jenis dan determinan masalah...
TRANSCRIPT
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
JENIS DAN DETERMINAN
MASALAH LINGKUNGAN
Agenda
A. Pengertian masalah lingkungan atau
ketimpangan ekologi
B. Jenis dan besar masalah pangan & gizi
sebagai bentuk ketimpangan ekologi
C. Lingkungan, sosek(penduduk, kemiskinan,
kesehatan, pendidikan), budaya, politik,
sebagai determinan & bentuk ketimpangan
ekologi
A. PENGERTIAN MASALAH LINGKUNGAN
ATAU KETIMPANGAN EKOLOGI
MASALAH : kesenjangan antara kondisi saat ini (aktual) dengan
yang seharusnya
Kondisi yang seharusnya :
(a) sasaran/target/rujukan
yang telah ditetapkan
(b) kondisi ideal yang
diinginkan (standar atau
baku mutu)-Lihat contoh
Tabel 1,2
Masalah Lingkungan Hidup
= KETIMPANGAN
EKOLOGI
“ketimpangan yang terjadi
dalam suatu ekosistem yang
diakibatkan oleh
terputusnya siklus
biogeokimia & informasi
karena ada unsur ekosistem
yang hilang” (Gb 1)
efek antropogenik terhadaplingkungan hidup
Kemerosotan/kerusakan
SDAL
PencemaranLingkungan
Penduduk
Masalahlingkungan
hidup
• Kepunahan spesies
• kerusakan ekosistem
• Lahan kritis
• Air (Tabel 1)
• Tanah
• udara
• Kualitas : kemiskinan, polakonsumsi pangan (Tabel 2), SG
• Jumlah : pertumbuhan, komposisi, persebaran
Gb 1 : Jenis Masalah Lingkungan Hidup
a. Berdasarkan Kondisi ideal = Tabel 1. Baku Mutu Kualitas Air (Lamp PP No. 82 Th. 2001 : Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air)
CONTOH
sasaran/target/rujukan penentuan ketimpangan ekologi
Tabel 1. lanjutan
AKE = Angka kecukupan Energi, PPH = Pola Pangan Harapan* AKE, tahun 2004
No Kelompok Pangan % AKE
Jumlah KonsumsiEnergi (Kal/kap/hr)
Jumlah KetersediaanEnergi (Kal/kap/hr)
1 Padi-padian 50 1000 1 100 2 Umbi-umbian 6 120 132 3 Pangan Hewani 12 240 264 4 Minyak dan Lemak 10 200 220 5 Buah/biji berminyak 3 60 66 6 Kacang-kacangan 5 100 110 7 Gula 5 100 110 8 Sayur dan Buah 6 120 132 9 Lain-lain (bumbu) 3 60 66
Total 100AKE 2000* 2 200*Skor PPH 100 100
Sumber : Baliwati, 2009
b. Berdasarkan kondisi ideal : Tabel 2 Komposisi pangan (% AKE)
CONTOH
sasaran/target/rujukan penentuan ketimpangan ekologi
Besar masalah lingkungan hidup =
jumlah penduduk X (jumlah penggunaan SDA/orang) X (kerusakan yang ditimbulkan/satuan penggunaan)
kesadaran tentang
tantangan dan peluang
untuk mencapai
kehidupan yang
berkelanjutan
(A) Gizi kurang :1. < 5 % : bebas mas,kesmas2. 2. 5 – 9,9 % : masalah ringan3. 3. 10 – 19,9 % : masalah sedang4. 4. 20 % : masalah berat(B) KEK WUS :1. < 20 % : masalah ringan2. 20 – 30 % : masalah sedang3. 30 % : masalah beratC) Gizi Buruk :1. < 1 % : bebas mas.kesmas2. 1 % : masalah(D) Xeropthalmia :1. < 0,5 % : bebas mas. kesmas 2. 2. 0,5 % : masalah(E) Anemia bumil & WUS1. < 15 % : masalah ringan2. 15 – 40 % : masalah sedang3. 40 % : masalah berat
