bab 1. perkembangan makroekonomi...

75
Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

Upload: lehuong

Post on 01-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

Page 2: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI SULAWESI TENGAH

TRIWULAN II 2009

KANTOR BANK INDONESIA PALU

Page 3: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Visi Bank Indonesia

(kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta

Misi Bank Indonesia

Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka

panjang Negara I

Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur dan mengawasi bank

Kritik, saran, masukan dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi : Kelompok Kajian, Statistik dan Survei Kantor Bank Indonesia Palu Jl. Dr. Sam Ratulangi No.23 Palu Telp : 0451 - 421181 Fax : 0451 - 421180 Email : [email protected]; [email protected] Homepage : www.bi.go.id

Page 4: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Kata Pengantar

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya

sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Tengah

triwulan II-2009 ini dapat diselesaikan. Tujuan dari penyusunan buku KER adalah untuk

memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi dan

perbankan di Sulawesi Tengah, dengan harapan informasi tersebut dapat dijadikan

sebagai salah satu sumber referensi bagi pembuat kebijakan, akademisi, masyarakat dan

pihak-pihak lainnya yang membutuhkan dan memiliki perhatian terhadap perkembangan

ekonomi di Sulawesi Tengah.

Cakupan kajian di dalam buku KER ini relatif luas, yaitu meliputi kajian

perkembangan makroekonomi regional, perkembangan inflasi, perkembangan

perbankan, perkembangan sistem pembayaran, perkembangan ketenagakerjaan dan

kesejahteraan masyarakat, perkembangan keuangan daerah serta perkiraan ekonomi dan

inflasi ke depan.

Kami menyadari bahwa publikasi ini masih belum sempurna. Dalam rangka

penyempurnaan dan peningkatan kualitas kajian di waktu yang akan datang, sangat

diharapkan saran, masukan dan tentunya supply data terkini dari berbagai pihak.

Selanjutnya, pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu

penerbitan buku ini.

Palu, Agustus 2009

BANK INDONESIA PALU

TTD

Suparmo Pemimpin

Page 5: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Daftar Isi

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengan ..........................

Daftar ............................

............................

.......................................................................

Ringkasan Eks ..................

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL.............................................

........................

2. Penawaran .........................

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI .........................

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN.....................................................................

1. Perke .........................

2. Aset, Kelembagaan dan Kinerja Perbankan...............................................

2.1. Aset Perbankan.................................................................................

2.2.Jumlah Jaringan Kantor Bank.............................................................

2.3.Tingkat Efisiensi dan Kinerja Perbankan...............................................

3. Penghimpunan Dana.................................................................................

3.1. Lokasi Penghimpunan Dana................................................................

3.2. Penghimpunan Dana Menurut Kelompok Bank...................................

3.3. Penghimpunan Dana Menurut Golongan Pemilik................................

4. Penyaluran Kredit......................................................................................

4.1. Kredit Menurut Jenis Penggunaan......................................................

4.2. Kredit Menurut Jenis Kelompok Bank.................................................

3.3. Fungsi Intermediasi Bank.....................................................................

5. Kredit Untuk UMKM...................................................................................

6. Kualitas Kredit...........................................................................................

i

ii

iv

v

1

7

8

13

19

23

23

25

25

25

26

27

28

29

29

30

31

32

32

33

35

Page 6: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Daftar Isi

iii

Boks 1 : Survei Efektivitas Penurunan BI Rate terhadap Suku Bunga Perbankan Daerah

Boks 2 : Perkembangan NPL dan Kredit di Sulawesi Tengah di Tengah Krisis Finansial

Global

BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ............................

1. Perkembangan Uang Kartal ...........................

2. Perkembangan Uang Palsu Yang Ditemukan..............................................

3. Perkembangan Kliring Lokal......................................................................

4. Perkembangan BI-RTGS..............................................................................

BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT..........................................................................

1. Ketenagakerjaan.........................................................................................

2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)..........................................................

3. Gini Ratio...................................................................................................

4.Kemiskinan..................................................................................................

BAB 6. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH................................................... ........

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ...........................

......................................................

2. Prospek Inflasi............................................................................................

3. Prosp ..........................

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

36

36

38

38

40

41

41

45

46

47

49

53

53

54

55

Page 7: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Daftar Tabel

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. ........

Tabel 1.2. PDRB Menurut Penggunaan ADH Konstan 2000.................................

Tabel 1.3. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan ADH

Konstan 2000...................................................................................

Tabel 1.4. PDRB Menurut Lapangan Usaha ADH Konstan 2000...........................

Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha ADH

Konstan 2000....................................................................................

Tabel 1.6. Jumlah Pelanggan dan Pemakaian Listrik di Kota Palu............................

Tabel 2. Inflasi Kota Palu Menurut Kelompok Barang dan Jasa.........................

Tabel 3. Struktur DPK pada Bank Umum Berdasarkan Golongan Pemilik..........

Tabel 4.1. Jumlah Uang Palsu Yang ........

Tabel 4.2. ......

Tabel 5.1. Perkembangan Angkatan Kerja yang Bekerja Berdasarkan Sektor

Ekonomi............................................................................................

Tabel 5.2. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja..............................

Tabel 5.3. Perkembangan Jumlah Pencari Kerja di Sulawesi Tengah.....................

Tabel 5.4. Perkembangan Gini Ratio Sulawesi Tengah.........................................

Tabel 5.5. Perkembangan Indikator-Indikator Kemiskinan di

Provinsi Sulawesi Tengah....................................................................

Tabel 6.1. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah.................................

Tabel 6.2. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah..........................

9

10

10

13

13

17

20

30

38

39

43

44

44

47

48

50

51

Page 8: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Daftar Grafik

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Laju Pert ..........

Grafik 1.2. Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan

Pantoloan..........................................................................................

Grafik 1.3. Perkembangan NTP dan Harga Kakao.................................................

Grafik 1.4. Perkembangan Kredit Investasi dan Kredit Sektor Listrik......................

Grafik 1.5. Perkembangan Realisasi Pengadaan Semen di Sulawesi Tengah...........

Grafik 1.6. Perkembangan Ekspor Non Migas Antar Negara..................................

Grafik 1.7. Perkembangan Bongkar Barang (T/M3) di Pelabuhan Pantoloan..........

Grafik 1.8. Perkembangan Produksi Padi dan Jagung di Sulawesi Tengah.............

Grafik 1.9. Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Bintang

di Sulawesi Tengah.............................................................................

Grafik 1.10. Perkembangan Produksi Bahan Galian C di Kabupaten Donggala........

Grafik 1.11. Perkembangan Produksi Minyak Bumi di Lapangan Tiaka.....................

Grafik 2.1. Inflasi per Kelompok Pengeluaran (q-t-q) .......................

Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) .

Grafik 3.1. Perkembangan Suku Bung ..

Grafik 3.2. Posisi Uang Giral dan Uang Kuasi di Sulawesi Tengah (Rp

Grafik 3.3. Perkembangan Jumlah ......

Grafik 3.4. Distribusi Jaringan Kantor Bank di Sulawesi Tengah..............................

Grafik 3.5. Perkembangan BOPO Perbankan di Sulawesi Tengah..........................

Grafik 3.6. Perkembangan Indikator Kinerja Bank Umum......................................

Grafik 3.7. Jumlah DPK Menurut Jenis Simpanan..................................................

Grafik 3.8. Distribusi Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota.....................

Grafik 3.9. Jumlah DPK Menurut Kelompok Bank.................................................

Grafik 3.10. Perkembangan Kredit di Sulawesi Tengah Menurut Bank Pelapor

dan Lokasi Proyek...............................................................................

Grafik 3.11. Perbandingan Jumlah Kredit di Sulawesi Tengah Menurut Jenis

Penggunaan.......................................................................................

8

9

9

11

11

12

13

14

15

16

16

19

20

23

24

25

26

26

27

28

28

29

30

31

Page 9: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Daftar Grafik

vi

Grafik 3.12. Perkembangan Jumlah Kredit Menurut Kelompok Bank.....................

Grafik 3.13. Tingkat LDR Menurut Kelompok Bank................................................

Grafik 3.14. Perkembangan Kredit MKM Menurut Kelompok Kredit......................

Grafik 3.15. Jumlah Kredit MKM Berdasarkan Sektor Ekonomi...............................

Grafik 3.16. Sebaran Kredit MKM Menurut Wilayah Kabupaten/Kota.....................

Grafik 3.17. Perkembangan Tingkat NPL Nominal dan NPL Netto Perbankan...........

Grafik 4.1. Perkembangan Inflow-Outflow ..........................

Grafik 4.2. ..........................

Grafik 4.3. Perkembangan Transaksi BI-RTGS di Sulawesi Tengah.........................

Grafik 5.1. Perkembangan Angkatan Kerja Provinsi Sulawesi Tengah.....................

Grafik 5.2. Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional dan Kawasan Sulawesi..........

Grafik 5.3. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka dan Tingkat

Setengah Pengangguran di Sulawesi Tengah.......................................

Grafik 5.4. Perkembangan UMP di Sulawesi Tengah .....

Grafik 5.5. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)............................

Grafik 6.1. Perkembangan % Realisasi Belanja Daerah Provinsi Sulawesi

Tengah..............................................................................................

Grafik 6.2. Proporsi Realisasi Belanja Operasi........................................................

Grafik 6.3. Proporsi Realisasi Belanja Modal..........................................................

Grafik 6.4. Proporsi Realisasi PAD.........................................................................

Grafik 6.5. Proporsi Realisasi Dana Perimbangan...................................................

32

33

33

34

34

35

37

37

40

41

42

42

45

46

49

50

50

51

51

Page 10: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Ringkasan Eksekutif

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II-2009

PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh sebesar

6,90% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya

sebesar 4,87% (y-o-y). Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan tersebut

terutama didorong oleh kegiatan investasi, ekspor dan konsumsi pemerintah. Adapun

kegiatan konsumsi rumah tangga diperkirakan mengalami perlambatan

pertumbuhan, setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh tinggi terkait dengan

kegiatan kampanye Pemilu Legislatif. Pertumbuhan kegiatan investasi pada triwulan

laporan terutama didorong oleh investasi swasta, sedangkan investasi pemerintah

diperkirakan masih terbatas. Hal ini dapat dikonfirmasi dari perkembangan beberapa

indikator investasi antara lain pertumbuhan kredit investasi, realisasi pengadaan

semen dan realisasi belanja modal pemerintah (termasuk stimulus infrastruktur).

Sementara itu, peningkatan pertumbuhan ekspor terutama didukung oleh

membaiknya kinerja ekspor antar provinsi, sedangkan peningkatan pertumbuhan

konsumsi pemerintah terutama didukung oleh pengeluaran untuk pelaksanaan

Pemilu Pilpres. Komoditas ekspor antar provinsi yang mengalami peningkatan kinerja

yaitu bahan galian C dan minyak bumi. Hal ini dapat dikonfirmasi dari data

perkembangan produksi bahan galian C di Kabupaten Donggala dan minyak bumi di

Lapangan Tiaka. Adapun kegiatan ekspor antar negara mengalami penurunan kinerja

seiring dengan tren penurunan produksi kakao Sulawesi Tengah akibat gangguan

hama dan penyakit, alih tanaman serta kegiatan rehabilitasi tanaman.

Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009

terutama bersumber dari sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel

dan restoran dan sektor bangunan. Sektor pertanian mengalami peningkatan

pertumbuhan terkait dengan musim panen padi, kakao dan cengkeh. Adapun

peningkatan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan

Page 11: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Ringkasan Eksekutif

2

laporan didukung oleh berbagai kegiatan pemerintah antara lain pelaksanaan Pemilu

Pilpres, sosialisasi dan rapat.

PERKEMBANGAN INFLASI

Secara triwulanan, pada triwulan II-2009 Kota Palu mengalami deflasi seiring

dengan terjaganya pasokan bahan pangan terutama akibat datangnya musim panen

raya padi dan kondisi cuaca yang relatif baik. Pada triwulan laporan Kota Palu

mengalami deflasi sebesar -0,36% (q-t-q), berbeda dengan triwulan sebelumnya yang

mengalami inflasi sebesar 1,78% (q-t-q). Sementara itu, kebijakan pemerintah untuk

barang-barang yang harganya diatur relatif minimal sehingga tekanan inflasi yang

berasal dari kelompok administered prices pada triwulan II-2009 relatif terbatas.

Sepanjang triwulan II-2009, inflasi dari kelompok administered prices hanya

bersumber dari komoditas rokok dan jasa pembuangan sampah. Secara tahunan, laju

inflasi Kota Palu pada akhir triwulan II-2009 mencapai 5,83% (y-o-y) atau lebih

rendah dibandingkan dengan laju inflasi pada akhir triwulan I-2009 sebesar 11,07%

(y-o-y), namun masih lebih tinggi dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 3,65%

(y-o-y).

PERKEMBANGAN PERBANKAN

Pada triwulan II-2009, kinerja perbankan di Sulawesi Tengah masih relatif baik

tercermin dari perkembangan dana pihak ketiga (DPK) perbankan, penyaluran

kredit/pembiayaan dan aset perbankan. Pelaksanaan Pemilu 2009 yang berjalan

lancar dan tidak menimbulkan gejolak yang berarti terhadap perekonomian, kondisi

makroekonomi yang relatif baik dan tren penurunan suku bunga acuan (BI Rate)

diharapkan semakin meningkatkan kinerja perbankan, terutama dari sisi pembiayaan

dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.

DPK perbankan pada triwulan laporan tumbuh sebesar 9,19% (y-o-y) sehingga

menjadi Rp6.181,48 miliar dan didominasi oleh tabungan dengan pangsa 49,19%,

diikuti oleh giro dengan pangsa 26,19% dan deposito dengan pangsa 24,62%.

Sementara itu, penyaluran kredit di Sulawesi Tengah tumbuh sebesar 22,32% (y-o-y)

sehingga menjadi Rp6.757,08 miliar. LDR (Loan to Deposit Ratio) perbankan di

Sulawesi Tengah pada triwulan II-2009 tercatat sebesar 109,31% atau lebih tinggi

dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 97,57%. Peningkatan

Page 12: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Ringkasan Eksekutif

3

LDR tersebut lebih disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang lebih besar dari

pertumbuhan DPK.

Berbagai upaya yang dilakukan perbankan dalam rangka meningkatkan

efisiensinya relatif berjalan baik. Hal ini tercermin dari rasio BOPO (biaya operasional

terhadap pendapatan operasional) bank umum pada triwulan II-2009 yang turun

menjadi 76,15%, jauh lebih baik daripada kondisi pada triwulan sebelumnya sebesar

91,43%. Sama halnya dengan bank umum, tingkat efisiensi usaha BPR di Sulawesi

Tengah juga semakin membaik ditandai dengan menurunnya rasio BOPO BPR

menjadi sebesar 70,30% atau lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya.

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan

tunggal yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Salah satu pilar

penting untuk mencapai tujuan ini adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem

pembayaran. Di sisi instrumen pembayaran tunai, Bank Indonesia mengeluarkan dan

mengedarkan alat pembayaran tunai berupa uang rupiah serta mencabut, menarik

hingga memusnahkan uang rupiah yang tidak layak edar dan tidak berlaku dari

peredaran. Sementara di sisi instrumen pembayaran non tunai, Bank Indonesia lebih

mengarahkan kebijakan dalam hal menjaga kehandalan, keamanan, efisiensi dan

efektivitas transaksi pembayaran non tunai dengan tetap memperhatikan aspek

kesetaraan akses hingga perlindungan konsumen. Hingga saat ini instrumen

pembayaran terus mengalami perkembangan pesat dari alat pembayaran tunai (cash

based) ke alat pembayaran non tunai (non cash). Hal ini sejalan dengan inisiatif Bank

Indonesia untuk mendorong dan membangun masyarakat yang terbiasa memakai

alat pembayaran non tunai atau dikenal dengan Less Cach Society.

Jumlah aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia Palu dari perbankan

dan masyarakat (inflow) sepanjang triwulan II-2009 menurun 66,65% dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp477,99 miliar menjadi Rp159,39 miliar,

sedangkan aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia Palu ke perbankan dan

masyarakat (outflow) naik 283,70% dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari

Rp216,74 milyar menjadi Rp831,63 milyar. Kenaikan outflow pada triwulan laporan

Page 13: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Ringkasan Eksekutif

4

terutama dipengaruhi oleh adanya pembayaran gaji ke-13 bagi PNS/TNI/Polri,

kebutuhan dana untuk proyek pemerintah dan swasta, pembayaran Bantuan

Langsung Tunai (BLT), kebutuhan dana dalam penyelenggaraan Pemilu Legislatif dan

Pilpres, serta adanya musim panen padi, kakao dan cengkeh.

