jurnal srining fitokimia

70
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Prinsip Percobaan Berdasarkan kelarutannya dalam pelarut yang sesuai, pengujian golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalam suatu tumbuhan dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut tersebut dan pereaksi warna yang spesifik untuk masing-masing golongan senyawa. 1.2 Tujuan Percobaan 1. Untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalam tumbuhan Patikan Kebo (Euphorbia hirta). 2. Untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalam tumbuhan Ubi Racun (Manihot esculenta). 3. Untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalam tumbuhan Lidah Buaya (Aloe vera). 1

Upload: elsa-elfrida-marpaung

Post on 24-Jul-2015

2.814 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: jurnal srining fitokimia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Percobaan

Berdasarkan kelarutannya dalam pelarut yang sesuai, pengujian golongan

senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalam suatu tumbuhan dapat

dilakukan dengan menggunakan pelarut tersebut dan pereaksi warna yang

spesifik untuk masing-masing golongan senyawa.

1.2 Tujuan Percobaan

1. Untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

di dalam tumbuhan Patikan Kebo (Euphorbia hirta).

2. Untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

di dalam tumbuhan Ubi Racun (Manihot esculenta).

3. Untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

di dalam tumbuhan Lidah Buaya (Aloe vera).

1.3 Manfaat Percobaan

1. Diperoleh informasi mengenai golongan senyawa metabolit sekunder

yang terdapat di dalam tumbuhan Patikan Kebo (Euphorbia hirta).

2. Diperoleh informasi mengenai golongan senyawa metabolit sekunder

yang terdapat di dalam tumbuhan Ubi Racun (Manihot esculenta).

3. Diperoleh informasi mengenai golongan senyawa metabolit sekunder

yang terdapat di dalam tumbuhan Lidah Buaya (Aloe vera).

1

Page 2: jurnal srining fitokimia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Tumbuhan Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.)

2.1.1. Sistematika Tumbuhan

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae 

Genus : Euphorbia

Spesies : Euphorbia hirta L (Dalimartha,S.,2008).

2

Page 3: jurnal srining fitokimia

2.1.2. Sinonim

Euphorbia capitata Wall, Euphorbia prostate Ait, euphorbia piluifera

var. hirta (L.) Thell (Dalimartha,S.,2008).

2.1.3. Nama Daerah

Sumatera : daun biji kacang (Melayu); Jawa: gelang susu, gendong

anak (Jakarta), nangkaan, nanangkaan (Sunda), kukon-kukon, patikan, patikan

jawa, patikan kebo (Jawa), kak-sekakan (Madura); Maluku : sosononga

(Halmahera), isu maibi (Ternate), isu gibi (Tidore) (Dalimartha,S.,2008).

2.1.4. Morfologi

Daun

Tumbuhan liar ini asli dari India dan Australia dan sekarang tesebar di

daerah tropis. Patikan kebo merupakan gulma yang terdapat di tempat terbuka

di sekitar pantai, padang rumput, pinggir jalan, atau kebun. Daunnya

merupakan daun tunggal, bertangkai pendek dan letaknya berhadapan. Helaian

daun berbentuk jorong, ujung tumpul, pangkal runcing, tepi bergerigi,

berambut jarang, berwarna hijau jading terdapat bercak ungu, permukaan

bawahnya lebih pucat, dengan panjang 5-50 mm, dan lebar 25 mm

(Dalimartha,S.,2008).

2.1.5. Kandungan dan Efek

Patikan kebo mengandung myricil alcohol,taraxerol, friedlin, β-amyrin,

β-sitosterol, β-eufol, euforbol, triterpenoid eufol, tirukalol, eufosterol,

hentriacontane, flavonoids, phenolic acid, shicimik acid, choline dan tannin

(Dalimartha,S.,2008).

3

Page 4: jurnal srining fitokimia

Efek dari tumbuhan ini adalah antispasmodic, antiinflamasi, diuretic

(peluruh seni), sedative ringan, ekspektoran (peluruh dahak), dan antipruritus

(menghilangkan gatal) (Dalimartha,S.,2008).

2.2. Uraian Tumbuhan Lidah Buaya (Aloe vera L.)

2.2.1. Sistematika Tumbuhan

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)                                        

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Ordo                : Asparagales

Famili              : Asphodelaceae

Genus              : Aloe

Spesies            : Aloe vera L. (Dalimartha,S.,2008).

2.2.2. Sinonim

Aloe barbadensis Milleer

4

Page 5: jurnal srining fitokimia

2.2.3. Nama Daerah

Letah buaya (Sunda)

2.2.4. Morfologi

Daun

Tanaman lidah buaya termasuk semak rendah, tergolong tanaman yang

bersifat sukulen, dan menyukai hidup di tempat kering. Daun lidah buaya

berbentuk tombak dengan helaian memanjang. Daunnya berdaging tebal, tidak

bertulang, berwarna hijau keabu-abuan dan mempunyai lapisan lilin di

permukaan, serta bersifat sukulen yakni mengandung air, getah, atau lender

yang mendominasi daun. Bagian atas daun rata dan bagian bawahnya

membulat (cembung). Di daun muda dan sucker (anak) terdapat bercak

berwarna hijau pucat sampai putih. Bercak ini kan hilang saat tanaman ini telah

dewasa, namun tidak demikin halnya dengan tanaman lidah buaya jenis kecil

atau local. Hal ini kemungkinan disebabkan factor genetic. Sepanjang tepi daun

berjajar bergerigi atau berduri yang tumpul dan tidak berwarna (Furnawanthi,

I., 2010).

2.2.5. Kandungan dan Efek

Tanaman lidah buaya mengandung barbaloin, isobarbaloin, antrakuinon

(aloin, aloe-emodin), aloenin, aloesin, aloemisin, aloektin B, aloinosida A,

aloinosida B, saponin, krisofanol, kuinon, β-sitosterol, lektin, lignin, atau

selulosa, asetilated mannose, resin, tannin, kalsium, kalium, magnesium,

mangan, seng, kuprum, kromium, niasinamida, asam folat, asam salisilat,

5

Page 6: jurnal srining fitokimia

lupeol, karbohidrat, gula, enzim, asam amino, vitamin B1, B6 , B12 dan C

(Wijayakusuma, H. M. H., 2008).

Lidah buaya memiliki efek antiseptik, antiinflamasi (mengobati

radang), antipuritik (penghilang gatal), anastetik (pereda sakit), afrosidiak

(pembangkit gairah seksual), antipiretik (penurun panas), antijamur, antivirus,

antibakteri, laxative (pencaha kuat), menghilangkan rasa sakit dan pusing,

mencegah penuaan kulit dengan memproduksi elastin dan kolagen (Rostita,

2008).

2.3. Uraian Tumbuhan Ubi Racun (Mannihot esculenta L.)

2.3.1. Sistematika Tumbuhan

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan Biji)

Subdivisi : Angiospermae (Biji Tertutup)

Kelas : Magnoliopsida/ Dikotiledonae (berkeping dua / dikotil)

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae 

6

Page 7: jurnal srining fitokimia

Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta Crantz (Rukmana, H.R., 2007).

