studi kasus asuhan keperawatan hipertermi · pdf filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus...

41
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI PADA AN. S DENGAN FEBRIS CONVULSIONDI RUANG FLAMBOYANRSUD SUKOHARJO DISUSUN OLEH : ARIFIN PUGUH WASKITHO NIM P.10077 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013

Upload: truongdung

Post on 06-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI PADA AN. S

DENGAN FEBRIS CONVULSIONDI RUANG

FLAMBOYANRSUD SUKOHARJO

DISUSUN OLEH :

ARIFIN PUGUH WASKITHO

NIM P.10077

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2013

Page 2: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

i

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMIPADA AN.

SDENGAN FEBRIS CONVULSION DI BANGSAL

FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

ARIFIN PUGUH WASKITHO

NIM. P.10077

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2013

Page 3: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Arifin Puguh Waskitho

NIM : P.10077

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATANHIPERTERMI PADA

AN. S DENGAN FEBRIS CONVULSION DI

BANGSAL FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasi karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 30 Mei 2013

ARIFIN PUGUH W

NIM. P.10077

Page 4: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Arifin Puguh Waskitho

NIM : P.10077

Program studi : DIII Keperawatan

Judul :ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI PADA

AN. S DENGAN FEBRIS CONVULSION DI BANGSAL

FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/tanggal : Jumat, 07 Juni 2013

Pembimbing : Noor Fitriyani Skep. Ns (………………..……..)

NIK. 201187085

Page 5: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

iv

Page 6: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMIPADA

AN. S DENGAN FEBRIS CONVULSION DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD

KABUPATEN SUKOHARJO.”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Setiyawan,S.Kep.,Ns., selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang

telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma

Husada Surakarta.

2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns., selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII

Keperawatan yng telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di

STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns., selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai

penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-

masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi

demi sempurnanya studi kasus ini.

4. Siti Mardiyah, S.Kep.,Ns., selaku dosen penguji yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

Page 7: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

vi

5. Tyas Ardi, S.Kep.,Ns., selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan

cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam

bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husaa

Surakarta yang telah memberikan bimbingn dengan sabar dan wawasannya

serta ilmu yang bermanfaat.

7. Kedua orangtuaku (Bapak Haryanto dan Ibu Sri Endah Wati), kakek dan

nenekku, serta keluarga yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,

yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat memberikan informasi

kepada pihak lain sehingga dapat memperluas pengetahuan tentang penyakit

febris convulsion. Walaupun dalam penulisan ini, penulis masih mempunyai

banyak kekurangan, tetapi dengan kekurangan tersebut penulis mendapatkan

masukan dari pihak lain sehingga penulis mampu melengkapinya dan menjadikan

lebih sempurna serta dapat dijadikan pembelajaran bagi penulis.

Page 8: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

vii

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan.Amin.

Surakarta, 30 Mei 2013

Penulis

Page 9: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................ 1

B. Tujuan Penulisan .................................................................... 3

C. Manfaat Penulisan .................................................................. 4

BAB II LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien ........................................................................ 6

B. Pengkajian .............................................................................. 6

C. Perumusan Masalah Keperawatan .......................................... 10

D. Perencanaan Keperawatan ...................................................... 11

E. Implementasi Keperawatan .................................................... 12

F. Evaluasi Keperawatan ............................................................ 14

Page 10: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

ix

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan ............................................................................ 16

B. Kesimpulan dan Saran ............................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 11: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi

Lampiran 2. Log Book

Lampiran 3. Surat Pendelegasian

Lampiran 4.Surat keterangan selesai pengambilan kasus

Lampiran 5. Asuhan keperawatan

Page 12: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Kania (2007),febris covulsion atau yang biasa disebut kejang

demam, merupakan penyakit neurologi pada anak yang paling sering terjadi

dan memerlukan kecermatan diagnosis dalam memberikan penanganan secara

keseluruhan. Beberapa faktor diduga menjadi penyebab kejang demam salah

satunya faktor genetika.

Kejang demam (febris covulsion) adalah perubahan aktifitas motorik

atau behavior yang bersifat paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari

aktifitas listrik abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh.

Kejang demam dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kejang demam

sederhana (simple febris convulsion) biasanya berlangsung beberapa detik

dan jarang sampai 15 menit, serta tidak berulang dalam 24 jam. Kejang

demam kompleks (complex febris convulsion) adalah kejang yang

berlangsung lebih dari 15 menit, terjadi kembali dalam waktu 24 jam. Kejang

demam kompleks dan kelainan struktural otak berkaitan dengan peningkatan

resiko terjadinya epilepsi (Widagdo, 2008).

Diperkirakan sebanyak 2 sampai 4 persen kejang demam terjadi

dibeberapa negara didunia. Angka kejadian kejang demam di Asia dilaporkan

lebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks.

Umumnya kejang demam timbul pada usia 17 sampai 23 bulan dan

kebanyakan terjadi pada anak laki-laki. Hasil rekam medis Rumah Sakit Anak

1

Page 13: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

2

dan Bunda Harapan Kita Jakarta pada tahun 2008-2010, terdapat 86pasien

dengan kejang 41 (47,7 persen) pasien diantaranya mengalami kejang

berulang (Dewanti dkk, 2012).

Peningkatan suhu abnormal dalam rentang temperatur yang sempit,

370 C ( 98,6

0 F) ± 1

0 C dapat menimbulkan kerusakan dengan efek yang

permanen, seperti kerusakan otak sehingga bisa menyebabkan kematian.

Tubuh dapat secara sementara mengatur temperatur melalui mekanisme

tertentu, seseorang akan menggigil ketika bergerak dari lingkungan yang

hangat ke lingkungan yang bersuhu dingin. Timbulnya respon adaptif dapat

secara sementara meningkatkan temperatur tubuh (Perry dan Potter, 2005).

