jawaban soal mata kuliah pembelajaran mtk sd kelas rendah
TRANSCRIPT
Jawaban Soal Mata Kuliah Pembelajaran MTK SD Kelas Rendah
1. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu
Metode pembelajaran di sini dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Model Pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode,
dan teknik pembelajaran
2. Skenario Pembelajaran Matematika dengan CL tipe Jigsaw
Prosedur pelaksanaan Jigsaw mirip dengan STAD, cara menentukan skor individu
dalam kelompok (nilai perkembangan) dan kriteria penghargaan kelompok sama dengan tipe
STAD.
Menurut Slavin (1998), tipe Jigsaw terdiri 5 fase. Pembagian kelompok berdasarkan
kriteria prestasi individu (dari ulangan sebelumnya atau pretest), gender, etnik dan ras. Tiap
kelompok beranggotakan 2 – 4 orang. Kelompok Expert , jumlahnya disesuaikan dengan
pokok bahasan materi yang dipelajari. Contoh, suatu topik/ pokok materi terdiri 4 sub pokok
materi (pokok bahasan), maka kelompok expert jumlahnya juga 4.
Masing-masing kelompok expert beranggotakan wakil dari sejumlah kelompok belajar siswa.
Contoh :
Suatu kelas terdiri dari 40 siswa, maka dapat dibentuk menjadi 10 kelompok (Kelompok
1, 2, 3 ……10). Tiap kelompok terdiri 4 orang siswa. Setelah kelompok belajar terbentuk,
guru membagikan LKS untuk dipela-jari bersama.
Pada kegiatan ini, oleh Slavin disebut Fase 1 (Reading). Selanjutnya, anggota masing-
masing kelompok tersebut berunding mem-bagi tugas untuk masuk ke kelompok expert.
Misalnya, pokok materi ter-diri dari 4 sub pokok materi/ bahasan, maka dapat dibentuk
sejumlah 4 kelompok expert (Expert A, B, C, D). Kemudian kelompok belajar tersebut
berunding untuk menentukan satu orang siswa sebagai wakil dari kelom-pok belajar
bergabung ke tiap kelompok expert A, B, C dan D, sesuai hasil perundingan. Jadi dalam
kelompok expert masing-masing beranggotakan 10 orang siswa.
Fase 2 (Expert Group Discussions) : Di dalam kelompok expert, siswa berdiskusi
membahas dan memecahkan masalah atau soal yang terdapat dalam LKS. Setelah diskusi
kelompok expert selesai, semua anggota kelompok expert kembali ke kelompok belajar
semula.
Fase 3 (Team reports) : Siswa yang ditunjuk sebagai wakil kelompok belajar di
kelompok expert menjelaskan kepada teman-temannya se kelompok. Demikian juga teman
dari expert yang lain menjelaskan kepada teman- teman sekelompok tentang apa yang
dibahas dan dikerjakan selama di dalam kelompok expert. Pada saat diskusi expert inilah,
guru dapat mem-berikan bimbingan, validasi materi dan jawaban siswa dari masing-masing
expert.
Fase berikutnya Fase 4 (Assessment) : Guru mengadakan kuis yang harus dikerjakan
oleh siswa secara individual. Hasilnya berupa nilai individu anggota kelompok.
Fase 5 (Team recognition) : Guru bersama siswa menghitung perubahan nilai awal
(base score) siswa dengan nilai hasil kuis secara individual menggunakan Tabel 1 (lihat
Tabel Nilai Peng-hargaan Kelompok STAD dan Jigsaw). Kemudian nilai semua siswa ang-
gota masing-masing kelompok dijumlahkan dan dirata-rata, maka akan diperoleh nilai antara
5 – 30 sebagai nilai kelompok. Untuk menentukan predikat kelompok, gunakan Tabel 2
Penghargaan Kelompok, caranya sama seperti penghargaan kelompok pada model tipe
STAD.
Persiapan Guru :
a. Menyiapkan bacaan (LKS)
b. Kalau kegiatan expert berupa praktik atau demonstrasi, maka guru menyiapkan alat/
bahan
c. Menyiapkan instrumen untuk kuis
d. Menyiapkan tabel nilai pengamatan psikomotor dan sikap.
e. Menyiapkan tabel rekapitulasi nilai individu dikonversi ke nilai penghar-gaan kelompok
(lihat lampiran)
f. Menyiapkan tabel rekapitulasi rerata nilai kelompok
g. Menyediakan tanda penghargaan/ sertifikat untuk kelompok
3. Langkah-langkahnya adalah :
Fase 1 : Guru presentasi di depan kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memberikan informasi tentang materi yang akan dipelajari, misalnya konsep,
materi secara garis besar dan prosedur kegiatan (eksperimen).
