jenis dan determinan masalah...

40
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGAN

Upload: vutu

Post on 02-Feb-2018

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2015

JENIS DAN DETERMINAN

MASALAH LINGKUNGAN

Page 2: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Agenda

A. Pengertian masalah lingkungan atau

ketimpangan ekologi

B. Jenis dan besar masalah pangan & gizi

sebagai bentuk ketimpangan ekologi

C. Lingkungan, sosek(penduduk, kemiskinan,

kesehatan, pendidikan), budaya, politik,

sebagai determinan & bentuk ketimpangan

ekologi

Page 3: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

A. PENGERTIAN MASALAH LINGKUNGAN

ATAU KETIMPANGAN EKOLOGI

MASALAH : kesenjangan antara kondisi saat ini (aktual) dengan

yang seharusnya

Kondisi yang seharusnya :

(a) sasaran/target/rujukan

yang telah ditetapkan

(b) kondisi ideal yang

diinginkan (standar atau

baku mutu)-Lihat contoh

Tabel 1,2

Masalah Lingkungan Hidup

= KETIMPANGAN

EKOLOGI

“ketimpangan yang terjadi

dalam suatu ekosistem yang

diakibatkan oleh

terputusnya siklus

biogeokimia & informasi

karena ada unsur ekosistem

yang hilang” (Gb 1)

efek antropogenik terhadaplingkungan hidup

Page 4: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Kemerosotan/kerusakan

SDAL

PencemaranLingkungan

Penduduk

Masalahlingkungan

hidup

• Kepunahan spesies

• kerusakan ekosistem

• Lahan kritis

• Air (Tabel 1)

• Tanah

• udara

• Kualitas : kemiskinan, polakonsumsi pangan (Tabel 2), SG

• Jumlah : pertumbuhan, komposisi, persebaran

Gb 1 : Jenis Masalah Lingkungan Hidup

Page 5: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

a. Berdasarkan Kondisi ideal = Tabel 1. Baku Mutu Kualitas Air (Lamp PP No. 82 Th. 2001 : Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air)

CONTOH

sasaran/target/rujukan penentuan ketimpangan ekologi

Page 6: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Tabel 1. lanjutan

Page 7: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

AKE = Angka kecukupan Energi, PPH = Pola Pangan Harapan* AKE, tahun 2004

No Kelompok Pangan % AKE

Jumlah KonsumsiEnergi (Kal/kap/hr)

Jumlah KetersediaanEnergi (Kal/kap/hr)

1 Padi-padian 50 1000 1 100 2 Umbi-umbian 6 120 132 3 Pangan Hewani 12 240 264 4 Minyak dan Lemak 10 200 220 5 Buah/biji berminyak 3 60 66 6 Kacang-kacangan 5 100 110 7 Gula 5 100 110 8 Sayur dan Buah 6 120 132 9 Lain-lain (bumbu) 3 60 66

Total 100AKE 2000* 2 200*Skor PPH 100 100

Sumber : Baliwati, 2009

b. Berdasarkan kondisi ideal : Tabel 2 Komposisi pangan (% AKE)

CONTOH

sasaran/target/rujukan penentuan ketimpangan ekologi

Page 8: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Besar masalah lingkungan hidup =

jumlah penduduk X (jumlah penggunaan SDA/orang) X (kerusakan yang ditimbulkan/satuan penggunaan)

kesadaran tentang

tantangan dan peluang

untuk mencapai

kehidupan yang

berkelanjutan

Page 9: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

(A) Gizi kurang :1. < 5 % : bebas mas,kesmas2. 2. 5 – 9,9 % : masalah ringan3. 3. 10 – 19,9 % : masalah sedang4. 4. 20 % : masalah berat(B) KEK WUS :1. < 20 % : masalah ringan2. 20 – 30 % : masalah sedang3. 30 % : masalah beratC) Gizi Buruk :1. < 1 % : bebas mas.kesmas2. 1 % : masalah(D) Xeropthalmia :1. < 0,5 % : bebas mas. kesmas 2. 2. 0,5 % : masalah(E) Anemia bumil & WUS1. < 15 % : masalah ringan2. 15 – 40 % : masalah sedang3. 40 % : masalah berat

