jurnal ica fix 2
DESCRIPTION
fadDGFgggagtrhetTRANSCRIPT
1
Gambaran Pasien Asma Berbagai Derajat Dewasa Dengan Faktor Pencetus Serangan Asma Di Rumah Sakit Islam Jakarta (Rsij) Sukapura Periode 18 Maret 2013 - 27
September 2014
Risa Maulida Widjaya*, Muhammad Fachri** Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
ABSTRAK
Asma merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menimbulkan banyak angka
kesakitan, secara keseluruhan prevalensi asma di dunia meningkat diperkirakan ada sekitar
10% pasien asma. Di Indonesia asma merupakan 10 besar penyebab kesakitan dan kematian.
Asma terbagi menjadi beberapa derajat berdasarkan gejala, tingkat kekambuhan dan hasil
spirometri. Asma dapat dihindari dengan cara meminimalkan pajanan faktor pencetusnya
dimana setiap individu memiliki faktor pencetus yang berbeda - beda seperti alergen hirup,
pajanan lingkungan kerja, polutan dan iritan, merokok dan kebiasaan merokok, refluks
gastroesofagus dan infeksi saluran napas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran pasien asma dewasa berbagai derajat dengan faktor pencetus serangan asma di
Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Sukapura. Ini merupakan studi penelitian dengan desain
cross sectional analisis data bersifat univariant sehingga hanya mengambarkan karakteristik
data dan pengolahan data menggunakan software SPSS 20. Sampel dalam penelitian ini
adalah 47 pasien yang didiagnosis asma stabil di RSIJ Sukapura periode 18 Maret 2013 – 27
September 2014. Hasil menunjukan dari 47 subjek penelitian terbanyak berusia 30-39 tahun
dan berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)
serta berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga. Indeks masa Tubuh (IMT) terbanyak
normoweight dan derajat asma terbanyak adalah asma persisten sedang. Faktor pencetus asma
intermitten terbanyak karena polutan dan iritan, GERD dan infeksi saluran napas sedangkan
pada asma persisten ringan dan sedang karena infeksi saluran napas dan pada asma persisten
berat karena refluks gastroesofagus dan infeksi saluran napas. Faktor pencetus serangan asma
dewasa berbagai derajat di RSIJ Sukapura terbanyak karena infeksi saluran napas.
Kata kunci : Asma dewasa, derajat asma, faktor pencetus asma
2
Overview Of Various Degrees Of Adult’s Asthma Patients With Trigger’s Asthma Attacks In Sukapura, Jakarta Islamic Hospital (RSIJ SUKAPURA) Period Of 18
March 2013 – 27 September 2014
Risa Maulida Widjaya*, Muhammad Fachri** Student of Medical Education Program Faculty of Medicine and Health, University of
Muhammadiyah Jakarta Lecturer Instructor of Medical Education Program Faculty of Medicine and Health,
University of Muhammadiyah Jakarta
ABSTRACT
Asthma is one of non-infectious disease that causes much morbidity in patients,
overall, the prevalence of asthma in the world increased by an estimated 10% of patients with
asthma. Asthma is divided into several degrees based on symptoms, the recurrence rate and
the results of spirometry. Asthma could be avoid by minimizing exposure to trigger’s factors
which each individual has a different trigger factors, such as inhaled allergens, exposure to
the works environment, pollutants and irritants, smoke and smoking habits, GERD, and
respiratory tract infections. This study aims to describe various degrees of adult’s asthma
patients with trigger’s asthma attacks in Sukapura, Jakarta Islamic Hospital (RSIJ
SUKAPURA). The study design is a Cross-Sectional, data analyze is univariant, which only
describes the characteristics of data and data processing using SPSS 20 software. Subjects of
this study were 47 patients with stable asthma’s diagnosis. The results show that 47 subjects
attain the aged of 30-39 years old and the majority were female with senior high school
(SMA) background’s and work as a housewife. The highest degrees of asthma by body mass
index (BMI) was normoweight and moderat persistent asthma was the most of all. Most
intermittent asthma trigger’s factors was caused by pollutants and irritants, GERD, and
respiratory tract infections, whereas in the mild and moderate persistent asthma due to
respiratory infections and sever persistent asthma due to GERD and respiratory tract
infections. Trigger’s factors of various degrees of asthma on adults in Sukapura, Jakarta
Islamic Hospital (RSIJ SUKAPURA) was caused by respiratory tract infections.
