izin poligami” analisis yuridis putusan pengadilan agama...

87
ANALISIS YURIDIS IZIN POLIGAMI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Disusun Oleh: DANI TIRTANA NIM: 101044222184 KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM (AKI) PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYYAH (SAS) FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 2008/1429 H

Upload: hacong

Post on 02-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

ANALISIS YURIDIS IZIN POLIGAMI DALAM PUTUSAN

PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Disusun Oleh:

DANI TIRTANA

NIM: 101044222184

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM (AKI)

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYYAH (SAS)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

2008/1429 H

Page 2: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

ANALISIS YURIDIS IZIN POLIGAMI DALAM PUTUSAN

PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Disusun Oleh:

Dani Tirtana

NIM: 101044222184

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Asmawi, M. Ag NIP: 150282394

Ah. Azharuddin lathif, M. Ag NIP: 150318308

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM (AKI)

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYYAH (SAS)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

2008/1429 H

Page 3: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “Izin Poligami” (Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama

Jakarta Selatan Tentang Izin Poligami) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta pada hari 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Administrasi

Keperdataan Islam. Jakarta, 2008

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422

Panitia Ujian

1. Ketua : Prof. DR. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM ( ………………) NIP. 150 210 422

2. Sekretaris : H. Muhammad Taufiki, M.Ag. ( ………………) NIP. 150 290 159

3. Pembimbing I : Drs. H.A. Basiq Djalil, SH., MA. ( ………………) NIP: 150 169 102

4. Pembimbing II : DR. Euis Nurlaelawati, MA. ( ………………) NIP: 150 277 992

5. Penguji I : Drs. Noryamin Aini, MA. ( ………………) NIP. 150 247 330

6. Penguji II : Kamarusdiana, S.Ag. MH. ( ………………) NIP. 150 285 972

Page 4: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil'alamiin, segala puji hanya diserahkan kepada Allah swt. yang

telah mensyariatkan hukum Islam kepada umat manusia. Shalawat dan salam,

semoga Allah melimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, sebagai pembawa syari'at

Islam untuk diimani, dipelajari, dan dihayati serta diamalkan oleh manusia dalam

kehidupan sehari-hari. Penulis bersyukur telah dapat merampungkan penyusunan

skripsi ini yang berjudul “ANALISIS YURIDIS IZIN POLIGAMI DALAM

PUTUSAN PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN ”.

. Sebagai seorang insan sosial, tentunya penulis tidak luput dari pertolongan

orang lain. Untuk itu penulis menghaturkan rasa terima kasih sedalam-dalamnya

kepada:

• Bapak Prof. DR. Drs. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. selaku Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para

jajarannya.

• Bapak Drs. H.A. Basiq Djalil, SH., MA. selaku Ketua Program Studi dan Bapak

Kamarusdiana S, Ag, MH. selaku Sekretaris Program Studi Ahwal Syakhsiyyah

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

• Bapak Asmawi, M. Ag. dan Bapak Ah. Azharuddin lathif, M. Ag. selaku

pembimbing skripsi yang telah meluangkam waktu dan pikiran selama

membimbing skripsi.

Page 5: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

• Segenap Bapak dan Ibu dosen pada lingkungan program studi Ahwal

Syakhsiyyah, khususnya pada konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

• Segenap jajaran karyawan akademik fakultas dan universitas, berikut jajaran

karyawan perpustakaan fakultas dan universitas.

• Segenap jajaran pimpinan dan staf Pengadilan Agama Jakarta Selatan (bpk

Mardani) yang telah membantu dalam proses kelengkapan semua data skripsi.

• Keluarga tercinta; Ayahanda Sahlan dan Ibunda Tuningsih, Nenny, Fera, Wiwin

(Bonghe), yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi materil dan moril

sehingga akhirnya penulis dapat juga menyelesaikan studi di perguruan tinggi.

• Rekan-rekan AKI angkatan 2001 senasib dan seperjuangan. Hari-hari nan indah

terkenang selalu bersamamu. Semoga sukses!!.

• Keluarga besar Paduan Suara Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah membentukku layaknya alat musik padang yang harmonis dan lantang.

Bagiku kaulah keluarga kedua bagiku. Aishiteru!.

• Keluarga besar mahasiswa (KBM UIN Jakarta), keluarga besar perkampungan

UKM, dan organ extra kampus yang memberikanku wacana keutuhan mahasiswa.

Beserta juga, konco-konco Rt soeboeh Apartemen; Basis, linghapas, zidade,

walden, kencru, fikri & semuanya.

Page 6: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

bagi para pembaca umumnya. Amin.

Ciputat, 27 Ramadhan 1429 H

Penulis

Page 7: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..... v

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. viii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

A. Latar Belakang…………………………………………………. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……….……………….. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………….………………... 7

D. Metode Penelitian …...………………………………………... 7

E. Sistematika Pembahasan…….………………………………...... 8

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG POLIGAMI ………………. 10

A. Pengertian Poligami……………………………………......... 10

B. Tradisi Poligami sepanjang sejarah………………………….. 14

C. Pengaturan Poligami Dalam Hukum Islam……………...…… 16

BAB III MASALAH POLIGAMI DALAM UNDANG-UNDANG

PERKAWINAN DI INDONESIA……………………………… 29

A. Menurut UU No. 1 Tahun 1974 …..……………………….... 29

B. Menurut UU No. 3 Tahun 2006………………………………. 36

C. Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) …….………………. 39

D. Menurut PP No 10 Tahun 1983……………………………….. 44

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN

POLIGAMI……………………………………………………… 50

A. Deskrifsi….…………………………………………………... 50

Page 8: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

B. Analisis …………………………………………….………… 55

BAB V PENUTUP…………………………………………………………. 68

Kesimpulan………………………………………………… ……. 68

Saran-Saran……………………………………………………...… 71

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 74

Page 9: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan perkawinan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan adalah membentuk keluarga (Rumah Tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.1 Oleh karena itu, untuk mewujudkannya

suami istri harus saling membantu dan saling melengkapi agar masing-masing dapat

berkembang guna mencapai kesejahteraan spiritual dan material.

Dari pengertian tersebut jelaslah terlihat bahwa dalam sebuah perkawinan

memiliki dua aspek yaitu:

1. Aspek Formil (Hukum), hal ini dinyatakan dalam kalimat ‘ikatan lahir

bathin’, yang artinya bahwa perkawinan disamping mempunyai nilai ikatan

secara lahir tampak, juga mempunyai ikatan lahir bathin yang dirasakan

terutama oleh orang yang bersangkutan dan ikatan bathin ini mempunyai inti

perkawinan itu;

2. Aspek Sosial Keagamaan, dengan disebutkannya ‘membentuk keluarga’ dan

berdasarkan ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’, artinya perkawinan mempunyai

1 Presiden Republik Indonesia, Undang-undang no. 1 Tahun 1974, bab. I, pasal. 1, h. 1

Page 10: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

hubungan yang erat sekali dengan kerohanian, sehingga bukan saja unsur

jasmani tapi unsur bathin berperan penting.2

Prinsip perkawinan menurut Undang-undang perkawinan tahun 1974 adalah

Monogami, sedangkan poligami merupakan pengecualian. Prinsip hukum Islam

mengatur kehadiran poligami sebagai hal yang mubah. Namun demikian dalam

pelaksanaan poligami tersebut harus dibarengi dengan keadilan terhadap isteri dengan

penuh tanggung jawab.

Al-Qur’an menerangkan poligami dalam surat An-Nisaa ayat 3:

“Maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi : dua, tiga atau empat.

Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”.(An Nisaa: 3)

Fenomena poligami dalam masyarakat, kebanyakan dipicu untuk melegalkan

hubungan cinta kepada yang lain untuk menjadi pasangan hidup yang kedua. Ketika

cinta sudah bersemi dilain hati, maka tak satu aral pun yang mencegal untuk

membina hubungan tersebut, namun apa yang terjadi dalam kasus tersebarnya video

2 Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), h. 10-11

Page 11: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

porno adegan mesum antara tokoh politik YZ dan penyanyi dangdut ME, seakan

memberi ruang introspeksi bahwa peraturan perundang-undangan yang kita punya

mungkin terlalu memberatkan untuk melegalkan cinta yang lain.3 Begitu juga

peristiwa heboh yang terjadi hampir bersamaan di negeri ini yaitu; keputusan da’i

kondang AA Gym untuk berpoligami.

Dari kalangan liberal dan penyeru feminisme seakan dengan poligaminya AA

Gym, mereka mendapatkan momentum memobilisasi emosional kaum hawa guna

menolak syari’at poligami dengan teriakan sekeras-kerasnya. Lebih-lebih, mereka

mendapatkan dukungan media yang lumayan banyak dan kompak. Ironisnya, mereka

juga memaknai dalil-dalil Al Quran dan hadits secara serampangan. Mereka

memahaminya dari persfektif gender quality yang bersemangat ‘dendam’ terhadap

laki-laki. Sehingga, yang muncul adalah pemikiran-pemikiran yang bersemangat

pemberontakan terhadap laki-laki dalam segala hal.4

Poligami dalam perundang-undangan dijelaskan pada pasal 3 ayat 2 undang-

undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan, yakni “Pengadilan, dapat memberi izin

kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh

pihak-pihak yang bersangkutan”. Apabila ditelaah, pasal tersebut memberikan

implikasi, bahwa poligami dapat dilakukan seorang pria dengan persyaratan undang-

undang.

3 Sulaiman Al-Kumayi, Aa Gym Diantara Pro - Kontra Poligami, Pustaka Adnan: Semarang,

cet. I, Januari 2007, h. 6 4 Ibid, h. 7

Page 12: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Persyaratan poligami tersebut diatur dalam undang-undang pada UU no. 1

tahun 1974 pada pasal 4 dan 5. Berikut juga mengenai tata cara pelaksanaanya dalam

peraturan pemerintah no. 9 tahun 1975 tentang penjelasan undang-undang 1 tahun

1974 bab VIII pasal 40-44. Kemudian juga dalam peraturan pemerintah no. 10 tahun

1983 mengenai pernikahan dan perceraian pegawai negeri sipil pada pasal 4 dan 5.

Selain itu diterangkan juga melalui instruksi presiden R.I no. 1 tahun 1991 tentang

penyebaran kompilasi hukum Islam bab IX pasal 55-59 yang dikenal dengan KHI.

Dari semua peraturan perundang-undangan yang mengatur poligami diatas

adalah latar belakang pengambilan keputusan ketika suami meminta izin poligami di

Pengadilan Agama.

Fakta menarik dalam masyarakat mengenai alasan-alasan poligami, cenderung

mengedepankan hal-hal materil yang menjadi tolak ukur kemampuan materi

berpoligami. Jika tidak mempunyai materi yang banyak, maka diharamkan poligami.

Padahal hal tersebut bukan tujuan terpenting yang dimaksud dalam esensi poligami

melainkan alasan-alasan itu sudah mendarah daging dalam mencermati poligami, atau

disebut dengan material –minded.

Alasan-alasan poligami yang terjadi di Pengadilan Agama, pada umumnya

sesuai dengan apa yang telah diungkapkan dalam undang-undang no. 1 tahun 1974

tentang perkawinan pasal 4 ayat 2 yakni diantaranya:

1. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri;

2. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan

Page 13: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

3. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

Namun pada faktanya, terdapat salah satu putusan yang dianggap di luar

ketentuan syarat diatas seperti alasan yang terjadi di Pengadilan Agama Jakarta

Selatan dalam memberikan putusan izin poligami. Diantaranya alasan-alasan tersebut

sesuai dengan pasal 4 ayat 2 UU.no.1 tahun 1974 tentang perkawinan diatas, namun

terdapat juga alasan-alasan diluar ketentuan undang undang yang tertulis secara

formil.

Melihat dari esensi UU no. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam pasal 4

ayat 2 dan pasal 5 juga diterangkan dalam PP no. 9 tahun 1975 tentang penjelasan

dari UU no. 1 tahun 1974 adalah meskipun syarat-syarat kumulatif telah terpenuhi,

tidak menjadi kebolehan secara langsung mengabulkan permohonan termohon karena

alasan yang dimaksud dalam izin poligami juga ada syarat-syarat alternatif.

Begitupun ketika alasan syarat-syarat alternatif telah terpenuhi sedangkan suami tidah

memenuhi persyaratan kumulatif, maka menjadi ketidakbolehan mengabulkan

permohonan termohon untuk berpoligami.

Karena syarat yang tertulis pada pasal 4 ayat 2 adalah bentuk dasar

aktualisasi hukum tetap dan juga sebagai asas untuk meminimalisir terjadinya

poligami yang tidak disertakan dengan alasan yang tepat. Maka timbul persepsi

ketidakkonsistenan Peradilan Agama dalam memberikan izin poligami karena secara

Page 14: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

fakta mengizinkan pemohon berpoligami meskipun tidak sesuai dengan ketentuan

alasan perundang-undangan diatas.

Melihat kenyataan diatas, melalui pengamatan sementara penulis bahwa

adanya indikasi ketidakkonsistenan hakim di Pengadilan Agama Jakarta Selatan

dalam memberikan izin poligami melalui putusan-putusan yang ada. Karena kondisi

obyektif putusan perkara di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, terdapat putusan yang

diantaranya tidak disertakan alasan yang jelas sehingga perlu diteliti dengan akurat.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih

dalam tentang izin poligami yang ada di Pengadilan Agama. Dalam hal ini penyusun

beri judul:

“ANALISIS YURIDIS IZIN POLIGAMI DALAM PUTUSAN

PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, melihat adanya putusan yang tidak disertai alasan

yang tepat pada putusan hakim dengan nomor perkara 851/Pdt.G/2004/PAJS,

Sehingga timbul persepsi ketidakkonsistenan hakim dalam memberikan izin

poligami, maka penelitian ini terbatas pada alasan-alasan apa yang menjadi

Page 15: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

pertimbangan majelis hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan dalam mengabulkan

izin poligami.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

a. Bagaimanakah pengaturan poligami dalam hukum Islam?

b. Bagaimana undang-undang mengatur poligami?

c. Apakah hasil keputusan Pengadilan Agama telah konsisten dengan hukum Islam

dan peraturan perundang-undangan?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk memberikan gambaran yang utuh tentang pengaturan poligami dalam Islam

dan hukum perkawinan di Indonesia.

b. Untuk memberikan gambaran yang utuh dalam menganalisa putusan izin poligami.

2. Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Hakim untuk meninjau lagi alasan-

alasan pemberian izin poligami.

b. Menjadi bahan kajian pemerintah agar meninjau kembali undang-undang

perkawinan yang dianggap kurang tegas dalam memberikan acuan izin poligami.

D. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian normatif. yaitu, penelitian tehadap asas-

asas hukum yang tercantum dalam undang-undang dengan pendekatan case

Page 16: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

approach. Hal ini karena pendekatan kajiannya adalah perundang-undangan.

Kemudian metode yang digunakan adalah metode deskriptif-analisis dimana peneliti

akan mendeskripsikan masalah, setelah itu menganalisanya.

1. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua jenis. Yaitu:

a. Data Primer. Yaitu didapat dari putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan

wawancara dengan juru bicara Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan

b. Data Sekunder. Yaitu data-data kepustakaan atau dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan masalah yang diajukan. Dokumen-dokumen yang dimaksud

antara lain: Al Qur’an, Al Hadits, buku-buku karangan ilmiah, perundang-

undangan, dan peraturan pemerintah yang lainnya yang erat kaitannya dengan

masalah yang diajukan.