(F) Anemia Balita : 1. < 15 % : masalah ringan2. 15 – 40 % : masalah sedang3. 40 % : masalah berat(G) BBLR : 1. < 5 % : bebas mas.Kesmas2. 5 – 9,9 % : masalah ringan3. 10 – 14,9 % : masalah sedang4. 15 % : masalah berat(H) GAKY (TGR) :1. < 5 % : bebas mas.Kesmas2. 2. 5 – 19,9 % : masalah ringan3. 20 – 29,9 % : masalah sedang4. 30 % : masalah berat
(I) Gizi Lebih :
1. > 5 – 9,9 % : masalah ringan
2. 10 – 19,9 % : masalah sedang
3. 20 % : masalah berat
CONTOH : Ambang batas (cut off point) penentuan besaran
masalah gizi berdasarkan prevalensi (Depkes 1996)
• Produksi
• Ketersediaan (Tabel 3a, b)• Distribusi/akses :fisik, sos, ekonomi (Gb 2)
• Konsumsi : Tabel 4
MasalahPangan
• Gambar 3
• Tabel 5Masalah
gizi
• AKB, AKI
• dllMasalah
kesehatan
B. Jenis dan besar masalah pangan & gizisebagai bentuk ketimpangan ekologi
Tabel 3.a. Perkembangan jumlah ketersediaan energi di Indonesia, 2003-2009 (kkal/kap/hr) (BKP 2009)
Bahan makanan Tahun2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Padi-padian 1853 1861 1960 1732 2000 2137 2134Makanan Berpati 305 274 273 310 257 273 282
Pangan hewani 110 120 113 123 135 136 152
Minyak dan lemak 375 292 128 360 398 405 853
Bh/biji berminyak 73 74 68 68 65 65 69
Kacang-kacangan 139 136 134 128 127 122 124
Gula 115 131 165 140 248 171 164Sayur dan buah 113 117 125 128 128 139 138
Lain-lain - - - - - - -Total 3083 3005 2966 2989 3358 3448 3916
% AKE 154,2 150,3 148,3 149,5 167,9 172,4 195,8
Ketersediaan pangan nasional SURPLUS sekitar 29,5-75,8 % & CUKUP MEMENUHI KEBUTUHAN PENDUDUK karena > 120% AKE (AKE= 2200 kkal/kap/hr).
Tabel 3.b. Perkembangan mutu (skor PPH) ketersediaan energi di Indonesia, 2003-2009
Bahan makanan Skor PPH2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Padi-padian 25 25 25 25 25 25 25Makanan Berpati 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Pangan hewani 10.0 10.9 10.3 11.2 12.3 12.4 13.8
Minyak dan lemak 5.0 5.0 2.9 5.0 5.0 5.0 5.0
Buah/biji berminyak 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Kacang-kacangan 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0
Gula 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5Sayur dan buah 25.7 26.6 28.4 29.1 29.1 30.0 30
Lain-lain 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0Total 81.7 83 82.6 86.3 87.4 88.4 89.8
Mutu ketersediaan pangan belum mencapai kondisi ideal (skor PPH 100)
Gambar 2 Laju perubahan harga beras rata-rata selamaJanuari-Agustus 2010 di Kabupaten Bandung
(Baliwati dkk, 2010)
0
1,050
2,078 2,1632,366
1,703
3,349
0
,988
3,178
,711
4,941
-1,570
4,784
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
Laju Perubahan Harga grosir
Laju Perubahan Harga pengecer
Laju perubahan harga beras rata-rata tertinggi selama periodeJanuari-Agustus 2010 adalah 6,51%.
