jurnal ica fix 2

23
1 Gambaran Pasien Asma Berbagai Derajat Dewasa Dengan Faktor Pencetus Serangan Asma Di Rumah Sakit Islam Jakarta (Rsij) Sukapura Periode 18 Maret 2013 - 27 September 2014 Risa Maulida Widjaya*, Muhammad Fachri** Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. ABSTRAK Asma merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menimbulkan banyak angka kesakitan, secara keseluruhan prevalensi asma di dunia meningkat diperkirakan ada sekitar 10% pasien asma. Di Indonesia asma merupakan 10 besar penyebab kesakitan dan kematian. Asma terbagi menjadi beberapa derajat berdasarkan gejala, tingkat kekambuhan dan hasil spirometri. Asma dapat dihindari dengan cara meminimalkan pajanan faktor pencetusnya dimana setiap individu memiliki faktor pencetus yang berbeda - beda seperti alergen hirup, pajanan lingkungan kerja, polutan dan iritan, merokok dan kebiasaan merokok, refluks gastroesofagus dan infeksi saluran napas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pasien asma dewasa berbagai derajat dengan faktor pencetus serangan asma di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Sukapura. Ini merupakan studi penelitian dengan desain cross sectional analisis data bersifat univariant sehingga hanya mengambarkan karakteristik data dan pengolahan data menggunakan software SPSS 20. Sampel dalam penelitian ini adalah 47 pasien yang didiagnosis asma stabil di RSIJ Sukapura periode 18 Maret 2013 – 27 September 2014. Hasil menunjukan dari 47 subjek penelitian terbanyak berusia

Upload: risa-maulida-widjaya

Post on 12-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

fadDGFgggagtrhet

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Ica Fix 2

1

Gambaran Pasien Asma Berbagai Derajat Dewasa Dengan Faktor Pencetus Serangan Asma Di Rumah Sakit Islam Jakarta (Rsij) Sukapura Periode 18 Maret 2013 - 27

September 2014

Risa Maulida Widjaya*, Muhammad Fachri** Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta.

ABSTRAK

Asma merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menimbulkan banyak angka

kesakitan, secara keseluruhan prevalensi asma di dunia meningkat diperkirakan ada sekitar

10% pasien asma. Di Indonesia asma merupakan 10 besar penyebab kesakitan dan kematian.

Asma terbagi menjadi beberapa derajat berdasarkan gejala, tingkat kekambuhan dan hasil

spirometri. Asma dapat dihindari dengan cara meminimalkan pajanan faktor pencetusnya

dimana setiap individu memiliki faktor pencetus yang berbeda - beda seperti alergen hirup,

pajanan lingkungan kerja, polutan dan iritan, merokok dan kebiasaan merokok, refluks

gastroesofagus dan infeksi saluran napas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

gambaran pasien asma dewasa berbagai derajat dengan faktor pencetus serangan asma di

Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Sukapura. Ini merupakan studi penelitian dengan desain

cross sectional analisis data bersifat univariant sehingga hanya mengambarkan karakteristik

data dan pengolahan data menggunakan software SPSS 20. Sampel dalam penelitian ini

adalah 47 pasien yang didiagnosis asma stabil di RSIJ Sukapura periode 18 Maret 2013 – 27

September 2014. Hasil menunjukan dari 47 subjek penelitian terbanyak berusia 30-39 tahun

dan berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)

serta berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga. Indeks masa Tubuh (IMT) terbanyak

normoweight dan derajat asma terbanyak adalah asma persisten sedang. Faktor pencetus asma

intermitten terbanyak karena polutan dan iritan, GERD dan infeksi saluran napas sedangkan

pada asma persisten ringan dan sedang karena infeksi saluran napas dan pada asma persisten

berat karena refluks gastroesofagus dan infeksi saluran napas. Faktor pencetus serangan asma

dewasa berbagai derajat di RSIJ Sukapura terbanyak karena infeksi saluran napas.

Kata kunci : Asma dewasa, derajat asma, faktor pencetus asma

Page 2: Jurnal Ica Fix 2

2

Overview Of Various Degrees Of Adult’s Asthma Patients With Trigger’s Asthma Attacks In Sukapura, Jakarta Islamic Hospital (RSIJ SUKAPURA) Period Of 18

March 2013 – 27 September 2014

Risa Maulida Widjaya*, Muhammad Fachri** Student of Medical Education Program Faculty of Medicine and Health, University of

Muhammadiyah Jakarta Lecturer Instructor of Medical Education Program Faculty of Medicine and Health,

