kajian ekonomi regional -...
TRANSCRIPT
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Jambi
Kantor Bank Indonesia Jambi
Triwulan I - 2010
Halaman ini sengaja dikosongkan
K A T A P E N G A N T A R
Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Jambi triwulan I-2010 dapat diselesaikan dengan baik. KER merupakan salah satu terbitan periodik Bank Indonesia Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun stakeholders eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KER mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan, keuangan daerah, sistem pembayaran, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah.
Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, perekonomian Jambi pada triwulan I-2010 masih menunjukkan pertumbuhan namun mengalami perlambatan dibandingkan triwulan IV-2009. Dari sisi harga, laju inflasi Kota Jambi (y-o-y) mengalami peningkatan selama periode triwulan laporan. Perkembangan perbankan dari sisi aset dan penghimpunan dana mengalami penurunan namun penyaluran kredit masih menunjukkan pertumbuhan. Menurunnya penghimpunan DPK menyebabkan meningkatnya Loan to deposits ratio (LDR) perbankan menjadi 84,59%. Sementara itu, kualitas kredit terus menunjukkan perbaikan, ditunjukkan oleh menurunnya angka Non Performing Loan (NPL) menjadi 2,36%. Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka meningkatkan investasi. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang akan datang bergantung pada peningkatan konsumsi rumah tangga. Dalam penyusunan KER triwulan I-2010 ini, kami banyak memperoleh support dari dinas-dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.
Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KER ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, April 2010
Halaman ini sengaja dikosongkan
i
DAFTAR ISI Daftar Isi ................................................................................................... i Daftar Tabel .......................................................................................... ii Daftar Grafik .......................................................................................... iii Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... 1 BAB I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional ................................. 5 A. Umum ............................................................................. 5 B. PDRB Sisi Produksi.............................................................. 7 C. PDRB Sisi Pengeluaran........................................................ 21 Boks 1 : Menata dan Memperkuat Perbankan Indonesia, Menyongsong Pemulihan Ekonomi Dunia BAB II. Perkembangan Harga-Harga..................................................... 33
A. Kajian Umum ................................................................. 33 B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ................................. 35
Boks 2 : Inflasi Kota Jambi dan Proyeksi Inflasi Tahun 2010 BAB III. Perkembangan Perbankan Daerah ............................................ 45 A. Perkembangan Kelembagaan .......................................... 45
B. Bank Umum ................................................................... 46 C. Bank Perkreditan Rakyat .................................................... 55
BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah .............................................. 57 A. Anggaran Pendapatan Tahun 2010 .................................... 58 B. Anggaran Belanja Tahun 2010 ........................................... 59 C. Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2009 ........................... 61 D. Realisasi Belanja Derah Tahun 2009.................................... 62 E. Keuangan Pemerintah Daerah ............................................ 62
BAB V Perkembangan Sistem Pembayaran ....................................... 65 A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai .............................. 65 B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai ..................... 67
BAB VI Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan ............................. 69 A. Keternagakerjaan Daerah................................................... 69 B. Kesejahteraan .................................................................... 71 C. Kemiskinanan .................................................................... 74 BAB VII Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah....................................... 77 A. Pertumbuhan Ekonomi......................................................... 77 B. Proyeksi Inflasi ..................................................................... 82 Lampiran Daftar Istilah
ii
DAFTAR TABEL
1.1 Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi
Penggunaan 7
2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 34
2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Tahunan (y-o-y) serta tahunan
Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa 36
2.3 Sumbangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi
Periode triwulan I-2009 37
3.1 Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi 47
3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik 48
3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank 49
3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 50
3.5 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi 52
3.6 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum Provinsi
Jambi 53
4.1 Realisasi APBD Provinsi Jambi Tahun 2009 58
4.2 Pendapatan APBD Provinsi Jambi Tahun 2010 59
4.3 Belanja APBD Provinsi Jami tahun 2010 60
5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Jambi 65
5.2 Perkembangan Transaksi RTGS 78
6.1 Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100) 74
7.1 Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha 79
iii
DAFTAR GRAFIK
1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q) 5 1.2 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 6 1.3 Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q) 7 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
Triwulan I Tahun 2009 8 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama triwulan IV Tahun 2009 9 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan I Tahun 2010 9 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Trwulan IV Tahun 2009 9 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan I Tahun 2010 9 1.9 Perkembangan harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi 10 1.10 Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%) 11 1.11 Pertumbuhan Indikator Produksi Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan (%) 11 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 11 1.13 Distribusi Jenis Pupuk 12 1.14 Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk 12 1.15 Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR 13 1.16 Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis 13 1.17 PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi 14 1.18 Lifting Minyak Bumi 15 1.19 Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C (%) 15 1.20 Volume Penjualan Minyak Bakar dan Minyak Diesel 16 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 16 1.22 Perkembangan Indeks Produksi Industri Karet , CPO, Makanan dan dan Minuman 16 1.23 Perkembangan Indeks Produksi Industri Barang dari Semen, Kayu dan Batu Bata 16 1.24 Perkembangan Total Pemakaian Listrik 17 1.25 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik 17 1.26 Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi 18 1.27 Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen 18 1.28 Perkembangan Sub Sektor Angkutan Udara dan Jumlah Konsumsi Avtur 19 1.29 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 19 1.30 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang 19 1.31 Perkembangan Total Arus Peti Kemas 20 1.32 Perkembangan Total Arus Barang 20 1.33 Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran Terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 22 1.34 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan I tahun 2010 22 1.35 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan
iv
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 23 1.36 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 23 1.37 Perkembangan Penjualan Premium 24 1.38 Perkembangan Penjualan Solar 24 1.39 Perkembangan Penjualan Minyak Tanah 24 1.40 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi 24 1.41 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor 24 1.42 Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru 24 1.43 Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru 25 1.44 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 25 1.45 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 25 1.46 Pangsa Ekspor Provinsi Jambi triwulan I-2010 27 1.47 Pangsa Impor Provinsi Jambi triwulan I-2010 27 1.48 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 27 1.49 Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi 28 1.50 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi 28 1.51 Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 29 1.52 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 29 1.53 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 31 1.54 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 31 1.55 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 32 1.56 Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 32 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 33 2.2 Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi 34 2.3 Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota Sekitarnya 35 2.4 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 38 2.5 Perkembangan Harga Tepung Terigu 39 2.6 Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang 40 2.7 Perkembangan Harga Jagung 41 2.7 Perkembangan Harga Daging 41 2.9 Perkembangan Harga Beras 41 2.10 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional i43 2.11 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 44 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 46 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 48 3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi 52 3.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi 53 3.5 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito
Bank Umum di Provinsi Jambi 54 4.1 APBD Provinsi Jambi 57 4.2 Perkembangan Belanja per Dinas 2009-2010 61 4.3 Distribusi Belanja APBD Provinsi Jambi 61
v
4.4 Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi 61 4.5 Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi 62 4.6 Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah di Provinsi Jambi 63 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi 66 5.2 Perkembangan Nominal 67 5.3 Perkembangan Volume Kliring 67 6.1 Jumlah Pencari Kerja dan Pertumbuhannya di Provinsi Jambi 70 6.2 Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi 70 6.3 Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran 71 6.4 Perkembangan Harga Beras 71 6.5 Perkembangan Harga Tepung Terigu 71 6.6 Perkembangan Harga Minyak Goreng 72 6.7 Perkembangan Harga Komoditas Lainnya 72 6.8 Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 75 7.1 Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan
Ekspektasi Penghasilan 78 7.2 Rencana Konsumsi dalam 6-12 Bulan yang akan datang 78 7.3 Saldo Bersih Ekspektasi Harga dalam 6-12 bulan yang akan datang 83 7.4 Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Periode Tahun 2006 s.d Maret 2010 serta Perkiraan April s.d Juni 2010 83 7.5 Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Periode Tahun 2006 s.d Maret 2010 serta Perkiraan April s.d Juni 2010 84
Halaman ini sengaja dikosongkan
a. Inflasi dan PDRB
2010Trw.III Trw.IV TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I
MAKROIndeks Harga Konsumen Kota Jambi 114.9 114.68 114.98 114.15 116.86 117.54 119.34
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi 13.68 11.47 9.16 1.10 1.71 2.49 3.79
PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)1) 3,898,058 3,943,926 3,965,750 4,027,901 4,111,755 4,166,853 4,201,156 - Pertanian 1,182,053 1,205,603 1,235,488 1,243,970 1,256,515 1,262,809 1,279,436 - Pertambangan dan Penggalian 504,880 503,518 461,554 466,949 469,120 467,021 468,083 - Industri Pengolahan 522,112 519,819 524,604 528,115 547,324 558,241 560,557 - Listrik, Gas, dan Air Bersih 28,722 30,424 30,707 32,763 32,581 32,595 32,862 - Bangunan 180,183 185,235 191,514 193,824 197,188 199,949 201,493 - Perdagangan Hotel dan Restoran 643,712 655,068 657,881 679,789 702,015 716,906 723,880 - Pengangkutan dan Komunikasi 300,815 305,932 307,479 312,192 320,521 327,983 329,032 - Keuangan, Persewaan dan Jasa 197,934 196,554 208,813 217,632 228,191 234,883 236,652
- Jasa 337,646 341,773 347,711 352,666 358,301 366,468 369,161
Nilai Ekspor Non Migas (USD ribu) 2) 311,030 209,987 135,430 132,722 160,671 185,609 138,768 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 665,155 437,162 350,397 304,581 312,052 370,525 188,719
Nilai Impor Nonmigas (USD Ribu) 3) 29,826 21,592 24,146 23,329 17,661 21,486 18,155 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 27,115 18,243 10,204 25,710 31,770 27,136,920 20,519,738
Catatan1) Angka sementaratahun dasar 2000
2009
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
INDIKATOR
2) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku.Data Trw.I-2010 s.d Februari 20103) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit yang berlaku data Trw.I-2010
2008
b. Perbankan
TAHUN 2010Tw.I-09 Tw.II-09 Tw.III-09 Tw.IV-09 Tw.I-10
PERBANKANA. Bank Umum 1):a. Bank Umum Konvensional:Total Aset (Rp Juta) 11,980,624 12,658,318 12,819,920 13,758,932 13,580,333 DPK(Rp Juta) 10,080,116 10,349,880 9,998,588 10,597,374 10,533,026
- Tabungan 2,325,515 4,909,160 5,002,675 5,904,495 5426593- Giro 4,610,190 2,373,677 2,047,600 1,929,641 2318177- Deposito 3,144,411 3,067,043 2,948,313 2,763,238 2788256
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek2) 10,235,363 11,066,183 11,450,631 11,835,042 11,626,744 - Modal Kerja 3,664,993 3,953,360 4,475,510 4,570,316 3858155- Konsumsi 3,988,832 4,201,873 4,275,718 4,388,293 5450103- Investasi 2,581,538 2,910,950 2,699,403 2,876,433 2318486- Dana 10,256,857 10,460,659 10,200,831 10,269,077 9,952,250- LDR 99.79 105.79 112.25 115.25 116.83
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 7,431,265 8,037,073 8,406,361 8,622,182 8,698,459 - Modal Kerja 2,796,879 3,042,475 3,237,796 3,379,032 2,604,545- Konsumsi 3,244,468 3,545,072 3,577,231 3,549,838 1,538,550- Investasi 1,389,918 1,449,526 1,591,334 1,693,312 4,555,364- LDR (%) 73.72 77.65 84.08 81.36 82.58
b. Bank Umum Syariah:Total Aset (Rp Juta) 353,385 394,006 427,719 456,827 465,464 DPK(Rp Juta) 201,046 214,609 232,860 245,135 253,477
- Tabungan 103,455 110,390 117,482 131,172 131,172 - Giro 50,230 48,821 53,782 54,778 54,778 - Deposito 47,361 55,398 61,596 59,185 62900
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 316,887 355,202 387,162 410,914 425,375 - Modal Kerja 171771 200,262 223,425 244,584 251786- Konsumsi 81624 80,545 85,803 91,418 75468- Investasi 63492 74,395 77,934 74,912 98121- LDR 157.62 165.51 166.26 167.63 167.82
B. BPR :Total Aset (Rp Juta) 217,933 218,360 233,877 244,249 244,144DPK (Rp Juta) 162,982 163,937 177,803 49,487 208,402- Tabungan (Rp Juta) 31,554 31,739 31,919 33,749 36,852- Deposito (Rp Juta) 131,428 132,198 145,884 15,738 171,550
Kredit (Rp Juta) 165,514 172,440 177,708 183,445 191,507 - Modal Kerja 43,295 46,089 45,878 45,895 49,358- Konsumsi 94,338 96,822 102,237 109,159 113,887- Investasi 27,881 29,529 29,593 28,391 28,262
Kredit UMKM (Rp Juta) 165,514 172,440 177,708 183,445 191,507 Rasio NPL Gross (%) 8.26 8.13 8.54 7.88 7.38 - NPL Gross (Nominal) 13,668 14,022 15,184 14,454 14,136- PPAP 4,707 4,373 4,607 4,757 7,677Rasio NPL Net (%) 5.41 5.60 5.95 5.29 3.37 LDR (%) 101.55 105.19 99.95 370.69 91.89
Catatan :1) Data s.d Bulan Februari 2010
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
2) Sumber: SEKDA Provinsi Jambi Edisi Maret 2010 Bab II.16
TAHUN 2009INDIKATOR
1
RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI
I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Perekonomian Provinsi Jambi pada triwulan I-2010 menunjukkan
pertumbuhan sebesar 0,82% (q-t-q), menurun dibandingkan dengan
triwulan IV-2009 yang mencapai 1,34% (q-t-q). Namun demikian secara
tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi meningkat yaitu sebesar
5,94% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar
5,57%. Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi secara triwulanan
(q-t-q) dipicu oleh sektor pertanian serta perdagangan, hotel dan restoran
(PHR).
Ditinjau dari sisi pengeluaran, peningkatan PDRB Provinsi Jambi pada
triwulan laporan terutama berasal dari meningkatnya pengeluaran
konsumsi rumah tangga dan konsumsi swasta. Meningkatnya konsumsi
swasta seiring dengan masa tutup buku anggaran yang biasanya pada
bulan Februari-April 2010.
II. Perkembangan Harga-Harga
Inflasi Kota Jambi pada triwulan I-2010 mencapai 1,53% (q-t-q),
meningkat dibandingkan triwulan IV-2009 yang mengalami inflasi sebesar
0,58% (q-t-q).
Pergerakan inflasi yang tercatat di bulan Januari, Februari dan Maret 2010
masing-masing sebesar 1,95%(m-t-m), minus 0,36%(m-t-m) dan minus
0,05%(m-t-m). Sementara itu, secara tahunan inflasi Kota Jambi
menunjukkan peningkatan yaitu dari 2,49% (y-o-y) pada Desember 2009
menjadi 3,79% (y-o-y). Inflasi tahunan Kota Jambi ini lebih tinggi
dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 3,43%.
Inflasi yang terjadi di Kota Jambi pada triwulan laporan berasal dari
meningkatnya laju inflasi dari kelompok bahan makanan diikuti dengan
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Meningkatnya
harga sub kelompok sayur-sayuran dan sub kelompok daging dan hasil-
hasilnya selama periode triwulan laporan memberikan sumbangan inflasi
pada kelompok bahan makanan. Sementara itu, meningkatnya sub
Perekonomian Provinsi Jambi triwulan I- 2010
ditandai tumbuhnya laju pertumbuhan ekonomi sebesar 0,82% (q-t-q).....
Pada triwulan I- 2010, Provinsi jambi mengalami
inflasi sebesar 3,79% (y-o-y) ..........
RINGKASAN EKSEKUTIF
2
kelompok makanan jadi, memicu inflasi pada kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau.
III. Perkembangan Perbankan Daerah
Kinerja perbankan pada triwulan I-2010 menunjukkan penurunan dari sisi
aset dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) namun penyaluran
kredit masih menunjukkan pertumbuhan. Menurunnya penghimpunan
DPK menyebabkan meningkatnya Loan to deposits ratio (LDR) perbankan
menjadi 84,59%. Sementara itu, kualitas kredit terus menunjukkan
perbaikan, ditunjukkan oleh menurunnya angka Non Performing Loan
(NPL) menjadi 2,36%.
Outstanding kredit bank umum meningkat sebesar 0,08% sehingga
menjadi sebesar Rp9,12 triliun sementara DPK turun sebesar 0,52%. Aset
perbankan pada triwulan laporan sebesar Rp14,05 triliun.
IV. Perkembangan Keuangan Daerah
APBD Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota dan
kabupaten) tahun 2010 sebesar Rp1,50 triliun, turun 7,14% dari APBD
tahun lalu yang sebesar Rp 1,62 triliun. Dari sisi anggaran pendapatan,
jumlah anggaran pendapatan daerah Provinsi Jambi tahun 2010 sebesar
Rp1,30 triliun atau meningkat 3,82% dibandingkan anggaran
pendapatan tahun 2009 yang sebesar Rp1,26 triliun.1 Dari kondisi
tersebut, jumlah defisit anggaran selama tahun 2010 diperkirakan sebesar
Rp200,00 miliar yang akan dibiayai dari sisa lebih perhitungan anggaran
tahun sebelumnya. Sementara, simpanan pemerintah daerah di
perbankan Jambi di awal tahun ini meningkat 97,13% menjadi Rp1,33
triliun.2
1 APBD Provinsi Jambi tahun 2010 ini disahkan tanggal 5 Oktober 2009 2 Posisi bulan Februari 2010 dibandingkan dengan Desember 2009
Kinerja perbankan menurun ditandai dengan menurunnya jumlah aset dan penghimpunan dana namun kualitas kredit menunjukkan perbaikan....
APBD Provinsi Jambi Tahun 2010 sebesar Rp1,50 triliun ....
RINGKASAN EKSEKUTIF
3
V. Perkembangan Sistem Pembayaran
Aktivitas pembayaran tunai dan serta pembayaran non tunai melalui
kliring di Jambi mengalami penurunan. Pada triwulan laporan, nilai
transaksi kliring turun sebesar 5,16%. Sementara itu, aliran kas keluar
menurun sejumlah Rp809,04 miliar sedangkan kas masuk menurun
sebesar Rp170,50 miliar. Namun demikian secara total aliran kas keluar
masih lebih besar dari aliran kas masuk sehingga pembayaran tunai di
Jambi menunjukkan net outflow.
VI. Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Pada periode triwulan laporan, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK)
menunjukkan bahwa nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi
masyarakat terhadap kondisi pengangguran masih berada pada level
pesimis. Sementara, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang pendidikan
pada triwulan laporan menurun signifikan sebesar 70,41% jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi
bulan Februari 2010) mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan
sebelumnya (posisi Desember 2009). Upah minimum Provinsi (UMP) Jambi
pada tahun 2010 meningkat sebesar 12,50% dari sebesar Rp800.000,00
pada tahun 2009 menjadi Rp900.000,00 (tahun 2010). Sementara itu,
rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup layak
(KHL) pada triwulan I tahun 2010 menurun sebesar 1454 bps jika
dibandingkan triwulan IV tahun 2009.
VII. Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah
Laju pertumbuhan kuartalan (q-t-q) PDRB Provinsi Jambi pada triwulan II-
2010 diperkirakan masih mampu tumbuh positif dibandingkan triwulan
I-2010. Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan
mendatang diperkirakan pada kisaran 5,3-6,3% (y-o-y).
Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pemerintah diperkirakan
menjadi kontributor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi
pada triwulan mendatang. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan
ekonomi Jambi masih dominan oleh sektor pertanian, sektor
perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa.
Di bidang sistem pembayaran, aktivitas
pembayaran tunai maupun non tunai
melalui kliring mengalami
penurunan....
NTP Provinsi Jambi meningkat.....
Laju pertumbuhan PDRB triwulan II-2010
diperkirakan berkisar 5,30-6,30% (y-o-y).....
RINGKASAN EKSEKUTIF
4
Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan akan
lebih tinggi dibanding triwulan laporan (q-t-q). Dengan demikian, inflasi
tahunan (y-o-y) diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan laporan.
Inflasi Kota Jambi pada Triwulan II-2010 diperkirakan sebesar 5,00%-
6,00%/y-o-y (skenario optimis) atau sebesar 6,00%-7,00%/y-o-y
(skenario pesimis)
Faktor-faktor yang berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama
triwulan mendatang antara lain: 1) Tingginya perputaran uang di
masyarakat dalam menjelang Pilkada Gubernur Jambi bulan Juni 2010, 2.)
Masa tahun ajaran baru direspon oleh institusi pendidikan dengan
meningkatkan biaya pendidikan, 3.) Meningkatnya tarif dasar listrik
sebesar 15% di bulan Juni diperkirakan akan meningkatkan angka inflasi
Jambi sebesar 0,50% secara langsung 4.) Kondisi infrastruktur (jalan,
jembatan) yang masih terkendala akan meningkatkan biaya distribusi dan
transportasi barang dan jasa, serta 5) Potensi kenaikan harga minyak
mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan-
bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar
internasional. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu
meningkatnya angka inflasi pada periode triwulan II-2010.
Laju inflasi triwulan II-2010 diperkirakan berkisar 5,00-7,0% (y-o-y).....
5
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
A. Umum
Perkembangan perekonomian Jambi pada triwulan I-2010 masih
menunjukkan pertumbuhan walaupun melambat dibandingkan triwulan IV-2009.
Pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan laporan 0,82% (q-t-q) menurun
dibandingkan triwulan IV-2009 yang mencapai 1,34% (q-t-q).
Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q)
1.55 1.32
1.79 1.64
2.68
0.77
1.43
0.96
1.27
3.01 3.04
1.18
0.55
1.57
2.08
1.34
0.82
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
PersenRp miliarNominal (aksis kiri) Pertumbuhan (aksis kanan)
Pada awal tahun, konsumsi masyarakat masih terbatas sementara
konsumsi pemerintah cenderung mengalami penurunan. Dari sisi produksi,
tingginya intensitas hujan cukup menghambat aktivitas ekonomi. Kondisi inilah
yang memicu terbatasnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan.
Pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan laporan dipicu oleh
meningkatnya sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Musim panen sejak bulan Februari lalu memicu meningkatnya produksi pertanian
terutama tanaman bahan makanan. Sementara itu meningkatnya aktivitas
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
6
perdagangan baik perdagangan besar maupun eceran memicu pertumbuhan
sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Perkembangan dari sisi permintaan ditunjukkan oleh masih tumbuhnya
konsumsi masyarakat serta terakselerasinya konsumsi swasta. Meningkatnya
konsumsi swasta seiring dengan berakhirnya masa tutup buku anggaran pada
triwulan laporan.
Grafik 1.2. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y)
5.134.93
5.866.06 6.06
6.736.74
5.84 6.21 6.30 6.25
5.274.53
4.08 4.16
5.435.70
5.81 5.745.58
6.44
7.647.05
6.68
5.96
4.50
6.82
8.51
8.75
7.98
6.475.48 5.65
5.94
3.00
5.00
7.00
9.00
Q1-06
Q2-06
Q3-06
Q1V-06
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q1V-07
Q1-08
Q2-08
Q3-08
Q1V-08
Q1-09
Q2-09
Q3-09
Q1V-09
Q1-010
Sumber: BPS (diolah)^): Perkiraan berdasarkan Laporan Kebijakan Moneter (LKM) triwulan IV-2009 oleh Bank Indonesiaonesia
%
Indonesia
Jambi
Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi meningkat menjadi
sebesar 5,94% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 5,65%.
Pertumbuhan ekonomi Jambi juga masih lebih tinggi dibandingkan dengan angka
nasional yang pada triwulan I-2010 diperkirakan berkisar 5,70%.3
3 Sumber : Laporan Kebijakan Moneter (LKM) triwulan IV-2009, Bank Indonesia.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
7
Tabel 1.1. Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi Penggunaan
2010***
I II III IV I II iii IV I
2.20 2.04 1.60 1.99 2.48 0.69 1.01 0.50 1.32 Pertambangan dan Penggalian 2.06 11.70 13.50 (0.27) (8.33) 1.17 0.47 (0.45) 0.23 Industri Pengolahan 0.81 2.12 1.68 (0.44) 0.92 0.67 3.64 1.99 0.41 Listrik, Air dan Gas 1.14 3.95 (3.81) 5.93 0.93 6.70 (0.56) 0.04 0.82
1.58 1.34 0.54 2.80 3.39 1.21 1.74 1.40 0.77 Perdagangan, Hotel dan Restoran (0.26) 1.31 1.19 1.76 0.43 3.33 3.27 2.12 0.97 Pengangkutan dan Komunikasi 0.45 (0.40) 1.87 1.70 0.51 1.53 2.67 2.33 0.32 Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan 1.73 9.71 5.02 (0.70) 6.24 4.22 4.85 2.93 0.75
1.11 0.85 1.57 1.22 1.74 1.43 1.60 2.28 0.73 1.27 3.01 3.04 1.18 0.55 1.57 2.08 1.34 0.82
2010***
I II III IV I II iii IV I
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 0.66 3.01 3.56 1.25 (1.22) 1.18 3.75 0.93 0.47 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1.14 0.66 5.60 0.34 (3.86) 3.65 4.64 5.13 (1.32) Lembaga Swasta Nirlaba 0.16 2.76 1.03 9.24 5.59 3.44 1.91 1.95 16.98 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 0.54 1.42 1.07 5.60 (4.51) 1.04 1.72 4.82 (4.97) Perubahan Stok 0.78 3.55 3.38 2.53 1.14 0.83 1.93 0.74 (2.66)
-12.98 1.61 -7.53 -0.41 4.41 1.69 11.27 0.18 -10.12-11.41 0.82 -4.89 1.01 -1.20 1.68 12.45 1.83 -10.561.27 3.01 3.04 1.18 0.55 1.57 2.08 1.34 0.82 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
JENIS PENGELUARAN2008*
Ekspor Impor
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Pertanian
Bangunan
Jasa-Jasa
LAPANGAN USAHA2008* 2009**
2009**
B. PDRB Sisi Produksi
Perkembangan PDRB Provinsi Jambi menunjukkan bahwa sektor-sektor
yang masih memberikan kontribusi cukup besar adalah sektor pertanian, serta
sektor perdagangan, hotel dan restoran (lihat grafik 1.3). Kontribusi terbesar
terhadap pertumbuhan disumbangkan oleh sektor pertanian sebesar 0,40% (q-t-
q), diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (0,17%/q-t-q).
Dari sisi distribusinya (share), pada periode triwulan laporan
menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar yaitu
41,60% dari jumlah PDRB Provinsi Jambi, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) 39,48%
dan sektor sekunder sebesar 18,92%.
Grafik 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q)
0.15 (0.05)
0.27
0.00
0.07
0.36
0.18
0.16
0.20
0.40
0.03
0.06
0.01
0.04
0.17
0.03
0.04
0.06
(0.40) (0.30) (0.20) (0.10) - 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Air dan Gas
bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan
Jasa-Jasa
Trw I-10
Trw IV-09
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
8
Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku tercatat sebesar
Rp11,68 triliun yang secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian
sebesar 25,82%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 19,57%, serta
sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,27%. Dengan demikian,
struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami
perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.4).
Grafik 1.4. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I Tahun 2010
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan &
Perikanan25.82%
Pertambangan dan Penggalian
19.57%Industri Pengolahan
11.63%Listrik dan Air bersih0.81%Bangunan
4.72%
Perdagangan, Hotel dan restauran
15.27%
Pengangkutan dan Komunikasi
6.93%
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan5.20%
Jasa-jasa10.05%
1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Pada triwulan laporan, sektor pertanian, perkebunan, peternakan,
kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar 1,32% (q-t-q), meningkat
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,50% (q-t-q).
Peningkatan laju pertumbuhan sektor ini berasal dari meningkatnya produksi
tanaman bahan makanan.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
9
Grafik 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan IV tahun 2009 (ha) Grafik 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan I tahun 2010 (ha)
48,196
14,846
3,388
2,181 457 170 871 591
Padi Sawah Padi Ladang Jagung KedelaiKacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Grafik 1.5
33,553
3,491 1,925
2,202460
104851 621
Padi Sawah Padi Ladang Jagung KedelaiKacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Grafik 1.6
Grafik 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan IV tahun 2009 (ha) Grafik 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan I tahun 2010 (ha)
22,088
4,873
5,431
2,071441 110 746 509
Padi Sawah Padi Ladang Jagung KedelaiKacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Grafik 1.7
29,25117,416
1,3541,356404
103753 440
Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai
Grafik 1.8
Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2010
Sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) mengalami pertumbuhan
menjadi 1,90% (q-t-q) setelah pada triwulan lalu mengalami penurunan sebesar
2,75%. Masuknya musim panen tanaman sejak bulan Februari lalu memicu
meningkatnya pertumbuhan nilai tambah sektor tabama. Pada triwulan laporan,
luas panen komoditas tanaman bahan makanan (tabama) meningkat sebesar
14,81 Kha menjadi sebesar 51,08 Kha. Peningkatan luas panen tersebut
disumbangkan oleh meningkatnya luas panen padi baik padi sawah maupun padi
ladang sementara komoditi lainnya seperti jagung, kedelai, kacang-kacangan dan
ubi-ubian mengalami penurunan. Sebaliknya, luas tanam komoditi tabama
mengalami penurunan yaitu dari 70,70 Kha menjadi 43,21 Kha (grafik 1.5-grafik
1.8).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
10
Nilai Tukar Petani (NTP) (s.d. bulan Februari 2010), mengalami sedikit
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.4 NTP Februari 2010
dibandingkan NTP Desember 2009 meningkat sebesar 0,34% menjadi 95,14. Hal
ini dikarenakan peningkatan indeks yang diterima petani (1,86%) lebih tinggi
dibandingkan indeks yang dibayarkan yang sebesar 1,53% (lihat grafik 1.12 dan
1.9). Namun demikian, Nilai Tukar Petani yang masih dibawah 100 menunjukkan
bahwa pendapatan petani Jambi masih lebih rendah dibanding harga-harga
kebutuhan hidup dan biaya bertani.
