semnas mipa utama

75
SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 1 DIDACTICAL DESIGN RESEARCH (DDR) DALAM PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA1 Didi Suryadi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Abstrak Proses berpikir yang dilakukan guru terjadi pada tiga fase yaitu sebelum pembelajaran, pada saat pembelajaran berlangsung, dan setelah pembelajaran. Hasil analisis dari proses tersebut berpotensi menghasilkan disain didaktis inovatif, dan ketiga proses tersebut dapat diformulasikan sebagai rangkaian langkah untuk menghasilkan disain didaktis baru. Rangkaian aktivitas tersebut diformulasikan sebagai Penelitian Disain Didaktis atau Didactical Design Research (DDR). Penelitian Disain Didaktis pada dasarnya terdiri atas tiga tahap yaitu: (1) analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran yang wujudnya berupa Disain Didaktis Hipotetis termasuk ADP, (2) analisis metapedadidaktik, dan (3) analisis retrosfektif yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotetis dengan hasil analisis metapedadidaktik. Dari ketiga tahapan ini akan diperoleh Disain Didaktis Empirik yang tidak tertutup kemungkinan untuk terus disempurnakan melalui tiga tahapan DDR tersebut. Pendahuluan Proses berpikir guru dalam konteks pembelajaran terjadi pada tiga fase yaitu sebelum pembelajaran, pada saat pembelajaran berlangsung, dan setelah pembelajaran. Kecenderungan proses berpikir sebelum pembelajaran yang lebih berorientasi pada penjabaran tujuan berdampak pada proses penyiapan bahan ajar serta minimnya antisipasi terutama yang bersifat didaktis. Penyiapan bahan ajar pada umumnya hanya didasarkan pada model sajian yang tersedia dalam buku-buku acuan tanpa melalui proses rekontekstualisasi dan repersonalisasi. Padahal, sajian materi matematika dalam buku acuan, baik berupa uraian konsep, pembuktian, atau penyelesaian contoh masalah, sebenarnya merupakan sintesis dari suatu proses panjang yang berakhir pada proses dekontekstualisasi dan depersonalisasi. Selain itu, proses belajar matematika yang cenderung diarahkan pada berpikir imitatif, berdampak pada kurangnya antisipasi didaktis yang tercermin dalam persiapan yang dilakukan guru. Rencana pembelajaran biasanya kurang mempertimbangkan keragaman respon siswa atas situasi didaktis yang dikembangkan sehingga rangkaian situasi didaktis yang dikembangkan berikutnya kemungkinan besar tidak lagi sesuai dengan keragaman lintasan belajar (learning trajectory) masing-masing siswa. Lebih jauh, proses belajar matematika yang idealnya dikembangkan mengarah pada proses re-dekontekstualisasi dan re-depersonalisasi belum menjadi pertimbangan utama bagi para guru di lapangan. Kurangnya antisipasi didaktis yang tercermin dalam perencanaan pembelajaran, dapat berdampak kurang optimalnya proses belajar bagi masing-masing siswa. Hal tersebut antara lain disebabkan sebagian respon siswa atas situasi didaktik yang dikembangkan di luar jangkauan pemikiran guru atau tidak tereksplor sehingga kesulitan belajar yang muncul beragam tidak direspon guru secara tepat atau tidak direspon sama sekali yang akibatnya proses belajar bisa tidak terjadi. Salah satu upaya guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah melalui refleksi tentang keterkaitan rancangan dan proses pembelajaran yang sudah dilakukan. Jika pembelajaran yang dikembangkan lebih berorientasi pada pencapaian tujuan, maka substansi refleksi cenderung berorientasi pada hal tersebut, sehingga permasalahan terkait keragaman proses, hambatan, dan lintasan belajar siswa bisa jadi bukan merupakan substansi utama dari refleksi tersebut. Dengan demikian, alternatif situasi didaktis dan pedagogis yang ditawarkan untuk perbaikan belum tentu merupakan hal yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. 1 Seminar Nasional Pembelajaran MIPA di UM Malang, 13 November 2010

Upload: mochammad-haikal

Post on 30-Jun-2015

485 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 1

DIDACTICAL DESIGN RESEARCH (DDR) DALAM PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA1

Didi Suryadi

Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia

Abstrak Proses berpikir yang dilakukan guru terjadi pada tiga fase yaitu sebelum pembelajaran, pada

saat pembelajaran berlangsung, dan setelah pembelajaran. Hasil analisis dari proses tersebut berpotensi menghasilkan disain didaktis inovatif, dan ketiga proses tersebut dapat diformulasikan sebagai rangkaian langkah untuk menghasilkan disain didaktis baru. Rangkaian aktivitas tersebut diformulasikan sebagai Penelitian Disain Didaktis atau Didactical Design Research (DDR). Penelitian Disain Didaktis pada dasarnya terdiri atas tiga tahap yaitu: (1) analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran yang wujudnya berupa Disain Didaktis Hipotetis termasuk ADP, (2) analisis metapedadidaktik, dan (3) analisis retrosfektif yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotetis dengan hasil analisis metapedadidaktik. Dari ketiga tahapan ini akan diperoleh Disain Didaktis Empirik yang tidak tertutup kemungkinan untuk terus disempurnakan melalui tiga tahapan DDR tersebut.

Pendahuluan Proses berpikir guru dalam konteks pembelajaran terjadi pada tiga fase yaitu sebelum

pembelajaran, pada saat pembelajaran berlangsung, dan setelah pembelajaran. Kecenderungan proses berpikir sebelum pembelajaran yang lebih berorientasi pada penjabaran tujuan berdampak pada proses penyiapan bahan ajar serta minimnya antisipasi terutama yang bersifat didaktis. Penyiapan bahan ajar pada umumnya hanya didasarkan pada model sajian yang tersedia dalam buku-buku acuan tanpa melalui proses rekontekstualisasi dan repersonalisasi. Padahal, sajian materi matematika dalam buku acuan, baik berupa uraian konsep, pembuktian, atau penyelesaian contoh masalah, sebenarnya merupakan sintesis dari suatu proses panjang yang berakhir pada proses dekontekstualisasi dan depersonalisasi. Selain itu, proses belajar matematika yang cenderung diarahkan pada berpikir imitatif, berdampak pada kurangnya antisipasi didaktis yang tercermin dalam persiapan yang dilakukan guru. Rencana pembelajaran biasanya kurang mempertimbangkan keragaman respon siswa atas situasi didaktis yang dikembangkan sehingga rangkaian situasi didaktis yang dikembangkan berikutnya kemungkinan besar tidak lagi sesuai dengan keragaman lintasan belajar (learning trajectory) masing-masing siswa. Lebih jauh, proses belajar matematika yang idealnya dikembangkan mengarah pada proses re-dekontekstualisasi dan re-depersonalisasi belum menjadi pertimbangan utama bagi para guru di lapangan.

Kurangnya antisipasi didaktis yang tercermin dalam perencanaan pembelajaran, dapat berdampak kurang optimalnya proses belajar bagi masing-masing siswa. Hal tersebut antara lain disebabkan sebagian respon siswa atas situasi didaktik yang dikembangkan di luar jangkauan pemikiran guru atau tidak tereksplor sehingga kesulitan belajar yang muncul beragam tidak direspon guru secara tepat atau tidak direspon sama sekali yang akibatnya proses belajar bisa tidak terjadi.

Salah satu upaya guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah melalui refleksi tentang keterkaitan rancangan dan proses pembelajaran yang sudah dilakukan. Jika pembelajaran yang dikembangkan lebih berorientasi pada pencapaian tujuan, maka substansi refleksi cenderung berorientasi pada hal tersebut, sehingga permasalahan terkait keragaman proses, hambatan, dan lintasan belajar siswa bisa jadi bukan merupakan substansi utama dari refleksi tersebut. Dengan demikian, alternatif situasi didaktis dan pedagogis yang ditawarkan untuk perbaikan belum tentu merupakan hal yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.

1 Seminar Nasional Pembelajaran MIPA di UM Malang, 13 November 2010

Page 2: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 2

Berdasarkan permasalahan-permasalahan terkait proses berpikir guru dalam ketiga fase tersebut, pada tulisan ini akan diformulasikan sebuah metodologi penelitian disain didaktis dalam pengembangan pembelajaran matematika. Tulisan akan diawali uraian tentang proses berpikir dalam pelaksanaan pembelajaran yang kemudian akan disebut sebagai analisis metapedadidaktik. Berdasarkan uraian ini selanjutnya akan diformulasikan langkah-langkah dasar dari Penelitian Disain Didaktis atau Didactical Design Research (DDR).

Metapedadidaktik Berdasarkan hasil penelitian Suryadi (2005) tentang pengembangan berpikir

matematis tingkat tinggi melalui pendekatan tidak langsung, terdapat dua hal mendasar yang perlu pengkajian serta penelitian lebih lanjut dan mendalam yaitu hubungan siswa-materi dan hubungan guru-siswa. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa untuk mendorong terjadinya suatu aksi mental, proses pembelajaran harus diawali sajian masalah yang memuat tantangan bagi siswa untuk berpikir. Masalah tersebut dapat berkaitan dengan penemuan konsep, prosedur, strategi penyelesaian masalah, atau aturan-aturan dalam matematika. Jika aksi mental yang diharapkan tidak terjadi, yakni ditandai oleh ketidakmampuan siswa menjelaskan keterkaitan antar obyek mental yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi, maka guru dapat melakukan intervensi tidak langsung melalui penerapan teknik scaffolding (tindakan didaktis) serta dorongan untuk terjadinya interaksi antar siswa (tindakan pedagogis).

Dalam penelitian tersebut, aspek-aspek mendasar sekitar proses pembentukan obyek mental baru belum dikaji secara lebih mendalam dari sudut pandang teori situasi didaktis sebagaimana yang dikemukakan Brousseau (1997). Menurut teori ini, tindakan didaktis seorang guru dalam proses pembelajaran akan menciptakan sebuah situasi yang dapat menjadi titik awal bagi terjadinya proses belajar. Walaupun situasi yang tersedia tidak serta merta menciptakan proses belajar, akan tetapi dengan suatu pengkondisian misalnya melalui teknik scaffolding, proses tersebut sangat mungkin bisa terjadi. Jika proses belajar terjadi, maka akan muncul situasi baru yang diakibatkan aksi siswa sebagai respon atas situasi sebelumnya. Situasi baru yang terjadi bisa bersifat tunggal atau beragam tergantung dari milieu atau seting aktivitas belajar yang dirancang guru. Semakin beragam milieu yang terbentuk, maka akan semakin beragam pula situasi yang terjadi sehingga proses pembelajaran menjadi sangat kompleks.

Kompleksitas situasi didaktis sangat potensial untuk menciptakan interaktivitas antar individu dalam suatu milieu atau antar milieu. Interaktivitas tersebut pada dasarnya merupakan hal yang baik, akan tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap interaksi dapat memunculkan collaborative learning yang mampu menjamin terjadinya lompatan belajar. Selain itu, perlu diingat pula bahwa dalam setiap situasi didaktis serta interaktivitas yang menyertainya akan muncul proses coding dan decoding yang tidak tertutup kemungkinan bisa menyebabkan terjadinya distorsi informasi. Hal ini tentu saja akan menjadi masalah sangat serius dalam proses belajar selanjutnya dan secara psikologis bisa menjadi penyebab terjadinya prustasi pada diri siswa atau mereka menjadi tidak fokus dalam belajar. Dengan demikian, permasalahan yang muncul di luar situasi didaktis yakni yang terkait dengan hubungan guru-siswa merupakan hal yang tidak kalah pentingnya untuk dikaji sehingga kualitas pembelajaran matematika dapat senantiasa ditingkatkan. Situasi yang tetkait dengan hubungan guru-siswa selanjutnya akan disebut sebagai situasi pedagogis (pedagogical situation).

Dua aspek mendasar dalam proses pembelajaran matematika sebagaimana dikemukakan di atas yaitu hubungan siswa-materi dan hubungan guru-siswa, ternyata dapat menciptakan suatu situasi didaktis maupun pedagogis yang tidak sederhana bahkan seringkali terjadi sangat kompleks. Hubungan Guru-Siswa-Materi digambarkan oleh Kansanen (2003) sebagai sebuah Segitiga Didaktik yang menggambarkan hubungan didaktis (HD) antara siswa

Page 3: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 3

dan materi, serta hubungan pedagogis (HP) antara guru dan siswa. Ilustrasi segitiga didaktik dari Kansanen tersebut belum memuat hubungan guru-materi dalam konteks pembelajaran. Dalam pandangan penulis, hubungan didaktis dan pedagogis tidak bisa dipandang secara parsial melainkan perlu dipahami secara utuh karena pada kenyataannya kedua hubungan tersebut dapat terjadi secara bersamaan. Dengan demikian, seorang guru pada saat merancang sebuah situasi didaktis, sekaligus juga perlu memikirkan prediksi respons siswa atas situasi tersebut serta antisipasinya sehingga tercipta situasi didaktis baru. Antisipasi tersebut tidak hanya menyangkut hubungan siswa-materi, akan tetapi juga hubungan guru-siswa baik secara individu maupun kelompok atau kelas. Atas dasar hal tersebut, maka pada segitiga didaktis Kansanen perlu ditambahkan suatu hubungan antisipatif guru-materi yang selanjutnya bisa disebut sebagai Antisipasi Didaktis dan Pedagogis (ADP) sebagaimana diilustrasikan pada gambar segitiga didaktis Kansanen yang dimodifikasi berikut ini (Gambar1).

Gambar 1. Segitiga Didaktis yang Dimodifikasi

Peran guru paling utama dalam konteks segitiga didaktis ini adalah menciptakan suatu situasi didaktis (didactical situation) sehingga terjadi proses belajar dalam diri siswa (learning stituation). Ini berarti bahwa seorang guru selain perlu menguasai materi ajar, juga perlu memiliki pengetahuan lain yang terkait dengan siswa serta mampu menciptakan situasi didaktis yang dapat mendorong proses belajar secara optimal. Dengan kata lain, seorang guru perlu memiliki kemampuan untuk menciptakan relasi didaktis (didactical relation) antara siswa dan materi ajar sehingga tercipta suatu situasi didaktis ideal bagi siswa.

Dalam suatu proses pembelajaran, seorang guru biasanya mengawali aktivitas dengan melakukan suatu aksi misalnya dalam bentuk menjelaskan suatu konsep, menyajikan permasalahan kontekstual, atau menyajikan suatu permainan matematik. Berdasarkan aksi tersebut selanjutnya terciptalah suatu situasi yang menjadi sumber informasi bagi siswa sehingga terjadi proses belajar. Dalam proses belajar ini siswa melakukan aksi atas situasi yang ada sehingga tercipta situasi baru yang selanjutnya akan menjadi sumber informasi bagi guru. Aksi lanjutan guru sebagai respon atas aksi siswa terhadap situasi didaktis sebelumnya, akan menciptakan situasi didaktis baru. Dengan demikian, situasi didaktis pada kenyataannya akan bersifat dinamis, senantiasa berubah dan berkembang sepanjang periode pembelajaran. Jika milieu tidak bersifat tunggal, maka dinamika situasi didaktis ini akan menciptakan situasi belajar yang kompleks sehingga guru perlu melakukan tindakan pedagogis untuk terciptanya situasi pedagogis yang mampu mensinergikan setiap potensi siswa.

Untuk menggambarkan penjelasan di atas dalam situasi nyata, berikut akan diilustrasikan sebuah kasus pembelajaran matematika di SMP dengan materi ajar faktorisasi. Berdasarkan skenario yang dirancang guru, pembelajaran diawali sajian masalah sebagai berikut. Tersedia tiga gelas masing-masing berisi uang Rp. 1000,00 dan tiga gelas lainnya masing-masing berisi uang Rp. 5000,00. Siswa diminta menemukan sedikitnya tiga cara untuk menentukan nilai total uang yang ada dalam gelas. Untuk membantu proses berpikir siswa, guru menyajikan ilustrasi berupa gambar (Gambar 2) yang cukup terstruktur sehingga situasi didaktis yang dirancang mampu mendorong proses berpikir kearah yang diharapkan.

Page 4: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 4

Gambar 2. Ilustrasi Masalah Pertama

Dengan bantuan ilustrasi ini, guru memperkirakan akan ada tiga macam respon siswa yaitu: (1) 1000 + 1000 + 1000 + 5000 + 5000 + 5000, (2) 3 × 1000 + 3 × 5000, dan (3) 3(1000 + 5000) atau 3 × (6000). Walaupun ketiga macam respon yang diperkirakan ternyata semuanya muncul, akan tetapi siswa ternyata memiliki pikiran berbeda dengan perkiraan guru yaitu 6000 + 6000 + 6000 atau 3 × 6000. Prediksi yang diajukan guru tentu saja dipengaruhi materi yang diajarkan yaitu faktorisasi, sehingga dapat dipahami apabila respon yang diharapkan juga dikaitkan dengan konsep faktorisasi suku aljabar. Adanya distorsi antara hasil linguistic coding yang dilakukan guru dan decoding yang dilakukan siswa merupakan hal wajar dan seringkali terjadi. Dengan demikian, keberadaan respon siswa terahir, walaupun tidak terlalu relevan, tidak perlu dipandang sebagai masalah. Walaupun guru tetap menghargai setiap respon siswa termasuk yang kurang relevan bahkan mungkin salah, akan tetapi dia perlu memilih respon yang perlu ditindak lanjuti sehingga tercipta situasi didaktik baru.

Pada kasus pembelajaran ini, guru mencoba memanfaatkan tiga macam respon sebagaimana yang diperkirakan semula. Melalui diskusi kelas, selanjutnya diajukan sejumlah pertanyaan sehingga siswa berusaha menjelaskan hubungan antara ketiga representasi matematis tersebut. Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan siswa, faktor 3 pada representasi kedua diperoleh dari banyaknya angka 1000 dan 5000 yaitu masing-masing tiga buah. Karena masing-masing suku pada representasi kedua mengandung faktor yang sama yaitu 3, maka representasi tersebut dapat disederhanakan menjadi representasi ketiga. Hasil diskusi ini sekilas menunjukkan adanya pemahaman siswa mengenai konsep faktorisasi suku aljabar. Namun demikian, dari masalah serupa yang diajukan berikutnya oleh guru, ternyata masih ada sejumlah siswa yang masih menggunakan representasi pertama untuk memperoleh nilai total uang yang ada dalam gelas. Masalah tersebut adalah sebagai berikut. Tersedia dua gelas masing-masing berisi uang Rp. 1000,00 dan dua gelas lainnya masing-masing berisi uang Rp. 5000,00. Siswa diminta menemukan dua cara untuk menentukan nilai total uang yang ada dalam gelas. Seperti pada soal pertama, guru menyajikan ilustrasi (Gambar 3) yang serupa seperti gambar sebelumnya.

