resensi kumpulan cerpen flamboyan senja

15

Upload: raitoyusa

Post on 26-Dec-2015

375 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Dokumen ini dibuat untuk memenuhi tugas bidang study bahasa indonesia (resesnsi), yang berisi resensi dari kumpulan cerpen "Flamboyan Senja".

TRANSCRIPT

Page 1: Resensi Kumpulan Cerpen Flamboyan Senja
Page 2: Resensi Kumpulan Cerpen Flamboyan Senja

Resensi Kumpulan CerpenBy :

Alvin Budi Darmawan

Ferdy Frimansyah

Nur Fajar Yulianto

Ronny Renaldy LCF

Page 3: Resensi Kumpulan Cerpen Flamboyan Senja

Identitas Pengarang

Nama : Aliya Nurlela

TTL : Ciamis, 2 Juni 1975

Hobi : Menulis

Profesi : Pendiri, Ketua Umum, Pimpinan Penerbit FAM

Karya : Fesbuk

Semangkuk Kata Cinta

Page 4: Resensi Kumpulan Cerpen Flamboyan Senja

Judul : Flamboyan SenjaKategori Buku : Kumpulan CerpenPenulis Buku : Aliya NurlelaPenerbit Buku : FAM PublishingISBN : 978-602-17143-5-5Tahun Terbit : Cetakan I, Desember 2012Jumlah Halaman : 139 HalamanHarga : 38.000,-

Identitas Buku

Page 5: Resensi Kumpulan Cerpen Flamboyan Senja

Flamboyan SenjaAlam seakan bertasbih menyebut nama-Nya ketika

kebimbangan yang melaut kulemparkan ke dasar jurang. Tarik menarik antara tawaran kebaikan dan keburukan yang sedari tadi datang silih berganti, perlahan memudar dan mengendor. Tawaran kebaikan lebih dominan menarikku dalam singgasana-Nya. Meresapi kehadiran-Nya. Aku menyeka peluh dingin dari kening. Memandang lembut penuh kasih pada sebatang pohon Flamboyan yang berdiri kokoh disampingku. Ia kokoh, kuat dan tegak berdiri. Bunganya yang elok menebarkan pesona jelita. Siapapun yang memandangnya akan berdecak kagum. Bergelimangan sanjungan dan popularitas, mengejar mimpi-mimpi tentu harapan semua orang. Tapi bagi sosok seorang wanita yang di perankan dalam cerita ini dengan semua kemudahan yang dia miliki saat ini, baginya banyak melenakan dan dengan lantang berteriak untuk menyudahi kepopuleran yang ia peroleh selama ini, Nasehat agama yang selalu diajarkan kedua orang tuanya yang masih membekas, sehingga ia tak rela jika harus merentas sebuah jalan yang mengabaikan nasehat agama. Sebentuk ujian untuk mengukur kekuatan iman. Bersama senja ia telah bertekad untuk membulatkan tekad berhijrah dan tak ada seorangpun berhak mengubah keputusan jalan hidupnya.

Page 6: Resensi Kumpulan Cerpen Flamboyan Senja

Impian yang terhapusTuhan, suatu saat aku akan berdiri di hadapan-Mu,

memperlihatkan jahitan demi jahitan yang ada dalam tubuhku. Sebagai bukti bahwa aku telah berjuang sendiri untuk keselamatanku. Aku akan meminta belas kasih-Mu dan belaian lembut-Mu yang selama ini tak pernah kudapatkan dari seorang makhluk ciptaan-Mu. Dibagian ini penulis meggambarkan sosok Amanda yang begitu tegar dalam mengarungi rumah tangga dengan seorang lelaki yang menyanjungnya di awal pertemuan, tak menyisakan manisnya membangun mahligai rumah tangga, jiwanya sering tersakiti bahkan mendapat perlakuan yang tak pernah peduli apapun yang terjadi dengan ia sebagai seorang istri, tak peduli raganya yang lemah, tekad Amanda hanya satu menyelamatkan keluarga kecilnya agar layak dimata manusia terlebih dimata Tuhan. Tak pernah berfikir untuk mengakhiri rumah tangga bersama suami yang dicintainya, meskipun cinta itu memudar akibat sikap aneh suaminya.