2.3.2. Sinonim

Mannihot utilissima Pohl (Rukmana, H.R., 2007).

2.3.3. Nama Daerah

Singkong racun, ubi racun, ketela racun, telo puhung, kasape, bodin,

telo jenderal, sampeu, huwi dangdeur, huwi jenderal (Rukmana, H.R., 2007).

2.3.4. Morfologi

Daun

Tumbuhan ini berupa semak atau perdu yang tidak banyak bercabang,

batangnya menonjol dari berkas daun. Daun tumbuhan ini tersebar dan berurat

menjari dengan canggap 5-9 helai. Daunnyaberpenumpu kecil dan mudah

sekali gugur (Rukmana, H.R., 2007).

2.3.5, Kandungan dan Efek

Daun tumbuhan ini mengandung karbohidrat, lemak, protein, air, serat,

abu, asam amino metionin (Hambali,E.,2008). Selain itu, daun tumbuhan ini

juga mengandung vitamin A, B1, C dan HCN. HCN ini terutama banyak

terkandung di pucuk daun yang masih muda (Djing, O.E., 2009).

Efek daripada tumbuhan ini adalah dapat merelaksasi mata, antikanker

atau antitumor karena mampu mengubah sel kanker mejadi sel normal,

antioksidan karena kandungan vitamin C nya penambah nafsu makan,

melancarka aliran darah, penambah darah, rheumatic, sakit kepala, demam,

7

Page 8: jurnal srining fitokimia

luka bernanah, luka terkena panas, diare, cacingan dan beri-beri serta

menambah vitalitas tubuh (Ahira,A., 2007).

2.4. Uraian Alkaloida

2.4.1. Struktur alkaloid

2.4.2. Alkaloid dan Aktivitasnya

Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat dalam tumbuh-

tumbuhan bersifat basa, dan struktur kimianya mempunyai sistem lingkar

heterosiklik dengan nitrogen sebagai hetero atomnya. Unsur penyusun alkaloid

adalah karbon, nitrogen, hydrogen dan oksigen. Alkaloid yang struktur

kimianya tidak mengandung oksigen hanya ada beberapa, namun adapula

alkaloid yang mengandung unsur lain selain yang diatas. Pada temperature

kamar alkaloid biasanya berbentuk padat atau Kristal atau amorf. Alkaloid

yang padat umunya berwarna putih atau tak berwarna, tetapi adapula yang

berwarna kuning, mis Berberina (Sumardjo,D., 2006).

Alkaloid padat sukar larut dalam air, sebaliknya larut dalam pelarut

organic umum seperti kloroform, alcohol, benzene, dan eter. Garam alkaloid

mudah larut dalam air tetapi hanya sedikit larut dalam alkohol. Kebanyakan

alkaloid adalah amina tersier dan memiliki satu atau lebih atom karbon

8

Page 9: jurnal srining fitokimia

asimetris. Alkaloid banyak digunakan sebagai obat, ada yang pahit dan sangat

toksik bagi tubuh (Sumardjo,D., 2006).

Alkaloid alam yang repenting adalah ergotamine dan ergonovin.

Alkaloid yang aktif adalah alkaloid yang berbentuk levo (L) sementara yang

berbentuk dekstro (D) tidak aktif. Ergotamine disebut alkaloid asam amino

karena pada amida nitrogennya terikat asam amino,dan lebih sukar diserap

dibandingkan ergonovin. Ergonovin disebut alkaloid amin karena pada

hidrolisisnya menghasilkan asam lisergat dan amin ( Rahardjo,R., 2004).

Goodman & Gilman membagi alkaloid ergot atas tiga golongan :

1. Alkaloid asam amino, termasuk ergotamine dan ergotoksin.

2. Alkaloid amino terhidrogenasi: dehidroergotamin dan

dehidroergotoksin. Prototipenya adalah dihidroergotamin.

3. Alkaloid amin yang prototipenya adalah ergonovin

Alkaloid ergot mempunyai efek yang berbeda-beda. Efek utamanya adalah

stimulasi otot polos, terutama otot polos pembuluh darah dan uterus serta

blockade terhadap saraf adrenergic perifer. Efek dari alkaloid dapat dijelaskan

dalam table berikut:

Golongan/

Senyawa

Efek Farmakologis

Vasokontriksi dan

kerusakan endotel

Oksitoksik Blockade

adrenergik

Alkaloid Alam

Asam Amino

Sangat efektif

terutama

ergotamine, onset

Keaktifan tinggi Aktif

9

Page 10: jurnal srining fitokimia

lama, tidak aktif

peroral

Alkaloid

terhidrogenasi

Tidak aktif Aktif pada uterus

wanita hamil

Lebih aktif dari

alkaloid induk

Alkaloid amin Sedikit aktif Keaktifan tinggi Tidak aktif

Alkaloid ergot bersifat antagonis terhadap efek 5-hidroksitriptamin dan

beberapa efek metabolic katekolamin (Rahardjo,R., 2004).

2.5. Uraian Glikosida

2.5.1. Struktur Glikosida

2.5.2. Glikosida dan Aktivitasnya

Glikosida adalah senyawa yang terdapat dalam tubuhan dan bila

dihidrolisis akan terurai menjadi senyawa gula dan non-gula (senyawa organic

lainnya). Dari sudut kimia gliosida adalah merupakan senyawa yang terbentuk

dari senyawa hidroksi dan gula, dan bila gulanya adalah glukosa maka disebut

sebagai “Glukosida” (Hadiati, 2004).

Efek dari glikosida adalah terutama diindikasikan untuk lemah jantung

kongestif dan depresi nodus AV. Tujuan dari pemberian glikosida untuk

10

Page 11: jurnal srining fitokimia

depresi nodus AV adalah untuk mengontrol respons ventrikel untuk takikardia

supraventrikel proksimal, flutter atrial atau fibrillation atrial. Gikosida dapat

digunakan bersamaan dengan obat antimalaria kelas I untuk mengontrol

takiaritmia atrial kronis karena obat antimalaria kelas I dapat meningkatkan

konduksi implus nodus AV (Rahardjo,R., 2004).

Efek lain dari pada glikosida adalah pada saluran cerna dapat

menyebabkan mual/muntah dan hilangnya nafsu makan. Pada jantung antara

lain ekstrasistol, fibralation atrial, fibralation ventrikel,( gangguan

pembentukan rangsangan dan) serta terjadi blok AV dan SA.Pada saraf berupa

sakit kepala, trigeminal neuralgia, capai/lemah, disorientasi, afasia, delirium,

konvulsi dan halusinasi. Pada indera penglihatan berupa kromatopsia (buta

warna sebagian/ seluruhnya), kabur, diplopia, dan skotomata (ada daerah buta/

sebagian buta dalam visus). Kromotopsia yang sering terjadi adalah warna

hijau dan kuning (xantopsia) (Rahardjo,R., 2004).