PP No 68 Th 2002 = Ketahanan Pangan (harga pangan tertentu yang bersifat pokok di tingkat pasar dinyatakan tidak stabil jika kenaikannyamencapai lebih 25 % dari harga normal)
Tabel 4. Sasaran & Realisasi Jumlah & Mutu konsumsi Pangan Tahun 2003 – 2015 (Sb : Susenas, BPS, diolah BKP, Kementan)
Kelompok Pangan 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009* 2010* 2011 2012 2013 2014 2015
Padi-padian 62.7 61.7 60.7 59.7 58.8 57.8 56.8 55.8 54.9 53.9 52.9 51.9 51.0 50.0
Umbi-umbian 3.5 3.7 3.9 4.1 4.3 4.5 4.7 4.8 5.0 5.2 5.4 5.6 5.8 6.0
Pangan Hewani 5.9 6.3 6.8 7.3 7.7 8.2 8.7 9.2 9.6 10.1 10.6 11.1 11.5 12.0
Minyak dan Lemak 10.3 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10.1 10.1 10.1 10.1 10.1 10.0 10.0 10.0
Buah/biji Berminyak 2.6 2.6 2.7 2.7 2.7 2.8 2.8 2.8 2.8 2.9 2.9 2.9 3.0 3.0
Kacang-kacangan 3.1 3.2 3.4 3.5 3.7 3.8 4.0 4.1 4.3 4.4 4.6 4.7 4.9 5.0
Gula 4.8 4.8 4.8 4.8 4.9 4.9 4.9 4.9 4.9 4.9 5.0 5.0 5.0 5.0
Sayur dan Buah 3.9 4.1 4.2 4.4 4.5 4.7 4.9 5.0 5.2 5.4 5.5 5.7 5.8 6.0
Lain-lain 2.7 2.7 2.7 2.7 2.8 2.8 2.8 2.8 2.9 2.9 2.9 2.9 3.0 3.0
% AKG 99.30 99.35 99.41 99.5 99.52 99.57 99.62 99.69 99.73 99.78 99.84 99.89 99.95 100.0
Proyeksi1) :
Konsumsi Energi1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000
Skor PPH 72.6 74.3 76.0 77.7 79.5 81.2 82.9 85.0 86.4 88.1 89.8 91.5 93.3 95.0
Realisasi2) :
Konsumsi Energi3) 1991 1986 1997 1927 2015 2038 1958 1957 - - - - -
Skor PPH 77.5 76.8 79.1 74.9 82.8 81.9 78.8 80.6 - - - - -
Keterangan1)Proyeksi : berdasarkan data dasar Susenas 2002, BPS (pasca krisis ekonomi) dengan sasaran skor PPH 95.0 pada
tahun 2015 (Perpres no.22 tahun 2009); dengan asumsi tidak ada perubahan pola konsumsi pangan2)Realisasi : Susenas 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010; BPS diolah Pusat PKKP3)Satuan Energi : kkal/kap/hari•Data konsumsi ikan tahun 2009 dan 2010, hasil olah Ditjen PPHP - Kementerian Kelautan dan Perikanan[Data tahun 2010 masih bersifat sementara]
Sumber: Riskesdas 2007, 2010
www.thejakartapost.com
Gb 3. Beban Ganda
Masalah Gizi
Prevalensi
Obesitas Menurut
Umur
Tabel 5 Sebaran kabupaten/kota di Indonesia berdasarkantingkat prevalensi status kurang gizi (Riskesdas 2007)
Kategori* Underweight
(BB/U)
Stunted
(TB/U)
Wasted
(BB/TB)
n(%) n(%) n(%)
Rendah 13 (3.1) 4 (0.9) 4 (0.9)
Sedang 219 (51.7) 64 (15.1) 81 (19.1)
Tinggi 135 (31.8) 175 (41.3) 133 (31.4)
Sangat tinggi 57 (13.4) 181 (42.7) 206 (48.6)
Total 424(100) 424(100) 424(100)
Sumber: Ulfani (2010)* Kategori berdasarkan WHO (1995), diacu dalam Riyadi (2001): Rendah : BB/U (<10%); TB/U (< 20%); BB/TB (<5%)Sedang : BB/U (10-19%); TB/U ( 20-29%); BB/TB (5-9%)Tinggi : BB/U (20-29%); TB/U (30-39%); BB/TB (10-14%)Sangat Tinggi : BB/U (≥ 30%); TB/U (≥ 40%); BB/TB (≥15%)
C. Lingkungan, sosek ( penduduk, kemiskinankesehatan, pendidikan), budaya, politik :
determinan & bentuk ketimpangan ekologi