Keywords: adult asthma, the degree of asthma, asthma triggers factors
3
PENDAHULUAN
Asma adalah penyakit kronis saluran napas yang melibatkan banyak sel inflamasi dan
elemennya. Kondisi ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponsif sehingga
menimbulkan gejala klinis yang berlangsung secara episodik terutama pada malam hari atau
dini hari / subuh. Episodik perburukan berkaitan dengan luasnya peradangan, variabilitas,
beratnya obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel baik spontan maupun dengan
pengobatan.1,2
Asma merupakan masalah kesehatan yang serius, secara keseluruhan prevalensi asma
di dunia meningkat diperkirakan ada sekitar 10% penderita asma di seluruh dunia hal ini
mengakibatkan asma menjadi masalah kesehatan dunia.3,4 Di Indonesia asma merupakan
sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian, hal itu tergambar dari data studi Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di berbagai provinsi di Indonesia.2,5 Asma dapat bersifat
ringan dan tidak mengganggu aktivitas tetapi dapat bersifat menetap dan mengganggu
aktivitas bahkan kegiatan harian.6
Gejala asma berhubungan dengan inflamasi yang akan menyebabkan obstruksi dan
hiperesponsivitas dari saluran pernapasan yang bervariasi derajatnya.7 Peningkatan inflamasi
hiperesponsif dipengaruhi oleh berbagai macam faktor atau stimulus.8 Faktor genetik dan
lingkungan saling mendukung berkembangnya penyakit asma.2 Faktor lingkungan merupakan
faktor pencetus terjadinya asma pada dewasa yang terdiri dari alergen, infeksi saluran
pernapasan, okupasi (sensitisasi lingkungan kerja), merokok / kebiasaan merokok, refluks
gastroesofagus dan polusi udara.5 Faktor pencetus akan mengakibatkan serangan asma
berbagai derajat, menurut Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI, 2006) asma terbagi
menjadi 4 derajat, yaitu intermittent, persisten ringan, persisten sedang dan persisten berat.2
Klasifikasi derajat asma berdasarkan PDPI 2006
Derajat Asma Gejala Gejala Malam Faal paru
1. Intermiten - Gejala <1x / mgg- Tidak ada gejala diluar
eksaserbasi- Eksaserbasi singkat
≤2x / bulan VEP1 atau APE ≥80% prediksi Variabilitas VEP1
atau APE < 20%
4
2. Persistenringan
- Gejala >1x / mgg tetapi <1x/hari
- Eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas dan tidur
>2x / bulan VEP1 atau APE ≥80% prediksi
Variabilitas VEP1 atau APE >30%
3. Persisten sedang - Gejala setiap hari- Eksaserbasi
mengganggu aktivitas dan tidur
- Bronkodilator setiap hari
>1x / minggu VEP1 atau APE 60-80% Variabilitas VEP1 atau APE >30%
4. Persisten berat - Gejala setiap hari- Eksaserbsi sering- Aktivitas fisik terbatas
Sering VEP1 atau APE ≤60% prediksi Variabilitas VEP1
atau APE >30%
Penanganan asma yang baik tidak hanya mengandalkan obat - obatan atau intervensi
farmakologi, tetapi juga melibatkan komponen non-farmakologi antara lain mengatasi faktor
resiko perburukan asma.5 Faktor pencetusnya bervariasi pada setiap individu sehingga pasien
dan keluarga perlu untuk mengidentifikasi dan mengurangi pajanan pencetus seoptimal
mungkin.2
METODE
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional yang dilaksanakan di
Klinik Paru Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura Periode 18 Maret 2013 – 27 September
2014. Populasi target dari penelitian ini adalah pasien penderita asma stabil. Kriteria inklusi
adalah pasien asma usia 20 - 69 tahun, pasien dengan data rekam medik dan nomor rekam
medik lengkap, pasien yang telah melakukan pemeriksaan faal paru (spirometri). Kriteria
ekslusi dalam penelitian ini adalah pasien asma akut, pasien menggunakan obat penghambat
kerja beta dan memiliki penyakit pernafasan lain selain asma seperti tuberculosis paru dan
PPOK. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan cara total sampling. Pada penelitian
ini, data didapatkan dari buku register asma, buku rekam medik dan memperjelas/melengkapi
data dengan wawancara melalui telepon
HASIL
Penelitian ini dilakukan pada periode 18 Maret 2013 – 27 September 2014 pada
pasien asma stabil di klinik Paru Rumah Sakit Islam (RSIJ) Jakarta Sukapura. Pasien asma
stabil dewasa yang diperoleh selama periode 18 Maret 2013 – 27 September 2014 sebanyak
72 pasien asma yang berobat ke klinik Paru RSIJ Sukapura. Dari total 72 pasien terdapat 25
5
pasien tidak memiliki data dan nomor rekam medik yang lengkap sehingga tidak dapat
ditelusuri lebih lanjut untuk memperoleh data yang lengkap jadi hanya 47 pasien yang dapat
diteliti. Karakteristik umum semua pasien asma stabil ditampilkan dalam Tabel 1, jumlah
pasien asma dewasa periode 18 Maret 2013 – Desember 2014 sebanyak 24 pasien (51,06%)
sedangkan bulan Januari 2014 – 27 September 2014 sebanyak 23 pasien (48,94%). Hasil
tersebut menunjukkan adanya penurunan jumlah pasien asma dewasa di RSIJ Sukapura. Usia
pasien asma stabil dewasa rerata 41 tahun yang terdiri dari 4 (8,5%) pasien berusia 20-29
tahun, 17 (36,3%) pasien berusia 30-39 tahun, 13 (27,7%) pasien berusia 40-49 tahun, 11
(23,4%) pasien berusia 50-59 tahun dan 2 (4,3%) pasien berusia 60-69 tahun. Pasien asma
stabil dewasa sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 33 (70,21%) pasien
dibandingkan pasien laki – laki 14 (29,79%) pasien.