Pada triwulan II-2009, jumlah warkat kliring naik 9,43% yaitu dari 30.511 lembar

pada triwulan sebelumnya menjadi 33.388 lembar. Demikian juga nominal

perputaran kliring tercatat naik 33,44% dibandingkan triwulan I-2009 sehingga

menjadi Rp1.064,66 miliar. Peningkatan jumlah warkat dan nominal kliring sejalan

dengan meningkatnya aktivitas perekonomian daerah.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN

Krisis keuangan global yang mulai mempengaruhi kinerja perekonomian nasional

sejak triwulan IV-2008, relatif tidak mempengaruhi tingkat pengangguran dan

penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sulawesi Tengah. Berdasarkan hasil survei

(Sakernas) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik, jumlah penyerapan tenaga

kerja di Sulawesi Tengah posisi Februari 2009 mengalami peningkatan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja. Bahkan selama

kurun waktu 2008 sampai dengan 2009 penyerapan tenaga kerja dan jumlah

angkatan kerja menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada posisi Februari 2009,

jumlah penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tengah naik 3,72% dibandingkan posisi

Februari 2008 yaitu dari 1,13 juta jiwa menjadi 1,17 juta jiwa. Sementara itu, jumlah

angkatan kerja posisi Februari 2009 tercatat sebanyak 1,24 juta jiwa atau naik 1,38%

dibandingkan posisi Februari 2008 yang tercatat sebanyak 1,22 juta jiwa. Kombinasi

perkembangan dua hal ini menyebabkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di

Sulawesi Tengah turun yaitu dari 7,25% pada posisi Februari 2008 menjadi 5,11%

pada posisi Februari 2009.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Perkembangan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Provinsi Sulawesi Tengah sampai dengan triwulan II-2009 mengalami surplus sebesar

Rp156,88 miliar. Hal ini dapat dilihat dari nilai realisasi belanja daerah yang lebih

rendah dibandingkan dengan realisasi pendapatan daerah hingga akhir triwulan

II-2009. Secara keseluruhan, realisasi belanja daerah Provinsi Sulawesi Tengah

Page 14: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Ringkasan Eksekutif

5

mencapai Rp352,49 miliar atau 32,04% dari total anggaran belanja daerah tahun

2009 sebesar Rp1.100,27 miliar. Nilai ini masih dibawah realisasi pendapatan daerah

Provinsi Sulawesi Tengah yang mencapai Rp509,37 miliar atau 47,93% dari total

anggaran pendapatan daerah tahun 2009 sebesar Rp1.062,74 miliar.

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Perekonomian Sulawesi Tengah pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh

sebesar 7,47% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya,

namun melambat dibandingkan triwulan III-2008. Pertumbuhan ekonomi pada

triwulan mendatang terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi.

Konsumsi rumah tangga meningkat terkait dengan bulan puasa dan persiapan hari

raya Idul Fitri, sedangkan investasi meningkat seiring dengan meningkatnya realisasi

belanja modal pemerintah dan swasta antara lain berbagai proyek yang dibiayai paket

stimulus fiskal infrastruktur (±Rp277 miliar) dan APBN/APBD, serta penyelesaian

pembangunan PLTA Poso II dengan kapasitas 3 x 60 MW.

Secara sektoral pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang terutama

didorong oleh pertumbuhan pada sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan

restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa dan sektor bangunan.

Secara keseluruhan, kinerja sektor pertanian tahun 2009 diperkirakan lebih rendah

dibandingkan tahun 2009. Hal ini searah dengan angka ramalan (ARAM) II-2009 yang

dipublikasikan BPS untuk produksi padi dan jagung Sulawesi Tengah. Faktor

penyebab menurunnya produksi pertanian antara lain kemungkinan musim kemarau

panjang akibat anomali cuaca (El Nino). Badan Meteorologi, Klimatologi dan

Geofisika memprediksi musim kering tahun ini terjadi sampai Januari 2009, dan

hampir merata di seluruh wilayah Indonesia. Untuk itu, pemerintah daerah dan

stakeholders terkait lainnya perlu kiranya mengantisipasi ancaman kekeringan

tersebut antara lain melalui perbaikan sarana irigasi dan sungai.

Laju inflasi tahunan Kota Palu pada triwulan III-2009 diperkirakan lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hilangnya pengaruh eksternal

dalam penghitungan inflasi akibat kenaikan harga BBM pada bulan Juni 2008

(baseline effect) menyebabkan laju inflasi tahunan pada triwulan III-2009 lebih rendah

dibandingkan triwulan III-2008. Sementara itu, laju inflasi triwulanan (q-t-q)

Page 15: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Ringkasan Eksekutif

6

diperkirakan akan meningkat terkait dengan meningkatnya konsumsi masyarakat

pada bulan puasa dan menjelang Idul Fitri.

Kondisi perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan III-2009 diperkirakan akan

semakin membaik seiring dengan tren turunnya suku bunga kredit dan kondisi

makroekonomi yang relatif stabil. Penurunan suku bunga kredit akan meningkatkan

penyaluran kredit terutama kredit produktif (modal kerja dan investasi). Secara

sektoral, kredit sektor perdagangan, sektor pertanian dan sektor konstruksi akan

tumbuh lebih tinggi dibandingkan sektor ekonomi lainnya.

Page 16: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Indikator Ekonomi

Tabel Indikator Ekonomi

Provinsi Sulawesi Tengah

a. Inflasi dan PDRB

Indikator 2007 2008 2008 2009

Triwulan II Triwulan I Triwulan II

MAKRO

Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Palu 165,29 114,41 *) 109,64 *) 116,45 *) 116,03 *)

Laju Inflasi Tahunan (%) Kota Palu 8,13 10,40 *) 10,20 *) 11,07 *) 5,83 *)

PDRB harga konstan 2000 (miliar Rp) 13.683,88 14.746,02 3.648,88 3.566,14 3.866,17

- Pertanian 5.855,73 6.128,72 1.523,40 1.452,66 1.615,11

- Pertambangan dan Penggalian 451,82 537,92 131,92 135,52 147,90

- Industri Pengolahan 886,76 943,30 232,09 243,99 249,61

- Listrik dan Air Bersih 103,29 105,38 25,08 28,60 26,61

- Bangunan 902,41 980,08 226,28 217,12 248,87

- Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.772,58 1.885,15 465,42 463,31 490,79

- Pengangkutan dan Komunikasi 977,50 1.091,01 270,25 283,98 287,41

- Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 624,21 691,25 173,90 175,97 182,95

- Jasa-Jasa 2.109,58 2.383,20 600,54 564,99 616,92

Pertumbuhan PDRB tahunan (%) 7,99 7,76 9,33 13,49 6,90

Nilai Ekspor Non-Migas (USD Juta) 251,58 280,00 82,03 56,95 19,60 **)

Volume Ekspor Non-Migas (Ton) 181.356,52 171.949,87 41.017,68 109.490,61 9.216,66 **)

Nilai Impor Non-Migas (USD Juta) 0,54 0,03 0,00 0,42 0,00 **)

Volume Impor Non-Migas (Ton) 720,87 56,11 0,00 13.720,00 0,00 **)

Ket. : *) Menggunakan tahun dasar 2007 (sebelumnya tahun dasar 2002) **) Posisi April Mei 2009

Page 17: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Indikator Ekonomi

b. Perbankan

Indikator 2007 2008 2008 2009

Triwulan II Triwulan I Triwulan II

PERBANKAN

Bank Umum :

Total Aset (Miliar Rp) 6.713,79 7.885,15 7.283,46 7.854,03 8.506,13

DPK (Miliar Rp) 5.171,15 5.720,99 5.582,50 5.704,87 6.091,44

- Tabungan (Miliar Rp) 2.933,15 3.249,42 2.973,64 2.694,98 3.020,31

- Giro (Miliar Rp) 1.285,46 1.306,36 1.700,74 1.606,01 1.619,18

- Deposito (Miliar Rp) 952,54 1.165,21 908,12 1.403,88 1.451,95

Kredit (Miliar Rp) - Lokasi Proyek 5.071,88 6.906,28 5.853,49 7.234,35 7.520,51 *)

- Modal Kerja 2.142,92 2.904,96 2.587,33 2.858,36 2.979,46 *)

- Konsumsi 2.495,59 3.197,50 2.812,38 3.447,14 3.532,27 *)

- Investasi 433,37 803,82 453,78 928,85 1.008,78 *)

- LDR (%) 98,08 120,72 111,10 126,81 123,46 *)

Kredit (Miliar Rp) Bank Pelapor 4.600,06 5.936,32 5.365,65 6.002,05 6.569,53

- Modal Kerja 2.050,24 2.738,06 2.490,92 2.672,22 2.932,05

- Konsumsi 2.264,42 2.866,99 2.569,31 2.970,26 3.220,25

- Investasi 285,40 331,27 305,42 359,57 417,23

- LDR (%) 88,96 103,76 96,12 105,21 107,85

Kredit UMKM (Miliar Rp) 4.115,89 5.218,09 4.726,99 5.355,31 5.869,78

Kredit Mikro 2.013,62 2.202,81 2.230,28 2.399,59 2.403,04

Kredit Kecil 1.125,23 1.909,42 1.444,66 1.895,32 2.273,55

Kredit Menengah 977,04 1.105,86 1.052,05 1.060,40 1.193,19

NPLs gross (%) 6,30 4,41 4,93 5,92 5,87

NPLs netto (%) 3,61 1,68 2,41 1,36 1,45

BPR :

Total Aset (Miliar Rp) 193,07 391,59 307,81 433,93 456,36

DPK (Miliar Rp) 54,50 92,75 78,78 79,64 90,04

- Tabungan (Miliar Rp) 11,58 16,89 17,30 15,62 20,32

- Deposito (Miliar Rp) 42,92 75,86 61,48 64,02 69,72

Kredit (Miliar Rp) 113,07 179,64 158,,27 178,03 187,55

- Modal Kerja 17,35 21,13 20,25 21,85 35,09

- Konsumsi 93,28 156,43 135,81 153,56 133,16

- Investasi 2,44 2,08 2,21 2,62 19,30

Kredit UMKM 113,07 179,64 158,27 178,03 187,55

Rasio NPLs gross (%) 1,70 1,96 1,85 2,66 2,45

Rasio NPL Netto (%) 0,79 0,83 0,73 1,46 1,23

LDR (%) 207,48 193,68 200,92 223,56 208,29

Ket. : *) Posisi Mei 2009

Page 18: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Indikator Ekonomi

c. Sistem Pembayaran

Indikator 2007 2008 2008 2009

Triwulan II Triwulan I Triwulan II

SISTEM PEMBAYARAN

Posisi Kas Gabungan (Miliar Rp) 216,72 310,11 334,20 788,07 353,50

Inflow (Miliar Rp) 1.307,38 1.215,90 192,94 477,99 159,39

Outflow (Miliar Rp) 2.535,14 2.665,20 892,71 216,74 831,63

Pemusnahan Uang (Miliar Rp) 464,94 268,25 64,14 26,68 30,67

Transaksi RTGS

- Inflow (Miliar Rp) 15.207,31 16.339,76 4.115,17 2.993,51 4.173,37

- Outflow (Miliar Rp) 16.812,22 19.603,93 4.799,56 3.309,76 4.296,78

Nominal Kliring (Miliar Rp) 4.500,58 4.059,09 760,66 797,84 1.064,66

Volume Kliring (Lembar) 121.531 130.279 33.315 30.511 33.388

RRH Nominal Kliring (Miliar Rp) 18,38 16,70 12,09 13,58 16,65

RRH Volume Kliring (Lembar) 493 533 529 518 530

RRH Nominal Cek/BG Kosong (%) 0,49 0,61 0,50 2.32 0,52

RRH Volume Cek/BG Kosong (%) 0,69 0,67 0,52 0,80 0,81

RRH = Rata-Rata Harian

Page 19: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

7

BAB 1

PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan II-2009 diperkirakan

sebesar 6,90% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya sebesar 4,87% (y-o-y). Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan

tersebut terutama didorong oleh kegiatan investasi, ekspor dan konsumsi pemerintah.

Adapun kegiatan konsumsi rumah tangga diperkirakan mengalami perlambatan

pertumbuhan, setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh tinggi terkait dengan

kegiatan kampanye Pemilu Legislatif. Pertumbuhan kegiatan investasi pada triwulan

laporan terutama didorong oleh investasi swasta, sedangkan investasi pemerintah

diperkirakan masih terbatas. Hal ini dapat dikonfirmasi dari perkembangan beberapa

indikator investasi antara lain pertumbuhan kredit investasi, realisasi pengadaan

semen dan realisasi belanja modal pemerintah (termasuk stimulus infrastruktur).

Sementara itu, peningkatan pertumbuhan ekspor terutama didukung oleh

membaiknya kinerja ekspor antar provinsi, sedangkan peningkatan pertumbuhan

konsumsi pemerintah terutama didukung oleh pengeluaran untuk pelaksanaan

Pemilu Pilpres. Komoditas ekspor antar provinsi yang mengalami peningkatan kinerja

yaitu bahan galian C dan minyak bumi. Hal ini dapat dikonfirmasi dari data

perkembangan produksi bahan galian C di Kabupaten Donggala dan minyak bumi di

Lapangan Tiaka. Adapun kegiatan ekspor antar negara mengalami penurunan kinerja

seiring dengan tren penurunan produksi kakao Sulawesi Tengah akibat gangguan

hama dan penyakit, alih tanaman serta kegiatan rehabilitasi tanaman.

Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009

terutama bersumber dari sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel

dan restoran dan sektor bangunan. Sektor pertanian mengalami peningkatan

pertumbuhan terkait dengan musim panen padi, kakao dan cengkeh. Adapun

peningkatan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan

laporan didukung oleh berbagai kegiatan pemerintah antara lain pelaksanaan Pemilu

Pilpres, sosialisasi dan rapat.

Page 20: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

8

1. PERMINTAAN DAERAH

Konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh 5,77%

(y-o-y), mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan II-2008 sebesar

5,83% (y-o-y). Perlambatan tersebut sejalan dengan pergerakan indikator penuntun

konsumsi rumah tangga yang mengindikasikan perlambatan pertumbuhan seiring

dengan masih terjadinya tekanan terhadap daya beli masyarakat. Hal ini dapat

dikonfirmasi dari perkembangan kredit konsumsi, perkembangan jumlah penumpang

kapal laut dan perkembangan pendaftaran kendaraan baru. Kredit konsumsi

berdasarkan lokasi proyek posisi Mei 2009 tercatat tumbuh 21,47% (y-o-y), lebih

rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, jumlah

penumpang kapal laut dan pendaftaran kendaraan baru pada triwulan laporan

tumbuh negatif dibandingkan triwulan II-2008.

6.20

7.25

9.35

8.22

4.17

12.88

10.72

4.30

8.57

4.87

8.61

8.99

13.49

6.90

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

Tr I-06 Tr II-06 Tr III-06 Tr IV-06 Tr I-07 Tr II-07 Tr III-07 Tr IV-07 Tr I-08 Tr II-08 Tr III-08 Tr IV-08 Tr I-09 Tr II-09

Pers

en (%

)

Sumber : BPS

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB (y-o-y) Sulawesi Tengah Atas Dasar Harga Konstan 2000

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

Tr.I-2008 Tr.II-2008 Tr.I-2009 Tr.II-2009

Ora

ng

Sumber : Pelindo IV Cabang Pantoloan

Grafik 1.2. Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Pantoloan

Debarkasi (penurunan)

Embarkasi (pemberangkatan)

Total

Page 21: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

9

Tabel 1.1. Perkembangan Jumlah Pendaftaran Kendaraan Baru

di Kota Palu

Rincian 2009

Tr I Tr II

Roda Dua (R2) 6.561 5.612

Roda Empat (R4) 508 313

Total 7.069 5.925

Sumber : Kantor Samsat Palu

Namun demikian, penghasilan masyarakat yang bersumber dari musim panen,

realisasi gaji ke-13 PNS dan penyaluran bantuan langsung tunai (BLT), serta

pengeluaran Pemilu Pilpres diperkirakan mampu mengurangi perlambatan konsumsi

rumah tangga. Hal ini didukung oleh perkembangan beberapa indikator antara lain

nilai tukar petani (NTP) dan perkembangan harga kakao di sentra produksi Parimo.

Rata-rata NTP selama triwulan II-2009 tercatat 98,64 atau lebih tinggi dibandingkan

rata-rata selama triwulan I-2009 sebesar 98,12. Sementara itu, harga kakao di sentra

produksi Parimo relatif masih tinggi.

Konsumsi pemerintah pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh sebesar

11,03% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2008 sebesar 8,25% (y-o-y).

Adapun kontribusi konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi pada

triwulan laporan sebesar 0,90%. Peningkatan pertumbuhan tersebut didorong oleh

kenaikan belanja pemerintah untuk persiapan dan penyelenggaraan Pemilu Pilpres,

realisasi BLT dan Raskin, serta pembayaran gaji ke-13 PNS/TNI/Polri.