University of Muhammadiyah Jakarta

ABSTRACT

Asthma is one of non-infectious disease that causes much morbidity in patients,

overall, the prevalence of asthma in the world increased by an estimated 10% of patients with

asthma. Asthma is divided into several degrees based on symptoms, the recurrence rate and

the results of spirometry. Asthma could be avoid by minimizing exposure to trigger’s factors

which each individual has a different trigger factors, such as inhaled allergens, exposure to

the works environment, pollutants and irritants, smoke and smoking habits, GERD, and

respiratory tract infections. This study aims to describe various degrees of adult’s asthma

patients with trigger’s asthma attacks in Sukapura, Jakarta Islamic Hospital (RSIJ

SUKAPURA). The study design is a Cross-Sectional, data analyze is univariant, which only

describes the characteristics of data and data processing using SPSS 20 software. Subjects of

this study were 47 patients with stable asthma’s diagnosis. The results show that 47 subjects

attain the aged of 30-39 years old and the majority were female with senior high school

(SMA) background’s and work as a housewife. The highest degrees of asthma by body mass

index (BMI) was normoweight and moderat persistent asthma was the most of all. Most

intermittent asthma trigger’s factors was caused by pollutants and irritants, GERD, and

respiratory tract infections, whereas in the mild and moderate persistent asthma due to

respiratory infections and sever persistent asthma due to GERD and respiratory tract

infections. Trigger’s factors of various degrees of asthma on adults in Sukapura, Jakarta

Islamic Hospital (RSIJ SUKAPURA) was caused by respiratory tract infections.

Keywords: adult asthma, the degree of asthma, asthma triggers factors

Page 3: Jurnal Ica Fix 2

3

PENDAHULUAN

Asma adalah penyakit kronis saluran napas yang melibatkan banyak sel inflamasi dan

elemennya. Kondisi ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponsif sehingga

menimbulkan gejala klinis yang berlangsung secara episodik terutama pada malam hari atau

dini hari / subuh. Episodik perburukan berkaitan dengan luasnya peradangan, variabilitas,

beratnya obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel baik spontan maupun dengan

pengobatan.1,2

Asma merupakan masalah kesehatan yang serius, secara keseluruhan prevalensi asma

di dunia meningkat diperkirakan ada sekitar 10% penderita asma di seluruh dunia hal ini

mengakibatkan asma menjadi masalah kesehatan dunia.3,4 Di Indonesia asma merupakan

sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian, hal itu tergambar dari data studi Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di berbagai provinsi di Indonesia.2,5 Asma dapat bersifat

ringan dan tidak mengganggu aktivitas tetapi dapat bersifat menetap dan mengganggu

aktivitas bahkan kegiatan harian.6

Gejala asma berhubungan dengan inflamasi yang akan menyebabkan obstruksi dan

hiperesponsivitas dari saluran pernapasan yang bervariasi derajatnya.7 Peningkatan inflamasi

hiperesponsif dipengaruhi oleh berbagai macam faktor atau stimulus.8 Faktor genetik dan

lingkungan saling mendukung berkembangnya penyakit asma.2 Faktor lingkungan merupakan

faktor pencetus terjadinya asma pada dewasa yang terdiri dari alergen, infeksi saluran

pernapasan, okupasi (sensitisasi lingkungan kerja), merokok / kebiasaan merokok, refluks

gastroesofagus dan polusi udara.5 Faktor pencetus akan mengakibatkan serangan asma

berbagai derajat, menurut Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI, 2006) asma terbagi

menjadi 4 derajat, yaitu intermittent, persisten ringan, persisten sedang dan persisten berat.2

Klasifikasi derajat asma berdasarkan PDPI 2006

Derajat Asma Gejala Gejala Malam Faal paru

1. Intermiten - Gejala <1x / mgg- Tidak ada gejala diluar

eksaserbasi- Eksaserbasi singkat

≤2x / bulan VEP1 atau APE ≥80% prediksi Variabilitas VEP1

atau APE < 20%

Page 4: Jurnal Ica Fix 2

4

2. Persistenringan

- Gejala >1x / mgg tetapi <1x/hari

- Eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas dan tidur

>2x / bulan VEP1 atau APE ≥80% prediksi

Variabilitas VEP1 atau APE >30%

3. Persisten sedang - Gejala setiap hari- Eksaserbasi

mengganggu aktivitas dan tidur

- Bronkodilator setiap hari

>1x / minggu VEP1 atau APE 60-80% Variabilitas VEP1 atau APE >30%

4. Persisten berat - Gejala setiap hari- Eksaserbsi sering- Aktivitas fisik terbatas

Sering VEP1 atau APE ≤60% prediksi Variabilitas VEP1

atau APE >30%

Penanganan asma yang baik tidak hanya mengandalkan obat - obatan atau intervensi

farmakologi, tetapi juga melibatkan komponen non-farmakologi antara lain mengatasi faktor

resiko perburukan asma.5 Faktor pencetusnya bervariasi pada setiap individu sehingga pasien

dan keluarga perlu untuk mengidentifikasi dan mengurangi pajanan pencetus seoptimal

mungkin.2

METODE

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional yang dilaksanakan di

Klinik Paru Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura Periode 18 Maret 2013 – 27 September