Gambar 3. Ilustrasi Masalah Kedua

Melalui penyajian soal kedua ini, guru mengharapkan akan muncul dua macam representasi yaitu: (1) 2 × 1000 + 2 × 5000, dan (2) 2 × (1000 + 5000) atau 2 × 6000. Namun demikian, dari respon yang diberikan siswa ternyata tidak hanya kedua representasi tersebut yang muncul, akan tetapi masih ada sejumlah siswa yang menggunakan representasi pertama seperti pada soal sebelumnya untuk menentukan nilai total uang yang ada dalam gelas. Ini

Page 5: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 5

menunjukkan bahwa situasi didaktis yang dirancang guru tidak serta merta bisa membuat siswa belajar. Untuk membantu proses berpikir siswa agar lebih fokus pada penggunaan faktor suku aljabar sekaligus memperkenalkan konsep variabel, selanjutnya guru menyajikan soal berikut. Terdapat tiga buah gelas yang masing-masing berisi uang yang besarnya sama akan tetapi tidak diketahui berapa besarnya. Selain itu, terdapat tiga buah gelas lainnya yang masing-masing berisi uang yang besarnya sama akan tetapi juga tidak diketahui berapa besarnya. Jika banyaknya uang pada kelompok gelas pertama dan kedua tidak sama, berapakah nilai total uang yang ada dalam enam gelas tersebut? Temukan tiga cara berbeda untuk menentukan nilai total uang yang ada dalam gelas. Untuk membantu proses berpikir siswa, guru menyediakan ilustrasi berupa gambar gelas yang tidak terlihat isinya disusun dalam dua kelompok (Gambar 4).

Gambar 4. Ilustrasi Masalah Ketiga

Untuk soal ketiga ini, terdapat tiga kemungkinan yang diperkirakan guru akan muncul sebagai respon siswa yaitu: (1) x + x + x + y + y + y, (2) 3x + 3y, dan (3) 3(x + y). Dari respon siswa yang teramati, ternyata penggunaan variabel sebagaimana yang diperkiraan guru tidak langsung muncul. Respon yang muncul dari sebagian besar siswa adalah representasi model kedua tetapi tidak menggunakan variabel, melainkan dengan cara sebagai berikut:

(1) 3 × banyaknya uang dalam gelas putih + 3 × banyaknya uang dalam gelas hitam.

(2) 3 + 3

Walaupun respon atas masalah terahir ini tidak sepenuhnya sesuai dengan prediksi guru, akan tetapi melalui diskusi kelas dengan cara: (1) mengaitkan respon terahir ini dengan representasi matematis yang diperoleh pada soal pertama dan kedua, dan (2) mempertanyakan kemungkinan penggantian kalimat panjang pada representasi pertama atau lambang gelas pada representasi kedua dengan huruf tertentu misalnya a, b, c atau x, y, z, maka pada akhirnya siswa bisa memahami bahwa solusi atas masalah yang diajukan bisa direpresentasikan sesuai dengan yang diharapkan guru.

Setelah siswa diperkenalkan dengan konsep variabel, selanjutnya guru menyajikan soal keempat yaitu sebagai berikut. Terdapat a buah gelas yang masing-masing berisi uang sebesar x rupiah, dan terdapat a buah gelas yang masing-masing berisi uang sebesar y rupiah. Tentukan dua cara menghitung total nilai uang yang ada dalam seluruh gelas. Walaupun masih ada siswa yang belum memahami inti materi yang dipelajari melalui aktivitas belajar sebagaimana yang sudah dijelaskan, akan tetapi melalui interaktivitas yang diciptakan guru, pada ahirnya mereka bisa sampai pada representasi matematis yang diharapkan yaitu: (1) ax + ay dan (2) a(x + y).

Dari kasus pembelajaran yang diuraikan di atas, terdapat beberapa hal penting yang perlu digaris bawahi terkait dengan situasi didaktis yang diciptakan guru. Pertama, aspek kejelasan masalah dilihat dari model sajian maupun keterkaitan dengan konsep yang diajarkan. Masalah yang dihadapkan kepada siswa disajikan dalam dua cara yaitu model kongkrit dengan memanfaatkan beberapa gelas dan uang, serta model ilustrasi berupa gambar terstruktur. Walaupun masih terdapat respon siswa yang kurang sesuai dengan prediksi guru, akan tetapi

Page 6: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 6

teknik scaffolding yang digunakan guru mampu mengubah situasi didaktis yang ada sehingga proses berpikir siswa menjadi lebih terarah. Model sajian bersifat kongkrit dan terstruktur ternyata cukup efektif dalam membantu proses berpikir siswa, sehingga respon mereka terhadap masalah yang diberikan pada umumnya muncul sesuai harapan guru. Pada sajian pertama guru nampaknya berusaha memperkenalkan konsep suku sejenis disertai proses penyederhanaan dengan memanfaatkan konsep faktor persekutuan terbesar. Proses tersebut lebih diperkuat lagi pada sajian masalah kedua yang lebih sederhana dengan harapan siswa bisa lebih fokus pada aspek faktorisasi suku aljabar.

Kedua, aspek prediksi respon siswa atas setiap masalah yang disajikan. Prediksi respon siswa tersebut disajikan dalam skenario pembelajaran yang merupakan bagian dari rencana pembelajaran yang disiapkan guru. Prediksi tersebut merupakan bagian yang sangat penting dalam menciptakan situasi didaktis yang dinamis karena hal itu dapat digunakan guru sebagai kerangka acuan untuk memudahkan dalam membantu proses berpikir siswa. Teknik scaffolding yang digunakan guru pada dasarnya merupakan upaya untuk membantu proses berpikir siswa dengan senantiasa berpegang pada kerangka acuan tersebut.

Ketiga, aspek keterkaitan antar situasi didaktis yang tercipta pada setiap sajian masalah berbeda. Untuk menjaga konsistensi proses berpikir, guru menggunakan konteks yang sama secara konsisten, yakni menentukan total nilai uang yang ada dalam sejumlah gelas, pada setiap masalah mulai dari yang bersifat kongkrit sampai abstrak. Keterkaitan antar situasi didaktis tersebut juga berkenaan dengan konsep yang diperkenalkan yaitu faktorisasi suku aljabar melalui sajian variasi masalah dengan tingkat keabstrakan yang semakin meningkat. Aspek keterkaitan tersebut memiliki peran yang sangat penting dalam proses pengembangan obyek mental baru karena aksi-aksi mental yang diperlukan dapat terjadi dengan baik sebagai akibat adanya konsistensi penggunaan konteks serta keterkaitan antar situasi didaktis yang dikembangkan.

Keempat, aspek pengembangan intuisi matematis. Menurut pandangan ahli intuisi inferensial, intuisi dapat dimaknai sebagai suatu bentuk penalaran yang dipandu oleh adanya interaksi dengan lingkungan (Ben-Zeev dan Star, 2005). Walaupun penalaran tersebut lebih bersifat intuitif atau tidak formal, akan tetapi dalam situasi didaktis tertentu keberadaannya sangatlah diperlukan terutama untuk membantu terjadinya aktivitas mental mengarah pada pembentukan obyek mental baru. Dalam ilustrasi pembelajaran di atas, lingkungan belajar yang dikonstruksi dengan menggunakan benda-benda nyata serta ilustrasi ternyata sangat efektif menumbuhkan intuisi matematis siswa yang secara langsung memanfaatkan ilustrasi yang tersedia. Representasi informal yang diajukan siswa berdasarkan intuisi matematis yang dimiliki ternyata dapat menjadi landasan yang tepat untuk mengarahkan proses berpikir siswa pada representasi matematis lebih formal.

Kasus pembelajaran di atas juga memberikan gambaran tentang situasi pedagogis yang dikembangkan guru. Dalam mengembangkan milieu sepanjang proses pembelajaran, guru senantiasa memberi kesempatan bagi siswa untuk mengawali aktivitas belajar secara individual. Interaktivitas yang dikembangkan guru lebih didasarkan atas kebutuhan siswa dalam mencapai tingkat perkembangan potensialnya yakni pada saat mereka menghadapi kesulitan. Hal ini antara lain dilakukan dengan mendorong siswa yang teridentifikasi mengalami kesulitan untuk bertanya kepada siswa lain yang sudah bisa atau sudah lebih paham tentang masalah yang dihadapi. Disadari bahwa terdapat potensi yang berbeda-beda pada setiap diri siswa, maka selama proses pembelajaran guru senantiasa berkeliling untuk mengidentifikasi potensi serta kesulitan yang dihadapi siswa sehingga pada proses selanjutnya hal tersebut dapat digunakan untuk menciptakan interaktivitas yang lebih sinergis.

Ada beberapa catatan menarik berkenaan dengan situasi pedagogis yang dikembangkan dan perlu digaris bawahi. Pertama, seting kelas berbentuk U dengan siswa duduk secara berkelompok (empat atau tiga orang). Seting kelas seperti ini ternyata dapat menciptakan situasi pedagogis lebih kondusif karena mobilitas guru menjadi lebih mudah sehingga siswa dapat terakses secara lebih merata. Situasi seperti ini juga memudahkan siswa

Page 7: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 7

dalam melakukan interaksi baik dalam kelompok maupun antar kelompok. Kedua, aktivitas belajar yang dilakukan secara bervariasi yaitu individual, interaksi dalam kelompok, interaksi antar kelompok, dan aktivitas kelas. Hal ini memberikan kemungkinan bagi setiap siswa untuk melakukan proses belajar secara optimal sehingga hak belajar mereka menjadi lebih terjamin. Dalam situasi pedagogis seperti ini serta dorongan yang diberikan guru untuk melakukan interaksi sehingga collabotaive learning bisa terjadi baik dalam kelompok, antar kelompok, maupun melalui diskusi kelas yang dipimpin guru. Ketiga, kepedulian guru terhadap siswa. Kepedulian ini ditunjukkan antara lain melalui upaya kontak langsung dengan siswa baik secara individu maupun kelompok, memberikan kesempatan kepada siswa yang mengalami kesulitan untuk bertanya kepada siswa lain, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan hasil pemikirannya kepada siswa lain dalam kelompok atau kelas.

Proses belajar matematika pada hakekatnya dapat dipandang sebagai suatu proses pembentukan obyek-obyek mental baru yang didasarkan atas proses pengaitan antar obyek mental yang sudah dimiliki sebelumnya. Proses tersebut dipicu oleh ketersediaan materi ajar rancangan guru sehingga terjadi situasi didaktis yang memungkinkan siswa melakukan aksi-aksi mental tertentu. Adanya keragaman respon yang diberikan siswa atas situasi didaktis yang dihadapi, menuntut guru untuk melakukan tindakan didaktis melalui teknik scaffolding yang bervariasi sehingga tercipta beberapa situasi didaktis berbeda. Kompleksitas situasi didaktis, merupakan tantangan tersendiri bagi guru untuk mampu menciptakan situasi pedagogis yang sesuai sehingga interaktivitas yang berkembang mampu mendukung proses pencapaian kemampuan potensial masing-masing siswa.

Untuk menciptakan situasi didaktis maupun pedagogis yang sesuai, dalam menyusun rencana pembelajaran guru perlu memandang situasi pembelajaran secara utuh sebagai suatu obyek (Brousseau, 1997). Dengan demikian, berbagai kemungkinan respon siswa baik yang memerlukan tindakan didaktis maupun pedagogis, perlu diantisipasi sedemikian rupa sehingga dalam kenyataan proses pembelajaran dapat tercipta dinamika perubahan situasi didaktis maupun pedagogis sesuai kapasitas, kebutuhan, serta percepatan proses belajar siswa.

Menyadari bahwa situasi didaktis dan pedagogis yang terjadi dalam suatu pembelajaran merupakan peristiwa yang sangat kompleks, maka guru perlu mengembangkan kemampuan untuk bisa memandang peristiwa tersebut secara komprehensif, mengidentifikasi dan menganalisis hal-hal penting yang terjadi, serta melakukan tindakan tepat sehingga tahapan pembelajaran berjalan lancar dan sebagai hasilnya siswa belajar secara optimal. Kemampuan yang perlu dimiliki guru tersebut selanjutnya akan disebut sebagai metapedadidaktik yang dapat diartikan sebagai kemampuan guru untuk: (1) memandang komponen-komponen segitiga didaktis yang dimodifikasi yaitu ADP, HD, dan HP sebagai suatu kesatuan yang utuh, (2) mengembangkan tindakan sehingga tercipta situasi didaktis dan pedagogis yang sesuai kebutuhan siswa, (3) mengidentifikasi serta menganalisis respon siswa sebagai akibat tindakan didaktis maupun pedagogis yang dilakukan, (4) melakukan tindakan didaktis dan pedagogis lanjutan berdasarkan hasil analisis respon siswa menuju pencapaian target pembelajaran. Karena metapedadidaktik ini terkait dengan suatu peristiwa pembelajaran, maka hal ini dapat digambarkan sebagai sebuah limas dengan titik puncaknya adalah guru yang memandang alas limas sebagai segitiga didaktis yang dimodifikasi (Gambar 5).

Page 8: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 8

Gambar 5. Metapedadidaktik Dilihat dari Sisi ADP, HD, dan HP

Metapedadidaktik meliputi tiga komponen yang terintegrasi yaitu kesatuan, fleksibilitas, dan koherensi. Komponen kesatuan berkenaan dengan kemampuan guru untuk memandang sisi-sisi segitiga didaktis yang dimodifikasi sebagai sesuatu yang utuh dan saling berkaitan erat. Sebelum peristiwa pembelajaran terjadi, guru tentu melakukan proses berpikir tentang skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan. Hal terpenting yang dilakukan dalam proses tersebut adalah berkaitan dengan prediksi respon siswa sebagai akibat tindakan didaktis maupun pedagogis yang akan dilakukan. Berdasarkan prediksi tersebut selanjutnya guru juga berpikir tentang antisipasi atas berbagai kemungkinan yang akan terjadi, yakni, bagaimana jika respon siswa sesuai dengan prediksi guru, bagaimana jika hanya sebagian yang diprediksikan saja yang muncul, dan bagaimana pula jika apa yang diprediksikan ternyata tidak terjadi. Semua kemungkinan ini tentu harus sudah terpikirkan oleh guru sebelum peristiwa pembelajaran terjadi.

Dalam suatu peristiwa pembelajaran, guru tentu saja akan memulai aktivitas sesuai skenario yang memuat antisipasi didaktis dan pedagogis. Pada saat guru menciptakan sebuah situasi didaktis, terdapat tiga kemungkinan yang bisa terjadi terkait respon siswa atas situasi tersebut yaitu seluruhnya sesuai prediksi guru, sebagian sesuai prediksi, atau tidak ada satupun yang sesuai prediksi. Walaupun secara keseluruhan hanya ada tiga kemungkinan seperti itu, akan tetapi pada kenyataannya respon siswa tersebut tidak mungkin muncul seragam untuk setiap siswa. Artinya apabila respon siswa seluruhnya sesuai dengan prediksi guru, bukan berarti setiap siswa memberikan respon yang sama melainkan secara akumulasi respon yang diberikan siswa sesuai prediksi. Dengan kata lain, jika dilihat dari sisi siswanya, maka akan ada siswa yang memberikan respon sesuai prediksi, ada siswa yang sebagian responnya sesuai prediksi, ada yang responnya tidak sesuai prediksi, dan mungkin pula ada yang tidak memberikan respon. Situasi seperti ini tentu menjadi tantangan bagi guru untuk mampu mengidentifikasi setiap kemungkinan yang terjadi, menganalisis situasi tersebut, serta mengambil tidakan secara cepat dan tepat.

Tindakan yang diambil guru setelah melakukan analisis secara cepat terhadap berbagai respon yang muncul, bisa bersifat didaktis maupun pedagogis. Dalam kenyataannya, yang menjadi sasaran tindakan tersebut juga bisa bervariasi tergatung hasil analisis guru yaitu bisa kepada individu, kelompok, atau kelas. Akibat dari tindakan yang dilakukan tersebut tentu akan menciptakan situasi baru yang sangat tergantung pada jenis tindakan serta sasaran yang dipilih. Pada saat suatu situasi didaktis dan atau pedagogis terjadi, maka pada saat yang sama guru akan berpikir tentang respon siswa yang mungkin beragam, keterkaitan respon siswa dengan prediksi serta antisipasinya, dan tindakan apa yang akan diambil setelah sebelumnya melakukan identifikasi serta analisis yang cermat. Dengan demikian, selama proses pembelajaran berjalan guru akan senantiasa berpikir tentang keterkaitan antara tiga hal yaitu antisipasi didaktis-pedagogis, hubungan didaktis siswa-materi, dan hubungan pedagogis guru-siswa.

Komponen kedua dari metapedadidaktik adalah fleksibilitas. Skenario, prediksi renspon siswa, serta antisipasinya yang sudah dipikirkan sebelum peristiwa pembelajaran terjadi pada hakekatnya hanyalah sebuah rencana yang belum tentu sesuai kenyataan. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, respon siswa tidak selalu sesuai prediksi guru sehingga berbagai antisipasi yang sudah disiapkan perlu dimodifikasi sepanjang perjalanan pembelajaran sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Hal ini sangat penting untuk dilakukan sebagai konsekuensi logis dari pandangan bahwa pada hakekatnya siswa memiliki otoritas untuk mencapai suatu memampuan sesuai kapasitasnya sendiri. Sementara guru sebagai fasilitator, hanya bisa melakukan tindakan didaktis atau pedagogis pada saat siswa benar-benar membutuhkan yaitu ketika berusaha mencapai kemampuan potensialnya. Dengan demikian, antisipasi yang sudah disiapkan perlu senantiasa disesuaikan dengan situasi didaktis maupun pedagogis yang terjadi.

