jurnal.fitri heriyati pratiwi_04054821517004_gangguan kontrol motorik pernafasan akibat trauma...

24
Journal Reading Juvenile Idiopathic Arthritis Disusun Oleh : Fitri Heriyati Pratiwi (04054821517004) Pembimbing : dr. Yusmala Helmy, SpA (K) BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Upload: fitri-heriyati-pratiwi

Post on 15-Apr-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal.Fitri Heriyati Pratiwi_04054821517004_Gangguan Kontrol Motorik Pernafasan Akibat Trauma Medula Spinalis Mekanisme, Evaluasi, dan Penatalaksanaan(Journal_dr. Billy Indra Gunawa,

Journal Reading

Juvenile Idiopathic Arthritis

Disusun Oleh :

Fitri Heriyati Pratiwi (04054821517004)

Pembimbing :

dr. Yusmala Helmy, SpA (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

2015

Page 2: Jurnal.Fitri Heriyati Pratiwi_04054821517004_Gangguan Kontrol Motorik Pernafasan Akibat Trauma Medula Spinalis Mekanisme, Evaluasi, dan Penatalaksanaan(Journal_dr. Billy Indra Gunawa,

HALAMAN PENGESAHAN

Journal Reading

Juvenile Idiopathic Arthritis

Disusun Oleh :

Fitri Heriyati Pratiwi (04054821517004)

Pembimbing :

dr. Yusmala Helmy, SpA(K)

Telah diterima sebagai salah satu syarat kepanitraan klinik senior periode

7 Desember – 15 Februari 2015 di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Kedokteran

Universitas Sriwijaya/RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

Palembang, Desember 2015

Pembimbing

dr. YusmalaHelmySpA, (K)

Page 3: Jurnal.Fitri Heriyati Pratiwi_04054821517004_Gangguan Kontrol Motorik Pernafasan Akibat Trauma Medula Spinalis Mekanisme, Evaluasi, dan Penatalaksanaan(Journal_dr. Billy Indra Gunawa,

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

journal reading yang berjudul “Juvenile Idiopathic Arthritis ”. Laporan ini

merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu

Kesehatan Anak RSMH Palembang.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Yusmala Helmy SpA,

(K)selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan

penyusunan journal reading ini, serta semua pihak yang telah membantu hingga

selesainya journal reading ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan journal

reading ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik

dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi

perbaikan di masa yang akan datang. Semogajournal reading ini dapat memberi

manfaat bagi yang membacanya.

Palembang, Desember 2015

Penulis

Page 4: Jurnal.Fitri Heriyati Pratiwi_04054821517004_Gangguan Kontrol Motorik Pernafasan Akibat Trauma Medula Spinalis Mekanisme, Evaluasi, dan Penatalaksanaan(Journal_dr. Billy Indra Gunawa,

NIH Public AccessAuthor Manuscript

Transl Stroke Res. Author manuscript; available in PMC 2012 March 8

Published in final edited form as:

Transl Stroke Res. 2011 December 1; 2(4): 463–473.

Gangguan Kontrol Motorik Pernafasan Akibat Trauma

Medula Spinalis : Mekanisme, Evaluasi, dan

Penatalaksanaan

Daniela G. L. Terson de Paleville,

ExercisePhysiology, University of Louisville, Louisville, KY, USA. Physiology and Biophysics,

University of Louisville, Louisville, KY, USA

William B. McKay,

Norton Neuroscience Institute, Louisville, KY, USA

Rodney J. Folz, and

Medicine: Pulmonary, Critical Care and Sleep Disorders Medicine, University of Louisville,

Louisville, KY, USA

Alexander V. OvechkinNeurological Surgery, University of Louisville, Louisville, KY, USA. Physiology and

Biophysics,University of Louisville, Louisville, KY, USA. Frazier Rehab Institute, 220 Abraham

Flexner Way,

Suite 1506, Louisville, KY 40202, USA

Alexander V. Ovechkin: [email protected]

Page 5: Jurnal.Fitri Heriyati Pratiwi_04054821517004_Gangguan Kontrol Motorik Pernafasan Akibat Trauma Medula Spinalis Mekanisme, Evaluasi, dan Penatalaksanaan(Journal_dr. Billy Indra Gunawa,

