh komponen perekonomian mampu tumbuh positif di

triwulan II-2011. Meningkatnya pertumbuhan terutama diakibatkan oleh kinerja konsumsi rumah

tangga yang tetap kuat serta kinerja ekspor yang tetap solid. Komponen konsumsi pemerintah dan

ekspor mencatatkan pertumbuhan tertinggi di triwulan II-2011, masing-masing sebesar 16,66% dan

10,95% (y-o-y). Jika dilihat dari andilnya terhadap pertumbuhan ekonomi, komponen konsumsi rumah

24  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

tangga yang memiliki share 59,92% terhadap pembentukan PDRB di sisi permintaan memberikan andil

tertinggi sebesar 5,67% terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2011. Selain konsumsi rumah

tangga, komponen investasi juga memberikan andil relatif besar mencapai 2,19%.

Tabel 1.3. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Permintaan, 2009 – 2011 (% y-o-y)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIKonsumsi Rumah Tangga 18.89 23.67 19.96 12.21 18.38 5.68 9.83 12.53 11.21 9.89 13.07 9.76Konsumsi Lembaga Nirlaba 19.52 23.26 15.27 3.80 14.85 4.22 6.15 8.02 8.01 6.62 7.74 6.71Konsumsi Pemerintah 3.66 13.48 11.58 12.69 10.44 9.12 5.39 14.88 10.44 10.01 23.25 16.66Investasi/PMTB 10.01 8.00 8.42 5.71 7.93 19.48 20.75 16.31 11.92 16.92 12.05 8.58Ekspor 2.88 6.90 12.89 22.41 11.46 29.66 17.82 11.43 15.74 18.08 8.31 10.95Impor 31.05 13.95 20.55 13.15 18.84 21.04 12.05 6.45 8.38 11.39 12.64 9.37PDRB 7.77 5.64 4.34 3.73 5.33 4.85 5.74 6.18 6.50 5.83 6.01 6.42

2011Komponen

2009 Total 2009

2010 Total 2010

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

1.2.1. Konsumsi

Masih kuatnya konsumsi rumah tangga di triwulan II-2011 menjadi penopang utama

pertumbuhan ekonomi Bali di sisi permintaan. Pada triwulan II-2011 konsumsi rumah tangga

tumbuh sebesar 9,76% (y-o-y), masih relatif tinggi walaupun menurun dibanding triwulan sebelumnya

yang tumbuh 13,07% (y-o-y). Masih tingginya kegiatan konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh

banyaknya perayaan hari libur keagamaan sepanjang triwulan II-2011. Selain itu banyaknya hari libur

nasional serta pergantian tahun ajaran baru diperkirakan juga turut meningkatkan konsumsi masyarakat

di triwulan ini. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga diindikasikan oleh prompt indicator berupa

konsumsi dan jumlah pelanggan listrik rumah tangga yang tumbuh 6,06% dan 9,31% (y-o-y) pada

triwulan II-2011.

Grafik 1.22 Konsumsi Listrik dan

Jumlah Pelanggan Rumah Tangga

1500

1700

1900

2100

2300

0

100000

200000

300000

400000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

ribu unitribu KWHKonsumsi Listrik RTJumlah Pelanggan RT (RHS)

Sumber : PLN Distribusi Bali

Grafik 1.23 Indeks Keyakinan Konsumen

50

60

70

80

90

100

110

120

130

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks = 100

Sumber : Survey Bank Indonesia

25  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Grafik 1.24 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011

Indeks Kondisi Ekonomi Penghasilan Saat IniSupply Lap. Kerja Konsumsi Durable GoodsIndeks = 100

Sumber : Survey Bank Indonesia

Seiring dengan kondisi tersebut Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK) dari hasil Survey

Konsumen KBI Denpasar juga mengalami

peningkatan, dengan rata-rata IKK di triwulan II-

2011 sebesar 96,08%, meningkat dari rata-rata

triwulan sebelumnya yang mencapai 91,69%.

Dari komponen pembentuknya, peningkatan

IKK didorong oleh optimisnya Indeks Ekspektasi

Konsumen (IEK) terutama pada komponen

penghasilan yang akan datang, supply lapangan

kerja serta optimisme terhadap kegiatan usaha 6

bulan yang akan datang.

Prompt indicator lain berupa kredit

konsumsi juga menunjukkan pertumbuhan positif dan tumbuh tinggi di triwulan II-2011. Realisasi

penyaluran kredit konsumsi pada triwulan II-2011 mencapai Rp 10,99 triliun, dengan angka

pertumbuhan mencapai 21,09% (y-o-y). Rata-rata nilai tukar petani pada triwulan II-2011 tercatat

sebesar 106,80, meningkat dari rata-rata NTP triwulan sebelumnya yang mencapai 105,09. Peningkatan

tersebut mengindikasikan meningkatnya daya beli petani, sehingga diperkirakan turut mempengaruhi

perilaku konsumen.

Grafik 1.26 Kredit Konsumsi

0

4

8

12

16

20

24

28

32

36

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011

% yoymiliar Rp

Nominal Kredit g Kredit Konsumsi (RHS)

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 1.25 Nilai Tukar Petani

80

90

100

110

120

130

140

150

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011

NTPIndeks yg Diterima PetaniIndeks yg Dibayar PetaniGaris 100

Indeks

Sumber : Badan Pusat Statistik

1.2.2. Investasi

Komponen Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) Provinsi Bali masih tetap

tumbuh tinggi, dan menjadi salah satu penopang utama pertumbuhan di sisi permintaan. Pada

triwulan II-2011 Investasi mampu tumbuh tinggi sebesar 8,58% (y-o-y), walaupun lebih rendah

26  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 12,05% (y-o-y). Positifnya prospek

perekonomian kedepan diperkirakan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan optimisme pelaku

usaha mengenai kondisi kedepan, yang ditunjukkan dengan positifnya saldo bersih tertimbang

perkembangan kegiatan usaha dari Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU). Indikasi positifnya kinerja

investasi juga ditunjukkan dari tren peningkatan realisasi investasi baik berupa Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN( maupun Penanaman Modal Asing (PMA) dalam 3 tahun terakhir.

Namun demikian impor barang modal ke Bali pada triwulan II-2011 justru menunjukkan

pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 30,12% (y-o-y) dengan realisasi impor barang modal sebesar

11,06 juta dolar AS. Hal ini sesuai dengan perkiraan sebelumnya bahwa impor akan mencapai

puncaknya pada triwulan II dan III.

Grafik 1.28

Grafik 1.27 Impor Barang Modal

-100

0

100

200

300

400

500

600

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Impor Barang Modal g impor barang modal (rhs)

Ribu USD ($) % y-o-y

Sumber : Bank Indonesia

Kredit Investasi

-50510152025303540

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-ymiliar Rp Nominal g (y-o-y) - axis kanan

Sumber : Bank Indonesia

Prompt indicator lain yang mengkonfirmasi positifnya pertumbuhan investasi pada triwulan II-

2011 adalah kredit investasi yang meningkat 24,06% (y-o-y) dengan realisasi penyaluran kredit

mencapai Rp 4,97 triliun. Peningkatan investasi juga diindikasikan oleh penjualan semen di Bali yang

mengalami peningkatan pada triwulan II-2011 dengan jumlah penjualan mencapai 350,11 ribu ton atau

meningkat 26,48% (y-o-y). Hal ini mengindikasikan meningkatnya aktivitas investasi di Bali dari sisi

bangunan. Peningkatan aktivitas perekonomian diperkirakan mendorong investasi meningkatnya

indicator-indikator tersebut.

1.2.3. Ekspor Impor

Ekspor

Nilai tambah ekspor dalam komponen PDRB Bali pada triwulan II-2011 tumbuh

meningkat. Pertumbuhan pada ekspor mencapai 10,95% (y-o-y), meningkat dibanding triwulan

sebelumnya yang tumbuh 8,31% (y-o-y). Namun demikian dari sisi perdagangan internasional, tren

27  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

menguatnya kurs Rupiah terhadap Dolar mengakibatkan realisasi perdagangan internasional Bali

triwulan II-2011 mengalami penurunan. Realisasi ekspor pada triwulan II-2011 sebesar 160,38 juta dolar

AS, menurun 15,62% dibanding realisasi ekspor periode yang sama tahun 2010. Sementara itu dari sisi

volume, realisasi ekspor pada triwulan II-2011 sebesar 36,19 ribu ton atau menurun 69,26% (y-o-y).

Grafik 1.29

Perkembangan Nilai Ekspor Bali

-20.0

-10.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

0

40

80

Grafik 1.30 Perkembangan Volume Ekspor Bali

Terdapat lima jenis produk yang merupakan komoditas ekspor unggulan di Provinsi Bali, dengan

nilai ekspor kelima komoditas tersebut memiliki porsi 67,08% terhadap keseluruhan nilai ekspor di

Provinsi Bali. Komoditas utama adalah ikan dan udang yang menyumbang 21,26% dari keseluruhan

nilai ekspor Bali, diikuti komoditas pakaian (12,05%), komoditas perhiasan/permata (14,02%),

komoditas kayu dan barang olahan dari kayu (10,99%), serta komoditas perabot rumah tangga

(8,76%).

Pada triwulan II-2011, sebagian besar komoditas mampu tumbuh positiif kecuali komoditas ikan

dan udang serta komoditas perabot yang mengalami kontraksi pertumbuhan masing-masing sebesar

120

0

0

0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-yta USD

16

20

24ju

Nilai Ekspor g Nilai Ekspor (RHS)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

-100

-50

0

50

100

150

200

-

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011

Volume Export

g Volume Export (RHS)

Ribu Ton % y-o-y

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.31 Pangsa Nilai Ekspor Provinsi Bali

Ikan dan Udang21.26%

Kayu, Barang dari Kayu10.99%

Pakaian Jadi Bukan

Rajutan12.05%Perhiasan /

Permata14.02%

Perabot, Penerangan

Rumah8.76%

Lainnya32.92%

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.32 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama

Bali 03 - Ikan dan Udang

(40.00)

(20.00)

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011

44 - Kayu, Barang dari Kayu62 - Pakaian Jadi Bukan Rajutan71 - Perhiasan / Permata94 - Perabot, Penerangan Rumah

% y-o-y

Sumber : Bank Indonesia, diolah

28  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

8,31% (y-o-y) dan 5,32% (y-o-y). Berdasarkan hasil Liaison oleh KBI Denpasar, kegiatan penangkapan

ikan memang masih diwarnai permasalahan keterbatasan pasokan akibat kendala cuaca dan anomali

iklim yang mengganggu penangkapan ikan di laut lepas. Namun demikian ekspor berpotensi meningkat

seiring dengan membaiknya pasar ekspor yang berpotensi meningkatkan permintaan ekspor dari Bali.

Berdasarkan negara pembelinya, ekspor terbesar pada triwulan II-2011 masih didominasi oleh

Amerika Serikat (21,93%), diikuti Jepang (16,22%) dan Australia (10,15%). Walaupun mendominasi

ekspor dari Bali, namun ekspor ke Amerika Serikat

mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar

43,19% (y-o-y) pada triwulan II-2011.

Grafik 1.33 Negara Pembeli Utama Ekspor Bali

US21.93%

Japan16.22%

Australia10.15%Singapore

7.78%

Hongkong6.78%

Other Countries37.13%

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Di sisi lain, ekspor ke Jepang yang baru

saja mengalami bencana tsunami pada Maret

2011 masih tumbuh positif di triwulan II-2011,

dan diperkirakan hal tersebut relatif tidak

berdampak terhadap penurunan permintaan

ekspor. Ekspor ke Jepang dan Australia pada

triwulan II-2011 masing-masing tumbuh 1,97%

dan 47,85% (y-o-y), dengan nilai ekspor masing-

masing sebesar 26,01 juta dolar AS dan 16,28 juta

dolar AS.

Impor

Nilai tambah impor Bali pada triwulan II-2011 tumbuh 9,37% (y-o-y), menurun dari

triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,64% (y-o-y). Dari sisi perdagangan internasional, nilai impor

pada triwulan II-2011 tercatat sebesar 28,97 juta dolar AS dan mengalami kontraksi sebesar 5,59% (y-

o-y). Walaupun nilai impor mengalami kontraksi, volume impor pada periode ini justru meningkat

124,29% (y-o-y) dengan realisasi impor sebesar 5,64 ribu ton. Impor pada triwulan II-2011 didominasi

oleh produk-produk industri (share 99,10%). Sementara itu impor prodyk oertanian belum banyak

dilaksanakan hingga pertengahan tahun ini.

29  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Grafik 1.35 Perkembangan Volume Impor Bali

-200-1000100200300400500600700800

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011

Volume Impor g volume impor (RHS)

Ribu Ton % y-o-y

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 1.34 Perkembangan Nilai Impor Bali

-200

-100

0

100

200

300

400

0

40

80

120

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011

% y-o-yjuta USD

Nilai Impor g Nilai Impor (RHS)

Sumber : Bank Indonesia

Negara asal impor pada triwulan II-

2011 masih didominasi oleh Hongkong (share 18%) dengan komoditas utama yang diimpor adalah

automatic data processing (15,17%), perhiasan emas dan perak (13,58%), serta parts and accessories

(13,23%). Selain Hongkong, impor juga berasal dari Amerika Serikat (share 14%) dengan komoditas

utama yang diimpor adalah barang-barang optic (21,68%), serta instrumen pengukuran (13,13%).

Sementara itu impor dari Singapura (share 13%) utamanya berbentuk perak dan platinum (28,37%),

automatic data processing machines (15,34%), dan part-part mesin (9,46%).

Grafik 1.36

Pangsa Impor Provinsi Bali berdasarkan Negara Asal

Hongkong18%

USA14%

Singapore13%RRC

12%Taiwan

14%

Australia7%

Thailand2%

Germany3%

Other Countries

17%

Sumber : Bank Indonesia

30  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

Boks A.

Pengembangan Klaster Kopi Sebagai Upaya Peningkatan Produksi dan Pemasaran Kopi Arabika Kabupaten Bangli

Kopi terutama berjenis Kopi Arabika termasuk komoditas yang potensial di Bali, dengan luas tanam

lebih dari 8000 hektar dengan total produksi lebih dari 3,4 juta ton per tahun. Kabupaten Bangli merupakan

produsen terbesar Kopi Arabika dengan total produksi per tahun lebih dari 1,8 juta ton atau 52,59% dari

total produksi Bali dengan luas lahan mencapai 3,9 ribu hektar lebih, diikuti Kabupaten Karangasem yang

hanya menghasilkan produksi kopi sebanyak 260 ribu ton dengan luas lahan sekitar 600 hektar. Oleh sebab

itu pengembangan klaster kopi akan dilakukan di Kabupaten Bangli dengan memanfaatkan potensi lahan

yang belum digarap mencapai 8,6 ribu hektar.

Letak geografis Kabupaten Bangli yang terletak pada ketinggian rata-rata lebih dari 400 m di atas

permukaan laut sangat cocok bagi pengembangan tanaman pertanian. Tercatat 8 komoditas pertanian yang

dapat dikembangkan di Kabupaten Bangli seperti kopi, kakao, jambu mete dan cengkeh. Namun demikian,

Kopi Arabika memiliki potensi terbesar untuk dikembangkan dalam skala yang lebih besar. Alasan

pendukung dipilihnya Kopi Arabika sebagai komoditas yang lebih potensial untuk dikembangkan di

Kabupaten Bangli adalah pertama, kopi arabika sudah dibudidayakan sejak lama oleh masyarakat Bali dan

merupakan komoditas dengan luas areal terluas di Kabupaten Bangli (lihat Tabel 1). Kedua, komoditas kopi

arabika memberikan kontribusi sekitar 50% terhadap total produksi di Provinsi Bangli.Ketiga, kopi arabika

mempunyai rata-rata produktivitas lebih tinggi dibandingkan rata-rata produktivitas provinsi. Keempat,

budidaya kopi arabika menyediakan lapangan kerja paling tinggi dibandingkan dengan tanaman perkebunan

lainnya.

