00-bahan jawaban ujian masalah pembelajaran mipa

69
MAKALAH PROSES PENDEKATAN DAN PEMBELAJARAN MIPA BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini yang masih menjadi pembicaraan hangat dalam masalah mutu pendidikan adalah prestasi belajar siswa dalam suatu bidang ilmu tertentu. Menyadari hal tersebut, maka pemerintah bersama para ahli pendidikan, berusaha untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan. Upaya pembaruan pendidikan telah banyak dilakukan oleh pemerintah, diantaranya melalui seminar, lokakarya dan pelatihan-pelatihan dalam hal pemantapan materi pelajaran serta metode pembelajaran untuk bidang studi tertentu misalnya IPA, Matematika dan lain-lain. Sudah banyak usaha yang dilakukan oleh Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, khususnya pendidikan Matematika di sekolah, namun belum menampakkan hasil yang memuaskan, baik ditinjau dari proses pembelajarannya maupun dari hasil prestasi belajar siswanya. Dari beberapa mata pelajaran yang disajikan pada sekolah, MIPA adalah mata pelajaran yang menjadi kebutuhan system dalam melatih penalarannya. Melalui pengajaran MIPA diharapkan akan menambah kemampuan, mengembangkan keterampilan dan aplikasinya.. Oleh karenanya semua masalah kehidupan yang membutuhkan pemecahan secara cermat dan teliti selalu harus merujuk pada matematika. Matematika dan IPA sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar, selain sebagai sumber dari ilmu yang lain juga merupakan sarana berpikir logis, analis, dan sistematis dan konsisten. Sebagai mata pelajaran yang berkaitan dengan konsep- konsep yang abstrak, maka dalam penyajian materi pelajaran, matematika dan IPA harus dapat disajikan lebih menarik dan sesuai dengan kondisi dan keadaan siswa. Hal ini tentu saja dimaksudkan agar dalam proses pembelajaran siswa lebih aktif dan termotivasi untuk belajar. Untuk itulah perlu adanya pendekatan dan metode khusus yang diterapkan oleh guru. Pembelajaran matematika dan IPA yang saat ini berlangsung di lapangan umumnya verbalisme, artinya guru cenderung untuk menjelaskan materi– materi MIPA dan konsep–konsep MIPA dengan menggunakan metode ceramah yang notabene merupakan metode termudah dan termurah.

Upload: agus-purwanto

Post on 30-Nov-2015

258 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

MAKALAH PROSES PENDEKATAN DAN PEMBELAJARAN MIPA BAB IPENDAHULUAN

Dewasa ini yang masih menjadi pembicaraan hangat dalam masalah mutu pendidikan adalah prestasi belajar siswa dalam suatu bidang ilmu tertentu. Menyadari hal tersebut, maka pemerintah bersama para ahli pendidikan, berusaha untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan. Upaya pembaruan pendidikan telah banyak dilakukan oleh pemerintah, diantaranya melalui seminar, lokakarya dan pelatihan-pelatihan dalam hal pemantapan materi pelajaran serta metode pembelajaran untuk bidang studi tertentu misalnya IPA, Matematika dan lain-lain. Sudah banyak usaha yang dilakukan oleh Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, khususnya pendidikan Matematika di sekolah, namun belum menampakkan hasil yang memuaskan, baik ditinjau dari proses pembelajarannya maupun dari hasil prestasi belajar siswanya. Dari beberapa mata pelajaran yang disajikan pada sekolah, MIPA adalah mata pelajaran yang menjadi kebutuhan system dalam melatih penalarannya. Melalui pengajaran MIPA diharapkan akan menambah kemampuan, mengembangkan keterampilan dan aplikasinya.. Oleh karenanya semua masalah kehidupan yang membutuhkan pemecahan secara cermat dan teliti selalu harus merujuk pada matematika.Matematika dan IPA sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar, selain sebagai sumber dari ilmu yang lain juga merupakan sarana berpikir logis, analis, dan sistematis dan konsisten. Sebagai mata pelajaran yang berkaitan dengan konsep-konsep yang abstrak, maka dalam penyajian materi pelajaran, matematika dan IPA harus dapat disajikan lebih menarik dan sesuai dengan kondisi dan keadaan siswa. Hal ini tentu saja dimaksudkan agar dalam proses pembelajaran siswa lebih aktif dan termotivasi untuk belajar. Untuk itulah perlu adanya pendekatan dan metode khusus yang diterapkan oleh guru.Pembelajaran matematika dan IPA yang saat ini berlangsung di lapangan umumnya verbalisme, artinya guru cenderung untuk menjelaskan materi–materi MIPA dan konsep–konsep MIPA dengan menggunakan metode ceramah yang notabene merupakan metode termudah dan termurah.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Dan MetodeMetode dibedakan dari pendekatan. Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam perencanaan, sedangkan metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya. Satu pendekatan yang direncanakan untuk satu pembelajaran mungkin dalam pelaksanaan proses tersebut digunakan beberapa metode. Sebagai contoh dalam pembelajaran pencemaran lingkungan. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut dapat dipilih dari beberapa pendekatan yang sesuai, antara lain pendekatan lingkungan. Ketika proses pembelajaran pencemaran lingkungan dilaksanakan dengan pendekatan lingkungan tersebut dapat digunakan beberapa metode, misalnya metode observasi, metode didkusi dan metode ceramah. Supaya lebih jelas ikuti perencanaan yang dilakukan oleh seorang guru ketika akan memberi pembelajaran pencemaran lingkungan tersebut. Pada awalnya ia memilih pendekatan

Page 2: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

lingkungan, berarti ia akan menggunakan lingkungan sebagai fokus pembelajaran. Pada akhir pembelajaran melalui konsep pencemaran lingkungan siswa akan memahami tentang lingkungan sekitarnya apakah sudah tercemar atau tidak. Untuk merealisasikan hal tersebut ia menggunakan metode diskusi dan ceramah. Dalam pembelajarannya ia membuat suatu masalah untuk didiskusikan oleh siswa kemudian ia akan mengakhiri pembelajaran tadi dengan memberi informasi yang berkaitan dengan hasil diskusi. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa metode dan pendekatan dirancang untuk mencapai keberhasilan suatu tujuan pembelajaran.Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan.Terdapat tiga perbedaan pandangan mendasar dalam pembelajaran. Pertama, yang semula memandang matematika hanya sebagai pengetahuan dan prosedur yang harus diajarkan, menjadi suatu keterkaitan ide-ide dan proses melakukan penalaran. Kedua, belajar yang semula dipandang sebagai aktivitas individu untuk menguasai prosedur melalui penjelasan guru, menjadi aktivitas berkolaborasi untuk memperoleh pemahaman dengan usaha sendiri. Ketiga, mengajar yang semula berupa penyampaian kurikulum secara terstruktur, menjelaskan materi, dan mengoreksi kekeliruan siswa, menjadi menggali pengetahuan melalui dialog, menyajikan permasalahan tanpa diawali dengan penjelasan atau contoh, dan ketidakpahaman siswa dijadikan titik awal untuk pembenaran pengetahuan yang perlu dipahami siswa. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung. Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran. Bungkus dari penerapan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran tersebut dinamakan model pembelajaran.

B. Macam-macam Pendekatan Proses Belajar MengajarPembelajaran matematika dan sains di sekolah tidak dapat dilepaskan dari pendekatan yang digunakan oleh guru. Dan pendekatan tersebut biasanya dipengaruhi oleh pemahaman guru tentang sifat matematika dan sains, bukan oleh apa yang diyakini paling baik untuk proses pembelajaran matematika di kelas. Guru yang memandang matematika dan sains sebagai produk yang sudah jadi akan mengarahkan proses pembelajaran siswa untuk menerima pengetahuan yang sudah jadi. Guru akan cenderung mengisi pikiran siswa dengan sesuatu yang sudah jadi. Sementara, guru yang memandang bahwa matematika dan sains merupakan suatu proses akan lebih menekankan aspek proses daripada aspek produk dalam pembelajaran matematika dan sains.Untuk menumbuhkan minat siswa terhadap matematika, pembelajaran matematika di sekolah dalam penyajiannya harus diupayakan dengan cara yang lebih menarik bagi siswa. Pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran MIPA antara lain sebagai berikut :1). Pendekatan Tujuan PembelajaranPendekatan ini berorientasi pada tujuan akhir yang akan dicapai. Sebenarnya pendekatan ini tercakup juga ketika seorang guru merencanakan pendekatan lainnya, karena suatu pendekatan itu dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semua pendekatan dirancang untuk keberhasilan suatu tujuan.

Page 3: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut dapat berupa metode tugas.2). Pendekatan Pengorganisasian KonsepPendekatan pengorganisasian konsep dari D. Ausubel adalah suatu pendekatan mengajar yang didasari oleh teori bahwa belajar adalah suatu proses mental, yang mengembangkan cara berpikir kritis, logis dan kreatif. Menurut D. Ausubel belajar berlangsung pada struktur kognitif yang ada.Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pengorganisasian konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus.3). Pendekatan LingkunganPenggunaan pendekatan lingkungan berarti mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar. Lingkungan digunakan sebagai sumber belajar. Untuk memahami materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari – hari sering digunakan pendekatan lingkungan.4). Pendekatan InkuiriPendekatan inkuiri adalah suatu proses dimana dalam suatu kegiatan siswa dan guru secara berkelanjutan menjadi seorang penanya, menjadikan siswa sebagai orang yang selalu ingin mencari sebab dalam pikirannya terdapat pertanyaan dan ingin tahu.Penggunaan pendekatan inkuiri berarti membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik yaitu dengan menggunakan teknik yang digunakan oleh para ahli peneliti ( Dettrick, G.W., 2001 ). Pendekatan inkuiri dibedakan menjadi inkuiri terpempin dan inkuiri bebas atau inkuiri terbuka. Perbedaan antara keduanya terletak pada siapa yang mengajukan pertanyaan dan apa tujuan dari kegiatannya.Dalam pembelajaran MIPA berpikir dengan proses inkuiri dapat terlihat melalui kegiatan yang lebih luas lagi seperti, kegiatan berikut:a. Mengobservasi objek atau fenomena tertentu,b. Mengemukakan hasil pengamatan,c. Menggunakan alat ukur yang tepat,d. Mengembangkan keterampilan menggunakan alat laboratorium, dll.5). Pendekatan Penemuan ( Discovery )Penggunaan pendekatan penemuan berarti dalam kegiatan belajar mengajar siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri fakta dan konsep tentang fenomena ilmiah. Penemuan tidak terbatas pada menemukan sesuatu yang benar – benar baru. Pada umumnya materi yang akan dipelajari sudah ditentukan oleh guru, demikian pula situasi yang menunjang proses pemahaman tersebut. Siswa akan melakukan kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan hal yang akan ditemukan. 6). Pendekatan ProsesPada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.7). Pendekatan Interaktif ( Pendekatan Pertanyaan Anak )Pendekatan ini memberi kesempata pada siswa uuntuk mengajukan pertanyaan untuk kemudian melakukan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan ( Faire & Cosgrove, 1988 dalam Herlen W, 1996 ). Pertanyaan yang diiajukn siswa sangat bervariasi sehingga guru perlu

Page 4: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

melakukan langkah – langkah mengumpulkan, memilih, dan mengubah pertanyaan tersebut menjadi suatu kegiatan yang spesifik.8). Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving Approach)Pendekatan pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan. Dalam pendekatan ini ada dua versi. Versi pertama siswa dapat menerima saran tentang prosedur yang digunakan, cara mengumpulkan data, menyusun data, dan menyusun serangkaian pertanyaan yang mengarah ke pemecahan masalah. Versi kedua, hanya masalah yang dimunculkan, siswa yang merancang pemecahannya sendiri. Guru berperan hanya dalam menyediakan bahan dan membantu memberi petunjuk.Dengan pendekatan pemecahan masalah, menekankan agar pembelajaran memberikan kemampuan bagaimana cara memecahkan masalah yang objektif dan tahu benar apa yang dihadapi. Kesimpulan yang secara mendasar dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena sepanjang orang hidup, ia akan dihadapkan pada masalah.9). Pendekatan Sains Teknologi Dan Masyarakat ( STM )Wellington (1984) mengemukakan tentang pentingnya pembelajaran IPA yang menggaris bawahi tiga aspek, yakni konsep, proses dan konteks. Sesuai dengan pandangan tersebut, salah satu pembaruan dalam pembelajaran IPA yang telah berlangsung dan terus dikembangkan selama ini adalah pembelajaran IPA dengan Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (Pendekatan STM).Hasil penelitian dari National Science Teacher Association (NSTA) (dalam Poedjiadi, 2000) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari – hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah – langkah ilmiah.Dengan pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM), pembelajaran dikembangkan dengan karakteristik sebagai berikut:1. Materi yang dikembangkan berkaitan dengan:a) Kurikulum MIPA yang berlakub) Memiliki keterkaitan antara sains, teknologi dan masyarakatc) Mendorong pengembangan inkuiri skilld) Berkaitan dengan kebutuhan siswae) Menunjukkan adanya falsafah MIPA.2. Pembelajaran dikembangkan dengan landasan teori belajar konstruktivis. Ada usaha mengaitkan informasi baru dalam pengetahuan yang telah ada.3. Ada kegiatan kelompok, untuk membuat solusi bersama, mengintegrasikan solusi dalam pengetahuan yang telah ada.4. Pembelajaran dikembangkan melalui tiga tahapan, yaitu tahap eksplorasi, tahap pengenalan konsep dan tahap aplikasi.5. Ada masalah yang sesuai dengan materi dan perkembangan anak.10). Pendekatan Terpadu