94

96

98

100

102

104

106

108

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2008 2009

Sumber : BPS dan Deptan

NTP

Rp

/kg

Grafik 1.3. Perkembangan NTP dan Harga Kakao

Harga Kakao di sentra produksi Parimo (Rp/kg)

nilai tukar petani (NTP)

Page 22: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

10

Tabel 1.2. PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah)

Rincian 2007 2008 2008 2009

Tr I Tr II Tr I Tr II *)

1.Konsumsi RT 8.009,50 8.451,57 1.882,68 2.091,67 2.224,85 2.212,37

2.Konsumsi Lembaga Nirlaba 172,20 187,46 37,57 43,88 46,79 51,70

3.Konsumsi Pemerintah 1.934,24 2.079,25 388,26 455,34 459,28 505,55

4.Investasi 2.689,36 2.943,92 527,13 725,32 585,63 798,94

5.Ekspor 2.159,10 2.377,72 543,70 595,94 508,88 632,15

6.Impor 1.280,52 1.293,89 237,11 295,47 259,29 334,54

PDRB 13.683,88 14.746,02 3.142,23 3.616,68 3.566,14 3.866,17

Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Angka proyeksi Bank Indonesia Palu

Tabel 1.3. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%; y-o-y)

Rincian 2007 2008 2008 2009

Tr I Tr II Tr I Tr II *)

1.Konsumsi RT 7,65 5,52 7,52 5,83 18,17 5,77

2.Konsumsi Lembaga Nirlaba 6,92 8,86 13,65 8,22 24,53 17,81

3.Konsumsi Pemerintah 5,57 7,50 10,15 8,25 18,29 11,03

4.Investasi 11,11 9,47 8,78 8,21 11,10 10,15

5.Ekspor 7,09 10,13 8,30 5,78 -6,40 6,08

6.Impor 6,85 1,04 3,61 32,75 9,35 13,22

PDRB 7,99 7,76 8,57 4,87 13,49 6,90

Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Angka proyeksi Bank Indonesia Palu

Investasi pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 10,15% (y-o-y),

mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan II-2008 dengan

kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 1,43%. Pertumbuhan kegiatan

investasi pada triwulan laporan terutama didorong oleh investasi swasta, sedangkan

investasi pemerintah diperkirakan masih terbatas. Hal ini dapat dikonfirmasi dari

perkembangan beberapa indikator investasi antara lain pertumbuhan kredit investasi

berdasarkan lokasi proyek, realisasi pengadaan semen dan realisasi belanja modal

pemerintah (termasuk stimulus infrastruktur).

Kredit investasi berdasarkan lokasi proyek posisi Mei 2009 tercatat tumbuh

121,84% (y-o-y), terutama untuk kegiatan investasi di sektor listrik yaitu penyelesaian

pembangunan PLTA di Kabupaten Poso dengan kapasitas 3 x 60 MW. Pembangunan

PLTA tersebut diharapkan akan semakin meningkatkan daya saing investasi di

Sulawesi Tengah di masa mendatang. Sementara itu, realisasi pengadaan semen di

Sulawesi Tengah pada triwulan II-2009 tumbuh 6,39% (y-o-y) atau lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,48% (y-o-y).

Page 23: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

11

Ekspor1 Sulawesi Tengah pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh 6,08%

(y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2008 sebesar 5,78% (y-o-y) maupun

triwulan sebelumnya sebesar -6,40% (y-o-y). Peningkatan pertumbuhan ekspor

terutama didukung oleh membaiknya kinerja ekspor antar provinsi, sedangkan kinerja

ekspor antar negara diperkirakan mengalami penurunan. Komoditas ekspor antar

provinsi yang mengalami peningkatan kinerja yaitu bahan galian C dan minyak bumi.

Hal ini dapat dikonfirmasi dari data perkembangan produksi bahan galian C di

Kabupaten Donggala dan minyak bumi di Lapangan Tiaka. Kegiatan ekspor antar

negara mengalami penurunan kinerja seiring dengan tren penurunan produksi kakao

Sulawesi Tengah akibat gangguan hama dan penyakit, alih tanaman serta kegiatan

rehabilitasi tanaman.

1 Pengertian ekspor dan impor dalam konteks PDRB mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar provinsi.

287.40

353.29 295.06

435.81

806.44 818.87 874.01

928.85 955.29

1,008.78

24.58 32.98 31.49 30.15

186.11 193.34 218.50 235.47 237.87 263.76

-

200.00

400.00

600.00

800.00

1,000.00

1,200.00

2004 2005 2006 2007 2008 Jan.2009 Feb.2009 Mar.2009 Apr.2009 Mei.2009

Mili

ar R

p

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 1.4. Perkembangan Kredit Investasi dan Kredit Sektor Listrik (Berdasarkan Lokasi Proyek)

Baki Debet Kredit Investasi

Baki Debet Kredit Sektor Listrik

(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II

2007 2008 2009

Pers

en (%

)

ton

Sumber : ASI

Grafik 1.5. Perkembangan Realisasi Pengadaan Semen di Sulawesi Tengah

Realisasi pengadaan (ton)

Pertumbuhan (y-o-y)

Page 24: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

12

Impor Sulawesi Tengah selama triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh 13,22%

(y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,35% (y-o-y).

Peningkatan pertumbuhan impor didorong oleh kegiatan impor antar provinsi

terutama untuk kelompok makanan jadi dan kelompok sandang. Pada akhir triwulan

II-2009 pedagang diperkirakan mulai meningkatkan persediaan barang untuk

menghadapi bulan puasa dan hari raya Idul Fitri. Hal ini dapat dikonfirmasi dari

perkembangan volume bongkar barang di Pelabuhan Pantoloan dan Bandara Mutiara

Palu. Pada triwulan laporan, volume bongkar barang di Pelabuhan Pantoloan tercatat

tumbuh 17,69% (y-o-y). Sementara itu, berdasarkan data impor antar negara yang

dikeluarkan Dirjen Bea dan Cukai, selama triwulan II-2009 Sulawesi Tengah tidak

melakukan impor barang dari negara manapun.

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

April-Mei 2006 April-Mei 2007 April-Mei 2008 April-Mei 2009

Rib

u to

n

Juta

USD

Sumber : Dirjen Bea dan Cukai

Grafik 1.6. Perkembangan Ekspor Non Migas Antar NegaraSulawesi Tengah

Nilai ekspor (Juta USD) Nilai ekspor kakao (Juta USD)

Volume Ekspor (ribu ton) Volume ekspor kakao (ribu ton)

191,975

438,001

257,715

515,502

- 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000

Tr.I-2008

Tr.II-2008

Tr.I-2009

Tr.II-2009

Sumber : Pelindo IV Cabang Pantoloan

Grafik 1.7. Perkembangan Bongkar Barang (T/M3) di Pelabuhan Pantoloan

Page 25: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

13

2. PENAWARAN DAERAH

Perekonomian Sulawesi Tengah sisi penawaran pada triwulan II-2009

diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan searah dengan perkembangan

pada sisi permintaan. Perekonomian diperkirakan tumbuh 6,90% (y-o-y), lebih tinggi

dibandingkan triwulan II-2008 sebesar 4,87% (y-o-y). Peningkatan pertumbuhan

ekonomi terutama bersumber dari sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor

perdagangan, hotel dan restoran dan sektor bangunan. Sektor pertanian mengalami

peningkatan pertumbuhan terkait dengan musim panen padi, kakao dan cengkeh.

Adapun peningkatan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada

triwulan laporan didukung oleh berbagai kegiatan pemerintah antara lain

pelaksanaan Pemilu Pilpres, sosialisasi dan rapat.

Tabel 1.4. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah)

Rincian 2007 2008 2008 2009

Tr I Tr II Tr I Tr II *)

1.Pertanian 5.858,81 6.128,72 1.284,87 1.534,46 1.452,66 1.615,11

2.Pertambangan&Penggalian 451,82 537,92 128,24 131,92 135,52 147,90

3.Industri Pengolahan 886,68 943,30 229,75 232,09 243,99 249,61

4.Listrik&Air Bersih 103,29 105,38 24,15 25,08 28,59 26,61

5.Bangunan 902,41 980,08 197,36 226,28 217,13 248,87

6.Perdag, Hotel&Restoran 1.771,58 1.885,15 406,70 455,42 463,31 490,79

7.Angkutan&Komunikasi 975,50 1.091,01 251,68 265,05 283,98 287,41

8.Keu, Sewa&Js.Perusahaan 624,21 691,25 147,32 164,89 175,97 182,95

9.Jasa-Jasa 2.109,58 2.383,20 472,15 581,49 564,99 616,92

PDRB 13.683,88 14.746,02 3.142,23 3.616,68 3.566,14 3.866,17

Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Angka proyeksi Bank Indonesia Palu

Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%)

Rincian 2007 2008 2008 2009

Tr I Tr II Tr I Tr II *)

1.Pertanian 5,00 4,61 6,86 0,26 13,06 5,26

2.Pertambangan&Penggalian 37,63 19,06 16,97 23,76 5,67 12,11

3.Industri Pengolahan 8,22 6,39 2,74 9,99 6,20 7,55

4.Listrik&Air Bersih 5,69 2,02 4,19 4,87 18,41 6,10

5.Bangunan 10,10 8,61 8,59 9,62 10,02 9,99

6.Perdag, Hotel&Restoran 7,98 6,41 7,44 7,39 13,92 7,77

7.Angkutan&Komunikasi 9,67 11,84 6,27 9,22 12,83 8,44

8.Keu, Sewa&Js.Perusahaan 9,34 10,74 11,45 12,76 19,45 10,95

9.Jasa-Jasa 9,54 12,97 16,26 4,33 19,66 6,09

PDRB 7,99 7,76 8,57 4,87 13,49 6,90

Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Angka proyeksi Bank Indonesia Palu

Page 26: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

14

Pada triwulan II-2009, sektor pertanian diperkirakan tumbuh 5,26% (y-o-y) atau

mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya. Meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian dikarenakan musim panen

raya, terutama komoditas padi, kakao dan cengkeh. Namun demikian, berdasarkan

angka ramalan (ARAM) II BPS, peningkatan produksi padi dan jagung Sulawesi

Tengah tahun 2009 akan lebih rendah dibandingkan tahun 2008. Di sisi lain, produksi

kakao cenderung turun akibat gangguan hama dan penyakit, alih tanaman serta

kegiatan rehabilitasi tanaman. Hal ini tercermin dari penurunan volume ekspor kakao

Sulawesi Tengah. Sebagaimana diketahui, subsektor tanaman bahan makanan dan

subsektor perkebunan merupakan subsektor dominan di sektor pertanian dengan

pangsa ±68%. Penurunan kinerja kedua subsektor tersebut diperkirakan akan

menyebabkan pertumbuhan sektor pertanian tahun 2009 lebih rendah daripada

tahun 2008.

Sektor jasa-jasa pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh 6,09% (y-o-y), lebih

tinggi dibandingkan triwulan II-2008 sebesar 4,33% (y-o-y). Adapun kontribusi sektor

ini terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan adalah sebesar 1,10%.

Dalam struktur PDRB Sulawesi Tengah, sektor ini memiliki pangsa 17,96% atau

terbesar kedua setelah sektor pertanian. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

sektor jasa-jasa adalah peningkatan pertumbuhan jasa pemerintahan umum terkait

dengan persiapan dan pelaksanaan Pemilu Pilpres, realisasi BLT dan penyaluran

Raskin.

(20,00)

(10,00)

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009*

Pers

en

(%

)

To

n

Sumber : BPS, diolah

Grafik 1.8. Perkembangan Produksi Padi dan Jagungdi Sulawesi Tengah

Produksi Padi Sulawesi Tengah (ton)

Produksi Jagung Sulawesi Tengah (ton)

g. Produksi Padi Sulawesi Tengah (%)

g. Produksi Jagung Sulawesi Tengah (%)

Page 27: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

15

Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan II-2009 diperkirakan

tumbuh sebesar 7,77% (y-o-y), meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya sebesar 7,39% (y-o-y) dengan kontribusi terhadap pertumbuhan

ekonomi sebesar 0,88%. Meningkatnya kinerja sektor perdagangan, hotel dan

restoran tercermin pada hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia

triwulan II-2009 yang menunjukkan adanya ekspansi kegiatan usaha pada sektor ini.

Indikator dini seperti tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang dan arus

bongkar barang di Pelabuhan Pantoloan juga menunjukkan adanya peningkatan

kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran. Adapun faktor pendorong

pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan antara lain berbagai kegiatan

pemerintah dalam rangka pelaksanaan Pemilu Pilpres, sosialisasi dan rapat.

Sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh

sebesar 8,44% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan II-2008 maupun triwulan

sebelumnya dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,51%.

Melambatnya pertumbuhan sektor ini didorong oleh penurunan kinerja subsektor

angkutan dan subsektor komunikasi. Pada subsektor angkutan, penurunan kinerja

terutama terjadi angkutan jalan raya, angkutan laut dan jasa penunjang angkutan,

sedangkan angkutan udara mengalami peningkatan kinerja seiring dengan

meningkatnya penggunaan angkutan udara selama kegiatan Pemilu. Hal ini tercermin

dari perkembangan jumlah penumpang kapal laut melalui Pelabuhan Pantoloan

selama triwulan II-2009 yang mengalami penurunan sebesar -8,79% dibandingkan

triwulan II-2008 yaitu dari 54.642 orang menjadi 49.839 orang.

52,71 51,56

44,87

26,55

41,99

73,76

55,72

45,16

30,36

45,63

24,91

47,68

21,01

54,27 52,35

56,95 57,06

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei

2008 2009

Pers

en (%

)

Sumber : BPS

Grafik 1.9. Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar (TPK)

Hotel Bintang di Sulawesi Tengah

Page 28: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

16

Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan II-2009 diperkirakan

tumbuh 12,11% (y-o-y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan

pertumbuhan terjadi pada subsektor penggalian seiring dengan meningkatnya

produksi bahan galian C. Hal ini dapat dikonfirmasi dari angka realisasi produksi

bahan galian C di Kabupaten Donggala triwulan II-2009 yang mengalami

pertumbuhan sebesar 28,34% (y-o-y). Sementara itu, produksi minyak bumi di

Lapangan Tiaka Kabupaten Morowali tumbuh -2,87% (y-o-y) setelah pada triwulan

sebelumnya tumbuh positif sebesar 33,84% (y-o-y). Kinerja subsektor pertambangan

diperkirakan akan mengalami peningkatan yang signifikan di masa mendatang jika

pembangunan kilang gas alam terintegrasi di Lapangan Donggi-Senoro (Kabupaten

Banggai) dapat direalisasikan. Selain kilang gas alam Donggi-Senoro, Sulawesi

Tengah juga memiliki blok migas lainnya yang saat ini tengah dilelang pemerintah

antara lain Blok North Surumana, Blok Menui dan Blok Morowali.

-100

0

100

200

300

400

500

600

700

-

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

700.000

Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II

2007 2008 2009

Pers

en

(%

)

m3

Sumber : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Donggala

Grafik 1.10. Perkembangan Produksi Bahan Galian Cdi Kabupaten Donggala

Produksi (m3)

g. produksi (yoy; %)

-50

0

50

100

150

200

-

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

400.000

Tr IV Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II

2005 2006 2007 2008 2009

Pers

en (%

)

bar

el

Sumber : DESDM dan Distamben Sulteng

Grafik 1.11. Perkembangan Produksi Minyak Bumidi Lapangan Tiaka-Morowali

Produksi (barel)

g. produksi (yoy, %)

Page 29: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

17

Pada triwulan II-2009, sektor industri pengolahan tumbuh 7,55% (y-o-y), lebih

rendah dibandingkan triwulan II-2008 sebesar 9,99% (y-o-y) dengan sumbangan

terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,45%. Distribusi terbesar sektor industri

pengolahan masih berasal dari subsektor kayu dan hasil hutan lainnya dan subsektor

makanan, minuman dan tembakau. Perlambatan pertumbuhan sektor industri

pengolahan terutama didorong oleh memburuknya kinerja subsektor kayu dan hasil

hutan lainnya akibat kesulitan bahan baku dan kenaikan biaya produksi.

Sektor bangunan pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh 9,99% (y-o-y),

mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan II-2008.

Peningkatan pertumbuhan sektor ini seiring dengan semakin meningkatnya kegiatan

investasi swasta dan realisasi belanja modal pemerintah. Hal ini dapat dikonfirmasi

dari data perkembangan realisasi pengadaan semen di Sulawesi Tengah pada

triwulan II-2009 yang tercatat tumbuh positif sebesar 6,39% (y-o-y). Berdasarkan

data Departemen Keuangan, alokasi belanja modal dalam APBD se-Sulawesi Tengah

mencapai Rp1,84 triliun.

Sektor listrik dan air bersih pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh sebesar

6,10% (y-o-y) atau mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan

yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,87% (y-o-y). Peningkatan pertumbuhan

sektor ini disebabkan membaiknya pasokan listrik selama triwulan II-2009, khususnya

di Kota Palu dan sekitarnya. Hal ini tercermin pada data perkembangan jumlah

pemakaian listrik di Kota Palu selama triwulan laporan yang tumbuh 6,10% (y-o-y).

Ke depan, kinerja sektor listrik dan air bersih diperkirakan akan semakin membaik

seiring dengan beroperasinya PLTA Poso II (3 x 60 MW) pada tahun 2010.

Tabel 1.6. Jumlah Pelanggan dan Pemakaian Listrik di Kota Palu

Periode Jumlah Pelanggan Pemakaian Listrik

(kwh)

Growth

Pemakaian Listrik

(y-o-y)

Triwulan I-2008 82.205 44.669.448 6,38%

Triwulan II-2008 83.211 45.383.185 6,67%

Triwulan III-2008 83.410 43.052.365 -0,49%

Triwulan IV-2008 83.396 45.663.403 -0,06%

Triwulan I-2009 83.573 46.620.410 4,37%

Triwulan II-2009 83.758 48.149.942 6,10%

Sumber : PLN Cabang Palu, diolah

Page 30: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

18

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan II-2009

diperkirakan tumbuh sebesar 10,95% (y-o-y) atau melambat dibandingkan triwulan

II-2008 sebesar 12,76% (y-o-y). Melambatnya pertumbuhan sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan terutama didorong oleh subsektor bank dan

subsektor lembaga keuangan bukan bank. Krisis keuangan global yang mulai

mempengaruhi kinerja perekonomian nasional pada awal triwulan IV-2008

mendorong bank dan lembaga keuangan bukan bank lebih selektif dalam

memberikan pembiayaan. Di sisi lain, tingkat suku bunga kredit perbankan dianggap

masih terlalu tinggi oleh pelaku usaha sehingga banyak mengambil posisi wait and

see. Kecenderungan turunnya suku bunga kredit perbankan dan semakin

meningkatnya realisasi belanja pemerintah diharapkan mampu meningkatkan kinerja

sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan mendatang.