Grafik 1.9. Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi
6,373.16,790.0
2,678.33,717.2
1,290.71,403.8
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2007 2008 2009 2010Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi
Harga (Rp)
CPO INTI TBS 10 TAHUN
Sub sektor perkebunan yang mempunyai share sebesar 11,99% dari PDRB
mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,15% (q-t-q), menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,98% (q-t-q). Melambatnya pertumbuhan
sub sektor ini antara lain didukung oleh menurunnya produksi karet dan pinang.
Hujan deras yang melanda Jambi di awal tahun ini menghambat aktivitas
ekonomi terutama terkait dengan panen hasil perkebunan.
Namun demikian, tren peningkatan harga komoditas perkebunan mampu
meningkatkan gairah para petani sehingga sektor perkebunan masih mampu
4 Data NTP s.d. bulan Februari 2010. NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Sehingga NTP merupakan cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
11
tumbuh positif. Harga tandan buah segar (TBS) serta CPO Jambi terus mengalami
peningkatan di triwulan laporan. Pada bulan Maret 2010, harga TBS 10 tahun
dan CPO masing-masing mencapai Rp1.404/kg dan Rp6.790/kg meningkat
masing-masing sebesar 8,76% dan 6,54% dibandingkan posisi Desember 2009.
Grafik 1.10 Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%)
Grafik 1.11 Pertumbuhan Indikator Produksi, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan (%)
20.39
(12.64)
1.38
98.04
(32.56)(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10
Produksi Hortikultura Produksi Karet Produksi Kelapa Sawit
Produksi Kelapa Produksi Pinang
Grafik 1.10
3.64 20.04
(1.74)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
120
Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10
Produksi Telur Produksi Daging Produksi Perikanan
Grafik 1.11
Grafik 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi
111.84112.92 113.92
117.94 119.21 119.74
94.82 94.72 95.14
80
90
100
110
120
130
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2009 2010
indeks terima indeks bayar NTP
Sumber: BPS Provinsi Jambi,2009.
Meningkatnya pertumbuhan sub sektor perkebunan disumbangkan oleh
meningkatnya hasil perkebunan kelapa, holtikultura dan kelapa sawit.
Berdasarkan data prompt indikator sub sektor perkebunan selama periode
triwulan laporan, produksi kelapa meningkat 98,04%, produksi holtikultura
meningkat 20,39% dan produksi kelapa sawit meningkat 1,42%. (lihat grafik
1.10-1.11)
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
12
Realisasi penyaluran pupuk dalam menunjang proses produksi sub sektor
tanaman bahan makanan dan sub sektor tanaman perkebunan pada triwulan
laporan sebesar 19.372,3 ton.5 Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Jambi, penyaluran pupuk bersubsidi sebagian besar
didominasi oleh pupuk Urea (62,78%), diikuti oleh pupuk NPK Phonska
(18,46%), SP-36 (14,47%), dan ZA (4,29%).
Grafik 1.13. Distribusi Jenis Pupuk Grafik 1.14. Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk
0 5000 10000 15000 20000 25000
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
2008
2009
2010
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi
(Ton)
SP-36/Superphos ZA NPK PHONSKA Urea
Grafik 1.13
(40.00)
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
0
5000
10000
15000
20000
25000
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I
2008 2009 2010
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi
Persen (%)Ton
Realisasi Pupuk (Ton) Pertumbuhan Realisasi Pupuk
Grafik 1.14
Pada triwulan laporan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya tumbuh
melambat yaitu sebesar 0,84% (q-t-q) setelah pada triwulan lalu tumbuh sebesar
2,35% (q-t-q). Setelah mengalami peningkatan permintaan hasil ternak saat
menjalani Hari Raya Kurban (Idul Adha) pada triwulan lalu, maka produksi
peternakan dan hasil-hasilnya kembali stabil di triwulan laporan. Sementara itu
sub sektor perikanan mengalami peningkatan sebesar 0,35% (q-t-q) setelah pada
triwulan sebelumnya mengalami penurunan sebesar 0,57% (q-t-q).
Sub sektor kehutanan mengalami pertumbuhan sebesar 0,14% (q-t-q),
sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar
0,12% (q-t-q). Sub sektor kehutanan yang sempat menjadi primadona bagi
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi mulai menurun kontribusinya semenjak
aparat keamanan mulai intensif dalam memberantas penebangan liar (illegal
logging).
5 Jenis pupuk bersubsidi yang disalurkan terdiri dari SP-36, ZA, NPK Phonska dan Urea.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
13
2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor perdagangan, hotel dan restoran masih mampu tumbuh sebesar
0,97% (q-t-q); melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya
sebesar 3,12% (q-t-q). Pelambatan ini terutama disebabkan oleh siklus musiman.
Periode triwulan IV-2009, sektor PHR mampu tumbuh lebih baik yang didorong
oleh aktivitas perdagangan selama Idul Adha 1430 H serta hari Natal dan Tahun
Baru.
Pada triwulan laporan, sub sektor perdagangan besar dan eceran masih
tumbuh sebesar 1,03% (q-t-q) melambat dari triwulan sebelumnya 2,18%/q-t-q).
Sub sektor hotel dan sub sektor restoran masing-masing tumbuh sebesar 0,42%
(q-t-q) serta 0,39% (q-t-q).
Terbatasnya konsumsi masyarakat pada triwulan laporan terutama untuk
kebutuhan-kebutuhan yang bersifat sekunder mendorong melambatnya aktivitas
perdagangan pada periode triwulan laporan.
Grafik 1.15. Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR Grafik 1.16. Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis
(2.41)
32.34
10.46
21.21
(20)
-
20
40
60
80
100
120
Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10
(%) Persen
Harga Perdagangan Besar
Harga Perdagangan Barang Konstruksi
Perdagangan Kendaraan Bermotor
Perdagangan Pulsa
Tingkat Hunian Hotel
Restorasi
* Perhitungan perdagangan kendaraan bermotor, perdagangan pulsa dan restorasi sejak tahun 2009
Grafik 1.16
(25.48)
5.61 4.88
22.41
(10.43)
4.43
(7.36)
8.99
(7.42)
19.27
(0.46)
12.96
(15.75)
-30.0
-20.0
-10.0
0.0
10.0
20.0
30.0
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
Persen (%)
Sumber: PLN Jambi, 2008 (diolah)
KWH (dalam Ribuan)
Bisnis Pertumbuhan Bisnis
Grafik 1.17
Masih tumbuhnya sektor PHR pada triwulan laporan dikonfirmasi dengan
meningkatnya indeks produksi baik sub sektor perdagangan, restorasi dan tingkat
hunian hotel. Peningkatan yang cukup signifikan dialami oleh indeks
perdagangan pulsa dan indeks restorasi yaitu masing-masing sebesar 32,34%
dan 21,21%. (lihat grafik 1.16.).
Melambatnya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran
berpengaruh pada menurunnya konsumsi listrik untuk bisinis. Konsumsi listrik
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
14
bisnis yang sempat meningkat pada triwulan lalu, saat ini mengalami penurunan
sebesar 15,75%. Sektor perdagangan, hotel dan restoran berdasarkan pangsanya
didominasi oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran yang mencapai
14,14% terhadap PDRB, diikuti oleh sub sektor restoran dan sub sektor hotel
masing-masing sebesar 0,93% dan 0,20%.
3. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian meningkat sebesar 0,23% (q-t-q)
jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang turun sebesar 0,45% (q-t-q). Kondisi
ini didorong oleh meningkatnya hasil pertambangan migas, non migas dan
penggalian masing-masing sebesar 0,18%; 0,14%; 0,69%. Sub sektor
pertambangan non migas dan penggalian yang mengalami penurunan pada
triwulan lalu kini dapat kembali meningkat. Di sisi lain, pertambangan migas
mengalami perlambatan pertumbuhan. Perlambatan produksi migas pada
triwulan laporan diperkiraan akibat menurunnya lifting migas.
Grafik 1.17. PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi Grafik 1.19. Lifting Minyak Bumi
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV* I
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Ribu Barel
Keterangan: *) angka perkiraan Bank Indonesia Jambi untuk bulan Desember 2009.Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi dan BPS Provinsi Jambi (diolah)
miliar rupiah
PDRB sub sektor minyak dan gas bumi Lifting Minyak Bumi
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
15
Grafik 1.18. Lifting Minyak Bumi
(40.00)
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
2006 2007 2008 2009 2010
Persen (%)
Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi.*: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi untuk triwulan I 2010
BBTU
Lifting Gas Alam (BBTU), aksis kiriPertumbuhan, aksis kanan
Meningkatnya hasil produksi penggalian salah satunya dipicu oleh
peningkatan produksi bahan galian gol. C. Hal ini dikonfirmasi dari meningkatnya
indeks produksi penggalian sebesar 1,39% pada triwulan laporan. Sementara itu
perkembangan produksi batu bara relatif belum menunjukkan perkembangan
yang menggembirakan. Salah satu kendala dalam pengembangan usaha batu
bara di Jambi adalah terkait dengan perizinan. Mudahnya proses izin usaha batu
bara diharapkan dapat semakin menggalakkan pengembangan sektor ini yang
berpotensi meningkatkan pendapatan asli daerah.
Grafik 1.19. Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C (%)
(6.39)
1.39
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10
Produksi Batubara Produksi Bahan Galian Gol.C
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
16
4. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 0,41% (q-t-q), melambat
bila dibandingkan angka triwulan sebelumnya 1,99% (q-t-q). Melambatnya
pertumbuhan pada sektor ini dipicu oleh melambatnya pertumbuhan baik sub
sektor industri migas ataupun tanpa migas yang masing-masing sebesar 0,62%
(q-t-q) dan 0,40% (q-t-q).
Grafik 1.20. Volume Penjualan Minyak Bakar dan Minyak Diesel Grafik 1.21. Perkembangan Total Pemakaian Listrik sektor industri
(100.0)
(50.0)
-
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010
(%)
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang
Kilo Liter
M. Bakar g.Myk. Bakar
Grafik 1.20
(1.48)
3.86
6.88
(10.46)
(2.21)
4.69
(13.99)
(0.16)
2.16
5.39
(3.61)
18.82
4.49
-20.0
-15.0
-10.0
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
Persen (%)
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)
KWH (dalam Ribuan)
Industri Pertumbuhan Industri
Grafik 1.21
Melambatnya sub sektor industri migas terlihat dari menurunnya
konumsi minyak bakar pada triwulan laporan. Sementara itu, konsumsi listrik
sektor industri pada triwulan laporan menunjukkan trend yang serupa yaitu
tumbuh melambat sebesar 4,49%.
Grafik 1.22. Perkembangan Indeks Produksi Industri Karet, CPO, Makanan dan Minuman Grafik 1.23. Perkembangan Indeks Produksi Industri Barang dari Semen, Kayu dan Batu Bata
0.18
(20.88)
163.79
73.22 46.80
(50)
-
50
100
150
200
Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10Industri Karet Industri CPO
Industri Makanan Industri Minuman
Grafik 1.22
8.88
5.33
(150)
(50)
50
150
250
350
Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10
Industri Barang dari Semen Industri Barang dari Kayu
Industri Batu Bata
Grafik 1.23
Melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan tanpa migas
tercermin dari melambatnya bahkan menurunnya indeks produksi beberapa
industri pengolahan di Jambi. Industri CPO yang merupakan salah satu industri
unggulan di Jambi mengalami penurunan sebesar 18,64%. Melambatnya hasil
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
17
perkebunan kelapa sawit pada triwulan laporan memicu turunnya hasil produksi
CPO. Sementara itu industri pengolahan karet mengalami peningkatan walaupun
sangat kecil yaitu sebesar 0,18%. Perkembangan industri yang masih cukup baik
adalah untuk industri primer seperti industri makanan.
5. Sektor-sektor Lain
Sektor listrik, gas, dan air (LGA) bersih tumbuh sebesar 0,82% (q-t-q)
pada triwulan laporan atau lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang sebesar 0,04% (q-t-q). Meningkatnya pertumbuhan sektor ini
berasal dari tumbuhnya sub sektor listrik dan air bersih yaitu masing-masing
sebesar 0,86% (q-t-q) dan 0,56% (q-t-q).
Jumlah konsumsi listrik pada triwulan laporan mengalami penurunan
sebesar 0,05%. Penurunan konsumsi listrik ini dipicu oleh menurunnya konsumsi
sektor bisnis sebesar 15,75%. Namun demikian, terus meningkatnya konsumsi
listrik untuk sektor lainnya terutama rumah tangga dan lainnya membuat
penurunan konsumsi listrik secara total relatif kecil.
Grafik 1.24. Perkembangan Total Pemakaian Listrik Grafik 1.25. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik
(2.25)
4.68
6.77 6.77
(2.64)
7.05
(1.80)
8.02
(3.49)
6.99
1.45 3.60
(0.05)
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
Persen (%)
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)
KWH (dalam Ribuan)
Total Pemakaian Pertumbuhan Total
Grafik 1.24
2.14
0.75
2.93
3.60 3.41
2.82
2.32
2.57
3.05
0.50 0.41
1.28
3.10
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
Persen (%)
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)
Pelanggan
Total Pelanggan Perumbuhan Pelanggan
Grafik 1.25
Sementara, sub sektor air bersih tumbuh sebesar 0,56% (q-t-q).
Konsumsi air bersih melalu PDAM Kota Jambi pada triwulan laporan sebesar 2,63
juta M² menurun sebesar 3,21% dari bulan lalu. Penurunan ini dipicu oleh
menurunnya konsumsi air oleh rumah tangga sebesar 3,40%. Namun demikian
konsumsi air oleh industri menunjukkan peningkatan sebesar 0,16% sehingga
penurunan konsumsi air di kota Jambi relatif masih cukup tinggi.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
18
Grafik 1.26. Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
400,000
450,000
500,000
550,000
600,000
650,000
700,000
750,000
800,000
850,000
900,000
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2008 2009 2010
m3
Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2009
m3
Rumah TanggaIndustri
Sektor bangunan masih menunjukkan pertumbuhan sebesar 0,77% (q-
t-q) walaupun melambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya. Melambatnya
pertumbuhan sektor bangunan dikonfirmasi dengan menurunnya konsumsi
semen sebesar 3,58%. Hal yang senada juga ditunjukkan oleh indeks industri
batu bata yang turun sebesar 18,64% pada triwulan laporan.
Grafik 1.27. Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I
2007 2008 2009 2010
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia dan BPS Provinsi Jambi (diolah)
PDRB sektor Bangunan (juta Rp), aksis kiri Konsumsi Semen (ton), aksis kiri
Pert. Konsumsi Semen (%), aksis kanan Pert. PDRB Bangunan (%), aksis kanan
Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar
0,32% (q-t-q) pada triwulan laporan, melambat dari triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 2,33% (q-t-q). Melambatnya pertumbuhan sektor ini terutama
berasal melambatya pertumbuhan sub sektor pengangkutan yang tumbuh
0,14% dibandingkan pertumbuhan triwulan lalu yang sebesar 2,33%.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
19
Pasca hari besar keagamaan (Idul Adha, Tahun Baru Hijriah, Natal) serta
tahun baru 2010, aktivitas transportasi masyarakat cenderung mengalami
perlambatan. Aktivitas transportasi melalui angkutan darat seperti jasa bus antar
kota dalam provinsi (AKDP) maupun antar kota antar provinsi (AKAP) serta
penggunaan jasa travel dan sewa mobil tumbuh melambat. Relatif lebih stabilnya
demand akan moda transportasi ini menyebabkan moda transportasi ini masih
tumbuh dalam triwulan laporan.
Sementara itu, sektor angkutan udara mengalami penurunan 0,44% (q-
t-q). Hal ini tercermin dari jumlah lalu lintas penumpang di Bandar Udara Sultan
Thaha masih yang mengalami penurunan untuk kedatangan dan keberangkatan
masing-masing 3,36% dan 3,50%. Namun demikian, pada triwulan laporan
terdapat penambahan sebuah rute penerbangan baru yaitu Jambi-Kerinci.
Adanya penerbangan baru yang melayani dua kali seminggu ini diharapkan dapat
semakin mempermudah hubungan dan komunikasi antara Kota Jambi dengan
wilayah timur provinsi Jambi.
Grafik 1.28. PDRB Sub Sektor Angkutan Udara dan Jumlah Konsumsi Avtur
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
60
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IVTW I*
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang dan BPS Provinsi Jambi (diolah)Konsumsi bulan Maret 2010 merupakan angka perkiraan
PDRB sub sektor Angkutan Udara (juta Rp), aksis kiriKonsumsi Avtur (ratusan liter), aksis kiriPert. Konsumsi Avtur (%), aksis kanan
Grafik 1.29. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
20
Grafik 1.30. Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang
(15)
(10)
(5)
-
5
10
15
20
-
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
Persen (%)
Thou
sand
s
Sumber: PT. Angkasa Pura II
ribu orang
Kedatangan Penumpang (aksis kiri) Keberangkatan Penumpang (aksis kiri)
Datang (aksis kanan) Berangkat (aksis kanan)
Grafik 1.29
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
60
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
Persen (%)
Sumber: PT.Angkasa Pura II
ton
Jumlah Bongkar (aksis kiri) Jumlah Muat (aksis kiri)
Pertumbuhan Bongkar (aksis kana) Pertumbuhan Muat (aksis kanan)
Grafik 1.30
Pada triwulan laporan, sub sektor angkutan laut tumbuh sebesar 0,18%.
Tumbuhnya sub sektor angkutan tercermin dari meningkatnya arus barang
sementara arus peti kemas mengalami penurunan. Total arus barang tercatat
sebanyak 1,62 juta ton, meningkat 8,96% dibandingkan triwulan sebelumnya.6
Sedangkan jumlah arus peti kemas berdasarkan perdagangan di Pelabuhan
Tungkal dan Pelabuhan Talang Dukuh sebesar 12.192 peti kemas, turun 15,35%
dibandingkan triwulan sebelumnya.7
Grafik 1.31. Perkembangan Total Arus Peti Kemas Grafik 1.32. Perkembangan Total Arus Barang
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
persen(%)
Sumber: Pelindo Jambi
ribu unit
Jumlah Total Arus Barang Pertumbuhan
Grafik 1.31
-100
-50
0
50
100
150
200
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
persen(%)
Sumber: Pelindo Jambi
ribu unit
Jumlah Arus Peti Kemas Pertumbuhan
Grafik 1.32
Perkembangan sub sektor telekomunikasi tercermin dari jasa pos dan
telekomunikasi serta jasa penunjang komunikasi masing-masing yang mengalami
pertumbuhan sebesar 2,18% (q-t-q) dan 1,79% (q-t-q), melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar 2,32% (q-t-q) dan 2,07% (q-t-q).
6 Total arus barang yang dimaksud terdiri dari impor, ekspor, bongkar dan muat.. 7 Arus Peti kemas diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: 20”, 40” serta diatas 40”. Arus barang berdasarkan perdagangan yaitu impor, ekspor, bongkar dan muat.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
21
Sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan tumbuh sebesar
0,75% (q-t-q) pada triwulan laporan atau melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 2,93% (q-t-q). Pelambatan tersebut terutama disebabkan
oleh melambatnya pertumbuhan sub sektor bank yang memiliki pangsa cukup
besar pada sektor keuangan, persewaan dan jasa-jasa. Sub sektor bank tumbuh
melambat sebesar 0,81% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mampu mencapai 4,54% (q-t-q).
Sektor jasa-jasa pada triwulan laporan mengalami perlambatan dengan
tumbuh 0,73% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
mencapai 2,28% (q-t-q). Pelambatan ini dipicu oleh melambatnya semua sub
sektor jasa-jasa. Setelah akselerasi realisasi pembangunan di akhir tahun lalu yang
dilakukan oleh pemerintah, jasa pemerintahan umum kini mengalami
perlambatan dengan tumbuh 0,83% (q-t-q) dari triwulan lalu yang tumbuh
0,73% (q-t-q).
C. PDRB Sisi Pengeluaran
Ditinjau dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada
triwulan laporan terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga
dan nirlaba. Perdagangan antar daerah dan luar negeri provinsi Jambi yang
tercermin dari angka ekspor dan impor mengalami penurunan. Sementara itu
lebih tingginya nilai impor (dari luar daerah dan luar negeri) dari pada ekspor (ke
luar daerah dan luar negeri) menyebabkan Provinsi Jambi mengalami net impor
pada triwulan laporan.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
22
Grafik 1.33. Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 8
0.67
0.99
0.01
0.76
0.02
(1.12)
0.34
-0.26
0.10
-0.81
-0.08
1.55
-2.00 -1.50 -1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Lembaga Swasta Nirlaba
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
Perubahan Stok
Net Ekspor/Impor
Trw I-10 Trw IV-09
Dari sisi distribusinya (share), konsumsi rumah tangga masih mempunyai
pangsa yang paling besar, yaitu mencapai 69,95% dari PDRB Jambi pada triwulan
I-2010 (lihat grafik 1.34). Selain itu, pengeluaran konsumsi pemerintah dan
PMTDB juga memiliki pangsa yang relatif besar dengan masing-masing
sebesar 18,26% dan 16,75%. Sedangkan share perubahan stok sebesar 2,57%
dan lembaga swasta nirlaba sebesar 0,65%.
Grafik 1.34. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan I tahun 20109
Pengeluaran konsumsi rumah
tangga63.95%
Pengeluaran Konsumsi
pemerintah 18.26%
Lembaga Swasta Nirlaba0.65%
Pembentukan Modal Tetap
Domestik Bruto16.75%
Perubahan Stok2,57%
Net Impor2.18%
8 Yang dimaksud kontribusi ’net ekspor’ adalah nilai kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan dikurangkan dengan nilai kontribusi impor terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Jika bernilai positif disebut net ekspor, sedangkan jika bernilai negatif disebut net impor. 9 Pangsa (share) net impor sebesar 9,67% merupakan pengurang dari total share PDRB sisi pengeluaran.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
23
1. Pengeluaran Konsumsi
Pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga
konstan selama triwulan laporan sebesar 0,47% (q-t-q), melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,93% (q-t-q). Masih tumbuhnya konsumsi
masyarakat terlihat dari masih meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga
sebesar 1,15%. Hal ini didukung juga dengan meningkatnya indeks keyakinan
konsumen (IKK), indeks kondisi ekonomi (IKE) dan indeks ekspektasi konsumen
(IEK) dibandingkan triwulan sebelumnya.
Grafik 1.35. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Grafik 1.36. Konsumsi Listrik Rumah Tangga
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2009
Indeks
Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen
Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 1.35
(0.55)1.75
7.87 6.51
(2.87)
6.73
0.64
8.29
(1.94)
4.98 4.25
0.40 1.15
-4.0
-2.0
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
Persen (%)
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)
KWH (dalam Ribuan)
Rumah Tangga Pertumbuhan RT
Grafik 1.36
Namun demikian, pelambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga
pada triwulan laporan masih ditopang oleh meningkatnya daya beli masyarakat
terhadap pembelian kendaraan bermotor. Penjualan kendaraan bermotor pada
triwulan laporan meningkat sebesar 8,18% yang didorong oleh meningkatnya
penjualan penjualan sedan, jeep dan minibus (118,52%), minibus/combi/micro
sebesar 20,59%, penjualan truck/pick up (9,52%), serta penjualan sepeda motor
(7,83%). Hal ini mencerminkan bahwa konsumsi masyarakat terhadap kendaraan
bermotor terus membaik setelah sempat mengalami penurunan pertumbuhan
semenjak semenjak triwulan III-2008 sampai dengan triwulan I-2009.
Pada periode triwulan laporan, pengeluaran konsumsi pemerintah
mengalami penurunan sebesar 1,32% (q-t-q), dari triwulan sebelumnya yang
mampu tumbuh mencapai 5,13% (q-t-q). Pada triwulan laporan, belanja
pemerintah belum terealisasi secara optimal dimana realisasi belanja baru yang
bersifat administratif. Sementara, pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba tumbuh
mencapai 16,98% (q-t-q), jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
24
sebesar 1,95% (q-t-q). Masa akhir tahun perusahaan swasta yang berakhir di
bulan Februari-April memicu tingginya pengeluaran swasta di triwulan laporan.
Grafik 1.37. Perkembangan Penjualan Premium Grafik 1.38. Perkembangan Penjualan Solar
Grafik 1.39. Perkembangan Penjualan Minyak Tanah Grafik 1.40. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi
Grafik 1.41. Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Grafik 1.42. Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru
(10.0)
(5.0)
-
5.0
10.0
15.0
20.0
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010
(%)
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang
Kilo Liter
Premium g.Premium
Grafik 1.37.
(30.0)
(20.0)
(10.0)
-
10.0
20.0
30.0
40.0
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010
(%)
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang
Kilo Liter
M. Solar g.M. Solar
Grafik 1.38.
(20.0)
(15.0)
(10.0)
(5.0)
-
5.0
10.0
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010
(%)
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang
Kilo Liter
M.Tanah g.M.Tanah
Grafik 1.39.
7.03
1.873.803.60
3.33
12.6811.96
5.24
8.38
10.9811.71
2.43
5.48
9.01
1.77
-0.420
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
4,000,000
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
TW I TW II TW III TW IV
TW I TW II TW III TW IV
TW I TW II TW III TW IV
TW I TW II TW III TW IV
2006 2007 2008 2009
Kredit Konsumsi (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan Kredit Konsumsi (%),aksis kiri Grafik 1.40.
(14.21)
21.56 26.81
9.78
23.64
1.61 (1.58)
(32.52)
(33.43)
8.22
43.83
3.99 8.18
(50)(40)(30)(20)(10)-10 20 30 40 50
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
Persen(%)
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
unitKENDARAAN BERMOTOR Pertumbuhan
Grafik 1.41.
(15.19)
21.26 26.81
10.01
23.49
1.05 (1.04)
(32.73)(34.04)
9.33
44.35
4.06
7.83
(50)
(40)
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
Persen(%)
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
unitSEPEDA MOTOR Pertumbuhan
Grafik 1.42.
2. Investasi
Pada triwulan laporan, pembentukan modal tetap domestik bruto
(PMTDB) mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) menurun sebesar 4,97% (q-
t-q) setelah pada triwulan lalu tumbuh sebesar 4,82% (q-t-q). Tren akselerasi
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
25
investasi yang meningkat di akhir tahun kini menunjukkan penurunan di awal
tahun ini.
Grafik 1.43. Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru Grafik 1.44. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi
Grafik 1.45. Konsumsi Semen Provinsi Jambi
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
Persen(%)
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
unit
TRUCK/PICK UP Pertumbuhan
Grafik 1.43.
3.261.60
14.28
16.65
16.18
11.78
10.28
1.21-0.11
4.85
9.65
5.92
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1,800,000
2,000,000
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV
2007 2008 2009
Kredit Investasi (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan Kredit Investasi (%),aksis kiri
Grafik 1.44.
(60.0)
(40.0)
(20.0)
-
20.0
40.0
60.0
80.0
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2008 2009 2010
(%)
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah
Ton
Konsumsi Semen
Pertumbuhan
Grafik 1.45.
Sementara itu, dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) terlihat
situasi bisnis masih cukup baik pada triwulan laporan, tercermin dari nilai saldo
bersih situasi bisnis dunia usaha sebesar 18,75. Masih relatif baiknya situasi bisnis
dunia usaha juga berdampak pada masih tumbuhnya kredit investasi sebesar
5,92% atau sebesar Rp98,94 miliar pada triwulan laporan. Hal ini juga tercermin
dari prompt indikator investasi yaitu meningkatnya penjualan kendaraan
truck/pick up sebesar 1,76% serta meningkatnya konsumsi semen sebesar
30,86% pada triwulan laporan.
Perubahan stok pada triwulan I-2010 mengalami penurunan sebesar
2,66% (q-t-q) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,74% (q-t-q).
Sementara, pangsa stok pada triwulan laporan sebesar 2,57%.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
26
3. Perdagangan Eksternal10
Perkembangan ekspor dan impor Provinsi Jambi (ke/dari luar daerah
maupun ke/dari luar negeri) mengalami penurunan. Ekspor provinsi Jambi barang
(dari luar provinsi maupun luar negeri) turun 10,12% (q-t-q) dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,18% (q-t-q). Sementara impor barang (dari
luar provinsi maupun luar negeri) mengalami penurunan mencapai 10,56% jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,83% (q-t-q). Pada
triwulan laporan, impor Provinsi Jambi mencapai Rp5,51 triliun, lebih tinggi
dibandingkan ekspor yang hanya mencapai Rp5,3 triliun
3.1. Ekspor Impor Antar Daerah
Dilihat karakteristiknya, ketergantungan Provinsi Jambi dari daerah
(provinsi lain) cukuplah besar. Hal ini dapat dilihat dari pangsa impor yang relatif
lebih besar dibandingkan ekspor. Sekitar 95,45% impor Provinsi Jambi berasal
dari daerah lain, hanya sekitar 4,55% yang berasal dari luar negeri. Sejalan
dengan hal tersebut, perkembangan ekspor juga didominasi oleh ekspor ke luar
daerah (provinsi lain) yang mencapai 62,54% dari total ekspor Provinsi Jambi.
