jurnal hipertermi

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2009). Dewasa ini berbagai penyakit mulai berkembang, dan dari berbagai penyakit yang muncul, sebagian besar penyakit ditandai dengan gejala demam. Menjaga kesehatan anak menjadi perhatian khusus para ibu, terlebih saat pergantian musim yang umumnya disertai dengan berkembangnya berbagai penyakit. Berbagai penyakit itu biasanya makin mewabah pada musim peralihan, baik dari musim kemarau ke penghujan maupun sebaliknya. Terjadinya perubahan cuaca tersebut mempengaruhi perubahan kondisi kesehatan anak. Kondisi anak dari sehat menjadi sakit mengakibatkan tubuh bereaksi untuk meningkatkan suhu yang biasa disebut demam (hipertermi). 1

Upload: iina-nouveiraa

Post on 20-Oct-2015

759 views

Category:

Documents


28 download

DESCRIPTION

mz.vvvvvvv

TRANSCRIPT

Page 1: jurnal hipertermi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak

mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus

bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan

pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak

diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa

(Hidayat, 2009).

Dewasa ini berbagai penyakit mulai berkembang, dan dari berbagai

penyakit yang muncul, sebagian besar penyakit ditandai dengan gejala demam.

Menjaga kesehatan anak menjadi perhatian khusus para ibu, terlebih saat

pergantian musim yang umumnya disertai dengan berkembangnya berbagai

penyakit. Berbagai penyakit itu biasanya makin mewabah pada musim

peralihan, baik dari musim kemarau ke penghujan maupun sebaliknya.

Terjadinya perubahan cuaca tersebut mempengaruhi perubahan kondisi

kesehatan anak. Kondisi anak dari sehat menjadi sakit mengakibatkan tubuh

bereaksi untuk meningkatkan suhu yang biasa disebut demam (hipertermi).

Demam (hipertermi) adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih

tinggi dari biasanya, dan merupakan gejala dari suatu penyakit (Maryuni,

2010). Demam merupakan fase awal dari berkembangnya sebuah penyakit,

penanganan demam dengan kompres di masyarakat banyak mengalami salah

persepsi. Masyarakat menganggap bila demam lebih efektif jika dikompres

dingin, tetapi sebenarnya kompres hangatlah yang lebih efektif dalam

menurunkan suhu tubuh akibat demam. Penatalaksaan demam di Rumah Sakit

juga sangat perlu dilakukan oleh perawat sebagai tindakan mandiri sebelum

melakukan tindakan kolaborasi dengan tenaga medis lain.

Dari uraian di atas, kami ingin menginformasikan kepada masyarakat

mengenai penatalaksanaan kompres hangat yang efektif untuk menurunkan suhu

tubuh akibat demam. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang efektifitas

1

Page 2: jurnal hipertermi

kompres hangat melatarbelakangi kami untuk mengalisis jurnal yang telah teruji

kebenarannya melalui penelitian sehingga dapat meluruskan persepsi masyarakat

selama ini.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memerhatikan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dikaji

dalam analisis jurnal ini adalah :

1. Apakah penyebab terjadinya demam?

2. Bagaimanakah efektifitas kompres hangat dalam penurunan suhu tubuh

akibat demam?

3. Bagaimanakah penatalaksanaan kompres hangat di Rumah Sakit?

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang dicapai melalui analisis jurnal ini adalah :

1. Mengetahui penyebab terjadinya demam.

2. Mengetahui efektifitas kompres hangat dalam penurunan suhu tubuh

akibat demam.

3. Mengetahui penatalaksanaan kompres hangat yang dilakukakan di Rumah

Sakit.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan dari analisis jurnal ini adalah :

1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang penyebab terjadinya

demam agar masyarakat lebih waspada terhadap kesehatan.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang efektifitas kompres

hangat dalam menurunkan suhu akibat demam sehingga dapat meluruskan

persepsi masyarakat selama ini.

3. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penatalaksanaan

kompres hangat yang dilakukan di Rumah Sakit.