Tabel 1.1 karakteristik data
KarakteristikN
(47)%
Jumlah pasien18 Maret 2013 - Desember 2013Januari 2014 – 27 September 2014
2423
51,0648,94
Usia20-2930-3940-4950-5960-69Mean
4171311241
8,536,327,723,44,341
Jenis kelaminLaki-lakiPerempuan
1433
29,870,2
PendidikanTidak sekolahSDSMPSMAD3S1
3861758
6,3817,012,7636,2010,6017,02
PekerjaanTidak bekerjaMahasiswaIbu Rumah TanggaBuruhWiraswastaKaryawan
12213119
2,14,344,76,42,140,4
Indeks Masa Tubuh (IMT)Underweight (≤18,5)Normoweight (18,5-24,99)Overweight (25-29,99)Obesitas (≥30)
220187
4,342,638,314,9
6
Mean 25 25
Klasifikasi derajat asma berdasarkan PDPI 2006Asma IntermittentAsma Persisten RinganAsma Persisten SedangAsma Persisten Berat
716177
14,934,036,214
Tingkat pendidikan pasien asma yang berpendidikan SD 8 pasien (17,20%), SMP 6
pasien (12,76%), SMA 17 pasien (36,20%), D3 5 pasien (10,60%), S1 8 pasien (17,02%) dan
tidak sekolah 3 pasien (6,38%). Pekerjaan pasien asma di RSIJ Sukapura terbanyak bekerja
sebagai ibu rumah tangga 21 pasien (44,7%) dibandingkan dengan tidak bekerja 1 pasien
(2,1%), mahasiswa 2 pasien (4,3%), buruh 3 pasien (6,4%), wiraswasta 1 pasien (2,1%) dan
karyawan 19 pasien (40,4%). Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan rerata 25, pasien yang
termasuk kriteria normoweight memiliki presentasi yang tinggi sebanyak 20 pasien (42,6%)
sedangkan kriteria underweight memiliki presentasi yang paling rendah sebanyak 2 pasien
(4,3%). Klasifikasi derajat asma yang paling banyak terjadi di RSIJ Sukapura periode 18
Maret 2013 – 27 September 2014 adalah asma persisten sedang sebanyak 17 pasien (36,2%)
dibandingkan dengan derajat asma yang lain seperti asma intermittent sebanyak 6 pasien
(12,8%), asma persisten ringan sebanyak 14 pasien (39,8%) dan asma persisten berat sebanyak
7 pasien (14,9%).
Analisis univariant berdasarkan variabel – variabel penelitian.
1) Alergen hirup
Tabel 3 Distribusi frekuensi faktor pencetus serangan asma berupa alergen hirup
Faktor pencetus asma berupa alergen hirup
Jumlah pasien
(n) (%)Ya 2 4,25Tidak 45 95,75
Jumlah 47 100
Berdasarkan tabel 3 terdapat 2 orang (4,25%) pasien asma yang memiliki faktor
pencetus serangan asma berupa alergen hirup sedangkan 45 orang (95,1%) pasien lainnya
tidak memiliki faktor pencetus serangan asma berupa alergen hirup.