2014. Populasi target dari penelitian ini adalah pasien penderita asma stabil. Kriteria inklusi

adalah pasien asma usia 20 - 69 tahun, pasien dengan data rekam medik dan nomor rekam

medik lengkap, pasien yang telah melakukan pemeriksaan faal paru (spirometri). Kriteria

ekslusi dalam penelitian ini adalah pasien asma akut, pasien menggunakan obat penghambat

kerja beta dan memiliki penyakit pernafasan lain selain asma seperti tuberculosis paru dan

PPOK. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan cara total sampling. Pada penelitian

ini, data didapatkan dari buku register asma, buku rekam medik dan memperjelas/melengkapi

data dengan wawancara melalui telepon

HASIL

Penelitian ini dilakukan pada periode 18 Maret 2013 – 27 September 2014 pada

pasien asma stabil di klinik Paru Rumah Sakit Islam (RSIJ) Jakarta Sukapura. Pasien asma

stabil dewasa yang diperoleh selama periode 18 Maret 2013 – 27 September 2014 sebanyak

72 pasien asma yang berobat ke klinik Paru RSIJ Sukapura. Dari total 72 pasien terdapat 25

Page 5: Jurnal Ica Fix 2

5

pasien tidak memiliki data dan nomor rekam medik yang lengkap sehingga tidak dapat

ditelusuri lebih lanjut untuk memperoleh data yang lengkap jadi hanya 47 pasien yang dapat

diteliti. Karakteristik umum semua pasien asma stabil ditampilkan dalam Tabel 1, jumlah

pasien asma dewasa periode 18 Maret 2013 – Desember 2014 sebanyak 24 pasien (51,06%)

sedangkan bulan Januari 2014 – 27 September 2014 sebanyak 23 pasien (48,94%). Hasil

tersebut menunjukkan adanya penurunan jumlah pasien asma dewasa di RSIJ Sukapura. Usia

pasien asma stabil dewasa rerata 41 tahun yang terdiri dari 4 (8,5%) pasien berusia 20-29

tahun, 17 (36,3%) pasien berusia 30-39 tahun, 13 (27,7%) pasien berusia 40-49 tahun, 11

(23,4%) pasien berusia 50-59 tahun dan 2 (4,3%) pasien berusia 60-69 tahun. Pasien asma

stabil dewasa sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 33 (70,21%) pasien

dibandingkan pasien laki – laki 14 (29,79%) pasien.

Tabel 1.1 karakteristik data

KarakteristikN

(47)%

Jumlah pasien18 Maret 2013 - Desember 2013Januari 2014 – 27 September 2014

2423

51,0648,94

Usia20-2930-3940-4950-5960-69Mean

4171311241

8,536,327,723,44,341

Jenis kelaminLaki-lakiPerempuan

1433

29,870,2

PendidikanTidak sekolahSDSMPSMAD3S1

3861758

6,3817,012,7636,2010,6017,02

PekerjaanTidak bekerjaMahasiswaIbu Rumah TanggaBuruhWiraswastaKaryawan

12213119

2,14,344,76,42,140,4

Indeks Masa Tubuh (IMT)Underweight (≤18,5)Normoweight (18,5-24,99)Overweight (25-29,99)Obesitas (≥30)

220187

4,342,638,314,9

Page 6: Jurnal Ica Fix 2

6

Mean 25 25

Klasifikasi derajat asma berdasarkan PDPI 2006Asma IntermittentAsma Persisten RinganAsma Persisten SedangAsma Persisten Berat

716177

14,934,036,214

Tingkat pendidikan pasien asma yang berpendidikan SD 8 pasien (17,20%), SMP 6

pasien (12,76%), SMA 17 pasien (36,20%), D3 5 pasien (10,60%), S1 8 pasien (17,02%) dan

tidak sekolah 3 pasien (6,38%). Pekerjaan pasien asma di RSIJ Sukapura terbanyak bekerja

sebagai ibu rumah tangga 21 pasien (44,7%) dibandingkan dengan tidak bekerja 1 pasien

(2,1%), mahasiswa 2 pasien (4,3%), buruh 3 pasien (6,4%), wiraswasta 1 pasien (2,1%) dan

karyawan 19 pasien (40,4%). Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan rerata 25, pasien yang

termasuk kriteria normoweight memiliki presentasi yang tinggi sebanyak 20 pasien (42,6%)

sedangkan kriteria underweight memiliki presentasi yang paling rendah sebanyak 2 pasien

(4,3%). Klasifikasi derajat asma yang paling banyak terjadi di RSIJ Sukapura periode 18

Maret 2013 – 27 September 2014 adalah asma persisten sedang sebanyak 17 pasien (36,2%)

dibandingkan dengan derajat asma yang lain seperti asma intermittent sebanyak 6 pasien

(12,8%), asma persisten ringan sebanyak 14 pasien (39,8%) dan asma persisten berat sebanyak

7 pasien (14,9%).