Page 9: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 9

Komponen ketiga adalah koherensi atau pertalian logis. Situasi didaktis yang diciptakan guru sejak awal pembelajaran tidaklah bersifat statis karena pada saat respon siswa muncul yang dilanjutkan dengan tindakan didaktis atau pedagogis yang diperlukan, maka akan terjadi situasi didaktis dan pedagogis baru. Karena kejadian tersebut berkembang sepanjang proses pembelajaran dan sasaran tindakan yang diambil guru bisa bersifat individual, kelompok, atau kelas, maka milieu yang terbentuk pastilah akan sangat bervariasi. Dengan demikian, situasi didaktispun akan berkembang pada tiap milieu sehingga muncul situasi yang berbeda-beda. Namun demikian, perbedaan-perbedaan situasi yang terjadi harus dikelola sedemikian rupa sehingga perubahan situasi sepanjang proses pembelajaran dapat berjalan secara lancar mengarah pada pencapaian tujuan. Untuk mencapai hal tersebut, maka guru harus memperhatikan aspek pertalian logis atau koherensi dari tiap situasi sehingga proses pembelajaran dapat mendorong serta memfasilitasi aktivitas belajar siswa secara kondusif mengarah pada pencapaian hasil belajar yang optimal.

Gagasan tentang tacit pedagogical knowing dalam konteks profesionalitas guru yang diteliti oleh Toom (2006) memberikan gambaran bahwa tacit pedagogical knowledge yang diperoleh guru selama melaksanakan proses pembelajaran merupakan pengetahuan sangat berharga sebagai bahan refleksi untuk perbaikan kualitas pembelajaran berikutnya. Toom juga menjelaskan bahwa proses berpikir didaktis dan pedagogis dapat terjadi pada tiga peristiwa yaitu sebelum pembelajaran berlangsung, pada saat pembelajaran berlangsung, dan setelah pembelajaran berlangsung. Namun demikian, tacit didactical and pedagogical knowledge hanya bisa diperoleh melalui peristiwa pembelajaran yang dialami guru secara langsung. Dengan demikian, metapedadidaktik pada hakekatnya merupakan strategi yang bisa digunakan guru untuk memperoleh tacit didactical and pedagogical knowledge sebagai bahan refleksi pasca pembelajaran. Jika seorang guru mampu mengidentifikasi, menganalisis, serta mengaitkan proses berpikir pada peristiwa sebelum pembelajaran (antisipasi didaktis dan pedagogis), tacit knowledge yang diperoleh pada peristiwa pembelajaran, dan hasil refleksi pasca pembelajaran, maka hal tersebut akan menjadi suatu strategi yang sangat baik untuk melakukan pengembangan diri sehingga kualitas pembelajaran dari waktu ke waktu senantiasa dapat ditingkatkan. Dengan kata lain, metapedadidaktik pada dasarnya merupakan suatu strategi pengembangan diri menuju guru matematika profesional.

Didactical Design Research (DDR) Proses pengembangan situasi didaktis, analisis situasi belajar yang terjadi sebagai

respon atas situasi didaktis yang dikembangkan, serta keputusan-keputusan yang diambil guru selama proses pembelajaran berlangsung, menggambarkan bahwa proses berpikir guru yang terjadi selama pembelajaran tidaklah sederhana. Agar proses tersebut dapat mendorong terjadinya situasi belajar yang lebih optimal, maka diperlukan suatu upaya maksimal yang harus dilakukan sebelum pembelajaran. Upaya tersebut telah digambarkan di atas sebagai Antisipasi Didaktik dan Pedagogis (ADP). ADP pada hakekatnya merupakan sintesis hasil pemikiran guru berdasarkan berbagai kemungkinan yang diprediksi akan terjadi pada peristiwa pembelajaran. Salah satu aspek yang perlu menjadi pertimbangan guru dalam mengembangkan ADP adalah adanya learning obstacles khususnya yang bersifat epistimologis (epistimological obstacle). Menurut Duroux (dalam Brouseau, 1997), epistimological obstacle pada hakekatnya merupakan pengetahuan seseorang yang hanya terbatas pada konteks tertentu. Jika orang tersebut dihadapkan pada konteks berbeda, maka pengetahuan yang dimiliki menjadi tidak bisa digunakan atau dia mengalami kesulitan untuk menggunakannya. Sebagai contoh, seseorang yang pada awal belajar konsep segitiga hanya dihadapkan pada model konvensional dengan titik puncaknya di atas dan alasnya di bawah, maka concept image yang terbangun dalam pikiran siswa adalah bahwa segitiga tersebut selalu harus seperti yang digambarkan. Ketika suatu saat dia dihadapkan pada permasalahan berbeda, maka kemungkinan besar

Page 10: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 10

kesulitan yang tidak diharapkan akan muncul. Sebagai contoh, ketika sejumlah mahasiswa tingkat pertama dihadapkan pada soal di bawah ini, tidak seluruhnya bisa menjawab dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang tidak selamanya dapat diterapkan pada sembarang konteks.

Pada gambar di atas, terdapat segitiga ABC, ABD, dan segitiga DEF. Garis CF dan AE sejajar. Segitiga manakah yang luasnya paling besar?

Dengan mempertimbangkan adanya learning obstacle ini, maka dalam merancang situasi didaktis terkait konsep segitiga (termasuk luas daerahnya), perlu diperkenalkan beberapa model segitiga yang bervariasi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya learning abstacle yang mungkin muncul dikemudian hari. Proses pengembangan situasi didaktis, analisis prediksi respon siswa atas situasi didaktis yang dikembangkan, serta pengembangan ADP, menunjukkan pengembangan rencana pembelajaran sebenarnya tidak hanya terkait dengan masalah teknis yang berujung pada terbentuknya RPP. Hal tersebut lebih menggambarkan suatu proses berpikir sangat mendalam dan komprehensif tentang apa yang akan disajikan, bagaimana kemungkinan respon siswa, serta bagaimana kemungkinan antisipasinya. Proses berpikir yang dilakukan guru tidak hanya terbatas pada fase sebelum pembelajaran, melainkan juga pada saat pembelajaran dan setelah pembelajaran terjadi. Aktivitas Lesson Study yang meliputi tiga langkah Plan, Do, dan See sebenarnya dapat dikaitkan dengan proses berpikir guru pada tiga fase yaitu sebelum, pada saat, dan setelah pembelajaran. Proses berpikir sebelum pembelajaran dapat difokuskan pada pengembangan disain didaktis yang merupakan suatu rangkaian situasi didaktis. Analisis terhadap disain tersebut akan menghasilkan ADP. Proses berpikir pada saat pembelajaran pada hakekatnya merupakan analisis metapedadidaktik yakni analisis terhadap rangkaian situasi didaktis yang berkembang di kelas, analisis situasi belajar sebagai respon siswa atas situasi didaktis yang dikembangkan, serta analisis interaksi yang berdampak terhadap terjadinya perubahan situasi didaktis maupun belajar. Refleksi yang dilakukan setelah pembelajaran, menggambarkan pikiran guru tentang apa yang terjadi pada proses pembelajaran serta kaitannya dengan apa yang dipikirkan sebelum pembelajaran terjadi.

Menyadari bahwa proses berpikir yang dilakukan guru terjadi pada tiga fase, dan hasil analisis dari proses tersebut berpotensi menghasilkan disain didaktis inovatif, maka ketiga proses tersebut sebenarnya dapat diformulasikan sebagai rangkaian langkah untuk menghasilkan suatu disain didaktis baru. Dengan demikian, rangkaian aktivitas tersebut selanjutnya dapat diformulasikan sebagai Penelitian Disain Didaktis atau Didactical Design Research (DDR). Penelitian Disain Didaktis pada dasarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu: (1) analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran yang wujudnya berupa Disain Didaktis Hipotetis termasuk ADP, (2) analisis metapedadidaktik, dan (3) analisis retrosfektif yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotetis dengan hasil analisis metapedadidaktik. Dari ketiga tahapan ini akan diperoleh Disain Didaktis Empirik yang tidak tertutup kemungkinan untuk terus disempurnakan melalui tiga tahapan DDR tersebut.

Page 11: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 11

DAPTAR PUSTAKA

Ben-Zeev, T. Dan Star, J.(2002). Intuitive Mathematics: Theoretical and Educational Implications. Michigan: University of Michigan

Brouseau, G. (1997). Theory of Didactical Situation in Mathematics. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers

Kansanen, P. (2003). Studying-theRealistic Bridge Between Instruction and Learning. An Attempt to a Conceptual Whole of the Teaching-Studying-Learning Process. Educational Studies, Vol. 29,No. 2/3, 221-232

Suryadi, D. (2005). Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi Siswa SLTP. Bandung: SPS UPI

Toom, A. (2006). Tacit Pedagogical Knowing At the Core of Teacher’s Professionality. Helsinki: University of Helsinki

Vygotsky, L.S. (1978). Mind in society. Cambridge, MA: Harvard University Press

Page 12: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 12

DINAMIKA (ILMUWAN) SAINS DASAR Lilik Hendrajaya

Prof., Drs., Ir., M.Sc., Ph.D.

DINAMIKA (ILMUWAN) SAINS DASAR/MIPA DALAM

MEMBANGUN DIRI DAN BANGSA

Oleh

Prof. Ir. Drs. Lilik Hendrajaya, M.Sc., Ph.D.

Guru Besar Fisika Bumi, FMIPA – ITB

FOCUS GROUP DISCUSSION DEWAN PENDIDIKAN TINGGIJAKARTA 21 – 22 JULI 2010

ISI

1. DINAMIKA2. STRUKTUR PROSES DINAMIKA SISTEM

PENALARAN SAINS DASAR3. SOLUSI ITERATIF4. MEMBANGUN BANGSA5. PENUTUP

Page 13: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 13

1. DINAMIKA

a. DINAMIKA YANG DIMAKSUD ADALAH PROSES GERAK, DIMANA SUMBER/ PENYEBAB GERAK, BAGAIMANA BENTUK GERAKANNYA SERTA KEARAH MANA GERAKAN TERANGKAI DALAM MEKANISME YANG TERNALAR

b. DINAMIKA SAINS DASAR

GERAKAN PERTUMBUHAN SAINS DASAR YANG TERNALAR MAKSUD DAN TUJUANNYA TERPANTAU DAN “TERUKUR” HASILNYA (OUTPUT DAN OUTCOME)

1. DINAMIKA

c. DINAMIKA PERTUMBUHANARAH DINAMIKA SAINS DASAR ADALAH UNTUK1) MEMBANGUN DIRINYA

• KUATNYA CARA BERPIKIR DAN BERTINDAK/TUMBUH SAINS DASAR (ASPEK FILOSOFI MAKIN MANTAP)

• CARA PEMBELAJARAN SISTEMATIK DAN MUDAH DIPAHAMI• HASIL RISETNYA APRECIATIF DAN TERPERHATIKAN

2. MEMBANGUN BANGSA• MENGHASILKAN KARYA-KARYA UNIVERSAL MEMAJUKAN ILMU,

SEHINGGA MENJADI CIRI DAN JATIDIRI BANGSA INDONESIA SEBAGAI BANGSA PEMAJU

• MENGHASILKAN KOMODITAS (PEMIKIRAN, JASA DAN PRODUK) YANG DIMANFAATKAN MASYARAKAT UNTUK HIDUP SEJAHTERA DAN MAJU

Page 14: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 14

1. DINAMIKA

d. KOMPONEN DINAMIKA AGAR TERJADI SUATU DINAMIKA, KOMPONEN BERIKUT SANGAT BERPERAN :• POSISI SAINS DASAR DALAM PERTUMBUHAN ILMU

PENGETAHUAN (DAN TEKNOLOGI) DAN DAN PERADABAN MANUSIA

• STRUKTUR PENALARAN DAN PEMAHAMAN DARI SAINS DASAR

• KEMANDIRIAN, SIKAP DAN PERILAKU DAN KEPEMIMPINAN ILMUWAN SAINS DASAR

• KENDALA YANG HARUS DIATASI

2. STRUKTUR PROSES DINAMIKA DAN SISTEM PENALARAN SAINS DASAR

a. SAINS DASAR DAN PERTUMBUHAN ILMU PENGETAHUAN (DAN TEKNOLOGI) DAN PERADABAN MANUSIA

Page 15: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 15

OBSERVASIONALBUDAYA, PERILAKU & KEINGINAN MANUSIALOGIKA (KUANTITATIF +KUANTITATIF)

SAINS DASAR / MIPA

BIOLOGI KIMIA FISIKA MATEMATIKAOBSERVASIONALHK ALAM FISIKAL – KUANTITATIF – KUALITATIF KEHAYATAN ( MIKRO, BUMI, KOSMOS )

KESEHATAN&

KEDOKTERAN

BIO PROSES&

TEKNOLOGIAGRO

REKAYASA&

TEKNOLOGIINDUSTRI

SOSIAL, EKONOMI&

KEMANUSIAAN

MANUSIA

1

2 3 4 5

5 ESENSIALNAMA : “MAJELIS” PERKEMBANGAN

ILMU PENGETAHUAN

STATUS KEHIDUPAN MANUSIA YANG MENCIRIKAN PENINGKATAN HASIL KARYA MANUSIA DALAM BERBUDAYA (TERMASUK SENI BUDAYA), MEMANFAATKAN KEHIDUPAN BERPIKIR UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUPNYA YANG MEMULIAKAN PERDAMAIAN, KEADILAN DAN KESEJAHTERAAN

Page 16: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 16

SAINS DASAR MENJAWAB PERMASALAHAN KEHIDUPAN DENGAN MENGHASILKAN :

• TERAPAN : “PROBLEM SOLVING” MASALAH NYATA• INDUSTRI : MEMENUHI KEBUTUHAN MANUSIA

YANG SIFATNYA MASSAL DENGAN MENGHASILKAN “KOMODITAS” YANG DIPERLUKAN

• MENGHASILKAN CARA BERPIKIR KRITIS, TERUKUR DAN KONSTRUKTIF DALAM MEMBANGUN KEHIDUPAN MASYARAKAT (SOSIAL EKONOMI DAN KEMANUSIAAN)

1. MATEMATIKAa) DEFINISI/PENGERTIAN DASAR DARI OBYEK BAHASANb) PENGERTIAN BENAR, SALAH, DSBc) UNGKAPAN KETERKAITAN BEBERAPA PENGERTIAN

(DALAM SIMBOL) DALAM SATU RUMUSAN DAN RUMUSd) KETERAMPILAN DALAM MELAKUKAN PROSES

ARITMATIKA, ANALISIS (DIFERENSIAL-INTEGRAL), BENTUK FUNGSI, URAIAN, NUMERIK, DSB.

e) KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, ANALISIS, DEDUKTIF, INDUKTIF, ANALISIS, SINTESIS, DSB.

b. STRUKTUR PENALARAN SAINS DASAR

2. FISIKAa) MEMODELKAN KEJADIAN/PERISTIWA DALAM SISTEM

SEBAB (SUMBER) DAN AKIBAT (BENTUK, GERAK, KINERJA, HASIL) YANG DAPAT DIUKUR LANGSUNG DAN TAK LANGSUNG. DENGAN MERUJUK HUKUM ALAM DAN PRINSIP-PRINSIP TURUNANNYA.

b) MENGGUNAKAN BAHASA MATEMATIKA (ANALISIS, KETERAMPILAN TERKAIT, PROBABILISTIK, DSB) UNTUK MERUMUSKAN HUBUNG SEBAB-AKIBAT TADI (HUBUNGAN DINAMIKA).

Page 17: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 17

3. FISIKA – MATEMATIKA, SUATU SINERGIS a) MENGUNGKAPKAN SUATU PROSES/PERISTIWA DALAM BAHASA

RUMUS (RUMUSAN) SERTA MENGGUNAKAN SIMBOL ADALAH MERINGKASKAN • URAIAN/CERITERA BAGAIMANA PROSES ITU TERJADI• MENGUNGKAPKAN KETERUKURAN PROSES TERSEBUT

(KUANTITATIF)• MENYATAKAN MANA YANG DIKETAHUI/HARUS DIUKUR, YANG

DIMISALKAN DAN MANA YANG HARUS DIPERKIRAKAN/ DIHITUNG

b) ENTITAS/BESARAN FISIKA SUATU BENDA SUMBER PADA BANYAK HAL TIDAK DAPAT DISENTUH DIUKUR LANGSUNG. MAKA DIGUNAKAN “MEDAN FISIKA” (PANAS, GRAVITASI, MAGNET, LISTRIK, CAHAYA, TEGANGAN, DSB) YANG DIPANCARKAN SUMBER ATAU YANG DITANGGAPI SUMBER JIKA DIBERI GANGGUAN, YANG KEMUDIAN MENGHASILKAN “GERAKAN” YANG DAPAT DIUKUR. SISTEM KONVERSI MEDAN ITU DISEBUT INSTRUMEN/ALAT UKUR.

4. KIMIAKIMIA ADALAH PROSES PERTUKARAN ELEKTRON DI KULIT LUAR SUATU ATOM DARI SUATU SENYAWA.PENALARAN KIMIA SELALU TERKAITKAN DENGAN PROSES PENGOLAHAN BAHAN/MATERI.FISIK-MATEMATIKA MENJADI ALAT PENALARAN PROSES KIMIA.PROSES KIMIA DALAM SISTEM HAYATI DISEBUT BIOKIMIA MENDASARI BIOPROSES.

5. BIOLOGI, ILMU HAYATIMEMPELAJARI SISTEM KEHAYATAN: MANUSIA, TUMBUHAN, HEWAN, MIKROBA YANG SEMULA DIUNGKAPKAN DARI HASIL PENGAMATAN (FAKTA) DAN KEMUDIAN BIOKIMIA, BIOFISIKA MENJADI BAHASA MEKANISME PROSES

Page 18: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 18

6. REKAYASA DAN TEKNOLOGIKARENA MATERIAL (HAYATI DAN NON HAYATI) BANYAK MANFAATNYA BAGI MANUSIA, MAKA MANUSIA DENGAN MAMANFAATKAN ATURAN ALAM DAN PENALARAN EKSAK MEMBUAT REKAYASA DAN MENERAPKAN TEKNOLOGI AGAR PROSES TERKAIT MATERIAL DAPAT TERKENDALI DAN MENGHASILKAN BERBAGAI MANFAAT DALAM JUMLAH MENCUKUPI, DAN LINGKUNGAN KEHIDUPAN YANG LEBIH NYAMAN.