Guru juga perlu menjelaskan tata cara kerjasama dalam kelompok, terutama
kepada kelompok atau kelas yang belum terbiasa menjalankan model CL.
Fase 2 : Guru membentuk kelompok, berdasarkan kemampuan (prestasi sebelumnya),
jenis kelamin, ras dan etnik. Jumlah anggota tiap kelompok antara 3-5 orang siswa
Fase 3 : Bekerja dalam kelompok, Siswa belajar bersama, diskusi, menjawab soal atau
mengerjakan eksperimen sesuai LKS yang diberikan guru
Fase 4 : Scafolding. Guru melakukan bimbingan kepada kelompok atau kelas
Fase 5 : Validation. Guru mengadakan validasi hasil kerja kelompok dan memberikan
kesimpulan hasil tugas kelompok
Fase 6 : Quizzes. Guru mengadakan kuis secara individual. Hasil nilai yang diperoleh tiap
anggota, dikumpulkan, kemudian dirata-rata dalam kelompok, untuk menentukan
predikat kelompok.
4. 3 Tahap Perkembanga Mental menurut Bruner
a. Tahap enaktif (0-2 tahun), seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk
memahami lingkungan sekitarnya. Artinya dalam memahami dunia sekitarnya, anak
menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan dan
sebagainya.
b. Tahap ikonik (2-4 tahun), seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui
gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya,
anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komperasi)
c. Tahap simbolik (5-7 tahun), seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-
gagasan yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.
Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika,
matematika dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak
sistem simbol. Semakin matang seseorang dalam proses pemikirannya, semakin dominan
sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi sistem enaktif dan ikonik.
Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih
diperlukannya sistem enaktif dan ekonik dalam proses belajar.
Jawaban Soal Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling
1. Bimbingan Konseling adalah Proses pemberian bantuan (process of helping) kepada individu
agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan
menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan ( agama
dan budaya) sehingga men-capai kehidupan yang bermakna (berbahagia, baik secara personal
maupun sosial)”
Bimbingan dan Konseling, “Proses interaksi antara konselor dengan klien/konselee baik
secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung (melalui media : internet, atau telepon)
dalam rangka mem-bantu klien agar dapat mengembangkan potensi dirinya atau
memecahkan masalah yang dialaminya”.
2. Implementasi BK di SD
Di Sekolah Dasar, pelaksanaan program bimbingan berkaitan dengan enam aspek yang
idealnya dapat terpenuhi (Winkel, 1997: 160-161) yaitu:
a. Sebagai penjabaran dari tujuan pendidikan nasional bahwa pendidikan dasar
memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan
kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat
manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah.
b. Kebutuhan pada anak sekolah, yang terutama berkisar antara kebutuhan mendapatkan
kasih sayang dan perhatian, menerima pengakuan terhadap dorongan untuk memajukan
perkembangan kognitifnya serta memperoleh pengakuan dan teman sebaya.
c. Pola dasar bimbingan yang dipegang adalah pola generalis. Ini berarti bahwa semua
tenaga kependidikan yang lazimnya terdapat di jenjang pendidikan dasar dilibatkan
walaupun mungkin tersedia satu atau dua tenaga profesional di bidang bimbingan.
d. Komponen bimbingan yang diprioritaskan ialah pengumpulan data, pemberian informasi
dan konsultasi. Pengumpulan data meliputi beberapa hal yang pokok seperti kemampuan
belajar siswa dan latar belakang keluarga.
e. Bentuk bimbingan yang kerap digunakan ialah bimbingan kelompok. Sifat bimbingan
yang mencolok ialah sifat perseveratif dan preventif sehingga siswa dapat memiliki taraf
kesehatan mental yang wajar. Sifat korektif akan muncul apabila terjadi kasus
penyimpangan dari laju perkembangan normal yang biasanya berkaitan erat dengan
situasi keluarga. Ragam bimbingan yang mendapat urutan pertama adalah pribadi-sosial,
sedangkan ragam akademik dan ragam jabatan atau karier mendapat urutan yang kedua
dan ketiga.