Page 31: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 2. Perkembangan Inflasi

19

BAB 2

PERKEMBANGAN INFLASI

Secara triwulanan, pada triwulan II-2009 Kota Palu mengalami deflasi seiring

dengan terjaganya pasokan bahan pangan terutama akibat datangnya musim panen

raya padi dan kondisi cuaca yang relatif baik. Pada triwulan laporan Kota Palu

mengalami deflasi sebesar -0,36% (q-t-q), berbeda dengan triwulan sebelumnya yang

mengalami inflasi sebesar 1,78% (q-t-q). Berdasarkan kelompok pengeluaran, deflasi

pada triwulan II-2009 bersumber dari kelompok bahan makanan, kelompok

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, kelompok sandang dan kelompok

pendidikan, rekreasi dan olahraga. Adapun kelompok pengeluaran lainnya

mengalami inflasi dan yang tertinggi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok

dan tembakau sebesar 2,80% (q-t-q).

Sementara itu, kebijakan pemerintah untuk barang-barang yang harganya diatur

relatif minimal sehingga tekanan inflasi yang berasal dari kelompok administered

prices pada triwulan II-2009 relatif terbatas. Sepanjang triwulan II-2009, inflasi dari

kelompok administered prices hanya bersumber dari komoditas rokok dan jasa

pembuangan sampah. Komoditas rokok secara konsisten memberikan sumbangan

terhadap inflasi, meskipun masih minimal terkait dengan masih adanya potensi

penyesuaian harga akibat harga beberapa jenis rokok yang masih dibawah harga

1.78

2.05

7.96

1.93

2.69

1.33

0.03

(4.26)

(0.36)

(3.50)

2.80

(0.24)

(0.12)

0.47

(0.25)

0.19

(6.00) (4.00) (2.00) - 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00

Umum

Bahan Makanan

Makanan Jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transpor

Persen (%)

Sumber : BPS

Grafik 2.1. Inflasi per Kelompok Pengeluaran (q-t-q)

Jun.2009

Mar.2009

Page 32: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 2. Perkembangan Inflasi

20

bandrolnya. Secara tahunan, laju inflasi Kota Palu pada akhir triwulan II-2009

mencapai 5,83% (y-o-y) atau lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi pada

akhir triwulan I-2009 sebesar 11,07% (y-o-y), namun masih lebih tinggi dibandingkan

laju inflasi nasional sebesar 3,65% (y-o-y).

Kelompok bahan makanan pada triwulan II-2009 mengalami deflasi sebesar

-3,50% (q-t-q), berbeda dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar

2,05% (q-t-q). Deflasi pada kelompok bahan makanan terutama didorong oleh

penurunan harga pada subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya,

subkelompok ikan segar, subkelompok telur, susu dan hasil-hasilnya, subkelompok

buah-buahan dan subkelompok bumbu-bumbuan. Faktor utama penyebab deflasi

pada kelompok bahan makanan adalah datangnya panen raya padi sehingga harga

beras turun dan pasokan ikan segar yang mencukupi seiring dengan kondisi cuaca

yang cukup baik. Sebagaimana diketahui komoditas beras dan berbagai komoditas

pada subkelompok ikan segar memiliki bobot yang cukup berarti dalam

penghitungan inflasi Kota Palu.

Tabel 2. Inflasi Kota Palu Menurut Kelompok Barang dan Jasa Juni 2009 (%)

Kelompok Pengeluaran m-t-m y-t-d y-o-y

Umum 0,15 1,42 5,83

Bahan Makanan 0,66 -1,53 6,21

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 0,13 10,98 20,73

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar -0,29 1,69 4,47

Sandang 0,34 2,57 5,48

Kesehatan 0,02 1,81 3,98

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0,12 -0,21 5,78

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0,02 -4,08 -5,35

Sumber : BPS Sulawesi Tengah

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

20.00

Tr I-06 Tr II-06 Tr III-06 Tr IV-06 Tr I-07 Tr II-07 Tr III-07 Tr IV-07 Tr I-08 Tr II-08 Tr III-08 Tr IV-08 Tr I-09 Tr II-09

Pers

en

(%

)

Sumber : BPS

Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y)

Kota Palu

Nasional

Page 33: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 2. Perkembangan Inflasi

21

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan laporan

mengalami inflasi sebesar 2,80% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan

I-2009 sebesar 7,96% (q-t-q). Inflasi pada kelompok ini terjadi di semua

subkelompok, dan yang tertinggi pada subkelompok minuman yang tidak beralkohol

(4,52%), diikuti subkelompok tembakau dan minuman beralkohol (3,43%) dan

subkelompok makanan jadi (2,06%). Kenaikan harga pada kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau antara lain disebabkan kenaikan biaya tenaga kerja

pada kegiatan pengolahan makanan jadi dan kebijakan pemerintah menaikkan tarif

cukai rokok sebesar 7% mulai awal Februari 2009.

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami deflasi

sebesar -0,24% (q-t-q) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar

1,93% (q-t-q). Deflasi pada kelompok ini didorong oleh penurunan harga pada

subkelompok biaya tempat tinggal (-0,61%). Adapun subkelompok penyelenggaraan

rumah tangga dan subkelompok perlengkapan rumah tangga mengalami inflasi,

sedangkan subkelompok bahan bakar, penerangan dan air tidak mengalami

perubahan harga. Komoditas yang memberikan sumbangan deflasi pada kelompok

ini antara lain lemari pakaian, sabun cream detergen, paku, cat tembok, keramik dan

pasir. Sementara itu, komoditas yang memberikan sumbangan inflasi antara lain kayu

balokan, pembasmi nyamuk bakar dan papan.

Kelompok sandang pada triwulan II-2009 mengalami deflasi sebesar -0,12%

(q-t-q), berbeda dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 2,69%

(q-t-q). Deflasi pada kelompok ini didorong oleh penurunan harga pada subkelompok

barang pribadi dan sandang lain. Sementara itu, subkelompok sandang laki-laki,

subkelompok sandang wanita dan subkelompok sandang anak-anak mengalami

inflasi seiring dengan adanya tahun ajaran baru.

Pada triwulan II-2009, kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,47%

(q-t-q), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,33% (q-t-q). Inflasi

pada kelompok ini didorong oleh kenaikan harga pada subkelompok obat-obatan

dan subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika. Adapun komoditas yang

memberikan sumbangan inflasi antara lain vitamin, obat gosok, pasta gigi, handbody

lotion, minyak rambut, pelembab, deodorant dan sabun mandi cair.

Page 34: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 2. Perkembangan Inflasi

22

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan II-2009 mengalami

deflasi sebesar -0,25% (q-t-q), berbeda dengan triwulan sebelumnya yang mengalami

inflasi sebesar 0,03% (q-t-q). Deflasi pada kelompok ini didorong oleh adanya

penurunan harga pada subkelompok rekreasi. Adapun subkelompok

perlengkapan/peralatan pendidikan mengalami inflasi terkait dengan adanya tahun

ajaran baru. Komoditas yang memberikan sumbangan deflasi pada kelompok ini

adalah cd-tape-rec-radio, sedangkan komoditas yang memberikan sumbangan inflasi

antara lain tas sekolah, buku pelajaran SD dan buku pelajaran SMP.

Pada triwulan II-2009, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan

mengalami inflasi sebesar 0,19% (q-t-q), berbeda dengan triwulan sebelumnya yang

mengalami deflasi sebesar -4,26% (q-t-q). Inflasi pada kelompok transpor,

komunikasi dan jasa keuangan didorong oleh kenaikan harga pada subkelompok

transpor dan subkelompok sarana dan penunjang transpor. Adapun komoditas

penyumbang inflasi yaitu angkutan udara, bahan pelumas/oli, mobil, sepeda motor,

perbaikan ringan kendaraan, pemeliharaan/service dan ban luar motor.

Page 35: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 3. Perkembangan Perbankan

23

BAB 3

PERKEMBANGAN PERBANKAN

Pada triwulan II-2009, kinerja perbankan di Sulawesi Tengah masih relatif baik

tercermin dari perkembangan dana pihak ketiga (DPK) perbankan, penyaluran

kredit/pembiayaan dan aset perbankan. Pelaksanaan Pemilu 2009 yang berjalan

lancar dan tidak menimbulkan gejolak yang berarti terhadap perekonomian, kondisi

makroekonomi yang relatif baik dan tren penurunan suku bunga acuan (BI Rate)

diharapkan semakin meningkatkan kinerja perbankan, terutama dari sisi pembiayaan

dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.

3.1. PERKEMBANGAN MONETER

Nilai tukar rupiah pada akhir triwulan II-2009 terus mengalami penguatan

dibandingkan akhir triwulan I-2009. Tekanan terhadap rupiah semakin berkurang

seiring dengan stabilnya situasi keamanan pasca Pemilu 2009. Harga minyak yang

relatif stabil juga ikut mempengaruhi penguatan nilai tukar rupiah. Seiring dengan

semakin terkendalinya laju inflasi nasional, selama triwulan II-2009 Bank Indonesia

telah menurunkan BI rate sebesar 75 basis poin menjadi 7,00% di awal Juni 2009.

Sasaran yang ingin dicapai dari kebijakan penurunan BI rate adalah untuk menjaga

stabilitas perekonomian agar tetap kondusif sehingga dapat memberikan ruang yang

cukup bagi pertumbuhan ekonomi. Selain itu, suku bunga penjaminan LPS untuk

deposito rupiah pada bank umum juga mengalami penurunan menjadi menjadi

7,50% pada bulan Juni 2009.

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II

2006 2007 2008 2009

Pers

en (%

)

Grafik 3.1. Perkembangan Suku Bungadi Sulawesi Tengah

BI Rate

r tabungan perbankan Sulteng

r deposito 1 bln perbankan Sulteng

r kredit perbankan Sulteng

Page 36: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 3. Perkembangan Perbankan

24

Namun demikian, penurunan BI rate tersebut belum ditransmisikan secara baik

oleh perbankan, ditandai dengan lambatnya penurunan suku bunga perbankan

terutama pada suku bunga kredit. Pada akhir triwulan II-2009, suku bunga kredit

tercatat sebesar 15,28%. Sementara itu, suku bunga tabungan dan deposito

perbankan di Sulawesi Tengah berada pada level 2,70%, dan 8,18%.

Masih adanya segmentasi likuiditas antar bank selama triwulan II-2009

menyebabkan suku bunga tidak banyak mengalami perubahan. Hasil survei yang

dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Palu terhadap perbankan di daerah

memberikan penjelasan singkat penyebab relatif lambatnya respon perbankan di

daerah terhadap penurunan BI rate (lihat Boks 1). Salah satu penghambat penurunan

suku bunga oleh perbankan adalah masih relatif tingginya yield obligasi yang

ditawarkan oleh pemerintah. Tingkat yield obligasi yang lebih tinggi daripada suku

bunga acuan BI, mendorong perbankan untuk mengalihkan sebagian portofolionya

ke dalam obligasi pemerintah.

Pada triwulan laporan, komponen uang giral di Sulawesi Tengah tumbuh negatif

dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, sedangkan komponen

uang kuasi mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jumlah uang giral turun

sebesar -4,80% (y-o-y) yang didorong oleh berkurangnya giro milik pemerintah

daerah dan dunia usaha. Sementara itu, jumlah uang kuasi naik sebesar 15,19%

(y-o-y) menjadi Rp4.562,30 miliar. Peningkatan tersebut didorong oleh meningkatnya

jumlah tabungan dan deposito masyarakat pada perbankan.

Uang Giral

Uang Kuasi

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

Des Des Mar Jun Sep Des Mar Jun

2006 2007 2008 2009

Grafik 3.2. Posisi Uang Giral dan Uang Kuasi Di Sulawesi Tengah (Rp Miliar)

Sumber : LBU dan LBPR

Page 37: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 3. Perkembangan Perbankan

25

3.2. ASET, KELEMBAGAAN DAN KINERJA PERBANKAN

3.2.1. Aset Perbankan

Ditinjau dari sisi aset, perbankan di Sulawesi Tengah masih didominasi oleh bank

umum pemerintah dengan pangsa sebesar 83,13%, diikuti bank umum swasta

dengan pangsa 11,78% dan BPR dengan pangsa 5,09%. Pada triwulan laporan

pangsa aset bank umum pemerintah meningkat 0,30% dibandingkan triwulan

sebelumnya. Sementara itu, pangsa bank swasta dan BPR mengalami penurunan.

Secara tahunan, aset perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan II-2009 tumbuh

18,06% (y-o-y), lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh 20,25%

(y-o-y). Perlambatan jumlah aset terjadi pada seluruh kelompok bank.

Apabila dilihat dari kedudukan kantor bank pelapor, aset perbankan di Kota Palu

masih dominan dengan pangsa sebesar 58,40%, diikuti oleh Kabupaten Banggai dan

Kabupaten Toli-Toli dengan pangsa masing-masing sebesar 13,85% dan 10,59%.

3.2.2. Jumlah Jaringan Kantor Bank

Jaringan kantor bank pada triwulan II-2009 mengalami penambahan 4 kantor

dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga menjadi 152 kantor, yang tersebar di 11

kabupaten dan kota. Distribusi jaringan kantor bank masih terpusat di wilayah

perkotaan dengan jumlah perputaran uang di wilayah tersebut sangat dominan.

Sementara itu, jaringan ATM bertambah 1 unit menjadi 117 ATM. Dari sisi

kelembagaan, jumlah bank umum masih mendominasi perbankan di Sulawesi

Tengah. Apabila dihubungkan dengan data jumlah aset bank per wilayah, maka

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun

2007 2008 2009Rp

Mil

iar

Grafik 3.3. Perkembangan Jumlah Aset Perbankan Menurut Kelompok Bank

Bank Umum Pemerintah Bank Umum Swasta B P R

Sumber : LBU, LBPR

Page 38: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 3. Perkembangan Perbankan

26

terdapat hubungan yang erat antara jumlah aset bank pada suatu wilayah dengan

jumlah kantor bank di wilayah tersebut.

3.2.3. Tingkat Efisiensi dan Kinerja Perbankan

Berbagai upaya yang dilakukan perbankan dalam rangka meningkatkan

efisiensinya relatif berjalan baik. Hal ini tercermin dari rasio BOPO (biaya operasional

terhadap pendapatan operasional) bank umum pada triwulan II-2009 yang turun

menjadi 76,15%, jauh lebih baik daripada kondisi pada triwulan sebelumnya sebesar

91,43%. Sama halnya dengan bank umum, tingkat efisiensi usaha BPR di Sulawesi

Tengah juga semakin membaik ditandai dengan menurunnya rasio BOPO BPR

menjadi sebesar 70,30% atau lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Namun demikian, jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun

sebelumnya, rasio BOPO pada triwulan laporan meningkat sebesar 7,98%. Sebagai

tolok ukur tingkat efisiensi usaha, BOPO harus terus diupayakan ke tingkat yang lebih

baik lagi terutama dalam menyikapi persaingan yang semakin ketat. Masuknya

beberapa bank umum ke segmen yang selama ini dilayani oleh BPR, menuntut

pengelola BPR untuk meningkatkan daya saingnya agar tidak semakin tersisih.

41

14

16

7

15

5

3

19

6

26

0 10 20 30 40 50

Palu

Toli-Toli

Poso

Morowali

Donggala

Buol

Banggai Kep.

Banggai

Tojo Unauna

Parigi Moutong

Grafik 3.4. Distribusi Jaringan Kantor Bank di Sulawesi Tengah Pada Triwulan II-2009

Sumber : Bank Indonesia Palu

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Mar Jun Sep Des Mar Jun

2008 2009

Grafik 3.5. Perkembangan BOPO Perbankan di Sulawesi Tengah

Bank Umum BPR

Sumber : LBU, LBPR

Page 39: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 3. Perkembangan Perbankan

27

Secara umum, kinerja bank umum di Sulawesi Tengah sampai dengan akhir

triwulan II-2009 masih relatif baik. Hal ini ditandai dengan nilai NIM (Net Interest

Margin) dan ROA (Return on Asset) yang masih di atas kriteria minimum. NIM bank

umum posisi akhir triwulan II-2009 tercatat sebesar 11,55%, lebih rendah daripada

posisi pada akhir triwulan I-2009 sebesar 11,88%. Namun demikian apabila

dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2008, NIM bank umum menunjukkan

adanya peningkatan. Pada saat yang sama nilai NII (Net Interest Income) meningkat

sebesar Rp103,70 miliar dari akhir tahun lalu menjadi Rp770,11 miliar. Kondisi ini

merupakan dampak dari lambatnya penurunan suku bunga kredit yang dilakukan

oleh perbankan. Sementara itu, tingkat Return On Asset (ROA) pada akhir triwulan

II-2009 sebesar 6,50 %, masih lebih baik dibandingkan akhir tahun lalu yaitu sebesar

5,21%.