Page 7: Resensi Kumpulan Cerpen Flamboyan Senja

Kelopak Flamboyan Itu Bertasbih

Dengarlah ia berbisik, kelopak itu berbisik tentang hakikat cinta, kelopak lain mengajak tersenyum penuh semangat, kelopak lain mengajak tersenyum penuh semangat, ada duka terselip pada satu kelopak kecilnya, kelopak itu membenci keputusasaan, ia mengajak menyelami keagungan hasil ciptaan-Nya, ia menghibur raga yang sakit, mari mengukir impian. Pada bagian ini banyak nasehat yang diberikan serta mengajak pembaca untuk lebih mengenal keindahan pencipta, mengagungkan nama-Nya dan mengajakan mereka bertasbih.

Page 8: Resensi Kumpulan Cerpen Flamboyan Senja

PembahasanSebenarnya dalam buku kumpulan cerpen ini

terdapat 10 cerpen namun menurut Kami tiga cerpen diatas bisa mewakilkan seluruh cerita pendek dalam kumpulan buku cerita pendek yang berisi 10 cerpen.

Kumpulan cerpen ini cocok dibaca oleh semua kalangan, terutama usia labil atau 12 tahun ke atas. Kumpulan cerpen ini juga menyuguhkan cerita yang bervariasi, fokus dengan tema “dream”, dan mengulas ulang semua pesan cerita yang ingin disampaikan di bagian akhir cerpen “Kelopak Flamboyan Itu Bertasbih”, sehingga pembaca yang berusia labil dapat lebih paham apa makna cerita yang telah dibaca sebelumnya.

Kata “santun”. Dalam kumpulen cerpen Flamboyan Senja, kata tersebut dapat menjadi karakteristik kepenulisan dari penulis Aliya Nurlela. Kata ini selalu dilibatkan dengan karakter dan pesan baik cerita yang disampaikannya.

Page 9: Resensi Kumpulan Cerpen Flamboyan Senja

Cerita yang dipaparkan penulis sangat dramatis dan fiktif, terutama cerpen pertama dan ke dua, sehingga secara tidak sengaja pembaca akan sulit menilai dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata, bahwa impian dan sukses hanya bisa terwujud dengan mudah di dalam cerita- cerita fiktif. Seharusnya, penulis tidak perlu menceritakan sebuah kisah terlalu dramatis atau fiktif, apalagi tema cerita “dream” atau “impian” yang biasanya menjadi cerita inspirasi dan motivasi pembaca. Cerita dengan tema “dream” akan lebih mengena ke pembaca bila dipaparkan dengan tidak terlalu dramatis atau fiktif.

Page 10: Resensi Kumpulan Cerpen Flamboyan Senja

Aliya Nurlela mengangkat penulis Zahda Amir sebagai pembanding dengan sutradara Joe yang menganut paham berkarya sebebas- bebasnya atau seni adalah santapan hiburan yang menyegarkan. Penulis Flamboyan Senja terus- menerus mendeskripsikan sosok Zahda Amir sebagai tokoh idola cerita. (Halaman 40) “ ‘Ayo segera bangun, kita pergi dari sini.’ Sebuah suara pelan mengagetkanku. Itu bukan suara sutradara Joe apalagi keempat lelaki kekar itu...” Secara fisik cerita, tokoh diselamatkan oleh seorang laki- laki tak dikenal, dan pada detik- detik terakhir cerita, ternyata lelaki itu adalah Zahda Amir yang terkenal dengan tulisan santunnya. Di sini, penulis sangat mahir membalik cerita fakta menjadi fiktif: mungkin, inilah jawaban yang mendukung mengapa tokoh mulai meninggalkan kariernya sebagai pemain teater yang juga dipaparkan dalam cerpen pertama.

Tidak hanya penulis Zahda Amir yang diangkat oleh penulis kumpulan cerpen Flamboyan Senja, Aliya Nurlela, tetapi juga penulis Khalil Gibran muncul pada halaman 115, “... Kubaca ulang. Ah, mengapa tidak sehebat untaian kalimat Khalil Gibran? ...” Penulis menyinggung gaya bahasa dan pola menulis sang pujangga yang terkenal dengan ukiran kalimat indah. Dalam kutipan cerpen tersebut, penulis sepertinya fokus pada harapan tokoh cerita untuk menulis yang indah, setidaknya mendekati keindahan karya Khalil Gibran dan diselingi dengan kalimat yang santun. Sedangkan faktanya, gaya menulis Khalil Gibran sudah tertanam di cerpen bagian akhir, Kelopak Flamboyan Itu Bertasbih.

