jurnal hipertermi
DESCRIPTION
mz.vvvvvvvTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak
mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus
bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan
pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak
diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa
(Hidayat, 2009).
Dewasa ini berbagai penyakit mulai berkembang, dan dari berbagai
penyakit yang muncul, sebagian besar penyakit ditandai dengan gejala demam.
Menjaga kesehatan anak menjadi perhatian khusus para ibu, terlebih saat
pergantian musim yang umumnya disertai dengan berkembangnya berbagai
penyakit. Berbagai penyakit itu biasanya makin mewabah pada musim
peralihan, baik dari musim kemarau ke penghujan maupun sebaliknya.
Terjadinya perubahan cuaca tersebut mempengaruhi perubahan kondisi
kesehatan anak. Kondisi anak dari sehat menjadi sakit mengakibatkan tubuh
bereaksi untuk meningkatkan suhu yang biasa disebut demam (hipertermi).
Demam (hipertermi) adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih
tinggi dari biasanya, dan merupakan gejala dari suatu penyakit (Maryuni,
2010). Demam merupakan fase awal dari berkembangnya sebuah penyakit,
penanganan demam dengan kompres di masyarakat banyak mengalami salah
persepsi. Masyarakat menganggap bila demam lebih efektif jika dikompres
dingin, tetapi sebenarnya kompres hangatlah yang lebih efektif dalam
menurunkan suhu tubuh akibat demam. Penatalaksaan demam di Rumah Sakit
juga sangat perlu dilakukan oleh perawat sebagai tindakan mandiri sebelum
melakukan tindakan kolaborasi dengan tenaga medis lain.
Dari uraian di atas, kami ingin menginformasikan kepada masyarakat
mengenai penatalaksanaan kompres hangat yang efektif untuk menurunkan suhu
tubuh akibat demam. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang efektifitas
1
kompres hangat melatarbelakangi kami untuk mengalisis jurnal yang telah teruji
kebenarannya melalui penelitian sehingga dapat meluruskan persepsi masyarakat
selama ini.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan memerhatikan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dikaji
dalam analisis jurnal ini adalah :
1. Apakah penyebab terjadinya demam?
2. Bagaimanakah efektifitas kompres hangat dalam penurunan suhu tubuh
akibat demam?
3. Bagaimanakah penatalaksanaan kompres hangat di Rumah Sakit?
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang dicapai melalui analisis jurnal ini adalah :
1. Mengetahui penyebab terjadinya demam.
2. Mengetahui efektifitas kompres hangat dalam penurunan suhu tubuh
akibat demam.
3. Mengetahui penatalaksanaan kompres hangat yang dilakukakan di Rumah
Sakit.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dari analisis jurnal ini adalah :
1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang penyebab terjadinya
demam agar masyarakat lebih waspada terhadap kesehatan.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang efektifitas kompres
hangat dalam menurunkan suhu akibat demam sehingga dapat meluruskan
persepsi masyarakat selama ini.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penatalaksanaan
kompres hangat yang dilakukan di Rumah Sakit.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Demam
Sebagian besar demam berhubungan dengan infeksi yang dapat
berupa infeksi lokal atau sistemik. Paling sering demam disebabkan oleh
penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas, infeksi saluran
pernafasan bawah, gastrointestinal, dan sebagainya. Ada beberapa kasus,
penyakit infeksi yang menyerang sistem gastrointestinal pada anak-anak,
salah satunya adalah Thypoid Abdominalis atau dikenal dengan istilah
demam tifoid.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan terdapat sekitar 16-33
juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan kejadian 500-600 ribu per
kasus kematian tiap tahun (R, Aden, 2010). Di Indonesia, demam tifoid masih
merupakan penyakit endemik dan menjadi masalah kesehatan yang serius.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, kasus demam tifoid
menempati urutan kedua dari data 10 penyakit utama pasien rawat inap
rumah sakit dengan persentase 3,15%.
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD. Prof. Dr. H. Aloei
Saboe Kota Gorontalo, tentang jumlah pasien demam tifoid yang dirawat di
Ruang G1 (anak) Lt. 2 pada tahun 2011 yakni sebanyak 299 orang, dengan
persentase sekitar 14,1% dari total keseluruhan pasien yang dirawat di Ruang
G1 (anak) Lt. 2. Menurunkan atau tepatnya mengendalikan dan mengontrol
demam pada anak dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya
adalah dengan cara kompres. Selama ini kompres dingin atau es menjadi
kebiasaan yang diterapkan para ibu saat anaknya demam. Namun kompres
mengunakan es sudah tidak dianjurkan karena pada kenyataannya demam tidak
turun bahkan naik dan dapat menyebabkan anak menangis, menggigil dan
kebiruan, oleh karena itu, kompres menggunakan air hangat lebih dianjurkan.