Tabel 1. Potensi Pengembangan Komoditas Pertanian di Kabupaten Bangli 2011

No KOMODITI UNGGULAN

POTENSI (Ha)

CAPAIAN LUAS AREAL (Ha)

SISA POTENSI (Ha)

1 Kopi Arabika 12.571,09 4.003,05 8.568,04

2 Kopi Robusta 1.189,14 363,87 825,27

3 Kakao 706,54 71,00 638,50

4 Jambu Mete 200,00 - 200,00

5 Cengkeh 235,64 194,43 41,21

6 Kelapa 1.093,50 873,00 220,30

7 Vanili 294,00 27,77 266,23

8 Tembakau 3.428,00 16,00 3.412,00

Sumber: Paparan Bupati Bangli pada FGD Klaster Kopi Arabika, 31 Mei 2011

Bank Indonesia mendukung upaya pengembangan Kopi Arabika melalui inisiasi pembentukan klaster

Kopi Arabika di Kabupaten Bangli yang didukung penuh oleh pemerintah daerah Kabupaten Bangli dan

pemerintah daerah Provinsi Bali melalui Dinas Perkebunan. Kerjasama juga diperkuat melalui keikutsertaan

31  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

berbagai institusi seperti BPD Bali dari perbankan, Eksportir Kopi dari kalangan usaha dan LPPM Universitas

Udayana dari kalangan akademisi dalam upaya pengembangan klaster Kopi Arabika.

Klaster dikembangkan dengan pendekatan pengembangan industri dari hulu ke hilir dengan output

berupa klaster aktif dengan indikator utama adalah adanya peningkatan kualitas produk dan penjualan,

perluasan pasar, penyerapan tenaga kerja, dukungan pemerintah dan dukungan pembiayaan dari perbankan.

Proses pembentukan klaster aktif akan dilakukan melalui bantuan teknis meliputi aspek pemasaran, aspek

produksi, aspek manajemen dan aspek keuangan.

Pada upaya perwujudan klaster aktif tersebut diperlukan peran aktif seluruh stakeholders terkait

untuk berupaya menyediakan faktor-faktor yang mendukung keberhasilan klaster tersebut. Ketersediaan

faktor input seperti infrastruktur teknologi, informasi, energi serta ketersediaan sumber daya manusia harus

terus diupayakan. Industri pendukung dan penunjang seperti industri penghela selain meningkatkan

produktivitas juga menjamin penyerapan hasil produksi. Di samping itu, persaingan yang sehat antara usaha-

usaha yang beraktifitas di dalam klaster serta modal sosial masyarakat yang berkualitas juga menjadi penentu

keberhasilan klaster.

Gambar 1 Rencana Program Kerja Klaster

Sumber: Paparan Bank Indonesia FGD Klaster Kopi Arabika, 31 Mei 2011

Program kerja yang telah disusun guna perwujudan klaster aktif mencakup keseluruhan proses dari hulu

hingga ke hilir (lihat Gambar 1). Sasaran program kerja dimulai dari penguatan kelompok tani sebagai tempat

proses produksi kopi berlangsung hingga perbaikan kelompok pemasaran. Program kerja yang akan

dilaksanakan antara lain pelatihan pada kelompok tani, kerjasama dengan produsen sarana produksi

pertanian guna menekan biaya produksi, pengolahan produk kopi serta kemitraan dengan sektor usaha

seperti eksportir. Aplikasi program kerja diharapkan dapat mewujudkan konsep pengembangan klaster pada

tataran praktis sehingga upaya pengembangan produksi kopi arabika di Kabupaten Bangli dapat benar-benar

terealisasi.

32  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

Boks B.

Penguatan Infrastruktur Pariwisata Bali sebagai Gerbang Pariwisata Indonesia

Sebagai daerah tujuan wisata utama di

Indonesia, Bali terus berupaya memberikan

pelayanan optimal bagi wisatawan yang berkunjung

ke Bali. Peningkatan kunjungan wisatawan baik

domestik (wisdom) maupun mancanegara (wisman)

dapat menjadi pintu masuk bagi pengembangan

daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia. Data

menunjukkan bahwa jumlah wisman yang masuk ke

Indonesia melalui Bandara Ngurah Rai di Bali

mencapai 36% dari total wisman yang masuk ke

Indonesia (lihat Grafik 1). Jumlah kunjungan wisman

di Bali sampai dengan bulan Juni 2011 mencapai

1,27 juta orang atau naik 10,95% dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah ini

masih 47% dari target kunjungan wisman ke Bali sebesar 2,7 juta orang. Jumlah kunjungan wisman ini

masih dapat ditingkatkan melampaui target mengingat tingginya potensi daerah tujuan wisata di Bali. Saat

ini, kunjungan wisman di Bali masih terkonsentrasi di wilayah selatan dengan dua pusat wisata yaitu Kuta di

Kabupaten Badung dan Ubud di Kabupaten Gianyar. Penguatan infrastruktur pariwisata dapat meningkatkan

kenyamanan wisatawan dalam berwisata sehingga angka kunjungan wisatawan khususnya wisman dapat

bertambah pesat.

Terkait dengan upaya pengembangan pariwisata di Bali, Bank Indonesia mengadakan survey kepada

wisman di Bali yang dipublikasikan secara berseri dimulai dari Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali

mulai dari edisi triwulan IV – 2010. Pada edisi ini, pembahasan difokuskan pada indikator pariwisata Bali yang

dapat dikembangkan untuk mengetahui kualitas layanan industri pariwisata Bali kepada wisman dalam

berbagai elemen. Pembahasan ini juga merupakan adaptasi dari Prirayani dan Awirya (2011) yang

mengembangkan indikator kunci layanan pariwisata Bali. Indikator dinyatakan secara relatif terhadap

indikator lainnya dan didasarkan atas penilaian wisman sebagai konsumen dan pemerintah daerah sebagai

pengambil kebijakan. Indikator dikembangkan pada elemen yang merepresentasikan berbagai fasilitas seperti

imigrasi, transportasi jarak jauh, transportasi jarak dekat, tempat inap, obyek wisata, promosi dan

infrastruktur pendukung. Pendekatan yang digunakan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk

menganalisis data dari pengambil kebijakan dan Structural Equation Modeling (SEM) untuk menganalisis data

dari wisman.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kenyamanan pada saat menginap (hospitality) menjadi elemen

yang harus diprioritaskan dalam upaya pengembangan industri pariwisata di Bali (lihat Tabel 1). Elemen ini

sangat penting untuk memberikan kesan kenyamanan terhadap wisman sehingga mereka menikmati

perjalanan wisatanya ke Bali. Elemen ini terdiri dari fasilitas hotel, kemanan lingkungan tempat menginap,

Grafik 1. Wisman ke Indonesia menurut Pintu Masuk

2010 Soekarno-

Hatta26%

Ngurah Rai36%

Batam14%

Tanjung Uban5%

Juanda3%

Lainnya16%

Sumber : Badan Pusat Statistik

33  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

keramahan dan kebersihan. Hanya kebersihan saja yang mendapatkan indikator relatif lebih buruk

dibandingkan sub elemen lainnya. Pemerintah daerah perlu memberikan perhatian lebih terhadap upaya

peningkatan kebersihan pada wilayah-wilayah publik. Sementara pengelola tempat penginapan seperti hotel

dan villa perlu menciptakan sarana penginapan yang bersih dan nyaman bagi wisatawan.

Tabel 1. Indikator Kualitas Industri Pariwisata Bali

Elemen Prioritas Sub Elemen Indikator

Fasilitas hotel

Keamanan lingkungan tempat inap

Keramahan penduduk lokal Tempat Inap 1

Kebersihan lingkungan tempat inap

Kebersihan obyek wisata

Obyek wisata yang menarik

Obyek wisata terkenal di negara asal Obyek Wisata 2

Keamanan obyek wisata

Ketersediaan transportasi jarak dekat

Kenyamanan transportasi

Harga transportasi

Transportasi jarak

pendek 3

Kondisi lalu lintas

Ketersediaan jalur penerbangan

Harga tiket pesawat Transportasi jarak

jauh 4

Kenyamanan penerbangan

Jalan raya

Jaringan telefon

Jaringan internet Sarana pendukung 5

Energi listrik

Kemudahan pengurusan visa

Kemudahan imigrasi

Kemudahan bea cukai Imigrasi 6

Kemudahan komunikasi

Promosi internasional

Pusat informasi wisata

Pameran dalam negeri Promosi 7

Informasi di internet

Optimal

Kurang optimal

  Sumber: Adaptasi dari Prirayani dan Awirya (2011)

Masalah kebersihan tidak hanya terjadi pada kebersihan lingkungan tempat inap saja, namun juga pada

kebersihan obyek wisata. Masalah pengelolaan sampah sepertinya masih menjadi fokus utama bagi

34  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

pemerintah daerah Bali untuk mewujudkan daerah tujuan wisata yang bersih dan nyaman. Tabel 1 juga

menunjukkan bahwa obyek wisata di Bali masih belum tersosialisasi dengan baik di Negara asal wisman. Oleh

karena itu, promosi obyek wisata ke luar negeri terutama melalui media internet perlu dilakukan dengan

skala yang lebih tinggi.

Infrastruktur pariwisata Bali juga memerlukan perbaikan khususnya berkaitan dengan kondisi jalan

raya dan kelistrikan. Tidak adanya sarana publik yang memadai menyebabkan ketersediaan transportasi jarak

dekat mempunyai indikator yang kurang optimal. Elemen-elemen lainnya yang masih belum optimal terkait

dengan proses masuk (entry) ke Bali melalui jalur penerbangan nasional. Sub elemen yang masih belum

optimal adalah kemudahan pengurusan visa dan bea cukai. Perbaikan layanan proses entry terutama

pengurusan yang lebih cepat akan meningkatkan kenyamanan wisatawan dalam berwisata.

Pemerintah daerah dapat memberikan perhatian lebih pada elemen-elemen yang relatif kurang

optimal untuk upaya meningkatkan kinerja industri pariwisata. Jika dilihat dari prioritasnya, perbaikan yang

paling mendesak adalah kondisi tempat inap, kondisi obyek wisata dan transportasi jarak pendek. Alokasi

sumber daya yang ada dapat dialokasikan pada ketiga elemen tersebut sebagai langkah awal perbaikan

industri pariwisata di Bali.

35  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Halaman ini sengaja dikosongkan

36  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

Bab 2 Perkembangan Inflasi

Tekanan Inflasi Kota Denpasar pada triwulan II-2011 kembali mengalami pelambatan, laju inflasi

triwulanan pada triwulan II sebesar 0,81% (q-t-q), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar

1,26% (q-t-q). Penahan laju inflasi pada triwulan II terjadi pada sub kelompok komoditas bumbu-

bumbuan, sedangkan sumber tekanan inflasi terjadi pada sub kelompok tembakau dan minuman

beralkohol dan sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya. Triwulan II-2011 diwarnai

dengan satu bulan deflasi dan dua bulan inflasi sebagai akibat dari perubahan harga beras.

2.1. KONDISI UMUM

Pada triwulan II-2011, inflasi tahunan masih relatif tinggi sebesar 7,45% (y-o-y), namun

tercatat lebih rendah dibanding dengan dengan triwulan sebelumnya sebesar 7,93% (y-o-y).

Meskipun melemah, inflasi tersebut masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional pada periode yang

sama yang mencapai 5,54% (y-o-y). Tingginya inflasi tahunan dipengaruhi oleh tekanan inflasi yang

tinggi di akhir tahun 2010, sementara inflasi tahun berjalan sampai dengan triwulan II sebesar 2,08%

(y-t-d). Tabel 2.1

Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang (%) 2010 2011

No. Kelompok Barang Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

1 Bahan Makanan 3.60 14.43 15.04 18.32 16.93 10.01 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau 9.45 8.14 11.43 10.20 10.00 11.03 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar 5.30 4.71 7.83 7.31 6.69 8.56 4 Sandang (0.89) 1.73 1.74 2.92 4.64 5.49 5 Kesehatan 1.40 1.29 1.13 1.13 1.99 2.96 6 Pendidikan, Rekreasi, & Olahraga (2.46) (2.75) 4.81 4.57 4.63 5.87 7 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0.68 0.51 0.22 0.25 1.09 1.86

UMUM 3.64 5.59 7.66 8.10 7.93 7.45 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sumber tekanan inflasi masih didominasi oleh komoditas pangan dalam kelompok bahan

makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau. Inflasi tertinggi terjadi pada

kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau pada level 11,03% (y-o-y), lebih tinggi dibanding

triwulan sebelumnya sebesar 10,00% (y-o-y). Peningkatan tekanan inflasi pada kelompok ini lebih

disebabkan oleh peningkatan harga pada komoditas air kemasan dan rokok kretek. Sedangkan inflasi

pada kelompok bahan makanan masih tercatat ralatif tingg sebesar 10,01% (y-o-y), walaupun telah

37  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

mengalami pelemahan dibanding triwulan

sebelumnya sebesar 16,93% (y-o-y), dan

merupakan pelemahan inflasi satu-satunya dari

seluruh kelompok komoditas. Melemahnya

tekanan inflasi pada kelompok bahan manakan

disebabkan oleh meredanya tekanan inflasi

pada sub kelompok bumbu-bumbuan, sayur-

sayuran dan sub kelompok daging dan hasil.

Pelemahan terbesar terjadi pada sub kelompok

bumbu-bumbuan dari 94,07% (y-o-y) pada

riwulan I menjadi 19,68% (y-o-y), komoditas

bumbu yang terpantau mengalami penurunan

harga adalah cabai rawit dan cabai merah. Namun demikian, berlalunya puncak panen beras pada

pertengahan Mei 2011, telah menekan inflasi pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan

hasilnya. Tekanan inflasi pada sub kelompok lemak dan minyak juga tercatat meningkat pada level

10,90% (y-o-y).

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Denpasar

-2

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2008 2009 2010 2011

(%)

m-t-m

q-t-q

y-o-y

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Meskipun secara tahunan inflasi pada kelompok bahan makanan masih tercatat tinggi, namun

dalam tahun berjalan, harga pada kelompok ini tercatat mengalami deflasi sebesar 0,13% (y-t-d) atau

1,45% (q-t-q). Dilihat dari pergerakan harga

beberapa komoditas pangan yang terdapat

dalam kelompok ini, dapat diindikasikan

bahwa perubahan harga secara tahunan masih

menunjukkan peningkatan namun perubahan

dalam tahun berjalan menunjukkan terjadinya

penurunan. Komoditas yang masih mengalami

peningkatan baik secara tahunan maupun

dalam tahun berjalan adalan telur ayam, beras

kualitas premium, bawang putih, ikan tongkol

dan minyak dalam kemasan. Sedangkan

komoditas yang telah mengalami penurunan

harga sepanjang 2011 adalah cabai merah,

cabai rawit, bayam, kacang panjang, daging

ayam dan ikan bandeng. Penurunan harga

umumnya terjadi pada sub kelompok sayur-

sayuran dan bumbu-bumbuan, seiring dengan

peningkatan produksi yang didukung oleh

kondisi cuaca dengan curah hujan yang cukup

untuk komoditas tersebut.

Grafik 2.2 Perubahan Harga Komoditas Pangan

‐60 ‐40 ‐20 0 20 40

Cabe Merah Keriting 

Cabe Rawit 

Sawi Hijau 

Bayam

Kacang Panjang

Daging Ayam 

Ikan Bandeng

Daging Sapi

Minyak Goreng Kemasan

Beras Medium C4 

Ikan Tongkol

Bawang Putih 

Beras Premium

Telur Ayam 

Minyak Goreng Curah 

Bawang Merah 

ytd yoy

Sumber : SBH Bank Indonesia, diolah

38  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

Grafik 2.3 Perubahan Rata-rata Nilai Konsumsi

Kelompok Bahan Makanan

0  1  2  3  4  5  6  7 

Padi‐padian, Umbi‐umbian …

Daging dan Hasil‐hasilnya

Ikan Segar

Ikan Diawetkan

Telur, Susu dan Hasil‐…

Sayur‐sayuran

Kacang ‐ kacangan

Buah ‐ buahan

Bumbu ‐ bumbuan

Lemak dan Minyak

Bahan Makanan  Lainnya

Rerata Bobot Tr. I

Rerata Bobot Tr. II

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 2.4 Perubahan Rata-rata Nilai Konsumsi

Komoditas Kelompok Bumbu-bumbuan

0.00  0.50  1.00  1.50 

BAWANG MERAH

BAWANG PUTIH

PENYEDAP …

BUMBU MASAK JADI

GARAM

GULA MERAH

KECAP (ISI)

KEMIRI

LADA/MERICA

CABE MERAH

CABE RAWIT

TERASI UDANG

Rerata Bobot Tr. I

Rerata Bobot Tr. II

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Sementara kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau yang secara tahunan tercatat

inflasi sebesar 11,03% (y-o-y), atau 1,85% (q-t-q),dan dalam tahun berjalan telah mengalami inflasi

sebesar 4,10% (y-t-d), dan merupakan kelompok dengan inflasi tertinggi. Inflasi tertinggi pada

kelompok ini terjadi pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 13,36% (y-o-y)

atau 7,69% (y-t-d). peningkatan pada kelompok ini terjadi karena adanya peningkatan cukai rokok

pada tahun 2011, yang menyebabkan inflasi pada rokok kretek sebesar 11,31% (q-t-q). Selain cukai

rokok peningkatan inflasi juga dipicu oleh kenaikan harga air minum dalam kemasan yang terjadi pada

awal tahun, sebagai akibat penurunan produksi karena penurunan debit air bahan baku air minum

dalam kemasan.

