jawaban psikologi pembelajaran

111
Soal. 1. Jelaskan hubungan antara filsafat dengan psikologi pembelajaran. Penjelasan : Pengertian Psikologi Apa itu psikologi: secara etimologis, istilah psikologis berasal dari yunani dari kata PSYCHE yang berarti jiwa dan LOGOS yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah, psikologi berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Begitulah, untuk rentang waktu yang relatif lama, terutama ketika psikologi masih merupakan bagian atau cabang dari filsafat. Akan tetapi sejak psikologi berdiri dari ilmu ilmu induknya filsafat mulailah timbul kesulitan-kesulitan karena salah satu tuntutan ilmu pengetahuan adalah bahwa hal-hal yang dipelajari dalam ilmu itu harus dapat dibuktikan dengan nyata padahal untuk membuktikan adanya jiwa sebagai sesuatu yang nyata adalah tidak mungkin, apalagi untuk mengukur atau menghitungnya dengan alat-alat yang objektif bertitik tolak dari anggapan psikologi haruslah melalui mempelajari sesuatu yang nyata (konkrit). Pengertian Filsafat

Upload: dedi-yulianto

Post on 13-Jan-2015

1.079 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Jawaban Psikologi Pembelajaran

Soal.

1. Jelaskan hubungan antara filsafat dengan psikologi pembelajaran.

Penjelasan :

Pengertian Psikologi

Apa itu psikologi: secara etimologis, istilah psikologis berasal dari yunani dari

kata PSYCHE yang berarti jiwa dan LOGOS yang berarti ilmu. Jadi secara

harfiah, psikologi berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-

gejala kejiwaan. Begitulah, untuk rentang waktu yang relatif lama, terutama

ketika psikologi masih merupakan bagian atau cabang dari filsafat. Akan tetapi

sejak psikologi berdiri dari ilmu ilmu induknya filsafat mulailah timbul

kesulitan-kesulitan karena salah satu tuntutan ilmu pengetahuan adalah bahwa

hal-hal yang dipelajari dalam ilmu itu harus dapat dibuktikan dengan nyata

padahal untuk membuktikan adanya jiwa sebagai sesuatu yang nyata adalah

tidak mungkin, apalagi untuk mengukur atau menghitungnya dengan alat-alat

yang objektif bertitik tolak dari anggapan psikologi haruslah melalui

mempelajari sesuatu yang nyata (konkrit).

Pengertian Filsafat

Filsafat secara etimologis dari bahasa Yunani PHILOSOPHIA, Pilos artinya

suka cinta atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan Sofia artinya

kebijaksanaan. Definisi Filsafat yang telah diklasifikasikan berdasarkan watak

dan fungsinya ialah sebagai berikut:

1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan

alam yang biasanya diterima secara tidak keritis (arti informal).

2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan

sikap yang sangat kita junjung tinggi (arti formal).

3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan, artinya

filsafat berusaha untuk mengobinasikan hasil bermacam-macam sanis dan

pengalaman kemanusiaan yang konsisten tentang alam (arti spekulatif).

Page 2: Jawaban Psikologi Pembelajaran

4. Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata

dan konsep. Corak filsafat yang demikian ini dinamakan juga

logosentrisme.

5. Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung yang mendapat

perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli

filsafat.

(Drs. Rizal Mustansyir, M.Hum, 2002:2).

Hubungan Filsafat dengan Psikologi Pembelajaran

Filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu

kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dalam penyelidikannya, filsafat

memang berangkat dari apa yang dialami manusia, karena tidak ada

pengetahuan jika tidak bersentuhan dahulu dengan indra sedangkan ilmu yang

hendak menelaah hasil pengindraan itu tidak mungkin mengambil keputusan

dengan menjalankan pikiran, tanpa menggunakan dalil dan hukum pikiran yang

tidak mungkin dialaminya bahkan ilmu dengan amat tenang menerima sebagai

kebenaran bahwa pikiran manusia itu ada serta mampu mencapai kebenaran

dan tidak pernah diselidiki oleh ilmu sampai dimana dan bagaimana budi

manusia dapat mencapai kebenaran ilmu itu.

Filsafat memerlukan data dari ilmu, jika ahli filsafat manusia hendak

menyelidiki adakah manusia itu, Ia harus mengetahui gejala tindakan manusia.

Dalam hal ini, ilmu yang bernama Psikologi akan menolong filsafat dengan

sebaik-baiknya dengan hasil penelitiannya. Kesimpulan filsafat tentang

manusia akan sangat pincang dan mungkin jauh dari kebenaran jika tidak

menghiraukan hasil psikologi sebagai literatur disebutkan, sebelum menjadi

disiplin ilmu yang mandiri, psikologi memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu

pembelajaran dan filsafat yang hingga sekarang masih nampak pengaruhnya.

Filsafat sebagai ilmu pengetahuan pada umumnya membantu manusia

dalam mengorientasikan diri dalam dunia. Akan tetapi, ilmu-ilmu tersebut

secara hakiki terbatas sifatnya. Untuk menghasilkan pengetahuan yang setepat

mungkin, semua ilmu membatasi diri pada tujuan atau bidang tertentu. Dengan

Page 3: Jawaban Psikologi Pembelajaran

demikian ilmu-ilmu khusus tidak menggarap pertanyaan-pertanyaan yang

menyangkut manusia sebagai keseluruhan, sebagai suatu kesatuan yang

dinamis. Dalam hal ini, peranan filsafat terhadap semua disiplin ilmu termasuk

psikologi, hanya sebagai penggagas dan peletak dasar, dan selanjutnya ilmu-

ilmu itulah yang berkembang sesuai dengan objek kajianya masing-masing.

K. Bertens memberikan lima hal yang menyangkut peranan dari filsafat

bagi perkembangan ilmu-ilmu yang lain :

1) Filsafat dapat menyumbang untuk memperlancar integrasi antara

ilmu-ilmu yang sangat dibutuhkan, yang disinyalir kecondongan

ilmu pengetahuan untuk berkembang ke arah spesialisasi yang

akhirnya menimbulkan kebuntuan. Tetapi pada filsafat tidak ada

spesialisasi khusus, filsafat bertugas untuk memperhatikan

keseluruhan dan tidak berhenti pada detail-detailnya.

2) Filsafat dapat membantu dalam membedakan antara ilmu

pengetahuan dan scientisme. Dengan scientisme dimaksudkan

pendirian yang tidak mengakui kebenaran lain daripada kebenaran

yang disingkapkan oleh ilmu pengetahuan dan tidak menerima

cara pengenalan lain daripada cara pengenalan yang dijalankan

oleh ilmu pengetahuan, dengan demikian ilmu pengetahuan

melewati batas-batasnya dan menjadi suatu filsafat.

3) Tidak dapat disangkal bahwa hubungan antara filsafat dengan ilmu

pengetahuan lebih erat dalam bidang pengetahuan manusia

daripada bidang ilmu pengetahuan alam.

4) Salah satu cabang filsafat yang tumbuh subur sekarang ini adalah

apa yang disebut “foundational research“ suatu penelitian kritis

tentang metode-metode, pengandaian-pengandaian dan hasil ilmu

pengetahuan positif.

5) Peranan filsafat dalam kerja sama interdisipliner pasti tidak dapat

dibayangkan sebagai semacam “pengetahuan absolut“.

Page 4: Jawaban Psikologi Pembelajaran

Manusia sebagai makhluk hidup juga merupakan objek dari filsafat yang

antara lain membicarakan soal hakikat kodrat manusia, tujuan hidup manusia,

dan sebagainya. Sekalipun psikologi pada akhirnya memisahkan diri dari

filsafat, karena metode yang ditempuh sebagai salah satu sebabnya, tetapi

psikologi masih tetap mempunyai hubungan dengan filsafat. Bahkan

sebetulnya dapat dikemukakan bahwa ilmu-ilmu yang telah memisahkan diri

dari filsafat itupun tetap masih ada hubungan dengan filsafat terutama

mengenai hal-hal yang menyangkut sifat hakikat dan tujuan dari ilmu

pengetahuan.

Seperti telah dikemukakan diatas, psikologi mempunyai hubungan antara

lain dengan biologi, sosiologi, filsafat, ilmu pengetahuan, tetapi ini tidak berarti

bahwa psikologi tidak mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu lain diluar

ilmu-ilmu tersebut. Justru karena psikologi memilki mempelajari manusia

sebagai makhluk bersegi banyak, makhluk yang bersifat kompleks maka

psikologi harus bekerjasama dengan ilmu-ilmu lain. Tetapi sebaliknya setiap

cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manusia akan kurang

sempurna bila tidak mengambil pelajaran dari psikologi. Dengan demikian,

akan terdapat hubungan yang timbal balik.

Setelah psikologi berpisah dengan filsafat dan berdiri sendiri sebagai

sebuah cabang ilmu yang baru; nampaknya psikologi, melalui berbagai

penelitiannya berusaha memberikan gambaran bahwa psikologi mengikuti

aturan-aturan penelitian yang berlaku dengan menggunakan cara yang

sistematik dan metodologis sehingga hasil penelitiannya dapat

dipertanggungjawabkan secara empirik.

Kebutuhan keilmiahan psikologi tersebut nampaknya baru terpecahkan

ketika Wilhelm Wundt (1832-1920) dan kawan-kawannya memulai

menerapkan metode yang baru dalam bidang psikologi eksperimen. Dalam

laboratorium eksperimen pertama yang didirikannya pada tahun 1879 di

Universitas Leipzig (Jerman), Wundt kemudian mulai melakukan serangkaian

eksperimen untuk menguji fenomena-fenomena yang dulunya merupakan

bagian dari filsafat.

Page 5: Jawaban Psikologi Pembelajaran

Namun demikian, meskipun pengaruh filsafat bagi perkembangan ilmu

psikologi masih dapat dirasakan dalam setiap penelitian yang dihasilkan, hal

ini tentunya tidak terlepas dari bidang garapan yang lebih banyak mempunyai

kesamaan dengan filsafat itu sendiri. Dengan diakuinya psikologi sebagai ilmu

pengetahuan yang berusaha menempatkan metode penelitian yang sistematis

dan ilmiah, psikologi menunjukkan jati dirinya sebagai salah satu cabang ilmu

yang mampu menempatkan metode-metode ilmiah sebagai bagian dari

penelitiannya.

Filsafat ilmu, sebagai salah satu cabang filsafat, memberikan

sumbangan besar bagi perkembangan ilmu psikologi. Filsafat ilmu adalah

cabang filsafat yang hendak merefleksikan konsep-konsep yang diandaikan

begitu saja oleh para ilmuwan, seperti konsep metode, obyektivitas, penarikan

kesimpulan, dan konsep standar kebenaran suatu pernyataan ilmiah. Hal ini

penting, supaya ilmuwan dapat semakin kritis terhadap pola kegiatan ilmiahnya

sendiri, dan mengembangkannya sesuai kebutuhan masyarakat. Psikolog

sebagai seorang ilmuwan tentunya juga memerlukan kemampuan berpikir yang

ditawarkan oleh filsafat ilmu ini. Tujuannya adalah, supaya para psikolog tetap

sadar bahwa ilmu pada dasarnya tidak pernah bisa mencapai kepastian mutlak,

melainkan hanya pada level probabilitas. Dengan begitu, para psikolog bisa

menjadi ilmuwan yang rendah hati, yang sadar betul akan batas-batas ilmunya,

dan terhindar dari sikap saintisme, yakni sikap memuja ilmu pengetahuan

sebagai satu-satunya sumber kebenaran.

Sebagai cabang ilmu, psikologi termasuk dalam ilmu-ilmu kemanusiaan,

khususnya ilmu-ilmu sosial. Ciri ilmu-ilmu kemanusiaan adalah memandang

manusia secara keseluruhan sebagai objek dan subjek ilmu. Ciri lainnya

terletak pada titik pandang dan kriterium kebenaran yang berbeda dari ilmu-

ilmu alam. Ciri lain lagi muncul sebagai akibat ciri tersebut yaitu bahwa antara

subjek dan objek ilmu-ilmu kemanusiaan terdapat proses saling

mempengaruhi. Psikologi sebagai bagian dari ilmu kemanusiaan juga memiliki

ciri-ciri tersebut . Berhadapan dengan ilmu-ilmu itu salah satu tugas pokok

filsafat ilmu adalah menilai hasil ilmu-ilmu pengetahuan dilihat dari sudut

Page 6: Jawaban Psikologi Pembelajaran

pandang pengetahuan manusia seutuhnya. Ada dua bidang sehubungan dengan

masalah pengetahuan yang benar, yaitu (1) ikut menilai apa yang dianggap

tepat atau benar dalam ilmu-ilmu; (2) memberi penilaian terhadap sumbangan

ilmu-ilmu pada perkembangan manusia guna mencapai pengetahuan yang

benar.

Dengan demikian, filsafat ilmu dapat berperan dalam menilai secara

kritis apa yang dianggap sebagai pengetahuan yang benar dalam ilmu

psikologi. Sebagaimana telah diungkapkan, ilmu-ilmu mempunyai sumbangan

yang sangat besar bagi manusia. Sumbangan-sumbangan itu mendukung

peradaban manusia, karena itu patut dihargai. Namun demikian kadang

terdapat kelemahan yang perlu dicermati, yakni apabila para pelaku ilmu

berpendapat bahwa di luar ilmu-ilmu mereka tidak terdapat pengetahuan yang

benar. Kelemahan lainnya adanya anggapan tentang kebenaran dikemukakan

secara eksplisit dengan mengabaikan bidang filsafat yang dengan demikian

sebenarnya sudah dimasuki oleh para pelaku ilmu yang bersangkutan.

Filsafat merupakan hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan

suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dalam penyelidikannya filsafat

berangkat dari apa yang dialami manusia. Ilmu psikologi menolong

filsafat dalam penelitiannya. Kesimpulan filsafat tentang kemanusiaan akan

‘pincang’ dan jauh dari kebenaran jika tidak mempertimbangkan hasil

psikologi.

Filsafat bisa menegaskan akar historis ilmu psikologi. Seperti kita tahu,

psikologi, dan semua ilmu lainnya, merupakan pecahan dari filsafat. Di dalam

filsafat, kita juga bisa menemukan refleksi-refleksi yang cukup mendalam

tentang konsep jiwa dan perilaku manusia. Refleksi-refleksi semacam itu dapat

ditemukan baik di dalam teks-teks kuno filsafat, maupun teks-teks filsafat

modern. Dengan mempelajari ini, para psikolog akan semakin memahami akar

historis dari ilmu mereka, serta pergulatan-pergulatan macam apa yang terjadi

di dalamnya.

Filsafat juga memiliki cabang yang kiranya cukup penting bagi

perkembangan ilmu psikologi, yakni etika. Yang dimaksud etika disini adalah

Page 7: Jawaban Psikologi Pembelajaran

ilmu tentang moral. Sementara, moral sendiri berarti segala sesuatu yang

terkait dengan baik dan buruk. Di dalam praktik ilmiah, para ilmuwan

membutuhkan etika sebagai panduan, sehingga penelitiannya tidak melanggar

nilai-nilai moral dasar, seperti kebebasan dan hak-hak asasi manusia. Sebagai

praktisi, seorang psikolog membutuhkan panduan etis di dalam kerja-kerja

mereka. Panduan etis ini biasanya diterjemahkan dalam bentuk kode etik

profesi psikologi. Etika, atau yang banyak dikenal sebagai filsafat moral,

hendak memberikan konsep berpikir yang jelas dan sistematis bagi kode etik

tersebut, sehingga bisa diterima secara masuk akal. Perkembangan ilmu,

termasuk psikologi, haruslah bergerak sejalan dengan perkembangan kesadaran

etis para ilmuwan dan praktisi. Jika tidak, ilmu akan menjadi penjajah manusia.