Page 5: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

Pendekatan ini merupakan pendekatan yang intinya memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pemaduan dilakukan dengan menekankan pada prinsip keterkaitan antar satu unsur dengan unsur lain, sehingga diharapkan terjadi peningkatan pemahaman yang lebih bermakna dan peningkatan wawasan karena satu pembelajaran melibatkan lebih dari satu cara pandang.11). Pendekatan Tingkat Perkembangan Dari PiagetPendekatan tingkat perkembangan ini dirintis berdasarkan teori Belajar dari Piaget yang merupakan salah satu pendekatan yang beranggapan bahwa belajar adalah memrulakan pengembangan aspek kognitif sebagai bekal untuk dapat memecahkan persoalan yang dihadapi siswa dalam kehidupannya dan untuk mengembangkan kehidupan yang lebih baik.12). Pendekatan Induktif-Deduktif dari Hilda TabaPendekatan Induktif-Deduktif data pembelajaran adalah salah satu pendekatan yang berorientasi pada paham bahwa belajar pada dasarnya adalah pengembangan intelektual. Pengembangan intelektual seseorang akan berkembang melalui dua cara yaitu: Secara Induktif: Jika teori yang diperoleh menjadi generalisasi dan faktor-faktor empiris. Dengan pendekatan induktif orang mulai dari teori-teori kecil yang telah diuji berkali-kali kemudian disusun ke atas menjadi suatu generalisasi.Secara deduktif: Teori dibangun dengan dasar logis dan kemudian diuji berkali-kali melalui eksperimen yang sifatnya ditentukan oleh teori tersebut.Dalam pendekatan induktif sering orang menggabungkan dengan pendekatan inkuiri menjadi pendekatan induktif inkuiri untuk dapat menemukan sesuatu, “discover” sesuatu yang baru.Suatu kegiatan “discovery” ialah suatu kegiatan atau pelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.13). Pendekatan Open-EndedPembelajaran dengan pendekatan Open-ended diawali dengan memberikan masalah terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran harus mengarah dan mengantarkan siswa dalam menjawab masalah dengan banyak cara serta mungkin juga dengan banyak jawaban yang benar, sehingga merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru.Pendekatan Open-ended memberikan kesempatan kepada siswa untuk menginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakininya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya untuk mengelaborasi permasalahan. Tujuannya tiada lain adalah agar kemampuan berpikir matematika dan sains siswa dapat berkembang secara maksimal dan pada saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap siswa terkomunikasikan melalui proses pembelajaran. Inilah yang menjadi pokok pikiran pembelajaran dengan pendekatan Open-ended, yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara MIPA dan siswa sehingga mendorong siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai strategi.Pembelajaran dengan pendekatan Open-ended mengharapkan siswa tidak hanya mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada proses pencarian suatu jawaban. Suherman, dkk (2003) mengemukakan bahwa dalam kegiatan matematika dan kegiatan siswa disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek berikut:1) Kegiatan siswa harus terbuka. Yang dimaksud kegiatan siswa harus terbuka adalah kegiatan pembelajaran harus mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas sesuai kehendak mereka.2) Kegiatan matematika merupakan ragam berpikir. Kegiatan matematika adalah kegiatan yang di

Page 6: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

dalamnya terjadi proses pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam dunia MIPA atau sebaliknya.3) Kegiatan siswa dan kegiatan matematika merupakan satu kesatuan. Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat mengangkat pemahaman dalam berpikir matematika sesuai dengan kemampuan individu.Penerapan pendekatan Open-ended dalam pembelajaran matematika dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kegiatan kreatif dan berpikir MIPA secara simultan. Dalam menyelesaikan suatu permasalahan siswa tidak terpaku hanya pada satu jawaban yang mungkin. Oleh karena itu, hal yang harus diperhatikan adalah memberikan kesempatan dan kebebasan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk berpikir dalam mencari alternatif pemecahan dari suatu masalah yang dihadapi sesuai dengan kemampuan, sikap, dan minat yang dimilikinya sehingga pada akhirnya akan membentuk intelegensi MIPA mereka.

C. Macam-macam Metode Pendidikan dan PembelajaranCara mengajar atau lebih dikenal sebagai metode pembelajaran, menyangkut cara guru memberikan pengalaman belajar siswa sehingga kemampuannya dapat berkembang, dan belajar dapat berjalan secara efisien serta bermakna bagi siswa.Beberapa metode yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah :1. Metode Ceramah BermaknaMetode ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Metode ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah terdapat unsur paksaan. Dalam hal ini siswa hanya diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru yang selalu dianggap benar itu. Padahal dalam diri siswa terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak disamping menerima informasi dari guru. Inilah yang disebut kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan diri.Salah satu ciri adanya metode ceramah bermakna yaitu guru mengajukan pertanyaan-pertayaan yang membuat siswa berfikir. Selain itu, guru harus mempersiapkan pertanyaan yang akan diajukan dan guru harus mempertimbangkan dimana pertanyaan itu harus digunakan.2. Metode Tanya JawabMetode tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Metode ini akan lebih efektif dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan dibahas.3. Metode DiskusiMetode diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah. Dalam diskusi terjadi tukar menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat. Dengan metode diskusi keberanian dan kreativitas siswa dalam mengemukakan gagasan menjadi terangsang, siswa terbiasa bertukar pikiran dengan teman, menghargai dan menerima pendapat orang lain, dan yang lebih penting melalui diskusi mereka akan belajar bertanggung jawab terhadap hasil pemikiran bersama.

Page 7: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

Dalam pembelajaran, yang dimaksud dengan metode diskusi adalah terlibatnya suatu kelompok belajar yang saling berinteraksi secara verbal di kelas. Interaksi tersebut dapat berlangsung antara siswa antara siswa dengan siswa atau guru.4. Metode Belajar KooperatifDalam metode ini terjadi interaksi antar anggota kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Semua anggota harus turut terlibat karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu. Model belajar kooperatif yang sering diperbincangkan yaitu belajar kooperatif model jigsaw yakni tiap anggota kelompok mempelajari materi yang berbeda untuk disampaikan atau diajarkan pada teman sekelompoknya.5. Metode DemonstrasiMetode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat bantu pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, perangkat alat – alat laboratorium dan lain – lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain peragaan konsep serta fakta yang memungkinkan.Secara garis besar persiapan guru untuk menggunakan metode demonstrasi ini sama dengan metode eksperimen. Perbedaanya antara lain adalah pada metode demonstrasi tiap percobaan tidak dilakukan oleh setiap siswa tetapi satu atau dua siswa, dan yang lain sebagai pengamat.6. Metode Ekspositori atau PameranMetode ekspositori adalah suatu penyajian visual dengan menggunakan benda dua dimensi atau tiga dimensi, dengan maksud mengemukakan gagasan atau sebagai alat untuk membantu menyampaikan informasi yang diperlukan.Metode ini sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan interaksi pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). 7. Metode Karyawisata/WidyamisataMetode karyawisata/widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat meransang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas dan aktual, siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi karyawisata memerlukan waktu yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan persiapan yang tidak sebentar.8. Metode PenugasanMetode ini berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, meransang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi dlam metode ini sulit mengawasi mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri.9. Metode EksperimenMetode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan.

Page 8: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

10. Metode Bermain PeranPembelajaran dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara seolah – olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga akan lebih memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu lama.11. Metode Pemecahan MasalahMetode pemecahan masalah digunakan guru bila bertujuan untuk mengembangkan proses berpikir siswa melalui pemberian masalah yang harus dipecahkan. Tergantung dari sifat masalah yang dibawa ke dalam kelas, teknik pemecahan masalahnya dapat dilaksanakan secara berkelompok atau secara individual, dapat dikerjakan di dalam kelas atau sebagai tugas di luar kelas.12. Metode PenemuanKata penemuan sebagai metode mengajar merupakan penemuan yang dilakukan siswa. Dalam belajarnya ia menemukan sendiri sesuatu yang baru. Ini tidak berarti yang ditemukannya benar-benar baru, sebab sudah diketahui yang lain. Dengan metode ini, siswa didorong oleh rasa ingin tahu (coriousity) untuk mengeksplorasi dan belajar sendiri. Pemahaman suatu konsep didapat siswa melalui proses. Dengan metode ini lebih ditekankan kepada proses penemuan konsep dan bukan produknya.Secara umum individu mengorganisasikan pikirannya hingga ia menemukan pola piker yang baru yang membawa ia lebih dekat pada keseimbangan internal dan eksternal.

D. Implikasi Pendekatan dan Metode Pendidikan MIPADalam pembelajaran matematika dan sains, meskipun saat ini berkembang berbagai model ataupun pendekatan pembelajaran, namun tidak menjamin dapat menciptakan pembelajaran yang efektif. Keberhasilan pembelajaran sangat bergantung bagaimana guru tersebut mengelola pembelajarannya. Namun demikian terdapat beberapa prinsip yang dapat dicoba diterapkan untuk menciptakan pembelajaran yang baik, di antaranya: dapat membangun pengetahuan siswa, mampu mengungkap dan mendiskusikan miskonsepsi yang terjadi di kalangan siswa, mampu menciptakan dan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang efektif, terbiasa dengan menciptakan lingkungan belajar dalam bentuk pemanfaatan kelompok-kelompok kecil, memiliki kesadaran untuk lebih mengutamakan proses daripada hasil akhir, memiliki kemampuan untuk mengelola pembelajaran melalui keterkaitan berbagai ide, dan memiliki kemampuan untuk memanfaatkan berbagai media seperti komputer dan internet untuk memaksimalkan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.Pendekatan dan metode yang dipilih guru dalam memberikan suatu materi pelajaran sangat menentukan terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Tidak pernah ada satu pendekatan dan metode yang cocok untuk semua materi pelajaran, dan pada umumnya untuk merealisasikan satu pendekatan dalam mencapai tujuan digunakan multi metode.Metode dibedakan dari pendekatan ; metode lebih menekankan pada pelaksanaan kegiatan, sedangkan pendekatan ditekankan pada perencanaannya. Ada lima hal yang perlu diperhatikan guru dalam memilih suatu metode mengajar yaitu :a) Kemampuan guru dalam menggunakan metode.b) Tujuan pengajaran yang akan dicapai.c) Bahan pengajaran yang perlu dipelajari siswa.

Page 9: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

d) Perbedaan individual dalam memanfaatkan inderanya.e) Sarana dan prasarana yang ada di sekolah.Agar pendekatan dan metode yang telah dibahas di atas dapat terlaksana, apabila ditunjang oleh beberapa factor, yaitu tenaga guru yang bermutu dan profesional, murid dan bahan pelajaran, motivasi, dan sarana laboratorium dan peralatannya.Dalam mengantisipasi situasi yang demikian, guru masa depan hendaknya merupakan perancang, inovator, motivator, memiliki kemampuan pribadi yang memadai dan sekaligus sebagai pengembang. Sedangkan untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dukungan pemerintah dalam bentuk pembenahan dibeberapa unsur, seperti: perekrutan guru matematika yang memenuhi standar kompetensi, melatih guru matematika yang tidak sesuai keahliannya, penyelenggaraan penyegaran untuk selalu memperbaharui pengetahuan guru, dan menerapkan penghargaan dan sanksi yang tegas kepada para guru.

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan1. Metode dibedakan dari pendekatan. Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam perencanaan, sedangkan metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya. Satu pendekatan yang direncanakan untuk satu pembelajaran mungkin dalam pelaksanaan proses tersebut digunakan beberapa metode.2. Pembelajaran matematika dan sains di sekolah tidak dapat dilepaskan dari pendekatan yang digunakan oleh guru. Pendekatan tersebut meliputi pendekatan tujuan pembelajaran, pendekatan pengorganisasian konsep, pendekatan lingkungan, pendekatan inkuiri, Pendekatan penemuan (discovery), pendekatan proses, pendekatan interaktif (pendekatan pertanyaan anak), pendekatan pemecahan masalah (Problem Solving Approach), pendekatan sains, teknologi, dan masyarakat (STM), pendekatan terpadu, pendekatan tingkat perkembangan dari Piaget, pendekatan induktif-deduktif dari Hilda Taba, dan pendekatan open-ended.3. Beberapa metode yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah bermakna, metode tanya jawab, metode diskusi, metode belajar kooperatif, metode demonstrasi, metode ekspositori atau pameran, metode karyawisata/ widyawisata, metode penugasan, metode eksperimen, metode bermain peran, metode masalah, dan metode penemuan.4. Pendekatan dan metode pembelajaran dalam matematika dan sains dapat terlaksana apabila ditunjang oleh beberapa factor, yaitu tenaga guru yang bermutu dan profesional, murid dan bahan pelajaran, motivasi, dan sarana laboratorium dan peralatannya.

DAFTAR PUSTAKAConny Semiawan, dkk., 1988, Pendekatan keterampilan proses, Gramedia: Jakarta.

Page 10: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press.Universitas Negeri Makassar, 2007, Panduan Model Pembelajaran Efektif, UNM: Makassar.Nasution, S.. 1982. Teknologi Pendidikan, Jemmars: BandungHusaini Usman, 2008, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Bumi Aksara: Jakarta

PERMASALAHAN PEMBELAJARAN IPA DI SD DAN SOLUSINYA

Permasalahan pendidikan di Indonesia seolah-olah tidak ada habisnya untuk dibicarakan. Masalah-masalah yang akhir-akhir ini mencuat yaitu mutu pendidikan, perubahan kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, sistem evaluasi, sertifikasi guru, dan masalah-masalah lain yang menjadi proses belajar mengajar. Persoalan alam pembelajaran merupakan suaut dinamika kehidupan guru dan murid di sekolah. Masalah itu tidak akan pernah habis untuk dikupas dan tidak pernah tuntas dibahas. Maka dari itu, guru hendaknya dengan seprofesional mungkin, begitu juga dengan murid-murid, setiap tahun berganti murid, masalah yang dihadapi guru akan berbeda pula.

IPA sebagai suatu penopang pembelajaran memiliki permasalahan tersendiri yang ikut andil menjadi sebuah problematika wajah pendidikan tanah air. Simpony permasalahan ini seolah membuka tabir sejarah pendidikan yang tak pernah berubah seiring kemajuan dan perubahan kurikulum. Memang pada dasarnya kurikulum hadir bukan untuk menghilangkan masalah tetapi apakah problematika ini menjadi identitas negeri kita?

IPA bagi kalangan pelajar khususnya siswa SD, merupakan paradigma yang menakutkan bahkan disisi lain menimbulkan ketakutan yang berlebihan (phobia), hiperbolis ? tentu tidak.