Analisis univariant berdasarkan variabel – variabel penelitian.

1) Alergen hirup

Tabel 3 Distribusi frekuensi faktor pencetus serangan asma berupa alergen hirup

Faktor pencetus asma berupa alergen hirup

Jumlah pasien

(n) (%)Ya 2 4,25Tidak 45 95,75

Jumlah 47 100

Berdasarkan tabel 3 terdapat 2 orang (4,25%) pasien asma yang memiliki faktor

pencetus serangan asma berupa alergen hirup sedangkan 45 orang (95,1%) pasien lainnya

tidak memiliki faktor pencetus serangan asma berupa alergen hirup.

2) Pajanan lingkungan kerja

Tabel 5 Distribusi frekuensi faktor pencetus serangan asma berupa pajanan lingkungan kerja

Faktor pencetus asma berupa pajanan lingkungan kerja

Jumlah pasien

(n) (%)

Ya 1 2,12

Page 7: Jurnal Ica Fix 2

7

Tidak 46 97,88

Jumlah 47 100

Berdasarkan tabel 5 terdapat 1 orang (2,12%) pasien asma yang memiliki faktor

pencetus serangan asma berupa pajanan lingkungan kerja sedangkan 46 orang (97,88%)

pasien lainnya tidak memiliki faktor pencetus serangan asma berupa pajanan lingkungan

kerja.

3) Polutan dan iritan

Tabel 6 Distribusi frekuensi faktor pencetus serangan asma berupa polutan dan iritan

Faktor Pencetus Asma polutan dan iritanJumlah pasien

(n) (%)

Ya 7 14,90

Tidak 40 85,10

Jumlah 47 100

Berdasarkan tabel 6 terdapat 7 orang (14,90%) pasien asma yang memiliki faktor

pencetus serangan asma berupa pajanan polutan dan iritan sedangkan 40 orang (85,10%)

pasien lainnya tidak memiliki faktor pencetus serangan asma berupa polutan dan iritan.

4) Merokok

Tabel 7 Distribusi frekuensi faktor pencetus serangan asma berupa merokok

Faktor pencetus asma merokokJumlah pasien

(n) (%)Perokok 1 2,12

Bukan perokok 46 97,88

Bekas perokok 0 0

Jumlah 47 100

Tabel 8 Distribusi frekuensi kebiasaan merokok

Distribusi kebiasaan merokokJumlah pasien

(n) (%)Indeks Brinkman ringan (1-200) 1 2,12

Indeks Brinkman sedang (201-600) 0 0

Indeks Brinkman Berat (≥600) 0 0

Jumlah 1 2,12

Berdasarkan tabel 8 terdapat 1 orang (2,12%) pasien asma yang memiliki faktor

pencetus serangan asma karenan merokok sedangkan 46 orang (97,88%) pasien lainnya

bukan perokok dan tidak ada pasien yang memiliki riwayat merokok (bekas perokok). Tabel

8 menunjukkan bahwa Indeks Brinkman pada pasien asma yang merokok di RSIJ Sukapura

Page 8: Jurnal Ica Fix 2

8

termasuk kedalam Indeks Brinkman ringan berjumlah 1 orang (2,12%) hal ini diperoleh dari

hasil perkalian jumlah batang rokok yang diisap perharinya dengan lama nya kebiasaan

merokok.

5) Refluks gastroesogafus

Tabel 9 Distribusi frekuensi faktor pencetus serangan asma berupa refluks gastroesofagus (GERD)

Faktor pencetus asma GERDJumlah pasien

(n) (%)

Ya 12 25,53

Tidak 35 74,46

Jumlah 47 100

Berdasarkan tabel 9 terdapat 12 orang (25,53%) pasien asma yang memiliki faktor

pencetus serangan asma berupa refluks gastroesofagus sedangkan 35 orang (74,46%) pasien

lainnya tidak memiliki faktor pencetus serangan asma berupa refluks gastointestinal.

6) Infeksi saluran napas

Tabel 10 Distribusi frekuensi faktor pencetus serangan asma berupa infeksi saluran napas.

Faktor pencetus asma infeksi saluran napasJumlah pasien

(n) (%)Ya 24 51,06

Tidak 23 48,94

Jumlah 47 100

Berdasarkan tabel 10 terdapat 24 orang (51,06%) pasien asma yang memiliki faktor

pencetus serangan asma berupa infeksi saluran nafas sedangkan 23 orang (48,94%) pasien

lainnya di sebabkan oleh faktor pencetus lain.

