ekologi foraminifera
Embed Size (px)
DESCRIPTION
abaout foramTRANSCRIPT

HUBUNGAN EKOLOGI DENGAN KEHIDUPAN FORAMINIFERA
Secara terminologi, foraminifera dapat didefenisikan sebagai organisme bersel
tunggal yang hidupnya secara akuatik (terutama hidup di laut, mungkin seluruhnya),
mempunyai satu atau lebih kamar yang terpisah satu sama lain oleh sekat (septa) yang
ditembusi oleh banyak lubang halus (foramen).
Adapun ciri-ciri umum daripada foraminifera plankton adalah sebagai berikut, yaitu:
Test : Bulat
Susunan kamar : Umumnya trochospiral
Komposisi test : Gamping Hyalin
Hidup : Dengan cara mengambangkan diri pada permukaan
laut
Foraminifera plankton sangat kecil bila dibandingkan dengan spesies dari golongan
Benthos. Meskipun jumlah spesiesnya sangat sedikit golongan ini mempunyai arti
penting terutama digunakan sebagai fosil penunjuk jarak jauh dari korelasi regional.
Golongan ini tidak terlalu peka terhadap perubahan-perubahan facies dari yang lain
dan pada umumnya golongan ini kurang tahan terhadap pengurangan salinitas,
meskipun ada beberapa species yang dapat tahan dalam kenaikan kadaa garam.
Contoh: Laut mati (salinitas 4,0-4, %) masih dijumpai Globigerina bulloides,
Globorotalia sacculifera dan Urbulina Universa.
Beberapa juga yang tidak tahan terhadap perubahan temperatur yang relatif besar
dimana dapat hidup di daerah kutub maupun tropis.
Contoh: Globigerina bulloides.
QuickTime™ and a decompressor
are needed to see this picture.

Ada juga spesies yag menghuni daerah suhu tertentu. Contoh:
• Air dingin (zona kutub) : Globigerina pacyderma, Globorotaloid dutertei
• Zona temperate : Globigerina bulloides, Globorotalia inflata, Globorotalia,
Globorotalia camaraniensis.
• Zona trois-sub tropis : Globigerinodes rubber, Globigerinodes sacculiter,
Globigerinoides songlobat.
• Warm water (zona tropis); Orbulina universa, Globigerina eggeri.
Foraminifera sesuai tempat hidupnya
Foraminifera dari suatu daerah mencerminkan hubungan antar spesies yang
dipengaruhi oleh faktor ekologi dan kemampuan beradaptasi organisme tersebut
terhadap lingkungannya (Suhartati, 1988). Hubungan ini telah banyak diteliti oleh
para ahli di berbagai tempat di dunia. Pada awal abad ke-19, Walton (1952) dalam
Imbrie (1960) telah membahas tentang ekologi dan paleoekologi foraminifera resen di
Teluk Mexico. Kemudian, Bradshaw (1955) dalam Haq and Boersma (1984) berhasil
menentukan hubungan antara foraminifera dengan parameter lingkungan.
Perkembangan selanjutnya, para peneliti seperti Cushman dan lain-lain

memperkenalkan klasifikasi foraminifera.
Ekologi Umum foraminifera Plankton
Mikro organisme sangat terpengaruh hidupnya oleh lingkungan tempat
tinggalnya. Dalam perjuangan untuk hidupnya, kebanyakan menjadi sangat
terkhususkan dengan cara atau kondisi tertentu. Ilmu yang mempelajari kondisi
tersebut adalah Ekologi.
Selain itu, ada lagi ilmu yang Paleoekologi, yaitu ekologi yang ditafsirkan
berdasarkan aneka fosil yang dijumpai. Dari mikrofosil yang dijumpai dalam suatu
sedimen, kita dapat menafsirkan kondisi tempatnya hidup, serta kapan dan bagaimana
cara hidupnya.
Tetapi, untuk melakukan penafsiran tersebut diperlukan pembelajaran tentang
berbagai kondisi kehidupan mikroorganisme yang hidup sekarang. Untuk itu, di
dalam mikropaleontologi kita mengenal juga istilah “ The present is the key to the
past ”. Meskipun jumlah dari spesies plankton ini sedikit, tetapi golongan ini memiliki
arti penting dalam penunjukkan jarak jauh untuk korelasi regional. Pada umumnya
golongan ini kurang tahan terhadap kenaikan sedikit kadar garam.
Beberapa kesimpulan yang diambil dari Bandy (1960), yaitu:
a. Di daerah perairan tropis golongan plankton banyak dan jenisnya sangat berfariasi
atau berbeda.
b. Di daerah perairan beriklim sedang populasi dari plankton jarang tetapi jenisnya
berbeda.
c. Di perairan sub-kutub spesiesnya sangat sedikit tapi jumlahnya banyak.
d. Globorotalia yang besar-besar dengan keel, sangat khas bag tempat yang
bertemperatur 170C, sebaliknya bila keel tidak ditemukan maka pada temperatur 90C.
Fungsi Formainifera mengacu pada Ekologi :
Foraminifera memberikan data tentang lingkungan masa lampau (skala
Geologi). Karena spesies foraminifera yang berbeda diketemukan di lingkungan yang
berbeda pula, seorang ahli paleontologi dapat menggunakan fosil foraminifera untuk
menentukan lingkungan masa lampau tempat foraminifera tersebut hidup. Data
foraminifera telah dimanfaatkan untuk memetakan posisi daerah tropik di masa

lampau, menentukan letak garis pantai masa lampau, dan perubahan perubahan suhu
global yang terjadi selama jaman es.
Sebuah kumpulan fosil foraminifera mengandung banyak spesies yang masih
hidup sampai sekarang, maka pola penyebaran modern dari spesies-spesies tersebut
dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau - di tempat kumpulan fosil
foraminifera diperoleh - ketika fosil foraminifera tersebut masih hidup. Jika sebuah
perconto mengandung kumpulan fosil foraminifera yang semuanya atau sebagian
besar sudah punah, masih ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk
menduga lingkungan masa lampau. Petunjuk tersebut adalah keragaman spesies,
jumlah relatif dari spesies plangtonik dan bentonik (prosentase foraminifera
plangtonik dari total kumpulan foraminifera plangtonik dan bentonik), rasio dari tipe-
tipe cangkang (rasio Rotaliidae, Miliolidae, dan Textulariidae), dan aspek kimia
material penyusun cangkang.
Aspek kimia cangkang fosil foraminifera sangat bermanfaat karena
mencerminkan sifat kimia perairan tempat foraminifera ketika tumbuh. Sebagai
contoh, perban-dingan isotop oksigen stabil tergantung dari suhu air. Sebab air
bersuhu lebih tinggi cenderung untuk menguapkan lebih banyak isotop yang lebih
ringan. Pengukuran isotop oksigen stabil pada cangkang foraminifera plangtonik dan
bentonik yang berasal dari ratusan batuan teras inti dasar laut di seluruh dunia telah
dimanfaatkan untuk meme-takan permukaan dan suhu dasar perairan masa lampau.
Data tersebut sebagai dasar pemahaman bagaimana iklim dan arus laut telah berubah
di masa lampau dan untuk memperkirakan perubahan-perubahan di masa yang akan
datang (keakurasiannya belum teruji).