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, pada triwulan II-2011 mengalami inflasi

sebesar 8,56% (y-o-y) atau 3,16% (y-t-d). Kelompok dengan bobot pembentukan inflasi terbesar ini,

mengalami tekanan inflasi terutama pada sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air sebesar

15,31% (y-o-y) atau 3,93% (y-t-d). Inflasi yang cukup tinggi pada sub kelomok ini dipicu oleh

peningkatan harga pada komoditas bahan bakar rumah tangga khususnya pada minyak tanah yang

pemasarannya sangat terbatas namun masih digunakan oleh sebagian kalangan masyarakat. Sementara

pada sub kelompok biaya tempat tinggal terjadi inflasi sebesar 7,60% (y-o-y) atau 3,19% (y-t-d). Inflasi

pada sub kelompok ini didorong oleh peningkatan tariff sewa dan kontrak rumah, yang secara

konsisten mengalami peningkatan dalam setiap bulannya. Peningkatan tariff sewa dan kontrak pada

akhir triwulan II menjadi lebih tinggi dikarenakan faktor musiman, pergantian tahun ajaran,yang

medorong permintaan bagi kedua komoditas tersebut.

Inflasi yang tinggi pada triwulan II-2011 juga tercatat pada kelompok pendidikan rekreasi dan

olah raga, sebesar 5,87% (y-o-y), 0,94% (y-t-d) atau 1,24% (q-t-q). Faktor utama yang mendorong

inflasi kelompok ini adalah peningkatan biaya pendidikan yang mencapai 9,71% (y-o-y). Hal ini terjadi

seiring dengna penyesuaian tariff penyelenggaran pendidikan yang disesuaikan setiap pergantian tahun

39  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

ajaran. Kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan juga ikut mendorong inflasi, terutama pada

sub kelompok transport yang mengalami inflasi sebesar 2,89% (y-o-y) atau 3,07% (y-t-d) dan 1,13%

(q-t-q). Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan pada komoditas sepeda motor sebesar

4,21% (q-t-q), baik karena peningkatan harga barang maupun karena peningkatan tariff yang terkait

dengan kepemilikan sepeda motor.

2.2. INFLASI BULANAN M-T-M

Laju inflasi sepanjang triwulan II-2011 diwarnai dengan satu bulan deflasi pada April

dan dua bulan inflasi pada Mei dan Juni. Deflasi pada April sebesar 0,04% (m-t-m), dipicu oleh

deflasi yang cukup dalam pada kelompok bahan makanan yang mencapai 0,80% (m-t-m). Walaupun

rendah, deflasi juga terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Sementara pada

kelompok lain terjadi inflasi yang relatif rendah, inflasi terbesar terjadi pada kelompok makanan jadi,

minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,76% (m-t-m), diikuti oleh kelompok sandang dan kelompok

kesehatan dengan inflasi masing-masing sebesar 0,45% (m-t-m) dan 0,11% (m-t-m).

Tabel 2.2

Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang

II-2011 No. Kelompok Barang

Apr Mei Jun

1 Bahan Makanan (0.80) (0.97) 0.32

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 0.76 0.24 0.84

3 Perumahan, Air, Lisrik, Gas, dan Bahan Bakar 0.02 0.55 1.35

4 Sandang 0.45 0.82 0.15

5 Kesehatan 0.11 0.28 0.81

6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga (0.01) 0.01 1.23

7 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0.02 0.05 0.71

UMUM (0.04) 0.02 0.84

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Deflasi pada April didorong oleh 67 komoditas yang mengalami penurunan harga. Komoditas

yang umumnya mengalami deflasi adalah komoditas pada kelompok bahan makanan, khususnya pada

sub kelompok bumbu-bumbuan dan sub kelompok ikan segar yang masing-masing mengalami deflasi

sebesar 12,70% dan 1,16%. Deflasi sub kelompok bumbu-bumbuan terjadi karena peningkatan

produksi pertanian. Penurunan terbesar terjadi pada komoditas cabai, khususnya cabai merah keriting

yang sempat mencapai harga tertinggi Rp. 97.400 / kg, pada bulan April minggu terakhir menjadi

Rp.20.000 / kg. Penurunan serupa juga terjadi pada cabai merah besar dan cabai rawit yang

menyebabkan harga kedua komoditas tersebut mengalami deflasi masing-masing sebesar 23,05% dan

40  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

32,17%. Salah satu penyebab terjadinya deflasi pada komoditas cabai adalah peningkatan pasokan

sebagai akibat panen yang berhasil di sentra-sentra petani cabai baik yang terdapat di Pulau Bali

maupun sentra di luar Pulau Bali. Impor cabai pada bulan Februari dan Maret juga diperkirakan ikut

mepengaruhi deflasi pada kedua komoditas ini. Komoditas bumbu-bumbuan lain yang turut

mendorong deflasi adalah bawang merah dan bawang putih yang masing-masing mengalami deflasi

sebesar 14,67% dan 2,35%.

Selain deflasi pada sub kelompok

bumbu-bumbuan, deflasi pada kelompok bahan

makanan juga terjadi pada sub kelompok ikan

segar yang tercatat sebesar 1,16%. Kelompok

ikan segar yang cenderung mengalami

penurunan harga adalah jenis ikan tangkap non

musiman, sedangkan untuk ikan-ikan tangkapan

yang mengenal musim seperti tuna dan cakalang

cenderung mangalami inflasi.

Untuk komoditas beras, walaupun pada bulan

April tengah mengalami puncak panen, namun

harganya cenderung mengalami peningkatan.

Peningkatan harga beras terjadi karena faktor

base effect dimana pada bulan Maret telah

terjadi deflasi yang cukup dalam sebesar 4,99%.

Selain faktor ini, peningkatan harga pada April juga disebabkan oleh tingginya harga beras di level

petani, yang disebabkan oleh tingginya permintaan gabah dari luar pulau. Permintaan beras ini

umumnya untuk keperluan industi pengolahan gabah, dimana gabah yang beli di Bali, akan diolah lebih

lanjut menjadi beras dalam kemasan dan selanjutnya akan disalurkan kembali ke Bali. Hal ini juga

berimplikasi pada kemampuan BULOG dalam penyerapan beras dari masyarakat menjadi berkurang.

Grafik 2.5 Inflasi Bulanan Kota Denpasar (% m-t-m)

April 2011

(0.04)

(0.80)

0.76

0.02

0.45 0.11

(0.01)

0.02

-1.0

-0.8

-0.6

-0.4

-0.2

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

UMUM Bahan Makanan

Makanan Jadi Perumahan

Sandang Kesehatan

Pendidikan Transpor

% (m-t-m)

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Meskipun kelompok bahan makanan mengalami deflasi, namun kelompok makanan jadi,

minuman, rokok & tembakau mengalami inflasi yang cukup tinggi sebesar 0,76%. Tekanan inflasi

terjadi pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 3,28% yang khususnya pada

komoditas rokok kretek yang mengalami peningkatan hingga 11,31%. Peningkatan harga rokok ini

disebabkan oleh peningkatan cukai rokok rata-rata sebesar 5,9%, yang diberlakukan pada awal tahun.

Selain kelompok makanan jadi, inflasi April juga didorong oleh peningkatan indek harga pada kelompok

sandang yang mengalami inflasi sebesar 0,45%. Komoditas yang menjadi penyumbang utama

peningkatan inflasi pada kelompok ini adalah kaos oblong (12,36%), kemeja panjang katun (6,25%),

dan kemeja pendek katun (5,00%).

Pada bulan Mei, tekanan harga melambat hingga terjadi inflasi sebesar 0,02% (m-t-m).

Fenomena deflasi pada kelompok bahan makanan masih berlanjut hingga bulan Mei sebesar 0,98%,

41  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

dengan sumbangan deflasi sebesar 0,23%. Deflasi pada kelompok bumbu-bumbuan mencapai 10,34%

dengan sumbangan 0,33%. Komoditas yang menyumbang deflasi masih berasal dari cabai rawit dan

cabai merah masing-masing sebesar 13,22% dan 45,79% disebabkan oleh peningkatan produksi dan

impor cabai khususnya cabai merah besar. Sedangkan cabai rawit yang memiliki sumbangan terbesar

dalam pembentukan deflasi sebesar 0,29%, pada awal tahun mencapai harga puncaknya, fenomena ini

telah mendorong petani untuk melakukan budidaya cabai, dan pada bulan Mei terjadi panen raya untuk

komoditas ini. Demikian pula dengan komoditas bawang merah, walaupun rendah namun masih

terjadi deflasi 1,91%.

Komoditas lain yang turut mendorong deflasi pada kelompok bahan makanan adalah susu

bubuk (0,08%), susu fermentasi (9,83%) dan susu cair kemasan (3,43%). Demikian pula dengan harga

telur yang cenderung mengalami penuruanan walaupun rendah. Penurunan pada komoditas susu dan

telur ini menyebabkan deflasi pada sub kelompok susu, telur dan hasilnya sebesar 0,46%. Deflasi juga

terjadi pada sub kelompok buah-buahan sebesar 1,17%. Komoditas yang mengalami deflasi adalah

anggur (1,66%), apel (4,17%), jeruk (4,11%), dan pepaya (3,34%). Deflasi pada komoditas buah

tersebut lebih disebabkan karena adanya penyesuaian harga setelah harga komoditas tersebut melonjak

pada bulan sebelumnya akibat peningkatan permintaan sehubungan dengan perayaan hari besar

keagamaan umat Hindu, hari raya Saraswati dan Pagerwesi.

Pada sub kelompok ikan segar mengalami inflasi 2,01% meskipun sebagian besar komoditasnya

masih mangalami deflasi. Inflasi lebih disebabkan oleh peningkatan harga ikan tuna sebesar 12,50%

dan teri 13,02%, yang diperkirakan karena meningkatnya permintaan sementara jumlah tangkapan

cenderung menurun.

Inflasi juga terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar sebesar 0,55%

dengan sumbangan sebesar 0,15%. Inflasi terbesar pada kelompok ini terjadi pada sub kelompok

penyelenggaraan rumah tangga sebesar 1,06% dengan sumbangan 0,03%, sedangkan yang

Grafik 2.6 Inflasi Bulanan Kota Denpasar (% m-t-m)

Mei 2011

0.02

(0.97)

0.24

0.55 0.82

0.28

0.01 0.05

-1.2

-1.0

-0.8

-0.6

-0.4

-0.2

0.0

2

4

6

8

0

0.

0.

0.

0.

1.

UMUM Bahan Makanan

Makanan Jadi Perumahan

Sandang Kesehatan

Pendidikan Transpor

% (m-t-m)

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 2.7 Perkembangan Harga Beras

5000

7000

9000

11000

13000

15000

5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2009 2010 2011

IR 64 - Putri Sejati IR 64 - C4 Beras Bali

Rojolele (Premium)

Rp / kg

Sumber : Bank Indonesia

42  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

memberikan sumbangan terbesar adalah sub kelompok biaya tempat tinggal dengan laju inflasi 0,69%

dengan sumbangan 0,12%. Inflasi pada kelompok perumahan didorong oleh komoditas sewa rumah

rumah yang mengalami inflasi 1,23% dengan sumbangan 0,12%. Inflasi sewa rumah terjadi karena

penyesuaian tarif sewa rumah yang secara periodik dilakukan pada awal, tengah dan akhir tahun.

Grafik 2.8

Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan

0

Grafik 2.9 Inflasi Bulanan Kota Denpasar (% m-t-m)

Juni 2011

0.84

0.32

0.84

1.35

0.15

0.81

1.23

0.71

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

1.6UMUM Bahan MakananMakanan Jadi PerumahanSandang KesehatanPendidikan Transpor

% (m-t-m)

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Kelompok lain yang turut mendorong inflasi adalah kelompok sandang sebesar 0,82% dengan

sumbangan sebesar 0,03%. Inflasi pada kelompok ini didorong oleh peningkatan harga seragam

sekolah anak yang meningkat sebesar 17,82% dengan sumbangan sebesar 0,02%. Peningkatan

seragam sekolah dan beberapa komoditas perlengkapan sekolah mulai terjadi pada bulan Mei

menjelang berakhirnya tahun ajaran sekolah. Selain kelompok sandang, kelompok makanan jadi juga

turut memberikan sumbangan dalam pembentukan inflasi bulan Mei sebesar 0,04% dengan laju inflasi

sebesar 0,24%.

Inflasi pada Juni sebesar 0,84%, tercatat sebagai inflasi tertinggi pada triwulan II-2011.

Seiring dengan berlalunya puncak panen beras, kelompok bahan makanan juga mengalami inflasi yang

cukup besar pada level 0,32%, dengan sumbangan terhadap inflasi sebesar 0,08%. Namun demikian

inflasi tertinggi terjadi pada kelompok perumahan, sebesar 1,35% dengan sumbangan 0,38%, diikuti

dengan kelompok pendidikan sebesar 1,24% dengan sumbangan 0,08% dan kelompok makanan jadi

dengan inflasi 0,84% dengan sumbangan 0,14%.

Inflasi kelompok bahan makanan sebesar 0,32%, terutama didorong oleh inflasi pada sub

kelompok padi-padian yang mencapai 3,60%. Inflasi ini dipicu oleh peningkatan harga beras dari Mei

ke Juni yang rata-rata berkisar Rp 250,00 /kg untuk semua kualitas, yang mendorong inflasi beras

sebesar 3,84% dengan sumbangan terhadap inflasi sebesar 0,21%. Tingginya sumbangan inflasi beras,

dikarenakan bobot komoditas beras yang sangat tinggi dalam pembentukan inflasi di Kota Denpasar.

Peningkatan harga beras pada Juni diperkirakan terjadi karena berlalunya masa panen yang

menyababkan berkurangnya pasokan beras di pasaran dan cadangan beras dimasyarakat (rumah

20000

40000

0000

0000

5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2009 2010 2011

6

8Cabe Merah Keriting Cabe Rawit

Bawang Merah

Rp / kg

Sumber : Bank Indonesia

43  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

tangga). Selain inflasi pada sub kelompok padi-padian, inflasi juga terjadi pada sub kelompok kacang-

kacangan, buah-buahan, lemak dan minyak serta bahan makan lainnya.

Inflasi terbesar pada Juni terjadi pada kelompok perumahan, yang tercatat sebesar 1,35%

dengan sumbangan terhadap inflasi sebesar 0,38%. Inflasi pada kelompok ini dipicu oleh peningkatan

harga pada komoditas bahan bakar rumah tangga khususnya minyak tanah yang mengalami

peningkatan harga dari rata-rata Rp.9.500,00 / lt menjadi rata-rata Rp.10.000,00 /lt pada bulan Juni.

Peningkatan ini terjadi karena terbatasnya pasokan minyak tanah sehubungan dengan program

konversi, sementara sebagian masyarakat masih menggunakan minyak tanah tersebut. Selain minyak

tanah, tarif sewa dan kontrak rumah pada Juni juga mengalami peningkatan, masing-masing sebesar

0,90% dan 1,03% dengan sumbangan masing-masing sebesar 0,09% dan 0,05%. Peningkatan tarif

kedua komoditas tersebut pada bulan Juni dipengaruhi faktor musiman, dimana pelaku usaha

melakukan penyesuaian tarif pada pertengahan tahun khususnya pada saat pergantian tahun ajaran

pendidikan.

Komoditas lain yang ikut mendorong inflasi pada bulan Juni adalah sepeda motor yang

mengalami inflasi sebesar 4,21% dengan sumbangan sebesar 0,13%. Peningkatan pada sepeda motor

selain terjadi pada harga komoditas sepeda motornya juga terjadi pada biaya administrasi atau tarif

pajak kepemilikan sepeda motor tersebut.

