cover dalam ker · ker provinsi bali triwulan i-2011 kata pengantar puji syukur kami panjatkan ke...
TRANSCRIPT
BANK INDO
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
PROVINSI BALI
NESIA
TRIWULAN I 2011
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar
Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar – Bali, 80234 Tel. (0361) 248982 – 88
Fax. (0361) 222988
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
■ Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-
Nya, maka Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali Triwulan I-2011 dapat diselesaikan dengan
baik. Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan baik intern Bank Indonesia maupun pihak ekstern
(external stakeholders) akan informasi perkembangan ekonomi daerah, maupun perkembangan
moneter, perbankan, dan sistem pembayaran.
Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian daerah mempunyai posisi dan peran yang
strategis dalam konteks pembangunan ekonomi nasional dan upaya menstabilkan nilai rupiah. Hal ini
didasari oleh fakta semakin meningkatnya proporsi inflasi daerah dalam menyumbang inflasi nasional.
Oleh sebab itu, Bank Indonesia memiliki perhatian yang besar dalam rangka ikut mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah karena berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Salah satu wujud dari kepedulian Bank Indonesia terhadap dinamika perekonomian daerah
adalah melalui desiminasi hasil-hasil kajian kepada stakeholders. Kajian yang berada di tangan Saudara
ini juga merupakan bagian dari desiminasi kami kepada stakeholders. Melalui desiminasi ini diharapkan
informasi mengenai perekonomian daerah dapat dipahami secara luas kepada stakeholders. Masing-
masing pihak dapat memanfaatkan informasi yang ada untuk mengambil perannya dalam upaya
perbaikan kinerja ekonomi di masa depan. Kami juga berharap kajian ini dapat menjadi stimulus upaya-
upaya pengembangan daerah melalui kajian-kajian lanjutan. Ide-ide konstruktif yang bermula dari kajian
ini akan memberikan nilai tambah yang sangat berarti bagi kajian ini.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan khususnya Pemerintah Daerah
Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami
menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam Kajian Ekonomi Regional masih jauh dari sempurna,
sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna
peningkatan kualitas analisis kajian.
Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi Regional ini bermanfaat bagi para pembaca.
Denpasar, Mei 2011
BANK INDONESIA DENPASAR
Jeffrey Kairupan
Pemimpin
1
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
■ DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI 2
DAFTAR GRAFIK 4
DAFTAR TABEL 6
DAFTAR BOKS 6
Tabel Indikator Ekonomi 7
Ringkasan Eksekutif 11
BAB 1. MAKRO EKONOMI REGIONAL 15
1.1. SISI PENAWARAN 15
1.1.1. Sektor Pertanian 16
1.1.2. Sektor Industri Pengolahan 17
1.1.3. Sektor Listrik, Gas dan Air 19
1.1.4. Sektor Bangunan 20
1.1.5. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 20
1.1.6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 23
1.1.7. Sektor Keuangan dan Persewaan 23
1.1.8. Sektor Jasa-jasa 24
1.2. SISI PERMINTAAN 25
1.2.1. Konsumsi 25
1.2.2. Investasi 27
1.2.3. Ekspor Impor 28
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI 35
2.1. KONDISI UMUM 35
2.2. INFLASI BULANAN M-T-M 37
2.3. DISAGREGASI INFLASI 40
2.4. FAKTOR PENYEBAB INFLASI 41
BAB 3. KINERJA PERBANKAN DAERAH 45
3.1. PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM 45
3.1.1. Kondisi Umum 45
3.1.2. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi 47
3.1.2.1. Penghimpunan Dana 48
3.1.2.2. Penyaluran Kredit 49
3.1.2.3. Non Performing Loan (NPL) 51
2
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
3.2. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 52
BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 57
4.1. PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI 57
4.1.1. Perkembangan Aliran Masuk/Keluar dan Kegiatan Penukaran 57
4.1.2. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) 59
4.1.3. Uang Palsu 59
4.2. PERKEMBANGAN TRANSAKSI NON TUNAI 59
4.2.1. Kliring Lokal 59
4.2.2. Real Time Gross Settlement (RTGS) 61
BAB 5. KEUANGAN DAERAH 63
5.1. REALISASI PENDAPATAN 63
5.2. REALISASI BELANJA 64
5.3. REALISASI PEMBIAYAAN 65
BAB 6. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 67
6.1. PENGURANGAN ANGKA KEMISKINAN 67
6.2. PENGURANGAN ANGKA PENGANGGURAN 68
BAB 7. OUTLOOK 71
7.1. MAKRO EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II-2011 71
7.2. INFLASI REGIONAL TRIWULAN II-2011 72
7.3. KINERJA PERBANKAN DAERAH 73
3
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
■ DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1.1. Kontribusi Sektor Ekonomi PDRB Provinsi Bali 16
Grafik 1.2. Kredit Sektor Pertanian 17
Grafik 1.3. Konsumsi Listrik Industri dan Jumlah Pelanggan Industri 18
Grafik 1.4. Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Manufaktur 18
Grafik 1.5. Kredit Sektor Industri 18
Grafik 1.6. Konsumsi Listrik di Bali 19
Grafik 1.7. Jumlah Pelanggan Listrik 19
Grafik 1.8. Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air 19
Grafik 1.9. Konsumsi Semen 20
Grafik 1.10. Kredit Sektor Bangunan 20
Grafik 1.11. Kunjungan Wisman ke Bali 21
Grafik 1.12. Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap Kamar Hotel 21
Grafik 1.13. Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali 21
Grafik 1.14. Penerimaan Visa on Arrival 22
Grafik 1.15. Transaksi Valas di 18 PVA di Bali 22
Grafik 1.16. Konsumsi Listrik Bisnis dan Jumlah Pelanggan Bisnis 22
Grafik 1.17. Jumlah Penumpang Pesawat 23
Grafik 1.18. Jumlah Pos Melalui Udara 23
Grafik 1.19. Kredit Bank Umum 23
Grafik 1.20. Kredit Bank Perkreditan Rakyat 24
Grafik 1.21. Pembiayaan LPD 24
Grafik 1.22. Kredit Sektor Jasa 24
Grafik 1.23. Indeks Keyakinan Konsumen 25
Grafik 1.24. Konsumsi Listrik Rumah Tangga dan Jumlah Pelanggan RT 26
Grafik 1.25. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 26
Grafik 1.26. Nilai Tukar Petani 26
Grafik 1.27. Kredit Konsumsi 26
Grafik 1.28. Impor Barang Modal 27
Grafik 1.29. Kredit Investasi 27
Grafik 1.30. Perkembangan Nilai Ekspor Bali 28
Grafik 1.31. Perkembangan Volume Ekspor 28
Grafik 1.32. Pangsa Nilai Ekspor Provinsi Bali 28
Grafik 1.33. Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama Bali 29
Grafik 1.34. Negara Pembeli Utama Ekspor Bali 29
Grafik 1.35. Perkembangan Nilai Impor Bali 30
4
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Halaman
Grafik 1.36. Perkembangan Volume Impor Bali 30
Grafik 1.37. Pangsa Impor Provinsi Bali Berdasarkan Negara Asal 30
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Denpasar 36
Grafik 2.2. Inflasi Bulanan Denpasar (% m-t-m) Januari 2011 37
Grafik 2.3. Inflasi Bulanan Denpasar (% m-t-m) Februari 2011 38
Grafik 2.4. Perkembangan Harga Beras 39
Grafik 2.5. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan 39
Grafik 2.6. Inflasi Bulanan Denpasar (% m-t-m) Maret 2011 39
Grafik 2.7. Disagregasi Inflasi (y-o-y) Maret 2011 40
Grafik 2.8. Disagregasi Inflasi (m-t-m) Maret 2011 40
Grafik 2.9. Hasil Survey Perkembangan Kegiatan Usaha dan Kapasitas Produksi Pangan 41
Grafik 2.10. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Padi 41
Grafik 2.11. Perkembangan Rata-rata Curah Hujan Bulanan 42
Grafik 3.1. Pertumbuhan Tahunan Aset, Dana, Kredit 46
Grafik 3.2. Komposisi, Kredit, DPK dan Aset Menurut Kelompok Bank 46
Grafik 3.3. Jaringan Kantor Bank Umum 47
Grafik 3.4. Jumlah Nasabah Penyimpan dan Debitur 47
Grafik 3.5. Perkembangan LDR Bank Umum 47
Grafik 3.6. Komposisi DPK Bank Umum 49
Grafik 3.7. Pertumbuhan DPK 49
Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit Perbankan 49
Grafik 3.9. Komposisi Kredit 49
Grafik 3.10. Kredit Berdasarkan Sektor 50
Grafik 3.11. Pertumbuhan Aset, Kredit, dan LDR 52
Grafik 3.12. Komposisi Kredit terhadap Aset dan Pertumbuhan Kredit 52
Grafik 4.1. Perkembangan Uang Kartal di Bali 58
Grafik 4.2. Perkembangan Kegiatan Kas Keliling 58
Grafik 4.3. Perkembangan Kegiatan PTTB 59
Grafik 4.4. Perkembangan Kliring 61
Grafik 4.5. Perkembangan Tolakan Cek/BG Kosong 61
Grafik 4.6. Perkembangan Transaksi RTGS From 61
Grafik 4.7. Perkembangan Transaksi RTGS To 61
Grafik 4.7. Perkembangan Transaksi RTGS From - To 62
Grafik 5.1. Realisasi Belanja Daerah Provinsi Bali 2007 - 2010 64
Grafik 6.1. Penduduk Miskin Provinsi Bali 2005 - 2011 67
Grafik 6.2. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja 69
Grafik 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali 71
5
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Halaman
Grafik 7.2. Perkembangan Kegiatan Usaha 71
Grafik 7.3. Perkembangan dan Proyeksi Inflasi Bali Triwulan II-2011 73
G
rafik 7.4. Ekspektasi Konsumen Terhadap Barang dan Jasa 73
■ DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari sisi penawaran, 2009 – 2011 (% y-o-y) 15
Tabel 1.2. Produksi dan Luas Panen Padi – Palawija per subround di Bali, 2010 – 2011 16
Tabel 1.3. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Permintaan, 2009 – 2011 25
Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang (%) 35
Tabel 2.2. Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang 37
Tabel 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali (dalam miliar Rp) 46
Tabel 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Sektor 50
Tabel 4.1. Perkembangan Uang Kartal di Bali 57
Tabel 4.2. Perkembangan Perputaran Kliring, Cek/BG Kosong di Bali 60
Tabel 5.1. APBD Provinsi Bali 66
Tabel 6.1. Kondisi Kemiskinan di Bali 2010 68
■ DAFTAR BOKS
Halaman
Boks A. Simantri dan Perwujudan Kesejahteraan Petani Bali 31
Boks B. Membangun Interkoneksi Daerah Tujuan Wisata di Indonesia 33
Boks C. Menangkap Peluang Ekspor Ikan Tuna 43
Boks D. Respon Perbankan Atas Aturan Informasi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) 54
6
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
■ Tabel Indikator Ekonomi Bali I. INFLASI DAN PDRB
2011Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw II Tw IV Tw I
MAKRO
Indeks Harga Konsumen 113.84 113.15 115.15 116.33 117.98 119.47 123.97 125.75 127.33
Laju Inflasi Tahunan (% y-o-y) 8.93 5.80 4.39 4.37 3.64 5.59 7.66 8.10 7.93
PDRB Harga Konstan (miliar Rp) 6,699 6,761 6,891 6,940 7,024 7,149 7,316 7,391 7,446
- Pertanian 1,400 1,416 1,426 1,404 1,417 1,458 1,428 1,442 1,457
- Pertambangan dan Penggalian 39 39 40 40 42 45 50 51 51
- Industri Pengolahan 673 683 702 710 717 727 744 748 747
- Listrik, Gas, dan Air Bersih 101 102 103 104 107 109 111 112 114
- Bangunan 265 266 268 270 278 283 290 295 299
- Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2,137 2,151 2,186 2,183 2,226 2,262 2,350 2,371 2,409
- Pengangkutan dan Komunikasi 751 752 755 758 771 782 817 821 804
- Keuangan dan Persewaan 458 460 483 498 501 506 516 518 523
- Jasa-jasa 876 891 928 974 964 977 1,011 1,033 1,042
Pertumbuhan PDRB (% y-o-y) 7.77 5.64 4.34 3.73 4.85 5.74 6.18 6.50 6.01
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) (*) 130.60 141.38 142.73 141.68 151.32 190.07 165.24 166.43 148.56
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) (*) 37.85 43.89 89.78 46.23 42.68 117.74 92.67 50.14 32.81
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) (*) 27.49 33.52 149.24 26.60 26.20 30.68 23.01 49.08 25.93
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) (*) 6.30 14.86 4.09 2.99 3.31 2.52 1.88 12.14 9.32
Indikator2009 2010
7
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
2011Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
P
ERBANKAN
nk Umum :Total Aset (Rp Triliun) 33.35 33.84 35.49 36.57 36.10 36.76 39.90 43.71 44.52
PK (Rp Triliun) 29.37 29.50 31.36 32.25 32.30 33.65 35.73 37.85 38.54- Giro (Rp Triliun) 6.79 6.81 7.18 6.47 6.41 7.01 7.72 7.29 7.93- Tabungan (Rp Triliun) 12.89 13.05 13.94 15.25 14.71 15.29 16.31 17.86 17.95- Deposito (Rp Triliun) 9.68 9.64 10.25 10.53 11.18 11.35 11.71 12.70 12.66
redit (Rp Triliun) - berdasarkan kantor cabang 16.75 17.27 18.31 19.50 20.35 21.78 22.98 24.83 25.35- Modal Kerja 7.08 7.21 7.71 8.19 8.25 8.93 9.52 10.55 10.54- Investasi 2.61 2.62 2.81 3.10 3.47 3.78 4.00 4.41 4.46- Konsumsi 7.06 7.44 7.80 8.21 8.63 9.08 9.46 9.87 10.35- LDR 57.03 58.53 58.39 60.47 63.00 64.74 64.31 65.61 65.79- NPL 2.30 2.03 3.05 2.70 2.53 2.45 2.53 1.92 2.16
redit UMKM (Rp Triliun) 14.10 14.64 15.58 16.39 17.16 18.31 19.13 20.35 21.14- Rasio kredit MKM (%) 84.20 84.79 85.05 84.07 84.36 84.07 83.23 81.97 83.38- NPL MKM gross (%) 1.81 1.80 1.93 1.73 1.73 1.70 1.56 1.26 1.43
R : otal Aset (Rp Triliun) 2.39 2.49 2.49 2.69 2.83 2.96 3.14 3.43 3.72PK (Rp Triliun) 1.53 1.62 1.67 1.81 1.95 2.01 2.13 2.33 2.56- Tabungan (Rp Triliun) 0.54 0.57 0.58 0.63 0.66 0.67 0.70 0.74 0.80- Deposito (Rp Triliun) 0.99 1.04 1.08 1.18 1.29 1.34 1.44 1.59 1.76
redit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 1.53 1.62 1.67 1.81 1.95 2.01 2.13 2.67 2.86- Modal Kerja 1.05 1.09 1.13 1.16 1.22 1.27 1.30 1.40 1.48- Investasi 0.13 0.14 0.14 0.15 0.16 0.18 0.19 0.21 0.23- Konsumsi 0.66 0.70 0.75 0.81 0.85 0.91 0.99 1.05 1.15
Kredit UMKM (Rp Triliun) 1.53 1.62 1.67 1.81 1.95 2.01 2.13 2.67 2.86asio NPL gross (%) 4.65 6.87 6.99 5.97 6.47 3.94 4.22 3.67 4.43
DR (%) 79.09 81.30 83.97 81.95 82.22 83.42 83.36 81.03 80.72
Indikator2009 2010
Ba
D
K
K
BPTD
K
R
L
II. PERBANKAN
8
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
2011Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Tr
ansaksi Tunaiflow (Rp Triliun) 980 323 251 659 972 584 909 744 1,397
Outflow (Rp Triliun) 471 529 1,221 1,067 535 1,023 1,815 1,631 1,111 emusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) 154 124 159 132 357 288 284 617 954 ansaksi Non TunaiGS From :
ominal Transaksi RTGS From (Milyar Rp) 13,005 16,374 8,147 13,876 14,178 16,533 19,449 23,571 20,341 olume Transaksi RTGS From (Milyar Rp) 12,166 14,112 13,473 14,855 14,264 15,402 16,239 19,490 15,626 GS To :
Nominal Transaksi RTGS To (Milyar Rp) 7,473 8,354 7,557 9,507 8,198 9,378 10,976 11,222 11,207 olume Transaksi RTGS To (Milyar Rp) 11,815 14,238 14,605 16,964 16,122 17,570 19,362 20,809 18,347 GS From -To :
ominal Transaksi RTGS To (Milyar Rp) 2,370 2,681 2,008 3,064 2,845 2,905 3,278 3,547 3,357 olume Transaksi RTGS To (Milyar Rp) 3,119 3,775 3,457 4,106 4,048 4,216 4,424 4,704 4,751 iring :
ominal Kliring (Milyar Rp) 4,959 6,291 6,775 7,137 7,046 7,147 7,817 8,347 8,284 Volume Kliring (Ribu Lembar) 342 433 449 441 446 435 458 450 462
ominal Tolakan Cek/BG Kosong (Milyar Rp) 227 173 188 193 198 173 175 341 191
olume Tolakan Cek/BG Kosong (Ribu Lembar) 7,344 7,048 7,455 7,284 7,019 7,540 7,168 7,484 7,772
Indikator2009 2010
In
PTrRTNVRT
VRTNVKlN
N
V
III. SISTEM PEMBAYARAN
9
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
10
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Ringkasan Eksekutif
MAKRO EKONOMI REGIONAL Perekonomian Bali pada triwulan I-2011 mencapai 6,01% (y-o-y). Di sisi penawaran pertumbuhan masih didorong oleh PHR Dari sisi permintaan, pertumbuhan didorong oleh konsumsi dan investasi, yang dipengaruhi oleh perayaan hari raya keagamaan dan libur nasional, serta maraknya proyek investasi di tahun 2011.
Perekonomian Bali pada triwulan I-2011 tumbuh positif mencapai 6,01%
(y-o-y), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 6,50%
(y-o-y). Dari sisi penawaran, sektor dominan dalam pembentukan PDRB Provinsi
Bali, yakni sektor PHR, mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya, serta memberikan andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi di
triwulan I-2011.
Sementara itu dari sisi permintaan, konsumsi dan investasi merupakan dua
komponen utama dengan andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi di
triwulan I-2011. Pertumbuhan konsumsi terutama terjadi pada konsumsi rumah
tangga, yang diperkirakan dipengaruhi oleh maraknya perayaan hari raya
keagamaan, libur nasional dan momen pergantian tahun yang meningkatkan
konsumsi masyarakat. Sementara itu membaiknya iklim investasi global dan
domestik diperkirakan telah mendorong positifnya investasi. Maraknya proyek
investasi baik oleh pemerintah maupun swasta diperkirakan juga mendorong
kinerja investasi di awal tahun 2011.
PERKEMBANGAN INFLASI Tekanan inflasi mulai mereda, dengan laju inflasi mencapai 1,26% (q-t-q) atau secara tahunan mencapai 7,93% (y-o-y). Tekanan inflasi di triwulan I-2011 masih bersumber pada komoditas pangan.
Tekanan inflasi di awal tahun mulai mereda, dengan laju inflasi pada
triwulan I-2011 sebesar 1,26% (q-t-q), lebih rendah dibanding triwulan
sebelumnya yang sebesar 1,44% (q-t-q). Sumber tekanan inflasi masih bersumber
pada sub kelompok bumbu-bumbuan (khususnya pada Januari 2011), namun
juga diwarnai oleh satu bulan deflasi sebagai tanda masuknya masa panen
komoditas utama bahan makanan seperti beras. Secara tahunan, laju inflasi Kota
Denpasar pada triwulan I-2011 sebesar 7,93% (y-o-y), lebih rendah dibanding
triwulan sebelumnya yang mencapai 8,10% (y-o-y).
Jika dilihat berdasarkan disagregasinya, tekanan inflasi pada triwulan I-2011
masih bersumber pada komoditas pangan. Sementara itu komoditas non pangan
cenderung stabil.
KINERJA PERBANKAN DAERAH Kinerja perbankan meningkat terutama dari sisi aset dan pengerahan dana masyarakat.
Di awal tahun 2011, walaupun fenomena penyaluran kredit mengalami
perlambatan di awal tahun tetap terjadi, kinerja perbankan meningkat secara
signifikan terutama dari total aset dan pengerahan dana masyarakat. Secara
11
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Pelambatan kredit diikuti dengan peningkatan kualitas NPL, yang mengakibatkan rasio NPL membaik mencapai 2,20%.
keseluruhan, LDR perbankan (bank umum dan BPR di Bali) sedikit menurun dan
berada pada kisaran 65,66%.