2.6. Uraian Glikosida Sianogenik

2.6.1. Struktur Glikosida Sianogenik

>> Stuktur Umum Glikosida Sianogenik

11

Page 12: jurnal srining fitokimia

2.6.2. Glikosida Sianogenik dan Aktivitasnya

Glikosida sianogenik adalah senyawa hidrokarbon yang terikat dengan

gugus CN dan gula. Beberapa tanaman tingkat tinggi dapat melakukan

sianogenesis, yakni membentuk glikosida sianogenik sebagai hasil sampingan

reaksi biokimia dalam tanaman .Rumus bangun glikosida sianogenik secara

umum dapat dilihat pada gambar diatas (Azmi, H.U., 2009).

Keberadaan glikosida sianogenik pada tanaman memiliki fungsi

penting terhadap kelangsungan hidup tanaman tersebut. Glikosida sianogenik

berperan sebagai sarana protektif terhadap gangguan predator terutama

herbivora. Adanya kerusakan jaringan pada tanaman akibat hewan pemakan

tumbuhan akan menyebabkan pelepasan HCN yang mengganggu kelangsungan

hewan tersebut. Pada Trifolium repens, keberadaan glikosida sianogenik

berfungsi untuk melindungi kecambah yang masih muda agar tidak dimakan

siput dan keong (Azmi, H.U., 2009).

12

Page 13: jurnal srining fitokimia

Glikosida sianogenik terdistribusi pada lebih dari 100 famili tanaman

berbunga. Senyawa ini juga ditemukan pada beberapa spesies paku-pakuan,

fungi, dan bacteria.  Senyawa glikosida sianogenik yang paling terkenal

diantaranya adalah amigdalin dan Linamarin. Jenis spesies yang mengandung

senyawa glikosida sianogen tertentu dapat dilihat pada table 1.

Tabel 1. Jenis senyawa glikosida sianogenik dan tanamannya

JENIS SIANOGEN

GLIKOSIDA

SPESIES

NAMA UMUM NAMA LATIN

Amigdalin Almond Prunus amygdalus

Dhurrin Shorgum Shorgum album

Linamarin Singkong Manihot esculenta

Lotaustralin Singkong Manihot carthaginensis

Prunasin Stone fruits Prunus sp.

Taxyphyllin Bambu Bambusa vulgaris

Kadar glikosida sianogenik dalam tanaman berbeda-beda. Kandungan

total glikosida sianogenik pada tanaman ditentukan oleh umur dan varietas

tanaman (Azmi, H.U., 2009).

Glikosida sianogenik dapat terhidrolisis secara enzimatis menghasilkan

asam sianida (HCN), atau asam prusat yang sangat beracun. Hidrolisis ini

dilakukan oleh enzim Beta glikosidase, menghasilkan gula dan sianohidrin.

13

Page 14: jurnal srining fitokimia

Tahap berikutnya adalah degradasi sianohidrin menjadi HCN dan senyawa

keton atau aldehid(Azmi, H.U., 2009).

Tahap lain dari hidrolisis Glikosida sianogenik adalah melalui enzim

Hidroksinitril Liase yang tersebar luas pada berbagai tanaman. Pada tanaman

utuh, keberadaan enzim hidroksinitrilliase dengan Glikosida sianogen terpisah.

Namun, pada saat terjadi kerusakan jaringan tertentu pada bagian tanaman

tersebut, maka enzim ini akan langsung bertemu dengan senyawa glikosida

sianogen hingga pelepasan HCN dapat terjadi. Reaksi peruraian glikosida

sianogenik hingga dihasilkan asam sianida dapat dilihat pada gambar 3.

Glikosida sianogenik            Sianohidrin                   Keton/aldehid + Asam

sianida

Gambar 3. Peruraian glikosida sianogenik hingga dihasilkan HCN yang toksik

(Azmi, H.U., 2009).

Asam sianida (HCN) yang dilepaskan merupakan senyawa toksik

berspektrum luas pada setiap organisme. Hal ini disebabkan oleh

kemampuannya mengikat mineral-mineral seperti Fe2+, Mn2+dan Cu2+ yang

amat penting peranannya sebagai kofaktor untuk memgoptimalkan kerja

enzim, menghambat proses reduksi Oksigen rantai pernafasan tingkat sel oleh

sitokrom oksidase, transport electron pada proses fotosintesis, dan aktivitas

beberapa enzim semisal katalase, oksidase, dll (Azmi, H.U., 2009).

14

Page 15: jurnal srining fitokimia

Salah satu mekanisme toksisitas HCN yang paling umum adalah

berikatan dengan Ion besi. HCN setelah dilepas dengan cepat diabsorpsi dari

saluran gastrointestinal masuk ke dalam darah. Ion Cianida (CN- ) selanjutnya

berikatan dengan Fe heme dan bereaksi dengan ferric (oxidasi) dalam

mitokondria membentuk cytochrome oxidase di dalam mitokondria,

membentuk kompleks stabil dan menahan jalur respirasi. Akibatnya

hemoglobin tidak bisa melepas oxygen dalam sistem transport electron dan

terjadi kematian akibat hipoksia selular (sel-sel kekurangan oksigen) (Azmi,

H.U., 2009).

2.7 Glikosida Antrakuinon

Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar

seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang

berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbo-karbon. Untuk tujuan

identifikasi kuinon dapat dibagi atas empat kelompok yaitu : benzokuinon,

naftokuinon, antrakuinon dan kuinon isoprenoid. Tiga kelompok pertama

biasanya terhidroksilasi dan bersifat fenol serta mungkin terdapat dalam bentuk

gabungan dengan gula sebagai glikosida atau dalam bentuk kuinol (Harborne,

1987).

Golongan kuinon alam terbesar terdiri atas antrakuinon dan keluarga

tumbuhan yang kaya akan senyawa jenis ini adalah Rubiaceae, Rhamnaceae,

Polygonaceae (Robinson, 1995). Antrakuinon juga disebut 9,10-dioxo-dihydro-

anthracen dengan rumus C14H8O2 (Harborne, 1987).

15

Page 16: jurnal srining fitokimia

Antrakuinon terhidroksilasi tidak sering terdapat dalam tumbuhan

secara bebas tetapi sebagai glikosida. Semua antrakuinon berupa senyawa

kristal bertitik leleh tinggi, larut dalam pelarut organik basa. Senyawa ini biasa

berwarna merah, tetapi yang lainnya berwarna kuning sampai coklat, larut

dalam larutan basa dengan membentuk warna violet merah (Robinson, 1995).

Bentuk senyawa antrakuinon dalam tumbuhan masih rumit karena

prazat aslinya mudah terurai oleh enzim atau cara ekstraksi yang tidak sesuai,

sehingga laporan mengenai adanya antrakuinon bebas harus dipertimbangkan

dengan hati-hati. Banyak antrakuinon yang terdapat sebagai glikosida dengan

bagian gula terikat dengan salah satu gugus hidroksil fenolik (Robinson, 1995).

Pada saat mengidentifikasi pigmen dari tumbuhan baru, harus diingat

bahwa hanya sedikit saja antrakuinon yang terdapat secara teratur dalam

tumbuhan. Yang paling sering dijumpai ialah emodin, sekurang-kurangnya

terdapat dalam enam suku tumbuhan tinggi dan dalam sejumlah fungus

(Harborne, 1987).