2

Page 3: jurnal hipertermi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam

Sebagian besar demam berhubungan dengan infeksi yang dapat

berupa infeksi lokal atau sistemik. Paling sering demam disebabkan oleh

penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas, infeksi saluran

pernafasan bawah, gastrointestinal, dan sebagainya. Ada beberapa kasus,

penyakit infeksi yang menyerang sistem gastrointestinal pada anak-anak,

salah satunya adalah Thypoid Abdominalis atau dikenal dengan istilah

demam tifoid.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan terdapat sekitar 16-33

juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan kejadian 500-600 ribu per

kasus kematian tiap tahun (R, Aden, 2010). Di Indonesia, demam tifoid masih

merupakan penyakit endemik dan menjadi masalah kesehatan yang serius.

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, kasus demam tifoid

menempati urutan kedua dari data 10 penyakit utama pasien rawat inap

rumah sakit dengan persentase 3,15%.

Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD. Prof. Dr. H. Aloei

Saboe Kota Gorontalo, tentang jumlah pasien demam tifoid yang dirawat di

Ruang G1 (anak) Lt. 2 pada tahun 2011 yakni sebanyak 299 orang, dengan

persentase sekitar 14,1% dari total keseluruhan pasien yang dirawat di Ruang

G1 (anak) Lt. 2. Menurunkan atau tepatnya mengendalikan dan mengontrol

demam pada anak dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya

adalah dengan cara kompres. Selama ini kompres dingin atau es menjadi

kebiasaan yang diterapkan para ibu saat anaknya demam. Namun kompres

mengunakan es sudah tidak dianjurkan karena pada kenyataannya demam tidak

turun bahkan naik dan dapat menyebabkan anak menangis, menggigil dan

kebiruan, oleh karena itu, kompres menggunakan air hangat lebih dianjurkan.

Hal ini dilakukan juga karena tindakan kompres hangat lebih mudah 3

Page 4: jurnal hipertermi

dilakukan dan tidak memerlukan biaya yang cukup besar. Selain itu, tindakan

kompres hangat juga memungkinkan pasien atau keluarga tidak terlalu

tergantung pada obat antipiretik.

2.2 Efektifitas Kompres Hangat

Kompres hangat adalah melapisi permukaan kulit dengan handuk yang

telah dibasahi air hangat dengan temperatur maksimal 43OC. Lokasi kulit

tempat mengompres biasanya di wajah, leher, dan tangan. Kompres hangat

pada kulit dapat menghambat shivering dan dampak metabolik yang

ditimbulkannya. Selain itu, kompres hangat juga menginduksi vasodilatasi

perifer, sehingga meningkatkan pengeluaran panas tubuh. Penelitian

menunjukkan bahwa pemberian terapi demam kombinasi antara antipiretik

dan kompres hangat lebih efektif dibandingkan antipiretik saja, selain itu

juga mengurangi rasa tidak nyaman akibat gejala demam yang dirasakan.

Pemakaian antipiretik dan kompres hangat memiliki proses yang tidak

berlawanan dalam menurunkan temperatur tubuh. Oleh karena itu, pemakaian

kombinasi keduanya dianjurkan pada tatalaksana demam.Tindakan kompres

hangat merupakan salah satu tindakan mandiri dari perawat, tetapi sering

diabaikan bahkan sering dibebankan pada keluarga pasien. Untuk dapat

mengangkat intervensi ini ke permukaan maka perlu adanya upaya untuk

membuktikan efektifitas dari tindakan ini dalam menurunkan demam khususnya

pada pasien anak penderita demam tifoid. Berdasarkan uraian tersebut diatas

maka perlu adanya upaya untuk membuktikan Efektifitas Kompres Hangat

Dalam Menurunkan Demam Pada Pasien Thypoid Abdominalis.