Hal ini dilakukan juga karena tindakan kompres hangat lebih mudah 3
dilakukan dan tidak memerlukan biaya yang cukup besar. Selain itu, tindakan
kompres hangat juga memungkinkan pasien atau keluarga tidak terlalu
tergantung pada obat antipiretik.
2.2 Efektifitas Kompres Hangat
Kompres hangat adalah melapisi permukaan kulit dengan handuk yang
telah dibasahi air hangat dengan temperatur maksimal 43OC. Lokasi kulit
tempat mengompres biasanya di wajah, leher, dan tangan. Kompres hangat
pada kulit dapat menghambat shivering dan dampak metabolik yang
ditimbulkannya. Selain itu, kompres hangat juga menginduksi vasodilatasi
perifer, sehingga meningkatkan pengeluaran panas tubuh. Penelitian
menunjukkan bahwa pemberian terapi demam kombinasi antara antipiretik
dan kompres hangat lebih efektif dibandingkan antipiretik saja, selain itu
juga mengurangi rasa tidak nyaman akibat gejala demam yang dirasakan.
Pemakaian antipiretik dan kompres hangat memiliki proses yang tidak
berlawanan dalam menurunkan temperatur tubuh. Oleh karena itu, pemakaian
kombinasi keduanya dianjurkan pada tatalaksana demam.Tindakan kompres
hangat merupakan salah satu tindakan mandiri dari perawat, tetapi sering
diabaikan bahkan sering dibebankan pada keluarga pasien. Untuk dapat
mengangkat intervensi ini ke permukaan maka perlu adanya upaya untuk
membuktikan efektifitas dari tindakan ini dalam menurunkan demam khususnya
pada pasien anak penderita demam tifoid. Berdasarkan uraian tersebut diatas
maka perlu adanya upaya untuk membuktikan Efektifitas Kompres Hangat
Dalam Menurunkan Demam Pada Pasien Thypoid Abdominalis.
Berdasarkan hasil penelitian tentang kompres hangat yang dilakukan
pada 19 responden yang mengalami demam tifoid, terdapat 14 responden
yang hasilnya menunjukkan penurunan suhu tubuh dan 5 responden lainnya
tidak menunjukkan penurunan suhu tubuh. Hal ini dikarenakan, 5 responden
tersebut merupakan pasien dengan diagnosa demam thypoid H-0 yang masa
infeksinya masih tinggi, dimana demam yang dialami oleh pasien tersebut
juga sulit untuk menunjukkan penurunan suhu tubuh. Oleh karena itu, untuk
4
pasien dengan demam thypoid H-0 yang masa infeksinya maupun demamnya
masih tinggi perlu diberikan terapi antibiotik secara intensif dan terapi antipiretik
jika perlu (demam > 38,50C). Hal ini sesuai dengan teori Aden (2010)
yang mengatakan antibiotik merupakan terapi yang efektif untuk demam tifoid.
Tetapi, pemberian antibiotik tidak secara otomatis menurunkan demam,
karena di dalam tubuh masih terjadi proses kerja dari antibiotik dalam
mematikan bakteri penyebab infeksi. Dalam melakukan penelitian, responden
yang dijadikan sampel telah memenuhi kriteria inklusi peneliti yaitu pasien
yang belum mengkonsumsi antipiretik pada saat akan dilakukan penelitian,
sehingga dapat menunjukkan hasil yang akurat dari tindakan kompres hangat
dan bukan efek dari hasil pemberian antipiretik.
2.3 Penatalaksanaan Kompres Hangat
Pemberian tindakan kompres hangat merupakan bagian dari tindakan
mandiri perawat yang termasuk aman dan tidak memiliki efek samping dalam
penatalaksanaannya. Sehingga perawat dapat menerapkan tindakan mandirinya
sebelum dilakukan tindakan kolaborasi dengan tim medis. Tindakan kompres
hangat merupakan tindakan yang cukup efektif dalam menurunkan demam.
Oleh karena itu, sebaiknya penggunaan antipiretik tidak diberikan secara
otomatis pada setiap keadaan demam. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa tindakan kompres hangat efektif dalam menurunkan
demam pada pasien thypoid abdominalis di Ruang G1 Lt. 2 RSUD. Prof.
Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
5
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penyebab Terjadinya Demam
Sebagian besar demam berhubungan dengan infeksi yang dapat berupa
infeksi lokal atau sistemik. Paling sering demam disebabkan oleh penyakit
infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas, infeksi saluran pernafasan
bawah, gastrointestinal, dan sebagainya. Ada beberapa kasus, penyakit infeksi
yang menyerang sistem gastrointestinal pada anak-anak, salah satunya adalah
Thypoid Abdominalis atau dikenal dengan istilah demam tifoid. Menurunkan
atau tepatnya mengendalikan dan mengontrol demam pada anak dapat
dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan cara kompres.
Selama ini kompres dingin atau es menjadi kebiasaan yang diterapkan para
ibu saat anaknya demam. Namun kompres mengunakan es sudah tidak
dianjurkan karena pada kenyataannya demam tidak turun bahkan naik dan dapat
menyebabkan anak menangis, menggigil dan kebiruan, oleh karena itu,
kompres menggunakan air hangat lebih dianjurkan. Hal ini dilakukan juga
karena tindakan kompres hangat lebih mudah dilakukan dan tidak
memerlukan biaya yang cukup besar. Selain itu, tindakan kompres hangat
juga memungkinkan pasien atau keluarga tidak terlalu tergantung pada obat
antipiretik.
3.2 Efektifitas Kompres Hangat Dalam Penurunan Suhu Tubuh Akibat
Demam
Kompres hangat adalah melapisi permukaan kulit dengan handuk yang
telah dibasahi air hangat dengan temperatur maksimal 43OC. Lokasi kulit
tempat mengompres biasanya di wajah, leher, dan tangan. Kompres hangat
pada kulit dapat menghambat shivering dan dampak metabolik yang
ditimbulkannya. Selain itu, kompres hangat juga menginduksi vasodilatasi
perifer, sehingga meningkatkan pengeluaran panas tubuh. Penelitian
menunjukkan bahwa pemberian terapi demam kombinasi antara antipiretik
dan kompres hangat lebih efektif dibandingkan antipiretik saja, selain itu
6
juga mengurangi rasa tidak nyaman akibat gejala demam yang dirasakan.
Berdasarkan hasil penelitian tentang kompres hangat yang dilakukan pada 19
responden yang mengalami demam tifoid, terdapat 14 responden yang
hasilnya menunjukkan penurunan suhu tubuh dan 5 responden lainnya tidak
menunjukkan penurunan suhu tubuh. Hal ini dikarenakan, 5 responden
tersebut merupakan pasien dengan diagnosa demam thypoid H-0 yang masa
infeksinya masih tinggi, dimana demam yang dialami oleh pasien tersebut
juga sulit untuk menunjukkan penurunan suhu tubuh. Oleh karena itu, untuk
pasien dengan demam thypoid H-0 yang masa infeksinya maupun demamnya
masih tinggi perlu diberikan terapi antibiotik secara intensif dan terapi antipiretik
3.2 Penatalaksanaan Kompres Hangat di Rumah Sakit
Berdasarkan hasil penelitian tentang kompres hangat yang dilakukan pada
19 responden yang mengalami demam tifoid, terdapat 14 responden yang
hasilnya menunjukkan penurunan suhu tubuh dan 5 responden lainnya tidak
menunjukkan penurunan suhu tubuh. Hal ini dikarenakan, 5 responden
tersebut merupakan pasien dengan diagnosa demam thypoid H-0 yang masa
infeksinya masih tinggi, dimana demam yang dialami oleh pasien tersebut
juga sulit untuk menunjukkan penurunan suhu tubuh. Oleh karena itu, untuk
pasien dengan demam thypoid H-0 yang masa infeksinya maupun demamnya
masih tinggi perlu diberikan terapi antibiotik secara intensif dan terapi antipiretik
ANALISIS PICOT
P : Pada Pasien Thypoid Abdominalis Di Ruang G1 Lt.2 RSUD Prof. Dr. H.
Aloei Saboe Kota Gorontalo, Di dapatkan hasil penelitian tentang kompres
hangat yang dilakukan pada 19 responden yang mengalami demam tifoid, terdapat
14 responden yang hasilnya menunjukkan penurunan suhu tubuh dan 5 responden
lainnya tidak menunjukkan penurunan suhu tubuh.
