ker malut tw 4-2009

107
LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017

Upload: nadia-mirasti

Post on 24-Jun-2015

179 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KER Malut Tw 4-2009

LAPORAN TRIWULANAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate

Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017

Page 2: KER Malut Tw 4-2009

LAPORAN TRIWULANAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate

Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-31-24017

TRIWULAN IV-2009

Page 3: KER Malut Tw 4-2009

VISI BANK INDONESIA

“Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”

MISI BANK INDONESIA

“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan

stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan”

TUGAS BANK INDONESIA (Pasal 8 UU No. 23 Tahun 1999)

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, 2. Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran, 3. Mengatur dan mengawasi bank.

Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi : Kelompok Kajian, Statistik, Survey dan Pengawasan Bank Kantor Bank Indonesia Ternate Jl. Jos Sudarso No. 1, Ternate Telp : (0921) 3121217 Fax : (0921) 3124017

Page 4: KER Malut Tw 4-2009

i

KATA PENGANTAR

Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan

melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran

serta mengatur dan mengawasi bank dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan

nilai rupiah.

Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di

daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan

sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.

Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan

moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan

menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi, Kinerja Perbankan dan

Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara. Laporan ini diolah berdasarkan data dan

informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank

Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu

kebijakan di daerah. Laporan Triwulan ini meliputi perkembangan inflasi regional; ekonomi,

moneter dan Perbankan; sistem pembayaran dan prospek ekonomi.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa

kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan

kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini

menjadi lebih baik di waktu yang akan datang.

Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami

sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.

Ternate, 5 Februari 2009 BANK INDONESIA TERNATE

Marlison Hakim Pemimpin

Page 5: KER Malut Tw 4-2009

ii

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiDAFTAR TABEL ivDAFTAR GAMBAR vTABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH viii RINGKASAN EKSEKUTIF ix BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1 1.1 Gambaran Umum 1 1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 2 1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 12 BOKS 1 Efisiensi Investasi di Maluku Utara 26

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL 32 2.1 Gambaran Umum 32 2.2 Inflasi Triwulanan 33 2.3 Inflasi Tahunan 41 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN 46 3.1 Perkembangan Perbankan 46 a. Perkembangan Aset Bank Umum 46 b. Penghimpunan Dana Bank Umum 48 c. Penyaluran Kredit 51 c.1. Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor 51 d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum 54 e. Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum 55 BOKS 2 Agro-industri Bio-etanol Berbahan Baku Nira Aren 56 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 62 4.1 Gambaran Umum 61 4.2 Pendapatan Daerah 62 4.3 Belanja Daerah 63 4.4 Kapasitas Fiskal 65 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 67 5.1 Transaksi Tunai 67 5.2 Transaksi Non Tunai 74 BOKS 3 Hasil Quick Survey: Kebutuhan Penukaran Uang Kecil Oleh

Masyarakat Kepulauan di Provinsi Maluku Utara 77

BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH 84

Page 6: KER Malut Tw 4-2009

iii

6.1 Kondisi Umum 84 6.2 Lapangan Pekerjaan Utama 85 6.3 Status Pekerjaan Utama 85 6.4 Upah 86 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 88 7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 88 7.2 Prosoek Inflasi Daerah 89

Page 7: KER Malut Tw 4-2009

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Komposisi Kepemilikan Aset Bank Umum di Maluku Utara (Milyar Rp) 47Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Bank Umum di Maluku Utara (Miliar rupiah) 53Tabel 4.1 Kapasitas Fiskal Provinsi Malut 66Tabel 5.1 Kegiatan Kas Keliling BI Ternate 70Tabel 5.2 Perkembangan Pemusnahan Uang Kertas Di bank Indonesia Ternate

(Juta Rp) 72

Tabel 5.3 Kegiatan Sosialisasi Keaslian Uang Rupiah 73Tabel 5.4 Perkembangan Kliring Perbankan 75Tabel 5.5 Penyelesaian transaksi RTGS Kota Ternate 76Tabel 6.1 Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Ekonomi 85Tabel 6.2 Tenaga Kerja Bedasarkan Status Pekerjaan (Ribu orang) 86

Page 8: KER Malut Tw 4-2009

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Perkembangan PDRB Riil Maluku Utara 1

Gambar 1.2 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Permintaan dan Kontribusinya (y-o-y) 3

Gambar 1.3 Perkembangan Konsumsi Riil Maluku Utara 4

Gambar 1.4 Perkembangan Penyaluran Kredit Konsumsi Oleh Perbankan di Malut 4

Gambar 1.5 Konsumsi Riil Masyarakat Maluku Utara (Milyar Rupiah) 5

Gambar 1.6 Perkembangan Investasi Riil Maluku Utara 6

Gambar 1.7 Perkembangan Kredit Investasi Berdasarkan Lokasi Proyek 7

Gambar 1.8 Proyek Investasi Provinsi Maluku Utara 2009 7

Gambar 1.9 Perkembangan Riil Pengeluaran Pemerintah 8

Gambar 1.10 Perkembangan Volume Muat Komoditas Kopra, Coklat dan Pala/Fully (Ton/M3)

9

Gambar 1.11 Perkembangan Ekspor Riil 10

Gambar 1.12 Realisasi Ekspor Nickel Maluku Utara 11

Gambar 1.13 Perkembangan Impor Maluku Utara 11

Gambar 1.14 Perkembangan Volume Muat Bahan Pokok (Ton/M3) 12

Gambar 1.15 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Penawaran dan Kontribusinya (y-o-y) 13

Gambar 1.16 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian 14

Gambar 1.17 Volume Produksi Ikan di PPN Ternate (Ton)

15

Gambar 1.18 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian 16

Gambar 1.19 Produksi Tambang PT NHM 16

Gambar 1.20 Produksi Tambang PT Antam

17

Gambar 1.21 Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan 18

Gambar 1.22 Perkembangan PDRB Riil Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 19

Gambar 1.23 Perkembangan PDRB Riil Sektor Bangunan 20

Gambar 1.24 Perkembangan PDRB Riil Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 21

Gambar 1.25 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 22

Gambar 1.26 Arus Kapal Penumpang 22

Gambar 1.27 Lalu Lintas Angkutan Udara 23

Page 9: KER Malut Tw 4-2009

vi

Gambar 1.28 Perkembangan PDRB Riil Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

24

Gambar 1.29 Perkembangan PDRB Riil Sektor Jasa-jasa 25

Gambar 2.1 Perbandingan Triwulanan dan Tahunan Inflasi Ternate Terhadap Nasional

32

Gambar 2.2 Perbandingan Inflasi Triwulanan dan Tahunan Wilayah Sulampua 33

Gambar 2.3 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (q-t-q) 34

Gambar 2.4 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (q-t-q)

36

Gambar 2.5 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q)

37

Gambar 2.6 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q) 38

Gambar 2.7 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (q-t-q)

39

Gambar 2.8 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (q-t-q)

40

Gambar 2.9 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q-t-q)

40

Gambar 2.10 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (y-o-y) 41

Gambar 2.11 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (y-o-y)

42

Gambar 2.12 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar (y-o-y)

42

Gambar 2.13 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (y-o-y) 43

Gambar 2.14 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (y-o-y)

44

Gambar 2.15 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (y-o-y)

44

Gambar 2.16 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (y-o-y)

45

Gambar 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara 47

Gambar 3.2 Perkembangan Aset Bank Umum Valuta Asing di Maluku Utara 48

Gambar 3.3 Perkembangan DPK Perbankan 50

Gambar 3.4 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 54

Gambar 3.5 Perkembangan NPL’s Perbankan Daerah 55

Gambar 4.1 Perkembangan APBD Maluku Utara 63

Gambar 4.2 Perkembangan Penerimaan Daerah 64

Gambar 4.3 Perkembangan Indeks Kapasitas Fiskal Malut 66

Gambar 5.1 Perkembangan Kegiatan Kas Bank Indonesia Ternate (Milyar Rupiah) 68

Gambar 5.2 Perkembangan Kegiatan Kas Keliling BI Ternate 70

Gambar 5.3 Rata-rata Harian Transaksi Kliring 74

Gambar 5.4 Perkembangan Volume dan Nominal Kegiatan Kliring 75

Page 10: KER Malut Tw 4-2009

vii

Gambar 6.1 Perkembangan TPT dan TPAK 84Gambar 6.2 Perkembangan UMP dan KHL 87

Gambar 7.1 Ekspektasi Kegiatan Usaha 89

Page 11: KER Malut Tw 4-2009

viii

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH INFLASI & PDRB  

 

INDIKATOR TAHUN 2009

Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw. 4

MAKRO Indeks Harga Konsumen (Kota Ternate) 117,33 117,01 118,55 120,38

Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 7,64 4,34 1,36 3,88 PDRB - harga konstan (miliar Rp)

- Pertanian 241,67 248,33 256,18 250,81

- Pertambangan & Penggalian 27,00 27,84 28,87 30,65

- Industri Pengolahan 83,72 86,83 90,14 91,17

- Listrik, Gas & Air Bersih 3,20 3,31 3,33 3,31

- Bangunan 12,07 12,47 12,94 13,32

- Perdagangan, Hotel & Restoran 171,99 178,77 188,88 194,96

- Pengangkutan & Komunikasi 54,71 56,30 58,44 59,38

- Keuangan, Persewaaan & Jasa 24,40 25,10 25,79 26,39

- Jasa 51,09 53,45 55,99 57,55

Pertumbuhan PDRB (yoy %) 4,66 4,97 5,34 9,06 Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 27,62 31,91 31,84 9,42*

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 815,45 997,40 804,45 249,30*Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) - 0,68 0 0Volume Impor Nonmigas (ribu ton) - 0,05 0 0

 

Keterangan  

* Data Ekspor dan Impor pada Tw.4 baru mencakup Oktober dan November 2009 

Page 12: KER Malut Tw 4-2009

ix

PERBANKAN   

INDIKATOR TAHUN 2009

Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw. 4

PERBANKAN

Bank Umum:

Total Aset (Rp triliun) 3,01 3,18 3,00 3,04

DPK (Rp triliun) 2,83 2,90 2,61 2,67

- Giro 1,01 0,99 0,69 0,51

- Tabungan 1,25 1,33 1,35 1,56

- Deposito 0,57 0,57 0,56 0,60

Kredit (Rp triliun) 1,38 1,53 1,64 1,69

- Modal Kerja 0,47 0,52 0,55 0,55

- Investasi 0,11 0,14 0,15 0,16

- Konsumsi 0,81 0,88 0,94 0,98

LDR 48,94% 52,82% 63,01% 63,11%

Kredit UMKM (Rp juta)

Kredit Mikro (Rp juta) 623,267 658,338 695,533 686,376

- Modal Kerja 49,347 54,411 59,213 58,280

- Investasi 9,127 10,615 10,858 11,225

- Konsumsi 564,793 593,312 625,462 616,871

Kredit Kecil (Rp juta) 364,648 438,688 492,414 543,775

- Modal Kerja 130,857 147,178 166,459 167,085

- Investasi 28,145 37,665 43,825 50,769

- Konsumsi 205,646 253,845 282,130 325,921

Kredit Menengah (Rp juta) 343,813 366,353 383,596 380,512

- Modal Kerja 236,522 254,935 266,683 259,053

- Investasi 71,513 79,953 83,662 84,273

- Konsumsi 35,778 31,465 33,251 37,86

Total Kredit MKM (Rp juta) 1331,728 1463,379 1571,543 1610,663

NPL MKM (%) 3,77 3,34 3,54 2,92

Keterangan:  

Klredit Mikro (< Rp50 juta)  

Klredit Kecil (Rp50 juta < X ≤ Rp500 juta)  

Klredit Mikro (Rp500 juta < X ≤ Rp5 miliar)  

Page 13: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Ringkasan Eksekutif x

Ringkasan Eksekutif

GAMBARAN UMUM

Perekonomian Maluku Utara pada triwulan IV-2009

yang diukur dengan menggunakan PDRB harga konstan

mengalami peningkatan pertumbuhan bila dibandingkan

triwulan sebelumnya. Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi

daerah pada triwulan IV-2009 sebesar 9,06% sedangkan

pada triwulan III-2009 pertumbuhannya 5,34%. Kinerja

perekonomian yang terjadi pada triwulan laporan masih

melanjutkan trend positif setelah kontraksi ekonomi yang

terjadi pada triwulan IV-2008.

Tingkat inflasi di Kota Ternate sebagai representasi

tingkat harga di Maluku Utara pada Triwulan IV-2009

mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang

sama tahun sebelumnya dan juga masih mengalami

peningkatan bila dibandingkan dengan tingkat harga pada

Triwulan III-2009. Secara triwulanan perkembangan harga di

Ternate pada triwulan III-2009 tercatat mengalami inflasi

sebesar 1,54%, sedangkan secara tahunan pada triwulan

laporan terjadi inflasi sebesar 3,88% lebih tinggi jika

dibandingkan dengan inflasi tahunan yang terjadi pada

triwulan III-2009 yang mencapai 1,36%.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Secara tahunan tercatat angka pertumbuhan PDRB

atas dasar harga konstan tahun 2000 pada triwulan III-2009

adalah 9,06% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan yang terjadi pada triwulan sebelumnya, yang

tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 5,34% (y-o-y).

Secara umum pertumbuhan perekonomian Maluku Utara

Perekonomian Provinsi Maluku Utara pada triwulan IV-2009 mengalami pertumbuhan 9,06% (y-o-y).

Tingkat inflasi tahunan Maluku Utara tercatat 3,88% ...

Page 14: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Ringkasan Eksekutif xi

pada triwulan laporan digerakan oleh aktivitas ekonomi yang

terjadi seiring perayaan Natal dan acara-acara di akhir tahun.

Perkembangan ekonomi Maluku Utara pada triwulan

IV-2009 secara dominan digerakan oleh konsumsi

masyarakat. Membaiknya kinerja ekspor telah memberikan

kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada

triwulan laporan, dimana kontribusinya sebesar 1,19%.

Pertumbuhan investasi yang cukup tinggi pada triwulan

laporan telah mengakibatkan kontribusi investasi terhadap

pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan

dibandingkan periode sebelumnya. Pengeluaran pemerintah

juga masih memberikan kontribusi yang cukup tinggi.

Kontribusi impor terhadap pertumbuhan yang sebesar

3,49%, sejalan dengan kondisi yang terjadi pada sisi

konsumsi, dimana impor Maluku Utara memang lebih banyak

berupa impor antar pulau (intra trade) dengan komoditas

utamanya adalah bahan makanan.

Jika dibandingkan pertumbuhannya, komponen PDRB

sisi permintaan yang mengalami pertumbuhan tahunan

tertinggi adalah impor yang tumbuh sebesar 19,44% (y-o-y).

Meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya,

namun pertumbuhan konsumsi pemerintah masih cukup

tinggi dengan angka sebesar 16,05% (y-o-y). Investasi terus

mengalami pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya,

dimana pertumbuhannya pada triwulan laporan adalah

15,55% (y-o-y). Konsumsi juga masih melanjutkan trend

pertumbuhan dari beberapa periode sebelumnya, dimana

pertumbuhannya pada triwulan laporan adalah 12,19% (y-o-

y). Kinerja ekspor yang membaik telah mendorong

pertumbuhan ekspor menjadi 6,05% (y-o-y).

Dari sisi penawaran, seluruh sektor perekonomian di

Maluku Utara pada triwulan IV-2009 mengalami

pertumbuhan, kecuali sektor listrik, gas dan air bersih. Sektor

yang memberikan kontribusi signifikan terhadap

Perkembangan ekonomi masih digerakan oleh konsumsi…

Sektor PHR merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar…

Page 15: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Ringkasan Eksekutif xii

pertumbuhan ekonomi pada periode laporan adalah sektor

perdagangan, hotel dan restoran sebagaimana juga terjadi

pada triwulan sebelumnya.

INFLASI REGIONAL

Tingkat perkembangan harga di Kota Ternate pada

Triwulan IV-2009 secara triwulanan (q-t-q) dan tahunan (y-o-

y) mengalami peningkatan. Secara triwulanan perkembangan

harga di Ternate pada triwulan IV-2009 tercatat mengalami

inflasi sebesar 1,54% (q-t-q), sedangkan kondisi triwulan III-

2009 menunjukan bahwa ternate mengalami inflasi sebesar

1,32% (q-t-q). Secara tahunan inflasi yang terjadi di ternate

pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar 3,88% (y-o-y),

sedangkan kondisi triwulan yang sama pada tahun

sebelumnya inflasi yang terjadi adalah 1,36% (y-o-y).

Jika dibandingkan terhadap kondisi nasional, stabilitas

harga yang terjadi dikota Ternate baik secara triwulanan

maupun secara tahunan lebih buruk. Inflasi triwulanan yang

diukur secara nasional pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar

0,48% (q-t-q), sedangkan inflasi tahunannya adalah 2,78%

(y-o-y).

Jika dianalisa secara tahunan, inflasi tertinggi terjadi

pada kelompok bahan makanan yaitu sebesar 6,57%,

sedangkan penurunan harga terjadi pada kelompok transpor,

komunikasi dan jasa keuangan sebesar minus 3,05%. Sayur-

sayuran merupakan sub kelompok yang mengalami inflasi

tertinggi yaitu sebesar 24,90% pada kelompok bahan

makanan. Sub kelompok yang mengalami deflasi pada

kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan adalah

transpor yang mengalami penurunan harga mencapai minus

5,41%.

Inflasi tahunan dan triwulanan mengalami peningkatan…

Inflasi Ternate lebih tinggi dari nasional…

Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan…

Page 16: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Ringkasan Eksekutif xiii

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Secara umum kinerja perbankan pada triwulan IV-

2009 mengalami penurunan. Total aset bank umum di

wilayah kerja Bank Indonesia Ternate tumbuh sebesar 0,06%

(y-o-y), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh

perbankan menurun sebesar 4,51% (y-o-y). Kegiatan

penyaluran kredit kepada masyarakat masih mengalami

pertumbuhan, meskipun melambat dengan angka

pertumbuhan sebesar 32,88% (y-o-y). Pada triwulan IV-2009

kegiatan intermediasi perbankan mengalami peningkatan

dimana LDR bank umum tercatat sebesar 63,11%. Jumlah

kredit bermasalah pada triwulan II-2009 mengalami

penurunan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

dari 4,03% pada triwulan III-2009 menjadi 2,79% pada

triwulan IV-2009.

KEUANGAN DAERAH

Sampai Bulan November 2009, realisasi anggaran

baru mencapai 62,14%, sedangkan realisasi pendapatan

daerah masih belum jelas karena keterbatasan data yang

tersedia. Dari 36 SKPD yang ada di Pemerintah Provinsi

Maluku Utara, baru 30,55% yang tingkat realisasi

anggarannya mencapai lebih dari 80% sementara jumlah

SKPD yang realisasinya masih di bawah 50% mencapai

13,89%.

SISTEM PEMBAYARAN

Pada triwulan IV-2009, aliran uang kartal yang masuk

(inflow) ke Bank Indonesia mengalami peningkatan,

sedangkan aliran uang yang keluar (outflow) mengalami

penurunan. Peningkatan inflow ini mengindikasikan

kembalinya uang kepada perbankan di Malut, setelah

terjadinya outflow yang tinggi di triwulan III-2009, seiring

Realisasi anggaran daerah hingga bulan November 2009 baru mencapai 62,14% ...

Aliran uang kartal yang masuk melalui BI mengalami peningkatan ...

Kinerja perbankan mengalami penurunan…

Page 17: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Ringkasan Eksekutif xiv

dengan perayaan bulan Ramadhan yang jatuh pada bulan

Agustus dan perayaan hari raya Idul Fitri yang jatuh pada

bulan September. Inflow ini terutama banyak terjadi pada

bulan Oktober 2009. Dari sisi pengeluaran, outflow terutama

banyak terjadi di bulan Desember 2009. Kondisi ini terutama

didorong oleh perayaan hari Natal dan tahun baru.

Pada triwulan IV-2009 rata-rata penyelesaian transaksi

harian melalui kliring mengalami peningkatan. Rata-rata

harian perputaran kliring perbankan melalui Bank Indonesia

Ternate mengalami peningkatan sebesar 0,45% (q-t-q) atau

sebesar 15,24% (y-o-y) dengan total transaksi kliring

sebanyak 3.501 lembar pada triwulan laporan. Meskipun

demikian, secara nominal transaksi kliring pada triwulan IV-

2009 hanya sebesar Rp2,64 miliar atau mengalami

penurunan sebesar minus 13,55% (q-t-q) atau secara

tahunan mengalami penurunan sebesar 13,79%.

