jbptitbpp-gdl-caroluspra-22588-1-2007dis-r.pdf
DESCRIPTION
reTRANSCRIPT
EVOLUSI TEKTONIK PALEOGEN
JAWA BAGIAN TIMUR
DISERTASI
Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dari
Institut Teknologi Bandung
Oleh
CAROLUS PRASETYADI
NIM : 32002002
(Program Studi Teknik Geologi)
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007
EVOLUSI TEKTONIK PALEOGEN
JAWA BAGIAN TIMUR
DISERTASI
Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dari
Institut Teknologi Bandung
Oleh
CAROLUS PRASETYADI
NIM : 32002002
(Program Studi Teknik Geologi)
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007
EVOLUSI TEKTONIK PALEOGEN JAWA BAGIAN TIMUR
Oleh
CAROLUS PRASETYADI
NIM : 32002002
(Program Studi Teknik Geologi)
Institut Teknologi Bandung
Menyetujui
Tim Pembimbing
Tanggal September 2007
Ketua
______________________ (Prof. Dr. Emmy Suparka)
Anggota Anggota
_________________________ ______________________ (Dr. Ir. Agus H.Harsolumakso) (Ir. Benyamin Sapiie, PhD)
i
ABSTRAK
EVOLUSI TEKTONIK PALEOGEN
JAWA BAGIAN TIMUR
Oleh
Carolus Prasetyadi
NIM : 32002002
Daerah penelitian meliputi wilayah propinsi Jawa Tengah bagian timur dan Jawa
Timur. Di wilayah Propinsi Jawa Tengah penelitian lapangan dilakukan di daerah
Karangsambung (Kabupaten Kebumen), Nanggulan (Kabupaten Kulonprogo), dan
Bayat (Kabupaten Klaten) dimana batuan Paleogen beserta batuandasar Pra-Tersier
tersingkap. Sedangkan di Jawa Timur penelitian batuan Paleogen dan batuandasar
Pra-Tersier didasarkan pada data sumur dan data seismik. Daerah Jawa bagian timur
dipilih sebagai daerah penelitian karena daerah ini merupakan daerah unik tempat
terjadinya perpindahan zona subduksi Kapur Arah Meratus yang berarah timurlaut-
baratdaya menjadi zona subduksi Neogen Arah Jawa yang berarah timur-barat pada
Paleogen. Hasil kajian atas batuan Paleogen berguna untuk mempelajari
perkembangan tektonik daerah penelitian mulai dari zaman Kapur hingga Paleogen.
Penelitian ini menghasilkan peta geologi dan stratigrafi baru daerah Luk-Ulo,
Karangsambung. Stratigrafi baru ini memunculkan tiga satuan batuan baru, hasil
penemuan penelitian ini, yang diusulkan sebagai “Formasi Bulukuning” – berumur
Eosen Awal, “Komplek Larangan” – berumur Eosen Akhir, dan “Anggota Breksi
Mondo Formasi Totogan” – berumur Oligosen. Ketiga satuan batuan baru ini oleh
peneliti terdahulu dipetakan sebagai bagian dari Komplek Melange Luk Ulo.
Hadirnya Formasi Bulukuning yang berumur Eosen Awal menunjukkan bahwa pada
saat formasi ini diendapkan proses subduksi yang menghasilkan Komplek Melange
Luk Ulo sudah tidak aktif dan daerah bagian utaranya berubah menjadi cekungan laut
ii
dangkal dimana Formasi Bulukuning diendapkan, sementara di bagian yang lain,
terutama di bagian selatan, masih terdapat daerah bekas palung subduksi Kapur yang
berupa cekungan sempit dan dalam dimana Formasi Karangsambung dan Komplek
Larangan diendapkan. Kenampakan terdeformasi Komplek Larangan dan Formasi
Karangsambung serta Formasi Bulukuning yang merupakan satuan batuan
metasedimen menunjukkan bahwa setelah pengendapan Formasi Karangsambung dan
Komplek Larangan di daerah Luk Ulo terjadi proses deformasi kompresional yang
cukup signifikan. Deformasi ini diinterpretasikan terjadi pada Eosen Akhir-Oligosen
Awal.
Hasil penelitian menunjukkan himpunan batuan Pra-Tersier Komplek Bayat berbeda
dengan Komplek Melange Luk Ulo, Karangsambung. Batuan Pra-Tersier Luk Ulo,
merupakan melange tektonik komplek akresi, produk khas subduksi lempeng
samudera. Melange tektonik ini dicirikan oleh percampuran secara tektonik blok
berbagai ukuran dan berbagai jenis batuan dalam masadasar lempung tergerus.
Himpunan batuannya mencerminkan terdapatnya oceanic plate stratigraphy (OPS)
yang menunjukkan sejarah lempeng samudera mulai dari tempat pembentukannya di
pematang tengah samudera hingga ke tempat subduksinya di palung. Disamping
batuan metamorf derajat rendah, subduksi di palung Karangsambung ini juga
menghasilkan himpunan batuan metamorf derajat tinggi seperti sekis glaukofan dan
eklogit yang sekarang dijumpai sebagai sebagai blok-blok. Singkapan Komplek
Bayat didominasi oleh batuan metamorf yang umumnya berderajat rendah-menengah.
Filit dan sekis Komplek Bayat ada yang komposisinya mengandung kalsit 15-60%
(calc phyllite dan calc schist), disamping kuarsa dan mika. Sementara himpunan
batuan yang menunjukkan urutan OPS tidak dijumpai di Bayat. Komplek Luk Ulo
merupakan produk khas dari subduksi lempeng samudera sedangkan Komplek Bayat,
yang tidak menunjukkan struktur melange tektonik dan tanpa kehadiran OPS, dapat
diinterpretasikan sebagai komplek konvergen yang lebih berciri asal-kontinen.
Terdapatnya calc phyllite dan calc schist, yang tidak dijumpai di Komplek Luk Ulo,
menunjukkan batuan asal (protolit) Komplek Bayat adalah batuan sedimen yang
iii
mengandung karbonat yang berasosiasi dengan batuan sedimen terigen (asal darat)
yang berasosiasi dengan lingkungan kontinen.
Provenan batupasir Eosen Karangsambung berbeda dengan ketiga daerah lain, yakni
Nanggulan, Bayat, dan Cekungan Jawa Timur. Provenan batupasir daerah Luk Ulo,
Karangsambung umumnya berada di recycled orogen, sub-zona foreland uplift dan
collision. Sedangkan batupasir Eosen dari ketiga daerah lainnya (Nanggulan, Bayat,
dan Cekungan Jawa Timur) menunjukkan kemiripan provenan, yakni di continental
block, sub-zona craton interior. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa batuandasar
daerah Karangsambung berbeda dibandingkan batuandasar ke tiga daerah lainnya.
Hasil ini mendukung pendapat bahwa Jawa bagian timur batuandasarnya bersifat
kontinental dan disebut mikrokontinen Jawa Timur.
