jurnal 2

6
RABIES Asih Rahayu Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Rabies adalah penyakit zoonosis yang membentuk sebagai penyakit akut virus dalam sistem saraf pusat. gejala biasa adalah sebuah sindrom kelumpuhan progresif, dan itu biasanya fatal. Kasus rabies di Indonesia masih cukup tinggi jumlahnya. Dalam dekade terakhir, ada beberapa kasus kematian yang disebabkan oleh Rabies, dan ribu kasus gigitan anjing di beberapa daerah Indonesia seperti: Flores, Ambon dan Bali. Untuk mencegah penyakit dan membawa Indonesia ke negara bebas rabies, berbagai upaya harus diletakkan dan difasilitasi oleh semua pihak terkait. RABIES Asih Rahayu Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya Abstract Rabies is a zoonosis disease that forms as a viral acute illness in the central nervous system. Its regular symptom is a progressive paralysis syndrome, and it is commonly fatal. The rabies case in Indonesia is still high in number. In the last decades, there are several mortality cases caused by Rabies, and thousand cases of dog’s bite in some Indonesia’s region such as: Flores, Ambon and Bali. To prevent the disease and bring Indonesia to a rabies-free country , many efforts should be put and facilitated by all related parties. Keyword: Rabies,zoonosis. PENDAHULUAN Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis yang berupa penyakit viral akut pada Susunan Saraf Pusat dengan gejala berupa kelumpuhan progresif serta seringkali berakhir dengan kematian. Penyakit ini ditularkan umumnya melalui gigitan hewan pembawa Rabies. SEJARAH EPIDEMIOLOGI Rabies telah dikenal sejak jaman Raja Hammurabi pada 2300 SM di Babilonia.Di Inggris dikenal sejak tahun 1026. Di Indonesia, kasus Rabies pada kerbau pernah ditemukan oleh Esser di JawaBarat pada tahun 1884 , pada anjing tercatat oleh Penning pada tahun 1889 , dan pada manusia tercatat oleh EV de Haan pada tahun 1894 . Pada kurun waktu 1945-1980 tercatat terjadi Rabies di Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur tahun 1953, di Sulawesi Utara tahun 1956, di Sumatera Selatan tahun 1959, di Lampung tahun 1969,di Aceh tahun 1970, di Jambi dan Yogjakarta tahun 1971, di DKI Jaya dan Bengkulu tahun tahun 1972, di Kalimantan Timur tahun 1974, di Riau tahun 1975, di Kalimantan Tengah tahun 1978, di Kalimantan Selatan pada tahun 1983, di Pulau Flores NTT pada tahun 1977. Kasus gigitan oleh Hewan Pembawa Rabies di Indonesia akhir – akhir ini semakin marak. Bahkan di Bali dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini terjadi banyak kasus gigitan oleh Anjing penderita Rabies. Berikut adalah sebagian kasus Rabies yang terjadi di Indonesia dalam dasawarsa akhir ini: Menurut Kabag P2P Dinkes Banjar drg. Yasna Khairina, sepanjang tahun 2005 dilaporkan terjadi 27 kasus gigitan anjing tersangka Rabies, namun berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium hanya 8 diantaranya yang positif Rabies sedangkan pada tahun 2006 tercatat 13 kasus gigitan anjing tersangka Rabies dan hanya 2 diantaranya yang positif Rabies ( Banjarkab.go.id, 2006). Pada tahun 2000 di Palangkaraya dilaporkan terdapat tujuh belas kematian karena Rabies dalan kurun waktu delapan bulan. Pada kurun waktu antara tahun 2000 sampai 2003, di Ngada Flores tercatat limapuluh enam kematian akibat Rabies dan seribu sembilanratus limabelas kasus gigitan anjing. Pada awal tahun 2003 hingga 25 September 2003 di Ambon tercatat duabelas kematian dan sekitar limaratus kasus gigitan anjing. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Manggarai Barat, IG Ngurah Harijaya dalam laporan tertulisnya yang di terima di Kupang, Rabu 6 februari 2008 menyebutkan bahwa dalam empat pecan terakhir terjadi 13 kasus gigitan dan satu diantaranya meninggal dunia. Sementara jumlah kasus sejak tahun 1977 mencapai lebih dari 8.300 dengan korban tewas terbanyak berasal dari Kabupaten Ngada