Pada triwulan I-2011 aset tumbuh 23,32% (y-o-y), yang didorong oleh
peningkatan DPK, pemupukan modal dan penambahan jumlah bank yang
beroperasi di Bali. DPK pada triwulan I-2011 meningkat 18,42% (y-o-y), dengan
peningkatan terutama terjadi karena peningkatan simpanan dalam bentuk
tabungan dan giro. Tingginya pertumbuhan DPK mengindikasikan bahwa
kegiatan perekonomian masyarakat masih lambat di triwulan I-2011, sehingga
kebutuhan dana tunai di masyarakat masih cukup terbatas.
Aktivitas ekonomi di awal tahun yang belum berjalan secara optimal
menyebabkan rendahnya kebutuhan dana, yang mengakibatkan tingginya
pengerahan dana masyarakat yang diikuti dengan rendahnya penyerapan dalam
bentuk kredit. Kredit pada triwulan I-2011 tumbuh sebesar 23,58% (y-o-y), yang
terutama didorong oleh kredit jenis investasi.
Namun demikian kinerja kredit di awal tahun yang melambat diikuti dengan
peningkatan kualitas kredit. Rasio NPL pada triwulan I-2011 tercatat 2,20%, lebih
baik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,56%.
Perbaikan kinerja kualitas kredit di tengah pertumbuhan kredit yang cukup pesar
mengindikasikan bahwa perbankan dapat semakin selektif menyalurkan
fasilitasnya.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di awal tahun mengalami net inflow. Sementara itu pebayaran non tunai dengan RTGS menurun, mengindikasikan belum banyaknya transaksi non tunai di masyarakat.
Transaksi sistem pembayaran tunai di Provinsi Bali pada triwulan I-2011
mengalami net inflow, yang menunjukkan lebih banyaknya aliran masuk ke BI
dibandingkan aliran uang ke masyarakat. Kondisi ini mengindikasikan bahwa
kebutuhan uang tunai untuk transaksi masih terbatas akibat belum maraknya
aktivitas perekonomian di awal tahun.
Sementara itu dari sisi pembayaran non tunai, terutama menggunakan
RTGS, mengalami penurunan di triwulan I-2011 yang mengindikasikan belum
banyaknya transaksi non tunai yang dilakukan masyarakat. Sementara itu transaksi
dengan menggunakan kliring masih relatif stabil di triwulan I-2011.
KEUANGAN DAERAH Realisasi pendapatan daerah tahun 2010 mencapai 115,41% dibandingkan anggaran perubahannya, utamanya disumbang oleh pajak daerah.
Pada tahun 2010, Anggaran Pendapatan Daerah – Perubahan di Provinsi
Bali mencapai Rp 1,94 triliun, meningkat 5,66% dibanding anggaran yang
ditetapkan di awal tahun. Adapun realisasinya mencapai Rp 2,24 triliun atau
115,41%, yang sebagian besar disumbang oleh pajak daerah yang merupakan
komponen dari PAD. Sementara itu Anggaran Belanja Daerah – Perubahan tahun
12
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Namun realisasi belanja hingga akhir tahun hanya sebesar 81,98%.
2010 sebesar Rp 2,4 triliun, dengan realisasi hingga akhir tahun sebesar 81,98%.
Realisasi belaja daerah yang paling jauh dengan target adalah belanja tidak
terduga dan belanja modal, yang diperkirakan disebabkan oleh adanya proses
tender yang seringkali menyulitkan pelaksanaan realisasi anggaran.
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Pro Growth, Pro Job, Pro Poor dan Pro Evironment masih merupakan fokus utama pemerintah daerah Bali. Angka kemiskinan ditargetkan sebesar 3,95%, sementara itu pada tahun 2010 mencapai 4,77%. Target tingkat pengangguran terbuka 2011 ditargetkan hanya sebesar 2,90%, sementara pada 2010 mencapai 3,06%.
Program pembangunan peningkatan kesejahteraan Bali tetap berupaya
fokus pada pro Growth, pro Job, pro Poor, serta pro Environment. Target
penurunan angka kemiskinan pada 2011 adalah 3,95%, menurun dibanding
tahun 2010 yang sebesar 4,77%. Upaya yang dilakukan pemerintah daerah untuk
mengurangi kesenjangan kemiskinan diantaranya berupa pemberian Jaminan
Kesehatan Bali Mandara (JKBM) dan program bedah rumah. Selain itu pemda juga
melaksanakan program beasiswa pendidikan dan mengembangkan program desa
wisata untuk memecah konsentrasi daerah pusat wisata di Bali.
Dalam kaitannya dengan pengurangan angka pengangguran, keadaan
ketenagakerjaan di Bali juga meningkat. Tingkat pengangguran terbuka di Bali
pada 2011 ditargetkan hanya sebesar 2,90% menurun dibandingkan tingkat
pengangguran 2010 sebesar 3,06%. Stabilitas kinerja pariwisata yang merupakan
pendorong utama adalah salah satu kunci utama dalam menurunkan tingkat
pengangguran. Namun tidak meratanya distrbusi hasil kinerja industri pariwisata
justru memicu migrasi ke pusat-pusat destinasi wisata yang menimbulkan masalah
pengangguran dan kesejahteraan lainnya.
OUTLOOK Perekonomian Bali pada triwulan II-2011 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibanding sebelumnya. Pendorong utama di sisi penawaran terutama adalah sektor PHR, sementara dari sisi permintaan didorong oleh konsumsi.
Perekonomian Bali pada triwulan II-2011 diperkirakan masih tumbuh
tinggi dengan angka pertumbuhan ekonomi diperkirakan pada kisaran 6,4 ± 1%
(y-o-y). Dari sisi penawaran, sektor yang diperkirakan akan memberikan andil
terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Bali adalah sektor perdagangan, hotel dan
restoran (PHR), diikuti sektor jasa-jasa yang diperkirakan didorong oleh maraknya
international event yang dilaksanakan di Bali dan tren peningkatan kunjungan
wisatawan (baik domestik maupun mancanegara). Sementara itu dari sisi
permintaan perekonomian Bali masih ditopang oleh konsumsi seiring peningkatan
pendapatan dan peningkatan kunjungan wisatawan. Selain itu pertumbuhan
ekonomi juga ditopang oleh investasi yang semakin meningkat seiring dengan
maraknya proyek-proyek infrastruktur di Bali. Kinerja ekspor diperkirakan masih
mencatat pertumbuhan yang tinggi di triwulan II-2011 walaupun masih terdapat
kekhawatiran adanya penurunan perdagangan luar negeri akibat bencana
tsunami di Jepang yang merupakan negara tujuan ekspor utama Bali.
13
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Tekanan inflasi diperkirakan masih relatif tinggi, dengan ekspektasi inflasi kedepan yang meingkat yang dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan masyarakat. Sementara itu kinerja perbankan daerah diperkirakan akan meningkat baik dari sisi aset, DPK dan Kredit yang didorong oleh semakin tingginya volume kegiatan perekonomian di Bali.
Dari sisi inflasi, tekanan inflasi pada triwulan II-2011 diperkirakan masih
relatif tinggi, dan diperkirakan akan berada dalam kisaran 8 ± 1% (y-o-y).
Ekspektasi inflasi kedepan diperkirakan akan meningkat yang dipengaruhi oleh
peningkatan pendapatan masyarakat pasca kenaikan gaji PNS, serta peningkatan
kunjungan wisatawan. Inflasi triwulan II diperkirakan juga dipengaruhi oleh
masuknya tahun ajaran baru yang meningkatkan inflasi di kelompok pendidikan,
rekreasi dan olah raga.
Kinerja perbankan daerah pada triwulan II-2011 diperkirakan akan
mengalami pertumbuhan dari sisi aset, DPK dan kredit, yang diperkirakan
didorong oleh semakin tingginya volume kegiatan perekonomian Bali yang
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain peningkatan kegiatan industri wisata
karena masuknya periode puncak kunjungan baik wisatawan mancanegara
maupun domestik, pelaksanaan hari besar keagamaan yang meningkatkan
konsumsi masyarakat, masuknya tahun ajaran baru, serta peningkatan belanja
pemerintah. Angka pertumbuhan baik aset, kredit, dan DPK di triwulan II-2011
diperkirakan akan lebih tinggi di triwulan II.
14
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Bab 1 Makro Ekonomi Regional
Perekonomian Bali pada triwulan I-2011 tumbuh 6,01% (y-o-y),menurun dibandingkan
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 6,50% (y-o-y). Dari sisi penawaran, kinerja sektor
perdagangan, hotel dan restoran (PHR) masih mampu tumbuh tinggi seiring dengan masih tingginya
aktivitas pariwisata di awal tahun. Sementara itu di sisi permintaan, tingginya pertumbuhan ekonomi
masih didorong oleh konsumsi terutama konsumsi rumah tangga yang tumbuh meningkat di triwulan I-
2011. Selain didorong oleh konsumsi, investasi juga mulai meningkat seiring dengan maraknya proyek
investasi di tahun 2011.
1.1. SISI PENAWARAN
Pada triwulan I-2011, seluruh sektor perekonomian di Provinsi Bali mampu tumbuh
positif. Jika dilihat dari masing-masing komponen sektoral, pertumbuhan tertinggi di triwulan I-2011
terjadi pada sektor pertambangan. Namun dari andilnya terhadap pertumbuhan ekonomi, sektor
perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang memiliki share 32% terhadap pembentukan PDRB di sisi
penawaran memberikan andil tertinggi sebesar 2,61%.
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari sisi penawaran, 2009 – 2011 (% y-o-y)
2011Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Pertanian 7.75 8.24 3.53 3.40 5.68 1.27 3.00 0.09 2.70 1.76 2.83 Pertambangan 12.00 11.60 2.98 (3.66)
(0.47)
5.27 7.61 14.98 26.31 28.52 19.43 22.29 Industri 9.51 3.18 4.61 4.74 5.43 6.54 6.43 6.04 5.36 6.08 4.10 Listrik, Gas & Air 4.61 5.05 5.06 4.13 4.71 6.10 6.78 6.90 7.71 6.88 6.84 Bangunan 1.00 0.89 0.97 0.79 0.91 5.12 6.64 8.20 9.48 7.37 7.50 Perdg, Hotel & Rest. 10.03 7.31 5.38 2.59 6.24 4.17 5.17 7.52 8.63 6.39 8.23 Pengangkutan & Kom. 11.93 5.81 2.30 1.05 5.09 2.65 3.92 8.15 8.30 5.77 4.26 Keuangan & Persewaan 2.58 2.76 5.58 2.63 9.45 9.88 6.84 4.02 7.47 4.29 Jasa-Jasa 3.09 4.13 6.50 8.65 5.64 10.04 9.57 9.00 6.04 8.60 8.05 PDRB 7.77 5.64 4.34 3.73 5.33 4.85 5.74 6.18 6.50 5.83 6.01
Sektor2009
20092010
2010
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
Berdasarkan kontribusinya terhadap perekonomian, sektor PHR memiliki kontribusi terbesar
terhadap PDRB Provinsi Bali dengan share mencapai 32,35%, diikuti sektor pertanian dengan share
19,57% serta sektor jasa dengan share 13,97%. Sementara itu sektor dengan angka pertumbuhan
tertinggi, yakni sektor pertambangan hanya masing-masing memiliki share sebesar 0,69%.
15
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Grafik 1.1Kontribusi Sektor Ekonomi PDRB Provinsi Bali
Pertanian19%
Pertambangan1%
Industri10%
LGA2%
Bangunan4%
PHR32%
Pengangkutan11%
Keuangan7%
Jasa14%
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, diolah
1.1.1. Sektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian kembali tumbuh meningkat di triwulan I-2011, dengan angka
pertumbuhan mencapai 2,83% (y-o-y). Angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding triwulan
sebelumnya yang mencapai 2,70% (y-o-y). Peningkatan pertumbuhan di sektor pertanian terutama
ditopang oleh subsektor tanaman bahan makanan yang mampu tumbuh tinggi seiring dengan mulai
masuknya masa panen pada periode Maret – Mei 2011. Kondisi iklim juga mulai membaik yang
mengakibatkan meningkatnya produksi dan luas panen komoditas pertanian.
Tabel 1.2. Produksi dan Luas Panen Padi – Palawija per subround di Bali, 2010 - 2011
L. Panen Produksi L. Panen Produksi L. Panen Produksi L. Panen Produksi(ha) (ton) (ha) (ton) (ha) (ton) (ha) (ton)
ARAM I 2011 55,688 333,470 46,648 251,619 48,600 280,765 150,936 865,854ASEM 2010 51,459 307,328 45,609 245,103 55,122 316,730 152,190 869,160
ARAM I 2011 22,945 50,961 2,015 6,230 2,062 10,477 27,022 67,668ASEM 2010 22,629 49,852 1,913 5,728 2,164 10,775 26,706 66,354
ARAM I 2011 432 553 2,765 2,923 1,774 2,448 4,971 5,924ASEM 2010 901 1,124 2362 2,355 1565 2,075 4827 5,555
Jan - Des
Padi
Jagung
Kedelai
Komoditas/tahunJan - April Mei - Agustus Sep - Des
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) I dari BPS Provinsi Bali terjadi peningkatan produksi dan
luas panen padi di subround I-2011 (periode Januari-April 2011). Produksi padi di subround I-2011
mencapai 333,47 ribu ton atau meningkat 8,51% dibanding realisasi produksi subround I pada Angka
Sementara (ASEM) 2010. Luas panen padi juga meningkat 8,22% dibanding realisasi pada subround I-
16
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
2010, dengan luas panen mencapai 55,69 ribu ha. Kondisi ini tidak hanya terjadi pada komoditas padi
saja, untuk komoditas non padi seperti jagung juga mengalami peningkatan luas panen dan produksi di
subround I-2011. Peningkatan produksi komoditas pertanian tersebut mengakibatkan peningkatan
kinerja sektor pertanian sepanjang triwulan I-2011.
Sementara itu prompt indicator
sektor pertanian berupa penyaluran kredit
bank umum ke kegiatan usaha pertanian,
perburuan dan kehutanan serta untuk
kegiatan usaha perikanan yang dikucurkan ke
masyarakat sebesar Rp 519 miliar, atau
tumbuh 20,03% (y-o-y). Angka pertumbuhan
tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh
4,39% (y-o-y) dengan realisasi kredit yang
dikucurkan sebesar Rp 512 miliar. Namun
demikian prompt indicator lain berupa hasil
Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di
sektor pertanian justru menunjukkan saldo
bersih tertimbang negatif pada triwulan I-
2011.
Grafik 1.2 Kredit Sektor Pertanian
-20
0
20
40
60
0
100
200
300
400
500
600
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-ymiliar Rp
Kredit Sektor Pertanian
g Kredit Sektor Pertanian
Sumber : Bank Indonesia, diolah
1.1.2. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pada triwulan I-2011tumbuh 4,10% (y-o-y), lebih rendah dibanding
triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,36% (y-o-y). Kinerja di triwulan I-2011 terutama didorong
oleh meningkatnya kinerja subsektor tekstil, barang kulit, dan alas kaki yang memberikan sumbangan
yang diperkirakan semakin meningkat seiring dengan membaiknya daya beli masyarakat baik domestik
maupun mancanegara. Kinerja sektor industri diperkirakan juga didorong oleh mulai meningkatnya
aktivitas pertanian menjelang masa panen yang mengakibatkan kinerja subsektor pupuk, kimia, dan
bahan dari karet untuk tumbuh meningkat. Namun demikian, aktivitas pariwisata yang meningkat
belum mengakibatkan peningkatan kinerja subsektor makanan, minuman dan tembakau di triwulan I-
2011.
17
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Grafik 1.4 Grafik 1.3 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor
Manufaktur Konsumsi Listrik Industri
dan Jumlah Pelanggan Industri
-100
-50
0
50
100
150
200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-y
g Volume Manufaktur
g Nilai Manufaktur
500
1000
1500
2000
2500
0
10000
20000
30000
40000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011
unitRibu KWH
Konsumsi Listrik Industri Jumlah Pelanggan (RHS)
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : PLN Distribusi Bali
Prompt indicator sektor industri berupa konsumsi listrik untuk golongan industri juga
mengindikasikan melambatnya pertumbuhan di sektor industri. Konsumsi listrik untuk golongan industri
mengalami kontraksi 1,13% (y-o-y), dengan konsumsi pada triwulan I-2011 sebesar 27.876 ribu KWH.
Jumlah pelanggan listrik industri juga kontraksi 1,86% (y-o-y), dengan jumlah pelanggan 1.957 unit.
Kondisi ekspor manufaktur juga mengalami perlambatan pada triwulan I-2011 baik dari sisi nilai
maupun volume ekspornya. Permintaan ekspor manufaktur diperkirakan akan meningkat kembali di
pertengahan tahun seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian.
Grafik 1.5
Kredit Sektor Industri Penyaluran kredit bank umum ke sektor
industri juga masih relatif tinggi walaupun
angka pertumbuhannya menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada
triwulan I-2011 penyaluran kredit tumbuh
27,8% (y-o-y), dengan realisasi kredit yang
disalurkan ke sektor tersebut sebesar Rp
849,82 miliar. -10
0
10
20
30
40
50
0
200
400
600
800
1000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% yoymiliar Rp
Nominal Kredit g kredit (RHS)
Sumber : Bank Indonesia
18
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
1.1.3. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih
Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih (LGA) relatif stabil di kisaran 6-7%, dengan
angka pertumbuhan di triwulan I-2011 mencapai 6,84% (y-o-y). Prompt indicator yang mengkonfirmasi
stabilnya pertumbuhan di sektor ini diantaranya adalah konsumsi dan jumlah pelanggan listrik yang
meningkat seiring dengan pelaksanaan program Gerakan Sehari Sejuta Sambungan (Go Grass) yang
dicanangkan oleh PT PLN, yang telah mendorong konsumsi listrik pada triwulan I-2011 meningkat
5,84% (y-o-y), dengan jumlah pelanggan meningkat 6,09% (y-o-y). Hal ini juga selaras dengan hasil
SKDU di sektor LGA yang menunjukkan saldo bersih tertimbang positif pada triwulan I-2011.
Grafik 1.6 Grafik 1.7 Konsumsi Listrik di Bali Jumlah Pelanggan Listrik
Namun demikian stabilnya kinerja sektor
LGA tidak disertai dengan peningkatan
penyaluran kredit bank di sektor ini. Penyaluran
kredit LGA pada triwulan I-2011 justru
mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar
4,52%(y-o-y). Adapun realisasi kredit LGA yang
dikucurkan oleh bank umum di triwulan I-2011
mencapai Rp 11,61 miliar.
-4
0
4
8
12
16
0
200
400
600
800
1000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-yjuta KWH
0
1
2
3
4
5
6
7
1800
1900
2000
2100
2200
2300
2400
2500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-yRibu Unit
Jumlah Pelanggan g Jumlah Pelanggan (RHS)Konsumsi Listrik g Konsumsi Listrik (RHS)
Sumber : PLN Distribusi Bali Sumber : PLN Distribusi Bali
Grafik 1.8 Kredit Sektor Listrik, Gas, dan Air
-100
0
100
200
300
0.0
4.0
8.0
12.0
16.0
20.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-ymiliar RpKredit Sektor Listrikg Kredit Sektor Listrik - (RHS)
Sumber : Bank Indonesia, diolah
19
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
1.1.4. Sektor Bangunan
Kinerja sektor bangunan mampu tumbuh positif walaupun lebih rendah dibanding
triwulan sebelumnya. Angka pertumbuhan pada triwulan I-2011 mencapai 7,50% (y-o-y). Masih
tingginya pertumbuhan sektor bangunan diindikasikan dari hasil Survey Harga Properti Residential yang
menunjukkan rata-rata peningkatan indeks harga properti residensial sebesar 0,19% (q-t-q), atau secara
tahunan sebesar 1,03% (y-o-y).
Prompt indicator di sektor bangunan seperti kredit yang disalurkan ke sektor bangunan justru
mengalami pertumbuhan positif di triwulan I-2011, yaitu meningkat 18,07% (y-o-y) dengan realisasi
kredit yang disalurkan ke masyarakat mencapai Rp 541,63 miliar. Konsumsi semen di triwulan I-2011
juga mengalami peningkatan konsumsi setelah triwulan sebelumnya mengalami kontraksi. Konsumsi
semen ditriwulan I-2011 mecapai 302,58 ribu ton dan mengalami peningkatan 5,40% (y-o-y)
Grafik 1.10
Kredit Sektor Bangunan
-20
0
20
40
60
80
100
0
100
200
300
400
500
600
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-ymiliar Rp
Kredit Sektor Bangunang Kredit Sektor Bangunan - (RHS)
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.9 Konsumsi Semen
-40
-20
0
20
40
60
80
100
0
50
100
150
200
250
300
350
400
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-yRibu Ton
Konsumsi Semen g (y-o-y) - (RHS)
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
1.1.5. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada triwulan I-2011 tumbuh 8,23% (y-
o-y). Tingginya pertumbuhan di sektor ini masih didorong oleh mulai meningkatnya aktivitas pariwisata
sebagai motor utama kinerja di sektor ini, yang terjadi seiring perayaan tahun baru dan banyaknya hari
libur nasional sepanjang triwulan I-2011 (antara lain Tahun Baru Imlek dan Maulid Nabi Muhammad
SAW). Tingginya aktivitas pariwisata diindikasikan oleh jumlah kunjungan wisman ke Bali secara
kumulatif pada triwulan I-2011 yang mencapai 605.813 orang, meningkat 9,91% dibanding periode
yang sama tahun 2010.