I: Tindakan yang dilakukan untuk menurunkan demam yang dibahas pada jurnal
ini dengan memberikan kompres air hangat kepada pasien yang mengalami
demam. Kompres di berikan oleh 19 responen. Pemberian kompres hangat pada
7
daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang
belakang.
C: Setelah membandingkan jurnal utama dan jurnal pendukung di temukan hasil
dari kompres dengan air hangat efektif untuk menurunkan panas karena
Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla
oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh hipotalamik bagian anterior
sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan
pembuangan/ kehilangan energi/ panas melalui kulit meningkat (berkeringat),
diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai keadaan normal
kembali. Pernyataan ini di dukung oleh jurnal lain yang berjudul ‘EFEKTIFITAS
KOMPRES DINGIN DAN HANGAT PADA PENATALAKSANAAN
DEMAM” Yang membahas mengenani ke efektifitasan kompres hangat dalam
menurunkan suhu tubuh pada pasien demam, yaitu dengan melakukan upaya
melebarkan pembuluh darah perifer dengan cara menyeka kulit dengan air
hangat(tepid-sponging)atau kompres hangat,dan pemakaian kompres hangat
dalam tatalaksana demam. Kompres hangat adalah melapisi permukaan kulit
dengan handuk,yang telah di basahi air hangat dengan temperature maksimal 43
c . Lokasi kulit empat mengompres biasanya di wajah,leher,dan tangan. Kompres
hangat pada kulit dapat menghambat shivering dan dampak metabolic yang di
timbulkannya. Selain itu kompres hangat juga menginduksi vasodilatasi perifer,
sehingga memungkinkan pengeluaran panas tubuh. Dan penggnaan kompres
dingin tiak efektif karena mendinginkan dengan air es atau alcohol kurang
bermanfaat karena mengakibatkan vasokonstruksi pembuluh darah sehingga panas
sulit disalurkan baik lewat mekanisme evaporasi maupun radiasi selain itu
pengompresan dengan alcohol dapat menyebabkan keracunan alcohol dengan
gejala hepoglikemia sampai kematian .Kompres dingin menurunkan temperature
kulit lebih cepat dari pada termperatur inti tubuh. Sehingga meragsang
vasokontriksi dan shivering. Shivering mengakibatkan gangguan metabolisme
karena meningkatkan konsumsi oksigen dan volume respirasi meningkatkan
persentase karbon dioksida dalam udara ekspirasi dan meningkatkan aktifitas
system saraf simpatis,oleh karena itu kompres dingin kurang efektif daam
8
tatalaksana demam karena selain kurang nyaman juga merangsang produksi panas
dan menghalangi pengeluaran panas tubuh
O: Berdasarkan, hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai rata-rata suhu tubuh
responden sebelum perlakuan sebesar 38,4 ± 0,70C. Sedangkan suhu tubuh
responden setelah perlakuan sebesar 37,7 ± 1,00C. Jika dilihat dari standar deviasi
ternyata ditemukan variasi nilai yang lebih besar pada anak yang sesudah
dikompres dibandingkan dengan suhu anak sebelum dikompres. Hal ini
menunjukkan bahwa penurunan suhu antara satu anak dengan yang lain memiliki
variasi nilai penurunan yang cukup berbeda. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa tindakan kompres hangat dapat menurunkan demam pada pasien demam
thypoid.
T: kompres hangat diberikan hingga pasien mengalami penurunan suhu tubuh
berkisar(36,5 hingga 37,5)
Adapun kekurangan yang ada pada jurnal utama yaitu tidak adanya cara-cara
yang jelas dalam penjelasan tatacara pengompresan menggunakan air hangat Dan
dimana tidak adaya waktu, yang dicantumkan di jurnal berapa lama dilakukannya
proses pengompresan tersebut. Dan adapun kelebihan dari jurnal tersebut yaitu
analisis data yang dicantumkan sudah jelas dan lengkap.
9
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari pembahasan dan tinjauan pustaka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Sebagian besar demam berhubungan dengan infeksi yang dapat
berupa infeksi lokal atau sistemik. Paling sering demam disebabkan
oleh penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas, infeksi
saluran pernafasan bawah, gastrointestinal, dan sebagainya.
2. Berdasarkan hasil penelitian tentang kompres hangat yang dilakukan
pada 19 responden yang mengalami demam tifoid, terdapat 14
responden yang hasilnya menunjukkan penurunan suhu tubuh dan 5
responden lainnya tidak menunjukkan penurunan suhu tubuh. Hal ini
dikarenakan, 5 responden tersebut merupakan pasien dengan diagnosa
demam thypoid H-0 yang masa infeksinya masih tinggi, dimana
demam yang dialami oleh pasien tersebut juga sulit untuk
menunjukkan penurunan suhu tubuh.