Penyelesaian transaksi ekonomi pada triwulan IV-

2009 melalui sarana RTGS keluar wilayah Maluku Utara

(outflow) secara nominal mengalami penurunan, sedangkan

transaksi kedalam wilayah Maluku Utara (inflow) mengalami

peningkatan.

TENAGA KERJA

Jumlah angkatan kerja dan penduduk yang bekerja di

Ternate sampai dengan bulan Agustus 2009 secara tahunan

mengalami penurunan, serta diikuti dengan peningkatan

tingkat pengangguran terbuka. Pada posisi bulan Agustus

2009 jumlah angkatan kerja di Ternate adalah 402 ribu jiwa

atau mengalami penurunan sebesar minus 4,71% (y-o-y)

dimana jumlah angkatan kerja pada posisi Agustus 2008

adalah 421,9 ribu jiwa.

Proporsi sektor primer dalam menyerap tenaga kerja

secara tahunan mengalami penurunan. Pada Agustus 2008

sektor primer mampu menyerap sebanyak 60,92% seluruh

Penduduk usia kerja di Maluku Utara mengalami penurunan ...

Penyelesaian transaksi melalui kliring mengalami peningkatan ...

Page 18: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Ringkasan Eksekutif xv

tenaga kerja yang ada di Maluku Utara, namun pada Agustus

2009 sektor ini hanya menyerap 57,03%.

Proporsi sektor formal dalam menyerap tenaga kerja

mengalami peningkatan dibandingkan sektor informal.

Berdasarkan posisi Agustus 2009, sector formal mampu

menyerap sebanyak 31,34% seluruh tenaga kerja, sedangkan

pada Agustus 2008 penyerapan tenaga kerja di sektor ini

adalah 22,91%.

PROSPEK EKONOMI REGIONAL

Pada triwulan I-2010 perekonomian Maluku Utara

diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 8,4% ±

1% (y-o-y). Beberapa hal yang melandasi hal ini adalah

kondisi politik nasional yang cenderung kurang stabil,

konsentrasi daerah yang akan tertuju ke pilkada dan naiknya

harga minyak dunia.

Pada triwulan I-2010 inflasi diproyeksikan akan

berada pada tingkat 4% ± 1% (y-o-y). Tingginya inflasi

diperkirakan akan dipengaruhi oleh naiknya harga pupuk dan

bibit tanaman, naiknya harga minyak mentah dunia, serta

belum jelasnya kondisi perekonomian di tahun 2010.

Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan melambat pada triwulan I-2010 ...

Inflasi diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya...

Page 19: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 1

Perkembangan Ekonomi Makro

1.1 Gambaran Umum

Perekonomian Maluku Utara pada triwulan IV-2009 mengalami

pertumbuhan yang cukup tinggi dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Secara tahunan tercatat angka pertumbuhan produk domestik

regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000 pada triwulan IV-2009

adalah 9,06% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan yang terjadi

pada triwulan sebelumnya, yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 5,34%.

Terus meningkatnya kinerja perekonomian pasca perlambatan yang terjadi di

triwulan IV-2008 merupakan penyebab tingginya angka pertumbuhan di triwulan

laporan.

Gambar 1.1 Perkembangan PDRB Riil Maluku Utara

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Maluku Utara

pada triwulan IV-2009 secara dominan masih ditopang oleh kegiatan

100 

200 

300 

400 

500 

600 

700 

800 

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2006 2007 2008 2009

PDRB (Milyar Rp) pertumbuhan (y‐o‐y)

Bab I

Page 20: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 2

konsumsi masyarakat. Membaiknya kondisi ekspor juga memberikan kontribusi

positif dalam pertumbuhan ekonomi pada periode ini.

Dari sisi penawaran, seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara pada

triwulan IV-2009 mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya, kecuali sektor listrik, gas dan air bersih yang

pertumbuhannya melambat. Sektor yang memberikan kontribusi signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode laporan adalah sektor perdagangan,

hotel dan restoran sebagaimana juga terjadi pada triwulan sebelumnya.

1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan

Perkembangan ekonomi Maluku Utara pada triwulan IV-2009 secara dominan

digerakan oleh konsumsi masyarakat. Seperti yang ditunjukan dalam gambar 1.2.,

konsumsi masyarakat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan sebesar

7,07%. Membaiknya kinerja ekspor telah memberikan kontribusi positif terhadap

pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan, dimana kontribusinya sebesar

1,19%. Pertumbuhan investasi yang cukup tinggi pada triwulan laporan telah

mengakibatkan kontribusi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi mengalami

peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Pengeluaran pemerintah juga

masih memberikan kontribusi yang cukup tinggi. Kontribusi impor terhadap

pertumbuhan yang sebesar 3,49%, sejalan dengan kondisi yang terjadi pada sisi

konsumsi, dimana impor Maluku Utara memang lebih banyak berupa impor antar

pulau (intra trade) dengan komoditas utamanya adalah bahan makanan.

Jika dibandingkan pertumbuhannya, komponen PDRB sisi permintaan yang

mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi adalah impor yang tumbuh sebesar

19,44% (y-o-y). Meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, namun

pertumbuhan konsumsi pemerintah masih cukup tinggi dengan angka sebesar

16,05% (y-o-y). Investasi terus mengalami pertumbuhan dibandingkan triwulan

sebelumnya, dimana pertumbuhannya pada triwulan laporan adalah 15,55% (y-o-

y). Konsumsi juga masih melanjutkan trend pertumbuhan dari beberapa periode

sebelumnya, dimana pertumbuhannya pada triwulan laporan adalah 12,19% (y-o-

y). Kinerja ekspor yang membaik telah mendorong pertumbuhan ekspor menjadi

6,05% (y-o-y).

Page 21: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 3

Gambar 1.2 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Permintaan dan Kontribusinya (y-o-y)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

A. Konsumsi

Konsumsi masyarakat yang terdiri dari konsumsi rumah tangga dan

konsumsi swasta di Maluku Utara pada triwulan IV-2009 masih melanjutkan

trend pertumbuhan sejak beberapa triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-

2009 konsumsi tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 12,19% (y-o-y), lebih

tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan sebelumnya

yang sebesar 11,83%. Pertumbuhan konsumsi ini ikut didukung dengan masih

tingginya pertumbuhan yang terjadi pada kredit konsumsi.

Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY)

Tw.IV 2009*

9,06

12,19

15,55

6,05

19,44

16,05

PDRB

Konsumsi

Pengeluaran Pemerintah

Investasi

Ekspor

Impor

Tw.IV 2009*

Kontribusi Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY)

9,06

7,07

0,89

1,19

3,49

3,41

PDRB

Konsumsi

Pengeluaran Pemerintah

Investasi

Ekspor

Impor

Page 22: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 4

Gambar 1.3 Perkembangan Konsumsi Riil Maluku Utara

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Gambar 1.4 Perkembangan Penyaluran Kredit Konsumsi Oleh Perbankan di Malut

Sumber: Bank Indonesia Ternate

Pertumbuhan konsumsi pada triwulan laporan didorong oleh pertumbuhan

konsumsi rumah tangga, sedangkan konsumsi swasta mengalami kontraksi.

Seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.4, pada triwulan IV-2009 konsumsi rumah

tangga mencapai 574,68 miliar rupiah dengan pertumbuhan tahunan mencapai

12,34% (y-o-y). Angka ini masih lebih tinggi dibandingkan kondisi triwulan III-2009

dimana konsumsi rumah tangga adalah 567,04 miliar rupiah dengan pertumbuhan

sebesar 11,97% (y-o-y). Setelah mengalami perlambatan sejak triwulan I-2009,

0

100

200

300

400

500

600

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2006 2007 2008 2009

Konsumsi (Milyar Rp) Pertumbuhan (y‐o‐y)

Page 23: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 5

kinerja konsumsi swasta pada triwulan IV-2009 mengalami kontraksi. Dengan

nilainya yang sebesar 6,245 miliar rupiah, konsumsi swasta tercatat mengalami

kontraksi sebesar minus 0,14% (y-o-y).

Gambar 1.5 Konsumsi Riil Masyarakat Maluku Utara (Milyar Rupiah)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Berdasarkan jenisnya, konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan terutama

didorong oleh peningkatan pada konsumsi makanan dimana pertumbuhannya

mencapai 12,65% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya

dimana pertumbuhan yang terjadi adalah 11,97% (y-o-y). Pada triwulan laporan,

proporsi konsumi makanan adalah sebanyak 62% dari konsumsi keseluruhan.

Untuk konsumsi non makanan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 11,86%,

mengalami perlambatan dibandingkan kondisi sebelumnya, dimana pertumbuhan

yang terjadi adalah 13,60%. Tingginya konsumsi pada triwulan laporan terutama

didorong oleh perayaan Idul Adha, Natal dan Tahun baru, dan pelaksanaan event-

Page 24: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 6

event khususnya di Kota Ternate. Selain itu kedatangan rombongan Duta Besar

Vatikan ke Maluku Utara dalam rangka peringatan masuknya agama kristen ke

Malut juga diyakini sebagai faktor pendorong konsumsi.

B. Investasi

Pertumbuhan investasi di Maluku Utara pada periode triwulan IV-2009

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan

III-2009 investasi di Maluku Utara mengalami pertumbuhan sebesar 11,50% (y-o-y)

sedangkan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan IV-2009 adalah 15,55% (y-o-y).

Perkembangan investasi ini sejalan dengan perkembangan kredit investasi yang

disalurkan oleh perbankan di Malut.

Gambar 1.6

Perkembangan Investasi Riil Maluku Utara

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 25: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 7

Gambar 1.7 Perkembangan Kredit Investasi Berdasarkan Lokasi Proyek

Sumber: Bank Indonesia Ternate

Pada tahun 2009 telah terdapat rencana investasi swasta di Malut berjumlah

$10.500.000, dengan rencana penyerapan tenaga kerja berjumlah 636 orang.

Seluruh rencana investasi tersebut merupakan investasi di bidang pertambangan,

sehingga dapat diyakini bahwa kinerja sektor pertambangan akan terus mengalami

peningkatan seiring terjadinya realisasi investasi. Selain itu dengan telah berdirinya

unit bisnis pertambangan PT Antam di Maluku Utara juga dipercaya akan

meningkatkan kinerja sektor ini.

Gambar 1.8 Proyek Investasi Provinsi Maluku Utara 2009

Nama Perusahaan Nomor SP Bidang Usaha RealisasiAlamat Perusahaan Tgl. SP Lokasi Investasi

Renc. Real. Renc. Real.1 PT. Servindo Jaya Utama No. 914/I/PMA/2009 $ 5.000.000 - 331 0 0 0

Gd. Plaza Sentral, Lt. 18 Tgl. 30 Juli 2009Jl. Jend. Sudirman No. 47 Halmahera SelatanJakarta Selatan

2 PT. Kemakmuran Haotian Nikel Industri No. 927/I/PMA/2009 $ 5.000.000 - 300 0 0 0Desa Loleba, Kec. Wasile Tgl. 3 Agustus 2009Jl. K.H. Mas Mansur Kav. Kab. Halmahera Timur

3 PT. Ausenco Indonesia No. 777/I/PMA/2009 Jasa Pertambangan Umum $ 500.000 Baru 5 - - -d/a. 60 Km Timur Laut Tgl. 1 Juli 2009 Kab. Halmahera UtaraTernate, ManifulHalmahera Utara

Perkemb. Tenaga KerjaIndonesia AsingNo

Industri Pembuat Pertambangan Umum Dasar Bukan Besi

RencanaInvestasi

Jasa Penunjang Pertambangan Umum

Sumber: BKPMD Provinsi Malut

Selama ini peran swasta dalam investasi di Malut memang masih cukup rendah,

dimana investasi yang ada masih digerakan oleh investasi berupa infrastruktur yang

dibangun oleh pemerintah daerah. Peran swasta harus terus didorong mengingat

Page 26: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 8

besarnya potensi investasi yang ada di Malut, khususnya dalam sektor perikanan,

mengingat sektor ini merupakan sektor khas daerah dan belum tereksplorasi secara

optimal. Selain itu dukungan sektor perbankan juga diperlukan, mengingat kredit

yang disalurkan sektor perikanan porsinya masih sangat kecil.

C. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah pada triwulan IV-2009 masih tumbuh, meskipun

mengalami perlambatan. Pada triwulan III-2009 pertumbuhan pengeluaran

pemerintah tercatat sebesar 22,74% (y-o-y), sedangkan pada triwulan IV-2009

pertumbuhan yang terjadi adalah 16,05% (y-o-y). Pengeluaran pemerintah pada

periode ini utamanya dilakukan masih untuk merealisasikan proyek-proyek yang

telah dimulai sebelumnya.

Gambar 1.9 Perkembangan Riil Pengeluaran Pemerintah

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

D. Kegiatan Ekspor dan Impor

Kinerja ekspor bersih pada triwulan IV-2009 masih mengalami kontraksi,

namun menunjukan perbaikan. Hal ini terutama didorong oleh pulihnya

kinerja ekspor, yang kembali tumbuh positif, setelah setahun terakhir

mengalami kontraksi. Jika dibandingkan posisi yang sama pada tahun

sebelumnya, ekspor bersih mengalami kontraksi sebesar minus 41,80% (y-o-y).

Page 27: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 9

Kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan triwulan III-2009 dimana ekspor bersih

mengalami kontraksi hingga mencapai 73,58% (y-o-y).

Jika dilihat secara parsial, ekspor Maluku Utara didominasi oleh ekspor luar negeri,

sedangkan dari sisi impor lebih banyak berupa impor antar daerah. Komoditas

ekspor utama adalah nickel, sedangkan impor antara daerah lebih banyak berupa

bahan kebutuhan pokok. Kinerja ekspor banyak dipengaruhi oleh faktor global,

sedangkan impor lebih dipengaruhi faktor permintaan di daerah Malut sendiri.

Seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.7, kinerja ekspor pada triwulan IV-2009

tumbuh sebesar 6,05% (y-o-y), jauh meningkat dibandingkan kondisi triwulan

sebelumnya, dimana ekspor mengalami kontraksi sebesar minus 19,54% (y-o-y).

Peningkatan kinerja ekspor terutama didorong oleh meningkatnya ekspor luar

negeri, didukung peningkatan ekspor antar daerah.

Gambar 1.10 Perkembangan Volume Muat Komoditas Kopra, Coklat dan Pala/Fully (Ton/M3)

Sumber: Simoppel berbagai edisi, diolah

Dalam hal ekspor antar daerah, perkembangan hal ini diantaranya dapat

dikonfirmasi dengan melihat perkembangan aktivitas muat barang di pelabuhan

pada beberapa komoditas utama yang diproduksi oleh Malut. Gambar 1.8

menunjukan perkembangan volume muat dari komoditas kopra, coklat dan

pala/fully. Pada triwulan IV-2009 jumlah volume muat tiga komoditas tersebut

mencapai 1.707 ton/m3 .

Page 28: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 10

Ekspor luar negeri Malut tercatat mengalami kenaikan sebesar 5,29% (y-o-y),

dimana pada kondisi triwulan sebelumnya ekspor luar negeri mengalami kontraksi

sebesar minus 24,92% (y-o-y). Untuk ekspor antar daerah terjadi pertumbuhan

sebesar 8,50% (y-o-y), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya,

dimana ekspor antar daerah tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 3,05% (y-o-

y).

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, komoditas ekspor utama Malut adalah nickel.

Dengan memperhatikan data realisasi ekspor nickel pada gambar 1.12, terlihat

bahwa pada triwulan IV-2009 nilai ekspor nickel mengalami peningkatan yang

cukup signifikan dibandingkan periode sebelumnya.

Gambar 1.11 Perkembangan Ekspor Riil

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 29: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 11

Gambar 1.12 Realisasi Ekspor Nickel Maluku Utara

Sumber: Bank Mandiri, diolah

Impor Maluku Utara pada triwulan IV-2009 masih terus menunjukan pertumbuhan,

dibandingkan kondisi triwulan III-2009. Tercatat impor malut tumbuh 19,44% (y-o-

y), dimana pada triwulan III-2009 pertumbuhannya sebesar 14,62% (y-o-y).

Peningkatan impor didorong oleh impor antar daerah, dimana pertumbuhannya

mencapai 20,23% (y-o-y). Disisi lain impor luar negeri mengalami kontraksi hingga

mencapai minus 1,27% (y-o-y). Peningkatan impor antar daerah ini sejalan dengan

peningkatan yang terjadi pada sisi konsumsi, karena sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya, impor antara daerah lebih banyak berupa bahan kebutuhan pokok.

Gambar 1.13

Perkembangan Impor Maluku Utara

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 30: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 12

Perkembangan impor antar daerah diantaranya dapat dikonfirmasi dengan melihat

perkembangan aktivitas bongkar barang di pelabuhan, pada komoditas bahan

pokok seperti gula pasir, tepung terigu/tapioka, kacang kedele & kacang tanah, dan

minyak goreng. Seperti terlihat pada gambar 1.11, jumlah bongkar barang di

pelabuhan untuk komoditas tersebut terus meningkat. Untuk komoditas lainnya

seperti beras, penambahan jumlah pasokan telah dilakukan pada pertengahan

tahun.

Gambar 1.14 Perkembangan Volume Muat Bahan Pokok (Ton/M3)

Sumber: Simoppel berbagai edisi, diolah

1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran

Dari sisi penawaran, seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara pada triwulan IV-

2009 mengalami pertumbuhan, kecuali sektor listrik, gas dan air bersih. Sektor yang

memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode

laporan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagaimana juga terjadi

pada triwulan sebelumnya.

Page 31: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 13

Gambar 1.15 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Penawaran dan Kontribusinya (y-o-y)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

A. Pertanian

Pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan IV-2009 mengalami

peningkatan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

triwulan laporan tercatat pertumbuhan sektor pertanian adalah 4,36% (y-o-y),

dimana pertumbuhannya pada triwulan III-2009 adalah 2,60% (y-o-y).

Seluruh sub sektor yang ada tumbuh secara positif, meskipun terdapat beberapa

sektor yang mengalami perlambatan. Sub sektor tanaman perkebunan yang

merupakan sub sektor dominan, tumbuh 5,80% (y-o-y), melambat dibandingkan

kinerja triwulan sebelumnya, dimana angka pertumbuhannnya 8,30% (y-o-y).

Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY)

Tw.III 2009* Tw.III 2009*

Kontribusi Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY)

9,06

4,36

9,38

1,35

3,17

8,88

10,29

12,01

4,25

PDRB

Pertanian

Pertambangan & Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas & Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel & Restoran

Pengangkutan & Komunikasi

Keuangan, Persewaan & Jasa Perush

Jasa-jasa

9,06

1,59

1,18

0,01

0,06

4,09

0,73

0,37

0,94

0,19

PDRB

Pertanian

Pertambangan & Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas & Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel & Restoran

Pengangkutan & Komunikasi

Keuangan, Persewaan & Jasa Perush

Jasa-jasa

Page 32: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 14

Gambar 1.16 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Sub sektor tanaman bahan makanan mengalami peningkatan kinerja, dimana pada

triwulan III-2009 mengalami kontraksi hingga mencapai minus 5,76% (y-o-y),

sedangkan pada triwulan IV-2009 tumbuh sebesar 1,88%.

Sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya juga menunjukan peningkatan kinerja,

dimana pada triwulan III-2009 subsektor ini mengalami kontraksi sebesar minus

0,90% (y-o-y) sedangkan pada triwulan IV-2009 sub sektor ini tumbuh sebesar

2,32% (y-o-y).

Kinerja sub sektor kehutanan tumbuh secara positif, meskipun masih melanjutkan

trend perlambatan pada periode sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat

pertumbuhan sub sektor kehutanan adalah 2,32% (y-o-y), sedangkan pertumbuhan

yang terjadi pada triwulan III-2009 adalah 3,52% (y-o-y).

Sub sektor perikanan tumbuh 5,59% (y-o-y), mengalami peningkatan dibandingkan

kinerja triwulan sebelumnya yang pada triwulan II-2009 tumbuh 3,07% (y-o-y).

Meskipun perbandingan secara tahunan menunjukan bahwa sub sektor perikanan

masih tumbuh, namun jika dibandingkan secara triwulanan sektor ini mengalami

kontraksi. Pada triwulan IV-2009 sub sektor perikanan mengalami kontraksi sebesar

minus 0,93% (q-t-q).