Peningkatan jumlah wisman mengakibatkan rata-rata tingkat penghunian kamar di triwulan I-
2011 mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Rata-rata tingkat penghunian kamar
20
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
hotel bintang untuk triwulan I-2011 sebesar 63,35% dengan rata-rata masa tinggal selama 3,43 hari
(triwulan sebelumnya 61,63% dengan rata-rata masa tinggal 3,47 hari). Sementara itu untuk hotel non
bintang, tingkat penghunian kamar sebesar 35,89% dengan rata-rata masa tinggal selama 2,99%
(triwulan sebelumnya sebesar 34,84% dengan rata-rata masa tinggal 2,35 hari).
Grafik 1.11 Kunjungan Wisman ke Bali
-40
-20
0
20
40
60
80
0
200000
400000
600000
800000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-yorang Jumlah Wismang Jumlah Wisman (RHS)
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah
Grafik 1.12 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama
Menginap Kamar Hotel
0.000.501.001.502.002.503.003.504.004.505.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2008 2009 2010 2011
TPK Bintang (LHS)TPK Non Bintang (LHS)Rata-rata menginap Bintang (RHS)Rata-rata menginap Non Bintang (RHS)
% Hari
Jika di breakdown berdasarkan negara
asalnya, mayoritas wisman yang berlibur ke Bali
berasal dari Australia (25,7%), China (9,4%),
Jepang (8,8%), Malaysia (6,6%), serta Taiwan
(4,7%). Jumlah kunjungan wisman asal
Australia meningkat cukup pesat di triwulan I-
2011, dengan angka pertumbuhan mencapai
27,95% (y-o-y). Relatif dekatnya jarak serta
kemudahan sarana transportasi dari Bali ke
Australia diperkirakan mendorong
pertumbuhan wisman dari negara tersebut.
Kontribusi wisman asal Australia semakin
meningkat dari tahun ke tahun, dan semenjak
2008 menggeser dominasi wisman asal Jepang
yang semakin menurun akibat resesi pasca krisis keuangan global. Di triwulan I-2011, jumlah penurunan
wisman asal Jepang semakin meningkat yang diperkirakan diakibatkan oleh penundaan atau
pembatalan kunjungan pasca gempa tsunami Jepang pada 11 Maret 2011.
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
Grafik 1.13 Asal Wisman yang Berkunjung Ke Bali
Australia26%
PRC9%
Japan9%
Malaysia7%
Taiwan5%
South of Korea
5%
Rusia4%
S4%
ingapore
UK3%
USA3%
Other Nationality
25%
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali
Prompt indicator lain seperti Visa on Arrival (VoA) juga mengalami pertumbuhan yang masih
relatif tinggi walaupun tidak setinggi triwulan sebelumnya. Penerimaan VoA pada triwulan I-2011
21
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
tumbuh 11,6% dengan penerimaan VoA sebesar 12,0 juta dolar AS. Sementara itu transaksi valas di 18
authorized money changer di Bali juga mencatatkan pertumbuhan yang relatif tinggi. Transaksi yang
dilaksanakan pada triwulan I-2011 sebesar 162,27 juta dolar AS, atau tumbuh 18,11% (y-o-y).
Prompt indicator lain berupa konsumsi dan jumlah pelanggan listrik untuk golongan bisnis (seperti mall,
pasar, pertokoan, dan pusat bisnis lainnya) meningkat di triwulan I-2011. Konsumsi listrik tercatat mencapai
352,12 MWH atau tumbuh 4,82% (y-o-), dengan jumlah pelanggan sebanyak 222.565 unit, meningkat
11,05% (y-o-y).
Grafik 1.14 Penerimaan Visa on Arrival
-20
0
20
40
60
80
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-yribu USD
Penerimaan VoA g Penerimaan Voa
Sumber : PT Bank Rakyat Indonesia
Grafik 1.15 Transaksi Valas di 18 PVA di Bali
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
0.00
40.00
80.00
120.00
160.00
200.00
I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011
Transaksi Valas (Juta USD)growth valas (% yoy) - (RHS)
Juta USD % y-o-y
Sumber : 18 Pedagang Valuta Asing di Bali
Grafik 1.16Konsumsi Listrik Bisnis dan Jumlah
Pelanggan Bisnis
40,000
80,000
120,000
160,000
200,000
240,000
0
100,000
200,000
300,000
400,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 20102011
unitRibu KWH
Konsumsi Listrik Bisnis KWHJumlah Pelanggan Bisnis
Sumber : PLN Distribusi Bali
22
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
1.1.6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh melambat pada triwulan I-2011. Sektor
ini tumbuh 4,26% (y-o-y). Melambatnya pertumbuhan di sektorini juga dikonfirmasi dengan jumlah
penumpang pesawat di Bandara Ngurah Rai dan jumlah pos melalui udara yang tumbuh melambat di
triwulan I-2011. Penurunan tersebut diperkirakan terjadi karena belum banyaknya aktivitas
perekonomian di awal tahun.
Grafik 1.17 Grafik 1.18 Jumlah Penumpang Pesawat Jumlah Pos Melalui Udara
-100
0
100
200
300
400
500
0
40000
80000
120000
160000
200000
240000
280000
320000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-yUnitMasuk Keluar
g Masuk g Keluar
-40
-20
0
20
40
60
0
400
800
1200
1600
2000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-yRibu Orang
Kedatangan Keberangkatang Kedatangan g Keberangkatan
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, diolah
1.1.7. Sektor Keuangan dan Persewaan
Sektor keuangan dan persewaan
diperkirakan tumbuh positif, dengan angka
pertumbuhan tumbuh 4,29% (y-o-y).
Pertumbuhan positif di triwulan I-2011
dikonfirmasi oleh indikator-indikator
pembiayaan, baik oleh lembaga keuangan bank
maupun non bank. Dari pembiayaan bank,
outstanding kredit yang disalurkan oleh bank
umum pada triwulan I-2011 tercatat sebesar Rp
25,35 triliun atau tumbuh 24,6% (y-o-y).
Sementara itu penyaluran kredit BPR juga terus
meningkat dengan realisasi kredit yang
dikucurkan mencapai Rp 2,86 triliun atau
mengalami pertumbuhan 28,3% (y-o-y).
Grafik 1.19 Kredit Bank Umum
0
10
20
30
40
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-yTriliun Rp
Kredit g Kredit (RHS)
Sumber : Bank Indonesia, diolah
23
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Grafik 1.20 Grafik 1.21 Kredit Bank Perkreditan Rakyat Pinjaman Lembaga Perkreditan Desa
0
10
20
30
40
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-yTriliun RpKredit g Kredit (RHS)
051015202530354045
0500
10001500200025003000350040004500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007 2008 2009 2010
% y-o-ymiliar RpKredit g Kredit (RHS)
Sumber : PT Bank Pembangunan Daerah Provinsi Bali Sumber : Bank Indonesia, diolah
Sementara itu untuk lembaga keuangan non bank, outstanding yang disalurkan oleh Lembaga
Perkreditan Desa (LPD) pada triwulan I-2011 yang juga tumbuh positif. Outstanding yang disalurkan
oleh LPD ke masyarakat adalah sebesar Rp 3,92 triliun atau tumbuh 25,7% (y-o-y). Hal ini
mengindikasikan kegiatan pembiayaan baik oleh bank maupun non bank terus tumbuh positif seiring
dengan peningkatan aktivitas perekonomian.
1.1.8. Sektor Jasa-jasa
Sektor jasa-jasa pada triwulan I-2011
tumbuh positif dengan angka pertumbuhan
mencapai 8,05% (y-o-y). Angka pertumbuhan
tersebut meningkat dibanding triwulan
sebelumnya yang tumbuh 6,04% (y-o-y). Prompt
indicator di sektor jasa seperti penyaluran kredit
bank umum di sektor jasa (penyaluran kredit
untuk kegiatan administrasi pemerintahan dan
jamsos ; jasa pendidikan ; jasa kesehatan dan
kegiatan sosial ; jasa kemasyarakatan, sosbud,
hiburan dan perorangan lainnya) tumbuh tinggi
di triwulan I-2011 mencapai 62,46%, dengan
realisasi kredit yang disalurkan mencapai Rp 1,04
triliun.
Grafik 1.22 Kredit Sektor Jasa
-
200.00
400.00
600.00
800.00
1,000.00
1,200.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011
Milyar Rp
Sumber : Bank Indonesia, diolah
24
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
1.2. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, seluruh komponen perekonomian mampu tumbuh positif di
triwulan I-2011. Komponen konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga mencatatkan
pertumbuhan tertinggi di triwulan I-2011, masing-masing sebesar 23,25% dan 13,07% (y-o-y). Jika
dilihat dari andilnya terhadap pertumbuhan ekonomi, komponen konsumsi rumah tangga yang memiliki
share 60,52% terhadap pembentukan PDRB di sisi permintaan memberikan andil tertinggi sebesar
7,42%. Selain konsumsi rumah tangga, komponen investasi juga memberikan andil relatif besar
mencapai 3,00%.
Tabel 1.3. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Permintaan, 2009 – 2011 (% y-o-y)
2011Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Konsumsi Rumah Tangga 2.95 18.89 23.67 19.96 12.21 18.38 5.68 9.83 12.53 11.21 9.89 13.07Konsumsi Lembaga Nirlaba 8.26 19.52 23.26 15.27 3.80 14.85 4.22 6.15 8.02 8.01 6.62 7.74Konsumsi Pemerintah 7.98 3.66 13.48 11.58 12.69 10.44 9.12 5.39 14.88 10.44 10.01 23.25Investasi/PMTB 23.16 10.01 8.00 8.42 5.71 7.93 19.48 20.75 16.31 11.92 16.92 12.05Ekspor 16.98 2.88 6.90 12.89 22.41 11.46 29.66 17.82 11.43 15.74 18.08 8.31Impor 36.44 31.05 13.95 20.55 13.15 18.84 21.04 12.05 6.45 8.38 11.39 12.64PDRB 5.97 7.77 5.64 4.34 3.73 5.33 4.85 5.74 6.18 6.50 5.83 6.01
Total 2010
Komponen 20082009 Total
20092010
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
1.2.1. Konsumsi
Konsumsi rumah tangga pada
triwulan I-2011 mengalami peningkatan
pertumbuhan dibanding triwulan
sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi rumah
tangga pada triwulan I-2011 sebesar 13,07% (y-
o-y). Meningkatnya konsumsi masyarakat di awal
tahun diperkirakan dipengaruhi oleh perayaan
hari raya keagamaan. Selain itu banyaknya hari
libur nasional dan momen pergantian tahun
diperkirakan juga turut mempengaruhi aktivitas
pariwisata sehingga meningkatkan konsumsi
masyarakat. Pertumbuhan konsumsi juga
diindikasikan oleh prompt indicator berupa
konsumsi dan jumlah pelanggan listrik rumah
tangga yang tumbuh 9,72% dan 6,65% (y-o-y).
Grafik 1.23 Indeks Keyakinan Konsumen
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
110.00
120.00
130.00
I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks = 100
Sumber : Bank Indonesia
25
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Grafik 1.24 Grafik 1.25 Konsumsi Listrik dan Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Jumlah Pelanggan Rumah Tangga
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011
Indeks Kondisi Ekonomi Penghasilan Saat IniSupply Lap. Kerja Konsumsi Durable GoodsIndeks = 100
1700
1800
1900
2000
0
100000
200000
300000
400000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007 2008 2009 2010
ribu unitribu KWHKonsumsi Listrik RTJumlah Pelanggan RT (RHS)
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : PLN Distribusi Bali
Namun ditengah peningkatan konsumsi, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari hasil Survey
Konsumen KBI Denpasar justru menunjukkan hasil pesimis. Rata-rata IKK di triwulan I-2010 sebesar
91,69%, sedikit meningkat dibanding rata-rata indeks triwulan sebelumnya yang mencapai 90,94%.
Jika dilihat dari komponen pembentuknya, penurunan IKK didorong oleh pesimisnya Indeks Kondisi
Ekonomi Saat Ini yang terutama diakibatkan oleh komponen indeks pembelian barang tahan lama
(durable goods) dan indeks ketersediaan lapangan kerja. Sementara itu indeks penghasilan saat ini mulai
optimis dengan tren meningkat.
Grafik 1.27 Grafik 1.26 Kredit Konsumsi Nilai Tukar Petani
Prompt indicator lain berupa kredit konsumsi juga menunjukkan pertumbuhan positif di
triwulan I-2011. Realisasi penyaluran kredit konsumsi pada triwulan I-2011 mencapai Rp 10,35 triliun
atau meningkat 20% (y-o-y). Sementara itu prompt indicator lain yang mengkonfirmasi pertumbuhan
80
90
100
110
120
130
140
I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011
NTPIndeks yg Diterima PetaniIndeks yg Dibayar PetaniGaris 100
Indeks
0
4
8
12
16
20
24
28
32
36
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
% yoymiliar Rp
Nominal Kredit g Kredit Konsumsi (RHS)
Sumber : Bank Indonesia
26
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
konsumsi adalah rata-rata nilai tukar petani pada triwulan I-2011 yang tercatat sebesar 105,09, lebih
tinggi dibanding rata-rata NTP triwulan sebelumnya yang mencapai 104,19. Peningkatan NTP tersebut
mengindikasikan meningkatnya daya beli petani, sehingga diperkirakan akan mempengaruhi perilaku
konsumsinya.
1.2.2. Investasi
Membaiknya iklim investasi global dan domestik diperkirakan telah mendorong
positifnya investasi. Pertumbuhan investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) pada triwulan I-2011
sebesar 12,05% (y-o-y), meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Positifnya prospek perekonomian
kedepan diperkirakan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan optimisme pelaku usaha mengenai
kondisi kedepan, yang ditunjukkan dengan positifnya saldo bersih tertimbang perkembangan kegiatan
usaha dari Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU). Indikasi peningkatan investasi juga ditunjukkan dari
tren peningkatan realisasi investasi baik berupa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN( maupun
Penanaman Modal Asing (PMA) dalam 3 tahun terakhir.
Namun demikian impor barang modal ke Bali di triwulan I-2011 justru menunjukkan kontraksi
pertumbuhan sebesar 50,36% (y-o-y), dengan realisasi impor barang modal sebesar 5.244 ribu Dolar
AS. Hal ini diperkirakan diakibatkan oleh realisasi impor relatif rendah di triwulan I, namun akan
mencapai puncaknya pada triwulan II dan III.
Grafik 1.28 Grafik 1.29
Impor Barang Modal Kredit Investasi
-5.00
5.00
15.00
25.00
35.00
45.00
55.00
0
1000
2000
3000
4000
5000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007 2008 2009 2010
% y-o-ymiliar Rp
Nominal g (y-o-y) - axis kanan
-100
0
100
200
300
400
500
600
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Impor Barang Modal g impor barang modal (rhs)
Ribu USD ($) % y-o-y
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
Prompt indicator yang mengkonfirmasi positifnya pertumbuhan investasi pada triwulan I-2011
adalah kredit investasi yang penyalurannya mencapai Rp 4,46 triliun atau meningkat 18,14% (y-o-y).
Peningkatan investasi bangunan juga diindikasikan oleh pertumbuhan penjualan semen di Bali. Jumlah
penjualan semen sepanjang triwulan I-2011 mencapai 303 ribu ton, meningkat 12,2% (y-o-y). Hal ini
27
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
mengindikasikan masih menariknya investasi di Bali, serta meningkatnya kegiatan investasi seiring
dengan peningkatan aktivitas perekonomian di Bali.
1.2.3. Ekspor Impor
Kinerja ekspor di Bali pada triwulan I-2011 mengalami pertumbuhan yang lebih rendah
dibanding triwulan sebelumnya, dengan angka pertumbuhan mencapai 8,31% (y-o-y). Realisasi
ekspor Bali triwulan I-2011 sebesar 148,56 juta dolar AS, menurun 1,8% (y-o-y). Sementara itu dari sisi
volume, realisasi ekspor pada triwulan I-2011 sebesar 32,81 ribu ton atau menurun 14,66% (y-o-y).
Penurunan volume ekspor terutama terjadi pada ekspor produk manufaktur yang mengalami kontraksi
14,66% (y-o-y).
Grafik 1.30 Grafik 1.31 Perkembangan Nilai Ekspor Bali Perkembangan Volume Ekspor Bali
Terdapat lima jenis produk yang merupakan
komoditas ekspor unggulan di Provinsi Bali, dengan
nilai ekspor kelima komoditas tersebut memiliki
porsi 65,90% terhadap keseluruhan nilai ekspor di
Provinsi Bali. Komoditas utama adalah ikan dan
udang yang menyumbang 17,80% dari
keseluruhan nilai ekspor Bali, diikuti komoditas
pakaian (16,51%), komoditas perhiasan/permata
(11,48%), komoditas kayu dan barang olahan dari
kayu (11,46%), serta komoditas perabot rumah
tangga (8,64%).
-20.0
-10.0
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
0
40
80
120
160
200
240
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-yjuta USDNilai Ekspor g Nilai Ekspor (RHS)
Sumber : Bank Indonesia, diolah
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
-
10
20
30
40
50
60
70
80
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Volume Export
g Volume Export (RHS)
Ribu Ton % y-o-y
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.32 Pangsa Nilai Ekspor Provinsi Bali
Ikan dan Udang17.80%
Kayu, Barang dari Kayu11.46%
Pakaian Jadi Bukan
Rajutan16.51%Perhiasan /
Permata11.48%
Perabot, Penerangan
Rumah8.64%
Lainnya34.10%
Sumber : Bank Indonesia, diolah
28
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Namun demikian di triwulan I-2011, seluruh komoditas ekspor utama tersebut mengalami
kontraksi pertumbuhan, kecuali komoditas perhiasan/permata yang meningkat 1,43% (y-o-y). Kontraksi
pertumbuhan terbesar terjadi pada komoditas perabot rumah tangga sebesar 8,05% (y-o-y), diikuti
komoditas kayu dan barang olahan kayu yang mengalami kontraksi 5,86% (y-o-y). Berdasarkan hasil
Liaison yang dilakukan oleh KBI Denpasar, kegiatan ekspor ikan masih diwarnai oleh permasalahan
cuaca dan anomali iklim yang mengganggu penangkapan ikan di laut lepas. Permasalahan ketersediaan
pasokan tersebut menjadi permasalahan ekspor Bali. Namun demikian pasar ekspor memiliki potensi
untuk meningkat seiring dengan membaiknya perekonomian global yang berpotensi meningkatkan
permintaan ekspor di Bali.
Grafik 1.33 Grafik 1.34
Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama Bali
Negara Pembeli Utama Ekspor Bali US
17.88%
Japan13.85%
Australia6.60%
Singapore7.70%Hongkong
4.62%
Other Countries49.35%
03 - Ikan dan Udang
Berdasarkan negara pembeli, ekspor terbesar di triwulan I-2011 kepada Amerika Serikat
(17,88%), diikuti Jepang (13,85%) dan Singapura (7,70%). Pertumbuhan ekspor kepada ketiga negara
tersebut juga positif di triwulan I-2011, kecuali ke Singapura yang mengalami kontraksi pertumbuhan
sebesar 2,59% (y-o-y). Bencana tsunami di Jepang yang terjadi di pertengahan Maret 2011 yang
diperkirakan akan berdampak pada penurunan ekspor ke negara tersebut belum terjadi di triwulan I-
2011. Ekspor ke Jepang sepanjang triwulan I-2011 sebesar 20,57 juta dolar AS dengan angka
pertumbuhan mencapai 3,42% (y-o-y).
Sejalan dengan ekspor, nilai tambah impor Bali pada triwulan I-2011 juga mengalami
peningkatan dengan angka pertumbuhan sebesar 12,64% (y-o-y). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi
dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,38% (y-o-y). Dari sisi perdagangan internasional, nilai
impor pada triwulan I-2011 tercatat sebesar 25,9 juta dolar AS atau sedikit mengalami kontraksi
mencapai 1,01% (y-o-y). Walaupun dari nilai impor mengalami kontraksi, volume impor pada periode
ini justru meningkat 181,2% (y-o-y), dengan realisasi impor sebesar 9,32 ribu ton. Impor pada triwulan
(40.00)
(20.00)
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
44 - Kayu, Barang dari Kayu62 - Pakaian Jadi Bukan Rajutan71 - Perhiasan / Permata94 - Perabot, Penerangan Rumah
% y-o-y
Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah
29
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
I-2011 didominasi oleh produk-produk manufaktur, sementara itu realisasi impor untuk produk
pertanian belum banyak dilaksanakan di awal tahun ini.
Grafik 1.36 Grafik 1.35
Perkembangan Volume Impor Bali Perkembangan Nilai Impor Bali
-200-1000100200300400500600700800
0
2
4
6
8
10
12
14
16
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Volume Impor g volume impor - RHS
Ribu Ton % y-o-y
-200
-100
0
100
200
300
400
0
40
80
120
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-yjuta USD
Nilai Impor g Nilai Impor (RHS)
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.37 Negara asal impor pada triwulan I-2011
didominasi oleh Hongkong dengan komoditas
utama yang diimpor adalah perhiasan (36,07%),
perak dan platinum (14,34%), dan automatic data
processing machines (11,22%), diikuti Vietnam
dengan komoditas impor utama adalah beras,
serta Amerika Serikat dengan komoditas impor
utama barang-barang optik (11,82%) serta part-
part konstruktsi (9,84%).