Teori konsep kebutuhan dasar manusia,pemenuhan kebutuhan

pengaturan suhu tubuh termasuk dalam kebutuhan fisiologis yang merupakan

hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup. Kebutuhan dasar

manusia secara fisiologis memiliki prioritas tertinggi daripada kebutuhan

dasar manusia lainnya, seperti kebutuhan rasa aman dan keselamatan,

kebutuhan rasa cinta memiliki dan dimiliki, kebutuhan harga diri dan

kebutuhan aktualisasi diri. Apabila kebutuhan dasar tidak tidak terpenuhi,

maka akan muncul suatu kondisi patologis salah satunya adalah hipertermi

(Mubarak dan Chayatin, 2008).

Hasil pengkajian yang dilakukan penuis pada An. S dengan Febris

Convulsion di bangsal flamboyan RSUD Sukoharjo, didapatkandata :Ny.

Smengatakan badan An. S panas dan saat di IGD disertai kejang dengan mata

melotot ke atas kurang lebih 1 menit, keadaan umum klienlemah,

Page 14: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

3

tampakrewel, suhu tubuh 39,5o Celcius, akral teraba hangat, dan kulit

kemerahan yang mendukung hipertermi, sehingga dapat ditarik masalah

keperawatan hipertermi.

Berdasarkan masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

tindakan asuhan keperawatan hipertermi dengan kasus kejang demam (Febris

convulsion) pada anak, untuk penyelesaian tugas akhir program Diploma III

Keperawatan dengan judul “ASUHAN

KEPERAWATANHIPERTERMIPADA AN. S

DENGANFEBRISCONVULSIONDIBANGSAL FLAMBOYAN RUMAH

SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkan kasus hipertermi pada An. S denganfebris convulsion di

bangsal flamboyan RSUD Sukoharjo.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajianhipertermi pada An. S dengan

febris convulsion.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatanhipertermi pada An.

S dengan febris convulsion.

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatanhipertermi pada

An. S dengan febris convulsion.

d. Penulis mampu melakukan implementasihiperterni pada An. S dengan

febris convulsion.

Page 15: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

4

e. Penulis mampu melakukan evaluasi hipertermipada An. S denganfebris

convulsion.

f. Penulis mampu menganalisa kondisi hipertermi yang terjadi pada An. S

denganfebris convulsion.

C. Manfaat Penulisan

a. Bagi penulis

Sebagai sarana dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman

khususnya dibidang keperawatan anak dan sebagai sarana untuk

mengaplikasikan ilmu yang didapat selama perkuliahan ke dalam

pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya pada anakdengan

febris convulsion.

b. Bagi instansi

a. Pendidikan

Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar

tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus febris

convulsion yang hasilnya dapat digunakan sebagai acuan bagi praktek

mahasiswa keperawatan.

b. Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam

penanganan pada anak dengan kasus febris convulsion dan dapat

memberikan sumbangan pemikiran dan informasi dibidang anak dalam

memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan febris convulsion

Page 16: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

5

c. Bagi masyarakat

Semoga dapat dijadikan sebagai acuan dalam penanganan kejang

demam pada anak yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

dilingkungan masyarakat.

Page 17: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

6

BAB II

LAPORAN KASUS

Pada bab ini berisi tentang laporan asuhan keperawatan yang dilakukan

pada An. S dengan febris convulsion selama 3 hari mulai tanggal 22 - 24 April

2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan kasus yang akan

dikemukakan pada bab ini adalah proses keperawatan yang meliputi, pengkajian,

diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi keperawatan.

A. Identitas Pasien

Pasien dengan inisialAn. S, berusia 2 tahun 7 bulan 4 hari, tanggal

lahir 18 September 2010 dengan diagnosa medis febris convulsion. Selama di

rumah sakit penanggung jawab dari An. S adalah Ny. S, berusia 47 tahun.

Pekerjaan Ny. S swasta, hubungan dengan klien adalah nenek. Bertempat

tinggal di Jumapolo, Karanganyar. An. S tinggal satu rumah dengan Ny. S.

B. Pengkajian

Hasil dari pengkajian yang dilakukan pada tanggal 22 April 2013

pukul 11.00 WIB di bangsal Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah

Sukoharjo dengan pengkajian yang dilakukan secara auto anamnesa dan allo

anamnesa.

6

Page 18: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

7

Keluhan utama,Ny. S mengatakan badan An. S panas. Riwayat

kesehatan saat ini,Ny. S mengatakan 2 hari sebelum masuk rumah sakit

badan An. S panas, kemudian Ny. S memutuskan untuk memberikanobat

syrup penurun panas yang dibeli di apotek. Setelah pemberian obat syrup

selama 2 hari suhu badan An. S tidak turun kemudiankeluarga memutuskan

untuk membawa An.Ske RSUD Sukoharjo.Pada tanggal 21April 2013 pukul

09.00 WIB An. S beserta keluarga tiba di RSUD Sukoharjo dan diterima

melalui IGD.Ny. S mengatakan ketika di IGD An. S sempat mengalami

kejang dengan mata melotot ke ataskurang lebih 1 menit. Setelah dilakukan

penanganan di IGD infus RL 10 tetes per menit macro yang terpasang di

tangan kanan dan mendapatkan therapi injeksi, diazepam 3 mg, antalgin 75

mg. Setelah ± 2 jam kemudian An. S dipindahkan ke bangsal Flamboyan.

Riwayat kesehatan lalu adalah Ny. S mengatakan riwayat kelahiran

An. S lahir dengan kehamilan cukup bulan dan merupakan anak pertama. Ny.