Page 33: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 15

Kontraksi ini merupakan kondisi normal musiman, dimana beberapa jenis ikan

utama seperti tuna dan cakalang memang biasanya mengalami penurunan di bulan

Nopember sampai Januari. Keadaan ini juga diperburuk oleh kondisi cuaca dan

kecepatan angin yang seringkali tidak mendukung bagi para nelayan untuk melaut.

Hal ini dikonfirmasi oleh perkembangan volume produksi ikan di PPN Ternate pada

triwulan IV-2009 yang menurun dibandingkan triwulan sebelumnya.

Gambar 1.17 Volume Produksi Ikan di PPN Ternate (Ton)

Sumber: DKP, diolah

B. Pertambangan & Penggalian

Perkembangan sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2009

menunjukan kinerja yang jauh lebih baik dibandingkan kondisi triwulan

sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat sektor ini tumbuh 4,25% (y-o-y),

dimana pada triwulan III-2009 terjadi kontraksi sebesar minus 6,77%.

Page 34: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 16

Gambar 1.18 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Peningkatan kinerja sektor pertambangan dan penggalian terutama disebabkan

oleh peningkatan pada sub sektor pertambangan tanpa migas didukung

pertumbuhan sub sektor penggalian. Pertambangan tanpa migas tumbuh 3,31% (y-

o-y), dimana pada triwulan sebelumnya sektor ini masih mengalami kontraksi

sebesar minus 7,95% (y-o-y).

Gambar 1.19 Produksi Tambang PT NHM

Sumber: Departemen ESDM, diolah

Page 35: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 17

Gambar 1.20 Produksi Tambang PT Antam

Sumber: Departemen ESDM, diolah

Perkembangan di sektor pertambangan ini diantaranya dapat dikonfirmasi dengan

data produksi pertambangan dua perusahaan besar yang beroperasi di Maluku

Utara, yaitu PT Nusa Halmahera Minerals dan PT Aneka Tambang. Kedua

perusahaan ini menunjukan pertumbuhan produksi sejak di triwulan III-2009.

Kedepan diperkirakan sub sektor pertambangan masih akan terus meningkat,

seiring masuknya investasi baru, maupun ekspansi usaha dari unit usaha yang telah

ada saat ini. Disisi lain sub sektor penggalian tumbuh 11,57% (y-o-y), jauh

meningkat dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,55%.

C. Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan pada triwulan IV-2009 menunjukan peningkatan

kinerja dibandingkan periode sebelumnya. Pada triwulan IV-2009, sektor

industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 9,38% (y-o-y), lebih tinggi

dibandingkan kinerja triwulan III-2009 yang tumbuh sebesar 6,67% (y-o-y). Dua sub

sektor yang ada yaitu sub sektor makanan, minuman, dan tembakau serta sub

sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya sama-sama mengalami pertumbuhan

yang lebih tinggi dari periode sebelumnya.

Page 36: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 18

Gambar 1.21 Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Subsektor makanan, minuman, dan tembakau tumbuh 10,93% (y-o-y), mengalami

peningkatan dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,27% (y-o-

y). Pertumbuhan ini dilatarbelakangi oleh masih tingginya permintaan masyarakat

terhadap barang-barang konsumsi seiring adanya beberapa hari raya di akhir tahun

seperti hari raya Idul Adha, Natal dan tahun baru.

Sub sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya tumbuh 8,83% (y-o-y), dimana

pertumbuhan yang terjadi pada triwulan III-2009 adalah 5,73% (y-o-y).

D. Listrik, Gas & Air Bersih

Pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan IV-2009 sedikit

melambat dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya. Pada tiwulan IV-2009

sektor ini tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 1,35% (y-o-y) sedangkan pada

triwulan III-2009 pertumbuhan yang terjadi adalah 1,53%.

Page 37: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 19

Gambar 1.22 Perkembangan PDRB Riil Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Pada triwulan laporan sub sektor listrik tumbuh 1,30% (y-o-y), sedikit meningkat

dibandingkan kondisi triwulan III-2009, dimana pertumbuhan yang terjadi adalah

1%. Meskipun secara tahunan tumbuh, namun jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya sub sektor listrik mengalami kontraksi sebesar minus 0,37% (q-t-q). Hal

ini dilatarbelakangi turunnya kinerja sub-sektor listrik akibat adanya kerusakan

mesin milik PLN cabang Ternate.

Sub sektor air bersih mengalami perlambatan pertumbuhan dimana pada triwulan

laporan tercatat sub sektor ini tumbuh sebesar 1,41% (y-o-y), sedangkan pada

triwulan III-2009 tercatat pertumbuhan yang terjadi adalah 2,11% (y-o-y). Pihak

PDAM menyatakan bahwa terdapat kenaikan permintaan pada triwulan laporan.

Namun karena keterbatasan alat produksi, permintaan tersebut belum bisa dipenuhi

dalam waktu dekat.

E. Bangunan

Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, kinerja sektor bangunan

pada triwulan IV-2009 mengalami peningkatan. Pada triwulan laporan tercatat

sektor bangunan mengalami pertumbuhan sebesar 3,17% (y-o-y), sedangkan

pertumbuhannya pada triwulan III-2009 adalah 0,38% (y-o-y).

Page 38: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 20

Gambar 1.23

Perkembangan PDRB Riil Sektor Bangunan

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Perkembangan di sektor bangunan masih didorong oleh pembangunan infrastruktur

oleh pemerintah daerah, dimana pembangunan oleh masyarakat mengalami

penurunan. Hal ini merupakan kondisi musiman dimana bahwa pasca hari raya Idul

Fitri biasanya pembangunan oleh individual memang mengalami penurunan.

F. Perdagangan, Hotel & Restoran

Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan III-2009

mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Pertumbuhan sektor ini pada triwulan III-2009 adalah 8,59% (y-o-y),

sedangkan pada triwulan IV-2009 pertumbuhannya mencapai 16,05% (y-o-y). Hal

ini dilatarbelakangi oleh masih tingginya permintaan masyarakat terhadap barang-

barang konsumsi seiring adanya beberapa hari raya di akhir tahun seperti hari raya

Idul Adha, Natal dan tahun baru.

Serupa dengan kondisi triwulan sebelumnya, hanya terdapat satu sub sektor yang

kinerjanya lebih baik dari triwulan sebelumnya, sedangkan dua sub sektor lainnya

mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya. Sub

sektor perdagangan besar dan eceran tumbuh sebesar 16,21% (y-o-y), mengalami

lonjakan jika dibandingkan kondisi triwulan III-2009 dimana pertumbuhan yang

terjadi adalah 8,59% (y-o-y).

Page 39: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 21

Kinerja sub sektor hotel pada triwulan IV-2009 sedikit melambat jika dibandingkan

periode sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat sub sektor ini mengalami

pertumbuhan tahunan sebesar 7,47% (y-o-y), dimana pertumbuhannya pada

triwulan III-2009 adalah 8,66% (y-o-y).

Gambar 1.24 Perkembangan PDRB Riil Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Sub sektor restoran masih tumbuh meskipun mengalami perlambatan jika

dibandingkan periode sebelumnya. Pada triwulan IV-2009 tercatat sektor ini

mengalami pertumbuhan sebesar 7,13% (y-o-y), dimana pertumbuhannya pada

triwulan III-2009 adalah 8,28% (y-o-y).

G. Pengangkutan & Komunikasi

Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2009

meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat

sektor ini tumbuh sebesar 8,88% (y-o-y), dimana pertumbuhannya pada triwulan III-

2009 adalah 7,34% (y-o-y). Kondisi ini terjadi sebagai peningkatan kinerja seluruh

sub sektor yang ada dibandingkan periode sebelumnya.

Subsektor angkutan jalan raya tumbuh 8,95% (y-o-y), mengalami peningkatan

dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,27% (y-o-y).

Page 40: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 22

Gambar 1.25 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Sub sektor angkutan laut tumbuh 3,82% (y-o-y), dimana pada triwulan III-2009

adalah pertumbuhannya adalah 3,64% (y-o-y). Pertumbuhan ini dapat dikonfirmasi

oleh data arus kapal penumpang yang mengalami peningkatan pada triwulan IV-

2009.

Gambar 1.26

Arus Kapal Penumpang

Sumber: PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero), diolah

Angkutan sungai, danau dan penyebrangan pada triwulan laporan mengalami

peningkatan yang signifikan hingga mencapai pertumbuhan 7,95% (y-o-y), dimana

pada triwulan III-2009 subsektor ini mengalami kontraksi hingga mencapai minus

2,77% (y-o-y).

Page 41: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 23

Sub sektor angkutan udara mengalami peningkatan jika dibandingkan periode

sebelumnya. Pada triwulan IV-2009 sub sektor ini tumbuh 8,71% (y-o-y), sedangkan

pada triwulan III-2009 pertumbuhan sub sektor ini adalah 5,98% (y-o-y).

Peningkatan ini diantaranya disebabkan oleh penambahan maskapai baru, yaitu

Sriwijaya Air, disamping bertambahnya rute penerbangan di wilayah Maluku Utara.

Peningkatan ini terlihat pada pertumbuhan jumlah penerbangan maupun jumlah

penumpang yang terjadi pada triwulan IV-2009.

Gambar 1.27 Lalu Lintas Angkutan Udara

Sumber: Bandara Sultan Babullah, diolah

Kinerja subsektor jasa penunjang angkutan pada triwulan IV-2009 mengalami

peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat

sub sektor ini tumbuh 5,19% (y-o-y), sedangkan pada triwulan sebelumnya

pertumbuhan yang terjadi adalah 4,66% (y-o-y).

Sub sektor pos dan telekomunikasi tumbuh 13,89% (y-o-y), meningkat

dibandingkan kondisi triwulan III-2009 dimana pertumbuhannya adalah 11,56% (y-

o-y).

Page 42: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 24

H. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

Pada triwulan IV-2009 sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

mengalami peningkatan pertumbuhan jika dibandingkan periode

sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat sektor ini tumbuh sebesar 10,29% (y-

o-y), sedangkan pertumbuhannya pada triwulan III-2009 adalah 8,10% (y-o-y).

Gambar 1.28

Perkembangan PDRB Riil Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Dari empat sub sektor yang ada, seluruhnya mengalami peningkatan dibandingkan

kinerja triwulan sebelumnya, dengan pertumbuhan tertinggi dialami oleh subsektor

bank. Sub sektor bank tumbuh 18,51% (y-o-y), dimana pada triwulan sebelumnya

pertumbuhan yang terjadi adalah 13,49% (y-o-y).

Lembaga keuangan non bank tumbuh 17,35% (y-o-y), meningkat dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan III-2009 yang sebesar 12,43% (y-o-y). Disisi lain sub

sektor jasa perusahaan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 8%, lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yaitu 6,24% (y-o-y).

I. Jasa-jasa

Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan IV-2009 masih melanjutkan trend

peningkatan. Pertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan laporan tercatat sebesar

12,01% (y-o-y), sedangkan pada triwulan III-2009 tercatat pertumbuhan yang

terjadi adalah 10,89% (y-o-y).

Page 43: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 25

Gambar 1.29

Perkembangan PDRB Riil Sektor Jasa-jasa

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Pertumbuhan sub sektor jasa administrasi pemerintahan dan pertahanan pada

triwulan IV-2009 tercatat sebesar 14,05% (y-o-y), meningkat dibandingkan

pertumbuhan yang terjadi pada triwulan sebelumnya yaitu 13,00% (y-o-y).

Sub sektor jasa sosial kemasyarakatan tumbuh 6,04% (y-o-y), lebih tinggi

dibandingkan kinerja pada triwulan III-2009 yang tumbuh 5,13% (y-o-y).

Sub sektor jasa hiburan dan rekreasi tumbuh sebesar 6,18% (y-o-y), melambat

dibandingkan kinerja triwulan III-2009 dimana pertumbuhannya 8,48%.

Kinerja sub sektor jasa perorangan dan rumah tangga tercatat mengalami

pertumbuhan sebesar 8,16% (y-o-y), meningkat dibandingkan pertumbuhan yang

terjadi pada triwulan II-2009 dimana tercata pertumbuhannya sebesar 5,12% (y-o-

y).

Page 44: KER Malut Tw 4-2009

26

 

BOKS I

Efisiensi Investasi di Maluku Utara

Provinsi Maluku Utara merupakan sebuah provinsi kepulauan, dengan luas wilayah

mencapai 140.255,32 km². Sebagian besar merupakan wilayah perairan laut, yaitu

seluas 106.977,32 km² (76,27%) dan sisanya seluas 33.278 km² (23,73%) adalah

daratan. Provinsi Maluku Utara terdiri dari 395 pulau besar dan kecil. Pulau yang

dihuni sebanyak 64 buah, dan yang tidak dihuni sebanyak 331 buah

(id.wikipedia.org).

Provinsi Maluku Utara merupakan hasil pemekaran dari wilayah Provinsi Maluku,

yang terbentuk dengan Undang – undang No. 46 tahun 1999 tanggal 4 Oktober

1999 dan diresmikan pada tanggal 12 Oktober 1999 (www.malutprov.go.id).

Dengan demikian Provinsi Maluku Utara telah telah secara resmi berdiri selama 10

tahun.

Dalam kurun waktu 10 tahun pembangunannya, struktur perekonomian yang ada

relatif stabil, dengan bertumpu pada sisi konsumsi dan pengeluaran pemerintah

(lihat gambar 1). Secara sektoral Provinsi Maluku Utara ditopang oleh sektor

pertanian; sektor perdagangan, hotel dan restoran; serta sektor industri pengolahan

(lihat gambar 2). Rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai 4,58%.

Gambar 1 Struktur Ekonomi Maluku Utara Sisi Permintaan

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 45: KER Malut Tw 4-2009

27

 

Gambar 2

Struktur Ekonomi Maluku Utara Sisi Penawaran

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Meskipun sempat mengalami kenaikan dan penurunan, kontribusi sisi konsumsi

terhadap pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2006 terus menunjukan peningkatan.

Hal ini juga sejalan dengan peningkatan kontribusi sektor perdagangan, hotel dan

restoran terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan dominannya peran konsumsi

dalam pertumbuhan ekonomi, dampak krisis global yang mulai dirasakan sejak akhir

tahun 2008 hingga pertengahan tahun 2009, relatif tidak berpengaruh terhadap

perekonomian Maluku Utara. Meskipun ekspor menurun, namun perekonomian

ditopang oleh konsumsi masyarakat tinggi, ditambah pengeluaran pemerintah.

Tabel 1 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara Sisi Permintaan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

C -2,48% 2,24% 5,24% 3,39% 1,45% 3,61% 3,09% 4,01% 7,55%

G -1,72% 0,04% 2,01% 0,55% 1,51% -0,08% 1,04% 2,33% 4,33%

I 0,18% 0,11% 0,08% 0,20% 1,07% 0,76% 0,49% 1,12% 1,33%

X -0,78% 1,22% -3,16% 3,67% 2,23% 2,32% 2,44% 0,29% -4,81%

M -6,46% 1,17% 0,35% 3,10% 1,16% 1,12% 1,06% 1,76% 2,37%

PDRB 1,67% 2,44% 3,82% 4,71% 5,10% 5,48% 6,01% 5,99% 6,02%Sumber: Perhitungan BI Ternate

Page 46: KER Malut Tw 4-2009

28

 

Tabel 2 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara Sisi Penawaran

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

PERTANIAN 0,68% 1,16% 1,68% 1,05% 1,58% 1,69% 1,68% 3,24% 1,74% PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,09% 0,04% 0,07% 0,11% 0,10% 0,21% 0,51% 0,14% -0,47% INDUSTRI PENGOLAHAN 0,15% 0,59% 0,27% 0,75% 0,59% 0,70% 0,53% -1,29% 0,47% LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,02% 0,10% 0,04% 0,02% 0,04% 0,03% 0,03% 0,01% 0,01% BANGUNAN 0,08% 0,08% 0,03% 0,02% 0,03% 0,17% 0,14% 0,27% 0,13% PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 0,35% 0,17% 0,93% 1,88% 1,64% 1,53% 1,88% 1,96% 2,50% PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 0,13% 0,15% 0,41% 0,25% 0,52% 0,57% 0,65% 0,94% 0,74% KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 0,08% 0,10% 0,23% 0,12% 0,20% 0,19% 0,23% 0,35% 0,35% JASA-JASA 0,10% 0,05% 0,18% 0,51% 0,40% 0,39% 0,36% 0,36% 0,56%

PDRB 1,67% 2,44% 3,82% 4,71% 5,10% 5,48% 6,01% 5,99% 6,02%Sumber: Perhitungan BI Ternate

Ekspor Maluku Utara didominasi oleh ekspor barang tambang. Dengan demikian

menurunnya ekspor juga tercermin dari menurunnya kontribusi sektor

pertambangan dan pengalian terhadap pertumbuhan. Disisi lain kontribusi sektor

perdagangan, hotel dan restoran meningkat, yang secara langsung mencerminkan

bagaimana tingginya konsumsi masyarakat.

Di sisi investasi, peran swasta dalam pembangunan ekonomi masih termasuk

rendah. Hal ini telah dikonfirmasi dengan survey yang dilakukan oleh BKPM dan

KPPOD pada tahun 2008. Investasi di Malut memang lebih banyak berupa investasi

yang dilakukan oleh pemerintah daerah terutama dalam pembangunan

infrastruktur, baik itu di daerah lama, maupun di daerah-daerah yang baru hasil

pemekaran.

Dari kontribusinya, terlihat jelas bahwa kontribusi investasi dalam perekonomian

selalu bernilai rendah dan hal ini belum berubah sejak awal pembangunan ekonomi

Malut. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan,

investasi merupakan hal yang mutlak untuk dikembangkan.

Dalam sepuluh prinsip perekonomian, Mankiw (2003) mengemukakan bahwa

standar hidup sebuah negara tergantung pada kemampuannya dalam memproduksi

barang dan jasa. Jika pemerintan ingin menciptakan pertumbuhan yang dapat

memberikan standar kehidupan yang baik, maka produktivitas harus ditingkatkan

Page 47: KER Malut Tw 4-2009

29

 

dengan cara mendorong akumulasi faktor produksi dan memastikan faktor-faktor

produksi ini digunakan secara efektif.

Peran pemerintah daerah dalam hal ini adalah mendorong investasi swasta untuk

tumbuh dan berkembang. Berbagai insentif perlu ditawarkan, disamping adanya

jaminan keamanan. Kemudahan perijinan tentunya tidak boleh hanya ucapan

belaka, namun perlu itikad pemerintah daerah untuk dapat mewujudkannya.

Tabel 3 Nilai ICOR Maluku Utara Tahun  NIlai ICOR 

2001  1,792002  1,402003  0,932004  0,702005  0,662006  0,802007  0,862008  0,932009  1,08

Sumber: Perhitungan BI Ternate

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, investasi di Malut selama ini lebih

didominasi oleh pembangunan infrastruktur pemerintah. Untuk melihat bagaimana

tingkat efisiensi investasi selama kurun waktu 10 tahun pembangunan Maluku

Utara diantaranya dapat digunakan incremental capital output ratio (ICOR). Apabila

kita amati perkembangan nilai ICOR, terlihat bahwa nilai ICOR pada tahun-tahun

awal terus menunjukan penurunan, yang menggambarkan semakin efisiennya

investasi yang dilakukan. Akan tetapi angka ini terus meningkat sejak tahun 2006,

yang berarti bahwa efisiensi investasi semakin menurun. Jika pada tahun 2005

untuk menambah PDRB sebesar 1 milyar hanya diperlukan investasi 0,66 milyar

maka pada tahun 2009 untuk menambah PDRB sebanyak 1 milyar diperlukan

investasi sebesar 1,08 milyar.

Page 48: KER Malut Tw 4-2009

30

 

Salah satu faktor yang dapat menjelaskan mengapa nilai ICOR semakin meningkat

adalah semakin meningkatnya biaya transaksi, atau biaya ekonomi yang tinggi1.

Bentuk ekonomi biaya tinggi ini antara lain budaya kerja yang boros, prosedur kerja

yang berbelit-belit, banyaknya pungutan liar, kerusakan sarana transportasi dan

sebagainya (BPKP, 2007).