2.3. DISAGREGASI INFLASI

Pada triwulan II-2011 inflasi pada komoditas volatile food cenderung melambat,

sementara pada komoditas administered price dan komoditas inti / core cenderung

mengalami peningkatan. Tekanan inflasi pada komoditas pangan secara tahunan melemah dari

17,16% pada triwulan I, menjadi 9,71% di akhir triwulan II. Pelemahan pada kelompok ini disebabkan

oleh penurunan harga pada sub kelompok buah-buahan dari 94,07% menjadi 19,68% dan sub

kelompok sayur-sayuran dari 10,49% menjadi 5,25%. Perubahan harga komoditas tersebut umumnya

terjadi pada triwulan II-2011. Sepanjang triwulan berjalan, kelompok ini mengalami deflasi sebesar

2,61% (q-t-q) dikarenakan peningkatan produksi komoditas bumbu-bumbuan khususnya cabai dan

bawang, serta komoditas sayur-sayuran. Deflasi ini terjadi selain karena peningkatan produksi pangan

juga disebabkan adanya upaya pengambil kebijakan untuk meredam laju harga beberapa komoditas

utama, beras, cabai, dan bawang melalui kebijakan impor.

Sementara tekanan inflasi pada kelompok komoditas administered price, yang pembentukan

harganya diatur oleh pemerintah cenderung mengalami peningkatan dari kisaran 5,33% (y-o-y) pada

triwulan I menjadi 7,61% (y-o-y), atau sebesar 2,42% (q-t-q). Tekanan inflasi terbesar pada kelompok

ini terjadi di bulan Juni sebesar 1,98% (m-t-m) yang disebabkan oleh peningkatan harga minyak tanah,

dan cukai rokok. Meskipun komoditas lain cenderung stabil, namun peningkatan pada bahan bakar

rumah tangga memiliki bobot yang besar sehingga memiliki pengaruh yang besar dalam inflasi

kelompok ini.

44  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

Inflasi inti pada triwulan II cenderung stabil walaupun secara tahunan inflasi inti mendapat

tekanan. Pada triwulan II-2011 inflasi inti mencapai 6,52% (y-o-y) meningkat dari triwulan sebelumnya

sebesar 5,55% (y-o-y). Tekanan inflasi inti terbesar terjadi pada bulan Juni sebesar 0,59% (m-t-m) yang

disebabkan oleh inflasi pada komoditas sewa dan kontrak rumah, komoditas sepeda motor dan

beberapa komoditas pada sub kelompok pendidikan. Sumbangan inflasi ketiga sub kelompok ini

mencapai 0,33%, sumbangan terbesar pada sub kelompok biaya tempat tinggal sebesar 0,14% di

bulan Juni 2011.

Grafik 2.10 Disagregasi Inflasi (% y-o-y)

Juni 2011

15

20

25 Inflasi IHK (yoy)Inflasi Core (yoy)Inflasi Volatile (yoy)Inflasi Adm Price (yoy)

% yoy

10

-5

0

5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2009 2010 2011

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 2.10 Disagregasi Inflasi (% m-t-m)

Juni 2011

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2009 2010 2011

Inflasi IHK (mtm)Inflasi Core (mtm)Inflasi Volatile (mtm)Inflasi Adm Price (mtm)

% mtm

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 2.12 Hasil Survei Perkembangan Kegiatan Usaha dan

Kapasitas Produksi Usaha Tanaman Pangan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

‐8

‐6

‐4

‐2

0

2

4

6

8

10

12

14

TW I

TW II

TW III

TW IV

TW I

TW II

TW III

TW IV

TW I

TW II

TW III

TW IV

TW I

TW II

TW III

TW IV

TW I

2007 2008 2009 2010 2011

(SB)

(SB)

Perkembangan kegiatan usaha pertanian

Kapasitas produksi sekrtor pertanian (Rhs)

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 2.13 Perkembangan Luas Panen dan Produksi Padi

200

250

300

350

400

30

35

40

45

50

55

60

Jan -Apr

Mei -Ags

Sep -Des

Jan -Apr

Mei -Ags

Sep -Des

Jan -Apr

Mei -Ags

Sep -Des

2009 2010 2011

Luas Panen Produksi - RHS

ribu ha ribu ton

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

45  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Grafik 2.14Perkembangan Rata-rata Curah Hujan Bulanan

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

Jan Feb Mar Apr Mei Jun  Jul Ags Sept Oct  Nov Des

(mm)

2009 2010 2011

Sumber : BMKG

46  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

Sampai dengan pertengahan tahun 2011, kinerja perbankan terus mengalami peningkatan.

Baik aset, pengerahan dana masyarakat maupun kredit mengalami peningkatan, seiring dengan

kegiatan perekonomian yang lebih cepat. Pertumbuhan yang tinggi pada pengerahan dana dan

ekspansi kredit menunjukkan bahwa pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan berjalan dengan baik.

Hal ini juga ditunjukkan dari tingkat LDR keseluruhan perbankan (bank umum dan BPR) di Bali yang

relative tinggi pada kisaran 68,58%

3.1. PERKEMBANGAN PERBANKAN 3.1.1. Kondisi Umum

Sampai dengan triwulan II-2011, aset bank umum di Bali mencapai Rp 47.111miliar atau

tumbuh sebesar 28,26% (y-o-y). Peningkatan pengerahan dana masyarakat (DPK) mencapai 43.239

rekening dan penambahan jumlah bank yang beroperasi di Bali menjadi pendorong peningkatan asset

bank umum tersebut. Penambahan kantor dan cabang baru meningkatkan aset perbankan melalui

peningkatan inflow dana antar kantor (antar kantor pasiva) yang cukup besar dari luar Bali, khususnya

untuk mendukung operasional perbankan. Penambahan jumlah bank yang beroperasi di Bali juga

mengindikasikan bahwa industri keuangan di Bali masih dipandang potensial oleh kalangan perbankan.

Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan jumlah rekening tabungan menyebabkan DPK tumbuh

sebesar Rp 6.692 miliar atau 19,89% (y-o-y), terutama terjadi karena peningkatan pada simpanan

dalam bentuk giro sebesar 24,10% (y-o-y). Selain itu, sumber pendanaan dalam bentuk tabungan juga

mengalami pertumbuhan sebesar 20,98% (y-o-y) dan simpanan dalam bentuk deposito tumbuh

15,82% (y-o-y). Tingginya pertumbuhan DPK diperkirakan dipicu oleh peningkatan DPK milik

perorangan, dan pemerintah daerah, sedangkan DPK milik perusahaan mengalami pelambatan. Hal ini

mengindikasikan bahwa pada triwulan II-2011 kegiatan perekonomian berada dalam tahap awal

ekspansi.

Tabel 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum Di Bali (dalam miliar Rp)

Bab 3 Kinerja Perbankan Daerah

Tr. III Tr. IV Tr. I Tr. II Tr. III Tr. IV Tr. I Tr. II34,203 35,415 36,098 36,759 39,897 43,706 44,517 47,111 31,364 32,247 32,299 33,649 35,735 37,848 38,536 40,340

Deposito 10,246 10,526 11,179 11,350 11,709 12,703 12,656 13,146 Giro 7,182 6,470 6,414 7,013 7,719 7,287 7,931 8,703 Tabungan 13,936 15,251 14,707 15,285 16,306 17,858 17,949 18,491

18,314 19,498 20,348 21,783 22,981 24,832 25,354 27,140 Modal Kerja 7,713 8,188 8,250 8,926 9,519 10,546 10,538 11,176 Investasi 2,806 3,101 3,468 3,778 4,005 4,414 4,463 4,968 Konsumsi 7,795 8,209 8,630 9,080 9,457 9,873 10,353 10,995

15,576 16,393 16,853 17,934 18,750 19,964 20,584 22,549 85.05% 84.07% 84.14% 83.86% 83.06% 81.81% 83.16% 83.09%

2011

AssetDana Pihak Ketiga

Kredit UMKM

2010

Kredit Umum

Pangsa kredit UMKM

INDIKATOR2009

47  

3.05% 2.70% 2.56% 2.48% 2.56% 1.95% 2.20% 2.17%LDR 58.39% 60.47% 61.55% 63.56% 63.17% 64.47% 64.24% 67.28%NPL (Gross)%

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Pembentukan aset perbankan di Bali, masih sangat didominasi oleh bank-bank pemerintah

(termasuk Bank Pembangunan Daerah) yang mencapai Rp 27.744 miliar atau 58,89% dari total aset

seluruh bank. Besarnya aset bank pemerintah didukung oleh besarnya dana pihak ketiga yang dapat

dihimpun sebesar Rp 23.522 miliar dengan share 58,31%. Demikian juga penyaluran kredit mencapai

Rp 18.210 miliar atau 67,10% dari total kredit perbankan. Sementara bank swasta nasional memiliki

jumlah kantor paling besar dengan konsentrasi di Denpasar dan Badung, memiliki share dalam

pembentukan aset sebesar 38,36% dengan nilai Rp 18.072 miliar. Sedangkan dana pihak ketiga

mencapai Rp 15.532 miliar atau 38,50%. Pada sisi penyaluran kredit, meskipun mampu tumbuh

signifikan, namun pangsanya masih relatif lebih kecil dibandingkan dengan kemampuan penghimpunan

dana, sebesar Rp 8.735 miliar atau sebesar 32,18% dari total kredit perbankan.

Grafik 3.1 Pertumbuhan Tahunan Aset, DPK dan Kredit

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

%

AssetDPK Kredit

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.2 Komposisi Kredit, DPK dan Aset Menurut

Kelompok Bank  

58.89 

58.31 

67.10 

38.36 

38.50 

32.18 

2.75 

3.19 

0.72 

‐ 10.00  20.00  30.00  40.00  50.00  60.00  70.00  80.00 

Aset

DPK

Kredit 

Bank Asing & Campuran Bank Swasta  Bank Persero & BPD

Sumber : Bank Indonesia

Dilihat dari jenis kegiatan usaha bank, dalam beberapa tahun terakhir bank syariah mulai

tumbuh di Bali, dengan penguasaan aset yang relatif kecil sebesar 1%. Sedangkan kemampuannya

menghimpun dana masyarakat baru mencapai Rp.330 miliar atau 1% dari total DPK bank, dan

penyaluran pembiayaan mencapai Rp 431 miliar atau 1,59%.

Grafik 3.3

Jaringan Kantor Bank Umum

0

100

200

300

400

500

600

Bank Cabang  KCP KK PP ATM

Bank Campuran

Bank Persero & BPD

Bank Swasta Nasional

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.4 Jumlah Nasabah Penyimpan dan Debitur

200 

400 

600 

800 

1,000 

1,200 

1,400 

1,600 

5,000 

10,000 

15,000 

20,000 

25,000 

Bank Campuran Bank Persero & BPD Bank Swasta

(ribu rekening)

(miliar Rp)

Nominal Jumlah Rekening (Rhs)

Sumber : Bank Indonesia

48  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

3.1.2. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi

Peningkatan kegiatan ekonomi pada triwulan II-2011, menyebabkan kebutuhan dana di sektor

riil meningkat, seiring hal tersebut, tingkat pendapatan faktor-faktor produksi juga mengalami

peningkatan. Hal ini menyebabkan tingginya pengerahan dana masyarakat khususnya yang bersumber

dari DPK perorangan yang diikuti dengan peningkatan ekspansi kredit khususnya kepada debitur

perusahaan. Ekspansi kredit pada triwulan II-2011 tercatat sebesar 24,59% (y-o-y) atau sebesar Rp

5.356 miliar. Sedangkan pertumbuhan dana mencapai 19,89% (y-o-y), pertumbuhan dana yang lebih

lambat dibanding ekspansi kredit menyebabkan LDR bank umum Bali pada triwulan II-2011 menjadi

lebih tinggi pada level 67,28% dibanding triwulan sebelumnya di level 65,79%.

Pembentukan LDR tertinggi terjadi pada kelompok bank pemerintah yang mencapai 77,42%,

diikuti oleh bank swasta nasional sebesar 56,24% dan bank asing sebesar 15,16%. Sementara itu tiga

bank lokal, yang berkantor pusat di Bali memiliki LDR sebesar 94,83%. Hal ini menunjukkan bahwa

bank pemerintah lebih ekspansif dalam penyaluran

kredit dibanding bank swasta, demikian pula

dengan bank yang berkantor pusat di Bali.

Beberapa hal yang mempengaruhi kondisi tersebut

antara lain, jaringan kantor bank pemerintah dan

bank lokal yang mencapai seluruh pelosok Bali,

fokus usaha bank pemerintah dan bank lokal

adalah penyaluran kredit, sementara fokus usaha

beberapa bank swasta adalah menghimpun dana

dengan penyaluran pada cabang lain, serta skim

kredit bank pemerintah dan bank lokal yang lebih

bervariasi.

Grafik 3.5 Perkembangan LDR Bank Umum

55.455.8 55.753.9

55.954.2

53.1

56.658.93

55.59

58.39

63.00 64.74 65.79

67.28

45

48

51

54

57

60

63

66

69

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011

%

Sumber : Bank Indonesia

3.1.2.1. Penghimpunan Dana

Peningkatan pendapatan faktor-faktor produksi seiring dengan peningkatan kegiatan dan aliran

dana yang masuk dalam perekonomian Bali, menyebabkan DPK mengalami peningkatan 19,89%

dibanding periode sebelumnya sebesar 19,31%. Sesuai dengan karakteristik pengendapan DPK, maka

DPK yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah dana dalam bentuk giro sebesar 24,10% diikuti

dengan tabungan sebesar 20,98% masing-masing mencapai Rp 1.690 miliar dan Rp 3.206 miliar.

Sementara itu simpanan berjangka, meskipun mampu tumbuh, namun pertumbuhannya tercatat paling

rendah sebesar 15,82% atau Rp 1.796 miliar, hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan menabung

dilakukan untuk jangka pendek karena perekonomian masih membutuhkan dana yang relatif mudah

diacairkan.

49  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Komposisi DPK dari waktu ke waktu belum menunjukkan adanya perubahan, sebagian besar

penempatan simpanan dilakukan dalam bentuk tabungan, sebesar 45,84%, nominal tabungan tercatat

sebesar Rp18.491 miliar. Rekening tabungan umumnya dimiliki oleh perorangan yang mencapai

Rp16.880 miliar atau 91,29% dari total simpanan dalam bentuk tabungan.

Sementara DPK dalam bentuk deposito sebesar Rp 13.146 miliar merupakan simpanan terbesar

kedua dengan andil 32,59%, tumbuh sebesar 15,82% (y-o-y), lebih tinggi dibanding triwulan

sebelumnya yang mencapai 13,22% (y-o-y). Peningkatan deposito umumnya terjadi pada perbankan

persero dan BPD yang tumbuh sebesar 19,30%. Peningkatan simpanan dalam bentuk deposito ini

terjadi pada deposito milik perseorangan yang mencapai Rp 9.440 miliar atau 71,81% dari total

deposito.

Simpanan dalam bentuk giro sebesar Rp 8.703 miliar atau 21,57% dari total DPK, menjadi salah

satu bentuk simpanan yang paling aktif digunakan dalam kegiatan perekonomian, hal ini diindikasikan

oleh pertumbuhannya yang tinggi sebesar 24,10%. Giro memiliki struktur kepemilikan rekening yang

lebih tersebar dibandingkan kedua jenis simpanan lainnya, yang mana giro lebih banyak dimiliki oleh

badan hukum atau perusahaan atau lembaga non keuangan (35,47%), diikuti oleh pemerintah daerah

(31,11%) dan perseorangan (27,50%). Peningkatan giro terbesar terjadi pada giro milik badan hukum

atau perusahaan atau lembaga non keuangan yang mencapai 27,43%. Peningkatan yang cukup besar

ini terjadi karena adanya peningkatan transaksi pembayaran dunia usaha yang menuntut adanya sistem

pembayaran yang cepat dan aman. Sementara peningkatan giro pemda terjadi seiring dengan

meningkatnya kebutuhan dana untuk membiayai proyek-proyek investasi yang mulai direalisasikan pada

triwulan II-2011.

3.1.2.2 Penyaluran Kredit

Grafik 3.6 Komposisi DPK Bank Umum

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.7Pertumbuhan DPK

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

-

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011

(milia

r Rp)

%

Nominal DPK (Rhs) Pertumbuhan DPK

  Sumber : Bank Indonesia

Pada triwulan II-2011, kredit tumbuh sebesar 24,59% (y-o-y) atau sedikit melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 24,61% (y-o-y). Meskipun secara tahunan mengalami

50  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

mengalami pelambatan namun secara triwulanan kredit mengalami peningkatan yang cukup tinggi

sebesar 7,04% (q-t-q) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 2,10% (q-t-q). Peningkatan

kredit pada triwulan berjalan tersebut diperkirakan karena peningkatan kegiatan perekonomian dan

konsumsi rumah tangga.