Analisis determinan ketimpangan ekologi : Gb 4-6, Box 1
Sebagai bentuk ketimpangan ekologi : Gb 8-11, Tabel 6-12
18
Food Security Indicators: 2010 –2013
Food and nutrition
transpo
rt
Gb 4 Kerangka operasional ekologi pangan dan gizi
penduduk
pendapatan
Pangan
Penggunaanlahan
Hasil panen
ternak
Penangkapanikan
Deforestasiirigasi
Pestisida, pupuk, air
Penyakitlimbah
desertifikasi
Polusi, overfishing
Lingkungan, Ketersediaan SDA, kualitas
Limbah
Gambar 5 Keterkaitan lingkungan, penduduk dan pangan(Sumber : Rerat, 1994 dalam Wahtqvist, 1994)
Produksi :
Luas tanam
Luas lahan
beririgasi
Akses dan
penggunaan
input
Pola tanam
Keragaman
tanaman
Produksi
pangan
Sumber
pendapatan
nonpertanian
Pendapatan :
Total
Pendapatan
Pendapatan
dari
tanaman
Pendapatan
dari ternak
Upah
Harga pangan
Pasar
Akses jalan
Konsumsi :
Total
Pengeluar
an
Pengeluar
an pangan
Pengeluar
an
nonpangan
Konsumsi
pangan
Frekuensi
pangan
Status gizi :
Antropometri
Kadar serum
Kesakitan
Kematian
Kelahiran
Akses
pelayanan
kesehatan
Akses air
bersih
Akses sanitasi
Sumberdaya:
Alam :
Curah hujan
Kualitas tanah
Ketersediaan air
Akses sumberdaya
hutan
Fisik :
Pemilikan ternak
Akses infrastruktur
Pemilikan sarana
pertanian
Pemilikan tanah
Manusia :
Rasio ketergantungan
Pendidikan
Besar keluarga
Umur kepala keluarga
Akses pangan
Ketersediaan
pangan
Pemanfaatan
pangan
Sumberdaya :
- Alam
- Fisik
- Manusia
Produksi :
- Pertanian
- Non Pertanian
Pendapatan :
- Pertanian
- Non Pertanian
Konsumsi :
- Pangan
- Non Pangan
Status Gizi :
-Anak
-Dewasa
Gambar 6 Faktor Pengaruh Ketahanan Pangan (Chung 1997)
• Indirect Indicators
(Storage estimates, subsistanceratio, nutritional status assessments).
(Maxwell 1997)
Process IndicatorsOutcome Indicators
Indicators that reflect
Food Supply(Meteorological data, Information
on Natural Resources, Agricultural production, Food Balance Sheets, Market & institutional support)
Indicators that reflect Food Access(Assets, coping strategies)
• Direct Indicators
(Household budget and consumption survey, household perception,Foodfrequency assessments)
Gambar 7. Indikator ketahanan pangan
Box 1
1. Ketersediaan pangan
2. Aksesibilitas (menggambarkan kemampuan untuk
menguasai pangan yang cukup)
3. Keamanan (diartikan sebagai jaminan atas stabilitas
SDAL)
a. kerentanan internal : penurunan produksi
b. kerentanan eksternal : flukuasi perdagangan
internasional
4. Keberlanjutan (kontinuitas ketersediaan, akses dan
stabilitas SDP → keberlanjutan usahatani atau
kerawanan pangan transien/akut)
Lingkungan sbg elemen ketahanan pangan (Sudaryanto, 2000)
Gambar 8 Tren Jumlah Penduduk Indonesia
0
50
100
150
200
250
300
1930 1940 1950 1961 1971 1980 1990 2000 2010
Tah
un
Dalam 40 tahun tekahir, penduduk bertambah > 100 juta jiwa : 119,2 juta (1971),146,9 juta (1980), 178,6 juta (1990) dan 205,1 juta (2000). Sensus penduduk (SP)tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia = 237.6 juta jiwa (BPS 2010).