2) Pajanan lingkungan kerja
Tabel 5 Distribusi frekuensi faktor pencetus serangan asma berupa pajanan lingkungan kerja
Faktor pencetus asma berupa pajanan lingkungan kerja
Jumlah pasien
(n) (%)
Ya 1 2,12
7
Tidak 46 97,88
Jumlah 47 100
Berdasarkan tabel 5 terdapat 1 orang (2,12%) pasien asma yang memiliki faktor
pencetus serangan asma berupa pajanan lingkungan kerja sedangkan 46 orang (97,88%)
pasien lainnya tidak memiliki faktor pencetus serangan asma berupa pajanan lingkungan
kerja.
3) Polutan dan iritan
Tabel 6 Distribusi frekuensi faktor pencetus serangan asma berupa polutan dan iritan
Faktor Pencetus Asma polutan dan iritanJumlah pasien
(n) (%)
Ya 7 14,90
Tidak 40 85,10
Jumlah 47 100
Berdasarkan tabel 6 terdapat 7 orang (14,90%) pasien asma yang memiliki faktor
pencetus serangan asma berupa pajanan polutan dan iritan sedangkan 40 orang (85,10%)
pasien lainnya tidak memiliki faktor pencetus serangan asma berupa polutan dan iritan.
4) Merokok
Tabel 7 Distribusi frekuensi faktor pencetus serangan asma berupa merokok
Faktor pencetus asma merokokJumlah pasien
(n) (%)Perokok 1 2,12
Bukan perokok 46 97,88
Bekas perokok 0 0
Jumlah 47 100
Tabel 8 Distribusi frekuensi kebiasaan merokok
Distribusi kebiasaan merokokJumlah pasien
(n) (%)Indeks Brinkman ringan (1-200) 1 2,12
Indeks Brinkman sedang (201-600) 0 0
Indeks Brinkman Berat (≥600) 0 0
Jumlah 1 2,12
Berdasarkan tabel 8 terdapat 1 orang (2,12%) pasien asma yang memiliki faktor
pencetus serangan asma karenan merokok sedangkan 46 orang (97,88%) pasien lainnya
bukan perokok dan tidak ada pasien yang memiliki riwayat merokok (bekas perokok). Tabel
8 menunjukkan bahwa Indeks Brinkman pada pasien asma yang merokok di RSIJ Sukapura
8
termasuk kedalam Indeks Brinkman ringan berjumlah 1 orang (2,12%) hal ini diperoleh dari
hasil perkalian jumlah batang rokok yang diisap perharinya dengan lama nya kebiasaan
merokok.
5) Refluks gastroesogafus
Tabel 9 Distribusi frekuensi faktor pencetus serangan asma berupa refluks gastroesofagus (GERD)
Faktor pencetus asma GERDJumlah pasien
(n) (%)
Ya 12 25,53
Tidak 35 74,46
Jumlah 47 100
Berdasarkan tabel 9 terdapat 12 orang (25,53%) pasien asma yang memiliki faktor
pencetus serangan asma berupa refluks gastroesofagus sedangkan 35 orang (74,46%) pasien
lainnya tidak memiliki faktor pencetus serangan asma berupa refluks gastointestinal.
6) Infeksi saluran napas
Tabel 10 Distribusi frekuensi faktor pencetus serangan asma berupa infeksi saluran napas.
Faktor pencetus asma infeksi saluran napasJumlah pasien
(n) (%)Ya 24 51,06
Tidak 23 48,94
Jumlah 47 100
Berdasarkan tabel 10 terdapat 24 orang (51,06%) pasien asma yang memiliki faktor
pencetus serangan asma berupa infeksi saluran nafas sedangkan 23 orang (48,94%) pasien
lainnya di sebabkan oleh faktor pencetus lain.
Tabel 11 faktor pencetus serangan asma dengan klasifikasi derajat asma (PDPI 2006)
9
Pada tabel 11 ditampilkan pasien asma yang terdiagnosis derajat intermitten ada 7
pasien dengan faktor pencetus terbanyak karena polutan dan iritan, GERD, infeksi saluran
napas sebanyak 2 pasien (4,3%). Pasien asma yang terdiagnosis asma persisten ringan
berjumlah 16 pasien dengan faktor pencetus terbanyak disebabkan oleh infeksi saluran napas
sebanyak 7 pasien (14,9%). Pasien asma yang terdiagnosis asma persisten sedang berjumlah
17 orang dengan faktor pencetus terbanyak disebabkan oleh infeksi saluran napas 12 pasien
(25,5%). Pasien asma yang terdiagnosis asma persisten berat berjumlah 7 orang dengan
faktor pencetus terbanyak karena refluks gastroesofagus dan infeksi saluran napas sebanyak 3
orang (6,4%) pasien. Faktor pencetus tersering karena infeksi saluran napas 23 pasien
(48,94%) dan hanya sedikit pasien asma yang memliki faktor pencetus berupa merokok dan
pajanan lingkungan.