Dalam survei pemeringkatan iklim usaha pada tahun 2008, Maluku Utara memang

termasuk dalam lima daerah terbawah dalam hal infrastruktur. Berdasarkan data

Ditjen Binamarga pada tahun 2009, sebanyak 75% jalan di Maluku Utara

mengalami kerusakan, baik itu rusak ringan maupun rusak berat. Dari 3.067 Km

panjang jalan yang ada, hanya sebanyak 1.046 Km yang kondisinya tidak rusak.

Banyaknya keluhan masyarakat mengenai kerusakan jalan juga menandai

kurangnya perhatian pemerintah daerah dalam menangani masalah ini.

Kemandirian serta peningkatan kewenangan daerah seiring dengan pelaksanaan

otonomi daerah seharusnya menjadi peluang bagi pemerintah daerah dalam

membangun iklim investasi yang lebih baik. Akan tetapi otonomi daerah terkadang

disalahartikan dengan kebebasan daerah dalam menyusun pajak & retribusi daerah

guna menggenjot penerimaan daerah. Kondisi serupa terjadi di Maluku Utara,

berdasarkan rilis Dirjen Perimbangan Keuangan, terungkap sebanyak 42,74% perda

yang diajukan pemerintah daerah dibatalkan dengan alas an menghambat iklim

investasi yang kondusif di daerah.

Tabel 4 Rekapitulasi Perda se Maluku Utara tahun 2008

No Pemda Proses Setuju Batal Total1 Provinsi Maluku Utara 0 10 5 152 Kab. Halmahera Tengah 0 7 0 73 Kab. Halmahera Barat 6 0 10 164 Kota Ternate 20 0 7 275 Kota Tidore Kepulauan 12 0 4 166 Kab. Kepulauan Sula 1 4 7 127 Kab. Halmahera Utara 4 3 17 24

43 24 50 117Total

                                                            1 Lihat Modul Ekonomi Makro, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan, Badan Pengawasan dan Keuangan Pembangunan, 2007.

Page 49: KER Malut Tw 4-2009

31

 

Berdasarkan pemaparan di atas, beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan iklim investasi di Maluku Utara agar lebih menarik & kondusif, antara lain:

• Peningkatan pelayanan satu atap, baik di tingkat Kota/Kabupaten maupun di

tingkat provinsi;

• Penyelenggaraan & peningkatan pastisipasi dalam berbagai pameran investasi

secara rutin;

• Meminimalkan ketiadaan di tempat pimpinan SKPD terkait di daerah;

• Melakukan evaluasi kembali terhadap peraturan daerah yang mungkin bisa

menghambat investasi di daerah;

• Memberikan insentif kepada calon investor, misalnya terkait pajak dan

pembebasan lahan;

• Peningkatan mutu/kualitas barang yang dihasilkan dari Maluku Utara, misalnya

dari barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang siap konsumsi

Page 50: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Inflasi Regional

32

Perkembangan Inflasi Regional

2.1. Gambaran Umum

Tingkat perkembangan harga di Kota Ternate pada Triwulan IV-2009 secara

triwulanan (q-t-q) dan tahunan (y-o-y) mengalami peningkatan. Secara

triwulanan perkembangan harga di Ternate pada triwulan IV-2009 tercatat

mengalami inflasi sebesar 1,54% (q-t-q), sedangkan kondisi triwulan III-2009

menunjukan bahwa ternate mengalami inflasi sebesar 1,32% (q-t-q). Secara

tahunan inflasi yang terjadi di ternate pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar 3,88%

(y-o-y), sedangkan kondisi triwulan yang sama pada tahun sebelumnya inflasi yang

terjadi adalah 1,36% (y-o-y).

Jika dibandingkan terhadap kondisi nasional, stabilitas harga yang terjadi

dikota Ternate baik secara triwulanan maupun secara tahunan lebih buruk.

Inflasi triwulanan yang diukur secara nasional pada triwulan IV-2009 tercatat

sebesar 0,48% (q-t-q), sedangkan inflasi tahunannya adalah 2,78% (y-o-y).

Gambar 2.1 Perbandingan Triwulanan dan Tahunan Inflasi Ternate Terhadap Nasional

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Jika dibandingkan dengan wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), secara

triwulanan Parepare dan Kendari merupakan dua kota yang mengalami deflasi yaitu

masing-masing sebesar minus 0,32% (q-t-q) dan minus 0,28 (q-t-q), sedangkan

Bab II

Page 51: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Inflasi Regional

33

kota dengan inflasi tertinggi adalah Ambon dengan inflasi 4,8% (q-t-q). Jika dilihat

secara tahunan Manokwari merupakan kota dengan inflasi tertinggi hingga

mencapai 7,52% (y-o-y) sedangkan Parepare merupakan kota dengan tingkat inflasi

terendah yaitu sebesar 1,40% (y-o-y).

Gambar 2.2. Perbandingan Inflasi Triwulanan dan Tahunan Wilayah Sulampua

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

2.2. Inflasi Triwulanan

Inflasi tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok bahan makanan

dengan inflasi sebesar 4,89% (q-t-q). Adapun sub kelompok yang mengalami

inflasi tertinggi pada kelompok ini adalah sub kelompok sayur-sayuran yang

inflasinya mencapai 18,45%. Deflasi terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi &

olahraga serta kelompok transport, komunikasi & jasa keuangan dengan deflasi

masing-masing sebesar minus 0,42% (q-t-q) dan minus 0,68 (q-t-q).

A. Kelompok Bahan Makanan

Perkembangan harga kelompok bahan makanan pada triwulan IV-2009 mengalami

lonjakan dibandingkan triwulan III-2009. Pada triwulan laporan tercatat kelompok

bahan makanan mengalami inflasi sebesar 4,89% (q-t-q) dimana pada triwulan III-

2009 terjadi deflasi sebesar minus 0,17% (q-t-q).

Page 52: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Inflasi Regional

34

Gambar 2.3 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (q-t-q)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Dari sebelas sub kelompok yang ada, enam sub kelompok mengalami inflasi, empat

mengalami deflasi dan satu tidak mengalami perubahan harga. Inflasi tertinggi

terjadi pada sub kelompok sayur-sayuran dan deflasi terbesar terjadi pada

subkelompok ikan diawetkan.

Sub kelompok sayur-sayuran mengalami inflasi sebesar 18,45% (q-t-q), jauh

melonjak dibandingkan kondisi yang terjadi pada triwulan III-2009 dimana terjadi

deflasi sebesar minus 4,68% (q-t-q). Komoditas utama penyumbang inflasi pada

periode ini diantaranya adalah wortel, kentang, ketimun, tomat sayur, labu siam,

bayam dan kol putih.

Sub kelompok bumbu-bumbuan juga mengalami peningkatan harga yang cukup

tinggi, dimana pada triwulan III-2009 tercatat sub kelompok ini mengalami inflasi

sebesar 4,26% (q-t-q), sedangkan pada triwulan IV-2009 inflasinya tercatat sebesar

13,89% (q-t-q). Adapun komoditas penyumbang inflasi pada triwulan laporan

adalah cabe rawit, cabe merah, dan bawang merah

Sub kelompok kacang-kacangan mengalami inflasi sebesar 8,02% (q-t-q), dimana

pada triwulan sebelumnya sub kelompok ini mengalami deflasi sebesar minus

0,03% (q-t-q). Komoditas yang mengalami inflasi diantaranya adalah tahu mentah.

Page 53: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Inflasi Regional

35

Sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya tercatat mengalami inflasi

sebesar 3,19% (q-t-q), sedangkan inflasinya pada triwulan III-2009 adalah 0,05%

(q-t-q). Komoditas yang mengalami inflasi pada periode ini adalah beras.

Sub kelompok ikan segar tercatat mengalami inflasi sebesar 3,10% (q-t-q),

meningkat dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya dimana sub kelompok ini

mengalami deflasi sebesar minus 4,42% (q-t-q). Komoditas yang mengalami inflasi

adalah lolosi dan ekor kuning. Sub kelompok lemak dan minyak sedikit mengalami

kenaikan harga dimana inflasinya tercatat sebesar 0,59%.

Sub kelompok ikan diawetkan mengalami penurunan harga terbesar dengan deflasi

sebesar minus 9,31% (q-t-q), dimana pada triwulan III-2009 sub kelompok ini

mengalami inflasi sebesar 21,39% (q-t-q). Komoditas yang mengalami deflasi

adalah julung kering asap. Tiga sub kelompok lain yang juga mengalami deflasi

adalah telur, susu dan hasil-hasilnya; buah-buahan; serta daging dan hasil-hasilnya.

Sub kelompok yang tidak mengalami perubahan harga adalah bahan makanan

lainnya.

B. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami penurunan

inflasi, dimana pada triwulan III-2009 inflasi yang terjadi adalah 2,20% (q-t-q),

sedangkan pada triwulan IV-2009 inflasi yang terjadi adalah 0,46% (q-t-q). Dari tiga

sub kelompok yang ada, dua sub kelompok mengalami penurunan inflasi,

sedangkan satu sub kelompok inflasinya meningkat.

Page 54: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Inflasi Regional

36

Gambar 2.4 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (q-t-q)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Sub kelompok minuman yang tidak beralkohol tercatat mengalami inflasi sebesar

0,34% (q-t-q) pada triwulan IV-2009. Adapun komoditas yang memberikan

sumbangan inflasi diantaranya gula pasir, minuman ringan dan minuman

kesegaran.

Inflasi sub kelompok makanan jadi mengalami penurunan dibandingkan triwulan

sebelumnya, dimana pada triwulan III-2009 inflasi yang terjadi adalah 0,42% (q-t-q)

sedangkan pada triwulan IV-2009 inflasinya adalah 0,02% (q-t-q). Komoditas yang

mengalami inflasi diantaranya yaitu biskuit.

Sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol mengalami inflasi sebesar 1,21%

(q-t-q), meningkat dibandingkan inflasi yang terjadi pada triwulan III-2009 yang

sebesar 1,01% (q-t-q). Komoditas yang mengalami kenaikan harga adalah rokok

putih, rokok kretek, dan rokok kretek filter.

C. Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar

Kelompok perumahan , listrik, air, gas dan bahan bakar mengalami penurunan

inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan III-2009 tercatat inflasi di

kelompok ini adalah 1,87% (q-t-q) sedangkan inflasinya pada triwulan IV-2009

adalah 0,53%.

Page 55: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Inflasi Regional

37

Gambar 2.5 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Inflasi tertinggi pada kelompok ini terjadi pada subkelompok bahan bakar,

penerangan dan air dengan inflasi sebesar 2,79% (q-t-q), dimana inflasinya pada

triwulan III-2009 adalah 0,03%.

Sub kelompok yang mengalami deflasi adalah biaya tempat tinggal yaitu sebesar

minus 0,14% (q-t-q), dimana pada triwulan III-2009 masih terjadi inflasi sebesar

2,44% (q-t-q).

Adapun pada sub kelompok perlengkapan rumah tangga inflasinya pada triwulan

III-2009 adalah 3,27% (q-t-q) kemudian pada triwulan IV-2009 terjadi inflasi sebesar

1,01% (q-t-q). Adapun komoditas penyumbang inflasi diantaranya adalah sprey.

Penyelenggaraan rumah tangga mengalami inflasi sebesar 0,02% (q-t-q), dimana

pada triwulan III-2009 sub kelompok ini mengalami deflasi sebesar minus 0,31%

(q-t-q). Komoditas yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah pembersih

lantai dan sabun cream.

D. Kelompok Sandang

Inflasi kelompok sandang tercatat sebesar 2,06% (q-t-q), mengalami peningkatan

dibandingkan kondisi sebelumnya dimana pada triwulan III-2009 kelompok ini

mengalami deflasi sebesar minus 0,32% (q-t-q). Kondisi ini terutama didorong oleh

Page 56: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Inflasi Regional

38

peningkatan harga pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain. Komoditas

yang memberikan sumbangan inflasi emas perhiasan dan jam tangan.

Gambar 2.6 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Sub kelompok barang pribadi dan sandang lain tercatat mengalami inflasi sebesar

9,70% (q-t-q), mengalami lonjakan dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana

pada triwulan III-2009 tercatat sub kelompok ini mengalami deflasi sebesar minus

3,28% (q-t-q). Dua sub kelompok mengalami deflasi, yaitu sandang laki-laki yaitu

sebesar minus 0,09% (q-t-q) dan sandang anak-anak 0,05% (q-t-q). Sub kelompok

sandang wanita tercatat mengalami inflasi sebesar 0,77% (q-t-q).

E. Kelompok Kesehatan

Kelompok kesehatan menunjukan penurunan inflasi, dimana pada triwulan IV-2009

inflasi yang terjadi adalah 0,31% (q-t-q) sedangkan pada triwulan III-2009 inflasinya

adalah 2,20% (q-t-q). Penurunan inflasi terbesar terjadi pada sub kelompok obat-

obatan, dimana pada triwulan III-2009 inflasinya adalah 6,16% (q-t-q), sedangkan

pada triwulan IV-2009 inflasinya sebesar 0,05% (q-t-q).

Page 57: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Inflasi Regional

39

Gambar 2.7 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (q-t-q)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Sub kelompok jasa kesehatan mengalami kenaikan inflasi, dimana pada triwulan III-

2009 inflasinya sebesar 0,76% (q-t-q), sedangkan pada triwulan laporan inflasinya

adalah 1,65% (q-t-q). Sub kelompok jasa perawatan jasmani tidak mengalami

perubahan harga, sedangkan sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika

mengalami deflasi sebesar minus 0,33% (q-t-q).

F. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami deflasi sebesar minus

0,42% (q-t-q), dimana pada triwulan IV-2009 sub kelompok ini mengalami inflasi

4,41% (q-t-q). Kondisi ini terutama disebabkan karena deflasi pada sub kelompok

rekreasi dan perlengkapan/ peralatan pendidikan. Sub kelompok rekreasi tercatat

mengalami deflasi sebesar minus 0,70% (q-t-q) sedangkan sub kelompok

perlengkapan/ peralatan pendidikan mengalami deflasi sebesar minus 1,67% (q-t-

q). Sub kelompok olahraga mengalami inflasi sebesar 0,88%, sedangkan dua sub

kelompok lainnya yaitu pendidikan dan kursus-kursus/ pelatihan tidak mengalami

perubahan harga.

Page 58: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Inflasi Regional

40

Gambar 2.8 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (q-t-q)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

G. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan tercatat mengalami deflasi

sebesar minus 0,68% (q-t-q), dimana pada triwulan III-2009 inflasi yang terjadi

adalah 1,45% (q-t-q).

Gambar 2.9 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q-t-q)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Deflasi utamanya terjadi pada sub kelompok transport yaitu sebesar minus 0,68%

(q-t-q), sedangkan sub kelompok komunikasi dan pengiriman serta sub kelompok

jasa keuangan tidak mengalami perubahan harga. Disisi lain sub kelompok sarana

penunjang transpor mengalami inflasi sebesar 0,35% (q-t-q).

Page 59: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Inflasi Regional

41

2.3. Inflasi Tahunan (y-o-y)

Jika dianalisa secara tahunan, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan

makanan yaitu sebesar 6,57%, sedangkan penurunan harga terjadi pada

kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar minus 3,05%.

Sayur-sayuran merupakan sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi yaitu

sebesar 24,90% pada kelompok bahan makanan. Sub kelompok yang mengalami

deflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan adalah transpor

yang mengalami penurunan harga mencapai minus 5,41%.

A. Kelompok Bahan Makanan

Secara tahunan kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 6,57% (y-o-y).

pada triwulan IV-2009. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok sayur-sayuran

dengan inflasi sebesar 24,90% (q-t-q) dan bumbu-bumbuan dengan inflasi sebesar

12,19% (y-o-y). Sub kelompok kacang-kacangan juga mengalami inflasi yang

termasuk tinggi sebesar 7,73% (y-o-y), lalu sub kelompok buah-buahan dengan

inflasi sebesar 7,07% (y-o-y) dan ikan diawetkan dengan inflasi 5,85% (y-o-y). Satu-

satunya sub kelompok yang mengalami deflasi adalah lemak dan minyak, yaitu

sebesar minus 1,09%.

Gambar 2.10 Inflasi Kelompok Bahan Makanan (y-o-y)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 60: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Inflasi Regional

42

B. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau tercatat mengalami inflasi

sebesar 5,58% (y-o-y). Inflasi tertinggi dialami sub kelompok minuman yang tidak

beralkohol yaitu sebesar 21,69% (y-o-y). Sub kelompok makanan jadi serta

tembakau dan minuman beralkohol masing-masing mengalami inflasi sebesar

2,78% (y-o-y) dan 2,75% (y-o-y).

Gambar 2.11 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (y-o-y)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

C. Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar

Inflasi sub kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar pada triwulan III-

2009 tercatat sebesar 4,20% (y-o-y). Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok

perlengkapan rumah tangga yaitu sebesar 6,18% (y-o-y).

Gambar 2.12 Inflasi Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar (y-o-y)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 61: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Inflasi Regional

43

Sub kelompok biaya tempat tinggal mengalami inflasi sebesar 4,47% (y-o-y), lalu

sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air inflasinya sebesar 2,88% (y-o-y)

dan inflasi terendah adalah pada sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga

yaitu sebesar 2,70% (y-o-y).

D. Kelompok Sandang

Inflasi kelompok sandang pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar 3,19% (y-o-y).

Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok barang pribadi dan sandang lain yaitu

sebesar 11,29% (y-o-y). Sub kelompok sandang anak-anak mengalami inflasi

2,87% (y-o-y), sub kelompok sandang wanita inflasinya sebesar 1,44% (y-o-y),

sdangkan inflasi terendah dialami sub kelompok sandang laki-laki 0,07% (y-o-y).

Gambar 2.13 Inflasi Kelompok Sandang (y-o-y)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

E. Kelompok Kesehatan

Inflasi pada sub kelompok kesehatan tercatat sebesar 4,04% (y-o-y). Inflasi tertinggi

terjadi pada sub kelompok obat-obatan dimana inflasinya mencapai 9,07% (y-o-y).

Sub kelompok jasa kesehatan mengalami inflasi 3,51% (y-o-y), lalu perawatan

jasmani dan kosmetika mengalami inflasi 2,48% (y-o-y), adapun inflasi terendah

terjadi pada jasa perwatan jasmani dengan inflasi 0,39% (y-o-y).

Page 62: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Inflasi Regional

44

Gambar 2.14 Inflasi Kelompok Kesehatan (y-o-y)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

F. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga tercatat sebesar 5,68% (y-

o-y). Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok pendidikan dengan inflasi 7,95% (y-

o-y), sedangkan pada kursus-kursus/pelatihan tidak mengalami perubahan harga.

Sub sektor rekreasi mengalami inflasi 4,29% (y-o-y), olahraga inflasinya 1,94% (y-o-

y), sedangkan perlengkapan/peralatan pendidikan mengalami inflasi 1,07% (y-o-y).

Gambar 2.15 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (y-o-y)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 63: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Inflasi Regional

45

G. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Pergerakan harga pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan

mengalami deflasi sebesar minus 3,05% (y-o-y). Sub kelompok yang mengalami

deflasi adalah transport yaitu sebesar minus 5,41% (y-o-y). Inflasi tertinggi dialami

sub kelompok komunikasi dan pengiriman yaitu 2,77% (y-o-y). Adapun sarana dan

penunjang transpor serta jasa keuangan mengalami inflasi masing-masing sebesar

1,35% (y-o-y) dan 0,32% (y-o-y).

Gambar 2.16 Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q-t-q)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 64: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Perbankan Daerah 46

Perkembangan Perbankan Daerah

3.1 Perkembangan Perbankan

Secara umum kinerja perbankan pada triwulan IV-2009 mengalami

penurunan. Total aset bank umum di wilayah kerja Bank Indonesia Ternate tumbuh

sebesar 0,06% (y-o-y), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan menurun sebesar 4,51% (y-

o-y). Kegiatan penyaluran kredit kepada masyarakat masih mengalami

pertumbuhan, meskipun melambat dengan angka pertumbuhan sebesar 32,88%

(y-o-y). Pada triwulan IV-2009 kegiatan intermediasi perbankan mengalami

peningkatan dimana LDR bank umum tercatat sebesar 63,11%. Jumlah kredit

bermasalah pada triwulan II-2009 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya dari 4,03% pada triwulan III-2009 menjadi 2,79% pada

triwulan IV-2009.

a. Perkembangan Aset Bank Umum

Total aset bank umum di wilayah kerja Bank Indonesia Ternate1 pada akhir

Triwulan IV-2009 mengalami peningkatan, meskipun jauh melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat total aset

bank umum sebesar Rp 3,044 triliun, atau mengalami peningkatan sebesar 0,06%

(y-o-y). Kondisi ini jauh menurun dibandingkan kinerja yang ditunjukan pada

triwulan III-2009, dimana pada periode tersebut aset perbankan mengalami

pertumbuhan sebesar 6,72% (y-o-y).