Penurunan ekspor dan impor pada triwulan laporan terutama dipicu dari
turunnya ekspor dan impor ke/dari luar daerah (provinsi lain). Ekspor Provinsi
Jambi ke luar daerah (provinsi lain) menurun sebesar 12,31% (q-t-q) sementara
impor Provinsi Jambi dari daerah (provinsi) lain turun 10,20% (q-t-q).
Grafik 1.46. Pangsa Ekspor Provinsi Jambi triwulan I-2010 Grafik 1.47. Pangsa Impor Provinsi Jambi triwulan I-2010
Ekspor Luar
Negeri26.45%
Ekspor Antar
Daerah73.55%
Grafik 1.46
Impor Luar
Negeri2.33%
Impor Antar
Daerah97.67%
Grafik 1.47
10 Pembahasan dalam perdagangan eksternal dilihat dari ekspor impor Jambi secara keseluruhan yang dirinci menjadi a) ekspor impor antar daerah serta b) ekspor impor luar negeri berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB) dengan sumber data berasal dari DSM, BI.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
27
3.2. Ekspor Impor Luar Negeri
Perkembangan ekspor impor luar negeri Provinsi Jambi masih mengalami
perkembangan yang baik. Berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang
(PEB), ekspor Provinsi Jambi sebesar USD 138,77 juta sedangkan impor sebesar
USD 18,15 juta pada triwulan laporan.11 Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi
mengalami net ekspor sebesar USD 120,61 juta, meningkat sebesar
24,86% dibandingkan posisi yang sama periode triwulan sebelumnya yang
mencapai USD 96,60 juta.12 Ekspor Provinsi Jambi masih didominasi oleh
komoditas karet dan CPO.13 Sementara kelompok peralatan mesin dan transport
masih mendominasi nilai impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan.
Grafik 1.48. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2008 2009 2010
Sumber: DSM, Bank Indonesia
ribu USD
Impor Ekspor Net
11 Data s.d. bulan Februari 2010 (Sumber: Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter, Bank Indonesia). 12 Net ekspor yang dimaksud disini adalah net ekspor bulan dibandingkan net ekspor bulan Januari-Februari 2010 dengan Oktober-November 2009. 13 Klasifikasi barang menurut Standard International Trading Classification (SITC).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
28
Grafik 1.49. Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2008 2009 2010
Total Ekspor Provinsi Jambi (juta USD)
CRUDE MATERIALS, INEDIBLE ANIMAL & VEGETABLE OILS&FATS LAINNYA
Grafik 1.50. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2009 2010
Ribu USD
23 - CRUDE RUBBER 25 - PULP AND WASTE PAPER 42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS 64 - PAPER,PAPERBOARD&MFD THEREOF 32 - COAL, COKE AND BRIQUETTES LAINNYA
Pada triwulan laporan (Januari-Februari 2010), ekspor ke luar negeri
Provinsi Jambi meningkat sebesar 22,55% dibandingkan periode yang sama
triwulan sebelumnya (Oktober-November 2009), yaitu dari USD 100,65 juta
menjadi USD 138,77 juta. Berdasarkan komoditasnya, peningkatan ekspor pada
triwulan laporan dipicu oleh ekspor karet mentah (crude rubber) sebesar USD
100,65 juta (72,53% dari total ekspor Provinsi Jambi). Membaiknya permintaan
karet mentah dan CPO dari negara mitra dagang serta terus meningkatnya harga
internasional karet dan CPO memicu peningkatan nilai ekspor Provinsi Jambi.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
29
Grafik 1.51. Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2009 2010
Ribu USD
C. UNITED STATES OF AMERICA SINGAPORE MALAYSIA C. JAPAN C. R.R.C LAINNYA
Grafik 1.52. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2009 2010C. UNITED STATES OF AMERICA MALAYSIA C. JAPAN C. R.R.C #REF! LAINNYA
Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor tertinggi (Januari-Februari
2010) dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD 100,65
juta atau 72,53% dari total ekspor non migas, sementara nilai ekspor lemak
nabati dan minyak (fixed, vegetable oil and fats), serta kertas, kertas karton dan
olahannya (paper,paperboard&mfd thereof) masing-masing mencapai USD 17,79
juta (12,82% dari total ekspor non migas), dan USD 5,76 juta (4,15% dari total
ekspor non migas).
Ekspor non migas lain yang cukup besar kontribusinya adalah komoditas
buah-buahan dan sayur-sayuran (fruit and vegetables), serta pulp dan kertas (pulp
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
30
and waste paper) yang masing-masing mencapai USD 5,64 juta (4,06%) serta
USD 2,31 juta (1,66%). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat
bahwa ekspor produk primer masih mendominasi terutama komoditas karet
mentah, lemak nabati dan minyak, serta produk buah-buahan dan sayur-sayuran
disusul pulp dan kertas.
Berdasarkan negara tujuan, ekspor Provinsi Jambi sebagian besar ke
negara-negara dikawasan Asia yang hampir setara dengan 60,57% total ekspor
Provinsi Jambi. Penyumbang utama ekspor ke negara Asia adalah Singapura yang
mencapai USD 26,65 juta (19,20%), diikuti dengan Jepang sebesar USD 17,24
juta (12,42%), dan Malaysia sebesar USD 14,25 juta (12,59%). Sementara ekspor
ke negara Amerika Serikat sebesar USD 14,80 juta (13,07%) pada triwulan
laporan.
Dari sisi impor (Januari-Februari 2010), impor non migas mengalami
peningkatan sebesar 9,13% (USD 1,52 juta) jika dibandingkan periode yang sama
triwulan sebelumnya (Oktober-November 2009) sehingga menjadi sebesar USD
18,15 juta. Impor migas luar negeri terbesar adalah untuk mesin industri
tertentu/khusus (Mach.Special for Partic Inds.) sebesar USD 5,95 juta diikuti oleh
mesin dan perlengkapan penghasil daya (power generating machine &
equipment) sebesar USD 4,19 juta (23,08% dari total impor Provinsi Jambi), serta
besi dan baja (iron and steel) sebesar USD 3,25 juta (17,90%). Peningkatan impor
pada triwulan laporan disebabkan oleh meningkatnya sub kelompok mesin
industri tertentu/khusus (Mach.Special for Partic Inds.) sebesar USD 4,27 juta
(meningkat 252,80%).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
31
Grafik 1.53. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2008 2009 2009
Total Impor Provinsi Jambi
MACHINERY & TRANSPORT EQP CHEMICAL LAINNYA
Grafik 1.54. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2009 2010
Ribu USD
71 - POWER GENERATING MACH. & EQP 72 - MACH.SPECIAL FOR PARTIC.INDS 74 - GENERAL INDUSTRIAL MACH.&EQP 59 - CHEM.MATERIALS& PRODUCTS,NES LAINNYA
Pangsa impor Provinsi Jambi pada periode triwulan laporan masih
didominasi oleh kelompok peralatan mesin dan transport (machinery&transport
equipment) yang menguasai 59,76% dari nilai impor. Selain itu, kelompok
barang-barang manufaktur juga memberikan kontribusi impor sebesar 24,40%
dari total impor Provinsi Jambi dengan komoditas utamanya adalah besi dan baja
serta benang tenun, kain tekstil dan hasil-hasilnya masing-masing sebesar USD
3,25 juta dan USD 709,29 ribu.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
32
Grafik 1.55. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2009 2010
Ribu USD
C. CANADA SINGAPORE MALAYSIA C. HONGKONG C. TAIWAN C. R.R.C
Grafik 1.56. Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2009 2010LAINNYA C. R.R.C C. TAIWAN C. HONGKONG
MALAYSIA SINGAPORE C. CANADA
Berdasarkan negara penjual, impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan
terutama berasal dari Hongkong sebesar USD 10,08 juta (55,53%), diikuti
dengan Singapura sebesar USD 4,76 juta (26,24%) dari total impor pada triwulan
laporan (s.d. bulan Februari) sebesar USD 18,15 juta.
i
Boks 1.
Analisis Efektivitas APBD dalam Upaya Mempercepat Pembangunan Daerah:
Simulasi Menggunakan Tabel Input-Output (IO)
Setelah kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal diimplementasikan
pada tahun 2001, pelaksanaan pembangunan di daerah memiliki peran yang semakin
penting dan bahkan menjadi ujung tombak bagi keberhasilan pembangunan nasional.
Perluasan kewenangan daerah dalam merencanakan dan mengalokasikan dana untuk
membiayai berbagai kegiatan, memberikan peluang yang lebih besar bagi setiap
daerah untuk melaksanakan aktivitas pembangunan sesuai dengan potensi yang
dimilikinya dan mememilih sektor-sektor ekonomi secara lebih selektif sebagai sektor
unggulan dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang
optimal berbasis potensi sumber daya lokal pada berbagai daerah, secara simultan
pada gilirannya akan menghasikan pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara agregat
di tingkat nasional.
Provinsi Jambi termasuk daerah yang masih berada dalam tahap awal proses
pembangunan sehingga pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal
merupakan momentum untuk menata fondasi ekonomi melalui pemanfaatan potensi
sumberdaya yang dimiliki secara lebih tepat dan berkelanjutan dalam jangka panjang.
Pengalaman menunjukkan pengelolaan sumberdaya kehutanan dan pertambangan
migas yang dilakukan secara sentralistik ternyata tidak memberikan manfaat yang
optimal bagi masyarakat Provinsi Jambi. Selama periode 1993-2000 perekonomian
daerah ini hanya tumbuh pada tingkat 1,67% per tahun, lebih rendah dari rata-rata
laju pertumbuhan ekonomi Pulau Sumatera sebesar 2,54% (BPS, 1997 dan 2001).
Setelah hampir sepuluh tahun perluasan otonomi daerah, percepatan aktivitas
perekonomian Provinsi Jambi ternyata belum dapat diwujudkan, padahal potensi
sumber daya yang dimilikinya masih cukup besar. Pasca booming industri perkayuan,
perekonomian daerah ini sesungguhnya telah mulai menggeliat dengan laju
pertumbuhan mencapai 5,59% per tahun pada periode 2000-2007, menempati
urutan tertinggi ketiga di Sumatera setelah Provinsi Riau dan Kepulauan Riau (BPS,
2009). Pada tahun 2008 dan 2009 laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi
mencapai 7,16% dan 6,37%, lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi nasional,
namun capaian laju pertumbuhan tersebut ternyata belum berhasil mengejar
ketertingalannya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara signifikan.
Tingkat PDRB per kapita Provinsi Jambi masih tergolong sangat rendah hanya sebesar
ii
Rp 5.486.040,35 pada tahun 2008 berada pada urutan terendah ketiga di Pulau
Sumatera setelah Provinsi Bengkulu dan Lampung.
Sumber utama pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi masih berasal dari sektor
primer. Secara rata-rata, selama periode 2001-2008 kontribusi sektor pertanian
terhadap PDRB mencapai lebih dari 30% dengan sumbangan terbesar berasal dari sub
sektor perkebunan 13,07%. Peningkatan aktivitas ekplorasi pertambangan migas dan
nonmigas dalam beberapa tahun terakhir meningkatkan kontribusinya mencapai
12,78% pada periode yang sama. Pertumbuhan sektor ini bahkan mencapai angka
tertinggi sebesar 14,70% pada tahun 2008 menempati urutan kedua setelah sektor
keuangan. Sub sektor perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit cenderung
padat lahan, sementara sektor pertambangan bersifat enclave sehingga peningkatan
nilai tambah kedua aktivitas ekonomi ini tidak menyentuh sebagian besar kehidupan
masyarakat. Sub sektor tanaman bahan makanan, peternakan dan perikanan yang
potensinya sangat besar dan melibatkan lebih banyak tenaga kerja mulai dari aktivitas
budi daya hingga pemasarannya, pemanfaatannya justeru belum diupayakan secara
lebih optimal (underutilization).
Kondisi Infrastruktur Transportasi
Optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya alam di Provinsi Jambi
terkendala oleh berbagai faktor, diantaranya adalah keterbatasan infrastruktur
pendukung khususnya transportasi. Ketersediaan infrastruktur transportasi seperti
jaringan jalan menuju sentra produksi berbagai komoditas unggulan daerah masih
sangat terbatas dan kualitasnya pun sangat kurang memadai. Sebagian wilayah sentra
produksi tanaman bahan makanan dan perkebunan seperti Jangkat di Kabupaten
Merangin dan Renah Pemetik di Kabupaten Kerinci masih terisolasi dengan kondisi
infrastruktur jalan yang sangat tidak layak. Pada musim kemarau ruas jalan di kedua
wilayah tersebut terputus dan tidak dapat dilalui sama sekali sehingga berbagai produk
yang dihasilkan petani tidak memiliki nilai ekonomi.
Panjang keseluruhan ruas jalan kabupaten, provinsi dan nasional di Provinsi
Jambi pada tahun 2007 mencapai 2.387,08 km. Jenis permukaan jalan beraspal
kurang setengah dari total panjang jalan, selebihnya masih berupa jalan berpermukaan
kerikil dan tanah. Ruas jalan berpermukaan aspal sebagian besar merupakan jalan
nasional dan provinsi, sedangkan ruas jalan yang berpermukaan kerikil dan tanah
merupakan jalan kabupaten. Jalan kabupaten berhubungan langsung dengan wilayah-
iii
wilayah sentra produksi berbagai jenis
produk terutama produk-produk
pertanian sehingga kualitasnya yang
kurang memadai berdampak
langsung terhadap inefisiensi biaya
transportasi berbagai input yang
diperlukan dan pengangkutan output
ke lokasi pasar. Bila dicermati per
kabupaten, masih terdapat wilayah
yang memiliki jalan berpermukaan
aspal kurang dari 20% yaitu
Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Pada kabupaten ini proporsi jalan
berpermukaan tanah lebih separoh
dari total panjang jalan. Kabupaten yang memiliki jalan beraspal di atas 50% hanya
Kerinci dan Batanghari (Tabel 1).
Ketidakmemadaian
kualitas infrastruktur jalan dalam
lingkungan wilayah Provinsi
Jambi juga ditunjukkan oleh
kondisinya yang sebagian besar
berada dalam keadaan rusak dan
rusak berat. Secara rata-rata
proporsi jalan yang berada dalam
kondisi rusak dan rusak berat
mencapai hambir separoh dari
total ruas jalan yang ada. Ruas
jalan yang benar-benar berada
dalam kondisi baik sesuai dengan yang dipersyaratkan bagi kelayakan berlalu lintas
hanya sekitar seperempat bagian, sementara kondisi jalan dalam keadaan sedang
hampir mencapai 30%. Seiring dengan kualitas permukaannya, kondisi jalan yang
berada dalam keadaan baik proporsinya relatif sangat kecil di Kabupaten Tanjung
Jabung Timur. Kabupaten ini bersama kabupaten Kerinci termasuk daerah terisolasi
yang tidak dilalui oleh jaringan jalan Negara. Proporsi paling rendah kondisi jalan
Tabel 1. Jenis permukaan jalan dirinci menurut
kabupaten di Provinsi Jambi, Tahun 2007 (%) Jenis Permukaan Kabupaten
Aspal Kerikil Tanah Kerinci 74,22 8,01 17,77 Merangin 48,97 35,95 15,08 Sarolangun 26,81 40,94 32,24 Tebo 38,29 22,54 39,16 Bungo 41,66 22,17 36,17 Batang Hari 54,78 45,22 - Muaro Jambi 42,70 14,82 42,48 Tanjung Jabung Barat
29,08 30,54 40,38
Tanjung Jabung Timur
17,02 20,96 62,02
Rata-rata 41,29 26,75 31,96 Sumber: Jambi dalam angka 2007 (BPS,
2008)
Tabel 2. Kondisi Jalan dirinci per Kabupaten di Provinsi
Jambi, Tahun 2007 (%) Kabupaten Baik Sedang Rusak Rsk.Berat
Kerinci 27,30 46,20 11,69 14,82 Merangin 32,08 26,26 29,24 12,42 Sarolangun 22,53 36,99 16,44 24,05 Tebo 36,72 20,72 14,07 28,49 Bungo 38,98 9,32 21,55 30,15 Batang Hari - - - - Muaro Jambi 26,64 19,07 41,23 13,06 Tanjung Jabung Barat
15,46 35,24 31,71 17,59
Tanjung Jabung Timur
17,37 38,26 36,12 8,25
Rata-rata 26,30 29,67 25,62 18,41 Sumber: Jambi dalam angka 2007 (BPS, 2008)
iv
dalam keadaan baik ditemukan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang sebagian
wilayahnya dilalui jalan lintas timur Sumatera. Seluruh jalan Negara yang melalui
daerah ini telah beraspal dan barada dalam kondisi baik dan sedang. Ini berarti kondisi
jalan dalam kondisi rusak dan rusak berat di kabupaten ini mencerminkan kondisi
infrastruktur jalan kabupaten dan jalan provinsi.
Investasi Infrastruktur Transportasi
Infrastruktur transportasi khususnya jalan, merupakan urat nadi perekonomian
yang intensitas pemakaiannya sangat tinggi sehingga tingkat penyusutannya juga
tinggi. Konsekuensinya peningkatan investasi pada infrastruktur ini mencakup dua
komponen yaitu pengalokasian dana untuk peningkatan penyediaannya dan
pembiayaan pemiliharaan infrastruktur jalan yang telah ada. Kegiatan investasi dalam
kedua komponen tersebut memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang
terhadap aktivitas perekonomian suatu daerah. Investasi infrastruktur memiliki efek
penggandaan (multiplier effect) terhadap pengeluaran agregat regional dalam jangka
pendek, sementara akumulasi stok kapital infrastruktur yang ditimbulkannya,
meningkatkan kapasitas produksi yang akan mendorong peningkatan output,
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi daerah dalam jangka panjang.
Besarnya dampak yang ditimbulkan investasi infrastruktur terhadap
perekonomian masih menjadi perdebatan dikalangan peneliti. Munnell (1992) telah
merangkum berbagai studi yang telah dilakukan selama periode 1973-1992 pada
berbagai tingkatan perekonomian. Pada tingkat perekonomian nasional, studi Holz-
Eakin (1988), Aschauer (1989) dan Munnell (1990) telah menemukan bahwa dampak
kapital publik agregat terhadap output dan produktivitas sektor swasta di Amerika
Serikat sangat besar. Pada tingkat perekonomian negara (state) studi mengenai peran
kapital sektor publik terhadap produktivitas telah dilakukan oleh Martin (1987),
Munnel (1990), dan Eisner (1991) untuk Amerika Serikat serta Mera (1973) untuk
perekonomian wilayah di Jepang yang menemukan koefisien elastisitas output
terhadap kapital sektor publik sebesar 0,20, 0.15, 0.17 dan 0.20. Munnell juga
menemukan adanya hubungan kausalitas antara investasi publik dan investasi swasta.
Kapital sektor publik mempunyai dampak positif terhadap pertumbuhan output,
investasi, dan kesempatan kerja sehingga ketersediaannya berperan sebagai stimulus
bagi investasi swasta.
Berbeda dengan studi-studi di atas, hasil penelitian Duffi-Deno dan Eberts
(1989), Eberts (1986 dan 1990) dan Morrizon dan Schwartz (1996) menunjukkan
v
bahwa kapital infrastruktur justeru mempunyai produk marginal yang lebih rendah
dibanding kapital swasta. Senada dengan temuan ini, studi Baffes dan Shah (1998)
dan Wangs (2002) juga menunjukkan peran yang relatif lebih kecil dari stok kapital
infrastruktur bila dibandingkan dengan peran yang dimiliki stok kapital hasil akumulasi
investasi swasta.
Penilaian dampak infrastruktur terhadap kinerja perekonomian selanjutnya
berkembang lebih jauh seperti yang dilakukan Burman dan Rietveld (1999) yang
memfokuskan studinya pada infrastruktur transportasi dan dampaknya terhadap lokasi
industri di Thailand. Chandra dan Thompson (2000) memfokuskan studinya pada
infrastruktur jalan raya antar negara di perdesaan dan melihat efeknya terhadap
aktivitas ekonomi di Amerika Serikat, sementara Hulten at al (2003) secara lebih
spesifik melakukan studi dampak infrastruktur jalan raya dan listrik terhadap industri
manufaktur di berbagai daerah di India. Studi Chandra dan Thompson menunjukkan
bahwa investasi infrastruktur jalan raya hanya dapat mendorong peningkatan aktivitas
ekonomi pada negara-negara bagaian yang dilalui secara langsung, tetapi negara
bagian yang areal yang lokasinya lebih jauh dari jalan raya terutama daerah-daerah
non metropolitan, aktivitas ekonominya ternyata tidak banyak mengalami perubahan.
Investasi infrastruktur dapat dilakukan oleh pemerintah atau pihak swasta,
namun pada tahap awal proses pembangunan investasi infrastruktur lebih banyak
berperan sebagai promoting sector bagi tumbuh dan berkembangnya aktivitas sektor
ekonomi lainnya, dibanding perannya sebagai servicing sector yang menyediakan jasa
transportasi bagi kegiatan bisnis dan rumah tangga. Konsekuensinya pemerintah harus
berperan aktif menyediakan infrastruktur transportasi pada perekonomain yang
sedang memulai proses pembangunan melalui alokasi anggaran baik pemerintah pusat
maupun daerah. Provinsi Jambi tergolong sebagai daerah yang sedang memulai
proses pembangunan sehingga membutuhkan penyediaan infrastruktur dalam jumlah
yang mencukupi dan kualitas lebih baik. Implikasinya diperlukan pengalokasian dana
APBD yang lebih besar untuk meningkatkan penyediaan dan pemiliharaan infrastruktur
transportasi baik ditingkat pemerintah kabupaten maupun Provinsi. Pada tingkat
pemerintah Provinsi Jambi, pengalokasian dana untuk infrastruktur masih relatif kecil
dan kenaikannya cenderung menurun (Tabel 3).
Nilai nominal alokasi APBD untuk belanja modal sebagai pencerminan dari
efektivitas anggaran belanja daerah meningkat pada periode 2004-2008, namun turun
drastis pada tahun 2009. Bila diamati lebih jauh, tingkat kenaikannya cenderung
vi
melambat hingga mengalami kontraksi pada tahun 2009. Seiring dengan peningkatan
belanja modal, nilai nominal pengalokasiannya untuk belanja infrastruktur transportasi
jalan juga mengalami
peningkatan. Pola
peningkatan- nya searah
dengan total belanja modal
yang melambat hingga
tahun 2007 dan mencatat
angka negativ pada tahun
2009 setelah mengalami
peningkatan kembali pada
tahun 2008. Pada tahun
2010, alokasi APBD untuk
belanja infrastruktur kembali
menurun sekitar 19%
dibanding tahun sebelumnya. Fakta ini memperlihatkan bahwa efektivitas
pengalokasian dana APBD cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir.
Penurunan proporsi belanja modal disebabkan meningkatnya proporsi belanja tidak
langsung yang bersifat non produktiv dan belanja langsung non modal lainnya.
Pada tingkat pemerintah kabupaten, pengalokasian dana APBD untuk
penyediaan infrastruktur fisik semakin sulit diharapkan. Sebagian besar dana APBD
tersedot untuk belanja tidak langsung terutama belanja pegawai dan belanja barang
serta belanja untuk meningkatkan pelayanan jasa publik berskala lokal seperti
pendidikan dan kesehatan. Potensi penerimaan pemerintah kabupaten dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD) relatif sangat kecil karena pajak-pajak kabupaten
berbasis sempit, sementara itu jumlah dana perimbangan yang diterima pemerintah
kabupaten berupa Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan bagi
hasil pajak dan non pajak kurang berimbang dengan tugas administrativ yang harus
diselenggarakan. Akibatnya hanya sebagaian kecil dana APBD yang dapat disisihkan
untuk belanja modal khususnya infrastruktur transportasi.
Penurunan belanja infrastruktur di satu sisi dan memburuknya kondisi
infrastruktur transportasi di sisi lainnya menyebabkan Provinsi Jambi terjebak pada
krisis infrastruktur dan sangat berpotensi menmbulkan stagnasi aktivitas ekonomi
dalam jangka panjang. Peningkatan alokasi dana APBD provinsi dan kabupaten untuk
Tabel 3. Perkembangan alokasi belanja infrastruktur
transportasi jalan/jembatan dan total belanja modal pada realisasi APBD Provinsi Jambi, Tahun 2004-2009.
Tahun
Belanja Modal
(Juta Rp)
Pertbhn. (%)
Belanja Jalan dan
Jembatan (Juta Rp)
Pertb. (%) Rasio
(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(4:2)
2004 105080,49 - 41492,00 - 39,49
2005 208417,93 98,34 111047,14 167,64 53,28
2006 333832,01 60,17 214404,84 93,08 64,23
2007 422441,97 26,54 195200,47 -8,96 46,21
2008 560254,72 32,62 285873,62 46,45 51,03
2009 445681,36 -20,45 282023,89 -1,35 63,28 Sumber: Laporan realisasi penjabaran anggaran
pendapatan dan belanja daerah, berbagai tahun penerbitan (Biro Keuangan Provinsi Jambi)
vii
mengkompensir penurunan kondisi infrastruktur transportasi yang ada dan
peningkatan penyediaannya untuk mengakomodir perkembangan berbagai aktivitas
ekonomi menjadi mutlak dilakukan dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan investasi infrastruktur transportasi
terhadap aktivitas ekonomi hanya akan menghasilkan dampak ekonomi yang lebih
besar bila didasari oleh pemilihan secara lebih tepat lokasi yang akan dilalui jaringan
infrastruktur transportasi sesuai dengan potensi yang dimiliki setiap wilayah dan
komoditas unggulan yang akan dikembangkan.
Secara teoritis, kontribusi marginal yang dihasilkan dari penyediaan
infrastruktur lebih kecil untuk daerah yang tingkat produktivitasnya lebih tinggi bila
dibandingkan dengan daerah yang tingkat produktivitasnya lebih rendah. Ini berarti
penyediaan infrastruktur transportasi yang melalui berbagai daerah potensial yang
tertinggal dan terisolasi akan menghasilkan tingkat pengembalian investasi (return of
public invesment) yang lebih tinggi (Takahasi, 1998). Hal tersebut terutama dapat
dicapai apabila mobilisasi sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur tidak
menimbulkan kelangkaan sumberdaya di sektor swasta yang memiliki produktivitas
tinggi (Kondo, 2004).
Sebagai daerah potensial yang memiliki berbagai keunggulan dari sisi letak
goegrafis, peningkatan alokasi dana untuk belanja infrastruktur diperkirakan akan
dapat menstimulasi peningkatan investasi swasta baik berskala lokal dan nasional
maupun internasional. Salah satu keunggulan spesifik Provinsi Jambi adalah letak
lokasinya yang berdekatan dan berhadapan langsung dengan pusat pertumbuhan
ekonomi dunia yaitu kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara. Penyediaan infrasruktur
transportasi secara lebih memadai akan dapat merangsang limpahan investasi dari
kawasan tersebut ke wilayah sekitarnya termasuk Provinsi Jambi. Terkait dengan hal
tersebut pengalokasian dana untuk pembangunan jaringan infrastruktur juga harus
didasari atas pertimbangan orientasi pengembangan ekonomi sektoral yaitu pilihan
antara aktivitas budidaya di bagian hulu atau industri pengolahannya di bagian hilir.
Dampak Investasi Infrastruktur Terhadap Output Sektoral
Infrastruktur berperan sebagai fasilitas pendukung bagi berbagai aktivitas
ekonomi. Peningkatan alokasi dana untuk penyediaannya, hanya akan menghasilkan
mafaat yang optimal jika diikuti oleh peningkatan investasi oleh pihak swasta pada
berbagai aktivitas ekonomi. Untuk melihat besarnya dampak peningkatan investasi
infrastruktur terhadap perubahan output sektoral telah dilakukan simulasi
viii
menggunakan pendekatan model Input-Output. Simulasi diformulasikan dalam dua
skenario yaitu: (1) peningkatan investasi infrastruktur jalan yang diikuti oleh
peningkatan investasi swasta di bagian hulu dan (2) peningkatan investasi infrastruktur
jalan yang diikuti oleh peningkatan investasi swasta pada industri pengolahan di
bagain hilir.
Besaran pengguncang (shock) peningkatan investsi infrastruktur didekati dari
alokasi dana untuk belanja modal yang mencapai Rp326.005,4 milyar dan belanja
infrastruktur jalan sebesar Rp169.603,6 milyar per tahun selama periode 2004-2008.
Apabila belanja infrastruktur transportasi yang dilakukan pemerintah kabupaten ikut
diperhitungkan jumlahnya akan lebih besar. Pada Table I-O Provinsi Jambi, tidak
seluruh lajur pembentukan modal tetap domestik bruto atau investasi terisi sementara
data total investasi pada berbagai sektor ekonomi dibagian hulu dan hilir juga tidak
tersedia dengan lengkap.
Oleh sebab itu, peningkatan
investasi pada berbagai
sektor lainnya ditetapkan
secara arbitrer dengan
peningkatan investasi pada
sektor unggulan di bagian
hulu dan hilir ditetapkan
lebih besar dari sektor-sektor
non unggulan. Berdasarkan
pertimbangan tersebut
besarnya nilai guncangan
peningkatan investasi pada
ketiga kelompok skenario
simulasi yang telah disusun
ditunjukkan pada tabel 4.