Evolusi tektonik daerah penelitian sejak Kapur hingga Oligosen terbagi menjadi tiga
periode. Periode pertama berlangsung pada Kapur Akhir sampai Paleosen ketika
subduksi Lempeng Samudera Indo-Australia pada zona subduksi Ciletuh-
Karangsambung-Meratus terhenti karena tumbukan mikrokontinen Pasternoster. Pada
saat itu mikrokontinen Jawa Timur, yang berada di selatan mikrokontinen
Pasternoster belum dalam tahapan tumbukan dan di depan mikrokontinen Jawa Timur
ini masih terdapat sisa morfologi palung di daerah Karangsambung. Periode ini
ditandai dengan terjadinya pengangkatan pada Paleosen yang membentuk
ketidakselarasan regional antara batuan Pra-Tersier dengan batuan Tersier. Periode
kedua berlangsung pada Eosen ditandai dengan periode regangan di sebagian besar
daerah tepian Daratan Sunda akibat berkurangnya secara mencolok kecepatan
pergerakan ke utara Benua India karena benturannya dengan zona subduksi di selatan
Asia. Periode ini ditandai oleh pembentukan cekungan-cekungan Paleogen. Di daerah
penelitian cekungan terbentuk di daerah komplek akresi Karangsambung dan di bekas
palung yang menghasilkan endapan olistostrom Formasi Karangsambung dan
Komplek Larangan. Di daerah tepian selatan mikrokontinen Pasternoster terbentuk
Cekungan Ngimbang dan di tepian mikrokontinen Jawa Timur berkembang
iv
Cekungan Nanggulan dan Bayat. Periode ketiga terjadi pada Oligosen, ketika di
daerah Luk Ulo, endapan olistostrom Formasi Karangsambung dan Komplek
Larangan mengalami deformasi akibat tumbukan mikrokontinen Jawa Timur.
Tumbukan ini juga menandai terjadinya subduksi di selatan mikrokontinen Jawa
Timur yang dipicu oleh bertambahnya kecepatan pergerakan ke utara Benua
Australia. Disamping mengakibatkan gejala tumbukan di daerah Luk Ulo, secara
regional subduksi ini menghasilkan busur volkanik Oligosen yang membentuk
sebagian besar morfologi Pegunungan Selatan Jawa.
Kata kunci: Paleogen, batupasir Eosen, provenan, metasedimen, olistostrom
terdeformasi, mikrokontinen, tumbukan, Jawa bagian timur.
v
ABSTRACT
PALEOGENE TECTONIC EVOLUTION OF
EASTERN JAVA
by
Carolus Prasetyadi
NIM : 32002002 The study area includes eastern part of Central Java Province and East Java Province.
In Central Java Province the study of Paleogene and Pre-Tertiary basement rocks is
based on field studies conducted in Karangsambung, Nanggulan, and Bayat areas
where Paleogene and basement rocks are exposed. In East Java Province area the
study on Paleogene and basement rocks is based on available well and seismic data.
The area of Eastern Java has been selected as the study area due to its unique position
as the place where NE-SW trending Cretaceous subduction zone shifted into E-W
subduction zone in the Paleogene.
A new geology map and stratigraphy of Luk Ulo, Karangsambung area has been
resulted from the present study. The new stratigraphy arises three new rock units,
discovered during the present study, proposed as “Bulukuning Formation” – Early
Eocene in age, “Larangan Complex” – Late Eocene in age, and “Mondo Breccia
Member of Totogan Formation” – Oligocene in age.These three new rock units have
been mapped by previous workers as part of the Cretaceous Luk Ulo Melange
Complex. The presence of Early Eocene Bulukuning Formation indicates that at the
time this formation was deposited, the subduction associated with the formation of
Luk Ulo Complex had been inactive and the area to the north changed into a shallow
marine environment where Bulukuning Formation deposited, while in other part,
mainly to the south, there was still a relict of the Cretaceous trench in the form of a
narrow and deep basin into which Karangsambung Formation and Larangan Complex
vi
were deposited. The tectonised features of Larangan Complex and Karangsambung
Formation, along with the metamorphosed condition of Bulukuning Formation show
that after the deposition of Karangsambung Formation and Larangan Complex a
significant compressional deformation event took place. This deformation is
interpreted to occur from Late Eocene to Early Oligocene.
Results of the present study indicate that Pre-Tertiary rock of Bayat Complex is
different from Cretaceous Luk Ulo Melange Complex. Pre-Tertiary rock of Luk Ulo,
Karangsambung is a tectonic melange of accretionary complex, typical product of
oceanic plate subduction. Luk Ulo tectonic melange is characterised by tectonic
mixing of blocks of various sizes and types of embedded in sheared clay matrix. The
rock assemblage reflects the feature of oceanic plate stratigraphy (OPS) indicating the
history of oceanic plate from its birth place in the mid oceanic ridge area to the trench
where it subducts. In addition to low-grade metamorphic rock, subduction in
Karangsambung trench also resulted in an assemblage of high-grade metamorphic
rocks such as glaucophane schist and eclogite which is now occurring as blocks. The
outcrop of Bayat Complex is dominated by metamorphic rocks which are of low-
grade metamorphism. Mineralogical composition of phyllites and schists of Bayat
Complex contain calcite 15% to 60%, and called as “calc phyllite” and “calc schist”,
while rock assemblage associated with OPS has not been found in Bayat. Luk Ulo
Complex forms a characteristic assemblage produced by oceanic plate subduction,
while Bayat Complex, which does not have indication of tectonic melange feature
and has no OPS sequence, could be interpreted as a convergent complex with
characteristics of continental-origin. The presence of calc phyllite and schist, which
are not found found in Luk Ulo Complex, indicates the protolith of Bayat Complex is
sedimentary rock containing carbonate material associated with terrigenous sediment
of a continental environment.
Provenance of Karangsambung Eocene sandstone is different from the other three
Eocene sandstones from Nanggulan, Bayat and East Java Basin. Provenance of
vii
Karangsambung sandstone is in a recycled orogen, sub-zone foreland uplift and
collision; while those of Nanggulan, Bayat, and East Java Basin indicate similiraties,
they mostly are in continental block, sub-zone craton interior. Results of provenance
analysis indicate the basement of Karangsambung area differs from that of the other
three areas (Nanggulan, Bayat, and East Java Basin). This result supports the
interpretation that the basement of eastern part of Java is continental and called as
East Java Microcontinent.
Tectonic evolution of the study area from Cretaceous to Oligocene can be subdivided
into three periods. First period commenced from Late Cretaceous to Paleocene when
the subduction of Indo-Australian Oceanic Plate in Ciletuh-Karangsambung-Meratus
subduction zone stopped due to the collision of Pasternoster Microcontinent. At that
time East Java Microcontinent, located to the south of Pasternoster Microcontinent,
had not yet in collision and at its front there was still a relict of the Karangsambung
Cretaceous trench. This period was marked by Paleocene uplift forming a regional
unconformity between Pre-Tertiary and Tertiary rocks.
The second period occurring in Eocene was marked by extension in most area of
Sundaland margin due to a significant decrease of northward movement of India
resulted from its collision with a subduction zone to the south of Asia. This period
was highlighted by Paleogene basin formations. In the study area, basins were formed
in the location of inactive Karangsambung accretionary complex and in trench relict
resulting in olistostromal deposit of Karangsambung and Larangan Complex. In the
southern margin of Pasternoster Microcontinent, Ngimbang basin was formed while
in the margin of East Java Microcontinent, Nanggulan and Bayat basins was
developed. Third period took place in Oligocene when in Karangsambung area
olistostromal deposit of Karangsambung and Larangan Complex underwent
compressional deformation due to the collision of East Java Microcontinent. The
collision also marked the onset of subduction to the south of East Java
Microcontinent triggered by the increase of Australia northward movement. In
viii
addition causing collision in Luk Ulo area, regionally this subduction produced the
Oligocene volcanic arc that form most part of the Southern Mountain Zone of Java
Island.
Key words: Paleogene, Eocene sandstone, provenance, metasediment, deformed
olistostrome, microcontinent, collision, eastern Java.
ix
PEDOMAN PENGGUNAAN DISERTASI
Disertasi Doktor yang tidak dipublikasikan, terdaftar dan tersedia di Perpustakaan
Institut Teknologi Bandung, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak
cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di Institut
Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan
atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan
kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.
Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh disertasi haruslah seizin
Dekan Sekolah Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.
x
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya pertama kali penulis kepada Prof. Dr. Emmy
Suparka, selaku promotor utama, atas arahan, bimbingan dan dorongan yang tak
pernah henti selama penulis melakukan penelitian. Penghargaan setinggi-tingginya
juga penulis sampaikan mengingat ditengah kesibukan yang padat beliau masih
dengan sabar membimbing dan selalu berusaha membesarkan hati penulis untuk bisa
menyelesaikan semua masalah penelitian.
Kepada Dr.Ir. Agus H.Harsolumakso selaku ko-promotor penulis mengucapkan
terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas kesediaannya selalu berbagi
obsesi tentang geologi Karangsambung. Juga atas saran dan bimbingan serta
kesabarannya kepada penulis untuk tetap optimis mengurai dan berusaha mengatasi
permasalahan di dalam maupun di luar perihal penelitian. Selain itu, terimakasih dan
penghargaan setinggi-tingginya juga penulis sampaikan kepada Ir. Benyamin Sapiie
PhD., selaku ko-promotor, yang dalam membimbing sering berbagi pengalaman,
pengetahuan dan kiat-kiat mengatasi permasalahan penelitian disertasi.
Terimakasih disampaikan kepada Dekan Sekolah Pascasarjana ITB, Prof. Dr. Ir.
Ofyar Z. Tamin, M.Sc.; Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Ir. Lambok
M. Hutasoit, Ph.D.; dan Ketua Departemen Teknik Geologi ITB, Dr. Ir. Dardji
Noeradi, atas kesempatan, bantuan akademik beserta fasilitasnya selama penulis
menjadi mahasiswa dan melakukan penelitian sehingga disertasi ini dapat selesai
pada waktunya.
Kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan penulis mengucapkan terimakasih
atas bantuan Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPs) yang penulis terima selama
pendidikan program doktor ini.
xi
Terima kasih disampaikan kepada: Dirjen Migas (termasuk Ir. Heri Purnomo, MSc,
Ir. Priyono, Ir. Joanes Widjonarko, dan Patra Nusa Data), BP Migas (termasuk Ir.
Bob Yulian MT, Awang Satyana), Kodeco Indonesia, Lundin Banyumas b.v.
(termasuk Peter Lunt dan Hening Sugiatno), Pusat Survei Geologi (termasuk Ir. Sam
Permanadewi), Lemigas (termasuk Ir. Andi S, Ir. Buskamal, dan Ir. Nurharyanto),
LIPI Karangsambung (termasuk Dr. Munasri beserta staf) atas bantuan dan dukungan
memperlancar penelitian dalam pengumpulan data lapangan, data sumur, data
seismik, dan analisis laboratorium. Terimasih khusus penulis sampaikan kepada Pak
Karyono (Tekmira Bandung) yang telah membuat semua sayatan tipis yang penulis
perlukan.
Dalam pekerjaan teknis penelitian, saya mengucapkan terimakasih kepada Vivian
Bonny Indranadi, ST, atas antusiasme, kesabaran, kreatifitas dan ketrampilannya
memberikan bantuan teknis penggambaran dalam penulisan disertasi ini. Tanpa
bantuannya saya tidak yakin disertasi saya ini dapat selesai pada waktunya. Juga
kepada Rahmat “Conan” ST, dan Pak Sapar yang membantu selama penelitian
lapangan di Karangsambung dan Bayat.
Terimakasih sebesar-besarnya saya sampaikan kepada pimpinan universitas saya,
UPN Veteran Yogyakarta: Rektor Dr. Didiet W. Ujianto, Dekan Fakultas Teknologi
Mineral Dr. Sari B. Kusumayudha MSc., dan Ketua Jurusan Teknik Geolog Ir.
Ahmad Rody MT, atas segala dukungan dan dorongan moral, serta sejawat dosen di
Jurusan Teknik Geologi: Dr. Sutanto, Ir. Mahap Maha MT, Dr. Suyoto, Ir. Achmad
Subandrio MT, Ir. Salatun Said., Ir. Dwi Fitri MT., Ir. Sutarto, Ir. Joko Susilo, Dr.
Hendaryono, dan Ir. Edyanto, yang telah banyak memberikan kontribusi diskusi dan
dorongan moral di saat-saat menurunnya semangat penulis di tengah-tengah
penelitian.
Terimakasih dan penghargaan yang khusus saya sampaikan kepada istri saya tercinta
Caecilia Isdiyanti, dan kepada anak-anak saya tercinta Nia dan Tika, yang selama 5
xii
tahun terus menerus ikut merasakan sedih dan gembira ditengah mengerjakan
disertasi ini.
Terimakasih saya ucapkan juga kepada Bapak tercinta, FX Soemardi Wiryomartono,
yang tanpa diminta selalu mendoakan supaya saya segera menyelesaikan tugas besar
ini dan membuktikan diri dihadapannya bahwa anaknya pantas dibanggakan.
Terimakasih juga saya sampaikan ke semua pihak yang tidak dapat saya sebut di sini
yang telah membantuk kelancaran penelitian dan penyelesaian disertasi ini.
Di atas semua itu dan atas keberhasilan menyelesaikan disertasi ini, segala puji dan
syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa.
xiii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………........................................................................... i
ABSTRACT …………………………………………………………... v
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS …………………………………. ix
UCAPAN TERIMAKASIH …………………………………………… x
DAFTAR ISI …………………………………………………………... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xix
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… xx
DAFTAR TABEL ……………………………………………………… xxxi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ………………………….. xxxii
Bab I Pendahuluan
I.1 Latar belakang ………………………………………………………….. 1
I.2 Daerah penelitian ………………………………………………………. 5
I.3 Perumusan Masalah …………………………………………………….. 8
I.4 Cakupan penelitian ……………………………………………………... 17
I.5 Asumsi dan hipotesis …………………………………………………… 17
I.6 Tujuan penelitian ……………………………………………………….. 17
I.7 Pentingnya penelitian …………………………………………………… 18
I.8 Metodologi ……………………………………………………………… 18
I.8.1 Data lapangan ……………………………………………………... 18
I.8.1.1 Analisis petrografi ……………………………………….. 19
I.8.1.2 Analisis provenan ………………………………………… 19
I.8.1.3 Analisis paleontologi ……………………………………… 20
I.8.1.4 Analisis mineral lempung …………………………………. 20
I.8.1.5 Penanggalan batuan ………………………………………... 20
xiv
I.8.1.6 Analisa struktur ……………………………………………. 21
I.8.2 Data seismik ………………………………………………………. 21
I.8.3 Data sumur ……………………………………………………….. 22
BAB II Tinjauan Geologi
II.1 Kerangka Tektonik Pulau Jawa …………………………………...…...… 24
II.2 Geologi Daerah Penelitian ………………………………….…………… 29
II.2.1 Stratigrafi Regional Jawa Bagian Timur ………………...……….... 29
II.2.1.1 Stratigrafi Zona Pegunungan Selatan ……………...……… 31