PEMBAHASAN
Karakteristik data pasien asma stabil dewasa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pasien asma dewasa dengan
faktor pencetus serangan asma di RSIJ Sukapura. Sampel yang digunakan pada penelitian ini
berjumlah 47 pasien. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok usia 30 – 39
tahun merupakan kelompok usia pasien asma stabil terbanyak yang berobat di Klinik Paru
Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura Periode 18 Maret 2013 – 27 September 2014. Hal ini
sejalan dengan penelitian Desy Anriyani dkk.9 di Rumah Sakit Umum daerah Langsa tahun
2012. Pada usia produktif lebih banyak yang terserang penyakit asma, hal ini nampaknya
berhubungan dengan seringnya terpapar allergen, merokok, fluktuasi hormonal, inflamasi dan
infeksi saluran napas dan sebagainya.10
Penderita asma stabil dalam penelitian ini lebih banyak terjadi pada perempuan
(70,2%) dibandingkan laki – laki (29,8%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Herdi tahun 2011 dan Anisa Ratna tahun 2012 di Pontianak tahun yang menyatakan
penyakit asma lebih sering terjadi pada perempuan.11,12 Kecenderungan perempuan memiliki
asma dibandingkan dengan laki-laki dipengaruhi oleh kadar hormonal yang terjadi pada
perempuan, kecemasan dan depresi yang sering menyerang perempuan serta obesitas. Kadar
hormon estrogen yang tinggi dapat berperan sebagai substansi proinflamasi
(membantu/memicu inflamasi) terutama mempengaruhi sel mast, dimana sel mast merupakan
sel yang berperan dalam memicu reaksi hipersensitifitas dengan melepaskan histamine dan
mediator inflamasi lainnya, sehingga memperberat morbiditas asma pada pasien perempuan.12
Tingkat pendidikan pada penelitian yang terbanyak pasien dengan pendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA) sebanyak 17 pasien (36,20%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian
10
yang dilakukan oleh Satria pratama dkk.6 tahun 2006 di Poli Asma RSUP Persahabatan.
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Suharmiati dkk.13 yang mengemukakan bahwa
semakin rendahnya pendidikan seseorang mempunyai resiko lebih besar menderita penyakit
asma yang didiagnosa oleh tenaga kesehatan. Jenis pekerjaan terbanyak pada pasien asma di
RSIJ sukapura adalah sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 21 pasien (44,7%). Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Samsul Affandi dkk.14 di Poli Paru Rumah Sakit.
Hal ini kemungkinan disebabkan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga lebih sering terpapar
faktor pencetus asma ketika melakukan aktivitas sehari - hari seperti pajanan alergen dan
berasal dari karpet, polutan dan iritan seperti bau yang menyengat dari masakan dan infeksi
virus dari lingkungan dalam atau luar rumah yang dapat menyebabkan infeksi saluran napas.
Indeks Masa Tubuh (IMT) pada penelitian terbanyak adalah pasien asma stabil
dengan IMT normoweight sebanyak 20 pasien (42,6%). Penelitian ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ilyas dkk.15 di Rumah Sakit Persahabatan yang
menyatakan pasien asma dengan IMT overweight atau obesitas lebih banyak dibandingkan
dengan pasien asma yang memiliki Indeks Masa Tubuh (IMT) yang normal. Selain itu,
penelitian yang dilakukan oleh Gina Amanda di RS PMC Pekanbaru Riau memiliki hasil
yang sama dengan penelitian Muhammad Ilyas.16 Perbadaan hasil penelitian dengan
penelitian sebelumnya kemungkinan disebabkan oleh perbedaan jumlah sampel, sampel yang
diteliti pada penelitian ini lebih sedikit dibandingkan dengan sampel penelitian sebelumnya.
Klasifikasi derajat asma yang terbanyak adalah asma persisten sedang sebanyak 17
pasien (36,2%). Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Satria
Pratama di Rumah Sakit Persahabatan yang mengatakan bahwa pasien asma derajat persisten
sedang lebih banyak diderita pasien asma dibandingkan dengan pasien asma derajat lainnya.6
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan pola keterbatasan aliran
udara. Banyaknya pasien asma persisten sedang yang berobat ke Rumah Sakit Sukapura
kemungkinan disebabkan kurang terkontrolnya penyakit asma pada pasien asma di Rumah
Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Sukapura.