Berdasarkan hasil penelitian tentang kompres hangat yang dilakukan

pada 19 responden yang mengalami demam tifoid, terdapat 14 responden

yang hasilnya menunjukkan penurunan suhu tubuh dan 5 responden lainnya

tidak menunjukkan penurunan suhu tubuh. Hal ini dikarenakan, 5 responden

tersebut merupakan pasien dengan diagnosa demam thypoid H-0 yang masa

infeksinya masih tinggi, dimana demam yang dialami oleh pasien tersebut

juga sulit untuk menunjukkan penurunan suhu tubuh. Oleh karena itu, untuk

4

Page 5: jurnal hipertermi

pasien dengan demam thypoid H-0 yang masa infeksinya maupun demamnya

masih tinggi perlu diberikan terapi antibiotik secara intensif dan terapi antipiretik

jika perlu (demam > 38,50C). Hal ini sesuai dengan teori Aden (2010)

yang mengatakan antibiotik merupakan terapi yang efektif untuk demam tifoid.

Tetapi, pemberian antibiotik tidak secara otomatis menurunkan demam,

karena di dalam tubuh masih terjadi proses kerja dari antibiotik dalam

mematikan bakteri penyebab infeksi. Dalam melakukan penelitian, responden

yang dijadikan sampel telah memenuhi kriteria inklusi peneliti yaitu pasien

yang belum mengkonsumsi antipiretik pada saat akan dilakukan penelitian,

sehingga dapat menunjukkan hasil yang akurat dari tindakan kompres hangat

dan bukan efek dari hasil pemberian antipiretik.

2.3 Penatalaksanaan Kompres Hangat

Pemberian tindakan kompres hangat merupakan bagian dari tindakan

mandiri perawat yang termasuk aman dan tidak memiliki efek samping dalam

penatalaksanaannya. Sehingga perawat dapat menerapkan tindakan mandirinya

sebelum dilakukan tindakan kolaborasi dengan tim medis. Tindakan kompres

hangat merupakan tindakan yang cukup efektif dalam menurunkan demam.

Oleh karena itu, sebaiknya penggunaan antipiretik tidak diberikan secara

otomatis pada setiap keadaan demam. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa tindakan kompres hangat efektif dalam menurunkan

demam pada pasien thypoid abdominalis di Ruang G1 Lt. 2 RSUD. Prof.

Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

5

Page 6: jurnal hipertermi

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penyebab Terjadinya Demam

Sebagian besar demam berhubungan dengan infeksi yang dapat berupa

infeksi lokal atau sistemik. Paling sering demam disebabkan oleh penyakit

infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas, infeksi saluran pernafasan

bawah, gastrointestinal, dan sebagainya. Ada beberapa kasus, penyakit infeksi

yang menyerang sistem gastrointestinal pada anak-anak, salah satunya adalah

Thypoid Abdominalis atau dikenal dengan istilah demam tifoid. Menurunkan

atau tepatnya mengendalikan dan mengontrol demam pada anak dapat

dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan cara kompres.

Selama ini kompres dingin atau es menjadi kebiasaan yang diterapkan para

ibu saat anaknya demam. Namun kompres mengunakan es sudah tidak

dianjurkan karena pada kenyataannya demam tidak turun bahkan naik dan dapat

menyebabkan anak menangis, menggigil dan kebiruan, oleh karena itu,

kompres menggunakan air hangat lebih dianjurkan. Hal ini dilakukan juga

karena tindakan kompres hangat lebih mudah dilakukan dan tidak

memerlukan biaya yang cukup besar. Selain itu, tindakan kompres hangat

juga memungkinkan pasien atau keluarga tidak terlalu tergantung pada obat

antipiretik.

3.2 Efektifitas Kompres Hangat Dalam Penurunan Suhu Tubuh Akibat

Demam

Kompres hangat adalah melapisi permukaan kulit dengan handuk yang

telah dibasahi air hangat dengan temperatur maksimal 43OC. Lokasi kulit

tempat mengompres biasanya di wajah, leher, dan tangan. Kompres hangat

pada kulit dapat menghambat shivering dan dampak metabolik yang

ditimbulkannya. Selain itu, kompres hangat juga menginduksi vasodilatasi

perifer, sehingga meningkatkan pengeluaran panas tubuh. Penelitian

menunjukkan bahwa pemberian terapi demam kombinasi antara antipiretik

dan kompres hangat lebih efektif dibandingkan antipiretik saja, selain itu

6

Page 7: jurnal hipertermi

juga mengurangi rasa tidak nyaman akibat gejala demam yang dirasakan.