(F) Anemia Balita : 1. < 15 % : masalah ringan2. 15 – 40 % : masalah sedang3. 40 % : masalah berat(G) BBLR : 1. < 5 % : bebas mas.Kesmas2. 5 – 9,9 % : masalah ringan3. 10 – 14,9 % : masalah sedang4. 15 % : masalah berat(H) GAKY (TGR) :1. < 5 % : bebas mas.Kesmas2. 2. 5 – 19,9 % : masalah ringan3. 20 – 29,9 % : masalah sedang4. 30 % : masalah berat

(I) Gizi Lebih :

1. > 5 – 9,9 % : masalah ringan

2. 10 – 19,9 % : masalah sedang

3. 20 % : masalah berat

CONTOH : Ambang batas (cut off point) penentuan besaran

masalah gizi berdasarkan prevalensi (Depkes 1996)

Page 10: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

• Produksi

• Ketersediaan (Tabel 3a, b)• Distribusi/akses :fisik, sos, ekonomi (Gb 2)

• Konsumsi : Tabel 4

MasalahPangan

• Gambar 3

• Tabel 5Masalah

gizi

• AKB, AKI

• dllMasalah

kesehatan

B. Jenis dan besar masalah pangan & gizisebagai bentuk ketimpangan ekologi

Page 11: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Tabel 3.a. Perkembangan jumlah ketersediaan energi di Indonesia, 2003-2009 (kkal/kap/hr) (BKP 2009)

Bahan makanan Tahun2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Padi-padian 1853 1861 1960 1732 2000 2137 2134Makanan Berpati 305 274 273 310 257 273 282

Pangan hewani 110 120 113 123 135 136 152

Minyak dan lemak 375 292 128 360 398 405 853

Bh/biji berminyak 73 74 68 68 65 65 69

Kacang-kacangan 139 136 134 128 127 122 124

Gula 115 131 165 140 248 171 164Sayur dan buah 113 117 125 128 128 139 138

Lain-lain - - - - - - -Total 3083 3005 2966 2989 3358 3448 3916

% AKE 154,2 150,3 148,3 149,5 167,9 172,4 195,8

Ketersediaan pangan nasional SURPLUS sekitar 29,5-75,8 % & CUKUP MEMENUHI KEBUTUHAN PENDUDUK karena > 120% AKE (AKE= 2200 kkal/kap/hr).

Page 12: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Tabel 3.b. Perkembangan mutu (skor PPH) ketersediaan energi di Indonesia, 2003-2009

Bahan makanan Skor PPH2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Padi-padian 25 25 25 25 25 25 25Makanan Berpati 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5

Pangan hewani 10.0 10.9 10.3 11.2 12.3 12.4 13.8

Minyak dan lemak 5.0 5.0 2.9 5.0 5.0 5.0 5.0

Buah/biji berminyak 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0

Kacang-kacangan 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0

Gula 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5Sayur dan buah 25.7 26.6 28.4 29.1 29.1 30.0 30

Lain-lain 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0Total 81.7 83 82.6 86.3 87.4 88.4 89.8

Mutu ketersediaan pangan belum mencapai kondisi ideal (skor PPH 100)

Page 13: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Gambar 2 Laju perubahan harga beras rata-rata selamaJanuari-Agustus 2010 di Kabupaten Bandung

(Baliwati dkk, 2010)

0

1,050

2,078 2,1632,366

1,703

3,349

0

,988

3,178

,711

4,941

-1,570

4,784

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus

Laju Perubahan Harga grosir

Laju Perubahan Harga pengecer

Laju perubahan harga beras rata-rata tertinggi selama periodeJanuari-Agustus 2010 adalah 6,51%.