Faktor pencetus asma dengan serangan asma
a) Alergen hirup
Hasil penelitian di RSIJ Sukapura menyatakan bahwa terdapat 2 orang (4,25%)
pasien asma yang memiliki faktor pencetus serangan asma berupa alergen hirup dari 47
pasien asma dewasa. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Yasmin Darmin di Gorontalo, sebanyak 63% pasien asma memiliki faktor pencetus
11
serangan asma berupa alergen hirup.17 Perbedaan hasil penelitian kemungkinan
disebabkan pasien di RSIJ Sukapura tidak sensitif terhadap alergen inhalasi spesifik
indoor dan outdoor. Penelitian membuktikan meskipun alergen dapat menimbulkan
serangan asma dan membuat perubahan yang besar pada paru – paru penderita asma
tetapi akan lebih berdampak pada penderita yang sensitif terhadap alergen.18
b) Pajanan lingkungan kerja
Hazard atau faktor pencetus penyakit asma di tempat kerja bersumber dari bahan
baku, bahan sampingan, proses produksi, produk atau limbah. Terdapat 1 orang (2,12%)
pasien yang memiliki faktor pencetus serangan asma berupa pajanan lingkungan kerja
yaitu pajanan dengan bahan kimia seperti pembersih baju atau deterjen. Menurut
penelitian Samsul dkk.14 di Rumah Sakit Persahabatan mengidentifikasikan hanya 6,07%
yang mengalami pajanan di lingkungan kerja. Rendahnya angka pajanan lingkungan
kerja pada penelitian ini diduga karena sebagian besar pasien dalam penelitian ini adalah
ibu rumah tangga yang lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah bukan di tempat
kerja.
c) Polutan dan iritan
Polusi udara didefinisikan sebagai atmosfer yang menimbun bahan irritan yang
bersifat membahayakan bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Polusi ini bisa berada
outdoor seperti di sekitar tempat kerja, dan sekolah, maupun indoor tempat
kediamannya. Hasil penelitian di Rumah Sakit Sukapura faktor pencetus berupa polutan
dan iritan sebanyak 7 orang (14,90%) pasien. Hasil ini berbeda dengan penelitian Herdi
di Pontianak yang menyatakan terdapat 62,5% pasien asma yang memiliki faktor
pencetus serangan asma berupa debu.11 Menurut penelitian Sy DQ, et.al di Vietnam
sebanyak 15,8% pasien asma memiliki faktor pencetus serangan asma berupa debu.
Penelitian ini dan penelitian Sy DQ, et.al di Vietnam menunjukkan hasil yang hampir
sama tentang persentase faktor pencetus serangan asma berupa polutan dan iritan.19
d) Merokok dan kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan formasi IgE yang dapat memediasi timbulnya
asma, memperburuk proses inflamasi, mengakibatkan bronkokontriksi akut, menurunnya
fungsi paru dengan menurunnya VEP1, dapat memperburuk manisfestasi klinis serta
berpengaruh terhadap respon pengobatan.20 Hasil penelitian di Rumah Sakit Sukapura
menunjukan bahwa terdapat 1 orang (2,12%) pasien asma karena faktor pencetus berupa
merokok. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan I.B Ngurah Rai
di RSUP Sanglah Denpasar jumlah pasien asma karena merokok ada 7,8%.21 Hal ini
12
terjadi karena hanya sedikit pasien asma yang memiliki kebiasaan merokok dan tidak ada
pasien asma yang memiliki riwayat merokok sebelumnya. Kebiasaan merokok pada
pasien asma di RSIJ Sukapura termasuk kedalam Indeks Brinkman ringan hal ini
diperoleh dari hasil kali jumlah rokok yang diisap pasien dengan lamanya merokok
dalam tahun. Sehingga didapatkan hasil sesuai kriteria Indeks Brinkman ringan.
e) Refluks gastroesofagus (GERD)
Pada penelitian didapatkan 12 orang (25,53%) pasien dari 47 pasien asma stabil
yang memiliki faktor pencetus asma. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
Junita I.M Siregar di RSUD DR. Moewardi Surakarta, faktor pencetus asma di RSUD
DR. Moewardi karena refluks gatroesofagus terdapat 55,56%.22 Perbedaan ini terjadi
karena jumlah sampel yang digunakana pada penelitian ini sangat sedikit jika
dibandingkan dengan penelitian sebelumnya.