Berdasarkan hasil penelitian tentang kompres hangat yang dilakukan pada 19

responden yang mengalami demam tifoid, terdapat 14 responden yang

hasilnya menunjukkan penurunan suhu tubuh dan 5 responden lainnya tidak

menunjukkan penurunan suhu tubuh. Hal ini dikarenakan, 5 responden

tersebut merupakan pasien dengan diagnosa demam thypoid H-0 yang masa

infeksinya masih tinggi, dimana demam yang dialami oleh pasien tersebut

juga sulit untuk menunjukkan penurunan suhu tubuh. Oleh karena itu, untuk

pasien dengan demam thypoid H-0 yang masa infeksinya maupun demamnya

masih tinggi perlu diberikan terapi antibiotik secara intensif dan terapi antipiretik

3.2 Penatalaksanaan Kompres Hangat di Rumah Sakit

Berdasarkan hasil penelitian tentang kompres hangat yang dilakukan pada

19 responden yang mengalami demam tifoid, terdapat 14 responden yang

hasilnya menunjukkan penurunan suhu tubuh dan 5 responden lainnya tidak

menunjukkan penurunan suhu tubuh. Hal ini dikarenakan, 5 responden

tersebut merupakan pasien dengan diagnosa demam thypoid H-0 yang masa

infeksinya masih tinggi, dimana demam yang dialami oleh pasien tersebut

juga sulit untuk menunjukkan penurunan suhu tubuh. Oleh karena itu, untuk

pasien dengan demam thypoid H-0 yang masa infeksinya maupun demamnya

masih tinggi perlu diberikan terapi antibiotik secara intensif dan terapi antipiretik

ANALISIS PICOT

P : Pada Pasien Thypoid Abdominalis Di Ruang G1 Lt.2 RSUD Prof. Dr. H.

Aloei Saboe Kota Gorontalo, Di dapatkan hasil penelitian tentang kompres

hangat yang dilakukan pada 19 responden yang mengalami demam tifoid, terdapat

14 responden yang hasilnya menunjukkan penurunan suhu tubuh dan 5 responden

lainnya tidak menunjukkan penurunan suhu tubuh.

I: Tindakan yang dilakukan untuk menurunkan demam yang dibahas pada jurnal

ini dengan memberikan kompres air hangat kepada pasien yang mengalami

demam. Kompres di berikan oleh 19 responen. Pemberian kompres hangat pada

7

Page 8: jurnal hipertermi

daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang

belakang.

C: Setelah membandingkan jurnal utama dan jurnal pendukung di temukan hasil

dari kompres dengan air hangat efektif untuk menurunkan panas karena

Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla

oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh hipotalamik bagian anterior

sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan

pembuangan/ kehilangan energi/ panas melalui kulit meningkat (berkeringat),

diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai keadaan normal

kembali. Pernyataan ini di dukung oleh jurnal lain yang berjudul ‘EFEKTIFITAS

KOMPRES DINGIN DAN HANGAT PADA PENATALAKSANAAN

DEMAM” Yang membahas mengenani ke efektifitasan kompres hangat dalam

menurunkan suhu tubuh pada pasien demam, yaitu dengan melakukan upaya

melebarkan pembuluh darah perifer dengan cara menyeka kulit dengan air

hangat(tepid-sponging)atau kompres hangat,dan pemakaian kompres hangat

dalam tatalaksana demam. Kompres hangat adalah melapisi permukaan kulit

dengan handuk,yang telah di basahi air hangat dengan temperature maksimal 43

c . Lokasi kulit empat mengompres biasanya di wajah,leher,dan tangan. Kompres

hangat pada kulit dapat menghambat shivering dan dampak metabolic yang di

timbulkannya. Selain itu kompres hangat juga menginduksi vasodilatasi perifer,

sehingga memungkinkan pengeluaran panas tubuh. Dan penggnaan kompres

dingin tiak efektif karena mendinginkan dengan air es atau alcohol kurang

bermanfaat karena mengakibatkan vasokonstruksi pembuluh darah sehingga panas

sulit disalurkan baik lewat mekanisme evaporasi maupun radiasi selain itu

pengompresan dengan alcohol dapat menyebabkan keracunan alcohol dengan

gejala hepoglikemia sampai kematian .Kompres dingin menurunkan temperature

kulit lebih cepat dari pada termperatur inti tubuh. Sehingga meragsang

vasokontriksi dan shivering. Shivering mengakibatkan gangguan metabolisme

karena meningkatkan konsumsi oksigen dan volume respirasi meningkatkan

persentase karbon dioksida dalam udara ekspirasi dan meningkatkan aktifitas

system saraf simpatis,oleh karena itu kompres dingin kurang efektif daam

8

Page 9: jurnal hipertermi

tatalaksana demam karena selain kurang nyaman juga merangsang produksi panas

dan menghalangi pengeluaran panas tubuh

O: Berdasarkan, hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai rata-rata suhu tubuh

responden sebelum perlakuan sebesar 38,4 ± 0,70C. Sedangkan suhu tubuh

responden setelah perlakuan sebesar 37,7 ± 1,00C. Jika dilihat dari standar deviasi

ternyata ditemukan variasi nilai yang lebih besar pada anak yang sesudah

dikompres dibandingkan dengan suhu anak sebelum dikompres. Hal ini

menunjukkan bahwa penurunan suhu antara satu anak dengan yang lain memiliki

variasi nilai penurunan yang cukup berbeda. Sehingga dapat ditarik kesimpulan

bahwa tindakan kompres hangat dapat menurunkan demam pada pasien demam

thypoid.

T: kompres hangat diberikan hingga pasien mengalami penurunan suhu tubuh

berkisar(36,5 hingga 37,5)

Adapun kekurangan yang ada pada jurnal utama yaitu tidak adanya cara-cara

yang jelas dalam penjelasan tatacara pengompresan menggunakan air hangat Dan

dimana tidak adaya waktu, yang dicantumkan di jurnal berapa lama dilakukannya

proses pengompresan tersebut. Dan adapun kelebihan dari jurnal tersebut yaitu

analisis data yang dicantumkan sudah jelas dan lengkap.

9

Page 10: jurnal hipertermi

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Dari pembahasan dan tinjauan pustaka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut :

1. Sebagian besar demam berhubungan dengan infeksi yang dapat

berupa infeksi lokal atau sistemik. Paling sering demam disebabkan

oleh penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas, infeksi

saluran pernafasan bawah, gastrointestinal, dan sebagainya.

2. Berdasarkan hasil penelitian tentang kompres hangat yang dilakukan

pada 19 responden yang mengalami demam tifoid, terdapat 14

responden yang hasilnya menunjukkan penurunan suhu tubuh dan 5

responden lainnya tidak menunjukkan penurunan suhu tubuh. Hal ini

dikarenakan, 5 responden tersebut merupakan pasien dengan diagnosa

demam thypoid H-0 yang masa infeksinya masih tinggi, dimana

demam yang dialami oleh pasien tersebut juga sulit untuk

menunjukkan penurunan suhu tubuh.

3. Pemberian tindakan kompres hangat merupakan bagian dari tindakan

mandiri perawat yang termasuk aman dan tidak memiliki efek samping

dalam penatalaksanaannya. Sehingga perawat dapat menerapkan

tindakan mandirinya sebelum dilakukan tindakan kolaborasi dengan

tim medis. Tindakan kompres hangat merupakan tindakan yang cukup

efektif dalam menurunkan demam.