2.7.1 Rumus Kimia

16

Page 17: jurnal srining fitokimia

Sama halnya dengan sifat glikosida lainnya, glikosida antrakuinon juga

mudah terhidrolisis. Bentuk uraiannya adalah aglikon dihidroksi antrakuinon,

trihidroksi antrakuinon, atau tetrahidroksi antrakuinon.

2.7.2 Aktivitas Biologi

Senyawa antrakuinon mempunyai beberapa macam fungsi yaitu

antiseptik, antibakteri/antijamur, antikanker, pencahar (Anonim, 2004).

2.8 Saponin

Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat, dapat

menimbulkan busa jika dikocok dalam air, dan pada konsentrasi rendah sering

menyebabkan hemolisis sel darah merah (Robinson, 1995).

Berdasarkan bagian aglikonnya, dikenal dua jenis saponin, yaitu

saponin steroida dan saponin triterpenoida (Robinson, 1995).

2.8.1 Struktur Kimia

17

Page 18: jurnal srining fitokimia

2.8.2 Aktivitas Biologi

Aktivitas Antifungi. Saponin mempunyai tingkat toksisitas yang tinggi

melawan fungi. Aktivitas fungisida terhadap Trichoderma viride telah

digunakan sebagai metode untuk mengindtifikasikan saponin. Mekanisme kerja

saponin sebagai antifungi berhubungan dengan interaksi saponin dengan sterol

membran. Aktivitas Antivirus. Bebarapa saponin dan sapogenin menunjukan

kemampuan menonaktifkan virus. Sapogenin triterpenoid asam oleanolic

menghambat penggandaan virus HIV-1 dengan menghambat avtivitas protase

HIV-1. Antioksidan. Reaksi oksidasi memberikan pengaruh biologi yang

merugikan. Kelompok saponin yang dihasilkan legum, terutama kelompok B

soyasaponin, mengandung gugus antioksidan yang melekat pada atom C23.

Residu gula khas ini memmungkinkan saponin untuk mengacaukan

superoksida melalui pembentukan intermediate hidroperoksida, sehingga

mencegah kerusakan biomolekul oleh radikal bebas (Kirk, 1983).

Pengaruh Terhadap Fungsi Sistem Syaraf. Ekstrak ginseng

menunjukkan pengaruh neurotrophic dan neuoprotective. Ginseng mampu

meningkatakan kemampuan belajar dan fungsi kognitif pada tikus yang

mengalami kerusakan otak dan meningkatkan penampilan tikus normal.

Pengaruh ini dilakukan melalui penstabilan membran seperti pengambatan

saluran Na+ dan Ca+ (Kirk, 1983).

2.9 Tanin

Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman , seperti

daun, buah yang belum matang , batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum

18

Page 19: jurnal srining fitokimia

matang ,tanin digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme dalam

bentuk oksidasi tannin.Tanin yang dikatakan sebagai sumber asam pada buah.

Tanin merupakan senyawa phenolic yang mengandung protein. Tanin terdiri

atas bermacam-macam kelompok oligomer dan polimer. Oleh karena itu ada

beberapa kesimpangsiuran tentang terminologi yang digunakan untuk

mengidentifikasi ataupun mengelompokkan senyawa tanin. Salah satu definisi

yang paling baik yang diberikan oleh Horvath (1981), tanin adalah suatu

senyawa phenolic dengan berat molekul cukup tinggi yang mengandung

hidroksil dan kelompok lain yang cocok (seperti karboksil) untuk membentuk

komplek yang efektif dengan protein dan makro molekul yang lain di bawah

kondisi lingkungan tertentu yang dipelajari. Tanin merupakan bentuk komplek

dari protein, pati, selulosa dan mineral. Tanin mempunyai struktur dengan

formula empiris C76H52O46 (Robinson, 1995).

Sifat-sifat Tanin :

1. Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan sepat .

2. Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.

3. Tidak dapat mengkristal.

4. Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.

5. Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein

tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.

Sifat kimia Tanin :

1. Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang sukar

dipisahkan sehingga sukar mengkristal.

19

Page 20: jurnal srining fitokimia

2. Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi.

3. Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan

pemberi warna.

Klasifikasi Tanin : Berdasarkan warna dari garam ferri (FeCl3) , Tanin

digolongkan atas 2 :

1. Katekol : berwarna hijau dengan 2 gugud fenol. Ex : Pirokatekol dan

Flobatanin Dengan sifat-sifat:

Bila dipanaskan menghasilkan katekol

Bila didihkan dengan HCl menghasilkan flobapin dapat digunakan sebagai

penyimak warna merah.

+ FeCl3 berwarna hijau.

+ larutan Br mengendap

Contoh Katekol :

- Asam kirotamat yang terdapat pada kina

- Asam katekotanat pada tanaman Katechu (gambir)

2. Pirogalatanin atau pirogalol: menghasilkan warna biru dengan FeCl3 dengan

3 gugus fenol. Sifat-sifatnya :

- Bila dipanaskan terurai menjadi pirogalol

- Bila didihkan dengan HCl menghasilkan Asam gallat dan Asam ellag.

- Ditambahkan FeCl3 berwarna biru.

- Ditambahkan brom tidak terjadi endapan.

Contoh :

- Gallotanin yang terdapat pada tanaman Nut gall (gallae)

20

Page 21: jurnal srining fitokimia

- Ellagitanin terdapat pada kulit delima (Granati cortex)

2.9.1 Struktur kimia

2.9.2 Aktivitas Biologi

Kegunaan Tanin :

1. Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian

tertentu pada tanaman, misalnya buah yang belum matang, pada saat matang

taninya hilang.

2. Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan fungi.

3. Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman.

4. Efek terapinya sebagai adstrigensia pada jaringan hidup misalnya pada

gastrointestinal dan pada kulit.

5. Efek terapi yang lain sebagai anti septic pada jaringan luka, misalnya luka

bakar, dengan cara mengendapkan protein.

6. Sebagai pengawet dan penyamak kulit.

7. Reagensia di Laboratorium untuk deteksi gelatin, protein dan alkaloid.

21

Page 22: jurnal srining fitokimia

8. Sebagai antidotum (keracunan alkaloid) dengan cara mengeluarkan asam

tamak yang tidak larut.

2.10 Flavonoida

Flavonoid adalah derivat benzo-gamma-piron yang mengandung gugus

hidroksil pada molekulnya dan merupakan pigmen kuning yang terdapat dalam

tumbuhan tinggi. Flavonoida banyak terdapat dalam famili Polygonaceae,

Rutaceae, Leguminosae (sub famili Papilionoideae), Umbiferae, dan

Compositae. Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan seperti buah,

tepung sari, akar, batang dan daun. Flavonoid terdapat dalam bentuk bebas

maupun terikat sebagai glikosida. Glikosidanya larut dalam air dan etanol tapi

tidak larut dalam pelarut organik, sedangkan geninnya (aglikon) tidak larut

dalam air tetapi larut dalam pelarut- pelarut organik misalnya eter, etil asetat,

aseton dan lainnya (Robinson, 1995).