Secara nominal, kredit mencapai Rp 27.140

miliar dan mencapai 57,61% dari total aset,

meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 53,81%.

Ekspansi kredit pada triwulan II-2011 yang cukup

tinggi diperkirakan karena adanya kebutuhan dana

untuk kegiatan perdagangan dan akomodasi yang

cenderung meningkat, kegiatan usaha properti serta

kebutuhan pendidikan. Peningkatan ekspansi kredit

pada sektor-sektor tersebut diperkirakan karena

industri pariwisata sebagai pendorong utama

perekonomian sedang memasuki periode peak

season, sehingga sektor-sektor ekonomi turunannya

ikut tumbuh bersama peningkatan industri ini.

Jenis kredit yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah kredit jenis investasi sebesar 31,52%

(y-o-y), sebesar Rp 4.968 miliar. Peningkatan kredit investasi terutama didorong oleh peningkatan pada

sektor real estate dan usaha persewaan, sektor industri olahan serta sektor perdagangan eceran yang

tumbuh relatif stabil. Peningkatan kegiatan investasi diperkirakan sebagai akibat dari pertumbuhan

perekonomian yang membutuhkan tambahan infrastruktur. Sementara kredit jenis modal kerja tumbuh

sebesar 25,22% mencapai Rp 11.176 miliar, melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar

27,73%. Pelambatan ini diperkirakan terjadi karena

melemahnya permintaan kredit dari sektor

perdaganan besar dan eceran yang melambat dari

sebesar 42,10% menjadi 33,25%. Sementara kredit

jenis konsumsi, tercatat sedikit meningkat dari

sebesar 19,97% menjadi 21,09%, peningkatan ini

diperkirakan karena peningkatan konsumsi

masyarakat seiring dengan perayaan hari

keagamaan dan pergantian tahun ajaran sekolah.

Selain untuk kebutuhan tersebut kredit konsumsi

juga didorong oleh pembelian kendaraan

khususnya kendaraan roda dua.

Grafik 3.8 Pertumbuhan Kredit Perbankan

-

5

10

15

20

25

30

35

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011

(%)

(Mili

ar ru

piah

)

Kredit Pertumbuhan kredit (Rhs)

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.9 Komposisi Kredit

Modal kerja 

41.18%

Investasi18.31%

Konsumsi 40.51%

 Sumber : Bank Indonesia

51  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Tabel 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Sektor

(dalam miliar Rp)

2010 2011 Kategori

Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr I Tr II

Perdagangan 4,861 5,296 6,434 6,784 6,869 7,180

Penyedia akomodasi dan makan minum 1,659 1,849 1,968 2,233 1,844 2,014

Real estate, sewa dan Konstruksi 1,346 1,129 1,130 1,338 1,721 1,237

Pertanian dan perikanan 433 467 546 512 519 593

Industri olahan 665 668 764 850 850 900

Bukan Lapangan Usaha 8,630 9,080 9,457 9,873 10,353 10,995

Lainnya 2,745 3,287 2,566 3,037 3,198 4,221

Secara sektoral, kredit produktif didominasi oleh

kredit untuk kegiatan perdagangan yang

mencapai Rp 7.180 miliar dengan andil sebesar

26,46%, diikuti kegiatan peyediaan akomodasi

dan makan minum sebesar Rp 2.014 miliar

dangan andil 7,42%. Kredit yang disalurkan

untuk sektor perdagangan umumnya disalurkan

untuk kredit perdagangan eceran yang

mencapai Rp 5.183 miliar dengan andil 72,18%

dari total kredit perdangan dan 19,10% dari

total kredit. Sedangkan andil kredit untuk

kegitan yang diklasifikasikan bukan lapangan

usaha atau konsumsi mencapai Rp 10,995 miliar atau sebesar 40,51%. Kredit bukan lapangan usaha

umumnya disalurkan untuk kredit kepemilikan rumah yang mencapai Rp 5.756 miliar atau sebesar

21,21% dari total kredit, atau sebesar 52,35% dari kredit bukan lapangan usaha.

Grafik 3.10 Kredit Berdasar Sektor

26.46%

7.42%

4.56%

2.19%3.32%

40.51%

15.55%

Perdagangan 

Penyedia akomodasi dan makan minum 

Real estate, sewa dan Konstruksi 

Pertanian dan perikanan

Industri olahan 

Bukan Lapangan Usaha

Lainnya 

 Sumber : Bank Indonesia

Sementara kredit untuk pertanian, peternakan dan perikanan hanya sebesar Rp 593 miliar atau

2,19%. Kegiatan unit usaha budidaya sapi potong, budidaya babi dan unggas, merupakan jenis usaha

yang mendapatkan kredit paling besar dari perbankan, sedangkan unit pada sektor perikanan adalah

unit pangkapan ikan tuna. Konsentrasi kredit kepada kedua unit usaha tersebut disesuaikan dengan

karakteristik pertanian dan perikanan serta tingkat risiko sektor pertanian di Bali. Berbagai upaya telah

dilakukan untuk meningkatkan ekspansi kredit perbankan ke sektor pertanian, namun demikian belum

memberikan hasil seperti yang diharapkan.

3.1.2.3 Non Performing Loan (NPL)

52  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

Seiring dengan meningkatnya ekspansi kredit, jumlah kredit yang dikategorikan dalam non

performing loan, mengalami peningkatan meskipun sangat kecil. NPL pada triwulan II-2011 tercatat

sebesar Rp 588 miliar, dengan rasio 2,17% sedikit lebih tinggi dibanding dengan periode sebelumnya

sebesar Rp 543 miliar dengan rasio 2,16%. Peningkatan rasio diperkirakan terjadi pada sektor

perdagangan, terkait dengan meningkatnya kebutuhan dana untuk sektor ini.

Secara nominal, sektor ekonomi yang paling besar menyumbang NPL adalah kredit sektor

perdagangan besar dan eceran sebesar Rp 159 milyar dengan rasio sebesar 2,21%, diikuti dengan

sektor penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar Rp 97 miliar dengan rasio sebesar 4,82%.

Sementara nominal NPL kredit sektor lain-lain sebesar Rp 90 miliar dengan rasio sebesar 0,81%. Sektor

dengan NPL tertinggi dimiliki oleh kredit sektor konstruksi dengan rasio sebesar 13,50%, diikuti sektor

jasa pendidikan dan jasa kesehatan dengan rasio masing-masing sebesar 7,67% dan 6,37%.

Kredit untuk sektor pertanian yang penyalurannya relatif rendah 1,56% dari total kredit

memiliki rasio NPL 2,76%. Dua sektor utama lainnya yaitu sektor industri pengolahan dan sektor real

estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan masing-masing memiliki rasio NPL sebesar 11,16% dan

4,07%. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyaluran kredit sektor lain-lain relatif lebih aman

dibandingkan sektor produktif lainnya terutama PHR, yang dikarenakan kredit sektor lain-lain sebagian

besar adalah kredit jenis konsumsi yang sebagian besar krediturnya adalah pegawai (baik negeri

maupun swasta) sehingga tingkat kolektibilitas sangat baik karena pembayaran atau pelunasan

dilakukan dengan pemotongan gaji secara langsung. Selain golongan debitur yang relatif sangat aman,

kredit konsumtif yang sebagian besar dialokasikan untuk kepemilikan rumah/tempat tinggal dan

kendaraan bermotor umumnya telah direncanakan skema pembayarannya oleh debitur, sehingga

kelancaran pembayarannya relatif cukup terjaga.

3.2. PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH

Perbankan syariah di Provinsi Bali menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi, sampai

dengan triwulan II-2011 telah tercatat 5 bank syariah yang beroperasi di Bali. Peningkatan jumlah bank

berdampak pada peningkatan kemampuan untuk melakukan kegiatan intermediasi. Asset bank syariah

tercatat sebesar Rp 454 miliar atau tumbuh sebesar 127,21% (y-o-y), pertumbuhan yang sangat tinggi

ini disebabkan oleh bertambahnya bank syariah baru pada satu tahun terakhir. Selain hal tersebut,

pertumbuhan ini juga disebabkan oleh semakin meningkatnya minat masyarakat terhadap jasa-jasa

perbanan syariah yang dianggap lebih menguntungkan oleh sebagian kalangan masyarakat.

53  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Pertumbuhan asset terutama didorong

oleh peningkatan kemampuan bank dalam

menghimpun DPK yang tumbuh sebesar

101,88% mencapai Rp 330 miliar. Pertumbuhan

dana terbesar terjadi pada giro sebesar 403,31%

mencapai Rp 56 miliar. Namun demikian

konsentrasi terbesar DPK terdapat pada

simpanan dalam bentuk deposito sejumlah Rp

146 miliar atau 44,09% dari total DPK, dengan

pertumbuhan sebesar 85,35%. Sedangkan

tabungan tercatat sebesar Rp 115 miliar dengan

pangsa sebesar 34,71% dari total kredit dan

tercatat tumbuh sebesar 61,16%.

Grafik 3.11 Aset Perbankan Syariah

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2010 2011

(%)

(miliar Rp)

Aset

Share (Rhs)

 Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.12. Grafik 3.13.

Komposisi Pembiayaan Bank Syariah Komposisi DPK Bank Syariah

Giro21.21%

Tabungan34.71%

Deposito44.09%

industri olahan1.55%

perdagangan6.56%

real estate0.56%

pendidikan 1.27%

kesehatan0.11%

jasa masyarakat38.21%

bukan lapangan usaha51.75%

   Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Pembiayaan perbankan syariah di provinsi Bali menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada

triwulan II-2011 pembiayaan mencapai Rp 260 miliar atau tumbuh sebesar 152,08%, sehingga

financing to deposit ratio (FDR) bank syariah mencapai 130,59%. Ekspansi pembiayaan bank syariah

lebih difokuskan pada jenis konsumsi yang mencapai Rp 223 miliar atau 51,75% dari total pembiayaan

diikuti dengan jenis modal kerja sebesar Rp 201 miliar atau 46,85%. Sementara untuk kegiatan

investasi alokasi pembiayaan syariah masih sangat terbatas sebesar Rp 6 miliar dengan andil 1,40% dari

total pembiayaan. Berbeda dengan pola ekspansi kredit pada bank umum, konsentrasi pembiayaan

bank syariah lebih terkonsentrasi pada sektor jasa kemasyarakatan, sosial, budaya, hiburan dan

perorangan lainnya yang mencapai Rp 165 miliar dengan andil 38,21%. Sementara sektor perdagangan

yang memiliki porsi kredit terbesar di bank umum, hanya mendapatkan fasilitas sebesar Rp 28 miliar

dengan pangsa 6,56%.

54  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

3.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Kinerja BPR pada triwulan II-2011 mengalami peningkatan yang signifikan, aset BPR tercatat

tumbuh sebesar 33,52% (y-o-y) meningkat dibanding periode sebelumnya yang tumbuh sebesar

31,58%. Seluruh indikator kinerja perbankan menunjukkan terjadinya peningkatan, selain aset, DPK

dan kredit masing-masing tumbuh sebesar 32,63% (y-o-y) dan 31,50% (y-o-y). Pertumbuhan aset

perbankan pada triwulan II-2011 sangat dipengaruhi oleh meningkatnya DPK yang mampu dihimpun

oleh BPR, hal ini mengindikasikan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap BPR tetap terjaga.

Peningkatan pada sisi DPK memungkinkan BPR untuk meningkatkan ekspansi kreditnya, sehingga pada

triwulan I–2011 loan to deposit ratio mencapai 82,94%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya

sebesar 76,98%.

Tabel 3.3. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Di Bali

(dalam miliar Rp)

Tr. III Tr. IV Tr. I Tr. II Tr. III Tr. IV Tr. I Tr. II

1. T

otal Aset 2,489 2,690 2,826 2,963 3,142 3,431 3,718 3,956 . Dana Pihak Ketiga 1,667 1,810 1,952 2,013 2,133 2,331 2,559 2,670

a. Tabungan 583 634 660 671 698 743 799 805 b. Deposito 1,084 1,177 1,292 1,342 1,435 1,588 1,759 1,865

redit 2,022 2,113 2,231 2,359 2,487 2,666 2,862 3,103 4. LDR (%) 83.97 81.95 82.22 83.42 83.36 81.07 80.74 82.94

PLs gross (%) 6.99 5.97 6.47 3.94 4.22 3.67 4.43 3.66

2009INDIKATOR

20112010

2

3. K

5. N

Sumber : Bank Indonesia

Peningkatan ekspansi kredit dan

penghimpunan dana menunjukkan terjadinya

peningkatan pelaksanaan fungsi intermediasi BPR.

DPK BPR yang berbentuk dari deposito dan

tabungan tumbuh sebesar Rp 657 miliar. Dari

jenisnya, DPK umumnya didominasi oleh simpanan

dalam bentuk deposito yang mencapai Rp 1.865

miliar dengan andil 69,85%. Deposito tercatat

tumbuh sebesar 37,97%, jauh lebih tinggi

dibanding dengan pertumbuhan tabungan yang

hanya mencapai 19,96% pada periode yang sama,

hal ini diindikasikan didorong oleh tingginya suku bunga deposito yang ditawarkan oleh BPR. BPR

sebagai lembaga keuangan skala kecil, dengan infrastruktur dan jasa yang terbatas, menggunakan

instrument suku bunga deposito sebagai daya tarik utama untuk menarik minat deposan. Hal ini

berpotensi menyebabkan BPR tidak beroperasi secara efisien dan memicu suku bunga kredit.

Grafik 3.14 Pertumbuhan Aset, Kredit dan LDR  

72%

74%

76%

78%

80%

82%

84%

86%

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011

(LDR)

(miliar Rp)

ASET

KREDIT

LDR (aksis kanan)

 Sumber : Bank Indonesia

55  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Sementara kredit tumbuh sebesar Rp

743 miliar atau sebesar 31,50% dibandingkan

posisi yang sama tahun sebelumnya dan

tercatat mengalami peningkatan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 28,25% (y-o-y). Dilihat dari komposisi

kredit terhadap aset BPR, komposisi kredit

terhadap aset mengalami peningkatan dari

76,98% pada triwulan I-2011 menjadi 78,43%

pada triwulan II-2011. Tingginya komposisi

kredit dibandingkan aset mengindikasikan

bahwa aktiva produktif BPR dikonsentrasikan

melalui penyaluran kredit.

Grafik 3.15 Komposisi Kredit terhadap Aset dan

Pertumbuhan Kredit  

0

5

10

15

20

25

30

35

40

70

72

74

76

78

80

82

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011

(%)

(%)

komposisi Kredit 

Pertumbuhan Kredit (Rhs)

Penyebaran kredit yang disalurkan oleh BPR dapat dikatakan tidak merata, konsentrasi

penyaluran kredit dilakukan untuk sektor perdagangan yang mencapai Rp 1.197 miliar atau 38,57%

dari total kredit. Fokus kredit lainnya adalah kredit konsumsi dan kredit kepada sektor yang belum jelas

batasannya masing-masing sebesar Rp 1.215 miliar atau 39,15% dan Rp 372 miliar atau 11,99%.

Sementara penyaluran kredit untuk sektor lainnya relatif cukup rendah dengan rata-rata andil untuk 15

sektor lainnya tidak lebih dari 1%. Konsentrasi kredit pada jenis konsumsi dan sector perdagangan

berpotensi menimbulkan risiko kredit yang cukup besar, mengingat kredit konsumsi BPR umumnya

bukan merupakan kredit dengan pola pelunasan yang terjamin seperti pola pemotongan gaji bagi kredit

konsumsi yang terdapat di bank umum.

Meskipun kredit mengalami pertumbuhan yang tinggi, namun kualitas kredit dapat dijaga oleh

bank, hal ini diindikasikan dari penurunan rasio NPL dari 4,43% pada triwulan I-2011 menjadi 3,66%

pada triwulan II-2011. Penurunan rasio NPL ditengah ekspansi yang tinggi menunjukkan BPR dapat

semakin selektif dan berhati-hati dalam alokasi aktiva produktifnya. Selain itu hal ini juga menujukkan

fungsi monitoring kredit yang berjalan dengan baik sehingga kredit non perform dapat ditekan dan

dikurangi.

56  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

Boks C.

Faktor Penentu Pilihan Masyarakat akan Layanan Lembaga Keuangan di Bali

Peran lembaga keuangan pada peningkatan kegiatan ekonomi adalah menjadi penghubung

(intermediaries) bagi pemilik dana kepada pengguna dana. Peran lembaga keuangan yang kuat akan

mengoptimalkan injeksi dana kepada sektor usaha sehingga mendorong pertumbuhan output ekonomi.