3. Pemberian tindakan kompres hangat merupakan bagian dari tindakan
mandiri perawat yang termasuk aman dan tidak memiliki efek samping
dalam penatalaksanaannya. Sehingga perawat dapat menerapkan
tindakan mandirinya sebelum dilakukan tindakan kolaborasi dengan
tim medis. Tindakan kompres hangat merupakan tindakan yang cukup
efektif dalam menurunkan demam.
4.2 Saran
1. Peran Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan. Peran ini dapat
dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar
manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan, dan peran perawat juga bisa
memberitahukan , dan memberikan informasi ke semua masyarakat bahwa
10
dimana kompres menggunakan air hangat lebih efektif dalam proses
penurunan demam. tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan
dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangan
penggunaan kompres menggunakan air hangat .
2. Peran Perawat sebagai advokat Peran ini dilakukan oleh perawat dalam
membantu klien dan keluarga dalam menginterprestasikan berbagai
informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya seperti
informasi pentingnya penggunaan kompres air hangat untuk menurunkan
demam yang lebih efektif ketimbang menggunakan air dingin.
3. Peran Perawat sebagai Edukator.Peran ini dilakukan dengan membantu
klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit
bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari
klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.Seperti Perawat bisa
memberikn informasi tentang bagaimana cara alterative untuk menurunkan
demam seperti menggunakan air hangat, Karena masih banyak masyarakat
yang belum mengetahui bahwa dengan kompres menggunakan air hangat
bisa menyembuhkan demam, dan masyarakat masih menggunakan air
dingin untuk mengompres padahal hal terebut bisa membuat badan
menggigil dan demam tidak sembuh disini peran perawat harus
memberikan informasi yang benar supaya masyarkat tidak salah
mempresepsikan .
4. Peran Perawat sebagai koordinator.Peran ini dilaksanakan dengan
mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan
dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah
serta sesuai dengan kebutuhan klien. Perawat bisa mengkoordinator atau
memberitahukan ke tim kesehatan lainnya untuk memberitahukan kepada
semua klien atau masyarakat bahwa kompres menggunakan air hangat
lebih cepat menurunkan demam ketimbang menggunakan air dingin .
5. Peran Perawat sebagai kolaborator.Peran ini dilakukan karena perawat
bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli
gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan
11
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam
penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.perawat juga bisa memberikan
informasi tentang penggunaan air hangat sebagai kompres untuk demam,
dan perawat bisa kalaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk
menggunakan kompres air hangat untuk menurunkan penyakit demam
karena sudah di teliti juga demam bisa turun dengan kompres
menggunakan air hangat disinilah pentingnya peran perawat berkalaborasi
oleh tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan pendapat dan informasi.
Sehingga perawat tidak bisa menjalankan peranan ini bila tidak
bekerjasama dengan tenaga kesehatan yang terkait.
6. Peran Perawat sebagai Konsultan.Peran ini sebagai tempat konsultasi
terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan
informasi contohnya perawat memberikan informasi yang benar terhadap
klien tentang penggunaan kompres air hangat untuk penderita demam,
supaya klien atau masyarakat tau informasi yang benar karena sudah
diteliti bahwa kompres menggunakan air hangat lebih efektif menurunkan
demam ketimbang menggunakan air dingin, menggunakan air dingin tidak
bisa cepat menurunkan demam, akan tetapi bisa menyebabkan pusing,
menggigil dan badan semakin hangat disini peran perawat sangat penting
untuk memberikan informasi yang benar.
7. Peran Perawat sebagai Pembaharuan.Peran ini dilakukan dengan
mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan
terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.Seperti
melakukan perubahan terhadap presepsi yang salah tentang melalukan
kompres dengan air dingin akan menyebabkan demam menurun, itu yang
harus dirubah karena menggunakan air dingin tidak bisa cepat untuk
menyembuhkan demam melainkan bisa menyebabkan badan menjadi
menggigil dan pusing , kompres yang benar yaitu menggunakan air hangat
karena jika menggunakan air hangat maka akan terjadi pelebaran
pembuluh darah yang akan menyebabkan lancarnya pembuluh darah dan
12
cepatnya pengeluran kringat. Disini peran perawat untuk melakukan
pembaharuan informasi atau perubahan yang benar.
13