Masalah Penduduk (jumlah, laju pertumbuhan, distribusi)
→ terkait dengan permintaan jumlah & jenis pangan (Teori Malthus); akses pangan : kesempatan usaha & bekerja (Teori Amarta Sen)
Tabel 6 Proyeksi penduduk tahun 2010 (BPS)
Kel Umur 2000 % 2010 %
0-4 19,952.0 9.73 20,727.7 8.88
05-09 21,866.4 10.66 20,260.6 8.68
10-14 21,150.6 10.31 19,789.1 8.48
15-19 21,177.3 10.32 21,738.3 9.31
20-24 20,017.9 9.76 20,958.2 8.98
25-29 18,667.8 9.10 20,913.5 8.96
30-34 16,907.2 8.24 19,727.5 8.45
35-39 14,942.7 7.28 18,342.5 7.86
40-44 12,597.3 6.14 16,517.2 7.07
50-54 7,484.7 3.65 11,959.7 5.12
55-59 5,920.9 2.89 9,061.4 3.88
60-64 5,060.0 2.47 6,595.0 2.82
65-69 3,812.8 1.86 4,854.2 2.08
70-74 2,654.1 1.29 3,681.4 1.58
75+ 3,091.0 1.51 3,906.0 1.67
Total 205,132.0 100.00 233477.4 100.00
• masalah penduduk di Indonesia tahun 2010: jumlah balita & remaja sangat besar • Bonus demogafi (usia > 65 th semakin banyak)
Masalah Penduduk lanjutan
Gambar 9 Laju pertumbuhan Penduduk
Indonesia 2000-2010 (BPS, 2010)
0,37
0,76
0,91
1,02
1,11
1,17
1,17
1,23
1,26
1,34
1,35
1,39
1,66
1,74
1,85
1,89
1,94
1,98
2,06
2,07
2,15
2,24
2,44
2,55
2,67
2,78
2,79
3,14
3,59
3,72
3,8
4,99
5,46
0 1 2 3 4 5 6
Jawa tengah
Jawa timur
Kalimantan barat
DI yogyakarta
Sumatera Utara
Nusa Tenggara barat
Sulawesi Selatan
Lampung
Sulawesi Utara
Sulawesi Barat
Aceh
DKI Jakarta
Bengkulu
Kalimantang Tengah
Sumatera Selatan
Jawa Barat
Sulawesi tengah
Kalimantan Selatan
Nusa Tenggara Timur
Sulawesi Tenggara
Bali
Gorontalo
Maluku Utara
Jambi
Sulawesi barat
Maluku
Banten
Kep. Bangka Belitung
Riau
Papua Barat
Kalimantan Timur
Kepulauan Riau
Papua
laju pertumbuhan penduduk nasional (1.49)
Masalah Penduduk
lanjutan
• Pulau Sumatera, Provinsi Kepulauan Riau mempunyai LPPtertinggi, yaitu 4,99% dan terendah adalah Provinsi Sumatera Utarayaitu 1,11%.
• Pulau Jawa, provinsi denganLPP tertinggi adalah (2,79%). Provinsidengan LPP terendah adalah Provinsi Jawa Tengah, yaitu sebesar0,37%.