Klasifikasi flavonoid dalam tumbuhan berdasarkan sifat kelarutannya

dan reaksi-reaksi warnanya, kemudian dilanjutkan dengan kromatografi kertas

satu dimensi dari ekstrak terhidrolisis dan dua dimensi dari ekstrak alkohol

langsung. Kerangka dan skema pemberian nomor dan tipe-tipe flavonoid

adalah sebagai berikut :

2.10.1 Struktur Kimia

22

Page 23: jurnal srining fitokimia

2.10.2 Aktivitas Biologi

Flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan sehingga

sangat baik untuk pencegahan kanker. Manfaat flavonoid antara lain adalah

untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, anti-

inflamasi, mencegah keropos tulang, dan sebagai antibiotik. Kuersetin

(Quercetin) adalah salah satu zat aktif kelas flavonoid yang secara biologis

amat kuat. Bila vitamin C mempunyai aktivitas antioksidan 1, maka kuersetin

memiliki aktivitas antioksidan 4,7. Kuersetin termasuk ke dalam kelompok

flavonol. Kuersetin dipercaya dapat melindungi tubuh dari beberapa jenis

penyakit degenerative dengan cara mencegah terjadinya proses peroksidasi

lemak. Kuersetin memperlihatkan kemampuan mencegah proses oksidasi dari

Low Density Lipoprotein (LDL) dengan cara menangkap radikal bebas dan

mengkhelat ion logam transisi.

2.11 Triterpen/steroid

Triterpenoida adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari

enam satuan isopren dan secara biosintesis dibuat dari senyawa hidrokarbon

C30 asiklik, yaitu skualena (Harborne, 1987).

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari

enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30

asiklik, yaitu skualena, senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik

leleh tinggi dan bersifat optis aktif (Harborne,1987).

23

Page 24: jurnal srining fitokimia

Menurut Harborne (1987) senyawa triterpenoid dapat dibagi menjadi

empat golongan,yaitu: triterpen sebenarnya, saponin, steroid, dan glikosida

jantung.

Streoida merupakan triterpena yang mempunyai inti siklopentano

perhidrofenantren (Harborne, 1987). Inti steroida dasar sama dengan inti

kolesterol, tetapi pada posisi 10 dan 13 terdapat gugus metil yang terikat pada

sistem cincin. Pada umumnya steroida tumbuhan berupa alkohol dengan gugus

hidroksil pada C3 sehingga steroida sering juga disebut sterol. Sistem

penomoran senyawa steroida adalah sebagai berikut (Robinson, 1995).

2.11.1 Struktur Kimia

Menurut asalnya senyawa steroid dibagi atas:

1. Zoosterol, yaitu steroid yang berasal dari hewan misalnya kolesterol.

2. Fitosterol, yaitu steroid yang berasal dari tumbuhan misalnya sitosterol dan

stigmasterol

3. Mycosterol, yaitu steroid yang berasal dari fungi misalnya ergosterol

4. Marinesterol, yaitu steroid yang berasal dari organisme laut misalnya

spongesterol.

24

Page 25: jurnal srining fitokimia

Berdasarkan jumlah atom karbonnya, steroid terbagi atas:

1. Steroid dengan jumlah atom karbon 27, misalnya zimasterol

2. Steroid dengan jumlah atom karbon 28, misalnya ergosterol

3. Steroida dengan jumlah atom karbon 29, misalnya stigmasterol

2.11.2 Aktivitas Biologi

Beberapa macam aktivitas fisiologi dari triterpenoid yang merupakan

komponen aktif dari tumbuhan telah digunakan sebagai tumbuhan obat untk

penyakit diabetes, gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit,

kerusakan hati dan malaria. Digunakan dalam insektisida dan penolak

serangga. Citral digunakan sebagai bahan pembasmi nyamuk dan zat awal dalam

sintesis vitamin A. Taxol dan cucurbitasin adalah senyawa antitumor. Artenisin

memiliki aktivitas kuat sebagai antimalaria. Turunan panaxidol dan panaxtriols

sebagai imunostimulan.

25

Page 26: jurnal srining fitokimia

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat

Erlenmeyer, gelas ukur, cawan penguap, corong pisah, statif dan klem,

beaker glass, batang pengaduk, lumpang dan alu, sudip, plastik dan karet,

spatula, kertas saring, cutter, tabung reaksi, pipet tetes.

3.2 Bahan

HCl 2 N, Pereaksi Dragendorff, Pereaksi Meyer, Pereaksi Bouchardat,

NH4OH(p), n-heksan, Kloroform, Etanol 95%, Isopropanol, Na2SO4

anhidrat, Pb asetat 0,4M, Metanol, H2SO4(p), Asam asetat anhidrat,Fehling

A & Fehling B, Air, Larutan Asam pikrat, Larutan FeCl3, Benzen, NaOH

2N, air panas, Etil asetat, Serbuk Zn, HCl(p), Serbuk Mg.

3.3 Sampel

Patikan Kebo (Euphorbia hirta), Ubi Racun (Manihot esculenta), Lidah

Buaya (Aloe vera).

3.4 Posedur Percobaan

3.4.1 Skrining Fitokimia Golongan Alkaloid

Prosedur :

Ditimbang 500 mg serbuk simplisia atau tumbuhan segar, ditambahkan 1

ml asam klorida 2 N dan 9 ml air, kemudian dipanaskan di atas penangas

air selama 2 menit, kemudian didinginkan dan disaring. Filtrat

dipindahkan masing-masing 3 tetes ke dalam spot plat atau tabung reaksi,

26

Page 27: jurnal srining fitokimia

kemudian ditambahkan ke masing-masing spot plat atau tabung reaksi 2

tetes larutan pereaksi (LP) Meyer, Bouchardat, Dragendorff.

Jika terdapat alkaloid maka dengan LP meyer terbentuk endapan/adanya

gumpalan putih/putih kekuningan, dengan LP Bouchardat terbentuk

endapan berwarna coklat, coklat kemerahan sampai coklat kehitaman,

dengan LP Dragendorff tebentuk endapan kuning jingga. Serbuk atau

tumbuhan segar dikatakan mengandung alkaloid apabila 2 dari 3 reaksi

diatas memberikan reaksi positif.

Lanjutkan percobaan dengan mengocok sisa filtrat dengan 2 ml ammonia

pekat dan 10 ml campuran eter-kloroform (3:1), diambil dase organik,

ditambahkan natrium sulfat anhidrat, kemudian disaring. Diuapkan filtat

diatas penangas air, dilarutkan sisa dengan sedikit asam klorida 2 N.

dilakukan percobaan dengan menambahkan ketiga larutan pereaksi

(Meyer, Dragendorff dan Bouchardat). Serbuk atau tumbuhan segar

dikatakan mengandung alkaloid apabila 2 dari 3 reaksi diatas memberikan

reaksi positif.

3.4.2 Skrining Fitokimia Golongan Glikosida

Prosedur :

Ditimbang 3 gram serbuk simplisia atau bahan tumbuhan segar, kemudian

dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, ditambahkan 30 ml campuran

etanol 96 % - air (7:3), ditambahkan asam sulfat pekat hingga diperoleh

pH larutan 2, kemudian direfluks dengan memakai pendingin bola selama

10 menit, kemudian didinginkan lalu disaring.