Peningkatan peran lembaga keuangan salah satunya dapat dicapai dengan pemberian akses yang lebih luas

kepada masyarakat melalui pelayanan jasa keuangan, baik dari sisi pengumpulan dana maupun pembiayaan.

Namun demikian upaya menjangkau masyarakat tentunya harus memperhatikan karakteristik sosial, ekonomi

dan budaya untuk mewujudkan efektifitas layanan lembaga keuangan yang sesuai bagi suatu daerah.

Masyarakat Bali sudah dikenal dengan warna budaya yang kuat. Ketaatan akan pelestarian tradisi

yang kuat menyebabkan masyarakat Bali sangat unik dan memiliki corak sosial ekonomi yang berbeda

dengan masyarakat lainnya di Indonesia. Bagi lembaga keuangan di Bali, selain menarik untuk dipelajari lebih

lanjut, keunikan ini juga menuntut strategi pendekatan yang berbeda bagi upaya perluasan usaha.

Untuk melihat pola masyarakat terhadap pilihan lembaga keuangan, Bank Indonesia Denpasar

melakukan survey mengenai layanan jasa keuangan yang dibutuhkan dengan mengkhususkan pada layanan

simpanan (investasi) dan pinjaman. Survei dilakukan pada penduduk di sekitar banjar yang aktif dalam

kegiatan banjar, dengan jumlah responden yang dikumpulkan sebanyak 141 responden yang tersebar di 60

banjar di Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Pilihan lokasi survey didasarkan pada

kegiatan ekonomi yang relatif besar pada ketiga wilayah tersebut.

Hasil survey menunjukkan bahwa sebagian

besar responden atau 82,26% dari total responden

memanfaatkan lembaga keuangan sebagai tempat

menabung. Lembaga keuangan sebagai sumber

pinjaman dana dinyatakan oleh 41,48% responden,

sementara untuk transaksi maupun investasi hanya

dinyatakan oleh 26,95% dan 20,57% responden.

Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan jasa

lembaga keuangan masih terbatas pada sarana

simpan pinjam.

Penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa bank komersial tetap menjadi pilihan utama

responden dalam memanfaatkan jasa lembaga keuangan. Penurunan proporsi pemanfaatan layanan bank

komersial adalah pada layanan pinjaman dana, yaitu hanya dinyatakan oleh 41,13% responden

dibandingkan dengan layanan penyimpanan dan investasi yang dinyatakan oleh 64,54% dan 67,38%

responden. Alternatif kedua selain bank komersial adalah layanan koperasi dan Lembaga Pekreditan Desa

(LPD). Sementara penggunaan layanan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih dibawah ketiga lembaga

tersebut. Rendahnya penggunaan layanan BPR disebabkan oleh karakteristik responden yang berada di

Grafik 1. Jasa Lembaga Keuangan yang Dimanfaatkan

0

20

40

60

80

100

120

Menabung Pinjam Transaksi Investasi Lainnya

resp

on

den

Sumber : Survey Bank Indonesia Denpasar, diolah

57  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

banjar-banjar dengan tradisi budaya yang kuat. Khusus untuk layanan investasi, hasil survey menunjukkan

perayanan yang relatif meningkat dari institusi Asuransi. Pengetahuan masyarakat yang tinggi akan alternatif

investasi pada berbagai lembaga keuangan banyak dimanfaatkan oleh lembaga asuransi.

Tabel 1. Proporsi Responden yang Memanfaatkan Layanan Lembaga Keuangan (dalam %)

Bank

Syariah

Pasar

Modal

  Bank Umum BPR LPD Koperasi Asuransi lainnya

64.54 0.00 6.38 15.60 18.44 0.71 7.09 0.71 Penyimpanan

67.38 0.71 10.64 24.82 39.72 2.13 17.02 3.55 Investasi

41.13 0.71 7.09 24.11 Pinjaman 31.21 0.71 1.42 3.55

Sumber : Survey Bank Indonesia Denpasar, diolah

Analisis mengenai faktor utama penentu pilihan akan lembaga keuangan menunjukkan bahwa

kemudahan transaksi merupakan penentu utama pilihan responden. Hasil ini merupakan indikasi awal

kebutuhan masyarakat akan transaksi yang mudah dan cepat serta terpercaya. Khusus untuk transaksi

pinjaman, transaksi tanpa agunan merupakan pilihan utama responden. Kesulitan masyarakat akan

kecukupan agunan kemungkinan masih banyak terjadi di masyarakat. Terobosan-terobosan untuk mengatasi

permasalahan ini seperti pembentukan lembaga penjaminan kredit dapat menjadi alternatif penyaluran

pinjaman yang lebih ekspansif kepada masyarakat. Faktor aksesibilitas fisik seperti kedekatan, kelancaran lalu

lintas dan ketersediaan parkir belum merupakan faktor yang dianggap penting oleh responden. Demikian

pula untuk faktor yang terkait sosial budaya seperti kepemilikan lembaga keuangan oleh banjar juga bukan

merupakan faktor yang menentukan.

Hasil survei menunjukkan bahwa potensi

penggunaan layanan lembaga keuangan yang tidak

terbatas pada aktivitas simpan pinjam cukup besar.

Pendidikan keuangan kepada masyarakat dapat lebih

ditingkatkan agar pemanfaatan jasa layanan keuangan

menjadi lebih luas. Lembaga keuangan juga dapat

berinovasi dengan cara menyediakan produk-produk

yang mudah dipahami dan mudah diakses masyarakat

untuk penetrasi pasar yang lebih luas. Perluasan

layanan lembaga keuangan akan mendorong inklusi

keuangan (financial inclusion) sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan perekonomian.

Tabel 2. Faktor Penentu Pilihan Lembaga Keuangan

Faktor Ranking Rata-rata

Kepentingan

Kemudahan Transaksi 1 5.3072

Keuntungan 2 5.1164

Aksesibilitas Fisik 3 4.9951

Sosial Budaya 4 4.0150

Sumber : Survey Bank Indonesia Denpasar, diolah

58  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran

Transaksi pembayaran tunai di Provinsi Bali pada triwulan II-2011 mengalami net outflow, yang

mengindikasikan kebutuhan uang tunai untuk transaksi di masyarakat mulai meningkat menjelang

pertengahan tahun yang terjadi seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian yang dilakukan di

triwulan II-2011. Sementara itu transaksi non tunai menggunakan kliring mengalami penurunan, yang

mengindikasikan transaksi berjumlah besar mulai dilakukan karena mulai direalisasikannya proyek-

proyek pemerintah dan swasta, sehingga transaksi lebih banyak menggunakan RTGS.

4.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI

4.1.1 Perkembangan Aliran Masuk/Keluar dan Kegiatan Penukaran

Aliran uang kartal antara Bank Indonesia dengan perbankan di wilayah Bali di triwulan

II-2011 mengalami net outflow. Kondisi tersebut terjadi karena aliran uang keluar (outflow) dari Bank

Indonesia ke masyarakat lebih tinggi dibandingkan aliran uang masuk (inflow) ke Bank Indonesia. Hal ini

mengingikasikan bahwa kebutuhan uang tunai untuk transaksi mulai meningkat, yang terjadi seiring

dengan mulai meningkatnya aktivitas perekonomian yang dilakukan oleh masyarakat di triwulan II-

2011.

Dari masing-masing jenis transaksi yang dilakukan, transaksi masuk ke Bank Indonesia (inflow)

mengalami penurunan di triwulan II-2011, dengan nominal inflow tercatat sebesar Rp 1.299 miliar.

Transaksi tersebut mengalami penurunan 7,01% dibanding transaksi triwulan II-2011 yang tercatat

sebesar Rp 1.397 miliar. Sementara itu aliran uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) yang

diakibatkan oleh penarikan bank-bank umum tercatat sebesar Rp 2.166 miliar, meningkat 94,98% dari

transaksi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 1.111 miliar. Penurunan transaksi inflow yang

disertai peningkatan outflow mengakibatkan terjadinya net inflow pada triwulan II-2011 sebesar Rp 868

miliar. Hal ini mengindikasikan transaksi menggunakan uang kartal mulai banyak dilakukan di

pertengahan tahun. Banyaknya liburan keagamaan serta musim libur sekolah diperkirakan turut

mempengaruhi meningkatnya kebutuhan uang kartal oleh masyarakat, sehingga outflow yang terjadi di

triwulan II-2011 relatif besar.

Tabel 4.1. Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali (Miliar Rp)

Sumber : Bank Indonesia Denpasar

I II III IV I II III IV I II Inflow 980 323 251 659 972 584 909 744 1,397 1,299 Outflow 471 529 1,221 1,067 535 1,023 1,815 1,631 1,111 2,166 Net flow 508 437 286 Penukaran 41 68 120 73 73 72 94 84 84 92

g Palsu (dalam lembar) 622 669 469 450 606 537 875 904 1,017 881

INDIKATOR2009 2010 2011

(206) (970) (408) (440) (906) (888) (868)

Uan

59  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Berdasarkan denominasinya, masyarakat Bali pada umumnya menggunakan uang kertas dalam

transaksi tunai yang dilakukan. Hal tersebut diindikasikan dari dominasi uang kertas baik berupa inflow

maupun outflow yang rata-ratanya mencapai 99,75%. Untuk transaksi tunai menggunakan uang

kertas, transaksi inflow didominasi oleh pecahan Rp 100.000,- dengan nominal mencapai Rp 725,04

miliar atau 55,84% dari keseluruhan inflow uang kertas, diikuti pecahan Rp 50.000,- dengan nominal

mencapai Rp 488,12 miliar atau 37,59% dari keseluruhan transaksi inflow uang kertas. Sementara itu

transaksi outflow juga didominasi oleh kedua pecahan tersebut dengan nomial transaksi masing-masing

sebesar Rp 1.230,18 miliar (56,96%) dan Rp 803,21 miliar (37,19%). Peningkatan outflow yang cukup

tinggi di triwulan II-2011 mengakibatkan kenaikan transaksi outflow hampir di seluruh pecahan mata

uang kertas, terutama pada mata uang pecahan besar yakni Rp 100.000,- dan Rp 50.000,- yang

mengalami peningkatan nominal sangat signifikan di triwulan II-2011 (masing-masing meningkat

99,09% dan 114,54% (q-t-q)).

Sementara itu untuk uang logam, transaksi inflow didominasi oleh uang pecahan Rp 500,-

dengan nominal mencapai Rp 309,0 juta (92,40% dari keseluruhan transaksi inflow uang logam).

Sementara itu transaksi outflow didominasi oleh pecahan Rp 1.000,- dengan nominal mencapai Rp 3,92

miliar (57,92% dari keseluruhan transaksi outflow uang logam), diikuti pecahan Rp 500,- dengan

nominal mencapai Rp 1,62 miliar (24,38% dari keseluruhan transaksi outflow uang logam).

Selain dari inflow dan outflow, kebutuhan uang kartal di Provinsi Bali juga tercermin dari

besarnya kegiatan penukaran yang dilakukan. Kegiatan penukaran uang pecahan kecil yang sudah

dicabut dilakukan dengan membuka loket penukaran di Kantor Bank Indonesia Denpasar, serta dengan

menggunakan sarana kas keliling untuk menjangkau penukaran uang di daerah yang relatif jauh dari

Kantor Bank Indonesia atau di pusat-pusat transaksi di suatu daerah.

Frekuensi kas keliling yang dilakukan oleh Bank Indonesia Denpasar pada triwulan II-2011

sebanyak 13 kali, dengan nominal transaksi sebesar Rp 6,54 miliar. Sementara itu total kegiatan

penukaran yang dilakukan pada triwulan II-2011 mencapai Rp 92,03 miliar dengan rata-rata penukaran

Grafik 4.1. Perkembangan Uang Kartal di Bali

(1,500)

(1,000)

(500)

-

500

1,000

1,500

2,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011

Grafik 4.2. Perkembangan Kegiatan Kas Keliling

-

5

10

15

20

25

30

35

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011

Nominal Frekuensi Miliar Rp Frekuensi

Sumber : Bank Indonesia Denpasar

Inflow Outflow Net flow

Mil

iar

Rp

Sumber : Bank Indonesia Denpasar

60  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

sebesar Rp 1,51 miliar per hari. Nominal penukaran tersebut meningkat 9,23% dibandingkan triwulan

sebelumnya.

4.1.2 Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Selain melakukan pengedaran uang,

Bank Indonesia juga melakukan kebijakan

clean money policy untuk menjaga dan

mempertahankan uang yang beredar dalam

keadaan layak edar. Bank Indonesia melakukan

pemberian tanda tidak berharga (PTTB) pada uang

yang telah dicabut dan tidak layak edar. Pada

triwulan II-2011, jumlah uang yang dimusnahkan

meningkat 23,80% dibanding transaksi triwulan

sebelumnya. Tingginya transaksi menjelang

pertengahan tahun diperkirakan berdampak pada

meningkatnya jumlah uang tidak layak edar pada

triwulan II-2011.

4.1.3 Uang Palsu

Penemuan uang palsu di wilayah kerja KBI Denpasar mengalami penurunan

dibandingkan periode sebelumnya. Uang palsu yang ditemukan sepanjang triwulan II-2011 tercatat

sebanyak 881 lembar, menurun 13,37% dibanding triwulan sebelumnya yang ditemukan sebanyak

1.017 lembar. Untuk meminimalisir peredaran uang palsu di Bali, KBI Denpasar terus berupaya

memberikan sosialisasi cirri-ciri keaslian nilai rupiah kepada masyarakat.

Grafik 4.3. Perkembangan Kegiatan PTTB

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011

Inflow PTTBMiliar Rp Frekuensi

Sumber : Bank Indonesia Denpasar

4.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI

Semakin berkembangnya perekonomian domestik turut mendorong peningkatan kebutuhan

terhadap transaksi non tunai, sehingga membutuhkan dorongan kebijakan yang ditempuh oleh Bank

Indonesia terkait pembayaran non tunai, yang diarahkan pada terciptanya sistem pembayaran yang

efektif, efisien, aman dan handal. Untuk itu Bank Indonesia secara terus menerus melakukan

penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem pembayaran non tunai, baik melalui kliring

maupun Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (RTGS), antara lain melalui kebijakan untuk

mengurangi risiko pembayaran dan peningkatan kualitas, serta kapasitas pelayanan sistem pembayaran.

61  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

4.2.1 Kliring Lokal

Perkembangan transaksi non tunai menggunakan kliring mengalami penurunan

sepanjang triwulan II-2011. Transaksi kliring pada triwulan II-2011 sebanyak 439 ribu lembar dengan

nilai transaksi Rp 7.922 miliar, dan jumlah transaksi yang dilakukan tersebut menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya. Dari sisi volume transaksi menurun 10,26% (q-t-q) dari transaksi triwulan

sebelumnya yang mencapai 489 ribu lembar, sementara dari sisi nominal menurun 9,63% (q-t-q)

dengan nilai transaksi Rp 8.766 miliar. Secara triwulan hal tersebut mengindikasikan nominal transaksi

masyarakat melalui kliring relative menurun di pertengahan tahun, dan diperkirakan transaksi dengan

jumlah besar mulai banyak dilakukan seiring maraknya realisasi proyek swasta dan pemerintah,

sehingga transaksi diperkirakan lebih banyak menggunakan RTGS.

Tabel 4.2. Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong (Miliar Rp)

I II III IV I II III IV I II

PERPUTARAN KLIRING

Lemb

Sumber : Bank Indonesia Denpasar

ar (Ribuan Lembar) 342 433 449 441 446 435 458 450 489 439

Nominal Kliring 4,959 6,291 6,775 7,137 7,046 7,147 7,817 8,347 8,766 7,922

Rata-rata lembar per hari (Satuan) 5,805 6,982 7,477 7,117 7,435 7,371 6,365 7,384 8,020 7,198

Rata-rata nominal per hari 84 101.36 113 115 117 121.13 109 137 144 130

TOLAKAN CEK/BG KOSONG 1.66

Lembar (Satuan) 7,344 7,048 7,455 7,284 7,019 7,540 7,168 7,484 8,125 7,280

inal Cek/ BG kosong 227 173 188 193 198 173 175 341 197 183

Rata-rata lembar per hari (Satuan) 41 71.22 124 117 117 127.80 100 123 133 119

Rata-rata nominal per hari 1.28 1.80 3.13 3.12 3.31 2.94 2.43 5.59 3.22 3.00

20102009 2011KETERANGAN

-

-

Nom

-

-

Sementara itu penolakan cek/bilyet giro kosong pada triwulan II-2011 sebanyak 7.280 lembar

dengan nominal penolakan sebesar Rp 183 miliar. Lembar penolakan sepanjang triwulan II-2011

menurun 10,40% dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 8.125 lembar. Nominal penolakan

kliring juga menurun sebesar 7,04% (q-t-q) dibandingkan nominal penolakan triwulan sebelumnya yang

mencapai Rp 197 miliar. Secara umum nominal penolakan kliring tersebut mencapai 2,31% dari

keseluruhan transaksi kliring yang dilakukan di triwulan II-2011, dengan jumlah lembar yang ditolak

sebesar 1,66% dibandingkan keseluruhan lembar kliring yang ditransaksikan. Menurunnya tolakan di

triwulan II-2011 terjadi seiring dengan penurunan transaksi kliring yang dilakukan. Relatif rendahnya

angka tolakan tersebut mengindikasikan bahwa system pembayaran yang diselenggarakan dapat

dikatakan handal.