Abstrak Komplikasi pulmonar yangditandai dengan kelemahan otot pernapasan

yang persisten, kelumpuhan, dan spastisitas merupakan salah satu masalah

terpenting yang terjadipada pasien dengan trauma medula spinalis. Hal ini

disebabkan karena terjadinya penurunan kekuatan otot dan disorganisasi kontrol

otot pernafasan sehingga dapatmenyebabkan insufisiensi pernafasan. Ulasan pada

jurnal ini akan menjelaskan mekanisme kontrol motorik pernafasan dan

perubahannya pada individu dengan trauma medula spinalis, menggunakan

metode penilain fungsi pernapasan yang terukur, dan penatalaksanaan rehabilitatif

yang digunakan untuk mengembalikan fungsi pernafasan pada pasien dengan

trauma medula spinalis.

PendahuluanBernafas merupakan aktivitas yang memerlukan kontraksi otot-otot

pernafasan dan dikoordinasikan oleh kontrol motorik pernafasan . Pada orang

normal, input untuk pernafasan berasal dari otak,batang, medula spinalis dan saraf

perifer. Trauma pada sirkuit pernafasan ini, sering terjadi pada medula spinalis.

Hal ini merupakan masalah kompleks bagi para dokter untuk menilai fungsi

pernafasan, agar dapat memepertahankan dan memeperbaiki kualitas hidup

penderita.Sekitar 12.000 penduduk di USA mengalami trauma medula spinais

setiap tahummya, yang mana pada saat ini sekitar 300.000 diantaranya mengalami

komplikasi serius akibat trauma medula spinalis. Pada fase akut, 36% sampai 83%

kasus trauma medula spinalis menunjukkan komplikasi pernafasan yang serius,

bahkan fase kronik dari proses penyembuhan trauma medula spinalis dapat

meyebabkan kematian

Trauma medula spinalis menyebabkan hilangnya neuron motorik,

interneuron, myelin serta axon traktus ascending dan yang dapat mengenai

beberapa segmen sehingga input sensori, output motorik, dan proses sentral

menjadi terganggu.

Page 6: Jurnal.Fitri Heriyati Pratiwi_04054821517004_Gangguan Kontrol Motorik Pernafasan Akibat Trauma Medula Spinalis Mekanisme, Evaluasi, dan Penatalaksanaan(Journal_dr. Billy Indra Gunawa,

Fungsi Pernafasan pada Populasi yang Tidak Mengalami Trauma

Fungsi utama sistem pernafasan adalah membawa udara yang kaya akan

oksigen dan mengeluarkan karbondioksida melalui proses pertukaran gas di

alveolus. Oksigen yang terinhalasi melewati jalur pernafasan dan menuju ke

alveoli akan digunakan dalam reaksi metabolik. Pembuluh vena memiliki

konsentrasi karbondiksida yang terbagi menjadi 10% larut dalam plasma, 20%

terikat pada hemoglobin, dan sekitar 70% dalambentuk bikarbonat.Proses

pertukaran oksigen dan karbondioksida diatur oleh sistem saraf pusat dan

dikontrol oleh kontraksi dari sejumlah otot-otot pernafasan.

Mekanisme dan Otot-otot yang Terlibat dalam Pernafasan

Otot-otot pernafasan merupakan otot rangka yang memiliki fungsi primer

dalam mengatur ritme dinding dada untuk menginhalasi udara yang mengandung

oksigen dan mengekshalasi udara yang mengandung karbondioksida. Otot-otot ini

bekerja secara sinergik . Pada manusia, trunkus terdiri dari rongga dada dan

rongga perut yang dipisahkan oleh diafragma. Rongga dada tersusun atas tulang,

kartilago dan beberapa otot skeletal. Komponen tulang rongga thorax terdiri dari

tulang-tulang vertebrae. tulang costae, dan kartilago costalisdan sejumlah

artikulasi serta ligamen yang memungkinkan terjadinya pergerakan. Terdapat 12

pasang costae, yang mana 7 pasang pertama melekat secara langsung pada

sternum, 3 pasang costae berikutnya melekat secara tidak langsung pada sternum,

dan 2 pasang terakhir dalam keadaan melayang. Bagian dorsal costae melekat

pada tulang vertebra melalui ligamen dan bagian ventral berhubungan dengan

sternum secara langsung atau tidak langsung melalui artikulasio katrilago.