Pangsa Impor Provinsi Bali berdasarkan Negara Asal
Hongkong16%
Vietnam16%
USA14%Singapore
13%RRC10%
Taiwan7%
Australia6%
Thailand4%
Germany3%
France3%
Other Countries
8%
Sumber : Bank Indonesia
30
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Boks A.
Simantri dan Perwujudan Kesejahteraan Petani Bali
Program Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI) yang telah dilaksanakan sejak tahun 2009 mulai menunjukkan hasilnya. Simantri yang dimulai dari 10 gabungan kelompok tani (Gapoktan) di 10 desa percontohan pada tahun 2009 telah berkembang hingga 50 Gapoktan di 50 desa atau mencakup 34 kecamatan. Pada tahun 2012 dan 2013 ditargetkan terbentuk 100 Gapoktan pada setiap tahunnya. Target jumlah Gapoktan yang terbentuk hingga akhir 2013 adalah 350 Gapoktan.
Simantri didesain sebagai pendukung utama terwujudnya pertanian Bali dengan bertumpu pada pertanian organik. Tujuannya adalah mencetak petani yang tangguh dan mandiri, peningkatan pendapatan petani dan berujung pada kesejahteraan petani Bali (lihat Gambar 1.C). Pada sistem Simantri, pertanian tidak hanya terintegrasi secara teknis pertanian saja namun juga mengintegrasikan kearifan lokal dan sistem kekerabatan budaya yang kuat pada masyarakat Bali.
Grafik 1A. Grand Design SIMANTRI
MAJUPertanian yang dinamis, bergerak sesuai jati diriyg ditopang dg ITshg petani mjd tangguh & mandiri
DAMAIPertanian yang Kental dgn budaya& agama Hindu,Harmonis antarPetani & klp taniMenuju kedamaian
AMANPertanian yang terhindar dari gangguanFaktor biotik & abiotik ( terutama OPT dan gangguAn iklim) sesuai konsepTri Hita Karana
SEJAHTERAPertanian yang Mampu mewujudkanKemajuan, keamanan & kedamaianYg bermuara pd Penigk pendapatanSerta kecukupan Sandang & pangan
Pembangunan Pertanian menujuBALI MANDARA
(Bali Yang Maju - Aman – Damai – Sejahtera)
Masyarakat Tani MAJU – AMAN – DAMAI – SEJAHTERADambaan Masyarakat BALI
Petani tangguh dan mandiriPendapatan meningkatPetani/ masyarakat sejahtera
SIMANTRI BALI ORGANIK
Sumber : Pemerintah Provinsi Bali
Indikator keberhasilan Simantri adalah pertama, berkembangnya kelembagaan dan sumber daya manusia baik petugas pertanian maupun petani. Sumber daya manusia yang memadai diharapkan mampu mewujudkan tujuan dari Simantri. Optimalisasi penggunaan sumber daya manusia dapat dilakukan melalui penciptaan lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian dan industri rumah tangga.
Kedua, berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani. Penguatan sumber daya manusia akan mampu meningkatkan kinerja sektor pertanian baik melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi pertanian. Peningkatan hasil pertanian yang disertai pemasaran produk pertanian akan meningkatkan profitabilitas pertanian. Hal ini dapat meningkatkan insentif masyarakat untuk terjun ke sektor pertanian. Selain itu, peningkatan kinerja pertanian juga dilakukan melalui efisiensi usaha tani dalam keseluruhan cabang usaha seperti usaha pupuk organik, pangan, biogas, bio urine maupun bio pestisida yang diproduksi
31
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
secara mandiri. Usaha pertanian organik yang berkembang pesat sejalan dengan upaya pemerintah provinsi Bali dalam mewujudkan green economic.
Ketiga, pengembangan skala usaha pertanian yang semakin masif akan mendorong berkembangnya usaha ekonomi perdesaan. Lembaga usaha agribisnis akan perkembang dengan didukung oleh sinergi antara Gapoktan dan Subak Abian. Perkembangan usaha pertanian ditargetkan akan meningkatkan pendapatan petani minimal dua kali lipat.
Hasil evaluasi program Simantri pada tahun 2010 menunjukkan keberhasilan Gapoktan yang menerima pembiayaan Simantri. Subsidi awal Simantri sebesar Rp200 juta per Gapoktan mampu menghasilkan rata-rata 3 ton pupuk organik setiap bulan per kelompok. Harga jual pupuk tersebut adalah Rp500,- per kilogram. Bahkan salah satu Gapoktan di Tabanan mampu menjual pupuknya hingga Rp750,- per kilogram. Limbah ternak juga telah berhasil diolah menjadi bio gas untuk mencukupi kebutuhan energi secara mandiri. Selain itu dari laporan evaluasi juga disampaikan perkembangan usaha pertanian, khususnya perkembangan sapi yang terjadi di setiap gapoktan, menunjukkan jumlah sapi yang dikelola oleh masing-masing gapoktan telah meningkat berkisar 20% - 60% dari jumlah bantuan. Selain peningkatan jumlah ternak, di beberapa gapoktan sinergitas antara perternakan dan pertanian hortikultura telah terjadi, melalui mekanisme pemupukan organik dari limbah ternak.
Ditengah keberhasilan Simantri, masih terdapat beberapa tantangan dalam pelaksanaan Simantri selama ini, yaitu pertama, belum optimalnya dukungan kegiatan khususnya oleh sebagian Kabupaten/Kota dalam pengembangan, pemantapan, dan pengutuhan kegiatan Simantri yang sudah/sedang berjalan. Kedua, pemahaman Simantri di tingkat petani belum utuh, serta bansos Simantri belum dapat memenuhi kebutuhan anggota Gapoktan secara keseluruhan. Ketiga, belum optimalnya pendampingan yang dilaksanakan oleh petugas pedamping Simantri, baik dalam bimbingan teknologi, dinamika kelompok maupun penumbuhan kreatifitas. Oleh sebab itu perlu upaya yang lebih keras baik pemerintah daerah maupun pelaku usaha untuk mencapai tujuan Simantri mewujudkan kesejahteraan petani.
32
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Boks B.
Membangun interkoneksi Daerah Tujuan Wisata di Indonesia
Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia diproyeksikan menjadi motor penggerak
pariwisata nasional. Hal ini sesuai dengan penetapan koridor Bali-Nusa Tenggara sebagai pintu gerbang pariwisata nasional oleh Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional. Untuk mencapai Bali sebagai motor pariwisata dan untuk meningkatkan industri pariwisata di provinsi lain, khususnya di Kawasan Timur
Indonesia, diperlukan konektivitas antar daerah tujuan wisata di Indonesia untuk memudahkan mobilisasi wisatawan khususnya wisatawan mancanegara (wisman). Penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa interkoneksi daerah tujuan wisata di Indonesia khususnya di Indonesia Timur masih belum memadai. Saat ini di Kawasan Timur Indonesia termasuk Bali hanya tersedia empat bandara internasional. Data menunjukkan bahwa Bali masih menjadi destinasi utama wisman di Indonesia Timur (lihat Tabel 1B).
Tabel 1A menunjukkan bahwa konsentrasi kedatangan wisman masih berada di pulau Bali dengan proporsi hingga 98%. Kesiapan infrastruktur dan gencarnya promosi menjadi alasan utama terpusatnya kunjungan wisman ke Bali. Selain faktor kelengkapan objek wisata baik wisata budaya, alam, maupun wisata belanja. Sementara hal tersebut belum dapat dipenuhi oleh provinsi lainnya, umumnya di provinsi lain hanya terdapat sedikit objek wisata, yang menyebabkan kunjungan ke daerah tersebut menjadi terkesan mahal.
Koneksi penerbangan, diharapkan dapat menjadi solusi jangka pendek untuk menggiatkan industri pariwisata di provinsi lain, walaupun saat ini koneksi penerbangan dari Bali ke wilayah Indonesia lainnya masih relatif minim (lihat Gambar 1A). Koneksi penerbangan langsung dari Bali ke wilayah timur Indonesia hanya ke Mataram, Nusa Tenggara Barat; Nusa Tenggara Timur; Timika, Papua dan Makassar, Sulawesi Selatan. Tidak adanya penerbangan langsung menurunkan insentif wisman untuk melanjutkan perjalannya ke daerah tujuan wisata lainnya. Minimnya konektivitas antar daerah tujuan wisata juga dikonfirmasi oleh hasil survey keinginan wisatawan untuk melanjutkan kunjungan wisatanya setelah dari Bali. Hasil survei bank Indonesia terhadap 235 wisman di dua daerah tujuan wisata utama di Bali yaitu Kuta dan Ubud menunjukkan bahwa sebagian besar wisman tidak berkeinginan melanjutkan perjalanan ke daerah tujuan wisata lainnya di luar Bali (35% dari total responden) sementara 32% responden menyatakan melanjutkan perjalanan ke Nusa Tenggara Barat dan 15% responden menyatakan melanjutkan ke Jakarta. Sangat sedikit responden yang menyatakan melanjutkan perjalanan ke Sulawesi, Kalimantan maupun kepulauan Maluku. Penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa kenyamanan akomodasi dan penerbangan langsung menjadi faktor utama pilihan daerah tujuan wisata yang diminati. Fakta ini menunjukkan bahwa konektivitas penerbangan dari Bali ke daerah tujuan wisata lainnya dilengkapi dengan pengembangan infrastruktur menjadi faktor penting dalam mewujudkan Bali sebagai gerbang pariwisata nasional.
Tabel 1B. Kunjungan Wisman di Bandara Internasional Wilayah Timur Indonesia
Jumlah Wisman (orang) Bandara 2008 2009 2010
Ngurah Rai – Bali 2.081.786 2.384.819 2.546.023
Sam Ratulangi – Sulut 21.795 29.715 20.220
Hasanuddin – Sulsel 0 0 16.211
Sepinggan – Kaltim 0 0 10.824
Sumber : BPS Berbagai Provinsi
Grafik 1B. Jalur Penerbangan Kawasan Timur Indonesia
Sumber : Survei Bank Indonesia
33
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
34
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Bab 2 Perkembangan Inflasi
Tekanan Inflasi Kota Denpasar sepanjang triwulan I-2011 diindikasikan mulai mereda dengan
laju inflasi sebesar 1,26% (q-t-q), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 1,44% (q-t-q).
Sumber tekanan inflasi pada triwulan I lebih didominasi oleh sub kelompok bumbu-bumbuan khususnya
terjadi pada Januari 2011. Triwulan I-2011 juga diwarnai dengan satu bulan deflasi, sebagai tanda
masuknya masa panen komoditas utama bahan makanan seperti beras.
2.1. KONDISI UMUM
Meskipun tekanan inflasi sepanjang triwulan I-2011 mereda, namun secara tahunan
inflasi masih tinggi dan tercatat sebesar 7,93% (y-o-y). Secara umum laju inflasi Kota Denpasar
pada triwulan I-2011 lebih rendah dibandingkan laju inflasi triwulan sebelumnya yang mencapai 8,10%
(y-o-y). Namun inflasi tersebut masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional pada periode yang sama
yang mencapai 6,65 % (y-o-y).
Tabel 2.1 Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang (%)
2009 2010 2011 No. Kelompok Barang
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Bahan Makanan 1 8.33 9.61 7.29 3.60 14.43 15.04 18.32 16.93 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau 2 12.52 8.63 8.81 9.45 8.14 11.43 10.20 10.00 Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar 3 6.26 5.13 4.63 5.30 4.71 7.83 7.31 6.69 Sandang 4 4.81 3.59 3.59 (0.89) 1.73 1.74 2.92 4.64 Kesehatan 5 18.82 19.39 19.16 1.40 1.29 1.13 1.13 1.99 Pendidikan, Rekreasi, & Olahraga 6 6.19 (1.81) (1.69) (2.46) (2.75) 4.81 4.57 4.63 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 7 (4.17) (5.15) (2.89) 0.68 0.51 0.22 0.25 1.09
UMUM 5.80 4.39 4.37 3.64 5.59 7.66 8.10 7.93
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Meskipun mereda, sumber tekanan inflasi masih didominasi oleh komoditas pangan dalam
kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau. Secara tahunan
inflasi pada kelompok bahan makanan masih tinggi pada level 16,93% walaupun sedikit mereda
dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 18,32% (y-o-y). Demikian pula inflasi pada kelompok
makanan jadi yang melambat dari 10,20% (y-o-y) pada triwulan IV menjadi 10,00% (y-o-y).
Melemahnya tekanan inflasi pada kelompok bahan manakan dan makanan jadi lebih disebabkan oleh
meredanya tekanan inflasi pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya seiring dengan
masuknya periode panen padi di Bali dan Indonesia pada umumnya. Sementara pelemahan inflasi pada
35
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
kelompok makanan, minuman dan tembakau, terjadi pada komoditas gula pasir yang pasokannya mulai
stabil dengan dibukanya pasokan gula dari Makasar.
Sementara beberapa sub kelompok yang menekan inflasi pada triwulan I-2011 adalah sub
kelompok biaya tempat tinggal, sub kelompok bumbu-bumbuan dan sub kelompok transport yang
memberikan kontribusi terhadap pembentukan inflasi triwulan I-2011 sebesar 0,31%, 0,28% dan
0,27%. Tingginya kontribusi pada sub kelompok biaya tempat tinggal didorong oleh inflasi sebesar
1,71% (y-t-d) yang disebabkan oleh peyesuaian tarif sewa dan kontrak rumah yang umumnya dilakukan
pada pergantian tahun dan tahun ajaran baru, andil inflasi tarif sewa rumah sepanjang triwulan I
mencapai 0,22%. Penyesuaian harga yang dilakukan untuk tarif sewa dan kontrak rumah ini lebih
disebabkan oleh faktor psikologis penyedia jasa yang beranggapan bahwa penyesuaian harga perlu
dilakukan setiap pergantian tahun. Harga tidak terlalu dipengaruhi oleh kesenjangan antara permintaan
dan penawaran.
Sedangkan untuk sub kelompok bumbu-bumbuan yang menglamai inflasi sebesar 17,19% (q-t-
q) sangat dipengaruhi oleh tingginya intensitas hujan sepanjang awal tahun khususnya pada bulan
Januari, berakibat pada penurunan produktivitas beberapa komoditas seperti cabe rawit, bawang merah
dan bawang putih. Tekanan pada sisi suplai komoditas bumbu-bumbuan seiring dengan permintaan
yang relatif stabil menyebabkan harga terdorong meningkat tajam, dengan catatan peningkatan harga
tertinggi terjadi pada komoditas cabe rawit yang sempat mencapai harga di atas Rp 100.000,- per kg.
Sepanjang triwulan I, komoditas bawang putih
memiliki andil terbesar dalam pembentukan
inflasi sebesar 0,29% diikuti dengan
komoditas cabe rawit dengan andil 0,24%.
Sementara inflasi pada sub kelompok
transport terjadi karena adanya penyesuaian
harga jual kendaraan bermotor baru yang
menekan inflasi sebesar 1,92% (q-t-q), dengan
komoditas mobil sebagai pembentuk inflasi
terbesar dalam kelompok ini, sebesar 0,17%.
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Denpasar
Selain komoditas pada sub kelompok
biaya tempat tinggal, bumbu-bumbuan dan
transport, tekanan inflasi juga bersumber dari
komoditas pangan lainnya, seperti pada sub kelompok minuman tidak beralkohol, sub kelompok ikan
diawetkan, sub kelompok makanan jadi, sub kelompok terlur, susu dan sub kelompok lemak dan
minyak yang masing-masing memiliki kontribusi pembentukan inflasi sebesar 0,17%, 0,16%, 0,13%,
0,07% dan 0,05%. Umumnya inflasi yang terjadi pada sub kelompok tersebut disebabkan karena sisi
suplai. Inflasi pada sub kelompok minuman terjadi karena penyesuaian harga minuman dalam kemasan,
sedangkan pada sub kelompok ikan diawetkan terjadi karena tingginya intensitas hujan yang
menghambat produksi ikan diawetkan.
-2
0
2
4
6
8
10
12
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
(%)
m-t-m
q-t-q
y-o-y
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
36
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
2.2. INFLASI BULANAN M-T-M
Laju inflasi sepanjang triwulan I-2011 diwarnai dengan satu bulan deflasi, sumber
tekanan terjadi pada bulan Januari. Tekanan harga pada Januari 2011 secara bulanan mengalami
peningkatan sebesar 1,03% (m-t-m). Peningkatan harga terbesar terjadi pada kelompok bahan
makanan dan kelompok transport yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 2,93% (m-t-m) dan
1,26 (m-t-m) dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,69% dan 0,23%.
Tabel 2.2 Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang
I-2011
No. Kelompok Barang Jan Feb Mar
1 Bahan Makanan 2.93 (0.91) (0.64)
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 0.29 0.47 1.44
3 Perumahan, Air, Lisrik, Gas, dan Bahan Bakar 0.22 0.43 0.56
4 Sandang 0.08 (0.26) 0.62
5 Kesehatan 0.15 0.69 0.07
6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga (0.18) (0.09) (0.03)
7 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 1.26 0.03 (0.09)
UMUM 1.03 (0.01) 0.24
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Sub kelompok komoditas yang memberikan
andil terbesar dalam pembentukan deflasi
pada Januari 2011 adalah sub kelompok
transport sebesar 0,26% dengan laju inflasi
bulanan sebesar 1,87%. Peningkatan harga
pada sub kelompok ini terjadi karena
penyesuaian harga mobil dan kendaraan roda
dua baru. Hal ini merupakan pola tahunan
dimana pada setiap awal tahun produsen
selalu menerapkan peningkatan harga bagi
kendaaraan sejenis. Sub kelompok lain yang
memberikan sumbangan terhadap inflasi
adalah sub kelompok bumbu-bumbuan, ikan
segar dan sub kelompok padi-padian yang
masing masing mengalami inflasi sebesar
12,99% (m-t-m), 11,93% (m-t-m) dan 1,57%, dengan andil masing-masing sebesar 0,42%, 0,22%,
dan 0,10%. Inflasi yang terjadi pada komoditas pangan ini terjadi karena rendahnya produksi pada
Grafik 2.2 Inflasi Bulanan Kota Denpasar (% m-t-m)
Januari 2011
1.03
2.93
0.29 0.22
0.08
0.15
(0.18)
1.26
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50UMUM Bahan Makanan
Makanan Jadi Perumahan
Sandang Kesehatan
Pendidikan Transpor
% (m-t-m)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
37
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
bulan Januari dan menyebabkan terkendalanya pasokan. Hal ini disebabkan oleh faktor musim yang
menyebabkan tingginya intensitas curah hujan. Sub kelompok bumbu, komoditas yang mengalami
inflasi terbesar adalah cabe rawit dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,28%, diikuti dengan bawang
putih dengan andil 0,07%. Tingginya harga cabe dan bawang disebabkan sangat terbatasnya pasokan
di pasar, pada bulan tersebut dilaporkan bahwa produksi cabe terkendala oleh hujan dan hama
penyakit yang relatif menjadi lebih sulit diatasi, sementara untuk bawang putih diindikasikan tidak
terjadi panen di sentra bawang baik yang terdapat di Bali maupun luar Bali. Tekanan inflasi pada sub
kelompok padi-padian terjadi pada komoditas beras yang memberikan andil inflasi sebesar 0,10%,
karena terbatasnya pasokan sebagai akibat rendahnya produktivitas pada sub round III di sentra-sentra
penghasil beras.
Pada bulan Februari, tekanan harga
menjadi sangat lambat hingga terjadi deflasi
sebesar 0,01% (m-t-m). Deflasi umumnya
terjadi pada komoditas pada kelompok
pangan utama, seperti beras, ikan, daging
dan telur, yang mendorong deflasi pada
kelompok bahan makanan sebesar 0,91%
(m-t-m). Penurunan indek terbesar terjadi
pada sub kelompok ikan segar, diikuti
dengan sub kelompok padi-padian dan sub
kelompok daging dan hasilnya, masing-
masing sebesar 6,55%, 3,73% dan 1,71%
dengan andil terhadap deflasi sebesar
0,13%, 0,24% dan 0,05%.
Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Kota Denpasar (% m-t-m)
Februari 2011
(0.01)
(0.91)
0.47 0.43
(0.26)
0.69
(0.09)
0.03
-1.00
-0.80
-0.60
-0.40
-0.20
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
UMUM Bahan Makanan
Makanan Jadi Perumahan
Sandang Kesehatan
Pendidikan Transpor
% (m-t-m)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Deflasi pada sub kelompok ikan segar khususnya terjadi pada komoditas udang basah yang
memiliki andil sebesar 0,05%. Sedangkan deflasi pada sub kelompok padi-padian didorong oleh
penurunan harga beras di pasar tradisional berkisar Rp 250,- per kg untuk beras kualitas medium, dan
penurunan ini memberikan andil terhadap deflasi sebesar 0,24%. Penurunan harga beras disebabkan
oleh dimulainya musim panen padi sehingga menambah jumlah pasokan di pasar. Sementara deflasi
pada sub kelompok daging dan hasilnya terjadi pada komoditas daging ayam ras yang mengalami
penurunan harga berkisar Rp 600,- per kg. Sumbangan penurunan harga ini terhadap pembentukan
deflasi adalah 0,08%.