62  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

4.2.2 Real Time Gross Settlement (RTGS)

Grafik 4.5. Perkembangan Tolakan Cek/BG Kosong

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

0

50

100

150

200

250

300

350

400

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011

Nominal Cek/ BG kosong Lembar (Satuan)

Miliar Rp Lembar (dlm satuan)

Sumber : Bank Indonesia Denpasar

Grafik 4.4. Perkembangan Kliring

200

300

400

500

600

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011

Nominal Kliring Lembar (Ribuan Lembar)

Miliar Rp Ribu Lembar

Sumber : Bank Indonesia Denpasar

Perkembangan transaksi non tunai dengan menggunakan RTGS pada triwulan II-2011

dari sisi nominal meningkat, baik untuk transaksi keluar (RTGS from), transaksi masuk ke Bali (RTGS

to), maupun transaksi antara (RTGS from – to). Transaksi pengiriman uang keluar Bali (RTGS from)

tumbuh 13,53% (q-t-q), atau meningkat Rp 2.752 miliar dibanding triwulan sebelumnya. RTGS to juga

mengalami peningkatan transaksi sebesar Rp 1.345 miliar (tumbuh 12,01% (q-t-q)), sementara transaksi

RTGS from – to meningkat Rp 54 miliar (tumbuh 1,62% (q-t-q)).

Tabel 4.3. Perkembangan Transaksi RTGS (Miliar Rp)

I II III IV I II III IV I II

RT

Sumber : Bank Indonesia Denpasar

GS

om

TGS (From) 13,005 16,374 8,147 13,876 14,178 16,533 19,449 23,571 20,341 23,092

Volume 12,166 14,112 13,473 14,855 14,264 15,402 16,239 19,490 15,626 15,789

TGS (To) 7,473 8,354 7,557 9,507 8,198 9,378 10,976 11,222 11,207 12,553

lume 11,815 14,238 14,605 16,964 16,122 17,570 19,362 20,809 18,347 18,257

From - To

TGS (From - To) 2,370 2,681 2,008 3,064 2,845 2,905 3,278 3,547 3,357 3,411

lume 3,119 3,775 3,457 4,106 4,048 4,216 4,424 4,704 4,751 4,468

20102009 2011KETERANGAN

Fr

R

To

R

Vo

R

Vo

Namun dari sisi volume, jumlah transaksi yang masuk ke Bali (RTGS to) dan transaksi antara

(RTGS from – to) menurun masing-masing sebesar 0,49% dan 5,96% (q-t-q). Menurunnya volume yang

diiringi dengan peningkatan nominal transaksi mengindikasikan rata-rata nominal transaksi yang

dilakukan oleh masyarakat meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan mulai dilaksanakannya proyek-

proyek baik oleh pemerintah maupun swasta di pertengahan tahun.

63  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Grafik 4.6. Perkembangan Transaksi RTGS From

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011

RTGS (From) Volume

Miliar Rp Volume

Sumber : Bank Indonesia Denpasar

Grafik 4.7. Perkembangan Transaksi RTGS To

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011

RTGS (To) Volume

Miliar Rp Volume

Sumber : Bank Indonesia Denpasar

Grafik 4.8. Perkembangan Transaksi RTGS From – To

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011

RTGS (To) Volume

Miliar Rp Volume

Sumber : Bank Indonesia Denpasar

64  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

Bab 5 Keuangan Daerah

Pada tahun anggaran 2011, Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Bali mencapai

Rp 2,14 triliun meningkat 10,57% dibandingkan anggaran 2010 Perubahan. Realisasi pendapatan

sampai dengan triwulan II – 2011 mencapai 57,51%. Sementara itu, Anggaran Belanja Daerah

Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2011 sebesar Rp 2,48 triliun dengan realisasi sampai dengan

triwulan II – 2011 sebesar 23,14%. Apabila melihat anggaran dan realisasi seluruh Kabupaten, Kota dan

Provinsi, realisasi pendapatan sampai dengan triwulan II – 2011 diperkirakan sebesar 46,59% sementara

realisasi belanjanya diperkirakan sebesar 25.46%.

5.1. REALISASI PENDAPATAN

Anggaran Pendapatan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali pada tahun 2011 sebesar Rp

2,14 triliun bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan yang

masing-masing memberikan kontribusi sebesar 56,10% dan 33,89%. Realisasi pendapatan daerah

sampai dengan triwulan II – 2011 mencapai Rp1,23 triliun atau 57,51% lebih rendah dibandingkan

realisasi periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 58,20%. Realisasi pendapatan daerah sebagian

besar disumbang oleh pajak daerah yang merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah sebesar

Rp803,57 juta (realisasinya mencapai 64,31%). Sementara sisanya disumbangkan oleh dana

perimbangan dengan realisasi sebesar Rp367,48 juta (52,05% dari rencana) dan lain-lain pendapatan

yang sah sebesar Rp61,74 juta (32,84% dari rencana).

Penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan

keuangan daerah lain telah terealisasi sebesar Rp65,79 juta melebihi rencana sebelumnya yang hanya

sebesar Rp64,23 juta. Apabila melihat realisasi tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari 210% ,

rencana untuk tahun 2012 mendatang dapat diperbesar. Pajak daerah merupakan realisasi pendapatan

terbesar pada sisi jumlah dengan besaran mencapai Rp668,62 juta. Besarnya pajak daerah didominasi

oleh pajak kendaraan bermotor. Realisasi dana perimbangan sampai dengan triwulan II – 2011

mencapai Rp367,48 juta atau sebesar 52,05% dari rencana.

5.2 REALISASI BELANJA

Anggaran Belanja Daerah Pemprov Bali 2011 sebesar 2,48 triliun rupiah lebih besar

daripada anggaran pendapatan daerah. Realisasi belanja daerah masih dibawah realisasi

pendapatan yaitu hanya sebesar Rp0,57 triliun atau 23,14% dari yang direncanakan. Apabila

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, realisasi belanja tahun ini relatif lebih bagus.

65  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Realisasi belanja triwulan II- 2010 hanya sebesar 19,77% dari rencana. Peningkatan ini menunjukkan

perbaikan kinerja Pemprov Bali dalam mempercepat pencairan dana sebagai injeksi pada perekonomian.

Realisasi belanja daerah yang paling jauh dengan target adalah belanja modal dan belanja

bantuan sosial dengan pencapaian masing-masing sebesar 2,65% dan 12,98%. Sebagaimana periode

sebelumnya, realisasi anggaran belanja terbesar adalah belanja yang sifatnya rutin yaitu belanja bantuan

keuangan kepada Prov/Kab/Kota/Desa dan belanja hibah dengan realisasi masing-masing sebesar

41,31% dan 41,23% dari rencana. Belanja modal sebagai representasi dari investasi pemerintah masih

direalisasikan dalam skala kecil yaitu hanya sebesar 2,65% dari rencana. Realisasi ini jauh lebih kecil

dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 12,39%. Rendahnya realisasi belanja modal

kemungkinan disebabkan oleh proses tender yang seringkali menyulitkan pelaksanaan realisasi

anggaran.

5.3. PERKIRAAN REALISASI ANGGARAN SELURUH PEMERINTAH KABUPATEN, KOTA DAN PROVINSI DI BALI

Total anggaran pendapatan pemerintah daerah seluruh kabupaten, kota dan provinsi

di Bali pada tahun 2011 mencapai Rp 9,07 triliun dengan Pemprov Bali dan Kabupaten Badung

sebagai pemilik anggaran terbesar masing-masing sebesar Rp2,14 triliun dan Rp1,29 triliun.

Sementara kabupaten dengan anggaran pendapatan terkecil adalah Kabupaten Klungkung sebesar

Rp454,72 juta.

Realisasi anggaran pendapatan seluruhnya pada triwulan I – 2011 mencapai 28,52% atau

sebesar Rp 2,57 triliun. Realisasi pada triwulan II – 2011 diperkirakan mencapai 46,59% atau sebesar

Rp4,23 triliun. Kabupaten Tabanan mempunyai tingkat realisasi yang paling tinggi dibandingkan

sembilan pemerintah daerah lainnya, sedangkan tingkat realisasi terkecil adalah Kabupaten Jembrana

(lihat Tabel 5.1).

Grafik 5.1. Realisasi APBD seluruh Kabupaten, Kota dan Provinsi di Bali 2011

Sumber : Pemerintah Provinsi Bali

66  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

Total anggaran belanja pemerintah daerah di seluruh Bali pada tahun 2011 mencapai Rp10,11

triliun lebih besar dibandingkan anggaran pendapatan. Anggaran belanja yang lebih besar

menunjukkan seluruh pemerintah daerah menerapkan kebijakan defisit anggaran. Pemprov Bali dan

Kabupaten Badung juga merupakan pemilik anggaran belanja terbesar di Bali dengan besaran masing-

masing adalah Rp2,48 triliun dan Rp1,50 triliun. Kabupaten Klungkung juga merupakan kabupaten

dengan anggaran belanja terkecil yaitu sebesar Rp511,67 juta.

Realisasi anggaran belanja seluruhnya di Bali sampai dengan triwulan I – 2011 mencapai

11,63% atau sebesar Rp1,18 triliun dan diperkirakan terealisasi sebesar 25,14% pada triwulan II –

2011. Realisasi belanja terbesar dilakukan oleh Pemerintah Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar,

sedangkan Pemerintah Provinsi Bali memiliki tingkat realisasi belanja terendah.

67  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Tabel 5.1. APBD Provinsi Bali (dalam juta rupiah)

URAIAN APBD 2011 REALISASI APBD TW I

2011 %

REALISASI APBD TW II

2011 %

PENDAPATAN DAERAH 2,143,518 554,391 25.86 1,232,796 57.51

PEND. ASLI DAERAH (PAD) 1,249,492 344,668 27.58 803,574 64.31

- Pendapatan Pajak Daerah 1,101,873 325,225 29.52 668,621 60.68

- Retribusi Daerah 24,778 4,911 19.82 11,872 47.91

- Hsl PMD & Hsl Pengel. Kek. Daerah yg dipisahkan 64,229 328 0.51 65,792 102.43

- Lain-Lain PAD yg Sah 58,611 14,204 24.23 57,288 97.74

DANA PERIMBANGAN 706,007 209,723 29.71 367,483 52.05

- Bagi hasil pajak dan bukan pajak 124,113 16,466 13.27 34,057 27.44

- Dana Alokasi Umum (DAU) 560,674 186,891 33.33 327,060 58.33

- Dana Alokasi Khusus (DAK) 21,221 6,367 30.00 6,367 30.00

- Dana Penguatan Infrastruktur Daerah - - -

LAIN-LAIN PENDAPATAN YG SAH 188,019 - - 61,739 32.84

- Pendapatan Hibah 3,538 - - 1,571 44.39

- Dana bagi hsl pajak dr Prov & pemda lainnya 103,226 - - 49,483 47.94

- Dana Penyesuaian & otonomi khusus - - 10,685 -

- - Bantuan Keuangan dr Prov atau Pemda lain 81,255 - -

- Sumbangan Pihak Ketiga - - -

- Alokasi Kurang Bayar DAK - - -

BELANJA DAERAH 2,483,316 150,513 6.06 574,566 23.14

BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,721,709 125,685 7.30 464,651 26.99

- Belanja Pegawai 644,936 85,119 13.20 209,184 32.43

- Belanja Barang - - - -

- Belanja Subsidi 4,480 - - - -

- Belanja Hibah 216,814 33,595 15.49 89,383 41.23

- Belanja Bantuan Sosial 324,818 6,972 2.15 42,170 12.98

- Belanja Bagi Hsl kpd Prov/Kab/Kota & Pemda 475,287 - - 109,301 23.00

- Belanja Bantuan Keuangan kpd Prov/Kab/Kota/Desa 35,373 - - 14,613 41.31

- Belanja Tidak Terduga 20,000 - - - -

BELANJA LANGSUNG 761,607 24,827 3.26 109,915 14.43

- Belanja Pegawai 30,523 933 3.06 6,708 21.98

- Belanja Barang dan Jasa 476,585 23,618 4.96 96,464 20.24

- Belanja Modal 254,499 276 0.11 6,743 2.65

SURPLUS/(DEFISIT) (339,798) 403,879 -

118.86 658,230

PEMBIAYAAN

68  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

PENERIMAAN DAERAH 340,379 730,821 704,385

Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) 340,379 730,821 704,385

PENGELUARAN DAEARAH - - -

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah - - -

Penguatan Modal Pemerintah Daerah - - -

PEMBIAYAAN NETTO 340,379 730,821 704,385

SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA) 580.83 1,134,699.52 1,362,615.57

Sumber : Pemda Provinsi Bali

69  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Halaman ini sengaja dikosongkan

70  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

Bab 6 Kesejahteraan dan Ketenagakerjaan

Program peningkatan kesejahteraan masyarakat Bali yang telah dijalankan sejak tahun 2010

oleh Pemprov Bali mengindikasikan hasil yang positif yang ditunjukkan oleh penurunan tingkat

kemiskinan. Tingkat kemiskinan pada Maret 2011 hanya sebesar 4,20% lebih rendah dibandingkan

Maret 2010 yang mencapai 4,88%.

6.1. PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN

Jumlah penduduk miskin di Bali pada Maret 2011 sebesar 166,2 ribu orang atau sebesar 4,20%

dari total penduduk Bali. Tingkat kemiskinan ini lebih rendah 0,68% dibandingkan kondisi Maret 2010

yang mencapai 4,88% atau sebanyak 174,9 ribu orang (lihat Grafik 6.1). Pencapaian ini menunjukkan

program kerja pemprov melalui program utama bedah rumah dan Simantri mulai menunjukkan

keberhasilan. Namun demikian angka ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan target yang

ditetapkan oleh Pemprov Bali yaitu sebesar 3.95% atau hanya sebanyak 142,6 ribu orang. Oleh karena

itu berbagai terobosan kebijakan yang lebih efektif harus terus dilakukan untuk dapat mencapai target

penurunan tingkat kemiskinan.

Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa indeks keparahan kemiskinan meningkat dari 0,14

pada Maret 2010 menjadi 0,16 pada Maret 2011. Sementara indeks kedalaman kemiskinan mengalami

penurunan dari 0,05 menjadi 0,02. Kombinasi kedua indeks ini menunjukkan bahwa rata-rata

pengeluaran penduduk miskin sudah mendekati garis kemiskinan dalam arti terjadi peningkatan

kesejahteraan. Namun demikian ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin semakin lebar.

Upaya penanggulangan kemiskinan memerlukan waktu yang lebih lama untuk dapat menjangkau

wilayah masyarakat yang lebih luas.

Grafik 6.1. Penduduk Miskin Provinsi Bali 2005 – 2011 (ribu Jiwa)

Sumber : BPS

71  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Apabila ditelusuri lebih jauh, jumlah penduduk miskin di kota lebih banyak daripada di desa

yaitu 92,9 ribu orang berbanding 73,3 orang. Namun secara persentase, tingkat kemiskinan di kota

lebih rendah yaitu hanya sebesar 3,91% dibandingkan 4,20% di desa. Kebijakan peningkatan

kesejahteraan tidak hanya dilakukan pada masyarakat miskin kota saja, namun perlu mencapai

masyarakat miskin di desa yang relatif jauh dari pusat-pusat kegiatan ekonomi.