PP No 68 Th 2002 = Ketahanan Pangan (harga pangan tertentu yang bersifat pokok di tingkat pasar dinyatakan tidak stabil jika kenaikannyamencapai lebih 25 % dari harga normal)

Page 14: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Tabel 4. Sasaran & Realisasi Jumlah & Mutu konsumsi Pangan Tahun 2003 – 2015 (Sb : Susenas, BPS, diolah BKP, Kementan)

Kelompok Pangan 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009* 2010* 2011 2012 2013 2014 2015

Padi-padian 62.7 61.7 60.7 59.7 58.8 57.8 56.8 55.8 54.9 53.9 52.9 51.9 51.0 50.0

Umbi-umbian 3.5 3.7 3.9 4.1 4.3 4.5 4.7 4.8 5.0 5.2 5.4 5.6 5.8 6.0

Pangan Hewani 5.9 6.3 6.8 7.3 7.7 8.2 8.7 9.2 9.6 10.1 10.6 11.1 11.5 12.0

Minyak dan Lemak 10.3 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10.1 10.1 10.1 10.1 10.1 10.0 10.0 10.0

Buah/biji Berminyak 2.6 2.6 2.7 2.7 2.7 2.8 2.8 2.8 2.8 2.9 2.9 2.9 3.0 3.0

Kacang-kacangan 3.1 3.2 3.4 3.5 3.7 3.8 4.0 4.1 4.3 4.4 4.6 4.7 4.9 5.0

Gula 4.8 4.8 4.8 4.8 4.9 4.9 4.9 4.9 4.9 4.9 5.0 5.0 5.0 5.0

Sayur dan Buah 3.9 4.1 4.2 4.4 4.5 4.7 4.9 5.0 5.2 5.4 5.5 5.7 5.8 6.0

Lain-lain 2.7 2.7 2.7 2.7 2.8 2.8 2.8 2.8 2.9 2.9 2.9 2.9 3.0 3.0

% AKG 99.30 99.35 99.41 99.5 99.52 99.57 99.62 99.69 99.73 99.78 99.84 99.89 99.95 100.0

Proyeksi1) :

Konsumsi Energi1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000

Skor PPH 72.6 74.3 76.0 77.7 79.5 81.2 82.9 85.0 86.4 88.1 89.8 91.5 93.3 95.0

Realisasi2) :

Konsumsi Energi3) 1991 1986 1997 1927 2015 2038 1958 1957 - - - - -

Skor PPH 77.5 76.8 79.1 74.9 82.8 81.9 78.8 80.6 - - - - -

Keterangan1)Proyeksi : berdasarkan data dasar Susenas 2002, BPS (pasca krisis ekonomi) dengan sasaran skor PPH 95.0 pada

tahun 2015 (Perpres no.22 tahun 2009); dengan asumsi tidak ada perubahan pola konsumsi pangan2)Realisasi : Susenas 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010; BPS diolah Pusat PKKP3)Satuan Energi : kkal/kap/hari•Data konsumsi ikan tahun 2009 dan 2010, hasil olah Ditjen PPHP - Kementerian Kelautan dan Perikanan[Data tahun 2010 masih bersifat sementara]

Page 15: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Sumber: Riskesdas 2007, 2010

www.thejakartapost.com

Gb 3. Beban Ganda

Masalah Gizi

Prevalensi

Obesitas Menurut

Umur

Page 16: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Tabel 5 Sebaran kabupaten/kota di Indonesia berdasarkantingkat prevalensi status kurang gizi (Riskesdas 2007)

Kategori* Underweight

(BB/U)

Stunted

(TB/U)

Wasted

(BB/TB)

n(%) n(%) n(%)

Rendah 13 (3.1) 4 (0.9) 4 (0.9)

Sedang 219 (51.7) 64 (15.1) 81 (19.1)

Tinggi 135 (31.8) 175 (41.3) 133 (31.4)

Sangat tinggi 57 (13.4) 181 (42.7) 206 (48.6)

Total 424(100) 424(100) 424(100)