f. Tenaga yang memegang peranan kunci bimbingan di Sekolah Dasar saat ini adalah guru
kelas, yang mengumpulkan data tentang siswa dan menyisipkan banyak materi informasi
dalam pengajaran
3. Prinsip Dasar Guru sebagai fasilitator dan motivator
Peran guru sebagai fasilitator membawa konsekuensi terhadap perubahan pola
hubungan guru-siswa, yang semula lebih bersifat “top-down” ke hubungan kemitraan. Dalam
hubungan yang bersifat “top-down”, guru seringkali diposisikan sebagai “atasan” yang
cenderung bersifat otoriter, sarat komando, instruksi bergaya birokrat, bahkan pawang,
sebagaimana disinyalir oleh Y.B. Mangunwijaya (Sindhunata, 2001). Sementara, siswa lebih
diposisikan sebagai “bawahan” yang harus selalu patuh mengikuti instruksi dan segala sesuatu
yang dikehendaki oleh guru.
Berbeda dengan pola hubungan “top-down”, hubungan kemitraan antara guru dengan
siswa, guru bertindak sebagai pendamping belajar para siswanya dengan suasana belajar yang
demokratis dan menyenangkan. Oleh karena itu, agar guru dapat menjalankan perannya sebagai
fasilitator seyogyanya guru dapat memenuhi prinsip-prinsip belajar yang dikembangkan dalam
pendidikan kemitraan, yaitu bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila:
1. Siswa secara penuh dapat mengambil bagian dalam setiap aktivitas pembelajaran
2. Apa yang dipelajari bermanfaat dan praktis (usable).
3. Siswa mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuan dan
keterampilannya dalam waktu yang cukup.
4. Pembelajaran dapat mempertimbangkan dan disesuaikan dengan pengalaman-
pengalaman sebelumnya dan daya pikir siswa.
5. Terbina saling pengertian, baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa
Peranan guru sebagai motivator
Sebagai seorang siswa rasa lelah, jenuh dan beberapa alasan lain bisa muncul setiap saat.
Disinilah unsur guru sangat penting dalam memberikan motivasi, mendorong dan memberikan
respon positif guna membangkitkan kembali semangat siswa yang mulai menurun. Guru seolah
sebagai alat pembangkit motivasi (motivator) bagi peserta didiknya, yaitu :
Bersikap terbuka, artinya bahwa seorang guru harus dapat mendorong siswanya agar
berani mengungkapkan pendapat dan menanggapinya dengan positif. Guru juga harus
bisa menerima segala kekurangan dan kelebihan tiap siswanya. Dalam batas tertentu,
guru berusaha memahami kemungkinan terdapatnya masalah pribadi dari siswa, yakni
dengan menunjukkan perhatian terhadap permasalahan yang dihadapi siswa, dan
menunjukkan sikap ramah serta penuh pengertian terhadap siswa.
Membantu siswa agar mampu memahami dan memanfaatkan potensi yang ada pada
dirinya secara optimal. Maksudnya bahwa dalam proses penemuan bakat terkadang
tidak secepat yang dibayangkan. Harus disesuaikan dengan karakter bawaan setiap
siswa. Bakat diibaratkan seperti tanaman. Karena dalam mengembangkan bakat siswa
diperlukan “pupuk” layaknya tanaman yang harus dirawat dengan telaten, sabar dan
penuh perhatian. Dalam hal ini motivasi sangat dibutuhkan untuk setiap siswa guna
mengembangkan bakatnya tersebut sehingga dapat meraih prestasi yang membanggakan.
Ini berguna untuk membantu siswa agar memiliki rasa percaya diri dan memiliki
keberanian dalam membuat keputusan.
Menciptakan hubungan yang serasi dan penuh kegairahan dalam interaksi belajar
mengajar di kelas. Hal ini dapat ditunjukkan antara lain, menangani perilaku siswa
yang tidak diinginkan secara positif, menunjukkan kegairahan dalam mengajar, murah
senyum, mampu mengendalikan emosi, dan mampu bersifat proporsional sehingga
berbagai masalah pribadi dari guru itu sendiri dapat didudukan pada tempatnya.
4. Landasan
a. Landasan Agama
Landasan religius dalam layanan bimbingan dan konseling ditekankan pada tiga hal
pokok, yaitu : (a) manusia sebagai makhluk Tuhan; (b) sikap yang mendorong
perkembangan dari perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-
kaidah agama; dan (c) upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya
secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi)
serta kemasyarakatan yang sesuai dengan dan meneguhkan kehidupan beragama untuk
membantu perkembangan dan pemecahan masalah.
b. Landasan Filosofis
Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat .(Victor Frankl, Patterson,
Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan
tentang hakikat manusia sebagai berikut :
Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu
untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia
berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri
khususnya melalui pendidikan.
Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti
upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya
mengontrol keburukan.
Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara
mendalam.
Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia
terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat
pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini
memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu
adan akan menjadi apa manusia itu.
Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun,
manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk
melakukan sesuatu.
c. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi
konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk
kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai
oleh konselor adalah tentang :
(a) motif dan motivasi ; rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang
terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau
keterampilan tertentu dan sejenisnya
(b) pembawaan dan lingkungan ; segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan
hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna
kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu.
(c) perkembangan individu ; berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya
individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya,
diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan,
moral dan sosial. Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat
dijadikan sebagai rujukan, diantaranya : (1) Teori dari McCandless tentang
pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam perkembangan individu; (2) Teori
dari Freud tentang dorongan seksual; (3) Teori dari Erickson tentang perkembangan
psiko-sosial; (4) Teori dari Piaget tentang perkembangan kognitif; (5) teori dari
Kohlberg tentang perkembangan moral; (6) teori dari Zunker tentang perkembangan
karier; (7) Teori dari Buhler tentang perkembangan sosial; dan (8) Teori dari
Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan individu semenjak masa bayi sampai
dengan masa dewasa.
(d) belajar ; Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat
mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu
berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar
adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah
ada pada diri individu.
(e) kepribadian ; aspek-aspek kepribadian, yang mencakup :
Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten
tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi
terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan
dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau putus asa.
Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan
atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci
tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan
interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain.
d. Landasan Social dan Budaya
Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang
mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a)
perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d) kecenderungan menilai;
dan (e) kecemasan. Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak
yang berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun sering
kali memiliki makna yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya (2006)
mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan
dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya
plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan
semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman
e. Landasan IPTEK
Moh. Surya (2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi
komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya
dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan
secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk “cyber counseling”. Dikemukakan
pula, bahwa perkembangan dalam bidang teknologi komunikasi menuntut kesiapan dan
adaptasi konselor dalam penguasaan teknologi dalam melaksanakan bimbingan dan
konseling.
Dengan adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, maka peran konselor didalamnya
mencakup pula sebagai ilmuwan sebagaimana dikemukakan oleh McDaniel (Prayitno,
2003) bahwa konselor adalah seorang ilmuwan. Sebagai ilmuwan, konselor harus mampu
mengembangkan pengetahuan dan teori tentang bimbingan dan konseling, baik
berdasarkan hasil pemikiran kritisnya maupun melalui berbagai bentuk kegiatan
penelitian
Jawaban Soal Mata Kuliah Pembeljaran IPS SD
1. Pembelajaran IPS SD
a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga,
sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan
berbagai permasalahannya.
b. Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi,
komunikasi, transportasi.
c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang
terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari
sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-
kejadian yang besar.
e. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan,
keluarga.
Konsep Dasar IPS
a. mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan
kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.
b. mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan
masalah, dan keterampilan sosial
c. membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
d. meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat
yang majemuk, baik secara nasional maupun global.
2. Hal-hal tersebut adalah :
a. hubungan sosial: semua hal yang berhubungan dengan interaksi manusia tentang proses,
faktor-faktor, perkembangan, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu sosiologi
b. ekonomi: berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan manusia, perkembangan, dan
permasalahannya dipelajari dalam ilmu ekonomi
c. psikologi: dibahas dalam ilmu psikologi
d. budaya: dipelajari dalam ilmu antropologi
e. sejarah: berhubungan dengan waktu dan perkembangan kehidupan manusia dipelajari
dalam ilmu sejarah
f. geografi: hubungan ruang dan tempat yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
manusia dipelajari dalam ilmu geografi
g. politik: berhubungan dengan norma, nilai, dan kepemimpinan untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat dipelajari dalam ilmu politik
3. Hal-hal yang termasuk dokumen dengan nilainya bagi pembelajaran IPS
Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga,
sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai
permasalahannya.
Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi,
komunikasi, transportasi.
Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang
terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari
sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-
kejadian yang besar.
Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan,
keluarga.
4. Fungsi, tujuan serta aza evaluasi
a. Fungsi diadaka evaluasi adalah sebagai bukti-bukti dan panduan dalam proses
melakukan perubahan pada diri siswa secara sadar yang dilakukan untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan siswa di dalam dan di luar sekolah, dan
berlangsung seumur hidup”.
b. Tujuan diadakan evaluasi belajar adalah:
Untuk memperbaiki proses belajar mengajar (PBM).