f) Infeks saluran napas
Terdapat 24 orang (51,06%) pasien yang mempunyai faktor perncetus asma
berupa infeksi saluran napas. Infeksi saluran napas yang paling banyak menimbulkan
gejala asma disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi akibat virus mungkin dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan epitel dan perdangan saluran pernapasan,
keduanya merupakan faktor penting yang mampu menyebabkan gejala asma. Penelitian
hampir sama dengan penelitian yang dilakukan Ni Luh Putu Ekarini yang menyebutkan
bahwa asma yang disebabkan oleh infeksi saluran napas sebanyak (52,5%).23
Hasil penelitian di RISJ Sukapura faktor pencetus serangan asma terbanyak adalah
infeksi saluran napas 24 pasien (51,06%) . Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
Herdi di RSU Dr. Soedarso Pontianak menyatakan faktor pencetus asma paling sering berupa
debu (polutan dan iritan) sebanyak 60 orang (62,5%).11 Perbedaan ini diduga karena
perbedaan lingkungan dan jumlah penduduk dimana daerah Sukapura Jakarta Utara memiliki
banyak permukiman padat dan jumlah penduduk yang banyak sehingga memudahkan
penularan penyakit menular yang disebabkan oleh virus seperti infeksi saluran napas.
Klasifikasi derajat asma dengan faktor pencetus asma
a. Asma intermittent
Pada penelitian ini faktor pencetus yang menyebabkan asma intemitten adalah
polutan dan iritan, refluks gastroesofagus dan infeksi saluran napas masing masing
terdapat 2 orang (4,3%) pasien. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Satria Pratama dkk.6 yang menyatakan bahwa pasien asma intermitten paling
banyak disebabkan oleh faktor pencetus berupa debu (polutan dan iritan).Asma
13
intermitten merupakan asma derajat ringan dimana gejala <1x/minggu dan tanpa gejala
di luar serangan, pada asma intermitten didapatkan fungsi paru masih normal.
b. Asma persisten ringan dan sedang
Hasil penelitian mengenai faktor pencetus asma yang paling banyak
menyebabkan asma persisten ringan dan sedang adalah infeksi saluran napas sebanyak 7
orang (14,9%) pasien dan 12 orang (25,5%) pasien. Hasil ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Satria Pratama dkk.6 di RSUP Persahabatan yang
mengatakan bahwa faktor pencetus pasien asma persisten ringan dan sedang berupa debu
(polutan dan iritan) sebanyak 165 orang (27,3%) pasien. Perbedaan hasil penelitian
kemungkinan disebabkan karena tinggi nya angka kejadian infeksi saluran napas di RSIJ
Sukapura.
c. Asma persisten berat
Hasil penelitian mengenai faktor pencetus asma yang paling banyak
menyebabkan asma persisten berat adalah refluks gastroesofagus (GERD) dan infeksi
saluran napas sebanyak 3 orang (6,4%) pasien. Diagnosis asma persisten berat
disebabkan karena seringnya terpapar faktor pencetus dan kurangnya perilaku kontrol
teratur sehingga memperperat serangan asma tetapi belum ada penelitian lain yang
membahas mengenai faktor pencetus asma dengan terjadinya asma persisten berat.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dari 47 pasien didapatkan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pasien asma stabil dewasa yang berobat di RSIJ Sukapura terbanyak berjenis kelamin
perempuan dan berusia 30-39 tahun. Tingkat pendidikan pada pasien asma di Rumah
Sakit Sukapura terbanyak adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) dan berprofesi sebagai
Ibu Rumah Tangga (IRT). Indeks masa Tubuh (IMT) terbanyak normoweight dan
klasifikasi dejarat asma terbanyak adalah asma persisten sedang.
2. Faktor pencetus terbanyak yang mengakibatkan asma di RSIJ Sukapura adalah infeksi
saluran napas.
3. Dejarat asma intermitten tersering disebabkan oleh faktor pencetus berupa polutan dan
iritan, refluks gastroesofagus (GERD), dan infeksi saluran nafas. Asma persisten ringan
dan persisten sedang tersering disebabkan oleh faktor pencetus berupa infeksi saluran
napas. Faktor pencetus serangan asma persisten berat lebih sering karena refluks
gastroesofagus (GERD) dan infeksi saluran napas.
14
Daftar pustaka
1. Global initiative for asthma. Definition, description dan diagnosis of asthma. In: Global
strategy for asthma management and prevention. Portland: NHLBI Publications;
2014.p.1-9.
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Asma pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di
Indonesia. Jakarta : PDPI; 2006.p.3-103.