Sumber: Ulfani (2010)* Kategori berdasarkan WHO (1995), diacu dalam Riyadi (2001): Rendah : BB/U (<10%); TB/U (< 20%); BB/TB (<5%)Sedang : BB/U (10-19%); TB/U ( 20-29%); BB/TB (5-9%)Tinggi : BB/U (20-29%); TB/U (30-39%); BB/TB (10-14%)Sangat Tinggi : BB/U (≥ 30%); TB/U (≥ 40%); BB/TB (≥15%)

Page 17: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

C. Lingkungan, sosek ( penduduk, kemiskinankesehatan, pendidikan), budaya, politik :

determinan & bentuk ketimpangan ekologi

Analisis determinan ketimpangan ekologi : Gb 4-6, Box 1

Sebagai bentuk ketimpangan ekologi : Gb 8-11, Tabel 6-12

Page 18: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

18

Food Security Indicators: 2010 –2013

Food and nutrition

transpo

rt

Gb 4 Kerangka operasional ekologi pangan dan gizi

Page 19: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

penduduk

pendapatan

Pangan

Penggunaanlahan

Hasil panen

ternak

Penangkapanikan

Deforestasiirigasi

Pestisida, pupuk, air

Penyakitlimbah

desertifikasi

Polusi, overfishing

Lingkungan, Ketersediaan SDA, kualitas

Limbah

Gambar 5 Keterkaitan lingkungan, penduduk dan pangan(Sumber : Rerat, 1994 dalam Wahtqvist, 1994)

Page 20: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Produksi :

Luas tanam

Luas lahan

beririgasi

Akses dan

penggunaan

input

Pola tanam

Keragaman

tanaman

Produksi

pangan

Sumber

pendapatan

nonpertanian

Pendapatan :

Total

Pendapatan

Pendapatan

dari

tanaman

Pendapatan

dari ternak

Upah

Harga pangan

Pasar

Akses jalan

Konsumsi :

Total

Pengeluar

an

Pengeluar

an pangan

Pengeluar

an

nonpangan

Konsumsi

pangan

Frekuensi

pangan

Status gizi :

Antropometri

Kadar serum

Kesakitan

Kematian

Kelahiran

Akses

pelayanan

kesehatan

Akses air

bersih

Akses sanitasi

Sumberdaya:

Alam :

Curah hujan

Kualitas tanah

Ketersediaan air

Akses sumberdaya

hutan

Fisik :

Pemilikan ternak

Akses infrastruktur

Pemilikan sarana

pertanian

Pemilikan tanah

Manusia :

Rasio ketergantungan

Pendidikan

Besar keluarga

Umur kepala keluarga

Akses pangan

Ketersediaan

pangan

Pemanfaatan

pangan

Sumberdaya :

- Alam

- Fisik

- Manusia

Produksi :

- Pertanian

- Non Pertanian

Pendapatan :

- Pertanian

- Non Pertanian

Konsumsi :

- Pangan

- Non Pangan

Status Gizi :

-Anak

-Dewasa

Gambar 6 Faktor Pengaruh Ketahanan Pangan (Chung 1997)

Page 21: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

• Indirect Indicators

(Storage estimates, subsistanceratio, nutritional status assessments).

(Maxwell 1997)

Process IndicatorsOutcome Indicators

Indicators that reflect

Food Supply(Meteorological data, Information

on Natural Resources, Agricultural production, Food Balance Sheets, Market & institutional support)

Indicators that reflect Food Access(Assets, coping strategies)

• Direct Indicators

(Household budget and consumption survey, household perception,Foodfrequency assessments)

Gambar 7. Indikator ketahanan pangan

Page 22: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Box 1

1. Ketersediaan pangan

2. Aksesibilitas (menggambarkan kemampuan untuk

menguasai pangan yang cukup)

3. Keamanan (diartikan sebagai jaminan atas stabilitas

SDAL)

a. kerentanan internal : penurunan produksi

b. kerentanan eksternal : flukuasi perdagangan

internasional

4. Keberlanjutan (kontinuitas ketersediaan, akses dan

stabilitas SDP → keberlanjutan usahatani atau

kerawanan pangan transien/akut)