3. Tehnik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tehnik

analisis kualitatif. Ini karena mempergunakan analisis isi berupa data dokumen,

naskah, dan literatur lainnya.

Adapun tehnik penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan

karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah Dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta cet. I, Januari 2007.

E. Sistematika Pembahasan

Agar lebih terarah dalam pembahasan skripsi ini, penulis membuat

sistematika sesuai dengan kebutuhan masing-masing bab dan membaginya menjadi

Page 17: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

lima bab. Masing-masing bab dimungkinkan terdiri dari beberapa sub bab yang

merupakan penjelasan dari bab tersebut. Adapun sistematika penyusunannya yaitu:

BAB KESATU Bab ini berisi pembahasan tentang latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, review studi terdahulu, methode penelitian, dan

sistematika pembahasan.

BAB KEDUA Bab ini berisi tentang tinjauan umum tentang poligami.

Pembahasan ini dimaksudkan untuk memperoleh konsep dasar

yang berkenaan dengan pokok masalah penelitian beserta

tinjauan dari berbagai hukum yang berlaku.

BAB KETIGA Berbicara mengenai izin poligami, Pembahasan ini

dimaksudkan untuk memperoleh konsep dasar dalam

mempertajam analisis. Bab ini mencakup poligami dalam UU

No. 1 Tahun 1974, UU No. 3 Tahun 2006, dan Kompilasi

Hukum Islam. berikut juga PP No 10 Tahun 1983 tentang

perkawinan dan perceraian bagi pegawai negeri sipil..

BAB KEEMPAT Berisi tentang analisis terhadap putusan Hakim di Pengadilan

Agama tentang perizinan poligami. Bab ini merupakan inti

pembahasan dalam skripsi ini, yang dimaksudkan untuk

memperoleh jawaban yang konkrit dari pokok masalah serta

Page 18: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

mengantarkan pada bab selanjutnya. Bab ini mencakup tentang

deskripsi kasus dan analisis.

BAB KELIMA Merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan

saran-saran.

Page 19: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG POLIGAMI

A. Pengertian Poligami

Kata “poligami” berasal dari bahasa Yunani pecahan kata dari “poly” yang

artinya banyak, dan “gamein” yang berarti pasangan, kawin atau perkawinan. Secara

epistemologis poligami adalah “suatu perkawinan yang banyak” atau dengan kata

lain adalah suatu perkawinan yang lebih dari seorang, seorang laki-laki yang

memiliki isteri lebih dari satu isteri pada waktu bersamaan.5 Dalam kamus besar

bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengertian poligami adalah ikatan perkawinan

yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenisnya dalam

waktu yang bersamaan. Sedangkan berpoligami adalah menjalankan atau melakukan

poligami.6

Dalam Islam poligami dikenal dengan istilah ta’adudu zaujah yang artinya

adalah bertambahnya jumlah istri.7 Dengan demikian poligami dapat dikatakan

perkawinan yang tak terbatas. Term ini sebenarnya punya makna umum, yaitu

5 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai

Pustaka 1998), h. 799 6 W. J. S Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka 1984),

h. 693 7 Muhammad Jawad Mughniyah, terjemah al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-Khomsah, penejemah:

Masykur A.B Afif Muhmmad, Idrus al-Kaf terbitan Dar al-Jawal Beirut, (PT Lentera Basritama) cet. V 2005, h. 332

Page 20: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

memilki dua orang atau lebih isteri dalam waktu yang bersamaan. Adapun kebalikan

dari bentuk perkawinan seperti ini adalah monogami yaitu perkawinan dimana suami

hanya memiliki satu orang isteri.8

Dalam Islam poligami mempunyai arti mempunyai isteri lebih dari satu,

dengan batasan umum yang telah ditentukan. Al- Quran memberi penjelasan empat

untuk jumlah isteri meskipun ada yang mengatakan lebih dari itu. Perbedaan tersebut

disebabkan karena perbedaan penafsiran tentang ayat yang menyatakan

diperbolehkannya poligami.

Dasar penetapan hukum poligami sendiri terpengaruh dengan proses sejarah

poligami dan juga hal- hal yang berkaitan dengan konsep tujuan berpoligami.

Bangsa Arab dan non-Arab sebelum Islam datang sudah terbiasa berpoligami.

Ketika Islam datang, Islam membatasi jumlah isteri yang boleh dinikahi. Islam

memberi arahan untuk berpoligami yang berkeadilan sejahtera. Dalam Islam poligami

bukan wajib, tapi mubah, berdasar antara lain firman Allah SWTdalam surat An-

Nisaa’ ayat 3.9

Sayyid Qutb berpandangan bahwa sering kali terjadi dalam kehidupan hal-

hal yang tidak dapat dipungkiri dan dilewatkan keberadaannya, seperti halnya;

melihat masa subur laki-laki yang berlangsung sampai umur 70 tahun atau diatasnya,

sementara kesuburan seorang perempuan berhenti ketika sudah mencapai umur 50

8 Bibit Suprapto, Liku-Liku Poligami, (Yogyakarta : Al –Kutsar 1999), cet. I h. 71 9 Hartono Ahmad Jaiz, Wanita Anatara Jodoh, Poligami Dan Perselingkuhan, (Pustaka Al-

Kautsar: Jakarta 2007), Cet. I, h. 119

Page 21: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

tahun atau sekitarnya, maka dari itu terdapat jarak waktu 20 tahun masa subur laki-

laki dibanding masa subur perempuan.10

Selain itu menyikapi kondisi faktual kemandulan seorang istri, ketika seorang

laki-laki mendapatkan perempuan mandul dan pada waktu itu pula ia mengakui

kemandulannya, di lain pihak ia mendambakan keluarga sejahtera yang memiliki

anak-anak sehat dan lucu, maka, tidak dapat dipungkiri menyadari atas

kekurangannya ia akan merelakan suaminya untuk berkeluarga lagi dengan harapan

berlanjutnya jalinan kekeluargaan antara dirinya dengan suaminya walaupun ia akan

memendam kesesalan dan kesusahan dalam dirinya.

Timbul alasan ini akan meneruskan hubungan persaudaraan dan kehidupan

yang sejahtera serta mengontrol masyarakat dari keberpihakan kepada desakan

kepentingan dan keinginan yang beragam.11

Opini masyarakat Islam mengenai kebolehan berpoligami yaitu, anggapan

jumlah perempuan yang semakin bertambah dibanding jumlah laki-laki yang ada

tersebutkan dalam rasio perbandingan 1:3. Dengan alasan tersebut para ulama

berpendapat bahwa tujuan ideal Islam dalam perkawinan adalah monogami. Tentang

konsep poligami yang jelas-jelas tertulis dalam Al- Qur’an itu, menurut sebagian

mereka hanyalah karena tuntutan zaman ketika masa nabi, yang ketika itu banyak

anak yatim atau janda, yang ditinggal bapak atau suaminya. Sedang sebagian

pendapat yang lain kebolehan poligami hanyalah bersifat darurat atau kondisi

10 Abu Usamah Muhyidin, Abu Hamid, Legalitas Poligami Menurut Sudut Pandang Ajaran

Islam, (Yogyakarta, Sketsa: 2006), cet. I, h. 28 11 Ibid, h. 31-32

Page 22: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

terpaksa, sembari mengingatkan, agama adalah kesejahteraan (maslahah) bagi

pemeluknya. Sebaliknya, agama mencegah adanya darurat atau kesusahan. Darurat

dikerjakan hanya kalau sangat terpaksa. Ditambahkan dari kondisi ini, satu hal yang

perlu dicatat, menolak kesusahan atau kemudharatan harus didahulukan daripada

mendapatkan kesejahteraan (kemaslahatan).12

Mukti Ali, pada saat menjabat sebagai Menteri Agama menyatakan bahwa,

mengibaratkan sebuah pesawat terbang yang telah mempunyai peralatan navigasi

yang seba komplit dengan crew-nya yang cukup. Tetapi pesawat itu tidak

diperkenankan terbang kalau tidak dilengkapi dengan ‘pintu darurat’. Jadi di samping

pintu biasa, pesawat itu harus memiliki pintu darurat. Oleh karena itu, kalau orang

hendak keluar/masuk atau naik pesawat terbang harus mempunyai pintu biasa, jangan

melalui pintu darurat. Kecuali dalam keadaan yang sangat terpaksa, maka pintu

darurat itu dibuka, dan ke sanalah dengan segala persiapan orang baru keluar pesawat

terbang. Begitupun dengan poligami itu bukan suatu yang diperintahkan begitu saja,

tetapi memiliki hukum dan aturan tertentu.13

Penetapan dasar hukum selain surat An- Nisaa ayat 3 mengenai kebolehan

poligami, juga didasari oleh aspek-aspek perundang-undangan yang ada. Dalam pasal

3, 4, dan 5 UU No.1 tahun 1974 sangat mengakomodir semua hal yang bersangkutan

mengenai poligami karena jelas tertera alasan-alasan yang dimaksud, berikut juga

persyaratan-persyaratannya.

12 Hartono Ahmad Jaiz, Wanita Anatara Jodoh, Poligami Dan Perselingkuhan, h. 117 13 Mukti Ali dalam Arso Sosroatmodjo dan A. Wasit Aulawi, Hukum Perkawinan Islam, h. 33

Page 23: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

B. Tradisi Praktek Poligami Sepanjang Sejarah

Poligami sama tuanya dengan sejarah kehidupan manusia, yaitu sebelum

agama Islam datang. Sehingga dapat dikatakan bahwa poligami merupakan hal yang

biasa terjadi atau telah menjadi kebiasaan dalam masyarakat.

Poligami sudah berlaku sejak jauh sebelum datangnya Islam. Orang-orang

Eropa yang sekarang kita sebut Russia, Yugoslavia, Cekoslovakia, Jerman, Belgia,

Belanda, Denmark, Swedia, dan Inggris semuanya adalah bangsa-bangsa

berpoligami. Demikian juga bangsa timur seperti bangsa Ibrani dan Arab, mereka

juga berpoligami. Karena itu tidak benar apabila ada tuduhan bahwa Islamlah yang

melahirkan aturan tentang poligami, sebab nyatanya aturan poligami yang berlaku

sekarang ini juga hidup dan berkembang di negeri-negeri yang tidak menganut Islam,

seperti Afrika, India, China, dan Jepang. Tidaklah benar kalau poligami hanya

terdapat di negeri-negeri Islam.14

Di India praktek poligami sangat dominan terutama di kalangan kerajaan,

pembesar, atau oarang-orang kaya. Bagi mereka poligami merupakan peraturan

alternatif jika istrinya mandul atau dianggap pemarah atau emosional. Di kalangan

bangsa mesir kuno poligami dianggap hal yang wajar asalkan calon suami berjanji

akan membayar sejumlah uang yang cukup banyak kepada istri pertama jika nanti

14 Hasan Aedy, Poligami Syaria’ah Dan Perjuangan Kaum Perempuan, Alfabeta: Bandung,

Cet. I, Agustus 2007, H. 60

Page 24: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

suami berpoligami. Apabila nanti dia menikah lagi, dia terkena peraturan yang

berlaku.15

Bentuk poligami yang dilakukan, ada dalam bentuk seorang laki-laki

mengawini lebih dari seorang wanita, dan ada dengan bentuk seorang laki-laki yang

telah mempunyai seorang isteri atau lebih, juga mempunyai seorang atau beberapa

gundik. Gundik-gundik ini kadang-kadang mempunyai fungsi sebagai isteri.16

Dalam aturan “Likci” China, poligami dibolehkan sampai 130 (seratus tiga

puluh) isteri. Bahkan salah seorang raja China mempunyai 30.000 isteri.17 Begitu

juga bangsa Babylonia, India, Syiria, dan Mesir, sebagian bangsa tersebut tidak

memiliki batas tertentu dalam jumlah nominal isteri.

Seperti dikatakan sebelumnya, poligami juga tidak hanya ada pada suku

bangsa beragama Islam, tetapi juga pada suku bangsa beragama Kristen yang pada

dasarnya tidak melarang poligami, karena tidak ada keterangan yang jelas mengenai

pelarangan poligami dalam kitab injil.18

Agama Nasrani pada mulanya tidak mengharamkan poligami karena tidak ada

satu ayat pun dalam Injil yang secara tegas melarang poligami. Apabila orang Kristen

di Eropa melaksanakan monogami tidak lain hanyalah karena kebanyakan bangsa

Eropa -yang kebanyakan Kristen- pada mulanya seperti orang Yunani dan Romawi

15 Musfir Aj Jahrani, Poligami Dari Berbagai Persepsi, (Gema Insani Press: Jakarta 1997),

cet. 2, h. 35 16 Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta : Bulan Bintang,

1974), cet. I, h. 31 17 Abdullah Nasih ‘Ulwan, Hikmah Poligami Dalam Islam, (Jakarta: Studio Press, 1997), h.

11 18 Ibid, h.11-12

Page 25: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

sudah lebih dulu melarang poligami, mengikuti kebiasaan nenek moyang mereka

yang melarang poligami. Dengan demikian peraturan tentang monogami atau kawin

dengan satu orang isteri bukanlah peraturan dari agama Kristen yang masuk ke negeri

mereka, tetapi monogami adalah peraturan lama yang sudah berlaku sejak mereka

menganut agama berhala. Gereja hanya meneruskan larangan poligami dan

menganggapnya sebagai peraturan dari agama.19

Pelarangan poligami oleh agama Kristen cenderung mengikuti tradisi yang

berlaku di wilayah dimana agama Kristen itu berkembang, seperti di Eropa,

masyarakat disana cenderung kepada monogami karena menurut mereka monogami

lebih menjamin akan terjaganya keutuhan keluarga. Berdasarkan hal tersebut tokoh-

tokoh kristen memberikan penafsiran ayat-ayat yang menjelaskan masalah

perkawinan, sehingga akhirnya poligami dipandang haram padahal pengharaman

poligami di Eropa tersebut menyebabkan terjadinya perzinahan, perselingkuhan, dan

pelacuran dimana-mana.

C. Pengaturan Poligami Dalam Hukum Islam

a. Hukum Poligami Dalam Islam

Saat ini sudah merupakan hal yang biasa dan patut disesalkan, bahwa kaum

muslimin dewasa ini banyak menentang poligami. Poligami dituduh sebagai

pemboros harta atau sebagai pengumbar nafsu yang berlebihan dan tuduhan-tuduhan

lain yang menempatkan poligami pada tempat yang buruk. Hal ini membuktikan

bahwa orang-orang yang membenci Islam telah berhasil menyebarkan isu bahwa

19 H.S.S Al- Hamdani, Risalatun Nikah (Risalah Nikah), Raja Murah, Pekalongan, 1980, h. 72

Page 26: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

poligami adalah eksploitasi golongan laki-laki terhadap golongan perempuan yaitu

hanya memuaskan hawa nafsu mereka. Padahal poligami merupakan hal yang telah

umum dan telah disyari’atkan oleh Islam.20

Secara konkrit Islam tidak membahas hukum poligami dan tidak

mensyariatkan praktiknya kepada para pengikutnya. Realitas poligami telah

berlangsung dalam kehidupan umat serta masyarakat terdahulu, juga berlangsung di

dalam lingkungan pemeluk agama Samawi yang lain, dan tradisi masyarakat Arab

Jahiliyah, akan tetapi belum terdapat dalam realitas kehidupan mereka batasan-

batasan yang benar serta panduan hukum yang baik terhadap praktik ini.21

Kedatangan Islam tidak ditujukan untuk memberikan legalitas penuh atas

praktik poligami akan tetapi tujuannya adalah untuk memberikan batasan-batasan

keberadaannya serta membimbing kaum laki-laki berperilaku adil terhadap para istri.