Bank pemerintah masih mendominasi penguasaan aset perbankan di Maluku Utara

dengan proporsi sebesar 85%, mengalami penurunan dibandingkan kondisi

triwulan sebelumnya, dimana persentase aset bank pemerintah terhadap total aset

adalah 86%.

1 Tidak termasuk KCP BCA karena laporan bulanannya menginduk ke KC di Manado

Bab III

Page 65: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Perbankan Daerah 47

Pada triwulan IV-2009 kinerja bank pemerintah dari sisi aset, lebih buruk jika

dibandingkan dengan bank swasta. Aset bank pemerintah mengalami penurunan

hingga mencapai minus 2% (y-o-y) jika dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya, sedangkan aset bank swasta tumbuh sebesar 13,83% (y-o-y).

Meskipun masih tumbuh, namun terjadi perlambatan jika dibandingkan kinerja

triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan III-2009 pertumbuhan aset bank swasta

adalah 17,27% (y-o-y).

Gambar 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara

Sumber: LBU, diolah

Posisi penyebaran aset bank umum pada triwulan laporan masih didominasi Kota

Ternate dengan proporsi sebesar 81,96%. Jumlah ini telah meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan III-2009 porsinya sebesar 77,40%.

Daerah terbesar lainnya dalam hal penyebaran aset bank umum adalah Kabupaten

Halmahera Tengah dengan porsi sebesar 10,13%, menurun jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 12,97%.

Tabel 3.1 Komposisi Kepemilikan Bank Umum di Maluku Utara (Milyar Rp)

Keterangan 2009

I II III IV Jenis Bank 3.014,40 3.175,53 3.008,33 3.044,54 Pemerintah 2.614,98 2.763,03 2.582,73 2.594,74

Page 66: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Perbankan Daerah 48

Swasta 399,42 412,51 425,60 449,80

Dati II 3.014,40 3.175,53 3.008,33 3.044,54 Ternate 2.264,59 2.398,24 2.328,39 2.495,25 Maluku Utara 320,12 331,80 289,80 240,83 Halteng 429,70 445,49 390,14 308,46

Jenis Valuta 3.014,40 3.175,53 3.008,33 3.044,54 Rupiah 2.947,12 3.084,56 2.983,80 2.987,84 Valas 67,29 90,98 24,53 56,70 Sumber: LBU, diolah

Proporsi aset perbankan dalam bentuk valuta asing pada triwulan IV-2009

mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan triwulan yang sama

tahun sebelumnya. Aset dalam bentuk valas tumbuh sebesar 355,40% (y-o-y),

dimana pada triwulan III-2009 jumlah aset valas menurun sebesar minus 30,62% (y-

o-y). Porsi aset valas dibandingkan total aset juga mengalami peningkatan, dimana

pada triwulan III-2009 porsinya adalah 0,82% sedangkan pada triwulan IV-2009

porsinya menjadi 1,86% (y-o-y).

Gambar 3.2 Perkembangan Aset Bank Umum Valuta Asing di Maluku Utara

Sumber: LBU, diolah

b. Penghimpunan Dana Bank Umum

Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan di Maluku Utara

pada triwulan IV-2009 mengalami penurunan. Jumlah dana pihak ketiga yang

berhasil dihimpun oleh perbankan sebesar Rp 2,673 triliun, mengalami penurunan

Page 67: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Perbankan Daerah 49

sebesar minus 4,51% (y-o-y) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun

lalu. Kontraksi ini meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana

pertumbuhan tahunan penghimpunan DPK pada triwulan III-2009 adalah minus

1,92% (y-o-y).

Jika dilihat masing-masing komponennya, pertumbuhan DPK dalam bentuk giro

mengalami penurunan mencapai minus 36,04% (y-o-y). Kondisi ini telah terjadi

sejak triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan III-2009 penurunan giro adalah

minus 24,47% (y-o-y). Penurunan giro di triwulan laporan ditengarai terjadi karena

penarikan dana oleh pemerintah daerah untuk membayar pengeluarannya.

Meskipun jumlah DPK dalam bentuk tabungan masih tumbuh, namun

pertumbuhannya tidak setinggi triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat

DPK berbentuk tabungan tumbuh 6,18% (y-o-y), sedangkan pada triwulan

sebelumnya tingkat pertumbuhan sebesar 8,42% (y-o-y).

Perkembangan deposito juga mengalami perlambatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat deposito tumbuh sebesar 14,02% (y-o-

y), sedangkan pada triwulan sebelumnya pertumbuhan deposito mencapai 14,02%

(y-o-y).

Apabila dilihat komposisinya, secara dominan tabungan masih menjadi pilihan

penempatan DPK dengan porsi sebesar 58,36%. Jumlah ini mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana porsi tabungan adalah sebesar 51,91%.

Adapun komposisi giro dan deposito tidak berbeda jauh, dimana giro memiliki porsi

sebanyak 19,23% sedangkan deposito sebanyak 22,41%.

Page 68: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Perbankan Daerah 50

Gambar 3.3 Perkembangan DPK Perbankan

Sumber: LBU, diolah

Jika dibandingkan berdasarkan lokasi penghimpunan dana, Kota Ternate masih

menjadi pusat penghimpunan dana di Malut, dimana 84,24% dana perbankan di

Malut berasal dari Kota Ternate. Sebanyak 10,79% berasal dari kabupaten

Halmahera Tengah, dan sisanya sebanyak 4,97% tersebar di wilayah Malut lainnya.

Dari pertumbuhannya, penghimpunan DPK di Kota Ternate masih meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-2009 tercatat pertumbuhan

DPK di Kota Ternate sebesar 6,74% (y-o-y), lebih tinggi dari kinerja pada triwulan III-

2009 dimana pertumbuhannya sebesar 3,18% (y-o-y). Di kabupaten Halmahera

Tengah penurunan DPK semakin besar, dimana pada triwulan laporan tercatat

angka pertumbuhan sebesar minus 31,74% (y-o-y), dan pada triwulan III-2009

penurunannya sebesar minus 17,65% (y-o-y). Di wilayah lainnya penurunan DPK

sangat signifikan. Pada triwulan IV-2009 tercatat penghimpunan DPK menurun

hingga minus 50,32% (y-o-y), jauh meningkat dibandingkan kondisi pada triwulan

III-2009 yang penurunannya sebesar 13,90% (y-o-y).

Jika dibandingkan berdasarkan jenis bank, kelompok bank pemerintah mendominasi

penghimpunan DPK hingga mencapai porsi sebanyak 83,89% sedangkan bank

swasta sebanyak 16,11%. Jika dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya,

kinerja penghimpunan DPK bank swasta mengalami peningkatan, dimana pada

Page 69: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Perbankan Daerah 51

triwulan sebelumnya porsi bank swasta dalam penghimpunan DPK adalah 15,78%.

Kinerja bank pemerintah dalam penghimpunan DPK di triwulan laporan memang

mengalami penurunan hingga sebesar minus 7,27% (y-o-y). Disisi lain kinerja bank

swasta mengalami peningkatan, dimana pertumbuhan DPK mencapai 12,96% (y-o-

y). Kondisi ini sebenarnya melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana

pada triwulan III-2009 pertumbuhannya mencapai 16,58% (y-o-y).

Jumlah DPK dalam bentuk valuta asing (valas) mengalami peningkatan yang sangat

signifikan pada triwulan IV-2009. Tercatat DPK valas meningkat hingga 242,80% (y-

o-y), sedangkan DPK dalam bentuk rupiah mengalami penurunan sebesar minus

6,07% (y-o-y). Dengan penurunan ini, porsi DPK rupiah dalam keseluruhan

penghimpunan dana turun menjadi 97,75%, dimana pada triwulan III-2009

porsinya adalah 98,96% sedangkan porsi DPK valas naik menjadi 2,25% pada

triwulan IV-2009.

Jika dibandingkan berdasarkan golongan debitur, debitur perorangan masih

mendominasi kepemilikan DPK dengan porsi sebesar 82%, dan porsi kepemilikan ini

telah meningkat sejak triwulan II-2009. Berbeda dengan hal ini, porsi debitur pemda

terus mengalami penurunan sejak awal tahun, dari 23,98% pada triwulan II-2009,

lalu menjadi 18,47% pada triwulan III-2009 dan akhirnya menjadi 4,99% pada

triwulan IV-2009. Hal ini menggambarkan penarikan dana pemda hingga akhir

tahun untuk membiayai pengeluarannya

c. Penyaluran Kredit

c.1.Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor

Penyaluran kredit kepada masyarakat oleh perbankan Malut masih terus

menunjukan pertumbuhan yang cukup tinggi, namun mengalami

perlambatan dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-

2009 tercatat pertumbuhan kredit sebesar 32,88% (y-o-y), sedangkan pada

triwulan sebelumnya pertumbuhan yang terjadi adalah 38,30% (y-o-y).

Dari sisi penggunaan, kredit konsumsi masih mendominasi penyaluran kredit

dengan porsi sebesar 58,09%, diikuti oleh kredit modal kerja sebanyak 32,46%,

dan sisanya sebesar 9,45% diberikan untuk kredit investasi. Dari sisi pertumbuhan,

Page 70: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Perbankan Daerah 52

kredit investasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi hingga mencapai 46% (y-o-y)

pada triwulan IV-2009, mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III-2009

dimana pertumbuhannya adalah 36,85% (y-o-y). Kredit konsumsi tumbuh 33,19%

(y-o-y), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 38,55% (y-o-y). Kredit modal kerja tumbuh 28,95% (y-o-y), jauh melambat

dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya, dimana pertumbuhan yang terjadi

adalah 38,28% (y-o-y).

Dari sisi golongan kredit, total kredit kepada UKM mencapai 1,574 triliun rupiah

atau sebesar 93,29% dari seluruh kredit yang disalurkan oleh perbankan Maluku

Utara. Jika dirinci lebih jauh, dari seluruh kredit UKM yang disalurkan, kredit usaha

kecil (KUK) lebih mendominasi penyaluran kredit dengan porsi sebanyak 65%,

sedangkan kredit non KUK sebesar 35%. Jika dilihat pertumbuhannya, kredit non

UKM mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi yaitu sebesar 63,60% (y-o-y),

jauh meningkat dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya dimana pertumbuhan

yang terjadi adalah 36,76% (y-o-y). Kredit UKM secara keseluruhan tumbuh

31,10% (y-o-y), mengalami perlambatan dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya

yaitu 38,41% (y-o-y). Jika dianalisa lebih jauh, kredit UKM berupa KUK mengalami

pertumbuhan yang sangat fantastis hingga mencapai 168,77% (y-o-y), sedangkan

kredit UKM non KUK hanya tumbuh sebesar 2,36% (y-o-y), jauh melambat

dibandingkan kinerja triwulan III-2009 dimana pertumbuhannya adalah 38,15% (y-

o-y).

Jika dibandingkan berdasarkan jenis bank, kredit yang disalurkan oleh bank

pemerintah masih mendominasi penyaluran kredit dengan porsi sebanyak 92,81%.

Dari sisi pertumbuhannya, pertumbuhan kredit bank swasta sedikit berada diatas

pertumbuhan bank pemerintah, dimana pertumbuhan kredit bank swasta adalah

34,31% (y-o-y), sedangkan pertumbuhan kredit bank pemerintah adalah 32,77%

(y-o-y). Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, kinerja bank swasta

mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dimana pertumbuhannya pada

triwulan III-2009 adalah 23,58% (y-o-y).

Page 71: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Perbankan Daerah 53

Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Bank Umum di Maluku Utara (Miliar rupiah)   2009

  I II III IV 

Jenis Penggunaan  1.384,28 1.529,61 1.641,67 1.687,10     Modal Kerja  469,28 515,76 550,91 547,67     Investasi  108,79 135,23 149,92 159,46     Konsumsi  806,22 878,62 940,84 979,98  

Golongan Kredit   1.384,28 1.529,61 1.641,67 1.687,10     UKM ‐ KUK (inc. PKT) 207,32 228,44 268,71 557,35     UKM ‐ Non KUK  1.090,66 1.200,34 1.265,84 1.016,50     Non UKM  86,29 100,83 107,13 113,25  

Jenis Bank   1.384,28 1.529,61 1.641,67 1.687,10     Bank Pemerintah  1.291,11 1.424,62 1.528,54 1.565,84     Bank Swasta  93,17 105,00 113,13 121,27 

Sumber: LBU, diolah

Jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, sektor pertanian yang merupakan sektor

dominan dalam PDRB, hanya memperoleh 4,42% kredit dari seluruh kredit yang

disalurkan oleh perbankan di Maluku Utara. Meskipun masih tumbuh, namun

pertumbuhan kredit di sektor ini melambat dibandingkan kinerja triwulan

sebelumnya. Pada triwulan IV-2009 pertumbuhan yang terjadi sebesar 11,99% (y-o-

y), sedangkan pada triwulan III-2009 pertumbuhannya mencapai 30,27% (y-o-y).

Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang juga merupakan sektor unggulan

perekonomian memperoleh kredit sebanyak 25,59%. Pertumbuhan kredit di sektor

ini meskipun masih terbilang cukup tinggi, namun sedikit melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat sektor ini tumbuh 28,50% (y-

o-y), sedangkan pada triwulan sebelumnya pertumbuhannya adalah 29,75% (y-o-y).

Sektor unggulan lainnya, yaitu industri pengolahan hanya memperoleh 0,15% dari

seluruh kredit yang disalurkan perbankan Malut. Bahkan pada triwulan IV-2009

terjadi kontraksi yang sangat besar dalam hal penyaluran kredit di sektor ini, dimana

pada triwulan laporan pertumbuhan kredit di sektor ini mencapai minus 40,68% (y-

o-y), sedangkan pada triwulan III-2009 pertumbuhannya mencapai 289,56% (y-o-y).

Page 72: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Perbankan Daerah 54

Sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan kredit tertinggi adalah sektor

pengangkutan, pergudangan dan komunikasi yang tumbuh mencapai 132,35% (y-

o-y). Sektor konstruksi juga masih mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi

yaitu sebesar 54,66% (y-o-y), meskipun telah terdapat perlambatan pertumbuhan

sejak triwulan II-2009.

d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum

Pada triwulan IV-2009 kegiatan intermediasi perbankan sedikit mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan LDR

bank umum tercatat sebesar 63,11%, sedangkan pada triwulan sebelumnya LDR

yang ada adalah 63,01%. Peningkatan LDR ini sebenarnya lebih banyak disebabkan

oleh penurunan DPK, bukan didorong oleh pertumbuhan kredit yang lebih tinggi.

Jika dibandingkan antara LDR bank pemerintah dengan bank swasta, bank

pemerintah masih menunjukan fungsi intermediasi yang lebih baik, yang ditunjukan

dengan LDR sebesar 69,82%. Nilai LDR ini telah sedikit meningkat dibandingkan

kondisi triwulan III-2009, dimana LDR tercatat sebesar 69,66%. Bank swasta

memiliki LDR sebesar 28,15%. Secara historis kinerja bank swasta dalam hal rasio

penyaluran kredit memang rendah.

Gambar 3.4 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara

Sumber: LBU, diolah

Page 73: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Perbankan Daerah 55

e. Non Performing Loans (NPL’s) Bank Umum

Jumlah kredit bermasalah pada triwulan IV-2009 mengalami penurunan

yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

triwulan laporan tercatat rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan’s) terhadap

keseluruhan kredit oleh perbankan di Maluku Utara adalah 2,79%, sedangkan pada

triwulan III-2009 rasionya adalah 4,03%.

Gambar 3.5 Perkembangan NPL’s Perbankan Daerah

Sumber: LBU, diolah

Page 74: KER Malut Tw 4-2009

56  

BOKS 2 Agro-industri Bio-etanol Berbahan Baku Nira Aren

Hamparan pohon aren yang menyebar luas di wilayah Maluku Utara ternyata

memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Tidak hanya buahnya yang bisa dimanfaatkan

untuk kolang-kaling atau batangnya untuk bahan bangunan, nira yang dihasilkan

pohon aren juga sangat besar manfaatnya. Air sadapan (nira) dari pohon aren bisa

dimanfaatkan untuk pembuatan bio-etanol sebagai bahan bakar alternatif ramah

lingkungan atau sebagai alkohol medik. Biasanya nira aren ini hanya dijadikan

bahan baku minuman, gula aren, gula semut (brown sugar) serta cuka.

Bahan Bakar Nabati (BBN) hasil destilasi dari nira aren atau dikenal dengan

bio-etanol memiliki tingkat produktivitas hingga empat kali Crude Palm Oil (CPO)

atau minyak sawit. Bahkan dari semua bahan baku BBN, aren merupakan yang

paling potensial untuk dijadikan bahan bakar alternatif (Unggul Priyanto, 2007).

Produktivitasnya mengalahkan semua biomassa lainnya.

Pemanfaatan nira aren menjadi bio-etanol dapat menjadi solusi untuk

mengantisipasi dampak krisis energi akibat kelangkaan (scarcity) dari minyak bumi

atau bahan bakar fosil. Kedepannya, baik masyarakat maupun korporasi dapat

mereduksi resiko dan biaya terkait dengan kelangkaan BBM termasuk minyak

tanah di daerah. Efektivitas subsitusi BBG (Bahan Bakar Gas) yang masih terhambat

disisi pasokan terutama di kawasan timur Indonesia akan menjadi peluang bagi

bio-etanol untuk menjadi produk subsitusi terutama bagi minyak tanah ataupun

komplementer untuk BBM kendaraan maupun mesin-mesin/alat berat.

Berdasarkan hasil hasil survey, didapat informasi bahwa kebutuhan

masyarakat Halmahera Utara akan BBM khususnya minyak tanah terus meningkat.

Saat ini permintaan minyak tanah di Kabupaten Halmahera Utara sedikitnya

sebanyak 800 kiloliter perbulannya. Sedangkan alokasi yang diberikan Pertamina

hanya sebanyak 540 kiloliter perbulan. Alokasi ini merupakan alokasi untuk rumah

tangga. Namun pada kenyataannya masih banyak industri yang menggunakan

alokasi minyak tanah tersebut misalnya sebagai bahan bakar armada speed boat.

Dalam hal ini diperkirakan terdapat kebocoran sampai 30% dari alokasi rumah

tangga yang masuk ke industri. Kekurangan pasokan minyak tanah ini merupakan

peluang yang bagus bagi produsen bio-etanol.

Page 75: KER Malut Tw 4-2009

57  

Bahan Baku Melimpah

Potensi aren di Maluku Utara sangat melimpah dan tersebar di Pulau

Halmahera, Kepulauan Sula, Pulau Morotai, Pulau Bacan serta beberapa pulau

lainnya. Namun sejauh ini pemanfaatannya masih belum optimal dan utilisasinya

masih rendah. Khusus di Kabupaten Halmahera Utara saja, tanaman aren banyak

tersebar namun sayangnya baru sedikit yang telah dimanfaatkan untuk diolah. Nira

dari pohon aren yang tumbuh liar di hutan-hutan Halmahera selama ini hanya

dimanfaatkan untuk membuat gula merah atau sekedar diminum sebagai tuak

yang dikenal luas dengan sebutan Cap Tikus. Padahal jika diolah menjadi bio-

etanol, nilai ekonominya sangat tinggi.

Pohon aren menyebar secara liar di wilayah datar, perbukitan, pegunungan

dan lembah di Halmahera Utara. Penelitian tentang Potensi Aren di Kabupaten

Halmahera Utara oleh Politeknik Padamara, Tobelo pada tahun 2007 menemukan

bahwa terdapat sekitar 1.149.717 pohon aren di 3 wilayah Kabupaten Halmahera

Utara yang meliputi Kao, Tobelo dan Galela. Rata-rata produksi nira aren berkisar

antara 15-20 liter/pohon/hari dan dapat dipanen setiap hari sepanjang tahun

setelah usianya pohon 6 tahun. Bayangkan saja jika rata-rata setiap 10 liter nira

aren dapat menghasilkan 2,5 liter bio-etanol. Selain melimpah, aren di Halmahera

Utara memang berkualitas tinggi menurut kadar rendemen-nya karena tumbuh di

jenis tanah yang relatif kering.