Lingkungan sbg elemen ketahanan pangan (Sudaryanto, 2000)

Page 23: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Gambar 8 Tren Jumlah Penduduk Indonesia

0

50

100

150

200

250

300

1930 1940 1950 1961 1971 1980 1990 2000 2010

Tah

un

Dalam 40 tahun tekahir, penduduk bertambah > 100 juta jiwa : 119,2 juta (1971),146,9 juta (1980), 178,6 juta (1990) dan 205,1 juta (2000). Sensus penduduk (SP)tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia = 237.6 juta jiwa (BPS 2010).

Masalah Penduduk (jumlah, laju pertumbuhan, distribusi)

→ terkait dengan permintaan jumlah & jenis pangan (Teori Malthus); akses pangan : kesempatan usaha & bekerja (Teori Amarta Sen)

Page 24: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Tabel 6 Proyeksi penduduk tahun 2010 (BPS)

Kel Umur 2000 % 2010 %

0-4 19,952.0 9.73 20,727.7 8.88

05-09 21,866.4 10.66 20,260.6 8.68

10-14 21,150.6 10.31 19,789.1 8.48

15-19 21,177.3 10.32 21,738.3 9.31

20-24 20,017.9 9.76 20,958.2 8.98

25-29 18,667.8 9.10 20,913.5 8.96

30-34 16,907.2 8.24 19,727.5 8.45

35-39 14,942.7 7.28 18,342.5 7.86

40-44 12,597.3 6.14 16,517.2 7.07

50-54 7,484.7 3.65 11,959.7 5.12

55-59 5,920.9 2.89 9,061.4 3.88

60-64 5,060.0 2.47 6,595.0 2.82

65-69 3,812.8 1.86 4,854.2 2.08

70-74 2,654.1 1.29 3,681.4 1.58

75+ 3,091.0 1.51 3,906.0 1.67

Total 205,132.0 100.00 233477.4 100.00

• masalah penduduk di Indonesia tahun 2010: jumlah balita & remaja sangat besar • Bonus demogafi (usia > 65 th semakin banyak)

Masalah Penduduk lanjutan

Page 25: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Gambar 9 Laju pertumbuhan Penduduk

Indonesia 2000-2010 (BPS, 2010)

0,37

0,76

0,91

1,02

1,11

1,17

1,17

1,23

1,26

1,34

1,35

1,39

1,66

1,74

1,85

1,89

1,94

1,98

2,06

2,07

2,15

2,24

2,44

2,55

2,67

2,78

2,79

3,14

3,59

3,72

3,8

4,99

5,46

0 1 2 3 4 5 6

Jawa tengah

Jawa timur

Kalimantan barat

DI yogyakarta

Sumatera Utara

Nusa Tenggara barat

Sulawesi Selatan

Lampung

Sulawesi Utara

Sulawesi Barat

Aceh

DKI Jakarta

Bengkulu

Kalimantang Tengah

Sumatera Selatan

Jawa Barat

Sulawesi tengah

Kalimantan Selatan

Nusa Tenggara Timur

Sulawesi Tenggara

Bali

Gorontalo

Maluku Utara

Jambi

Sulawesi barat

Maluku

Banten

Kep. Bangka Belitung

Riau

Papua Barat

Kalimantan Timur

Kepulauan Riau

Papua

laju pertumbuhan penduduk nasional (1.49)

Masalah Penduduk

lanjutan

Page 26: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

• Pulau Sumatera, Provinsi Kepulauan Riau mempunyai LPPtertinggi, yaitu 4,99% dan terendah adalah Provinsi Sumatera Utarayaitu 1,11%.

• Pulau Jawa, provinsi denganLPP tertinggi adalah (2,79%). Provinsidengan LPP terendah adalah Provinsi Jawa Tengah, yaitu sebesar0,37%.

• Pulau Bali-Nusa Tenggara , Provinsi Bali memiliki LPP tertinggi,yaitu 2,15%, dan terendah adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat,yaitu 1,17%.