Sesuatu yang tentunya tidak kita inginkan.

Salah satu cabang filsafat yang kiranya sangat mempengaruhi psikologi

adalah eksistensialisme. Tokoh-tokohnya adalah Soren Kierkegaard, Friedrich

Nietzsche, Viktor Frankl, Jean-Paul Sartre, dan Rollo May. Eksistensialisme

sendiri adalah cabang filsafat yang merefleksikan manusia yang selalu

bereksistensi di dalam hidupnya. Jadi, manusia dipandang sebagai individu

yang terus menjadi, yang berproses mencari makna dan tujuan di dalam

hidupnya. Eksistensialisme merefleksikan problem-problem manusia sebagai

individu, seperti tentang makna, kecemasan, otentisitas, dan tujuan hidup.

Dalam konteks psikologi, eksistensialisme mengental menjadi

pendekatan psikologi eksistensial, atau yang banyak dikenal sebagai terapi

eksistensial. Berbeda dengan behaviorisme, terapi eksistensial memandang

manusia sebagai subyek yang memiliki kesadaran dan kebebasan. Jadi,

terapinya pun disusun dengan berdasarkan pada pengandaian itu. Saya pernah

memberikan kuliah psikologi eksistensial, dan menurut saya, temanya sangat

relevan, supaya ilmu psikologi menjadi lebih manusiawi. Ini adalah pendekatan

alternatif bagi psikologi klinis.

Dalam metode, filsafat bisa menyumbangkan metode

fenomenologi sebagai alternatif pendekatan di dalam ilmu psikologi.

Fenomenologi sendiri memang berkembang di dalam filsafat. Tokoh yang

Page 8: Jawaban Psikologi Pembelajaran

berpengaruh adalah Edmund Husserl, Martin Heidegger, Alfred Schultz, dan

Jean-Paul Sartre. Ciri khas fenomenologi adalah pendekatannya yang mau

secara radikal memahami hakekat dari realitas tanpa terjatuh pada asumsi-

asumsi yang telah dimiliki terlebih dahulu oleh seorang ilmuwan.

Fenomenologi ingin memahami benda sebagai mana adanya. Slogan

fenomenologi adalah kembalilah kepada obyek itu sendiri. Semua asumsi

ditunda terlebih dahulu, supaya obyek bisa tampil apa adanya kepada peneliti.

Metode fenomenologi dapat dijadikan alternatif dari pendekatan kuantitatif,

yang memang masih dominan di dalam dunia ilmu psikologi di Indonesia.

Dengan menggunakan metode ini, penelitian psikologi akan menjadi semakin

manusiawi, dan akan semakin mampu menangkap apa yang sesungguhnya

terjadi di dalam realitas.

Filsafat juga bisa mengangkat asumsi-asumsi yang terdapat di dalam ilmu

psikologi. Selain mengangkat asumsi, filsafat juga bisa berperan sebagai fungsi

kritik terhadap asumsi tersebut. Kritik disini bukan diartikan sebagai suatu

kritik menghancurkan, tetapi sebagai kritik konstruktif, supaya ilmu psikologi

bisa berkembang ke arah yang lebih manusiawi, dan semakin mampu

memahami realitas kehidupan manusia. Asumsi itu biasanya dibagi menjadi

tiga, yakni asumsi antropologis, asumsi metafisis, dan asumsi epistemologis.

Filsafat dapat menjadi pisau analisis yang mampu mengangkat sekaligus

menjernihkan ketiga asumsi tersebut secara sistematis dan rasional. Fungsi

kritik terhadap asumsi ini penting, supaya ilmu psikologi bisa tetap kritis

terhadap dirinya sendiri, dan semakin berkembang ke arah yang lebih

manusiawi.

Dalam konteks perkembangan psikologi sosial, filsafat juga bisa

memberikan wacana maupun sudut pandang baru dalam bentuk refleksi teori-

teori sosial kontemporer. Di dalam filsafat sosial, yang merupakan salah satu

cabang filsafat, para filsuf diperkaya dengan berbagai cara memandang

fenomena sosial-politik, seperti kekuasaan, massa, masyarakat, negara,

legitimasi, hukum, ekonomi, maupun budaya. Dengan teori-teori yang

membahas semua itu, filsafat sosial bisa memberikan sumbangan yang besar

Page 9: Jawaban Psikologi Pembelajaran

bagi perkembangan psikologi sosial, sekaligus sebagai bentuk dialog antar ilmu

yang komprehensif.

Terakhir, filsafat bisa menawarkan cara berpikir yang radikal,

sistematis, dan rasional terhadap ilmu psikologi, bagi para psikolog, baik

praktisi maupun akademisi, sehingga ilmu psikologi bisa menjelajah ke

lahan-lahan yang tadinya belum tersentuh. Dengan ilmu logika, yang

merupakan salah satu cabang filsafat, para psikolog dibekali kerangka berpikir

yang kiranya sangat berguna di dalam kerja-kerja mereka. Seluruh ilmu

pengetahuan dibangun di atas dasar logika, dan begitu pula psikologi. Metode

pendekatan serta penarikan kesimpulan seluruhnya didasarkan pada prinsip-

prinsip logika. Dengan mempelajari logika secara sistematis, para psikolog bisa

mulai mengembangkan ilmu psikologi secara sistematis, logis, dan rasional.

Dalam hal ini, logika klasik dan logika kontemporer dapat menjadi sumbangan

cara berpikir yang besar bagi ilmu psikologi.

Teori psikologi tradisional masih percaya, bahwa manusia bisa

diperlakukan sebagai individu mutlak. Teori psikologi tradisional juga masih

percaya, bahwa manusia bisa diperlakukan sebagai obyek. Dengan cara

berpikir yang terdapat di dalam displin filsafat, ‘kepercayaan-kepercayaan’

teori psikologi tradisional tersebut bisa ditelaah kembali, sekaligus dicarikan

kemungkinan-kemungkinan pendekatan baru yang lebih tepat. Salah satu

contohnya adalah, bagaimana paradigma positivisme di dalam psikologi kini

sudah mulai digugat, dan dicarikan alternatifnya yang lebih memadai, seperti

teori aktivitas yang berbasis pada pemikiran Marxis, psikologi budaya yang

menempatkan manusia di dalam konteks, dan teori-teori lainnya.

Berdasarkan uraian beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa

filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang berusaha untuk menjawab

pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis,

epistemelogis maupun aksiologisnya guna memperolah suatu kebenaran. Dan

psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam interaksi

dengan lingkungannya. Hubungan antara filsafat ilmu dengan psikologi

pembelajaran, diantaranya : 

Page 10: Jawaban Psikologi Pembelajaran

a. Filsafat ilmu dapat berperan dalam menilai secara kritis apa yang dianggap

sebagai pengetahuan yang benar dalam ilmu psikologi pembelajaran.

b. Filsafat itu mempertanyakan jawaban, sedangkan psikologi pembelajaran

menjawab pertanyaan (masalah).  Jadi dengan berfilsafat, tenaga pendidik

mendapatkan solusi dari permasalahan peserta didiknya.

c. Filsafat bisa menegaskan akar historis ilmu psikologi; dalam metode,

filsafat bisa menyumbangkan metode fenomenologi sebagai alternatif

pendekatan di dalam ilmu psikologi pembelajaran. 

Disetiap cabang ilmu pastilah terdapat koherensi antara ilmu satu dan ilmu

yang lainnya. Maka dalam mempelajari suatu ilmu janganlah terpaku dalam

satu bidang ilmu tersebut. Seperti contoh dalam filsafat ilmu yang berkaitan

dengan psikologi pembelajaran, dalam menyimpulkan secara filsafat tentang

manusia tidak akan memperoleh suatu kebenaran  apabila tidak 

mempertimbangkan segi hasil psikologisnya. Oleh sebab itu setiap orang

dituntut untuk bisa berpikir secara filsafat, yaitu secara rasional, berdasar

empirik, pragmatis dan mendasar. Psikologi pembelajaran bertujuan memberi

bekal kepada para profesional sebagai pendidik (guru) untuk menguasai

konsep-konsep dan teori-teori psikologi serta menerapkannya dalam kegiatan

pembelajaran.

Dalam realitasnya Psikologi pembelajaran menitik beratkan kajiannya pada

pemahaman berbagai tingkah laku peserta didik dalam situasi belajar mengajar.

Dengan menguasai teori-teori psikologi ini, diharapkan para guru kelak dapat

melaksanakan KBM secara efektif dan produktif serta memiliki kualitas yang

baik dalam berkomunikasi maupun dalam memperlakukan peserta didik.

DAFTAR   PUSTAKA :

Asrori, Mohammad. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana

Prima

Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan

Bercorak Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Page 11: Jawaban Psikologi Pembelajaran

Purwanto, Ngalim. M. 2003. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Suriasumantri, S. Jujun. 1996. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

2. Jelaskan arti istilah kognitif, alasan apa yang mendasari Jean Piaget membagi

perkembangan kognitif menjadi empat tahapan dan apa hubungan kognitif

dengan tingkah laku.

Penjelasan:

© Pengertian Kognitif:

Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara

umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan

pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan

(aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation).

Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk

mengembangkan kemampuan rasional (akal).

Selain itu istilah kognitif seringkali dikenal dengan istilah intelek. Intelek

berasal dari bahasa Inggris “intellect” yang menurut Chaplin (1981) diartikan

sebagai:

a. Proses kognitif, proses berpikir, daya menghubungkan, kemampuan

menilai dan kemampuan mempertimbangkan.

b. Kemampuan mental atau inteligensi.

Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk

mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain.

Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih

menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara

kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari

aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang guru diharuskan memiliki

kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan

Page 12: Jawaban Psikologi Pembelajaran

intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara

mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.

Menurut Piaget (Hetherington & Parke, 1975) menyebutkan bahwa

“Kognitif adalah bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek

dan kejadian-kejadian di sekitarnya”. Piaget memandang bahwa anak

memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas,

anak tidak pasif menerima informasi. Selanjutnya walaupun proses berpikir

dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalamannya

dengan dunia sekitar dia, namun anak juga aktif menginterpretasikan informasi

yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada

pengetahuan dan konsepsi. Dengan kata lain, anak dapat membangun secara

aktif dunia kognitif mereka sendiri.

Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari

perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian

(adaptasi). Kecenderungan organisasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan

bawaan setiap organisme untuk mengintegasi proses-proses sendiri menjadi

sistem-sistem yang koheren. Adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan

bawaan setiap organisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan

keadaan sosial.

Untuk menyesuaikan diri terbagi ke dalam dua cara, yaitu: asimilasi dan

akomodasi. Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru

ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah

terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.

© Alasan Piaget membagi tahap perkembangan kognitif menjadi 4 :

Sekitar umur 2-4 tahun, anak-anak cenderung menunjukkan banyak

kebingungan antara simbol dengan objek yang mereka hadirkan. Pada tingkat

perkembangan kognitif, mereka tidak mau mengakui bahwa kata-kata

merupakan simbol yang berubah-ubah pada objek dan kejadian, dan bahwa

orang dapat berkumpul serta memutuskan untuk menggunakan kata-kata yang

Page 13: Jawaban Psikologi Pembelajaran

berbeda untuk benda-benda. Bahkan mereka cenderung untuk berpikir tentang

kata-kata sebagai milik yang melekat pada objek dan kejadian.

Jean Piaget, ahli psikologi dari Swiss, memandang banyak persoalan

perkembangan kognitif termasuk cara anak-anak memahami hubungan antara

simbol dan objek, bagaimana anak-anak berusaha untuk memecahkan masalah,

pengetahuan anak-anak tentang sebab akibat, dan kemampuan mereka untuk

mengelompokkan objek dan mengikutsertakan pemikiran yang pasti.

Perkembangan kognitif berpusat pada perkembangan cara penerimaan dan

mental anak. Menurut Piaget, anak-anak mencoba berusaha memahami hal-hal

baru untuk mengembangkan pola pikir anak dan jika pemahaman anak tidak

tercapai, maka anak akan berusaha untuk menyesuaikannya dengan cara

membatasinya.

Oleh karena itu Piaget mengidentifikasi 4 (empat) tahapan utama

perkembangan kognitif yaitu sensorimotor, pra-operasional, operasional

konkrit dan operasional formal.

Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

- Walaupun tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi

urutannya selalu sama. Tidak ada tahapan yang diloncati dan tidak ada

urutan yang mundur.

- Universal (tidak terkait budaya).

- Bisa digeneralisasi:representasi dan logika dari opreasi yang ada dalam diri

seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan.

- Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara

logis.

- Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen

dari tahapan sebelumnya, tapi lebih bersifat terdiferensiasi dan terintegrasi).

- Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model

berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif.

Implementasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran:

Page 14: Jawaban Psikologi Pembelajaran

- Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena

itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara

berpikir anak.

- Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan

dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan

lingkungan sebaik-baiknya.

- Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak

asing.

- Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangan.

- Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara

dan diskusi dengan teman-temannya.

Inti dari Implementasi teori Piaget dalam pembelajaran, antara lain:

- Memfokuskan pada proses berpikir atau proses mental anak tidak sekedar

pada produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus

memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban

tersebut.

- Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali

dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam kelas Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi

penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya

sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.

- Tidak menekankan pada praktik-praktik yang diarahkan untuk menjadikan

anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.

- Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan,

teori piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui

urutan perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya dengan

kecepatan yang berbeda.

Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses

perkembangan intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak

yang berkembang menjadi seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir

Page 15: Jawaban Psikologi Pembelajaran

menggunakan hipotesis-hipotesis. Piaget menyimpulkan dari penelitiannya

bahwa organisme bukanlah agen yang pasif dalam perkembangan genetik.

Perubahan genetik bukan peristiwa yang menuju kelangsungan hidup suatu

organisme melainkan adanya adaptasi terhadap lingkungannya dan adanya

interaksi antara organisme dan lingkungannya.

Hal ini dikarenakan setiap bertambahnya usia anak yang dimulai dari sejak

bayi, akan berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan intelek si anak.

Perkembangan intelek ini sebagai gambaran untuk mengatasi atau menghadapi

perubahan-perubahan yang terjadi, baik itu secara fisik maupun intelektualnya.

Akan tetapi hal ini tidak akan terjadi kepada anak yang terlahir cacat fisik

maupun mental.

Berlandaskan pemikiran ini pula Jean Piaget membagi perkembangan

kognitif menjadi empat tahapan, supaya setiap perkembangan anak, kita dapat

memberikan perlakuan yang berbeda sesuai jenjang usianya.

Kritik terhadap teori Piaget:

- Pada sebuah studi klasik, McGrarrigle dan Donalson (1974) menyatakan

bahwa anak sudah mampu memhami konservasi (conservation) dalam usia

yang lebih muda daripada usia yang diyakini oleh Piaget.

- Studi lain yang mengkritik teori Piaget yaitu bahwa anak-anak baru

mencapai pemahaman tentang objek permanence pada usia di atas 6 bulan.

Balillargeon dan De Vos (1991). 104 anak diamati sampai mereka berusia

18 tahun dan diuji dengan berbagai tugas operasional formal berdasarkan

tugas-tugas yang dipakai Piaget, termasuk pengujian hipotesa. Mayoritas

anak-anak itu memang belum mencapai tahap operasional formal. Hal ini

sesuai dengan studi-studi McGarrigle dan Donalson serta Baillargeon dan

De Vos, yang mengatakan bahwa Piaget terlalu meremehkan kemampuan

anak-anak kecil dan terlalu tinggi kemampuan anak-anak yang lebih tua.