Berdasarkan data “Halmahera Utara dalam Angka” (BPS Halmahera Utara,

2008), dari 173,9 Ha lahan aren di Halmahera Utara, yang dimanfaatkan baru

sebesar 17,25%. Jumlah pengolah aren di Halmahera Utara tercatat sebanyak 470

KK petani penggarap. Apabila di teliti lebih detil, ditemukan bahwa pada beberapa

kecamatan tidak dihasilkan olahan aren dan beberapa produktivitasnya masih

rendah. Hal ini amat disayangkan mengingat daerah ini memiliki potensi aren yang

melimpah.

Penggunaan Teknologi Tepat Guna

Dalam sebuah jurnal (Infotek Perkebunan: Puslitbang Deptan, 2009) didapat

fakta bahwa hasil penyadapan nira diperoleh produksi standar adalah 10-30

liter/hari untuk tiap tandannya dimana lazimnya proses penyadapan dilakukan

sebanyak 2 kali (pagi dan sore hari). Di Halmahera Utara sendiri sangat

disayangkan bahwa produkstivitas penyadap aren di lapangan belum optimal.

Page 76: KER Malut Tw 4-2009

58  

Rata-rata mereka hanya mampu menyadap sebanyak 5 pohon setiap harinya.

Waktu mereka banyak tersita untuk mengolah nira aren menjadi olahan minuman

keras (Cap Tikus) dan gula aren. Apabila penyadap hanya fokus pada penyadapan

saja, maka 1 (satu) orang penyadap diperkirakan mampu menyadap antara 10-20

pohon dalam sehari.

Dari aspek teknologi proses produksi, pengolahan nira aren menjadi Bio-

etanol sebenarnya sangat sederhana. Bahkan bila dibiarkan saja, nira aren akan

terfermentasi dengan sendirinya kemudian menjadi alkohol yang disebut sebagai

bio-etanol itu. Saking sederhananya proses destilasi, masyarakat di Halmahera

Utara sejak dulu secara tradisional telah mampu mengolah nira aren menjadi tuak

atau Cap Tikus.

Dalam proses produksi bio-etanol, teknologi yang digunakan merupakan

implementasi Teknologi Tepat Guna yang sederhana. Peran teknologi hanya

sebatas pengolahan langsung bahan baku nira menjadi etanol. Dalam pembuatan

bio-etanol berbahan baku nira aren ini tidak ada proses antara seperti halnya yang

diperlukan bahan baku lain seperti jarak, jagung, ubi dan tanaman nabati lainnya.

Output-nya pun langsung berupa produk akhir. Mesin pembuat bio-etanol hanya

dilengkapi dengan 1 parameter ukur yaitu termometer untuk memantau suhu saat

proses pembuatan bio-etanol.

Proses produksi sangat praktis. Kualitas output-nya dapat langsung diukur

kadar alkohol-nya secara presisi dengan Alkoholmeter. Biasanya ouput awal dari

proses destilasi tersebut adalah berupa bio-etanol berkadar 70-90%. Kadar dari

outputnya akan terus turun secara bertahap sampai nira aren di tangki baja

stainless habis. Setelah kadar dari output proses destilasi lebih rendah dari 70%,

maka hasilnya akan dipisah untuk kemudian di proses kembali sampai dihasilkan

bio-etanol dengan kadar minimum 70%, sehingga pada akhirnya tidak ada output

yang terbuang.

Sebuah mesin produksi bio-etanol modern buatan KSU Kairos dapat

menghasilkan 100-150 liter bio-etanol kadar 70% dalam 12 jam. Apabila produksi

ini dioptimalkan, maka dari 1 (satu) mesin dapat dihasilkan 3000-4500 liter bio-

etanol setiap bulannya. Kelebihan dari mesin produksi bio-etanol ini adalah juga

dapat digunakan untuk menyuling Minyak Atsiri. Di Halmahera Utara juga banyak

terdapat potensi komoditas lain seperti pala, cengkeh dan nilam. Ketiga komoditas

Page 77: KER Malut Tw 4-2009

59  

tersebut bisa dijadikan bahan baku Minyak Atsiri untuk keperluan farmasi dan

kosmetika.

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Sebagai suatu industri baru, pengolahan nira aren menjadi bio-etanol di

Halmahera Utara juga dianggap bisa memberdayakan banyak anggota masyarakat

dan menjadi sumber penghasilan baru. Industri ini memiliki peluang pasar yang

luas dan tidak terbatas hanya di Halmahera Utara saja. Dengan potensi itu, maka

masyarakat Halmahera Utara bisa memproduksi bio-etanol meskipun melebihi

kebutuhan mereka sendiri. Kelebihan produksinya bisa dijual ke daerah atau

bahkan negara lain. Ini berarti profesi penyadap nira aren akan bertambah.

Pemanfaatan sumber daya hutan di lingkungan pedesaan untuk

memproduksi bio-etanol dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Masyarakat

dapat menyadap pohon aren yang tumbuh liar di hutan-hutan sekitar pemukiman

mereka. Jadi mereka tidak perlu modal banyak untuk membudidayakannya.

Peluang ini dapat dimanfaatkan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Jadi

pemanfaatan komoditas aren ini dapat dijadikan program penanggulangan

pengangguran dan kemiskinan di pedesaan.

Kualitas bio-etanol jauh lebih baik dibanding bahan bakar minyak fosil. Selain

itu, bio-etanol pun ternyata memiliki emisi karbon yang sangat rendah, sehingga

lebih ramah lingkungan. Sebagai bahan bakar rumah tangga saja, penggunaan

bio-etanol lebih hemat dibanding penggunaan minyak tanah. Berdasarkan

pengamatan selama ini, penggunaan 1 (satu) liter bio-etanol bisa menyamai hasil

pembakaran 3 (tiga) liter minyak tanah. Bio-etanol dari aren juga punya

keistimewaan lain. Ia tak akan mengeluarkan asap bila dibakar alias bebas polusi.

Kelebihan dari memproduksi bio-etanol adalah harganya yang stabil karena

mengikuti harga bahan bakar bersubsidi sebagai benchmark-nya. Dengan harga

jual yang relatif terjangkau di harga Rp.9.000,-/liter serta dengan efisiensi sampai 3

kali lipat dibanding minyak tanah, minat pembeli terus meningkat. Dibandingkan

dengan Elpiji pun, bio-etanol masih lebih murah.

Halut Menuju Swasembada Energi Rumah Tangga

Penelitian Potensi Aren di Kabupaten Halmahera Utara (Halut) oleh Politeknik

Padamara, Tobelo pada tahun 2007 menemukan bahwa terdapat sekitar 1.149.717

Page 78: KER Malut Tw 4-2009

60  

pohon aren di 3 wilayah Kabupaten Halmahera Utara yang meliputi Kao, Tobelo

dan Galela. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

No. Klasifikasi Usia Pohon Jumlah pohon 1. Pohon aren remaja 2-5 tahun 616.608 2. Pohon aren siap produksi 5-6 tahun 314.727 3. Pohon aren produksi 6-15 tahun 218.382 Total 1.149.717 Pohon aren tersebut tersebar pada areal potensial di Halmahera Utara yang

seluas 53.529 hektar dengan perkiraan luas areal komunitas aren yang ada sekitar

6.423 hektar. Ini berarti luas areal komunitas aren yang ada hanya baru 12% dari

areal yang potensial. Sehingga dari segi lahan, peluang masih terbuka luas jika ingin

membudidayakan aren di Halmahera Utara.

Saat ini, diperkirakan jumlah produksi nira aren di Halmahera Utara setidaknya

sebanyak 50.355 liter/hari. Perkiraan ini dilakukan dengan asumsi kemampuan

produksi 15 liter/pohon/hari. Padahal dengan asumsi tersebut saja, maka sedikitnya

Halmahera Utara berpotensi memproduksi 3.275 kiloliter nira aren/hari dari

218.382 pohon aren usia produksi yang ada di kabupaten ini. Seiring dengan

bertambahnya usia pohon aren, dalam setahun kedepan saja diproyeksikan pohon

aren usia produksi jumlahnya akan berlipat.

Jumlah produksi nira aren tersebut berasal dari sekitar 642 orang penyadap

yang tersebar di wilayah Kao sebanyak 262 orang, wilayah Tobelo sebanyak 130

orang dan wilayah Galela sebanyak 250 orang. Rata-rata mereka saat ini hanya

menyadap sebanyak 5 pohon aren setiap harinya karena mereka memerlukan waktu

dan tenaga untuk mengolahnya menjadi Gula Aren atau tuak yang dikenal dengan

Cap Tikus. Selain itu permintaan akan kedua produk akhir tersebut juga terbatas

sehingga dengan menyadap 5 pohon setiap harinya sudah dianggap cukup untuk

memenuhi permintaan.

Padahal jika permintaan terhadap nira aren besar, maka jumlah petani akan

bertambah karena kebanyakan masyarakat memiliki kemampuan untuk menyadap

nira aren. Mereka juga tidak perlu mengolahnya kembali sehingga menghemat

waktu dan tenaga. Dengan begitu mereka mengaku produktivitas mereka bisa

bertambah hingga mampu menyadap 10-20 pohon/orang/hari.

Bila diasumsikan Halmahera Utara mengoptimalkan produksi nira arennya

saat ini, maka dari 3.275 kiloliter nira aren/hari tersebut bisa diproduksi menjadi bio-

Page 79: KER Malut Tw 4-2009

61  

etanol berkadar 70% sebanyak 818 kiloliter. Berarti dalam sebulan (24 hari kerja)

dapat dihasilkan sekitar 19.654 kiloliter bio-etanol yang bisa digunakan untuk men-

subsitusi minyak tanah. Padahal kebutuhan rumah tangga akan minyak tanah di

Halmahera Utara hanya sekitar 800 kiloliter/bulan. Itu berarti kebutuhannya hanya

4% dari potensi yang bisa dihasilkan Halmahera Utara, dan masih ada surplus

sekitar 18.854 kiloliter/bulan.

Jadi apabila produksi bio-etanol berbahan baku nira aren ini dioptimalkan,

maka selain bisa menjadi kabupaten pertama yang bisa ber-swasembada energi

rumah tangga, Halmahera Utara juga bisa men-supply kebutuhan energi di daerah

lain atau bahkan mengekspornya ke luar negeri. Setidaknya dalam jangka pendek

saja, terobosan ini bisa mengatasi fenomena antrian panjang pembeli minyak tanah

di kota-kota Maluku Utara.

Page 80: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Keuangan Daerah 62

Perkembangan Keuangan Daerah

4.1. Gambaran Umum

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Maluku Utara Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009 tanggal 21

Januari 2009 diketahui bahwa untuk tahun anggaran 2009 pendapatan daerah

Provinsi Maluku Utara ditargetkan sebesar 721,41 miliar rupiah sedangkan belanja

daerah dianggarkan sebesar 755,91 miliar rupiah.

Sampai Bulan November 2009, realisasi anggaran baru mencapai 62,14%,

sedangkan realisasi pendapatan daerah masih belum jelas karena keterbatasan data

yang tersedia. Dari 36 SKPD yang ada di Pemerintah Provinsi Maluku Utara, baru

30,55% yang tingkat realisasi anggarannya mencapai lebih dari 80% sementara

jumlah SKPD yang realisasinya masih di bawah 50% mencapai 13,89%.

Pada tahun 2010, Pemerintah Provinsi Maluku Utara menyusun RAPBN yang

mengalami surplus anggaran. Hal ini berbeda dengan penganggaran dua tahun

sebelumnya yang menganut anggaran defisit. Pendapatan daerah diperkirakan

mencapai Rp675,67 miliar sementara belanja daerah hanya mencapai 667,42 miliar.

Dengan demikian diperoleh gambaran awal bahwa seluruh kegiatan yang

direncanakan pada tahun 2010 dapat dibiayai menggunakan anggaran pada tahun

yang sama.

Bab IV

Page 81: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Keuangan Daerah 63

Gambar 4.1 Perkembangan APBD Maluku Utara

-40-30-20-10010203040

-100 200 300 400 500 600 700 800

2006 2007 2008 2009 2010

Pendapatan Belanja Surplus/Defisitmiliar miliar

4.2. Pendapatan Daerah

Pada tahun 2010, total pendapatan Provinsi Maluku Utara masih didominasi

oleh penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat. Sebanyak

87,49% penerimaan daerah pada tahun 2010 diperkirakan berasal dari dana

perimbangan sementara pendapatan asli daerah diperkirakan hanya memiliki porsi

sebesar 12,51% dari total penerimaan daerah.

Secara keseluruhan, jumlah dana perimbangan yang diterima Provinsi Maluku Utara

pada tahun 2010 diperkirakan mengalami penurunan sebesar minus 3,37% dari

total penerimaan tahun 2009. Salah satu penyebabnya adalah minimnya tingkat

realisasi dana perimbangan pada periode sebelumnya, dimana sampai akhir

semester I-2009 baru terserap sebesar 46,17%.

Pendapatan daerah pada tahun 2010 diperkirakan mengalami kenaikan sebesar

4,87% dari PAD tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut sebagai salah satu

dampak dari pertumbuhan aktivitas ekonomi masyarakat serta pengelolaan

keuangan daerah yang lebih baik. Peningkatan pendapatan daerah diharapkan

mampu diimbangi dengan pelaksanaan pengeluaran pemerintah sebagai salah satu

stimulus dalam perekonomian.

Page 82: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Keuangan Daerah 64

Gambar 4.2 Perkembangan Penerimaan Daerah

100,000 

200,000 

300,000 

400,000 

500,000 

600,000 

700,000 

800,000 

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Total Penerimaan

Dana Perimbangan

PAD

4.3. Belanja Daerah

Realisasi belanja daerah biasanya sampai akhir November 2009 mencapai

62,14%. Pelaksanaan Pilkada Gubernur Provinsi Maluku Utara yang berlarut-larut

serta persiapan pemindahan ibukota provinsi ke Sofifi seperti yang tertuang dalam

Undang-Undang Nomor 46 tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku

Utara, Kabupaten Buru, dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Dari 36 SKPD yang ada di pemerintahan provinsi, sebanyak 30,56% yang telah

melaksanakan realisasi anggaran diatas 80%, sementara ada 13,89% SKPD yang

tingkat realisasi anggarannya masih di bawah 50%. Dinas Perindustrian dan

Perdagangan tercatat telah merealisasikan 96,99% dari total anggaran yang disusun

pada tahun 2009, sementara Dinas Koperasi & UKM mencapai 93,32%. Kedua

instansi tersebut memang memegang peranan penting dalam mengembangkan

perekonomian masyarakat yang didominasi oleh pengusaha kecil (UKM).

Di sisi lain, Dinas Sosial, Diklat Provinsi dan Dinas Perhubungan masing-masing baru

merealisasikan anggarannya sebesar 23,57%, 28,16% dan 28,27%. Tingkat

realisasi tersebut perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah

karena dengan sumber daya yang masih terbatas pemerintah seharusnya lebih

Page 83: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Keuangan Daerah 65

sering lagi menggelar diklat sehingga dapat menekan angka pengangguran di

daerah. Sementara masih minimnya sarana transportasi membuat mobilitas

penduduk, barang dan informasi sedikit mengalami hambatan. Dengan demikian

peran instansi ini dan instansi terkait lainnya perlu ditingkatkan sehingga

pembangunan daerah akan lebih terakselarasi.

Pada tahun 2010 belanja daerah diperkirakan mencapai Rp667,42 miliar. Dari total

pengeluaran tersebut, belanja langsung masih mendominasi sekitar 64,12%.

Dengan asumsi proporsi belanja modalsama dengan tahun sebelumnya sebesar

54% maka belanja modal pada tahun 2010 diperkirakan sebesar Rp231,08 miliar

atau mengalami penurunan sebesar minus 15,13% bila dibandingkan dengan

anggaran belanja modal tahun 2009. Penurunan tersebut akan berdampak pada

penurunan stimulus ekonomi pemerintah daerah. Untuk meminimalisir penurunan

tersebut, pemerintah daerah harus lebih pro aktif dalam menarik minat investor

untuk berinvestasi di Maluku Utara.

4.4. Kapasitas Fiskal

Salah satu indikator dalam melihat bagaimana kemampuan penerimaan

daerah untuk membiayai tugas pemerintahan adalah kapasitas fiskal.

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 174/PMK.07/2009 tentang Peta

Kapasitas Fiskal Daerah, kapasitas fiskal adalah gambaran kemampuan keuangan

masing-masing daerah yang dicerminkan melalui penerimaan umum APBD (tidak

termasuk dana alokasi khusus, dana darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan

lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu) untuk

membiayai tugas pemerintahan setelah dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan

dengan jumlah penduduk miskin.

Pada tahun 2009 Provinsi Maluku Utara termasuk kategori dengan kapasitas fiskal

tinggi. Sebagian besar Kota/Kabupaten yang ada juga memiliki kategori fiskal yang

sangat tinggi. Akan tetapi pada tahun 2009 beberapa Kota/Kabupaten justru

menyatakan mengalami defisit anggaran. Hal ini cukup memperihatinkan

mengingat beberapa aspek dalam menghitung kebutuhan fiskal daerah, seperti

total belanja daerah rata-rata, jumlah penduduk, PDRB per kapita di Maluku Utara

yang relative masih rendah.

Page 84: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Keuangan Daerah 66

Tabel 4.1 Kapasitas Fiskal Provinsi Malut

Daerah Indeks Kapasitas Fiskal Kategori Provinsi Maluku Utara 1,5052 Tinggi

Kabupaten Halmahera Tengah 2,2025 Sangat TinggiKabupaten Halmahera Barat 1,1603 TinggiKota Ternate 2,5453 Sangat Tinggi Kabupaten Halmahera Timur 2,3032 Sangat Tinggi Kabupaten Halmahera Selatan 1,3852 TinggiKabupaten Halmahera Utara 1,7389 TinggiKabupaten Kepulauan Sula 2,2387 Sangat Tinggi Kota Tidore Kepulauan 3,3564 Sangat Tinggi

Sumber: Departemen Keuangan, diolah

Secara historis, kapasitas fiskal di Maluku Utara mengalami penurunan pada tahun

2006 dan 2007, dan kembali naik sejak 2008. Pada tahun 2009 indeks kapasitas

fiskal tumbuh 23,70%, dimana pada tahun 2008 indeks kapasitas fiskal yang ada

adalah 1,2168.

Gambar 4.2

Perkembangan Indeks Kapasitas Fiskal Malut

Sumber: Departemen Keuangan, diolah

Jika dibandingkan per kabupaten/kota, Kota Tidore Kepulauan merupakan daerah

dengan indeks kapasitas fiskal tertinggi di Malut pada tahun 2009, yaitu 3,3564.

Indeks ini tumbuh 13,75% dibandingkan tahun sebelumnya, dimana pada tahun

2008 indeks tersebut sebesar 2,9506.

Page 85: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Sistem Pembayaran 67

Perkembangan Sistem Pembayaran

Perkembangan sistem pembayaran berkembang sejalan dengan

perkembangan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat. Hal ini

sejalan dengan awal terciptanya sistem pembayaran sebagai piranti/alat yang dapat

mempermudah transaksi ekonomi yang terjadi. Namun, di beberapa daerah justru

terkesan perkembangan sistem pembayaran yang ditawarkan/tersedia lebih cepat

dari perkembangan teknologi atau bahkan mungkin perkembangan sumber daya

manusia yang ada di daerah tersebut. Kondisi tersebut terutama terjadi pada

perkembangan sistem pembayaran non-tunai.

Penyelenggaraan sistem pembayaran menjadi salah satu tugas yang

diemban oleh Bank Indonesia selaku Otoritas Moneter di Indonesia.

Kebijakan Bank Indonesia dalam sistem pembayaran tunai adalah memenuhi

kebutuhan uang kartal di masyarakat dalam nominal yang cukup, jenis pecahan

yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi yang layak edar (fit for circulation).

Sementara dari sisi pembayaran non tunai kebijakan diarahkan untuk menyediakan

sistem pembayaran yang efektif, efisien, handal dengan tetap memperhatikan aspek

perlindungan konsumen. Pemantauan perkembangan penyelesaian transaksi

pembayaran tunai dapat dilakukan dengan mengamati aliran uang yang masuk dan

keluar dari kas Bank Indonesia, sedangkan untuk transaksi pembayaran non tunai

dipantau melalui kegiatan kliring dan RTGS (Real Time Gross Settlement).