27

Page 28: jurnal srining fitokimia

Diambil 20 ml filtrat kemudian ditambahkan 25 ml air dan 25 timbal (II)

asetat 0,4 M, kemudian dikocok lalu didiamkan selama 5 menit, kemudian

disaring. Filtrat diekstraksi 3 kali, masing-masing dengan 20 ml campuran

pelarut kloroform-isopronapol (3:2) kemudian akan diperoleh 2 lapisan,

kumpulkan masing-masing sari (sari air dan sari pelarut organik). Pada

kumpulan sari pelarut organik ditambahkan natrium sulfat anhidrat,

kemudian disaring, lalu filtrat diuapkan pada suhu tidak lebih dari 50˚C.

Sisa penguapan dilarutkan dengan 2 ml methanol.

3.4.2.1 Uji terhadap Senyawa Gula

Dimasukkan sari air ke dalam tabung reaksi, kemudian diuapkan diatas

penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes LP Molish.

Ditambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat pekat, maka akan terbentuk cincin

berwarna ungu pada batas cairan, reaksi ini menunjukkan adanya ikatan

gula.

3.4.2.2 Uji Terhadap Senyawa Non Gula

Diuapkan sari pelarut organik diatas penangas air, kemudian dilarutkan

sisa penguapan dengan 5 tetes asam asetat anhidrat, kemudian

ditambahkan 10 tetes asam sulfat pekat, maka terjadi warna biru, hijau,

merah ungu dan ungu (peraksi Liebermann-Bouchard).

3.4.3 Skrining Fitokimia Golongan Senyawa Glikosida Sianogenik

Prosedur :

Timbang 10 gr bahan, dihaluskan dalam lumping dan dilembapkan dengan

sedikit air (air jangan berlebihan), dimasukkan kedalam Erlenmeyer.

28

Page 29: jurnal srining fitokimia

Kertas saring yang telah dibasahi dengan larutan asam pikrat diselipkan

dengan bantuan gabus pada mulut Erlenmeyer. Kemudian dibiarkan

terkena sinar matahari (diletakkan dekat jendela). Timbulnya warna merah

pada kertas saring menunjukkan adanya glikosida sianogenik.

Catatan : uji ini didasarkan pada pelepasan gas HCN dari glikosida

sianogenik jika terjadi hidrolisis.

3.4.4 Skrining Fitokimia Golongan Senyawa Glikosida Antrakuinon

Prosedur :.

Sebanyak 200 mg bahan ditambahkan 2 ml larutan FeCl3 dan 8 ml air serta

5 ml HCl pekat, dididihkan 5 menit, didinginkan. Ditambahkan 5 ml

benzen, dikocok, dibiarkan lapisan benzen memisah, dicuci 2 kali dengan

masing-masing 2 ml air sampai lapisan benzen tidak berwarna dan lapisan

air berwarna merah menunjukkan adanya antrakuinon.

3.4.5 Skrining Fitokimia Golongan Senyawa Kimia Saponin

Prosedur :

Ditimbang 0,5 g bahan tumbuhan, dihaluskan, dimasukkan ke dalam

tabung reaksi. Ditambahkan 10 ml air panas, dinginkan dan kemudian

dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Hasil positif menunjukkan buih yang

mantap selama tidak kurang 10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm

kemudian pada penambahan 1 tetes HCl 2 N, buih/busa tidak hilang.

3.4.6 Skrining Fitokimia Golongan Senyawa Kimia Tanin

Prosedur:

29

Page 30: jurnal srining fitokimia

Ditimbang 0,5 g bahan tumbuhan. Disari / dimaserasi dengan akuades 10

ml selama 15 menit. Kemudian disaring, filtrat diencerkan dengan akuades

sampai hampir tidak berwarna. Diambil 2 ml filtrat, ditambahkan 2 tetes

larutan FeCl3 10%. Diperhatikan warna yang terjadi, warna biru atau hijau

menunjukkan adanya tanin. Warna biru menunjukkan adanya 3 buah

gugus hidroksil pada inti aromatis tanin sedangkan warna hijau

menunjukkan adanya 2 buah gugus hidroksil pada inti aromatis tanin.

3.4.7 Skrining Fitokimia Golongan Senyawa Kimia Flavonoida

Prosedur:

Pembuatan Larutan Percobaan

Ditimbang 0,5 g bahan tumbuhan yang telah dihaluskan, ditambahkan 10

ml metanol, direfluks dengan menggunakan pendingin balik selama 10

menit. Disaring panas melalui kertas saring berlipat, diencerkan filtrat

dengan 10 ml akuades. Setelah dingin ditambahkan 5 ml eter-minyak

tanah, dikocok hati-hati kemudian didiamkan. Diambil lapisan metanol,

diuapkan pada suhu 40oC dibawah tekanan. Kemudian sisa dilarutkan

dalam 5 ml etil asetat.

Percobaan pada larutan percobaan:

a. Diuapkan hingga kering 1 ml larutan percobaan, kemudian sisa

dilarutkan dalam 2 ml etanol 96%. Ditambahkan 0,5 g serbuk seng dan

2 ml asam klorida 2 N, didiamkan selama 1 menit. Ditambahkan 10

tetes asam klorida pekat. Jika dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi

30

Page 31: jurnal srining fitokimia

warna merah intensif, menunjukkan adanya flavonoid (glikosida-3-

flavonol).

b. Diuapkan hingga kering 1 ml larutan percobaan, kemudian sisa

dilarutkan dalam 2 ml etanol 96%. Ditambahkan 0,1 g serbuk

magnesium dan 10 ml asam klorida pekat. Jika terjadi warna kuning

jingga, menunjukkan adanya flavon dan kalkon.

3.4.8 Skrining Fitokimia Golongan Senyawa Kimia Triterpen/Steroid

Prosedur:

Ditimbang 1 g bahan tumbuhan, ditambahkan eter atau n-heksan, lalu

didiamkan selama 2 jam, disaring. Filtrat diuapkan di dalam cawan

penguap. Pada sisanya ditambahkan asam asetat anhidrat, kemudian

ditetesi dengan asam sulfat pekat (pereaksi Liebermann-Burchart).

Timbulnya warna ungu dan merah dan/atau berubah menjadi hijau biru

menunjukkan adanya triterper/steroid.