4.2 Saran

1. Peran Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan. Peran ini dapat

dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar

manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan

dengan menggunakan proses keperawatan, dan peran perawat juga bisa

memberitahukan , dan memberikan informasi ke semua masyarakat bahwa

10

Page 11: jurnal hipertermi

dimana kompres menggunakan air hangat lebih efektif dalam proses

penurunan demam. tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan

dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangan

penggunaan kompres menggunakan air hangat .

2. Peran Perawat sebagai advokat Peran ini dilakukan oleh perawat dalam

membantu klien dan keluarga dalam menginterprestasikan berbagai

informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya seperti

informasi pentingnya penggunaan kompres air hangat untuk menurunkan

demam yang lebih efektif ketimbang menggunakan air dingin.

3. Peran Perawat sebagai Edukator.Peran ini dilakukan dengan membantu

klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit

bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari

klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.Seperti Perawat bisa

memberikn informasi tentang bagaimana cara alterative untuk menurunkan

demam seperti menggunakan air hangat, Karena masih banyak masyarakat

yang belum mengetahui bahwa dengan kompres menggunakan air hangat

bisa menyembuhkan demam, dan masyarakat masih menggunakan air

dingin untuk mengompres padahal hal terebut bisa membuat badan

menggigil dan demam tidak sembuh disini peran perawat harus

memberikan informasi yang benar supaya masyarkat tidak salah

mempresepsikan .

4. Peran Perawat sebagai koordinator.Peran ini dilaksanakan dengan

mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan

dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah

serta sesuai dengan kebutuhan klien. Perawat bisa mengkoordinator atau

memberitahukan ke tim kesehatan lainnya untuk memberitahukan kepada

semua klien atau masyarakat bahwa kompres menggunakan air hangat

lebih cepat menurunkan demam ketimbang menggunakan air dingin .

5. Peran Perawat sebagai kolaborator.Peran ini dilakukan karena perawat

bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli

gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan

11

Page 12: jurnal hipertermi

keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam

penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.perawat juga bisa memberikan

informasi tentang penggunaan air hangat sebagai kompres untuk demam,

dan perawat bisa kalaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk

menggunakan kompres air hangat untuk menurunkan penyakit demam

karena sudah di teliti juga demam bisa turun dengan kompres

menggunakan air hangat disinilah pentingnya peran perawat berkalaborasi

oleh tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan pendapat dan informasi.

Sehingga perawat tidak bisa menjalankan peranan ini bila tidak

bekerjasama dengan tenaga kesehatan yang terkait.

6. Peran Perawat sebagai Konsultan.Peran ini sebagai tempat konsultasi

terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan

informasi contohnya perawat memberikan informasi yang benar terhadap

klien tentang penggunaan kompres air hangat untuk penderita demam,

supaya klien atau masyarakat tau informasi yang benar karena sudah

diteliti bahwa kompres menggunakan air hangat lebih efektif menurunkan

demam ketimbang menggunakan air dingin, menggunakan air dingin tidak

bisa cepat menurunkan demam, akan tetapi bisa menyebabkan pusing,

menggigil dan badan semakin hangat disini peran perawat sangat penting

untuk memberikan informasi yang benar.

7. Peran Perawat sebagai Pembaharuan.Peran ini dilakukan dengan

mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan

terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.Seperti

melakukan perubahan terhadap presepsi yang salah tentang melalukan

kompres dengan air dingin akan menyebabkan demam menurun, itu yang

harus dirubah karena menggunakan air dingin tidak bisa cepat untuk

menyembuhkan demam melainkan bisa menyebabkan badan menjadi

menggigil dan pusing , kompres yang benar yaitu menggunakan air hangat

karena jika menggunakan air hangat maka akan terjadi pelebaran

pembuluh darah yang akan menyebabkan lancarnya pembuluh darah dan

12

Page 13: jurnal hipertermi

cepatnya pengeluran kringat. Disini peran perawat untuk melakukan

pembaharuan informasi atau perubahan yang benar.

13