Hasil simulasi pada
skenario pertama
memperlihatkan bahwa
peningkatan investasi pada
infrastruktur transportasi
yang disertai dengan peningkatan investasi pada aktivitas budi daya dibagian hulu
menghasilkan peningkatan output yang lebih tinggi pada aktivitas budi daya.
Tabel 4. Besaran nilai Pengguncang (Shock) pada Skenario Simulasi Peningkatan Investasi
Infrastruktur
Skenari Simulasi Nilai
Investasi (Milyar Rp)
1. Peningkatan investasi infrastruktur dan aktivitas budi daya di bagian hulu: a. Infrastruktur jalan b. Infrastruktur transportasi lainnya c. Komoditas karet d. Komoditas kelapa sawit e. Komoditas kentang f. Komoditas-komoditas non
unggulan
300 250 25 25 25 10
2. Peningkatan investasi infrastruktur dan aktivitas budi daya di bagian hulu: a. Infrastruktur jalan b. Infrastruktur transportasi lainnya c. Industri pengolahan karet d. Industri pengolahan kelapa sawit e. Industri makanan dan minuman f. Industri lainnya (kayu, kertas dan
lainnya)
300 250 25 25 25
10
ix
Peningkatan output tertinggi ditemukan pada komoditas perkebunan pinang diikuti
oleh kentang, kelapa dalam, perkebunan lainnya, jagung, tanaman bahan makanan
lainnya, kopi dan kelapa sawit, kehutanan, padi, karet dan komoditas lainnya.
Peningkatan output pada kelompok industri pengolahan justeru mencatat angka
tertinggi pada industri lainnya, sementara peningkatan output pada industri
pengolahan karet, bahan makanan dan kelapa sawit relatif sangat rendah (Tabel 5 dan
grafik 1).
Pada skenario simulasi 2, peningkatan investasi infrastruktur transportasi disertai
oleh peningkatan investasi pada industri pengolahan di bagian hilir menghasilkan
peningkatan output yang lebih tinggi pada aktivitas industri di bagian hilir dari pada
peningkatan output aktivitas budi daya dibagian hulu. Akan tetapi kenaikan output
industri pengolahan karet, kelapa sawit dan bahan makanan sebagai komoditas
unggulan Provinsi Jambi ternyata tetap lebih rendah dari kenaikan output industri
lainnya dan industri kertas dan barang dari kertas.
Tabel 5. Hasil Simulasi Dampak Peningkatan Investasi Infrastruktur
terhadap Peningkatan Output Sektoral dan PDRB di Provinsi Jambi (%) No. Komoditas Sim 1 Sim 2 No. Komoditas Sim 1 Sim 2
1 Padi 1,556 0,628 17 Pertambangan dan Penggalian 0,167 0,151
2 Jagung 6,397 0,446 18 Ind. Minyak Kelapa Sawit 0,005 1,186
3 Kentang 11,394 0,06 19 Ind. Makanan & Minuman Lain 0,155 0,747
4 Sayuran 1,454 0,008 20 Ind. Perkayuan 0,127 0,485
5 Buahan 1,244 0,012 21 Ind. Brg dr Karet & Plastik 0,420 1,237
6 Tan. Bhn. Mkn. Lainnya 3,914 0,352 22
Ind. Kertas & Brg dr Krts 1,112 4,391
7 karet 1,519 0,425 23 Ind. Barang Lainnya 5,462 4,978
8 kelapa sawit 2,177 0,26 24 Listrik dan Air Bersih 0,433 0,432
9 kelapa dalam 9,629 0,371 25 Bangunan 0,126 0,088
10 Pinang 126,029 0 26 Perdagangan 0,664 0,637
11 kopi 2,680 0,072 27 Hotel dan Restoran 0,355 0,342
12 Kayu manis 1,254 0 28 Angkutan Jalan Raya 13,998 13,907
13 Perk.lainnya 6,606 0,174 29 Angkutan Lainnya 10,812 10,765
14 Peternakan 1,420 0,064 30 Komunikasi 1,612 1,555
15 Kehutanan 1,790 0,572 31 Bank, Lbg Keu, Sw & Js Prsh 1,154 1,005
16 Perikanan 1,475 0,058 32 Jasa-jasa dan Lainnya 0,148 0,108
PDRB 1,832 1,611
Hasil simulasi di atas memperlihatkan bahwa peningkatan investasi
infrastruktur cenderung berdampak lebih besar terhadap aktivitas budi daya di bagian
hulu bila dibandingkan dengan dampaknya terhadap aktivitas industri pengolahan di
x
bagian hilir. Lebih jauh ditunjukkan bahwa peningkatan output aktivitas budi daya di
bagian hulu ternyata lebih rendah pada komoditas yang diunggulkan pemerintah
daerah yaitu perkebunan karet dan kelapa sawit. Peningkatan output komoditas
unggulan yang cukup tinggi terjadi pada komoditas tanaman kentang. Pada kelompok
komoditas lainnya peningkatan output tertinggi terjadi pada komoditas tanaman
pinang diikuti oleh kelapa dalam, perkebunan lainnya, jagung dan tanaman bahan
makanan lainnya. Temuan ini memperlihatkan bahwa komoditas yang kurang
diunggulkan pemerintah daerah sesungguhnya memiliki potensi yang cukup besar
untuk dikembangkan melalui pembukaan akses transportasi ke sentra produksi.
Tidak jauh berbeda dengan dampaknya terhadap peningkatan output aktivitas
budidaya dibagian hulu, peningkatan output pada kelompok industri pengolahan
ternyata juga lebih rendah pada komoditas unggulan daerah. Kenaikan output industri
pengolahan kelapa sawit, pengolahan karet dan industri makanan dan minuman
justeru lebih rendah dari peningkatan output yang terjadi pada industri kertas dan
barang dari kertas dan industri barang lainnya.
Peningkatan penyediaan infrastruktur di Provinsi Jambi ternyata berdampak
lebih besar terhadap aktivitas pertanian on farm dari pada aktivitas off farm terutama
industri pengolahan. Temuan ini membuktikan bahwa peningkatan efektivitas APBD
kabupaten melalui peningkatan alokasi dana untuk belanja modal khususnya
transportasi jalan sangat diperlukan untuk mendorong peningkatan aktivitas budidaya
berbagai komoditas di bagian hulu. Bila dilihat dampaknya terhadap peningkatan
PDRB atau pertumbuhan ekonomi, skenario simulasi 1 juga menghasilkan laju
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Peningkatan alokasi dana untuk penyediaan
xi
infrastruktur transportasi yang berhubungan langsung dengan wilayah-wilayah sentra
produksi dengan demikian juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah
yang lebih tinggi daripada peningkatan investasi infrstruktur yang ditujukan untuk
memfasilitasi industri pengolahan.
Lemahnya daya pendorong infrastruktur transportasi dan peningkatan investasi
pada industri pengolahan terhadap peningkatan outputnya erat kaitannya dengan
terbatasnya rantai pengolahan yang terjadi di wilayah Provinsi Jambi. Prosesing bahan
mentah karet dan kelapa sawit masih terbatas pada karet lembaran dan minyak sawit
yang merupakan barang setengah jadi atau bahan baku bagi berbagai industri
turunannya. Pengolahan lanjutannya kedua produk tersebut lebih banyak dilakukan di
luar Provinsi Jambi. Peran Provinsi Jambi sebagai pensuplai bahan baku khususnya
kelapa sawit cenderung dipertahankan oleh pemilik perkebunan besar yang sekaligus
pemilik industri pengolahan kelapa sawit. Struktur pasar kelapa sawit mengarah pada
oligopoly yang dikuasai hanya oleh lima investor besar. Posisi tawar petani dan
pemerintah daerah relatif sangat rendah. Selain itu, pengolahan kelapa sawit dan karet
tergolong ke dalam weight loosing industry sehingga lokasi pabrik lebih
menguntungkan di dekat lokasi perkebunan, sedangkan prosesing lanjutan minyak
kelapa sawit dan karet olahan cenderung bersifat foot loose industry dimana lokasi
pabrik lebih menguntungkan mendekati pasar. Konsekuensinya tidak mudah bagi
investor untuk merelokasi industri pengolahan lanjutan minyak sawit dan karet
lembaran (SIR 20 dan 50) ke lokasi bahan baku seperti halnya yang terjadi pada
relokasi industri perkayuan dari pusat pasarnya di negara maju ke lokasi bahan baku
pada tahun 1990-an.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan
1. Peningkatan alokasi dana APBD untuk belanja modal khususnya infrastruktur
transportasi berdampak lebih besar terhadap perkembangan aktivitas budi daya di
bagian hulu bila dibandingkan dengan kemampuannya menstimulasi
perkembanngan aktivitas industri pengolahan di bagian hilir.
2. Peningkatan output aktivitas budi daya di bagian hulu lebih rendah pada
komoditas yang diunggulkan pemerintah daerah yaitu perkebunan karet dan
kelapa sawit bila dibandingkan dengan komoditas non unggulan, kecuali output
komoditas kentang yang keniakan outputnya relatif lebih tinggi.
3. Peningkatan output industri pengolahan komoditas unggulan yaitu industri
pengolahan kelapa sawit, karet dan makanan dan minuman lebih rendah dari
kenikan output industri kertas dan barang dari kertas dan industri lainnya.
xii
4. Peningkatan alokasi dana pembangunan infrastruktur transportasi ke sentra
produksi yang diikuti investasi pada aktivitas budi daya berdampak lebih besar
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dibanding peningkatan investasi
infrastruktur yang diikuti investasi pada industri pengolahan.
Rekomendasi
1. Mengingat besarnya dampak peningkatan penyediaan infrastruktur transportasi
pada wilayah sentra produski terhadap peningkatan output dan pertumbuhan
ekonomi daerah, perlu dilakukan reformulasi pengalokasian dana APBD
kabupaten dengan meningkatkan proporsi belanja modal khusunya belanja
infrastruktur melalui peningkatan efisiensi belanja tidak langsung dan peningkatan
pendapat daerah.
2. Industri pengolahan berbasis sumber daya lokal ternyata memiliki respon yang
relatif rendah terhadp peningkatan alokasi dana untuk infrastruktur transportasi.
Oleh sebab itu, diperlukan reformulasi penetapan komoditas unggulan daerah
yang lebih responsiv terhadap kebijakan daerah sisi penawaran yaitu penyediaan
infrastruktur dan memiliki prosfek yang lebih baik dipasar domestik dan luar
negeri.
33
BAB II PERKEMBANGAN HARGA-HARGA
A. Kajian Umum
Inflasi Kota Jambi pada triwulan I-2010 mencapai 1,53% (q-t-q),
meningkat dibandingkan triwulan IV-2009 yang mengalami inflasi sebesar 0,58%
(q-t-q). Inflasi yang terjadi di Kota Jambi pada triwulan laporan berasal dari
meningkatnya laju inflasi dari kelompok bahan makanan diikuti dengan
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: BPS Provinsi Jambi. Sejak Januari 2008 menggunakan IHK tahun dasar 2007=100
Persen (%)
Bulanan (m-t-m) Triwulanan (q-t-q) Year to date (y-t-d) Year on year (y-o-y)
Inflasi Kota Jambi pada akhir periode triwulan I-2010 sebesar 3,79% (y-o-
y) meningkat dari triwulan sebelumnya 2,49% (y-o-y) pada Desember 2009.
Sementara, pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di bulan Januari, Februari
dan Maret 2010 masing-masing sebesar 1,95%(m-t-m), minus 0,36%(m-t-m)
dan minus 0,05%(m-t-m).
INFLASI
- 34 - 34
Inflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama berasal dari
meningkatnya angka inflasi kelompok bahan makanan serta makanan jadi
sementara kelompok sandang mengalami penurunan harga pada triwulan
laporan (lihat tabel 2.1.).
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy
I Bahan Makanan -2.11 9.93 -2.73 -3.14 5.04 -1.18 -2.13 -2.12 2.10 2.09
II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 3.63 15.41 0.16 7.66 1.23 7.83 3.67 8.92 3.51 8.79
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 3.74 11.55 -0.32 6.65 0.09 4.42 -0.06 3.44 0.83 0.54
IV Sandang 3.45 6.46 0.10 4.98 0.06 4.82 1.56 5.23 -0.10 1.62
V Kesehatan 0.52 8.91 1.21 3.28 0.60 3.21 5.19 7.66 1.08 8.26
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.15 5.54 -0.10 2.17 6.79 7.72 1.30 8.23 0.45 8.56
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -4.44 1.19 0.39 -6.57 1.95 -5.52 1.20 -1.02 0.34 3.93
INFLASI 0.26 9.16 -0.72 1.10 2.37 1.71 0.58 2.49 1.53 3.79
Sumb Sumber: BPS (diolah)
Triwulan I-2010Triwulan IV-2009Triwulan II-2009Triwulan I-2009 Triwulan III-2009KELOMPOK
Meningkatnya biaya sub kelompok sayur-sayuran dan sub kelompok
daging dan hasil-hasilnya selama periode triwulan laporan memberikan
sumbangan inflasi pada kelompok bahan makanan. Sementara itu, meningkatnya
sub kelompok makanan jadi, memicu inflasi pada kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau.
Grafik 2.2. Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi
8.437.66
8.46 8.96
7.25
9.65
16.35
10.66
12.62
10.96
3.796.836.27 6.40
8.81
6.52
11.06
3.43
5.12 4.67 4.49
6.677.52
16.50
15.1216.10
9.92
7.42
5.69
13.9913.68
11.57
9.16
1.101.71
2.49
7.12 6.836.20
5.06 5.11
7.40
9.06
17.11
15.7415.5314.55
6.65.77
6.95 6.59
8.17
11.0312.14
7.92
3.652.83 2.86
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Persen
Kota Jambi Nasional
INFLASI
35
Perkembangan inflasi tahunan Kota Jambi dan nasional pada triwulan
laporan kembali menunjukkan peningkatan semenjak triwulan III-2009. Pada
triwulan laporan Inflasi Kota Jambi secara tahunan (y-o-y) adalah sebesar 3,79%
lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 3,43%.
Secara regional, tingkat inflasi di Jambi cukup tinggi dibandingkan daerah
sekitarnya. Inflasi di Jambi lebih tinggi dibandingkan Padang (3,05%/y-o-y),
Pekanbaru (2,26%/y-o-y), serta Palembang (2,50%/y-o-y) namun masih lebih
rendah dibandingkan Bengkulu (4,18%/y-o-y).14
Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota sekitarnya
catatan: mulai bulan Juni 2008, angka inflasi menggunakan tahun dasar 2007
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3
2007 2008 2009
Y-O-Y
Bengkulu Jambi Padang Palembang Pekanbaru
B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
Dilihat per sub kelompok, inflasi tertinggi pada triwulan laporan adalah
sub kelompok sayur-sayuran serta sub kelompok daging dan hasil-hasilnya.
Sementara, sub kelompok yang mengalami penurunan harga (deflasi) terbesar
adalah sub kelompok ikan segar.
14 Sumber: DSM, Bank Indonesia.
INFLASI
- 36 - 36
Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoyI. BAHAN MAKANAN -2.73 -3.14 5.04 -1.18 -2.13 -2.12 2.10 2.09a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA -1.53 -4.61 3.16 -3.37 4.87 4.32 3.64 10.41b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA 7.68 2.10 -1.84 -2.87 -10.20 0.14 9.43 3.86c. IKAN SEGAR -12.43 2.69 10.11 -2.06 -0.10 -7.97 -11.44 -14.69d. IKAN DIAWETKAN -2.85 11.82 -0.34 -0.57 1.73 -0.15 -0.08 -1.59e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 0.33 1.82 2.57 -1.42 -0.63 0.76 -2.19 0.03f. SAYUR-SAYURAN 3.36 -5.86 -0.11 0.84 8.57 6.78 12.24 25.81g. KACANG-KACANGAN -9.10 -8.49 -0.55 -8.97 2.94 -13.01 0.61 -6.38h. BUAH-BUAHAN 6.18 4.98 11.55 6.52 -3.72 2.12 3.33 17.84i. BUMBU-BUMBUAN -15.27 -28.49 44.70 29.32 -25.32 -13.18 6.96 -2.06j. LEMAK DAN MINYAK -1.03 1.80 -9.03 -16.44 2.46 -5.81 3.25 -4.76k. BAHAN MAKANAN LAINNYA -0.90 -4.61 2.18 0.85 -5.26 -5.43 8.68 4.26II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 0.16 7.66 1.23 7.83 3.67 8.92 3.51 8.79a. MAKANAN JADI 0.04 6.61 0.38 5.20 4.43 7.43 4.49 9.59b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 0.08 16.43 5.89 23.24 3.78 25.24 2.79 13.04c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 0.47 5.43 0.44 5.78 1.92 3.96 1.72 4.63III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR -0.32 6.65 0.09 4.42 -0.06 3.44 0.83 0.54a. BIAYA TEMPAT TINGGAL -0.59 9.80 0.39 7.65 0.31 7.66 1.36 1.46b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 0.31 3.04 0.00 0.32 -0.84 -0.53 0.71 0.17c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA -1.77 3.40 -1.11 2.25 1.16 -3.88 -0.98 -2.70d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 0.64 3.82 -0.31 1.67 -0.85 -0.14 -0.24 -0.76IV. SANDANG 0.10 4.98 0.06 4.82 1.56 5.23 -0.10 1.62a. SANDANG LAKI-LAKI 0.00 0.71 1.12 1.83 -0.08 1.13 2.06 3.13b. SANDANG WANITA -0.46 0.32 1.34 1.48 -0.04 0.95 -0.14 0.69c. SANDANG ANAK-ANAK 1.15 -1.10 0.20 1.61 -0.05 1.57 -0.44 0.86d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA -0.09 20.09 -2.16 14.17 5.78 16.76 -1.63 1.72V. KESEHATAN 1.21 3.28 0.60 3.21 5.19 7.66 1.08 8.26a. JASA KESEHATAN 0.00 0.00 0.00 0.00 7.11 7.11 0.00 7.11b. OBAT-OBATAN 5.05 11.77 1.88 12.54 0.36 9.13 4.06 11.78c. JASA PERAWATAN JASMANI 0.00 0.00 1.84 1.84 42.28 44.89 0.16 45.12d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 0.88 3.52 0.45 2.67 -0.28 1.68 1.01 2.07VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA -0.10 2.17 6.79 7.72 1.30 8.23 0.45 8.56a. JASA PENDIDIKAN 0.00 1.76 11.53 11.53 0.00 11.53 0.00 11.53b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 0.00 0.00 1.69 1.69 0.00 1.69 0.00 1.69c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN 0.62 8.28 -0.29 6.13 -0.03 1.14 3.85 4.16d. REKREASI -1.15 -0.79 0.00 -0.79 7.67 6.51 -0.78 5.60e. OLAHRAGA 0.00 -0.38 4.74 4.34 1.12 5.90 -0.20 5.70VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0.39 -6.57 1.95 -5.52 1.20 -1.02 0.34 3.93a. TRANSPOR 0.34 -10.35 2.40 -8.98 -0.28 -4.43 0.51 2.99b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.00 1.07 0.00 1.07 0.00 0.39 0.00 0.00c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 1.77 5.40 3.58 6.81 15.02 22.96 0.02 21.27d. JASA KEUANGAN 0.00 1.78 0.22 0.22 0.00 0.22 0.00 0.22
INFLASI (UMUM) -0.72 1.10 2.37 1.71 0.58 2.49 1.53 3.79
Sumb Sumber: BPS (diolah)
Triwulan I-2010Triwulan IV-2009Triwulan II-2009 Triwulan III-2009KELOMPOK/SUBKELOMPOK
Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan inflasi
terbesar adalah cabe merah; beras; daging ayam ras (Januari 2010), beras; daging
ayam ras; rokok kretek filter (Februari 2010) serta daging ayam ras; bayam; nasi
Maret 2010). Sementara itu, deflasi yang dialami kota Jambi pada bulan Februari
dan Maret 2010 dipicu oleh menurunnya harga emas; ikan dencis; ikan nila
(Februari 2010) serta kacang panjang; telur ayam ras; saluang (Maret 2010).
INFLASI
37
Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan IV-2009
TW I-2010 TW I-2010
Sumbangan Sumbangan
JANUARI JANUARI
1 Cabe Merah 0.7540 1 Telur Ayam Ras -0.0390
2 Beras 0.2643 2 Jeruk -0.0309
3 Daging Ayam Ras 0.1355 3 Bawang Merah -0.0281
4 Minyak Goreng 0.1102 4 Ikan Dencis -0.0185
5 Gula Pasir 0.0944 5 Kentang -0.0131
6 Tomat Buah 0.0798 6 Ikan Tongkol -0.0120
7 Tomat Sayur 0.0647 7 Mesin Cuci -0.0100
8 Kangkung 0.0640 8 Emas Perhiasan -0.0098
9 Kacang Panjang 0.0541 9 Kelapa -0.0087
10 Bayam 0.0507 10 Kerang -0.0087
1.6717 -0.1788FEBRUARI FEBRUARI
1 Beras 0.1051 1 Emas Perhiasan -0.0141
2 Daging Ayam Ras 0.0663 2 Ikan Dencis -0.0129
3 Rokok Kretek Filter 0.0355 3 Ikan Nila -0.0117
4 Bawang Merah 0.0352 4 Cumi-Cumi -0.0089
5 Buku Pelajaran SD 0.0265 5 Majalah Remaja -0.0079
6 Kacang Panjang 0.0191 6 Cabe Hijau -0.0072
7 Jeruk 0.0171 7 Kopi Bubuk -0.0060
8 Bensin 0.0159 8 Pasir -0.0053
9 Batu Bata/Batu Tela 0.0121 9 Sawi Hijau -0.0053
10 Cabe Rawit 0.0093 10 Gula Pasir -0.0052
0.3421 -0.0845MARET MARET
1 Daging Ayam Ras 0.1252 1 Kacang Panjang -0.0064
2 Bayam 0.1248 2 Telur Ayam Ras -0.0061
3 Nasi 0.0785 3 Saluang -0.0059
4 Gado-Gado 0.0752 4 Celana Panjang Jeans -0.0057
5 Empek-Empek 0.0575 5 Emas Perhiasan -0.0048
6 Bawang Merah 0.0562 6 Kerang -0.0041
7 Batu Bata/Batu Tela 0.0435 7 Wortel -0.0039
8 Bensin 0.0376 8 Lele -0.0038
9 Patin 0.0372 9 Televisi Berwarna -0.0033
10 Kangkung 0.0348 10 Besi Beton -0.0033
0.6705 -0.0473Sumber : BPS (diolah)
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
1. Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan pada triwulan I-2010 mengalami inflasi
sebesar 2,10% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi terjadi
pada sub kelompok sayur-sayuran sebesar 12,24% (q-t-q) serta sub kelompok
daging dan hasil-hasilnya sebesar 9,43% (q-t-q).
INFLASI
- 38 - 38
Grafik 2.4. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng
(Ringgit/Ton)
26282578
8726
7935
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
3500
4500
5500
6500
7500
8500
9500
10500
11500
12500(Rp/Kg)
CPO internasional (aksis kiri)Minyak goreng lokal (aksis kanan)
Pada triwulan laporan, harga rata-rata crude palm oil (CPO) internasional
kembali mengalami peningkatan. Selama triwulan I-2010, harga CPO meningkat
6,96%. Sejalan dengan hal tersebut, kenaikan harga CPO diikuti dengan
meningkatnya harga minyak goreng lokal. Harga rata-rata minyak goreng lokal
berdasarkan data dari Disperindag naik 14,64% dari triwulan lalu. Naiknya harga
minyak goreng terutama disebabkan oleh dihentikannya subsidi Pajak
Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk minyak goreng per 1
Januari 2010. Dengan dihapuskannya PPN DTP untuk minyak goreng maka
konsumen harus menanggung pajak sebesar 10%.15 Disamping itu,
meningkatnya permintaan terhadap CPO menyebabkan harga minyak goreng
dalam negeri turut naik pada triwulan laporan.
Sementara, perkembangan harga tepung terigu merek Segitiga Biru relatif
stabil yaitu di harga Rp7.500/kg. Tren penurunan rata-rata harga gandum, yang
merupakan bahan baku tepung terigu, di pasar internasional sebesar 12,04%
15 Sumber: www.pajakonline.com dan www.kontan.co.id. Lihat juga PMK Nomor 25/PMK.011/2010 tentang PPNDTP Atas Penyerahan Minyak Goreng Kemasan Sederhana di Dalam Negeri untuk Tahun Anggaran 2010.
INFLASI
39
menjadi $477/bushel pada triwulan laporan belum diikuti dengan turunnya harga
tepung terigu di Jambi.16
Grafik 2.5. Perkembangan Harga Tepung Terigu
(USD/Bushel)
541.5
450.5
7500
0
200
400
600
800
1000
1200
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
3000
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000
7500
8000
8500
(Rp/Kg)
Wheat/Gandum (aksis kiri)
Tepung Terigu lokal (aksis kanan)
Perkembangan harga sub kelompok bumbu-bumbuan pada triwulan
laporan mengalami peningkatan sebesar 6,96% (q-t-q) terutama dipengaruhi
oleh meningkatnya harga cabe merah (keriting dan biasa) yang cukup signifikan
pada bulan Januari 2010. Kendala cuaca serta jalur transportasi yang belum
membaik turut memicu meningkatnya harga cabe pada triwulan laporan.17
Sejalan dengan hal tersebut, harga sayuran yang didatangkan dari luar daerah
juga mengalami kenaikan pada periode triwulan laporan. Meningkatnya harga
bayam juga dipicu oleh terendamnya tanaman bayam petani akibat meluapnya
sungai Batanghari sehingga mengganggu jumlah pasokan di pasar-pasar Jambi.18
16 Satu bushel setara dengan 27 kg. 17 Terus meningkatnya harga cabe merah dipicu oleh siklus tanaman yang sedang memasuki musim tanam sehingga produksi berkurang sementara musim hujan yang melanda menyebabkan hasil panen ada membusuk. Meningkatnya harga cabe merah secara signifikan terjadi semenjak bulan Januari 2010. 18 Meningkatnya harga bayam dipicu oleh tingginya permukaan air sungai Batanghari sehingga menggenangi sentra-sentra petani sayur bayam di sekitar Kota Jambi. Hal ini membuat hasil panen sayur terganggu dan petani mengalami kesusahan dalam memanen hasil pertaniannya
INFLASI
- 40 - 40
Grafik 2.6. Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang
(Rp/kg)
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
Cabe Merah Keriting Cabe merah Biasa
Bawang Putih Bawang Merah
Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami inflasi sebesar
9,43% (q-t-q). Selama triwulan I-2010, daging ayam ras merupakan tiga besar
komoditi penyumbang inflasi terbesar. Kenaikan harga daging ayam ras sejalan
dengan kenaikan harga garansi komoditi.19 Sementara pergerakan harga daging
sapi cenderung turun selama triwulan laporan. Perkembangan harga beras (IR
64) menunjukkan peningkatan selama triwulan laporan terutama pada bulan
Januari 2010 yang cukup signifikan. Secara rata-rata, harga beras naik 6,45%
pada triwulan laporan menjadi sebesar Rp6.439/kg. Meningkatnya harga beras
antara lain dipicu oleh kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) tahun 2010
sebesar 10%.20
19 Daging ayam ras menerapkan pola kemitraan dimana terdapat harga garansi komoditi. Terus meningkatnya harga garansi memicu meningkatnya harga daging ayam ras di pasar (Sumber: Disperindag Provinsi Jambi dalam rapat Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi (FKPI) Provinsi Jambi, 2010) 20 Sesuai dengan Inpres No.7 Tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan tanggal 29 Desember 2009 (www.bulog.co.id). Harga beras premium yang dipasok dari Sumatera Selatan mengalami kenaikan harga dari sentra produksinya, sedangkan beras kualitas medium di gudang-gudang beras Jambi hampir kosong sehingga menyebabkan harga beras beranjak naik pada triwulan laporan.
INFLASI
41
Grafik 2.7. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.8. Perkembangan Harga Daging
(USD/Bushel)
345414.5
3500
3500
0
100
200
300
400
500
600
700
800
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000
7500(Rp/Kg)
Jagung internasional (aksis kiri)Jagung pipilan kering (aksis kanan)
(Rp/Kg)
0
8000
16000
24000
32000
40000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
(Rp/Kg)
45000
50000
55000
60000
65000
70000
Ayam Kampung (aksis kiri) Daging Ayam Broiler (aksis kiri) Daging Sapi Murni (aksis kanan)
Grafik 2.9. Perkembangan Harga Beras21
(USD/CWT)
12.22
14.57
6450
6148
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000
(Rp/Kg)
Beras internasional (aksis kiri)lokal IR 64 (aksis kanan)
2. Kelompok Makanan Jadi
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan I-
2010 mengalami inflasi sebesar 8,79% (y-o-y) dengan laju inflasi triwulanan
sebesar 3,51% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi
tercatat pada sub kelompok makanan jadi sebesar 4,49% (q-t-q), diikuti sub
kelompok minuman tidak beralkohol (2,79%/q-t-q) serta sub kelompok
tembakau dan minuman beralkohol (1,72%/q-t-q).