• Pulau Kalimantan, Provinsi Kalimantan Timur mempunyai LPPtertinggi, yaitu 3,80%, dan terendah adalah Provinsi KalimantanBarat, yaitu 0,91%.

• Pulau Sulawesi, Provinsi Sulawesi Barat memiliki LPP tertinggi,yaitu 2,67%. Provinsi dengan LPP terendah adalah ProvinsiSulawesi Selatan, yaitu 1,17%.

• Maluku-Papua, Provinsi Papua memiliki LPP tertinggi yaitu5,46%. Provinsi Maluku Utara mempunyai LPP terendah yaitu2,44%.

Keterangan Gambar 9

Page 27: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Gambar 10 Distribusi Penduduk Indonesia tahun 2010

Sulawesi; 7,31Maluku dan papua; 2,6

Kalimantan; 5,8

Nusa Tenggara; 5,5

Banten; 4,48

Jawa Timur; 15,78

DI Yogyakarta; 1,45

Jawa Tengah; 13,63

Jawa Barat; 18,11

DKI Jakarta; 4,04

Sumatera; 21,31

Pada tahun 2010, pola penyebaran penduduk masih terpusat di pulau Jawa, yaitusebesar 57.49%. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang terpadat di PulauJawa, dengan persentase penduduknya (18.11%).

Masalah Penduduk lanjutan

Page 28: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Tabel 7 Persentase penduduk Miskin Indonesia

Tahun Jumlah (juta) Persentase

2001 37.90 18.41

2002 38.40 18.20

2003 37.30 17.42

2004 36.10 16.66

2005 35.10 15.97

2006 39.30 17.75

2007 37.17 16.58

2008 34.96 15.42

2009 32.53 14.15

2010 31.03 13.33

Sumber: Statistik Indonesia, BPS

Dari tahun 2008-2010, jumlah penduduk miskin menurun menjadi

31.03 juta (13.33%), namun masih tergolong tinggi (BPS 2010).

Page 29: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Masalah Lahan → terkait dengan produksi & penyediaan

pangan (mendukung konsep ketahanan pangan berdasarkan

kemandirian & kedaulatan pangan); kerawanan pangan

Di luar Provinsi Papua, terdapat 17

provinsi yang mengalami

peningkatan luas lahan tidak

bervegetasi.

Rata-rata kenaikan luas lahan tidak

bervegetasi adalah 41.321 ribu ha.

Pulau Jawa juga mengalami

peningkatan area bervegetasi pada

area berkelerengan lebih dari 40%

sebanyak 4,2% dan merupakan

peningkatan tertinggi di Indonesia

dibanding pulau-pulau lainnya

(KLH 2009).

• Kerusakan hutan (deforestasi) masih

tetap menjadi ancaman di Indonesia.

• laju deforestasi periode 2003-2006 di

Indonesia mencapai 1,17 juta hektar

pertahun (departemen Kehutanan).

• Menurut State of the World’s Forests

2007 dalam The UN Food &

Agriculture Organization (FAO), angka

deforestasi Indonesia pada periode

2000-2005 1,8 juta hektar/tahun.

• Menurut KLH (2009) laju deforestasi

hutan di Indonesia terlihat pada

Gambar 3.6

Masalah Lahan dan Hutan

Page 30: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Tabel 8 Persentase Vegetasi dan Non Vegetasi Pada Area Mempunyai Lereng > 40% Per Pulau Se-Indonesia 2007-2009

PulauLereng > 40%

Bervegetasi Tidak Bervegetasi2007 2008 2009 2007 2008 2009

Sumatera 91.34 89.38 89.33 8.66 10.62 10.67Jawa 72.67 76.90 76.80 27.33 23.10 23.20Bali & Nusa Tenggara 57.08 59.95 59.71 42.92 40.05 40.29