Perlekatan kostasternnum lebih pendek dan lebih terbatas pada costae atas

dibanding costae bawah.

Terdapat dua tipe pernafasan yaitu pernafasaan saat istirahaat dan

pernafasan saat beraktivittas. Difragma dan intercostal eksternal merupakan faktor

utama untuk pernafasan saat istirahat. Saat kebutuhan oksigen meningkat,

contohnya ketika olahraga, beberapa otot-otot tambahan diperlukan untuk

Page 7: Jurnal.Fitri Heriyati Pratiwi_04054821517004_Gangguan Kontrol Motorik Pernafasan Akibat Trauma Medula Spinalis Mekanisme, Evaluasi, dan Penatalaksanaan(Journal_dr. Billy Indra Gunawa,

inspirasi. Otot-otot tersebut antara lain sternocleidomastoid, scalenes, and

trapezius. Pada manusia, ekspirasi merupakan proses pasif yang sering dinilai

denganposisi supinasi. Akan tetapi, selama ekspirasi, otot-otot yang menekan

rongga thorax dan mengurangi kapasitas thorakal (seperti otot-otot ekspirasi) tetap

diperlukan. Otot-otot ekspirasi antara lain ototintercostal interna, rectus

abdominis, obliqus interna dan ekstrena. Sebagai tambahan, otot-otot lainyya

seperti pectoralis major dan latissimus dorsi juga duiperlukan untuk ekspirasi.

Otot-otot yang Berperan dalam InspirasiDiafragma merupakan otot utama yang berkontribusi dalam proses

inspirasi yang berbentuk seperti kubah. Selama inspirasi, serabut otot memendek

sehingga rongga dada menjadi kecil. Diafragma dipersarafi oleh nervus frenikus

yang berasal dari akar saraf C3 sampai C5.

Otot interkostal teridiri dari dua lapisan yang sangat tipis dan dipisahkan

oleh aponeurosis membran yang irreguler.Otot ini dipersarafi oleh nervus spinalis

thorakal . Otot interkostal eksternal dan bagian parasternal dari interkostalis

internal berperan dalam proses inspirasi, sedangkan interosseus dari interkostal

internal berperan dalam proses ekspirasi . Otot interkostalis eksternal memiliki

aksi yang sinergis dengan diafragma saat inspirasi.

Otot-otot yang Berperan dalam ExpirasiInterkostalis internal terletak di ruang interkostal rusuk 1 sampai 12. Otot-

otot ini dipersarafi oleh segmen torax yang sesuai. Tindakan pernapasan utama

dari interkostalis internal adalah costae yang lebih rendah(dari 2 ke costae 12) di

sternocostal dan costospinal sendi.

Rektus abdominis adalah otot perut yang aktif dan berpern pada ekspirasi

paksa. Otot ini berasal dari aspek ventral kelima, keenam, dan ketujuh dari

kartilago kosta dan sternum. Otot ini dipersarafi oleh saraf yang lebih rendah

toraks T5-T12.

Page 8: Jurnal.Fitri Heriyati Pratiwi_04054821517004_Gangguan Kontrol Motorik Pernafasan Akibat Trauma Medula Spinalis Mekanisme, Evaluasi, dan Penatalaksanaan(Journal_dr. Billy Indra Gunawa,

Obliqus interna dan eksterna. Merupakan otot yang digunakan selama

ekspirasi paksa. Oblliqus eksterna paling superficial berasal daritulang costae

kedepalan. Ototini dipersarafi oleh nervusenam interkostal bawah. Di bawah

obliqus eksternal terdapat obliqus interna.

Otot Tambahan dalam PernafasanOtot aksesori diperlukan ketika tuntutan ventilasi lebih tinggi dari

normal.Otot aksesori inspirasi antara lain otot sternokleidomastoidus, scalenes,

dan otottrapezius. Otot ini diinervasi oleh nervus cranialis XI. Nervus kranial XI

memiliki dua bagian: kranial dan spinal. Bagian spinal mnginnervasi otot

sternokleidomastoid dan trapezius atas.Scalenes merupakan otot aksesori untuk

inspirasi, meskipun mereka dipersarafioleh saraf spinal. Otot-otot lain juga telah

dilaporkan berkontribusi pernapasan,namun masih belum jelas. Otot-otot ini

meliputi: trapezius atas, pectoralis latissimus dorsi dan serratus anterior.