II.2.1.2 Stratigrafi Zona Kendeng ………………………………… 34
II.2.1.3 Stratigrafi Zona Rembang ………………………………… 36
II.2.2 Struktur umum Jawa bagian timur …………………………….….. 37
II.2.3 Geologi daerah Luk Ulo-Karangsambung ………………..……….. 42
II.2.4 Geologi daerah Nanggulan……….…….………………………….. 44
II.2.5 Geologi daerah Perbukitan Jiwo – Bayat ………….….…….…….. 46
II.2.6 Geologi Cekungan Jawa Timur …………………………….…….... 46
Bab III Batuan Pra-Tersier
III.1 Pendahuluan …………………………………………………….………. 52
III.2 Batuan Pra-Tersier di daerah Luk Ulo-Karangsambung …………..……. 52
III.2.1 Letak ………………………………………………………..…... 52
III.2.2 Penelitian terdahulu ………………………………………..……. 54
III.2.3 Litologi …………………………………………………………. 54
III.2.4 Umur ……………………………………………………………. 59
III.2.5 Struktur …………………………………………………………. 61
III.2.6 Model tektonik ………………………………………………….. 65
III.3 Batuan Pra-Tersier di daerah Perbukitan Jiwo – Bayat …………………. 69
III.3.1 Letak …………………………………………………………..… 69
III.3.2 Penelitian terdahulu …………………………………………….. 69
III.3.3 Litologi …………………………………………………………. 72
xv
III.3.4 Umur ……………………………………………………………. 75
III.3.5 Struktur ………………………………………………………..… 77
III.3.6 Perbandingan dengan batuan Pra-Tersier Luk Ulo …………..…. 79
III.4 Batuan Pra-Tersier Cekungan Jawa Timur ……………………………... 81
III.4.1 Letak ……………………………………………………………. 81
III.4.2 Penelitian terdahulu ………………………………………….…. 82
III.4.3 Litologi ……………………………………………………….…. 82
III.4.4. Umur ……………………………………………………….…… 83
Bab IV Batuan Paleogen
IV.1 Pendahuluan …………………………………………………………….. 88
IV.2 Batuan Paleogen daerah Luk Ulo – Karangsambung ………………….... 88
IV.2.1 Penelitian terdahulu ……………………………………………... 88
IV.2.2 Pengamatan lapangan …………………………………………… 90
IV.2.2.1 Daerah Bulukuning: Penemuan baru batuan berumur
Eosen Bawah (diusulkan sebagai “Formasi Bulukuning”) …... 90
Penamaan …………………………………………………....... 94
Sinonim ……………………………………………………....... 94
Lokasi-tipe dan stratotipe …………………………………....... 94
Ciri litologi ……………………………………………………. 97
Kontak dengan satuan batuan lain ……………………….......... 101
Kandungan fosil dan umur ……………………………….......... 101
Kedudukan stratigrafi …………………………………….......... 105
Lingkungan pengendapan ……………………………………… 105
IV.2.2.2 Daerah Larangan: Penemuan baru batuan berumur
Eosen Atas (“Komplek Larangan”) dan Breksi Polimik
Oligosen (“Anggota Breksi Mondo”) ………………………….. 107
“Komplek Larangan” ………………………………………… 109
Penamaan …………………………………………….……….. 109
xvi
Sinonim ………………………………………………………… 109
Lokasi-tipe …………………………………………………….. 110
Ciri litologi ……………………………………………………. 110
Kandungan fosil dan umur ……………………………………. 123
Lingkungan pengendapan ……………………………………… 126
“Anggota Breksi Mondo” ……………………………………. 127
Penamaan …………………………………………………….. 127
Lokasi-tipe ………………………………………….………….. 127
Penyebaran dan ketebalan ……………….……………………. 128
Ciri litologi ……………………………….……………………. 128
Kandungan fosil dan umur ………………….…………………. 128
Lingkungan pengendapan ……………………………………… 132
IV.2.2.3 Daerah Binangun: Usulan hipostratotipe ……………… 135
“Hipostratotipe Formasi Totogan” ……………………........... 135
Lokasi-tipe ……………………………………………………….136
Ciri litologi ………………………………………………............136
Kandungan fosil dan umur ………………………………........... 137
Lingkungan pengendapan ………………………………………. 137
IV.2.2.4 Daerah Kali Gua ………………………………………. 140
Ciri litologi ………………………………………………........... 140
Kandungan fosil dan umur ………………………………........... 143
Lingkungan pengendapan ……………………………………… 143
IV.2.2.5 Daerah Karangsambung Selatan ………………………. 145
Ciri litologi ………………………………………………............145
Kandungan fosil dan umur ………………………………........... 153
Lingkungan pengendapan ……………………………………… 154
IV.2.3 Stratigrafi baru daerah Luk Ulo – Karangsambung …………….. 157
IV.3 Batuan Paleogen daerah Nanggulan …………………………………….. 161
IV.3.1 Penelitian terdahulu …………………………………………..…. 161
IV.3.2 Pengamatan lapangan ……………………………………..…….. 166
xvii
Litologi ………………………………………………………….. 166
Umur ……………………………………………………………. 173
Lingkungan pengendapan ………………………………………. 173
IV.4 Batuan Paleogen daerah Perbukitan Jiwo – Bayat ……………………… 177
IV.4.1 Penelitian terdahulu ………………………………………….….. 177
IV.4.2 Pengamatan lapangan …………………………………………… 178
Litologi ………………………………………………………….. 178
Umur ……………………………………………………………. 186
Lingkungan pengendapan ………………………………………. 186
Kontak dengan satuan batuan lain ………………………………189
IV.5 Batuan Paleogen Cekungan Jawa Timur …………………………………195
IV.5.1 Penelitian terdahulu ……………………………………………... 195
IV.5.2 Deskripsi batuan Paleogen berdasarkan data sumur ……………..201
IV.5.2.1 Formasi Pra-Ngimbang ……………………………….. 201
IV.5.2.2 Formasi Ngimbang ……………………………………. 205
IV.5.2.3 Formasi Kujung ………………………………………. 209
Bab V Provenan Batupasir Eosen
V.1 Pendahuluan ……………………………………………………………… 213
V.2 Data dan metoda …………………………………………………………. 214
V.3 Hasil analisis ……………………………………………………………... 216
V.3.1 Petrografi batupasir ……………………………..…………………. 216
V.3.2 Analisis modal …………………………………………………….. 225
V.4 Interpretasi provenan ………………………………………………...….... 234
V.4.1 Iklim daerah sumber ……………………………………………….. 234
V.4.2 Interpretasi batuan sumber ……………………………………...…. 234
V.4.3 Interpretasi tatanan tektonik ………………………………………. 237
Bab VI Struktur
VI.1 Pendahuluan …………………………………………………………….. 249
xviii
VI.2 Interpretasi terdahulu tentang struktur ……………………………….….. 249
VI.3 Struktur daerah penelitian …………………………………………..…… 252
VI.3.1 Struktur daerah Luk Ulo ……………………………………….. 252
VI.3.2 Struktur daerah Nanggulan …………………………………….. 263
VI.3.3 Struktur daerah Perbukitan Jiwo – Bayat ………………………. 265
VI.3.4 Struktur daerah Cekungan Jawa Timur …………………………. 271
Bab VII Diskusi
VII.1 Pendahuluan …………………………………………………………… 286
VII.2 Pemekaran lantai Samudera Hindia …………………………………… 286
VII.3 Sintesa evolusi tektonik ………………………………………………... 290
VII.3.1 Kapur Akhir – Paleosen …………………………...…………... 290
VII.3.2 Eosen Awal ……………………………………………………. 295
VII.3.3 Eosen Tengah ………………………………………………….. 296
VII.3.4 Eosen Akhir ………………………………………………..….. 306
VII.3.5 Oligosen ……………………………………………………….. 306
VII.3.6 Miosen ……………………………………………………….…. 308
Bab VIII KESIMPULAN ……………………………………….………….. 310
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 315
DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………………….. 331
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran-A : Peta lokasi pengamatan di daerah Karangsambung
Lampiran-B : Petrografi
Lampiran-C : Hasil analisis defraksi Sinar X
Lampiran-D : Radiometri K-Ar
Lampiran-E : Data sumur
Lampiran-F : Data pengukuran struktur
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1. Elemen-elemen tektonik di wilayah tenggara Paparan Sunda dan batas kerak kontinen dan jalur melange zaman Kapur (Hamilton, 1979) ……………. 2
Gambar I.2. Jalur magmatik Tersier Pulau Jawa (Soeria-Atmadja dkk, 1994) …. 3
Gambar I.3. Posisi lajur-lajur penunjaman (subduksi) Kapur dan Tersier (modifikasi dari Katili, 1975; Sujanto dan Sumantri, 1977) …………………………………… 4
Gambar I.4. Daerah penelitian dan sebaran singkapan batuan Pra-Tersier dan batuan Paleogen di Jawa bagian Timur (modifikasi dari Gafoer dan Ratman, 1999; Amin, Ratman, dan Gafoer, 1999) …………………………………….………………... 6
Gambar I.5. Arah pola struktur utama Pulau Jawa dan sekitarnya (modifikasi dari Pulunggono dan Martodjojo, 1994) …………………………………………….. 7
Gambar I.6. Evolusi tektonik Indonesia bagian barat mulai dari zaman Kapur hingga sekarang yang ditandai oleh berpindahnya zona subduksi ke arah selatan (Asikin, 1974) …………………………………………………………………………….. 10
Gambar I.7 Rekonstruksi evolusi tektonik Asia Tenggara, dengan arah rotasi searah jarum jam, mulai dari Kapur Akhir (70 jtl) sampai Oligosen (30 jtl) menurut Daly dkk. (1991) …………………………………………………………….………… 11
Gambar I.8 Rotasi berlawanan arah jarum jam dalam evolusi tektonik Kepulauan Indonesia mulai dari Eosen Awal (50jtl) sampai Miosen Akhir (10jtl) menurut Hall (1996) ……………………………………………………………………………. 12
Gambar I.9. (A) Paleotektonik bagian tepi timur Daratan Sunda pada Kapur Awal-Kapur Akhir menurut Parkinson et al (1998); (B) Ilustrasi perkembangan tektonik bagian tepi tenggara Daratan Sunda pada Kapur Akhir menurut Wakita (2000)… 13
Gambar I.10. Kerangka tektonik menggambarkan perkembangan tektonik Asia Tenggara mulai dari 70 jtl sampai dengan 5 jtl (Sribudiyani dkk, 2003)……........ 14
Gambar I.11. Diagram alir penelitian ………………………….....……………… 23
Gambar II.1. Kerangka tektonik masa kini Kepulauan Indonesia (modifikasi dari Hall, 1996)……………………………………………………………………..... 25
xxi
Gambar II.2. Kerangka tektonik Jawa dan Nusa Tenggara (modifikasi dari Baumann, 1982 (dalam Van Gorsel dkk, 1989), dan Simandjuntak dan Barber, 1996)……………………………………………………………………………… 27
Gambar II.3. Zona tektonostratigrafi Jawa bagian timur (modifikasi dari Smyth dkk., 2005) …………………..…………..…………………………………………….. 30
Gambar II.4. Rangkuman stratigrafi regional Jawa bagian timur dari peneliti terdahulu (kiri), modifikasi dari Smyth dkk, 2005 (kanan)……………………... 32
Gambar II.5. Arah pola struktur Jawa bagian timur (modifikasi dari Pertamina-BPPKA, 1996 dan Sribudiyani dkk, 2003)………………………………………. 38
Gambar II.6. Penampang seismik baratlaut-tenggara yang menunjukkan jejak-jejak struktur arah Meratus yang berkembang menjadi struktur regangan dan membentuk pola struktur tinggian dan dalaman (Pertamina-Beicip, 1985; Ditjen Migas)….... 40
Gambar II.7. Penampang seismik utara-selatan yang menunjukkan zona overthrust sebagai batas antara Zona Rembang dan Zona Kendeng (Data seimik: PND-Ditjen Migas)……………………………………………………………………………. 41
Gambar II.8. Peta geologi dan stratigrafi daerah Luk Ulo dan sekitarnya (modifikasi dari Asikin dkk, 1992; Condon dkk, 1996)……………………………………… 43
Gambar II.9. Peta geologi dan stratigrafi daerah Kulonprogo dan sekitarnya (modi-fikasi dari Rahardjo dkk, 1995)………………………………………………….. 45
Gambar II.10. Peta geologi dan stratigrafi daerah Perbukitan Jiwo, Bayat (modifikasi dari Surono dkk, 1992).………………………………………………………….. 47
Gambar II.11. Provinsi struktur daerah Cekungan Jawa Timur (modifikasi dari Pertamina-Beicip, 1985)…………………………………………………………. 49
Gambar II.12. Stratigrafi Cekungan Jawa Timur (Bransden dan Matthews, 1992)….................................................................................................................... 50
Gambar III.1. Distribusi batuan Pra-Tersier di tepi tenggara Paparan Sunda (modifikasi dari Guntoro, 1996)………………………………………………….. 53
Gambar III.2. Peta sebaran batuan Kompleks Melange Luk Ulo (modifikasi dari Asikin dkk, 1992 dan Condon dkk, 1996)…………………………………..……. 54
Gambar III.3. Batuan Pra-Tersier Karangsambung……………………...……….. 57
xxii
Gambar III.4. Singkapan “broken formation” bagian dari Melange Jatisamit, terdiri dari serpih silikaan dengan sisipan batupasir (lokasi KS-280, Sungai Cacaban)….. 58
Gambar III.5. Singkapan batulempung tergerus, matrik Kompleks Melange Luk-ulo, mengandung fragmen-fragmen batupasir graywacke (lokasi KS-283, Wagir Sentul)………………………..…………………………………………………..... 60
Gambar III.6. Struktur “boudin” dalam matrik batulempung tergerus, Komplek Melange Luk-ulo (Lokasi (A) KS-101 daerah Binangun), (B) KS-206 Kali Muncar)…………………………………………………………………………….. 62
Gambar III.7. Kontak sesar yang menandai hubungan antar blok Kompleks Melange Luk-ulo……………………………………………………………………………. . 63
Gambar III.8. (A) Penampang lintasan yang menunjukan arah umum kemiringan ke selatan Kompleks Melange Luk-ulo, (B) Citra 3-dimensi daerah Luk-ulo………... 64
Gambar III.9. (A) Model pengalih-tempatan Kompleks Ofiolit Karangsambung Utara (Suparka, 1988), (B) penampang utara-selatan yang menggambarkan struktur Melange Seboro berdasarkan anomali gaya berat (Kamtono dkk, 1996)………….. 66
Gambar III.10. (A) Penampang utara-selatan yang menggambarkan struktur Kompleks Melange Luk-ulo bagian selatan (Melange Jatisamit) berdasarkan anomali gaya berat (Santoso dan Suparka, 2001), (B) Model subduksi Kompleks Melange Luk-ulo berdasarkan rekontruksi Oceanic Plate Stratigraphy (OPS) (Wakita, 1997)…...................................................................................................................... 67
Gambar III.11. Model Kompleks prisma akresi dari Mascle dkk.(1986). Kompleks Melange Luk-ulo diinterpretasikan sebagai bagian dari “rear accretion”………….68
Gambar III.12. Zona subdukdsi Lesser Antilles di Laut Karibia yang dianggap sebagai analog modern dari model prisma akrasi Mascle dkk. (1986)…………….. 70
Gambar III.13. Peta sebaran batuan Pra-Tersier daerah Perbukitan Jiwo, Bayat (modifikasi dari Surono dkk., 1992)………………………………………….……..71
Gambar III.14. Singkapan batuan metamorf (A) filit (Lokasi: lereng barat G.Jokotuo), (B) calc schist (G. Jokotuo) dan (C) marmer (G.Jabalkat), ketiganya merupakan litologi penyusun utama Kompleks Batuan Pra-Tersier Perbukitan Jiwo, Bayat………………………………………………………………………………. 73
Gambar III.15. Sayatan tipis batuan (A-B) sekis muskovit-kuarsa-garnet (G.Pendul), (C-E) sekis kalsit-kuarsa-grafit (G.Jokotuo dan G.Merak), (F) marmer (G.Jokotuo),
xxiii
(G) meta-batupasir (G.Merak), dan (H) meta-serpih (G.Merak), yang merupakan penyusun utama Kompleks Batuan Pra-Tersier Perbukitan Jiwo, Bayat…………. 74
Gambar III.16. Gejala ubahan tremolit-aktinolit pada kontak sesar antara satuan filit dengan intrusi gabro di Desa Pagerjurang…………………………………………. 76
Gambar III.17. Struktur lipatan mikro pada foliasi satuan filit, daerah Rondonom (Lokasi: BY-73, lereng barat Gunung Jokotuo, Jiwo Timur)……………….……... 78
Gambar III.18. Peta sebaran inti pemboran batuan dasar yang Pra-Tersier (modifikasi dari Mudjiono dan Pireno, 2001)……..……………………………………………. 84
Gambar III.19. Contoh sayatan tipis meta-batupasir karbonan dari inti pemboran batuandasar Cekungan Jawa Timur, (A) Sumur JS-7.1A, kedalaman 5554 kaki, (B) Sumur JS-13.1, kedalaman 8731 kaki (Data core: PND-Ditjen Migas)…………… 85
Gambar III.20. Contoh sayatan tipis inti pemboran batuandasar Cekungan Jawa Timur (A) diorit, Sumur JS-44A.1, kedalaman 9640 kaki, dan (B) batusabak (spoted slate), Sumur Purwodadi-1, kedalaman 742m (Data core: PND-Ditjen Migas)…... 86
Gambar III.21. Peta zonasi batuandasar Cekungan Jawa Timur (Mudjiono dan Pireno, 2001)……………………………………………………………………………….. 87
Gambar IV.1. Stratigrafi Daerah Luk Ulo dari peneliti-peneliti terdahulu (modifikasi dari Suparka, 1988)………………………………………………………………… 89
Gambar IV.2. Peta geologi daerah Luk Ulo Utara (Ketner dkk., 1976)……….…. . 91
Gambar IV.3. Peta lokasi pengamatan batuan Paleogen di daerah Luk Ulo-Karangsambung……………………………………………………………………..92
Gambar IV.4. Peta lokasi pengamatan di daerah Bulukuning………………...…….93
Gambar IV.5. Kolom penampang Kali Poh: Stratotipe Formasi Bulukuning…..…..95
Gambar IV.6. Kolom penampang Kali Lebakmenak: Stratotipe Formasi Bulukuning…………………………………………………………………………. 96
Gambar IV.7. (A, B, dan C) singkapan dan (D, E, dan F) fotomikrograf (nikol X) meta-batupasir, di lintasan Kali Poh (Lokasi KS-25, KS-24)….……...…………… 98
Gambar IV.8. (A) singkapan dan (B dan C) fotomikrograf meta-serpih Formasi Bulukuning di lintasan Kali Poh (Lokasi KS-26)………………………...99
xxiv
Gambar IV.9. (A dan B) singkapan dan (C) fotomikrograf meta-konglomerat Formasi Bulukuning di lintasan Kali Poh (Lokasi KS-11) ……........................... 100
Gambar IV.10. (A, B, dan C) singkapan dan (D) fotomikrograf batugamping Nummulites yang termetamorfkan di lintasan Kali Poh (Lokasi KS-12)…………102
Gambar IV.11. Kontak sesar anjak antara meta-serpih Formasi Bulukuning dan basalt Komplek Melange Luk Ulo ……………………………………………………… 103
Gambar IV.12 Peta geologi daerah Bulukuning yang dihasilkan ……………….. 106
Gambar IV.13 Peta lokasi pengamatan di daerah Larangan …………..…..……. 108
Gambar IV.14. Kolom penampang terukur lintasan Kali Mondo: Penampang tipe Komplek Larangan ………………………………………………………………. 111
Gambar IV.15. Kolom penampang terukur lintasan Kali Sabeng: Penampang tipe Komplek Larangan ……………………………………………………………… 112
Gambar IV.16. Singkapan struktur “blok-di dalam-matrik” yang mencirikan Komplek Larangan ………………………………………………………………. 113
Gambar IV.17. Berbagai bongkah batupasir turbiditik Kompleks Larangan di K. Sabeng……………………………………………………………………………. 115
Gambar IV.18. (A dan B) singkapan blok batugamping foram, (C, D, E, dan F) fotomikrograf memperlihatkan fosil Discocyclina sp dan Asterocyclina sp., yang menunjukkan umur Eosen Tengah ………………………………………………..116
Gambar IV.19. (A) singkapan bongkah batugamping Orbitolina sp di Kali Mondo, (B dan C) sayatan tipis fosil Orbitolina sp. ……………………………………… 117
Gambar IV.20. (A) bongkah dasit di dalam matrik lempung hitam dan (B) bongkah basalt ……………………………………………………………….. 118
Gambar IV.21.(A) blok sekis dan (B) blok filit, didalam matrik serpih tergerus ... 119
Gambar IV.22. (A, B, dan C) matrik serpih Komplek Larangan …..………...….. 121
Gambar IV.23. (A, B, dan C) Berbagai struktur pinch-and-swell yang terdapat di dalam Kompleks Larangan …………………………………………………….. 122
Gambar IV.24. Kontak pengendapan antara batulempung kerikilan (pebbly mudstone) Formasi Totogan dan Komplek Larangan, dijumpai di K. Sabeng
xxv
(Lokasi: KS-188A) ...…………………………………………………………….. 124 Gambar IV.25. (A) Singkapan batulempung kerikilan Formasi Totogan di K. Sabeng mengandung blok: (B) sekis , (C) blok breksi Mondo, (D) blok batugamping numulit, dan (E) blok serpih matrik Komplek Larangan………………………... 125
Gambar IV.26. Kontak pengendapan bagian bawah Anggota Breksi Mondo dengan Komplek Larangan di Kali Mondo (Lokasi KS-158, KS-159) …………………. 129
Gambar IV.27 Kolom penampang terukur Anggota Breksi Mondo Formasi Totogan di lintasan K.Mondo …………………………………………………………..…..130
Gambar IV.28. (A-E): Berbagai singkapan Anggota Breksi Mondo yang mengandung fragmen-fragmen batuan Eosen dan batuan Komplek Luk Ulo …...........................131
Gambar IV.29. (A) singkapan dan (B, C dan D) sayatan tipis blok batugamping foram Eosen di dalam Breksi Mondo, (E) bongkah Breksi Mondo didalam pebbly mudstone Formasi Totogan …………………………………………………………………...133
Gambar IV.30. Peta geologi daerah Larangan yang dihasilkan ………………...…134
Gambar IV.31. Kolom penampang terukur lintasan K.Penawangan, Daerah Binangun: Hipostratotipe Formasi Totogan …………..……………………..……138
Gambar IV.32. (A) batas antara Formasi Totogan dan Waturanda di K. Penawangan, (B dan C) fotomikrograf sayatan batupasir berfosil, bongkah didalam matrik batulempung Formasi Totogan di K.Penawangan ……………………………….139