Upload: evansdio-handy-dochino-osiris

Post on 29-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: jurnal 2

RABIESAsih Rahayu

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma SurabayaAbstrakRabies adalah penyakit zoonosis yang membentuk sebagai penyakit akut virus dalam sistem saraf pusat. gejalabiasa adalah sebuah sindrom kelumpuhan progresif, dan itu biasanya fatal. Kasus rabies di Indonesia masihcukup tinggi jumlahnya. Dalam dekade terakhir, ada beberapa kasus kematian yang disebabkan oleh Rabies, danribu kasus gigitan anjing di beberapa daerah Indonesia seperti: Flores, Ambon dan Bali. Untuk mencegahpenyakit dan membawa Indonesia ke negara bebas rabies, berbagai upaya harus diletakkan dan difasilitasi olehsemua pihak terkait.

RABIESAsih Rahayu

Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma SurabayaAbstractRabies is a zoonosis disease that forms as a viral acute illness in the central nervous system. Its regularsymptom is a progressive paralysis syndrome, and it is commonly fatal. The rabies case in Indonesia is still highin number. In the last decades, there are several mortality cases caused by Rabies, and thousand cases of dog’sbite in some Indonesia’s region such as: Flores, Ambon and Bali. To prevent the disease and bring Indonesia toa rabies-free country , many efforts should be put and facilitated by all related parties.Keyword: Rabies,zoonosis.

PENDAHULUANRabies merupakan salah satu penyakit

zoonosis yang berupa penyakit viral akut padaSusunan Saraf Pusat dengan gejala berupakelumpuhan progresif serta seringkaliberakhir dengan kematian. Penyakit iniditularkan umumnya melalui gigitan hewanpembawa Rabies.

SEJARAH EPIDEMIOLOGIRabies telah dikenal sejak jaman Raja

Hammurabi pada 2300 SM di Babilonia.DiInggris dikenal sejak tahun 1026.

Di Indonesia, kasus Rabies padakerbau pernah ditemukan oleh Esser diJawaBarat pada tahun 1884 , pada anjingtercatat oleh Penning pada tahun 1889 , danpada manusia tercatat oleh EV de Haan padatahun 1894 . Pada kurun waktu 1945-1980tercatat terjadi Rabies di Sumatera Barat, JawaTengah dan Jawa Timur tahun 1953, diSulawesi Utara tahun 1956, di SumateraSelatan tahun 1959, di Lampung tahun 1969,diAceh tahun 1970, di Jambi dan Yogjakartatahun 1971, di DKI Jaya dan Bengkulu tahuntahun 1972, di Kalimantan Timur tahun 1974,di Riau tahun 1975, di Kalimantan Tengahtahun 1978, di Kalimantan Selatan pada tahun1983, di Pulau Flores NTT pada tahun 1977.

Kasus gigitan oleh Hewan PembawaRabies di Indonesia akhir – akhir ini semakinmarak. Bahkan di Bali dalam kurun waktu 2

tahun terakhir ini terjadi banyak kasus gigitanoleh Anjing penderita Rabies.

Berikut adalah sebagian kasus Rabiesyang terjadi di Indonesia dalam dasawarsaakhir ini:

Menurut Kabag P2P Dinkes Banjardrg. Yasna Khairina, sepanjang tahun 2005dilaporkan terjadi 27 kasus gigitan anjingtersangka Rabies, namun berdasarkan hasilpemeriksaan laboratorium hanya 8 diantaranyayang positif Rabies sedangkan pada tahun2006 tercatat 13 kasus gigitan anjing tersangkaRabies dan hanya 2 diantaranya yang positifRabies ( Banjarkab.go.id, 2006).Pada tahun 2000 di Palangkaraya dilaporkanterdapat tujuh belas kematian karena Rabiesdalan kurun waktu delapan bulan. Pada kurunwaktu antara tahun 2000 sampai 2003, diNgada – Flores tercatat limapuluh enamkematian akibat Rabies dan seribusembilanratus limabelas kasus gigitan anjing.Pada awal tahun 2003 hingga 25 September2003 di Ambon tercatat duabelas kematian dansekitar limaratus kasus gigitan anjing.Menurut Kepala Dinas Kesehatan ManggaraiBarat, IG Ngurah Harijaya dalam laporantertulisnya yang di terima di Kupang, Rabu 6februari 2008 menyebutkan bahwa dalamempat pecan terakhir terjadi 13 kasus gigitandan satu diantaranya meninggal dunia.Sementara jumlah kasus sejak tahun 1977mencapai lebih dari 8.300 dengan korbantewas terbanyak berasal dari Kabupaten Ngada

Page 2: jurnal 2

yakni 60 orang, Flores Timur 28 orang, Sikka17 orang, Manggarai dan Manggarai Barat 17orang, Ende 8 orang dan Lembata 2 orang.Pemerintah Propinsi NTT menyebutkanjumlah kasus Rabies dalam 10 tahun terakhirmencapai 620 kasus dengan jumlah korbantewas 132 orang. (Tempointeraktif.com,2008).Di Jawa Barat pada tahun 2005 tidak terdapatpenderita Rabies dari 427 kasus gigitan, 200diantaranya mendapat VAR (Vaksin AntiRabies), tetapi terdapat 2 spesimen hewanpositif Rabies dilaporkan dari KabupatenGarut. Pada tahun 2006 terdapat 2 orangmeninggal akibat Rabies masing – masing dariKabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalayadiantara 453 kasus gigitan di Jawa Barat, 334diantaranya mendapat VAR, terdapat pula 2spesimen hewan positif dari KabupatenTasikmalaya dan Garut. Tahun 2007 terdapat 1orang meninggal akibat Rabies dari KabupatenCiamis diantara 528 kasus gigitan di JawaBarat, 331 diantaranya mendapat VAR, tidakada laporan hasil pemeriksaan specimenhewan penular Rabies. Pada tahun 2008 (sampai dengan April 2008) dilaporkan 1 orangmeningga akibat Rabies dari KabupatenCianjur diantara 52 kasus gigitan di JawaBarat, 41 diantaranya mendapat VAR , danbelum ada laporan pemeriksaan specimenhewan penular Rabies. ( Patriawati B &Rosemary F, 2008)Kasus Rabies terjadi di Kampung Kakelurahan Wali Kecamatan Ruteng KabupatenManggarai pada Balita yang digigit anjingpada 13 Juni 2009 dan berakhir dengankematian pada 17 September 2009. (Pos-Kupang.com 17 September 2009). Di Balipada kurun waktu akhir 2008 hingga 23September 2009 terjadi kematian akibatRabies sejumlah 11 orang.

Dengan kejadian Rabies yang makinmarak di beberapa wilayah Indonesia akhir –akhir ini, penulis berusaha memberikaninformasi secara lengkap mengenai Rabiessehingga dapat lebih dimengerti dandiwaspadai serta dapat diambil tindakan secaratepat apabila terjadi kasus Rabies.

ETIOLOGIRabies disebut juga Lyssa, Tollwut

atau Penyakit Anjing gila.Penyebabnya adalah virus Rabies yangmerupakan Virion dengan genome RNA .Berdasarkan struktur genom dan model

replikasinya Rabies diklasifikasikan familiRhabdoviridae ( dalam bahasa Yunani, rhabdoberarti batang) dalam ordo Mononegaviralesyang merupakan kelompok famili dengangenom linear negative ssRNA. Rhabdoviridaedikenal sebagai virus berbentuk peluru dengansalah satu ujungnya datar. Ukurannya berkisar170-180 nm x 65-75 nm dengan Berat molekul3,5-4,6 x 106 Dalton atau 13-16 kb.Virion atauvirus ini terdiri dari nucleocapsid helix danenvelope yang tersusun atas 50% protein(Glikoprotein = Protein -G) dan 50% lipid.Virus ini bereplikasi pada Sitoplasma sel.(Joklik et al, 1992)

EPIDEMIOLOGI :Sembilan puluh persen kasus Rabies

ditularkan ke manusia melalui gigitan anjing.Anjing dan kucing merupakan sumberpenularan Rabies yang paling penting, karenadua jenis hewan inilah yang paling dikenalsebagai pet animal sehingga kedua hewan inipula yang paling sering kontak denganmanusia.