Page 11: Resensi Kumpulan Cerpen Flamboyan Senja

Secara keseluruhan konflik dalam setiap cerpen ini mampu mengajak pembaca menebak-nebak, ke mana arah cerita ini. Hal ini menjadi pelengkap keberhasilan penulisnya dalam merangkai kalimat yang runtut dan mengalir. Penggunaan diksi yang baik dan tepat sesuai dengan setiap tema pada keseluruhan cerpen. Bahasa tutur yang jernih dan memikat pada setiap paragraf, yang bertabur gaya bahasa personifikasi menambah lezat kisah di setiap cerpen, hingga mampu memikat pembacanya.

Page 12: Resensi Kumpulan Cerpen Flamboyan Senja

KelebihanSisi kelebihan buku cerpen Flamboyan Senja, secara

keseluruhan cerpen-cerpen dalam buku ini bagus, tidak pernah bosan untuk membacanya terutama “kelopak Flamboyan itu bertasbih” dibagian inilah banyak pesan hikmah dan semangat hidup. Saya fikir para pembaca selain saya juga punya pemikiran yang sama setelah membaca buku cerpen Flamboyan Senja ini. Selain itu bentuk buku ini lumayan menarik, ada pembatas buku dan gantungan kunci bertuliskan Flamboyan Senja, dari cover buku sangat kreatif “Flamboyan dan senja”, dua simbol keindahan. Bila keduanya disatukan maka siapapun yang memandangnya akan berdecak kagum. Cerita yang disampaikan benar-benar membuat kita sadar bahwa kita harus selalu mengingat-Nya, bertasbih, bersyukur dan berdzikir kepada-Nya. Bahkan kelopak Flamboyan itupun selalu betasbih bersama seluruh semesta alam yang tak pernah lelah dan berhenti untuk terus bertasbih kepada-Nya, menyebut asma-Nya disetiap harinya.

Page 13: Resensi Kumpulan Cerpen Flamboyan Senja

Kekurangan Sisi kekurangan isi buku, Alangkah lebih menarik lagi satu lembar halaman di sediakan, setelah info tentang penulis, di setiap buku terbitan FAM baik Flamboyan Senja ataupun karya yang lainnya, dimuat juga gambar buku karya terbitan FAM yang telah terbit. Agar para pembaca lebih mengetahui lagi buku-buku karya FAM publishing yang lainnya, karna buku FAM Publishing ini layak dibaca dan dimiliki.

Selain itu pada beberapa pemenggalan kata yang kurang tepat seperti pada kata pus-ing (hal. 13), sen-yum (17), deng-an (19), ber-ontak, meng-agumi (21), kekon-yolan (22). Kemudian beberapa penulisan kata yang kurang pas seperti pada kata merancau (hal. 24) yang seharusnya meracau. Kata terjerembab (hal. 41) menurut kaidah EYD seharusnya terjerembap. Juga kata penolakkan (hal 51) yang seharusnya penolakan. Tentu saja hal ini patut dimaklumi karena mungkin saja pada saat editing terlewat.

Page 14: Resensi Kumpulan Cerpen Flamboyan Senja

KesimpulanKeseluruhan cerita dalam buku ini sangat menarik

dan bagus, membuat para pembaca tidak bosan untuk membacanya terutama pada cerita ke-10 yang berjudul “kelopak Flamboyan itu bertasbih”. Tema yang menarik, gaya bahasa yang penuh makna, isinya yang sarat pesan moral dan bentuk buku yang beda dari biasanya menjadi kelebihan buku ini. Menurut kami keseluruhan buku ini sudah sangat bagus hampir tidak memiliki celah hanya saja ada sedikit kekurangan selain info tentang penulis alangkah baiknya jika ditmbahkan satu lembar untuk memuat gambar buku karya terbitan FAM yang telah terbit, dengan begitu para pembaca akan lebih tertarik untuk membaca karya-karya FAM lainnya.

Page 15: Resensi Kumpulan Cerpen Flamboyan Senja