Selama triwulan laporan, pergerakan komoditas makanan jadi yang
memberikan andil terhadap kenaikan inflasi adalah gula pasir (Januari), rokok
21 Cwt maksudnya hundredweight (100 pounds). 1 pounds setara dengan 453,59 gram/0,453 kg. Jadi 100 pounds sekitar 45,3 kg.
INFLASI
- 42 - 42
kretek filter (Februari) serta nasi dan gado-gado(Maret). Kenaikan harga gula
lokal menyusul dampak naiknya harga komoditas gula di pasar internasional.
Naiknya harga rokok dipengaruhi oleh kenaikan cukai rokok yang mulai
berlaku 1 Januari 2010 sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau.22 Sementara itu, naiknya
harga beras dan harga ayam broiler turut mempengaruhi harga nasi, gado-gado
yang beranjak naik pada triwulan laporan.
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan I-
2010 mengalami inflasi sebesar 0,83% (q-t-q) serta dengan laju inflasi tahunan
mencapai 0,54% (y-o-y). Berdasarkan sub kelompoknya, biaya tempat tinggal
mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 1,36% (q-t-q) diikuti kelompok bahan
bakar, penerangan dan air (0,71%/q-t-q). Sementara, sub kelompok
perlengkapan rumah tangga serta penyelenggaraan rumah tangga mengalami
deflasi masing-masing sebesar 0,98% (q-t-q) dan 0,24% (q-t-q) pada triwulan
laporan.
4. Kelompok Sandang
Kelompok sandang pada triwulan I-2010 mengalami deflasi sebesar
0,10% (q-t-q). Deflasi pada kelompok sandang pada triwulan laporan
disumbangkan oleh sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya 1,63% (q-
t-q), sub kelompok anak-anak (0,44%/q-t-q) serta sub kelompok wanita
(0,14%/q-t-q). Sementara sub kelompok sandang laki-laki mengalami inflasi pada
triwulan laporan.
Harga emas pada triwulan laporan kembali mengalami peningkatan.
Harga rata-rata emas (logam mulia) 24 karat di Jambi pada triwulan I-2010
22 Sumber: www.depkeu.go.id. Besaran kenaikan tarif cukai tahun 2010 untuk sigaret adalah, SKM (Sigaret Kretek Mesin) I rata-rata sebesar Rp 20, SKM II sebesar Rp 20, SPM (Sigaret Putih Mesin) I sebesar Rp 35, SPM II sebesar Rp 28, SKT I (Sigaret Kretek Tangan) sebesar Rp 15, SKT II sebesar Rp 15, SKT III sebesar Rp 25.
INFLASI
43
sebesar Rp320.148,00/gram meningkat 1,36% dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar Rp315.864,00/gram.23
Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
Harga Emas (USD/Troy Ounce)
1113
1,097
0100200300400500600700800900
1000110012001300
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Bloomberg
5. Kelompok Kesehatan
Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 8,26% (y-o-y) pada
triwulan I-2010 atau dengan laju inflasi triwulanan sebesar 1,08% (q-t-q).
Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok
obat-obatan sebesar 4,06% (q-t-q) diikuti oleh sub kelompok perawatan jasmani
dan kosmetika 1,01% (q-t-q), serta sub kelompok jasa perawatan jasmani 0,16%
(q-t-q). Sementara itu, sub kelompok jasa kesehatan tidak mengalami perubahan
harga.
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan I-2010
mengalami inflasi sebesar 0,45% (q-t-q). Sub kelompok perlengkapan/peralatan
pendidikan mengalami inflasi sebesar 3,85% (q-t-q). Sub kelompok rekreasi serta
sub kelompok olahraga mengalami deflasi pada triwulan laporan. Sementara itu
biaya jasa pendidikan dan kursus-kursus relatif tetap pada triwulan laporan.
23 Sumber: BPS Provinsi Jambi.
INFLASI
- 44 - 44
7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Perkembangan harga yang terjadi pada kelompok transportasi,
komunikasi dan jasa keuangan di kota Jambi pada triwulan I-2010 sebesar
0,34% (q-t-q) dengan laju inflasi tahunan sebesar 3,93% (y-o-y). Berdasarkan
sub kelompoknya, inflasi terjadi pada sub kelompok transpor sebesar 0,51% (q-
t-q) serta sub kelompok sarana dan penunjang transpor sebesar 0,02% (q-t-q).
Sementara, sub kelompok komunikasi dan pengiriman serta jasa keuangan tidak
mengalami perubahan .
Grafik 2.11. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional
Harga Minyak (USD/Barrel)
83.76
79.36
0
25
50
75
100
125
150
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Bloomberg
Perkembangan harga minyak di pasar internasional mengalami tren
peningkatan selama periode triwulan I-2010. Setelah mencapai harga USD
79,36/barrel di akhir tahun 2009, pada akhir Maret 2010 harga minyak mampu
mencapai USD 83,76/barrel. Selama triwulan I-2010, harga minyak internasional
telah naik sebesar 5,54%. Namun demikian, harga minyak di pasar internasional
masih berada pada kisaran aman dari target pemerintah sehingga belum ada
rencana pemerintah untuk menaikkan kembali harga BBM dalam negeri.
45
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kinerja perbankan pada triwulan I-2010 menunjukkan penurunan dari sisi
aset dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), sementara penyaluran kredit
mengalami peningkatan. Menurunnya pertumbuhan aset dan penghimpunan
DPK yang diikuti peningkatan penyaluran kredit menyebabkan kinerja perbankan
yang terlihat dari Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan mengalami
peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Sementara, dari sisi kualitas kredit
yang diberikan menunjukkan perbaikan, dimana pada triwulan laporan angka
Non Performing Loan (NPL) mengalami penurunan.
A. Perkembangan Kelembagaan
Secara kelembagaan, jumlah bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor
Bank Indonesia Jambi sampai dengan Triwulan I tahun 2010 tercatat sebanyak 23
(dua puluh tiga) bank umum dan 11 (sebelas) BPR, yang terdiri dari 177 kantor
cabang dan cabang pembantu bank umum (tidak termasuk kantor kas) dan 17
kantor BPR.
Pada periode triwulan laporan tidak terdapat penambahan bank umum,
namun terdapat penambahan 2 (dua) kantor cabang pembantu bank umum,
yaitu KCP BCA Muara Bungo dan KCP Bank Panin Sarolangun. Selain itu,
terdapat penambahan 3 (tiga) Bank Perkreditan Rakyat dan sekaligus 3 (tiga)
kantor pusatnya, yaitu BPR Central dana Mandiri, BPR Bungo Mandiri, dan BPR
Kencana Mandiri.
Dari 23 (dua puluh tiga) bank umum yang beroperasi di wilayah Jambi,
terdapat 19 (sembilan belas) bank konvensional, termasuk diantaranya 1 (satu)
Bank Pembangunan Daerah, dan 4 (empat) bank syariah. Dilihat dari sebarannya,
jumlah kantor bank terbesar masih terdapat di Kota Jambi, yaitu sebanyak 64
(enam puluh empat) kantor atau 36,57% dari seluruh total kantor bank di
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
46
Provinsi Jambi. Sementara, untuk kabupaten yang paling sedikit jumlah kantor
banknya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, yaitu sebanyak 4 (empat)
kantor (2,29%).
B. Bank Umum24
1. Perkembangan Aset Bank
Total aset bank umum di Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami
penurunan sebesar Rp169,96 miliar atau mencapai 1,20%. Penurunan aset bank
umum lebih dipengaruhi oleh aset bank konvensional yang mengalami
penurunan sebesar Rp178,60 miliar (1,30%). Sementara untuk aset bank syariah
justru mengalami peningkatan, yaitu sebesar Rp8,64 miliar (1,89%). Dengan
demikian, total aset bank umum pada triwulan laporan turun menjadi sebesar
Rp14.045,80 miliar.25
Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
Q1-04
Q2-04
Q3-04
Q4-04
Q1-05
Q2-05
Q3-05
Q4-05
Q1-06
Q2-06
Q3-06
Q4-06
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Q2-08
Q3-08
Q4-08
Q1-09
Q2-09
Q3-09
Q4-09
Q1-10
Rp miliar
-4.00
0.00
4.00
8.00
12.00
16.00
20.00
Persen
Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan q-t-q (%)
Dilihat dari total pangsa pasar aset bank umum, pangsa aset bank
konvensional tercatat sebesar 96,69% sementara aset bank syariah sebesar
3,31% pada triwulan laporan.
24 Posisi data bank umum diambil berdasarkan periode Laporan Bank Umum bulan Februari 2010. 25 Bank konvensional termasuk bank milik pemerintah dan bank swasta nasional.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
47
2. Perkembangan Dana Masyarakat
Jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank umum pada triwulan
laporan turun sebesar 0,52%, yaitu dari Rp10.842,51 miliar menjadi Rp10.786,50
miliar.
Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan DPK bank umum dirasakan
oleh bank pemerintah dan bank syariah. DPK bank pemerintah meningkat
sebesar Rp40,99 miliar atau setara dengan 0,60% dan DPK bank syariah
meningkat sebesar Rp8,34 miliar atau naik 4,99% dari triwulan sebelumnya.
Disisi lain, bank swasta mengalami penurunan sebesar Rp105,34 miliar atau lebih
rendah 2,78% dibanding triwulan sebelumnya. Dengan lebih tingginya nilai
penurunan DPK yang dialami bank swasta dibanding kelompok bank umum
lainnya, mengakibatkan total DPK bank umum pada triwulan laporan mengalami
penurunan sebesar Rp56 miliar atau 0,52%.
Tabel 3.1 Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
2010Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Nominal Persen
6,582,172 6,885,592 6,486,375 6,809,872 6,850,866 40,994 0.60 1 1,843,254 1,823,585 1,515,112 1,398,671 1,791,618 392,947 28.09 2 3,071,431 3,362,425 3,377,120 4,091,147 3,672,739 (418,408) (10.23) 3 Simpanan Berjangka 1,667,487 1,699,582 1,594,143 1,320,054 1,386,509 66,455 5.03
3,497,944 3,464,288 3,512,213 3,787,502 3,682,160 (105,342) (2.78) 1 482,261 550,092 532,488 530,970 526,559 (4,411) (0.83) 2 1,538,759 1,546,735 1,625,555 1,813,348 1,753,854 (59,494) (3.28) 3 Simpanan Berjangka 1,476,924 1,367,461 1,354,170 1,443,184 1,401,747 (41,437) (2.87)
201,046 214,609 232,860 245,135 253,477 8,342 3.40 1 50,230 48,821 53,782 54,778 54,822 44 0.08 2 103,455 110,390 117,482 131,172 135,755 4,583 3.49 3 47,361 55,398 61,596 59,185 62,900 3,715 6.28
10,281,162 10,564,489 10,231,448 10,842,509 10,786,503 (56,006) (0.52) 1 2,375,745 2,422,498 2,101,382 1,984,419 2,372,999 388,580 19.58 2 4,713,645 5,019,550 5,120,157 6,035,667 5,562,348 (473,319) (7.84) 3 3,191,772 3,122,441 3,009,909 2,822,423 2,851,156 28,733 1.02
Tabungan
Jumlah
Bank Syariah
Bank Swasta Nasional
Tabungan
GiroTabungan
Giro
GiroTabungan Simpanan Berjangka
Simpanan Berjangka
URAIAN
Bank Konvensional
2009
Giro
Pertumbuhan
Bank Pemerintah
Berdasarkan jenis penghimpunan dana, menurunnya DPK pada
triwulan laporan dipicu oleh penurunan tabungan masyarakat sebesar Rp473,32
miliar (7,84%). Sementara, penghimpunan dana melalui giro dan deposito
meningkat masing-masing sebesar Rp388,58 miliar (19,58%) dan Rp28,73 miliar
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
48
(1,02%). Berdasarkan pangsanya, penghimpunan dana terbesar masih diraih oleh
tabungan yaitu sebesar 51,57%, diikuti oleh deposito 26,43% dan giro 22%.
Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi
0500
1,0001,5002,0002,5003,0003,5004,0004,5005,0005,5006,0006,500
Q1-03
Q2-03
Q3-03
Q4-03
Q1-04
Q2-04
Q3-04
Q4-04
Q1-05
Q2-05
Q3-05
Q4-05
Q1-06
Q2-06
Q3-06
Q4-06
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Q2-08
Q3-08
Q4-08
Q1-09
Q2-09
Q3-09
Q4-09
Q1-10
Rp miliar
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
Rp miliar
Giro (aksis kiri) Simpanan Berjangka (aksis kiri) Tabungan (aksis kiri) DPK (aksis kanan)
Berdasarkan golongan pemilik, menurunnya nilai DPK berasal dari
beberapa golongan pemilik, yaitu perorangan yang turun sebesar Rp107,73
miliar, perusahaan swasta sebesar Rp285,50 miliar, Badan Usaha Milik Negara
sebesar Rp107,73 miliar, dan koperasi sebesar Rp1,23 miliar. Sementara,
memasuki periode keuangan 2010 dana simpanan pemerintah daerah meningkat
sebesar Rp656,91 miliar.
Tabel 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah)
Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Share
1 Pemerintah 57,054 0.55 123,276 1.17 71,641 0.70 55,502 0.51 63,267 0.59
2 Pemerintah Daerah 1,925,290 18.73 1,717,794 16.26 1,424,546 13.92 676,473 6.24 1,333,383 12.36
3 Badan/lembaga pemerintah 85,805 0.83 102,410 0.97 88,067 0.86 70,394 0.65 76,401 0.71
4 Badan Usaha Milik Negara 128,686 1.25 109,758 1.04 86,253 0.84 204,031 1.88 96,302 0.89
5 Perusahaan asuransi 34,878 0.34 42,906 0.41 41,196 0.40 271,145 2.50 276,945 2.57
6 Perusahaan swasta 599,417 5.83 605,634 5.73 655,906 6.41 856,492 7.90 570,997 5.29
7 Yayasan dan Badan Sosial 65,650 0.64 72,682 0.69 77,369 0.76 87,178 0.80 94,294 0.87
8 Koperasi 30,218 0.29 71,069 0.67 29,936 0.29 31,724 0.29 30,495 0.28
9 Perorangan 7,287,671 70.88 7,589,518 71.84 7,690,055 75.16 8,507,058 78.46 8,209,191 76.12
10 Lainnya 66,493 0.65 129,442 1.23 66,479 0.65 82,512 0.76 33,614 0.31
Jumlah 10,281,162 100.00 10,564,489 100.00 10,231,448 100.00 10,842,509 100.00 10,784,889 100.00
Bukan Penduduk/Non-Residents - - - - - - - 1,614 0
10,281,162 10,564,489 10,231,448 10,842,509 10,786,503 Penduduk dan bukan penduduk
No. Golongan PemilikTrw.I-2009 Trw.I-2010
Penduduk/Residents
Trw.III-2009 Trw.IV-2009Trw.II-2009
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
49
Berdasarkan pangsanya, DPK terbesar masih dikuasai oleh golongan
pemilik perorangan yang mencapai 76,12%, diikuti oleh pemerintah daerah
(12,36%), dan perusahaan swasta (5,29%).
Berdasarkan lokasi bank, jumlah dana masyarakat di perbankan
mengalami peningkatan dan penurunan di beberapa kabupaten/kota.
Peningkatan terjadi di Kota Jambi, yaitu sebesar Rp332,45 miliar (4,61%),
Kabupaten Bungo Rp177,01 miliar (29,77%), Kabupaten Kerinci Rp46,46 miliar
(8,02%), dan Kabupaten Tanjung Tanjung Timur Rp44,42 miliar (32,27%).
Sementara, penurunan DPK tertinggi dialami Kabupaten Tanjung Jabung Barat
yang mencapai Rp400,32 miliar (41,75%), diikuti oleh Kabupaten Merangin Rp
72,06miliar (12,93%), Kabupaten Sarolangun Rp57,46 miliar (34,57%), dan
kabupaten lainnya.
Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank (dalam jutaan rupiah)
Nominal Share Nominal Share Nominal Persen
1 Kota Jambi 7,703,930 71.05 7,539,351 69.90 (164,579) (2.14)
2 Batanghari 406,613 3.75 431,712 4.00 25,099 6.17
3 Tanjung Jabung Barat 552,483 5.10 558,420 5.18 5,937 1.07
4 Merangin 496,200 4.58 485,433 4.50 (10,767) (2.17)
5 Kerinci 579,339 5.34 625,797 5.80 46,458 8.02
6 Sarolangun 73,452 0.68 108,743 1.01 35,291 48.05
7 Bungo 840,254 7.75 771,572 7.15 (68,682) (8.17)
8 Tebo 52,585 0.48 83,404 0.77 30,819 58.61
9 Tanjung Jabung Timur 137,653 1.27 182,071 1.69 44,418 32.27
10,842,509 100.00 10,786,503 100.00 (56,006) (0.52)
Pertumbuhan
JUMLAH
Kota/KabupatenNo.Trw.I-10Trw.IV-09
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana
Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi tumbuh sebesar
0,08% (Rp6,92 miliar), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang mencapai 2,79%. Total penyaluran kredit pada triwulan laporan adalah
sebesar Rp9.123,83 miliar meningkat dari triwulan lalu yang sebesar Rp9.116,91
miliar.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
50
Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
2010TW I TW II TW III TW IV TW I Nominal Persen
Kelompok Bank 7,748,152 8,392,275 8,869,187 9,116,912 9,123,834 6,922 0.08 1 Bank Pemerintah 5,434,083 5,998,544 6,358,653 6,471,259 6,456,234 (15,025) (0.23) 2 Bank Swasta 1,997,182 2,038,529 2,123,372 2,234,739 2,242,225 7,486 0.33 3 Bank Syariah 316,887 355,202 387,162 410,914 425,375 14,461 3.52
Jenis Penggunaan 7,748,152 8,392,275 8,869,187 9,116,912 9,123,834 6,922 0.08 1 Modal Kerja 2,968,650 3,242,737 3,508,606 3,672,737 2,856,331 (816,406) (22.23) 2 Investasi 1,453,410 1,523,921 1,670,957 1,769,894 1,614,018 (155,876) (8.81) 3 Konsumsi 3,326,092 3,625,617 3,689,624 3,674,281 4,653,485 979,204 26.65
Sektor Ekonomi 7,748,152 8,392,275 8,869,187 9,116,912 9,123,834 6,922 0.08 1 Pertanian 1,009,514 1,059,957 1,208,369 1,350,288 657,855 (692,433) (51.28) 2 Pertambangan 28,382 31,780 29,409 25,941 26,964 1,023 3.94 3 Perindustrian 377,768 439,771 459,335 438,242 409,444 (28,798) (6.57) 4 Listrik, Gas dan Air 28,020 26,793 26,852 26,852 27,010 158 0.59 5 Konstruksi 248,025 244,248 252,991 250,442 218,199 (32,243) (12.87) 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel 2,156,927 2,385,394 2,628,817 2,740,329 1,922,069 (818,260) (29.86) 7 Pengangkutan, Pergudangan dan
Komunikasi 113,757 105,746 98,848 109,939 128,869 18,930 17.22 8 Jasa-jasa Dunia Usaha 302,607 316,146 326,087 340,406 326,169 (14,237) (4.18) 9 Jasa-jasa Sosial Masyarakat 128,091 132,964 138,022 148,433 124,445 (23,988) (16.16)
10 Lain-lain 3,355,061 3,649,476 3,700,457 3,686,040 5,282,810 1,596,770 43.32
Pertumbuhan2009URAIAN
Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dialami oleh
bank swasta dan bank syariah. Peningkatan terbesar dialami oleh bank syariah,
yaitu sebesar Rp14,46 miliar (3,52%) dan diikuti bank swasta yang meningkat
sebesar Rp7,49 miliar (0,33%). Di sisi lain, penyaluran kredit oleh bank
pemerintah mengalami penurunan, yaitu sebesar Rp 15,03 miliar atau turun
0,23% dari triwulan sebelumnya. Sementara, jika dilihat dari pangsa (share)
penyaluran kredit, kelompok bank pemerintah masih mendominasi dengan
pangsa sebesar 70,76%, diikuti dengan kelompok bank swasta sebesar 24,58%,
dan kelompok bank syariah sebesar 4,66%.
Berdasarkan Jenis Penggunaan, peningkatan jumlah kredit dialami oleh
kredit konsumsi, yaitu sebesar Rp979,20 miliar atau naik 26,65% dari triwulan
sebelumnya. Sementara disisi lain, jumlah kredit modal kerja dan investasi
mengalami penurunan. Penurunan tertinggi dialami oleh kredit modal kerja
sebesar Rp816,41 miliar (22,23%) dan diikuti oleh kredit investasi yang turun
sebesar Rp155,88 miliar (8,81%).
Berdasarkan pangsanya, kredit terbesar masih didominasi oleh kredit
konsumsi, yaitu sebesar 51% dari total kredit pada triwulan laporan. Kemudian
diikuti oleh kredit modal kerja sebesar 31,31%, dan kredit investasi sebesar
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
51
17,69%. Pertumbuhan kredit yang melambat dan meningkatnya pangsa kredit
konsumsi menunjukkan kepercayaan perbankan untuk pembiayaan usaha
masyarakat mengalami penurunan.
Berdasarkan Sektor Ekonomi, hampir semua sektor ekonomi
mengalami penurunan jumlah penyaluran kreditnya, kecuali untuk sektor
pertambangan, listrik gas dan air, serta pengangkutan, pergudangan dan
komunikasi. Secara nominal, peningkatan kredit terbesar dialami oleh sektor
pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi, yaitu sebesar Rp18,93 miliar
(17,22%), yang kemudian diikuti oleh sektor pertambangan sebesar Rp1,02
miliar (3,94%) dan sektor listrik, gas, dan air sebesar Rp0,16 miliar (0,59%).
Pangsa penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit sektor lain-lain,
yaitu sebesar 57,90%, yang kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, restoran,
dan hotel sebesar 21,07% dan sektor pertanian sebesar 7,21%. Dominasi
penyaluran kredit pada ketiga sektor tersebut mencapai 86,18% dari total
outstanding kredit.
Berdasarkan lokasi Proyek26, jumlah kredit yang disalurkan oleh
perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan
sebesar 3%, yaitu dari total kredit sebesar Rp11.288,44 miliar menjadi sebesar
Rp11.626,74 miliar.27 Meningkatnya jumlah kredit ini hampir dialami oleh semua
sektor ekonomi kecuali untuk sub sektor lain-lain. Berdasarkan nominal kredit,
peningkatan kredit lokasi proyek pada triwulan laporan terutama dipicu oleh
meningkatnya kredit sektor pertanian sebesar Rp324,58 miliar (27,5%), diikuti
dengan sektor perindustrian Rp51,75 miliar (6,5%) dan sektor jasa-jasa Rp49,77
miliar (4,69%).
26 Data s.d. bulan Februari 2010. Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Daerah (SEKDA) Provinsi Jambi. Data kredit lokasi proyek termasuk kredit dari BPR serta bank asing dan bank campuran sesuai dengan format SEKDA Provinsi Jambi. 27 Data s.d. bulan Februari 2010. Mulai Mei 2007, data dana/kredit telah menggunakan konsep net, yaitu tidak memasukkan dana/kredit pada pemerintah pusat dan bukan penduduk. Hal ini telah disesuaikan dengan publikasi SEKI (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia).
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
52
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
2010III IV I II III IV I
Pertanian 1,962,425 1,993,259 1,959,270 2,026,202 2,077,761 1,180,447 1,505,031Pertambangan 68,288 103,673 97,700 105,661 158,199 146,259 174,183Perindustrian 956,173 885,244 824,440 831,221 810,173 796,171 847,919Perdagangan 2,185,613 2,247,894 2,234,779 2,457,387 2,682,693 1,955,251 1,991,064Jasa-jasa 1,250,435 1,232,322 1,203,112 1,519,917 1,521,339 1,062,204 1,111,974 - listrik, gas dan air 111,225 174,412 189,230 492,546 467,801 189,248 190,744 - konstruksi 400,845 334,814 295,102 298,423 312,752 240,057 240,738 - pengangkutan 129,041 123,644 120,743 114,564 104,524 144,259 157,622 - jasa dunia usaha 474,273 464,894 465,298 471,301 484,654 364,385 397,285 - jasa sosial masyarakat 135,051 134,558 132,739 143,083 151,608 124,255 125,585Lain-lain 3,865,525 3,971,675 4,085,517 4,301,199 4,380,585 6,148,107 5,996,573TOTAL 10,288,458 10,434,067 10,404,818 11,241,587 11,630,750 11,288,439 11,626,744
2009Sektor Ekonomi
2008
4. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL)
gross Bank Umum di Provinsi Jambi
Lebih tingginya tingkat penurunan aset dan penghimpunan dana pihak
ketiga dibandingkan dengan tingkat kenaikan penyaluran kredit perbankan
menyebabkan Loan to Deposits Ratio (LDR)28 berdasarkan wilayah pelapor
mengalami peningkatan, sedangkan LDR berdasarkan lokasi proyek pada triwulan
laporan mengalami penurunan. Loan to Deposits Ratio (LDR) berdasarkan wilayah
pelapor meningkat dari 84,08% menjadi 84,59%, sedangkan LDR berdasarkan
lokasi proyek29 menurun dari 110,84% menjadi 107,79%,.
Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi
Rp juta
6,025,6226,921,211
7,513,877 7,593,187 7,748,1528,392,275 8,869,187 9,123,834
9,116,91283.26%90.63%
97.77% 101.97% 101.20%106.41%
113.68% 110.84% 107.79%
62.78% 66.80%72.65% 75.41% 75.36% 79.44%
86.69% 84.08% 84.59%
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Kredit Lokasi Proyek (Rp juta) Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juLDR Lokasi Proyek (persen) LDR Perbankan Jambi (persen)
28 LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan. 22 LDR berdasarkan lokasi proyek adalah rasio antara kredit yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek oleh bank umum dibandingkan dengan penghimpunan DPK bank umum pada triwulan laporan. Data LDR berdasarkan lokasi proyek s.d Februari2010.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
53
Grafik 3.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi
530
405
197
124111
8668
140176
130
282228
482
5985
169174176
286308
0
100
200
300
400
500
600
Tebo Batanghari Ma. Jambidan lainnya
Saro langun Kerinci Bungo Merangin Tanjabbar Kota Jambi Tanjabtim
Triwulan IV-09Triwulan I-10
Berdasarkan Kabupaten/Kota, Kabupaten Tebo memiliki LDR tertinggi
di antara seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi, yaitu sebsar 404,76%, diikuti
oleh Kabupaten Batanghari dan lainnya. Sementara itu terdapat dua
kabupaten/kota dengan tingkat LDR kurang dari 100% yaitu Kota Jambi dan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang masing-masing sebesar 85,32% dan
58,98%.
Kualitas kredit yang diberikan pada triwulan laporan menunjukkan
perbaikan. Kondisi ini tercermin dari menurunnya rasio Non Performing Loan
(NPL) gross bank umum, yaitu dari 3,29% pada triwulan sebelumnya menjadi
2,36%.
Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dialami oleh sektor
perindustrian, yaitu sebesar 7,88% yang berarti di atas ketentuan Bank Indonesia
yang sebesar 5%. Sementara itu, NPL sektor-sektor ekonomi lainnya masih
berada dalam kategori baik (dibawah 5%).
Tabel 3.6 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi
KreditNominal
NPL NPL (%) KreditNominal
NPL NPL (%) KreditNominal
NPL NPL (%)1. Pertanian 1,208,369 119,140 9.86 1,350,288 105,997 7.85 657,855 8,586 1.312. Pertambangan 29,409 251 0.85 25,941 157 0.61 26,964 197 0.733. Perindustrian 459,335 34,145 7.43 438,242 32,233 7.36 409,444 32,259 7.884. Listrik, Gas dan Air 26,852 - - 26,852 - 27,010 460 1.705. Konstruksi 252,991 8,663 3.42 250,442 8,371 3.34 218,199 9,151 4.19
6.Perdagangan, Restoran dan Hotel 2,628,817 93,705 3.56 2,740,329 94,528 3.45 1,922,069 46,804 2.44
7Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi 98,848 589 0.60 109,939 202 0.18 128,869 2,830 2.20
8. Jasa-jasa Dunia Usaha 326,087 9,106 2.79 340,406 7,264 2.13 326,169 14,406 4.429. Jasa-jasa Sosial Masyarakat 138,022 3,413 2.47 148,433 712 0.48 124,445 5,926 4.7610. Lain-lain 3,700,457 60,690 1.64 3,686,040 50,743 1.38 5,282,810 94,875 1.80
8,869,187 329,702 3.72 9,116,912 300,207 3.29 9,123,834 215,494 2.36
TW III-09
J U M L A H
No Sektor EkonomiTW I-10TW IV-09
LDR < 100%
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
54
Dilihat dari spread bunga (grafik 3.8), terlihat bahwa margin keuntungan
perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami penurunan.
Margin rata-rata tertimbang30 antara suku bunga kredit dengan suku bunga
deposito 3 (tiga) bulan turun dari 7,58% menjadi 6,38% pada triwulan laporan.
Penurunan ini dipicu oleh semakin rendahnya suku bunga kredit pada triwulan
laporan, sementara suku bunga simpanan tetap, sehingga menyebabkan
keuntungan dari margin bunga yang diperoleh pada triwulan laporan relatif lebih
kecil dibandingkan triwulan sebelumnya.