- Bradmetz (1999) menguji pernyataan piaget bahwa mayoritas anak

mencapai formal pada akhir masa kanak-kanak tidak pernah terbukti.

Page 16: Jawaban Psikologi Pembelajaran

© Hubungan kognitif dengan tingkah laku :

Pendekatan perilaku dan kognitif. Kata “kognitif-perilaku” mencerminkan

pentingnya kedua pendekatan kognitif dan perilaku untuk memahami dan

membantu manusia. Kognitif-perilaku merupakan pencampuran dari strategi

perilaku dan proses kognitif yang bertujuan untuk mencapai perubahan kognisi

dan perilaku manusia. (Capuzzi, 2009).

Konseling kognitif-perilaku menekankan bagaimana masalah emosi dan

perilaku dapat diatasi secara efektif melalui restrukturisasi kognitif dan

menunjukkan bagaimana keyakinan irasional atau distorsi kognitif mengganggu

mereka dan bagaimana mereka dapat mengubah pemikiran tidak akurat dengan

menggunakan berbagai metode. (Corey dalam Erford, 2004).

Jean Piaget dalam Mohammad Asrori (2008:58) mengemukakan

hubungan kognitif dengan tingkah laku adalah bahwa intelegensi merupakan

pernyataan dari tingkah laku adaptif yang terarah kepada kontak dengan

lingkungan dan kepada penyusunan pemikiran (interactionism theory).

Sedangkan menurut teori kognitif yang dikemukakan oleh Greenwald

(1968) dan Petty, Ostrom & Brack (1981) dalam Baron & Byme (1991)

memusatkan perhatiannya pada analisis respons kognitif, yaitu: “Suatu usaha

untuk memahami apa yang difikirkan orang sewaktu mereka dihadapkan pada

stimulus persuasif, dan bagaimana pikiran serta proses kognitif menetukan

apakah mereka mengalami perubahan sikap & sejauhmana perubahan itu

terjadi” (Azwar, 1997:18).

Teori kognitif meliputi kegiatan-kegiatan mental yang sadar seperti

berpikir, mengetahui, memahami, dan dan kegiatan konsepsi mental seperti:

sikap, kepercayaan, dan pengharapan, yang kemudian itu merupakan faktor

yang menentukan di dalam perilaku. Di dalam teori kognitif ini terdapat suatu

interes yang kuat dalam jawaban (response) atas akibat dari perilaku yang

tertutup. Sebab di dalam hal ini sulit mengamati secara langsung proses berpikir

dan pemahaman, dan juga sulit menyentuh dan melihat sikap, nilai, dan

kepercayaan.

Page 17: Jawaban Psikologi Pembelajaran

Ada tiga hal yang umum terdapat di dalam pembicaraan teori kognitif,

antara lain:

a) Elemen kognitif

Teori kognitif percaya bahwa perilaku seseorang itu disebabkan adanya

satu rangsangan (stimulus), yakni suatu objek fisik yang mempengaruhi

seseorang dalam banyak cara. Teori ini mencoba melihat apa yang terjadi

diantara stimulus dan jawaban seseorang terhadap rangsangan tersebut.

Atau dengan kata lain, bagaimana rangsangan tersebut diproses dalam diri

seseorang. Menurut teori kognitif, semua perilaku itu tersusun secara

teratur. Individu mengatur pengalamannya ke dalam aktivitas untuk

mengetahui (cognition) yang kemudian mamacaknya ke dalam susunan

kognitifnya (cognitive structure). Susunan ini menentukan jawaban

(response) seseorang.

Cognition menurut Neisser adalah “Aktivitas untuk mengetahui, misalnya

kegiatan untuk mencapai yang dikehendaki pengaturannya, dan

penggunaan pengetahuan. Hal ini adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan

baik oleh organisme atau pun oleh orang perorang” (Thoha,1993:49).

Kognisi adalah dasar dari unit teori kognitif ia merupakan representasi

internal yang terjadi antara suatu jawaban (response), dan yang bias

menyebabkan terjadinya jawaban. Hubungan ini dapat digambarkan

sebagai berikut:

Stimulus----------Cognition----------Response

Seseorang mengetahui adanya stimulus kemudian memprosesnya ke dalam

kognisi, yang pada akhirnya kognisi ini menghasilkan dan menyebabkan

jawabannya.

Page 18: Jawaban Psikologi Pembelajaran

b) Struktur Kognitif

Menurut teori kognitif, aktivitas mengetahui dan memahami sesuatu

(cognition) itu tidaklah berdiri sendiri. Aktivitas ini selalu dihubungkan

dengan rencana disempurnakan oleh kognisi yang lain. Proses penjalinan

dan tata hubungan diantara kognisi-kognisi ini membangun suatu struktur

dan sistem. Struktur dan sistem ini dinamakan struktur kognitif. Sifat yang

pasti dari sistem kognitif ini tergantung akan (1) karakteristik dari stimulus

yang diproses kedalam kognisi, (2) pengalaman dari masing-masing

individu.

c) Fungsi Kognitif

Sistem kognitif mempunyai beberapa fungsi. Diantara fungsi-fungsi, antara

lain:

1. Memberikan pengertian

Pada kognitif baru menurut teori kognitif, pengertian terjadi jika suatu

kognitif baru dihubungkan dengan sistem kognitif yang telah ada.

Kognisi membentuk atribut-atribut tertentu, tergantung pada bagaimana

ia berinteraksi dengan satu atau lebih sistem kognitif.

2. Menghasilkan emosi

Interaksi antara kognisi dan sistem kognitif tidak hanya memberikan

pengertian pada kognisi saja, tetapi dapat pula memberikan pengertian

pada kognisi saja, tetapi dapat pula memberikan konsekuensi-

konsekuensi yang berupa perasaan, misalnya perasaan senang dan tidak

senang, baik atau buruk, dan lain sebagainya.

3. Membentuk Sikap

Menurut teori kognitif jika suatu sistem kognitif dari sesuatu

memerlukan komponen-komponen yang mengandung efektif emosi,

maka sikap untuk mencapai suatu tujuan atau objek itu telah terbentuk.

Bersatunya sistem kognitif dan komponen afektif menghasilkan

tendensi perilaku untuk mencapai suatu objek sikap seseorang itu

mempunyai kognitif (pengetahuan), afektif (emosi), dan tindakan

(tendensi perilaku).

Page 19: Jawaban Psikologi Pembelajaran

4. Memberikan motivasi terhadap konsekuensi perilaku

Relevansi teori kognitif untuk menganalisa dan memahami perilaku

manusia yang mudah diamati adalah terletak pada motivasi dari

perilaku seseorang. Hal ini disebabkan karena:

a. Perilaku tidak hanya terdiri dari tindakan-tindakan yang terbuka saja,

melainkan juga termasuk faktor-faktor internal, seperti: berpikir,

emosi, persepsi, dan kebutuhan

b. Perilaku itu dihasilkan oleh ketidakselarasan yang timbul dalam

struktur kognitif.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kemampuan kognitif seseorang

berpengaruh secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terkait

dengan pola pikir dalam melakukan kegiatan dalam kesehariannya. Kapasitas

perkembangan kognitif anak sudah dapat terbentuk pada usia dini jauh di

bawah usia sekolah. Sehingga perubahan tingkah laku itu akan tampak berkat

pengaruh dari penyesuaian organisme yang saling mengisi, yaitu melalui

asimilasi dan akomodasi.

Asimilasi adalah suatu proses individu memasukkan dan menggabungkan

pengalaman-pengalamn dengan struktur psikologis yang telah ada pada diri

individu. Struktur psikologis dalam diri individu ini disebut dengan istilah

“skema” yang berarti kerangka mental individu yang digunakan untuk

menafsirkan segala sesuatu yang dilihat atau didengarnya. Skema mampu

menyusun pengamatan-pengamatan dan tingkah laku sehingga terjadilah suatu

rangkaian tindakan fisik dan mental untuk dapat memahami lingkungannya.

Proses penyesuaian skema dengan fakta-fakta yang diperoleh melalui

pengalaman-pengalaman baru ini dikenal dengan istilah “akomodasi”. Dengan

demikian, proses asimilasi dan akomodasi merupakan dua proses yang

berlawanan. Jika dalam asimilasi proses yang terjadi adalah menyesuaikan

pengalaman-pengalaman baru yang diperolehnya dengan struktur skema yang

ada dalam diri individu, sedangkan akomodasi merupakan proses penyesuaian

skema dalam diri individu dengan fakta-fakta baru yang diperoleh melalui

pengalaman dari lingkungannya.

Page 20: Jawaban Psikologi Pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA :

Asrori, Mohammad. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.

Cafuzzi. 2009. Child Development. Sixth Edition. New York : Mc. Graw Hill. Inc.

Efendi, Mohammad. 2006. Pengantar Psiko Paedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Erford. 2004. Exploring Child Behavior. New York : HoltRinehartand Winston.

Hadis, Fawzia Aswin, (2008). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Seifert, Kelvin L. & Hoffnung, Robert J. (1991). Child and Adolescent Development, Second Edition. Boston : Houghton Mifflin Company.

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kreativitas, hal-hal apa saja yang

mencakup fungsi kreativitas dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

kreativitas serta apa pengaruhnya bagi kehidupan seseorang.

Penjelasan:

© Pengertian Kreativitas:

Perkembangan kreativitas berkaitan erat dengan fungsi belahan otak

kanan, yang berarti berkaitan pula dengan perkembangan intelek.

a. Kreativitas sebagai Proses

- Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru,

apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau

susunan yang baru (Hurlock 1978).

- Proses kreatif sebagai “ munculnya dalam tindakan suatu produk baru

yang tumbuh dari keunikan individu di satu pihak, dan dari kejadian,

orang-orang, dan keadaan hidupnya dilain pihak” (Rogers, 1982).

Penekanan pada :

Page 21: Jawaban Psikologi Pembelajaran

- aspek baru dari produk kreatif yang dihasilkan

- aspek interaksi antara individu dan lingkungannya / kebudayaannya

- Kreativitas adalah suatu proses upaya manusia atau bangsa untuk

membangun dirinya dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuan

pembangunan diri itu ialah untuk menikmati kualitas kehidupan yang

semakin baik (Alvian, 1983).

- Kretaivitas adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran,

kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berfiir (Utami

Munandar, 1977).

- Guilford (1986) menekankan perbedaan berpikir divergen ( disebut

juga berpikir kreatif) dan berpikir konvergen.

Berpikir Divergen : bentuk pemikiran terbuka, yang menjajagi

macam-macam kemungkinan jawaban terhadap suatu persoalan/

masalah.

Berpikir Konvergen: sebaliknya berfokus pada tercapainya satu

jawaban yang paling tepat terhadap suatu persoalan atau masalah.

Dalam pendidikan formal pada umumnya menekankan berpikir

konvergen dan kurang memikirkan berpikir divergen.

Torrance (1979) menekankan adanya ketekunan, keuletan, kerja keras,

jadi jangan tergantung timbulnya inspirasi.

b. Kreativitas sebagai Produk

- Kreativitas sebagai kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru

(1965).

- Kecuali unsur baru, juga terkandung peran faktor lingkungan dan

waktu (masa). Produk baru dapat disebut karya kreatif jika

mendapatkan pengakuan (penghargaan) oleh masyarakat pada waktu

tertentu (Stein, 1963). Namun menurut ahli lain pertama-tama bukan

suatu karya kreatif bermakna bagi umum, tetapi terutama bagi si

pencipta sendiri.

Page 22: Jawaban Psikologi Pembelajaran

- Kreativitas atau daya kreasi itu dalam masyarakat yang progresif

dihargai sedemikian tingginya dan dianggap begitu penting sehingga

untuk memupuk dan mengembangkannya dibentuk laboratorium atau

bengkel-bengkel khusus yang tersedia tempat, waktu dan fasilitas

yang diperlukan (Selo Sumardjan 1983).

Beliau mengingatkan pentingnya bagian Desain dan Penelitian dan

Pengembangan sebagai bagian yang vital dari suatu industri

c. Kreativitas ditinjau dari segi Pribadi (person)

- Kreativitas merupakan ungkapan unik dari seluruh pribadi sebagai

hasil interaksi individu, perasaan, sikap dan perilakunya.

- Kreativitas mulai dengan kemampuan individu untuk menciptakan

sesuatu yang baru. Biasanya seorang individu yang kreatif memiliki

sifat yang mandiri. Ia tidak merasa terikat pada nilai-nilai dan norma-

norma umum yang berlaku dalam bidang keahliannya. Ia memiliki

sistem nilai dan sistem apresiasi hidup sendiri yang mungkin tidak

sama yang dianut oleh masyarakat ramai.

Dengan perkataan lain, “Kreativitas merupakan sifat pribadi seorang

individu (dan bukan merupakan sifat sosial yang dihayati oleh

masyarakat) yang tercermin dari kemampuannya untuk menciptakan

sesuatu yang baru (Selo Soemardjan 1983).

d. Kreativitas ditinjau dari segi Press (pendorong)

Setiap orang memiliki potensi kreatif dalam derajat yang berbeda-beda dan

dalam bidang yang berbeda-beda. Potensi ini perlu dipupuk sejak dini agar

dapat diwujudkan. Untuk itu diperlukan kekuatan-kekuatan pendorong,

baik dari luar (lingkungan) maupun dari dalam individu sendiri.

Perlu diciptakan kondisi lingkungan yang dapat memupuk daya kreatif

individu, dalam hal ini mencakup baik dari lingkungan dalam arti sempit

(keluarga, sekolah) maupun dalam arti kata luas (masyarakat,

kebudayaan). Timbul dan tumbuhnya kreativitas dan selanjutnya

Page 23: Jawaban Psikologi Pembelajaran

berkembangnya suatu kresi yang diciptakan oleh seseorang individu tidak

dapat luput dari pengaruh kebudayaan serta pengaruh masyarakat tempat

individu itu hidup dan bekerja (Selo Soemardjan 1983).

Tetapi ini tidak cukup, masyarakat dapat manyediakan berbagai

kemudahan, sarana dan prasarana untuk menumbuhkan daya cipta

anggotanya, tetapi akhirnya semua kembali pada bagaimana individu itu

sendiri, sejauhana ia merasakan kebutuhan dan dorongan untuk bersibuk

diri secara kretif, suatu pengikatan untuk melibatkan diri dalam suatu

kegiatan lreatif, yang m,ungkin memerlukan waktu lama. Hal ini

menyangkut motivasi internal

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai

kreativitas:

1. Definisi kreativitas sangatlah banyak dan beraneka ragam karena dapat

ditinjau dari berbagai sudut pandang.

2. Definisi konsepsional kreativitas dan definisi operasional kreativitas

ada dua hal yang saling melengkapi. Definisi konsepsional adalah dari

kata konsepsional yaitu hubungan antara konsep khusus yang akan

diteliti. Istilah konsepsional adalah pengarah atau pedoman yang masih

abstrak sehingga membutuhkan pelengkapnya yaitu definisi

operasional.

3. Secara konsep, kreativitas dimunculkan dari suatu ide atau dasar

pemikiran dan untuk dapat mewujudkan secara nyata dibutuhkan suatu

petunjuk atau cara kerja yang sering dikenal dengan operasional.

4. Kreativitas bisa dimiliki semua orang dengan membangun potensi

kreatif dalam dirinya.

Wallas dalam bukunya “The Art of Thought” menyatakan bahwa proses

kreatif meliputi 4 tahap :

Page 24: Jawaban Psikologi Pembelajaran

1. Tahap Persiapan , memperisapkan diri untuk memecahkan masalah dengan

mengumpulkan data/ informasi, mempelajari pola berpikir dari orang lain,

bertanya kepada orang lain.

