jbptitbpp-gdl-angguningd-30994-6-2008ta-5.pdf

11
BAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG Analisis Kestabilan Lereng Batugamping dengan Menggunakan Metode Kinematik dan Klasifikasi Massa Batuan di Desa Nongkosepet, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta 55 BAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG Selain analisis kinematik, untuk menganalisis kestabilan suatu lereng digunakan sistem pengklasifikasian massa batuan. Analisis kinematik seperti yang telah dibahas dalam BAB IV merupakan langkah awal dalam menganalisis kestabilan lereng. Selanjutnya dalam BAB ini akan dibahas mengenai analisis empiris kestabilan lereng dengan sistem pengklasifikasian massa batuan. Dalam penelitian ini, pengklasifikasian massa batuan didasarkan atas metode Rock Mass Rating (RMR) dan Slope Mass Rating (SMR). Kedua sistem klasifikasi tersebut paling banyak digunakan dalam penelitian geologi teknik dan sangat relevan digunakan untuk lereng batuan (Sulistianto, 2001). 5.1 Metode Rock Mass Rating (RMR) Klasifikasi geomekanika atau Rock Mass Rating merupakan salah satu pengklasifikasian massa batuan yang bertujuan untuk mengetahui perilaku massa batuan untuk berbagai jenis rekayasa dan jenis perkuatan yang dibutuhkan atas dasar basis data empiris (support requirements based on empirical database). Klasifikasi ini dikembangkan oleh Bieniawski, dengan pertimbangan bahwa sebuah klasifikasi massa batuan harus : Membagi massa batuan ke dalam kelompok-kelompok yang memiliki kesamaan perilaku Memberikan dasar yang baik untuk untuk mempelajari karakteristik massa batuan Memfasilitasi perencanaan dan rancangan suatu struktur di dalam batuan dengan memberikan data kuantitatif yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah- masalah rekayasa

Upload: hendrik-sihombing

Post on 10-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • BAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG

    Analisis Kestabilan Lereng Batugamping dengan Menggunakan Metode Kinematik dan Klasifikasi Massa Batuan di Desa Nongkosepet, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta

    55

    BAB V

    ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG

    Selain analisis kinematik, untuk menganalisis kestabilan suatu lereng digunakan

    sistem pengklasifikasian massa batuan. Analisis kinematik seperti yang telah dibahas

    dalam BAB IV merupakan langkah awal dalam menganalisis kestabilan lereng.

    Selanjutnya dalam BAB ini akan dibahas mengenai analisis empiris kestabilan lereng

    dengan sistem pengklasifikasian massa batuan.

    Dalam penelitian ini, pengklasifikasian massa batuan didasarkan atas metode Rock

    Mass Rating (RMR) dan Slope Mass Rating (SMR). Kedua sistem klasifikasi

    tersebut paling banyak digunakan dalam penelitian geologi teknik dan sangat relevan

    digunakan untuk lereng batuan (Sulistianto, 2001).

    5.1 Metode Rock Mass Rating (RMR)

    Klasifikasi geomekanika atau Rock Mass Rating merupakan salah satu

    pengklasifikasian massa batuan yang bertujuan untuk mengetahui perilaku massa

    batuan untuk berbagai jenis rekayasa dan jenis perkuatan yang dibutuhkan atas dasar

    basis data empiris (support requirements based on empirical database).

    Klasifikasi ini dikembangkan oleh Bieniawski, dengan pertimbangan bahwa sebuah

    klasifikasi massa batuan harus :

    Membagi massa batuan ke dalam kelompok-kelompok yang memiliki kesamaan perilaku

    Memberikan dasar yang baik untuk untuk mempelajari karakteristik massa batuan

    Memfasilitasi perencanaan dan rancangan suatu struktur di dalam batuan dengan memberikan data kuantitatif yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah-

    masalah rekayasa

  • BAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG

    Analisis Kestabilan Lereng Batugamping dengan Menggunakan Metode Kinematik dan Klasifikasi Massa Batuan di Desa Nongkosepet, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta

    56

    Memberikan dasar yang umum sebagai alat komunikasi yang efektif di antara orang-orang yang berkecimpung di dalam permasalahan-permasalahan

    geomekanika

    5.1.1 Pemenuhan Parameter Rock Mass Rating (RMR)

    Beberapa parameter yang harus diukur dan diamati dalam klasifikasi massa batuan

    Rock Mass Rating antara lain :

    Kuat tekan uniaksial material batuan

    Parameter yang digunakan untuk menentukan kekuatan batuan adalah dengan

    menggunakan nilai Uniaxial Compressive Strength. Dalam penelitian ini, nilai

    Uniaxial Compressive Strength (UCS) tersebut didapatkan dari hasil pengujian

    sifat keteknikan, yakni Schmidt hammer. Pengujian ini bersifat insitu karena

    langsung diuji di lapangan. Pengujian dilakukan pada suatu massa batuan utuh.

    Dari perhitungan, didapatkan hasil nilai Uniaxial Compressive Strength (UCS)

    berkisar antara 19,11 MPa 26,15 MPa. Berdasarkan nilai tersebut, maka lereng

    di lokasi penelitian termasuk dalam kisaran bobot 2 4. Data perhitungan nilai

    Uniaxial Compressive Strength dapat dilihat pada Lampiran G.

    RQD

    Di lokasi penelitian tidak terdapat pemboran, sehingga perhitungan RQD

    dilakukan dengan penilaian empiris. Penilaian ini dilakukan dengan pengamatan

    pada tiap-tiap lokasi scanline dengan mengukur spasi, jumlah dan lebar bukaan

    diskontinuitas. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan nilai RQD di seluruh

    scanline berkisar antara 92,19% - 98,62%. Dari kisaran nilai tersebut, maka

    lereng di lokasi penelitian terdapat dalam satu bobot yang sama, yakni 20. Data

    perhitungan nilai RQD di masing-masing scanline dapat dilihat pada Lampiran

    H.

  • BAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG

    Analisis Kestabilan Lereng Batugamping dengan Menggunakan Metode Kinematik dan Klasifikasi Massa Batuan di Desa Nongkosepet, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta

    57

    Spasi diskontinuitas Spasi diskontinuitas merupakan jarak antara satu bidang diskontinuitas dengan

    bidang diskontinuitas yang lain yang saling berdekatan dalam satu scanline. Nilai

    tersebut dapat dihitung dengan rumus berikut :

    itasdiskontinuJumlahscanlinePanjangratarataitasdiskontinuSpasi =

    Dari hasil perhitungan, didapatkan kisaran nilai spasi diskontinuitas antara 0,2

    1,4 meter. Nilai tersebut memiliki bobot yang berkisar antara 10 20.

    Perhitungan spasi diskontinuitas rata-rata di masing-masing scanline dapat dilihat

    pada Lampiran I.

    Kondisi diskontinuitas

    Kondisi diskontinuitas didapatkan dari deskripsi tiap bidang diskontinuitas,

    berupa tingkat pelapukan, kekasaran permukaan bidang diskontinuitas,

    kemenerusan bidang diskontinuitas, lebar bukaan, dan material pengisi bidang

    diskontinuitas (Tabel 5.1).

    Tabel 5.1 Panduan untuk klasifikasi kondisi diskontinuitas (Bieniawski, 1989)

    PANDUAN UNTUK KLASIFIKASI KONDISI DISKONTINUITAS Panjang

    diskontinuitas < 1m 1 - 3m 3 - 10m 10 - 20m > 20m

    Bobot 6 4 2 1 0

    Lebar Bukaan tidak ada < 0,1mm 0,1 - 1,0mm 1 - 5mm > 5mm

    Bobot 6 5 4 1 0

    Kekasaran sangat kasar kasar sedikit kasar halus gores garis

    Bobot 6 5 3 1 0

    Material Pengisi Bukaan tidak ada

    isian keras 5mm

    isian lunak 5mm

    Bobot 6 4 2 2 0

    Pelapukan tidak lapuk sedikit lapuk lapuk

    sedang sangat lapuk

    telah terubah

    Bobot 6 5 3 1 0

  • BAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG

    Analisis Kestabilan Lereng Batugamping dengan Menggunakan Metode Kinematik dan Klasifikasi Massa Batuan di Desa Nongkosepet, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta

    58

    Berdasarkan pengamatan, didapatkan kondisi diskontinuitas berupa panjang

    diskontinuitas 43cm 728cm, lebar bukaan 1mm 5mm, halus kasar, tidak ada

    isian terisi material lunak, dan tingkat pelapukan ringan tinggi. Pada

    Lampiran B dapat dilihat kondisi diskontinuitas untuk masing-masing scanline.