Gambar IV.33. Peta lokasi pengamatan di lintasan K. Gua ……………………...141
Gambar IV.34. Kolom Penampang terukur Formasi Karangsambung di lintasan K.Gua ……………………………………………………………………............. 142
Gambar IV.35. Peta Geologi K. Gua, daerah Lamuk……….………………..……144
Gambar IV.36 Lintasan pengamatan dan penampang geologi, daerah Karangsambung selatan (Harsolumakso, 1996) ……………………………………………..……. 147
Gambar IV.37. (A-E) : Singkapan litologi Formasi Karangsambung di daerah Luk Ulo selatan (Daerah Karangsambung) (Harsolumakso, 1996) ……………………148
Gambar IV.38. Singkapan bongkah batugamping bioklastik, mirip dengan Batugamping Jatibungkus, dijumpai di Desa Lohgandu ………………………….150
xxvi
Gambar IV.39. (A) singkapan bongkah batugamping Discocyclina dan Asterocyclina, didalam matrik batulempung Formasi Karangsambung, di Desa Lohgandu, (B, C, D, dan E) sayatan tipis fosil Discocyclina dan Asterocyclina, menunjukkan umur Eosen Tengah………………...…………………………........151
Gambar IV.40. (A) singkapan bongkah batugamping Orbitolina sp, didalam matrik lempung Formasi Karangsambung, di Desa Lohgandu dan (B, C, D dan E) sayatan tipis fosil Orbitolina sp yang berumur Kapur …………………….………………..152
Gambar IV.41.Penampang kolom pemboran inti di daerah Langse (Sumber: Coparex (Lundin) Banyumas, 2002) …………………………………………………….... 156
Gambar IV.42. Stratigrafi Paleogen Luk Ulo yang dihasilkan …………….…..…158
Gambar IV.43. Peta geologi daerah Luk Ulo yang baru, integrasi dengan penelitian terdahulu (Asikin dkk.,1992; dan Condon dkk., 1996) .………………………..…159
Gambar IV.44. Penampang geologi daerah Luk Ulo, Karangsambung (letak penampang lihat Gambar IV.43) ………………………………………….………160
Gambar IV.45. Sub-satuan Formasi Nanggulan (Lunt dan Sugiatno, 2003b) …....165
Gambar IV.46 Peta lokasi pengamatan di daerah Nanggulan …………….……...167
Gambar IV.47. (A, B, C dan D) singkapan satuan batupasir “Songo Beds”, (E dan F) fotomikrograf sayatan tipis sisipan batulanaunya ………………………….…….. 168
Gambar IV.48. Singkapan litologi Watupuru Beds di Kali Watupuru ………...…170
Gambar IV.49.Fotomikrograf sayatan tipis litologi “Watupuru Beds” …………...171
Gambar IV.50.(A) singkapan serpih berselingan batupasir tufan dari “Jetis Beds”, di Desa Jetis dan (B) singkapan napal bagian dari “Tegalsari Marl”, tepi jalan raya Desa Jetis ………………………………………………………………………………..172
Gambar IV.51.Peta geologi daerah Nanggulan …………………………………..175
Gambar IV.52. Penampang geologi daerah Nanggulan (letak penampang lihat Gambar IV.51) …………………..……………………………………………….176
Gambar IV.53. Stratigrafi peneliti terdahulu (modifikasi dari Lokier, 1999) ….....179
Gambar IV.54. Peta lokasi pengamatan daerah Perbukitan Jiwo, Bayat …..……..180
Gambar IV.55. Singkapan batuan Eosen Formasi Wungkal-Gamping di G. Cakaran, (A) serpih, (B) konglomerat, dan (C) batupasir kuarsa ……………………………182
xxvii
Gambar IV.56. Kontak antara filit dengan batugamping numulit ……………..…..183
Gambar IV.57. Singkapan bagian atas Formasi Wungkal-Gamping ………..…….184
Gambar IV.58. (A) Singkapan batupasir kerikilan, mengandung fragmen-fragmen filit dan sekis (B) dan batugamping numulit (C), di Gunung Pendul ……………….….185
Gambar IV.59. Singkapan intrusi gabro Perbukitan Jiwo …………..……………..191
Gambar IV.60. Fotomikrograf (nikol X) sayatan tipis intrusi gabro Perbukitan Jiwo, Bayat ………………………………………………………..…………...….……..192
Gambar IV.61. Singkapan batupasir tufan-kerikilan yang merupakan bagian bawah Formasi Kebo-Butak, mengandung fragmen-fragmen batuan yang lebih tua seperti filit, konglomerat, batupasir kuarsa, dan batugamping numulit …………………..193
Gambar IV.62. Peta geologi daerah Perbukitan Jiwo, Bayat yang dihasilkan (di bagian selatan data dari Surono dkk, 1992) ….…………………………………….194
Gambar IV.63. Batas wilayah Cekungan Jawa Timur dan lokasi data sumur (modifikasi dari Pertamina-BPPKA, 1996) ………………………………………..196
Gambar IV.64. Stratigrafi Cekungan Jawa Timur Utara (Pringgoprawiro, 1983)....198
Gambar IV.65. Stratigrafi Cekungan Jawa Timur dari berbagai perusahaan migas (Pertamina-BPPKA, 1996) ………………………………………………………...197
Gambar IV.66. Penamaan unsur stratigrafi Cekungan Jawa Timur (Pertamina-BPPKA, 1996) …………………….………………………………………………200
Gambar IV.67. Korelasi arah barat-timur batuan paleogen cekungan Jawa Timur, dengan datum Oligosen Akhir ……………………………………………………..202
Gambar IV.68. Fotomikrograf (nikol X) ayatan tipis batuan inti Formasi Pra-Ngimbang …….………………………………………………………………...… 204
Gambar IV.69 Fotomikrograf (nikol X) sayatan tipis batuan inti Formasi Ngimbang …………………………………………………………………………….….……207
Gambar IV.70. Fotomikrograf (nikol X) sayatan tipis batuan inti Formasi Kujung ……………..…….……………………………………………………………...….211
Gambar V.1.Fotomikrograf sayatan tipis contoh butiran kuarsa monokristalin (Qm) dalam sayatan tipis ...……………………………………………………………... 217
Gambar V.2.Fotomikrograf sayatan tipis contoh butiran kuarsa Qp polikristalin …....……………………………………………………………………………… 219
Gambar V.3. Fotomikrograf sayatan tipis contoh butiran rijang ….........................220
xxviii
Gambar V.4.Fotomikrograf sayatan tipis contoh butiran felspar ……………… 222
Gambar V.5. Fotomikrograf sayatan tipis contoh butiran fragmen batuan metamorf …………………………………………………………………………………… 223
Gambar V.6. Fotomikrograf sayatan tipis contoh butiran f ragmen fosil Eosen ... 224
Gambar V.7. Fotomikrograf sayatan tipis contoh butiran fragmen mineral mika ..225
Gambar V.8. Hasil ploting pada diagram segitiga McBride (1963) untuk penamaan batupasir ………………………………………………………………………… 228
Gambar V.9. Fotomikrograf sayatan tipis contoh batupasir Eosen Formasi Bulukuning ………………………………………………………………………. 229
Gambar V.10. Fotomikrograf sayatan tipis contoh batupasir Eosen Kompleks Larangan ……………………………………………………….…………..…….. 230
Gambar V.11. Fotomikrograf sayatan tipis contoh batupasir Eosen Formasi Nanggulan …………...…….………………………………………………….…. 231
Gambar V.12. Fotomikrograf sayatan tipis contoh batupasir Eosen Formasi Wungkal, daerah Bayat …..…..…………………………………………………………….. 233
Gambar V.13.Fotomikrograf sayatan tipis contoh batupasir Eosen dari inti pemboran sumur-sumur di Cekungan Jawa Timur ..……………………………………….. 235