2. Tahap Inkubasi , pada tahap ini pengumpulan informasi dihentikan,

individu melepaskan diri untuk sementara masalah tersebut. Ia tidak

memikirkan masalah tersebut secara sadar, tetapi “mengeramkannya’

dalam alam pra sadar.

3. Tahap Iluminasi , tahap ini merupakan tahap timbulnya “insight” atau “Aha

Erlebnis”, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru.

4. Tahap Verifikasi , tahap ini merupakan tahap pengujian ide atau kreasi baru

tersebut terhapad realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis dan

konvergen. Proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti proses

konvergensi (pemikiran kritis).

Unsur Kreativitas

Karakteristik dan aspek kreativitas yang demikian inilah yang

menempatkan kreativitas dan pimpinan sebagai faktor dinamis daram

kehidupan organisasi.  Sejalan dengan paparan di atas Sidney Pames dalam

Evans (1990:34-36) mengemukakan unsur-unsur kreativitas yaitu ;

1. Sensitivitas (sensitifity), adalah kesadaran dan persepsi untuk mengenali

masalah dan menemukan solusinya

2. Sinergi (synergy), merupakan pelaku total sistem yang tidak terprediksi

oleh perilaku setiap komponennya atau kemampuan menentukan totalitas

sistem dengan memadukan elemenen-elemennya

3. Serendivitas (serendipity), merujuk pada kesadaran untuk menghubungkan

kejadian-kejadian yang terjadi secara kebetulan, atau kemampuan

menangkap esensi dan suatu kejadian yang terjadi secara kebetulan.

Metode Mencapai Kreativitas

Ada beberapa metode yang digunakan untuk mencapai tahapan kreativitas:

Page 25: Jawaban Psikologi Pembelajaran

1.   Evolusi  : Prinsip penting dalam metode ini adalah setiap masalah yang

telah diselesaikan dapat diselesaikan lagi dengan cara yang lebih baik.

2.   Sintesis  : Dalam metode ini, cara yang digunakan adalah dengan

menggabungkan dua atau lebih ide yang sudah ada menjadi suatu ide

baru.

3.   Revolusi : Terkadang ide – ide baru yang paling baik adalah yang sama

sekali berbeda dan tidak berhubungan langsung dengan masalah yang

harus diselesaikan.

4.   Reapplication : Metode ini melihat sesuatu yang lama dengan cara yang

baru dan memikirkan cara bagaimana menemukan sesutau dengan cara

yang baru.

5.   Mengubah arah : Banyak pemecahan yang kreatif terjadi ketika perhatian

dialihkan dari satu sudut masalah ke yang lain. Hal ini disebut juga

wawasan kreatif.

 

© Hal-hal yang mencakup fungsi kreativitas

Menyadari peran fungsi kreativitas dalam proses inovatif merupakan hal

yang penting. Kreativitas adalah pembangkitkan ide yang menghasilkan

penyempurnaan efektivitas dan efesiensi pada suatu sistem. Ada dua aspek

penting pada kreativitas yaitu proses dan manusia. Proses yang berorientasi

tujuan, yang di desain untuk mencapai solusi suatu problem. Manusia

merupakan sumber daya yang menentukan solusi. Proses tetap sama, namun

pendekatan yang digunakan dapat bervariasi.

Pendekatan itu dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pendekatan

psikologis dan pendekatan sosiologis (Torrance, 1981; Dedi Supriadi, 1989).

Pendekatan psikologis lebih melihat kreativitas dari segi kekuatan-kekuatan

yang ada dalam diri individu sebagai faktor-faktor yang menentukan

kreativitas, seperti: intelegensi, bakat, motivasi, sikap, minat, dan disposisi

kepribadian lainnya. Salah satu pendekatan psikologis yang digunakan untuk

menjelaskan kreativitas adalah pendekatan holistik.

Page 26: Jawaban Psikologi Pembelajaran

Clark (1988) menggunakan pendekatan holistik untuk menjelaskan konsep

kreativitas dengan berdasarkan pada fungsi-fungsi berpikir, merasa,

mengindera, dan intuisi. Clark menganggap bahwa kreativitas itu mencakup

sintesis dari fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Thinking

2. Feeling

3. Sensing

4. Intuiting.

Thinking merupakan berpikir rasional dan dapat diukur serta dapat

dikembangkan melalui latihan-latihan yang dilakukan secara sadar dan

sengaja. Feeling menunjuk pada suatu tingkat kesadaran yang melibatkan segi

emosional dari individu untuk kemudian dipindahkan kepada individu lain

sehingga muncul respon emosional. Sensing menunjuk pada suatu keadaan di

mana dengan bakat yang ada diciptakan suatu produk baru yang dapat dilihat

atau didengar oleh orang lain. Ini memungkinkan bila mmeiliki perkembangan

fisik, mental, dan keterampilan yang tinggi di bidang yang menjadi bakatnya.

Intuiting menuntut adanya suatu tingkatan kesadaran yang tinggi yang

dihasilkan dengan cara membayangkan, berfantasi, dan melakukan terobosan

ke daerah prasadar dan tak sadar.

Adapun pendekatan sosiologis berasumsi bahwa kreativitas individu

merupakan hasil dari proses interaksi sosial, di mana individu dengan segala

potensi dan disposisi kepribadiannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial

tempat individu itu berada, yang meliputi ekonomi, politik, kebudayaan, dan

peranan keluarga.

© Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas dan pengaruhnya bagi

kehidupan seseorang

Utami Munandar (1988) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kreativitas adalah:

1. Usia

2. Tingkat pendidikan orang tua

Page 27: Jawaban Psikologi Pembelajaran

3. Tersedianya fasilitas

4. Penggunaan waktu luang.

Clark (1983) mengkategorikan faktor-faktor yang mempengaruhi

kreativitas ke dalam dua kelompok, yakni faktor yang mendukung dan yang

menghambat. Faktor-faktor yang dapat mendukung perkembangan kreativitas

adalah:

1. Situasi yang menghadirkan ketidaklengkapan serta keterbukaan.

2. Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya banyak

pertanyaan.

3. Situasi yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan sesuatu.

4. Situasi yang mendorong tanggungjawab dan kemandirian.

5. Situasi yang menekankan inisiatif diri untuk menggali, mengamati,

bertanya, merasa, mengklasifikasikan, mencatat, menerjemahkan,

memprakirakan, menguji hasil prakiraan, dan mengkomunikasikan.

6. Kedwibahasaan yang memungkinkan untuk mengembangkan potensi

kreativitas secara lebih luas karena akan memberikan pandangan dunia

secara lebih bervariasi, lebih fleksibel dalam menghadapi masalah, dan

mampu mengekspresikan dirinya dalam cara yang berbeda dari

umumnya orang lain yang dapat muncul dari pengalaman yang

dimilikinya.

7. Posisi kelahiran (berdasarkan tes kreativitas, anak sulung laki-laki lebih

kreatif daripada anak laki-laki yang lahir kemudian).

8. Perhatian dari orang tua terhadap minat anaknya, stimulasi dari

lingkungan sekolah, dan motivasi diri.

Sedangkan faktor-faktor yang menghambat berkembangnya kreativitas

adalah sebagai berikut:

1. Adanya kebutuhan akan keberhasilan, ketidakberanian dalam

menanggung risiko atau upaya mengejar sesuatu yang belum diketahui.

2. Konformitas terhadap teman-teman kelompoknya dan tekanan sosial.

Page 28: Jawaban Psikologi Pembelajaran

3. Kurang berani dalam melakukan eksplorasi, menggunakan imajinasi, dan

penyelidikan.

4. Stereotip peran seks/jenis kelamin.

5. Diferensiasi antara bekerja dan bermain.

6. Otoritarianisme.

7. Tidak menghargai terhadap fantasi dan hayalan.

Menurut Rogers (dalam Munandar, 1999) Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kreativitas adalah:

a. Faktor internal individu

Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat

mempengaruhi kreativitas, diantaranya :

1. Keterbukaan terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau

dalam individu. Keterbukaan terhadap pengalaman adalah

kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman

hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada

usaha defense, tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman

tersebut. Dengan demikian individu kreatif adalah individu yang

mampu menerima perbedaan

2. Evaluasi internal, yaitu kemampuan individu dalam menilai produk

yang dihasilkan ciptaan seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri,

bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian

individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari

orang lain.

3. Kemampuan untuk bermaian dan mengadakan eksplorasi terhadap

unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep atau membentuk kombinasi

baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

Page 29: Jawaban Psikologi Pembelajaran

b. Faktor eksternal (Lingkungan)

Faktor eksternal (lingkungan) yang dapat mempengaruhi kreativitas

individu adalah lingkungan kebudayaan yang mengandung keamanan dan

kebebasan psikologis. Peran kondisi lingkungan mencakup lingkungan

dalam arti kata luas yaitu masyarakat dan kebudayaan. Kebudayaan dapat

mengembangkan kreativitas jika kebudayaan itu memberi kesempatan adil

bagi pengembangan kreativitas potensial yang dimiliki anggota

masyarakat. Adanya kebudayaan creativogenic, yaitu kebudayaan yang

memupuk dan mengembangkan kreativitas dalam masyarakat, antara lain :

1. tersedianya sarana kebudayaan, misal ada peralatan, bahan dan

media,

2. adanya keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan bagi semua

lapisan masyarakat,

3. menekankan pada becoming dan tidak hanya being, artinya tidak

menekankan pada kepentingan untuk masa sekarang melainkan

berorientasi pada masa mendatang

4. memberi kebebasan terhadap semua warga negara tanpa

diskriminasi, terutama jenis kelamin,

5. adanya kebebasan setelah pengalamn tekanan dan tindakan keras,

artinya setelah kemerdekaan diperoleh dan kebebasan dapat

dinikmati,

6. keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan yang berbeda,

7. adanya toleransi terhadap pandangan yang berbeda,

8. adanya interaksi antara individu yang berhasil, dan

9. adanya insentif dan penghargaan bagi hasil karya kreatif.

Sedangkan lingkungan dalam arti sempit yaitu keluarga dan

lembaga pendidikan. Di dalam lingkungan keluarga orang tua

adalah pemegang otoritas, sehingga peranannya sangat menentukan

pembentukan krativitas anak. Lingkungan pendidikan cukup besar

pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir anak didik untuk

menghasilkan produk kreativitas, yaitu berasal dari pendidik.

Page 30: Jawaban Psikologi Pembelajaran

Selain itu Hurlock (1993), mengatakan ada enam faktor yang

menyebabkan munculnya variasi kreativitas yang dimiliki individu, yaitu:

1. Jenis kelamin

Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak

perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk

sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap

anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan

untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil

resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih

menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.

2. Status sosioekonomi

Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih

kreatif dari anak kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak

kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak

kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang

diperlukan bagi kreativitas.

3. Urutan kelahiran

Anak dari berbagai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas

yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan

daripada bawaan. Anak yang lahir ditengah, belakang dan anak tunggal

mungkin memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama.

Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan

diri dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk

menjadi anak yang penurut daripada pencipta.

4. Ukuran keluarga

Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih

kreatif daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar cara

mendidik anak yang otoriter dan kondisi sosiekonomi kurang

menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi

perkembangan kreativitas.

Page 31: Jawaban Psikologi Pembelajaran

5. Lingkungan

Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan

pedesaan.

6. Intelegensi

Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar

daripada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak

gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan

lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.

Pengaruhnya bagi kehidupan seseorang (bagi peserta didik):

Jika kita membicarakan tentang perkembangan peserta didik, salah satu

yang tidak boleh terlewatkan adalah perihal kreativitas dan bagaimana

menumbuhkembangkan kreativitas serta  permasalahan yang dihadapi dalam

menumbuhkembangkan kreativitas. Kreativitas merupakan hal yang sangat

penting bagi manusia apalagi pada saat peserta didik atau seseorang sedang

mengalami perkembangan, pertumbuhan dan perkembangan kreativitas

peserta didik sangat penting untuk diperhatikan. Jika kreativitas peserta didik

dapat optimal, maka diharapkan akan memberikan pengaruh yang positif bagi

kehidupannya dimasa yang akan datang. Tetapi jika kreativitas peserta didik

tidak berkembang atau bahkan dibatasi, maka kemampuan yang dimilkinya

tidak akan tersalurkan dengan baik dan akan memberikan peran yang kurang

optimal dalam kehidupanya di masa yang akan datang.

Sedemikian pentingnya peran kreativitas untuk peserta didik khususnya

atau sesorang  pada umumnya, sangat dianggap perlu untuk bagaimana

caranya agar kreativitas peserta didik atau seseorang dapat

ditumbuhkembangkan secara baik dan bisa optimal. Untuk mencapai

perkembangan yang baik dan optimal tentunya tidak mudah, karena untuk

mencapai hal itu, beberapa masalah sudah tentu akan muncul. Namun

demikian, para pendidik atau orang tua pada umumnya harus bisa mengatasi

masalah yang muncul itu mengingat penting dan pengaruh kreativitas pada

kehidupan peserta didik atau seseorang.

Page 32: Jawaban Psikologi Pembelajaran

Dengan kata lain, kreativitas merupakan faktor penting yang mendukung

seseorang untuk mencapai kesuksesan. Bila kita mengamati orang-orang yang

sukses, kita mendapati bahwa kesuksesan mereka bukan semata-mata karena

inteligensi mereka yang tinggi, namun lebih merupakan hasil keberanian

mereka untuk membuat lompatan yang tidak biasa. Mereka berani membuat

sesuatu yang baru, berpikir lain dari pada kebiasaan orang, atau bisa dikatakan

memanfaatkan kreativitas mereka untuk membuat sesuatu terobosan yang

unik.

Proses pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kreativitas

seorang anak. Pendidikan yang dimaksud bukan hanya pendidikan di sekolah,

melainkan juga pendidikan di rumah oleh orang tua. Orang tua, sebagai

pendidik pertama dan utama bagi seorang anak, mempunyai kesempatan

istimewa untuk membangkitkan kreativitas anak, sebab dari figur orang tua

lah seorang anak pertama kali mengembangkan cara berpikir dan membentuk

sikap belajarnya. Berikut beberapa alasan pentingya kreativitas:

1.  Untuk menemukan gagasan, ide, peluang dan inspirasi baru.

2.  Untuk merubah masalah, kesulitan, kegagalan, untuk menjadi sesuatu yang

berguna untuk melangkah di masa depan.

3.  Untuk menemukan solusi yang inovatif.

4.  Untuk menemukan hal yang belum pernah terjadi, hingga memunculkan

sesuatu yang baru.

5.  Untuk menmukan teknologi baru.

6.  Untuk merubah keterbatasan atau kelemahan menjadi sebuah kekuatan

atau keunggulan.

Cara menumbuhkembangkan kreativitas:

Mengingat begitu pentingya kreativitas bagi kehidupan seseorang, maka

sangat dianggap perlu untuk membangkitkan kemampuan kreativitasnya.

Terdapat beberapa cara yang bisa ditempuh untuk membangkitkan

kemampuan kreativitas seseorang, diantaranya seperti yang tercantum di

bawah ini:

Page 33: Jawaban Psikologi Pembelajaran

1. Berimajinasi.

2. Berpikir berbeda dari yang lain.

3. Berpikir optimis bukan pesimis dalam menghadapi persoalan yang belum

terpecahkan.