Di lain pihak Islam datang dan memasuki ruang dari permasalahan ini dengan

perbaikan-perbaikan dan syarat-syarat yang khusus, memberikannya landasan terarah

untuk memandu dan membatasi semua keburukan serta bahaya yang senantiasa

terjadi pada masyarakat. Merumuskan undang-undang yang terperinci untuk menjaga

hak-hak kaum perempuan yang senantiasa terlupakan serta melestarikan kehormatan

mereka yang senantiasa tertindas.22

20 Eni Setiani, Editor: Dra. Eni Setiani, Muhammad Hamzah, Hitam Putih Poligami

(Menelaah Perkawinan Poligami Sebagai Sebuah Fenomena), Cisera Publishing Jakarta: Cet I Januari 2007, h. 27

21 Ibid, h. 28 22 Abu Usamah Muhyidin Abdul Hamid, Legalitas Poligami Menurut Sudut Pandang

Islam, h. 2

Page 27: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Dapat disimpulkan bahwa hukum poligami dalam Islam adalah kebolehan

yang bersyarat. Sumbernya terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hal ini

sebagaimana tertulis dalam Al-Qur’an itu sendiri pada surat An-nisa ayat 3 yang

membolehkan poligami dengan syarat hanya dengan empat orang istri dan bisa

berlaku adil.

“Maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi : dua, tiga atau empat.

Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja. (An Nisaa: 3)

M. Quraish Shihab berpendapat bahwa ayat poligami tidak menganjurkan

apalagi mewajibkan poligami. Tetapi ia hanya berbicara tentang bolehnya poligami,

dan itu pun merupakan pintu kecil yang hanya dapat dilalui oleh siapa yang sangat

amat membutuhkan dengan syarat yang tak ringan.23

b. Syarat Poligami Dalam Islam

Berdasarkan ketentuan Al-Qur’an, poligami terbatasi dengan syarat-syarat.

syarat tersebut terbagi dalam tiga faktor:

1. Faktor Jumlah

Aturan tentang poligami memang sudah dikenal dan berlaku dalam kabilah-

kabilah Arab zaman jahiliyah tanpa batasan tertentu. Telah di katakan juga bahwa ada

23 M. Quraish Shihab, Perempuan: dari cinta sampai seks, dari nikah mut’ah sampai nikah

sunnah, dan dari bias lama sampai bias baru, (Jakarta; Lentera Hati, 2005), h. 165-166

Page 28: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

hadist yang mengatakan terdapatnya poligami di kalangan orang-orang arab ketika

mereka memeluk agama Islam dan tanpa pembatasan jumlah.24 Namun setelah Islam

datang membatasi poligami dengan hanya empat orang istri.

Dalam fiqh lima mazhab, Muhammad Jawad Mughniyah berkomentar tentang

poligami yang dibahasakan dengan ‘jumlah istri’. Bahwa semua mazhab sepakat

tentang seorang laki-laki boleh beristri empat dalam waktu bersamaan, dan tidak

boleh lima berdasarkan keterangan surat an-Nisaa ayat 3.25 Adapun mengenai

pembahasan selanjutnya tentang poligami tidak dituangkan dalam komentarnya

tersebut. Melainkan tentang perceraian keempat orang istri yang sudah dinikahi

melalui uraian pendapat Imamiyah dan Syafi’i.

Sunnah nabi yang sahih telah menguatkan bahwa jumlah maksimal istri

adalah empat orang sebagai berikut:

أسلمت وعندى ثمان : عن الحارث بن قيش ألسدي قال إختر منهن أربعا : بي فقال النبينسوة، قال فذآرت ذالك للن

)رواه إبن ماجه(

“Dari Harist bin Qays al Asadi ra. Dia berkata: “Aku masuk Islam sedang aku mempunyai isteri delapan. Lalu diberitahukan kepada nabi SAW. maka nabi bersabda: pilihlah empat orang diantara mereka.” (HR Ibnu Majah).

24Musfir Aj Jahrani, Poligami Dari Berbagai Persepsi, h. 52 25 Muhammad Jawad Mughniyah, terjemah al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-Khomsah, penejemah:

Masykur A.B Afif Muhmmad, Idrus al-Kaf terbitan Dar al-Jawal Beirut, (PT Lentera Basritama) cet. V 2005, h. 332-333

Page 29: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

2. Faktor Nafkah

Nafkah mencakup makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan alat-alat

rumah tangga yang umum. Laki-laki yang ingin menikah pertama-tama harus mampu

menyediakan biaya untuk menafkahi wanita yang akan dinikahinya. Menurut syari’at

Islam Jika seorang laki-laki belum memiliki sumber rezeki untuk menafkahi istri, dia

belum boleh kawin, sesuai sabda Rasulullah berikut ini:

رواه ( يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج )مسلم

“Wahai sekalian pemuda.. siapa diantara kamu yang telah mampu memikul

beban nafkah hendaklah ia kawin”. (HR. |Muslim) Berdasarkan syara’ seorang laki-laki belum dibolehkan menikah jika belum

mampu memberikan nafkah. Begitu pula, laki-laki yang sudah mempunyai istri satu

tetapi belum mampu memberikan nafkah yang layak, maka dia tidak boleh

berpoligami. Dengan demikian, tidak ada ikhtilaf diantara fuqoha tentang kewajiban

suami terhadap istrinya, baik makanan, pakaian, tempat tinggal, dan kebutuhan-

kebutuhan lainnya. 26

3. Berbuat Adil Diantara Istri-Istri

Surat An-Nisa ayat 3 merupakan dasar keadilan yang harus ditegakkan.

Keadilan yang dimaksud adalah keadilan yang mampu diwujudkan manusia dalam

26 Musfir Aj Jahrani, Poligami Dari Berbagai Persepsi, h. 58

Page 30: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

kehidupan sehari-harinya, yaitu sandang pangan, rumah tempat tinggal, dan

perlakuan yang layak terhadap mereka masing-masing.27

Sementara itu, keadilan yang berkenaan dengan aspek bathiniyah yaitu

masalah cinta, kasih sayang dan selera (hasrat seksual) merupakan perkara yang

mustahil direalisasikan oleh manusia.

⌧ ☺ ☺ ⌧

☺ ⌧

⌧ ⌧ ☺

Artinya: “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-

isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, Karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nisa: 129)

Dalam hal ini pasti setiap orang memiliki kecenderungan hati atau sikap

condong kepihak tertentu. Meskipun begitu adanya tetap harus diupayakan sekuat

mungkin usaha adil dalam menggauli istri-istri yang memang di amanatkan Allah

SWT.

اهللا

Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya.” (Al Baqarah: 286)

27 Ibid, h.58

Page 31: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Abdullah bin Abbas r.a28 menafsirkan surat An-Nisa ayat 129 tentang

keadilan dengan pernyataan bahwa adil yang di maksud dalam ayat tersebut adalah

adil dalam hubb (cinta) dan jima’ (persetubuhan suami istri). Apabila seorang muslim

ingin berpoligami sedangkan ia yakin bahawa dirinya tidak mampu menerapkan

keadilan diantara istri-istrinya dalam masalah kebutuhan materi, maka itu adalah dosa

di sisi Allah, dan wajib baginya untuk tidak kawin lebih dari seorang istri. Rasulullah

bersabda:

يوم جاء بينهما، يعدل فلم إمرأتان الرجل عند آان ذاإ ساقط قهوش القيامة

“Apabila ada seorang laki-laki mempunyai dua orang istri dan dia tidak berlaku adil di antara keduanya, maka dia akan datang pada hari kiamat dengan badan yang miring”.29

Mahmud Syaltut dalam argumennya menerangkan poligami pada intinya

adalah keadilan. Bagi seorang Mu’min yang tidak takut akan pertengkaran dan

perpecahan dalam rumah tangga diperbolehkan poligami Karena sikap adil selalu

dibutuhkan dalam pertengkaran rumah tangga poligami. Sepatutnya untuk

menghindari ketakutan keadaan seperti ini seorang Mu’min dianjurkan untuk

menikahi seorang perempuan saja.30

28 Musfir Aj Jahrani, Poligami Dari Berbagai Persepsi, h. 59 29 Ibnu Atsir, Jami’ul Ushul, Juz 11, h. 515 30 Abu Usamah Muhyidin Abdul Hamid, Legalitas Poligami Menurut Sudut Pandang Islam,

H. 55-56

Page 32: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Dalam ranah ahli-ahli fiqh lain, memang ada kondisi pribadi yang membuat

poligami menjadi suatu yang mendesak untuk dilakukan. Di antaranya adalah

besarnya dorongan seksualitas yang tidak cukup dengan hanya satu istri. Istri mandul,

istri menderita sakit yang berkepanjangan yang tidak memungkinkanya bersetubuh,

atau karena ketidaksenangan yang tidak dapat diubah. Suami bersangkutan enggan

menceraikan istrinya. Ia tidak mau pergaulan yang sudah lama dengan istrinya

berakhir dengan perceraian. Ini merupakan perasaan terpuji, sekalipun tidak

mendatangkan kebahagiaan bagi istrinya. Tapi perlu digarisbawahi bahwa hal ini

tidak boleh di sisi Allah SWT dan merupakan faktor yang meniscayakan perceraian

jika istri memintanya.31

Muhammad Abduh yang dianggap ulama kontemporer penolak poligami

memberikan alsaan yang riil tentang keadilan bahwa poligami pada dasarnya boleh.

Namun yang menjadi persoalan adalah kemampuan seseorang untuk berlaku adil bagi

istri-istrinya. Zaman sekarang sangat sulit bahkan tidak ada orang yang dapat berlaku

adil bagi istri-istri mereka. Banyak orang yang berpoligami meninggalkan istri

pertama dan juga anak-anaknya. Istri muda lebih mereka cintai diatas segalanya.

Akibatnya, perhatian dan curahan kasih sayang mereka lebih terfokus kepada istri

muda. Sementara itu, karena perhatian kurang dari suami terhadap istri tua,

menyebabkan mereka (para istri tua) memilih jalan urban (pindah rumah) ke daerah

lain, guna membesarkan dan mendidik anak-anak mereka. Dalam kebutuhan seksual

31Abdul-Ghani Abud, Qadiyath Al-Hurriyah wa Qadhaya ukhra, buku ketujuh dari rangkaian

karya ilmiyah dengan tema Al-Islam wa Tahaddiyat Al-Ashri (Islam dan Berbagai tantangan zaman), cet. I, (Daar el-Fikr al-Arabiy, 1978), h. 74-76

Page 33: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

pun, sudah dipastikan tidak bisa adil. Kecenderungan mereka jelas kepada istri muda.

Karena sisi pelayanan yang lebih greget dari para istri tua. Hal ini berakibat juga pada

kebutuhan materi. Karena memperoleh ‘service’ yang lebih dari istri muda, suami

akan selalu memberi sesuatu yang istimewa pula terhadap istri muda. Kalau seperti

ini, jelas istri tua yang dirugikan dan tidak bisa tampil keadilan yang diinginkan.32

Lain halnya dengan pandangan Quraish Shihab mengenai keadilan. Ia melihat

keadilan dalam surat An-Nisa ayat 129 mengisyaratkan bahwa keadilan yang tidak

dapat dicapai itu adalah keadilan dari segi kecenderungan hati yang memang berada

diluar kemampuan manusia. Sebelum menutup mati pintu poligami, perlu diketahui

bahwa poligami yang mengakibatkan dampak buruk seperti terjadinya pelanggaran

ketentuan hukum, bukanlah alasan yang tepat untuk membatalkan ketentuan hukum

itu. Apalagi pembatalan tersebut mengakibatkan dampak buruk bagi masyarakat.

Munculnya wanita simpanan serta pernikahan-pernikahan dibawah tangan,

mempunyai dampak yang sangat buruk bagi masyarakat, lebih-lebih terhadap

perempuan.33 Jika memang poligami dibangun atas itikad baik menurut ketentuan

syarat yang berlaku mengapa tidak jika kemaslahatan kedua belah pihak adalah

solusinya.

Praktek poligami Rasulullah SAW merupakan praktek poligami perspektif

Islam yang senantiasa menjadi panutan harus yang ditiru oleh umatnya. Tidak sedikit

32 Fiqh Realitas, Respon Ma’ahad Aly Terhadap Wacana Hukum Islam Kontemporer, Editor:

Dr. Abu Yasid LI.M., Pustaka Pelajar Yogyakarta, cet: I September 2005, h. 348 33 M. Quraish Shihab, Perempuan: dari cinta sampai seks, dari nikah mut’ah sampai nikah

sunnah, dan dari bias lama sampai bias baru. h. 177

Page 34: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

pula orang Islam yang keliru memahami praktek poligami tersebut. Ada anggapan

bahwa nabi berpoligami dengan tujuan memuaskan nafsu seksualnya seperti

kebanyakan yang dilakukan orang pada umumnya. Padahal dari istri Rasul hanya

Aisyah yang masih gadis ketika dinikahi, selainnya adalah para janda tua. Maka dari

itu kekeliruan ini harus diluruskan, karena poligami nabi sering dijadikan dalil

pembenaran bagi kebolehan poligami dalam masyarakat muslim.34

Menurut Muhammad Al Ghazali pernikahan Rasulullah dengan para istrinya

dilandasi beberapa alasan diantaranya karena semata didorong kondisi mereka

masing-masing (mereka memelihara anak yatim), karena kebijaksanaan dan

kepentingan beliau dalam menghadapi kaum tertentu, untuk amar ma’ruf nahi’

munkar, yang kesemuanya dalam rangka memperkokoh dakwah Islam.35

Terlepas dari alasan apapun, nabi Muhammad SW sendiri adalah manusia

mulia yang ma’sum yang dijauhkan Allah dari kesenangan nafsu duniawi. Berbeda

dengan manusia-manusia lain. Dalam hal ini Allah menjelaskan kekhususannya

dalam Al Qur’an:

☺ ☺

⌧ ☺

34 Hasan Aedy, Poligami Syaria’ah Dan Perjuangan Kaum Perempuan, h. 24 35 Khaeron Sirin, Artikel Membangun Masyarakat Madani, Al-Burhan:PTIQ, 2007, H. 18

Page 35: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

⌧ ☺ ⌧

⌧ ⌧ ☺

Artinya: “ Hai nabi, Sesungguhnya kami Telah menghalalkan bagimu isteri-

isterimu yang Telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada nabi kalau nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya kami Telah mengetahui apa yang kami wajibkan kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al Azhab: 50).

c. Sekilas Poligami Di Negara Muslim

Salah satu fenomena abad ke-20 didunia Muslim adalah adanya usaha

pembaharuan hukum keluarga (perkawinan, perceraian dan warisan). Sampai tahun

1996 di negara Timur Tengah misalnya hanya tinggal lima negara yang belum

Page 36: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

memperbaharui hukum keluarga, bahkan negara-negara ini pun sedang dalam proses

pembuatan draft, yakni Emirat Arab,Saudi Arabia,Qatar, Bahrai, dan Oman36

Di dunia Islam pada umumnya kecenderungannya adalah sama yaitu

membatasi terjadinya poligami dan pembatasan itu bervariasi bentuknya dari cara

yang paling lunak sampai paling tegas. Di Libanon, berdasarkan hukum keluarga

yang diberlakukan kerajaan Turki Usmani pada tahun 1917, poligami tidak dilarang

tetapi diharapkan menerapkan prinsip keadilan kepada para isteri. Di Maroko,

berdasarkan UU Status Pribadi tahun1958 juga demikian halnya.37

Cara lain bagi pembatasan poligami ialah dengan pembuatan perjanjian. Isteri

diberi hak untuk meminta suami ketika melangsungkan perkawinan agar membuat

perjanjian bahwa jika ia ternyata nanti nikah lagi dengan wanita lain maka si isteri

dapat langsung meminta cerai kepada pengadilan atau dengan sendirinya jatuh talak

satu apabila yang melanggar itu pihak isteri. Hal ini disebutkan misalnya dalam pasal