S mengatakan ketika hamil ibu An. S selalu memeriksakan kehamilannya

rutin setiap bulan ke bidan terdekat dan rutin mengkonsumsi vitamin dari

bidan. Ny. S mengatakan selama persalinan ibu dan An. S tidak ada masalah.

An. S dilahirkan dengan berat badan 3000 gram dan dengan panjang badan

48 cm, An. S dilahirkan dengan keadaan sehat. Ny. S mengatakan An. S

sudah mendapat imunisasi lengkap seperti DPT, Polio, BCG dan Hepatitis B.

Riwayat penyakit sebelumnya Ny. S mengatakan An. S belum pernah

dirawat di rumah sakit dan mengalami pembedahan maupun mengalami

cidera, namun hanya pernah sakit batuk, pilek dan panas. Riwayat kesehatan

Page 19: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

8

keluarga Ny. S mengatakan dalam keluarga tidak ada penyakit keturunan

seperti hipertensi, asma ataupun diabetes militus ataupun lainnya. Kebiasaan

merokok dalam keluarga, Ny. S mengatakan dalam keluarga ada yang

merokok yaitu adik kandung ibu An. S dan kakek dari An. S.

Pola istirahat dan pola tidur, Ny. S mengatakan sebelum sakit An. S

tidur kurang lebih 10 jam, mulai pukul 20.00 – 06.00. Selama dirawat di RS

An. S tidak bisa tidur karena takut dan tidak betah tinggal di RS. Ny. S

mengatakan An. S tidur di bangsal Flamboyan kurang lebih 5 sampai 6 jam

dan sering terbangun pada malam hari.

Pola eliminasi, Ny. S mengatakan sebelum sakit An. S biasanya buang

air besar 1 kali sehari. Selama sakit An. S buang air besar 1 hari sekali,

konsistensi lunak, warna kuning, bau khas. Ny. S mengatakan biasanya An. S

buang air kecil kurang lebih 4-5 kali per hari, selama sakit An. S buang air

kecil 3-4 kali per hari.

Riwayat nutrisi, Ny. S mengatakan sejak lahir An. S diberi minum

ASI dan susu formula. Pemberian ASI pada An. Sberlangsung selama 1,5

tahun tetapi pemberian susu formula masih berlangsung sampai sekarang.

Menurut Ny. S sejak usia An. S 4 bulan sudah diberikan makanan sereal

antara lain roti dan bubur buatan sendiri. Selama sakit nafsu makannya 3 kali

sehari, dengan 1 porsi habis. Ny. S mengatakan biasanya An. S minum 5-6

gelas per hari, selama sakit Ny. S mengatakan An. S minum 6-7 gelas per

hari. Hasil penilaian status gizi An. S didapatkan nilai dengan Z-score,

berdasarkanWAZ :-1,3 (status gizi normal).Hasil pemeriksaan anthropometri

Page 20: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

9

pada An. S adalah sebagai berikut: berat badan An. S 11,5 kilogram, tinggi

badan 92 centimeter. Hasil pengukuran lingkar kepala 45,7 centimeter,

lingkar lengan atas 16 centimeter.

Hasil pengkajian dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan pada An.

S diperoleh data sebagai berikut: keadaan umum pasien lemah, rewel, tingkat

kesadaran klien sadar penuh (composmentis) dengan nilai Glasgow Coma

Scale (GCS) 15 (Eye = 4, Verbal = 5, Motorik = 6). Hasil pemeriksaan

didapatkan suhu tubuh 39,5o C, respirasi 30 kali per menit dengan irama

reguler, nafas dalam, nadi 110 kali per menit dengan irama teratur dan teraba

kuat.

Hasil pemeriksaan kepala mesochepal, kulit kepala bersih, tidak ada

ketombe, tidak ada luka dan warna rambut hitam. Pada mata skelera tidak

ikterik, warna kornea jernih, konjungtiva tidak anemis, gerakan mata normal.

Hidung simetris, tidak ada sekret dan tidak ada polip. Hasil pengkajian pada

mulut, bibir tidak sianosis, tidak ada luka, simetris, dan tidak sumbing. Pada

leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak terdapat kaku kuduk, arteri

karotis teraba kuat.

Hasil pemeriksaan pada paru-paru ekspansi dinding dada kanan dan

kiri sama, saat dipalpasi vocal premitus kanan dan kiri sama, hasil

perkusisonor, dan saat diauskultasi suara vesikuler. Pemeriksaan jantung

inspeksiictus kordis tidak tampak, saat dipalpasi IC teraba paling kuat pada

SIC V, hasil perkusi pekak dan saat diauskultasi bunyi jantung 1,2 murni

tidak ada suara tambahan. Pemeriksaan abdomeninspeksi simetris, tidak ada

Page 21: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

10

jejas, saat diauskultasi bunyi bising usus 11 kali/menit, hasil pemeriksaan

perkusi tympani, dan saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan, tidak ada

pembesaran hati. Hasil pemeriksaan ekstremitas semua kekuatan otot klien

bernilai 5. Pergerakan ekstremitas atas sebelah kiri terbatas karena terpasang

infus. Pengkajian kulit, akral teraba hangat, kulit terlihat kemerahan, tidak

ada luka ataupun bekas luka, tekstur halus.

Hasil dari pemeriksaan laboratorium pada An. S salah satunya terjadi

peningkatan leukosit diatas normal yaitu 22,4 103/µL (normal 4-10 10

3/µL),

sel darah merah 4,7 103/µL (normal 4,5-55 10

3/µL), Hemoglobin 12,5 g/dL

(11,5-13,00 g/dL), Hematokrit 37,6 % (34-39 %), kadar trombosit 227.