7. METODE (BERPIKIR) ANALITIK BERNALAR DENGAN MENERAPKAN HUKUM ALAM, PRINSIP-PRINSIP KEBENARAN DAN RUNUT DISEBUT METODE ANALITIK.SUATU SINTESIS METODE ANALITIK ADALAH METODE PENELITIAN/RISET YANG DIAGRAM ALIRNYA SBB :

MODIFIKASI MODEL

MODEL TEORI RUMUSANPERILAKU

PERILAKU TEORETIK

“TERUKUR”FENOMENA, RANCANGAN BARU, ATAU PERSOALAN YANG DIBAHAS

KONSEP PENGUKURAN LANGSUNG DAN TAK LANGSUNG

METODE PENGUKUR-AN DAN PENGOLAH-AN DATA

INSTRUMENTASI RANCANGAN PENGUKURAN

PERILAKU EMPIRIS

HUKUM, PRINSIP-PRINSIP, ATAU RANCANGAN DASAR

FENOMENA RANCANGAN BARU ATAU PERSOALAN TERJELASKAN

PREDIKSI REALISASI RANCANGAN

KHASANAH IPTEK

TEMUAN, INOVASI, INVENSI

Ya

Tidak

- HUKUM ALAM,- PRINSIP-PRINSIP - RANCANGAN DASAR

Start

METODE INI MENGARAHKAN HASIL MERUPAKAN HASIL PENEMUAN MEMAJUKAN ILMU (DISCOVERY) ATAU YANG MENGHILIR MENJADI “KOMODITAS” YANG DIPERLUKAN MANUSIA

Page 19: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 19

8. MENGHULU/“MENGANGKASA” DAN MENGHILIRa) MENGHULU/”MENGANGKASA” :

ARAH PENALARAN MENUJU KE ATURAN DASAR/ ESENSIAL UNTUK MENCARI HAL-HAL MENDASAR YANG BARU SEHINGGA MENGHASILKAN KERAGAMAN (ALTERNATIF) DALAM HASIL PENGHILIRANNYA DAN PENGUATAN PERTUMBUHANNYA (REVITALISASI)

b) MENGHILIR (KE ARAH KEBERLANJUTAN, SUSTAINABILITY): ARAH PENALARAN MENGHASILKAN KOMODITAS YANG BERMANFAAT BAGI MANUSIA, SEHINGGA TERJADI TRANSAKSI BISNIS : KOMODITAS DITUKAR DENGAN UANG SEPERTI : BELAJAR/KULIAH, PELATIHAN, LISENSI, FRANCHISE, TRANSAKSI PERDAGANGAN. DARI DANA (UANG) YANG TERKUMPUL DILAKUKAN PENGEMBANGAN ILMU TERSEBUT.

9. PENDEKATAN SISTEMPENJELASAN PROSES SEBAB-AKIBAT SECARA GARIS BESAR MEMERIKAN BESARAN/SATUAN YANG TERKAIT DALAM PROSES

KOTAK PROSES

“INTERAKSI”

•HUKUM ALAM•PRINSIP-PRINSIP•ATURAN

•KONDISI/KENDALI LINGKUNGAN

•KATALIS•PELUANG; KENDALA

c

KENDALI

OUT PUTIN PUT

SUATU FENOMENON TERJADI DARI UNTAIAN SISTEM PROSES

UMPAN BALIK

10. KENDALA (ASPEK MANUSIAWI)KONDISI AWAL (1970 – 2000)• INSTITUSI SAINS DASAR/MIPA : “EXIST BY DEFAULT” HADIR KARENA

KEHARUSAN KURIKULUM YANG ADA DI NEGARA-NEGARA MAJU.• KEHIDUPAN PRAGMATIS MEMPERSEPSI SAINS DASAR TIDAK HASILKAN

MANFAAT SEGERA, SEHINGGA KURANG DIHARGAI/DIBIAYAI DIBANDINGKAN ILMU TURUNANNYA YANG DIHILIR.YANG DIAHARGAI :− YANG MENGHASILKAN KOMODITAS (TEKNIK)− YANG HASILKAN TATANAN PENGELOLAAN UANG (EKONOMI)− YANG HASILKAN KEKUASAAN (PEMERINTAHAN, HANKAM, HUKUM)

• KONDISI KURANG PENGHARGAAN MENGHASILKAN “LINGKARAN KEBUNTUAN” DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN (TINGGI) SAINS DASAR. LINGKUNGAN INI TERJADI DAN MENJEBAK PARA PENGAJAR DAN ILMUWAN

• SULIT SEKALI MENJADI “VISIT BY ITS USERFUL PRODUCTS” (REVITALISASI)

Page 20: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 20

ORANG DGKECERDASANRENDAH

KURANGPENGHARGAAN

PENGAJARGAJI

RENDAH

PEMBELAJARANKURANGKREATIF

SKRIPSISEMPIT,KERING

KURIKULUM“WAJIB”

KAKU

NEGARA

MAJU

GURUATAU

DOSEN

LULUSAN

ASAL PAHAM

“SAINS” UNTUK

“SAINS” ?

DOSEN TEMUKANPELUANG DAN BERHASIL• TIDAK KEMBALI• TIDAK CERITERA

MAHASISWAKELUAR ATAU

PINDAH

SEBAGIANBESAR

LINGKARAN KEBUNTUANPENGAJAR SAINS DASAR

KE BIDANG LAIN, LUPA

INDUSTRI YANG BERHASILTIDAK BERIINFORMASI

• AKIBATDOSEN SAINS DASAR :

– INTROVERT “NRIMO”, KURANG PERCAYA DIRI– TER”MARGINAL”KAN (TERPINGGIRKAN)– DEKAT DENGAN “GARIS KEMISKINAN”– TIDAK BISA MENANGGAPI “PEMBAHARUAN”– TIDAK MAMPU MENGADAKAN PERUBAHAN– TERBENTUK “MEDIO CRICITY”– BUDAYA “IRI” (SMS : SENANG MELIHAT ORANG LAIN

SEDIH, SEDIH MELIHAT ORANG LAIN SENANG)

3. SOLUSI ITERATIF(REVITALISASI SAINS DASAR/MIPA)

a. INSENTIF• PERBAIKAN GAJI DAN TUNJANGAN FUNGSIONAL• BEASISWA PASCASARJANA (S2, S3) DENGAN SISTEM

PENERIMAAN SELEKTIF DAN ATAU ADAPTIF, BATAS UMUR DILONGGARKAN

• DIBANGUNKAN “SURPLUS CENTER” SAMBIL STUDI S3• ADA “KAPLING KHUSUS” UNTUK RISET SAINS DASAR• KEGIATAN DIBINA DAN DIKAWAL AGAR ADA

KEMUDAHAN FASILITAS SERTA BEKERJA BENAR DAN MENJADI KUAT

Page 21: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 21

b. GIRI : SOFT SKILLS DAN LEADERSHIP1) PEMBINAAN “SOFT SKILLS” (PENGEMBANGAN

PRIBADI) AGAR MENJADI PRIBADI YANG BERPIKIR POSITIF, KREATIF, INOVATIF, PRODUKTIF DAN BANYAK KAWAN, BAIK UNTUK PENGAJAR DAN SECARA KURIKULER UNTUK MAHASISWA

2) MEMBANGUN “LEADERSHIP” YANG BERANI MAJU DALAM INSTITUSI YANG ADA SERTA DALAM KELOMPOK BIDANG ILMU DAN KEAHLIAN.

c. MERUJUK POLA PERUBAHAN ILMU : • MENUGASKAN BEBERAPA ILMUWAN MENEKUNI

“UJUNG TOMBAK” PERTUMBUHAN ILMU MAJU DENGAN DIDUKUNG KEGIATANNYA DENGAN TETAP MENGERJAKAN ASPEK TERAPAN UNTUK “SURVIVALNYA” (20 % ?)

• MENGHILIR MENGEMBANGKAN TERAPAN DAN MENCIPTAKAN “HILIR” BARU YANG ADA PASARNYA (80 % ?)

SAINS DASAR : “PASUKAN CADANGAN NASIONAL”

TIMPROMOTORMA, STAT, FI, KI, BIPT PENYELENGGARA

PERGURUANTINGGI

DAERAH

PROMOVENDUS

S3

INSTITUSILAIN PUSAT

PERTUMBUHANPASAR

LABWORKSHOPGRUP RISETPROD HOUSE

DITJENDIKTI

TAWARKANPROGRAM & TOPIK

SURPLUSCENTER

PROGRAM DOKTOR : MANDIRI PRODUKSI

Page 22: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 22

d. KEGIATAN REVITALISASI SAINS DASAR/MIPA1) PROGRAM DOKTOR (S3)

• DOSEN DAN ILMUWAN SAINS DASAR HARUS DOKTOR• PROGRAM DOKTOR DALAM NEGERI MENERIMA PESERTA

SECARA SELEKTIF ADAPTIF• PEMBIMBINGAN ADALAH KERJASAMA/PEMDAMPINGAN• TIM PROMOTOR MEMBANTU MEMBUATKAN SURPLUS

CENTER, DITEMPAT KERJA PROMOVENDUS DAN JARINGANNYA

• MEMANFAATKAN KEBERHASILAN ATAU KEUNGGULAN YANG ADA

• DILAKUKAN JUGA PEMBINAAN SOFT SKILLS DAN LEADERSHIP.

2. RISET, PUBLIKASI DAN SEMINAR• MEMANFAATKAN INSENTIF RISET DARI MENRISTEK FOKUS

SAINS DASAR DAN MATERIAL MAJU. JUGA DANA RISET DARI DP2M DIKTI DENGAN MEMANFAATKAN GURUBESAR ATAU PAKAR YANG ADA SEBAGAI PEMBINA ATAU DINAMISATOR

• JURNAL ILMIAH PERLU DIMANTAPKAN PENERBITANNYA

• DI TIAP SEMINAR PERLU DIBIASAKAN TERJADINYA TRANSAKSI SEBAGAI WAHANA APRESIASI, BERBAGAI KEBERHASILAN DAN BAGIAN DARI KEMAJUAN MEMANFAATKAN SAINS DASAR

3. INSTITUSI, ORGANISASI• SAINS DASAR TUMBUH BESAR BERSAMA-SAMA TUNAS DAN

TURUNANNYA• JANGAN MEMISAHKAN TUNAS ATAU TURUNANNYA MENJADI

ORGANIASASI TERPISAH, KARENA AKAN MEMUTUS PROSES PENGUATAN DARI SAINS DASAR DAN MEMPERLEMAH KEKUATAN INSTITUSI INDUK UNTUK MENJALANKAN KEWAJIBAN MEMBERIKAN PENGETAHUAN DASAR BAGI PEMELAJAR

• FAKTA MENUNJUKKAN INDUK SAINS DASAR AKAN MEMUNCULKAN TUNAS YANG SAMA DAN TUMBUH

• INSTITUSI MEWADAHI PROSES PENGUATAN DAN PERTUMBUHAN OLEH KARENANYA DIPERLUKAN LEADERSHIP (BAIK DI LINGKUNGAN PERGURUAN TINGGI, LEMBAGA RISET DAN ORGANISASI BIDANG ILMU/PROFESI)

• KEBERADAAN INSTITUSI HARUS MEMBERIKAN MANFAAT BAGI ANGGOTANYA

• TIAP INSTITUSI PERLU MENGEMBANGKAN SURPLUS CENTER UNTUK KEBERLANJUTANNYA

• JIKA INSTITUSI HILIR : FAKULTAS TEKNIK KURANG KUAT, AJAK BERGABUNG DENGAN MEMBENTUK FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI.

Page 23: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 23

4. REKRUTING MAHASISWA DAN PENCITRAAN• KEBERHASILAN SAINS DASAR (MENGHULU DAN MENGHILIR)

PERLU DIDOKUMENTASIKAN DAN DIVISUALISASIKAN SECARA BAIK SEBAGAI BAHAN AWAL PENERIMAAN MAHASISWA BARU

• DIKARENAKAN PARADIGMA PEMBINAAN KEBERHASILAN STUDI YANG SUNGGUH-SUNGGUH DAN IKHLAS. PENDIDIKAN SAINS DASAR DAPAT MENGUBAH “KAMBING MENJADI HARIMAU LAPANGAN KERJA”

• DIPERKENALKAN KEBERHASILAN STAF PENGAJAR DALAM BIDANGNYA DAN PARA ALUMNI DALAM PEKERJAANNYA

• DAPAT MENERIMA MAHASISWA PINDAHAN DAN KONVERSI BIDANG LAIN MELALUI SISTEM MATRIKULASI

• BIDANG ILMU S1 DAPAT FOKUS PADA SEKTOR TERTENTU DIMANA DIPERLUKAN BANYAK SDM.

• SAINS DASAR PENTING, OLEH KARENANYA HARUS REKRUT/MENERIMA BANYAK MAHASISWA .

5. PENGAJARAN DAN PEMAHAMAN• MENGEMBANG TEKNIK-TEKNIK PENGAJARAN UNTUK

PENINGKATAN PEMAHAMAN

• MENGEMBANGKAN LABORATORIUM PRAKTIKUM PEMAHAMAN HUKUM ALAM DAN PRINSIP PERAGA DAN ALAT UKUR YANG DAPAT DIBUAT SENDIRI

• MENGGUNAKAN BAHAN, POTENSI DAN MUATAN LOKAL UNTUK OBYEK BAHASAN

• GURU SAINS DASAR DIANJURKAN MENGAMBIL KURSUS/ KULIAH PENGAJARAN SAINS (MA, FI, KI, BI)

4. MEMBANGUN DIRI DAN BANGSA

a. MEMBANGUN DIRI1) CAPAI : KOMPETENSI AKADEMIK TERTINGGI (DR),

MATANGKAN ASPEK FILOSOFI KEILMUAN TERKAIT DAN SECARA ANALOGIS YANG TEPAT DITERAPKAN DALAM KEHIDUPAN

2) RUJUK PARADIGMA KEMANDIRIAN :TRIDHARMA (TERPADU PRODUKTIF TERUKUR) SEBAGAI “POINT AND COINT GENERATOR) MEMAJUKAN KARIR DAN SEJAHTERA

Page 24: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 24

DIKLAT, LOKAKARYAKONSULTASI, JASA IPTEK BUKU PINTAR DSB

DANA PROYEKHASIL PENJUALAN

KARYADANA KERJASAMA

PENGABDIANKEPADA

MASYARAKATKEMAMPUAN

IPTEK

PENDIDIKANALIH IPTEK

PENELITIANDASAR YANG KUAT

KHASANAH BARU

PROBLEM SOLVINGRANCANGANPRODUKSI

PASAR / MASYARAKAT

DIAGRAM TRI DHARMA : POIN DAN COIN GENERATOR

CATATAN, BUKUPENDIDIKAN S2, S3POST DOCTORAL

GAJI,BEASISWA

PUBLIKASI PATENT,LISENSI

DANA RISETROYALTY

KEGIATAN RISET KEGIATAN PENDIDIKANKEGIATAN

MANAJERIAL

KETERPADUAN KESEIRINGAN

PUTARAN SPIRAL : DAUR AKTIVITAS MANAJERIAL

• KEMAJUAN DAN• KEKUATAN

INSTITUSI• LEADERSHIP• APRESIASI

• PRESTASI• KONTRIBUSI• DINAMISATOR

• LOYAL• SOP• ADAPTASI

SEMANGAT KERJA/BELAJAR • VISIONER

• FOKUS TUGAS• GAUL

PENINGKATAN MATURITAS

Page 25: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 25

b) MEMBANGUN BANGSA1) PENGAJARAN

a) MENCIPTAKAN CARA PENGAJARAN YANG ILUSTRATIF DAN MUDAH DIPAHAMI, SEHINGGA BELAJAR SAINS DASAR BUKAN MERUPAKAN BEBAN TETAPI SUATU KESENANGAN (LECTURETAINMENT)

b) MENGAJARKAN DAN MEMBERI CONTOH BAGAIMANA KREATIF DENGAN MENGGUNAKAN PRISNIP-PRINSIP SAINS DASAR

c) MEMPERKUAT PEMAHAMAN SAINS DASAR AGAR PELAJAR DAN MAHASISWA MAMPU BERSAING DALAM LOMBA OLIMPIADE SAINS INTERNASIONAL

d) PRINSIP-PRINSIP SAINS DASAR MENGAJARKAN KEJUJURAN, KRITIS, ULET, MANCARI SOLUSI, ADAPTIF, YANG SANGAT BAIK UNTUK PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA

2) RISET DAN KERJA OPERASIONALa) MELAKUKAN RISET DAN MEMAJUKAN ILMU DENGAN

TEMUAN (DISCOVERY) YANG UNIVERSAL YANG AKAN MEMBAWA BANGSA INDONESIA TERPERHATIKAN SECARA INTERNASIONAL

b) MEMFOKUSKAN RISET SAINS DASAR PADA SUMBER DAYA ALAM INDONESIA. SELAIN UNTUK KEPENTINGAN KESEJAHTERAAN BANGSA DAPAT MEMBAWA KEUNGGULAN KOMPARATIF INI MENJADI UNGGULAN KOMPETITIF DUNIA, KARENA TEMUAN-TEMUAN YANG KHAS.

c) MEMBANGUN JARINGAN PEMBELAJARAN, RISET DAN PEMBANGUNAN PUSAT KERJA BERBASIS RISET (SURPLUS CENTER) UNTUK MENGALIRKAN HASIL KERJA CERDAS DAN BERMANFAAT UNTUK MEMBANGUN PROSES “KEBANGSAAN CERDAS”.

5. PENUTUP

• LAKUKAN “EVALUASI DIRI”• RUJUK BUTIR-BUTIR BAIK DARI PRESENTASI INI• TAMBAHKAN PEMIKIRAN LAIN (PENDAPAT SENDIRI

DAN ORANG LAIN) YANG SINERGIS• SUSUN KEPUTUSAN BAGI DIRI SENDIRI ATAU

ORGANISASI• SEGERA BERGERAK, LAKUKAN LANGKAH MAJU

DALAM KEWENANGAN ANDA• EVALUASI LANGKAH ITU, JIKA POSITIF AJAK

ORANG LAIN BERGERAK BERSAMA ADA

Page 26: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 26

DOWN STREAMING PHYSICS (RESEARCH) IN THE DEVELOPING COUNTRY: INDONESIA

Lilik Hendrajaya Prof., Drs., Ir., M.Sc., Ph.D.