19 Hukum Keluarga Yordania No. 61 tahun 1976 yang diubah dengan UU 31 Status

Pribadi Maroko tahun 1958.38

Di Pakistan Poligami hanya boleh dilakukan setelah mendapat izin dari isteri

pertama dan Dewan Hakam (arbitrasi) yang dibentuk untuk menyelidiki hal itu. Bagi

36 Dowound El Alami dan Doreen Hinchcliffe, Islamic Merrige and Divorce Laws of The

Arab World (London. the Hague, Boston: Kluwer Law International, 1996), h. 4 37 Atho Muzdhar, Khairuddin Nasution (Editor),Hukum Keluarga Di Dunia Islam Modern

(Studi Perbandingan Dan Keberanjakan UU Modern Dari Kitab-Kitab Fiqh), Ciputat Press 2003, h. 214

38Ibid, h. 215

Page 37: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

pelanggarnya, atas pengaduan, dapat dihukum penjara maksimal satu tahun atau

denda 5000 Rupis atau kedua-duanya.39

Di Turki modern, berdasarkan UU Sipil tahun 1926, poligami sama sekali

dilarang dan apabila terjadi maka perkawinan itu dinyatakan tidak sah. Di Tunisia,

berdasarkan UU tahun 1956 yang telah diubah dengan UU tentang Status pribadi

tahun 1981, larangan poligami itu lebih tegas lagi. Pasal 18 UU itu menyatakan

bahwa laki-laki yang melakukan poligami dihukum kurungan selama setahun dan

denda sebesar 240.000 Frank. Tunisia berpendapat bahwa poligami tidak dikehendaki

oleh Al-Qur`an sendiri. Semua aturan pembatasan dan pelarangan poligami yang

tidak dikenal dalam kitab-kitab fikih itu diberlakukan untuk melindungi hak-hak

wanita.40

39 Atho Muzdhar, Khairuddin Nasution (Editor),Hukum Keluarga Di Dunia Islam Modern

(Studi Perbandingan Dan Keberanjakan UU Modern Dari Kitab-Kitab Fiqh), h. 216 40 Ibid, h. 216

Page 38: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

BAB III

MASALAH POLIGAMI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN DI

INDONESIA

A. Menurut UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan PP No. 9 Tahun

1975 Tentang Pelaksanaan UU No. 1 tahun 1974

Undang –undang no 1 tahun 1974 ini merupakan pengaturan permasalahan

perkawinan atau sejenisnya dalam kerangka hukum yang baku. Hal ini bisa menjadi

pedoman atau acuan menyelesaikan permasalahan perkawinan. Dalam undang-

undang ini poligami diterangkan dalam pasal 3 ayat 2, pasal 4 ayat 1 dan 2, dan pasal

5 ayat 1 dan 2. Kasus poligami yang apabila terjadi, maka pengadilan merujuk

undang-undang ini karena semua ketetapan hukum poligami tertera dalam undang-

undang ini sebagaimana Dalam pasal 3 menerangkan “pada azasnya dalam suatu

perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang isteri. Seorang wanita

hanya boleh mempunyai seorang suami, dan pengadilan, dapat memberi izin kepada

seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-

pihak yang bersangkutan”.

Dan dalam pasal 4 diterangkan syarat-syarat alternatif yang harus dijalani

pemohon diantaranya sebagaimana tertera bahwa dalam hal seorang suami akan

Page 39: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

beristeri lebih dari seorang, maka ia wajib mengajukan permohonan kepada

Pengadilan di daerah tempat tinggalnya. Kemudian pengadilan yang dimaksud hanya

memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang

apabila:

a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri;

b. isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;

c. isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

Pada pasal 5 diterangkan syarat-syarat kumulatif yang kesemuanya harus

dijalani pemohon sebagaimana tertera:

1. Untuk dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan, sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-undang ini, harus dipenuhi syarat-

syarat sebagai berikut:

a. Adanya persetujuan dari isteri/isteri-isteri;

b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-

keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka;

c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri

dan anak-anak mereka.

2. Persetujuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a pasal ini tidak diperlukan

bagi seorang suami apabila isteri/isteri-isterinya tidak mungkin dimintai

persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila

Page 40: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

tidak ada kabar dari isterinya selama sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun, atau

karena sebab-sebab lainnya yang perlu mendapat penilaian dari Hakim

Pengadilan.

Dalam penjelasan lebih lanjut, PP No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksaaan UU

no. 1 tahun 1974 menerangkan dalam pasal 40, 41, 42, 43, dan pasal 44. Dalam pasal

40 berbicara mengenai ”apabila seorang suami bermaksud untuk beristeri lebih dari

seorang maka ia wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada pengadilan”

dan pada pasal 41 pengadilan kemudian memeriksa mengenai:

a. Ada atau tidaknya alasan yang memungkinkan seorang suami kawin lagi

b. Ada atau tidaknya persetujuan dari isteri, baik persetujuan lisan maupun tertulis, apabila persetujuan itu merupakan persetujuan lisan, persetujuan itu harus diucapkan di depan sidang pengadilan.

c. Ada atau tidak adanya kemampuan suami untuk menjamin keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak

d. Ada atau tidak adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anak mereka dengan pernyataan atau janji dari suami yang dibuat dalam bentuk yang ditetapkan untuk itu.

Pasal 42 menerangkan dalam melakukan pemeriksaan mengenai hal-hal pada

Pasal 40 dan 41, Pengadilan harus memanggil dan mendengar isteri yang

bersangkutan dan pemeriksaan pengadilan untuk itu dilakukan oleh Hakim selambat-

lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya, surat permohonan beserta

lampiran-lampirannya.

Page 41: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Pasal 43 menerangkan apabila pengadilan berpendapat bahwa cukup alasan

bagi pemohon untuk beristeri lebih dari seorang, maka Pengadilan memberikan

putusannya yang berupa izin untuk beristeri lebih dari seorang dan pasal 44

menerangkan bahwa pegawai Pencatat dilarang untuk melakukan pencatatan

perkawinan seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang sebelum adanya izin

Pengadilan seperti yang dimaksud dalam Pasal 43.

Undang-undang poligami diatas membolehkan untuk beristri lebih dari satu

orang dengan ketentuan jumlah istri dalam waktu yang bersamaan. akan tetapi

terbatas hanya sampai empat orang. Adapun syarat yang harus dipenuhi diantaranya

suami mampu berlaku adil terhadap istri-istrinya dan anak-anaknya dalam hal nafkah

dan keadilan. Jikalau suami tidak bisa memenuhi, maka suami dilarang beristri lebih

dari satu. Disamping itu suami harus terlebih dahulu mendapat izin dari pengadilan

agama. Jika tanpa izin dari pengadilan agama maka perkawinan tersebut tidak

mempunyai kekuatan hukum.

Permasalahan poligami dewasa ini semakin bertambah rumit karena banyak

terdapat pertentangan oleh berbagai pihak dalam menyetujui diperbolehkannya

dilakukan poligami yang berupa diperketatnya persyaratan pelaksanaan poligami.

Kasus-kasus poligami yang kebanyakan terjadi saat ini jika ditinjau dari perspektif

keadilan sangat sulit sekali walaupun suami tersebut mampu dalam segi materilnya

tetapi belum mampu dalam segi moril dalam pembagian terhadap istri-istrinya.

Page 42: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Sehingga dalam hal ini masih diperlukan pemikiran lebih dalam lagi serta

pertimbangan-pertimbangan yang lebih matang dalam pengambilan sikap suatu

tindakan. Akan tetapi permasalahannya juga sering timbul dan tidak sedikit yang

menjadi meruncing, apalagi dari kasus-kasus tersebut timbul perkara dan masalah

yang baru.

Perkawinan dimaksudkan agar manusia mempunyai keturunan dan keluarga

yang sah menuju kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat, di bawah naungan

ridha Ilahi. Ketentuan pasal 1 UU Perkawinan menyatakan, bahwa “Perkawinan

adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan wanita sebagai suami-istri dengan

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke

Tuhanan Yang Maha Esa”. Apabila ditelaah, pasal tersebut memberikan implikasi,

bahwa perkawinan hanya dapat dilakukan antara seorang pria dan wanita saja.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, bahwa senada dengan ketentuan itu,

maka pasal 27 BW maupun pasal 2 H. O. C. I.., pasal tersebut mengandung asas

monogami, dalam pengertian asas monogami mutlak, meskipun dalam memori

penjelasan mengenai pasal-pasal tersebut justru tidak diberi komentar tentang itu.41

Akan tetapi apabila dilihat dari ketentuan pasal 3 ayat 1 UU perkawinan yang

menyatakan, bahwa; “Pada dasarnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya

boleh mempunyai seorang istri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang

41 Titik Triwulan Tutik dan Trianto, Poligami Persfektif Perikatan Nikah (Telaah Kontekstual

Menurut Hukum Islam Dan Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974), Prestasi Pustaka: Jakarta, 2007, H. 120

Page 43: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

suami”. Menunjukan, bahwa dengan istilah ‘pada dasarnya’ berarti boleh diadakan

penyimpangan. Hal ini terbukti dengan rumusan pada pasal 3 ayat 2 yang menyatakan

bahwa: “Pengadilan dapat memberi izin kepada suami untuk beristri lebih dari

seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan”.

Hal ini dipertegas dalam penjelasan umum UU No.1 tahun 1974 angka 4

huruf c, yang menyebutkan;

“Undang-undang ini menganut asas monogami. Hanya apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan karena hukum dan agama dari yang bersangkutan mengizinkannya, seorang suami dapat beristri lebih dari seorang. Namun demikian perkawinan seorang suami dengan lebih dari seorang istri, meskipun hal itu dikehendaki oleh pihak yang bersangkutan, hanya dapat dilakukan apabila dipenuhi berbagai persyaratan tertentu dan diputuskan oleh pengadilan”.

Paparan diatas menunjukan, bahwa dipergunakan asas monogami dalam

perikatan pernikahan, yaitu pada dasarnya UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan

menganut asas monogami didalam perkawinan, artinya seoarang suami hanya boleh

memiliki seorang seorang istri dan seorang istri hanya boleh memiliki seorang suami

dalam satu saat. Akan tetapi asas monogami yang dianut dalam UU perkawinan

tersebut tidak bersifat mutlak, tetapi hanya bersifat pengarahan kepada pembentukan

perkawinan sakinah dengan jalan mempersulit dan mempersempit penggunaan

poligami dan bukan menghapuskannya sama sekali sistem poligami.42

Ketentuan adanya asas monogami ini bukan hanya bersifat limitatif saja,

karena dalam Pasal 2 ayat 2 UU Perkawinan disebutkan dimana pengadilan dapat

42 Ibid, h. 120-121

Page 44: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

memberikan izin pada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila

dikehendaki oleh para pihak yang bersangkutan. Ketentuan ini membuka

kemungkinan seorang suami dapat melakukan poligami dengan izin pengadilan. Hal

ini erat kaitannya dengan berbagai macam agama yang ada yang dianut oleh

masyarakat karena ada agama yang melarang untuk berpoligami dan ada agama yang

membenarkan atau membolehkan seorang suami untuk melakukan poligami. Khusus

yang beragama Islam harus mendapat izin dari pengadilan agama43 dan yang

beragama selain Islam harus mendapat izin dari Pengadilan Negeri. Jadi hal ini

tergantung dari agama yang dianut dan pengadilan yang berkompeten untuk itu.

Mengenai persyaratan persetujuan dari istri yang menyetujui suaminya

poligami dapat diberikan secara tertulis atau secara lisan akan tetapi sekalipun telah

ada persetujuan tertulis dari istri persetujuan ini harus dipertegas dengan persetujuan

lisan dari istri pada sidang pengadillan agama. Persetujuan dari istri yang

dimaksudkan tidak diperlukan bagi suami apabila istri atau istri-istrinya tidak

mungkin dimintai persetujuan dan tidak mungkin menjadi pihak dalam perjanjian dan

apabila tidak ada khabar dari istrinya selama sekurang-kurangnya 2 tahun atau karena

sebab-sebab lainnya yang mendapat penilaian dari hakim Pengadilan Agama. Dapat

diambil contoh apabila si istri ada di Luar Negeri menjadi TKW (Tenaga Kerja

43 Instruksi Presiden R. I. Nomor 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam, Derpartemen

Agama R. I. Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Tahun 1997/1998, Pasal 51 Ayat 1

Page 45: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Wanita) selama 2 tahun atau lebih misalnya atau bisa juga karena selama minimal 2

tahun si istri memang tidak ada kabar beritanya.

Persetujuan secara lisan ini nantinya sang istri akan dipanggil oleh pengadilan

dan akan didengarkan oleh Majelis Hakim. Tidak hanya istri, tetapi suami juga akan

diperlakukan hal yang sama. Kemudian pemanggilan pihak-pihak ini dilakukan

menurut tata cara yang diatur dalam hukum acara perdata biasa yang diatur dalam

pasal 390 HIR dan pasal-pasal yang berkaitan.44

Nasaruddin Umar berkomentar mengenai UU perkawinan yang menyangkut

poligami yakni, bahwa praktek poligini dalam undang–undang perkawinan diatur

secara ketat, namun praktiknya sulit ditegakan karena semata-mata mengandalkan

kesadaran dan kejujuran masyarakat.

Memang ada PP No 10 tahun 1983 dan PP No 45 tahun 1991, yang mengatur

praktik poligini bagi Pegawai Negeri Sipil, TNI dam Polri, serta pegawai BUMN,

tetapi sangsi bagi para pelaku poligini diluar ketentuan belum memadai. Oleh karena

itu praktisi hukum menilai masih perlu perangkat hukum lain untuk memberikan

kekuatan dalam menerapkan UU tersebut.45

B. Menurut UU No. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun

1989 Tentang Peradilan Agama

44 H.A. Mukti Arto, Praktek-praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, , Pustaka

Pelajar, 2003, h. 2 45 Nasaruddin Umar, Telaah – Poligini, Antara News, 05/01/07, pukul 19:18

Page 46: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Peradilan agama dengan nama yang sangat beraneka ragam telah ada dan

tumbuh bersamaan dengan berkembangnya kekuasaan Islam di Indonesia. Tumbuh

dan berkembangnya disebabkan karena kebutuhan kesadaran hukum sesuai dengan

keyakinan masyarakat Islam pada masa itu. Pada masa penjajahan Belanda

keberadaanya telah diakui Belanda, kemudian di lembagakan secara resmi oleh

pemerintah Hindia Belanda dengan staats.blad 1882 No. 152.

Setelah Indonesia merdeka pemerintah menyerahkan pembinaan Peradilan

Agama kepada Departemen Agama (akan tetapi pada saat ini berdasarkan Keputusan

Presiden No. 21 tahun 2004 tanggal 23 Maret 2004 berada dibawah mahkamah

agung). Kemudian pada tahun 1970 aturan tentang Pengadilan Agama benar-benar

diperkuat melalui UU No. 14 tahun 1970 yang saat ini telah diubah dengan UU No. 4

tahun 2004 selanjutnya pada 1974 lahir UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan.