Terapi yang diberikan pada An. S antara lain Infus RL 10 tetes/menit

macro, amoxicilin 200mg/8 jam, diazepam 3mg (ketika klien kejang),

antalgin 75mg apabila suhu meningkat 38,5o Celcius, dan parasetamol 125

mg setiap 4 jam (ketika suhu tubuh panas).

C. Perumusan Masalah Keperawatan

Hasil pengkajian yang telah penulis lakukanpada tanggal 22April

2012, pukul 12.40 WIB diatas didapatkan data subyektif, Ny. S mengatakan

badan An. S panas dan saat di instalasi gawat darurat disertai kejang dengan

mata melotot ke atas kurang lebih 1 menit.Data obyektif penulis memperoleh

data, keadaan umum klientampak lemah, rewel, suhu tubuh klien39,5o C,

kulit kemerahan dan akral hangat. Berdasarkan analisa data di atas dapat

ditegakkan diagnosa keperawatan hipertermi berhubungan dengan proses

penyakit.

Page 22: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

11

D. Perencanaan Keperawatan

Data yang diperoleh penulis dari pengkajian, setelah dianalisa muncul

suatu diagnosa keperawatan hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.

Penulis membuat rencana keperawatan dengan tujuan, setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3x24 jam,diharapkan tidak terjadi kenaikan

suhu tubuh dengan kriteria hasil anak tidak rewel, suhu tubuh dalam batas

normal 36,5-37,0 derajat celcius (Sigma, 2005), tidak terjadi kejang, akral

tidak hangat dan warna kulit tidak kemerahan.

Penulis merencanakan tindakan keperawatan yang akan dilakukan

pada An. S antara lain pantau aktivitas kejang pasien dengan rasional untuk

membantu melokalisasi daerah otak yang terkena, pantau tanda-tanda vital

pasien dengan rasional mengetahui tanda-tanda vital dalam rentang normal,

ajarkan kompres air hangat dengan rasional memandirikan keluarga pasien

untuk mengatasi peningkatan suhu tubuh, ganti pakaian pasien dengan

pakaian yang tipis dengan rasional pengeluaran panas evaporasi dan

kolaborasi pemberianantipiretik dengan rasional meringankan atau

mengurangi gejala demam atau panas.

E. Implementasi Keperawatan

Page 23: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

12

Penyusunan rencana keperawatan yang telah dilakukan penulis

kemudian dilakukan tindakan keperawatan pada An. S. Pada tanggal 22 April

2013, pukul 12.50 WIB implementasi yang dilakukan meliputi, memantau

aktivitas kejang, dengan respon subyektif Ny. S mengatakan An. S sudah

tidak kejang. Pada pukul 12.52 WIB penulis menganjurkan Ny. S untuk

memberikan obat parasetamol pada An. S. Pukul 13.04 WIB penulis

memantau tanda-tanda vital An. S suhu 39,5o C, respirasi 32 kali per menit,

nadi 112 kali per menit. Memberikan injeksi obat anti piretik Antalgin 75 mg

melalui selang infus.Pukul 13.12 WIB penulis mengajarkan kompres hangat

pada keluarga An. S,Ny. S terlihat mampu melakukan kompres hangat pada

An. S secara mandiri.

Pada hari Selasa tanggal 23April 2013 pukul 08.00 WIB penulis

memantau aktivitas kejang An. S, dengan respon subyektif Ny. S mengatakan

An. S sudah tidak kejang. Pukul 08.10 WIB penulis melakukan tindakan

mengobservasi tanda-tanda vital An. S dengan respon subyektif Ny. S

mengatakan An. S masih panas dan respon obyektif suhu An. S 38,7 derajat

celsius. Pukul 08.15 WIB penulis memberikan therapi injeksi amoxilin

200mg melalui selang infus. Pukul 09.00 WIB menganjurkan pada Ny. S agar

An. S menggunakan pakain yang tipis. Pukul 12.00 WIBpenulis

menganjurkan Ny. S untuk memberikan obat penurun panas paracetamol

125mg kepada An. S dengan data subyektif Ny. S bersedia menghaluskan

obat dan bersedia meminumkan kepada An. S. Pukul 12.10 WIB penulis

mengobservasi tanda-tanda vital, dengan respon subyektif Ny. S mengatakan

Page 24: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

13

An. S badannya masih panas, respon obyektif suhu 38,4 derajat celcius,

respirasi 33 kali per menit, nadi 117 kali per menit, akral teraba hangat, kulit

kemerahan, dan An. S terlihatrewel. Pukul 13.00 WIB penulis menganjurkan

pada Ny. S untuk melakukan kompres air hangat seperti yang telah diajarkan

kepada An. S.

Hari Rabu 24 April 2013 pukul 08.00 WIB mengobservasi tanda-

tanda vital An. S, data subyektif Ny. S mengatakan An. S sudah tidak panas

dan data obyektif suhu An. S 37,0o C, respirasi 31 kali/menit, irama reguler,

nadi 109 kali/menit, irama reguler dan teraba kuat. Pukul 08.10 WIB

memberikan obat injeksi amoxilin 200mg dengan data subyektif Ny. S

mengatakan bersedia dan data obyektif obat amoxilin masuk melalui selang

infus. Pukul 10.00 WIB menjelaskan tentang 6 benar obat.

F. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang

dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan dengan metode subyektif,

obyektif, assesment, planing (SOAP), setelah beberapa implementasi

dilakukan, penulis melakukan evaluasi yang dilakukan setiap hari pada An. S,

sehingga penulis dapat mengetahui masalah apa yang dapat teratasi dan

masalah apa yang belum dapat teratasi serta dapat dilakukan tindakan lebih

lanjut.