31

Page 32: jurnal srining fitokimia

3.5 Flowsheet

3.5.1 Skrining Fitokimia Golongan Alkaloid

32

Filtrat

1 gram sampel

ditambahkan 10 ml HCl 0,2 N

dipanaskan selama 10 menit pada suhu 100oC

didinginkan

disaring

Residu

8 ml filtrat

ditambahakan 2 ml larutan amonia pekat

dikocok dengan campuran 20 ml eter-kloroform (3:1)

dibiarkan hingga kedua lapisan memisah

0,5 ml filtrat 0,5 ml filtrat

ditambahkan 2 tetes pereaksi meyer

ditambahkan 2 tetes larutan iodium

Endapan ( alkaloid)

Keruh ( alkaloid)

Lapisan bawah

(eter-kloroform)

diuapkan

Residu

ditambahkan 2 tetes HCl 2N

ditambahkan 2 tetes reagen Meyer/Bouchardat

Lapisan atas

(Air)

Endapan/kekeruhan

( alkaloid)

Page 33: jurnal srining fitokimia

3.5.2 Skrining Fitokimia Golongan Glikosida

A. Larutan Percobaan

33

3 gram serbuk simplisia

ditambahkan 30 ml campuran etanol 95% dengan air (7:3) di dalam alat pendingin alir balik

ditambah H2SO4 hingga pH larutan = 2

direfluks selama 10 menit

didinginkan

disaring

Filtrat Residu

ditambahkan 25 ml air dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M

dikocok, diamkan selama 5 menit

disaring

Filtrat Residu

Filtrat Residu

disari dengan 20 ml campuran kloroform-isopropanol (3:2) sebanyak 3 kali

ditambahkan Na2SO4 anhidrat

disaring

diuapkan pada suhu tidak lebih dari 50oC

dilarutkan sisanya dalam 2 ml metanol

Larutan percobaan

Page 34: jurnal srining fitokimia

B. Percobaan Umum Terhadap Glikosida

a. Reaksi Libermann-Burchard

b. Reaksi Molish

34

0,1 ml larutan percobaan

diuapkan di atas penangas air

dilarutkan dalam 5 ml asam asetat anhidrat

ditambahkan 10 tetes H2SO4 (p)

Warna biru/hijau

( Glikosida)

Sisa

0,1 ml larutan percobaan

diuapkan di atas penangas air

ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes Molish

ditambahkan 2 ml H2SO4(p) dengan hati-hati

Terbentuk cincin warna ungu

( ikatan gula)

Sisa

Page 35: jurnal srining fitokimia

c. Percobaan Terhadap Gula Pereduksi

3.5.3 Skrining Fitokimia Golongan Senyawa Glikosida Sianogenik

35

Sampel

disari dengan cara merebus di dalam air

didinginkan

disaring

Filtrat Residu

ditambahkan larutan Fehling A dan Fehling B sama banyak

dipanaskan

Endapan merah bata

( gula pereduksi)

Sampel

dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer

dilembabkan dengan air

diselipkan kertas saring yang telah dibasahi dengan larutan natrium pikrat dengan bantuan gabus pada mulut labu erlenmeyer

dibiarkan terkena sinar matahari

Warna merah pada kertas saring

( cyanogenik glikosida )

Page 36: jurnal srining fitokimia

3.5.4 Skrining Fitokimia Golongan Senyawa Glikosida Antrakuinon

36

200 mg Sampel

ditambahkan 2 ml larutan FeCl3

ditambahkan 8 ml air

ditambahkan 5 ml HCl pekat

didihkan selama 5 menit

didinginkan

ditambahkan 5 ml benzene

dikocok

dibiarkan hingga lapisan benzene memisah

dicuci 2 kali dengan masing-masing 2 ml air

Lapisan benzene berwarna kuning

ditambahkan 2 ml NaOH 2N

dikocok

Lapisan benzene tidak berwarna

( antrakuinon)

Lapisan air berwarna merah

( antrakuinon)

Page 37: jurnal srining fitokimia

3.5.5 Skrining Fitokimia Golongan Senyawa Saponin

3.5.6 Skrining Fitokimia Golongan Senyawa Tanin

37

0,5 g sampel yang dihaluskan

Terbentuk buih mantap selama ≥ 10menit

dimasukkan ke dalam tabung reaksi

ditambahkan 10 ml air panas

didinginkan

dikocok kuat-kuat selama 10 detik

Buih tidak hilang

ditambah 1 tetes HCl 2 N

Sampel

disari dengan 10 ml air

disaring

Filtrat Residu

diencerkan hingga tidak berwarna

ditambahkan 1-2 tetes larutan FeCl3 10%

Warna biru

( 3 gugus hidroksil pada inti aromatis tanin)

Warna hijau

( 2 gugus hidroksil pada inti aromatis)

Page 38: jurnal srining fitokimia

3.5.7 Skrining Fitokimia Golongan Senyawa Flavonoida

A. Larutan percobaan

38

0,5 g Sampel

ditambahkan dengan 10 ml metanol

direfluks dengan menggunakan alat pendingin balik selama 10 menit

disaring dengan kertas saring kecil berlipat

Filtrat Residu

diencerkan dengan 10 ml air

didinginkan

ditambahkan 5 ml eter-minyak tanah

dikocok dengan hati-hati

didiamkan

diambil lapisan metanol

diuapkan pada suhu 40oC di bawah tekanan

dilarutkan dalam 5 ml etil asetat

disaring

Larutan percobaan Residu

Page 39: jurnal srining fitokimia

B. Cara percobaan

a.

b.

39

1 ml larutan percobaan

diuapkan hingga kering

dilarutkan dalam 1 -2 ml etanol 95%

ditambahkan 0,5 g serbuk Zn

ditambahkan 2 ml HCl 2 N

didiamkan selama 1 menit

ditambahkan 10 ml HCl (p)

didiamkan selama 2-5 menit

Warna merah intensif

( Flavonoida, glikosida 3-flavonol)

1 ml larutan percobaan

diuapkan hingga kering

dilarutkan dalam 1 ml etanol 95%

ditambahkan 0,1 g serbuk Mg

ditambahkan 10 ml HCl (p)

Merah-jingga sampai merah-ungu

( flavonoida)

Kuning-jingga

( flavon, kalkon)

Page 40: jurnal srining fitokimia

3.5.8 Skrining Fitokimia Golongan Senyawa Triterpen / Steroid

40

1 gram serbuk

dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam

disaring

Filtrat Residu

diuapkan di dalam cawan penguap

Sisa

ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat

ditambahkan 1 tetes H2SO4 (p)

Warna merah-ungu/hijau

( steroid/triterpen)

Page 41: jurnal srining fitokimia

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

1. Sampel dari tumbuhan Patikan Kebo ( Euphorbia hirta )

No Golongan

senyawa kimia

Pereaksi Hasil Kesimpulan

1 Alkaloida Bouchardat

Meyer

Dragendorf

Keruh

Keruh

Keruh

+

+

+

2 Glikosida Air + Molisch + H2SO4

(p)

Asam asetat anhidrida

+ H2SO4 (p)

tidak terbentuk cincin

ungu

tidak terjadi warna

_

_

3 Saponin Aquadest + HCl 2N Terdapat buih yang

stabil selama 10 menit

setelah ditambah HCl

+

4 Tanin FeCl3 10% Warna hijau +

5 Flavonoida Etanol 96% + serbuk

Zn + HCl 2N + HCl (p)

Etanol 96% + serbuk

Mg + HCl (p)

Warna kuning

Warna kuning

+

+

6 Triterpenoida Asam asetat anhidrat +

H2SO4 (p)