Pasal 63 ayat 1 dari undang undang ini ternyata memberikan kewenangan lebih besar

kepada Pengadilan Agama untuk menyelesaikan kasus-kasus perkawinan, namun

sayang pada periode ini masih terdapat kekurangan, yaitu masih ada pemerintah

untuk pengukuhan putusan Pengadilan Agama oleh Pengadilan Negeri sekalipun itu

hanya bersifat adfministratif.

Berdasarkan diundangkan dan diberlakukannya UU RI No. 3 tahun 2006

tentang perubhan atas UU no. 7 tahun 1989, maka posisi Peradilan Agama semakin

mantap dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. Jika dilihat dari sisi

personalitas, wewenang absolutnya dan hukum acara yang diatur secara khusus dalam

Page 47: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

UU ini menunjukan batasannya sebagai peradilan khusus dalam penyelenggaraan

kekuasan kehakiman di Indonesia.46

Undang-undang No. 3 tahun 2006 lebih banyak membahas tentang

independensi badan peradilan yang khusus menaungi masalah keagamaan.

Kewenangannya sejajar dengan pengadilan dari lingkungan pengadilan lain47. Dalam

hal ini adalah perkara-perkara perdata agama Islam yang sepenuhnya diselesaikan di

peradilan tersebut. Mengenai perkara perdata non-Islam diserahkan ke dalam wilayah

peradilan umum. Didalamnya memuat kekuasaan pengadilan. yang bertugas dan

berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara tingkat pertama antara

orang-orang Islam. Bidangnya adalah:

a. Perkawinan:

b. Kewarisan, wasiat, dan hibah, yang dilakukan berdasarkan hukum Islam;

c. Wakaf, infaq, zakat, shadaqah dan ekonomi syariah48

Perkawinan yang dimaksud dalam uu no. 3 tahun 2006 adalah salah satunya

membahas tentang poligami. Hal ini dijelaskan dalam penjelasan UU no. 3 tahun

2006 itu sendiri.

Secara eksplisit tidak ada aturan yang membahas poligami dalam cakupan

yang utuh agar bisa digunakan untuk menjadi pertimbangan keputusan, namun hal

tersebut tercover dalam undang-undang lain yakni uu no. 1 tahun 1974 tentang

46 Hotnidah Nasution, Peradilan Agama Sebagai Peradilan Khusus, Ahkam (jurnal syari’ah dan pranata sosial) Vol .8, ISSN 1412-4734, Fak. Syari’ah UIN Jakarta, H. 77-78

47 H. Munawir Sjadzali, Sambutan Pemerintah Atas Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Terhadap RUU Tentang Pengadilan Agama, 14 Desember 1989, Paragraf IV

48 Presiden Republik Indonesia, Undang-undang no. 3 tahun 2006 tentang perubahan atas UU no. 7 tahun 1989 mengenai peradilan agama, bab III pasal 49 ayat 1

Page 48: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

masalah perkawinan. Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 49 ayat 2 UU no. 7 tahun

1989 yaitu:

“Bidang perkawinan yang dimaksud ialah hal-hal yang diatur atau berdasarkan undang undang mengenai perkawinan yang berlaku”

Dapat disimpulkan bahwa undang-undang No. 3 tahun 2006 adalah peraturan

mengenai kewenangan atau kekuasaan badan peradilan agama sebagai payung hukum

undang-undang yang bernafaskan Islam. Peraturan poligami yang akan dijalani

dengan melihat UU no. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilasi Hukum

Islam.

Kemudian juga hukum acara Pengadilan Agama, yang berlaku sama seperti

pengadilan pada umumnya kecuali yang telah diatur khusus dalam undang-undang

ini.49

C. Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI)

KHI lahir dari keinginan untuk menyatukan hukum Islam yang tersebar di

seluruh nusantara. Tujuan utamanya adalah selain mempositifkan syari’at Islam

dalam bidang keperdataan (ahwalusyakhsiyah), juga ingin mengkodifikasi dan

menyamakan kitab fiqh yang akan dipakai di pengadilan. Karena pada saat itu terjadi

keberagaman putusan pengadilan terhadap perkara yang serupa. Dengan tujuan

49 Ibid, Bab IV pasal 54

Page 49: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

tersebut maka timbulah keinginan penyeragaman dan kebonafitan hukum untuk umat

islam50.

Kompilasi hukum Islam hadir pada tata hukum nasional Indonesia melalui

instrumen hukum dalam bentuk Instruksi Presiden (inpres) No. 1 Tahun 1991 tanggal

22 juli 1991. Terpilihnya instrumen inpres ini menimbulkan dua pandangan.

Pandangan pertama melihat inpres tersebut mempunyai kemampuan mandiri untuk

berlaku efektif disamping instrument lainya, dan karenanya memiliki daya atur

tersendiri dalam sistem hukum positif nasional, sedangkan pandangan lain melihat

bahwa inpres yang dimaksud dalam tata hukum Indonesia tidak terlihat dalam tata

urutan peraturan perundangan nasional.

Menurut Ismail Sunni, karena sudah jelas keberlakuan hukum dibidang

perkawinan, kewarisan dan wakaf bagi pemeluk-pemeluk Islam yang ditetapkan

undang-undang bagi umat Islam, maka kompilasi hukum Islam itu memuat hukum

materilnya melalui keputusan presiden/instruksi presiden. Pendapat tersebut antara

lain didasarkan pada disertasi A. Hamid Attamimi. Selanjutnya Sunni mengatakan

bahwa instruksi presiden ini dasar hukumnya adalah pasal 4 ayat (1) UUD 1945 yaitu

kekuasaan presiden untuk memegang kekuasaan pemerintah Negara. Atas dasar

50 Cik Hasan Bisri, Kompilasi Hukum Islam Dalam Peradilan Agama, Cet II, Logos Wacana

Ilmu, Jakarta 1999, h. 1-2

Page 50: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

kekuasaan itu (apapun nama produk hukum yang dikeluarkan) apakah itu keputusan

presiden atau instruksi presiden, kedudukannya adalah sama.51

Materi pokok poligami dalam Kompilasi Hukum Islam terdapat dalam buku I

tentang perkawinan bab IX pasal 55-59 yang menerangkan cakupan untuk beristri

lebih dari seorang.

Secara umum ketentuan-ketentuan yang diatur KHI dalam bidang hukum

perkawinan pada intinya merupakan penegasan ulang tentang hal-hal yang telah

diatur dalam undang-undang No. 1 tahun 1974 dan PP No. 9 tahun 1975.52 Mengenai

perihal poligami hal itu bisa dilihat pasal 57, 58 dan 59. Namun esensi yang dibangun

KHI mengenai poligami terdapat pada pasal 55 lebih mengedepankan nilai keadilan

suami bagi para istri. Berikut poligami dalam KHI tersebut:

Pasal 55 menerangkan bahwa beristri lebih dari seorang pada satu waktu

bersamaan terbatas hanya sampai empat orang istri dengan syarat utama dari seorang

suami harus mampu berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya. Dan apabila

syarat utama yang disebut tidak mungkin dipenuhi, suami dilarang beristri lebih dari

seorang.

Pasal 56 bahwa suami yang hendak beristeri lebih dari satu orang harus

mendapat izin dari Pengadilan Agama dengan melakukan menurut tatacara

sebagaimana diatur dalam Bab VIII Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975. Berikut

51 Ismail Sunni, “Tradisi Dan Inovasi Keislaman Di Indonesia Dalam Bidang Hukum”,

makalah dalam symposium Islam dan Kebudayaan Indonesia, Dulu, Kini dan Esok, (Jakarta:Oktober 1991), h. 21-24

52 Yahya Harhap, Informasi Materil Kompilasi Hukum Islam: Mempositifkan Abstraksi Hukum Islam, Dalam Berbagai Pandangan Terhadap Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta:1991), h. 81

Page 51: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

juga menerangkan perkawinan yang dilakukan dengan isteri kedua, ketiga atau

keempat tanpa izin dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai kekuatan hukum.

Dalam pasal 57 Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada seorang

suami yang akan beristeri lebih dari seorang apabila :

a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai isteri;

b. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;

c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

Pasal 58 menerangkan bahwa untuk memperoleh izin Pengadilan Agama,

harus pula dipenuhi syarat-syarat yang ditentukan pada pasal 5 Undang-undang No. 1

Tahun 1974 yaitu :

a. Adanya persetujuan isteri;

b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup ister-

isteri dan anak-anak mereka.

Kemudian mengatur mengenai persetujuan isteri atau isteri-isteri dapat

diberikan secara tertulis atau dengan lisan, tetapi sekalipun telah ada persetujuan

tertulis, persetujuan ini dipertegas dengan persetujuan lisan isteri pada sidang

Pengadilan Agama dan persetujuan dimaksud tidak diperlukan bagi seorang suami

apabila isteri atau isteri-isterinya tidak mungkin dimintai persetujuannya dan tidak

dapat menjadi pihak dalam perjanjian atau apabila isteri tidak ada kabar dari isteri

atau isteri-isterinya sekurang-kurangnya 2 tahun atau karena sebab lain yang perlu

mendapat penilaian Hakim.

Page 52: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Pasal 59 menerangkan dalam hal isteri tidak mau memberikan persetujuan,

dan permohonan izin untuk beristeri lebih dari satu orang berdasarkan atas salah satu

alasan yang diatur, Pengadilan Agama dapat menetapkan tentang pemberian izin

setelah memeriksa dan mendengar isteri yang bersangkutan di persidangan

Pengadilan Agama, dan terhadap penetapan ini isteri atau suami dapat mengajukan

banding atau kasasi.

Sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya, keadilan telah

dijelaskan oleh para ulama agar berhati-hati dalam menjalankan keadilan kepada istri-

istri yang telah atau akan dinikahi nanti. Karena selain dijelaskan bahwa keadilan

yang hakiki itu haya milik Allah AWT, juga sangsi agama berupa api neraka

merupakan jaminan bagi orang yang tidak bisa berbuat adil bagi para pelaku

poligami.

Permasalahan keadilan berpoligami dalam KHI merupakan concern KHI

sendiri melihat permasalahan hukum Islam dalam pandangan fiqh yang ada. Manusia

memang terbatas mengenai keadilan, akan tetapi tetap bisa dinilai dengan pola

berfikir positif dan realistis dalam kasus poligami.

Hakim yang dipercaya sebagai orang yang dianggap penengah dalam masalah

apapun tak luput dari kekurangan mengenai keadilan. Keadilan sesorang hanya bisa

dinilai oleh orang lain selain dirinya, maka timbul siapa orang yang dipercaya dalam

hal ini?. Jawaban yang kongkrit adalah hakim itu sendirilah yang disepakati publik

menilai keadilan seseorang karena mempunyai keahlian yang telah dipelajari secara

khusus mengenai masalah-masalah apapun.

Page 53: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Yahya Harahap mengemukakakan pandangannya mengenai KHI tentang

poligami yaitu dalam permasalahan dilibatkan campur tangan Pengadilan Agama.

Poligami tidak lagi merupakan tindakan Individual Affairs. Poligami bukan semata-

mata urusan pribadi, tetapi juga menjadi kekuasaan negara yakni mesti ada izin

Pengadilan Agama. Tanpa izin Pengadilan Agama perkawinan itu dianggap poligami

liar. Dia tidak sah dan tidak mengikat. Perkawinan dianggap never existed tanpa izin

Pengadilan Agama, meskipun perkawinan dilakukan dihadapan pegawai pencatat

nikah.53

Dari Maksud penjabaran tersebut bertujuan membawa ketentuan-ketentuan

undang-undang No. 1 tahun 1974 ke dalam ruang lingkup yang bernafas dan bernilai

syari’at Islam. Ketentuan pokok yang bersifat umum dalam undang-undang no. 1

tahun 1974 dijabarkan dan dirumuskan menjadi ketentuan yang bersifat khusus dan

sebagai aturan hukum Islam yang diberlakukan khusus bagi mereka yang beragama

Islam.

D. Menurut PP No. 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian

Bagi Pegawai Negeri Sipil Dan PP No. 45 Tahun 1983 Tentang Perubahan

Atas PP No. 10 Tahun 1983

Undang-undang ini diperuntukan bagi para Pegawai Negeri Sipil (PNS) agar

selalu berdisiplin dalam upaya memberikan contoh publik. Bahkan dalam membina

hubungan keluarga sekalipun.

53 Ibid, h.59

Page 54: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Dalam memori penjelasan PP no.10 tahun 1983 antara lain disebutkan, bahwa

pegawai negeri sipil sebagai aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat harus

menjadi teladan yang baik bagi masyarakat dalam tingkah laku, tindakan dan ketaatan

pada undang-undang yang berlaku. Dengan sedikit perubahan yang ada pada PP no.

45 tahun 1990, maka peraturan ini semakin lengkap untuk menjaga pelanggaran-

pelanggaran yang tidak diinginkan. Meskipun, masih ada kekurangan-kekurangan

yang perlu dikaji.

Sehubungan dengan contoh dan teladan yang harus diberikan oleh pegawai

negeri sipil pria kepada bawahan dan masyarakat, maka kepadanya dibebankan

ketentuan disiplin yang tinggi. Untuk melakukan perkawinan dan perceraian, pegawai

yang bersangkutan harus memperoleh izin terlebih dahulu dari pejabat atasannya.

Lain halnya pegawai negeri sipil wanita yang tidak diperbolehkan menjadi istri

kedua, ketiga, atau keempat. Hal ini sesuai dengan PP no. 10 tahun 1983 dan

perubahannya pada PP no. 45 tahun 1990 diantaranya:

Pasal 4 menerangkan bahwa pegawai negeri sipil pria yang akan beristeri

lebih dari seorang, wajib memperoleh izin lebih dahulu dari pejabat dan pegawai

negeri sipil wanita tidak diizinkan untuk menjadi isteri kedua/ ketiga/keempat dengan

meminta izin yang diajukan secara tertulis berikut alasan yang lengkap yang

mendasari permintaaan izin untuk beristri lebih dari seorang.

Syarat-syaratnya, yaitu sebagaimana dikemukakan pasal 10 PP no. 10 tahun

1983 adalah sebagai berikut:

Page 55: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Pasal 10 1. Izin untuk beristeri lebih dari seorang hanya dapat diberikan oleh Pejabat apabila

memenuhi sekurangkurangnya salah satu syarat alternatif dan ketiga syarat kumulatif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) Pasal ini.

2. Syarat alternatif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ialah a. isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri; b. isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan; atau c. isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

3. Syarat kumulatif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ialah a. Ada persetujuan tertulis dari isteri; b. Pegawai Negeri Sipil pria yang bersangkutan mempunyai penghasilan yang

cukup untuk membiayai lebih dari seorang isteri dan anak anaknya yang dibuktikan dengan surat keterangan pajak penghasilan; dan

c. Ada jaminan tertulis dari Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan bahwa ia akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya.

4. Izin untuk beristeri lebih dari seorang tidak diberikan oleh Pejabat apabila : a. bertentangan dengan ajaran/peraturan agama yang dianut Pegawai Negeri

Sipil yang bersangkutan; b. tidak memenuhi syarat alternatif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan

ketiga syarat kumulatif dalam ayat (3); c. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; d. alasan yang dikemukakan bertentangan dengan akal sehat; dan/atau e. ada kemungkinan mengganggu pelaksanaan tugas kedinasan.

