jual beli boneka menurut hukum islam (studi kasus

20
JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS TOKO AYUHADA DI KOTA LANGSA) SKRIPSI Diajukan Oleh : SAFARIAH Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (S T A I N) Zawiyah Cot Kala Langsa Jurusan / Prodi: Syari’ah / Muamalat Program Strata Satu (S-1) NIM: 511000915 JURUSAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2014 – 2015

Upload: vuduong

Post on 14-Jan-2017

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS

JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM

(STUDI KASUS TOKO AYUHADA

DI KOTA LANGSA)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

SAFARIAH Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(S T A I N) Zawiyah Cot Kala Langsa Jurusan / Prodi: Syari’ah / Muamalat

Program Strata Satu (S-1) NIM: 511000915

JURUSAN SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

ZAWIYAH COT KALA LANGSA

2014 – 2015

Page 2: JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS

iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar…..…………………………………………. i Daftar Isi…...………………………………………………… iii ABSTRAK……………………………………………………. iv BAB I PENDAHULUAN….………………….………….. 1

A. Latar Belakang Masalah…….………………….. 1 B. Pumusan Masalah……………………………… 8 C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian…………….... 8 D. Penjelasan Istilah………………………………. 10 E. Kajian Pustaka ………………………………… 11 F. Sistematika Pembahasan…….…………………. 14

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JUAL BELI 15

A. Pengertian dan Dasar Hukum Jual Beli………. 15 B. Rukun Dan Syarat Jual Beli……………………. 22 C. Jual Beli Yang Dilarang Dan Dibolehkan……… 30 D. Hikmah Jual Beli……………………………….. 34 E. Jual beli Boneka……….......…………………… 35

BAB III METODELOGI PENELITIAN …………………. 39

A. Pendekatan Penelitian…………………………… 39 B. Lokasi Penelitian……………………………..… 39 C. Jenis dan Sumber Data………………………. …. 40 D. Tekhnik Pengumpulan Data……………………. 41 E. Panduan Penulisan……………………………… 43

BAB IV HASIL PENELITIAN…………………………… 44

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………. 44 B. Praktek Jual Beli Boneka Di Toko

Ayuhada Kota Langsa........………................... 44 C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek

Jual Beli Boneka Di Toko Ayuhada Kota Langsa …………………........................... 49

D. Analisis Peneliti………………………………… 54

BAB V PENUTUP ........................................................ ..... 62 A. Kesimpulan...................................................... ..... 62 B. Saran............................................................ .... 62

DAFTAR KEPUSTAKAAN............................................... .... 64 DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 3: JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS

Telah Dinilai Oleh Panitia Sidang Munaqasyah Skripsi

Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Langsa, Dinyatakan Lulus Dan Diterima

Sebagai Tugas Akhir Penyelesaian

Program Sarjana (S-1)

Dalam Ilmu Syariah

Pada Hari / Tanggal:

Langsa, 07 Mei 2015

03 Sya’ban 1435

DI L A N G S A

Panitia Sidang Munaqasyah Skripsi

Ketua

(ABDUL MANAF MA)

Sekretaris

()

Anggota

()

Anggota

()

Mengetahui:

Ketua Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa

(DR. H. ZULKARNAINI. MA)

NIP. 19670511 199002 1 001

Page 4: JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa dengan

taufiq dan hidayah-Nya, skripsi ini telah dapat dirampungkan. Selanjutnya

shalawat beserta salam penulis sampaikan kepangkuan Nabi besar Muhammad

SAW, beserta keluarga dan sahabatnya, yang telah membawa ummatnya dari

alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Skripsi ini merupakan suatu persyaratan akademik sebagai tugas akhir dalam

penyelesaian studi pada STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa. Selesainya skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan para dosen STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa dan

dukungan berbagai pihak lainnya, sudah pantasnya penulis sampaikan terima

kasih kepada mereka. Seiring memanjatkan do’a kehadirat Illahi Rabbi, semoga

kebajikannya itu menjadi amal shaleh dan mendapat pahala yang setimpal dari

Allah SWT. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak

Abdul Manaf, MA Sebagai pembimbing pertama dan Bapak Akmal S.H.I, M.E.I

sebagai pembimbing kedua.