Selain fenomena deflasi, pada bulan Februari, beberapa sub kelompok komoditas juga tercatat
mengalami inflasi yang cukup besar, seperti sub biaya tempat tinggal, makanan jadi, dan sub kelompok
ikan diawetkan dengan inflasi masing-masing sebesar 0,51% (m-t-m), 0,79% (m-t-m) dan 11,12% (m-
t-m) dengan andil 0,09%, 0,08% dan 0,08%. Inflasi pada sub kelompok biaya tempat tinggal terutama
terjadi pada komoditas sewa rumah dengan andil 0,07% terhadap pembentukan harga.
38
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Grafik 2.4 Grafik 2.5 Perkembangan Harga Beras Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Putri Sejati C4 Beras Bali Rojo Lele
Rp / kg
0
20000
40000
60000
80000
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
2009 2010 2011
Cabe Merah Keriting Cabe Rawit
Bawang Putih
Rp / kg
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
Ditahan dengan deflasi pada kelompok bahan makanan, laju perubahan harga pada bulan
Maret mengalami sedikit peningkatan, menyebabkan inflasi terkendali pada level yang rendah, 0,24%
(m-t-m). Fenomena deflasi pada kelompok bahan makanan masih berlanjut hingga akhir triwulan I-2011
dan tercatat sebesar 0,64%. Sub kelompok padi-
padian masih menjadi penyumbang terbesar dalam
pembentukan deflasi dengan komoditas deflator
utama beras. Penurunan harga beras masih
berlanjut hingga Maret, dengan penurunan
berkisar Rp 325,- per kg untuk beras kualitas
medium. Puncak panen yang terjadi pada Maret
dan April berdampak pada penurunan harga yang
diperkirakan akan terjadi sampai dengan April.
Selain pada beras, deflasi juga terjadi pada
komoditas cabe dan sawi hijau yang masing-
masing memberikan andil terhadap deflasi sebesar
0,08%.
Grafik 2.6 Inflasi Bulanan Kota Denpasar (% m-t-m)
Maret 2011
0.24
(0.64)
1.44
0.56 0.62
0.07
(0.03) (0.09)
-1.00
-
1.00
2.00 UMUM Bahan Makanan
Makanan Jadi Perumahan
Sandang Kesehatan
Pendidikan Transpor
% (m-t-m)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Peningkatan harga pada bulan Maret didorong oleh peningkatan harga pada sub kelompok
minuman tidak beralkohol, biaya tempat tinggal, bumbu-bumbuan dan sub kelompok ikan diawetkan.
Peningkatan harga pada sub kelompok minuman tidak beralkohol mencapai 5,13% (m-t-m), dengan
andil terhadap inflasi sebesar 0,17%. Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar dalam
pembentukan inflasi sub kelompok ini adalah air dalam kemasan dengan andil 0,13%, inflasi terjadi
karena peningkatan harga oleh produsen sebesar 13%. Sementara tekanan inflasi pada sub kelompok
biaya tempat tinggal yang mengalami inflasi sebesar 0,85% dengan andil 0,15% bersumber pada
komoditas sewa rumah dengan andil 0,11%. Untuk sub kelompok bumbu-bumbuan, inflasi bersumber
pada komoditas bawang putih dan cabe rawit dengan andil masing-masing terhadap pembentukan
inflasi sebesar 0,07% dan 0,04%. Peningkatan harga komoditas bawang putih dan cabe rawit
disebabkan oleh
39
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
2.3. DISAGREGASI INFLASI
Tekanan inflasi pada triwulan I-2011 masih bersumber pada komoditas pangan,
sedangkan komoditas non pangan cenderung stabil demikian pula dengan komoditas yang
mekanisme pembentukan harganya diatur oleh pemerintah. Komoditas pangan sejak 2010
menjadi faktor penyumbang inflasi terbesar di Bali, hal tersebut berlanjut sampai dengan triwulan I-
2011, dan mendorong inflasi kelompok volatile food pada level 17,16% (y-o-y). Namun demikian secara
triwulanan tekanan pada kelompok ini sangat kecil, inflasi triwulanan tercatat sebesar 0,57% (q-t-q),
karena masuknya musim panen komoditas beras dan peningkatan produksi komoditas bumbu dan
sayuran.
Sementara tekanan inflasi pada kelompok komoditas yang pembentukan hargamya diatur oleh
pemerintah cenderung stabil pada kisaran 5,33% (y-o-y). Tekanan inflasi terbesar pada kelompok ini
terjadi pada bulan Januari sebesar 1,30% (m-t-m) yang disebabkan oleh peningkatan cukai rokok dan
peningkatan BBM non subsidi jenis Pertamax. Sedangkan untuk komoditas lain cenderung stabil,
sehingga pengaruh inflasi kelompok ini relatif cukup kecil terhadap pembentukan inflasi di Bali.
Grafik 2.7 Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi (% y-o-y) Maret 2011 Disagregasi Inflasi (% m-t-m) Maret 2011
‐6.00
‐4.00
‐2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1
2008 2009 2010 2011
(% m
‐t‐m
)
Volatile food Administered Price Core
‐5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1
2008 2009 2010 2011
(% y‐o‐y)
Volatile food Administered Price Core
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Walaupun sedikit mengalami peningkatan, inflasi pada kelompok inti dapat dikatakan stabil.
Pada tiwulan I-2011 inflasi inti mencapai 5,55% (y-o-y) atau 1,47% (q-t-q). Tekanan inflasi inti terbesar
terjadi pada bulan Maret sebesar 0,86% (m-t-m) yang disebabkan oleh inflasi pada sub kelompok biaya
tempat tinggal, minuman tidak beralkohol dan sub kelompok ikan diawetkan yang masing-masing
mengalami 0,85% (m-t-m), 5,13% (m-t-m) dan 12,15% (m-t-m). Tingginya inflasi pada ketiga sub
kelompok ini memberikan andil yang cukup besar terhadap inflasi Bali, khususnya pada sub kelompok
biaya tempat tinggal, akibatnya pada Maret 2011, Bali tetap mengalami inflasi walaupun rendah.
40
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
2.4. FAKTOR PENYEBAB INFLASI
Permasalahan terbatasnya pasokan masih menjadi sumber tekanan inflasi yang tinggi
bagi beberapa komoditas bahan makanan dan makanan jadi. Permasalahan pasokan pada
triwulan I-2011 lebih disebabkan oleh faktor cuaca yang menyebabkan curah hujan yang tinggi
sepanjang triwulan I-2011. Tingginya curah hujan menekan produksi melalui sehingga sisi penawaran
menjadi terbatas. Fenomena ini menyebabkan terjadinya cost push inflation bagi berbagai komoditas
pangan seperti bawang putih, cabe rawit, ikan tongkol dan jangki.
Selain tekanan yang berasal dari sisi penawaran, inflasi pada triwulan I-2011 juga dipengaruhi
oleh faktor ekspektasi masyarakat. Faktor ekspektasi berperan dalam pembentukan harga pada
komoditas sewa dan kontrak rumah, serta pembentukan harga mobil. Penyesuaian tarif sewa dn
kontrak rumah pada awal tahun umumnya tidak terjadi karena meningkatnya permintaan namun
karena penyedia jasa beranggapan bahwa pada awal tahun merupakan saat tepat. Demikian pula
halnya dengan penyesuaian harga kendaraan yang disesuaikan pada awal tahun.
Sementara permintaan belum memberikan pengaruh yang signifikan dalam pembentukan
inflasi pada triwulan I, karena permintaan masih cenderung stabil. Peningkatan permintaan yang
mampu mendorong inflasi umumnya terjadi pada saat masyarakat Bali merayakan hari besar
keagamaan maupun pada saat periode puncak kunjungan wisatawan baik manca negara maupun
domestik, yang diperkirakan akan terjadi pada bulan Juni dan Juli.
Grafik 2.9 Hasil Survei Perkembangan Kegiatan Usaha dan
Kapasitas Produksi Usaha Tanaman Pangan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
‐8
‐6
‐4
‐2
0
2
4
6
8
10
12
14
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
2007 2008 2009 2010 2011
(SB)
(SB)
Perkembangan kegiatan usaha pertanian
Kapasitas produksi sekrtor pertanian (Rhs)
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 2.10 Perkembangan Luas Panen dan Produksi Padi
200
250
300
350
400
30
35
40
45
50
55
60
Jan -Apr
Mei -Ags
Sep -Des
Jan -Apr
Mei -Ags
Sep -Des
Jan -Apr
Mei -Ags
Sep -Des
2009 2010 2011
Luas Panen Produksi - RHS
ribu ha ribu ton
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
41
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Grafik 2.11Perkembangan Rata-rata Curah Hujan Bulanan
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Oct Nov Des
(mm)
2009 2010 2011
Sumber : BMKG
42
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Boks C.
Menangkap Peluang Ekspor Ikan Tuna
Bencana Gempa dan tsunami yang melanda Jepang pada 11 Maret 2011 lalu, sempat membuat pelaku usaha yang berhubungan dengan pengusaha negeri Sakura mengkhawatirkan nasib kerjasama mereka. Sebagai pasar ekspor utama ikan tuna dari Bali (pada triwulan I – 2011 mencapai 95,83% dari total ekspor Bali), bencana tersebut diperkirakan akan menurunkan permintaan tuna oleh Jepang. Beberapa hari pasca gempa tsunami, eksportir tuna menyatakan bahwa harga ekspor tuna turun drastis, dari harga sebelumnya ¥ 800 - ¥ 1200/kg menjadi hanya ¥ 400/kg. Penurunan ini diduga disebabkan oleh terhambatnya pelelangan ikan tuna segar di Pasar Tsukiji akibat masih ditutupnya Bandara Narita di Tokyo sebagai pintu masuk ekspor tuna ke Jepang pasca tsunami. Eksportir tuna terpaksa mengalihkan kirimannya ke pasar Nagoya dan Osaka.
Laporan terakhir menunjukkan perkembangan yang lebih baik setelah ekspor tuna dapat dilakukan kembali melalui pasar Tokyo, di samping kedua pasar lain dua hingga tiga minggu pasca gempa dan tsunami. Dampaknya langsung dapat dirasakan oleh eksportir yaitu peningkatan harga jual dari ¥ 400/kg, kini naik menjadi ¥ 800 hingga ¥ 1000/kg dan diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan peningkatan kualitas tuna yang diekspor.
Perkembangan positif yang terus terjadi tersebut merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh eksportir tuna di Bali dan Indonesia pada umumnya. Namun demikian, peluang tersebut diperkirakan belum dapat dipenuhi pelaku usaha tuna dengan segera. Saat ini, permasalahan yang dihadapi eksportir ikan tuna adalah semakin minimnya jumlah ikan (tuna) di perairan laut lepas. Hasil Liaison TW I dan II 2011 menunjukkan bahwa sejak pertengahan TW II 2010 lalu (Mei 2010), terdapat penurunan sebesar 63% dibandingkan periode sebelumnya. Cuaca ekstrim menjadi faktor utama penurunan ekspor tuna pada tahun 2010, karena membuat kapal-kapal penangkap tuna jarang berlayar. Ikan di perairan sekitar Bali mengalami ‘kekosongan’, tidak hanya tuna, namun juga bahan baku ikan dalam kaleng berupa ikan lemuru, tamban, dan ataupun layang yang pada akhirnya harus dibeli dari wilayah Jawa, bahkan beberapa diimpor dari China dan India. Selain itu, kondisi penangkapan tuna dengan menggunakan pukat harimau memicu terjadinya penangkapan tuna berlebih (over fishing) yang mengancam keberlanjutan ketersediaan tuna di perairan Indonesia. Pencurian ikan oleh kapal-kapal asing juga perlu mendapat perhatian yang lebih serius oleh instansi terkait. Selain kekosongan tersebut, ketersediaan umpan juga menjadi kendala dalam kegiatan penangkapan tuna. Terbatasnya ketersediaan umpan di perairan Indonesia dan pembatasan impor umpan, menyebabkan produksi tuna mengalami penurunan.
Gambar 1. Gempa Tsunami Jepang
Gambar 1. Pasar Lelang Tsukiji
43
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
44
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Bab 3 Kinerja Perbankan Daerah
Pada awal 2011, kinerja perbankan meningkat secara signifikan. Total aset dan pengerahan
dana masyarakat mengalami peningkatan, meskipun fenomena awal tahun, dimana penyaluran kredit
mengalami pelambatan tetap terjadi, sehingga secara keseluruhan LDR perbankan (bank umum dan
BPR) di Bali sedikit melambat pada kisaran 65,66%
3.1. PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM 3.1.1. Kondisi Umum
Sampai dengan triwulan 1-2011, aset bank umum di Bali mencapai Rp 44.517 miliar atau
tumbuh sebesar 23,32% (y-o-y). Peningkatan aset yang cukup signifikan didorong oleh peningkatan
pengerahan dana masyarakat (DPK), pemupukan modal dan penambahan jumlah bank yang beroperasi
di Bali. Dalam satu tahun terakhir tercatat dua bank umum yang melakukan operasi dengan membuka
cabang di Bali, selain penambahan jumlah bank, penambahan jumlah cabang juga dilakukan oleh
beberapa bank. Pembukaan kantor dan cabang baru umumnya akan meningkatkan aset perbankan
secara umum melalui peningkatan inflow dana antar kantor (antar kantor pasiva) yang cukup besar dari
luar Bali, khususnya untuk mendukung operasional perbankan. Penambahan jumlah bank yang
beroperasi di Bali juga mampu mengindikasikan bahwa industri keuangan di Bali masih dipandang
potensial oleh kalangan perbankan.
Pertumbuhan penghimpunan DPK yang mencapai Rp 5.994 miliar atau 18,42% (y-o-y),
terutama terjadi karena peningkatan pada simpanan dalam bentuk tabungan sebesar 21,63% (y-o-y).
Selain itu, sumber pendanaan dalam bentuk giro juga mengalami pertumbuhan sebesar 21,11% (y-o-y)
dan simpanan dalam bentuk deposito tumbuh 12,64% (y-o-y). Tingginya pertumbuhan DPK
mengindikasikan bahwa pada triwulan I-2011 kegiatan perekonomian masyarakat masih lambat,
sehingga kebutuhan dana tunai di masyarakat masih cukup terbatas.
45
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Tabel 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum Di Bali (dalam miliar Rp)
2011Tr. I Tr. II Tr. III Tr. IV Tr. I Tr. II Tr. III Tr. IV Tr. I
34,264 35,121 35,890 36,083 36,098 36,759 39,897 43,706 44,517 29,365 29,503 31,364 32,247 32,541 33,648 35,733 37,846 38,535
Deposito 9,683 9,643 10,246 10,526 11,236 11,351 11,709 12,703 12,656 Giro 6,793 6,807 7,182 6,470 6,549 7,014 7,718 7,287 7,931 Tabungan 12,889 13,053 13,936 15,251 14,756 15,283 16,305 17,857 17,948
16,747 17,268 18,314 19,498 20,030 21,387 22,574 24,401 24,753 Modal Kerja 7,082 7,208 7,713 8,188 7,957 8,563 9,145 10,158 10,058 Investasi 2,606 2,621 2,806 3,101 3,396 3,707 3,921 4,310 4,351 Konsumsi 7,059 7,438 7,795 8,209 8,678 9,117 9,507 9,933 10,345
14,101 14,642 15,576 16,393 16,853 17,934 18,750 19,964 20,584 84.20% 84.79% 85.05% 84.07% 84.14% 83.86% 83.06% 81.81% 83.16%
2.30% 2.03% 3.05% 2.70% 2.56% 2.48% 2.56% 1.95% 2.20%LDR 57.03% 58.53% 58.39% 60.47% 61.55% 63.56% 63.17% 64.47% 64.24%
2010
Kredit Umum
Pangsa kredit UMKM
INDIKATOR2009
NPL (Gross)%
AssetDana Pihak Ketiga
Kredit UMKM
Sumber : Bank Indonesia
Pembentukan aset perbankan di Bali, masih sangat dipengaruhi oleh bank-bank pemerintah
(termasuk Bank Pembangunan Daerah) yang mencapai Rp 25.773 miliar atau 57,89% dari total aset
seluruh bank. Besarnya aset bank pemerintah juga didukung oleh besarnya dana pihak ketiga yang
dapat dihimpun oleh bank pemerintah sebesar Rp 22.181 miliar dengan share 57.56%. Demikian juga
penyaluran kredit bank pemerintah yang mencapai Rp 16.769 miliar atau 67,74% dari total kredit
perbankan. Sementara bank swasta nasional yang memiliki jaringan kantor paling besar dengan 315
jaringan kantor di seluruh Bali, memiliki share dalam pembentukan aset sebesar 35,72% dengan nilai
Rp 15.903 miliar. Sedangkan dana pihak ketiga mencapai Rp 13.853 miliar atau 35,95%. Meskipun
mampu mengerahkan dana cukup besar namun penyaluran kredit masih relatif lebih kecil dibandingkan
dengan kemampuan penghimpunan dana sebesar Rp 6.980 miliar atau sebesar 28,28% dari total kredit
perbankan. Hal ini diperkirakan terjadi antara lain karena bank swasta sangat terkonsentrasi di Kota
Denpasar, skala bank yang relatif kecil, serta tingkat kepercayaan masyarakat yang sangat kuat kepada
bank pemerintah.
Grafik 3.2 Komposisi Kredit, DPK dan Aset Menurut
Kelompok Bank
57.89%
57.56%
67.74%
35.72%
35.95%
28.20%
6.39%
6.49%
4.06%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Aset
DPK
Kredit
(%)
Asing Campurang Swasta Pemerintah
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.1
Pertumbuhan Tahunan Aset, DPK dan Kredit
0
5
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011
%
AssetDPK Kredit
Sumber : Bank Indonesia
46
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Grafik 3.3 Jaringan Kantor Bank Umum
1
28
88
19
3
110
2
30
134 129
2
16
08 3 5 0 0
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Kan. Pusat Kan. Cabang KC. Pembantu Kan. Kas Kan. Wilayah Kan. Unit
Bank Pemerintah dan BPD
Bank Swasta
Bank Asing Campuran
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.4 Jumlah Nasabah Penyimpan dan Debitur
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
0
50
100
150
200
250
300
Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing
(nominal dalam
miliar Rp)
(jumlah rekening ribuan)
Kredit (Rhs)
Rekening
Sumber : Bank Indonesia
3.1.2. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi Aktivitas ekonomi pada triwulan I-2011 yang belum berjalan secara optimal, menyebabkan
rendahnya kebutuhan dana baik dari perbankan maupun dari sektor lainnya. Hal tersebut menyebabkan
tingginya pengerahan dana masyarakat yang diikuti dengan rendahnya penyerapan dalam bentuk
kredit. Ekspansi kredit meskipun tumbuh namun lebih rendah dibanding dengan pertumbuhan pada
triwulan sebelumnya. Kredit tumbuh sebesar
23,58% (y-o-y) atau sebesar Rp 4.723 miliar, lebih
rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 25,15% (y-o-y). Pertumbuhan kredit
terutama disebabkan oleh pertumbuhan kredit
jenis investasi yang mencapai 28,11% (y-o-y).
Pertumbuhan dana yang diikuti pelambatan
penyaluran kredit menyebabkan LDR bank umum
Bali pada triwulan I-2011 menjadi lebih rendah
pada kisaran kisaran 64,24%.
Pembentukan LDR tertinggi terjadi pada
kelompok bank pemerintah yang mencapai 75,60%, diikuti oleh bank swasta nasional sebesar 50,39%
dan bank asing sebesar 40,16%. Sementara itu tiga bank lokal, yang berkantor pusat di Bali memiliki
LDR sebesar 93,18%. Hal ini menunjukkan bahwa bank pemerintah lebih ekspansif dalam penyaluran
kredit dibanding bank swasta, demikian pula dengan bank yang berkantor pusat. Beberapa hal yang
mempengaruhi kondisi tersebut antara lain, jaringan kantor bank pemerintah dan bank lokal yang
mencapai seluruh pelosok Bali, fokus usaha bank pemerintah dan bank lokal adalah penyaluran kredit,
sementara fokus usaha beberapa bank swasta adalah menghimpun dana dengan penyaluran pada
cabang lain, serta skim kredit bank pemerintah dan bank lokal yang lebih bervariasi.
Grafik 3.5 Perkembangan LDR Bank Umum
48.2
51.952.8
50.1
51.850.5
52.954.3
52.5
54.856.1
53.9
55.9
54.253.1
58.93
55.59
57.03 58.39
61.55
64.47 64.24
45
48
51
54
57
60
63
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
%
Sumber : Bank Indonesia
47
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
3.1.2.1. Penghimpunan Dana
Seiring dengan rendahnya kebutuhan likuiditas di masyarakat, DPK pada triwulan I-2011,
mengalami peningkatan 18,42% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sesuai dengan
karakteristik pengendapan DPK, maka DPK yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah dana dalam
bentuk tabungan sebesar 21,63% diikuti dengan giro sebesar 21,11% masing-masing mencapai Rp
17.948 miliar dan Rp 7.931 miliar. Sementara itu simpanan berjangka relatif tumbuh rendah sebesar
12,64% dan mencapai Rp 12.656 miliar, hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan menabung dilakukan
jangka pendek dan akan ditarik dalam waktu dekat.