Kontrol Motorik PernafasanPemahaman kita tentang kontrol pernapasan sebagian besar telah berasal

dari studi yang dilakukan pada hewan. Sebagian besar penelitian ini berfokus pada

kontrol pernapasan telah aktivasi berulang neuron motorik yang dipersarafi oleh

nervus frenikus dalam kontraksi diafragma dan otot interkostal internal yang

untuk menarik udara ke paru-paru. Regulasipernapasan oleh osilator ini

memegang peran sebagian besar. Namun, tingkat emosional dapat memodifikasi

perilaku osilator melalui jalur limbik dan kortikobulbar. Sebaliknya, ekspirasi dari

osilator ini menjadi lebih cepat seperti akan dalam kondisi hiperkapnia.

Mekanisme kecepatan pernapasan telah banyak dipelajari berat dandapat

diterima dengan baik. Yang menarik untuk ulasan ini adalah mekanisme yang

memodulasi aktivasi unit motorik diluar kemoreseptor dipengaruhi juga oleh

kontrol autonom terutama dapat dipengaruhi oleh trauma medula spinalis.

Page 9: Jurnal.Fitri Heriyati Pratiwi_04054821517004_Gangguan Kontrol Motorik Pernafasan Akibat Trauma Medula Spinalis Mekanisme, Evaluasi, dan Penatalaksanaan(Journal_dr. Billy Indra Gunawa,

Kelompok lain masukan untuk pengolahan motorik spinal berasal dari

otak adalah sistem kortikospinalis. Beberapa hubungan tersebut memungkinkan

kontrol inspirasi untuk berbicara, bernyanyi, dan aktivitas lainnya. Hubungan

oligosynaptic initelah dibuktikan pada manusia dengan menggunakan transcranial

listrik atau magnet yang menstimulasi korteks motorik. Gandevia dan Rothwell

menunjukkan bahwa stimulasi listrikmelalui dua elektroda yang ditempatkan satu

di atas titik kulit kepala dan lainnya anterior 1 cm dan 6-7cm anterior kemudian

menimbulkan kedutan dari diafragma pada 3 orang sehat.

Pengukuran Fungsi ParuSpirometri, inspirasi Maksimal, dan Pengukuran Tekanan ekspirasi

Pengukuran rutin sifat mekanik fungsi pernapasan, yaitu, volumedan aliran

pernafasan disajikan sebagai persen dari nilai prediksi sebenarnya tidak spesifik

kaitannya dengan evaluasi kontrol motorik pernapasan, akan tetapi dapat

memberikan informasi secara tidak langsung mengenai kinerja otot pernafasan.

Secara sederhana, parameter yang mengukurfungsi motorik pernapasan seperti

puncak aliran , kapasitas vital paksa (FVC), Volum ekspirasi paksa dalam 1 detik

(FEV1), tekanan ekspirasi maksimal (PEmax), tekanan inspirasi maksimalPImax),

dan tekanan transdiaphragmatic telah digunakan dalam uji klinis dan penelitian

untukmengukur kekuatan otot-otot pernapasan.

Percobaan PEmax dan PImax yang dilakukan terhadap jalan napas yang

tersumbat, ikut membantu menilai kekuatan agregat otot pernafasan . PImax

adalah kekuatan diafragmasedangkan PEmax adalah kekuatan gabungan yang

dihasilkan oleh otot diafragma perut danotot interkostal. Tekanan inspirasi

maksimal diukur dari volume residu,dan tekanan ekspirasi maksimal diukur dari

kapasitas total paru.

Pengukuran pada Kontrol Motorik PernafasanElektromiografi (EMG) adalah teknik neurofisiologis yang penting dalam

neuromuscular fisiologi dimana elektroda ditempatkan pada otot atau pada

Page 10: Jurnal.Fitri Heriyati Pratiwi_04054821517004_Gangguan Kontrol Motorik Pernafasan Akibat Trauma Medula Spinalis Mekanisme, Evaluasi, dan Penatalaksanaan(Journal_dr. Billy Indra Gunawa,

permukaan atau kelompok otot. Hal ini juga membantu dokter atau peneliti secara

akurat mendiagnosis gangguan neurologis. Untuk otot tungkai, EMG juga

merupakan alat yang efektif untuk menilai keparahan kerusakan sistem kontrol

motorik saraf pusat, mengukur aktivasi otot yang sesuai, pemulihan dan efek

terapi.