3.3. PENGHIMPUNAN DANA

Pada triwulan laporan DPK perbankan di Sulawesi Tengah tumbuh sebesar

9,19% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya

yaitu sebesar 11,03% (y-o-y). Perlambatan dalam jumlah penghimpunan dana terjadi

pada kelompok bank umum pemerintah dan swasta, sementara pada kelompok BPR

tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan. Dilihat dari jenis simpanan, deposito

tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 56,94% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 46,33% (y-o-y). Demikian halnya

dengan jumlah tabungan yang tumbuh sebesar 1,66% (y-o-y), lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 1,64% (y-o-y).

Sementara itu, jumlah giro mengalami kontraksi sebesar -4,80% (y-o-y).

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

900,000

Des Des Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

2006 2007 2008 2009

Rp

Juta

Grafik 3.6. Perkembangan Indikator Kinerja Bank Umum di Sulawesi Tengah

NII NIM ROA

Sumber : LBU, LBPR

Page 40: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 3. Perkembangan Perbankan

28

Sampai dengan triwulan II-2009, jumlah dana yang berhasil dihimpun oleh

perbankan di Sulawesi Tengah mencapai Rp6.181,48 miliar dan didominasi oleh

tabungan dengan pangsa 49,19%, diikuti oleh giro dengan pangsa 26,19% dan

deposito dengan pangsa 24,62%. Pangsa deposito dan tabungan terhadap jumlah

DPK mengalami peningkatan, sementara pangsa giro mengalami penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini mengindikasikan semakin meningkatnya

aktivitas perekonomian daerah. Dengan struktur penghimpunan dana yang

didominasi oleh dana-dana dengan biaya rendah (tabungan dan giro), perbankan di

Sulawesi Tengah diharapkan lebih agresif dalam menurunkan suku bunga kredit.

3.3.1. Lokasi Penghimpunan Dana

Berdasarkan lokasi penghimpunannya, perbankan di Kota Palu masih

mendominasi dengan pangsa penghimpunan dana sebesar 57,15%, diikuti oleh

Kabupaten Banggai dengan pangsa 14,62%, Kabupaten Poso 9,76%, Kabupaten

Toli-Toli 9,01%, Kabupaten Donggala (termasuk Parigi Moutong) sebesar 6,83%,

Morowali 1,66% dan Kabupaten Buol 0,97%.

01,0002,0003,0004,0005,0006,0007,000

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun

2007 2008 2009Rp M

iliar

Grafik 3.7. Jumlah DPK Menurut Jenis Simpanan

Giro Deposito Tabungan

Sumber : LBU, LBPR

Palu

Donggala& Parimo

Poso

Banggai

Toli-Toli

Mor

owal

iBu

ol

Grafik 3.8. Distribusi Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota Per Juni 2009

Sumber : LBU, LBPR

Page 41: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 3. Perkembangan Perbankan

29

3.3.2. Penghimpunan Dana Menurut Kelompok Bank

Berdasarkan kelompok bank, bank umum pemerintah mampu menyerap

83,50% dana masyarakat, sementara sisanya diserap oleh bank umum swasta dan

BPR dengan pangsa penghimpunan dana masing-masing sebesar 15,04% dan

1,46%. Berdasarkan laju pertumbuhan DPK pada triwulan II-2009, jumlah DPK pada

bank pemerintah mengalami pertumbuhan sebesar 7,42% (y-o-y). Sementara DPK

pada bank umum swasta dan BPR masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar

19,58% (y-o-y) dan 14,30% (y-o-y). Tingginya pertumbuhan DPK pada kelompok

bank swasta tidak terlepas dari penambahan kantor bank, kegiatan promosi dan

penawaran suku bunga yang menarik dalam memperoleh dana pihak ketiga.

3.3.3. Penghimpunan Dana Menurut Golongan Pemilik

Berdasarkan golongan pemilik, struktur DPK pada bank umum masih didominasi

oleh golongan perorangan dengan pangsa sebesar 70,90%, diikuti oleh golongan

pemerintah daerah. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dana kelompok

perorangan mengalami peningkatan sebesar 8,40% dan dana pemerintah daerah

tumbuh sebesar 6,20%. Sementara itu, dana pemerintah pusat yang berada pada

bank umum di Sulawesi Tengah mengalami penurunan sebesar -17,10%. Hal ini

mengindikasikan bahwa proyek-proyek yang dibiayai oleh pemerintah pusat di

Sulawesi Tengah sudah mulai direalisasikan.

0

2,000

4,000

6,000

8,000

Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun

2007 2008 2009

Rp

Mil

iar

Grafik 3.9. Jumlah DPK Menurut Kelompok Bank

Bank Umum Pemerintah Bank Umum Swasta B P R

Sumber : LBU, LBPR

Page 42: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 3. Perkembangan Perbankan

30

Tabel 3. Struktur DPK pada Bank Umum

Berdasarkan Golongan Pemilik (Rp Miliar)

Sumber : Bank Indonesia Palu

3.4. Penyaluran Kredit

Dalam menjalankan fungsi intermediasi, perbankan di Sulawesi Tengah terus

berupaya meningkatkan jumlah dan kualitas kredit yang disalurkan. Namun demikian,

meningkatnya risiko kredit dan suku bunga kredit menjadi penghambat pertumbuhan

kredit sampai dengan triwulan II-2009. Belum adanya tanda-tanda pembalikan

ekonomi dunia mendorong perbankan untuk lebih berhati-hati dalam menyalurkan

kredit terutama untuk meminimalkan resiko kredit.

Berdasarkan data Laporan Bank Umum (LBU), sampai dengan bulan Juni 2009

realisasi kredit masih mengalami pelambatan. Pada periode ini penyaluran kredit di

Sulawesi Tengah tumbuh sebesar 22,32% (y-o-y) atau lebih rendah dari angka

pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 35,29% (y-o-y).

Sementara itu secara triwulanan, kredit tumbuh sebesar 9,34% (q-t-q), lebih tinggi

daripada triwulan sebelumnya sebesar 1,05% (q-t-q). Seperti halnya data kredit

menurut bank pelapor, penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek pada triwulan

laporan juga menunjukan adanya perlambatan. Berdasarkan data bulan Mei 2009,

0%

10%

20%

30%

40%

50%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

I II III IV I II III IV I II*

2007 2008 2009 y-o-

y

Rp M

iliar

Grafik 3.10. Perkembangan Kredit di Sulawesi Tengah Menurut Bank Pelapor dan Lokasi Proyek

Bank Pelapor Lok. Proyek

y-o-y B. Pelapor y-o-y Lok. Pro

Page 43: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 3. Perkembangan Perbankan

31

tingkat pertumbuhan kredit tercatat 31,69% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan II-2008 sebesar 38,83% (y-o-y).

3.4.1. Kredit Menurut Jenis Penggunaan

Kredit berdasarkan lokasi proyek masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan

pangsa sebesar 46,97%, diikuti oleh kredit modal kerja dengan pangsa sebesar

39,62% dan kredit investasi sebesar 13,41%. Pangsa kredit investasi dalam kredit

berdasarkan lokasi proyek jauh lebih besar dibandingkan pangsa kredit investasi

terhadap total kredit menurut bank pelapor. Hal ini menunjukan adanya kegiatan

investasi yang dilakukan oleh perusahaan yang berasal dari luar Sulawesi Tengah.

Lebih lanjut, lokasi proyek tersebut berada di Kabupaten Poso, dimana masih

berlangsung pembangunan PLTA Poso II dengan kapasitas 3 x 60 MW yang masih

dalam tahap penyelesaian. Sementara itu, data jumlah kredit modal kerja dan kredit

konsumsi menurut lokasi proyek maupun bank pelapor tidak ada perbedaan

signifikan. Kondisi ini menunjukan bahwa pangsa kredit konsumsi dan kredit modal

kerja di Sulawesi Tengah masih didominasi oleh perbankan yang beroperasi di

Sulawesi Tengah.

Berdasarkan jenis penggunaan, sebagian besar portofolio kredit yang disalurkan

oleh perbankan di Sulawesi Tengah masih didominasi oleh kredit untuk kegiatan

produktif (modal kerja dan investasi). Sampai dengan bulan Juni 2009, posisi kredit

modal kerja tercatat sebesar Rp2.967,14 miliar atau 43,91% dari total kredit, dan

kredit investasi sebesar Rp436,53 miliar (6,46%) sehingga total porsi kredit produktif

sebesar 50,37%, lebih besar dibandingkan porsi pada triwulan I-2009 yaitu sebesar

49,45%. Sementara itu jumlah kredit konsumsi sebesar Rp3.353,41 miliar dengan

Modal Kerja Modal Kerja

InvestasiInvestasi

Konsumsi

Konsumsi

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

LBU Lokasi Proyek

Rp Miliar

Grafik 3.11. Perbandingan Jumlah Kredit di Sulawesi Tengah Menurut Jenis Penggunaan

* Kredit Lok Proyek s.d. Mei 2009Sumber : LBU, LBPR, SEKDA

Page 44: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 3. Perkembangan Perbankan

32

porsi sebesar 49,63% dari total kredit pada triwulan II-2009. Kredit modal kerja yang

disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah tumbuh sebesar 18,16% (y-o-y),

sedangkan kredit investasi tumbuh 41,90% (y-o-y) dan kredit konsumsi tumbuh

sebesar 23,97% (y-o-y).

3.4.2. Kredit Menurut Jenis Kelompok Bank

Seperti halnya dalam penghimpunan dana, kegiatan penyaluran kredit juga

didominasi oleh kelompok bank pemerintah dengan pangsa sebesar 85,98%,

sedangkan bank umum swasta memiliki pangsa sebesar 11,24% dan BPR 2,78%.

Dalam hal penyaluran kredit, kinerja perbankan mulai menunjukan adanya ekspansi

kredit yang berarti. Hal ini tercermin dari angka pertumbuhan kredit triwulanan. Pada

triwulan II-2009 kredit perbankan tumbuh 9,34% (q-t-q), jauh lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2009 sebesar 1,05% (q-t-q). Sementara itu,

kredit yang disalurkan oleh bank umum pemerintah pada triwulan laporan tumbuh

sebesar 9,91% (q-t-q), sedangkan kredit bank umum swasta tumbuh 6,10% (q-t-q)

dan kredit BPR tumbuh 5,35% (q-t-q). Secara tahunan, kredit perbankan sampai

dengan akhir triwulan II-2009 tumbuh 22,32% (y-o-y), melambat dibandingkan akhir

triwulan II-2008 yang tumbuh 35,29% (y-o-y).

3.4.3. Fungsi Intermediasi Bank

LDR (Loan to Deposit Ratio) perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan II-2009

tercatat sebesar 109,31% atau lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya sebesar 97,57%. Peningkatan LDR tersebut lebih disebabkan oleh

pertumbuhan kredit yang lebih besar dari pertumbuhan DPK. Tingkat LDR bank

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

Mar Jun

Sep

Des

Mar Jun

Sep

Des

Mar Jun

2007 2008 2009

Rp M

iliar

Grafik 3.12. Perkembangan Jumlah Kredit Menurut Kelompok Bank

Bank Pemerintah Bank Swasta BPR

Sumber : LBU, LBPR

Page 45: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 3. Perkembangan Perbankan

33

umum pemerintah pada triwulan laporan tercatat sebesar 112,50%, sedangkan LDR

bank umum swasta dan BPR masing-masing sebesar 81,73% dan 208,29%.

3.5. Kredit Untuk UMKM

Posisi akhir triwulan II-2009, penyaluran kredit Mikro, Kecil dan Menengah

(MKM) di Sulawesi Tengah mengalami pertumbuhan sebesar 23,9 % (y-o-y), lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 27,8% (y-o-y). Secara keseluruhan

nilai penyaluran kredit MKM hingga Juni 2009 berjumlah Rp6.057,33 miliar. Dari

jumlah tersebut, pangsa kredit MKM masih didominasi oleh jenis kredit mikro dengan

pangsa 42,77%, sedangkan kredit untuk usaha kecil dan menengah memiliki pangsa

masing-masing sebesar 37,53% dan 19,70%. Kondisi ini mencerminkan besarnya

perhatian yang diberikan oleh perbankan di Sulawesi Tengah terhadap

pengembangan usaha mikro dan kecil. Hal ini juga didukung dengan pangsa kredit

MKM terhadap total kredit yang mencapai 89,64%.

0

50

100

150

200

250

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun

2007 2008 2009

Persen

Grafik 3.13. Tingkat LDR Menurut Kelompok Bank

Bank Pemerintah Bank Swasta BPR All

Sumber : LBU, LBPR

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

Dec Mar Jun Sep Dec Mar Jun

2007 2008 2009Rp

Mili

ar

Grafik 3.14. Perkembangan Kredit MKM Menurut Kelompok Kredit

Mikro Kecil Menengah

Sumber : LBU, LBPR

Page 46: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 3. Perkembangan Perbankan

34

Berdasarkan sektor ekonomi yang dibiayai, sebagian besar kredit MKM diserap

oleh sektor lain-lain dan sektor perdagangan. Kredit pada sektor lain-lain termasuk

didalamnya adalah kredit konsumtif yang sangat beragam dan sulit dikelompokkan

menurut sektor ekonomi. Sementara sektor perdagangan banyak diminati oleh

perbankan karena memiliki tingkat perputaran dana (cash flow) yang cukup baik.

Sementara itu, berdasarkan wilayah penyebarannya, Kota Palu memiliki pangsa

terbesar dalam hal penyaluran kredit MKM dengan pangsa sebesar 52,31%, disusul

secara berurutan oleh Kabupaten Donggala, Banggai, Poso dan Toli-Toli dengan

pangsa sebesar 7,16%; 14,53%; 12,50%; dan 12,19%. Sementara pangsa kredit

MKM di wilayah Kabupaten Morowali dan Buol masing-masing sebesar 0,95% dan

0,77%. Jumlah UMKM yang banyak berlokasi di Kota Palu mengakibatkan jumlah

penyaluran kredit untuk segmen UMKM berpusat di wilayah tersebut.

186,804

16,951

97,133

1,054

161,092

2,053,345

21,563

93,971

24,636

3,400,780

Pertanian

Pertambangan

Perindustrian

List, Gas, & Air

Konstruksi

Perdagangan

Pengangkutan

Jasa Dunia Usaha

Jasa SosBud

Lain-Lain

Grafik 3.15. Jumlah Kredit MKM Berdasarkan Sektor Kegiatan Ekonomi Per Juni 2009 (Rp Juta)

Sumber : LBU, LBPR

Palu52%

Toli-Toli12%

Poso13%

Morowali1%

Buol1% Banggai

14%

Grafik 3.16. Sebaran Kredit MKM Menurut Wilayah Kab/Kota

Sumber : LBU, LBPR

Page 47: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 3. Perkembangan Perbankan

35

3.6. Kualitas Kredit

Secara umum kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah

pada triwulan laporan masih relatif baik. Hal ini ditunjukkan dari nilai NPL netto yang

masih jauh dibawah batas toleransi (5 %). Berdasarkan data bulan Juni 2009, NPL

netto perbankan di Sulawesi Tengah berada pada level 1,44%, meningkat

dibandingkan posisi bulan Maret 2009 sebesar 1,36%. Peningkatan NPL netto

tersebut didorong oleh meningkatnya NPL netto pada kelompok bank umum.

Sementara NPL netto pada kelompok BPR justru semakin membaik, yaitu dari 1,46%

pada triwulan sebelumnya menjadi 1,23%. Membaiknya NPL netto BPR tersebut lebih

diakibatkan oleh semakin bertambahnya pencadangan yang dilakukan oleh BPR.

Berdasarkan sektor ekonomi, pada triwulan II-2009 tingkat NPL gross kredit

sektor industri meningkat cukup signifikan, yaitu dari 2,83% pada triwulan

sebelumnya menjadi 13,31%. Peningkatan NPL gross pada sektor industri tersebut

diakibatkan oleh menurunnya kinerja sektor industri pengolahan, karena pada saat

yang sama jumlah kredit sektor industri justru turun sebesar 1,25% dibandingkan

triwulan sebelumnya. NPL gross tertinggi masih terjadi pada kredit sektor pertanian

yang mencapai 15,09%. Sementara itu, NPL gross terendah terjadi pada kredit sektor

pengangkutan yakni sebesar 0,49%. Walaupun sektor perdagangan memiliki pangsa

yang cukup besar dalam penyerapan kredit, tingkat NPL gross kredit sektor tersebut

relatif cukup rendah dibandingkan sektor lainnya.

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun

2007 2008 2009

NPL

Nom

. Rp

Juta

NPL

%

Grafik 3.17. Perkembangan Tingkat NPL Nominal dan NPL Netto Perbankan Sulawesi Tengah

NPL Gross Nominal All NPL netto All

NPL netto BU NPL netto BPR

Sumber : LBU, LBPR

Page 48: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

BOKS 1

SURVEI EFEKTIVITAS PENURUNAN BI RATE TERHADAP

SUKU BUNGA PERBANKAN DAERAH

Dalam kurun waktu 6 bulan terakhir Bank Indonesia telah menurunkan tingkat

suku bunga acuan (BI Rate) hingga mencapai level 7,00 % pada bulan Juni 2009

sebagai respon terhadap semakin membaiknya situasi perekonomian nasional dan

untuk memberikan stimulus bagi perekonomian. Sebagai bagian dari transmisi

kebijakan moneter, penurunan BI Rate diharapkan diikuti penurunan suku bunga

perbankan, sehingga dampak terhadap akselerasi pertumbuhan kredit/pembiayaan

dapat dirasakan. Namun demikian, penyesuaian suku bunga perbankan memerlukan

waktu, baik karena pertimbangan dari sisi internal bank maupun industri perbankan.