Karakteristik IPA (Ilmu Eksak) menjadi sebuah dasar untuk menentukan sebuah pandangan yang baik bagi IPA khususnya anak IPA tetapi ini sudah menjawab IPA merupakan sebuah studi yang hanya mampu dilakukan sebagian orang dengan kata lain mempunyai stratifikasi khusus. Bagaimanakah anak yang tak mampu mempelajari IPA mengimbangi sebuah kehidupan yang akan mereka hadapi yaitu globalisasi yang menuntut bertahan pada pembelajaran holistik? Sesungguhnya mereka tidak pernah beruntung ke dunia ini.

Hancurnya paradigma kuno tentang IPA menjadi tema khususnya pembelajaran IPA di sekolah, khususnya di Sekolah Dasar (SD). Sebagai arena pembentuk dan pemberi watak usia dini anak sudah tidak suka pembelajaran IPA.

Oleh Choiri mengatakan bahwa banyak permasalahan pembelajaran IPA yang diangkat ke media tanpa adanya inovasi pembelajaran di kelas, seakan-akan tetap bertahan bahkan jatuh pada lobang yang sama, lantas bagaimana dengan kemajuan yang kita inginkan ?

Selain itu pemberian materipun harus diperhatikan, hal ini untuk menghindari kesalahan/kekurangan penerimaan konsep pada anak dengan benar dengan memperhatikan

Page 11: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

psikologi anak yang dimulai dari pembukaan, sampai evaluasi di akhir pembelajaran pertama ini.

Selain itu pembelajaran bermakna dimana penyampaian materi dengan contoh yang terdekat dengan anak sehingga akan lebih mudah memahami dan dirasakan lebih bernilai, maksudnya lebih bisa berguna bukan hanya sekedar teori dan menyenangkan.

Permasalahan lain yang timbul yaitu tidak adanya media pembelajaran yang memadai untuk menjelaskan suatu konsep diluar praktikumdan observasi. Hal ini akan mempersulit anak dalam memahami konsep sehingga tak jarang anak memahami diluar konsep yang sebetulnya jadi guru harus kreatif dan inovatif.

Berdasarkan hasil monitoring kelas pada saat pembelajaran IPA, banyak sekali masalah yang muncul yang dialami oleh guru, diantaranya :

1. Guru tidak siap mengajar, dalam arti terkadang guru belum memahami konsep materi yang diajarkan.

2. Kesulitan memahami pelajaran, guru sering kesulitan dalam memunculkan minat belajar anak.

3. Kurang optimal dalam penerapan metode pembelajran yang ada.

4. Kesulitan memilih dan menentukan alat peraga yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

5. Kesulitan menanamkan konsep yang benar pada siswa dan sering bersifat verbalistik.

Setelah ditemukan berbagai masalah dalam pembelajaran IPA SD dicatat dan diidentifikasi dan masalah tersebut dibahas dalam KKG IPA tiap guslah untuk membenahi berbagai macam kekurangan pembelajaran. Para guru bergantian melaksanakan microteaching, dihadapan guru lain secara bergantian sehingga masalah-masalah dalam pembelajaran dieliminiasi sekecil mungkin.

Kegiatan membenahi motivasi dan prestasi merupakan kegiatan awal pembelajaran. Kegiatan itu perlu dirancang sebaik mungkin guna mengkoordinasikan murid-murid untuk “siap” belajar, menerima pelajaran dengan bertanya dan menggali ilmu pengetahuan yang akan dipelajari. Kegiatan yang bisa memberikan motivasi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan, misalnya metode ceramah (bercerita), peragaan, demonstrasi, dan sosiodrama dengan bermain peran, serta metode tanya jawab. Pada kegiatan memberikan motivasi, guru hendaknya memberikan pertanyaan awa yang mengarahkan pada materi yang akan dibahas, sehingga muncul berbagai opini anak tentang bebagai macam pelajaran. Hal ini penting sekali bagi murid untuk menghilangkan pola pembelajaran DDCH (duduk, dengar, catat dan hapal). Pola pembelajaran DDCH punya kelemahan, yaitu :

1. kurangnya interaksi guru sehingga murid dapat menurunkan motivasi anak belajar

2. murid apatis karena tidak ada keaktifan terlihat dalam proses pembelajaran.

Page 12: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

3. murid kesulitan memahami konsep materi pelajaran.

4. munculnya trauma murid kepada guru yang mengajar

5. materi pelajaran yang diserap murid masuk dalam ingatan jangka pendek alias STM (short time memory).

6. prestasi pembelajaran IPA SD cenderung menurun.

Untuk mengurangi bebagai permasalahan diatas, guru dapat mengembangkan pendekatan pembelajaran “PAKEMI” dan inovatif, pembelajaran aktif, kreatif, enak, menyenangkan. Pendekatan pembelajaran PAKEMI paling tidak dapat membawa angin perubahan dalam pembelajaran, yaitu :

1. guru dan murid sama-sama aktif dan terjadi interaksi timbal balik antar keduanya.

2. guru dan murid dapat mengembangkan kreatifitasnya dalam pembelajaran.

3. murid merasa senagn dan nyaman dalam pembelajaran

4. munculnya pembahasan dalam pembelajaran di kelas.

Akhirnya pembelajaran yang dilaksanakan jika ingin mencapai “Sukses” sangat bergantung pada beberapa faktor, yaitu : guru, murid, tujuan yang akan dicapai, penggunaan media pembelajaran, metode diterapkan dan sistem evaluasi, pengetahuan yang tepat yang dimiliki siswa mengarahkan perhatiannya pada satu atau dua hal tertentu dari seluruh materi yang sedang dipelajari. Dengan demikian, pengetahuan siswa ini menjadi semacam penjaring tentang hal-hal yang harus dipelajari, selain itu pengetahuan yang telah dimiliki juga menentukan bangunan pengetahuan yang baru dikonstruksi. Proses belajar siswa sesungguhnya mirip dengan apa yang dilakukan para Ilmuan IPA, yaitu melalui pengamatan dan percobaan. Penelitian IPA adalah penelitian empiris, siswa sekolah dasar juga belajar IPA melalui investigasi yang mera lakukan sendiri. Jika pengalaman itu tidak memadai maka pemahamannya juga tidak lengkap. Investigasi merupakan cara normal bagi siswa yang belajar.

Abstrak mata pelajaran di Sekolah Dasar merupakan program menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan menilai ilmiah kepada siswa. Dengan pelajaran IPA diharapkan siswa dapat memahami konsep-konsep IPA dan keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan dan ide tentang alam (kurikulim SD hal-61). Dilihat dari sisi satau cakupan materi IPA termasuk mata pelajaran yang relatif sarat dengan materi. Secara keseluruhan materi mata perlajaran IPA di SD mencakup (1) makhluk hidup dan proses kehidupannya yaitu manusia, hewan dan tumbuhan serta interaksinya, (2) materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi ; udara, air, tanah dan batuan, (3) listrik dan magnet, energi dan panas, gaya dan pesawat sederhana, cahaya dan bunyi, tatasurya, bumi dan benda-benda langit lainnya, (4) kesehatan makanan, penyakit dan pencegahannya, dan (5) sumber daya alam, pemeliharaan dan kegunaan, pemeliharaan dan pelestarian (program pengajaran IPA, Kur, SD 1994:62). Pembelajaran IPA di sekolah dasar mempunyai misi mengembangkan proses berpikir untuk

Page 13: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

memperoleh konsep.

Yang menjadi permasalahan adalah menentukan model pembelajaran yang dapat mengembangkan misi pembelajaran IPA tersebut.

Dalam penelitian ini ditawarkan suatu model pembelajaran IPA SD secara terpadu yang dimaksudkan adalah pembelajaran yang menyajikan materi pelajaran secara menyeluruh dan melibatkan adanya proses sehingga anak dapat memperoleh konsep secara bermakna. Model pembelajaran IPA secara terpadu disini disajikan dengan metode eksperimen, dengan tujuan agar dapat memajukan antara materi dengan proses atau memadukan antara teori dengan praktek, baik yang terjadi dalam lingkungan alam maupun yang diterapkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yang dimaksudkan adalah pembelajaran IPA baik yang secara terpadu maupun pembelajaran IPA secara biasa. Sedangkan dimaksud dengan variabel terikat adalah hasil belajar anak setelah mengikuti pembelajaran yang mencakup penguasaan konsep, pengembangan sikap ilmiah dan pengembangan persepsi terhadap keterampilan proses. Menggunakan analisis perbedaan dua rata-rata yang dimaksudkan untuk melihat sejauh mana efektifitas pembelajaran IPA secara terpadu tersebut, terhadap hasil belajar siswa tentang IPA.

Dari hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa dengan pembelajaran IPA secara terpadu dapat : (1) Mencapai penguasaan konsep pada siswa lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran IPA secara biasa, (2) Mengembangkan sikap alamiah pada siswa lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran IPA secara biasa, dan (3) mengembangkan persepsi terhadap keterampilan, proses pada siswa lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran IPA secara biasa.

Setelah selesai dengan kegiatan awal guru dapat melanjutkan dengan kegiatan inti yang meliputi berbagai kegiatan yaitu pembelajaran kelompok kerja, pengajaran tugas dalam kelompok, penjelasan, tanya jawab, pemaparan hasil kerja kelompok dan kesimpulan.

Sedangkan kegiatan penutup pelajaran dapat dijadikan kegiatan pemantapan yaitu mengulas kembali semua materi yang telah diserap murid. Selanjutnya ada tanya jawab tentang aplikasi materi pelajaran yang sudah dibahas dengan penerapan yang terjadi di sekitar murid. Kegiatan akhir penutup adalah post test pemberian evaluasi akhir pelajaran untuk mengetahui daya serap murid terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.

Berdasarkan pengalaman selama kegiatan konsep “kerja ilmiah” yang termuat dalam kurikulum SD 2004 telah banyak melibatkan siswa secara aktif khususnya pada sub konsep keterampilan proses. Para siswa sudah mempu melakukan pengamatan, menentukan variabel penelitian dan menganalisis langkah-langkah penelitian. Kondisi ini tidak sama halnya dengan proses pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah yang berada di daerah atau di luar daerah. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan guru bidang studi pendidikan IPA pembelajaran IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat didalam buku (Conseptual Learning) dan kurang memanfaatkan lingkungan dan sumber-sumber pembelajaran yang ada di sekitar sekolah (Contextual Learning and Teaching). Selama ini siswa dianggap berhasil dalam belajar bilamana mereka telah menguasai isi buku yang disampaikan guru, tanpa memikirkan seberapa jauh mereka dapat memahami isi buku apalagi mengingat kuruikulum

Page 14: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

berbasis kompetensi selanjutnya disingkat KBK tidakhanya menuntut siswa memperoleh sains (IPA) tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir dan sejumlah keterampilan proses (Depdiknas. 2001).

Menurut penelitian Dewey (1916) dalamToharudin (2005) siswa akan belajar denan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang tekah diketahui dan dengan kegiatan yang atau peristiwa yang akan terjadi di sekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok.

Dalam pelaksanaannya pembelajan IPA sealalu berkaitan dengan metode ilmiah. Penggunaan metode ini pada dasarnya tidak terlepas dari bebagai pendekatan-pendekatan terutama pendekatan proses. Proses merupakan sekumpulan keterampilan intelektual yang harus dimiliki oleh para siswa sebagai bekal dalam mempelajari IPA.

Prestasi belajar siswa tidak semata-mata berasal dari pengetahuan yang ditransfer langsung dari pikiran guru ke dalam pikiran siswa. Hal ini disebabkan siswayang datan g ke sekolah sudah membawa pengetahuan awal yang siap dikembangkan dengan bimbingan guru, sesuai dengan kaidah pembelajaran yakni proses interaksi antara guru dengan siswa. Dalam proses pembelajaran, guru memberikan bimbingan, menyediakan berbagai kesempatan yang dapt mendorong siswa belajar, dan memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dikatakan tercapai ditandai oleh tingkat penguasaan kemampuan dan pembentukan kepribadian (Hamalik, 2002).

Dalam upaya mencapai tujaun pembelajaran, guru dituntut untuk menggunakan strategi pembelajaran yang bersifat kontekstual dan memberikan keiatan yang bervariasi, sehingga dapat melayani perbedaan individu siswa, mengaktifkan siswa dan guru mendorong berkembangnya kemampuan baru, menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah, responsif, serta rumah dan lingkungan masyarakat. Pada akhirnya siswa memiliki motivais tinggi untuk belajar (Toharudin, 2005). Salah satu cara yaitu melalui pembelajaran yang dilaksanakan di luar kelas agar terjadi interaksi secara langsung antara siswa dengan lingkungannya.

Menurut Toharudin (2005) memanfaatkan lingkungan untuk memperoleh pengalaman belajar yakni dengan cara memberikan penugasan siswa untk belajar di luar kelas. Jadi lingkungan sebagai salah satu kajian dalam IPA dapat dimanfaatkan dalam mempelajari konsep “kerja ilmiah”. Dalam hal ini Napari dkk (2004) melaporkan hasil penelitiannya bahwa pendekatan lingkungan dapat meningkatkan produk, proses, keterampilan dan meningkatkan kinerja para siswa SD dalam pembelajaran IPA. Sedangkan lingkungan sebagai sumber pembelajaran untuk memahami konsep “kerja ilmiah” masih belum pernah dilaksanakan. Proses pembelajaran dengan konteks lingkung akan berjalan efektif apabila ada kerjasama dalam kelompok, makam penyelidikan kelompok (group investigation) merupakan salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif yang mungkin dapat mengatarkan siswa belajar dengan biak dalam upaya memahami keterampilan proses dalam “kerja ilmiah”.

Dalam memahami keterampilan proses siswa tidakselalu terikat dengan urutan materi berdasarkan kurikulum. Ini menjadi alasan penyelidikan kelompok bisa dijadikan metode dalam

Page 15: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

pembelajaran konsep “kerja ilmiah”. Atas pertimbangan ini pula maka perlu dilaksanakan penelitian tentang optimalisasi pemahaman siswa tentang konsep “kerja ilmiah” dengan menggunakan pendekatan lingkungan. Penentuan sekolah ini sebagai tempat penelitian didasarkan pada pengamatan dalam proses pembelajaran IPA tentang konsep “kerja ilmiah” yang belum maksimal dan cenderung diajarkan secara verbal saja.

Rumusan Dan Pemecahan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Apakah pemahaman siswa tentang konsep “kerja ilmiah” dengan menggunakan pendekatan lingkungan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai berikut ;

1. Sebagai bahan informasi bagi guru dan pendidik lain dalam mengembangkan pembelajaran.

2. Sebagai bahan informasi bagi Dinas Pendidikan tentang inovasi dalam proses pembelajaran.

3. Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran IPA.

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut melalui pembelajaran yang dirancang dengan penelitian tindakan kelas, maka akan meningkatkan pemahaman siswa pada konsep “kerja ilmiah”.

Tinjauan Umum Pembelajaran Konsep “Kerja Ilmiah”

Selama ini keterampilan proses cenderung diajarkan secara konseptual. Siswa belum dapat meraih potensinya dari proses pembelajaran di sekolah. Selama ini siswa hanya mempelajari fakta dan gagasan-gagasan tetapi belum dapat menggunakannya secara efektif.

Dalam KBK “kerja ilmiha” merupakan suatu konsep yang diorganisasikan dan disusun ke dalam salah satu dari 7 (tujuh) lingkup pembelajaran sains/IPA yakni sebagai lingkup proses (Depdiknas. 2001). Lingkup proses “kerja ilmiah” bertautan erat dengan konsep, maka “kerja ilmiah” adalan mengintegrasikan isi sains kedalam kegiatan-kegiatan pembelajaran yang membekali siswa pengalaman belajar siswa secara langsung. Pemberian pengalaman belajar secara langsung ini sangat ditekankan melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan untuk memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah.

Konsep “Kerja Ilmiah” Dalam Kurikulum

Dasar utama pembelajaran mengenai konsep “kerja ilmiah” mengacu pada KBK 2004. Adapun konsep “kerja ilmiah” terdiri atas 4 kompetensi dasar yang harus dikuasai dalam bidang IPA, mengkomunikasikan hasil penyelidikan ilmiah, dan bersikap ilmiah. Dalam buku penuntun IPA

Page 16: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

SD kelas 6 (Pratiwi, dkk. 2004) membagi “konsep ilmiah” menjadi 2 sub konsep, yakni : keterampilan proses sains dasar dan keterampilan proses sains terpadu. Jadi dalam pembelajaran konsep “kerja ilmiah” tidak lepas dari kedua macam keterampilan. Karena menurut Pratiwi, dkk. (2004) dalam mempelajari sains IPA khususnya untuk mempelajari gejala yang berhubungan dengan makhluk hidup dilakukan alam melalui proses dan sikap ilmiah yang akhirnya akan menghasilkan produk ilmiah. Sikap dan produk ilmiah tersebut tecakup dalam ke-2 keterampilan proses di atas. Jadi dalam proses pembelajaran dengan mengajak siswa ke lingkungan sudah mencakup kedua keterampilan proses.

Keterampilan proses dasar dalam “kerja ilmiah” di antaranya adalah : pengamatan, pengklasifikasian, pengkomunikasian/komunikasi, menafsirkan, memprediksi/bertanya. Sedangkan keterampilan dasar terpadu di antaranya adalah mengidentifikasi variabel, menyusun tabel data, menyusun grafik, mendeskripsikan hubungan antar variabel, dan perolehan serta pemrosesan data (Pratiwi, dkk. 2004).

Dimyati & Mudjiono (2002) menguraikan lebih jauh pengertian dari ke-5 keterampilan proses dasar di atas sebagai berikut :

a. Pengantar/observasi yaitu tanggapan terhadap berbagai objek dan peristiwa alam dengan menggunakan panca indera. Kemampuan mengamati ini merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain.

b. Pengelompokkan/menggolongkan atau mengklasifikasi merupakan keterampilan proses untuk memilah bebagai objek atau peristiwa yang dimaksud.

c. Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Contoh kegiatan mengkomunikasikan adalah mendiskusikan suatu masalah, membuat laporan, membaca peta dan kegiatan sejenis lainnya.

d. Penafsiran/menafsirkan artinya memberikan arti suatu fenomena/kejadian berdasarkan atas kejadian lainnya.

e. Memprediksi/bertanya dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.

Dari ke-5 keterampilan proses dasar dan terpadu di atas pada hakikatnya semuanya dapat dilakukan baik di lingkungan maupun di dalam kelas.

Pendekatan Lingkungan

Menurut Sertain (Dalyono, 1997), lingkungan dapat dibedakan atas lingkungan alami (luar),

Page 17: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

lingkungan dalam dan lingkungan sosial/masyarakat. Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak pertama kali akan belajar dan memahami sesuatu dari lingkungannya. Begitu pula halnya dalam belajar dan memahami konsep dan prinsip dalam IPA diperlukan suatu pendekatan yang mampu mewujudkan hal-hal yang diinginkan, yakni salah satunya dengan pendekatan lingkungan.

Pendekatan lingkungan berarti mengajak siswa belajar langsung di lapangan tentang topik-topik pembelajaran. Tang (2002) mengemukakan adanya hubungan antara manusia dengan lingkungan merupakan hubungan yang saling mempengaruhi sehingga lahir interaksi. Pendekatan lingkungan menurut Yulianto (2002), merupakan suatu interaksi yang berpangkal kepada hubungan antara perkembangan fisik dengan lingkungan sekitarnya. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar berarti siswa menampilkan contoh-contoh penerapan IPA dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain siswa datang menghampiri sumber-sumber belajarnya.

Dalam menggunakan pendekatan lingkungan bukan berarti mengeksploitasi alam akan tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat di sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan. Dalam menggunakan pendekatan ini, materi pelajaran telah disesuaikan dengan lingkungan sebagai konteks pembelajaran, baik berupa benda, peristiwa, atau keadaan yang dapat mempengaruhi siswa sebagai subyek pebelajar.

Sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dari lingkungan ada 3 jenis, yaitu siswa itu sendiri, sumber belajar disekitar atau di luar sekolah dan peristiwa silam yang sering terjadi secara teratur maupun kebetulan. Jadi pendekatan lingkungan terdiri dari 2 buah cara pembelajaran, yakni siswa belajar langsung ke lingkungan dan siswa belajar di dalam ruangan, dengan pembelajaran yang berorientasi ke lingkungan. Siswa belajar langsung ke lingkungan jarang dilaksanakan, dan merupakan inovasi baru dalam pembelajaran IPA.

Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan memerlukan jenis pembelajaran yang sesuai. Salah satu jenis pembelajaran yang dapat dilaksanakan dalam situasi pembelajaran yang terpencar dalam pembelajaran kooperatif metode pendidikan kelompok.

Penyelidikan Kelompok Sebagai Salah Satu Ragam Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Menurut Ibrahim dkk. (2000) pembelajaran kooperatif didirikan oleh struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong dan atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.

Salah satu model pembelajaran kooperatif yakni Penyelidikan Kelompok (Investigasi Kelompok). Penyelidikan kelompok mungkin merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan sulit untuk diterapkan. Model ini diperkenalkan pertama kali oleh Thelan kemudian dikembangkan oleh Shalan dan kawan-kawan. Model ini lebih menekankan pada

Page 18: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

siswa, di mana siswa terlibat secara langsung dalam perencanaan, baik topik maupun jalannya penyelidikan mereka (Ibrahim dkk. 2000)

Menurut Irawan dkk., (1994) model belajar penyelidikan kelompok mengambil model yang berlaku dalam masyarakat, terutama mengenai cara anggota masyarakat melakukan proses mekanisme sosial melalui serangkaian kesepakatan sosial. Melalui kesepakatan-kesepakatan inilah pebelajar mempelajari pengetahuan akademis dan mereka melibatkan diri dalam pemecahan masalah sosial.

Di dalam model ini terdapat tiga konsep utama, yaitu penelitian atau “inquiry”, pengetahuan atau “knowledge”, dan dinamika belajar atau “the dinamic of the learning group”. Penelitian adalah proses dimana siswa dirangsang dengan cara menghadapkannya pada masalah. Di dalam proses ini siswa memasuki situasi di mana mereka memberikan respon terhadap masalah yang mereka rasakan perlu untuk dipecahkan. Masalah itu sendiri bisa berasal dari siswa atau diberikan oleh guru dan harus berorietasi ke lapangan, misalnya siswa diminta mengumpulkan data tentang penduduk, penyakit, dan lain-lain, maka siswa harus bekerjasama dalam kelompok dan dalam bekerja dituntut kemandirian.

Sintaks Pembelajaran Dalam Penyelidikan Kelompok

Model pembelajaran penyelidikan kelompk memiliki 6 tahapan. Menurut Sharan dkk. (1984) dalam Ibrahim dkk. (2000) keenam tahapan tersebut sebagai berikut :

1. Pemilihan Topik

Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang telah ditetapkan oleh guru. Seperti data tentang kependudukan, kesehatan masyarakat, dan lain-lain. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi 2 sampai 6 anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis.

2. Perencanaan kooperatif

Sisw adan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama.

3. Implementasi

Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber bejalar yang berbeda baik di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.

4. Analisi dan Sintesis

Page 19: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

Siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut ringkas disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.

5. Presentasi hasil final

Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif yang luas dalam topik itu, presentasi dikoordinasi oleh guru.

6. Evaluasi

Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok. Keenam tahapan atau fase tersebut menjadi fase-fase dalam pembelajaran dalam penyelidikan kelompok.

Hasil-Hasil Penelitian Pendekatan Lingkungan Dalam Pembelajaran

Penelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan lingkungan telah banyak dilakukan di negara-negara lain. Wise dan Okey (1983) dalam Lisowski, dkk (1987) melaporkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan lingkungan pada umumnya lebih efektif daripada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tradisional. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Pengalaman langsung merupakan proses pembelajaran yang bermakna, baik baik guru maupun bagi siswa. Dalam hal ini, Arie (2003) telah melaksanakan penelitian dengan menggunakan paket indera dalam program pendidikan kesadaran lingkungan, hasil penelitian menunjukkan bahwa program ini dapat meningkatkan kesadaran para siswa yang berpengaruh terhadap cara berpikir, bersikap dan berprilaku positif terhadap lingkungan.

Pembelajaran yang berlatar lingkungan dengan pendekatan problem posing yang dilakukan penelitian membuktikan; 1) pendekatan problem posing-metode Brown dan Walter dapat mengoptimalkan pemahaman siswa tentang sub konsep etika lingkungan, dan 2) pendekatan problem posing-metode Brown dan Walter dapat mengoptimalkan respon siswa tentang sub konsep etika lingkungan (Herliyuni, 2004). Wulandari (2005) melaporkan hasil penelitian integrasi pendekatan STM dengan memanfaatkan laboratorium alam, bahwa ada peningkatan pemahaman siswa tentang konsep Pencemaran Lingkungan dengan menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat dan pendekatan lingkungan. Bagitu juga terjadi peningkatan respon siswa saat pembelajaran materi Pencemaran Lingkungan melalui pendekatan sains teknologi masyarakat dengan memanfaatkan laboratorium alam.

Page 20: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

Penggunaan lahan basah untuk mengoptimalkan pemahaman siswa tentang konsep ekosistem dengan menggunakan pendekatan lingkungan juga telah dilaporkan (Afriani, 2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pembelajaran menggunakan pendekatan lingkungan dapat mengoptimalkan pemahaman siswa tentang konsep ekosistem; (2) Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan lingkungan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang pembelajaran konsep ekosistem dilihat dari ketuntasan hasil belajar siswa untuk postes siklus 1 dari 78,6% menjadi 86,9% pada siklus 2, sedangkan untuk hasil selama proses pembelajaran siklus 1 dan siklus 2, 100%; (3) Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan lingkungan dapat mengoptimalkan respon siswa yang meliputi kinerja siswa selama proses pembelajaran.

Noorhasanah (2005) melaporkan hasil penelitianya tentang pemahaman konsep keanekaragaman hayati melalui pendekatan STM. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep keanekaragaman dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa dengan pendekatan lingkungan lebih tinggi. Hasil uji-t dua sampel independen menunjukkan bawha t hitung > t tabel. Kemudian siswa denagn pendekatan lingkungan lebih banyak menjawab soal dengan benar dan hasil belajar menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan lingkungan pembelajaran tuntas secara klasikal tetapi tidak tuntas secara individu naun dengan jumlah yang sedikit. Dengan demikian, pendekatan lingkungan mampu meningkatkan hasil belajar konsep makhluk hidup pada siswa (Nissa, 2004). Dari rangkaian penelitian di atas, pendekatan lingkungan sebagai inovasi dalam pembelajaran telah dapat disejajarkan dengan pendekatan-pendekatan konstruktivis lainnya, khususnya dalam meningkatkan proses dan hasil belajar, serta kinerja guru dalam pembelajaran.

permasalahan pendidikan tentang sarana dan prasarana sekolah di indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar BelakangMemasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut

bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar. Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.

Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber

Page 21: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.

Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.

Sekolah sebagai bentuk organisasi diartikan sebagai wadah dari kumpulan manusia yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu yakni tujuan pendidikan. Keberhasilan program pendidikan dalam proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu siswa, kurikulum, tenaga kependidikan, dana, prasarana dan sarana, dan faktor lingkungan lainnya. Apabila faktor tersebut terpenuhi dengan baik dan bermutu serta proses belajar bermutu pada gilirannya akan menghasilkan meningkatkan mutu pendidikan di Negara kita ini.

Salah faktor yang mendukung keberhasilan program pendidikan dalam proses pembelajaran yaitu sarana dan prasarana. Prasarana dan sarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yang menjadi tolak ukur mutu sekolah dan perlu peningkatan terus menerus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup canggih. Sarana prasarana adalah salah satu bagian input, sedangkan input merupakan salah satu subsistem. Sarana prasarana sangat perlu dilaksanakan untuk menunjang keterampilan siswa agar siap bersaing terhadap pesatnya teknologi. Sarana prasarana merupakan bagian penting yang perlu disiapkan secara cermat dan berkesinambungan, sehingga dapat dijamin selalu terjadi KBM yang lancar. Dalam penyelengaraan pendidikan, sarana prasaran sangat di butuhkan untuk menghasilkan KBM yang efektif dan efisien.

Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional pada Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa :

  Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

  Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat bekreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Page 22: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

Hal itu tentu pas bagi Sekolah yang berada di kota, kebutuhan akan sarana dan prasarana tentunya tercukupi dengan baik, namun bagi SD Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) hal ini menjadi kebalikan dari sekolah di kota. Bagaimana mutu pendidikan di Indonesia ini akan meningkat sedangkan pemerintah masih kurang memperhatikan fasilitas baik sarana maupun prasarana di sekolah-sekolah terpencil yang jauh dari kota.

B.Rumusan Masalah

1.Apa itu sarana dan prasarana pendidikan?2.Apa saja jenis-jenis sarana dan prasarana pendidikan?3.Apa saja sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran?4.Bagaimana standar sarana dan prasarana yang seharusnya?5.Bagaimana dengan sekolah yang sarana dan prasarananya tidak sesuai standar seharusnya? 6.Apa penyebab keterbatasan sarana dan prasarana di sebagian sekolah ?

C. Tujuan Makalah

Adapun tujuan penulis membuat makalah masalah pendidikan yang bertemakan “ Problematika pendidikan dan damp” adalah:1.Untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar dasar MIPA2.Untuk mengetahui pengertian sarana dan prasarana3.Untuk mengetahui jenis-jenis sarana dan prasarana pendidikan4.Untuk mengetahui apa saja sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran5.Untuk mengetahui bagaimana standar sarana dan prasarana yang seharusnya 6.Untuk mengetahui penyebab terjadinya sekolah yang mengalami keterbatasan sarana dan prasarana 7.Untuk mengetahui solusi dari masalah tersebut

D.Manfaat1.Dapat mengetahui pengertian sarana dan prasarana2.Dapat mengetahui jenis-jenis sarana dan prasarana pendidikan3.Dapat mengetahui apa saja sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran4.Dapat mengetahui bagaimana standar sarana dan prasarana yang seharusnya 5.Dapat mengetahui penyebab terjadinya sekolah yang mengalami keterbatasan sarana dan prasarana 6.Dapat mengetahui solusi dari masalah tersebut

Page 23: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Permasalahan PendidikanPenididikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia dimuka

bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan. Pendidikan diambil dari kata dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Mendidik berarti memlihara atau memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari pengertian ini didapat beberapa hal yang berhubungan dengan Pendidikan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau sekolompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri. Dalam penididkan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi. Kedua subjek itu adalah pendidik dan subjek didik. Subjek-subjek itu tidak harus selalu manusia, tetapi dapat berupa media atau alat-alat pendidikan. Sehingga pada pendidikan terjadi interaksi antara pendidik dengan subjek didik guna mencapai tujuan pendidikan.

Menurut wadah yang menyelenggarakan pendidikan, pendidikan dapat dibedakan menjadi pendidikan formal, informal dan nonformal.

Pendidikan formal adalah segala bentuk pendidikan atau pelatihan yang diberikan secara terorganisasi dan berjenjang, baik bersifat umum maupun bersifat khusus. Contohnya adalah pendidikan SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi negeri ataupun swasta. Pendidikan Informal dalah jenis pendidikan atau pelatihan yang terdapat di dalam keluarga atau masyarkat yang diselenggarakan tanpa ada organisasi tertentu(bukan organisasi). Pendidkan nonformal adalah segala bentuk pendidikan yan diberikan secara terorganisasi tetapi diluar wadah pendidikan formal.

Pada dasarnya setiap kegiatan yang dilakukan akan menimbulkan dua macam dampak yang saling bertentangan. Kedua dampak itu adalah dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif adalah segala sesuatu yang merupakan harapan dari pelaksanaan kegiatan tersebut, dengan kata lain dapat disebut sebagai ’Tujuan’. Sedangkan dampak negatif adalah segala sesuatu yang bukan merupakan harapan dalam pelaksanaan kegitan tersebut, sehingga dapat disebut sebagai hambatan atau masalah yang ditimbulkan.

Jika peristiwa di atas dihubungkan dengan pendidikan, maka pelaksanaan pendidikan akan menimbulkan dampak negatif yang disebut sebagai masalah dan hambatan yang akan dihadapi. Hal ini akan lebih tepat bila disebut sebagai permasalahan Pendidikan.

Page 24: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

Istilah permasalahan pendidikan diterjemahkan dari bahasa inggris yaitu “problem“. Masalah adalah segala sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Sedangkan kata permasalahan berarti sesuatu yang dimasalahkan atau hal yang dimasalahkan. Jadi Permasalahan pendidikan adalah segala-sesuatu hal yang merupakan masalah dalam pelaksanaaan kegiatan pendidikan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Permasalahan Pendidikan Indonesia adalah segala macam bentuk masalah yang dihadapi oleh program-program pendidikan di negara Indonesia. Seperti yang diketahui dalam TAP MPR RI No. II/MPR/1993 dijelaskan bahwa program utama pengembangan pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut.

a. Perluasan dan pemerataan pendidikanb. Peningkatan mutu pendidikanc. Peningkatan relevansi pendidikand. Peningkatan Efisiensi dan efektifitas pendidikane. Pengembangan kebudayaanf. Pembinaan generasi muda

Adapun masalah yang dipandang sangat rumit dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut.

a. Pemerataanb. Mutu dan Relevansic. Efisiensi dan efektivitasSetiap masalah yang dihadapi disebabkan oleh faktor-faktor pendukungnya adapun faktor-

faktor yang menyebabkan berkembangnya 4 masalah di atas adalah sebagai berikut.

  Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)  Laju Pertumbuhan penduduk  Kelemahan guru/dosen (tenaga pengajar) dalam menangani tugas yang dihadapinya, dan

ketidakfokusan peserta didik dalam menjalani proses pendidikan (Permasalahan Pembelajaran).Dalam makalah ini akan lebih dibahas yaitu tentang pemerataan pendidikan.Salah satu

akibat tidak meratanya pendidikan di indonesia yaitu adanya sekolah yang mengalami keterbatasan sarana dan prasarana terutama di daerah daerah terpencil seperti di daerah pedalaman kalimantan dan daerah terpencil lainnya.

B.Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan dan Fungsinya Dalam khazanah peristilahan pendidikan sering disebut-sebut istilah sarana dan

prasarana pendidikan. Kerap kali istilah itu digabung begitu saja menjadi sarana-prasarana pendidikan. Dalam bahasa Inggris sarana dan prasarana itu disebut dengan facility (facilities). Jadi, sarana dan prasarana pendidikan akan disebut educational facilities. Sebutan itu jika diadopsi ke dalam bahasa Indonesia akan menjadi fasilitas pendidikan.

Fasilitas pendidikan artinya segala sesuatu (alat dan barang) yang memfasilitasi (memberikan kemudahan) dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan.

Page 25: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

Sarana pendidikan adalah segala macam alat yang digunakan secara langsung dalam proses pendidikan. Sementara prasarana pendidikan adalah segala macam alat yang tidak secara langsung digunakan dalam proses pendidikan.Erat terkait dengan sarana dan prasarana pendidikan itu, dalam daftar istilah pendidikan dikenal pula sebutan alat bantu pendidikan (teaching aids), yaitu segala macam peralatan yang dipakai guru untuk membantunya memudahkan melakukan kegiatan mengajar. Alat bantu pendidikan ini yang pas untuk disebut sebagai sarana pendidikan.

Jadi, sarana pendidikan dapat juga diartikan segala macam peralatan yang digunakan guru untuk memudahkan penyampaian materi pelajaran. Jika dilihat dari sudut murid, sarana pendidikan adalah segala macam peralatan yang digunakan murid untuk memudahkan mempelajari mata pelajaran. Lalu prasarana pendidikan dapat juga diartikan segala macam peralatan, kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan guru dan murid untuk memudahkan penyelenggaraan pendidikan.

Perbedaan sarana pendidikan dan prasarana pendidikan adalah pada fungsi masing-masing, yaitu sarana pendidikan untuk “memudahkan penyampaian/mempelajari materi pelajaran, ” prasarana pendidikan untuk “memudahkan penyelenggaraan pendidikan.” Dalam makna inilah sebutan “digunakan langsung” dan “digunakan tidak langsung” dalam proses pendidikan seperti telah disinggung di awal dimaksudkan. Jelasnya, disebut “langsung” itu terkait dengan penyampaian materi (mengajarkan materi pelajaran), atau mempelajari pelajaran. Papan tulis, misalnya, digunakan langsung ketika guru mengajar (di papan tulis itu guru menuliskan pelajaran). Meja murid tentu tidak digunakan murid untuk menulis pelajaran, melainkan untuk “alas” murid menuliskan pelajaran (yang dituliskan di buku tulis; buku tulis itulah yang digunakan langsung).

D.Permasalahan Pendidikan tentang Sarana dan Prasarana Sekolah di IndonesiaSalah satu penyebab terjadinya permasalahan sarana dan prasarana di Indonesia yaitu

pemerataan pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pemerataan berasal dari kata dasar rata, yang berarti: 1) meliputi seluruh bagian, 2) tersebar kesegala penjuru, dan 3) sama-sama memperoleh jumlah yang sama. Sedangkan kata pemerataan berarti proses, cara, dan perbutan melakukan pemerataan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemerataan pendidikan adalah suatu proses, cara dan perbuatan melakukan pemerataan terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan pelaksanaan pendidikan.

Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah pelaksanaan program pendidikan yang dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk dapat memperoleh pendidikan. Pemerataan dan perluasan pendidikan atau biasa disebut perluasan keempatan belajar merupakan salah satu sasaran dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang mempunyai kesempatan yang sama unutk memperoleh pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan tersebut tidak dapat dibedakan menurut jenis kelamin, status sosial, agama, amupun letak lokasi geografis.

Page 26: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

Dalam propernas tahun 2000-2004 yang mengacu kepada GBHN 1999-2004 mengenai kebijakan pembangunan pendidikan pada poin pertama menyebutkan:

“Mengupayakan perluasan dan pemeraatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya Manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan peninggakatan anggaran pendidikan secara berarti“. Dan pada salah satu tujuan pelaksanaan pendidikan Indonesia adalah untuk pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan bagi setiap warga negara.

Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa Pemerataan Pendidikan merupakan tujuan pokok yang akan diwujudkan. Jika tujuan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka pelaksanaan pendidikan belum dapat dikatakan berhasil. Hal inilah yang menyebabkan masalah pemerataan pendidikan sebagai suatu masalah yang paling rumit untuk ditanggulangi.

Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena kurang tergorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga daerah terpencil sekalipun. Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Selain itu masalah pemerataan pendidikan juga terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga pendidikan untuk melakukan proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika kontrol pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daearh-daerah terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk Indonesia yang dalam usia sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan pendidikan sebagaimana yang diharapkan.

Permasalahan pemerataan pendidikan dapat ditanggulangi dengan menyediakan fasilitas dan sarana belajar bagi setiap lapisan masyarakat yang wajib mendapatkan pendidikan. Pemberian sarana dan prasrana pendidikan yang dilakukan pemerintah sebaiknya dikerjakan setransparan mungkin, sehingga tidak ada oknum yang dapat mempermainkan program yang dijalankan ini.Selain itu,dengan kata lain dalam melakasanakan fungsinya sebagai wahana untuk memajukan bangsa dan kebudayaan nasional, pendidikan nasional diharapkan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan.

Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan. Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat ditampung di dalam sistem pendidikan atau lembaga pendidikan karena minimnya fasilitas yang tersedia. Ada beberapa hal yang menyebabkan masalah pemerataan pendidikan, sebab-sebab tersebut antara lain:Keadaan geografis yang heterogen sehingga sangat sulit untuk menjangkau daerah-daerah tertentu.

Sampai saat ini 88,8 persen sekolah di indonesia mulai SD hingga SMA/SMK, belum melewati mutu standar pelayanan minimal.Pada pendidikan dasar hingga kini layanan pendidikan mulai dari guru, bangunan sekolah, fasilitas perpustakaan dan laboratorium, buku-buku pelajaran dan pengayaan, serta buku referensi masih minim. Pada jenjang Sekolah Dasar

Page 27: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

(SD) baru 3,29% dari 146.904 yang masuk kategori sekolah standar nasional, 51,71% katekori standar minimal dan 44,84% dibawah standar pendidikan minimal. pada jenjang SMP 28,41% dari 34.185, 44,45% berstandar minimal dan 26% tidak memenuhi standar pelayanan minimal. Hal tersebut membuktikan bahwa pendidikan di indonesia tidak terpenuhi sarana prasarananya.

Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052 lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena kondisi MI lebih buruk daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama.

Banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Permasalahan sarana dan prasarana ini sering dijumpai pada daerah daerah yang terpencil atau pedalaman ,seperti pedalaman kalimantan.Biasanya keterbatasan sarana dan prasarana ini mulai dari gedung sekolah yang ruangannya tidak layak dipakai untuk mendapatkan suasana belajar yang nyaman dan kondusif (seperti gambar di bawah) dan hanya terdapat dua atau tiga kelas saja,tidak terdapat ruangan lain seperti perpustakaan,laboraturium sarana-sarana olahraga,sarana sarana belajar seperti buku paket yang up date serta fasilitas lainnya dan jumlah guru yang sangat terbatas.

Situasi seperti itu juga terdapat di daerah perkotaan misalnya ada sekolah yang proses belajar dan pembelajarannya di lakukan di bawah jembatan dan lain lain. Banyak lagi permasalahan sarana dan prasarana sekolah di Indonesia seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi. Misalnya adanya infocus di tiap kelas,jaringan internet atau wirless di sekolah dll.

Ruangan kelas yang tidak layak dipakai

D.Standar Sarana dan Prasarana yang Seharusnya

Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tanggal 28 Juni 2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) adalah :Bangunan gedung memenuhi persyaratan kesehatan berikut.a.Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan pencahayaan yang memadai.b.Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan tempat sampah, serta penyaluran air hujan.c.Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Page 28: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

Sebuah Sekolah sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:1.ruang kelas

a.Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek yang tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus yang mudah dihadirkan.b.Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.c.Kapasitas maksimum ruang kelas 28 peserta didik. d.Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik. e.Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang kelas 30 m2.Lebar minimum ruang kelas 5 m.f.Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar ruangan.g.Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan.2.ruang perpustakaan

a.Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan.b.Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang kelas. Lebar minimum ruang perpustakaan 5 m.c.Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku.d.Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai

3.laboratorium IPA

a.Laboratorium IPA dapat memanfaatkan ruang kelas.b.Sarana laboratorium IPA berfungsi sebagai alat bantu mendukung kegiatan dalam bentuk percobaan. d.Setiap SD/MI dilengkapi sarana laboratorium IPA

4.ruang pimpinan

a.Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan pengelolaan sekolah, pertemuan dengan sejumlah kecil guru, orang tua murid, unsure komite sekolah, petugas dinas pendidikan, atau tamu lainnya.b.Luas minimum ruang pimpinan 12 m2 dan lebar minimum 3 m.c.Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah, dapat dikunci dengan baik.

5.ruang guru

Page 29: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

a.Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya.b.Rasio minimum luas ruang guru 4 m2/pendidik dan luas minimum 32 m2.c.Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.6.tempat beribadah,7.ruang UKS,

8.toilet

a.Toilet berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau kecil.b.Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 60 peserta didik pria, 1 unit jamban untuk setiap 50 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban untuk guru.c.Banyak minimum jamban setiap sekolah 3 unit.d.Luas minimum 1 unit jamban 2 m2.e.Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan.f.Tersedia air bersih di setiap unit jamban.9.gudang,10.ruang sirkulasi,11.tempat bermain/berolahraga.

E.Dampak yang Timbul Dari Permasalahan Sarana dan Prasarana Sekolah

Dari penjelasan sebelumnya menggabarkan permasalahan sarana dan prasarana di sekolah terutama di daerah pedalaman.Dengan keterbatasan sarana dan prasarana tersebut dapat dikatakan bahwa lembaga pendidikan kurang memfasilitasi bakat dan minat siswa dalam mengembangkan diri. Akibat tidak tersedianya fasilitas tersebut para pelajar mengalokasikan kelebihan energinya tersebut untuk hal-hal yang negatif, misalnya tawuran antar pelajar, kelompok-kelompok kriminal yang umumnya meresahkan masyarakat. Setidaknya ada dua dampak dari kurangnya sarana dan prasaranan pendidikan yaitu:

a. Rendahnya Mutu Output Pendidikan

Kurangnya sarana pendidikan ini berdampak pada rendahnya output pendidikan itu sendiri, sebab di era globalisasi ini diperlukan transormasi pendidikan teknologi yang membutuhkan sarana dan prasaranan yang sangat kompleks agar dapat bersaing dengan pasar global. Minimnya sarana ini menyebabkan generasi muda hanya belajar secara teoretis tanpa wujud yang praksis sehingga pelajar hanya belajar dalam angan-angan yang keluar dari realitas yang sesungguhnya.

Page 30: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

Ironisnya pemerintah kurang mendukung bahkan cenderung membiarkan tercukupinya fasilitas pendidikan. Kerusakan sekolah, laboratorium, dan ketiadaan fasilitas penunjang pendidikan lainnya menyebabkan gagalnya sosialisasi pendidikan berbasis teknologi ini. Kerusakan sekolah merupakan masalah klasik yang cenderung dibiarkan berlarut-larut dan celakanya lagi hal ini hanya sekedar menjadi permainan politik disaat pemilu saja.

b. Kenakalan Remaja dan Perilaku yang Menyimpang

Secara psikologis pelajar adalah masa transisi dari remaja menuju kedewasaan dimana didalamnya terjadi gejolak-gejolak batin dan luapan ekspresi kretivitas yang sagat tinggi. Jika lupan-luapan dan pencarian jati diri ini tidak terpenuhi maka mereka akan cenderung mengekspresikanya dalam bentuk kekecewaan-kekecawaan dalam bentuk negatif. Sarana pendidikan yang dimaksud disini, bukan hanya laboratorium, perpustakaan, ataupun peralatan edukatif saja, tetapi juga sarana-sarana olahraga ataupun kesenian untuk mengekspresikan diri mereka.

Kehidupan remaja diera modern ini tentulah berbeda dengan kehidupan pada generasi sebelumnya, pelajar saat ini membutuhkan ruang gerak dalam pengembangaan kematangan emosi misalanya saja grup band, sepak bola, basket, otimotif dan sebagainya. Jika hal ini tidak dipenuhi ataupun dihambat maka akan cenderung membuat perkumpulan-perkumpulaan yang cenderung menyalahi norma.

Di indonesia sendiri masih banyak sekolah ataupun kampus yang tidak memiliki sarana penyaluran emosi ini.

F.Solusi dari Permasalahan sarana dan prasarana yang TerbatasAda beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam memperbaiki anomali-anomali pendidikan ini antaralain:

         terorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga daerah terpencil sekalipun sehingga tidak terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah

         Dengan adanya koordinasi pemerintah pusat dengan pemerintah daerah maka selanjutnya kita dapat meningkatkan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Adapun sarana dan prasarana pendidikan yang digunakan dalam rangka meningkatkan output pendidikan tentunya kita harus menaikan cost (harga), menaikkan harga disini maksudnya adalah meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pendidikan. Adapun sarana tersebut meliputi sarana fisik dan non fisik.

  Sarana fisikPemenuhan sarana fisik sekolahan ini meliputi pembanguan gedung sekolahan,

laboratorium, perpustakaan, sarana-sarana olah raga, dan fsilitas pendukung lainnya. Dalam hal ini tentunya pemerintah memegang tanggung jawab yang besar dalam pemenuhan ini, karena pemerintah berkepentingan dalam memajukan pembangunan nasiaonal. Jika sarana belajar ini telah terpenuhi tentunya akan semakin memudahkan transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

  Sarana non fisik

Page 31: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

Sarana non fisik ini diibaratkan soft ware dalam komputer, jika soft ware ini dapat mengoprasikan perangkat komputer dengan baik maka pekerjaan akan cepat selesai. Begitu juga dalam pendidikan jika sistem dan pengajarnya bermutu maka akan mempercepat pembangunan nasional. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:

a.Peningkatan kualitas guru

Kualitas guru harus ditekankan demi berjalannya pendidikan itu sendiri, tugas guru adalah merangsang kreativitas dan memberi pengajaran secara fleksibel, artinya berkedudukan seperti siswa yang belajar tidak ada patron client. Peningkatan mutu ini bukan hanya pada intelektual guru saja, melainkan juga mengembangkan psikologis guru itu sendiri misalnya dengan memahami karakteristik siswa, psikologi perkembangan dan sebagainya.Dengan adanya peningkatan ini tentunnya akan berdampak pada membaiknya output pendidikan. Dikarenakan guru dapat menempatkan dirinya sebagaimana mestinya dan bersifat fleksibel. Kenakalan remaja biasanya terjadi justru karena prilaku guru itu sendiri misalnya melakukan hukuman fisik kepada siswa ataupun penekanan psikologis.

b.Pembentukan lembaga studi mandiri

Pembentukan lembaga studi mandiri ini berfungsi sebagai wadah pengembangan kpribadian siswa.Jika lembaga studi ini dapat dibentuk tentunnya akan memperbaiki kualitas fakultas maupun menambah pengalaman mahasiswa.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KesimpulanDalam usaha pemerataan pendidikan, diperlukan pengawasan yang serius oleh

pemerintah. Pengawasan tidak hanya dalam bidang anggaran pendidikan, tetapi juga dalam bidang mutu, sarana dan prasarana pendidikan.Sarana dan prasarana pendidikan sangatlah

Page 32: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

bermanfaat dan berperan penting untuk menunjang kelancaran proses pendidikan karena meskipun KBM (kegiatan Belajar Mengajar) sudah baik, namun tidak didukung dengan alat-alat atau sarana prasarana pendidikan maka hasil yang dicapai tidak akan sesempurna yang diharapkan.B.Saran

Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan ekosistem pendidikan nasional yang lebih baik dan mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus dilakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu. Namun agar mutu pendidikan di Indonseia dapat meningkat secara merata maka harus ada pemerataan pendidikan diantaranya pemerintah dan pihak sekolah harus memperhatikan sarana dan prasarana di sekolah karena dalam penyelengaraan pendidikan, sarana prasaran sangat di butuhkan untuk menghasilkan KBM yang efektif dan efisien.

Serta pemerintah harus lebih memperhatikan lagi sarana dan sarana di sekolah-sekolah yang berada di desa terpencil agar mutu pendidikan di Indonseia dapat meningkat secara merata.Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terkahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia Internasional.

PERMASALAHAN PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH

Ditulis pada hari Rabu, 19 Sepember 2012 | 21:34 WIB

IPA sebagai suatu penopang pembelajaran memiliki permasalahan tersendiri yang ikut andil menjadi sebuah problematika wajah pendidikan tanah air. Permasalahan ini seolah membuka tabir sejarah pendidikan yang tak pernah berubah seiring kemajuan dan perubahan kurikulum. Memang pada dasarnya kurikulum hadir bukan untuk menghilangkan masalah tetapi apakah problematika ini menjadi identitas negeri kita?

Oleh Choiri mengatakan bahwa banyak permasalahan pembelajaran IPA yang diangkat ke media tanpa adanya inovasi pembelajaran di kelas, seakan-akan tetap bertahan bahkan jatuh pada lobang yang sama, lantas bagaimana dengan kemajuan yang kita inginkan?

Selain itu pemberian materipun harus diperhatikan, hal ini untuk menghindari kesalahan/kekurangan penerimaan konsep pada anak dengan benar dengan memperhatikan psikologi anak yang dimulai dari pembukaan, sampai evaluasi di akhir pembelajaran pertama ini. Pembelajaran bermakna dimana penyampaian materi dengan contoh yang terdekat dengan anak sehingga akan lebih mudah memahami dan dirasakan lebih bernilai, maksudnya lebih bisa berguna bukan hanya sekedar teori dan menyenangkan.

Permasalahan lain yang timbul yaitu tidak adanya media pembelajaran yang memadai untuk menjelaskan suatu konsep diluar praktikum dan observasi. Hal ini akan mempersulit anak dalam

Page 33: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

memahami konsep sehingga tak jarang anak memahami diluar konsep yang sebetulnya jadi guru harus kreatif dan inovatif.

Berdasarkan hasil monitoring kelas pada saat pembelajaran IPA, banyak sekali masalah yang muncul yang dialami oleh guru, diantaranya :

1. Guru tidak siap mengajar, dalam arti terkadang guru belum memahami konsep materi yang diajarkan.

2.  Kesulitan memahami pelajaran, guru sering kesulitan dalam memunculkan minat belajar anak

3. Kurang optimal dalam penerapan metode pembelajran yang ada.

4.  Kesulitan memilih dan menentukan alat peraga yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

5.  Kesulitan menanamkan konsep yang benar pada siswa dan sering bersifat verbalistik.

Kegiatan membenahi motivasi dan prestasi merupakan kegiatan awal pembelajaran. Kegiatan itu perlu dirancang sebaik mungkin guna mengkoordinasikan murid-murid untuk “siap” belajar, menerima pelajaran dengan bertanya dan menggali ilmu pengetahuan yang akan dipelajari. Kegiatan yang bisa memberikan motivasi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan, misalnya metode ceramah (bercerita), peragaan, demonstrasi, dan sosiodrama dengan bermain peran, serta metode tanya jawab. Pada kegiatan memberikan motivasi, guru hendaknya memberikan pertanyaan awa yang mengarahkan pada materi yang akan dibahas, sehingga muncul berbagai opini anak tentang bebagai macam pelajaran. Hal ini penting sekali bagi murid untuk menghilangkan pola pembelajaran DDCH (duduk, dengar, catat dan hapal). Pola pembelajaran DDCH punya kelemahan, yaitu :

1.  kurangnya interaksi guru sehingga murid dapat menurunkan motivasi anak belajar

2.  murid apatis karena tidak ada keaktifan terlihat dalam proses pembelajaran.

3.  murid kesulitan memahami konsep materi pelajaran.

4.  munculnya trauma murid kepada guru yang mengajar

5.  materi pelajaran yang diserap murid masuk dalam ingatan jangka pendek alias STM (short time memory).

6.  prestasi pembelajaran IPA cenderung menurun.

Untuk mengurangi bebagai permasalahan diatas, guru dapat mengembangkan pendekatan pembelajaran “PAKEMI” dan inovatif, pembelajaran aktif, kreatif, enak, menyenangkan. Pendekatan pembelajaran PAKEMI paling tidak dapat membawa angin perubahan dalam pembelajaran, yaitu :

Page 34: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

1.  guru dan murid sama-sama aktif dan terjadi interaksi timbal balik antar keduanya.

2. guru dan murid dapat mengembangkan kreatifitasnya dalam pembelajaran.

3. murid merasa senang dan nyaman dalam pembelajaran

4. munculnya pembahasan dalam pembelajaran di kelas.

Akhirnya pembelajaran yang dilaksanakan jika ingin mencapai “Sukses” sangat bergantung pada beberapa faktor, yaitu : guru, murid, tujuan yang akan dicapai, penggunaan media pembelajaran, metode diterapkan dan sistem evaluasi, pengetahuan yang tepat yang dimiliki siswa mengarahkan perhatiannya pada satu atau dua hal tertentu dari seluruh materi yang sedang dipelajari

Permasalahan Pembelajaran Matematika di   Sekolah 6 Sep

3 Votes

Tulisan berikut saya ambil dari LBM skripsi saya yang berjudul: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematika Siswa

 ————————————————————————————————–

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Ruseffendi (dalam Septiani, 2010:1) mengatakan bahwa, “Matematika bukan hanya alat bantu untuk matematika itu sendiri, tetapi banyak konsep-konsepnya yang sangat diperlukan oleh ilmu lainnya, seperti kimia, fisika, biologi, teknik dan farmasi”. Melihat begitu pentingnya matematika tidak mengherankan jika matematika dipelajari secara luas dan mendasar sejak jenjang pendidikan sekolah dasar.

Page 35: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran matematika (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tanggal 23 mei 2006 tentang standar isi) bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kemampuan ini dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Depdiknas (dalam Herman, 2010:1) adalah:

1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan,2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan

mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba,

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi dan mengkomunikasikan gagasan.

Dengan demikian, matematika sebagai bagian dari kurikulum pendidikan dasar, memainkan peranan strategis dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Kemampuan berpikir matematika khususnya berpikir matematika tingkat tinggi sangat diperlukan siswa, terkait dengan kebutuhan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa keterampilan berpikir yang dapat meningkatkan kecerdasan memproses adalah keterampilan berpikir kritis, keterampilan berpikir kreatif, keterampilan mengorganisir otak, dan keterampilan analisis. Wijaya (dalam Radiansyah, 2010) mengatakan bahwa “Kemampuan berpikir kritis dan kreatif sebagai bagian dari keterampilan berpikir perlu dimiliki oleh setiap anggota masyarakat, sebab banyak sekali persoalan-persoalan dalam kehidupan yang harus dikerjakan dan diselesaikan”. Karena kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan dan memecahkan permasalahan yang ada dalam kehidupan di masyarakat, jelas bahwa siswa sebagai bagian dari masyarakat harus dibekali dengan kemampuan berpikir kritis yang baik. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir terutama yang menyangkut aktivitas matematika perlu mendapatkan perhatian khusus dalam proses pembelajaran matematika.

Namun, kenyataan di lapangan belum sesuai dengan yang diharapkan. Hasil studi menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun fokus dan perhatian pada upaya meningkatkan kemampuan berpikir matematika siswa masih jarang dikembangkan. Aisyah (2008:4) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa rendahnya kemampuan berpikir kritis disebabkan upaya pengembangan kemampuan berpikir kritis di sekolah-sekolah jarang dilakukan. Rendahnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematika siswa juga dapat dilihat dari hasil jawaban siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika di sekolah yang masih belum memuaskan.

Utomo dan Ruijter (Suparno, 2000:31) memaparkan bahwa pada latihan pemecahan soal ternyata hanya sebagian kecil siswa yang dapat mengerjakannya dengan baik, sebagian besar tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Setelah diberi petunjuk pun, mereka masih juga tidak dapat menyelesaikan soal-soal tersebut, sehingga guru menerangkan seluruh penyelesaiannya. Menurut

Page 36: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

Herman (2010:1) salah satu penyebab rendahnya penguasaan matematika siswa adalah guru tidak memberi kesempatan yang cukup kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya. Matematika dipelajari oleh kebanyakan siswa secara langsung dalam bentuk yang sudah jadi (formal), karena matematika dipandang oleh kebanyakan guru sebagai suatu proses yang prosedural dan mekanistis.

Sedangkan dari hasil penelitian yang dilakukan Rohmayasari (2010:68) didapat bahwa sikap dan kemampuan berpikir matematika siswa masih rendah dan belum memuaskan, diantaranya:

1. Para siswa masih merasa malas untuk mempelajari matematika karena terlalu banyak rumus.2. Para siswa menganggap bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang membosankan.

3. Matematika masih sulit dipahami oleh siswa.

4. Soal matematika yang diberikan sulit untuk dikerjakan.

5. Siswa masih merasa bingung dalam mengaplikasikan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.

6. Soal yang diberikan adalah soal-soal rutin yang kurang meningkatkan kemampuan berpikir matematika siswa.

7. Soal yang diberikan tidak berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan siswa belum terbiasa diberikan soal-soal tidak rutin.

Sehingga tidak hanya rendah pada kemampuan aspek mengerti matematika sebagai pengetahuan (cognitive) tetapi juga aspek sikap (attitude) terhadap matematika juga masih belum memuaskan. Sebagian besar siswa masih menganggap matematika merupakan mata pelajaran yang sukar dipelajari dan menakutkan bagi mereka. Hal ini disampaikan oleh Ruseffendi (dalam Puspita, 2009), “Pelajaran matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi”. Anggapan tersebut sudah melekat pada anak-anak, sehingga berdampak negatif terhadap proses pembelajaran siswa dalam matematika.  Siswa menganggap bahwa pembelajaran matematika yang diikuti di sekolah kurang menarik dan kurang menyenangkan. Mereka merasa tidak termotivasi untuk belajar matematika dan sulit untuk bisa meyenangi matematika sehingga pada akhirnya mengakibatkan hasil belajar matematika menjadi kurang memuaskan.

Direktorat PLP (dalam Widdiharto, 2004:1) mengungkapkan bahwa kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pembelajaran bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibatnya motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis. Padahal kemampuan itu yang sangat diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Walaupun matematika dikenal sebagai ilmu yang sukar dipahami, akan tetapi banyak faktor yang dapat membantu memudahkan pemahaman matematika, salah satunya adalah cara penyampaian

Page 37: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

materi, misalnya saja dengan menekankan kepada keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar sehingga potensi siswa dapat berkembang dengan baik.

Proses pendidikan mencakup proses belajar, proses mengajar dan proses berpikir kreatif. Syah (2008:248) mengungkapkan bahwa, “Dalam setiap proses belajar mengajar di sekolah sekurang-kurangnya melibatkan empat komponen pokok, yaitu: individu siswa, guru, ruang kelas dan kelompok siswa”. Semua komponen ini memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang unik dan berpengaruh terhadap jalannya proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar, pendukung keberhasilan seorang guru dalam pembelajaran tidak hanya dari kemampuannya dalam menguasai materi akan tetapi faktor lain pun dapat mendukung, seperti penggunaan metode yang tepat dalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini harus diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.

Pandangan umum yang masih dianut oleh guru dan masih berlaku sampai sekarang ialah bahwa dalam proses belajar mengajar, pengetahuan dialihkan dari guru kepada siswa. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang berlangsung satu arah yaitu guru menerangkan dan siswa mendengarkan, mencatat lalu menghafalnya sehingga tujuan pembelajaran akan cepat selesai. Dalam proses pembelajaran matematika guru umumnya terlalu berkonsentrasi pada latihan menyelesaikan soal yang lebih bersifat prosedural dan mekanistis daripada menanamkan pemahaman. Dalam kegiatan pembelajaran guru biasanya menjelaskan konsep secara informatif, memberikan contoh soal, dan memberikan soal-soal latihan.

Menurut Armanto (dalam Herman, 2010:3) tradisi mengajar seperti ini merupakan karakteristik umum bagaimana guru melaksanakan pembelajaran di Indonesia. Pembelajaran matematika konvensional bercirikan: berpusat pada guru, guru menjelaskan matematika melalui metode ceramah (chalk-and-talk), siswa pasif, pertanyaan dari siswa jarang muncul, berorientasi pada satu jawaban yang benar, dan aktivitas kelas yang sering dilakukan hanyalah mencatat atau menyalin. Akibatnya siswa menjadi kurang aktif dan pembelajaran merupakan suatu hal yang membosankan bagi siswa, sehingga dapat menurunkan motivasi belajar dan inisiatif siswa untuk bertanya dan mengungkapkan ide.  Karenanya kemampuan guru dalam memilih metode mengajar merupakan hal penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kekurangan guru dalam memilih metode mengajar bisa menjadi salah satu penyebab kurang baiknya hasil belajar siswa.

Menyikapi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pendidikan matematika di sekolah, terutama yang berkaitan dengan prestasi belajar siswa, praktek pembelajaran di kelas, pentingnya meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi, salah satu solusinya adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, penulis berpendapat bahwa untuk membuat pelajaran matematika menjadi bermakna, efektif serta banyak disukai oleh siswa maka perlu digunakannya model pembelajaran yang menarik. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dalam kelompok kecil, yang memungkinkan siswa saling membantu dalam memahami suatu konsep, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman sebagai masukan serta kegiatan lain yang bertujuan untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Aktivitas pembelajaran kooperatif disamping menekankan pada kesadaran siswa belajar, memecahkan masalah dan mengaplikasikan pengetahuan, konsep serta

Page 38: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

keterampilan kepada teman lain, siswa akan merasa senang menyumbangkan pengetahuannya kepada teman atau anggota lain dalam kelompoknya. Oleh karena itu belajar kooperatif adalah saling menguntungkan antar siswa yang berkemampuan rendah, sedang dan siswa yang berkemampuan tinggi. Suparno (2000:131) menyatakan bahwa:

Struktur kooperatif dibandingkan dengan struktur kompetisi dan usaha individual, lebih menunjang komunikasi yang lebih efektif dan pertukaran informasi diantara siswa, saling membantu tercapainya hasil belajar yang baik, lebih banyak bimbingan perorangan, berbagi sumber diantara siswa, perasaan terlibat yang lebih besar, berkurangnya rasa takut akan gagal dan berkembangnya sikap saling mempercayai diantara para siswa.

Dalam pembelajaran yang dilakukan secara kooperatif (cooperative learning) dalam kelompok kecil dua sampai empat orang, guru melakukan intervensi secara proporsional dan terarah. Dalam hal ini Herman (2010:8) berpendapat bahwa, “Guru dituntut terampil menerapkan teknik scaffolding yaitu membantu kelompok secara tidak langsung menggunakan teknik bertanya dan teknik probing yang efektif, atau memberikan petunjuk (hint) seperlunya”.

Sebagian guru berpikir bahwa mereka sudah menerapkan pembelajaran kooperatif tiap kali menyuruh siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil. Tetapi guru belum memperlihatkan adanya aktivitas kelas yang terstruktur sehingga peran setiap anggota kelompok belum terlihat. Dalam pembelajaran kooperatif dikenal berbagai tipe, salah satunya adalah pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS). Dalam model pembelajaran Two Stay Two Stray ini siswa dapat memperoleh banyak informasi sekaligus dalam kelompok yang berbeda. Selain itu, siswa belajar untuk mengungkapkan pendapat dan meningkatkan hubungan persahabatan. Sehingga dapat meningkatkan kreatifitas dan keaktifan siswa dalam belajar matematika.

Adapun pada pembelajaran Two Stay Two Stray ini, siswa dikelompokkan dengan pengelompokan secara heterogen, dalam hal ini heterogen kemampuan akademiknya. Walaupun menurut Gordon (dalam Ati, 2008:16), “Pada dasarnya manusia senang berkumpul dengan sepadan dan membuat  jarak dengan yang berbeda”. Namun pengelompokan dengan orang lain yang sepadan dan serupa ini bisa menghilangkan kesempatan anggota kelompoknya untuk memperluas wawasan dan memperkaya diri, karena dalam kelompok homogen tidak dapat banyak perbedaan yang bisa mengasah proses berpikir, bernegosiasi, berargumentasi dan berkembang. Selain itu, pengelompokan secara homogen mempunyai dampak negatif, diantaranya praktik ini jelas bertentangan dengan misi pendidikan. Pengelompokan berdasarkan kemampuan, sama dengan memberikan cap atau label pada tiap-tiap peserta didik. Label ini bisa menjadi vonis yang diberikan terlalu dini, terutama bagi peserta didik yang dimasukkan dalam kelompok yang lemah. Seorang siswa bisa merasa tidak mampu, patah semangat dan tidak mau berusaha lagi.

Atas dasar uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat dijadikan salah satu model pembelajaran matematika di sekolah.

Referensi:

Page 39: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

Ati, N.R.M. (2008). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FKIP UNPAS: tidak diterbitkan

Aisyah, T.S. (2008). Penerapan Strategi Konflik Kognitif dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FKIP UNPAS: tidak diterbitkan

Herman, T. (2011). Membangun Pengetahuan Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.

Radiansyah, I. (2010). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis.

http://lkpk.org/2010/12/01/mengembangkan-kemampuan-berpikir-kritis/

Diakses 5 mei 2011

Puspita, D.R. (2009). Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Multimedia Interaktif Tipe Tutorial terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Siswa SMP di Jawa Barat.

http://dewiratri.blog.com/2009/05/30/proposal-skripsi/

Diakses 22 April 2011

Rohmayasari, N. (2010). Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual (CTL) terhadap peningkatan Kemampuan Berpikir Analitis dan Kreatif Siswa SMA di Jawa Barat. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FKIP UNPAS: tidak diterbitkan

Septiani, I. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FKIP UNPAS: tidak diterbitkan

Suparno, A.S. (2000). Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas

Syah, M. (2008). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya

Widdiharto, R. (2004). Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah PPPG Matematika Yogyakarta

Teori Pembelajaran IPA

17 Juli 2011 by dyasanggraeni | 1 Comment

Page 40: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

4 Votes

a. Hakikat IPASains menurut Depdiknas (2004:3) adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena di alam semesta. Sains memperoleh kebenaran tentang fakta dan fenomena alam melalui kegiatan empirik yang dapat diperoleh melalui eksperimen laboratorium atau alam bebas. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Carin & Sund (1985:4) “Science is the system of knowing about the universe through data collected by observation and controlled experimentation”. Sains adalah sebuah sistem pengetahuan tentang alam semesta melalui kumpulan data dari observasi atau eksperimen.Collete & Chiapetta (1994:30) menyatakan pendapatnya tentang sains, yaitu: “science should viewed as a way thinking in the pursuit of understanding nature, as the way investigation claim about phenomena, and as a body of knowledge that has resulted from inquiry”. Bahwa sains harus dipandang sebagai suatu cara berpikir dalam upaya memahami alam, sebagai suatu cara penyelidikan tentang gejala, dan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang didapatkan dari proses penyelidikan. Sains disini adalah suatu cara berpikir dan cara penyelidikan untuk mencapai suatu ilmu pengetahuan tentang alam.Dalam Trianto (2007:102), IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. Lebih lanjut dinyatakan bahwa ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: 1) Kemampuan mengetahui yang diamati; 2) kemampuan memprediksi apa yang belum diamati dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut dari hasil eksperimen dan; 3) dikembangkannya sikap ilmiah.Sumaji, dkk (1998:31) menyatakan bahwa sains adalah suatu disiplin ilmu yang terdiri atas physical sciences dan life sciences. Termasuk dalam physical sciences adalah ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika, sedangkan life sciences meliputi biologi, zoologi dan fisiologi.Menurut BSNP (2006:1), Karakteristik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat dilihat melalui dua aspek yaitu biologis dan fisis. Aspek biologis, mata pelajaran IPA mengkaji berbagai persoalan yang berkait dengan berbagai fenomena pada makhluk hidup pada berbagai tingkat organisasi kehidupan dan interaksinya dengan faktor lingkungan, pada dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada benda tak hidup, mulai dari benda tak hidup yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari seperti air, tanah, udara, batuan dan logam, sampai dengan benda-benda di luar bumi dalam susunan tata surya dan sistem galaksi di alam semesta.Masih menurut BSNP (2006:1), untuk aspek kimia, IPA mengkaji berbagai fenomena/gejala

Page 41: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

kimia baik pada makhluk hidup maupun pada benda tak hidup yang ada di alam semesta. Ketiga aspek tersebut, ialah aspek biologis (biotis), fisis, dan khemis, dikaji secara simultan sehingga menghasilkan konsep yang utuh yang menggambarkan konsep-konsep dalam bidang kajian IPA. Khusus untuk materi Bumi dan Antariksa dapat dikaji secara lebih dalam dari segi struktur maupun kejadiannya.Dalam penerapannya, IPA juga memiliki peranan penting dalam perkembangan peradaban manusia, baik dalam hal manusia mengembangkan berbagai teknologi yang dipakai untuk menunjang kehidupannya, maupun dalam hal menerapkan konsep IPA dalam kehidupan bermasyarakat, baik aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan. Oleh karena itu, struktur IPA juga tidak dapat dilepaskan dari peranan IPA dalam hal tersebut.Osborne & Dillon (2008) menyatakan “…that the primary goal of science education cannot be simply to produce the next generation of scientist.” Bahwa tujuan utama dari pendidikan IPA tak hanya sesederhana memproduksi generasi ilmuan di masa yang akan datang saja. Lebih lanjut dikemukakan “ … and that this needs to be an education that will develop an understanding of the major explanatory themes that science has to offer and contribute to their ability to engage critically with science in their future lives.” Yang secara singkat berarti ilmu pengetahuan ini dibutuhkan untuk mengembangkan pengertian anak tentang berbagai penjelasan peristiwa di alam dan juga memberikan kontribusi terhadap kemampuan anak di masa yang akan datang.Hakikat IPA yang dinyatakan oleh Sri Sulistyorini (2007:9) dapat dipandang dari segi produk, proses dan pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk) dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terkait. Ini berarti proses belajar mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi tersebut.Sedangkan hakikat IPA menurut Depdiknas (2006) meliputi empat unsur utama yaitu:1) Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;2) Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;3) Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;4) Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs, meliputi bidang kajian energi dan perubahannya, bumi antariksa, makhluk hidup dan proses kehidupan, dan materi dan sifatnya yang sebenarnya sangat berperan dalam membantu peserta didik untuk memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif.Kesimpulan dari beberapa definisi diatas bahwa IPA adalah sebuah proses memperoleh kebenaran tentang fakta dan fenomena alam yang meliputi aspek biologi, fisis dan khemis. Sedangkan hakikat IPA dapat dipandang sebagai sikap, proses, produk serta aplikasi pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari yang keseluruhannya saling terkait secara erat.

b. Pembelajaran IPAPembelajaran sering juga disebut dengan belajar mengajar sebagai terjemahan dari istilah “instructional” yang terdiri atas dua kata yaitu belajar dan mengajar. Belajar adalah suatu proses

Page 42: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sesuai yang dinyatakan Nana Sujana (2004:28), Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada dalam individu.Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2007:57). Pembelajaran bisa juga diartikan sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru, dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa agar siswa dapat belajar dengan lebih aktif (Dimyati dan Mudjiono, 2002:113 ).Menurut Syaiful Sagala (2007:63) pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa untuk sekedar mendengar, mencatatkan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu akan dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi memberikan pengertian bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen (Pusat Kurikulum, 2006).Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu

Page 43: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau “inquiry skills” yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain.Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: (1) memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, (2) menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah, (3) latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam, (4) memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah.Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses belajar yang dibangun oleh guru ini diharapkan mampu membangun karakteristik mental siswa dan juga keaktifan siswa dalam memperoleh pengetahuan yang mereka butuhkan. Sedangkan pembelajaran IPA di fokuskan pada proses inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik mendapatkan pemahaman tentang gejala-gejala yang terjadi di alam sekitarnya.

etode Pembelajaran - MIPA dikenal sebagai suatu bidang yang harus dipelajari di sekolah. Memang disadari kalau MIPA sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Kemajuan MIPA akan berdampak bagi kemajuan transformasi masyarakat yang juga berhubungan dengan ekonomi dan sosial suatu bangsa. Namun kenyataannya, belajar MIPA sebagai sesuatu yang membosankan. Bikin pusing karena harus menghafal rumus-rumus yang panjang sedangkan belum tahu gunanya untuk apa.

Memang, kegiatan pembelajaran MIPA beberapa daerah (bahkan beberapa negara) hanya mengajarkan asumsi-asumsi saja yang akhirnya melahirkan siswa yang tidak memiliki pemahaman dan pengertian tentang manfaat MIPA bagi kehidupannya. Siswa hanya menghafal rumus, istilah-istilah tanpa tahu guna dan aplikasinya di lingkungannya. Ruang belajar pun menjadi sempit karena hanya pada ruang kelas saja. Sehingga perlu ada sebuah pembelajaran MIPA berbasis budaya dimana siswa didorong untuk dapat memecahkan masalah yang ada di lingkungan sekitarnya, sebagai titik awal proses penciptaan makna.

Vygotsky dalam teori kontruktivismenya menjelaskan perlu adanya peran budaya dan masyarakat sebagai pengalaman awal proses belajar. Selanjutnya, Vygotsky juga menjelaskan penciptaan makna hanya akan terjadi melalui negosiasi makna antara siswa dengan guru dan

Page 44: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

siswa yang lain yang disebut dengan interaksi. Dengan demikian pembelajaran MIPA berdasarkan budaya memerlukan interaksi aktif dari siswa dan guru dengan berbagai sumber belajar dalam suatu komunitas budaya.

Akhirnya pembelajaran MIPA berdasarkan budaya mensyaratkan adanya perubahan tradisi pembelajaran yang semula hanya dilakukan dengan satu metode saja yaitu DECAFA (Dengar, Catat, Hafal) menjadi tradisi mengeksplorasi berbagai sumber belajar dalam suatu komunitas budaya. Bisa saja misalnya belajar MIPA sambil memasak, atau belajar MIPA dengan menggunakan metode permainan anak-anak, atau mungkin dengan musik.  Metode Pembelajaran

Bergantung dengan konteks dan keberagaman sumber belajar yang ada. Konsep penilaian hasil belajar pembelajaran MIPA berdasarkan budaya adalah multiple representations yang berarti hasil belajar siswa dinilai melalui beragam tekhnik dan alat ukur, siswa pun mengekspresikan keberhasilannya dalam berbagai bentuk. Misalnya, banyak siswa yang takut menghadapi tes, tetapi sangat baik dalam mengarang atau menulis prosa, atau bahkan dalam menggambar kartun/komik. 

Siswa diberi kebebasan dalam mengekspresikan hasil kegiatan belajarnya tersebut. Sebelumnya guru memang harus mengetahui titik awal ketika belajar dan titik akhir belajar setiap siswa per individu. Sementara itu, upaya siswa menunjukkan keberhasilannya dalam proses penciptaan makna tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara wujud media. Misalnya dengan poster, puisi, lukisan, komik strip, catatan harian, laporan ilmiah penelitian pribadi, ukiran, patung, dan lain-lain.

IPA sebagai ilmu terdiri dari produk dan proses. Produk IPA terdiri atas fakta (misalnya: orang menghirup udara dan mengeluarkan udara dari hidungnya, biji kacang hijau muncul hipokotil dan epikotilnya dan akan bertambah panjang ukurannya saat ditanam pada kapas yang disiram air), konsep ( misalnya: udara yang dihirup ke dalam paru-paru lebih banyak kandungan oksigennya dibandingkan udara yang dikeluarkan dari paru-paru, logam memuai bila dipanaskan), prinsip (misalnya: kehidupan memerlukan energi, benda tak hidup tidak mengalami pertumbuhan), prosedur (misal, pengamatan, pengukuran, tabulasi data, analisis data) teori, (misalnya: teori evolusi, teori asal mula kehidupan), hukum dan postulat ( misal, hukum Boyle, Archimedes, Postulat Kock). Semua itu merupakan produk yang diperoleh melalui serangkaian proses penemuan ilmiah melalui metoda ilmiah yang didasari oleh sikap ilmiah.

Ditinjau dari segi proses, maka IPA memiliki berbagai keterampilan IPA, misalnya: Metode Pembelajaran

1. Menegidentifikasi dan menentukan variabel tetap/bebas dan variabel berubah/tergayut,2. Menentukan apa yang diukur dan diamati,

3. Keterampilan mengamati menggunakan sebanyak mungkin indera (tidak hanya indera penglihat), mengumpulkan fakta yang relevan, mencari kesamaan dan perbedaan, mengklasifikasikan, 

Page 45: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

4. Keterampilan dalam menafsirkan hasil pengamatan seperti mencatat secara terpisah setiap jenis pengamatan, dan dapat menghubung-hubungkan hasil pengamatan,

5. Keterampilan menemukan suatu pola dalam seri pengamatan, dan keterampilan dalam mencari kesimpulan hasil pengamatan, 

6. Keterampilan dalam meramalkan apa yang akan terjadi berdasarkan hasil-hasil pengamatan, dan 

7. Keterampilan menggunakan alat/bahan dan mengapa alat/bahan itu digunakan. Selain itu adalah keterampilan dalam menerapkan konsep, baik penerapan konsep dalam situasi baru, menggunakan konsep dalam pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi, maupun dalam menyusun hipotesis.

 

Keterampilan IPA juga menyangkut keterampilan dalam berkomunikasi seperti : Metode Pembelajaran

Keterampilan menyusun laporan secara sistematis, Menjelaskan hasil percobaan atau pengamatan,  

Cara mendiskusikan hasil percobaan,  

Cara membaca grafik atau tabel, dan 

  Keterampilan mengajukan pertanyaan, baik bertanya apa, mengapa dan bagaimana,

Maupun bertanya untuk meminta penjelasan serta keterampilan mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis. Jika aspek-aspek proses ilmiah tersebut disusun dalam suatu urutan tertentu dan digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi, maka rangkaian proses ilmiah itu menurut Towle menjadi suatu metode ilmiah.

Rezba dkk. Mendeskripsikan keterampilan proses IPA yang harus dikembangkan pada diri peserta didik mencakup kemampuan yang paling sederhana yaitu mengamati, mengukur sampai dengan kemampuan tertinggi yaitu kemampuan bereksperimen.

Menurut Bryce dkk. keterampilan proses IPA mencakup keterampilan dasar (basic skill) sebagai kemampuan yang terendah, kemudian diikuti dengan keterampilan proses (process skill). Sebagai keterampilan tertinggi adalah keterampilan investigasi (investigation skill).

Keterampilan dasar mencakup: 

Melakukan pengamatan (observational skill), Mencatat data (recording skill), 

Page 46: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

Melakukan pengukuran (measurement skill),  

Mengimplementasikan prosedur (procedural skill), dan 

Mengikuti instruksi (following instructions).

Keterampilan proses meliputi:  Metode Pembelajaran

Menginferensi (skill of inference) dan Menyeleksi berbagai cara/prosedur (selection of procedures).

Keterampilan investigasi berupa keterampilan merencanakan dan melaksanakan serta melaporkan hasil investigasi. Keterampilan tersebut juga harus didasari oleh sikap ilmiah seperti sikap antusias, ketekunan, kejujuran, dan sebagainya.

Mengingat dari perkembangan mental peserta didik SMP/MTs menurut Piaget,Carin dan Sund, sebagian besar pada taraf transisi dari fase konkrit ke fase operasi formal, maka diharapkan sudah mulai dilatih untuk mulai mampu berpikir abstrak. 

Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SMP terutama di kelas III hendaknya sudah mengenalkan peserta didik kepada kemampuan untuk mulai melakukan investigasi/ penyelidikan walaupun sifatnya masih sangat sederhana. Setidaknya, peserta didik sudah mulai dilatih untuk merencanakan pengamatan/percobaan sederhana, mengidentifikasi variabel, merumuskan hipotesis berdasar pustaka bukan sekedar menurut dugaan yang rasional berdasar logika, mampu melakukan dan melaporkan percobaan/pengamatan baik secara tertulis maupun lisan.  Metode Pembelajaran

Jika hal seperti itu dibiasakan maka hasil belajar yang dapat dicapai benar-benar akan memuat unsur kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk peserta didik sekolah menengah dalam konteks melakukan penyelidikan/investigasi sederhana, peserta didik seharusnya sudah dilatih bagaimana ia harus mengorganisasi data untuk menjawab pertanyaan, atau bagaimana ia dapat mengorganisasi kejadian-kejadian untuk dijadikan alasan pembenar yang paling kuat. 

Selain itu, proses IPA juga mencakup kemampuan untuk mengkomunikasikan baik secara tertulis berupa pembuatan tulisan/karangan, pemberian label, menggambar, melengkapi peta konsep,mengembangkan/ melengkapi petunjuk kerja, membuat grafik dan mengkomunikasikan secara lisan kepada orang lain.

Menurut DES (Cavendish, at all) proses IPA untuk sekolah menengah sudah berbeda dengan sekolah dasar, yaitu meliputi: 

Kegiatan melakukan observasi,  1.  Memilih kegiatan observasi yang relevan dengan investigasi/penyelidikannya untuk

dipelajari lebih lanjut,  

Page 47: 00-Bahan Jawaban Ujian Masalah Pembelajaran Mipa

2. Menemukan dan mengidentifikasi pola-pola baru dan menghubungkannya dengan pola-pola yang sudah ada, 

3. Menyarankan dan menilai penjelasan-penjelasan dari pola-pola yang ada, 

4. Mendesain dan melaksanakan percobaan, termasuk melakukan berbagai pengukuran untuk menguji pola-pola yang ada, mengkomunikasikan (baik secara verbal, dalam bentuk matematika, atau grafik) dan menginterpretasi tulisan-tulisan dan bahan ajar lainnya,

5. Memakai peralatan dengan efektif dan hati-hati,  

6. Menggunakan pengetahuan untuk melaksanakan investigasi, 

7. Menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan problem-problem yang berkait dengan teknologi.

Mengingat demikian luasnya kawasan kajian keilmuan IPA berdasar ragam obyek, ragam tingkat organisasi, dan ragam tema persoalannya, maka dalam membelajarkan peserta didik untuk menguasai IPA bukan pada banyaknya konsep yang harus dihafal, tetapi lebih kepada bagaimana agar peserta didik berlatih menemukan konsep-konsep IPA melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah, dan peserta didik dapat melakukan kerja ilmiah, termasuk dalam hal meningkatkan kreativitas dan mengapresisasi nilai-nilai.