Elektromiografi pada Otot-otot Pernafasan

Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara

fungsi parudan aktivasi saraf terhadap otot yang terlibat dalam respirasi. Puncak

laju aliran ekspirasi telah terbukti berkorelasi dengan aktivitas EMG dari otot

pectoralis majus dan latissimus dorsi. EMG otot interkostal menunjukkan

peningkatan yang signifikandalam tes daya tahan otot inspirasi pada individu

betina yang sehat, sedangkan aktivitas otot seternocleidomastoid tidak

memberikan hasil signifikan. Hal ini mirip dengan temuan Yokoba dan rekan

kerjanya pada individu yang sehat, yang mana otot sternokleidomastoideus

berkontraksi sekitar 34% dari tekanan inspirasi maksimal. Selain itu, mereka

menemukan bahwa EMG otot scalenes dan tranversus abdominis menunjukkan

korelasi linear yang signifikan (R2, 0.98) selama ekspirasi dan inspirasi maksimal.

Demikian pula, aktivitas EMG daristernokleidomastoid menunjukkan korelasi

linear yang kuat dengan tekanan inspirasi maksimal (R2, 0.97) dan trapezius

menunjukkan korelasi nonlinear (R2, 0.50). Selanjutnya, trapezius dianggap

berperan 90% dari tekanan inspirasimaksimal.

Kontrol Motorik Pernafasan Setelah Trauma Medula Spinalis

Tujuan dari penelitian trauma medula spinalis pada dasarnya adalah untuk

meningkatkan fungsi motorik yang terganggu termasuk fungsi kontrol motorik

pernafasan. Penelitian ini difokuskan pada beberapa daerah termasuk regenerasi

melalui graft saraf perifer dan sprouting, aktivasi dan pemeliharaan jalur frenikus

Namun, karena tidak satupun daripendekatan yang mencapai aplikasi klinis,

sehingga penelitian lebih lanjut diperlukan untukmenjawab semua pertanyaan

seputar kontrol fungsi pernapasan setelah trauma medula spinalis. Banyak

Page 11: Jurnal.Fitri Heriyati Pratiwi_04054821517004_Gangguan Kontrol Motorik Pernafasan Akibat Trauma Medula Spinalis Mekanisme, Evaluasi, dan Penatalaksanaan(Journal_dr. Billy Indra Gunawa,

penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa trauma medula spinalis

mengurangi volume paru-paru dan aliran pernafasan yang berbanding lurus

dengan keparahan lesi medula spinalis. Sejauh ini evaluasikontrol motor respirasi

belum berkembang dengan baik.

Pengaruh trauma Medula Spinalis terhadap Fungsi Pernafasan

Gejala insuffiensi pernafasan sangat berhubungan dengan derajat

keparahan lesi spinal. Kerusakan pada medula spinalis servikal dan thorakal akan

mempengaruhi nervus yang mempersarafi otot-otot pernafasan. Derajat keparahan

lesi pada medula spinalis berhubungan dengan penurunana kapasitas residual

fungsional, kapasitas total paru, volume cadangan ekspirasi, dan peningkatan

volume residual. Paisen dengan trauma medula spinalis komplit ataupun

inkomplit, sering mengalami insuffiensi pernafasan yang disebabkan karena

paralisis, kelemahan otot, ataupun spastisitas kontraksi otot pernafasan. Lesi pada

segmen thorakal juga sering menimbulkan komplikasi.Pada tahun 2005, Cotton

dan coworker melakukan penelitian untuk menentukan komplikasi respirasi resiko

mortalitas yang berhubungan dengan trauma medula spinnallis. Mereka

menemukan bahwa 51% trauma medula spinnalis pada segmen T1-T6 dan 28%

pada segmen T7-T12 mengalami komplikasi pernafasan yang serius seperti

pneumonia dan infeksi pernafasan yang rekuren.