Evaluasi pada hari Senin 22 April 2013 diperoleh hasil data subyektif,

Ny. S mengatakan An. S badannya panas, sudah tidak kejang. Berdasarkan

Page 25: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

14

pengamatan secara obyektif diperoleh data suhu tubuh An. S 39,5o C,

respirasi 30 kali/permenit, irama reguler, nadi 110 kali/menit, irama reguler

dan teraba kuat, akral hangat, keadaan umum klien tampak lemah, warna kulit

kemerahan. Masalah keperawatan hipertermi pada An. S belum teratasi

sehingga intervensi dilanjutkan, pantau kejang An. S, pantau tanda-tanda

vital, anjurkan untuk memberikan pakain tipis, berikan obat penurun panas.

Adapun hasil evaluasi pada hari Selasa tanggal 23 April 2013 pukul

14.00 WIB diperoleh hasil bahwa Ny. S mengatakan An. S panas, sudah tidak

kejang. Berdasarkan hasil pengamatan secara obyektif suhu tubuh An. S 38,7o

C, respirasi 33 kali/menit, irama teratur, nadi117 kali/menit, irama reguler,

teraba kuat, kulit teraba hangat, warna kemerahan, An. S terlihat aktif, obat

parasetamol 125mg masuk, Ny. S terlihat memberikan kompres hangat di

ketiak An. S. Dari hasil evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah

keperawatan hipertermia belum teratasi sehingga rencana tindakan

keperawatan dilanjutkan meliputi pantau kejang dan pantau tanda-tanda vital,

berikan obat penurun panas paracetamol 125 mg, anjurkan cara mengkompres

dengan air hangat.

Pada hari Rabu tanggal 24April 2013 pukul 08.00 WIB, hasil evaluasi

dari tindakan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa Ny. S mengatakan

An. S badannya sudah panas dan tidak kejang. Berdasarkan hasil pengamatan

pada An. S secara obyektif didapatkan suhu 37,0o C, respirasi 33

kali/menit,irama reguler, nadi 116 kali/menit, irama reguler dan teraba kuat,

An. S terlihat bermain sambil tiduran, dan An. S terlihat tidak gelisah. Dari

Page 26: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

15

hasil evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan

hipertermi teratasi sesuai dengan kriteria hasil seperti, An. S sudah tidak

rewel, suhu dalam rentang normal 36,5-37,0 (Sigma, 2005) derajat celcius ,

An. S sudah tidak kejang dan warna kulit tidak kemeraahan, sehingga

intervensi dihentikan. Memberikan penjelasan tentang pemberian obat di

rumah kepada keluarga An. S dengan cara 7 benar obat.

Page 27: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

16

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang “ASUHAN

KEPERAWATAN HIPERTERMI PADA AN. S DENGAN FEBRIS

CONVULSION DI BANGSAL FLAMBOYAN DIRSUD SUKOHARJO”.

Prinsip dari pembahasan ini dengan memfokuskan kebutuhan dasar

manusia di dalam asuhan keperawatan. Selain itu penulis akan membahas

kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dengan kasus.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses

keperawatan, merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap

berikutnya, kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan yang

terjadi pada tahap ini akan menentukan diagnosis keperawatan

(Rohmad dan Walid, 2012).

Kejang demam adalah perubahan aktifitas motorik dan behavior

yang bersifat paroksismal dan dalam waktu terbatas, akibat adanya

aktifitas listrik abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu

tubuh (Widagdo, 2012). Menurut Dewanti dkk (2012), menyebutkan

kejang demam terjadi karena kenaikan suhu rektal lebih dari 38 derajat

16

Page 28: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

17

celcius yang disebabkan suatu proses ekstrakranium, umumnya terjadi

pada anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun.

Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling

sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan

sampai 4 tahun dan terjadi pada kenaikan suhu tubuh di atas 380

celcius. Kenaikan suhu 10

celcius akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10 persen sampai 15 persen dan kebutuhan oksigen

akan meningkat 20 persen. Pada anak yang berumur 3 tahun sirkulasi

otak mencapai 65 persen dari seluruh tubuh dibandingkan dengan

orang dewasa yang hanya 15 persen, sehingga mengubah

keseimbangan dari membran sel neuron. Terjadi lepasan muatan listrik

dalam waktu yang singkat, sehingga dapat meluas ke seluruh sel

maupun ke membran sel sekitarnya, yang akhirnya terjadi kejang.

Ambang kejang yang rendah, terjadi pada suhu 380 celcius,

sedangkanambang kejang tinggi terjadi apabila suhu mencapai 400

celcius atau lebih (Ngastiyah, 2005).

Tanda gejala pada anak yang mengalami kejang demam antara

lain wajah anak akan menjadi biru, mata berputar, dan anggota badan

akan bergetar dengan hebat, ikterik, suhu tidak stabil (Muscari, 2005).

Menurut Purwanti dan Maliya (2008), kejang demam biasanya

didapatkan fase iktal antara lain gigi mengatup, sianosis, pernafasan

cepat atau menurun, peningkatan sekresi mucus, peningkatan nadi,

sedangkan pada fase post iktal dapat terjadi apneu. Akibat kejang

Page 29: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

18

dapat terjadi fraktur, kerusakan jaringan lunak atau gigi cedera selama

kejang.Pada aktivitas dan kekuatan otot dapat terjadi keletihan,

kelemahan umum, perubahan tonus otot atau kekuatan otot. Mual,

muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang, serta pada

integumen ditemukan akral hangat dan kulit kemerahan.

Menurut Widagdo (2006) kejang demam diklasifikasikan

menjadi 2 macam yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam

kompleks. Kejang demam dapatdikatakan kejang demamsederhana,

apabila kejang berlangsung kurang dari 15 menit, tidak

memperlihatkan tanda dan gejala yang signifikan pada fase iktal,

sedangkan pada fase post iktal dapat terjadi apneu, serta tidak

berlangsung dalam suatu rangkaian yang memiliki durasi total lebih

dari 30 menit. Sedangkan kejang demam kompleksmemiliki durasi

lebih lama, ada tanda dan gejala yang signifikan pada fase iktal dan

post iktal.