Hal mengenai mekanismenya diterangkan dalam pasal 5 dan 10 PP no. 10

tahun 1983 adalah sebagai berikut:

Pasal 5

1. Permintaan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 diajukan kepada pejabat melalui saluran tertulis.

2. Setiap atasan yang menerima permintaan izin dari Pegawai Negeri Sipil dalam lingkungannya, baik untuk melakukan perceraian atau untuk beristeri lebih dari seorang, maupun untuk menjadi isteri kedua/ketiga/keempat, wajib memberikan pertimbangan dan meneruskannya kepada Pejabat melalui saluran hierarki dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal ia menerima permintaan izin dimaksud.

Pasal 10

Page 56: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

1. Izin untuk beristeri lebih dari seorang hanya dapat diberikan oleh Pejabat apabila memenuhi sekurangkurangnya salah satu syarat alternatif dan ketiga syarat kumulatif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) Pasal ini.

2. Syarat alternatif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ialah a. isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri; b. isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan; atau c. isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

3. Syarat kumulatif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ialah a. ada persetujuan tertulis dari isteri; b. Pegawai Negeri Sipil pria yang bersangkutan mempunyai penghasilan yang cukup untuk membiayai lebih dari seorang isteri dan anak anaknya yang dibuktikan dengan surat keterangan pajak penghasilan; dan c. ada jaminan tertulis dari Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan bahwa ia akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya.

4. Izin untuk beristeri lebih dari seorang tidak diberikan oleh Pejabat apabila : a. bertentangan dengan ajaran/peraturan agama yang dianut Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan; b. tidak memenuhi syarat alternatif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ketiga syarat kumulatif dalam ayat (3); c. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; d. alasan yang dikemukakan bertentangan dengan akal sehat; dan/atau e. ada kemungkinan mengganggu pelaksanaan tugas kedinasan.

Hal-hal lain mengenai pengaturan PP no. 10 tahun 1983 dan perubahannya

pada PP no. 45 tahun 1990 adalah sebagai berikut:

Pasal 9 1. Pejabat yang menerima permintaan izin beristri lebih dari seorang sebgaimana

dimaksud dalam pasal (4) ayat 1 wajib memperhatikan dengan seksama alasan-alasan yang dikemukakan dalam surat permintaan izin dan pertimbangan dari atasan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.

2. Apabila alasan-alasan dan syarat-syarat yang dikemukakan dalam permintaan izin tersebut kurang meyakinkan, maka Pejabat harus meminta keterangan tambahan dari isteri/suami dari Pegawai Negeri Sipil yang mengajukan permintaan izin itu atau dari pihak lain yang dipandang dapat memberikan keterangan yang meyakinkan.

3. Sebelum mengambil keputusan, Pejabat berusaha lebih dahulu merukunkan kembali suami isteri yang bersangkutan dengan cara memanggil mereka secara langsung untuk diberi nasehat.

Pasal 11

Page 57: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Pegawai Negeri Sipil yang akan melakukan perceraian atau akan beristeri

lebih dari seorang yang berkedudukan sebagai: 1. Pimpinan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan

Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Gubernur Bank Indonesia, Kepala Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri, dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, wajib meminta izin lebih dahulu dari Presiden.

2. Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II termasuk Walikota di Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Walikota Administratif, wajib meminta izin lebih dahulu dari Menteri Dalam Negeri.

3. Pimpinan Bank milik Negara dan pimpinan Badan Usaha milik Negara, wajib meminta izin lebih dahulu dari Presiden.

2. Pimpinan Bank milik Daerah dan pimpinan Badan Usaha milik Daerah, wajib meminta izin lebih dahulu dari Kepala Daerah yang bersangkutan.

Pasal 12

Pemberian atau penolakan pemberian izin untuk melakukan perceraian

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, untuk beristeri lebih dari seorang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), atau untuk menjadi isteri kedua/ ketiga/keempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3), dilakukan oleh Pejabat secara tertulis dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal ia menerima permintaan izin tersebut. Melihat semua perundang-undangan yang telah disebutkan diatas, timbul

sekarang pertanyaan; mampukah PP no. 10 tahun 1983 dan perubahannya pada PP

no. 45 tahun 1990 memberantas praktek poligami illegal dengan segala bentuknya?.

Merujuk pada penelitian Soetojo Prawirohamidjojo54 yang dijadikan desertasi

doktornya, bahwa memang dengan berlakunya UU Perkawinan angka kawin lebih

dari satu menunjukkan statistik menurun secara drastis. Namun, praktek poligami

dengan segala bentuknya semakin banyak, yang disebabkan oleh :

54 Soetojo Prawirohamidjojo, pluralisme dalam perundang-undangan perkawinan Indonesia,

(Surabaya: Airlangga University Press 2002), h. 50

Page 58: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

1. Tidak adanya kesadaran hukum yang tinggi dari masyarakat;

2. Bagi mereka yang terikat oleh pengetatan tertentu karena kedinasannya dibayangi

oleh rasa takut kepada atasan disamping prosedurnya yang terlalu lama dan sulit;

3. Tidak adanya tindakan yang tegas terhadap poligami illegal.

Meskipun masih ada kelengahan dalam sudut apapun, dengan rasa optimis

yang tinggi diharapkan PP no. 10 tahun 1983 dan perubahannya pada PP no. 45 tahun

1990 menjadi garda terdepan untuk memberi arahan untuk berpoligami dengan baik

dan tepat. Khususnya bagi Pegawai Negeri Sipil yang menjadi figur bagi kalangan

masyarakat.

Page 59: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

BAB IV

ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

A. Deskripsi Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan

Mengenal kasus poligami yang terjadi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan,

hendaknya dilihat dari beberapa sumber otentik yaitu sebuah putusan pengadilan.

Selain mengikuti proses persidangan poligami itu sendiri, hendaknya juga menelusuri

dari sumber ahli yang berkaitan terhadap penetapan itu semua.

Kasus poligami yang terjadi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan sudah ada

sejak dahulu. Diperkirakan sejak didirikannya Pengadilan Agama Jakarta Selatan

maka kasus poligami itu ada meskipun tidak ada penjelasan atau data akurat yang

bisa memaparkan itu semua.55

Mengenai kasus yang ada, penulis meneliti satu putusan poligami di

Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Berikut deskripsi putusan izin poligami dengan

nomor perkara 851/Pdt.G/2004/PAJS yang penulis kemukakan;

1. Ringkasan Kasus

Adalah Rahiman bin Sabirin, umur 36 tahun, wiraswasta berstatus menikah

dengan Eni Hastutui binti Sunaryo dengan catatan akta nikah No. 728/76/IX/1996

tanggal 5 September 1996 di KUA Gedong Tatanan Lampung Selatan. Sekarang ini

kedua suami istri tersebut bertempat tinggal di daerah Kebagusan Pasar Minggu,

55 Wawancara Dengan Muh. Abduh. Pengadilan Agama Jak-Sel, 15 februari 2008

Page 60: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Jakarta Selatan. Dari hasil pernikahan mereka telah lahir 3 orang anak masing-masing

bernama: Madania lahir 21 Juli 1997, Ali Muthahari lahir 17 Januari 1999, Prima

Nugraha lahir 19 Januari 2003. Kehidupan rumah tangga mereka rukun sebagaimana

layaknya suami istri lainnya sampai pada suatu saat Rahiman berkenalan dengan Idah

Gusti Rahmawati binti Sugiarto umur 20 tahun beragama Islam dengan status

perawan pekerjaannya adalah mahasiswi tinggal di kelurahan Bancong kecamatan

Kasui wai Kanan, Lampung. Mereka saling jatuh cinta dan sepakat untuk membina

hubungan mereka ke jenjang pernikahan meskipun tahu bahwa Rahiman telah

mempuyai istri dan anak.

2. Duduk Perkara

Tersebutkan bahwa Rahiman bin Sabirin sebagai pemohon dan Eni Hastuti

binti Sunaryo sebagai termohon serta Idah Goesti Rahmawati binti Sugiarto sebagai

calon istri kedua pemohon. Pemohon meminta izin kepada Pengadilan Agama untuk

menikah untuk yang ke dua kali dengan cara poligami dengan alasan menjalankan

syari’at agama. Berdasarkan hal tersebut Pengadilan Agama mengabulkan izin

pemohon untuk menikah lagi secara poligami dengan berbagai pertimbangan.

3. Pertimbangan

Petimbangan-pertimbangan tersebut yakni, bahwa termohon memberikan

persetujuan kepada pemohon untuk menikah lagi dengan seorang perempuan

bernama Idah Rahmawati binti Sugiarto didasari atas kerelaan dengan pertimbangan

pemohon memiliki kemampuan lahir bathin dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

Dan pemohon telah menyatakan kesediaan atas tanggung jawab dalam membina

Page 61: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

rumah tangganya di masa yang akan datang. Kemudian pertimbangan lainnya adalah

alasan pemohon yang tidak mau terjebak pada perbuatan maksiat (zina). Majelis

hakim juga menimbang bahwa telah menasehati kedua belah pihak agar

mempertimbangkan secara matang atas rencana poligami tersebut.

Pertimbangan selanjutnya yaitu, selain syarat kumulatif yang telah dijalankan

pemohon, majelis hakim menimbang keterangan saksi-saksi yaitu dari keluarga

pemohon yang menyatakan sesuai sebagaimana termohon nyatakan. Dengan

menambahkan sudah menasehati agar mempertimbangkan secara matang rencana

poligami tersebut. Kemudian juga dengan saksi keluarga termohon yang menyatakan

sesuai sebagaimana saksi keluarga pemohon uraikan. Pertimbangan poligami sendiri

dikuatkan permohon bahwa ia tidak mau terjebak pada perbuatan zina, sehingga

setelah Majelis Hakim mendengar pernyataan kedua belah saksi agar lebih baik jika

pemohon diizinkan, juga melihat tidak adanya halangan secara syar’i, dan calon istri

pun tidak ada hubungan darah (mahrom), maka majelis hakim mengabulkan

permohonan tersebut.

Dalam kaitannya dengan putusan diatas mengundang beberapa poin untuk

dirincikan diantaranya:

1. Untuk bisa mengajukan izin poligami, dalam undang-undang mengharuskan

untuk memenuhi syarat alternatif dan kumulatif. Rahiman sebagai pemohon

izin telah menjalani syarat kumulatif yang diharuskan berupa:

a. Surat pernyataan persetujuan atas nama Eni Hastuti selaku istri pertama

menyetujui Rahiman selaku suami untuk menikah lagi dengan Idah Goesti

Page 62: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Rahmawati tertanggal 13 Juli 2004 selanjutnya terlampir dalam bukti

formulir P-3. Ditambahkan dengan pernyataan kesediaan menjadi istri

kedua atas nama Idah Goesti Rahmawati tertanggal 13 Juli 2004 (bukti P-

4)

b. Surat pernyataan mempunyai penghasilan yang cukup atas nama Rahiman

tertanggal 18 Juli 2004 selanjutnya terlampir dalam bukti formulir P-5.

selain itu diketahui sebelumnya jumlah nominal penghasilan rahiman

sebesar Rp. 23.300.000,- yang dianggap lebih dari cukup untuk

menafkahkan kedua istri.

c. Surat pernyataan berlaku adil atas nama Rahiman tertanggal 24 Agustus

2004 selanjutnya terlampir dalam bukti formulir P-6.

2. Dalam memenuhi syarat alternatif yaitu harus ada salah satu ayat dalam pasal

menjadi alasan berpoligami, Rahiman belum dianggap memenuhinya karena

secara tekstual maupun kontekstual alasan yang diajukan adalah menjalani

syari’at agama. Poligami yang dimaksudkan dan dimengerti oleh para ahli

hukum adalah mengeliminir tindakan-tindakan yang yang di luar logika

bahkan telah tersepakati dengan adanya undang-undang meskipun secara

syari’at membolehkan.

3. Mengenai saksi-saksi yang diajukan Rahiman ke pengadilan, terlihat sedikit

kerancuan mengenai siapa sebenarnya prioritas saksi yang diajukan dalam

pengadilan, karena tersebutkan saksi dari pemohon bernama Ahmad Fadilah

bin H. Ali umur 37 tahun pekerjaan karyawan swasta bertempat tinggal di

Page 63: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Bojong Gede, Tajur, Bogor tidak tersebutkan statusnya dalam keluarga.

karena mengenai hal ihwal perkawinan, sebaiknya lebih memprioritaskan

saudara sekandung setelah itu kerabat yang lain. Begitupun dengan saksi dari

pihak termohon bernama Johansyah bin Ahmad umur 32 tahun perkerjaan

karyawan swasta bertempat tinggal di Tanjung Karang Bandar Lampung,

tidak ada keterangan berkenaan dengan statusnya sebagai saksi dari termohon.

Meskipun demikian, para saksi telah memaparkan apa yang menjadi

kebenaran kedua belah pihak. Para saksi telah menasehati kedua belah pihak

agar mempertimbangkan secara matang rencana poligami tersebut selain

memahami kebenaran kecukupan kemampuan lahir bathin pemohon dan

kerelaan termohon untuk dipoligami.

4. Pertimbangan majelis hakim yang merujuk Kompilasi Hukum Islam (KHI)

pada pasal 3 bab I tentang dasar-dasar perkawinan yakni, “perkawinan

bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah

mawaddah dan rahmah” adalah mutlak adanya harus dijalankan. Melihat

keterangan para saksi yang menyatakan akan lebih baik jika pemohon

diizinkan poligami, terdapat adanya indikasi bahwa benar-benar pemohon

bertujuan untuk membentuk kehidupan rumah tangga seperti yang diungkap

pasal 3 KHI.

5. Pertimbangan majelis hakim yang menilai sebuah esensi sebuah perkawinan

yang seharusnya dilandasi dengan al Qur’an, maka terlihatlah wujud nyata

bahwa poligami yang dimaksud adalah teruntuk tujuan yang baik setelah

Page 64: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

melihat kesanggupan suami dan kerelaan sang istri. Sebagaimana Firman

Allah SWT dalam surat ar Ruum (21) yang artinya “Dan di antara tanda-

tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari

jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,

dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada

yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang

berfikir”.

B. Analisis

Putusan poligami diatas dengan nomor perkara yang tersebutkan, mutlak

dikabulkan melalui pertimbangan-pertimbangan yang panjang. Karena semua

prosedur yang harus dijalankan pemohon sudah terpenuhi. Hal ini bisa dilihat dari

hasil penetapan Majelis Hakim dalam putusan yang berbunyi:

1. Mengabulkan permohonan pemohon

2. Memberi izin kepada pemohon untuk menikah lagi dengan perempuan

sebagaimana disebutkan dalam permohonan.

3. Menetapkan pemohon untuk membayar biaya perkara sepenuhnya.

Jikalau melihat sifat hukum dari penetapan tersebut, bisa dikategorikan

penetapan tersebut adalah berupa penetapan konstitutif yang berarti menciptakan

suatu keadaaan hukum baru bagi pemohon. yaitu, diberikannya izin kepada pemohon

untuk menikah untuk yang kedua kali dengan cara poligami dengan wanita yang

tercantum dalam surat permohonan. Meskipun, pemohon masih terkait dalam

perkawinan yang sah dengan istrinya.

Page 65: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Namun terlihat jelas kontroversi putusan izin poligami dengan nomor perkara

851/Pdt.G/2004/PAJS mengenai alasan yang dianggap belum tepat untuk diberi izin

poligami. Hal ini memang ironis terjadi bagi mereka yang mengerti akan tujuan

diundangkannya pasal tersebut, yaitu mempersempit poligami yang tidak sehat. Oleh

karena itu undang-undang no. 1 tahun 1974 pasal 4 ayat 2 dianggap syarat alternatif

yang harus dijalani pemohon.