Tabel 11 faktor pencetus serangan asma dengan klasifikasi derajat asma (PDPI 2006)

Page 9: Jurnal Ica Fix 2

9

Pada tabel 11 ditampilkan pasien asma yang terdiagnosis derajat intermitten ada 7

pasien dengan faktor pencetus terbanyak karena polutan dan iritan, GERD, infeksi saluran

napas sebanyak 2 pasien (4,3%). Pasien asma yang terdiagnosis asma persisten ringan

berjumlah 16 pasien dengan faktor pencetus terbanyak disebabkan oleh infeksi saluran napas

sebanyak 7 pasien (14,9%). Pasien asma yang terdiagnosis asma persisten sedang berjumlah

17 orang dengan faktor pencetus terbanyak disebabkan oleh infeksi saluran napas 12 pasien

(25,5%). Pasien asma yang terdiagnosis asma persisten berat berjumlah 7 orang dengan

faktor pencetus terbanyak karena refluks gastroesofagus dan infeksi saluran napas sebanyak 3

orang (6,4%) pasien. Faktor pencetus tersering karena infeksi saluran napas 23 pasien

(48,94%) dan hanya sedikit pasien asma yang memliki faktor pencetus berupa merokok dan

pajanan lingkungan.

PEMBAHASAN

Karakteristik data pasien asma stabil dewasa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pasien asma dewasa dengan

faktor pencetus serangan asma di RSIJ Sukapura. Sampel yang digunakan pada penelitian ini

berjumlah 47 pasien. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok usia 30 – 39

tahun merupakan kelompok usia pasien asma stabil terbanyak yang berobat di Klinik Paru

Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura Periode 18 Maret 2013 – 27 September 2014. Hal ini

sejalan dengan penelitian Desy Anriyani dkk.9 di Rumah Sakit Umum daerah Langsa tahun

2012. Pada usia produktif lebih banyak yang terserang penyakit asma, hal ini nampaknya

berhubungan dengan seringnya terpapar allergen, merokok, fluktuasi hormonal, inflamasi dan

infeksi saluran napas dan sebagainya.10

Penderita asma stabil dalam penelitian ini lebih banyak terjadi pada perempuan

(70,2%) dibandingkan laki – laki (29,8%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Herdi tahun 2011 dan Anisa Ratna tahun 2012 di Pontianak tahun yang menyatakan

penyakit asma lebih sering terjadi pada perempuan.11,12 Kecenderungan perempuan memiliki

asma dibandingkan dengan laki-laki dipengaruhi oleh kadar hormonal yang terjadi pada

perempuan, kecemasan dan depresi yang sering menyerang perempuan serta obesitas. Kadar

hormon estrogen yang tinggi dapat berperan sebagai substansi proinflamasi

(membantu/memicu inflamasi) terutama mempengaruhi sel mast, dimana sel mast merupakan

sel yang berperan dalam memicu reaksi hipersensitifitas dengan melepaskan histamine dan

mediator inflamasi lainnya, sehingga memperberat morbiditas asma pada pasien perempuan.12

Tingkat pendidikan pada penelitian yang terbanyak pasien dengan pendidikan Sekolah

Menengah Atas (SMA) sebanyak 17 pasien (36,20%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian

Page 10: Jurnal Ica Fix 2

10

yang dilakukan oleh Satria pratama dkk.6 tahun 2006 di Poli Asma RSUP Persahabatan.

Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Suharmiati dkk.13 yang mengemukakan bahwa

semakin rendahnya pendidikan seseorang mempunyai resiko lebih besar menderita penyakit

asma yang didiagnosa oleh tenaga kesehatan. Jenis pekerjaan terbanyak pada pasien asma di

RSIJ sukapura adalah sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 21 pasien (44,7%). Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan Samsul Affandi dkk.14 di Poli Paru Rumah Sakit.

Hal ini kemungkinan disebabkan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga lebih sering terpapar

faktor pencetus asma ketika melakukan aktivitas sehari - hari seperti pajanan alergen dan

berasal dari karpet, polutan dan iritan seperti bau yang menyengat dari masakan dan infeksi

virus dari lingkungan dalam atau luar rumah yang dapat menyebabkan infeksi saluran napas.

Indeks Masa Tubuh (IMT) pada penelitian terbanyak adalah pasien asma stabil

dengan IMT normoweight sebanyak 20 pasien (42,6%). Penelitian ini tidak sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ilyas dkk.15 di Rumah Sakit Persahabatan yang

menyatakan pasien asma dengan IMT overweight atau obesitas lebih banyak dibandingkan

dengan pasien asma yang memiliki Indeks Masa Tubuh (IMT) yang normal. Selain itu,

penelitian yang dilakukan oleh Gina Amanda di RS PMC Pekanbaru Riau memiliki hasil

yang sama dengan penelitian Muhammad Ilyas.16 Perbadaan hasil penelitian dengan

penelitian sebelumnya kemungkinan disebabkan oleh perbedaan jumlah sampel, sampel yang

diteliti pada penelitian ini lebih sedikit dibandingkan dengan sampel penelitian sebelumnya.