Dalam rangka monitoring efektivitas kebijakan penurunan BI Rate tersebut di level

daerah, khususnya di Kota Palu, ma Survei

Efektivitas Penurunan BI Rate terhadap Suku Bunga Perbankan Daerah

melibatkan 12 kantor bank umum yang berlokasi di Kota Palu, terdiri dari 6 bank

umum pemerintah dan 6 bank umum swasta. Survei tersebut dilakukan pada awal

bulan Juni 2009.

Berdasarkan hasil survei, secara umum suku

bunga simpanan pada saat ini belum banyak

mengalami perubahan jika dibandingkan dengan

akhir Desember 2008. Sebagian besar responden

beralasan bahwa suku bunga tabungan dan giro yang

diberikan relatif sudah rendah. Sementara untuk

deposito, sebagian besar perbankan telah

menurunkan suku bunganya. Relatif rendahnya suku bunga tabungan yang ditawarkan

oleh perbankan telah mendorong sebagian nasabah

mengalihkan simpanannya dalam bentuk deposito

yang menawarkan suku bunga lebih tinggi.

Kebijakan perbankan untuk mempertahankan

atau meningkatkan suku bunga simpanan

merupakan strategi yang dipilih bank untuk

menjaga likuiditas. Sebagian responden juga

beralasan kebijakan tersebut dilakukan sambil

Page 49: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

menunggu perkembangan situasi ekonomi yang lebih stabil, dan mencegah nasabah

utama agar tidak memindahkan dananya ke bank lain.

Berbeda dengan suku bunga simpanan, hasil

survei menunjukkan bahwa sebagian besar bank

menyatakan telah menurunkan suku bunga

pembiayaan/kredit. Namun demikian, berdasarkan

data Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bulan Mei

2009, suku bunga kredit belum mengalami

perubahan yang berarti. Hal tersebut menjadi salah

satu faktor penyebab melambatnya pertumbuhan

kredit di Sulawesi Tengah.

Perbankan beranggapan bahwa suku bunga

yang mereka tetapkan saat ini sudah rendah dan

belum memungkinkan untuk diturunkan lagi. Di sisi

lain, perbankan beranggapan bahwa calon debitur

kurang sensitif terhadap suku bunga. Selain faktor-

faktor tersebut, masih relatif tipisnya margin yang

diperoleh mendorong perbankan untuk

mempertahankan suku bunga kreditnya.

Peluang penurunan suku bunga kredit masih terbuka, manakala permintaan kredit

menurun. Penurunan suku bunga kredit akan semakin cepat terjadi apabila dilakukan

secara bersamaan oleh seluruh bank. Kewenangan kantor pusat dalam penentuan bunga

kredit juga menjadi salah satu faktor penghambat perbankan di daerah dalam melakukan

penyesuaian suku bunga kredit.

Selisih suku bunga deposito dengan BI Rate

cenderung semakin besar seiring dengan semakin

besarnya nilai deposito. Kekhawatiran perbankan

terhadap kondisi likuiditas diduga menjadi alasan bank

untuk memberikan bunga yang lebih tinggi kepada

kelompok deposan utama (nilai deposito > 5 miliar).

Pada sisi kredit, sebagian besar bank menyatakan bahwa selisih antara suku bunga kredit

dengan BI Rate masih di atas 6 %.

Page 50: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Sebagian besar responden menyatakan bahwa

mereka akan melakukan penyesuaian suku bunga

simpanan 1–2 bulan setelah penurunan BI Rate untuk

mempertahankan DPK ditengah kondisi likuiditas yang

ketat. Hal ini dipertegas dengan waktu penyesuaian

yang lebih cepat (kurang dari 1 bulan) apabila terjadi

kenaikan BI Rate.

Berbeda dengan suku bunga simpanan, dalam hal penetapan suku bunga pinjaman,

perbankan relatif lebih lambat dalam merespon penurunan BI Rate. Dari hasil survei

terlihat bahwa sebagian besar bank membutuhkan waktu lebih dari 2 bulan untuk

melakukan penyesuaian suku bunga ketika terjadi penurunan BI Rate. Hal ini terkait

dengan upaya bank untuk memaksimalkan pendapatan, karena di sisi lain biaya bunga

yang ditanggung juga meningkat. Merujuk pada faktor-faktor yang dipertimbangakan

dalam menetapkan suku bunga, terbukti bahwa kondisi internal bank (ALMA) lebih

diutamakan oleh perbankan daripada sekedar mengikuti pergerakan BI Rate.

Lambatnya penyesuaian juga terjadi manakala ada kenaikan BI Rate, yang diduga

terkait dengan upaya bank untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Kenaikan suku

bunga kredit secara tiba-tiba dapat menyebabkan menurunnya permintaan kredit dan

berpotensi terjadi take over oleh kompetitor yang menawarkan suku bunga lebih rendah.

Pelaku perbankan memperkirakan suku bunga

dalam 2-3 bulan yang akan datang tidak akan lebih

tinggi dari saat ini. Hal ini sejalan dengan persepsi dari

pelaku usaha/nasabah yang menyatakan bahwa

tingkat suku bunga perbankan cenderung akan

mengalami penurunan. Hampir seluruh responden baik

dari perbankan maupun nasabah berpendapat bahwa level BI Rate yang ideal untuk saat

ini berada dibawah 7,50%.

Page 51: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

BOKS 2

PERKEMBANGAN NPL DAN KREDIT DI SULAWESI TENGAH

DI TENGAH KRISIS FINANSIAL GLOBAL

Krisis keuangan global yang mulai mempengaruhi kinerja perekonomian nasional

pada awal triwulan IV-2008 telah memberikan dampak negatif dalam berbagai aspek.

Tidak terkecuali dengan kinerja perbankan nasional dan di beberapa daerah.

Peningkatan NPL, penurunan penyaluran kredit dan pertumbuhan negatif profit

perusahaan merupakan contoh dampak yang umumnya terjadi dalam bisnis perbankan

saat ini. Bagaimana dengan kondisi perbankan di Sulawesi Tengah, terutama

perkembangan NPL dan kreditnya?

Dalam kurun waktu tahun 2007 sampai

dengan 2009, kualitas kredit perbankan di

Sulawesi Tengah menunjukkan tren yang

membaik. Indikasinya terlihat dari NPL

perbankan di Sulawesi Tengah yang cenderung

menurun. NPL gross perbankan Sulawesi

Tengah mulai meningkat pada triwulan I-2009,

dan hal ini lebih disebabkan terbatasnya ekspansi kredit perbankan. Krisis keuangan

global membuat bank-bank semakin meningkatkan kehati-hatian dalam penyaluran

kredit, tidak terkecuali di Sulawesi Tengah, dan akibatnya pertumbuhan kredit melambat.

Kredit perbankan di Sulawesi Tengah

mulai terasa melambat pertumbuhannya pada

triwulan IV-2008 dan triwulan I-2009. Pada

triwulan IV-2008, pertumbuhan kredit tercatat

3,94% (q-t-q) atau lebih rendah dibandingkan

dengan pertumbuhan kredit pada triwulan

III-2008 sebesar 6,52% (q-t-q). Penurunan

pertumbuhan kredit berlanjut hingga triwulan

I-2009. Pertumbuhan kredit pada triwulan I-2009 tercatat hanya sebesar 1,05% (q-t-q).

Akan tetapi tren penurunan penyaluran kredit hanya berlangsung hingga triwulan I-2009.

Pada triwulan II-2009 seiring dengan tren penurunan suku bunga dan kondisi

makroekonomi nasional yang cukup baik, semua jenis kredit mulai menunjukkan tren

yang meningkat (ekspansif) dan diharapkan akan mempengaruhi kualitas kredit secara

keseluruhan. Pada triwulan II-2009, kredit perbankan tumbuh 9,34% (q-t-q).

(5,00)

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2007 2008 2009

Menurut Jenis Penggunaan

1. Modal Kerja

2. Investasi

3. Konsumsi

Sumber : Bank Indonesia Palu, diolah

Grafik 3. Pertumbuhan Kredit Bank Umum dan BPR di Propinsi Sulawesi Tengah

%

Page 52: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran

36

BAB 4

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan

tunggal yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Salah satu pilar

penting untuk mencapai tujuan ini adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem

pembayaran. Di sisi instrumen pembayaran tunai, Bank Indonesia mengeluarkan dan

mengedarkan alat pembayaran tunai berupa uang rupiah serta mencabut, menarik

hingga memusnahkan uang rupiah yang tidak layak edar dan tidak berlaku dari

peredaran. Dalam hal ini Bank Indonesia terus menjaga optimalisasi dan efektivitas

pengedaran uang sehingga kebutuhan uang kartal dalam jumlah yang cukup,

nominal yang sesuai, layak edar dan tepat waktu dapat terpenuhi. Sementara di sisi

instrumen pembayaran non tunai, Bank Indonesia lebih mengarahkan kebijakan

dalam hal menjaga kehandalan, keamanan, efisiensi dan efektivitas transaksi

pembayaran non tunai dengan tetap memperhatikan aspek kesetaraan akses hingga

perlindungan konsumen. Hingga saat ini instrumen pembayaran terus mengalami

perkembangan pesat dari alat pembayaran tunai (cash based) ke alat pembayaran

non tunai (non cash). Hal ini sejalan dengan inisiatif Bank Indonesia untuk mendorong

dan membangun masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran non tunai atau

dikenal dengan Less Cach Society.

1. PERKEMBANGAN UANG KARTAL (INFLOW / OUTFLOW)

Jumlah aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia Palu dari perbankan

dan masyarakat (inflow) sepanjang triwulan II-2009 menurun 66,65% dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp477,99 miliar menjadi Rp159,39 miliar,

sedangkan aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia Palu ke perbankan dan

masyarakat (outflow) naik 283,70% dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari

Rp216,74 milyar menjadi Rp831,63 milyar. Kenaikan outflow pada triwulan laporan

terutama dipengaruhi oleh adanya pembayaran gaji ke-13 bagi PNS/TNI/Polri,

kebutuhan dana untuk proyek pemerintah dan swasta, pembayaran Bantuan

Langsung Tunai (BLT), kebutuhan dana dalam penyelenggaraan Pemilu Legislatif dan

Page 53: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran

37

Pilpres, serta adanya musim panen padi, kakao dan cengkeh. Bila kita

membandingkan angka inflow dan outflow maka akan diperoleh net-outflow selama

triwulan II-2009 sebesar Rp 672,24 miliar, sedangkan pada triwulan sebelumnya

tercatat net-inflow sebesar Rp 261,25 miliar.

Dalam rangka menjaga kualitas uang rupiah yang diedarkan dalam kondisi yang

layak edar, Bank Indonesia Palu melakukan kegiatan pemusnahan uang. Uang rupiah

yang dimusnahkan adalah uang yang sudah dicabut dan ditarik dari peredaran.

Jumlah uang yang dimusnahkan dapat dilihat dari jumlah Pemberian Tanda Tidak

Berharga (PTTB). Selama triwulan II-2009, jumlah uang kertas yang dimusnahkan di

Bank Indonesia Palu mencapai Rp30,67 milyar atau meningkat 14,95% dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar Rp 26,68 milyar.

Page 54: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran

38

2. PERKEMBANGAN UANG PALSU YANG DITEMUKAN

Dalam upaya untuk mengantisipasi penyebaran uang palsu dan kejahatan

pemalsuan uang khususnya di Sulawesi Tengah, Bank Indonesia Palu menerapkan

kebijakan peningkatan koordinasi, perluasan sasaran pengenalan atau sosialisasi ciri-

ciri keaslian rupiah, serta mencabut dan menarik uang dari peredaran.

Pada triwulan II-2009, jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Bank

Indonesia Palu sebanyak 6 lembar, lebih sedikit dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya sebanyak 20 lembar. Uang palsu yang dicatat oleh Bank Indonesia Palu

ini diperoleh melalui laporan dari perbankan maupun masyarakat umum, yang

kemudian diteruskan kepada pihak kepolisian untuk penanganan secara hukum.

Meskipun ada perbaikan dari segi penurunan jumlah uang palsu yang beredar, Bank

Indonesia Palu senantiasa meningkatkan pengawasan terhadap peredaran uang

palsu.

Tabel 4.1. Jumlah Uang Palsu Yang Ditemukan (Lembar)

Pecahan Mata Uang (Nominal)

2005 2006 2007 2008 2009

Tr I Tr II

Rp100.000 108 3.459 27 826 7 1

Rp50.000 15 14 15 36 12 4

Rp20.000 10 2 4 - - 0

Rp10.000 11 1 - 1 1 1

Jumlah 144 3.476 46 863 20 6

Sumber : Bank Indonesia Palu

3. PERKEMBANGAN KLIRING LOKAL

Pasal 16 Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.3 tahun 2004 menyatakan

bahwa Bank Indonesia berwenang mengatur sistem kliring antar bank dalam mata

uang rupiah dan valas. Adanya kliring diharapkan dapat meningkatkan penggunaan

instrumen pembayaran giral dan mendorong masyarakat untuk menyimpan dana di

bank. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya penyelenggaraan

kliring untuk transaksi antar bank adalah memberikan alternatif bagi masyarakat

dalam melakukan suatu pembayaran yang aman, efektif dan efisien, dan bagi bank

merupakan salah satu layanan kepada nasabah dan dapat menjadi salah satu sumber

fee based income (pendapatan di luar bunga).

Page 55: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran

39

Dalam rangka meningkatkan kecepatan dan keakuratan settlement sehingga

lebih memberikan kepastian dalam penyelesaian transaksi serta meminimalkan risiko

kegagalam settlement, maka sejak September 2006 Kantor Bank Indonesia Palu telah

menerapkan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Terlaksananya transmisi

arus dana melalui SKNBI secara real time, otomatis akan mempercepat perputaran

uang (velocity of money) dan mengurangi floating dana karena tidak ada lagi

penundaan (time lag) dalam settlement sebagaimana terjadi pada sistem kliring lokal.

Sementara itu, penerapan SKNBI di Kota Tolitoli dan Kota Luwuk telah dimulai sejak

bulan November 2007.

Pada triwulan II-2009, jumlah warkat kliring naik 9,43% yaitu dari 30.511 lembar

pada triwulan sebelumnya menjadi 33.388 lembar. Demikian juga nominal

perputaran kliring tercatat naik 33,44% dibandingkan triwulan I-2009 sehingga

menjadi Rp1.064,66 miliar. Peningkatan jumlah warkat dan nominal kliring sejalan

dengan meningkatnya aktivitas perekonomian daerah seperti realisasi proyek,

kegiatan kampanye Pemilu Legislatif dan Pilpres, pembayaran gaji ke-13 PNS/TNI/Polri

serta adanya panen raya padi, kakao dan cengkeh.

Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong

Keterangan 2006 2007 2008 2009

Tr IV Tr IV Tr IV Tr I Tr II

Perputaran Kliring

- Lembar 30.500 29.436 32.023 30.511 33.388

- Nominal (Miliar Rp) 1.079,94 1.641,77 1.112,89 797,8 1.064,66

Rata-Rata Harian Perputaran Kliring

- Lembar 510 504 544 518 530

- Nominal (Miliar Rp) 18,04 27,86 18,95 13,58 16,65

Rata-Rata Harian Penolakan Cek/BG Kosong

- Lembar (%) 1,17 0,84 1,03 0,80 0,81

- Nominal (%) 0,8 0,37 1,17 2,32 0,52

Sumber : Bank Indonesia Palu

Sementara itu, kualitas kliring di wilayah kerja Bank Indonesia Palu pada triwulan

II-2009 relatif meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebagaimana tercermin

pada penurunan persentase rata-rata harian penolakan cek/BG kosong dari sisi

nominal kliring. Persentase rata-rata harian nominal cek/BG yang ditolak pada

Page 56: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran

40

triwulan II-2009 tercatat 0,52%, lebih rendah daripada triwulan sebelumnya sebesar

2,32%. Sementara itu, rata-rata harian lembar cek/BG yang ditolak tercatat 0,81%,

sedikit memburuk dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 0,80%.

4. PERKEMBANGAN BI-RTGS

Transaksi pembayaran non tunai melalui sistem Bank Indonesia Real Time Gross

Settlement (BI-RTGS) pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun 2008. Hal ini terutama

didorong oleh peningkatan aktivitas transaksi untuk setelmen kliring.

Pada triwulan II-2009, transaksi pembayaran di Sulawesi Tengah melalui sistem

BI-RTGS mengalami peningkatan aktivitas transaksi dibandingkan triwulan

sebelumnya. Aliran dana keluar (Outflow) melalui RTGS pada triwulan II-2009 tercatat

sebesar Rp 4.296,78 miliar atau naik 29,82% dibandingkan triwulan I-2009 sebesar

Rp3.309,76 miliar dengan volume transaksi sebanyak 8.373 transaksi. Disisi lain aliran

dana masuk (inflow) melalui RTGS pada triwulan II-2009 tercatat sebesar

Rp4.173,37 miliar atau naik 39,41% dibandingkan triwulan I-2009 sebesar

Rp2.993,51 miliar dengan volume transaksi sebanyak 6.176 transaksi.