Kalimantan 94.88 94.81 94.80 5.12 5.19 5.20Suawesi 85.11 85.20 82.95 14.89 14.80 17.05Maluku 87.26 87.26 86.60 12.74 12.74 13.40Papua 88.70 89.88 88.28 11.30 10.12 11.72Indonesia 87.56 87.87 86.84 12.44 12.13 13.16

Sumber: Status Lingkungan Hidup 2009

Masalah Lahan lanjutan

Page 31: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Gambar 10 Peta tutupan lahan bervegetasi dan tidak

bervegetasi Indonesia tahun 2009 (KLH, 2009)

Masalah Lahan lanjutan

Page 32: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Tabel 9 Luas lahan kritis per pulau tahun 2000 & 2007

No PULAU

2000 2007

Kritis dan sangat kritis Tingkat kekritisan lahan

Dalamkawasan (Ha)

Luar kawasan(Ha)

Agak kritis (Ha) Kritis (Ha)Sangat kritis

(Ha)1 Sumatera 1,988,869.00 4,352,999.00 15,395,568.07 8,314,101.46 2,189,303.24

2 Jawa 366,985.00 1,699,682.00 2,103,618.39 1,003,566.26 386,365.34

3 Bali dan Nusa tenggara

363,764.00 1,305,116.00 1,833,745.00 2,523,125.10 1,058,338.48

4 Kalimantan 2,612,971.00 4,565,755.00 21,234,574.98 5,306,761.75 1,376,712.34

5 Sulawesi 974,713.00 948,213.00 3,617,823.59 1,709,981.25 890,405.52

6 Maluku dan Maluku Utara

180,036.00 514,875.00 1,239,966.14 747,675.22 415,294.37

7 Papua 1,649,309.00 1,719,594.00 2,184,784.69 3,701,021.97 574,147.62

INDONESIA 8,136,647.00 15,106,234.00 47,610,080.86 23,306,233.01 6,890,566.91

Sumber : Dirjen. RLPS, Kementerian Kehutanan, 2008 (KLH 2009)

Masalah Lahan lanjutan

Page 33: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Keterangan Tabel 9

Lahan kritis : lahan yang telah rusak karena kehilangan

penutupan vegetasinya, sehingga kehilangan atau

berkurang fungsinya sebagai retensi karbon maupun

penahan air, pengendali erosi, siklus hara, pengatur

iklim mikro → rentan terhadap kerawanan pangan.

Berdasarkan kondisi vegetasi, kondisi lahan dapat

diklasifikasikan sebagai lahan kritis, agak kritis,

potensial kritis dan kondisi normal.

Berdasarkan kriteria tersebut, luas lahan kritis di

Indonesia tahun 2008 adalah ± 77,806,881 ha (KLH

2009).

Page 34: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Tabel 10 Persentase rumah tangga & sumber air minum 2007

No Wilayah LedengAir

TanahAir

KemasanMata

AirAir

SungaiAir

hujanLainnya

1 Sumatera 14,58 61,27 5,92 7,48 4,42 5,75 0,57

2 Jawa 14,96 62,15 8,20 13,19 0,77 0,39 0,34

3 Bali dan Nusa tenggara

20,57 40,11 8,28 25,61 3,11 1,66 0,56

4 Kalimantan 26,50 27,60 4,14 3,80 21,10 16,46 0,40

5 Sulawesi 20,01 54,73 4,17 16,83 3,15 0,88 0,23

6 Maluku dan Maluku Utara

17,59 36,92 4,00 23,23 9,24 8,34 0,69

INDONESIA 16,19 57,97 7,18 12,64 3,04 2,58 0,40

Sumber: BPS (2008), dioah (KLH 2009)

Masalah Air→ pencemaran air, akses air bersih, penyakit bawaan air; salah

satu indikator kerentanan terhadap kerawanan pangan

Page 35: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Keterangan Tabel 10

Masalah akses air bersih

• Penduduk kota 240 juta jiwa mengalami kesulitan

akses air bersih, sedangkan di desa sebanyak 990 juta

jiwa.