Warna merah dan

ungu

+

41

Page 42: jurnal srining fitokimia

2. Sampel dari tumbuhan Ubi Racun ( Manihot Esculenta )

No Golongan

senyawa kimia

Pereaksi Hasil Kesimpulan

1 Glikosida

Sianogenik

Asam pikrat + NaOH Terdapat warna merah

pada kertas saring +

3. Sampel dari tumbuhan Lidah Buaya ( Aloe vera )

No Golongan

senyawa kimia

Pereaksi Hasil Kesimpulan

1 Glikosida

Antrakuinon

FeCl3 + HCl (p) +

NaOH 2N

Lapisan air berwarna

merah muda +

4.2 Pembahasan

Hasil penapisan fitokimia dari daun Euphorbia hirta menunjukkan

adanya golongan senyawa alkaloida, flavonida, saponin, tanin dan

steroida/ triterpenoida. Menurut Kusuma dan Zaky (2005), dikatakan

bahwa patikan kebo mengandung beberapa unsur kimia, diantaranya

alkaloid, tanin, senyawa polifenol, flavonoid, asam organik palmitat oleat,

asam lanolat, terpenoid, eufosterol, tarakserol, tarakseron, myricil alkohol,

taraxerol, friedlin, betha amyin, beta sitosterol, beta eufol, euforbol,

triterpenoid eufol, tirukalol, eufostrerol, hentriacontane, dan pada bunga

terdapat elagic acid.

42

Page 43: jurnal srining fitokimia

Patikan kebo mengandung tanin, saponin, alkaloida, zat lilin, zat samak,

senyawa polifenol (seperti asam galat), flavonoid, quercitrin,

santhorhamnin, asam palmitat, asam oleat dan asam lanolat. Selain itu,

terdapat pula kandungan kautshuk, tarakserol, tarakseron, dan terpenoid

eufosterol (Asiamaya, 2008).

Hasil penapisan fitokimia dari Manihot esculenta mengandung senyawa

sianogenik yang dikenal dengan linamarin (93%) dan lotaustralin (7%)

(Okigbo, 1980).

Hasil penapisan fitokimia dari sampel Aloe vera menunjukkan adanya

senyawa antrakinon.Menurut Furnawanthi (2003), lidah buaya

mengandung lignin, saponin, asam salisilat (komponen seperti aspirin),

hormone (auxin dan giberelin), antrakuinon ( aloe emodin, asam aloetic,

alion, anthracine, antranol, barbaloin, asam chrysophanat, emodin, minyak

ethereal, ester asam sinamat, isobarbaloin, resistanol ), mineral ( Ca, K, Na,

Mg, Mn, Zn, Cu, Fe, dan Cr), vitamin ( A, B1, B2, B6, cholin, asam folat,

C, dan E), sterol ( kolesterol, campesterol, lupeol, dan β – sitosol ), gula

(monosakarida : glukosa, fruktosa ; polisakarida : glukomanan /

polymannose ) , enzim ( alliase, alkaline phosphatase, amylase,

carboxypeptidase, catalase, cellulase, lipase, peroxidase ), asam amino ( 20

dari 22 asam amino yang dibutuhkan manusia dan 7 dari 8 asam amino

esensial).

43

Page 44: jurnal srining fitokimia

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa:

1. Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia Euphorbia hirta sesuai

dengan literatur percobaan sebelumnya yang melakukan skrining

terhadap tumbuhan ini. Hasil penapisan fitokimia sampel menunjukkan

adanya golongan senyawa alkaloida, flavonida, saponin, tanin, dan

terpenoida

2. Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia Manihot esculenta sesuai

dengan literatur percobaan sebelumnya yang melakukan skrining

terhadap tumbuhan ini. Hasil penapisan fitokimia sampel menunjukkan

adanya golongan senyawa glikosida sianogenik.

3. Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia Aloe vera sesuai dengan

literatur percobaan sebelumnya yang melakukan skrining terhadap

tumbuhan ini. Hasil penapisan fitokimia sampel menunjukkan adanya

golongan senyawa antrakinon.

5.2 Saran

1. Diharapkan untuk percobaan selanjutnya dilakukan skrining terhadap

tumbuhan dengan satu jenis tumbuhan untuk satu golongan senyawa

metabolit sekunder.

44

Page 45: jurnal srining fitokimia

2. Diharapkan untuk percobaan selanjutnya semua prosedur pengujian

skrining tumbuhan dapat dilakukan.

45

Page 46: jurnal srining fitokimia

DAFTAR PUSTAKA

Ahira, A., (2007). Manfaat Manihot esculenta. http://www.anneahira.com.

Diakses tanggal 24 mei 2012.

Anonim, (2004). Glikosida Antrakuinon.

http://www.artikelkimia.info/glikosida-antrakuinon-

45481420092011. Diakses tanggal 24 Mei 2012.

Asiamaya. (2008). Patikan Kerbau (Euphorbia hirta Linn.)

http://www.asiamaya.com/jamu/isi/patikankerbau_euphorbiahirta.htm.

Diakses tanggal 24 Mei 2012

Azmi, H.U., (2009). Glikosida Sianogenik. http://hifdziua.wordpress.com.

Diakses tanggal 24 Mei 2012.

Dalimartha,S., (2008). Atlas Tumbuhan Obat Indonsia. Jilid 5. Jakarta :

Pustaka Bunda. Hal. 136-137.

Djing, O.G., (2009). Terapi Mata. Jakarta: Penebar Plus. Hal. 16.

Furnawanthi, I., (2010). Khasiat dan Manfaa Lidah Buaya – Si Tanaman Ajaib.

Jakarta : Agromedia. Hal. 7-8.

Hadiati, dkk. (2004). Kamus Sain. Jakarta: Balai Pustaka.Hal. 146.

Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia : Penuntun Modern Menganalisa

Tumbuhan. Edisi Kedua. Penerjemah : Kosasih Padmawinata dan

Iwang Soediro. Bandung : Penerbit ITB.

Kirk, R.E. and Othmer, D. F. (1983). Encyclopedia of Chemical Technology.

Volume 3. New York : Interscience Publisher Inc.

46

Page 47: jurnal srining fitokimia

Okigbo, Bede. (1980). Nutritional implications of projects giving high priority

to the production of staples of low nutritive quality. The case of cassava

in the humid tropics of West Africa. Food and Nutrition Bulletin, 2(4).

United Nations University, Tokyo.

Rahardjo, R., (2004). Kumpulan Kuliah Farmakologi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit

buku kedokteran ECG. Hal. 238-239.

Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung :

Penerbit ITB.

Rostita, (2008). Sehat, Cantik, dan Penuh Vitalitas Berkat Lidah Buaya.

Bandung : Penerbit Qanita PT Mizan Pustaka. Hal. 17, 19.

Rukmana, H.R., (2007). Ubi, Budidaya, dan Pascapanen. Yogyakarta :

Penerbit Kanisius. Hal. 19-20.

Sumardjo, D., (2006). Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Kedokteran.

Jakarta: Penerbit buku kedokteran ECG. Hal. 385-386,438-439.

Wijayakusuma, H. M. H., (2008). Bebas Diabetes Melitus ala Hembing.

Jakarta : Puspa Swara. Hal. 62.

47

Page 48: jurnal srining fitokimia

LAMPIRAN GAMBAR

Uji Alkaloid Uji Glikosida

Uji Glikosida Sianogenik Uji Glikosida Antrakuinon

Uji Flavonoida Uji Triterpenoida

48