Dilihat dari komposisi DPK, sebagian besar berupa penempatan simpanan dalam bentuk
tabungan, sebesar 46,58%, dengan pertumbuhan tahunan 21,63%, nominal tabungan tercatat sebesar
Rp17.948 miliar. Pertumbuhan jumlah DPK dalam bentuk tabungan tercatat lebih besar dibanding
triwulan sebelumnya sebesar 17,09%. Rekening tabungan ini umumnya dimiliki oleh perorangan yang
mencapai Rp16.355 miliar atau 91,12% dari total simpanan dalam bentuk tabungan yang terdapat di
bank umum di Bali.
Sementara DPK dalam bentuk deposito yang merupakan simpanan terbesar kedua dengan andil
32,84%, tumbuh sebesar 12,64% (y-o-y), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai
20,68% (y-o-y). Pelambatan simpanan dalam bentuk deposito ini, diperkirakan karana konversi deposito
berjangka pendek oleh perusahaan ke dalam bentuk giro pada awal tahun, sebagai upaya untuk
memudahkan transaksi keuangan. Hal ini diindikasikan oleh penurunan andil deposito milik perusahaan
dari kisaran 15,32% menjadi 10,24%. Sedangkan golongan nasabah yang dominan memiliki deposito
adalah golongan perorangan yang mencapai 74,79%.
Konversi deposito dalam bentuk giro meningkatkan andil pembentukan giro milik perusahaan
menjadi berkisar 36,50% dari total giro dan mencapai Rp 2.895 miliar. Sedangkan dana pemerintah
yang umumnya disimpan dalam bentuk giro di perbankan tercatat sebesar Rp 2.601 miliar atau sebesar
32,80% dari total kredit. Giro yang dimiliki oleh Pemda Bali di perbankan tercatat sebesar Rp. 2.317
miliar atau 29,21% dari total giro, jauh lebih besar dibanding dengan posisi triwulan sebelumnya
sebesar Rp 1.150 miliar atau 15,78% dari total kredit. Tingginya dana pemerintah khususnya dana
Pemda Bali di perbankan dikarenakan, masih rendahnya realisasi belanja pemerintah khususnya untuk
belanja modal dan belanja bagi hasil.
DPK bank umum cenderung didominasi oleh dana-dana jangka pendek, jumlah dana jangka
pendek yang tercatat sebesar 67,16% sedangkan DPK dalam jangka panjang sebesar 32,84%. Dana
jangka pendek, dalam bentuk tabungan dan giro pada bulan Maret 2011 tumbuh sebesar 21,47%
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Tingginya konsentrasi DPK jangka pendek
menunjukkan bahwa likuiditas perbankan masih memiliki risiko yang cukup tinggi.
48
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
3.1.2.2 Penyaluran Kredit
Secara umum kredit produktif pada triwulan I-2011 tumbuh sebesar 26,92% (y-o-y) atau
melambat dibandingkan dengan ekspansi kredit pada triwulan IV-2010 yang tercatat tumbuh sebesar
28,17% (y-o-y). Pelambatan tersebut diperkirakan karena masih terbatasnya kegiatan perekonomian
dan konsumsi rumah tangga.
Secara nominal, kredit mencapai Rp 24.753 miliar dan mencapai 53,81% dari total aset.
Meskipun melambat, ekspansi kredit pada triwulan I-2011 tetap cukup tinggi, yang diperkirakan karena
adanya kebutuhan dana untuk kegiatan perdagangan yang ralatif stabil, kegiatan usaha properti serta
kebutuhan pendidikan. Sedangkan pelambatan kredit lebih disebabkan oleh melambatnya sektor-sektor
ekonomi seperti, sektor jasa, penyediaan akomodasi dan makan minum, dan sektor industri olahan.
Pelambatan ekspansi kredit pada sektor-sektor tersebut diperkirakan karena industri pariwisata sebagai
pendorong utama perekonomian sedang memasuki masa low season, sehingga sektor-sektor ekonomi
turunannya tidak mampu tumbuh secara optimal.
Grafik 3.6 Komposisi DPK Bank Umum
Giro21%
Tabungan 46%
Deposito 33%
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.7 Pertumbuhan DPK
18.42
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
0
5
10
15
20
25
30
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
(mili
ar R
p)
%
Nominal DPK (Rhs) Pertumbuhan DPK
S b B k I d i
Grafik 3.8 Pertumbuhan Kredit Perbankan
-
5
10
15
20
25
30
35
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
(%)
(Mili
ar ru
piah
)
Kredit Pertumbuhan kredit (Rhs)
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.9 Komposisi Kredit
Modal kerja
40.63%
Investasi17.58%
Konsumsi 41.79%
Sumber : Bank Indonesia
49
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Selaras dengan fenomena awal tahun ini, maka kredit yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah
kredit jenis modal kerja 26,41% (y-o-y), mencapai Rp 10.058 miliar. Peningkatan kredit modal kerja
terutama didorong oleh peningkatan pada sektor perdagangan eceran yang tumbuh relatif stabil,
mengingat perdagangan eceran umumnya merupakan perdagangan untuk kebutuhan rumah tangga
sehari-hari. Sementara untuk kredit jenis investasi yang mencapai Rp 4.351 miliar, meskipun tumbuh
28,11% namun tercatat melambat cukup besar dari 39,01%. Pelambatan yang cukup besar disebabkan
oleh rendahnya permintaan kredit dari sektor bangunan dan sektor transportasi. Demikian pula dengan
kredit jenis konsumsi, tercatat melambat dari 20,99% menjadi 19,21%, pelambatan ini diperkirakan
karena masih rendahnya konsumsi masyarakat, sedangkan faktor yang mampu mendorong konsumsi
masyarakat adalah kebutuhan pendidikan dan pembelian kendaraan khususnya kendaraan roda dua.
Tabel 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Sektor (dalam miliar Rp)
2010 2011 Kategori
Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I
Perdagangan 4,861 5,296 6,434 6,784 6,869
Penyedia akomodasi dan makan minum 1,659 1,849 1,968 2,233 1,844
Real estate, sewa dan Konstruksi 1,346 1,129 1,130 1,338 1,721
Pertanian dan perikanan 433 467 546 512 519
Industri olahan 665 668 764 850 850
Bukan Lapangan Usaha 8,630 9,080 9,457 9,873 10,353
Lainnya 2,745 3,287 2,566 3,037 3,198 Sumber : Bank Indonesia
Secara sektoral, kredit produktif didominasi oleh
kredit untuk kegiatan perdagangan yang
mencapai Rp 6.869 miliar dengan andil sebesar
27,09%, diikuti kegiatan peyediaan akomodasi
dan makan minum sebesar Rp 1.844 miliar
dangan andil 7,27%. Kredit yang disalurkan
untuk sektor perdagangan umumnya disalurkan
untuk kredit perdagangan eceran yang
mencapai Rp 4.941 miliar dengan andil 71,93%
dari total kredit perdangan dan 19,49% dari
total kredit. Sedangkan andil kredit untuk
kegitan yang diklasifikasikan bukan lapangan
usaha atau konsumsi yang mencapai Rp 10,353 miliar adalah sebesar 40,83%. Kredit bukan lapangan
Grafik 3.10 Kredit Berdasar Sektor
27.09%
7.27%
6.79%
2.05%3.35%
40.83%
12.61%
Perdagangan
Penyedia akomodasi dan makan minum
Real estate, sewa dan Konstruksi
Pertanian dan perikanan
Industri olahan
Bukan Lapangan Usaha
Lainnya
Sumber : Bank Indonesia
50
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
usaha umumnya disalurkan untuk kredit kepemilikan rumah yang mencapai Rp 5.481 miliar atau
21,62% dari total kredit atau 52,94% dari kredit bukan lapangan usaha.
Sementara kredit untuk pertanian, peternakan dan perikanan hanya sebesar Rp 520 miliar atau
2,05%. Unit usaha yang mendapatkan kredit paling besar adalah unit budidaya sapi potong, budidaya
badi dan unggas, sedangkan unit pada sektor perikanan adalah unit pangkapan ikan tuna. Konsentrasi
kredit kepada kedua unit usaha tersebut disesuaikan dengan karakteristik pertanian dan perikanan serta
tingkat risiko sekor pertanian di Bali. Rendahnya penyaluran kredit kepada kedua sektor yang
merupakan fudamental perekonomian disebabkan oleh, tingginya ketidakpastian dalam kegiatan
pertanian, tingginya ketergantungan dengan alam, serta jaminan pemasaran yang tidak tersedia.
3.1.2.3 Non Performing Loan (NPL)
Kinerja kredit pada awal tahun yang melambat diikuti dengan peningkatan dengan kualitas
kredit. Jumlah kredit yang dikualifikasikan dalam non performing loan, pada triwulan I-2011 tercatat
sebesar Rp 544 miliar, dengan rasio 2,20% lebih baik dibanding dengan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 2,56%. Perbaikan kinerja kualitas kredit di tengah pertumbuhan kredit yang cukup
pesat mengindikasikan bahwa perbankan dapat semakin selektif menyalurkan fasilitasnya.
Secara nominal, sektor ekonomi yang paling besar menyumbang NPL adalah kredit sektor
perdagangan besar dan eceran sebesar Rp 133 milyar dengan rasio NPL sebesar 1,94%, diikuti dengan
sektor penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar Rp 100 miliar dengan rasio NPL 5,44%.
Sementara nominal NPL kredit sektor lain-lain sebesar Rp 87 miliar dengan rasio NPL sebesar 0,84%.
Sektor dengan rasio NPL tertinggi dimiliki oleh kredit sektor konstruksi dengan rasio NPL sebesar
14,71%, diikuti sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial serta sektor jasa pendidikan dengan raso NPL
masing-masing sebesar 11,45% dan 8,29%.
Sementara kredit untuk sektor pertanian yang penyalurannya relatif rendah 2,05% dari total
kredit memiliki rasio NPL 2,31%. Dua sektor utama lainnya yaitu sektor industri pengolahan dan sektor
real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan masing-masing memiliki rasio NPL sebesar 0,99%
dan 2,80%. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyaluran kredit sektor lain-lain relatif lebih aman
dibandingkan sektor produktif lainnya terutama PHR, yang dikarenakan kredit sektor lain-lain sebagian
besar adalah kredit jenis konsumsi yang sebagian besar krediturnya adalah pegawai (baik negeri
maupun swasta) sehingga tingkat kolektibilitas sangat baik karena pembayaran atau pelunasan
dilakukan dengan pemotongan gaji secara langsung. Selain golongan debitur yang relatif sangat aman,
kredit konsumtif yang sebagian besar dialokasikan untuk kepemilikan rumah/tempat tinggal dan
kendaraan bermotor umumnya telah direncanakan skema pembayarannya oleh debitur, sehingga
kelancaran pembayarannya relatif cukup terjaga.
51
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
3.2. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
Pada triwulan I-2011 BPR tercatat memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan bank
umum, aset BPR tumbuh sebesar 31,58% (y-o-y) meningkat dibanding periode sebelumnya yang
tumbuh sebesar 27,55%. Seluruh indikator kinerja perbankan menunjukkan terjadinya peningkatan,
selain aset, DPK dan kredit masing-masing tumbuh sebesar 31,10% (y-o-y) dan 28,25% (y-o-y).
Pertumbuhan aset perbankan pada triwulan I-2011 sangat dipengaruhi oleh meningkatnya DPK yang
mampu dihimpun oleh BPR, hal ini mengindikasikan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap BPR
semakin meningkat. Peningkatan pada sisi DPK memungkinkan BPR untuk meningkatkan ekspansi
kreditnya, sehingga pada triwulan I–2011 loan to deposit ratio mencapai 80,74%.
Tabel 3.3. KINERJA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI BALI (Miliar Rp)
2011Tr. I Tr. II Tr. III Tr. IV Tr. I Tr. II Tr. III Tr. IV Tr. I
1. Total Aset 2,385 2,488 2,489 2,690 2,826 2,963 3,142 3,431 3,718 2. Dana Pihak Ketiga 1,527 1,615 1,667 1,810 1,952 2,013 2,133 2,331 2,559 a. Tabungan 537 570 583 634 660 671 698 743 799 b. Deposito 989 1,045 1,084 1,177 1,292 1,342 1,435 1,588 1,759 3. Kredit 1,843 1,934 2,022 2,113 2,231 2,359 2,487 2,666 2,862 4. LDR (%) 79,09 81.3 83.97 81.95 82.22 83.42 83.36 81.07 80.745. NPLs gross (%) 4,65 6.87 6.99 5.97 6.47 3.94 4.22 3.67 4.43
INDIKATOR2009 2010
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.11 Pertumbuhan Aset, Kredit dan LDR
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
LDR
Milia
r Rp
ASETKREDITLDR (aksis kanan)
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.12 Komposisi Kredit terhadap Aset dan
Pertumbuhan Kredit
‐
5
10
15
20
25
30
35
40
66
68
70
72
74
76
78
80
82
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
(%) (%)
komposisi Kredit Pertumbuhan kredit (aksis kanan)
Sumber : Bank Indonesia
Peningkatan ekspansi kredit dan penghimpunan dana menunjukkan terjadinya peningkatan
pelaksanaan fungsi intermediasi BPR. DPK BPR yang berbentuk deposito dan tabungan tumbuh sebesar
Rp 607 miliar atau 31,10% (y-o-y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
28,77% (y-o-y). Dari jenisnya, DPK yang umumnya didominasi oleh simpanan dalam bentuk deposito
52
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
yang mencapai Tingginya pertumbuhan dana dan kredit diperkirakan didorong oleh program chaneling
dari bank umum untuk BPR serta berjalannya lingkage program. Selain itu pertumbuhan penghimpunan
dana juga diperkirakan berasal dari besarnya ekspansi kantor BPR ke wilayah-wilayah pedesaan dan
bahkan BPR juga bersaing dengan bank umum dengan beroperasi di daerah perkotaan.
Sementara kredit tumbuh sebesar Rp 553 miliar atau sebesar 26,16% dibandingkan posisi yang
sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan kredit pada triwulan IV-2010 tercatat mengalami peningkatan,
dibandingkat dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 23,01% (y-o-y). Dilihat dari komposisi
kredit terhadap aset BPR, komposisi kredit terhadap aset sedikit mengalami penurunan dari 79,15%
pada triwulan III-2010 menjadi 77,70% pada triwulan IV-2010. Tingginya komposisi kredit
dibandingkan aset BPR mengindikasikan bahwa aktivitas produktif BPR dikonsentrasikan melalui
penyaluran kredit.
Dilihat dari jenis kreditnya, konsentrasi penyaluran kredit BPR tidak berbeda jauh dengan
konsentrasi kredit yang dilakukan oleh bank umum yaitu pada jenis modal kerja dan konsumsi. Ekspansi
kredit BPR lebih difokuskan pada kredit modal kerja dengan porsi penyaluran sebesar 52,58%, diikuti
kredit konsumsi sebesar 39,46% dan kredit investasi sebesar 7,96%. Besarnya porsi kredit untuk sektor
produktif menunjukkan bahwa BPR berusaha berusaha menjaga kualitas kreditnya melalui kinerja usaha
debitur, selain itu hal ini juga mengindikasikan bahwa BPR sangat berperan dalam pembiayaan ekonomi
di daerah pedesaan yang belum tersentuh oleh bank umum.
Sektor ekonomi yang memiliki porsi terbesar dalam penyaluran kredit adalah sektor
perdagangan dan kelompok bukan lapangan usaha. Hal ini dilakukan sebagai bentuk usaha bank untuk
menyesuaikan usahanya dengan kondisi dan karakteristik ekonomi daerah. Penyaluran kredit terbesar
dilakukan untuk sektor perdagangan sebesar 35,35%, diikuti sektor bukan lapangan usaha sebesar
24,08% dan sektor rumah tangga sebesar 15,38%.
Tingginya pertumbuhan kredit pada PBR mampu menjaga rasio LDR yang dibentuk oleh BPR
pada kisaran 81,07%. Peningkatan kredit pada triwulan IV-2010 juga diikuti dengan meningkatnya
kredit yang diklasifikasikan non perform, yang tercermin dari rasio NPL. Rasio NPL pada triwulan IV-
2010 tercatat sebesar 3,67%, lebih kecil dibanding triwulan sebelumnya sebesar 4,22%.
53
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Boks D.
Respon Perbankan atas Aturan Informasi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)
Bank Indonesia melalui Surat Edaran (SE) No. 13/5/DPNP tanggal 8 Februari 2011 yang mulai berlaku
pada 31 Maret 2011 mewajibkan bank dengan total aset di atas Rp 10 triliun untuk mempublikasikan suku bunga dasar kredit dalam rupiah kepada nasabah. Bentuk publikasi suku bunga dasar dilakukan melalui media pengumuman di setiap kantor bank, halaman utama website bank dan pada surat kabar yang dilakukan bersamaan dengan pengumuman Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan untuk posisi akhir Maret, Juni, September dan Desember.
Publikasi suku bunga dasar bertujuan untuk memberikan informasi kepada nasabah terutama yang berkaitan dengan kredit. Informasi ini sangat penting mengingat kredit sebagai produk utama perbankan yang dimanfaatkan oleh masyarakat luas, dan suku bunga merupakan harga dari produk tersebut. Informasi suku bunga yang jelas kepada masyarakat dapat mengurangi informasi yang tidak seimbang (asymmetric informations) antara perbankan dan masyarakat sehingga pada akhirnya diharapkan pemberian kredit menjadi lebih efisien.
Berkaitan dengan hal tersebut, Bank Indonesia Denpasar melaksanakan survei untuk mengetahui respon perbankan terhadap peraturan tersebut. Respon yang positif diharapkan memperlancar pelaksanaan peraturan ini di kemudian hari. Survei ini juga menangkap kemungkinan respon perbankan apabila peraturan ini juga diterapkan pada bank dengan skala yang lebih kecil seperti Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Survei dilakukan pada 25 Bank Umum yang berkantor pusat maupun berkantor cabang di Bali dan 89 BPR. Dari seluruh bank yang dijadikan responden, baru 51 bank yang sudah diwajibkan sedangkan sisanya masih belum diwajibkan. Metode survei dilakukan dengan kuesioner singkat kepada responden.
Hasil survei menunjukkan bahwa proporsi perbankan di Bali yang merespon dengan baik kebijakan tersebut relatif lebih besar. Sebanyak 61 responden atau 53,51% dari total responden menyatakan setuju dengan kebijakan tersebut. Hanya 39 responden atau 34,21% yang tidak setuju, sisanya adalah netral. Lebih lanjut, bagi bank yang telah diwajibkan memberlakuan peraturan tersebut, merespon peraturan tersebut secara lebih baik (lihat Tabel 1D).
Tabel 1B menunjukkan bahwa bank yang telah diwajibkan terindikasi merasa terbantu dalam menentukan strategi perusahaan ke depan. Kondisi persaingan yang ketat (dinyatakan oleh 94,69% keseluruhan responden) diperkirakan membuat bank ingin mengurangi asymmetric information dalam rangka memperkecil kekuatan pasar (market power) bank pesaing. Sementara untuk bank yang belum diwajibkan seperti BPR dengan skala kecil tampaknya masih belum memandang perlu penerapan tersebut
Tabel 1D. Respon Perbankan terhadap Pengumuman SBDK
Grafik 1D. Respon Perbankan
0
10
20
30
40
50
60
Setuju Peraturan SBDK
Nasabah butuh informasi SBDK
53.51 49.56
34.21
50.44
12.28
0.88
Ya
Tidak
Netral
Sumber : Hasil Survei Bank Indonesia Denpasar
Respon Perbankan (%) Total Setuju Tidak Setuju Netral
Bank Umum 68,00 28,00 4,00 100% Perbankan BPR 29,44 35,96 14,60 100% Wajib SBDK 90,20 7,84 1,96 100% Belum wajib 23,81 55,55 20,63 100%
Sumber : Hasil Survei Bank Indonesia Denpasar
54
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Menurut bank, nasabah bank tidak membutuhkan informasi mengenai suku bunga dasar kredit (lihat Gambar 1B). Fakta ini memberikan informasi bahwa dalam persepi perbankan informasi SBDK relatif lebih dibutuhkan oleh perbankan bukan oleh nasabah bank. Analisis lebih lanjut juga menunjukkan pola serupa antara persepsi terhadap respon nasabah dengan respon perbankan terhadap penerapan aturan informasi SBDK (lihat
Tabel 2D). Untuk bank yang belum diwajibkan peraturan informasi SBDK mengganggap informasi tersebut tidak dibutuhkan oleh nasabah, sementara bank yang sudah diwajibkan berpendapat sebaliknya. Penerapan aturan ini diperkirakan tidak berdampak pada kinerja perbankan. Hasil survei menunjukkan indikasi awal bahwa kinerja bank tidak berubah (dinyatakan oleh 63 responden atau 55,75%). Sementara responden yang menyatakan kinerja bank akan meningkat adalah sebanyak 19,47% dan yang menyatakan menurun sebanyak 24,78%. Secara umum upaya mengeliminasi asymmetric information dapat dilakukan dengan aturan tersebut dan mendapat respon yang positif oleh perbankan.