Grafik 3.5 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan
Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi
4.144.484.574.895.555.976.286.626.796.86.917.397.197.737.737.17.076.856.826.927.067.076.736.596.425.955.244.894.864.664.694.955.616.026.176.366.56.747.157.067.777.496.436.38
02468
101214161820
Jul
Agu
sSe
ptO
ktN
ov Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
sSe
ptO
ktN
ov Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
sSe
ptO
ktN
ov Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Ags
Sept
Okt
Nov Des Jan
Feb
2006 2007 2008 2009 2010
Persen (%)
Margin Kredit Deposito 3 Bulan SBI
Ekspektasi dan respon perbankan terhadap penurunan BI Rate, yang
sampai dengan triwulan laporan masih stabil diangka 6,5%, cukup berpengaruh
dengan turunnya suku bunga kredit. Pada triwulan laporan, suku bunga kredit
turun sebesar 5 bps yaitu menjadi 13,69%, dan suku bunga simpanan tetap di
kisaran 7,31%.
C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami peningkatan dibanding
triwulan sebelumnya, tercermin dari jumlah aset, DPK dan penyaluran kredit yang 30 Data menggunakan suku bunga rata-rata tertimbang bank umum pemerintah s.d. bulan Februari 2010.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
55
mengalami pertumbuhan positif. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi
mencapai sebesar Rp270,29 miliar atau meningkat 10,66% dibanding pada
triwulan sebelumnya yang sebesar Rp244,25 miliar. Sementara itu, jumlah
penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh BPR di Provinsi Jambi meningkat
sebesar Rp21,92 miliar (11,75%), dan penyaluran kredit tumbuh sebesar Rp8,06
miliar (3,23%).
Lebih tingginya peningkatan jumlah penghimpunan dana dibandingkan
penyaluran kredit pada triwulan laporan menyebabkan Loan to Deposits Ratio
(LDR) mengalami penurunan, yaitu menjadi sebesar 91,89% dari sebelumnya
sebesar 98,37%. Sementara itu, kualitas kredit menunjukkan perbaikan, yaitu
dengan menurunnya persentase Non Performing Loan (NPL) menjadi 7,38%.
Halaman ini sengaja dikosongkan
57
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
APBD Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota dan
kabupaten) tahun 2010 sebesar Rp1,50 triliun, turun 7,14% dari APBD tahun lalu
yang sebesar Rp ,62 triliun. Dari sisi anggaran pendapatan, jumlah anggaran
pendapatan daerah Provinsi Jambi tahun 2010 sebesar Rp1,30 triliun atau
meningkat 3,82% dibandingkan anggaran pendapatan tahun 2009 yang sebesar
Rp1,26 triliun.41 Dari kondisi tersebut, jumlah defisit anggaran selama tahun 2010
diperkirakan sebesar Rp200,00 miliar yang akan dibiayai dari sisa lebih
perhitungan anggaran tahun sebelumnya.
Grafik 4.1. APBD Provinsi Jambi
557.77
894.92955.96
1,136.131256.89 1304.93
776.83
1156.84
1291.6
1429.178
1620.591504.932
534.655607.84557.73
654.98
(4.14)
13.69
6.82
18.85
10.63
3.82
10.6513.39
(7.14)
34.35
47.2334.34
17.44
18.60
48.92
11.65
0
250
500
750
1000
1250
1500
1750
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Biro Keuangan (diolah)
-10
10
30
50miliar (Rp) persen (%)
Pendapatan (aksis kiri) Belanja (aksis kiri)% Pertumbuhan Pendapatan (aksis kanan) % Pertumbuhan Belanja (aksis kanan)
Sementara, realisasi anggaran pendapatan tahun 2009 telah mencapai
104,85% dari target penerimaan sebesar Rp1,29 triliun. Sedangkan realisasi
41 APBD Provinsi Jambi tahun 2010 ini disahkan tanggal 5 Oktober 2009
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
58
anggaran belanja tahun 2009 sebesar mencapai 91,76% (Rp1,53 triliun), lebih
tinggi dibandingkan realisasi tahun 2008 (lihat tabel 4.1)
Tabel 4.1. Realisasi APBD Provinsi Jambi tahun 2009
Nominal Persen Nominal Persen
PENDAPATAN 1,292.67 506.80 39.21 1,355.34 104.85 Pendapatan Asli Daerah 498.17 202.98 40.75 527.88 105.96
Pajak Daerah 423.80 176.14 41.56 438.53 103.48Retribusi Daerah 40.45 8.67 21.43 36.85 91.10Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 9.35 0.28 2.99 9.77 104.45Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 24.57 17.89 72.79 42.73 173.90
Pendapatan Transfer 793.41 303.82 38.29 826.35 104.15Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 769.45 303.82 39.49 802.39 104.28
Dana Bagi Hasil Pajak 129.19 8.64 6.69 133.57 103.39Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 131.64 40.70 30.92 159.87 121.44Dana Alokasi Umum 473.51 236.75 50.00 473.51 100.00Dana Alokasi Khusus 35.12 17.72 50.47 35.45 100.93
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 23.96 0.00 0.00 23.96 100.00Dana Penyesuaian 23.96 0.00 0.00 23.96 100.00
Lain-lain Pendapatan yang Sah 1.09 0.00 0.00 1.11 102.11Pendapatan Dana Darurat 1.09 0.00 0.00 1.11 102.11
BELANJA 1,670.05 389.63 23.33 1,532.40 91.76Belanja Operasi 1,001.17 251.94 25.16 910.64 90.96
Belanja Pegawai 412.44 188.33 45.66 378.63 91.80Belanja Barang 390.30 56.40 14.45 348.27 89.23Belanja Subsidi 8.95 0.00 0.00 8.69 97.08Belanja Hibah 7.50 3.50 46.67 7.50 100.00Belanja Bantuan Sosial 26.04 0.71 2.72 22.33 85.77Belanja Bantuan Keuangan 155.94 3.00 1.92 145.22 93.13
Belanja Modal 483.93 52.74 10.90 445.68 92.10Belanja Tanah 2.80 0.00 0.00 2.80 99.83Belanja Peralatan dan Mesin 76.53 10.05 13.14 73.13 95.56Belanja Bangunan dan Gedung 77.08 7.91 10.26 69.26 89.84Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 303.04 31.93 10.54 282.02 93.06Belanja Aset Tetap Lainnya 24.47 2.85 11.64 18.47 75.49
Belanja Tak Terduga 10.00 0.81 8.06 2.67 26.75Belanja Tak Terduga 10.00 0.81 8.06 2.67 26.75
Transfer 174.95 84.14 48.09 173.40 99.11Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa 174.95 84.14 48.09 173.40 99.11
Bagi Hasil Pajak 174.47 0.00 0.00 172.81 99.05Bagi hasil Retribusi 0.485 0.00 0.000 0.60 122.826Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 0.00 200.32
ANGGARAN 2009
REALISASI SMT.II-2009URAIAN
REALISASI SMT.I-2009
A. Anggaran Pendapatan Tahun 2010
Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi pada tahun 2010
diperkirakan akan meningkat sebesar 3,82% dari tahun 2009. Secara nominal,
peningkatan pendapatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya Pendapatan
Asli Daerah (PAD) maupun Dana Perimbangan dari pusat. Di tahun 2010 PAD
sebesar Rp23,50 miliar (3,72%) serta dana perimbangan sebesar Rp24,54 miliar
(3,16%).
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
59
Meningkatnya PAD Jambi disebabkan oleh meningkatnya retribusi daerah
sebesar Rp12,25 miliar (45,10%), pajak daerah Rp7,01 miliar (1,65%) serta hasil
pengelolaan pajak daerah yang dipisahkan Rp6,33 miliar (133,74%).
Secara umum, pendapatan daerah Provinsi Jambi masih bertumpu pada
jumlah dana perimbangan dengan pangsa sebesar 61,39% dari total pendapatan
daerah yang berarti ketergantungan daerah terhadap transfer dana dari pusat
sangat besar. Jika Pemerintah Daerah Provinsi Jambi mampu mengoptimalkan
sumber-sumber pendapatan daerah dan digunakan seefektif serta seefisien
mungkin untuk kemajuan daerah, niscaya tingkat kesejahteraan masyarakat
Jambi bisa lebih baik lagi.
Tabel 4.2. Pendapatan APBD Provinsi Jambi Tahun 2010 (dalam miliar Rupiah)
APBD APBD APBD APBD APBD 2006 2007 2008 2009 2010
Pendapatan Daerah 336.59 364.93 406.31 480.31 503.81 4.89 Pajak Daerah 297.82 319.49 351.44 423.79 430.80 1.65 Retribusi Daerah 19.40 22.46 23.58 27.78 40.03 44.10 Hasil Pengelolaan Pajak daerah yang dipisahkan 4.03 4.03 2.96 4.73 11.06 133.74 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 15.34 18.95 28.33 24.01 21.92 (8.69)
Dana Perimbangan 532.04 591.03 713.83 776.58 801.12 3.16 Dana Bagi Hasil pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 157.67 156.02 220.57 267.95 292.32 9.09 Dana Alokasi Umum 374.36 415.02 468.80 473.51 488.51 3.17 Dana Alokasi Khusus 20.00 24.45 35.12 20.30 (42.20)
Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 26.30 - 16.00 - - Pendapatan HibahDana Darurat 5.00 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda LainnyaDana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 11.00 Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Pemda LainnyaBantuan Dana Kontijensi/Penyeimbang dr Pemerintah 26.30
Total Pendapatan 894.93 955.96 1,136.13 1,256.89 1,304.93 3.82
Keterangan Perubahan (%)
B. Anggaran Belanja Tahun 2010
Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Jambi pada tahun 2010 diperkirakan akan
menurun sebesar 7,14% dari tahun lalu. Menurunnya sisa lebih perhitungan
anggaran tahun 2010 dibandingkan dengan tahun sebelumnya menyebabkan
menurunnya dana yang dapat dipergunakan dalam APBD 2010. Penurunan belanja
pemerintah ini diikuti dengan menurunnya belanja langsung sebesar Rp137,10 miliar
(-14,66%). Sementara itu, belanja tidak langsung mengalami peningkatan Rp21,44
miliar (3,13%).
Menurunnya anggaran belanja langsung tahun 2010 diikuti dengan
penurunan belanja barang dan jasa serta belanja modal masing-masing sebesar
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
60
Rp82,91 miliar (19,52%), dan Rp57,72 miliar (12,77%) sementara belanja pegawai
tetap meningkat. Belanja barang dan jasa serta modal merupakan upaya pemerintah
untuk meningkatkan pembangunan secara langsung.
Meningkatnya anggaran belanja tidak langsung terutama disebabkan oleh
meningkatnya belanja pegawai dan belanja hibah masing-masing sebesar Rp45,55
miliar (12,82%) dan Rp43,30 miliar (1237,44%).
Tabel 4.3. Belanja APBD Provinsi Jambi Tahun 2010 (dalam miliar Rupiah)
APBD APBD APBD APBD APBD 2006 2007 2008 2009 2010
Belanja Tidak Langsung 356.56 404.20 522.38 685.67 707.11 3.13 Belanja Pegawai 179.31 219.38 354.30 355.25 400.80 12.82 Belanja Subsidi - Belanja Hibah 2.64 3.50 46.80 1,237.14 Belanja Bantuan Sosial 21.53 11.29 31.20 4.45 (85.74) Belanja Bagi Hasil Kpd Provinsi/Kab/Kota dan Desa 144.70 142.42 142.65 170.95 176.27 3.11 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Provinsi/Kab/Kota dan Desa
20.10 15.88 6.50 114.77 58.79 (48.78)
Belanja Tidak Terduga 12.44 5.00 5.00 10.00 20.00 100.00 Belanja Langsung 800.28 887.40 906.79 934.92 797.83 (14.66)
Belanja Pegawai 123.87 85.14 61.90 58.15 61.68 6.07 Belanja Barang dan Jasa 265.26 338.22 335.68 424.68 341.77 (19.52) Belanja Modal 411.16 464.04 509.22 452.09 394.37 (12.77)
Total Belanja 1,156.84 1,291.60 1,429.18 1,620.59 1,504.93 (7.14)
Keterangan Perubahan (%)
Sementara itu, belanja pada APBD 2010 menurut urusan pemerintahan
daerah dan organisasinya, belanja terbesar diperuntukkan untuk otonomi daerah,
pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah,
kepegawaian dan persandian yaitu sebesar 34,8% dari total belanja, diikuti oleh
urusan pekerjaan umum 17,9%; pendidikan 12,1%; kesehatan 9,4%; pertanian
sebesar 6,6%; tenaga kerja 2,2%; perumahan 1,9%; kepegawaian 1,5% serta
lainnya 13,7%.
Anggaran otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan
daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian; pekerjaan umum,
pendidikan, pertanian dan perumahan mengalami penurunan dibandingkan
tahun lalu dengan penurunan terbesar adalah untuk pertanian (39,0%).
Anggaran pekerjaan umum menurun Rp57,19 miliar (17,5%). Selama ini
anggaran pekerjaan umum masih di bawah kebutuhan anggaran penanganan
ideal yang dibutuhkan. Oleh sebab itu penggunaan dana infrastruktur saat ini
adalah berdasarkan skala prioritas dimana pemeliharaan jalan supaya tidak putus.
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
61
Anggaran kesehatan tahun 2010 meningkat Rp20,34 miliar (16,9%).
Peningkatan ini diharapkan dapat memperbaiki pelayanan kesehatan yang
bermutu dan berbiaya murah (gratis) bagi masyarakat, terutama bagi golongan
yang kurang mampu.
Grafik 4.2. Perkembangan Belanja per Dinas 2009-2010
Grafik 4.3. Distribusi Belanja APBD Provinsi Jambi
(5.0)(17.5)
(7.4)
16.9
(39.0)
43.5
(17.7)
68.8
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
0
100
200
300
400
500
600
Otoda PkrjnUmum
Pnddkn Kshtn Pertanian Tng Krj
Prmhn Kpgwn
2009 2010 Pertumbuhan %), RHS
Otoda34.8%
PkrjnUmum17.9%
Pnddkn12.1%
Kshtn9.4%
Pertanian6.6%
Tng Krj
2.2%
Prmhn1.9%
Kpgwn1.5% Lainnya
13.7%
C. REALISASI PENDAPATAN DAERAH TAHUN 2009
Sampai dengan semester II tahun 2009, realisasi pendapatan Provinsi
Jambi telah mencapai 104,85% dari target penerimaan (Rp1,29 triliun) atau
setara dengan Rp1,35 triliun. Realisasi pendapatan ini lebih rendah dibandingkan
pencapaian realisasi pendapatan pada semester II tahun 2008 yang mampu
mencapai Rp1,44 triliun. Penurunan realisasi pendapatan terutama berasal dari
lebih rendahnya pendapatan asli daerah (PAD) pada tahun 2009. Penurunan
terbesar terutama disumbangkan oleh realisasi pajak daerah yang turun sebesar
Rp88,47 miliar (16,79%).
Grafik 4.4. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
62
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
TW I TW II TW III TWIV
TW I TW II TW III TWIV
TW I TW II TW III TWIV
TW I TW II TW III TWIV
SMTI
SMTII
SMTI
SMTII
SMTI
SMTII
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009Sumber: Biro Keuangan (diolah)Mulai tahun 2007 laporan realisasi APBD dilakukan per-semester
0
25
50
75
100
125
150miliar (Rp) persen (%)
Pendapatan (aksis kiri) Realisasi Pendapatan (aksis kiri) % Realisasi Pendapatan (aksis kanan)
Dari segi pencapaian realisasi pendapatan, komponen lain-lain pendapatan
asli daerah yang sah memiliki realisasi tertinggi yang mencapai 173,90%, diikuti
oleh komponen dana bagi hasil bukan pajak (SDA) yang mencapai 121,44% serta
komponen hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mencapai
104,45% pada semester II tahun 2009.
D. REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2009
Belanja pemerintah Provinsi Jambi tahun 2009 terdiri dari belanja operasi,
belanja modal, belanja tak terduga serta transfer. Sampai dengan semester II
tahun 2009, realisasi belanja mencapai 91,76% (Rp1,53 triliun). Realisasi belanja
tahun 2009 masih lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2008 yang hanya
mencapai 86,94%.
Grafik 4.5. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
63
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
TW I TW II TW III TWIV
TW I TW II TW III TWIV
TW I TW II TW III TWIV
TW I TW II TW III TWIV
SMTI
SMTII
SMTI
SMTII
SMTI
SMTII
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: Biro KeuanganMulai tahun 2007, laporan realisasi APBD per-semester
0
25
50
75
100
125
150
miliar (Rp) persen (%)
Belanja (aksis kiri) Realisasi Belanja (aksis kiri) % Realisasi Belanja (aksis kanan)
Berdasarkan jenis belanja, realisasi belanja terbesar secara nominal adalah
untuk belanja operasi yaitu sebesar Rp910,64 miliar diikuti dengan belanja modal
sebesar Rp445,68 miliar. Belanja operasi terealisasi sebesar 90,96% dari
anggaran dengan komposisi biaya terbesar (secara nominal) untuk belanja
pegawai yaitu sebesar Rp378,63 miliar diikuti dengan belanja barang sebesar
Rp348,27 miliar. Dari sisi belanja modal, pengeluaran terbesar dari komponen
belanja ini adalah untuk belanja jalan, irigasi dan jaringan yaitu sebesar Rp282,02
miliar (terealisasi 93,06%). Sementara itu, anggaran transfer terealisasi sebesar
Rp173,40 miliar (99,11%) di tahun 2009. Belanja transfer merupakan transfer
bagi hasil pajak ke kabupaten/kota/desa di Provinsi Jambi.
E. Keuangan Pemerintah Daerah
Perkembangan simpanan pemerintah daerah di perbankan Jambi
mencapai Rp1,33 triliun pada triwulan laporan (posisi Februari 2010), meningkat
sebesar 97,13% dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan jenisnya,
simpanan pemerintah daerah paling besar dalam bentuk giro (88,77%), diikuti
dengan deposito (10,43%).
Grafik 4.6. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
64
(dalam miliar Rupiah)
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
jan feb mar apr mei jun jul agus sep okt nov des jan feb mar apr mei jun jul agus sep okt nov des jan feb
2008 2009 2010
Deposito Giro
Periode awal tahun anggaran 2010, realisasi belanja pemerintah daerah
belum seluruhnya optimal. Belanja pemerintah daerah masih terbatas pada
realisasi belanja operasional (belanja gaji pegawai dan belanja operasional rutin
lainnya). Dampaknya, simpanan pemerintah daerah meningkat drastis
dikarenakan transfer dana perimbangan (khususnya dana alokasi umum/DAU)
dari pemerintah pusat terus mengalir ke rekening pemerintah daerah, sementara
realisasi belanja masih belum optimal.
i
Boks 2.
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jambi Tahun 2010
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jambi merupakan salah satu
rangkaian dan tahapan perencanaan yang bertujuan menyusun dokumen Rencana
Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2011. Kegiatan ini didasari pada Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Musrenbang Provinsi Jambi tahun 2010 diselenggarakan selama 4 hari, dari
tanggal 12 April 2010 sampai dengan 15 April 2010. Acara ini diikuti oleh komisi-
komisi dan Badan Anggaran DPRD Provinsi Jambi, Kepala SKPD di lingkungan
Pemerintah Provinsi Jambi, Kepala Bappeda dan Kepala SKPD terkait di lingkup
Pemerintah Kabupaten/Kota, Asosiasi Profesi serta Perwakilan dari Masyarakat.
1. Kebijakan Pembangunan Nasional.
2. Kebijakan Penataan Ruang Nasional.
3. Arah dan Kebijakan Pembangunan Provinsi Jambi Tahun 2011.
4. Pembahasan Usulan Program dan Kegiatan Masing-masing Kabupaten/Kota.
Berdasarkan Rencana Pola dan Struktur Ruang maka RKPD Provinsi Jambi 2011
diarahkan kepada penguatan hirarki pusat-pusat kegiatan dengan melaksanakan
pembangunan dan pengembangan infrastruktur dasar perkotaan. Pada tahun 2011,
program prioritas RKPD Provinsi Jambi tahun 2011 adalah:
1. Pembangunan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Pelayanan Dasar
2. Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Kebudayaan
3. Penataan Kelembagaan
4. Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup
Fokus pembangunan tersebut juga diikuti oleh seluruh kabupaten/kota.
Pembangunan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Pelayanan Dasar
Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan dasar merupakan fokus utama
provinsi Jambi di tahun 2011. Fokus pengembangan sektor ini terutama untuk
pembangunan dan pemeliharaan jalan, pengembangan irigasi, pengembangan sektor
energi, serta pembangunan dan pengembangan sarana perhubungan. Pembangunan
jalan baik berupa pembangunan jalan provinsi maupun kabupaten tetap menjadi
prioritas utama. Kondisi infrastruktur jalan darat yang buruk akan menghambat
aktivitas ekonomi. Rusaknya infrastruktur akan menyebabkan tingginya biaya distribusi
sehingga harga-harga barang akan meningkat. Sementara itu dari sisi petani, kondisi
ini dapat menyebabkan turunnya pendapatan.
Dari sisi perhubungan, kabupaten kerinci sudah meresmikan bandara di awal
tahun ini. Saat ini baru sebuah penerbangan yang beroperasi ke Kerinci dari Kota
ii
Jambi. Adanya pembangunan bandara ini diharapkan semakin mempermudah akses
komunikasi antara wilayah barat dan timur provinsi Jambi. Sementara itu,
pengembangan bandara Bungo sudah sampai tahap pengerasan untuk landasan pacu.
Pengembangan sumber energi baru sudah dirintis oleh beberapa kabupaten.
Pengembangan sumber energi alternatif diharapkan dapat terlaksana dengan segera.
Sampai dengan saat ini Jambi masih mengalami defisit listrik. Produksi listrik di Jambi
hanya mencukupi kurang dari 40% kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan listrik
bergantung pada jaringan interkoneksi Sumatera. Oleh sebab itu diperlukan
pengembangan sumber energi baru yang murah. Pengembangan sumber energi listrik
di Jambi adalah:
Kabupaten Bungo
- Pemasangan jaringan listrik, Saluran Udara Tegangan Menengah/ Rendah dan
Travo
- Peningkatan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hydro
- Pengadaan PLTS 801 unit : Dusun Senamat Ulu, Timbolasi dan Sei. Telang
Kabupaten Merangin
Saat ini masih terdapat 38% desa di Kabupaten Merangin yang belum dialiri
listrik. Pengembangan sumber energi yang akan dibangun adalah:
- Peningkatan Kapasitas PLTMH (Desa Tanjung Dalam, Lembah Masurai)
- Peningkatan kapasitas PLTMH (Desa Tuo, Lembah Masurai)
- Pembangunan Baru PLTMH (Desa Renah Pelaan, Jangkat)
- Peningkatan/Penggantian PLTMH (50 KWH) dan Penggantian Jaringan
Tegangan Rendah (JTR) (Desa Rantau Suli, Sungai Tenang)
Kabupaten Kerinci
- Pembangunan Pembangkit Listrik Mikrohidro (PLTMH) di Kabupaten Kerinci (2
lokasi)
- Pengembangan dan Pembangunan PLTS (2 lokasi)
- Percepatan Pembangunan PLTA Kerinci
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
- Pengembangan listrik SIS di 73% kecamatan dan 46,2% desa
- Pengembangan PLTS di 12 Desa dengan ruang lingkup mencapai 40% di
setiap desa
Kabupaten Sarolangun
- Pembangunan PLTMH Telun Seluro Kecamatan Batang Asai
- Pembangunan Jaringan Listrik Tegangan Menengah (JLTM)
- Pembangunan Jaringan Listrik Tegangan Rendah (JLTR)
iii
Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Kebudayaan
Pengembangan SDM dan kebudayaan difokuskan pada pendidikan dan
kesehatan. Pengembangan kedua sub sektor ini merupakan kelanjutan dari program-
program sebelumnya. Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan, pengembangan
sarana dan prasarana sekolah, dan pencanangan program melek huruf merupakan
beberapa program dari sub sektor pendidikan. Sementara pengembangan layanan
kesehatan diutamakan untuk pengembangan rumah sakit, puskesmas dan jejaringnya,
serta penanganan penyakit-penyakit tertentu.
Penataan Kelembagaan
Penataan kelembagaan akan dilaksanakan melalui penguatan dan
pemberdayaan lembaga baik dari tingkat desa sampai ke tingkat kabupaten. Dengan
adanya program ini diharapkan iklim usaha akan semakin membaik sehingga memicu
para pengusaha untuk menanamkan modalnya di Jambi. Mudahnya pemberian izin
usaha akan meningkatkan minat pengusaha untuk melegalkan usaha mereka misalnya
untuk usaha batubara dan bahan galian. Meningkatnya izin usaha untuk komoditi ini
akan memicu meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD).
Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup
Fokus pengembangan perekonomian di Jambi disesuaikan dengan struktur
ekonomi masing-masing daerah. Namun demikian, sektor pertanian tetap menjadi
prioritas utama pengembangan mengingat dapat menyerap banyak tenaga kerja.
Oleh sebab itu pengembangan sektor pertanian yang didukung oleh teknologi
memadai serta pengembangan sektor industri yang tepat diharapkan dapat lebih
mengoptimalkan kinerja pertanian di Jambi.
Fokus utama pengembangan sektor pertanian terdapat pada sub sektor
perkebunan dan tanaman bahan makanan selain juga sub sektor peternakan dan
perikanan untuk beberapa daerah tertentu. Pengembangan sub sektor tanaman bahan
makanan diusulkan melalui:
- Peningkatan produksi pertanian melalui penyediaan dan sertifikasi bibit unggul,
pengelolaan distribusi pupuk serta penanganan pasca panen yang tepat.
- Peningkatan penerapan teknologi pertanian melalui penyediaan sarana dan
prasarana pertanian, pengembangan irigasi.
- Peningkatan pemanfaatan lahan untuk pertanian (terutama lahan tidur) dan
penyusunan kebijakan pencegahan alih fungsi lahan pertanian.
Sementara itu, pengembangan sub sektor perkebunan lebih diarahkan kepada
pengembangan kelapa sawit dan karet yang merupakan komoditi unggulan Jambi.
Beberapa pengembangan sub sektor perkebunan yang diusulkan adalah:
- Peremajaan karet dan optimalisasi program revitalisasi perkebunan
iv
- Perluasan areal perkebunan
- Peningkatan sarana dan prasarana perkebunan dengan pengembangan jalan
produksi
- Perbaikan fasilitas yang mendukung pemasaran produk perkebunan seperti di
pasar lelang karet.
REKOMENDASI
1. Peningkatan integrasi program RKPD provinsi Jambi. Saat ini intergrasi
program pengembangan belum terlaksana dengan baik antar kabupaten/kota
sehingga terjadi tumpang tindih. Beberapa kabupaten/kota mengusulkan
program yang serupa (misal pengembangan sumber energi). Pengembangan
ini akan lebih optimal jika difokuskan daerah mana yang akan menjalankannya
dan bagaimana penyalurannya sehingga biaya akan lebih efisien dan waktu
pengerjaan akan lebih cepat.
2. Pemerintah daerah sebaiknya lebih fokus dalam menentukan rencana
program ke depan beserta targetnya. Beberapa kabupaten/kota belum
fokus dalam menentukan target yang akan dicapai dalam beberapa tahun ke
depan. Hal ini terlihat dari terlalu banyaknya program-pogram yang diusulkan.
Banyaknya program tentu akan berdampak pada semakin sedikitnya anggaran,
waktu dan tenaga kerja yang tersisa untuk menjalankan program tersebut
sehingga hasilnya akan kurang optimal.
65
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Pada periode triwulan laporan, perkembangan pembayaran tunai di Jambi
mengalami penurunan, sedangkan pembayaran non tunai mengalami
peningkatan. Penurunan pembayaran tunai tercermin pada jumlah aliran uang
masuk/inflows dan uang keluar/outflows Bank Indonesia yang berasal dari
setoran dan pembayaran kepada bank-bank umum di wilayah kerja Kantor Bank
Indonesia Jambi. Sementara untuk pertumbuhan pembayaran non-tunai dapat
dilihat dari meningkatnya volume aktivitas kliring dan nominal transaksi RTGS di
Provinsi Jambi selama kurun waktu periode laporan.
Tabel 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KBI Jambi
2010Trw. III Trw. IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Nominal Persen
Nilai Kliring (juta Rp) 2,066,986 2,010,418 1,413,797 1,585,118 1,600,873 1,721,046 1,632,198 (88,848) (5.16) Volume Kliring (lembar warkat) 68,947 60,278 58,349 59,407 61,323 61,397 61,881 484 0.79 Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 226,795 558,429 295,018 124,946 179,942.58 387701 217,196 (170,505) (43.98) Aliran Uang Keluar/Ouflows (juta Rp) 1,191,144 695,552 263,397 923,429 930,375 1205071 396,030 (809,041) (67.14) Net Inflows/ (Net Outflows) (juta Rp) (964,349) (137,123) 31,621 (798,483) (750,433) (817,370) (178.830) 817,191 (99.98) RTGS dari jambi (miliar Rp) 7,204 7,384 5,511 6,168 6,554 8,032 9,259 1,227 15.28 RTGS ke Jambi (miliar Rp) 19,315 19,030 18,792 19,149 13,348 17,998 30,773 12,775 70.98 Penemuan Uang Palsu- Pecahan Rp100.000,00 - - - - - - - - - - Pecahan Rp50.000,00 - - - - - - - - - - Pecahan Rp20.000,00 - - - - - - - - - - Pecahan Rp10.000,00 - - - - - - - - - Jumlah PTTB (juta Rp) 63,707 70,922 29,578 25,812 78,279 148,972 130,156 (18,816) (12.63) Perbandingan PTTB thd. Inflows (%) 28.09 12.70 10.03 20.66 43.50 38.42 59.93 22 55.96 Cek dan BG Kosong- Lembar 808 971 900 992 1,147 894 716 (178) (19.91) - Nominal (juta Rp) 28,487 32,389 27,286 34,355 29,945 24,805 19,222 (5,584) (22.51)
Pertumbuhan (q-t-q)2008 2009Uraian
A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai
A.1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi
Pada triwulan laporan, perkembangan sistem pembayaran tunai
mengalami penurunan, baik dari sisi penerimaan (inflow) maupun aktivitas
pembayaran (outflow), jika dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
66
Pergerakan outflow di bulan Maret 2010 mencapai sebesar Rp220,07 miliar atau
sebesar 55,57% dari total outflow triwulan laporan.