Individual dengan trauma medulaspinalis baik pada segmen thorakal

maupun segmen servikal beresiko mengalami insuffiensi pernafasan karena

parsial paralisis otot-otot pernafasan. Manifestasi klinis lainnya pada penderita

trauma medula spinnalis adalah ketidakmampuan untuk batuk secara adekuat

diakibatkan karena kelemahan otot-otot abdomen. Secara neurofisiologi,batuk

merupakan fenomena yang dipengaruhi struktur yang diinervasi oleh nervus

vagus. Serabut-serabut aferen reseptor berada di dalam nervus vagus. Ketika

terstimulasi, reseptor akan bertanggungjawab untuk menghasilkan refleks batuk.

Nervus vagus melewati medula spinalis sehingga tidak akan dipengaruhi oleh ada

atau tidaknya trauma medula spinalis. Kenyataanya, refleks batuk terjadi pada

pasien dengan trauma medula spinnalis segmen thorakal dan servikal. Bahkan,

Page 12: Jurnal.Fitri Heriyati Pratiwi_04054821517004_Gangguan Kontrol Motorik Pernafasan Akibat Trauma Medula Spinalis Mekanisme, Evaluasi, dan Penatalaksanaan(Journal_dr. Billy Indra Gunawa,

individu post trauma medula spinalis bisa mengalami inefektivitas batuk yang

berat yang menyebabkan akumulasi sekret yang dapat menyumbat saluran

pernafasan dan menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri pneumoniae.

Trauma pada segmen servikal medula spinalis sering menyebabkan

paralisis pada otot-otot pernafasan. Trauma medula spinalis yang komplitdi atas

neuron motorik akan menyebabkan paralisis otot ekspirasi dan inspirasi. Lesi

komplit servikal C2-C4 atau lesi servikal dibawah C5 (C5-C8) sering

menyebabkan paralisis, kelemahan, dan spastisitas otot pernafasan. Pada individu

ini, kontrol neuron diafragma masih terpelihara, dan inspirasi masih dapat terjadi

spontan. Pernafasan spontan dapat terjadi bahkan dengan parsial paralisis

diafragma (pada percobaaan hewan). Penelitian menunjukkan bahwa paralisis

diafragma dapat dikompensasi oleh non-paralisis diafragma kontralateral dan otot-

otot intercostal.

Sebagai tambahan, paralisis, kelamahan otot merupakan hal tersering yang

diamati pada pasien dengan trauma medula spinalis. Kelemahan setelah trauma

medula spinalis, telah diamati pada anggota gerak dan otot abdomen. Pada pasien

yang mengalami trauma medula spinalis segmen servical atau torakal atas,

menunjukkan perubahan pada pernafasan, dimana pada saat inspirasi, rongga

thorax justru mengecil. Ketidakmapuan pergerakan dari cavum thorax ini

disebabkan karena kurangnya aktivasi interkostalyang dikombinasi dengan

pengembangan yang berlebihan pada otot abdomen karena kelemahan otot

kontraksi. Abnormalitas pernafasan lebih sering terjadi pada pasien trauma

medula spinalis segmen servikal dibandingkan thorakal. Bahkan, hal ini tidak

seragam antar pasien. Hal ini dipengaruhi oleh elastisitas cavum thorax dan pada

aktivitas otot-otot tambahan inspirasi. Ketika perekanman EMG,

Sepoerti yang terlihat pada otot-otot anggota gerak, secara tidak sengaja

kontraksi dan aktivasi berlanjut dapat terjadi pada otot-otot pernafasan. Kontraksi

yang kaku dari otot-otot abdomen, akaan menimbulkan beban berlebihan pada

Page 13: Jurnal.Fitri Heriyati Pratiwi_04054821517004_Gangguan Kontrol Motorik Pernafasan Akibat Trauma Medula Spinalis Mekanisme, Evaluasi, dan Penatalaksanaan(Journal_dr. Billy Indra Gunawa,

otot inspirasi sehingga menyebabkan ketidakseimbangan antara beban respirasi

dan kapasitas otot inspirasi terhadap beban. Hal inilah yang menjelaskan mengapa

pasien yang mengalami kelemahan otot diafragma tidak mengalami gangguan

pernafasan kecuali mereka mengalami kelemahan otot-otot abdomen. Kontraksi

abdomen yang kaku akan meningkatkan tekanan pada gaster dan dan esofagus.