Tabel 2D. Persepsi Perbankan terhadap Kebutuhan Nasabah akan informasi SBDK(%)
Kebutuhan Nasabah akan Informasi SBDK(%)
Total
Butuh Tidak Butuh NetralBank Umum 76,00 24,00 0,00 100% Perbankan BPR 41,57 57,30 1,13 100% Wajib SBDK 72,55 25,49 1,96 100% Belum wajib 30,16 69,84 0,00 100%
Sumber : Hasil Survei Bank Indonesia Denpasar
55
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
56
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran
Transaksi sistem pembayaran tunai di Provinsi Bali pada triwulan I-2011 mengalami net inflow, yang
mengindikasikan kebutuhan uang tunai untuk transaksi masih terbatas di masyarakat akibat belum maraknya
aktivitas perekonomian yang dilakukan di awal tahun. Sementara itu transaksi non tunai terutama
menggunakan RTGS mengalami penurunan di triwulan I-2011, yang mengindikasikan belum banyaknya
transaksi non tunai yang dilakukan masyarakat.
4.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI
4.1.1 Perkembangan Aliran Masuk/Keluar dan Kegiatan Penukaran
Perkembangan aliran uang kartal antara Bank Indonesia dengan perbankan di wilayah Bali
di awal tahun 2011 mengalami net inflow. Kondisi tersebut terjadi karena aliran uang masuk (inflow) ke
Bank Indonesia lebih tinggi dibandingkan aliran uang keluar ke masyarakat Bali (outflow). Kondisi ini
menunjukkan bahwa kebutuhan uang tunai untuk transaksi masih terbatas di masyarakat akibat belum
maraknya aktivitas makro ekonomi yang dilakukan di triwulan I-2011. Selain itu semakin mudahnya transaksi
non tunai dengan menggunakan transfer, uang elektronik, dan alat pembayaran menggunakan kartu juga
mengakibatkan makin berkuranganya kebutuhan uang tunai untuk transaksi.
Jika dilihat dari masing-masing jenis transaksi yang dilakukan, transaksi masuk ke Bank Indonesia
(inflow) mengalami peningkatan di triwulan I-2011. Inflow tercatat sebesar Rp 1.397 miliar, meningkat
dibanding transaksi pada triwulan IV-2010 yang sebesar Rp 744 miliar, atau tumbuh 87,83% (q-t-q).
Sementara itu aliran uang keluar dari Bank Indonesia atau outflow yang diakibatkan oleh penarikan bank-
bank umum tercatat sebesar Rp 1.111 miliar, menurun 31,89% dibandingkan transaksi ada triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 1.631 miliar. Peningkatan transaksi inflow yang dibarengi dengan
penurunan outflow mengakibatkan terjadinya net inflow pada triwulan I-2011 sebesar Rp 286 miliar. Hal ini
mengindikasikan transaksi menggunakan uang kartal relatif minim dilakukan di awal tahun, karena puncak
transaksi ekonomi menggunakan uang kartal telah dilaksanakan pada triwulan-triwulan sebelumnya (terkait
perayaan hari raya keagamaan, musim libur sekolah, serta pergantian tahun ajaran baru). Sehingga kelebihan
likuiditas di masyarakat masuk kembali ke Bank Indonesia.
Tabel 4.1. Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali (Miliar Rp)
2011 I II III IV I II III IV I
Inflow 980 323 251 659 972 584 909 744 1,397 Outflow 471 529 1,221 1,067 535 1,023 1,815 1,631 1,111
t flow 508 437 286 Penukaran 41 68 120 73 73 72 94 84 84
ang Palsu (dalam lembar) 622 669 469 450 606 537 875 904 1,017
INDIKATOR2009 2010
Ne (206) (970) (408) (440) (906) (888)
U
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
57
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Berdasarkan denominasinya, masyarakat Bali pada umumnya mengandalkan uang kertas dalam
transaksi tunai yang dilakukan. Hal tersebut diindikasikan dari dominasi uang kertas baik berupa inflow
maupun outflow yang rata-ratanya mencapai 99,78%. Untuk transaksi tunai menggunakan uang kertas,
transaksi inflow didominasi oleh pecahan Rp 100.000,- dengan nominal mencapai Rp 750,78 miliar, atau
53,76% dari keseluruhan inflow uang kertas, diikuti pecahan Rp 50.000,- dengan nominal sebesar Rp
539,09 miliar atau 38,60% dari keseluruhan transaksi inflow uang kertas. Sementara itu transaksi outflow
juga didominasi oleh kedua pecahan tersebut, dengan nominal masing-masing sebesar Rp 617,90 miliar
(55,85%) dan Rp 374,39 miliar (33,84%).
Sedangkan untuk uang logam, transaksi inflow didominasi oleh uang pecahan Rp 500,- dengan
nominal mencapai Rp 51,75 juta (91,49% dari keseluruhan transaksi inflow uang logam). Sementara itu
transaksi outflow didominasi oleh pecahan Rp 1.000,- dengan nominal mencapai Rp 2,21 miliar (46,32% dari
keseluruhan transaksi outflow uang kertas), diikuti pecahan Rp 500,- dengan nominal mencapai Rp 1,54
miliar (32,19% dari keseluruhan transaksi outflow uang kertas).
Grafik 4.1. Perkembangan Uang Kartal di Bali
(1,500)
(1,000)
(500)
-
500
1,000
1,500
2,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Grafik 4.2. Perkembangan Kegiatan Kas Keliling
-
5
10
15
20
25
30
35
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Nominal Frekuensi Miliar Rp Frekuensi
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
Inflow Outflow Net flow
Selain dari inflow dan outflow, kebutuhan uang kartal di Provinsi Bali juga tercermin dari besarnya
kegiatan penukaran. Kegiatan penukaran uang pecahan kecil yang sudah dicabut dilakukan dengan
membuka loket penukaran di Kantor Bank Indonesia Denpasar, serta dengan menggunakan sarana kas
keliling untuk menjangkau penukaran uang di daerah yang relatif jauh dari Kantor Bank Indonesia atau di
pusat-pusat transaksi di suatu daerah.
Frekuensi kas keliling yang dilakukan oleh Bank Indonesia Denpasar pada triwulan I-2011 adalah
sebanyak 20 kali, dengan nominal transaksi sebesar Rp 8,35 miliar. Sementara itu total kegiatan penukaran
pada triwulan I-2011 mencapai Rp 84,26 miliar dengan rata-rata penukaran sebesar Rp 1,38 miliar per hari.
Nominal penukaran meningkat 0,49% dibandingkan triwulan sebelumnya (atau meningkat 16,13%
dibandingkan triwulan I-2010).
Mil
iar
Rp
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
58
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
4.1.2 Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Selain melakukan pengedaran uang, Bank
Indonesia juga melakukan kebijakan clean
money policy untuk menjaga dan
mempertahankan uang yang beredar dalam
keadaan layak edar. Bank Indonesia melakukan
pemberian tanda tidak berharga (PTTB) pada uang
yang telah dicabut dan tidak layak edar. Pada
triwulan I-2011, jumlah uang yang dimusnahkan
meningkat 54,56% dibanding transaksi triwulan
sebelumnya. Tingginya transaksi di akhir tahun
diperkirakan berdampak pada meningkatnya jumlah
uang tidak layak edar pada triwulan I-2011.
Grafik 4.3. Perkembangan Kegiatan PTTB
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Inflow PTTBMiliar Rp
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
4.1.3 Uang Palsu
Penemuan uang palsu di wilayah kerja KBI Denpasar mengalami peningkatan dibandingkan
periode sebelumnya. Sepanjang triwulan I-2011 tercatat sebanyak 1.107 lembar uang palsu ditemukan,
meningkat 12,50% dibanding triwulan sebelumnya yang ditemukan sebanyak 904 lembar. Untuk
meminimalisir peredaran uang palsu, KBI Denpasar terus berupaya memberikan sosialisasi ciri-ciri keaslian
nilai rupiah kepada masyarakat.
4.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI
Berkembangnya perekonomian domestik turut mendorong peningkatan kebutuhan terhadap
kegiatan transaksi non tunai, sehingga membutuhkan dorongan kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia
terkait pembayaran non tunai diarahkan pada terciptanya sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan
handal. Untuk itu Bank Indonesia secara terus menerus melakukan penyempurnaan dan pengembangan
terhadap sistem pembayaran non tunai, baik melalui kliring maupun Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (RTGS), antara lain melalui kebijakan untuk mengurangi risiko pembayaran dan peningkatan
kualitas, serta kapasitas pelayanan sistem pembayaran.
4.2.1 Kliring Lokal
Perkembangan sistem pembayaran di wilayah Bali sepanjang triwulan I-2011 masih relatif
stabil. Transaksi kliring pada triwulan I-2011 tercatat sebanyak 462 ribu lembar senilai Rp 8.242 miliar. Jika
dilihat dari sisi volume, transaksi kliring yang terjadi meningkat dibandingkan periode-periode sebelumnya di
59
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
tahun 2010. Namun secara nominal, pertumbuhannya melambat 0,76% dibandingkan transaksi kliring pada
triwulan IV-2010 yang mencapai Rp 8.347 miliar. Secara triwulanan, hal ini mengindikasikan nominal
transaksi masyarakat yang dilaksanakan melalui kliring relatif menurun di awal tahun dibandingkan triwulan
sebelumnya. Namun jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2010, nominal transaksi masih
meningkat 17,57% (y-o-y). Rata-rata perputaran kliring per hari tercatat sebesar Rp 7.580 miliar dengan rata-
rata nominal per hari sebesar Rp 136 miliar.
Tabel 4.2. Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong (Miliar Rp)
2011
I II III IV I II III IV I
PERPUTARAN KLIRING
embar (Ribuan Lembar) 342 433 449 441 446 435 458 450 462
minal Kliring 4,959 6,291 6,775 7,137 7,046 7,147 7,817 8,347 8,284
Rata-rata lembar per hari (Satuan) 5,805 6,982 7,477 7,117 7,435 7,371 6,365 7,384 7,580
Rata-rata nominal per hari 84 101.36 113 115 117 121.13 109 137 136
TOLAKAN CEK/BG KOSONG
embar (Satuan) 7,344 7,048 7,455 7,284 7,019 7,540 7,168 7,484 7,772
minal Cek/ BG kosong 227 173 188 193 198 173 175 341 191
Rata-rata lembar per hari (Satuan) 41 71.22 124 117 117 127.80 100 123 127
Rata-rata nominal per hari 1.28 1.80 3.13 3.12 3.31 2.94 2.43 5.59 3.14
KETERANGAN 20102009
L No
- -
L No
- -
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
Sementara itu penolakan cek/bilyet giro kosong pada triwulan I-2011 tercatat sebanyak 7.772
lembar dengan nominal penolakan sebesar Rp 191 miliar. Jumlah lembar penolakan cek/bilyet giro kosong
meningkat 3,85% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7.484 lembar. Bila dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya juga terjadi peningkatan volume transaksi mencapai 10,73%.
Dari sisi nominal, penolakan cek/bilyet giro kosong menurun 43,92% dibandingkan nominal penolakan pada
triwulan sebelumnya yang mencapai Rp 341 miliar. Bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun
2010, nominal penolakan menurun 3,53%.
Secara umum nominal penolakan kliring tersebut sebesar 2,31% dibanding keseluruhan nominal
transaksi kliring, dengan jumlah lembar yang ditolak sebesar 1,68% dibanding keseluruhan lembar kliring.
Relatif rendahnya angka tolakan tersebut mengindikasikan bahwa sistem pembayaran yang diselenggarakan
dapat dikatakan handal.
60
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Grafik 4.4. Perkembangan Kliring
200
300
400
500
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Nominal Kliring Lembar (Ribuan Lembar)
Miliar Rp Ribu Lembar
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
Grafik 4.5. Perkembangan Tolakan Cek/BG Kosong
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
0
50
100
150
200
250
300
350
400
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Nominal Cek/ BG kosong Lembar (Satuan)
Miliar Rp Lembar (dlm satuan)
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
4.2.2 Real Time Gross Settlement (RTGS)
Sementara itu untuk transaksi non tunai bernilai besar yang menggunakan RTGS pada triwulan I-
2011 justru mengalami penurunan, baik secara nominal maupun volume. Penurunan transaksi RTGS
terjadi baik transfer keluar (RTGS from) maupun transfer masuk ke Bali (RTGS to) dan transaksi antara (RTGS
from – to). Nominal transaksi RTGS to yang menunjukkan pengiriman uang ke Bali menurun 0,13% (q-t-q)
atau menurun Rp 13,35 miliar dibanding triwulan sebelumnya. Demikian pula transaksi RTGS from yang
menurun 13,71% (q-t-q) atau sebesar Rp 3.231 miliar. Penurunan pada transaksi RTGS terjadi seiring dengan
penurunan kebutuhan uang giral seiring dengan belum banyaknya transaksi perekonomian yang dilakukan di
triwulan I-2011.
Grafik 4.6. Perkembangan Transaksi RTGS From
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
0
5,000
25,000RTGS (From) Volume
Miliar Rp Volume
20,000
10,000
15,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
Grafik 4.7. Perkembangan Transaksi RTGS To
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
RTGS (To) Volume
Miliar Rp Volume
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
61
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Grafik 4.7. Perkembangan Transaksi
RTGS From - To
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
RTGS (To) Volume
Miliar Rp Volume
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
62
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Bab 5 Keuangan Daerah
Pada tahun anggaran 2010, Anggaran Pendapatan Daerah Perubahan Pemerintah Provinsi Bali
mencapai Rp 1,94 triliun meningkat 5,66% dibandingkan anggaran 2010 yang ditetapkan pada awal
tahun. Realisasi pendapatan melebihi target yang ditetapkan dengan tingkat realisasi hingga 115,41%.
Sementara itu, Anggaran Belanja Daerah Perubahan pada tahun 2010 sebesar Rp 2,4 triliun dengan
realisasi sebesar 81,98%. Realisasi ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai
90,05%.
5.1. REALISASI PENDAPATAN Anggaran Pendapatan Perubahan Pemerintah Provinsi Bali (Pemprov) pada tahun 2010
mencapai sebesar Rp 1,94 triliun bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
Perimbangan yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar 56,10% dan 33,89%.
Realisasi pendapatan daerah mencapai Rp2,24 triliun atau 115,41%, sebagian besar disumbang oleh
pajak daerah yang merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp1,24 triliun (realisasinya
mencapai 129,70%). Sementara itu, tiga komponen PAD lainnya meskipun persentase realisasinya juga
tinggi, nilainya masih di bawah pajak daerah. Retribusi daerah terealisasi sebesar Rp22,34 miliar atau
92,19% dari yang ditargetkan. Pencapaian realisasi retribusi relatif kecil mengingat selama ini realisasi
retribusi daerah selalu berada di atas 100%. Kecilnya realisasi retribusi daerah diperkirakan terjadi
karena pemerintah provinsi Bali lebih fokus pada penerimaan pajak daerah. Hal ini merupakan langkah
yang positif sebab seringkali retribusi daerah justru kontraproduktif dan sering serupa dengan pajak
daerah sehingga masyarakat terpaksa membayar pajak ganda.
Hasil dari perusahaan milik daerah (PMD) dan hasil pengelolaan daerah mencapai Rp60,79 miliar atau
111,08% dari target yang direncanakan. Realisasi pendapatan tertinggi adalah lain-lain PAD yang sah
sebesar 133,69%. Tingginya realisasi lain-lain PAD lainnya menunjukkan pemerintah Provinsi Bali
mampu mengoptimalkan aset untuk memperoleh pendapatan. Salah satu contohnya adalah
pemanfaatan fasilitas milik pemerintah daerah untuk publik.
Realisasi dana perimbangan mencapai Rp0,66 triliun atau sebesar 100,50% dari yang ditargetkan.
Realisasi dana perimbangan berupa Dana Alokasi Umum (DAU) sesuai yang ditargetkan sementara
realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dibawah perencanaan menunjukkan kondisi Bali relatif baik
sehingga tidak diperlukan dana bantuan khusus. Sementara realisasi dana perimbangan yang melebihi
target adalah bagi hasil pajak dan bukan pajak sebesar Rp150,96 miliar dari Rp131,41 miliar yang
ditargetkan.
Realisasi belanja daerah pada tahun 2010 sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 yang hanya
sebesar 114.52%. Data series menunjukkan bahwa selama 4 tahun terakhir realisasi Pendapatan Daerah
63
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
cenderung stabil pada kisaran 115%. Realisasi yang berada di atas 100% menunjukkan bahwa
pemerintah daerah dapat mengoptimalkan potensi pendapatan daerah yang ada.
5.2. REALISASI BELANJA
Anggaran Belanja Daerah Perubahan mencapai 2,39 triliun rupiah lebih besar daripada
anggaran pendapatan daerah. Realisasi belanja daerah masih dibawah realisasi pendapatan
yaitu hanya sebesar Rp1,96 triliun atau 81,98% dari yang direncanakan. Realisasi belanja daerah
yang paling jauh dengan target adalah belanja tidak terduga dan belanja modal dengan pencapaian
masing-masing sebesar 67,66% dan 64,05%. Belanja subsidi direalisasikan sesuai dengan rencananya.
Belanja yang direalisasikan hampir mendekati 100% adalah bantuan keuangan kepada provinsi dan
daerah dibawahnya, belanja bagi hasil kepada provinsi dan daerah dibawahnya dan belanja bantuan
sosial masing-masing sebesar 99,44%; 97,35% dan 97,27%.
Rendahnya realisasi belanja modal kemungkinan disebabkan oleh proses tender yang seringkali
menyulitkan pelaksanaan realisasi anggaran. Realisasi belanja modal tersebut pada tahun 2009
mencapai 82,57% jauh lebih tinggi daripada pencapaian tahun ini. Hal ini menunjukkan bahwa
efektivitas pasokan dana pemerintah sebegai penggerak perekonomian relatif terhambat dibandingkan
tahun sebelumnya. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan realisasi belanja
terutama yang berhubungan dengan tender adalah dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia
yang menangani tender pengadaan. Diharapkan peningkatan kualitas ini dapat mengeliminasi
terhambatnya pelaksanaan tender akibat kendala-kendala non teknis seperti minimnya pemahaman
aturan tender.
Grafik 5.1. Realisasi Belanja Daerah Provinsi Bali 2007 - 2010
90.59 88.25 90.5
81.9880.3985.69 82.57
64.05
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2007 2008 2009 2010
Belanja Belanja modal%
Sumber : Pemerintah Daerah Provinsi Bali
64
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Data series menunjukkan bahwa realisasi belanja pada tahun 2010 merupakan yang terendah
selama 4 tahun terakhir (lihat Gambar 5.1). Penurunan realisasi belanja sangat berkaitan erat dengan
injeksi dana dari pemerintah daerah kepada perekonomian. Hasil penelelusuran awal menunjukkan
bahwa pemerintah provinsi Bali berupaya mengurangi realisasi proyek-proyek yang dianggap kurang
bermanfaat bagi masyarakat. Langkah ini menyebabkan realisasi belanja pada tahun 2010 relatif kecil.
5.3. REALISASI PEMBIAYAAN
Pembiayaan daerah pada dasarnya merupakan upaya pemerintah daerah dalam
menutup defisit anggaran. Mekanisme ini terlihat dalam rencana pembiayaan netto sebesar
Rp0,45triliun yang diperoleh dari selisih penerimaan daerah dengan pengeluaran daerah. Pembiayaan
ini digunakan untuk menutup defisit anggaran belanja sebesar Rp0,45 triliun sehingga tidak terdapat
sisa lebih pembiayaan anggaran.
Penerimaan daerah diperoleh dari sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA), pencairan dana
cadangan dan penerimaan pinjaman daerah. Seluruh penerimaan daerah di pemerintah daerah Provinsi
Bali berasal dari SILPA. Sementara pengeluaran daerah berupa penyertaan (investasi) pemerintah
daerah. Realisasi investasi pada tahun anggaran 2010 sebesar Rp64,93 miliar atau 99,88% dari target
yang ditetapkan. Besarnya investasi ini lebih tinggi daripada investasi tahun sebelumnya yang hanya
sebesar Rp23,74 miliar.
Realisasi belanja pemerintah daerah yang hanya mencapai 81,98% dan lebih rendah daripada
realisasi pendapatan daerah menyebabkan adanya surplus sebesar Rp0,28 triliun sehingga terdapat sisa
lebih pembiayaan anggaran pada tahun 2010 sebesar Rp0,73 triliun. Sisa ini dapat menjadi pembiayaan
daerah di tahun 2011 apabila terjadi defisit anggaran.
65
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
66
Tabel 5.1. APBD Provinsi Bali (dalam juta rupiah)
URAIAN APBD 2010 APBD-P
2010
REALISASI APBD TW IV
2010 %
PENDAPATAN DAERAH 1,834,883 1,938,657 2,237,481 115.41 PEND. ASLI DAERAH (PAD) 1,004,103 1,087,579 1,393,503 128.13 - Pendapatan Pajak Daerah 872,810 952,589 1,235,465 129.70 - Retribusi Daerah 21,373 24,231 22,338 92.19 - Hsl PMD & Hsl Pengel. Kek. Daerah yg dipisahkan 54,725 54,725 60,788 111.08 - Lain-Lain PAD yg Sah 55,195 56,034 74,911 133.69 DANA PERIMBANGAN 638,093 657,044 660,311 100.50 - Bagi hasil pajak dan bukan pajak 137,016 131,405 150,964 114.88 - Dana Alokasi Umum (DAU) 489,943 489,943 489,943 100.00 - Dana Alokasi Khusus (DAK) 11,135 11,135 8,351 75.00 - Dana Penguatan Infrastruktur Daerah - 24,562 11,053 45.00 LAIN-LAIN PENDAPATAN YG SAH 192,687 194,034 183,666 94.66 - Pendapatan Hibah - - - Dana bagi hsl pajak dr Prov & pemda lainnya 103,226 103,226 116,798 113.15 - Dana Penyesuaian & otonomi khusus - 1,934 462,675 - Bantuan Keuangan dr Prov atau Pemda lain 81,255 82,452 59,984 72.75 - Sumbangan Pihak Ketiga 1,790 5 5 94.25 - Alokasi Kurang Bayar DAK 6,416 6,416 6,416 100.00 BELANJA DAERAH 2,106,051 2,386,057 1,956,134 81.98 BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,525,462 1,719,184 1,466,442 85.30 - Belanja Pegawai 545,181 603,481 465,180 77.08 - Belanja Barang - - 4,480 - Belanja Subsidi 5,695 4,480 4,480 100.00 - Belanja Hibah 228,118 250,947 163,348 65.09 - Belanja Bantuan Sosial 308,493 322,090 313,295 97.27 - Belanja Bagi Hsl kpd Prov/Kab/Kota & Pemda 405,936 499,047 485,833 97.35 - Belanja Bantuan Keuangan kpd Prov/Kab/Kota/Desa 22,039 24,624 24,487 99.44 - Belanja Tidak Terduga 10,000 14,515 9,820 67.66 BELANJA LANGSUNG 580,589 666,873 489,692 73.43 - Belanja Pegawai 25,895 25,902 18,490 71.38 - Belanja Barang dan Jasa 273,407 326,407 269,734 82.64 - Belanja Modal 281,287 314,564 201,468 64.05 SURPLUS/(DEFISIT) (271,168) (447,399) 281,347 (62.89) PEMBIAYAAN PENERIMAAN DAERAH 294,168 535,399 535,399 100.00 Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) 294,168 535,399 535,399 100.00 PENGELUARAN DAEARAH 23,000 88,000 85,925 97.64 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah - 65,000 64,925 99.88 Penguatan Modal Pemerintah Daerah 23,000 23,000 21,000 91.30 PEMBIAYAAN NETTO 271,168 447,399 449,474 100.46 SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA) - (0.0) 730,821
Sumber : Pemerintah Daerah Provinsi Bali
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Bab 6 Kesejahteraan Masyarakat
Program pembangunan peningkatan kesejahteraan Bali pada tahun 2011 melanjutkan program
di tahun 2010 dan tetap berupaya fokus pada pertumbuhan (pro Growth), tercipta dan perluasan
lapangan kerja (pro Job), pengurangan kemiskinan (pro Poor), kondisi lingkungan yang baik (pro
Environment).
6.1. PENGURANGAN ANGKA KEMISKINAN
Target penurunan angka kemiskinan pada tahun 2011 adalah 3,95% dari 4,77% pada
tahun 2010. Apabila dikonversi menjadi jumlah orang, maka pada tahun 2011 diharapkan hanya akan
terdapat 142,63 ribu masyarakat miskin. Kesenjangan distribusi pendapatan juga diharapkan membaik
dengan target indeks gini pada tahun 2011 sebesar 0,29 menurun dibandingkan tahun 2010 yang
diperkirakan sebesar 0,31. Data historis menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin sejak tahun 2006
terus menurun dari 243,5 ribu orang menjadi 174,9 orang pada tahun 2010 (lihat Grafik 6.1). Meskipun
sempat meningkat pada tahun 2006 akibat goncangan di industri pariwisata pasca Bom Bali 2, tren
penurunan angka kemiskinan di Bali dapat dipertahankan seiring dengan perbaikan ekonomi Bali dari
waktu ke waktu. Proses membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat akibat terjadinya bom bali 2
menunjukkan perekonomian Bali cukup kuat menahan guncangan perekonomian.
Grafik 6.1. Penduduk Miskin Provinsi Bali 2005 - 2011
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
0
50
100
150
200
250
300
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
penduduk miskin
% miskin (RHS)
Ribu Jiwa %
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
Penelusuran lebih dalam menunjukkan bahwa angka kemiskinan di Provinsi Bali berada di
bawah rata-ratanya. Namun demikian, permasalahan ketidakseimbangan distribusi pendapatan terlihat
pada angka kedalaman kemiskinan Bali yang sangat berbeda antara desa dan kota (lihat Tabel 6.1).
67
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Indeks kedalaman kemiskinan di Bali relatif lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional. Namun
demikian tingkat keparahan kemiskinan Bali lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional menunjukkan
intensitas kemiskinan di Bali lebih tinggi. Kemiskinan di desa juga lebih dalam dan lebih parah
dibandingkan kondisi di kota. Hasil-hasil industri pariwisata diperkirakan masih dinikmati oleh
masyarakat perkotaan.
Tabel 6.1 Kondisi Kemiskinan di Bali 2010
Desa kota+desa kota Items
Bali Indonesia Bali Indonesia Bali Indonesia
Indeks kedalaman kemiskinan 0.22 2.80 0.14 2.21 0.09 1.57Indeks keparahan kemiskinan 0.96 0.75 0.71 0.58 0.52 0.40
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
Pemerintah daerah berupaya mengurangi kesenjangan kemiskinan ini dengan program kerja
yang fokus pada penanggulangan kemiskinan. Program-program lanjutan dari tahun 2010 seperti
Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) dan program bedah rumah tetap dilanjutkan pada
tahun 2011. Selain itu, pemerintah daerah juga melaksanakan program beasiswa pendidikan untuk
keluarga miskin dan beasiswa bagi anak-anak putus sekolah dari daerah tertinggal beserta program-
program lainnya pada tahun 2011. Untuk memecah konsentrasi daerah pusat wisata di Bali yang
terpusat di Badung dan Denpasar, pemerintah daerah mengembangkan program desa wisata sejalan
dengan program serupa yang dilaksanakan oleh Kementrian Budaya dan Pariwisata. Program desa
wisata diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan potensi
wisata yang ada. Pengembangan desa wisata diutamakan pada daerah yang memiliki potensi wisata
besar namun tingkat kesejahteraannya masih rendah.
6.2. PENGURANGAN ANGKA PENGANGGURAN
Sejalan dengan percepatan pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan I – 2011 yang
diperkirakan tumbuh hingga 6,9%, keadaan ketenagakerjaan di Bali juga mengalami peningkatan.
Tingkat pengangguran terbuka di Bali pada tahun 2011 ditargetkan hanya sebesar 2,90% menurun
dibandingkan tingkat pengangguran tahun 2010 sebesar 3,06. Jika dibandingkan dengan tingkat
pengangguran di provinsi lainnya di Indonesia, tingkat pengangguran di Bali pada tahun 2010 adalah
yang terendah. Tingkat pengangguran terbuka sampai dengan Februari 2011 berada pada level 2,86%.
Fakta ini menunjukkan pencapaian target tingkat pengangguran pada tahun 2011 diperkirakan dapat
tercapai.
Stabilitas kinerja pariwisata Bali yang merupakan pendorong utama perekonomian Bali
merupakan salah satu kunci dalam menurunkan tingkat pengangguran. Sayangnya, tidak meratanya
68
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
distribusi hasil kinerja industri pariwisata Bali memicu migrasi ke pusat-pusat destinasi wisata yang
menimbulkan masalah pengangguran dan masalah kesejahteraan lainnya seperti maraknya gerombolan
pengamen (gepeng). Hal ini tampak pada penurunan tingkat pengangguran di perdesaan dibandingkan
di perkotaan akibat tingginya urbanisasi. Tingkat pengangguran tertinggi pada tahun 2010 berada di
Kota Denpasar yang mencapai 5,25% sementara tingkat pengangguran terendah berada di Kabupaten
Bangli yang hanya sebesar 1,45%. Dengan demikian, upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
perdesaan diharapkan dapat memberikan dampak positif berupa perlambatan laju urbanisasi sehingga
beban wilayah perkotaan dapat terdistribusi ke wilayah lainnya.
Hasil survei Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa di sektor formal terjadi peningkatan
penggunaan tenaga kerja di triwulan I – 2011 (lihat Grafik 6.2). Peningkatan ini sudah terjadi sejak akhir
tahun 2010. Penggunaan tenaga kerja sektor formal yang meningkat merupakan indikasi peningkatan
kinerja perekonomian pasca krisis keuangan global. Hasil survei yang sama menunjukkan pada triwulan
II – 2010 diperkirakan terjadi peningkatan penggunaan tenaga kerja. sejalan dengan peningkatan
kinerja pariwisata di Bali.
Grafik 6.2. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja
P E RK EMBANGAN P E NGGUNAAN T E NAGA K E RJ A
‐30
‐20
‐10
0
10
20
SBT (DALAM %
)
RE AL IS AS I P E NGGUNAAN TK ‐6.2 ‐14 0.17 1.71 ‐2.8 ‐7.7 ‐3.6 ‐5 ‐21 ‐6.6 ‐3.9 ‐0.7 ‐2 3.91 ‐7.1 ‐6.71 ‐3.2
P E RK IRAAN P E NGGUNAAN TK 4.66 3.5 1.54 6.81 ‐1.1 5.76 2.88 2.1 ‐1 0.1 9.4 17.8 11.7 16.9 14.3 9.96 3.01 5.97
TW I TW II TW II TW IVTW I TW II TW II TW IVTW I TW IITW II TW IVTW I TW II TW II TW IVTW I
2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Survey Kegiatan Dunia Usaha KBI Denpasar Triwulan I-2011
Peningkatan penggunaan tenaga kerja ternyata tidak sejalan dengan peningkatan kapasitas
produksi terpakai. Pada triwulan I – 2011 kapasitas produksi terpakai menunjukkan pemakaian hanya
sebesar 55,27%. Angka ini lebih rendah dibandingkan pemakaian kapasitas produksi pada akhir tahun
2010 sebesar 58,45%. Penurunan kapasitas produksi terpakai sudah terjadi sejak pertengahan tahun
2010. Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi penurunan kapasitas produksi, penggunaan
tenaga kerja masih tinggi. Karakteristik industri di Bali yang bertumpu pada keahlian manusia (hand
made) menyebabkan penggunaan tenaga kerja masih relatif stabil. Berdasarkan survei, penurunan
produksi diperkirakan diatasi oleh produsen dengan mengurangi lama kerja bukan dengan mengurangi
tenaga kerja.
69
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
70
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Bab 7 Outlook
Pada triwulan II-2011 perekonomian Bali diperkirakan masih tetap tumbuh tinggi, walaupun
angka pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Membaiknya daya beli
masyarakat dan maraknya proyek investasi yang dilakukan menjadi pendorong utama pertumbuhan di
sisi permintaan. Sementara itu di sisi penawaran, sektor PHR diperkirakan masih menjadi pendorong
utama pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2011. Dari sisi inflasi, tekanan harga pada triwulan II-2011
diperkirakan masih relatif tinggi, dengan inflasi diperkirakan berada di kisaran 8 ± 1% (y-o-y).
Peningkatan biaya pendidikan, kenaikan gaji dan peningkatan kunjungan wisatawan diperkirakan
meningkatkan permintaan barang dan jasa sehingga meningkatkan tekanan inflasi di triwulan II-2011.
Sementara itu dari sisi kinerja perbankan, pada triwulan II-2011 diperkirakan akan terjadi pertumbuhan
indikator utama perbankan baik asset, kredit dan DPK yang diperkirakan didorong oleh makin tingginya
volume kegiatan perekonomian di Bali.
7.1 MAKRO EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II-2011
Perekonomian Bali pada triwulan II-2011 diperkirakan masih tetap tumbuh tinggi,
dengan angka pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada pada kisaran 6,4 ± 1% (y-o-y). Optimisme
terhadap kondisi perekonomian di triwulan II-2011 juga ditunjukkan dari hasil Survey Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh KBI Denpasar berupa Saldo Bersih Tertimbang (SBT) yang positif
sebesar 37,69%, yang mengindikasikan ekspektasi pelaku usaha dalam memandang kegiatan usaha
pada triwulan II-2011 optimis meningkat Grafik 7.2
Grafik 7.1 Perkembangan Kegiatan Usaha
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011
TotalPertanian, Peternakan, Kehutanan & PerikananPerdaganga, Hotel, dan RestoranJasa-jasa
SBT
0.0%
1.0%
2.0%
3.0%
4.0%
5.0%
6.0%
7.0%
8.0%
9.0%
6,200
6,400
6,600
6,800
7,000
7,200
7,400
7,600
7,800
1 2 3 4 1 2 3 4 1* 2*
2009 2010 2011
PDRB (LHS) growth (y-o-y) (RHS)
yoyMiliar Rp
Sumber : Survey Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia Denpasar
Sumber : Badan Pusat Statistik Keterangan :
Keterangan : *) angka proyeksi Tw I-2007 s.d Tw I-2011 adalah angka realisasi Tw II-2011 adalah angka ekspektasi
71
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Dari sisi penawaran, sektor yang diperkirakan akan memberikan andil terbesar dalam
pertumbuhan ekonomi Bali adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), diikuti sektor jasa-
jasa. Hal ini juga diindikasikan dari hasil SKDU dimana sektor yang mengalami perkembangan positif
tertinggi adalah sektor PHR. Maraknya international event yang dilaksanakan di Bali dan tren
peningkatan kunjungan wisatawan (baik domestik maupun mancanegara) diperkirakan mengakibatkan
sektor ini terus tumbuh tinggi dan menjadi penopang perekonomian Bali di sisi penawaran di triwulan II-
2011. Namun demikian pemerintah dan masyarakat harus terus meningkatkan kewaspadaan seiring
dengan aksi terorisme yang berkembang pesat akhir-akhir ini. Hal ini perlu dilakukan mengingat Bali
merupakan destinasi utama kunjungan wisman di Indonesia, sehingga mengakibatkan Bali menjadi
tujuan utama dalam aksi terorisme (seperti yang ditunjukkan pada peristiwa Bom Bali I dan II).
Sementara itu dari sisi permintaan perekonomian Bali masih ditopang oleh konsumsi, terutama
konsumsi rumah tangga yang secara rata-rata memiliki kontribusi 60% terhadap pembentukan PDRB
Provinsi Bali dari sisi permintaan. Meningkatnya konsumsi rumah tangga salah satunya didorong oleh
membaiknya daya beli masyarakat akibat peningkatan pendapatan masyarakat pasca kenaikan gaji PNS
per 1 April 2011. Selain itu tren peningkatan kunjungan wisatawan baik domestik maupun
mancanegara diperkirakan juga mendorong konsumsi masyarakat. Selain didorong oleh konsumsi,
peranan investasi juga cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan II-2011. Banyaknya proyek
investasi baik pemerintah maupun swasta, serta maraknya proyek-proyek infrastruktur di Bali juga
mendorong kegiatan investasi tumbuh lebih tinggi pada triwulan II-2011. Kinerja ekspor diperkirakan
masih mencatat pertumbuhan yang tinggi di triwulan II-2011 walaupun masih terdapat kekhawatiran
adanya penurunan perdagangan luar negeri akibat bencana tsunami di Jepang yang merupakan negara
tujuan ekspor utama Bali.
Namun demikian hasil survey konsumen KBI Denpasar berupa Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
sepanjang triwulan I-2011 berada pada level pesimis (dibawah 100). Walaupun IEK berada di level
pesimis, komponen survey konsumen lainnya berupa Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) berada di level
optimis. Dari hasil survey tersebut konsumen juga optimis bahwa penghasilan konsumen serta kegiatan
usaha 6 bulan yang akan lebih baik dibanding kondisi saat ini.
7.2 INFLASI REGIONAL TRIWULAN II-2011
Tekanan inflasi Denpasar pada triwulan II-2011 diperkirakan masih relatif tinggi,
diperkirakan berada dalam kisaran 8 ± 1% (y-o-y). Level proyeksi tersebut sedikit diatas ekspektasi inflasi
dari hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), dimana 32,89% responden memiliki ekspektasi bahwa
inflasi triwulan II-2011 akan berada di level 7%, sementara itu 17,11% menyatakan inflasi akan berada
di level 6%.
72
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Grafik 7.3 Grafik 7.4
Perkembangan dan Proyeksi Inflasi Bali Tw II-2011 Ekspektasi Konsumen thd Barang dan Jasa
10.76
11.57
9.43
4.3
4.05
3.77
5.31
5.917.12
7.71
9.289.62
8.93
5.80
4.39
4.37
3.64
5.59
7.66
8.10
7.93
8.00
-1
1
3
5
7
9
11
13
15
Tw 1
Tw 2
Tw 3
Tw
4Tw
1Tw
2Tw
3
Tw 4
Tw 1
Tw 2
Tw 3
Tw
4Tw
1Tw
2Tw
3
Tw 4
Tw 1
Tw 2
Tw 3
Tw 4
Tw 1
Tw 2
*
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% (y-o-y)
130.00
140.00
150.00
160.00
170.00
180.00
190.00
200.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
2009 2010 2011
Ekspektasi Harga 3 bln yad. Ekspektasi Harga 6 bln yad.
SB
Sumber : Survey Konsumen KBI Denpasar
Sumber : Badan Pusat Statistik Keterangan : *) Angka proyeksi
Tendensi peningkatan inflasi juga diindikasikan dari hasil Survey Konsumen yang menunjukkan
ekspektasi inflasi masyarakat kedepan semakin meningkat, dimana sebagian besar responden
berpendapat akan terjadi kenaikan harga (baik perubahan harga untuk 3 bulan atau 6 bulan yang akan
datang). Ekspektasi inflasi diperkirakan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan masyarakat pasca
kenaikan gaji PNS per 1 April 2011, serta peningkatan kunjungan wisatawan baik domestik maupun
mancanegara yang diperkirakan akan meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa. Selain itu
inflasi diperkirakan juga diakibatkan oleh masuknya tahun ajaran baru yang meningkatkan biaya
pendidikan. Sehingga hal tersebut diperkirakan akan mendorong inflasi di kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olah raga (terutama di sub kelompok pendidikan).
Sementara itu tekanan harga dari komoditas yang tergolong kedalam volatile food relatif
menurun di triwulan II-2011, karena masuknya masa panen beras dan komoditas pertanian lainnya.
Distribusi dari dan keluar Bali juga relatif lancar karena masuknya masa panen pada bulan Maret – Mei
2011.
7.3 KINERJA PERBANKAN DAERAH TRIWULAN II-2011
Kinerja perbankan pada triwulan II-2011, diperkirakan akan mengalami pertumbuhan,
baik aset, DPK dan kredit. Peningkatan kinerja perbankan pada triwulan II-2011 diperkirakan
didorong oleh semakin tingginya volume kegiatan perekonomian Bali, yang disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain, peningkatan kegiatan industri wisata karena masuknya periode puncak kunjungan
baik wisatawan mancanegara maupun domestik, pelaksanaan hari besar keagamaan yang
meningkatkan konsumsi masyarakat, masuknya tahun ajaran baru, serta peningkatan belanja
pemerintah.
73
KER Provinsi Bali Triwulan I-2011
Kredit perbankan diperkirakan akan tetap tumbuh lebih tinggi pada kisaran 24%, lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2011. Ekspansi kredit pada triwulan II diperkirakan lebih
difokuskan pada kredit konsumsi yang diperkirakan akan tumbuh sebesar 23%. Secara umum,
penyebab peningkatan kredit adalah meningkatnya konsumsi masyarakat. Sementara kredit jenis modal
kerja dan investasi diperkirakan akan tumbuh walaupun tidak secepat pertumbuhan pada triwulan I dan
masing-masing diperkirakan tumbuh sebesar 25% dan 26%.
Dari sisi dana, penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan diperkirakan masih akan
tumbuh pada level 17%. Pertumbuhan dana diperkirakan akan terhambat karena tingginya kegiatan
perekonomian, yang artinya semakin besar kebutuhan uang di masyarakat. Selain itu dana pemerintah
juga diperkirakan mulai dicairkan seiring dengan realisasi belanja pemerintah.
Dari sisi kualitas kredit, NPL diperkirakan akan stabil pada kisaran 2,35%. NPL diperkirakan akan
didorong dari penyaluran kredit jenis modal kerja, khususnya untuk kredit kepada sektor perdagangan
eceran, sebagai akibat tingginya kebutuhan dana untuk aktivitas perdagangan.
74