    Kondisi airtanah Dalam penelitian ini, kondisi airtanah diperkirakan dengan cara memberikan

    gambaran umum kondisi keairan. Deskripsi kondisi umum airtanah akan

    memberikan parameter kering, lembab, berair, basah, atau mengalir. Dari

    pengamatan, didapatkan kondisi umum airtanah antara kering lembab.

    5.1.2 Perhitungan Rock Mass Rating (RMR)

    Berikut diuraikan hasil perhitungan Rock Mass Rating untuk masing-masing

    scanline.

    Scanline I

    Dari hasil perhitungan RMR pada Tabel 5.2, didapatkan nilai RMR 59. Dengan

    nilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa massa batuan penyusun lereng scanline I

    masuk dalam kelas III (fair rock).

    Tabel 5.2 Hasil perhitungan RMR pada scanline I

    Parameter Nilai / Kondisi Bobot

    Kekuatan Batuan 23,46 MPa 2

    RQD 93,48 % 20

    Spasi Diskontinuitas 25 cm 10 Kondisi Diskontinuitas

    Panjang diskontinuitas 1 2m, terbuka 1 - 5mm, sedikit kasar, lapuk sedang 12

    Kondisi Airtanah Kering 15

    Jumlah Bobot 59

    Kelas Massa Batuan III

  • BAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG

    Analisis Kestabilan Lereng Batugamping dengan Menggunakan Metode Kinematik dan Klasifikasi Massa Batuan di Desa Nongkosepet, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta

    59

    Scanline II

    Tabel 5.3 Hasil perhitungan RMR pada scanline II

    Parameter Nilai / Kondisi Bobot

    Kekuatan Batuan 19,11 MPa 2

    RQD 98,62 % 20

    Spasi Diskontinuitas 105 cm 15 Kondisi Diskontinuitas

    Panjang diskontinuitas 2-7m, terbuka 1-5mm, halus, terisi material lunak, lapuk sedang sangat lapuk 10

    Kondisi Airtanah lembab 10

    Jumlah Bobot 57

    Kelas Massa Batuan III

    Nilai RMR yang didapatkan dari hasil perhitungan RMR pada Tabel 5.3 di atas,

    adalah 57. Dari nilai tersebut, maka massa batuan penyusun lereng scanline II

    masuk dalam kelas III (fair rock).

    Scanline III Massa batuan penyusun lereng scanline III masuk dalam kelas II (good rock).

    Hal tersebut dapat disimpulkan dari hasil perhitungan RMR pada Tabel 5.4,

    yakni 69.

    Tabel 5.4Hasil perhitungan RMR pada scanline III

    Parameter Nilai / Kondisi Bobot

    Kekuatan Batuan 26,15 MPa 4 RQD 93,56 % 20

    Spasi Diskontinuitas 25,6 cm 10 Kondisi Diskontinuitas

    Panjang diskontinuitas 1 4m, terbuka 1 - 4mm, kasar, tidak ada isian, sedikit lapuk lapuk sedang 20

    Kondisi Airtanah Kering 15

    Jumlah Bobot 69

    Kelas Massa Batuan II

  • BAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG

    Analisis Kestabilan Lereng Batugamping dengan Menggunakan Metode Kinematik dan Klasifikasi Massa Batuan di Desa Nongkosepet, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta

    60

    Scanline IV

    Tabel 5.5 Hasil perhitungan RMR pada scanline IV Parameter Nilai / Kondisi Bobot

    Kekuatan Batuan 24,61 MPa 2 RQD 92,19 % 20

    Spasi Diskontinuitas 20,7 cm 10

    Kondisi Diskontinuitas

    Panjang diskontinuitas 0,51,8m, terbuka 1 - 3mm, kasar, isian keras, sedikit lapuk 20

    Kondisi Airtanah Kering 15

    Jumlah Bobot 67

    Kelas Massa Batuan II

    Nilai RMR yang diperoleh dari hasil perhitungan RMR pada Tabel 5.5, adalah

    67. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa massa batuan penyusun lereng

    scanline IV masuk dalam kelas II (good rock).

    Scanline V

    Tabel 5.6 Hasil perhitungan RMR pada scanline V Parameter Nilai / Kondisi Bobot

    Kekuatan Batuan 21,3 MPa 2 RQD 92,72 % 20 Spasi Diskontinuitas 23,7 cm 10 Kondisi Diskontinuitas

    Panjang diskontinuitas 0,4 -1,5m, terbuka 1 3mm, kasar, isian keras, sedikit lapuk 20

    Kondisi Airtanah Kering 15

    Jumlah Bobot 67

    Kelas Massa Batuan II

    Dari hasil perhitungan RMR pada Tabel 5.6, didapatkan nilai RMR 67. Oleh

    karena itu, massa batuan penyusun lereng scanline V masuk dalam kelas II (good

    rock).

  • BAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG

    Analisis Kestabilan Lereng Batugamping dengan Menggunakan Metode Kinematik dan Klasifikasi Massa Batuan di Desa Nongkosepet, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta

    61

    Berikut ini disajikan data total nilai RMR dan kelas massa batuan di seluruh segmen

    scanline (Tabel 5.7). Berdasarkan kelas massa batuan yang didapat dari nilai RMR,

    maka scanline III, scanline IV, dan scanline V memiliki lereng yang lebih stabil bila

    dibandingkan dengan lereng pada scanline I dan scanline II.

    Tabel 5.7 Hasil rekapitulasi perhitungan RMR pada seluruh segmen scanline

    Scan Line Total Nilai RMR Kelas Massa Batuan

    I 59 III (fair rock)

    II 57 III (fair rock)

    III 69 II (good rock)

    IV 67 II (good rock)

    V 67 II (good rock)

    5.2 Metode Slope Mass Rating (SMR)

    Slope Mass Rating (SMR) juga merupakan salah satu sistem klasifikasi massa batuan

    yang bertujuan untuk mengetahui potensi keruntuhan lereng, tipe keruntuhan lereng

    dan untuk memilih jenis perkuatan yang sesuai atas dasar basis data empiris

    (suggested support designs based on empirical database). Beberapa parameter yang

    dimasukkan sebagai dasar penilaian SMR yakni :

    Arah kemiringan (dip direction) dari permukaan lereng (s) Arah kemiringan (dip direction) bidang diskontinuitas (j), Sudut kemiringan diskontinuitas (j).

    Setiap parameter dari RMR dinilai dan jumlah totalnya dimodifikasi dengan nilai

    negatif dari orientasi diskontinuitas relatif terhadap arah lereng.

    Persamaan umum yang dipakai :

    ( ) 4321 FFFFRMRSMR basic ++= dengan :

    F1 = (1-sin ( s - j ))2

  • BAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG

    Analisis Kestabilan Lereng Batugamping dengan Menggunakan Metode Kinematik dan Klasifikasi Massa Batuan di Desa Nongkosepet, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta

    62

    F2 = tan j F3 adalah rating antara 0 dan -60 berdasarkan hubungan antara permukaan

    lereng dengan kemiringan diskontinuitas

    F4 merupakan faktor penyelarasan yang berkaitan dengan metode ekskavasi

    5.2.1 Perhitungan Slope Mass Rating (SMR)

    Nilai SMR hanya dapat dihitung untuk keruntuhan geser planar, keruntuhan

    jungkiran, dan keruntuhan geser baji. Romana (1985 op cit. Sulistianto, 2001)

    menyatakan bahwa nilai SMR untuk keruntuhan geser baji didapatkan dengan cara

    menghitung SMR untuk masing-masing set diskontinuitas, dimana tiap set

    diskontinuitas dianggap sebagai keruntuha geser planar. Perhitungan Slope Mass

    Rating (SMR) detil dapat dilihat pada lampiran J.