Klasifikasi derajat asma yang terbanyak adalah asma persisten sedang sebanyak 17

pasien (36,2%). Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Satria

Pratama di Rumah Sakit Persahabatan yang mengatakan bahwa pasien asma derajat persisten

sedang lebih banyak diderita pasien asma dibandingkan dengan pasien asma derajat lainnya.6

Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan pola keterbatasan aliran

udara. Banyaknya pasien asma persisten sedang yang berobat ke Rumah Sakit Sukapura

kemungkinan disebabkan kurang terkontrolnya penyakit asma pada pasien asma di Rumah

Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Sukapura.

Faktor pencetus asma dengan serangan asma

a) Alergen hirup

Hasil penelitian di RSIJ Sukapura menyatakan bahwa terdapat 2 orang (4,25%)

pasien asma yang memiliki faktor pencetus serangan asma berupa alergen hirup dari 47

pasien asma dewasa. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan

Yasmin Darmin di Gorontalo, sebanyak 63% pasien asma memiliki faktor pencetus

Page 11: Jurnal Ica Fix 2

11

serangan asma berupa alergen hirup.17 Perbedaan hasil penelitian kemungkinan

disebabkan pasien di RSIJ Sukapura tidak sensitif terhadap alergen inhalasi spesifik

indoor dan outdoor. Penelitian membuktikan meskipun alergen dapat menimbulkan

serangan asma dan membuat perubahan yang besar pada paru – paru penderita asma

tetapi akan lebih berdampak pada penderita yang sensitif terhadap alergen.18

b) Pajanan lingkungan kerja

Hazard atau faktor pencetus penyakit asma di tempat kerja bersumber dari bahan

baku, bahan sampingan, proses produksi, produk atau limbah. Terdapat 1 orang (2,12%)

pasien yang memiliki faktor pencetus serangan asma berupa pajanan lingkungan kerja

yaitu pajanan dengan bahan kimia seperti pembersih baju atau deterjen. Menurut

penelitian Samsul dkk.14 di Rumah Sakit Persahabatan mengidentifikasikan hanya 6,07%

yang mengalami pajanan di lingkungan kerja. Rendahnya angka pajanan lingkungan

kerja pada penelitian ini diduga karena sebagian besar pasien dalam penelitian ini adalah

ibu rumah tangga yang lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah bukan di tempat

kerja.

c) Polutan dan iritan

Polusi udara didefinisikan sebagai atmosfer yang menimbun bahan irritan yang

bersifat membahayakan bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Polusi ini bisa berada

outdoor seperti di sekitar tempat kerja, dan sekolah, maupun indoor tempat

kediamannya. Hasil penelitian di Rumah Sakit Sukapura faktor pencetus berupa polutan

dan iritan sebanyak 7 orang (14,90%) pasien. Hasil ini berbeda dengan penelitian Herdi

di Pontianak yang menyatakan terdapat 62,5% pasien asma yang memiliki faktor

pencetus serangan asma berupa debu.11 Menurut penelitian Sy DQ, et.al di Vietnam

sebanyak 15,8% pasien asma memiliki faktor pencetus serangan asma berupa debu.

Penelitian ini dan penelitian Sy DQ, et.al di Vietnam menunjukkan hasil yang hampir

sama tentang persentase faktor pencetus serangan asma berupa polutan dan iritan.19

d) Merokok dan kebiasaan merokok

Merokok dapat meningkatkan formasi IgE yang dapat memediasi timbulnya

asma, memperburuk proses inflamasi, mengakibatkan bronkokontriksi akut, menurunnya

fungsi paru dengan menurunnya VEP1, dapat memperburuk manisfestasi klinis serta

berpengaruh terhadap respon pengobatan.20 Hasil penelitian di Rumah Sakit Sukapura

menunjukan bahwa terdapat 1 orang (2,12%) pasien asma karena faktor pencetus berupa

merokok. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan I.B Ngurah Rai

di RSUP Sanglah Denpasar jumlah pasien asma karena merokok ada 7,8%.21 Hal ini

Page 12: Jurnal Ica Fix 2

12

terjadi karena hanya sedikit pasien asma yang memiliki kebiasaan merokok dan tidak ada

pasien asma yang memiliki riwayat merokok sebelumnya. Kebiasaan merokok pada

pasien asma di RSIJ Sukapura termasuk kedalam Indeks Brinkman ringan hal ini

diperoleh dari hasil kali jumlah rokok yang diisap pasien dengan lamanya merokok

dalam tahun. Sehingga didapatkan hasil sesuai kriteria Indeks Brinkman ringan.

e) Refluks gastroesofagus (GERD)

Pada penelitian didapatkan 12 orang (25,53%) pasien dari 47 pasien asma stabil

yang memiliki faktor pencetus asma. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan

Junita I.M Siregar di RSUD DR. Moewardi Surakarta, faktor pencetus asma di RSUD

DR. Moewardi karena refluks gatroesofagus terdapat 55,56%.22 Perbedaan ini terjadi

karena jumlah sampel yang digunakana pada penelitian ini sangat sedikit jika

dibandingkan dengan penelitian sebelumnya.

f) Infeks saluran napas

Terdapat 24 orang (51,06%) pasien yang mempunyai faktor perncetus asma

berupa infeksi saluran napas. Infeksi saluran napas yang paling banyak menimbulkan

gejala asma disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi akibat virus mungkin dapat

menyebabkan kerusakan pada jaringan epitel dan perdangan saluran pernapasan,

keduanya merupakan faktor penting yang mampu menyebabkan gejala asma. Penelitian

hampir sama dengan penelitian yang dilakukan Ni Luh Putu Ekarini yang menyebutkan

bahwa asma yang disebabkan oleh infeksi saluran napas sebanyak (52,5%).23

Hasil penelitian di RISJ Sukapura faktor pencetus serangan asma terbanyak adalah

infeksi saluran napas 24 pasien (51,06%) . Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

Herdi di RSU Dr. Soedarso Pontianak menyatakan faktor pencetus asma paling sering berupa

debu (polutan dan iritan) sebanyak 60 orang (62,5%).11 Perbedaan ini diduga karena

perbedaan lingkungan dan jumlah penduduk dimana daerah Sukapura Jakarta Utara memiliki

banyak permukiman padat dan jumlah penduduk yang banyak sehingga memudahkan

penularan penyakit menular yang disebabkan oleh virus seperti infeksi saluran napas.

Klasifikasi derajat asma dengan faktor pencetus asma

a. Asma intermittent

Pada penelitian ini faktor pencetus yang menyebabkan asma intemitten adalah

polutan dan iritan, refluks gastroesofagus dan infeksi saluran napas masing masing

terdapat 2 orang (4,3%) pasien. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Satria Pratama dkk.6 yang menyatakan bahwa pasien asma intermitten paling

banyak disebabkan oleh faktor pencetus berupa debu (polutan dan iritan).Asma

Page 13: Jurnal Ica Fix 2

13

intermitten merupakan asma derajat ringan dimana gejala <1x/minggu dan tanpa gejala

di luar serangan, pada asma intermitten didapatkan fungsi paru masih normal.

b. Asma persisten ringan dan sedang

Hasil penelitian mengenai faktor pencetus asma yang paling banyak

menyebabkan asma persisten ringan dan sedang adalah infeksi saluran napas sebanyak 7

orang (14,9%) pasien dan 12 orang (25,5%) pasien. Hasil ini tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Satria Pratama dkk.6 di RSUP Persahabatan yang

mengatakan bahwa faktor pencetus pasien asma persisten ringan dan sedang berupa debu

(polutan dan iritan) sebanyak 165 orang (27,3%) pasien. Perbedaan hasil penelitian

kemungkinan disebabkan karena tinggi nya angka kejadian infeksi saluran napas di RSIJ

Sukapura.

c. Asma persisten berat

Hasil penelitian mengenai faktor pencetus asma yang paling banyak

menyebabkan asma persisten berat adalah refluks gastroesofagus (GERD) dan infeksi

saluran napas sebanyak 3 orang (6,4%) pasien. Diagnosis asma persisten berat

disebabkan karena seringnya terpapar faktor pencetus dan kurangnya perilaku kontrol

teratur sehingga memperperat serangan asma tetapi belum ada penelitian lain yang

membahas mengenai faktor pencetus asma dengan terjadinya asma persisten berat.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dari 47 pasien didapatkan

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pasien asma stabil dewasa yang berobat di RSIJ Sukapura terbanyak berjenis kelamin

perempuan dan berusia 30-39 tahun. Tingkat pendidikan pada pasien asma di Rumah

Sakit Sukapura terbanyak adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) dan berprofesi sebagai

Ibu Rumah Tangga (IRT). Indeks masa Tubuh (IMT) terbanyak normoweight dan

klasifikasi dejarat asma terbanyak adalah asma persisten sedang.

2. Faktor pencetus terbanyak yang mengakibatkan asma di RSIJ Sukapura adalah infeksi

saluran napas.

3. Dejarat asma intermitten tersering disebabkan oleh faktor pencetus berupa polutan dan

iritan, refluks gastroesofagus (GERD), dan infeksi saluran nafas. Asma persisten ringan

dan persisten sedang tersering disebabkan oleh faktor pencetus berupa infeksi saluran

napas. Faktor pencetus serangan asma persisten berat lebih sering karena refluks

gastroesofagus (GERD) dan infeksi saluran napas.

Page 14: Jurnal Ica Fix 2

14

Daftar pustaka

1. Global initiative for asthma. Definition, description dan diagnosis of asthma. In: Global

strategy for asthma management and prevention. Portland: NHLBI Publications;

2014.p.1-9.