• Berdasarkan suvei menyatakan bahwa penggunaan air

48.8 persen termasuk boros, 38.7 persen tergolong

hemat dan 12.5 persen tidak tahu.

• Penggunaan air yang tidak efisien/boros merupakan

salah satu penyebab menurunnya jumlah air.

• Pulau Jawa mempunyai persentase terbesar rumah

tangga yang menggunakan air tanah sebagai sumber air

minum.

• Persentase terbesar rumah tangga yang mengandalkan

air sungai dan air hujan sebagai sumber air minum

berada di Kalimantan

Page 36: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Tabel 11 Jumlah industri besar dan menengah yang berpotensi mencemari air permukaan

No. Jenis Industri 2004 2005 2006 20071 Makanan dan Minuman 4638 4722 5478 61102 Tekstil 1889 1934 2568 26853 Kulit 493 491 540 6864 Kertas 391 413 467 4885 Pertambangan 48 52 56 736 Kimia 1017 1011 845 11197 Karet 1482 1477 1795

Sumber: BPS (2008) dalam KLH (2009)

Pencemaran terhadap air permukaan air tanah pada umumnyabersumber dari kegiatan industri, pertanian dan rumah tangga.

Masalah Air lanjutan

Page 37: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

→ terkait dengan produksi & penyediaan pangan (mendukung

konsep ketahanan pangan berdasarkan kemandirian & kedaulatan

pangan)

Tahun 2006, 2007 dan 2009 kondisi terumbu

karang di beberapa daerah di wilayah barat

Indonesia sampai saat ini dalam kondisi sangat

mengkhawatirkan dengan rata-rata persentase di

bawah 50% (rusak sedang).

Kondisi terumbu karang di beberapa daerah di

Indonesia wilayah timur berada dalam kondisi

rusak sedang, sedangkan terumbu karang di

wilayah barat secara keseluruhan kondisi

terumbu karang mengalami penurunan.

Masalah Pesisir dan Lautan

Page 38: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Tabel 12 Kondisi terumbu karang Indonesia per tahun (KLH 2009)Daerah

(Wilayah Timur)Tahun

Keterangan2006 2007 2009

Biak 22.90 26.03 26.14 0 – 25% (rusak ringan)Buton 34.26 35.85 37.69 26 – 49 % (rusak sedang)Pangkep 31.3 30.37 37.43 50 – 69% (baik)Raja Ampat 22.32 19.65 22.08 >70% (sangat baik)Selayar 32.40 33.90 36.35Sika 17.58 17.24 13.41Wakatobi 44.74 46.95 46.81Batam 60.05 57.56 48.47

Bintan 58.01 68.90 57.30Lingga 59.04 64.86 44.93Mentawai 24.28 14.71 23.50Natuna 46.04 49.98 39.80Nias selatan 6.25 8.34 10.30Tapteng 38.31 40.66 31.96

Sumber: LIPI (2009) dalam KLH (2009)

Masalah Pesisir dan Lautan lanjutan

Page 39: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Masalah Udara dan Atmosfer

→ pencemaran udara : kesehatan

• Masalah yang terjadi terkait dengan udara dan

atmosfir adalah efek rumah kaca.

• Masalahnya adalah pada saat ini konsentrasi

gas rumah kaca di atmosfir sudah melebihi

keadaan normalnya sehingga radiasi panas

yang dipantulkan ke permukaan bumi menjadi

lebih banyak dan akibatnya adalah

meningkatnya suhu bumi.

• Pengaruh dari meningkatnya suhu udara ini

antara lain adalah meningkatnya penyakit

malaria dan demam berdarah yang disebabkan

oleh nyamuk (KLH 2009).

Page 40: JENIS DAN DETERMINAN MASALAH LINGKUNGANgizi.fema.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/PB-2-MASALAH... · departemen gizi masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian bogor

Gambar 11 Kapasitas terpasang pembangkit listrik

Dimensi akses pangan a.l kapasitas terpasang pembangkit listrik . Tahun 2008 meningkat jika dibandingkan pada tahun 2007

Masalah Energi