Grafik 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi
-200
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
Q1-03
Q2-03
Q3-03
Q4-03
Q1-04
Q2-04
Q3-04
Q4-04
Q1-05
Q2-05
Q3-05
Q4-05
Q1-06
Q2-06
Q3-06
Q4-06
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Q2-08
Q3-08
Q4-08
Q1-09
Q2-09
Q3-09
Q4-09
Q1-10
Rp miliar
-200
300
800
1,300
1,800
2,300
2,800
Persen
Inflows Outflows Net Outflows Pert. Net Outflows (%)
Pada triwulan laporan, aliran kas keluar bersih (net cash outflow) menurun
sebesar Rp638,54 miliar (78,12%). Arus kas masuk (cash inflow) turun sebesar
Rp170,50 miliar (43,98%) menjadi Rp217,20 miliar, sedangkan aliran kas keluar
(cash outflow) turun sebesar Rp809,04 miliar (67,14%) menjadi Rp396,03 miliar.
A.2. Penyediaan Uang Layak Edar
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang tidak
layak edar (lusuh/rusak) yang masuk ke Bank Indonesia ditujukan untuk menjaga
kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, jumlah
ratio PTTB dibandingkan inflows sebesar 59,93% (Rp130,15 miliar).
A.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan
Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu pada pecahan
berapapun. Untuk menjaga tidak beredarnya uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor
Bank Indonesia Jambi masih terus melakukan kegiatan Sosialisasi Ciri-ciri Keaslian
Uang Rupiah kepada masyarakat.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
67
B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai
B.1. Perkembangan Kliring Lokal
Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan
laporan tercatat sebesar Rp1.632,20 miliar atau turun sebesar 5,16%
dibandingkan triwulan sebelumnya. Sebaliknya, jumlah warkat kliring justru
mengalami peningkatan sebesar 0,79%, yaitu dari 61.323 lembar menjadi
61.881 lembar.
Di sisi lain, jumlah cek dan BG kosong mengalami penurunan sebesar
19,91%, yaitu dari 894 lembar menjadi 716 lembar. Penurunan tersebut diikuti
juga dengan penurunan secara nominal jumlah penolakan sebesar 22,51%, yaitu
dari Rp24,81 miliar menjadi Rp19,22 miliar.
B.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)
Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI RTGS) di Kantor Bank Indonesia Jambi secara total (keluar dan
masuk/dari dan ke) meningkat yaitu sebesar 53,79% sehingga menjadi sebesar
Rp40,03 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp26,03 triliun.
Transfer masuk ke Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp12,75 triliun (174,72%)
dan transfer keluar dari Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp1,23 triliun (16,95%)
pada triwulan I tahun 2010.
Grafik 5.2 dan 5.3 Perkembangan Nominal dan Volume Kliring
1,6711,932
2,067 2,010
1,4141,585 1,601 1,721 1,632
(4.41)
15.61
7.00
(2.74)
12.12
0.997.51
(5.16)
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
Trw.I Trw.II Trw. III Trw.IV
Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IVTrw. I
2008 2009 2010
(25)
(15)
(5)
5
15
25
35
dalam miliar RupiahPersen
Nilai Kliring Pertumbuhan Nilai Kliring
Grafik 5.2
60,526 58,349 61,323 61,397 61,88160,27868,94767,008 59,407
0.96 0.12 0.79
(3.20)
(12.57)
3.231.81
2,89
2.89
-
40,000
80,000
120,000
Trw.I Trw.II Trw. III Trw. IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw. I
2008 2009 2010
(15)
-
15
lembar warkatPersen
Volume Kliring Pertumbuhan Volume Kliring
Grafik 5.3
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
68
Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliar rupiah)
Dari Ke Dari KeTW I-07 5,552.37 4,540.66 89.55 73.24 (28.00) (33.72) (31.48) (36.93) TW II-07 5,469.05 11,659.81 88.21 188.06 (1.50) 156.79 (1.50) 156.79 TW III-07 6,683.00 15,264.37 102.82 234.84 22.20 30.91 16.56 24.87 TW IV-07 6,789.21 14,003.22 113.15 233.39 1.59 (8.26) 10.06 (0.62) TW I-08 5,620.00 16,025.00 93.67 267.08 (17.22) 14.44 (17.22) 14.44 TW II-08 6,351.75 16,874.15 100.82 267.84 13.02 5.30 7.64 0.28 TW III-08 7,204.01 19,314.53 114.35 306.58 13.42 14.46 13.42 14.46 TW IV-08 7,384.30 19,030.05 121.05 311.97 2.50 (1.47) 5.86 1.76 TW I-09 5,511.05 18,792.30 93.41 318.51 (25.37) (1.25) (22.84) 2.10 TW II-09 6,168.31 19,149.01 99.49 308.86 11.93 1.90 6.51 (3.03) TW III-09 6,554.08 13,347.82 107.44 218.82 6.25 (30.29) 8.00 (29.15) TW IV-09 8,031.94 17,997.98 127.49 285.68 22.55 34.84 18.66 30.56 TW I-10 9,259.26 30,772.72 151.79 504.47 15.28 70.98 19.06 76.58 Sumber: www.bi.go.id & KBI Jambi
Kumulatif triwulananPertumbuhan
Rata-rata harianKeteranganDari Ke Dari Ke
Kumulatif Triwulanan Rata-Rata Harian
69
BAB VI KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Pada periode triwulan laporan, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK)
menunjukkan bahwa nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi
masyarakat terhadap kondisi pengangguran masih berada pada level pesimis.32
Sementara, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang pendidikan pada triwulan
laporan menurun signifikan sebesar 70,41% jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya.33
Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi
bulan Februari 2010) mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan
sebelumnya (posisi Desember 2009). Upah minimum Provinsi (UMP) Jambi pada
tahun 2010 meningkat sebesar 12,50% dari sebesar Rp800.000,00 pada tahun
2009 menjadi Rp900.000,00 (tahun 2010). Sementara itu, rasio Upah Minimum
Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup layak (KHL) pada triwulan I tahun 2010
menurun sebesar 1454 bps jika dibandingkan triwulan IV tahun 2009.34
A. Ketenagakerjaan Daerah
Berdasarkan data ketenagakerjaan terbaru yang dikeluarkan Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jambi pada bulan Maret tahun 2010, jumlah
pencari kerja menurun sebesar 70,41% jika dibandingkan triwulan sebelumnya.35
Hal ini dikarenakan pada triwulan sebelumnya berlangsung kegiatan penerimaan
pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan pemerintah daerah seluruh
kabupaten/kota di Provinsi Jambi yang menyebabkan angka pencari kerja
32 Nilai saldo dibawah 100 artinya berada pada level pesimis. Jika nilai saldo meningkat, berarti masyarakat memandang kondisi pengangguran membaik. 33 Perbandingan pada 2 bulan awal periode triwulanan. Posisi data bulan Januari-Februari 2010 (triwulan I-2010) dibandingkan posisi data bulan Oktober-November (triwulan IV-2009). Data pencari kerja terkini tersedia sampai dengan bulan Februari 2010. 34 Rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) dinyatakan dalam satuan persen (%). 35 Posisi data bulan Januari-Februari 2010 (triwulan I-2010) dibandingkan posisi data bulan Oktober-November (triwulan IV-2009)
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
70
meningkat signifikan. Minat masyarakat untuk menjadi PNS sangatlah besar
sehingga mendorong pencari kerja terutama tingkat pendidikan Sarjana untuk
ikut tes penerimaan CPNS tahun 2009.
Secara nominal, jumlah pencari kerja didominasi oleh tingkat pendidikan
dari SLTA sebanyak 1.099 orang, diikuti dengan sarjana sebesar 206 orang
dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan distribusinya (share), pencari
kerja dengan jenjang pendidikan SLTA merupakan bagian terbesar pencari kerja
(69,73%) diikuti oleh lulusan sarjana (S1&S2) sebesar 13,07%.
Grafik 6.1. Jumlah Pencari Kerja dan Pertumbuhannya di Provinsi Jambi Grafik 6.2. Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi
(orang)
( 10 .56 )
( 55.6 3 )
2 1.13
( 50 .2 6 )
10 7.0 1
( 8 .2 8 )( 2 .3 3 )
9 2 .8 6
16 7.9 7
( 55.6 4 )
6 4 .2 6
( 6 5.9 0 )
( 2 8 .14 )
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2009 2010
Sumber: Dinas Sosnakertrans Provinsi Jambi, 2009
(100)
(50)
-
50
100
150
200(%)
Total Pencari Kerjag.pencari kerja
Grafik 6.1
orang
-200400600800
1,0001,2001,4001,6001,8002,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2009 2010
Sumber:Dinas Sosnakertrans Provinsi Jambi, 2009
SD SLTPSLTA DI/DIID III/Sarjana Muda Sarjana
Grafik 6.2
Berdasarkan survei ekspektasi konsumen, jumlah penganguran saat ini
dibandingkan 6 s.d 12 bulan yang lalu menunjukkan penurunan. Kondisi ini
tercermin dari menurunnya nilai saldo kondisi pengangguran dari sebesar
77,33 pada triwulan IV-2009 menjadi 66,77 pada triwulan I-2010. Sejalan
dengan hal tersebut, nilai saldo ekspektasi konsumen terhadap kondisi
pengangguran menunjukkan penurunan nilai saldo yaitu dari sebesar 70,00
menjadi 67,33. Nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi terhadap
pengangguran masih berada pada level pesimis pada triwulan laporan
menunjukkan bahwa masyarakat memandang kondisi ketenagakerjaan masih
kurang kondusif.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
71
Grafik 6.3. Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran
Indeks
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Ekspektasi pengangguran Kondisi pengangguran
Sumber: Bank Indoneisa (diolah)
B. Kesejahteraan
Pergerakan inflasi Kota Jambi pada triwulan laporan meningkat sebesar
1,53%/q-t-q jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya harga-harga
beberapa kebutuhan pokok tersebut pada akhirnya menyebabkan naiknya rata-
rata triwulanan kebutuhan hidup layak (KHL) di Provinsi Jambi sebesar 34,09%,
yaitu dari Rp885.901,00 pada triwulan IV-2009 menjadi Rp1.187.921,00 pada
triwulan laporan.
Grafik 6.4-6.7. Perkembangan Harga Rata-rata Bulanan Beberapa Bahan Kebutuhan Pokok
Rp
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3
2007 2008 2009 2010
Rp
4,000
4,500
5,000
5,500
6,000
6,500
7,000
Merk Anggur Merk King Merk Belida IR 64 (aksis kanan) IR 42 (aksis kanan)
Perkembangan Harga Beras
Grafik 6.4
Rp
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3
2007 2008 2009 2010
Segi Tiga Biru Merk Lencana
Perkembangan Harga Tepung Terigu
Grafik 6.5
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
72
Rp
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2007 2008 2009 2010
Bimoli Botol Special Tanpa Merk
Perkembangan Harga Minyak Goreng
Grafik 6.6
Rp
-
8,000
16,000
24,000
32,000
40,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3
2007 2008 2009 2010
Rp
-
4,000
8,000
12,000
16,000
20,000
Ayam Kampung (aksis kiri) Susu Merk Dancow (aksis kiri) Kacang Kedelai Impor Daging Ayam Broiler (aksis kiri) Bawang Merah
Perkembangan Harga Komoditas lainnya
Grafik 6.7
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, 2009.
Perkembangan harga rata-rata beberapa bahan kebutuhan pokok (lihat
Grafik 6.4-6.7) mengalami perkembangan yang cukup beragam. Harga rata-rata
beras ukuran 20 kg, yaitu Merek Anggur, Merek King dan Merek Belida
mengalami peningkatan harga pada kisaran Rp9.531-Rp11.205/20kg selama
periode triwulan laporan.36 Peningkatan harga juga terjadi pada harga rata-rata
gula selama triwulan laporan. Tren peningkatan harga gula dimulai pada awal
tahun 2009 terus berlanjut sampai dengan akhir periode triwulan I-2010. Bahkan,
harga gula sempat mencapai Rp11.500/kg di akhir tahun 2009 dan relatif
bergerak stabil sampai dengan akhir Maret 2010.
Sejalan dengan hal tersebut, peningkatan harga terjadi pada komoditas
minyak goreng, daging ayam (broiler dan kampung), bawang merah, kacang
hijau, dan susu. Pada periode triwulan laporan, harga rata-rata minyak goreng
curah (tanpa merek) mengalami peningkatan sebesar Rp1.116/kg. Sejalan
dengan hal tersebut, kelompok harga daging ayam, yaitu daging ayam broiler
dan daging ayam kampung naik secara rata-rata masing-masing sebesar
Rp692/kg dan Rp163/kg. Sementara, harga rata-rata bumbu-bumbuan seperti
cabe merah keriting dan cabe merah biasa mengalami penurunan.
Pada triwulan laporan, tantangan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya semakin berat. Hal ini tercermin dari menurunnya
kemampuan Upah Minimum Provinsi (UMP) dalam memenuhi kebutuhan hidup
36 Sumber: Disperindag Provinsi Jambi, 2010.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
73
layak (KHL). Sebagaimana diketahui, Upah Minimum Provinsi (UMP)37 Provinsi
Jambi tahun 2010 yang telah ditetapkan sebesar Rp900.000 per bulan,
meningkat 12,50% dibandingkan tahun 2009 sebesar Rp800.000,00. Rasio UMP
terhadap rata-rata KHL mengalami penurunan dari 90,30% pada triwulan IV-
2009 menjadi 75,76% pada triwulan I-2010. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan UMP dalam menutupi KHM/KHL relatif semakin menurun. Bagi para
pekerja yang mendapatkan upah sesuai dengan UMP atau bahkan dibawah UMP
tentunya sangat berat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara
lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi pada bulan
Februari 2010. Pada bulan Februari 2010, NTP sebesar 95,14 atau sedikit
meningkat 0,34% dibandingkan bulan Desember 2009 (94,82).38 Namun
demikian, NTP yang masih berada dibawah 100 menunjukkan bahwa kenaikan
indeks harga hasil produksi pertanian relatif lebih rendah dibandingkan kenaikan
indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun
untuk keperluan produksi pertanian.
Indeks harga yang diterima petani (It) dari 5 sub sektor menunjukkan
fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan
Februari 2010, It mengalami peningkatan sebesar 1,86% dibandingkan bulan
Desember 2009. Sementara, indeks yang dibayar (Ib) petani juga meningkat
sebesar 1,53% dibandingkan bulan Desember 2009. Namun demikian,
peningkatan indeks yang dibayar (Ib) yang lebih kecil dibandingkan peningkatan
indeks yang diterima (It) menyebabkan NTP pada bulan Februari 2010 masih
relatif lebih baik dibandingkan NTP bulan Desember 2009.
37 Biasanya Upah Minimun Provinsi disesuaikan 1 (satu) tahun sekali. 38 NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
74
Tabel 6.1. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100)
Okt Nov Des Jan Feb
1 Tanaman Padi Palawijaa Indeks Diterima Petani 112.28 114.37 114.22 115.63 117.58 2.94
- Padi 105.71 107.42 107.42 109.09 112.04 4.30- Palawija 137.9 141.45 140.72 141.09 139.17 -1.10
b Indeks Dibayar Petani 118.87 118.23 118.12 119.21 119.75 1.38- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118.03 117.06 116.90 118.23 118.80 1.63- Indeks BPPBM 122.4 123.15 123.25 123.29 123.71 0.37Nilai Tukar Petani (NTP-P) 94.45 96.74 96.70 97.00 98.19 1.54
2 Hortikulturaa Indeks Diterima Petani 115.1 111.45 109.48 111.58 111.59 1.93
- Sayur-sayuran 116.46 112.36 110.68 114.35 116.01 4.82- Buah-buahan 113.46 110.36 108.03 108.23 106.24 -1.66
b Indeks Dibayar Petani 118.41 117.87 117.71 118.91 119.31 1.36- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 117.66 116.68 116.53 117.89 118.47 1.66- Indeks BPPBM 121.26 122.37 122.21 122.79 122.49 0.23Nilai Tukar Petani (NTP-H) 97.21 94.56 93.01 93.84 93.53 0.56
3 Tanaman Perkebunan Rakyata Indeks Diterima Petani 107.96 109.88 110.71 111.53 112.24 1.38
- Tanaman Perkebunan Rakyat 107.96 109.88 110.71 111.53 112.24 1.38b Indeks Dibayar Petani 119.12 118.70 118.51 119.93 120.45 1.64
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118.99 118.37 118.20 119.80 120.36 1.83- Indeks BPPBM 119.62 119.98 119.74 120.42 120.81 0.89Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 90.64 92.57 93.41 93.00 93.18 -0.24
4 Peternakana Indeks Diterima Petani 113.99 115.19 114.85 114.56 116.01 1.01
- Ternak Besar 108.4 109.69 109.28 108.66 110.19 0.83- Ternak Kecil 112.01 112.47 112.47 112.47 112.47 0.00- Unggas 126.17 126.87 126.50 126.85 129.10 2.06- Hasil Ternak 130.51 134.45 134.45 134.45 134.45 0.00
b Indeks Dibayar Petani 116.16 116.24 116.26 117.49 118.28 1.74- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 116.39 116.40 116.26 118.18 118.97 2.33- Indeks BPPBM 115.84 116.01 116.26 116.53 117.34 0.93Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 98.13 99.10 98.79 97.51 98.08 -0.72
5 Perikanana Indeks Diterima Petani 106.72 106.72 107.57 107.69 107.56 -0.01
- Penangkapan 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 0.00- Budidaya 118.65 118.65 121.12 121.48 121.10 -0.02
b Indeks Dibayar Petani 116.51 115.72 115.74 117.19 117.75 1.74- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 116.83 115.72 115.52 117.65 118.45 2.54- Indeks BPPBM 115.84 115.73 116.21 116.22 116.26 0.04Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 91.60 92.22 92.94 91.90 91.35 -1.72
a INDEKS YANG DITERIMA (It) 111.02 111.9 111.84 112.92 113.92 1.86b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) 118.54 118.07 117.94 119.21 119.74 1.53c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) 93.66 94.77 94.82 94.72 95.14 0.34
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
KELOMPOK DAN SUB KELOMPOKPERSENTASE
PERUBAHAN (%) (Nov Ke Sep)
PROVINSI JAMBI
2009 2010
C. Kemiskinan
Dalam rangka turut mensukseskan program pemerintah dalam hal
penanggulangan kemiskinan, pemerintah Jambi (melalui Bulog Divre Jambi)
secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masayarakat yang berhak.
Pada triwulan laporan, penyaluran raskin mencapai sebesar 4.980 ton, menurun
47,85% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 9.550 ton.39
39 Provinsi Jambi pada 2010 mendapat jatah Raskin sekitar 20.000 ton untuk penyaluran selama 10 bulan bagi 133.137 RTS tersebar di dua kota dan sembilan kabupaten dengan harga Rp1.600/Kg.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
75
Grafik 6.8. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
TW II TWIII
TWIV
TW I TW II TWIII
TWIV
TW I TW II TWIII
TWIV
TW I TW II TWIII
TRWIV
TW I TW II TWIII
TRWIV
TW I
2005 2006 2007 2008 2009 2010
(100)
(50)
-
50
100
150
200
250
Sumber: Bulog Prov. Jambi
Penyaluran Raskin (kg), aksis kiri Pertumbuhan Raskin (%), aksis kanan
Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah)
Halaman ini sengaja dikosongkan
77
BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
Laju pertumbuhan kuartalan (q-t-q) PDRB Provinsi Jambi pada triwulan II-
2010 diperkirakan masih mampu tumbuh positif dibandingkan triwulan I-2010.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi kontributor utama
pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Dari sisi
penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih didominasi oleh
sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa.
Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan akan
lebih tinggi dibanding triwulan laporan (q-t-q). Dengan demikian, inflasi tahunan
(y-o-y) diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan laporan. Dari sisi
permintaan, penyelenggaraan pemilihan umum Kepala Daerah Gubernur Jambi
serta memasuki masa liburan sekolah memicu meningkatnya permintaan
masyarakat sehingga harga-harga diperkirakan akan cenderung meningkat. Dari
sisi penawaran, kenaikan tarif dasar listrik serta adanya potensi kenaikan harga
minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan-
bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO), di pasar
internasional disertai dengan belum membaiknya kondisi jalan dapat memicu
meningkatnya angka inflasi Kota Jambi.
A. Pertumbuhan Ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan mendatang
diperkirakan pada kisaran 5,3-6,3% (y-o-y). Pengeluaran konsumsi rumah tangga
masih menjadi motor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada
triwulan mendatang. Hal ini tercermin dari nilai indeks ekspektasi ekonomi
sebesar 118,00 yang masih berada pada level optimis (nilai indeks diatas 100).
Sejalan dengan hal tersebut, indeks ekspektasi penghasilan masyarakat
terus tumbuh secara optimis dan berada pada level 148,67. Semakin
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
78
membaiknya perekonomian di Jambi meningkatkan harapan akan penghidupan
yang lebih baik bagi masyarakat.
Grafik 7.1. Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan Ekspektasi Penghasilan
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
Indeks
Ekspektasi ekonomi Ekspektasi pengangguran Ekspektasi penghasilan
Hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) pada triwulan laporan
menggambarkan rencana konsumsi dalam 6 s.d 12 bulan yang akan datang
sebagian besar berada pada level pesimis, kecuali nilai saldo bersih rencana
konsumsi barang sandang tercatat sebesar 145,33. Sedangkan indikator lainnya
masih bertengger pada level pesimis yaitu: pembelian/perbaikan rumah (74,67);
peralatan rumah tangga (56,67); perabotan rumah tangga (56,00); kendaraan
bermotor (40,67); serta rekreasi/tamasya (73,33). Hal ini menunjukkan bahwa
kecenderungan belanja masyarakat di triwulan II-2010 masih diutamakan untuk
memenuhi kebutuhan pokok, dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan
lainnya.
Grafik 7.2. Rencana Konsumsi dalam 6-12 bulan yang akan datang
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
Indeks
Peralatan rumah tangga Perabotan rumah tangga Kendaraan bermotor
Barang sandang Pembelian/perbaikan rumah Rekreasi/tamasya
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
79
Berdasarkan hasil SKDU triwulan I-2010, optimisme responden pada
triwulan mendatang diyakini oleh pelaku usaha pada sektor pertambangan dan
penggalian; industri pengolahan; listrik dan air minum (LGA); keuangan
persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Hal ini terlihat dari
perkiraan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) untuk sektor-sektor tersebut yang
masih positif (Tabel 7.1).
Tabel 7.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha
Triwulan I-2010
Triwulan II-2010*
1 Pertanian 6.14 (2.63)
2 Pertambangan dan Penggalian (1.27) 2.55
3 Industri Pengolahan 0.55 1.11
4 Listrik dan Air Minum 0.40 0.20
5 Bangunan - (0.69)
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran (1.27) (0.55)
7 Pengangkutan dan Komunikasi - (0.49)
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0.68 3.42
9 Jasa-jasa (5.00) 3.75
0.23 6.67
Saldo Bersih Tertimbang = Saldo Bersih dikalikan bobot Bobot didasarkan pada Distribusi PDRB Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000
Saldo Bersih TertimbangNo Sektor/Subsektor
Total
Keterangan : Saldo Bersih = % naik dikurangi turun
Keterangan : *) Angka perkiraan
Dari sisi penawaran, perkembangan sektor industri pengolahan
diperkirakan akan meningkat pertumbuhannya. Perkembangan industri
pengolahan baik industri pengolahan hasil komoditi pertanian maupun industri
makanan dan minuman akan semakin membaik.
Di sisi lain, sektor jasa-jasa juga diperkirakan akan meningkat. Adanya
Pilkada di triwulan depan akan memicu meningkatnya usaha jasa yang
mendukung semua atribut Pilkada. Selain itu, masa tahun ajaran baru juga ikue
mendorong pertumbuhan sektor ini.
Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia Jambi, pertumbuhan ekonomi
tahunan (y-o-y) Provinsi Jambi pada triwulan II-2010 diperkirakan pada kisaran
5,30%-5,80% (skenario pesimis) atau sebesar 5,81%-6,30% (skenario optimis).
Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi sampai dengan akhir tahun 2010
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
80
diperkirakan pada kisaran 6,00%-7,00% (skenario pesimis) atau sebesar 7,01%-
8,00% (skenario optimis).
Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
pasca krisis ekonomi dunia, diperlukan langkah nyata dan effort yang lebih besar
dari Pemerintah Daerah Jambi untuk memacu pertumbuhan ekonominya.
Beberapa prasyarat agar pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi bisa tumbuh lebih
baik, antara lain melalui:
1. Percepatan realisasi APBD terutama proyek-proyek fisik yang
berorientasi memacu perekonomian.
Infrastruktur merupakan kunci pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah
dengan optimal. Sampai dengan triwulan I-2010, perkembangan proyek-
proyek fisik dengan dana APBD relatif masih rendah. Oleh sebab itu
diharapkan pemerintah daerah dapat menyegerakan realisasi belanja modal
APBD 2010 sehingga mampu mempercepat stimulus pembangunan ekonomi
di Jambi. Pembangunan Infrastruktur bidang transportasi (terutama jalan dan
jembatan) harus dipercepat dalam rangka meningkatkan pelayanan bagi
aktivitas perdagangan serta mengurangi biaya distribusi akibat kurang
kondusifnya sarana jalan dan jembatan.
2. Peningkatan koordinasi antar kabupaten/kota.
Koordinasi pembangunan antar kabupaten/kota diharapkan dapat lebih
ditingkatkan. Setiap daerah diharapkan dapat fokus dalam mencapai target
pembangunan yang nantinya akan dimanfaatkan oleh daerah-daerah di
sekitarnya. Pengembangan yang bersifat one village one product ini
diharapkan dapat lebih mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber
pendanaan yang ada.
3. Pengendalian Inflasi yang Forward Looking.
Diperlukan keberlangsungan kebijakan penanganan inflasi (pengendalian
harga-harga) yang koordinatif antar dinas/instansi terkait secara
berkesinambungan sehingga dapat mendukung terciptanya inflasi yang relatif
rendah dan stabil melalui pengendalian inflasi yang forward looking
diantaranya melalui:
a. Koordinasi antara FKPI Provinsi Jambi dengan Tim Pengendalian Inflasi di
level pusat yang lebih intensif.
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
81
b. Meningkatkan kegiatan diseminasi untuk memberikan pemahaman
kepada masyarakat di daerah terkait kondisi dan prospek ekonomi dan
resiko tekanan inflasi.
c. Pemerintah daerah memberikan perhatian yang lebih kepada komoditas
bahan makanan utama yang masih didatangkan dari luar daerah
sehingga harganya berpotensi untuk bergejolak.
4. Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja Daerah.
Percepatan realisasi belanja modal pemerintah, terutama untuk proyek-proyek
fisik serta program percepatan ekonomi lainnya harus mampu
mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja lokal sehingga mampu membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat Jambi yang berdampak pada
menurunnya angka pengangguran dan kemiskinan, serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Disamping itu, peningkatan program padat karya
(misal: revitalisasi pertanian, perikanan dan peternakan, program
pengembangan jalan lingkungan) dapat menjadi solusi untuk peningkatan
penyerapan tenaga kerja.
5. Kebijakan Agrobisnis yang menguntungkan bagi petani dan
pengusaha.
Beberapa hal yang bisa dilaksanakan adalah:
- Percepatan realisasi tersedianya industri hilir (misal industri minyak
goreng, sabun dll) yang dapat menopang supply sawit dan karet untuk
dioptimalkan menjadi komoditas yang memiliki value added labih baik
sehingga dapat meningkatkan daya saing Provinsi Jambi dalam sektor
perkebunan.
- Perlunya pemberian subsidi dalam pemenuhan stok pupuk dan obat anti
serangga/hama yang dapat digunakan untuk mendukung proses
produksi sehingga petani tetap dapat mempergunakan jumlah pupuk
yang seimbang dan sesuai untuk meningkatkan proses produksi.
- Pengawasan distribusi pupuk yang komprehensif sehingga tidak terjadi
kelangkaan di tingkat petani yang dapat mendorong peningkatan harga
pupuk yang sangat memberatkan petani.
- Penentuan tingkat harga yang saling menguntungkan antara petani
dengan pengusaha sehingga terjadi hubungan bisnis yang kondusif. Oleh
karena itu, perusahaan harus menghindari pembelian komoditas tersebut
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
82
melalui toke.40 Hal ini dikarenakan toke membeli harga komoditas
unggulan Jambi (sawit dan karet) ke petani dibawah harga pasar/harga
yang telah ditetapkan sehingga merugikan petani.