Pada kasus kelolaan penulis,tanda dan gejala pada An. S

denganfebris convulsion, termasuk dalam fase iktal dan merupakan

kategori kejang sederhana. Tanda gejala tidak semuanya muncul pada

An. S, sepertiwajah anak akan menjadi biru, anggota badan bergetar

dengan hebat, gigi mengatup, pernafasan cepat atau menurun,

peningkatan sekresi mucus dan terjadi peningkatan nadi. Pada An. S

tanda dan gejala yang muncul pada tanggal 22 April 2012 pukul 11.00

WIB saat dilakukan pengkajian riwayat penyakit sekarang, Ny. S

Page 30: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

19

mengatakan badan anak An. S panas dan disertai kejang ± 1 menit

dengan mata melotot keatas ketika di IGD. Hasil pemeriksaan

keadaan umum klien lemah, tampak rewel, tingkat kesadaran klien

sadar penuh (composmentis) dengan nilai Glasgow Coma Scale

(GCS)= 15 ( eye = 4, verbal = 5, motorik = 6). Pemeriksaan fisik:

suhu tubuh 39,5 derajat celcius, respirasi 32 kali per menit dengan

irama teratur dan dalam, nadi 110 kali per menit, dengan irama reguler,

dan teraba kuat, akral teraba hangat, warna kulit kemerahan.

Menurut Widagdo (2012), menyebutkan bahwa faktor

resikoterjadi kejang demam antara lain pada genetik kembar

monozygot, riwayat keluarga (sanak keluarga sederajat 1 dan 2) dan

keterlambatan perkembangan.

Berdasarkan kasus yang penulis kelola, An. S berjenis kelamin

perempuan yang berusia 2 tahun 7 bulan dari hasil pemeriksaan TTV

(tanda-tanda vital) didapatkan suhu 39,5 derajat celcius yang beresiko

terjadi kejang demam. Selain itu berdasarkan hasil penelitian diatas

tentang faktor resiko terjadinya bangkitan kejang demam pada An. S

sangat kecil karena dari riwayat keluarga An. S tidak ada yang

mengalami epilepsy.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa adalah penilaian klinis tentang individu, keluarga atau

komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan aktual

taupun potensial sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk

Page 31: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

20

mencapai hasil tempat perawat bertanggung jawab (Rohmad dan

Walid, 2012).

Hasil pengkajian terhadap pasien, penulis merumuskan masalah

keperawatan hipertermi berhubungan dengan proses penyakitfebris

confulsion. Masalah keperawatan hipertermi tersebut lebih

diprioritaskan penulis dari beberapa masalah keperawatan yang

muncul pada pasien. Penulis lebih memperioritaskan peningkatan suhu

tubuh karena keluhan utama yang diungkapkan Ny. S adalah An. S

mengalami peningkatan suhu tubuh. Peningkatan suhu tubuh yang

dialami An. S sudah melebihi batas normal 36,50sampai 37,0

0 celcius

(Sigma 2004), sehingga harus segera diatasi karena kebutuhan

pengaturan suhu tubuh merupakan kebutuhan dasar manusia yang

harus dipenuhi pada anak.

Menurut Tamsuri (2006), hipertermi adalah suatu keadaan ketika

individu mengalami atau beresiko mengalami kenaikan suhu tubuh

terus-menerus lebih dari 37,80celcius (100

0 F) per oral atau

38,90celcius(101

0F) per rektal karena faktor eksternal. Pada masalah

keperawatan hipertermi ditandai dengan suhu tubuh meningkat di atas

rentang normal, frekuensi nafas meningkat, kejang atau konvulsi, akral

hangat dan kulit kemerahan (Nanda, 2010).

Hasil pengkajian pada An. S, Ny. S mengatakan An. S badannya

panas, sempat mengalami kejang kurang lebih 1 menit waktu di IGD.

Page 32: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

21

Hasil pemeriksaan suhu tubuh 39,5 derajat celcius, akral teraba hangat,

kulit kemerahan.

3. Intervensi

Intervensi adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,

mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi

dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan

sejauh mana perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan maslah

dengan efektif dan efisien (Rohmah dan Walid, 2012).

Setelah menentukan diagnosa keperawatan kemudian penulis

menyusun rencana dan tindakan keperawatan sesuai dengan

teori.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24

jam,diharapkan tidak terjadi kenaikan suhu tubuh dengan kriteria hasil

anak tidak rewel, suhu tubuh dalam batas normal 36,5-37,0 derajat

celcius (Sigma, 2005), tidak terjadi kejang, akral tidak hangat dan

warna kulit tidak kemerahan.Tujuan An. S dapat menunjukkan

termoregulasi sehingga kebutuhan pengaturan suhu tubuh An. S dapat

terpenuhi.Tindakan keperawatan yang dilakukan meliputi pantau

aktivitas kejang pasien, pantau tanda – tanda vital pasien, anjurkan

untuk menggunakan pakaian yang tipis, mengajarkan kompres hangat

dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik.

Perencanaan untuk kasus kejang demam antara lain monitoring

vital sign (monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status pernafasan,

pertahankan secara berkesinambungan monitoring suhu tubuh,

Page 33: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

22

monitoring warna kulit, suhu dan kelembutan, dan identifikasi dari

penyebab perubahan vital sign) dan penanganan demam meliputi

pemberian antipiretik jika diperlukan, ganti pakaian dengan pakaiaan

yang tipis, pastikan anak memperoleh banyak udara segar tanpa

menjadi kedinginan, berikan tapid sponge bad dengan air hangat dan

berikan intake cairan yang adekuat. Selain itu pasang IV line untuk

memenuhi kebutuhan cairan, berikan sirkulasi udara yang baik dan

berikan oksigen jika diperlukan (Wilkinson, 2007).