Mengenai hakim dalam menghadapi perkara, tidak boleh menolak untuk

memeriksa dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum

tidak atau kurang jelas, melainkan wajib memeriksa dan memutusnya. Hal ini

sebagaimana UU no. 7 tahun 1989 bab IV pasal 56. Begitupun pada pasal 62 yang

menerangkan bahwa putusan pengadilan/hakim, harus memuat alasan-alasan dengan

didasari oleh pasal-pasal tertentu dari peraturan-peraturan yang bersangkutan atau

sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili.

Diluar permasalahan yang menghinggapi poligami dalam sisi putusan, bagi

hakim sendiri harus menjalankan kewajibannya sebagai abdi negara yang baik

dengan melihat aturan perundang-undangan yang ada. Karena tersebutkan bahwa

undang-undang membolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu dan

pertimbangan.56

Sekilas analisis penulis, bahwa alasan poligami yang tidak sesuai dengan

undang-undang no 1 tahun 1974 pada pasal 4 ayat 2 yakni, istri tidak dapat

menjalankan kewajibannya sebagai istri, istri mendapat cacat badan atau penyakit

56 Ibid

Page 66: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

yang tidak dapat disembuhkan, istri tidak dapat melahirkan keturunan secara yuridis

atau mengikuti tatanan hukum yang berlaku maka alasan tersebut tidak sah. Dan

secara tidak langsung keputusan yang telah ditetapkan Majelis Hakim Pengadilan

Agama pun tidak sah pula.

Akan tetapi penulis juga tidak gegabah dalam menganalisa suatu putusan

berdasarkan fisiknya saja. Hal lain yang perlu lakukan ialah dengan melihat dari asas

yang berlaku dalam hukum perdata yang harus dijunjung tinggi oleh perundang-

undangan. Kemudian juga beberapa pernyataan pertimbangan majelis hakim yang

secara langsung pernah menangani kasus poligami dalam persidangan. Dalam

kenyataannya terdapat beberapa pertimbangan harus dipahami dari pemberian izin

poligami itu sendiri. Bahkan memahaminya saja tidak cukup melainkan dengan terjun

secara mendalam atau masuk ke dalam sisi emosi kasus tersebut.

1. Analisa Hukum Islam

Poligami dalam Islam adalah kebolehan yang bersyarat. Sumbernya terdapat

dalam Al-Qur’an. Hal ini sebagaimana tertulis dalam Al-Qur’an itu sendiri pada surat

An-nisa ayat 3 yang membolehkan poligami dengan syarat hanya dengan empat

orang istri dan bisa berlaku adil.

Page 67: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

“Maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja. (An Nisaa: 3)

Melalui wawancara yang penulis lakukan, maka terungkap esensi

pertimbangan izin alasan berpoligami. Yakni sebagai hakim harus melihat tiga acuan

dalam memutuskan perkara;57

Pertama adalah kepastian. Yang dimaksud dengan kepastian sendiri adalah suatu

sandaran putusan yang didasarkan pada ketentuan formal atau undang-undang yang

berlaku. Kedua adalah kemanfaatan. Maksudnya adalah segala sesuatu yang

berkenaan dengan putusan hakim dilihat dari aspek maslahah terhadap kedua belah

pihak. Ketiga adalah keadilan. Yang dimaksudkan untuk menjaga dan menjunjung

rasa adil sebagai tujuan utama badan peradilan negara. Kemudian rasa adil tersebut

bisa dirasakan terhadap kedua belah pihak yang berperkara.

Melihat pedoman acuan hakim dalam memutuskan suatu perkara yang

tersebutkan, maka penyelesaian dalam hukum Islam mengenai putusan kontroversial

diatas sangatlah bisa dipahami melalui jalan kemanfaatan atau kemaslahatan. Dilihat

dari alasan yang terungkap, bahwa meskipun tidak sesuai ketentuan syarat alasan

poligami, dengan menimbang bahwa istri pemohon sudah mengizinkan suaminya

untuk berpoligami dengan keikhlasan, maka untuk mengakomodir kedua keinginan

yang baik tanpa ada paksaan apapun dari berbagai pihak, kemudian permohonan-

pemohon tersebut dikabulkan.

57 Wawancara Dengan Muh. Abduh. Pengadilan Agama Jak-Sel, 15 februari 2008

Page 68: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Pertimbangan-pertimbangan yang lain yang harus bisa dipahami dari

penyelesaian perkara putusan yang menjadi kontroversi tersebut adalah, poligami

yang dibangun pemohon itu sangat sehat. Sesuai dengan apa yang diimpikan dari

tujuan berpoligami. Dan alangkah lebih baiknya kita meninjau kembali kepada tujuan

perkawinan dalam agama Islam itu sendiri. Pemeliharaan nilai-nilai yang lebih tinggi

dan menunjang kebaikan harus selalu merupakan tujuan utama. Maka izin untuk

menikah lebih dari seorang wanita pada suatu ketika, merupakan jalan darurat dan

pencegahan yang penting untuk memelihara nilai-nilai kehidupan masyarakat yang

tinggi serta melindungi masyarakat dari kekacauan. Sampai disini jelaslah kesesuaian

poligami.

Terlihat jelas juga, dalam pertimbangan hakim yang melihat bahwa tujuan

pemohon adalah menghindari perbuatan maksiat (zina). Zina merupakan tindakan

keji menurut hukum Islam. Ketika zina tidak dijadikan pertimbangan, maka timbul

masalah yang akan lebih besar dan berdampak bagi pihak-pihak lain. Dalam

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka hakim berpendapat bahwa

mencegah perbuatan yang dipastikan melanggar ajaran agama, dan mencegah

perbuatan yang akan banyak merugikan orang lain, maka poligami yang diajukan

pemohon adalah jawaban untuk meredam hal-hal yang tidak diinginkan.

Menurut Quraish Shihab, tujuan perkawinan diluar permasalahan poligami

atau bukan adalah memperoleh ketenangan. Perkawinan ini bisa diharapkan akan bisa

Page 69: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

menciptakan keluarga yang sakinah yaitu sebuah tatanan keluarga yang menjadi

idaman setiap keluarga.58

Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman:

⌧ “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu

isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS.Ar-Rum: 21)

Pertimbangan Hakim yang merujuk KHI pasal 3 mempertegas dan

memperluas poligami ke arah nilai-nilai yang mengandung ruh Islami seperti yang di

gariskan surat al- Rum; 21. Dalam landasan idiil yang dirumuskan pasal 3 KHI

sepenuhnya dipergunakan simbol nilai-nilai ruh keislaman, yakni sakinah,

mawaddah, dan rahmah.

Dengan diletakan pada pasal 3, landasan idiil perkawinan sesuai dengan nilai-

nilai yang dirumuskan dalam surat ar- Rum; 21, dengan sendirinya sudah terkait

secara langsung nilai-nilai operasional yang diatur dalam:

b. Surat al-Baqarah: 187 “hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna”.

58 Quraish Shihab, fatwa-fatwa seputar ibadah dan muamalah, (Mizan:Cet.I 1999), h. 167

Page 70: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

c. Surat an-Nisa;19: “wa ‘asyiru hunna bil ma’ruf”.

d. Sabda Rasul: hedaklah saling nasihat-menasihati dengan baik dalam

kehidupan berumah tangga (kaum wanita) dengan baik.

Jika landasan idiil dan operasional ini dipahami dengan baik dan sadar, sudah

tercakup didalamya berbagai keharusan yang bersifat mutual: mulai dari mutual

cooperation, mutual help, mutual understanding, mutual relation, dan mutual

interpendency.59

2. Analisa Perundang-undangan

Landasan kebolehan poligami dalam undang-undang terdapat dalam pasal 3

ayat 2 UU no. 1 tahun 1974, yang menyebutkan bahwa “Pengadilan, dapat memberi

izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki

oleh pihak-pihak yang bersangkutan”. Pembahasan berikutnya adalah mengenai

syarat-syarat poligami seperti tertera dalam pasal 4 ayat 1 dan 2 dan pasal 5 ayat 1.

Dalam perundang-undangan, dikenal dengan saluran hirarki yang harus

dijalankan. Saluran hirarki ini akan membawa kepada hukum asal suatu masalah yang

akan diselesaikan. Seperti pada kasus poligami yang menjadi kontroversi diatas,

bahwa poligami asal hukumnya adalah boleh dengan syarat-syarat. Kebolehan

tersebut dinilai tepat dengan saluran hirarki yang ada, yakni pasal 3 ayat 2 lebih

didahulukan dari pasal berikutnya yaitu pasal 4 ayat 2 dan pasal 5 ayat 1 tentang

syarat-syaratnya.

59 Cik Hasan Bisri, Kompilasi Hukum Islam Dalam Peradilan Agama, Cet II, Logos Wacana

Ilmu, Jakarta 1999, h. 51-52

Page 71: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Melihat esensi yang terbangun dari pasal 3 ayat 2 adalah kebolehan bersyarat,

dimana syarat utama itu adalah izin dari istri yang bersangkutan untuk berpoligami.

Dalam putusan izin poligami diatas Rahiman sebagai pemohon telah mendapatkan

izin dari Eni Hastuti sebagai termohon dengan bukti mengisi surat kesedian umtuk

mengizinkan pemohon.

Mengenai alasan yang dianggap menyimpang dari pasal 4 ayat 2 (syarat

alternatif) yang pemohon ajukan dalam putusan, hendaknya melihat terlebih dahulu

asas perjanjian perorangan dalam hukum perdata itu sendiri agar bisa melihat dengan

jelas bahwa hal tersebut tidak menyimpang, melainkan suatu keabsahan hubungan

dalam hukum perdata. Dan pada pasal 62 UU no. 7 tahun 1989 yang menerangkan

bahwa putusan pengadilan/hakim harus memuat alasan-alasan dengan didasari oleh

pasal-pasal tertentu dari peraturan-peraturan yang bersangkutan atau sumber hukum

tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili.

Asas-asas dalam hukum perdata yang berlaku adalah esensi sebuah perikatan

yang harus dijunjung tinggi oleh siapapun. Bahkan bisa mengesampingkan undang-

undang yang ada karena esensi hubungan perdata yang tertulis adalah kebebasan

kedua belah pihak dalam membuat perjanjiannya.

Asas- asas perjanjian dalam hukum perdata menegaskan bahwa sesungguhnya

perjanjian seseorang dengan orang lain sah-sah saja dengan atau tanpa ada undang-

undang yang mengatur itu semua.

Berikut uraian penulis mengenai kebolehan hakim dalam “mengesampingkan”

syarat alternatif yang menjadi masalah:

Page 72: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

1. Dalam ketentuan umum perjanjian pasal 1313 B.W disebutkan bahwa suatu

perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.60 Rahiman secara tidak

langsung telah mengadakan perjanjian dengan istrinya ketika ia diizinkan

untuk berpoligami dengan atau tanpa ada undang-undang yang mengatur itu

semua.

2. Dalam hukum perjanjian yang terdapat dalam buku ke III B.W. (Burgerlijk

Weboek) menganut asas “kebebasan” dalam membuat perjanjian (Beginsel

Der Contractsvrijheid). Asas ini dapat disimpulkan dari pasal 1338 yang

menerangkan bahwa segala perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku

sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Sebenarnya yang

dimaksudkan oleh pasal tersebut tidak lain dari pernyataan bahwa tiap

perjanjian “mengikat” kedua belah pihak. Dari peraturan ini dapat ditarik

kesimpulan bahwa orang leluasa untuk membuat perjanjian apa saja, asal

tidak melanggar ketertiban umum dan norma kesusilaan.61 Perjanjian tersebut

juga bisa berlaku sebagai undang-undang.

Dengan adanya perjanjian Rahiman dengan istrinya, maka pada asasnya

kedua pihak boleh saja menentukan isi perjanjian tersebut tanpa harus diketahui orang

lain, dan menjadi undang-undang diantara keduanya dengan ada atau tidaknya

undang-undang yang mengatur tentang perjanjian mereka.

60R. Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (PT Pradnya

Paramita), Cet ke- 34 2004, h. 338 61 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa 2003), Cet ke 3, h. 139

Page 73: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

3. Pasal 1338 B.W, juga menetapkan bahwa semua perjanjian harus

dilaksanakan dengan itikad baik. Maksud kalimat ini, bahwa cara

menjalankan suatu perjanjian tidak boleh bertentangan dengan kepatutan dan

keadilan.

Dalam kasus izin poligami Rahiman, kedua belah pihak telah beritikad baik

dalam menjalankan perjanjian sekaligus benar-benar tidak bertentangan dengan

kepatutan dan keadilan diantara kedua belah pihak. Hal ini diaplikasikan dengan

saling mengerti akan maksud mengadakan perjanjian, dan akan menjalankan

ketentuan perjanjian-perjanjian tersebut.

Berkaitan dengan ketentuan-ketentuan perjanjian antara kedua belah pihak,

orang yang dipercaya oleh keduanya adalah Hakim sebagai penengah perjanjian yang

dikuasakan untuk membuat isi perjanjian tersebut. Tentunya hakim dalam

menyelesaikan masalah poligami, merujuk kepada undang-undang no. 1 tahun 1974

tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam poligami.

4. Persyaratan sahnya suatu perjanjian itu sendiri, sebagaimana tertera dalam

pasal 1320 B.W, yakni:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

3. Suatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal62

62 Ibid, h. 339

Page 74: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Dalam persyaratan sahnya perjanjian yang dilakukan Rahiman, diantara kedua

belah pihak telah memenuhi kata sepakat atau mempunyai kemauan yang bebas untuk

mengikatkan diri yang dilakukan dengan pernyataan. Kata sepakat yang dimaksud,

yakni Rahiman sebagai pemohon dan Eni Hastuti sebagai termohon mengikatkan diri

mereka dengan perjanjian yang tidak didasarkan dengan paksaan, kekhilafan, atau

penipuan.

Dalam hal kecakapan, sebagaimana diterangkan dalam undang-undang,

“cakap” yaitu cakap untuk bertindak hukum. Dan “tidak cakap” yaitu tidak cakap

untuk melakukan perbuatan hukum. Mereka yang “tidak cakap” seperti orang

dibawah umur, orang dibawah pengawasan (curatele), dan perempuan yang telah

kawin. Hal ini disebabkan karena, ketika perempuan sudah kawin, maka ia tidak

diperbolehkan bertindak hukum kecuali dibantu oeleh suaminya. Dalam hal ini,

Rahiman dan istrinya cukup cakap dalam membuat suatu perjanjian.

Dalam hal tertentu yang diperjanjikan, haruslah suatu hal atau suatu yang

cukup jelas. Syarat ini perlu untuk dapat menetapkan kewajiban seseorang jika terjadi

perselisihan. Yang dimaksudkan, bahwa paling tidak harus ditentukan jenis

perjanjiannya. Rahiman dan istrinya telah menentukan jenis perjanjiannya yaitu,

poligmi dengan syarat.

Selanjutnya undang-undang menghendaki untuk sahnya suatu perjanjian harus

ada sebab oorzaak (“causa”) yang diperbolehkan. Secara letterlijk kata “oorzaak”

atau “causa” berarti sebab. Tetapi menurut riwayatnya, yang dimaksudkan dengan

Page 75: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

kata itu ialah “tujuan”.63 Yaitu apa yang dikehendaki oleh kedua pihak dengan

mengadakan perjanjian itu. Rahiman secara jelas punya sebab dan tujuannya, yaitu

menghindari perbuatan zina yang dilarang dan untuk menyelamatkan keluarga dari

kehancuran.