• Pulau Bali-Nusa Tenggara , Provinsi Bali memiliki LPP tertinggi,yaitu 2,15%, dan terendah adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat,yaitu 1,17%.
• Pulau Kalimantan, Provinsi Kalimantan Timur mempunyai LPPtertinggi, yaitu 3,80%, dan terendah adalah Provinsi KalimantanBarat, yaitu 0,91%.
• Pulau Sulawesi, Provinsi Sulawesi Barat memiliki LPP tertinggi,yaitu 2,67%. Provinsi dengan LPP terendah adalah ProvinsiSulawesi Selatan, yaitu 1,17%.
• Maluku-Papua, Provinsi Papua memiliki LPP tertinggi yaitu5,46%. Provinsi Maluku Utara mempunyai LPP terendah yaitu2,44%.
Keterangan Gambar 9
Gambar 10 Distribusi Penduduk Indonesia tahun 2010
Sulawesi; 7,31Maluku dan papua; 2,6
Kalimantan; 5,8
Nusa Tenggara; 5,5
Banten; 4,48
Jawa Timur; 15,78
DI Yogyakarta; 1,45
Jawa Tengah; 13,63
Jawa Barat; 18,11
DKI Jakarta; 4,04
Sumatera; 21,31
Pada tahun 2010, pola penyebaran penduduk masih terpusat di pulau Jawa, yaitusebesar 57.49%. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang terpadat di PulauJawa, dengan persentase penduduknya (18.11%).
Masalah Penduduk lanjutan
Tabel 7 Persentase penduduk Miskin Indonesia
Tahun Jumlah (juta) Persentase
2001 37.90 18.41
2002 38.40 18.20
2003 37.30 17.42
2004 36.10 16.66
2005 35.10 15.97
2006 39.30 17.75
2007 37.17 16.58
2008 34.96 15.42
2009 32.53 14.15
2010 31.03 13.33
Sumber: Statistik Indonesia, BPS
Dari tahun 2008-2010, jumlah penduduk miskin menurun menjadi
31.03 juta (13.33%), namun masih tergolong tinggi (BPS 2010).
Masalah Lahan → terkait dengan produksi & penyediaan
pangan (mendukung konsep ketahanan pangan berdasarkan
kemandirian & kedaulatan pangan); kerawanan pangan
Di luar Provinsi Papua, terdapat 17
provinsi yang mengalami
peningkatan luas lahan tidak
bervegetasi.
Rata-rata kenaikan luas lahan tidak
bervegetasi adalah 41.321 ribu ha.
Pulau Jawa juga mengalami
peningkatan area bervegetasi pada
area berkelerengan lebih dari 40%
sebanyak 4,2% dan merupakan
peningkatan tertinggi di Indonesia
dibanding pulau-pulau lainnya
(KLH 2009).
• Kerusakan hutan (deforestasi) masih
tetap menjadi ancaman di Indonesia.
• laju deforestasi periode 2003-2006 di
Indonesia mencapai 1,17 juta hektar
pertahun (departemen Kehutanan).
• Menurut State of the World’s Forests
2007 dalam The UN Food &
Agriculture Organization (FAO), angka
deforestasi Indonesia pada periode
2000-2005 1,8 juta hektar/tahun.