(1.000,00)

-

1.000,00

2.000,00

3.000,00

4.000,00

5.000,00

6.000,00

7.000,00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2007 2008 2009

Mili

ar

Rp

Grafik 4.3. Perkembangan Transaksi BI-RTGS di Sulawesi Tengah

Inflow

Outflow

Net Outflow

Sumber : Bank Indonesia

Page 57: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

41

BAB 5

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

1. KETENAGAKERJAAN

Krisis keuangan global yang mulai mempengaruhi kinerja perekonomian nasional

sejak triwulan IV-2008, relatif tidak mempengaruhi tingkat pengangguran dan

penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sulawesi Tengah. Berdasarkan hasil survei

(Sakernas) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik, jumlah penyerapan tenaga

kerja di Sulawesi Tengah posisi Februari 2009 mengalami peningkatan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja. Bahkan selama

kurun waktu 2008 sampai dengan 2009 penyerapan tenaga kerja dan jumlah

angkatan kerja menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada posisi Februari 2009,

jumlah penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tengah naik 3,72% dibandingkan posisi

Februari 2008 yaitu dari 1,13 juta jiwa menjadi 1,17 juta jiwa. Sementara itu, jumlah

angkatan kerja posisi Februari 2009 tercatat sebanyak 1,24 juta jiwa atau naik 1,38%

dibandingkan posisi Februari 2008 yang tercatat sebanyak 1,22 juta jiwa. Kombinasi

perkembangan dua hal ini menyebabkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di

Sulawesi Tengah turun yaitu dari 7,25% pada posisi Februari 2008 menjadi 5,11%

pada posisi Februari 2009. Dibandingkan dengan kondisi TPT nasional yaitu sebesar

8,14% maupun TPT provinsi lainnya di Pulau Sulawesi, kondisi TPT di Sulawesi

Tengah secara umum relatif lebih baik.

Page 58: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

42

Di sisi lain, selama kurun waktu 2008 sampai dengan awal 2009, tingkat

setengah pengangguran menunjukkan kecenderungan menurun. Persentase tingkat

setengah pengangguran pada bulan Februari 2009 tercatat 5,11% lebih rendah

daripada persentase pada bulan Februari 2008 sebesar 7,25%. Tingkat setengah

pengangguran secara konvensional biasanya diukur berdasarkan jam kerja. Seseorang

dikatakan sebagai setengah pengangguran jika dia bekerja kurang dari jam kerja

normal (<35 jam seminggu). Meskipun jumlah jam kerja per minggu tidak

sepenuhnya dapat memberikan gambaran tingkat produktivitas, terutama bagi

mereka yang memang menghendaki jam kerja rendah, namun demikian jam kerja

yang rendah merupakan salah satu indikasi pemanfaatan tenaga kerja yang kurang

optimal.

Untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja, pemerintah daerah dan

stakeholders terkait lainnya perlu berupaya keras meningkatkan aliran investasi ke

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

Nasional Sulteng Sulut Sulsel Sultra Gorontalo Sulbar

8,14

5,11

10,63

8,74

5,38 5,06 4,92

Pers

en (%

)

Sumber : BPS, posisi Februari 2009

Grafik 5.2. Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional dan Kawasan Sulawesi

Page 59: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

43

Sulawesi Tengah antara lain dengan perbaikan infrastruktur (jalan, pelabuhan dan

listrik), peningkatan kualitas SDM, jaminan stabilitas keamanan, jaminan minimnya

biaya tinggi dan fokus pada pengembangan industri yang berbasis komoditas

unggulan (dalam hal ini sektor pertanian). Berdasarkan data BPS, sebagian besar

angkatan kerja di Sulawesi Tengah diserap oleh sektor pertanian (57,85%). Di tengah

kondisi ekonomi dan lapangan kerja formal yang masih terbatas, sektor pertanian

tetap menjadi pilihan penduduk karena sifatnya yang fleksibel dan tidak

membutuhkan keahlian yang tinggi. Para pekerja di sektor ini lebih mudah untuk

keluar masuk jika ada peluang kerja yang lebih baik. Bila dibandingkan dengan posisi

Februari 2008, pangsa tenaga kerja di sektor pertanian posisi Februari 2009

mengalami fluktuasi yang paling tinggi di antara semua sektor yakni turun sebesar

4,69%. Disisi lain, pangsa tenaga kerja di sektor perdagangan dan jasa

kemasyarakatan justru meningkat masing-masing sebesar 2,75% dan 1,58%. Hal ini

menunjukkan telah terjadi transformasi tenaga kerja dari sektor primer ke sektor

tersier walaupun masih berjalan lamban.

Tabel 5.1.

Perkembangan Angkatan Kerja yang Bekerja Berdasarkan Sektor Ekonomi

Sumber : BPS

Berdasarkan data penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut status

pekerjaan utama, status pekerjaan didominasi oleh berusaha dibantu buruh tidak

tetap/buruh tidak dibayar (26,51%). Sementara persentase status pekerjaan

penduduk bekerja yang terkecil adalah berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar

(2,61%). Penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan tercatat sekitar 20% pada

Februari 2009, lebih tinggi jika dibandingkan dengan persentase pada bulan Agustus

2008 (18,10%). Sementara itu, persentase penduduk yang berstatus pekerja tak

No Sektor Feb-07 Feb-08 Feb-09

1 Pertanian 628.132 709.150 678.598

2 Industri 48.414 49.247 61.116

3 Konstruksi 37.152 39.513 32.859

4 Perdagangan 141.086 140.096 177.149

5 Pengangkutan 45.700 47.889 47.427

6 Keuangan dan Jasa Perusahaan 8.689 5.273 11.516

7 Jasa Kemasyarakatan 117.032 133.884 157.078

8 Lainnya 5.391 8.975 7.346

Jumlah 1.031.596 1.134.027 1.173.089

Page 60: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

44

dibayar pada Februari 2009 tercatat 25,26% atau lebih tinggi dibandingkan dengan

persentase pada bulan Agustus 2008 yang tercatat sebesar 25,00%. Fenomena ini

menunjukkan meningkatnya keinginan anggota rumah tangga untuk membantu

meningkatkan penghasilan rumah tangga, diduga sebagian besar penduduk yang

berstatus sebagai pekerja tak dibayar tersebut berasal dari ibu-ibu rumah tangga

maupun anggota rumah tangga lainnya yang sebenarnya masih bersekolah.

Tabel 5.2.

Penduduk Berumur 15 tahun Keatas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

Sementara itu, jumlah pencari kerja yang terdaftar di Kantor Dinas Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah pada bulan Juni 2009 tercatat sebanyak

70.882 orang atau naik 2,93% dibandingkan dengan bulan Maret 2008 sebanyak

68.867 orang. Sebagian besar pencari kerja di Sulawesi Tengah berpendidikan SLTA

(60,48%), diikuti S1 / sarjana (23,77%) dan DII (5,37%). Dilihat dari jenis kelaminnya,

jumlah pencari kerja wanita lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pencari kerja

laki-laki.

Tabel 5.3. Perkembangan Jumlah Pencari Kerja di Sulawesi Tengah

Tingkat Pendidikan Mar-09 Jun-09

Laki-Laki Wanita Total Laki-Laki Wanita Total

SD 163 96 259 162 91 253

SLTP 405 176 581 414 170 584

SLTA 20.528 20963 41.491 21.159 21707 42866

DI 769 1.908 2.677 800 1.989 2.789

DII 1.094 2.544 3.638 1.142 2.662 3.804

DIII 1.312 2.193 3.505 1.343 2.243 3.586

S1/ Sarjana 7.124 9.439 16.563 7.180 9.667 16.847

Pasca Sarjana 88 65 153 88 65 153

Total 31.483 37.384 68.867 31.483 37.384 70.882

Sumber : Disnakertrans Sulteng

Status Pekerjaan Feb-07 Agust-07 Feb-08 Agust-08 Feb-09

Berusaha sendiri 205.732 201.214 212.783 213.664 219.662

Berusaha dibantu buruh tidak

tetap/brh tdk dibayar

309.056 328.300 327.434 324.186 311.016

Berusaha dibantu buruh

tetap/brh dibayar

27.335 29.928 26.872 33.637 30.627

Buruh/karyawan 193.289 228.080 208.744 205.048 234.603

Pekerja bebas di pertanian 31.541 56.980 52.865 44.207 49.334

Pekerja bebas di non pertanian 23.699 20.952 25.369 27.849 31.480

Pekerja tak dibayar 240.944 218.490 276.960 283.115 296.367

Total 1.031.596 1.083.944 1.131.027 1.131.706 1.173.089

Page 61: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

45

Sementara itu, Upah Minimum Provinsi (UMP) Sulawesi Tengah tahun 2009

ditetapkan sebesar Rp720.000 per bulan atau naik 7,46% dibandingkan tahun 2008

sebesar Rp670.000. Namun demikian, angka tersebut masih berada di bawah angka

Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Sulawesi Tengah tahun 2009. Dibandingkan dengan

rata-rata UMP se-Indonesia tahun 2009 (sekitar Rp836.000 per bulan), UMP Sulawesi

Tengah lebih rendah 13,88%.

2. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

Angka Indeks Pembangunan Manusia atau IPM1 Sulawesi Tengah menunjukkan

perbaikan, walaupun belum terlalu signifikan. Dibandingkan dengan angka IPM

nasional, IPM Sulawesi Tengah selalu berada di bawah IPM nasional. Pada tahun

2006, angka IPM Sulawesi Tengah sebesar 68,80 sedangkan angka IPM nasional

sebesar 70,10. Selama ini terdapat tiga kriteria IPM, yaitu IPM tinggi dengan angka

indeks di atas 80,00, IPM sedang dengan batas angka 50,00 79,90 dan IPM rendah

dengan angka di bawah 50,00. Angka IPM Sulawesi Tengah dan kebanyakan provinsi

di Indonesia masuk dalam kategori sedang.

1 IPM dikembangkan pada 1990 oleh ekonom Pakistan Mahbub ul Haq, dan telah digunakan sejak tahun 1993 oleh UNDP pada laporan tahunannya. Nilai IPM menunjukkan pencapaian rata-rata dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia yaitu 1. usia yang panjang dan sehat yang diukur dengan angka harapan hidup, 2. pendidikan yang diukur dengan tingkat baca tulis dengan pembobotan dua per tiga dan angka partisipasi kasar dengan pembobotan satu per tiga, dan 3. standar hidup yang layak yang diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita pada paritas daya beli dalam mata uang USD

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

100.00%

110.00%

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

500,000

550,000

600,000

650,000

700,000

750,000

800,000

850,000

900,000

950,000

1,000,000

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Rp

Sumber : Disnakertrans Prov.Sulteng

Grafik 5.4. Perkembangan UMP di Sulawesi Tengah

UMP (Rupiah) KHL (Rupiah) UMP / KHL (%)

Page 62: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

46

3. GINI RATIO

Pertumbuhan ekonomi daerah diharapkan berdampak positif pada perbaikan

kesejahteraan masyarakat, baik melalui penciptaan lapangan kerja maupun

peningkatan pendapatan. Di sisi tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi akan membuka

lapangan kerja sehingga angkatan kerja yang ada dapat diserap dan memiliki

pendapatan. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi daerah yang terjadi tidak serta

merta mampu menyebabkan penciptaan lapangan kerja secara signifikan sehingga

pendapatan yang terjadi hanya dinikmati oleh sebagian masyarakat. Di sisi

pendapatan, pertumbuhan ekonomi daerah akan menciptakan pendapatan bagi

setiap pelaku usaha. Namun demikian, pendapatan yang tercipta belum tentu dapat

dinikmati oleh masyarakat secara lebih luas. Penilaian dampak pertumbuhan ekonomi

terhadap perbaikan kesejahteraan salah satunya adalah melalui tingkat distribusi

ketimpangan pendapatan yang tercermin dari angka Gini Ratio2.

2 Gini Ratio merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan. Nilai Gini Ratio terletak antara 0 dan 1, dimana nilai yang mendekati 0 maka tingkat ketimpangan pendapatan sangat rendah (distribusi pendapatan merata), dan sebaliknya. Distribusi pendapatan di Indonesia dibagi atas tiga kelompok yaitu kelompok teratas, menengah dan terendah. Menurut Bank Dunia, distribusi pendapatan timpang manakala kelompok pendapatan terendah hanya menikmati kue ekonomi kurang dari 17%.

Page 63: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

47

Tabel 5.4. Perkembangan Gini Ratio Sulawesi Tengah

Keterangan

2005 2007

40%

populasi

dengan

pendapatan

terendah

40%

populasi

dengan

pendapatan

menengah

20%

populasi

dengan

pendapatan

tertinggi

Gini

Ratio

40%

populasi

dengan

pendapatan

terendah

40%

populasi

dengan

pendapatan

menengah

20%

populasi

dengan

pendapatan

tertinggi

Gini

Ratio

Sulteng 21,85 38,07 40,08 0,30 20,88 39,09 40,04 0,32

Nasional 18,81 36,40 44,78 0,36 19,10 36,11 44,79 0,36

Sumber : BPS

Berdasarkan perkembangan Gini Ratio pada tabel 5.4 dapat dikemukakan bahwa

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah belum sepenuhnya mampu memperbaiki

ketimpangan pendapatan di Sulawesi Tengah. Hal ini tercermin dari memburuknya

angka Gini Ratio Sulawesi Tengah tahun 2007 dibandingkan tahun 2005 yaitu dari

0,30 menjadi 0,32 (ukuran ketimpangan sedang). Pada tahun 2007, 40% masyarakat

Sulawesi Tengah dengan pendapatan terendah menikmati kue ekonomi di atas 17%

(20,88%) sehingga ketimpangan tahun 2007 masih relatif rendah.

4. KEMISKINAN

Persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah tahun 2009 tercatat sebesar

18,98% lebih rendah dibandingkan tahun 2008 sebesar 20,75%, namun masih lebih

tinggi dibandingkan dengan persentase penduduk miskin nasional sebesar 14,15%.

Dilihat berdasarkan lokasinya, jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan lebih

tinggi dibandingkan daerah perkotaan. Jumlah penduduk miskin di pedesaan tahun

2009 mencapai 435,17 ribu jiwa (88,84%), dan penduduk miskin di perkotaan

sebanyak 54,67 ribu jiwa (11,16%). Sementara itu indeks kedalaman dan keparahan

kemiskinan di pedesaan juga lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Pada bulan

Maret 2009, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan untuk perkotaan hanya 1,91

sementara di daerah perdesaan mencapai 3,05. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan

untuk perkotaan hanya 0,52 sementara di daerah perdesaan mencapai 0,82. Dari

angka ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih

parah daripada di daerah perkotaan.

Page 64: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

48

Tabel 5.5. Perkembangan Indikator Indikator Kemiskinan

di Provinsi Sulawesi Tengah

Keterangan 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) 486,3 527,5 566,1 557,5 524,7 489,94

Kota 70,5 73,2 76,6 67,1 60,93 54,67

Desa 415,8 454,3 489,5 490,4 463,77 435,17

Persentase Penduduk Miskin (%) 21,69 21,8 24,09 22,42 20,75 18,98

Kota 15,33 14,41 15,52 12,86 11,47 10,09

Desa 23,33 23,76 26,37 24,97 23,22 21,35

Indeks Kedalaman Kemiskinan (%) 4,03 4,18 6,49 4,46 4,33 4,09

Kota 3,19 2,26 2,71 2,14 2,22 1,40

Desa 4,73 4,64 7,47 5,08 4,89 4,80

Indeks Keparahan Kemiskinan (%) 1,14 1,2 2 1,38 1,41 1,37

Kota 0,96 0,63 0,72 0,56 0,6 0,31

Desa 1,37 4,18 6,49 1,6 1,63 1,65

Sumber : BPS Sulteng

Dalam upaya penurunan jumlah penduduk miskin, Pemerintah telah melakukan

beberapa program antara lain program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM),

program keluarga harapan, program BOS, program BLT, program Askeskin,

penyaluran KUR serta program beras untuk rakyat miskin (Raskin). Pada tahun 2009

ini Pemerintah kembali melanjutkan program Raskin selama 12 bulan melalui

penjualan beras 15 kg tiap rumah tangga sasaran (RTS) dengan harga Rp1.600/kg.

Berdasarkan data Perum Bulog, untuk tahun 2009 Sulawesi Tengah mendapat alokasi

Raskin sebanyak 28,64 ribu ton yang akan didistribusikan kepada 159.126 RTS.

Jumlah RTS tersebut turun -24,71% dibandingkan jumlah RTS tahun 2008.

Page 65: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah

49

BAB 6

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Perkembangan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Provinsi Sulawesi Tengah sampai dengan triwulan II-2009 mengalami surplus sebesar

Rp156,88 miliar. Hal ini dapat dilihat dari nilai realisasi belanja daerah yang lebih

rendah dibandingkan dengan realisasi pendapatan daerah hingga akhir triwulan

II-2009. Secara keseluruhan, realisasi belanja daerah Provinsi Sulawesi Tengah

mencapai Rp352,49 miliar atau 32,04% dari total anggaran belanja daerah tahun

2009 sebesar Rp1.100,27 miliar. Nilai ini masih dibawah realisasi pendapatan daerah

Provinsi Sulawesi Tengah yang mencapai Rp509,37 miliar atau 47,93% dari total

anggaran pendapatan daerah tahun 2009 sebesar Rp1.062,74 miliar.