Semua mamalia pada dasarnya pekaterhadap infeksi virus Rabies tetapi terdapaturutan kepekaan dari berbagai species darimamalia. Mamalia yang paling peka danseringkali merupakan kasus rabies spontanadalah golongan anjing misalnya anjingdomestikasi (anjing peliharaan), anjing hutan,serigala dan rubah. Beberapa species laindigolongkan ke dalam kepekaan sedang yaituraccoon, sigung dan kelelawar vampire.Sedangkan yang kurang kepekaannya adalahgolongan tupai.

Manusia umumnya tertular karenagigitan hewan penderita Rabies , karena virusRabies akan berada dalam kelenjar ludahhewan yang terinfeksi sekitar lima sampaitujuh hari sebelum gejala klinis terlihat.

Terdapat dua bentuk epizootic Rabiesyaitu urban rabies yang terjadi pada jenismamalia pet animal dan sylvatic rabies yangterjadi pada jenis mamalia liar .

Kepekaan terhadap infeksi rabies danmasa inkubasinya tergantung pada latarbelakang genetic dari host, strain virus Rabies,konsentrasi receptor virus pada sel host,jumlah inokulum, serta jarak antara tempatmasuknya virus ke sel host dengan centralnervous system.

Page 3: jurnal 2

PORT DE’ENTRY DAN PATOGENESAPenularan Rabies pada manusia

umumnya melalui luka gigitan hewanpenderita Rabies , walaupun dapat juga terjadimelalui kulit yang lecet akibat cakaran hewanpenderita Rabies. Virus rabies yang ada padaludah penderita rabies akan masuk ke hostmelalui luka. Replikasi awal Virion ini terjadipada jaringan otot bergaris atau jaringansubepithel dan akan berlangsung terus hinggakonsentrasi virus mencapai maksimal yangberakhir sampai ujung saraf yang sensitiveatau sampai ke neuron. Virus Rabies inirupanya mengikat diri pada receptor celberupa Ach-receptor ( Acetylcholine esterase)pada sel neuron sampai ke daerah axon.Padafase berikutnya terjadi perpindahan infeksipasif asam inti virus secara centripetal didalam axon menuju ke Central Nervus system.Daerah pertama yang dicapai pada masaperpindahan ini adalah sumsum tulang dansegera mengadakan replikasi. Apabila hasildari replikasi ini semakin banyak pada selsaraf , maka akan terjadi kerusakan sistimsaraf terutama sistim saraf perifer. Perubahanperilaku dapat terjadi pada fase ini, hal inikemungkinan karena terjadi kerusakan selsaraf akibat replikasi virus yang sangat banyaksehingga terjadi pula kerusakan pada sel saraf /cortex yang mengatur perilaku. Hal ini pulayang dikatakan sebagai ciri spesifik dariinfeksi virus Rabies. Pada Central NervusSystem juga terjadi infeksi oleh virus Rabiesini, sehingga kemungkinan dapat terjadidepresi, coma bahkan kematian. Selain itu ,pada saat yang sama juga terjadi replikasivirus Rabies yang sangat banyak pada sistimsaraf perifer, virus ini bergerak secaracentrifugal di dalam sistim saraf perifer danberjalan secara pasif lagi di dalam axon.(Rantam FA,2005)

GEJALA KLINISPada hewan ataupun manusia, masa

inkubasi rabies umumnya panjang berkisardari sekitar satu minggu hingga lebih dari satutahun semenjak masuknya virus Rabies,umumnya sekitar satu bulan. Pada intinyamasa inkubasi tergantung dari jarak lokasigigitan dengan Central Nervous system,semakin jauh lokasi port d’entry dari virusRabies ini dari otak maka semakin lama masainkubasinya.