2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Asma pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di

Indonesia. Jakarta : PDPI; 2006.p.3-103.

3. Boedi Swidarmoko. Profil produktivitas kerja, biaya pengobatan serta pengetahuan,

sikap dan perilaku terhadap penyakitnya pada pasien asma. Tesis Departemen

Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirologi FKUI. Jakarta; 1994.

4. Bianca PG, Marcelo Vivolo Aun, Carla Bisaccioni, et al. Difficult‐to‐control asthma

management through the use of a specific protocol. US National Library of Medicine

Health. 2010;65:905-18.

5. Dewan Asma Indonesia. Pedoman Tatalaksana Asma. Jakarta:DAI; 2011.p.1-55.

6. Pratama S, Erna Juniety, Dedi Zairus, Vinda Rassuna, Faisal Yunus. Profil Pasien Rawat

Jalan Poli Asma RSUP Persahabatan Juli – Desember 2006. J Respir Indo.

2006;130:405-11.

7. Widodo R, Susanthy Djajalaksana. Patofisiologi dan Marker Airway Remodeling

pada Asma Bronkial. J Respir Indo. 2012;32:110-9.

8. Sindey S Braman, MD, FCCP. Amaerican collage of chest physician. Asthma. ACCP.

2009; 81.

9. Anriani Desy, Jemadi, Rasmaliah. Karakteristik penderita asma bronkial rawat inap di

rumah sakit umum daerah Langsa tahun 2009-2012. Skripsi Universitas Sumatra Utara:

2013. p. 1-7

10. Sari SP. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dan Tingkat Kontrol Asma Pada Pasien

Asma Dewasa di Poliklinik Paru RSUD Dokter Soedarso Pontianak. Jurnal Untan. 2014:

1; 8.

11. Herdi, Gambaran faktor pencetus serangan pada pasien asma di poliklinik paru dan

bangsal paru. Skripsi Fakultas Kedokteran Tanjungpura. Pontianak; 2011.

12. Darmila A. Hubungan karakteristik pasien asma bronkial dengan gejala penyakit refluks

gastroesofagus di RSUD dr. Soedarso Pontianak. Naskah Publikasi Fakultas Kedokteran

Tanjungpura. Pontianak; 2012.

13. Permatasari S. Hubungan antara tingkat kecemasan dan tingkat kontrol asma pada pasien

asma dewasa di Poliklinik Paru RSUD dr. Soedarso Pontianak. Skripsi Fakultas

Kedokteran Tanjungpura. Pontianak; 2014.

Page 15: Jurnal Ica Fix 2

15

14. Samsul Afandi, Faisal Yunus, Sita Andarini, Aria Kekalih. Tingkat kontrol pasien asma

di Rumah Sakit Persahabatan berdasarkan asthma control test beserta hubungannya

dengan tingkat morbiditas dan faktor risiko. Studi Longitudinal di Poli Rawat Jalan

Selama Satu Tahun. J Respir Indo 2013;33:1-14.

15. Ilyas, Muhammad. Corelation between asma control test and spirometry as tool off

asessing of controlled Asthma. J Respir Indo. 2010;30:1-7.

16. Amanda G. Obesitas dan Asma. J CDK. 2012;39:199-201.

17. Yasmin D. Hubungan kondisi lingkungan fisik rumah dan allergen dengan kerjadian

asma bonkiale di wilayah kerja Puskesmas Tamale Kota Gorontalo. J Kesmas. 2013:1;1.

18. Arif F. Hubungan antara lama penggunaan kasur kapuk dengan jumlah populasi tungau

debu rumah di perumahan PJKA kelurahan randusari semarang. Artikel karya tulis

ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang; 2006.

19. Sy DQ, Thanh Binh MH, QuocNT, et al. Prevalence of asthma and asthma-like

symptoms in Dalat Highlands, Vietnam. Singapore. Med J. 2007;48: 294-303.

20. Widi A, Hana K, Putri F, Evans TB. Prevalensi asma tidak terkontrol dan faktor – faktor

yang berhubungan dengan tingkat kontrol asma di Poliklinik Asma Rumah Sakit

Persahabatan Jakarta. J Respir Ind. 2011;31:2.

21. Ngurah rai IB, Sajinadiyasa IGK. Hubungan merokok dan lama rawat inap pasien asma

eksaserbasi akut di RSUP Sanglah Denpasar. J Respir Ind. 2009;29(3):112-115.

22. Junita I.M Siregar. Hubungan antara asma bronkial dengan refluks gastroesofagus di

RSUD DR. Moerwardi. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Surakarta:2010.

23. Nih luh PE. Analisis faktor – faktor pemicu dominan terjadinya serangan asma pada

pasien asma. Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Kekhususan Keparawatan Medikal Bedah

Universitas Indonesia. Depok:2012.