• Menurut KLH (2009) laju deforestasi
hutan di Indonesia terlihat pada
Gambar 3.6
Masalah Lahan dan Hutan
Tabel 8 Persentase Vegetasi dan Non Vegetasi Pada Area Mempunyai Lereng > 40% Per Pulau Se-Indonesia 2007-2009
PulauLereng > 40%
Bervegetasi Tidak Bervegetasi2007 2008 2009 2007 2008 2009
Sumatera 91.34 89.38 89.33 8.66 10.62 10.67Jawa 72.67 76.90 76.80 27.33 23.10 23.20Bali & Nusa Tenggara 57.08 59.95 59.71 42.92 40.05 40.29
Kalimantan 94.88 94.81 94.80 5.12 5.19 5.20Suawesi 85.11 85.20 82.95 14.89 14.80 17.05Maluku 87.26 87.26 86.60 12.74 12.74 13.40Papua 88.70 89.88 88.28 11.30 10.12 11.72Indonesia 87.56 87.87 86.84 12.44 12.13 13.16
Sumber: Status Lingkungan Hidup 2009
Masalah Lahan lanjutan
Gambar 10 Peta tutupan lahan bervegetasi dan tidak
bervegetasi Indonesia tahun 2009 (KLH, 2009)
Masalah Lahan lanjutan
Tabel 9 Luas lahan kritis per pulau tahun 2000 & 2007
No PULAU
2000 2007
Kritis dan sangat kritis Tingkat kekritisan lahan
Dalamkawasan (Ha)
Luar kawasan(Ha)
Agak kritis (Ha) Kritis (Ha)Sangat kritis
(Ha)1 Sumatera 1,988,869.00 4,352,999.00 15,395,568.07 8,314,101.46 2,189,303.24
2 Jawa 366,985.00 1,699,682.00 2,103,618.39 1,003,566.26 386,365.34
3 Bali dan Nusa tenggara
363,764.00 1,305,116.00 1,833,745.00 2,523,125.10 1,058,338.48
4 Kalimantan 2,612,971.00 4,565,755.00 21,234,574.98 5,306,761.75 1,376,712.34
5 Sulawesi 974,713.00 948,213.00 3,617,823.59 1,709,981.25 890,405.52
6 Maluku dan Maluku Utara
180,036.00 514,875.00 1,239,966.14 747,675.22 415,294.37
7 Papua 1,649,309.00 1,719,594.00 2,184,784.69 3,701,021.97 574,147.62
INDONESIA 8,136,647.00 15,106,234.00 47,610,080.86 23,306,233.01 6,890,566.91
Sumber : Dirjen. RLPS, Kementerian Kehutanan, 2008 (KLH 2009)
Masalah Lahan lanjutan
Keterangan Tabel 9
Lahan kritis : lahan yang telah rusak karena kehilangan
penutupan vegetasinya, sehingga kehilangan atau
berkurang fungsinya sebagai retensi karbon maupun
penahan air, pengendali erosi, siklus hara, pengatur
iklim mikro → rentan terhadap kerawanan pangan.
Berdasarkan kondisi vegetasi, kondisi lahan dapat
diklasifikasikan sebagai lahan kritis, agak kritis,
potensial kritis dan kondisi normal.
Berdasarkan kriteria tersebut, luas lahan kritis di
Indonesia tahun 2008 adalah ± 77,806,881 ha (KLH
2009).
Tabel 10 Persentase rumah tangga & sumber air minum 2007
No Wilayah LedengAir
TanahAir
KemasanMata
AirAir
SungaiAir
hujanLainnya
1 Sumatera 14,58 61,27 5,92 7,48 4,42 5,75 0,57
2 Jawa 14,96 62,15 8,20 13,19 0,77 0,39 0,34
3 Bali dan Nusa tenggara
20,57 40,11 8,28 25,61 3,11 1,66 0,56
4 Kalimantan 26,50 27,60 4,14 3,80 21,10 16,46 0,40
5 Sulawesi 20,01 54,73 4,17 16,83 3,15 0,88 0,23
6 Maluku dan Maluku Utara
17,59 36,92 4,00 23,23 9,24 8,34 0,69
INDONESIA 16,19 57,97 7,18 12,64 3,04 2,58 0,40
Sumber: BPS (2008), dioah (KLH 2009)
Masalah Air→ pencemaran air, akses air bersih, penyakit bawaan air; salah
satu indikator kerentanan terhadap kerawanan pangan
Keterangan Tabel 10
Masalah akses air bersih
• Penduduk kota 240 juta jiwa mengalami kesulitan
akses air bersih, sedangkan di desa sebanyak 990 juta
jiwa.