5.1 Transaksi Tunai

5.1.1. Aliran Uang Kartal (Outflow / Inflow)

Transaksi uang kartal yang terjadi dalam suatu wilayah lebih mencerminkan aktivitas

pelaku ekonomi bila dibandingkan dengan pembayaran secara non tunai.

Penyelesaian transaksi non tunai belum pasti diikuti transaksi ekonomi secara riil

pada saat yang bersamaan, dan lokasi transaksinya bisa terjadi di luar wilayah.

Bab V

Page 86: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Sistem Pembayaran 68

Pada triwulan IV-2009, aliran uang kartal yang masuk (inflow) ke Bank

Indonesia mengalami peningkatan, sedangkan aliran uang yang keluar

(outflow) mengalami penurunan. Peningkatan inflow ini mengindikasikan

kembalinya uang kepada perbankan di Malut, setelah terjadinya outflow yang tinggi

di triwulan III-2009, seiring dengan perayaan bulan Ramadhan yang jatuh pada

bulan Agustus dan perayaan hari raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan September.

Inflow ini terutama banyak terjadi pada bulan Oktober 2009. Dari sisi pengeluaran,

outflow terutama banyak terjadi di bulan Desember 2009. Kondisi ini terutama

didorong oleh perayaan hari Natal dan tahun baru.

Gambar 5.1 Perkembangan Kegiatan Kas Bank Indonesia Ternate (Milyar Rupiah)

Sumber : Bank Indonesia Ternate, diolah

Pada Tabel 5.1 di atas terlihat bahwa pada triwulan laporan secara keseluruhan

aliran uang kartal di Bank Indonesia Ternate mengalami net outflow, dimana posisi

outflow lebih besar dari posisi inflow. Secara historis kondisi ini memang seringkali

terjadi atau membentuk sebuah pola pada perekonomian di Maluku Utara.

Banyaknya masyarakat yang lebih memilih untuk melakukan transaksi ekonomi

diluar Maluku Utara, karena terbatasnya pasokan lokal, menjadikan kondisi net

outflow sebagai hal yang biasa. Disamping itu banyaknya masyarakat pendatang,

yang memiliki pencaharian di Maluku Utara, namun cenderung berinvestasi di luar

Maluku Utara, menjadikan perputaran uang lebih banyak terjadi diluar daerah.

Page 87: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Sistem Pembayaran 69

Pada triwulan laporan, aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia Ternate

(inflow) sebesar Rp 65,624 milyar atau mengalami peningkatan sebesar 8,55% (q-t-

q). Disisi lain, aliran uang kartal keluar (outflow) dari Bank Indonesia pada Triwulan

IV-2009 tercatat sebesar Rp 244,627 milyar atau mengalami kontraksi sebesar

minus 21,23% (q-t-q). Dengan demikian terjadi penurunan net inflow sebesar

minus 28,43% (q-t-q).

Salah satu penyebab penurunan penyelesaian transaksi dengan uang kartal adalah

dengan semakin banyaknya ATM di wilayah Maluku Utara. Hal ini sebagai dampak

perubahan ketentuan terkait pengoperasian mesin ATM oleh perbankan. Bila pada

ketentuan lama bank masih harus meminta ijin dari Bank Indonesia maka dengan

ketentuan baru bank hanya berkewajiban melaporkan pengoperasian mesin ATM

tersebut. Dengan demikian transaksi non tunai masyarakat (melalui ATM) semakin

mudah.

Dalam melaksanakan tugas di sistem pembayaran ini , Bank Indonesia juga

mengupayakan ketersediaan uang yang layak edar dan dalam pecahan/denominasi

yang tepat serta jumlah yang mencukupi kebutuhan masyarakat. Untuk itu Bank

Indonesia Ternate melaksanakan pelayanan kas keliling, baik itu didalam kota

maupun diluar kota ternate, untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat

dalam rangka melakukan penukaran uang tidak layak edar (uang lusuh, sobek,

tercoret, dll.), uang yang sudah ditarik dari peredaran, ataupun penukaran pecahan

kecil. Pada triwulan IV-2009 Bank Indonesia Ternate hanya sekali melakukan

kegiatan kas keliling, dengan target pelayanan adalah masyarakat di Kabupaten

Pulau Morotai.

Beberapa pertimbangan dilaksanakannya kas keliling di Pulau Morotai antara lain:

merupakan pulau terluar/berbatasan dengan Negara lain yang rawan akan inviltrasi

mata uang asing dalam aktivitas ekonomi; peningkatan aktivitas ekonomi terutama

setelah menjadi daerah otonom (hasil pemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara);

salah satu upaya peningkatan kualitas uang yang beredar di masyarakat serta

peningkatan rasa nasionalisme.

Page 88: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Sistem Pembayaran 70

Gambar 5.2 Perkembangan Kegiatan Kas Keliling BI Ternate

Sumber : Bank Indonesia Ternate, diolah

Tabel 5.1 Kegiatan Kas Keliling BI Ternate

No. Tgl. Pelaksanaan Tempat/Lokasi

I-2009

14 Januari 2009 Dalam Kota Ternate ;Target Pelayanan : Para Pedagang dan Masyarakat di Pasar Tradisional Kota Ternate

28 - 29 Januari 2009 Luar Kota Ternate ; Target Pelayanan : Masyarakat, Pedagang Pasar Tradisional dan Perbankan di Kotamadya Tidore Kepulauan

11 Februari 2009 Dalam Kota Ternate ;Target Pelayanan : Para Pedagang dan Masyarakat di Pasar Tradisional Kota Ternate

17 Maret 2009 Dalam Kota Ternate ;Target Pelayanan : Pertokoan di Kota Ternate

II-2009

15 April 2009 Dalam Kota Ternate ;Target Pelayanan : Swalayan, Foodcourt, Pegadaian di Kota Ternate

6 Mei 2009 Dalam Kota Ternate ;Target Pelayanan : Jasa Transportasi (Terminal Angkutan dan Pelabuhan Penyebrangan) di Kota Ternate

13 - 15 Mei 2009 Luar Kota Ternate ; Target Pelayanan : Masyarakat, Pedagang Pasar Tradisional dan Perbankan di Kota Tobelo - Kab.Halmahera Utara

16 - 18 Juni 2009 Luar Kota Ternate ; Target Pelayanan : Masyarakat, Pedagang Pasar Tradisional dan Perbankan di Kota Jailolo - Kab.Halmahera Barat

Page 89: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Sistem Pembayaran 71

III-2009

11 Agustus 2009 Dalam Kota Ternate; Target Pelayanan : Masyarakat Pengunjung Pameran Perbankan Maluku Utara 2009 di Ternate Mall.

12 Agustus 2009 Dalam Kota Ternate; Target Pelayanan : Masyarakat Pengunjung Pameran Perbankan Maluku Utara 2009 di Ternate Mall.

13 Agustus 2009 Dalam Kota Ternate; Target Pelayanan : Masyarakat Pengunjung Pameran Perbankan Maluku Utara 2009 di Ternate Mall.

25 - 28 Agustus 2009 Luar Kota Ternate ; Target Pelayanan : Masyarakat, Pedagang Pasar Tradisional dan Perbankan di Kota Labuha Bacan - Kab.Halmahera Selatan

1 - 2 September 2009 Luar Kota Ternate; Target Pelayanan : Masyarakat di Pulau-Pulau Terdekat dengan Pulau Ternate (Tidore-Maitara-Mare-Moti)

8 September 2009 Dalam Kota Ternate ;Target Pelayanan : Para Pedagang dan Masyarakat di Pasar Tradisional Gamalama Kota Ternate

9 September 2009 Dalam Kota Ternate ;Target Pelayanan : Para Pedagang dan Masyarakat di Pasar Tradisional Gamalama Kota Ternate

15 September 2009 Dalam Kota Ternate ;Target Pelayanan : Para Pedagang dan Masyarakat di Pasar Tradisional Bastiong dan Dufa-Dufa Ternate

IV-2009 9-13 November 2009 Luar Kota Ternate; Target Pelayanan :

Masyarakat di Kab.Pulau Morotai

Secara keseluruhan, pada tahun 2009 telah dilaksankaan kegiatan kas keliling Bank

Indonesia sebanyak 17 kali, baik di dalam Kota Ternate maupun di luar Kota

Ternate. Pada dasarnya kegiatan kas keliling diprioritaskan berdasarkan kebutuhan

masyarakat serta cakupan di wilayah kerja Bank Indonesia.

5.1.2. Pemusnahan Uang

Sebagai lembaga yang bertindak sebagai Otoritas Moneter di wilayah NKRI, Bank

Indonesia merupakan satu-satunya pihak yang bertanggung jawab untuk senantiasa

menjaga uang yang beredar di masyarakat berada dalam kondisi yang layak (fit for

circulation). Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah dengan melakukan

pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar lagi bagi perekonomian.

Pemusnahan tersebut dilakukan dengan cara meracik/memotong uang

Page 90: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Sistem Pembayaran 72

menggunakan mesin racik untuk uang kertas maupun dengan cara peleburan untuk

uang logam.

Tabel 5.2 Perkembangan Pemusnahan Uang Kertas Di bank Indonesia Ternate (Juta Rp)

Triwulan Inflow MRUK

Nominal % Inflow

2008

I 95.861,30 30.278,53 31,59

II 22.627,00 28.888,92 127,67

III 25.193,49 29.080,68 115,42

IV 93.644,54 34.404,17 36,74

2009

I 106.429,88 16.337,18 15,35

II 37.758,02 10.099,72 26,75

III 60.453,22 34.769,29 57,51

IV 65.624,04 48.179,44 73,42

Sumber : Bank Indonesia Ternate, diolah.

Pada triwulan IV-2009, Bank Indonesia Ternate telah melaksanakan

pemusnahan uang kertas sebanyak 16 kali dengan jumlah uang yang telah

diracik mencapai Rp 48,18 miliar. Secara triwulanan (q-t-q) jumlah uang yang

diracik pada triwulan laporan mengalami kenaikan sebesar 38,57% (q-t-q)

dibandingkan triwulan sebelumnya. Disisi lain rasio jumlah uang yang dimusnahkan

dibandingkan dengan jumlah inflow pada triwulan laporan meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-2009 rasio peracikan mencapai 73,42%

dimana pada triwulan sebelumnya rasio tersebut sebesar 57,52%. Kondisi ini

menggambarkan kebijakan setoran perbankan yang hanya dilakukan dengan uang

lusuh telah semakin optimal, yang ditunjukan dengan rasio yang semakin

meningkat.

5.1.3. Uang palsu

Salah satu indikator kualitas uang yang beredar di masyarakat adalah semakin

minimnya atau tidak adanya uang palsu yang beredar di masyarakat.dengan kondisi

geografis Maluku Utara yang didominasi oleh daerah kepulauan yang berbatasan

dengan laut lepas serta aktivitas ekonomi yang melibatkan Negara lain maka Bank

Indonesia Ternate terus mengupayakan kegiatan sosialisasi cirri-ciri keaslian uang

rupiah.

Page 91: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Sistem Pembayaran 73

Kegiatan sosialisasi dilaksankaan kepada berbagai elemen masyarakat, baik pelajar,

perbankan, penegak hokum, maupun masyarakat umum. Pada triwulan laporan

Bank Indonesia Bank Indonesia menggelar Training of Trainers kepada jajaran

kepolisian, kejaksaan, pengadilan serta petugas perbankan di wilayah Maluku Utara.

Melalui kegiatan tersebut diharapkan tercipta trainer internal di masing-masing

instansi. Dengan demikian masyarakat secara umum akan lebih memahami keaslian

uang rupiah sehingga ruang gerak pengedaran uang palsu di Maluku Utara semakin

dipersempit.

Untuk menarik minat masyarakat luas, pelaksanaan sosialisasi juga dilaksanakan di

luar kantor sehingga masyarakat lebih akrab dengan petugas yang melaksankaan

sosialisasi.

Tabel 5.3 Kegiatan Sosialisasi Keaslian Uang Rupiah

Triwulan Tgl Tempat/Lokasi

I-2009

29 Januari Pasar Tidore

11 Februari Pasar Terminal Gamalama Ternate

20 Maret Kantor Bank BTN

25 Maret Bumi Perkemahan Pramuka, Kel. Gambesi Ternate Selatan

II-2009

22 April Masyarakat Umum pada Event "Legu Gam" 24 April Karyawan/i dan Nasabah PT. Bank Mega Cabang

Ternate 19 Mei Muspida/Pelaku Usaha/Pedagang Tradisional/Tokoh

Masyarakat di Kab.Pulau Morotai

III-2009

15 Juli Kasir dan Karyawan/I Ternate Mall11 Agustus Masyarakat Umum Pengunjung Stand BI pada Pameran

Perbankan 2009 12 Agustus Masyarakat Umum Pengunjung Stand BI pada Pameran

Perbankan 2009 13 Agustus Masyarakat Umum Pengunjung Stand BI pada Pameran

Perbankan 2009 14 September Lobby Penukaran BI Ternate; kepada para penukar

menjelang Hari Raya

IV-2009

3 Oktober Aula Serba Guna BI Ternate; Mahasiswa UNKHAIR Ternate

12 Oktober Ruang Rapat BI Ternate; Pertemuan Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Ternate

21-22 Oktober Aula Serba Guna BI Ternate; Instansi Penegak Hukum dan Perbankan se Propinsi Malut

10 Desember 2009 Ruang Serba Guna BI Ternate; Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kota Ternate

Sumber : Bank Indonesia Ternate

Page 92: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Sistem Pembayaran 74

5.2 Transaksi Non Tunai

5.2.1 Perkembangan Kliring Lokal

Pada triwulan IV-2009 rata-rata penyelesaian transaksi harian melalui kliring

mengalami peningkatan. Rata-rata harian perputaran kliring perbankan melalui

Bank Indonesia Ternate mengalami peningkatan sebesar 0,45% (q-t-q) atau sebesar

15,24% (y-o-y) dengan total transaksi kliring sebanyak 3.501 lembar pada triwulan

laporan. Meskipun demikian, secara nominal transaksi kliring pada triwulan IV-2009

hanya sebesar Rp2,64 miliar atau mengalami penurunan sebesar minus 13,55% (q-

t-q) atau secara tahunan mengalami penurunan sebesar 13,79%.

Gambar 5.3. Rata-rata Harian Transaksi Kliring

Sumber : Bank Indonesia Ternate, diolah

Peningkatan jumlah transaksi kliring meskipun dengan nilai nominal yang menurun,

masih sejalan dengan pelaku ekonomi di Maluku Utara yang lebih banyak

didominasi oleh pengusaha golongan UKM. Perkembangan tersebut juga

memberikan indikasi bahwa masyarakat/pelaku ekonomi di daerah semakin bank

minded sehingga jasa perbankan yang dimanfaatkan berkembang tidak sekedar

kegiatan/jasa traditional intermediary (simpanan – kredit).

Page 93: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Sistem Pembayaran 75

Kualitas kliring di Ternate pada triwulan III-2009 mengalami peningkatan.

Hal ini ditunjukkan dengan semakin rendahnya persentase penggunaan/penolakan

cek/bilyet giro yang kosong. Secara rata-rata, jumlah warkat kliring yang ditolak

hanya mencapai 0,47% mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 0,76%. Perkembangan ini menunjukkan semakin

baiknya kualitas transaksi non tunai oleh pelaku ekonomi serta kehati-hatian yang

diterapkan oleh perbankan di daerah.

Tabel 5.4 Perkembangan Kliring Perbankan

Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal(satuan) (miliar Rp) (satuan) (miliar Rp) (%) (%)

I 3.026 118,76 49 1,92 1,39% 0,77%II 3.005 152,93 48 2,43 0,87% 19,96%III 3.063 132,33 49 2,10 1,04% 1,73%IV 2.845 180,33 48 3,06 0,81% 1,22%I 2.834 137,71 48 2,33 0,64% 1,16%II 3.071 147,95 49 2,35 1,66% 3,19%III 3.264 179,82 55 3,05 1,38% 2,63%IV 3.501 166,01 56 2,64 0,86% 0,43%

2009

2008

TRIWULANPerputaran Kliring Rata-rata Harian

Perputaran KliringPenolakan Cek/BG

Kosong

Sumber: Bank Indonesia, diolah.

Gambar 5.4 Perkembangan Volume dan Nominal Kegiatan Kliring

-100-50050100150200250300

020406080

100120140160180200

I II III IV I II III IV I II III IV

2007 2008 2009

%Rp miliarNom q-t-q y-o-y

-80

-60

-40

-20

0

20

40

-

5

10

15

20

25

30

35

40 %

Rp miliar

Lbr q-t-q y-o-y

Page 94: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Sistem Pembayaran 76

5.2.2 Perkembangan Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement)

Penyelesaian transaksi ekonomi pada triwulan IV-2009 melalui sarana RTGS

keluar wilayah Maluku Utara (outflow) secara nominal mengalami

penurunan, sedangkan transaksi kedalam wilayah Maluku Utara (inflow)

mengalami peningkatan. Nominal penyelesaian transaksi RTGS dari wilayah

Maluku Utara (outflow/From) pada triwulan III-2009 tercatat sebesar Rp1,43 Triliun

sementara pada triwulan II-2009 tercatat sebesar Rp1,31 Triliun atau mengalami

kenaikan sebesar 9,88% (q-t-q). Kenaikan nominal penyelesaian transaksi RTGS

tersebut juga diikuti kenaikan transaksi dari luar wilayah Maluku Utara (inflow/To)

sebesar 5,91% (q-t-q) dari Rp1,093 Triliun di triwulan II-2009 naik menjadi Rp1,16

Triliun di triwulan III-2009.

Tabel 5.5 Penyelesaian transaksi RTGS Kota Ternate

Sumber : www.bi.go.id

Sebagaimana terlihat pada tabel 5.7 di atas, transaksi RTGS antar provinsi (from-to)

pada triwulan III-2009 mengalami penurunan baik secara nominal transaksi maupun

volume transaksi yang dilakukan. Transaksi RTGS secara nominal pada triwulan III-

2009 tercatat sebesar Rp322,47 miliar sementara pada triwulan sebelumnya tercatat

sebesar 461,69 miliar atau mengalami penurunan sebesar minus 30,15% (q-t-q).

Begitupun dengan volume transaksi yang dilakukan mengalami penurunan sebesar

minus 28,79% dari 580 pada triwulan II-2009 turun menjadi 413 di triwulan

laporan.

Periode Outflow (From) Inflow (To) From-To Nominal (miliar)

Volume Nominal (miliar)

Volume Nominal (miliar)

Volume

2009 I 1.186,20 1.993 992,88 1.812 384,17 399 II 1.274,22 2.335 1.073,63 2.313 464,83 545 III 1.437,39 2.449 1.157,77 2.533 479,74 574 IV 1.387,98 2.563 1.176,21 3.828 411,75 734

Page 95: KER Malut Tw 4-2009

77

 

BOKS 3

Hasil Quick Survey: Kebutuhan Penukaran Uang Kecil

Oleh Masyarakat Kepulauan di Provinsi Maluku Utara

Provinsi Maluku Utara yang 76,27% merupakan wilayah perairan laut,

dengan 395 pulau besar dan kecil, memberikan tantangan tersendiri bagi KBI

Ternate dalam memberikan pelayanan yang seluas-luasnya kepada masyarakat.

Meskipun hanya terdapat 64 pulau yang dihuni, namun penyebarannya pada laut

seluas 106.977,32 km2 menuntut KBI Ternate untuk dapat meningkatkan outreach,

dan tidak berfokus pada pulau-pulau terdekat saja.

Salah satu masalah yang menjadi perhatian penting pada masyarakat

kepulauan adalah mengenai ketersediaan uang kecil yang layak edar dan dalam

pecahan yang tepat. Hal ini perlu diperhatikan karena masyarakat kepulauan

memiliki keterbatasan akses dari pusat pemerintahan dan aktivitas ekonomi, baik itu

dari segi waktu maupun biaya. Jarak tempuh yang jauh dan umumnya harus

ditempuh dengan speed boat merupakan kendala utama, dan menjadikan mereka

jauh dari pelayanan yang memadai. Ketersediaan uang kecil bagi yang layak edar

dan dalam pecahan yang tepat sangat penting diperhatikan dalam transaksi

ekonomi sehari-hari, agar masyarakat dapat tetap merasa nyaman menggunakan

uang rupiah.