Pada hewan , khususnya anjing,gejala klinis dapat dikategorikan dalam

beberapa fase yaitu fase prodromal yangberupa demam dan terjadi perubahan perilaku,selanjutnya memasuki fase eksitasi berupakegelisahan, respons yang berlebihan terhadapsuara ataupun cahaya dan anjing cenderungmenggigit. Fase berikutnya adalah paralitikyang ditandai dengan kejang, dysphagia,hydrophobia, hypersalivasi, kelumpuhan otottermasuk otot pernafasan dan diakhiri dengankematian.

Beberapa literature mengatakanRabies terdiri dari dua bentuk yaitu dumbrabies dan furious rabies. Pada dumb rabiesumumnya terjadi gangguan menelan,bersembunyi dan jarang menggigit,selanjutnya dalam kurun waktu sekitar empathari akan terjadi paralisa progresif yangberakhir dengan kematian. Bentuk iniumumnya jarang menular ke manusia.Sebaliknya pada bentuk furious umumnyaterlihat gejala umum misalnya menurunnyanafsu makan, gelisah, bersembunyi, sensitivedan agresif , menyerang segala sesuatu yangberada disekitarnya, kejang – kejang yangberakibat dysphagia, hydrophobia,hypersalivasi , selanjutnya terjadi paralisa dankematian. Bentuk furious ini yang biasanyamenular ke manusia akibat gigitan hewanpenderita. (Soeharsono,2002)

Pada manusia , Fase prodromalberlangsung pendek sekitar dua sampai empathari yang ditandai dengan malaise, anorexia,sakit kepala, nausea, vomit, sakit tenggorokandan demam. Selanjutnya memasuki fasesensorik yang berupa terjadinya sensasiabnormal di sekitar tempat infeksi yangkemudian berlanjut ke fase exitasi berupaketegangan, ketakutan, hyperlacrimasi, dilatasipupil, keringat berlebihan, halusinasi, kakuotot, keinginan melawan, dysphagia sehinggahypersalivasi dan hydrophobia. Kematianbiasanya diakibatkan karena paralisa ototpernafasan.

DIAGNOSIS :Diagnosis pasti dapat ditegakkan

dengan observasi laboratorium berupapembuatan preparat jaringan otak hewan yangmenggigit dengan pewarnaan Seller, untukmenemukan inclusion bodies / Negri bodiesyang terdapat terutama pada medulla spinalis.Cara lain adalah dengan imunofluoresensilangsung dengan menggunakan serum antirabies hamster.

Page 4: jurnal 2

TINDAKAN :Pada hewan yang menggigit dan

dicurigai menderita rabies harus dikarantinaselama dua minggu. Apabila terjadi kematianperlu dilakukan pemeriksaan laboratoriumuntuk menemukan Negri bodies dengan caramengirim hipocampusnya ke BPPH yangmempunyai fasilitas mendiagnosis rabies.Apabila tidak terjadi kematian maka hewantersebut dinyatakan bebas rabies.

Pada manusia yang tergigit hewan didaerah tertular rabies perlu diwaspadai . Lukagigitan harus sesegera mungkin dicuci dengandetergent selama 5 – 10 menit di bawah airyang mengalir sebagai upaya untuk merusakenvelope dari virus rabies. Selanjutnya diberialcohol 70% atau iodium tincture. Lukasebaiknya tidak dijahit, bila harus dijahit makadilakukan setelah diberi local antiserum danjahitan tidak boleh terlalu erat sehinggamenghalangi pendarahan atau drainase.(Depkes RI,2000)

Pencegahan imunologis terhadaprabies pada manusia adalah denganmemberikan Human Rabies Immunoglobulin(HRIG) secepat mungkin setelah terpajanuntuk menetralisir virus pada luka gigitan,dengan dosis tunggal 20IU/kg BB,setengahnya diinjeksikan ke dalam dan disekitar luka dan setengahnya diberikan IM.Selanjutnya diberikan vaksin pada tempatyang berbeda untuk mendapatkan imunitasaktif dengan HDCV atau RVA dalam 5 dosis0,5 atau 1,0 cc IM pada daerah deltoid. Dosispertama diberikan segera setelah gigitan (padasaat yang sama diberikan dosis tunggal HRIG)dan dosis selanjutnya pada hari ke 3, 7, 14 dan28 setelah dosis pertama.( Chin,J. 2006)

PENCEGAHANPerlu dilakukan imunisasi dengan

vaksin rabies pada hewan peliharaan yangpeka terutama pada anjing , kucing dan kera.