• Berdasarkan suvei menyatakan bahwa penggunaan air
48.8 persen termasuk boros, 38.7 persen tergolong
hemat dan 12.5 persen tidak tahu.
• Penggunaan air yang tidak efisien/boros merupakan
salah satu penyebab menurunnya jumlah air.
• Pulau Jawa mempunyai persentase terbesar rumah
tangga yang menggunakan air tanah sebagai sumber air
minum.
• Persentase terbesar rumah tangga yang mengandalkan
air sungai dan air hujan sebagai sumber air minum
berada di Kalimantan
Tabel 11 Jumlah industri besar dan menengah yang berpotensi mencemari air permukaan
No. Jenis Industri 2004 2005 2006 20071 Makanan dan Minuman 4638 4722 5478 61102 Tekstil 1889 1934 2568 26853 Kulit 493 491 540 6864 Kertas 391 413 467 4885 Pertambangan 48 52 56 736 Kimia 1017 1011 845 11197 Karet 1482 1477 1795
Sumber: BPS (2008) dalam KLH (2009)
Pencemaran terhadap air permukaan air tanah pada umumnyabersumber dari kegiatan industri, pertanian dan rumah tangga.
Masalah Air lanjutan
→ terkait dengan produksi & penyediaan pangan (mendukung
konsep ketahanan pangan berdasarkan kemandirian & kedaulatan
pangan)
Tahun 2006, 2007 dan 2009 kondisi terumbu
karang di beberapa daerah di wilayah barat
Indonesia sampai saat ini dalam kondisi sangat
mengkhawatirkan dengan rata-rata persentase di
bawah 50% (rusak sedang).
Kondisi terumbu karang di beberapa daerah di
Indonesia wilayah timur berada dalam kondisi
rusak sedang, sedangkan terumbu karang di
wilayah barat secara keseluruhan kondisi
terumbu karang mengalami penurunan.
Masalah Pesisir dan Lautan
Tabel 12 Kondisi terumbu karang Indonesia per tahun (KLH 2009)Daerah
(Wilayah Timur)Tahun
Keterangan2006 2007 2009
Biak 22.90 26.03 26.14 0 – 25% (rusak ringan)Buton 34.26 35.85 37.69 26 – 49 % (rusak sedang)Pangkep 31.3 30.37 37.43 50 – 69% (baik)Raja Ampat 22.32 19.65 22.08 >70% (sangat baik)Selayar 32.40 33.90 36.35Sika 17.58 17.24 13.41Wakatobi 44.74 46.95 46.81Batam 60.05 57.56 48.47
Bintan 58.01 68.90 57.30Lingga 59.04 64.86 44.93Mentawai 24.28 14.71 23.50Natuna 46.04 49.98 39.80Nias selatan 6.25 8.34 10.30Tapteng 38.31 40.66 31.96
Sumber: LIPI (2009) dalam KLH (2009)
Masalah Pesisir dan Lautan lanjutan
Masalah Udara dan Atmosfer
→ pencemaran udara : kesehatan
• Masalah yang terjadi terkait dengan udara dan
atmosfir adalah efek rumah kaca.
• Masalahnya adalah pada saat ini konsentrasi
gas rumah kaca di atmosfir sudah melebihi
keadaan normalnya sehingga radiasi panas
yang dipantulkan ke permukaan bumi menjadi
lebih banyak dan akibatnya adalah
meningkatnya suhu bumi.
• Pengaruh dari meningkatnya suhu udara ini
antara lain adalah meningkatnya penyakit
malaria dan demam berdarah yang disebabkan
oleh nyamuk (KLH 2009).
Gambar 11 Kapasitas terpasang pembangkit listrik
Dimensi akses pangan a.l kapasitas terpasang pembangkit listrik . Tahun 2008 meningkat jika dibandingkan pada tahun 2007
Masalah Energi