Dari sisi belanja daerah, pada grafik diatas digambarkan perkembangan kinerja

pemerintah daerah, khususnya Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, dalam

merealisasikan belanja daerah hingga akhir semester I di empat tahun terakhir.

Kinerja belanja daerah sedikit menurun jika dibandingkan dengan realisasi pada

triwulan yang sama tahun 2006 dan tahun 2008, tetapi masih lebih tinggi jika

dibandingkan dengan realisasi tahun 2007.

34.16

20.84

34.96

32.04

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Semester I-2006 Semester I-2007 Semester I-2008 Semester I-2009

Pers

en (%

)

Sumber : Biro Keuangan Prov. Sulteng

Grafik 6.1. Perkembangan % Realisasi Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

Page 66: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah

50

Belanja

pegawai

59%

Balanja

barang

34%

Belanja hibah

5%

Belanja

bantuan sosial

2%

Belanja tanah

0%

Belanja aset

tetap lainnya

0%

Belanja

bangunan dan

gedung

17%

Belanja jalan,

irigasi dan

jaringan

48%

Belanja

peralatan dan

mesin

35%

Tabel 6.1. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Miliar Rp

Uraian Anggaran Tahun 2009 Realisasi sd. Semester I-2009

Nominal Pangsa (%) Nominal % Realisasi Pangsa (%)

Belanja Operasi 731,42 66,48 265,16 36,25 75,22

Belanja Modal 283,44 25,76 44,92 15,85 12,74

Belanja Tak Terduga 5,00 0,45 0,00 0,00 0,00

Transfer Bagi Hasil ke Kab/Kota 80,42 7,31 42,42 52,75 12,03

Total Belanja Daerah 1.100,28 100,00 352,50 32,04 100,00

Sumber : Biro Keuangan Prov. Sulteng

Berdasarkan tabel diatas, dari sisi persentase realisasi terhadap anggaran, realisasi

transfer bagi hasil ke kabupaten/kota merupakan yang terbesar yakni sebesar

Rp42,42 miliar atau 52,75% dari anggaran tahun 2009 sebesar Rp80,42 miliar.

Sedangkan jika dilihat dari pangsa terhadap total realisasi belanja daerah hingga akhir

semester I-2009 ini, belanja operasi adalah yang terbesar yakni sebesar Rp265,16

miliar atau 75,22% dari total realisasi belanja daerah. Realisasi belanja operasi terdiri

dari belanja pegawai, belanja barang, belanja hibah, belanja bantuan sosial dan

belanja bantuan keuangan. Sedangkan belanja modal terdiri dari belanja tanah,

belanja peralatan dan mesin, belanja bangunan dan gedung, belanja jalan, irigasi dan

jaringan, serta belanja aset tetap lainnya.

Grafik 6.2. Proporsi Realisasi Belanja Operasi Grafik 6.3. Proporsi Realisasi Belanja Modal

Dari grafik diatas, proporsi terbesar realisasi belanja operasi semester I-2009

adalah belanja pegawai dengan nilai realisasi sebesar Rp154,48 miliar atau 59% dari

total realisasi belanja operasi. Belanja pegawai merupakan keseluruhan belanja

pegawai pada belanja langsung dan belanja tidak langsung. Sedangkan proporsi

Page 67: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah

51

Pajak

daerah 88%

Hasil

pengelolaan

kekayaan

daerah yang

dipisahkan

0%

Lain-lain

pendapatan

asli daerah

yang sah

5%

Retribusi

daerah  7%Dana

alokasi

umum

91%

Dana bagi

hasil pajak

1%

Dana bagi

hasil SDA

3%

Dana

alokasi

khusus

5%

terbesar realisasi belanja modal pada semester I-2009 ini adalah belanja jalan, irigasi

dan jaringan dengan nilai realisasi sebesar Rp21,38 miliar atau 48% dari total realisasi

belanja modal. Jika dilihat dari nilai realisasi terhadap anggaran, nilai realisasi belanja

modal masih relatif rendah. Hasil dari belanja modal dampaknya akan langsung

dirasakan dan digunakan oleh masyarakat, terutama untuk perbaikan jalur distribusi

berupa pembangunan dan perbaikan jalan provinsi dan saluran irigasi yang sangat

dibutuhkan untuk peningkatan produksi pertanian.

Tabel 6.2. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Miliar Rp

Uraian Anggaran Tahun 2009 Realisasi sd. Semester I-2009

Nominal Pangsa (%) Nominal % Realisasi Pangsa (%)

PAD 231,78 21,81 108,98 47,02 21,40

Dana Perimbangan 741,00 69,73 399,17 53,87 78,37

Pendapatan lain-lain yang sah 89,96 8,46 1,22 1,36 0,24

Total Pendapatan Daerah 1.062,74 100,00 509,37 47,93 100,00

Sumber : Biro Keuangan Prov. Sulteng

Berdasarkan tabel diatas, dana perimbangan masih merupakan sumber utama

pendapatan daerah. Pangsa realisasi dana perimbangan adalah sebesar 78,37%

terhadap total realisasi pendapatan daerah hingga semester I-2009. Realisasi

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah sebesar Rp108,98 miliar atau 47,02% dari

anggaran tahun 2009 sebesar Rp231,78 miliar. Nilai realisasi PAD terdiri dari

pendapatan pajak daerah, pendapatan retribusi daerah, serta pendapatan asli daerah

lain-lain yang sah. Realisasi dana perimbangan mencapai Rp399,17 miliar atau

53,87% dari anggaran tahun 2009 sebesar 741,00 miliar. Realisasi dana

perimbangan terdiri dari dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil Sumber daya alam,

dana alokasi umum (DAU), serta dana alokasi khusus (DAK).

Grafik 6.4. Proporsi realisasi PAD Grafik 6.5. Proporsi realisasi Dana Perimbangan

Page 68: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah

52

Proporsi terbesar dari realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) sampai dengan

semester I-2009 adalah pendapatan pajak daerah dengan nilai realisasi sebesar

Rp94,97 miliar atau 88,00% dari total realisasi PAD. Jika dibandingkan dengan

anggaran 2009, realisasi penerimaan pajak daerah mencapai 46,99%, sedangkan

realisasi penerimaan retribusi daerah mencapai 43,37%. Adapun proporsi terbesar

dari realisasi dana transfer atau perimbangan berasal dari realisasi Dana Alokasi

Umum (DAU) yakni sebesar Rp 367,15 miliar atau 91% dari total realisasi dana

perimbangan.

Dalam rangka meningkatkan kinerja keuangan Pemerintah Daerah, dari sisi

pendapatan dan belanja daerah, perlu dilakukan beberapa langkah sebagai berikut :

1. Peningkatan kualitas SDM, misalnya dalam hal penguasaan mekanisme pengadaan

barang/jasa Pemerintah, pemahaman terhadap peraturan dan perundangan yang

berlaku, sistem akuntansi dan sebagainya.

2. Evaluasi berkala lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terhadap realisasi

pendapatan dan belanja daerah.

3. Peningkatan kualitas proses penetapan APBD, termasuk ketepatan waktunya

sesuai dengan peraturan dan perundangan. Untuk itu dibutuhkan peningkatan

koordinasi antara Pemerintah Daerah dan DPRD. Keterlambatan pengesahan Perda

APBD berpotensi mengganggu kinerja keuangan daerah.

Page 69: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah

53

BAB 7.

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

Perekonomian Sulawesi Tengah pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh

sebesar 7,47% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya,

namun melambat dibandingkan triwulan III-2008. Pertumbuhan ekonomi pada

triwulan mendatang terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi.

Konsumsi rumah tangga meningkat terkait dengan bulan puasa dan persiapan hari

raya Idul Fitri, sedangkan investasi meningkat seiring dengan meningkatnya realisasi

belanja modal pemerintah dan swasta antara lain berbagai proyek yang dibiayai paket

stimulus fiskal infrastruktur (±Rp277 miliar) dan APBN/APBD, serta penyelesaian

pembangunan PLTA Poso II dengan kapasitas 3 x 60 MW.

Sementara itu, kegiatan ekspor diperkirakan tetap tumbuh positif, namun

mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Ekspor

Sulawesi Tengah pada triwulan mendatang lebih ditopang oleh ekspor antar provinsi,

terutama bahan galian C dan minyak bumi. Adapun ekspor antar negara yang masih

didominasi komoditas kakao akan mengalami penurunan seiring dengan berakhirnya

masa panen raya dan tren turunnya produksi akibat serangan hama dan penyakit, alih

tanaman dan kegiatan rehabilitasi tanaman.

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilaksanakan oleh Bank

Indonesia Palu menunjukkan bahwa pada triwulan III-2009 dunia usaha di Sulawesi

Tengah akan mengalami ekspansi sebagaimana ditunjukkan dari nilai SBT sebesar

14,22%. Secara sektoral pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang terutama

didorong oleh pertumbuhan pada sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan

restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa dan sektor bangunan.

Secara keseluruhan, kinerja sektor pertanian tahun 2009 diperkirakan lebih rendah

dibandingkan tahun 2009. Hal ini searah dengan angka ramalan (ARAM) II-2009 yang

dipublikasikan BPS untuk produksi padi dan jagung Sulawesi Tengah. Faktor

penyebab menurunnya produksi pertanian antara lain kemungkinan musim kemarau

Page 70: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah

54

panjang akibat anomali cuaca (El Nino). Badan Meteorologi, Klimatologi dan

Geofisika memprediksi musim kering tahun ini terjadi sampai Januari 2009, dan

hampir merata di seluruh wilayah Indonesia. Untuk itu, pemerintah daerah dan

stakeholders terkait lainnya perlu kiranya mengantisipasi ancaman kekeringan

tersebut antara lain melalui perbaikan sarana irigasi dan sungai.

7.2. PROSPEK INFLASI

Laju inflasi tahunan Kota Palu pada triwulan III-2009 diperkirakan lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hilangnya pengaruh eksternal

dalam penghitungan inflasi akibat kenaikan harga BBM pada bulan Juni 2008

(baseline effect) menyebabkan laju inflasi tahunan pada triwulan III-2009 lebih rendah

dibandingkan triwulan III-2008. Sementara itu, laju inflasi triwulanan (q-t-q)

diperkirakan akan meningkat terkait dengan meningkatnya konsumsi masyarakat

pada bulan puasa dan menjelang Idul Fitri.

Sumber tekanan inflasi pada triwulan III-2009 sebagian besar berasal dari

kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau, serta

kelompok sandang. Komoditas kelompok bahan makanan yang diperkirakan akan

mengalami kenaikan harga yaitu beras, gula pasir, minyak goreng, tepung terigu,

daging sapi, daging ayam ras, cabe, bawang merah dan telur, sedangkan pada

kelompok makanan yaitu minuman bersoda, kue kering dan mie instan.

Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilaksanakan Bank Indonesia Palu pada

bulan Juni 2009, masyarakat Kota Palu memperkirakan tingkat harga pada 3 bulan

mendatang akan mengalami peningkatan. Ekspektasi kenaikan harga tersebut

ditengarai terkait dengan faktor musiman menjelang bulan puasa dan hari raya Idul

Fitri. Responden survei memperkirakan bahwa kenaikan harga akan terjadi pada

seluruh kelompok komoditas dengan indeks tertinggi terjadi pada kelompok bahan

makanan.

Page 71: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah

55

7.3. PROSPEK PERBANKAN

Kondisi perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan III-2009 diperkirakan akan

semakin membaik seiring dengan tren turunnya suku bunga kredit dan kondisi

makroekonomi yang relatif stabil. Penurunan suku bunga kredit akan meningkatkan

penyaluran kredit terutama kredit produktif (modal kerja dan investasi). Secara

sektoral, kredit sektor perdagangan, sektor pertanian dan sektor konstruksi akan

tumbuh lebih tinggi dibandingkan sektor ekonomi lainnya. Walaupun demikian,

pertumbuhan kredit tahun 2009 diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun 2008

seiring dengan meningkatnya kehati-hatian bank dalam penyaluran kredit. Sementara

itu, kredit UMKM akan tetap mendominasi kredit perbankan di Sulawesi Tengah.

Indikator utama perbankan seperti NPLs diproyeksikan semakin membaik kualitasnya

seiring dengan meningkatnya ekspansi kredit.

Page 72: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

LAMPIRAN

Page 73: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Daftar Istilah dan Singkatan

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Inflasi

Inflasi month to month

Inflasi year to date

Inflasi year on year

Inflasi quarter to quarter

Inflasi inti (core inflation)

Adalah peningkatan harga barang dan jasa secara umum

dalam satu periode. Umumnya inflasi diukur dengan

melihat perubahan harga sekelompok barang dan jasa

yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat seperti

tercermin pada perkembangan Indeks Harga Konsumen

(IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat

dipengaruhi baik oleh sisi permintaan maupun sisi

penawaran.

Adalah perbandingan harga (nisbah) perubahan Indeks

Harga Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK

bulan sebelumnya (inflasi bulanan), dan sering disingkat

(m-t-m).

Adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga

perubahan Indeks Harga Konsumen bulan bersangkutan

dibandingkan IHK bulan Desember tahun sebelumnya

(inflasi kumulatif), dan sering disingkat (y-t-d).

Adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga

perubahan Indeks Harga Konsumen bulan bersangkutan

dibandingkan IHK bulan yang sama tahun sebelumnya

(inflasi tahunan), dan sering disingkat (y-o-y).

Adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga

perubahan Indeks Harga Konsumen pada akhir triwulan

yang bersangkutan dibandingkan IHK akhir triwulan

sebelumnya (inflasi triwulanan), dan sering disingkat

(q-t-q).

Adalah inflasi komoditas yang perkembangan harganya

dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum

(faktor-faktor fundamental seperti ekspektasi inflasi, nilai

tukar dan keseimbangan permintaan dan penawaran

agregat) yang akan berdampak pada perubahan harga-

harga secara umum dan lebih bersifat permanen.

Page 74: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Daftar Istilah dan Singkatan

Inflasi volatile foods

Inflasi administered prices

Uang kartal

Uang kuasi

Uang giral

LDR

NPLs

PPAP

Adalah inflasi kelompok komoditas bahan makanan yang

perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-

faktor tertentu.

Adalah inflasi kelompok komoditas yang perkembangan

harganya diatur oleh pemerintah.

Adalah uang kertas, uang logam, komemoratif koin dan

uang kertas komemoratif yang dikeluarkan oleh bank

sentral yang menjadi alat pembayaran yang sah di suatu

negara.

Adalah kewajiban sistem moneter dalam bentuk deposito

berjangka, tabungan dalam rupiah dan saldo rekening

valuta asing milik penduduk. Berdasarkan standar

penyusunan dan penyajian statistik secara internasional

yang terbaru, BPR/BPRS dimasukkan sebagai anggota sistem

moneter sehingga tabungan dan deposito yang ada di

BPR/BPRS diperhitungkan sebagai uang kuasi.

Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman

uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh

tempo yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk

dalam rupiah pada sistem moneter.

Adalah rasio total kredit terhadap total Dana Pihak Ketiga

(DPK). DPK terdiri dari deposito berjangka, tabungan dan

giro. LDR singkatan dari Loans to Deposit Ratio.

Adalah kredit-kredit di perbankan yang tergolong

kolektibilitas tidak lancar, yaitu kurang lancar, diragukan

dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. NPLs

singkatan dari Non Performing Loans.

Adalah sejumlah dana yang dialokasikan untuk

mengantisipasi tidak tertagihnya aktiva produktif yang

tergolong kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan

ketentuan Bank Indonesia. Aktiva produktif dalam hal ini

adalah kredit. PPAP singkatan dari Penyisihan Penghapusan

Aktiva Produktif.

Page 75: Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regionalstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi... · sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) ... perkembangan

Daftar Istilah dan Singkatan

Cash Inflow

Cash outflow

Net flow

PTTB

PDB-PDRB

DAU

DAK

Bagi Hasil

Adalah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia,

misalnya melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh

bank-bank umum.

Adalah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia melalui

proses penarikan tunai bank umum dari giro di Bank

Indonesia atau pembayaran tunai melalui Bank Indonesia.

Adalah selisih antara outflow dan inflow.

Adalah kegiatan pemusnahan uang atau Pemberian Tanda

Tidak Berharga, sebagai upaya Bank Indonesia untuk

menyediakan uang kartal yang layak dan segar (fit for

circulation) untuk bertransaksi.

Adalah sebuah analisis perhitungan pertumbuhan ekonomi

dengan menghitung seluruh nilai tambah yang terjadi di

sebuah wilayah tertentu pada waktu tertentu. Untuk skala

nasional disebut Produk Domestik Bruto (PDB) dan untuk

skala regional/daerah disebut Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB).

DAU singkatan dari Dana Alokasi Umum. DAU merupakan

transfer yang bersifat umum (block grant) untuk mengatasi

masalah ketimpangan horisontal (antar daerah) dengan

tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan antar

daerah.

DAK singkatan dari Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan

transfer yang bersifat khusus (specific grant) untuk

memenuhi pembiayaan kebutuhan khusus daerah dan atau

kepentingan nasional.

Merupakan dana perimbangan untuk mengatasi masalah

ketimpangan vertikal (antara pusat dan daerah) yang

dilakukan melalui pembagian hasil antara pemerintah

pusat dan daerah penghasil, dari sebagian penerimaan

perpajakan (nasional) dan penerimaan sumber daya alam.