Perlu pelaporan kepada dinas yangterkait apabila terjadi kasus gigitan hewantersangka rabies atau di wilayah terpaparrabies.

Imunisasi prapajanan terhadap orangyang berisiko tinggi terkena rabies mungkinperlu dilakukan dengan HDCV (Humandiploid cell rabies vaccine), RVA (rabiesvaccine adsorbed) atau PCBC (purified chickembryo cell vaccine) misalnya pada orang –orang yang bekerja sebagai dokter hewan,

petugas suaka alam pada daerah anzootik atauepizootic, petugas karantina hewan, petugaslaboratorium atau petugas lapangan yangbekerja dengan rabies atau wisatawan yangberkunjung dalam waktu lama pada daerahendemis rabies.

SARANDengan masih banyaknya ditemukan

kasus Rabies di wilayah Indonesia maka:Perlu dilakukan kerjasama yang lebih baikantar dinas yang terkait yaitu PemberantasanRabies pada hewan menjadi tanggung jawabDepartemen Pertanian , PenanggulanganRabies pada manusia menjadi tanggung jawabDepartemen Kesehatan dan Koordinasi datapembebasan Rabies menjadi taggung jawabDepartemen Dalam Negeri.Perlu melaksanakan kegiatan pembebasanRabies secara terpadu dibawah koordinasiPemerintah Daerah yang meliputi :Melakukan pencegahan kematian akibatRabies dengan penanganan kasus gigitanhewan penular Rabies secara benar dengancara meningkatkan pengetahuan danketrampilan petugas dalam tatalaksana kasusgigitan hewan penualr Rabies .Melakukan penyuluhan secara berkala kepadamasyarakat perlu dilakukan untuk menggugahkesadaran masyarakat agar lebihmemperhatikan hal – hal yang dapat memicuterjadinya Rabies diantaranya memperhatikandan mengawasi kesehatan hewan peliharaanterutama anjing , kucing dan kera dengan carasecara teratur melakukan vaksinasi Rabies dantidak membiarkan hewan peliharaannyaberkeliaran.Pemerintah melalui Dinas Peternakan perlumenggalakkan kembali program vaksinasimurah ataupun gratis terhadap hewanpeliharaan anjing, kucing dan kera.

DAFTAR PUSTAKA :CHIN J.2006.Manual Pemberantasan PenyakitMenular.Infomedika.Edisi 17,cetakan II, 497-507.DEPKES RI, DIRJEN PPM & PL.2000.Petunjuk Perencanaan &Penatalaksanaan Kasus Gigitan HweanTersangka /Rabies di Indonesia.JOKLIK WK, WILLET HP, AMOS DB,WILFERT CM. 1992. ZinsserMicrobiology.20thEd.1028-1033.PATRIAWATI B dan ROSEMARY F,2008.Rabies.

Page 5: jurnal 2

WWW.portalkomunikasi.jabarprov.go.id,Senin 21 Juli 2008.RANTAM FA. 2005.Virologi.167-168SOEHARSONO.2002.Zoonosis PenyakitMenular dari Hewan ke Manusia.PenerbitKanisius Yogyakarta, 115-121.WWW.Kompas.co.id .September 2003WWW.Pos-Kupang.com .17 September 2009WWW.tempointeraktif.com. 2008. RabiesKembali Mengganas di Flores. Rabu 06Pebruari 2008.WWW.banjarkab.go.id, 2006. Ditemukan 2Kasus Rabies.Rabu 13 Desember 2006.

Page 6: jurnal 2