Kepada kedua orang tua penulis, dan adik tercinta yang penulis sayangi

yang besar jasanya dan senantiasa mendorong dan memberikan do’a kepada

penulis agar studi yang penulis jalani dapat selesai dengan baik. Atas bantuan dan

jasa baik tersebut hanya kepada Allah penulis serahkan semoga mendapat imbalan

pahala yang berlipat ganda dari-Nya. Sehingga skripsi ini telah dapat disusun

dalam bentuk seperti ini. Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa masih

terdapat kekurangannya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis

Page 5: JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS

ii

menerima kritikan dari semua pihak, demi kesempurnaan skripsi ini serta

pengetahuan di masa yang akan datang.

Amin Yaa Rabbal Alamin.

Langsa, 20 Februari 2015

penulis

SAFARIAH

Page 6: JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS

iv

ABSTRAK

Salah satu bentuk interaksi antara manusia yang paling sering dijumpai adalah jual beli. Dalam melakukan jual-beli tentunya ada ketentuan-ketentuan ataupun syarat-syarat yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar. Salah satu jual beli yang menjadi perdebatan di kalangan ulama adalah jual beli boneka (berhala). Sebagian ulama mengatakan sah berdasarkan hadist, dan sebagian ulama lainnya mengatakan jual beli boneka termasuk haram karena boneka termasuk berhala dengan didasari oleh beberapa firman Allah mengenai larangan untuk tidak membuat sesuatu yang berbentuk ciptaannya. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana praktek jual beli boneka di Toko Ayuhada Kota Langsa?, Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktek jual beli boneka di Toko Ayuhada Kota Langsa?. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui praktek jual beli boneka di Toko Ayuhada Kota Langsa, untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap praktek jual beli boneka di Toko Ayuhada Kota Langsa. Jenis penelitian ini ialah field research (penelitian lapangan). Lokasi penelitian adalah pada Toko Ayuhada Kota Langsa.. Sumber Data yang digunakan ialah Sumber data primer dan sekunder. Tehnik Pengumpulan Data penelitian ini ialah Observasi, Wawancara, Dokumentasi. Mengenai praktek jual beli boneka di Toko Ayuhada Kota Langsa bahwa boneka yang diperjualbelikan di Toko Ayuhada, di antaranya ada yang terbuat dari kapas yang memiliki kepala, dua tangan, dan dua kaki. Ada juga yang sempurna menyerupai manusia. Ada yang bisa bicara, menangis, atau berjalan. Ada juga yang terbuat dari kayu, karet, plastik, dan lain sebagainya. Mengenai jenis-jenis boneka yang dijual kebanyakan boneka yang sedang trend di masa kini dan boneka yang memang masih menjadi kegemaran anak-anak untuk memainkan boneka. Menurut pemilik toko menjual berbagai bentuk dan jenis boneka yang ada di tokonya tersebut hanyalah untuk melangsungkan kehidupan dengan cara melakukan jual beli, kemudian barang yang diperjual belikanpun sebagai sarana hiburan untuk anak-anak bukan untuk hal yang lain yang dilarang oleh agama Islam. Mengenai pandangan hukum Islam terhadap jual beli boneka di Toko Ayuhada Kota Langsa hal tersebut dibolehkan berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah R.A dan pendapat dari Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanbali yang hanya mengharamkan membuat gambar dan patung kecuali namun tidak untuk boneka (mainan anak-anak). Dan boneka kebanyakan digunakan untuk mainan anak perempuan dalam rangka mendidik mereka supaya anak perempuan bisa jadi lebih penyayang. Namun aman dan lebih selamat, boneka tersebut tanpa wujud yang sempurna, tanpa kepala atau wajahnya dihilangkan.