Gambar V.14.Hasil plot paleo-climate pada Diagram QFL yang menunjukkan sebagian besar sampel iklim daerah sumbernya termasuk iklim humid ………… 236
Gambar V.15. Plot pada Diagram Tartosa dkk. (1991) menunjukkan low-rank metamorphic rock sebagai batuan sumber sebagian besar sampel yang dianalisis…………………………………………………………………………. 238
Gambar V.16 (A) Diagram QFL (kiri) dan QmFLt (kanan) dari Dickinson dan Suczek (1979), dan (B) ilustrasi model tektonik daerah provenan batupasir berdasarkan diagram QFL …………………………………………………… 239
Gambar V.17.Hasil plot pada Diagram QFL (Dickinson dan Suczek, 1979) ….. 242
Gambar V.18.Hasil plot pada Diagram QmFLt (Dickinson dan Suczek, 1979) … 243
Gambar VI.1. Diagram kontur hasil pengukuran kedudukan perlapisan dan kedudukan umumnya, (A) perlapisan batuan Paleogen, (B) perlapisan batuan Neogen, Daerah Karangsambung …………………………………………………………. 248
Gambar VI.2. Diagram roset kelurusan struktur daerah Karangsambung ……… 249
xxix
Gambar VI.3. Diagram kontur dan roset hasil pengukuran struktur Komplek Melange Luk Ulo ………………………………………………………………… 251
Gambar VI.4. Diagram kontur dan kedudukan umum struktur belahan Formasi Totogan dan Formasi Karangsambung ………………………………………….. 256
Gambar VI.5. Penampang seismik (LN03-22) berarah U-S melalui ujung barat Antikilin Karangsambung ………………………………………………………... 253
Gambar VI.6A. Penampang berbasis seismik di daerah Cekungan Jawa Tengah Selatan (Bolliger dan Ruiter, 1975) …………………………………………….. 255
Gambar VI.6B. Penampang berbasis seismik di daerah Cekungan Jawa Tengah Selatan, melewati sumur BOR-1 dan ALV-1 (Bolliger dan Ruiter, 1975) ….….. 256
Gambar VI.7. (A) Penampang seismik BMS-01 (Sujanto dan Sumantri, 1977) dan (B) BMS-05 (melewati lokasi Sumur KRG-1) (Lunt dkk, 2006) ………….………….257
Gambar VI.8. Diagram kontur dan kedudukan umum perlapisan batuan Eosen (A) dan perlapisan batuan Neogen (B), daerah Nanggulan ……………………….….. 259
Gambar VI.9. Diagram Diagram kontur dan kedudukan umum perlapisan batuan Eosen (A) dan perlapisan batuan Neogen (B), daerah Perbukitan Jiwo, Bayat ….. 261
Gambar VI.10. Arah struktur sesar di daerah Bayat dan sekitarnya baik yang diukur dilapangan maupun dari hasil analisis foto udara ………………………………... 263
Gambar VI.11 Diagram kontur dan kedudukan umum struktur foliasi (S1) pada satuan batuan sekis-filit, (A) daerah Jiwo Barat, (B) daerah Jiwo Timur ……….. 264
Gambar VI.12. Peta gaya berat (A,B dan C) daerah Perbukitan Jiwo, Bayat (Santoso, 1995) …………………………………………………………………... 265
Gambar VI.13. (A) Pembagian propinsi struktur daerah Cekungan Jawa Timur (Pertamina-BPPKA, 1996), (B) pembagian wilayah Laut Jawa berdasarkan data geofisika (Guntoro, 1996) ……………………………………………………….. 267
Gambar VI.14. Struktur tinggian di Laut Jawa bagian tengah dan timur, diidentifikasi berdasarkan data gaya berat (Guntoro, 1996) ……………………………….…….269
Gambar VI.15. Penampang seismik di Zona Rembang yang menunjukkan struktur inversi pada zona Sesar RMKS (Satyana dkk., 2004) ……………….…………. 272
Gambar VI.16. Struktur Zona Rembang dan Pulau Madura yang merupakan bagian barat dan tengah zona Sesar RMKS …………………………………………….. 273
Gambar VI.17. Penampang seismik yang menunjukkan struktur zona Sesar RMKS di daerah timur Pulau Madura (Satyana dkk., 2004) ……………………………….. 274
xxx
Gambar VI.18. Peta struktur di daerah Kepulauan Kangean dan sekitarnya yang merupakan bagian timur Zona Sesar RMKS ……………………………………. 276
Gambar VI.19. Penampang seismik di daerah ujung timur zona Sesar RMKS. Di daerah ini Sesar RMKS menyempit dan membentuk bidang sesar vertikal (Data seismik: PGS-Ditjen Migas) ……………………………………………………... 277
Gambar VI.20. Penampang seismik yang memperlihatkan penampang struktur daerah Selat Madura …………………………………………………………….. 279
Gambar VI.21. (A) Struktur tinggian batuan-dasar yang melandasi Zona Rembang dan Zona Kendeng (Satyana, 2002), (B) Penampang seismik yang menunjukkan salah satu tinggian batuan-dasar, yakni Tinggian Cepu Timur (Sharaf dkk., 2005) …… 280
Gambar VII.1. Tektonostratigrafi daerah penelitian yang dihasilkan ……...…..... 282
Gambar VII.2. Sejarah pemekaran lantai Samudera Hindia (Liu dkk, 1983) …….286
Gambar VII.3. Rekonstruksi skematis perkembangan tektonik Kapur-Paleosen .. 289
Gambar VII.4. Rekonstruksi skematis perkembangan tektonik Eosen Awal …... 291
Gambar VII.5. Rekonstruksi skematis perkembangan tektonik Eosen Tengah .. . 294
Gambar VII.6.Rekonstruksi skematis perkembangan tektonik Eosen Akhir – Oligosen Awal …………..…………………………………………………………… .........303 Gambar VII.7. Rekonstruksi skematis perkembangan tektonik Oligosen Tengah ……………………………………………………………………………………306
xxxi
DAFTAR TABEL
Tabel III.1. Perbandingan Batuan Pra-Tersier Kompleks Luk-ulo dan Perbukitan Jiwo………………………………………………………………………..……..78
Tabel IV.1. Umur Foram Besar Sampel KS-12 ……………….……………….. 103
Tabel IV.2 Hasil analisis X-ray Matrik Komplek Larangan …………….…….. 119
Tabel IV.3. Hasil analisis umur fosil nannoplankton dari sampel matrik batulempung Komplek Larangan…………..…………………………………... 125 Tabel IV.4 Fosil Formasi Karangsambung di daerah Luk Ulo Selatan ……….. 154 Tabel IV.5 Penelitian geologi terdahulu di daerah Nanggulan ………………… 161 Tabel IV.6 Hasil analisis foram besar Formasi Wungkal-Gamping …………… 186 Tabel IV.7 Hasil analisis fosil nanno Formasi Wungkal-Gamping ……………. 187 Tabel V.1 Hasil point counting sampel batupasir ……………...………………. 215
xxxii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
SINGKATAN Nama Pemakaian Pertama kali Pada halaman BY Bayat 20
BT Bujur Timur 94
dkk dan kawan-kawan 26
Ds. Desa 53
EJB East Java Basin 200
F Felspar 212
G. Gunung 71
K. Kali 53
KS Karangsambung 53
Lt Lithic 212
LS Lintang Selatan 94
NG Nanggulan 166
OPS Oceanic Plate Stratigraphy 64
Q Quartz 212
Qm Quartz monocrystalline 213
Qp Quartz polycrystalline 213
RMKS Rembang-Madura-Kangean-Sakala 5
SHRIMP Sensitive High Resolution Ion-Microprobe 14
jtl juta tahun lalu 11
DSDP Deep Sea Drilling Project 288
Ditjen Migas Direktorat Jenderal Minyak dan Gasbumi 21
PND Patra Nusa Data 21
K-Ar Kalium-Argon 19
JS Java Sea 196