6. Penguatan ekspor barang dan jasa.
Penguatan ekspor di Jambi dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas dan
produktivitas komoditas utama ekspor (seperti karet dan kelapa sawit)
sehingga dapat tetap menjaga daya saing di pasar internasional yang
didukung dengan ketersediaan industri hilir.
7. Pertumbuhan kredit perbankan
Mendorong laju pertumbuhan kredit Provinsi Jambi pada triwulan I-2010
berkisar 15-20% (y-o-y) melalui program-program pendampingan kepada
usaha mikro dan kecil.
B. Proyeksi Inflasi
Secara tahunan (y-o-y), perkembangan harga-harga pada triwulan II-2010
diperkirakan relatif meningkat dibandingkan triwulan I-2010. Kondisi ini
tercermin dari hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) yang menunjukkan bahwa
keyakinan masyarakat terhadap perbaikan harga-harga masih berada pada level
pesimis. Hal tersebut tercermin dari seluruh indikator ekspektasi harga yang
memiliki nilai dibawah 100 atau berada dalam level pesimis (lihat Grafik 7.3).
Sedangkan nilai saldo bersih (SB) untuk indikator kenaikan harga umum sebesar
26,67 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (36,67).41
Grafik 7.3. Saldo Bersih Ekspektasi harga dalam 6-12 bulan yang akan datang
40 Toke bisa juga diartikan tengkulak atau cukong. 41 SB (Saldo Bersih) = (%baik-%buruk)+100%. Nilai dibawah 100% berarti pesimis. Nilai diatas 100% berarti optimis. Saldo Bersih ekspektasi harga merupakan hasil survey dari jawaban pertanyaan ekspektasi terhadap harga barang/jasa pada 6-12 bulan mendatang.
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
83
-
20
40
60
80
100
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
Indeks
Bahan sandang Perumahan & bahan bangunanTransportasi & komunikasi Harga UmumBahan makanan
Inflasi Kota Jambi pada Triwulan II-2010 diperkirakan sebesar 5,00%-
6,00%/y-o-y (skenario optimis) atau sebesar 6,01%-7,00%/y-o-y (skenario
pesimis). Adanya Pilkada Gubernur Jambi serta musim liburan sekolah memicu
meningkatnya angka inflasi dari sisi permintaan. Dari sisi penawaran, kenaikan
tarif dasar listrik serta adanya potensi kenaikan harga minyak mentah dunia yang
diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan-bahan pangan (kedelai, jagung,
gandum), crude palm oil (CPO), di pasar internasional disertai dengan belum
membaiknya kondisi jalan dapat memicu meningkatnya angka inflasi Kota Jambi.
Grafik 7.4. Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi periode tahun 2006 s.d. Maret 2010 serta Perkiraan April s.d. Juni 2010
-2
-1
0
1
2
3
4
5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan: Inflasi bulan April- Juni 2010 adalah angka perkiraan
m-t-m (%)
2006 2007 2008 2010 2009
Grafik 7.5. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
84
periode tahun 2006 s.d. Maret 2010 serta Perkiraan April s.d. Juni 2010
-5
0
5
10
15
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan: Inflasi Bulan April-Juni 2010 merupakan angka perkiraan dengan deviasi ±1%
y-o-y (%)
2006 2007 2008 2009 2010 optimis
Beberapa faktor-faktor lain yang masih berpotensi akan memberikan
tekanan inflasi selama triwulan mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi
melampaui sasaran antara lain 1) Tingginya perputaran uang di masyarakat
menjelang Pilkada Gubernur Jambi bulan Juni 2010, 2.) Masa tahun ajaran baru
direspon oleh institusi pendidikan dengan meningkatkan biaya pendidikan, 3.)
Meningkatnya tarif dasar listrik sebesar 15% di bulan Juni diperkirakan akan
meningkatkan angka inflasi Jambi sebesar 0,50% secara langsung 4.) Kondisi
infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala akan meningkatkan biaya
distribusi dan transportasi barang dan jasa, serta 5) Potensi kenaikan harga
minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan-
bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar
internasional. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu meningkatnya
angka inflasi pada periode triwulan II-2010.
Sementara, masih tercukupinya stok beberapa kebutuhan pokok
diperkirakan mampu meredam potensi gejolak harga yang terjadi sewaktu-waktu
akibat kemungkinan shock di sisi penawaran. Stok beras di Bulog Divre Jambi
diprakirakan cukup untuk meredam gejolak harga beras. Faktor lain, belum
adanya rencana pemerintah pusat menaikkan harga komoditas administered
price yang strategis (bahan bakar minyak/BBM, dan elpiji) selama tahun 2010
diperkirakan mampu memperbaiki ekspekatsi inflasi masyarakat sehingga dapat
menahan laju inflasi naik lebih tinggi.
LAMPIRAN
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
Halaman ini sengaja dikosongkan
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
2010**I II III IV I II III IV I
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1. PERTANIAN 2,264,958.82 2,398,374.33 2,527,467.86 2,601,183.58 2,697,692.70 2,816,726.34 2,888,832.44 2,947,155.23 3,015,958.83 a. Tanaman Bahan Makanan 760,459.33 806,070.94 841,868.06 875,756.85 920,059.35 987,506.80 1,002,255.43 1,003,865.16 1,030,473.94 b. Tanaman Perkebunan 1,067,338.57 1,137,740.73 1,210,085.67 1,212,572.70 1,255,285.44 1,279,405.27 1,322,145.34 1,371,807.24 1,400,364.17 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 128,869.16 132,928.56 136,627.55 139,897.13 148,622.58 155,852.41 159,827.17 164,253.66 167,894.86 d. Kehutanan 194,164.34 199,574.46 206,938.52 209,924.75 216,967.74 234,889.11 239,958.33 242,005.27 247,458.46 e. Perikanan 114,127.43 122,059.64 131,948.07 163,032.15 156,757.59 159,072.74 164,646.16 165,223.89 169,767.39 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 2,160,772.53 2,920,395.13 3,163,638.97 2,280,953.39 1,615,029.73 1,828,851.06 2,067,178.10 2,261,571.09 2,285,511.33 a. Minyak dan Gas Bumi 1,923,091.04 2,655,784.49 2,857,582.73 1,901,090.92 1,336,814.01 1,532,097.69 1,761,428.45 1,971,062.47 1,990,290.83 b. Pertambangan tanpa Migas 143,246.66 167,931.41 207,326.93 277,742.63 172,445.40 187,467.98 192,573.43 177,589.09 179,708.99 c. Penggalian 94,434.84 96,679.24 98,729.31 102,119.84 105,770.32 109,285.39 113,176.22 112,919.53 115,511.51 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,094,101.43 1,129,188.32 1,169,351.29 1,175,637.25 1,203,091.13 1,236,200.31 1,296,004.16 1,337,478.39 1,358,636.21 a. Industri Migas 111,258.70 107,913.43 120,071.65 108,466.62 114,034.83 114,948.29 117,112.58 118,415.22 120,394.09 1. Pengilangan Minyak Bumi 111,258.70 107,913.43 120,071.65 108,466.62 114,034.83 114,948.29 117,112.58 118,415.22 120,394.09 2. Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 982,842.73 1,021,274.89 1,049,279.64 1,067,170.63 1,089,056.30 1,121,252.02 1,178,891.58 1,219,063.18 1,238,242.13
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 79,186.96 82,892.56 81,055.23 86,224.15 87,294.61 93,306.14 93,695.18 93,746.83 95,189.35 a. Listrik 65,854.34 68,780.00 65,921.82 70,523.15 71,056.60 77,013.53 76,913.13 76,933.25 78,158.53 b. Gas c. Air Bersih 13,332.62 14,112.56 15,133.41 15,701.00 16,238.01 16,292.61 16,782.05 16,813.58 17,030.81 5. BANGUNAN 423,266.64 435,005.87 446,648.65 466,934.14 493,113.64 506,913.35 524,079.68 539,131.19 551,398.94
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1,334,699.12 1,386,667.22 1,446,907.64 1,479,699.08 1,494,477.94 1,591,195.93 1,680,254.97 1,736,845.63 1,784,032.94 a. Perdagangan Besar & Eceran 1,223,738.58 1,274,014.64 1,333,341.11 1,365,611.58 1,374,992.62 1,469,259.46 1,553,974.97 1,607,473.94 1,652,220.99 b. Hotel 19,480.12 20,545.46 20,701.05 20,805.54 21,508.28 21,960.56 22,573.73 23,380.09 23,655.32 c. Restoran 91,480.43 92,107.12 92,865.48 93,281.96 97,977.04 99,975.91 103,706.27 105,991.60 108,156.64 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 625,379.84 636,321.17 659,411.31 683,149.36 715,779.03 740,847.70 776,000.05 798,781.23 809,175.69 a. Pengangkutan 578,246.69 587,161.07 609,776.51 632,732.56 659,885.17 683,992.44 716,408.82 737,664.67 746,281.14 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 406,539.81 415,211.07 433,631.62 449,411.83 465,406.90 476,048.14 499,729.05 516,023.38 521,082.60 3. Angkutan Laut 66,912.29 69,505.08 71,109.98 71,714.73 80,671.26 82,189.64 83,447.37 84,249.14 85,740.90 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 29,227.28 29,951.52 30,164.87 30,209.36 32,197.45 33,212.14 33,818.58 34,265.54 35,195.88 5. Angkutan Udara 45,664.56 41,730.55 43,339.86 49,137.81 46,592.19 56,847.00 61,934.04 64,380.99 64,975.66 6. Jasa Penunjang Angkutan 29,902.75 30,762.85 31,530.18 32,258.82 35,017.37 35,695.53 37,479.77 38,745.62 39,286.09 b. Komunikasi 47,133.15 49,160.10 49,634.80 50,416.80 55,893.87 56,855.26 59,591.23 61,116.56 62,894.55 1. Pos dan Telekomunikasi 46,324.20 48,332.04 48,796.48 49,571.05 55,015.82 55,960.06 58,660.98 60,162.76 61,916.67 2. Jasa Penunjang Komunikasi 808.96 828.05 838.32 845.76 878.05 895.20 930.25 953.80 977.88
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 403,888.80 446,879.48 474,578.91 480,418.56 522,531.95 547,770.21 576,594.69 597,181.68 607,241.80 a. Bank 148,243.29 180,486.71 197,951.47 192,555.05 212,093.81 227,748.97 246,505.29 258,177.46 264,661.01 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 29,688.96 30,484.82 31,070.76 31,630.91 34,987.26 35,930.47 36,658.47 37,463.81 38,272.60 c. Jasa Penunjang Keuangan 1,967.14 2,033.51 2,101.62 2,125.04 2,341.56 2,387.91 2,498.91 2,586.78 2,623.25 d. Sewa Bangunan 217,288.89 226,998.15 236,426.04 246,835.21 265,053.92 273,495.31 282,443.12 290,215.99 292,784.08 e. Jasa Perusahaan 6,700.51 6,876.29 7,029.01 7,272.34 8,055.40 8,207.55 8,488.89 8,737.64 8,900.87 9. JASA-JASA 972,886.31 992,233.42 1,012,262.83 1,033,863.40 1,061,354.04 1,085,949.30 1,112,711.30 1,150,555.88 1,173,890.66 a. Pemerintahan Umum 833,856.20 850,804.49 867,152.58 886,876.32 912,522.22 933,904.32 954,152.66 985,673.80 1,004,684.34 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 571,314.96 582,389.64 595,095.24 608,132.47 628,028.66 641,648.75 654,863.52 677,639.15 690,105.51 2. Jasa Pemerintah lainnya 262,541.24 268,414.85 272,057.33 278,743.85 284,493.56 292,255.57 299,289.14 308,034.64 314,578.83 b. Swasta 139,030.11 141,428.93 145,110.26 146,987.08 148,831.82 152,044.98 158,558.64 164,882.08 169,206.32 1. Sosial Kemasyarakatan 95,138.30 96,535.59 98,960.66 100,592.66 101,573.42 103,955.92 109,268.72 113,820.51 116,936.67 2. Hiburan & Rekreasi 7,124.14 7,229.56 7,336.85 7,367.30 7,496.30 7,619.00 7,819.86 8,168.90 8,263.76 3. Perorangan & Rumahtangga 36,767.66 37,663.78 38,812.75 39,027.12 39,762.10 40,470.06 41,470.06 42,892.68 44,005.88 PDRB Migas 9,359,140.46 10,427,957.50 10,981,322.69 10,288,062.91 9,890,364.78 10,447,760.33 11,015,350.57 11,462,447.17 11,681,035.76 PDRB Tanpa Migas 7,324,790.72 7,664,259.58 8,003,668.31 8,278,505.37 8,439,515.94 8,800,714.36 9,136,809.55 9,372,969.48 9,570,350.84
2008* 2009**LAPANGAN USAHA
Keterangan: *angka sementara
** angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
2010**
I II III IV I II III IV I(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1. PERTANIAN 1,140,156.78 1,163,383.47 1,182,052.55 1,205,603.17 1,235,487.70 1,243,970.45 1,256,514.56 1,262,808.61 1,279,435.94 a. Tanaman Bahan Makanan 415,167.90 428,478.31 437,572.75 450,618.23 466,009.83 470,041.38 470,484.01 457,546.65 466,256.56 b. Tanaman Perkebunan 538,419.01 546,629.93 553,762.77 558,285.33 576,519.49 580,081.59 588,790.11 606,358.89 613,318.28 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 76,182.50 76,357.09 76,759.06 77,064.20 78,063.18 78,144.42 79,812.89 81,686.80 82,370.35 d. Kehutanan 67,430.77 67,607.12 67,875.43 67,987.09 65,683.37 65,803.52 66,410.54 66,488.67 66,583.93 e. Perikanan 42,956.60 44,311.03 46,082.54 51,648.32 49,211.83 49,899.54 51,017.01 50,727.59 50,906.81 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 398,238.51 444,841.89 504,880.40 503,517.63 461,553.56 466,948.56 469,120.23 467,020.54 468,082.62 a. Minyak dan Gas Bumi 312,835.24 352,240 401,473.50 381,152.93 367,608.26 368,316.08 368,528.26 371,467.84 372,129.93 b. Pertambangan tanpa Migas 41,362.48 48,090.02 58,430.27 76,796.07 47,215.02 50,772.11 51,458.00 46,952.15 47,015.89 c. Penggalian 44,040.80 44,512.03 44,976.62 45,568.63 46,730.29 47,860.38 49,133.97 48,600.55 48,936.80 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 502,840.62 513,480.82 522,111.87 519,818.82 524,604.28 528,114.89 547,323.88 558,240.57 560,557.19 a. Industri Migas 33,805.43 32,984.05 35,310.24 31,513.18 33,032.28 33,180.59 33,747.74 34,015.21 34,227.42 1. Pengilangan Minyak Bumi 33,805.43 32,984.05 35,310.24 31,513.18 33,032.28 33,180.59 33,747.74 34,015.21 34,227.42 2. Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 469,035.18 480,496.77 486,801.63 488,305.64 491,572.01 494,934.30 513,576.14 524,225.36 526,329.77 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 28,725.19 29,859.78 28,721.66 30,424.36 30,706.63 32,763.31 32,580.63 32,595.21 32,861.91 a. Listrik 24,209.08 25,258.69 24,191.29 25,851.37 25,998.33 28,080.85 27,790.86 27,796.80 28,036.78 b. Gas c. Air Bersih 4,516.12 4,601.09 4,530.37 4,572.98 4,708.29 4,682.47 4,789.77 4,798.41 4,825.13 5. BANGUNAN 176,847.49 179,216.33 180,183.25 185,235.31 191,514.20 193,824.13 197,187.75 199,948.62 201,492.90 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 627,939.14 636,138.93 643,712.48 655,067.71 657,880.69 679,789.26 702,014.83 716,906.02 723,880.00 a. Perdagangan Besar & Eceran 570,784.46 578,548.76 585,962.92 597,115.75 599,302.58 621,003.96 642,873.07 656,895.70 663,633.98 b. Hotel 10,295.23 10,554.09 10,566.62 10,617.30 10,904.55 11,022.09 11,066.68 11,287.72 11,335.09 c. Restoran 46,859.45 47,036.07 47,182.94 47,334.66 47,673.56 47,763.21 48,075.08 48,722.60 48,910.93 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 296,468.81 295,297.25 300,814.87 305,931.63 307,479.24 312,192.03 320,521.06 327,982.64 329031.7717 a. Pengangkutan 270,278.90 268,851.18 274,172.72 279,064.10 280,036.94 284,368.60 291,723.18 298,517.10 298925.8202 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 175,064.39 175,491.96 179,787.82 181,198.26 182,466.58 183,308.35 187,526.48 192,764.61 193,216.77 3. Angkutan Laut 37,522.13 37,637.47 37,672.37 37,899.58 39,042.73 39,122.67 39,401.84 39,687.40 39,757.03 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 16,382.90 16,427.93 16,497.83 16,515.56 16,601.76 16,655.35 16,700.28 16,869.50 16,890.33 5. Angkutan Udara 24,723.28 22,517.83 23,115.94 26,269.95 24,713.12 27,935.14 30,320.51 30,999.28 30,862.93 6. Jasa Penunjang Angkutan 16,586.21 16,775.98 17,098.76 17,180.75 17,212.75 17,347.10 17,774.07 18,196.30 18,198.77 b. Komunikasi 26,189.91 26,446.07 26,642.15 26,867.53 27,442.30 27,823.43 28,797.87 29,465.54 30,105.95 1. Pos dan Telekomunikasi 25,902.97 26,155.54 26,349.31 26,573.03 27,141.53 27,517.22 28,483.59 29,144.76 29,779.44 2. Jasa Penunjang Komunikasi 286.94 290.53 292.85 294.50 300.77 306.21 314.28 320.78 326.51 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 171,802.42 188,479.58 197,934.46 196,554.41 208,813.16 217,632.43 228,190.80 234,882.66 236,652.20 a. Bank 70,582.71 85,934.69 94,250.15 91,680.76 100,831.08 108,016.90 116,691.28 121,985.70 122,975.22 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 11,125.60 11,275.85 11,429.86 11,483.77 12,014.13 12,061.11 12,185.54 12,444.81 12,559.74 c. Jasa Penunjang Keuangan 1,054.72 1,059.95 1,075.47 1,084.06 1,189.68 1,207.83 1,236.88 1,279.65 1,283.55 d. Sewa Bangunan 85,612.95 86,759.95 87,675.10 88,736.48 91,169.85 92,719.97 94,422.75 95,449.63 96,094.53 e. Jasa Perusahaan 3,426.43 3,449.13 3,503.88 3,569.35 3,608.42 3,626.61 3,654.33 3,722.87 3,739.16 9. JASA-JASA 329,638.69 332,431.39 337,646.06 341,772.83 347,710.56 352,666.34 358,301.15 366,467.92 369,161.34 a. Pemerintahan Umum 272,143.73 274,528.75 278,902.23 282,807.21 288,597.60 293,009.38 296,930.46 303,627.72 306,155.58 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 173,818.82 175,156.66 178,397.30 180,658.11 185,191.79 187,548.93 189,747.65 194,097.33 195,798.72 2. Jasa Pemerintah lainnya 98,324.92 99,372.09 100,504.93 102,149.10 103,405.81 105,460.45 107,182.80 109,530.39 110,356.87 b. Swasta 57,494.95 57,902.65 58,743.83 58,965.63 59,112.96 59,656.96 61,370.69 62,840.21 63,005.75 1. Sosial Kemasyarakatan 36,748.41 36,947.37 37,474.04 37,664.17 37,742.32 38,201.80 39,685.49 40,748.48 40,847.90 2. Hiburan & Rekreasi 3,381.09 3,390.09 3,405.61 3,410.80 3,415.84 3,424.93 3,453.13 3,560.10 3,566.95 3. Perorangan & Rumahtangga 17,365.46 17,565.19 17,864.18 17,890.65 17,954.79 18,030.23 18,232.07 18,531.62 18,590.89 PDRB Migas 3,672,657.65 3,783,129.45 3,898,057.60 3,943,925.87 3,965,750.03 4,027,901.41 4,111,754.89 4,166,852.79 4,201,155.87 PDRB Tanpa Migas 3,326,016.98 3,397,905.56 3,461,273.86 3,531,259.76 3,565,109.50 3,626,404.74 3,709,478.88 3,761,369.74 3,794,798.53
2008* 2009**LAPANGAN USAHA
Keterangan: *angka sementara
** angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
Komponen Trw I-2008 Trw II-2008 Trw III-2008 Trw IV-2008 Trw I-2009 Trw II-2009 Trw III-2009 Trw IV-2009 Trw I-2010(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,700,110 6,183,404 6,593,740 6,925,017 6,519,396 6,696,182 7,138,285 7,290,868 7,469,497 1.1. Makanan 3,702,384 4,009,329 4,292,661 4,469,096 4,163,240 4,267,390 4,523,367 4,581,518 4,694,360 1.2. Non Makanan 1,997,727 2,174,075 2,301,079 2,455,921 2,356,156 2,428,793 2,614,919 2,709,350 2,775,137
2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 37,006 43,314 43,957 48,823 54,993 59,329 61,988 63,943 76,492 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,423,090 1,552,700 1,646,599 1,661,563 1,610,379 1,728,186 1,838,600 2,114,473 2,132,544 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 1,469,136 1,528,692 1,550,859 1,665,206 1,687,309 1,796,878 1,905,116 2,012,664 1,956,110 5. Perubahan Stok 215,220 234,252 242,781 254,199 272,397 284,620 298,961 302,154 300,526 6. Ekspor Barang dan Jasa 5,025,355 5,733,214 7,233,286 5,591,030 3,989,332 4,896,090 5,014,369 5,769,824 5,257,815
6.1. Ekspor Luar Negeri 2,688,963 2,437,586 3,801,036 2,766,292 1,601,416 1,782,012 1,806,181 2,020,033 1,969,518 6.2. Ekspor Antar Daerah 2,336,392 3,295,629 3,432,251 2,824,739 2,387,916 3,114,078 3,208,188 3,749,791 3,288,297
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 4,510,778 4,847,618 6,329,899 5,857,774 4,243,441 5,013,525 5,241,968 6,091,478 5,511,949 7.1. Impor Luar Negeri 368,658 393,104 489,896 284,728 305,557 301,416 201,232 232,649 250,986 7.2. Impor Antar Daerah 4,142,120 4,454,515 5,840,003 5,573,045 3,937,884 4,712,108 5,040,736 5,858,829 5,260,963
PDRB 9,359,140 10,427,958 10,981,323 10,288,063 9,890,365 10,447,760 11,015,351 11,462,447 11,681,036
(1)
Keterangan: *angka sementara
** angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
Komponen Trw I-2008 Trw II-2008 Trw III-2008 Trw IV-2008 Trw I-2009 Trw II-2009 Trw III-2009 Trw IV-2009 Trw I-2010(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2,667,359 2,747,745 2,845,495 2,881,003 2,845,832 2,879,304 2,987,171 3,014,852 3,028,957 1.1. Makanan 1,736,739 1,781,698 1,852,274 1,881,032 1,850,343 1,886,718 1,961,313 1,968,423 1,979,130 1.2. Non Makanan 930,619 966,047 993,221 999,971 995,489 992,586 1,025,858 1,046,428 1,049,826
2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 18,306 18,810 19,004 20,759 21,921 22,674 23,108 23,558 27,557 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 712,712 717,391 757,531 760,080 730,776 757,457 792,630 833,263 822,276 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 611,827 620,495 627,134 662,253 632,389 638,964 649,984 681,291 647,443 5. Perubahan Stok 111,211 115,154 119,040 122,056 123,445 124,474 126,879 127,821 124,421 6. Ekspor Barang dan Jasa 2,048,062 2,080,947 1,924,276 1,916,407 2,000,920 2,034,809 2,264,204 2,268,206 2,038,721
6.1. Ekspor Luar Negeri 1,137,153 1,166,809 1,086,352 1,012,878 1,067,401 1,080,161 1,282,746 1,131,881 1,064,975 6.2. Ekspor Antar Daerah 910,910 914,138 837,924 903,529 933,519 954,647 981,458 1,136,325 973,746
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 2,496,820 2,517,412 2,394,422 2,418,633 2,389,532 2,429,780 2,732,221 2,782,138 2,488,220 7.1. Impor Luar Negeri 299,493 199,161 192,827 240,317 132,876 130,232 85,119 98,511 105,209 7.2. Impor Antar Daerah 2,197,326 2,318,251 2,201,595 2,178,316 2,256,656 2,299,549 2,647,103 2,683,627 2,383,011
PDRB 3,672,658 3,783,129 3,898,058 3,943,926 3,965,750 4,027,901 4,111,755 4,166,853 4,201,156
(1)
Keterangan: *angka sementara
** angka sangat sementara
Indeks Harga Konsumen (IHK) Jambi Tahun Dasar 2007=100
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES JAN FEB MARI UMUM 115.16 115.92 114.98 113.52 114.62 114.15 115.36 115.76 116.86 118.30 117.90 117.54 119.83 119.40 119.34II BAHAN MAKANAN 129.27 128.65 124.26 119.00 122.98 120.87 123.47 124.51 126.96 130.73 126.32 124.25 131.12 129.27 126.86III. MAKANAN JADI, MNMAN, ROKOK & TBK 119.16 120.32 121.00 120.95 121.02 121.19 121.24 121.59 122.68 124.44 126.21 127.18 128.92 129.30 131.64IV. PERUMAHAN 109.63 113.48 113.71 113.50 113.49 113.35 113.32 113.57 113.45 113.20 113.73 113.38 113.93 113.83 114.32V. SANDANG 109.84 112.12 113.25 113.19 112.96 113.36 113.16 112.97 113.43 113.13 113.82 115.20 115.08 114.73 115.09VI. KESEHATAN 107.83 108.12 108.27 108.65 109.44 109.58 109.23 109.44 110.24 112.84 115.84 115.96 116.63 116.79 117.21VII. PENDIDIKAN, REKREASI & OR 106.77 106.83 106.70 106.81 106.86 106.59 112.23 113.76 113.83 114.37 115.24 115.31 115.50 115.87 115.83VIII. TRANSPORT & KOMUNIKASI 103.55 102.06 102.07 102.04 102.03 102.47 103.63 103.26 104.47 104.81 105.61 105.72 105.72 105.84 106.08
2010Uraian 2009
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Daftar Istilah Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang
bersifat komersil maupun bukan komersil.
Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.
PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian.
PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya.
Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI.
Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan.
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.
Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional dengan pendapatan bunga operasional.
Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.
Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia.
Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu.
Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu.
Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya.
Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.
Aktiva Produktif adalah penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh
bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank,
seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) adalah pembobotan terhadap
aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan risiko dari masing-masing
aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya.
Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot
yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada
perorangan.
Kualitas Kredit adalah penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja
debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit
digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus
(DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio antara modal (modal inti dan modal
pelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang diterima perbankan dari
masyarakat, yang berupa giro, tabungan atau deposito.
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara pembiayaan yang
diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama
dengan konsep LDR pada bank umum konvensional.
Inflasi adalah Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus
(persistent).
Inflasi Administered Price adalah Inflasi yang terjadi pergerakan harga barang-
barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya diatur oleh
pemerintah (misalnya bahan bakar).
Inflasi Inti adalah Inflasi yang terjadi karena adanya gap penawaran aggregat
and permintaan agregrat dalam perekonomian, serta kenaikan harga
barang impor dan ekspektasi masyarakat.
Inflasi Volatile Food adalah Inflasi yang terjadi karena pergerakan harga
barang-barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya
bergerak sangat volatile (misalnya beras).
Kliring adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar
peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta
yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.
Kliring Debet adalah kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang
disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro,
nota debet kepada penyelenggaran kliring lokal (unit kerja di Bank
Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia
sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring
debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menangani SKNBI
di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional.
Kliring Kredit adalah kegiatan kliring untuk transfer kredit antar bank yang
dikirim langsung oleh bank peserta ke Sistem Sentral Kliring di KP Bank
Indonesia tanpa menyampaikan fisik warkat (paperless).
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan
terhadap dana yang diterima (giro, tabungan dan deposito).
Net Interest Income (NII) adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan
beban bunga.
Non Core Deposit (NCD) adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap
pergerakan suku bunga. Dalam laporan ini, NCD diasumsikan terdiri dari
30% giro, 30% tabungan dan 10% deposito berjangka waktu 1-3 bulan.
Non Performing Loans/Financing (NLPs/Ls) adalah kredit/pembiayaan yang
termasuk dalam kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet
Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP) adalah suatu
pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul dari
tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP
ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin
besar PPAP yang dibentuk. Misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong
Kurang Lancar adalah 15% dari jumlah kredit Kurang Lancar (setelah
dikurangi agunan), sedangkan untuk kredit Macet, PPAP yang harus
dibentuk adalah 100% dari total kredit macet (setelah dikurangi agunan).
Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs) adalah rasio
kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total
kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs gross.
Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ysb.
Rasio Non Performing Loans (NPLs) – Net adalah rasio kredit yang tergolong
NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Pengghapusan Aktiva
Produktif (PPAP), terhadap total kredit
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) adalah proses
penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real
time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat
bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) adalah sistem kliring Bank
Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian
akhirnya dilakukan secara nasional.