Untuk menemukan angka kemajuan hasil belajar siswa.
Untuk penjurusan.
Untuk mengenal latar belakang siswa yang mendapatkan kesulitan belajar.
c. Asas-asas evaluasi belajar adalah meliputi:
Evaluasi harus dilaksanakan secara terus menerus.
Evaluasi harus menyeluruh (Conprehensive).
Evaluasi harus obyektif (Obyective).
Evaluasi harus dilaksanakan dengan alat pengukur yang baik.
Deskriminatif.
5. Yang dimaksud dengan :
a. Nilai edukatif, melalui pendidikan IPS, perasaan, kesadaran, penghayatan, sikap,
kepeduliaan, dan tanggung jawab sosial peserta didik ditingkatkan. Kepeduliaan dan
tanggungjawab sosial, secara nyata dikembangkan dalam pendidikan IPS untuk
mengubah perilaku peserta didik bekerja sama, gotong royong dan membantu pihak-
pihak yang membutuhkan;
b. Nilai praktis, dalam hal ini tentunya harus disesuaikan dengan tingkat umur dan kegiatan
peserta didik sehari-hari. Pengetahuan IPS yang praktis tersebut bermanfaat dalam
mengikuti berita, mendengakan radio, membaca majalah, menghadapi permasalahan
kehidupan sehari-hari
c. Nilai teoritis, peserta didik dibina dan dikembangkan kemampuan nalarnya kearah
dorongan mengetahui kenyataan (sense of reality), dan dorongan menggali sendiri dil
apangan (sense or discovery). Kemamuan menyelidiki, meneliti dengan mengajukan
berbagai pernyataan (sense of inquiry).
d. Nilai filsafat, peserta didik dikembangkan kesadaran dan penghayatan terhadap
keberadaanya di tengah-tengah masyarakat, bahkan ditengah-tengah alam raya ini. Dari
kesadaran keberadaan tadi, mereka disadarkan pula tentang peranannya masing-masing
terhasap masyarakat, bahkan terhadap lingkungan secara keseluruhan
e. Nilai ketuhanan, menjadi landasan kita mendekatkan diri dan meningkatkan IMTAK
kepada-Nya. Kekaguman kita selaku manusia kepada segala ciptaan-Nya, baik berupa
fenomena fisik-alamiah maupun fenomena kehidupan.
Jawaban Soal Mata Kuliah Strategi Pembelajaran SD
1. Strategi Pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru
dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Karena berguna sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
2. Perbedaannya :
a. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru
(teacher centered approach)
b. Strategi pembelajaran.
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam
Strategi Pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003)
mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan
sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera
masyarakat yang memerlukannya.
Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling
efektif untuk mencapai sasaran.
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh
sejak titik awal sampai dengan sasaran.
Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil
perilaku dan pribadi peserta didik.
Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang
paling efektif.
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan
teknik pembelajaran.
Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan
ukuran baku keberhasilan.
c. Metode pembelajaran
Jadi, metode pembelajaran di sini dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran
yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:
(1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman
lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
d. Teknik Pembelajaran
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan taktik
pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara
yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif
banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda
dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.
Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang
berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong
pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor
metode yang sama.
3. Ciri model pembelajaran yang baik
a. rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,
b. tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
c. tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara
berhasil dan
d. lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
e. Adanya keterlibatan intelektual – emosional peserta didik melalui kegiatan mengalami,
menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap
f. Adanya keikutsertaan peserta didik secara aktif dan kreatif selama pelaksanaan model
pembelajaran
g. Guru bertindak sebagai fasilitator, koordinator, mediator dan motivator kegiatan belajar
peserta didik
h. Penggunaan berbagai metode, alat dan media pembelajaran
4. Tiga tahapan tersebut adalah :
a. Tahap prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai
proses belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau
oleh siswa pada tahapan ini:
Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siapa yang tidak hadir. Kehadiran
siswa dalam pengajaran, dapat dijadikan salah satu tolok ukur kemampuan guru
mengajar. Tidak selalu ketidakhadiran siswa, disebabkan kondisi siswa yang
bersangkutan (sakit, malas, bolos, dan lain-lain), tetapi bisa juga terjadi karena
pengajaran dan guru tidak menyenangkan, sikapnya tidak disukai oleh siswa, atau
karena tindakan guru pada waktu mengajar sebelumnya dianggap merugikan siswa
(penilaian tidak adil, memberi hukuman yang menyebabkan frustasi, rendah diri dan
lain-lain).