4. Selalu membuat konsep.

5. Berpikir, melihat, memvisualisasikan dari segala aspek.

6. Berpikir lebih detail.

7. Mengamati perubahan-perubahan yang terjadi.

8. Berpikir bahwa segala sesuatu bisa lebih disempurnakan lagi.

Sejalan dengan penjelasan di atas, Torrance (1981) juga menekankan

pentingnya dukungan dan dorongan dari lingkungan agar individu dapat

berkembang kreativitasnya. Menurutnya, salah satu lingkungan yang pertama

dan utama dapat mendukung atau menghambat berkembangnya kreativitas

adalah lingkungan keluarga, terutama interaksi dalam keluarga tersebut. Ini

dapat dimungkinkan karena sebagian besar waktu kehidupan anak

berlangsung dalam keluarga.

DAFTAR PUSTAKA:

Asrori, Mohmmad. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.

Cafuzzi. 2009. Child Development. Sixth Edition. New York : Mc. Graw Hill. Inc.

Efendi, Mohammad. 2006. Pengantar Psiko Paedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Erford. 2004. Exploring Child Behavior. New York : HoltRinehartand Winston.

Hadis, Fawzia Aswin, (2008). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Munandar, Utami. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Seifert, Kelvin L. & Hoffnung, Robert J. (1991). Child and Adolescent Development, Second Edition. Boston : Houghton Mifflin Company.

Page 34: Jawaban Psikologi Pembelajaran

4. Kesuksesan seseorang dalam belajar banyak ditentukan faktor kemandirian.

a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kemandirian.

b. Tingkatan dan karakteristik kemandirian.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian

d. Bagaimana upaya Anda sebagai pendidik dan pengajar mewujudkan peserta

didik yang mandiri.

Penjelasan:

a. Pengertian Kemandirian

Kata “kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang mendapatkan awalan

“ke” dan akhiran “an” yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata

benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar “diri”, maka pembahasan

mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai

perkembangan “diri” itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan

istilah “self” karena “diri” itu merupakan inti dari kemandirian.

Istilah kemandirian, diantaranya adalah: self-determinism, autonomus

morality, ego integrity, the creative self, self-actualization, self-system, real self,

self-efficacy, self-expansion, self-esteem, self-pity, self-respect, self-sentience, self-

sufficiency, self-expression, self-direction, self-structure, self-contempt, self-

control, self-righteousness, self-effecement.

Konsep yang sering digunakan atau yang berdekatan dengan kemandirian

adalah yang sering disebut dengan istilah “autonomy”. Namun demikian, berpijak

dari pengertian maupun konsep yang ada, kemandirian dapat dikatakan suatu

sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan

sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan

dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh

inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan

memperoleh kepuasan dari usahanya.

Page 35: Jawaban Psikologi Pembelajaran

b. Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian

Sebagai suatu dimensi psikologi yang kompleks,kemandirian dalam

perkembangannya memiliki tingkatan-tingkatan. Perkembangan kemandirian

seseorang berlangsung secara bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan

kemandirian tersebut. Menurut Lovinger (dalam Mohammad Asrori, 2008),

mengemukakan tingkatan kemandirian dan karakteristiknya, yaitu:

1. Tingkat pertama, adalah tingkatan implusif dan melindungi diri. Tingkatan

ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari

interaksinya dengan orang lain.

b. Mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik.

c. Berfikir tidak logis dan tertegun pada cara berfikir tertentu ( stereotype).

d. Cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum games.

e. Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta lingkunganya.

2. Tingkat kedua, adalah konformistik. Ciri-cirinya adalah :

a. Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial.

b. Cenderung berpikir stereotype dan klise.

c. Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal.

d. Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian.

e. Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya intropeksi.

f. Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal.

g. Takut tiadak diterima kelompok.

h. Tidak sensitif terhadap keindividualan.

i. Merasa berdosa jika melanggar aturan.

3. Tingkatan ketiga, adalah tingkat sadar diri. Ciri-cirinya adalah:

a. Mampu berfikir alternatif

b. Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi.

c. Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada.

d. Menekankan pada pentingnya memecahkan masalah.

e. Memikirkan cara hidup.

f. Penyesuaian terhadap situasi dan peranan.

Page 36: Jawaban Psikologi Pembelajaran

4. Tingkat keempat, adalah tingkat saksama (conscientious). Ciri-ciri nya

adalah :

a. Bertindak atas dasar nilai-nilai internal.

b. Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan.

c. Mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri sendiri

maupun orang lain.

d. Sadar akan tanggung jawab.

e. Mampu melakukan kritik dan penilaian diri.

f. Peduli akan hubungan mutualistik.

g. Memiliki tujuan jangka panjang.

h. Cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial.

i. Berfikir lebih kompleks dan atas dasar pola analisis

5. Tingkatan kelima, adalah tingkat individualistik. Ciri-cirinya adalah:

a. Peningkatan kesadaran individualitas.

b. Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan

ketergantungan.

c. Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.

d. Mengenal eksistensi perbedaan individual.

e. Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan.

f. Membedakan kehidupan internal dengan kehidupan luar dirinya.

g. Mengenal kompleksitas diri.

h. Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial.

6. Tingkatan keenam, adalah tingkatan mandiri. Ciri-cirinya adalah:

a. Memiliki pandangan hidup sesuai suatu keseluruhan

b. Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun

orang lain.

c. Peduli terhadap faham-faham abstrak, seperti keadilan sosial.

d. Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan.

e. Toleran terhadap ambiguitas.

f. Peduli akan pemenuhan diri (self-fulfilment)

g. Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal.

Page 37: Jawaban Psikologi Pembelajaran

h. Respek terhadap kemandirian orang lain.

i. Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain.

j. Mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan

keceriaan.

Sementara itu, Steiberg (1993) membedakan karakteristik kemandirian

atas tiga bentuk, yaitu: 1) kemandirian emosional (emotional autonomy); (2)

kemandirian tingkah laku (behavioral autonomy); dan 3) kemandirian nilai

(valve autonomy). Lengkapnya, Steiberg menulis: The first emotional

autonomy, that aspect of independence related to changes in the individual’s

close relationship, especially with parent. The second behavioral autonomy,

the capacity to make independent decisions and follow trough with them. The

third char acterization involves an aspect of independence referred to as value

autonomy-which is more than simply being able to resist pressures to go along

with the demands of other; it means having a set a principles about right and

wrong, about what is important and what is not.

Kutipan di atas menunjukkan karakteristik dari ketiga aspek kemandirian,

yaitu:

1. Kemandirian emosional, yakni aspek kemandirian yang menyatakan

perubahan kedekatan hubungan emosional antar individu, seperti hubungan

emosional peserta didik dengan guru atau dengan orang tuannya.

2. Kemandirian tingkah laku, yakni suatu kemampuan untuk membuat

keputusan-keputusan tanpa tergantung pada orang lain dan melakukannya

secara bertanggung jawab.

3. Kemandirian nilai, yakni kemampuan memaknai seperangkat prinsip

tentang benar dan salah tentang apa yang penting dan apa yang tidak

penting.

Page 38: Jawaban Psikologi Pembelajaran

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian pada remaja

menurut Masrun, (1986:4) yaitu:

1. Usia

Pengaruh dari orang lain akan berkurang secara perlahan-lahan pada

saat anak menginjak usia lebih tinggi. Pada usia remaja mereka lebih

berorientasi internal, karena percaya bahwa peristiwa-peristiwa dalam

hidupnya ditentukan oleh tindakannya sendiri. Anak-anak akan lebih

tergantung pada orang tuanya, tetapi ketergantungan itu lambat laun

akan berkurang sesuai dengan bertambahnya usia.

2. Jenis kelamin

Keinginan untuk berdiri sendiri dan mewujudkan dirinya sendiri

merupakan kecenderungan yang ada pada setiap remaja. Perbedaan

sifat-sifat yang dimiliki oleh pria dan wanita disebabkan oleh perbedaan

pribadi individu yang diberikan pada anak pria dan wanita. Dan

perbedaan jasmani yang menyolok antara pria dan wanita secara psikis

menyebabkan orang beranggapan bahwa perbedaan kemandirian antara

pria dan wanita.

3. Konsep diri

Konsep diri yang positif mendukung adanya perasaan yang kompeten

pada individu untuk menentukan langkah yang diambil. Bagaimana

individu tersebut memandang dan menilai keseluruhan dirinya atau

menentukan sejauh mana pribadi individualnya. Mereka yang

mmandang dan menilai dirinya mampu, cenderung memiliki

kemandirian dan sebaliknya mereka yang memandang dan menilai

dirinya sendiri kurang atau cenderung menggantungkan dirinya pada

orang lain.

4. Pendidikan

Semakin bertambahnya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang,

kemungkinan untuk mencoba sesuatu baru semakin besar, sehingga

orang akan lebih kreatif dan memiliki kemampuan. Dengan belajar

Page 39: Jawaban Psikologi Pembelajaran

seseorang dapat mewujudkan dirinya sendiri sehingga orang memiliki

keinginan sesuatu secara tepat tanpa tergantung dengan orang lain.

5. Keluarga

Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam melatarkan

dasar-dasar kepribadian seorang anak, demikian pula dalam

pembentukan kemandirian pada diri seseorang.

6. Interaksi sosial

Kemampuan remaja dalam berinteraksi dengan lingkungan social serta

mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik akan mendukung

perilaku remaja yang bertanggung jawab, mempunyai perasaan aman

dan mampu menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi dengan

baik tidak mudah menyerah akan mendukung untuk berperilaku

mandiri.

Sedangkan Mohammad Asrori (2008) membagi faktor yang

mempengaruhi perkembangan kemandirian; yaitu:

1. Gen atau keturunan orang tua

Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali

menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Namun, faktor

keturunan ini masih menjadi perdebatan karena ada yang berpendapat

bahwa sesungguhnya bukan sifat kemandirian orang tuanya itu

menurun kepada anaknya melainkan sifat orang tuanya itu muncul

dalam cara-cara orang tua mendidik anaknya.

2. Pola asuh orang tua.

Cara-cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan

mempengaruhi perkembangan kemandirian anak remajanya. Orang tua

yang terlalu banyak melarang atau mengeluarkan kata “jangan” kepada

anak tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan menghambat

perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya, orang tua yang

menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan dapat

mendorong kelancaran perkembangan anak. Demikian juga, orang tua

yang cenderung sering membanding-bandingkan anak yang satu

Page 40: Jawaban Psikologi Pembelajaran

dengan lainnya juga akan berpengaruh kurang baik terhadap

perkembangan kemandirian anaknya.

3. Sistem pendidikan di sekolah.

Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan

demokratisasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi

tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan kemandirian

remaja. Demikian juga, proses pendidikan yang banyak menekankan

pentingnya pemberian sanksi atau hukuman (punishment) juga dapat

menghambat perkembangan kemandirian remaja. Sebaliknya, proses

pendidikan yang lebih menekankan pentingnya penghargaan terhadap

potensi anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetisi positif akan

memperlancar perkembangan kemandirian remaja.

4. Sistem kehidupan di masyarakat.

Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya

hirarkhi struktur sosial, kurang terasa aman atau bahkan mencekam,

dan kurang menghargai manifestasi potensi remaja dalam kegiatan-

kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan

kemandirian remaja. Sebaliknya, lingkungan masyarakat yang aman,

menghargai ekspresi potensi remaja dalam bentuk berbagai kegiatan

dan tidak terlalu hirarkhis akan merangsang dan mendorong bagi

perkembangan kemandirian remaja.

Dari uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam

mencapai kemandirian seseorang tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang

mendasari terbentuknya kemandirian itu sendiri. Faktor-faktor ini mempunyai

peranan yang sangat penting dalam kehidupan yang selanjutnya akan

menentukan seberapa jauh seorang individu bersikap dan berpikir cara mandiri

dalam menjalani kehidupan lebih lanjut.

Page 41: Jawaban Psikologi Pembelajaran

d. Upaya pendidik mewujudkan peserta didik yang mandiri

Menurut Mohammad Asrori (2008) upaya mewujudkan kemandirian

remaja adalah:

1. Penciptaan partisiapasi dan keterlibatan remaja dalam keluarga

2. Penciptaan keterbukaan

3. Penciptaan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan

4. Penerimaan positif tanpa syarat

5. Empati terhadap remaja

6. Penciptaan kehangatan hubungan dengan remaja

Pentingnya Kemandirian bagi Peserta Didik

Hal ini dapat terlihat dari situasi kompleksitas kehidupan dewasa ini, yang

secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kehidupan peserta didik.

Pengaruh kompleksitas kehidupan terhadap peserta didik terlihat dari berbagai

fenomena yang sangat membutuhkan perhatian dunia pendidikan, seperti

perkelahian antarpelajar, peyalahgunaan obat dan alkohol, perilaku agresif dan

berbagai perilaku menyimpang yang sudah mengarah pada tindak kriminal.

Dalam konteks proses belajar, terlihat adanya fenomena peserta didik yang

kurang mandiri dalam belajar yang dapat menimbulkan gangguan mental

setelah memasuki pendidikan lanjutan, kekiasan belajar yang kurang baik

(seperti tidak betah belajar lama atau belajar hanya menjelang ujian,

membolos, menyontek dan mencari bocoran soal-soal ujian).

Fenomena-fenomena di atas, menuntut dunia pendidikan untuk

mengembangkan kemandirian peserta didik. Sunaryo Kartadinata (1988)

menyebutkan beberapa gejala yang berhubungan dengan permasalahan

kemandirian yang perlu mendapat perhatian dunia pendidikan, yaitu:

1. Ketergantungan disiplin kontrol luar dan bukan karena niat sendiri yang

ikhlas. Perilaku seperti ini akan mengarah pada perilaku formalistik,

ritualistik dan tidak konsisten, yang pada gilirannya akan menghambat

pembentukan etos kerja dan etos kehidupan yang mapan sebagai salah satu

ciri dari kualitas sumber daya dan kemandirian manusia.

Page 42: Jawaban Psikologi Pembelajaran

2. Sikap tidak peduli terhadap lingkungan hidup. Manusia mandiri bukanlah

manusia yang lepas dari lingkungannya, melainkan manusia yang

bertransenden terhadap lingkungannya. Ketidakpedulian terhadap

lingkungan hidup merupakan gejala perilaku impulsif, yang menunjukkan

bahwa kemandirian masyarakat masih rendah.

3. Sikap hidup konformistis tanpa pemahaman dan konformistik dengan

mengorbankan prinsip. Mitos bahwa segala sesuatunya bisa diatur yang

berkembang dalam masyarakat menunjukkan adanya ketidakjujuran dalam

berpikir dan bertindak serta kemandiriann yang masih rendah.

Gejala-gejala tersebut merupakan bagian kendala utama dalam

mempersiapkan individu-individu yang mengarungi kehidupan masa

mendatang yang semakin kompleks dan penuh tantangan. Oleh sebab itu,

perkembangan kemandirian peserta didik menuju ke arah kesempurnaan

menjadi sangat penting untuk dilakukan secara serius, sistematis dan

terprogram.

Dengan demikian, upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk

mewujudkan peserta didik yang mandiri, antara lain:

1. Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis, yang

memungkinkan peserta didik merasa dihargai.

2. Mendorong peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan

keputusan dan dalam berbagai kegiatan sekolah. Seperti memberikan

kepercayaan mereka dalam mengorganisasi sebuah kegiatan.

3. Memberi kebebasan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi

lingkungan, mendorong rasa ingin tahu mereka.

4. Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan peserta didik,

tidak membeda-bedakan perserta didik yang satu dengan yang lain.

5. Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan peserta didik, baik

dalam proses kegiatan belajar mengajar maupun di limgkungan

masyarakat.

Page 43: Jawaban Psikologi Pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Asrori, Mohammad. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.

B, Clark. 1998. Growing Up Gifted. Third Edition. Ohio: A Bell and Howell Information Company.

Buchori, Mochtar. 1994. Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia. Yogjakarta: Tiara Wacana.

E.B. Hurlock. 1991. The Psichology of Adolescence. New York: Houghton Mifflin.

Engkoswara. 2001. Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong Otonomi Daerah. Bandung: Yayasan Amal Keluarga, cetakan kedua.

Kartadinata, Sunaryo. 1988. Profil Kemandirian dan Orientasi Timbangan Sosial Mahasiswa serta Kaitannya dengan Perilaku Empatik dan Orientasi Nilai Rujukan. Bandung: IKIP Bandung.

Steiberg. 1993. Counseling the Gifted and Talent. Denver, Colorado: Love Publishing.

5. Pada awal perkuliahan Anda telah mempelajari berbagai teori pembelajaran

a. Di antara berbagai teori pembelajaran tersebut teori pembelajaran yang

manakah yang paling baik menurut Anda, dan berikan alasannya.

b. Alasan apakah yang mendasari banyaknya teori pembelajaran yang disusun

oleh para ahli.

c. Rumuskan sebuah teori belajar yang paling sesuai dengan kondisi sekarang

menurut pengalaman dan pengetahuan Anda sebagai pendidik yang di

dalamnya memuat; paradigma teori, definisi teori, karakteristik teori, proses

pelaksanaan teori dan hasil yang diharapkan dari teori tersebut.

Penjelasan:

a. Teori pembelajaran yang paling baik

Kriteria teori pembelajaran yang baik (ideal) yaitu; formal, akurat,

konsisten secara internal, dan memiliki cakupan yang luas mengenai

pembelajaran dan motivasi. Di antara teori-teori pembelajaran yanga ada

Page 44: Jawaban Psikologi Pembelajaran

tidak ada teori yang paling baik. Setiap teori memiliki kekurangan dan

kelebihan.Teori itu dikombinasikan dalam proses pembelajaran agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

Guru menggunakan teori pembelajaran sesuai dengan pemahaman

mereka. terkadang guru menggunakan lebih dari satu teori pembelajaran

dalam proses pembelajaran. Hal ini dilakukan agar tujuan dari pembelajaran

dapat tercapai.

Teori-teori pembelajaran yang mereka gunakan yaitu, teori behavioristik

dalam pembelajaran, teori pemrosesan informasi, teori metakognisi, teori

belajar sosial, teori problem solving (berdasarkan masalah), dan teori

konstruktivisme.

Teori Behavioristik dalam Pembelajaran:

Teori ini menjelaskan terjadinya proses pembelajaran adalah

“pengkondisian klasik (classical conditioning) yang dipelopori oleh Ivan

Pavlov dan “pengkondisian operan” (operant conditioning) yang dipelopori

oleh Burrhus F. Skinner.

Teori behavioristik lebih menekankan pada perubahan tingkah sebagai

hasil belajar. Teori behavioristik menganut model hubungan stimulus-

respon yang mendudukan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.

Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau

pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan

penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa

stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang

diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau

tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.

Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk

diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat

diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh

guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat

diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran

Page 45: Jawaban Psikologi Pembelajaran

meruapakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan

tingkah laku tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor

(reinforcement). Jika sesuatu yang tidak mengenakkan pebelajar sehingga

membuat ia melakukan kesalahan itu dikurangi bukan malah ditambah dan

pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya,

maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif

adalah penguatan positif (positive reinforcement). Kedua penguatan ini

bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif

menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat

respon.

Aplikasi teori pembelajaran behavioristik dalam pembelajaran:

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik

adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:

1. Mementingkan pengaruh lingkungan

2. Mementingkan bagian-bagian (elementalistik)

3. Mementingkan peranan reaksi

4. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur

stimulus respon

5. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuknya

sebelumnya.

6. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan

7. hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan

Peran Guru:

1. Menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap (modul,

instruksi, dll).

2. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat diikuti

contoh-contoh (dilakukan sendiri/simulasi).

3. Bahan pelajaran disusun sederhana menuju kompleks.

Page 46: Jawaban Psikologi Pembelajaran

4. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai

dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu.

5. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.

6. Kesalahan harus diperbaiki.

7. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan

dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori

behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan.

8. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang

kurang sesuai mendapat penghargaan negatif.

9. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.

Peran Siswa:

1. Berlaku (doing) sesuai instruksi.

2. Meniru perilaku yang dicontoh.

3. Mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan (positif-diulangi, negatif-

dihilangkan).

4. Berlatih melalui pengulangan dan pembiasaan.

5. Menguasai keterampilan dasar sebagai persyaratan penguasaan

keterampilan selanjutnya.

Teori pembelajaran behavioristik memang merupakan teori yang paling

dulu dikenal dibandingkan teori-teori pembelajaran lainnya. Walaupun

demikian bukan berarti teori ini tidak dapat dapat diterapkan pada masa

sekarang. Dalam penerapannya pada masa kini, sebagai contoh: ketika

siswa baru saja mendapatkan pelajaran Shalat, guru menuntunnya untuk

menerapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai rutinitas secara tepat

sesuai dengan norma agama. Selain itu, guru perlu menerangkan dan

membangun penghayatan makna shalat. Berdasarkan contoh tersebut

terlihat bahwa meskipun teori behavioristiknya masih sangat besar, namun

melibatkan teori lain seperti konstruktivisme yaitu tatkala guru berupaya

membangun pengetahuan siswa melalui pengalamannya mengerjakan

Page 47: Jawaban Psikologi Pembelajaran

Shalat. Pengetahuan yang dibangun berupa makna Shalat yang hadir melalui

perasaannya akibat penghayatan ketika melakukan Shalat.

Teori Pemrosesan Informasi dalam Pembelajaran:

Model pemprosesan informasi pada mulanya dilakukan dengan

menggunakan sistem komputer sebagai analogi. Bagaimanapun disadari

bahwa penggunaan sistem komputer sebagai analogi cara manusia

memproses, menyimpan dan mengingat kembali informasi sesungguhnya

kurang tepat karena terlalu menyederhanakan manusia. Cara manusia

memproses informasi sesungguhnya lebih kompleks dibandingkan dengan

komputer.

Teori pembelajaran pemrosesan informasi adalah bagian dari teori belajar

Sibernetik. Secara sederhana pengertian belajar menurut belajar sibernetik

adalah pengolahan informasi. Dalam teori ini, seperti psikologi kognitif,

bagi sibernetik mengkaji proses belajar penting dari hasil belajar, namun

yang lebih penting dari kajian proses belajar itu sendiri adalah sistem

informasi, sistem informasi inilah yang pada akhirnya akan menentukan

proses belajar.

Teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang

ideal untuk segala situasi, dan cocok untuk semua siswa. Asumsi ini

didasarkan pada suatu pemahaman yaitu cara belajar sangat ditentukan oleh

sistem informasi. Dengan penjelasan saat seorang siswa dapat memperoleh

informasi dengan satu proses dan siswa yang lain juga dapat memperoleh

informasi yang sama namun dengan proses belajar yang berbeda.

Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu;

(1) motivasi, (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5)

ingatan kembali; 96) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan Balik.

Menurut Slavin (2000: 175), teori pemrosesan informasi adalah teori

kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan dan

pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Teori ini menjelaskan

bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat

Page 48: Jawaban Psikologi Pembelajaran

dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, perlu menerapkan suatu

strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses

di dalam otak melalui beberapa indera.

Analisis Kelebihan: dengan menggunakan teori pemprosesan informasi

dalam pembelajaran akan membantu meningkatkan keaktifan siswa untuk

berpikir dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan berusaha mengaitkan

suatu kejadian atau proses pembelajaran yang menarik dengan materi yang

disampaikan, karena dalam teori pemprosesan informasi guru atau pendidik

dituntut untuk kreatif dalam memberikan pengajaran terhadap peserta didik.

Yang dimaksud guru kreatif tersebut adalah guru mampu menyajikan materi

pembelajaran dengan menggunakan alat bantu dan metode penyampaian

yang dapat menarik siswa sehingga, siswa akan mudah mengingat dan

memahami materi yang disampaikan.

Analisis Kelemahan: Jika seseorang guru tidak bisa menyampaikan

materi pembelajaran dengan metode dan alat bantu yang dapat menarik

siswa, maka pembelajaran akan terasa membosankan. Sehingga tidak akan

menarik perhatian siswa yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan

pembelajaran. Selain itu, apabila menghadapi siswa atau peserta didik yang

benar-benar tidak mampu diajak untuk aktif berpikir maka akan terjadi

ketidaksingkronan antara pendidik dan peserta didik sehingga tujuan

pembelajaran tidak akan tercapai

Teori Metakognisi dalam Pembelajaran:

Istilah metakognisi yang dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan

metacognition berasal dari dua kata yang dirangkai yaitu Meta dan Kognisi

(cognition). Istilah Meta berasal dari bahasa Yunani μετά yang dalam

bahasa Inggris diterjemahkan dengan (after, beyond, with, adjacent), adalah

suatu prefik yang dugunakan dalam bahasa Inggris untuk menunjukkan

pada suatu abstraksi dari suatu konsep. (Wikipedia, Free Encyclopedia,

2008). Sedangkan cognition, menurut Ensklopedia tersebut berasal dari

Page 49: Jawaban Psikologi Pembelajaran

bahasa Latin yaitu cognoscere, yang berarti mengetahui (to know) dan

mengenal (to recognize).

Kognisi, disebut juga gejala-gejala pengenalan, merupakan “The act or

process of knowing including both awareness and judgement” (Webster’s

Seventh New Collegiate Dictionary, 1972 : 161). Sementara itu Huitt

(2005) menyatakan “Cognition refers to the process of coming to know and

understand; the process of encoding, storing, processing, retrieving

information.” .

Metakognisi (metacognition) merupakan suatu istilah yang diperkenalkan

oleh Flavell pada tahun 1976. Menurut Flavell, sebagaimana dikutip oleh

Livingston (1997), metakognisi terdiri dari pengetahuan metakognitif

(metacognitive knowledge) dan pengalaman atau regulasi metakognitif

(metacognitive experiences or regulation). Pengetahuan metakognitif

menunjuk pada diperolehnya pengetahuan tentang proses-proses kognitif,

pengetahuan yang dapat dipakai untuk mengontrol proses kognitif.

Sedangkan pengalaman metakognitif adalah proses-proses yang dapat

diterapkan untuk mengontrol aktivitas-aktivitas kognitif dan mencapai

tujuan-tujuan kognitif.Sedangkan Livingstone (1997) mendefinisikan

metakognisi sebagai thinking about thinking atau berpikir tentang berpikir.

Metakognisi, menurut tokoh tersebut adalah kemampuan berpikir di

mana yang menjadi objek berpikirnya adalah proses berpikir yang terjadi

pada diri sendiri. Ada pula beberapa ahli yang mengartikan metakognisi

sebagai thinking about thinking, learning to think, learning to study,

learning how to learn, learnig to learn, learning about learning (NSIN

Research Matters No. 13, 2001).

Sementara itu Margaret W. Matlin (1998: 256) dalam bukunya yang

diberi judul Cognition, menyatakan : “Metacognition is our knowledge,

awareness, and control of our cognitive process” . Metakognisi, menurut

Matlin, adalah pengetahuan, kesadaran, dan kontrol terhadap proses kognitif

yang terjadi pada diri sendiri.

Page 50: Jawaban Psikologi Pembelajaran

Wellman (1985) sebagaimana pendapatnya dikutip oleh Usman Mulbar

(2008) menyatakan bahwa: Metacognition is a form of cognition, a second

or higher order thinking process which involves active control over

cognitive processes. It can be simply defined as thinking about thinking or

as a “person’s cognition about cognition” Metakognisi, menurut Wellman,

sebagai suatu bentuk kognisi, atau proses berpikir dua tingkat atau lebih

yang melibatkan pengendalian terhadap aktivitas kognitif. Karena itu,

metakognisi dapat dikatakan sebagai berpikir seseorang tentang berpikirnya

sendiri atau kognisi seseorang tentang kognisinya sendiri.

William Peirce mendefinisikan metakognisi secara umum dan secara

khusus. Menurut Peirce (2003), secara umum metakognisi adalah berpikir

tentang berpikir. Sedangkan secara khusus, dia mengutip definisi

metakognisi yang dibuat oleh Taylor, yaitu “an appreciation of what one

already knows, together with a correct apprehension of the learning task

and what knowledge and skills it requires, combined with the ability to

make correct inferences about how to apply one’s strategic knowledge to a

particular situation, and to do so efficiently and reliably.” (Peirce, 2003).

Tokoh berikut yang juga mendefinisikan metakognisi antara lain Hamzah B.

Uno. Menurut Uno (2007: 134) metakognisi merupakan keterampilan

seseorang dalam mengatur dan mengontrol proses berpikirnya.

Taccasu Project (2008) mendiskripsikan pengertian metakognisi sebagai

berikut ini:

Metacognition is the part of planning, monitoring and evaluating the

learning process.

Metacognition is is knowledge about one’s own cognitive system;

thinking about one’s own thinking; essential skill for learning to

learning.

Metacognition includes thoughts about what are we know or don’t know

and regulating how we go about learning.

Metacognition involves both the conscious awareness and the conscious

control of one’s learning.

Page 51: Jawaban Psikologi Pembelajaran

Metacognition is learning how to learn involves possessing or acquiring

the knowledge and skill to learn effectively in whatever learning

situation learners encounters.

Metakognisi, sebagaimana dideskripsikan pengertiannya oleh Taccasu

Project pada dasarnya adalah kemampuan seseorang dalam belajar, yang

mencakup bagaimana sebaiknya belajar dilakukan, apa yang sudah dan

belum diketahui, yang terdiri dari tiga tahapan yaitu perencaan mengenai

apa yang harus dipelajari, bagaimana, kapan mempelajari, pemantauan

terhadap proses belajar yang sedang dia lakukan, serta evaluasi terhadap apa

yang telah direncanakan, dilakukan, serta hasil dari proses tersebut.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan pada uraian di

atas dapat diidentifikasi pokok-pokok pengertian tentang metakognisi

sebagai berikut.

Metakognisi merupakan kemampuan jiwa yang termasuk dalam

kelompok kognisi.

Metakognisi merupakan kemampuan untuk menyadari, mengetahui,

proses kognisi yang terjadi pada diri sendiri.

Metakognisi merupakan kemampuan untuk mengarahkan proses kognisi

yang terjadi pada diri sendiri.

Metakognisi merupakan kemampuan belajar bagaimana mestinya belajar

dilakukan yang meliputi proses perencanaan, pemantauan, dan evaluasi.

Metakognisi merupakan aktivitas berpikir tingkat tinggi. Dikatakan

demikian karena aktivitas ini mampu mengontrol proses berpikir yang

sedang berlangsung pada diri sendiri.

Teori Belajar Sosial dalam Pembelajaran:

Teori belajar sosial dikenalkan oleh Albert Bandura, yang mana konsep

dari teori ini menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman

dan evaluasi. Menurut Bandura, orang belajar melalui pengalaman langsung

atau pengamatan (mencontoh model). Orang belajar dari apa yang ia baca,

Page 52: Jawaban Psikologi Pembelajaran

dengar, dan lihat di media, dan juga dari orang lain dan lingkungannya.

(Sihnu Bagus).

Albert Bandura mengemukakan bahwa seorang individu belajar banyak

tentang perilaku melalui peniruan/modeling, bahkan tanpa adanya penguat

(reinforcement) sekalipun yang diterimanya. Proses belajar semacam ini

disebut “observational learning” atau pembelajaran melalui pengamatan.