Kesimpulan yang bisa diambil adalah; ketika hakim mempertimbangkan

syarat alternatif yang dianggap belum dipenuhi pemohon dalam putusan izin poligami

dengan nomor perkara 851/Pdt.G/2004/PAJS, sedangkan syarat kumulatifnya sudah

terpenuhi, maka hakim melihat kembali asas perjanjian yang diungkap dalam B.W.

Dalam hal ini Majelis Hakim mengedepankan pengecualian. Pengecualian

tersebut yakni, pada dasarnya kedua belah pihak sudah setuju akan melakukan

kewajiban perjanjian. Perjanjian diantara kedua belah pihak yaitu, Rahiman sebagai

pemohon akan memenuhi syarat kumulatif seperti yang tertera dalam pasal 5 ayat 1

UU no. 1 tahun 1974. Dan Eni Hastuti sebagai termohon akan mengabulkan izin

pemohon untuk dapat berpoligami.

Dalam mengadakan perjanjian, syarat sah perjanjian sudah terpenuhi Rahiman

sebagai orang yang cakap. Kemudian perjanjian tersebut didasari atas sebab yang

halal dan itikad baik kedua belah pihak untuk melakukan perihal poligami.

Jadi, pengecualian yang dimaksud adalah dengan mengesampingkan

ketentuan syarat alternatif yang tertera pada pasal 5 ayat 1 UU no. 1 tahun 1974

karena ada asas tentang perjanjian antara orang-perorang yang merupakan esensi

perjanjian itu, harus dijunjung tinggi.

63 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa 2003), Cet ke 3, h. 136-137

Page 76: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Analogi dari kasus izin poligami diatas seperti halnya dalam masalah

kewarisan. Pada dasarnya, ketika seseorang yang telah meninggal dan ia tidak

meninggalkan pesan mengenai pembagian harta warisan kepada ahli waris, maka sah-

sah saja untuk ahli waris yang ada untuk bermufakat untuk membagikan harta

tersebut berdasarkan perjanjian yang mereka sepakati dengan dan tanpa ada undang-

undang yang mengatur itu semua. Begitupun ketika suatu waktu adanya perselisihan

diantara mereka, maka sah-sah saja untuk menyelesaikan masalah mereka tanpa

melihat undang-undang yang mengatur itu semua ataupun menyelesaikannya dengan

jalan undang-undang yang berlaku.

Memang boleh dikatakan, bahwa pasal 1338 ini memberikan suatu kekuasaan

yang sangat besar pada hakim, meskipun tentu saja ada batas-batasnya. Misalnya

saja, kewajiban-kewajiban yang diperoleh para pihak semata-mata dituliskan dalam

kontrak. Asal tidak bertentangan dengan perjanjian, maka undang-undang yang ada

disingkirkan begitu saja oleh hakim dengan alasan “bertentangan dengan itikad

baik”64

Persyaratan alternatif yang diungkapkan pasal 5 ayat 1 UU no. 1 tahun 1974

dalam pandangan Majelis Hakim merupakan persyaratan yang tetap digunakan dalam

mempertimbangkan poligami. Dalam upaya untuk mencegah poligami yang tidak

sehat, pasal ini diharapkan menjadi solusi khusus untuk mencegah perbuatan tersebut

timbul dalam masyarakat. Akan tetapi pada kasus kali ini tidak menjadi solusi karena

kasus yang timbul berdasarkan keinginan untuk berpoligami sehat.

64 Ibid, h. 140

Page 77: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Setelah memaparkan semua masalah yang telah penulis uraikan, kini tiba

saatnya penulis menyampaikan kesimpulan yang berisikan sebagai berikut:

1. Secara umum, definisi poligami dalam hukum Islam dan definisi perundang-

undangan adalah perkawinan antara seorang perempuan dan seorang lelaki

telah beristri satu atau lebih dalam waktu yang bersamaan.

2. Dalam hukum Islam poligami adalah kebolehan yang bersyarat, terbatas pada

empat orang istri sebagaimana dijelaskan surat An-nisa ayat 3. Syarat-syarat

tersebut adalah:

a. Tebatas pada empat orang istri,

b. Keadilan diantara para istri; keadilan tersebut berupa keadilan lahir dan

bathin

3. Hukum poligami dalam perundang-undangan adalah kebolehan yang

bersyarat, sebagaimana termaktub pasal 3 ayat 2 UU no. 1 tahun 1974. Yang

dimaksud dengan syarat-syarat tersebut ada dalam pasal 4 ayat 2 adalah:

a. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan

b. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan

Page 78: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

c. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri

Syarat-syarat di atas kemudian dikenal dengan syarat alternatif. Dan pada

pasal 5 ayat 1 yang dikenal dengan syarat kumulatif adalah:

a. Adanya persetujuan dari istri

b. Ada kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri dan

anak-anaknya

c. Ada jaminan bahwa suami berlaku adil terhadap para istri dan anak-

anaknya

4. Perundang-undangan lain yang mengatur poligami adalah PP no. 10 tahun

1983. Undang-undang ini lebih fokus mengatur poligami untuk pegawai

negeri sipil.

5. Kemudian perundang-undangan yang lainnya adalah Kompilasi Hukum Islam

(KHI) yang lebih mengedepankan esensi poligami pada pasal 55 yaitu, adil

diantara para istri.

6. Hasil keputusan Hakim Pengadilan Agama mengenai izin poligami telah

konsisten dengan semua ketentuan hukum Islam dan perundang-undangan.

Hal ini bisa dilihat dari pertimbangan-pertimbangan hakim sebagai berikut:

a. Syarat kumulatif poligami dalam undang-undang berikut

“pertimbangan-pertimbangan lain”.

b. Keterangan para saksi-saksi dari pihak pemohon dan termohon

Page 79: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

c. Al – Qu’ran al – Karim (ar-Rum; 21)

d. Pasal 3 kompilasi hukum Islam (KHI)

7. Mengenai keputusan Hakim yang dianggap tidak sesuai undang-undang pada

syarat alternatif, Hakim melihat dari dua sisi, yaitu;

a. Dalam Hukum Islam.

Penyelesaian dalam hukum Islam mengenai putusan kontroversial

diatas sangatlah bisa dipahami melalui jalan kemanfaatan atau kemaslahatan.

Dilihat dari alasan yang terungkap bahwa Meskipun tidak sesuai ketentuan

syarat alasan poligami, dengan menimbang bahwa istri pemohon sudah

mengizinkan suaminya untuk berpoligami dengan keikhlasan, maka untuk

mengakomodir kedua keinginan yang baik tanpa ada paksaan apapun dari

berbagai pihak, kemudian permohonan-permohonan tersebut dikabulkan.

Selain itu, juga demi menghindari perbuatan zina yang akan

menimbulkan masalah baru, maka kiranya hakim melihat surat ar-Ruum yang

maksudnya adalah kehidupan tentram tanpa ada masalah dalam berkeluarga.

b. Dalam Perundang-undangan

Dalam perundang-undangan, ketika hakim mempertimbangkan syarat

alternatif yang dianggap belum dipenuhi pemohon dalam putusan izin

poligami dengan nomor perkara 851/Pdt.G/2004/PAJS, sedangkan syarat

kumulatifnya sudah terpenuhi, maka hakim melihat kembali asas perjanjian

yang diungkap dalam B.W.

Page 80: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Dalam hal ini Majelis Hakim mengedepankan pengecualian. Pengecualian

tersebut yakni, pada dasarnya kedua belah pihak sudah setuju akan melakukan

kewajiban perjanjian. Perjanjian diantara kedua belah pihak yaitu, Rahiman sebagai

pemohon akan memenuhi syarat kumulatif seperti yang tertera dalam pasal 5 ayat 1

UU no. 1 tahun 1974. Dan Eni Hastuti sebagai termohon akan mengabulkan izin

pemohon untuk dapat berpoligami.

Dalam mengadakan perjanjian, syarat sah perjanjian sudah terpenuhi Rahiman

sebagai orang yang cakap. Kemudian perjanjian tersebut didasari atas sebab yang

halal dan itikad baik kedua belah pihak untuk melakukan perihal poligami.

Jadi, pengecualian yang dimaksud adalah dengan mengesampingkan

ketentuan syarat alternatif yang tertera pada pasal 5 ayat 1 UU no. 1 tahun 1974

karena ada asas tentang perjanjian antara orang-perorang yang merupakan esensi

perjanjian itu, harus dijunjung tinggi.

2.Saran-saran

Saran-saran yang diajukan penulis sebagai salah satu usulan terhadap masalah

yang ada adalah sebagai berikut:

1. Meninjau kembali syarat pengajuan poligami dalam undang-undang yang

dinilai kontra dengan tujuan perkawinan itu sendiri, sehingga memberi ruang

yang konkrit terhadap permasalahan yang ada dengan tetap meminimalisir

alasan yang merugikan salah satu dari kedua belah pihak.

Page 81: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

2. Untuk Majelis Hakim Pengadilan Agama agar lebih teliti dan berhati-hati

dalam memutuskan suatu perkara. Sehingga poligami yang dimaksud tidak

merusak noema-norma perkawinan yang sudah ada.

3. Teruntuk para akademisi Islam agar memberi pengetahuan tentang poligami

secara mendalam dan pengertian baik buruk poligami agar tidak terjadi

masalah ketika hal itu terjadi. Dan agar tidak menimbulkan preseden buruk

bagi poligami.

Page 82: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

DAFTAR PUSTAKA

Abud, Dr. Abdul-Ghani, Qadiyath Al-Hurriyah wa Qadhaya Ukhra, buku ketujuh dari rangkaian karya ilmiyah dengan tema Al-Islam wa Tahaddiyat Al-Ashri (Islam dan Berbagai tantangan zaman), cet. I, (Daar el-Fikr al-Arabiy, 1978).

Aedy, H. Hasan. Poligami Syari’ah Dan Perjuangan Kaum Perempuan. Alfabeta:

Bandung, Cet. I, 2007 ………., Ahkam (Jurnal Syari’ah Dan Pranata Sosial) Vol .8, ISSN 1412-4734, Fak.

Syari’ah UIN Jakarta. Ahmad Jaiz, Hartono, Wanita Anatara Jodoh, Poligami Dan Perselingkuhan. Pustaka

Al- Kautsar: Jakarta, cet. 1, 2007 Aj Jahrani, Musfir, Dr. Poligami Dari Berbagai Persepsi. Gema Insani Press:

Jakarta, cet. 2, 1997 Al-Hamdani, H.S.S. Risalatun Nikah (Risalah Nikah). Raja Murah, Pekalongan,

1980. Al-Kumayi, Sulaiman. Dan Aa Gym Diantara Pro - Kontra Poligami, , Pustaka

Adnan: Semarang, . cet. I, Januari 2007. Al-Quran dan Terjemahannya. Jakarta: Departemen Agama RI, 1990. Bisri, Cik Hasan. Kompilasi Hukum Islam Dalam Peradilan Agama, Logos Wacana

Ilmu: Jakarta, cet. 1, 1999. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka, cet. ke-1, 1998. ____________,Fiqh Realitas, Respon Ma’ahad Aly Terhadap Wacana Hukum Islam

Kontemporer, Editor: Dr. Abu Yasid LI.M., Pustaka Pelajar Yogyakarta, cet: I September 2005, h. 348

Instruksi Presiden R. I. Nomor 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam, Derpartemen

Agama R. I. Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Tahun 1997/1998.

Page 83: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Jawad, Muhammad, Mughniyah, terjemah al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-Khomsah, penejemah: Masykur A.B Afif Muhmmad, Idrus al-Kaf terbitan Dar al-Jawal Beirut, (PT Lentera Basritama) cet. V 2005.

Kuzari, Achmad. Nikah Sebagai Perikatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004. ………., Mimbar Hukum, No.14 Tahun 1994, Fak. Syari’ah UIN Jakarta. Muchtar, Kamal. Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan. Jakarta: Bulan

Bintang, cet. 1, 1974. Muhyidin, Abu Usamah. Dan Abu Hamid. Legalitas Poligami Menurut Sudut

Pandang Ajaran Islam. Yogyakarta: Sketsa, cet. 1, 2006. Muktiarto H.A, Drs, S.H. Moh. Idris, SH. MH. Praktek-praktek Perkara Perdata

pada Pengadilan Agama. Pustaka Pelajar, 2003.

Muzdhar, Atho, Nasution, Khairuddin (Editor), Hukum Keluarga Di Dunia Islam Modern (Studi Perbandingan Dan Keberanjakan UU Modern Dari Kitab-Kitab Fiqh), Ciputat Press 2003

Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1975 Tentang Kewajiban Pegawai Pencatat Nikah Dan Tata Kerja Pengadilan Agama Dalam Melaksanakan Peraturan Perundang-Undangan Perkawinan Bagi Yang Beragama Islam.

Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1983, Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi

Pegawai Negeri Sipil Yayasan Binadhika Jakarta, 1991. Prawirohamidjojo, Soetojo, pluralisme dalam perundang-undangan perkawinan

Indonesia, (Surabaya: Airlangga University Press 2002)

Presiden Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974, Tentang Perkawinan.

Presiden Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975, Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Tentang Perkawinan.

Presiden Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1989, Tentang Peradilan Agama.

Page 84: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

Presiden Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006, Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989, Tentang Peradilan Agama

Presiden Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990, Tentang Perubahan Atas PP No. 10 Tahun 1983, Tentang Perkawinan Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil.

Quraish, M, Shihab, Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks, Dari Nikah Mut’ah Sampai Nikah Sunnah, Dan Dari Bias Lama Sampai Bias Baru, (Jakarta; Lentera Hati, 2005)

Sirin, Khaeron. Artikel Membangun Masyarakat Madani, Al-Burhan:PTIQ, 2007

Siti Musdah Mulia, Synopsis Islam dan Insipirasi dan Kesetaraan Gender, Kibar Press Yogyakarta: Februari 2007

Setiani, Eni, Dra, Editor : Dra. Eni Setiani, Muhammad Hamzah, Hitam Putih Poligami (Menelaah Perkawinan Poligami Sebagai Sebuah Fenomena), Cisera Publishing Jakarta: Cet I Januari 2007

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa 2003), Cet ke 3 Suprapto, Bibit. Liku-Liku Poligami. Yogyakarta: Al –Kutsar, ), cet. 1, 1999. Sunni, Ismail.“Tradisi Dan Inovasi Keislaman Di Indonesia Dalam Bidang Hukum”,

makalah dalam symposium Islam dan Kebudayaan Indonesia, Dulu, Kini dan Esok, (Jakarta:Oktober 1991).

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, (UI-Press: 1986), Cet ke-3 Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum. Buku Pedoman Penulisan skripsi. Jakarta:

Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2007. Triwulan Tutik, Titik, S.H., M.H. dan Trianto, S. PD., M. PD. Poligami Persfektif

Perikatan Nikah (Telaah Kontekstual Menurut Hukum Islam Dan Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974), Prestasi Pustaka: Jakarta, 2007

Page 85: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

‘Ulwan, Nasih, Abdullah. Hikmah Poligami Dalam Islam. Jakarta: Studio Press, 1997.

Wawancara Dengan Juru Bicara Hakim Peradilan Agama Jakarta Selatan,

Tanggal 22 Februari 2008, Pukul 13.30-14.30 , Ruang Hakim Pengadilan Agama Jakarta selatan.

Page 86: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

LEMBAR PERNYATAAN

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata I Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli hasil karya saya, atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Cipondoh, 17 Agustus 2008

Dani Tirtana

NIM: 101044222184

Page 87: Izin Poligami” Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Agama ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19708/1/DANI... · Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku