file · web viewujian akhir semester. makalah. kontribusi psikologi perkembangan peserta...
TRANSCRIPT
UJIAN AKHIR SEMESTER
MAKALAH
KONTRIBUSI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN
Mata Kuliah Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Program Studi Pendidikan Islam
Konsentrasi Pendidikan Agama IslamDosen : Prof. DR. Hj. Mintarsih, M.A
Oleh:
MASHURI
Nim: 14106310052
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan adalah perubahan kearah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia
yang bermartabat atau berkualitas. Perkembangan memiliki sifat holistik
(menyeluruh/kompleks) yaitu : terdiri dari berbagai aspek baik fisik ataupun psikis,
terjadi dalam beberapa tahap (saling berkesinambungan), ada variasi individu dan
memiliki prinsip keserasian dan keseimbangan.
Perkembangan Individu memiliki beberapa prinsip-prinsip yaitu: Never ending process
(perkembangan tidak akan pernah berhenti), Semua aspek perkembangan saling
mempengaruhi (aspek emosional, aspek disiplin, aspek agama dan aspek
sosial),Perkembnagan mengikuti pola/arah tertentu (karena perkembangan individu dapat
terjadi perubahan perilaku yang dapat dipertahankan atau bahkan ditinggalkan)
Perkembangan merupakan proses yang tidak akan berhenti dan setiap perkembangan
memiliki tahapan tahapan yaitu : tahap dikenangkan, tahap kandungan, tahap anak, tahap
remaja, tahap dewasa, dan tahap lansia, ada juga yang menggunakan patokan umur yang
dapat pula digolongkan dalam masa intraterin, masa bayi, masa anak sekolah, masa
remaja dan masa adonelen yang lebih lanjut akan disebut dengan periodesasi
perkembangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip –Perisip Perkembangan
Pengertian perkembangan berbeda dengan pertumbuhan, meskipun keduanya tidak
berdiri sendiri. pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan
ukuran dan struktur. Tidak saja anak menjadi lebih besar secara fisik, tetapi ukuran dan
struktur organ dalam otak meningkat. Akibat adanya pertumbuhan otak anak memiliki
kemampuan yang lebih besar untuk belajar, mengingat, dan berpikir. Sedangkan
perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif yang merupakan deretan
progresif dari perubahan yang teratur dan koheren. Progresif menandai bahwa perubahannya
terarah, membimbing mereka maju dan bukan mundur. Teratur dan koheren menunjukkan
adanya hubungan nyata antara perubahan yang sebelumnya dan sesudahnya. Pada
pembahasan ini akan diterangkan 6 prinsip perkembangan menurut Hurlock (1991). Prinsip-
prinsip ini merupakan ciri mutlak dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh
seorang anak, keenam prinsip tersebut adalah :
1. Adanya perubahan. Manusia tidak pernah dalam keadaan statis dia akan selalu
berubah dan mengalami perubahan mulai pertama pembuahan hingga kematian tiba.
Perbuhan tersebut bisa menanjak, kemudian berada di titik puncak kemudian
mengalami kemunduran. Selama proses perkembangan seorang anak ada beberapa
ciri perubahan yang mencolok, yaitu ;
a. Perubahan ukuran, Perubahan fisik yang meliputi : tinggi, berat, organ dalam tubuh,
perubahan mental. Perubahan mental meliputi : memori, penalaran, persepsi, dan
imajinasi.
b. Perubahan proporsi, Misalnya perubahan perbandingan antara kepala dan tubuh pada
seorang anak.
c. Hilangnya ciri lama, Misalnya ciri egosentrisme yang hilang dengan sendirinya
berganti dengan sikap prososial.
d. Mendapatkan ciri baru, Hilangnya sikap egosentrisme anak akan mendapatkan ciri
yang baru yaitu sikap prososial.
2. Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya.
Lingkungan tempat anak menghaiskan masa kecilnya akan sangat berpengaruh kuat
terhadap kemampuan bawaan mereka. Bukti-bukti ilmiaih telah menunjukkan bahwa
dasar awal cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dari perilaku anak sepanjang
hidupnya, terdapat 4 bukti yang membenarkan pendapat ini.
1. Hasil belajar dan pengalaman merupakan hal yang dominan dalam perkembanga anak
2. Dasar awal cepat menjadi pola kebiasaan, hal ihi tentunya akan berpengaruh
sepanjang hidup dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak
3. Dasar awal sangat sulit berubah meskipun hal tersebut salah
4. Semakin dini sebuah perubahan dilakukan maka semakin mudah bagi seorng anak
untuk mengadakan perubahan bagi dirinya.
3. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
Perkembangan seorang anak akan sangat diperngaruhi oleh proses kematangan yaitu
terbukanya karateristik yang secara potensial sudah ada pada individu yang berasal
dari warisan genetik individu. Seperti misalnya dalam fungsi filogentik yaitu
mmerangkak, duduk kemudian berjalan. Sedangkan arti belajar adalah perkembangan
yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar ini anak anak memperoleh
kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan. Hubugan antara kematangan dan
hasil belajar ini bisa dicontohkan pada saat terjadinya masa peka pada seorang anak,
bila pembelajaran itu diberikan pada saat masa pekanya maka hasil dari pembelajaran
tersebut akan cepat dikuasai oleh anak, demikian pula sebaliknya.
4. Pola perkembangan dapat diramalkan.
Dalam perkembangan motorik akan mengikuti hukum chepalocaudal yaitu
perkembangan yang menyebar keseluruh tubuh dari kepala ke kaki ini berarti bahwa
kemajuan dalam struktur dan fungsi pertama-tama terjadi di bagian kepala kemudian
badan dan terakhir kaki. Hukuk yang kedua yaitu proxmodistal perkembangan dari
yang dekat ke yang jauh. Kemampuan jari-jemari seorang anak akan didahului oleh
ketrampilan lengan terlebih dahulu.
5. Mempunyai karateristik yang dapat diramalkan
Karateristik tertentu dalam perkembangan juga dapat diramalkan, ini berlaku baik
untuk perkembangan fisik maupun mental. Semua anak mengikuti pola
perkembangan yang sama dari saatu tahap menuju tahap berikutnya. Bayi berdiri
sebelum dapat berjalan. Menggambar lingkaran sebelum dapat menggambar segi
empat. Pola perkembangan ini tidak akan berubah sekalipun terdapat variasi individu
dalam kecepatan perkembangan. Pada anak yang pandai dan tidak pandai akan
mengikuti urutan perkembangan yang sama seperti anak yang memiliki kecerdasan
rata-rata. Namun ada perbedaan mereka yang pandai akan lebih cepat dalam
perkembangannya dibandingkan dengan yg memiliki kecerdasan rata-rata, sedangkan
anak yang bodoh akan berkembanga lebih lambat. Perkembangan bergerak dari
tanggapan yang umum menuju tanggapan yang lebih khusus. Misalnya seorang bayi
akan mengacak-acak mainan sebelum dia mampu melakukan permainan itu dengan
jari-jarinya. Demikian juga dengan perkembangan emosi, anak akan merespon
ketekutan secara umum pada suatu hal yang baru namun selanjutnya akan merespon
ketakutan secara khusus pada hal yang baru tersebut. Perkembangan berlangsung
secara berkesinambungan sejak dari pembuahan hingga kematian, namun hal ini
terjadi dalam berbagai kecepatan, kadang lambat tapi kadang cepat. Perbedaan
kecepatan perkembangan ini terjadi pada setiap bidang perkembangan dan akan
mencapai puncaknya pada usia tertentu. Seperti imajinasi kreatif akan menonjol di
masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa remaja. Berkesinambungan
memiliki arti bahwa setiap periode perkembangan akan berpengaruh terhadap
perkembangan selanjutnya.
6. Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan.
Walaupun pola perkembangan sama bagi semua anak, setiap anak akan megikuti pola
yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatanya sendiri. Beberapa anak
berkembang dengan lancar, bertahap langkah demi langkah, sedangkan lain bergerak
dengan kecepatan yang melonjak, dan pada anak lain terjadi penyimpangan.
Perbedaan ini disebabkan karena setiap orang memiliki unsur biologis dan genetik
yang berbeda. Kemudian juga faktor lingkungan yang turut memberikan kontribusi
terhadap perkembangan seorang anak. Misalnya perkembangan kecerdasan
dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti kemampuan bawaan, suasana emosional,
apakah seorang anak didorong untuk melakukan kegiatan intelektual atau tidak. Dan
apakah dia diberi kesempatan untuk belajar atau tidak. Selain itu meskipun kecepatan
perkembangan anak berbeda tapi pola perkembangan tersebut memiliki konsistensi
perkembangan tertentu. Pada anak yang memiliki kecerdasan rata-rata akan
cenderung memiliki kecerdasan yang rata-rata pula ketika menginjak tahap
perkembangan berikutnya. Perbedaan perkembangan pada tiap individu
mengindikasikan pada guru, orang tua, atau pengasuh untuk menyadari perbedaan tiap
anak yang diasuhnya sehingga kemampuan yang diharapkan dari tiap anak seharusnya
juga berbeda. Demikian pula pendidikan yang diberikan harus bersifat perseorangan.
Setiap tahap perkembangan memiliki bahaya yang potensial. Pola perkembangan tidak
selamanya berjalan mulus, pada setiap usia mengandung bahaya yang dapat mengganggu
pola normal yang berlaku. Beberapa hal yang dapat menyebabkan antara lain dari lingkungan
dari anak itu sendiri. Bahaya ini dapat mengakibatkan terganggunya penyesuaian fisik,
psikologis dan sosial. Sehingga pola perkembangan anak tidak menaik tapi datar artinya tidak
ada peningkatan perkembangan. Dan dapat dikatakan bahwa anak sedang mengalami
gangguan penyesuaian yang buruk atau ketidakmatangan. Peringatan awal adanya hambatan
atau berhentinya perkembangan tersebut merupakan hal yang penting karena memungkinkan
pengasuh (Orangtua, guru dll) untuk segera mencari penyebab dan memberikan stimulasi
yang sesuai.
B. Periodisasi Perkembangan
1. Periodisasi yang berdasar biologis.
Periodisasi atau pembagian masa-masa perkembangan ini didasarkan kepada keadaan
atau proses biologis tertentu. Pembagian Aristoteles didasarkan atas gejala
pertumbuhan jasmani yaitu antara fase satu dan fase kedua dibatasi oleh pergantian
gigi, antara fase kedua dengan fase ketiga ditandai dengan mulai bekerjanya kelenjar
kelengkapan kelamin. Fase-fase tersebut yaitu a) Fase anak kecil : 0 – t th, b) Fase
anak sekolah: 7 – 14 th yaitu masa mulai bekerjanya kelenjar kelengkapan kelamin,
dan c) Fase remaja : 14 – 21 th
2. Periodisasi yang berdasar psikologis.
Tokoh utama yang mendasarkan periodisasi ini kepada keadaan psikologis adalah
Oswald Kroch. Beliau menjadikan masa-masa kegoncangan sebagai dasar pembagian
masa-masa psikologi perkembangan, karena beliau yakin bahwa masa kegoncangan
inilah yang merupakan keadaan psikologis yang khas dan dialami oleh setiap anak
dalam masa perkembangannya. Fase-fase tersebut yaitu: a) Dari lahir sampai masa
“trotz”( kegoncangan) pertama: kanak-kanak awal. b) Trotz pertama sampai trotz
kedua : masa keserasia bersekolah. c) Trotz kedua sampai akhir remaja: masa
kematangan
3. Periodisasi yang berdasar didaktis.
Pembagian masa-masa perkembangan sekarang ini seperti yang dikemukakan oleh
Harvey A. Tilker, PhD dalam “Developmental Psycology to day”(1975) dan Elizabeth
B. Hurlock dalam “Developmental Psycology”(1980) tampak sudah lengkap
mencakup sepanjang hidup manusia sesuai dengan hakikat perkembangan manusia
yang berlangsung sejak konsepsi sampai mati dengan pembagian periodisasinya.
Berikut periodisasi berdasarkan didaktis menurut Elizabeth B. Hurlock :
a) Masa sebelum lahir (pranatal): 9 bulan
b) Masa bayi baru lahir (new born): 0-2 minggu
c) Masa bayi (babyhood): 2 minggu- 2 th
d) Masa kanak-kanak awal (early childhood):2-6 th
e) Masa kanak-kanak akhir (later chilhood): 6-12 th
f) Masa puber (puberty) 11/12 – 15/16 th
g) Masa remaja ( adolesence) : 15/16 – 21 th
h) Masa dewasa awal (early adulthood) : 21-40 th
i) Masa dewasa madya(middle adulthood): 40-60 th
j) Masa usia lanjut (later adulthood) : 60-…..
C. Kontribusi Psikologi Pendidikan
1. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum.
Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum
pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam
konteks belajar mengajar. Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang mewarnai
pendidikan, pada intinya kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap
bagaimana in put, proses dan out pendidikan dapat berjalan dengan tidak
mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.
Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian
psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan
yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan,
kemampuan, sikap, motivasi, perasaan serta karakterisktik-karakteristik individu
lainnya. Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada
setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik
dalam hal subject matter maupun metode penyampaiannya.
Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang
dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya
menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir
dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi
kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk
melakukan sesuatu.
Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian
psikologis terutama berkenaan dengan aspek-aspek: (1) kemampuan siswa melakukan
sesuatu dalam berbagai konteks; (2) pengalaman belajar siswa; (3) hasil belajar
(learning outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa
2. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem
pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti :
teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya,
teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang
menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori
tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran.
Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-
prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002)
mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :
1. Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan
2. Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan
karena dipaksakan oleh orang lain.
3. Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha
dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
4. Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
5. Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan.
6. Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
7. Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk
pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
8. Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
9. Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami.
Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.
10. Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar
tujuan-tujuan lain.
11. Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.
12. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.
13. Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.
3. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian
Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna
memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian psikologis
kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik
setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.
Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam
pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah
dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan,
bakat maupun kepribadian individu lainnya.Kita mengenal sejumlah tes psikologis
yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengukur potensi seorang individu,
seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Tes (DAT), EPPS dan
alat ukur lainnya.
Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui
pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses
pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai
perkembangan individu yang optimal.
Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi kalangan
guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
D. Kontribusi Psikologi Perkembangan Terhadap Proses Pembelajaran
Dengan mempelajari perkembangan peserta didik kita akan memperoleh beberapa
keuntungan.
Pertama, kita akan mempunyai ekspektasi yang nyata tentang peserta didik, misalnya
akan diketahui pada umur berapa peserta didik mulai berbicara dan mulai mampu
berpikir abstrak atau akan diketahui pula pada umur berapa peserta didik tertentu akan
memperoleh keterampilan perilaku dan emosi khusus.
Kedua, pengetahuan tentang perkembangan peserta didik akan membantu kita untuk
merespons sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu dari peserta didik. Bila
seorang peserta didik dari Taman Kanak-Kanak tidak mau sekolah lagi karena
diganggu temannya, apa yang harus dilakukan oleh guru dan orang tuanya? Bila
peserta didik selalu ingin merebut mainan temannya apakah dibiarkan saja?
Pemahaman kita tentang perkembangan peserta didik akan membantu menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu dan menunjukkan sumber-sumber jawaban serta pola-pola
peserta didik mengenai pikiran, perasaan dan perilakunya.
Ketiga, pemahaman tentang perkembangan peserta didik akan membantu mengenali
berbagai penyimpangan dari perkembangan yang normal. Bila peserta didik umur dua
tahun belum berceloteh (banyak bicara) apakah dokter dan guru harus
mengkhawatirkannya? Bagaimana bila hal itu terjadi pada peserta didik umur tiga
atau empat tahun? Apa yang perlu dilakukan bila remaja umur lima belas tahun tidak
mau lagi sekolah karena keinginannya yang berlebihan yaitu ingin melakukan sesuatu
yang menunjukkan sikap “jagoan”? Jawaban akan lebih mudah diperoleh apabila kita
mengetahui apa yang biasanya terjadi pada peserta didik atau remaja.
Keempat, dengan mempelajari perkembangan peserta didik akan membantu
memahami diri sendiri. Dengan kata lain pengetahuan ini akan membantu kita
memahami apa yang kita alami sendiri, misalnya mengapa masa puber kita lebih awal
atau lebih lambat dibandingkan dengan teman- teman lain. Berikut ini adalah
beberapa hal yang mendasari pentingnya mempelajari perkembangan peserta didik.
1. Masa Perkembangan Yang Cepat
Pada peserta didik terjadi pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan perubahan-
perubahan yang dialami makluk lain. Perubahan fisik, misalnya pada tahun pertama
lebih cepat dari pada tahun-tahun berikutnya. Hal yang sama terjadi juga pada
perubahan yang menyangkut interaksi sosial, perolehan dan penggunaan bahasa,
kemampuan mengingat serta berbagai fungsi lainnya.
2. Pengaruh Pengalaman Sebelumnya
Alasan lainnya mengapa mempelajari peserta didik ialah bahwa peristiwa-peristiwa
dan pengalaman-pengalaman pada tahun-tahun awal menunjukkan pengaruh yang
lama dan kuat terhadap perkembangan individu pada masa-masa berikutnya.
Kebanyakan ahli teori psikologi berpendapat bahwa apa yang terjadi hari-ini sangat
banyak ditentukan oleh perkembangan kita sebagai peserta didik.
3. Proses yang kompleks
Sebagai peneliti yang mencoba memahami perilaku orang dewasa yang kompleks,
berpendapat bahwa mengkaji tentang bagaimana perilaku itu pada saat masih
sederhana akan sangat berguna. Misalnya ialah bahwa kebanyakan orang dapat
membuat kalimat yang panjang dan dapat mengerti oleh orang lain. Manusia mampu
berkomunikasi dari cara yang sederhana sampai yang kompleks karena bahasa yang
dipergunkana mengikuti aturan-aturan tertentu. Tetapi menentukan apa aturan itu dan
bagaimana menggunakan adalah sulit. Suatu pendekatan terhadap masalah ini adalah
dengan mempelajari proses kemampuan berbahasa. Peserta didik membentuk kalimat
yang hanya terdiri atas satu atau dua kata, kalimat itu muncul dengan mengikuti
aturan yang diajarkan orang dewasa. Dengan mengkaji kalimat pertama tersebut para
peneliti bahasa bertambah wawasannya tentang mekanisme cara berbicara orang
dewasa yang lebih kompleks.
4. Nilai yang ditempatkan
Kebanyakan ahli psikologi perkembangan melakukan penelitiannya untuk mengkaji
pertanyaan-pertanyaan atau fenomena yang mengemuka di masyarakat. Misalnya
penelitian tentang tahap awal perkembangan sosial yang secara relevan berkaitan
dengan orang tua tentang peranannya dalam kehidupannya sehari-hari, penelitian
tentang strategi pemecahan masalah pada peserta didik akan memberikan informasi
berharga mengenai metode mengajar yang baik. Hasil dari penelitian atau pengkajian
teoritis dapat secara langsung atau tidak dapat mempengaruhi pola pendidikan atau
pembelajaran.
5. Masalah yang menarik
Peserta didik merupakan makhluk yang mengagumkan dan penuh teka-teki serta
menarik untuk dikaji. Kemudahan peserta didik umur dua taknik untuk mempelajari
bahasa ibunya dan kreativitas peserta didik untuk bermain dengan temannya
merupakan dua hal dari karakteraktik yang sedang berkembang. Misalnya banyak lagi
hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan peserta didik yang merupakan misteri
dan menarik. Dalam hal ini ilmu pengetahuan lebih banyak menjumpai pertanyaan-
pertanyaan dari pada jawabannya.
BAB III
Kesimpulan
Psikologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku individu dalam
perkembangannya dan latar belakang yang mempengaruhinya. Dalam ruang lingkup
psikologi, ilmu ini termasuk psikologi khusus, karena psikologi perkembangan
mempelajari kekhususan dari pada tingkah laku individu.
Ada beberapa manfaat mempelajari Psikologi Perkembangan, diantaranya yaitu: 1)
Untuk mengetahui tingkah laku individu itu sesuai atau tidak dengan tingkat usia/
perkembangannya. 2) Untuk mengetahui tingkat pemampuan individu pada setiap
fase perkembangannya 3)Untuk mengetahui kapan individu bisa diberi stimulus pada
tingkat perkembangan tertentu. 4) Agar dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi
perubahan-perubahan yang akan dihadapi anak. 5)Khusus bagi guru, agar dapat
memilih dan memberikan materi dan metode yang sesuai dengan kebutuhan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Etiwati (Guru SMAK 4 PENABUR), Mengajar dengan Sukses,
http://tpj.bpkpenabur.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=154&Itemid=27
http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi-perkembangan/#ixzz1jFrqaGUw
http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi-perkembangan/#ixzz1jFqMSESQ
http://www.alfurqon.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=58&Itemid=110
Makmun, Syamsudin Abin. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Muhibbin Syah,”Psikologi Pendidikan”,dengan pendekatan baru,Remaja Rosda Karya,
Bandung, 2000
Prof. DR. Nana Sudjana, 2004, Proses Belajar Mengajar, Bandung: CV Algesindo
Reni Akbar H, Psikologi Perkembangan Anak”,Grasindo,akarta 2008
Salvin,”Psikologi Pendidikan”,Indek,Jakarta,2008
Sidi, Djati Indra. 2003. Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta : Paramadina
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Sri Esti W “Psikologi Pendidikan”,Grasindo,Jakarta,2008
Tirtarahardja, Umar. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
www.duniaedukasi.net