    Scanline I Dari hasil pengukuran, didapatkan data kedudukan lereng adalah 63 , N 212 E,

    arah kemiringan permukaan lereng (s) adalah N 212 E, arah kemiringan bidang

    diskontinuitas untuk set diskontinuitas I (j 1) adalah N 163 E, sudut kemiringan

    diskontinuitas untuk set diskontinuitas I (j 1) adalah 52, arah kemiringan bidang

    diskontinuitas untuk set diskontinuitas II (j 2) adalah N 247 E, sudut kemiringan

    diskontinuitas untuk set diskontinuitas II (j 2) adalah 44. Berdasarkan

    perhitungan maka didapatkan hasil nilai SMR sebesar 43.

    Scanline II Nilai Slope Mass Rating (SMR) tidak dapat dihitung pada lereng ini. Seperti yang

    telah disebutkan dalam pembahasan analisis kinematik, lereng ini

    memperlihatkan tipe keruntuhan yang seakan cenderung tidak beraturan

    (raveling failure), yang membentuk mekanisme jatuhan batuan (rock fall), pada

    batuan yang umumnya telah mengalami proses pelapukan (weathered rocks).

    Tipe keruntuhan pada lereng ini tidak termasuk dalam keruntuhan baji, planar,

  • BAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG

    Analisis Kestabilan Lereng Batugamping dengan Menggunakan Metode Kinematik dan Klasifikasi Massa Batuan di Desa Nongkosepet, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta

    63

    maupun jungkiran, sehingga pada lereng ini tidak dapat dilakukan analisis

    klasifikasi massa batuan dengan metode slope mass rating (SMR).

    Scanline III Dari hasil pengukuran, didapatkan data kedudukan lereng adalah 47 , N 210 E,

    arah kemiringan permukaan lereng (s) adalah N 210 E. Sementara itu, dari hasil

    pengolahan data didapat arah kemiringan bidang diskontinuitas untuk set

    diskontinuitas I (j 1), II (j 2), III (j 3) berturut-turut adalah N 111 E, N 261 E,

    N 219 E. Selanjutnya sudut kemiringan diskontinuitas untuk set diskontinuitas I

    (j 1), II (j 2), III (j 3) berturut-turut adalah 64, 63, 6. Berdasarkan

    perhitungan, maka didapatkan hasil nilai SMR sebesar 61.

    Scanline IV Dari hasil pengukuran, didapatkan data kedudukan lereng adalah 51 , N 220 E,

    arah kemiringan permukaan lereng (s) adalah N 220 E, sudut kemiringan

    diskontinuitas untuk set diskontinuitas I (j 1) adalah 45, arah kemiringan bidang

    diskontinuitas untuk set diskontinuitas I (j 1) adalah N 240 E. Dari hasil

    perhitungan, didapatkan nilai SMR sebesar 42.

    Scanline V Dari hasil pengukuran, didapatkan data kedudukan lereng adalah 55 , N 213 E,

    arah kemiringan permukaan lereng (s) adalah N 213 E, arah kemiringan bidang

    diskontinuitas untuk set diskontinuitas I (j 1) adalah N 193 E, sudut kemiringan

    diskontinuitas untuk set diskontinuitas I (j 1) adalah 46. Dari perhitungan,

    didapatkan nilai SMR sebesar 42.

    Berdasarkan hasil perhitungan SMR (Tabel 5.8), maka dapat disimpulkan bahwa

    lereng pada scanline I, IV, dan V merupakan lereng kelas III (normal) dengan

    kondisi lereng stabil sebagian (partially stable). Kondisi lereng tersebut dapat

    diartikan bahwa pada lereng tersebut ada beberapa bagian yang tidak stabil.

  • BAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG

    Analisis Kestabilan Lereng Batugamping dengan Menggunakan Metode Kinematik dan Klasifikasi Massa Batuan di Desa Nongkosepet, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta

    64

    Kemudian lereng pada scanline III merupakan lereng kelas II (good) dengan kondisi

    lereng yang stabil. Kondisi lereng yang stabil dapat diartikan bahwa lereng tersebut

    masih stabil namun ada spot-spot yang tidak stabil. Hal ini berdasarkan pada

    pengamatan di lapangan, terdapat beberapa spot lereng yang tidak stabil (lihat

    Gambar 4.8). Pada lereng tersebut telah terjadi keruntuhan sebelumnya, yang dapat

    terlihat dari bentuk lereng yang seakan-akan menggantung.

    Tabel 5.8 Rekapitulasi hasil perhitungan SMR pada seluruh segmen scanline

    Scan Line Total SMR

    I 43,4

    III 61

    IV 42

    V 42

    Dari hasil analisis SMR tampak adanya perubahan kelas massa batuan. Dari hasil

    perhitungan RMR, scanline IV dan scanline V termasuk dalam kelas massa batuan II

    (good rock). Namun setelah dihitung dengan menggunakan metode SMR, scanline

    IV dan scanline V termasuk dalam kelas massa batuan III (normal). Hal tersebut

    dapat terjadi karena perhitungan berdasarkan metode SMR harus menambahkan

    parameter berupa arah kemiringan permukaan lereng (s), arah kemiringan bidang

    diskontinuitas (j), sudut kemiringan diskontinuitas (j), dan orientasi diskontinuitas

    relatif terhadap arah lereng. Keempat parameter tersebut akan dapat sangat

    mempengaruhi kestabilan lereng.

    5.2.2 Desain Stabilisasi Lereng

    Untuk memilih jenis perkuatan lereng yang sesuai dalam mencegah terjadinya

    keruntuhan pada lereng batuan, digunakan sistem Slope Mass Rating (SMR). Jenis-

    jenis perkuatan yang dapat digunakan untuk usaha stabilisasi lereng batuan dapat

    dibagi menjadi sembilan kelas yang berbeda (Romana, 1985) (Tabel 5.9).

  • BAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG

    Analisis Kestabilan Lereng Batugamping dengan Menggunakan Metode Kinematik dan Klasifikasi Massa Batuan di Desa Nongkosepet, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta

    65

    Tabel 5.9 Rekomendasi jenis perkuatan untuk setiap kelas SMR (Romana, 1985)

    Class SMR Support

    Ia 91 100 None

    Ib 81 90 None or scaling

    IIa 71 80 (None. Toe ditch or fence), spot bolting

    IIb 61 70 Toe ditch or fence, nets, spot or systematic bolting

    IIIa 51 60 Toe ditch and/or nets, spot or systematic bolting, spot shotcrete

    IIIb 41 50 (Toe ditch and/or nets), systematic bolting. Anchors, systematic shotcrete Toe wall and/or dental concrete

    IVa 31 40 Anchors, systematic shotcrete, toe wall and/or concrete, (reexcavation) drainage

    IVb 21 30 Systematic reinforced shotcrete, toe wall and/or concrete, reexcavation, deep drainage

    Va 11 20 Gravity or anchored wall or reexcavation

    Berdasarkan Tabel 5.9, lereng pada scanline I, IV, dan V yang memiliki kisaran nilai

    SMR 42 sampai dengan 43 termasuk dalam kategori kelas IIIb. Pada lereng-lereng

    tersebut dapat digunakan perkuatan jenis paritan pada kaki lereng (toe ditch) dan /

    atau dengan jala kawat (nets), baut batuan (bolting) dan beton semprot (shotcrete)

    dengan kombinasi jangkar kabel baja (anchors) dibuat secara sistematis, dengan

    pembetonan di beberapa bagian kaki lereng.

    Sedangkan lereng pada scanline III dengan nilai SMR 61 termasuk dalam kategori

    Kelas IIb. Pada lereng ini, jenis perkuatan yang dibutuhkan berupa paritan pada kaki

    lereng (toe ditch), dan / atau dengan penggunaan jala kawat (nets), pada beberapa

    titik lereng dengan penggunaan baut batuan (bolting).