4. Implementasi

Implementasi adalah realisasi tindakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi

pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama

dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru

(Rohmah dan Walid, 2012).

Menurut Schartz (2005), memantau aktifitas kejang untuk

mengenali kasus kejang dan mengobservasi apabila terjadi kejang

berulang. Pada kasus kelolaan, An. S mengalami kejang kurang lebih 1

menit ketika di IGD dan tidak mengalami kejang berulang.

Memantau tanda-tanda vital, pengumpulan dan analisis data

kardiovaskuler, respirasi dan suhu tubuh untuk menentukan serta

mencegah komplikasi (Wilkinson, 2007). Pada An. S suhu 39,5o C,

respirasi 32 kali per menit, dengan irama reguler dan dalam, nadi 112

Page 34: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

23

kali per menit, irama reguler dan teraba kuat, kulit teraba hangat,

warna kulit kemerahan.

Menurut Harold dalam jurnal Purwanti dan Maliya (2005),

upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh

antara lain mengenakan pakaian yang tipis, menganjurkan banyak

minum, banyak istirahat, memberikan kompresdan bisa juga dengan

memberikan obat penurun panas. Teknik dalam memberikan kompres

dalam upaya menurunkan suhu tubuh ada beberapa macam diantaranya

kompres hangat basah, kompres hangat kering, kompres dingin basah,

kompres dinginkering, bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran,

busur panas. Pemberian kompres air hangat pada daerah tubuh akan

memberikan sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang,

sehingga terjadi vasodilatasi dan menyebabkan pembuangan atau

kehilangan panas melalui kulit meningkat atau berkeringat (Tamsuri,

2007).

Menurut Purwanti dan Maliya (2008), mengganti pakaian dengan

pakaian yang tipis dan pastikan klien mendapat udara segar tanpa

menjadi kedinginan. Menggunakan pakaian yang tipis, panas yang

berlebih akan keluar melalui keringat lalu menguap ke udara

(prosesevaporasi).

Menurut Ngastiyah (2005), kejang demam yang terjadi pada saat

anak mengalami kenaikan suhu harus segera diberikan obat antipiretik.

Obat antipiretik untuk pasien kejang demam biasanya telah bersama-

Page 35: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

24

sama dengan anti konvulsan. Perlu diingat bahwa pada klien yang akan

mengalami kenaikan suhu dapat terjadi karena adanya infeksi seperti

faringitis, OMA (Otitis Media Akut) atau infeksi lainnya, sehingga

juga harus ada antibiotic misal amoxilin. Apabila belum ada antibiotik

pasien harus dibawa berobat karena tanpa antibiotik demam hanya

akan turun sebentar dan akan naik lagi. Disamping obat-obat tersebut

pasien perlu diberi banyak minum dan apabila suhu tinggi dapat

diberikan kompres dingin secara intensif.

Penatalaksanaan pada An. S yang mengalami peningkatan suhu

tubuh sebelum dirawat di RSUD Sukoharjo, hanya diberikan obat

syrup penurun panas antipiretik oleh Ny. S dan selama 2 hari suhu

badan An. S tidak turun.Hal tersebut membuktikan, bahwa

penatalaksanaan hipertermi secara farmakologispada kejang demam

memerlukan terapi antibiotik, seperti teori yang dijelaskan diatas.

Terapi yang diberikan pada An. S meliputi pemberian parasetamol 125

mg sebagai antipiretik melalui oral dan terapi injeksi amoxicilin 200

mg per 8 jam sebagai antibiotic. Hasil pemeriksaan penunjang yaitu

pemeriksaan laboratorium An. S terjadi infeksiyang ditandai dengan

peningkatan leukosit 22,4 103/µL (normal 4-10 10

3/µL).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan

perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan

Page 36: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

25

kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah dan Walid,

2012).

Setelah melakukan tindakan keperawatan pada An. S selama tiga

hari dari tanggal 22 sampai 24 April 2013 hasil evaluasi yang

didapatkan oleh penulis adalah masalah hipertemi yang terjadi pada

An. S sudah teratasi dibuktikan dengan data subjektif, Ny. S

mengatakan An. S sudah tidak kejang dan panas. Data objektif yang

mendukung hasil evaluasi An. S tampak tenang dan aktif bermain

boneka. Suhu tubuh 37,0 derajat celcius, nadi 116 kali permenit

dengan irama teratur dan kualitas kuat, respirasi 33 kali permenit

dengan irama reguler. Hasil analisa data masalah keperawatan

hipertermi pada An. S sudah teratasi sesuai dengan kriteria hasil

seperti, An. S sudah tidak rewel, suhu dalam rentang normal 36,5-37,0

derajat celcius (Sigma, 2005), An. S sudah tidak kejang dan warna

kulit tidak kemeraahan, sehingga intervensi dihentikan.

B. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan Study kasus mengenai Asuhan

Keperawatan Kebutuhan Pengaturan Suhu Tubuh pada An. S yang

berusia 2 tahun 7 bulan dengan hipertermi pada kasus febris

convulsion di RSUD SUKOHARJO dapat disimpulkan sebagai

berikut:

Page 37: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

26

a. Hasil pengkajian yang dilaksanakan pada An. S dengan hipertermi

pada kasusfebris convulsion meliputi badan An. S panas disertai

kejang ± 1 menit ketika di UGD dan data obyektif yang diperoleh

penulis, keadaan umum An. S lemah, klien tampak rewel, suhu

tubuh pasien 39,5 derajat celcius, warna kulit kemerahan dan akral

hangat.

b. Perumusan diagnosa keperawatan pada An. S dengan hipertermi

pada kasus febris convulsion adalah hipertermi berhubungan

dengan proses penyakit.

c. Perencanaan keperawatan pada An. S, meliputi pantau aktivitas

kejang pasien, pantautanda – tanda vital pasien, ganti pakaian

dengan pakaian yang tipis, ajarkan kompres hangat dan kolaborasi

dengan dokter dalam pemberian antibiotik dan antipiretik.

d. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada An. S dengan

febris convulsion meliputi memantau aktivitas kejang pasien,

memantautanda – tanda vital pasien, mengganti pakaian pasien

dengan pakaian yang tipis, mengajarkan kompres hangat dan

mengkolaborasikan dengan dokter dalam pemberian antibiotik dan

antipiretik.

e. Hasil evaluasi yang dilakukan penulis pada hari ke 3 pada tanggal

24 April 2013 hasil evaluasi yang didapatkan oleh penulis adalah

masalah hipertemi yang terjadi pada An. S sudah teratasi

dibuktikan dengan data subjektif, Ny. S mengatakan An. S sudah

Page 38: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

27

tidak kejang dan panas. Data objektif yang mendukung hasil

evaluasi An. S tampak tenang dan aktif bermain boneka. Suhu

tubuh 37,0 derajat celcius, nadi 116 kali permenit dengan irama

teratur dan kualitas kuat, respirasi 33 kali permenit dengan irama

reguler, intervensi dihentikan. Memberikan penjelasan tentang

pemberian obat di rumah kepada keluarga An. S dengan cara 7

benar obat.

f. Kasus yang terjadi pada An. S adalah kejang demam sederhana dan

masuk ke dalam fase iktal. Asuhan keperawatan selama 3x24 jam

masalah keperawatan hipertermi teratasi.

2. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien

dengan febris convulsion, penulis ingin memberikan masukan yang

positif dalam pengelolaan pasien meliputi :

a. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)

Diharapkan pelayanan kesehatan dapat meningkatkan mutu

pelayanan terhadap pasien tanpa melihat latar belakang status

ekonomi pasien, menjalin hubungan yang baik dengan keluarga

pasien maupun tim kesehatan lainnya serta dapat menambah

fasilitas pelayanan yang menunjang.

Page 39: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

28

b. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat.

Hal tersebut dapat menambah masukan bagi perawat

khususnya dalam memberikan pelayanan yang lebih profesional

kepada pasien dan menjaga hubungan kerjasama yang baik

terhadap keluarga pasien maupun tim kesehatan lainnya.

c. Bagi penulis selanjutnya

Diharapkan mampu meningkatkan wawasan dalam

kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada

pasien dengan kasusfebris convulsion pada khususnya dan dapat

digunakan sebagai acuan bagi praktek mahasiswa keperawatan.

Page 40: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

29

DAFTAR PUSTAKA

Dewanti, dkk. 2012. Kejang Demam dan Faktor yang Mempengaruhi

Rekurensi.http://www.idai.or.id/saripediatri/fulltext.asp?q=212. Diakses

pada tanggal 14 Mei 2013, Jam : 21.00 WIB.

Kania, Nia. 2007. Penatalaksanaan Demam Pada Anak. pustaka.unpad.ac.id/wp-

content/.../penatalaksanaan_demam_pada_anak.pdf. Diakses pada tanggal

18 Mei 2013, Jam : 23.00 WIB.

Mubarak dan Chayati. 2007.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan

Aplikasi dan Praktik. Jakarta:EGC.

Muscari, E. Mary. 2005. Keperawatan Pediatrik, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Nanda. 2010. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2009-2011. Jakarta: Prima

Medika.

Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Rohmad dan Walid. 2012. Proses Keperwatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Ar-

Ruzz Media.

Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,

dan Praktik. Jakarta: EGC.

Purwanti dan Ambarwati. 2008. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan

Suhu Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta.

http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/484/2f.pdf?s

equence=1, Diakses tanggal 16 Mei 2013, Jam : 22.00 WIB.

Purwanti dan Maliya. 2008. Kegawatadaruratan Kejang Demam pada

Anak.http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=abstrak+kejang+demam+

pada+anak&source=web&cd=3&cad=rja&ved=0CDEQFjAC&url=http://p

ublikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/487/2i.pdf%3Fseque

nce%3D1&ei=_zemUbSlFobtrAe8qIGABg&usg=AFQjCNG7B9bmgLW

YTLPXUz3FnUUZ59CEOA&bvm=bv.47008514,d.bmk. Diakses pada

tanggal 16 Mei 2013, Jam : 22.00 WIB.

Sigma. 2005. Hubungan antara Motivasi dan Pengetahuan Orang Tua dan

Tindakaan Penggunaan Produk Obat Demam Tanpa Resep untuk Anak-

anak di RW V Kelurahan Terban Tahun 2004.

Page 41: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI · PDF filelebih tinggi, kira-kira 20 persen kasus merupakan kejang demam kompleks. ... 2013 di bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Adapun laporan

30

http://www.jurnalsigma.com. Diakses pada tanggal 16 Mei 2013, jam

10.00 WIB

Schwartz, M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.

Tamsuri, Anas. 2006. Tanda-Tanda Vital Suhu Tubuh. Jakarta: EGC.

Widagdo, 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam.

Jakarta: CV Sagung Seto.

Wilkinson, M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 7. Jakarta:

EGC.

Yuana, dkk. 2010. Korelasi Kadar Seng Serum dan Bangkitan Kejang

Demam.http://eprints.undip.ac.id/. Diakses tanggal 17 Mei2013,Jam: 12:19

PM.