3. Boedi Swidarmoko. Profil produktivitas kerja, biaya pengobatan serta pengetahuan,
sikap dan perilaku terhadap penyakitnya pada pasien asma. Tesis Departemen
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirologi FKUI. Jakarta; 1994.
4. Bianca PG, Marcelo Vivolo Aun, Carla Bisaccioni, et al. Difficult‐to‐control asthma
management through the use of a specific protocol. US National Library of Medicine
Health. 2010;65:905-18.
5. Dewan Asma Indonesia. Pedoman Tatalaksana Asma. Jakarta:DAI; 2011.p.1-55.
6. Pratama S, Erna Juniety, Dedi Zairus, Vinda Rassuna, Faisal Yunus. Profil Pasien Rawat
Jalan Poli Asma RSUP Persahabatan Juli – Desember 2006. J Respir Indo.
2006;130:405-11.
7. Widodo R, Susanthy Djajalaksana. Patofisiologi dan Marker Airway Remodeling
pada Asma Bronkial. J Respir Indo. 2012;32:110-9.
8. Sindey S Braman, MD, FCCP. Amaerican collage of chest physician. Asthma. ACCP.
2009; 81.
9. Anriani Desy, Jemadi, Rasmaliah. Karakteristik penderita asma bronkial rawat inap di
rumah sakit umum daerah Langsa tahun 2009-2012. Skripsi Universitas Sumatra Utara:
2013. p. 1-7
10. Sari SP. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dan Tingkat Kontrol Asma Pada Pasien
Asma Dewasa di Poliklinik Paru RSUD Dokter Soedarso Pontianak. Jurnal Untan. 2014:
1; 8.
11. Herdi, Gambaran faktor pencetus serangan pada pasien asma di poliklinik paru dan
bangsal paru. Skripsi Fakultas Kedokteran Tanjungpura. Pontianak; 2011.
12. Darmila A. Hubungan karakteristik pasien asma bronkial dengan gejala penyakit refluks
gastroesofagus di RSUD dr. Soedarso Pontianak. Naskah Publikasi Fakultas Kedokteran
Tanjungpura. Pontianak; 2012.
13. Permatasari S. Hubungan antara tingkat kecemasan dan tingkat kontrol asma pada pasien
asma dewasa di Poliklinik Paru RSUD dr. Soedarso Pontianak. Skripsi Fakultas
Kedokteran Tanjungpura. Pontianak; 2014.
15
14. Samsul Afandi, Faisal Yunus, Sita Andarini, Aria Kekalih. Tingkat kontrol pasien asma
di Rumah Sakit Persahabatan berdasarkan asthma control test beserta hubungannya
dengan tingkat morbiditas dan faktor risiko. Studi Longitudinal di Poli Rawat Jalan
Selama Satu Tahun. J Respir Indo 2013;33:1-14.
15. Ilyas, Muhammad. Corelation between asma control test and spirometry as tool off
asessing of controlled Asthma. J Respir Indo. 2010;30:1-7.
16. Amanda G. Obesitas dan Asma. J CDK. 2012;39:199-201.
17. Yasmin D. Hubungan kondisi lingkungan fisik rumah dan allergen dengan kerjadian
asma bonkiale di wilayah kerja Puskesmas Tamale Kota Gorontalo. J Kesmas. 2013:1;1.
18. Arif F. Hubungan antara lama penggunaan kasur kapuk dengan jumlah populasi tungau
debu rumah di perumahan PJKA kelurahan randusari semarang. Artikel karya tulis
ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang; 2006.
19. Sy DQ, Thanh Binh MH, QuocNT, et al. Prevalence of asthma and asthma-like
symptoms in Dalat Highlands, Vietnam. Singapore. Med J. 2007;48: 294-303.
20. Widi A, Hana K, Putri F, Evans TB. Prevalensi asma tidak terkontrol dan faktor – faktor
yang berhubungan dengan tingkat kontrol asma di Poliklinik Asma Rumah Sakit
Persahabatan Jakarta. J Respir Ind. 2011;31:2.
21. Ngurah rai IB, Sajinadiyasa IGK. Hubungan merokok dan lama rawat inap pasien asma
eksaserbasi akut di RSUP Sanglah Denpasar. J Respir Ind. 2009;29(3):112-115.
22. Junita I.M Siregar. Hubungan antara asma bronkial dengan refluks gastroesofagus di
RSUD DR. Moerwardi. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Surakarta:2010.
23. Nih luh PE. Analisis faktor – faktor pemicu dominan terjadinya serangan asma pada
pasien asma. Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Kekhususan Keparawatan Medikal Bedah
Universitas Indonesia. Depok:2012.