2(© de2010)

1. THE PARADIGM OF RESEARCH TOWARD SUSTAINABILITY (RISET MENUJU KE KEMANDIRIAN

2. FOCUSING RESEARCH TO COUNTRY PROBLEMS3. DIRECTION OF PHYSICS RESEARCH (BASIC

SCIENCES REVITALISATION)4. DOCTORATE PROGRAM AND BUILD “SURPLUS

CENTERS”5. CHANGE MIND SET AND ATTITUDE

Page 27: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 27

3(© de2010)

1. THE PARADIGM OF “RESEARCH TOWARD SUSTAINABILITY”(RISET MENUJU KE KEMANDIRIAN)

1.1 GENERAL :THE PARADIGM OF “UNIVERSITY SUSTAINABILITY”

• TRIDHARMA : POINT AND COIN GENERATOR

• RESEARCH TOWARD SUSTAINABILITY

• ACADEMIC HUMAN RESOURCES DEVELOPMENT

• VALUE RESPECTED UNIVERSITY BUSINESS

4(© de2010)

GREETING …………………..

PHYSICS ? …………………..

BE EXCELLENT…………..!

5(© de2010)

a. TRIDHARMA (THREE PRINCIPALS)

COMMUNITYSERVICES

EDUCATION RESEARCH

COMMUNITYEDUCATION

PROBLEMSTO SOLVE

CASESTUDY

METHOD TO APPLY

GOOD BASIC

NEW KNOWLEDGE

• LECTURE NOTE• ADV DEGREE

• SALARY• ROYALTY

PUBLICATIONPATENT

EXPERTISE

• RESEARCH FUND• ROYALTY, FEE

TRIDHARMA “POINT AND COIN GENERATOR”

INTEGRATIVE, PRODUCTIVE, MEASURABLE

• LECTURE • PROFESSIONAL

SERVICSE

• FEE• PROJECT CONTRACT

Page 28: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 28

6(© de2010)

b. AKADEMIC HUMAN RESOURCES DEVELOPMENT

PROFASS

LECTURER

ASSISTANT

POSTDOCTORATE

DOCTORATEPROGRAM

NATIONALINTERNATIONAL

INSTITUSIONAL

FIELDPROFESSIONALLABORATORIAL

CONE OF COMPETENCE SPIRAL OFMANAGEMENT

7(© de2010)

c. VALUE RESPECTED UNIVERSITY BUSINESS

APPLIEDRESEARCH

“GOLDEN SEAT”

NATIONALPROFESSIONAL

MASSAL EDUCATION

GENERAL COMMODITY

ACTIVITY MARKET

• SPECIAL STUDY• UPGRADE, IMPROVEMENT• NEW INDUSTRY• SPECIAL TUITION• OPERATROR, MANAGER• SMALL, MIDLE BUSINESS• TRAINER• SUPERMARKET• TRANSPORTATION• WARE HOUSE• OTHER SERVICES

INDUSTRYGOVERNMENTINTERNATIONAL

SKILLWORKFORCE

PUBLIC

8(© de2010)

1.2 RESEARCH TOWARD SUSTAINABILITY(RISET MENUJU KE KEMANDIRIAN)

THE FOUR PILLARS

a. METHODOLOGY IS DESIGNED TO DOWNSTREAM RESULTb. RESEACRH IS TO STRENGTHEN THEORY, APPLICATION

AND INDUSTRYc. RESEARCH COMMODITIESd. HUMAN RESOURCES DEVELOPMENT SUPPORTING THE

ABOVE THREE PILLARS

Page 29: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 29

9(© de2010)

STARTWITH

PROBLEMQUESTION

• NEW PHENOMENON

• PROBLEM• DESIGN ? ?

GLOSSARYOFKNOWLEDGE

CHOSENTHEORETICALMODEL

• PARAMETER• IDENTIFICATION• OBSERVATION• MEASUREMENT

DESIGNING,MAKINGEQUIPMENTSORMEANS

METHOD OFMEASUREMENTANDDATA PROCESSING

EMPIRICALBEHAVIOR

DERIVEDTHEORETICALBEHAVIOR

FIT ?

NEW KNOWLEDGE

• PHENOMENON ISUNDERSTOOD

• PROBLEM IS SOLVED• NEW DESIGN

• PREDICTION• SOLUTION• APPLICATION• SYNTHESES• PRODUCTS

DOWN STREAM

IMPROVETHE MODEL

YES

NO

a. METODOLOGY TO DOWNSTREAM THE RESULT

10(© de2010)

b. RESEARCH TO STRENGTHEN (AT LEAST ONE OF)THEORY, APPLICATION, AND INDUSTRY

THEO

RY

APLL

ICAT

ION

IND

USTR

Y

APLL

ICAT

ION

INDU

STRY

COST CENTER

SURPLUS CENTER

PROFIT CENTER

APPLICATION : HOW THEORY SOLVES REAL PROBLEMINDUSTRY : APPLICATION THAT PRODUCES INCOME/PROFIT

11(© de2010)

AT EVERY FIELD MAJOR (KNOWLEDGE),

THERE IS (AT LEAST ONE) A STRATEGIC

COURSE (KNOWLEDGE) THAT HAS

POTENCY TO ENRICH THE CORE THEORY

AND HAS DEDICATED THOUGHT LEAD TO

APPLICATION.

• CAMBIUM THEOREM (LILIK HENDRAJAYA)

Page 30: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 30

12(© de2010)

c. RESEARCH COMMODITIES1. GLOSSARY OF RELATED KNOWLEDGE

• HISTORY OF SPECIFIC SCIENCE OR TECHNOLOGY, MEMOIR• PUBLISHED SCIENCE PAPER• SMART COOK BOOK, TECHNICAL MANUAL• DATA COLLECTION• POPULAR ARTICLES• SOLD THROUGH PUBLISHER

2. SKIL KNOWLEDGE FOR WORKSHOP3. SEMINAR GATHERING WITH BUSINESS TRANSACTION4. SPECIAL EXPERTISE FOR STUDY AND PROBLEM SOLVING

(CONSULTING SERVICES)5. KNOWLEDGE PRODUCTS :

• INTELECTUAL PROPERTY : COPY RIGHT, PATENT, TRADE MARK/BRAND

• INDUSTRIAL PRODUCTS

d. HUMAN RESOURCES DEVELOPMENT TO SUPPORT THE ABOVE THREE PILLARS

13(© de2010)

2. FOCUSING RESEARCH TO COUNTRY PROBLEMS

2.1 MINISTRY FOR RESEARCH & TECHNOLOGY FOCUS :

• FOOD RESILIENCE

• HEALTH AND MEDICINES

• NEW AND RENEWABLE ENERGY (ENERGY AVAILABILITY)• DEFENCE & SECURITY TECHNOLOGY

• MANAGEMENT AND TECHNOLOGY OF TRANPORTATION

• INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY

• BASIC SCIENCES AND ADVANCED MATERIALS

• SOCIAL AND HUMANITY SUPPORT PROBLEM SOLVING OF

COUNTRY PROBLEMS

14(© de2010)

2.2 HIGHER EDUCATION RESEARCH TOPIC CLUSTERS

• NEW ENERGY RESOURCES

• FOOD SECURITY AND RESILIENCE

• HEALTH AND MEDICINES

• INFRASTRUCTURE, TRANSPORTATION AND DEFENCE – SECURITY

• INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY

• DISASTER MANAGEMENTS AND MITIGATION

• REGIONAL AUTONOMY AND DECENTRALISATION • POVERTY REDUCTION

• NATIONAL INTEGRATION AND SOCIAL HARMONISATION

• CLIMATE CHANGE AND BIODIVERSITY

• ARTS, CULTURE AND CREATIVE INDUSTRY

• NATIONAL BUILDING AND COMPETITIVE POWER

Page 31: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 31

15(© de2010)

3. DIRECTION OF PHYSICS RESEARCCH (BASIC SCIENCE REVITALIZATION)

3.1 BASIC SECIENCE INSTITUTION

a. EXIST BY “DEFAULT”START FROM NOW :• EXIST BY PRODUCING BENEFIT

b. THE ESSENTIAL OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

16(© de2010)

BIOLOGYLIFE SCIENCE

PROCESS

CHEMISTRY PHYSICS MATHEMATICS HUMAN,CULTURE, BEHAVIOR,

LOGICALPHYSICAL SCIENCES – QUANTITATIVE

(MICRO, EARTH, COSMOS)

HUMANHEALTH

ANDMEDICALSCIENCE

BIO PROCESSAND

AGRO TECHNOLOGY

ENGINEERINGAND

INDUSTRIALTECHNOLOGY

SOCIAL,ECONOMYHUMANITY

THE ESSENTIAL OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

17(© de2010)

3.2 RESEARCH IN PHYSICS

a. ADVANCED RESEARCH (30 %)• THEORY PRINCIPLES TOWARD DISCOVERY• MICRO AND NANO STRUCTURES OF ADVANCED

MATERIALS• QUANTUM APROACH OF FIELD THEORY• PHYSICS OF COMPLEX SYSTEM

b. RESEARCH DIRECTED TO COUNTRY PROBLEMS THIS OUR EXERCISE TO INDICATE AND DRAW “RED LINE” HOW PHYSICS CONTRIBUTE TO SOLVE COUNTRY PROBLEMS (70 %)

Page 32: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 32

18(© de2010)

PROBLEMS ENERGY FOODHEALTHMEDICINE

NATURALDISASTER

INFRASTRUCTURETRANSPORTATIONDEFENCE SECURITY

PHYSICS

RESOURCES:• SOLAR CELL,

FUEL CELL, HYDRO POWER, GASIFICATION BIOMASS

• GENERATION• EFICIENCY• EXPLORATION

• FOSSIL FUEL• NON FOSSIL

• NUCLEAR• INSTRUMENTS

• PRESERVATION• DRYING, AIR

CONDITIONING• PACKAGING• INSTRUMENTS

• BIOPHYSICS, HEALTH PHYSICS

• INSTRUMENTS

• MODELLING• MEDICINE

PRODUCTION AND PACKAGING

• MECHANISM• PREDICTION• MITIGATION• OBSERVATION• INSTRUMENTS• MODELLING

• CONSTRUCTION MATERIAL

• INDIRECT, NON DESTRUCTIVE TEST/ MEASUREMENT

• METALURGY• TRANSPORTATION

VEHICLE & INSTRUMENTS

• DEFENCE & SECURITY EQUIPMENTS & WEAPONS

EXAMPLE : PHYSICS FOCUS ON PROBLEM

19(© de2010)

4. DOCTORATE PROGRAM AND BUILD SURPLUS CENTERS OVER THE COUNTRY

4.1 IMPORTANCE

• LOCAL ENERGY AVAILABILITY• PHYSICS INSTRUMENTATION FOR EDUCATION, RESEARCH AND

COMMERCIAL• NATURAL DISASTER MECHANISM, OBSERVATION

MEASUREMENT, AND INSTRUMENTATION, PREDICTION AND MITIGATION

• MATERIALS FROM LOCAL RESOURCES• OPEARTIONS RESEARCH, PLANNING AND CONTROL

4.2 BUILD SURPLUS CENTER WHILE DOING DOCTORATE PROGRAM

20(© de2010)

DG. HIGHEREDUCATION

(GOV)

THE SUPERVISORS• PROFESSORS• EXPERTS

Ph.D.STUDENT

NONUNIV.

INSTITUTION

LOCALGOVT

INDUSTRIALGROWTHCENTERLOCAL

UNIVERSITY

SURPLUSCENTER

• SERVICES LAB• CONSULTING GROUP• WORKSHOP• PRODUCTION HOUSE• INDUSTRY, ETC.

RELEVANT

BUILD SURPLUS CENTER

Page 33: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 33

21(© de2010)

4.3 HOW THE PHYSICS STUDY PROGRAM OR DEPARTMENT

TO SURVIVE AND BE STRONG

FOCUS TO NATURAL AND MAN MADE RESOURCES PROCESSES TO DEVELOP INDUSTRY.

EXAMPLES (EXPECTED TO BE) :

REGION DIRECTION/TOPIC

1. SOUTH SUMATRA

2. RIAU

3. SURAKARTA

• PHYSICS LEAD TO MINING INDUSTRY• PHYSICS LEAD TO RIVER AND GROUND WATER

MANAGEMENT• PHYSICS LEAD TO OIL AND GAS INDUSTRY• PHYSICS LEAD TO RIVER AND COASTAL MANAGEMENT• PHYSICS LEAD TO ENERGY AVAILABILITY• PHYSICS LEAD TO INFORMATION TECHNOLOGY SERVICES

22(© de2010)

5. CHANGE MIND SET AND ATTITUDE CHANGING MIND SET AND ATTITUDE ARE MUST !

5.1 MIND SET

a. FROM ADVANCED SCIENTIFIC RESEARCHER (WHEN ABROAD) THEN BECOME INITIATIVE NATION PROBLEM SOLVING AND NATION STRENGTH BUILDER

b. WORK WITH AVAILABLE RESOURCES, THEN BUILD WELL EXPERTISE GROUPS AND FUNCTIONING NETWORKS

c. EXPLOIT YOUR MIND, MUSCLE AND TOUNGE PROPERLY TRIPLE “O”

O = OTAK = MINDO = OTOT = MUSCLE = PHYSICAL WORKO = OMONG = TOUNGE = COMMUNICATION

23(© de2010)

5.2 ATTITUDE

a. IF YOU DON’T LEARN KNOWLEDGE FROM YOUR EMOTIONAL INTELLIGENCE SIDE, THEN YOUR ATTITUDE WILL BE DETERMINED BY PHYSICS YOU LEARNED• PHYSICS ATTITUDE IS TOO DETERMINED, THEREFORE DO

LEARN SOFT SKILLS (EQ)• DEVELOP YOUR “MAGNETIC INTELLIGENT”

CONSTRUCTING, RADIATING, COMMUNICATING FIELD (THE SIXTH SENCE)

b. DEVELOP YOUR “TRIPLE A”A = APTITUDEA = ATTITUDEA = APPEARANCE

Page 34: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 34

24(© de2010)

5.3 PHYSICS HAVE “SOURCE” OF LEARNING TO BE

a. THE MEANING OF DIVERGENCE THEORY

DIVERGENCE = ∇∙

b. THE POWERFUL OF “ROTATION/CURL THEORY”ROTATION = ∇X

0 W

INNOVATION

0 iA

FOLLOWINGTHE EXISTING SOP

IMPROVEMENTANDCREATIVITY

Page 35: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 35

MENGHILIRKAN RISET FISIKA Lilik Hendrajaya

Prof., Drs., Ir., M.Sc., Ph.D.

MENGHILIRKAN RISET FISIKA

OlehLilik Hendrajaya

FMIPA – ITB

“Kontribusi Fisika dalam Meningkatkan Kesejahteraan dan Keselamatan

Lingkungan”

PARADIGMA RISET MENUJU KE KEMANDIRIAN

RISET FISIKA “BENTUK KEMASAN” RISET FISIKA PEKERJAAN ORANG FISIKA MEMBUAT JARINGAN KEPAKARAN DAN

PRODUKSI

SEMINAR DAN WORKSHOP NASIONAL FISIKA

SALAM FISIKA1. FISIKA/PHYSICS …… ?

BE EXCELLENT ………!2. MASA DEPAN FISIKA …..?

DAHSYAT ……!D = DREAMA = ACTIONH = HIGH POWERS = SKILLY = YEN AND PASSIONA = ACCELERATIONT = TIME PLAN

Page 36: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 36

B.

JENIS TUJUAN RISET

RISET

RISETAKADEMIK

RISET MEMBANGUN INSTITUSI / NEGARA

RISET TAHAPAN YANG DI EVALUASI KEMAJUANNYA UNTUK KEPENTINGAN KEMAJUAN IPTEK DAN PEMBENTUKAN KOMPETENSI PELAKSANAANNYA.

HASIL : PUBLIKASI, PATENT, PROTOTIPE LABORATORIUM

RISET AKADEMIK YANG DIARAHKAN MENGHASILKAN KOMODITAS YANG TERPASARKAN UNTUK MENJAMIN KEBERLANJUTANNYA.

HASIL : HASIL RISET AKADEMIK DAN KOMODITAS IPTEK.

PILAR-1PERISET WAJIB BERSEMANGAT DAN MEMILIH METODOLOGI YANG TEPAT AGAR SEGERA ATAU KELAK (TERUKUR WAKTUNYA) KARYANYA MENJADI KOMODITAS YANG TERSERAP PASAR.

OLEH KARENANYA, METODOLOGI BERIKUT PERLU DI RUJUK

Page 37: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 37

MODIFIKASI MODEL

MODEL TEORI RUMUSANPERILAKU

PERILAKU TEORETIK

“TERUKUR”FENOMENA, RANCANGAN BARU, ATAU PERSOALAN YANG DIBAHAS

KONSEP PENGUKURAN LANGSUNG DAN TAK LANGSUNG

METODE PENGUKUR-AN DAN PENGOLAH-AN DATA

INSTRUMENTASI RANCANGAN PENGUKURAN

PERILAKU EMPIRIS

HUKUM, PRINSIP-PRINSIP, ATAU RANCANGAN DASAR

FENOMENA RANCANGAN BARU ATAU PERSOALAN TERJELASKAN

PREDIKSI REALISASI RANCANGAN

KHASANAH IPTEK

TEMUAN, INOVASI, INVENSI

Ya

Tidak

- HUKUM ALAM,- PRINSIP-PRINSIP - RANCANGAN DASAR

Start

PILAR ALUR KERJARISET ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

PILAR-2RISET HARUS MENGUATKAN SALAH SATU DARI TIGA KOMPONEN HASIL, YAITU :1. TEORI, AGAR ILMU TUMBUH MAJU.

2. TERAPAN, YAITU BAGAIMANA TEORI MENJAWAB PERSOALAN NYATA.

3. INDUSTRI, YAITU TERAPAN YANG TERBUKTI DAPAT HASILKAN PENDAPATAN ( UANG ) BERKELANJUTAN

( UNTUK ITU PERLU DIBAKUKAN ).

CATATAN : TEORI : COST CENTER TERAPAN : SURPLUS CENTER INDUSTRI : PROFIT CENTER

DI TIAP TUBUH TEORI SUATU ILMU PENGETAHUAN SELALU ADA BAGIAN ILMU YANG BERKEMAMPUAN MENGUATKAN “INTI” TEORI DAN HASILKAN CARA BERPIKIR KE “TERAPAN”

Page 38: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 38

TER APAN : TEOR I M ENJAWAB PER MASALAHANINDUSTR I : TER APAN YANG TER BUKTI BISA M ENGHASILKAN

PENDAPATAN DAN DIBAKUKANDana JASA DAN LABA mengalir menguatkan / memantapkan teori

PILAR-2(lanjutan)

PERTUMBUHAN IPTEK MANDIRI BERKELANJUTAN

DANA & FASILITAS

DANA ( LABA )

TEORI

DANA ( JASA )DANA

DANA

TE

RA

PAN

TE

RA

PAN

PENEMUAN

Ceramah, seminar , simposium / kongres iptek

• Temu pakar, temu ilmuwan

• Ceramah ilmiah• Pameran• Lomba ilmiah

Jasa pendidikan & latihan

• Pendidkan formal S1 s/d S3

• Pelatihan ketrampilan

• Lokakarya ilmiah produk teknologi

• Pelatihan

produk teknologi• Patent• Lisensi• Prototip• Perangkat lunak• Produk

Catatan :

patent dan lisensi itu didaftarkan, dipasarkan dan dibela secara hukum.

Khasanah iptek :• Ensiklopedi dan

tulisan ilmiah populer• Informasi ilmiah

dalam CD-ROM • Komik ilmiah populer• Jurnal ilmiah. • Buku dan buku pintar • Kumpulan data.

Jasa konsultasi:• “Problem solving” • Survei • Pengukuran• Merancang• Kepakaran

operasional

PILAR-3 APA YANG DIHASILKAN OLEH RISET IPTEK

PROSES MENJADI• Mengembangkan kemampuan

abstraksi dan menghubungkan teori dalam menyederhanakan permasalahan

• Mengembangkan dirinya sebagai “server”masyarakat dan pasar

• Mengembangkan dirinya untuk menjadi terbaik

• Mengembangkan kemampuan manajemen kerja

EMPAT BAIK

• Baik pada bidang kompetensinya dan maupun alih iptek dari dan kedirinya

• Baik produktivitas karyanya dan diakui oleh komunitas bidangnya

• Baik leadershipnya (team work)• Baik peran sosialnya

(komunikatif)

PILAR-4PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA RISET

Page 39: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 39

OBSERVASIONALBUDAYA, PERILAKU & KEINGINAN MANUSIALOGIKA (KUANTITATIF +KUANTITATIF)

SAINS DASAR / MIPA

BIOLOGI KIMIA FISIKA MATEMATIKAOBSERVASIONALHK ALAM FISIKAL – KUANTITATIF – KUALITATIF KEHAYATAN ( MIKRO, BUMI, KOSMOS )

KESEHATAN&

KEDOKTERAN

BIO PROSES&

TEKNOLOGIAGRO

REKAYASA&

TEKNOLOGIINDUSTRI

SOSIAL, EKONOMI&

KEMANUSIAAN

MANUSIA

1

2 3 4 5

5 ESENSIALNAMA : “MAJELIS” PERKEMBANGAN

ILMU PENGETAHUAN

2. RISET FISIKA2.1. INDUK ILMU PENGETAHUAN

2.2 BEBERAPA JENIS RISET FISIKA

• PENGEMBANGAN TEORI DAN PRINSIP-PRINSIP• PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN• PENGEMBANGAN PENALARAN PENYELESAIAN

MASALAH DAN KOMPUTASI• MEMPELAJARI DAN MENGEMBANGKAN MANFAAT

MATERIAL MAJU• PENYELESAIAN MASALAH KOMPLEKS

(EKSPLORASI DAN PREDIKSI)

2.3 ARAH RISET FISIKA

• PENGEMBANGAN TEORI DAN PRINSIP-PRINSIP– BERSIFAT UNIVERSAL (FRONTIER)– PEMECAHAN SISTEM KOMPLEKS

• PENGEMBANGAN “NANO SCIENCE & TECHNOLOGI”• PEMELAJARAN DAN PEMBUATAN MATERIAL MAJU• MENUNJANG FOKUS (PERMASALAHAN BANGSA)

– KETAHANAN PANGAN– KESEHATAN DAN OBAT-OBATAN– KETERSEDIAAN ENERGI– TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI– MANAJEMEN TRANSPORTASI– TEKNOLOGI PERTAHANAN DAN KEAMANAN

a. VERSI KEM RISTEK (DRN)

Page 40: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 40

b. VERSI DITJEN DIKTI• RISET MAJU, MENGHASILKAN KEMAJUAN• RISET STRATEGI NASIONAL (PERMASALAHAN BANGSA)

• ENERGI BARU DAN TERBARUKAN• KESEHATAN DAN OBAT-OBATAN• KETAHANAN DAN KEAMANAN PANGAN• INFRASTRUKTUR, TRANSPORTASI DAN HANKAM• TEKNOLOGI/INFORMASI DAN KOMUNIKASI• INTEGRASI NASIONAL DAN HARMONISASI SOSIAL• PENGELOLAAN DAN MITIGASI BENCANA• OTONOMI DAERAH DAN DESENTRASLISASI• SENI BUDAYA DAN INDUSTRI KREATIF• PENGENTASAN KEMISKINAN• SUMBERDAYA MANUSIA DAN DAYA SAING BANGSA• PERUBAHAN IKLIM DAN KERAGAMAN HAYATI

3. BENTUK DAN KEMASAN RISET HILIR FISIKA

JENIS RISET BENTUK HILIR KEMASAN1. PENGEMBANGAN

TEORI & PRINSIP-PRINSIP

• PENGETAHUAN RINCI, TEKNIS

• PENGETAHUAN POPULER

• PREDIKSI

• DITULIS DALAM BENTUK BUKU/MONOGRAF

• CERAMAH KELILING• PENGUMUMAN

PENGETAHUAN MELALUI WORSHOP

2. PENGEMBANGAN INSTRUMENTASI

• PROTOTIPE• ALAT PERAGA

MODULER

• PROMOSI PENGGUNAAN DAN MANFAAT YANG DIHASILKAN

3. PENGEMBANGAN PENALARAN PROBLEM SOLVING

• PERANGKAT LUNAK• KEPAKARAN PROBLEM

SOLVING (JASA KONSULTASI)

• AGAR MENJADI INDUSTRI

• VISUALISASI• CONTOH PENGGUNAAN

YANG “USER FRIENDLY”

• PROPOSAL KONSULTANSI

JENIS RISET BENTUK HILIR KEMASAN

4. MATERIAL MAJU • PROTOTIPE LABORATORIUM

• PROTOTIPE SKALA MENENGAH

• KEMASAN MEYAKINKAN AGAR DAPAT INVESTASI KE TAHAP INDUSTRI

5. SISTEM KOMPLEKS • PENGETAHUAN PENDEKATAN

• POLA PIKIR ANALISIS DAN SINTESIS (INTEGRATIF)

• DITULIS DALAM MEDIA DALAM BENTUK POPULER

• BUKU PINTAR• BERBAGAI WORKSHOP

Page 41: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 41

4. URAIAN PEKERJAAN ORANG FISIKABANGUN SDMKOMPREHENSIF

MENCIPTAKAN PEKERJAAN, INDUSTRI

MENERAWANG/PREDIKSI

JASA KONSULTANSI

MENJAMIN KEMAJUAN ILMU

BERTINDAK KE TERAPAN

PEMAHAMAN KEAHLIANDASAR

• MOTIVATOR, DINAMISATOR

• SURVAI & KREATIF, INOVATIF

• TIM STRATEGIS

KONTRAK KERJA

• “PROBLEM SOLVING”

• RISET MAJU• RISET TERAPAN• WORKSOP TERAPAN• PERKUAT SOFT SKILL

• MENGAJAR• MENERBITKAN BUKU-BUKU PINTAR, DSB

MULAI 2009 : DORONG PARA PROFESOR/PROMOTOR UNTUK TAWARKAN PROGRAM DOKTOR-NYA

DIKTI UNIV LAINDI DAERAH

PROMOVENDUS

DILAKSANAKAN DENGAN :KERMA DGN SEKTOR TERKAIT

TAWARANTOPIK RISET

SURPLUSCENTER

FAKULTAS

PROFESOR / PROMOTOR

• BEASISWA• DANA RISET

INTERNASIONAL

PROMOSI / PANEL PAMERAN

PUBLIKASI

SEMINARTAHAPAN

• DUKUNGANFASILITAS

• HIBAHKOMPETENSI

PUSATPERTUMBUHAN

LISENSI“ BOT “

PROGRAM DOKTORMENGUATKAN GRUP RISET SENDIRI SAMBIL MENGUATKKAN UNIVERSITAS LAIN

YANG SEDANG TUMBUH DAN BANGUN “SURPLUS CENTER”

INSTITUSI LAIN

5. MEMBUAT JARINGAN KEPAKARAN DAN PRODUKSI

• BEASISWA• DANA RISET

6. MENGEMBANGKAN CARA BERPIKIR DAN BERTINDAK ORANG FISIKA

a. Rasional dan Fenomenologisb. Mengembangkan terapan dari kebenaran (∇∘ ) INOVASIc. Berlatih menirukan untuk menikmati dan memahami fenomena

(∇x ) KREATIVITAS dan MOTORIKd. Olah seluruh informasi yang masuk ke otak (nalar dan rasa)

melalui berbagai pembawa informasi: Optik Mata Akustik Telinga Gas: Bau Hidung Cairan: Rasa Lidah Biomagnetik/elektromagnetik Hemoglobin

(KECERDASAN MAGNETIK)

Page 42: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 42

Menghilirkan Riset Sains Dasar Lilik Hendrajaya

Prof., Drs., Ir., M.Sc., Ph.D.

1

MENGHILIRKAN RISET SAINS DASAR

Oleh :Prof. Dr. Ir. Lilik Hendrajaya, M.Sc.

FIMIPA - ITB

2

ESENSIAL ILMU DASAR RISET MENUJU KE KEMANDIRIAN MEMBANGUN “SURPLUS CENTER” DI

DAERAH DAN MEMBENTUK JARINGAN

SAINS DASAR, MIPA …….. BE EXCELLENT !

3

OBSERVASIONALBUDAYA, PERILAKU & KEINGINAN MANUSIALOGIKA (KUANTITATIF +KUANTITATIF)

SAINS DASAR / MIPA

BIOLOGI KIMIA FISIKA MATEMATIKAOBSERVASIONALHK ALAM FISIKAL – KUANTITATIF – KUALITATIF KEHAYATAN ( MIKRO, BUMI, KOSMOS )

KESEHATAN&

KEDOKTERAN

BIO PROSES&

TEKNOLOGIAGRO

REKAYASA&

TEKNOLOGIINDUSTRI

SOSIAL, EKONOMI&

KEMANUSIAAN

MANUSIA

1

2 3 4 5

5 ESENSIALNAMA : “MAJELIS” PERKEMBANGAN

ILMU PENGETAHUAN

A. ESSENSIAL ILMU DASAR

Page 43: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 43

4

B.

5

JENIS TUJUAN RISET

RISET

RISETAKADEMIK

RISET MEMBANGUN INSTITUSI / NEGARA

RISET TAHAPAN YANG DI EVALUASI KEMAJUANNYA UNTUK KEPENTINGAN KEMAJUAN IPTEK DAN PEMBENTUKAN KOMPETENSI PELAKSANAANNYA.

HASIL : PUBLIKASI, PATENT, PROTOTIPE LABORATORIUM

RISET AKADEMIK YANG DIARAHKAN MENGHASILKAN KOMODITAS YANG TERPASARKAN UNTUK MENJAMIN KEBERLANJUTANNYA.

HASIL : HASIL RISET AKADEMIK DAN KOMODITAS IPTEK.

6

PILAR-1PERISET WAJIB BERSEMANGAT DAN MEMILIH METODOLOGI YANG TEPAT AGAR SEGERA ATAU KELAK (TERUKUR WAKTUNYA) KARYANYA MENJADI KOMODITAS YANG TERSERAP PASAR.OLEH KARENANYA, METODOLOGI BERIKUT PERLU DI RUJUK

Page 44: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 44

7

MODIFIKASI MODEL

MODEL TEORI RUMUSANPERILAKU

PERILAKU TEORETIK

“TERUKUR”FENOMENA, RANCANGAN BARU, ATAU PERSOALAN YANG DIBAHAS

KONSEP PENGUKURAN LANGSUNG DAN TAK LANGSUNG

METODE PENGUKUR-AN DAN PENGOLAH-AN DATA

INSTRUMENTASI RANCANGAN PENGUKURAN

PERILAKU EMPIRIS

HUKUM, PRINSIP-PRINSIP, ATAU RANCANGAN DASAR

FENOMENA RANCANGAN BARU ATAU PERSOALAN TERJELASKAN

PREDIKSI REALISASI RANCANGAN

KHASANAH IPTEK

TEMUAN, INOVASI, INVENSI

Ya

Tidak

- HUKUM ALAM,- PRINSIP-PRINSIP - RANCANGAN DASAR

Start

PILAR ALUR KERJARISET ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

8

PILAR-2RISET HARUS MENGUATKAN SALAH SATU DARI TIGA KOMPONEN HASIL, YAITU :1. TEORI, AGAR ILMU TUMBUH MAJU.2. TERAPAN, YAITU BAGAIMANA TEORI MENJAWAB

PERSOALAN NYATA.3. INDUSTRI, YAITU TERAPAN YANG TERBUKTI DAPAT

HASILKAN PENDAPATAN ( UANG ) BERKELANJUTAN ( UNTUK ITU PERLU DIBAKUKAN ).

CATATAN :• TEORI : COST CENTER• TERAPAN : SURPLUS CENTER• INDUSTRI : PROFIT CENTER

9

DI TIAP TUBUH TEORI SUATU ILMU PENGETAHUAN SELALU ADA BAGIAN ILMU YANG BERKEMAMPUAN MENGUATKAN “INTI” TEORI DAN HASILKAN CARA BERPIKIR KE “TERAPAN”

Page 45: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 45

10

TERAPAN : TEORI MENJAWAB PERMASALAHAN

INDUSTRI : TERAPAN YANG TERBUKTI BISA MENGHASILKAN PENDAPATAN DAN DIBAKUKAN

Dana JASA DAN LABA mengalir menguatkan / memantapkan teori

PILAR-2(lanjutan)

PERTUMBUHAN IPTEK MANDIRI BERKELANJUTAN

DANA & FASILITAS

DANA ( LABA )

TEORI

DANA ( JASA )DANA

DANA

TE

RA

PAN

TE

RA

PAN

PENEMUAN

11

Ceramah, seminar , simposium / kongres iptek

• Temu pakar, temu ilmuwan

• Ceramah ilmiah• Pameran• Lomba ilmiah

Jasa pendidikan & latihan

• Pendidkan formal S1 s/d S3

• Pelatihan ketrampilan

• Lokakarya ilmiah produk teknologi

• Pelatihan

produk teknologi• Patent• Lisensi• Prototip• Perangkat lunak• Produk

Catatan :

patent dan lisensi itu didaftarkan, dipasarkan dan dibela secara hukum.

Khasanah iptek :• Ensiklopedi dan

tulisan ilmiah populer• Informasi ilmiah

dalam CD-ROM • Komik ilmiah populer• Jurnal ilmiah. • Buku dan buku pintar • Kumpulan data.

Jasa konsultasi:• “Problem solving” • Survei • Pengukuran• Merancang• Kepakaran

operasional

PILAR-3 APA YANG DIHASILKAN OLEH RISET IPTEK

12

PROSES MENJADI• Mengembangkan kemampuan

abstraksi dan menghubungkan teori dalam menyederhanakan permasalahan

• Mengembangkan dirinya sebagai “server”masyarakat dan pasar

• Mengembangkan dirinya untuk menjadi terbaik

• Mengembangkan kemampuan manajemen kerja

EMPAT BAIK

• Baik pada bidang kompetensinya dan maupun alih iptek dari dan kedirinya

• Baik produktivitas karyanya dan diakui oleh komunitas bidangnya

• Baik leadershipnya (team work)• Baik peran sosialnya

(komunikatif)

PILAR-4PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA RISET

Page 46: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 46

13

TIMPROMOTORMA, STAT, FI, KI, BIPT PENYELENGGARA

PERGURUANTINGGI

DAERAH

PROMOVENDUS

S3

INSTITUSILAIN PUSAT

PERTUMBUHANPASAR

LABWORKSHOPGRUP RISETPROD HOUSE

DITJENDIKTI

TAWARKANPROGRAM & TOPIK

SURPLUSCENTER

C. PROGRAM DOKTOR : MANDIRI PRODUKSI

14MULAI 2009 : DORONG PARA PROFESOR/PROMOTOR

UNTUK TAWARKAN PROGRAM DOKTOR-NYA

DIKTI UNIV LAINDI DAERAH

PROMOVENDUS

DILAKSANAKAN DENGAN :KERMA DGN SEKTOR TERKAIT

TAWARANTOPIK RISET

SURPLUSCENTER

FAKULTAS

PROFESOR / PROMOTOR

• BEASISWA• DANA RISET

INTERNASIONAL

PROMOSI / PANEL PAMERAN

PUBLIKASI

SEMINARTAHAPAN

• DUKUNGANFASILITAS

• HIBAHKOMPETENSI

PUSATPERTUMBUHAN

“ BOT “

PROGRAM DOKTORMENGUATKAN GRUP RISET SENDIRI SAMBIL MENGUATKKAN UNIVERSITAS LAIN

YANG SEDANG TUMBUH DAN BANGUN “SURPLUS CENTER”

Page 47: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 47

PENGERTIAN FILOSOFIS DARI HUKUM DAN PRINSIP SAINS DASAR SEBAGAI LANDASAN PENGAJARAN

Lilik Hendrajaya Prof., Drs., Ir., M.Sc., Ph.D.

PENGERTIAN FILOSOFIS DARI HUKUM DAN PRINSIP SAINS DASAR

SEBAGAI LANDASAN PENGAJARAN

OlehLilik Hendrajaya

Prof., Drs., Ir., M.Sc., Ph.D.Guru Besar Fisika Bumi

FMIPA – ITB HP. 0811231435

FOCUS GROUP DISCUSSION REVITASASILEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN

2 – 3 NOVEMBER 2010

Page 48: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 48

1. BEBERAPA HUKUM DAN PRINSIP

a. ASAS “PENGARAH” PROSES PENGAJARAN ADALAH HUKUM DINAMIKA NEWTON (PENAFSIRANNYA SECARA “TINDAKAN PERILAKU”

amF

DOSEN/GURU HARUS MEMAHAMI BAHAN YANG AKAN DIAJARKAN LEBIH KOMPREHENSIF DAN ASPEK FILOSOFIS, PROSES PEMAHAMAN TERKAIT

dtvda

Aksi :Guru menerangkan

Kelembamanmurid

Gerakan murid belajar dan paham

dan

Gerakan belajar Perubahan kecepatan pemahaman (makin pandai)

1. GURU HARUS MEMILIH KALIMAT YANG MUDAH DIPAHAMI SEHINGGA TANDA “SAMA DENGAN” (=) BERFUNGSI, KALAU TIDAK, RUMUS TIDAK JALAN.

1. GURU HARUS MEMILIH KALIMAT YANG MUDAH DIPAHAMI SEHINGGA TANDA “SAMA DENGAN” (=) BERFUNGSI, KALAU TIDAK, RUMUS TIDAK JALAN.

2. GURU BERUPAYA AGAR “KELEMBAMAN” (m) MURID (MALAS, NGANTUK, KURANG KONSENTRASI, INSENTIF KALAU PAHAM DSB) MENGENAL ARTINYA AGAR PROSES MENJADI PAHAM SI MURID TIDAK LAMA.KOMBINASI DARI :• CARA PENJELASAN GURU DARI MULAI LOGIKA

SEDERHANA SI MURID SAMPAI MENINGKAT BERTAHAP (HARD SKILL)

• INTERMESO YANG MEMOTIVASI MURID DAN UNGKAPAN-UNGKAPAN “REWARD” INTERNAL JIKA PAHAM (SOFT SKILL)

3. AKIBAT MENGECILNYA “m”, MAKA a AKAN BESAR. DISINI BENTUK DARI a ADALAH LATIHAN MENGERJAKAN SOAL ATAU KEGIATAN-KEGIATAN MOTORIK YANG TERKAIT DENGAN TOPIK BAHASAN

4. VEKTOR (ARAH) a HARUS SEARAH DENGAN VEKTOR F. DALAM BEBERAPA HAL a DAPAT MEMBERIKAN ARAH DARI v (KECEPATAN), KARENA

ARTINYA, SETELAH ANDA MENGAJAR AKAN TERJADI “PERCEPATAN” PADA PROSES PEMAHAMAN MURID SEHINGGA MURID MAKIN AKTIF DAN PANDAI.

dtVda

Page 49: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 49

b) KEBERHASILAN BELAJAR BERPRESTASI.

PRESTASI MENURUT RUMUSAN MOMENTUM (p)

PRESTASI = POTENSI x MOTIVASI

DIMANAPOTENSI = KOMPETENSI DAN KETERAMPILAN (HARD SKILLS)MOTIVASI = KEINGINAN BEKERJA ATAU BELAJAR (SOFTSKILLS)

POTENSI TUMBUH KUMULATIF DARI PROSES PEMBELAJARAN DIMANA GURU MENGGUNAKAN ASAS “HUKUM NEWTON” TADI. UPAYA MENGECILKAN “KELEMBAMAN” AKAN MENGHASILKAN TUMBUHNYA “SOFT SKILLS” SI MURID DALAM BENTUK MOTIVASI UNTUK BELAJAR

vmp YAITU

c) INOVASI DAN KREATIFITAS

dVPsdP

1) INOVASI ADALAH TERCIPTANYA SESUATU YANG MEMANCAR KELUAR DARI TOTAL ARUS PENGETAHUAN YANG MASUK DAN KELUAR DARI SESEORANGJIKA P ADALAH ALIRAN PENGETAHUAN MAKA,

Pengetahuan keluar-Pengetahuan masuk = sumber baru

Hukum :

0

pIp

0, inovasi

tidak ada inovasi

p SIMBOL PERUBAHAN PENGETAHUAN

KATA KUNCI : BERPIKIR DAN MENCIPTA

2) KREATIVITAS ADALAH PERBAIKAN (IMPROVEMENT) DARI KERAJINAN MELAKUKAN KERJA SECARA TERATUR BAIK.JIKA K ADALAH SEMANGAT (GAYA) SESEORANG INGIN BEKERJA BERKALI-KALI YANG DITULISKAN DALAM BENTUK INTEGRAL LINTASAN TERTUTUP.

sdKdK

K

K

d

0

KkK

Hukum : 0 ada kreatifitas

tidak ada kreatifitas

KATA KUNCI KREATIFITAS :LAKUKAN, RASAKAN, TEMUKAN PEMBAHARUAN

Page 50: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 50

d) PENDEKATAN SISTEM

PROSESPENGAJARAN

INPUT :KEPANDAIAN AWAL

KEPANDAIAN BARU

UMPAN BALIK :PERBAIKAN

PENGKONDISIAN :- MOTIVASI- HIDUPKAN SOFT SKILLKENDALA

“INSTRUMENTAL”TEXTBOOK, SAP, DSB

e) PERAGAAN : ILUSTRASI HUKUM DAN PRINSIO-PRINSIPPRAKTIKUM : PEMAHAMAN PROSES, BERJENJANG

DAN SINTESISf) KUALITAS

INTENSIFKAN PROSES PEMAHAMAN PADA YANG LAMBATg) ABSTRAKSI : KONSENTRASI, PAHAM DAN CERMAT

PROSES KONSENTRASI ADALAH SEDIKIT MENAHAN NAFAS (NAFAS PELAN) DAN MENCERMATI TOPIK BAHASAN UNTUK DIPAHAMI DAN RIREKAN (DIINGAT).PROSES TERSEBUT MELIBATKAN : MENGARAHKAN SECARA MAGNETIK BUTIR HEMOGLOBIN

(DARAH MERAH) MENGANDUNG ION BESI (Fe2+) SEHINGGA TERBENTUK : SYARAF MAGNETIK INFORMASI SAMA ATAU MENGANDUNG HAL SAMA AKAN TERSIMPAN

DI MEMORI SAMA ATAU BERDEKATAN PENGETAHUAN ADALAH UNTAIAN MEMORI

MEMFUNGSIKAN KEKUATAN PIKIRAN (YANG MOTORIK) MENGGERAKKAN METABOLISME ORGAN INTERNAL SINERGIS MENGHASILKAN SASARAN PERINTAH.

INILAH MEKANISME KECERDASAN MAGNETIK

INFORMASI MELALUI SYARAF MAGNETIK TERSIMPAN DI MEMORI TAK SADAR SEDANGKAN MELALUI SYARAF FISIK KE MEMORI SADAR.TERJADI PROSES SINERGI MENGHASILKAN GABUNGAN INFORMASI DATA DAN INFORMASI CARA BERPIKIR MEMBENTUK SISTEM KECERDASAN MAGNETIK DIMANA MEMORI TAK SADAR (BAWAH SADAR) BERFUNGSI. SISTEM KECERDASAN INI MEMBENTUK MANUSIA CERDAS, INTUITIF, PEKA RASA TERHADAP FAKTA DAN SOLUSI SEHINGGA MENJADI CERDAS, INTUITIF, INTEGRATIF, PREDIKTIF ATAU DISEBUT WASKITA.

Page 51: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 51

OBSERVASIONALBUDAYA, PERILAKU & KEINGINAN MANUSIALOGIKA (KUANTITATIF +KUANTITATIF)

SAINS DASAR / MIPA

BIOLOGI KIMIA FISIKA MATEMATIKAOBSERVASIONALHK ALAM FISIKAL – KUANTITATIF – KUALITATIF KEHAYATAN ( MIKRO, BUMI, KOSMOS )

KESEHATAN&

KEDOKTERAN

BIO PROSES&

TEKNOLOGIAGRO

REKAYASA&

TEKNOLOGIINDUSTRI

SOSIAL, EKONOMI, KEMANUSIAAN :

AGAMA, PENDIDIKAN,BAHASA, PSIKOLOGI,

HUKUM

MANUSIA

1

2 3 4 5

h) ESENSI SAINS DASAR

SAINS DASAR DALAM PERJALANAN KEPRANATAAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DIGUNAKAN UNTUK MENUMBUHKAN STRUKTUR PENALARAN DAN KURIKULUM CABANG-CABANG IPTEK. DIAGRAM DI ATAS ADALAH BAGAIMANA ALIRAN PEMANFAATAN TERSEBUT. KHUSUSNYA UNTUK KELOMPOK ILMU SOSIAL, EKONOMI DAN KEMANUSIAAN SANGATLAH INTENSIF TERUTAMA SETELAH SECARA TEKNOLOGI DICIPTAKAN KOMPUTER DENGAN ILMU INFORMATIKANYA. SEHINGGA SANGATLAH DISARANKAN AGAR HUKUM DAN PRINSPI SAINS DASAR DAPAT DIINTENSIFKAN DALAM PENGAJARAN UNTUK MENGHASILKAN BANGSA YANG CERDAS.

2. BAGAIMANA GURU MENGAJAR :2.1 YANG PERLU DIKUASAI

a) BAHAN AJAR DAN PENGETAHUAN PENGUATb) APA YANG MEMBUAT SISWA TERTARIKc) MEKANISME PEMAHAMANd) PENGGUNAAN ALAT PERAGA DAN PRAKTIKUMe) GAYA TUBUH (BODY LANGUAGE)

Page 52: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 52

a) BAHAN AJAR YANG POKOK DAN PENTING ANALISIS LOGIKA DARI YANG SEDERHANA (SATU ATAU DUA

TAHAP) KAPAN ABSTRAKSI SIAPKAN “BUKU KERJA” GURU

b) APA YANG MEMBUAT SISWA TERTARIK SESUATU YANG ATRAKTIF, GURU SENDIRI HARUS ATRAKTIF,

FAVOURITE ? RAMAH DAN BERTEMAN DENGAN SISWA BANYAK LATIHAN ATAU QUIZ PENDEK

c) MEKANISME PEMAHAMAN MULAI DENNGAN “DEFINISI SEDERHANA” TINJAU ULANG HUKUM DAN PRINSIP-PRINSIP PADA KULIAH

LALU YANG TERKAIT TOPIK SEKARANG MANA YANG HARUS DIINGAT DAN MANA HARUS DILATIH

DENGAN SOAL ATAU TUGAS SISWA MELAKUKAN ABSTRAKSI PADA ANTARA TOPIK JEMBATAN KELEDAI

d) PERAGAAN BUAT ALAT PERAGA ATAU BELI (MUDAH) KALAU ADA

YANG JUAL RUMUS PHYTAGORAS : c2 = a2 = b2

BERI SEGITIGA SIKU-SIKU, TUGASI SISWA MENGUKUR PANJANG RUSUKNYA DAN UJI KEBENARAN RUMUS ITU

HUKUM ARCHIMEDES

air daya angkat

e) GURU PERLU MENYADARI BAHAN SAINS DASAR (MATEMATIKA, FISIKA, KIMIA, BIOLOGI) PUNYA DAYA PENALARAN DAN KONSTRUKSI CARA BERPIKIRCONTOH MATEMATIKA :

KEBENARAN LOGIS, SELISIH, PERBEDAAN, PEMBANDING, BERPIKIR DAN BERBICARA SECARA GRAFIK, MODEL-MODEL FUNGSI SEDERHANA, DSB.

FISIKA MEKANISME PROSES, BAGAIMANA HUKUM BEKERJA,

MENERANGKAN FENOMENA SEHARI-HARI, KONSEP PENGUKURAN, DSB

KIMIA REAKSI KIMIA ASAM-BASA, OKSIDASI-REDUKSI, KESETIMBANGAN

(REAKSI KOVALEN), KIMIA LINGKUNGAN, ZAT PEWARNA, ZAT PENGAWET, OBAT-OBATAN, BIOKIMIA (PERTANIAN) DSB

BIOLOGI OBSERVASI DAN FAKTA, BIODIVERSITAS, FERMENTASI, PUPUK

ORGANIK, MAKANAN:TAPE, TEMPE, ONCOM, NATA DE COCO.

Page 53: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 53

3. REVITALISASI DAN SUSTAINABILITASPENGELOLAAN PENGAJARAN (FOKUS GURU)

a. REVITALISASI ADALAH SUATU PROSES “UPSTREAM” KE ILMU INDUK UNTUK MEMPEROLEH DASAR-DASAR KOKOH PERTUMBUHAN. SETELAH DIPEROLEH DIBAWA TURUN (DOWN STREAM) KE PERMASALAHAN SEMULA DAN DIJABARKAN MENJADI TINDAKAN-TINDAKAN PENGUATAN.

b. SUSTAINABILITAS (TUMBUH BERKELANJUTAN) ADALAH HASIL “UPSTREAM” TADI KETIKA DITURUNKAN MENGHASILKAN KEGIATAN PRODUKTIF YANG DAPAT DITRANSAKSIKAN KE PASAR ATAU MEYAKINKAN YANG BERKEPENTINGAN UNTUK SELALU MEMBIAYAI SEBAGAI “COST CENTER”PADA PROSES REVITALISASI SELALU DIRENCANAKAN HARUS BERJALAN PROSES SUSTAINIABILITAS.

c. LINGKARAN KEBUNTUAN “PENGAJARAN”SUATU LINGKARAN KEGIATAN YANG KARENA BERBAGAI HAL SULIT (“MITOS”) TETAP BERJALAN DENGAN KONDISI MINIMAL TIDAK MENGALAMI KEMAJUAN DARI GENERASI KE GENERASIBERIKUT DIAGRAM LINGKARAN KEBUNTUAN PENGAJAR SAINS DASAR DI PERGURUAN TINGGI

ORANG DGKECERDASANRENDAH

KURANGPENGHARGAAN

PENGAJARGAJI

RENDAH

PEMBELAJARANKURANGKREATIF

SKRIPSISEMPIT,KERING

KURIKULUM“WAJIB”

KAKU

NEGARA

MAJU

GURUATAU

DOSEN

LULUSAN

ASAL PAHAM

“SAINS” UNTUK

“SAINS” ?

DOSEN TEMUKANPELUANG DAN BERHASIL• TIDAK KEMBALI• TIDAK CERITERA

MAHASISWAKELUAR ATAU

PINDAH

SEBAGIANBESAR

LINGKARAN KEBUNTUANPENGAJAR SAINS DASAR

KE BIDANG LAIN, LUPA

INDUSTRI YANG BERHASILTIDAK BERIINFORMASI

MRNJADI

KITA

Page 54: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 54

d. UPAYA MENGATASINYA

1. INSENTIF PERBAIKAN GAJI DAN TUNJANGAN UNTUK PERGURUAN TINGGI : DOSEN DITUGAS BELAJARKAN S3,

BATAS UMUR MENERIMA BEASISWA DILONGGARKAN. DIBANGUNKAN “SURPLUS CENTER” KETIKA STUDI S3 DAN

DOSEN MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN UNTUK PRODUKSI “KOMODITAS” YANG TERSERAP PASAR : MENULIS ARTIKEL, MENULIS BUKU, INSTRUKTUR PELATIHAN, PRODUCTION HOUSE: ALAT PERAGA, JASA KONSULTANSI DSB.

UNTUK GURU : GURU DIDORONG UNTUK SEKOLAH S2 YANG TERKAIT DENGAN BIDANG ILMUNYA DENGAN KETERAMPILAN PRODUKSINYA.

ITB DI TAHUN 1987, DENGAN “TIDAK BULAT” MENGUNDANG DOSEN S1 PMIPA IKIP UNTUK STUDI S2 BIDANG ILMU (MA, FI, KI, BI) DENGAN MELALUI PRA S2 (2 SEMESTER). BAHKAN BANYAK YANG LANJUT S3. ADA SEKITAR 2000 LULUSAN S.D TAHUN 2000 MENJELANG LAHIRNYA UNIVERSITAS NEGERI DAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN. BEBERAPA LULUSAN MENYANDANG CUM LAUDE

SEKARANG DALAM RANGKA REVITALISASI SAINS DASAR DIBUKA KESEMPATAN KEPADA GURU SAINS (SPd ATAU SARJANA LAINNYA) UNTUK MENGAMBIL MAGISTER TERAPAN DALAM PENGAJARAN SAINS BAHKAN DAPAT KE S3 REGULER.KEPADA DITJEN PMTK SILAKAN SIAPKAN BEASISWA UNTUK GURU KE ITB

KARIR GURU DALAM BIDANG AKADEMIK JANGAN DIBATASI

MAGISTER TERAPAN PENGAJARAN (MA, FI, KI)

1. KULIAH INTI BIDANG ILMU DASAR-DASAR KOMPONEN ILMU (MA, FI, KI) DAN ANALISANYA PRAKTIKUM DASAR

2. KULIAH PENDUKUNG KOMPUTASI INSTRUMENTASI

3. KULIAH METODE PANGAJARAN TEKNOLOGI PENGAJARAN MERANCANG PERAGAAN DAN EKSPERIMEN STUDI LITERATUR KERJA PRAKTEK

4. KULIAH PILIHAN TERKAIT DENGAN MINAT DAN PERKEMBANGAN SAINS

5. KERJA MANDIRI DAN TESIS

+ KULIAH TRANSISI, KUALITATIF

PROGRAM S3 REGULERLULUSAN TERBAIK IPK 3+ +

Page 55: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 55

2. PENGEMBANGAN DIRIMELENGKAPI DIRI DENGAN “SOFT SKILLS” AGAR MENJADI PRIBADI YANG BERPIKIR POSITIF, INOVATIF KREATIF, PRODUKTIF, BANYAK KAWAN DAN IKUT PADA KEGIATAN BERSAMA YANG PRODUKTIF. MEMBANGUN LEADERSHIP UNTUK BERANI MAJU

3. PELENGKAPAN SARANA PENGAJARANSARANA PENGAJARAN BERUPA : BANGUNAN (GEDUNG) LABORTORIUM, ALAT PERAGA, PERLU DILENGKAPI DALAM RANGKA REVITALISASI. UNTUK PENDIDIKAN MENENGAH DAN TINGGI SELURUH PERALATAN LABORATORIUM DAPAT DIBUAT DI DALAM NEGERI JADI PENTING MENDAPATKAN ALOKASI DANA. UNTUK PERALATAN PENELITIAN YANG SIFATNYA STANDARD INTERNASIONAL MASIH PERLU IMPORT.