Albert Bandura (1971), mengemukakan bahwa teori pembelajaran sosial

membahas tentang (1) Bagaimana perilaku kita dipengaruhi oleh lingkungan

melalui penguat (reinforcement) dan observational learning, (2) Cara

pandang dan cara pikir yang kita miliki terhadap informasi, (3) Begitu pula

sebaliknya, bagaimana perilaku kita mempengaruhi lingkungan kita dan

menciptakan penguat (reinforcement) dan observational opportunity.

Teori belajar sosial menekankan observational learning sebagai proses

pembelajaran, yang mana bentuk pembelajarannya adalah seseorang

mempelajari perilaku dengan mengamati secara sistematis imbalan dan

hukuman yang diberikan kepada orang lain.

Dalam observational learning terdapat empat tahap belajar dari proses

pengamatan atau modeling proses yang terjadi dalam observational learning

tersebut antara lain :

1. Atensi, dalam tahapan ini seseorang harus memberikan perhatian

terhadap model dengan cermat.

2. Retensi, tahapan ini adalah tahapan mengingat kembali perilaku yang

ditampilkan oleh model yang diamati maka seseorang perlu memiliki

ingatan yang bagus terhadap perilaku model.

3. Reproduksi, dalam tahapan ini seseorang yang telah memberikan

perhatian untuk mengamati dengan cermat dan mengingat kembali

perilaku yang telah ditampilkan oleh modelnya maka berikutnya adalah

mencoba menirukan atau mempraktekkan perilaku yang dilakukan oleh

model.

4. Motivasional, tahapan berikutnya adalah seseorang harus memiliki

motivasi untuk belajar dari model.

Page 53: Jawaban Psikologi Pembelajaran

Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan dengan teori belajar

sebelumnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku

seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura

memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks atas stimulus,

melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi-interaksi antara

lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.

Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya

condisioning (pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan). Selain itu,

pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris dalam

mempelajari perkembangan anak-anak. Penelitian ini berfokus pada proses

yang menjelaskan perkembangan anak-anak, faktor sosial dan kognitif.

Ada beberapa manfaat dari modeling atau belajar observasional,

contohnya yaitu:

a. Mereduksi atau mengeliminasi hambatan

Belajar observasi melalui model ini, bisa menghilangkan hambatan yang

dialami oleh seseorang. Misalnya, seseorang sangat takut akan ular.

Dengan proses pengamatan terhadap model yang dengan mudah

memegang dan menyentuh ular. Si pengamat akan berpendapat bahwa

ular bukan merupakan hewan yang terlalu menakutkan, dan hasil yang

didapatkan bahwa si pengamat mulai belajar untuk tidak takut terhadap

ular.

b. Mengajarkan keahlian baru

Dengan mengamati model, si pengamat dapat memperoleh keahlian

baru, dengan cukup mengamati.

c. Menghambat respons

Melihat model mendapatkan ganjaran hukuman atas perbuatan yang

dilakukannya, dapat membuat respons si pengamat terhadap situasi yang

sama menjadi terhambat.

Page 54: Jawaban Psikologi Pembelajaran

d. Memfasilitasi respons

Memfasilitasi di sini berupa dengan proses pengamatan yang dilakukan

dapat meningkatnya kemungkinan si pengamat untuk melakukan respon

yang sama.

e. Mengajarkan kreativitas

Mengajarkan kreativitas ini dapat dilakukan dengan cara menunjukkan

kepada pengamat beberapa model yang menyebabkan pengamatan

mengadopsi kombinasi berbagai karakteristik atau gaya.

f. Mengajarkan kaidah dan aturan umum

Penggunaan modeling, tidak selalu memicu imitasi dari pengamat.

Pengamat bisa mempelajari apa kaidah atau prinsip yang dicontohkan

dalam berbagai pengalamn modeling, kemudian prinsip dan kaidah yang

telah dipahami bisa dipakai secara efektif untuk memecahkan problem

yang berbeda dari situasi sebelumnya. Dalam prosesnya, pengamat

harus mengamati berbagai macam situasi yang memiliki kaidah atau

prinsip yang sama, mengambil inti sari kaidah atau prinsip dari berbagai

pengalaman berbeda, lalu menggunakan kaidah atau prinsip itu dalam

situasi yang baru dan berbeda.

Kelebihan dan kekurangan teori Sosial Albert Bandura:

Metode ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang

membutuhkan praktik dan pembiasaan yang mengandung unsure kecepatan

spontanitas kelenturan daya tahan dan sebagainya. Teori ini juga cocok

diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan peran orang

tua. Kekurangan metode ini adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada

guru bersifat mekanistis dan hanya berorientasi pada hasil. Murid dipandang

pasif, murid hanya mendengarkan, menghafal penjelasan guru sehingga

guru sebagai sentral dan bersifat otoriter.

Page 55: Jawaban Psikologi Pembelajaran

Teori Problem Solving dalam Pembelajaran

Problem solving atau penyelesaian suatu masalah dalam proses

pembelajaran melibatkan pelbagai jenis pemikiran atau kognisi seperti

mengidentifikasi, mengkategori, menyusun, membuat inferensi,

merumuskan analogi, dan mengingat kembali.

Strategi penyelesaian masalah:

a. Algoritma: adalah prosedur langkah demi langkah yang bersifat

sistematik dan konsisten serta menghasilkan penyelesaian yang sama

setiap kali digunakan.

b. Heuristik: adalah jalan pintas yang memiliki kemungkinan tinggi untuk

membawa kepada penyelesaian yang tepat (rules of thumb). Ini

merupakan butir-butir informasi lama yang pernah digunakan dalam

membantu penyelesaian masalah pada masa lalu.

c. Merumuskan Sub-Tujuan: adalah strategi memperincikan suatu masalah

yang kompleks ke dalam beberapa sub-tujuan atau sub-masalah

sehingga memudahkan dalam penyelesaiannya.

Keunggulan dan kelemahan teori belajar Problem Solving dalam

pembelajaran:

Sebagai salah satu alternatif teori pembelajaran, pemecahan masalah

(problem solving) memiliki beberapa keunggulan (Wina Sanjaya, 2006:

220), diantaranya:

a. Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teori pembelajaran

yang mencakup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

b. Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kepuasan

tersendiri untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa dalam setiap

mata pelajaran yang mereka hadapi.

c. Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas

pembelajaran siswa agar aktif.

d. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk

mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam

Page 56: Jawaban Psikologi Pembelajaran

pembelajaran yang mereka lakukan serta mengarahkan cara belajar

mandiri.

e. Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa menunjukkan

kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran khususnya akuntasi, pada

dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti

oleh siswa, bukan hanya sekadar dari guru saja.

f. Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan

dan memberikan pengalaman belajar sehingga merangsang minat serta

disukai siswa.

g. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan

kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan

kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

h. Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan

pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki

dalam dunia nyata.

i. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat

siswa untuk terus-menerus (kontinuitas) belajar sekalipun belajar pada

pendidikan formal telah berakhir atau belajar sepanjang hayat.

Kelemahan teori pembelajaran Problem Solving:

a. Pemecahan masalah (problem solving) dianggap oleh para siswa sebagai

suatu hal yang merepotkan karena harus melalui tahapan-tahapan.

b. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai

kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan

maka mereka akan merasa ragu untuk mencoba.

c. Keberhasilan teori pembelajaran melalui pemecahan masalah (problem

solving) membutuhkan cukup waktu yang lama untuk persiapan.

d. Karena siswa cenderung untuk bekerja sendiri, mereka mungkin tidak

dapat “menemukan” semua hal yang seharusnya mereka dapatkan.

e. Siswa yang menggunakan pemecahan masalah (problem solving) yang

tidak tepat mungkin akan membuat kesimpulan yang salah.

Page 57: Jawaban Psikologi Pembelajaran

Teori Konstruktivisme dalam pembelajaran:

Tekanan utama teori konstruktivisme adalah lebih memberikan tempat

kepada siswa/subjek didik dalam proses pembelajaran daripada guru atau

instruktur. Teori berpandangan bahwa siswa yang berinteraksi dengan

berbagai objek dan peristiwa sehingga mereka memperoleh dan memahami

pola-pola penanganan terhadap objek dan peristiwa tersebut. Dengan

demikian, siswa sesungguhnya mampu membangun konseptualisasi dan

pemecahan masalah mereka sendiri. Oleh karena itu, kemandirian dan

kemampuan berinisiatif dalam proses pembelajaran sangat didorong untuk

dikembangkan.

Ciri-Ciri Pembelajaran Konstruktivisme:

Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh

teori konstruktivisme, yaitu:

a. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar.

b. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.

c. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin

dicapai.

d. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan

menekankan pada hasil.

e. Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan.

f. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.

g. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.

h. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa.

i. Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip teori kognitif.

j. Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses

pembelajaran; seperti: prediksi, inferensi, kreasi, dan analisis.

k. Menekankan pentingnya “bagaimana” siswa belajar.

l. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi

dengan siswa lain dan guru.

m. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif.

n. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata.

Page 58: Jawaban Psikologi Pembelajaran

o. Menekankan pentingnya konteks dalam belajar.

p. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar.

q. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan

dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata.

Kelebihan teori pembelajaran konstrutivisme:

Murid berpikir untuk menyelesaikan masalah, menjandi idea dan

membuat keputusan. paham karena murid terlibat secara langsung dalam

membina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan boleh

mengapliksikannya dalam semua situasi. Selian itu murid terlibat secara

langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.

Kemahiran sosial diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan dan guru

dalam membina pengetahuan baru; Adanya motivasi untuk siswa bahwa

belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri; Mengembangkan

kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri

pertanyaannya; Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan

pemahaman konsep secara lengkap; Mengembangkan kemampuan siswa

untuk menjadi pemikir yang mandiri; Lebih menekankan pada proses

belajar bagaimana belajar itu.

Kelemahan teori konstruktivisme:

Kelemahan bisa kita lihat dalam proses belajarnya di mana peran guru

sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung; siswa berbeda

persepsi satu dengan yang lainnya.

b. Alasan apakah yang mendasari banyaknya teori pembelajaran yang

disusun oleh para ahli

Dalam melakukan sebuah proses pembelajaran, seorang guru perlu

memahami berbagai gaya saat mengajar. Gaya-gaya tersebut merupakan

cerminan dari model suatu teori pembelajaran. Teori-teori tersebut memiliki

konstribusi yang sama dalam pembelajaran, karena semuanya bertujuan

Page 59: Jawaban Psikologi Pembelajaran

melahirkan sesosok manusia yang mampu bersaing menghadapi fenomena

dunia yang tak pandang bulu. Namun, tak ada yang benar-benar sempurna.

Masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan yang nantinya akan

saling melengkapi. Penting bagi terciptanya kualitas manusia unggulan.

Kemajuan teknologi dan globalisasi menuntut segalanya harus canggih dan

modern. Hal itu harus diimbangi pula dengan manusia-manusia maju yaitu

cerdas, kritis, dan inovatif.

Pergeseran teori pembelajaran disebabkan karena kurang mampunya

sebuah teori melahirkan sosok manusia yang diharapkan. Memang di dunia

ini tidak ada yang sempurna, namun berusaha untuk mencapainya itu perlu.

Pergeseran teori pembelajaran itu akibat sifatnya yang terlalu idealis atau

masing-masing hanya menganggap dirinya sebagai satu-satunya teori yang

paling baik. Kemudian adanya keingintahuan dari pada ahli untuk

memecahkan dan menutup kekurangan yang ada, adanya sikap kritis dari para

ahli untuk mencari kebenaran dari ilmu pengetahuan. Lalu apa tujuan

diadakannya pergeseran tersebut? Yakni, untuk menutupi kesalahan yang

telah lalu dan penyempurnaan teori yang sekarang ada.

Teori pembelajaran merupakan suatu sarana yang dapat mendukung

pembelajaran. Namun, teori tersebut bukan satu-satunya pendukung

melainkan hanya sebagai salah satu dari banyak pendukung. Sehingga,

sebagai seorang pendidik jangan hanya berpedoman pada teori-teori

pembelajaran tetapi berusaha mengekspresikan pikiran dan gagasannya untuk

menghasilkan sebuah inovasi dalam pembelajaran, atau dari berbagai teori

dapat dikombinasikan dan diambil sisi manfaat untuk menghasilkan sesuatu

yang baru. Jadi, jika hanya terpacu pada sebuah teori pembelajaran tentu tidak

akan menghasilkan suatu pembelajaran yang optimal dan tidak melahirkan

bibit-bibit manusia berkualitas. Sang pendidik harus memiliki jiwa berpikir

kritis untuk memiliah-memilah hal yang sesuai untuk para siswanya dalam

mengajar, bukan hanya sesuai untuk dirinya.

Selanjutnya, masa depan adalah masa perkiraan di mana semua orang

mengharapkan sesuatu yang baru dan lebih baik. Sesuatu tidak dapat disebut

Page 60: Jawaban Psikologi Pembelajaran

baru tanpa hal yang baru. Sebagai pendidik, perlu mengadakan inovasi

terhadap pembelajaran. Inovasi tersebut bukan berarti harus hal yang rumit

atau susah, tetapi kunci utamanya adalah cocok untuk siswa. Memancing

siswa untuk kritis, kreatif, dan inovatif tidak dapat terwujud jika pendidik

juga tak mampu melakukannya. Tidak ada sesuatu yang bagus jika berdiri

sendiri. Jadi, di masa depan bukan berarti teori harus benar-benar baru, tetapi

bisa berpedoman dari kombinasi teori-teori lama dan menghasilkan teori baru

yang sesuai dengan siswa.

 Hal ini dikarenakan pada dasarnya semua teori itu tidak ada yang sama,

hanya saja penerapannya dalam pembelajaran serta pandangan terhadap

peserta didik yang berbeda. Jadi penggunaan teori belajar dan pembelajaran

dalam proses pembelajaran merupakan acuan dalam menjalankan proses

pembelajaran di kelas agar tercipta kondisi sesuai yang diinginkan.

c. Rumuskan sebuah teori belajar yang paling sesuai dengan kondisi

sekarang menurut pengalaman dan pengetahuan Anda sebagai pendidik

yang di dalamnya memuat; paradigma teori, definisi teori, karakteristik

teori, proses pelaksanaan teori dan hasil yang diharapkan dari teori

tersebut

Isu utama dunia pendidikan kita sekarang ini menyangkut pendidikan

karakter. Pendidikan seperti ini dipercaya selain menjadi bagian dari proses

pembentukan akhlak anak bangsa, juga dianggap mampu menjadi pondasi

utama dalam mensukseskan Indonesia Emas 2025. Maka tidak heran kalau

dalam perspektif Kemdiknas, pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan

di seluruh jenjang pendidikan yang dibinanya, tidak kecuali di pendidikan

tinggi.

Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Prof dr Fasli Jalal, PhD menyatakan

bahwa pendidikan karakter sangat erat dan dilatarbelakangi keinginan

mewujudkan konsensus nasional yang berparadigma Pancasila dan UUD

1945. 

Page 61: Jawaban Psikologi Pembelajaran

Konsensus tersebut selanjutnya diperjelas melalui UU No 20 tahun 2003

tentang Sistim Pendidikan Nasional, yang berbunyi “Pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.”

Jika dihubungkan dengan pendidikan karakter dan teori pembelajaran

yang ada sekarang, ada beberapa pendekatan yang dapat menjelaskan

perkembangan kognitif dalam dunia pendidikan guna membentuk karakter

peserta didik yang seperti diharapkan sesuai dengan UU No.20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Teori pembelajaran itu salah satunya adalah teori konstruksi pemikiran

sosial yang merupakan suatu  perspektif yang menyatakan bahwa lingkungan

sosial dan budaya akan memberikan pengaruh terbesar terhadap pembentukan

kognisi dan pemikiran anak. 