Bertanya kepada siswa, sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya. Dengan
demikian guru mengetahui ada tidaknya kebiasaan belajar siswa di rumahnya sendiri,
setidak-tidaknya kesiapan siswa menghadapi pelajaran hari itu.
Mengajukan pertanyaan kepada siswa di kelas, atau siswa tertentu tentang bahan
pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
sampai di mana pemahaman materi yang telah diberikan.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang
belum dikuasainya dari pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu (bahan pelajaran sebelumnya) secara
singkat tapi mencakup semua bahan aspek yang telah dibahas sebelumnya. Hal ini
dilakukan sebagai dasar bagi pelajaran yang akan dibahas hari berikutnya nanti, dan
sebagai usaha dalam menciptakan kondisi belajar siswa.
b. Tahap instruksional adalah tahap pengajaran atau tahap inti, yakni tahapan memberikan
bahan pelajaran yang telah disusun guru sebelumnya. Secara umum dapat diidentifikasi
beberapa kegiatan sebagai berikut:
Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa.
Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu yang diambil daribuku sumber
yang telah disiapkan sebelumnya.
Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi. Dalam pembahasan materi itu
dapat ditempuh dua cara yakni: (1) pembahasan dimulai dari gambaran umum
materi pengajaran menuju kepada topik secara lebih khusus, (2) dimulai dari topik
khusus menuju topik umum.
Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh konkret.
Demikian pula siswa harus diberikan pertanyaan atau tugas, untuk mengetahui tingkat
pemahaman dari setiap pokok materi yang telah dibahas.
Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok
materi sangat diperlukan.
Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi. Kesimpulan ini dibuat oleh guru
dan sebaiknya pokok-pokoknya ditulis dipapan tulis untuk dicatat siswa. Kesimpulan
dapat pula dibuat guru bersama-sama siswa, bahkan kalau mungkin diserahkan
sepenuhnya kepada siswa.
c. Tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan
tahapan ini ialah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua
(instruksional). Ketiga tahap yang telah dibahas di atas, merupakan satu rangkaian
kegiatan yang terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan
dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel, sehingga ketiga rangkaian tersebut
diterima oleh siswa secara utuh.
5. Prinsip-prinsip dalam memilih strategi pembelajaran :
a. Interaktif
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi baik antara guru dan siswa, siswa
dengan siswa atau antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi
memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual.
b. Inspiratif
Proses pembelajaran merupakan proses yang inspiratif, yang memungkinkan siswa untuk
mencoba dan melakukan sesuatu. Biarkan siswa berbuat dan berpikir sesuai dengan
inspirasinya sndiri, sebab pengetahuan pada dasarnya bersifat subjektif yang bisa
dimaknai oleh setiap subjek belajar.
c. Menyenangkan
Proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan. Proses pembelajaran
menyenangkan dapat dilakukan dengan menata ruangan yang apik dan menarik dan
pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola
dan model pembelajaran, media dan sumber-sumber belajar yang relevan.
d. Menantang
Proses pembelajaran merupakan proses yang menantang siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan itu
dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan
mencobaoba, berpikir intuitif atau bereksplorasi.
e. Motivasi
Motivasi merupakan aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Motivasi
dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak dan
melakukan sesuatu. Seorang guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan
materi belajar bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya
sekadar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk
memenuhi kebutuhannya.
6. Tiga jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran :
a. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
Reigeluth, Bunderson dan Meril (1977) menyatakan strategi mengorganisasi isi pelajaran
disebut sebagai struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat urutan dan
mensintesis fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan.
Strategi pengorganisasian, lebih lanjut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi mikro
dan strategi makro. Startegi mikro mengacu kepada metode untuk pengorganisasian isi
pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur atau prinsip. Strategi makro
mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih
dari satu konsep atau prosedur atau prinsip.
b. Strategi Penyampaian Pembelajaran.
Strategi penyampaian isi pembelajaran merupkan komponen variabel metode untuk
melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian pembelajaran adalah:
(1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan informasi
atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk kerja.
c. Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang
berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara pebelajar dengan variabel metode
pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan selama proses
pembelajaran. Paling tidak, ada 3 (tiga) klasifikasi penting variabel strategi pengelolaan,
yaitu penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan motivasi.