4. HARAPANDENGAN BANTUAN AWAL DARI PEMERINTAH ATAU MASYARAKAT KOMUNITAS PENGAJARAN (DOSEN, GURU) MENJADI KOMUNITAS YANG TUMBUH PRODUKTIF, MEMAJUKAN MURID-MURIDNYA DAN SEJAHTERA.

4. PENUTUP SILAKAN DIRUJUK BUTIR-BUTIR PENTING DARI TULISAN INI KEMBANGKAN UNTUK MENCARI HAL-HAL PENTING

SELANJUTNYA SELAMAT BEKERJA

PUISI(UNTUK KELUAR DARI LINGKARAN KEBUTUHAN DAN LINGKARAN KEJENUHAN)

“GURU SAINS (MA, FI, KI) KUBUKA JALAN KARIRMU UNTUK JADI:MAGISTER DALAM PENGAJARAN, FI, MA, KI MATA PELAJARAN YANG SULIT ITU …………………….LANJUT KE DEPAN, KUBUKA KESEMPATAN DENGAN SEMANGAT DAN KEMAMPUANMU UNTUK JADI DOKTOR DI BIDANG ILMUMU DENGAN JANJI TETAP JADI GURU UNTUK CERDASKAN BANGSA.

Page 56: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 56

Page 57: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 57

KEGIATAN PEMBELAJARAN IPA SEBAGAI SARANA UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER RELIGIUS

SISWA

Effendy

KEGIATAN PEMBELAJARAN IPA SEBAGAI SARANA UNTUK

MENGEMBANGKAN KARAKTER RELIGIUS SISWA

EffendyJurusan Kimia,

FMIPA Universitas Negeri Malang(UM)

[email protected]

Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter

• Karakter adalah nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat, dan estetika.

• Pendidikan karakter merupakan upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil.

Page 58: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 58

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) kepada warga sekolah yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau

kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik

terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama,

lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan

kamil.

Dasar HukumDasar hukum dalam pembinaan pendidikan karakter antara lain:

• Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen• Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional• Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang

Standar Nasional Pendidikan• Permendiknas No 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan

Kesiswaan• Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar

Isi• Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar

Kompetensi Lulusan• Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional

2010-2014• Renstra Kemendiknas Tahun 2010-2014• Renstra Direktorat Pembinaan SMP Tahun 2010 - 2014

Page 59: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 59

Page 60: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 60

INTERVENSI

HABITUASI

Perilaku Berkarakter

MASYA-RAKAT

PROSES PEMBUDAYAAN DAN PEMBERDAYAANAgama, Pancasila, UUD 1945,

UU No. 20/2003 ttg Sisdiknas

Teori Pendidikan, Psikologi,

Nilai, Sosial Budaya

Pengalaman terbaik (best practices)dan

praktik nyata

Nilai-nilai Luhur

PERANGKAT PENDUKUNGKebijakan, Pedoman, Sumber Daya,Lingkungan, Sarana dan Prasarana, Kebersamaan, Komitmen pemangku

kepentingan.

GRAND DESIGN PENDIDIKAN KARAKTER

KELUARGASATUAN

PENDIDIKAN

OLAH HATI:OLAH PIKIR:

OLAH RASA DAN KARSA:

OLAH RAGA:

Nilai-nilai Luhur dan Perilaku

Berkarakter

Cerdas JujurBertang-gung jawab

Peduli Kreatif

Bersih dan sehat

Page 61: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 61

OLAH PIKIRCerdasKreatif

OLAH HATIJujurBertanggung jawab

OLAH RAGA (KINESTETIK)Bersih

OLAH RASA dan KARSAPeduli Kreatif

KEGIATANKESEHARIAN DI RUMAH

KEGIATANEKSTRA KURIKULER

Integrasi ke dalam kegiatan Ektrakurikuler Pramuka, Olahraga, Karya Tulis, Dsb.

Integrasi ke dalam KBM pada setiap Mapel

Pembiasaan dalam kehidupan keseharian di satuan pendidikan

Penerapan pembiasaan kehidupan keseharian di rumah yang sama dengan di satuan pendidikan

STRATEGI MIKRO DI SEKOLAH

13

BUDAYA SEKOLAH: (KEGIATAN/KEHIDUPANKESEHARIAN DI SATUAN PENDIDIKAN)

Ada 3 pilar utama dalam pendidikan karakter:

1. Pilar keluarga2. Pilar sekolah3. Pilar masyarakat

Page 62: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 62

PILAR KELUARGA

15

KARAKTER UTAMA

INTERVENSI HABITUASI

Jujur, bertanggung-jawab

Tujuan: •Seluruh anggota keluarga memiliki persepsi, sikap, dan pola tindak yang sama dalam pengembangan karakter

Strategi:Orangtua kepada anak:•Penegakan tata tertib dan etiket/budi pekerti dalam keluarga•Penguatan perilaku berkarakter•Pembelajaran kepada anakSekolah kepada keluarga:•Pertemuan orangtua•Kunjungan ke rumah•Buku penghubung•Pelibatan orang tua dalam kegiatan sekolahPemerintah terhadap keluarga:•Fasilitasi pemerintah untuk keluarga

Tujuan:•Terbiasanya perilaku yang berkarakter dalam kehidupan sehari-hari

Strategi:•Keteladanan orang tua•Penguatan oleh keluarga•Komunikasi antar anggota keluarga

Cerdas

Sehat dan bersih

Peduli dan kreatif

PILAR SEKOLAHKARAKTER

UTAMAINTERVENSI HABITUASI

Jujur, bertanggung-jawab

TujuanTerbentuknya karakter peserta didik melalui berbagai kegiatan sekolah

Strategi:Sekolah terhadap siswa•Intra dan kokurikuler secara terintegrasi pada semua mata pelajaran•Ekstrakurikuler melalui berbagai kegiatan antara lain: KIR, pramuka, kesenian, olahraga, dokter kecil, PMR•Budaya sekolah dengan menciptakan suasana sekolah yang mencerminkan karakterPemerintah terhadap sekolah•Kebijakan•Pedoman•Penguatan•Pelatihan

Tujuan• Terbiasanya perilaku

yang berkarakter di sekolah

Strategi:• Keteladanan KS,

Pendidik, tenaga kependidikan

• Budaya sekolah yang bersih, sehat, tertib, disiplin, dan indah

• Menggalakkan kembali berbagai tradisi yang membangun karakter seperti: hari krida, upacara, piket kelas, ibadah bersama, doa (perenungan), hormat orang tua, hormat guru, hormat bendera, program 5 S, cerita kepahlawanan

Cerdas

Sehat dan bersih

Peduli dan kreatif

PILAR MASYARAKATKARAKTER

UTAMAINTERVENSI HABITUASI

Jujur, bertanggung-jawab

Tujuan:•Terbangunnya kerangka sistemik perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pendidikan karakter scr nasional •Terciptanya suasana kondusif dlm masyarakat yang mencerminkan kepekaan kesadaran kemauan dan tanggungjawab untuk membangun karakter utama•Strategi:Dari pemerintah:•Pengembangan grand design pendidikan karakter•Pencanangan nasional pendidikan karakter•Pengembangan perangkat pendukung pendidikan karakter, al: iklan layanan masyarakat, sajian multimedia (poster, siaran tv, siaran radio)Dalam masyarakat:•Pengembangan peranan komite sekolah dlm pembangunan karakter melalui MBS•Perintisan berbagai kegiatan kemasyarakatan, pengabdian kepada masyarakat yg melibatkan peserta didik•Pelibatan semua komponen bangsa dalam pendidikan karakter, al: media massa

Tujuan:• Terciptanya

suasana yang kondusif dlm masyarakat yang mencerminkan koherensi pembangunan karakter secara nasional

• Tumbuhnya keteladanan dalam masyarakat

Strategi:• Keteladan dan

penguatan dalam kehidupan masyarakat

Cerdas

Sehat dan bersih

Peduli dan kreatif

Page 63: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 63

Karakter paling utama:

JUJUR

AKTUALITA KARAKTER UTAMA SEBAGAI HASIL PENDIDIKAN

Tingkat Individu Perilaku jujur,cerdas, bertanggungjawab, peduli dan kreatif dalam berbagai konteks secara konsisten

Tingkat Masyarakat, Bangsa, dan Negara Kesadaran nasional karakter bangsa Keteladanan tokoh tingkat sekolah, daerah, maupun nasional Situasi masyarakat dalam berbagai lapisan yang semakin berkarakter

RENCANA TINDAK LANJUT• Pencanangan Pendidikan Karakter secara Nasional (2

Mei 2010)• Penyusunan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan

Karakter• Penyiapan sumberdaya• Implementasi RAN:

Tahap I : 2010-2014 (Konsolidasi dan peletakan dasar-dasar)Tahap II : 2015-2019 (Pemantapan strategi implementasi)Tahap III : 2020-2024 (Pengembangan berkelanjutan)

• Monitoring dan Evaluasi RAN• Redesain untuk keberlanjutan

Page 64: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 64

RENCANA AKSI NASIONAL (RAN)

• Pencanangan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter.

• Pencanangan Nasional Pendidikan Karakter.

• Gerakan Nasional Pendidikan Karakter.

Adanya pendidikan karakter yang dilaksanakan secara terencana

dapat ditunjukkan dalam silabus dan RPP dalam setiap kegiatan

pembelajaran.

Contoh: Dalam RPP materi asam-basa di SMPTujuan pembelajaranSiswa diharapkan:1. secara berkelompok dapat mengidentifikasi

dengan cermat sifat asam, basa atau netral suatu larutan melalui percobaan dengan menggunakan indikator buatan dan indikator alami.

2. secara cermat dapat membuat larutan indikator alami dan menggunakannya untuk mengidentifikasi sifat asam, basa atau netral suatu larutan.

Page 65: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 65

3. melalui diskusi kelompok dapat menyimpulkan sifat asam, basa atau netral suatu larutan secara obyektifberdasarkan data pengamatan.

Karakter dalam hubungannya dengan

Tuhan Yang Maha Kuasa:

Religius:Bertaqwa pada Tuhan Yang

Maha Kuasa

Ketaqwaan pada Tuhan Yang Maha Kuasa insha Allah

dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran untuk

setiap mata pelajaran, khususnya mata pelajaran

IPA, di sekolah.

Page 66: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 66

Kapan mata pelajaran IPA dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan keimanan dan

ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa?

Apabila kegiatan pembelajaran dapat menumbuhkan kesadaran bahwa:(1) ilmu yang kita miliki atau pahami

itu amat sedikit.

2. kita betul-betul sangat tergantung pada rahmat dan belas kasihan dari Tuhan Yang Maha Esa.

3. ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Esa adalah yang terbaik bagi kita.

4. larangan-larangan yang ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Esa betul-betul bermanfaat bagi kita.

5. adanya keteraturan pada alam semesta.

6. perintah-perintah yang ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Esa betul-betul bermanfaat bagi kita.

Page 67: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 67

1. Kesadaran akan amat sedikitnya ilmu yang kita pahami atau ketahui

Bagaimana kita tahu bahwa ilmu yang kita pahami atau ketahui itu amat sedikit?

(1) Dengan mengikuti perkembangan ilmu.

Misalnya dalam bidang ilmu kimia.

Apa indikator perkembangan ilmu kimia?

Jumlah senyawa kimia yang berhasil disintesis oleh semua peneliti kimia di seluruh dunia pertahun.

Berapa jumlahnya?

Sekitar 30 ribu pertahun, dan jumlah ini cenderung semakin meningkat.

Abstrak (ringkasan) hasil penelitian dalam bidang ilmu kimia dan bidang-bidang lain yang berkaitan.

Berapa banyak?

Tidak kurang dari 1000 halaman setiap minggu.

Page 68: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 68

2. Kesadaran bahwa kita betul-betulsangat tergantung pada rahmat dan belas

kasihan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Bagaimana kita merasa sangat tergantung pada rahmat dan belas kasihan dari Tuhan

Yang Maha Esa?

Dengan memahami ilmu secara mendalam dan tepat (tidak terjadi salah konsep atau

miskonsepsi).

Apa contohnya?

1. Pemahaman tentang air yang kita minum. Sebagian besar dari kita mungkin telah mengetahui bahwa molekul-molekul air dapat mengadakan ikatan hidrogen antarmolekul.Pada air cair molekul-molekul membentuk ikatan hidrogen antarmolekul seperti ditunjukkan pada gambar berikut:

O

Ikatan hidrogen 177 pm

H

H O

99 pm

104.5o

Ikatan hidrogenke molekul-molekulair yang lain

Page 69: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 69

Apa pengaruh ikatan hidrogen tersebut?

Pada suhu ruang air masih dalam fase cair.

Bagaimana kalau antara molekul-molekul air tidak terjadi ikatan hidrogen antarmolekul?

Pada suhu sekitar -100 ºC air sudah mendidih,

sehingga tidak akan ada organisme yang dapat

hidup di bumi.

2. Makanan yang kita makan.Apa yang terjadi seandainya semua tumbuh-tumbuhan mogok kerja dan tidak mau menghasilkan karbohidrat yang dibutuhkan oleh manusia dan hewan?Misalnya: padi mogok berbuah. Untuk mendapatkan sepiring nasi, nasi itu terpaksa harus disintesis di laboratorium.

Page 70: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 70

Sudah bisakah nasi disintesis di laboratorium?

BELUM BISASeandainya bisa kira-kira berapa biayanya?Sintesis satu piring nasi akan memerlukan biaya ratusan juta rupiah.

Pemahaman dua contoh di atas dan contoh-contoh lain yang

dapat kita cari akan membangkitkan kesadaran pada diri kita bahwa kita ini

untuk dapat hidup betul-betul sangat tergantung pada rahmat dan belas kasihan dari Tuhan

Yang Maha Esa.

3. Kesadaran bahwa bahwa yang ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Esa adalah yang terbaik bagi kita semua.

Kita semua tahu bahwa kalau makanan yang kita makan energinya melebihi energi yang kita butuhkan akan mengakibatkan kegemukan.

Disimpan sebagai apa kelebihan energi itu?

Page 71: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 71

Sebagian besar sebagai lemak, dan ini yang menyebabkan orang

menjadi gemuk.

Persoalannya:

Apakah kita ikhlas kalau kelebihan energi itu disimpan

sebagai lemak?

Bagaimana seandainya kelebihan energi itu disimpan sebagai

karbohidrat?

Kita harus tahu kesetaraan energi dari lemak dan karbohidrat.

Energi yang dihasilkan oleh 1 gram lemak = 2,2727 x energi yang dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat.

Apa yang terjadi bila kelebihan energi disimpan sebagai karbohidrat?

Penambahan berat badan kita menjadi 2,2727 kali.

Misalnya: Seorang ibu dengan berat badan normal 45 kg.

Page 72: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 72

Karena makan berlebihan beratnya menjadi 60 kg, dengan kelebihan energi disimpan sebagai lemak.

Berapa beratnya bila kelebihan energi tersebut disimpan sebagai karbohidrat?Berat ibu tersebut menjadi 79 kg.

Apa yang terjadi dengan burung bila kelebihan energi disimpan

sebagai karbohidrat?

Burung-burung tidak bisa terbang.

Page 73: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 73

Pemahami contoh di atas akan membangkitkan kesadaran

pada diri kita bahwa apa yang ditetapkan oleh Tuhan Yang

Maha Esa adalah yang terbaik bagi kita.

4. Kesadaran bahwa larangan-larangan yang ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Esa betul-betul bermanfaat bagi kita

Apa contoh larangan?Larangan minum minuman keras.Mengapa dilarang?

Alkohol

Masuk dalam tubuh 2-10% dikeluarkanmelalui:- keringat- pernafasan- urine

Diminum

Masuk ke aliran darahsecara difusi

Dalam waktu paling lama 60 menit

90-98% masuk ke lambung dan usus

Orde reaksi difusi: orde satu

Page 74: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 74

Metabolisme alkohol,terutama terjadi di liver

Orde reaksi metabolisme: orde nol

Akumulasi alkohol dalam darahdengan cepat

Bila konsentrasi alkohol dalam darah:

3,5 g/L bisa mati 5,5 g/L kematian

Menghasilkan:asetaldehidaasam asetatCO2 dan H2O

Asetaldehidasangat beracun

bagi liver

Kerusakan liver

5. Adanya keteraturan pada alam semesta

Apa contohnya:Keteraturan dari peredaran bumi dalam mengedari matahari sehingga malam dan siang terjadi secara silih berganti.

6. Apabila kita menyadari bahwa perintah-perintah yang

ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Esa bermanfaat bagi kita

Apa contoh perintah?Perintah untuk makan makanan yang baik dan bergizi.

Page 75: semnas mipa Utama

SEMNAS MIPA 2010 UTAMA - 75

Persoalannya: Dapatkah guru-guru sains

menyiapkan kegiatan pembelajaran yang dapat

mengembangkan keimanan dan ketaqwaan siswa?

Pasti dapat.

Caranya:(1) Banyak belajar baik materi

pelajaran sesuai dengan bidang ilmunya maupun ilmu agama.

(2) Mengerjakan semua perintah Tuhan.

(3) Menjauhi semua larangan Tuhan.(4) Dapat menjadi tauladan bagi

siswanya.

Dengan menerapkan pembelajaran dimana mata

pelajaran yang diajarkan digunakan secara terencana

untuk meningkatkan ketaqwaan siswa, berarti kita telah

melaksanakan salah satu aspek dari pendidikan karakter.