Berdasarkan pemikiran ini Bank Indonesia Ternate melakukan quick survey

untuk mengetahui kebutuhan penukaran uang kecil oleh masyarakat kepulauan di

Provinsi Maluku Utara, dimana responden survey ini adalah masyarakat yang berada

di Pulau Moti, Mare, Tidore, Maitara dan Morotai. Melalui hal ini diharapkan dapat

terkumpul informasi, yang dapat menjadi masukan bagi KBI Ternate dalam

pelaksanaan kas keliling kedepan dalam rangka meningkatkan outreach untuk

melayani masyarakat kepulauan. Pelayanan penukaran uang di kepulauan, selain

untuk memenuhi tugas pokok Bank Indonesia, juga merupakan upaya untuk

menjaga semangat dan kedaulatan NKRI, mengingat keberadaan beberapa pulau

yang berbatasan dengan negara lain. Di Morotai misalnya, kehadiran pedagang-

pedagang dari Filipina untuk melakukan transaksi jual beli sudah menjadi hal biasa.

Adapun tujuan dilaksanakannya quick survey ini yaitu:(1) Mengetahui

tingkat kebutuhan uang kecil bagi masyarakat kepaulauan; (2) Mengetahui peran

Pemerintah daerah / perbankan dalam memenuhi kebutuhan uang kecil bagi

Page 96: KER Malut Tw 4-2009

78

 

masyarakat kepulauan; dan (3) Mengetahui ekspektasi masyarakat dalam

memandang perlunya pelaksanaan kas keliling Bank Indonesia menggunakan speed

boat untuk menjangkau wilayah kepulauan.

Profil Responden

Responden survei adalah masyarakat Pulau Moti, Mare, Tidore, Maitara,

dan Morotai, dimana survei dilakukan bersamaan dengan kas keliling yang

dilakukan Bank Indonesia Ternate dengan menggunakan speedboat. Dari 5 pulau

tersebut responden yang diperoleh berjumlah 51 orang. Dari 51 responden yang

ada, sebanyak 71% adalah laki-laki, sedangkan sisanya sebanyak 29% adalah

perempuan. Jika dibagi berdasarkan jenis pekerjaannya, mayoritas responden

merupakan wiraswasta (37%), lalu sebagian besar lainnya adalah pegawai swasta

(15%) dan PNS (12%).

Persentase Kebutuhan Uang Pecahan Kecil

Sebagian besar responden (35%) memiliki kebutuhan uang pecahan kecil

antara 25% hingga 50% dari seluruh kebutuhan uang untuk transaksi hariannya.

Tidak sedikit pula yang kebutuhan uang kecilnya mencapai 75% hingga 100%.

Kondisi ini menggambarkan bahwa pada umumnya memang kebutuhan

responden akan uang pecahan kecil cukup tinggi untuk kebutuhan transaksi

hariannya, dan mencerminkan aktivitas ekonomi yang mikro.

Kesulitan dalam Mendapatkan Uang Pecahan Kecil

Mayoritas penduduk kepulauan menyatakan bahwa mereka masih

kesulitan dalam memperoleh uang pecahan kecil. Hal ini disebabkan karena

Page 97: KER Malut Tw 4-2009

79

 

masalah aksesibilitas yang cukup jauh dari Terrnate, yang hingga sekarang masih

merupakan pusat pemerintahan dan pusat aktivitas ekonomi.

Alasan lain yang dikemukakan oleh masyarakat yang mengalami kesulitan

dalam mendapatkan uang pecahan kecil diantaranya adalah bank terkadang

menolak untuk memberikan uang tersebut. Kondisi ini terjadi karena bank mungkin

memiliki keterbatasan jumlah uang pecahan kecil, sehingga masyarakat yang ingin

menukarkan belum dapat terpenuhi seluruhnya. Masyarakat yang tidak mengalami

kesulitan dalam hal penukaran menyatakan bahwa uang kecil masih banyak tersedia

di masyarakat dan masih banyak beredar.

Tempat Memperoleh Uang Pecahan Kecil

Mayoritas masyarakat kepulauan menyatakan bahwa selama ini mereka

banyak memperoleh uang pecahan kecil dari pihak lain selain bank, seperti saudara

kios-kios terdekat, serta dari pembeli maupun pedagang yang singgah. Akan tetapi

tidak sedikit pula yang mendapatkannya dari bank. Namun apabila digeneralisasi,

peranan pihak selain bank masih lebih besar dalam penyediaan uang kecil.

Bagi masyarakat Tidore masyarakat memang dapat langsung

memperolehnya dari bank karena memang sudah terdapat bank disana, namun

bagi masyarakat Pulau Moti, Mare dan Maitara yang masih belum tersentuh

pelayanan perbankan tentu peran pihak lain jauh lebih besar. Kalaupun masyarakat

memperolehnya dari bank, mereka tentu harus menempuh perjalanan beberapa jam

untuk dapat pergi ke bank. Kondisi ini serupa dengan yang terjadi pada masyarakat

Pulau Morotai, dimana baru ada 1 kantor unit bank, sehingga pelayanan yang

diberikan juga terbatas, padahal tingkat kelusuhan uang disana cukup tinggi.

Tingginya tingkat kelusuhan uang ini disebabkan karena lokasi Pulau Morotai yang

sangat jauh, karena berada di batas terluar Maluku Utara yang ada di wilayah

samudera Pasifik.

Lembaga yang Harus Berperan dalam Penyediaan Uang di Masyarakat

Kepulauan

Sebagian besar masyarakat kepulauan menyatakan bahwa lembaga yang

harus berperan dalam penyediaan uang di masyarakat kepulauan adalah Bank

Indonesia. Dari sini terlihat bahwa masyarakat telah mengetahui salah satu tugas

Bank Indonesia yaitu untuk mengedarkan uang.

Page 98: KER Malut Tw 4-2009

80

 

Sebagian masyarakat juga mengemukakan bahwa bank umum atau BPR

merupakan lembaga yang harus berperan untuk menyediakan uang di masyarakat

kepulauan. Kondisi ini mungkin disebabkan karena masyarakat memang lebih

banyak berhubungan dengan bank umum atau BPR, sehingga menganggap

penyediaan uang harus dilakukan oleh bank umum/ BPR.

Perlu Tidaknya Bank Indonesia Melayani Penukaran Uang ke Masyarakat

Secara Langsung Terutama di Daerah Kepulauan.

Hampir seluruh masyarakat setuju bahwa Bank Indonesia harus melayani

penukaran uang ke masyarakat secara langsung terutama di daerah kepulauan.

Kondisi ini menggambarkan tingginya kebutuhan masyarakat akan layanan

penukaran, yang selama ini belum dapat terpenuhi.

Page 99: KER Malut Tw 4-2009

81

 

Wilayah provinsi yang didominasi oleh perairan laut memang menjadi

tantangan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat akan penukaran uang secara

langsung, mengingat waktu dan jarak tempuh yang tidak singkat.

Jangka Waktu Ideal Pelaksanaan Penukaran Uang Oleh Bank Indonesia di

Suatu Tempat

Mayoritas masyarakat kepulauan menyatakan bahwa periode triwulanan

merupakan waktu yang dirasa tepat bagi Bank Indonesia untuk melaksanakan kas

keliling di suatu tempat. Namun tidak sedikit pula yang menjawab agar dilakukan

secara bulanan. Dari sini memang tampak bahwa kebutuhan masyarakat akan uang

pecahan kecil memang cukup tinggi, namun ketersediannya dirasakan kurang,

sehingga masyarakat mengharapkan agar dibuka layanan penukaran secara rutin.

Pecahan Uang yang Paling Dibutuhkan Saat Penukaran

Sebagian besar masyarakat membutuhkan pecahan uang Rp. 1000,- dan

Rp. 2000,- ketika melakukan penukaran. Untuk pecahan RP. 1000,- masyarakat

Maluku Utara mungkin memiliki ikatan emosional yang kuat karena Pulau Maitara

berada pada sampul belakang pecahan tersebut.

Dalam sebuah kesempatan, Lurah Maitara mengemukakan bahwa

meskipun uang kertas Rp. 1000,- yang bergambar Pulau Maitara tidak lagi dicetak,

Bank Indonesia Ternate diharapkan untuk tidak melupakan daerah ini, karena

Maitara merupakan daerah binaan Bank Indonesia Teranete.

Page 100: KER Malut Tw 4-2009

82

 

Kegiatan Yang Perlu Dilaksanakan Bank Indonesia di Daerah-Daerah Selain

Penukaran Uang

Selain penukaran uang, masyarakat mengharapkan agar Bank Indonesia

juga melakukan sosialisasi mengenai keaslian rupiah. Meskipun untuk Maluku Utara

tingkat peredaran uang palsu sangat sedikit, bahkan hampir tidak ada, namun

kegiatan sosialisasi memang penting untuk terus dilakukan khususnya bagi

masyarakat daerah kepulauan yang jauh dari pusat pemerintahan dan aktivitas

ekonomi, untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang uang rupiah,

maupun cara penanganannya.

Masyarakat yang belum mengerti akan tugas Bank Indonesia, juga

mengharapkan agar dilakukan sosialisasi mengenai peran dan tugas BI. Selama ini

mereka hanya mengetahui BI, karena nama BI yang tercetak pada uang.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari quick survey kebutuhan penukaran uang kecil

oleh masyarakat kepulauan di Provinsi Maluku Utara dapat disimpulkan beberapa

hal sebagai berikut:

1) Kebutuhan masyarakat daerah kepulauan akan uang kecil cukup tinggi, namun

mereka masih sulit untuk memperolehnya. Hal ini disebabkan karena memang

Page 101: KER Malut Tw 4-2009

83

 

banyak daerah kepulauan yang belum tersentuh perbankan, dan memiliki

keterbatasan akses ke pusat pemerintahan dan aktivitas ekonomi.

2) Peran Pemerintah daerah / perbankan dalam memenuhi kebutuhan uang kecil

bagi masyarakat kepulauan masih dirasa kurang, dimana selama ini mereka lebih

banyak memperoleh uang kecil dari saudara atau teman, warung dan kios-kios

terdekat, serta dari pembeli maupun pedagang yang singgah.

3) Masyarakat memandang bahwa pelaksanaan kas keliling oleh Bank Indonesia

dengan menggunakan speed boat untuk menjangkau wilayah kepulauan sangat

penting untuk dilakukan terutama di daerah pesisir, dengan periode triwulanan.

Selain itu masyarakat juga mengharapkan agar dilakukan pula sosialisasi keaslian

rupiah juga sosialisasi mengenai peran dan tugas Bank Indonesia.

Page 102: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Ketenagakerjaan Daerah 84

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

6.1 Kondisi Umum

Jumlah angkatan kerja dan penduduk yang bekerja di Ternate sampai

dengan bulan Agustus 2009 secara tahunan mengalami penurunan, serta

diikuti dengan peningkatan tingkat pengangguran terbuka. Pada posisi bulan

Agustus 2009 jumlah angkatan kerja di Ternate adalah 402 ribu jiwa atau

mengalami penurunan sebesar minus 4,71% (y-o-y) dimana jumlah angkatan kerja

pada posisi Agustus 2008 adalah 421,9 ribu jiwa.

Penurunan angkatan kerja ini, tidak didukung dengan peningkatan partisipasi

angkatan kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengalami penurunan,

dimana pada Agustus 2008 TPAK sebesar 65,94%, kemudian pada Agustus 2009

jumlahnya menjadi 61,98%. Dengan kondisi ini tingkat pengangguran terbuka

meningkat, dimana pada Agustus 2008 jumlahnya sebanyak 6,48%, sedangkan

pada Agustus 2009 jumlahnya menjadi 9,25%.

Gambar 6.1 Perkembangan TPT dan TPAK

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Bab VI

Page 103: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Ketenagakerjaan Daerah 85

6.2. Lapangan Pekerjaan Utama

Proporsi sektor primer dalam menyerap tenaga kerja secara tahunan

mengalami penurunan. Pada Agustus 2008 sektor primer mampu menyerap

sebanyak 60,92% seluruh tenaga kerja yang ada di Maluku Utara, namun pada

Agustus 2009 sektor ini hanya menyerap 57,03%.

Turunnya penyerapan tenaga kerja pada sektor primer diikuti oleh peningkatan

pada sektor sekunder dan tersier. Sektor sekunder menyerap 9,86% dari seluruh

angkatan kerja pada posisi Agustus 2009, sedangkan pada Agustus 2008

penyerapan tenaga kerja di sektor ini sebanyak 8,51%.

Pada sektor tersier, penyerapan tenaga kerja mencapai 33,11% berdasarkan posisi

Agustus 2009, sedangkan berdasarkan data Agustus 2008 penyerapan tenaga pada

sektor ini sebesar 30,57%.

Tabel 6.1 Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Ekonomi

Sektor  Lapangan Pekerjaan Utama 2008  2009  Share  

Agustus Agustus Agt 08  Agt 09 

Primer  Pertanian  233,63 207,96 59,21%  55,92%Pertambangan  6,75 4,13 1,71%  1,11%

Sekunder  Industri  15,03 15,81 3,81%  4,25%Listrik, Gas dan Air  0,76 1,04 0,19%  0,28%Bangunan  17,80 19,82 4,51%  5,33%

Tersier  Perdagangan  44,58 54,96 11,30%  14,78%Angkutan dan Pergudangan  25,43 30,42 6,45%  8,18%Keuangan dan Jasa Perusahaan 2,96 3,64 0,75%  0,98%Jasa Kemasyarakatan  47,63 34,10 12,07%  9,17%

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

6.3. Status Pekerjaan Utama

Proporsi sektor formal dalam menyerap tenaga kerja mengalami

peningkatan dibandingkan sektor informal. Berdasarkan posisi Agustus 2009,

sector formal mampu menyerap sebanyak 31,34% seluruh tenaga kerja, sedangkan

pada Agustus 2008 penyerapan tenaga kerja di sektor ini adalah 22,91%.

Pergeseran ini didorong oleh meningkatnya jumlah tenaga kerja yang statusnya

bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai dimana. Pada Agustus 2008 tenaga kerja

Page 104: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Ketenagakerjaan Daerah 86

yang memiliki status tersebut sejumlah 19,17% sedangkan pada Agustus 2009

proporsinya menjadi 27,82%.

Tabel 6.2 Tenaga Kerja Bedasarkan Status Pekerjaan (Ribu orang)

Status Pekerjaan Jumlah  Share 

Agt 08 Agt 09  Agt 08  Agt 09 

F o r m a l 

Berusaha dibantu buruh tetap  14,76 13,09 3,74%  3,52% Buruh/ Karyawan/ Pegawai  75,64 103,458 19,17%  27,82% 

I n f o r m a l  

Berusaha sendiri  91,13 74,786 23,10%  20,11% Berusaha dibantu buruh tidak tetap 95,84 84,158 24,29%  22,63% Pekerja bebas di pertanian  13,04 16,103 3,30%  4,33% Pekerja bebas di non pertanian  7,91 17,404 2,00%  4,68% Pekerja tak dibayar  96,24 62,886 24,39%  16,91% 

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Salah satu hal yang positif adalah berkurangnya proporsi tenaga kerja yang memiliki

status pekerja tak dibayar, dari jumlah 24,39% pada Agustus 2008 menjadi 16,91%

pada Agustus 2009.

6.4. Upah

Kesenjangan upah di Provinsi Malut pada tahun 2009 mengalami

peningkatan. Upah minimum provinsi (UMP) yang ditetapkan untuk Maluku Utara

pada tahun 2009 adalah Rp 770.000,00 sedangkan kebutuhan hidup layak (KHL)

pada tahun 2009 adalah Rp 1.520.000,00. Dengan demikian terdapat kesenjangan

pendapatan sebanyak Rp. 750.000,00. Angka ini lebih tinggi dibandingkan kondisi

tahun 2008, dimana UMP yang ditetapkan adalah Rp 700.000,00 dan KHL sebesar

Rp 1.090.127,00 sehingga kesenjangan upah sebesar Rp 390.127,00.

Page 105: KER Malut Tw 4-2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Ketenagakerjaan Daerah 87

Gambar 6.2. Perkembangan UMP dan KHL

Sumber: Depnakertrans, diolah

Kesenjangan upah di Malut pada tahun 2009 merupakan yang tertinggi jika

dibandingkan terhadap provinsi lain yang ada di Indonesia. Provinsi yang

memiliki kesenjangan pendapatan terendah adalah Banten, dimana UMP yang

ditetapkan adalah Rp 917.500,00 dan KHL sebesar Rp 917.638,00 sehingga

kesenjangan yang terjadi sebesar Rp 138,00. Provinsi yang pada tahun 2009

memiliki UMP diatas KHL adalah Sumatera Utara (Rp 49.876,00), Riau khususnya di

daerah luar kepulauan Riau dan Batam (Rp 925.000,00), dan Sulawesi Utara (Rp

65.769,00). Secara historis nilai UMP Sumatera Utara dan Sulawesi Utara memang

selalu berada diatas KHL.

Page 106: KER Malut Tw 4-2009

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Prospek Perekonomian Daerah 88

Prospek Perekonomian Daerah

7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan ekonomi di Maluku Utara pada triwulan IV-2009 searah dengan

perkiraan yang dibuat Bank Indonesia Ternate pada kajian ekonomi regional

triwulan sebelumnya. Realisasi pertumbuhan ekonomi yang terjadi adalah sebesar

9,06% (y-o-y), atau berada pada tingkat proyeksi optimis. Dengan melihat

kecenderungan dan arah perekonomian kedepan, pada triwulan I-2010

perekonomian Maluku Utara diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar

8,4% ± 1% (y-o-y). Beberapa hal yang melandasi hal ini adalah kondisi politik

nasional yang cenderung kurang stabil, konsentrasi daerah yang akan tertuju ke

pilkada dan naiknya harga minyak dunia.

Kondisi ini sejalan dengan ekspektasi masyarakat ke depan, dimana hasil survei

kegiatan dunia usaha triwulan IV-2009 menunjukan bahwa pada triwulan I-2010,

kegiatan usaha diperkirakan masih akan tumbuh meskipun mengalami perlambatan

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Hal lain yang melatarbelakangi turunnya angka ekspektasi kegiatan usaha adalah

pemindahan kegiatan pemerintah provinsi ke ibukota baru di Sofifi. Kepindahan

yang dimulai pada awal tahun 2010 ini diperkirakan akan banyak mempengaruhi

sektor perdagangan, hotel dan restoran di Ternate. Di sisi lain, kepindahan ini bisa

membawa berkah bagi sektor pengangkutan, khususnya angkutan penyeberangan.

Di sektor pertanian, diperkirakan pada bulan Februari dan Maret akan terjadi panen

hasil bumi salah satunya pala. Produksi hasil bumi serta tanaman lain diperkirakan

juga akan membaik seiring membaiknya cuaca. Produksi nelayan juga biasanya akan

kembali meningkat pada Februari dan Maret. Hal-hal ini yang akan menjadi

penggerak tumbuhnya perekonomian.

Bab VII

Page 107: KER Malut Tw 4-2009

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

Prospek Perekonomian Daerah 89

Selain itu sektor bangunan serta sektor listrik, gas dan air bersih yang diperkirakan

akan kembali meningkat di triwulan mendatang. Permintaan di sektor bangunan

oleh individual dan pemerintah daerah akan kembali normal. Begitu juga dengan

sub-sektor listrik. Dengan telah diperbaikinya mesin pembangkit yang rusak maka

kegiatan usaha akan kembali seperti sebelumnya.

Gambar 7.1 Ekspektasi Kegiatan Usaha

7.2 Prospek Inflasi Daerah

Pada triwulan I-2010 inflasi diproyeksikan akan berada pada tingkat 4% ± 1% (y-o-

y). Tingginya inflasi diperkirakan akan dipengaruhi oleh naiknya harga pupuk dan

bibit tanaman, naiknya harga minyak mentah dunia, serta belum jelasnya kondisi

perekonomian di tahun 2010. Namun pelaku usaha optimis dengan semakin

kompetitifnya dunia usaha di Maluku Utara serta dibukanya perdagangan bebas

dengan China, diharapkan kenaikan harga-harga akan sedikit melambat.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

Tw.II-2007 Tw.III-2007Tw.IV-2007 Tw.I-2008 Tw.II-2008 Tw.III-2008 Tw.IV-2008 Tw.I-2009 Tw.II-2009 Tw.III-2009 Tw.IV-2009 Tw.I-20100

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

Ekspektasi Keg. Usaha

Realisasi Keg. Usaha