Hal ini menyebabkan tahanan inspirasi bertambha, sehingga beban inspirasi

meningkat menimbulkan terjadinya dyspnea.

Pada tahun 1997 , Roth and coworkers melakukan penelitian untuk

mengetahui apakah ada hubungan antra lesi medula spinalis pada pasien post

trauma medula spinalis, dengan derajat gangguan pernafsan dan spastisitas

anggota gerak. Pada penelitian ini didapatklan bahwa lesi medula spinallis

mengakibatkan gangguan pernafasan, namun tidak ada korelasi langsung antara

kelemahan anggota gerak dengan terganggunya fungsi pernafasan.

Terapi untuk mengembalikan fungsi pernafasan setelah trauma

medula spinalis Standar manajemen penanganan fungsi respirasi pada pasien post-trauma

medula spinalis yang tidak membuuthkan ventilator adalah mencegah komplikasi

emergensi pernafasan seperti infeksi yang mungkin terjadi, akan tetapi, sejauh ini

belum ada modalitas terapi rehabilitasi yang terbukti efektif. Meskipun terdapat

banyak strategi potensial yang berguna untuk mencegah kerusakan pernafasan

pada pasien post trauma medulaspinalis.Beberapa modalitas yang dapat

mengkompensasi kelemahan otot-otot pernafasan adalah seperti pemberian

ventilasi tekanan positif. Pengikat abdomen yang non-elastik diperlukan untuk

mencegah ekspansi berlebihan jugasering digunakan pada pasien trauma medula

spinalis. Teknik ini telah menunjukkan perbaikan kekuatan ekspirasi dan

kemampuan batuk pada pasien dengan kelumpuhan atau kelemahan otot-otot

abdomen. Akan teteapi, terdapatjuga beberapa penelitian yang menyatakan bahwa

pengikat abdomen hanya memiliki efek yang minimal dalam memperbaiki

ekspirasi pernafasan baik dalam keadan istirahat maupun beraktivitas.

Page 14: Jurnal.Fitri Heriyati Pratiwi_04054821517004_Gangguan Kontrol Motorik Pernafasan Akibat Trauma Medula Spinalis Mekanisme, Evaluasi, dan Penatalaksanaan(Journal_dr. Billy Indra Gunawa,

Latihan secara umum, telah t erbukti meningkatkan kebugaran dan

meningkatkan fungsi ventilasiindividu trauma medula spinalis yang akut ataupun

kronis. Kapasitas fisik secara signifikanmenurun pada penderita trauma medula

spinalis servikalmaupun torakal karena kelumpuhan otot di bawahlesi, mengubah

kontrol otonom. Telah terbukti bahwalatihan pada individu dengan trauma

medula spinalis kronis akan memunculkan respon metabolik yang ditandai

olehpeningkatan konsumsi oksigen, ventilasi, dan denyut jantung. Sebagai

tambahan, terdapat faktor-faktor umum yang terlibat dalam peningkatan aktivitas

pernapasan, seperti efek-latihan yang berhubungan dengan eksitasi korteks

serebral, sistem limbik dan reticular, hipotalamus, dan kemoreseptor sentral.

Secara khusus, latihan kekuatan otot pectoralis majus dalamtrauma medula

spinalis segmen serviks secara signifikan meningkatkan fungsi ekspirasi dam

meningkatkan volume cadangan ekspirasi serta penurunan volume residu. Latihan

lokomotor, terapi untuk rehabilitasijuga telah terbukti meningkatkan konsumsi

oksigen, denyut jantung, dan ventilasi paru.

Neuroplastisitas pernapasan, didefinisikan sebagai perubahan morfologis

dan fungsional dalamkontrol saraf berdasarkan penelitian sebelumnya, sangat

tergantung pada syarat yang diperlukan seperti usia, jenis kelamin, dan genetika.

Plastisitas pernapasan dapat disebabkan oleh keadaan hipoksia,hiperkapnia,

olahraga, cedera itu sendiri, stres, dan intervensi lainnya.

Latihan khusus yang menargetkan dan mengaktifkan otot-otot pernafasan

telah berhasilmeningkatkan tekanan inspirasi dan ekspirasi, kapasitas total paru-

paru, dan puncakkonsumsi oksigenmelaluiproses kegiatan tergantung plastisitas

pada pasien dengan penyakit dada dan individu dengan trauma medula spinalis.

Latihan otot pernafasandapat dilakukan dalam dua modalitas: latihan kekuatan

otot inspirasi danlatihan kekuatan otot ekspirasi. Latihan otot inspirasi telah

banyakdirekomendasikan sebagai terapi pernapasan yang efektif untuk penyakit

paru obstruktif kronik. Pelatihan otot ekspirasi telah diketahui membawa dampak

signifikan dalam peningkatan kekuatan otot ekspirasi, fungsi paru, dan

kemampuan batuk pada pasien. dengan penyakit restriktif toraks ataupaun trauma

Page 15: Jurnal.Fitri Heriyati Pratiwi_04054821517004_Gangguan Kontrol Motorik Pernafasan Akibat Trauma Medula Spinalis Mekanisme, Evaluasi, dan Penatalaksanaan(Journal_dr. Billy Indra Gunawa,

medula spinalis. Stimulasi listrik fungsional yang diaplikasikan di atas otot-otot

ekspirasi dapat meningkatkam fungsi pernafasan dan efektivitas batuk. Stimulasi

listrik langsung darisaraf frenikus telah digunakan untuk menghasilkan inspirasi

di Amerika Serikat, Finlandia, dan Austria sebagaialternatif ventilator mekanik

untuk individu denga paralisis diafragma. Namun, pendekatan ini terbukti kurang

berhasil . Selain itu, DiMarco dan Kowalski mengevaluasi metode baru untuk

aktivasi otot inspirasiyang melibatkan penerapan frekuensi tinggi (> 200 Hz)

dengan rangsangan padapermukaan ventral dari medula spinalis di daerah dada

yang dilakukan pada hewan percobaan.

Lin dan rekan melakukan serangkaian penelitian untuk

menentukanefektivitas stimulasi magnetik fungsional sebagai metode untuk

memulihkan tekanan ekspirasi maksimal dan untuk pemulihan refleks batuk yakni

antara proses spinal T6-T12 untuk merangsang otot-otot ekspirasi dan untuk

meningkatkan tekanan ekspirasi maksimal, serta aliran ekspirasi paksa. Selain itu,

setelah latihan stimulasi magnetik otot ekspirasi fungsional selama 4 minggu di

tulang belakangindividu dengan trauma medula spinalis, nilai tekanan ekspirasi

maksimal dan aliran ekspirasi paksapada kapasitas total paru dan pada kapasitas

residual fungsional terbukti secara signifikan mengalami peningkatan. Temuan

yang paling relevan adalah bahwa stimulasi magnetik fungsional secara signifikan

meningkatkan kekuatan otot ekspirasi, menunjukkan bahwa metode ini dapat

digunakan sebagaiteknologi terapi non-invasif dalam pelatihan otot pernafasan

bagi penderita trauma medula spinalis.

KesimpulanTrauma medula spinalis umumnya terkait dengan parese otot pernapasan,

kelumpuhan, dan spastisitas yang mengakibatkan disfungsi pernafasan yang

mempengaruhi kualitas hidup dan merupakan penyebab utama kematian pada

penderita trauma medula spinalis. Kemajuan penatalaksanaan disfungsi

pernapasan penderita trauma medula spinalis, memerlukan evaluasi lebih lanjut.

Meskipun tidak ada teknik rehabilitasi yang terbukti efektif untuk pemulihan

kontrol motorik pernapasan pada pasien dengan trauma medula spinalis kronis

Page 16: Jurnal.Fitri Heriyati Pratiwi_04054821517004_Gangguan Kontrol Motorik Pernafasan Akibat Trauma Medula Spinalis Mekanisme, Evaluasi, dan Penatalaksanaan(Journal_dr. Billy Indra Gunawa,

namaun diharapakan bahwa hasil dari banyak penelitian yang sedang berlangsung

akan mendukung penerapan rehabilitasi berdasarkan strategi fisiologis untuk

mengelola kondisi penderita trauma medula spinalis sebagai standar perawatan di

masa depan.