Page 7: JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Apa yang dipahami dari sejarah peradaban ekonomi Islam, hakikatnya

adalah memahami sejarah perjalanan panjang Islam yang titik puncaknya adalah

sejarah hidup Rasullah SAW. Hanya Muhammad SAW. Sebagai tolak ukur yang

nyata dari semua aspek perilaku kehidupan Islam. Adam Smith, tokoh ekonomi

Barat dalam bukunya The Wealth of Nation, menyatakan bahwa ekonomi yang

paling maju adalah ekonomi bangsa Arab yang dipimpin oleh Muhammad bin

Abdullah dan orang-orang sesudahnya.1

Ilmu ekonomi Islam bertujuan untuk melakukan kajian tentang

kebahagiaan hidup manusia atau human falah yang dicapai dengan

mengorganisasikan sumber daya alam atas dasar gotong royong dan partisipasi

dengan mengikuti syariat Islam.2 Syariah Islam sebagai ad-din adalah agama

universal dan komprehensif. Universal berarti bahwa Islam diperuntukkan bagi

seluruh umat manusia dimuka bumi dan dapat diterapkan dalam setiap waktu dan

tempat sampai akhir zaman. Komprehensif artinya bahwa Islam mempunyai

ajaran yang lengkap dan sempurna. Kesempurnaan ajaran Islam dikarenakan Islam

mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dan tidak hanya aspek

1 Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran ekonomi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010),

hal. 15 2 Muhammad Hidayat, The Sharia Economic, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010), hal. 23

1

Page 8: JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS

2

spiritual/ibadah, tetapi juga aspek muamalah yang meliputi ekonomi, sosial,

politik, hukum, dan sebagainya.3

Konsepsi hukum dalam ajaran Islam berbeda dengan konsepsi hukum pada

umumnya, khususnya hukum modern. Dalam Islam hukum dipandang sebagai

bagian dari ajaran agama, dan norma-norma hukum bersumber kepada Agama.

Umat Islam meyakini bahwa hukum Islam berdasarkan kepada wahyu illahi. Oleh

karena itu disebut syariah, yang berarti jalan yang digariskan Tuhan untuk

manusia.

Namun demikian, syariah itu sepenuhnya diterapkan dalam kehidupan

sosial masyarakat manusia, diinterprestasi dan dijabarkan oleh aktivitas intelektual

manusia dalam merespon berbagai problem yang dihadapi manusia dalam

perkembangan masyarakat, sehingga terhimpun sejumlah ketentuan hukum ijtihad

dan penafsiran manusia disamping ketentuan-ketentuan yang secara langsung

ditetapkan oleh wahyu Illahi. Hukum syar’i secara harfiah berarti ketentuan,

norma atau peraturan hukum Islam, dan merupakan satuan dari syariah.4 Oleh

karena itu hukum Islam dinamakan juga dengan fikih, yang berarti pemahaman

dan penalaran rasional. Fikih mengambarkan sisi manusia dari hukum Islam.

Syariah atau fikih merupakan keseluruhan yang terdiri dari kumpulan berbagai

satuan kaidah atau norma mengenai kasus-kasus individual.

Satuan ketentuan atau kaidah mengenai suatu kasus disebut hukum syar’i

atau hukum syara’. Sebagian dari kumpulan hukum syara’ ini diambil oleh Negara

3 Ibid, hal. 9 4 Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta: Rajawali Press, 2007), hal. 6

Page 9: JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS

3

untuk dilegislasi dan dijadikan peraturan perundangan positif yang berlaku secara

yuridis formal pada bidang-bidang hukum tertentu.5

Salah satu bentuk interaksi antar manusia yang paling sering dijumpai

adalah jual beli. Oleh karena itulah Islam mengatur ini semua agar terwujud

tatanan kehidupan yang berkeadilan. Termasuk rahmat Allah kepada segenap

umat manusia adalah dihalal-kannya jual beli di kalangan mereka dalam rangka

melestarikan komunitas Bani Adam hingga hari penghabisan. Serta melanggeng-

kan hubungan antar mereka sebagai makhluk yang membutuhkan orang lain.

Secara bahasa jual beli adalah pertukaran harta dengan harta.

Secara syariat, makna (bai’) telah disebutkan beberapa definisinya oleh para

fuqaha (ahli fiqh). Definisi terbaik adalah: Pertukaran/pemilikan harta dengan

harta berdasarkan saling ridha melalui cara yang syar’i.6

Jual beli dianggap sah secara syar’i bila memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

1. Keridhaan kedua belah pihak penjual dan pembeli.

2. Yang melakukan akad jual beli adalah orang yang memang

diperkenankan menangani urusan ini.

3. Barang yang diperjualbelikan harus halal dan ada unsur kemanfaatan

yang mubah.

4. Barang yang diperjual belikan dapat diserahterimakan.

5. Akad jual beli dilakukan oleh pemilik barang atau yang mengantikan

kedudukannya.

5 Ibid, hal.7 6 Ibid, hal. 45

Page 10: JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS

4

6. Barang yang diperjualbelikan ma’lum atau diketahui zatnya, baik

dengan cara dilihat atau dengan sifat dan kriterianya.

Masing-masing syarat di atas mengandung sekian banyak permasalahan

yang terkaitan dengan jual beli. Jika dirinci, akan diketahui mana mekanisme yang

diperboleh-kan dan mana yang terlarang secara syar’i.7

Sebagai agama yang lengkap telah memberikan petunjuk lengkap tentang

perdagangan, termasuk didalamnya barang-barang yang tidak boleh

diperjualbelikan. Sebagai muslim sudah sepantasnya kita mempelajari masalah ini

agar terhindar dari perniagaan yang haram dan tidak di ridhai allah..

Namun dalam melakukan jual-beli, tentunya ada ketentuan-ketentuan

ataupun syarat-syarat yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar. Seperti jual

beli yang dilarang yang akan kita bahas ini, karena telah menyalahi aturan dan

ketentuan dalam jual beli, dan tentunya merugikan salah satu pihak, maka jual beli

tersebut dilarang.8

Salah satu jual beli yang menjadi perdebatan di kalangan ulama adalah jual

beli boneka (berhala). Sebagian ulama mengatakan sah berdasarkan hadist, dan

sebagian ulama lainnya mengatakan jual beli boneka termasuk haram karena

boneka termasuk berhala dengan didasari oleh beberapa firman Allah mengenai

larangan untuk tidak membuat sesuatu yang berbentuk ciptaannya.9

7 Nur Fadhil Lubis, Hukum Islam dalam Kerangka teori Fikih dan Tata Hukum Indonesia,

(Medan: Pustaka Widyasarana , 1995), hal . 121. 8 Ibid, hal. 122. 9 Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2010), hal. 129.

Page 11: JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS

5

Para ulama seperti Imam Ibnu al-Arabi, Imam Nawawi, dan Imam As

Qalani meriwayatkan adanya kesepakatan (ijma’) ulama mengenai keharaman

membuat gambar/patung dari makhluk bernyawa.10 Dalam Al-Shahihain (Shahih

Al-Bukhari dan Shahih Muslim) diriwayat-kan dari Ibnu ‘Umar bahwa nabi SAW

bersabda:

لبخا ( م�ت�قلا خ�و م�ي�ح� م�ه�ل اقي� ة龵ام�ي�لق龵 �و�ي� و�ب�ذ龵ع�ي� �و�لص� 龵ذ龵ه� و�

)مسلمArtinya: Orang-orang yang membuat gambar-gambar/patung ini akan disiksa di

hari kiamat. Dikatakan pada mereka: hidupkan apa yang kamu ciptakan

(H.R. Bukhari dan Muslim).11

Dari hadis diatas sebagian ulama berpendapat bahwa haram hukumnya

memperjual belikan sesuatu atau benda yang mirip dengan makhluk ciptaannya.

Penjualan boneka (berhala) haram hukumnya apabila mainan tersebut mirip

dengan insan yang hakiki, bisa bersuara dan bisa menangis, atau hal-hal lain yang

menyerupai ciptaan Allah , maka tidak boleh diperjualbelikan. Bila tidak terdapat

hal-hal di atas, maka jumhur ulama memperbolehkannya, dengan dasar hadits

A’isyah (Muttafaqun ‘alaih), bahwasanya dia biasa bermain dengan boneka-

boneka wanita, dan Rasulullah biasa memanggil teman-teman wanita ‘Aisyah

untuk bermain dengannya. Dalam riwayat Abu Dawud & An-Nasa`i disebutkan

10 Ibid, hal. 129. 11 Imam Al-Mundziri, Ringkasan Shahih Bukhari dan Muslim, (Bandung: Jabal, 2012),

hal. 254.

Page 12: JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS

6

bahwa Aisyah membuat mainan kuda yang memiliki dua sayap dari sobekan

kain.12

Dalam hadis Muttafaq Alaih dijelaskan tentang hukum jual beli arak,

bangkai babi, dan patung berhala. Diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah r.a,

berkata: Ketika pembukaan kota Mekah, ia mendengar Rasulullah Saw yang

ketika itu berada di Mekah bersabda:

سلم ي�قو ع�ا� ضى هللا عنهما ن�ه� س�م龵ع� �س�و لله龵 صلى هللا عليه 龵لله 龵ع�ن� ج�ابر ب�ن ع�ب�د

) لبخا( ير �ألص�ن�ا لله� ��س�وله� ح�ر�� ب�ي�ع� لخ�م�ر �لم�ي�ت�ة龵 �لخ龵ن�ز لفت�ح ، �ه�و� بم�كة Artinya: Dari Jabir bin Abdillah, sesungguhnya ia mendengar Rasululah SAW

bersabda di Makkah saat Fathu Makkah:”Sesungguhnya Allah telah

mengharamkan jual-beli arak, bangkai, babi, dan patung. (HR.

Bukhari,)”13

Dari penjelasan hadist di atas para ulama sependapat bahwasanya menjual

patung yang masih utuh bentuk tubuhnya haram hukumnya, tetapi kalau sudah

dihancurkan dan pecahan-pecahannya masih dapat diambil manfaatnya maka hal

tersebut dibolehkan. Menurut pendapat segolongan Syafi’iah dan Hanafiah,

bahwa menjual patung yang dibuat dari mutiara-mutiara tidak sah.14 Adapun Illat

pengharaman jual beli boneka, ada yang mengatakan karena tidak ada

manfaatnya. Ada yang mengatakan bahwa dikarenakan apabila dipotong-potong

bisa bermanfaat, maka memperjualbelikannya pun boleh. Yang lebih tepat adalah

12 Muhammad Afifuddin. Jual beli Sesuai Tuntunan Nabi (Bandung: Asy Syariah, 2008),

hal. 34. 13 Abu Abdillah Muhammad Bin Ismail Bin Ibrahim Al Bukhari, Shahih Al Bukhari, Bab

Jual Beli Yang Dilarang. No hadist 2235, hal 481 14 Teungku Muhammad Hasbi Ash Sidieq, Mutiara Hadist, (Jakarta: Rizki Putra, 2003),

hal. 255

Page 13: JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS

7

bahwa tidak boleh memperjualbelikannya dalam keadaan masih berbentuk patung

karena dilarang. Dan boleh memperjualbelikan potongannya karena sudah bukan

lagi patung dan sama sekali tidak ada larangan memperjualbelikan potongan

patung.15

Setiap hukum haram yang diyakini seorang ahli fikih tidaklah mesti

haram, akan tetapi haram itu adalah dalilnya telah tetap berdasarkan al-Qur’an,

sunnah, ijma’, dan qiyas yang menguatkan hal itu. Apa yang menjadi perselisihan

para ulama harus dikembalikan kepada Rasul. Sikap wara’ adalah kaidah dan

pondasi agama. Dalam hadist dikatakan, “tinggalah yang membuatmu ragu”.

Rasullah S.a.w. melihat sebutir kurma jatuh, beliau bersabda, “Jika bukan karna

aku takut bahwa benda ini termasuk sedekah, niscaya aku makan”. Sikap

mengharamkan yang halal dan membuang-buang harta, atau menganggap hal

yang syubhat dan yang kau hindari sebagai sesuatu yang haram atas makhluk,

bukanlah sikap wara’.16

Allah SW berfirman dalam surat An-Nahl ayat 116.

Artinya: “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa-apa yang disebut-sebut

oleh lidahmu secara dusta ini halal dan ini haram”, untuk mengadakan

15 Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus Salam, (Jakarta: Darus Sunnah

Press, 2011), hal. 312 16 Said abdul Azhim, Jual Beli, (Jakarta: Qisthi Press, 2008), hal. 206

Page 14: JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS

8

kebohonagn terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-

ngada kebohongan kepada Allah tiadalah beruntung”.17

Dari beberapa penjelasan Ayat dan hadist diatas dapat diambil kesimpulan

bahwa memainkan dan menjual boneka (berhala) haram hukumnya apabila

mainan tersebut mirip dengan insan yang hakiki, bisa bersuara dan bisa menangis,

atau hal-hal lain yang menyerupai ciptaan Allah. Berdasarkan latar belakang

masalah diatas penulis merasa tertarik untuk menelitinya dengan judul: “Jual Beli

Boneka Menurut Hukum Islam (Studi Kasus Toko Ayuhada di Kota

Langsa)”.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang diteliti berdasarkan latar belakang penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana praktek jual beli boneka di Toko Ayuhada Kota Langsa?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktek jual beli boneka di Toko

Ayuhada Kota Langsa?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui praktek jual beli boneka di Toko Ayuhada Kota Langsa.

2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap praktek jual beli boneka

di Toko Ayuhada Kota Langsa

Kegunaan penelitian dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

17 Depag RI, Al-Quran dan terjemahnnya (Jakarta: Pustaka agung Harapan, 2006), hal, 175.

Page 15: JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS

9

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi

semua pihak, terutama penulis harapkan penelitian ini memberikan kegunaan

antara lain:

1. Kegunaan Pengembangan Ilmu

Kegunaan pengembangan ilmu ini diharapkan dapat berguna bagi :

a. Bagi penulis

Penelitian ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan mengenai

hukum Islam terutama dalam hal jual beli/perdagangan boneka.

b. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan serta informasi-

informasi yang dibutuhkan bagi peneliti lain yang mempunyai bahasan yang

sama, dan penulis harapkan hasil penelitian selanjutnya akan lebih baik.

2. Kegunaan Operasional

Kegunaan operasional ini di harapkan dapat berguna bagi :

a. Pengusaha/pedagang boneka

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk

mengetahui tentang hukum Islam mengenai perdagangan boneka.

b. Bagi pihak terkait

Hasil penelitian ini diharapkan pula dapat dijadikan masukan atau

gambaran bagi pihak lainnya mengenai ketentuan hukum Islam dalam masalah

perdagangan boneka.

Page 16: JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS

10

D. Penjelasan Istilah

Untuk lebih mudah memahami maksud judul yang akan dibahas, maka

penulis memberikan penjelasan istilah yang ada pada judul tersebut.

1. Jual beli

Disini ada beberapa definisi jual beli yang dikemukakan oleh ulama fiqh.

Dikalangan ulama Mazhab Hanafi terdapat dua definisi:

a. “Saling tukar menukar harta dengan harta melalui cara tertentu”.

b. “Tukar menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melalui cara

tertentu yang bermanfaat”.18

Ulama Mazhab Maliki, Syafii, dan Hanbali, jual beli yaitu: “Saling tukar

menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan”19

2. Boneka

Tiruan anak untuk permainan anak-anakan.20 Dalam hal ini boneka yang

diperjual belikan di Toko Ayuhada Kota Langsa

3. Hukum Islam

Kata ‘Hukum Islam’ merupakan istilah khas Indonesia dalam sejarah

perkembangan hukum Islam, ada tiga istilah yang dikenal saling berkaitan, yakni

syariah, fikih, dan hukum Islam, ketiga istilah ini kadangkala digunakan untuk

18 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja grafindo persada, 2011), hal. 17. 19 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid...hal. 32. 20 Kamus besar bahasa Indonesia, ( Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2008), edisi ke IV,

hal. 206.

Page 17: JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS

11

menunjuk satu arti yakni hukum Islam, meskipun antara ketiganya mempunyai

perbedaan.21

Para ahli hukum memberikan pengertian terhadap hukum Islam

diantaranya apa yang dikemukakan oleh Hasbi Ash-Shiddieqy bahwa hukum

Islam adalah Koleksi daya upaya para ahli hukum Islam untuk menerapkan

syari’at sesuai kebutuhan masyarakat.22

Dalam literatur Barat terdapat term ‘Islamic law’ yang secara harfiah dapat

disebut hukum Islam. dalam penjelasan terhadap Islamic law sering ditemukan

definisi keseluruhan kitab Allah yang mengatur kehidupan setiap muslim dalam

segala aspeknya. Dari definisi ini terlihat bahwa hukum Islam itu mendekat

kepada arti syari’at Islam.23

E. Kajian Pustaka

Untuk menghindari anggapan plagiasi terhadap karya tulis tertentu, maka

perlu dilakukan kajian terhadap hasil-hasil penelitian yang pernah ada. Tema

yang penulis angkat pada skripsi ini adalah tentang “Jual Beli Boneka

Menurut Hukum Islam (Studi Kasus Toko Ayuhada di Kota Langsa)”. Berikut ini

penulis paparkan penelitian yang membahas tentang praktik jual beli boneka

21 Amir Syarifuddin, Pembaharuan Pemikiran Dalam Hukum Islam (Cet. II; Padang:

Angkasa Raya, 1993), hal 101

22 Hasbi Ash-Shiddeqy, Falsafah Hukum Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), hal 49

23 Umar Syihab, Hukum Islam dan Tranpormasi Pemikiran (Cet. I, Semarang: Bina Utama,

1996), hal 40.

Page 18: JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS

12

Pada penelitian yang pertama ditulis oleh Ahmad Sauki dengan judul

Persepsi Pemahat Patung Terhadap Upah Mematung Dalam Perspektif Hukum

Islam. Dalam penelitian ia menjelaskan bahwa menjelaskan mengenai persepsi

para pemahat, mengenai upah yang diperoleh itu semata-mata digunakan untuk

mempertahankan hidup diri dan keluarganya, didekati dengan pendekatan

maqashid, maka kemaslahatan merupakan suatu keniscayaan. Maslahah di sini

adalah menjaga tujuan syari’at. Adapun tujuan syari’at ada lima, menjaga agama

(hifd al-din), menjaga jiwa (hifd al-nafs), menjaga akal (hifd al-‘aql), menjaga

keturunan (hifd al-nasl) dan menjaga harta (hifd al-mal). Dalam usaha

mewujudkan dan memelihara kelima unsur pokok (tujuan syari’at), yang dibagi

menjadi tiga tingkat maqaashid atau tujuan syariat, yaitu; dharuriah, hajjiyah dan

tahsiniyat.24

Pada penelitian yang kedua ditulis oleh Najid Anhar dengan judul

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Jenitri Di Toko Sentral Jenitri