Dalam teori Perkembangan Sosial Kognitif dikembangkan Lev

Vygotsky, memiliki implikasi langsung pada dunia pendidikan. Teori

Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar secara aktif lebih baik daripada

secara pasif. Teori ini kerap dijadikan salah satu bahasan kajian. Alasannya,

ia memiliki penilaian tersendiri yang membedakannya dengan para tokoh

yang lain.

Vygotsky merupakan satu di antara tokoh konstruktivis. Di mana

konstruktivisme adalah argumen bahwa pengetahuan merupakan konstruksi

dari seseorang yang mengenal sesuatu. Seseorang yang belajar dipahami

sebagai seseorang yang membentuk pengertian/pengetahuan secara aktif dan

terus-menerus.

Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekatnya

pembelajaran sosiokultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi

antara aspek “internal” dan “eksternal” dari pembelajaran dan penekanannya

Page 62: Jawaban Psikologi Pembelajaran

pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori ini, fungsi kognitif

berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya.

Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja

menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu berada

dalam zone of proximal development mereka. Ini adalah zona jarak antara

tingkat perkembangan sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan

pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan

potensial yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah di bawah

bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.

Teori ini menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya.

Pertama, menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling

berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah

yang efektif dalam masing-masing zone of proximal development mereka.

Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding. 

Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga

sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model

pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa

dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep-

konsep dan pemecahan masalah.

Dalam aplikasinya, teori ini menuntut pada penekanan interaksi antara

peserta didik dan tugas- tugas belajar. Mengedepankan suatu proses belajar

dimana siswa lebih berperan aktif. Dengan demikian peran guru lebih

bergeser lebih menjadi fasilitator konstruksi siswa.

Pembelajaran juga dituntut menggunakan zone of proximal development.

Dengan penyesuaian terus menerus. Selanjutnya adalah dengan banyak

menggunakan teman sebaya sebagai guru. Artinya bahwa memang bukan

hanya orang dewasa yang mampu membantu seorang anak dalam

perkembangan kognitifnya. Karena faktanya memang bahasa teman sebaya

lebih mudah untuk dipahami dalam interaksinya.

Analisis awal adalah langsung membandingkan inti teori Vygotsky. Hal

pertama yang menjadi  sorotan kita adalah tentang argumen bahwa interaksi

Page 63: Jawaban Psikologi Pembelajaran

sosial dan budaya lebih berperan dalam pengembangan kognitif anak. Inti

penekanan teori adalah bahwa interaksi sosial dengan sesuatu di luar dirinya

yang membuat kognitif anak berkembang. Dengan demikian, zone proximal

development anak semakin meningkat.

Pada intinya dapat disimpulkan bahwa dalam teori ini mengandung

banyak unsur  psikologi pendidikan, khususnya pokok bahasan pendidikan

dan budaya. Jika dalam teori ini  anak perlu berinteraksi dengan budaya.

Maka dalam filsafat pendidikan pun dapat kita temukan bahwa bahasa,

sebagai hasil budaya juga menjadi sangat sentral bagi berkembangnya

kognitif. Bahasa menjadi alat transfer ilmu. Beberapa konsep dalam psikologi

pendidikan juga selaras dengan teori pengembangan kognitif Vygotsky.

Psikologi pendidikan telah memberikan landasan filosofis bagi teori-teori

pengembangan intelektual. 

Kebutuhan 

Kita mencoba mengelaborasi pemikiran Abraham Maslow terkait

kebutuhan di sekolah. Paparan Maslow tentang Teori Hierarki Kebutuhan

Individu coba kita aplikasikan ke dalam kebutuhan sekolah atau untuk

kepentingan proses pendidikan. 

Kita tahu, Maslow membagi kebutuhan manusia ke dalam lima

kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari

yang paling penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga

yang sulit untuk dicapai atau didapat. Lima kebutuhan dasar Maslow berikut

ini disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak

terlalu krusial.

Pertama, kebutuhan fisiologis seperti sandang, pangan, papan, dan

kebutuhan biologis. Kedua, kebutuhan keamanan dan keselamatan seperti

tidak terancam lain sebagainya. Ketiga, kebutuhan sosial seperti memiliki

teman, memiliki keluarga dan lain-lain. Keempat, kebutuhan penghargaan

seperti penghargaan, hadiah dan lainnya. Kelima, kebutuhan aktualisasi diri

yakni kebutuhan bertindak sesuai dengan bakat dan minatnya.

Page 64: Jawaban Psikologi Pembelajaran

Aplikasi kebutuhan fisiologi dalam dunia pendidikan bisa berupa

penyediaan infrastruktur pendidikan yang memadai. Sebutlah, bangunan yang

representatif, ruang kelas, ruang kamar mandi, ruang istirahat, ruang

pertemuan yang nyaman.

Kebutuhan rasa aman diaplikasikan dengan sikap guru yang melakukan

pendekatan pertemanan dengan peserta didik. Lebih memposisikan diri

sebagai teman ketimbang hakim ataupun polisi dengan tetap mengendalikan

suasana kelas, menegaskan disiplin dan aturan reward and punishment secara

konsisten.

Kebutuhan sosial diaplikasikan dengan sinergi antara hubungan antara

guru dengan siswa, hubungan antara siswa dengan siswa. Dalam hubungan

antara guru dengan siswa misalnya, guru menunjukkan sikap peduli, sabar

dan terbuka hingga menimbulkan ketertarikan siswa. Guru lebih banyak

memberikan umpan balik positif, menghormati setiap keputusan siswanya

dan bisa diandalkan setiap munculnya masalah pada diri siswa. Sedangkan

dalam hubungan antar siswa adalah mendorong sikap saling percaya antar

siswa, seperti membentuk berbagai forum disukusi, olahraga dan lainnya.

Aplikasi kebutuhan akan penghargaan misalnya dilakukan dengan

scaffolding atau pengembangan pengetahuan baru berdasarkan latar

pengetahuan dan kebutuhan peserta didik. Mengembangkan strategi

pembelajaran yang bervariasi, melibatkan seluruh isi kelas untuk

berpartisipasi dan bertanggungjawab.

Sedangkan pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri seperti dengan

memberikan kesempatan kepada bagi peserta didik melakukan yang

terbaiknya dan menjelajah kemampuan dan potensi yang dimilikinya.

Pembelajaran dilakukan secara momentum atau dikaitkan dikaitkan dengan

kondisi yang sedang terjadi.

Penutup

Adalah suatu keniscayaan bahwa pendidikan karakter itu harus didahului oleh

karakter pendidikan itu sendiri. Kalau pendidikan karakter adalah prosesnya

Page 65: Jawaban Psikologi Pembelajaran

dan peserta didik yang berkarakter kebangsaan itu adalah outputnya, maka

karakter pendidikan itu adalah bahan bakunya.

A. Pembelajaran Kontekstual

Pada dasarnya pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru dalam mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata, dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka. Pembelajaran kontekstual menerapkan sejumlah prinsip belajar. Prinsip-prinsip tersebut secara singkat dijelaskan berikut ini.

1.Konstruktivisme (Constructivism)

Konstrukstivisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa orang menyusun atau membangun pemahaman mereka dari pengalaman-pengalaman baru berdasarkan pengetahuan awal dan kepercayaan mereka. Seorang guru perlu mempelajari budaya, pengalaman hidup dan pengetahuan, kemudian menyusun pengalaman belajar yang memberi siswa kesempatan baru untuk memperdalam pengetahuan tersebut.

Pemahaman konsep yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar autentik dan bermakna yang mana guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mendorong aktivitas berpikirnya. Pembelajaran hendaknya dikemas menjadi proses ‘mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Pembelajaran dirancang dalam bentuk siswa bekerja, praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan gagasan, dan sebagainya.

Tugas guru dalam pembelajaran konstruktivis adalah memfasilitasi proses pembelajaran dengan:

(a) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,(b) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya

sendiri,(c) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam

belajar.

Page 66: Jawaban Psikologi Pembelajaran

Penerapan teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis dan logis, mandiri, cinta ilmu, rasa ingin tahu, menghargai orang lain, bertanggung jawab, dan percaya diri.

2.Bertanya (Questioning)

Penggunaan pertanyaan untuk menuntun berpikir siswa lebih baik daripada sekedar memberi siswa informasi untuk memperdalam pemahaman siswa. Siswa belajar mengajukan pertanyaan tentang fenomena, belajar bagaimana menyusun pertanyaan yang dapat diuji, dan belajar untuk saling bertanya tentang bukti, interpretasi, dan penjelasan. Pertanyaan digunakan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.

Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:

(a) menggali informasi, baik teknis maupun akademis(b) mengecek pemahaman siswa(c) membangkitkan respon siswa(d) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa(e) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa(f) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru(g) menyegarkan kembali pengetahuan siswa

Pembelajaran yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk menuntun siswa mencapai tujuan belajar dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis dan logis, rasa ingin tahu, menghargai pendapat orang lain, santun, dan percaya diri.

3.Inkuiri (Inquiry)

Inkuiri adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman, yang diawali dengan pengamatan dari pertanyaan yang muncul. Jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut didapat melalui siklus menyusun dugaan, menyusun hipotesis, mengembangkan cara pengujian hipotesis, membuat pengamatan lebih jauh, dan menyusun teori serta konsep yang berdasar pada data dan pengetahuan.

Di dalam pembelajaran berdasarkan inkuiri, siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis saat mereka berdiskusi dan menganalisis bukti,

Page 67: Jawaban Psikologi Pembelajaran

mengevaluasi ide dan proposisi, merefleksi validitas data, memproses, membuat kesimpulan. Kemudian menentukan bagaimana mempresentasikan dan menjelaskan penemuannya, dan menghubungkan ide-ide atau teori untuk mendapatkan konsep.

Langkah-langkah kegiatan inkuiri:

a) merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun)b) Mengamati atau melakukan observasic) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,

bagan, tabel, dan karya laind) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca,

teman sekelas, guru, atau yang lain

Pembelajaran yang menerapkan prinsip inkuiri dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis, logis, kreatif, dan inovatif, rasa ingin tahu, menghargai pendapat orang lain, santun, jujur, dan tanggung jawab.

4.Masyarakat Belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terikat dalam kegiatan belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam. Semua siswa harus mempunyai kesempatan untuk bicara dan berbagi ide, mendengarkan ide siswa lain dengan cermat, dan bekerjasama untuk membangun pengetahuan dengan teman di dalam kelompoknya. Konsep ini didasarkan pada ide bahwa belajar secara bersama lebih baik daripada belajar secara individual.

Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi jika tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu. Semua pihak mau saling mendengarkan.

Praktik masyarakat belajar terwujud dalam:

(a) Pembentukan kelompok kecil

Page 68: Jawaban Psikologi Pembelajaran

(b) Pembentukan kelompok besar(c) Mendatangkan ‘ahli’ ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, petani,

polisi, dan lainnya)(d) Bekerja dengan kelas sederajat(e) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya(f) Bekerja dengan masyarakat

Penerapan prinsip masyarakat belajar di dalam proses pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain kerjasama, menghargai pendapat orang lain, santun, demokratis, patuh pada turan sosial, dan tanggung jawab.

5.Pemodelan (Modeling)

Pemodelan adalah proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja, dan belajar. Pemodelan tidak jarang memerlukan siswa untuk berpikir dengan mengeluarkan suara keras dan mendemonstrasikan apa yang akan dikerjakan siswa. Pada saat pembelajaran, sering guru memodelkan bagaimana agar siswa belajar. Guru menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu untuk mempelajari sesuatu yang baru. Guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.

Contoh praktik pemodelan di kelas:

a) Guru olah raga memberi contoh berenang gaya kupu-kupu di hadapan siswa

b) Guru PKn mendatangkan seorang veteran kemerdekaan ke kelas, lalu siswa diminta bertanya jawab dengan tokoh tersebut

c) Guru Geografi menunjukkan peta jadi yang dapat digunakan sebagai contoh siswa dalam merancang peta daerahnya

d) Guru Biologi mendemonstrasikan penggunaan thermometer suhu badan

Pemodelan dalam pembelajaran antara lain dapat menumbuhkan rasa ingin tahu, menghargai orang lain, dan rasa percaya diri.

6.Refleksi (Reflection)

Refleksi memungkinkan cara berpikir tentang apa yang telah siswa pelajari dan untuk membantu siswa menggambarkan makna personal siswa sendiri. Di dalam refleksi, siswa menelaah suatu kejadian, kegiatan, dan

Page 69: Jawaban Psikologi Pembelajaran

pengalaman serta berpikir tentang apa yang siswa pelajari, bagaimana merasakan, dan bagaimana siswa menggunakan pengetahuan baru tersebut. Refleksi dapat ditulis di dalam jurnal, bisa terjadi melalui diskusi, atau merupakan kegiatan kreatif seperti menulis puisi atau membuat karya seni.

Realisasi refleksi dapat diterapkan, misalnya pada akhir pembelajaran guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Hal ini dapat berupa:

(a) pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh siswa hari ini(b) catatan atau jurnal di buku siswa(c) kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari ini(d) diskusi(e) hasil karya

Refleksi dalam pembelajaran antara lain dapat menumbuhkan kemampuan berfikir logis dan kritis, mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri, dan menghargai pendapat orang lain.

7.Penilaian Autentik (Authentic Assessment)

Penilaian autentik sesungguhnya adalah suatu istilah yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif. Berbagai metode tersebut memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-tugas, memecahkan masalah, atau mengekspresikan pengetahuannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah. Berbagai simulasi tersebut semestinya dapat mengekspresikan prestasi (performance) yang ditemui di dalam praktek dunia nyata seperti tempat kerja. Penilaian autentik seharusnya dapat menjelaskan bagaimana siswa menyelesaikan masalah dan dimungkinkan memiliki lebih dari satu solusi yang benar. Strategi penilaian yang cocok dengan kriteria yang dimaksudkan adalah suatu kombinasi dari beberapa teknik penilaian.

Penilaian autentik dalam pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter antara lain kejujuran, tanggung jawab, menghargai karya dan prestasi orang lain, kedisiplinan, dan cinta ilmu.

hanya menghasilkan Pe

Page 70: Jawaban Psikologi Pembelajaran

Anonim. 2010. Belajar Sosial. http://id.wikipedia.org.

Diakses pada tanggal 1 Oktober 2011.

 

Anonim. 2010. Teori Belajar Sosial. http://depe.blog.uns.ac.id.

Diakses pada tanggal 1 Oktober 2011.

 

Bagus, Sihnu. 2010. Definisi Teori Belajar Sosial.

http://all-about-theory.blogspot.com. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2011.

 

Bintang. 2008. Teori Belajar Sosial. http://bintangbangsaku.multiply.com.

Diakses pada tanggal 1 Oktober 2011.

 

Endriani, Ani S.Pdi, MA. 2011. Faktor-Mempengaruhi-Sikap-Sosial.

http://aniendriani.blogspot.com. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2011.

 

Nawawi, Hadori. 2000. Intereksi Sosial. Jakarta : Gunung Agung.

 

Nazlah. 2008. Sikap Sosial Pada Anak yang Mengikuti Pendidikan Apresiasi Seni.

http://etd.eprints.ums.ac.id. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2011.

 

Page 71: Jawaban Psikologi Pembelajaran

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1997. Psikologi Sosial. Yogyakarta : Andi.

 

Soetjipto dan Sjaefieoden,. 1994. Metodologi Ilmu Sosial. Jakarta.