Sebagai informasi lebih lanjut, garis kemiskinan yang digunakan sebagai dasar penghitungan

penduduk miskin di Bali pada Maret 2011 mengalami peningkatan sebesar 12,02% yaitu dari Rp

208.152,00 pada Maret 2010 menjadi Rp 233.172,00. Garis kemiskinan di perkotaan mengalami

peningkatan sebesar 11,47% sementara garis kemiskinan di perdesaan meningkat 11,74%. Hal ini

menunjukkan kenaikan harga di perdesaan relatif lebih cepat.

Grafik 6.2. Penduduk Miskin Provinsi Bali Berdasarkan Wilayah 2007 – 2011

%

Sumber : BPS

Upaya penanggulangan kemiskinan di perdesaan diindikasikan lebih agresif dibandingkan di

perkotaan. Jumlah penduduk miskin di desa pada tahun 2011 relatif menurun dibandingkan di kota.

Demikian juga dengan penurunan tingkat kemiskinan perdesaan yang lebih tajam dibandingkan di

perkotaan. Peningkatan jumlah penduduk miskin di perkotaan diperkirakan sejalan dengan kuatnya arus

urbanisasi di kota. Semakin padatnya penduduk kota ditunjukkan dengan meningkatnya intensitas

kemacetan di Kota Denpasar.

6.2. PENGURANGAN ANGKA PENGANGGURAN

Tingkat pengangguran di Bali pada Februari 2011berada pada level 2,86% atau sebanyak

65.604 orang. Jika bandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 3,06% (Agustus 2010) dan

3,57% (Februari 2010), telah terjadi penurunan tingkat pengangguran. Pemerintah daerah terus

berupaya melaksanakan program-program kerja yang bertujuan untuk penyediaan lapangan kerja baru

72  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

sehingga dapat menekan tingkat pengangguran. Program kerja yang akan dilaksanakan adalah bursa

lapangan kerja pada bulan Juli 2011 yang diikuti oleh 44 perusahan dengan jumlah lowongan lebih dari

200 lowongan pekerjaan. Selain itu, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Bali juga mentargetkan

penyerapan 1000 tenaga kerja oleh koperasi di seluruh Bali pada tahun 2011. Jumlah ini relatif kecil jika

dibandingkan dengan pertumbuhan koperasi saat ini yang mencapai lebih dari 4000 koperasi dengan

jumlah karyawan lebih dari 17.000 orang.

Sumber : SKDU Tw II – 2011

Ancaman peningkatan jumlah pengangguran justru ditunjukkan oleh hasil survei Bank

Indonesia. Survei yang dilakukan kepada dunia usaha untuk triwulan II – 2011 menunjukkan terjadinya

penurunan jumlah penggunaan tenaga kerja (lihat Grafik 6.2). Indeks penggunaan tenaga kerja masih

menunjukkan level di bawah nol yang menunjukkan lebih banyak usaha yang menyatakan jumlah

karyawan tetapnya mengalami penurunan. Hasil penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa

kehilangan karyawan tidak segera diantisipasi dengan perekrutan karyawan baru karena jumlah

karyawan masih mampu memenuhi kebutuhan proses produksi.

Hasil survey menunjukkan bahwa dunia usaha masih belum bekerja pada kapasitas penuh.

Penggunaan kapasitas produksi mengalami peningkatan hingga 67,77% pada Triwulan II – 2011 lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya berada pada level 56,66%. Peningkatan

penggunaan kapasitas produksi sudah terjadi sejak akhir tahun 2010. Namun demikian, pencapaian ini

masih lebih rendah dibandingkan penggunaan kapasitas produksi pada awal tahun 2010 yang

mencapai 81,30%. Penggunaan kapasitas produksi yang belum optimal menyebabkan relatif kecilnya

penyerapan tenaga kerja baru untuk menggantikan tenaga kerja sebelumnya yang mengundurkan diri

atau telah masuk masa pensiun.

73  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Boks D.

Karakteristik Pekerja Bali, Studi di Sektor Pertanian (Agribusiness)

 Bali dengan karakteristik masyarakat yang terikat dengan adat istiadat yang kuat mempunyai

keunikan tersendiri termasuk kehidupan sosial ekonominya. Kondisi ini memberikan konsekuensi pada

struktur tenaga kerja yang ada di Bali. Tulisan ini akan membahas lebih lanjut mengenai presepsi tenaga

kerja di Bali terhadap pola manajemen tenaga kerja yang diinginkan dan dikomparasikan dengan

kelompok budaya lainnya yaitu Jawa Barat yang direpresentasikan oleh Bogor, Minahasa oleh Manado,

dan Bali oleh Denpasar. Pembahasan ini diadaptasi dari disertasi Mark Christopher Kelly (2008) yang

meneliti praktek manajemen sumber daya manusia dan persepso tenaga kerja di ketiga kelompok

budaya tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lebih mendalam mengenai perbedaan tipe

pengelolaan sumber daya manusia dan persepsi tenaga kerjanya pada tiga sub kelompok budaya di

Indonesia. Unit analisis yang digunakan adalah tenaga kerja dalam industri pertanian. Data dikumpulkan

melalui penyebaran kuesioner yang disertai diskusi lebih lanjut untuk memastikan tidak terjadi bias

dalam jawaban responden.

Tabel 1. Kecenderungan Tipe Kepemimpinan yang Disukai

Region Tipe Manajemen

  Bogor Manado Denpasar

Exploitive Authority Frek 21 28 8

  Persentase (%) 10.05 8.7 4.06

Benevolent Authoritative Frek 74 82 63

  Persentase (%) 35.41 25.47 31.98

Consultative Frek 61 57 63

  Persentase (%) 29.19 17.7 31.98

Paticipative Frek 53 155 63

  Persentase (%) 23.36 48.14 31.98

Sumber : Kelly, 2008

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja di Bali lebih memilih consultative management

yang berciri ada proses konsultasi antara bawahan dan atasan. Sementara pekerja di Manado lebih

memilih partisipative management yang mengikutkan pekerja dalam pengambilan keputusan pimpinan

(lihat Tabel 1).

Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa pekerja di Bali lebih menyukai pembayaran lebih

meningkatkan motivasi bekerja dan sesuai dengan kinerja daripada sesuai dengan senioritas. Namun

demikian pekerja di Bali tidak menginginkan gap pendapatan yang terlalu jauh antara pekerja dengan

kinerja tinggi dan rendah (lihat Tabel 2). Hal ini juga berlaku untuk pekerja dari Minahasa. Perbedaan

74  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

yang relatif tipis terdapat pada pekerja dari Jawa Barat yang memberikan poin yang lebih tinggi pada

pembayaran yang dapat memotivasi pekerja. Hasil ini menunjukkan bahwa pekerja Bali cukup

kompetitif dan berorientasi pada kinerja.

Tabel 2. Sistem Pembayaran yang Diharapkan*

Region Item 

   Bogor  Manado  Denpasar 

Gaji terkait senioritas  Kondisi saat ini  2.67  3.02  2.91 

   Kondisi diharapkan  3.54  3.90  3.75 

Gaji yang dapat Kondisi saat ini 

memotivasi   2.11  2.81  2.67 

   Kondisi diharapkan  4.06  4.17  4.13 

Gaji sesuai kinerja  Kondisi saat ini  2.39  2.94  2.69 

   Kondisi diharapkan  3.98  4.22  4.13 

Kesenjangan yang 

signifikan antara pekerja Kondisi saat ini 

yang berkinerja baik dan 

rendah  2.44  2.93  2.74 

   Kondisi diharapkan  3.51  3.82  3.70 

*) skala 1 – 5 ( 5 adalah setuju)

Sumber : Kelly, 2008

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja di Bali menginginkan komunikasi yang lebih

informal dalam aktivitas pekerjaan. Selain itu mereka juga menginginkan manajemen yang memberikan

nasehat secara berkala dan tujuan pekerjaan yang jelas. Sementara untuk pekerja di Minahasa dan Jawa

Barat relatif tidak menginginkan komunikasi yang informal dalam dunia kerja dibandingkan pekerja di

Bali. Hal ini menunjukkan pekerja di Bali relatif lebih tidak formal yang diperkirakan sejalan dengan

karakteristik pekerja Bali yang lebih menekankan pada aspek seni dan kreatifitas.

Perbedaan persepsi pengelolaan sumber daya manusia dapat memberikan masukan bagi

pengelola usaha untuk menyesuaikan kebijakan terkait sumber daya manusia sesuai kondisi tenaga

kerjanya. Bagi pengusaha di Bali yang menggunakan tenaga kerja local dapat mengembangkan sistem

penggajian yang beriorientasi pada hasil kerja dan mengembangkan hubungan yang lebih erat dengan

bawahan dalam bentuk konsultasi maupun komunikasi yang lebih informal.

75  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

76  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

Bab 7 Outlook

Meningkatnya aktivitas perekonomian diperkirakan mendorong kinerja perekonomian Bali

masih tetap tumbuh tinggi di triwulan III-2011. Meningkatnya daya beli masyarakat dan mulai

direalisasikannya proyek-proyek investasi yang dilakukan menjadi pendorong utama pertumbuhan di sisi

permintaan. Sementara itu di sisi penawaran, sektor PHR diperkirakan masih menjadi pendorong utama

dengan didorong oleh aktivitas perdagangan dan pariwisata yang terus meningkat.

Dari sisi inflasi, tekanan harga pada triwulan III-2011 diperkirakan masih relative terjaga dengan

inflasi diperkirakan berada di kisaran 5,8 ± 1% (y-o-y). Selain akibat base effect, stabilnya pasokan

diperkirakan mengakibatkan menurunnya inflasi tahunan di Bali. Namun perlu diwaspadai faktor

ekspektasi inflasi kedepan yang meningkat, seperti yang diindikasikan dari hasil survey yang dilakukan

oleh Bank Indonesia.

7.1 MAKRO EKONOMI REGIONAL TRIWULAN III-2011

Perekonomian Bali diperkirakan masih mampu tumbuh tinggi pada triwulan III-2011,

dengan angka pertumbuhan diperkirakan berada di kisaran 6,0% – 6,5% (y-o-y). Optimisme

meningkatnya pertumbuhan ekonomi diindikasikan oleh hasil Survey Kegiatan Dunia Usha (SKDU) yang

dillakukan oleh KBI Denpasar berupa Saldo Bersih Tertimbang (SBT) positif sebesar 21,40%, yang

menunjukkan optimisme pelaku usaha dalam memandang kegiatan usaha pada triwulan III-2011.

Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali

Grafik 7.2 Perkembangan Kegiatan Usaha

-30.00

-20.00

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011

TotalPertanian, Peternakan, Kehutanan & PerikananPerdaganga, Hotel, dan RestoranJasa-jasa

SBT

Sumber : Survey Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia Denpasar Keterangan :

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

6,000

6,500

7,000

7,500

8,000PDRB (LHS) growth (yoy) (RHS)

Miliar Rp % y-o-y

I II III IV I II III IV I II III*

2009 2010 2011

Sumber : Badan Pusat Statistika Keterangan : *) angka proyeksi

Tw I-2007 s.d Tw II-2011 adalah angka realisasi Tw III-2011 adalah angka ekspektasi

Sektor yang diperkirakan akan memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Bali di

triwulan III-2011 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor jasa. Hasil SKDU

77  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011  

juga menunjukkan kedua sektor tersebut mengalami perkembangan positif. Tren peningkatan

kunjungan wisman baik domestik maupun mancanegara diperkirakan mengakibatkan sektor ini terus

tumbuh tinggi dan menopang perekonomian Bali di sisi penawaran pada triwulan III-2011.Kunjungan

wisman diperkirakan akan mencapai puncaknya pada triwulan III-2011, seiring dengan masuknya

liburan tengah tahun bagi wisatawan mancanegara. Sementara itu kinerja sektor dominan lain di Bali,

yakni sektor pertanian, diperkirakan akan menurun di triwulan III-2011.

Di sisi permintaan, perekonomian Bali masih ditopang oleh konsumsi (terutama konsumsi rumah

tangga) yang secara rata-rata memberikan kontribusi hampir 60% terhadap pembentukan PDRB

Provinsi Bali di sisi permintaan. Masih kuatnya konsumsi rumah tangga mendorong tingginya

pertumbuhan dari sisi permintaan. Masih kuatnya konsumsi masyarakat selain didorong oleh periode

liburan sekolah (Juli), perayaan hari raya keagamaan seperti Galungan dan Kuningan serta Idul Fitri

diperkirakan juga meningkatkan konsumsi masyarakat. Selain konsumsi, peranan investasi juga makin

meningkat karena proyek-proyek pemerintah mulai direalisasikan. Realisasi belanja modal APBD Provinsi

Bali hingga triwulan II-2011 masih 2,65%, dan diperkirakan akan meningkat di triwulan III-2011.

Sementara itu ditengah menguatnya kurs, net ekspor diperkirakan masih tetap positif meskipun

terdapat kekhawatiran terjadi penurunan perdagangan luar negeri akibat permasalahan ekonomi di

negara mitra dagang utama (AS dan Eropa).

Hasil survey konsumen KBI Denpasar berupa rata-rata Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

sepanjang triwulan II-2011 juga berada di level optimis (diatas 100), dan rata-rata tersebut meningkat

dibanding triwulan sebelumnya. Meningkatnya rata-rata indeks terutama didorong oleh optimisme

konsumen mengenai kegiatan usaha 6 bulan yang akan datang serta penghasilan yang akan datang.

7.2 INFLASI REGIONAL TRIWULAN III-2011

Grafik 7.3 Perkembangan dan Proyeksi Inflasi Bali Tw III-2011

Tekanan inflasi diperkirakan akan

menurun pada triwulan III-2011, dengan

inflasi yang diperkirakan berada dalam

kisaran 5,8 ± 1% (y-o-y). Level proyeksi

tersebut sesuai dengan ekspektasi inflasi dari

hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU),

dimana 39,47% responden memiliki

ekspektasi bahwa inflasi pada triwulan III-

2011 akan berada di level 5-6%. Penurunan

inflasi terutama diakibatkan oleh base effect

inflasi, berakhirnya pengaruh kenaikan TDL

dan harga komoditas pada 2010 terhadap

inflasi.

10.76

11.57

9.43

4.3

4.05

3.775.31

5.917.12

7.71

9.289.62

8.93

5.80

4.394.37

3.64

5.59

7.66

8.10

7.93

-1

1

3

5

7

9

11

13

15

Tw 1

Tw 2

Tw 3

Tw

4Tw

1Tw

2Tw

3

Tw 4

Tw 1

Tw 2

Tw 3

Tw

4Tw

1Tw

2Tw

3

Tw 4

Tw 1

Tw 2

Tw 3

Tw 4

Tw 1

Tw 2

Tw 3

*

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% (y-o-y)

Sumber : Badan Pusat Statistik Keterangan : *) Angka proyeksi

78  

KER Provinsi Bali Triwulan II-2011

Namun demikian dari hasil Survey Konsumen justru mengindikasikan peningkatan ekspektasi

masyarakat, dimana sebagian besar responden berpendapat akan terjadi kenaikan harga baik untuk 3

maupun 6 bulan yang akan datang. Survey Pedagang Eceran juga mengindikasikan peningkatan

ekspektasi inflasi oleh pedagang baik untuk periode 3 maupun 6 bulan yang akan datang. Potensi

peningkatan tekanan inflasi juga dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas perekonomian Bali yang

utamanya didorong oleh industry pariwisata yang memasuki peak season kunjungan wisatawan

domestic (liburan sekolah pada periode Juni - Juli) maupun mancanegara (liburan tengah tahun pada

Juli – September), yang diperkirakan akan mendorong peningkatan harga barang dan jasa.

Grafik 7.4 Ekspektasi Konsumen thd Harga Barang dan

Jasa

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

100

110

120

130

140

150

160

170

180

190

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7

2009 2010 2011

Ekspektasi Harga 3 bln yad.Ekspektasi Harga 6 bln yad.Inflasi (yoy) - RHS

Indeks % yoy

Sumber : Survey Konsumen KBI Denpasar

Grafik 7.5

S b S K KBI D

Ekspektasi Harga oleh Pedagang

012345678910

0

40

80

120

160

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7

2009 2010 2011

Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 3 bln yadIndeks Ekspektasi Harga Pedagang 6 bln yadInflasi IHK aktual (yoy) - RHS

Indeks %yoy

Namun kebijakan dibukanya kembali impor daging dari Australisa dan relatif terkendalinya

harga bumbu-bumbuan diperkirakan mampu menahan tekanan inflasi dari sisi volatile food, sehingga

inflasi masih sejalan dengan perkiraan semula walaupun harga komoditas pangan lain terutama beras

sudah mulai mengalami tren peningkatan harga akibat keterbatasan pasokan.

79