Mertokondo Kebumen. Dalam penelitiannya ia menjelaskan bahwa jenitri adalah

salah satu biji pohon yang keras. Barang tersebut di ekspor keluar negeri yang

digunakan untuk acara ritual sesembahan para dewa yang dianggap suci dan

asesoris patung. Dalam tinjauan hukum Islam jual beli ini dianggap batil dari segi

akad. Dikarenakan barang yang diperual belikan untuk sesembahan kepada orang

24 Ahmad Sauki, Persepsi Pemahat Patung Terhadap Upah Mematung Dalam Perspektif

Hukum Islam, (Yogyakarta: UIN, 2013)

Page 19: JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS

13

kafir, itu artinya memberikan sarana kepada orang kafir untuk terus menuhankan

tuhan selain Allah SWT.25

Pada penelitian yang ketiga ditulis oleh Husni dengan judul Praktik Jual

Beli Mukhadharah Pada Desa Sungai Iyu Kecamatan Bendahara Di Tinjau

Menurut Hukum Islam. Dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pandangan Islam

terhadap praktek jual beli dengan sistem mukhadharah sangat jelas melarang

praktek yang demikian, sesuai dengan beberapa hadis Nabi. Dan jumhur

(Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah) berpendapat bahwa melarang mutlak

praktek jual beli dengan sistem mukhadharah dengan bersandar pada hadis yang

diriwayatkan oleh Anas RA.26

Dari ketiga penelitian di atas belum ada yang membahas mengenai praktek

jual beli boneka di Toko Ayuhada di Kota Langsa. Seperti penelitian yang

pertama hanya menekankan pada upah dan pendapat pemahat patung, kemudian

penelitian yang kedua menekankan pada jual beli jenitri yang dijadikan objek

sesembahan bagi kaum kafir, kemudian penelitian yang ketiga menekankan pada

jual beli ijon di daerah Desa Sungai Iyu.

Sedangkan penelitian yang akan peneliti kaji disini adalah penekanan

terhadap praktek jual beli boneka, kemudian menganalisa praktek tersebut dengan

hukum Islam.

25 Najid Anhar, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Jenitri Di Toko Sentral

Jenitri Mertokondo Kebumen, (Yogyakarta: UIN, 2013) 26 Husni, Praktik Jual Beli Mukhadharah Pada Desa Sungai Iyu Kecamatan Bendahara Di

Tinjau Menurut Hukum Islam, (Langsa: STAIN, 2014)

Page 20: JUAL BELI BONEKA MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS

14

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan dalam memahami kajian dalam karya tulis ilmiah ini,

penulis mengarahkan pembahasan ke dalam lima bab. Masing-masing bab

tersebut, terdiri beberapa sub bab, tentunya bab-bab pembahasan yang satu sama

lain memiliki hubungan yang erat dan secara umum sistematikanya dapat

digambarkan sebagai berikut:

Bab satu merupakan pendahuluan sistematika dari skripsi yang terdiri dari

Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian,

Penjelasan Istilah, Kajian Pustaka, serta Sistematika Pembahasan.

Bab dua merupakan gambaran umum jual beli yang meliputi pengertian

jual beli dan dasar hukum jual beli, rukun dan syarat jual beli, jual beli yang

dilarang dan dibolehkan, hikmah pensyariatan jual beli dan jual beli boneka.

Bab tiga metodelogi penelitian yang meliputi pendekatan penelitian, lokasi

penelitian, jenis dan sumber data, tekhnik pengumpulan data, dan panduan

penulisan.

Bab empat hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum lokasi

penelitian, kemudian praktek jual beli boneka di Toko Ayuhada Kota Langsa,

kemudian tinjauan hukum Islam terhadap praktek jual beli boneka di Toko

Ayuhada Kota Langsa, dan analisis penulis.

Bab kelima, merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan

saran-saran penulis.